Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL JURNAL ILMIAH

KONSEP EXPERIENTAL LEARNING CYCLE DALAM PENDIDIKAN ORANG


DEWASA

Untuk memenuhi persyaratan tugas mata kuliah bahasa Indonesia yang diampu oleh

Rika Widawati, S.S., M. Pd.

Beni Saputro, M. Pd.

Disusun Oleh:

Muhamad Saifunnas Ashril 1900788

DEPARTEMEN PENDIDIKAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2020
KONSEP EXPERIENTAL LEARNING CYCLE DALAM
PENDIDIKAN ORANG DEWASA

Muhamad Saifunnas Ashril Mi’raj


Departemen Pendidikan Masyarakat
Universitas Pendidikan Indonesia
asrilrassil@gmail.com

Abstrak.

Orang dewasa tidak sama dengan anak dalam belajar, ini disebabkan
oleh perbedaan pola dalam belajar, Knowles (dalam Sujarwo, 2007,
hal. 3) menyatakan bahwa pola belajar orang dewasa dan anak
berbeda pada 4 hal, yaitu pada konsep diri, pengalaman, kesiapan
untuk belajar, dan orientasi belajar. Perbedaan dalam pola belajar
menyebabkan munculnya perbedaan dalam metode belajarnya.
Dalam jurnal ini akan dijelaskan mengenai metode experiental
learning model Kolb dalam pendidikan orang dewasa.

Kata Kunci: Andragogi, pendidikan orang dewasa, metode


pendidikan orang dewasa, experiental learning.

