Tema :
“Jalan, Mobilitas,
Keberlanjutan”
ii
PROSIDING
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jalan, Mobilitas, keberlanjutan
ISBN :
Editor :
Handiyana Ariephin
Dimas Sigit Dewandaru
Isti Sandita
Septianis Afipah
Cover Design :
Dimas Sigit Dewandaru
Penerbit:
Himpunan Pengembangan Jalan indonesia
Jl. Panglima Polim Raya No.125
Kebayoran Baru
Jakarta Selatan
Telp. 021-7251864, Fax. 021-7208112
E-mail : dpp_hpji75@yahoo.com
iii
PRAKATA
Konferensi Teknik Jalan ini merupakan salah satu program kegiatan asosiasi di
bidang jalan yang secara rutin dilaksanakan dengan maksud untuk ajang
bertukar pikiran, meng-update pengetahuan tentang teknologi baru, berbagi
pengalaman sesama anggota dan pembahasan terkait isu-isu terkini tentang
infrastruktur jalan.
iv
DAFTAR ISI
Kajian kelayakan investasi Pembangunan Jalan Tol Berdasarkan tarif tol dengan
pendekatan BKBOK dan ATP/WTP (Studi Kasus Tol Soreang-Pasirkoja);
Antono Damayanto, Hari Danurendra, S.B, Hagai Armando ........................................... 6
Pembiayaan Inovatif : Skema Availability Payment pada Pengusahaan Jalan Tol Serang -
Panimbang Seksi Cileles – Panimbang ; Slamet Muljono................................................... 29
Kajian Kelayakan Pendanaan Pembangunan Tempat Istirahat pada Jalan umum Melalui
Corporate Social Responsibility; Hendra Hendrawan, Harlan Pangihutan ...................... 33
Kebijakan Pemeringkatan Pada Sertifikasi Hasil Uji Laik Fungsi Jalan Nasional;
Agus Bari Sailendra .......................................................................................................... 43
Proses Penetapan Fungsi dan Status Jalan Daerah; Slamet Muljono, Dedy Gunawan..... 77
v
T-2 BAHAN DAN PERKERASAN
Strategi Membuat Campuran Aspal Dingin Yang Sukses; Alfa Febriyanto, Sutoyo ......... 98
Menempatkan lapis pondasi aspal (AC-Base) sebagai lapis permukaan pada jalur
lalu-lintas berat dan padat adalah alternative cerdas untuk memaksimalkan pelayanan
konstruksi perkerasan jenis lentur (flexible pavement); Sukamto, Sutoyo ……………………. 104
Pengaruh Material Semen pada Kinerja Campuran Daur Ulang Lapis Pondasi
Perkerasan Jalan; J.E. Waani, E. Lintong .......................................................................... 108
Potensi Pengaruh Beban Overloading Terhadap Perkerasan (Studi Kasus : Jalan Raya
Lubuk Pakam, Sumatera Utara); Zulkarnain A Muis, Victor Gangga Sinaga, Burhan
Batubara, dan Sahri Dani ................................................................................................. 117
Perpetual Pavement dan Aspal Karet; Yogi Indra P, Lisminto S, M. Yusuf ....................... 131
T-3 STRUKTUR
Analisa Dinamik Beban Berjalan Dengan Variasi Kecepatan Pada Jembatan Jalan Raya
Yang Menyatu Dengan Jalur Kereta; Ariono Dhanisworo Indra Budhi ............................ 146
Penerapan Spesifikasi khusus Interm PVD, PHD dan Instrumen Geoteknik pada
Perbaikan Tanah Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti di Kalimantan Selatan;
Wahyu P. Kuswanda ........................................................................................................ 217
Analisa Penanggulangan Volcanic Breccia dan Countermeasuresnya; Wida Nurfaida .... 234
Transformasi Unit Asphalt Mixing Plant (AMP) dalam kurun 2 bulan dan Strategi Produksi
Hotmix; Saga Hayyu Suyanto Putra .................................................................................. 265
Evaluasi Pelaksanaan Preservasi Jalan dan Jembatan Secara Long Segment di Provinsi
Sumetera Utara dan Provinsi Riau; Paul Ames Halomoan; Elvi Roza; Sriono; Agus Taufik
Mulyono ............................................................................................................................ 272
Evaluasi Pelaksanaan Preservasi Jalan dan Jembatan Secara Long Segment di Provinsi
Sumetera Utara dan Provinsi Riau Jawa Timur dan Provinsi Bali; I Ketut Darmawahana,
Budi Harimawan, Nusakti Yasa Wedha, Agus Taufik Mulyono ........................................ 286
Identifikasi Serta Pengalaman Praktis Penanganan Kelongsoran Badan Jalan pada Tanah
Problematik (Clay-Shales); Muhrozi, S.P.R. Wardani & Kresno Wikan S........................... 299
vii
Dampak Pembangunan Jalan Alternatif Terhadap Investasi Infrastruktur Jalan
Tol Manado Bitung; Semuel Y. R. Rompis dan Audie L. E. Rumayar ............................... 325
Evaluasi Efektivitas Penyediaan Lajur Sepede Pada Jalan Perkotaan (Studi Kasus
Jalan Asia Afrika Kota Bandung Jawa Barat Indonesia); Hendra Hendrawan, Sri Amelia.. 396
Sistem Drainase Jalan Nasional Pantura Indonesia; Gugun Gunawan, Agus Solihin......... 406
Kebijakan Pelayanan Publik Pada Pengellaan Tempat Istirahat Jalan Tol untuk
Mendukung Pembangunan Eknomi Wilayah; Parbowo .................................................... 412
Green Construction – Sustainable Urban Construction; Herry Vaza, Natalia Tanan ....... 431
Pengaruh Kecepatan Terhadap Nilai Star Rating Jalan dan Korban Kecelakaan
yang Dapat Dicegah pada Ruas Jalan Tol (Studi Kasus Jalan Tol Cipularang);
Muhammad Idris............................................................................................................... 442
viii
Evaluasi Tingkat Kepentingan dan Penerapan Standar Mutu Dalam Pelaksanaan
Konstruksi Jalan di Jawa Tengah dan DIY; Hery Marzuki, Aidhil Fikri,
Jodi Pujiadi Hutomo, Agus Taufik Mulyono...................................................................... 470
ix
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Agita Widjajanto, ST, M.Sc.1, Dedy Gunawan, ST, M.Sc.1, and Muh. Mirza Ariestantiyo, ST 2
1
Subdit Bimbingan Teknik Jalan Daerah , Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian PUPR
E-mail: bimtekjd@yahoo.co.id
2
Subdit Bimbingan Teknik Jalan Daerah , Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian PUPR
E-mail:muhammadmirzaaries@gmail.com
Jalan merupakan salah satu infrastruktur dasar yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu
wilayah. Wewenang penyelenggaraan jalan di Indonesia diserahkan kepada pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
jalan nasional. Sedangkan penyelenggaraan jalan provinsi/kabupaten/kota (jalan daerah) diserahkan kepada
pemerintah daerah masing-masing. Berdasarkan data kementerian PU tahun 2014, kemantapan jalan nasional
sudah mencapai 94% namun kemantapan jalan provinsi masih 70.90% dan jalan kabupaten/kota masih 59.40%.
Kondisi tersebut menyebabkanp pemerintah pusat meningkatkan alokasi dana transfer, berupa Dana Alokasi
Khusus (DAK), hingga tiga kali lipat selama 3 tahun ini. Namun kondisi jalan daerah masih sama seperti
sebelumnya, walaupun alokasi anggaran untuk hal tersebut sudah ditingkatkan. Oleh karena itu Kementerian
PUPR bekerja sama dengan Pemerintah Australia dalam bentuk Pilot Project Provincial Road Improvement and
Maintenance (PRIM) di Nusa tenggara Barat. Melalui pilot project ini, Kementerian PUPR bersuha mengubah
pola piker penyelenggara jalan daerah dalam hal penanganan jalan dan tata kelola dalam penyelenggaraan jalan.
Program PRIM ini berhasil meningkatkan kemantapan jalan provinsi NTB yang semula 61,8% mantap menjadi
72,1% mantap dalam waktu tiga tahun. Makalah ini akan membahas perbandingan antara skema Program PRIM
dengan skema dana transfer dari pusat ke daerah yang sudah dijalankan sekarang, dari tahap penyusunan
program hingga tahap monitoring dan evaluasi.
Kata kunci: Jalan Daerah, Kemantapan Jalan, Kementerian PUPR, Pilot Project, PRIM.
1
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Ada beberapa penyebab kondisi jalan daerah Tabel 2 Sertifikasi tenaga kerja konstruksi
masih rendah walaupun DAK sudah dinaikkan
beberapa kali lipat, yaitu:
1. Konektivitas
a. Kurangnya integrasi perencanaan antar
jaringan jalan;
b. Belum ada rencana umum jaringan jalan
daerah tiap provinsi/kabupaten/kota;
c. Penetapan status dan rencana penanganan
tidak memperhatikan fungsi jalan dan Tabel 3 Tingkat pendidikan tenaga kerja
panjangnya dapat berubah dalam kurun waktu konstruksi
kurang dari 5 tahun (tidak sesuai dengan
peraturan perundangan); dan
d. Land use di sepanjang koridor jalan banyak
yang tidak sesuai dengan standar/spesifikasi
fungsi jalan.
2. Tata Kelola
a. Kurangnya persiapan proyek mulai dari
perencanaan, pemrograman, penganggaran
dan pelaksanaan pekerjaan;
b. Kualitas SDM (Staf DPU) yang rendah;
c. Pengawasan publik sangat kurang;
d. Sistem pemaketan yang kecil;
e. Kurangnya keakuratan data dan keterbatasan
peralatan/sistem untuk perencanaan; dan Oleh karena itu Kementerian Pekerjaan Umum
f. Ditjen Bina Marga belum mempunyai data dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat
panjang dan kondisi jalan daerah yang akurat Jenderal Bina Marga bekerja sama dengan
dan transparan. Pemerintah Autralia melalui Department of
3. Kualitas Pekerjaan Foreign Affairs and Trade (DFAT) dalam
a. Kualitas konstruksi yang buruk; melaksanakan Pilot Project Provincial Road
b. Prasarana jalan mengalami kerusakan dini; Improvement and Maintenance (PRIM) di Nusa
c. Kurangnya pemeliharaan jalan rutin dan Tenggara Barat. Program PRIM bertujuan untuk
sering dibaikan dan daerah lebih meningkatkan tata kelola, kualitas, dan nilai
mengutamakan pekerjaan rekonstruksi/jalan ekonomi yang sepadan (value-for-money) untuk
baru; dan pemeliharaan jalan daerah. Hasil yang diharapkan
d. Kurangnya perhatian terhadap off carriageway dari pelaksanaan Program PRIM ini adalah:
(bahu, drainase, lereng, safety).
4. Pendanaan 1. Peningkatan tata kelola yang berkelanjutan;
a. Rata-rata APBD hanya menganggarkan 10- 2. Perencanaan dan penganggaran yang rasional;
15% untuk penyelenggaraan jalan; dan 3. Peningkatan kualitas pekerjaan konsultan dan
b. Terbatasnya dana untuk survey dan kontraktor lokal;
perencanaan jalan. 4. Hasil pemeliharaan jalan provinsi yang lebih
baik;
Selain itu juga, penyebab dari buruknya 5. Sumber Daya Manusia (Staf DPU, konsultan
kondisi jalan daerah adalah kapasitas industri dan kontraktor) yang terlatih;
konstruksi di Indonesia. Sebagian besar dari 6. Transparansi melalui keterlibatan Pengawasan
penyedia jasa di dalam bidang konstruksi masih publik (Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
berada pada klasifikasi kecil, dengan mayoritas - FLLAJ).
pekerjanya merupakan tenaga tidak terampil dan
belum terserfikasi. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
seluruh pihak yang terkait dalam penyelenggaraan
Tabel 1 Kualifikasi badan usaha konstruksi jalan daerah, baik Dinas Pekerjaan Umum/Bina
Marga,Bappeda, Penyedia Jasa, maupun akademisi.
Makalah ini dapat memberikan informasi mengenai
penyelenggaraan jalan daerah yang sesuai dengan
sebagaimana seharusnya secara tata kelola maupun
teknis. Pada penelitian sebelumnya telah dibahas
2
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
mengenai skema pendanaan yang digunakan dalam g. Penyampaian surat usulan nama daerah
PRIM dapat mempengaruhi kemantapan dan tata calon penerima hibah dan rincian jumlah
kelola jalan daerah. dana hibah.
h. Penetapan daerah penerima program hibah
II. METODOLOGI melalui penerbitan Surat Penetapan
Provincial Road Improvements & Maintenance Penerusan Hibah (SPPH)
(PRIM) menggunakan mekanisme yang berbeda i. Penyusunan dan Penandatanganan
jika dibandingkan dengan skema bantuan dana Perjanjian Penerusan Hibah (PPH).
pusat ke daerah lainnya. PRIM menggunakan 2. Tahap Pelaksanaan
mekanisme reimbursement, dimana pemerintah Tahap pelaksanaan Program PRIM di tingkat pusat
daerah harus melakukan pre-financing terlebih adalah sebagai berikut:
dahulu. Pemerintah daerah akan mendapatkan a. Melaksanakan kegiatan monitoring dan
reimbursement setelah pekerjaan fisik telah selesai evaluasi secara berkala.
dan sudah dilakukan verifikasi oleh tim verifikator b. Melaksanakan verifikasi berdasarkan
yang telah ditunjuk sebelumnya. Total permintaan dari Pemda atas pencapaian
reimbursement yang dapat diberikan kepada hasil kegiatan.
pemerintah daerah adalah setinggi-tingginya 40% c. Penerbitan Surat Rekomendasi Teknis atas
dari nilai yang dapat dipertanggungjawabkan hasil verifikasi yang disampaikan kepada
berdasarkan hasil verifikasi atau dengan batas Pemda dan DJPK.
maksimum sebagaimana tercantum dalam Surat Tahap Pelaksanaan Program PRIM di tingkat
Persetujuan Penerusan Hibah (SPPH) yang daerah adalah sebagai berikut:
diterbitkan oleh Kementerian Keuangan. Dalam a. Penyiapan dokumen Detail Engineering
melakukan pencairan dana hibah kepada Design (DED) dan dokumen pengadaan
pemerintah daerah berdasarkan output dengan barang dan jasa.
mengacu kepada Reference Unit Cost (RUC) yang b. Penyusunan rencana anggaran tahunan
tercantum dalam Project Management Manual (DPA APBD) sesuai dengan rencana
(PMM) untuk setiap output yang dinyatakan penerimaan dana hibah.
memenuhi syarat. Sedangkan dana bantuan dari c. Proses pengadaan barang dan jasa.
pusat ke daerah yang lain seperti Dana Alokasi d. Pelaksanaan kegiatan fisik dan non fisik.
Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) e. Pelaksanaan pengawasan, kegiatan
melakukan pencairan dana bantuan setelah data monitoring, dan evaluasi secara berkala.
teknis serta dokumen perencanaan dan f. Permintaan verifikasi atas pencapaian hasil
pemrograman selesai di verifikasi, setelah itu tidak kegiatan fisik dan non fisik kepada Tim
ada pengawasan lebih lanjut terhadap penggunaan Teknis DJBM.
dana tersebut. Yang membedakan Program PRIM dengan
Berikut ini adalah tahapan dari Program PRIM skema penyelenggaraan jalan yang lain adalah
mulai dari tahap persiapan hingga tahap adanya tahap verifikasi pekerjaan yang dilakukan
pelaksanaan. oleh Tim Teknis yang dibantu oleh Program
1. Tahap Persiapan Management Consultant (PMC). Verifikasi
Tahap persiapan program hibah dilaksanakan baik pekerjaan akan dilaksanakan setelah pekerjaan fisik
di Tingkat Pusat maupun di Tingkat Daerah. Tahap telah diselesaikan oleh pemda dan pemda
Persiapan untuk Program PRIM: mengajukan permohonan verifikasi kepada tim
a. Penentuan kriteria dan pendataan Daerah teknis. Tim teknis terdiri dari beberapa unsur dari
calon penerima hibah. beberapa Kementerian/Lembaga, yaitu
b. Sosialisasi Program Hibah Jalan Provinsi Kementerian PUPR, Kementerian Keuangan,
dan kemungkinan dapat diperluas ke Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian
Kabupaten/Kota. PPN/Bappenas. Setelah verifikasi telah dilakukan,
c. Pembentukan Tim Teknis DJBM. tim teknis beserta PMC menyusun laporan
d. Penyusunan PMM. verifikasi yang kemudian akan diberikan kepada
e. Penyampaian surat minat dan usulan Ditjen Perimbangan Keuangan di Kementerian
program dari Pemda kepada DJBM dengan Keuangan untuk dilakukan disbursement dana
tembusan kepada Deputi Sarana dan hibah yang sesuai dengan hasil verifikasi tim
Prasarana Bappenas dan DJPK Kementerian teknis.
Keuangan.
f. Penilaian terhadap daerah yang layak
sebagai penerima hibah dengan kriteria dan
kinerja daerah.
3
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
III. HASIL PENERAPAN PROGRAM Dapat dilihat pada gambar di atas bahwa
PRIM kemantapan jalan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
terus meningkat walaupun alokasi anggaran untuk
penyelenggaraan jalan tidak selalu meningkat,
Program PRIM telah berjalan di Provinsi Nusa
bahkan pernah turun secara drastis pada tahun
Tenggara Barat dari tahun 2013. Pencairan dana
2014. Hal itu menunjukkan bahwa
telah dilakukan sebanyak 6 tahapan. Berikut ini
penyelenggaraan jalan yang dikelola dengan baik
adalah pencairan dana hibah yang pernah dilakukan
dapat meningkatkan kemantapan jalan dengan dana
oleh program PRIM.
yang lebih efisien. Selain itu, pemeliharaan rutin
Tabel 4 Pencairan dana hibah Program PRIM
harus menjadi prioritas utama dibandingkan dengan
pekerjaan lain agar kemantapan jalan yang sudah
ada tetap terjaga. Keterlibatan publik juga menjadi
bagian yang penting dalam efisiensi
penyelenggaraan jalan daerah, penyelenggara jalan
akan sangat terbantu dalam hal pengawasan
terhadap pekerjaan penyedia jasa, baik saat
konstruksi maupun paska konstruksi. Program
PRIM meningkatkan keterlibatan publik dalam
pengawasan jalan melalui Forum Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (FLLAJ). Anggota FLLAJ di
Provinsi Nusa Tenggara Barat tidak hanya dari
stake holder jalan saja, namun juga dari masyarakat
umum dengan proporsi 50:50. Berikut ini adalah
pengalokasian DAK dari tahun 2010-2017.
Berikut ini adalah perbandingan antara
kemantapan jalan dan alokasi anggaran untuk jalan
provinsi NTB tahun 2010 hingga tahun 2017.
4
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
V. KESIMPULAN
Gambar 4 Jalan Provinsi NTB setelah Program PRIM
Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya,
IV. PERBANDINGAN PROGRAM dapat disimpulkan bahwa Program PRIM dapat
PRIM DENGAN NON-PRIM meningkatkan efisiensi dan value-for-money dalam
penyelenggaraan jalan daerah. Beberapa perubahan
yang dilakukan di Program PRIM agar dapat
Dana transfer ke daerah merupakan salah satu
meningkatkan efisiensi penyelenggaraan jalan
instrumen Pemerintah Pusat dalam memberikan
daerah adalah pemeliharaan rutin harus menjadi
bantuan kepada Pemerintah Daerah. Salah satu
prioritas, meningkatkan keterlibatan publik melalui
contoh dari dana tranfer ke daerah tersebut adalah
FLLAJ, verifikasi setelah pekerjaan selesai
DAK yang telah berjalan dari tahun 2004 hingga
dilaksanakan, dan penerapan long segment
sekarang, namun dana tersebut belum dapat
contract.
meningkatkan kemantapan jalan secara signifikan.
Langkah yang harus dilakukan selanjutnya
Berikut ini adalah perbandingan antara Program
adalah bagaimana cara untuk dapat menerapkan
PRIM dengan Dana Transfer ke daerah non-PRIM.
pola pikir tersebut di daerah lain sehingga target
1. Program PRIM
kemantapan jalan daerah tahun 2019 dapat tercapai.
a. Perencanaan dan pengalokasian dana
Tantangan selanjutnya adalah bagaimana
berdasarkan software pemrograman yaitu
Kementerian PUPR dapat menerapkan sistem yang
Provincial Road Management Sysrem.
dianut oleh Program PRIM ke 34 provinsi dan 541
b. Pemilihan program prioritas berdasarkan
kabupaten/kota di Indonesia. Kementerian PUPR
kriteria yang objektif
harus dapat membuat sistem verifikasi yang lebih
c. Pekerjaan pemeliharaan rutin menjadi
sederhana, sistem kelembagaan di pusat yang lebih
prioritas utama, dan prioritas selanjutnya
baik karena harus mengawasi 34 provinsi dan 541
adalah pemeliharaan berkala, rehabilitasi,
kabupaten/kota, dan meningkatkan keterlibatan
dan peningkatan jalan
publik melalui FLLAJ di daerah.
d. Lingkup pekerjaan meliputi perkerasan
jalan, bahu jalan, saluran drainase, goong-
gorong, marka jalan, dan lain-lain DAFTAR PUSTAKA
e. Transparansi data lebih terjamin Ditjen Bina Marga, 2016, Manual Manajemen
f. Pemerintah daerah harus melakukan pre- Proyek Amandemen 4, Jakarta: Ditjen Bina Marga.
financing terlebih dahulu IndII, 2017, 2017 Extension Program Milestone 4:
g. Sistem pre-financing akan membebani PIUC Lessons Learned 2013-2015, Jakarta: IndII
pemerintah daerah yang banyak IndII, 2017, Peer Review, Jakarta: IndII.
5
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Jalan tol berperan sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan sosial. Pengguna jalan tol
dikenakan tarif berdasarkan golongan kendaraan dan jarak. Pembangunan jalan Tol terus berlanjut dan dipilih
rute yang memenuhi kelayakan investasi, menguntungkan pemerintah dan investor. Jalan Tol Soreang – Pasir
Koja merupakan salah satu jalan Tol penting berdasarkan kebutuhan masyarakat. Penelitian ini bertujuan
untuk melakukan analisis kelayakan jalan Tol Soreang – Pasir Koja, terkait dengan biaya investasi konstruksi
dan tarif tol. Tarif tol harus layak secara ekonomi dan terjangkau masyarakat, serta menguntungkan investor.
Metodologi penentuan tarif Tol adalah metoda BKBOK, ATP (ability to pay) dan WTP (willingness to pay).
Sedangkan kelayakan investasi menggunakan metoda Net Present Value, Internal Rate of Return,
Profitability Index, dan Payback Period. Hasil penelitian menunjukkan tarif Tol berdasarkan BKBOK,
menurut Jasa Marga Rp. 958/km, PCI Rp. 689,65/Km dan jalan tol Padaleunyi Rp 639/Km. Tarif tol
berdasarkan ATP adalah Rp. 452,67/Km dan WTP adalah Rp. 329,21/Km. Kelayakan investasi berdasarkan
tarif tol resmi, didapat NPV Rp. 2.032.151.991.127, IRR 10,75%, PI 5,5 dan Payback Period 18,6 tahun,
maka investasi dinyatakan layak. Kelayakan investasi berdasarkan tarif Tol pada 70% BKBOK dan 50%
ATP, investasi dinyatakan layak, sedangkan tarif Tol pada 50% WTP, investasi dinyatakan tidak layak.
Abstract. The toll road plays a role as driving wheel of economic and social growth. Toll roads users are
charged based on vehicle class and distance. Toll roads construction is continuing and route must meets the
invesment feasibility, and benefits to the government and investors. Soreang-Pasir Koja Toll Road is one of
the important toll roads based on community needs. This research purpose is to analyze Soreang-Pasir Koja
Toll Road feasibility, related to construction investment cost and toll tariff. Toll tariff must be economically
and affordable to the public, as well as benefit to investors. Toll Tariff methodology is BKBOK, ATP (ability
to pay) and WTP (willingness to pay). Investment feasibility methology is Net Present Value, Internal Rate
of Return, Profitability Index and Payback Period. The research result: the tariff based on BKBOK, according
to Jasa Marga Rp.958/km, PCI Rp.689,65/Km and Padaleunyi Toll Road Rp.639/Km. Toll tariff based on
ATP is Rp.452,67/ Km and WTP is Rp.329,21/Km. The investment feasibility based on official toll tariff,
NPV Rp.2.032.151.991.127, IRR 10,75%, PI 5,5 and Payback Period 18,6 years, the investment is feasible.
Based on toll tariff at 70%BKBOK and 50%ATP, the investment is feasible, while the toll tariff at 50%WTP,
investment is unfeasible.
6
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah:
Menentukan kisaran tarif tol yang layak dari aspek
Besar Kentungan Biaya Operasi Kendaraan (BKBOK)
dan aspek ATP/WTP.
Menentukan tarif tol optimum dengan memperhatikan
kisaran batas-batas tarif yang telah dibuat.
Mengkaji keuntungan finansial dari tarif tol
7
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Pada penelitian ini terdiri dari tiga kegiatan utama. Kajian D. Kapasitas Jalan Tol
kelayakan investasi, analisis BKBOK dan analisis Spesifikasi ruas tol Seroja terdiri dari 4 lajur 2 arah
ATP/WTP dalam menentukan berapa tarif yang layak terbagi (4/2D) dengan lebar lajur masing – masing 7.2 m.
dikenakan kepada pengguna jalan tol yang mengacu pada Lebar ruas jalan ini direncanakan tetap hingga akhir masa
regulasi pp Nomor 15 Tahun 2005. konsesi (35 tahun) sesuai PPJT. Kapasitas lajur di dapat
pada kondisi ultimate adalah 2.277 smp/jam/jalur atau
9.108 smp/jam/2 arah atau 107.152,941 smp/hari.
III. PEMBAHASAN
Dengan pendekatan Fsmp = 1.55 maka volume LHR
A. Lokasi Penelitian maksimal untuk ruas jalan tol Soreang – Pasir Koja
Jalan Tol Soreang-Pasir Koja merupakan bagian dari adalah sebesar 107152,941 /1.55 = 69131 kend/hari.
kelanjutan jalan tol Purbaleunyi sepanjang 8,125 km yang Apabila kapasitas jalan ditingkatkan menjadi 6 lajur 2
dimulai dari Pasir Koja hingga Soreang. Rute jalan tol arah (6/2D) atau jumlah lajur 2 x 3, maka: LHR max
direncanakan terdiri dari dua seksi, yaitu Seksi 1 Pasir adalah 107.890 kend./hari
Koja – Margaasih dan Seksi 2 Katapang. Berikut
merupakan skema rute Jalan Tol Soreang – Pasir koja. Nilai derajat kejenuhan Q/C jalan tol optimum adalah
antara 0,6 – 0,8. Apabila Q/C diatas 0,8 maka
menunjukkan kondisi jalan sudah jenuh sehingga perlu
ada penambahan kapasitas jalan. Pada Jalan Tol Seroja,
Q/C diatas 0.8 tercapai bila LHR mencapai 55.305
kend./hari pada tahun 2031 untuk tipe jalan 4/2D dan
LHR mencapai 86.312 kend./hari pada tahun 2038 untuk
tipe jalan 6/2D.
8
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tabel 5. Nilai waktu sampel Padalarang – Cileunyi Tabel 11. Batas Atas Tarif 70 % BKBOK nilai waktu sampel
Gol Nilai waktu (Rp) Tarif 2017 (Rp) Padalarang – Cileunyi
I 3.385 11.507 Gol Batas Atas Tarif 70 %
Rasio Tarif
IIA 3.827 13.010 Kendaraan BKBOK (Rp/km)
IIB 5.716 19.431 I 639 1
II 953 1,5
Tabel 6. Nilai waktu sampel PCI III 1.279 2
Gol nilai waktu (Rp) Tarif 2017 (Rp) IV 1.599 2,5
I 1.341 12.275 V 1.919 3
IIA 3.827 35.033
IIB 3.152 28.845 Tabel 12. Batas Atas Tarif 70 % BKBOK nilai waktu sampel
PCI
I. Perhitungan Besar Keuntungan Biaya Operasi Gol Batas Atas Tarif 70 %
Rasio Tarif
Kendaraan BKBOK (Rp/km)
Kendaraan (BKBOK)
I 689,7 1
Dari analisis efisiensi biaya operasi kendaraan dan
II 1.034,5 1,5
efisiensi waktu dapat dihitung keuntungan BOK jalan tol III 1.379,3 2
pada table sebagai berikut: IV 1.724,1 2,5
V 2.069,0 3
Jasa Marga
Tabel 7 Perhitungan 70 % BKBOK nilai waktu sampel PT. Penyusunan tabel diatas mempertimbangkan tarif 70
Jasa Marga
70 %
% BKBOK dari Golongan III atau IIB (bus). Asumsinya
BKBOK 70 % BKBOK bila dipakai acuan tarif dari Golongan I maka tarif
BKBOK BKBOK
Gol per Km per 12,15 km
(Rp)
(Rp)
per km
(Rp)
Golongan IIB akan menjadi tidak layak, karena dengan
(Rp) tarif dasar 70 % BKBOK untuk nilai waktu sampel Jasa
I 16.628 1.368 958 11.64 Marga sebesar Rp. 958/km, sehingga tarif Golongan III
IIA 33.887 2.789 1.952 23.721
adalah Rp 958 x 2 = 1.916 < 1.952 Rp / km (batas atas
IIB 27.228 2.241 1.568 19.059
9
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
tarif Golongan IIB). Karna tarif Golongan III lebih kecil tinggi pendidikan maka tingkat intelektualitas dan
Maka acuan dari tarif Golongan IIB dipakai sehingga tarif pemikiran juga semakin maju, selain itu akan
Golongan I adalah Rp 1.952/2 = Rp 976/km. Begitupun berpengaruh juga terhadap penghasilan responden
untuk nilai waktu sampel Padalarang – Cileunyi dan PCI. tersebut.
3. Status Pengemudi
Karakteristik ini bertujuan untuk mengetahui status
responden sebagai pengendara /pengemudi kendaraan.
0% 20%
Pribadi
Sewa
Supir
80%
Gambar 5. Grafik Persentase Responden Berdasarkan Status Gambar 8. Grafik Kisaran Tarif Golongan I rute terjauh (Pasir
Pengemudi Koja - Soreang)
10
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
masing–masing kurva ATP dan WTP, maka diperoleh : Rp 14.840 (Golongan III)
nilai ATP rata–rata adalah sebesar Rp. 5.500 dan nilai : Rp 18.550 (Golongan IV)
WTP rata–rata adalah sebesar Rp. 4.000. Dengan : Rp 22.260 (Golongan V)
demikian apabila tarif berbasis 70 % BKBOK dikenakan 11. Indikator kelayakan : NPV, IRR, PI dan Payback
maka kurang layak karena diatas nilai ATP rata–rata. : Periode
M. Kisaran Tarif
Dari hasil analisis BKBOK dan ATP/WTP maka O. Pembuatan Cash Flow
dapat ditentukan batas–batas tarif yang boleh dikenakan Secara sederhana, arus kas (Cash flow) dibedakan
kepada pengguna jalan . Batas tersebut adalah : menjadi arus kas positif yang berasal dari pendapatan tarif
Tarif < 70 % BKBOK tol dan pendapatan lain jika ada, serta arus kas negatif
WTP < Tarif < ATP yang berasal dari pengeluaran – pengeluaran seperti biaya
Berikut ini adalah ilustrasi kisaran tarif tol berdarkan operasi dan pemeliharaan, pengembalian pinjaman dan
data survei adalah: sebagainya.
Dari proyeksi arus kas ini pula dapat diketahui
kelayakan finansial jalan tol menggunakan indikator –
indikator sebagai berikut:
NPV (Net Present Value)
IRR (Internal Rate Of Return)
PI (Profitability Index)
PP (Payback Period)
11
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
dari masing – masing skenario tarif tol. Keuntungan PCI menghasilkan batas atas 70% BKBOK sebagai
terbesar diperoleh dari pemakaian tarif resmi, hal ini dasar penentuan tarif, yakni Rp. 689 /km untuk
disebabkan tarif tol resmi lebih besar dibandingkan tarif golongan I, Rp. 1.034/km untuk golongan II, Rp.
lain. 1.379/km untuk golongan III, Rp. 1.724/km untuk
golongan IV, dan Rp. 2.068 untuk golongan V.
Tabel 14. Ringkasan Hasil Perhitungan Kelayakan Finansial Hasil analisis ATP/WTP rata-rata kendaraan golongan
Tarif IRR PI Kelayakan I dari survei kuesioner di lapangan adalah Rp 452/km
NPV (Rp) (%) PP
Tol (Thn) Finansial untuk ATP dan Rp. 329/km untuk WTP.
Tarif
2.032.151.991. Hasil uji kelayakan finansial tarif ATP adalah NPV
Tol 10,75 5,5 19 Layak
Resmi
127,00 Rp. 887.922.776.846, IRR 9,05%, PI 4,1 dan Payback
Tarif Periode 20,6 tahun. Sedangkan uji kelayakan finansial
Data 70 tarif WTP tidak layak karena nilai NPV Rp.
1.954.407.167.
%
075,12
10,65 5,4 19 Layak – 5.941.119.233.
BKBO
K
Hasil uji kelayakan finansial tarif 70 BKBOK adalah
Tarif NPV Rp 1.954.407.167.075, IRR 10,65%, PI 5,4 dan
Data 887.922.776.84 Payback Periode 18,7 tahun dan untuk pemasukan
9,05 4,1 21 Layak
50% 6,76 finansial yang paling besar yaitu pada hasil uji
ATP kelayakan untuk tarif resmi yaitu NPV Rp.
Tarif
Data 50
5.941.119.233,
7,38 3 23
Tidak 2.032.151.991.127, IRR 10,75%, PI 5,5 dan Payback
91 Layak Periode 18,6 tahun.
% WTP
12
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
David Marhutala Samosir 1, Agus Taufik Mulyono2, Nikolaus Ambrosius Gai Botha3
1
Teknik Jalan dan Jembatan Muda, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat
E-mail: singkongkeju07@gmail.com
2
Magister Sistem dan Teknik Transportasi, DTSL, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
E-mail: studio.mudal32@gmail.com
3
Teknik Jalan dan Jembatan Madya, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat
E-mail: klaus_0512@yahoo.com
Abstrak. Penelitian ini menghasilkan biaya penanganan jalan berdasarkan analisis nilai kerataan permukaan dan
lendutan perkerasan terhadap program pendanaan proyek pemeliharaan jalan nasional. Kondisi fungsional diwakili nilai
International Roughness Index (IRI) dan kondisi struktural diwakili nilai lendutan dan modulus elastisitas. Hasil
penelitian menunjukkan penentuan kondisi jalan yang umumnya dilakukan hanya berdasarkan kondisi fungsional tanpa
menganalisis kondisi struktural perkerasan, akan menghasilkan biaya penanganan yang lebih murah namun tidak efektif
dan kurang tepat sasaran penanganan, sehingga jalan tidak mampu melayani dengan baik sebelum mencapai umur
layanan. Ruas jalan nasional Asam Asam – Kintab sebagai lokasi studi kasus dalam penelitian ini memiliki nilai IRI
baik namun tidak mencerminkan kondisi yang sama pada lapisan perkerasan di bawahnya, demikian pula sebaliknya.
Penelitian ini merekomendasi penentuan kondisi suatu ruas jalan seyogyanya berdasarkan kombinasi nilai IRI dan nilai
lendutan untuk menghasilkan biaya penanganan jalan yang lebih akurat dan efektif.
Kata kunci: biaya pemeliharaan jalan, modulus elastisitas, nilai kerataan permukaan, nilai lendutan
13
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
pemeliharaan rutin. Kedua kondisi tersebut dapat pada tahun 2006 di South Africa, dan penentuan nilai
terjadi bersamaan/mendahului dengan atau tanpa saling modulus menggunakan perhitungan balik/ back
mempengaruhi. calculation dengan software ELMOD versi 6.
(Amador-Jimenez, dkk, 2009), melalui jurnal Roads
Performance Modeling and Management System from B. Penentuan Kondisi Jalan Berdasarkan Hasil Uji
Two Condition Data Points: Case Study of Costa Rica Kerataan Permukaan dan Lendutan
menyatakan bahwa penentuan pavement condition
Penentuan jenis kondisi dan program pemeliharaan
index (PCI) dari suatu jalan dapat disederhanakan
jalan berdasarkan analisis nilai kerataan permukaan
hanya dari nilai lendutan FWD dan nilai kerataan
(IRI) dapat dilihat pada Tabel 1, kriteria jenis kondisi
permukaan (IRI).
dan rekomendasi penanganan jalan berdasarkan analisis
nilai lendutan dengan metode deflection bowl dapat
II. LANDASAN TEORI dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3, dan kriteria jenis
A. Kondisi Fungsional dan Struktural Jalan kondisi dan rekomendasi penanganan jalan berdasarkan
analisis nilai modulus elastisitas dengan metode
Evaluasi fungsional berfungsi untuk mengetahui backcalculation software ELMOD versi 6 dapat dilihat
dampak yang langsung dirasakan oleh pengguna jalan. pada Tabel 4.
Parameter yang berhubungan dengan kondisi
fungsional adalah kekasaran/kerataan (roughness), alur Tabel 1. Penentuan Kondisi dan Rekomendasi Penanganan
(rut depth), dan kekesatan (skid resistance). Sedangkan Jalan Berdasarkan Nilai IRI
evaluasi struktural berfungsi untuk mengetahui No. Nilai IRI Rekomendasi
Nilai IRI(*)
kemampuan perkerasan guna mendukung repetisi (m/km)(*) Penanganan
1. <4 Baik (B) Pemel. Rutin Kondisi
beban lalu lintas kendaraan selama umur rencana.
Dalam menentukan kondisi fungsional jalan 2. 4–8 Sedang (S) Rehab. Minor
3. 8 - 12 Rusak Ringan (RR) Rehab. Mayor
digunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
4. > 12 Rusak Berat (RB) Rekonstruksi
13/PRT/M/2011 tentang Tata Cara Pemeliharaan dan ( )
* Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
Penilikan Jalan. Penentuan kondisi struktural jalan 13/PRT/M/2011, 2011
digunakan metode pendekatan nilai lendutan yaitu
deflection bowl yang digunakan oleh Horak dan Emery
Tabel 2. Kriteria Jenis Kondisi dan Rekomendasi Penanganan Jalan Berdasarkan Nilai Lendutan Metode Deflection Bowl
Lapis Tanah
Lapis Permukaan Lapis Pondasi Atas Lapis Pondasi Bawah Rekomendasi
No. Dasar
(R0C) (BLI) (MLI) Penanganan
(LLI)
1. Sound Sound Sound Sound Pemel. Rutin Kondisi
2. Warning/Severe Sound Sound Sound Rehab. Minor
3. Sound/Warning/Severe Warning/Severe Sound Sound Rehab. Minor
4. Sound/Warning/Severe Sound/Warning/Severe Warning/ Severe Sound Rehab. Mayor
5. Sound/Warning/Severe Sound/Warning/Severe Sound/ Warning/Severe Warning/Severe Rekonstruksi
Sumber : Horak dan Emery, 2006
14
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tabel 4. Kriteria Jenis Kondisi dan Rekomendasi nanganan Jalan Berdasarkan Nilai Modulus Elastisitas Analisis ELMOD Versi 6
Lapis Tanah
Lapis Permukaan Lapis Pondasi Atas Lapis Pondasi Bawah Rekomendasi
No. Dasar
(R0C) (BLI) (MLI) Penanganan
(LLI)
1. Sound Sound Sound Sound Pemel. Rutin Kondisi
2. Warning/ Severe Sound Sound Sound Rehab. Minor
3. Sound/ Warning/ Severe Warning/ Severe Sound Sound Rehab. Minor
4. Sound/ Warning/ Severe Sound/ Warning/Severe Warning/ Severe Sound Rehab. Mayor
5. Sound/ Warning/ Severe Sound/ Warning/Severe Sound/ Warning/Severe Warning/Severe Rekonstruksi
Catatan : Nilai E backcalculation > 95% E awal = Sound; Nilai E backcalculation 50% - 95% E awal = Warning;
Nilai E backcalculation < 50% E awal = Severe
Sumber : Prabowo, 2016
RB/Rekon
RR/R.May
S/R.Min
B/PRK
15
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
16
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
E. Analisis Jenis Kondisi dan Rekomendasi penanganan rehabilitasi minor 16%, penanganan
Penanganan Jalan Berdasarkan Kombinasi Nilai rehabilitasi mayor 6%, dan penanganan rekonstruksi
Kerataan Permukaan (IRI) dan Nilai Modulus 1%.
Elastisitas (E) Jika ditinjau dari hasil analisis nilai lendutan
berdasarkan metode deflection bowl pada ruas jalan
Pada tahapan analisis kombinasi ini, rating kondisi
tersebut didapatkan kondisi jalan mantap hanya 14%
setiap segmen berdasarkan nilai IRI disanding dengan
sisanya 86% dengan kondisi jalan rusak ringan dan
rating kondisi setiap segmen berdasarkan nilai modulus
rusak berat, sehingga jenis penanganannya lebih
elastisitas. Dari hasil analisis penentuan jenis kondisi
banyak rehabilitasi mayor dan rekonstruksi.
dan rekomendasi pemeliharaan sebagaimana
Jika ditinjau dari hasil hasil analisis kombinasi nilai
ditunjukkan pada Gambar 6, dapat dihitung persentase
IRI dan nilai lendutan pada ruas jalan tersebut
kondisi dan rekomendasi pemeliharaan yang terdapat
didapatkan 12% kondisi jalan baik dan membutuhkan
pada ruas jalan Asam Asam – Kintab berdasarkan
jenis penanganan pemeliharaan rutin kondisi, 2%
kombinasi nilai IRI dan nilai modulus elastisitas. Hasil
kondisi jalan sedang dan membutuhkan penanganan
yang didapat adalah ruas jalan tersebut memerlukan
rehabilitasi minor, 52% kondisi jalan rusak ringan dan
penanganan pemeliharaan rutin kondisi (PRK) sebesar
membutuhkan penanganan rehabilitasi mayor, dan 34%
13,0%, rehabilitasi minor (R.Min) sebesar 38,0%,
kondisi jalan rusak berat dan membutuhkan
rehabilitasi mayor (R.May) sebesar 11,0%, dan
penanganan rekonstruksi.
rekonstruksi (Rekon) sebesar 38,0%.
Pada penelitian ini data ketebalan lapisan
perkerasan existing tidak terpenuhi untuk tiap segmen,
sehingga penulis tidak merekomendasikan hasil
RB/Rekon pemetaan analisis kombinasi nilai IRI dan E. Hal ini
disebabkan nilai modulus elastisitas hasil
RR/R.May backcalculation software ELMOD versi 6 sangat
S/R.Min
bergantung terhadap data ketebalan tiap lapisan,
temperatur permukaan, dan temperatur udara. Apabila
B/PRK data ketebalan tiap lapisan masing – masing segmen
yang digunakan pada tiap lapisan tidak diketahui
dengan benar, maka nilai modulus elastisitas hasil dari
perhitungan balik tidak akan akurat dan tidak
Gambar 6. Analisis Grafis Indeks Jenis Kondisi dan representatif terhadap kondisi sebenarnya. Oleh karena
Rekomendasi Pemeliharaan Ruas Jalan Asam Asam - Kintab
itu melalui penelitian ini penulis merekomendasikan
Berdasarkan Kombinasi Nilai IRI dan Modulus Elastisitas
penentuan jenis kondisi dan penanganan pemeliharaan
jalan dengan metode analisis kombinasi nilai IRI dan
F. Perbandingan antara Evaluasi Fungsional
nilai lendutan.
dengan Evaluasi Struktural
Tahapan selanjutnya adalah melakukan evaluasi G. Perbandingan Kondisi, Rekomendasi, dan Biaya
terhadap 5 (lima) hasil analisis yang telah didapatkan. Penanganan Pemeliharaan Jalan Berdasarkan
Rekapitulasi hasil analisis jenis kondisi dan Evaluasi Fungsional dan Evaluasi Struktural
rekomendasi penanganan masing – masing metode
Tahapan akhir dari penelitian ini adalah
dapat dilihat pada Tabel 5.
membandingkan biaya penanganan pemeliharaan jalan
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Analisis Jenis Kondisi dan tiap segmen berdasarkan analisis nilai kerataan
Rekomendasi Penanganan permukaan (IRI), nilai lendutan, nilai modulus, maupun
kombinasi nilai IRI dan nilai lendutan. Program
pendanaan proyek pemeliharaan jalan nasional
diilustrasikan dengan berdasarkan nilai IRI.
Tujuan dari perbandingan biaya ini adalah untuk
mengetahui besaran biaya penanganan yang dibutuhkan
pada tiap segmen ruas jalan yang diteliti berdasarkan
masing – masing analisis penentuan kondisi dan jenis
Dari data yang disajikan pada Tabel 5, dapat dilihat penanganan yang berbeda – beda hasilnya pada
perbedaan hasil dari masing – masing analisis dalam penjelasan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan
penentuan kondisi maupun rekomendasi penanganan biaya preservasi jalan nasional per km Tahun 2015
pemeliharaan pada ruas jalan Asam Asam – Kintab yang didapat dari P2JN Provinsi Kalimantan Selatan
(007) sepanjang 20 km. sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6. Biaya yang
Berdasarkan pemetaan nilai IRI dengan metode digunakan tidak mengikat/ menentukan perhitungan
Bina Marga didapatkan kondisi jalan mantap sebesar biaya yang sebenarnya, karena berapa pun biaya
93% dan kondisi tidak mantap 7%, sehingga pada ruas penanganan per km yang diinputkan ke dalam tahapan
jalan tersebut jenis penanganan yang dibutuhkan adalah evaluasi ini tetap menghasilkan jenis penanganan yang
penanganan pemeliharaan rutin kondisi sebanyak 77%, sama.
17
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 6. HPS per km Preservasi Jalan Nasional Ruas Jalan
Nasional Asam Asam – Kintab (007) Amador-Jimenez, L. E., S. M. ASCE, dan Mrawira, D.,
2009, Roads Performance Modeling and
Harga Perkiraan Sendiri
Management System from Two Condition Data
No Jenis Penanganan (HPS)
(Rupiah) Points: Case Study of Costa Rica, Journal of
1 Pemeliharaan Rutin Transportation Engineering © ASCE.
207.662.000,- Horak, E., dan Emery, S., 2006, Falling Weight
Kondisi
2 Rehabilitasi Minor 1.973.016.000,- Deflectometer Bowl Parameters As Analysis
3 Rehabilitasi Mayor 4.359.849.000,- Tool For Pavement Structural Evaluations,
4 Rekonstruksi 6.357.764.000,- 22nd ARRB Conference, Canberra.
Sumber : P2JN Kalimantan Selatan, 2015 Kementerian Pekerjaan Umum, 2011, Peraturan
Menteri Nomor 13 /PRT/M/2011 tentang Tata
Penyajian data dibuat dalam bentuk strip map agar Cara Pemeliharaan dan Penilikan Jalan,
secara umum mudah dipahami dan dihitung baik secara Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta.
segmentasi maupun keseluruhan ruas jalan Prabowo, D. R., 2016, Program Pemeliharaan Jalan
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7. Nasional Berdasarkan Nilai Kerataan
Hasil akhir dari penelitian ini adalah melihat efektivitas Permukaan, Nilai Lendutan dan Nilai Modulus
pendanaan penanganan per segmen maupun secara Elastisitas Perkerasan, Universitas Gadjah
keseluruhan ruas jalan tersebut, di mana efektivitas Mada, Yogyakarta.
ditunjukkan dari selisih nilai rupiah program pendanaan P2JN Provinsi Kalimantan Selatan, 2015, Daftar
versi proyek (berdasarkan kondisi nilai IRI) dikurang Kuantitas Dan Harga Pekerjaan Preservasi
dengan rupiah penanganan versi analisis (berdasarkan Rehabilitasi Jalan Nasional Tahun 2015,
kondisi kombinasi nilai IRI dan lendutan). Efektivitas Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
dalam penelitian ini merupakan tingkatan sejauh mana P2JN Provinsi Kalimantan Selatan, 2014, Laporan
penanganan pemeliharaan jalan tepat sasaran tanpa Data Survey Tahun 2014, Banjarmasin,
dipengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan, sehingga bila Kalimantan Selatan.
terdapat rupiah minus (-) pada segmentasi tertentu Robinson, R. & Thagesen, B., 2004, Road Engineering
berarti segmentasi tersebut menunjukkan penanganan for Development, Second Edition, Taylor and
yang tidak efektif sebesar rupiah tertentu. Namun Francis e-Library, London, United Kingdom.
apabila terdapat segmentasi yang memiliki efektivitas
0, berarti penanganan pemeliharaan pada segmentasi
tersebut sudah tepat sasaran.
B. Saran
Setiap Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional/ Balai
Pelaksanaan Jalan Nasional/ P2JN sebaiknya memiliki
biaya uji mutu dan peralatan uji mutu nilai lendutan
dan nilai modulus elastisitas perkerasan jalan agar
dapat dijadikan rujukkan untuk menetapkan
penanganan rehabilitasi/ rekonstruksi jalan.
18
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Kondisi Penanganan
Baik (B) Pemel. Rutin Kondisi (PRK)
Sedang(S) Rehab. Minor (Rmin)
Rusak Ringan(RR) Rehab. Mayor (Rmay)
Rusak Berat (RB) Rekonstruksi (Rekon)
117+000
117+200
117+400
136+200
136+400
136+600
136+800
Uraian/STA
Kondisi IRI/
S/RMin B/PRK B/PRK B/PRK S/RMin B/PRK B/PRK
Penanganan
Kondisi Lendutan/
RR/RMay RR/RMay B/PRK RR/RMay RR/RMay RR/RMay RR/RMay
Penanganan
Kondisi Modulus/
RB/Rekon S/RMin RB/Rekon RB/Rekon RB/Rekon B/PRK RB/Rekon
Penanganan
Kondisi
Gabungan IRI &
RR/RMay RR/RMay B/PRK RR/RMay RR/RMay RR/RMay RR/RMay
Lendutan/
Penanganan
Rupiah
Penanganan
Kondisi Gabungan 871.969,80 871.969,80 41.532,40 871.969,80 871.969,80 871.969,80 871.969,80
IRI & Lendutan
(Rpx1000)
Rupiah Program
Pendanaan Proyek 394.603,20 41.532,40 41.532,40 41.532,40 394.603,20 41.532,40 41.532,40
(Rpx1000)
Selisih
(Efektivitas) -477.366,60 -830.437,40 0,00 -830.437,40 -477.366,60 -830.437,40 -830.437,40
(Rpx1000)
Gambar 7. Stripmap Pendanaan Proyek Pemeliharaan Ruas Jalan Nasional Asam Asam – Kintab (007) Km 117+000 s.d Km
137+000
19
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung, Bandung
Email: onodarp@gmail.com
Abstrak. Sejak tahun 2009, program preservasi fund telah tercantum dalam undang-undang lalulintas dan angkutan
jalan, namun tidak bisa diimplementasikan. Penelitian ini berisi uraian mengapa preservasi fund tidak dapat
dilaksanakan dan usulan infrastruktur kebijakan yang perlu disiapkan agar program preservasi dapat dilaksanakan.
Metodologi penelitian yang dilakukan adalah wawancara dengan para stakeholder dari pemerintah yang terkait
langsung dengan program pemeliharaan jalan dan kajian literatur akan regulasi maupun studi-studi sejenis. Kriteria
analisis adalah regulasi, pergerakan menerus, disparitas, dan tugas pemograman dan terdapat 3 skenario yang dianalisa.
Skenario 1 yaitu diimplentasikan di pulau (badan daerah yang mengelola seluruh jalan yang berada dalam pulau);
skenario 2 yaitu diimplementasikan di provinsi (badan daerah yang mengelola seluruh jalan yang berada di wilayah
provinsi); dan skenario 3 yaitu diimplementasikan di provinsi dan nasional (badan daerah mengelola jalan provinsi,
kabupaten/kota dan badan nasional yang mengelola jalan nasional). Hasil penelitian menunjukkan skenario 3 adalah
yang paling mungkin dilaksanakan, dibutuhkan minimal peraturan pemerintah dan peraturan presiden agar program ini
dapat dilaksanakan. Dana preservasi dikelola oleh Badan Layanan Umum Daerah yang bertugas untuk membuat
anggaran dan program pemeliharaan jalan Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Badan Layanan Umum Nasional yang
bertugas untuk membuat anggaran dan program pemeliharaan jalan Nasional.
Abstract. Since 2009, the preservation fund program has been included in road and road transport laws, but can not be
implemented. This study contains a description of why the preservation fund can not be implemented and the proposed
policy infrastructure that needs to be prepared so that the preservation program can be implemented. The research
methodology is interview with government stakeholders directly related to road maintenance program and literature
review on regulation and similar studies. Criteria analysis is regulation, through traffic, disparity, and programming
tasks and there are 3 scenarios analyzed. Scenario 1 is implemented on the island (the new agency manages all roads
within the island); scenario 2 is implemented in the province (the local new agency manages all roads in the province);
and scenario 3 is implemented in provinces and national (the new local agency manage provincial, district / city roads
and national agencies managing national roads). The results show that scenario 3 is the most likely to be implemented,
it takes at least government regulation and presidential regulation so that this program can be implemented. The
preservation fund was administered by the Province Public Service Agency tasked with preparing the provincial, district
and city road and maintenance programs and budgeting, and The National Public Service Agency is responsible for
drafting the national road maintenance budget and program.
20
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Undang Dasar 1945; Ketetapan Majelis pembangunan dan pemeliharaan jalan di model 1
Permusyawaratan Rakyat; Undang-Undang atau sangat tergantung pada kebutuhan tiap sektor seperti
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; kesehatan, pendidikan, gaji pegawai negeri dan lainnya.
Peraturan Pemerintah; Peraturan Presiden; Peraturan Transparansi antara pendapatan ditiap sektor dengan
Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah anggaran yang disediakan menjadi alasan diterapkanya
Kabupaten/Kota. Urutan ini menunjukkan urutan model ke 2 (Kunz, 2009). Anggaran khusus untuk
kekuatan hukum peraturan perundang-undangan. pembiayaan publik pertama kali diusulkan oleh
Buchanan pada tahun 1963, kemudian teori
Meskipun secara hirarki Undang-undang yang telah
dikembangkan untuk sektor jalan oleh Ian Heggie dan
ada sudah kuat, namun belum dapat dilaksanakan
Vickers pada tahun 1990’an. Teorinya dikenal dengan
karena belum terdapat penjelasan secara detail apa
istilah Road Fund.
jenis sumber pendapatan dari pengguna jalan yang
Terdapat dua generasi penerapan Road Fund,
dapat digunakan sebagai dana preservasi jalan, siapa
generasi pertama yaitu alokasi dana berasal dari
yang mengelola, apa tugas pengelola dana preservasi
pendapatan pajak yang terkait dengan pengguna jalan
jalan, bagaimana hubungannya dengan otoritas jalan
(earmarked tax) dan generasi kedua yaitu alokasi dana
yang sudah ada dan banyak lain. Semua penjelasan
berasal dari semua pendapatan yang terkait dengan
yang dibutuhkan ini diperlukan sebagai materi
pengguna jalan (Gultom, 2017). Pemanfaatan Road
penyusun perundangan di bawah Undang-undang
Fund bermacam-macam, ada yang digunakan sebagai
sesuai urutan hirarki perundangan (UU RI No. 12
dana pemeliharaan jalan, ada yang digunakan sebagai
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
dana pemeliharaan jalan dan pembangunan jalan baru,
Perundang-Undangan).
ada yang digunakan sebagai dana pemeliharaan jalan,
dana pembangunan jalan dan keselamatan pengguna
1. Tujuan Penelitian
jalan, dan ada juga digunakan untuk pembangunan
Tujuan dari penelitian adalah mengidentifikasi
prasarana moda transportasi massa (Heggie dan
kebutuhan regulasi agar program preservasi jalan dapat
Vickers, 1998). Road Fund dikelola dengan prinsip
dilaksanakan.
mendekatkan pengelolaan jalan ke mekanisme pasar.
Pengelola dana adalah suatu badan independen yang
2. Batasan Penelitian
berada di bawah kementerian induk yang terkait
Analisis dilakukan dengan mempertimbangkan 4
dengan jalan, badan ini memiliki jalur dan kontrol
(empat) kriteria yaitu regulasi, disparitas, through
terhadap dana perencanaan pelaksanaan dan
traffic dan fungsi otoritas pengelola dana preservasi.
pengawasan pekerjaan jalan.
Road Fund dimanfaatkan sesuai skala program
II. METODOLOGI prioritas yang dibuat pengelola dana. Prioritas
penggunaan awal adalah sebagai dana pemeliharaan
Metodologi yang digunakan adalah kajian literatur jalan, jika kemantapan jalan telah tercapai, maka Road
dan focus group discussion (FGD) digunakan untuk Fund dapat dimanfaatkan ke program yang terkait
validasi hasil analisis. dengan jalan seperti pembangunan (contoh di Negara
Terdapat 3 (tiga) skenario implementaasi preservasi Jepang) dan keselamatan pengguna jalan (contoh di
fund yang dianalisis, yaitu pertama preservasi fund Selandia Baru dan Amerika Serikat).
diimplementasikan untuk seluruh jaringan jalan yang Terdapat empat aktor di sektor jalan dan klasifikasi
terdapat didalam satu pulau, dan dikelola oleh badan fungsi jaringan jalan (Talvitie, 2004). Empat aktor
daerah provinsi. Kedua preservasi fund sektor jalan adalah:
diimplementasikan untuk seluruh jaringan yang Owner: entitas yang bertanggung jawab terhadap
terdapat di satu wilayah Provinsi dan dikelola oleh pembiayaan, kebijakan dan peraturan dan
badan daerah provinsi. Ketiga preservasi fund regulasi.
diimplemetasikan untuk jaringan jalan daerah (seluruh Administrator: badan pemilik jalan, bertanggung
jalan provinsi, kabupaten/kota), dikelola oleh badan jawab agar kebijakan dan regulasi efektif dan
daerah provinsi dan untuk jaringan jalan nasional, memastikan kinerja sistem transportasi sesuai
dikelola oleh pemerintah pusat. dengan keinginan Owner.
Manager: entitas yang bertanggung jawab
A. Road Fund terhadap pelaksanaan aktivitas tertentu,
Salah satu pengeluaran Pemerintah adalah pengawasan dan monitoring.
pelayanan sektor publik seperti pembangunan dan Supplier: entitas yang dipilih untuk memberikan
pemeliharaan jalan. Berdasarkan sumber anggaran pelayanan atau melaksanakan pekerjaan. Entitas
pembiayaan terdapat 3 jenis model utama pembiayaan ini dipilih, diawasi dan dikelola oleh manager.
jalan, yaitu; (1). Berasal dari anggaran umum, yaitu
rekening pendapatan yang digunakan untuk semua
anggaran pembiayaan; (2) Berasal dari anggaran
khusus; (3) Berasal dari pembiayaan kerja sama
pemerintah dan swasta. Besaran anggaran untuk
21
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
22 Umbrella Owner 2:
Owner 1:
KRTJ-14 JAKARTA 2018 organization: Local
The Federal Adm The State Government
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
pemerintah pusat dibiayai dari Anggaran Pendapatan Badan pengelola dana dilakukan oleh suatu
dan Belanja Negara (APBN), demikian juga semua BLUD milik provinsi.
pengeluaran daerah dibiayai oleh Anggaran Pendapatan 3. Skenario 3, diimpelentasi di tiap Provinsi, dimana
dan Belanja Daerah (APBD) (UU No.1 Tahun 2004 pendapatan eamarked PKB dan PBBKB
tentang Perbendaharaan Negara). Dari proses digunakan untuk pemeliharaan jalan seluruh
penyusunan anggaran dibulan April hingga persetujuan jaringan jalan daerah dan earmarked PPnBm
anggaran di Dewan Perwakilan Rakyat (Pusat dan untuk jaringan jalan Nasional dan subsidi ke
Daerah) paling tidak membutuhkan waktu 8 bulan jaringan jalan daerah. Badan pengelola dana
(Gultom, 2017). Kegiatan penganggaran dilakukan dilakukan oleh suatu BLUD milik provinsi dan
instansi penyelenggara jalan (Kementerian Pekerjaan Badan Layanan Umum Nasional (BLUN).
Umum dan Dinas Pekerjaan Umum di Daerah) dimulai Beberapa kriteria ditentukan untuk mengevalusi 3
sejak survey kondisi jalan dilakukan yaitu dibulan kemungkinan skenario yang dilakukan, yaitu:
April, kemudian diestimasi kebutuhan biaya, 1. Regulasi
dilanjutkan dengan rencana kerja program 2. Pergerakan menerus antar wilayah pengelolaan
pemeliharaan. dana
Rencana kerja dibahas beberapa tahap yang 3. Disparitas potensi pendapatan, wilayah,
melibatkan penyelenggara jalan teknis (Pekerjaan kewenangan panjang jalan
Umum), eksekutif dari perencana daerah dan legislatif 4. Pelaksanaan tugas sebagai penyelenggara jalan
sebelum kemudian diputuskan paling lambat di bulan khusus di tahap pemograman.
Desember. Proses ini tidak baik untuk kegiatan
pemeliharaan jalan, terdapat penundaan minimal 8 III. ANALISIS
bulan sejak jalan diketahui kondisinya dalam keadaan Bagian ini menjelaskan analisa ketiga skenario
rusak. Akibat penundaan ini dapat berakibat kenaikkan terhadap kriteria yang telah ditetapkan. Berikut
total biaya pemeliharaan jalan hingga 261% (Gultom, pembahasannya.
2017).
A. Skenario 1
4. Usulan Preservasi Fund Di Indonesia Skenario 1, yaitu model pembiayaan dari eamarked
Mengantisipasi proses penganggaran dan PKB, PBBKB dan PPnBM digunakan untuk
ketersediaan dalam jumlah yang pasti tanpa pemeliharaan seluruh jaringan jalan yang terdapat pada
dipengaruhi kebutuhan anggaran sektor lain serta satu pulau. Tugas Badan Layanan Umum Daerah
melaksanakan amanat yang sudah terdapat didalam pengelola dana pemeliharaan jalan adalah menyusun
Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas anggaran dan membuat program pemeliharaan jalan.
dan angkutan darat, diusulkan model pembiayaan Badan pengelola dana direncanakan sebagai milik
pemeliharaan jalan dari earmarked tax (Gultom, 2017). pemerintah provinsi (bersama) yang berada di pulau
Pada penelitianya Gultom, 2017, diusulkan Pajak tersebut.
Kendaraan Bermotor (PKB), Pajak Bahan Bakar Skenario ini memiliki keuntungan yaitu dapat
Kendaraan Bermotor (PBBKB) dan Pajak Penerimaan diabaikan terjadinya pergerakan menerus kendaraan
Bea Masuk Kendaraan Bermotor (PPnBM). PKB dan dari luar wilayah. Pada Pulau Sumatera, berdasarkan
PBBKB merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi ATTN 2011, diketahui pergerakan eksternal
untuk memungut, minimal 70% dari total pendapatan (orang/tahun untuk semua moda transportasi) adalah ±
PKB menjadi milik Pemerintah Provinsi dan sisanya 2,2% sedangkan di Pulau Jawa diketahui sebesar ±
dibagi rata ke semua pemerintahan Kabuptaen/Kota, 9,6%.
dan minimal 70% dari pendapatan PBBKB menjadi Implementasi preservasi fund untuk skenario 1 akan
milik Pemerintah Kabupaten/Kota sisanya untuk memberikan potensi yang besar dan kelonggaran bagi
Pemerintahan Provinsi (UU No. 28 Tahun 2009 tentang badan pengelola dana untuk menyusun program kerja
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah). pemeliharaan jalan dengan mempertimbangkan kinerja
Terdapat tiga kemungkinan model pembiayaan ini jaringan di suatu Pulau. Pemilihan prioritas penanganan
dapat diimplementasikan, yaitu: jalan akan memperhatikan kinerja dari suatu Pusat
1. Skenario 1, diimplementasi di suatu pulau tertutup Kegiatan Lokal di Desa hingga Pusat Kegiatan
seperti Bali, Jawa, Kalimantan, Sulawesai, Nasional. Disparitas potensi pendapatan antar wilayah
Sumatera, dimana pendapatan earmarked PKB, pemerintah, panjang jalan dan luas wilayah dapat
PBBKB dan PPnBM digunakan untuk dihindari. Skenario 1 menugaskan BLUD untuk
pemeliharaan seluruh jaringan jalan yang berada menyusun anggaran dan program pemeliharaan bukan
di seluruh Pulau. Pengelola dana dilakukan oleh hanya untuk jalan daerah, tetapi juga jalan nasional.
suatu Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Hal ini tidak sesuai dengan PP No. 34 Tahun 2006
milik provinsi. tentang Jalan di pasal 1 dan pasal 59, pemerintah
2. Skenario 2, diimplementasi di tiap Provinsi, Daerah tidak diberi kewenangan untuk melakukan
dimana pendapatan earmarked PKB, PBBKB dan kegiatan pemograman dan menyusun anggaran.
PPnBM digunakan untuk pemeliharaan seluruh Pada pulau yang multi provinsi, maka dibutuhkan
jaringan jalan yang berada di seluruh Provinsi. suatu regulasi bersama antar provinsi agar ada
23
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
penjelasan tugas pengumpulan earmarked PKB dan pendapatan dengan menerapkan suatu tarif tertentu
PBBKB serta kriteria alokasi dana pemeliharaan jalan untuk setiap kendaraan yang melintas dari luar wilayah.
yang bukan hanya mempertimbangkan besar kecil Namun keniscayaan untuk dapat menutup semua pintu
jumlah pendapatan earmarked tax. Menghindari hal ini masuk pergerakaan menerus. Akan timbul masalah
diperlukan pejabat setingkat Gubernur atau Pejabat siapa yang menanggung biaya pemeliharaan jaringan
Daerah dari wakil Pemerintah. Persoalan lainnya jalan disekitar perbatasan antar provinsi dan siapa yang
adalah kepemilikan aset Badan Daerah yang dibentuk. akan memungut dan siapa yang berhak untuk
Kekayaan BLU merupakan kekayaan negara/daerah memungut. Dahulu ada suatu pungutan untuk jalan
yang tidak dapat dipisahkan dan pembinaannya nasional, namun sifatnya untuk kelebihan muatan.
dilakukan oleh pemerintah pusat atau pemerintah Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2015
daerah (UU No. 1 Tahun 2004 pasal 68-69). Pada kasus tentang Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)
multi provinsi maka tidak mungkin dapat memisahkan pungutan kelebihan muatan sudah tidak diatur lagi
kekayaan BLUD yang dimiliki bersama (Survey, sebagai PNBP. Potensi PNBP secara nominal besar,
2015). Selain itu, BLU hanya dapat menerima meski, jumlah kendaraan yang berkategori kendaraan
pendapatan dari masyarakat, badan lain dan barang (termasuk pick up) diseluruh Indonesia adalah
APBN/APBD (PP No. 74 Tahun 2012 pasal 10). 5,6% (BPS, 2013), namun sudah menjadi rahasia
Sehingga BLUD tidak dapat menerima earmarked umum sering terjadi pungutan yang dilakukan oknum
PPnBM melalui APBN. terhadap kendaraan barang. Disparitas kemampuan
Implementasi skenario 1 membutuhkan beberapa potensi pendapatan earmarked antar provinsi akan
perubahan dan penambahan regulasi, yaitu: terjadi. Program pemeliharaan jalan akan lebih fokus
1. Undang-undang No. 38 tahun 2004 tentang jalan pada perbaikan kondis jaringan jalan yang ada di
dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 34 Tahun 2006, wilayahnya, sementara tidak setiap daerah dapat
pasal 59 ayat 1, agar wewenang penganggaran menjadi pusat kegiatan yang memenuhi kebutuhan di
dan pemograman pemeliharaan jalan Nasional, provinsi tersebut. Contohnya di Provinsi DKI Jakarta,
provinsi dan kabupaten/kota dapat dilaksanakan pemenuhan kebutuhan sayur mayur dan kebutuhan
oleh Badan Layanan Umum Daerah yang bertugas pangan lainnya dikirim dari luar wilayahnya.
sebagai pengelola dana preservasi di dalam satu Kemampuan fiskal DKI yang besar, namun jaringan
pulau. jalan yang menjadi kewenangan lebih pendek daripada
2. perlu ada perubahan UU No. 1 Tahun 2004, pasal kewenangan provinsi Jawa Barat. Dampaknya, jaringan
68 yang memungkinkan BLUD tersebut milik jalan dalam kota DKI lebih baik kondisinya, sedangkan
bersama jaringan jalan dari pusat kegiatan lokal Jawa Barat,
3. Undang-undang No. 1 Tahun 2004 dan PP No. 23 seperti pertanian atau perkebunan yang berada wilayah
Tahun 2005 tentang pengelolaan Badan Layanan Subang, Bogor, Purwakarta, yang berbatasan ke
Umum, agar BLUD diperbolehkan untuk menerima provinsi DKI Jakarta tidak semua dapat terpelihara
anggaran yang bersumber dari APBD dan APBN dengan baik.
dengan kriteria dan syarat-syarat tertentu. Persoalan kerusakan jalan akibat through traffic dan
4. Peraturan Presiden tentang penghimpunan Dana disparitas dapat diatasi apabila BLUD diperboleh
Preservasi dari pengguna jalan mendapatkan subsidi dari Pemerintah melalui sumber
5. SK Menteri Keuangan tentang penjabaran dana earmaked PPnBM. Pendapatan subsidi ini dapat
organisasi dan tata kerja BLUD dana pemeliharaan ditransfer ke rekening BLUD di APBD seperti skema
jalan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang saat ini berlaku.
6. Dimasa mendatang dibutuhkan sumber pendapatan Perlu diatur kriteria-kriteria yang mengatur
yang baru untuk pemerintah provinsi, jika tarif pengalokasian DAK bagi provinsi yang memiliki
PBBKB dan PKB dinaikkan oleh pemerintah sumber pendapatan dana pemeliharaan jalan kurang.
daerah Implementasi skenario 2 membutuhkan beberapa
7. Perda tentang pembentukan BLUD dan perubahan dan penambahan regulasi, yaitu:
pemanfaatan earmarked tax dari PKB dan PBBKB 1. Undang-undang No. 38 tahun 2004 tentang jalan
dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 34 Tahun 2006,
B. Skenario 2 pasal 59 ayat 1, agar wewenang penganggaran
Skenario 2, yaitu model pembiayaan dari eamarked dan pemograman pemeliharaan jalan Nasional,
PKB, PBBKB dan PPnBM digunakan untuk provinsi dan kabupaten/kota dapat dilaksanakan
pemeliharaan seluruh jaringan jalan yang terdapat pada oleh Badan Layanan Umum Daerah yang bertugas
satu provinsi. Tugas Badan Layanan Umum Daerah sebagai pengelola dana preservasi di dalam satu
pengelola dana pemeliharaan jalan adalah menyusun pulau.
anggaran dan membuat program pemeliharaan jalan. 2. Undang-undang No. 1 Tahun 2004 dan PP No. 23
Badan pengelola dana direncanakan sebagai milik Tahun 2005 tentang pengelolaan Badan Layanan
pemerintah provinsi. Umum, agar BLUD diperbolehkan untuk menerima
Permasalahan through traffic (pergerakan menerus) anggaran yang bersumber dari APBD dan APBN
dari luar wilayah antar provinsi tidak bisa dihindari. dengan kriteria dan syarat-syarat tertentu.
Permasalahan ini bisa saja menjadi suatu potensi
24
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
3. Peraturan Presiden tentang penghimpunan Dana adalah lalu lintas menerus. Sebagai contoh, Eropa Barat
Preservasi dari pengguna jalan umumnya terkoneksi satu sama lain. Inggris dan
4. SK Menteri Keuangan tentang penjabaran Perancis terhubung suatu tunel yang bisa dilalui moda
organisasi dan tata kerja BLUD dana pemeliharaan kereta api dan jalan raya untuk angkutan mobil
jalan penumpang dan barang. Inggris, disaat menerapkan
5. Dimasa mendatang dibutuhkan sumber pendapatan Turnpike Trust dan hingga semua pendapatan dari
yang baru untuk pemerintah provinsi, jika tarif pengguna jalan masuk ke rekening umum,
PBBKB dan PKB dinaikkan oleh pemerintah memberlakukan bea masuk untuk setiap kendaraan
daerah barang asing yang masuk ke wilayahnya. Hal ini
6. Perda tentang pembentukan BLUD dan disebabkan, tarif bahan bakar (BBM) di negara
pemanfaatan earmarked tax dari PKB dan PBBKB Perancis lebih murah daripada Inggris. Inggris tidak
ingin jalannya rusak akibat pergerakan kendaraan
C. Skenario 3 barang asing, sementara kendaraa tersebut tidak
Skenario 3, yaitu model pembiayaan dari eamarked membeli bahan bakar di wilayahnya (Acosta dkk,
PKB dan PBBKB digunakan untuk pemeliharaan 2014).
seluruh jaringan jalan daerah yang terdapat di provinsi, Idealnya preservasi fund diterapkan secara nasional
sedangkan eamarked PPnBM digunakan untuk dan dikelola terpusat untuk semua jaringan jalan atau
pemeliharaan jaringan jalan nasional. Di tiap provinsi jaringan jalan tertentu. Kebijakan ini diperlukan untuk
paling tidak terdapat BLUD yang bertugas mengelola menghindari terjadinya variasi kebijakan yang
dana pemeliharaan jalan daerah, dan BLUN yang diterapkan daerah untuk menghindari pergerakan
bertugas mengelola dana pemeliharaan jalan nasional. menerus, defisit anggaran akibat bervariasinya luas dan
Tugas BLUD/N adalah menyusun anggaran dan panjang jalan ditiap wilayah daerah. Seperti yang
membuat program pemeliharaan jalan. terjadi di China, kurang lebih 10 (sepuluh tahun) lalu
Dampak through traffic dan disparitas akan menjadi negara China menjadi satu-satunya negara yang
persoalan yang harus tetap diselesaikan oleh menerapkan dana jalan (road fund) dengan sistem
Pemerintah melalui skema subsidi yang bersumber dari desentralistik. Kebijakan road maintenance fees
earmarked PPnBM (RMFs) yang desentralistik menyebabkan biaya
Yang membedakan dari skenario 1, 2 terhadap transportasi tidak efisien. Tiap daerah memberlakukan
skenario 3 adalah dibentuknya minimal 2 BLU di tiap tarif yang berbeda-beda (Acosta dkk, 2014).
provinsi. Dengan demikian undang-undang no. 38 Menerapakan kebijakan sentralistik untuk
tahun 2004, undang-undang no. 1 tahun 2004 dan pengelolaan jalan di Indonesia adalah hal yang tidak
peraturan pemerintah no. 23 tahun 2005 tidak perlu mungkin lagi bisa dilaksanakan sejak Undang-Undang
dirubah atau diganti. Untuk mengimplementasikan Otonomi Daerah diberlakukan pada Tahun 1999.
skenario 3 dibutuhkan regulasi, yaitu: Diperlukan proses yang panjang untuk dapat membuat
1. Peraturan pemerintah tentang penghimpunan dana suatu undang-undang di Negara Indonesia. Terlebih
preservasi dari pengguna jalan sejak diberlakukannya sistem multi partai, belum ada
2. Peraturan Presiden, Penjelasan lebih rinci dari PP satu partaipun yang meraih 50%+1 suara di parlemen.
tentang penghimpunan dana preservasi dari Payung hukum dana preservasi telah ada, meski
pengguna jalan terkesan di “cangkok” pada tema yang bersinggungan
3. SK Menteri Keuangan tentang pengelolaan BLU yaitu di Undang-undang tentang Lalu Lintas dan
Dana Preservasi jalan nasional dan BLU dana Angkutan Jalan. Agar dapat segera dilaksanakan maka
preservasi jalan daerah sementara waktu dihindari pembentukan undang-
4. SK Menteri tentang perubahan tarif PPnBM undang yang baru, dan hal ini sesuai dengan petunjuk
kendaraan bermotor pada Undang-undang No. 22 Tahun 2009 pasal 31,
5. Perda tentang pembentukan BLUD dan “ketentuan mengenai organisasai dan tata kerja unit
pemanfaatan earmarked tax dari PKB dan pengelola Dana Preservasi Jalan diatur dengan
PBBKB. peraturan Presiden”.
Mempertimbangkan bahan diskusi yang diurai
sebelumnya, maka usulan skenario 3 adalah yang
IV. DISKUSI paling tepat saat ini untuk diimplementasikan.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan,
terdapat beberapa hal yang dapat didiskusikan. B. Model Hubungan Kelembagaan
Pengelolaan dana pemeliharaan jalan (dana
A. Skenario Terpilih preservasi) diusulkan dilakukan oleh BLU. Pemilihan
Jika mencermati posisi geografis negara-negara bentuk usaha ini tidak sepenuhnya betul, namun bentuk
yang menerapkan kebijakan pengumpulan dana jalan usaha ini yang paling tepat. Sesuai dengan UU No. 1
(road fund), untuk pembangunan atau pemeliharaan, Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan
hanya negara Jepang yang berbentuk kepulauan. Semua Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang
negara berbentuk daratan dengan beberapa pulau atau pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, pasal 1
mayoritas satu daratan luas. Hal yang paling dihindari menjelaskan BLU dibentuk untuk memberikan
25
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
26
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
V. PENUTUP
Kementerian Keuangan Penyediaan dana preservasi fund dari pengguna
jalan sudah harus segera dilaksanakan. Persiapan untuk
Subsidi pemerintah Earmarked
pelaksanaan dapat dilakukan pada daerah yang secara
melalui Earmarked PBBKB dan PKB tipikal tertutup dan satu pulau seperti Pulau Bali.
PPnBM Subsidi Pelaksanaan di Pulau Bali dapat menjadi basemark
Pemerintah
Gubernur untuk mengevaluasi program dana preservasi fund.
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa didapat dari penilitian yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
Dinas Pekerjaan BLUD 1. Skenario 3, adalah model pembiayaan preservasi
Umum
fund paling memungkinkan untuk dapat
diimplementasi di Indonesia saat ini.
2. Diidentivikasi terdapat 5 perundangan yang perlu
Pemeliharaan Jalan Pemeliharaan Jalan Pemeliharaan
disiapkan. Jenis perundangan tertinggi adalah
Provinsi Kabupaten Jalan Kota Peraturan Pemerintah.
3. Badan pengelola dana pemeliharaan jalan
(preservasi fund) berbentuk Badan Layanan
Gambar 4. Posisi BLUD di Pemerintah Daerah Umum (BLU), BLU Daerah bertugas untuk
menyusun anggaran dan program pemeliharaan
BLUD bertugas untuk membuat program jalan Provinsi, Kabupaten dan Kota. Sedangkan
pemeliharaan jalan dan menyusun anggaran jalan BLU Nasional bertugas untuk menyusun anggaran
Provinsi, Jalan Kabupaten dan Jalan Kota. dan program pemeliharaan jalan Nasional
Dinas Pekerjaan B. Saran
Umum/Bina Bappeda Dinas
Marga Pendapatan Beberapa saran yang bisa diberikan setelah penelitian
provinsi ini adalah:
Koordinasi
Data kondisi rencana strategis
1. Responden saat penelitian adalah wakil eksekutif
jalan dan nasional/daerah yang terlibat langsung dengan pembiayaan jalan.
kriteria Sebaiknya sebelum implementasi perlu dilakukan
teknis
pemeliharaan
Earmarked diskusi dengan pihak legislatif dan wakil
Estimasi PKB dan
jalan
pendapatan PBBKB kemendagri.
BLUD dll 2. Pelaksanaan jangka pendek, pemerintah dapat
mencoba kebijakan preservasi fund dengan model
Mengajukan skenario 3 di Pulau Bali. Evaluasi dilakukan
subsidi ke setelah program berjalan, hasilnya menjadi
Kemenkeu dari
Rekomendasi Dana Evaluasi earmarked
masukan baru untuk penyempurnaan kebijakan
daftar ruas Cukup pendapatan preservasi secara nasional.
PPnBM Pimpinan
jalan yang dan kebutuhan Daerah
ditangani dana
pada tahun pemeliharaan
ke n jalan DAFTAR PUSTAKA
Acosta, Luis dkk, 2014, “National Funding of Road
Gambar 5. Model hubungan kelembagaan BLUD Infrastructure”, the Law Library of Congress,
Global Research Centre, USA.
Antameng, Max., 2001: “A National Policy Framework
BLUD dimungkinkan untuk menerima dana subsidi For Financing District Road Maintenance in
dari Pemerintah melalui APBD, kemudian dana Indonesia”, Leeds University
tersebut di transfer ke rekening BLUD. Pengajuan dana Gultom, T. H .M., 2017, “Model Pembiayaan
subsidi melalui pimpinan daerah sesuai dengan kriteria Pemeliharaan Jalan di Indonesia dari Earmarked
tertentu. Bila pendapatan earmarked PKB dan PBBKB Tax (Studi Kasus: Pulau Bali)”, Disertasi tidak
mencukupi kebutuhan dana pemeliharaan jalan, maka dipublikasikan, Bandung, Institut Teknologi
daftar program pemeliharaan jalan diserahkan ke DPU Bandung.
untuk dilelangkan. Heggie, Ian G., Piers, Vickers., 1998: “Commercial
BLUD bertugas untuk membuat program Management and Financing of Roads”, World
pemeliharaan jalan dan menyusun anggaran jalan Bank Washington DC.
Provinsi, Jalan Kabupaten dan Jalan Kota. Indonesia Infrastructure Initiative (INDII), 2015:
”Naskah Teknokratik RENSTRA Bina Marga
2015-2019”, Australian Aid
27
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
28
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
PEMBIAYAAN INOVATIF:
SKEMA AVAILABILITY PAYMENT PADA
PENGUSAHAAN JALAN TOL SERANG – PANIMBANG
SEKSI CILELES – PANIMBANG
Slamet Muljono
Anggota HPJI
Badan Pengatur Jalan Tol Kementerian PUPR
E-mail: s.muljono5810@gmail.com; smuljono@pu.go.id
Abstrak. Transportasi di Indonesia mengalami defisit dan kesenjangan yang luar biasa besar dan oleh karenanya
perencanaan pembangunannya tidak dapat dibuat berdasarkan pendekatan linier dan teknokratik semata. Namun juga
diperlukan menggunakan pendekatan non-linier bahkan kalau perlu eksponensial. Kegagalan membangun infrastruktur
transportasi yang maju dan modern akan membawa implikasi yang tidak menguntungkan bagi perekonomian
mendatang. Ruang fiskal untuk investasi transportasi sangat sempit dan akan tetap seperti itu untuk 5 tahun kedepan.
Dengan ruang fiskal yang sempit, creative financing atau pembiayaan inovative seperti dengan skema Availability
Payment (AP) atau Performance Based Annuity Scheme (PBAS) menjadi pilihan pembiayaan pengusahaan jalan tol
Serang – Panimbang seksi Cileles – Panimbang. Pemilihan strategi pembiayaan pengusahaan jalan tol tersebut telah
memenuhi kriteria untuk skema Availability Payment. Pembiayaan pengusahaan jalan tol Serang – Panimbang seksi
Cileles – Panimbang merupakan yang pertama kali di lakukan dengan skema AP untuk jalan tol di Indonesia.
Kata kunci: linier, non-liner, ruang fiskal, investasi transportasi, pembiayaan inovatif, Availability Payment
29
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
30
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Pembangunan jalan tol sepanjang 83,6 km ini Skema Konsesi Jalan Tol Serang – Panimbang,
bertujuan untuk menyediakan akses ke Kawasan sebagaimana Gambar 5 berikut:
Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung dan Taman
Nasional Ujung Kulon. Proyek direncanakan akan
terdiri dari tiga seksi: Seksi I Serang – Rangkasbitung;
Seksi II Rangkasbitung – Cileles; dan Seksi III Cileles
– Panimbang.
Dimana:
AP SPM = Availability Payment yang sesuai
dengan tingkat Standar Pelayanan Minimum
(SPM) yang diperjanjikan dalam PPJT
CCRP = Capital Recovery Payment
CCRP = (Debt and Interest Payment) + Equity
Repayment
*)
= biaya pemeliharaan selama masa konsesi,
dengan mempertimbangkan inflasi
31
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
VI. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BPJT 2016, Potensi Pembiayaan Dalam Percepatan
Pembangunan Infrastruktur Tol, Jakarta: BPJT
Kementerian PUPR
32
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Tempat istirahat pada Jalan Umum merupakan perlengkapan jalan yang tidak berkaitan langsung dengan
pengguna yang fungsi utamanya ditujukan untuk mengurangi jumlah kecelakaan akibat kelelahan baik pengemudi
maupun kendaraan.Hal ini sesuai dengan agenda Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan untuk menyediakan
prasarana yang bersifat preventif terhadap potensi terjadinya kecelakaan. Untuk menyediakan tempat istirahat yang
selamat, nyaman, aman, dan berkelanjutan pemerintah dihadapkan pada kendala pendanaan. Dalam pelaksanaannya,
pembangunan tempat istirahat memerlukan dana yang tidak sedikit terutama untuk pengadaan lahan dan pembangunan
fisik infrastruktur. Untuk itu diperlukan alternatif pendanaan melalui Corporate Social Responsibility. Tulisan ini
bertujuan untuk mengkaji kelayakan pembangunan melalui Corporate Social Responsibility dengan mempertimbangkan
aspek legalitas dan potensi permasalahannya. Metode yang digunakan yaitu kajian literatur yang meliputi aspek
kelayakan, legalitas, dan mekanismenya. Hasil kajian menunjukan tempat istirahat dapat menjadi bagian dari Corporate
Social Responsibility. Hasil kajian juga menunjukan perlunya perangkat tambahan berupa regulasi dan pedoman yang
mengatur pola kemitraan agar pembangunan melalui mekanisme ini berjalan, terawasi, dan akuntabel.
Kata kunci: Corporate Social Responsibility, Kelayakan, Tempat Istirahat pada Jalan Umum
Abstract. Rest Areas on non toll roads are road equipment that are not directly related to road users whose primary
function is to reduce the number of accidents caused by driver and vehicle fatigue. This is in accordance with the
agenda of the National General Plan of Road Safety (RUNK) to provide preventive infrastructure against potential
accidents. To provide safe, convenient, secure, and sustainable rest areas, the government is faced with funding
constraints. In the implementation, the construction of rest areas require funds that are not little, especially for land
procurement and physical infrastructure development. For that reason, funding alternative is needed through
Corporate Social Responsibility. This paper aimed to examine the feasibility of rest areas development through
Corporate Social Responsibility by considering the aspect of legality and potential problems. The method used was
literature review which included the aspects of feasibility, legality, and mechanism. The results showed that the rest
areas can be part of Corporate Social Responsibility. The results of the study also indicated the need for additional
tools in the form of regulations and guidelines to govern the partnership pattern so that development through this
mechanism is well-running, supervised, and accountable.
Keywords: Corporate Social Responsibility, Feasibility, Non toll Road Rest Area
33
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan oleh semua kerja, perlakuan karyawan secara adil, perlindungan
penyelenggara jalan (Hendrawan dkk 2016). lingkungan kerja, pemenuhan kewajiban pajak,
Penyediaan tempat istirahat meskipun sudah penjualan produk yang berkualitas dan terjangkau,
didukung oleh regulasi dan pedoman teknis penerapan standar produk dan lain sebagainya.
perencanaan, masih dihadapkan pada beberapa kendala Kemudian tanggung jawab eksternal diantaranya
diantaranya terkait pengelolaan dan pendanaan untuk mencakup tanggap terhadap kebutuhan masyarakat,
pembangunan, operasional, dan pemeliharaan. Untuk perlindungan lingkungan, perlindungan hak asasi
pengelolaan, Nugoro dkk (2016) merekomendasikan manusia, pengembangan masyarakat, dan dukungan
alternatif kelembagaan dan standar pelayanan minimal. serta pelaksanaan kebijakan pemerintah untuk
Pilihan alternatif kebijakan pengelolaan yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Kartini
pelaksanaannya diselenggarakan oleh penyelenggara 2013).
jalan sesuai kewenangannya atau melalui kerjasama Machmud (2015) telah melakukan kajian
pemerintah pusat dan daerah. Rekomendasi struktur pemanfaatan dana CSR sebagai alternatif pembiayaan
organisasi lembaga pengelola yaitu Unit Pelaksana pembangunan daerah melalui analisis kelembagaan dan
Teknis yang dipimpin oleh pejabat setingkat eselon pemangku kepentingan yang terlibat, analisis regulasi
IVa. Rekomendasi tersebut dipilih berdasarkan dan kebijakan, analisis bentuk pelaksanaan, dan analisis
pertimbangan penyederhanaan struktur organisasi, sumber dan pola pendanaan. Terdapat beberapa
efisiensi sumber daya, dan dukungan legalitas hukum langkah yang disarankan untuk mengoptimalkan
dimana kewajiban penyediaan dan pengelolaan tempat alternatif sumber pembiayaan pembangunan daerah
istirahat ada pada penyelenggara jalan. melalui CSR diantaranya pemetaan program CSR
Permasalahan lainnya yang muncul selain aspek berdasarkan wilayah, penguatan kelembagaan
pengelolaan yaitu pendanaan. Pembangunan tempat pemerintah desa, dan pembentukan forum pelaksana
istirahat memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk CSR. Selain itu mengacu pada riset yang telah
pengadaan tanah, pembangunan fasilitas, dan dilaksanakan, 90% perusahaan merekomendasikan
pengelolaan. Disisi lain, penyelenggara jalan masih adanya sinkronisasi kegiatan dengan pemerintah dan
dihadapkan pada keterbatasan pendanaan yang lebih 60% perusahaan merekomendasikan adanya desain
difokuskan pada peningkatan dukungan konektivitas program CSR (Machmud 2015).
bagi penguatan daya saing dan peningkatan Program CSR sudah banyak diimplementasikan
kemantapan jalan nasional dengan sasaran yaitu untuk pembangunan infrastrukur publik diantaranya
penurunan waktu tempuh pada koridor utama dari 2,7 penyediaan air bersih, sanitasi, irigasi, jalan,
jam per 100 km menjadi 2,2 jam per 100 km, pendidikan, dan kesehatan. Agar suatu proyek dapat
peningkatan pelayanan jalan dari 101 milyar kendaraan diimplementasikan dengan baik, yaitu berhasil
per km menjadi 133 milyar kendaraan per km, dan mencapai tujuan yang diharapkan secara efisien dan
peningkatan fasilitasi terhadap jalan daerah untuk efektif, maka diperlukan suatu analisis kelayakan.
mendukung kawasan dari 0% menjadi 100% (Indonesia Berdasarkan hal tersebut, studi ini memiliki dua tujuan
2015). Dengan keterbatasan dana tersebut, maka yaitu:
diperlukan peran dari swasta melalui berbagai 1) Menganalisis kelayakan pembiayaan pembangunan
kerjasama atau kebijakan/kepedulian sosial perusahaan tempat istirahat melalui skema CSR
melalui skema Corporate Social Responsibily (CSR). 2) Menganalisis aspek legalitas, dan mekanisme
CSR secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan CSR untuk pembangunan tempat
tanggung jawab perusahaan yang berorentasi laba istirahat
kepada seluruh stakeholders atau pemangku
kepentingan untuk membangun sosial ekonomi II. METODOLOGI
kawasan secara holistik, melembaga dan berkelanjutan
(Suharto 2006 dan Kartini 2013). Pemangku Studi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif
kepentingan tersebut mencakup seluruh pemangku yaitu dengan membuat gambaran mengenai situasi dari
kepentingan yang berkonstribusi dan turut objek yang diteliti dengan tujuan untuk menjawab
mempengaruhi output berupa barang atau jasa atau suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Untuk
hasil akhir serta tujuan yang diinginkan dari pendirian menjawab permasalahan tersebut, studi memanfaatkan
suatu perusahaan (primary stakeholder), dan pemangku data sekunder yang diperoleh dari berbagai literatur.
kepentingan yang dipengaruhi langsung atau tidak Literatur yang digunakan mencakup aspek hukum,
langsung dari aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan implementansi, permasalahan, dan evaluasi terhadap
(scondary stakeholders) (Post et all 2002). Berdasarkan penerapan CSR. Artikel-artikel terkait dikumpulkan,
pemangku kepentingannya maka, tanggung jawab dicatat, dan dilakukan verifikasi dan teriangulasi
sosial mencakup tanggung jawab lingkungan internal terhadap sumber data lainnya agar tetap relevan dengan
atau operational responsibilities dan tanggung jawab studi yang sedang dikaji. Secara garis besar, metode
sosial lingkungan eskternal atau citizenship untuk menjawab tujuan studi dapat dilihat pada
responsibilities (The Globe Scan dalam Kartini 2013). Gambar 1.
Tanggung jawab internal diantaranya mencakup
perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan
35
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
36
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
A. Legalitas hukum pembiayaan tempat istirahat memasarkan kegiatan CSR adalah salah satu bentuk
melalui skema CSR aktivitas CSR itu sendiri.
Penyediaan infrastruktur publik merupakan Dalam implementasinya, Rahmatullah (2012)
kewenangan pemerintah. Namun, tidak semua menyarankan diperlukan regulasi khusus yang
infrastruktur publik menjadi tanggung jawab mengatur mengenai kemitraan pemerintah dan
pemerintah terutama yang berkaitan dengan upaya perusahaan untuk mengelola program CSR.
untuk mengatasi eksternalitas atau dampak negatif
terhadap publik yang diakibatkan oleh aktivitas B. Manfaat dan dukungan terhadap isu
kegiatan korporat atau perusahaan. Dampak tersebut keberlanjutan
dapat berupa dampak ekonomi, sosial, dan atau CSR menurut Watrick dan Cochran (1985) dalam
lingkungan. Berdasarkan alasan tersebut, skema CSR Kartini (2013) harus memenuhi tiga prinsip yaitu:
merupakan hal yang wajib pada tataran penanganan - Corporate Social Responsiveness, yaitu tanggap
dampak negatif dan pemenuhan regulasi dari terhadap isu sosial. Prinsip ini wajib dijalankan
keberadaan aktivitas perusahaan, dan dapat bersifat untuk memperoleh dukungan dari pemerintah dan
voluntari pada tataran selain itu. Kewajiban masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya.
pelaksanaan CSR di Indonesia diatur dalam beberapa - Corporate Governance, yaitu keberhasilan
regulasi diantaranya: memperoleh laba atau manfaat dari aktivitasnya.
1. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang CSR tidak lagi dipandang sebagai beban, tetapi
Minyak Gas dan Bumi Pasal 11 ayat 3 dan Pasal 40 merupakan bagian dari implementasi pemasaran
ayat 5 holistik melalui proses peningkatan sumber daya
2. Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang internal, komunikasi produk dan nilai-nilai,
Perseroan Terbatas Pasal 1 angka 3, dan Pasal 74. perlindungan terhadap konsumen dengan
3. Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang memperhatikan etika, lingkungan, hukum, dan
Penamaman Modal Pasal 15 huruf b , dan Pasal 16 konteks sosial untuk meningkatkan kesejahteraan
4. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang bersama, dan membangun hubungan kerjasama
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang saling menguntungkan dengan berbagai
Pasal 68 pemangku kepentingan.
5. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang - Corporate Citizenship yaitu melakukan berbagai
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan macam kebajikan sebagai warga negara yang baik.
Terbatas Menurut Carrol (1979) dalam Kartini (2013),
6. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. konsep CSR harus memuat empat komponen yaitu:
PER-08/MBU/2013 Tahun 2013 Tentang - Economic Responsibilites. Tanggung jawab untuk
Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Negara menghasilkan barang atau jasa untuk memperoleh
Badan Usaha Milik Negara No. PER-05/MBU/2007 nilai manfaat atau laba bagi perusahaan.
Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik - Legal Responsibilities. Tanggung jawab untuk
Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina mentaati hukum.
Lingkungan. Peraturan CSR dapat dilihat pada Pasal - Ethical Responsbilities. Tanggung jawab untuk
1 dan Pasal 2. menghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat dan
Beberapa catatan penting terkait regulasi diatas, atau bernilai bagi masyarakat dan menjalankan
dari yaitu: etika bisnis yang baik.
