Anda di halaman 1dari 77

IDENTIFIKASI PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL

DI KABUPATEN GOWA DAN MAROS


TAHUN 2013

BALAI KESEHATAN TRADISIONAL MASYARAKAT


( BKTM ) MAKASSAR
TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningkatnya minat dan kebutuhan masyarakat terhadap pengobatan


tradisional alternatif dan komplementer telah terjadi baik di negara-negara
berkembang maupun di negara-negara maju. WHO memperkirakan sekitar 60%
masyarakat dunia telah menggunakan pengobatan tradisional untuk pengobatan.
Penelitian lain menunjukan hampir 70% penduduk Australia menggunakan paling
tidak satu jenis pengobatan tradisional alternatif dan komplementer dan 44,1%
mengunjungi praktisi pengobatan tradisional. Di Belanda sekitar 60%, sementara di
Inggris sekitar 74%, penduduk yang menggunakan pengobatan alternatif dan
komplementer. Presentasi penduduk yang menggunakan pengobatan alternatif dan
komplementer di Canada, Perancis, Amerika, dan Belgia berkisar 70%, 75%, 42%,
dan 38% (WHO, 2002).
Di Asia, pada tahun 2001 WHO melaporkan bahwa di Malaysia telah terjadi
transaksi bernilai 500 juta dolar Amerika di bidang pengobatan tradisional. Di Cina
sekitar 30%-50% total populasi penduduk yang menggunakan pengobatan
alternatif dan komplementer (WHO, 1998). Di Sri Lanka, diperkirakan 55%-60%
penduduk sangat tergantung pada pengobatan tradisional baik untuk pengobatan
maupun persalinan (WHO, 2001).
Di Indonesia, Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2001 ditemukan
sekitar 57,7% penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri, sekitar 31,7%
menggunakan obat tradisional serta sekitar 9,8% menggunakan cara pengobatan
tradisional. Sedangkan di tahun 2004 penduduk Indonesia yang menggunakan
pengobatan sendiri meningkat menjadi 72,44% dimana 32,87% menggunakan
obat tradisional. Menurut Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Kementrian
Kesehatan, jumlah pengobat tradisional di Indonesia yang tercatat cukup banyak,
yaitu 280.000 pengobat dengan 30 keahlian/spesialisasi.

Di Sulawesi Selatan, data dinas kesehatan provinsi menunjukkan jumlah


pengobat tradisional di wilayahnya 7290 pengobat. Termasuk di dalamnya 643
pengobat di Kabupaten Gowa dan 524 pengobat di Kabupaten Maros.
Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional adalah Pelayanan
kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan
obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara
empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat (Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009).
Banyak faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya pertumbuhan
pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia, diantaranya adalah pesatnya arus
globalisasi saat ini sehingga pengobat tradisional asing dapat masuk ke Indonesia
dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional. Selain itu semakin
mahalnya biaya pengobatan konvensional memaksa masyarakat untuk mencari
alternatif pengobatan lain yang lebih terjangkau biayanya. Meningkatnya minat
masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (obat) yang berasal dari alam
(back to nature) juga menjadi salah satu faktor pendukung berkembangnya
pengobatan tradisional di Indonesia.
Di sisi lain pengobatan tradisional tersebut belum terstandar keamanannya.
Hal ini menjadi tugas pemerintah dalam hal ini Kementrian Kesehatan untuk
melakukan pengaturan dan pengawasan sesuai dengan bunyi Undang-Undang
Kesehatan nomor 36 tahun 2009 pasal 61 yaitu:
Pasal 61
(1) Masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan,
meningkatkan dan menggunakan pelayanan kesehatan tradisional yang
dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya.
(2) Pemerintah mengatur dan mengawasi pelayanan kesehatan tradisional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan didasarkan pada keamanan,
kepentingan, dan perlindungan masyarakat.
Pelayanan kesehatan tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang
selama ini tumbuh dan berkembang serta terpelihara secara turun temurun di
kalangan masyarakat, digunakan sejak dahulu sampai kini dengan kecenderungan
yang terus meningkat.
Dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan tradisional yang dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya, tidak bertentangan dengan
norma yang berlaku serta memberikan perlindungan kepada masyarakat penerima
pelayanan, maka dalam penyelenggaraannya perlu dilakukan pembinaan dan
pengawasan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 2358/Menkes/PerXI/2011
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Kesehatan
Tradisional Masyarakat, tugas BKTM adalah melaksanakan pemantauan dan
evaluasi pelayanan kesehatan tradisional.
Melihat perkembangan pelayanan kesehatan tradisional di Kabupaten
Gowa dan Kabupaten Maros yang begitu pesat serta belum teridentifikasinya
pengobatan tradisional berbasis warisan budaya setempat (local wisdom), maka
Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) Makassar akan melakukan
penapisan bagi pelayanan kesehatan tradisional, dalam rangka memberikan rasa
aman bagi masyarakat.

B. Masalah
Kondisi pelayanan kesehatan tradisional di Kabupaten Gowa dan Kabupaten
Maros belum teridentifikasi.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengidentifikasi kondisi pelayanan kesehatan tradisional di Kabupaten Gowa dan
Kabupaten Maros
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pemberi pelayanan kesehatan tradisional di Kabupaten Gowa
dan Kabupaten Maros
2. Mengidentifikasi pemberi pelayanan kesehatan tradisional di Kabupaten Gowa
dan Kabupaten Maros yang berbasis local wisdom
3. Mengidentifikasi jenis pelayanan kesehatan tradisional
4. Mengidentifikasi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan tradisional
5. Mengidentifikasi keluhan terbanyak yang dilayani pemberi pelayanan
kesehatan tradisional.
D. Manfaat
1. Memperoleh gambaran umum kondisi pelayanan kesehatan tradisional
2. Memperoleh data dasar untuk pengembangan pelayanan kesehatan
tradisional.
3. Sosialisasi tugas pokok dan fungsi BKTM Makassar kepada pemberi
pelayanan kesehatan tradisional sebagai mitra binaan.
BAB II
METODE KAJIAN

A. Jenis Kajian
Jenis kajian yang dipakai adalah deskriptif, dengan metode survei yang meliputi
wawancara dan observasi terhadap pelayanan kesehatan tradisional di Kabupaten
Gowa dan Kabupaten Maros.
B. Waktu dan Lokasi Kajian
a. Waktu
Maret-Juni 2013
b. Lokasi
Kabupaten Gowa dan Kabupaten Maros
C. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Pemberi pelayanan kesehatan tradisional di Kabupaten Gowa dan Kabupaten
Maros
b. Sampel
Seluruh populasi
c. Responden
Pemilik dan pemberi pelayanan kesehatan tradisional
D. Alat dan Bahan
a. Kuesioner
b. ATK
c. Komputer dan perangkat pengolah data
E. Jalannya Penelitian
a. Tahap persiapan:
1) rapat persiapan,
2) penyusunan proposal
3) presentasi proposal
4) perbaikan proposal
5) penetapan proposal
b. Tahap koordinasi
Koordinasi lintas program dan sektor untuk pelaksanaan pengkajian di
lapangan meliputi:
1) Pengurusan izin ke Balitbangda Kantor Gubernur Provinsi Sulawesi
Selatan
2) Rapat koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
3) Rapat koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa dan
Kabupaten Maros
c. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi:
1) Wawancara responden menggunakan kuesioner
2) Observasi
F. Teknik Pengumpulan Data
a. Data Sekunder
Data diperoleh dari Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa dan Kabupaten
Maros
b. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner terhadap responden
G. Teknik analisa Data
Teknik yang digunakan adalah analisis univariat; yaitu digunakan untuk
memberikan gambaran umum mengenai variabel pengakajian dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan atau grafik.
H. Kerangka Pikir

Pelayanan kesehatan tradisional di 17 Provinsi Jejaring

Pelayanan kesehatan tradisional di Provinsi Sulawesi Selatan

Pelayanan kesehatan tradisional Pelayanan kesehatan tradisional


di Kabupaten Gowa di Kabupaten Maros

Teridentifikasinya Pelayanan Teridentifikasinya Pelayanan


kesehatan tradisional di kesehatan tradisional di
Kabupaten Gowa Kabupaten Maros

Teridentifikasinya Pelayanan Teridentifikasinya Pelayanan


kesehatan tradisional local kesehatan tradisional local
wisdom di Kabupaten Gowa wisdom di Kabupaten Maros

Pelayanan kesehatan tradisional (local wisdom)


yang aman dan bermanfaat

I. Definisi Operasional
1) Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan
dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan
turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
2) Metode pelayanan kesehatan tradisional adalah cara pelayanan kesehatan
tradisional yang digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan.
3) Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pelayanan kesehatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat.
4) Alat kesehatan tradisional adalah perangkat yang digunakan untuk melakukan
diagnosa, perawatan dan pengobatan secara tradisional maupun yang
berfungsi sebagai alat bantu dalam menjalankan pekerjaan sebagai pengobat
tradisional.

5) Pengobat tradisional jenis ketrampilan adalah seseorang yang melakukan


pelayanan kesehatan tradisional dengan menggunakan anggota fisik, alat
mekanik/alat bantu lainnya dan atau pikiran.
6) Pengobat tradisional jenis ramuan adalah seseorang yang melakukan
pelayanan kesehatan tradisional dengan menggunakan obat tradisional.
7) Tenaga kesehatan tradisional adalah seseorang yang melakukan pelayanan
kesehatan tradisional yang ilmunya diperoleh melalui pendidikan formal di
bidang kesehatan tradisional.
8) Pengobatan alternatif dan komplementer adalah pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan
efektifitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik, yang
belum diterima dalam kedokteran konvensional.
9) Penapisan adalah upaya penyaringan terhadap alat/ bahan, metoda dan
pengobat tradisional, melalui penelitian /pengkajian/pengujian secara ilmiah
sehingga dapat dibuktikan dan dapat dipertanggungjawabkan keamanan dan
manfaatnya serta dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan kesehatan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Sekalipun pelayanan kesehatan moderen telah berkembang di Indonesia, namun


jumlah masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi. Menurut
Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2001 ditemukan sekitar 57,7% penduduk Indonesia
melakukan pengobatan sendiri, sekitar 31,7% menggunakan obat tradisional serta
sekitar 9,8% menggunakan cara pengobatan. Sedangkan di tahun 2004 penduduk
Indonesia yang menggunakan pengobatan sendiri meningkat menjadi 72,44% dimana
32,87% menggunakan obat tradisional. Menurut Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat
Kementrian Kesehatan, jumlah pengobat tradisional di Indonesia yang tercatat cukup
banyak, yaitu 280.000 pengobat dengan 30 keahlian/spesialisasi.
Di Sulawesi Selatan, data dinas kesehatan provinsi menunjukkan jumlah
pengobat tradisional di wilayahnya 7290 pengobat. Termasuk di dalamnya 643
pengobat di Kabupaten Gowa dan 524 pengobat di Kabupaten Maros.
Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional adalah Pelayanan
kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara, obat dan
pengobatanya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun
secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat (Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009).
Sedangkan yang dimaksud dengan obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik)
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman (Kepmenkes R.I. Nomor
1076/Menkes/SK/VII/2003).
Menurut Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009, berdasarkan cara
pengobatannya, pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi pelayanan
kesehatan tradisional yang menggunakan keterampilan dan ramuan. Kemudian dalam
Kepmenkes R.I. Nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003 dijabarkan kembali yang termasuk
keterampilan yaitu pengobat tradisional pijat urut, patah tulang, sunat, dukun bayi,
refleksi, akupresuris, akupunkturis, chiropractor, dan pengobat tradisional lainnya yang
metodenya sejenis. Sedangkan yang termasuk ramuan yaitu pengobat tradisional
ramuan Indonesia (Jamu), gurah, Tabib, shinshe, homeopathy, aromatherapist, dan
pengobat tradisional lainnya yang menggunakan metode sejenis.
Berikut ini lampiran Kepmenkes R.I. Nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003 yang
menjabarkan klasifikasi dan jenis pengobat tradisional:
A. Battra Ketrampilan adalah seseorang yang melakukan pengobatan dan/atau
perawatan tradisional berdasarkan keterampilan fisik dengan menggunakan
anggota gerak dan/atau alat bantu lain, antara lain:
1) Battra Pijat Urut adalah seseorang yang melakukan pelayanan
pengobatan dan/atau perawatan dengan cara mengurut/memijat bagian
atau seluruh tubuh. Tujuannya untuk penyegaran relaksasi otot hilangkan
capai, juga untuk mengatasi gangguan kesehatan atau menyembuhkan
suatu keluhan atau penyakit. Pemijatan ini dapat dilakukan dengan
menggunakan jari tangan, telapak tangan, siku, lutut, tumit atau dibantu
alat tertentu antara lain pijat yang dilakukan oleh dukun/tukang pijat, pijat
tunanetra, dsb.
2) Battra Patah Tulang adalah seseorang yang memberikan
penyelenggaraan pengobatan dan/atau perawatan patah tulang dengan
cara tradisional. Disebut Dukun Potong (Madura), Sangkal Putung
(Jawa), Sandro Pauru (Sulawesi Selatan).
3) Batra Sunat adalah seseorang yang memberikan pelayanan sunat
(sirkumsisi) secara tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda
seperti Bong Supit (Yogya), Bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilannya
diperoleh secara turun temurun.
4) Battra Dukun Bayi adalah seseorang yang memberikan pertolongan
persalinan ibu sekaligus memberikan perawatan kepada bayi dan ibu
sesudah melahirkan selama 40 hari. Jawa Barat disebut Paraji, dukun
Rembi (Madura), Balian Manak ( Bali), Sandro Pammana (Sulawesi
Selatan), Sandro Bersalin (Sulawesi Tengah), Suhu Batui di Aceh.
5) Akupresuris adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan
dengan pemijatan pada titik-titik akupunktur dengan menggunakan ujung
jari dan/atau alat bantu lainnya kecuali jarum.
6) Akupunkturis adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan
dengan pemijatan pada titik-titik akupunktur dengan menusukkan jarum
dan sarana lain sepertyi elektro akupunktur.
7) Chiropractor adalah seseorang yang melakukan pengobatan kiropraksi
(Chiropractie) dengan cara teknik khusus untuk gangguan otot dan
persendian.
B. Battra Ramuan adalah seseorang yang melakukan pengobatan dan/atau
perawatan tradisional dengan menggunakan obat/ramuan tradisional yang
berasal dari tanaman (flora), fauna, bahan mineral, air, dan bahan alam lain,
antara lain:
1) Battra Ramuan Indonesia (Jamu) adalah seseorang yang memberikan
pelayanan pengobatan dan/ atu perawatan dengan menggunakan
ramuan obat dari tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral dll baik diramu
sendiri, maupun obat jadi tradisional Indonesia.
2) Battra Gurah adalah seserang yang memberikan pelayanan pengobatan
dengan cara memberikan ramuan tetesan hidung, yang berasal dari
larutan kulit pohon senggugu dengan tujuan mengobati saluran
pernafasan atas seperti pilek, sinusitis, dll.
3) Shinshe adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan
dan/atau perawatan dengan menggunbakan ramuan obat-obatan
tradisional Cina. Falsafah yang mendasari cara pengobatan ini adalah
ajaran “Tao (Taoisme)” dimana dasar pemkirannya adalah adanya
keseimbangan antar unsur Yin dan unsur Yang.
4) Tabib adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan
dengan ramuan tradisional yang berasal dari bahan alamiah yang
biasanya dilakukan oleh orang-orang India atau Pakistan.
5) Homeopath adalah seseorang yang memiliki cara pengobatan dengan
menggunakan obat/ramuan dengan dosis minimal (kecil) tetapi
mempunyai potensi penyembuhan tinggi, dengan menggunakan
pendekatan holistik berdasarkan keseimbangan antara fisik, mental, jiwa
dan emosi penderita.

