Anda di halaman 1dari 15

GERAKAN PEMUDA SULAWESI TENGAH DI INDONESIA TAHUN 1957-1963

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjuan pustaka sangat diperlukan untuk menemukan hubungan antara sumber dan
penelitian yang dilakukan.
Dalam buku Saliadi Hadi (2007) dikatakan bahwa Sulawesi Tengah memiliki peran
penting di dalam menghadapi penjajahan ataupun pemberontakan yang dilakukan oleh pihak
luar.Salah satunya Permesta.Permesta merupakan gerakan anti-pemerintah yang dibentuk oleh
pihak luar dengan tujuan membuat Indonesia kembali terpecah.
Gerakan pemuda Sulawesi tengah dibentuk dalam tiga kota yang berbeda.GPST Palu
terbentuk pada 17 agustus 1957,GPST dibentuk di Poso pada awal Desember 1957, kemudian
GPST di Donggal terbentuk pada akhir tahun 1957.Gerakan Pemuda Sulawesi Tengah
mempunyai beberapa tokoh penting yang berperan penting dalam membendung dominasi
Permesta. Mereka adalah Bupati Jafar Lapasere,Dg. Ruda Lamakarate,Aeni Husaeni,Daud
Agan,J.arwan,Nasib Lamakasusa,Idris Sunusi,Dg.lamawo Lamakarate.
Dalam jurnal Cosmogov (2015) menjelaskan tentang awal mula terbentuknya gerakan
PERMESTA.Gerakan PERMESTA awalnya terbentuk di Sulawesi Selatan yang berisikan
pengusaha,tokoh politik,birokrat,dan militer termasuk pengusaha yang tersebar dari pulau
Sulawesi.Kasad PERMESTA dipimpin langsung oleh Sumual dan kawan-kawan.kekuatan
militer PERMESTA di Sulawesi Tengah terdiri atas Batalyon 719 dan Brimob 5490.
Gerakan Pemuda Sulawesi Tengah merupakan gerakan yang dipimpin oleh Asa
Bungkudanpu.Gerakan ini secara formal dibentuk pada 5 Desember 1957.Tahun 1957
merupakan tahun yang penting bagi Sulawesi.Hal ini disebabkan oleh munculnya dua pergerakan
yang bernama DI/TII dan PERMESTA.
Dalam buku Dimba Tumimomor ( 2012 ) mendiskripsikan tentang tujuan utama dari
pergerakan GPST dan PERMESTA.Tanggal 5 Desember 1957 pemuda-pemudi Sulawesi Tengah
membentuk organisasi sebagai pelindung pemerintah dan wilayah potensial yang akan menjadi
Sulawesi Tengah.Mereka membentuk gerakan pemuda Sulawesi tengah.Kelahiran GPST
didorong oleh semangat yang tidak mau tunduk dengan para tentara pemberontak Permesta.
Gerakan pemuda Sulawesi tengah juga merupakan gerakan yang menuntut provinsi
Sulawesi Tengah yang otonom dan resimen induk di Sulawesi tengah yang dipegang oleh putera-
putera daerah Sulawesi Tengah.Gerakan itu dimulai sejak tanggal 5 Desember 1957,ditandai
dengan pelarian para pemuda ke hutan untuk menyusun strategis perlawanan.
Dalam jurnal Asa Bungkundapu ( 1958 ), berisikan sumpah kesetiaan GPST kepada
Sulawesi tengah.Asa Bungkundapu menyatakan untuk setia kepada kepala negara Republik
Indonesia.Bentuk kesetiaan ini dikatakan beliau dengan cara membersihkan semua penghalang
yang ingin menguasai ataupun menghancurkan wilayah yang dihuni masyarakat Sulawesi
Tengah.
Selain itu,Asa Bungkudanpu mengungkapkan bahwa PERMESTA merupakan musuh
negara yang wajib dihilangkan dan ditangkap oleh negara Indonesia yang kala itu berpusat di
Jakarta.Oleh karena itu,beliau bersumpah untuk memuluskan jalan agar Sulawesi tengah menjadi
provinsi yang tidak mengalami intervensi dari pihak luar.
Dalam buku Dave Mcrae ( 2013 ) menyebutkan bahwa sebelum terjadinya kerusuhan
Poso diantara umat Muslim dan Kristen yang berlangsung sekitar 6-7 tahun (1998-
2007).Kabupaten Poso sudah menjadi medan pertempuran yang melibatkan pemuda-pemudi dari
Sulawesi Tengah yang berjuang untuk mengamankan Sulawesi tengah agar menjadi provinsi dan
tidak berada di dalam kekuasaan pihak lain.
GPST dikatakan memiliki pejuang-pejuang yang terkesan berani karena menghadapi
pasukan dari pihak luar yang berjumlah sekitar 700.000 personil.Meskipun memiliki jumlah
yang sedikit dibandingkan dengan PERMESTA.Mereka menggunakan hutan sebagai lokasi
utama mereka dalam melancarkan serangan terhadap pemberontak yang ingin menguasai
Sulawesi Tengah.

Tambahan Rerefensi:
1. Barbara S. Harvey, Permesta: Pemberontakan Setengah Hati.
2. R.Z. Leirissa, PRRI-PERMESTA: Strategi Membangun Indonesia Tanpa Komunis
3. Ben Anderson, Revolusi Pemuda: Pendudukan jepang dan perlawanan di Jawa, 1944-
1946
4. Abdul Qahhar Mudzakkar Dari Patriot Hingga Pemberontak
5. Majalah PRISMA edisi Pemuda
6. Majalah PRISMA edisi Gerakan Pemuda 1926-2011

GERAKAN PEMUDA SULAWESI TENGAH DI INDONESIA TAHUN 1957-1963

Bab II: Sulawesi Dalam Pergolakan Politik


Bab III: Kepalkan Tangan: Aksi Pemuda Dalam PERMESTA
Bab IV: Reaksi kaum Tua dan kelompok lainnya