1. Kewajiban CSR tidak hanya terbatas untuk - Discretionary Responsibilities. Tanggung jawab
perseroan, meskipun terdapat regulasi khusus yang untuk memberikan manfaat bagi masyarakat
mewajibkan CSR untuk perseroan yang mengelola sekitarnya.
dan memanfaatkan sumber daya atau aktivitasnya Ketiga prinsip dan komponen diatas merupakan
berdampak pada daya dukung lingkungan landasan dalam menjalankan CSR yang sekaligus
(Indonesia 2007a). merupakan implementasi atau bagian yang tidak
2. Kewajiban CSR tidak terbatas hanya untuk terpisahkan dari konsep pembangunan berkelanjutan
perusahaan besar, tetapi untuk seluruh perusahaan (sustainability development). Dengan demikian
untuk meminimalisir dampak (Indonesia 2007b). pemenuhan prinsip-prinsip berkelanjutan yang
3. Kewajiban CSR tidak terbatas pada bisnis inti, mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan,
tetapi dapat dilaksanakan diluar bisnis inti setelah merupakan keharusan untuk menilai kelayakan
kewajiban penanganan atau minimalisir dampak pembangunan tempat istirahat melalui skema CSR.
akaibat kegiatan perusahaan telah dilaksanakan Untuk menjawab kebutuhan tersebut, tempat
(Indonesia 2001 dan Indonesia 2007b). istirahat dikembangan melalui konsep Anjungan
4. Kewajiban CSR tidak terbatas pada pelaku langsung Pelayanan Jalan. Tempat istirahat dengan konsep APJ
tetapi termasuk perusahaan yang tidak terlibat selain ditujukan upaya untuk mengurangi jumlah
secara langsung seperti perbankan, pemasok, dan kecelakaan lalu lintas juga dimanfaatkan sebagai pusat
bahkan mitra bisnisnya. Dengan demikian kegiatan unit reaksi cepat untuk preservasi jalan dan
CSR tidak terbatas pada aktivitas langung peningkatan ekonomi masyarakat setempat dan daerah.
penanganan dampak, tetapi turut mendorong dan Terdapat lima prinsip perencanaan tempat istirahat
37
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
untuk mendukung konsep Anjungan Pelayanan Jalan Kotler dan Lee (2005) menyebutkan ada enam
diantaranya (Indonesia 2016): kategori aktivitas CSR yaitu cause promotoions, cause
- Pemenuhan peraturan perundang-undangan dan related marketing, corporate societal marketing,
persyaratan teknik jalan dan teknik corporate philantropy, community volunteering, dan
bangunan/gedung social responsible business practise. Kategori aktivitas
- Keamanan, keselamatan, dan kemudahan bagi itu apabila dikaitkan dengan aktivitas yang dapat
pengguna jalan dan pengguna tempat istirahat dilakukan di tempat istirahat dengan konsep APJ yaitu:
- Kebutuhan pengguna jalan, penyelenggara jalan dan 1. Couse Promotions. Perusahaan meningkatkan
masyarakat lokal, kesadaran nilai dan isu-isu sosial, misal terkait
- Kesesuaian tujuan pembangunan tempat istirahat pelestarian lingkungan, budaya, dan keselamatan
dengan rencana pengembangan induk sektoral dan lalu lintas dengan memanfaatkan fasilitas informasi.
wilayah 2. Cause Related Marketing. Pemasaran terkait
- Keterlibatan seluruh pemangku kepentingan baik kegiatan sosial. Perusahaan melakukan kegiatan
pemerintah, swasta dan masyarakat. sosial dengan menyumbangkan penghasilannya
Kelima prinsip tersebut diterjemahkan kedalam untuk kegiatan sosial. Misal memberikan layanan
aktivitas perencanaan mulai dari pemilihan lokasi, kesehatan cuma-cuma atau memberikan minuman
sampai dengan penentuan fasilitas dan kapasitas atau makanan yang mampu meningkatkan daya
fasilitas. Untuk itu, terkait proses pemilihan lokasi tahan atau memulihkan kondisi pengemudi.
terdapat hal-hal yang harus diperhatikan yaitu 3. Corporate Social Marketing. Pemasaran
(Indonesia 2016): Kemasyarakatan Korporat. Perusahaan mengajak
- Keselamatan dan kemudahan pengguna jalan dan atau melaksanakan kampanye untuk meningkatkan
pengguna tempat istirahat kesehatan, keselamatan (diantaranya dilingkungan
- Kesesuaian lokasi tempat istirahat dengan penataan jalan, dan tempat kerja), kelestarian lingkungan, dan
ruang dan perizinan lingkungan partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial.
- Keberlanjutan dan efisiensi penyediaan tempat 4. Corporate Philantropy. Perusahaan melakukan
istirahat kegiatan aksi sosial langsung baik dalam bentuk
- Kesesuaian lokasi tempat istirahat dengan rencana pemberian layanan atau bantuan keuangan cuma-
pembangunan. cuma. Misal memberikan bantuan keuangan untuk
Adapun fasilitas yang disediakan yaitu tempat petani atau perajin yang menjual produk lokal khas
istirahat, pos manajemen jalan, pos tanggap darurat, daerah setempat.
pusat informasi, fasilitas umum, dan ikubator ekonomi 5. Socially Responsible Business Practice. Perusahaan
lokal. Masing-masing kebutuhan untuk jenis dan dapat melakukan kegiatan yang mencakup
kapasitas fasilitas dianalisis dengan tetap penyedian fasilitas yang memenuhi standar
memperhatikan batas minimal yang perlu disediakan keamanan, keselamatan, dan ramah lingkungan.
agar pelayanan masih dalam standar yang layak Tabel 1. Menunjukan dukungan penyediaan tempat
(manusiawi). istirahat dengan konsep anjungan pelayanan jalan
terhadap prinsip-prinsip berkelanjutan.
Tabel 1. Dukungan penyediaan tempat istirahat dengan konsep Anjungan Pelayanan Jalan terhadap prinsip-prinsip berkelanjutan
Pemangku
Ekonomi Sosial Lingkungan
kepentingan
Internal - Meningkatkan volume penjualan - Meningkatkan komunikasi dan - Meningkatkan kebahagiaan
dan pangsa pasar interaksi sosial dengan masyarakat dan kenyamanan dalam
- Menarik calon investor - Meningkatkan citra positif perusahaan bekerja secara psikis dan
- Memperoleh dukungan dan emosional.
meningkatkan hubungan dengan - Mempertahankan sumber
masyarakat dan pemerintah daya yang berkualitas
- Memperoleh penghargaan
Eksternal - Mengurangi kerugian akibat - Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan - Mengurangi dampak atau
kecelakaan dasar manusia resiko akibat bencana alam
- Menyokong dan meningkatkan - Meningkatkan interaksi masyarakat
pertumbuhan ekonomi daerah lokal dengan pengguna jalan
dan nasional - Meningkatkan kualitas pelayanan
- Meningkatkan kesejahteraan publik (pelayanan jalan, kesehatan dan
masyarakat setempat melalui pendidikan masyarakat
peningkatan kegiatan ekonomi - Meningkatkan kesejahteraan
lokal masyarakat setempat melalui
pemberdayaan
Manfaat dan dukungan penyediaan keberlanjutan kebutuhan, pemangku kepentingan yang akan terlibat,
pada Tabel 1 diatas dapat dicapai dengan hasil yang dan manfaat atau hasil yang ingin dicapai oleh
optimal apabila dimulai dengan mengidentifikasi perusahaan. Dengan identifikasi tersebut, perusahaan
38
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
dapat memilih dengan tepat jenis kegiatan yang akan tempat istirahat merupakan perusahaan yang
dilakukan sesuai dengan dampak dari aktivitas, produk memberikan dampak terhadap lalu lintas atau
yang dipasarkan atau manfaat yang ingin dicapai oleh masyarakat yang kegiatan perekonomiannya tergantung
perusahaan. pada interaksi dengan pengguna jalan. Sebagai contoh,
perusahaan yang bergerak dibidang otomotif yang
C. Pemangku kepentingan dan pembagian peran
merupakan bagian dari rantai pasok turut berkontribusi
Identifikasi pemangku kepentingan merupakan
terhadap peningkatan jumlah pengguna kendaraan
bagian penting yang harus dilaksanakan agar skema
bermotor pribadi. Dampak dari aktivitas pemasaran
CSR dapat berjalan dengan baik. Pemangku
mereka terkait dengan peningkatan volume lalu lintas
kepentingan dapat berasal dari internal pelaku (inside
dan pada kondisi tertentu potensi kecelakaan dapat
actors) atau eksternal pelaku (outside actors) (Kasali
terjadi. Di bidang lain, perusahaan pengembang jalan
dalam Wibisono 2007). Untuk penyediaan tempat
jalan tol dapat mengakibatkan penurunan pendapatan
istirahat yang kewenangannya ada pada penyelenggara
masyarakat lokal daerah setempat yang menjual oleh-
jalan (pemerintah), maka pemangku kepentingan
oleh khas daerah setempat.
internal (internal stakeholders) adalah seluruh jajaran
Selanjutnya dari keseluruhan pemangku
atau organisasi yang terdapat di lingkungan pemerintah
kepentingan terlibat, dilakukan identifikasi peran dari
yang turut mempengaruhi hasil keputusan atau
masing-masing pemangku kepentingan. Kartini (2013)
memperoleh dampak atau manfaat dari penyediaan
menyarankan dibentuknya Badan Perencana CSR,
tempat istirahat. Sedangkan pemangku kepentingan
Badan Pelaksana CSR dan Badan Pengendali CSR.
eksternal (external stakeholders) adalah perusahaan,
Masing-masing dari badan tersebut diwakili oleh unsur
masyarakat lokal, lembaga sosial masyarakat, dan
pemerintah, perusahaan, masyarakat, dan lembaga
pengguna jalan yang secara langsung atau tidak
pengelola. Masing-masing dari pemangku kepentingan
langsung berkontribusi, terkena dampak atau menerima
tersebut dapat pula membentuk substruktur organisasi
manfaat dari keberadaan tempat istirahat.
masing-masing untuk menjalakan perannya. Adapun
Berdasarkan konsep CSR yang sudah diutarakan di
Peran masing-masing dari stakeholder dapat dilihat
muka, maka pemangku kepentingan yang perlu
pada Tabel 2.
didorong untuk berinvestasi dalam pengadaan fasilitas
39
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Terkait struktur organisasi untuk pengelolaan Untuk membangun kemitraan yang memenuhi
tempat istirahat yang dilaksanakan oleh pemerintah, ketiga prinsip tersebut diperlukan kerjasama seluruh
pemerintah dapat membentuk UPT pengelola tempat pemangku kepentingan. Sebagaimana diutarakan
istirahat. Adapun jika pengelolaan akan diserahkan sebelumnya, kerjasama pemangku kepentingan
kepada masyarakat, lembaga pengelola dapat berbentuk merupakan bagian penting dalam implementasi CSR.
koperasi. Keseluruhan struktur organisasi atau lembaga Masing-masing pemangku kepentingan harus dapat
tersebut perlu diwadahi dalam satu lembaga induk yang menjalankan peran dan tugasnya dengan penuh
akan mengatur pola kemitraan dan pembagian peran tanggung jawab dan bersinergi satu sama lain. Agar
secara jelas. dapat bersinergi maka diperlukan sinkronisasi antara
pemerintah dan perusahaan dalam tahapan
Dalam aktivitas penyelenggaraan tempat istirahat
implementasi program.
partisipasi aktif dan kerjasama seluruh pemangku
Hurairah (2008) menyatakan ada enam tahapan
kepentingan diperlukan. Melalui partisipasi aktif,
dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat yang
sasaran kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan
meliputi identifikasi kebutuhan, rencana tindakan,
seharusnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau
pelaksanaan, monitoring dan eveluasi, penyelesaian
isu sosial yang sedang berkembang. Perusahaan dapat
atau penyerahan program, dan rencana tindak lanjut
menyusun rencana kegiatan dengan baik termasuk
paska program. Adapun untuk tahapan implementasi
didalamnya menyusun rencana fasilitas yang perlu
tempat istirahat ada beberapa tahap yang harus
disediakan dalam tempat istirahat.
dilaksanakan yaitu:
D. Mekanisme implementasi 1) Identifikasi kebutuhan.
Wang et al (2017) mengatakan ada 4 aspek yang Pemilihan lokasi tempat istirahat berdasarkan
mendorong penerapan atau implementasi CSR prinsip dan kriteria pemilihan lokasi yang sudah
dibeberapa negara yaitu: ditetapkan dalam pedoman.
1) Regulasi yang memaksa program CSR dilaksanakan 2) Indentifikasi pemangku kepentingan.
2) Keinginan untuk meningkatkan profit, Pertimbangan pemilihan pemangku kepentingan
meningkatkan daya saing, memotivasi pekerja, dan mencakup (TTPS, 2010):
peningkatan citra perusahaan, dll (Faktor internal) - Proximity. Kedekatan lokasi tempat istirahat
3) Dorongan dari pihak luar atau tuntutan masyarakat - Relevance. Kesesuaian program CSR dengan
4) Budaya atau nilai setempat dampak yang ingin diatasi atau manfaat yang
Sedangkan untuk model penerapan CSR, umumnya diharapkan.
ada empat model penerapan CSR yaitu (Saidi dan - Magnitude. Arah rencana atau manfaat tidak
Abidin, 2004): langsung dari program CSR yang diharapkan.
1) Perusahaan menjalankan sendiri program CSR tanpa 3) Penyusunan kelembagaan.
melalui perantara. Perusahaan dapat membentuk Kelembagaan diperlukan sebagai bagian dari
sendiri struktur organisasi perencana, pelaksana, keberlanjutan dan untuk memperjelas peran
dan pengendali kegiatan atau menugaskan salah masing-masing pemangku kepentingan. Dalam
satu pejabat seniornya. pelaksanaannya masing-masing pemangku
2) Perusahaan membentuk yayasan atau organisasi kepentingan dalam membentuk struktur organisasi
sosial perusahaan tersendiri untuk melaksanakan dan mengendalikan
3) Perusahaan melakukan kemitraan dengan peran yang sudah disepakati
pemerintah, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), 4) Penyusunan program.
lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, dan Pelibatan keseluruhan pemangku kepentingan
lainnya. melalui pola kemitraan. Peningkatkan partisifasi
4) Perusahaan bergabung dalam konsorsium, atau aktif untuk mensinergikan program-program sesuai
anggota dalam suatu lembaga sosial yang sudah peran masing-masing pemangku kepentingan
berdiri termasuk didalamnya terkait pendanaan.
Dari keempat model tersebut, pola kemitraan 5) Pelaksanaan program.
dimana pelaksanaannya merupakan kewajiban Tahapan pelaksanaan mulai dari pembangunan,
pemerintah, maka pola kemitraan merupakan model pemanfaatan dan operasionalisasi, dan
CSR yang lebih baik. Namun dalam pelaksanaannya, pemeliharaan.
untuk mencegah terjadinya pola kemitraan yang kontra 6) Evaluasi dan Monitoring
atau semi produktif, maka ada tiga prinsip yang harus Pengendalian dan pengawasan terhadap
dilaksanakan untuk membangun pola kemitraan yang pelaksanaan program agar sesuai rencana.
baik yaitu (wibisono 2007): Mengidentifikasi masalah dan memperoleh umpan
1) Kesetaraan (Equity). Pemangku kepentingan saling balik atas kegiatan yang sudah dilaksanakan
menghormati, menghargai, dan mempercayai 7) Pelaporan
2) Transparansi. Pemangku kepentingan saling terbuka Melaporkan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
dalam pengelolaan informasi dan keuangan program untuk dapat dimanfaatkan dalam
3) Saling menguntungkan. Pemangku kepentingan penyusunan rencana tindak lanjut pengelolaan.
memberikan manfaat bagi semua pihak.
40
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tahapan selanjutnya setelah pelaporan yaitu pengelolaan tempat istirahat pada jalan umum dengan
penyusunan kembali rencana atau memulai kembali konsep APJ.
pada langkah 4. Untuk mengukur kinerja implementasi
CSR terdapat delapan indikator yang dapat digunakan DAFTAR PUSTAKA
yaitu (Kartini 2013):
1) Kepemimpinan. Terdapat komitmen pemimpin Damopoli, Farrah Ch., Kawatu, Paul A.T., dan Tumbol,
pemerintah dan perusahaan dalam mendukung Reiny A. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kelelahan kerja pada supir bis trayek Manado
program penyediaan tempat istirahat dan aktivitas
Amurang di Terminal Malalayang Manado.
CSR didalamnya. Engkington, J.1997. Cannibal With Forks: The Triple Bottom
2) Transparansi dan akuntabilitas. Pemerintah dan Line of 21st Century Business. Capstone Oxford
perusahaan terbuka dalam penggunaan dana dan Fadel, Muhammad., Muis, Masyitha., Russeng, Syamsiar.
pelaporan pelaksanaan serta hasil yang dicapai 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan
3) Proporsi bantuan. Alokasi dana yang dikeluarkan Kerja Pengemudi Pengangkutan BBM di TBBM PT.
sesuai dengan kebutuhan dilapangan. Pertamina Parepare.Universitas Hasanuddin
4) Cakupan wilayah. Program CSR dapat menjangkau Hendrawan, H., Pangihutan, H. Nugroho, A., Parbowo.
target penerima manfaat yang diharapkan yaitu 2016. Laporan Akhis Pendampingan Teknis Anjungan
Pelayanan Jalan. Bandung: Pusjatan
pengguna jalan dan masyarakat setempat. Hurairah, Abu. 2008. Pengorganisasian danPengembangan
5) Perencanaan dan mekanisme monitoring dan Masyarakat. Bandung: Humaniora
evaluasi. Dalam perencanaan adanya keterlibatan Indonesia. 2001. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001
seluruh pemangku kepentingan, kesesuaian dengan tentang Minya Gas dan Bumi. Jakarta:Sekretariat
budaya dan kearifan lokal. Dalam monitong dan Negara
evaluasi adanya kebijakan dan pembagian peran -----------, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
yang jelas. 2005 tentang Jalan Tol. Jakarta: Sekretariat Negara
6) Koordinasi pemangku kepentingan. Terdapat -----------, 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun
mekanisme yang jelas untuk mengkoordinasikan 2006 tentang Jalan. Jakarta: Sekretariat Negara
-----------, 2007a. Undang-undang No. 40 Tahun 2007
antara pemangku kepentingan. tentang Perseroan Terbatas. Jakarta: Sekretariat
7) Keberlanjutan. Terjadi alih peran dari perusahaan Negara
ke masyarakat, ada perasaan memiliki dan ikut -----------, 2007b. Undang-undang No. 25 Tahun 2007
memelihara fasilitas yang ada. tentang Penanaman Modal. Jakarta: Sekretariat
8) Outcome. Program yang sudah dilaksanakan Negara
memberikan dampak nyata bagi masyarakat yaitu -----------, 2009a. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
jumlah kecelakaan menurun, pelayanan publik jalan tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta:
meningkat kinerjanya, dan masyarakat setempat Sekretariat Negara
lebih berdaya dan terjadi perbaikan kesejahteraan. -----------, 2009b. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Jakarta: Sekretariat Negara
IV. KESIMPULAN -----------, 2010. Rencana Umum Nasional Keselamatan
Berdasarkan kajian diatas maka dapat disimpulkan (RUNK) Jalan 2011-2035. Jakarta.
-----------, 2012. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012
bahwa penyediaan tempat istirahat dapat tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
diselenggarakan melalui program CSR berdasarkan isu Perseroan Terbatas
keberlanjutan, manfaat, dan dukungan terhadap -----------, 2013. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik
pemberdayaan masyarakat. Pelaksanaan program CSR Negara No. PER-08/MBU/2013 Tahun 2013 Tentang
untuk penyediaan fasilitas publik sudah memiliki Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Negara
payung hukum yang jelas, dan dalam implementasinya Badan Usaha Milik Negara No. PER-05/MBU/2007
sudah terdapat beberapa contoh kasus serta pedoman Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik
dan petunjuk praktis pengelolaannya. Agar Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina
implementasi CSR dapat berjalan optimal maka dua hal Lingkungan. Jakarta.
-----------, 2015. Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan
penting yang harus diperhatikan yaitu identifikasi Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019.
pemangku kepentingan dan keberadaan pedoman atau Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan
petunjuk teknis dari penyelenggara jalan yang Perumahan Rakyat.
mengatur pola kemitraan yang membagi jelas peran -----------, 2016. Draft Pedoman Perencanan Tempat Istirahat
dari masing-masing pemangku kepentingan. Petunjuk Pada Jalan Umum (R4). Bandung: Pusat Litbang
teknis tersebut disusun bersama oleh pemerintah dan Jalan dan Jembatan Kementerian Pekerjaan Umum
pemangku kepentingan. dan Perumahan Rakyat
Kartini, Dwi. 2013. Corporate Social Responsibility
Transformasi Konsep Sustainability Management
UCAPAN TERIMA KASIH Dan Implementasi di Indonesia. Bandung: Refika
Aditama.
Terima kasih diucapkan kepada Kepala Pusat
Kotler, Philip and Lee, Nancy. 2005. Corporate Social
Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, Responsibility: Doing The Most Good for Your
serta kepada Kepala Balai Sistem dan Teknik Lalu Company and Your Cause. John Wiley&Sons.
Lintas yang telah mendukung penelitian terkait
41
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
42
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Mewujudkan Jalan yang memenuhi persyaratan laik fungsi (teknis dan administrasi) adalah tugas besar dan
strategis sebagai upaya untuk melaksanakan amanat Undang-Undang No.38/2004 dan PP No.34/2006 tentang jalan. Pada
hakekatnya perwujudan tersebut adalah untuk memberikan pelayanan kinerja jalan yang berkeselamatan, andal dan
prima. Hasil evaluasi uji Laik Fungsi Jalan Nasional pada tahun 2012/2013 menggambarkan bahwa sebagian besar jalan
nasional dinyatakan sebagai “laik fungsi bersyarat” (90%), dan sedikit sekali jalan yang dinyatakan “laik fungsi”. Di sisi
lain kondisi jalan nasional (2014) menunjukan hampir 95% berkatagori mantap, artinya bahwa 95% jalan mantap tapi
90% laik bersyarat. Kondisi tersebut dapat memberikan dua interpretasi, yaitu ; penerapan istilah dengan pengertian yang
cenderung rancu, terutama pada istilah laik bersyarat yang seolah-olah menghilangkan makna laik, dan pengertian absolut
jalan memang baru sampai mantap. Karena itu, agar persepsi publik terhadap kerancuan pemahaman tidak timbul, maka
perlu upaya mengantisipasi penggunaan istilah dengan bijak, sekaligus penggunaan istilah lebih mampu mendorong
kebijakan pemograman penanganan jalan yang berkelanjutan dan berkeselamatan. Kajian kebijakan istilah di Pusjatan
merekomendasikan penggunaan peringkat bintang pada sertifikasi hasil uji laik fungsi yang menggambarkan bahwa
semua evaluasi uji laik fungsi jalan yang laik bersyarat pada dasarnya adalah laik, dengan catatan katagori tingkat
pelayanan kinerja yang berbeda (bintang satu hingga bintang lima). Pemograman penanganan jalan secara teknis
misalnya dapat ditargetkan bahwa pada tahun 2025 jalan nasional harus mencapai tingkat laik bintang tiga 75%. Kendala
yang ada adalah pemenuhan syarat administrasi yang dianggap tidak terkait dengan tingkat pelayanan. Peringkat bintang
dapat mendorong semua eksisting jalan (nasional, provinsi, kabupaten/kota) untuk diuji laik, dan memudahkan
pemahaman bagi pengguna jalan sewaktu melalui jalan yang diperingkat.
Abstract. Realizing Roads that meet eligibility requirements (technical and administrative) is a major and strategic task
as an effort to implement the mandate of Law No.38 / 2004 and PP No.34 / 2006 on roads. In essence, the embodiment
is to provide a safe, reliable and excellent road performance service. The result of the evaluation of the National Road
Function Function test in 2012/2013 illustrates that most national roads are declared as "conditional functionality"
(90%), and very few roads are declared "function eligible". On the other hand, the national road conditions (2014)
show almost 95% of the categories are stable, meaning that 95% of the roads are stable but 90% are conditional. The
condition can provide two interpretations, namely; the application of the term with a somewhat ambiguous
understanding, especially on conditional terms that seem to dispel the sense of worthy, and the absolute sense of the
road is new to steady. Therefore, for public perception of ambiguity of understanding does not arise, it is necessary to
anticipate the use of the term wisely, as well as the use of the term more able to encourage policy programming of
sustainable and sustainable road handling. The term policy review at Pusjatan recommends the use of star ratings on
certification of functional feasibility tests that illustrate that all evaluations of eligible feasible function tests of road
functions are essentially feasible, with different categories of service performance levels (one to five stars). Technical
road handling programming for example can be targeted that by 2025 the national road must reach the level of a three-
star worthy 75%. The existing constraint is the fulfillment of administrative requirements that are considered not
related to the level of service. The star rating can encourage all existing roads (national, provincial, district / city) to be
tested on, and facilitate understanding for road users while going through rated roads.
43
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
I. PENDAHULUAN
Pasal 30 ayat 1 UU No.38/2004 tentang Jalan terutama bagi kalangan masyarakat pengguna jalan
mengamanatkan bahwa jalan yang dioperasionalkan selain penyelenggara jalan sendiri. Persepsi upaya
sebagai jalan umum harus memenuhi persyaratan laik pengembangan jalan yang telah dilakukan selama ini
fungsi jalan (LFJ) secara teknis dan administrasi. terkesan belum membuat/mewujudkan jalan secara
Persyaratan LFJ secara umum dinyatakan dalam fungsional laik untuk dioperasionalkan sebagai jalan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 34 Tahun 2006 tentang umum, padahal lebih dari 90% kondisi jalan berhasil
Jalan yang kemudian dirinci lagi dengan Peraturan mencapai kondisi “mantap”. Sehingga dapat
Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) No. 11 Tahun dipersepsikan atau diartikan bahwa: (1) kenyataan
2010 tentang tata cara dan persyaratan Laik Fungsi jalan mencapai mantap tapi ternyata dikatagorikan laik
Jalan, dan Permen PU No.19/2011 tentang bersyarat (“belum laik”) untuk dioperasionalkan,
persyaratan teknis dan kriteria perencanaan teknis kecuali secara fungsional dinyatakan dengan kondisi
jalan, sebagai acuan dalam pelaksanaan Uji dan bersifat sementara (rekomendasi tim), (2) Kondisi
Evaluasi Laik Fungsi Jalan. Hasil evaluasi uji LFJ setelah dua tahun terakhir ini, data penanganan jalan
pada jalan Nasional pada tahun 2012/2013 dari katagori laik bersyarat menjadi laik belum terlihat
menunjukkan gambaran yang mengindikasikan bahwa perkembangannya secara signifikan; Jadi intinya,
sebagian besar (>90%) jalan nasional dinyatakan rekomendasi hasil uji LFJ belum dijadikan acuan
sebagai jalan dengan katagori laik fungsi “bersyarat” dalam penyusunan program penanganan jalan
disertai catatan dan rekomendasi yang disampaikan (pemograman) berkaitan dengan kenaikan katagori
oleh tim uji LFJ untuk ditindak lanjuti, dan hanya status kelaikan. Pertanyaan-pertanyaan, bagaimana
sedikit sekali jalan (mendekati 5%) yang statusnya dan kapan jalan berstatus laik?. Berapa persenkah
dinyatakan “laik fungsi”, yaitu dapat memenuhi 100% kenaikan yang bersyarat menjadi laik? Adakah target
sesuai komponen persyaratan teknis jalan dan pencapaian yang menunjukan kondisi jalan harus
administrasi. menjadi laik? Atau harus berapa persenkan target
berkurangnya status laik bersyarat? sejauh mana,
Permen PU No.11/2010 sebagai arahan dalam
pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota)
upaya penerapan Uji LFJ dan sebagai rujukan standar
membuat program dan telah melaksanakan uji laik
teknis yang diturunkan yang digunakannya untuk
fungsi jalan secara tuntas?, belum kita dengar tentang
menjelaskan istilah laik membuat tiga pengkatagorian
hal tersebut (uji LFJ).
istilah yaitu laik, laik bersyarat dan tidak laik,
Prinsipnya, katagori status kelaikan ini diberlakukan Kebijakan penggunaan istilah laik bersyarat
dengan mempertimbangkan beberapa kondisi yaitu, dengan penggunaan istilah lain menjadi topik yang
eksisting jalan, kompetensi tim uji LFJ yang tersedia, ingin kita usul untuk dipertimbangkan. Salah satu
dan panjang jalan (sekitar 40.000 km) yang harus diuji usulan untuk dipertimbangkan adalah penggunaan
kelaikannya, belum termasuk jalan provinsi maupun istilah peringkat/peratingan status kelaikan fungsi
jalan kabupaten/kota (total keseluruhan jaringan jalan jalan yang didasarkan dan dikorelasikan dengan
sekitar 400.000 km). Adapun latar belakang yang kondisi tingkat pelayanannya sesuai kondisi jalan &
tersirat dari kegiatan uji LFJ adalah: (1) Agar jalan lingkungan yang ada. Pemeringkatan kelaikan yang
eksisting dapat dioperasikan sebagai jalan umum, (2) diusulkan, diharapkan dapat memperkecil terjadinya
Jalan yang berbasiskan berkeselamatan, (3) Katagori permasalahan atas perbedaan persepsi dalam
laik bersyarat dengan asumsi bersifat sementara (batas pemahaman public, baik secara teknis (standar)
waktu tertentu) untuk sampai menjadi laik, melalui maupun administrasi terhadap status kelaikan itu
pelaksanaan rekomendasi tim uji LFJ, (4) Diharapkan sendiri. Sekaligus ke depan, hasil uji LFJ dapat
jalan eksisting yang telah diuji LFJ dan dijadikan sebagai dasar kebijakan pemograman
dioperasionalkan dapat memberikan pelayanan kinerja penanganan jalan atau paling tidak sebagai indikasi
yang optimal, (5) Sekaligus mampu mendorong awal pemograman penanganan jalan nasional yang
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan berkelanjutan, guna mewujudkan pelayanan jalan
kesejahteraan masyarakat. yang berkinerja handal dan berkeselamatan (kondisi
laik berkorelasi dengan mantap). Pemahaman dan
Ditetapkannya kebijakan melalui Permen PU
persepsi yang sama dianggap akan mempermudah
No.11/2010, dan Permen PU No.19/2011, menunjukan
pelaksanaan uji LFJ dan evaluasi hasil uji, sekaligus
bahwa pada prinsipnya perwujudan dalam
mampu mendorong agar pemerintah daerah
penyelenggaraan jalan harus berorientasi pada
(provinsi/kabupaten/kota) secara nasional dapat
pelayanan kinerja yang memenuhi azas kehandalan
melaksanakan uji kelaikan fungsi jalan sebagaimana
dan berkeselamatan, sebagaimana diamanatkan dalam
diamanatkan oleh Undang-Undang.
Undang-Undang Jalan yang dapat dilakukan secara
efektif dan efisien. Pemikiran tentang laik bersyarat menjadi laik
berperingkat dengan pengertian berkorelasi terhadap
Pemahaman dan pengertian terhadap penggunaan
kondisi tingkat pelayanan jalan (eksisting atau yang
istilah “laik bersyarat” ternyata membangun persepsi
akan di tuju ke depan), dapat diwujudkan sesuai
yang berbeda, dan cenderung terkesan negative
44
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
dengan pendekatan teknis yang dimungkinkan. fungsi, mengindikasikan pemograman ada beberapa
Persyaratan teknis atas laik jalan didasarkan terhadap kendala:
asumsi keberfungsian dan ketersediaan elemen atau
1) Perbedaan persepsi istilah/status “laik bersyarat”,
bagian-bagian jalan untuk memenuhi persyaratan
yang mengandung arti dan pemahaman bahwa
teknis minimal, yang dikaitkan dengan kondisi lalu
jalan tersebut belum laik untuk dioperasionalkan
lintas harian rata-rata (LHR), dan tingkat kecepatan
sebagai jalan umum, di sisi lain kondisi jalan
operasional yang aman. Kondisi LHR(T) (besaran dan
tersebut mantap; ada pengertian logis bahwa
komposisi), dan tingkat kecepatan menjadi acuan
kondisi mantap dianggap sama atau berdekatan
keberfungsian dan kinerja peringkat pelayanannya.
dengan status laik, logika ini kelihatannya tidak
Sementara syarat administrasi, karena dianggap tidak
pada posisinya, bahkan faktanya jalan berkondisi
terkait langsung dengan kinerja tingkat pelayanan
mantap namun dengan status laik bersyarat.
jalan, dapat dipertimbangkan sebagai upaya yang
terlepas dari persyaratan teknis namun sebagai bagian 2) Sertifikasi hasil Uji LFJ belum menjadi bagian
dari kepastian hukum, tetap akan berkonstribusi pada yang terintegrasi dalam penyusunan atau
pemeringkatan. pemograman penanganan/pengembangan jalan
(preservasi dan/atau peningkatan jalan); status laik
Pada hakekatnya persyaratan teknis pada laik
bersyarat belum mendapatkan prioritasi dalam
bersyarat, mengandung makna dan arti yang sama
pemograman untuk ditingkatkan jadi laik.
dengan katagori laik berperingkat, yang akan
diklasifikasikan melalui peringkat kinerja B. Tujuan
pelayanannya, yaitu mengacu pada kondisi lalu lintas
Program penanganan jalan yang didasarkan
yang melaluinya. Karena itu, penggunaan istilah
ketentuan PP. No.34/2006 ps 83 s/d 102, antara lain
peringkat kinerja pelayanan yang diusulkan secara
menjelaskan bahwa dalam pembangunan dan
signifikan tidak perlu mengubah substansi persyaratan
teknis. Penggunaan sertifikasi hasil uji LFJ, akan pencapaian target “sasaran program” sangat berkaitan
dengan penetapan “rencana tingkat kinerja” yang akan
diusulkan menjadi laik dengan peringkat “bintang”
dicapai dan “perkiraan biaya”, yang merupakan
(sesuai tingkat pelayanannya). Konsep ini. diharapkan
dapat mendorong dan mendukung komitmen langkah awal dari penyusunan indikasi program
implementasi kebijakan uji FLJ utuk mewujudkan penanganan jalan serta penganggarannya. Sasaran
program dan penetapan tingkat kinerja perlu
jalan sesuai amanat Undang-Undang.
ditetapkan dan sebaiknya dinyatakan dengan melihat
Prinsip kepastian hukum, konsistensi, dan kondisi eksisting dan target ke depannya, seperti
keberlanjutan dalam penyelenggaraan jalan, terpenuhinya SPM, dan/atau terwujudnya pemenuhan
merupakan bentuk perwujudan pembinaan dalam kondisi mantap dan/atau laik fungsi (persyaratan
pengembangan jaringan jalan yang bespesifikasi teknis maupun administrasi). Untuk itu dalam
handal dan berkeselamatan dan tujuan itu menjadi penulisan makalah ini ditujukan:
harapan subtansi peraturan yang ada.
1) Memberikan alternatip kebijakan istilah pada
Program penanganan jalan melalui program sertifikasi hasil uji LFJ (laik berperingkat), yang
preservasi jalan dan/atau peningkatan, pembangunan mampu mengurangi perbedaan persepsi, sehingga
jalan yang berbasiskan data kondisi jalan pada gilirannya akan mampu mendorong
(kemantapan) serta hasil uji LFJ (laik, laik bersyarat, penyelenggara jalan maupun masyarakat pemakai
tidak laik) ataupun dengan penggunaan istilah usulan jalan, dapat mengenali dan mengapresisasi
baru berupa laik dengan peringkat bintang, merupakan program penanganan dan pengembangan jalan,
bentuk komitmen dari penyelenggara jalan dengan sesuai tingkat pelayanan kinerjanya
segala resikonya dalam melaksanakan amanat
2) Mengusulkan bahwa dalam penyusunan program
Undang-Undang. Prinsipnya, bahwa pencapaian
kondisi “ideal” (sesuai standar) dalam penyusunan penanganan/pengembangan jaringan jalan dapat
program penanganan/pengembangan jalan harus berbasiskan data hasil uji LFJ (peringkatan)
menjadi tujuan dan berdasarkan pendekatan pada sebagai indikasi awal, dan untuk menetapkan
aspek legal seperti kebijakan uji kelaikan fungsi pencapaian target kinerja jalan ke depan, yang
jalan, dan memenuhi aspek teknis minimal berkonstribusi pada tingkat kinerja pelayanan
(berkeselamatan), jadi melaksanakan Undang-Undang jalan.
dan mengikuti persyaratan teknis. C. Metode Pendekatan
II. METODOLOGI 1) Melakukan diskusi dalam forum grup diskusi
(FGD) yang dihadiri oleh kalangan praktisi jalan
A. Permasalahan (Bina Marga dan Dinas PU), pakar perguruan
Gambaran dari evaluasi hasil uji LFJ, menunjukan tinggi, peneliti, tenaga ahli konsultan, dan
ada masalah dengan istilah status kelaikan yang ada, pengguna jalan, tentang penggunaan system
dan menuju perwujudan jalan yang berstatus laik pemeringkatan kelaikan jalan sebagai katagori
hasil uji LFJ (peringkat bintang). Sertifikasi
45
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
peringkat didasarkan pada kriteria tingkat kinerja menjadi pertanyaan yang perlu dicari solusinya.
pelayanan. Artimya, tetap harus berfungsi optimal, kondisi
geometric yang belum memenuhi Permen 19/2011
2) Melakukan simulasi sederhana dengan
dibandingkan dengan kondisi lalu lintas dianggap
penggunaan data hasil uji LFJ yang ada untuk
menjadi salah satu terobosan untuk dijadikan
disusun dalam peringkat bintang sekaligus sebagai
pertimbangan dalam pemeringkatan kelaikan sebagai
data masukan dalam penyusunan program
peringkat kinerja pelayanan jalan.
penanganan jalan (identifikasi awal), dengan
menggunakan perangkat lunak yang dibuat untuk Prinsipnya ada asumsi hubungan operasionalisasi
itu. jalan dengan katagori tingkat pelayanan kinerja jalan
dikaitkan dengan peringkat laik. Hubungan itu, ikut
menunjukan ada kendala atau batasan dalam
III. HASIL dan PEMBAHASAN menyediakan fasilitas pelayanan prasarana jalan yang
“memadai”, namun berfungsi yang akan didasarkan
A. Pemeringkatan Kelaikan atas kebutuhan tingkat pelayanan tertentu dan pada
Melalui presentasi dari masing-masing peserta waktu tertentu pula. Pemahaman ini yang yang perlu
(praktisi), tentang implementasi uji LFJ baik yang dikenali oleh penyelenggara jalan dan pengguna jalan
ditinjau dari sisi filosofi (pengertian, system), (masyarakat), bahwa penyediaan fasilitas jalan pada
penganggaran LFJ, SDM, peralatan, pelaksanaan kondisi dan waktu tertentu akan dibatasi pada tingkat
(kesulitan dan kemudahan), evaluasi hasil uji, kinerja pelayanannya tertentu. Penanganan dan
rekomendasi tim uji, sampai pada pemanfaatan hasil pengembangan jaringan jalan jalan untuk mencapai
uji LFJ sebagai masukan dalam pemograman perwujudan yang ideal/standar akan dilakukan secara
penanganan jalan, dan pandangan usulan ke depan. bertahap dan sesuai kebutuhan kondisi lingkungannya.
Kemudian, presentasi para pakar tentang system laik Melalui Peringkat bintang diharapkan menjadi
fungsi dan kebijakannya (teoritis), juga dari tim satu indicator kinerja tingkat pelayanan jalan sebagai
peneliti Pusjatan tentang usulan penggunaan tahapan perwujudan jalan yang memenuhi konsep
pemeringkatan hasil uji LFJ dan gambaran hasil uji standard dan ideal. Keadaan ini diberlakukan sebagai
coba data hasil uji dijadikan sebagai masukan strategi prioritasi dan bagian dari penganggaran atas
pemograman (indikasi awal). Hampir memberikan kemampuan keuangan negara dalam mewujudkan
gambaran terhadap adanya kendala dalam uji LFJ, kinerja tingkat pelayanan. Hubungan itu perlu
pengertian yang membingungkan, sehingga di luar diperjelas dengan kriteria tingkat pelayanan kinerja
jalan nasional, provinsi, kabupaten/kota sama sekali jalan. Kriteria dasar yang dimaksudkan adalah jalan
belum mampu melaksanakan uji LFJ, dan belum standar (jalan sedang) dengan lebar bahu 2m (ki/Ka)
terlaksananya penyusunan program dan penetapan dan lebar jalur 7m (2-7-2) menjadi standar bintang tiga
target kelaikan jalan berdasarkan hasil uji LFJ. (badan jalan standar), dengan LHR dan kecepatan
Pada dasarnya dari kondisi geometric dan tertentu, jadi jalan status laik bintang tiga.
perkerasan jalan, jembatan pada berbagai kondisi Konsep pemeringkatan kelaikan fungsi jalan harus
medan baik jalan arteri primer maupun kolektor mampu menggambarkan kondisi laik pada tingkat
primer satu pada jalan antar kota maupun dalam kota, pelayanan (level of services) yang disepakati,
menggambarkan secara fungsional umumnya “layak” sekaligus mampu menjadi bahan masukan
(laik) untuk dioperasionalkan. Rekomendasi tim uji pemograman penanganan jalan. Status evaluasi hasil
LFJ umumnya hanya memerlukan perbaikan relative uji LFJ berupa laik bersyarat dan tidak laik fungsi,
kecil seperti perlengkapan jalan (rambu, marka), untuk diusulkan akan menjadi status laik fungsi yang
dianggap sebagai jalan umum yang minimal berjenjang (berperingkat), artinya istilah tidak laik
memenuhi aspek menuju ”lebih” berkeselamatan dan dan laik bersyarat akan menjadi laik berjenjang
belum lengkapnya syarat administrasi, untuk laik (tingkat kelaikan sesuai layanan kinerja jalan yang
dioperasionalkan. diberikan), yaitu laik dengan peringkat (bintang satu
Kondisi geometrik pada prinsipnya memenuhi sampai dengan bintang lima/tujuh). Makin tinggi suatu
keberfungsian dari elemen lebar jalur dan lajur lalu peringkat bintang (menuju lima/tujuh) maka dianggap
lintas, lebar bahu, sebagai elemen dasar tersedianya sebagai jalan berkatagori atau berstatus laik fungsi
badan jalan, pemenuhan Rumaja, Rumija, Ruwasja, selain memenuhi standar pelayanan minimum (SPM)
yang berdasarkan persyaratan teknis belum dan sekaligus memenuhi semua persyaratan teknis dan
sepenuhnya mampu disediakan. Keberfungsian itu administrasi, sehingga diklasifikasikan sebagai jalan
dianggap laik untuk tingkat tertentu. Sedangkan bagi dengan segala fasilitasnya di atas standar, bahkan
kondisi perkerasan dan jembatan pada dasarnya telah disebut mendekati ideal.
dikatagorikan mantap dan dianggap memenuhi Kajian kebijakan uji LFJ ini, pada prinsipnya akan
kelaikan. menyangkut pemahaman dan pengertian penggunaan
Dibeberapa ruas jalan nasional, hubungan laik istilah/definisi, dan usulan pemikiran tentang kegiatan
bersyarat dengan geometric dan kondisi lalu lintas uji LFJ dalam pendekatan konsep kebijakan “sistem
46
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
kelaikan” jalan (gambar 2), sebagai upaya strategis menjadi dasar rating bintang satu s/d tujuh,
yang dapat mendorong dan memaksimalkan selanjutnya bintang tiga setidaknya dapat dipenuhi
kegiatan/program laik fungsi jalan sebagai suatu empat dokumen admin, untuk bintang empat s/d enam
“sistem” yang berkesinambungan seperti yang admin 1 s/d 5 yang terpenuhi, bintang tujuh sertifikat
tersyirat dan diamanatkan undang-undang, yaitu jalan terpenuhi. Sebetulnya dokumen leger jalan dan
program penanganan jalan yang berbasiskan hasil uji amdal bisa terpenuhi pada saat bintang tiga (standar 2-
LFJ. Pada gilirannya, diharapkan dapat terwujud jalan 7-2) dicapai, teorinya sebagai proyek peningkatan
yang memenuhi persyaratan teknis menuju jalan yang (amdal dan leger dilakukan), inilah yang ingin kita
lebih berkeselamatan dan memenuhi syarat katakan standar jalan nasional arteri primer di
administrasi, artinya menuju lebih tertib aministrasi Indonesia (bintang tiga).
dan berkepastian hukum, sekaligus memenuhi SPM,
B. Penyusunan Program
sehingga dapat menciptakan jalan yang handal dengan
memperhatikan kepentingan publik (Gambar1). Program Penanganan jalan diasumsikan dari
kondisi dasar eksiting untuk mencapai kebutuhan
Pemenuhan persyaratan (teknis dan admin) dalam
minimal dari pemenuhan aspek jalan berkeselamatan,
penetapan kelaikan fungsi menjadi kunci
dan tersedianya badan jalan, yang dikaitkan dengan
pertimbangan dalam evaluasi tingkat hasil uji LFJ,
lalu lintas yang dilayaninya (besaran volume,
sehingga dalam penyetaraan peringkat bintang tinggal
komposisi dan tingkat kecepatan). Menetapkan
disesuaikan dengan ketentuan pelayanan LHR(T) dan
kriteria yang dilayani memerlukan kesepakatan dari
komposisinya, kecepatan dan gambaran tingkat resiko
elemen badan jalan, rumaja, rumija dan ruwasja, serta
kejadian kecelakaan (tipikal tabrakan), untuk
struktur kondisi perkerasan dan jembatan. Maka,
kemudian menetapkan rating bintang. Resiko Tipikal
untuk hal itu, konsep status laik dengan peringkat
tabrakan depan-depan, ke luar bahu jalan, tingkat
(bintang) menjadi salah satu pemikiran yang dapat
kecepatan menjadi asumsi menetapkan peringkat
dicermati, sehingga dari semua kondisi eksisting jalan
bintang. Selain kondisi hal tersebut di atas, maka
akan tergambarkan peran dan posisi kondisi kelaikan
peringkat bintang dilihat dari tipikal geometri (lebar
jalan, yang bisa mengindikasikan besaran tingkat
jalur/lajur/bahu). adalah 2-7-2 (badan jalan), maka
pelayanannya. Kondisi dan hubungan itu peringkat
ditetapkan setara dengan laik bintang tiga. Bintang
akan memudahkan pemahaman oleh penyelenggara
empat sampai dengan bintang tujuh sudah memenuhi
jalan sebagai data dasar serta informasi bagi pemakai
standar jalan raya dengan empat lajur (median
jalan pada saat melalui jalan tersebut.
fisik/marka dobel), atau > 4 lajur, dengan dua jalur
lambat (ideal dengan median fisik >4m), lihat Tabel 1.
47
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
laik bersyarat (**) syarat teknis Sebagai ilustrasi sederhana, dengan menggunakan
(teknis mantap/kurang terpenuhi aplikasi yang harus dibuat untuk itu, maka
diturunkan) (tertentu) dan pemograman dapat dilakukan sebagai indikasi awal
(diturunkan), dan penganggaran. Sistem kelaikan yang digambarkan
admin 3
merupakan keterkaitan antara sub system dalam
komponen
satu 3 komponen
mewujudkan jalan yang handal dan berkeselamatan.
laik (*) syarat teknis Tentunya target awal menuju jalan laik dengan rating
bersyarat/tidak (diturunkan) dan bintang tertentu yang diharapkan (peningkatan status)
laik kurang/tidak sebagian belum ; dan menjadi perkiraan penganggaran, termasuk
(teknis mantap dan admin 3 menggunakan aplikasi jalan berkeselamatan untuk
diturunkan) komponen kemudian dibuat DED atau preservasi (pemeliharaan)
Catatan : sesuai rekomendasi. Pencapaian target didasarkan
1. Sarat teknis diturunkan
2. Syarat teknis tertentu (ps. 102 ayat 4): Pemenuhan dan
kepada rekomendasi. Tentunya diperlukan bantuan
keberfungsian terhadap tertentu, sebagian/semua dari 6 perangkat lunak (aplikasi) yang bisa membantu
komponen teknis (1) Pemanfaatan bagian jalan-jalur/lajur, penyusunan program identifikasi awal termasuk
bahu dll; (2) geometri; (3) struktur perkerasan; (4) penganggarannya berbasis data masukan hasil uji LFJ.
bangunan pelengkap; (5) Manajemen & rekayasa Lalin;
(6) perlengkapan jalan. Kesulitan dalam implementasi ini adalah data
3. Syarat Administrasi (ps.102 ayat 5): Pemenuhan dan
masukan yang belum dikuantifikasi dengan harga
ketersediaan dokumen terhadap sebagian/semua dari 6
komponen admin; (1) Status, (2) Kelas, (3) Perintah & satuan yang mumpuni, untuk menentukan skala
larangan perambuan, (4) Leger jalan, (5) Amdal, (6) prioritas karena keterbatasan anggaran. Penetapan
Kepemilikan tanah (sertifikat). prioritas juga dimaksudkan untuk menetapkan target
Dengan pendekatan rating bintang yang laik bintang berapa yang akan diwujudkan bertahap.
diberlakukan maka tidak ada ruas jalan yang tidak Harapan ke depan jalan nasional harus berstatus laik
laik, atau bersyarat, semua ruas jalan di Indonesia laik bintang tiga (minimal). Secara sederhana diperlihatkan
untuk dioperasionalkan sebagai jalan umum dengan dalam Tabel 2 di bawah ini, tentang Identifikasi awal
batasan sesuai tingkat pelayanannya a.l: LHRT, menentukan dan melaksanakan prioritas program
kecepatan dan tingkat kecelakaan. Artinya jalan penanganan jalan, melalui penetapan target laik
tersebut mampu melayani lalu lintas dengan kondisi bintang tertentu.
tingat pelayanan tertentu dengan klasifikasi sebagai
Arteri Primer atau Kolektor Primer Satu, berstatus
Jalan Nasional atau stratgeis nasional.
Karena itu, arahan pemograman penanganan jalan
nasional adalah mewujudkan jalan standar (bintang
tiga) dengan segala konsekuensinya, dan
meminimalkan substandar (bintang satu dan dua).
Pertumbuhan lalu lintas yang cenderung meningkat
lebih cepat dari pembangunan jalan, pertumbuhan
ekonomi harus didorong dan pemerataan konektivitas
dan pembangunan perlu ditingkatkan maka program
bintang tiga menjadi upaya strategi nasional
pengembangan jalan di Indonesia.
Data hasil uji LFJ sangat memungkinkan
dijadikan data dasar penyusunan program sebagai
indikasi awal penganggaran dan prioritasi penanganan
jalan. Secara umum data hasil uji dikelompokan
menjadi rekomendasi atau catatan untuk penanganan
jalan. Sementara ini, di lapangan terlihat ada gap atau
ketidak sinambungan antara hasil uji (rekomendasi)
dengan penyusunan program penanganan jalan.
Pertanyaan 95% jalan nasional laik beryarat
(2013/2014), maka 2015/2016 berapa persen
berkurangnya dan berapa yang meningkat menjadi
laik. Katakanlah bahwa 90-95% jalan memang
menjadi mantap, sesuai rencana strategis Bina Marga
terpenuhi, namun dari aspek legal keberfungsian yang
laik bisa menjadi pertanyaan juga, bagaimana program
itu diselesaikan sesuai amanat Undang-Undang.
48
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
49
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
VI. DAFTAR PUSTAKA jalan untuk mencapai kondisi jalan selamat, aman,
nyaman dan berkepastian hukum. Handout FGD
Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 Tentang Workshop Menuju Penyelenggaraan Uji Laik Fungsi
Jalan. Jalan yang mendorong terwujudnya jaringan jalan
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 Tentang yang aman, nyaman dan selamat. Pusat Litbang Jalan
Jalan. dan Jembatan, Bandung.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. Pusjatan, Balai Teknik Lalu Lintas dan
08/PRT/M/2010 Tentang Organisasi dan Tata Lingkungan Jalan (2015) : ‘Hasil Evaluasi Pelaksanaan
Kerja Departemen Pekerjaan Umum, Pusat Litbang Uji Laik Fungsi Jalan Nasional’. Handout FGD
Jalan dan Jembatan. Workshop Menuju Penyelenggaraan Uji Laik Fungsi
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. Jalan yang mendorong terwujudnya jaringan jalan
21/PRT/M/2010 Tentang Organisasi dan Tata yang aman, nyaman dan selamat. Pusat Litbang Jalan
Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan dan Jembatan, Bandung.
Umum. Syafrudin, Ade. Prof.Dr (2014) :’ Peran Jalan dan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. Laik Fungsi Jalan’. Handout FGD Workshop Peranan
11/PRT/M/2010 Tentang Tata Cara dan program uji LFJ sebagai amanat UU No.22/2009.
Persyaratan Uji Laik Fungsi Jalan. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Bandung.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. Sailendra, AB (2014) :’Pemikiran Peran Hasil Uji
19/PRT/M/2011 Tentang Pesyaratan Teknis Jalan dan LFJ Terhadap Upaya Peningkatan Kinerja Jalan yang
Kriteria Perencanaan Teknis Jalan’ Berbasis Jalan Berkeselamatan’. Handout FGD
BPJN IV (2014) : ‘Uji Laik Fungsi Jalan Nasional Workshop Peranan program uji LFJ sebagai amanat
di BPJN IV’. , Handout FGD Workshop Peranan UU No.22/2009. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan,
program uji LFJ sebagai amanat UU No.22/2009. Bandung.
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Bandung.
Direktorat Bina Teknik, Ditjen Bina Marga
(2014): “Pelaksanaan program laik fungsi jalan
dan peranannya dalam penyusunan program
penanganan jalan yang berkeselamatan”. Handout
FGD Workshop Peranan program uji LFJ sebagai
amanat UU No.22/2009. Pusat Litbang Jalan dan
Jembatan, Bandung.
Direktorat Bina Teknik, Ditjen Bina Marga
(2014): “Peran Pelaksanaan Laik Fungsi Jalan terhadap
Perwujudan Jalan Laik Fungsi (memenuhi standar)”.
Handout FGD Workshop Menuju Penyelenggaraan
Uji Laik Fungsi Jalan yang mendorong terwujudnya
jaringan jalan yang aman, nyaman dan selamat. Pusat
Litbang Jalan dan Jembatan, Bandung.
Direktorat Bina Program, Ditjen Bina Marga
(2015):” Sitem pemograman dan penganggaran
penyelenggaraan program dan hasil uji LFJ sebagai
sasaran program penanganan jalan (Rencana Strategis
Ditjen Bina Marga 2015-2020). Handout FGD
Workshop Menuju Penyelenggaraan Uji Laik Fungsi
Jalan yang mendorong terwujudnya jaringan jalan
yang aman, nyaman dan selamat. Pusat Litbang Jalan
dan Jembatan, Bandung.
Hendrawangsa, Permana. Dr, ME (2014): “Laik
Fungsi Jalan sebagai Sistem”. Makalah pada Workshop
Peranan program uji LFJ sebagai amanat UU
No.22/2009. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan,
Bandung.
Pauner, Eduard, Ir, MT, CRMP (2014):
“Pendekatan Prkatis terhadap Hasil Uji Laik Jalan
terhadap Kebijakan Kinerja Jalan”. Handout FGD
Workshop Peranan program uji LFJ sebagai amanat
UU No.22/2009. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan,
Bandung.
Taufik, Agus, M. Prof.Dr (2015): “Hasil evluasi
dan usulan tindak lanjut pelaksanaan kelaikan fungsi
50
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Pengalaman empirik berdasarkan pengamatan terhadap program penanganan jalan, khususnya pembangunan
dan pemeliharaan jalan dan jembatan di NTT, hasilnya belum bermanfaat secara optimal karena antara lain: (a) ada
jalan yang baru dibangun dengan lebar perkerasan aspal 7 m tetapi LHR masih rendah; (b) struktur perkerasannya “full
depth design” sehingga terlalu “kuat” untuk kendaraan-kendaraan yang ada yang relatif ringan; (c) masih banyak
pekerjaan penanganan prasarana jalan dan jembatan yang perlu diselesaikan. Berdasarkan atas kajian terhadap regulasi
yang berlaku dan mencermati perkembangan penyediaan prasarana khususnya jalan selama ini di NTT, penulis
mengusulkan suatu konsep strategi pembangunan jalan yang diharapkan mampu memberikan manfaat secara optimal
yakni pembangunan prasarana jalan secara bertahap yang ekonomis, efisien, efektif, berkelanjutan, serta
memperhatikan aspek lingkungan hidup.Dalam tulisan ini akan dibahas hal-hal sebagai berikut: (a) tinjauan terhadap
beberapa ketentuan dalam Permen PU nomor 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan, (b) konsep pembangunan prasarana jalan secara bertahap, (c) manfaat penanganan jalan
secara bertahap, (d) hambatan dalam implementasinya, (e) usulan mekanisme pelaksanaan penanganan jalan secara
bertahap, (f) implementasi penanganan jalan secara bertahap dalam rangka percepatan fasilitasi jalan daerah sebagai
salah satu tugas dari Direktorat Jenderal Bina Marga.
Kata Kunci: penanganan jalan secara bertahap, kinerja jalan, standard jalan, efisiensi penanganan jalan,
fasilitasi jalan daerah
Abstract. Empirical experience based on observations of road handling program especially the construction and
maintenance of roads and bridges in East Nusa Tenggara, the results have not been optimally beneficial because
among others: (a) there are newly built roads with 7 m asphalt pavement width but average daily traffic is still low; (b)
the pavement structure is "full depth design" so it is too "strong" for relatively light vehicles; (c) there are still much
works on roads and bridges infrastructures that need to be done.Based on the review of the prevailing regulations and
observing the development of infrastructure provision especially in East Nusa Tenggara, the authors propose a concept
of road development strategy that is expected to provide optimal benefits, namely the development of road
infrastructures gradually, economical, efficient, effective, sustainable, and environmental friendly.In this paper, will be
discussed the following matters: (a) a review of several provisions in “Permen PU nomor 19/PRT/M/2011 tentang
Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan”, (b) the concept of gradually building road
infrastructure, (c) the benefits of gradual road handling, (d) obstacles in its implementation, (e) proposed gradual road
handling mechanism (f) implementation of gradual road handling in order to accelerate the facilitation of regional
roads as one of the duties of the Directorate General of Highways.
Keywords: gradual road handling, road performance, road standards, road handling efficiency,
facilitation of local roads
1
Anggota DPD HPJI Provinsi Nusa Tenggara Timur
2
Anggota DPD HPJI Provinsi Nusa Timur
51
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
berikut ini akan dibahas tentang konsep Hal ini tidak bertentangan dengan ketentuan di
pembangunan prasarana jalan secara bertahap atas.
yang diharapkan mampu memberikan manfaat
secara optimal, ekonomis, efisien, efektif, **********
berkelanjutan, serta memperhatikan aspek
lingkungan hidup. Pasal 3
(1) Lingkup pengaturan dalam Peraturan
III. PEMBAHASAN Menteri ini meliputi Persyaratan Teknis
Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis
Salah satu regulasi yang terkait dengan Jalan yang diberlakukan untuk jalan
pembangunan jalan adalah Permen PU nomor nasional, jalan provinsi, jalan
19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan kabupaten, dan jalan kota.
Kriteria Perencanaan Teknis Jalan. Oleh karena itu
akan ditinjau hal-hal yang berkaitan dengan Catatan
pentahapan pembangunan jalan yang tersirat dalam Ada ruas-ruas jalan yang belum berstatus Jalan
Peraturan Menteri tersebut. Nasional, Provinsi, Kabupaten, Kota. Oleh karena
itu terhadap ruas ini malah tidak mengikat sama
sekali untuk diberlakukan ketentuan spesifikasi
A. Tinjauan terhadap Beberapa Ketentuan dalam standar (berkaitan dengan dimensi lebar dan
Permen PU nomor 19/PRT/M/2011 tentang struktur perkerasan jalan).
Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Permasalahan yang akan timbul adalah berkaitan
Perencanaan Teknis Jalan dengan kepemilikan asset, biaya operasi,
pemeliharaan, dan perbaikan jalan yang telah
dibangun.
Pasal 2 Perlu secara jelas ditetapkan oleh Menteri PU PR
(2) Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria tentang kewenangan turbinbangwas jalan pasca
Perencanaan Teknis Jalan bertujuan dibangun sehingga dapat bermanfaat secara
untuk mewujudkan: optimal.
a. tertib penyelenggaraan jalan yang
meliputi pengaturan, pembinaan, **********
pembangunan, dan pengawasan
Jalan; dan Pasal 6
b. tersedianya Jalan yang mewujudkan (1) Jalur lalu lintas sebagaimana dimaksud
keselamatan, keamanan, kelancaran, dalam Pasal 5 huruf a dapat terdiri dari
ekonomis, kenyamanan, dan ramah satu atau lebih lajur jalan.
lingkungan (2) Lebar paling kecil untuk satu lajur jalan
diatur sesuai Tabel Persyaratan Teknis
catatan Jalan sebagaimana tercantum dalam
Tertib penyelenggaran (pengaturan, pembinaan, Lampiran yang merupakan bagian tidak
pembangunan, dan pengawasan) jalan membuat terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
regulasi agar jalan sebagai suatu kesatuan yang
utuh dapat memberkan manfaat sebesar-besarnya Catatan
bagi kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan. Tentunya penentuan jumlah lajur harus melalui
Agar hal ini dapat terlaksana, dengan kondisi pertimbangan dari penyelenggara jalan yang
keterbatasan sumber dana, maka Pemerintah perlu intinya tergantung pada pengguna jalan yang
mengatur dengan baik. akan melalui jalan tersebut.
Ketersediaan jalan mengharuskan antara lain (1) Di sini ada peran dari penyelenggara jalan di
jalan harus bermanfaat sesuai dengan fungsinya daerah untuk memberikan masukan berapa lajur
secara maksimal tanpa mengganggu kelestarian dan lebarnya yang diperlukan. Untuk fungsi
lingkungan; (2) pemenuhan aspek ekonomi berupa aksesibilitas cukup 1 (satu) lajur dengan lebar
pengembalian modal investasi (kelayakan minimal (di bawah standar) yang dipersiapkan
ekonomi); (3) jaminan kesinambungan untuk ditingkatkan lajur dan lebarnya di
berfungsinya jalan dalam jaringan transportasi. kemudian hari sesuai dengan kebutuhan lalu
Salah satu cara yang harus dilakukan adalah lintas.
dengan membuat ketentuan tentang pentahapan
pembangunan prasarana jalan di daerah-daerah. **********
53
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Catatan Pasal 38
Bahu jalan harus diperkeras sehingga (2) Patok Rumija dipasang dikedua sisi
dapat berfungsi juga sebagai tempat Jalan sepanjang koridor jalan, setiap
menyalib bagi kendaraan yang akan jarak 50 (lima puluh) meter.
mendahului – secara alami bahu
mengalami tambahan proses pemadatan Catatan
secara terus menerus oleh roda-roda Kebutuhan untuk membuat patok RUMIJA
kendaraan yang lewat. semakin mendesak karena menyangkut legalitas
Bahu juga berfungsi sebagai cross lahan / kepemilikan lahan milik Pemerintah dan
drainage untuk mengalirkan air inventasisasi asset Negara. Saat ini masih banyak
secepatnya ke saluran samping agar tidak ruas jalan yang sudah berstatus tetapi tidak terlihat
mengancam badan jalan. Oleh karena itu adanya patok-patok RUMIJA.
bahu jalan tidak boleh lebih tinggi
daripada badan jalan (pengalaman **********
menunjukkan masih banyak bahu jalan
yang lebih tinggi dari badan jalan). Pasal 43
(2) Jalan arteri primer atau jalan kolektor
********** primer yang memasuki wilayah
perkotaan harus tidak terputus.
Pasal 21 (3) Penyelenggara jalan wajib
Bangunan pelengkap jalan sebagai memprioritaskan terwujudnya ketidak
pendukung konstruksi jalan melingkupi: terputusan jalan sesuai dengan
a. saluran tepi jalan. kewenangannya.
b. gorong-gorong; dan
c. dinding penahan tanah. Catatan
Penyelenggara jalan harus menjamin adanya
konektivitas transportasi baik internal jaringan
Catatan jalan mau pun dengan moda transportasi lainnya.
Umumnya bangunan pelengkap masih sering
diabaikan oleh pelaksana karena nilai keuntungan **********
pembuatannya oleh kontraktor rendah dan sering
cepat rusak karena degradasi lingkungan yang Pasal 44
sudah cukup parah di daerah-daerah. (1) Tahapan perencanaan teknis jalan
Karena fungsinya untuk melindungi badan jalan meliputi:
sampai kapanpun maka perlu dipersiapkan sejak a. Perencanaan Teknis Awal, yang
awal dan dapat dimulai antara lain dengan: (a) melingkupi:
pembentukan badan jalan dengan kemiringan yang 1) perencanaan beberapa
sesuai, (b) menggunakan saluran tanah, (c) alternatif alinemen jalan yang
causeway sebagai pengganti gorong-gorong. akan dibangun;dan
2) pertimbangan teknis, ekonomis,
********** lingkungan, dan keselamatan
yang melatar belakangi konsep
Pasal 37 perencanaan;
b. Kajian kelayakan jalan (Feasibility
study), yang melingkupi:
54
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
55
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
56
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
antara lain dalam kehidupan sehari-hari, kesehatan, c. Bertahap ke atas, dilakukan untuk
sumber nafkah, dan interaksi sosial. menambah kekuatan struktur perkerasan
untuk memikul beban lalu lintas yang
********** lebih besar (dimulai dengan kekuatan
Lampiran-lampiran berupa tabel-tabel tentang struktur terendah dan ditingkatkan sesuai
persyaratan dan kriteri serta berbagai varian dengan kebutuhan).
potongan melintang jalan Pada saat ini yang belum dilakukan sepenuhnya
adalah pembangunan bertahap cara b dan c karena
pembangunan jalan pada beberapa ruas jalan baru
Catatan langsung dilakukan dengan lebar standar yang telah
Persyaratan dimensi jalan agar ada varian dengan lebar ditetapkan dalam Lampiran Permen PU Nomor
perkerasan minimal 1 jalur selebar 3,5 m. 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan
Kriteria Perencanaan Teknis Jalan (1 m bahu +7 m
jalur lalu lintas+1 m bahu) dan perkerasannya full
**********
depth (agregat Klas B, Agregat Klas A, HRS BC, HRS
WC). Dengan mempertimbangkan bahwa lalu lintas
pada jalan-jalan baru tersebut akan sangat rendah
karena tidak adanya pusat-pusat kegiatan produksi
dengan besaran dan skala yang cukup besar, maka
Kesimpulan: lebar dan struktur perkerasan tersebut terlalu tinggi
Walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit, dalam spesifikasinya untuk ruas jalan tersebut. Oleh karena
aturan ini secara implisit mendukung pembangunan itu perlu adanya pembangunan jalan secara bertahap
bertahap, asal dilakukan sesuai dengan pertimbangan- dengan cara b dan c untuk menghemat biaya kegiatan
pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan. yang dapat dialokasikan untuk menambah target
panjang jalan yang ditangani.
B. Pembangunan Prasarana Jalan secara Berdasarkan pertimbangan di atas dan pengalaman
Bertahap selama ini dengan lebar perkerasan 4,5 m masih
Pembangunan prasarana jalan secara bertahap nyaman digunakan, maka diusulkan pola pembangunan
artinya dilakukan secara berangsur-angsur tetapi pola bertahap untuk jalan baru maupun jalan yang sudah ada
angsuran pelaksanaannya telah dibuatkan secara dengan prinsip penyediaan lahan dengan lebar minimal
konseptual agar setiap tahapan kegiatan akan saling untuk RUMIJA. Berikut ini adalah salah satu alternatif
mendukung dengan kegiatan sebelumnya sehingga pembangunan secara bertahap (alternatif lainnya dapat
pada saat suatu program pembangunan telah selesai dikembangkan oleh Pembina jalan sesuai dengan
dengan lengkap akan diperoleh hasil yang baik. kondisi wilayah dan tingkat perkembangan lalu lintas):
Pentahapan dalam pembangunan jalan merupakan
suatu seni untuk menyediakan prasana jalan secara a. Tahap I
parsil tetapi tetap berfungsi secara optimal pada setiap 1) Dimensi: 1 m bahu+4,5 m jalur lalu lintas+1
tahapan sampai selesai tanpa mengurangi aspek-aspek m bahu
struktural dan kenyamanan dari prasarana jalan (kinerja 2) Struktur perkerasan:
jalan sebagai suatu kesatuan yang utuh). Konsep- Perataan badan jalan selebar ≥ 9 m,
konsep ini harus menjadi landasan dalam penyusunan dipersiapkan agar pada saatnya dapat
program penyediaan prasarana jalan di daerah yang dibangun sesuai dengan standard
hampir sebagian besar penyediaannya mulai dari nol persyaratan teknis yang berlaku,
(belum ada sama sekali) baik fisik maupun pihak yang Lapis Pondasi Agregat Klas B (7 m),
akan menggunakannya. Lapis Pondasi Agregat Klas A (7 m),
Pembangunan jalan secara bertahap dapat Lapis Resap Pengikat (4,5 m),
dilakukan dengan salah satu atau kombinasinya: HRS BC (4,5 m)
a. Bertahap memanjang, artinya kegiatan Agregat Klas S untuk bahu dan lajur
dilakukan bertahap dalam arah sisanya (4,5 m).
memanjang dibangun bertahap dengan 3) Bangunan Pelengkap dan Sistem Drainase
segmen-segmen panjang jalan tertentu; 4) Pemeliharaan rutin sampai dengan
b. Bertahap melebar, telah dilakukan penanganan Tahap II
dengan menambah dimensi ke samping
dalam meningkatkan kapasitas jalan Pada daerah-daerah tikungan lebar permukaan
(seharusnya dapat dimulai dengan lebar jalan sudah harus sesuai dengan standard
minimal dan diperlebar sesuai dengan persyaratan teknis.
kebutuhan);
57
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tahap I akan ditingkatkan pada tahun ke-5 atau 2. Menyiasati keterbatasan kemampuan dalam
setelah LHR-nya cukup. penyediaan prasarana fisik khususnya jalan.
Untuk peningkatan kesejahteraan rakyat
b. Tahap II dibutuhkan prasarana jalan yang sangat
1) Dimensi: 1 m bahu+7 m jalur lalu lintas+1 m panjang sehingga jika dilakukan secara
bahu (pelebaran menuju standar) bertahap kita dapat menyediakannya lebih
2) Struktur perkerasan: panjang dengan menggunakan dana yang
Pengembalian kondisi, dihemat tersebut.
Lapis Resap Pengikat (4,5 m), 3. Menyelamatkan dan menghilangkan
Lapis Perekat (2,5 m), pemborosan uang negara. Prasarana fisik
HRS BC (7 m) khususnya jalan dan jembatan mempunyai
3) Pemeliharaan rutin umur layanan (operasional) yang terbatas dan
akan mengalami penurunan kondisi/menjadi
Tahap II akan ditingkatkan pada tahun ke-10 atau rusak sejalan dengan bertambahnya usia dari
setelah LHR-nya cukup. prasarana. Jika prasarana tersebut dibangun
sebelum saatnya maka ia tidak akan
Dalam rangka legalitas dan kontinuitas bermanfaat secara maksimum. Di daerah,
penanganan, serta kelestarian lingkungan, maka pada pemanfaatannya bertumbuh sejalan dengan
awal kegiatan perlu disiapkan program sertifikasi lahan pertumbuhan ekonomi; besaran dan skalanya
milik jalan, penetapan status dan fungsinya (berkaitan umumnya relatif rendah sehingga tidak
dengan kewenangan operasional dan pemeliharaan memberikan pengaruh secara signifikan
jalan), review terhadap RTRW dan penanaman pohon terhadap pelayanan lalu lintas.
sesuai dengan ketentuan dalam Permen PU No 4. Melaksanakan keadilan sosial bagi lebih
05/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penanaman Pohon banyak masyarakat Indonesia di daerah.
Pada Sistem Jaringan Jalan. Dengan semakin banyak prasarana yang
Bagi kegiatan-kegiatan berjalan yang belum dibangun, maka semakin terdistribusi dan
mengikuti mekanisme prosedur perencanaan semakin banyak masyarakat yang terjangkau
pembangunan sesuai ketentuan dalam Permen PU No sehingga dapat mempercepat terwujudnya
19/PRT/M/2011 agar dilengkapi dengan persyaratan- keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
persyaratan sesuai ketentuan khususnya berkaitan – mempercepat pencapaian MDGs.
dengan kelestarian lingkungan hidup pada lintas jalur 5. Pembangunan prasarana sebagai bagian dari
jalan tersebut. pembangunan nasional seutuhnya
membutuhkan suatu transisi agar dapat
C. Manfaat Penanganan Jalan secara Bertahap bermanfaat optimal. Masa transisi diperlukan
untuk mempersiapkan daerah agar dapat
Ada beberapa manfaat dari penanganan jalan mandiri dalam pengelolaan (operasional dan
secara bertahap antara lain: pemeliharaan) prasarana dan tidak selalu
1. Penghematan/efisiensi penanganan prasarana menjadi beban tetapi menjadi mitra kerja
jalan. Dalam perencanaan adakalanya Pemerintah Pusat dalam penyelenggaraan
terhadap suatu ruas jalan “tidak dilakukan pengelolaan prasarana di daerah.
apa-apa” - do-nothing - karena belum saatnya 6. Menaikkan kepercayaan masyarakat terhadap
ditangani tetapi dilakukan kegiatan “holding” Pemerintah. Pemerintah yang baik akan
berupa pemeliharaan agar kondisi jalan tidak bekerja untuk mewujudkan kesejahteraan
bertambah rusak. Jika ruas tersebut ditangani masyarakat, memenuhi kebutuhannya –
maka akan ada biaya yang tidak perlu harus melaksanakan “good governance” – bekerja
dikeluarkan dan hal ini merupakan secara profesional, efisien, efektif dan
pemborosan. Walau pun demikian di daerah ekonomis. Rakyat akan puas dan akan
demi aksesibilitas agar tidak terisolasi, perlu berpartisipasi aktif dalam mendukung
ada penanganan jalan dan hal ini tidak harus Pemerintah.
dengan membangun struktur jalan dengan
dimensi dan kekuatan penuh tetapi dengan D. Hambatan Yang Ada
cara “cicilan” – dilakukan secara bertahap
sesuai dengan perkembangan dan Walaupun penanganan jalan secara bertahap
pertumbuhan lalu lintas. Pengelolaan jalan mempunyai manfaat namun ada beberapa hambatan
dengan cara seperti ini akan dapat menghemat yang masih harus diperhatikan antara lain:
biaya yang cukup besar. a. Masih banyak orang yang belum menyadari
dan masih terlena dengan pola-pola lama
sehingga berpikir asal jadi dan
58
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
menggampangkan urusan. Banyak aparatur itu perlu adanya komitmen dan political will
pemerintah masih belum berani mengambil dari pengambil kebijakan untuk
risiko untuk tidak disukai atau tidak populer memperjuangkan keberlanjutannya sampai
karena memperjuangkan sesuatu hal yang selesai. Jika tidak, maka penangananannya
merupakan zona nyaman banyak orang. dilakukan secara normatif.
b. Pola penanganan ini adalah suatu program
yang pelaksanaannya lebih dari satu tahun dan
bahkan lebih dari lima tahun sehingga patut E. Fasilitasi Jalan Daerah oleh Direktorat
diduga bahwa kemungkinan Jenderal Bina Marga
keberlangsungannya sulit dilakukan. Hal ini
karena setiap lima tahun akan ada pergantian Dengan adanya tugas untuk memfasilitasi jalan
Pimpinan Nasional dan Kepala Daerah (serta daerah, maka Pemerintah memandang jalan seutuhnya
jajarannya?) yang visi dan misinya mungkin sebagai suatu jaringan jalan / jaringan transportasi yang
tidak sinkron dengan program-program yang harus dikelola secara sistemik/holistik. Suatu jaringan
sedang berjalan. akan berfungsi secara optimal jika semua ruas jalan
c. Kemampuan pembiayaan pemerintah selalu berfungsi dengan baik. Berdasarkan permasalahan
mengalami perubahan, dipengaruhi oleh yang telah disebutkan di awal tulisan, maka masih
situasi ekonomi dan politik global, sehingga banyak jalan yang belum berfungsi sebagaimana
suatu program yang berlangsung cukup lama, mestinya. Di lain pihak Pemerintah dan Masyarakat
kemungkinan akan mengalami banyak mempunyai keterbatasan dalam membiayai
hambatan. penanganan infrastruktur yang biayanya sangat besar.
Oleh karena itu, maka untuk mempercepat
E. Bagaimana Caranya Melakukan Pembangunan pembangunan/penanganan infrastruktur khususnya
Prasarana Jalan secara bertahap jalan, diperlukan pembangunan yang efisien, efektif
dan ekonomis karena setiap dana yang digunakan tidak
Pembangunan jalan secara bertahap maka dapat ada yang diperoleh dengan cuma-cuma (gratis). Salah
dilakukan dengan langkah-langkah: satu caranya adalah dengan pembangunan secara
1. Perlu ada konsep yang lebih eksplisit tentang: bertahap – infrastruktur dibangun pada saatnya
Kriteria prioritas dan pentahapan. dibutuhkan. Direktorat Jenderal Bina Marga dapat
Jenis dan pola pentahapan melakukan fasilitasi kepada daerah melalui berbagai
penyediaan/pengelolaan prasarana fisik. kegiatan selain penanganan fisik jalan secara langsung
Perlu disiapkan berbagai alternatif seperti: (a) mengkaji dan menetapkan standar jalan
sehingga dapat dipilih oleh penyelenggara yang dinamis sesuai dengan kebutuhan pengguna di
jalan di daerah mana alternatif yang daerah; (b) bantuan manajemen penanganan jalan di
paling bermanfaat dan cocok diterapkan daerah; (c) bimbingan teknis bagi personil dinas-dinas
di daerahnya. daerah yang menangani jalan agar dapat melakukan
Standar pelayanan untuk setiap tahapan fungsinya secara mandiri; (d) bantuan peralatan
pembangunan/penyediaan prasarana konstruksi, dlsb.
jalan. Secara makro dapat ditentukan
Standar Pelayanan Minimum pada setiap IV. KESIMPULAN DAN SARAN
tahap yang ingin dicapai. Dari berbagai uraian yang telah disampaikan dapat
Identifikasi/inventarisasi permasalahan disimpulkan bahwa untuk menghasilkan prasarana
daerah. jalan yang berfungsi secara optimal maka perlu
2. Pemilahan/pengelompokan areal/jalur sesuai dilakukan penanganan prasarana jalan secara bertahap.
kebutuhan dan waktu/saatnya dibutuhkan.
3. Prediksi tentang pengguna (jumlahnya, Sehubungan dengan itu disarankan bagi para
maupun spesifikasinya) yang membutuhkan penyelenggara jalan agar:
prasarana jalan. 1. Melengkapi aspek legal dari ruas jalan yang
4. Penetapan tentang konektivitas dengan sistem akan dibangun.
transportasi yang ada sehingga menjadi suatu 2. Melakukan penanganan prasarana jalan secara
kesatuan jaringan transportasi. bertahap sesuai dengan pertumbuhan lalu
5. Mengevaluasi setiap ruas jalan yang akan lintas.
ditangani dari berbagai aspek apakah 3. Penyiapan RUMIJA/RUMAJA/RUWASJA
memerlukan pembangunan secara bertahap. sesuai ketentuan dan jika dimungkinkan untuk
6. Jika memerlukan pembangunan bertahap, kemungkinan pengembangan di masa yang
maka perlu disiapkan program multi-years akan datang.
sampai dengan penanganannya selesai. Untuk
59
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
DAFTAR PUSTAKA
Pembangunan Tahap II (setelah 5 tahun atau sesuai
-----, Permen PU nomor 19/PRT/M/2011 tentang pertumbuhan lalu lintas):
Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Sebelum dilanjutkan dilakukan pengembalian kondisi
Perencanaan Teknis Jalan Lebar jalur lalu lintas: pelebaran menuju standar
-----, Permen PU No 05/PRT/M/2012 tentang Pedoman Perkerasan: aspal HRS BC (7 m)
Penanaman Pohon Pada Sistem Jaringan Jalan
-----, Permen PU No 01/PRT/M/2014 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang
Lampiran
≥4, ≥4,
5 5
4,50
m
60
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Pengadaan infrastruktur jalan merupakan salah satu aspek penting dalam mengembangkan negara
Republik Indonesia. Akan tetapi, dana APBN yang tersedia tidak cukup untuk membiayai kebutuhan
infrastruktur yang ada secara menyeluruh dan menghasilkan gap pendanaan. Untuk mengatasi permasalahan ini,
dibutuhkan inovasi dalam melakukan pembiayaan untuk pengadaan infrastruktur terutama infrastruktur jalan.
Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mengisi gap pendanaan tersebut adalah dengan melakukan skema
pendanaan Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha–Ketersediaan Layanan/Availability Payment (KPBU-
AP). Skema ini merupakan bentuk kerja sama antara Pemerintah dan Badan Usaha. Pada skema ini seluruh
biaya konstruksi dan pemeliharaan jalan ditanggung terlebih dahulu oleh Badan Usaha, selanjutnya pemerintah
melakukan membayar kembali kepada Badan Usaha dalam bentuk cicilan sampai akhir masa konsesi. Skema ini
menawarkan solusi atas pengefektifan penggunaan dana APBN dan meningkatkan keterlibatan Badan Usaha
dalam melakukan pengadaan infrastruktur jalan di Indonesia. Penerapan skema pendanaan KPBU-AP untuk
Jalan Nasional Non Tol akan menjadi yang pertama di Indonesia. Adapun proyek yang dilakukan penerapan
skema pendanaan KPBU-AP adalah Jalan Lintas Timur Sumatera dan Jalan Trans Papua. Dalam
pelaksanaannya, terdapat beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek teknis; finansial dan legal;
probabilitas risiko; keterlibatan stakeholder; dan tantangan yang akan datang. Terdapat manfaat dan Value for
Money (VfM) atas penerapan skema pendanaan KPBU-AP. Penerapan Skema pendanaan KPBU-AP untuk
pengadaan infrastruktur jaringan jalan akan dibahas lebih lengkap dalam makalah ini.
61
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
I. PENDAHULUAN
Penyediaan infrastruktur jalan yang baik Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka
saat ini menjadi hal utama yang harus dipenuhi Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 diperoleh
dalam penyelenggaraan negara, karena hal ini bahwa kebutuhan pendanaan untuk infrastruktur
berdampak pada aspek pertumbuhan ekonomi selama periode 2015-2019 adalah sebesar Rp 5.519
negara. Peningkatan konektivitas nasional Triliun. Akan tetapi, kemampuan anggaran
merupakan bagian dari usaha Pemerintah untuk Pemerintah untuk menyelenggarakan infrastruktur
menyediakan infrastruktur jalan yang baik. hanya sekitar 50% sehingga masih terdapat gap
Peningkatan konektivitas nasional perlu dilakukan sebesar 50%. 20% dari gap pendanaan tersebut
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta dianggarkan melalui dana pinjaman dan obligasi dan
daya saing Indonesia di pasar internasional. Hal ini masih tersisa gap 30 % yang perlu untuk dipenuhi.
dapat terwujudkan dengan meningkatkan Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi dalam mencari
aksesibilitas masyarakat terhadap barang dan jasa sumber pendanaan untuk melengkapi gap tersebut,
yang dibutuhkan, begitu pula sebaliknya. Selain itu, salah satunya adalah dengan menggunakan skema
peningkatan aksesibilitas dapat mengurangi jarak pembiayaan Kerja Sama Pemerintah dengan Badan
lintasan barang dari hulu ke hilir. Usaha (KPBU).
Kebutuhan
Pendanaan
Infrastruktur
Rp 5.519
+ Rp 1.655 KPBU
Triliun (Swasta dan BUMN)
Triliun (30%) Skema
FINANCING Pembiayaan
GAP Alternatif
+ Rp 1.104 Pinjaman, Obligasi,
Triliun lainnya (20%)
62
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Panjang jaringan jalan nasional setiap ruas-ruas jalan yang baru ditingkatkan fungsinya
tahunnya mengalami peningkatan, mengingat menjadi jalan nasional seringkali memiliki kondisi
banyaknya program strategis nasional berupa yang kurang mantap, sehingga Pemerintah
pembangunan jalan baru. Selain itu, turut terdapat berkewajiban untuk mengalokasikan dana dalam
peningkatan fungsi dan status jalan dari jalan jumlah yang cukup besar di ruas-ruas jalan
daerah menjadi jalan nasional akibat adanya tersebut.
perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN) setiap 5 (lima) tahun sekali. Sebagian
Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
pemerintah perlu memikirkan skema pembiayaan
III. Perubahan Sistem Pembiayaan layanan infrastruktur Jalan Nasional Non Tol
Infrastruktur lainnya untuk mencapai target percepatan
pembangunan. Kebutuhan pendanaan Direktorat
Pada perkembangannya, anggaran yang
Jenderal Bina Marga untuk Tahun Anggaran 2015-
dialokasikan tidak mencukupi untuk mencapai
2019 mencapai Rp 278 Triliun, namun realitanya
target pembangunan Jalan Nasional Non Tol.
total anggaran yang diperoleh masih dibawah
Keterbatasan anggaran menjadi kendala dalam
kebutuhan anggaran, sehingga sampai dengan
penyediaan layanan infrastruktur Jalan Nasional
tahun 2018 terjadi backlog sebesar Rp 53 Triliun.
Non Tol yang memadai, baik untuk preservasi ruas
Diperkirakan hingga tahun 2019, backlog yang
eksisting maupun untuk pengembangan ruas baru.
akan terjadi mencapai Rp 54 Triliun.
63
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
80,000,000
70,000,000
Alokasi (Juta Rp)
60,000,000
50,000,000
40,000,000
30,000,000
20,000,000
10,000,000
-
(10,000,000)
2015 2016 2017 2018 2019
Renstra 57,050,911 69,947,949 52,105,273 55,121,016 43,951,850
RKAKL/DIPA 57,393,997 37,662,260 43,774,457 41,673,067 42,788,755
Akumulasi Backlog (343,086) 31,942,604 40,273,420 53,721,369 54,884,464
Salah satu inovasi skema pendanaan yang Badan Usaha. Apabila Badan Usaha tidak dapat
saat ini sedang dikembangkan adalah skema menyediakan layanan sesuai SLA yang disepakati
Ketersediaan Layanan/Availability Payment (AP). maka Badan Usaha akan dikenakan denda/pinalti
Penggunaan skema AP dalam penyediaan berupa pengurangan pembayaran. Pada
infrastruktur jalan akan memiliki dampak pelaksanaannya, skema ini tidak hanya berfokus
perubahan baik dari sisi kebijakan organisasi; pada panjang jalan yang dihasilkan tetapi turut
sistem dan mekanisme penyediaan; kualitas mempertimbangkan kualitas jalan yang tersedia
pekerjaan yang dihasilkan serta keterlibatan pihak- dalam bentuk standar pelayanan minimum.
pihak lainnya. Skema pendanaan AP diharapkan Konsep pembayaran AP dilakukan
dapat bekontribusi dalam mengisi gap pendanaan dalam bentuk pembayaran cicilan setelah proses
dengan meningkatkan keterlibatan Badan Usaha konstruksi selesai dilaksanakan. Adapun masa
dalam pembangunan nasional sehingga konstruksi yang diberikan adalah 2 tahun yang
pembangunan infrastruktur jalan menjadi lebih biayanya harus disiapkan oleh Badan Usaha dan 13
efisien dan standar pelayanan yang meningkat tahun untuk masa pemeliharaan yang akan dibayar
dengan biaya total dan biaya logistik menjadi lebih Pemerintah melalui APBN dalam bentuk cicilan
rendah. Hal ini tentunya dapat berpengaruh pada kepada Badan Usaha sehingga total masa konsesi
peningkatan pertumbuhan ekonomi wilayah dan untuk proyek AP ini 15 tahun. Selain itu, pada
nasional. konsep KPBU ini dikenal juga istilah
“penjaminan”. Pemerintah melalui Kementerian
IV. Apa itu Skema KPBU-AP? Keuangan akan menunjuk Badan Usaha Milik
Ketersediaan Layanan/Availability Negara (BUMN) dibawah kewenangan
Payment (AP) adalah bentuk Kerja Sama Kementerian Keuangan untuk memberikan
Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dimana penjaminan,apabila pada saat
pembayaran dilakukan secara berkala oleh pembayaran,pemerintah tidak dapat membayar
Menteri/Kepala Lembaga kepada Badan Usaha Badan Usaha tepat pada waktunya. Hal ini menjadi
Pelaksana atas tersedianya layanan Insfrastruktur salah satu kelebihan dari skema AP karena
yang sesuai dengan kualitas atau kriteria yang kepastian akan pembayaran menjadi lebih jelas
ditentukan dalam perjanjian KPBU melalui penjaminan Pemerintah.
(PMK/190/2015). Pada skema ini, Badan Usaha
menyediakan layanan sesuai dengan Standar
Pelayanan Minimum/Service Level Agreement
(SLA) yang disepakati antara pemerintah dengan
64
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 4 Konsep AP
65
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
66
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
67
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
68
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
2. Preservasi Jalan Trans Papua di sumber daya yang sangat terbatas dan keperluan
dukungan politik dari para pemangku kepentingan
Provinsi Papua
terkait. Melihat tantangan yang akan dihadapi
Pembangunan Jalan Trans Papua Ruas dalam pembangunan jalan trans Papua, partisipasi
Wamena-Paro-Mamugu diperlukan melihat fakta Badan Usaha sangat diperlukan untuk melakukan
bahwa jalan pada ruas tersebut belum teraspal dari konstruksi dan pemeliharaan jalan secara lebih
Wamena-Paro (Paket 3) yang berjarak 111,3 km efektif dan efisien. Di sisi lain, Pemerintah
dan Paro-Mamugu (Paket 4) berjarak 130,55 km. diharapkan untuk dapat lebih fokus memberikan
Hal ini mengakibatkan tidak berfungsinya ruas dukungan politik dari pemangku kepentingan dan
jalan tersebut secara efektif. Kondisi pembangunan juga dukungan keamanan di wilayah Papua.
di Papua cukup kompleks mengingat ketersediaan
69
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
70
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
71
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
72
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 11 VfM Preservasi Jalan Lintas Timur Sumatera di Provinsi Sumatera Selatan
Perhitungan EE
No. Segmen / Program
Vol (Km) Vol (m) Biaya (Rp. X 1000) Keterangan
AVAILABILITY PAYEMENTS TRANS PAPUA WAMENA - PARO - MUMUGU 241,85 200,00 6.440.809.639,00
73
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
74
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Bulan ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tahap Perencanaan
1 Identifikasi dan Seleksi Proyek
2 Studi Pendahuluan
3 Konsultasi Publik
4 Ekspose Kantor Bersama
5 Pre Market Consultation
Tahap Penyiapan
1 Penyusunan OBC
2 Market Consultation
3 Penyusunan FBC
4 Capacity Building GALP
5 Proses persetujuan AP ke Kemenkeu
6 Proses Screening Penjaminan
7 Market Sounding
Tahap Transaksi
1 Pra Kualifikasi (PQ)
2 Izin Prinsip AP
3 Capacity Building TALP
4 Pengajuan Usulan Penjaminan (UP)
5 RfP & Dokumen Lelang
6 Proses Underwriting Penjaminan
7 Proses Lelang
8 Konfirmasi Final Besaran AP
9 Pengumuman Badan Usaha Pemenang
10 Penandatanganan Perjanjian KPBU dan Regres
11 Financial Close
12 Konstruksi
13 Operation & Maintanance
75
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
(i) (ii)
76
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
77
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Konektivitas dan pengadministrasian jalan merupakan hal mendasar dalam proses penyelenggaraan jalan
menuju good governance. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah mengeluarkan pedoman dalam
Peraturan Menteri No. 03 tahun 2012 tentang Penetapan Fungsi dan Status. Namun saat ini pedoman tersebut masih
belum dapat dipahami secara menyeluruh dan detail, hal ini berimbas kepada pemahaman Pemerintah Daerah
(provinsi/kabupaten/kota) yang tidak seragam dalam penetapan fungsi dan status jalan daerah. Masih ditemukan
beberapa permasalahan, antara lain Surat Keputusan penetapan Fungsi dan Status Jalan Daerah yang sering dilakukan
perubahan serta adanya tumpang tindih status dan fungsi yang menyebabkan tidak sinergisnya antara daerah satu
dengan yang lainnya. Maka dari itu, makalah ini akan menjelaskan secara rinci mengenai pemahaman terhadap
Pedoman No. 03 tahun 2012 tersebut, termasuk template Surat Keputusan penetapan Fungsi dan Status Jalan Daerah.
77
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan 10. jalan antar desa.
jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan
jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan. d. Jalan Lingkungan Primer (JLing-P).
JLing-P menghubungkan secara berdaya guna:
2.2 Fungsi Jalan 1. antarpusat kegiatan di dalam kawasan
Berdasarkan fungsi, jalan dikelompokan ke dalam perdesaan atau antarpusat pelayanan
jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan (PPL);
lingkungan, baik dalam sistem jaringan jalan 2. jalan antardesa; atau
primer maupun sistem jaringan jalan sekunder. 3. jalan di dalam lingkungan kawasan
perdesaan.
2.2.1 Fungsi Jalan dalam Sistem Jaringan Jalan
Primer 2.2.2 Fungsi Jalan dalam Sistem Jaringan Jalan
Berdasarkan fungsi, jalan dalam sistem Sekunder
jaringan jalan primer terdiri atas: Berdasarkan fungsi, jalan dalam sistem
a. Jalan Arteri Primer (JAP); jaringan jalan sekunder antara lain adalah:
JAP menghubungkan secara berdaya
guna: a. Jalan Arteri Sekunder (JAS)
1. antarPusat Kegiatan Nasional (PKN) ; JAS menghubungkan secara berdaya guna:
2. antara PKN dan Pusat Kegiatan 1. antara Kawasan Primer dan Kawasan
Wilayah (PKW); Sekunder-I;
3. antara PKN dan/atau PKW dan 2. antarKawasan Sekunder-I;
pelabuhan utama/pengumpul; atau 3. antara Kawasan Sekunder-I dan
4. antara PKN dan/atau PKW dan bandar Kawasan Sekunder-II;
udara utama/pengumpul. 4. antarPPKo; atau
b. Jalan Kolektor Primer (JKP); 5. antara PPKo dan SubPPKo.
JKP menghubungkan secara berdaya
guna: b. Jalan Kolektor Sekunder (JKS)
1. antara PKN dengan pusat kegiatan JKS menghubungkan secara berdaya guna:
lokal (PKL); 1. antarkawasan sekunder kedua;
2. antarPKW; atau 2. antara kawasan sekunder kedua dengan
3. antara PKW dengan PKL. kawasan sekunder ketiga; atau
JKP terdiri atas: 3. antarsubPPKo.
JKP terdiri atas:
1. JKP-1, yaitu jalan yang c. Jalan Lokal Sekunder (JLS); dan
menghubungkan secara berdaya guna JLS menghubungkan secara berdaya guna:
antaribukota provinsi; 1. antara Kawasan Sekunder-I dan
2. JKP-2, yaitu jalan yang perumahan;
menghubungkan secara berdaya guna 2. antara Kawasan Sekunder-II dan
antara ibukota provinsi dan ibukota perumahan;
kabupaten/kota; 3. antara Kawasan Sekunder-III dan
3. JKP-3, yaitu jalan yang seterusnya sampai ke perumahan;
menghubungkan secara berdaya guna 4. antara PPko dan PL; atau
antaribukota kabupaten/kota,antarPKW; 5. antara subPPKo dan PL
dan
4. JKP-4, yaitu jalan yang d. Jalan Lingkungan Sekunder (JLing-S)
menghubungkan secara berdaya guna JLing-S menghubungkan antar
antara ibukota kabupaten/kota dan persil/perumahan/PL dalam kawasan
ibukota kecamatan, antara PKN dengan perkotaan.
PKL dan antara PKW dengan PKL.
c. Jalan Lokal Primer (JLP); 2.3 Status Jalan
JLP menghubungkan secara berdaya guna: Berdasarkan status, jalan dikelompokan ke dalam
1. antara PKN dan pusat kegiatan lingkungan jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan
(PK-Ling); kota, dan jalan desa
2. antara PKW dan PK-Ling; 2.3.1 Jalan Nasional
3. antarPKL/pusat pelayanan kawasan (PPK); Jalan nasional terdiri atas :
4. antara PKL dan PPK; a. JAP;
5. antara PKL/PPK dan PK-Ling; b. JKP-1;
6. ibukota kabupaten dengan pusat desa; c. Jalan tol; dan
7. antaribukota kecamatan; d. Jalan Strategis Nasional (JSN).
8. ibukota kecamatan dengan desa; JSN adalah jalan yang melayani
9. antar PK-Ling; atau kepentingan nasional atas dasar kriteria
78
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
strategis yaitu mempunyai peranan untuk Berdasarkan fungsi, jalan daerah terdiri dari :
membina kesatuan dan keutuhan nasional, a. JKP-2;
melayani daerah-daerah rawan, bagian dari b. JKP-3;
jalan lintas regional atau lintas c. JKP-4;
internasional, melayani kepentingan d. JLP;
perbatasan antarnegara, serta dalam rangka e. JLing-P;
pertahanan dan keamanan. JSN dapat f. JAS;
dikembangkan untuk menghubungkan: g. JKS;
a. antarPKSN dalam satu kawasan h. JLS; dan
perbatasan negara; i. J-Ling-S.
b. antara PKSN dan pusat kegiatan
lainnya; dan 3.1.1 Wewenang Penetapam Fungsi Jalan Daerah
c. PKN dan/atau PKW dengan kawasan Wewenang penetapan fungsi jalan daerah diatur
strategis nasional. sebagai berikut:
a. Fungsi jalan daerah ditetapkan oleh gubernur
2.3.2 Jalan Provinsi dengan keputusan gubernur secara berkala
Jalan provinsi terdiri atas : paling singkat 5 (lima) tahun; dan
a. JKP-2; b. Fungsi jalan daerah sebagaimana dimaksud
b. JKP-3; dan huruf a yang meliputi JKP-4, JLP, JLing-P,
c. Jalan Strategis Provinsi (JSP) JAS, JKS, JLS, dan JLing-S ditetapkan oleh
JSP adalah jalan yang diprioritaskan untuk gubernur berdasarkan usulan
melayani kepentingan provinsi berdasarkan bupati/walikota.
pertimbangan untuk membangkitkan
pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan dan 3.1.2 Prosedur Penetapan Fungsi Jalan Daerah
keamanan provinsi. Prosedur penetapan jalan daerah diatur sebagai
berikut:
2.3.3 Jalan Kabupaten
Jalan kabupaten terdiri atas : a. Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
a. JKP-4; bulan setelah diterbitkannya Keputusan
b. JLP; Menteri tentang penetapan ruas jalan
c. Jling-P; dan berdasarkan fungsinya sebagai JAP dan JKP-
d. Jalan Strategis Kabupaten (JSK); 1, gubernur:
Jalan strategis kabupaten adalah jalan yang 1. melakukan kajian jaringan jalan untuk
diprioritaskan untuk melayani kepentingan penetapan fungsi jalan sebagai JKP-2 dan
kabupaten berdasarkan pertimbangan JKP-3 dengan mempertimbangkan :
untuk membangkitkan pertumbuhan a. Rencana Tata Ruang Wilayah
ekonomi, kesejahteraan dan keamanan Nasional (RTRWN);
kabupaten. b. Rencana Tata Ruang Wilayah
e. JAS; Provinsi (RTRWP);
f. JKS; c. Rencana Pembangunan Jangka
g. JLS; dan Panjang Daerah Provinsi (RPJPD
h. Jling-S. Provinsi);
d. Rencana Pembangunan Jangka
2.3.4 Jalan Kota Menengah Daerah Provinsi (RPJMD
Jalan kota terdiri atas: Provinsi);
a. JAS; e. rencana umum jaringan jalan/hierarki
b. JKS; jaringan jalan; dan
c. JLS; dan f. persyaratan teknis jalan.
d. Jling-S.