6) Aromatherapist adalah seseorang yang memberikan perawatan dengan


menggunakan rangasangan aroma yang dihasilkan oleh sari minyak
murni (essential oil) yang didapat dari sari tmbuh-tumbuhan (ekstraksi
dari bunga, buah, daun, biji, kulit, batang/ranting akar, getah) untuk
menyeimbangkan fisik, pikiran dan perasaan.
Masih berdasarkan Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 pada pasal 59
ayat 2 dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan tradisional tersebut dibina dan diawasi
oleh Pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta
tidak bertentangan dengan norma agama. Kemudian pada pasal selanjutnya yaitu
pasal 60 dan 61 dinyatakan bahwa:
Pasal 60
(1) Setiap orang yang melakukan pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan alat dan teknologi harus mendapat izin dari lembaga kesehatan
yang berwenang.
(2) Penggunaan alat dan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak
bertentangan dengan norma agama dan kebudayaan masyarakat.
Pasal 61
(1) Masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan,
meningkatkan dan menggunakan pelayanan kesehatan tradisional yang dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya.
(2) Pemerintah mengatur dan mengawasi pelayanan kesehatan tradisional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan didasarkan pada keamanan,
kepentingan, dan perlindungan masyarakat.
Pengaturan dan pengawasan terhadap pelayanan kesehatan tradisional tersebut
diatur dalam Kepmenkes R.I. Nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003 pada pasal 4 yang
berbunyi: Semua pengobat tradisional yang menjalankan pekerjaan pengobatan
tradisional wajib mendaftarkan diri kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat untuk memperoleh Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT).
Kemudian pada pasal 5 dijabarkan tata cara memperoleh STPT sebagaimana
dimaksud pada pasal 4, sebagai berikut:
a. Pengobat tradisional mengajukan permohonan dengan disertai kelengkapan
pendaftaran kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana pengobat
tradisional berada sebagaimana contoh Formulir A.
b. Kelengkapan pendaftaran meliputi:
1) Biodata pengobat tradisional sebagaimana contoh Formulir B
2) Fotokopi KTP
3) Surat keterangan Kepala Desa/Lurah tempat melakukan pekerjaan sebagai
pengobat tradisional
4) Rekomendasi dari asosiasi/organisasi profesi di bidang pengobatan tradisional
yang bersangkutan
5) Fotokopi sertifikat/ijazah pengobatan tradisional yang dimiliki
6) Surat pengantar Puskesmas setempat
7) Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
Pada pasal 8 ayat 1 dinyatakan bahwa STPT tersebut berlaku selama pengobat
tradisional melakukan pekerjaan di kabupaten/kota tempat pendaftaran. Kemudian
pada ayat 2 dinyatakan bahwa STPT tersebut hanya berlaku untuk 1 (satu)
kabupaten/kota.
Selain STPT, terdapat pula Surat Izin Pengobat Tradisional (SIPT) yang
diberikan pada pengobat tradisional yang metodenya telah memenuhi persyaratan
penapisan, pengkajian, penelitian, dan pengujian, serta terbukti aman dan bermanfaat
bagi kesehatan (pasal 9 Kepmenkes R.I. Nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003).
Selanjutnya di pasal 11 dijabarkan tata cara memperoleh SIPT sebagaimana
dimaksud pada pasal 9, ditetapkan sebagai berikut:
a. Pengobat tradisional mengajukan permohonan dengan disertai kelengkapan
pendaftaran kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana pengobat
tradisional berada sebagaimana contoh Formulir D.
b. Kelengkapan pendaftaran meliputi:
1) Biodata pengobat tradisional sebagaimana contoh Formulir B
2) Fotokopi KTP
3) Surat keterangan Kepala Desa/Lurah tempat melakukan pekerjaan sebagai
pengobat tradisional
4) Peta lokasi usaha dan denah ruangan
5) Rekomendasi dari asosiasi/organisasi profesi di bidang pengobatan tradisional
yang bersangkutan
6) Fotokopi sertifikat/ijazah pengobatan tradisional yang dimiliki
7) Surat pengantar Puskesmas setempat
8) Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
Dalam Pasal 14 ayat 2 Kepmenkes R.I. Nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003, para
pengobat tradisional bekewajiban untuk menyediakan:
a. Ruang kerja dengan ukuran minimal 2 x 2,50 M²
b. Ruang tunggu
c. Papan nama pengobat tradisional dengan mencantumklan surat terdaftar/surat
izin pengobat tradisional, serta luas maksimal papan 1 x 1,5 M²
d. Kamar kecil yang terpisah dari ruang pengobatan
e. Penerangan yang baik sehingga dapat membedakan warna dengan jelas
f. Sarana dan prasarana yang memenuhi hygiene dan sanitasi
g. Ramuan obat tradisional yang memenuhi persyaratan
h. Pencatatan sesuai kebutuhan.
Kemudian pada pasal 21 ayat 1 dikatakan bahwa; Pengobat tradisional wajib
melaporklan kegiatannya tiap 4 (empat) bulan sekali kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota. Pada ayat 2 dijabarkan bahwa laporan tersebut meliputi jumlah dan
jenis kelamin, jenis penyakit, metode dan cara pengobatannya.

Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional masih


tinggi di Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:
1. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat.
2. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya
masyarakat menguntungkan pengobatan tradisional.
3. Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan moderen.
4. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa
penyakit tertentu.
5. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (obat) yang
berasal dari alam (back to nature).
6. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional.
7. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.
8. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional.
9. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.
10. Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tradisional.
BAB III
HASIL

Kabupaten Gowa
K1
Tabel 1
Penyebaran Tempat Pelayanan kesehatan Tradisional di Kabupaten Gowa
Jumlah
No Kecamatan Persentase
Tempat
1 Somba Opu 7 50.0
2 Pangkabirangan 3 21.4
3 Bajeng 2 14.3
4 Bontonompo 2 14.3
Total 14 100.0
Dari 13 kecamatan di Kabupaten Gowa, terdapat empat kecamatan
yang berhasil disurvei dan ditemui 14 tempat pelayanan kestrad. Dari keempat
kecamatan tersebut, tempat pelayanan kestrad terbanyak didapati di
Kecamatan Somba Opu yaitu tujuh tempat ( 50.0%).
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1 Tidak Lulus SD 2 14.3
2 SD 0 0.0
3 SMP 3 21.4
4 SMU 7 50.0
5 Sarjana 2 14.3
Total 14 100.0
Dari 14 pemilik tempat pelayanan kestrad, tingkat pendidikan terakhir
terbanyak adalah lulusan SMU yaitu tujuh orang (50.0%).
Tabel 3
Distribusi Kepemilikan Surat Izin
Ada Tidak Ada Total
NO. Registrasi
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
Surat Izin Tempat
1 0 0 14 100.0 14 100.0
Usaha (SITU)
Surat Terdaftar
2 Pengobat Tradisional 3 21.4 11 78.6 14 100.0
(STPT)
Surat Izin Pengobat
3 0 0 14 100.0 62 100%
Tradisional (SIPT)
Dari 14 tempat pelayanan kestrad di Kabupaten Gowa, tidak ada yang
memiliki SITU dan SIPT, sedangkan STPT dimiliki oleh tiga orang pemilik tempat
pelayanan kestrad (21,4%).
Tabel 4
Distribusi Masa Berlaku Surat Izin
Masih Berlaku Kadaluarsa Total
NO. Jenis Surat Izin
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
1 SITU 0 0 0 0 0 0
2 STPT 0 0 3 100.0 3 100.0
3 SIPT 0 0 0 0 0 0
Dari tiga orang pemilik tempat pelayanan kestrad di Kabupaten Gowa
yang memiliki STPT, seluruhnya telah kadaluarsa.

Tabel 5
Distribusi Jenis dan Jumlah Pelayanan Kesehatan Tradisional
di Kabupaten Gowa
NO. Jenis Pelayanan Jumlah Persenta Jumlah Persenta Jumlah Persenta
Tempat se Tenaga se Responden se
1. Herbal 7 50.0 7 29.2 7 100.0
2. Bermacam pijat
(pijat refleksi,
6 42.8 6 25.0 6 100.0
kesegaran, patah
tulang,)
3. Bekam 3 21.4 3 12.5 3 100.0
4. Gurah 2 14.3 2 8.3 2 100.0
5. Akupresur 1 7.1 5 20.8 4 80.0
6. Dukun beranak 1 7.1 1 4.2 1 100.0
7. Akupunktur 0 0.0 0 0.0 0 0.0
Total 24 100.0 23
Dari 14 tempat pelayanan kestrad di Kabupaten Gowa, distribusi
tertinggi adalah tempat yang memberikan pelayanan herbal tujuh tempat
(50%) dan distribus terendah yaitu satu tempat (7,1%) yang memberikan
pelayanan akupresur. Tidak ditemukan tempat pelayanan akupunktur di
Kabupaten Gowa.
Jumlah tenaga terbanyak yaitu herbal yaitu tujuh tenaga (29,2%), dan
yang paling sedikit tenaga dukun beranak yaitu satu tenaga (7,1%). Begitu
pula dengan jumlah responden, jadi seluruh jumlah tenaga yang ditemui
seluruhnya berhasil diwawancarai, kecuali akupresur dari lima tenaga yang
berhasil diwawancarai empat tenaga (80%).
Tabel 6
Klasifikasi Pelayanan kesehatan Tradisional di Kabupaten Gowa
NO. Jenis Pelayanan Jumlah Persentase
Tempat
1. Ramuan (Herbal, Gurah) 9 45.0
2. Keterampilan 11 55.0
Total 20 100,0%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa pelayanan kestrad di
Kabupaten Gowa secara garis besar terbagi menjadi dua jenis yaitu
keterampilan 11 tempat (55%) dan ramuan sembilan tempat (45%)

K2
Tabel 7
Status Kepemilikan Bangunan
NO. Status Kepemilikan Jumlah Persentase
1 Milik Sendiri 12 85.7
2 Kontrak/Sewa 2 14.3
Total 14 100.0
Dari 14 tempat pelayanan kestrad, yang mempunyai status kepemilikan
bangunan milik sendiri 12 tempat (85,7%) dan yang berstatus kontrak/sewa dua
tempat (14,3%).

Tabel 8
Kondisi Bangunan Tempat Pelayanan Kesehatan Tradisional
di Kabupaten Gowa
NO. Kondisi Bangunan Jumlah Persentase
1 Permanen 13 92.9
2 Semi Permanen 0 0.0
3 Tidak Permanen 1 7.1
Total 14 100.0
Dari 14 tempat pelayanan kestrad, 13 tempat (92,9%) memiliki
bangunan permanen dan satu tempat (7,1%) menggunakan bangunan tidak
permanen.
Tabel 9
Distribusi Responden Berdasarkan Aspek Legalitas
NO. Fasilitas Ya Tidak Total
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
1. Terdapat papan nama
5 35.7 9 64.3 14 100.0
pengobat tradisional
2. Papan nama
mencantumkan nama
4 80.0 1 20.0 5 100.0
pengobat tradisional dan
nomor STPT
Berdasarkan aspek legalitas, yang memasang papan nama terdapat
lima tempat (35,7%) dan dari lima tempat tersebut yang mencantukan nama
pengobat tradisional beserta nomor STPT yaitu empat tempat (80%).

Tabel 10
Distribusi Responden Berdasarkan Standar Tempat Pemberian Pelayanan
NO. Fasilitas Ya Tidak Total
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
1. Luas ruang layanan min 2 x
3 21.4 11 78.6 14 100.0
2,5M
2. Tersedia ruang tunggu klien 4 28.6 10 71.4 14 100.0
3. Tersedia ruang administrasi /
tempat penyimpanan data 4 28.6 10 71.4 14 100.0
klien
4. Tersedia toilet/WC terpisah
3 21.4 11 78.6 14 100.0
dari ruang pelayanan
Berdasarkan standar tempat pemberian pelayanan, dari 14 tempat
pelayanan yang memenuhi standar masih di bawah 30%.

Tabel 11
Distribusi Responden Berdasarkan Standar Kondisi Ruangan Pelayanan
NO. Fasilitas Ya Tidak Total
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
1. Pencahayaan yang baik,
4 28.6 10 71.4 14 100.0
jelas untuk membaca
2. Ventilasi udara baik 4 28.6 10 71.4 14 100.0
3. Ruangan bersih dan tidak
3 21.4 11 78.6 14 100.0
berdebu
Berdasarkan Standar Kondisi Ruangan Pelayanan, dari 14 tempat
pelayanan yang memenuhi standar masih di bawah 30%.
Tabel 12
Distribusi Responden Berdasarkan Manajemen Pencatatan & Pelaporan

Tempat Pelayanan

N Manajemen Akupresur Herbal Bekam Gurah Lainnya


o Pencatatan/ Ya Tidak Total Ya Tidak Total Ya Tidak Total Ya Tidak Total Ya Tidak Total
. Pelaporan J J J J J J J J J J J J J J J
m % m % m % m % m % m % m % m % m % m % m % m % m % m % m %
l l l l l l l l l l l l l l l
Memiliki buku
1 1 100 0 0 1 100 1 14.3 6 85.7 7 100 1 33.3 2 66.7 3 100 0 0 2 100 2 100 1 14.3 6 85.7 7 100
daftar klien
Menggunaka
2 n kartu data 1 100 0 0 1 100 1 14.3 6 85.7 7 100 1 33.3 2 66.7 3 100 0 0 2 100 2 100 1 14.3 6 85.7 7 100
klien
Memiliki
format
3 1 100 0 0 1 100 1 14.3 6 85.7 7 100 0 0 3 100 3 100 0 0 2 100 2 100 1 14.3 6 85.7 7 100
laporan ke
puskesmas
Memiliki arsip
4 laporan 1 100 0 0 1 100 1 14.3 6 85.7 7 100 1 33.3 2 66.7 3 100 0 0 2 100 2 100 1 14.3 6 85.7 7 100

Mengirim
5 laporan ke 1 100 0 0 1 100 1 14.3 6 85.7 7 100 0 0 3 100 3 100 0 0 2 100 2 100 1 14.3 6 85.7 7 100
puskesmas
Berdasarkan kepatuhan terhadap manajemen pencatatan dan
pelaporan, satu-satunya tempat pelayanan akupresur di Kabupaten Gowa
telah memenuhi kriteria kepatuhan terhadap manajemen tersebut. Untuk
tempat pelayanan herbal dari tujuh tempat yang telah memenuhi kriteria
kepatuhan terhadap manajemen tersebut satu tempat (14,3%). Untuk
pelayanan bekam, dari tiga tempat yang telah memiliki buku daftar klien,
menggunakan kartu data klien, dan memiliki arsip laporan satu tempat (33,3%),
sedangkan dua kriteria lainnya tidak dipenuhi. Untuk pelayanan gurah, tidak
ada yang memenuhi kriteria kepatuhan terhadap manajemen tersebut . Untuk
pelayanan jenis lainnya, dari tujuh tempat yang telah memenuhi kriteria
kepatuhan terhadap manajemen tersebut satu tempat (14,3%).

