Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH MENGENAI

PENYAKIT TIROID (HIPERTIROID DAN HIPOTIROID)

OLEH KELOMPOK II:

1. FAJERIA FITRI

2. IRSANDI ISMAIL

3. NURULMIFTAHULILMI

4. MUH.AL-IKHWAN

5. RISDAYASARI

6. SANDI BRITADINATA

7. TIARA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KURNIA JAYA PERSAYA PALOPO

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan

makalah “TIROID(HIPERTIROID DAN HIPOTIROID)”, dengan tepat pada

waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan

makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman serta

bimbingan dari dosen pembimbing, sehingga kami bisa menyelesaikan

makalah  ini. Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam

proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis

juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuan, dorongan dan doa.Tidak lupa pula kami mengharap kritik

dan saran untuk memperbaiki makalah kami ini, di karenakan banyak kekurangan

dalam mengerjakan makalah ini.

Palopo,27 April 2019

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tiroid merupakan kelenjar endokrin murni terbesar dalam tubuh manusia

yang terletak dibagian depan, terdiri atas dua bagian (lubus kanan dan lubus

kiri). Panjang edua lubus masing-masing 5 cm dan menyatuh digaris tengah,

berbentuk seperti kupu-kupu. Penyakit atau gangguan tiroid adalah suatu

kondisi kelainan pada seseorang akibat adanya gangguan kelenjar tiroid, baik

nerupa perubahan bentuk kelenjar maupun perubahan fungsi (berlebihan,

berkurang atau normal). Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yaitu

tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Pembentukan hormon tiroid dipengaruhi

oleh mekanisme umpan balik yang mengakibatkan hormon tiroid stimulating

hormon (TSH). Bila produksi hormon tiroid ,meningkat memproduksi TSH

menurun dan sebaliknya jika produksi hormon trioid tidak mencukupi

kebutuhan makan produksi TSH meningkat(Infodatin,2015)

Tiroid adalah kelenjar endokrin besar yang tidak terletak di pangkal leher

bagian depan, dibawah lapisan kulit dan otot. Kelenjar tiroidbertentuk kupu-

kupu dengan dua sayap yang merupakan lobus tiroid kiri dan kanan di sekitar

trakea. Fungsi tunggal tiroid adalah membuat hormon tiroid (tiroksin dan

triiodotironi) yang berperan meningkatkan aktifitas metabolisme pada hampir

semua jaringan tubuh. Kelenjar tiroid dikontrol oleh kelenjar pituitari, yang

mengeluarkan hormon memacu tiroid (TSH) (Kusumawati,2018)

Etiologi pada penyakit ini belum pasti, yang berperan khususnya untuk

terjadi well differentiated (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter
endemis, dan untuk jenis meduler adalah faktor genetik. Belum diketahui

suatu karsinoma yang berperan untuk kangker anapplastik dan meduller.

Diperkirakan kangker anapplastik bersal dari perubahan kangker tiroid

berdiferensia baik (papiler dan folikuler), dengan kemungkinan jenis

kolikuler 2 kali lebih besar.

Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid, banyak kasus

kangker pada anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan leher

karena penyakit lainnya. Hasil penelitian yangdilakukan oleh .......... (2018)

menyatakan bahwa biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun, tetapi

rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi TSH yang lama juga merupakan salah satu

faktor kangker tiroid. Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat keluarga

yang menderita kangker tiroid dan gondok menahun. (Kusumawati,2018)

Menurut KEMENKES menjelaskan bahwa angka gangguan tiroid sejak

lahir atau hipotiroid kongenital (HK) secara global berdasarkan skrining

neonatal adalah 1 banding 2.000 bayi sampai 1 banding 3.000 bayi. Neonatal

adalah keadaan yang dialami bayi sampai usia 28 hari. Sedangkan pada era

pra-skrining, angka kejadiannya 1:6.700 kelahiran hidup. Program

pendahuluan skrining HK neonatal di 14 provinsi di Indonesia memberikan

insiden sementara 1:2.513. Sementara pada 2016 melalui skrining di 5

provinsi menghasilkan insiden 1:2.26 kelahiran hidup

WHO memperkirakan 2 juta orang tinggal di daerah kekurangan iodium

berdasarkan data eksresi iodium urine (UIE) hal ini menurut penelitian yang

dilakukan oleh cross-sectional yang dilakukan oleh Teng et al (2011) yang

menunjukkan bahwa kejadian hipotiroid dan hipertiroid mengalami


peningkatan dari tahun 2012. Jumlah kasus hipotiroid tidak banyak

mengalami peningkatan, dari 25 menjadi 26 kasus baru. Sementara pada

hipertiroid terjadi peningkatan jumlah pasien yang cukup banyak, dari 94

menjadi 146 kasus baru. Data penelitian ini nerbasis data klinik kemungkinan

dipengaruhi oleh peningkatan kasus di populasi.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh manado (2016) menyatakan

