Anda di halaman 1dari 20

Baru saja dioptimalkan

http://iqbalreffi.blogspot.com/2015/08/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html?m=1
Lihat yang asli
iqbalreffi
Senin, 10 Agustus 2015
makalah solusio plasenta

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablasio placenta adalah separasi prematur
plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpusuteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20
minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang
memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu ke janin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi
normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat. Hebatnya
perdarahan tergantung pada luasnya area plasenta yang terlepas.
Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200 pelahiran. Intensitas solusio plasenta sering
bervariasi tergantung pada seberapa cepat wanita mendapat pertolongan. Angka kematian perinatal
sebesar 25 %. Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta
previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir
tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak.
Pemandangan yang menipu inilah sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya
karena dalam keadaan yang demikian seringkali perkiraan jumlah darah yang telah keluar sukar
diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat
didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskuler menahun, dan 15,5% disertai pula oleh
preeklamsia. Faktor lain yang diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta
adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
· Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan terhadap klien dengan solusio
plasenta

1.2.2 Tujuan Khusus


· Untuk mengetahui dan memahami pengertian solusio plasenta.
· Untuk mengetahui dan memahami macam solusio plasenta.
· Untuk mengetahui dan memahami patologi dan etiologi dari solusio plasenta
· Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan keperawatan dari solusio plasenta.
· Untuk mengetahui dan memahami tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien solusio
plasenta.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan…………………………………………………………………....................
1.2.1 Tujuan umum……………………………………………………………………..
1.2.2 Tujuan khusus
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian plasenta previa.........................................................................
2.2 Klasifikasi solusio plasenta.......................................................................
2.3 Penyebab solusio plasenta..........................................................................
2.4 Patologi......................................................................................................
2.5 Gambaran klinis..........................................................................................
2.6 Komplikasi..................................................................................................
2.7 Diagnosis....................................................................................................
2.8 Prognosis.....................................................................................................
2.9 Penatalaksanaan……………………………………………………………

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Solulusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin lahir
diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Beberapa jenis perdarahan
akibat solusio plasenta biasanya merembes diantara selaput ketuban dan uterus dan kemudian
lolos keluar menyebabkan perdarahan eksternal. Yang lebih jarang, darah tidak keluar dari tubuh
tetapi tertahan diantara plasenta yang terlepas dn uterus serta menyebabkan perdarahan yang
tersembunyi. Solusio plasenta dapat total atau parsial.

2.2 Klasifikasi dan Macam Solutio Plasenta


a. Solusio plasenta ringan. Perdarahannya kurang dari 500 cc dengan lepasnya plasenta
kurang dari seperlima bagian. Perut ibu masih lemas sehingga bagian janin mudah di raba. Tanda
gawat janin belum tampak dan terdapat perdarahan hitam per vagina.
b. Solusio plasenta sedang. Lepasnya plasenta antara seperempat sampai dua pertiga bagian
dengan perdarahan sekitar 1000 cc. perut ibu mulai tegang danbagian janin sulit di raba. Janin
sudah mengalami gawat janin berat sampaiIUFD. Pemeriksaan dalam menunjukkan ketuban
tegang. Tanda persalinantelah ada dan dapat berlangsung cepat sekitar 2 jam.
Solusio plasenta berat. Lepasnya plasenta sudah melebihi dari dua pertiga bagian. Perut nyeri dan
tegang dan bagian janin sulit diraba, perut sepertipapan. Janin sudah mengalami gawat janin berat
sampai IUFD. Pemeriksaan dalam ditemukan ketuban tampak tegang. Darah dapat masuk otot
rahim, uterus Couvelaire yang menyebabkan Antonia uteri serta perdarahan pasca partus. Terdapat
gangguan pembekuan darah fibribnogen kurang dari100-150 mg%. pada saat ini gangguan ginjal
mulai nampak.

Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio plasenta


menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu :
1. Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan,
janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih 150
mg%.
2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda prerenjatan, gawat janin atau
janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150
mg%.
3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati, pelepasan
plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian ataukeseluruhan.

2.3 Penyebab Solusio Plasenta


· Trauma langsung Abdomen
· Hipertensi ibu hamil
· Umbilicus pendek atau lilitan tali pusat
· Janin terlalu aktiv sehingga plasenta dapat terlepas
· Tekanan pada vena kafa inferior
· Preeklamsia/eklamsia

