Anda di halaman 1dari 5

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1

Pengaruh Kemajuan Iptek Terhadap Negara Kesatuan


Republik Indonesia (NKRI)
Nama: Gabriel Sharon Simanjuntak
Kelas: XII MIPA 02
No: 05

Randall Hartolaksono

Dalam urusan bisnis produk pemadam kebakaran, siapa tak kenal Randall Hart? Dialah penemu
sekaligus pengusaha bahan kimia anti-api yang sukses memasarkan produknya di mancanegara. Orang
Indonesia tulen ini meyakini satu hal, seseorang bisa dianggap sukses jika bisa melakukan sesuatu yang
berguna bagi orang lain, jujur, dan tidak serakah.

Fokus pada setiap bidang yang digelutinya merupakan salah satu kunci sukses Presiden Direktur Hartindo
Group Randall Hart dalam menapaki karier dan menjalani hidup ini. Bahkan, dengan kiat tersebut, pria
kelahiran Surabaya, 16 Maret 1956, itu sukses merintis dan mengembangkan usaha dari hasil temuan
ilmiahnya di bidang ramuan kimia untuk pemadam kebakaran, meski latar belakang pendidikan resminya
adalah bidang robotik.

“Saya bersyukur karena hasil temuan saya telah dimanfaatkan banyak negara, terutama di Eropa dan AS,”
kata Randall Hart kepada wartawan Investor Daily Amrozi Amenan di Surabaya, belum lama ini.

Di bawah bendera Hartindo Group yang dirintisnya, Randall memang telah membuktikan diri sebagai
pengusaha yang tak sekadar jago kandang, tapi juga mampu unjuk gigi di banyak negara, seperti
Malaysia, Thailand, Arab Saudi, Perancis, Inggris, dan AS.

Keputusan mengakuisisi 60% saham perusahaan ECoBlu yang bermarkas di New Jersey, AS, pada
November 2010 dengan nilai transaksi US$ 20 juta kian mengokohkan bisnisnya di Negeri Paman Sam.
Berikut petikan lengkap wawancara tersebut.

Bisa diceritakan perjalanan karier Anda?


Saya sempat meniti karier sebagai production engineering Mobil Oil Indonesia sejak 1983 hingga 1985
dan sebagai petroleum engineering UK mulai 1986 hingga 1990, sebelum akhirnya saya memutuskan
untuk mendirikan perusahaan sendiri, yaitu Hartindo Group, sampai sekarang.
Pada sejumlah perusahaan yang berada di bawah bendera Hartindo Group, saya menjabat sebagai
managing director, yakni PT Hart Industries Limited (UK), London, Inggris, sejak 1990, PT Hartindo
Chemicatama Industri mulai 1992, Newstar Holdings Singapore sejak 1995, dan Newstar Chemicals
Malaysia sejak 2000.

Itu semua berkaitan dengan latar belakang pendidikan Anda?


Setelah lulus dari SMA Pangudi Luhur di Jakarta, saya melanjutkan ke Fakultas Kedokteran Gigi (FKG)
Universitas Trisakti Jakarta. Tetapi, pada usia 18 tahun, saya melanjutkan pendidikan di London, Inggris.
Di sana saya tidak boleh terus melanjutkan ke perguruan tinggi, tapi harus mengulang pendidikan SMA
selama di Indonesia. Saya lantas masuk ke Advance Levelin Science (Haunslow Baraugh College
London, UK). Setelah lulus, saya melanjutkan pendidikan pada jurusan mechanical engineering di Queen
Mary College London University dan lulus pada 1980. Setelah menyelesaikan studi, saya memilih tinggal
di Inggris selama hampir 20 tahun.

Kenapa Anda tidak menjadi ilmuwan atau akademisi?


Dengan berkarier seperti saat ini, kesempatan saya untuk mengembangkan hasil temuan saya berupa
formula antikebakaran dapat saya lakukan. Saya juga bisa mencegah penyalahgunaan dari formula itu dari
tujuan saat saya menemukannya. Jadi, saya bisa mengembangkan sekaligus mengontrolnya. Jika hanya
sebagai ilmuwan, saya mungkin seperti banyak ilmuwan lainnya yang tidak dapat melihat hasil karyanya
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, apalagi berguna bagi masyarakat. Hampir 90% ilmuwan meninggal
atau sakit jiwa, 10% saja yang masih hidup.

Bisa dijelaskan lebih detail tentang teori dan penemuan Anda?


Sesuai dengan teori kimia yang ada, partikel terkecil di dalam setiap benda adalah atom berupa elektron
yang diselimuti tujuh orbit. Dari berbagai percobaan yang saya lakukan, saya tuangkan menjadi teori saya
itu. Jika elektron dipanaskan akan menghasilkan energi yang berusaha keluar dari orbitnya. Apabila sudah
keluar dari orbitnya yang ketujuh, tenaga yang dimilikinya semakin besar, yang dikenal sebagai api. Itu
berlaku pada setiap benda, hanya titiknya berbedabeda. Namun, kalau dapat menetralisasi elektron yang
akan keluar dari orbitnya, kita dapat mencegah timbulnya api.