Tinjauan Pustaka
Mata Kuliah Sejarah Tematis Indonesia
Oleh Aranggi Josef Toar/ 164314002
___________________________________________________________________
Judul skripsi: Institusi Pendidikan di bawah Payung Zending der Gereformeerde Kerken in
Nederland di Yogyakarta Awal abad XX.
Batasan waktu: tahun 1905 sampai 1943.
Batasan ruang: Yogyakarta.
Topik skripsi: perkembangan pelayanan sosial Zending der Gereformeerde Kerken in Nederland
(ZGKN) dalam bidang pendidikan calon guru sekolah dan guru Injil, serta dampaknya bagi
pendidikan secara umum di Yogyakarta.
___________________________________________________________________
Ragi Carita 2: Sejarah Gereja di Indonesia 1860-an — sekarang ditulis oleh Th. van den End
dan J. Weitjens, S.J. Buku ini membahas tentang perkembangan Katolik Roma dan Kristen
Protestan sepanjang 85 tahun terakhir pemerintahan kolonial Belanda, sepanjang masa
penjajahan Jepang, dan paska kemerdekaan Indonesia. Selain itu juga memberi perbandingan
antara perkembangan Katolik Roma dan Kristen Protestan pada masa yang di bahas dalam buku
ini dengan masa yang di bahas dalam jilid pertama, yaitu tahun 1500 sampai 1860. Jadi buku ini
memberikan garis besar interaksi antara asosiasi misi secara umum dengan pemerintahan
kolonial Belanda dan penduduk Hindia Belanda.
Karena wataknya yang umum, buku ini tidak membahas pelayanan sosial ZGKN dalam
bidang pendidikan secara khusus. Melainkan hanya menyebutkan ZGKN sebagai satu-satunya
masyarakat misi yang bekerja di Jawa Tengah bagian selatan. Secara khusus mencatatnya, “...
Purworejo (1897), Kebumen (1900), Yogya (1900), Purbolinggo (1901), Wonosobo (1904),
Magelang (1912), Solo (1913).” 1. Kemudian menyebutkan keutamaan pelayanan sosial dalam
bidang kesehatan ZGKN, serta bagaimana Hollands-Inlandse Kweekschool di Solo yang
didirikannya “... menjadi terkenal dan mempunyai arti bagi seluruh Indonesia.”2. Walaupun
begitu, banyak data yang berguna ada di dalam buku ini. Seperti garis besar sejarah gereja di
Belanda sepanjang abad ke-193 serta tanggal pemberlakuan keputusan Jepang “... supaya semua
sekolah yang sebelumnya dikelola oleh zending dan misi, diserahkan kepada pemerintah (1
April 1943).”4 yang menjadi batasan waktu penelitian ini.
Mission at the crossroads: Indigenous churches, European missionaries, Islamic association
and socio-religious change in Java 1812 — 1936 ditulis oleh Th. Sumartana. Buku ini
membahas perkembangan Kristen Protestan di Jawa dalam aspek interaksi antara gereja lokal
dengan para misionaris Eropa, orang-orang Islam, dan pergerakan nasionalisme. Jadi buku ini
memberikan perhatian yang lebih khusus terhadap interaksi antara gereja lokal dengan
kelompok-kelompok lain.
Karena buku ini membahas interaksi antar kelompok-kelompok yang telah disebutkan,
maka salah satunya adalah interaksi antara para misionaris Eropa sendiri, lebih tepatnya sejarah
politik dan gereja di Belanda pada akhir abad ke-19. Ini berguna untuk melihat pekerjaan ZGKN
sebagai masyarakat misi dari Gereformeerde Kerken in Nederland (GKN) dalam konteks
perkembangan politik di Belanda yang menjelang akhir abad ke-19 sedang dibayang-bayangi
Anti-Revolutionaire Partij (ARP, Partai Anti-Revolusi). Partai ini berkembang dengan cukup
cepat sampai awal abad ke-20. Program partai ini dipublikasikan pada tahun 1879 dan sudah
berbicara tentang keperluan untuk mengejar independensi negara-negara koloni.5
Pada gantinya latar belakang itu memperjelas watak pelayanan sosial ZGKN dalam bidang
pendidikan di Yogyakarta, yang dibahas dengan lebih dalam di buku ini. Walaupun tetap tidak
banyak keterangan tentang sekolah-sekolah itu sendiri, karena fokus pembahasan bab yang
mengandung keterangan barusan adalah pembentukan komunitas Kristen Protestan di Jawa
Tengah secara keseluruhan.6
Babad Zending di Pulau Jawa ditulis oleh J.D. Wolterbeek dan diterjemahkan oleh Edi
Trimodoroempoko. Buku ini aslinya ditulis dalam bahasa Jawa, dan istilah “babad” yang
digunakan memang menggambarkan isi buku dengan tepat. Kedatangan dan pekerjaan setiap
masyarakat misi dari Belanda di Jawa dibahas dengan rinci dan urut: banyak tanggal, nama, dan
kejadian penting tercatat dalam buku ini.