2. meminta bupati/walikota untuk
2.3.5 Jalan Desa mengajukan usulan fungsi jalan sebagai
Jalan terdiri atas : JKP-4, JLP, JLing-P, JAS, JKS, JLS, dan
a. JLP dan JLing-P yang tidak termasuk jalan JLing-S dengan mempertimbangkan:
kabupaten di dalam kawasan perdesaan; a. RTRWP;
dan b. Rencana Pembangunan Jangka
b. jalan yang menghubungkan kawasan Panjang Daerah kabupaten/kota
dan/atau antar permukiman di dalam desa. (RPJPD kabupaten/kota);
c. Rencana Tata Ruang Wilayah
III. PROSEDUR kabupaten/kota (RTRW
kabupaten/kota);
3.1 Fungsi Jalan Daerah
79
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) sebagai bahan campuran
beraspal panas type Asphalt Concrete – Binder Cource (AC-BC) dengan penambahan material baru (agregat dan aspal),
bahan peremaja dan fly ash secara optimal dari segi kinerja teknis (berdasarkan Spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3).
Berdasarkan penelitian terdahulu, komposisi material RAP adalah 20% terhadap berat campuran panas. Penelitian
ini dimulai dengan menganalisa RAP. Dari ekstrasi RAP didapatkan agregat dan aspal, kemudian dilakukan gradasi
pada agregat. Apabila gradasi agregat tidak masuk dalam amplop gradasi diperlukan penambahan agregat baru. Karena
nilai penetrasi aspal 49 (0,1mm) tidak memenuhi syarat maka diperlukan penambahan aspal baru. Setelah itu
ditentukan campuran AC-BC dengan penambahan variasi kadar fly ash 4%, 5% dan 6% terhadap seluruh berat
campuran. Dari semua komposisi, hanya campuran RAP 20%, material baru 75% dan fly ash 5% yang paling
memenuhi seluruh persyaratan kriteria teknik campuran beraspal. Walaupun demikian hasil ini belum memenuhi
kriteria Void in Mix (VIM) Marshall dan VIM kepadatan membal. Dan nilai kadar aspal optimumnya adalah 6,4%
(0,8% aspal RAP + 5,6% aspal baru).
Kata kunci: Asphalt Concrete - Binder Course (AC-BC), Fly ash, Kinerja teknis, Kadar aspal optimum Reclaimed
Asphalt Pavement.
Abstract. The objective of this research is to utilize Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) as a mixture of hot asphalt AC-
BC type. The new additional material is required such as aggregate and asphalt, fluxing material and fly ash to meet
the technical performance which is based on Spesification Bina Marga 2010 Revision 3. Previous research
(Kusmarini,2012) concluded that the composition was 20% of RAP by hot mixture weight. This research is started by
analyzing the RAP. Extracy of RAP are aggregates and asphalt. Grading on aggregate were conducted for required
grading envelope . Penetration of asphalt of 49 was failed to qualified for required grading envelope to need new
asphalt. Therefore the AC-BC mixture was composed with a variation of fly ash by mixture weight which is 4%, 5%
and 6%. Mixture with of 20% of RAP, 75% of new materials and 5% of fly ash 5% for application is recommended.
However, Marshall Void in Mix (VIM) and Refusal Density VIM were not required. The optimum asphalt content is
6,4% by total weight of mixture.
Keywords: Asphalt Concrete - Binder Course (AC-BC), fly ash, Reclaimed Asphalt Pavement (RAP), Teknis
Performance, The asphalt optimum.
82
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
2. Bagaimana aspal RAP dan penambahan aspal baru untuk 5. Sampel material RAP diambil dari Ruas Jalan Taman -
memenuhi persyaratan Spesifikasi Bina Marga 2010 Waru dan fly ash dari PT Petrokimia Gresik dengan
Revisi 3? spesifikasi kelas C.
3. Bagaimana membuat komposisi mix-design campuran 6. Persentase RAP 20 % (Kusmarini, 2012) dan lama
Asphalt Concrete Binder Cource (AC-BC) dengan pemeraman bahan peremaja selama 1 hari (berdasarakan
penambahan variasi kadar fly ash untuk mendapatkan pengujian di Lab Dinas PU Bina Marga Provinsi Jatim).
campuran Asphalt Concrete Binder Cource (AC-BC) yang
optimal dari segi kinerja teknis? 1.6 Review Penelitian Terdahulu
4. Bagaimana perbandingan dengan hasil pengujian
campuran material baru 100% (dari data sekunder) 1. Suwantoro (2010) melakukan penelitian laboratorium
terhadap pengujian campuran yang menggunakan fly ash untuk optimalisasi penggunaan RAP sebagai bahan
sebagai filler? lapisan perkerasan jalan beton aspal tipeAC
(AsphaltConcrete). Penelitian dilakukan 2 tahap, tahap
1.3 Tujuan Penelitian pertama dibuat campuran Do Nothing yaitu campuran
panas dari 100% RAP. Tahap kedua pembuatan
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian campuran modifikasi yaitu campuran panas RAP
ini adalah untuk: ditambah dengan agregat dan bitumen baru, tahap kedua
1. Mencari material RAP (baik agregat maupun aspal) yang ini dilakukan jika hasil tahap pertama tidak memenuhi
bisa masuk amplop gradasi untuk memenuhi persyaratan persyaratan AC. Setelah itu dilakukan estimasi biaya
Spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3. perkerasan daur ulang ini. Hasil penelitian menunjukkan
2. Menentukan penambahan material baru (aspal dan bahwa campuran Do Nothing tidak memenuhi persyaratan
agregat) untuk memenuhi persyaratan Spesifikasi Teknis AC. Sedangkan campuran modifikasi dengan
Bina Marga 2010 Revisi 3 . penambahan agregat baru sebesar 6,3 %, memenuhi
3. Mencari komposisi mix-design campuran Asphalt semua persyaratan beton aspal tipe AC. Campuran beton
Concrete - Binder Cource (AC-BC) dengan penambahan aspal modifikasi dengan kadar aspal optimum 5,125%
variasi kadar fly ash untuk mendapatkan campuran AC-BC menghasilkan Stabilitas Marshall 1815,69kg, Flow
yang optimal dari segi kinerja teknis. 3,97mm, VIM 3,38%, Density 2,42 dengan efisiensi biaya
4. Melakukan perbandingan dengan hasil pengujian 46,63%.
campuran material baru 100% (dari data sekunder) 2. Kusmarini (2010) melakukan penelitian laboratorium
terhadap pengujian campuran yang menggunakan fly ash untuk menganalisa penggunaan RAP pada campuran
sebagai filler. beraspal panas dengan menggunakan aspal pen 60/70
dan penambahan anti stripping agent. Hasil penelitian
1.4 Manfaat Penelitian menunjukkan:
Nilai sebagian karakteristik aspal RAP sampel 1
Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan maupun sampel 2 tidak memenuhi syarat spesifikasi
manfaat sebagai berikut: yaitu penetrasi dan daktilitas aspal, untuk itu perlu
1. Bahan pertimbangan pertimbangan bagi pelaksana penambahan aspal baru untuk memperbaiki sifat-sifat
pemeliharaan jalan mengenai penggunaan RAP dan fly ash fisiknya,
sebagai bahan campuran beraspal panas tipe AC-BC. Upaya pemanfaatan RAP sebagai bahan campuran
2. Bahan pertimbangan untuk penghematan sumber material beraspal panas AC adalah dengan penambahan
perkerasan jalan sehingga dapat menjaga kelestarian material baru baik agregat maupun aspal, menyusun
lingkungan. DMF baru dengan melakukan pengujian Marshall,
3. Bahan pertimbangan untuk Pemanfaatan material lokal perendaman Marshall dan kepadatan membal dengan
(fly ash) sehingga dapat meningkatkan taraf hidup hasil:
masyrakat setempat dari segi ekonomi. - Sampel 1,pada komposisi optimal penambahan
agregat kasar sebesar 4%, agregat sedang
1.5 Lingkup Penelitian 23%,agregat halus 42%, semen1%, dan aspal Pen
60/70 sebesar 4,5%. Penambahan Anti Stripping
Sehubungan dengan permasalahan yang akan dibahas maka Agent 0,25% dari berat aspal campuran.
ruang lingkup penelitian ini adalah: - Sampel 2,pada komposisi optimal penambahan
1. Penelitian dilakukan pada material RAP dari Jalan agregat kasar sebesar 6%, agregat sedang 25%,
Nasional di Jawa Timur. agregat halus 48%, semen 1% , dan aspal Pen
2. Penelitian hanya membahas bagaimana penggunaan yang 60/70 sebesar 5,2%. Penambahan Anti Stripping
optimal material RAP yang tersedia pada stockpile dan Agent 0,25% dari berat aspal campuran.
kadar material fly ash pada campuran A C - B C dari segi Komposisi optimal penggunaan RAPdari segi kinerja
kinerja teknis,tidak membahas pengaruh umur teknis :
perkerasan, LHR dan pemeliharaan jalan yang telah - Sampel 1 adalah 30% RAP dan 70% material baru
dilakukan terhadap karakteristik RAP. dengan KAO campuran 5,8%.
3. Penelitian hanya menitik beratkan pada penggunaan - Sampel 2 adalah 20% RAP dan 80% material baru
material RAP dan kadar material fly ash untuk perkerasan dengan KAO campuran 5,9%.
bahan campuran beraspal panas tipe AC-BC dengan fly
ash
4. Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium tidak
melakukan pengujian lapangan.
83
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
84
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Kajian Pustaka
Pengumpulan Data
Gambar 2 Gradasi Agregat RAP
Gambar 2 menunjukan menunjukkan bahwa gradasi
Data Sekunder agregat RAP tidak memenuhi spesifikasi karena agregat yang
Data Primer lolos saringan ½ tidak masuk dalam “amplop gradasi”
Spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3. Untuk memenuhi
persyaratan “amplop gradasi” maka diperlukan penambahan
Analisis karakteristik agregat dan aspal RAP terhadap agregat baru.
Spesifikasi bahan campuran perkerasan jalan aspal panas
tipe ACBC dengan fly ash Tabel 3. Pengujian Material RAP (Aspal)
No Jenis Uji Syarat Hasil Uji
1. Kadar aspal dalam campuran (%) - 4%
Campuran RAP dengan material baru agar memenuhi 2. Penetrasi pada 25°C (0,1 mm) 60-70 49
spesifikasi ( untuk prosentasi RAP 20 % terhadap berat 3. Viskositas 135°C (cSt) >300 2.300
campuran berdasarkan penelitian Esti Peni, untuk variasi 4. Titik lembek (°C) >48 55
kadar fly ash yaitu 4%, 5% dan 6% 5. Daktilitas pada 25°C, (cm) >100 > 120
6. KelarutanTrichloroethylene (%) >99 99,85
7. Berat Jenis (gr/cm3) >1,0 1,067
Analisa Penggunaan RAP Sumber: Hasil Pengujian
Analisa capaian Kinerja Campuran terhadap
spesifikasi campuran jalan tipe ACBC Tabel 3 menunjukkan semua hasil pengujian memenuhi
dengan fly ash. persyaratan Binamarga 2010 Revisi 3, kecuali hasil uji
penetrasi 49, yang disyaratkan 60 – 70.
85
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tabel 4 menunjukkan hasil pengujian sesuai persyaratan gabungan dengan fly ash 4% disajikan pada Tabel 6 dan
Spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3. Gambar 3.
Tabel 6 Gradasi Agregat Gabungan Dengan Fly Ash 4 %
Proporsition Sieve Size
Explanation
(%) (% Lolos)
Inch 3/4" 1/2" 3/8" #4 #8 #16 #30 #50 #100 #200
Mm 19.0 12.5 9.5 4.75 2.36 1.18 0.600 0.300 0.150 0.075
Data of
Aggregate
Grading
- RAP 100 100 85,34 51,64 35,91 27,08 20,88 15,56 10,18 5,00
- CA 90,43 45,89 27,02 13,98 13,27 13,18 0 0 0 0
- MA 100 99,55 94,12 23,70 2,26 1,56 1,41 1,33 1,26 0,85
- FA 100 100 100 99,88 65,80 38,99 23,19 14,19 8,78 3,49
- Fly Ash 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Agregat
Combinated
- RAP 20 20 20 17,07 10,33 7,18 5,42 4,18 3,11 2,04 1,00
- CA 20 18,09 9,18 5,40 2,80 2,65 2,64 - - - -
Gambar 2 Gradasi Agregat Baru - MA 31 31,00 30,86 29,18 7,35 0,70 0,48 0,44 0,41 0,39 0,26
- FA 25 25,00 25,00 25,00 24,97 16,45 9,75 5,80 3,55 2,20 0,87
- Fly Ash 4 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00
3.2 Komposisi Mix Design untuk campuran AC-BC 3.2.2 Gradasi Agregat Gabungan dengan Fly Ash 5 %.
dengan penambahan variasi kadar fly ash sebagai
filler Berdasarkan gradasi agregat RAP dan gradasi CA, MA,
FA, Fly ash maka dilakukan penyusunan gradasi agregat
Untuk memenuhi amplop gradasi sesuai spesifikasi maka gabungan dengan cara trial and error beberapa komposisi
agregat baru yang ditambahkan terdiri dari : sehingga didapatkan
- Coarse agregat (10-20) gradasi agregat gabungan yang masuk dalam “amplop
- Medium agregat (5-10) gradasi”. Adapun penyusunan gradasi agegrat gabungan
- Fine agregat (0-5) dengan fly ash 5 % disajikan pada Tabel 7 dan Gambar 4.
- Fly ash sebagai filler
86
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tabel 7 Gradasi Gabungan Dengan Fly Ash 5 % Tabel 8 Gradasi Gabungan Dengan Fly Ash 6 %
87
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
88
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
89
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
90
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
CA 20%, MA 31%, FA 25% , Fly ash 5% dan MFO 2,9 DAFTAR PUSTAKA
gram yang paling memenuhi seluruh persyaratan kriteria
teknik campuran beraspal (di luar nilai VIM Marshall dan
VIM kepadatan membal) dengan nilai kadar aspal Budianto, Herry, 2009, “Menuju Jalan Yang Andal, PT Cakra
optimum: 6,4% (0,8% aspal RAP + 5,6% aspal baru) Daya Sakti, Surabaya
4. Perbandingan hasil pengujian campuran material baru 100% Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementrian Pekerjaan
terhadap terhadap pengujian campuran yang Umum, 2010 Spesifikasi Umum Edisi 2010 Revisi 3,
menggunakan fly ash sebagai filler yaitu : Direktorat Jenderal Bina Marga Kementrian Pekerjaan
- Dari seluruh kriteria teknik campuran beraspal panas, Umum, Jakarta
campuran material baru 100% memenuhi persyaratan NAPA Education Foundation, 1996, Hot Mix Asphalt
Spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3. Materials Mixture Design and Construction , NAPA
- Dari seluruh kriteria teknik campuran beraspal panas (di Education Foundation, Maryland
luar nilai VIM Marshall dan VIM kepadatan membal), Kusmarini, E.P, 2012, Analisa Penggunaan Reclaimed
RAP 20%, CA 20%, MA 31%, FA 25% , Fly ash 5% Asphalt Pavement (RAP) Sebagai bahan Campuran
memenuhi persyaratan Spesifikasi Bina Marga 2010 Beraspal Panas dengan Menggunakan Aspal Pen 60-70
Revisi 3. (Studi Kasus Jalan Nasional Gemekan-Jombang dan
Jalan Nasional Pandaan - Malang), Surabaya, ITS.
Pemerintah Republik Indonesia, 2006, Peraturan Pemerintah
4.2 Saran. Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan, Jakarta
Silvia Sukirman, 1992, Perencanaan Tebal Struktur
1. Perlu penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara sifat Perkerasan Jalan, Penerbit NOVA, Bandung
fisik material RAP dan fly ash supaya sesuai dengan Suwantoro, 2010, Optimalisasi Penggunaan Material Hasil
Spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3. Cold Milling untuk Daur Ulang Lapisan Perkerasan
2. Nilai VIM marshall dan nilai VIM Kepadatan Membal pada Jalan Aspal Beton Type AC (Asphalt Concrete),
penelitian ini tidak memenuhi persyaratan Spesifikasi Bina Surabaya, ITS
Marga 2010 Revisi 3, sehingga perlu penelitian lebih lanjut
untuk meningkatkan nilai VIM Marshall dan Nilai VIM
Kepadatan Membal pada campuran AC-BC dengan RAP
dan fly ash (dengan pengurangan jumlah kadar aspal pada
aspal baru)
3. Perlu penelitian lebih lanjut tentang kinerja teknis campuran
beraspal panas AC-BC menggunakan RAP dan fly ash di
lapangan, dengan melakukan uji coba di lapangan dan
melakukan pengamatan dalam kurun waktu tertentu
untuk mengetahui kondisi riil yang terjadi setelah
perkerasan dibebani lalu lintas.
91
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak : Campuran beraspal panas gradasi menerus memiliki stabilitas paling besar, apabila porsi masing-masing butir
medium dan halus tepat jumlahnya untuk mengisi ruang yang terjadi akibat bertemunya 3 (tiga) butir atau lebih dari
agregat kasar (batu pecah 5-10) yang mendominasi campuran. Interlock sempurna terjadi karena pertemuan antar batu
pecah 5-10 berantai ke semua penjuru tidak terhalang oleh butir agregat medium maupun butir agregat halus. Jumlah butir
agregat medium sama sekali tidak boleh melebihi jumlah ruang yang terjadi akibat pertemuan butir kasar tersebut,
sehingga kekurangan butir medium akan diisi oleh butir agregat halus. Dengan system interlock sempurna ini, campuran
beraspal memiliki kekuatan ikatan sangat tinggi, sehingga mampu memberikan nilai stabilitas dan ikatan antar butir yang
kuat dengan aspal jenis apapun, yang pada gilirannya campuran beraspal panas memiliki daya tahan yang tinggi terhadap
beban berat, dan tahan terhadap cuaca karena system campuran berbasis mekanis (memaksimalkan interlock butiran)
bukan mengandalkan ikatan bahan pengikat. Adapun cara untuk memperoleh system interlock sempurna dilakukan
dengan mendesain bentuk lintasan gradasi pada batas-batas gradasi gabungan agregat untuk masing-masing jenis
campuran beraspal panas.
Abstract : The well graded of asphalt mixtures have the grettest Marshall Stabilitation, if all the space will fulfilled by
the medium aggregate and fine aggregate according the proportion. The space between coarse aggregates tieted each
others, then the space will fulfilled by the smaller aggregate. The amount of medium aggregate must be not more than
needed, also the fine aggregate must be enough for the available spaces. For this perfect interlock system of aggregate,
the hot mixture asphalt have the maximum strength, so it give the height marshall stabilities with all the kinds of asphalt
types and it may support the very high load of traffic repetitions, also all the climate condition. This is happened
because the available of good interlock system of coarse aggregate (mechanical based system), not asphalt based,
finally the asphalt function can be minimized. The strategy for design of gradation lane can be used excel application
by building the formula for this circumstances.
92
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
pencampuran material yang merata, apabila batu pecah yang Namun demikian dari hasil analisis atau diagram
dihasilkan berbentuk kubikal maka untuk mencapai homogen gambar yang diperoleh tidak serta merta ditetapkan sebagai
lebih mudah, sebaliknya apabila banyak terdapat batu pecah proporsi campuran antar batu pecah, karena lintasan gradasi
yang pipih, maka kerataan campuran sulit diperoleh. hasil analisis atau diagram gambar masih belum sempurna,
Kenyataan di lapangan bahwa jenis batu pecah yang tersedia perlu diperhalus agar terbentuk lintasan gradasi yang lebih
rata-rata adalah mendekati pipih, sehingga dapat dipastikan di bagus dalam upaya memenuhi persyaratan teknis dan
lapangan banyak terjadi perlemahan-perlemahan struktur kemudahan proses pencampuran sehingga diperoleh tingkat
terutama pada campuran beraspal yang mengandung banyak kepadatan campuran beraspal yang semaksimal mungkin.
material pipih akan mudah terjadi rutting dan tidak stabil. Adapun untuk memperhalus lintasan gradasi sebagaimana
Material pipih memiliki daya interlock yang lemah, dimaksud di atas dapat dilakukan dengan bantuan aplikasi
juga muda terjadi pecah pada saat menerima beban lalu- Excel, dengan melaui trial-error pada nilai porsi masing -
lintas, sementara batasan spesifikasi adalah 10% jumlah masing fraksi, sehingga diperoleh kombinasi campuran yang
material yang benar-benar pipih, namun di lapangan batu paling tepat, untuk lebih jelasnya akan diuraikan pada Tabel
pecah yang memiliki kondisi hamper pipih jumlahnya lebih 2, Analisis penentuan lintasan gradasi.
dari 40%. Artinya apabila yang disebut pipih adalah Dari hasil pengamatan kami di lapangan dan di
perbandingan tebal dan lebar 1: 5, tetapi yang memiliki laboratorium pada saat melaksanakan pekerjaan fisik,
perbandingan 1: (4-4,9) lebih dari 30%. Sehingga apapun ditemukan karakteristik beberapa jenis lintasan dalam rentang
jenis aspalnya dan bentuk lintasan gradasinya di lapangan batas gradasi, mulai dari lintasan sesuai batas atas, sampai
akan banyak terjadi rutting dan kerusakan jenis lainnya. lintasan gradasi sesuai batas bawah. Dan hasil maksimum
Para ahli telah membuat batas-batas rentang gradasi yang kami peroleh dari pengamatan tersebut adalah bahwa
atau dikenal sebagai amplop gradasi (kecuali superpave, yang yang paling mudah dilaksanakan di lapangan untuk
dibatasi hanya beberapa saringan) berdasarkan data-data memperoleh tingkat kepadatan maksimal dan tingkat
pengalaman dan data-data percobaan, baik di laboratorium keseragaman texture permukaan yang relative homogen
maupun di lapangan dengan rentang sebagaimana tertera pada adalah lintasan yang melalui sebagian batas atas pada agregat
Tabel 1 dan Grafik 1, sesuai dengan ukuran butir kasar, dan pada fraksi halus mendekati batas paling bawah.
maksimumnya. Tabel tersebut mengacu pada formula Fuller Dengan lintasan semacam ini segrasi tidak mudah terjadi dan
dan Thomson dan kurva gradasi pangkat 0.45 yang mendapatkan tingkat kepadatan paling tinggi. Detail analisis
diterbitkan oleh Federal Highway Administratin (FHWA) lintasan gradasi ini akan diuraikan pada analisa data gradasi
tahun 1960. Adapun maksud adanya batasan adalah untuk butiran agregat.
mengarahkan agar campuran yang diperoleh dari kombinasi Tabel 2. Contoh Perhitungan Proporsi Agregat
antara dua atau lebih dari fraksi agregat dapat mendekati AC-WC GRADASI KASAR KOMPOSISI GRADASI
kurva Fuller. Saringan
Saringan CA MA FA NS FF TOTAL
Power Bts Atas Bts Bwh. Komb. 1 1/2 " 30 44 24 0 2 100
Tabel 1. Amplop Gradasi Agregat Gabungan untuk ( mm) 1" 100 100 100 100 100
Campuran Aspal 19.10 100.00 100 100 100.00 3/4 " 100 100 100 100 100
12.72 83.28 90 100 94.09 1/2 " 80.3 100 100 100 100
9.53 73.14 72 90 77.61 3/8 28 98.2 100 100 100
4.75 53.46 43 63 56.72 #4 2.4 68.3 99.8 98.2 100
2.36 39.03 28 39.1 28.66 #8 0.5 8.7 94.5 95.3 100
1.18 28.57 19 25.6 19.14 # 16 0.4 2.3 66.7 89.6 100
0.60 21.07 13 19.1 14.17 # 30 0.4 1.2 48 83.7 100
0.30 15.43 9 15.5 10.89 # 50 0 1 35.2 67.6 100
0.15 11.29 6 13 8.20 # 100 0 0.7 24.7 39.5 98
0.075 8.27 4 10 5.83 # 200 0 0.7 15.1 24.38 95
Gradasi Terpilih
93
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
94
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
95
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
dan kelelehan tinggi. Rongga udara terlalu kecil kemudian dikalikan dengan 100% maka
sehingga kecenderungan rutting akibat bleeding diperoleh kadar aspal efektif. Asp eff = B.
sangat besar Kondisi ini cocok untuk lokasi dengan asp eff / (B asp.eff + 1) x 100%
lalu-lintas rendah sampai sedang, meskipun cuaca e. Kadar aspal efektif ditambah dengan
panas masih dapat bertahan lama karena jumlah penyerapan agregat terhadap aspal (1/2
total kadar aspal cukup tinggi.. penyerapan agregat terhadap air)
2. Pada lintasan melalui tengah sesuai Gambar 4, diperoleh kadar aspal total.
memiliki stabilitas tinggi dengan flow yang tinggi 8. Pada Gambar 8 menunjukkan contoh gradasi
juga, namun aspal yang dibutuhkan juga tinggi, lintasan ext atas yang dipotong, butir agregat 5-10
lintasan gradasi ini lebih tepat untuk lalu-lintas dengan jumlah besar saling kontak yang dikunci
tinggi oleh batu pecah 0-5 yang berasa di antara ruang
3. Pada lintasan dekat batas bawah sesuai Gambar 5, yang terbentuk oleh sekelompok butiran tersebut.
memiliki nilai stabilitas lebih rendah dengan flow 9. Pada Gambar 9 dan Tabel 4 dibuat contoh
juga rendah, rongga dalam campuran terlalu besar, perancangan yang menghasilkan lintasan gradasi
sehingga rawan terhadap masuknya air hujan seperti pada lintasan ext. atas, sehingga dengan
melalui rongga yang cukup besar, kondisi ini rawan tebal film penyelimutan 10 µ diperoleh kadar aspal
retak karena cenderung getas/ kaku. Lintasan total 6.03. bentuk lintasan diubah berdasarkan trial
gradasi ini hanya cocok untuk lalu-lintas rendah error pada porsi masing-masing agregat (CA, MA
pada daerah dingin, karena volume aspal efektif dan FA)
tidak memenuhi kebutuhan minimum, hanya
dengan aspal modifikasi dengan titik lembek tinggi Pada prinsipnya selama lintasan gradasi masih
yang bisa ditambahkan untuk lintasan jenis ini. dalam rentang batas-atas dan batas bawah , semua properties
tetap terpenuhi hanya beberapa saja yang tidak memenuhi,
4. Pada lintasan gradasi ext. bawah sesuai Gambar 6,
terutama rongga udara dalam campuran dan kadasr aspal
memiliki nilai stabilitas lebih rendah dengan flow efektif (VFA). Dari dapat dikatakan bahwa penetapan rentang
lebih tinggi, kadar aspal cenderung tinggi karena gradasi pada spesifikasi sudah benar dan dapat dipertanggung
jumlah agregat halus lebih besar, dengan rongga jawabkan. Adapun penetapan pemilihan jenis lintasan dapat
udara sangat kecil. Kondisi ini hanya cukup untuk disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan, sedapat mungkin
lalu-lintas ringan hingga sedang, karena mudah dirancang yang menghasilkan interlock paling bagus,
bleding dan rutting. sehingga funsi aspal dapat diminimalkan. Artinya dengan
adanya saling bertemunya antar butir kasar, dimana ruang
5. Pada lintasan Ext. atas sesuai Gambar 7 adalah
diantaranya diisi oleh sekelompok butir agregat yang lebih
lintasan paling Ideal, karena butuh aspal lebih kecil, kecil, yang berfungsi sebagai pengunci, maka stabilitas yang
dengan nilai stabilitas yang tinggi dan performance diperoleh merupakan hasil dari kekuatan interlock butiran,
lainnya tetap memenuhi syarat. Lalu-lintas berat sedangkan fungsi aspal menjadi minoritas.
dapat dilayani dengan maksimal, oleh karenanya Dengan memanfaatkan interlock butiran sebagai
system perancangan sebaiknya menggunakan tumpuan utama nilai stabilitas dan kekuatan campuran, maka
aspal jenis apapun dan kondisinya tidak pernah menjadi
lintasan yang mengikuti tren ini.
permasalahan pada campuran beraspal panas. Namun mutu
6. Pada lintasan ini (butir 5) ternyata jumlah agregat batu pecah, khususnya abrasi dan kelekatannya terhadap
yang lolos saringan # 4 adalah kurang dari 45%, aspal harus bagus, kubikal dan non pipih/lonjong. Nilai abrasi
berarti total agregat kasar adalah lebih dari 55%, butiran bukan merupakan nilai rata-rata dari batu pecah yang
karena body dari campuran beraspal adalah agregat bagus dengan batu pecah yang kurang bagus, karena
kasar maka semakin besar jumlah agregat kasarnya perlemahan bisa terjadi karena ada sebagian butiran yang
tentunya semakin kokoh/ stabil. pecah saat adanya kendaraan berat melintas dan menekan
batu pecah tersebut sehingga menjadi pecah. Termasuk batu
7. Perhitungan kadar aspal diperoleh sebagai berikut :
pecah yang cenderung pipih (1:4,5-4.9) yang keberadaannya
a. Prosen lolos masing-masing saringan lebih dari 30% sehingga rutting dan shoving mudah terjadi di
dikalikan dengan factor luas permukaan lapangan karena campuran beraspal tidak stabil.
agregat gabungan perkilogram jumlah
agregat maka diperoleh luas permukaan
KESIMPULAN
perkilogram agregat. (SA= m2/kg) 1. Susunan gradasi butir agregat pada campuran
b. Luas permukaan dikalikan tebal film beraspal panas (lintasan gradasi) memberikan
dalam satuan micron di dapat volume kontribusi besar terhadapa nilai stabilitas marshall
aspal dalam satuan liter perkilogram dan kinerja campuran lainnya, semakin tegak garis
agregat (Vasp eff = SA x BFT/1000) yang menghubungkan saringan # 4 dengan 3/8”
c. Volume aspal dikalikan dengan berat jenis
(Garis dekat lintasan Ext. atas) semakin besar nilai
aspal (1.036 untuk aspal murni stabilitasnya.
pertamina) diperoleh berat aspal
2. Pada saat ini untuk membentuk garis lintasan
perkilogram agregat (B. aspal eff = V asp.
gradasi sesuai yang dikehendaki dapat dilakukan
Eff x BD aspal) dalam satuan kg dengan bantuan aplikasi excel yang dapat dibuat
d. Berat aspal dibagi dengan berat aspal rumus sendiri, sehingga lintasan gradasi yang bagus
ditambah dengan berat agregat (1 kg)
96
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
REFERENSI :
97
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak : Campuran aspal dingin selama ini dianggap kurang efektif dan kurang efesien karena kendala pengendalian
mutu pelaksanaan di lapangan masih sulit, dan metode pencampurannya masih sering mengalami kegagalan. Hal ini
disebabkan karena belum ditemukan alat ukur yang tepat untuk mengetahui masa saat mendekati kondisi akan setting
aspal emulsi, karena fluktuasi cuaca dan variasi kandungan/ kadar air material di lapangan relatif sangat tinggi. Oleh
karena itu untuk meminimalkan kendala-kendala tersebut perlu dilakukan hal-hal atau strategi khusus dalam
melaksanakan pencampuran aspal dingin, yang mana cara atau metoda dimaksud adalah dalam bentuk bagan alur pikir
yang memperhatikan berbagai macam kondisi, kendala cuaca dan lain-lain yang dapat mempengaruhi kinerja campuran
aspal dingin. Dengan alur pikir ini diharapkan setiap melakukan campuran aspal dingin akan diperoleh hasil maksimal,
sehingga dapat terlaksana sebagaimana campuran beraspal panas. Strategi yang akan disampaikan dalam makalah ini
adalah semata-mata berdasarkan pengalaman lapangan yang telah kami laksanakan di berbagai wilayah kepulauan yang
sulit dijangkau dengan produksi campuran beraspal panas. Pencampuran cara manual dan mekanis, pengamparan
dengan atau tanpa finisher sudah kami laksanakan, dan berbagai masalah dan penyelesaiannya sudah kami alami, dan
sukses sudah kami raih untuk campuran aspal dingin dengan emulsi.
Abstract : until for the present time, cold mix is still ineffisient becouse of difficulty for controlling seting time, also the
failure of mixing methode. The setting time condition of cold mix is difficuld to know exactly, becouse of climate and
fluctuated of water content in the aggregate. So for minimazing the problems must be done some thing or specific
strategy, for applying cold mix paving. The standard operation procedur for cold mix by considering some kind of
climate problem and others variable that influences the quality of cold mix paving. By applying the standar operating
procedure in cold mix asphalt, all the constraint can be deleted and good performane of cold mix asphalt will be
achieved as a similar with hot mix asphalt. The SOP is created based on experiences from cold mix asphalt in the areas
that AMP did not available. Full scale methode and manual have done it, so the result is a good performance at present
time. So we share to all audience here in order the next we can do more better.
98
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
yang terserap oleh agregat dalam kondisi dingin. Pada mutunya kurang memenuhi persyaratan untuk kegiatan
campuran beraspal panas pori-pori agregat terbuka karena pekerjaan campuran beraspal dingin. Juga masih banyak
adanya proses pengeringan/ pemansaan, sehingga jumlah ditemukan di lapangan bahwa aspal emulsi yang diproduksi
aspal yang terserap oleh agregat diperkirakan setengah dari di beberapa tempat yang mutunya tidak dapat dipertanggung
penyerapan agregat terhadap air. Pada campuran beraspal jawabkan, karena memang tidak berlebel apapun dalam
dingin hal ini belum dapat diperkirakan secara tepat, karena prosedur pembuatannya.
agregat mengandung air kurang lebih 2-3% sebelum Persyaratan agregat pada campuran beraspal dingin
bercampur dengan aspal emulsi. Mungkin pada awalnya tidak seharusnya lebih ketat dari pada campuran beraspal panas
menyerap aspal karena dalam diri agregat sudah ada air, karena pada campuran dingin mekanisme ikatan bahan
dengan berjalannya waktu aspal lambat tapi pasti aspal diperoleh secara murni dari mutu masing-masing bahan, yaitu
dipermukaan (selimut aspal) akan terserap ke dalam agregat agregat dan aspal emulsi. Berbeda dengan campuran beraspal
sehingga kekuatan ikatan menjadi berkurang seiring panas, dimana mekanisme ikatan dibantu dengan proses
berlangsungnya masa pelayanan. pemanasan agregat dan aspal, sehingga menghasilkan ikatan
Kegagalan pelaksanaan campuran dingin pada maksimal. Pada campuran dingin malah sebaliknya, yaitu
umumnya disebabkan oleh inkonsistensinya mekanisme memberikan air bersih sejumlah 2-3% dari kondisi agregat
pencampuran material dan aspal emulsinya. Debu yang kering. Pemberian air tersebut dimaksudkan untuk
menempel pada agregat tidak dapat hilang, bahkan malah memberikan media agar proses pencampuran dengan aspal
sangat melekat pada agregat kasar karena ada proses emulsi terjadi dengan maksimal. Akan terjadi masalah besar
menambah air sebelum dicampur dengan aspal emulsi. Pada apabila agregatnya dalam kondisi kotor atau mengandung
campuran beraspal panas debu sebagian hilang pada saat debu lumpur, maka bukan menjadi media kemudahan ikatan
proses pemanasan/ pengeringan agregat dan pada saat malah mempersulit ikatan antara agregat dan aspal emulsi.
penyaringan panas sebelum masuk bak penampung panas Mekanisme campuran dingin berbeda dengan
(hot bin). Debu merupakan penghalang utama ikatan antara campuran panas, pada campuran beraspal panas dapat
agregat dan aspal, sehingga pada campuran dingin sangat dilakukan sekaligus antara agregat kasar dan halus dengan
diperlukan kondisi agregat yang prima bila ingin aspal secara bersamaan dengan kondisi panas, sementara
mendapatkan hasil yang maksimal. Perlu ada upaya untuk pada campuran dingin harus dilakukan secara terpisah antara
menciptakan kondisi agregat yang bagus dalam mewujudkan agregat kasar dan agregat halus. Pencampuran dimulai dari
campuran aspal dingin yang lebih baik. agregat kasar dicampur dengan aspal emulsi sejumlah kurang
Pada umumnya agregat fraksi kasar mengandung lebih 30% aspal kebutuhan aspal emulsi, diaduk hingga
sedikit agregat halus, pada campuran aspal dingin harus merata, kemudian masukkan agregat halus bersama aspal
dipisah secara teliti, karena hal ini dapat menyebabkan emulsi sisanya sekitar 70% dan aduk hingga merata baik
terjadinya bola-bola salju yang semakin lama semakin besar penyelimutannya maupun merata komposisinya.
bila tidak segera diambil. Bola-bola salju adalah sekelompok Pada saat melakukan percobaan pencampuran ternyata
agregat halus dengan aspal emulsi, sehingga keberadaannya ditemukan adanya air segar yang keluar dari campuran
dalam campuran akan memperlemah konstruksi karena beberapa menit setelah selesai mencampur dengan aspal
semua aspal terserap ke bola-bola tersebut. Bila dibuang emulsi itu berarti kandungan air dalam agregat terlalu tinggi
kadar aspal dalam campuran menjadi berkurang, namun bila atau melebihi 3 %. Dalam kondisi demikian yang harus
dibiarkan dan tetap dihampar maka permukaan akan mudah dilakukan adalah melakukan kalibrasi ulang proses
bergelombang. pembasahan terhadap agregat sebelum pencampuran dimulai.
Aspal emulsi memiliki batas waktu pemakaian, Kondisi ini disebabkan karena agregat jenuh air, dan akan
sementara sebagian besar para pelaksana lapangan tidak memperlambat masa setting di lapangan bahkan keluarnya air
peduli dengan hal tersebut meskipun mereka mengetahui hal dari dalam batu akan mendesak ikatan dengan aspal sehingga
tersebut, bahkan sebagian malah tidak memahami akan hal terjadi perlemahan karena kurang luas permukaan agregat
ini, sehingga banyak terjadi kegagalan di lapangan dalam yang terselimuti oleh aspal.
penerapan campuran dingin jenis apapun. Di negara kita Apabila pada agregat kasar mengandung sejumlah
ketentuan masih kalah dengan keuntungan dan kerugian agregat halus maka harus dipisah lebih dahulu dengan
sehingga harga paling murah dengan mutu rendah masih menggunakan saringan nomor 4 (4,75 mm), apabila tidak
menjadi primadona dalam melaksanakan kegiatan pekerjaan dipisah maka agregat halus tersebut akan menangkap
konstruksi di lapangan. Banyak di Pasar dijual aspal emulsi sejumlah aspal yang ditambahkan kepada agregat kasar dan
dengan harga murah namun tidak jelas asal usulnya, bahkan membentuk bola-bola salju. Kondisi ini menyebabkan
tidak ada keterangan atau label yang menerangkan produsen penyelimutan aspal emulsi terhadap agregat kasar tidak
dan penanggung jawabnya. maksimal. Sebaliknya apabula ternyata pada agregat halus
Aspal emulsi mudah diproduksi di mana-mana, hampir mengandung sebagian agregat kasar maka juga harus dipisah
setiap pemilik AMP mampu memproduksi aspal emulsi, dengan saringan nomor 4 juga, karena agregat kasar tersebut
namun prosedur pengendalian mutu campuran, mulai dari tidak akan terselimuti oleh aspal emulsi saat dicampur
komposisi bahan sampai dengan prosedur pembuatannya bersamaan dengan agregat halus, sehingga akan menjadi
sehingga menghasilkan aspal emulsi yang memenuhi perlemahan dalam campuran.
ketentuan, belum dapat dikendalikan secara maksimal. Sesuai Pedoman Pembuatan Aspal Emulsi Jenis
Kationik Nomor 024/T/BM/1999, produsen harus memiliki
peralatan yang mampu menghasilkan aspal emulsi yang
memenuhi ketentuan sebagaimana tabel 1: SNI 4798 : 2011,
LITERATUR REVIEW DAN namun di lapangan masih sering ditemukan produk aspal
PEMBAHASAN emulsi yang penanggung jawabnya menjadi satu kesatuan
Bahan utama campuran beraspal dingin adalah agregat dengan pelaksana kegiatan di lapangan. Ini salah satu
dan aspal emulsi, berdasarkan pengalaman di lapangan permasalahan kecil namun berdampak besar dalam kegiatan.
selama ini bahwa mutu agregat dan aspal emulsi masih belum Karena pada saat terjadi kegagalan bangunan, produsen tidak
maksimal, artinya masih banyak ditemukan agregat yang bertanggunag jawab karena sistem pengendalian harian
99
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
produksi tidak ada. Sehingga seluruh beban menjadi hari. Hal ini karena masih berlangsung pemisahan bahan
tanggunag jawab pelaksana. Dengan demikian produsen bisa pengikat secara kimiawi. Namun struktur perkerasan mampu
leluasa memproduksi aspal emulsi dengan mutu apapun tanpa menopang beban kendaran berdasarkan interlock antar
beban bila terjadi permasalahan di lapangan. butiran. Oleh karenanya susunan gradasi yang tepat juga
diperlukan dalam mendesain komposisi campuran secara
bagus.
100
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
ANALISIS PERMASALAHAN
Dari data-data dan permasalahan yang diuraikan
didepan, dan agar diperoleh suatu hasil campuran beraspal
dingin yang maksimal secara konsisten, maka beberapa hal
yang harus diperhatikan dan sekaligus dilakasnakan pada
pelaksanaan campuran beraspal dingin di lapangan adalah
sebagai berikut:
1. Meneliti produksi aspal emulsi yang akan
digunakan pada kegiatan campuran beraspal dingin
:
a. Kadar residu
b. Daya lekat terhadaop batu standar
Gambar 3. Foto pelaksanaan penghamparan dan pemadatan c. Batas expired
campuran beraspal dingin. 2. Meneliti mutu agregat :
1. Kandungan agregat kasar dalam agregat halus
2. Kandungan agregat halus dalam agregat kkasar
PERMASALAHAN DAN
3. Kadar debu lempung
PEMECAHANNYA 4. Kandungan air
Maraknya perusahaan AMP memproduksi aspal emulsi
sendiri menambah beban kerja pengawasan pelaksanaan 5. Penyerapan terhadap air
penggunaan aspal emulsi sebagai campuran beraspal dingin 3. Merancang proporsi campuran agregat dan aspal
ataupun pelaksanaan tack coat dan prime coat yang emulsi
menggunakan aspal emulsi. Terutama pada residunya, karena 4. Membuat percobaan campuran
berbeda kadar residu berbeda pula perancanngan kebutuhan 1. Kalibrasi perendaman agregat
aspal emulsi dalam campuran. Apalagi ada beberapa 2. Kalibrasi pengeringan agregat sampai mencapai
persyaratan sebagaimana tertuang pada Tabel di atas.
kadar air 2-3%
Sehingga setiap perancangan campuran beraspal dingin harus
selalu uji properties emulsi yang akan digunakan guna 3. Pemisahan agregat kasar dan halus untuk
menyesuaikan proporsinya dalam campuran/ masing-masing fraksi
Kandungan agregat halus dalam agregat kasar dan juga 5. Pencampuran :
sebaliknya harus selalu dilakukan pemisahan setiap 1. Penakaran/ penimbangan agregat sesuai proporsi
melaksanakan pencampuran, karena akan terjadi bola bola 2. Pencampuran agregat kasar dengan aspal emulsi
salju pada saat mencampur agregat kasar dengan aspal 30% dari jumlah total dalam periode
emulsi, dan agregat kasar berada pada agregat halus tidak
pencampuran
akan kebagian penyelimutan aspal. Oleh karenanya setiap
melaksanakan pencampuran harus disediakan saringan nomor 3. Penambahan agregat halus sesuai porsi dan aspal
4 atau anyaman kawat dengan jarak antar kawat arah emulsi 70% dari jumlah total dalam periode
melintang dan membujur 5 mm. pencampuran
Pengendalian mutu agregat khususnya kekotoran 4. Pengadukan hingga merata semua bahan sesuai
agregat terhadap debu lempung menjadi permasalahan utama, waktu kalibrasi
sebagaimana terjadi pada campuran beraspal panas. Untuk 6. Pengangkutan ke lapangan atau memasukkan hasil
menghindari agregat yang kotor harus dilakukan sistem
pencucian secara mekanis yang dilaksanakan sebelum masuk campuran ke dalam kantong plastik untuk disimpan
ke mesin pemecah batu. Apabila material diperoleh dengan 7. Penghamaparan di lapangan dengan atau tanpa
pembelian secara langsung, maka pencucian material finisher
sebaiknya dengan menggunakan keranjang dari anyaman 8. Pemadatan :
kawat ukuran 5 mm. Material dimasukkan dalam keranjang 1. Setelah penghamparan selesai 50-100 meter
dan gerak-gerakkan naik turun dengan jumlah gerakan sesuai dalam satu sisi lajur
kalibrasi. Untuk mencapai kondisi 2-3% kadar air perlu
2. Dilakukan dengan tandem sebagai pemadatan
kalibrasi waktu dan cuaca atau dengan metoda penghamparan
dengan tebal tertentu. awal 1-2 kali lintasan pulang-pergi
Kandungan kadar air dalam agregat sering tidak 3. Dilakukan pemadatan roda karet dengan jumlah
terkendali secara tepat sehingga menyebabkan proses setting lintasan sesuai hasil uji coba di lapangan
tidak merata di lapangan, oleh karena itu pada saat
101
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
102
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
KESIMPULAN
1. Campuran beraspal dingin dapat digunakan untuk
pekerjaan pelapisan (overlay) sebagaimana
campuran beraspal panas berskala masal, dengan
melaksanakan prosedur sebagaimana rangkaian
urutan kegiatan di depan.
2. Lebih sempurna lagi apabila mulai proses
pemecahan batu, kolam perendaman material dan
proses pengeringan/ pematusan agregat setelah
perendaman dirancang secara teknis sehingga kadar
air benar-benar terkendali sempurna, maka dapat
dikatakan bahwa pekerjaan campuran beraspal
dingin sudah setara dengan campuran beraspal
panas.
REFERENSI :
1. Pedoman Pembuatan Aspal Emulsi Jenis Kationik
Nomor 024/T/BM/1999,
2. SNI 4798 : 2011, Spesifikasi teknik aspal emulsi
Kationik
3. Spesifikasi teknik Dirjen Bina Marga tahun 2010
refisi 3 final
4. Spesifikasi teknik tahun 1991, campuran aspal
dingin
103
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16-19 April 2018
Abstrak : Sering dijumpai di lapangan khususnya jalur padat lalu-lintas berat adanya gelombang, retak-retak, ambles/
jembul, tersungkur, lubang-lubang dan lain-lain, yang mana kejadian tersebut dalam kurum waktu yang relative singkat
dari pekerjaan yang baru saja dikerjakan. Kejadian ini tidak merata pada seluruh permukaan perkerasan jalan, pada
umumnya terjadi pada lokasi-lokasi perlambatan atau pemberhentian dan pada sebelah median jalan. Saat kendaraan
berat berhenti di atas permukaan jalan beraspal pada siang hari, maka campuran beraspal akan mengalami penurunan
atau ambles, terutama pada bagian yang hanya mengandung agregat halus dan medium. Penurunan setempat-setempat
atau ambles ini dapat menimbulkan beban kejut yang besarnya 2,5 kali berat beban, sehingga lebih memperparah
kondisi kerusakan. Kami telah melakukan percobaan dan pengamatan pada lokasi extreme, yaitu di persimpangan jalur
padat lalu-lintas berat, dengan berbagai kombinasi lapisan campuran beraspal, dan hasil paling maksimal adalah
menempatkan AC-Base sebagai lapis penutup. Tidak tanggung-tanggung, nilai kekuatan dan daya tahannya sampai 10
kali lipat dari penggunaan AC-WC. Kami akan berbagi pengalaman melalui makalah ini secara detail dalam upaya
memperbaiki kinerja jalan khususnya di jalur padat lalu-lintas berat, sehingga pelayanan jalan semakin maksimal.
Abstract : Pavement's deteriorate such as bumpy, rutting, cracking, shoving, pothole and others are often happend in
short time after construction periode. These problems usually in the heavy load traffic lane and high volume of heavy
trucks, particularly in junctions, traffic jam areas and side the median When the heavy truck stop or move in slow
motion, the temperature under truck machine are very high, so the surface layer of asphalt pevement to be weak, and
finally rutting will happend and others deteriorates also. Start from small wave location, the pavement will hit by load
truck almost 2,5 times total load,so deteriorate of pavement will develop rapidly. In the field we have tryed to make
many type of top layer for survace pavement, finally we decided if the AC Base the best alternatif. The strengh and
others performance have 10 times more then other type of top layer surface, so based on this experience we want to
share for improving road pavements performance, particularly for the heavy load truck traffic lanes. In order the
maximum services of road pavement can be achieved.
PENDAHULUAN lapangan dapat mengangkut lebih dari 25-30 ton. Jalur sempit
Pada jalur padat lalu-lintas berat sering muncul yang tidak tersedia bahu jalan yang bagus dibuat median,
kerusakan berupa ambles setempat setempat, alur pada jejak sehingga truck berat melintas sekitar median pada lintasan
roda kendaraan (rutting), dan tersungkur hingga naik ke atas yang sama secara terus menerus sehingga terjadi alur dan
median, keriting atau gelombang pendek pada persimpangan tersungkur melimpas sampai ke permukaan median. Tekanan
sebidang dan lain-lain. Kejadian ini menimbulkan kesan ban roda truk tronton yang seharusnya antara 130-140 psi di
bahwa struktur campuran beraspal tidak mampu menahan lapangan sampai lebih dari 160 psi, sehingga diperlukan nilai
beban lalu-lintas, atau memang mutu campuran tidak sesuai marshall stabilitas diatas 1600 kg (mata kuliah Rekayasa
dengan ketentuan, atau dapat juga ketentuan sudah tidak Perkerasan Aspal Prof. Indrasurya B. Mochtar).
sesuai dengan kondisi beban yang lewat, atau alokasi Kejadian di lapangan pada saat pelaksanaan proyek
anggaran yang tersedia kurang memadai untuk melaksanakan peningkatan jalan Surabaya-Gresik pada tahun 2007-2008,
kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai kaidah penanganan tepatnya di persimpangan sebidang ruas jalan Demak -
jalan, sehingga kerusakan jalan tidak dapat dihindari. Dupak, Km. S. Baya 2+700, selalu terjadi rutting setelah
Semua permasalahan sebagaimana disebut di atas penghamparan AC-BC 7 cm dan AC-WC 5 cm tidak lebih
memang benar adanya, dan bahkan semuanya terjadi atau dari 3 bulan. Kejadian ini menarik perhatian tim kami untuk
berlangsung pada waktu yang bersamaan, sehingga kerusakan mengadakan penyelidikan di lapangan. Konsultan dan teknisi
jalan terjadi secara serentak. Truk tronton yang seharusnya lab. PT. Baitasari mengukur bersama kondisi temperatur di
secara normal mengangkut beban 7-9 ton, kejadian di lokasi tersebut, rata-rata di atas 60 °C, dan pada saat truck
besar berhenti selama lampu merah menyala, dicoba oleh
104
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16-19 April 2018
Teknisi lab untuk menempatkan termometer tepat dibawah permukaan aspal harus disesuaikan dengan berat beban yang
mesin truck, ternyata temperaturnya sampai 80 °C. Hal ini diperkirakan akan melintas.
membuktikan bahwa titik lembek aspal sudah terlampaui oleh Sesuai ASTM D3515 susunan gradasi agregat untuk
temperatur lapangan, sehingga sangat wajar apabila pada Gradasi menerus terdiri dari atas beberapa kelompok sesuai
persimpangan atau tempat pemberhentian kendaraan selalu dengan maksimum butir agregat, mulai dari nomor 16 (1.18
terjadi rutting dan gelombang pendek (keriting). mm) sampai saringan 2,0 inci (50 mm) sebagaimana pada
Kami lakukan percobaan secara langsung di lapangan Tabel 4. Dimana masing masing kelompok digunakan untuk
dengan menggunakan AC-BC sebagai lapis permukaan, jenis lalu-lintas yang dilayani atau sesuai dengan kebutuhan
ternyata hanya mampu bertahan 1 (satu) tahun saja. Kejadian perencanaan tebal perkerasan lapis permukaan. Namun tidak
ini sama persis dengan AC-WC, dimulai dari munculnya semua tebal hasil perancangan dapat dihampar dan
aspal ke permukaan bersama agregat halus, kemudian ambles dipadatkan dalam 1 (satu) lapisan, karena ada kendala pada
yang semakin lama semakin dalam, yang pada giliran sangat pemadatan. Pemadatan dibatasi oleh temperatur dan jumlah
dalam (lebih dari 10 cm) dan mengganggu lalu-lintas. lintasan, semakin tebal lapisan dibutuhkan jumlah lintasan
Akhirnya semua lapisan dikupas/ kerok dan diganti dengan yang banyak dengan waktu yang lama, sehingga ada batasan
AC-Base 2 lapis tebal 2 x 7 cm, hasilnya sampai dengan bahwa tebal hamparan padat maksimal adalah 2,5 kali ukuran
proyek selesai tidak terjadi ambles, bahkan sampai FHO butir maksimumnya.
kondisi masih mulus, hanya beberapa aspal sempat muncul
namun tidak sampai terjadi rutting. 3 (tiga) tahun kemudian Tabel 3. Hubungan Tekanan Roda Kendaraan Dengan Batas
setelah FHO sudah mulai ada kerusakan berupa retak-retak Minimum Stabilitas Marshall Perkerasan Jalan
dan revelling dan sebagian rutting namun tidak terlalu dalam Persyaratan Minimum
(kurang dari 2 cm) sehingga tidak mengganggu kendaraan TEKANAN RODA (psi) Stabilitas Marshall perkerasan
yang melintas. jalan (kg)
80 800
90 900
100 1000
LITERATUR RIVEW DAN 110 1100
PEMBAHASAN 120 1200
AC Base adalah campuran beraspal dengan ukuran 130 1300
butir maksimum 1,5 inci (37,5 mm), dengan jumlah porsi 140 1400
agregat kasar (tertahan saringan nomor 4 lebih besar) yaitu 150 1500
antara 60% sampai 72%, dengan kadar aspal antara 4,5% Sumber : Diktat kuliah Prof Indrasurya B Mochtar
sampai 5,2 %, nilai stabilitas minimal 1800 kg untuk aspal
pertamina dan 2250 kg untuk aspal modifikasi, sedangkan Tabel. 4 Susunan Gradasi menerus sesuai ASTM D 3515
batas jumlah rongga dalam campuran sama dengan AC WC
dan AC BC, yaitu 3%-5% sehingga sama tingkat kedapnya
terhadap air untuk ketiga jenis lapis permukaan. Dengan
demikian berarti tidak salah apabila menempatkan lapisan AC
Base sebagai lapisan yang langsung bersinggungan dengan
roda kendaraan alias berfungsi sebagai lapis penutup
(wearing) pada susunan lapis perkerasan campuran beraspal.
Tabel 1 menunjukkan karakteristik AC Base dengan jenis
aspal modifikasi.
105
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16-19 April 2018
Tabel 5. Susunan lapisan permukaan berdasarkan tebal ban pemadat roda karet kurang dari standar, atau tebal
rancangan dan kondisi lalu-lintas hamparan kurang dari 2 kali ukuran butir maksimum, atau
suhu pemadatan sudah dibawah ketentuan sehingga aspal
Tebal Lalu-lintas ringan Lalu-lintas sedang Lalu-lintas berat sudah berfungsi sebagai pengikat bukan lagi sebagai pelumas
rancan Lapis Lapis
gan
Lapis Lapis Lapis Lapis Lapis
bawa bawa saat pemadatan. Untuk mengantisipasi hal-hal tersebut, maka
atas bawah atas bawah atas
(cm) h1 h2 pada saat pelaksanaan penghamparan AC Base harus
3 HRS
AC- disediakan hal-hal berikut:
4
WC 1. Pemadat roda karet 2 buah hal ini untuk
AC- AC-
5
WC WC mengantisipasi penurunan temperatur, karena AC
AC- AC-
6
BC BC
AC-BC Base rawan terhadap penurunan temperatur.
7
AC- AC-
AC-BC 2. Tebal hamparan minimal 2 kali ukuran butir
BC BC
AC- AC- AC- maksimumnya, sehingga butir agregat kasar leluasa
8 HRS
BC BASE BASE
AC- AC- AC- AC- AC-
bergerak sampai pada posisi saling bertemu dengan
9
WC BC BC WC BASE butir kasar lainnya untuk saling berinterlock.
AC- AC- AC- AC- AC-
10
WC BC BC WC BASE 3. Temperatur saat pengangkutan dijaga dengan 2
AC- AC- AC- AC- lapis terpal agar penurunan temperatur saat
11
BC BC BASE WC
12
AC- AC- AC- AC- pengangukutan tidak mengalmi penurunan yang
BC BC BASE WC
AC- AC- AC- AC- tinggi. Terpal pertama persis pada permukaan
13
BC BC BASE BC
AC- AC- AC- AC-
campuran mengikuti bentuk permukaan campuran
14
BC BC BASE BC sedang terpal lainnya menutup bak truk secara
AC- AC-
15
BASE BC rapat.
AC- 4. Tebal penyelimutan aspal minimal 10 mikron,
AC-
16-20 BAS
BASE
E meskipun 8 mikron adalah syarat minimalnya.
AC-
AC- AC- Dengan tebal selimut tinggi berati jumlah pelumas
21 BAS
BASE BC
E
AC-
lebih banyak sehingga agregat kasar dapat bergerak
AC- AC-
22
BASE
BAS
BC leluasa pada saat pemadatan, sehingga semua butir
E
AC- kasar saling ketemu (interlock) dan dikunci dengan
AC- AC-
23 BAS
BASE
E
BC agregat yang lebih halus, dan sebagian agregat
AC-
AC- AC- halus akan muncul ke permukaan akibat desakan
24-30 BAS BAS
BASE dari agregat kasar.
E E
106
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16-19 April 2018
107
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak : Campuran daur ulang lapis pondasi perkerasan jalan atau yang dikenal dengan Cement Treated
Recycled Base (CTRB) adalah campuran perkerasan hasil daur ulang untuk diaplikasikan sebagai lapis
pondasi perkerasan jalan dimana kekuatannya ditentukan antara lain oleh kadar semen dalam campuran.
Namun demikian, jumlah semen dalam campuran CTRB perlu dibatasi karena dapat mengakibatkan susut
dan retak yang pada akhirnya berakibat pada kerusakan dini. Tulisan ini membahas tentang ketahanan
tekan dan tarik campuran CTRB akibat adanya substitusi parsial material pozolan terhadap semen dalam
campuran dengan tujuan untuk mengurangi retak dalam campuran yang ditunjukkan oleh meningkatnya
ketahanaan campuran terhadap tegangan tarik. Dalam penelitian ini pengujian yang dilakukaan adalah
Unconfined Compressive Strength (UCS) dan pengujian Indirect Tensile Strength (ITS). Kompisisi
kandungan RAP dan RAM dalam campuran adalah 40% : 60% (campuran I) dan 60% ; 40% (campuran II)
dan variasi kadar semen dalam campuran sebesar 2%; 4%; 6% dengan substitusi material pozolan sebesar
0%; 15% dan 30% terhadap berat semen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa substitusi parsial material
pozolan terhadap semen dalam campuran CTRB menunjukkan kesanggupan campuran CTRB dalam
menahan tegangan tekan (UCS) dan tegangan tarik (ITS) seiring dengan meningkatnya kadar material
semen C* (semen dan pozolan alam) dalam campuran.
Kata-kata kunci: CTRB, RAP, RAM, Pozolan, UCS, ITS.
Abstract : The recycled mixture of a pavement foundation layer known as Cement Treated Recycled Base
(CTRB) is a mixture of recycled pavement to be applied as a pavement foundation layer where its strength is
determined by the level of cement content in the mixture. However, the amount of cementitious material in
CTRB mixtures required to overcome the limitation causes related to shrinkage, cracking, which lead to
accelerated materials premature failure. This paper discusses the compressive and tensile strength of the
CTRB mixtures due to the partial substitution of pozolanic material to the cement content in the mixture in
order to reduce the crack as indicated by the increases of the mixed resistance to tensile stress. In this
research the tests are Unconfined Compressive Strength (UCS) and Indirect Tensile Strength (ITS) testing.
Composition of RAP and RAM content in the mixture is 40%: 60% (mixture I) and 60%; 40% (mixture II) with
variation of cement content in the mixture of 2%; 4%; 6% with pozolan material substitution of 0%; 15% and
30% to the weight of cement. The test results show that the partial substitution of pozzolanic material to
cement in the CTRB mixtures shows the ability of CTRB mixtures to withstand the compressive stress (UCS)
and indirect tensile stress (ITS) with the increasing of cementitious material content, C* (cement and natural
pozolan) in CTRB mixtures.
Key words: CTRB, RAP, RAM, Natural pozzolan, UCS, ITS
108
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
109
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
dapat digunakan kembali sehingga menghemat bubuk yang jika ditambahkan air, material pengisi
penggunaan material agregat baru dan (pasir), dan agregat akan menghasilkan suatu
mengurangi besarnya sampah padat yang berasal campuran berair yang dapat dibentuk dengan
dari perkerasan lama. Gradasi gabungan agregat mudah, dicetak kemudian akan mengeras secara
RAP dan RAM yang digunakan dalam penelitian spontan pada keadaan temperatur normal. Tidak
ini adalah sebagaimana terlihat pada Gambar 1 ada material lain yang menyamai keunikan
dan 2 di bawah ini, dimana spesifikasi gradasi material ini sehingga semen berfungsi sebagai
yang digunakan adalah spesifikasi agregat untuk bahan pengikat antar butir-butir agregat dalam
Lapis Pondasi Perkerasan Lentur yang di campuran agar terbentuk suatu massa yang
Stabilisasi dengan Semen (AASHTO, 1972). Baik kompak dan padat. Salah satu material semen
gradasi gabungan RAP dan RAM dengan yang biasa digunakan dalam konstruksi saat ini
komposisi 40% : 60% dan 60% : 40% pada adalah semen Portland. Semen Portland adalah
pengujian UCS (Waani et al., 2014) maupun semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara
gradasi gabungan 40% : 60% dan 60% : 40% menghaluskan klinker yang mengandung silikat
pada pengujian ITS (Waani & Lintong, 2017) dan kalsium yang bersifat hidraulis dengan gips
menunjukkan ada bagian (ukuran saringan) yang sebagai bahan tambahan. Bahan utama semen
keluar atau tidak memenuhi ketentuan spesifikasi portland adalah batu kapur (CaO), silica (SiO2)
gradasi untuk lapis pondasi perkerasan jalan. Hal dan alumina (Al2O3) seperti terlihat pada Gambar
ini merupakan resiko yang dapat terjadi jika kita 3 dan 4. Dalam penelitian ini semen Portland
menetapkan komposisi perbandingan RAP dan yang digunakan adalah semen Portland tipe 1
RAM, dan bukan untuk memenuhi sspesifikasi dengan spesifik grafity (Gs) = 3,14.
gradasi dimana dalam penelitian ini komposisi
RAP dan RAM adalah 40% : 60% dan 60% : 40%.
110
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Fly ash ini mempunyai sifat seperti semen penelitian (Tabel 2) lebih besar dari 35 kg/cm 2
dengan kadar kapur diatas 10%. yaitu pada campuran yang mengandung 40%
Dalam pengujian ini, material pozolan alam RAP dan 60% RAP dengan substitusi 15% - 30%
yaang digunakan memiliki sifat-sifat kimia dan pada kadar semen 6% menunjukkan bahwa
mekanikal seperti yang tercantum pada tabel campuran ini memenuhi persyaratan yang
dibawah ini. ditetapkan dalam standar spesifikasi.
Material pozolan yang digunakan dalam Hasil analisa hubungan antara nilai UCS
penelitian ini berasal dari Manado dalam bentuk dengan kadar material semen, C* sebagaimana
bongkahan-bongkahan bergradasi kasar. Untuk ditunjukkan oleh Gambar 5a dan 5b, baik pada
meningkatkan sifat mekanikal dari campuran, tras campuran yang mengandung 40% RAP : 60%
yang akan ditambahkan pada campuran harus RAM maupun campuran yang mengandung 60%
dihaluskan hingga sebagian besar (> 95%) lolos RAP :40% RAM menunjukkan adanya
saringan No.325 (0,045 mm). Semakin halus peningkatan ketahanan terhadap tegangan tekan
material ini semakin besar luas permukaan (UCS) seiring dengan bertambahnya kadar
partikelnya (Specific surface) sehingga material semen, C* (semen dan pozolan alam)
mengakibatkan semakin banyak pasta (semen + dan bertambahnya umur campuran. Pada
air) yang dibutuhkan dan semakin banyak atau campuran yang mengandung 40% RAP
semakin luas pula partikel tras yang akan peningkatan UCS terjadi pada substitusi pozolan
bereaksi dengan pasta semen sehingga sebesar 15% terhadap semen sedangkan pada
mengakibatkan mutu campuran semakin baik. Hal campuran yang mengandung 60% RAP
ini sangat menguntungkan dalam segi peningkatan nilai UCS terjadi pada substitusi
permeabilitas, workabilitas dan kekuatan. pozolan sebesar 30% terhadap semen.
Hal ini menunjukkan bahwa untuk
HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN campuran yang mengandung RAP yang relatif
1. Pengujian Kuat Tekan (UCS) besar (60%), persentase material semen yang
Pengujian kuat tekan dimaksudkan untuk ditambah dalam campuran lebih efektif dalam
menguji ketahanan campuran perkerasan meningkatkan kekuatan campuran jika
terhadap tegangan tekan yang terjadi akibat persentasenya cukup besar, yaitu lebih besar dari
beban (SNI 03-1974-1990) atau sama dengan persentase material semen yang ditambahkan
ASTM Standard C109C/109M-08 (ASTM 2008a). pada campuran yang mengandung RAM yang
Sebagaimana diketahui bahwa perkerasan besar (60%). Dengan demikian, penggunaan
jalan memikul beban kendaraan yang disalurkan persamaan hubungan antara qu dengan c* dapat
melalui gandar kendaraan. Sekalipun beban lalu- digunakan untuk memprediksi kekuatan
lintas kendaraan bersifaat dinamis terhadap campuran dan untuk memperkirakan komposisi
perkerasan jalan dan pengujian kuat tekan kadar material semen (semen dan pozolan) dalam
bersifat statis, akan tetapi pengujian ini masih campuran.
dianggap representatif untuk menguji kuat tekan 2. Pengujian Kuat Tarik Tak langsung
campuran semen dan dapat digunakan untuk Pengujian kuat tarik tak langsung (ITS)
memprediksi kekuatan campuran serta dimaksudkan untuk menguji ketahanan campuran
memperkirakan komposisi kadar material semen perkerasan terhadap tegangan tarik yang terjadi
(semen dan pozolan) dalam campuran. akibat adanya beban. Pengujian dilakukan
Pengujian dilakukan terhadap campuran terhadap campuran CTRB dengan koposisi 40%
CTRB dengan kopossisi 40% RAP : 60% RAM RAP : 60% RAM dan 60% RAP : 40% RAM
dan 60% RAP : 40% RAM dengan kadar semen (Waani et al., 2017) dimana persentase semen
sebesar 2%, 4% dan 6% terhadap total berat RAP dan pozolan dalam campuran sama dengan yang
dan RAM dan disubstitusi dengan pozolan alam digunakan untuk pengujian UCS. Nilai ITS yang
sebesar 15% dan 30% terhadap berat semen ditetapkan untuk lapis pondasi campuran semen
(Waani et al, 2014). Benda uji diuji pada umur dalam konsensus para peneliti adalah sebesar
campuran 7, 14 dan 28 hari setelah direndam 250 kPa, hasil pengujian campuran CTRB yang
dalam air selama 24 jam dimana masing-masing disubstitusi dengan tras dalam penelitian ini > dari
variasi dibuat dalam 3 sampel benda uji. Standar 250 kPa untuk campuran dengan kadar semen
spesifikasi kuat tekan yang ditentukan untuk lapis 4%-6% dengan substitusi 15% dan 30% tras, baik
pondasi perkerasaan jalan yang menggunakan untuk campuran yang mengandung 40% RAP
campuran semen adalah sebesar 35 kg/cm 2 (Bina maupun yang mengandung 60% RAP. Dengan
Marga, 2006 ). Besarnya nilai kuat tekan demikian campuran ini memenuhi syarat untuk
campuran CTRB yang disubstitusi oleh pozolan diaplikasikan sebagai lapis pondasi perkerasan
alam sebagaimana ditunjukkan oleh hasil jalan
111
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tras
(Mina 69.99 18,61 0,17 7,06 3,16 - 0,21 32.9 41.67%
hasa)
Spesi
fikasi
82.93 0.62 7.23 11.00
(ASTM
C618-93)
Tabel 2. Hasil Pengujian UCS campuran 40% RAP : 60% RAM dan
60% RAP : 40% RAM
UCS (qu) 7 Hari UCS(qu) 14 Hari UCS (qu) 28 Hari
Cam- (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2)
Semen : Tras
puran
RAP RAP RAP RAP RAP RAP
40% 60% 40% 60% 40% 60%
A1 2% : 0% 15,80 11,83 17,30 14,47 19,65 23,55
B1 4% : 0% 26,29 18,97 31,14 25,34 35,52 27,32
C1 6% : 0% 34,69 45,89 39,39 49,00 44,08 51,49
A2 85%A1:15%A1 14,11 9,74 16,82 11,30 18,19 15,80
B2 85%B1:15%B1 26,75 20,13 29,48 20,95 32,92 26,58
C2 85%C1:15%C1 35,27 40,40 41,29 45,35 47,39 52,32
A3 70%A1:30%A1 11,31 12,77 10,99 15,40 12,40 18,29
B3 70%B1:30%B1 21,10 18,12 23,81 24,23 26,65 27,91
C3 70%C1:30%C1 27,17 35,22 31,69 40,28 34,28 47,53
Gambar 5a, 5b. Grafik Hubungan antara UCS (qu) dengan Kadar Material Semen C* (7, 14, dan 28
Hari) (Waani et al., 2014)
112
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
ITS (kPa)
Semen:Tras
RAP 40% : RAM 60% RAP 60% : RAM 40%
A1 2%:0% 104.80 99.30
B1 4%:0% 253.80 204.20
C1 6%:0% 358.60 248.30
A2 85%A1:15%A1 154.50 137.90
B2 85%B1:15%B1 248.30 259.30
C2 85%C1:15%C1 281.40 320.00
A3 70%A1:30%A1 132.40 171.00
B3 70%B1:30%B1 220.70 182.00
C3 70%C1:30%C1 314.50 259.30
Hasil analisa hubungan antara kadar pori akan berubah dari pori kapiler yang besar
material semen, c* terhadap campuran CTRB menjadi pori yang kecil dan bersifat gel karena
sebagaimana terlihat pada Gambar 6. dimana adanya reaksi pozolanik dan proses hidrasi,
campuran CTRB yang mengandung 40% RAP : sehingga retak pada perkerasan campuran
60% RAM dan yang mengandung 60% RAP : 40 semen dapat dikurangi.
% RAM menunjukkan bahwa nilai ITS dari kedua
campuran tersebut cenderung meningkat Tabel 4. Perkiraan Hubungan antara Susut dan
bersamaan dengan bertambahnya kadar material ITS pada campuran semen
semen, c*. (AASHTO,1993)
Tabel 4 menunjukkan perkiraan besarnya ITS Susut
susut yang dapat terjadi sehubungan dengan nilai (psi) (inch/inch)
ITS campuran beton (semen). Dari tabel ini ≤ 300 0,00080
terlihat bahwa nilai ITS dari campuran CTRB 400 0,00060
dengan adanya substitusi pozolan alam yaitu 500 0,00045
lebih besar 300 kPa menghasilkan susut yang 600 0,00030
kecil dengan demikian kemungkinan terjadinya ≥ 700 0,00020
retak akibat reaksi kimia dalam campuran dapat
diminimalkan. Hal ini sejalan dengan apa yangg
dinyatakan oleh Cheng et al. (2008) bahwa
penambahan atau substitusi material pozolan
terhadap semen dapat meningkatkan sifat
microscopic dari pasta semen, dimana struktur
113
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
114
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
115
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak : Ruas jalan raya Lubuk Pakam termasuk dalam jalan kelas I (Arteri) dan mempunyai MST
(Muatan Sumbu Terberat) sebesar 10 Ton. Dari data jembatan timbang Tanjung Morawa telah terjadi
3599 kasus kelebihan muatan 25% pada tahun 2016, menunjukkan bahwa ruas jalan raya Lubuk Pakam
sudah mengalami beban berlebih (overloading). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
overloading terhadap pengurangan umur rencana berdasarkan kriteria retak dan alur. Penelitian ini
dilakukan dengan cara mengukur tekanan angin ban pada kendaraan berat yang lewat dan pengolahan
data WIM segmen Medan-Lubuk Pakam untuk selanjutnya diteliti respon perkerasan akibat pengaruh
overloading berupa regangan tarik (t) dan regangan tekan (v) dengan metode mekanistik empiris
menggunakan program KENPAVE. Sehingga di dapatkan repetisi beban kriteria retak dan alur untuk
menghitung sisa umur rencana. Dari hasil penelitian terjadi regangan tarik (t) terbesar senilai 292,4 dan
regangan tekan (v) 322,2 dalam (micro strain), lalu fatigue cracking (Nf) didapatkan 3,06 × 105 dan
rutting (Nr) 4,72 × 106. Hal ini mampu mengurangi umur rencana perkerasan hingga 96,78% untuk
kriteria retak dan 96,85% untuk kriteria alur.
Kata kunci : Overloading, KENPAVE, regangan tarik (t), regangan tekan (v), fatigue cracking (Nf),
rutting (Nr), umur rencana perkerasan.
Abstract : Lubuk Pakam’s road belong to Road Class I (Arteri) and has MST (Maximum Axle Weight) in
the amount of 10 Ton. From Gebang’s weighing station already happened 3599 case of overload 25% in
2016, it showed that Lubuk Pakam’s road already experienced overloading. The aims of this research is
to knowing overloading’s impact toward the decrease of remaining life based on fatigue cracking and
rutting criteria. This research has been done with measure tire pressure on weight vehicle which passed
by and processing WIM’s data on Medan-Lubuk Pakam segment for furthermore looked for pavement
respond cause by overloading impact which is horizontal strain (t) and tensile strain (v) with
mechanistic empirical method using KENPAVE program. With the result that has been got load repetition
based on fatigue and rutting criteria for calculate remaining life. From the result happened the biggest
horizontal strain (t) in the amount of 292,4 and tensile strain (v) 322,2 in (micro strain), then fatigue
cracking (Nf) has been obtained 3,06 × 105 and rutting (Nr) 4,72 × 106. This result can be able to reduce
remaining life of pavement until 96,78% for fatigue cracking criteria and 96,85% for rutting criteria.
Keywords : Overloading, KENPAVE, horizontal strain (t), tensile strain (v), fatigue cracking (Nf),
rutting (Nr), pavement remaining life.
117
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
100
𝑄𝐼 = 184 × 𝑄𝐼𝐼 = 0.543 × 𝑄𝐼𝐼 untuk sumbu tandem (1.1)
100
𝑄𝐼 = × 𝑄𝐼𝐼𝐼 = 0.380 × 𝑄𝐼𝐼𝐼 untuk sumbu tridem (1.2)
263
118
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
P = 4 pπa2 (2.1)
[di persamaan 2.1, a adalah radius bidang kontak, P adalah beban roda, p adalah tekanan ban]
119
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Modulus Tipikal
Jenis Bahan
(MPa)
HRS WC 800
HRS BC 550
AC WC 1100
AC BC (lapis atas) 850
Bahan bersemen CTB 500
LPA kelas A 300
LPA kelas B 200
Timbunan Pilihan 100
Tanah dasar 10 × CBR
Sumber : Luthfi Pratama, 2010
120
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
NO ORGANIZATION f1 f2 f3
1 Asphalt Institue 0.0795 3.291 0.854
2 Shell Research 0.0685 5.671 2.363
US Army Corps of
3 497.156 5 2.66
Engineers
Belgian Road Research
4 4.92E-14 4.76 0
Center
Transport and Road
5 1.66E-10 4.32 0
Research Laboratory
Sumber : Ain Shams Engineering Journal (2012) 3,367-374
𝑁𝑓
𝑙𝑖𝑓𝑒 = min (3.2)
𝑁
NO ORGANIZATION f4 f5
1 Asphalt Institue 1.365E-09 4.477
2 Shell Research 6.15E-07 4
3 US Army Corps of Engineers 1.81E-15 6.527
Belgian Road Research
4 3.05E-09 4.35
Center
Transport and Road Research
5 1.13E-06 3.75
Laboratory
Sumber : Ain Shams Engineering Journal (2012) 3,367-374
121
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
𝑁𝑟
𝑙𝑖𝑓𝑒 = min (4.2)
𝑁
122
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
40%
Truk 6B
30%
20% Truk 7A
10% Truk 7C1
0%
Truk 7C2
0-2
2-4
4-6
6-8
8-10
10-12
12-14
14-16
16-18
Truk 7C3
Muatan Sumbu Terberat (Ton)
Data WIM segmen Medan-Lubuk Pakam bandingkan dengan konfigurasi beban MST
diolah menggunakan Excel dengan langkah 10 Ton dengan menggunakan fungsi IF dan
berikut: AND Lalu dicari nilai minimal, maksimal,
1. Dicari konfigurasi beban masing-masing rata-rata dan standar deviasinya
kendaraan berat, setelah didapatkan lalu di
123
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00% Persentase Pelanggaran
30.00% Overloading
20.00%
10.00%
0.00%
6B 7A 7C1 7C2 7C3
Jenis Kendaraan Berat
2. Pengubahan Beban Sumbu kepada - persamaan 1.1 untuk sumbu tandem dan 1.2
Representative Single Axle Load untuk sumbu tridem.
Beban masing-masing sumbu tunggal roda ganda kemudian di ubah menjadi tekanan ban.
Tabel 7 Tekanan Angin Ban yang di dapat dari pengolahan data MST
124
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Dari hasil pengukuran di lapangan dan pengolahan data overloading, di peroleh nilai rata-rata
pengukuran di lapangan masih berada pada rentang nilai tekanan angin ban rata-rata dan
tekanan angin ban maksimal pada pengolahan data overloading.
Sehingga selanjutnya nilai tekanan angin ban yang di dapat dari pengolahan data overloading
dapat di gunakan untuk analisis pada program KENPAVE.
Tekanan Ban
160
140
120
100
Psi
125
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
126
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tekanan Angin
Sisa Umur Sisa Umur
Ban Keseluruhan Retak (Nf) Alur (Nr)
(Kriteria Retak) (Kriteria Alur)
(Psi)
68 10706477 169242459 112.31% 112.89%
69 9786647 154016683 102.66% 102.74%
80 5440581 85386142 57.07% 56.96%
81 5037802 78767893 52.85% 52.54%
83 4594151 71855312 48.19% 47.93%
84 4324956 67659020 45.37% 45.13%
86 3956589 61914375 41.50% 41.30%
91 3084476 48271543 32.36% 32.20%
96 2454985 38312444 25.75% 25.56%
98 2176861 33885551 22.84% 22.60%
100 2040648 31808393 21.41% 21.22%
103 1806361 28103884 18.95% 18.75%
106 1600865 24916062 16.79% 16.62%
118 1005018 15594455 10.54% 10.40%
146 306963 4720128 3.22% 3.15%
10000000
Repetisi Beban Retak
5000000 (Nf)
Beban Standard 8.16
0 Ton
68 88 108 128 148
Tekanan Angin Ban (Psi)
Grafik 4 Repetisi Beban Retak (Nf) yang terjadi di Jalan Raya Lubuk Pakam
127
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
150000000
100000000 Repetisi Beban Alur (Nr)
50000000
0 Beban Standard 8.16
Ton
68 88 108 128 148
Tekanan Angin Ban (Psi)
Grafik 5 Repetisi Beban Alur (Nr) yang terjadi di Jalan Raya Lubuk Pakam
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00% Sisa Umur (Kriteria Retak)
0.00%
60 80 100 120 140 160
Tekanan Angin Ban (Psi)
Grafik 6 Sisa Umur Rencana (Kriteria Retak) di Jalan Raya Lubuk Pakam
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00% Sisa Umur (Kriteria Alur)
0.00%
60 80 100 120 140 160
Tekanan Angin Ban (Psi)
Grafik 7 Sisa Umur Rencana (Kriteria Alur) di Jalan Raya Lubuk Pakam
128
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
129
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
130
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Secara bertahap Indonesia mulai beralih dari pendekatan empirik menjadi mekanistik dalam proses
desain struktur perkerasan dengan dikeluarkannya Manual Desain Perkerasan (MDP) 2013 yang telah direvisi
menjadi MDP 2017. Dalam manual ini umur desain perkerasan lentur ditetapkan 20 tahun dan perkerasan kaku 40
tahun. MDP disajikan dalam bentuk katalog yang diharapkan dapat memudahkan penggunanya dalam menentukan
solusi desain sesuai kebutuhan yang ada. Realitas dilapangan menunjukan bahwa dengan menggunakan material
dan solusi desain yang disajikan dalam MDP, kondisi perkerasan dilapangan pada beberapa kasus hanya dapat
bertahan selama 2-3 tahun. Sehingga memunculkan pertanyaan “Apakah umur rencana perkerasan dapat
dipenuhi dengan penggunaan material dan solusi desain perkerasan yang disajikan dalam MDP?”. Serangkaian
pengujian aspal yang bersifat mekanistik dilakukan untuk memberikan gambaran bagaimana material aspal dapat
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap umur desain perkerasan. Pengujian aspal dilakukan pada aspal
konvensional, aspal modifikasi elastomer dan aspal karet pada tataran spesifikasi aspal Performance Grade
AASHTO M320 dan M332. Hasil pengujian di laboratorium menunjukan bahwa aspal karet yang dimodifikasi
dengan bahan SKAT dapat meningkatkan kinerja aspal untuk kriteria permanen deformation dan fatigue cracking
secara signifikan mendekati kinerja aspal yang dimodifikasi dengan bahan RARX yang biasa digunakan di
Amerika Serikat. Hal ini sejalan dengan program pemerintah yang mendorong penggunaan karet alam sebagai
bagian dari program diversifikasi produk hilir karet dalam rangka menyerap produksi karet nasional.
1. Latar Belakang dan sifat diluar dari material yang dicantumkan dalam
Manual Desain Perkerasan (MDP) yang katalog tetapi tetap dalam kerangka metode desain
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga adalah perkerasan mekanistik (software dan manual desain
manual desain berbentuk katalog yang sudah perkerasan mekanistik). Model seperti ini digunakan
mengadopsi metode desain perkerasan mekanistik- dalam manual desain perkerasan negara-negara Eropa
empirik (Bina Marga, 2017). Dengan metode ini, analisis dan Australia dimana sifat mekanik bahan untuk tahap
struktur perkerasan dilakukan dengan prinsip-prinsip desain perkerasan dapat diperoleh berdasarkan
mekanika yang didasarkan pada sifat mekanik bahan, nomogram yang didasarkan pada hasil pengujian aspal
dalam hal ini umumnya diwakili dengan nilai modulus yang bersifat empiris (metode Shell dan Austroads).
kekakuan (Stiffness Modulus). Sehingga struktur Dalam proses desain struktur perkerasan lentur, nilai
perkerasan jalan dapat didesain dengan pendekatan yang modulus kekakuan campuran beraspal (Smix) merupakan
sama seperti desain struktur bangunan sipil lainnya. input utama yang digunakan untuk menentukan tebal
Umur rencana dalam MDP untuk perkerasan lentur dan komposisi lapisan struktur perkerasan. Nilainya
disyaratkan dapat melayani lalu lintas selama 20 tahun. sangat bergantung pada modulus kekakuan material
Realitas dilapangan menunjukan bahwa pada beberapa aspal (Sbit) dan komposisi volumetrik campuran. Nilai
kasus ruas jalan yang didesain dan dilaksanakan Sbit didapat dari nomogram Van der Poel yang
mengikuti solusi desain dan material yang ada dalam digunakan untuk memperkirakan nilai modulus
manual desain perkerasan mengalami kerusakan pada kekakuan aspal (Sbit) pada temperatur dan waktu
tahun ke-2 atau ke-3, jauh dari umur rencana yang pembebanan tertentu berdasarkan hasil pengujian
disyaratkan. Sehingga menimbulkan pertanyaan “apakah penetrasi dan titik lembek aspal.
umur rencana dapat dipenuhi dengan menggunakan Konsep desain mekanistik seperti
material dan solusi desain yang disajikan dalam MDP?”. dijelaskan di atas telah teruji dengan baik untuk
Pada kondisi tertentu, ketika katalog material sudah negara-negara dengan tingkat lalulintas
tidak sesuai dengan kebutuhan desain, manual desain maksimal > 30 juta ESAL dan iklim sub tropis.
masih mengijinkan penggunaan material dengan jenis Pada kondisi Indonesia dimana beban lalulintas
131
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
dalam MDP didesain sampai mendekati angka Arizona, California dan Florida menggunakan
200- 500 juta ESAL dan beriklim tropis, serbuk karet ban sebagai bahan tambah aspal
penggunaan nomogram dalam solusi desain yang digunakan untuk meningkatkan konsistensi
mekanistik dirasa tidak lagi memadai. Hal ini aspal pada campuran beraspal untuk lapis
dikarenakan nomogram-nomogram tersebut tidak permukaan. Uji coba mulai dilakukan sejak
didesain untuk material aspal yang dimodifikasi tahun 1950-an dan sampai sekarang sudah
(Van der Poel, 1954). mengalami berbagai perkembangan guna
Pendekatan yang digunakan oleh Amerika menyesuaikan dengan kebutuhan sifat mekanik
Serikat melalui Strategic Highway Research bahan dan kemudahan pekerjaan. Pada akhir
Program (SHRP) patut untuk dipertimbangkan tahun 2010 hampir 31% campuran beraspal
dimana konsep mekanistik juga diterapkan panas yang dikerjakan oleh CALTRANS di
sampai pada tahap pengujian material dan negara bagian California menggunakan aspal
penerapan spesifikasi pada masa konstruksi. Rubber dengan estimasi volume penggunaan
Awal dekade 1990-an SHRP memperkenalkan sebesar 1,2 juta ton (Caltrans, 2010). Untuk
penggunaan alat Dynamic Shear Rheometer aplikasi campuran beraspal, teknologi terkini
(DSR) sebagai alat uji aspal yang bersifat dalam penggunaan serbuk karet ban adalah dalam
fundamental dalam penerapan Spesifikasi Aspal bentuk serbuk teraktivasi yang dikenal dengan
Performance Grade (PG). Dengan pendekatan sebutan RAR (Reacted and Activated Rubber).
ini, penggunaan aspal modifikasi dapat dihitung Material RAR merupakan campuran antara
dan dimodelkan dalam proses desain secara aspal, serbuk karet ban dan Activated Mineral
mekanistik. Metode desain seperti Perpetual Binder Stabilizer (AMBS) dengan komposisi
Pavement dan Mechanistic-Empirical Pavement tertentu (Sousa J.B, 2015).
Design Guide (MEPDG) sudah mengadopsi Calrecycle merilis beberapa keunggulan
konsep aspal PG dalam metode desain mereka, aspal yang dimodifikasi dengan serbuk karet ban
sehingga desain perkerasan yang bersifat sebagai berikut:
mekanistik juga didukung oleh spesifikasi 1. Memiliki durabilitas yang baik terhadap
pelaksanaan konstruksi yang bersifat mekanistik. rutting dan fatigue cracking sehingga
Sampai saat ini, konsep desain perkerasan lebih ekonomis dalam analisis life cycle
secara perpetual dapat dianggap sebagai metode cost.
yang paling ekonomis dalam tinjauan life cycle 2. Tidak memerlukan peralatan khusus
cost perkerasan jalan. Dengan konsep ini
perkerasan jalan untuk lalulintas berat didesain dalam pelaksanaan konstruksi.
secara mekanistik dengan menggunakan asumsi 3. Dapat digunakan dalam reduksi
limiting strain criteria, sehingga bisa memiliki ketebalan lapisan perkerasan jika
umur rencana perkerasan yang panjang (± 50 dibandingkan dengan penggunaan aspal
tahun) tanpa adanya kegiatan rehabilitasi dan konvensional.
rekonstruksi. Pemeliharaan kondisi perkerasan 4. Memberikan kekesatan tekstur
jalan hanya dilakukan sebatas pada pemeliharaan permukaan yang baik.
berkala permukaan perkerasan yang sifatnya 5. Mengurangi kebisingan dan pencemaran
fungsional (APA, 2002; Timm dan Newcomb,
lingkungan.
2006).
Dengan berbagai keunggulan tersebut,
Penerapan konsep perpetual pavement
wajar adanya bila kita di Indonesia mulai melirik
memerlukan penggunaan material yang memiliki
penggunaan material yang sama dan diharapkan
karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan
dapat menyelesaikan permasalahan kerusakan
fungsinya. Untuk lapis permukaan, biasanya
jalan yang ada. Pembuatan aspal modifikasi
didesain untuk dapat bertahan selama 8-14
serbuk karet ban di Indonesia dilakukan dengan
tahun dengan menggunakan campuran berasapal
pendekatan yang sedikit berbeda dengan yang
dengan tipe Gap graded, open graded atau SMA
dilakukan di Amerika, hal ini karena adanya
yang dapat memberikan tekstur permukaan dan
program diversifikasi produk hilir karet yang
sifat kedap air yang baik. Ketiga tipe gradasi di
dicanangkan oleh pemerintah untuk
atas memiliki rongga dalam campuran agregat
mennciptakan demand baru yang dapat
yang besar (VMA ≥ 19%), hal ini
menyerap produk karet rakyat.
memungkinkan penggunaan kadar aspal yang
Serangkaian pengujian dilakukan terhadap
lebih tinggi jika dibandingkan dengan tipe
aspal pen 60/70 yang dimodifikasi oleh Serbuk
campuran AC dengan gradasi menerus. Sehingga
Karet Alam Teraktivasi (SKAT) untuk melihat
perlu digunakan aspal yang memiliki konsistensi
kinerja aspal terhadap berbagai mode kerusakan
yang tinggi supaya aspal tidak keluar dari
dalam tataran spesifikasi aspal Performance
campuran dan dapat memberikan penyelimutan
Grade (PG) dan MSCR. Hasil pengujian
(bitumen film thickness) yang lebih tebal.
tersebut selanjutnya akan dibandingkan dengan
Beberapa negara bagian di Amerika Serikat
kinerja aspal pen 60/70 yang dimodifikasi serbuk
yang memiliki iklim tropis dan gurun seperti
132
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
karet RAR yang sudah umum digunakan di Dalam konsep ini, komposisi lapisan struktur
Amerika sebagai benchmark. perkerasan didesain dengan pendekatan limiting
strain criteria sehingga masing-masing
2. Perpetual Pavement
komponen struktur lapisan perkerasan memiliki
Perpetual Pavement dapat didefinisikan
fungsi yang berbeda-beda dalam memikul beban
sebagai perkerasan lentur dengan campuran
lalulintas dan pengaruh lingkungan seperti
beraspal yang yang tebal dan didesain dengan
ditampilkan dalam gambar 1.
umur layan yang panjang (± 50 tahun) tanpa
Pendekatan yang berbeda diperlihatkan
ada kegiatan rehabilitasi minor dan atau
oleh konsep umum yang ditampilkan oleh solusi
rekonstruksi. Didesain untuk volume lalulintas
desain dalam MDP (gambar 2) dimana struktur
berat dan memiliki performa yang sebanding
perkerasan didesain hanya untuk mereduksi
dengan perkerasan kaku. Bagaimanapun,
tegangan yang terjadi pada tanah dasar tanpa
perkerasan tetap harus mengalami pemeliharaan
memperhitungkan respon masing-masing layer
permukaan secara berkala dan atau pembaruan
terhadap pembebanan yang terjadi. Sehingga
sebagai akibat dari kerusakan permukaan
ketika kerusakan dan pemeliharaan muncul akibat
perkerasan (APA, 2002; Timm and Newcomb,
kerusakan dibawah permukaan perkerasan, maka
2006). Dengan tipe struktur perkerasan ini,
akan diperlukan rekonstruksi dengan konsekuensi
kerusakan dan kegiatan rehabilitasi perkerasan
waktu dan biaya yang lebih besar.
hanya terbatas pada bagian permukaan yang
mudah diperbaiki dan diganti. Jadi, ketika
kerusakan permukaan mencapai tingkat yang
tidak diinginkan, solusi ekonomis yang dipilih
adalah hanya dengan mengganti atau overlay.
Pertimbangan rehabilitasi ini sangat signifikan
pada jalan dengan lalulintas yang padat dimana
penutupan jalur/tundaan bagi pengguna
mengakibatkan delay cost yang tinggi.
133
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 2, gambaran umum solusi desain perkerasan lentur dalam MDP (Bina Marga,
2013)
Tabel 1, Perbedaan sistem klasifikasi aspal penetration grade, viscosity grade dan
134
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
performance grade.
135
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
136
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 4, ilustrasi dari 1 cycle pengujian DSR dengan mode MSCR (Singh, 2016)
Contoh penerapan spesifikasi PG MSCR, Untuk contoh di atas maka aspal yang sesuai
jika suatu lokasi dengan karakteristik lalu dengan kebutuhan dilokasi tersebut adalah
lintas berat dan kecepatan rendah diperkirakan aspal dengan kelas PG 64-16H. contoh tabel
memerlukan aspal dengan kelas PG 64- 16, spesifikasi PG MSCR ditampilkan dalam tabel
maka seluruh pengujian aspal pada suhu tinggi 3 berikut.
dengan alat DSR dilakukan pada suhu 64 oC,
baik untuk aspal kondisi original maupun aspal
kondisi RTFOT. Nilai Jnr pada suhu 64 oC
untuk aspal PG 64 harus berada pada rentang
nilai 0 - 4,0. Rentang nilai Jnr hasil pengujian
ini selanjutnya digunakan untuk menentukan
tingkat ketahanan aspal terhadap pengaruh
beban lalulintas. Pada kelas suhu tinggi yang
sama, sistem klasifikasi ini masih
mengelompokan aspal kedalam beberapa kelas
sesuai besaran nilai Jnr-nya dengan klasifikasi
sebagai berikut:
137
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
138
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
sehingga masih banyak tahapan penelitian Teraktivasi) adalah metode yang diadopsi dari
yang harus dikembangkan. Pada teknologi ini metode RAR di Amerika Serikat. Jika kita
aspal karet diproduksi melalui dua tahapan mencari referensi dengan kata kunci asphalt
proses, yaitu: Pertama pembuatan masterbatch rubber di internet, kita akan menemukan
yang merupakan campuran karet, aspal dan bahwa secara global asphalt rubber
aditive lain untuk stabilisasi karet. Ratio karet didefinisikan sebagai aspal yang dimodifikasi
dengan aspal dapat bervariasi. Setelah dengan ground tyre rubber/crumb rubber
didapatkan komposisi yang dianggap paling (serbuk karet ban). Metode ini sudah
ideal, maka formula tersebut dilanjutkan pada digunakan secara massif di Amerika Serikat
proses kedua, yaitu blending antara dan sudah mengalami perkembangan teknologi
masterbatch dengan aspal panas untuk yang cukup mapan sejak periode awal tahun
memproduksi aspal karet. Dosis optimal 60-an. Teknologi terbaru pemanfaatan serbuk
masterbatch adalah 7%-setara kandungan karet ban adalah teknologi Reacted and
karet. Agar proses blending tidak terlalu lama, Activated Rubber (RAR) dengan bahan
terlebih dahulu dilakukan proses size reduction penyusun berupa campuran aspal, serbuk karet
yang sampai saat ini masih menjadi kendala ban dan Activated Mineral Binder Stabilizer
terbesar dari metode ini. (AMBS) dengan proporsi tertentu seperti
ditampilkan dalam gambar 5.