bahwa keadaan geografis dimana paling banyak ditemukan pada daerah

pegunungan, kanker tiroid jarang terjadi pada laki-laki pada sering pada

perempuan dengan perbandingan 1:3, selain itu menurut hasil penelitian artini

(2011) menyatakan bahwa masa kerj sebagai faktor yang berisiko dalam

kegiatan pertanian dengan keberdaan Pb dalam darah, tapi itu bukan faktor

resiko gangguan fungsi tiroid wanita pada usia subur, di kecamatan Brebes.

Kemudian menurut hasil penelitian hastuti (2018) menyatakan bahwa

rendahnya kadar beberapa mineral terutama Zn dan Se merupkan faktor

resiko terjadinya hipotiroidisme, karena kadar TSH dalam serum tidak hanya

di pengaruhi oleh kadar mineral dalam tubuh. Lalu, menurut hasil penelitian

yang dilakukan oleh

Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh (KitaharaDkk,2018) menyatakan

bahwa peningkatan risiko tak terduga kanker tiroid yang berbeda, termasuk

penyakit regional / jauh, setelah diagnosis hipertiroidisme dan tiroiditis yang

tidak dapat semata-mata dikaitkan dengan peningkatan pengawasan medis.

Hipotiroidisme kurang jelas dikaitkan dengan risiko kanker tiroid.


B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

1. Apakah pengertian penyakit tiroid(hipertiroid dan hipotiroid)?

2. Bagaimanakah etiologi penyakit tiroid(hipertiroid dan hipotiroid) ?

3. Bagaimanakah klasifikasi tiroid(hipertiroid dan hipotiroid)?

4. Bagaimanakah patofisilogi tiroid(hipertiroid dan hipotiroid)?

5. Bagaimanakah manifestasi klinis penyakit tiroid(hipertiroid dan

hipotiroid)?

6. Apa sajakah pemeriksaan diagnostik penyakit tiroid(hipertiroid dan

hipotiroid)?

7. Bagaimanakah pencegahan penyakit tiroid(hipertiroid dan hipotiroid)?

8. Bagaimanakah pengobatan/penanggulangan penyakit tiroid(hipertiroid dan

hipotiroid) ?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Tiroid adalah sebuah kelenjar kecil yang lunak terletak di bawah kulit dan

otot-otot di bagian depan leher,warnanya merah kecoklatan, dengan membagi

dua kiri dan kanan (disebut lobus) yang terlihat seperti sayap seekor kupu-

kupu ini ringan dan biasanya berat kurang dari satu ons.(infodatin,2018)

Tiroid merupakan kelenjar endokrin murni terbesar dalam tubuh manusia

yang terletak di leher bagian depan, terdiri atas dua bagian (lobus kanan dan

lobus kiri). Panjang kedua lobus masing-masing 5 cm dan menyatu di garis

tengah, berbentuk seperti kupu-kupu. Penyakit atau gangguan tiroid atau

suatu kondisi kelainan pada seseorang akibat adanya gangguan kelenjar

tiroid, baik berupa perubahan bentuk kelenjar maupun perubahn fungsi

(berlebihan, berkurang atau normal).(kemenkes 2018)

Penyakit hipertiroid adalah suatu keadaan ketika fungsi kelnjar gondok

atau tiroid menjadi berlebihan.kelebihan fungsi kelenjar tersebut

meningkatkan produksi hormon tiroid yang mempengaruhi metabolisme

tubuh. Gejalah penyakit hipertiroid antara lain: jantung berdebar-debar,

berkeringat banyak, penurunan berat badan, cemas, dan tidak tahan terhadap

udarah dingn,dll. (riskesdas 2013)

Fungsinya sangat penting dalam kehidupan manusia yaitu mengontrol

metabolisme tubuh. Metabolisme tubuh itu sendiri merupakan suatu proses

kimia maupun fisika yang terjadi dalam sel yang bertujuan untuk

menghasilkan energi, selama kita hidup proses metabolisme ini terus


berlangsung dan tiroid itulah yang mengatur proses tersebut secara normal

tidak terlalu cepat maupun lambat.Bila tiroid bekerja terlalu keras karena

suatu hal maka keadaan itu disebut sebagai hipertiroid, dan bila terlalu lambat

maka disebut sebagai hipotiroid.