1
Th. van den End dan J. Weitjens, S.J., Ragi Carita 2: Sejarah Gereja di Indonesia 1860-an — sekarang, (cetakan
ke-9), BPK Gunung Mulia: Jakarta, 2011, hlm. 239.
2
ibid.
3
ibid., hlm. 11-17.
4
ibid., hlm. 347.
5
Th. Sumartana, Mission at the crossroads: Indigenous churches, European missionaries, Islamic association and
socio-religious change in Java 1812 — 1936, BPK Gunung Mulia: Jakarta, 1993, hlm. 71.
6
ibid., hlm. 59-107.
Karena watak “babad” buku ini, ada lebih banyak keterangan tentang pelayanan sosial
ZGKN dalam bidang pendidikan, tetapi tidak secara khusus dibahas pengelolaan sekolah-sekolah
itu sendiri.7 Selain itu narasi buku ini berakhir di tahun 1938 karena ditulis pada tahun 1939.
Walaupun begitu, banyak nama dan kejadian yang dapat digunakan sebagai pijakan untuk
mencari sumber primer. Beberapa di antaranya adalah tanggal-tanggal penting seperti pemisahan
pendidikan untuk calon guru sekolah dan guru Injil, pengangkatan pendeta Jawa pertama, dan
pelaksanaan Sidang Sinode pertama jemaat-jemaat di Jawa Tengah bagian selatan. 8 Lalu nama-
nama lulusan sekolah ZGKN serta tempat mereka berkarya.9
Geschiedenis van de Nederlandse Zending en Overzeese Kerken 2: De Gereformeerde Zending
in Midden-Java 1859 — 1931 diedit oleh H. Reenders. Buku ini adalah kompilasi arsip
Nederlandse Gereformeerde Zendingsvereniging (NZG, Serikat Misi Reformasi Belanda),
Generale Deputaten voor de Zending (Perwakilan Umum untuk Misi) dan gereja-gereja yang
mengirim anggota jemaatnya dalam misi. Juga jurnal-jurnal masyarakat misioner atau gereja De
Heidenbode, Zendingsblad van de Gereformeerde Kerken in Nederland, De Macedoniër, dan De
Opwekker.10 Jadi buku ini adalah sumber primer untuk sementara waktu, sebenarnya buku ini
dan jilid ketiganya, yang mengandung arsip-arsip seputar sejarah ZGKN dalam kurun waktu
tahun 1931 sampai 1975. Hanya jilid ketiganya tidak diikutkan di sini karena pengumpulan
sumber belum sampai di sana.
Banyak keterangan langsung dari para misionaris yang menangani pelayanan sosial ZGKN
dalam bidang pendidikan di Yogyakarta dalam buku ini. Misal tentang rencana pembelajaran
dalam sekolah guru Injil pada tahun ajaran pertama yang ditulis oleh si pendidik sendiri, D.
Bakker.11 Atau tentang pengembangan sekolah guru Injil dengan pembukaan kursus dalam
bahasa Belanda, banyak bahan pengajaran yang masih hanya ada dalam bahasa Belanda. Ini
penting karena tulis Bakker, “Maar de prediking van het Evangelie door daartoe bevoegde
krachten, zal toch altijd in 't midden moeten blijven staan.”12 (Tetapi pemberitaan Injil oleh
pekerja yang kompeten, sebaiknya selalu berada di tengah [pekerjaan misioner].). Ada juga
artikel 116 dari Sinode Middelburg pada tahun 1896 yang menuliskan dasar-dasar pekerjaan misi
GKN, sangat bagus untuk menjadi acuan langsung akan pemahaman para misionaris ZGKN
sendiri tentang pekerjaan misioner mereka.13
Zendingsblad van de Gereformeerde Kerken in Nederland edisi 1 Agustus 1909. Majalah
bulanan ZGKN ini mengandung kolom berisi kabar dari Bakker tentang dimulainya angkatan
ajaran baru setelah ujian angkatan yang lama dalam sekolah guru Injil. Yang hanya dihadiri oleh
empat murid, satu dari Yogyakarta, dua dari Kebumen, dan satu lagi dari Purbolinggo, memang
tidak diharapkan ada pendaftar yang lebih banyak dari angkatan ajaran sebelumnya (5 orang). 14
Selain dari edisi ini, situs digibron.nl menyediakan semua edisi lain keluaran jurnal ini maupun
jurnal GKN yang lain, De Heraut yang akan ditelusuri untuk pengumpulan sumber.

7
J.D. Wolterbeek, Babad Zending di Pulau Jawa, terjemahan oleh Edi Trimodoroempoko, Taman Pustaka Kristen:
Yogyakarta, 1995, hlm. 178-254.
8
ibid., hlm. 204, 226, dan 228.
9
ibid., hlm. 193, 199, 203, 208, 210, 211, 213-216, dst.
10
Geschiedenis van de Nederlandse Zending en Overzeese Kerken 2: De Gereformeerde Zending in Midden-Java
1859 — 1931, H. Reenders ed., Boekencentrum: Zoetermeer, 2001, hlm. ix.
11
ibid., hlm. 404-406.
12
ibid., hlm. 724.
13
ibid., hlm. 236-249.
14
D. Bakker, Keucheniusschool, Zendingsblad van de Gereformeerde Kerken in Nederland, 1 Agustus 1909, hlm.
11.
Daftar Pustaka
Th. van den End dan J. Weitjens, S.J., Ragi Carita 2: Sejarah Gereja di Indonesia 1860-an —
sekarang, (cetakan ke-9), BPK Gunung Mulia: Jakarta, 2011.
Th. Sumartana, Mission at the crossroads: Indigenous churches, European missionaries, Islamic
association and socio-religious change in Java 1812 — 1936, BPK Gunung Mulia:
Jakarta, 1993.
J.D. Wolterbeek, Babad Zending di Pulau Jawa, terjemahan oleh Edi Trimodoroempoko, Taman
Pustaka Kristen: Yogyakarta, 1995.
Geschiedenis van de Nederlandse Zending en Overzeese Kerken 2: De Gereformeerde Zending
in Midden-Java 1859 — 1931, H. Reenders ed., Boekencentrum: Zoetermeer, 2001.
http://resources.huygens.knaw.nl/retroboeken/zending/, diakses pada 12 Oktober 2020.
D. Bakker, Keucheniusschool, Zendingsblad van de Gereformeerde Kerken in Nederland, 1
Agustus 1909.
https://www.digibron.nl/viewer/collectie/Digibron/id/tag:PKN,19090801:newsml_42b6aba
0dec2497b17df982c4bf6e82b, diakses pada 6 Oktober 2020.

Tambahan Referensi
1. S Nasution, Sejarah Pendidikan di Indonesia
2. H. Baudet (Editor), Politik Etis dan Revolusi Kemerdekaan
3. Elsbeth Locher-Scholten, Etika Yang Berkeping-keping: Lima Telaah Kajian Aliran Etis
dalam Politik Kolonial 1877-1942
4. Asti Kurniawati, Membangun Narasi, Menghadirkan Pesona: Akar dan Perjalanan Citra
Yogyakarta Kota Pendidikan.

Institusi Pendidikan di bawah Payung Zending der Gereformeerde Kerken in Nederland di


Yogyakarta Awal abad XX.