Metode SKAT (Serbuk Karet Alam
139
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Dari hasil pengujian di atas, kita dapat beda. Penambahan RAR, SKAT dan
menganalisis bahwa berdasarkan kriteria PG Masterbatch sebagai modifier terbukti dapat
dalam tabel 2, penambahan karet dalam meningkatkan kinerja aspal dalam melayani
berbagai bentuk pada aspal pen 60/70 akan volume lalulintas berat dengan kecepatan
meningkatkan tingkat ketahanan aspal rendah pada suhu perkerasan maksimum 64 oC
terhadap terjadinya rutting yang ditunjukan sesuai dengan kriteria kinerja dalam spesifikasi
dengan peningkatan suhu kegagalan kriteria PG MSCR AASHTO M332. Sedangkan untuk
kinerja aspal pada kondisi RTFOT. Aspal Lateks, berdasarkan metode ini tidak
Hasil klasifikasi PG berdasarkan dapat diklasifikasikan sebagai aspal PG 64
AASHTO M320 menunjukan bahwa 4 aspal karena memiliki nilai Jnr lebih besar dari 4,0.
mengalami peningkatan kelas PG setelah o
Aspal ini kemudian diuji pada suhu 58 C dan
dimodifikasi dengan penambahan karet. Aspal
kemudian dikelompokan kembali sesuai
Lateks masih berada pada tingkat kelas PG
mekanisme yang berlaku.
yang sama dengan aspal Pen 60/70 yang tidak
Hasil klasifikasi PG dan PG MSCR
dimodifikasi karena ada mekanisme
menunjukan kinerja aspal RAR dan SKAT
pembulatan 6 oC. Penambahan RAR dan SKAT
memiliki kinerja yang cukup sebanding yang
pada aspal pen 60/70 pada kadar 35 %
ditunjukan dengan hasil klasifikasi yang sama.
menunjukan peningkatan kinerja yang
Berdasarkan nilai Jnr, Aspal RAR memiliki
sebanding jika ditinjau dari kriteria suhu
kemampuan recovery yang lebih baik setelah
kegagalan kinerja pada metode ini. Jika
mengalami deformasi akibat pembebanan
mengacu pada nilai Jnr dari hasil pengujian
lalulintas yang ditunjukan dengan nilai Jnr yang
DSR dengan mode MSCR, seluruh aspal
lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil uji
diklasifikasikan sebagai aspal yang berbeda-
140
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
SKAT.
Untuk kriteria ketahanan terhadap
terjadinya retak lelah (fatigue crack) pengujian
DSR dilakukan dengan mode osilasi pada
7. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan pengamatan terhadap
aspal dengan kondisi penuaan jangka panjang
realitas dan permasalahan perkerasan jalan di
(PAV). Suhu ketika kondisi kegagalan kriteria
Indonesia, studi literatur dan hasil pengujian di
kinerja tercapai (G*.sin δ ≤ 5000 kPa) adalah
laboratorium, dapat disimpulkan bahwa:
suhu perkiraan dimana aspal akan mengalami
retak lelah akibat akumulasi perubahan suhu 1) Karet alam dapat digunakan sebagai
dan beban berulang selama melayani lalulintas. bahan modifier untuk memperbaiki
Hasil pengujian yang ditampilkan dalam tabel kinerja aspal.
4 menunjukkan bahwa penambahan karet 2) Penggunaan SKAT pada kadar 35 %
dalam bentuk Lateks dan Masterbatch tidak menunjukkan peningkatan kinerja
mengubah sifat aspal terhadap kriteria fatigue yang paling baik untuk kriteria
resistance, hal ini ditunjukan dengan suhu rutting dan fatigue cracking
kegagalan kriteria fatigue yang sama hasil uji resistance pada kedua sisi suhu layan
pada aspal pen 60/70. Hasil uji pada material perkerasan (suhu tinggi dan suhu rata-
aspal RAR dan SKAT menunjukkan rata/service), sebanding dengan
peningkatan kinerja aspal terhadap kriteria kinerja RAR yang umum digunakan
fatigue cracking resistance yang ditunjukan di Amerika Serikat.
dengan penurunan suhu kegagalan kriteria 3) Penggunaan material SKAT
fatigue jika dibandingkan dengan hasil uji membuka peluang penggunaan
aspal Pen 60/70 yang tidak dimodifikasi (turun material campuran beraspal selain tipe
dari 22 oC menjadi 14 oC). AC dan HRS dan penerapan konsep
Penurunan suhu terjadinya kegagalan desain perpetual pavement di
kriteria fatigue menunjukkan bahwa aspal Indonesia.
RAR dan SKAT memiliki ketahanan terhadap
yang lebih baik dari aspal lainnya. Pada suhu Karena keterbatasan waktu dan sumber daya,
22 oC ketika 3 aspal lainnya memiliki kajian ini baru dilakukan pada tahap material
kecenderungan untuk mengalami retak lelah, aspal, disarankan untuk dilakukan kajian lebih
aspal RAR dan SKAT masih memiliki lanjut mengenai kinerja campuran beraspal
kelenturan/fleksibilitas yang cukup untuk tidak dengan bahan aspal karet dan simulasi desain
retak. perkerasan dengan software perpetual pavement
Berdasarkan hasil pengujian dan untuk melihat kinerja material dan sistem
pembahasan di atas, dapat kita lihat bahwa struktur secara komprehensif
aspal SKAT memiliki kinerja yang lebih baik
pada suhu tinggi dan suhu rendah perkerasan
dibanding aspal karet tipe lainnya yang
dikembangkan di Indonesia. Jika dibandingkan
dengan aspal RAR yang digunakan di Amerika
Serikat aspal SKAT memiliki kinerja yang
relatif sebanding pada kadar/dosis penggunaan
yang sama.
Penambahan karet pada aspal terbukti
dapat meningkatkan kekakuan aspal pada suhu
yang sama jika dibandingkan dengan aspal Pen
60/70. Peningkatan ini sebanding dengan
peningkatan konsistensi dan kekentalan aspal
karet. Dengan peningkatan kinerja aspal
sebagaimana disampaikan pada pembahasan di
atas, diharapakan aspal SKAT dapat digunakan
sebagai bahan pengikat untuk campuran
beraspal bergradasi SMA, Gap dan Open
graded sehingga penerapan desain mekanistik
dengan konsep perpetual pavement juga dapat
diterapkan di Indonesia.
141
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
142
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak : Paper ini membahas amplifikasi dinamik jembatan jalan raya yang diintegrasikan dengan jalur kereta. Faktor
pembesaran dinamik jalan raya adalah 1,3-1,4 (SNI 1725-2016) yang mana tidak memperhitungkan faktor kecepatan.
Hal ini berbeda dengan faktor pembesaran dinamik jalan rel yang merupakan fungsi kecepatan (1,57 untuk kecepatan
100 km/jam; 1,69 untuk kecepatan 120 km/jam). Rentang kecepatan yang diambil dalam penelitian ini adalah antara 0
km/jam hingga 1200 km/jam, yang merupakan rentang kecepatan kereta hyperloop atau kereta super cepat yang ada
(shinkansen). Penelitian dilakukan dengan metode integrasi langsung dari response riwayat waktu beban 10 ton yang
dijalankan diatas jembatan menggunakan software SAP 2000 versi 19. Hasil penelitian menunjukkan variasi amplifikasi
dinamik rata-rata mencapai angka 2 untuk 4 jembatan sample: Jembatan Tumbang Samba, Sei Wampu, Tetoat dan
Kedaung. Angka Pembesaran dinamik dicapai sebagai berikut: 2; 2,52; 1,48 dan 1,15 berturutan untuk kecepatan
response maksimal 324 km/jam, 324 km/jam, 468 km/jam dan 360 km/jam. Jika hanya meninjau kecepatan mobil/truk
di jalan raya maka variasi amplifikasi dinamik dari ke-empat jembatan adalah 1,06; 1,09; 1,06 dan 1,04 yang lebih kecil
dari 1,3-1,4. Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor pembesaran dinamik cenderung dalam kisaran angka 2 dan
tiap jembatan memiliki rejim kecepatan berbeda untuk response maksimal.
Kata Kunci : amplifikasi, beban berjalan, dinamik, jembatan, kecepatan.
I. PENDAHULUAN
Seiring dengan pembangunan infrastruktur yang
gencar dilakukan di Indonesia, maka perlu kiranya
sebuah tinjauan teknis akan kekuatan struktur terutama
jembatan, dalam hal ini mengingat tugas pokok dan
fungsi sebagai penyelenggara jembatan di Direktorat
Jembatan. Jembatan pada perkembangannya mulai
mengintegrasikan antara jembatan jalan raya dan
jembatan jalur rel, baik itu kereta api maupun kereta
super cepat seperti shinkansen ataupun hyperloop yang
mencapai kecepatann 400 km/jam bahkan 1200
km/jam. Integrasi jembatan jalan raya dengan jembatan
jalur rel ini tampak pada rencana desain jembatan Selat Gambar 2 Jembatan Selat Sunda dalam Rencana
Sunda dan jembatan yang telah terbangun lainnya (Illustrasi)
seperti Oresund Bridge.
146
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
147
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
METODA ANALISIS
148
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Define Moving Loads Paths Add New Untuk memasukkan Metode Direct Integration Time
Path Defined from Frames history, mengikuti Define Load Cases Add New
Load Case (Dengan analysis type adalah linear, bukan
non linear)
150
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
151
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
2.5
1.5
0.5
0
Gambar 26 Response Dinamik Jembatan terhadap 0 200 400 600 800 1000
pembebanan 80 m/s (288 km/jam) defleksi 23,4 mm Gambar 28 Amplifikasi Dinamik vs Kecepatan
(beban kereta 1,35 detik diatas jembatan) (km/jam)
Adapun, jika response diteruskan hingga kecepatan 3. Jembatan Tetoat
yang sangat tinggi, maka response jembatan akan
mendekati nol (defleksi 0 mm) seperti tampak pada 2
Gambar 23 sebagai berikut:
1.5
30
25 1
20 0.5
15
0
10 0 200 400 600 800
5
Gambar 29 Amplifikasi Dinamik vs Kecepatan
0 (km/jam)
0 500 1000 1500 2000 4. Jembatan Kedaung
-5
Gambar 27 Response Jembatan hingga Kecepatan 1.5
Pembebanan 1500 m/detik (5400 km/jam)
Jika sonic boom terjadi maka area pembebasan lahan 1
disekitar rel harus ditingkatkan/diperlebar, karena sonic
boom (dentuman sonik) sangat membahayakan 0.5
penduduk sekitar. Dentuman sonik (sonic boom) bisa
diabaikan bila kereta menggunakan sistem tabung 0
hampa udara (kereta vakum) atau tabung tekanan udara 0 200 400 600 800
rendah (tekanan dibawah 1 atm) dimana dentuman
sonik bisa terjadi pada kecepatan yang lebih tinggi Gambar 30 Amplifikasi Dinamik vs Kecepatan
dikarenakan tekanan udara yang lebih rendah di dalam (km/jam)
tabung (kereta hyperloop).
2. Jembatan Sei Wampu PEMBAHASAN
Dengan melihat amplifikasi menurut rumus jalan
Response dinamik jembatan Sei Wampu adalah:
rel adalah 2,19 (diatas 2) dan uji dinamik Jembatan Sei
Wampu juga memiliki amplifikasi dinamik diatas 2,52;
maka perlu dilakukan uji coba dinamik load test dengan
variasi kecepatan sesuai kecepatan desain berangsur-
angsur menuju puncak dan tentunya memperhitungkan
amplifikasi akibat ketidak-rataan permukaan
jalan/jembatan pada setiap approval desain jembatan
jalan raya yang menyatu dengan jalur rel.
152
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2016, Pembebanan untuk Jembatan SNI
1725:2016
AREMA (American Railway Engineering and
Maintenance), 1999, Manual for Railway
Engineering
Clough, Ray dan Penzien, Joseph, 2004, Dinamika
Struktur
https://www.youtube.com/watch?v=VYCL9xN0MxM,
SAP 2000/CSI Bridge-Dynamic Vehicle Loading,
2017
153
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak : Jalan tol Gempol - Pandaan sta 6+275 – 6+375 merupakan hasil pengeprasan bukit yang mengalami
kelongsoran pada tanggal 3 Februari 2015 dengan didahului oleh hujan. Studi ini bertujuan mengetahui pengaruh hujan
pada stabilitas lereng di jalan tol Gempol – Pandaan, memperoleh metode perbaikan paling tepat untuk mengatasi
kelongsoran, dan untuk mengetahui ambang batas hujan yang aman yang tidak menyebabkan kelongsoran. Intensitas
hujan harian sebelum terjadi kelongsoran digunakan sebagai input dalam Geostudio Seep/W, hasil analisis Seep/W
menjadi input dalam Slope/W. Hasil analisis tersebut, angka keamanan saat terjadi longsor adalah 1.107 (Bishop), 1.061
(Fellenius), dan 1.101 (Morgenstern-Price). Berdasarkan data hujan selama 10 tahun, intensitas 0.0077 m/jam,
merupakan nilai maksimal karena setelah nilai ini tercapai, angka keamanannya tidak bisa berkurang lagi. Alternatif
perkuatan soil nailing mempunyai angka keamanan 1.555921, lebih tinggi dari bored pile dan anggaran biaya lebih
kecil sebesar Rp. 1.938.804.000,00 lebih kecil dari bored pile. Ambang batas hujan yang dapat memicu longsor adalah
kombinasi hujan 60 mm dan hujan 100 mm selama 30 hari yang menghasilkan total hujan sebesar 960 mm.
Kata kunci: stabilitas lereng, intensitas hujan, Seep/W, Slope/W, ambang batas hujan
Abstract : Gempol - Pandaan toll road at sta 6 + 275 - 6 + 375 is formed by cutting hill. On February 3th, 2015 this
location suffered landslide that was preceded by rainfall. This study aims to determine the effect of rainfall on slope
stability in Gempol - Pandaan toll road, to obtain the most appropriate repair method to overcome the landslide, and to
obtain the rainfall threshold that can trigger a landslide. Rainfall intensity was apllied as input in Geostudio Seep / W
and the results of Seep/W analysis became input in Slope / W. As a result, factor of safety when landslide occured was
1.107 (Bishop), 1.061 (Fellenius), and 1.101 (Morgenstern-Price). Based on rainfall data for 10 years, rainfall intensity
0.0077 m / h was the maximum value. After this value was reached, the factor of safety cannot be reduced again. Factor
of safety from soil nailing reinforcement alternative was increased 1.556, higher than bored pile application and the
cost budget of soil nailing (Rp. 1,938,804,000.00) is cheaper than bored pile. The rainfall threshold value to initiate
landslide is a combination of 60 mm rainfall and 100 mm rainfall for 30 days that produce total rainfall amount of 960
mm.
antar beberapa fitur di dalamnya. Untuk menganalisis Kejadian tanah longsor di Indonesia umumnya
pengaruh air hujan pada tekanan air pori digunakan terjadi pada musim penghujan. Tanah pada umumnya
program SEEP/W kemudian hasilnya digunakan akan berada dalam kondisi jenuh air pada musim
sebagai input dalam program SLOPE/W untuk mencari penghujan dan mengakibatkan lereng menjadi tidak
faktor keamanan lereng. stabil. Sehingga beresiko untuk terjadi kelongsoran.
Penelitian ini mempunyai rumusan masalah sebagai Peningkatan air pori akibat pembasahan atau
berikut bagaimanakah stabilitas lereng dan pengaruh peningkatan kadar air pada musim penghujan, akan
hujan pada stabilitas lereng di jalan tol Gempol – meningkatkan muka air tanah serta menurunkan
Pandaan Sta 6+275 – 6+375, apakah metode perbaikan ketahanan tanah yang bersangkutan disepanjang bidang
yang paling tepat untuk mengatasi kelongsoran, dan gelincirnya.
berapakah ambang batas hujan yang aman. Tujuan dan Menurut Karnawati, 2010 hujan pemicu longsoran
manfaat dilakukannya penelitian ini adalah untuk adalah tipe hujan deras dan tipe hujan normal tetapi
mengetahui stabilitas lereng apabila dianalisis dengan berlangsung lama. Tipe hujan deras adalah hujan yang
metode Fellenius, Bishop dan Morgensten Price, mempunyai intensitas 70 mm per jam atau hujan
mengetahui pengaruh hujan pada kestabilan lereng, dengan intensitas lebih dari 100 mm per hari. Tipe
memperoleh metode perbaikan paling tepat untuk hujan normal adalah hujan yang intensitasnya kurang
mengatasi kelongsoran, mengetahui ambang batas dari 20 mm per hari. Tipe hujan seperti ini apabila
hujan yang aman yang tidak menyebabkan berlangsung selama beberapa minggu hingga beberapa
kelongsoran. bulan dapat efektif memicu long-soran pada lereng
Lingkup permasalahan pada penelitian ini hanya yang tanahnya lebih kedap air seperti tanah lempung.
memperhitungkan pengaruh hujan, beban lain seperti Sedangkan menurut Subiyanti, 2011 hujan normal
beban bangunan pabrik, beban tower, genangan dan dengan durasi lama berpengaruh terhadap perubahan
limpasan akibat saluran drainase pabrik tidak tekanan air pori. Hujan normal dengan durasi lama,
memperhitungkan, pemodelan lereng pada software pada tanah berbutir halus menyebabkan muka air tanah
dibuat seperti saat lereng belum mengalami longsor, naik dan tekanan air pori juga naik. Proses penjenuhan
perhitungan faktor keamanan hanya memperhitungkan tanah berlangsung terhadap fungsi waktu. Ketika tanah
akibat pengaruh hujan pada lereng dan software yang jenuh, maka kekuatan geser tanah hilang, sehingga
digunakan adalah Geostudio V.8. 2012 kemungkinan besar terjadi longsor.
Penelitian terdahulu yang terkait dengan analisis Seep/W adalah software yang digu-nakan untuk
stabilitas lereng akibat pengaruh curah hujan dengan menganalisis rembesan air tanah. Fitur steady state dan
hasil sebagai berikut: hujan normal berdurasi panjang transient dapat diintegrasikan pada Slope/W untuk
lebih berpengaruh terhadap perubahan tekanan air pori digunakan dalam analisis kegagalan lereng secara
daripada hujan deras berdurasi pendek (Subiyanti, komprehensif. Hasil analisis tersebut dapat digunakan
2011), Soil nailing dan anchor dianggap mampu untuk memprediksi performa lereng di masa yang akan
menahan tanah dari longsor meski pada kondisi tanah datang akibat pengaruh kondisi iklim (Geo-Slope Inter-
jenuh air sepenuhnya (Riogilang, 2014), pengaruh national).
curah hujan intens dan lama akan meningkatkan berat Slope/W merupakan perangkat untuk menghitung
jenis tanah, menurunkan nilai kohesi dan sudut geser, faktor keamanan lereng tanah maupun batu. Selain itu
meningkatkan elevasi muka air tanah dan menurunkan fitur parent analysis memberikan kemudahan integrasi
angka keamanan lereng (Permana, 2012), perbaikan antara Seep/W dan Slope/W. Fitur ini dapat diguna-kan
dengan geotextile tipe dengan biaya Rp. untuk menganalisis tekanan air pori yang dihasilkan
21.672.000.000 dan Soldier Pile dengan biaya bahan Seep/W seperti dalam pemodelan efek curah hujan pada
Rp. 5.251.150.872 (Anwari, 2016), Perkuatan soil lereng.
nailing mampu menahan kelongsoran dengan angka Bored pile dengan diameter yang kecil maupun
keamanan yang didapatkan ialah 1,575 dengan besar dapat digunakan sebagai dinding penahan tanah.
anggaran biaya senilai Rp 1.993.665.000 (Rus, 2014). Bored pile dipasang ke dalam tanah dengan cara
Tanah longsor dapat diartikan gerakan massa tanah mengebor tanah terlebih dahulu, kemudian diisi
yang mengandung air, menggelincir ke bawah tulangan dan dicor beton. Bored pile dipasang sampai
menuruni kemiringan lereng. Gerakan tanah terjadi dari kedalaman tertentu menembus lapisan keras tanah
hasil gangguan keseimbangan yang merupakan hasil untuk menahan gerakan tanah yang akan longsor.
dari sebuah proses infiltrasi air ke dalam tanah yang Kedalaman bored pile harus melebihi bidang longsor
berakibat pada penambahan bobot tanah. Jika air potensial. Pengaruh lengkung (arching effect) tanah
tersebut menembus sampai tanah kedap air yang yang berada di antara bored pile, maka jarak melintang
berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah akan bored pile dipasang pada jarak antar as-as 3 kali
menjadi licin dan tanah yang berada diatasnya akan diameter bored pile (Hardiyatmo, 2012). Bored pile
bergerak mengikuti sepanjang badan lereng. Gerak yang dindingnya bersinggungan satu sama lain
massa pada lereng terjadi jika hambat geser tanah lebih digunakan untuk menahan galian terbuka yang
kecil dari berat massa tanah. kedalamannya melebihi 30 m. Karena saling
155
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
∑𝑖=𝑛
𝑖=1 𝑐𝑎1+(𝑊𝑖𝑐𝑜 𝑠〖𝑖−µ𝑖 𝑎 𝑖)𝑡𝑔 〗
𝐹 = (4)
∑𝑖=𝑛
𝑖=1 𝑊𝑖 𝑠𝑖𝑛𝑖
dengan :
F = faktor aman
c = kohesi (kN/m
= sedut gesek dalam tanah (o)
Wi = berat irisan tanak ke-i (kN)
ai = lengkungan irisan ke-i (m)
µi = tekanan air pori ke-i (kN)
θi = sudut antara jari-jari lengkung dengan garis
kerja massa tanah
Rasio tekanan air pori :
µ𝑏 µ
𝑟𝑢 = = (5)
𝑊 ℎ
Dengan :
Ru = rasio tekanan air pori
µ = tekanan air pori (kN/m2)
b = lebar irisan ke-i (m)
Gambar 2. Potongan Melintang Lereng Dengan Perkuatan
= berat volume tanah (kN/m2)
Soil nailing
(Sumber: FHWA, 2015)
h = tinggi irisan rata-rata (m)
Analisa Hidrologi
Analisis hidrologi bertujuan untuk mengetahui
curah hujan rata-rata yang terjadi pada daerah studi
yang berpengaruh pada besarnya intensitas hujan.
Analisis dilakukan terhadap data hujan harian antara
Gambar 3 Peta Lokasi Studi tahun 2005 sampai dengan tahun 2015 (11 tahun) yang
(Sumber : Dinas PU Bina Marga Kabupaten Pasuruan) diperoleh dari stasiun pengukuran hujan di empat
lokasi, yaitu stasiun Banyulegi, Kepulungan,
Pengumpulan Data Randupitu, dan Tanggul.
Data yang digunakan dalam analisis stabilitas
lereng ini antara lain :
1. Data gambar geometri lereng
2. Data hujan
3. Data parameter tanah dan data pelengkap lainnya
Pengolahan Data
Adapun langkah-langkah pengerjaan studi, sebagai
berikut:
1. Melakukan pengumpulan data pendukung yang
digunakan dalam analisis stabilitas lereng.
2. Memprediksi propertis hidrolik tanah dengan
korelasi berdasarkan data tanah yang ada.
3. Menganalisis data hujan.
4. Memodelkan lereng pada kondisi asli berdasarkan Tabel 1. Data Masukan Dalam Seep/W
data gambar melalui pro-gram Autocad. Lapis
Kedalaman
Jenis Tanah
Kadar Kadar Air
Ksat
5. Mengimpor gambar dari Autocad ke Seep/W. (m) Air Residual
157
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
1 11 0.16 16 1,63 16,3 Gambar 4. Kontur tekanan air pori hasil analisis Steady State
Gambar 6. Grafik Hubungan Angka Keamanan dan Durasi Gambar 9. Grafik Hubungan Antara Intensitas Hujan Dan
b. Metode Fellenius Angka Keamanan
b. Metode Fellenius
intensitas hujan, angka keamanannya semakin keamanan dalam Permen PU 2007. Sehingga lereng
menurun. Menurut metode Bishop, Fellenius dan Mor- dalam kondisi stabil setelah pemasangan bored pile.
genstern - Price pada intensitas 0.0019 m/jam, angka Bored pile ini dipasang memanjang 100 m sepanjang
keamanan lereng dengan nilai tertinggi. Semakin besar longsoran terjadi.
intensitasnya menurun, angka keamanan juga turun Perhitungan analisis harga satuan pe-kerjaan ini
dengan kemiringan relatif landai. Saat intensitas 0.0077 mengacu pada AHSP (Analisa Harga Satuan Pekerjaan)
m/jam, angka keamanan menurun drastis. Nilai Bidang Bina Marga. Dalam AHSP, harga bored pile
intensitas ini merupakan nilai maksimal dimana setelah dengan diameter 80 cm, adalah Rp 2.421.239,94 per
intensitas ini tercapai, nilai angka keamanannya tidak m’. Biaya perbaikan lereng dengan perkuatan bored
bisa berkurang lagi, karena sudah mencapai nilai pile yang mempunyai panjang total 1151,4 m adalah
minimal. Hal ini menunjukkan bahwa, hujan Rp. 3.066.597.000,00.
mempunyai pengaruh pada stabilitas lereng.
Soil Nailing
Perbaikan Lereng Akibat Longsor Penanganan kelongsoran dengan bored pile
Longsor yang terjadi pada tanggal 3 Februari 2015 merupakan metode penanganan secara eksternal.
memerlukan penanganan secara struktural. Oleh karena Alternatif perbaikan kelongsoran pada tol Gempol –
itu dalam penelitian ini, penanganan yang akan Pandaan adalah dengan memperbaiki struktur tanah
direncanakan adalah dengan bored pile dan soil nailing. maupun memperkuat lapisan permukaannya. Salah satu
Berdasarkan hasil analisis pada model hujan II, metode caranya dengan metode soil nailing.
analisis yang menghasilkan angka keamanan terkecil Data konstruksi soil nailing
adalah metode Fellenius. Namun dalam perencanaan Diameter baja ulir = 0,032 m
penanganan ke-longsoran membutuhkan hasil analisis Jumlah nail yang dipakai = 4 m
berupa shear force atau gaya geser. Gaya geser ini Spasi jarak nail = 2 m
tidak dihasilkan dalam analisis menggunakan metode Tensile capacity (RT)= 418 kN
Fellenius. Oleh karena itu perencanaan penanganan
dalam penelitian ini menggunakan metode dengan Menurut Amit Prashant et al. (2010) dalam risetnya
angka keamanan terendah nomor dua setelah metode mengenai Soil nailing for Stabilization of Steep Slopes
Fellenius. Metode analisis yang digunakan adalah Near Railway Tracks, untuk kondisi tanah Sandy Silt
Morgenstren-Price. Hasil analisis metode tersebut maka nilai “Pullout Resistance (F/Area)” yang
terdapat gaya geser yang dibutuhkan dalam digunakan ialah 100 kPa.
perencanaan penanganan kelongsoran Berdasarkan hasil analisis, angka keamanan lereng
Bored Pile sebelum diperkuat adalah 1,100788. Setelah
Perencanaan bored pile pada penelitian ini mengacu pemasangan soil nailing, didapatkan angka keamanan
pada penelitian terdahulu oleh Anwari (2016). Dimensi lereng meningkat menjadi 1,555921. Angka keamanan
bored pile yang didapatkan sebagai berikut : tersebut sudah memenuhi standar minimal angka
Diameter (D) = 0,8 m keamanan Permen PU 2007 maupun angka keamanan
Jarak antar bored pile = 1m standar untuk nail dari FHWA. Sehingga lereng bisa
dikatakan dalam kondisi stabil setelah pemasangan soil
Selain dari data-data teknis di atas maka yang perlu nailing. Soil nailing ini dipasang memanjang 100 m
diperhatikan juga adalah nilai inputan shear force sepanjang longsoran terjadi.
karena sangat berpengaruh pada nilai faktor keamanan Perhitungan analisis harga satuan pekerjaan ini
lereng. Nilai gaya geser mengacu pada hasil analisis mengacu pada AHSP (Analisa Harga Satuan Peker-
sebelum perkuatan dengan bored pile. Semakin kecil jaan). Dalam AHSP, harga soil nailing dengan bond
inputan nilai shear force maka semakin kecil pula nilai diameter 32 cm, adalah Rp 711.107 per m’. Total biaya
faktor keamanan lereng (Fallo, 2016). perbaikan lereng dengan soil nailing yang mempunyai
Nilai inputan shear force ditentukan berdasarkan panjang total untuk keempat nail 2478,6 m adalah Rp.
letak dari bored pile berada pada slice atau irisan dari 1.938.804.000,00.
radius kelongsoran lereng tersebut. Bored pile
diletakkan pada lokasi dengan gaya geser maksimum. Pemilihan Metode Penanganan
Pemodelan yang digunakan adalah model hujan II saat Hasil analisis perkutan lereng diatas baik dengan
terjadinya longsor, yaitu tanggal 3 Februari 2015. metode bored pile maupun soil nailing mempunyai
Berdasarkan hasil analisis, angka keamanan lereng kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam
sebelum diperkuat adalah 1,100788. Setelah penelitian ini, pemilihan metode penanganan
pemasangan bored pile dengan diameter 80 cm, berdasarkan pada angka keamanan yang maksimum
kedalaman 11,4 m, faktor reduksi geser 1,5 dan jarak dan biaya yang minimum. Metode penanganan yang
antar tiang sebesar 1 m, didapatkan angka keamanan dapat digunakan adalah soil nailing dengan
lereng meningkat menjadi 1,465244. Angka keamanan pertimbangan memiliki angka keamanan relatif lebih
tersebut sudah memenuhi standar minimal angka
160
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
tanggal 3 Februari adalah 1,100788, tanggal 6 FHWA. 2010. Drilled Shafts: Construction Procedures
Februari adalah 1,100766. and LRFD Design Methods. Amerika. NHI
2. Berdasarkan hasil analisis dengan metode Bishop, FHWA. 2015. Soil Nail Wall Reference Manual.
Fellenius dan Morgenstern – Price, semakin besar Amerika. NHI
interval hujan, angka keamanan semakin kecil, Hardiyatmo, H. C. 2012. Tanah Longsor & Erosi.
semakin besar intensitas hujan, semakin kecil angka Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
kea-manannya. Menurut metode Bishop, Fellenius Hidayat, R., Subiyantoro, A, 2015. Penanganan
dan Morgenstern - Price pada intensitas 0.0019 Longsor Pada Lereng Jalan Tol Gempol –
m/jam, angka keamanan lereng dengan nilai Pandaan Km 51, Pasuruan, Jawa Timur.
tertinggi. Semakin besar intensitasnya menurun, International, Geo-Slope. Why Do Slope Become
angka keamanan juga turun dengan kemiringan Unstable After Rainfall Events?
relatif landai. Saat intensitas 0.0077 m/jam, angka Karnawati, Dwikorita. 2010. Bencana Alam Gerakan
keamanan menurun drastis. Nilai intensitas ini Massa Tanah di Indonesia dan Upaya
merupakan nilai maksimal dimana setelah intensitas Penanggulangannya. Yogyakarta: Gajah Mada
ini tercapai, nilai angka keamanannya tidak bisa University Press.
berkurang lagi, karena sudah mencapai nilai Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
minimal. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Direktorat Jenderal Bina Marga. 2016. Analisa
intensitas hujan berpengaruh pada penurunan sta- Harga Satuan Pekerjaan.
bilitas lereng. Litvin, E. 2008. Numerical Analysis Of The Effect Of
3. Metode analisis bored pile mempunyai angka Rainfall Infiltration On Slope Stability. Atkin.
keamanan sebesar 1,465244 dengan biaya sebesar Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. 2007. Pedoman
Rp. 3.066.597.000,00. Sedangkan metode soil Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana
nailing mempunyai angka keamanan relatif lebih Longsor. Jakarta : Kementrian Pekerjaan Umum.
besar dan biaya yang relatif lebih rendah daripada Permana, Eka. 2012. Pengaruh Intensitas Curah Hujan
perkuatan dengan bored pile. Angka kea-manan dan Lama Waktu Hujan Terhadap Kelongsoran
dengan perkuatan soil nailing sebesar 1,555921 dan Tanah Ditinjau Dari Sisi Geoteknik. Jakarta.
biaya perbaikan sebesar Rp.1.938.804.000,00. Soil Pramusandi, S. 2011. Penentuan Sifat Teknis Tanah
nailing juga memiliki keunggulan dalam hal Jenuh Sebagian Dan Analisis Deformasi Lereng
aplikasi di lapangan selain mudah juga lebih ramah Akibat Pengaruh Variasi Hujan. Tesis.
lingkungan. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
4. Simulasi untuk mendapatkan ambang batas Prashant, A. et all. 2010. Soil nailing For Stabilization
intensitas dan durasi hujan yang aman dilakukan Of Steep Slopes Near Railway Tracks. Indian
untuk sistem peringatan dini kelongsoran. Hasil Institute Of Technology Kanpur.
simulasi didapatkan hujan yang terjadi selama 30 Riogilang. 2014. Soil nailing dan Anchor Sebagai
hari dengan total hujan 960 mm menyebabkan Solusi Aplikatif Penahan Tanah Untuk Potensi
angka keamanan lereng menjadi 1,214524. Ang-ka Longsor di Sta 7+250 Ruas Jalan Manado-
keamanan tersebut mendekati nilai 1,2. Sistem Tomohon. Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4
peringatan dini di lokasi studi dapat berupa alat No.2.
Early Warning System dan berupa terpal untuk Rus, Tatag. Y. 2011. Analisis Stabilitas Lereng
melindungi pengguna jalan dari bahaya Memakai Perkuatan Soil nailing dengan Bantuan
kelongsoran. Perangkat Lunak Slope/W (Studi Kasus pada
Sungai Parit Raya). Sipil Student Journal.
DAFTAR PUSTAKA Sarah, Dwi. 2011. Studi Karakteristik Curah Hujan
Anwari, SRN. 2016. Alternatif Sistem Perbaikan Pemicu Gerakan Tanah Di Daerah Cibeber,
Longsoran Lereng Di Lokasi Gesing Jalan Tol Cianjur Selatan Jawa Barat. Buletin Geologi Tata
Gempol-Pandaan Sta 6+275 S/D 6+375. Skripsi Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology).
tidak dipublikasikan, Surabaya: Institut Teknologi Bandung.
Sepuluh November. Soemarto, C. 1995. Hidrologi Teknik. Jakarta:
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Erlangga.
Pasuruan. www.binamarga.pasuruankab.go.id. Subiyanti, H. 2011. Analisis Kelongsoran Lereng
(diakses 2 Februari 2016) Akibat Pengaruh Tekanan Air Pori di Saluran
Fallo, D.A. 2016. Studi Tentang Alternatif Struktur Induk Kalibawang Kulonprogo. Jurnal Ilmiah
Penahan Untuk Mengatasi Masalah Pergerakan Semesta Teknika, 25
Tanah Di Pltp Ulumbu Kecamatan Satar Mese
Kabupaten Manggarai Tengah Propinsi Ntt.
Skripsi. Malang : Universitas Brawijaya.
162
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak : Di kota-kota besar, getaran yang terjadi di jalan raya merupakan salah satu dampak yang disebabkan oleh
aktivitas lalu lintas yang semakin meningkat. Tingkat getaran tersebut di antaranya terjadi karena adanya kenaikan jumlah
kendaraan berat dan kondisi jalan yang semakin memburuk sehingga menyebabkan kerusakan bangunan yang ada di sekitar
jalan (Osama Unaidi, 2008). Studi yang mengkaji hubungan antara kerusakan bangunan dengan intensitas getaran di jalan
raya sudah banyak dilakukan, namun demikian kajian yang secara spesifik melihat hubungan intensitas getaran pada akses
jalan menuju areal pabrik (gudang) belum banyak dilakukan. Maksud dan tujuan penelitian ini adalah mengetahui besarnya
getaran yang dihasilkan oleh truk tronton dan dampaknya terhadap kerusakan bangunan. Untuk menjawab tujuan tersebut,
metode penelitian yang digunakan adalah uji coba semi lapangan terhadap getaran yang bersumber dari truk tronton 30 ton
yang divariasikan dengan jarak (50 cm dan 100 cm dari sumber getaran). Pada jarak 50 cm, getaran diukur sebanyak 5 titik
pengukuran yaitu A,B,C,D,E dan pada jarak 100 cm, getaran diukur sebanyak 3 titik pengukuran yaitu F,G,H dengan
pengulangan sebanyak 30 kali. Untuk setiap pengukuran, data yang dicatat dalam alat ONO SOKKI sebanyak 50 data
getaran. Metode pengukuran mengacu pada INSTRUCTION MANUAL VIBRATION LEVEL METER, getaran yang
dihasilkan kemudian dievaluasi berdasarkan KEPMEN LH 49/MENLH/II/1996 tentang Persyaratan Baku Tingkat Getaran
Mekanik Berdasarkan Dampak Kerusakan pada alat dengan frekuensi 31,5 Hz.Penelitian menunjukkan bahwa tingkat
getaran yang diukur pada jarak 50 cm dari sumber getaran pada titik A ( 3,47 mm/det), B (3,39 mm/det), C ( 3,45 mm/det),
D (3,12 mm/det) dan E (3,82 mm/det. sedangkan getaran yang diukur pada jarak 100 cm dari sumber getaran pada titik F
(0,89 mm/det), G (0,75 mm/det dan H( 0,82 mm/det). Getaran yang diukur pada jarak 50 cm masuk dalam katagori B,
sedangkan pada jarak 100 cm masuk dalam katagori A. Berdasarkan KEPEMN LH 49/MENLH/II/1996 tentang Persyaratan
Baku Tingkat Getaran Mekanik, Katagori B (pada frekuensi alat 31,5 Hz) tersebut menunjukkan kemungkinan adanya
keretakan atau terlepas plesteran pada dinding pemikul beban. Untuk katagori A (frekuensi alat 31,5 HZ) menunjukkan
tidak adanya kerusakan pada bangunan.
163
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
165
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tabel 1: Data Primer Kondisi Lingkungan getaran. Menurunnya tingkat getaran dan kerusakaan
bagunan dapat juga dipengaruhi oleh tidak adanya
No. Komponen Uraian saluran drainase yang berfungsi sebagai bangunan
1 Akses Jalan Panjang 50 meter pemutus rambatan getaran (Pusjatan,2009).
Apabila tingkat getaran tersebut dibandingkan
Lebar 3.5 meter
dengan Kep. MENLH No.KEP- 49/MENLH/11/1996
Tidak diperkeras (tanah)
pada frekuensi alat 31,5 Hz, maka Titik Pengukuran
Terjadi lendutan pada
A sampai dengan E masuk dalam Katagori B (3 – 9
permukaan jalan mm/det). Katagori B tersebut menunjukkan
(khususnya pada alur kemungkinan adanya keretakan atau terlepasnya
yang dilintasi roda plesteran pada dinding pemikul beban. Hal ini sesuai
kendaraan) Lihat
dengan pengamatan visual di lapangan di mana
Gambar 3, plesteran dinding bangunan toko dan bengkel
2. Saluran Tidak tersedia maraton sudah mengalami keretakan. Untuk titik
samping pengukuran F sampai dengan H masuk dalam
3. Kondisi Toko: terlihat adanya Katagori A ( < 3 mm/det). Katagori A tersebut
bangunan retakan pada dinding menunjukkan tidak adanya kerusakan pada
sekitar bangunan selebar 1 - 2 bangunan. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan
mm dan bentuk retakan visual, di mana pada tidak terjadi retakan pada
memanjang struktur lantai bengkel.
Bengkel: terlihat adanya
retakan pada dinding Tabel 2: Data Primer Rata-rata Tingkat Getaran Leq
bangunan selebar 3 - 4 Z pada Jarak 50 cm dari Sumber Getar
mm dan bentuk retakan
memanjang, kolom
bangunan bergeser (lihat Tingkat Getaran Leq Z (mm/det)
No
Gambar 4)
A B C D E
Tingkat Getaran Leq Z 1 3.51 3.39 3.46 3.11 3.81
2 3.47 3.37 3.48 3.13 3.83
Tingkat getaran Leq Z untuk setiap jarak pengukuran
dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3. Dari tabel tersebut 3 3.51 3.38 3.48 3.12 3.84
terlihat bahwa tingkat tertinggi terjadi pada titik E 4 3.45 3.41 3.44 3.10 3.81
(3.82 mm/det) dan tingkat getaran terendah terjadi
pada titik G (0.75 mm/det). Tingkat getaran tertinggi 5 3.45 3.37 3.49 3.14 3.85
ini terjadi pada jarak 50 cm dari sumber getaran, 6 3.49 3.39 3.47 3.11 3.83
sedangkan tingkat getaran terendah terjadi pada jarak
7 3.47 3.37 3.49 3.13 3.83
100 m. Dari data tersebut terlihat bahwa jarak
berpengaruh terhadap penurunan tingkat getaran, 8 3.48 3.39 3.45 3.12 3.84
yaitu semakin jauh jarak rambatan, rendahnya 9 3.50 3.40 3.45 3.12 3.82
tingkat getaran dan kerusakannya. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siswanto 10 3.50 3.39 3.48 3.14 3.82
(2011) di mana bila titik pengamatan semakin jauh 11 3.48 3.37 3.46 3.09 3.83
dari tepi atau sumber getaran, getaran yang dirasakan
akan semakin mengecil. Fatkhurrahman dan 12 3.47 3.39 3.43 3.10 3.81
Romadhon (2014) menyebutkan bahwa rambat 13 3.48 3.42 3.45 3.12 3.84
getaran semakin melemah seiring dengan jarak,
paparan tertinggi getaran terjadi pada jarak 6 – 12 14 3.47 3.39 3.44 3.13 3.82
meter dari sumber getaran, penggunaan matlab 15 3.50 3.40 3.46 3.13 3.81
digunakan untuk melihat profil Rambat Getaran
16 3.45 3.38 3.42 3.10 3.83
terukur dilihat dari persamaan matematis rambat
166
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
167
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
DAFTAR PUSTAKA
Acoustic Logic Consultancy Pty Ltd, 2006,
Propoesed Residential Development At Rhb
Rhodes Stage la Noise Impact Assessment,
Study Report, Billbergia Developments Pty Ltd,
Sarah Street Mascot NSW, Australia.
Ada. (2008). Kebisingan, Pencahayaan, dan Getaran
di Tempat Kerja. Erlangga: Jakarta
Bagiasna, Putu, 2007, Hubungan Antara Getaran
Lalu Lintas Dan Karakteristik Lalu Linta (Studi
Kasus Jalan Soekarno-Hatta Bandung),
Universitas Diponegoro (UNDIP), Semarang.
Joko Siswanto, Y.I.Wicaksono, 2011, Pengaruh
Getaran dan Karakteristik Lalu Lintas terhadap
Bagunan (Studi Studi Kasus Jalan Raya
Semarang - Kendal antara Km. 10+000 dan
Gambar 6: PenyebaranTingkat Getaran Leq Z pada Km.10+500),http://www.ejournal.kemenperin.g
Jarak 100 cm dari Sumber Getar o.id ( diakses 18 september 2017)
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no 49.1996.
Persyaratan Baku Tingkat Getaran
Mekanik.Jakarta
IV. PENUTUP Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan,1998,
Pengkajian Pengaruh Getaran Lalu Lintas
Dari penelitian hubungan antara getaran, terhadap Lingkungan Jalan , Bandung.
jarak dengan kerusakan bangunan menunjukkan Pyl., L., 2004. Development and Experimental
bahwa kerusakan bangunan dan tingkat getaran Validation of a Numerical Model for Traffic
dipengaruhi oleh jarak rambatan. Kendaraan truk Induced Vibrations in buildings, PhD thesis,
tronton 30 ton menimbulkan getaran sebesar 3,82 Departement of Civil Engineering, K.U.Leuven,
mm/det pada jarak 50 cm dan 0,7 mm/det pada jarak Germany.
100 cm. Kerusakan yang mungkin terjadi akibat Richard, F.E., J.R. Hall & R.D. Wood, 1970,
tingkat getaran tersebu masuk dalam Katagori B dan Vibrationof Soil and Foundations, Prentice Hall
A. Namun demikian, tingkat kerusakan yang tidak Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, USA.
hanya dipengaruhi oleh getaran kendaraan, akan Salter, R. J., (1974). Highway Traffic Analisis
tetapi dapat juga dipengaruhi oleh struktur bangunan, and Design, The Macmillan Press Ltd., Great
pondasi tanah, dan faktor lainnya. Britain.
Untuk mengurangi dampak kerusakan Van den Broeck, P., 2001. A Prediction Model for
kerusakan diperlukan peningkatan konstruksi akses Ground-Borne Vibrations Due To Railway
jalan melalui perkerasan beton atau aspal. Traffic, PhD thesis, Departement of Civil
Engineering, K.U.Leuven, Germany
168
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Isu penting yang dihadapi dunia saat ini yaitu pembentukan Green House Gases (GHG) ke udara yang
berkontribusi terhadap global warming. Berdasarkan penelitian, kadar CO2 per 1 ton semen yang dihasilkan dari pabrik
semen yaitu 930 kg. Bentuk aplikasi green concrete pada proyek Jembatan Teluk Kendari yaitu menggunakan beton
SCC dengan komposisi fly ash (limbah B3 dari PLTU) sebagai substitusi kadar semen, sehingga mampu membantu
mengurangi kadar CO2. Beton SCC adalah beton dengan performa tinggi yang dapat memadat sendiri tanpa adanya
bantuan vibrator. Workability SCC yang tinggi dengan nilai slump flow berkisar antara 65-70 cm membantu
menjangkau area tulangan yang rapat. Komposisi kadar semen dan fly ash menggunakan perbandingan fly ash 45%
terhadap total volume cementitious. Angka tersebut didapatkan dari kadar semen minimum untuk 1 m3 beton SCC fc’
30 MPa pada proyek Jembatan Teluk Kendari. Selain itu, implementasi beton SCC didukung oleh material lokal
Sulawesi Tenggara dengan kualitas yang memenuhi syarat. Waktu tempuh yang singkat dari quary menuju site mampu
meminimalisir waste CO2.
Kata kunci: CO2, Fly Ash, Green Concrete, Self Compacting Concrete, SCC
Abstract. Important issue of this world recently is forming of Green House Gases (GHG) to open air which contribute
global warming. Based on research, content of CO 2 in every 1 ton cement which produced from cement factory is 930
kg. Application of green concrete in Kendari Bay Bridge Project is using fly ash (waste from power plant) as material
in Self Compacting Concrete (SCC) that will help reduce CO2. SCC is high performance concrete which consolidated
by itself without vibrator. High workability with range of slump flow between 65–70 cm will allow fresh concrete to
congested rebar. Composition between cement and fly ash is using 45% ratio fly ash due to cementitious volume. Ratio
is obtained from minimum cement content for 1 m3 SCC fc’30 MPa in Kendari Bay Bridge Project. Beside that,
implementation of SCC is supported by local material in South East Sulawesi with proper quality. Short duration from
quary to site is capable to reduce waste of CO 2.
Keyword: CO2, Fly Ash, Green Concrete, Self Compacting Concrete, SCC
169
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
170
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Untuk mendapatkan mutu rencana beton SCC, Gambar 5. Quarry Split Moramo
maka digunakan perbandingan agregat halus dan (Dokumentasi Proyek JTK, 2016)
agregat kasar yang baik dan pengurangan jumlah air.
Namun akibat dari pengurangan air adalah workability Sulawesi Tenggara memiliki material lokal dengan
yang menurun. Untuk mengatasi hal ini dapat kualitas yang memenuhi syarat. Agregat halus/pasir
digunakan additif berupa superplasticizer. berasal dari tambang pasir Sabulakoa dan Konaweha di
Beton SCC dengan rasio w/c yang sama umumnya Sungai Pohara dengan waktu tempuh ± 1,5 jam menuju
memiliki kuat tekan yang lebih tinggi daripada beton site. Sedangkan, agregat kasar/split berada di Moramo
normal yang digetarkan, karena kurangnya getaran dengan waktu tempuh ± 3 jam menuju site.
meningkatkan interaksi permukaan antara agregat Material agregat kasar yang digunakan pada
dengan pasta yang mengeras. proyek Jembatan Teluk Kendari menggunakan
Perbedaan lainnya yaitu dalam hal pengujian slump kombinasi antara split 1/1 dan split 1/2 dengan ukuran
beton. Pada beton normal menggunakan uji slump masing – masing berkisar antara 1 - 1,5 cm dan 0,5 – 1
biasa, sedangkan beton SCC menggunakan uji slump cm. Syarat abrasi agregat maksimal yang dipakai
flow. Adapun penjelasan lebih detail akan dibahas di adalah 27% untuk mencapai mutu beton rencana.
sub-bab pengujian beton SCC. Untuk material halus menggunakan kombinasi
antara pasir kasar dan pasir halus. Hal itu dilakukan
akibat keterbatasan stock pasir di Sulawesi Tenggara
dengan syarat Fineness Modulus (FM) antara 2,5 –
2,97. Namun dengan catatan, pasir yang tertahan di
saringan No. 3/8 tidak lebih dari 5%, karena jika
berlebihan maka pasir akan bersifat koral.
171
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
kemungkinan besar mutu beton fc’ 30 MPa tidak C. Mixing Batching Plant
tercapai.
Pengecoran menggunakan Batching Plant (BP)
swakelola yang sudah dikalibrasi oleh Dinas
Perindustrian dan Perdagangan UPTD Metrologi
Kendari. Untuk 1 unit BP yang dikalibrasi adalah
timbangan BP untuk agregat dan air.
Untuk memproduksi ready mix, karakteristik dan
jenis material harus terkontrol dan dapat menyesuaikan
kebutuhan di lapangan. JMF yang digunakan dalam
setiap pengecoran adalah JMF yang telah disetujui oleh
Konsultan Supervisi dan Direksi Pekerjaan. Salah satu
keunggulan menggunakan BP swakelola yaitu dari segi
kualitas dapat terkontrol langsung dari setiap
prosesnya.
Gambar 6. Pelaksanaan Trial Mix di Laboratorium
Pada proses pencampuran beton dalam satu kali
(Dokumentasi Proyek JTK, 2016) mixing dilakukan selama ± 3 menit untuk menghasilkan
2 m3 fresh concrete. Lokasi BP pada proyek Jembatan
Pada upper-structure menggunakan mutu rencana Teluk Kendari terletak di supporting area dengan
fc’ 45 MPa. Struktur balok prestress PCI girder pada waktu tempuh 5 menit.
area side span jembatan memerlukan high early
strength agar dapat dilakukan stressing sehingga
girder dapat segera diangkat (erection). Untuk
mendapatkan mutu beton 38,25 MPa di umur 3 hari,
maka salah satu upaya yang dilakukan yaitu mereduksi
proporsi fly ash. Setelah dilakukan beberapa trial,
didapatkan proporsi optimal untuk mutu rencana fc’ 45
MPa yaitu sebesar 15%.
Setelah proporsi cementitious tercapai, maka
menghasilkan JMD (Job Mix Design). Setelah mutu
beton rencana di umur 28 hari tercapai, maka formula
tersebut dapat digunakan sebagai JMF. Output dari
JMD, komponen yang tetap adalah kadar cementitious.
Sedangkan komponen agregat, kadar air, dan kadar
admixture masih dapat berubah. Proses untuk
menentukan proporsi agregat yang sesuai merupakan
trial mix design JMF.
172
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
173
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 12. Pengecoran Bored Pile Laut Gambar 14. Beton Expose Struktur Pier Leg
(Dokumentasi Proyek JTK, 2016) (Dokumentasi Proyek JTK, 2017)
Keunggulan lainnya dari beton SCC adalah dapat Gambar 14 menunjukkan bahwa beton yang
mereduksi waktu dan jumlah pekerja karena dihasilkan memiliki struktur permukaan yang halus dan
kemudahan pelaksanaan pengecoran. Pada saat licin. Terlihat pada gambar tersebut sedang dilakukan
pekerjaan bored pile, waktu yang dibutuhkan untuk proses curing. Adapun curing dilakukan untuk
pemotongan pipa tremie biasanya memakan waktu ± 10 mengatasi susut (shrinkage) akibat proses hidrasi.
menit. Sedangkan, dalam satu bored pile di proyek
Jembatan Teluk Kendari melakukan pemotongan pipa F. Beton SCC sebagai Green Concrete
tremie ± 5 kali tergantung kedalaman bored pile.
Seperti yang dijelaskan pada pendahuluan bahwa
Struktur beton SCC yang encer mengakibatkan lekatan
aplikasi green concrete pada beton SCC berupa
antar pipa tremie dan beton segar tidak begitu lengket,
penggunaan fly ash atau limbah dari PLTU sebagai
sehingga pemotongan pipa tremie dapat berkurang
bahan substitusi semen. Dengan adanya pengurangan
karena pipa tremie masih mudah diangkat walaupun
semen, maka dapat dikatakan bahwa hal tersebut
sudah jauh tertanam dalam beton.
mengurangi kadar CO2 yang timbul akibat produksi
semen.
174
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tabel 2. Jumlah Penggunaan Beton Berdasarkan fc’ 4. Pada proyek Jembatan Teluk Kendari, substitusi
3 semen dengan fly ash mampu mengurangi kadar
Mutu Beton (MPa) Volume (m )
CO2 sebanyak 11.957, 84 ton.
Beton Mutu Sedang 50.437,59
fc’ 30 MPa
DAFTAR PUSTAKA
Beton Mutu Tinggi 19.226,79
fc’ 45 MPa American Concrete Institute 237R-07, 2007, Self-
Total 69.664,39 Consolidating Concrete, ACI Committee
237:Farmington Hills.
(Olahan Data, 2017)
Daczko, Joseph A., Phillips, Stephen, H.E., 2001, Self-
Tabel 3. Reduksi Kadar CO2 dari Substitusi Semen Compacting Concrete in Underground and Mining
Applications, Proceedings of the Second International
Symposium on Self-Compacting Concrete, Tokyo,
Volume Japan, pp. 671-680.
Struktur FA (kg) FA (ton) CO2 (kg)
(m3)
Bored Pile 26.633,28 5.885.954,88 5.885,95 5.473.938,04 Koehler, Eric P., 2007, Inspection Manual for Self-
20.763,20 4.588.667,20 4.588,67 4.267.460,50 Consolidating Concrete in Precast Members.
Pile Cap
Austin:Center for Transportation Research University of
Pylon 3.256,20 289.801,80 289,80 269.515,67 Texas
Pier 3.041,11 672.085,31 672,09 625.039,34
Sabnis, Gajanan M., 2015, Green Building with Concrete,
Side Span 1.879,09 167.239,01 167,24 155.532,28 Sustainable Design and Construction, Second Edition,
Main Span 10.611,93 944.461,77 944,46 878.349,45 New York: CRC Press.
PCI Girder 1.972,63 175.564,07 175,56 163.274,59 Self-Compacting Concrete European Project Group, 2005,
Blister 159,06 14.156,34 14,16 13.165,40 The European Guidelines for Self Compacting Concrete,
Spesification, Production and Use. United
Tie Beam 497,63 44.288,63 44,29 41.188,42 Kingdom:SCC European Project Group.
Cross Beam 850,26 75.673,14 75,67 70.376,02
Pylon
Total 12.857.892,15 12.857,89 11.957.839,69
IV. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil aplikasi di
lapangan dapat menghasilkan beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
175
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Kegagalan geoteknik seperti longsoran pada lereng sering terjadi di Indonesia. Beberapa penyebab longsoran
ini adanya intensitas hujan yang cukup tinggi, jenis tanah dan kemiringan lereng yang curam. Longsoran jalan di
Cijelag – Sumedang Km. BDG 65+100 adalah salah satu contoh dari beberapa kasus longsoran tersebut. Penanganan
sementara sudah dilakukan dengan pemasangan bronjong di lereng tersebut, namun kondisi bronjong saat ini telah
rusak. Oleh karena itu diperlukannya penanganan permanen yang tepat agar dapat mengurangi resiko longsoran di
lokasi ini. Analisis stabilitas lereng dilakukan dengan menggunakan pendekatan Metode Elemen Hingga Program
PLAXIS 2D 2017. Analisis balik dilakukan untuk menentukan parameter tanah pada saat terjadi kelongsoran. Perkuatan
dengan tiang bor dengan diameter 80 cm, panjang 40 m dan jarak antar tiang 1.6 m direncakanan agar dapat
meningkatkan nilai faktor keamanan lereng tersebut. Dari hasil analisis stabilitas lereng yang dilakukan, diperoleh hasil
nilai faktor keamanan sebesar 1.034 untuk kondisi tanpa perkuatan dan 1.518 dengan perkuatan tiang bor tersebut.
Kata kunci: Cijelag-Sumedang Km. BDG 65+100, longsoran, tiang bor, Metode Elemen Hingga, nilai faktor
keamanan
Abstract. Geotechnical failures such as landslides on the slopes are common in Indonesia. Some of landslides are cause
by high intensity of rainfall, soil type and the inclination of slope. A landslide of road in Cijelag - Sumedang Km. BDG
65 + 100 is one example of some cases of the landslide problem. Temporary protection has been done with the
installation gabion on the slope, but the condition of gabion has been collapsed. Therefore, need to be proper the
permanent protection in order to reduce the risk of landslide in this location. Slope stability analysis was done by Finite
Element Method approach: PLAXIS 2D 2017 Software. Back analysis is performed to determine the soil parameter at
the time of land sliding. Reinforcement using boredpile with 80 cm of diameter, 40 m of pile length and 1.6 m spacing
between each pile are designed to increase the safety factor of slope. The result of slope stability analysis are showed
the value of safety factor in the condition without reinforcement is 1,034, and the safety factor for condition with
boredpile reinforcement is 1,518.
Key word: Cijelag-Sumedang Km. BDG 65+100, landslide, boredpile, Finite Element Method, safety factor
176
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
177
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
yang menyebabkan peningkatan nilai tegangan geser 4. Pemasangan perkuatan lereng, seperti dinding
adalah: penahan tanah, bronjong, tiang bor, tiang
pancang, soil nailing, shotcret, dan lain-lain.
1. Kehilangan dukungan lateral dan vertikal,
5. Penambatan longsoran batuan, seperti
misalnya seperti erosi pada sungai, proses
pengikat beton, jangkar kabel, dinding tipis,
pelapukan, galian permukaan dan
tembok penahan batu, dan lain-lain.
penambangan.
2. Beban di permukaan dan beban lainnya, Pada makalah ini, penulis memilih tiang bor untuk
misalnya seperti pekerjaan timbunan, beban penanganan longsoran di Jalan Cijelag Km. BDG
bangunan, vegetasi, air hujan yang terinfiltrasi 65+100.
ke dalam rekahan, dan teknan rembesan.
E. Kriteria Keruntuhan Mohr Coulomb
Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan nilai
tegangan geser Rahardjo (2012), yaitu: Dalam analisis geoteknik terdapat beberapa
metode yang dapat digunakan untuk menentukan tipe
1. Peningkatan kadar air pada tanah
keruntuhan tanah, seperti hardening soil, soft soil, dan
2. Pelunakan pada tanah lempung
Mohr Coloumb. Pada makalah ini penulis memilih
3. Disintegrasi fisik dari batuan
kriteria keruntuhan Mohr Coloumb dalam analisis
stabilitas lereng di Jalan Cijelag.
D. Pemilihan Tipe Penanganan Longsoran
Mohr adalah seorang tokoh terkenal dalam bidang
Pemilihan tipe penanganan longsoran yang sesuai
geoteknik. sekitar pergantian abad ke – 20, Mohr
dengan permasalahan di lapangan tentunya akan
(1900) menghipotesiskan sebuah kriteria keruntuhan
membutuhkan beberapa alternatif yang penentuannya
untuk material asli terjadi ketika tegangan geser pada
tergantung dari tipe dan penyebab longsoran dan
bidang runtuh saat terjadi keruntuhan mencapai
kemudahannya di lapangan.
beberapa fungsi unik dari bidang tegangan normal, atau
Terdapat beberapa aspek penting yang harus seperti persamaan berikut ini:
dipertimbangkan dalam perencanaan teknis penanganan
longsoran badan jalan, yaitu aspek: ff f ( ff ) (1)
177
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
178
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
179
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
IV. PENUTUP
Dari hasil analisis kondisi eksisting didapat nilai
faktor keamanan 1.034, sehingga dapat dikatakan
bahwa kondisi lereng di lapangan tidak aman dan
terjadi longsor. Oleh karena itu diperlukan penanganan
longsoran secara permanen berupa perkuatan lereng,
adapun perkuatan lereng yang disarankan yaitu dengan
pemasangan boredpile dan dinding penahan tanah
setinggi 3 m. Dimensi boredpile yang digunakan, yaitu
boredpile dengan diameter 80 cm dan kedalaman
boredpile 40 m dengan mutu beton 32.5 Mpa. Lokasi
titik boredpile berada sejauh 10.5 m dari tepi jalan/
marka luar. Dengan perencanaan perkuatan tersebut,
nilai faktor keamanan naik menjadi 1.518.
Analisis stabilitas lereng untuk penanganan
longsoran di Jalan Cijelag Km. BDG 65+100 ini
diharapkan dapat memberikan hasil dan masukan yang
baik untuk kasus penanganan longsoran lainnya di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Brinkgreve R B J. et al, R. F, (2016) Reference Manual, Spon
Press, Plaxis, Netherlands.
Coulomb, C. A. ”Essai sur une application des regles de
Maximums et Minimis a quelques Problemes de
Statique, relatifs a 1’Archtecture, Memoires de
Mathematique et de Physique” dalam Holtz R.D.,
Kovacks W.D., & Sheahan T.C., An Introduction to
Geotehnical Engineering, hlm 520-521, USA : Pearson.
Das, BM 1985, Mekanika Tanah, Prinsip-prinsip Rekayasa
Geoteknis jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Mohr, O. “ Welche Umstande Bedingen die
Elastizitatsgrenze und den Bruch eines Materiales?
Zeitschirft des Vereines Deutscher Ingenieure ”, dalam
Holtz R.D., Kovacks W.D., & Sheahan T.C., An
Introduction to Geotehnical Engineering, hlm 518-519,
USA : Pearson.
180
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak: Stabilitas konstruksi jembatan umumnya sangat dipengaruhi oleh kemantapan lapisan tanah/batuan sebagai
daya dukung dalam menumpu beban pondasi abutmen dan pilarnya. Umumnya pondasi abutmen jembatan hanya
diperhitungkan terhadap beban axial yang diterimanya. Didalam realita yang terjadi, khususnya pada pondasi abutmen
jembatan tidak hanya mendukung baban axial saja tetapi harus mampu mendukung beban lateral yang terjadi. Pada
stabilitas pondasi abutmen jembatan khususnya didaerah pegunungan, beban lateral dapat dipengaruhi oleh menurunnya
tingkat stabilitas lereng dari profil penampang sungai terhadap longsoran lereng. Oleh karena itu dalam perencanaan
untuk penempatan pondasi abutmen jembatan agar terhindar dari keruntuhan, perlu diketahui tingkat stabilitas lereng
dari profil penampang lereng/tebing sungai terhadap faktor penyebab yang berpotensi menyebabkan longsor.
Kata kunci: stabilitas konstruksi jembatan, daya dukung tanah/batuan, pondasi abutmen jembatan, beban axial, beban
lateral, stabilitas lereng, longsoran lereng dan profil penampang sungai
Abstract: the stability of bridges are usually influenced by the hard strata layers of soils/rocks in order on supporting
the foundation of abutment and pile of bridges. Generally, foundations of bridge abutment have been designed to
support the axial loads. In fact, in the reality, the bridge abutment foundation is not only supporting the axila loads and
have to be able on supporting the lateral loads as well. Hence, the bridge abutment foundation in the mountainous
terrain, the lateral loads are mostly influenced by the decreasingly of slope stability against landslide evidences.
Therefore, in the designing for placing the bridge abutment foundation to be stable against failures needs to know the
slope stability levels from the river bank profiles to its caused factor which indicate the sliding evidences.
Keywords: bridge construction stability, bearing capacity of soil and rock strata, bridge abutment foundation, axial
loads, lateral loads, slope stability, slope landslides and river bank profiles.
181
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
182
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Dampak yang terjadi berdasarkan pengamatan tidakmampu didukung oleh lapisan tanah lunak
terjadinya deformasi ini maka kelompok tiang pancang dibawahnya (Gue See Sew dkk, 2013)
yang menopang abutmen jembatan mengalami
kerusakan yang cukup parah dan diperlihatkan pada Penjelasan adanya beban timbunan yang tidak dapat
Gambar 3 (Gue See Sew dkk, 2006). didukung oleh lapisan tanah lunak dapat diuraikan
sebagai beban yang bekerja atau q-allowable pada
persamaan(1) berikut:
keterangan:
qallow = allowable bearing pressure
= (fill.H + 10) (kN/m2)
fill= bulk unit weight of the compacted fill (kN/m3)
H = allowable height of embankment (m)
Su= undrained shear strength of the subsoil,
Su= 𝑐 + 𝜎𝑡𝑎𝑛(kPa) = 6 - 12kN/m2
Gambar 3. Kondisi Kelompok Tiang yang menopang
abutmen jembatan dan tersusun 3 baris yaitu PileC,
Nc = 5,14 (suggested by ManyAuthors for ease of
Pile B dan Pile A sesuai dengan arah deformasi calculation)
abutment FOS = Factor of Safety
Dengan memperhatikan kerusakan struktural pada Note : 10 kPa adalahbeban qallow untuk mengakomodasi
tiang pancang tersebut, maka pada struktur tiang beban traffic load (beban traffic).
pancang telah mengalami kompresi sebagian tertekan
dan sebagian tertarik disisi yang berlawanan sehingga B. Keruntuhan Abutment Jembatan akibat
terbetuk retakan-retakan melintang pada bagian yang terletak pada Daerah Potensial Longsor
tertarik seperti diperlihatkan pada Gambar 3.
Untuk kasus yang demikian hal ini dikarenakan
adanya potensi pergerakan tanah (longsoran) yang
III. Faktor Penyebab Terindikasinya terjadi pada lereng (tebing) sungai akibat penjenuhan
deformasi Abutment Jembatan pada bagian kaki lereng. Salah satu penyebab adalah
pada lereng sungai yang tersusun oleh material tanah
A. Keruntuhan Abutmen Jambatan akibat sehingga stabilitasnya sangat dipengaruhi oleh
Bertambahnya Gaya Lateral Aktif stabilitas lerengnya seperti diperlihatkan pada
Keruntuhan Abutmen jembatan akibat persamaan(2) dan persamaan (3) berikut ini menurut
bertambahnya beban timbunan oprit berdampak pada teori Coulomb (1776) yang mendefinisikan kuat geser
terganggunya stabilitas momen yaitu bertambahnya undrained (atau Su)merupakan fungsi dari tegangan
momen pendorong yang tidak dapat diimbangi oleh normal () sebagai:
momen penahannya sehingga abutment terdeformasi
seperti diperlihatkan pada Gambar 4. Bila diperhatikan Su = 𝑐 + (𝜎)
terhadap keseimbangan lateralnya maka akan terdapat 𝑡𝑎𝑛
penambahan gaya lateral akibat penurunan konsolidasi
yang diakibatkan oleh beban timbunan opritnya. Bilamana tegangan air pori berpengaruh maka:
S = 𝑐’ + (𝜎-u) 𝑡𝑎𝑛’………………………..………..
(3)
dengan:
diperhitungkan terutama bila stabilitasnya sangat (Kecamatan Tabanan) Propinsi Bali yang amblas pasca
dipengaruhi oleh perilaku adanya perubahan tegangan proses pengecoran, Rabu malam sekitar pukul 22.10
air porinya seperti diperlihatkan pada Gambar 5. Wita tahun 2012 adalah merupakan longsoran pada
Selanjutnya disampaikan bahwa perubahan tegangan daerah morfologi perbukitan yang didominasi tanah
air pori yang meningkat akan mempengaruhi dari lapukan batuan vulkanik (Gambar 6).Menurut
penurunan nilai kuat geser undrained. Berdasarkan uji Ladd, C.C. (1991),
vane shear tests oleh Doni Hidayat dkk (2015)nilainya Akibat adanya penurunan kejadian yang dewasa ini
berkisar antara 18 kPa to 51 kPa dengan remoulded terjadi adalah menurunnya tingkat stabilitas lereng
strength nya menurun menjadi6 kPa to 12 kPa. maka berdampak pada bangunan perancah saat
pengecoran lantai jembatan akan dapat juga terbawa
longsor karena menerima beban dari longsoran
abutment jembatan yang bergerak (Nusa bali.com, 2017).
Kasus yang terjadi pada Jembatan penghubung B. Kriteria Penentuan Beban terhadap paramters
Banjar Cepik, Desa Tajen (Kecamatan Penebel, Nilai Kuat Geser
Tabanan) dan Banjar Tunjuk Kaja, Desa Tunjuk
184
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gue See Sew Ir. Dr. & Ir. Tan Yean Chin (1988).
PREVENTION OF FAILURE OF BRIDGE
FOUNDATION ANDAPPROACH
EMBANKMENT ON SOFT GROUND. Gue &
Partners Sdn Bhd39-5, Jalan 3/146, The Metro
CentreBandar Tasik Selatan57000 Kuala Lumpur.
www.gueandpartners.com.my.
186
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Di Indonesia banyak terjadi kerusakan struktur jembatan yang diakibatkan oleh aliran
sungai. Potensi terjadinya gerusan local (scouring) di sekitar jembatan dapat menyebabkan
runtuhnya struktur bangunan bawah jembatan yang berakibat runtuhnya pula struktur bangunan
atas. Pada umunya jembatan eksisting yang dibangun pada tahun 80 an tidak memperhatikan
potensi bahaya yang disebabkan terjadinya scouring. Untuk mengatisipasi terjadinya keruntuhan
jembatan eksisting akibat scouring diperlukan beberapa metode penyelidikan aliran sungai dan
metode perkuatan jembatan eksisting. Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi
bahaya gerusan yang terjadi pada jembatan dan cara menanggulanginya. Metode yang digunakan
dalam kajian ini adalah melakukan survei investigasi (penyelidikan) pola aliran sungai pada
beberapa jembatan eksisting. Jembatan Way Kawanua adalah objek jembatan dalam pengkajian
ini. Berdasarkan beberapa hasil survei investigasi dapat ditentukan teknologi perkuatan jembatan
yang sesuai diterapkan untuk aliran sungai tertentu.
Kata kunci : gerusan, mitigasi, jembatan, perkuatan, struktur bangunan bawah
Abstract. Damage to the bridge structure caused by the scouring occurs in many existing
bridges in Indonesia. Potential local scouring around the bridge can lead to the collapse of the
substructure that resulted in the collapse of the upperstructure. In general, existing bridges built
in the 80's do not consider the potential hazards caused by scouring. To anticipate the collapse
of the existing bridge due to scouring, several methods of river flow investigation and
retrofitting method of the existing bridge. This study aims to identify potential scouring hazards
occurring on the bridge and how to mitigate them. The method used in this study is to conduct
an investigation of river flow patterns on some existing bridges. The Way Kawanua Bridge is
the object of the bridge in this study. Based on several investigative survey results we can
determine the appropriate bridge retrofitting technology applied to various river conditions.
Keywords: scouring, mitigation, bridge, retrofitting, substructure
187
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
runtuhnya jembatan baik melalui proses Perubahan pola aliran tersebut akan
yang singkat (banjir) atau perlahan-lahan menimbulkan terjadinya gerusan disekitar
(gerusan,dll). Air yang mengalir di dalam konstruksi pilar dan kepala jembatan.
sungai akan mengakibatkan proses
Di Indonesia banyak terjadi kerusakan
penggerusan pada tanah dasarnya. Proses
struktur jembatan yang diakibatkan oleh
penggerusan dapat terjadi karena adanya
aliran sungai karena pada saat perencanaan
penyempitan saluran sungai atau pengaruh
perencana tidak memperhitungkan daya
morfologi sungai itu sendiri. Bangunan
rusak air terhadap jembatan ataupun
bawah jembatan merupakan salah satu
surveyor tidak memperhatikan kondisi
bangunan yang menghalangi aliran sungai.
aliran sungai pada saat pemeriksaan
Pembuatan bangunan bawah jembatan
jembatan eksisting. Salah satu runtuhnya
seperti pilar dan kepala jembatan akan
jembatan akibat gerusan ditunjukkan dalam
menyebabkan perubahan pola aliran sungai.
Gambar 1.
188
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
189
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Sidescan sonar (SSS) adalah kategori dengan sampel dasar sungai/laut, SSS
sistem sonar yang digunakan secara mampu memberikan pemahaman
efisien memperoleh gambar/citra dasar tentang perbedaan jenis bahan dan
sungai/laut secara luas. SSS dapat tekstur dasar laut.
digunakan untuk melakukan survei
arkeologi perairan; dalam hubungannya
Gambar 4. Citra sector scan sonar dengan transduser tegak lurus terhadap obyek
(sumber: Survei batimetri untuk Teknik Sipil)
Sonar, alat pemantau dengan sonar air. Data logger mengontrol fungsi
dipasang pada pilar atau kepala operasi sistem sonar dan pengumpulan
jembatan untuk mengukur elevasi dasar data. Data logger diprogram untuk
sungai, dimana masing-masing alat melakukan pengukuran pada interval
terhubung ke data logger. Instrumen yang ditentukan. Peralatan ini dapat
sonar mengukur jarak dari kepala sonar digunakan untuk memantau gerusan
ke dasar sungai berdasarkan waktu maupun penimbunan sedimen
tempuh gelombang suara yang melalui (agradasi).
1
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Cincin Luncur Magnetik adalah batang gerusan yang terjadi di lokasi tertentu.
atau tiang yang melekat pada muka Saat ini penggunaan cincin luncur
pilar atau abutmen dan didorong atau magnetik telah dihubungkan dengan
ditancapkan ke dasar sungai. Sebuah data logger , dimana data logger
cincin dengan sensor magnetik membaca tingkat penurunan cincin
ditempatkan pada dasar sungai di magnetik secara outomatis dan
sekitar batang. Jika dasar sungai mendeteksi adanya aktifitas gerusan.
tergerus, cincin bergerak atau meluncur Cincin magnetik hanya dapat
menuruni batang ke dalam lubang digunakan untuk memantau kedalaman
gerusan. Kedalaman turunnya cincin gerusan maksimum
memberikan informasi mengenai
Gambar 6. Perangkat pemantau gerusan lokal dengan cincin luncur magnetik (Sumber : Hunt, 2009)
191
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 7. Perangkat pemantau gerusan dengan flout-out device (Sumber : Hunt, 2009)
Sensor Ayunan dan Getaran (Tilt or dengan lalu lintas (biasanya sejajar
Vibration Sensors). Alat ini digunakan dengan aliran sungai). Jika jembatan
untuk memantau pergerakan jembatan mengalami gerusan dan menyebabkan
itu sendiri. Sepasang sensor ayunan dan salah satu pilar mengalami perubahan,
getaran akan memantau perubahan maka salah satu atau kedua sensor akan
posisi jembatan. Sensor satu (X) mendeteksi perubahan posisi. Jika
memonitor posisi jembatan sejajar perubahan yang dideteksi oleh sensor
dengan arah lalu lintas (arah dalam posisi yang melebihi batas
longitudinal jembatan), dan yang kedua program, maka sistem akan
(Y) memonitor posisi tegak lurus mengirimkan pesan status siaga.
Gambar 8. Perangkat pemantau gerusan dengan sensor ayunan dan getaran (Sumber : Hunt, 2009)
IV. Kajian Studi Kasus Jembatan Wai berjalin adalah sungai yang selalu
Kawanua yang Mengalami mengalami perubahan alur dominan sungai
kerusakan Akibat Gerusan dari waktu ke waktu namun masih dalam
Jembatan Wai Kawanua terletak di ruas satu batas lebaran tertentu (Pedoman
jalan Tehoru – Laimu, Kabupaten Maluku Perencanaan Bangunan Pengaman pada
Tengah, Pulau Seram, Provinsi Maluku. Sungai Berjalin (braided river)). Jembatan
Jembatan ini menghubungkan Kecamatan Wai Kawanua merupakan jembatan rangka
Teluti dan Kecamatan Tehoru di Kabupaten baja yang dibangun oleh Pemerintah
Maluku Tengah. Sungai Wai Kawanua Kabupaten Maluku Tengah sejak tahun
merupakan dua sungai yang bergabung 2005. Pada awalnya jembatan terdiri dari 3
menjadi satu yaitu Wai (sungai) Kawa dan bentang rangka baja, tetapi oprit jembatan
Wai Nua. Sungai Kawanua merupakan di arah Tehoru terus menerus tergerus air
sungai tipe berjalin (braided river). Sungai karena aliran Sungai Kawanua yang
192
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
193
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
195
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Pada Tahun 2012 terjadi banjir yang Kawanua biasa dilalui dengan kendaraan
melanda Sungai Kawanua sehingga biasa, truk, kendaraan 4WD ataupun rakit
Jembatan Wai Kawanua ambruk dan belum penyeberangan. Tapi itu terjadi pada saat
diperbaiki sampai Tahun 2015 muka air normal. Pada saat banjir biasanya
(http://regional.kompas.com/read/2015/09/0 lalu lintas terputus dan baru bisa dilewati
1/16392651/Sudah.Dua.Tahun.Ambruk.Je setelah banjir surut karena kendaraan
mbatan.Kawanua.yang.Hubungkan.Dua.De beresiko terbenam atau terbawa arus.
sa.Belum.Juga.Dibangun). Pada Juni 2015 Adanya perubahan tata guna lahan di hulu
tiang penyangga jembatan roboh dan sungai juga menyebabkan banjir yang
terbawa arus saat banjir membawa material seperti pohon-pohon
(https://www.cendananews.com/2015/08/ls besar sampai ke hilir. Tetapi karena Sungai
m-desak-gubernur-ambil-alih- Kawanua sendiri termasuk dalam tipe
pembangunan-jembatan-kawanua.html). sungai berjalin, upaya penanganan akan
Saat jembatan masih dalam tahap menjadi sangat mahal termasuk dalam hal
pembangunan (2005-2016) Sungai penanganan aliran sungai.
196
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 9. Jembatan Wai Kawanua saat belum bisa dilalui (sumber: www.cendananews.com)
Ada 3 (tiga) alternatif yang dapat dilakukan Setelah banjir reda, aliran sungai
dalam hal penanganan Jembatan Wai akan memilih alur-alur di sisi-sisi
Kawanua selain melakukan perbaikan endapan yang rendah.
daerah aliran sungai, yaitu:
Alur sungai pada sungai berjalin
1. Mengalihkan trase jalan/jembatan. selalu berpindah-pindah.
Sungai Kawanua merupakan sungai
berjalin yang mempunyai ciri-ciri Berdasarkan hasil kajian tidak boleh
sebagai berikut : membangun sesuatu di sungai berjalin
karena kondisinya yang tidak stabil dan
Alur-alur sungai saling berjalin dan alur sungai yang selalu berpindah-
dipisahkan dengan pulau-pulau di pindah. Oleh karena itu alternatif
tengah palung sungai. penanganan yang dapat dipilih adalah
dengan mengalihkan trase jalan
Umumnya dijumpai di daerah
sehingga jembatan berada pada ruas
peralihan antara ruas hulu dan
sungai yang relatif lebih stabil (Pusair,
tengah dari suatu daerah
2017).
pengaliran.
2. Penerapan Teknologi CGP (Corrugated
Material dasar umumnya terdiri
Gabion Pusjatan)
dari kerikil (gravel) dan kerakal
(cobble). Teknologi yang dapat diterapkan di
Jembatan Wai Kawanua adalah
Berada pada peralihan dari bagian teknologi CGP (Corrugated Gabion
dengan kemiringan curam ke Pusjatan) yaitu gabungan antara pelat
bagian dengan kemiringan dasar CSP dengan Gabion. Konsep jembatan
sungai relatif landai. CSP dengan Gabion dapat dilihat pada
Setiap terjadi banjir akan terbentuk Gambar 10.
endapan muatan sedimen dalam
jumlah besar
197
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 11. Tipikal desain jembatan CSP dan Gabion (sumber: Pusjatan)
198
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Material CSP dan gabion juga bisa ini seperti terlihat pada Gambar 13
digunakan dalam konsep lintasan basah berikut.
Gambar 13. Konsep desain lintasan basah CSP dan Gabion (sumber: Pusjatan)
199
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
ini surveyor jembatan lebih banyak Beatrice E.Hunt, NCHRP Synthesis 396,
memeriksa bangunan atas jembatan Washington DC, 2009 , “Monitoring
sedangkan pemeriksaan bangunan bawah Scour Critical Bridges”,
jarang dilakukan. Perencana jembatan pada
Kementerian Pekerjaan Umum dan
saat merencanakan jembatan perlu
Perumahan Rakyat, Jakarta, 2014 ,
diperhatikan aspek morfologi sungai dalam
“Manual Analisa Gerusan Lokal pada
memilih lokasi jembatan, seperti : pilihlah
Jembatan dan Tipikal Penanganannya”,
lokasi pada alur sungai yang stabil atau
Direktorat Jenderal Bina Marga,
dibagian yang tidak terjadi
agradasi/degradasi/meandering; kepala Kementerian Pekerjaan Umum dan
jembatan dan pilar jembatan ditempatkan Perumahan Rakyat, Jakarta, 2015.
searah dengan aliran air; keadaan material “Pedoman Perencanaan Bangunan
dasar sungai; memilih bentuk pilar; Pengaman Jembatan pada Sungai
melakukan analisa gerusan untuk Berjalin (Braided River)”, Direktorat
memperhitungkan kedalaman gerusan lokal Jenderal Bina Marga,
http://222.124.202.164/lpp/peta-
tematik/jaringan-jalan-kepulauan-
Daftar Pustaka riau.html (diakses tanggal 10 Mei 2017
Bridge Investigation Manual –1992 pukul 11.25 WIB
Kementerian Pekerjaan Umum dan Lobeck, 1939; Pannekoek, 1957; dan Sandy,
Perumahan Rakyat, Jakarta, 2016 1985 dalam
“Draft Pedoman Pemeriksaan Kondisi http://www.scribd.com/doc/67066505/B
Sungai pada Jembatan”, Direktorat ahan-Ajar-Morfologi-Sungai (diakses
Jenderal Bina Marga, “Development of tanggal 15 Januari 2017 pukul 10.05
the new Inspection Method on Scour WIB)
Condition around Existing Bridge https://www.amazon.co.uk/DJI-
Foundations”, Jiro Fukui and Masahiro 190021280977-Mavic-Pro-CP-PT-
Otuka, Japan, 2002. 000498 gray/dp/B01M0AVO1P
(diakses tanggal 15 November 2017
pukul 22.00WIB)
200
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstract. Manado ring road is very important in the connectivity in and out of Manado city in the
province of north Sulawesi, so this road construction must be good. Material models are always required
to know the physical (mechanical and physical characteristics) of the soil layer at the site by using
geotechnical analysis of studies that have been done in the field and in the laboratory. Soils such as clay,
clayey peat and peat show a high degree of compressibility compared to other soils. In oedometer testing,
the consolidated clay normally behaves up to ten times softer than the normally consolidated sand. This
study aims to determine the soft consolidation behaviour of soft clay primers by comparing the results
obtained from finite element analysis calculations on Plaxis 2D with analytical calculations and survey
measurements. Two different material models were used during finite element calculations, comparing
the performance of Soft Soil Model, SSM models to the Mohr-Coulomb Model (MCM) model commonly
used. Practical geotechnical analysis on the stability of embankment construction is done by using Plaxis
8 computer program, based on Finite Element Method to analyze deformation value and safety factor
with construction phase of consolidation phase. Practical geotechnical analysis of the stability of
embankment construction is done by using a computer program Plaxis calculations based on the Finite
Element Method for analyzing the value of deformation with stage construction phases of consolidation
as high as 10 cm over the 180-day value safety factor of 1.484 as MCM and 1.651 as SSM.
Key words: Consolidation, Manado ring road, Embankment, Deformation, Safety Factor
1. INTRODUCTION
• The soil samples were taken 8 points
Manado ring road is very important • Analysis of deformation and Slope Stability by
in the connectivity in and out of Manado city in Software Plaxis 8
the province of north Sulawesi, so this road • High Embankment Plan 10 meters
construction must be good. • Analysis of Earthquake was not discussed.
In this paper the discussion is limited This study aims to determine the effect
based on data results of soil of consolidation on the deformation model
investigation as follows: mohr-coulomb (Mohr-Coulomb model, MCM)
o hand boring and a model of soft soil (Soft Soil Model,
o static cone penetration test SSM).
o tes pits quarry
o Physical and Engineering 2. RESEARCH METHODOLOGY
Properties This paper uses the research results of
soil mechanics that have done well in the field
Using data from Geotechnical Laboratory and in the laboratory based on the theories that
investigation at the Faculty of Engineering have been written in some literature as a
UNSRAT Manado to study the soil.
200
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
SF
1
c' l w uB ...tg ' sec
tg .tg '
(1)
W sin 1
SF
where :
SF = Safety Factor
W = slice weight
c’ = Cohesi Efecive
’ = the effective shear angle
B = slice width
Scheme description slope stability parameter.
Figure 1. Shows a schematic description of
slope stability parameter related to formula 1
.
o B
Uraian Gaya : u b
Pada Segmen Tanah
r
B
m
Xn
En+1 1
W
En
Xn+1 s = u l tg
p' = u l a
p l
201
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
particular condition. Expenses for the embankment elevation and soil properties data
construction of calculated mass of 1000 kg / m2 as in Figure 1.
work on the embankment. Sketch geometry
Restriction of field used: Left : -70 m, Right : 70 m, Bottom : -10 m, Top : 10 m, spacing : 1.0 m.
202
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
203
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
204
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
205
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Whole excess pore water pressure occurs is not kN / m2 (negative = Pressure), which SSM extreme
significant to the body wall of center part and the conditions of pore water pressure -96.98 kN / m2 (see
embankment of the weir. Figure 10 and 11 for the Figure 8).
highest pore water pressure curve MCM with -2.94
206
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Chart 3
Multiplier
1.5
1.4
1.3
1.2
1.1
1
0 5e5 1e6 1.5e6 2e6 2.5e6 3e6 3.5e6
Displacement [m]
207
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
SSM SF
Multiplier
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0 4e4 8e4 1.2e5 1.6e5
Displacement [m]
8. CONCLUSION REFERENCES
208
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
PT Teknindo Geosistem Unggul, Gedung Wisma SIER, Lantai 1, Jl. Rungkut Industri Raya 10, Surabaya 60293
E-mail: wahyu@geosistem.co.id
Abstrak. Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera pada Ruas Pematang Panggang – Kayu Agung sepanjang 85 km di
Sumatera Selatan sebagian dilaksanakan pada lapisan tanah dasar lunak yang relatif tebal. Apabila tidak dilakukan
perbaikan pada tanah dasarnya terlebih dahulu maka jalan yang dibangun akan berpotensi mengalami penurunan yang
relatif besar dan berlangsung relatif lama. Perbaikan tanah dasar yang dipilih adalah dengan menggunakan metoda pra-
pembebanan (soil preloading) dan metoda hampa udara (vacuum preloading). Namun dalam menerapkan kedua metoda
tersebut, masing-masing metoda memiliki kendala tersendiri untuk mendukung penyelesaian pekerjaan sebelum bulan
April 2018. Pada lokasi yang tanah dasarnya dominan lanau kepasiran (sandy silt), untuk menerapkan metoda soil
preloading terkendala dengan keterbatasan volume tanah timbunan. Pada lokasi yang tanah dasarnya dominan lempung
kelanaun (silty clay), untuk menerapkan metoda vacuum preloading terkendala dengan keterbatasan volume pasir.
Sehingga perlu dilakukan optimalisasi berdasarkan batasan waktu penyelesaian pekerjaan, batasan ketersediaan material
tanah timbunan dan pasir, serta batasan deskripsi tanah dasar. Makalah ini menguraikan pekerjaan perbaikan tanah
lunak metoda soil preloading dan vacuum preloading pada Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera Ruas Pematang
Panggang – Kayu Agung. Uraian dimulai dari tahap perancangan teknis, pelaksanaan sampai dengan evaluasi kinerja
pekerjaan perbaikan tanah lunak yang dilaksanakan. Uraian juga disertai foto-foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan.
Kata kunci: perbaikan tanah lunak, metoda soil preloading, metoda vacuum preloading
209
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
210
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
211
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
212
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 18. Pelaksanaan pekerjaan dinding kedap Gambar 22. Pelaksanaan pekerjaan geomembrane
Gambar 19. Pelaksanaan pekerjaan PHD Gambar 23. Pelaksanaan pemasangan settlement plate
Pada Gambar 18 ditunjukkan pelaksanaan peker-
jaan dinding kedap pada keliling zona pekerjaan
vacuum preloading. Pada Gambar 19 ditunjukkan
pelaksanaan pekerjaan PHD. Pada Gambar 20 ditunjuk-
kan pelaksanaan pekerjaan pipa.
213
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
V. PEKERJAAN SUBGRADE
Pekerjaan timbunan tanah subgrade dilakukan
dengan syarat setelah tekanan vakum pada vacuum
gauge mencapai 80 kPa dan dipastikan sistem vakum
telah bekerja dengan sempurna. Biasanya dibutuhkan
Gambar 24. Pelaksanaan pemasangan piezometer waktu sekitar 2 (dua) minggu untuk mencapai persya-
ratan tersebut. Sebelum penimbunan tanah subgrade
dilakukan, terlebih dahulu dihamparkan geotextile
nonwoven di atas geomembrane sebagai lapis proteksi.
Selanjutkan di atas geotextile nonwoven dilakukan
penimbunan tanah subgrade seperti pada Gambar 28.
214
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
215
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Pada Tabel 1 ditunjukkan data monitoring vacuum ngan Vakum dan PVD (SKh-1.4.15) dan oleh karena-
gauge (VG) dan settlement plate (SP) pada STA nya telah dapat dinyatakan selesai.
149+150 ~ 149+275 per tanggal 02 Februari 2018. Ber-
dasarkan Tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa : C. Analisa Load Factor
Penurunan rata-rata per 5 hari terakhir sebesar 0,0mm
Sebelum pompa vakum dimatikan, terlebih dahulu
s/d 0,8mm
dilakukan analisa load factor, yaitu perbandingan be-
Daya dukung tanah pada level geomembrane menca-
ban preload dengan beban setelah pompa vakum dima-
pai -81kPa s/d -83kPa
tikan seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Pada Rancang-
Tabel 1 : Rekapitulasi data tekanan vakum dan penurunan an Standar Nasional Indonesia 3 (RSNI-3) Persyaratan
Perancangan Geoteknik disyaratkan besarnya load
factor ≥1,3 apabila efek gaya angkat (buoyancy effect)
tidak diperhitungan.
Tabel 3 : Rekapitulasi analisa load factor
216
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Pembangunan jalan akses Pelabuhan Trisakti (Pelabuhan Trisakti - Lianganggang) sepanjang 13 km di
Kalimantan Selatan dilaksanakan pada lapisan tanah dasar lunak yang relatif tebal. Apabila tidak dilakukan perbaikan
pada tanah dasarnya terlebih dahulu maka jalan yang dibangun akan berpotensi mengalami penurunan yang relatif besar
dan berlangsung relatif lama. Perbaikan tanah dasar yang dipilih adalah dengan menggunakan metoda pra-pembebanan
(soil preloading) dengan menerapkan Spesifikasi Khusus Interim SKh-1.3.6 : Penyalir Vertikal Pra-Fabrikasi
(Prefabricated Vertical Drain, PVD, Spesifikasi Khusus Interim SKh-1.3.7 : Instrumentasi Geoteknik dan Spesifikasi
Khusus Interim SKh-1.3.10 : Penyalir Horisontal Pra-Fabrikasi (Prefabricated Horizontal Drain, PHD) dari Direktorat
Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Makalah ini menguraikan penerapan 3
(tiga) spesifikasi khusus interim tersebut dalam pelaksanaan pekerjaan perbaikan tanah lunak pada pembangunan jalan
akses Pelabuhan Trisakti (Pelabuhan Trisakti - Lianganggang), dimana penerapan ketiga spesifikasi khusus interim
tersebut merupakan yang pertama kali dilakukan pada pembangunan jalan di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Uraian dimulai dari tahap perancangan teknis,
pelaksanaan sampai dengan evaluasi kinerja pekerjaan perbaikan tanah lunak yang dilaksanakan. Uraian juga disertai
foto-foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan. Pada akhir makalah diberikan masukan untuk penyempurnaan ketiga
spesifikasi khusus interim tersebut.
Kata kunci: perbaikan tanah, spesifikasi khusus interim, PVD, PHD, instrumentasi geoteknik
217
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 1. Prinsip pra-pembebanan pada bangunan jalan Pada model tersebut drainase vertikal yang diguna-
kan dari jenis penyalir vertikal pra-fabrikasi (prefabri-
Pekerjaan perbaikan tanah lunak metoda pra- cated vertical drain, PVD) dan drainase horisontal
pembebanan merupakan sistem pekerjaan perbaikan yang digunakan dari jenis penyalir horisontal pra-fabri-
tanah lunak yang terdiri dari pekerjaan timbunan pra- kasi (prefabricated horizontal drain, PHD). Adapun
beban (preload), drainase vertikal (vertical drain), instrument geoteknik yang digunakan adalah pelat pe-
drainase horisontal (horizontal drain) dan instrumentasi nurunan (settlement plate), pisometer pneumatik (pneu-
geoteknik (geotechnical instrumentation) seperti yang matic piezometer) dan inklinometer (inclinometer).
ditunjukkan pada Gambar 2.
A. Data Tanah Dasar
Perbaikan tanah lunak pada pembangunan jalan
akses Pelabuhan Trisakti direncanakan sepanjang 13km
mulai KM 10+300 sampai dengan KM 23+300. Tebal
lapisan tanah lunaknya bervariasi mulai dari 4m sampai
dengan 40m. Oleh karenanya dilakukan zonasi sesuai
ketebalan lapisan tanah lunaknya. Pada makalah ini
hanya diuraikan data perancangan teknis pada zona
KM 10+300 sampai dengan KM 14+300 saja.
Berdasarkan nilai N-SPT = 10 dan qc = 40 kg/cm2,
ketebalan lapisan tanah kompresibel (compressible
soil) diketahui setebal 24 m seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 4.
218
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 6. Hubungan tinggi timbunan dan penurunan tanah Berdasarkan hasil perancangan timbunan tanah pa-
da Tabel 2 selanjutnya direncanakan skenario pekerja-
Selanjutnya dengan data masukan yang sama, grafik an timbunan tanahnya. Pada Gambar 9 ditunjukkan
pada Gambar 6 dapat dikembangkan menjadi grafik contoh skenario pekerjaan timbunan tanah yang diren-
hubungan antara timbunan awal pelaksanaan dan tim- canakan pada KM 10+775, dimana untuk tebal timbun-
bunan akhir setelah mengalami penurunan seperti yang an sub-grade sebesar 0,176 memerlukan tinggi timbun-
ditunjukkan pada Gambar 7. an tanah 2,194 m dengan estimasi penurunan 0,771 m.
219
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
220
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
ditunjukkan pada Gambar 14. Hasil uji material PVD di ditunjukkan pada Gambar 17. Hasil uji material PVD di
Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T), Badan Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T), Badan
Penelitian dan Pengembangan Industri, Kementerian Penelitian dan Pengembangan Industri, Kementerian
Perindustrian, ditunjukkan pada Gambar 15. Dokumen- Perindustrian, ditunjukkan pada Gambar 18. Dokumen-
tasi pemasangan PVD ditunjukkan pada Gambar 16. tasi pemasangan PVD ditunjuk-kan pada Gambar 19.
Gambar 15. Hasil uji material PVD Gambar 18. Hasil uji material PHD
Gambar 16. Dokumentasi pemasangan PVD Gambar 19. Dokumentasi pemasangan PHD
Pelaksanaan pekerjaan PVD meliputi pengadaan Pelaksanaan pekerjaan PHD meliputi pengadaan
material dan pemasangan yang semuanya dilaksanakan material dan pemasangan yang semuanya dilaksanakan
oleh PT Teknindo Geosistem Unggul. oleh PT Teknindo Geosistem Unggul.
Gambar 17. Material PHD yang digunakan Gambar 20. Material pelat penurunan yang digunakan
Material penyalir horisontal pra-fabrikasi (PHD) Material pelat penurunan yang digunakan diproduk-
yang digunakan merek CeTeau Drain tipe CT-SD 100- si oleh PT Teknindo Geosistem Unggul seperti yang
20 produksi CeTeau Malaysia Sdn Bhd seperti yang ditunjukkan pada Gambar 20. Dokumentasi monitoring
221
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 23. Material pisometer pneumatik yang digunakan Gambar 26. Material inklinometer yang digunakan
222
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 27. Monitoring inklinometer Gambar 29. Evaluasi pelat penurunan metoda Asoka
223
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
224
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Badan Penelitian dan Pengembangan PUPR telah melakukan pemeringkatan jalan hijau untuk mendorong
konstruksi berkelanjutan dilaksanakan oleh penyelenggara jalan di tingkat nasional dan daerah. Perkembangan
keikutsertaan proyek jalan pada pemeringkatan jalan hijau tersebut tidak berkembang dengan pesat. Makalah ini
bertujuan untuk pelaksanaan pemeringkatan jalan hijau, mengidentifikasi subkategori jalan hijau yang sulit diterapkan,
dan mengidentifikasi langkah-langkah untuk mendorong implementasi konstruksi berkelanjutan pada berbagai proyek
jalan lainnya. Metode kegiatan adalah kajian pustaka terhadap jalan berkelanjutan dan pemeringkatan Jalan Hijau
Indonesia, kajian terhadap kurangnya peserta pemeringkatan jalan hijau, perbandingan penerapan subkategori
pemeringkatan jalan hijau dengan cara memberi nilai satu untuk subkategori yang diterapkan dan nilai nol untuk
subkategori yang tidak diterapkan. Analisis meliputi perbandingan: subkategori jalan hijau yang dapat diterapkan dari
semua proyek jalan dan subkategori jalan hijau yang tidak dapat digunakan oleh semua proyek jalan. Hasil studi
menunjukkan bahwa pemeringkatan jalan hijau adalah untuk menilai konstruksi berkelanjutan sesuai kaidah peraturan
dengan pelaksana pemeringkatan jalan hijau yang disepakati adalah tim dari Direktorat Bina Marga, Direktorat Bina
Konstruksi, Badan Litbang PUPR, dan akademisi. Tim tersebut ditunjuk oleh Kepala Badan Litbang PUPR. Hasil
lainnya adalah subkategori pemeringkatan jalan hijau yang kurang banyak diterapkan adalah subkategori pada kategori
material dan sumber daya alam serta kategori teknologi perkerasan. Subkategori ini membutuhkan teknologi yang
mudah diterapkan dan rendah biaya. Langkah-langkah untuk mendukung implementasi konstruksi berkelanjutan adalah
melakukan sosialisasi terhadap para kepala satuan kerja dan juga pejabat pembuat komitmen proyek pembangunan dan
peningkatan jalan. Bentuk sosialisasi berupa pertemuan ilmiah, pelatihan, dan jurnal ilmiah.
