Randall Hartolaksono
Dalam urusan bisnis produk pemadam kebakaran, siapa tak kenal Randall Hart? Dialah penemu
sekaligus pengusaha bahan kimia anti-api yang sukses memasarkan produknya di mancanegara. Orang
Indonesia tulen ini meyakini satu hal, seseorang bisa dianggap sukses jika bisa melakukan sesuatu yang
berguna bagi orang lain, jujur, dan tidak serakah.
Fokus pada setiap bidang yang digelutinya merupakan salah satu kunci sukses Presiden Direktur Hartindo
Group Randall Hart dalam menapaki karier dan menjalani hidup ini. Bahkan, dengan kiat tersebut, pria
kelahiran Surabaya, 16 Maret 1956, itu sukses merintis dan mengembangkan usaha dari hasil temuan
ilmiahnya di bidang ramuan kimia untuk pemadam kebakaran, meski latar belakang pendidikan resminya
adalah bidang robotik.
“Saya bersyukur karena hasil temuan saya telah dimanfaatkan banyak negara, terutama di Eropa dan AS,”
kata Randall Hart kepada wartawan Investor Daily Amrozi Amenan di Surabaya, belum lama ini.
Di bawah bendera Hartindo Group yang dirintisnya, Randall memang telah membuktikan diri sebagai
pengusaha yang tak sekadar jago kandang, tapi juga mampu unjuk gigi di banyak negara, seperti
Malaysia, Thailand, Arab Saudi, Perancis, Inggris, dan AS.
Keputusan mengakuisisi 60% saham perusahaan ECoBlu yang bermarkas di New Jersey, AS, pada
November 2010 dengan nilai transaksi US$ 20 juta kian mengokohkan bisnisnya di Negeri Paman Sam.
Berikut petikan lengkap wawancara tersebut.
Seperti itulah teori yang saya ciptakan, di mana gas yang saya gunakan dapat menetralisasi electron yang
dapat menjadi api. Karena waktu itu saya tidak pandai membuatnya, maka saya beri nama teori free
radical.
Tapi, masalah yang saya hadapi saat itu sebetulnya bukan dengan robotnya, melainkan dengan lubricant
atau lubrikasi (pelumasan) yang digunakan. Saat itu, sekitar tahun 1979, para ilmuwan sudah dilarang
menggunakan bahan lubrikasi karena menimbulkan polusi. Hidrokarbon juga tidak boleh digunakan. Oleh
sebab itu, saya kemudian menggunakan bahan-bahan alami, yaitu yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Saat membuat lubricant dari campuran minyak tumbuh-tumbuhan untuk memperbaiki kinerja robot
dalam proyek yang tengah saya kerjakan, secara tidak sengaja ada kecelakaan kecil. Saya menemukan
bahan kimia yang dapat memindahkan dan mencegah timbulnya api. Ketika lubricant yang saya buat
sudah jadi, namun masih harus dites, gelas lubricant itu tersenggol dan jatuh. Gelas lubricant mengenai
tungku pemanas.
Saat insiden itu, api yang tengah menyala seolah-olah tertiup angin dan menghindari bahan lubricant.
Ketika itu, saya sebetulnya tidak terlalu memperhatikannya. Namun, salah seorang dosen saya, Profesor
Evans, yang kebetulan berada di belakang saya memperhatikan kejadian itu. Kemudian ia meminta saya
mengulang kejadian tersebut selama beberapa kali secara konsisten. Profesor Evans yang spesialis di
bidang mekanik itu menyarankan saya memfokuskan diri pada masalah api, walaupun itu bukan bidang
saya. Atas saran dia, kemudian saya mengikuti kursus kimia. Selain mengikuti kursus, saya banyak
membaca di perpustakaan untuk mempelajari dan memperdalam masalah api secara langsung.
Dari situ saya dapat mengetahui bahwa bahan lubricant yang saya buat waktu itu, jika terkena panas akan
mengeluarkan uap yang akan menyerang dan dapat memadamkan api yang sedang menyala. Hasil temuan
itu akhirnya memberi pengaruh luar biasa bagi diri saya, karena temuan itu akhirnya dimanfaatkan
masyarakat dunia. Tapi, temuan itu juga berkat Prof Evans yang memperhatikan apa yang saya kerjakan.
Untuk menemukan bahan kimia tersebut, saya menghabiskan dana US$ 70 juta atau sekitar Rp 155 miliar
dan membutuhkan waktu hampir tiga tahun. Penelitian saya mulai sejak 1976 dan pada 1979 saya
temukan formula AF-21, kemudian pada 1981 saya temukan AF-11. Khusus AF-31, saya temukan pada
1990, tetapi baru diluncurkan pada 1995.
Bagaimana Anda meyakinkan hasil temuan itu ketika publik masih meyakini teori konvensional?
Produk kimia berbeda dengan produk lain, bisa diproduksi dan langsung bisa dijual. Sebab, untuk bisa
diproduksi dan dipasarkan, produk kimia tersebut harus melalui proteksi konsumen, yakni melalui
serangkaian tes yang membuktikan produk itu aman. Meski teori free radical telah saya patenkan di
Inggris pada 1979, banyak pakar api di London dan Eropa belum melihatnya sebagai temuan yang pantas
dihargai. Pelecehan ini terjadi karena alasan berbau rasis. Mereka tidak menghargai karya AF-32,
misalnya, ditemukan oleh bangsa Asia, bukan orang Eropa atau bule lainnya.
Tapi, bagaimana pun, saya boleh berbangga hati, karena sudah lolos pada serangkaian tes uji laboratorium
dan lebih penting lagi dengan tiga sertifikat yang diraih dari Inggris BS (British Standard) 5423, dari
Singapura, SS (Singapore Standard) 232, serta dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Secara resmi telah banyak institusi yang mengakui formula tersebut. Bahkan, hasil temuan ini sempat
memperoleh sederet penghargaan dari berbagai Negara dan lembaga internasional, termasuk dari dalam
negeri.
Saya juga pernah dipanggil mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad untuk mendesain pemadam
kebakaran pada peralatan militer Diraja Malaysia. Saya sempat masuk ke bunker-bunker rahasia militer
Malaysia. Pemerintah Malaysia kemudian membutuhkan 380 ribu ton bahan pemadam kebakaran hasil
temuan saya itu hingga saat ini.
Obsesi Anda?
Saya ingin semua hasil penemuan saya benar-benar dapat dimanfaatkan seluruh umat manusia.