1. Hipertiroid

Hipertiroid dikenal juga sebagai tirotoksitosis, yang dapat di definisikan

sebagai respons jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolic hormone

tiroid yang berlebihan.Hipertiroid dalam hal prevalensi merupakan

penyakit endokrin yang menempati urutan kedua setelah Diabetes

Mellitus, yang merupakan kesatuan penyakit dengan batasan yang jelas,

dan penyakit Graves menjadi penyebab utamanya.

Hipertiroid dikenal juga sebagai tirotoksikosis hipertiroidisme dapat

didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana suatu kelenjar tiroid yang

terlalu aktif menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari hormon-

hormon tiroid yang beredar dalam darah.

a. Hipotiroid merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan

pada salah satu tingkat dari aksis hypothalamus-hipofisis-tiroid “end

organ”, dengan akibat terjadinya defisiensi hormon tiroid ataupun

gangguan respon jaringan terhadap hormon tiroid.[1] Hipotiroid timbul

akibat defisiensi produksi hromon tiroid. Gangguan ini dapat

bermanifestasi sangat dini. Jika gejala timbul akibat suatu periode

fungsi tiroid yang nyata normal, maka gangguan ini benar-benar

“didapat’ atau hanya tampak demikian, namun merupakan salah satu

variasi cacat kongenital dengan manifestasi defisiensi tertunda. Istilah


kretinisme seringkali digunakan sebagai sinonim hipotiroidisme

kongenital, namun sebaiknya istilah ini dihindari. [2] Adapula yang

mengatakan istilah kretinisme dipakai untuk hipotiroidisme kongenital

di daerah endemic GAKI.

B. EPIDEMIOLOGI

1. Menurut WHO angka kejadian penyakit tiroid diberbagai negara itu

bervariasi yang biasanya dpengaruhi faktor etnis dan ras ini khusus

dinegara Asia yang dimana kejadian pada tahun 2012 sejumlah bayi yang

baru lahir tepatnya 85 atau 1:2513 positif hipotiroid

2. Lalu,diIndonesia itu sendiri menurut Riskesdas 2010 mendapatkan 12,8%

laki-laki dan 14,7 perempuan memiliki kadar TSH rendah yang

menunjukkan kecurigaan adanya hipertiroid

3. Menurut riskesdas 2013,hanya terdapat 0,4% penduduk Indonesia yang

berusia 15 tahun atau lebih terdiaognosis hipertiroid.

4. Dan diProvinsi Sulawesi Selatan itu sendiri terdapat 0,5% penduduk yang

umurnya ≥15 tahun itu berjumlah 5.738.932 jiwa yang terdiagnosis

hipertiroid.(Riskesdas,2013)

C. ETIOLOGI

1. Hipertiroid

a. Penyakit Graves diketahui sebagai penyebab umum dari hipertiroid.

Pengeluaran hormone tiroid yang berlebihan diperkirakan terjadi

akibat stimulasi abnormal kelenjar tiroid oleh immunoglobulin dalam

darah. Stimulator tiroid kerja-panjang (LATS; Long-acting thyroid

stimulator) ditemukan dalam serum dengan konsentrasi yang


bermakna pada banyak penderita penyakit ini dan mungkin

berhubungan dengan defek pada sistem kekebalan tubuh.

