Anda di halaman 1dari 2

Perdagangan Ritel

1. Sejarah dan Perkembangan Industri Ritel Indonesia


Secara Umum, ada 2 kategori:
- Ritel tradisonal
- Ritel Modern

Perpres No. 112 Tahun 2007


- Ritel tradisonal: Ritel skala kecil dan menengah, serta dalam proses jual beli dapat melalui tawar
menawar.
- Ritel tradisonal dapat juga didefinisikan sebagai pedagang/warung atau took yang umumnya dikelola
oleh keluarga.
Proses pengolaan bisnis ritel tradisonal biasanya tidak dikelola secara sistematis.
 Contoh Ritel Tradisional: pedagang pasar tradisional, took kelontong

 Contoh Ritel Modern: Minimarket, Supermarket, atau toko-toko yang dikelola secara sistematis

Sebelum 1960-an : Pedagang Tradisional


Masa 1960-an : Toserba (Sarinah 1962)
Masa 1970an s.d 1980an : Pasaraya (Matahari, Hero, Golden Truly, Pasar Raya, Ramayana,
Apotek)
Masa 1990-an : Retail Modern (SOGO, Metro, Seibu, Yaohan Mark & Spencer,
Convenience Store (C-Store), High Class Dapartemen Store, Branded
Boutique (High Fashion) dan Cash and Carry)
Masa 2000-an : Hypermarket, Giant, Hero, Lottemart

2. Bisnis Ritel & Perdagangan Eceran

Menurut Christina Widhya (2008):


Ritel berasal dari kata ritellier yang berarti memotong atau memecah sesuatu. Bisnis Ritel adalah semua
kegitan yang terlibat dalam penjualana barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir atau
penggunaan pribadi atau bukan penggunaan bisnis.

Peran ritel sangat penting pada saluran distribusi dari produsen manufaktur sampai kepada konsumen
akhir. Para produsen menjual produk-produknya kepada peritel maupun peritel besar (wholesaler).

Proses Jalur distribusi barang dagang:


Manufaktur-Wholesaler-Retailer-Final Consumer

3. Paradigma Ritel Tradisional & Modern

Ritel Tradisional: pandangan yang menekankan pengelolaan ritel dengan menggunakan pendekatan
konvensional dan tradisonal. Melalui pendekatan konvensional dan tradisional, bisnis ritel dikelola
dengan cara-cara yang lebih menekankan pada “apa yang bisa disiapkan oleh pengusaha namun kurang
memperhatikan bagaimana kebutuhan dan keinginan konsumen untuk dipahami dan bahkan berusaha
untuk dipenuhi.
Ritel Tradisional:

1. Kurang memilih lokasi


2. Tidak memperhitungkan potensi pembeli
3. Jenis barang dagangan tidak terarah
4. Tidak ada seleksi merk
5. Kurang memperhatikan pemasok
6. Pencatatan sederhana
7. Tidak evaluasi keuntungan perproduk
8. Cash flow tidaak terencana
9. Pengembangan bisnis tidak terencana

Ritel Modern: Pandangan yang menekankan pengelolaan ritel dengan menggunakan pendekatan
modern di mana konsep pengelolaan peritel lebih ditekankan dari sisi pandang pemenuhan kebutuhan
konsumen yang menjadi pasar sasarannya.

Ritel Modern:

1. Lokasi strategis factor penting


2. Prediksi cermat terhadap potensi pembeli
3. Pengolalaan jenis barang dagangan terarah
4. Seleksi merk
5. Seleksi pemasok
6. Catatan penjualanan sistematis
7. Evaluasi terhadap keuntungan perproduk
8. Pengembangan bisnis terecana

4. Fungsi Utama Ritel

Menurut Berman (2001)

- Bulk Breaking
- Assorting
- Storing
- Informing
- Serving
5. Deferensiasi Bisnis Ritel
6. Keunggulan Bersaing

Anda mungkin juga menyukai