K32 (Akupresur)

Tabel 13
Penyebaran Tempat Pelayanan Akupresur di Kabupaten Gowa
Jumlah
No Kecamatan Persentase
Tempat
1 Somba Opu 0 0.0
2 Pangkabirangan 4 100.0
3 Bajeng 0 0.0
4 Bontonompo 0 0.0
Total 4 100.0
Berdasarkan hasil survei pelayanan kestrad di kabupaten Gowa,
distribusi tempat pelayanan akupresur terdapat di kecamatan Pangkabiran
yaitu empat tempat (100%).
Tabel 14
Distribusi Tingkat Pendidikan Tenaga Pelayanan Akupresur
NO. Tingkat pendidikan Jumlah Persentase
1. Tidak Lulus SD 0 0.0
2. SD 0 0.0
3. SMP 1 25.0
4. SMA 2 50.0
5. Sarjana 1 25.0
Total 4 10.0
Berdasarkan hasil survei tetang tingkat pendidikan tenaga akupresur,
distribusi teringgi yaitu lulusan SMU (50%) dan yang terendah yaitu SMP dan
sarjana masing-masing 25%.
Tabel 15
Distribusi Kepemilikan STPT dan SIPT Tenaga Pelayanan Akupresur
Ada Tidak Ada Total
NO. Registrasi
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
Surat Terdaftar
1 Pengobat Tradisional 1 25.0 3 75.0 4 100.0
(STPT)
Surat Izin Pengobat
2 0 0.0 4 100.0 4 100.0
Tradisional (SIPT)
Berdasarkan hasil wawancara terhadap tenaga akupresur tentang
kepemilikan STPT, dari empat orang tenaga yang memiliki yaitu satu orang
tenaga (25%). Sedangkan SIPT, belum ada tenaga akupresur di Kabupaten
Gowa yang memilikinya.

Tabel 16
Masa Berlaku STPT dan SIPT Tenaga Pelayanan Akupresur
No. Registrasi Masih Berlaku Kadaluarsa Total
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
1. STPT 1 100.0 0 0.0 1 100.0
2. SIPT 0 0.0 0 0.0 0 0.0
Berdasarkan hasil survei, STPT yang dimiliki oleh seorang tenaga
akupresur tersebut masih belaku.

Tabel 17
Cara Memperoleh Keterampilan Akupresur
NO. Cara Memperoleh Keterampilan Jumlah Persentase
1. Warisan 2 50.0
2. Pelatihan 2 25.0
3. Warisan + Pendidikan dan Pelatihan 0 25.0
Total 4 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, dua tenaga akupresur (50%)
memperoleh keterampilannya melalui warisan dan dua tenaga (50%)
memperoleh keterampilannya melalui pelatihan.
Tabel 18
Lamanya Berguru Keterampilan Akupresur (Warisan)
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bulan 0 0.0
2. 1 - 6 bulan 0 0.0
3. 6 - 12 bulan 1 50.0
4. 1 - 5 tahun 1 50.0
5. > 5 tahun 0 0.0
Total 2 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, tenaga akupresur yang memperoleh
keterampilannya melalui warisan mengaku lamanya berguru yaitu 6-12 bulan
(satu orang) dan 6-12 bulan (satu orang).

Tabel 19
Lamanya Mengikui Pelatihan
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bulan 1 50.0
2. 1 - 6 bulan 1 50.0
3. 6 - 12 bulan 0 50.0
Total 2 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, tenaga akupresur yang memperoleh
keterampilannya melalui pelatihan, satu orang mengikuti pelatihan selama
kurang dari sebulan dan satu orang mengikuti pelatihan selama tiga bulan.

Tabel 20
Status Sebagai Anggota Asosiasi Akupresur
NO. Terdaftar Sebagai Jumlah Persentase
Anggota Asosiasi
1. Tidak 4 100.0
2. Ya 0 0.0
Total 10 100.0
Berdasarkan hasil survei, seluruh tenaga akupresur di Kabupaten Gowa
tidak terdaftar sebagai anggota asosiasi.
Tabel 20
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Berpraktek Akupresur
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bln 0 0.0
2. 1-6 bln 1 25.0
3. 6 bln – 12 bln 0 0.0
4. 1-5 thn 3 75.0
5. > 5 thn 0 0.0
Total 4 100%
Berdasarkan hasil wawancara terhadap tenaga akupresur tentang
lamanya menjalani praktek akupresur, tiga orang (75%) telah berpraktek
selama kurun waktu antara 1-5 tahun dan satu orang (25%) yang berpraktek
dalam kurun waktu 1-6 bulan.

Tabel 21
Jenis Keluhan yang Ditangani dengan Akupresur
Tahun 2012
No. Keluhan Jumlah Persentase
1. Stroke 4 100.0
2. Kolesterol 4 100.0
3. Diabetes Melitus (DM) 4 100.0
4. Asam Urat 3 75.0
5. Kanker 1 25.0
Dari tabel di atas terlihat lima jenis keluhan yang tercatat selama tiga
bulan terakhir. Terdapat masing-masing empat tempat pelayanan (100%)
dengan keluhan terbanyak adalah stroke, DM, dan kolesterol. Tiga tempat
pelayanan (75%) dengan keluhan asam urat dan satu tempat pelayanan
(25%) dengan keluhan kanker.
K33 (Herbal)

Tabel 22
Penyebaran Tempat Pelayanan Herbal di Kabupaten Gowa
Jumlah
No Kecamatan Persentase
Tempat
1 Somba Opu 4 57.1
2 Pangkabirangan 2 28.6
3 Bajeng 1 14.3
4 Bontonompo 0 0.0
Total 7 100.0
Berdasarkan hasil survei pelayanan kestrad di kabupaten Gowa,
distribusi tertinggi tempat pelayanan herbal terdapat di kecamatan Soba Opu
yaitu empat tempat (57.1%) sedangkan yang terendah terdapat di
Kecamatan Bajeng yaitu satu tempat (14.3%)

Tabel 23
Distribusi Tingkat Pendidikan Tenaga Pelayanan Herbal
NO. Tingkat pendidikan Jumlah Persentase
1. Tidak Lulus SD 0 0.0
2. SD 0 0.0
3. SMP 2 28.6
4. SMA 4 57.1
5. Sarjana 1 14.3
Total 7 100.0
Berdasarkan hasil survei tetang tingkat pendidikan tenaga herbal,
distribusi teringgi yaitu lulusan SMU (57,1%) dan yang terendah yaitu sarjana
(14,3%).

Tabel 24
Distribusi Kepemilikan STPT dan SIPT Tenaga Pelayanan Herbal
Ada Tidak Ada Total
NO. Registrasi
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
Surat Terdaftar
1 Pengobat Tradisional 2 28.6 5 71.4 7 100.0
(STPT)
Surat Izin Pengobat
2 0 0.0 7 100.0 7 100.0
Tradisional (SIPT)
Berdasarkan hasil wawancara terhadap tenaga herbal tentang
kepemilikan STPT, dari tujuh orang tenaga yang memiliki yaitu dua orang
tenaga (28,6%). Sedangkan SIPT, belum ada tenaga herbal di Kabupaten
Gowa yang memilikinya.
Tabel 25
Masa Berlaku STPT dan SIPT Tenaga Pelayanan Herbal
No. Registrasi Masih Berlaku Kadaluarsa Total
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
1. STPT 0 0.0 2 100.0 2 100.0
2. SIPT 0 0.0 0 0.0 0 0.0
Berdasarkan hasil survei, STPT yang dimiliki oleh tenaga herbal tersebut
sudah berakhir masa berlakunya.

Tabel 26
Cara Memperoleh Keterampilan Herbal
NO. Cara Memperoleh Keterampilan Jumlah Persentase
1. Warisan 6 85.7
2. Pelatihan 1 14.3
3. Warisan + Pendidikan dan Pelatihan 0 0.0
Total 7 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, enam tenaga herbal (85,7%)
memperoleh keterampilannya melalui warisan dan satu tenaga (14,3%)
memperoleh keterampilannya melalui pelatihan.

Tabel 27
Lamanya Berguru Keterampilan Herbal (Warisan)
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bulan 2 33.3
2. 1 - 6 bulan 0 0.0
3. 6 - 12 bulan 0 0.0
4. 1 - 5 tahun 0 0.0
5. > 5 tahun 4 66.7
Total 6 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, tenaga herbal yang memperoleh
keterampilannya melalui warisan, empat orang (66,7%) mengaku lamanya
berguru lebih dari lima tahun dan dua orang (33,3%) yang berguru kurang dari
sebulan.
Tabel 28
Lamanya Mengikui Pelatihan
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bulan 1 100.0
2. 1 - 6 bulan 0 0.0
3. 6 - 12 bulan 0 0.0
Total 1 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, tenaga herbal yang memperoleh
keterampilannya melalui pelatihan, mengakui mengikuti pelatihan selama
kurang dari sebulan.

Tabel 29
Status Sebagai Anggota Asosiasi Herbal
NO. Terdaftar Sebagai Jumlah Persentase
Anggota Asosiasi
1. Tidak 5 71.4
2. Ya 2 28.6
Total 7 100.0
Berdasarkan hasil survei, lima orang (71,4%) tenaga herbal di Kabupaten
Gowa tidak terdaftar sebagai anggota asosiasi sedangkan dua orang telah
terdaftar (28,6%).

Tabel 30
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Berpraktek Herbal
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bln 1 14.3
2. 1-6 bln 0 0.0
3. 6 bln – 12 bln 0 0.0
4. 1-5 thn 0 0.0
5. > 5 thn 6 85.7
Total 7 100.0
Berdasarkan hasil wawancara terhadap tenaga herbal tentang
lamanya menjalani praktek herbal, distribusi tertinggi adalah yang telah
berpraktek selama lebih dari lima tahun yaitu enam orang (85,7%) dan satu
orang (25%) yang berpraktek kurang dari sebulan.
Tabel 31
Distribusi Responden Berdasarkan Bentuk Sediaan yang Paling Banyak Dipakai
No. Bentuk Sediaan Jumlah Persentase
1. Jamu 7 100.0
2. Obat Herbal Terstandar 0 0.0
3. Fitofarmaka 0 0.0
Total 7 100.0
Dari tujuh tempat pelayanan kestrad yang memberikan pelayanan
herbal, semuanya menggunakan bentuk sediaan jamu.

Tabel 32
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Ramuan Terbanyak
No. Jenis Ramuan Jumlah Persentase
1. Ramuan Kering 6 85.7
2. Ramuan Basah 1 14.3
3. Ramuan Basah dan Kering 0 0.0
4. Tidak Tahu 0 0.0
Total 7 100.0
Jenis ramuan terbanyak yang diberikan oleh tempat pelayanan herbal
yaitu ramuan kering sebanyak enam tempat (85,7%) dan satu tempat (14,3%)
yang memberikan jenis ramuan basah.

Tabel 33
Distribusi Responden Berdasarkan Komposisi Ramuan
Yang Paling Banyak Digunakan
Tahun 2013
No. Komposisi Ramuan Jumlah
1. Temulawak 3
2. Sambiloto 3
3. Kunyit putih 2
4. Keji Beling 1
5. Daun alpukat 1
6. Kumis Kucing 1
7. Meniran 1
8. Pala 1
9. Temu putih 1
Terdapat sembilan jenis komposisi ramuan herbal yang paling sering
digunakan di tempat pelayanan herbal di Kabupaten Gowa, yang terbanyak
adalah temulawak dan sambiloto.
Tabel 34
Distribusi Responden Berdasarkan Asal Ramuan yang Digunakan
No. Keterangan Jumlah Persentase
1. Produk Siap Pakai 2 28.6
2. Produksi Sendiri 5 71.4
3. Produksi Sendiri dan Produk Siap Pakai 0 0.0
4. Tidak Tahu 0 0.0
Total 7 100.0
Dari tujuh tempat pelayanan herbal di Kabupaten Gowa, lebih banyak
yang menggunakan produk sendiri yaitu lima tempat (71,4%) dan dua tempat
yang menggunakan produk siap pakai (28,6 %).

Tabel 35
Jenis Keluhan yang Ditangani dengan Herbal
Tahun 2013
No. Keluhan Jumlah Persentase
1. Gangguan Jantung 2 28.6
2. DM 2 28.6
3. Maag 2 28.6
4. Gangguan ginjal 1 14.3
5. Lever 1 14.3
6. Tumor 1 14.3
7. Asma 1 14.3
8. Rematik 1 14.3
9. Sakit mata 1 14.3
Dari tabel di atas terlihat sembilan jenis keluhan yang tercatat selama tiga
bulan terakhir. Terdapat masing-masing dua tempat pelayanan (28,6%)
dengan keluhan terbanyak adalah gangguan jantung, DM, dan maag.
Masing-masing satu tempat pelayanan (14,3%) dengan keluhan terbanyak
gangguan ginjal, tumor, lever, asma, rematik, sakit mata.
K34 (Bekam)
Tabel 36
Penyebaran Tempat Pelayanan Bekam di Kabupaten Gowa
Jumlah
No Kecamatan Persentase
Tempat
1 Somba Opu 1 33.3
2 Pangkabirangan 1 33.3
3 Bajeng 1 33.3
4 Bontonompo 0 0.0
Total 3 100.0
Dari 14 tempat pelayanan kestrad di Kabupaten Gowa terdapat tiga
tempat yang memberikan pelayanan bekam yang masing-masing tersebar di
Kecamatan Somba Opu, Pangkabirangan, dan Bajeng.

Tabel 37
Distribusi Tingkat Pendidikan Tenaga Pelayanan Bekam
NO. Tingkat pendidikan Jumlah Persentase
1. Tidak Lulus SD 0 0.0
2. SD 0 0.0
3. SMP 0 0.0
4. SMA 2 66.7
5. Sarjana 1 33.3
Total 3 100.0
Berdsasarkan tingkat pendidikan terakhir, distribusi tertinggi pada lulusan
SMU yaitu dua orang (67,3%) dan terendah pada tingkat sarjana yaitu satu
orang (33,3%).

Tabel 38
Distribusi Kepemilikan STPT dan SIPT Tenaga Pelayanan Bekam
Ada Tidak Ada Total
NO. Registrasi
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
Surat Terdaftar
1 Pengobat Tradisional 2 66.7 1 33.3 3 100.0
(STPT)
Surat Izin Pengobat
2 0 0.0 3 100.0 3 100.0
Tradisional (SIPT)
Berdasarkan distribusi kepemilikan STPT dan SIPT, tenaga pelayanan
bekam yang memiliki STPT yaitu dua orang (67,3%) , sedangkan SIPT belum ada
yang memiliki.
Tabel 39
Masa Berlaku STPT dan SIPT Tenaga Pelayanan Bekam
No. Registrasi Masih Berlaku Kadaluarsa Total
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
1. STPT 0 0.0 2 100.0 2 100.0
2. SIPT 0 0.0 0 0.0 0 0.0
Berdasarkan hasil survei, STPT yang dimiliki tenaga pelayanan bekam di
Kabupaten gowa masa berlakunya telah berakhir.