Tindakan Versi luar


· Tindakan memecah ketuban (hamil biasa, pada hidramnion, setelah anak pertama hamil
ganda)
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang
menjadi predisposisi :
1. Faktor kardiorenovaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia daneklamsia. Pada penelitian
di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensipada separuh kasus solusio plasenta berat, dan
separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik,
sisanyahipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.
2. Faktor trauma
Trauma yang dapat terjadi antara lain :
· Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
· Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
· banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.
· Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
3. Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat bahwa dari 83 kasus
solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus terjadi pada wanita multipara dan 18 pada
primipara. Pengalaman diRSUPNCM menunjukkan peningkatan kejadian solusio plasenta pada
ibu-ibu dengan paritas tinggi. Hal ini dapat diterangkan karena makin tinggi paritas ibu makin
kurang baik keadaan endometrium.
4. Faktor usia ibu
Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya peningkatan kejadian
solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena makin
tua umuribu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta
apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.
6. Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan
katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh darah uetrus
dan dapat berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif.
Angka kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu penggunan kokain dilaporkan berkisar antara 13-
35%.
7. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai dengan
25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang
perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada
mikrosirkulasinya.
8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah
bahwa resiko berulangnya kejadian ini padakehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan ibu hamillainnya yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.
9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uteruspada vena cava
inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanyakehamilan, dan lain-lain.
2.4 Patologi
Solusio plasenta di awali perdarahan kedalam desidua basalis. Desidua kemudian terpisah,
meninggalkan satu lapisan tipis yang melekat keendometrium. Akibatnya, proses ini pada
tahapnya yang paling awal memperlihatkan pembentukan hematom desidua yang menyebabkan
pemisahan, penekanan, dan akhirnya destruksi plasenta yang ada di dekatnya. Pada tahap awal
mungkin belum ada gejala klinis.
Pada beberapa kasus, arteri spiralis desidua mengalami rupture sehingga menyebabkan hematom
retroplasenta, yang sewaktu membesar semakin banyak pembuluh darah dan plasenta yang
terlepas. Bagian plasenta yang memisah dengan cepat meluas dan mencapai tepi plasenta. Karena
masih teregang oleh hasil konsepsi, uterus tidak dapat berkontraksi untuk menjepit pembuluh
darah yang robek yang memperdarahi tempat implantasi plasenta. Darah yang keluar dapat
memisahkan selaput ketuban dari dinding uterus dan akhirnya muncul sebagai perdarahan
eksternal, atau mungkin tetap tertahan dalam uterus.
2.5 Gambaran Klinis
Soluti plasenta ringan
Terjadi rupture sinus masrginalis. Bila terjadi perdarahan pervaginamwarna merah kehitaman,
perut terasa agak sakit atau terus menerus agak tegang.Tetapi bagian-bagian janin masih teraba.

Solution plasenta sedang


Plasenta telah terlepas seperempat sampai duapertiga luas permukaan. Tanda dan gejala dapat
timbul perlahan seperti pada solution plasenta ringan atau mendadak dengan gejala sakit perut
terus menerus, nyeri tekan, bagian janin sukardi raba., BJA sukar di raba dengan stetoskop biasa.
Sudah dapat terjadi kelainan pembekuan darah atau ginjal.

Solution plasenta berat


Plasenta telah lepas lebih duapertiga luas permukaannya, terjadi tiba-tiba,ibu syok janin
meningggal. Uterus tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tidak sesuai
dengan keadaan syok ibu. Besar kemungkinan telah terjadi gangguan pembekuan darah dan ginjal.

2.6 Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas,
usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu
:
1. Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat dicegah, kecuali
dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah diselesaikan, penderita belum
bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan
perdarahan pada kala III persalinan dan adanya kelainan pada pembekuan darah. Pada solusio
plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat.

2. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta, pada
dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi
nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan
yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan
proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena
itu, oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin
dilakukan pada solusio plasenta berat. Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang
hilang secukupnya, pemberantasan infeksi, atasi hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan
persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan darah.

3. Kelainan pembekuan darah


Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Wirjohadiwardojo di RSUPNCM dilaporkan kelainan
pembekuan darah terjadi pada 46% dari 134 kasus solusio plasenta yang ditelitinya. Kadar
fibrinogen plasma normal pada wanita hamil cukup bulan ialah 450mg%, berkisar antara 300-700
mg%. Apabila kadar fibrinogen plasma kurang dari 100 mg% maka akan terjadi gangguan
pembekuan darah. Mekanisme gangguan pembekuan darah terjadi melalui dua fase, yaitu:
a. Fase I
Pada pembuluh darah terminal (arteriole, kapiler, venule) terjadipembekuan darah, disebut
disseminated intravasculer clotting.Akibatnya ialah peredaran darah kapiler (mikrosirkulasi)
terganggu.Jadi pada fase I, turunnya kadar fibrinogen disebabkan karenapemakaian zat tersebut,
maka fase I disebut jugacoagulopathi consumptive. Diduga bahwa hematom subkhorionik
mengeluarkan tromboplastin yang menyebabkan pembekuan intravaskuler tersebut.Akibat
gangguan mikrosirkulasi dapat mengakibatkan syok, kerusakanjaringan pada alat-alat yang
penting karena hipoksia dan kerusakanginjal yang dapat menyebabkan oliguria/anuria.

b. Fase II
Fase ini sebetulnya fase regulasi reparatif, yaitu usaha tubuh untukmembuka kembali peredaran
darah kapiler yang tersumbat. Usaha inidilaksanakan dengan fibrinolisis. Fibrinolisis yang
berlebihan malahberakibat lebih menurunkan lagi kadar fibrinogen sehingga terjadiperdarahan
patologis. Kecurigaan akan adanya kelainan pembekuandarah harus dibuktikan dengan
pemeriksaan laboratorium, namun diklinik pengamatan pembekuan darah merupakan cara
pemeriksaanyang terbaik karena pemeriksaan laboratorium lainnya memerlukanwaktu terlalu
lama, sehingga hasilnya tidak mencerminkan keadaanpenderita saat itu.

