Anda di halaman 1dari 5

Perilaku Kolektif

1. Pengertian

a. perilaku kolektif (colective behaviour) adalah jenis perilaku yang relatif tidak tersusun,
bersifat spontan, emosional dan tak terduga. (Bruce J Cohen)
b. perilaku kolektif adalah suatu perilaku yang lahir secara spontan, relatif tidak
terorganisasi serta hampir tidak bisa diduga sebelumnya, proses kelanjutannya tidak
terencana dan hanya tergantung pada stimulasi timbal balik yang muncul dikalangan
para pelakunya (Milgran dan Touch)
c. Perilaku kolektif adalah perilaku yang relatif spontan dan tidak terstruktur dari
sekelompok orang yang bereaksi terhadap pengaruh umum dalam situasi ambigu (Neil
Smelser).
2. Ciri-ciri Perilaku Kolektif
     a. Dilakukan bersama oleh sejumlah orang.
    b. Tidak bersifat rutin / hanya insidental.
     c. Dipicu oleh beberapa rangsangan masalah.
     d. Merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu.
3. Faktor yang dapat menimbulkan perilaku kolektif adalah :
    a. Situasi sosial, yaitu situasi yang menyangkut ada tidaknya pengaturan dalam instansi
tertentu.
    b. Ketegangan Struktural, yaitu adanya perbedaan atau kesenjangan disuatu wilayah akan
menimbulkan ketegangan yang dapat menimbulkan bentrok ketidakpahaman.
    c. Berkembang dan menyebarnya suatu kepercayaan umum, misalnya berkembangnya
isu-isu tentang pelecehan suatu agama atau penindasan suatu kelompok yang dapat
menyinggung kelompok lain.
    d. Faktor yang mendahului, yakni faktor-faktor penunjang kecemasan dan kecurigaan
yang dikandung masyarakat. Misalnya desas-desus isu kenaikan harga BBM, yang
diperkuat dengan pencabutan subsidi BBM, hal ini dapat memicu kuat sekelompok
orang untuk protes.
    e. Mobilisasi perilaku oleh pemimpin untuk bertindak, yaitu perilaku kolektif akan
terwujud apabila khalayak ramai dikomando/dimobilisasikan oleh pimpinannya.
    f. Berlangsungnya suatu pengendalian sosial, yaitu merupakan hal penentu yang dapat
menghambat, menunda bahkan mencegah ke 5 faktor di atas, misalnya pengendalian
polisi dan aparat penegak hukum lainnya.
4. Bentuk-bentuk perilaku kolektif
a. Kerumunan (crowd)
Kerumunan adalah pertemuan sementara orang-orang yang berbagi perhatian atas suatu
fokus umum dan mempengaruhi satu sama lain.
Herbert Blumer mengidentifikasi 5 kategori kerumunan:
1) Kerumunan kasual : kerumunan yang longgar karena orang-orang minim
berinteraksi, bahkan tidak. Contoh : orang-orang yang berjemur di pantai,
2) Kerumunan konvensional : kerumunan dari hasil perencanaan. Contohnya
perkuliahan
3) Kerumunan ekspresif : kerumunan yang membentuk beberapa acara dengan daya
tarik emosional. Contoh : sekumpulan orang yang sedang menonton konser music
sambil ikut bernyanyi
4) Kerumunan bertindak : kolektivitas yang termotivasi oleh intens, satu pemikiran
tujuan. Kerumunan ini digerakkan oleh emosi yang kuat sehingga kadang-kadang
dapat memicu kekerasan massa. Contoh : penonton yang bergegas menuju pintu
keluar konser.
5) Kerumunan protes : kerumunan seperti pawai, boikot, aksi duduk dan pemogokkan
untuk tujuan politik.
Perilaku kerumunan dilandasi oleh beberapa hal yaitu:
1) Anonimity, yaitu hilangnya kendala yang biasa mengendalikan individu dan rasa
tanggung jawab pribadi.
2) Impersonality, yaitu sikap yang memandang kelompok seoranglah yang penting
3) Suggestibility, yaitu kelompok seseorang yang menerima saran tanpa kritis
4) Amplikasi interaksional, yaitu sikap para anggota yang saling meningkat karena
keterlibatan emosi
5) Tekanan jiwa (stress)
Perilaku kerumunan dapat dijelaskan melalui 3 teori, yaitu :
1) Teori Penularan (Gustave Le Bon)
a)  Karena kebersamaannya dengan banyak orang lain, maka individu yang semula
dapat mengendalikan nalurinya, kemudian memperoleh kekuatan luar biasa yang
mendorong untuk tunduk pada dorongan naluri.
b)   Penularan (Contagion): dalam suatu kerumunan tiap perasaan dan tindakan
bersifat menular. Individu yang telah tertukar oleh perasaan dan tindakan orang
lain itu kemudian mampu mengorbankan kepentingan individu/pribadinya demi
kepentingan bersama. Contoh seorang pelajar melempar batu ke bus kota karena