a) Herediter

b) Stress atau infeksi

c) Tiroiditis

d) Syok emosional

e) Asupan tiroid yang belebihan

f) Dari penyakit lain yang bukan hipertiroid, misalnya

adenokarsinoma hipofisis

2. Hipotiroid

Hipotiroid dapat diklasifikasikan menjadi hipotiroid primer, sentral, dan

hipotiroid karna sebab lain. Hipotiroid primer terjadi akibat kegagalan

tiroid memproduksi hormon tiroid. Sedangkan hipotiroid sentral adalah

akibat defisiensi TSH yang dihasilkan oleh hipofisis. Hipotiroid karna

sebab lain adalah hipotiroid yang disebabkan farmakologis, defisiensi

yodium, dan resistensi perifer. Secara epidemiologi yang paling banyak

ditemukan adalah hipotiroid tipe primer, oleh karena itu diagnosis

ditegakkan berdasar TSH meningkat dan FT4 yang menurun.15,16

Hipotiroid lebih dominan terhadap wanita Dibedakan hipotiroid klinis dan

hipotiroid subklinis. Hipotiroid klinis ditandai dengan kadar TSH tinggi

dan kadar FT4 yang rendah. Sedangkan hipotiroid subklinik ditandai

dengan TSH tinggi dan adar FT4 normal, tanpa gejala atau ada gejala

sangat minimal. Hipotiroid merupakan kumpulan gejala yang

manifestasinya tergantung dari : usia, onset penyakit, dan ada tidaknya


kelainan lain. 16,17 15 2.5 Hipotiroid Kongenital 2.5.1 Definisi

Hipotiroid Kongenital

D. PATOFISIOLOGI

1. Hipertiroid

TSI dalam serum berupa long-acting thyroid stimulator (LATS) berupa

IgG yang mengikat reseptor TSH dan mampu menstimulasi aktivitas

adenilat siklase yang berperan mengubah ATP menjadi cAMP. cAMP

berperan sebagai second messenger yang dapat meningkatkan proses

intraseluler sehingga terjadi peningkatan pelepasan hormone tiroid. TGI

berperan pada proliferasi epitel folikel tiroid. TBII merupakan antibody

anti-reseptor TSH, bekerja menyamar seperti TSH sehingga terjadi

stimulasi aktivitas sel epitel kelenjat tiroid. Sehingga T3 dan T4 akan naik

soalnya mereka kayak terstimulasi oleh penyamaran TSI yang meniru si

TSH. Terus dapat menimbulkan gejala simpatis (berdebar-debar, banyak

berkeringat, dll). Kemudian tubuh secara otomatis akan melakukan

umpan balik negative untuk mengurangi pengeluaran T4 T3 dengan

mengurangi stimulus dari TSH

2. Hipotiroid

Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau

gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon

tiroid diatur sebagai berikut:

a. Hypothalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormon (TRH) yang

merangsang hipofise anterior. Hipofise anterior mensintesis

thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormon/TSH) yang merangsang


kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid

(Triiodothyronin/T3 dan Tetraiodothyronin/T4) yang merangsang

metabolism jaringan yang meliputi, konsumsi oksigen, produksi panas

tubuh, fungsi syaraf, metabolism protein, karbohidrat, lemak, dan

vitamin-vitamin serta kerja hormon-hormon lain(infodatin,2015)

E. KLASIFIKASI

1. Goiter Toksik Difusa (Graves’ Disease)

Kondisi yang disebabkan,  oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan

tubuh dimana zat antibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga

menstimulasi kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid terus

menerus.

Graves’ disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria,

gejalanya dapat timbul pada berbagai usia, terutama pada usia 20 – 40

tahun. Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi terjadinya gangguan

pada sistem kekebalan tubuh, yaitu dimana zat antibodi menyerang sel

dalam tubuh itu sendiri.

2. Nodular Thyroid Disease

Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan

tidak disertai dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui.

Tetapi umumnya timbul seiring dengan bertambahnya usia.

3. Subacute Thyroiditis

Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan

mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam


darah. Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa

timbul lagi pada beberapa orang.

4. Postpartum Thyroiditis

Timbul pada 5 – 10% wanita pada 3 – 6 bulan pertama setelah melahirkan

dan terjadi selama 1 -2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal

secara perlahan-lahan(MagnerJ,2014)

F. MANIFESTASI KLINIS

1. Penderita sering secara emosional mudah terangsang (hipereksitabel),

iritabel dan terus merasa khawatir dan klien tidak dapat duduk diam

2. Denyut nadi yang abnormal yang ditemukan pada saat istirahat dan

beraktivitas; yang diakibatkan peningkatan dari serum T3 dan T4 yang

merangsang epinefrin dan mengakibatkan kinerja jantung meningkat

hingga mengakibatkan HR meningkat. Peningkatan denyut nadi berkisar

secara konstan antara 90 dan 160 kali per menit, tekanan darah sistolik

akan meningkat.

3. Tidak tahan panas dan berkeringat banyak diakibatkan karena

peningkatan metabolisme tubuh yang meningkat maka akan menghasilkan

panas yang tinngi dari dalam tubuh sehingga apabila terkena matahari

lebih, klien tidak akan tahan akan panas.

4. Kulit penderita akan sering kemerahan (flusing) dengan warna ikan

salmon yang khas dan cenderung terasa hangat, lunak dan basah.

5. Adanya Tremor

6. Eksoftalmus yang diakibatkan dari penyakit graves, dimana penyakit ini

otot-otot yang menggerakkan mata tidak mampu berfungsi sebagaimana


mesti, sehingga sulit atau tidak mungkin menggerakkan mata secara

normal atau sulit mengkordinir gerakan mata akibatnya terjadi pandangan

ganda, kelopak mata tidak dapat menutup secara sempurna sehingga

menghasilkan ekspresi wajah seperti wajah terkejut.

7. Peningkatan selera makan namun mengalami penurunan berat badan yang

progresif dan mudah lelah.