Pendahuluan

Orang dewasa pola belajarnya dihargai, didukung oleh lingkungan dengan


berbeda dengan pola belajar anak. Knowles melakukan interaksi seimbang antara
(dalam Sujarwo, 2007, hal. 3) menyatakan pendidik dan peserta didik. b) perhatian
bahwa pola belajar orang dewasa dan anak lebih diarahkan kepada keterlibatan aktif
berbeda pada 4 hal, yaitu pada konsep diri, anak didik. c) anak didik harus terlibat
pengalaman, kesiapan untuk belajar, dan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
orientasi belajar. evaluasi pendidik, pendidik hanya sebagai
Konsep diri, usia orang dewasa fasilitator belajar. (Eti Nurhayati dalam
mampu mengarahkan dirinya sendiri (self Fitriyah, 2014).
directedness), asumsi ini membawa Pengalaman, orang dewasa telah
implikasi pada (a) suasana belajar memiliki kekayaan pengalaman yang dapat
diciptakan agar pelajar merasa diterima, didayagunakan dalam belajar, asumsi ini
membawa implikasi pada :a) harus banyak Dalam pembelajaran berbasis
menggunakan teknik partisipatoris yang pengalaman, ada seorang ahli teori
memberikan pengalaman konkrit bagi pendidikan Amerika David Allen Kolb.
orang dewasa. b) membimbing peserta Knowles menyebutkan bahwa Kolb
didik dalam mengaplikasikan hasil mendefinisikan belajar sebagai “The
belajarnya pada kehidupan sehari-hari. c) process whereby knowledge is created
dibuat banyak aktifitas yang mendorong through transformation of experience”
peserta didik melihat pengalaman sendiri (dalam Rosidin, 2014, hal. 7) atau sebuah
dan belajar dari pengalaman. (Eti Nurhayati proses di mana pengetahuan dikreasikan
dalam Fitriyah, 2014). melalui transformasi pengalaman. Bagi
Kesiapan untuk belajar, orang Kolb, belajar bukan sekedar penerimaan
dewasa belajar berdasar kebutuhan, asumsi atau transmisi materi pelajaran, melainkan
ini telah membawa implikasi dalam hal : a) interaksi antara materi pelajaran dengan
kurikulum harus ditata agar sesuai dengan pengalaman yang saling mentransformasi
kebutuhan nyata orang dewasa. b) kesiapan satu sama lain (dalam Rosidin, 2014, hal.
orang dewasa yang hendak belajar harus 7). Kolb yang berpendapat bahwa
dipertimbangkan (Eti Nurhayati dalam pengetahuan didapatkan dari pengalaman,
Fitriyah, 2014). mengemukakan sebuah teori yang ia sebut
Orientasi belajar orang dewasa sebagai Experiental Learning (EL)
adalah kehidupan, asumsi ini telah (Prasetyo, 2011, p. 118).
membawa implikasi : a) pendidik harus Metode Penelitian.
mengetahui apa yang menjadi ketertarikan Metode Penelitian yang digunakan
peserta didik, kemudian membangun dalam penyusunan artikel jurnal ini adalah
pengalaman belajar relevan dengan penelitian berbasis kajian pustaka. Dimana
ketertarikan tersebut. b) tahapan-tahapan informasi didapatkan dari berbagai media
belajar seharusnya diatur berdasarkan area seperti buku, jurnal, serta sumber informasi
persoalan, bukan berdasarkan pada mata valid lainnya.
kuliah. c) pada sesi-sesi awal pembelajaran Pembahasan
harus diupayakan dapat Definisi Andragogi
mengindentifikasikasi problem yang lebih Dalam mendidik, kita tidak boleh
spesifik yang ingin dipelajari lebih dalam menyamakan cara mengajar kepada anak
oleh peserta didik. (Eti Nurhayati dalam dan kepada orang dewasa, karena mereka
Fitriyah, 2014). adalah dua individu yang berbeda.
Andragogi adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana cara membantu orang dewasa mendidik orang dewasa pada poin ke lima,
untuk belajar (Knowles dalam Sujarwo, mereka mengatakan bahwa
2007, hlm 3). One of the most important
Dalam mendidik orang dewasa principles, when working with adult
banyak sekali metode yang bisa digunakan, learners, is that of engagement. A learning
bisa menggunakan metode yang digunakan experience will flounder when adults are
kepada anak, namun harus disesuaikan simply asked to sit and absorb information
dengan pola belajar orang dewasa. Ini without participation, discussion, hands-on
sesuai dengan apa yang disebutkan oleh practice and activity-based instructional
Nurhadi (1983) pada saat mendeskripsikan methods. While these instructional methods
kondisi warga belajar saat metode yang take more time and preparation, they
digunakan tidak pas dengan pola belajar increase the likelihood of learning and
orang dewasa, dia mengatakan bahwa retention and increase the adult learner’s
Pola pendekatan yang semacam ini satisfaction with the experience (hlm. 31)
ternyata kurang menguntungkan bagi Dengan kata lain saat mendidik
peserta program. Belajar menjadi dirasakan orang dewasa, orang dewasa harus sibuat
sebagai suatu beban yang berat yang berupa mencoba. Menurut mereka pengalaman
