OLEH:
SUTRIAN
(NIM 62.20.1.19.434)
POLTEKKES PALANGKARAYA
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
1.1.1 Definisi
1
bronkiolus, dan paru-paru. Sedangkan saluran pernapasan bawah meliputi trakea
atau batang tenggorokan, bronkus, dan paru-paru. Respirasi dibagi menjadi 2
2
bagian, yaitu respirasi eksternal dimana proses pertukaran O2 & CO2 ke dan dari
paru ke dalam O2 masuk ke dalam darah dan CO2 + H2O masuk ke paru paru
darah. kemudian dikeluarkan dari tubuh dan respirasi internal/respirasi sel dimana
proses pertukaran O2 & peristiwa CO2 di tingkat sel biokimiawi untuk proses
kehidupan
1.1.3 Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um
1.1.4 Klasifikasi
1. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
a. Dengan atau tanpa gejala klinik
b. BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali
disokong biakan positif 1 kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
c. Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
2. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
a. Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif
b. BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.
3. Bekas TB Paru dengan kriteria:
a. Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
b. Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
c. Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan
serial foto yang tidak berubah.
d. Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).
1.1.5 Patofisiologi
Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui tiga
tempat yaitu saluran pernafasan, saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka
pada kulit. Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara (airbone) yang cara
penularannya dengan droplet yang mengandung kuman dari orang yang terinfeksi
sebelumnya .(Sylvia.A.Price.2011.hal 754 )
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah
dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar.
Dalam dahak dan ludah ada basil TBC-nya , sehingga basil ini mengering lalu
3
diterbangkan angin kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah
maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan
bersarang serta berkembangbiak di paru-paru. ( dr.Hendrawan.N.2015,hal 1-2 )
Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa
muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah
bening atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar
getah bening dan menuju aliran darah dalam jumlah kecil yang dapat
menyebabkan lesi pada organ tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa
mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri
dari 1-3 basil. Dengan adanya basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi
dibawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, maka hal ini bisa
membangkitkan reaksi peradangan. Berkembangnya leukosit pada hari hari
pertama ini di gantikan oleh makrofag.Pada alveoli yang terserang mengalami
konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut. Basil ini juga
dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional,
sehingga makrofag yang mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang dan
yang sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh
limfosit,proses tersebut membutuhkan waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi primer
paru yang biasanya disebut focus ghon dan bergabungnya serangan kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang
mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat yang kebetulan
menjalani pemeriksaan radiogram rutin.Beberapa respon lain yang terjadi pada
daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan
menimbulkan kavitas.Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian selain
paru-paru ataupun basil dapat terbawa sampai ke laring ,telinga tengah atau usus.
(Sylvia.A Price:2012 ;754).
4
Mycrobacteriumtuberkulosis
Inhalasi droplet Bakteri Miobacterium Perubahan cairan Reaksi infeksi dan Menyebar melalui kelenjar getah
Penyubatan bening, kekelenjar regional
intrapleura merusak parenkim paru
pembuluh darah menimbulkan reaksi oksidasi
limfa Terhirup kesaluran
Bakteri masuk kepernafasan atas
dan mencapai alveolus pernafasa masuk Reaksi sistematis Reaksi sistematis Proses peradangan
Aliran darah tidak adekuat keparu-paru,dan
masuk ke alveoli
Muncul reaksi radang Oliguria, anuria
Mual, muntah, Kerusakan jaringan
Iskemikparu
reseptor nyeri anoreksia
Terjadi pengeluaran sekret Intake dan output tidak seimbang
Penurunan suplai meningkat kelemahan
Produksi secret meningkat O2 keotak MK:
MK: Risiko
MK:
Ketidakseimbangan Elektrolit Defisit nutrisi
Nyeri akut MK:
MK: MK: Perfusi Intoleransi aktivitas
Bersihan jalan perifer tidak
nafas tidak efektif efektif
5
dengan alat khusus yang dapat mendukung fungsi ventilasi dan memperbaiki
oksigenasi melalui penggunaan gas dengan konten tinggi oksigen dan tekanan
positif.