4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)


Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahimdan di bawah
perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.Perdarahan ini menyebabkan gangguan
kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebutUterus
couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau tidak, tergantung pada kesanggupannya
dalam membantu menghentikan perdarahan. Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:
1. Fetal distress
2. Gangguan pertumbuhan/perkembangan
3. Hipoksia dan anemia
4. Kematian

2.7 Diagnosis
Keluhan dan gejala pada solusio plasenta dapat bervariasi cukup luas. Sebagai contoh, perdarahan
eksternal dapat banyak sekali meskipun pelepasan plasenta belum begitu luas sehingga
menimbulkan efek langsung pada janin, atau dapat juga terjadi perdarahan eksternal tidak ada,
tetapi plasenta sudah terlepas seluruhnya dan janin meninggal sebagai akibat langsung dari
keadaan ini.
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi mengandung ancaman bahaya yang jauh lebih
besar bagi ibu, hal ini bukan saja terjadi akibat kemungkinan koagulopati yang lebih tinggi, namun
juga akibat intensitas perdarahan yang tidak diketahui sehingga pemberian transfusi sering tidak
memadai atau terlambat. Menurut penelitian retrospektif yang dilakukan Hurd dan kawan-kawan
pada 59 kasus solusio plasenta dilaporkan

Solusio plasenta klasik mempunyai ciri-ciri nyeri yang hebat pada perut yang datangnya cepat
disertai uterus yang tegang terus menerus seperti papan, penderita menjadi anemia dan syok,
denyut jantung janin tidak terdengar dan pada pemeriksaan palpasi perut ditemui kesulitan dalam
meraba bagian-bagian janin. Prosedur pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis solusio
plasenta antara lain :
1. Anamnesis.
· Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien dapat menunjukkan tempat
yang dirasa paling sakit.
· Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-konyong(non-recurrent)
terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuandarah yang berwarna kehitaman.
· Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak
bergerak lagi).
· Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang.Ibu terlihat anemis
yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluarpervaginam.
· Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.

2. Inspeksi.
· Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
· Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
· Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).

3. Palpasi
· Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan
· Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus) baik
waktu his maupun di luar his.
· Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
· Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.

4. Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung terdengarbiasanya di atas 140, kemudian
turun di bawah 100 dan akhirnya hilangbila plasenta yang terlepas lebih dari satu per tiga bagian.

5. Pemeriksaan Dalam
Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
· Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu his
maupun di luar his.
· Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun ke
bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta, ini sering meragukan dengan
plasenta previa.

6. Pemeriksaan Umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler,
tetapi lambat laun turun dan pasien jatuhdalam keadaan syok. Nadi cepat, kecil dan filiformis.

7. Pemeriksaan Laboratorium
· Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit.
· Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test. Karena pada solusio
plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula
COT(Clot Observation test) tiap l jam, tes kualitatif fibrinogen (fiberindex),dan tes kuantitatif
fibrinogen (kadar normalnya 15O mg%).

8. Pemeriksaan Plasenta
Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta
yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di
belakang plasenta yang disebut hematoma retroplacenter.
9. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain:
· Terlihat daerah terlepasnya plasenta-Janin dan kandung kemih ibu.
· Darah.
· Tepian plasenta.

Penanganan kasus-kasus solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya gejala klinis,
yaitu:
a. Solusio plasenta ringan
Ekspektatif, bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan
berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang,janin hidup) dengan tirah baring dan observasi
ketat, kemudian tunggu persalinan spontan.
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta makin jelas, pada
pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus segera
diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus
oksitosin untuk mempercepat persalinan.
b. Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan di rumah sakit
meliputi transfusi darah, amniotomi, infusoksitosin dan jika perlu seksio sesaria.
Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telahterjadi sekurang-
kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera diberikan. Amniotomi akan merangsang
persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin. Keluarnya cairan amnion juga dapat mengurangi
perdarahan dari tempat implantasi dan mengurangi masuknya tromboplastin ke dalam sirkulasi ibu
yang mungkin akan mengaktifkan faktor-faktor pembekuan dari hematom subkhorionik dan
terjadinya pembekuan intravaskuler dimana-mana.
Gagal ginjal sering merupakan komplikasi solusio plasenta. Biasanya yang terjadi adalah nekrosis
tubuli ginjal mendadak yang umumnya masih dapat tertolong dengan penanganan yang baik.
Tetapi bila telah terjadi nekrosiskorteks ginjal, prognosisnya buruk sekali. Pada tahap oliguria,
keadaan umum penderita umumnya masih baik. Oleh karena itu oliguria hanya dapat diketahui
dengan pengukuran pengeluaran urin yang teliti yang harus secara rutin dilakukan pada penderita
solusio plasenta sedang dan berat, apalagi yang disertai hipertensi menahun dan preeklamsia.
Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang hilang, pemberantasan infeksi
yangmungkin terjadi, mengatasi hipovolemia, menyelesaikan persalinan secepatmungkin dan
mengatasi kelainan pembekuan darah.
Kemungkinan kelainan pembekuan darah harus selalu diawasi dengan pengamatan pembekuan
darah. Pengobatan dengan fibrinogen tidak bebas dari bahaya hepatitis, oleh karena itu pengobatan
dengan fibrinogen hanya pada penderita yang sangat memerlukan, dan bukan pengobatan rutin.
Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah dapat mencegah kelainan
pembekuan darah.
Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika itu
tidak memungkinkan, walaupun sudah dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-
satunya cara melakukan persalinan adalah seksio sesaria.
Apoplexi uteroplacenta (uterus couvelaire) tidak merupakan indikasi histerektomi. Akan tetapi,
jika perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan seksio sesaria maka tindakan
histerektomi perlu dilakukan.