sesuatu yang diberikan dari luar, bukannya belajarnya akan sia-sia apabila orang
sesuatu yang dikembangkan dari dalam dewasa hanya disuruh duduk dan
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mendengarkan informasi tanpa praktek,
peserta program (hlm. 4-5). diskusi, atau latihan secara langsung.
Karena itulah banyak ilmuwan yang Meskipun ini membutuhkan waktu yang
memberikan alternative metode, untuk lebih banyak dan persiapan yang lebih
mendidi orang dewasa, konsep metodenya matang, metode membuat orang dewasa
disesuaikan dengan pola belajar orang belajar lewat pengalaman menambah
dewasa, sehingga tujuan dari pendidikan kemungkinan belajarnya dan kemampuan
bisa tercapai. mengingat orang dewasa.
Orang dewasa merupakan individu Experiental Learning
yang telah mengumpulkan banyak Experiental learning atau EL
pengalaman dalam hidupnya, tetapi bukan merupakan metode pembelajaran yang
berarti mereka tidak bisa mendapatkan atau mengoptimalkan penggunaan pengalaman
memperkaya pengalamannya lagi. Menurut dalam belajar, menurut kolb Experiental
Longenecker dan Abernathy (2013) learning didefinisikan oleh kolb sebagai
diantara hal yang perlu diperhatikan dalam proses dimana pengetahuan tercipta dengan
mentransformasikan pengalaman. abstract conceptualization, dan active
Pengetahuan merupakan hasil dari experimentation.
kombinasi dari menyerap dan Concrete experience adalah tahap
mentransformasikan pengalaman (dalam dimana warga belajar melibatkan diri
Prasetyo, 2011, hal. 111) sepenuhnya dalam pengalaman baru, untuk
Menyerap dan mentransformasikan mendapatkan pengalaman baru.
pengalaman di jelaskan oleh kolb sebagai Dilanjutkan kepada tahap reflective
kemampuan grasping experience dan observation, dimana warga belajar
transforming experience. Kedua mengobservasi dan merefleksikan atau
kemampuan tersebut berasal dari asumsi memikirkan pengalaman dari berbagai segi.
kolb bahwa proses belajar pasti melibatkan Setelah itu warga belajar melakukan
perasaan, pengamatan, pikiran, dan konseptualisasi atas apa yang ia telah
perbuatan. Grasping experience merupakan refleksikan dari observasinya menjadi teori
pengamatan dan perasaan, transforming yang logis, ini disebut sebagai avstract
experience merupakan perbuatan dan conceptualization. Terakhir warga belajar
pikiran (Rosidin, 2014, hal. 10). menggunakan teori yang telah ia buat di
Berdasarkan pengkombinasian tahap sebelumnya pada masalah yang
antara grasping experience dan berbeda tapi memiliki kesamaan pada segi
transforming experience, Kolb menetapkan tertentu.
empat gaya belajar yaitu yang ia sebut Sebenarnya tahapan-tahapan
dengan Gaya Diverger, kombinasi dari tersebut tidak baku, atau harus diawali
perasaan dan pengamatan (feeling and dengan concrete experience, tetapi
watching), Gaya Assimillator, kombinasi disesuaikan dengan kebutuhan. Selain itu,
dari berpikir dan mengamati (thinking and konsep experiental learning dikenal juga
watching), Gaya Converger, kombinasi dari sebagai sebuah model cycle yaitu perputara,
berpikir dan berbuat (thinking and doing) jadi tidak berakhir di salah satu tahap, tetapi
dan Gaya Accomodator, kombinasi dari bisa berlangsung sampai kapanpun.
perasaan dan tindakan (feeling and doing). Penerapan Experiental Learning dalam
(dalam Fahmi, 2016, hal. 10) Pendidikan Orang Dewasa
Kolb mengemukakan sebuah model Telah banyak penelitian yang
yang bisa digunakan untuk memahami cara melakukan penerapan model experiental
mengajar semua gaya belajar, model learning ini, hasil dari penerapannya pun
tersebut ia bagi menjadi 4 tahap, yaitu memuaskan, terbukti bisa meningkatkan
concrete experience, reflective observation,
pemahaman warga belajar secara Seluruh partisipan mengalami
signifikan. peningkatan skor keterampilan dukungan
Diantara penelitian penerapan kemandirian dari pretest ke posttest 1 dan
model ini adalah yang dilakukan oleh Ulfa posttest 2. Sejumlah 19 partisipan
Rahmanissa dan Wahyu Indiati (2019). mengalami penurunan dari posttest 1 ke
Model experiental learning diterapkan posttest 2, namun tetap meningkat jika
untuk memberikan pendidikan kepada dibandingkan dengan pretest, sedangkan 10
pengasuh bayi di taman penitipan anak. partisipan mengalami peningkatan dari
Dalam penerapannya, akan di lakukan tiga posttest 1 ke posttest 2. Hasil ini
tes yang dilakukan pada waktu berbeda, menunjukkan bahwa partisipan masih
untuk melihat perkembangan kemampuan mengingat materi dari pelatihan hingga 2
warga belajar. Tahapan untuk mendapatkan minggu setelah pelatihan. Keterampilan
concrete experience, peneliti membuat dukungan kemandirian peserta meningkat