8. Perubahan defekasi dengan konstipasi dan diare

9. Pada usia lanjut maka akan mempengaruhi kesehatan jantung

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. T4 Serum

Tes yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4 serum dengan

teknik radioimmunoassay atau peningkatan kompetitif. Kisaran T4 dalam

serum yang normal berada diantara 4,5 dan 11,5 mg/dl (58,5 hingga 150

nmol/L). T4 terikat terutama dengan TBG dan prealbumin : T3 terikat

lebih longgar. T4 normalnya terikat dengan protein. Setiap factor yang

mengubah protein pangikat ini juga akan mengubah kadar T4

2. T3 Serum

T3 serum mengukur kandungan T3 bebas dan terikat, atau total T3 total,

dalam serum. Sekresinya terjadi sebagai respon terhadap sekresi TSH dan

T4. Meskipun kadar T3 dan T4 serum umumnya meningkat atau menurun

secara bersama-sama, namun kadar T4 tampaknya merupakan tanda yang

akurat untuk menunjukan adanya hipertiroidisme, yang menyebabkan

kenaikan kadar T4 lebih besar daripada kadar T3. Batas-batas normal untuk

T3 serum adalah 70 hingga 220 mg/dl (1,15 hingga 3,10 nmol/L)


3. Tes T3 Ambilan Resin

Tes T3 ambilan resin merupakan pemeriksaan untuk mengukur secara

tidak langsung kaar TBG tidak-jenuh. Tujuannya adalah untuk

menentukan jumlah hormone tiroid yang terikat dengan TBG dan jumlah

tempat pengikatan yang ada. Pemeriksaan ini, menghasilkan indeks

jumlah hormone tiroid yang sudah ada dalam sirkulasi darah pasien.

Normalnya, TBG tidak sepenuhnya jenuh dengan hormone tiroid dan

masih terdapat tempat-tempat kosong untuk mengikat T3 berlabel-

radioiodium, yang ditambahkan ke dalam specimen darah pasien.

4. Tes TSH (Thyroid Stimulating Hormone)

Sekresi T3 dan T4 oleh kelenjar tiroid dikendalikan hormone stimulasi

tiroid (TSH atau tirotropin) dari kelenjar hipofisis anterior. Pengukuran

konsentrasi TSH serum sangat penting artinya dalam menegakkan

diagnosis serta penatalaksanaan kelainan tiroid dan untuk membedakan

kelainan yang disebabkan oleh penyakit pada kelenjar tiroid sendiri

dengan kelainan yang disebabkan oleh penyakit pada hipofisis atau

hipotalamus.kadar TSH dapat diukur dengan assay radioimunometrik,

nilai normal dengan assay generasi ketiga, berkisar dari 0,02 hingga 5,0

μU/ml.Kadar TSH sensitif dan dapat dipercaya sebagai indikator fungsi

tiroid. Kadar akan berada dibawah normal pada pasien dengan

peningkatan autonom pada fungsi tiroid (penyakit graves, hiperfungsi

nodul tiroid).

5. Tes Thyrotropin Releasing Hormone


Tes Stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk memeriksa cadangan

TSH di hipofisis dan akan sangat berguna apabila hasil tes T 3 dan T4 tidak

dapat dianalisa. Pasien diminta berpuasa pada malam harinya. Tiga puluh

menit sebelum dan sesudah penyuntikan TRH secara intravena, sampel

darah diambil untuk mengukur kadar TSH. Sebelum tes dilakukan,

kepada pasien harus diingatkan bahwa penyuntikan TRH secara intravena

dapat menyebabkan kemerahan pasa wajah yang bersifat temporer, mual,

atau keinginan untuk buang air kecil(Magner J,2014).

E. PENATALAKSANAAN

1. Pengobatan Medis

Penatalaksanaan hipertiroidisme secara farmakologi menggunakan empat

kelompok obat ini yaitu: obat antitiroid, penghambat transport iodida,

iodida dalam dosis besar menekan fungsi kelenjar tiroid, yodium radioaktif

yang merusak sel-sel kelenjar tiroid. Obat antitiroid bekerja dengan cara

menghambat pengikatan (inkorporasi) yodium pada TBG (thyroxine

binding globulin) sehingga akan menghambat sekresi TSH (Thyreoid

Stimulating Hormone) sehingga mengakibatkan berkurang produksi atau

sekresi hormon tiroid.

a) Obat-obatan anti tiroid (OAT)