Tabel 40
Cara Memperoleh Keterampilan Bekam
NO. Cara Memperoleh Keterampilan Jumlah Persentase
1. Warisan 2 66.7
2. Pelatihan 1 33.3
3. Warisan + Pelatihan 0 0.0
Total 3 100.0
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pemberi pelayanan bekam di
Kabupaten Gowa, dua orang (67,3%) menyatakan keterampilan yang dimiliki
diperoleh melalui warisan, sedangkan satu orang (33,3%) mengaku
memperoleh keterampilan melalui pelatihan.

Tabel 41
Lamanya Berguru Keterampilan Bekam
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bulan 0 0.0
2. 1 - 6 bulan 0 0.0
3. 6 - 12 bulan 0 0.0
4. 1 - 5 tahun 0 0.0
5. > 5 tahun 2 100.0
Total 2 100.0
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pemberi pelayanan bekam di
Kabupaten Gowa, lamanya berguru keterampilan bekam yaitu lebih dari 5
tahun.
Tabel 42
Lamanya Mengikui Pelatihan
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bulan 1 100.0
2. 1 - 6 bulan 0 0.0
3. 6 - 12 bulan 0 0.0
Total 1 100.0
Berdasarkan wawancara terhadap pemberi pelayanan bekam di
Kabupaten Gowa yang memperoleh keterampilannya melalui pelatihan,
lamanya mengikuti pelatihan yaitu satu minggu.

Tabel 43
Status Sebagai Anggota Asosiasi Bekam
NO. Terdaftar Sebagai Jumlah Persentase
Anggota Asosiasi
1. Tidak 2 66.7
2. Ya 1 33.3
Total 3 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, pemberi pelayanan bekam di
Kabupaten Gowa yang telah terdaftar sebagai anggota asosiasi bekam yaitu
dua orang (67,3%).

Tabel 44
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Berpraktek Bekam
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bln 0 0.0
2. 1-6 bln 2 66.7
3. 6 bln – 12 bln 0 0.0
4. 1-5 thn 0 0.0
5. > 5 thn 1 33.3
Total 1 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, pemberi pelayanan bekam di
Kabupaten Gowa dua orang tenaga (67,3%) telah berpraktek bekam selama
kurun waktu 1-6 bulan, dan satu orang (33,3%) telah berpraktek lebih dari lima
tahun.
Tabel 45
Jenis Keluhan yang Ditangani dengan Bekam
Tahun 2013
No. Keluhan Jumlah Persentase
1. Sakit kepala dan migrain 2 100.0
2. Gangguan paru-paru dan 1 66.7
saluran pernafasan
3. DM 1 33.3
4. Asam urat 1 33.3
5. Kolesterol 1 33.3
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pemberi pelayanan bekam di
Kabupaten Gowa, keluhan yang terbanyak yang ditangani selama tiga bulan
terakhir adalah sakit kepala dan migrain tercatat di dua tempat pelayanan
(67,3%).

K35 (Gurah)
Tabel 46
Penyebaran Tempat Pelayanan Gurah di Kabupaten Gowa
Jumlah
No Kecamatan Persentase
Tempat
1 Somba Opu 1 50.0
2 Pangkabirangan 0 0.0
3 Bajeng 1 50.0
4 Bontonompo 0 0.0
Total 2 100.0
Dari 14 tempat pelayanan kestrad di Kabupaten Gowa terdapat dua
tempat yang memberikan pelayanan gurah yang masing-masing tersebar di
Kecamatan Somba Opu dan Bajeng.

Tabel 47
Distribusi Tingkat Pendidikan Tenaga Pelayanan Gurah
NO. Tingkat pendidikan Jumlah Persentase
1. Tidak Lulus SD 0 0.0
2. SD 0 0.0
3. SMP 0 0.0
4. SMA 2 100.0
5. Sarjana 0 0.0
Total 2 100.0
Berdsasarkan tingkat pendidikan terakhir, seluruh tenaga gurah di
Kabupaten Gowa pendidikan terakhirnya SMU.
Tabel 48
Distribusi Kepemilikan STPT dan SIPT Tenaga Pelayanan Gurah
Ada Tidak Ada Total
NO. Registrasi
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
Surat Terdaftar
1 Pengobat Tradisional 1 50.0 1 50.0 2 100.0
(STPT)
Surat Izin Pengobat
2 0 0.0 0 0.0 0 0.0
Tradisional (SIPT)
Berdasarkan distribusi kepemilikan STPT dan SIPT, tenaga pelayanan
gurah yang memiliki STPT yaitu satu orang (50%) , sedangkan SIPT belum ada
yang memiliki.

Tabel 49
Masa Berlaku STPT dan SIPT Tenaga Pelayanan Gurah
No. Registrasi Masih Berlaku Kadaluarsa Total
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
1. STPT 0 0.0 1 100.0 1 100.0
2. SIPT 0 0.0 0 0.0 0 0.0
Berdasarkan hasil survei, STPT yang dimiliki tenaga pelayanan gurah di
Kabupaten gowa masa berlakunya telah berakhir.

Tabel 50
Cara Memperoleh Keterampilan Gurah
NO. Cara Memperoleh Keterampilan Jumlah Persentase
1. Warisan 2 100.0
2. Pendidikan/Pelatihan 0 0.0
3. Warisan + Pendidikan dan Pelatihan 0 0.0
Total 1 100.0
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pemberi pelayanan gurah di
Kabupaten Gowa, semuanya menyatakan keterampilan yang dimiliki
diperoleh melalui warisan.
Tabel 51
Lamanya Berguru Keterampilan Gurah
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bulan 0 0.0
2. 1 - 6 bulan 1 50.0
3. 6 - 12 bulan 0 0.0
4. 1 - 5 tahun 0 0.0
5. > 5 tahun 1 50.0
Total 1 100.0
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pemberi pelayanan gurah di
Kabupaten Gowa, satu orang (50%) menyatakan lamanya berguru
keterampilan gurah lebih dari 5 tahun dan yang satu orang lagi (50%)
menyatakan dalam kurun waktu 1-6 bulan.

Tabel 52
Status Sebagai Anggota Asosiasi Gurah
NO. Terdaftar Sebagai Jumlah Persentase
Anggota Asosiasi
1. Tidak 1 50.0
2. Ya 1 50.0
Total 1 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, satu orang (50%) pemberi pelayanan
gurah di Kabupaten Gowa yang telah terdaftar sebagai anggota asosiasi.

Tabel 53
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Berpraktek Gurah
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bln 0 0.0
2. 1-6 bln 1 50.0
3. 6 bln – 12 bln 0 0.0
4. 1-5 thn 0 0.0
5. > 5 thn 1 50.0
Total 1 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, pemberi pelayanan gurah di Kabupaten
Gowa satu orang tenaga (50%) telah berpraktek gurah selama kurun waktu 1-6
bulan, dan satu orang (50%) telah berpraktek lebih dari lima tahun.
Tabel 54
Jenis Keluhan yang Ditangani dengan Gurah
Tahun 2013
No. Keluhan Jumlah Persentase
1. Flu 1 50.0
2. Sinustis 1 50.0
3. Gangguan paru-paru 1 50.0
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pemberi pelayanan gurah di
Kabupaten Gowa, keluhan yang terbanyak yang ditangani selama tiga bulan
terakhir adalah flu, sinusitis, dan gangguan paru-paru.

K36 (Pelayanan Kestrad Jenis Lain)

Tabel 55
Penyebaran Tempat Pelayanan Kestrad Jenis Lainya di Kabupaten Gowa
Jumlah
No Kecamatan Persentase
Tempat
1 Somba Opu 4 57.1
2 Pangkabirangan 0 0.0
3 Bajeng 0 0.0
4 Bontonompo 3 42.9
Total 7 100.0
Berdasarkan hasil survei pelayanan kestrad di kabupaten Gowa,
distribusi tempat pelayanan Pelayanan Kestrad Jenis Lainya terdapat di
kecamatan Pangkabiran yaitu 4 tempat (100%).

Tabel 56
Distribusi Tingkat Pendidikan Tenaga Pelayanan Kestrad Jenis Lainya
NO. Tingkat pendidikan Jumlah Persentase
1. Tidak Lulus SD 2 28.6
2. SD 0 0.0
3. SMP 1 14.3
4. SMA 4 57.1
5. Sarjana 0 0.0
Total 7 100.0
Berdasarkan hasil survei tetang tingkat pendidikan tenaga kestrad
lainya, distribusi teringgi yaitu lulusan SMU 4 orang (57,1%) dan yang terendah
yaitu SMP satu orang (14,3%).
Tabel 57
Distribusi Kepemilikan STPT dan SIPT Tenaga Pelayanan Kestrad Jenis Lainya
Ada Tidak Ada Total
NO. Registrasi
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
Surat Terdaftar
1 Pengobat Tradisional 0 0.0 7 100.0 7 100.0
(STPT)
Surat Izin Pengobat
2 0 0.0 7 100.0 7 100.0
Tradisional (SIPT)
Berdasarkan hasil wawancara terhadap tenaga kestrad lainya tentang
kepemilikan STPT dan SIPT, belum ada tenaga kestrad lainya di Kabupaten
Gowa yang memilikinya.

Tabel 58
Cara Memperoleh Keterampilan Pelayanan Kestrad Jenis Lainya
NO. Cara Memperoleh Keterampilan Jumlah Persentase
1. Warisan 7 100.0
2. Pendidikan/Pelatihan 0 0.0
3. Warisan + Pendidikan dan Pelatihan 0 0.0
Total 7 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, seluruh tenaga kestrad lainya (100%)
memperoleh keterampilannya melalui warisan.

Tabel 59
Lamanya Berguru Keterampilan Pelayanan Kestrad Jenis Lainya (Warisan)
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bulan 0 0.0
2. 1 - 6 bulan 1 14.3
3. 6 - 12 bulan 0 0.0
4. 1 - 5 tahun 0 0.0
5. > 5 tahun 6 85.7
Total 7 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, enam orang tenaga (85,7%) mengaku
berguru keterampilannya selama lebih dari lima tahun dan satu orang (14,3%)
yang berguru kurang dari satu bulan.
Tabel 60
Status Sebagai Anggota Asosiasi Pelayanan Kestrad Jenis Lainya
NO. Terdaftar Sebagai Jumlah Persentase
Anggota Asosiasi
1. Tidak 7 100.0
2. Ya 0 0.0
Total 7 100.0
Berdasarkan hasil survei, lima orang (71,4%) tenaga kestrad lainya di
Kabupaten Gowa tidak terdaftar sebagai anggota asosiasi

Tabel 61
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Berpraktek Pelayanan Kestrad Jenis Lainya
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bln 0 0.0
2. 1-6 bln 1 14.3
3. 6 bln – 12 bln 0 0.0
4. 1-5 thn 0 0.0
5. > 5 thn 6 85.7
Total 7 100.0
Berdasarkan hasil wawancara terhadap tenaga kestrad lainya tentang
lamanya menjalani praktek, distribusi tertinggi adalah yang telah berpraktek
selama lebih dari lima tahun yaitu enam orang (85,7%) dan satu orang (25%)
yang berpraktek dalam kurun waktu 1-6 bulan.

Tabel 62
Jenis Keluhan yang Ditangani dengan Pelayanan Kestrad Jenis Lainya
Tahun 2012
No. Keluhan Jumlah Persentase
1. Cacar air, Herpes 3 42.9
2. Pegal /capek 3 42.9
3. Persalinan 2 28.6
4. Psikis 1 14.3
5. Epilepsi 1 14.3
6. Patah tulang 1 14.3
7. Asam Urat 1 14.3
Dari tabel di atas terlihat tujuh jenis keluhan yang tercatat selama tiga
bulan terakhir. Terdapat masing-masing tiga tempat pelayanan (42,9%)
dengan keluhan terbanyak cacar air/herpes dan pegal/capek. Dua tempat
(28,6%) yang melayani persalinan. Masing-masing satu tempat pelayanan
(14,3%) yang menangani gangguan psikis, epilepsi, patah tulang, dan asam
urat.
Kabupaten Maros
K1
Tabel 63
Penyebaran Tempat Pelayanan kesehatan Tradisional di Kabupaten Maros
Jumlah
No Kecamatan Persentase
Tempat
1 Turikale 10 47.6
2 Maros Baru 6 28.6
3 Lau 3 14.3
4 Mandai 2 9.5
Total 21 100.0
Dari 14 kecamatan di Kabupaten Maros, terdapat tiga kecamatan di
ibukota kabupaten yang berhasil disurvei dan ditemukan 21 tempat pelayanan
kestrad. Dari ketiga kecamatan tersebut, distribusi tempat pelayanan kestrad
teringgi terdapat di Kecamatan Turikale yaitu 10 tempat ( 47.6%) dan yang
terendah di Kecamatan Mandai yaitu 2 tempat (9,5%).
Tabel 64
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1 Tidak Lulus SD 7 33.3
2 SD 6 28.6
3 SMP 3 14.3
4 SMU 4 19.0
5 Sarjana 1 4.8
Total 21 100.0
Dari 21 pemilik tempat pelayanan kestrad, yang terbanyak adalah yang
tidak lulus SD tujuh orang (33,3%) dan yang terendah adalah sajana yaitu 1
orang (4,8%).
Tabel 65
Distribusi Kepemilikan Surat Izin
Ada Tidak Ada Total
NO. Registrasi
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
Surat Izin Tempat
1 1 4.8 20 95.2 21 100.0
Usaha (SITU)
Surat Terdaftar
2 Pengobat Tradisional 1 4.8 20 95.2 21 100.0
(STPT)
Surat Izin Pengobat
3 1 4.8 20 95.2 21 100.0
Tradisional (SIPT)

Dari 21 tempat pelayanan kestrad di Kabupaten Maros, SITU, STPT, dan


SIPT dimiliki oleh satu tempat pelayanan kestrad (4,8%).
Tabel 66
Distribusi Masa Berlaku Surat Izin
Masih Berlaku Kadaluarsa Total
NO. Jenis Surat Izin
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
1 SITU 0 0 1 100.0 1 100.0
2 STPT 0 0.0 1 100.0 1 100.0
3 SIPT 1 100.0 0 0 1 100.0
Dari ketiga jenis surat izin tersebut yang telah berkhir masa berlakunya
adalah SITU dan STPT.