Bab II Politik Etis dan Geliat Kristenisasi di Yogya


Bab III Institusi Pendidikan di bawah ZGKN
Bab IV: Menciptakan Kekhasan: Dari pengajar hingga kurikulun

Nama : Mutiara
NIM : 184314004
Tugas UTS Sejarah Tematis

Batik Rifaiyah 1950-2000: Kajian Sejarah Budaya

Batik Indonesia menurut WHO adalah salah satu Warisan Kemanusiaan untuk Budaya
Lisan dan Nonbendawi sejak 2 Oktober 2009. Batik mengacu pada dua hal. Yaitu yang pertama
adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk pewarnaan sebagaian dari
kain15. Pengertian yang kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut,
termasuk pemggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan16.
Kata “Batik” berasal dari bahasa Jawa. Menurut G.P. Rouffaer berpenda[at bahawa
teknik batk ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau abad
ke-717. Seiring berjalannya waktu, batik mengalami modernisasi, jenis batik naru muncul yang
lebih dikenal sebagai batik cap dan dan batik cetak. Zaman dahulu batik adalah salah satu mata
pencaharian para perempuan.
Salah satu batik yang berada di Indonesia adalah Batik Rifaiyah. Batik ini memiliki ciri
khas tersendiri. Yang membuat menarik adalah motif Batik Rifaiyah ini mendapat pengaruh dari
sistem kepercayaan. Batik ini dibuat dan digunakan oleh masyarakat Islam Rifaiyah sehingga
batik ini menjadi salah satu identitas dan sering digunakan dalam berbagai kegiatan bagi
masyarkat Rifaiyah18.
Batik Rifaiyah ini diproduksi hanya di Desa Kalicupang Wetan Kecamatan Batang
Kabupaten Batang saja. Pada masa lalu tradisi di Jawa dipengaruhi oleh Hidu-Budha, kemudia
bergeser saat Islam masuk dan berkembang di Jawa dan itu terlihat dalam batik yang dibuat oleh
masyarakat Islam Rifaiyah yang ajarannya dipimpin oleh ulama bernama KH. Ahmad Rifai.
Oleh karena itu, motif dan karakteristik sangat berbeda dengan batik lainnya. Batik Rifaiyah ini
digunakan untuk salah satu metode dakwah.
Sejumlah warga yang bermukim di daerah Batang, Jawa Tengah mengidentifikasi bahwa
diri mereka adalah sebagai kelompok Rifaiyah atau jamaah Rifaiyah. Kiai Haji Ahmad Rifai
adalah seorang ulama kelahiran Kendal, Jawa Tengah, pada awal abad 18, yang gigih melawan
Belanda19. Kebanyakan penduduk jamaah Rifaiyah yang laki-laki adalah seorang petani
sedangkanyang perempuan adalah ibu rumah tangga dan pembuat batik.
Perbedaan batik Rifaiyah dengan batik lainnya adalah pada aturan yang digunakan dalam
menggambar motif. Batik Rifaiyah melarang untuk menggambar motif makhluk bernyawa
secara utuh. Hal itu selaras dengan syariat Islam yang melarang menggambar makhluk
bernyawa. Menurut Islam jika yang menakan batik dengan motif makhluk bernyawa kemudia dia
salat, maka salatnya dianggap tidak sah20.
Jika ingin menggambar burung atau hewan yang lainnya, bentuk dari hewan tersebut,
salah satu dari anggota tubuh hewan tersebut harus dihilangkan. Seperti contohnya burung yang
kakinya diganti dengan dahan atau ranting pohon21. Batik Rifaiyah juga melambangkan status
soisal dan dipakai masyarakat Rifaiyah berdasarkan moral dan kesopanan.
Ajaran Rifaiyah mempunyai ciri khas yaitu identik dengan Tarjuma. Tarjumah adalah
sebuah kitab yang dikarang oleh KH. Ahmad Rifai yang bertuliskan Arab Pegon berbahasa

15
Suerna Dwi Lestari, Mengenal Aneka Batik, (Jakarta Timur: PT Balai Pustaka (Persero), 2010), hlm 1.
16
ibid.
17
ibid
18
Indri Septiana, “Batik Rifaiyah Desa Kalicupang Wetan Batang: Kajian Sumber Gagasan, Karakteristik
Estetik,Fungsi, dan Maknanya”, Pendidikan Seni Rupa Jurusan Senu Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Semarang, 2017, hlm 3.
19
Sri Mustika, Melestarikan Batik Tradisional Rifaiyah sebagai Identitas Budaya Komunitas Rifaiyah”, Jurnal
Penelitian Kimunikasi ol.21 No. 1 Juli 2018, hlm 2.
20
ibid.
21
Muhammad Jaeni, M.,Pd.,M.Ag, “Dari Syiar Agama Hingga Simbol Perlawanan (Menggali nilai-nilai seni
budaya dalam Kitab Tarajumah dan Kehidupan Masyarakat Rifa’iyah)”, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Pekalongan, hlm13.
Jawa22. Ajaran Rifaiyah terdapat 3 pokok ajaran yaitu dibidang Ushuluddin, bidang Fiqih dan
bidang Tasawuf. Ajaran ini tentu saja bisa hilang dan luntur oleh perkembangan zaman sehingga
diperlukan untuk pelestarian. Tujuan dari pelastarian ini yaitu agar masih terjaga ajaran Rifaiyah
secara turun-temurun. Salah satunya adalah dengan cara membuat batik ini.
Batik Rifaiyah dibatik pada kedua sisi kainnya. Warna yang digunakan terdiri atas dia
warna atau yang disebut bangbiron (bang: merah dan biron: Biru)23. Pada zaman dahulu untuk
pewarnaan batik ini menggunakan pewarna tradisonal atau pewarnaan alam. Para pembatik
memerlukan waktu kurang lebih selama satu sampai tiga bulan untuk membuat kain batik tulis.