Kata kunci: konstruksi jalan berkelanjutan, pemeringkatan jalan hijau, konstruksi berkelanjutan
Abstract. The PUPR Research and Development Agency has conducted a green road rating to encourage sustainable
construction to be undertaken by national and regional road operators. The development of the road project participation
in the green road rankings did not grow rapidly. The paper aims to implement green road ratings, identify difficult green
road subcategories, and identify measures to encourage the implementation of sustainable construction on other road
projects. The method is a review of the literature on sustainable roads and the Green Road Rating Indonesia, a review of
the lack of green road ranking participants, the comparison of applying green road ranking subcategories by assigning a
value of one to the applied subcategories and zero values for sub-categories not applied. The analysis includes a
comparison: a green road sub-category that can be applied from all road projects and green road subcategories that can
not be used by all road projects. The method of activities is a review of the literature on sustainable roads and the
ranking of Green Road Indonesia, a review of the lack of green road ranking participants, the comparison of applying
green road ranking subcategories by assigning a value of one to the applied subcategories and zero values for sub-
categories not applied. The analysis includes a comparison: a green road sub-category that can be applied from all road
projects and green road subcategories that can not be used by all road projects. The results of the study indicate that
green road ranking is to assess sustainable construction in accordance with the rules of the regulation with green road
ranking officers agreed on are teams from the Directorate of Highways, Directorate of Construction Construction,
PUPR Research Agency, and academics. The team is appointed by the Head of PUPR R & D Agency. Another result is
the less widely applied green road rating subcategory is a subcategory in the category of materials and natural resources
and the category of pavement technology. These subcategories require technologies that are easy to implement and low
cost. Measures to support the implementation of sustainable construction are to disseminate to heads of work units as
well as to officials on the commitment of road building and improvement projects. Form of socialization in the form of
scientific meetings, training, and scientific journals.
Key words: sustainable road construction, green road rankings, roads construction
225
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
226
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
227
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
saat pelaksanaan konstruksi/pasca konstruksi, KL-4, Kategori Teknologi Perkerasan terdiri atas pilihan
Sertifikat sistem manajemen lingkungan dan penerapan subkategori dalam Perkerasan untuk Badan Jalan dan
inovasi pelaksana pekerjaan, KL-5, Penanaman pohon Perkerasan untuk Trotoar Jalan. Subkategori-
dan jenis vegetasi lain, KL-6, Pelindungan dan subkategori berikut ini. (a) Perkerasan untuk Badan
penghindaran kehilangan habitat, KL-7, Penyediaan Jalan, yang terdiri atas TPK-1, Perancangan umur
sistem drainase jalan, KL-8, Pembatasan penerangan rencana perkerasan, TPK-2, Penggunaan campuran
jalan, KL-9, Pereduksi kebisingan. dingin untuk pekerasan lentur, TPK-3, Penggunaan
Kategori TM, Transportasi dan Masyarakat terdiri perkerasan porus yang berfungsi untuk meresapkan dan
atas subkategori berikut ini, yaitu TM-1, Penataan mengaliran air permukaan di perkerasan jalan yang
ornamen dan lanskap jalan, TM-2, Penyediaan fasilitas dilengkapi dengan fasilitas saluran keluar air jika sudah
henti untuk menikmati pemandangan menarik, TM-3, melebihi kapasitas. TPK-4, Perancangan permukaan
Penyediaan akses dan fasilitas pengguna angkutan perkerasan yang dapat mengurangi kebisingan, TPK-5,
umum, TM-4, Perancangan geometrik dan fasilitas Perancangan campuran beraspal hangat. (b) Perkerasan
perlengkapan jalan untuk menekan penggunaan energi, untuk Trotoar Jalan terdiri atas TPP-1, Perancangan
TM-5, Pelaksanaan audit keselamatan jalan oleh pihak perkerasan pejalan kaki yang mempertahankan fungsi
independen, TM-6, Penyediaan akses dan fasilitas trotoar. Perancangan dimaksud menekan biaya
pejalan kaki, TM-7, Pelibatan peran serta masyarakat pemeliharaan jalan. TPP-2, Penggunaan material yang
dalam perencanaan, TM-8, Penyediaan akses dan dibuat tanpa pemanasan, TPP-3, Perancangan
fasilitas pesepeda. permukaan perkerasan porus, TPP-4, Perancangan
Kategori AK, Aktivitas Konstruksi terdiri atas permukaan perkerasan yang kekesatan memenuhi
subkategori berikut ini, yaitu AK-1, Perencanaan persyaratan untuk jalur pejalan kaki , TPP-5,
kegiatan daur ulang sampah konstruksi dan sampah Penggunaan material yang dibuat dengan pemanasan
dari kantor/base camp kontraktor, AK-2, Metode lebih rendah dari temperatur standar.
penggunaan peralatan/armada pelaksanaan konstruksi Dalam menerapkan pemeringkatan jalan hijau,
dengan teknologi tertentu sehingga emisi dapat penyelenggara jalan harus memrogramkan satu ruas
dikurangi, AK-3, Pemantauan/pencatatan penggunaan jalan atau sebagian untuk dijadikan jalan berkelanjutan.
air pada pelaksanaan konstruksi , AK-4, Penggunaan Penyelenggara jalan melakukan perencanaan teknis
peralatan konstruksi yang memenuhi ambang batas jalan hijau dan melaksanakannya. Jalan tersebut dapat
emisi, AK-5, Pengurangan penggunaan bahan bakar jalan baru atau peningkatan jalan. Pada tahap
fosil pada pelaksanaan konstruksi /base camp perencanaan teknis jalan tersebut harus menerapkan
kontraktor. AK-6, Pelaksanaan koordinasi tim kriteria perencanaan teknis jalan (Permen PU No.
perancang dan pelaksana konstruksi untuk 19/2011) dan prinsip konstruksi berkelanjutan aspek
mengefektifkan dan mengefisienkan waktu sosial, aspek ekonomi, dan aspek lingkungan (Permen
pelaksanaan konstruksi. AK-7, Kontraktor memiliki PUPR No. 5/2015) yang dilakukan dengan
sertifikat sistem manajemen mutu (SMM), AK-8, menggunakan produk dan teknologi sesuai aspek-aspek
Penjaminan mutu pelaksanaan konstruksi oleh berkelanjutan. Hal ini dimulai tahun 2017 minimal 1
kontraktor bahwa produk pelaksanaan konstruksi sesuai buah di setiap unit organisasi teknis (Permen PUPR
mutu pada proses pelelangan. AK-9, Penggunaan No. 5/2015).
energi terbarukan saat pelaksanaan konstruksi, AK-10, Keikutsertaan penyelenggara jalan dalam
Menyiapkan dokumen untuk investasi atau aktivitas pemeringkatan jalan hijau dimaksudkan agar
“pembelian karbon” terkait dengan upaya pengurangan penyelenggaraan jalan harus mulai dilakukan karena
gas rumah kaca atau emisi karbon. dampak pembangunan jalan yang menggunakan
Kategori MS, Material dan Sumber Daya Alam sejumlah besar: energi, sumber daya alam, perubahan
terdiri atas subkategori berikut ini, yaitu MS-1, terhadap alam, dan hanya menguntungkan salah satu
Penggunaan material daur ulang pada proyek jalan, pengguna jalan. Dengan demikian penerapan prinsip
baik yang sedang dibangun atau pada jalan yang konstruksi berkelanjutan yang tertuang dalam
berbeda. MS-2, Penggunaan ulang material bongkaran subkategori jalan hijau dimaksudkan untuk mencapai
(selain tanah) di lokasi setempat, MS-3, Penggunaan jalan berkelanjutan atau pada paper ini disebut jalan
material lokal, MS-4, Penggunaan minimal 90% hijau. Ringkasan ditunjukkan pada Gambar 3.
material tanah galian untuk timbunan setempat, MS-5,
Pemanfaatan material bongkaran di luar lokasi proyek,
MS-6, Lampu penerangan jalan yang menggunakan
sumber daya hemat energi.
228
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Pelaksana pemeringkatan jalan hijau adalah lingkungan mendapat penghargaan jalan hijau.
pelaksana jalan yang netral dalam melakukan Penghargaan meliputi sertifikat dan plakat yang telah
pemeringkatan. Penyelenggara pemeringkatan jalan dilakukan dalam bentuk sertifikat pemeringkatan jalan
berkelanjutan adalah tim jalan hijau yang dibentuk oleh hijau.
Kepala Badan Litbang PUPR. Tim jalan hijau terdiri
dari perwakilan Ditjen Bina Marga-Direktorat
Pengembangan Jaringan Jalan, Ditjen Bina Konstruksi,
BPIW, dan Akademisi. Pengarah adalah Kepala
Direktur Jenderal Bina Marga, Kepala Direktur
Jenderal Bina Konstruksi, dan Kepala Badan Penelitian
dan Pengembangan PUPR.
Peserta yang mengikuti pemeringkat jalan hijau
adalah penyelenggara jalan nasional, jalan provinsi,
jalan kabupaten, dan jalan kota yang memenuhi
persyaratan pemeringkatan. Penyelenggara jalan
mendaftarkan proyek pembangunan atau peningkatan
jalan. Peningkatan jalan yang meliputi pelebaran jalan,
pelebaran drainase jalan, dan pelebaran trotoar. Ruas
jalan yang diperingkat dapat melewati pemukiman,
perkebunan, hutan, dan pantai.
Penyelenggara jalan yang berkeinginan
menunjukkan kinerja melakukan pembangunan yang
memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi, dan
229
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 3. Gambaran Pencapaian Jalan Berkelanjutan dan Posisi Pemeringkatan Jalan Hijau
230
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
belum adanya dorongan agar para satuan kerja dan 4.2 Penerapan Subkategori Jalan HijauStudi kasus
pejabat pembuat komitmen mengikuti pemeringkatan dilakukan pada 12 proyek jalan yang bervariasi tahun
jalan hijau. pelaksanaan konstruksi (tahun 2013 sampai dengan
Pelaksanaan pemeringkatan jalan hijau selanjutnya 2015), variasi lingkup pekerjaan, variasi guna lahan.
adalah perlu adanya penjelasan kepada para satuan Ringkasan ditunjukkan pada Tabel 3. Proyek jalan
kerja dan pejabat pembuat komitmen pada proyek jalan tersebut terlihat bahwa terdapat pengelompokan item
untuk mengusulkan proyek jalannya diperingkat pekerjaan yang dilakukan. Sebagai contoh, terdapat
sebagai unjuk kinerja tahap keberlanjutan yang telah proyek jalan yang mengerjakan jalan, jembatan, saluran
dilakukan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah drainase, trotoar, penerangan jalan. Namun, terdapat
mengupayakan agar terdapat upaya dari atasan pula lingkup pekerjaan tanpa jembatan. Bahkan
langsung untuk mendorong penerapan kriteria jalan terdapat pula pekerjaan yang hanya trotoar dan saluran
hijau pada tahap perencanaan teknis dan pelaksanaan drainase.
konstruksi. Dari lingkup pekerjaan dan subkategori
pemeringkatan jalan hijau, terlihat bahwa semakin
banyak item pekerjaan, akan semakin banyak pula
jumlah subkategori yang diterapkan pada proyek jalan.
Hal ini terlihat pada Gambar 5, pada seri total
penerapan subkategori pemeringkatan jalan hijau.
Sebagai contoh proyek jalan tembus Jl. Kartini-Jl.
Gajah memiliki item pekerjaan yang kompleks seperti
pembangunan jembatan, jalan, saluran drainase, trotoar,
penerangan jalan umum, fasilitas pejalan kaki,
penanaman pohon dan tanaman merambat, ornamen
jalan, lajur sepeda berbagi. Subkategori yang lebih
lengkap dapat dilihat di Kajian Pustaka. Jumlah
subkategori yang diterapkan pada proyek jalan tersebut
Gambar 4. Jumlah Keikutsertaan Pemeringkatan Jalan Hijau
lebih banyak dari proyek jalan lainnya.
231
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 5. Penerapan Subkategori pada Kategori Pemeringkatan Jalan Hijau di 12 Proyek Jalan
Keterangan Gambar
(1) JJKS, Jalan dan Jembatan Kelok Sembilan-Padang, (2) JJIK, Jalan dan Jembatan Ibun-Kamojang- Kabupaten Bandung, (3) JJT, Jembatan Tayan,
(4) JJTB, Jalan Tol Mandara Bali (5) JJTS, Pembangunan Jalan Tol Semarang-Solo Tahap I Ruas Semarang-Bawen, (6) JG, Pembangunan Jalan
Gerung (Patung Sapi) Mataram, (7) JUDR, Underpass Dewa Ruci-Denpasar, (8) JFB, Flyover Bukittinggi, (9) JJPT, Pembangunan jembatan di
sekitar pintu Tol Bekasi Timur-Pemkot Bekasi, (10) JJKG, Jalan tembus Jl. Kartini – Jl.Gajah Kota Semarang, (11) JKK, Jalan Karangandong -
Kesamben Kulon Kabupaten Gresik-Pemerintah Kabupaten Gresik, (12) BB, Pembangunan Saluran Drainase dan Trotoar Jalan Braga-Bandung.
232
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Jumlah subkategori yang diterapkan di proyek jalan adalah Tim yang ditunjuk oleh Kepala Badan Litbang
paling kecil adalah pada proyek jalan pembangunan PUPR.
saluran drainase dan trotoar jalan. Jumlah subkategori Subkategori pemeringkatan jalan hijau yang kurang
yang diterapkan memiliki 1 subkategori dengan banyak diterapkan adalah subkategori pada kategori
pembangunan jalan dan jembatan Ibun-Kamojang, material dan sumber daya alam serta kategori teknologi
Jalan Gerung, dan Flyover Bukittinggi. Hal ini perkerasan. Subkategori ini membutuhkan teknologi
menunjukkan bahwa setiap proyek jalan yang bukan yang mudah diterapkan dan rendah biaya. Sebagai
pembangunan jalan dan jembatan bisa diperingkat contoh penggunaan teknologi campuran bahan
untuk menunjukkan proyek jalan tersebut telah perkerasan jalan yang rendah energi, penggunaan
dilaksanakan secara berkelanjutan, seperti yang lampu penerangan hemat energi pada pekerjaan
ditunjukkan Gambar 5. konstruksi pada malam hari, penggunaan ulang
Kategori yang jumlah subkategorinya sedikit material yang bongkaran.
diterapkan adalah kategori Teknologi perkerasan untuk Langkah-langkah untuk mendukung implementasi
lalu lintas kendaraan dan atau lalu lintas pejalan kaki. konstruksi berkelanjutan adalah melakukan sosialisasi
Subkategori dalam kategori ini meliputi teknologi- terhadap para kepala satuan kerja dan juga pejabat
teknologi yang dapat menekan penggunaan energi dan pembuat komitmen proyek pembangunan dan
ramah lingkungan. Keengganan penyelenggara jalan peningkatan jalan. Bentuk sosialisasi berupa pertemuan
dalam menerapkan teknologi baru yang memerlukan ilmiah, pelatihan, dan jurnal ilmiah.
sumber daya manusia sebagai pelaksana dan pengawas.
Kategori lainnya yang jumlah subkategorinya DAFTAR PUSTAKA
sedikit diterapkan adalah Material dan sumber daya
alam. Subkategori dalam kategori ini meliputi Bockish, J., 2012, “Transportation Sustainability Rating
Systems”, Gresham Smith and Partners, Presentation,
penggunaan ulang material bongkaran seperti www.gaite.org, http://www.apwa.net/library/ meetings/
perkerasan jalan atau material lainnya, penggunaan sustainability/8374.pdf (diakses 15 Februari 2013).
material lokal, dan penggunaan sumber daya alam yang Illinois Department Of Transportation (IDOT) dan Illinois
terbarukan. Pelaksanaan dari subkategori ini umumnya Joint Sustainability Group (IJSG), 2010, Illinois-Livable
memerlukan dana yang besar sebagai modal, namun and Sustainable Transportation Rating System and
memiliki manfaat yang cukup besar. Untuk Guide, I-LAST V 1.01. http://docs.lib.purdue.edu/
menerapkan subkategori dalam kategori ini dibutuhkan cgi/viewcontent.cgi?article=1664&context=roadschool
teknologi-teknologi yang mendukung, sehingga dapat (diakses 29 Januari 2013).
menekan biaya pengadaan dan pelaksanaannya. Black, W.R., 2010, “Sustainable Transportation”, Problems
and Solutions, Guilford Press, New York, NY.
Untuk mendorong agar setiap proyek jalan
Pemerintah Republik Indonesia, 2015, Peraturan Menteri
menunjukkan bahwa telah dilaksanakan secara PUPR No, 05/PRT/M/2015 tentang Pedoman Umum
berkelanjutan, maka perlu disosialisasikan bahwa Implementasi Konstruksi Berkelanjutan Pada
subkategori-subkategori pemeringkatan jalan hijau Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum
dapat diterapkan di berbagai proyek jalan. Sosialisasi dan Permukiman (PUPR), Jakarta.
dapat disampaikan kepada penyelenggara jalan Pemerintah Republik Indonesia, 2011, Peraturan Menteri PU
terutama kepala satuan kerja dan pejabat pembuat No. 19/PRT/M/2011 Tentang Persyaratan Teknis Jalan
komitmen. Sosialisasi perlu dilakukan sejelas-jelasnya dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan, Jakarta.
agar pemahaman tentang pemeringkatan jalan hijau Pemerintah Republik Indonesia, 2012, Peraturan Menteri PU
No. 11/PRT/M/2012 tentang Rencana Aksi Nasional
dapat diterima oleh para penyelenggara jalan. Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Tahun 2012-
2020 Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta.
V. KESIMPULAN Pemerintah Republik Indonesia, 2015, Peraturan Menteri
PUPR No, 13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis
Pemeringkatan Jalan Hijau adalah kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
penilaian secara sukarela yang dilakukan terhadap Tahun 2015-2019, Jakarta.
pembangunan konstruksi jalan yang mengupayakan Poveda, C.A. dan Lipsett, M., 2011, “A Review of
penerapan kriteria hijau di tahap perancangan dan Sustainability Assessment and Sustainability/
pelaksanaan konstruksi untuk mencapai tingkat Environmental Rating System and Credit Weighting
keberlanjutan jalan tertentu. Pelaksanaan Tools”. Journal of Sustainable Development, Vol. 4, No.
pemeringkatan jalan hijau sebagai langkah untuk 6, December 2011., (diakses 13 Desember 2015).
penilaian kegiatan implementasi konstruksi Litman, T., 2015, Well Measured-Developing Indikators for
Sustainabel and Livable Transport Planning, Victoria
berkelanjutan telah sesuai dengan kaidah peraturan Transport Policy Institute, Victoria, http://www.vtpi.org/
perundang-undangan. Sebagai contoh peraturan yang wellmeas.pdf (diakses 28 Juli 2015).
diacu adalah Undang-Undang Jalan, Peraturan Jalan,
Persyaratan Teknis Jalan, dan peraturan lain yang
terkait dengan aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek
lingkungan. Pelaksana pemeringkatan jalan hijau yang
telah disepakati oleh Direktorat Bina Marga, Direktorat
Bina Konstruksi, Badan Litbang PUPR, dan akademisi
233
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
234
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
235
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
2.3. Karakteristik, Poin Utama, Poin Sulit aturan dan ketentuan Kontrak yang diberikan oleh
dan Penanggulangan Teknik Pengguna Jasa mencakup Desain, referensi
Berdasarkan pada survei secara langsung untuk dokumen terkait, karakteristik, dan poin-poin
rekayasa teknik konstruksi Tunnel dilakukan penting juga poin-poin sulit dari rekayasa teknik
melalui penelitian yang cermat guna memenuhi konstruksi Tunnel disimpulkan sebagai berikut.
236
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Kemerosotan
Melonggarkan
karena air
Kondisi Berjatuhan, menyebabkan reruntuhan dari atas
Permukaan Tunnel
Sporadis Volcanic Breccia memiliki kohesi dan menimbulkan reruntuhan dari atap Tunnel
yang buruk, rasio porositas yang tinggi, dan pada saat pelaksanaan penggalian Tunnel
permeabilitas yang baik. Namun karena (proses Tunneling Method). Rasio porositas
memiliki struktur lapisan, sendi, dan struktur yang tinggi dan permeabilitas yang baik
intrusi stratum serta kohesi yang buruk antara membuat efek air tanah lebih buruk, yang
stratum yang berbeda di area kerja, hal mana mengurangi waktu stand-up batuan di
tersebut dapat menyebabkan pengelupasan area sekitar Tunnel bagian atas (atap Tunnel).
237
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Mengacu pada Standard Specifications for Measurement Results; evaluasi atas hasil
Tunneling–2006: mountain tunnels, Japan, observasi dan pengukuran kondisi geologi di
Page 246, Evaluation of Observation and lapangan adalah sebagai berikut:
238
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Bedding
Bedding
Bedding Intrusion
239
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
3. Perbandingan antara Kondisi Geologi dalam DED dan Kondisi Terkini di Lapangan
Perbandingan antara DED & Kondisi Geologi Terkini di Lapangan(Tunnel sebelah kiri)
240
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Perbandingan antara DED & Kondisi Geologi Terkini di Lapangan(Tunnel sebelah kanan)
Tanah Liat
Lumpur berpasir Lumpur berpasir Tanah Liat
Kondisi Aktual
Sporadik Breksia Tanah Liat Lumpur berpasir
Vulkanik
Perbedannya
Perbandingan Sesuai DED Sesuai DED
signifikan
Terjadi sedikit
Risiko reruntuhan - -
(Di atap tunnel)
241
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Penanggulangan untuk kondisi tanah serupa overburden (deformasi) yang terjadi adalah 20
dari proyek lain ternyata efektif untuk - 80 m, dengan kondisi geologi gneiss, yakni
diterapkan pada pelaksanaan konstruksi memiliki struktur berlapis dan rentan
terowongan CISUMDAWU. terjadinya keretakan, dimana reruntuhan juga
terjadi sepanjang jalan selama proses
4.2. Kondisi Geologi Serupa dalam pelaksanaan penggalian terowongan
Proyek Pelaksanaan Tunnel Laiinnya (tunneling method implementation), dan
keruntuhan terburuk menyebabkan bagian atas
Pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi tunnel mengalami overburden (dapat dilihat
lainnya yakni pada Proyek Konstruksi pada gambar di bawah ini).
LONGSHENG Tunnel No. 3 yang terletak
pada GUILIN-SANJIANG Highway di China,
242
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Penanggulangan Teknik yang dilakukan guna rusuk baja, lalu gali Tunnel dengan tanah liat
menghadapi permasalahan yang muncul pada sampai rata dengan tanah.
proyek pelaksanaan Tunnel tersebut adalah 7. Memantau pemindahan tubuh gunung dan
sebagai berikut: tanah untuk mencegah bencana geologi.
243
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Terkait hal
tersebut, penanggulangan teknik yang dapat V. Kesimpulan
dilakukan adalah sebagai berikut: Pada prinsipnya, penanggulangan teknik
sebagaimana dijelaskan pada Bab IV diatas
1. Menggandakan Grouting pipa baja di telah diterapkan di lapangan sesuai dengan
setiap siklus rusuk baja, dimana tumpang permasalahan yang ada. Kesimpulan yang
tindih pipa baja untuk setiap siklus didapat pada umumnya penanggulangan teknik
minimal 3 m. tersebut cukup sesuai dan cukup berhasil dalam
2. Lakukan monitoring dan pencatatan memperbaiki kondisi geologi yang buruk serta
penggalian di setiap siklus yang harus cukup berhasil dalam mencegah permasalahan
dilakukan setiap 1 - 1.2 m menjadi semakin buruk.
3. Untuk bagian pengelupasan dan
keruntuhan, segera pasang rusuk baja, Singkat kata, penerapan dari penanggulangan
dan isi celah yang runtuh dengan teknik yang dipilih berdasarkan permasalahan
shotcrete. yang muncul dijabarkan sebagai berikut:
4. Untuk kondisi tingginya kadar air, 1. Kondisi geologi memiliki perbedaan
pengeringan adalah prinsip pertama yang dengan desain awal (DED)
wajib dilakukan. Tidak disarankan untuk 2. Bagaimanapun juga pelaksanaan
menghentikan air karena dapat konstruksi tunnel sejauh ini dapat
menyebabkan peningkatan tekanan air dilaksanakan tanpa mengganti desain
yang dapat menyebabkan keruntuhan struktur, hanya menggunakan metode
yang lebih buruk. alternatif untuk menyempurkakan
5. Meningkatkan frekuensi pemantauan pelaksanaan pekerjaan
setelah pemasangan rusuk baja dan 3. Melalui monitoring & manajemen yang
shotcrete, segera mengamati situasi baik, Deformasi masih dalam batas
deformasi. Jika deformasi lebih dari normal yang mana menandakan bahwa
garis peringatan, segera berhenti bekerja metode aternatif yang digunakan sesuai
dan ubah jenis dukungan (Pattern Design) dan efektif. Oleh karenanya
saat ini, dan harus menerapkan tipe pelaksanaan konstruksi tunnel dapat
dukungan PD-1 sementara kondisi berjalan dengan baik
geologi adalah PD-1 atau lebih buruk. 4. Untuk pekerjaan lain kedepannya, Face
6. Memantau pemindahan tubuh gunung Mapping dan Monitoring merupakan
dan tanah untuk mencegah bencana tindakan yang berperan sangat penting
geologi. guna menghadapi kondisi geologi yang
tidak diharapkan.
244
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
PENANGANAN LONGSORAN
(STUDI KASUS : KEBUN KOPI SULAWESI TENGAH)
1
Rozaidil Ridwan, 2David E. Pasaribu
SNVT P2JN Sulawesi Tengah
Jl. Setia Budi No. 57 Palu Sulawesi Tengah
Email : p3jjsulteng@yahoo.com
Abstrak. Daerah ruas jalan tawaeli - toboli adalah area yang rawan terjadinya longsor baik lereng yang
berada dipinggir atas jalan maupun lereng yang berada disamping bawah jalan. Material yang mengalami
longsor dapat berupa tanah, batuan atau tanah dan batuan. Penyebab longsor antara lain adalah curah
hujan yang tinggi, kondisi tanah dan batuan yang rentan, kegempaan yang kuat, dan kemiringan lereng
yang besar. Pada lokasi Km 26 – Km 34,6 merupakan daerah dengan batuan jenis Molase dimana jenis
tanah tersebut mudah tererosi apabila terkena air sehingga potensi terjadi longsoran besar. Penelitian
dilakukan untuk mengetahui kestabilan lereng dengan menghitung angka keamanan / safety factor (SF)
berdasarkan nilai indeks properties tanah dan parameter kekuatan tanah. Parameter tanah yang didapat
dari hasil uji laboratorium digunakan untuk membuat disain perkuatan tanah. Berdasarkan hasil analisis,
disimpulkan bahwa lereng tidak aman atau tidak stabil karena memiliki faktor keamanan yang kecil.
Untuk meningkatkan stabilitas lereng maka lereng tersebut harus diperkecil sudut kemiringannya agar
lereng tersebut aman dari kelongsoran dan sebaiknya diberi perkuatan. Konsep penanganan longsoran
pada segmen ini berupa perkuatan terhadap kestabilan lereng, mengontrol arah longsoran serta
pelindungan lereng terhadap erosi air yang dapat memicu terjadinya longsoran. Perkuatan yang dilakukan
adalah kombinasi pengupasan lereng dengan geogrid yang ditutup media tanam yang berfungsi untuk
melindungi permukaan lereng terhadap erosi air permukaan lereng.
245
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Survei diperlukan untuk mengetahui tanah longsor penting untuk dilakukan agar
karakteristik tanah bawah permukaan ruas jalan dapat diketahui penyebab utama longsor dan
di lokasi tersebut. Data tanah yang diperoleh karakteristik dari tiap kejadian longsor pada
kemudian dipakai dalam pekerjaan analisis dan sebagai langkah awal pencegahan kejadian
desain khususnya pondasi rencana bangunan longsor nantinya dan merupakan langkah
infrastruktur tersebut. Mengingat dampak yang pertama dalam upaya meminimalkan kerugian
dapat ditimbulkan oleh bencana tanah longsor akibat bencana tanah longsor.
tersebut, maka identifikasi daerah kejadian
246
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
247
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
248
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
penting dalam menentukan letak dan Nilai dari parameter-parameter tanah yang
kedalaman struktur penanggulangan. akan digunakan untuk mendesain bangunan
geoteknik, seperti undrained shear strength (cu),
2.2.2. Parameter Tanah/Batuan berat volume tanah (γsat) ataupun γdry, modulus
Untuk analisis kemantapan lereng elastisitas tanah (Es), dan sudut geser (φ),
diperlukan parameter tanah/batuan: didapatkan dengan cara melakukan korelasi
a. Kuat Geser antara nilai N-SPT dengan parameter-parameter
Kuat geser terdiri dari kohesi (c) tanah tersebut. Penentuan parameter-parameter
dan sudut geser dalam (φ)untuk tanah berdasarkan korelasi-korelasi N-SPT
analisis kemantapan lereng jangka antara lain sebagai berikut:
panjang digunakan harga kuat
1) Korelasi N-SPT terhadap undrained
geser efektif maksimum (c’, φ’).
shear strength (cu)
Untuk lereng yang sudah
Korelasi antara N-SPT terhadap nilai
mengalami gerakan atau material
undrained shear strength (cu) dari data
pembentukan lereng yang
hasil penelitian Terzaghi & Peck
mempunyai diskontinuitas tinggi
(1967) serta Sowers (1979) diberikan
digunakan harga kuat geser
untuk rentang jenis tanah CH (lempung
sisa.Harga kuat geser sisa rata-
plastisitas tinggi), CL (lempung
rata untuk lereng yang telah
plastisitas rendah), dan ML (lanau
longsor (bila diketahui bidang
plastisitas rendah). Untuk lebih
longsornya) disarankan
jelasnya dapat dilihat pada Gambar
menggunakan cara analisis balik
2.2 berikut ini.
(back analysis).
2) Korelasi N-SPT terhadap sudut geser
b. Berat Isi
(φ)
Berat isi diperlukan untuk
Korelasi N-SPT dengan sudut geser (φ)
memperhitungkan beban guna
pada tanah pasir dapat ditentukan
analisis kemantapan lereng.Berat
menggunakan Gambar 2.3.
isi dibedakan menjadi berat isi
asli, berat isi jenuh, dan berat isi
terendam air yang penggunaannya
tergantung kondisi lapangan.
Gambar 2.2. Perkiraan hubungan N-SPT terhadap undrained shear strength (cu)
(Sumber: Terzaghi & Peck, 1943 ;Sowers, 1979)
249
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 2.3. Hubungan sudut geser (ϕ) dan N-SPT untuk tanah pasir
3) Korelasi N-SPT terhadap konsistensi tanah dilihat padaTabel 2.1, Tabel 2.2, dan Tabel
Hubungan antara N-SPTdengan 2.3.
konsistensi tanah pasir dan lempung dapat
250
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tabel 2.3 Korelasi Antara N-SPT Terhadap Konsistensi Tanah Pasir dan Lempung
Cohesionless Soil
N 0 -10 11 ‐ 30 31 - 50 >50
3
Unit weight γ, KN/m 12 ‐ 16 14 - 18 16 - 20 18 - 23
Angle of friction (φ) 25 - 32 28 - 36 30 - 40 > 35
State Loose Medium Dense Very Dense
Cohesive
N <4 4‐6 6 ‐ 15 16 - 25 > 25
Unit weight γ, KN/m3 14 - 18 16 - 18 16 - 18 16 - 20 > 20
qu (kpa) < 25 20 - 50 30 - 60 40 - 200 > 100
State Very soft Soft Medium Stiff Hard
Tabel 2.4 Korelasi Antara N-SPT, CPT, dan cu Terhadap Modulus Elastisitas Tanah
(Sumber: Schmertmann,1970)
Tabel 2.5 Hubungan Antara N-SPT dan CPT Terhadap Modulus Elastisitas Tanah
251
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Bowles (1997) merekomendasikan nilai (υ) berdasarkan jenis tanah, seperti yang dapat
modulus elastisitas tanah (Es) dan poisson ratio dilihat padaTabel 2.6 dan Tabel 2.7
Type of soil Modulus Elastis (Mpa) Tabel 2.7 Nilai Poisson Ratio (υ)
Clay
Berdasarkan Jenis Tanah
Very soft 2 ‐ 15
Poisson's ratio
Type of soil
Soft 5 ‐ 25 (ν)
Medium 15 - 50 Clay, saturated 0.4 - 0.5
Hard 50 - 100
Clay, unsaturated 0.1 - 0.3
Sandy 25 - 250
Glacial till
Sandy clay 0.2 - 0.3
Loose 10 - 150 Silt 0.3 - 0.35
Dense 150 - 720 Sand, gravelly sand 0.1 - 1
Very dense 500 - 1440 commonly used 0.3 - 0.4
Loess 15 - 60 Rock (depends somewhat on
Sand 0.1 - 0.4
type of rock)
Silty 5 ‐ 20
Loess 0.1 - 0.3
Loose 10 ‐ 25
Dense 50 - 81 Ice 0.36
Sand and gravel Concrete 0.15
Loose 50 - 150 Steel 0.33
Dense 100 - 200
Shale 150 - 5000 (Sumber: Bowles, 1997)
Silt 2 ‐ 20
252
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
253
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Maksimum Sisa
Risiko *) Kondisi Beban
Kurang
Teliti Teliti Kurang Teliti
Teliti
254
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 3.1. Peta Geologi Palu – Donggala Dan Sekitarnya (Sukamto Dkk., 1973).
a. Aluvium dan Endapan Pantai (Qap) Formasi ini berumur Pra Tersier,
Formasi ini terdiri dari Kerikil, pasir, lebih dari 66 juta tahun lalu.
lumpur, dan batugamping koral, c. Formasi Molasa (QTms) Formasi ini
Formasi ini berumur 10.000 tahun terdiri dari konglomerat, batulumpur,
lalu. batugamping koral, dan napal,
b. Kompleks Batuan Metamorf (Km) sebagian mengeras lemahterutama
Formasi ini terdiri dari sekis mika, pada batugamping. Formasi ini
sekis amfibolit, geneis, dan pualam. berumur Miosen, 23,03 – 5,33 juta
tahun lalu.
Gambar 3.2 Penampang Geologi Daerah Penyelidikan Palu – Donggala Dan Sekitarnya
(Sukamto Dkk., 1973).
255
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
256
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
a. Endapan Molassa
257
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
b. Granodiorit
Granodiorit memiliki ciri-ciri
berwarna abu-abu terang, fanerik,
subhedral, hipidiomorfik granular,
komposisi mineral terdiri dari
kuarsa, plagioklas, hornblenda, dan
biotit, terdapat urat kuarsa, rentang
rata – rata Schmidt Hammer Value
(SHV) sebesar 34 – 38.
258
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
259
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
260
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Endapan Molasa
261
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Endapan Molasa
262
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Endapan Molasa
Granodiorit
FIlit
263
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
264
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
265
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
266
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
I. PENDAHULUAN
Layanan konstruksi merupakan bagian dari II. PEMBAHASAN
proses bisnis PT Jasa Marga (JM) selaku II.I Peta Permasalahan Berdasarkan
holding company yakni dengan Assesmen Resiko DRQM
mengupayakan kondisi aset secara prima Berdasarkan assesmen resiko dari Divisi
sehingga kondisi jalan tol memenuhi Risk Quality Management (RQM) JM,
Standar Pelayanan Minimal (SPM). diketahui bahwa JMTRM untuk tahun
Adapun proses bisnis layanan konstruksi 2017 memiliki resiko dengan nilai
dimaksud di atas, kedepannya akan pengukuran high risk ,yakni terkait
sepenuhnya diarahkan untuk dikelola kualitas pekerjaan (bidang pemeliharaan)
melalui anak perusahaan milik JM, yakni serta terkait resiko harga yang tidak
PT Jasa Marga Toll Road Maintenance kompetitif (bidang keuangan).
(JMTRM) dengan pertimbangan efisiensi,
efektifitas dan pola sinergi antara holding
company dan anak perusahaan, baik
melalui mekanisme kontrak manajemen,
seleksi dengan penunjukan langsung
maupun dengan tender/ lelang.
Dengan tuntutan kebutuhan di atas, maka
penulis dalam kurun waktu 2 bulan
(Desember 2016 s.d akhir januari 2017)
mencoba melakukan beberapa
transformasi dan perubahan di unit
produksi Asphalt Mixing Plant (AMP)
milik JMTRM.
265
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
266
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
267
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
268
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
269
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
270
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
II.IV Transformasi Proses Dengan yang kinerjanya baik dan secara kapasitas
Restrukturisasi Organisasi Unit AMP skill dan leadership dinilai mampu, hak
Kondisi eksisting, diketahui bahwa unit dan kewajibannya ditingkatkan menjadi
AMP hanya memiliki dua personil Koordinator Bidang (KB).
struktural, yakni General Manager (GM) Awal Januari 2017, restrukturisasi
dan Manager Produksi (MP). Personil organisasi unit AMP JMTRM telah
lainnya sebanyak 25 orang sifatnya hanya dilaksanakan dan telah berjalan cukup
fungsional yang secara tanggung jawab efektif.
terpusat pada MP. Kendala dalam III. PENUTUP
memastikan proses mutu muncul manakala Sebagai penutup, penulis ingin
proses PLAN, DO, CHECK, ACTION menyampaikan bahwa permasalahan
(PDCA) dilakukan oleh personil struktural terkait adanya penilaian resiko tinggi (high
yang terbatas pada GM dan MP. risk) terkait mutu produk dan bidang
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan keuangan JMTRM pada assesmen DRQM
perubahan organisasi dengan membuat telah diminimalisir dengan upaya
formasi struktural baru dibawah MP, yakni “transformasi” yang dituangkan dalam bab
Koordinator Bidang (KB), dengan II. Pembahasan di atas.
menaikkan personil fungsional eksisting Akhir kata, penulis mencoba untuk
yang secara kapasitas skill dan leadership menggarisbawahi hasil tindaklanjut
mampu menjalankan dan mengkoordinir dimaksud dengan menyampaikan target
subbidang dalam proses kerja termasuk produksi AMP serta proyeksi moderat
menjalankan prosedur dan isian form ISO. peningkatan produksi AMP tahun 2017.
II.IV.a Evaluasi Kinerja Personil III.1 Perbandingan Kumulatif Produksi
Eksisting Unit AMP AMP tahun 2016 dengan Proyeksi 2017
Sebagai unit produksi, membuat formasi Perbandingan antara realisasi di tahun
baru memiliki arti penambahan biaya 2016 dengan proyeksi moderat di tahun
langsung (cost overhead) produksi. Oleh 2017 (Lampiran-4) ini merupakan hasil
sebab itu, diperlukan suatu penyeimbang transformasi unit AMP sekaligus sebagai
(balancing) agar secara production cost kesimpulan tulisan ini.
tetap terjaga. Upaya balancing dilakukan III.2 Perbandingan Cost Production
dengan mengevaluasi seluruh personil AMP tahun 2016 dengan Proyeksi 2017
fungsional di AMP. Untuk personil yang Seperti pada Bab III.1, dilampirkan
secara kinerja dinilai kurang dan secara perbandingan ini sebagai kesimpulan
fungsi kerja dinilai tidak prioritas tulisan ini (Lampiran-5). Adapun
dilakukan pengurangan (reduce) dengan transformasi produksi menggunakan pasok
penghentian kontrak kerja tahunan, CNG dan transformasi organisasi menjadi
sementara personil fungsional eksisting kontributor utama dalam efisiensi cost.
271
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Penelitian ini menghasilkan tingkat kinerja pelaksanaan preservasi jalan dan jembatan secara long segment di
Provinsi Sumatera Utara dan Riau, yang terdiri dari tingkat kinerja perencanaan, procurement, dan proses pelaksanaan
preservasi jalan dan jembatan. Metode penelitian dilakukan dengan survei wawancara terkait tingkat kepentingan dan
tingkat penerapan tiap komponen kinerja perencanaan, procurement, dan proses pelaksanaan preservasi jalan dan
jembatan, serta penilaian kinerja perencanaan, procurement, dan proses pelaksanaan preservasi jalan dan jembatan.
Metode analisis dilakukan dengan analisis statistik dengan menggunakan software SEM (Structural Equational
Modelling), dan software SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat capaian kinerja perencanaan program
preservasi secara long segment sebesar 56,0% < 60% dalam kategori kurang memadai, tingkat capaian kinerja proses
procurement paket preservasi secara long segment sebesar 65,8%, dalam rentang 61%-80%, dalam kategori
medium/cukup memadai, dan tingkat capaian kinerja proses pelaksanaan preservasi jalan dan jembatan secara long
segment 59,0% < 60% dalam kategori kurang memadai. Penelitian ini merekomendasi perbaikan pelaksanaan
preservasi jalan secara long segment terutama pada proses perencanaan dan proses pelaksanaan preservasi jalan dan
jembatan, seperti pengadaan workshop atau diklat preservasi jalan dan jembatan secara long segment secara berkala.
Kata Kunci: evaluasi, preservasi jalan dan jembatan secara long segment, tingkat capaian kinerja
Abstract. This research resulted a performance of a long segment preservation of road and bridge in North Sumatra
and Riau Provinces, consisting of planning, procurement, and implementation performance of road and bridge
preservation. The research method is conducted by interviews related to the level of importance and the level of
implementation of each component of planning, procurement and implementation performance of road and bridge
preservation, and also assessment of achievements performance. The method of analysis is done by statistical analysis
using SEM (Structural Equational Modeling) software, and SPSS software. The result of research shows that the
achievement level of long segment preservation program planning is 56,0% <60% in the category of inadequate
("poor"), the achievement level of long segment preservation procurement is 65,8%, in range 61% -80% , in the
"medium" category, and the achievement level of road and bridge preservation implementation in long segment 59,0%
<60% in the category is inadequate ("poor). This research recommends improvement of road preservation in a long
segment, especially in planning process and process of preservation of road and bridge, such as long segment road and
bridge preservation workshop continuesly.
272
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Keywords: evaluation, long segment road and bridge preservation, level of performance
PENDAHULUAN
Upaya mewujudkan pelayanan jalan nasional yang mantap, andal, aman, berkeselamatan,
berdayaguna dan berhasilguna tentu tidak mudah seperti yang tertulis dalam berbagai pernyataan
pakar dan kebijakan pemerintah. Banyak kendala dan tantangan yang harus diselesaikan untuk
mewujudkan jalan nasional yang andal dan bermutu serta berkeselamatansebagaimana dituntut
dalam implementasi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
Tuntutan “andal” dalam pasal-pasal UU 38/2004 dimaksudkan kondisi jalan betul betul dapat
melayani lalu lintas kendaraan dengan jaminan keselamatan bagi pengguna jalan, artinya tidak
diperbolehkan ada kerusakan permukaan jalan baik fungsional maupun struktural.
Salah satu kegiatan yang dilakukan pemerintah untuk menjaga kondisi permukaan jalan agar
tidak terjadi kerusakan fungsional maupun struktural yaitu melakukan preservasi jalan. Istilah
preservasi jalan sangat jelas dan tegas dinyatakan dalam pasal 23, pasal 29, pasal 30, pasal 31, dan
pasal 32 dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ),
yang selanjutnya disebut sbagai UU 22/2009. Sementara tujuan diberlakukannya UU 22/2009
adalah mewujudkan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan
terpadu dengan moda lain untuk memajukan kesejahteraan umum. Selain itu, berdasarkan Permen
PU Nomor 13/PRT/M/2011 tentang Pemeliharaan dan Penilikan Jalan, telah diatur bahwa
preservasi aset jalan itu meliputi : (1) pemeliharaan jalan yang meliputi pemeliharaan rutin dan
berkala (rehabilitasi minor), serta pemeliharaan preventif; (2) rehabilitasi mayor jalan; dan (3)
rekonstruksi jalan. Berbagai teknologi bahan dan perlatan preservasi harus diterapkan untuk
mewujudkan kemantapan jalan dengan tingkat pelayanan yang prima.
Sebelum tahun 2015, semua program pemeliharaan rutin (korektif) dan pemeliharaan
preventif jalan nasional dilaksanakan secara swakelola tetapi dalam pelaksanaannya dirasa sangat
terbatas pembiayaannya serta terbatasnya SDM yang bekerja di lapangan. Oleh karenanya sejak
dibentuknya Direktorat Preservasi Jalan Ditjen Bina Marga, maka program preservasi aset jalan
dilaksanakan oleh Kontraktor yang diawasi langsung oleh Konsultan Supervisi. Untuk menjamin
pelaksanaan preservasi jalan yang lebih efektif dan efisien maka Ditjen Bina Marga menerapkan
program preservasi secara Long Segment yang dibuat dalam paket penanganan jalan tiap 100-200
km, yang di dalamnya meliputi pemeliharaan rutin (korektif), pemeliharaan preventif, rehabilitasi
minor dan mayor, serta rekonstruksi. Penerapan program preservasi jalan secara Long Segment
sudah berjalan dua tahun (2015 dan 2016), sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap capaiannya
menuju jalan yang mantap, baik evaluasi terhadap kinerja penyedia jasa (SDM, material, peralatan,
metode kerja, modal kerja, tingkat kompetensi keahlian dan ketrampilan), pengguna jasa (pemetaan
data dan informasi kerusakan, tuntutan teknologi preservasi, dan tingkat kompetensi manajerial),
dan lingkungan (cuaca, beban lalulintas, sistem drainase).
LANDASAN TEORI
Preservasi Jalan
Pasal 29 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 juga menjelaskan bahwa preservasi jalan
meliputi pemeliharaan, rehabilitasi, dan rekonstruksi jalan. Jika dilihat beberapa definisi yang sudah
berkembang, sebenarnya pengertian preservasi lebih bersifat menjaga kondisi perkerasan jalan yang
sudah mantap secara preventif dan remidial agar makin bertambah umur layanan hingga mencapai
273
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
umur rencana yang ditargetkan. Berkaitan dengan problem definisi tersebut, maka Agah dan
Rarasati (2010) telah mendefinisikan preservasi perkerasan menyatakan suatu tindakan proaktif
untuk mempertahankan jalan pada nilai fungsinya. Penanganan ini diyakini akan mampu
mengurangi beban biaya, waktu pemeliharaan yang membutuhkan waktu penanganannya dan
secara makro dapat mengurangi kegiatan peningkatan perkerasan jalan yang biayanya amat mahal
dalam satuan meter per segi. Selain itu menurut Agah dan Rarasati (2010) kegiatan preservasi yang
preventif maupun remidial juga dapat mengurangi dampak kemacetan lalu lintas dan pencegahan
kecelakaan di jalan ketika kegiatan konstruksi berlangsung. Apabila program preservasi jalan dapat
dapat dilaksanakan dengan tepat waktu maka pengguna jalan dapat memperoleh rasa aman dan
mobilitas yang lebih baik terhadap pengurangan kemacetan yang diakibatkan oleh kerusakan jalan
maupun program pemeliharaannya, dan yang paling utama adalah mampu memberikan jaminan
terhadap perpanjangan umur jalan.
Menurut AASHTO (Galehouse, et al., 2003), pemeliharaan preventif yaitu : “preventive
maintenance is a planned strategy of cost-effective treatments that preserve and maintain or
improves a roadway system and its appurtenances and retard deterioration, but without
substantially increasing structural capacity”. FHWA (1999) menyatakan preservasi perkerasan
jalan adalah : “all activities undertaken to provide and maintain serviceable roadways, this includes
corrective maintenance and preventive maintenance, as well as minor rehabilitation projects”.
Perbedaan yang sangat signifikan dari konsep preservasi konstruksi jalan dengan kegiatan
pembangunan, rehabilitasi dan perbaikan sesaat untuk mengatasi terhambatnya fungsi jalan adalah
pengembalian fungsi dari kondisi eksisting sistem jaringan jalan dan memperpanjang umur layanan
tetapi tidak berupaya untuk meningkatkan kapasitas atau kekuatan jalan (Fwa, T.F., 2006).
Preservasi konstruksi perkerasan menyajikan konsep pendekatan proaktif dalam memelihara
jaringan jalan. Dengan pendekatan sepeti ini yang pernah dilakukan oleh Dot Caltrans, ternyata
memberikan dampak terhadap pengurangan beban, kebutuhan waktu yang berkepanjangan untuk
pekerjaan rehabilitasi dan rekonstruksi dan timbulnya gangguan lalu lintas saat pelaksanaan
pekerjaan.
274
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
75% time
Very 10 40% quality
Good drop
Riding Comfort/Pavement
Good Pemeliharaan
8
Preventive
Fair
Condition
6
Acceptable
Level Akibat
Keterlambat
Poor 4 40% an semakin
quality
mahal
drop
Very 2
Poor Gagal Total
12% time
Over Time
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi, Data Penelitian, dan Objek Penelitian
Lokasi penelitian berada di wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional II Medan,
Direktorat Jenderal Bina Marga, dengan cakupan wilayah administrasi Provinsi Sumatera Utara dan
Riau. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil survei wawancara kepada
PPK, Satker PJN, P2JN, Konsultan Pengawas, Kontraktor, dan Panitia Lelang (Procurement) di
Provinsi Sumatera Utara dan Riau. Formulir wawancara yang digunakan terdiri dari formulir
wawancara tingkat kepentingan dan tingkat penanganan proses perencanaan, proses procurement,
dan proses pelaksanaan preservasi secara long segment, serta formulir tingkat capaian kinerja
preservasi jalan secara long segment. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data sekunder
yang diperoleh dari BBPJN-II seperti Data Ruas Jalan yang ditangani dengan preservasi jalan
secara long segment pada tahun 2015, 2016, dan 2017 serta data informasi anggaran pada tiap jenis
preservasi jalan dan jembatan di wilayah BBPJN II. Adapun pemetaan tugas dan tanggung jawab
dari responden yang menjadi bagian dari populasi sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Matriks pemetaan klasifikasi objek penelitian proses pelaksanaan Preservasi Jalan dan
Jembatan secara Long Segment
Daftar Tugas dan Tanggung Jawab yang terkait Pelaksana Tugas atau Tanggung Jawab
No
Preservasi Jalan secara long segment (Stakeholder)
1 Perencana Program Preservasi Jalan dan Jembatan P2JN, Konsultan Perencana
2 Pelaksana Lelang Paket Preservasi Jalan dan Jembatan Kelompok Kerja (Pokja) Unit Layanan
Pengadaan (ULP)
3 Pengawas pelaksanaan pekerjaan preservasi jalan dan
Konsultan Pengawas
jembatan
4 Pelaksana pekerjaan preservasi jalan dan jembatan Kontraktor
5 Pengendali pekerjaan pelaksanaan preservasi jalan dan
Satker PJN, dan PPK
jembatan
275
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Daftar Tugas dan Tanggung Jawab yang terkait Pelaksana Tugas atau Tanggung Jawab
No
Preservasi Jalan secara long segment (Stakeholder)
6 Pengamat pelaksanaan preservasi jalan dan jembatan Pakar.akademisi bidang preservasi jalan
Jumlah populasi sangat menentukan dalam penentuan jumlah responden/sampel, Roscoe (2006)
memberikan acuan umum untuk menentukan ukuran sampel:
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian
2. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran
sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
Adapun rencana jumlah responden yang menjadi target survei data primer sebagaimana disajikan
dalam Tabel 2.
Tabel 2. Objek penelitian dan Target jumlah responden
No Stakeholder objek penelitian Sumut Riau
1 Satker 4 3
2 PPK Paket Long Segment 21 11
3 Kontraktor 21 11
4 Konsultan perencana 5 5
5 Konsultan pengawas 21 11
6 Pakar/akademisi 5 5
7 Pokja 5 5
8 P2jn 2 2
Total 85 53
Kerangka Berpikir Evaluasi Preservasi Jalan dan Jembatan secara Long Segment
Kerangka berpikir evaluasi preservasi jalan dan jembatan secara long segment di Provinsi
Sumatera Utara dan Riau sebagaimana disajikan dalam Gambar 2.
Analisis SEM: Kontribusi tiap Faktor terhadap Problem Perencanaan Program Preservasi
Jalan dan Jembatan Secara Long Segment
Estimasi model full model struktural dilakukan dengan memasukan indikator yang telah diuji
dengan confirmatory analysis factor. Full model structural akan memberikan hubungan antar
faktor yang berkontribusi pada problem perencanaan program preservasi jalan dan jembatan secara
long segment yang telah ditentukan pada SEM. Pemodelan hubungan struktural antar faktor yang
berkontribusi pada problem perencanaan program preservasi jalan dan jembatan dapat dilihat pada
Gambar 3.
276
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 2. Kerangka Evaluasi Preservasi Jalan dan Jembatan secara Long Segment
Gambar 3. Structural equation modeling faktor dan indikator yang berkontribusi pada problem
perencanaan program preservasi jalan dan jembatan secara long segment
Full model SEM digunakan untuk menghitung bobot kontribusi tiap faktor terhadap problem
perencanaan program preservasi secara long segment. Hasil Structural Equation Modeling faktor
dan indikator yang berkontribusi terhadap problem perencanaan program preservasi secara long
segment dapat dilihat pada Tabel 3.
277
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tabel 3. Hasil SEM faktor dan indikator yang berkontribusi terhadap problem
perencanaan program preservasi secara long segment
Bobot Pengaruh ( ) Faktor
Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan
No. Problem Perencanaan Preservasi
Program Preservasi secara Long Segment
secara Long Segment
1 Keterbatasan data teknis 0,29
Ketidaktepatan jenis preservasi pada lokasi
2 0,20
segmen yang di preservasi
Ketidaktepatan jenis preservasi terhadap waktu
3 0,14
pelaksanaan preservasi
Ketidaktepatan HSP (Harga Satuan Pekerjaan)
4 0,25
preservasi jalan
Ketidaktepatan teknologi bahan dan peralatan
5 0,12
preservasi jalan
Hal tersebut menunjukkan bahwa jika seluruh indikator dari masing-masing faktor tersebut dapat
terpenuhi, maka faktor keterbatasan data teknis berkontribusi/berpengaruh sebesar 29% terhadap
solusi problem prencanaan program preservasi jalan dan jembatan secara long segment. Faktor
ketidaktepatan jenis preservasi pada lokasi segment yang di preservasi berkontribusi/berpengaruh
sebesar 20% terhadap solusi problem prencanaan program preservasi jalan dan jembatan secara
long segment. Faktor ketidaktepatan jenis preservasi terhadap waktu pelaksanaan preservasi
berkontribusi/berpengaruh sebesar 14% terhadap solusi problem prencanaan program preservasi
jalan dan jembatan secara long segment. Faktor ketidaktepatan HSP preservasi
berkontribusi/berpengaruh sebesar 25% terhadap solusi problem prencanaan program preservasi
jalan dan jembatan secara long segment. Faktor ketidaktepatan teknologi bahan dan peralatan
preservasi berkontribusi/berpengaruh sebesar 12% terhadap solusi problem prencanaan program
preservasi jalan dan jembatan secara long segment.
Hasil Analisis SEM: Kontribusi tiap Faktor terhadap Problem Pelelangan (Procurement)
Paket Preservasi Jalan Dan Jembatan Secara Long Segment
Estimasi model full model struktural dilakukan dengan memasukan indikator yang telah diuji
dengan confirmatory analysis factor. Full model structural akan memberikan hubungan antar
faktor yang berkontribusi pada problem proses procurement paket preservasi jalan dan jembatan
secara long segment yang telah ditentukan pada SEM. Pemodelan hubungan struktural antar faktor
yang berkontribusi pada problem proses procurement paket preservasi jalan dan jembatan dapat
dilihat pada Gambar 4.
Full model SEM digunakan untuk menghitung bobot kontribusi tiap faktor yang berkontribusi
terhadap proses procurement paket preservasi jalan dan jembatan secara long segment. Hasil
Structural Equation Modeling faktor dan indikator yang berkontribusi terhadap proses procurement
paket preservasi jalan dapat dilihat pada Tabel 4.
278
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 4. Structural equation modeling faktor dan indikator yang berkontribusi terhadap
problem proses procurement paket preservasi jalan dan jembatan secara long segment
Tabel 4. Hasil SEM faktor dan indikator yang berkontribusi terhadap problem proses
procurement paket preservasi secara long segment
Faktor yang Mempengaruhi Proses Bobot Pengaruh ( ) Faktor Problem
No. Procurement Paket Program Preservasi secara Proses Procurement Paket Preservasi
Long Segment secara Long Segment
1 Ketepatan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) 0.07
2 Kelengkapan Syarat-Syarat Umum Kontrak 0.115
3 Kelengkapan Syarat-Syarat Khusus Kontrak 0.17
4 Kelengkapan Spesifikasi Teknis 0.19
5 Evaluasi Teknis Dokumen Penawaran 0.145
6 Evaluasi Harga Dokumen Penawaran 0.15
Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Harga serta
7 0.16
Penetapan Pemenang
Hasil Analisis SEM: Kontribusi tiap Faktor terhadap Problem Proses Pelaksanaan
Preservasi Jalan dan Jembatan Secara Long Segment
Estimasi model full model struktural dilakukan dengan memasukan indikator yang telah diuji
dengan confirmatory analysis factor. Full model structural akan memberikan hubungan antar
faktor yang berkontribusi pada problem proses procurement paket preservasi jalan dan jembatan
secara long segment yang telah ditentukan pada SEM. Pemodelan hubungan struktural antar faktor
yang berkontribusi pada problem proses pelaksanaan preservasi jalan dan jembatan dapat dilihat
pada Gambar 5.
279
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 5. Structural equation modeling faktor dan indikator yang berkontribusi terhadap
problem proses pelaksanaan paket preservasi jalan dan jembatan secara long segment
Full model SEM digunakan untuk menghitung bobot kontribusi tiap faktor yang berkontribusi
terhadap proses pelaksanaan paket preservasi jalan dan jembatan secara long segment. Hasil
Structural Equation Modeling faktor dan indikator yang berkontribusi terhadap proses pelaksanaan
preservasi jalan dan jembatan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil SEM faktor dan indikator yang berkontribusi terhadap problem proses
pelaksanaan paket preservasi secara long segment
Faktor yang Mempengaruhi Proses Bobot Pengaruh ( ) Faktor
No. Procurement Paket Program Preservasi Problem Proses Procurement Paket
secara Long Segment Preservasi secara Long Segment
1 Problem pemeliharaan rutin minor jalan 0,14
2 Problem pemeliharaan rutin kondisi jalan 0,31
3 Problem rehabilitasi minor 0,07
4 Problem rehabilitasi mayor 0,16
5 Problem rekonstruksi 0,08
6 Problem pelebaran menuju standar 0,09
7 Pemeliharaan rutin jembatan 0,15
280
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 6. Nilai capaian kinerja proses perencanaan program preservasi jalan dan
jembatan di Provinsi Sumatera Utara dan Riau
Hasil evaluasi capaian kinerja proses perencanaan program preservasi jalan dan jembatan
sebagaimana disajikan dalam Gambar 6 menunjukkan bahwa tingkat capaian kinerja perencanaan
program preservasi jalan dan jembatan secara long segment sebesar 56,0% jauh di bawah 60,0%
dalam kategori poor (kurang memadai); artinya data teknis, pemilihan jenis preservasi, ketepatan
HSP, sangat perlu ditingkatkan akurasi, ketepatan dan kesesuaian serta kecukupannya terhadap
kebutuhan lapangan.
Hasil Evaluasi Kinerja (Performance) Proses Pelaksanaan Preservasi Jalan dan Jembatan
Secara Long Segment
Hasil tabulasi nilai kinerja keseluruhan proses preservasi jalan dan jembatan secara long segment
di provinsi Sumatera Utara dan Riau sebagaimana disajikan dalam Gambar 8.
281
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 7. Nilai capaian kinerja proses procurement paket preservasi jalan dan jembatan
di Provinsi Sumatera Utara dan Riau
Gambar 8. Nilai capaian kinerja keseluruhan proses preservasi jalan dan jembatan secara
long segment di Provinsi Sumatera Utara dan Riau
Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa nilai kinerja preservasi jalan dan jembatan yang
paling rendah (dalam kategori kruang memadai) yaitu Performance Pemeliharaan rutin
kondisi yaitu sebesar 45,70; Performance pemeliharaan rutin minor yaitu sebesar 53,57;
Performance pemeliharaan rutin jembatan yaitu sebesar 58,09; dan Performance pelebaran
jalan menuju standar yaitu sebesar 59,88. Hasil evaluasi capaian kinerja keseluruhan proses
preservasi jalan dan jembatan sebagaimana disajikan dalam Gambar 8 menunjukkan bahwa
cecara umum tingkat capaian kinerja proses pelaksanaan preservasi jalan dan jembatan
secara long segment sebesar 59,0% (< 60,0%) dalam kategori poor (kurang memadai),
282
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
terutama terkait : rendahnya capaian kinerja pemeliharaan rutin (minor dan kondisi);
rendahnya capaian kinerja pelebaran jalan menuju standar dan pemeliharaan rutin jembatan.
KESIMPULAN
1. Proses perencanaan program preservasi jalan dan jembatan secara long segment di Provinsi
Sumatera Utara dan Riau sangat dipengaruhi kontribusi : 29% Keterbatasan Data Teknis +
20% Ketidaktepatan Jenis Preservasi pada lokasi segmen yang di preservasi + 14%
Ketidaktepatan jenis preservasi terhadap waktu pelaksanaan preservasi + 25%
Ketidaktepatan HSP preservasi jalan + 12% Ketidaktepatan teknologi bahan dan peralatan
preservasi jalan. Artinya kesuksesan perencanaan program preservasi jalan dan jembatan
secara long segment sangat ditentukan ketersediaan data teknis pendukung perencanaan
program preservasi jalan dan jembatan secara long segment, dan ketepatan jenis preservasi
pada lokasi segmen yang dipreservasi.
2. Proses procurement paket preservasi jalan dan jembatan secara long segment di Provinsi
Sumatera Utara dan Riau sangat dipengaruhi kontribusi : 7% Ketepatan Harga Perkiraan
Sendiri (HPS) + 11,5% Kelengkapan Syarat-Syarat Umum Kontrak + 17% Kelengkapan
Syarat-Syarat Khusus Kontrak+ 19% Kelengkapan Spesifikasi Teknis + 14,5% Evaluasi
Teknis Dokumen Penawaran + 0,15% Evaluasi Harga Dokumen Penawaran + 0,16%
Kualifikasidan Negosiasi. Artinya kesuksesan procurement paket preservasi jalan dan
jembatan secara long segment sangat ditentukan kelengkapan spesifikasi teknis dan
kelengkapan syarat-syarat khusus kontrak.
3. Jika proses perencanaan program preservasi dan proses procurement dilaksanakan dengan
baik, maka solusi problem pelaksanaan preservasi jalan dan jembatan secara long segment
sangat dipengaruhi kontribusi : 14,0% problem pemeliharaan rutin minor + 31,0% problem
pemeliharaan rutin kondisi + 7,0% problem rehabilitasi minor + 16,0% problem rehabilitasi
mayor + 8,0% problem rekonstruksi + 9,0% problem pelebaran menuju standar + 15,0%
problem pemeliharaan rutin jembatan. Artinya kesuksesan paket preservasi secara long
segment sangat ditentukan keberhasilan pelaksanaan dan pengendalian mutu pemeliharaan
rutin (minor dan kondisi).
4. Tingkat capaian kinerja perencanaan program preservasi jalan dan jembatan secara long
segment sebesar 56,0% jauh di bawah 60,0% dalam kategori poor (kurang memadai); artinya
data teknis, teknologi bahan dan peralatan, HSP serta jenis preservasi, sangat perlu
ditingkatkan akurasi, ketepatan dan kesesuaian serta kecukupannya terhadap kebutuhan
lapangan.
5. Tingkat capaian kinerja proses pelaksanaan procurement preservasi jalan dan jembatan
secara long segment sebesar 65,8% (berada pada rentang 61,0%- 80,0%) dalam kategori
medium (cukup memadai). Artinya penerapan keputusan regulasi procurement perlu
ditingkatkan terutama yang terkait dengan : kelengkapan syarat-syarat umum kontrak,
kelengkapan syarat-syarat khusus kontrak, kelengkapan spesifikasi teknis, evaluasi teknis
dan harga penawaran, serta klarifikasi dan negosisasi pemenang tender.
6. Tingkat capaian kinerja proses pelaksanaan paket proyek preservasi jalan dan jembatan
secara long segment sebesar 59,0% (< 60,0%) dalam kategori poor (kurang memadai),
terutama terkait : rendahnya capaian kinerja pemeliharaan rutin (minor dan kondisi);
rendahnya capaian kinerja pelebaran jalan menuju standar dan pemeliharaan rutin jembatan.
283
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
SARAN
1. Bidang Perencanaan BBPJN-II dan P2JN Provinsi Sumatera Utara dan Riau, perlu
mengendalikan akurasi data kekuatan fungsional (IRI dan SDI) dan kekuatan struktural
(lendutan, modulus E) agar kondisi nyata di lapangan.
2. Bidang Perencanaan BBPJN-II dan P2JN Provinsi Sumatera Utara dan Riau, harus cermat dan
akurat dalam membuat DED paket preservasi secara long segment, mempertimbangkan secara
holistik berbagai pengaruh faktor internal dan eksternal.
3. BBPJN harus menyelenggarakan workshop secara intensif pemahaman pembuatan HPS tiap
jenis pekerjaan preservasi bagi Pokja agar sesuai dengan kondisi kerusakan di lapangan.
4. BBPJN-II harus melakukan sosialisasi yang lebih intensif kepada tenaga kerja kontraktor terkait
sistem manajemen mutu pemeliharaan, rehabilitasi dan rekonstruksi dalam Paket Preservasi
secara Long Segment. Direktorat Preservasi Jalan harus berkordinasi & mendorong agar Ditjen.
Bina Kontruksi dan BPSDM terkait workshop atau diklat peningkatan keterampilan tenaga kerja
preservasi jalan dan jembatan secara long segment.
5. Direktorat Preservasi Jalan dan BPSDM harus mengadakan diklat manajerial PPK khusus dalam
pengendalian paket preservasi jalan dan jembatan secara long segment.
6. Direktorat Preservasi Jalan harus berkordinasi dengan Ditjen Bina Kontruksi dan LPJK terkait
sertifikasi kompetensi ketrampilan dan keahlian teknologi peralatan dan material yang terkait
langsung dengan pelaksanaan paket preservasi jalan dan jembatan secara long segment.
7. Direktorat Preservasi Jalan harus menyusun pedoman kriteria penentuan jenis teknologi bahan
dan peralatan preservasi yang disesuiakan dengan tipe/jenis kerusakan (luasan, kedalaman,
sebaran) agar tidak menyama-ratakan sepanjang segment dengan teknologi yang sama padahal
terdapat jenis kerusakan jalan yang bervariasi dan memerlukan penanganan yang berbeda.
8. Direktorat Preservasi Jalan harus membuat kebijakan perlunya program pemeliharaan jalan
nasional secara swakelola, terutama pada segmen/ruas yang mengalami gangguan tinggi, karena
rendahnya tingkat kepedulian dan kesadaran kontraktor terhadap penerapan respon time
perbaikan kerusakan jalan selama masa kontrak preservasi long segment.
DAFTAR PUSTAKA
AASHTO (Galehouse, et al., 2003), Preventive maintenance concept, (Seal Coat and Surface
Treatment Manual. 2003). Washington, D.C.
Agah Heddy Rohandi dan Rarasati Ayomi Dita (2010), Pemeliharaan dan. Perbaikan Konstruksi
Jalan Lentur, Penerbit Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.
Fwa, T F and G. P. Ong, 2006, "Transverse Pavement Grooving against Hydroplaning: Design".
ASCE Journal of Transportation Engineering, 132, No. 6: 449-457.
Fwa, T., F., 2009, Multi objective Optimization for Pavement Maintenance Programming, Journal
of Transportation Engineering, Volume 126, Number 5: 367-374, American Society of Civil
Engineers (ASCE).
Federal Highway Administration (FHWA), 1999, Geotechnical Engineering Circular No. 4 -
Ground Anchors and Anchored Systems , FHWA-IF-99-015, United States Department of
Transportation
Kementerian Pekerjaan Umum, 2011, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2011
tentang Pemeliharaan jalan dan Penilikan Jalan, Jakarta.
284
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Pemerintah Republik Indonesia, 2004, Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan,
Jakarta
Pemerintah Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, Jakarta
285
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
I Ketut Darmawahana, Budi Harimawan, Nusakti Yasa Wedha, Agus Taufik Mulyono
Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Surabaya, Sub Direktorat Perencanaan dan Pemrograman
Direktorat Jembatan, Bidang Preservasi dan Peralatan, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Surabaya,
Direktorat Jenderal Bina Marga
Email : balai8sby@gmail.com, budi.harimawans@gmail.com, nusakti@gmail.com, atm8002@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini menghasilkan kinerja proses pelaksanaan preservasi jalan nasional secara long segment di Provinsi Jawa
Timur dan Bali. Metode penelitian dilakukan dengan survei wawancara terkait tingkat kepentingan dan tingkat
penanganan tiap faktor yang diidentifikasi dalam proses pelaksanaan preservasi jalan nasional, serta penilaian kinerja
proses pelaksanaan preservasi jalan nasional secara long segment. Metode analisis dilakukan dengan analisis statistik
dengan menggunakan software SEM (Structural Equational Modelling), dan software SPSS. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa capaian kinerja yang paling rendah proses pelaksanaan preservasi jalan nasional secara long
segment terjadi pada kegiatan pemeliharaan rutin kondisi yaitu 49,98% < 60% dalam kategori kurang memadai,
sedangkan capaian kinerja paling tinggi yaitu pada kegiatan rehabilitasi minor yaitu 80,05% dalam kategori “good” atau
baik. Sementara itu, capaian kinerja proses pelaksanaan preservasi jalan nasional secara long segment secara
keseluruhan yaitu yaitu 59,0% < 60% dalam kategori kurang memadai. Penelitian ini merekomendasi perbaikan
pelaksanaan preservasi jalan nasional secara long segment terutama pada kegiatan pemeliharaan rutin kondisi dan rutin
minor jalan karena merupakan hal baru bagi penyedia jasa.
Kata Kunci: evaluasi, proses pelaksanaan preservasi jalan, capaian kinerja
Abstract
This research resulted a performance of a long segment preservation process of national road in East Java and Bali
Provinces. The research method is conducted by interviews related to the level of importance and the level of treatment
of each factor identified in national road preservation process, and also assessment of achievements performance. The
method of analysis is done by statistical analysis using SEM (Structural Equational Modeling) software, and SPSS
software. The result of research shows that the lowest performance of national road preservation process is routine
condition treatment (49,98%<60%) in the category of inadequate ("poor"), whereas the highest performance of national
road preservation process is minor rehabilitation (80,05% > 80%) in the category of adequate (“good”). While, the
performance of national road preservation processgenerally is 59,0% which in the category of inadequate ("poor"). This
research recommends improvement of road preservation in a long segment, especially related to routine condition
treatment, and routine minor treatment, because that activity is a new things for contractor.
286
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
permukaan jalan dan gangguan fungsi jalan yang Rarasati (2010) kegiatan preservasi yang preventif
dapat menurunkan pelayanan jalan. maupun remidial juga dapat mengurangi dampak
kemacetan lalu lintas dan pencegahan kecelakaan di
Hal tersebut amat signifikan jika dikaitkan
jalan ketika kegiatan konstruksi berlangsung. Apabila
dengan target RPJMN 2015-2019 yang harus
program preservasi jalan dapat dapat dilaksanakan
menyelesaikan preservasi jalan nasional 45.592 km,
dengan tepat waktu maka pengguna jalan dapat
artinya hampir 95% dana alokasi infrastruktur jalan
memperoleh rasa aman dan mobilitas yang lebih baik
akan digunakan untuk preservasi jalan. Selain itu,
terhadap pengurangan kemacetan yang diakibatkan
program preservasi jalan nasional dilaksanakan secara
oleh kerusakan jalan maupun program
long segment baru berjalan 2 (dua) tahun, yang
pemeliharaannya, dan yang paling utama adalah
sebelumnya dilaksanakan secara swakelola. Program
mampu memberikan jaminan terhadap perpanjangan
preservasi jalan nasional secara long segment yang
umur jalan.
meliputi pemeliharaan rutin (korektif), pemeliharaan
preventif, rehabilitasi minor dan mayor, serta Menurut AASHTO (Galehouse, et al., 2003),
rekonstruksi dilaksanakan oleh Kontraktor yang pemeliharaan preventif yaitu : “preventive
diawasi langsung oleh Konsultan Supervisi. maintenance is a planned strategy of cost-effective
Berdasarkan pemikiran tersebut maka perlu dilakukan treatments that preserve and maintain or improves a
penelitian terkait evaluasi proses pelaksanaan roadway system and its appurtenances and retard
preservasi jalan nasional secara long segment dengan deterioration, but without substantially increasing
mengambil studi kasus jalan nasional di Provinsi Jawa structural capacity”. FHWA (1999) menyatakan
Timur dan Bali. preservasi perkerasan jalan adalah : “all activities
undertaken to provide and maintain serviceable
roadways, this includes corrective maintenance and
II. LANDASAN TEORI preventive maintenance, as well as minor
Preservasi Jalan rehabilitation projects”. Perbedaan yang sangat
signifikan dari konsep preservasi konstruksi jalan
Pasal 29 Undang-Undang Nomor 22 Tahun dengan kegiatan pembangunan, rehabilitasi dan
2009 juga menjelaskan bahwa preservasi jalan meliputi perbaikan sesaat untuk mengatasi terhambatnya fungsi
pemeliharaan, rehabilitasi, dan rekonstruksi jalan. Jika jalan adalah pengembalian fungsi dari kondisi eksisting
dilihat beberapa definisi yang sudah berkembang, sistem jaringan jalan dan memperpanjang umur
sebenarnya pengertian preservasi lebih bersifat layanan tetapi tidak berupaya untuk meningkatkan
menjaga kondisi perkerasan jalan yang sudah mantap kapasitas atau kekuatan jalan (Fwa, T.F., 2006).
secara preventif dan remidial agar makin bertambah
umur layanan hingga mencapai umur rencana yang Jenis-jenis kegiatan yang termasuk dalam kategori
ditargetkan. Berkaitan dengan problem definisi preservasi jalan
tersebut, maka Agah dan Rarasati (2010) telah
mendefinisikan preservasi perkerasan menyatakan Berdasarkan telaah terhadap Peraturan Menteri
suatu tindakan proaktif untuk mempertahankan jalan Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2011, dapat
pada nilai fungsinya. Penanganan ini diyakini akan ditelaah pengertian tentang berbagai jenis pekerjaan
mampu mengurangi beban biaya, waktu pemeliharaan penanganan jalan yang termasuk dalam kategori
yang membutuhkan waktu penanganannya dan secara kegiatan preservasi jalan meliputi: pemeliharaan rutin,
makro dapat mengurangi kegiatan peningkatan pemeliharaan berkala, peningkatan, rehabilitasi.
perkerasan jalan yang biayanya amat mahal dalam Identifikasi kondisi jalan dan jenis penanganan
satuan meter per segi. Selain itu menurut Agah dan sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 1.
287
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
288
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tabel 2. Matriks pemetaan klasifikasi objek penelitian proses pelaksanaan Preservasi Jalan dan Jembatan
secara Long Segment
Daftar Tugas dan Tanggung Jawab yang terkait Pelaksana Tugas atau Tanggung Jawab
No
Preservasi Jalan secara long segment (Stakeholder)
1 Perencana Program Preservasi Jalan dan Jembatan P2JN, Konsultan Perencana
2 Pengawas pelaksanaan pekerjaan preservasi jalan
Konsultan Pengawas
dan jembatan
3 Pelaksana pekerjaan preservasi jalan dan jembatan Kontraktor
4 Pengendali pekerjaan pelaksanaan preservasi jalan
Satker PJN, dan PPK
dan jembatan
5 Pengamat pelaksanaan preservasi jalan dan
Pakar.akademisi bidang preservasi jalan
jembatan
2. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel
Jumlah populasi sangat menentukan dalam (pria/wanita, junior/senior, dan
penentuan jumlah responden/sampel, Roscoe sebagainya), ukuran sampel minimum 30
(2006) memberikan acuan umum untuk untuk tiap kategori adalah tepat
menentukan ukuran sampel: Adapun rencana jumlah responden yang menjadi
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang target survei data primer sebagaimana disajikan
dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan dalam Tabel 3.
penelitian
Tabel 3. Objek penelitian dan Target jumlah responden
KONSULTAN PAKAR/
NO PROVINSI SATKER PPK KONTRAKTOR
PENGAWAS AKADEMISI
1 Jawa Timur 6 24 24 24 5
2 Bali 5 8 8 8 2
11 32 32 32 7
JUMLAH :
131
Gambar 1. Kerangka Evaluasi Proses Preservasi Jalan Nasional secara Long Segment
IV. HASIL PENELITIAN DAN minor jalan secara long segment dapat dilihat
PEMBAHASAN pada Gambar 2.
sebesar 0%, faktor metode kerja kondisi lingkungan dan lalu lintas di lokasi
berkontribusi/berpengaruh sebesar 5%, faktor berkontribusi/berpengaruh sebesar 15%, dan
kondisi keuangan (biaya) faktor kondisi pemenuhan indikator kinerja
berkontribusi/berpengaruh sebesar 8%, faktor berkontribusi/berpengaruh sebesar 10%.
Gambar 2. Structural Equation Modeling (SEM) Faktor dan Indikator yang Berkontribusi pada Problem
Pemeliharaan Rutin Minor Jalan secara Long Segment.
291
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 3. Structural Equation Modeling (SEM) Faktor dan Indikator yang Berkontribusi pada Problem
Pemeliharaan Rutin Kondisi Jalan secara Long Segment.
292
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 4. Structural Equation Modeling (SEM) Faktor dan Indikator yang Berkontribusi pada Problem
Pelaksanaan Rehabilitasi Minor Jalan secara Long Segment.
293
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 5. Structural Equation Modeling (SEM) Faktor dan Indikator yang Berkontribusi pada Problem
Pelaksanaan Rehabilitasi Mayor Jalan secara Long Segment.
Gambar 6. Structural Equation Modeling (SEM) Faktor dan Indikator yang Berkontribusi pada Problem
Pelaksanaan Rekonstruksi Jalan secara Long Segment.
Gambar 7. Structural Equation Modeling (SEM) Faktor dan Indikator yang Berkontribusi pada Problem
Pemeliharaan Rutin Jembatan secara Long Segment.
Gambar 8. Nilai capaian kinerja keseluruhan proses preservasi jalan nasional secara long segment di
Provinsi Jawa Timur dan Bali
DAFTAR PUSTAKA
298
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Permasalahan geoteknik terhadap badan jalan sering terjadi diatas tanah problematik seperti: tanah
lunak/gambut, tanah ekpasif, batuan clay-shale dan batuan/tanah mengandung unsur Natrium (Na) cukup tinggi. Dari
pengamatan lapangan menunjukkan hampir semua gawir, kekar, graben dan scarp merupakan batas atau interface
antara Cekungan Air Tanah (CAT) dan Non-CAT. Analisis stabilitas galian atau timbunan tinggi pada interface daerah
Non-CAT dan CAT perlu dianalisis secara komprehensif antar disiplin ilmu, untuk menentukan parameter tanah dasar
atau batuan dasar secara representatif. Sehingga dalam melakukan analisis galian atau timbunan tinggi perlu
memperhatikan kondisi: topografi, geologi, hidrologi, foto udara, mekanika tanah, geoteknik, kimia tanah, mineralogi
tanah, tata guna lahan dan sejarah masa lampau. Dengan memahami kondisi dan perilaku alam secara baik dilokasi
rencana galian atau timbunan tinggi, maka disain dapat diaplikasikan langsung dilapangan tanpa ada perubahan disain.
Kelongsoran yang sering terjadi pada badan jalan existing dan pengalaman pembangunan ruas jalan Tol Semarang-
Bawen yang terletak pada interface daerah Non-CAT dengan CAT dapat digunakan sebagai studi kasus permasalahan
galian atau timbunan tinggi yang cukup komplek. Secara topografi jalan tol Semarang-Bawen terletak pada lereng
cukup terjal, melewati beberapa gawir besar, sungai terjal dan bukit terpisah dengan induknya, serta beberapa mata air
di dasar gawir.
Abstract. Geotechnical problems with road contruction often occur on problematic soils such as: soft soil/peat,
expansive, clay-shale rocks and rocks / soils containing high sodium (Na) elements. From field observations shows that
almost all of the escarpments, graben and scarp are in the boundaries or interfaces between the ground water basin
and non – ground water basin. The analysis of the cut stability or high embankment stability analysis aquifer and non
aquifer area interfaces needs to be comprehensively analyzed between disciplines, to determine the basic soil or
bedrock parameters in a representative manner. So, in conducting a high pit analysis or need to consider the
conditions: topography, geology, hydrology, aerial photography, soil mechanics, geotechnical, soil chemistry, soil
mineralogy, land use and historical past. By understanding the condition and behavior of nature well in the location of
the excavation plan or high embankment, then the design can be applied directly in the field without any design
changes. The frequent slump in existing road contruction and experience of Semarang-Bawen toll road development
located on non – ground water basin area interface with ground water basin can be used for case study of the problem
of excavation or high embankment which is quite complex. Topographically Semarang-Bawen toll road is located on a
fairly steep slope, passing through several large escarpments, steep river and old landslide, as well as some springs at
the base of escarpment.
Key Words: landslide, clay shale, problematic soil, ground water basin, non – ground water basin.
299
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Jalur
300
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Formasi Kaligetas
(Qb/Qpkg).
Formasi
Kerek Tm/Tmk)
Qb dan Tm
Berada di antara
zona sesar dan
zona tidak stabil
terhadap kejadian
longsoran
301
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
302
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
lapisan pasir lanauan lepas, warna abu-abu dengan penyelidikan gerakan-tanah. Dari penafsiran tersebut
konsistensi padat setebal 1-4 m. Lapisan pasir lanauan ini akan diperoleh sebaran, jenis, tempat gerakan tanah dan
bersifat permeable dan lapisan dibawahnya berupa Batu potensinya yang akan membahayakan bangunan
Lempung sangat keras. diatasnya.
5. Hidrogeologi Sebagai contoh di lokasi Sta. 5+600 yang
Secara hidrogeologi, unit terbesar dengan suatu ditampilkan pada Gambar 8, dari foto udara dapat
batas tertentu disebut sebagai cekungan air tanah atau diprediksikan alur-alur pergerakan tanah, arah gawir dan
CAT (groundwater basin), yang menunjukkan suatu barang tentu data lain juga diketahui dari penafsiran foto
cekungan deposit (sedimentary basin). Cekungan deposit udara, misalnya: jenis batuan, struktur geologi, tingkat
adalah suatu daerah dimana pengendapan telah terjadi erosi, dan pola pematusan air permukaan dan air bawah
terus menerus untuk suatu periode waktu tertentu, dan tanah.
terbentuk dari akumulasi lapisan-lapisan yang tebal.
Karakteristik daerah CAT antara lain: berada di
daratan dengan hamparan dapat sampai di bawah dasar
laut, aquifer (wadah air) dan aquitard memanjang secara
vertikal dan horizontal dengan batas tertentu, batas
vertikal suatu aquifer ditentukan oleh kondisi
stratigraphy dan geohistoric lapisan batuan dan batas
horisontal dikontrol berdasarkan sedimentary dan
geostructural lapisan-lapisan tersebut. Secara
hidrogeologi, unit terbesar dengan suatu batas tertentu
disebut sebagai cekungan air tanah (groundwater basin),
yang menunjukkan suatu cekungan deposit (sedimentary
basin). Cekungan deposit adalah suatu daerah di mana
pengendapan telah terjadi secara terus menerus untuk
suatu periode waktu tertentu, dan terbentuk dari
akumulasi lapisan-lapisan yang tebal.
Mengacu pada definisi CAT maka Daerah Bukan
CAT (Non-CAT) adalah wilayah yang mempunyai batas
hidrogeologis yang dikontrol oleh kondisi geologis
dan/atau kondisi hidraulik air tanah. Mempunyai daerah
imbuhan dan daerah lepasan air tanah dalam satu
sistem pembentukan air tanah dan memiliki satu kesatuan
sistem aquifer.
Gambar 7. menunjukkan kondisi penampang
geologi, daerah yang terletak pada interface CAT dengan
Non-CAT, tepatnya didaerah Susukan (Sta. 5+500 sd Sta.
6+500), dimana sebelah kiri badan jalan terdapat aliran
air keluar dari daerah CAT (lapisan colluvium) dan Gambar 8. Foto Udara (longsoran daerah clay shale)
tertahan oleh lapisan Non-CAT atau lapisan clay shale (Google Earth)
sehingga bidang gelincir terkontrol pada interface CAT
dan non-CAT, yang menyebabkan pergerakan atau
kelongsoran timbunan tanah. 7. Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan jenis
tanah dapat menjadi faktor penyebab terjadinya gerakan
tanah pada badan jalan. Sebagai contoh: perubahan lahan
dari perkebunan masyarakat/pohon keras pada tanah
Batuan Breksi
clayshale yang bersifat impermeable menjadi daerah
permukiman, kolam, atau yang sejenis dapat memicu
pergerakan tanah dibagian bawah. Sebagai contoh
Batuan Lempung disekitar Sta. 4+500 pada awal perencanaan tidak ada
perumahan dan pada saat pelaksanaan banyak
Gambar 7. Daerah Interface CAT dengan Non-CAT perumahan, kondisi ini dapat mempengaruhi kondisi geo-
(Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, 2008) hidrologi karena muka air tanah menjadi lebih tinggi dan
gaya pendorong semakin besar yang berakibat terhadap
kelongsoran timbunan badan jalan, untuk jelasnya lihat
6. Foto Udara Gambar 9.
Foto udara yang tersedia dapat digunakan untuk
penafsirannya dan menghasilkan data untuk menentukan
303
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
8. Curah Hujan
Air hujan yang meresap ke dalam tanah akan
menurunkan kuat geser tanah dan batuan, serta dapat
menyebabkan terjadinya longsoran badan jalan.
Longsoran banyak terjadi pada musim hujan, sebagai
contoh pada Gambar 10 memperlihatkan hubungan antara
intensitas hujan dari tahun 1993 – 2011, kondisi curah
hujan sangat berpengaruh terdadap nilai (ru) dalam
perencanaan stabilitas timbunan.
304
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Jembatan
Ciampang/Lio III
Jalan Provinsi
Bandungsari – Salem
305
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 13. Kondisi Longsoran dan Setelah Longsor Air Mengalir deng
(Dokumentasi Pribadi)
306
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
307
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
308
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
309
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Timbunan
310
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
311
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Jalur Pantura merupakan jalan arteri primer dengan batas kecepatan antara 70 sampai 80 km/jam. Batas
kecepatan ini perlu ditinjau kembali karena terdapat berbagai pusat kegiatan di Jalur Pantura. Kecepatan kendaraan
yang terlalu tinggi dapat menimbulkan permasalahan keselamatan lalu lintas. Di lain pihak, tingginya kegiatan di
samping jalan dapat menyebabkan inefisiensi perjalanan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah manajemen kecepatan
untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lokasi yang paling tepat untuk
implementasi manajemen kecepatan, serta usulan manajemen kecepatan pada lokasi terpilih. Penentuan lokasi
implementasi dengan cara analisis data kecepatan kendaraan, geometrik jalan, data lalu lintas dan kondisi lingkungan.
Metode analisis menggunakan metode deskriptif analisis. Analisis hambatan samping menggunakan metode MKJI 1997
sedangkan tingkat pelayanan jalan menggunakan pedoman Peraturan Menteri Perhubungan PM 96 tahun 2015.Dari
hasil analisis diketahui bahwa segmen Jalur Pantura di kawasan IKSG Tuban (nilai 73) dan SDN Bendungan 1
Pasuruan (nilai 69) merupakan segmen paling berpotensi kecelakaan sehingga dibutuhkan pembatasan kecepatan
kendaraan. Segmen yang paling rendah tingkat mobilitasnya adalah ruas jalan Ahmad Yani Sidoarjo dan ruas jalan
Gajah Mada Sidoarjo. Dihasilkan suatu rancangan zona keselamatan industri dan zona selamat sekolah, dengan
penggunaan marka thermoplastic yang mengandung glass bead dan usulan manajemen lalu lintas untuk meningkatkan
tingkat pelayanan jalan.
Kata kunci : Batas Kecepatan, Hambatan Samping, Manajemen Kecepatan Kendaraan, Mobilitas
Kendaraan, Tingkat Pelayanan Jalan
Abstract. Pantura is primary artery road with maximum speed limit between 70 – 80 km/hour. The speed limit shall be
reviewed because there are some hub in this road. Vehicle that over speed limit will tend to some accident, on the other
hand it will be slower because road side activity, tend to cost inefficiency. Traffic speed management is need to solve
that problems. This research held to evaluate some location at Pantura road that really need to be implemented Speed
Management. Vehicle speed, road geometric, traffic data and environmental conditions is analized to get an exact
location. Both descriptive and analytical method are implemented in this research. Road side activity analysis is
evaluated by MKJI 1997 method and road level of service analysis use regulation of Transportation Minister PM 96;
2015. Results of analysis are known that, road segment around IKSG Tuban (value 73) and around SDN Bendungan I
Pasuruan (value 69) are segment of Pantura with high potentially accident rate then need to implemented a speed
limitation. Segment with the lowest mobility are Ahmad Yani street and Gajah Mada street in Sidoarjo. The final result
are design of Industrial and School Safety Zone and also suggestion of traffic management to increase road level of
service.
Key words : Speed limit, Roadside Activities, Speed Management, Vehicle Mobility, Level of Service.
311
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
1.2 Rumusan Masalah 1.6.2 Hubungan kecepatan dan keselamatan lalu lintas
Banyaknya kejadian kecelakaan di Jalur Pantura terutama Kanitpong, et al. (2013) mengembangkan suatu skema
yang melintasi pusat kegiatan (kawasan sekolah, pemukiman manajemen kecepatan terkait dengan perilaku pengemudi,
padat penduduk, kawasan industri, maupun CBD) dan dalam usaha untuk mendapatkan sebuah strategi manajemen
tingginya hambatan samping di beberapa ruas Jalur Pantura kecepatan yang baik. Yan, et al. (2013) mengembangkan
yang menyebabkan turunnya tingkat pelayanan jalan metode Variable Speed Limit Control pada jalan bebas
menimbulkan minat untuk untuk meneliti lebih jauh tentang hambatan untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas dan
manajemen kecepatan di Jalur Pantura agar tercapai jalan meningkatkan efisiensi jalan bebas hambatan, sedangkan
yang berkeselamatan dengan tetap memperhatikan mobilitas / Gargoum, et al. (2016) membuat pemodelan matematis untuk
tingkat pelayanan jalan. Rumusan masalah dalam penelitian mengetahui hubungan antara peningkatan kecepatan dengan
ini adalah : semakin tingginya potensi kecelakaan, dihubungkan dengan
karakteristik jalan dan lalu lintas.
1. Bagaimana menentukan lokasi yang tepat untuk
implementasi manajemen kecepatan di Jalur Pantura 1.6.3 Manajemen kecepatan
Wilayah Jawa Timur Kuncoro (2009) meneliti tentang manajemen kecepatan
2. Permasalahan lalu lintas apa saja yang timbul di Jalur dengan cara pembatasan kecepatan yang diikuti oleh
Pantura terkait kecepatan kendaraan penerapan manajemen lalu lintas, sedangkan Islam (2013)
3. Bagaimana cara untuk meningkatkan keselamatan lalu memfokuskan penelitiannya untuk mengurangi kecepatan
lintas dan mobilitas kendaraan di Jalur Pantura kendaraan di lingkungan perumahan. Aji (2016) meneliti
tentang Zona Selamat Sekolah sebagai salah satu usulan
sistem manajemen kecepatan untuk mengurangi potensi
1.3 Tujuan Penelitian
kejadian kecelakaan pada kawasan sekolah. Lebih jauh lagi,
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lokasi
Van der Horst, et al. (2016) mengadakan evaluasi terhadap
yang tepat untuk implementasi manajemen kecepatan di Jalur
ukuran – ukuran manajemen kecepatan di Bangladesh, dan
Pantura wilayah Jawa Timur, mengidentifikasi permasalahan
meneliti tentang cara – cara menurunkan kecepatan
lalu lintas di Jalur Pantura terkait kecepatan kendaraan dan
kendaraan agar kecelakaan dapat dihindarkan.
mengusulkan manajemen kecepatan untuk meningkatkan
keselamatan lalu lintas dan mobilitas kendaraan di Jalur
Pantura. 1.6.4 Tingkat pelayanan jalan
Aprilya (2007) mengadakan penelitian tentang pengaruh
1.4 Manfaat Penelitian hambatan samping terhadap kinerja jalan dan kecepatan lalu
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian lintas, sedangkan Sakti (2011) mengadakan penelitian bahwa
ini antara lain : peniadaan ruang parkir pada badan jalan dapat meningkatkan
1. Memberikan masukan bagi institusi penyelenggara jalan, kecepatan kendaraan dan kinerja jalan. Triwahyuni (2013)
yaitu Dinas Perhubungan, Bina Marga dan Kepolisian meneliti tentang keberadaan pasar tradisional yangmemberi
sebagai acuan untuk penerapan manajemen kecepatan, pengaruh signikan pada kinerja ruas jalan. Syaputra et al
sehingga tersedia jalan yang aman dan nyaman bagi (2015) yang mengemukakan adanya pengaruh tingginya
pengguna jalan Pantura, khususnya pada ruas jalan hambatan samping terhadap penurunan kinerja jalan.
terpilih.
2. Sebagai acuan bagi penulis lain yang ingin mempelajari
1.6.5 Permasalahan lalu lintas di Jalur Pantura Wilayah
Jawa Timur
atau menindaklanjuti penelitian ini.
Sulistyono, et al. (2012) mengadakan evaluasi terhadap
penerapan program Partnership of Road Safety Action
1.5 Lingkup Permasalahan (PRSA). Di lain pihak, Usman et al. (2014) mengadakan
Lingkup penelitian dibatasi sebagai berikut : Jalur Pantura penelitian tentang penyebab terjadinya kecelakaan di Jalur
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Jalur Pantura Pantura, dan berpendapat bahwa banyaknya volume
wilayah Jawa Timur, kecepatan kendaraan dianggap sebagai kendaraan dengan kecepatan tinggi, kurangnya rambu jalan,
faktor utama penyebab kecelakaan, variabel tingkat pudarnya marka jalan dan penerangan jalan yang kurang di
pelayanan jalan yang dianalisis sebagai faktor yang Jalur Pantura menyebabkan tingginya angka kecelakaan di
terpengaruh oleh adanya hambatan samping adalah variabel jalur ini.
kecepatan kendaraan, dan tidak dilakukan perhitungan BOK
(beaya operasional kendaraan). II. METODE PENELITIAN
1.6 Review Penelitian Terdahulu 2.1 Prosedur Penelitian
1.6.1 Kecepatan dan batas kecepatan Pada penelitian ini, terdapat beberapa tahap dalam
Suweda (2009) menerapkan pembatasan kecepatan pelaksanaan penelitian yang diringkas menjadi bagan alir
berbasis waktu pada lingkungan sekolah (Zona Selamat seperti pada Gambar 1.
Sekolah, ZoSS), yang dilengkapi dengan bangunan
pendukung dan fasilitas pelengkap untuk mengatur kecepatan 2.2 Lokasi Penelitian
kendaraan. sedangkan Putri (2011) mengadakan penelitian Lokasi penelitian ditentukan dengan terlebih dahulu
tentang pengoptimalan batas kecepatan pada suatu ruas jalan melakukan survey pendahuluan agar didapat lokasi penelitian
di Indonesia, kemudian Bukit (2014) meneliti tentang yang tepat. Survey pendahuluan dilakukan dengan menyusuri
perlambatan kecepatan kendaraan pada daerah ZoSS dengan rute Jalur Pantura Jawa Timur, yang terbentang dari
menggunakan traffic calming. Shrestha, et al (2015) kabupaten Tuban sampai kabupaten Banyuwangi. Hasil dari
mengusulkan suatu kerangka manual zona kecepatan untuk survey pendahuluan adalah 26 (dua puluh enam) titik
jalan antar kota, yang mengatur tentang pembatasan nominasi lokasi implementasi manajemen kecepatan untuk
kecepatan. kemudian dilakukan analisis pemilihan lokasi yang tepat.
312
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
313
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Untuk mengetahui ruas jalan yang paling kompleks Tabel 3 Peringkat Lokasi Penelitian terkait Pembatasan
permasalahannya terkait dengan kecepatan kendaraan, Kecepatan Kendaraan
dilakukan penilaian terhadap ruas – ruas jalan dengan
mempertimbangkan variabel : nilai kecepatan rata – rata /
operasional kendaraan, data geometrik jalan, data lingkungan,
potensi kecelakaan, nilai international roughness index (IRI),
lokasi black spot, jenis kawasan, tingkat hambatan samping
dan nilai V/C ratio. Penilaian pada ruas jalan dilakukan
dengan terlebih dahulu memberi bobot pada tiap – tiap
variabel diatas.