2.8 Prognosis
Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya
perdarahan, ada atau tidak hipertensi menahun atau preeklamsia, tersembunyi tidaknya
perdarahan, dan selisih waktu terjadinya solusio plasenta sampai selesainya persalinan. Angka
kematian ibu pada kasus solusio plasenta berat berkisar antara 0,5-5%. Sebagian besar kematian
tersebut disebabkan oleh perdarahan, gagal jantung dan gagal ginjal.
Hampir 100% janin pada kasus solusio plasenta berat mengalami kematian. Tetapi ada literatur
yang menyebutkan angka kematian pada kasus berat berkisar antara 50-80%. Pada kasus solusio
plasenta ringan sampai sedang, keadaan janin tergantung pada luasnya plasenta yang lepas dari
dinding uterus, lamanya solusio plasenta berlangsung dan usia kehamilan. Perdarahan lebih dari
2000 ml biasanya menyebabkan kematian janin. Pada kasus-kasus tertentu tindakan seksio sesaria
dapat mengurangi angka kematian janin

2.9 Penatalaksanaan
1. Konservatif
Menunda pelahiran mungkin bermamfaat pada janin masih imatur serta bila solusio plasenta
hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak menjamin lingkungan intra uterine aman.
Harus segera dilakukan langkah-langkah untuk memperbaiki hipovolemia, anemia dan hipoksia
ibu sehingga fungsi plasenta yang masih berimplantasi dapat dipulihkan. Tokolisis harus dianggap
kontra indikasi pada solusio plasenta yang nyata secara klinis
2. Aktif
Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria. Seksio sesaria
kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia beratdan koagulopati konsumtif.
Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parahnya sehingga menyebabkan janin meninggal lebih
dianjurkan persalinan pervagina kecuali apabila perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak
dapat di atasi bahkan dengan penggantian darah secara agresif atau terdapat penyulit obstetric
yang menghalangi persalinan pervaginam.
BAB III

KONSEP MANAJEMENT ASUHAN KEBIDANAN


Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah disempurnakan secara
periodik. Proses dimulai dari pengumpulan data dasar yang berakhr dengan evaluasi. Kutujuh
langkah tersebut membentuk kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam semua situasi.
Akan tetapi, setiap langkah-langkah dapat dipecah menjadi langkah-langkah tertentu dan bias
berubah sesuai dengan bagaimana keadaan pasien.
Tetapi disini hanya lima langkah saja yang akan di bahas yaitu dari pengumpulan data
sampai pada Perencanaan asuhan.
Pembahasan dari kelima langkah tersebut adalah :

A. Langkah I (Pengkajian)

1. DATA SUBJEKTIF
1) Biodata atau identitas pasien:
a) Istri
· Nama
Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien.
· Umur
Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh umur terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien.
Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan
adalah 20-35 tahun.
· Alamat
Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan bila keadaan
mendesak. Dengan diketahuinya alamat tersebut, bidan dapat mengetahui tempat tinggal
pasien/klien dan lingkungannya. Dengan tujuan untuk memudahkan menghubungi keluarganya,
menjaga kemungkinan bila ada nama ibu yang sama, untuk dijadikan petunjuk saat kunjungan
rumah.
· Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan
pasien/klien. Dengan mengetahui pekerjaan pasien/klien, bidan dapat mengetahui bagaimana taraf
hidup dan sosial ekonominya agar nasehat bidan sesuai, juga mengetahui apakah pekerjaan
mengganggu atau tidak, misalnya bekerja di pabrik rokok, mungkin yang dihisap akan
berpengaruh pada janin.
· Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien.
Dengan diketahuinya agama pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di
dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
· Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap
perilaku kesehatan seseorang.
· Status Perkawinan
Pertanyaan ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap
masalah kesehatan. Bila diperlukan ditanyakan tentang perkawinan keberapa kalinya.
· Suku/Ras
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan
pasien/klien. Dengan diketahuinya suku/ras pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan
pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
b) Suami
· Nama
Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien.
· Umur
Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh umur terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien.
· Alamat
Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan bila keadaan mendesak.
Dengan tujuan untuk memudahkan menghubungi suami pasien/klien.
· Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan suami terhadap permasalahan
kesehatan pasien/klien. Dengan mengetahui pekerjaan suami pasien/klien, bidan dapat mengetahui
bagaimana taraf hidup dan sosial ekonominya agar nasehat bidan sesuai, juga mengetahui apakah
pekerjaan mengganggu atau tidak, misalnya bekerja di pabrik rokok, mungkin yang dihisap akan
berpengaruh pada janin.

· Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan
pasien/klien. Dengan diketahuinya agama pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan
pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
· Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan suami juga
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seorang istri.

· Status Perkawinan
Pertanyaan ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap
masalah kesehatan. Bila diperlukan ditanyakan tentang perkawinan keberapa kalinya.
· Suku/Ras
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan
pasien/klien. Dengan diketahuinya suku/ras pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan
pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
2) Riwayat pasien
a) Keluhan utama
klien mengeluh mengalami perdarahan melalui vagina berwarna
kehitamandisertai
nyeri dan kram pada perut yang terus menerus serta janin bergerak aktif
Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong pasien datang kepada bidan
Untuk mengetahui keluhan utama tersebut pertanyaan yang diajukan oleh bidan adalah
sebagai berikut: “Apa yang ibu rasakan, sehingga ibu datang kemari?”

b) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksi pasien/klien.

c) Menarche
Untuk mengethui usia pertama kalinya mengalami menstruasi.

d) Siklus Menstruasi
Untuk mengetahui jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam
hitungan hari. Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari.

e) Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan. Kadang kita akan
kesulitan untuk mendapatkan data yang valid. Sebagai acuan biasanya digunakan criteria banyak,
sedang, sedikit. Jawaban yang diberikan oleh pasien biasanya bersifat subjektif, namun kita dapat
kaji lebih dalam lagi dengan beberapa pertanyaan pendukung, misalnya sampai berapa kali
mengganti pembalut dalam sehari.

f) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika mengalami menstruasi, misalnya
nyeri hebat, sakit kepala sampai pingsan, atau jumlah darah yang banyak. Keluhan yang
disampaikan oleh pasien dapat menunjuk kepada diagnosis tertentu.

g) Menstruasi yang Terakhir


Untuk mengetahui prediksi waktu mengenai kapan menstruasi yang akan datang.

h) Dismenorhea
Untuk mengetahui ketika haid terjadi nyeri atau sulit. Dismenorhea ditandai oleh nyeri mirip kram
yang terasa pada abdomen bagian bawah dan kadang-kadang oleh sakit kepala, keadaan mudah
tersinggung, depresi mental, keadaan tidak enak badan serta perasaan lelah.
i) Keteraturan Menstruasi
Untuk mengetahui jarak normal keteraturan menstruasi biasanya 23 sampai 32 hari. Apabila
terjadi ketidak teraturan menstruasi pada pasien dapat segera dilakukan pemeriksaan untuk
mengetahui factor-faktor penyebabnya.
j). Fluor albus
Untuk mengetahui pada umumnya adanya cairan di dalam vagina bertambah dalam kehamilan
tanpa sebab-sebab yang patologis dan sering menimbulkan keluhan. Ganococcus menyebabkan
flour seperti nanah, Trichomonasvaginalis menyebabkan flour yang putih berbau, sedangkan
candida albicans menyebabkan flour dengan gumpalan putih atau kuning dan menyebabkan gatal
yang sangat.

k) Gangguan sewaktu Menstruasi


Untuk mengetahui gangguan apa saja yang dirasakan ketika mengalami menstruasi,misalnya nyeri
hebat,sakit kepala sampai pingsan, atau keadaan mudak tersinggung (emosional meningkat).
Gangguan yang dialami pasien dapat menunjuk kepada diagnosis tertentu.

3) Riwayat perkawinan
Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh riwayat perkawinan terhadap permasalahan
kesehatan pasien/klien. Berapa kali kawin dan berapa lamanya untuk membantu menentukan
bagaimana keadaan alat kelamin ibu. Kalau orang hamil sudah lama kawin, nilai anak tentu besar
sekali dan ini harus diperhitungkan dalam pimpinan persalinan (anak mahal).
Hal-hal yang perlu ditanyakan kepada pasien/klien mengenai riwayat perkawinannya adalah :
1. Kawin : …………………..kali
2. Usia Kawin Pertama ………………………tahun
3. Status Perkawinan
4. Lama Pernikahan
4) Riwayat kehamilan dan persalinan
Untuk mengetahui adanya masalah-masalah persalinan kehamilan dan nifas yang lalu. Pertanyaan
ini mempengaruhi prognosa persalinan dan persiapan persalinan yang lampau adalah hasil ujian-
ujian dari segala faktor yang mempengaruhi persalinan. Mencakup :
· Jumlah Kehamilan dan kelahiran: G (gravida), P (para), A (abortus), H (hidup)
Data ini digunakan untuk mengetahui riwayat kehamilan dan kelahiran pasien.
· Golongan Darah
Data ini menjelaskan golongan darah pasien, hal ini dilakukan untuk sumber informasi jika ketika
kehamilan atau persalinan mengalami pendarahan penanganan penggantian darah yang keluar
melalui transfusi darah lebih cepat dilakukan.
· Riwayat persalinan
Mencakup jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya melahirkan, cara melahirkan.
Dengan mengetahui riwayat persalinan, melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu hamil
saat persalinan sekarang dan mengupayakan pencegahannya dan penanggulangannya. Jika
persalinan dahulu terdapat penyulit seperti perdarahan, sectio saesaria, solusio plasenta, plasenta
previa kemungkinan dapat terjadi atau timbul pada persalinan sekarang.