Tabel 67
Distribusi Jenis dan Jumlah Pelayanan Kesehatan Tradisional
di Kabupaten Maros
NO. Jenis Pelayanan Jumlah Persent Jumlah Persent Jumlah Persent
Tempat ase Tenaga ase Responden ase
1 Bermacam pijat 16 76.2 16 47.1 16 100.0
2. Herbal 7 33.3 7 20.6 7 100.0
3. Dukun beranak 5 23.8 5 14.7 5 100.0
4. Bekam 2 9.5 2 5.9 2 100.0
5. Akupunktur 1 4.8 1 2.9 1 100.0
6. Gurah 1 4.8 1 2.9 1 100.0
7. Ceragem 1 4.8 2 5.9 2 100.0
Total 34 100.0 33
Dari 21 tempat pelayanan kestrad di Kabupaten Maros, distribusi
tertinggi adalah tempat yang memberikan pelayanan bermacam pijat (pijat
bayi, Ibu hamil & nifas, refleksi, kesegaran, dan patah tulang) yaitu 16 tempat
(76,2%) dan distribusi terendah yaitu akupunktur, ceragem, dan gurah (4,8%).
Tidak dtemukan tempat pelayanan kestrad yang memberikan pelayanan
akupresur sesuai klasifikasi Kepmenkes 1076 .
Jumlah tenaga terbanyak yaitu bermacam pijat 16 tenaga (47,1%), dan
yang paling sedikit tenaga akupunktur dan gurah yaitu satu tenaga (2,9%).
Begitu pula dengan jumlah responden, jadi seluruh jumlah tenaga yang
ditemui berhasil diwawancarai.
Tabel 68
Klasifikasi Pelayanan kesehatan Tradisional di Kabupaten Maros
NO. Jenis Pelayanan Jumlah Persentase
Tempat
1. Ramuan (Herbal, Gurah) 8 24.2%
2. Keterampilan 25 75.8%
Total 33 100.0
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa pelayanan kestrad di
Kabupaten Maros secara garis besar terbagi menjadi dua jenis yaitu
keterampilan 25 tempat (75,8%) dan ramuan delapan tempat (24,2%).

K2
Tabel 69
Status Kepemilikan Bangunan
NO. Status Kepemilikan Jumlah Persentase
1 Milik Sendiri 17 81.0
2 Kontrak/Sewa 3 14.3
3 Pinjam/Numpang 1 4.8
Total 21 100.0

Dari 21 tempat pelayanan kestrad, yang mempunyai status kepemilikan


bangunan milik sendiri 17 tempat (81,0%), yang berstatus kontrak/sewa tiga
tempat (14,3%), dan terdapat satu tempat yang berstatus numpang/pinjam
(4,8%).

Tabel 70
Kondisi Bangunan Tempat Pelayanan Kesehatan Tradisional
di Kabupaten Maros
NO. Kondisi Bangunan Jumlah Persentase
1 Permanen 6 28.6
2 Semi Permanen 15 71.4
3 Tidak Permanen 0 0.0
Total 21 100.0
Dari 22 tempat pelayanan kestrad, 6 tempat (28,6%) memiliki bangunan
permanen dan 15 tempat (71,4%) menggunakan bangunan semi permanen.
Tabel 71
Distribusi Responden Berdasarkan Aspek Legalitas
NO. Fasilitas Ya Tidak Total
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
1. Terdapat papan nama
2 9.5 19 90.5 21 100.0
pengobat tradisional
2. Papan nama
mencantumkan nama
1 50.0 1 50.0 2 100.0
pengobat tradisional dan
nomor STPT
Berdasarkan aspek legalitas, dari 21 tempat pelayanan kestrad yang
memasang papan nama terdapat dua tempat (9,5%) dan dari dua tempat
tersebut yang mencantukan nama pengobat tradisional beserta nomor STPT
yaitu satu tempat (50%).

Tabel 72
Distribusi Responden Berdasarkan Standar Tempat Pemberian Pelayanan
NO. Fasilitas Ya Tidak Total
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
1. Luas ruang layanan min 2 x
8 38.1 13 61.9 21 100.0
2,5M
2. Tersedia ruang tunggu klien 3 14.3 18 85.7 21 100.0
3. Tersedia ruang administrasi /
tempat penyimpanan data 0 0.0 21 100.0 21 100.0
klien
4. Tersedia toilet/WC terpisah
8 38.1 13 61.9 21 100.0
dari ruang pelayanan
Berdasarkan standar tempat pemberian pelayanan, dari 21 tempat
pelayanan yang memenuhi standar masih di bawah 50%, dan tidak ada yang
memiliki ruang administrasi/tempat penyimpanan data.

Tabel 73
Distribusi Responden Berdasarkan Standar Kondisi Ruangan Pelayanan
NO. Fasilitas Ya Tidak Total
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
1. Pencahayaan yang baik,
8 38.1 13 61.9 21 100.0
jelas untuk membaca
2. Ventilasi udara baik 8 38.1 13 61.9 21 100.0
3. Ruangan bersih dan tidak
8 38.1 13 61.9 21 100.0
berdebu
Berdasarkan Standar Kondisi Ruangan Pelayanan, dari 21 tempat
pelayanan yang memenuhi standar masih di bawah 50%.
Tabel 74
Distribusi Responden Berdasarkan Manajemen Pencatatan & Pelaporan

Tempat Pelayanan

N Manajemen Akupunktur Herbal Bekam Gurah Lainnya


o Pencatatan/ Ya Tidak Total Ya Tidak Total Ya Tidak Total Ya Tidak Total Ya Tidak Total
. Pelaporan J J J J J J J J J J J J J
J
m % m % m % m % m % m % m % m % m % m % m % m % m % Jml % %
ml
l l l l l l l l l l l l l
Memiliki buku
1 0 0 1 100 1 100 3 42.9 4 57.1 7 100 1 50.0 1 50.0 2 100 0 0 1 100 1 100 2 8.7 21 91.3 23 100
daftar klien
Menggunaka
2 n kartu data 0 0 1 100 1 100 3 42.9 4 57.1 7 100 1 50.0 1 50.0 2 100 0 0 1 100 1 100 2 8.7 21 91.3 23 100
klien
Memiliki
format
3 0 0 1 100 1 100 1 14.3 6 85.7 7 100 0 0.0 2 100 2 100 0 0 1 100 1 100 1 4.3 22 95.4 23 100
laporan ke
puskesmas
Memiliki arsip
4 laporan 0 0 1 100 1 100 1 14.3 6 85.7 7 100 0 0.0 2 100 2 100 0 0 1 100 1 100 0 0 23 100 23 100

Mengirim
5 laporan ke 0 0 1 100 1 100 1 14.3 6 85.7 7 100 0 0.0 2 100 2 100 0 0 1 100 1 100 0 0 23 100 23 100
puskesmas
Berdasarkan kepatuhan terhadap manajemen pencatatan dan
pelaporan, satu-satunya tempat pelayanan akupunktur di Kabupaten
Maros tidak memenuhi kriteria kepatuhan terhadap manajemen tersebut.
Untuk pelayanan herbal, dari tujuh tempat terdapat satu tempat yang
telah memenuhi semua criteria manajemen pencatatan dan pelaporan.
Terdapat dua tempat yang telah memiliki buku daftar klien dan
menggunakan kartu data klien namun tidak memiliki format laporan arsip
dan mengirim laporan ke puskesmas.
Untuk pelayanan bekam, dari dua tempat terdapat satu tempat
yang telah memiliki buku daftar klien dan menggunakan kartu data klien,
namun tidak memiliki format laporan arsip dan mengirim laporan ke
puskesmas. Untuk pelayanan gurah, satu-satunya tempat pelayanan
gurah belum memenuhi manajemen pencatatan dan pelaporan.
Untuk pelayanan kestrad lainya, dari 23 tempat terdapat satu
tempat yang telah memiliki buku daftar klien, menggunakan kartu data
klien dan memiliki format laporan ke puskesmas namun tidak mengisi
laporan tersebut dan melaporkannya ke puskesmas. Satu tempat telah
memiliki buku daftar klien dan menggunakan kartu data klien, namun
tidak memiliki format laporan arsip dan mengirim laporan ke puskesmas.
Jadi sebagian besar yaitu lebih dari 90% tempat pelayanan kestrad lainya
tidak memenuhi kriteria manajemen pencatatan dan pelaporan.

0
K31 (Akupunktur)

Tabel 75
Penyebaran Tempat Pelayanan Akupunktur di Kabupaten Maros
Jumlah
No Kecamatan Persentase
Tempat
1 Lau 0 0.0
2 Mandai 1 100.0
3 Maros Baru 0 0.0
4 Turikale 0 0.0
Total 1 100.0
Berdasarkan hasil survei pelayanan kestrad di kabupaten Maros,
distribusi tempat pelayanan akupunktur terdapat di kecamatan Mandai
yaitu 1 tempat (100%).

Tabel 76
Distribusi Tingkat Pendidikan Tenaga Pelayanan Akupunktur
NO. Tingkat pendidikan Jumlah Persentase
1. Tidak Lulus SD 0 0.0
2. SD 0 0.0
3. SMP 0 0.0
4. SMA 0 0.0
5. Sarjana 1 100.0
6. S2 0 0.0
Total 1 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, tenaga akupunktur di Kabupaten
Maros berlatar belakang pendidikan sarjana.

Tabel 77
Distribusi Kepemilikan STPT dan SIPT Tenaga Pelayanan Akupunktur
Ada Tidak Ada Total
NO. Registrasi
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
Surat Terdaftar
1 Pengobat Tradisional 0 0.0 1 100.0 1 100.0
(STPT)
Surat Izin Pengobat
2 0 0.0 1 100.0 1 100.0
Tradisional (SIPT)
Berdasarkan hasil observasi, tenaga akupunktur di Kabupaten
Maros tidak memiliki STPT dan SIPT.

1
Tabel 78
Cara Memperoleh Keterampilan Akupunktur
NO. Cara Memperoleh Keterampilan Jumlah Persentase
1. Warisan 0 0.0
2. Pelatihan 1 100.0
3. Warisan + Pendidikan dan Pelatihan 0 0.0
Total 1 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, tenaga akupunktur di Kabupaten
Maros memperoleh keterampilanya melaui pelatihan.

Tabel 79
Lamanya Mengikui Pelatihan
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bulan 1 100.0
2. 1 - 6 bulan 0 0.0
3. 6 - 12 bulan 0 0.0
Total 2 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, tenaga akupunktur di Kabupaten
Maros memperoleh keterampilanya melaui pelatihan selama kurang dari
satu bulan.

Tabel 78
Status Sebagai Anggota Asosiasi Akupunktur
NO. Terdaftar Sebagai Jumlah Persentase
Anggota Asosiasi
1. Tidak 1 100.0
2. Ya 0 0.0
Total 0 0.0
Berdasarkan hasil wawancara, tenaga akupunktur di Kabupaten
Maros belum terdaftar sebagai anggota asosiasi.

Tabel 79
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Berpraktek Akupunktur
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bln 0 0.0
2. 1-6 bln 0 0.0
3. 6 bln – 12 bln 0 0.0
4. 1-5 thn 0 0.0
5. > 5 thn 1 100.0
Total 1 100.0

2
Berdasarkan hasil wawancara, tenaga akupunktur di Kabupaten
Maros telah berpraktek akupunktur selama lebih dari lima tahun.
Tabel 80
Jenis Keluhan yang Ditangani dengan Akupunktur
Tahun 2013
No. Keluhan Jumlah Persentase
1. Sakit kepala 1 100.0
2. Hipertensi 1 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, tenaga akupunktur di Kabupaten
Maros keluhan yang ditangani oleh tenaga akupunktur adalah sakit
kepala dan hipertensi.

K33 (Herbal)

Tabel 81
Penyebaran Tempat Pelayanan Herbal di Kabupaten Maros
Jumlah
No Kecamatan Persentase
Tempat
1 Turikale 4 57.1
2 Maros Baru 0 0.0
3 Lau 3 42.9
4 Mandai 0 0.0
Total 7 100.0
Berdasarkan hasil survei pelayanan kestrad di kabupaten Maros,
distribusi tertinggi tempat pelayanan herbal terdapat di kecamatan
Turikale yaitu 4 tempat (57,1%) sedangkan yang terendah terdapat di
Kecamatan Lau yaitu 3 tempat (42,9%).

Tabel 82
Distribusi Tingkat Pendidikan Tenaga Pelayanan Herbal
NO. Tingkat pendidikan Jumlah Persentase
1. Tidak Lulus SD 3 42.9
2. SD 1 14.3
3. SMP 1 14.3
4. SMA 1 14.3
5. Sarjana 1 14.3
Total 7 100.0
Berdasarkan hasil survei tetang tingkat pendidikan tenaga herbal,
distribusi teringgi yaitu tidak lulus SD (42,9%).

3
Tabel 83
Distribusi Kepemilikan STPT dan SIPT Tenaga Pelayanan Herbal
Ada Tidak Ada Total
NO. Registrasi
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
Surat Terdaftar
1 Pengobat Tradisional 1 14.3 6 85.7 7 100.0
(STPT)
Surat Izin Pengobat
2 1 14.3 6 85.7 7 100.0
Tradisional (SIPT)
Berdasarkan hasil wawancara terhadap tenaga herbal, dari tujuh
orang tenaga yang memiliki STPT dan SIPT satu orang (14,3%).

Tabel 84
Masa Berlaku STPT dan SIPT Tenaga Pelayanan Herbal
No. Registrasi Masih Berlaku Kadaluarsa Total
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
1. STPT 0 0.0 1 100.0 1 100.0
2. SIPT 0 0.0 1 100.0 1 100.0
Berdasarkan hasil survei, STPT dan SIPT yang dimiliki oleh tenaga
herbal tersebut sudah berakhir masa berlakunya.

Tabel 85
Cara Memperoleh Keterampilan Herbal
NO. Cara Memperoleh Keterampilan Jumlah Persentase
1. Warisan 6 85.7
2. Pendidikan/Pelatihan 1 14.3
3. Warisan + Pendidikan dan Pelatihan 0 0.0
Total 7 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, enam tenaga herbal (85,7%)
memperoleh keterampilannya melalui warisan dan satu tenaga (14,3%)
memperoleh keterampilannya melalui pelatihan.

4
Tabel 86
Lamanya Berguru Keterampilan Herbal (Warisan)
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bulan 0 0.0
2. 1 - 6 bulan 3 42.9
3. 6 - 12 bulan 0 0.0
4. 1 - 5 tahun 0 0.0
5. > 5 tahun 3 42.9
Total 6 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, dari enam orang tenaga herbal
yang memperoleh keterampilannya melalui warisan, tiga orang (42,9%)
mengaku lamanya berguru dalam kurun waktu1-6 bulan dan tiga orang
(42,9%) yang berguru lebih dari 5 tahun.

Tabel 87
Lamanya Mengikui Pelatihan
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bulan 1 100.0
2. 1 - 6 bulan 0 0.0
3. 6 - 12 bulan 0 0.0
Total 1 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, tenaga herbal yang memperoleh
keterampilannya melalui pelatihan, mengakui mengikuti pelatihan
selama kurang dari sebulan.

Tabel 88
Status Sebagai Anggota Asosiasi Herbal
NO. Terdaftar Sebagai Jumlah Persentase
Anggota Asosiasi
1. Tidak 7 100.0
2. Ya 0 0.0
Total 7 100.0
Berdasarkan hasil survei, seluruh tenaga herbal di Kabupaten
Maros tidak terdaftar sebagai anggota.