Indikator penilaian / penentuan peringkat ditetapkan sebagai
berikut :
314
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tabel 3 Peringkat Lokasi Penelitian terkait Pembatasan Tabel 4 Peringkat Lokasi Penelitian terkait Mobilitas
Kecepatan Kendaraan (lanjutan) Kendaraan
315
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
2. Ruas jalan di lokasi SDN Bendungan 1, Kraton – Rancangan zona selamat sekolah seperti pada gambar 4.
Pasuruan (Link. 017)
Kecepatan rata – rata kendaraan bermotor melampaui batas
kecepatan yang telah ditetapkan, dan menimbulkan potensi
terjadinya kecelakaan. Potensi kejadian kecelakaan dapat
terjadi antara sepeda motor dengan kendaraan pribadi, sepeda
motor dengan truk, ataupun kendaraan pribadi dengan
penyeberang jalan. Tidak adanya zona keselamatan sekolah
pada kawasn ini menyebabkan potensi terjadinya kecelakaan
sangat tinggi dan tidak memberi rasa aman pada anak – anak
sekolah.
3. Jalan Ahmad Yani, Gedangan – Sidoarjo (Link. 013)
Tata guna lahan yang bercampur antara kawasan
pemukiman, industri dan perkantoran membuat terjadinya
pergerakan perjalanan yang tinggi, dan menimbulkan
kepadatan lalu lintas yang tinggi pula. Jalan akses keluar
masuk perumahan Puri Surya Jaya yang langsung menuju Gambar 4.
jalan utama semakin menambah permasalahan lalu lintas, dan Rancangan Zona Selamat Sekoah Kawasan SDN
menimbulkan antrean kendaraan yang panjang. Bendungan I
4. Jalan Gajah Mada, Sidoarjo (Link. 014) 3. Jalan Ahmad Yani, Gedangan – Sidoarjo (Link. 013)
Kompleks pertokoan yang terdapat di sepanjang ruas jalan a. Solusi jangka pendek dengan manajemen lalu lintas untuk
Gajah Mada ini menimbulkan permasalahan lalu lintas yang meningkatkan mobilitas kendaraan:
kompleks. Pengunjung pertokoan yang menyeberang ke sisi 1. Penutupan u turn depan pintu masuk perumahan Puri
jalan yang lain menimbulkan potensi terjadinya tabrakan Surya Jaya disaat jam – jam sibuk (temporary), yaitu
antara penyeberang jalan dengan kendaraan bermotor. jam 06.00 – 09.00 dan jam 16.00 – 18.00
2. Pada jalan arteri harus ada pembatasan jalan akses, maka
dilakukan pengalihan arus kendaraan dari perumahan
Puri Surya Jaya yang akan menuju arah utara ke
3.3 Usulan Penanganan Permasalahan terkait
frontage road (ke arah selatan) terlebih dahulu, untuk
Kecepatan Lalu lintas menghindarkan antrean kendaraan di jalan utama.
3. Pemasangan jembatan penyebrangan orang di ruas jalan
1. Ruas jalan di lokasi Pabrik Industri Kemasan Semen
Ahmad Yani ini, di sekitar Perumahan Puri Surya Jaya,
Gresik Tuban (Link. 001) untuk memudahkan kegiatan penyeberangan dan
Diusulkan suatu zona keselamatan pada kawasan industri,
menghindarkan potensi terjadinya tabrakan penyeberang
dengan rancangan sebagai berikut : kecepatan awal 80
oleh kendaraan bermotor
km/jam, kecepatan akhir 40 km/jam, perlambatan sebesar 1,6
b. Solusi jangka panjang untuk meningkatkan mobilitas
m/s2, waktu reaksi 2,5 detik dan didapat panjang peralihan
kendaraan adalah dengan cara membangun fly over
kecepatan sebesar 172 m. Rancangan zona keselamatan
sepanjang ruas jalan Ahmad Yani Sidoarjo, sepanjang 1,9
industri seperti tersaji pada gambar 3.
km.
Gambar 3.
Rancangan Zona Selamat Industri Kawasan IKSG Tuban
316
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
5.2 Saran
1. Diperlukan ketersediaan data terbaru mengenai kondisi
geometrik jalan, kondisi lalu lintas, dan history
kecelakaan pada ruas – ruas jalan.
2. Simulasi rancangan manajemen kecepatan perlu
dilakukan untuk mengetahui efektifitas dari sebuah
manajemen kecepatan
3. Untuk menjamin kepatuhan pengguna jalan akan aturan –
aturan batas kecepatan, perlu diupayakan suatu sistem
penegakan kecepatan oleh instansi terkait
4. Diperlukan adanya sosialisasi yang berkesinambungan
terhadap masyarakat tentang manajemen kecepatan dan
pengaruh kecepatan lalu lintas pada potensi terjadinya
kecelakaan
DAFTAR PUSTAKA
317
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak : Harapan masyarakat terhadap peningkatan kualitas jalan di Indonesia semakin meningkat dari tahun
ke tahun. Hal ini sejalan dengan kebijakan penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) di bidang jalan.
Kondisi ini mendorong pemerintah untuk menciptakan solusi yang menawarkan konsep kreativitas, efektifitas
dan efisiensi dalam rangka meningkatkan pelayanan jalan. Salah satunya adalah pemanfaatan Aplikasi Jalan Kita
(JaKi) untuk pelaporan dan penanganan kondisi jalan. JaKi merupakan aplikasi yang dapat menerima laporan
kondisi jalan (kerusakan, banjir/genangan air dan utilitas) dari masyarakat atau penilik jalan untuk dapat
direspon dan dilakukan penanganan oleh penyelenggara jalan. Respon terhadap laporan dan kecepatan
penanganan kondisi jalan inilah yang menunjukan performa dari penyelenggara jalan. Semakin responsif
penyelenggara jalan maka semakin baik nilai performa yang didapatkan. Makalah ini akan membahas konsep,
desain, arsitektur, implementasi, dan bagaimana aplikasi JaKi dapat melakukan pengukuran terhadap performa
penyelenggara jalan.
Abstract : Public expectations towards the improvement of road quality service in Indonesia increased year by
year. This is in line with the policy of applying road Minimum Service Standards (SPM). This condition
encourages the government to create solutions that offer the concept of creativity, effectiveness and efficiency in
order to improve road services. One of them is the utilization of Jalan Kita Application (JaKi) for reporting and
handling road conditions. JaKi is an application that can receive reports of road conditions (damage, flood /
puddle and utilities) from the community or road inspector to be responded and handled by road operators.
Response to reports and speed of handling road conditions shows the performance of road operators. More
responsive they are, better value of performance they will gained. This paper will discuss the concepts, design,
architecture, implementation, and how JaKi application can measure the performance of road operators.
318
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
yang memenuhi perencanaan teknis dan administrasi dimaksud adalah tingkat respon dari penyelenggara
Laik Fungsi Jalan (LFJ). Ketika jaringan jalan telah jalan terhadap laporan masyarakat dan penilik jalan
memenuhi dua unsur teknis tersebut maka dapat untuk penenganan kerusakan (kondisi) jalan sehingga
dinyatakan jaringan jalan tersebut telah memenuhi tidak mengurangi faktor keselamatan jalan.
unsur SPM keselamatan. Apabila terjadi kerusakan
c. Aplikasi Mobile Untuk Pelaporan Kondisi Jalan
jalan di jaringan tersebut yang membuat kondisi
jaringan jalan berbeda dengan rencana teknis dan LFJ Perkembangan dunia digital membuat
maka jalan tersebut tidak memenuhi SPM segalanya menjadi lebih sederhana, mudah dan cepat.
keselamatan. Semua aktivitas kerja dapat dirubah menjadi aplikasi
dengan fungsi serupa dengan dunia nyata. Rata-rata
b. Pengukuran Performa Penyelenggara Jalan terdapat lebih dari 30 ribu aplikasi baru yang
Performa atau kinerja penyelenggara jalan diserahkan ke iTunes App store setiap bulannya dan
dapat diketahui salah satunya dengan mengukur masih banyak lagi yang dibuat untuk platform seperti
tingkat keberhasilan penyelenggaraan SPM di jaringan Android dan Windows. Pada pertengahan 2016,
jalan dan ruas jalan yang dikelola. UU No.38 Tahun sekitar 130 miliar aplikasi telah diunduh dari toko
2004 mengamanatkan bahwa pencapaian SPM harus Apple App di seluruh dunia dan sekitar 65 miliar
disampaikan secara berkala kepada Pemerintah. aplikasi telah diunduh dari Google Play (2). Hal ini
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) menunjukkan perkembangan aplikasi mobile sejalan
No.4 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pengawasan Jalan dengan kebutuhan aplikasi yang membantu orang
mensyaratkan bahwa pengawasan jalan secara umum bekerja.
salah satunya meliputi pemenuhan SPM yang Saat ini terdapat banyak aplikasi mobile
ditetapkan. untuk pelaporan kondisi jalan di internet. Salah satu
Permen PU No. 13 Tahun 2011 Tentang Tata yang paling populer adalah aplikasi Waze, yang
Cara Pemeliharaan dan Penilikan Jalan mengatur berfungsi mengumpulkan laporan lalu lintas dari
kegiatan penilikan jalan yang meliputi ; pengemudi. Terkadang pengemudi juga melaporkan
a. pengamatan atas pemanfaatan dan kondisi kondisi jalan seperti kerusakan jalan yang
bagian jalan; menyebabkan kemacetan. Contoh selanjutnya adalah
b. pelaporan atas hasil pengamatan; Road Report BC, ini adalah aplikasi untuk melaporkan
c. pengusulan tindakan yang diperlukan kondisi jalan di British Columbia. Masyarakat dapat
terhadap hasil pengamatan, dan menggunakan fitur berbagi (share) untuk berbagi data
d. menerima keluhan/masukan/informasi dari kondisi jalan dengan aplikasi apa pun yang mereka
masyarakat/pengguna jalan. inginkan. Namun aplikasi ini dirancang hanya untuk
Permen ini juga mengatur bahwa apabila di posting ke Twitter. Aplikasi lainnya adalah Road
terjadi suatu kejadian yang mengakibatkan gangguan Surface, aplikasi ini dapat digunakan untuk mensurvei
terhadap keselamatan pengguna jalan dan keamanan keadaan jalan aspal atau jalan tidak beraspal. Aplikasi
konstruksi jalan, paling lambat dalam waktu 1(satu) ini dapat melakukan dokumentasi segmen jalan, info
hari sejak terjadinya gangguan tersebut, penilik jalan surveyor, tanggal, dan lain sebagainya. Selain itu,
harus melakukan hal-hal sebagai berikut: aplikasi ini dapat digunakan untuk mengumpulkan
a. melaporkan kepada penyelenggara jalan foto dan informasi untuk mendokumentasikan distress
atau instansi yang berwenang; serta untuk menghitung indeks kondisi perkerasan
b. memasang rambu peringatan sementara (PCI) (3).
sesuai pedoman yang berlaku di lokasi Di Indonesia, tidak banyak contoh aplikasi
adanya gangguan tersebut sebelum mobile untuk pelaporan kondisi jalan. Namun di
penanganan perambuan selengkapnya beberapa kota yang berkonsep Smart City, pemerintah
dilakukan oleh satuan kerja penanganan setempat memanfaatkan media sosial untuk menerima
jalan atau satuan kerja lain yang ditetapkan laporan dari masyarakat umum. Tetapi laporan yang
oleh penyelenggara jalan sesuai wilayah diterima tidak secara khusus untuk kondisi jalan.
kerjanya; dan Pemerintah juga belum menerapkan mekanisme
c. mengusulkan tindakan yang perlu diambil khusus dalam penanganan laporan dari warga.
atas pelaporan dari hasil pengamatan Salah satu contoh aplikasi mobile untuk
kepada penyelenggara jalan atau instansi survei kondisi jalan yang dulunya digunakan oleh
yang berwenang. Pusjatan adalah Roadroid. Roadroid adalah aplikasi
Berdasarkan peraturan-peraturan diatas yang dikembangkan oleh perusahaan Swedia, dengan
pengukuran performa penyelenggara jalan dapat kemampuan untuk melakukan pengumpulan data IRI
dilakukan dengan menilai indikator teknis yang (International Roughness Index) menggunakan ponsel
disyaratkan dalam SPM jalan, dalam kasus makalah berbasis android. Teknologi yang diusung oleh
ini akan diambil penilaian indikator kondisi jalan dan Roadroid adalah yang pertama di dunia, terutama yang
keselamatan. Kondisi jalan dan keselamatan yang berkaitan dengan koleksi data IRI yang digunakan
320
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
ponsel Android (4). Namun, aplikasi ini tidak Antarmuka (user interface) aplikasi JaKi
melibatkan peran serta masyarakat. dibuat sederhana dan ramah terhadap pengguna (user
friendly), sehingga pengguna dapat menggunakan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN JaKi dengan mudah. JaKi menggunakan tiga modul
yang berbeda untuk mengembangkan aplikasi, yaitu
a. Aplikasi Jalan Kita
front-end, back-end dan mobile. Untuk melakukan
Aplikasi Jalan Kita dirancang oleh pelaporan, pengguna harus menggunakan aplikasi
Pusjatan untuk memfasilitasi pelaporan kondisi jalan JaKi di smartphone, sedangkan untuk mengakses data
dengan bantuan media teknologi informasi. Hingga laporan yang telah dibuat, dalam tampilan peta atau
saat ini JaKi adalah aplikasi pertama di Indonesia statistik, pengguna harus mengakses akun mereka dari
yang menawarkan konsep pelaporan kondisi jalan browser desktop. Meski aplikasi ini dibuat untuk
menggunakan smartphone. JaKi diharapkan dapat umum, JaKi terhubung dengan server pemerintah,
mendukung peningkatan pelayanan jalan yang sehingga laporan yang dibuat oleh pengguna harus
dilakukan oleh penyelenggara jalan. Sementara di sisi valid dan dapat dipertanggungjawabkan, pengguna
lain, masyarakat akan merasa sangat terbantu untuk harus mendaftar terlebih dahulu sebelum membuat
memudahkan pelaporan kondisi jalan di wilayah laporan.
mereka.
Konsep pelaporan melalui aplikasi JaKi Gambar 2 menunjukkan antarmuka aplikasi
dibuat sangat sederhana agar mudah dilakukan oleh JAKI di smartphone. Untuk menggunakan JaKi,
pengguna (pelapor). Terdapat empat langkah yang pertama yang harus dilakukan pengguna adalah
harus dilakukan pengguna, yaitu mengaktifkan mengunduh dan menginstal aplikasi di smartphone
aplikasi, ambil gambar (foto), isi uraiannya, kemudian mereka. Kemudian pengguna harus membuat akun
kirim. Data laporan akan diteruskan kepada untuk memverifikasi identitas mereka. Setelah
penyelenggara jalan sesuai dengan statusnya. memiliki akun, pengguna dapat langsung melaporkan
Misalkan pelaporan terhadap jalan nasional akan kondisi jalan menggunakan ponsel cerdas mereka.
diteruskan kepada unit kerja Direktorat Jenderal Bina Ketika pengguna mengklik tombol "Lapor", JaKi akan
Marga yang menangani ruas jalan tersebut. Namun otomatis menyalakan kamera smartphone untuk
apabila pelaporan terjadi di jalan daerah, maka akan menangkap kondisi jalan, pengguna mengisi beberapa
diteruskan kepada Dinas terkait. teks untuk menjelaskan kondisi jalan, lalu
mengirimkannya. Semua informasi yang telah
Gambar 1 menunjukan alur proses dilaporkan ke JAKI bisa diakses di website JaKi,
pelaporan melalui JaKi. Gambar 1 menunjukkan arus sehingga memudahkan pengguna untuk memonitor
laporan kondisi jalan dari pengguna, yang kemudian perkembangan laporan yang telah dibuat.
mendapat respon dari penyelenggara jalan hingga
penanganan kerusakan. Pengguna dapat
melaporkannya dalam dua cara, menggunakan aplikasi
mobile atau menggunakan media sosial Twitter.
Setelah penyelenggara jalan menerima laporan,
mereka akan menindaklanjuti laporan tersebut,
misalnya melakukan perawatan cepat terhadap
kerusakan ringan atau perawatan sementara untuk
kerusakan berat. Saat perbaikan selesai, penyelenggara
jalan akan mengirimkan laporan hasil penanganan
kepada pelapor. Gambar 2. Antarmuka Aplikasi JaKi
321
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
322
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
P2JN akan menerima laporan dari ADPS berapa jumlah laporan yang masuk ke sistem, jumlah
dan akan langsung diteruskan ke PPK untuk dilakukan laporan yang telah diteruskan ke P2JN, jumlah laporan
penanganan. Apabila penanganan telah dilakukan, yang telah diteruskan ke PPK, baik yang telah di
PPK akan melaporkan hasil penanganan ke P2JN. respon maupun yang telah diselesaikan.
P2JN akan meneruskan laporan hasil penanganan ke
ADPS dan diteruskan kembali ke pelapor (pengguna
JaKi). Siklus ini akan berlangsung berulang-ulang
apabila terdapat laporan yang masuk di JaKi.
Saat ini JAKI telah diunduh lebih dari
5.000 kali oleh pengguna. Hal ini menunjukan bahwa
JAKI semakin dikenal oleh masyarakat sebagai
sebuah solusi pelaporan kondisi jalan. JAKI telah
menerima lebih dari 6.300 laporan dari seluruh
Indonesia, dan terus bertambah setiap harinya. Ditjen
Bina Marga KemenPUPR sendiri telah berkomitmen
untuk segera menindaklanjuti laporan di ruas jalan
nasional
c. Pengukuran Performa Penyelenggara Jalan
Memanfaatkan JaKi Gambar 8. Dashboard Pemantauan Status Laporan
Pengukuran performa penyelenggara jalan Gambar 9 menunjukan grafik rangkuman performa
dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah dari P2JN dalam merespon laporan. Performa dihitung
satunya adalah dengan mengukur bagaimana respon dari akumulasi waktu dari penerimaan laporan hingga
yang diberikan terhadap pemenuhan SPM jalan. selesainya penanganan oleh P2JN. Warna merah
Merujuk pada indikator teknis SPM jalan yang bernilai kurang, warna orange bernilai sedang dan
menyatakan bahwa suatu ruas jalan dinyatakan warna hijau bernilai baik. Dari seluruh P2JN nantinya
memenuhi SPM kondisi jalan jika memiliki nilai RCI akan disandingkan nilai performanya. Gambar 10
“Baik” sampai dengan “Sedang”. Nilai RCI tersebut adalah grafik rangkuman nilai performa dari PPK.
sering kali didapat dari hasil konversi dari laporan
visual penilik jalan secara insidentil.
Dengan mengambil asumsi bahwa nilai RCI
dapat dikonversi dari serangkaian laporan yang
dilakukan oleh penilik jalan dalam suatu ruas, maka
pelaporan kondisi jalan menggunakan JaKi dapat
dianggap sebagai tindakan preventif untuk menjaga
nilai RCI ruas jalan tersebut. Implikasinya adalah
SPM ruas jalan tersebut akan tetap terpenuhi, terutama Gambar 9. Dashboard Performa P2JN
terkait indikator teknis kondisi jalan. Apabila
indikator teknis kondisi jalan terpenenuhi maka
indikator keselamatan untuk jaringan jalan secara teori
akan terpenuhi juga.
Laporan JaKi yang diterima oleh
penyelenggara jalan mengandung informasi terkait
kerusakan jalan dan factor resiko kerusakan jalan
(banjir, genangan air, kerusakan utilitas) yang secara
langsung akan mengurangi SPM kondisi suatu ruas
jalan. Apabila laporan kerusakan jalan dapat segera Gambar 10. Dashboard Performa PPK
direspon dan dilakukan penanganan, maka hal ini akan
tetap mempertahankan SPM ruas jalan tersebut. Nilai performa yang dikeluarkan oleh JaKi
Sehingga penting untuk diperhatikan waktu respon berbanding lurus dengan tingkat respon yang
penyelenggara jalan dari mulai diterimanya laporan diberikan oleh P2JN dan PPK. Semakin cepat
hingga selesainya penanganan terhadap ruas jalan merespon laporan yang masuk, maka semakin baik
yang dilaporkan. nilai performa yang dimiliki. Batasan waktu respon
JaKi memiliki fasilitas pencatatan dan dapat disesuaikan dengan kebijakan setiap
pemantauan status dan waktu respon penyelenggara penyelenggara jalan. Dalam kasus Ditjen Bina Marga,
jalan dalam penanganan laporan. Gambar 8 Direktur Pengembangan Jaringan Jalan menetapkan
menunjukan status laporan yang telah masuk dalam pengukuran performa berdasarkan tabel 1.
sistem JaKi. Dalam dashboard tersebut tercantum
323
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
324
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Sebuah jalan tol sedang dibangun untuk menghubungkan dua kota berpotensi tinggi di Sulawesi Utara,
Indonesia yaitu kota Manado dan Bitung. Karena keterbatasan dana pemerintah maka jalan tol ini dibangun dengan
skema pendanaan Kerjasama Pemerintah dan Swasta / Badan Usaha. Prediksi volume lalulintas yang rendah pada tahun
pembukaan tol ini membuat ini jalan tersebut dikategorikan sebagai infrastruktur yang tidak layak secara finansial tapi
dibutuhkan untuk mendukung pembangunan kawasan. Karena itu skema pembiayaan Kerjasama Pemerintah dan
Swasta / Badan Usaha ini digabungkan dengan Anggaran Pengeluaran Belanja Negara dan Anggaran Pengeluaran
Belanja Daerah. Sementara menghadapi masalah ini, masalah lain timbul dengan adanya pembangunan jalan arterial
baru yang menjadi pesaing utama jalan tol tersebut.Studi ini menyajikan sebuah studi kasus dari pesaing jalan tol dan
dampak yang ditimbulkan terutama pada pembagian volume lalulintas. Analisa dilakukan dengan menggunakan analisa
pembebanan lalulintas. Hasilnya menunjukkan penguranngan volume lalulintas pada jalan tol secara signifikan yang
merupakan potensi risiko yang besar terhadap keberhasilan skema pembiayaan Kerjasama Pemerintah dan Swasta /
Badan Usaha.
Abstract. A toll road is being constructed to connect two cities with great potentials in North Sulawesi, Indonesia which
are Manado and Bitung. Due to lack of government funding, this toll road is constructed with public private
partnership (PPP) financing scheme. Low traffic volume prediction on the opening year of this toll road has made this
road categorized as not financially feasible infrastructure project but needed to support regional development. Thus the
PPP financing scheme was combined with national and local government expenditure budget. While facing this
problem, another problem arises which is the construction of a new arterial road that become a perfect competitor to
the toll road.This study presents a study case of toll road competitor and its impact particularly on the traffic volume
split. The analysis was carried out using traffic assignment analysis. The result shows a significant reduction of the toll
road traffic volume which is a great potential risk of the PPP funding scheme.
325
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Presiden Nomor 150 Tahun 2000 (“Keppres-150- sangat penting untuk pembangunan ekonomi atau
2000.pdf” n.d.). pengembangan regional, namun di sisi lain pemerintah
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu memiliki keterbatasan dalam pendanaan infrastruktur.
(KAPET) Manado - Bitung terletak di Provinsi Menurut Bappenas-JICA (Bappenas 2014) perkiraan
Sulawesi Utara, dengan wilayah meliputi Kota Manado kebutuhan investasi infrastruktur 2015-2019 adalah Rp.
(Ibukota Provinsi), Kota Bitung, serta sebagian 4.796,2 T. Kemampuan APBN dan APBD adalah Rp.
Kabupaten Minahasa, dengan cakupan wilayah seluas 1.978,6 T (41,3%), sedangkan BUMN adalah Rp.
251.138 ha. KAPET Manado - Bitung memiliki 1.066,2 T (22,2%). Sehingga diharapkan partisipasi
Kawasan Berikat seluas 350 ha (“KAPET Indonesia | swasta adalah Rp. 1.751,5 T (36.5%). Karena
KAPET MANADO BITUNG” n.d.). keterbatasan dana pemerintah ini maka perlu
Pembentukan KAPET Manado - Bitung selain dipertimbangkan investasi infrastruktur yang
dalam rangka mendorong dan mengembangkan potensi pembangunannya melibatkan investor swasta atau
wilayah untuk percepatan pertumbuhan ekonomi, badan usaha. Proyek jalan Tol Manado-Bitung adalah
meminimasi disparitas antar wilayah juga satu-satunya proyek infrastruktur di Sulawesi Utara
mengakomodasi dan menjalin kerjasama regional antar yang dilakukan dengan skema Kerjasama Pemerintah
negara ASEAN yaitu tergabung dalam Brunei dan Badan Usaha (KPBU).
Darussalam - Indonesia - Malaysia - Philipina East Menurut (Natsir 2012), terdapat berbagai
ASEAN Growth Area (BIMP - EAGA) yang kendala di tingkat mikro yang menghambat penyiapan
merupakan bentuk kerjasama bilateral negara-negara dan pelaksanaan proyek dengan skema KPBU, antara
ASEAN untuk wilayah bagian timur. KAPET Manado lain, pembebasan tanah, penjaminan Pemerintah,
- Bitung dapat dicapai melalui Bandara Sam Ratulangi rentang koordinasi, bangkitan volume lalu lintas dan
di Manado, yang merupakan Bandara Internasional beban perpajakan.
yang juga merupakan pintu gerbang masuk ke Jalan Tol Manado – Bitung juga turut
Indonesia dari bagian utara. mengalami masalah-masalah serupa seperti yang
Yang menjadi salah satu issue strategis dari KAPET disebutkan di atas. Selain masalah pembebasan tanah
Manado – Bitung adalah percepatan Pembangunan yang merupakan masalah klasik untuk hampir semua
Pelabuhan Bitung untuk mendukung pelayaran ekspor pembangunan jalan baru di tanah air, masalah lain yang
Bitung dan Singapura dan penyediaan lahan Kawasan menonjol adalah masalah bangkitan volume lalu lintas.
industri. Pelabuhan Bitung direncanakan menjadi Bangkitan volume lalu-lintas jalan tol tidak tercapai
International Hub Port (IHP) dan telah disetujui untuk sesuai jadwal yang direncanakan disebabkan oleh hal-
masuk dalam Masterplan Percepatan Perluasan hal di luar kendali investor, salah satu diantaranya
Pengembangan Ekonomi Indonesia (MP3EI). adalah dibangunnya jaringan jalan yang menjadi
Berdasarkan latar belakang – latar belakang di atas pesaing utama bagi jalan tol.
maka pemerintah menganggap perlu untuk membangun Tulisan ini membahas mengenai potensi
sebuah infrastruktur transportasi yaitu jalan Tol masalah pada pengoperasian jalan Tol Manado –
Manado-Bitung untuk mendukung percepatan Bitung khususnya untuk masalah tidak tercapainya
pertumbuhan ekonomi di kawasan Manado-Bitung dan bangkitan volume lalu-lintas sesuai jadwal yang
di kabupaten – kabupaten yang ada di sekitar kawasan direncanakan karena pembangunan jalan alternatif
ini. yang melayani rute yang sama.
Investasi pembangunan infrastruktur jalan
dinilai sebagai salah satu instrumen kebijakan yang
Jalan Tol Manado-Bitung kota Manado, Kabupaten Minahasa Utara dan Kota
Menurut Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun Bitung.
2008 (“PP-26-2008 RENCANA TATA RUANG Ruas Jalan Tol Manado – Bitung merupakan
WILAYAH NASIONAL.pdf” n.d.) tentang Rencana jalan alternatif dari jalan nasional Manado-Bitung. Dari
Tata Ruang Wilayah Nasional Lampiran II, Pusat STA 0+000 yang berada di Ring Road I Manado
Kegiatan Nasional (PKN) yang berada di wilayah hingga STA 14+900 yang berada di wilayah
Provinsi Sulawesi Utara meliputi Kawasan Perkotaan Airmadidi, trase jalan tol akan berada di sebelah
Manado – Bitung. Karena itu jalan tol pertama di selatan Jalan Nasional Manado – Bitung, sementara
provinsi ini di bangun pada kawasan Manado Bitung. dari STA 14+900 hingga titik akhir trase akan berada
Koridor Jalan Tol Manado-Bitung berada pada wilayah di sebelah utara Jalan Nasional Manado – Bitung.
administratif Provinsi Sulawesi Utara, tepatnya pada Trase diawali dari Manado Ring Road I, kemudian
326
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
bergerak ke arah tenggara menuju wilayah Kauditan, Gambar 1 menunjukkan peta situasi rencana Jalan Tol
melewati wilayah Sukur, Airmadidi, Kauditan, Manado-Bitung.
Danowudu dan berakhir di sekitar Pelabuhan Bitung.
Berikut ini adalah data teknis jalan Tol Manado – 5. Biaya Investasi : Rp 5,12
Bitung : Trilyun
6. Masa Konsesi : 40
1. Panjang : 39,90 Tahun
Km 7. Progress Pengadaan Tanah :
2. Volume Lalu Lintas Gol.1 (2019) : 12.999 31,55% dari seluruh ruas
(Kend/Hari) 8. IRR on Project : 12,56%
3. Tarif tol awal Gol 1 (2019) : 9. Pengembalian Investasi Pemerintah :
Rp 900/km Rp. 356,8 M (Nilai Th. 2015)
4. Biaya Konstruksi : 10. Nilai Dana Talangan Tanah :
Rp 3,27 Trilyun Rp. 816 Miliar
Pembangunan Jalan Alternatif Rute Manado menjadi trase jalan tol Manado – Bitung segmen I
Bitung untuk menjadi jalan Nasional di daerah Minahasa Utara
Pada tahun 2004 dilaksanakan kegiatan Pre yang membentang dari arah timur ke arah barat.
Feasibility Study Jalan Tol Manado-Bitung yang Permintaan ini dikabulkan sehingga berdasarkan
dibiayai oleh dana APBN pada Bagian Proyek Keputusan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 82 Tahun
Pembinaan Jalan dan Jembatan Tol, Direktorat Jenderal 2012 tentang penetapan lokasi pembangunan jalan Tol
Prasarana Wilayah, Departemen Permukiman dan Manado-Bitung trase Jalan Tol Manado Bitung seksi I
Prasarana Wilayah. Studi ini mengusulkan 2 alternatif yang awalnya berada di sebelah utara jalan Nasional
koridor jalan Tol. Alternatif yang pertama, koridor Manado – Bitung dipindahkan ke sebelah selatan jalan.
jalan tol melewati sisi Utara gunung Kelabat dan yang Jalan baru tersebut, yang kemudian diberi
ke dua melewati bagian Selatan gunung Kelabat. Pada nama jalan Soekarno, dibangun menggunakan APBN
kedua alternatif ini koridor jalan tol berada pada sisi dan APBD Minut. Pada tahap awal pembangunan,
Utara jalan nasional Manado-Bitung. jalan Soekarno berawal dari kantor Bupati Minahasa
Tahun 2006, juga dengan dana pemerintah Utara dan berakhir di jalan By Pass Worang Minahasa
diadakan Feasibility Study dan Amdal Jalan Tol Utara yang adalah bagian jalan Nasional Manado
Manado-Bitung. Usulan rute jalan Tol pada tahap ini Bitung.
merupakan pendalaman geometris dari usulan koridor Saat ini jalan Soekarno telah selesai dibangun
jalan pada tahap Pre Feasibility Study. dengan panjang 10.4 km, berawal dari Manado Ring
Sekitar tahun 2010, pemerintah kabupaten Road II dan berakhir di jalan By Pass Worang
Minahasa Utara meminta trase jalan di sebelah utara Minahasa Utara. Jalan ini selesai dan terkoneksi
jalan Nasional Manado-Bitung dari Manado Ring Road dengan Manado Ring-Road II pada tahun 2017.
II sampai Airmadidi yang awalnya direncanakan
327
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Pembebanan lalu lintas dilakukan dengan menggunakan prinsip Deterministic User Equilibrium yang
berdasarkan pada Prinsip Keseimbangan I Wardrop (Wardrop 1952). Sedangkan untuk fungsi volume – tundaan
(volume delay function) digunakan sebuah fungsi yang dikembangkan oleh The Bureau of Public Roads (BPR) atau
yang dikenal dengan BPR volume-delay function (Bureau of Public Roads 1964). Fungsi ini dirumuskan sebagai
berikut :
𝑥𝑎 𝛽
𝑡𝑎 (𝑥𝑎 ) = 𝑡𝑎0 (1 + 𝛼 ( ) )
𝑐𝑎
Berdasarkan jenis dan lebar jalan maka diadakan penyesuaian – penyesuaian untuk nilai parameter α dan β.
Data masing-masing ruas jalan untuk fungsi volume-tundaan diberikan oleh Tabel 1.
328
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Link ta0 ca α β
1 15 16800 0.15 2
2 30 16800 0.15 2
3 15 43200 0.4 4
4 30 43200 0.4 4
5 12 19200 0.2 3
Matriks asal tujuan dalam studi ini jalan tol) yang dihasilkan dalam kegiatan Studi
diturunkan dari estimasi volume lalu lintas Kelayakan (Feasibility Study) Jalan Tol Manado
untuk tahun 2019 (tahun rencana pembukaan Bitung. Matriks asal tujuan ditampilkan dalam
Tabel 2.
A B C
A 0 5000 21000
B 5000 0 2000
C 21000 2000 0
329
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Hasil pembebanan lalulintas menunjukkan lalu lintas pada jalan Tol Manado-Bitung Seksi I yang
bahwa rute alternatif Jalan Soekarno (ruas no 5 dalam awalnya diperkirakan sekitar 20.000 smp/hari turun
Gambar 3) sangat mempengaruhi volume lalulintas menjadi hanya sekitar 4300 smp/hari atau dengan kata
pada jalan Tol Manado-Bitung Seksi I (Manado- lain volume lalulintas untuk jalan tol hanya sekitar
Airmadidi). Sedangkan volume lalulintas pada jalan 22% dari perkiraan volume lalulintas awal (tanpa Jalan
Tol Manado Bitung Seksi II (Airmadidi-Bitung) Soekarno).
hampir tidak mendapatkan pengaruh akibat Perkiraan defisit keuntungan tol karena
pembangunan jalan Soekarno. pembangunan jalan Soekarno adalah (20075 – 4368)
Dengan jalan alternatif tersebut sebagian besar smp x Rp. 900 x 14.9 km = Rp. 210.630.870,- per hari
beban lalulintas yang pada awalnya diramalkan akan untuk satu arah. Jika diasumsikan kedua arah
melewati jalan Tol Manado-Bitung Seksi I akan mempunyai lalulintas yang identik maka defisit
berpindah melewati rute alternatif tersebut. Volume keuntungan tersebut menjadi 2 kali lipat.
330
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2014 Tentang dan pemeliharaannya berpotensi untuk tidak terjadi
Kawasan Ekonomi Khusus Bitung” 2014). Hal ini dengan dibangunnya jalan alternatif. Dengan
menyebabkan hampir tidak ada risiko yang tidak akan pembangunan jalan alternatif, bisa dipastikan bahwa
diambil demi terbangunnya jalan ini. Sedangkan bagi lalulintas akan terbagi. Langkah yang bisa diambil
pemerintah kabupaten Minahasa Utara, jalan Soekarno adalah dengan menambah masa konsesi. Namun masa
adalah ruas jalan yang penting karena akan dijadikan konsesi tol Manado Bitung sudah tergolong maksimal
salah satu pusat bisnis di Minahasa Utara. yaitu 40 (empat puluh) tahun, sehingga menambah
masa konsesi tidak dapat akan mampu membuat break
Dari sudut pandang pemerintah pusat even point / titik impas tercapai tepat waktu.
Dengan dimasukkannya gagasan Salah satu langkah alternatif yang bisa
pembangunan jalan Tol Manado-Bitung dalam Master dilakukan adalah dengan menaikkan tarif tol. Namun
plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi perlu diperhatikan bahwa menaikkan tarif tol bisa
Indonesia (MP3EI) maka bagi pemerintah pusat membuat pemilihan jalan Tol menjadi kurang menarik
mensukseskan pembangunan Jalan Tol Manado – dibanding dengan jalan alternatif. Bagi investor faktor
Bitung adalah suatu “kewajiban”. Jika terbukti bahwa risiko itu berkurang dengan adanya BUMN Pemerintah
jalan ini dapat membantu mengembangkan KAPET dalam hal ini PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia
maka akan ada “multiplier effect“ yang berakibat pada (PT. PII) yang bertugas untuk menjadi penjamin bagi
pertumbuhan ekonomi, dimana volume lalu lintas proyek-proyek dengan skema KPBU termasuk untuk
antara kota Manado dan Bitung bisa bertumbuh tidak risiko bangkitan lalu lintas yang terbagi karena adanya
hanya secara linear namun secara eksponensial. pembangunan jalan alternatif.
Dengan demikian pada akhirnya benefit tol dari
bangkitan lalu lintas diharapkan bisa tercapai lebih Posisi tawar masing-masing pemangku kepentingan
cepat dari yang diperkirakan. Pada dasarnya suatu mega proyek seperti
pembangunan jalan Tol tergantung pada pihak – pihak
Dari sudut pandang investor yang mempunyai “interest” dan “power” yang tinggi.
Dari sudut pandang investor, umumnya Manakalah pihak-pihak tersebut berkomitmen pada
tingkat risiko pada tahap perencanaan dapat terlaksananya proyek tersebut maka faktor risiko dapat
dikategorikan rendah. Pada tahap berikutnya yaitu ditanggulangi bersama.
pembebasan lahan dan konstruksi tingkat risiko Menurut studi yang dilakukan oleh (Sumanti,
investasi naik drastis mencapai puncaknya dan Wibowo, and Tamin 2011), gambaran posisi tawar
dikategorikan tinggi. Tahap selanjutnya yaitu pada saat masing-masing pemangku kepentingan pada proses
operasi dan pemeliharaan, tingkat risiko berkurang tapi pre-project planning proyek jalan Tol Manado-Bitung
masih tetap lebih tinggi daripada tahap perencanaan. disajikan pada gambar
Tingkat risiko mencapai titik minimum bagi investor
pada saat investasi mencapai tahap penyerahan
kembali.
Gambar 4.
Pada kasus
pembangunan Jalan Tol
Manado-Bitung, tingkat
risiko yang diharapkan
berkurang pada saat operasi
331
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
332
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Wardrop, J G. 1952. “Road Paper. Some Theoretical Proceedings of the Institution of Civil Engineers 1
Aspects of Road Traffic Research.” (3): 325–62. https://doi.org/10.1680/ipeds.1952.11259.
333
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Dr. Eng. M. Isran Ramli, ST., MT, Dr. Eng. Muralia Hustim, ST., MT.
Dosen Departemen Teknik Sipil, Dosen Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik UNHAS
E-mail : isranramli@unhas.ac.id, E-mail : muraliahustim@ft.unhas.ac.id
Abstrak
Studi ini betujuan menganalisis dan mengevaluasi tingkat efektifitas dari pengoperasian sistem konstruksi jalan underpass
pada Simpang Bandara Hasanuddin di Kota Makassar. Metode analisis dan evaluasi menggunakan indikator kinerja panjang
antrian dan waktu tundaan lalu lintas melalui pendekatan mikro simulasi lalu lintas dengan perangkat simulator VISSIM.
Kinerja lalu lintas disimulasikan untuk kondisi eksisting, tahap pembangunan, tahap operasional konstruksi jalan underpass.
Hasil-hasil simulasi, analisis, dan evaluasi memperlihatkan bahwa kinerja panjang antrian dan waktu tundaan pada
pendekat-pendekat simpang sangat tinggi pada kondisi eksisting dan masa pembangunan. Sebaliknya, kedua indikator
kinerja lalu lintas tersebut menjadi sangat rendah pada ssaat pengoperasian jalan underpass. Dengan demikian, penerapan
konstruksi jalan underpass sangat efektif mengurangi panjang antrian dan waktu tundaan hingga 90% pada lokasi studi.
Hasil studi dapat menjadi dasar bagi pemangku kebijakan dalam mengaplikasikan konstruksi jalan underpass sebagai solusi
pengurangan kemacetan lalu lintas pada jalan-jalan utama di kota-kota besar di Indonesia.
333
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
ini terdiri atas 5 pendekat, namun secara aktual, Hasanuddin disjaikan pada Gambar 1. Gambar 1a
pergerakan lalu lintas pada simpang ini terjadi pada 8 memperlihatkan bahwa terdapat 31 arah pergerakan
pedekat sebagaimana disajikan pada Kolom-2 Tabel lalu lintas dari 8n pendekat simpang. Gambar 1b
1. Kondisi geomterik eksisting Simpang Bandara memperlihatkan jumlah titik konflik lalu lintas pada
Hasanuddin disajikan pada Kolom-3, Kolom-4, dan simpang dimana terdapat 3 jenis titik konflik lalu
Kolom-5 pada Tabel 1. lintas yangterjadi, yaitu memisah (diverging),
Lokasi simpang, dan arah pergerakan serta bergabung (merging), dan pertemuan silang
titik konflik lalu lintas pada Simpang Bandara (crossing).
KOTA
MAKASSAR
SIMPANG
MANDAI
SULAWESI
SELATAN
LOKASI
PEMBANGUNAN
UNDERPASS
a. Peta lokasi studi b. Arah Pergerakan Lalu Lintas c. Titik konflik pergerakan lalu lintas
Gambar 1 Arah pergerakan dan titik konflik lalu lintas di Simpang Bandara Hasanuddin
2.2. Tinjauan Konstruksi Underpass di Simpang konstruksi jalan underpass di Simpang Bandara
Bandara Hasanuddin Hasanuddin disajikan pada Gambar 2.
Sistem Konstruksi underpass di Simpang
Bandara Hasanuddin di Kota Makassar dibangun 2.3. Tahapan Pembangunan Konstruksi
pada triwulan akhir tahun 2016 hingga bulan Juli Underpass di Simpang Bandara Hasanuddin
2017. Sistem konstruksi jalan underpass yang Pembangunan konstruksi jalan underpass di
dibangun meliputi jalan underpass untuk pergerakan Simpang Bandara Hasanuddin di Kota Makassar
lalu lintas Makassar-Maros. Adapun pergerakan terbagi dalam 10 (sepuluh) tahapan pekerjaan
lalulintas lainnya, yaitu untuk pergerakan Tol- konstruksi. Tahapan-tahapan pembangunan
Bandara dan Maros-Makassar via jalan tol konstruksi jalan underpass disajikan secara visual
dikendalikan dengan sistem bundaran di atas pada Gambar 3.
konstruksi underpass. Secara visual, disain
334
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
335
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Prinsip pengerjaan konstruksi untuk kedua beberapa tahapan pengerjaan konstruksi dikerja
skenario tersebut sama tapi pada skenario kedua secara bersamaan.
336
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
DATA PERMODELAN
YA
Siklus dan Fase Lampu Driving Behavior:
lalu lintas Mengatur Perilaku Pengendara
Kendaraan Validasi
3.3. Kalibrasi dan Validasi Model Simulasi d. Lane Change Rule yaitu mode perilaku
Kalibrasi adalah proses menaksir nilai pengemudi pada saat melintas, untuk lalu lintas
parameter suatu model diagram dengan berbagai heterogen sangat cocok menggunakan mode Free
teknik yang sudah ada. Setelah dikalibrasi, Lane Change yang memungkinkan kendaraan
diharapkan model tersebut dapat menghasilkan menyiap dengan bebas.
keluaran yang sama dengan data lapangan (Tamin, e. Overtake at Same Line yaitu perilaku pengemudi
2000). kendaraan yang ingin menyiap pada lajur yang
Parameter mikro – simulasi berbasis Vissim sama baik dari sisi sebelah kanan mau pun sisi
merupakan nilai akan digunakan dalam melakukan sebelah kiri.
proses kalibrasi dan validasi dalam permodelan f. Desired Lateral Position yaitu posisi kendaraan
simulasi lalu lintas yang akan disimulasi. Parameter pada saat berada di lajur artinya kendaraan dapat
yang dipilih pada permodelan antara lain (Park, dan berada disamping kiri maupun samping kanan
Schneeberger, 2003): kendaraan yang lain.
a. Standstill Distance in Front of Obstacle yaitu g. Lateral Minimum Distance yaitu jarak aman
parameter jarak aman ketika kendaraan akan pengemudi pada saat berada di samping
berhenti akibat kendaraan yang berhenti atau kendaraan yang lain. Parameter ini dibagi menjadi
melakukan perlambatan akibat hambatan dengan dua bagian yaitu jarak kendaraan ketika berada di
satuan meter (m). kecepatan 0 km/jam dan 50 km/jam artinya nilai
b. Observed Vehicle In Front yaitu parameter jumlah parameter untuk parameter ini berbeda, nilai
kendaraan yang diamati oleh pengemudi ketika default untuk parameter ini berkisar antara 0.2
ingin melakukan pergerakan atau reaksi. Nilai sampai 1 m.
default parameter ini adalah satu, dua, tiga, dan h. Safety Distance Reduction yaitu jarak aman antar
empat dengan satuan unit kendaraan. kendaraan didepan dan dibelakang atau jarak gap
c. Minimum Headway yaitu jarak minimum yang dan clearing antar kendaraan, ini merupakan
tersedia bagi kendaraan yang didepan untuk parameter yang sangat menentukan karena tiap
melakukan perpindahan lajur atau menyiap. Nilai kondisi lalu lintas mempunyai nilai jarak aman
default berkisar sampai 0,5 – 3,0 meter. yang berbeda.
337
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Jl. Frontage Tol, Pendekat Jl. Bandara dan Jl.
4.1. Karakteristik dan Kinerja Lalu Lintas di Frontage Bandara, Pendekat Jl. Maros-Makassar dan
Simpang Bandara Hasanuddin Jl. AURI, dan Pendekat Jl. Perintis, secara berurutan.
Karakteristik volume lalu lintas pada periode jam Karakteristik kecepatan lalu lintas saat melintas di
puncak lalu lintas di lokasi studi pada Gambar 5 Simpang Bandara Hasanuddin disajikan secara visual
hingga Gambar 8 untuk Pendekat Jl. Tol Sutami dan pada Gambar 9.
338
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
339
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tabel 4 Hasil Kalibrasi Nilai Parameter Mikro-Simulasi Lalu Lintas di Simpang Bandara
Periode Waktu
Parameter
07.00 –08.00 12.00 –13.00 16.00 -17.00
Average Standstill Distance (m) 0,3 0,5 0,5
Add. Part of Desired Safety Distance (m) 0,5 0,5 0,5
No. of Observed Vehicle 2 2 2
Minimum Headway (m) 0,50 0,50 0,50
Lane Change Rule Free Lane Change Free Lane Change Free Lane Change
Overtake at Same Line yes yes Yes
Desired Lateral Position any any Any
Lateral Distance Standing (m) 0,2 0,2 0,2
Lateral Distance Driving (m) 0,4 0,6 0,5
Tabel 5 Hasil Kalibrasi Uji Geoffrey E. Havers pada Volume Arus Lalu Lintas
Periode
Hasil
07.00–08.00 12.00–13.00 16.00–17.00
Bandara 5020 4484 4536
Dakota 253 499 673
Poros Maros 3580 3243 3653
Model
Frontage Toll 263 479 654
Toll 4555 4103 5036
Perintis 4511 4019 4896
Bandara 5063 4548 4603
Dakota 268 564 735
Poros Maros 3483 3190 3557
Observasi
Frontage Toll 282 589 753
Toll 4375 3807 4580
Perintis 4156 3729 4512
Bandara 0.61 0.95 0.99
Dakota 0.93 2.82 2.34
Poros Maros 1.63 0.83 1.59
Uji GEH
Frontage Toll 0.93 2.82 2.34
Toll 2.02 3.23 4.51
Perintis 2.04 3.39 4.59
Kesimpulan Diterima Diterima Diterima
Tabel 5 menyajikan nilai-nilai parameter Tabel 6 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil Uji
model kalibrasi yang mengindikasikan bahwa bahwa Chi – Square dengan derajat keyakinanan Uji Chi-
beberapa parameter memiliki nilai yang sama pada square sebesar 95 % atau α = 0.05, di mana nilai
tiap – tiap periode jam puncak lalu lintas. Namun tabel x2 pada tabel Chi- square sebesar 11,07,
demikian, nilai-nilai parameter Average Standstill diperoleh hasil untuk semua pendekat bahwa model
Distance dan Lateral Distance Driving memiliki nilai telah memenuhi syarat (x2 hasil hitung ≤ x2 hasil tabel
yang berbeda-beda. Tabel 7 memperlihatkan bahwa
Chi- square). Dengan demikian, model mikro-
hasil kalibrasi dengan Uji GEH pada Simpang
Bandara telah terkalibrasi dengan baik untuk semua simulasi lalu llintas dinyatakan valid.
pendekat, dimana proses kalibrasi dilakukan dengan
pendekatan perilaku pengendara (driving behavior).
Hasil validasi dari nilai-nilai parameter
model simulasi yang telah terkalibrasi dengan
menggunakan indikator kinerja panjang antrian
kendaraan disajikan pada Tabel 6. Dalam hal ini,
membandingkan panjang antrian pada model simulasi
dan hasil observasi dilapangan, dimana uji
perbandingan menggunakan metode uji Chi- square.
340
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
4.3. Evaluasi Kinerja Lalu Lintas pada Tahap maupun pada masa operasional konstruksi jalan
Konstruksi dan Operasional Jalan Underpass underpass, disajikan pada Gambar 10 dan Gambar
Evaluasi kinerja lalu lintas dengan indikator panjang 11, masing-masing untuk skenario-1 dan skenario-2
antrian dan waktu tundaan lalu lintas pada pendekat secara berurutan.
simpang, baik pada kondisi tahap pembangunan
1200 3000
Kenaadaraan (detik)
Tundaan Kendaraan
1000 2500
Kenaadaraan (m)
Panjang Antrian
800 2000
600 1500
400 1000
200 500
0 0
3000
Gambar 10 Kinerja lalu lintas di Simpang Bandara Hasanuddin untuk Skenario-1
Kenaadaraan (detik)
Tundaan Kendaraan
1200
2500
1000
2000
Kenaadaraan (m)
Panjang Antrian
800
1500
600
1000
400
500
200
0
0
Tahap Pengerjaan
Tahap Pengerjaan Makassar Maros Bandara Tol F.Bandara F.Tol Auri
Makassar Maros Bandara Tol F.Bandara F.Tol Auri
341
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 10 dan Gambar 11 memperlihatkan dari sisi panjang antrian, maupun dari sisi lama
bahwa secara keseluruhan kedua indikator kinerja tundaan lalu lintas di Simpang Bandara Hasanuddin.
simpang (Panjang antrian dan waktu tundaan lalu
lintas) untuk kedua skenario analisis relatif 5. KESIMPULAN
mempunyai kinerja yang sama. Meskipun untuk Efektifitas pengoperasian sistem konstruksi
indikator kinerja panjang antrian, skenario-2 underpass pada Simpang Bandara Hasanuddin di
mempunyai nilai kinerja yang relative stabil untuk Kota Makassar untuk mengurangi tingkat kemacetan
setiap tahapan pembangunan konstruksi jalan lalu lintas telah dianalisis dan dievaluasi pada studi
underpass. ini. Melalui pendekatan model mikro-simulasi lalu
Lebih jauh, Gambar 10 dan Gambar 11 lintas dengan menggunakan perangkat simulator
memperlihatkan bahwa telah terjadi penurunan nilai- VISSIM, diperoleh hasil bahwa pengoperasian
nilai kinerja panjang antrian dan tundaan lalu lintas konstruksi underpass di lokasi studi sangat signifikan
pada kedua scenario analisis untuk tahap operasional dalam mengurangi panjang antrian lalu lintas pada
konstruksi jalan underpass. Secara rerata, nilai semua pendekat Simpang Bandara Hasanuddin.
panjang antrian dan waktu tundaan lalu lintas turun Hasil analisis dan evaluasi pada studi kasus
hingga 80%-90% dari nilai kinerja pada kondisi ini, dapat menjadi dasar bagi pemangku kepentingan
eksisting dan pada tahap pembangunan konstruksi untuk pengambilan kebijakan dalam penyiapan dan
jalan underpass. Fenomena perbaikan kinerja lalu solusi pembangunan infrastruktur jalan dalam
lintas pada pendekat-pendekat Simpang Bandara konteks mengatasi tingkat kemacetan lalu lintas pada
Hasanuddin ini menunjukkan bahwa pengoperasian jalan-jalan arteri utama di kota-kota besar di
sistem konstruksi jalan underpass, sangat efektif Indonesia.
dalam mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas, baik
342
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak : Kota Palembang sebagai tuan rumah Asian Games 2018 terus melakukan percepatan pembangunan
infrastruktur. Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus memacu
pembangunan sarana dan prasarana cabang olahraga beserta infrastruktur pendukung kegiatan, salah satunya
infrastruktur transportasi dalam Kota Palembang. Pembangunan yang dilakukan antara lain: Pembangunan Jalan Tol
Palindra, Pembangunan Fly Over Sp. Bandara-TAA dan Fly Over Sp. Keramasan, Jembatan Musi 4 dan Jembatan Musi
6, serta Preservasi Jalan Nasional dalam Kota Palembang. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur transportasi tersebut
dilakukan oleh Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V Palembang. Hasil Analisa dengan menggunakan Simulasi
Makro (EMME/4) keberadaan Tol Palembang-Indralaya berhasil menurunkan VCR ruas eksisting menjadi 0,63. Pada
persimpangan, hasil analisa menggunakan simulasi Mikro (VISSIM 8.0) menunjukkan peningkatan kinerja simpang
dari LOS F ke LOS C akibat pembangunan Fly Over Sp. Bandara-TAA dan menurunkan tundaan menjadi 17,26
det/smp akibat pembangunan Fly Over Sp. Keramasan. Secara keseluruhan pembangunan Jembatan Musi 4 dan
Jembatan Musi 6 akan menurunkan beban lalu lintas di pusat Kota Palembang terutama pada titik Jembatan Ampera.
Kata Kunci : Asian Games, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Pembangunan Jalan dan
Jembatan
1. Jalan Tol Palindra (Palembang – Indralaya) terbesar terjadi dari arah Indralaya menuju Palembang
Sebagai Pusat Kegiatan Nasional, Kota Palembang yaitu sebesar 2012 smp/Jam
menjadi magnet bagi pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Sumatera Selatan. Berbatasan langsung dengan
Kabupaten Ogan Ilir yang memiliki Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW) Indralaya, tentu dibutuhkan prasarana
Jalan yang layak baik dari sisi kondisi ataupun
kapasitas.
344
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
345
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
secara menyeluruh pada setiap ruas Jalan di Kota menjadi 1047 smp/jam. Hal ini diakibatkan terjadinya
Palembang berupa Pemeliharaan Rutin, Rehabilitasi, perubahan pola pergerakan dari Jalan Lintas Timur
Rekonstruksi dan Perbaikan Drainase serta Penataan yang sudah penuh menuju Jalan Tol Palembang –
Trotoar. Pada Tahun Anggaran 2018 Kementerian Indralaya yang menawarkan waktu tempuh yang lebih
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pendek dengan waktu sekitar 22% lebih cepat
mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 289.979.000.000 dibandingkan dengan melewati Ruas Jalan Simpang
untuk program Preservasi Jalan di Metropolitan
Indralaya – Batas Kota Palembang. (Sumber : Kajian
Palembang.
Pengaruh Pembangunan Jalan Tol terhadap Jalan
Nasional, 2018)
346
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
(Sumber : Studi Sistem Jaringan Jalan Kota Palembang dari seberang ilir menuju ke seberang ulu
Palembang, 2016) hanya difasilitasi oleh Jembatan Ampera yang telah
berusia lebih dari 50 tahun. Pada masa depan dengan
3. Fly Over Sp. Keramasan dibangunnya Jalan Akses Jembatan Musi IV dan Jalan
Dari analisa VISSIM 8.00 untuk kondisi setelah Akses Jembatan Musi VI (Jalan Lingkar Dalam Kota
pembangunan Simpang Keramsan (Setelah Fly Over Palembang) akan lebih mengefisienkan pergerakan dan
Dibuka 2018) didapat nilai tundaan sebesar 17,26 meningkatkan kinerja jaringan jalan di Kota
det/smp. Berdasarkan nilai tundaan tersebut, maka Palembang
LOS kondisi Setelah Pembangunan Simpang
Keramsan (Setelah Fly Over dibuka 2018) dengan IV.Kesimpulan
Nilai Pertumbuhan Lalu Lintas (i) 6,92% adalah LOS Secara umum Pembangunan Infrastruktur Transportasi
C. Hal ini menunjukkan bahwa saat fly over dibuka di Kota Palembang berdampak pada kinerja jaringan
arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan kendaraan jalan dalam kota Palembang, sebagai berikut:
dikendalikan oleh volume lalu lintas yang tinggi, Pembangunan Tol Palembang-Indralaya berhasil
kepadatan lalu lintas sedang karena hambatan internal menurunkan VCR ruas Bts. Kota Palembang -
lalu lintas meningkat, dan pengemudi memiliki Indralaya semula 1,22 menjadi 0,63
keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah jalur Pembangunan Fly Over Sp. Bandara – TAA berhasil
atau mendahului. meningkatkan kinerja simpang semula LOS F
menjadi LOS C, dengan tundaan semula 68,50
Dari nilai LOS yang didapatkan, berikut penjabaran det/smp menjadi 20,67det/smp
tentang nilai LOS yang didapatkan : Pembangunan Fly Over Sp. Keramasan
1. Pada saat fly over dibuka tahun 2018 dengan mempertahankan kinerja simpang tetap LOS C,
metode MKJI 1997 sebesar 17,36 det/smp (untuk dengan tundaan semula 23,58 det/smp menjadi 17,26
i = 1,01%) dan 17,33 det/smp (untuk i = 6,92%), det/smp
dan program mikrosimulation VISSIM 8.00 Pembangunan Jembatan Musi 4 dan Jembatan Musi 6
sebesar 16,10 det/smp (untuk i = 1,01%) dan sebagai bagian dari Jalan Lingkar Dalam Kota
17,26 det/smp (untuk i = 6,92%) dengan LOS C. Palembang akan membagi arus lalu lintas di pusat
Hal ini menunjukkan bahwa saat fly over dibuka Kota Palembang terutama Jembatan Ampera
arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan Pembangunan Infrastruktur Transportasi memberikan
kendaraan dikendalikan oleh volume lalu lintas kontribusi yang signifikan terhadap kelancaran arus
yang tinggi, kepadatan lalu lintas sedang karena lalu lintas di dalam Kota Palembang
hambatan internal lalu lintas meningkat, dan
pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih Untuk menjamin kesinambungan konektivitas jaringan
kecepatan, pindah jalur atau mendahului. jalan Kota Palembang di masa mendatang diperlukan
2. Pada saat prediksi 5 tahun ke depan tahun 2023 beberapa rencana, antara lain:
dengan metode MKJI 1997 sebesar 17,70 - Peningkatan kapasitas jalan berupa pelebaran
det/smp (untuk i = 1,01%) dan 19,13 det/smp jalan
(untuk i = 6,92%), dan program mikrosimulation - Pembangunan Simpang tidak sebidang seperti:
VISSIM 8.00 sebesar 18,29 det/smp (untuk i = Underpass Charitas, Fly Over Sp. Sekip Ujung,
1,01%) dan 20,25 det/smp (untuk i = 6,92%) Fly Over Demang Lebar Daun;
dengan LOS C. Hal ini menunjukkan bahwa saat - Peningkatan Jalan Akses Jembatan Musi IV dan
fly over dibuka arus stabil tetapi kecepatan dan Musi VI;
pergerakan kendaraan dikendalikan oleh volume - Pembangunan Jalan Lingkar Dalam (sisi timur);
lalu lintas yang tinggi, kepadatan lalu lintas - Pembangunan Jalan Lingkar Luar Barat;
sedang karena hambatan internal lalu lintas
- Pembangunan Jalan Tol Palembang – TAA.
meningkat, dan pengemudi memiliki
keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah
jalur atau mendahului.
(Sumber : Studi Sistem Jaringan Jalan Kota
Palembang, 2016)
4. Pembangunan Jembatan Musi IV dan Jembatan
Musi VI
Sebagai bagian dari Jalan Lingkar Dalam Kota
Palembang, keberadaan Jembatan Musi IV dan
Jembatan Musi VI akan berdampak signifikan terhadap
pendistribusian arus lalu lintas di dalam Kota Gambar 4.1. Skenario Pengembangan Jaringan Jalan
Palembang. Selama ini pergerakan di dalam Kota Kota Palembang
347
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak : Salah satu faktor penting yang baru saja disadari akhir-akhir akan urgensinya adalah mengenai
integritas struktural dari struktur bangunan terutama struktur yang tidak sederhana dan kompleks seperti
gedung tinggi dan jembatan bentang panjang. Sebelumnya, faktor ini sebagian besar diabaikan atau kurang
mendapat perhatian terutama di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Alasannya antara lain alokasi
anggaran yang sedikit. Tetapi hal ini mungkin juga disebabkan karena tingkat urgensinya dirasakan kurang
makanya anggarannya juga kurang. Baru-baru ini dengan adanya perkembangan teknologi, ada beberapa alat
baru yang telah diperkenalkan ke industri konstruksi seperti HD Camera, RGB Camera, Thermal Camera,
Underwater Camera dan Unmanned Air Vehicle (UAV) atau lebih akrab dikenal sebagai Drone. Ditambah lagi
dengan teknologi pengolahan data yang didukung oleh teknologi IOT (Internet of Thing) dan Big Data. Alat-alat
dan teknologi ini telah membuat beberapa pekerjaan pemeriksaan yang sebelumnya dianggap mahal dan sulit
menjadi lebih mudah, cepat dan murah. Dalam tulisan ini ingin menyajikan pemanfaatan pemanfaatan teknologi
baru tersebut dalam Structural Asset Integrity dan Damage Inventory bekerja terutama untuk jembatan bentang
panjang. dibandingkan dengan metode pemeriksaan sebelumnya, dengan menggunakan alat-alat baru tersebut,
beberapa hasil yang diperoleh ternyata sesuai dengan yang diharapkan yakni hasil yang lebih lengkap, akurat
dan detail, biaya keseluruhan yang lebih sedikit dan yang lebih penting adalah diharapkan antusiasme untuk
melakukan pekerjaan pemeliharaan karena jembatan bentang panjang semakin meningkat. Pada akhirnya,
banyak pihak akan mendapat manfaat dari upaya ini. Pemerintah akan mendapatkan informasi yang lebih
lengkap, akurat dan detail tentang jembatan yang ada dengan biaya yang lebih murah untuk dicapai, pengguna
yakni masyarakat dan industri akan mendapatkan jembatan yang lebih aman dan andal, dan tentu saja negara
akan mendapatkan citra yang lebih baik dalam hal ini secara internasional. Hal ini juga berarti lebih banyak
investor yang akan tertarik untuk masuk ke Indonesia.
Abstract : One of the important factor that just yet being realized is the structural integrity of a building
structure especially the non-simple and complex structure such as a high rise building and a long span bridge.
Previously, this factor mostly being neglected or get less attention especially in under develop countries such as
Indonesia. Partially the reason or maybe the result of this paradigm is under budgeted. Recently by the
development of technologies, there are some tools that have been introduced to the construction industry such as
HD Camera, RGB Camera, Thermal Camera, Underwater Camera and Unmanned Air Vehicle (UAV) or welly
know as Drones. Furthermore, there is also new technology in data processing supported by Internet of Thing
(IOT) and Big Data. These tools and software have made some of the inspection works that previously
considered costly and difficult become more easy, fast and relatively lower cost. In this paper we would like to
present the utilization of those new technologies in Structural Asset Integrity and Damage Inventory works
especially for a long span bridge. Compare to the previous method of inspection, by using that new tools, some
348
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
of the outcome as per expected are more complete, accurate and details result, less overall cost and more
important is the enthusiasm to do the maintenance works for the long span bridge is expected to increase. By the
end, many parties will get benefit from this effort. The government will get more complete, accurate and details
information about the existing bridges with less cost to attain, the users which are the people and the industry
will get more safe and reliable bridges, and of course the country will get better image for that matter
internationally which means more investors.
349
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
III. Bisnis Proses Jasa Inspeksi dan Struktur - ditinjau dari struktur apakah
Pemeriksaan kerusakan berbahaya atau tidak
Kerusakan - apakah tingkat kerusakan
Dari informasi yang ada bisa dapat parah atau tidak?
diusulkan bagian mana dari bisnis proses untuk Perkembangan (Volume) - apakah jumlah
memperoleh data dan informasi suatu jembatan yang kerusakan lebih atau sama dengan 50%
bisa ditingkatkan dan ditambahkan. dari
Luas/volume/panjang?
Sesuai dengan Pedoman Pemeriksaan
Fungsi - apakah elemen masih berfungsi?
Jembatan2 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Binamarga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Pengaruh - apakah kerusakan mempunyai
Perumahan Rakyat, pemeriksaan detail dilaksanakan pengaruh terhadap elemen lain?
untuk menilai secara detail kondisi suatu jembatan. Pemilihan obyek jembatan yang dipilih bisa
Semua kerusakan komponen dan elemen jembatan diambil dari data yang ada pada Management
diperiksa, diidentifikasi dan didata. Informastion System (BMS-MIS) yang ada pada
Secara khusus, pemeriksaan detail dilakukan Dirjen Binamarga dengan mempertimbangkan
untuk:2 beberapa hal:2
mengenali dan mendata semua kerusakan Jembatan yang sudah cukup lama yang
penting pada komponen dan elemen kemungkinan fungsinya sudah berubah
jembatan; seperti mendapatkan tingkat pembebanan
lalulintas yang lebih berat.
menilai kondisi komponen dan elemen
jembatan secara obyektif; Jembatan berada dilingkungan yang relatf
berbahaya seperti tingkat keasaman atau
melaporkan apakah tindakan darurat
oksidasi tinggi contohnya di daerah
dibutuhkan dan alasannya;
gambut atau pantai.
melaporkan apakah diperlukan suatu
Jembatan yang sudah mencapai umur masa
pemeriksaankhusus dan alasannya;
pakai.
melaporkan apakah pemeliharaan rutin telah
Atau ada pertimbangan khusus lainnya
dilaksanakan sesuai ketentuan.
seperti akan ada penambahan bagian atau
Data dari pemeriksaan detail dimasukkan modifikasi.
dalam database yang mampu memproses data
Pertimbangan bahwa pemeriksaan ini
tersebut dan menganjurkan pemeliharaan setiap
diperlukan tujuannya bisa mencakup beberapa hal
jembatan secara keseluruhan yang dapat
berikut ini:2
mengembalikan jembatan tersebut ke suatu kondisi
tertentu dan dalam tingkat layak layan. Untuk mengembangkan kekuatan struktur
Sebelum pemeriksaan detail maka perlu jembatan pada tingkat keamanan tertentu.
dilakukan pemeriksaan pendahuluan dulu. Pada Untuk menambah kapasitas atau
bagian inilah sepertinya, pelibatan teknlogi dan memperpanjang masa pakai jembatan.
peralatan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau Untuk mengetahui kondisi terakhir
Drone dengan dilengkapi perlatan seperti HD jembatan dan melihat apakah sudah perlu
Camera, RGB Camera, Thermal Camera, under dilakukan pemeriksaan yang lebih detail
Water Camera atau peralatan lainnya sesuai atau bahkan bisa langung dilakukan
kebutuhan. perbaikan kalau infoermasi yang diperoleh
sudah mencukupi.
Setiap elemen yang memiliki kerusakan
akan dinilai kondisinya berdasarkan nilai: 2
350
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
351
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Salah satu standar acuan yang dapat dipakai tingkatan elemen. Tingkatan tertinggi adalah adalah 1
adalah ISO 55000 tentang Asset Integrity dan terendah adalah 5.Pada pemeriksaan detail
Management 3 yang bisa membantu dalam penetuan jembatan, mendata semua kerusakan pada semua
proses, prosedur dan peralatan serta tanggung jawab elemen jembatan.
dari tim yang melaksanakan inspeksi. Yang mana
Structural Integrity Management adalah salah satu IV. Kemampuan Jasa yang dimiliki oleh PT.
capter yang sangat penting dari Asset Integrity Presisi Infrastruktur Indonesia
Management dari suatu struktur bangunan secara
keseluruhan. PT. Presisi Infrastruktur Indonesia atau PT.
Seperti daiatur pada Pedoman Pemeriksaan PII adalah perusaahaan yang baru saja didirikan pada
Jembatan2 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal tahun 2018 yang bertujuan untuk menangkap
Binamarga, Kementerian Pekerjaan Umum dan kebutuhan pasar utamanya jasa pemeriksaan yang
Perumahan, sruktur jembatan dibagi menjadi 5 memanfaat teknologi Unmanned Aerial Vehicle
352
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
(UAV) atau Drone dengan dilengkapi perlatan seperti Camera, under Water Camera. Bukan saja dalam hal
HD Camera, RBG Camera, Thermal Camera, under penggunaan peralatan tetapi juga kemampuan dalam
Water Camera atau peralatan lainnya sesuai Analisa dan interpretasi data serta pelaporan yang
kebutuhan. Sebagai titik awal, PT. PII melakukan secara online dengan menggunakan perangkat
berbagai kerjasama dengan beberapa pihak baik dari dashboard yang bisa dioperasikan lewat gawai
dalam negeri maupun manca negara. Kerjasama ini android yang umum dipakai. Hal ini tergambar dari
didasarkan pada kebutuhan yang diperlukan oleh pengalaman mereka yang cukup banyak dan
pelanggan yang ingin menggunakan jasa dari PT. PII. mumpuni serta mencakup berbagai bidang mulai dari
Meskipun masih relatif baru, rekanan PT. PII bidang perminyakan dan gas, industri, fasilitas umum
utamanya yang berada di luar negeri mempunyai hingga kehutanan dan pertanian.
kemampuan yang cukup mumpuni baik dari sisi
penggunaan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau
Drone sebagai peralatan utama demikian pula
dengan peralatan seperti HD Camera, Thermal
353
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Sumber: Applus1
Sumber: Applus1
354
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
PROJECT NAME:
RIYADH METRO PROJECT,
Riyadh, Saudi Arabia
YEAR: 2014
CLIENT: consortiums: FAST,
BACS and Ar Riyadh
mobility.
CONSULTANT: APPLUS
SCOPE: Inspection and
assessment of building
structural condition to
evaluate if they could be
affected by the tunneling
Sumber: Applus1 works,
355
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Daftar Pustaka:
1. APPLUS, 2016. Construction Services.
Barcelona, APPLUS.
2. Direktorat Jenderal Binamarga, Kementerian
Pekerjaan Umum RI. 2011. Pedoman
Konstruksi Bangunan No.
00501/P/BM/2011, Pedoman Pemeriksaan
Jembatan. Jakarta.
3. ISO 55001:2014, Asset management --
Management systems -- Requirements.
4. Esteve, Jose. Flory, Jerome. Marimba, Andi.
2015. Asset Integrity Management of fixed
and floating units. Sebuah makalah pada
356
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Refly Tangkere
Kepala Balai Pelaksanaan jalan nasional Balik Papan;
Asep Syarif Hidayat
Satuan Kerja Pembangunan Paralel perbatasan Nanga Badau – Entikong – Aruk – Temajok
Abstrak : Dalam rangka meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, dicapai salah satunya
dengan membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan. Selain itu untuk mempercepat pembangunan
transportasi yang mendorong penguatan industri nasional mendukung sislognas dan konektivitas nasional serta
membangun sistem dan jaringan transportasi yang terintegrasi untuk mendukung investasi pada Koridor Ekonomi,
Kawasan Industri Khusus, Kompleks Industri, dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah non-koridor ekonomi.
Untuk mewujudkan hal tersebut, dukungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan dicapai melalui,
sasaran strategis: (1) Meningkatnya dukungan konektivitas bagi penguatan daya saing, dan (2) Meningkatnya
kemantapan jalan nasional. Sasaran strategis tersebut akan dicapai melalui sasaran program (a) Menurunnya waktu
tempuh pada koridor utama dari 2,7 Jam per 100 Km menjadi 2,2 Jam per Km; (b) Meningkatnya pelayanan jalan
nasional dari 101 Milyar Kendaraan Km menjadi 133 Milyar Kendaraan Km; dan (c) Meningkatnya fasilitasi terhadap
jalan daerah untuk mendukung kawasan dari 0% menjadi 100%, yang akan dicapai melalui strategi: a. Preservasi jalan
nasional sepanjang 47.017 Km, b. Pembangunan jalan baru sepanjang 2.650 Km (Kawasan Perbatasan Kalimantan,
penuntasan missing link di Aceh, Kalimantan, Papua, dll.), c. Peningkatan kapasitas jalan nasional sepanjang 3.073 Km,
d. Pembangunan jembatan, sepanjang 29.859 M, e. Penggantian jembatan sepanjang 19.951 M, f. Pembangunan jalan
tol sepanjang 1.000 Km, g. Dukungan jalan daerah untuk pengembangan kawasan. Pembangunan jalan pararel
perbatasan Kalimantan meruapakan bagaian dari sasaran Renstra PUPR 2015-2019 yang akan membangun jalan
perbatasan sepanjang 2.650 km.
Kata kunci: Memenuhi target renstra, ketahanan nasional, tepat waktu dan tepat mutu.
357
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
358
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
359
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
b. Di kalimantan Timur.
Di Provinsi Kalimantan Timur sepanjang ± 243,55
kilometer yang terbagi dalam 3 koridor ruas yaitu :
1) Ruas Batas Kalbar – Tiong Ohang sepanjang
60,0 Km
2) Ruas Tiong ohang – Long pahangai
sepanjang 123,55 Km
3) Ruas long pahangai – long Boh sepanjang
60,0 Km
c. Di kalimantan Utara.
Di Provinsi Kalimantan Utara sepanjang + 813,32
Km yang terbagi dalam 6 koridor ruas yaitu :
1). Loh boh (bts Kaltim)- Long nawang
sepanjang 151,0 km
2). Long Nawang – Long Pujungan sepanjang
59,2 km
3). Long Pujungan – Long Alango sepanjang
80,84 Km
4). Long Alango- Langap – Malinau
sepanjang 131,00 Km
5). Malinau- Masalong- Simanggaris- Sei Ular
sepanjang 222,75 Km
360
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
361
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
1.2 Maksud dan Tujuan Pembangunan Paralel II. Kajian Studi Kelayakan dan
Perbatasan Kalimanatan Detail Engineering Design
Pembangunan jalan pararel perbatasan Kalimantan
dimaksudkan untuk melindungi wilayah Indonesia, 2.1 Kajian Studi kelayakan
dan mensejahterakan masyarakat diperbatasan serta
penyerpan tenaga kerja. Kajian studi kelayakan rencana pembangunan jalan
Adapun tujuan dari pembangunan dan paralel perbatasan kalimanatan diprakarsai oleh
pengembangan kawasan perbatasan adalah: Direktorat Bina Program Direktorat Jenderal Bina
a.Terwujudnya pengembangan kawasan perbatasan Marga Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2011.
yang maju secara ekonomi dan sosial serta menjadi Melalui Direktorat Bina Program. Kegiatan pada
beranda terdepan Wilayah Negara Kesatuan studi ini telah dilaksanakan sesui dengan ruang
Republik Indonesia; lingkup substansi dan ruang lingkup wilayah yang
b. Termanfaatkannya sumber daya di ditetapkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
kawasan perbatasan agar dapat menarik minat Adapun hasil kajian studi kelayakan rencana
masyarakat lokal dan luar untuk membangun pembangunan jalan paralel perbatasan provinsi
kawasan perbatasan kota yang modern; kalimantan antara lain yaitu :
c.Meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan a.Permasalahan wilayah sebagai dasar dari
pertumbuhan daya saing kawasan perbatasan penentuan indicator kelayakan teknik, ekonomi,
dengan negara tetangga; dan lingkungan adalah
d. Meningkatnya ketahanan masyarakat Beberapa rencana trase jalan melalui lokasi yang
perbatasan di bidang ideologi, politik, ekonomi, merupakan hutan lindung dan hutan konversi yang
sosial, budaya, dan pertahanan keamanan dalam memerlukan perhatian khusus (AMDAL dan
rangka menjaga dan mempertahankan kedaulatan UKL/UPL) pada saat pembangunan jalan.
wilayah NKRI; Beberapa rencana trase jalan melalui kemiringan
e.Terwujutnya perubahan sosial masyarakat lahan yang cukup tinggi (lebih besar dari 20%)
perbatasan yang lebih mandiri dan setara dengan sehingga sangat mungkin memerlukan alternative
kemajuan kawasan lainnya.; rencana trase yang menghindari lokasi tersebut,
karena trase yang dihasilkan dari studi kelayakan
(FS) ini masih bersifat “koridor”. Trase definitive
yang digunakan untuk Detail Engineering Design
(DED) masih dimungkinkan untuk bergeser dari
trase yang dihasilkan dari studi kelayakan ini
362
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
dengan tetap memperhatikan konsep Sabuk e.Skenario disusun berdasarkan hasil penentuan
Komando. proritas pembangunan yang dinilai dengan
Tingkat aksesibilitas masyarakat akan meningkat menggunakan kriteria ekonomi, social masyarakat,
dengan adanya pembangunan jalan parallel dan kondisi jalan. Dengan menggunakan metode
perbatasan ini, sehingga secara ekonomi, dapat analisis multi-kriteria dihasilkan prioritas
meningkatan pendapatan, baik secara sectoral, pembangunan untuk masing-masing kabupaten
lokal, maupun regional yang dilintasi oleh rencana trase jalan. Selanjutnya
b. Alternative trase jalan yang direncanakan direncanakan penyelesaian pembangunan jalan ini
merupakan hasil penyeralasan RTR Pulau melalui 2 (dua) skanario pembangunan, yaitu
Kalimantan, RTRW Provinsi Kalimantan Barat, selama 5 (tahun) atau selama 10 (sepuluh) tahun.
RTRW Provinsi Kalimantan Timur (yang berubah f. Sebagai contoh Pembangunan jalan paralel
menjadi Kalimantan Timur dan Kalimantan utara). perbatasan Kalimantan Seksi 1, yaitu Merbau-Balai
SK Dirjen Bina Marga Tentang Jalan Lintas Karangan-Nanga Badau, layak untuk dilaksanakan
Kalimantan, usulan Dinas Pekerjaan Umum karena dari aspek ekonomi memiliki NPV positif
Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan yang cukup tinggi, yaitu sekitar Rp. 8 Triliun untuk
Timur dan Provinsi Kalimantan Utara serta usulan Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Sintang dan
rencana trase dari Kodam Tanjungpura. sekitar Rp. 12 Miliyar untuk kanupaten-kabupaten
c.Prakiraan anggaran dan biaya telah disusun lainnya. Nilai BCR untuk pembangunan jalan ini
berdaarkan 2 (dua) scenario, yaitu pembangunan berkisar antara 1,05 hungga 1,30.
jalan dilakasanakan selama 5 (lima) tahun atau
pembangunan jalan dilaksankan selama 10 2.2 Detail Engineering Design (DED)
(sepuluh) yahun, sehingga dapat dipilih scenario Perencanaan Konstruksi jalan Paralel Perbatasan
yang paling tepat dan sesuai dengan anggaran yang Provinsi Kalimantan merupakan produk dari
tersedia. Manfaat pembangunan jalan ini adalah Direktorat Bina Teknik dan Satuan Kerja
tercapainya 3 (tiga) pendekatan pada pengelolah Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Prov.
perbatasan negara yaitu keamanan, kesejahteraan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan
dan kelestarian lingkungan. Kalimantan Utara. Sementara untuk basic dilakukan
d. Rencana trase jalan paralel perbatasan oleh Satuan Kerja Paralel Perbatasan Nanga Badau
memiliki fungsi jalan sebagai jalan kolektor primer, – Entikong – Aruk – Temajok Provinsi Kalimantan
sesui dengan yang tercantum pada RTRW Barat di bantu core team yang di bawah PPK
Kalimantan Barat, RTRW Provinsi Kalimantan Pembinaan Paralel Perbatasan Nanga Era – Bts.
Timur , RTRW Provinsi Kalimantan Utara dan Prov. Kaltim; Nanga Badau – Entikong – Aruk –
berstatus sebagai jalan strategis nasional. Kriteria Temajok Provinsi Kalimantan Barat untuk lokasi
desain jalan paralel perbatasan ini secara umum yang belum memiliki desain baik jalan maupun
adalah sebagai berikut: jembatan.
a.Lebar jalur lalulintas minimal 7 meter;
b. Lebar Rumaja minimal 11 meter dengan III. Kondisi Paralel perbatasan
lebar Rumija minimal 25 meter;
c.Perkerasan jalan yang digunakan adalah Sebagiamana dikemukakan diatas jalur jalan
perkerasan lentur atau perkerasan berpentup aspal perbatasan Kalimantan sebagian melewati jalan
(hotmix, Burda); dan eksisting dan sebagian jalan baru yang melewati
d. Tipe jalan adalah 2 lajur 2 arah tidak hutan produksi dan hutan lindung. Tahun 2015 dari
terbagi (2/2UD). 1.910,86 Km masih terdapat 442, 2 yang belum
tembus.
363
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
364
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
3.1 Data Kondisi Jalan Paralel Perbatasan perbatasan. Mengingat jalan paralel perbatasan
Nanga Badau – Entikong – Aruk – Temajok Nanga Badau – Entikong – Aruk – Temajok
Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Barat merupakan jalan
Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan mulai di strategis baik dari sisi ekonomi, maupun pertahanan
gagas sejak tahun 2012, melingkupi jalan paralel maka pembangunan jalan paralel perbatasan Nanga
perbatasan Nanga Badau – Entikong – Aruk – Badau – Entikong – Aruk – Temajok Provinsi
Temajok Provinsi Kalimantan Barat sepanjang ± Kalimantan Barat dilakukan dengan melibatkan
850 Km yang terbagi dalam 12 Koridor Ruas. TNI AD yang dalam hal ini Zeni TNI AD yang
pembangunan jalan paralel mulai terfokus pada secara khusus untuk melakukan pembukaan jalan
tahun 2015, dengan data kondisi akhir 2014 seperti baru, sementara tindak lanjut hasil yang di kerjakan
terlihat pada tabel 1. oleh Zeni TNI AD dilakukan oleh penyedia Jasa.
Pembangunan paralel perbatasan di targetkan pada Kondisi fungsional ini juga berlaku di Kalimantan
tahun 2019 akan dapat berfungsi secara operasional timur dan Kalimantan Utara.
bagi masyarakat yang bermukim di daerah paralel
Tabel 1 Data Kondisi Jalan Paralel Perbatasan Nanga Badau – Entikong – Aruk – Temajok Provinsi Kalimantan
Barat
365
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
IV. Grand Design Pararel Perbatasan di Dengan memperhatikan dari segi keselamatan dan
Kalimantan Barat. lingkungan di daerah perkampungan atau desa
Penanganan jalan paralel perbatasan sepajang + 850 didahulukan perkerasan berbenutup aspal. Untuk
KM dan jembatan + 2600 M dengan kondisi terrain daerah yang akan berkembang menjadi kota kecil
Dataran, perbukitan dan pengunungan dengan jenis digunakan saluran tertutup sekaligus dipasang
klasifikasi tanah yang bervariasi dari A1 sampai trotoar untuk pejalan kaki.
dengan A7 yang ditargetkan pada Tahun 2019 Mengingat fungsi jalan pararel perbatasan
sudah fungsional sebagai jalan Arteri primer disamping berfungsi membuka daerah terisolis,
dengan komposisi 42 % Aspal dan 58 %, seperti membuka kawasan kawasan perekonomian juga
terlihat pada tabel 2. difungsikan sebagai penyangga pertahanan dan
Untuk dapat mencapai target tersebut akan keamanan maka di provinsi Kalimantan Barat
dilakukan beberapa penanganan yang akan akan dibangun jalan lurus dengan kelandaian dan
dilakukan dilingkungan satker paralel perbatasan lebar tertentu yang dapat berfungsi sebagai
kalimantan Barat dengan memperhatikan landasan yang didarati pesawat jenis herkules di di
keterbatasan dana dan target yang harus dicapai daerah sajingan Kabupaten Sambas dan Senananing
yaitu : Kabupaten Sanggau, sedang di Kaltara masih dalam
4.1 Penanganan Jalan penentuan lokasi.
a. Perkerasan Tertutup Aspal
Tabel 2 Sasaran Akhir 2019 Paralel Perbatasan Nanga Badau – Entikong – Aruk – Temajok Prov.
Kalbar
366
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
367
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 8 Typical Jalan Paralel Perbatasan Nanga Badau – Entikong – Aruk – Temajok
Prov. Kalbar
368
KRTJ-14 JAKARTA 2018
Tabel 4 Grand Design Pembiayaan Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan Tahun 2017
Program 2017 (Berdasarkan SAT-2) Program 2017 (Usulan Tambahan)
PANJANG
NO NAMA KORIDOR / NAMA RUAS LAPANGAN
Aspal Agregat Agregat Land Clearing (ZENI) Rutin Jembatan (M') Aspal Agregat Land Clearing (ZENI) Rutin Kondisi (Agregat) Jembatan (M')
(KM)
Kondisi
SYC SYC PAGU (Rp) MYC PAGU (Rp) SWA PAGU (Rp) MYC PAGU (Rp) SYC PAGU (Rp) SYC PAGU (Rp) SWA PAGU (Rp) SWA PAGU (Rp) MYC PAGU (Rp)
A. PEMBANGUNAN JALAN 849,76 - 6,81 32.000,00 21,92 103.000,00 55,25 110.500,00 - - - 15,63 125.040,00 104,34 365.190,00 56,00 252.000,00 49,44 2.471,75 - -
1 TEMAJUK - ARUK 82,09 - 6,81 32.000,00 - - 6,85 13.700,00 - - - - - 19,00 66.500,00 - - 26,80 1.340,00 - -
5 RASAU - SEPULAU - BTS. KAPUAS HULU/SINTANG 108,52 - - - - - 8,55 17.100,00 - - - - - 70,62 247.170,00 - - 9,16 458,00 - -
B. PEMBANGUNAN JEMBATAN - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
369
KRTJ-14 JAKARTA 2018
Tabel 5 Grand Design Pembiayaan Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan Tahun 2018 – 2019
Usulan Program 2018 Usulan Program 2019
PANJANG
NO NAMA KORIDOR / NAMA RUAS LAPANGAN
Aspal Agregat Agregat Land Clearing (ZENI) Rutin Kondisi (Agregat) Jembatan (M') Aspal Agregat Agregat Rutin Kondisi (Agregat)
(KM)
SYC PAGU (Rp) SYC PAGU (Rp) MYC PAGU (Rp) SWA PAGU (Rp) SWA PAGU (Rp) MYC PAGU (Rp) SYC PAGU (Rp) SYC PAGU (Rp) MYC PAGU (Rp) SWA PAGU (Rp)
A. PEMBANGUNAN JALAN 849,76 11,50 92.000,00 35,85 125.475,00 82,78 357.064,50 77,36 348.120,00 104,34 5.217,00 - - 20,66 165.280,00 - - 125,97 457.243,00 68,79 3.439,25
2 ARUK - BTS. KEC. SIDING/SELUAS 53,40 6,00 48.000,00 - - - - - - 11,08 554,00 - - 6,00 48.000,00 - - - - - -
BTS. KEC. SIDING/SELUAS - BTS.KEC.
3 98,26 - - 25,85 90.475,00 15,49 82.794,50 - - - - - - - - - - - - 58,79 2.939,25
SEKAYAN/ENTIKONG
4 BTS.KEC. SEKAYAN/ENTIKONG - RASAU 99,56 - - - - 32,29 151.770,00 - - - - - - - - - - 13,61 63.983,00 - -
5 RASAU - SEPULAU - BTS. KAPUAS HULU/SINTANG 108,52 - - 10,00 35.000,00 - - - - 70,62 3.531,00 - - 9,16 73.280,00 - - - - 10,00 500,00
12 NANGA ERA - BTS KALTIM 170,16 - - - - 35,00 122.500,00 77,36 348.120,00 - - - - - - - - 112,36 393.260,00 - -
922.659,50 622.523,00
B. PEMBANGUNAN JEMBATAN - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
370
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 9 Sasaran Paralel perbatasan Nanga Badau – Entiko ng – Aruk – Temajok Prov.
Kalbar
Gambar 10 Typical Jalan Paralel Perbatasan Nanga Badau – Entikong – Aruk – Temajok Prov. Kalbar Pada
Daerah Pemukiman Penduduk
371
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 11. Sasaran Paralel perbatasan Nanga Badau – Entiko ng – Aruk – Temajok Prov. Kalbar Pada
Daerah Pemukiman Penduduk
Tabel 6 Data Kondisi Jalan Paralel Perbatasan Nanga Badau – Entikong – Aruk – Temajok Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2015
1 TEMAJUK - ARUK 82,09 2,00 20,80 5,50 28,30 6,00 16,80 33,14 26,15
2 ARUK - BTS. KEC. SIDING/SELUAS 53,40 3,00 25,36 1,60 29,96 24,04 4,32 25,04 -
BTS. KEC. SIDING/SELUAS -
3 98,26 3,25 13,48 4,25 20,98 6,75 13,48 33,95 44,08
BTS.KEC. SEKAYAN/ENTIKONG
BTS.KEC. SEKAYAN/ENTIKONG -
4 99,56 - 5,86 52,54 58,40 16,39 83,17
RASAU
RASAU - SEPULAU - BTS. KAPUAS
5 108,52 - 9,16 15,69 24,85 5,30 9,16 69,51 24,55
HULU/SINTANG
BTS. KAPUAS HULU/SINTANG -
6 43,64 40,00 - 3,64 43,64 40,00 - 3,64
NANGA BADAU
7 NANGA BADAU - LANJAK 44,92 23,25 21,68 - 44,92 25,75 19,18
LANJAK - MATASO (BENUA
8 25,72 17,72 8,00 - 25,72 25,72 -
MARTINUS)
MATASO (BENUA MARTINUS) -
9 54,85 46,65 8,20 - 54,85 54,85 - -
TANJUNG KERJA
10 TANJUNG KERJA - PUTUSSIBAU 37,00 37,00 - - 37,00 37,00
12 NANGA ERA - BTS KALTIM 170,16 - 17,80 - 17,80 1,20 16,60 152,36
TOTAL 849,76 179,87 154,98 83,22 418,07 269,30 84,88 248,45 247,14
372
KRTJ-14 JAKARTA 2018
Gambar 12. Peta Informasi Paket Pekerjaan Tahun 2015
373
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
5.2 Pelaksanaan Pekerjaan tahun 2016 mengacu kepada Grand Design Paralel Perbatasan
meliputi:
Pada TA 2016 kegiatan yang dilakukan oleh satuan Pembukaan Jalan Baru yang dilakukan oleh Zeni
kerja paralel perbatasan nanga badau – entikong – TNI AD sepanjang 55,88 Km
aruk – temajok provinsi kalimantan barat adalah Peningkatan Jalan sepanjang 8,5 Km
melanjutkan kegiatan pada TA 2015 dengan tetap
Tabel 7 Data Kondisi Jalan Paralel Perbatasan Nanga Badau – Entikong – Aruk – Temajok Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2016
1 TEMAJUK - ARUK 82,09 2,00 20,80 5,50 28,30 6,00 16,80 33,14 26,15 9,85 23,61 41,78 6,85
2 ARUK - BTS. KEC. SIDING/SELUAS 53,40 3,00 25,36 1,60 29,96 24,04 4,32 25,04 - 26,04 2,32 25,04
BTS. KEC. SIDING/SELUAS -
3 98,26 3,25 13,48 4,25 20,98 6,75 13,48 33,95 44,08 6,75 13,48 57,18 20,85
BTS.KEC. SEKAYAN/ENTIKONG
BTS.KEC. SEKAYAN/ENTIKONG -
4 99,56 - 5,86 52,54 58,40 16,39 83,17 18,89 - 80,67
RASAU
RASAU - SEPULAU - BTS. KAPUAS
5 108,52 - 9,16 15,69 24,85 5,30 9,16 69,51 24,55 7,30 9,16 83,51 8,55
HULU/SINTANG
BTS. KAPUAS HULU/SINTANG -
6 43,64 40,00 - 3,64 43,64 40,00 - 3,64 40,00 - 3,64
NANGA BADAU
7 NANGA BADAU - LANJAK 44,92 23,25 21,68 - 44,92 25,75 19,18 30,05 14,88 -
LANJAK - MATASO (BENUA
8 25,72 17,72 8,00 - 25,72 25,72 - 25,72 - -
MARTINUS)
MATASO (BENUA MARTINUS) -
9 54,85 46,65 8,20 - 54,85 54,85 - - 54,85 - -
TANJUNG KERJA
10 TANJUNG KERJA - PUTUSSIBAU 37,00 37,00 - - 37,00 37,00 37,00 - -
11 PUTUSSIBAU - NANGA ERA 31,65 7,00 24,65 - 31,65 26,30 5,35 31,65 - -
12 NANGA ERA - BTS KALTIM 170,16 - 17,80 - 17,80 1,20 16,60 152,36 1,20 16,60 - 152,36
TOTAL 849,76 179,87 154,98 83,22 418,07 269,30 84,88 248,45 247,14 289,30 80,04 291,82 188,61
Gambar 13 Dokumentasi Pekerjaan Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan Nanga Badau – Entikong – Aruk – Temajok Prov. Kalbar
Tahun 2016
374
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
375
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
5.3. Pelaksanaan Pekerjaan tahun 2017 mengacu kepada Grand Design Paralel Perbatasan
Pada TA 2017 kegiatan yang dilakukan oleh satuan meliputi:
kerja paralel perbatasan nanga badau – entikong – Pembukaan Jalan Baru yang dilakukan oleh Zeni
aruk – temajok provinsi kalimantan barat adalah TNI AD sepanjang 81,30 Km
melanjutkan kegiatan pada TA 2016 dengan tetap Peningkatan Jalan sepanjang 151,64 Km
Tabel 8 Data Kondisi Jalan Paralel Perbatasan Nanga Badau – Entikong – Aruk – Temajok Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2016
Kondisi Akhir 2014 Kondisi Akhir 2015 Kondisi Akhir 2016 Kondisi Akhir 2017
PANJANG
NO NAMA KORIDOR / NAMA RUAS
(KM)
Jalan Jalan Jalan Jalan
Aspal Agregat Hutan Aspal Agregat Hutan Aspal Agregat Hutan Aspal Agregat Hutan
Tanah Tanah Tanah Tanah
1 TEMAJUK - ARUK 82,09 2,00 20,80 5,50 28,30 6,00 16,80 33,14 26,15 9,85 23,61 41,78 6,85 27,14 39,29 15,66 -
2 ARUK - BTS. KEC. SIDING/SELUAS 53,40 3,00 25,36 1,60 29,96 24,04 4,32 25,04 - 26,04 2,32 25,04 29,13 4,91 19,36 -
BTS. KEC. SIDING/SELUAS -
3 98,26 3,25 13,48 4,25 20,98 6,75 13,48 33,95 44,08 6,75 13,48 57,18 20,85 6,75 27,97 63,54 -
BTS.KEC. SEKAYAN/ENTIKONG
BTS.KEC. SEKAYAN/ENTIKONG -
4 99,56 - 5,86 52,54 58,40 16,39 83,17 18,89 - 80,67 29,69 18,09 51,78
RASAU
RASAU - SEPULAU - BTS. KAPUAS
5 108,52 - 9,16 15,69 24,85 5,30 9,16 69,51 24,55 7,30 9,16 83,51 8,55 7,30 9,16 92,06
HULU/SINTANG
BTS. KAPUAS HULU/SINTANG -
6 43,64 40,00 - 3,64 43,64 40,00 - 3,64 40,00 - 3,64 40,00 3,64
NANGA BADAU
7 NANGA BADAU - LANJAK 44,92 23,25 21,68 - 44,92 25,75 19,18 30,05 14,88 - 37,05 7,88
LANJAK - MATASO (BENUA
8 25,72 17,72 8,00 - 25,72 25,72 - 25,72 - - 25,72
MARTINUS)
MATASO (BENUA MARTINUS) -
9 54,85 46,65 8,20 - 54,85 54,85 - - 54,85 - - 54,85 - -
TANJUNG KERJA
10 TANJUNG KERJA - PUTUSSIBAU 37,00 37,00 - - 37,00 37,00 37,00 - - 37,00
11 PUTUSSIBAU - NANGA ERA 31,65 7,00 24,65 - 31,65 26,30 5,35 31,65 - - 31,65
12 NANGA ERA - BTS KALTIM 170,16 - 17,80 - 17,80 1,20 16,60 152,36 1,20 16,60 - 152,36 1,20 16,60 45,00 107,36
TOTAL 849,76 179,87 154,98 83,22 418,07 269,30 84,88 248,45 247,14 289,30 80,04 291,82 188,61 327,48 123,89 291,04 107,36
376
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 15 Peta Informasi Paket Pekerjaan Reguler dan Zeni TNI AD Tahun 2017
377
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tabel 9 Data Kondisi Jalan Paralel Perbatasan Nanga Badau – Entikong – Aruk – Temajok Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2018
Kondisi Akhir 2015 Kondisi Akhir 2016 Kondisi Akhir 2017 Kondisi Akhir 2018
PANJANG
NO NAMA KORIDOR / NAMA RUAS
(KM)
Jalan Jalan Jalan Jalan
Aspal Agregat Hutan Aspal Agregat Hutan Aspal Agregat Hutan Aspal Agregat Hutan
Tanah Tanah Tanah Tanah
1 TEMAJUK - ARUK 82,09 6,00 16,80 33,14 26,15 9,85 23,61 41,78 6,85 27,14 39,29 15,66 - 27,14 39,29 15,66 -
2 ARUK - BTS. KEC. SIDING/SELUAS 53,40 24,04 4,32 25,04 - 26,04 2,32 25,04 29,13 4,91 19,36 - 29,13 4,91 19,36 -
BTS. KEC. SIDING/SELUAS -
3 98,26 6,75 13,48 33,95 44,08 6,75 13,48 57,18 20,85 6,75 27,97 63,54 - 6,75 46,27 45,24 -
BTS.KEC. SEKAYAN/ENTIKONG
BTS.KEC. SEKAYAN/ENTIKONG -
4 99,56 16,39 83,17 18,89 - 80,67 29,69 18,09 51,78 40,79 6,99 51,78
RASAU
RASAU - SEPULAU - BTS. KAPUAS
5 108,52 5,30 9,16 69,51 24,55 7,30 9,16 83,51 8,55 7,30 9,16 92,06 7,30 33,21 68,01
HULU/SINTANG
BTS. KAPUAS HULU/SINTANG -
6 43,64 40,00 - 3,64 40,00 - 3,64 40,00 3,64 40,00 3,64
NANGA BADAU
7 NANGA BADAU - LANJAK 44,92 25,75 19,18 30,05 14,88 - 37,05 7,88 37,05 7,88
LANJAK - MATASO (BENUA
8 25,72 25,72 - 25,72 - - 25,72 25,72
MARTINUS)
MATASO (BENUA MARTINUS) -
9 54,85 54,85 - - 54,85 - - 54,85 - - 54,85 - -
TANJUNG KERJA
10 TANJUNG KERJA - PUTUSSIBAU 37,00 37,00 37,00 - - 37,00 37,00
12 NANGA ERA - BTS KALTIM 170,16 1,20 16,60 152,36 1,20 16,60 - 152,36 1,20 16,60 45,00 107,36 1,20 16,60 105,00 47,36
TOTAL 849,76 269,30 84,88 248,45 247,14 289,30 80,04 291,82 188,61 327,48 123,89 291,04 107,36 338,58 155,14 308,69 47,36
378
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 16 Peta Informasi Paket Pekerjaan Reguler dan Zeni TNI AD Tahun 2018
379
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
5.5 Pekerjaan Jembatan Meter dari data jembatan yang terdata dengan baik
Pekerjaan jembatan secara bertahap dilakukan pada TA sepanjang ruas paralel perbatasan ± 1801 meter,
2016 yang tersebar sepanjang 50,20 Km, TA 2017 sementara data yang terdata di peta di prediksi akan
sepanjang 236,40 Meter, & TA 2018 Sepanjang 1299 bertambah menjadi 2600 meter dengan variasi bentang
EKSISTING RENCANA
NO NAMA JEMBATAN RUAS STA KETERANGAN
JENIS BENTANG JENIS BENTANG
1 Camar Bulan 03+500 Kayu Log 30 Komposit 30 MYC 2017-2018
2 Arungpai 05+500 Kayu Log 20 Komposit 20 MYC 2017-2018
3 Bayuwan 08+200 Sudah Selesai
TEMAJUK-ARUK
380
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
381
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
382
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
5 RASAU - SEPULAU - BTS. KAPUAS HULU/SINTANG 108,52 - - - 8,55 - - - 70,62 - 8,55 9,16 -
383
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
B. PEMBANGUNAN JEMBATAN - - - - - - - - - - - -
384
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Dari hasil evaluasi pembiayaan dimana terdapat deviasi Adanya beberapa lokasi yang rawan banjir
yang cukup besar, maka target yang akan di capai sesuai dikarenakan perubahan fungsi daerah penyangga
dengan grand design akan sulit, namun demikian dengan air;
tetap mengacu bahwa pada tahun 2019 jalan sudah Banyaknya lokasi yang mempunyai karakteristik
berfungsi, maka beberapa perubahan treatment tanah lumpur kepasiran yang cukup tebal yang
penanganan akan dilakukan agar jalan paralel perbatasan berdampak pada kekuatan tanah dasar &
tetap fungsional. Salah satu yang akan dilakukan yaitu kestabilan lereng yang baik;
dengan melakukan Gradding Operation / Pemeliharaan. Sulitnya untuk mendapatkan material agregat dan
timbunan pilihan;
VII Kendala dan Tindak Lanjut Adanya lokasi hutan lindung, taman wisata alam,
Kendala yang dihadapi pada pembangunan jalan paralel dan taman nasional yang memerlukan perhatian
perbatasan Nanga Badau – Entikong – Aruk – Temajok ekstra;
Provinsi Kalimantan Barat yang dilaksanakan baik oleh Pada lokasi-lokasi pegunungan khususnya pada
Zeni TNI AD maupun penyedia jasa yaitu : daerah hutan lindung, taman wisata alam, dan
7.1. Kendala taman nasional banyak terdapat daerah batu yang
Ruas Jalan yang dikerjakan oleh Zeni TNI AD pada pelaksanaannya memerlukan peledakan;
masih berupa jalan tanah yang belum berstatus Perubahan track yang cukup signifikan
jalan nasional, akan tetapi perlunya kebijakan agar dikarenakan adanya permintaan masyarakat
adanya pemeliharaan rutin agar jalan tetap melalui surat bupati sanggau agar trase di
fungsional; dekatkan atau dilewati ke perkampungan, hal, ini
Proses Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang berdampak pada perubahan desain dan schedule
memerlukan birokrasi yang cukup panjang & pelaksanaan;
lama; Target pencapaian terbuka fungsional mempunyai
Perlu adanya Ijin galian / IUP (Ijin Usaha tantangan yang sangat berat, mengingat pekerjaan
Pertambangan) pada ruas jalan untuk pekerjaan tersisa masih ± 107 Km dan hanya dapat
penurunan grade pada lokasi existing; dikerjakan dari satu sisi.