Fungsi ventilator umumnya antara lain, mengembangkan paru selama
inspirasi, dapat mengatur waktu dari inspirasi ke ekspirasi, mencegah paru untuk
menguncup sewaktu ekspirasi, serta dapat mengatur waktu dari fase ekspirasi ke
fase inspirasi. Semua ventilator mekanik canggih dilengkapi oleh monitor
pengukur tekanan (pressure gauge), pembatas tekanan untuk mencegah paru dari
barotrauma (pressure limiting device), pengaman (alarm) tekanan tinggi dan
rendah, serta pengatur volum paru (spirometer).
1.1.11 Indikasi pemasangan ventilasi mekanik
Penggunaan ventilasi mekanik diindikasikan ketika ventilasi spontan pada
pasien tidak adekuat untuk memelihara kehidupannya. Indikasi utama penggunaan
ventilasi mekanik adalah untuk mensuport pasien dengan gagal napas, termasuk
kegagalan dalam ventilasi (hiperkarbia), kegagalan oksigenasi (hipoksia) ataupun
keduanya.
Gagal napas adalah suatu kondisi dimana sistem respirasi tidak dapat
menjaga pertukaran gas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism,
contohnya oksigenasi atau eliminasi CO2. Secara konvensional, gagal napas
didefinisikan ketika tekanan arterial O2 (PaO2) <8.0 kPa (60 mmHg), tekanan
arterial CO2 (Pa CO2) >6.0 kPa (45 mmHg) atau keduanya. Gagal napas secara
umum diklasifikasikan menjadi:
1. Hipoksemia akut atau tipe I
Dimana O2 rendah dengan CO2 normal/ rendah. Pada umumnya
terjadi pada V:Q matching yang buruk (area paru dengan
ventilasi yang buruk namun tetap terperfusi), contohnya pada
pneumonia, edema pulmonum atau ARDS, atau emboli paru.
Gagal napas hipoksemia ditandai dengan SaO2 arteri <90%,
meskipun fraksi oksigen inspirasi > 0.6. Tujuan dari pemasangan
ventilasi mekanik pada kondisi ini yaitu untuk menyediakan
saturasi oksigen yang adekuat melalui kombinasi oksigen
8
1.2.1.4 Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap
nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS. Adapun
cara yang cukup jelas dan cepat adalah:
Awake :A
Respon bicara :V
Respon nyeri
Tidak ada respon :U
1.2.1.5 Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera yang
mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang, maka
imobilisasi in line harus dikerjakan
1.2.2 Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat
meggunakan format AMPLE (Alergi, Medikasi, Post illnes, Last meal, dan Event/
Environment yang berhubungan dengan kejadian). Pemeriksaan fisik dimulai dari
kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik.
1) Identitas klien
2) Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat
tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah
kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya
penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB patu
yang lain.
3) Riwayat penyakit sekarang
4) Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang
di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat
malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong
penderita untuk mencari pengonbatan.
5) Riwayat penyakit dahulu
6) Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita
yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA
efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
11
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan makan sedikit 1. Untuk mencegah terjadinya
berhubungan dengan keperawatan selama …. jam tapi sering mual, dan muntah
ketidakmampuan untuk diharapkan Keseimbangan 2. Ajarkan pasien tentang 2. Untuk meningkatkan kadar
mencerna makanan nutrisi kurang dari kebutuhan makanan tinggi kalium kalium dalam darah
:mual, muntah, tubuh dapat terpenuhi dengan 3. Ajarkan hygnie oral 3. Untuk meningkatkan nafsu
anoreksia. kriteria hasil: sebelum makan makan pasie
- Nafsu makan meningkat 4. Anjurkan asupan cairan 4. Untuk menjaga
- Keadaan umum baik 1000 ml/hari keseimbangan tubuh
- TTV Normal 5. Kolaborasikan obat 5. Untuk mempercepat
sesuai indikasi Dokter penyembuhan
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi defisit 2. Untuk mengetahui defisit
berhubungan dengan keperawatan selama …. jam tingkat aktivitas aktivitas
kelemahan diharapkan kelemahan klien 2. Libatkan keluarga dalam 3. Agar keluarga dapat
dapat berkurang kriteria hasil: aktivitas membantu aktivitas klien
- Melakukan aktivitas tanpa 3. Berikan penguatan 4. Agar klien mendapatkan
dibantu keluarga positif atas partisipasi dalam penguatan positif
- Melakukan aktivitas secara aktivitas 5. Untuk membantu
mandiri 4. Kolaborasi pada terapis merencanakan program
okupasi dalam merencanakan aktivitas
dan memonitor program
aktivitas
16