Tambahan Referensi
1. Hermanu, Etiket Batik dan Tenun 1930-1990, Bentara Budaya Yogya
2. Sariyatun, Usaha Batik Masyarakat Cina di Vorstenlanden Surakarta Awal Abad XX
3. Soedarmono, Mbok Mase: pengusaha batik di Laweyan Solo awal abad 20
4. Adaby Darban, Rifa'iyah : gerakan sosial keagamaan di pedesaan Jawa Tengah tahun
1850-1982
5. M.C. Ricklefs, Mengislamkan Jawa
6. Max Weber, Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme Max Weber

Batik Rifaiyah 1950-2000: Kajian Sejarah Budaya

Bab II Industri Batik Rifaiyah (sejarah kemunculan, manajemen perusahaan, relasi majikan-
buruh)
Bab III Keunikan dan Makna Batik
Bab IV Memacu Kreatifitas, Menghadapi Tantangan Zaman

UTS Sejarah Indonesia Tematis Marselinus Riyandika Sasmita


NIM: 184314005
TinjauanPustaka: Jorok ke Bersih Sejarah Kereta Api Indonesia 1950-2011
Sumber Pustaka:
- Peningkatan kinerja PT. Kereta Api Indonesia pada pelayanan
Tantangan PT.Kereta Api Indonesia untuk mewujudkan dan memberikan keamanan dan
keselamatan kepada pemakai jasa moda kereta api sangatlah besar . beberapa tantangan seperti
keterpaduan dengan moda lain.Kalau diamati , operasi transportasi di Indonesia tidak saling
berintegrasi dan saling mengumpan , melainkan terksesan salig membunuh satu sama lain.baik
Transportasi jarak jauh maupun transportasi Perkotaan.
UU no.23/2007 telah hadir untuk menghilangkan monopoli operator dari PT.Kereta Api
Indonesia, karna sebelumnya Monopoli Kereta Api sangatlah tinggi era Perumka kebawah,
22
Ana Farokatul Aini, “PELESTARIAN AJARAN RIFA’IYAH DI DESA CEPOKOMULYO GEMUH KENDAL
(PERSPEKTIF DAKWAH)”,Skripsi FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI WALISONGO SEMARANG, 2019, hlm 3.
23
Sri Mustika, Melestarikan Batik Tradisional Rifaiyah sebagai Identitas Budaya Komunitas Rifaiyah”, Jurnal
Penelitian Kimunikasi ol.21 No. 1 Juli 2018, hlm 2.
namun kenyataanya hadirnya UU tersebut belum sepenuhnya diimplemestasikan
seluruhnya.pada Tahun 2004 Pemerintah juga memiliki Hutang kepada PT.KA ( perumka ) saat
itu ditambah diberikannya PSO , sehingga membuat kebijakan perawatan menjadi terhambat dan
berkembang.
Bagi Pemerintah PT.KAI adalah perusahaan BUMN yang telah memiliki pengalaman yang
panjang dan kompentensi yang mumpuni dalam perjalanan sejarah perkeretaapian nasional.untuk
itu pemerintah saat itu memberikan waktu 3 tahun dari 2007-2009 , kepada PT KAI untuk
melakukan konsolidasi internal, Harapannya PT KAI.mampu tampil berperan sebagai pelopor
untuk mengembangkan atau membangun perkeretaapian Nasional.
Perkembangan kualitas perkeretaapian sebagai angkutan publik dalam mewujudkan
transportasi berkelanjutan.
Gerald Caiden dikutip dari Thoha (2008) menandaskan bahwa disiplin administrasi negara
pada hakikatnya adalah suatu disiplin yang menanggapi masalahmasalah pelaksanaan persoalan-
persoalan masyarakat (Public Affairs) dan manajemendari usaha-usaha masyarakat
(PublicBussiness). Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani)
keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuaidengan
aturan pokok dan tatacara yang telah ditetapkan.
Peningkatan kapabilitas, inovasi, dan world class menunjukkan bahwa PT KAI dituntut
untuk menemukan cara-cara yang baru dan inovatif demi mencapai kepuasan pelanggan, namun
di sisi lain sebagai BUMN yang juga dibiayai pemerintah untuk memberikan pelayanan
transportasi yang terbaik PT KAI juga berusaha untuk mengutamakan kepentingan publik
dengan berpikir strategis bagaimana dapat meningkatkan kualitas pelayanan sesuai yang
diharapkan masyarakat serta memberikan pelayanan dengan harga terjangkau, jujur, ,responsif
serta menjawab keluhan-keluhan mereka,hal ini yang membuat PT KAI tidak lagi seperti masa
era PJKA hingga Perumka saat itu yang terkesan kurang memadai bagi penumpang.
Tinjauan hukum terhadap PT Kereta api Indonesia tentang perubahan dan bentuk
tanggung jawab terhadap penumpang.
Pada tahun 1 Juni 1999 perumka secara resmi berubah menjadi PT KA (PT Kereta Api). PT
sendiri adalah merupakan Perseroan Terbatas yang memiliki badan hukum. Hak dan kewajiban
dari PT. Kereta Api itu sendiri adalah kwajibannya untuk memberikan Ganti Rugi kepada
penumpang apabila mengalami kecelakaan yang menyebabkan kerugian sedangkan haknya
adalah Kereta Api berhak untuk menolak melakukan Ganti Rugi apabila kerugian tersebut bukan
berasal atau disebabkan oleh pihak Kereta Api.
Ganti rugi dapat dilaksanakan karena tidak terpenuhinya suatu perikatan, tidak terpenuhinya
suatu perikatan tersebut karena sengaja, atau karena ketidak sengajaan. Akibat kelalaian tersebut
yang menyebabkan ganti rugi harus dilaksanakan.Kerugian yang dimaksud dalam pasal 1243
KUH Perdata ini ialah karena debitur atau pihak kereta api melakukan wanprestasi jadi
Penumpang semenjak era PT KA sudah dilindugi oleh jasa jika teradi hal yang tidak diinginkan
oleh kita.
-Kepemimpinan Ignasius Jonan dalam Transformasi PT.Kereta Api Indonesia:Sudut
pandang bawahannya.
Nelson (2002) mendefenisikan bahwa pemimpin sebagai orang yang mampu melihat dan
mengemukakan visi, melakukan perubahan dengan cara menyelaraskan orang-orang dengan
sumber daya, dan mengatur orang-orang maupun sistemsistem untuk mencapai sasaran-sasaran
tersebut. Pemimpin berperan sebagai motivator di dalam organisasi yang dipimpin olehnya.
Pemimpin mampu menempatkan diri di tengah-tengah untuk membangun motivasi dan
membangkitkan semangat serta memberi stimulus agar bawahannya dapat mencapai performa
kinerja terbaik. Terbukti Era Jonan mampu merubah Image PT.KAI menjadi bersih.
Contoh dari Kepemimpinan yang baik akan terlihat jika langsung di uji di tempat-tempat
lapangan seperti halnya Stasiun Kereta api. penggambaran tentang pendapat dan respon
karyawan terhadap kepemimpinan yang diterapkan oleh Ignasius Jonan selama memimpin PT
KAI.perubahan yang sangat drastic yang dilakukan oleh Ignasius Jonan terhadap penumpang
sekalipun kepada karyawannnya.
- Rencana Induk Perkeretaapian nasional
Tanggal 1 Januari 1950 dibentuklah Djawatan Kereta Api (DKA) yang merupakan
gabungan DKARI dan SS/VS. Pada tanggal 25 Mei 1963, terjadi perubahan status DKA menjadi
Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
1963. Pada tahun 1971 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1971 terjadi
pengalihan bentuk usaha PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Selanjutnya
pada tahun 1990 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 1990, PJKA beralih bentuk
menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka), dan terakhir pada tahun 1998 berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998, Perumka beralih bentuk menjadi PT. KA
(Persero).
Pada perjalanannya, PT. KA (Persero) berguna memberikan layanan yang lebih baik pada
angkutan kereta api komuter, telah menggunakan sarana Kereta Rel Listrik di wilayah Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang (Serpong) dan Bekasi (Jabodetabek) serta pengusahaan di bidang
usaha non angkutan penumpang membentuk anak perusahaan PT. KAI Commuter Jabodetabek
berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2008 dan Surat Menteri Negara BUMN Nomor
S653/MBU/2008 Tanggal 12 Agustus Tahun 2008 ini dilakukan demi perubahan lebih baik.