Obat antitiroid dianjurkan sebagai terapi awal untuk toksikosis pada

semua pasien dengan grave disease serta digunakan selama 1-2 tahun

dan kemudian dikurangi secara perlahan-lahan. Indikasi pemberian

OAT adalah sebagai terapi yang bertujuan memperpanjang remisi atau

mendapatkan remisi yang menetap, pada pasien – pasien muda dengan


struma ringan sampai sedang dan tirotoksikosis,sebagai obat untuk

kontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau sesudah

pengobatan pada pasien yang mendapat yodium radioaktif,untuk

pengobatan pada pasien hamil,pasien dengan krisis tiroid

Obat antitiroid tersebut berfungsi menghambat organifikasi iodida dan

proses berpasangan iodotirosin untuk membentuk T3 dan T4. PTU juga

menghambat perubahan T4 menjadi T3 di perifer dengan dosis 300-600

mg/hari secara oral dalam 3-4 dosis terbagi. Efek samping pengobatan

yang utama adalah agranulositosis, yang terjadi sebagai suatu reaksi

idiosinkrasi pada 0,2-0,5% pasien yang diterapi. Komplikasi ini terjadi

dengan awitan yang cepat, tidak dapat diramalkan dengan lewat

pemantauan hitung darah putih, dan bersifat reversibel bila obat

dihentikan.Adapun obat-obat yang temasuk obat antitiroid adalah

Propiltiourasil, Methimazole, Karbimazol

1. Pengobatan Tradisisonal

a. Bawang putih

Cukup mengunya bawang putih mentah sebanyak 3-4 siung disetiap

hari secara rutin atau bila anda tidak menyukainya anda bisa

menyediakan bawang putih yang sudah dicincang-cincang tipis

ditambahakan perasan lemon dan madu murni


BAB III

KONSEP MEDIS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas :

2. Nama : Tn “D”

3. Umur : 58 Tahun

4. Jenis Kelamin : Laki-Laki

5. Agama : Islam

6. Suku Bangsa : Bugis

7. Pendidikan : Sma

8. Pekerjaan : Petani

9. Alamat : Balandai

B. Riwayat penyakit sekarang :

C. Riwayat penyakit keluarga :

D. PEMERIKSAAN HEAD TO TOE

1. Kepala

a. Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi

atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah

dan distribusi rambut. Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak

menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi(rambut jagung dan kering)

b. Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.

Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan

kuat/tidak rapuh.
2. Wajah

a. Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan. Normal:

warna sama dengan bagian tubuh lain,  tidak pucat/ikterik, simetris.

b. Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang

Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.

3. Mata

a. Inspeksi:  bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata,

kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera

(anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon

terhadap cahaya. Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika,

warna konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih

4. Telinga

a. Inspeksi  : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi

telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu

dengar. Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus,

warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat

bantu dengar.

b. Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan  tragus Normal: tidak ada

nyeri tekan.

5. Hidung

a. Inspeksi  : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan),

rongga, hidung ( lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal

(kemerahan, lesi, tanda2 infeksi). Normal: simetris kika, warna sama


dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan,

perdarahan dan tanda-tanda infeksi.

b. Palpasi : frontalis dan, maksilaris  (bengkak, nyeri, dan septum

deviasi). Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.

6. Mulut

a. Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir,

tekstur , lesi, dan stomatitis. Normal: warna mukosa mulut dan bibir

pink, lembab, tidak ada lesi dan stomatitis.

b. Inspeksi dan palpasi strukur dalam  : gigi lengkap/penggunaan gigi

palsu, perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan

keadaan langit2.  Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi

berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang

gusi, lidah simetris, warna pink, langit2 utuh dan tidak ada tanda

infeksi.

7. Leher

a. Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris. Normal: warna

sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada

pembesaran kelenjer gondok.

b. Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus, pembesaran,batas,

konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe

(letak, konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer parotis (letak, terlihat/

teraba). Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri,

tidak ada  pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.

8. Thorax
a. Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur  dada, gerakan nafas (frekuensi,

irama, kedalaman, dan upaya  pernafasan/penggunaan otot-otot bantu

pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan.

Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda

distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak

ikterik/sianosis, tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema

b. Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri,

tractile fremitus. Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri

tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris, taktil

vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas.

c. Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi

dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi

ke sisi)

d. Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan

menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas

manubrium dan di atas trachea) Normal: bunyi napas vesikuler,

bronchovesikuler, brochial, tracheal.

9. abdomen

a. Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar,

ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus,  dan

gerakan dinding perut. Normal: simetris kika, warna dengan warna

kulit lain, tidak ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan,

pelebaran vena, kelainan umbilicus.


b. Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian

diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah.Normal:  suara

peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar denyutan arteri

renalis, arteri iliaka dan aorta.

c. Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak

searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman

kualitas bunyinya.Perkusi hepar: Batas. Perkusi Limfa: ukuran dan

batas. Perkusi ginjal: nyeri. Normal: timpani, bila hepar dan limfa

membesar=redup dan apabila banyak cairan = hipertimpani.

d. Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa,

karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular, lokasi, dan

nyeri.dengan cara perawat menghangatkan tangan terlebih dahulu.

Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada

massa dan penumpukan cairan.

10. Eksremitas

a. Inspeksi struktur muskuloskletal atas : simetris dan pergerakan,

Integritas ROM, kekuatan dan tonus otot. Normal: simetris kika,

integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh.

b. Palapasi: denyutan a.brachialis dan a. Radialis. Normal: teraba je

E. Diagnosa keperawatan

No Nanda Nic Noc

1 Konstipasi  Monitor Setelah perawat

berhubungan dengan adanya tanda melakukan


penurunan mobilitas dan gejalah obsevasi selama

praktus, asupan serap diare, 2x24 jam pasien

tidak cukup di tandai konstipasi, dan dapat mengontrol

dengan tidak dapat impaksi konstipasi

makan  Mendorong

penurunan

asupan

makanan

pembentukan

gas yang

sesuai

 Monitor buang

air besar

termasuk

frekuensi ,

konsistensi,

bentuk,

volume, dan

warna, dengan

cara yang tepat

2 Intoleran aktivitas  Bantu klien Setelah perawat

berhubungan dan keluarga melakukan

dengangaya hidup untuk observasi selama

kurang gerak ditandai mengidentifi 2x24 jam pasien


dengan keletihan kasi dapat bergerak

kelemahan aktif

dalam level

aktivitas

tertentu

 Dorong

keterlibatan

dalam aktivitas

kelompok

maupun terapi,

jika memang

di perlukan

3 Ketidakseimbangan  Monitor Dalam 2x24 jam

nutrisi,kurang dari asupan kalori pasien mampu

kebutuhan tubuh setiap hari mengatasi

berhubungan dengan  Kaji makanan ketidakseimbangan

ketidak mampuan kesukaan nutrisi

mencerna makanan pasien,baik itu

ditandai dengan berat kesukaan

badan 20% atau lebih pribadi atau

di bawah rentang berat yang

badan ideal dianjurkan

budaya dan

agamanya
 Berikan

istirahat yang

cukup

 Ajarkan pasien

dan keluarga

bagaimana

cara membeli

makanan

murah tapi

bergizi tinggi

4 Ansietas berhubungan  Atur situasi  Dalam

dengan kebutuhan yang 2x24 jam

yang tidak terpenuhi, mendukung pasien

perubahan besar otonomi pasien mampu

maturasi ( status  Dukung mengatasi

ekonomi, lingkungan, keluarga untuk rasa cemas

status kesehatan, memverbalisas

fungsi peran, status i perasaan

peran) ditandai mengenai

dengan tremor, sakitnya

gelisah, distres anggota

keluarga
BAB IV

KASUS

Seorang laki-laki berusia 58 tahun dengan berat badan 64kg dan tinggi badan

172 mengalami pembesaran dibagian anterior lehernya.Ia mengeluh beberapa

bulan terkahir ia semakin sering makan tetapi tidak ada peningkatan BB.Hasil

pemeriksaan fisik terdpat pembesaran asimestris dengan berat diperkirakan

mencapai 41 gram terdapat nodul sebesar 3 x 25 cm pada lobs kiri kelenjar

tiroid.BB 10kg,Tb : 170cm,Hr :82x/menit,Bp:110/76 mmHg,tremor(+) dan

eksopthamur (+)

A. KATA KUNCI

1. laki – laki berusia 58 tahun

2. Mengalami pembesaran anterioir lehernya

3. Sering makan tapi tidak ada peningkatan BB.

4. Terdapat nodul sebesar 3,25 cm pada lobus kiri kelenjar tiroid.

5. Mengapa tremor ( + ) dan eksoptalmus ( + ) pada pasien tiroid

B. PERTANYAAN DAN JAWABAN PENTING

1. Mengapa laki – laki yang berusia 58 tahun mengalami pembesaran di

bagian anterior lehernya?

Jawaban: karena di usia 50 tahun semakin berisiko terajadinya hipertiroid

dan hipertiroid. (kementerian kesehatan, 2015).

2. Kenapa pasien mengalami pembesaran di bagian anterior lehernya?

Jawaban: karena adanya difus pembesaran kelenjar yang merata bagian

kanan dan kiri kelenjar sama-sama membesar. Nodul terdapat benjolan


seperti bola bisa tunggal atau banyak bisa padat atau berisi cairan. .

(kementerian kesehatan, 2015).