5
Tabel 89
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Berpraktek Herbal
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bln 1 14.3
2. 1-6 bln 0 0.0
3. 6 bln – 12 bln 0 0.0
4. 1-5 thn 1 14.3
5. > 5 thn 5 71.4
Total 7 100.0
Berdasarkan hasil wawancara terhadap tenaga herbal tentang
lamanya menjalani praktek herbal, distribusi tertinggi adalah yang telah
berpraktek selama lebih dari lima tahun yaitu lima orang (71,4%).

Tabel 90
Distribusi Responden Berdasarkan Bentuk Sediaan yang Paling Banyak
Dipakai
No. Bentuk Sediaan Jumlah Persentase
1. Jamu 7 100.0
2. Obat Herbal Terstandar 0 0.0
3. Jamu dan Obat Herbal Terstandar 0 0.0
4. Jamu dan Fitofarmaka 0 0.0
5. Tidak Tahu 0 0.0
Total 7 100.0
Dari lima tempat pelayanan kestrad yang memberikan pelayanan
herbal, semuanya menggunakan bentuk sediaan jamu.

Tabel 91
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Ramuan Terbanyak
No. Jenis Ramuan Jumlah Persentase
1. Ramuan Kering 1 14.3
2. Ramuan Basah 6 85.7
3. Ramuan Basah dan Kering 0 0.0
Total 7 100.0
Jenis ramuan terbanyak yang diberikan oleh tempat pelayanan
herbal yaitu ramuan basah sebanyak enam tempat (85,7%) dan satu
tempat (14,3%) yang memberikan jenis ramuan kering.

6
Tabel 92
Distribusi Responden Berdasarkan Komposisi Ramuan Yang Paling Banyak
Digunakan
Tahun 2013
No. Komposisi Ramuan Jumlah
1. Temulawak 2
2. Pegagan 2
3. Madu 1
4. Benalu 1
5. Kunyit Putih 2
6. Mayun 1
7. Daun Sirih 1
8. Minyak kelapa 1
9. Sereh 1
10. Merica 2
11. Jeruk nipis 1
12. Beras 2
13. Kopasanda 1
14. Cengkeh 1
15. Pala 1
Terdapat 15 jenis komposisi ramuan herbal yang paling sering
digunakan di tempat pelayanan herbal di Kabupaten Gowa, yang
terbanyak adalah temulawak, pegagan, kunit putih, beras, dan merica.

Tabel 93
Distribusi Responden Berdasarkan Asal Ramuan yang Digunakan
No. Keterangan Jumlah Persentase
1. Produk Siap Pakai 2 28.6
2. Produksi Sendiri 5 71.4
3. Produksi Sendiri dan Produk Siap Pakai 0 0.0
Total 7 100.0
Dari tujuh tempat pelayanan herbal di Kabupaten Maros, lebih
banyak yang menggunakan produk sendiri yaitu lima tempat (71,4%) dan
dua tempat yang menggunakan produk siap pakai (28,6 %).

7
Tabel 94
Jenis Keluhan yang Ditangani dengan Herbal
Tahun 2013
No. Keluhan Jumlah Persentase
1. Asam Urat 3 60.0
2. Kolesterol 2 40.0
3. Hipertensi 2 40.0
4. Stroke 2 40.0
5. Rematik 2 40.0
6. Sinusitis 1 20.0
7. DM 1 20.0
8. Batuk 1 20.0
9. Diare 1 20.0
10. Bisul 1 20.0
11. TBC 1 20.0
12. Disminore 1 20.0
Dari tabel di atas terlihat sembilan jenis keluhan yang tercatat
selama tiga bulan terakhir. Keluhan yang paling banyak ditangani
adalah asam urat (60%).

K34 (Bekam)

Tabel 95
Penyebaran Tempat Pelayanan Bekam di Kabupaten Maros
Jumlah
No Kecamatan Persentase
Tempat
1 Lau 0 0.0
2 Mandai 1 50.0
3 Maros Baru 0 0.0
4 Turikale 1 50.0
Total 2 100.0
Dari 21 tempat pelayanan kestrad di Kabupaten Maros terdapat
dua tempat yang memberikan pelayanan bekam yang masing-masing
tersebar di Kecamatan Mandai dan Turikale.

8
Tabel 96
Distribusi Tingkat Pendidikan Tenaga Pelayanan Bekam
NO. Tingkat pendidikan Jumlah Persentase
1. Tidak Lulus SD 0 0.0
2. SD 0 0.0
3. SMP 0 0.0
4. SMA 1 50.0
5. Sarjana 1 50.0
6. S2 0 0.0
Total 2 100.0
Berdsasarkan tingkat pendidikan terakhir, tenaga bekam di
Kabupaten Maros berlatar belakang pendidikan SMU dan sarjana.

Tabel 97
Distribusi Kepemilikan STPT dan SIPT Tenaga Pelayanan Bekam
Ada Tidak Ada Total
NO. Registrasi
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
Surat Terdaftar
1 Pengobat Tradisional 1 50.0 1 50.0 2 100.0
(STPT)
Surat Izin Pengobat
2 1 50.0 1 50.0 2 100.0
Tradisional (SIPT)
Berdasarkan distribusi kepemilikan STPT dan SIPT, dari dua tenaga
pelayanan bekam yang memiliki STPT dan SIPT satu orang.

Tabel 98
Masa Berlaku STPT dan SIPT Tenaga Pelayanan Bekam
No. Registrasi Masih Berlaku Kadaluarsa Total
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
1. STPT 1 100.0 0 0.0 0 100.0
2. SIPT 1 100.0 0 0.0 0 100.0
Berdasarkan hasil survei, STPT dan SIPT yang dimiliki tenaga
pelayanan bekam di Kabupaten Maros masih berlaku.

9
Tabel 99
Cara Memperoleh Keterampilan Bekam
NO. Cara Memperoleh Keterampilan Jumlah Persentase
1. Warisan 0 0.0
2. Pendidikan/Pelatihan 2 100.0
3. Warisan + Pendidikan dan Pelatihan 0 0.0
Total 2 100.0
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pemberi pelayanan
bekam di Kabupaten Maros, semuanya menyatakan keterampilan yang
dimiliki diperoleh melalui pelatihan.

Tabel 100
Lamanya Mengikui Pelatihan
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bulan 2 100.0
2. 1 - 6 bulan 0 0.0
3. 6 - 12 bulan 0 0.0
Total 2 100.0
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pemberi pelayanan
bekam di Kabupaten Maros, lamanya mengikuti pelatihan bekam yaitu
kurang dari satu bulan.

Tabel 101
Status Sebagai Anggota Asosiasi Bekam
NO. Terdaftar Sebagai Jumlah Persentase
Anggota Asosiasi
1. Tidak 1 50.0
2. Ya 1 50.0
Total 2 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, pemberi pelayanan bekam di
Kabupaten Maros yang telah terdaftar sebagai anggota asosiasi bekam
yaitu satu orang.

10
Tabel 102
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Berpraktek Bekam
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bln 0 0.0
2. 1-6 bln 0 0.0
3. 6 bln – 12 bln 0 0.0
4. 1-5 thn 1 50.0
5. > 5 thn 1 50.0
Total 2 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, pemberi pelayanan bekam di
Kabupaten Maros satu orang tenaga mengaku telah berpraktek bekam
selama kurun waktu 1-5 tahun, dan satu orang telah berpraktek lebih dari
lima tahun.

Tabel 103
Jenis Keluhan yang Ditangani dengan Bekam
Tahun 2013
No. Keluhan Jumlah Persentase
1. Hipertensi 1 50.0
2. Sakit Kepala 2 100.0
3. Jantung 1 50.0
4. Nyeri Punggung 1 50.0
5. Maag 1 50.0
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pemberi pelayanan
bekam di Kabupaten Maros, keluhan yang terbanyak yang ditangani
selama tiga bulan terakhir adalah sakit kepala.

11
K35 (Gurah)

Tabel 104
Penyebaran Tempat Pelayanan Gurah di Kabupaten Maros
Jumlah
No Kecamatan Persentase
Tempat
1 Turikale 1 100.0
2 Mandai 0 0.0
3 Maros Baru 0 0.0
4 Lau 0 0.0
Total 1 100.0
Berdasarkan hasil survei pelayanan kestrad di kabupaten Maros,
distribusi tempat pelayanan gurah terdapat di kecamatan Turikale yaitu 1
tempat (100%).

Tabel 105
Distribusi Tingkat Pendidikan Tenaga Pelayanan Gurah
NO. Tingkat pendidikan Jumlah Persentase
1. Tidak Lulus SD 0 0.0
2. SD 0 0.0
3. SMP 0 0.0
4. SMA 1 100.0
5. Sarjana 0 0.0
6. S2 0 0.0
Total 1 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, tenaga gurah di Kabupaten Maros
berlatar belakang pendidikan SMA.

Tabel 106
Distribusi Kepemilikan STPT dan SIPT Tenaga Pelayanan Gurah
Ada Tidak Ada Total
NO. Registrasi
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
Surat Terdaftar
1 Pengobat Tradisional 0 0.0 1 100.0 1 100.0
(STPT)
Surat Izin Pengobat
2 0 0.0 1 100.0 1 100.0
Tradisional (SIPT)
Berdasarkan hasil observasi, tenaga gurah di Kabupaten Maros
tidak memiliki STPT dan SIPT.

12
Tabel 107
Cara Memperoleh Keterampilan Gurah
NO. Cara Memperoleh Keterampilan Jumlah Persentase
1. Warisan 1 100.0
2. Pendidikan/Pelatihan 0 0.0
3. Warisan + Pendidikan dan Pelatihan 0 0.0
Total 1 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, tenaga gurah di Kabupaten Maros
memperoleh keterampilanya melaui warisan.

Tabel 108
Lamanya Berguru Keterampilan Gurah
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bulan 0 0.0
2. 1 - 6 bulan 0 0.0
3. 6 - 12 bulan 0 0.0
4. 1 - 5 tahun 1 100.0
5. > 5 tahun 0 0.0
Total 1 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, tenaga gurah di Kabupaten Maros
lamanya berguru keterampilan gurah selama kurun waktu 1-5 tahun.

Tabel 109
Status Sebagai Anggota Asosiasi Gurah
NO. Terdaftar Sebagai Jumlah Persentase
Anggota Asosiasi
1. Tidak 1 100.0
2. Ya 0 0.0
Total 0 0.0
Berdasarkan hasil wawancara, tenaga gurah di Kabupaten Maros
belum terdaftar sebagai anggota asosiasi.

13
Tabel 110
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Berpraktek Gurah
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bln 0 0.0
2. 1-6 bln 0 0.0
3. 6 bln – 12 bln 0 0.0
4. 1-5 thn 0 0.0
5. > 5 thn 1 100.0
Total 1 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, tenaga gurah di Kabupaten Maros
telah berpraktek gurah selama lebih dari lima tahun.

Tabel 111
Jenis Keluhan yang Ditangani dengan Gurah
Tahun 2013
No. Keluhan Jumlah Persentase
1. Sinustis 1 40.0
Berdasarkan hasil wawancara, tenaga gurah di Kabupaten Maros
satu-satunya keluhan yang ditangani oleh tenaga gurah adalah sinusitis.

K36

Tabel 112
Penyebaran Tempat Pelayanan Kestrad lainya di Kabupaten Maros
Jumlah
No Kecamatan Persentase
Tempat
1 Turikale 10 43.5
2 Maros Baru 10 43.5
3 Mandai 3 13.0
4 Lau 0 0.0
Total 23 100.0
Berdasarkan hasil survei pelayanan kestrad di kabupaten Maros,
distribusi tempat pelayanan jenis lainya terdapat di Kecamatan Turikale
dan Maros Baru yaitu masing-masing 10 tempat (43,5%) serta Kecamatan
Lau tiga tempat (13,0%).

14
Tabel 113
Distribusi Tingkat Pendidikan Tenaga Pelayanan Kestrad lainya
NO. Tingkat pendidikan Jumlah Persentase
1. Tidak Lulus SD 5 21.7
2. SD 11 47.8
3. SMP 2 8.7
4. SMA 5 21.7
5. Sarjana 0 0.0
Total 23 100.0
Berdasarkan hasil survei tetang tingkat pendidikan tenaga kestrad
lainya, distribusi teringgi yaitu lulusan SD 11 orang (47,8%) dan yang
terendah yaitu SMP dua orang (8,7%).

Tabel 114
Distribusi Kepemilikan STPT dan SIPT Tenaga Pelayanan Kestrad lainya
Ada Tidak Ada Total
NO. Registrasi
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
Surat Terdaftar
1 Pengobat Tradisional 1 4.3 22 95.7 23 100.0
(STPT)
Surat Izin Pengobat
2 0 0.0 23 100.0 23 100.0
Tradisional (SIPT)
Berdasarkan hasil wawancara terhadap tenaga kestrad lainya
tentang kepemilikan STPT dan SIPT, STPT dimiliki oleh satu orang tenaga
(4,3%) tetapi belum ada tenaga kestrad lainya yang memiliki SIPT.

Tabel 115
Masa Berlaku STPT dan SIPT Tenaga Pelayanan Kestrad lainya
No. Registrasi Masih Berlaku Kadaluarsa Total
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
1. STPT 0 0.0 1 100.0 1 100.0
2. SIPT 0 0.0 0 0.0 0 0.0
Berdasarkan hasil observasi terhadap STPT yang dimiliki tenaga
kestrad lainya, masa berlakunya telah berakhir.

15
Tabel 116
Cara Memperoleh Keterampilan Kestrad lainya
NO. Cara Memperoleh Keterampilan Jumlah Persentase
1. Warisan 19 82.6
2. Pendidikan/Pelatihan 1 4.3
3. Warisan + Pendidikan dan Pelatihan 3 0.0
Total 23 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, distribusi tertinggi yaitu yang
memperoleh keterampilannya melalui warisan 19 orang (82,6%) dan yang
terendah yaitu yang memperoleh melalui pelatihan 1 orang (4,3%).

Tabel 117
Lamanya Berguru Keterampilan Kestrad lainya (Warisan)
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bulan 4 18.2
2. 1 - 6 bulan 4 18.2
3. 6 - 12 bulan 5 22.7
4. 1 - 5 tahun 1 4.5
5. > 5 tahun 8 36.4
Total 22 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, distribusi tertinggi yaitu yang
berguru selama lebih dari lima tahun (36,4%) dan terendah yang berguru
dalam kurun waktu 1-5 tahun (4,5%).

Tabel 118
Lamanya Mengikui Pelatihan
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bulan 1 25.0
2. 1 - 6 bulan 3 75.0
3. 6 - 12 bulan 0 0.0
Total 4 100.0
Berdasarkan hasil wawancara, distribusi tertinggi yaitu yang
mengikuti pelatihan selama kurun waktu 1-6 bulan (75%) dan terendah
yang mengikuti pelatihan kurang dari satu bulan (25%).