Tambahan Referensi
1. Waskito Widi, Sejarah Kereta Api Kota Solo 1864-1930
2. Wasino dkk, Nasionalisasi Aset-aset BUMN
3. Agus Mulyana, Sejarah Kereta Api di Priangan
4. Tim Telaga Bukti, Nusantara Sejarah Perkeretaapian Indonesia
5. Majalah Kereta Api (bisa didapatkan di kios loakan). Banyak mengulas tentang kebijakan
juga.

Jorok ke Bersih: Sejarah Kereta Api Indonesia 1950-2011

Bab II: KA Pasca Kemerdekaan (melanjutkan atau menata manejemen pasca kolonial)
Bab III: KA di masa Orde Baru (jorok)
Bab IV: KA Pasca Reformasi (bersih)
Nama : Arya Karuna Pratama H
NIM : 184314007
Matakuliah : Sejarah Indonesia Tematis (UTS)

Tinjauan Pustaka “Ketika Dawai Dipetik : Biografi Doel Soembang Sebagai Musisi 1980 -
2000”

1. Majalah Tempo, 23 Februari 1993 “Lagunya Jorok”

Disebutkan dalam sebuah artikel majalah Tempo pada tahun 1993, bahwa Doel Soembang
sedang mengalami masa jayanya. Hal ini ditunjukkan dari beberapa hal, seperti kendaraan
pribadinya yang mencapai 14 unit, ditambah 1 unit Mercedes - Benz Boxer 300E berwarna
merah yang dalam kondisi baru, dimana itu sebagai royalti atas albumnya, belum lagi sebuah vila
yang sedang dibangun, serta rumahnya yang berjumlah 4 unit.

Namun Doel mengatakan bahwa kepuasan materi bukan menjadi prioritasnya, ini hanya sebagai
bukti kepada orang tua bahwa jalan hidupnya benar. Belakangan juga, lagu-lagu yang Doel
hadirkan lebih sopan, dan hal itu yang menjadi salah satu penyebab ia berjaya. Dulu ia sempat
dibui selama 4 hari karena syair lagunya yang terlalu jorok, dan ia tidak boleh tampil di TVRI
selama 6 tahun. Namun, Doel merasa agak tersiksa, dan ia mengutarakan bahwa ia ingin kembali
pada warna musiknya yang dulu lagi.

2. 100 Tahun Musik Indonesia, Denny Sakrie, hlm 79-80

Akhir 1970an dan 1980an, musik folk di Indonesia mengalami perkembangan lebih lanjut. Hal
ini dapat terlihat dari semakin banyaknya sosok-sosok penyanyi folk yang muncul ke
permukaan, beberapa dari mereka yang mempunyai nama yang cukup besar ialah Iwan Fals,
Ebiet G Ade, dan Doel Soembang. Mayoritas dari mereka menciptakan lagunya sendiri dan
menyanyikannya sendiri, dan juga menggunakan gitar akustik untuk membawakannya. Tema -
tema yang dihadirkan dalam lirik-lirik lagu mereka sendiri terkonsentrasi pada alam dan
lingkungan, serta kritik sosial dengan bumbu humor.

Gaya bermusik yang dibawakan Doel Soembang sendiri terinspirasi dari Iwan Fals. Ada
kemiripan pada buku ini dengan artikel majalah Tempo, dimana Doel Soembang disebut sebagai
orang yang “pedas”. Perbedaannya, antara lainnnya ialah pada buku ini tidak disebutkan secara
spesifik mengenai Doel Soembang, Doel pada buku ini hanya disebutkan sebagai salah satu
contoh musisi Indonesia dengan aliran musik Folk.

3. Skripsi “Pop Sunda: Kritik Sosial Pada Lagu Karya Doel Sumbang (1981-2012)”, Raga Tegar
Jiwa, Bab II, hlm 24-44.
Pada bab II skripsi ini, disebutkan beberapa hal yang cukup penting, antara lainnya ialah
disebutkan pada tahun 1990an muncul penyanyi pop sunda yang memiliki gaya dan ciri musik
yang khas dan tersendiri, yakni Doel Soembang. Dituliskan juga mengenai kritisnya Doel
Soembang yang tercermin dalam setiap lagunya, kurang lebih hal ini mirip seperti apa yang
dituliskan oleh majalah Tempo. Doel juga disini disebutkan sebagai salah satu orang yang
memberikan pengaruh perubahan dan perkembangan pop sunda hingga saat ini.