warga belajarnya belajar dari menonton dari sebelum pelatihan hingga 2 minggu
video, ini dianggap sebagai cara setelah pelatihan. (hlm. 192)
mendapatkan pengalaman baru. Setelah itu Hambatan Yang Bisa Terjadi dalam
warga belajar dibuat merefleksikan Pembelajaran Orang Dewasa
pengalaman baru yang telah ia dapatkan Penelitian yang dilakukan oleh
dengan pengalaman yang sudah lama ia Rahmanissa dan Indiyati ternyata tidak
miliki, ini sebagai tahap reflective lancar sepenuhnya, ada warga belajar yang
observation. Selanjutnya seorang fasilitator mengalami penurunan nilai dari tes pertama
menyamakan pemikiran warga belajarnya ke tes selanjutnya, Rahmanissa dan Indiyati
dengan memberikan ceramah, sebagai (2019) mengatakan
penyimpulan dan pembulatan, ini sebagai Peneliti melakukan wawancara
tahap abstract conceptualization. Terakhir terhadap 4 orang partisipan yang memiliki
warga belajar diminta untuk membuat penurunan nilai posttest 1 dan posttest 2
sebuah program yang akan dilakukan paling besar untuk mengetahui gambaran
setelah pendidikan, dan penyebab turunnya nilai dari posttest 1 ke
mempresentasikannya, ini adalah tahap posttest 2. Peneliti mendapatkan jawaban
active experimentation. dari salah satu subjek bahwa subjek
Hasil dari penelitian tersebut sangan tersebut bertanggung jawab mengasuh bayi
memuaskan, Rahmanissa dan Indiati maka kesempatan untuk mengasuh toddler
mengatakan bahwa memang menjadi lebih sedikit. Sedangkan
3 orang subjek lainnya menyatakan bahwa
ada kalanya pengasuh terburu-buru untuk they will be removed from the workplace for
dapat menyelesaikan pekerjaan agar tetap learning initiatives. Such planning and
dapat berjalan sesuai dengan jadwal preparation is good for the learner as it
rutinitas harian atau berdekatan dengan allows him or her to take the necessary
waktu penjemputan, hal tersebut steps to address the pressing issues which
menyebabkan pengasuh terpaksa can emerge while absent from the
membantu untuk memakaikan baju atau workplace. These planning efforts have the
sepatu atau menyuap makanan. Namun added benefit of reducing stress on
pengasuh masih selalu mengingat program colleagues and direct reports (hlm. 32).
yang telah dibuat bersama-sama dan Salah satu masalah besar yang berhadapan
ditempel di ruangan sehingga tiap ada dengan pelajar dewasa di tempat kerja
kesempatan, pengasuh tetap modern adalah berurusan dengan gangguan
mempraktikkan sesuai dengan program di tempat kerja, gangguan dan pengalihan
yang telah dibuat (hlm. 192). yang dapat mencegah pelajar dewasa dari
Berdasarkan hal yang diungkapkan fokus dan terlibat dalam inisiatif
diatas, dapat dikatakan bahwa pekerjaannya pembelajaran. Sangat penting bagi untuk
menghambat pelatihan yang dilakukan, organisasi memasukkan perencanaan dan
sehingga menyebabkan penurunan nilai waktu persiapan yang cukup untuk
dari tes pertama ke tes kedua. Menurut karyawan yang dilatihkan ketika mereka
Longenecker dan Abernathy, diantara 8 hal akan dikeluarkan dari tempat kerja untuk
yang perlu diperhatikan dalam pendidikan inisiatif pembelajaran. Perencanaan dan
orang dewasa di perusahaan adalah persiapan seperti itu baik untuk pelajar
menghilangkan segala sesuatu yang bisa karena memungkinkan dia untuk
mengganggu jalannya pelatihan, mengambil langkah-langkah yang
Longenecker dan Abernathy mengatakan diperlukan untuk mengatasi masalah-
One of the bigger issues that masalah mendesak yang dapat muncul saat
confronts adult learners in the modern absen dari tempat kerja. Upaya
workplace is dealing with workplace perencanaan ini memiliki manfaat
interruptions, disturbances and diversions tambahan untuk mengurangi stres pada
that can prevent adult learners from being kolega dan laporan langsung.
properly focused and engaged in the Jadi meluangkan waktu bagi orang
learning initiative. It is imperative that yang dilatih demi membuat dia fokus
organizations include sufficient planning terhadap latihannya termasuk hal yang
and preparation time for personnel when sangat penting. Supaya tidak terjadi
ketidakfokusan atau penurunan nilai, DAFTAR PUSTAKA
seperti yang terjadi pada penelitian
Apriliana, M. (2013). Penerapan Prinsip
Rahmanisa dan Indiyati.
Belajar Orang Dewasa
PENUTUP
(Andragogi) Pada Program Life
Simpulan dan Saran
Skill Di Sanggar Kegiatan Belajar
Orang dewasa memiliki pola belajar
Kabupaten Pati. Under Graduate
yang berbeda dari anak, maka dibutuhkan
Thesis, Universitas Negeri
metode belajar yang sesuai dengan pola
Semarang.
belajarnya. Experiental learning model
kolb adalah sebuah metode yang Clinton Longenecker & Rob Abernathy.