16
Tabel 119
Status Sebagai Anggota Asosiasi Kestrad lainya
NO. Terdaftar Sebagai Jumlah Persentase
Anggota Asosiasi
1. Tidak 21 91.3
2. Ya 2 8.7
Total 23 100.0
Berdasarkan hasil survei, 21 orang (91,3%) tenaga kestrad lainya di
Kabupaten Maros tidak terdaftar sebagai anggota asosiasi

Tabel 120
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Berpraktek Kestrad lainya
NO. Waktu Jumlah Persentase
1. < 1 bln 2 8.7
2. 1-6 bln 0 0.0
3. 6 bln – 12 bln 2 8.7
4. 1-5 thn 1 4.3
5. > 5 thn 18 78.3
Total 23 100.0
Berdasarkan hasil wawancara terhadap tenaga kestrad lainya
tentang lamanya menjalani praktek, distribusi tertinggi adalah yang telah
berpraktek selama lebih dari lima tahun yaitu 18 (78,3%) dan yang
terendah adalah yang berpraktek dalam kurun waktu 1-5 tahun satu
orang (4,3%).

17
Tabel 121
Jenis Keluhan yang Ditangani dengan Kestrad lainya
Tahun 2013
No. Keluhan Jumlah Persentase
Gangguan tulang dan saraf
(Patah tulang, keseleo, saraf 43.5
1. 10
terjepit, sakit pinggang,
rematik, stroke)
2. Persalinan 6 26.1
Batuk, demam, masuk angin,
3. 6 26.1
sakit kepala
4. Capek, susah tidur 4 17.4
5. Urut bayi 2 8.7
Gangguan pencernaan
6. 2 8.7
(Maag, usus turun)
7. DM 1 4.3
8. Sinusitis 1 4.3
9. Sarampa 1 4.3
10. Asam Urat 1 4.3
Dari tabel di atas terlihat 10 jenis keluhan yang tercatat selama tiga
bulan terakhir, distribusi tertinggi yaitu yang melayani keluhan gangguan
tulang dan saraf (43,5%).

18
BAB IV
PEMBAHASAN

Kabupaten Gowa

Identifikasi pelayanan kestrad ini dilakukan dengan metode survei


yang meliputi wawancara dan observasi terhadap pelayanan kestrad di
Kabupaten Gowa dan Kabupaten Maros. Wawancara dan observasi
dilakukan berdasarkan kuesioner yang telah dibuat yang terdiri dari
kuesioner K. 1 (Identitas Sosial & Identifikasi Pelayanan), K.2 (Sarana,
Fasilitas, Jumlah Tenaga), K 3.1 (Akupunktur), K3.2 (Akupresur), K3.3
(Herbal), K3.4 ( Bekam), K3.5 ( Gurah), dan K3.6 (Pelayanan Jenis Lainnya).
Berdasarkan survei yang telah dilakukan di kabupaten Gowa, dari
13 kecamatan di Kabupaten Gowa, terdapat empat kecamatan yang
berhasil disurvei dan ditemui 14 tempat pelayanan kestrad. Dari keempat
kecamatan tersebut, tempat pelayanan kestrad terbanyak didapati di
Kecamatan Somba Opu yaitu tujuh tempat (50.0%), kemudian
Kecamatan Pangkabirang yaitu tiga tempat (21,4%), seta Kecamatan
Bajeng dan Bontonompo masing-masing dua tempat (14,3%).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan jumlah
pengobat tradisional di Kabupaten Gowa yaitu 643 pengobat.
Berdasarkan survei yang telah dilakukan BKTM selama 6 hari, sebagian
besar pengobat tradisional yang ditemukan di Kabupaten Gowa
merupakan pengobat tradisional yang tidak memiliki tempat khusus untuk
melakukan pelayanan, mereka tidak memasang papan nama maupun
melakukan pendaftaran di dinas kesehatan setempat, sehingga
keberadaan mereka sulit terdeteksi. Selain waktu pelaksanaan survei
yang terbatas medan yang ditempuh juga cukup sulit karena sebagian
besar berada di pelosok desa maupun dusun. Sehingga wilayah survey
dipersempit pada wilayah ibukota kabupaten dan sekitarnya.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pemilik tempat pelayanan
kestrad, sebagian besar mereka berlatar pendidikan SMU (50%)
sedangkan yang berlatar belakang pendidikan sarjana hanya 14,3%
tetapi bukan berasal dari disiplin ilmu kesehatan.

19
Berdasarkan hasil observasi terhadap kelengkapan perizinan, tidak
ada tempat pelayanan kestrad di kabupaten Gowa yang memiliki Surat
Izin Tempat Usaha (SITU). Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT) dimiliki
oleh 21,4% pelaku kestrad di Kabupaten Gowa tetapi semuanya telah
berakhir masa berlakunya. Tidak ada yang tercatat memiliki Surat Izin
Pengobat Tradisional (SIPT).
Berdasarkan hasil survei, pelayanan kestrad di Kabupaten Gowa
diklasifikasikan menjadi 6 jenis yaitu herbal, akupresur, bekam, gurah,
bermacam pijat (pijat refleksi, kesegaran, dan patah tulang), dan dukun
beranak. Untuk jenis pelayanan herbal, terdapat tujuh tempat yang
memberikan pelayanan tersebut dengan tujuh orang tenaga yang
seluruhnya berhasil diwawancarai sebagai responden.
Untuk jenis pelayanan akupresur, hanya satu tempat yang
memberikan pelayanan tersebut dengan lima orang tenaga tetapi yang
berhasil diwawancarai sebagai responden empat orang.
Untuk jenis pelayanan bekam, terdapat tiga tempat pelayanan
dengan tiga orang tenaga dan semuanya berhasil diwawancarai
sebagai responden. Untuk jenis pelayanan gurah, terdapat dua tempat
pelayanan dengan dua orang tenaga dan semuanya berhasil
diwawancarai sebagai responden. Untuk jenis pelayanan bermacam
pijat, terdapat enam tempat pelayanan dengan enam orang tenaga
dan semuanya berhasil diwawancarai sebagai responden.
Begitu pula untuk jenis pelayanan dukun beranak, terdapat satu
tempat pelayanan dengan satu orang tenaga yang diwawancarai
sebagai responden. Jadi untuk jenis pelayanan herbal, bekam, gurah,
bermacam pijat, dan dukun beranak, pemilik tempat pelayanan juga
merupakan tenaga pelayanan kestrad.
Secara garis besar, pelayanan kestrad di Kabupaten Gowa dapat
diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu pelayanan ramuan (herbal
dan gurah) dan pelayanan keterampilan. Pembagian ini berdasar pada
Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 yaitu; berdasarkan cara
pengobatannya, pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi

20
pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan keterampilan dan
ramuan. Kemudian dalam Kepmenkes R.I. Nomor
1076/Menkes/SK/VII/2003 dijabarkan kembali yang termasuk keterampilan
yaitu pengobat tradisional pijat urut, patah tulang, sunat, dukun bayi,
refleksi, akupresuris, akupunkturis, chiropractor, dan pengobat tradisional
lainnya yang metodenya sejenis. Sedangkan yang termasuk ramuan yaitu
pengobat tradisional ramuan Indonesia (Jamu), gurah, Tabib, shinshe,
homeopathy, aromatherapist, dan pengobat tradisional lainnya yang
menggunakan metode sejenis.
Berdasarkan observasi terhadap sarana dan fasilitas pelayanan
kestrad, dari 14 tempat, terdapat satu tempat yang menggunakan
bangunan tidak permanen. Yang memasang papan nama lima tempat,
dan dari lima tempat tersebut yang mencantumkan nama dan nomor
STPT yaitu empat tempat. Berdasarkan Kepmenkes R.I. Nomor
1076/Menkes/SK/VII/2003 Pasal 14 ayat 2, para pengobat tradisional
bekewajiban untuk memasang papan nama pengobat tradisional
dengan mencantumklan surat terdaftar/surat izin pengobat tradisional,
serta luas maksimal papan 1 x 1,5 M². Papan nama pengobat tradisional
yang dipasang harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:

1. Papan nama pengobat tradisional keterampilan dibuat dengan


warna dasar putih tulisan berwarna hijau bagi pengobat tradisional
yang memiliki STPT. Sedangkan bagi pengobat tradisional yang
memiliki SIPT, papan nama dibuat dengan warna dasar hijau dan
tulisan putih.

2. Papan nama mencantumkan nama pengobat tradisional, waktu


pelayanan, nomor STPT/SIPT serta nama dan nomor anggota
asosiasi pengobat tradisional yang menaunginya.

3. Ukuran papan 80 cm x 60 cm, tulisan huruf latin (balok) dengan


menggunakan Bahasa Indonesia.

21
Berikut ini contoh papan nama pengobat tradisional yang telah
memiliki STPT:

Gambar
Contoh papan nama pengobat tradisional yang telah memiliki STPT

Berikut ini contoh papan nama pengobat tradisional yang telah


memiliki SIPT:

Gambar
Contoh papan nama pengobat tradisional yang telah memiliki SIPT

22
Selain ketentuan tentang papan nama, di dalam Kepmenkes R.I.
Nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003 Pasal 14 ayat 2, para pengobat
tradisional bekewajiban untuk menyediakan:
a. Ruang kerja dengan ukuran minimal 2 x 2,50 M²
b. Ruang tunggu
c. Papan nama pengobat tradisional dengan mencantumklan surat
terdaftar/surat izin pengobat tradisional, serta luas maksimal papan
1 x 1,5 M²
d. Kamar kecil yang terpisah dari ruang pengobatan
e. Penerangan yang baik sehingga dapat membedakan warna
dengan jelas
f. Sarana dan prasarana yang memenuhi hygiene dan sanitasi
g. Pencatatan sesuai kebutuhan.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut; dari 14 tempat
pelayanan yang memiliki luas ruang layanan min 2x2,5 M yaitu 21,4%,
yang menyediakan ruang tunggu 28,6%, yang memiliki ruang
administrasi/penyimpanan data klien 28,6%, dan yang memiliki kamar
kecil yang terpisah dari ruang pengobatan 21,4%.
Untuk standar kondisi ruang pelayanan; yang memiliki
pencahayaan baik (jelas untuk membaca) 28,6%, yang memiliki ventilasi
udara yang baik 28,6%, dan yang memiliki ruangan bersih tidak berdebu
21,4%.
Manajemen pencatatan merupakan salah satu kriteria yang ada
dalam Kepmenkes R.I. Nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003; yaitu memiliki
buku daftar klien, menggunakan kartu data klien, memiliki format laporan
ke puskesmas, memiliki arsip lapran, dan mengirim laporan ke puskesmas.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, satu-satunya tempat
pelayanan akupresur di kabupaten Gowa telah memenuhi manajemen
pencatatan dan pelaporan. Untuk pelayanan herbal dan pelayanan
jenis lainnya, dari tujuh tempat yang memiliki manajemen pencatatan
yang baik hanya satu tempat. Untuk pelayanan bekam, dari tiga tempat
terdapat satu tempat yang telah memiliki buku daftar klien,

23
menggunakan kartu data klien, dan memilki arsip lapran tetapi tidak
memiliki format laporan ke puskesmas dan tidak mengirimkan lapran ke
puskesmas. Untuk pelayanan gurah, semuanya belum memenuhi
manajemen pencatatan dan pelaporan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan, sebagian besar tempat
pelayanan kestrad merupakan rumah tinggal pemilik/tenaga pelayanan,
sehingga tidak tersedia ruang khusus pelayanan bagi klien mereka.
Sehingga sebagian besar tempat pelayanan kestrad di kabupaten Gowa
tidak memenuhi standar tempat pelayanan sesuai ketentuan Kepmenkes
R.I. Nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003.
Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner
K3.1-K3.6 kepada tenaga pelayanan kestrad diperoleh gambaran
masing-masing jenis pelayanan di kabupaten Gowa sebagai berikut:
Untuk pelayanan akupresur, ditemukan empat orang tenaga
dengan tingkat pendidikan SMP, SMA, dan sarjana. Tidak ada satupun
yang memiliki latar belakang pendidikan kesehatan. Mereka memperoleh
keterampilan akupresur melalui warisan dan pelatihan singkat. Dari
empat orang tenaga hanya satu orang yang memiliki STPT, tidak ada
yang memiliki SIPT dan tidak ada yang terdaftar sebagai anggota
asosiasi. Keluhan terbanyak yang mereka tangani selama tiga bulan
terakhir adalah stroke, hiperkolesterolemia, dan DM.
Untuk pelayanan herbal, ditemukan tujuh orang tenaga dengan
tingkat pendidikan SMP, SMA, dan sarjana. Tidak ada satupun yang
memiliki latar belakang pendidikan kesehatan. Enam orang memperoleh
keterampilan herbal melalui warisan dan satu orang melalui pelatihan
singkat. Dari tujuh orang tenaga hanya dua orang yang memiliki STPT
namun telah berakhir masa berlakunya dan tidak ada yang memiliki SIPT.
Dari tujuh orang tenaga hanya dua orang yang terdaftar sebagai
anggota asosiasi.
Bentuk sediaan yang dipakai yaitu jamu, yang terdiri dari ramuan
basah dan ramuan kering yang sebagian besar merupakan produksi
sendiri dengan kompsisi ramuan terbanyak yaitu temulawak, sambiloto,

24
dan kunyit putih.. Keluhan terbanyak yang mereka tangani selama tiga
bulan terakhir adalah Gangguan jantung, DM, dan maag.
Dari data tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa pelayanan
herbal di Kabupaten Gowa merupakan pelayanan yang berdasarkan
keterampilan warisan turun menurun. Bahan-bahan yang mereka
gunakan merupakan tanaman herbal lokal yang mudah ditemukan di
sekeliling mereka, diramu secara sederhana tanpa takaran/dosis yang
pasti. Walaupun belum teruji evidence base-nya namun telah terbukti
khasiatnya.
Untuk pelayanan bekam, ditemukan tiga orang tenaga dengan
tingkat pendidikan SMA dan sarjana. Tidak ada satupun yang memiliki
latar belakang pendidikan kesehatan. Mereka memperoleh keterampilan
bekam melalui warisan dan satu orang melalui pelatihan singkat. Dari tiga
orang tenaga hanya dua orang yang memiliki STPT namun telah berakhir
masa berlakunya dan tidak ada yang memiliki SIPT. Hanya satu orang
tenaga yang terdaftar sebagai anggota asosiasi. Keluhan terbanyak
yang mereka tangani selama tiga bulan terakhir adalah sakit kepala dan
migrain.
Untuk pelayanan gurah, ditemukan dua orang tenaga dengan
tingkat pendidikan SMA. Mereka memperoleh keterampilan gurah melalui
warisan. Hanya satu orang yang memiliki STPT namun telah berakhir masa
berlakunya dan tidak ada yang memiliki SIPT. Hanya satu orang tenaga
yang terdaftar sebagai anggota asosiasi. Keluhan terbanyak yang
mereka tangani selama tiga bulan terakhir adalah flu dan sinusitis.
Untuk pelayanan jenis lainnya yaitu terdiri dari bermacam pijat
(pijat refleksi, kesegaran, patah tulang,) dan dukun beranak ditemukan
tujuh orang tenaga dengan tingkat pendidikan SMP, SMA, dan dua orang
tidak lulus SD. Mereka memperoleh keterampilan melalui warisan. Tidak
ada yang memiliki STPT dan SIPT, serta tidak ada yang terdaftar sebagai
anggota asosiasi.