Akibat awal pelaksanaan pekerjaan menunggu
Zeni-19 terbuka terlebih dalam medan lokasi 7.2 Tindak Lanjut
pekerjaan yang berat, curah hujan tinggi serta Perlu adanya konsistensi program pelaksanaan
mobilisasi bbm yang sulit menyebabkan yang mengacu pada grand design agar target yang
keterlambatan pada kegiatan pembangunan Jalan direncanakan dapat terealisasi;
Zeni 18 yang berada di depan Kegiatan Perlu adanya kebijakan atau treatment khusus
Pembangunan Jalan Zeni 19; pada lokasi-lokasi yang sulit untuk menerapkan
Terdapat beberapa lokasi yang memerlukan persyaratan dan kriteria teknis perencanaan untuk
penanganan khusus mengingat kondisi tanah yang jalur arteri sesuai Permen Nomor 19 Tahun 2011
jelek serta merupakan daerah genangan dan banjir tentang Persyaratan Teknis Jalan Dan Kriteria
(lahan gambut); Perencanaan Teknis Jalan, mengingat kondisi
Masih memerlukan penyempurnaan terhadap medan yang sangat sulit;
alinyemen baik vertikal maupun horisontal guna Perubahan yang diusulkan oleh masyarakat tidak
memenuhi persyaratan Permen Nomor 19 Tahun dapat terpenuhi secara keseluruhan, mengingat
2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan Dan medan yang sangat sulit untuk memenuhi
Kriteria Perencanaan Teknis Jalan; persayaratan geometrik jalan, akan tetapi akses
Pada daerah perbukitan & pegunungan perlu menuju perkampungan akan difasilitasi dengan
adanya kebijakan dari pimpinan, terkait lokasi jalan akses serta jembatan gantung;
yang tidak dapat memenuhi kaidah yang ada di Percepatan proses staus jalan nasional agar dapat
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum apabila jalan dilaksanakan dan proses pencatatan aset bisa
paralel perbatasan berfungsi sebagai arteri primer; berjalan;
385
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
VIII. Referensi
1. Renstra PUPR 2015-2018
2. Manual Desain Perkerasan Bina Marga 2013 dan
2017
386
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak : Polutan yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor antara lain karbon monoksida (CO), nitrogen
oksida (NOx), hidrokarbon (HC), Sulfur dioksida (SO2), timah hitam (Pb) dan karbon dioksida (CO2). CO
merupakan salah satu polutan yang paling banyak yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Berdasarkan data
hasil uji emisi yang dilakukan oleh Bapedal Sulawesi Utara (2009) di kota Manado, dari 324 kendaraan berbahan
bakar bensin, 145 lulus uji emisi sedangkan 179 kendaraan tidak lulus atau sekitar 55,24%. Uji emisi ini
dilakukan terhadap kandungan CO dan HC (BLH Kota Manado, 2009). Hasil ini memperlihatkan bahwa lebih
50% kendaraan tidak memenuhi batas baku mutu emisi sehingga kalau tidak segera ditindaklanjuti dapat
menyebabkan kenaikan konsentrasi CO di udara dengan cepat. Berdasarkan hal ini maka perlu dilakukan
“Pemodelan Polusi Udara Akibat Arus Lalu Lintas di Kota Manado”, adapun penelitian ini bertujuan
menentukan tingkat konsentrasi CO akibat arus lalu lintas, mengetahui volume lalu lintas, kecepatan kendaraan,
dan kecepatan angin, membuat hubungan konsentrasi CO dengan volume lalu lintas, kecepatan kendaraan, dan
kecepatan angin dengan model regresi, serta mengkaji parameter-parameter yang mempengaruhi polusi udara
akibat arus lalu lintas.Data primer yang dipakai dalam penelitian ini berupa data sampel CO yang diuji langsung
di lapangan. Sampling dilakukan dengan menggunakan Alat Ecoline 6000 Gas Analyzer. Data primer lain yang
diperlukan adalah volume lalu lintas dan kecepatan kendaraan. Data ini diperoleh dari pengukuran langsung di
lapangan, yaitu pada titik yang sama dengan tempat dilakukannya pengambilan sampel gas CO. Untuk
memudahkan menghitung volume dari lalu lintas pada titik sampling, dapat digunakan alat ukur counter. Pada
pemodelan ini yang dijadikan sebagai variabel bebas adalah volume lalu-lintas, kecepatan rata-rata lalu-lintas,
kecepatan, dan arah angin. Untuk variable terikat adalah tetap digunakan variabel peningkatan konsentrasi gas
Karbon Monoksida (CO). Dengan menggunakan tiga variabel bebas tersebut, maka jumlah kombinasi variabel
tersebut adalah 7 buah kombinasi. Model yang diperoleh divalidasi dengan data yang telah disurvai. Volume
kendaraan maksimum yang sebesar 4281,60 smp/jam. Kecepatan kendaraan maksimum yaitu sebesar 32,00
km/jam. Kecepatan Angin maksimum yang diperoleh sebesar 7,50 km/jam. Kadar polusi udara (CO) maksimum
diperoleh sebesar 12,86 ppm. Model matematis hubungan antara Volume kendaraan, Kecepatan Kendaraan,
Kecepatan Angin dengan Kadar Polusi udara (CO) untuk lokasi Ruas Jalan Sam Ratulangi Manado mewakili
lokasi dengan jalan yang banyak terdapat gedung bertingkat dan kepadatan bangunan tinggi diperoleh model
terbaik terjadi pada hari Rabu dengan model yaitu Y = 6.9457+0.0026.X1+8.39227E-17.X2+4.46169E-15.X3
dengan nilai R2 sebesar 0.999999960 dan konstanta regresi terkecil sebesar 6.9457, untuk lokasi Ruas Ahmad
Yani Manado mewakili lokasi dengan jalan yang banyak terdapat pohon-pohon diperoleh model terbaik terjadi
pada hari Rabu dengan model yaitu Y =3.271452678+0.001087609.X1+-0.0046.X2 dengan nilai R2 sebesar
0.974210486 dan konstanta regresi terkecil sebesar 3.271452678, untuk lokasi Ruas Pierre Tendean Manado
mewakili lokasi jalan yang berada diareal terbuka (tepi pantai) diperoleh model terbaik terjadi pada hari Rabu
dengan model yaitu Y =3.193045646+0.001060108.X1+0.00029.X2 dengan nilai R2 sebesar 0.946611656 dan
konstanta regresi terkecil sebesar 3.193045646. Kadar polusi (CO) di daerah dengan kecepatan angin yang
rendah seperti pada jalan Sam Ratulangi dimana daerah tersebut merupakan daerah tertutup yang terdapat
bangunan bertingkat dan kepadatan bangunan tinggi maka hasil survai memperlihatan bahawa kadar polusi udara
(CO) jauh lebih tinggi dari lokasi yang mewakili kondisi dengan jalan yang banyak terdapat pohon-pohon di
median jalan dengan jarak 1 meter dari tepi perkerasan jalan dan lokasi jalan yang berada diareal terbuka (tepi
pantai) karena kecepatan angin semaikin tinggi maka dapat menyebarluaskan atau membagi konsentrasi kadar
polusi udara (CO) ke berbagai tempat. Pengendalian pencemaran udara meliputi tiga tahap, yaitu pencegahan,
penanggulangan dan pemulihan mutu udara.
Kata kunci: CO Pollution, Model, Speed of Vehicle Traffic Volume, Wind Speed,
387
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
388
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
389
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
untuk pemodelan di dekat persimpangan, tempat dimulai pada tanggal Rabu 1 Oktober 2014 sampai
parkir, jalan raya yang berada di elevasi Kamis 3 Oktober 2014 secara bersamaan di ketiga
ketinggian ataupun jalan raya yang berada di lokasi ruas jalan.
lembah. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu
3) Peneltian lainnya juga tentang hubungan lalu bermaksud menjelaskan tingkat pencemaran udara
lintas dengan polusi udara dilakukan oleh Smit R, dengan melakukan survai dan observasi (pengamatan
(2006) yaitu model hubungan antara kemacetan langsung) di lapangan.
dengan emisi lalu lintas jalan dan penerapannya Bagan alir penelitian ini dapat di lihat pada Gambar 1.
pada jaringan jalan perkotaan. Hasilnya
menunjukkan bahwa: 1). Perubahan aktivitas lalu
lintas yaitu distribusi kilometer kendaraan yang
ditempuh pada jaringan) pada siang hari
tampaknya memiliki dampak terbesar pada emisi
lalu lintas yang diprediksi, 2) kemacetan
merupakan isu penting dalam pemodelan emisi
CO dan HC. Hal ini nampaknya bukan untuk
emisi NOx, di mana komposisi lalu lintas dasar
umumnya merupakan faktor yang lebih penting.
Untuk bagian yang paling padat di jaringan
perkotaan yang telah diselidiki, kemacetan bisa
lebih dari dua kali lipat prediksi emisi CO dan
HC, 3) berbagai jenis model emisi dapat
menghasilkan hasil yang jauh berbeda bila
perbedaan absolut (aritmatika) dipertimbangkan,
namun dapat menghasilkan hasil yang serupa bila
perbedaan relatif (rasio atau persentase
perbedaan) tidak dipertimbangkan.
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian
III. METODE PENELITIAN Adapun yang menjadi objek dalam penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan ini ialah kendaraan (arus lalu lintas) yang melewati ruas
berdasarkan survai pendahuluan dan ditetapkan lokasi jalan yang dijadikan obyek penelitian, yaitu :
penelitian pada : 1) Ruas Jalan Sam Ratulangi untuk tipe jalan 4/2 –
1) Ruas Jalan Sam Ratulangi dengan pertimbangan UD.
untuk mewakilli segmen jalan yang banyak 2) Ruas Jalan Ahmad Yani untuk tipe jalan 4/2 – D.
terdapat bangunan dan hal lain yang menjadi bahan 3) Ruas Jalan Pierre Tendean untuk tipe jalan 4/2 –
pertimbangan adalah kerapatan bangunan dan UD.
ketinggian bangunan di segmen tersebut yang
secara visual mempunyai pengaruh terhadap
tingkat konsentrasi gas CO.
2) Ruas Jalan Ahmad Yani dengan pertimbangan
untuk mewakilli segmen jalan yang banyak
terdapat Pohon.
3) Ruas Jalan Pierre Tendean dengan pertimbangan
untuk mewakilli segmen jalan di lokasi terbuka
(dekat pantai).
390
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
391
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Sumber : Survai 2015. a) Untuk lokasi Ruas Jalan Sam Ratulangi Manado
Tabel 3. Karakteristik Polusi udara CO dalam satuan mewakili lokasi dengan jalan yang banyak
ppm dan μg/m3. Untuk Lokasi di Ruas Pierre Tendean terdapat gedung bertingkat dan kepadatan
Manado Kedua Arah pada jam-jam sibuk. bangunan tinggi diperoleh model terbaik terjadi
Polusi CO (ppm) Polusi CO (μg/m3) pada hari Rabu dengan model yaitu Y =
Hari
Max Min Max Min 6.9457+0.0026.X1+8.39227E-17.X2+4.46169E-
Rabu 10.10 - 10.15 06.00 - 06.05 16.50 - 16.55 08.55 - 09.00 15.X3 dengan nilai R2 sebesar 0.999999960 dan
7.00 3.96 8000.0000 4525.7143 konstanta regresi terkecil sebesar 6.9457.
Kamis 10.15 - 10.20 18.10 - 18.15 08.10 - 08.15 18.50 - 18.55 b) Untuk lokasi Ruas Ahmad Yani Manado
7.00 4.07 8000.0000 4651.4286 mewakili lokasi dengan jalan yang banyak
Jumat 14.35 - 14.40 15.20 - 15.25 07.55 - 08.00 06.15 - 06.20 terdapat pohon-pohon diperoleh model terbaik
7.70 4.40 8800.0000 5028.5714 terjadi pada hari Rabu dengan model yaitu Y
Sumber : Survai 2015. =3.271452678+0.001087609.X1+-0.0046.X2
dengan nilai R2 sebesar 0.974210486 dan
konstanta regresi terkecil sebesar 3.271452678.
392
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
c) Untuk lokasi Ruas Pierre Tendean Manado jangan sampai meningkat sehingga melampaui batas.
mewakili lokasi jalan yang berada diareal terbuka Tahap penanggulangan dan pemulihan mutu udara
(tepi pantai) diperoleh model terbaik terjadi pada dilakukan bila konsentrasi polutan sudah melebihi
hari Rabu dengan model yaitu Y ambang batas baku mutu udara, sehingga strategi yang
=3.193045646+0.001060108.X1+0.00029.X2 dilakukan berhubungan dengan pemulihan mutu udara.
dengan nilai R2 sebesar 0.946611656 dan Berdasarkan hasil analisa, konsentrasi gas CO di lokasi
konstanta regresi terkecil sebesar 3.193045646. pengamatan masih berada dibawah baku mutu udara
ambien, sehingga strategi pengendalian yang perlu
Validasi Model matematis hubungan antara Volume dilakukan berupa langkah-langkah pencegahan agar
kendaraan, Kecepatan Kendaraan, Kecepatan Angin konsentrasi gas CO tidak meningkat pesat mendekati
dengan Kadar Polusi udara (CO) yaitu untuk lokasi ambang batas. Untuk melakukan pengendalian, perlu
Ruas Jalan Sam Ratulangi Manado. Berdasarkan hasil melihat pada sumber pencemar itu yaitu emisi yang
penelitian untuk lokasi ruas jalan Sam Ratulangi dikeluarkan oleh kendaraan bermotor, sehingga strategi
Manado pada hari Kamis periode Survai 18.50 18.55, yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan dan
terdapat selisih minus dimana hasil pengukuran udara perawatan kendaraan bermotor, meningkatkan
ambien lebih kecil daripada hasil perhitungan. Kondisi kecepatan rata-rata kendaraan dan membatasi jumlah
dimana hasil perhitungan lebih besar antara lain dapat kendaraan
disebabkan oleh faktor-faktor berupa : Kadar polusi (CO) di daerah dengan kecepatan
a) Pengambilan data kecepatan angin dan penentuan angin yang rendah seperti pada jalan Sam Ratulangi
stabilitas atmosfir yang tidak sesuai dengan kondisi dimana daerah tersebut merupakan daerah tertutup
dilokasi. yang terdapat bangunan bertingkat dan kepadatan
b) Pada saat pengambilan sampel kecepatan angin, bangunan tinggi maka hasil survai memperlihatan
bisa saja waktu dilakukan pengukuran, dilakukan bahawa kadar polusi udara (CO) jauh lebih tinggi dari
pada saat kecepatan anginnya rendah sehingga lokasi yang mewakili kondisi dengan jalan yang
konsentrasi CO jadi tinggi. banyak terdapat pohon-pohon, dimana pohon berada di
c) Selain itu penentuan stabilitas atmosfir yang kurang median jalan dengan jarak pohon ke tepi perkerasan
tepat bisa menjadi penyebab. Untuk menentukan jalan yaitu 1 meter dan lokasi jalan yang berada diareal
stabilitas atmosfir, selain berdasarkan kecepatan terbuka (tepi pantai) karena kecepatan angin semakin
angin, juga berdasarkan kondisi awan pada saat itu. tinggi maka dapat menyebarluaskan atau membagi
Ada kemungkinan pada saat pendataan kondisi konsentrasi kadar polusi udara (CO) ke berbagai
awan, terlihat sedikit awan, sehingga diambil tempat.
Stabilitas A-B. Sementara akibat perubahan di
atmosfir keadaan langit terlihat cerah sehingga V. KESIMPULAN DAN SARAN
seharusnya memilih stabilitas A. Jadi kondisi
atmosfir yang begitu cepat berubah dari waktu ke A. Kesimpulan
waktu dan tidak menentu, dapat menjadi Volume kendaraan maksimum yang sebesar
penyebabnya. 4281,60 smp/jam. Kecepatan kendaraan maksimum
yaitu sebesar 32,00 km/jam. Kecepatan Angin
C. Rekomendasi (Program Aksi) Guna Mengurangi maksimum yang diperoleh sebesar 7,50 km/jam. Kadar
Polusi Udara Akibat Arus Lalu Lintas polusi udara (CO) maksimum diperoleh sebesar 12,86
Kadar polusi (CO) di daerah dengan kecepatan ppm. Model matematis hubungan antara Volume
angin yang rendah seperti pada jalan Sam Ratulangi kendaraan, Kecepatan Kendaraan, Kecepatan Angin
dimana daerah tersebut merupakan daerah tertutup dengan Kadar Polusi udara (CO) untuk lokasi Ruas
yang terdapat bangunan bertingkat dan kepadatan Jalan Sam Ratulangi Manado mewakili lokasi dengan
bangunan tinggi maka hasil survai memperlihatan jalan yang banyak terdapat gedung bertingkat dan
bahawa kadar polusi udara (CO) jauh lebih tinggi dari kepadatan bangunan tinggi diperoleh model terbaik
lokasi yang mewakili kondisi dengan jalan yang terjadi pada hari Rabu dengan model yaitu Y =
banyak terdapat pohon-pohon, dimana pohon berada di 6.9457+0.0026.X1+8.39227E-17.X2+4.46169E-15.X3
median jalan dengan jarak pohon ke jalan yaitu 1 meter dengan nilai R2 sebesar 0.999999960 dan konstanta
dan lokasi jalan yang berada diareal terbuka (tepi regresi terkecil sebesar 6.9457, untuk lokasi Ruas
pantai) karena kecepatan angin semaikin tinggi maka Ahmad Yani Manado mewakili lokasi dengan jalan
dapat menyebarluaskan atau membagi konsentrasi yang banyak terdapat pohon-pohon diperoleh model
kadar polusi udara (CO) ke berbagai tempat. terbaik terjadi pada hari Rabu dengan model yaitu Y
Pengendalian pencemaran udara meliputi tiga =3.271452678+0.001087609.X1+-0.0046.X2 dengan
tahap, yaitu pencegahan, penanggulangan dan nilai R2 sebesar 0.974210486 dan konstanta regresi
pemulihan mutu udara. Tahap pencegahan dilakukan terkecil sebesar 3.271452678, untuk lokasi Ruas Pierre
bila konsentrasi polutan masih dibawah baku mutu Tendean Manado mewakili lokasi jalan yang berada
udara ambien, sehingga strategi penanggulangan yang diareal terbuka (tepi pantai) diperoleh model terbaik
dilakukan dengan maksud untuk tetap menjaga agar terjadi pada hari Rabu dengan model yaitu Y
kualitas udara yang masih dibawah ambang batas =3.193045646+0.001060108.X1+0.00029.X2 dengan
393
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
nilai R2 sebesar 0.946611656 dan konstanta regresi pencegahan, penanggulangan dan pemulihan mutu
terkecil sebesar 3.193045646. Kadar polusi (CO) di udara
daerah dengan kecepatan angin yang rendah seperti
pada jalan Sam Ratulangi dimana daerah tersebut B. Saran.
merupakan daerah tertutup yang terdapat bangunan
Berdasarkan penelitian yang ada penulis
bertingkat dan kepadatan bangunan tinggi maka hasil
menyarankan dapat menggunakan model yang ada
survai memperlihatan bahawa kadar polusi udara (CO)
untuk digunakan dengan baik oleh pemerintah dalam
jauh lebih tinggi dari lokasi yang mewakili kondisi
mengambil kebijakan pembangunan sistem transportasi
dengan jalan yang banyak terdapat pohon-pohon dan
jalan, yaitu pembangunan transportasi yang juga
lokasi jalan yang berada diareal terbuka (tepi pantai)
mempertimbangkan mengenai perbaikan kualitas udara
karena kecepatan angin semaikin tinggi maka dapat
yang antara lain misalnya dilakukan melalui
menyebarluaskan atau membagi konsentrasi kadar
pengendalian volume lalu lintas atau penanaman pohon
polusi udara (CO) ke berbagai tempat. Pengendalian
yang rindang dalam rangka mengurangi kadar polusi
pencemaran udara meliputi tiga tahap, yaitu
udara.
394
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
395
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Jalur sepeda merupakan bagian dari perlengkapan jalan yang disediakan untuk memfasilitasi pengguna sepeda
agar dapat berkendara dengan aman. Penyediaan jalur sepeda memerlukan perhatian khusus terutama pada jalan
perkotaan yang padat dan didominasi oleh kendaraan bermotor. Keterbatasan lebar jalur jalan yang ada dan rasio
volume kapasitas yang tinggi mengakibatkan pengguna sepeda rentan terhadap kecelakaan. Rendahnya penggunaan
sepeda salah satunya dapat diakibatkan belum tersedianya jalur sepeda. Tulisan ini bertujuan untuk mengevaluasi
efektifitas penyediaan jalur sepeda pada jalan perkotaan dengan studi kasus pada ruas jalan Asia Afrika Kota Bandung.
Metode yang digunakan yaitu dengan menggunakan data primer melalui pengamatan langsung di dua titik pengamatan
(Savoy Homan dan Simpang Lima). Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara kuantitatif deskriptif dan uji
peringkat bertanda wilcoxon. Hasil analisis deskriptif menunjukan adanya peningkatan pengguna sepeda setelah
disediakannya lajur sepeda, dan hasil uji peringkat bertanda wilcoxon menunjukan ada pengaruh penyediaan lajur
sepeda terhadap jumlah pengguna sepeda yang memanfaatkan lajur sepeda untuk waktu dan fungsi kawasan yang
berbeda.
Abstract. Bicycle lanes are part of the road which provided to facilitate safe accommodation of bicyclists. Installation
of bicycle lanes requires special attention, especially on crowded urban roads and dominated by motor vehicles. The
limitations of existing road width and high capacity volume ratios can cause the risk of road crashes involving a
bicyclist. The low number of bicyclist can be due to unavailability of bicycle lanes. This paper aims to evaluate the
installation effectiveness of on-street bicycle lanes on urban roads with case study onss Asia-Afrika roads of Bandung
City. The method used is by using primary data through direct observation at two segments of observation (Savoy
Homan and Simpang Lima). The data obtained are then analyzed in descriptive quantitative and rating test marked
wilcoxon. Descriptive analysis results identified an increase in the number of bicyclist after the installation of bicycle
lanes, and the results of ratings test marked wilcoxon showed there is an influence of the provision of bicycle lanes on
the number of bicyclists who utilize bicycle lanes for the time and function of different areas.
396
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
397
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Penyediaan jalur sepeda di kota-kota besar, disediakan bagi pesepeda. Pertimbangan penggunaan
seperti halnya Kota Bandung tidaklah mudah. separator atau tidak harus dipertimbangkan secara bijak
Kepadatan lalu lintas yang tinggi, keterbatasan lebar diantaranya dengan memperhatikan jumlah pesepada,
badan jalan, dan kebijakan pemerintah yang lebih kondisi lalu lintas, dan lebar badan jalan.
berpihak pada kenderaan bermotor, merupakan Pembagian tipe fasilitas jalur dan lajur sepeda di
bagian penyebab kurang diperhatikannya kebutuhan Indonesia mengacu pada Rancangan Standar Nasional
jalur sepeda (Tomlinson 2003). Selain itu adanya Indonesia (RSNI) Perancangan Fasilitas Lajur dan Jalur
anggapan bahwa hanya sebagian kecil penduduk Sepeda terbagi atas tiga yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C.
saja yang menggunakan sepeda sehingga Pembagian tipe tersebut berdasarkan pada penempatan
penyediannya, menurut Kalasova dan Krchova dan pemisahan lajur sepeda. Tipe A yaitu lajur sepeda
(2011), ketidak tersediaan jalur sepeda yang yang berada pada jalur sepeda atau jalur jalan namun
menyebabkan rendahnya jumlah pesepeda. dipisahkan dari kendaraan lain dengan separator (dapat
Rendahnya penyediaan jalur sepeda oleh berupa kereb). Tipe ini dapat ditempatkan pada kondisi
pemerintah disebabkan beberapa faktor. Ada banyak lalu lintas dengan kecepatan kendaraan tinggi dan akses
pertimbangan sebelum mengambil keputusan untuk yang terbatas pada jalan. Tipe B yaitu lajur sepeda yang
menyediakan jalur sepeda terutama dilihat dari berada pada trotoar dan ditempatkan pada sisi sebelah
efektifitas pemanfaatan jalur sepeda. Untuk kanan lajur pejalan kaki. Tipe B dapat ditempatkan
menjawab permasalahan tersebut evaluasi efektifitas pada kondisi lalu lintas kecepatan sedang dan rendah.
penyediaan jalur sepeda terhadap perilaku Tipe C yaitu lajur sepeda yang berada pada lajur jalan
perubahan moda perlu dilakukan. Penyediaan jalur dan ditandai dengan pemisah berupa marka jalan. Tipe
sepeda dinilai efektif apabila terjadi peningkatan C idealnya digunakan pada kondisi lalu lintas dengan
jumlah pesepeda pada jalur sepeda yang telah kecepatan kendaraan rendah, dan akses keluar masuk
disediakan. Pemilihan lokasi yang dipilih turut bangunan di sepanjang jalan yang tinggi (Indonesia
mempengaruhi tingkat penggunaan jalur sepeda. 2012). Tabel 1 berikut menunjukan pemilihan tipe
Pada kawasan yang peruntukannya bukan untuk berdasarkan fungsi dan kelas jalan mengacu pada
permukiman atau pada kawasan campuran (mixed Indonesia (2012).
land use) dan perkantoran akan menjadi tantangan
tersendiri untuk mendorong penggunaan jalur Tabel 1. Pemilihan tipe jalur sepeda berdasarkan fungsi dan
sepeda. kelas jalan
Berdasarkan uraian dimuka, tujuan dari studi ini Jalan
Fungsi/kelas Jalan Raya Jalan Kecil
yaitu untuk mengevaluasi efektifitas penyediaan jalur Sedang
sepeda berdasarkan peningkatan jumlah pesepeda yang Arteri
A A A
memanfaatkan jalur sepeda pada kawasan campuran. Primer
Melalui studi diharapkan dapat menjawab persoalan Kolektor
A A A
Primer
mengenai perlu tidaknya dibangun jalur sepeda pada
Lokal Primer C C C
kawasan selain untuk kawasan permukiman
Lingkungan
C C C
Primer
II. KAJIAN PUSTAKA Arteri
A/B A/B A/B
Sekunder
A. Jalur Sepeda Kolektor
Jalur didefinisikan sebagai bagian jalan yang B/C B/C B/C
Sekunder
dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan (Indonesia Lokal
B/C B/C B/C
1993). Adapun jalur sepeda yaitu jalur yang Sekunder
diperuntukan bagi pesepeda yang dipisahkan dari Lingkungan
B/C B/C B/C
kendaraan bermotor dengan pemisah berupa separator Sekunder
atau kereb (Indonesia 2012). Bagian dari jalur sepeda Sumber : Indonesia (2012)
yaitu lajur sepeda. Lajur sepeda yaitu lajur khusus yang
diperuntukan bagi pesepeda yang dipisahkan dar Ketentuan umum penempatan jalur atau lajur
kendaraan bermotor dengan pemisah berupa marka sepeda mengacu pada ketentuan RSNI Perancangan
(Indonesia 2012). Berdasarkan definisi tersebut, lajur Fasilitas Lajur dan Jalur Sepeda untuk semua tipe yaitu
sepeda dapat berada pada jalur sepeda secara khusus (Indonesia 2012):
atau dapat merupakan bagian dari jalur jalan tanpa - Berada pada sisi kiri lajur sepeda motor apabila
separator tetapi hanya dibatasi oleh marka. terdapat lajur sepeda motor
Lajur sepeda yang berada pada jalur sepeda yang - Berada pada sisi kanan tempat parkir apabila
dibatasi oleh separator memberikan keluasaan bagi terdapat tempat parkir
pesepeda untuk bergerak dengan rasa aman
- Berada pada sisi kanan lajur pejalan kaki apabila
dibandingkan lajur sepeda yang berada pada jalur jalan
ditempatkan pada trotoar tanpa mengurangi lebar
umum tanpa separator (Koorey 2013). Pada jalan
minimal lajur pejalan kaki
umum tanpa separator atau kereb, kendaraan bermotor
dapat melewati atau mengambil alih lajur yang sudah
398
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
- Tidak mengurangi lebar lajur minimal kendaraan 1) Penghitungan manual. Penghitungan manual
bermotor apabila berada pada badan jalan dengan menhitung arus pengguna sepeda yang
- Alinemen lajur sepeda mengikuti alinemen jalur melewati suatu lokasi tertentu. Dalam penghitungan
jalan eksisting, dan perlu didukung dengan data periode survei, waktu
- Diperbolehkan melawan arah pada kondisi arus lalu pelaksanaan survei, dan lokasi survei.
lintas satu arah (Indonesia 2012). 2) Survei dengan menggunakan perangkat video.
Dalam proses perancangan dan operasionalnya Survei ini dilakukan dengan menempatkan
ketentuan umum tersebut harus pula memperhatikan seperangkat kamera pemantau pada lokasi yang
aspek-aspek lainnya diantaranya sosial, lingkungan, akan disurvei. Survei ini menyediakan data yang
dan teknik dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip permanen dan beberapa informasi sekaligus terkait
keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan kelancaran kejadian dilapangan dapat diperoleh sehingga
lalu lintas untuk seluruh pengguna jalan. Aspek teknik membantu dalam analisis.
yang perlu diperhatikan dalam proses perancangan 3) Survei perilaku. Survei ini dilakukan melalui
selain penempatan jalur atau lajur sepeda diantaranya metode kuesioner. Tujuan dari survei perilaku untuk
marka, separator, rambu, dan tempat parkir untuk memperoleh informasi mengenai pola perjalanan
sepeda. dan jenis moda yang kemungkinan dipilih untuk
Analisis kebutuhan jalur sepeda perlu identifikasi melakukan suatu perjalanan tertentu. Termasuk
sebelum perancangan dilakukan. Untuk jalur sepeda informasi apakah dengan menyediakan fasilitas
yang berada pada kawasan perkotaan, mengacu pada jalur sepeda akan merubah pilihan moda dengan
Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan cenderung memilih sepeda.
(1992), terdapat ketentuan khusus yang perlu 4) Prediksi jumlah penguna sepeda pada tahun
diperhatikan terkait indentifikasi kebutuhan jalur rencana. Tahapan ini mencakup penetapan tahun
sepeda diantaranya: rencana atau target dan kedua prediksi
- Volume pesepeda yang melebihi 500/12 kemungkinan tingkat perubahan permintaan
pesepeda/jam dan volume lalu lintas melebihi penggunaan sepeda pada tahun rencana. Beberapa
2000/12 pengguna jalan/jam, maka disarankan faktor akan perlu perhitungkan dalam tahapan ini
menyediakan jalur khusus sepeda dan atau pejalan yang meliputi perubahan tata guna lahan, perubahan
kaki. Bila volume pejalan kaki pada kondisi biaya transportasi, perubahan struktur dan sosial
tersebut lebih dari 1000/12 orang/jam, maka jalur ekonomi masyarakat, perubahan kemudahan dalam
sepeda dipisahkan dari jalur pejalan kaki. menggunakan kendaraan pribadi dan perubahan
perilaku bahwa bersepeda lebih dapat diterima oleh
- Volume pesepeda yang melebihi 200/12
masyarakat luas dibandingkan menggunakan
pesepeda/jam, dan volume lalu lintas melebihi
kendaraan bermotor.
2000/12, disarankan menyediakan jalur khusus
sepeda. Dalam studi ini, evaluasi yang akan digunakan
yaitu dengan memanfaatkan survei manual untuk
Selain hal diatas, terdapat beberapa faktor yang
menghitung perubahan jumlah pengguna sepeda
turut mempengaruhi permintaan jalur sepeda
sebelum dan setelah disediakan lajur sepeda.
diantaranya (Leak dalam O’Flaherty 1997):
Pemanfaatan survei manual dilakukan selain
1) pengaruh topografi. Jumlah pengguna sepeda pada pertimbangan efektifitas terhadap sasaran yang ingin
area datar akan lebih tinggi daripada area berbukit dicapai, juga lebih efisiensi terkait biaya pelaksanaan.
2) proporsi atau kebiasaan masyarakat setempat.
Masyarakat dengan proporsi jumlah pemuda lebih B. Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon
banyak dan adanya komunitas pesepeda akan Uji peringkat bertanda wilcoxon merupakan
mendorong masyarakat lain untuk menggunakan bagian dari statistik inferensial non parameterik.
sepeda Statistik inferensial yaitu statistik yang digunakan
3) kepemilikan mobil. Kemudahan mendapatkan untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan
kendaraan akan mengurangi jumlah pengguna statistik (sampel. Untuk itu dalam statistik inferensial
sepeda. diperlukan suatu hipotesis (Hartono dan Kamaruddin
4) aktivitas guna lahan setempat. Kawasan industri, 2016). Statistika inferensial terbagi atas dua yaitu
permukiman, pertanian, tentu akan berpengaruh statistik parametrik dan non parametrik. Statistik
pada jumlah pengguna sepeda. parametrik yaitu statistik yang dalam suatu pengujian
5) kualitas fasilitas yang disediakan. Fasilitas pesepeda modelnya memerlukan adanya syarat atau asumsi dari
yang berkualitas akan mendorong peningkatan distribusi data populasinya. Statistik ini banyak
jumlah pengguna sepeda. digunakan pada data dengan skala interval dan rasio
dengan asumsi distribusinya datanya bersifat normal.
6) keamanan dan keselamatan.
Adapun statistik non parametrik yaitu statistik yang
Untuk menghitung kebutuhan dan mengevaluasi pengujiannya tidak memerlukan adanya asumsi-asumsi
kinerja penyediaan fasilitas jalur sepeda dapat mengenai seberan data populasinya (belum diketahui
dilakukan beberapa metode diantaranya (Leak dalam sebaran data dan tidak perlu berdistribusi normal.
O’Flaherty 1997): Statistik ini dapat menggunakan semua jenis skala data
399
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Keterangan:
Z = nilai uji
T = nilai statistik uji dari peringkat perbedaan Gambar 1. Bagan alir studi
r(|di|) = peringkat dari nilai mutrak selisih perlakukan
di = selisih nilai setelah perlakuan Terdapat beberapa pertimbangan sebegai alasan
Wi = nilai perbedaan pemilihan Kota Bandung untuk lokasi studi selain
dilihat dari aspek efisiensi biaya dan kemudahan
pelaksanaan studi diantaranya:
Dari nilai uji dapat ditarik kesimpulan ditoal atau
1) Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan
diterima hipotesis. Untuk uji pertama, terima Ho jika
jumlah penduduk terbanyak di Indonesia atau
. Untuk uji pihak kanan, tolak Ho sekitar 46 juta jiwa penduduk (Indonesia 2015b)
jika . Sedangkan untuk pihak kiri tolak Ho 2) Kota Bandung merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa
jika ., dimana nilai dan akan Barat dengan jumlah penduduk 2,4 juta dan
kepadatan penduduk 15.713 jiwa/km2, menempati
diperoleh dari tabel distriburi normal baku Z peringkat kedua setelah Kota Cimahi (Indonesia
(Solidayah dkk 2015). 2015a)
400
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
3) Jalan Asia Afrika berada pada kawasan campuran Lokasi pembuatan jalur sepeda dapat dilihat
diantaranya berada pada zoan perdagangan dan jasa, pada Gambar 2.
cagar budaya, dan sarana pelayanan umum
(Indonesia 2015c).
Dari hasil penetapan lokasi, selanjutnya pukul 06.30 s.d. 08.00 WIB (pagi), 11.00 s.d. 12.30
ditindaklanjuti dengan perancangan dan pembuatan (siang), dan 15.30 s.d. 17.00 (sore).
jalur sepeda. Adapun secara garis besar lingkup
pekerjaan pembuatan jalur sepeda sebagai berikut:
1) Tipe jalur sepeda tipe C dengan panjang jalur V. HASIL DAN ANALISIS
sepeda 1.080 m. A. Hasil dan analisis deskriptif
2) Panjang marka tepi kanan solid dengan jenis marka Analisis deksriptif dilakukan untuk memperoleh
marka profile. gambaran perubahan perilaku sebelum (pra) dan setelah
3) Pembuatan marka yang terdiri dari marka area blok (paska) disediakan lajur sepeda yang dilihat dari
hijau jalur sepeda dengan ukuran 3m x 1m dengan persentase kenaikan jumlah pesepeda. Untuk
jarak per 10 m, marka lambang sepeda, dan marka menganalisis perubahan tersebut diperlukan data
crossing untuk bukaan jalan dan persimpangan. pengamatan langsung dilapangan. Pengamatan
Pekerjaan marka blok hijau dapat dilihat pada dilakukan di dua lokasi (depan hotel Savoy Homan dan
Gambar 3. Simpang Lima) pada kedua sisi (kanan dan kiri jalur
jalan) dan tiga waktu jam sibuk (pagi, siang, dan sore).
Sisi kiri jalan yaitu jalur jalan yang akan disediakan
lajur sepeda, sedangkan sisi kanan jalan tidak
disediakan jalur sepeda. Grafik rata-rata pesepeda
untuk kedua lokasi sebelum dan setelah penyediaan
jalur sepeda lokasi depan hotel Savoy Homan dapat
dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.
401
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 5. Grafik jumlah pesepada pra dan paska depan Gambar 8. Grafik jumlah pesepeda pra dan paska depan
Hotel Savoy Homan hari libur sisi kanan jalan Simpang Lima hari libur sisi kiri lajur jalan
402
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
403
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tabel 5. Rata-rata pesepeda per-15 menit depan lokasi. Hasil yang diperoleh dari analisis dapat dilihat
Hotel Savoy Homan pada Tabel 7.
Libur Kerja
Sesi Menit Tabel 7 . Hasil uji bertanda wilcoxon
Pra Paska Pra Paska
15 18 25 8 10 Depan Hotel Savoy Homan
30 21 25 12 15 Libur Kerja
45 24 29 12 15 Asymp.
Pagi Waktu Nilai uji Asymp. Sig. Nilai uji
60 19 23 10 15 Sig. (2-
75 14 17 9 11 Z (2-Tailed) Z
Tailed)
90 15 18 7 9 Pagi -2,214a 0,027 -2,232a 0,026
Jumlah 111 137 58 75
15 5 6 4 5 Siang -2,121a 0,034 -2,207a 0,027
30 3 9 5 8 Sore -2,121a 0,034 -2,226a 0,026
45 7 8 3 8
Siang Depan Simpang Lima
60 2 2 6 8
75 3 4 3 10 Libur Kerja
90 4 5 4 5 Asymp.
Waktu Nilai uji Asymp. Sig. Nilai uji
Jumlah 24 34 25 44 Sig. (2-
Z (2-Tailed) Z
15 2 2 1 11 Tailed)
30 10 12 2 3 Pagi -2,251a 0,024 -2,271a 0,023
45 8 10 1 6
Sore Siang -2,121a 0,034 -2,264a 0,024
60 5 6 1 8
75 8 10 3 4 Sore -2,333a 0,020 -2,214a 0,027
90 8 10 2 3
Jumlah 41 50 10 35 VI. PEMBAHASAN
Adapun data rata-rata per-15 menit pengguna A. Perubahan jumlah pengguna sepeda
sepeda dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, pada Tabel 4
dapat diketahui adanya perubahan jumlah pengguna
Tabel 6 . Rata-rata pesepeda per-15 menit depan Simpang sepeda pada lajur kiri yang meningkat baik pada hari
Lima kerja maupun hari libur. Ini menunjukan bahwa
Libur Kerja penyediaan lajur sepeda dapat menarik masyarakat
Sesi Menit pengguna jalan untuk memanfaatkan fasilitas yang
Pra Paska Pra Paska
sudah disediakan. Persentase terbesar yaitu pada titik
15 14 17 10 13 pengamatan depan Savoy Homan, dimana fungsi
30 20 24 10 13 kawasan tersebut merupakan fungsi kawasan
45 20 24 12 15 campuran. Ini menunjukan bahwa ada kecenderungan
Pagi
60 19 23 10 13
pada kawasan campuran dengan aktivitas perdagangan
75 14 17 9 11
90 17 20 8 10
barang/jasa dan permukiman memiliki pola pergerakan
yang tinggi dibandingkan pada kawasan dengan fungsi
Jumlah 104 125 59 75
perkantoran saja. Hal ini sangat potensial untuk
15 2 2 4 5 menarik pesepeda pada kawasan tersebut.
30 4 8 4 5 Perbedaan persentese jumlah pengguna sepeda
45 5 6 4 5
Siang selain dipangaruhi oleh fungsi kawasan juga
60 3 4 6 8
dipengaruhi oleh perbedaan waktu aktivitas. Pada hari
75 3 4 5 8
kerja persentase pengguna sepeda lebih tinggi
90 3 4 4 5
dibandingkan pada hari libur. Salah satu faktor
Jumlah 20 28 27 36 penyebab tingginya pengguna sepeda pada hari kerja
15 3 4 1 10 dikarenakan volume dan jenis aktivitas pada hari kerja
30 9 11 2 3 yang umumnya lebih tinggi dan bercvariasi
45 8 10 2 6 dibandingkan hari libur. Pada hari libur, pada kawasan
Sore
60 8 10 2 6 campuran selain perkantoran, keberadaan cagar budaya
75 8 10 1 3
(heritage) dan tempat rekreasi alun-alun, umumnya
90 8 10 1 3
pengunjung yang datang didominasi masyarakat dari
Jumlah 44 55 9 31
luar (wisatawan domestik). Wisatawan domestik
Data tersebut selanjutnya dianalisis dengan tersebut umumnya memiliki kecenderungan untuk
metode peringkat bertanda Wilcoxon. Untuk menggunakan kendaraan pribadi atau umum
mempermudah proses analisis dibantu dengan dibandingkan menggunakan sepeda.
menggunakan aplikasi SPSS versi 17.0. Analisis Dari sisi perbedaan waktu aktivitas (pagi, siang,
dilakukan per masing-masing waktu untuk kedua dan sore), tidak ada perbedaan yang signifikan untuk
persentase peningkatan jumlah pesepeda. Ini
404
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
menunjukan bahwa aktivitas bersepeda tidak terlalu VIII. UCAPAN TERIMA KASIH
dipengaruhi waktu. Dan pengguna sepeda umumnya
memiliki fleksibilitas untuk menggunakan sepeda Terima kasih diucapkan kepada Tim Studi,
sesuai kebutuhannya, termasuk pada jam-jam siang Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan
untuk beristirahat. Jembatan, serta kepada Kepala Balai Sistem dan
Dari hasil analisis, dapat diketahui dengan Teknik Lalu Lintas yang telah mendukung studi ini
disediakannya lajur sepeda pada sebelah kiri jalur jalan
dapat menarik pengguna sepeda yang berada disebelah DAFTAR PUSTAKA
kanan jalan untuk berpindah lajur. Hal ini dilihat dari Alta Planning+Design. 2008. Bicycle Interactions and
adanya penurunan pengguna sepeda pada lajur kanan Streetcars. Lesson Learned and
sebagaiman terlihat pada Gambar 11. Dari aspek
Recommendations.
psikologis, bahwa pesepeda akan lebih tertarik dan
European Union. Cycling: The Way Ahead for Towns
merasa aman menggunakan lajur khusus yang sudah
and Cities. http://ec.europa.eu/
disediakan.
environment/archives/cycling/cycling_en.pdf
Ermawi, Ir. Imam S. 2011. Kata Pengantar. Buletin
B. Pengaruh penyediaan lajur sepeda Tata Ruang Badan Koordinasi Penataan Ruang
Analisis uji peringkat bertanda Wilcoxon perlu Nasional.
dilakukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh
Global Road Safety Partnership Indonesia. 2013.
penyediaan lajur sepeda, selain analisis deskriptif. Keselamatan Pejalan Kaki. Manual Keselamatan
Analisis pengaruh dilakukan untuk semua waktu dan jalan untuk Pengambil Keputusan dan Praktiksi.
lokasi. Tujuannya agar dapat diketahui bahwa Switzerland. Hartono, Rudi., Kamaruddin,
peningkatan jumlah pesepeda tidak disebabkan oleh Rahmat. 2016. Matematika dan Statistika. Pusat
perbedaan waktu dan fungsi kawasan, tetapi
Pendidikan SDM Kesehatan. Kementerian
dikarenakan keberadaan lajur sepeda itu sendiri.
Kesehatan Republik Indonesia. Badan
Berdasarkan hasil analisis uji peringkat bertanda
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Wilcoxon (Tabel 7), dapat diambil kesimpulan bahwa Manusia Kesehatan.
hipotesis adanya perubahan perilaku pengguna jalan Junaidi. 2010. Statistika Non Parametrik. Fakultas
dilihat dari peningkatkan jumlah pesepeda yang Universitas Jambi.
menanfaatkan lajur sepeda dapat diterima. Hal ini
Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
ditunjukan dari dimana nilai signifikansi untuk masing-
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta:
masing waktu dan lokasi kurang dari 0,05. Hasil
Sekretariat Negara
analisis ini juga sekaligus menunjukan bahwa
.----------. 1992. Standar Perencanaan Geometrik unuk
penyediaan lajur sepeda dinilai efektif untuk menarik
Jalan Perkotaan. Jakarta: Direktorat Jenderal
pesepeda menggunakan lajur yang sudah disediakan.
Bina Marga
Nilai signifikansi kurang dari 0,05 untuk semua
.----------. 1993. Peraturan Pemerintan No. 43 Tahun
waktu dan fungsi kawasan pada Tabel 7 menunjukan
1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan.
pula bahwa peningkatan jumlah sepeda disebabkan Jakarta: Sekretariat Negara
oleh keberadaan lajur sepeda, dan tidak begitu .----------. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 34
dipengaruhi oleh fungsi kawasan dan waktu aktivitas. Tahun 2006 tentang Jalan. Jakarta: Sekretariat
Studi ini menguatkan hasil studi yang pernah dilakukan
Negara
oleh Kalasova dan Krchova (2011), bahwa
----------. 2010. Rencana Umum Nasional Keselamatan
ketidakadaan atau rendahnya kualitas lajur sepeda (RUNK) Jalan 2011-2035. Jakarta.
yang menurunkan jumlah pengguna sepeda
----------. 2012. Perancangan Fasilitas Lajur dan Jalur
Sepeda. Rancangan Standar Nasional Indonesia
VII. PENUTUP (RSNI).
A. Kesimpulan ----------. 2015a. Jawa Barat dalam Angka (Jawa Barat
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan in Figures. Bandung: Badan Pusat Statistik.
sebelumnya dapat diambil kesimpulan yaitu adanya ----------. 2015b. Statistik Indonesia (Statistical
peningkatan jumlah pesepeda setelah disediakan lajur Yearbook of Indonesia). Jakarta: Badan Pusat
sepeda dan penyediaan lajur sepeda berpengaruh secara Statistik.
signifikan terhadap peningkatan jumlah pesepeda untuk ----------. 2015c. Peraturan Daerah Kota Bandung No.
waktu dan fungsi kawasan yang berbeda. 10 Tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata
Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Bandung.
B. Saran Bandung: Pemerintah Kota Bandung.
Studi dilakukan pada kondisi lajur sepeda masih Kalasova, Alica., Krchova, Zuzana. 2011. The
dalam kondisi baik. Perlu dilakukan pula evaluasi pada Possibility of Solving Cycling Transport in
kondisi lajur sepeda setelah ada pengurangan kualitas Central Urban Areas. Transport Problem. Volume
dari kondisi baik menjadi sedang atau rusak. Perlu juga 6 Issue 2.
dilakukan studi pada fungsi kawasan yang sama di Karim, Muhammad Yunus., Zulkaidi, Denny. 2013.
beberapa lokasi yang berbeda sebagai pembanding. “Stategi Peningkatan Pelayanan Sepeda di Kota
405
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
406
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak : Faktor-faktor penyebab kerusakan jalan di Indonesia secara umum adalah peningkatan beban volume lalu
lintas, sifat material konstruksi perkerasan yang kurang baik, iklim, kondisi tanah yang tidak stabil, perencanaan lapis
perkerasan yang sangat tipis, proses pelaksanaan pekerjaan yang kurang sesuai dengan spesifikasi serta sistem drainase
yang tidak baik. Besaran kerusakan struktur konstruksi jalan akibat dari sistem drainase jalan adalah berkisar 25% s.d
44%, disamping akibat tidak memenuhi standar dan kelebihan muatan. Dalam makalah ini disampikan hasil evaluasi
sistem drainase permukaan jalan lokasi Jalan Nasional Pantura Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur Indonesia,
dengan metode survai lapangan dengan mengacu Permen PU Nomor 13 Tahun 2011 dan Pedoman Pd T.14.2005B.
Hasil evaluasi menunjukan bahwa sistem drainase permukaan jalan Jalur Pantura Jawa Barat, dari 39 lokasi pemantauan
kondisi rusak berat 15%, Rusak sedang 15%, Rusak ringan 8% dan dalam kondisi baik adalah 62%. Jawa Tengah
sekitar 40 lokasi, kondisi rusak berat 11,57%, rusak sedang 33,06%, rusak ringan 47,93% dan kondisi baik 7,44%.
Sementara itu Jawa Timur dari 50 lokasi pemantauan kondisi saluran drainase jalan 15% dalam kondisi rusak berat,
47% rusak sedang, 30% rusak ringan, dan 8% kondisi baik. Secara umum kondisi tersebut dapat disampaikan sebagai
berikut: (1) Kondisi saluran tidak terpelihara (2) Genangan atau banjir sesaat (curah hujan tinggi) (3) Penanganan
sistem drainase jalan, perlu melibatkan instasi terkait dan masyarakat. (4) perlu dilakukan peningkatan konstruksi
drainase. (5) Perlu disiapkan program kajian detail terkait kebutuhan sistem drainase jalur pantura Jawa yang
memperhatikan kawasan. (6) konstruksi dan penempatan inlet, outlet dan drainase di median ditemukan tidak sesuai
standar.
Kata kunci : Drainase permukaan jalan, Inlet, Inspeksi drainase, Jalan nasional Pantura Jawa, outlet
406
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
yang menurun, debit aliran air yang meningkat atau dan pengaliran air yang baik. Kelebihan air di jalan
kombinasi dari keduanya. Genangan pada ruas jalan perlu mendapatkan penanganan dan pengelolaan yang
sangat berpengaruh terhadap umur jalan (A.Kusuma terencana dan terpadu melalui penyelenggaraan sistem
dkk, 2014). Berdasarkan temuan Badan Pemeriksa manajemen drainase jalan.
Keuangan (BPK), buruknya kualitas drainase sebagai Penyelenggaraan sistem manajemen drainase jalan
salah satu penyebab utama jalan Pantai Utara Pulau salah satu kegiatannya memastikan fisik dan fungsi
Jawa cepat rusak. Dari temuan BPK terdapat 58,17% sistem drainase jalan sesuai dengan perencanaannya.
atau 828 km jalan pantura tidak dilengkapi saluran Untuk memastikan bahwa sistem jaringan drainase
drainase sehingga cepat rusak dari panjang total 1.424 jalan berfungsi sebagaimana semestinya, maka salah
km (BPK, 2015). Lebih lanjut menurut Agus Taufik satu kegiatan yang perlu dilakukan mengevaluasi
Mulyono, M.T. Guru Besar UGM, Sistem drainase sistem drainase permukaan jalan, sebagai bagian dari
jalan yang tidak baik memberikan kontribusi terhadap proses sistem manajemen drainase jalan. Dalam
kerusakan jalan mencapai 44%, disamping akibat makalah ini disampaikan tentang hasil evaluasi sistem
konstruksi tidak memenuhi standar 44% dan kelebihan drainase permukaan jalan ruas jalan Pantai Utara
muatan 12%. Jawa.
Faktor penyebab kerusakan konstruksi fisik jalan,
menurut I Made U (2014) secara umum adalah II. METODOLOGI
peningkatan beban volume lalu lintas, sistem drainase
yang tidak baik, sifat material konstruksi perkerasan Metodologi pengumpulan data dilakukan dengan
yang kurang baik, iklim, kondisi tanah yang tidak metode survai lapangan (data primer) dan penggunaan
stabil, perencanaan lapis perkerasan yang sangat tipis, data sekunder. Metode survai inspeksi langsung di
proses pelaksanaan pekerjaan yang kurang sesuai lapangan (data primer) menggunakan formulir inspeksi
dengan spesifikasi. Sementara itu menurut Patil Abhijit dan penilaian evaluasi kondisi drainase yang mengacu
dan Patil Jalindar (2011), pengaruh kelebihan air dapat pada Pd T 14 2005 B tentang inspeksi dan
menyebabkan pengurangan kekuatan geser dari bahan pemeliharaan drainase jalan dan Permen PU Nomor 13
terikat, diferensial pemuaian pada tanah kelas sub tahun 2011 tentang Tata cara pemeliharaan dan penilik
ekspansif, pergerakan tanah terikat di dasar perkerasan jalan. Metode pemilihan lokasi titik inspeksi dilakukan
lentur dan lapisan subgrade, memompa butiran tanah secara acak dan dibatasi pada lokasi yang tersedia
halus pada perkerasan kaku yang menyebakan retak sistem drainase jalan, setiap titik inspeksi mewakili
(pumping), pendapat ini sama dengan yang jarak 100 meter.
disampaikan L.Yesodha dkk, pada tahun 2015. Tabel 1. Metode Evaluasi Penilai Kondisi Sistem Drainase
Dalam uji beban yang dilakukan S. Erlingsson Permukaan Jalan
Paramet Kondisi
(2009) menggunakan kendaraan berat Simulator (HVS) er Baik Kerusakan Kerusakan Kerusak
menunjukkan bahwa tingkat rutting meningkat di ringan sedang an berat
semua lapisan konstruksi fleksibel ketika muka air Baik Baik (tidak Retak- Dinding
tanah ditinggikan. Drainase jalan yang buruk dapat (tidak ada retak, talud
mengakibatkan dampak yang buruk pada konstruksi ada kerusakan pasangan runtuh,
jalan (Patil Abhijit and Patil Jalindar,2011). Menurut kerusa terkait batu lepas, penutup
kan konstruksi) dll. saluran
Dawson (2008), efek positif keberadaan air pada saat
terkait 20-40% 40-80% rusak, dll
konstruksi, akan didapat pada kadar air optimal yang konstr 80-100%
tepat, dan juga dapat meningkatkan ketahanan, uksi)
meskipun efek ini sering tidak diperhatikan. Menurut Kerusa
M.E Zumrawi (2016) secara tegas menyatakan bahwa kan 0-
drainase yang buruk berkontribusi besar terhadap 20%
1. Fisik (konstruksi dan fasilitasnya)
kerusakan perkerasan jalan dan meningkatkan biaya
a. Strukt Tidak Tidak Berpotensi Membah
perbaikan tahunan. ur memb membahay membahay ayakan
Kinerja dan daya dukung sistem drainase jalan ahayak akan akan penggun
dipengaruhi juga oleh perubahan tata guna lahan an pengguna pengguna a
sepanjang jalan baik untuk permukiman ataupun pengg
kegiatan ekonomi. Pada kawasan permukiman sekitar una
b. Kerus Baik Baik (tidak Kerusakan Dinding
jalan banyak ditemui tidak dilengkapi dengan drainase
akan (tidak ada yang talud
kawasan, sehingga saluran drainase jalan menanggung ada kerusakan menggang runtuh,
beban sebagai penampung aliran dari kawasan kerusa terkait gu fungsi penutup
permukiman. Dengan demikian, daya dukung drainase kan konstruksi) (Retak- saluran
jalan berkurang sehingga menyebabkan genangan pada terkait Terdapat retak, rusak, dll
ruas jalan (Kodoatie, 2013). konstr lumpur/en pasangan Kerusak
uksi) dapan, batu lepas, an yang
Dalam rangka mengalirkan genangan yang Tidak rumput/tan dll menggan
berlebihan di jalan yang berasal dari air hujan, serta ada aman, > 40%) ggu
seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kerusa sampah fungsi
perubahan tata guna lahan perlu sistem pengeringan kan >60%
407
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
408
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
12) Penanganan untuk lokasi rawan banjir, perlu Km sementara data yang devaluasi BPK sepanjang
melibatkan instasi terkait, seperti Pemerintah 1424 Km.
daerah, intansi pengairan, serta keterlibatan dengan Kondisi sistem drainase jalan hasil inpeksi (Tabel
masyarakat. 2), bila dilakukan evaluasi dengan mengacu pada
13) Upaya dalam mempertahankan kondisi fisik serta pedoman PD T.14 2005 B dan Permen PU Nomor 13
fungsi sistem drainase jalan harus dapat Tahun 2011, maka akan memberikan gambaran
dilaksanakan secara periodik dan kontinyu dengan kebutuhan program dan tipe penanganan sistem
biaya pemeliharaan yang efisien. drainase jalan ruas jalur Pantura Jawa, secara umum
14) Untuk pekerjaan skala besar ini perlu perencanaan untuk kebutuhan program pemeliharaan rutin,
khusus mengenai yang mencakup pembebasan pemeliharaan berkala, rehabilitasi (perbaikan perkuatan
lahan dan desain berdasarkan data topografi, curah dan penggantian) dan peningkatan atau penggantian
hujan, penggunaan lahan, utilitas dan analisis (penanganan berat), seperti yang disampaikan pada
kapasitas saluran. Tabel 3.
15) Di beberapa ruas jalan dengan guna lahan samping
jalan persawahan, drainase jalan bergabung dengan Tabel 3. Kebutuhan program dan tipe penanganan sistem
irigasi persawahan; drainase jalan ruas jalur Pantura Jawa (Hasil inspeksi 2016)
N Loka Program dan tipe penanganan sistem drainase
Gambar tipikal permasalahan sistem drainase yang o si / jalan
dari Pemeliha Pemeliha Rehabili Peningk
ada di Jawa ruas jalur pantura adalah seperti Gambar 1.
jumla raan rutin raan tas atan atau
di bawah: h titik berkala (perbaik penggan
inspe an tian
ksi perkuata (penang
n, an berat)
penggan
tian
1 Jawa (62%) (8%) 15% 15%
Barat
Sedimentasi dan Menyatu dengan (39
Sampah titik)
tumbuhan liar saluran irigasi
2 Jawa 7.44% 47.93% 33.06% 11.57%
Teng
ah (
40
titik)
3 Jawa 8% 30% 47% 15%
Timu
Tidak ada inlet r (50
Dimanfaatkan Menyatu dengan
dan bak kontrol Titik)
PKL utilitas lainnya
(di bawah flyover) Memperhatikan kondisi tersebut dan setelah
dilakukan evaluasi terhadap hasil inspeksi dapat
diketahui, bahwa hampir 15% lokasi yang ada
memerlukan rekonstruksi, 15% perlu rehabilitasi dan
8% perlu pemeliharaan berkala serta 62% perlu
Saluran inlet Outlet tersumbat Gorong-gorong pemeliharaan rutin dari 39 lokasi titik survai lapangan
penuh sampah sampah terhambat sampah yang dilakukan oleh tim inspeksi Puslitbang jalan dan
Gambar 1. Tipikal gangguan fungsi sistem drainase Jembatan
Dari Tabel 1 dan Tabel 2 di atas diketahui bahwa
lokasi secara umum kebutuhan program pemeliharaan
IV PEMBAHASAN berkala dan rehabilitas sistem drainase di jalur Pantura
Hasil evaluasi dari pengamatan video dari alat Jawa sangat perlu dilakukan hal ini ditunjukkan dengan
Hawkeye Secara keseluruhan dari 1132,3 Km Ruas sudah diatas 30% kerusakan sistem drainase jalan yang
Jalur Pantura Pulau Jawa, terdapat saluran drainase ada, khususnya ruas Jawa Tengah dan jawa Timur,
sekitar 482,8 Km (43%) dan tidak ada atau tidak adapun untuk Jawa Barat cukup kegiatan pemeliharaan
terlihat (pembacaan/penglihatan dari video) sekitar rutin yang menjadi prioritas kegiatan penanganan
649,5 Km (57%), sementara menurut temuan Badan sistem drainase jalan. Bila mengacu pada pedoman
Pemeriksa Keuangan (BPK), terdapat 58,17% atau 828 inspeksi dan pemeliharaan drainase jalan pd T-14-
km jalan pantura tidak dilengkapi saluran drainase 2005 dan Permen PU nomor 13 Tahun 2011, maka
sehingga cepat rusak dari panjang total 1.424 km (BPK, kegiatan yang harus dipersiapkan adalah penggalian,
2015). terdapat perbedaan data dimana data yang di pembongkaran, pengangkutan dan perbaikan untuk
evaluasi dengan alat hakweye sepanjang sekitar 1132 menghindari resiko kerusakan besar atau serius pada
saluran samping, saluran inlet, gorong-gorong dan bak
409
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
kontrol serta tutup saluran samping atau bak kontrol. dipasang subbase dari agregat bergradasi yang dapat
Kerusakan pada kondisi ini biasanya adalah : meloloskan air (permeable). Sementara itu, antara slab
- kerusakan bangunan pelengkap yang memerlukan beton dan lapisan subbase dipasangkan lembaran
pemantauan dan pemeliharaan berkala, contoh: plastik sebagai bond breaker dan untuk mencegah
pelapukan pada struktur, penurunan mutu elemen dewatering campuran beton pada waktu pengecoran
pasangan batu, penumpukan sampah/tanah pada slab. Di bawah subbase dipasang lapisan filter material,
saluran; yang dimaksudkan untuk menahan masuk butiran-
- kerusakan terjadi pada elemen struktur yang butiran tanah dasar (subgrade) ke lapisan subbase.
memerlukan tindakan secepatnya, contoh kerusakan
struktur beton, pasangan batu atau beton IV. KESIMPULAN DAN SARAN
bertulang/tidak bertulang sedikit retak atau karat
1. Hasil inspeksi sistem drainase ruas Jalan Pantura
Penggalian, pembongkaran, pengangkutan dan
Tahun 2016 dapat disampaikan sebagai berikut: (1)
perbaikan sesuai dengan tipikel permasalahan drainase
Kondisi saluran permukaan umumnya tidak
jalan yang terjadi di lokasi kajian diantaranya:
terpelihara (2) Terjadinya genangan atau banjir
penggalian dan pengangkutan sedimen atau material
sesaat (pada curah hujan tinggi) lebih disebabkan
endapan di saluran, serta pembersihan tanaman dan
akibat elevasi jalan yang secara vertikal
sampah. Terkait pembongkaran banyaknya bangunan-
membentuk cekungan dan tidak terpeliharanya
bangunan liar yang mengganggu fungsi sistem
sistem drainase yang ada. (3) Penanganan sistem
drainase, serta perbaikan dasar saluran karena tergerus,
drainase jalan jalur Pantura Jawa lokasi rawan
baik konstruksi tanah, pasangan batu kali/bata dan atau
banjir dan genangan dalam penanganannya, perlu
beton bertulang/tidak bertulang.
melibatkan instasi terkait, seperti Pemerintah
Dari hasil inspeksi beberapa kerusakan konstruksi
Daerah, pengusaha swasta serta keterlibatan
yang terjadi di jalur Pantura Jawa akibat dari sistem
dengan masyarakat. (4) Beberapa ruas kajian perlu
drainase yang buruk seperti: terjadinya genangan atau
dilakukan peningkatan konstruksi drainase dan
banjir menyebabkan konstruksi perkerasan menjadi
jalan. (5) konstruksi dan penempatan inlet, outlet
rusak beberapa lokasi yang tergenang hasil inspeksi
dan drainase di median ditemukan tidak sesuai
adalah di KM 90, KM 92, ruas Kalianak dan Manyar
standar. (6) perlu evaluasi kebutuhan subdrain (7)
serta ruas Porong, dimana kelebihan air ini dapat
Perlu disiapkan program kajian detail terkait
menyebabkan pengurangan kekuatan geser dari bahan
kebutuhan sistem drainase jalur pantura yang
terikat, terjadinya pemuaian pada lapis tanah sesuai
memperhatikan kawasan;
dengan yang disampaiakan oleh Patil Abhijit dan Patil
2. Evaluasi kondisi drainase dari 129 titik inpeksi
Jalindar (2011) bahwa faktor penyebab kerusakan
memberikan gambaran bahwa 11% s.d 15% perlu
konstruksi jalan adalah kelebihan air. Meningkatnya
peningkatan atau penggantian (penangan berat),
rutting di jalan Pantura Jawa juga disebabkan oleh
dan sekitar 15% s.d 47% perlu rehabilitasi
kelebihan air pada lapisan konstruksi fleksibel.
(perbaikan perkuatan, penggantian) sisanya adalah
Di beberapa lokasi pengamatan terjadinya
memerlukan pemeliharaan rutin dan berkala;
pumping, contoh pada KM SMG 126+000 Pemalang
permasalahan utama adalah pumping pada perkerasan 3. Hasil inspeksi sistem drainase jalan secara
sepanjang ± 900 m. Pumping adalah tipe kerusakan langsung dapat menggambarkan kebutuhan
jalan akibat beban kendaraan berat yang menimbulkan program dan kegiatan pemeliharaan dan
lendutan slab beton perkerasan kaku dan peningkatan drainase jalan ke depan.
mengakibatkan terdesaknya air beserta butiran-butiran
halus subgrade (tanah dasar) yang berada di bawah slab DAFTAR PUSTAKA
beton keluar melalui celah-celah sambungan (joint) dan 1) https://www.scribd.com/.../pidato-pengukuhan-prof-
retakan-retakan atau celah pada pinggir slab beton. dr-ir-agus-taufik-mulyono-m-t-p, Pidato
Pumping pada perkerasan kaku dapat mengakibatkan Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas
kerusakan hebat perkerasan beton semen yang berupa Teknik Universitas Gadjah, akibat sistem drainase
keretakan patahan yang disertai penurunan slab beton permukaan jalan yang tidak berfungsi dengan baik,
yang sangat menggangu kenyamanan pengendara Prosiding Seminar Nasional Kerjasama Tiga
karena retakan. Hal ini tentu saja mengakibatkan Universitas UI-ITB-UGM
lonjakan kenaikkan biaya pemeliharaan yang sangat 2) Ajeng Kusuma Dewi, Ary Setiawan dan Agus P
besar, di samping terjadinya hambatan terhadap Saido, Evaluasi sistem saluran drainase di ruas jalan
kelancaran lalu lintas. soslo sragen kab Karanganyar, ISSN 2354-8630, e-
Untuk perbaikan pumping dapat dilakukan dengan dua Jurnal Matriks Teknik Sipil, Vol 2 No 1, Maret
(2) cara, yaitu perbaikan struktur jalan dan 2014, hal 170-177.
pembangunan drainase di bawah permukaan perkerasan 3) Badan Pemeriksa Keuangan. (2015). BPK: 58%
(subdrain). Untuk mengoptimalkan fungsi subdrain Jalur Pantura Tak Ada Drainase, Jalan Cepat Rusak.
dapat dilengkapi dengan saluran samping pada kedua 4) Danang AT Saputro, M Janu I, Prima HW (2014),
sisi jalan. Apabila diperlukan adanya fasilitas drainase Perencanaan drainase perkotaan di Kota Nanga
di bawah permukaan perkerasan, di bawah slab beton
410
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
411
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Parbowo
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan
Jalan A.H. Nasution No. 264, Bandung. 40294
Email: parbowo@pusjatan.pu.go.id
Abstrak : Tempat istirahat merupakan bagian dari perlengkapan jalan yang tidak berkaitan langsung yang
pelaksanaannya merupakan kewajiban dari penyelenggara jalan. Tujuan dari penyediaan tempat istirahat pada
jalan tol selain untuk mengurangi jumlah kecelakaan, sehingga keberadaannya sangat diperlukan, juga
seharusnya dapat ikut memberikan kontribusi pembagunan wilayah melalui peningkatan ekonomi masyarakat
local, namun kenyataan yang ada di beberapa tempat istirahat setelah jalan bebas hambatan (Tol) dibangun
justru ekonomi local kurang berkembang, karena tidak terakomodir, dan juga beberapa temat istirahat kurang
berkembang, atau yang dikatakan oleh pengelolanya mengalami kerugian, yang diantaranya yang dikeluhkan
adalah tempat istirahat yang tidak memiliki daya tarik dengan keberadaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum (SPBU). Dengan demikian untuk mendorong pengembangan tempat istirahat Tol kedepan perlu
dicarikan solusi lain dalam rangka mendorong keberadaannya, yaitu dengan merangkul pengembangan
ekonomi lokal daerah setempat. Investasi yang diperlukan untuk mengelola tempat istirahat tidaklah sedikit,
dengan demikian diperlukan model pengelolaan yang melibatkan semua sektor yaitu model New Public Service
yang memiliki prinsip-prinsip yaitu kepentingan publik lebih penting, kebijakan dan program yang memenuhi
kebutuhan masyarakat, pelayanan publik harus mempunyai perhatian yang lebih besar daripada pasar, nilai
kepemimpinan dalam memenuhi kepentingan bersama, sehingga organisasi publik yang menyertakan semua
partisipasi akan lebih menjadikan bertahan hidup lebih lama.Tulisan ini bertujuan untuk membahas model NPS
ini sebagai model yang diharapkan sesuai dengan kondisi tempat istirahat di jalan tol di Indonesia. Metode
yang digunakan untuk menjawab tujuan tersebut yaitu melalui kajian pustaka terkait legalitas hukum dan
wawancara dengan pemangku kepentingan. Hasil kajian dan wawancara dianilisis secara deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa model New Public Service lebih tepat untuk diterapkan sesuai
regulasi yang ada yaitu kerjasama (Kerjasama Pemerintah Swasta, serta masyrakat)
Kata Kunci: Tempat Istirahat jalan tol, Tempat Istirahat Pengembangan Ekonomi Lolkal, kelembagaan,
pelayanan publik, dan model New Public Service,
412
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
413
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
(dimana pasukannya beristirahat dalam perjalanan), permasalahan lainnya, namun pada jalan tol telah
namun dari catatan yang ada mulai adanya tempat mulai terjadi keteraturan sejak dibangunnya tol
istirahat adalah dimulai dari zaman Raden Patah pertamakali yaitu Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi),
yaitu raja dari Kerajaan Demak ketika akan karena dilarangnya dan ketatnya perizinan
membebaskan Malaka dari Portugis sekitar abad ke peruntukkan penggunaan lahan di sepanjang jalan
14 (empatbelas) Masehi, yaitu menurut Cortesao Tol dibandingkan dengan di jalan umum.
dalam Lapian B Adrian (2008) bahwa rombongan
pasukan membuat tempat yang kemudian menjadi
tempat membuat kapal-kapal laut (jung) untuk Tempat Istirahat dengan Konsep
angkatan perangnya, ketika menuju Pelabuhan Pengembangan Ekonomi Lokal
Sunda Kelapa sebelum berlayar menuju Malaka. Tempat Istirahat Pengembangan Eknomi
Kemudian pembangunan tempat istirahat juga telah Lokal adalah tempat yang digunakan untuk
dilakukan oleh Sultan Agung dalam usaha beristirahat pengguna jalan dengan membawa
membebaskan Batavia dari Belanda yang kedua dampak terhadap pengembangan wilayah melalui
kali yaitu dengan membangun pos-pos logistik di peran serta pertumbuhan ekonomi lokal, sehingga
sepanjang jalan dari Surakarta menuju Batavia selain sebagai tempat istirahat, juga dapat
untuk tempat-tempat istirahat pasukannya sebagai dimanfaatkan untuk sebagai titik hubungan
tempat distribusi bantuan logistik (makanan dan interaksi antara penduduk lokal dan pengguna jalan
senjata), sebagai antisipasi karena kegagalan yang tol. Interaksi melalui tempat istirahat diperlukan
pertama pasukannya dalam membebaskan Batavia untuk mendorong peningkatan pengembangan
adalah kekurangan logistik. Tempat istirahat pada ekonomi lokal dengan memperkenalkan dan
pinggir jalan di Indonesia dengan fungsi yang lain memasarkan potensi alam dan produk masyarakat
menurut Prakoso (2015) yaitu terkait bangunan lokal daerah setempat. Dengan adanya simpul
palereman di Jabukulon, Ceper, Klaten, yaitu keterhubungan/ interaksi tersebut diharapkan peran
sebuah bangunan menyerupai rumah berdiri di tepi serta semua pemangku kepentingan dapat
jalan raya Solo – Jogja, Dukuh, Penggung, Desa menciptakan pembangunan berkelanjutan dalam
Jambukulon, Ceper, Kabupaten Klaten. Bangunan penyediaan tempat istirahat.
ini merupakan petilasan palereman dalem atau Pengetian pembangunan berkelanjutan
tempat peristirahatan sementara para pengantar menurut Djajadiningrat dan Hardjolukito (2013)
jenasah raja. Hal ini pernah dilakukan ratusan tahun adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan
lalu oleh rombongan pengantar jenasah salah satu masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi
raja, yaitu Raja Pakubuwono IV melintas di mendatang. Di dalamnya terkandung dua gagasan
wilayah Penggung untuk dimakamkan di Imogiri, penting, yaitu gagasan “kebutuhan” yaitu
Bantul Yogyakarta. Ketika melintas wilayah kebutuhan essensial untuk memberlanjutkan
Penggung, rombongan beristirahat, kemudian kehidupan manusia, dan gagasan keterbatasan yang
mereka menyemayamkan jenasah di palereman, bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi
sementara beberapa anggota rombongan beristirahat sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk
dan beribadah di musholla tidak jauh dari memenuhi kini dan hari depan. Jadi pembangunan
palereman. menimbulkan transformasi yang progresif pada
Mulai tahun 1990 an banyak tumbuh tempat ekonomi dan masyarakat. Pembangunan tempat
istirahat di Indonesia pada jalan raya (jalan umum) istirahat di jalan Tol perlu mengadopsi 3 (tiga) dari
menjamur bertebaran, terutama di dalam Pulau 5 (lima) prinsip berkelanjutan dengan
Jawa pada jalur-jalur jalan dekat obyek wisata, mengutamakan keterkaitan antara manusia dengan
jalan Pantai Utara Jawa (Pantura). Tempat yang alam, yaitu berdasarkan prinsip keberlanjutan
dapat dimanfaatkan untuk beristirahat diantaranya ekologis, ekonomis, dan keberlanjutan sosial
rumah makan, penginapan, Stasiun Pengisian budaya, dimana ketiga berkelanjutan tersebut
Bahan Umum (SPBU), tempat ibadah, dan bahkan diharapkan menciptakan pembangunan
sampai menempati bahu jalan. Tempat untuk keberlanjutan, dan ini merupakan tantangan dari
beristirahat yang disediakan oleh masyarakat atau “kelembagaan”.
badan usaha umumnya belum memenuhi ketentuan
dan persyaratan teknis jalan yang tertuang dalam Organisasi Publik (Kelembagaan)
Peraturan Menteri nomor 19/PRT/M/2011 tentang
Arti lembaga menurut Macmillan dalam
Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan
Fatimah (2012) merupakan seperangkat hubungan
Teknis Jalan. Hal ini berdampak pada peningkatan
norma-norma, keyakinan-keyakinan, dan nilai-nilai
ketidakteraturan, kemacetan, kecelakaan, dan
yang nyata, yang terpusat pada kebutuhan sosial,
414
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
dan serangkaian tindakan penting serta berulang. Tabel. 1 Perbandingan Paradigma Admnistrasi
Lembaga diakui oleh negara dan bersifat “nasional” Publik
alias dkatakan “legal”. Jadi selain mengikat,
sebagian besar lembaga mencanangkan program- Elemen Old Public New New
program tertentu untuk membangun negara ataupun Administratio Public Public
daerah setempat. n (OPA) Managem Service
Berdasarkan ciri lembaga tersebut, maka ent (NPS)
dapat ditarik kesimpulan bahwa lembaga adalah (NPM)
suatu organisasi publik yang melakukan tata kelola Dasar Teori Politik Teori Teori
yang saling mengikat yang ditampung dalam Epistimo Ekonomi Demokras
organisasi yang diakui negara dengan aktivitas- logi i, beragam
aktivitasnya bersifat sosial. Dengan demikian suatu pendekata
lembaga ditampung dalam bejana atau wadah atau n
ruang yang disebut organisasi, dimana organisasi Konsep Sesuatu yang Kepenting Kepenting
menurut Siagian Sondang (2003) adalah setiap Public diterjemahkan an publik an publik
bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih Interest secara politis mewakili merupaka
yang bekerja bersama serta secara formal terikat dan tercantum agregasi n hasil
dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah dalam aturan kepenting dialog
ditentukan dalam ikatan yang terdapat seorang/ an nilai-nilai
beberapa orang yang disebut atasan dan seorang/ individu
sekelompok orang yang disebut bawahan. Dimana Siapa Klien dan Pelanggan Warga
Tempat Istirahat pada Jalan tol membutuhkan 7 yang konstituen (customer Negara
(tujuh) prinsip organisasi dari 12 (duabelas) prinsip- dilayani (clients and ) (citizens)
prinsip organisasi, yaitu: 1) Terdapat tujuan yang constituents)
jelas, 2) Tujuan organisasi harus dipahami oleh Peran Mengayuh Mengarah Melayani
setiap orang dalam organisasi, 3) Tujuan organisasi Pemerint (mendesain kan (melakuka
harus diterima oleh setiap orang dalam organisasi, ah dan (bertindak n
4) Adanya kesatuan arah (unity of direction), 5) melaksanakan sebagai negosiasi
Adanya kesatuan perintah (unity of command), 6) kebijakan katalis dan
Adanya keseimbangan antara wewenang dan yang terpusat untuk menjadi
tanggungjawab seseorang, 7) Adanya pembagian pada tujuan mengemb perantara
tugas (distribution of work) tunggal dan angkan beragam
Dalam mencapai tujuan bersama yang ingin ditentukan kekuatan kepenting
dicapai, maka lembaga/ organisasi yang suskes secara politik) pasar) an di
harus memerlukan administrasi yang baik, karena masyarak
administrasi menurut Rusli Budiman (2014) adalah at dan
bentuk kerjasama kolektif untuk mencapai tujuan membentu
yang telah ditetapkan merupakan sebuah fenomena k nilai
yang dapat ditemukan dalam berbagai kehidupan bersama)
manusia., dimana pemahaman administrasi dalam Rasional Rasionalitas Rasionalit Rasionalit
persepsi secara umum yang mencakup seluruh itas dan sinoptis, as teknis as
organisasi, besar maupun kecil, pemerintah maupun model manusia dan strategis
swasta. Untuk itu diperlukan model adminstrasi perilaku administratif ekonomis atau
yang dapat memberikan peran serta masyarakat manusia “economi formal, uji
lebih diperhatikan. Di bawah ini dijelaskan cman” rasionalita
perkembangan model-model administrasi, yaitu: pengambil s
an berganda
keputusan (politis,
yang self- ekonomis,
interested dan
organisasi
onal)
Akuntab Menurut Kehendak Banyak
ilitas hierarkhi pasar yang dimensi:
admnistratif merupaka auntabilita
415
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
n hasil s pada
keinginan nilai, 1. Tugas pelayanan (publik), adalah tugas
customer hukum, memberikan pelayanan kepada umum tanpa
komunitas membeda-bedakan dan diberikan secara cuma-
, norma cuma atau dengan biaya sedemikian rupa
politik, sehingga kelompok paling tidak mampu
profesiona sekalipun bisa menjangkaunya.
lisme, 2. Tugas pembangunan, adalah tugas untuk
kepenting meningkatkan kesejahteraan ekonomi
an citizen masyarakat. Tugas ini fokus kepada upaya
Diskresi Diskresi Berjangka Diskresi membangun produktivitas dari masyarakat dan
Adminis terbataspada uan luas diperluka mengkreasikan nilai ekonomis atas
trasi petgas untuk n, tetapi produktivitas ekonomis tersebut.
adinistrasi mencapai bertanggu 3. Tugas pemberdayaan, adalah peran untuk
sasara ngjawab membuat setiap warga masyarakat mampu
entreprene dan bila meningkatkan kualitas kemanusiaan dan
urial terpaksa kemasyarakatan.
Struktur Organisasi Organisasi Struktur
Organisa birokratis, publik kolaborati Dengan pengertian ini, maka seharusnya
si kewenangan terdesentr f antara pembangunan oleh pemerintah sebagai salah satu
top down alisasi kepemimp tugas pokok pemerintah untuk meningkatkan
inan kesejahteraan masyarakat, bukan sebaliknya, karena
eksternal akibat organisasi yang diberi tugas kewenangannya
dan kurang dapat melaksanakan fungsi yang
internal didelegasikan, walaupun organisasi yag diberi
Mekanis Melalui Melalui Membang delegasi adalah organisasi swasta (profit
me program yang pembentu un koalisi orientation) harus tetap memperhatikan fungsi
Pencapai diarahkan kan agensi sosial.
an agen mekanism antar
Sasaran pemerintah e dan agensi Konsep pelayanan sarana publik harus
Kebijaka struktur publik, excellent yang menurut Fittzsimmons and
n intensif non profit Fittzsimmons dalam Rusli Budiman (2014) harus
dan dikembangkan disesuaikan dengan Tangibles
swasta (bukti fisik yang memadai, termasuk sumber daya
Sumber: Denhardt & Denhardt, 2003 manusia), Emphaty (kemampuan secara emosional
terhadap kebutuhan semua pemangku kepentingan),
Reliability (pelayanan yang cepat dan tepat tanpa
Model kelembagaan yang terdapat di membeda-bedakan), Responsiveness (tanggap
Indonesia mengacu kepada peraturan perundangan terhadap keluhan stakeholders), serta Assurance
diantaranya Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS), (jaminan adanya kepastian kualitas dan kuantitas
Badan Layanan Umum (BLU), Koperasi, dan pelayanan). Dengan adanya fungsi tambahan
Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D). tersebut diharapkan penyediaan tempat istirahat
Masing-masing lembaga tersebut memiliki dasar dapat lanjut melalui peningkatkan peran pemangku
hukum, tujuan, struktur organisasi, dan pengelolaan kepentingan diantaranya pemerintah, pemerintah
yang berbeda. daerah, swasta dan masyarakat lokal.
416
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
417
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
dilakukan pecatatan secara rinci mengenai sesuatu mendorong perlunya penyediaan tempat istirahat
yang dirasakan terkait dengan masalah penelitian. pada jalan umum, dilanjutkan dengan identifikasi
Data yang terkumpul kemudian dilakukan verifikasi komponen yang meliputi model organisasi publik
dan “dikonfrontasikan” kembali dengan sumber (kelembagaan), dan pelayanan publik yang
data lainnya. diperlukan untuk mendorong pengelolaan tempat
Dalam teknik analisis desktriptif dari sumber istirahat yang berkelanjutan. Untuk menjawab
data yang telah diperoleh berdasarkan hasil permasalahan dari masing-masing komponen,
wawancara, maka selanjutnya peneliti dilakukan kajian pustaka dan wawancara langsung
mengutamakan pandangan responden lebih dengan pemangku kepentingan sebagai dasar dalam
diutamakan kepada responden kunci yaitu Kepala penyusunan rekomendasi awal. Hasil rumusan
Bidang di Dinas Pekerjaan Umum Kota Cimahi, berupa rekomendasi awal selanjutnya dibahas
serta pejabat-pejabat yang terkait pada instansi yang dalam forum untuk kemudian disepakati sebagai
dilakukan survei dengan metode wawancara . Hasil rekomendasi model pelayanan publik yang
dari wawancara kemudian dilakukan analisis dipandang optimal untuk pengelolaan tempat
dengan metode membandingkan hasil wawancara istirahat.
dengan sumber data lain terutama yang
dibandingkan dengan ketentuan peraturan HASIL DAN ANALISIS
perundangan yang terkait. Penentuan model pelayanan publik haruslah
Tahap analisis dalam analisis desktriptif tepat sasaran (right goal), tepat manfaat (right
kualitatif yaitu analisis data, penafsiran data, benefit), serta tepat aturan/ hukum (right law).
pengecekan keabsahan temuan, dan pemberian Ketepatan tersebut menjadi faktor utama yang
makna. Analisis data adalah proses pencarian dan menentukan keberhasilan pemerintah dalam
pengaturan hasil wawancara atau bahan yang telah menyelenggarakan tempat istirahat yang efektif dan
dikumpulkan secara sistematis. Pengecekan efisien. Analisis dimulai dengan tinjauan inisiatif
keabsahan data dilakukan untuk memperoleh penyediaan tempat istirahat dalam kerangka
kesimpulan yang tepat dan obyektif yang peraturan atau regulasi yang berlaku saat ini
bersesuaian dengan fakta yang ada. Aspek-aspek dilanjutkan dengan analisis model pelayanan publik
yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi: untuk tempat istirahat yang sesuai dengan kondisi
1. Organisasi Publik (Kelembagaan), yaitu untuk di Indonesia.
mengkai kepastian tujuan yang jadi tujuan dari
lembaga, pihak dan anggota yang terlibat, Tabel.2 Analisis Perbandingan Pelayanan Publik
fungsi dan wewenang, hubungan struktur dan Berdasarkan Jenis Pengelolaan Usaha
fungsional, serta bagaimana mengendalikan Jenis Usaha Ta E Rel Res Ass Bob
fungsi dan peran masing-masing pihak dan ngi mp iab
ble hat ilit
pon ura ot
anggota yang terlibat untuk mencapai tujuan.
s y y sive nce Rat
2. Pelayanan Publik, yaitu untuk mengkaji pola nes a-
pelayanan yang diberikan, serta bagaimana s rat
menyusun strategi untuk meningkatkan a
pelayanan kepada masyarakat. Pengelola 60 30 30 20 40 36
(Tempat % % %
% % %
Penelitian ini dilakukan secara sistematis Istirahat Tol) -
dan menyeluruh melalui kajian pustaka dan (Swasta)
DPU Cimahi 50 70 80 60 50 62
wawancara dengan stakeholders atau pemangku (Rusunawa) – % % %
kepentingan yang terkait dengan penyediaan (UPT)
% % %
pembangunan infrastruktur untuk pelayanan publik. Cibabat 80 70 70 70 60 70
Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat (Rumah Sakit) % % %
– (BLU)
% % %
dimanfaatkan oleh pemerintah dalam membuat PDAM 20 20 20
kebijakan model organisasi publik (kelembagaan), 20 20 20
(BUMD) % % %
dan pelayanan publik dala mengelola tempat % % %
Koperasi 40 60 60 50 40 50
istirahat pada jalan Tol yang berkelanjutan, dalam % % %
arti bahwa pada akhirnya dapat lebih meningkatkan % % %
peran serta masyarakat secara luas dalam Sumber: Hasil wawancara
pengelolaan tempat istirahat pada jalan tol.
Secara garis besar, tahapan dalam penelitian
ini dimulai dari indetifikasi latar belakang yang
Inisiatif Penyediaan Tempat Istirahat
418
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tempat istirahat pada jalan Tol sesuai koperasi), karena selain tempat istirahat menjadi
dengan PP nomor 15 Tahun 2005 merupakan salah tempat menghilangkan kelelahan, juga dapat
satu perlengkapan jalan yang wajib disediakan membantu perekonomian masyarakat lokal, setelah
minimal setiap jarak 50 (limapuluh) kilometer. lokasi perdagangannya menjadi sepi oleh
Regulasi lain yang mendukung perlunya kunjungan dengan keberadaan jalan tol yang
penyediaan tempat istirahat tersebut dapat dilihat melewati wilayah usahanya, karena terjadinya
pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 perpindahan pengguna jalan dari jalan umum ke
tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan. Di dalam jalan tol yang hampir mencapai 90% pengguna
undang-undang tersebut diatur bahwa setelah jalan, sehingga hal ini kedepan akan merupakan
mengemudikan kendaraan selama 4 (empat) jam potensi ekonomi yang sangat menjanjikan, baik
berturut-turut, pengemudi kendaraan bermotor bagi penyelenggara maupun masyarakat lokal serta
umum wajib beristirahat paling singkat setengah Pemerintah Daerah untuk bersama-sama dapat
jam. mengelola. Dengan berkembangnya ekonomi lokal
sebagai ekonomi lokal yaitu ekonomi pedesaan
Model Pelayanan (pinggir), maka diharapkan akan terjadi pemerataan
Peraturan Pemerintah mengamanatkan pertumbuhan wilayah melalui pengembangan
pentingnya pemerintah mengambil peran sebagai ekonomi. Hal ini akan sejalan dengan nomor 2 dan
inisiator penyedia tempat istirahat pada jalan tol nomor 3 dari 9 Program Prioritas Pembangunan
(Pasal 3 ayat 1 PP nomor 15 tahun 2015). Hal ini Nawacita, yaitu:
akan memperkuat peran pemerintah sebagai
penyelenggara fasilitas layanan publik. *) Membuat pemerintah tidak absen dengan
Keunggulannya bila pemerintah mengambil inisiatif membangun tata kelola pemerintahan yang
adalah bentuk layanan publik yang diberikan tidak bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya,
“terlalu” bersifat komersial, menjangkau seluruh dengan memberikan prioritas pada upaya
lapisan masyarakat, dan bersifat jangka panjang memulihkan kepercayaan publik pada institusi-
(berkelanjutan). institusi demokrasi dengan melanjutkan
Permasalahan lain yang dihadapi dari konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem
pengelolaan infrastruktur pelayanan publik yaitu kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.
masih adanya kelemahan dari aspek regulasi terkait
pelayanan publik untuk aset yang dikelola yang *) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan
melibatkan kerjasama dengan pihak lain memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
(masyarakat) agar pengembangan ekonomi lokal kerangka negara kesatuan.
dapat berkembang setelah adanya pembangunan tol,
yang umumnya perekonomian lokal menjadi
“tidak” berkembang apabila wilayah tersebut
terkena pembangunan tol.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di muka, dapat diambil
kesimpulan bahwa penyediaan tempat istirahat pada
jalan tol merupakan hal yang wajib dilaksanakan,
karena selaras dengan Peraturan Pemerintah nomor
15 Tahun 2005 pasal 7 dan penjelasannya, dan UU
Nomor 22 Tahun 2009 pasal 90, dengan tujuan
untuk meningkatkan keselamatan pengguna jalan.
Inisiatif penyediaan tempat istirahat adalah
pemerintah, dalam hal ini baik pemerintah pusat,
melalui lembaga penyelenggara atau pengelola
jalan tol.
Model pelayanan publik pengelolaan tempat
istirahat menurut regulasi yang berlaku kedepan
dapat menggunakan Kerjasama Pemerintah Swasta,
Pemerintah Daerah dan Masyarakat (dengan
419
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tabel. 3 Aplikasi New Public Service dalam Peningkatan Pelayanan Publik Tempat Istirahat Jalan To
Elemen Kementerian PUPR Direktorat Jenderal Badan Pengelola Jalan Pemerintah Daerah
Bina Marga Tol (BPJT)
Konsep Public UU 38/ 2004 UU 38/ 2004 PP 15/2005 UU 23/2014
Interest (Kepentingan PP 34/2006 PP 34/ 2006 UU 9/2015
publik diutamakan) Permen PU
20/PRT/M/2010
Pelayanan (semua (PPBBJ)
warga negara) Permen PU
19/PRT/M/2011 (PTJ-
Peran Pemerintah KPTJ)
(regulator dan
fasilitator) Menimbang Pasal 1 Pasal 2
b. bahwa jalan sebagai Persyaratan Teknis Penyelenggaraan jalan tol
Rasionalitas (politis, bagian sistem transportasi Jalan adalah ketentuan dimaksudkan untuk
ekonomis, nasional mempunyai teknis yang harus mewujudkan
organisasional) peranan penting terutama dipenuhi oleh pemerataan pembangunan
dalam mendukung bidang suatu ruas jalan agar jalan dan hasil-hasilnya serta
Akuntabilitas (Banyak ekonomi, sosial dan budaya dapat berfungsi secara keseimbangan dalam
dimensi) serta lingkungan dan optimal memenuhi pengembangan wilayah
dikembangkan melalui Standar dengan
Diskresi Administrasi pendekatan pengembangan Pelayanan Minimal Jalan memperhatikan keadilan,
wilayah agar tercapai dalam melayani lalu lintas yang dapat dicapai dengan
Struktur Organisasi keseimbangan dan dan angkutan jalan. membina jaringan jalan
(Kolaborasi) pemerataan pembangunan Kriteria Perencanaan yang dananya berasal dari
Mekanisme antardaerah, membentuk Teknis Jalan adalah pengguna
Pencapaian dan memperkukuh kesatuan ketentuan teknis jalan jalan.
