KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Teoretis
1. Tes prestasi
a. Pengertian Tes
yang boleh dikatakan tepat dan cepat.15 Tes prestasi (achievement test)
atau keterampilan apa yang telah dikuasai oleh siswa. Tes prestasi
mereka.16
14
Suharsimi Arikunto.(2013) . Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan edisi 2. Jakarta: Bumi
Aksara, h. 67
15
Amir Daen, Indra Kusuma. (1966). Evaluasi Pendidikan Penilaian Hasil-hasil Belajar
jilid 1. h. 27
16
Robert L. Gibson, dan Marianne H. Mitchell, Loc. Cit
13
menjelaskan informasi apa tes dan untuk apa hasil testing dapat
17
digunakan. Tes prestasi maksimal termasuk dalam bentuk tes
pekerja yang ahli dan yang bukan ahli, serta merespon tanda secara
otomatis untuk memilih siswa dalam bidang tertentu. Tes prestasi yang
pendidikan mereka.18
17
W.S Winkel dan M.M Sri Hastuti. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi. h. 265
18
Robert L. Gibson, dan Marianne H. Mitchell. Loc. Cit
19
Saifuddin Azwar. Loc. Cit
13
14
Tes prestasi bisa mencakup pengalaman pendidikan yang luas dan tak
seorang individu pada suatu materi yang telah dipelajari atau diajarkan.
Tes prestasi lebih berkaitan dengan suatu program spesifik dari suatu
tujuan pembelajaran.21
b. Tujuan Tes
20
Anne Anastasi dan Susana Urbina. (2007). Tes Psikologi. Jakarta: PT Indeks. h. 523-
526
21
Kusaeri dan Suprananto. (2012). Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta:
Graha Ilmu, h. 7
14
15
c. Fungsi Tes
jurusan.
semacamnya.
22
Saifuddin Azwar. Dasar-Dasar Psikometri. Pustaka Pelajar:Yogyakarta. 1999. hal.14
23
Sri Wahyuni, dkk. Metode pengukuran bakat dan intelegensi. Pekanbaru: Al-
mujtahadah. h. 14
24
Robert J Gregory. (2013). Tes psikologi sejarah, prinsip dan aplikasi. Jakarta:
Erlangga. h. 218
15
16
tinggi.
16
17
menyenangkan.
dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program
25
Saifuddin Azwar. Op Cit. h, 12-21
17
18
norma);
3) Membuat kisi-kisi;
dengan kisi-kisinya.
perhatian, yaitu :
orang,
penulis,
terbalik.
wajar.
18
19
pelaksanaan tes:
peserta tes.
suatu tes.
tes tersebut.
hal tersebut tetap menjadi rahasia peserta tes dan pendidik yang
bersangkutan.
19
20
10) Guru tidak boleh meningkatkan rasa cemas peserta tes dengan
membedakan tes yang etik dan tindakan yang tidak etik dalam
ada izin dari peserta didik yang bersangkutan atau orang yang
20
21
2) Keamanan tes
guru.
4) Penggunaan Tes
hasil belajar tertentu merupakan tes baku, maka tes tersebut harus
baku tersebut.26
lingkungan.
26
Matondang, Z. Loc. Cit
21
22
tersebut.28
27
Suhertina. (2008). Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Pekanbaru: Suska
Press. h. 60
28
Ulifah Rahma. (2010). Bimbingan Karier siswa. UMP: UIN MALIKI Press. h. 58
22
23
pemeliharaan.31
29
Prayitno dan Erman Amti. Op. Cit. h. 273
30
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurhson. Look. Cit
31
Dewa Ketut Sukardi dan Nila Kusmawati. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. h. 61
32
Winkel. Loc. Cit
23
24
B. Konsep Operasional
memberi batasan terhadap konsep teoritis, selain itu juga untuk memberi
4. Menentukan acuan yang akan dipakai oleh tes (criteria atau norma);
33
Dewa Ketut Sukardi. Op. Cit. h. 96
24
25
5. Membuat kisi-kisi;
6. Memilih soal-soal dari kumpulan soal yang sudah ada sesuai dengan
kisi-kisinya.
keguruan UIN suska riau pada tahun 2011 meneliti dengan judul :
hanya memilih teman yang mereka senangi atau teman yang sangat
25
26
keguruan UIN suska riau pada tahun 2012 meneliti dengan judul :
diri dalam hal ini terbagi dua bentuk yaitu ekstrakulikuler dan
26
27
dan keguruan UIN suska riau pada tahun 2014 meneliti dengan judul :
kategori baik. Hal ini terlihat dari hasil data olahan angket yang
27
28
28