Seperti itulah teori yang saya ciptakan, di mana gas yang saya gunakan dapat menetralisasi electron yang
dapat menjadi api. Karena waktu itu saya tidak pandai membuatnya, maka saya beri nama teori free
radical.

Apa motivasi Anda waktu itu?


Saya tertarik mengembangkan temuan ilmiah saya itu karena tidak puas dengan teori konvensional
pemadam api atau kebakaran yang dipercayai sebelumnya. Secara konvensional, teori pemadam api
berbentuk segitiga. Ada tiga elemen yang dapat menimbulkan api, yaitu panas, oksigen, dan bahan bakar.
Jika ketiga unsur ini bersatu dapat menimbulkan api. Sebaliknya, bila satu unsur dan elemen-elemen itu
diambil, api akan padam. Teori ini tidak salah, hanya kurang lengkap.

Anda menemukannya tiba-tiba atau berdasarkan observasi sejak lama?


Ceritanya berawal saat saya mengerjakan proyek robot untuk mengambil sebutir telur dengan berat dan
dimensi tertentu yang tidak boleh pecah. Dari 30 jenis telur yang dicampur menjadi satu, saya
menghadapi sedikit masalah dengan bahan baku yang digunakan, di mana sendi tangan robot yang terbuat
dari aluminium menjadi terlalu panas akibat gesekan-gesekan karena bergerak dengan sangat cepat,
sehingga cara kerjanya menjadi tidak akurat lagi.

Tapi, masalah yang saya hadapi saat itu sebetulnya bukan dengan robotnya, melainkan dengan lubricant
atau lubrikasi (pelumasan) yang digunakan. Saat itu, sekitar tahun 1979, para ilmuwan sudah dilarang
menggunakan bahan lubrikasi karena menimbulkan polusi. Hidrokarbon juga tidak boleh digunakan. Oleh
sebab itu, saya kemudian menggunakan bahan-bahan alami, yaitu yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Saat membuat lubricant dari campuran minyak tumbuh-tumbuhan untuk memperbaiki kinerja robot
dalam proyek yang tengah saya kerjakan, secara tidak sengaja ada kecelakaan kecil. Saya menemukan
bahan kimia yang dapat memindahkan dan mencegah timbulnya api. Ketika lubricant yang saya buat
sudah jadi, namun masih harus dites, gelas lubricant itu tersenggol dan jatuh. Gelas lubricant mengenai
tungku pemanas.

Saat insiden itu, api yang tengah menyala seolah-olah tertiup angin dan menghindari bahan lubricant.
Ketika itu, saya sebetulnya tidak terlalu memperhatikannya. Namun, salah seorang dosen saya, Profesor
Evans, yang kebetulan berada di belakang saya memperhatikan kejadian itu. Kemudian ia meminta saya
mengulang kejadian tersebut selama beberapa kali secara konsisten. Profesor Evans yang spesialis di
bidang mekanik itu menyarankan saya memfokuskan diri pada masalah api, walaupun itu bukan bidang
saya. Atas saran dia, kemudian saya mengikuti kursus kimia. Selain mengikuti kursus, saya banyak
membaca di perpustakaan untuk mempelajari dan memperdalam masalah api secara langsung.

Dari situ saya dapat mengetahui bahwa bahan lubricant yang saya buat waktu itu, jika terkena panas akan
mengeluarkan uap yang akan menyerang dan dapat memadamkan api yang sedang menyala. Hasil temuan
itu akhirnya memberi pengaruh luar biasa bagi diri saya, karena temuan itu akhirnya dimanfaatkan
masyarakat dunia. Tapi, temuan itu juga berkat Prof Evans yang memperhatikan apa yang saya kerjakan.

Berapa lama dan berapa banyak biaya yang Anda keluarkan?


Pada 1979, dari temuan awal itu, saya kembangkan dengan meramu formulasi kimia yang bisa digunakan
untuk pemadam api. Bahan kimia itu saya beri nama proprietar y brand berupa larutan konsentrat. Dari
larutan ini tercipta tiga jenis bahan kimia anti-api yang saya namakan Hartindo AF-21, AF-11, dan AF-
31.

Untuk menemukan bahan kimia tersebut, saya menghabiskan dana US$ 70 juta atau sekitar Rp 155 miliar
dan membutuhkan waktu hampir tiga tahun. Penelitian saya mulai sejak 1976 dan pada 1979 saya
temukan formula AF-21, kemudian pada 1981 saya temukan AF-11. Khusus AF-31, saya temukan pada
1990, tetapi baru diluncurkan pada 1995.