Kebijakan nasional untuk yang harus
memantapkan pertahanan dipenuhi dalam suatu
dan keamanan nasional, perencanaan teknis jalan. Permen 43 PRT/M/2015
serta membentuk struktur Pasal 5
ruang dalam rangka BPJT mempunyai
mewujudkan sasaran wewenang untuk
pembangunan nasional; melakukan sebagian
wewenang Pemerintah
*) Pasal 2 dalam penyelenggaraan
Penyelenggaraan jalan jalan tol yang meliputi
berdasarkan pada asas pengaturan, pengusahaan,
kemanfaatan, keamanan dan dan pengawasan Badan
keselamatan, keserasian, Usaha jalan tol sehingga
keselarasan dan dapat memberikan manfaat
keseimbangan, keadilan, yang maksimal bagi negara
transparansi dan untuk sebesar-besamya
akuntabilitas, kemakmuran rakyat.
keberdayagunaan dan
keberhasilgunaan, serta
kebersamaan dan
kemitraan.
420
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
421
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. berdasarkan umur di kota Manado. Data yang digunakan dari hasil survey lalu lintas pejalan kaki dengan
metode pengambilan sampel sampling acak sederhana dan teknik analisis yang digunakan adalah Partial Leasat Square
(PLS). Hasil penelitian dengan pendekatan PLS menunjukkan bahwa model kepuasan pergerakan pejalan kaki
berdasarkan umur adalah model yang fit dengan criteria R-square. Aspek pengelolaan, aspek teknis transportasi dan
fasilitas, kualitas pelayanan mempengaruhi kepuasan pejalan kaki. Aspek pengelolaan memberikan efek langsung
terbesar terhadap kepuasan pejalan kaki, dan didukung dengan kualitas pelayanan. Indikator jaminan, kinerja, daya
tahan, ketersediaan, perhatian dan berwujud, keandalan dan Estetika merupakan pembentuk dominan dalam pemodelan
kepuasan pejalan kaki. Kualitas pelayanan, aspek pengelolaan memberikan pengaruh terbesar terhadap kepuasan
pejalan kaki yang berumur lebih dari 45 tahun, sedangkan aspek Teknis Transportasi dan Fasilitas memberikan
pengaruh terbesar terhadap Kualitas pelayanan pada pejalan kaki yang berumur kurang dari 25 tahun
Keywords: PLS, trotoar, kepuasan pejalan kaki, kualitas pelayanan, aspek pengelolaan, aspek teknik
422
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
menjelaskan kausalitas antar faktor. Model Fasilitas (X2), Kualitas Pelayanan (Y1) dan
SEM disusun berdasarkan kerangka Kepuasan Pejalan Kaki (Y2) yang diambil
konseptual tentang Aspek Pengelolaan dari berbagai literatur. Kerangka konseptual
(X1), Aspek Teknis Transportasi dan disajikan sebagai berikut:
Karakteristik pejalan kaki berdasarkan umur karakteristik umur dengan pendekatan Partial
disajikan pada Tabel diatas. Tabel 1 terlihat Least Square.
bahwa persentase pejalan kaki yang berumur
Uji validitas dilakukan menggunakan analisis
kurang atau sama dengan 25 tahun sebesar 58
faktor konfirmatori pada masing-masing
persen, dan yang berumur antara 26 sampai
variabel laten yaitu Aspek Pengelolaan (X1.),
dengan 45 tahun sebesar 34 persen, sementara
Aspek Teknis Transportasi dan Fasilitas (X2.),
itu yang persentasi terendah sebesar 8 persen
Kualitas Pelayanan (Y1.) dan Kepuasan Pejalan
pada pejalan kaki yang berumur lebih dari 45
Kaki (Y2.). Uji reliabilitas digunakan composite
tahu. Hal ini menunjukkan bahwa umur pejalan
(contruct) reliability dengan cut off value adalah
kaki adalah usia yang produktif dalam
minimal 0.7. Hasil selengkapnya disajikan pada
melakukan perjalanan. Selanjutnya dilakukan
Tabel 2.
pemodelan pejalan kaki berdasarkan
Tabel 2. Nilai Outer Loading dan Composite Reliability Setiap Indikator Pada Variabel Laten Berdasarkan Umur
Pejalan Kaki
424
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Kualitas Tingkat Jaminan kepastian 0.873 0.759 0.994 0.892 0.774 0.958
Pelayanan (Y1) (Y1.3)
Perhatian(Y1.4) 0.870 0.629 0.908
Tabel 2., menunjukan semua indikator masing- sampai dengan 45 tahun pada kualitas
masing variabel laten mempunyai nilai loading pelayanan (Y1) dengan indicator keandalan
faktor di atas 0.5 dengan p-value lebih kecil dari (0.465). Sedangkan Nilai composite reliability
α=0.05, maka indikator tersebut valid dan semuanya memberikan nilai diatas 0.7, sehingga
signifikan, kecuali pejalan kaki dengan umur variable laten aspek pengelolaan (X1), aspek
kurang dari 25 tahun pada aspek aspek teknis teknis transportasi dan fasilitas (X2), kualitas
transportasi dan fasilitas dengan indicator pelayanan (Y1) dan kepuasan pejalan kaki (Y2)
kenyamanan (0.421), pada kepuasan pejalan adalah reliable.
kaki (Y2) dengan indicator kenyamanan
(0.470). Pejalan kaki dengan umur antara 26
425
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas dilanjutkan dalam analisis dengan bentuk path
pada semua variabel laten yang hasil valid dan diagram tersaji pada Gambar 2.
reliabel, , maka variabel laten tersebut dapat
(a) Pejalan Kaki Umur Kurang dari (b) Pejalan Kaki Umur antara 25 sd
25 Tahun 45 Tahun
Gambar 2. Hubungan antara variabel laten eksogen dengan endogenPengujian koefisien jalur pada Gambar 2
dan persamaan di atas secara rinci disajikan pada Tabel berikut:
Tabel 3. Hasil Pengujian Koefisien Jalur Model Kepuasan Pergerakan Pejalan Kaki Jalur Pedestrian
Berdasarkan Umur
426
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
UMUR
427
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
kenaikan Aspek Teknis Transportasi dan pembentuk dominan pada kualitas pelayanan,
Fasilitas (X2) maka akan menaikkan serta indicator keandalan dan Estetika
Kepuasan pejalan kaki (Y2) sebesar 0,463. merupakan pembentuk dominan pada kepuasan
pejalan kaki. Kualitas pelayanan, aspek
Kualitas pelayanan (Y1) berpengaruh positif pengelolaan memberikan pengaruh terbesar
dan signifikan terhadap Kepuasan pejalan kaki terhadap kepuasan pejalan kaki yang berumur
(Y2), pengaruh terbesar terjadi pada pejalan lebih dari 45 tahun, sedangkan aspek Teknis
kaki yang umur lebih dari 46 tahun. Hal ini
Transportasi dan Fasilitas memberikan
terlihat dari koefisien jalur yang bertanda pengaruh terbesar terhadap Kualitas pelayanan
positif sebesar 0,916 dengan nilai T-Statistic pada pejalan kaki yang berumur kurang dari 25
sebesar 47.624 yang lebih besar dari t-tabel tahun.
dengan taraf signifikansi () yang ditentukan
sebesar 0,05 sebesar 1.96. Dengan demikian
Kualitas pelayanan (Y1) berpengaruh secara
langsung pada Kepuasan pejalan kaki (Y2)
5. DAFTAR PUSTAKA
sebesar 0,916, yang berarti setiap ada
kenaikan Kualitas pelayanan (Y1) maka akan Bollen, K.A, (1989), Structural Equations with
menaikkan Kepuasan pejalan kaki (Y2) Latent Variables, John Wiley and Son,
sebesar 0,916. USA
Brown, T. A., (2006). Confirmatory Factory
Analysis for Applied Research. The
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan besar Guilford Press, New York.
kontribusi aspek Pengelolaan (X1), Aspek
Teknis Transportasi dan Fasilitas (X2) terhadap Hair, J.F. JR., Anderson, R.E, Tatham, R.L. &
Kualitas pelayanan (Y1) pada model pejalan Black, W.C. (2006). Multivariate Data
kaki umur kurang dari 25 tahun sebesar 59.7 Analysis. Six Edition. New Jersey: Pearson
persen, umur antara 25 sampai dengan 45 tahun Educational, Inc.
sebesar 37.7 persen, dan umur lebih dari 45 Hakim A. R, 2005.Analisis keselamatan dan
tahun sebesar 61.8 persen. Selanjutnya besar kenyamanan pemanfaatan trotoar
kontribusi aspek Pengelolaan (X1), Aspek berdasarkan persepsi dan preferensi
Teknis Transportasi dan Fasilitas (X2), Kualitas pejalan kaki di penggal jalan M.T. Haryono
pelayanan (Y1) terhadap Kepuasan pejalan kaki Kota Semarang, Fakultas Teknik Undip,
(Y2) pada model pejalan kaki umur kurang dari Semarang.
25 tahun sebesar 44.4 persen, umur antara 25
sampai dengan 45 tahun sebesar 25.6 persen, Johnson RA & Wichern DW. (1992). Applied
dan umur lebih dari 45 tahun sebesar 73.8 Multivariate Statistical Analysis. Prentice
persen. Hal ini menunjukkan bahwa yang Hall, Englewood Chiffs, New Jersey.
diprioritaskan dalam pengembangan aspek Joreskog, K.G., (1970), “A general method for
Pengelolaan (X1), Aspek Teknis Transportasi estimating a linear structural equation
dan Fasilitas (X2), Kualitas pelayanan (Y1) system”, Educational Testing Service,
adalah pejalan kaki yang berumur lebih dari 45 Princeton, New Jersey
tahun.
Kido, Ewa Maria. 2005. Aesthetic Aspects of
Railway Station in Japan and Europe, as a
part of “Context Sensitive Design for
4. KESIMPULAN Railways. Journal of the Eastern Asia
Society for Transportation Studies. Tokyo
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model Japan
Kepuasan Pergerakan Pejalan Kaki Jalur Kline, R.B. (2005). Principle and Practice of
Pedestrian berdasarkan umur di kota Manado Structural Equation Modeling.The Guilford
adalah model fit. Indikator jaminan dan kinerja Press, New York: London
merupakan pembentuk dominan pada aspek
pengelolaan, indikator daya tahan dan Lefrandt, L., Harnen, S., Ahmad, W., Ludfi, D.,
ketersediaan merupakan pembentuk dominan Bambang W.O., (2016). The Combination
pada aspek teknis transportasi dan fasilitas, of Importance Performance Analysis and
selanjutnya perhatian dan berwujud merupakan Structural Equation Model for Modeling
428
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
429
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Pembangunan infrastruktur jalan merupakan salah satu tulang punggung yang sangat
berperan dalam pemenuhan kebutuhan mobilitas dan aksesibilitas warga. Namun dampak dari
pembangunan infrastruktur jalan juga akan mengakibatkan perubahan lingkungan di sekitarnya.
Karena itu kita dituntut untuk mengedepankan pembangunan konstrksi yang berkelanjutan.
Konsep pembangunan berkelanjutan menjadi dasar penyusunan pembangunan jalan. Salah satu
pendekatan yang diharapkan dapat menjawab hal tersebut adalah Sistem Jalan Hijau. Sistem ini
dapat dijadikan platform yang menggerakkan bidang konstruksi jalan untuk mengimplementasikan
prinsip-prinsip konstruksi berkelanjutan. Selain mendukung keberlanjutan, pendekatan Jalan Hijau
juga akan sangat mendukung peningkatan kinerja pembangunan jalan, karena memuat mengenai
tertib penyelenggaraan jalan, baik itu ketentuan teknis maupun kriteria desain sebagaimana telah
diatur dalam Permen PUPR No 19/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan
Kata kunci: pembangunan jalan, dampak lingkungan, jalan hijau, konstruksi berkelanjutan
Abstract. The road infrastructure development is considered as one of the backbone to fulfill the
needs of mobility and accessibility of the people. But the impact of road infrastructure development
has intensively influenced the degradation of environment quality. This phenomenon challenges us
to give a way to a more sustainable and environmentally-friendly development. The concept of
sustainable development becomes the basis for the development of road construction. Green
Road System is one of the approach that is expected to address this issue. This system can be a
platform that drives road construction to implement sustainable construction principle. Green Road
approach will also strongly support the improvement of road construction performance, as it
contains in Ministry of PWH Regulation No. 19/2011 on Road Technical Requirements and Road
Planning Technical Criteria.
Keywords: road development, environment impact, green road, sustainable construction
431
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Adapun prinsip berkelanjutan yang harus Keberlanjutan telah menjadi isu penting di
dipenuhi adalah sebagai berikut: kesamaan dunia saat ini. pembangunan berkelanjutan,
tujuan, pemahaman serta rencana tindak; seperti yang didefinisikan dalam Brundtland
pengurangan penggunaan sumber daya, baik Report tahun 1987, adalah "pembangunan
berupa lahan, material, air, sumber daya yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa
alam maupun sumber daya manusia mengorbankan kemampuan generasi
(reduce); pengurangan timbulan limbah, baik mendatang untuk memenuhi kebutuhan
fisik maupun nonfisik; penggunaan kembali mereka sendiri”. Bidang lingkungan telah
sumber daya yang telah digunakan menjadi topik penting dari diskusi sejalan
sebelumnya (reuse); penggunaan sumber dengan tantangan yang kita hadapi di dunia
daya hasil siklus ulang (recycle); modern saat ini. Pertama, transportasi
433
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
kriteria pada perancangan dan pelaksanaan perlindungan: air, udara, hewan, tanaman,
konstruksi diberikan bobot pula. Ketiga bobot material, dan energi. Kriteria jalan hijau dari
tersebut kemudian dikombinasikan menjadi aspek ekonomi adalah melakukan: kegiatan
nilai setiap kriteria. yang efisien, bermanfaat, teknologi ramah
lingkungan. Kriteria jalan hijau dari aspek
Kriteria-kriteria yang melakukan perlindungan
sosial adalah menyediakan fasilitas untuk
sumber daya alam (air, udara, habitat hewan
semua pengguna jalan, memelihara budaya,
dan tumbuh-tumbuhan), meningkatkan
dan meningkatkan nilai potensi daerah.
kualitas hidup masyarakat, dan
menyelenggarakan pembangunan yang lebih Kriteria jalan hijau terdiri dari 91 buah.
ekonomis. Kriteria-kriteria tersebut dikelompokkan
menjadi lima kategori, yaitu: konservasi
Kriteria-kriteria jalan hijau merupakan upaya
lingkungan air, udara, dan alam (KL),
penerapan prinsip berkelanjutan pada
transportasi dan masyarakat (TM),
pembangunan jalan agar terwujud jalan yang
pelaksanaan konstruksi (AK), material dan
lebih berkelanjutan. Prinsip-prinsip
sumber daya alam (MS), teknologi
berkelanjutan yang dimaksud meliputi aspek
perkerasan (TP). Bobot setiap kategori hasil
lingkungan, sosial, dan ekonomi. Kriteria
kuesioner ditunjukkan pada Gambar 1.
jalan hijau dari aspek lingkungan adalah
Material dan
sumber daya alam Teknologi
(Bobot 20,1) perkerasan (Bobot
20,2)
Transportasi
Konservasi dan masyarakat
lingkungan air, (Bobot 13,5)
udara dan alam
(Bobot 27,7)
Pelaksanaan
konstruksi
(Bobot 19,3)
Gambar 1. Bobot pada tiap Kriteria Jalan Hijau (Sumber: Pusjatan, 2014)
437
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tabel 2. Kategori, subkategori, dan kriteria jalan hijau (Sumber: Pusjatan, 2013)
Jumlah Jumlah
Kategori
subkategori kriteria
Konservasi lingkungan air, udara, dan alam (KL) 9 34
Transportasi dan masyarakat (TM) 8 35
Pelaksanaan Konstruksi (AK) 10 11
Material dan Sumber Daya Alam (MS) 6 6
Teknologi Perkerasan (TP) 5 5
Total 38 91
Kategori konservasi lingkungan air, udara, daya alam merupakan kriteria yang
dan alam merupakan kelompok kriteria yang menggunakan material lokal atau material
melindungi air seperti penyediaan: drainase daur ulang, pemanfaatan material yang
jalan, fasilitas penahan dan resapan, berlebih ke luar lokasi proyek jalan. Kategori
kebisingan mitigasi, polusi udara, penanaman teknologi perkerasan merupakan kriteria-
pohon, perlindungan dan mencegah kriteria yang menggunakan berbagai
kepunahan. Kategori transportasi dan teknologi yang hemat energi, ramah
masyarakat merupakan kelompok kriteria lingkungan, dan ekonomis.
yang menyediakan fasilitas-fasilitas: pejalan
kaki, pesepeda, pengguna moda angkutan Sistem pemeringkatan tersebut memandu/
massal, menyediakan jalan yang mengarahkan dari tahap pemrograman,
berkeselamatan, mengikutsertakan perencanaan teknis, dan pelaksanaan
masyarakat dalam perencanaan, dan konstruksi. Di akhir pelaksanaan konstruksi,
peningkatan pariwisata lokal. Kategori proyek tersebut diperingkat menurut
pelaksanaan konstruksi merupakan kriteria banyaknya kegiatan yang menerapkan
kegiatan yang meningkatkan efisiensi seperti prinsip-prinsip berkelanjutan yang selanjutnya
kontraktor memiliki dokumen sistem disebut kriteria jalan hijau. Semakin banyak
manajemen mutu, melakukan daur ulang, kriteria yang dipenuhi semakin tinggi
mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, peringkat jalan hijau. Adapun tahapan
mengurangi emisi dari kendaraan, mengatur proses pemeringkatan dapat dilihat pada
penggunaan air, menggunakan energi Gambar 2.
terbarukan. Kategori material dan sumber
438
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Peringkat Uraian
Bintang 1 (*) Jalan yang telah memenuhi persyaratan teknis, memiliki dokumen
studi kelayakan, dokumen lingkungan, dan desain teknis akhir atau as
built drawing
Bintang 2 (**) Jalan dengan pemenuhan total kriteria penilaian mencapai 20
439
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Dengan penerapan sistem ini, diharapkan untuk mengambil peran dalam penerapan
akan mendorong praktek-praktek terbaik teknologi yang ramah lingkungan melalui
dalam pembangunan jalan yang pemberian penghargaan/award. Hal ini akan
memperhatikan prinsip-prinsip dimensi berdampak positif terhadap sistem
ekologi, sosial,dan ekonomi. pengadaan yang berkelanjutan (sustainable
procurement), munculnya green bussiness
dalam daur hidup produk (life cycle), dan
Penutup
akan terlihat bagaimana pemanfaatan
Degradasi kualitas lingkungan perkotaan material dan energi dari suatu proyek.
menjadi isu yang perlu diperhatikan dan Keadaan tersebut akan memunculkan proses
diatasi dengan konsep infrastruktur perkotaan konstruksi yang lebih berkelanjutan, lebih
yang berkelanjutan. Konsep tersebut semakin bersaing, dan diharapkan ide inovatif
dipertegas dengan terbitnya Permen PU teknologi pembangunan jalan yang
19/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan berkelanjutan akan semakin bermunculan.
Dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan serta
Dengan demikian jelas bahwa di samping
Permen PU No:05/PRT/M/2015 tentang
mendukung keberlanjutan, pendekatan Jalan
Pedoman Umum Implementasi Konstruksi
Hijau juga mendukung peningkatan kinerja
Berkelanjutan pada Penyelenggaraan
pembangunan jalan, karena memuat
Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan
mengenai tertib penyelenggaraan jalan baik
Permukiman. Peraturan tersebut menjadi
itu ketentuan teknis maupun kriteria desain
arahan bagi penyediaan green construction di
sebagaimana telah diatur dalam Permen
Indonesia.
PUPR No 19/2011 tentang Persyaratan
Melalui penerapan Sistem Jalan Hijau, Teknis Jalan Dan Kriteria Perencanaan
Indonesia siap menyambut Sustainable Teknis Jalan.
Development Goals (SDGs) dalam rangka
Untuk menyukseskan hal tersebut, Sistem
mengembangkan infrastruktur berkelanjutan
Jalan Hijau Indonesia masih membutuhkan
yang berkualitas dan andal untuk mendukung
upaya sosialisasi dan pendampingan,
pembangunan ekonomi. Dengan
sehingga semakin diterima oleh masyarakat
menerapkan sistem jalan hijau, secara
umum, terutama penyelenggara jalan baik di
langsung telah memperhatikan dukungan
pusat dan daerah. Dengan program
terhadap mitigasi dan adaptasi perubahan
pembangunan jalan yang menerapkan prinsip
iklim melalui pembangunan infrastruktur
konstruksi berkelanjutan yang terintegrasi
jalan.
dari proses pemrograman, perencanaan
Sistem Jalan Hijau Indonesia diharapkan teknis, dan pelaksanaan, akan semakin
dapat menjadi platform yang menggerakkan memudahkan adopsi atas kriteria-kriteria
bidang konstruksi jalan untuk penilaian dan bahkan menjadikan sebagai
mengimplementasikan prinsip-prinsip kriteria teknis jalan.
konstruksi berkelanjutan, yang sekaligus
sebagai wahana yang memberikan informasi
yang terukur dan transparan mengenai
kontribusi bidang jalan dalam pembangunan
berkelanjutan. Dimana sistem ini diharapkan
dapat memotivasi para pelaku konstruksi
440
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
441
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Muhammad Idris
Kepala Balai Litbang Sistem dan Teknik Lalu Lintas - PUSJATAN, Bandung
Mahasiswa S3 Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
Email : muhammad.idris@pusjatan.pu.go.id
Studi ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh kecepatan operasional terhadap nilai star rating dan jumlah korban
meninggal dunia dan korban luka serius pada ruas jalan tol menggunakan simulasi star rating yang dikembangkan
oleh International Road Assessment Program (iRAP). Ruas jalan tol yang dipilih sebagai studi kasus adalah ruas
jalan Tol Cipularang dengan panjang 60,20km. Lebih dari 600 segmen ruas jalan yang didesain per 100m yang
diobservasi telah dianalisis menggunakan perangkat lunak ViDA Analysis. Secara umum hasil analisis ruas jalan
tol yang memiliki karakteristik alinemen vertikal dengan kelandaian bervariasi antara 0,00% sampai dengan
7,50%(71%); 7,50% sampai dengan 10,00%(13%); dan >10,00%(10%) memperlihatkan adanya pengaruh
kecepatan operasional yang signifikan terhadap nilai star rating dan jumlah korban meninggal dunia dan luka
serius yang dapat dicegah. Hasil analisis regresi memperlihatkan, terdapat pengaruh yang signifikan dari setiap
perubahan kecepatan operasional 10km/jam terhadap nilai star rating yang digambarkan mengikuti regresi linear
dengan persamaan kuadrat dengan nilai r2=0,679 hingga r2=0,990. Demikian juga, terdapat pengaruh yang
signifikan dari setiap perubahan kecepatan 10km/jam terhadap pengurangan 32% jumlah korban meninggal dunia
dan luka serius yang dapat dicegah yang digambarkan dengan regresi linear dengan model persamaan
eksponensial. Signifikansi hubungan antara kecepatan operasional dengan jumlah korban meninggal dunia dan
luka serius ini ditandai dengan nilai r2=0,978.
Kata kunci: star rating jalan, simulasi, ViDA Analysis, kecepatan operasional, korban meninggal dunia
dan luka serius yang dapat dicegah
442
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
sepanjang 60,20 km terbagi ke dalam 600 sampel Selain itu, studi ini juga mengkaji tingkat signifikansi
data. Lebih dari 22 atribut jalan yang dinilai di setiap pengaruh antara perubahan kecepatan operasional
100 meter segmen jalan yang kemudian dimodelkan terhadap nilai star rating dan nilai FSis-saved yang
untuk memperlihatkan hubungan antara kecepatan dihasilkannya melalui model-model statistik.
operasional dan nilai star rating dan FSis-saved.
1.2 Perumusan Masalah sejumlah atribut jalan memperlihatkan kecepatan
Rune Elvik di dalam beberapa referensi sebagai salah satu parameter penting. Sejauh mana
mengindikasikan adanya hubungan yang signifikan parameter ini berpengaruh terhadap model SRS yang
antara kecepatan dengan tingkat kecelakaan serta outputnya berupa prosentase star rating serta nilai
tingkat keparahan kecelakaan melalui model-model Fsis-saved sebagai indikator penting untuk
empirik (Rune et al, 2004; Rune, 2009). Model SRS memprediksi jumlah korban kecelakaan yang dapat
yang dikembangkan oleh iRAP yang memanfaatkan dicegah dengan sejumlah usulan penanganan.
443
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Head-on (overtaking); suatu bentuk kecelakaan tipikal kecelakaan run-off, sedangkan faktor yang
kendaraan penumpang dengan tipe tabrak depan- mempengaruhi keparahannya adalah hanya median
depan yang diawali dari kegagalan kendaraan ketika saja. Likelihood untuk tipe kecelakaan head-on
mendahului kendaraan lain. Likelihood dari tpe overtaking antara lain jumlah lajur, kelandaian,
kecelakaan head-on lost control sama seperti pada perbedaan kecepatan, dan kelicinan permukaan jalan.
X Median Type
Likelihood
Number of Lane
Vehicle Head-on Secerity Grade
Occupant + overtaking) X X
Skid Resistance/Grip
SRS Scores Operating Speed Differential Speeds
External Flow Influence X Median Type
Intersection Type
Likelihood Intersection Quality
Grade
Secerity Street Lighting
Intersection X Skid Resistance/Grip
Scores X Operating Speed Sight Distance
Channlelisation
External Flow Influence Speed management / Traffic
calming
Tipe kecelakaan pada persimpangan kelicinan jalan, jarak pandang, kanalisasi, pengaturan
(intersection); oleh iRAP dikategorikan sebagai kecepatan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi
kecelakaan akibat faktor jalan. Tipe kecelakaan di keparahan kecelakaan adalah tipe persimpangan.
persimpangan pada jalan tol ini merupakan Tipe kecelakaan lainnya adalah kecelakaan
kecelakaan yang terjadi di inlet atau eksit ramp, pada akses ke properti. Tipe kecelakaan seperti ini
antara lain tabrak depan samping, tabrak samping- tidak dijumpai di jalan tol, karena jalan tol ini
samping, tabrak depan belakang. Likelihood dari tipe merupakan jalan bebas hambatan. SRS pada jalan Tol
kecelakaan ini antara lain tipe persimpangan, kualitas Cipularang, hanya untuk kendaraan penumpang
persimpangan, kelandaian, lampu penerangan jalan, (vehicle occupant), ditentukan dari total nilai tipe
444
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
445
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
serius ini tidak tersedia, maka nilai default yang ada Keterangan:
dalam perangkat lunak ViDA Analysis dapat SisPrev : Jumlah korban luka serius yang
digunakan. dapat dicegah
Jumlah korban luka serius yang dapat dicegah
berdasarkan nilai default dalam ViDA Analysis Dengan menjumlahkan COPrev dan SisPrev, maka nilai
ditentukan berdasarkan asumsi sepuluh kali nilai FSis-saved diberikan seperti pada persamaan 7.
korban meninggal dunia yang dapat dicegah, atau FSis saved COPr ev SisPr ev
seperti diberikan pada persamaan 6 (iRAP, 2009).
............................................. (7)
SisPr ev COPr ev 10
.......................................................................
(6)
2.3 Faktor Risiko Kecepatan berlaku. Mean speed adalah kecepatan rata-rata
Model iRAP juga menyertakan kecepatan dalam kendaraan melewati suatu titik yang dinominasikan.
perhitungan SRS, kecepatan kendaraan akan Kecepatan persentil ke-85, adalah suatu nilai
mempengaruhi kemungkinan terjadinya kecelakaan kecepatan pada persentil ke-85 dari semua kendaraan
dan juga keparahan kecelakaan. Kecepatan akan yang diamati untuk melakukan perjalanan dalam
berpengaruh pada nilai SRS dikarenakan hubungan kondisi mengalir bebas (biasanya> 4 detik headway
antara elemen jalan dengan likelihood dan keparahan. antara kendaraan) melewati suatu titik yang
Kecepatan merupakan suatu faktor risiko dari dinominasikan.
kejadian suatu kecelakaan. Kecepatan yang tinggi Sekalipun ketiga data kecepatan dibutuhkan
akan meningkatkan risiko suatu kecelakaan dan akan tetapi di dalam model SRS, parameter batas
meningkatkan peluang terjadinya kecelaakaan fatal. kecepatan dan kecepatan operasional yang menjadi
Hal ini dikarenakan karena saat kecepatan atribut utama yang digunakan dalam menghitung
meningkat, kebutuhan pengemudi untuk bereaksi dan nilai SRS. Dari hasil penerapan iRAP star rating,
menghentikan kendaraannya pun meningkat. Selain parameter kecepatan dipandang menjadi salah satu
itu kecepatan tinggi akan menyebabkan kesalahan parameter yang berpengaruh. Bila kecepatan
pemahaman pengemudi yang berkibat pada operasional kurang dari kecepatan rencana akan
kesalahan antisipasi yang harus dilakukan. memberikan nilai SRS yang lebih kecil, atau dengan
Untuk tujuan studi IRAP ada tiga data perkataan lain lalu lintas lebih selamat. Suatu tipe
kecepatan yang perlu dikumpulkan dan dimasukkan jalan dengan persyaratan teknis yang lebih rendah
dalam formulir perhitungan perhitungan SRS. Ketiga dan dengan memanfaatkan kriteria dan faktor risiko
data kecepatan tersebut adalah batas kecepatan, yang ada akan memberikan nilai SRS yang lebih
kecepatan rata-rata dan kecepatan persentil ke-85. rendah. Kecepatan operasional yang lebih rendah dari
Batas kecepatan ditandai oleh rambu batas kecepatan kecepatan rencana akan memberikan nilai SRS yang
atau bila batas kecepatan tidak ada, batas kecepatan lebih baik.
yang berlaku adalah sesuai dengan aturan yang
3. METODOLOGI diperoleh dari hasi survei lapangan. Di dalam
3.1 Kerangka Berfikir pehitungan star rating dan FSis-saved, sejumlah
Metode pendekatan yang digunakan dalam kajian ini atribut jalan dimasukkan sebagai parameter (iRAP-a,
adalah metode deskriptif dari hasil analisis pengaruh 2009, iRAP-b, 2009; iRAP-a, 2010) yang antara lain
kecepatan terhadap nilai star rating dan nilai FSis- parameter geometrik jalan, kondisi badan jalan,
saved untuk ruas jalan tol Cipularang. Proses perlengkapan jalan, perambuan dan marka jalan,
perhitungan star rating jalan dan nilai FSis-saved lingkungan jalan, objek berbahaya di sisi jalan, lalu
diawali dari pengolahan hasil penilaian jalan yang lintas. Hasil penilaian ini kemudian diolah dan
446
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
dianalisis menggunakan perangkat lunak ViDA mendapatkan nilai star rating yang bervariasi dan
Analysis yang menghasilkan nilai star rating jalan nilai FSis-saved yang bervariasi pula. Hasil simulasi
dan FSis-saved. Hasil ini kemudian ditelaah setelah inilah yang kemudian ditelaah dengan perangkat
melakukan simulasi iRAP dengan cara mengubah analisis regresi statistik (Lyman, 1993; Sincih, 1985;
nilai parameter kecepatan operasionalnya. Setiap Walpole, 1995) untuk menilai pengaruh perubahan
perubahan parameter kecepatan operasional parameter kecepatan operasional tersebut terhadap
dilakukan ke dalam perangkat lunak ViDA Analysis nilai star rating dan nilai FSis-saved.
kemudian diproses secara berulang akan
3.3 Data dan Analisis nilai parameter kecepatan. Dengan teknik yang sama
Untuk menjawab hipotesis kajian ini memerlukan juga dilakukan untuk analisis FSis-saved. Simulasi
sejumlah data. Metode iRAP mempersyaratkan iRAP dilakukan dengan mengambil parameter
pengamatan di setiap interval 100 meter segmen kecepatan operasional yang berbeda setiap 10
jalan. Ruas jalan Tol Cipularang yang dijadikan km/jam yang kemudian tabelkan dan digrafikkan
sebagai studi kasus dengan panjang 62,20km khusus serta dimodelkan.
untuk jalur Padalarang-Cikampek. Dengan membagi Dengan memanfaatkan fasilitas pemodelan
ruas jalan per-100meter segmen pengamatan, maka yang terdapat dalam perangkat lunak Excel, terdapat
terdapat 600 segmen pengamatan sebagai sampel sejumlah model regresi mutinomial yang dapat
data pengamatan. dipilih. Model yang dipilih didasarkan atas
Data ini kemudian diolah dan dianalisis karakteristik data yang dihasilkan melalui tabel atau
menggunakan perangkat lunak ViDA Analysis. Hasil grafik selain mengeluarkan persamaan matematis
ViDA Analysis memberikan nilai star rating dan nilai juga mengeluarkan nilai r2. Tingkat signifikansi
FSis-saved lengkap dengan sejumlah jenis pengaruh parameter kecepatan operasional terhadap
penanganan (countermeasures) yang dibutuhkan nilai star rating dan nilai FSis-saved ditentukan dari
untuk meningkatkan nilai star rating yang masing-masing nilai koefisien korelasi setiap
diinginkan. hubungan antara parameter yang dimodelkan
Untuk mengetahui hubungan parameter (Lyman, 1993; Sincih, 1985; Walpole, 1995). Hasil
kecepatan, yang dalam hal ini kecepatan operasional, inilah yang akan menyimpulkan pengaruh kecepatan
diperlukan bantuan teknik simulasi star rating iRAP operasional tersebut terhadap nilai star rating dan
yang dilakukan dengan mengamati setiap perubahan nilai FSis-saved.
447
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
4. HASIL DAN PEMBAHASAN di sepanjang ruas. Dari 600 sampel data ini kemudian
diolah menggunakan perangkat lunak iRAP (ViDA
Luaran utama dari perangkat lunak ViDA Analysis Analysis) yang dapat dioperasikan melalui fasilitas
adalah star rating jalan (Road Star Rating) dan iRAP secara on-line menghasilkan nilai star rating
program perencanaan investasi jalan yang lebih serta sejumlah usulan penanganan yang dilengkapi
berkesalamatan (Safer Road Investment Plan). dengan nilai FSis-saved dari masing-masing
Penilaian (asessment) jalan yang dilakukan di penanganan.
sepanjang 62,20km ruas Tol Cipularang dilakukan
per 100 meter segmen ruas sehingga terdapat 600
lebih segmen. Terdapat 600 sampel data pengamatan
447
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tabel 4.1 Nilai Star Rating Ruas Jalan Tol Cipularang Dengan Kecepatan Operasional Bervariasi
Star Kecepatan Operasional
Rating 150km/jam 140km/jam 130km/jam 120km/jam 110km/jam 100km/jam 90km/jam
5 Stars 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
4 Stars 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 9.97% 51.99%
3 Stars 0.50% 0.50% 5.48% 25.42% 77.41% 90.03% 48.01%
2 Stars 19.93% 39.87% 61.96% 56.98% 22.59% 0.00% 0.00%
1 Star 79.57% 59.63% 32.56% 17.61% 0.00% 0.00% 0.00%
80%
60%
40%
20%
0%
150km/jam 140km/jam 130km/jam 120km/jam 110km/jam 100km/jam 90km/jam
448
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
operasional terhadap nilai star rating 2, hubungan ini signifikan sebesar 67,90% terhadap perubahan nilai
ditunjukkan dengan nilai r2 yang relatif baik. Nilai star rating-3 pada ruas Jalan Tol Cipularang.
r2=0,759 pada kasus ini mengindikasikan terdapat
pengaruh kecepatan yang signifikan sebesar 75,90% y 0,012 x2 0,243x 0,362
terhadap penurunan nilai star rating-2 pada ruas .....................................................................
Jalan Tol Cipularang. (10)
dengan:
y 0,045x2 0,299 x 0,002 y adalah nilai star rating-3
..................................................................... x adalah kecepatan operasional
(9)
dengan: Tabel 4.1 lebih lanjut memperlihatkan tren
y adalah nilai star rating-2 dan nilai star rating-4. Nilai star rating-4 pada Tabel 4.1
x adalah kecepatan operasional diperoleh 9,97% pada kecepatan operasional
100km/jam meningkat menjadi 51,99% pada
Dengan konsep yang sama, pada Tabel 4.1 kecepatan operasional 90km/jam. Tren ini
memperlihatkan tren perubahan nilai star rating-3. dimungkinkan meningkat karena terdapat perbaikan
Nilai star rating-3 pada Tabel 4.1 diperoleh 0,50% nilai star rating seiring dengan berubahnya nilai star
pada kecepatan operasional 150km/jam meningkat rating-3 menjadi star rating-4. Tren nilai star rating
menjadi 90,03% pada kecepatan operasional ini ditunjukkan dengan model regresi multinomial
100km/jam, selanjutnya mengalami penurunan seperti diberikan pada persamaan 11. Nilai r2=0,847
menjadi 48,01% pada kecepatan operasional pada kasus ini menggambarkan terdapat pengaruh
90km/jam. Tren ini dimungkinkan meningkat karena kecepatan yang signifikan sebesar 84,70% terhadap
terdapat perbaikan nilai star rating seiring dengan peningkatan nilai star rating menjadi nilai star
berubahnya nilai star rating-1 menjadi star rating-2 rating-4 pada ruas Jalan Tol Cipularang.
dan nilai star rating-2 menjadi nilai star rating-3. y 0,030 x2 0,184 x 0,208
Demikian juga tren penurunan terjadi dari kecepatan
.....................................................................
operasional 100km/jam hingga ke 90km/jam
(11)
dimungkinkan akibat sebahagian nilai star rating-3
dengan:
meningkat menjadi nilai star rating-4.
y adalah nilai star rating-4
Tren nilai star rating ini ditunjukkan dengan
x adalah kecepatan operasional
model regresi multinomial seperti diberikan pada
persamaan 10. Nilai r2=0,679 pada kasus ini
menggambarkan terdapat pengaruh kecepatan yang
4.3 Hasil Analisis Nilai FSis-saved Analysis menghasilkan sejumlah usulan penanganan
Countermeasures Jalan Ruas Jalan Tol dilengkapi dengan masing-masing nilai FSis-saved
Cipularang untuk setiap skenario kecepatan operasional berbeda
Uraian berikut ini menyajikan nilai FSis-saved yang dalam simulasi iRAP. Tabel 4.2 dan Gambar 4.2
merupakan salah satu hasil simulasi IRAP. Dari 600 memperlihatkan perubahan nilai FSis-saved dari
sampel data pengamatan, perangkat lunak ViDA seluruh jenis penanganan.
449
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tabel 4.2 Nilai FSis-saved Ruas Jalan Tol Cipularang dengan Kecepatan Operasional Bervariasi
FSis-saved pada Kecepatan Operasional
Countermeasure 150km/jam 140km/jam 130km/jam 120km/jam 110km/jam 100km/jam 90km/jam
Roadside barriers - passenger side 1,176 958 768 605 352 258 180
Shoulder rumble strips 1,079 878 703 553 320 234 165
Pave road surface 734 596 478 376 217 158 112
Road surface rehabilitation 159 129 103 81 47 34 24
Skid Resistance (paved road) 94 76 61 48 28 20 14
Improve Delineation 24 20 16 12 7 5 4
Shoulder sealing driver side (>1m) 11 9 7 6 3 2 2
Lane widening (up to 0.5m) 5 4 3 2 1 1 1
Total 3,282 2,670 2,139 1,683 975 712 502
Gambar 4.2 Tren Perubahan Nilai FSis-saved vs. Nilai Kecepatan Operasional
Tren perubahan nilai FSis-saved seperti Ruas Jalan Tol Cipularang. Analisis regresi dari hasil
ditunjukkan pada Gambar 4.2 merupakan tren dari simulasi iRAP yang dilakukan terhadap ke-8 jenis
total nilai FSis-saved seluruh jenis penanganan. penanganan juga memperlihatkan kecenderungan
Terdapat 8 jenis penanganan yang memiliki nilai yang relative sama.
FSis-saved dari hasil analisis terhadap simulasi iRAP Sebagai contoh, Tabel 4.2 memperlihatkan
yang dilakukan pada kecepatan operasional pada tren penurunan nilai FSis-saved dari jenis
450
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
penanganan roadside barriers berdasarkan perubahan Lebih lanjut, tren pertumbuhan yang
kecepatan operasional. Nilai FSis-saved untuk ditunjukkan untuk setiap jenis penanganan dari
roadside barriers pada kecepatan operasional pengaruh perubahan kecepatan operasional, analisis
menurun dari 1176 korban yang dapat dicegah pada regresi dari hasil simulasi iRAP yang dilakukan
kecepatan operasional 150km/jam menjadi 180 terhadap ke-8 jenis penanganan juga memperlihatkan
korban pada kecepatan operasional 90km/jam. Rata- kecenderungan yang relative sama. Tren perubahan
rata penurunannya 32,00% setiap perubahan sebesar 31,00% - 32,00% memiliki tingkat
kecepatan operasional 10km/jam. Dengan perkataan signifikansi yang baik yang ditunjukkan dengan nilai
lain terdapat pengaruh kecepatan operasional r2 yang berkisar antara 0,949 dan 0,979.
terhadap nilai FSis-saved sebesar 32% setiap
perubahan kecepatan 10km/jam.
5.2 Saran
Mencermati hasil analisis tersebut yang pengaturan batas kecepatan menjadi salah satu
memperlihatkan adanya hubungan yang kuat antara alternatif peningkatan nilai star rating jalan dan
parameter kecepatan terhadap nilai star rating dan potensi penurunan jumlah korban kecelakaan yang
nilai FSis-saved, studi ini menyarankan agar dapat dicegah.
pengaturan kecepatan (speed management) melalui
.
451
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
DAFTAR PUSTAKA
Blair T., Josheph A., Michael T., 2009; Review of 2010: Review of the iRAP Road Protection
Risk Parameters, Australian Road Research Score model and Star Ratings, Basingstoke
Board, Melbourne International Road Assessment Program (iRAP),
Lyman OTT, R OTT, 1993; An Intoduction to 2012; Development of Risk Models For The
Statistical Methods and Data Analysis, Road Assessment Programme, International
Wadsworth Publishing Comapny, California Road Assessment Program (iRAP), London
Lynam, D, 2012; Development of Risk Models for the Hakkert AS., Braimaister L., 2002; The uses of
Road Assessment Programme, Traspor exposure and risk in road safety studies,
Research Laboratory, ... SWOV, Leidschendam
Everitt, L. L., 2011; Cluster Analysis 5th (5th ed ed.). Rune, E, Cristensen Peter, Amundsen Astrid, 2004;
Chichester: Wiley. Speed and Road Accident: An evaluation of
Europe Road Assessment Program (EuroRAP), 2011; the Power Model, Institute Transport
Crash Rate - Star Rating Comparisons, Economics (TOI), Oslo
iRAP/EuroRAP Working, Paper 504.2, Rune, E, 2009; The Power Model of the Relationship
European Road Asessment Programme, between Speed and Road Safety, Institute
Worting House, Basingstoke, Hampshire Transport Economics (TOI), Oslo
International Road Assessment Program (IRAP-a), Rune E, Alena H, Trulls V, Michael S, 2009, The
2009; The IRAP Methodology: Star Rating Handbook of Road Safety Measures, Second
Roads for Safety, International Road Edition, Emerald Group Publishing Limited,
Assessment Programme, London Oslo
International Road Assessment Program (iRAP-b), Sincich T, 1985, Statistic by Example, Dellen
2009; The IRAP Methodology: Safer Roads Publishing Company, San Fransisco
Investment Plans, International Road Walpole RE, Myers RH, 1995; Ilmu Peluang
Assessment Programme, London Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan, Edisi-
International Road Assessment Program (iRAP-a), 4; Penerbit ITB, Bandung
2010; Star Rating Inspection Manual, Setting
the standards for the road rating process,
London
International Road Assessment Program (iRAP-b),
2010; The iRAP Worting House Workshop
452
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Gerbang tol Cikunir 2 merupakan salah satu gerbang tol tersibuk di ruas jalan tol Jakarta-Cikampek (Japek),
yang setiap harinya dilintasi lebih dari 70.000 kendaraan. Namun, kondisi geometrik jalan setelah gerbang tol ini telah
menyebabkan munculnya kondisi bottleneck di yang berdampak pada seringnya terjadi kemacetan akibat penyempitan
lajur dan persilangan kendaraan. Untuk mengatasi hal ini, telah dilakukan evaluasi terhadap kondisi eksisting. Evaluasi
berbasis simulasi yang telah dilakukan menunjukan bahwa perlu adanya rekayasa lalu lintas di gerbang tol untuk
mengatasi kemacetan yang sering terjadi. Dua buah skenario yang diajukan untuk mengatasi kemacetan berdasarkan
hasil simulasi berhasil mencegah munculnya kemacetan di titik penyempitan jalur. Kedua skenario ini juga berhasil
meningkatkan keluaran kendaraan, dan menjaga waktu tempuh kendaraan untuk tetap stabil di angka rendah. Seluruh
proses implementasi dan evaluasi dilakukan di dalam perangakat lunak mikro simulasi lalu lintas PTV VISSIM.
Abstract. Cikunir 2 toll gate is one of the busiest toll gates on the Jakarta-Cikampek (Japek) toll road section, which
passes more than 70,000 vehicles a day. However, the geometric condition of the road after this toll gate has led to the
emergence of bottleneck conditions in which impact on the frequent occurrence of congestion due to constriction of lane
and weaving of vehicles. To overcome this, we have evaluated the existing condition. The simulation-based evaluation
that has been done shows that there is a need for traffic management at the toll gate to overcome the requrrent
congestion. Two scenarios proposed to overcome congestion at the point of the narrowing lane. Both scenarios
managed to increase vehicle throughput and maintain the shortest travel time. The whole process of implementation
and evaluation is done using the micro simulation software of PTV VISSIM.
454
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
perangkat lunak VISSIM. Penelitian-penelitian yang yang dikhususkan hanya untuk kendaraan kelas I.
memanfaatkan Mikrosimulator VISSIM dalam Gambar 1 menunjukan lokasi dari simpang susun
pengerjaannya (Tettamanti dkk., 2008), (Tettamanti Cikunir, dengan gerbang tol Cikunir 2 menjadi gerbang
and Varga, 2012), (Salomons and Hegyi, 2016) karena tol terbesar di Simpang Susun ini.
lengkapnya fitur yang disediakan VISSIM. Pada jam-jam sibuk, sering ditemukan kondisi
Dalam penelitian ini, Mikrosimulator VISSIM akan antrian panjang di area pintu masuk gerbang tol
digunakan untuk mensimulasikan kondisi lalu lintas Cikunir 2. Berdasarkan data Jasamarga Tahun 2016,
jalan bebas hambatan di simpang susun Cikunir. jumlah kendaraan yang berasal dari arah Cikampek
Gerbang tol Cikunir 2 merupakan gerbang tol yang menuju gerbang tol Cikunir 2 mencapai 77.094
berada di Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi, dan kendaraan per hari. Selain itu, antrian juga muncul
merupakan salah satu gerbang tol di dalam area akibat penyempitan lajur di bagian hilir gerbang tol,
Simpang Susun Cikunir. Gerbang tol Cikunir 2 dimana kendaraan yang berasal dari 15 gerbang tol
merupakan simpang susun antara jalan tol Jakarta- akan disatukan di sebuah ruas jalan dengan 4 lajur.
Cikampek dan jalan tol Jakarta Outer Ring Road Tidak jauh dari lokasi penyempitan tersebut, jalan
(JORR). Gerbang tol Cikunir 2 merupakan pintu masuk kemudian terbagi menjadi dua, dua lajur mengarah ke
bagi kendaraan-kendaraan yang berasal dari arah bagian utara Jakarta, dan dua lajur lainnya mengarah
Cikampek, dan mengarah ke kawasan Selatan dan ke selatan Jakarta. Persilangan kendaraan yang akan
Utara Jakarta. Gerbang tol Cikunir memiliki 15 buah mengarah ke JORR bagian utara, dengan kendaraan
gerbang tol untuk mengakomodasi kendaraan kelas I yang akan mengarah JORR selatan. Akibat tingginya
hingga V. Gerbang tol 1-5 dan 11-15 merupakan volume kendaraan yang berasal dari arah Cikampek,
gerbang tol untuk semua kelas kendaraan, namun lebih disertai oleh penyempitan dibagian hilir gerbang tol
didominasi oleh kendaraan kelas II hingga V. menjadikan kemacetan sering terjadi di kawasan ini.
Sementara, gerbang tol 6-10 merupakan gerbang tol
Gambar 1. Lokasi gerbang tol Cikunir 2 pada area simpang susun Cikunir
Untuk menangani kemacetan yang kerap terjadi di 1.Pemisahan lajur kendaraan yang akan
pintu masuk gerbang tol Cikunir 2, maka dilakukan menuju bagian utara dengan kendaraan
penelitian untuk mensimulasikan beberapa skenario yang menuju bagian selatan
rekayasa lalu lintas di pintu masuk gerbang tol. Seluruh 2. Rekonstruksi gerbang tol lama, dan
skenario yang diajukan diimplementasikan di dalam digantikan dengan dua gerbang tol yang
lingkungan perangkat lunak Mikrosimulator lalu lintas masing-masing akan melayani kendaraan
PTV VISSIM 9.00. Penelitian ini menyajikan beberapa
menuju bagian utara, dan kendaraan
skenario yang dapat dilakukan untuk mengurai antrian
menuju bagian selatan.
kendaraan, meningkatkan waktu tempuh kendaraan,
serta memaksimalkan arus keluaran kendaraan. Dua Dalam penelitian, penjelasan mengenai kondisi
buah skenario akan digunakan dalam penelitian ini, aktual lalu lintas gerbang tol Cikunir 2, serta
yakni: penjelasan mendalam mengenai skenario rekayasa
akan disajikan didalam bagian 2. Bagian 3 akan
455
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
menjelaskan proses implementasi data di dalam skenario selanjutnya dibahas secara mendalam di
Mikrosimulator VISSIM. Hasil dari simulasi seluruh dalam bagian 5.
1. SKENARIO PENGATURAN LALU LINTAS
456
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 2. Lokasi penempatan separator pemisah jalur menuju JORR utara dan JORR selatan
1.3. SKENARIO 2 memiliki jarak yang sedikit lebih jauh dari jalan
tol Jakarta-Cikampek, sehingga diharapkan
Sementara itu, penerapan skenario 2 segmen yang baru akan cukup menampung
membutuhkan rekonstruksi gerbang tol. antrian kendaraan jika terdapat kemacetan di
Pertama, gerbang tol yang sudah ada sekarang pintu tol. Peletakan lokasi gerbang tol yang baru
akan diruntuhkan karena lokasinya yang terlalu ini berjarak +-200 meter ke arah barat daya dari
dekat dengan ramp jalan tol Jakarta-Cikampek. gerbang tol yang lama. Gambar 4 manunjukan
Kemudian, akan dibangun dua buah gerbang tol lokasi peletakan gerbang tol yang baru dalam
yang terpisah lokasinya masing-masing untuk skenario 2.
gerbang tol menuju JORR utara, dan JORR
selatan. Lokasi gerbang tol yang baru juga
457
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
PERANCANGAN SIMULASI merupakan data rata-rata per hari yang diambil oleh
PT. Jasa Marga pada Bulan Maret 2016. Diagram
Simulasi dari seluruh skenario yang telah dalam Gambar 4 menunjukan nilai arus kendaraan di
dijabarkan sebelumnya akan dilakukan di dalam masing-masing titik masukan.
lingkungan perangkat lunak Mikrosimulator lalu lintas Simulasi dilakukan selama 3600 detik untuk setiap
PTV VISSIM 9.00. Terdapat 4 titik masukan skenario. Simulasi yang telah dilakukan akan
kendaraan dalam kasus ini, yakni titik masukan timur, dilanjutkan ke tahap evaluasi waktu tempuh, untuk
selatan, barat, dan utara. Dimana arus kendaraan di mempelajari kondisi lalu lintas yang terjadi di setiap
keempat titik masukan dianggap statis selama simulasi skenario.
berlangsung. Data arus kendaraan yang digunakan
458
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Sementara itu, saat skenario 1 diwajibkan untuk belok kiri menuju JORR
diimplementasikan pada jaringan yang sama, selatan, kendaraan yang memilih gerbang tol
maka didapatkan hasil yang jauh berbeda. 11-15 wajib untuk belok kanan menuju JORR
Dalam gambar 6 terlihat bahwa tidak ada utara, sementara kendaraan yang mengambil
antrian sama sekali selepas gerbang tol Cikunir gerbang tol 6-10 diberikan kebebasan untuk
2. Tidak adanya antrian ini dapat terwujud belok kanan ataupun kiri. Melalui penerapan
karena skenario 1 sudah memisahkan skenario ini, maka tidak akan ada persilangan
kendaraan-kendaraan yang akan menuju JORR kendaraan yang terjadi pada titik pisah ruas
utara, dan JORR selatan. Sehingga, semua jalan menuju JORR utara dan selatan.
kendaraan yang memilih gerbang tol 1-5
Terakhir, pada penerapan skenario 2, terlihat tanpa ada antrian ditemui baik pada gerbang menuju
kondisi lalu lintas yang dihasilkan tidak jauh berbeda JORR utara, maupun pada gerbang menuju JORR
dengan antrian pada skenario 1. Lalu lintas pada selatan. Sehingga, berdasarkan hasil evaluasi umum
skenario 2 menunjukan kondisi yang cukup lancar, ini, dapat dipelajari bahwa penerapan skenario 1 dan 2
459
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
cukup efektif untuk mengurai kemacetan yang sering Evaluasi terakhir yang dilakukan dalam simulasi ini
terjadi di pintu keluar gerbang tol Cikunir 2. adalah evaluasi waktu tempuh. Evaluasi ini dilakukan
dengan menghitung waktu rata-rata yang dibutuhkan
Selain efektif mengurangi antrian pada gerbang tol,
kendaraan untuk melewati dua titik yang telah
penerapan skenario 1 dan 2 juga terbukti meningkatkan
ditentukan sebelumnya. Dalam simulasi ini, jarak
arus kendaraan yang melewati ruas penyempitan jalan.
kedua titik pada kondisi eksisting dan skenario 1 diatur
Berdasarkan hasil evaluasi perhitungan kendaraan,
pada angka 700 meter. Sementara, pada skenario 2
kondisi eksisting hanya dapat mengalirkan kendaraan
terdapat dua jarak yang ditentukan, masing-masing 800
sebesar 1633 selama 1 jam. Hal yang kontras terjadi
meter untuk ruas jalan menuju JORR utara, dan 900
pada skenario 1 dan 2, dimana skenario 1 dapat
meter untuk ruas jalan menuju JORR selatan.
mengalirkan kendaraan sebesar 3124 kendaraan per
jam, dan skenario 2 dapat mengalirkan kendaraan
sebesar 3117 kendaraan per jam.
Gambar 7. Kondisi lalu lintas pada penerapan skenario 2 pada gerbang tol Cikunir 2
460
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 8. Evaluasi waktu tempuh kendaraan untuk kondisi eksisting, skenario 2, dan skenario 1
461
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
462
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Kecelakaan bus pariwisata di Tanjakan Emen, Subang pada bulan Februari 2018 yang menyebabkan korban
meninggal sampai 27 orang dikategorikan sebagai kecelakaan berat. Kecelakaan diakibatkan karena kegagalan rem
pada jalan yang menurun. Survei dilakukan untuk memetakan lokasi kecelakaan bus pariwisata dan mendapatkan data
alinyemen vertikal untuk mengetahui kelandaian turunan. Ditemukan bahwa kelandaian jalan di Tanjakan Emen
melebihi 6%. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan jalan agar lebih berkeselamatan mulai dari pembuatan lajur
darurat, pelebaran lajur menurun terutama pada belokan dan perkerasan bahu jalan sebesar 2 meter, pemasangan
pemisah lajur di median jalan dan peredam tabrakan (tong air) di sisi tebing, dan pemasangan rambu-rambu
peringatan. Peningkatan tersebut adalah rencana penanganan jangka pendek, sedangkan untuk jangka panjang
disarankan untuk merencanakan jalan lingkar yang memenuhi standar geometrik jalan terutama dari kelandaian jalan
yang harus tidak lebih dari 6%.
Abstract. Tour bus accident at Tanjakan Emen, Subang on February 2018 causing 27 deaths was categorized in severe
accident. The accident caused by braking failure at downhill. A survey was conducted to locate tour bus accident and to
collect vertical alignment for analyzing the downhill grade. It was found that the road grade at Tanjakan Emen is more
than 6%. Therefore, there are particular actions to improve road safety, namely building escape road, expanding road
width especially at curve and making the roadside paved about 2 metres, building median barrier and crash cushion
(water barrels) at roadside cliff, and establishing road signage. Those improvements were short term plan, for the long
term, there is a suggestion to build ring road which fulfills standard of road geometric especially about road grade
which shall not more than 6%.
464
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Kecelakaan di Tanjakan Emen pada awal adalah 3,28 km dari pintu masuk Tangkuban
tahun dikategorikan sebagai kecelakaan berat Perahu. Jalan memiliki 3 lajur dengan 2 lajur
dengan korban meninggal mencapai 27 orang. menanjak dan 1 lajur menurun. Perbedaan
Kecelakaan terjadi akibat kegagalan tinggi antara titik tertinggi (1516 meter) dan
pengereman ketika menuruni jalan yang titik terendah (1201 meter) adalah 315 meter.
kemudian menabrak tebing di kiri jalan sebelum Sementara untuk gradient jalan rata-rata
terguling. Dilihat dari penyebabnya, maka ada didapatkan sebesar 9,6% dengan gradient
faktor manusia dan kendaraan yang berperan maksimum 23%. Kelandaian jalan di Tanjakan
dalam kecelakaan ini, namun begitu faktor jalan Emen seharusnya tidak lebih dari 6% karena
juga perlu ditinjau untuk perencanaan termasuk jalan sedang (Kementerian Pekerjaan
peningkatan jalan yang lebih berkeselamatan. Umum 2011). Pembatasan ini tidak hanya
Dalam paper ini membahas mengenai dimaksudkan untuk menjaga kecepatan
adakah pengaruh geometrik jalan terhadap kendaraan ketika menanjak tetapi juga untuk
kecelakaan di Tanjakan Emen beserta meminimalkan hilangnya kendali kendaraan
penanganannya. ketika melewati turunan, terutama untuk
kendaraan berat.
II. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil peninjauan dan survei
lapangan, panjang Tanjakan Emen yang ditinjau
465
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Lajur Darurat
Lajur Darurat
Lajur Darurat
466
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Pemisah lajur
Gambar 4 Ilustrasi jalur darurat pada salah satu lokasi yang direkomendasikan
467
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2018. Jumlah Kecelakaan, Korban Mati,
Luka Berat, Luka Ringan, dan
Kerugian Materi. Accessed Maret 2,
2018.
https://www.bps.go.id/linkTableDinam
is/view/id/1134.
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997.
Pedoman Bina Marga No.
038/TBM/1997 tentang Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina
Marga.
—. 2009. Standar Bina Marga Nomor
007/BM/2009 tentang Geometri Jalan
Bebas Hambatan untuk Jalan Tol.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina
Marga.
Kementerian Pekerjaan Umum. 2011.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 19/PRT/M/2011 tentang
Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan. Jakarta:
Kementerian Pekerjaan Umum.
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No.
22 Tahun 2009 tentang Jalan. Jakarta:
Sekretariat Negara.
468
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
LAMPIRAN
v : h = 1:10
469
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak. Penelitian ini mengevaluasi tingkat kepentingan dan penerapan tiap komponen standar mutu dalam
pelaksanaan konstruksi jalan di Provinsi Jawa Tengah dan DIY. Metode penelitian dilakukan dengan survei wawancara
terkait tingkat kepentingan dan tingkat penerapan tiap komponen sistem manajemen mutu dalam pelaksanaan
konstruksi jalan.Metode analisis dilakukan dengan analisis kuadran tingkat kepentingan dan penerapan standar mutudan
analisis statistik. Hasil penelitian menunjukkanbahwa dari 67 komponen pekerjaan yang diidentifikasi, terdapat 37 atau
55,3% kelompok pekerjaan yang dalam kategori penting dan telah diterapkan sesuai dengan tuntutan spesifikasi teknis
bidang jalan. Selain itu, terdapat 30 atau 44,7%kelompok pekerjaan yang dalam kategori penting tetapi kurang
diterapkan sesuai dengan tuntutan spesifikasi teknis bidang jalan. Penelitian ini merekomendasiperlunya sosialisasi
penerapan standard mutu terutama dalam hal kepatuhan metode kerja. Selain itu, diperlukan fasilitasi instruksi kerja
terkait komponen pekerjaan konstruksi jalan yang lebih detail dan lebih mudah diaplikasikan dilapangan.
Abstract. This study evaluate the importance and implementation level of each component of the quality standard in
road construction in the Provinces of Central Java and DIY. The research method is conducted by interview survey
related to importance and implementation level of each component of quality standard of road construction. The method
of analysis is conducted by statistical analysis and quadrant analysis of importance and implementation level of quality
standard. The results of the study show that from the 67 group of roadworks identified, there is 37 or 55,3% group of
roadworks which important and have been applied fulfill the demands of road technical specifications. In addition, there
is 30 or 44,7% group of roadworks which important but have not been applied fulfill the demands of the road technical
specifications. This study recommends the need to socialize the implementation of quality standard, especially about
work methods. Furthermore, facilitation of work instructions related to the components of road construction works are
needed, work instruction must be more detail and more applicable.
470
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
dilakukan evaluasi tingkat kepentingan dan penerapan kualitasperkerasan jalan yang baik.Yates & Aniftos
standar mutu pada pelaksanaan konstruksi jalan, agar (1998) mendefinisikan standar adalah sesuatu yang
dapat dipetakan tingkat kebutuhan fasilitasi instruksi digunakan sebagai basis (dasar) untuk perbandingan
kerja yang menjelaskan standar mutu dalam spesifikasi dan evaluasi karakteristik material dan prosedur kerja
teknis secara lebih detail dan lebih mudah diterapkan beserta hasil implementasinya yang selalu siap pakai
dilapangan. jika diperlukan dan selalu mengutamakan aspek
keselamatan dan keamanan bagi manusia dan
.
lingkungan. Standar adalah dokumen yang berisi
II. LANDASAN TEORI
ketentuan teknis dari sebuah produk, metode, proses
Pengendalian Mutu atau sistem yang dirumuskan secara konsensus
Rencana manajemen mutu dalam proyek (komitmen bersama) dan ditetapkan oleh instansi yang
menjelaskan bagaimana persoalan kualitas akan berwenang (Haryono, 2005). Standar disusun dengan
ditangani. Proses yang tercakup dalam pengendalian tujuan untuk menciptakan keteraturan optimum dalam
mutu adalah kegiatan-kegiatan pengukuran dan konteks tertentu menuju keamanan dan keselamatan
penjagaan mutu (quality assurance). Pengukuran mutu umat manusia dan lingkungannya. Standar merupakan
berbeda untuk masing-masing jenis proyek. Metode produk inti (core product) dari kegiatan standardisasi,
yang dipakai dalam mengendalikan mutu tergantung yakni kegiatan yang dilakukan oleh badan
pada jenis obyek dan ketepatan yang diinginkan. standardisasi, baik secara nasional maupun
Terdapat tiga metode yang sering dijumpai dalam internasional (Haryono, 2005).
proyek pembangunan (Ahzan, 2014) yaitu (1) Balitbang Kementerian PU (2010) telah
pengecekan dan pengkajian; (2) pemeriksaan.inspeksi membuat Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan
dan uji kemampuan peralatan; dan (3) pengujian Jembatan sebagai standar mutu untuk pembangunan
dengan mengambil contoh. perkerasan jalan baru dan peningkatan serta
(1) Pengecekan dan Pengkajian pemeliharaaan jalan lama, yang terdiri atas 11 divisi
Pengecekan dan pengkajian dilakukan yaitu: (i) divisi-1 (penjelasan umum): 4 (empat) seksi;
terhadap gambar untuk konstruksi, gambar untuk (ii) divisi-2 (drainase jalan): 4 (empat) seksi; (iii)
pembelian peralatan, pembuatan maket (model) dan divisi-3 (pekerjaan tanah): 4 (empat) seksi; (iv) divisi-
perhitungan yang berkaitan dengan desain engineering. 4 (pelebaran perkerasan jalan dan bahu jalan): 2 (dua)
Tindakan tersebut dilakukan untuk mengetahui dan seksi; (v) divisi-5 (perkerasan berbutir dan beton
meyakini bahwa kriteria, spesifikasi dan standar yang semen): 7 (tujuh) seksi; (vi) divisi-6 (perkerasan
ditentukan telah dipenuhi. beraspal): 7 (tujuh) seksi; (vii) divisi-7 (struktur
(2) Pemeriksaan/Inspeksi dan Uji Kemampuan jembatan): 18 seksi; (viii) divisi-8 (pengembalian
Peralatan kondisi): 4 (empat) seksi; (ix) divisi-9 (pekerjaan
harian): satu seksi; (x) divisi-10 (pemeliharaan rutin): 2
Pekerjaan ini berupa pemeriksaan fisik,
(dua) seksi; dan (xi) divisi-11 (perlengkapan jalan dan
termasuk menyaksikan uji coba berfungsinya suatu
utilitas): 4 (empat) seksi. Setiap seksi tersebut terdiri
peralatan. Kegiatan ini digolongkan menjadi beberapa
atas: (i) standar-standar mutu yang digunakan sebagai
hal berikut. a) Pemeriksaan sewaktu menerima rujukan (produk SNI, AASHTO, BSI); (ii) standar
material; b) Hal ini meliputi penelitian dan pengkajian metode pelaksanaan yang terdiri atas persyaratan bahan
material, suku cadang dan lainlain yang baru diterima
kontruksi, peralatan dan tata cara kerja; (iii) standar
dari pembelian;c) selama proses pabrikasi
pengendalian mutu; dan (iv) standar pengukuran dan
berlangsung;d) Pemeriksaan yang dilakukan selama
pembayaran hasil pekerjaan. Dalam pembahasan
pekerjaan instalasi berlangsung, sebelum diadakan standar mutu perkerasan lentur jalan ini digunakan
pemeriksaan akhir; e) Pemeriksaan akhir, yaitu, acuan divisi-3; divisi-5 dan divisi-6.
pemeriksaan terakhir dalam rangka penyelesaian
III. METODOLOGI PENELITIAN
proyek secara fisik atau mekanik.
(3) Pengujian dengan Mengambil Contoh Lokasi, Data Penelitian, dan Objek Penelitian
Lokasi penelitian berada di wilayah kerja
Cara ini dimaksudkan untuk menguji apakah
Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII Semarang,
material telah memenuhi spesifikasi atau kriteria yang Direktorat Jenderal Bina Marga, dengan cakupan
ditentukan. Pengujian dapat berupa tes destruktif atau wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah dan DIY.
non-destruktif yang dilakukan terhadap contoh yang
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh
diambil dari obyek yang diselidiki.
dari hasil survei wawancara kepada PPK, Satker PJN,
Standar Mutu Jalan P2JN, Konsultan Pengawas, Kontraktor, dan
Penerapan sistem manajemen mutu dalam Pakar/Akademisi di Provinsi Jawa Tengah dan DIY.
pelaksanaan konstruksi jalan nasional tidak terlepas Formulir wawancara yang digunakan terdiri dari
dari penerapan standar mutu untuk mencapai formulir wawancara tingkat kepentingan dan tingkat
471
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
penerapan standar mutu bidang konstruksi jalan. Selain yang akan diwawancara atau FGD sebagaimana dapat
itu, penelitian ini juga menggunakan data sekunder dilihat pada Tabel 3.1.
yang diperoleh dari BBPJN-VII seperti Data Lokasi
Pembangunan Ruas Jalan dan progres pelaksanaan
konstruksi jalan, serta informasi penyedia jasa yang
melaksanakan konstruksi jalan di Jawa Tengah dan
DIY. Daftar instansi/stakeholder dan jumlah responden
Metode Analisis
Metode analisis dalam penelitian ini penerapan tiap komponen standar mutu ke dalam
menggunakan metode analisis kuadran tingkat sumbu X sehingga diperoleh distribusi tiap
kepentingan dan tingkat penerapan tiap koordinat (x,y) tiap komponen standar mutu.
komponen standar mutu. Analisis kuadran tingkat Pemetaan kuadran tingkat kepentingan dan
kepentingan dan tingkat penerapan tiap tingkat penerapan standar mutu sebagaimana
komponen standar mutu dengan memetakan nilai dapat dilihat pada Gambar 1.
tingkat kepentingan tiap komponen standar mutu
ke dalam sumbu Y, dan memetakan nilai tingkat
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi tingkat kepentingan dan tingkat
Tingkat Kepentingan dan Tingkat Penerapan penerapan komponen standar mutupekerjaan
Standar Mutu Pekerjaan Drainase drainase sebagaimana dapat dilihat pada
Gambar 2.
472
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 2 Pemetaan tingkat kepentingan dan penerapan standar mutu pekerjaan drainase
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa dapat disimpulkan bahwa terdapat 7 (tujuh)
faktor tingkat kepentingan dan tingkat penerapan faktor yang tidak konsisten antara tingkat
standar mutu pekerjaan drainase diklasifikasikan kepentingan dan tingkat penerapan, yang mana
menjadi 8 (delapan) factor/kelompok. Selain itu, mayoritas responden ke-7 faktor tersebut penting
distribusi jawaban responden terkait tingkat tetapi tingkat penerapannya rendah. Sub faktor
kepentingan dari 8 sub faktor tersebut, semuanya yang menurut responden penting tetapi tingkat
dalam kategori tinggi dan sangat tinggi, artinya penerapannya rendah merupakan indikasi
mayoritas responden menganggap semua faktor perlunya fasilitasi pedoman/instruksi
(aspek) terkait standar mutu Pekerjaan Drainase kerja/petunjuk pelaksanaan penerapan sistem
merupakan hal penting. Namun demikian, tingkat manajemen mutu pada faktor tersebut.
penerapan dari 8 sub faktor dari faktor pekerjaan
Tingkat Kepentingan dan Tingkat Penerapan
drainase terdapat 1 (satu) faktor yang menurut
Standar Mutu Pekerjaan Tanah
mayoritas responden (lebih dari 50% responden)
dalam kategori tinggi atau sangat tinggi yaitu Hasil evaluasi tingkat kepentingan dan
Pengawasan pekerjaan selokan dan saluran air. tingkat penerapan komponen standar
Berdasarkan Gambar 2 terkait tingkat mutupekerjaan tanah sebagaimana dapat dilihat
kepentingan dan tingkat penerapan Pekerjaan pada Gambar 3.
Drainase dalam sistem manajemen mutu, maka
473
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 3. Pemetaan tingkat kepentingan dan penerapan standar mutu pekerjaan tanah
Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa faktor Berdasarkan Gambar 3 terkait tingkat
tingkat kepentingan dan tingkat penerapan standar kepentingan dan tingkat penerapan Pekerjaan Tanah
mutu pekerjaan tanahdiklasifikasikan menjadi 8 dalam sistem manajemen mutu, maka dapat
(delapan) factor/kelompok.Selain itu, distribusi disimpulkan bahwa terdapat 5 (lima) faktor yang tidak
jawaban responden terkait tingkat kepentingan dari 8 konsisten antara tingkat kepentingan dan tingkat
sub faktor tersebut, semuanya dalam kategori tinggi penerapan, yang mana mayoritas responden ke-5
dan sangat tinggi, artinya mayoritas responden faktor tersebut penting tetapi tingkat penerapannya
menganggap semua faktor (aspek) terkait standar mutu rendah. Sub faktor yang menurut responden penting
pekerjaan tanah merupakan hal penting. Namun tetapi tingkat penerapannya rendah merupakan
demikian, tingkat penerapan dari 8 sub faktor dari indikasi perlunya fasilitasi pedoman/instruksi
faktor pekerjaan tanah terdapat 3 (tiga) faktor yang kerja/petunjuk pelaksanaan penerapan sistem
menurut mayoritas responden (lebih dari 50% manajemen mutu pada faktor tersebut.
responden) dalam kategori tinggi atau sangat tinggi
yang antara lain:
(1)Pengawasan pekerjaan galian
(2)Pengukuran untuk pembyaran pekerjaan galian
(3)Pengawasan pemasangan geotekstil.
474
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 4.Pemetaan tingkat kepentingan dan penerapan standar mutu pekerjaan pelebaran perkerasan dan
bahu jalan
Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan dalam
faktor tingkat kepentingan dan tingkat penerapan sistem manajemen mutu, maka dapat
standar mutu pekerjaan pelebaran perkerasan dan disimpulkan bahwa terdapat 1 (satu) faktor yang
bahu jalandiklasifikasikan menjadi 3 (tiga) tidak konsisten antara tingkat kepentingan dan
factor/kelompok.Selain itu, distribusi jawaban tingkat penerapan, yang mana mayoritas
responden terkaittingkat kepentingan dari 3 sub responden ke-1 faktor tersebut penting tetapi
faktor tersebut, semuanya dalam kategori tinggi tingkat penerapannya rendah. Sub faktor yang
dan sangat tinggi, artinya mayoritas responden menurut responden penting tetapi tingkat
menganggap semua faktor (aspek) terkait standar penerapannya rendah merupakan indikasi
mutu pekerjaan pelebaran perkerasan dan bahu perlunya fasilitasi pedoman/instruksi
jalan merupakan hal penting. Namun demikian, kerja/petunjuk pelaksanaan penerapan sistem
tingkat penerapan dari 3 sub faktor dari faktor manajemen mutu pada faktor tersebut.
Pekerjaan Pelebaran Perkerasan Dan Bahu Jalan
Tingkat Kepentingan dan Tingkat Penerapan
terdapat 2 (dua) faktor yang menurut mayoritas
Standar Mutu Pekerjaan Perkerasan Berbutir
responden (lebih dari 50% responden) dalam
dan Beton Semen
kategori tinggi atau sangat tinggi yang antara
lain: Hasil evaluasi tingkat kepentingan dan tingkat
(1)Pengawasan pekerjaan persiapan untuk penerapan komponen standar mutupekerjaan
pelebaran perkerasan perkerasan berbutir dan beton semen
(2)Pengawasan pekerjaan bahu jalan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 5.
Berdasarkan Gambarterkait tingkat
kepentingan dan tingkat penerapan Pekerjaan
475
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 5.Pemetaan tingkat kepentingan dan penerapan standar mutu pekerjaan perkerasan berbutir dan beton semen
Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa faktor (1). Pengawasan Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat
tingkat kepentingan dan tingkat penerapan standar (2). Pengukuran untuk Pembayaran Lapis Pondasi
mutu pekerjaan perkerasan berbutir dan beton semen Agregat
diklasifikasikan menjadi 15 factor/kelompok.Selain (3). Pengawasan Percobaan Lapangan Lapisan
itu, distribusi jawaban responden terkait tingkat Pondasi Semen Tanah
kepentingan dari 15 sub variabel tersebut, semuanya (4). Pengukuran Untuk Pembayaran Pekerjaan Lapis
dalam kategori tinggi dan sangat tinggi, artinya Pondasi Semen Tanah
mayoritas responden menganggap semua variabel (5). Pengawasan Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat
(aspek) terkait standar mutu pekerjaan perkerasan Semen (CTB dan CTSB)
berbutir dan beton semen merupakan hal penting. (6). Pengawasan Percobaan Lapangan Lapis Pondasi
Namun demikian, tingkat penerapan dari15 sub Agregat Semen (CTB dan CTSB).
variabel dari variabel pekerjaan perkerasan berbutir
Berdasarkan Gambar 5 terkait tingkat
dan beton semen, terdapat 6 (enam) variabel yang
kepentingan dan tingkat penerapan pekerjaan
menurut mayoritas responden (lebih dari 50%
perkerasan berbutir dan beton semen dalam sistem
responden) dalam kategori tinggi atau sangat tinggi
manajemen mutu, maka dapat disimpulkan bahwa
yang antara lain:
terdapat 9 (sembilan) variabel yang tidak konsisten
476
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
antara tingkat kepentingan dan tingkat penerapan, bahwa faktor tingkat kepentingan dan tingkat
yang mana mayoritas responden ke-9 variabel tersebut penerapan standar mutu pekerjaan perkerasan
penting tetapi tingkat penerapannya rendah. Sub aspaldiklasifikasikan menjadi 14
variabel yang menurut responden penting tetapi factor/kelompok.Selain itu, tingkat kepentingan dari
tingkat penerapannya rendah merupakan indikasi 14 sub variabel tersebut, semuanya dalam kategori
perlunya fasilitasi pedoman/instruksi kerja/petunjuk tinggi dan sangat tinggi, artinya mayoritas responden
pelaksanaan penerapan sistem manajemen mutu pada menganggap semua variabel (aspek) terkait standar
variabel tersebut. mutu pekerjaan perkerasan aspal merupakan hal
penting. Namun demikian, tingkat penerapan dari 14
Tingkat Kepentingan dan Tingkat Penerapan
sub variabel dari variabel pekerjaan perkerasan aspal,
Standar Mutu Pekerjaan Perkerasan Aspal
terdapat 10 variabel yang menurut mayoritas
Hasil evaluasi tingkat kepentingan dan tingkat
responden (lebih dari 50% responden) dalam kategori
penerapan komponen standar mutupekerjaan
tinggi atau sangat tinggi.
perkerasan aspal sebagaimana dapat dilihat pada
Gambar 6. Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat
Gambar 6.Pemetaan tingkat kepentingan dan penerapan standar mutu pekerjaan perkerasan aspal
Berdasarkan Gambar 6 terkait tingkat (3). Pengawasan Instalasi Pencampur Aspal dan
kepentingan dan tingkat penerapan pekerjaan Persiapan Produksi
perkerasan aspal dalam sistem manajemen (4). Pengawasan Pembuatan Campuran Beraspal
mutu, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 Panas.
(empat) variabel yang tidak konsisten antara
Tingkat Kepentingan dan Tingkat Penerapan
tingkat kepentingan dan tingkat penerapan, yang
Standar Mutu Pekerjaan Struktur
mana mayoritas responden ke-4 variabel tersebut
penting tetapi tingkat penerapannya rendah. Ke-4 Hasil evaluasi tingkat kepentingan dan
variabel tersebut antara lain: tingkat penerapan komponen standar
(1). Pengawasan Pembuatan Formula Campuran mutupekerjaan struktur sebagaimana dapat
Kerja dilihat pada Gambar 7.
(2). Pengawasan Percobaan Pemadatan (Trial
Compaction)
477
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 7.Pemetaan tingkat kepentingan dan penerapan standar mutu pekerjaan struktur
478
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
(5). Pengawasan Pekerjaan Baja Tulangan kuadran lanjutan yang mana masing-masing kuadran
(6). Pengawasan Pelaksanaan Tiang Uji (Test Pile) dipetakan ulang tingkat penerapan dan tingkat
(7). Pengawasan Pelaksanaan Pemancangan Turap kepentingannya menjadi 3 (tiga) kelompok/zona yaitu:
(8). Pengawasan Pekerjaan Pasangan Batu dengan (1) Zona Berat atau pekat: Faktor dan sub faktor yang
Mortar berada zona tersebut merupakan faktor dan sub
(9). Pengawasan Pekerjaan Pasangan Batu Kosong faktor yang sangat ekstrem (tingkat kepentingan
(10). Pengawasan Pekerjaan Bronjong. sangat tinggi atau sangat rendah dan tingkat
penerapan sangat tinggi atau sangat rendah).
PEMETAAN KUADRAN KEBUTUHAN (2) Zona sedang: Faktor dan sub faktor yang berada
FASILITASI PENERAPAN SMM pada zona sedang merupakan faktor dan sub
Berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat faktor dalam kondisi cukup ekstrem
penerapan standar mutu bidang jalan pada Gambar 2 (3) Zona ringan atau halus: Faktor dan sub faktor
sampai Gambar 7, maka dapat dilakukan analisis yang berada pada zona sedang merupakan faktor
quadran tingkat kepentingan dan tingkat penerapan dan sub faktor dalam kondisi kurang ekstrem
standar mutu pada pelaksanaan konstruksi jalan. Adapun hasil analisis kuadran yang
Analisis quadran SMM dilakukan dengan memetakan berdasarkan hasil distribusi persentase jawaban
tingkat kepentingan dan tingkat penerapan menjadi 4 responden terhadap tingkat kepentingan dan tingkat
(empat) kategori quadran, yaitu (1) Quadran-I; (2) penerapan sistem manajemen mutu sebagaimana dapat
Quadran-II; (3) Quadran-III; dan (4) Quadran-IV. dilihat pada Gambar 8.
Hasil analisis quadran yang diperoleh dapat
dipetakan secara lebih detail lagi dengan analisis
Gambar 8. Pemetaan kuadran tiap faktor dan sub faktor tingkat kepentingan dan tingkat penerapan SMM
Berdasarkan Gambar 8 dapat dilhat bahwa II,artinya, ke-30 kelompok standar mutu tersebut
secara keseluruhan faktor dan sub faktor tingkat memerlukan dukungan instruksi kerja yang
kepentingan dan tingkat penerapan SMM berada menjelaskan standar mutu secara lebih detail dan lebih
dalam kuadran I dan Kuadran-II. Artinya, semua mudah dipahami serta mudah diterapkan dilapangan.
standar mutu yang telah disediakan merupakan hal Selain itu, faktor dan sub faktor pada kuadran-II tidak
penting bagi penyelenggara konstruksi jalan di ada yang berada dalam zona berat atau pekat. Pada
lapangan. Namun demikian, terdapat sebanyak 37 kuadran-I hanya terdapat 1 sub faktor yang berada
faktor yang masuk dalam kuadran I, artinya faktor dalam zona berat atau pekat yang mengindikasikan
yang masuk dalam quadran I merupakan faktor yang tingkat penerapan dan tingkat kepentingan sub faktor
penting dan telah dilaksanakan dengan baik tersebut sangat tinggi dan telah dilaksanakan dengan
dilapangan, sehingga program fasilitasi hanya bersifat baik.
pendukung dalam mempertahankan kinerja penerapan
sistem manajemen mutu pada faktor tersebut. Selain IV. KESIMPULAN
itu, sebanyak 30 faktor yang masuk dalam kuadran
479
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
480
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Abstrak
Penelitian ini menghasilkan tingkat pengaruh mutli kriteria yang terdiri dari kriteria teknis, spasial, ekonomi, sosial,
lingkungan dan polhankam terhadap penentuan program prioritas pembangunan jalan di Pulau Kalimantan. Metode
penelitian dilakukan dengan survei wawancara terkait tingkat kepentingan dan tingkat penerapan tiap kriteria dan sub
kriteria dalam penentuan program prioritas pembangunan jalan nasional. Metode analisis dilakukan dengan analisis
statistik dengan menggunakan software SEM (Structural Equational Modelling) untuk memperoleh bobot pengaruh tiap
kriteria terhadap penentuan program prioritas pembangunan jalan dan bobot pengaruh antar kriteria tersebut. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kriteria yang tingkat pengaruhnya paling tinggi terhadap penentuan program prioritas
pembangunan jalan nasional di Pulau Kalimantan yaitu kriteria spasial dengan bobot pengaruh sebesar 27%, diikuti
oleh kriteria teknis dengan bobot pengaruh sebesar 18%, sedangkan kriteria yang tingkat pengaruhnya paling kecil yaitu
kriteria sosial dengan bobot pengaruh sebesar 11%. Penelitian ini merekomendasi agar semua kriteria dan sub kriteria
yang memiliki pengaruh terhadap penentuan program prioritas pembangunan jalan nasional di Pulau Kalimantan dapat
menjadi bahan dipertimbangkan secara holistik dalam pengambilan kebijakan pembangunan jalan nasional di Pulau
Kalimantan.
Kata Kunci: tingkat pengaruh, multi kriteria, program prioritas pembangunan jalan nasional
Abstract
The research resulted the level of influence of multi-criteria which is consisted of technical criteria, spacial, economy,
social, environment and polhankam toward the determination of road development priority program in the Kalimantan
Island. The research method was conducted by doing interview survey related to the level of importance and level of
application each criteria and subcriteria in determining of national road development priority program. The use of
analysis method was statistical analysis by using SEM software (Structural Equational Modelling) to obtain the weight
of influence between the criteria. The result of research indicated that the criteria with the highest level of influence
toward the determination of road development priority program in the Kalimantan Island was spatial criteria(27 %),
followed by the technic criteria (18 %), whereas the smallest influence come from social criteria (11%). The research
recommend that all the criteria and sub criteria which has influence toward the determination of road development
priority program in the Kalimantan Island could be the point to consider holistically in taking the policy of national road
development in the Kalimantan Island
Keywords: level of influence, multi criteria, national road development priority program
481
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
482
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 1. Kerangka metodologi penelitian dalam melaksanakan analisis bobot pengaruh multi kriteria terhadap
penentuan prioritas pembangunan jalan nasional di Pulau Kalimantan
483
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 1. Kerangka metodologi penelitian dalam melaksanakan analisis bobot pengaruh multi kriteria terhadap
penentuan prioritas pembangunan jalan nasional di Pulau Kalimantan (lanjutan)
484
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
IV. HASIL PENELITIAN DAN pengukuran dengan memiliki banyak indikator dalam
PEMBAHASAN satu variabel laten.Hasil CFA kriteria-kriteria yang
berpengaruh dalam pengisian bobot untuk penentuan
Confirmatory Factor Analysis (CFA) dan Full SEM prioritas program pembangunan jalan nasional yang
Model Pengaruh Multi Kriteria Terhadap terdiri dari kriteria teknis, spasial, ekonmi, sosial,
Penentuan Prioritas Program Pembangunan Jalan lingkungan dan polhankam sebagaimana disajikan
Nasional di P. Kalimantan dalam Gambar 2 dan Tabel 2.
Confirmatory Factor Analysis (CFA) adalah
analisis faktor penegasanuntuk mengurangi kesalahan
Gambar 2.CFA tiap kriteria terhadappenentuan prioritas pembangunan jalan nasional di Pulau Kalimantan
Tabel 2.Rangkuman nilai CFA tiap kriteria dalam penentuan program prioritas pembangunan jalan nasional di Pulau
Kalimantan
Berdasarkan Gambar 1 dapat dideskripsikan signifikan untuk kriteria sosial, lingkungan, dan
distribusi nilai CFA terhadap nilai batasan signifikansi polhankam karena nilai CFA >0,5.
suatu faktor sebagai berikut:
Estimasi model full model struktural dilakukan
CFA Sangat Signifikan mendekati 1,0 : X1, X2, X3 dengan memasukan indikator yang telah diuji dengan
CFA Signifikan > 0,5 : X4, X5, X6 confirmatory analysis factor.Full model structuralakan
CFA tidak Signifikan ≤ 0,5 : - memberikan hubungan antar faktor yang berkontribusi
Hasil analisis Confirmatory Factor Analysis pada penentuan prioritas pembangunan jalan nasional
(CFA) pada faktor multi kriteria terhadap prioritas di Pulau Kalimantan. Structural Equation Modeling
program pembangunan jalan nasional Pembangunan (SEM) Pengaruh tiapkriteria MCA terhadap penentuan
Jalan di Pulau Kalimantan menunjukkan tingkat prioritas program pembangunan jalan nasional di Pulau
pengaruh yang sangat signifikan untuk kriteria teknis, Kalimantan sebagaimana disajikan pada Gambar 3.
spasial, dan ekonomi karena nilai CFA >0,5 dan Adapun rangkuman standar bobot kriteria MCA
mendekati 1,0 (satu), serta tingkat pengaruh yang terhadap penentuan prioritas program Pembangunan
481
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Tabel 3. Bobot tiap kriteria (multi kriteria) terhadap Penentuan Prioritas Program Pembangunan Jalan di Pulau
Kalimantan
482
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 4.Structural Equation Modeling (SEM) pengaruh sub kriteria teknis terhadapkriteria teknis dalam penentuan
program prioritas pembangunan jalan nasional di Pulau Kalimantan
(1) 18% Kondisi geometrik rencana rute jalan baru spasialpembangunan jalan baru Pulau Kalimantan
(2) 11% Kondisi fisiografi wilayah koridor jaringan ditunjukan pada Gambar 5.Berdasarkan Gambar 5,
jalan baru diperoleh bobot pengaruh/kontribusi dari 6 (enam) sub
(3) 4% Kondisi potensi kegempaan koridor jaringan kriteria spasial terhadap kriteria spasial dalam
jalan baru penentuan program pembangunan jalan nasional di
(4) 14% Kondisi ketersediaan quarry terhadap Pulau Kalimantan sebagai berikut:
rencana rute jalan baru
(1) 26% Fungsi ruas jalan baru sebagai jalan arteri
(5) 11% Integrasi rencana rute jalan baru terhadap
primer/kolektor/lainnya
jaringan jalan eksisting
(2) 18% Keterhubungan rute jalan baru terhadap
(6) 20% Indikasi pengaruh pengoperasian jalan baru
simpul transportasi
terhadap travel time jaringan jalan eksisting
(3) 19% Kesesuaian rute jalan baru terhadap RTRW
(7) 15% Indikasi pengaruh pengoperasian jalan baru
(4) 8% Peran rute jalan baru terhadap pengembangan
terhadap V/C ratio jaringan jalan eksisting
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)
(8) 7% Indikasi pengaruh pengoperasian jalan baru
(5) 13% Peran rute jalan baru terhadap
terhadap kemantapan jaringan jalan eksisting
pengembangan KEK
Structural Equation Modeling (SEM) (6) 16% Peran rute jalan baru terhadap
pengaruh tiapsub kriteria spasial terhadapkriteria pengembangan daerah pinggiran
483
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 5. Structural Equation Modeling (SEM) pengaruh sub kriteria spasial terhadapkriteria spasial dalam
penentuan program prioritas pembangunan jalan nasional di Pulau Kalimantan
(2) 19% Indikasi risiko pembebasan lahan rencana
Structural Equation Modeling (SEM)
trase jalan baru dan ganti rugi bangunan
pengaruh tiapsub kriteria ekonomi terhadapkriteria
(3) 24% Indikasi pembiayaan pembangunan
ekonomipembangunan jalan baru Pulau Kalimantan
konstruksi jalan baru
ditunjukan pada Gambar 6.Berdasarkan Gambar 6,
(4) 18% Indikasi pengaruh pengoperasian jalan baru
diperoleh bobot pengaruh/kontribusi dari 6 (enam) sub
terhadap Biaya Operasional Kendaraan (BOK)
kriteria ekonomi terhadap kriteria ekonomi dalam
(5) 10% Indikasi pengaruh pengoperasian jalan baru
penentuan program pembangunan jalan nasional di
terhadap peningkatan harga lahan di luar rumija
Pulau Kalimantan sebagai berikut:
(6) 13% Indikasi pengaruh pengoperasian jalan baru
(1) 16% Indikasi risiko pembebasan lahan trase jalan
terhadap distribusi komoditi pertanian
baru dan ganti rugi bangunan
Gambar 6.Structural Equation Modeling (SEM) pengaruh sub kriteria ekonomi terhadap kriteria ekonomi dalam
penentuan program prioritas pembangunan jalan nasional di Pulau Kalimantan
484
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Gambar 7.Structural Equation Modeling (SEM) pengaruh sub kriteria sosial terhadapkriteria sosial dalam penentuan
program prioritas pembangunan jalan nasional di Pulau Kalimantan
Gambar 8. Structural Equation Modeling (SEM) pengaruh sub kriteria lingkungan terhadapkriteria lingkungan
dalam penentuan program prioritas pembangunan jalan nasional di Pulau Kalimantan
485
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
Berdasarkan Gambar 8, diperoleh bobot polhankam pembangunan jalan baru Pulau Kalimantan
pengaruh/kontribusi dari 6 (enam) sub kriteria ditunjukan pada Gambar 9.Berdasarkan Gambar 9,
lingkungan terhadap kriteria lingkungan dalam diperoleh bobot pengaruh/kontribusi dari 4 (empat) sub
penentuan program pembangunan jalan nasional di kriteria polhankam terhadap kriteria polhankam dalam
Pulau Kalimantan sebagai berikut: penentuan program pembangunan jalan nasional di
(1) 20% Indikasi pengaruh pembangunan dan Pulau Kalimantan sebagai berikut:
pengoperasian jalan baru (1) 38% Indikasi konsekuensi pembangunan
(2) 22% Indikasi pengaruh pembangunan dan jalan baru terhadap Kebijakan
pengoperasian jalan baru terhadap fungsi lahan Pemerintah
(3) 24% Indikasi pengaruh pengembangan jalan baru (2) 27% Indikasi konsekuensi pembangunan
terhadap kawasan hutan lindung jalan baru terhadap kesepakatan
(4) 17% Indikasi pengaruh pembangunan dan geopolitik
pengoperasian jalan baru terhadap kawasan (3) 25% Indikasi konsekuensi pembangunan
konservasi sumber daya alam jalan baru terhadap strategi pertahanan
(5) 12% Indikasi pengaruh pengembangan jalan baru dan keamanan
terhadap kawasan cagar budaya dan suaka alam (4) 10% Indikasi konsekuensi pembangunan
(6) 5% Indikasi pengaruh pengembangan jalan baru jalan baru terhadap pengembangan
terhadap kawasan sempadan sungai dan danau wilayah pemekaran (provinsi/kabupaten/
kota)
Structural Equation Modeling (SEM)
pengaruh tiapsub kriteria polhankam terhadapkriteria
Gambar 9.Structural Equation Modeling (SEM) pengaruh sub kriteria polhankam terhadapkriteria polhankam dalam penentuan
program prioritas pembangunan jalan nasional di Pulau Kalimantan
3. Kriteria spasial yang berkontribusi terhadap
KESIMPULAN penentuan prioritas pembangunan jalan di
1. Penentuan program prioritas pembangunan Pulau Kalimantan dipengaruhi oleh kontribusi
jalan nasional di Pulau Kalimantan sangat 6 (enam) sub kriteria, dengan sub kriteria yang
dipengaruhi kontribusi : 18% kriteria teknis + berkontribusi paling dominan yaituFungsi ruas
27% kriteria spasial + 17% kriteria ekonomi + jalan baru sebagai jalan arteri
11% kriteria sosial + 12% kriteria lingkungan primer/kolektor/lainnya.
+ 15 % kriteria polhankam. 4. Kriteria ekonomi yang berkontribusi terhadap
2. Kriteria teknis yang berkontribusi terhadap penentuan prioritas pembangunan jalan di
penentuan prioritas pembangunan jalan di Pulau Kalimantan dipengaruhi oleh kontribusi
Pulau Kalimantan dipengaruhi oleh kontribusi 6 (enam) sub kriteria, dengan sub kriteria yang
8 (delapan) sub kriteria, dengan sub kriteria berkontribusi paling dominan yaituIndikasi
yang berkontribusi paling dominan yaitu pembiayaan pembangunan konstruksi jalan
indikasi pengaruh pengoperasian jalan baru baru.
terhadap travel time jaringan jalan eksisting.
486
KRTJ-14 JAKARTA 2018
KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-14
Jakarta, 16 – 19 April 2018
5. Kriteria sosial yang berkontribusi terhadap Sekretariat Negara, 2015, Peraturan Presiden Nomor
penentuan prioritas pembangunan jalan di 02 tahun 2015 tentangRPJMN 2015-2019,
Pulau Kalimantan dipengaruhi oleh kontribusi Jakarta
5 (lima) sub kriteria, dengan sub kriteria yang Sekretariat Negara, 2015, Peraturan Presiden Nomor
berkontribusi paling dominan yaituIndikasi 31 tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang
pengaruh pembangunan dan pengoperasian Kawasan Perbatasan Negara di Kalimantan,
jalan baru terhadap solusi konflik sosial. Jakarta
6. Kriteria lingkungan yang berkontribusi
terhadap penentuan prioritas pembangunan
jalan di Pulau Kalimantan dipengaruhi oleh
kontribusi 6 (enam) sub kriteria, dengan sub
kriteria yang berkontribusi paling dominan
yaituIndikasi pengaruh pengembangan jalan
baru terhadap kawasan hutan lindung.
7. Kriteria polhankam yang berkontribusi
terhadap penentuan prioritas pembangunan
jalan di Pulau Kalimantan dipengaruhi oleh
kontribusi 4 (empat) sub kriteria, dengan sub
kriteria yang berkontribusi paling dominan
yaitu Indikasi konsekuensi pembangunan jalan
baru terhadap Kebijakan Pemerintah.
SARAN
1. Bobot pengaruh tiap kriteria diharapkan dapat
menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan
kebijakan program pembangunan jalan nasional di
Pulau Kalimantan
2. Selain multi kriteria yang terdiri dari kriteria teknis,
spasial, ekonomi, lingkungan, sosial, dan
polhankam, terdapat kriteria lain yang sebaiknya
dipertimbangkan dalam penentuan program
prioritas pembangunan jalan nasional di Pulau
Kalimantan yaitu perlu mempertimbangkan kriteria
kesiapan seperti ketersediaan FS, AMDAL, DED,
dan Audit keselamatan DED.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen Bina Marga, 2015, Rencana Strategis 2015-2019
Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian
Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat, Jakarta
Mulyono.A.T., dan Sandra.P.A., 2013, Evaluasi
Kendala Dan Masalah Implementasi UU
22/2009 Tentang LLAJ Terhadap Capaian
Penyelenggaraan Jalan Nasional, Jurnal FSTPT
edisi tahun 2013, Jakarta
Nasution, S., 2011, Metode Research (Penelitian
Ilmiah), Bumi Aksara, 2011.
Pemerintah Republik Indonesia, 2004, Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan,
Jakarta
Pemerintah Republik Indonesia, 2007, Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, Jakarta
Pemerintah Republik Indonesia, 2008, Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
RTRWN, Jakarta
Pemerintah Republik Indonesia, 2009, Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, Jakarta
487
KRTJ-14 JAKARTA 2018
HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA
2018