Tercatat dalam rentang waktu 1980an hingga 1994, album yang sudah dirilis oleh Doel
Soembang mencapai angka hingga 40 album solo, dan 40 album yang dikerjakan dengan
penyanyi lain, dimana peralbum, lagunya berjumlah 8 buah. Sehingga jika dikalikan, lagu - lagu
yang telah ditulis dan dinyanyikan oleh Doel Soembang berjumlah 720 lagu., dimana album
yang paling laris ialah album Aku, tikus dan kucing yang terjual hingga 2.000.000 copy kaset.
Selain itu, album Somse juga menjadi salah satu album yang laris, mencatatkan penjualan kaset
diangka lebih dari 300.000 copy. Sebetulnya pada skripsi ini ada pernyataan kontradiktif,
dimana disebutkan Doel Soembang muncul pada tahun 1990an, sedangkan pada beberapa
paragraf selanjutnya, penulis menyebutkan bahwa sejak rentang 1980an hingga 1994, Doel
sudah merilis album.

4. Pikiranrakyat.com, 4 Juli 2018, “Lagu Ai Karya Doel Soembang Pernah Menjadi Tembang
Pop Sunda Termahal”

Pop Sunda sebagai minoritas di belantika musik nusantara pernah mencatatkan angka yang baik
dalam penjualannya. Lagu Kalangkang (1986) ciptaan Nano S yang dibawakan oleh Nining
Meida ini konon kasetnya terjual hingga 2.000.000 kaset. Adapun lagu dengan judul Ai, yang
pencipta sekaligus penyanyinya, Doel Soembang, pada saat diproduksi oleh Nirwana Record
pada tahun 1993 mencatatkan angka penjualan resmi diatas 1.000.000 copy. Blackboard dan HP
Record membeli lagu ini dengan nilai mencapai ratusan rupiah, tepatnya lebih dari
Rp.300.000.000, itupun kurs pada saat itu. Jika dibandingkan dengan sekarang, tentu bisa berkali
lipat. Kesuksesan Doel yang dituliskan di Pikiran Rakyat ini seolah memperkuat pernyataan pada
majalah Tempo dimana disebutkan mobil Mercedes Benz Boxer yang Doel dapat itu ialah royalti
atas penjualan albumnya pada tahun 1993.

Pembelian lagu Ai lantas membuat Doel merasakan manisnya juga, karena berkat pembelian
lagu itu, keuangan Doel Soembang semakin bertambah, karena HP Dan Blackboard record
mempercayakan Doel Soembang dan Jeffry Bulle agar mendaur ulang lagu ini kedalam bahasa
Indonesia, yang diakui oleh Doel sulit karena dianggapnya jika sudah dialihbahasakan, makna
yang didapat serta perasaannnya sudah berbeda. Oleh karena itu, ia dan Jeffry membuat lagu
baru yang berjudul Aku Cinta Kamu, yang diduetkan dengan Nini Carlina.

5. Fimela.com, Nizar Zulmi, 22 Agustus 2017

Terhitung sepanjang ia berkarir dari tahun 1980an, pria kelahiran Bandung, 16 Mei 1963 ini
telah melahirkan 60 album, dimana hal itu menunjukkan produktivitasnya sebagai penyanyi. Ia
juga turut berperan dalam pengorbitan para pendatang baru. Diantara mereka yang membawakan
karya Doel antara lainnya Ita Purnamasari, Nini Karlina hingga Agnes Monica ft. Eza Yayang.
Pemilihan judul lagu yang unik juga menjadi sebuah ciri khas yang ditunjulkan oleh Doel,
seperti Aku Tidak Sinting (1985), Aku dan Tetek Bengek (1987), dan Ema (Edanna Manusia,
1997). salah satu lagu yang “lekat” jika berbicara mengenai Doel Soembang ialah Kalau Bulan
Bisa Ngomong.

Tambahan Refesensi
1. Biografi Iwan Fals (penerbit Ombak)
2. Buku tentang Budaya Sunda
3. Majalah tentang musik
4. Suka Hardjana, Musik Antara Kritik dan Apresiasi
5. Andrew W. Weintraub, Dangdut: Musik, Identitas dan Budaya Indonesia

“Ketika Dawai Dipetik : Biografi Doel Soembang Sebagai Musisi 1980 - 2000

Bab II Proses Kreatif Bermusik


Bab III Lirik Lagu dan Konteks Zaman
Bab IV Kejayaan Doe Soembang

Nama : Nadia Kurniati


NIM : 184314008
UTS Sejarah Indonesia Tematis
Kajian Pustaka
Sebelum adanya agama-agama besar yang masuk ke Indonesia, orang Indonesia sendiri
juga sudah memiliki kepercayaan sendiri dari leluhur-leluhur untuk mengakui kebesaran
Ranying Hatala Langit (Tuhan yang Maha Esa). Salah satunya adalah Hindu Kaharingan yang
ada di Kalimantan Tengah, kepercayaan ini memuat aturan-aturan kehidupan dan nilai-nilai yang
isinya tak hanya menurut adat istiadat namun juga tata cara untuk hidup berperilaku. Kaharingan
sendiri berasal dari bahasa sangen dari akar kata “Haring” berarti ada dan tumbuh, dalam istilah
danum, Kaharingan berarti air kehidupan, dilambangkan Batang Garing atau Pohon Kehidupan.
Istilah Kaharingan ini di perkenalkan menjelang kemerdekaan pada tahun 1945 oleh Dai Nippon,
atas usul tokoh adat Dayak Ngaju, Damang Y. Salilah dan W. A. Samat. Kepercayaan
Kaharingan sendiri pada umumnya tidak memiliki kitab suci dan ajarannya hanya disampaikan
secara lisan dan turun-temurun, namun kemudian di adopsi ke dalam agama Hindu karena
memiliki kesamaan yang meyakini bahwa Tuhan itu meresap dan menyatu dengan alam semesta.
Jika Hindu Spiritual merupakan sekumpulan umat Hindu yang mempelajari agama untuk
mencari kesadaran akan Tuhan serta mencari anugerah dewa melalui mantra, menyanyikan
kidung India, mengonsumsi produk hewani dan lebih mementingkan pembacaan kitab suci
ketimbang upacara, sedangkan Hindu tradisional merupakan kelompok umat Hindu yang
mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara lebih banyak melakukan upacara dan ritual atau di
tempat yang telah disepakati.
Tak jarang mereka yng menganut kepercayaan ini harus menuliskan beragama lain dalam
kartu KTPnya, agar tetap dapat berperan dalam kehidupan berwarganegara. Eksistensi dari
Hindu Kaharingan sendiri meskipun sudah mulai banyak yang di tinggalkan karena sudah mulai
menganut agama lain, namun masih banyak yang melaksanakan tradisi leluhur yang berakar
pada nilai Kaharingan. Ketiadaan lektur keagamaan tentu saja menyulitkan anak-anak yang ingin
belajar mengenai agama ini, dan membuat merek tidak bisa memiliki argumen yang kuat
mengenai apa yang mereka percayai. Meskipun Kitab Suci Panaturan dan Talatah Basarah telah
dibukukan, tentu itu tidak banyak membantu dan jika tidak segera dibenahi maka lambat laun
memang kepercayaan yang sudah ada sejak turun temurun ini akan di tinggalkan seperti apa
yang sudah terjadi saat ini. Masyarakat suku Dayak sejak dulu sudah di stereotipkan sebagai
suku bangsa yang terbelakang, namun faktanya jauh sebelum Indonesia merdeka pun suku
Dayak sudah memiliki visi kebangsaan sendiri untuk mengatur masyarakat apapun agamanya.
Umat Hindu Kaharingan dengan sekuat tenaga memperjuangkan jati dirinya agar diakui sejak
tahun 1950, wadah mereka adalah “Serikat Kaharingan Dayak Indonesia”