pelajar yang ada disekitarnya melakukan hal serupa.
c)  Suggestibillity: dalam kerumunan individu mudah dipengaruhi, percaya, taat. Ia
seakan-akan terhipnotis sehingga tanpa sadar dapat melakukan Tindakan yang
sebenarnya bertentangan dengan kehendak. Seorang pengecut bisa jadi pahlawan
atau orang jujur malah menjadi penjahat.
2) Teori Norma Muncul (Ralph Turner dan Lewis Killian)
Menurut teori ini, perilaku sosial tidak bisa sepenuhnya diprediksi, tetapi minat yang
sama dapat menarik orang ke dalam kerumunan, pola khas perilaku mungkin
muncul.
3) Teori Konvergensi
Menurut teori ini, perilaku kerumunan datang bukan dari kerumunan itu sendiri
tetapi dari orang-orang tertentu yang bergabung ke dalamnya. Teori ini mengklaim
bahwa orang-orang yang ingin bertindak dengan cara tertentu datang bersama
membentuk kerumunan.
b. Massa
Ketika kerumunan berubah menjadi kekerasan maka menjadi massa. Massa adalah
kerumunan yang sangat emosional yang mengejar tujuan kekerasan dan merusak.
Berapa lama massa terus berlanjut tergantung pada tujuan dan apakah pemimpinnya
mencoba mengobarkan atau menenangkan kerumunan.
c. Kerusuhan
Kerusuhan adalah sebuah letusan sosial yang sangat emosional, melakukan kekerasan
dan tidak terarah. Kerusuhan tidak memiliki tujuan yang jelas, kecuali untuk
mengungkapkan ketidakpuasan.
d. Rumor dan Gosip
Rumor, yaitu informasi yang belum di konfirmasi yang tersebar secara informal. Rumor
dapat tersebar melalui komunikasi tatap muka maupun teknologi. Rumor juga dapat
memicu perilaku kolektif.
Gosip, yaitu rumor mengenai pribadi seseorang. Rumor melibatkan masalah yang
dipedulikan banyak orang sedangkan gosip hanya melibatkan masalah seseorang yang
diperdulikan orang-orang di lingkungan kecil. Gosip digunakan sebagai alat kontrol
sosial dan menurunkan posisi orang yang digosipkan.
e. Opini Publik dan Propaganda
Opini public, yaitu sikap yang tersebar mengenai isu-isu kontroversial. Tepatnya siapa
yang termasuk “publik” tergantung pada masalah. Dan kekuataan opini seseorang
tergantung pada latar belakang yang dimilikinya.
Propaganda, yaitu informasi yang disajikan dengan maksud membentuk opini publik.
Proganda cenderung dilihat negative. Propaganda digunakan untuk mempengaruhi
orang lain agar melihat sesuai cara pandang orang atau kelompok yang mempengaruhi
sehingga berpikir dan bertindak dalam cara tertentu.
f. Fashion dan Mode
Fashion adalah pola sosial yang disukai sejumlah banyak orang. Selera orang dalam
berpakaian, musik dan mobil, serta ide-ide tentang politik, akan terus berubah-ubah
dalam masuk dan keluar dari fashion. Orang biasa yang ingin terlihat kaya biasanya
membeli salinan yang lebih murah dari aslinya agar tetap terlihat modis. Dengan cara
ini, fashion bergerak ke bawah melalui stuktur kelas. Tetapi akhirnya, fashion akan
kehilangan nilai ketika semakin banyak orang berbagi tampilan sama.
Mode adalah pola sosial konvensional yang diikuti orang secara antusias dalam waktu
yang singkat. Mode berbeda dari fashion karena mode mencerminkan nilai-nilai budaya
dasar seperti individualitas dan daya tarik seksual, keduanya cenderung sementara.
Oleh karena itu, fashion menjadi bagian yang abadi dan bertahan lama.
g. Kepanikan dan Histeria Massa
Kepanikan adalah bentuk perilaku kolektif di mana orang dalam satu tempat bereaksi
terhadap ancaman atau stimulus lain dengan  irasional, gelisah dan merusak perilaku
diri sendiri.
Histeria Massa, adalah suatu bentuk perilaku kolektif di mana orang bereaksi terhadap
peristiwa nyata atau membayangkan dengan ketakutan yang irasional dan gelisah. Salah
satu pemicunya adalah pengaruh media massa. Selain itu, dapat dipicu oleh peristiwa
yang ekstrim, mengirim orang ke dalam tingkat yang kacau.
h. Bencana adalah peristiwa yang mendadak, dan menyebabkan kerugian banyak orang.
Tiga macam bencana, yaitu:
1) Bencana alam atau bencana dari alam, seperti tsunami
2) Bencana teknologi atau bencana yang berasal dari efek teknologi manusia, seperti
nuklir
3) Bencana intensional atau bencana dari tindakan manusia sendiri, seperti genosida,
terorisme.

Anda mungkin juga menyukai