3. Mengapa pasien sering makan tapi tidak ada peningkatan BB?

Jawaban: karena hormon T3 dan T4 berfungsi untuk memacu

metabolisme tubuh. Namun, pada penderita hipertiroid, kedua hormon

tersebut di produksi tubuh secara berlebihan dan mengakibatkan

metabolisme terjadi dengan sangat cepat. Hal tersebut akan menyebabkan

seluruh organ tubuh berfungsi secara berlebihan karena bahan bakaryang

di gunakan oleh tubuh jauh lebih cepat dari biasanya

4. Mengapa tremor ( + ) gemetar dan eksoptalmus ( + ) pada pasien tiroid?

Jawaban: karena tremor ( + ) terjadi pada saat kelelahan, deman,

hipoglikemia, hipertiriyonisme, kelainan seperti cemas. Sedanngka

eksotalmus( + ) sudah pasti terjadi penonjolan apnormal di mata, mata

sembab dan kegugupan.

DS DO
 Pasien mengalami  Pemeriksaan fisik

pembesaran dibagian terdapat pembesaran

anterior lehernya asimetris dengan

 Pasien mengeluh berat di perkirakan

beberapa bulan terakhir ia mencapai 41 gram

semakin sering makan  Terdapat nodul

tetapi tidak ada sebesar 3x25 cm

peningkatan BB. Pada lobus kiri

kelenjar tiroid
 BB 10kg, Tb : 170

cm, Hr: 82x/menit,

TD: 110/76 mmHg,

tremor (+) dan

eksopthamur(+).

C. Diagnosa keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutrisi,kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidak mampuan mencerna makanan ditandai dengan berat badan

20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal.

2. Konstipasi berhubungan dengan asupan serat tidak cukup ditandai dengan

penurunan volume fases

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar(mis.,status

ekonomi,lingkungan,status kesehatan,fungsi peran,status peran).

D. Intervensi keperawatan

NANDA NOC NIC


1. Ketidakseimbangan Dalam 2x24 jam pasien
 Monitor
nutrisi,kurang dari mampu meningkatkan
asupan
kebutuhan tubuh asupan serat dan zat besi
kalori setiap
berhubungan
hari
dengan ketidak
 Kaji
mampuan mencerna
makanan
makanan ditandai
kesukaan
dengan berat
pasien,baik
badan 20% atau itu kesukaan

lebih di bawah pribadi atau

rentang berat badan yang

ideal dianjurkan

Domain 2 kelas budaya dan

00002 agamanya

 Berikan

istirahat

yang cukup

 Ajarkan

pasien dan

keluarga

bagaimana

cara

membeli

makanan

murah tapi

bergizi

tinggi

2. Konstipasi Dalam observasi 2x24


 Monitor
berhubungan jam pasien mampu
adanya
dengan asupan serat mengontrol keinginan
tanda dan
tidak cukup untuk makan
gejalah
ditandai dengan
penurunan volume
diare,
fases.
konstipasi,
Domain 3 kelas
dan impaksi
00011
 Mendorong

penurunan

asupan

makanan

pembentuka

n gas yang

sesuai

 Monitor

buang air

besar

termasuk

frekuensi ,

konsistensi,

bentuk,

volume, dan

warna,

dengan cara

yang tepat
3. Ansietas Dalam 2x24 jam pasien
 Atur situasi
berhubungan dapat mengontrol pola
yang
dengan perubahan pengeluaran fases yang
mendukung
besar(mis.,status bisa dprediksi
otonomi
ekonomi,lingkunga
pasien
n,status
 Dukung
kesehatan,fungsi
keluarga
peran,status peran).
untuk
Domain 9 kelas
memverbali
00146
sasi

perasaan

mengenai

sakitnya

anggota

keluarga
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya

hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan di ikuti oleh gejala-gejala kegagalan

tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada di dibawah nilai

optimal.

Hipertiroid dikenal juga sebagai tirotoksitosis, yang dapat di definisikan

sebagai respons jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid

yang berlebihan.

B. SARAN

Dari penyakit ini,dapat dihindarkan dengan cara tidak stress,tidak

merokok,tidak mengkonsumsi obat-obatan sembarangan dan tidak

mengkonsumsi yodium secara berlebihan karena dapat terjadi radiasi pada

leher dan organism-organisme dapat menyebabkan infeksi karena ada virus.


DAFTAR PUSTAKA

NANDA internasional, diaognosi keperawatan: defenisi dan klasifikasi 2015-2017

edisi 10

Nursing intervention clarification (NIC) 2013 edisi 6

Jurnal internasional.com

Jurnal nasional.com

Schooler.id, dampak klinis thyroid-stimulating hormone

Info DATIN, bebaskan dirimu dari gangguan tiroid 2015, kemenkes RI

Magner J. Historical note: Many steps led to the discovery of thyroid-stimulating

hormone. Eur Thyroid J. 2014

http://digilib.uinsby.ac.id/15869/13/Bab%2010.pdf

Anda mungkin juga menyukai