Tambahan Referensi
Daftar Buku Agama

Judul Pengarang Penerbit Dan Jumlah Hlm


Tahun
Agama Dalam Ruang Publik Gusti A. B. Menoh PT Kanisius -2015 235 Halaman
Agama Dan Alam Kerohanian Rachmat Subagya Yayasan Cipta 238 Halaman
Asli Di Indonesia Loka Garaka -1979
Agama Dan Kekerasan Arlina G. Latief, Buletin Interfidei 92 Halaman
Noorhalis M, Dkk. Edisi Khusus 2003
Agama Dan Pluralitas Budaya Editor: Zakiyuddin Pusat Studi Budaya 290 Halaman
Lokal Baidhawy Dan Dan Perubahan
Mutohharun Jinan Sosial
Agama Dan Seksualitas Aquarini Priyatna, Jurnal Perempuan: 167 Halaman
Flerenziana Untuk Pencerahan
Getruida Junus, Dan Kesetaraan No
Dkk. 77 Mei 2013
Agama Seni Hamdy Salad Yayasan Semesta - 278 Halaman
2000
Agama Suku Agama Primitif & Pdt. Dr. E. P. Jurnal Info Media - 128 Halaman
Agama Batak Kuno Gintings 2009
Agama, Etos Kerja, Dan Editor: Taufik LP3ES Jakarta- 236 Halaman
Perkembangan Eknomi Abullah 1979 Cetakan
Pertama
Ecology And Religion In Editor: David Dan HARPER 154 Halaman
History Eileen Spring TORCHBOOKS -
1974
Filsafat Agama Prof. Dr. H. M Bulan Bintang - 240 Halaman
Rasjidi 1965
Penjaga Memori: Gardu Di Abidin Kusno Ombak - 2007 154 Halaman
Perkotaan Jawa
Kajian · Agama Dan Editor: Sudjangi Departemen Agama 329 Halaman
Masyarakat – 1991/1992
Kampung Jawa Tondano: Tim G. Babcock UGM Press - 1989 322 Halaman
Religion And Cultural Identity
Kebudayaan & Agama Clifford Geertz Kanisius - 1992 112 Halaman
Kepercayaan Dan Agama Rahmat Subagya Kanisius - 1976 147 Halaman
Perempuan Dalam Agama- Editor: Arvind SUKA- PRESS 408 Halaman
Agama Dunia Sharma 2005
PEREMPUAN JAWA: Titi Surti Nastiti Pustaka Jaya - 2016 448 Halaman
Kedudukan Dan 'Peranannya
Dalam Masyarakat Abad VM-
XV
Perlawanan Penguasa Madura Aminuddin Kasdi Jendela - 2003 598 Halaman
Atas Hegemoni Jawa
Relasi Pusat-Daerah Pada
Periode Akhir Mataram 1726-
1745
Pertanian Dan Kemiskinan Dl Egbert De Vries Gramedia - 1985 201 Halaman
Jawa
Perubahan Sosial Di Pedesaan Dr. Kuntowijoyo UGM - 1990 487 Halaman
Jawa Dimasa Orde Baru
Proses Perubahan Sosial Di Lambang Triyono UGM-Rajawali 60 Halaman
Desa Jawa Nasikun Press 1992
Psikologi Jawa Darmanto Jatman Yayasan Bentang 154 Halaman
Budaya - 1997
Pujangga Jawa Dan Bayang- S. Margana Pustaka Pelajar - 271 Halaman
Bayang Kolonial 2004
Religion In World History John C.Super Dan Routledge - 2006 182 Halaman
Briane K.Turley
Sejarah Aksara Jawa Djati Prihantono Javalitera - 2011 77 Halaman
Seni Dalam Ritual Agama Y. Sumandiyo Hadi PUSTAKA - 2006 378 Halaman
Teori-Teori Tentang Agama Evans Pritchard PL2PM - 1984 164 Halaman
Primitif
The Religion Of Hindus Editor: Kenneth W. The Ronald Press 433 Halaman
Morgan Company - 1953
Tuhan Dalam Budaya Jawa Ign. Gatut Saksono Kaliwangi- Ampera 178 Halaman
Utama 2014
Unsur-Unsur Adat Budaya Tim Penelitian: Drs. Sekolah Tinggi 2010 Halaman
Jawa Dalam Pembinaan Soeparman, Prof. Agama Kristen
Kehidupan Umat Kristen Di Drs. Soenarjo Surakarta - 1993
Surakarta Wreksosoehardjo,
Dkk.
Variasi Agama Di Jawa Andrew Beatty Rajagrafindo 369 Halaman
Persada - 2001

Pasang Surut Hindu Kaharingan 1960-2000: Sejarah Religi

Bab II Sejarah dan Ajaran Kaharingan


Bab III Potret Sosial Jamaah
Bab IV Bertahan dalam kepungan dominasi agama

Anda mungkin juga menyukai