· Masalah atau gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan
Untuk mengetahui masalah atau gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan,
jika terdapat penyulit diupayakan pencegahannya dan penanggulangannya.
5) Riwayat nifas
Untuk mengetahui adakah penyakit atau kelainan pada masa nifas yang lalu (perdarahan, feloris).
6) Riwayat kelahiran anak
a) Berat bayi sewaktu Lahir
Untuk mengetahui kondisi bayi apakah sehat atau mengalami trauma lahir dimana hal ini terjadi
karena trauma pada bayi akibat tekanan mekanik (seperti kompresi dan traksi) selama preses
persalianan. Kejadian ini terjadi pada berat badan bayi lebih dari 4.500 gram.
b) Kelainan Bawaan Bayi
Untuk dapat segera melakukan tindakan preventif pada bayi agar tidak memperparah kondisi.
c) Jenis Kelamin Bayi
Untuk mengetahui jenis kelamin bayi sebagai dokumentasi.
d) Status Bayi yang Dilahirkan: hidup atau mati
Bila bayi hidup, bagaimana keadaannya sekarang,
Bila meninggal, apa penyebab kematiannya.
7) Riwayat Ginekologi
Data ini sangat penting karena akan memberikan petunjuk tentang organ reproduksi pasien.
Mencakup: infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau kanker sistem reproduksi, operasi ginekologi.
Jika didapatkan adanya salah satu atau beberapa riwayat gangguan kesehatan alat reproduksi,
maka harus waspada akan adanya kemungkinan gangguan kesehatan alat reproduksi pada masa
postpartum.
8) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah ada efek samping setelah penggunaan kontrasepsi, lamanya
menggunakan alat kontrasepsi, alasan pemakaian serta pemberhentian kontrasepsi (bila tidak
memakai lagi), serta keluhan selama memakai alat kontrasepsi.
9) Riwayat kehamilan sekarang
Mencakup waktu mendapat haid terakhir, siklus haid, perdarahan pervaginam, fluor, mual/muntah,
masalah kelainan pada kehamilan sekarang, pemakaian obat-obatan/jamu. Anamnesa haid serta
siklusnya dapat diperhitungkan tanggal persalinan serta memantau perkembangan kehamilannya
serta dengan anamnesa ini dapat diketahui dengan segera adanya kelainan / masalah dalam
kehamilan dan dapat ditangani dengan segera.
10) Riwayat penyakit
Untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita pasien/klien. Informasi ini penting untuk
melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu hamil dan mengupayakan pencegahannya dan
penanggulangannya.
misal:
Ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi perlu ditentukan pimpinan persalinan dan
kemungkinan bisa menyebabkan transient hipertension.
11) Gambaran penyakit yang lalu
Setelah mengetahui riwayat penyakit pasien/klien, bidan perlu mengetahui gambaran mengenai
riwayat penyakit pasien/klien, misal apakah penyakit tersebut parah/tidak, apakah sudah dilakukan
tindakan pada penyakit tersebut, dll. Informasi ini penting untuk melihat kemungkinan yang dapat
terjadi pada ibu hamil dan mengupayakan pencegahan dan penanggulangannya.
12) Riwayat penyakit keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap
gangguan kesehatan ibu dan janinnya. Penyakit keluarga yang perlu ditanyakan mencakup
penyakit kanker, jantung, hipertensi, diabetes, ginjal, jiwa, kelainan dibawa lahir, kehamilan
kembar atau lebih, TBC, epilepsy, penyakit darah, alergi, penyakit yang menyebabkan kematian
bagi bapak atau ibu yang telah meninggal.
13) Keadaan sosial budaya, ekonomi, dan budaya
Untuk mengetahui keadaan psikososial pasien atau klien perlu ditanyakan antara lain :
§ Jumlah anggota keluarga
§ Dukungan materiil dan moril yang didapat dari keluarga.
§ Kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan kesehatan.
§ Kebiasaan yang merugikan kesehatan.
14) Riwayat spiritual
Kemungkinan pasien melakukan ibadah agama dan kepercayaannya dengan baik dan
memudahkan kita dalam memberikan asuhan yang sesuai dengan kepercayaan klien.
15) Riwayat pikologis
Kemungkinan adanya tanggapan klien dan keluarga yang baik terhadap kehamilan dan persalinan
yang ini. Keungkinan pasien dan suaminya mengharapkan dan senang dengan kehamilan ini. Atau
kemungkina klien cemas, takut dan gelisah dengan kehamilan ini.