25
Kabupaten Maros

Berdasarkan survei yang telah dilakukan di Kabupaten Maros, dari


14 kecamatan terdapat empat kecamatan yang berhasil disurvei dan
ditemui 21tempat pelayanan kestrad. Dari keempat kecamatan tersebut,
tempat pelayanan kestrad terbanyak didapati di Kecamatan Turikale
yaitu 10 tempat (47,6%), distribusi terendah di Kecamatan Mandai yaitu
dua tempat (9,5%).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
jumlah pengobat tradisional di Kabupaten Maros yaitu 524 pengobat.
Berdasarkan survei yang telah dilakukan BKTM selama 6 hari, sama halnya
dengan di Kabupaten Gowa, sebagian besar pengobat tradisional yang
ditemukan di Kabupaten Maros merupakan pengobat tradisional yang
tidak memiliki tempat khusus untuk melakukan pelayanan, mereka tidak
memasang papan nama maupun melakukan pendaftaran di dinas
kesehatan setempat, sehingga keberadaan mereka sulit terdeteksi. Selain
waktu pelaksanaan survei yang terbatas medan yang ditempuh juga
cukup sulit karena sebagian besar berada di pelosok desa maupun
dusun. Sehingga wilayah survei dipersempit pada wilayah ibukota
kabupaten dan sekitarnya.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pemilik tempat pelayanan
kestrad tentang tingkat pendidikan, distribusi tertinggi yaitu yang tidak
lulus SD (33,3%) dan distribusi terendah yaitu yang berlatar belakang
pendidikan sarjana (4,8%) tetapi bukan berasal dari disiplin ilmu
kesehatan.
Berdasarkan hasil observasi terhadap kelengkapan perizinan, dari
21 tempat pelayanan kestrad terdapat satu tempat yang memiliki Surat
Izin Tempat Usaha (SITU), terdapat satu tempat yang memiliki Surat
Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT) dan Surat Izin Pengobat Tradisional
(SIPT). Dari ketiga jenis surat izin tersebut, SITU dan STPT telah berakhir masa
berlakunya.
Berdasarkan hasil survei, pelayanan kestrad di Kabupaten Maros
diklasifikasikan menjadi tujuh jenis yaitu akupunktur, herbal, bekam, gurah,

26
bermacam pijat (pijat refleksi, kesegaran, dan patah tulang), ceragem
dan dukun beranak. Distribusi tertinggi yaitu jenis pelayanan bermacam-
macam pijat 16 tempat (76,2%) dengan 16 tenaga (47,1%) dan
semuanya berhasil diwawancarai sebagai responden.
Untuk pelayanan herbal, ditemukan tujuh tempat (33,3%) dengan
tujuh tenaga (20,6%) dan semuanya berhasil diwawancarai sebagai
responden. Untuk jenis pelayanan dukun beranak, terdapat lima tempat
pelayanan (23,8%) dengan lima orang tenaga yang diwawancarai
sebagai responden. Untuk jenis pelayanan bekam, terdapat dua tempat
pelayanan dengan dua orang tenaga dan semuanya berhasil
diwawancarai sebagai responden.
Untuk jenis pelayanan gurah dan akupunktur masing-masing
ditemukan satu tempat pelayanan (4,8%) dengan satu orang tenaga dan
semuanya berhasil diwawancarai sebagai responden. Untuk jenis
pelayanan gurah ditemukan satu tempat pelayanan (4,8%) dengan dua
orang tenaga sebagai responden. (5,9%)
Secara garis besar, pelayanan kestrad di Kabupaten Maros dapat
diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu pelayanan ramuan (herbal
dan gurah) berjumlah 24,2% dan pelayanan keterampilan berjumlah
75,8%.
Berdasarkan observasi terhadap sarana dan fasilitas pelayanan
kestrad, dari 21 tempat, distribusi teringgi yaitu tempat yang
menggunakan bangunan semi permanen (71,4%). Yang memasang
papan nama dua tempat (9,5%), dan dari dua tempat tersebut yang
mencantumkan nama dan nomor STPT yaitu satu tempat.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan di dalam Kepmenkes R.I. Nomor
1076/Menkes/SK/VII/2003 Pasal 14 ayat 2; dari 21 tempat pelayanan yang
memiliki luas ruang layanan min 2x2,5 M yaitu 38,1%, yang menyediakan
ruang tunggu 14,3%, tidak ada yang memiliki ruang
administrasi/penyimpanan data klien, dan yang memiliki kamar kecil
yang terpisah dari ruang pengobatan 38,1%.

27
Untuk standar kondisi ruang pelayanan; yang memiliki
pencahayaan baik (jelas untuk membaca), yang memiliki ventilasi udara
yang baik, dan yang memiliki ruangan bersih tidak berdebu masing-
masing dipenuhi oleh delapan tempat (38,1%).
Manajemen pencatatan merupakan salah satu kriteria yang ada
dalam Kepmenkes R.I. Nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003; yaitu memiliki
buku daftar klien, menggunakan kartu data klien, memiliki format laporan
ke puskesmas, memiliki arsip lapran, dan mengirim laporan ke puskesmas.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, satu-satunya tempat
pelayanan akupunktur di Kabupaten Maros tidak memenuhi manajemen
pencatatan dan pelaporan. Untuk pelayanan herbal, dari tujuh tempat
terdapat satu tempat yang telah memenuhi semua criteria manajemen
pencatatan dan pelaporan. Terdapat dua tempat yang telah memiliki
buku daftar klien dan menggunakan kartu data klien namun tidak
memiliki format laporan arsip dan mengirim laporan ke puskesmas.
Untuk pelayanan bekam, dari dua tempat terdapat satu tempat
yang telah memiliki buku daftar klien dan menggunakan kartu data klien,
namun tidak memiliki format laporan arsip dan mengirim laporan ke
puskesmas. Untuk pelayanan gurah, satu-satunya tempat pelayanan
gurah belum memenuhi manajemen pencatatan dan pelaporan.
Untuk pelayanan kestrad lainya, dari 23 tempat terdapat satu
tempat yang telah memiliki buku daftar klien, menggunakan kartu data
klien dan memiliki format laporan ke puskesmas namun tidak mengisi
laporan tersebut dan melaporkannya ke puskesmas. Satu tempat telah
memiliki buku daftar klien dan menggunakan kartu data klien, namun
tidak memiliki format laporan arsip dan mengirim laporan ke puskesmas.
Jadi sebagian besar yaitu lebih dari 90% tempat pelayanan kestrad lainya
tidak memenuhi kriteria manajemen pencatatan dan pelaporan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan, sebagian besar tempat
pelayanan kestrad di Kabupaten Maros merupakan rumah tinggal
pemilik/tenaga pelayanan, sehingga tidak tersedia ruang khusus
pelayanan bagi klien mereka. Sehingga sebagian besar tempat

28
pelayanan kestrad di kabupaten Gowa tidak memenuhi standar tempat
pelayanan sesuai ketentuan Kepmenkes R.I. Nomor
1076/Menkes/SK/VII/2003.
Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner
K3.1-K3.6 kepada tenaga pelayanan kestrad diperoleh gambaran
masing-masing jenis pelayanan di Kabupaten Maros sebagai berikut:
Untuk pelayanan akupunktur, ditemukan satu orang tenaga
dengan tingkat pendidikan sarjana (bukan pendidikan kesehatan).
Tenaga tersebut memperoleh keterampilan akupunktur melalui pelatihan
singkat kurang dari satu bulan. Tidak memiliki STPT dan SIPT, serta tidak
terdaftar sebagai anggota asosiasi. Telah berpraktek akupunktur selama
lebih dari lima tahun, keluhan terbanyak yang pernah ditangani adalah
sakit kepala dan hipertensi.
Untuk pelayanan herbal, ditemukan tujuh orang tenaga dengan
tingkat pendidikan SD, SMP, SMA, dan sarjana (pendidikan keperawatan),
serta ditemukan yang tidak lulus SD. Enam orang memperoleh
keterampilan herbal melalui warisan dan satu orang melalui pelatihan
singkat. Dari tujuh orang tenaga hanya satu orang yang memiliki STPT
(telah berakhir masa berlakunya) dan SIPT (masih berlaku). Tidak ada
yang terdaftar sebagai anggota asosiasi.
Bentuk sediaan yang dipakai yaitu jamu, yang sebagian besar
terdiri dari ramuan basah dan sedikit ramuan kering, sebagian besar
merupakan produksi sendiri dengan kompsisi ramuan terbanyak yaitu
temulawak, pegagan, beras, jeruk nipis, dan kunyit putih. Keluhan
terbanyak yang mereka tangani selama tiga bulan terakhir adalah asam
urat, hiperkolesterolemia, dan hipertensi.
Dari data tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa pelayanan
herbal di Kabupaten Maros merupakan pelayanan yang berdasarkan
keterampilan warisan turun menurun. Bahan-bahan yang mereka
gunakan merupakan tanaman herbal lokal yang mudah ditemukan di
sekeliling mereka, diramu secara sederhana tanpa takaran /dosis yang

29
pasti. Walaupun belum teruji evidence base-nya namun telah terbukti
khasiatnya.
Untuk pelayanan bekam, ditemukan dua orang tenaga dengan
tingkat pendidikan SMA dan sarjana (pendidikan keperawatan). Mereka
memperoleh keterampilan bekam melalui pelatihan singkat kurang dari
satu bulan. Satu orang tenaga memiliki STPT (masih berlaku) tapi tidak
memiliki SIPT dan satu orang lagi memiliki STPT namun telah berakhir masa
berlakunya dan SIPT yang masih berlaku. Hanya satu orang tenaga yang
terdaftar sebagai anggota asosiasi. Keluhan terbanyak yang mereka
tangani selama tiga bulan terakhir adalah sakit kepala dan hipertensi.
Untuk pelayanan gurah, ditemukan satu orang tenaga dengan
tingkat pendidikan SMA. Tenaga tersebut memperoleh keterampilan
gurah melalui warisan. Tidak memiliki STPT dan SIPT, serta tidak terdaftar
sebagai anggota asosiasi. Keluhan terbanyak yang ditangani selama tiga
bulan terakhir adalah sinusitis.
Untuk pelayanan jenis lainnya yaitu terdiri dari bermacam pijat
(pijat refleksi, kesegaran, patah tulang,), ceragem, dan dukun beranak
ditemukan 23 orang tenaga dengan tingkat pendidikan SD, SMP, SMA,
dan lima orang tidak lulus SD. Sebagian besar (82,6%) memperoleh
keterampilan melalui warisan. Dari 23 orang hanya satu orang memiliki
STPT namun telah berakhir masa berlakunya dan tidak ada yang memiliki
SIPT, serta hanya dua orang yang terdaftar sebagai anggota asosiasi.
Sebagian besar (78,3%) telah berpraktek lebih dari lima tahun.

30
BAB V
KESIMPULAN & SARAN

KESIMPULAN

1. Dari 13 kecamatan di Kabupaten Gowa yang berhasil disurvei


yaitu empat kecamatan. Ditemukan 14 tempat pelayanan kestrad
di Kabupaten Gowa yang dapat diklasifikasikan menjadi enam
jenis yaitu:
a. Herbal; terdapat tujuh tempat (50%) dengan tujuh orang
tenaga (29,2%)
b. Bermacam pijat (pijat refleksi, kesegaran, patah tulang);
terdapat enam tempat (42,8%) dengan enam tenaga (25%)
c. Bekam; terdapat tiga tempat (21,4%) dengan tiga orang
tenaga
d. Gurah; terdapat dua tempat (14,3%) dengan dua orang
tenaga
e. Akupresur; terdapat satu tempat (7,1%) dengan lima orang
tenaga (20,8%)
f. Dukun beranak; terdapat satu tempat (7,1%) dengan satu
orang tenaga (4,2%)
Tidak ditemukan pelayanan akupunktur di Kabupaten Gowa.

2. Dari 14 kecamatan di kabupaten Maros yang berhasil disurvei yaitu


empat kecamatan. Ditemukan 21 tempat pelayanan kestrad di
kabupaten Maros yang diklasifikasikan menjadi tujuh jenis yaitu:
a. Bermacam pijat; terdapat 16 tempat (76,2%) dengan 16 orang
tenaga (47,1%)
b. Herbal; terdapat tujuh tempat (33,3%) dengan tujuh orang
tenaga (20,6%)
c. Dukun beranak; terdapat lima tempat (23,8%) dengan lima
orang tenaga (14,7%)
d. Bekam; terdapat satu tempat (4,8%) dengan satu orang
tenaga (2,9%)

31
e. Gurah; terdapat satu tempat (4,8%) dengan satu orang tenaga
(2,9%)
f. Ceragem; terdapat satu tempat (4,8%) dengan dua orang
tenaga (5,9%)
Tidak ditemukan pelayanan akupresur yang benar sesuai dengan
klasifikasi Kepmenkes R.I. Nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003.
3. Berdasarkan observasi yang dilakukan, sebagian besar tempat
pelayanan kestrad merupakan rumah tinggal pemilik/tenaga
pelayanan, sehingga tidak tersedia ruang khusus pelayanan bagi
klien mereka. Sehingga sebagian besar tempat pelayanan kestrad
di Kabupaten Gowa dan Maros tidak memenuhi standar tempat
pelayanan sesuai ketentuan Kepmenkes R.I. Nomor
1076/Menkes/SK/VII/2003.
4. Berdasarkan observasi yang dilakukan, sebagian besar tempat
pelayanan kestrad di Kabupaten Gowa dan Maros tidak
melakukan manajemen pencatatan klien dan pelaporan ke
puskesmas.
5. Penyakit degeneratif seperti DM, hipertensi, hiperurisemia, dan
hiperkolesterolemia merupakan keluhan yang ditangani di tempat
pelayanan kestrad di Kabupaten Gowa dan Maros.

SARAN

1. Mengingat begitu pesatnya pertumbuhan tempat pelayanan


kesehatan tradisional di Indonesia, demi manfaat dan keamanannya
maka kegiatan identifikasi pelayanan kesehatan tradisional diusulkan
menjadi program BKTM yang ditetapkan di seluruh provinsi jejaring.

2. Mengingat masih banyaknya pelayan kesehatan tradisional yang


belum memiliki STPT dan SIPT maka dipandang perlu untuk
memfasilitasi sosialisasi manfaat dan prosedur pengurusan STPT dan
SIPT kepada mitra binaan.

32
3. Perlu dilakukan kajian mngenai keluhan terbanyak yaitu tekanan
darah tinggi/hipertensi, diabetes melitus (DM), dan stroke) terhadap
jenis pelayanan kesehatan tradisional yang teridentifikasi.

4. Mengingat pendidikan/ pelatihan pelayanan kesehatan tradisional


yang diperoleh bukan dari Kementerian Kesehatan. Oleh karena itu
demi manfaat dan keamanannya kedepannya perlu diadakan
pendidikan/pelatihan yang bersertifikasi dari kementerian Kesehatan.

33
DAFTAR PUSTAKA

WHO. 2002. Who Traditional Medicine Strategy 2002-2005. Geneva

Kementerian Kesehatan RI. 2003. Kepmenkes R.I. Nomor


1076/Menkes/SK/VII/2003. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36


Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2011. (Susenas) Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011.
Jakarta

www.gizikia.depkes.go.id. Seberapa Besar manfaat Pengobatan Alternatif?. 6


Juli 2012

34

Anda mungkin juga menyukai