Bagaimana Anda meyakinkan hasil temuan itu ketika publik masih meyakini teori konvensional?
Produk kimia berbeda dengan produk lain, bisa diproduksi dan langsung bisa dijual. Sebab, untuk bisa
diproduksi dan dipasarkan, produk kimia tersebut harus melalui proteksi konsumen, yakni melalui
serangkaian tes yang membuktikan produk itu aman. Meski teori free radical telah saya patenkan di
Inggris pada 1979, banyak pakar api di London dan Eropa belum melihatnya sebagai temuan yang pantas
dihargai. Pelecehan ini terjadi karena alasan berbau rasis. Mereka tidak menghargai karya AF-32,
misalnya, ditemukan oleh bangsa Asia, bukan orang Eropa atau bule lainnya.

Tapi, bagaimana pun, saya boleh berbangga hati, karena sudah lolos pada serangkaian tes uji laboratorium
dan lebih penting lagi dengan tiga sertifikat yang diraih dari Inggris BS (British Standard) 5423, dari
Singapura, SS (Singapore Standard) 232, serta dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Secara resmi telah banyak institusi yang mengakui formula tersebut. Bahkan, hasil temuan ini sempat
memperoleh sederet penghargaan dari berbagai Negara dan lembaga internasional, termasuk dari dalam
negeri.

Saya juga pernah dipanggil mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad untuk mendesain pemadam
kebakaran pada peralatan militer Diraja Malaysia. Saya sempat masuk ke bunker-bunker rahasia militer
Malaysia. Pemerintah Malaysia kemudian membutuhkan 380 ribu ton bahan pemadam kebakaran hasil
temuan saya itu hingga saat ini.

Bagaimana respons masyarakat di Indonesia?


Produk temuan saya itu bisa diterima secara luas di Indonesia karena masyarakat belum melihat
pentingnya fire safety. Sampai sekarang kesadaran tentang fire safety juga masih kurang. Apalagi di sini
tidak ada kewajiban standar pemadaman api seperti di Eropa atau AS. Tapi, sejak awal, saya yakin secara
bertahap masyarakat Indonesia, khususnya kalangan pengusaha, makin menyadari pentingnya melindungi
aset-asetnya dari risiko kebakaran.

Apa definisi sukses menurut Anda?


Sukses bagi saya adalah jika saya bisa melakukan sesuatu yang berguna bagi orang lain. Selain itu, jujur
dan tidak serakah. Jika kita serakah dan tidak jujur, siapa yang ingin mengenal kita?

Itu kunci sukses Anda?


Penting juga dalam bisnis adalah fokus. Untuk mencapai sukses sepertisaat ini, saya tetap fokus. Tetap
tekun dan gigih, untuk cita-cita, bidang usaha dan bisnis yang saya jalankan. Kemudian dalam
mengembangkan usaha, perlu juga mengembangkan networking, yakni hubungan pertemanan. Tidak
kalah pentingnya adalah konsisten dan komitmen pada apa yang kita kerjakan.

Apa arti keluarga bagi Anda?


Keluarga, istri dan anak, mendukung penuh karier dan bisnis saya. Mereka selalu memberi waktu jika
saya perlu untuk lebih banyak di perpustakaan.

Obsesi Anda?
Saya ingin semua hasil penemuan saya benar-benar dapat dimanfaatkan seluruh umat manusia.

Alasan Anda kembali ke Indonesia?


Terus terang, saya kembali ke Indonesia karena kagum pada Pak BJ Habibie. Sebelumnya, sama sekali
saya tidak pernah terpikir pulang ke Indonesia. Saya ingin tinggal di luar negeri. Tak hanya sekadar
pulang kampung, saya sekaligus memboyong pabrik fire extinguisher dari London ke Cibitung dengan
investasi Rp 10 miliar pada 1991. Dari Jakarta inilah saya akan mengendalikan berbagai pabrik saya di
Singapura, Taiwan, dan Tiongkok.

Siapa tokoh inspiratif Anda?


Winston Churchill. Ada kata-kata bijaknya yang selalu ingat dan memberi insipirasi dalam berkarya dan
bersemangat. Kata-kata itu adalah: “Semua orang pernah kesandung, tapi hanya 10% dari mereka yang
bangkit dan menengok ke belakang untuk mengetahui apa yang membuat dirinya jatuh.”

Apa filosofi hidup yang Anda pegang?


Apa yang saya perbuat harus memberi manfaat kepada orang lain. Banyak pengalaman hidup yang
mendorong saya mengambil filosofi itu bahwa saya bisa melakukan ini dan itu karena sebetulnya dari
manfaat yang diberikan orang lain. Teori dan penemuan saya ini kan karena orang lain juga. Saya
bermanfaat karena manfaat orang lain.

Anda mungkin juga menyukai