mengoptimalkan penggunaan pengalaman (2013). The Eight Imperatives of

dalam pembelajaran, hal tersebut Effective Adult Learning. Human

menunjukkan kesesuaian model Resources Management

experiental learning dengan pola belajar International Digest, 21(7), 30-33.

orang dewasa, dimana orang dewasa sudah Fitriyah, L. (2014). Andragogi dalam
memiliki pengalaman dan harus di surah al-kahfi dan relevansinya
perlakukan selayaknya orang yang dengan andragogi pendidikan.
berpengalaman, tidak dianggap seperti PhD Thesis, UIN Sunan Ampel
orang yang tidak tahu apa-apa. Begitu pula Surabaya.
dengan konsep diri, orientasi belajar dan
Prasetyo, I. (2011). TELAAH TEORETIS
kesiapan belajar orang dewasa.
MODEL EXPERIENTIAL
Kesesuaian tersebut sudah terbukti
LEARNING DALAM. Maja/ah
dengan diadakannya banyak penelitian
Ilmiah Pembelajaran, 7(2), 103-
sebelumnya, yang hasilnya sangat
119.
memuaskan, maka disarankan kepada para
pendidik orang dewasa untuk bisa Rosidin, R. (2014). Optimalisasi
mengoptimalkan penggunaan model Pembelajaran Berbasis
belajar kolb ini dalam pembelajaran dengan Pengalaman. El-Qudwah, 1-17.
orang dewasa. Selain itu diharapkan kepada
Sujarwo, S. (2007). Strategi Pembelajaran
tempat bekerja orang tersebut bisa
Patisipasif Bagi Orang Dewasa.
memberikan waktu bagi karyawannya
Majalah Ilmiah Pembelajaran,
untuk bisa fokus menjalankan pendidikan
3(2), 1-10.
atau pelatihan
Team LPM IAIN SMH. (2019).
Pendidikan Orang dewasa.
Dedikasi: Journal of Community
Engagment, 2(3), 79-88.

Ulfa Rahmanissa & Wahyu Indiati. (2019).


Efektivitas Program Peningkatan
Keterampilan Dukungan
Kemandirian Pada Pengasuh
Toddler Di Tpa X. Jurnal
Psikologi Sains dan Profesi, 3(3),
188-194.

Anda mungkin juga menyukai