Kelompok 3
Anggota Kelompok :
Muhammad Fathurrahman A.Alim
Nasrullah. M
Tesis
Terdakwa kasus tindak pidana suap jaksa Pinangka Sirna Malasari yang mendapat diskon
pemangkasan masa tahanan menjelang hari raya kemerdekaan mendapat sorotan dari
masyarakat. Sebelumnya hakim menjatuhkan vonis hukuman 10 tahun penjara dan denda
sebesar RP.600 juta kepada Pinangki Tjandra. Atas vonis tersebut, Pinangki kemudian
mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi DKI Jakarta dan majelis hakim mengabulkan
permohonan banding itu dan memangkas hukuman Pinangki, dari yang mula 10 tahun
penjara menjadi 4 tahun penjara dan denda RP 600 Juta. Hakim menilai Pinangki telah
mengaku bersalah dan menyesali perbuatannya serta ikhlas di pecat dari profesi sebagai
jaksa. Keputusan hakim tersebut pun banyak menuai kontra dari masyarakat dan
dianggap semakin mencederai nilai keadilan di negeri ini.
Argumentasi
Hal lain yang menjadi sorotan publik adalah sikap hakim yang dianggap
mengistimewakan Pinangki dengan tidak memecat Pinangki secara tidak hormat tetapi
hanya memberhentikannya sementara waktu sehingga ia tetap mendapatkan gaji pokok
meskipun jumlahnya hanya sekian persen dari gaji totalnya. Padahal, Jika dilihat dan
dicermati perilaku dan tindakan Pinangki sudah jelas merusak moral seorang pejabat
publik dan merugikan negara.
Menurutnya, jika Jaksa Agung berdalih masih dalam proses, itu hanyalah sekadar
alasan saja. Mestinya, kata dia pemecatan dengan tidak hormat bisa dilakukan
dalam waktu atau hari secara administrasi.
"Saya pernah melihat ada jaksa yang lain juga diberhentikan dengan tidak hormat itu
karena melakukan tindak pidana yang hukumannya bahkan lebih tinggi, dan ini juga ada
jaksa yang lain yang diberhentikan dengan tidak hormat karena diduga melakukan
korupsi, putusan," katanya.
"Jadi saya rasa apa yang terjadi pada Pinangki, memang sesuatu keistimewaan lain yang
didapatkannya karena tidak segera diberhentikan. Karena apapun alasannya, belum
diberhentikannya Pinangki berarti ia masih berhak untuk mendapatkan gaji, meskipun
itu hanya gaji pokok yang jumlahnya sekian persen dari gaji totalnya," lanjutnya.
Ia mengatakan persoalan Pinangki menerima atau tidak gaji tersebut merupakan urusan
lain. Tetapi yang menjadi permasalahan utama adalah negara yang dirugikan karena
tindakannya ini, masih harus menganggarkan gaji untuk Pinangki.
Tentunya dengan melihat fakta tersebut relakah kita jika uang negara dihamburkan
untuk menggaji seorang tikus kotor?.
Penegasan Ulang
Pemangkasan masa tahanan dan pemberian hak istimewa kepada pinangki dengan alasan
terdakwa telah menyesal dan mengaku bersalah tidak bisa ditoleransi sebab jika hanya
dengan alasan seperti itu maka seharusnya semua pelaku kejahatan juga berhak
mendapatkan pemangkasan masa tahanan dan pemberian hak istimewa dengan syarat
mereka menyesali perbuatan mereka.
Kebijakan para penegak hukum tersebut sangatlah mencederai nilai keadilan dalam sila
pertama dan sila kelima Pancasila. Kebijakan tersebut menyebabkan Kurangnya efek
Jera yang dialami oleh para pelaku kejahatan, sehingga mendorong tindak kriminal yang
sama kembali terulang karena hukuman yang ringan.
Jika pemerintah tidak sesegera mungkin mengambil tindakan tegas dalam kasus seperti
ini, maka akan mengakibatkan datangnya kasus yang serupa karena kurangnya efek jera
bagi para pelaku kriminal, sehingga mendorong tingkat kejahatan yang sama kembali
terulang karena hukuman yang ringan.