16) Kebutuhan dasar


Kemungkinan pemenuhan kebuuhan bio-psiko yang meliputi pemenuhan nutrisi, proses eliminasi,
aktifitas sehari-hari, istirahat, personan hygiene, dan kebiasaan-kebiasaan yang dapat
mempengaruhi esehatan saat hamil dan bersalin.
Data fokus pada data subjektif adalah :
1) Ibu mengatakan keluhan nyeri pada bagian perut, perut terasa sesak hanya karena tekanan
dan kadang-kadang perutnya tegang.

2. DATA OBJEKTIF
Data dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus.
a) Pemeriksaan umum
Secara teoritis kemungkinan di temukan gambaran keadaan umum pasien baik, yang mencakup
kesadaran, tekanan darah, nadi, nafas, suhu, tinggi badan dan keadaan umum.
b) Pemeriksaan khusus
1) Secara inspeksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat/memandang
dari kepala sampai ujung kaki.
Yang dinilai ialah kemungkinan bentuk tubuh yang normal, kebersihan kulit, rambut, muka,
conjunctiva, skelera, hidung dan telinga, mulut, apakah ada caries dentis, stomatitis, karang gigi,
leher apakah ada pembesaran kelenjar gondok, payudara apakah simetris kiri dan kanan, keadaan
putting susu menonjol atau tidak, colostrums ada atau tidak, perut membesar sesuai dengan tua
kehamilan, apakah ada bekas luka operasi, vulva apakah bersih, ada varises atau tidak, oedema
dan pengeluaran dari vagina. Anus apakah ada haemorhoid, extremitas atas dan bawah apakah ada
kelainan.
Hasil yang mungkin timbul dari anamnesa pada kasus ibu dengan solusio plasenta :
· Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
· Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
· Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).
2) Secara palpasi, yaitu pemeriksaan yangdilihat dengan cara meraba.
Dengan cara menggunakan cara Leopold, kemungkinan yang ditemukan ialah :
Leopold I : tinggi fundu uteri dalam cm, tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan
tuanya kehamilan
Leopold II :pada dinding perut sebelah kanan atau kiri ibu kemungkinan teraba punggung,
anggota gerak atau bokong, kepala.
Leopold III :teraba bagian bokong, kepala atau lainnya
Leopold IV :bagian terbawah janin belum masuk PAP.
3) Secara auskultasi
Kemungkinan dapat terdengar bunyi jantng janin, frekuensinya, teratur atau tidak tetapi biasanya
sulit dilakukan pada kehamilan dengan solusio plasenta.
4) Secara perkusi
Kemungkinan refleks patella kiri dan kanan positif.
5) Pemeriksaan ukuran panggul
Kemungkinan normal dengan pengukuran jangka panggul.
6) Pemeriksaan tafiran berat badan janin (TBJ)
Kemungkinan berat janin normal, dengan menggunakan rumus:
(TFU dlm cm – 13) x 155
Kemudian ditambah 375 untuk lingkaran abdomen yang lebih dari 100cm.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Laboratorium
Darah : Hb, Haematokrit, golongan darah, kadar estriol.
Urine : kemungkinan ditemui protein aceton, dan kadar estriol yang berkurang, reduksi.

b) USG
Kemungkinan keadaan janin hidup dan dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan kesejahteraan
janin.
c) Pemeriksaan CTG (kardiografi)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memantau detak jantung janin, hasil pemantauan detak jantung
janin, tergantung dari klasifikasi dan cepatnya plasenta terlepas sehingga dapat mempengaruhi
sirkulasi retroplasenter yang selanjutnya akan langsung mempengaruhi nutrisi dari pertukaran
O2/CO2 intraplasenta.

B. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)


Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosadan kebutuhan
klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Berdasarkan kasus ini, maka kemungkinan interpretasi data yang timbul adalah ;
a. Diagnosa Kebidanan
Ibu hamil G…, P…, A…, H….usia kehamilan…,janin intra atau ekstrauterine, janin hidup atau
mati, letak anak, anak tunggal/kembar, keadaan jalan lahir, keadaan umum ibu, dengan solusio
plasenta.
Dasar :
1. Nyeri tekan uterus dan tegang.
2. Leopold I : T Fut, TBBJ
3. Leopold II : Puki, Puka atau lainnya (letak sungsang atau letak lintang)
4. Leopold III: bisa kepala, bokong, letak lintang ataupun letak sungsang
5. Leopold IV: Bagian terbawah janin belum masuk PAP
6. DJJ : kadang tidak terdengar (sulit dinilai)
7. Ibu mengatakan hamil anak...
8. bagian-bagian janin sukar dinilai
9. keluar darah dari pengeluaran pervaginam ibu
b. Masalah
Masalah yang kemungkinan timbul adalah kecemasan dan ganggauan rasa nyaman.
Dasar : Ibu mengeluh perut terasa tegang, keluar bercak darah dan nyeri perut kiri bagian bawah.
c. Kebutuhan
1) Penyuluhan tentang istirahat ibu
Dasar : dari TTV dan KU ibu
2) Dukungan psikologi
Dasar : karena ibu mengatakan cemas
3) Kebersihan vulva
Dasar : pencegahan infeksi dan rasa nyaman
4) Hidrasi
Dasar : kebutuhan cairan dan nutrisi sangat penting apalagi jika ibu anemia
5) Rasa nyaman
Dasar : karena Ibu mengatakan merasa nyeri dan kadang-kadang perutnya tertekan dan tegang.
6) Penyululuhan tentang resiko persalinan
Dasar : karena agar ibu lebih mempersiapkan persalinannnya.
7) Ajarkan ibu posisi yang benar pada ibu hamil
Dasar : berhubungan dengan rasa nyaman.

C. Langkah III ( Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial)


Kemungkinan diagnosa atau masalah potensial yang timbul :
1. Potensial terjadi gawat janin
Dasar : karena plasenta yang lepas sebelum waktunya, karena terputusnya hubungan antara janin
dan ibu sehingga dapat mempengaruhi nutrisi dan pertukaran O2/CO2 intraplasenta.
2. Potensial terjadi hipoksia pada janin
Dasar : karena terputunya hubungan antara janin dan ibu sehingga dapat mempengaruhi nutrisi
dan pertukaran O2/CO2 intraplasenta.

D. Langkah IV (Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan Segera)


Kemungkinan tindakan segera pada kasus kehamilan/persalinan dengan solusio plasenta antara
lain :
1. Kolaborasi dengan dokter segera mungkin jika terjadi komplikasi yang lebih hebat

E. Langkah V (Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh)


Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasikan atau
merupakan lanjutan dari setiap masalah yang berkaitan dengan kerangka pedoman tentang apa
yang akan terjadi berikutnya, penyuluhan, konseling dan rujukan untuk masalah sosial, ekonomi,
kultural, atau masalah psikologis bila diperlukan. Suatu rencana asuhan harus di setujui oleh
kedua belah pihak baik bidan maupun klien agar perencanaan dapat dilakukan dengan efektif.
Semua keputusan harus bersifat rasional dan valid berdasarkan teori serta asumsi yang berlaku
tentang apa yang akan dan tidak dilakukan.
Adapun rencana asuhan yang dibutuhkan pasien dalam kasus ini yaitu:
a. Jelaskan keadaan ibu saat ini
b. Anjurkan ibu untuk melahirkan ditenaga kesehatan atau rumah sakit
c. Ajarkan pada ibu untuk mengatasi gangguan rasa nyaman
d. Ajarkan pada ibu untuk senam hamil
e. Pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu
f. Jelaskan tentang gizi ibu hamil
g. Ajarkan cara minum Fe
h. Jelaskan tanda-tanda persalinan
i. Cara mengurangi rasa sakit
j. Jelaskan pengaruh sering BAK adalah normal

BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin lahir diberi
beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Keadaan klien dengan solutio
plasenta memiliki beberapa macam berdasarkan tingkat keparahannya, tingkat keparahan ini
dilihat dari volume perdarahan yang terjadi mulai dari solutio ringan hingga berat.
Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau lilitan tali pusat, janin
terlalu aktif sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada vena kafa inferior, dan lain-lain
diketahui bahwa sebagai penyebab dari solution plasenta. Beberapa faktor yang menjadi faktor
predisposisi solution plasenta itu sendiri didapat dan diketahui mulai dari faktor fisik dan
psikologis dengan kata lain ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan klien yang dapat mendukung
timbulnya solution plasenta. Adapun komplikasi dari solusio plasenta pada ibu dan janin
tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta
berlangsung. Komplikasi terparah dari solution plsenta dapat mengakibatkan syok dari perdarahan
yang terjadi, keadaan seperti ini sangat berpengaruh pada keselamatan dari ibu dan janin.

3.2 Saran
Penulis harapkan semoga dimasa yang akan datang, para tenaga kesehatan dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien kasus solusio plasenta. Dan harapan penulis
kepada para pembaca semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah
keterampilan kita dalam memberi pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. Rencana perawatan maternal/bayi. Edisi 2.


Jakarta: EGC.
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/karakteristik-kasus-solusio-
plasenta-di-bagian-obstetri-dan-ginekologi-rsud-arifin-achmad-pekanbaru-
Manuaba, Chandarnita, dkk,. 2008. Gawat-darurat obstetri-ginekologi & obstetri-
ginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo S, Hanifa W. 2002. Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini dan Kelak. Dalam:
Ilmu Kebidanan, edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Unknown di 19.25
Berbagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar

Beranda
Lihat versi web
Mengenai Saya
Unknown
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai