TINJAUAN PUSTAKA
Tinjuan pustaka sangat diperlukan untuk menemukan hubungan antara sumber dan
penelitian yang dilakukan.
Dalam buku Saliadi Hadi (2007) dikatakan bahwa Sulawesi Tengah memiliki peran
penting di dalam menghadapi penjajahan ataupun pemberontakan yang dilakukan oleh pihak
luar.Salah satunya Permesta.Permesta merupakan gerakan anti-pemerintah yang dibentuk oleh
pihak luar dengan tujuan membuat Indonesia kembali terpecah.
Gerakan pemuda Sulawesi tengah dibentuk dalam tiga kota yang berbeda.GPST Palu
terbentuk pada 17 agustus 1957,GPST dibentuk di Poso pada awal Desember 1957, kemudian
GPST di Donggal terbentuk pada akhir tahun 1957.Gerakan Pemuda Sulawesi Tengah
mempunyai beberapa tokoh penting yang berperan penting dalam membendung dominasi
Permesta. Mereka adalah Bupati Jafar Lapasere,Dg. Ruda Lamakarate,Aeni Husaeni,Daud
Agan,J.arwan,Nasib Lamakasusa,Idris Sunusi,Dg.lamawo Lamakarate.
Dalam jurnal Cosmogov (2015) menjelaskan tentang awal mula terbentuknya gerakan
PERMESTA.Gerakan PERMESTA awalnya terbentuk di Sulawesi Selatan yang berisikan
pengusaha,tokoh politik,birokrat,dan militer termasuk pengusaha yang tersebar dari pulau
Sulawesi.Kasad PERMESTA dipimpin langsung oleh Sumual dan kawan-kawan.kekuatan
militer PERMESTA di Sulawesi Tengah terdiri atas Batalyon 719 dan Brimob 5490.
Gerakan Pemuda Sulawesi Tengah merupakan gerakan yang dipimpin oleh Asa
Bungkudanpu.Gerakan ini secara formal dibentuk pada 5 Desember 1957.Tahun 1957
merupakan tahun yang penting bagi Sulawesi.Hal ini disebabkan oleh munculnya dua pergerakan
yang bernama DI/TII dan PERMESTA.
Dalam buku Dimba Tumimomor ( 2012 ) mendiskripsikan tentang tujuan utama dari
pergerakan GPST dan PERMESTA.Tanggal 5 Desember 1957 pemuda-pemudi Sulawesi Tengah
membentuk organisasi sebagai pelindung pemerintah dan wilayah potensial yang akan menjadi
Sulawesi Tengah.Mereka membentuk gerakan pemuda Sulawesi tengah.Kelahiran GPST
didorong oleh semangat yang tidak mau tunduk dengan para tentara pemberontak Permesta.
Gerakan pemuda Sulawesi tengah juga merupakan gerakan yang menuntut provinsi
Sulawesi Tengah yang otonom dan resimen induk di Sulawesi tengah yang dipegang oleh putera-
putera daerah Sulawesi Tengah.Gerakan itu dimulai sejak tanggal 5 Desember 1957,ditandai
dengan pelarian para pemuda ke hutan untuk menyusun strategis perlawanan.
Dalam jurnal Asa Bungkundapu ( 1958 ), berisikan sumpah kesetiaan GPST kepada
Sulawesi tengah.Asa Bungkundapu menyatakan untuk setia kepada kepala negara Republik
Indonesia.Bentuk kesetiaan ini dikatakan beliau dengan cara membersihkan semua penghalang
yang ingin menguasai ataupun menghancurkan wilayah yang dihuni masyarakat Sulawesi
Tengah.
Selain itu,Asa Bungkudanpu mengungkapkan bahwa PERMESTA merupakan musuh
negara yang wajib dihilangkan dan ditangkap oleh negara Indonesia yang kala itu berpusat di
Jakarta.Oleh karena itu,beliau bersumpah untuk memuluskan jalan agar Sulawesi tengah menjadi
provinsi yang tidak mengalami intervensi dari pihak luar.
Dalam buku Dave Mcrae ( 2013 ) menyebutkan bahwa sebelum terjadinya kerusuhan
Poso diantara umat Muslim dan Kristen yang berlangsung sekitar 6-7 tahun (1998-
2007).Kabupaten Poso sudah menjadi medan pertempuran yang melibatkan pemuda-pemudi dari
Sulawesi Tengah yang berjuang untuk mengamankan Sulawesi tengah agar menjadi provinsi dan
tidak berada di dalam kekuasaan pihak lain.
GPST dikatakan memiliki pejuang-pejuang yang terkesan berani karena menghadapi
pasukan dari pihak luar yang berjumlah sekitar 700.000 personil.Meskipun memiliki jumlah
yang sedikit dibandingkan dengan PERMESTA.Mereka menggunakan hutan sebagai lokasi
utama mereka dalam melancarkan serangan terhadap pemberontak yang ingin menguasai
Sulawesi Tengah.
Tambahan Rerefensi:
1. Barbara S. Harvey, Permesta: Pemberontakan Setengah Hati.
2. R.Z. Leirissa, PRRI-PERMESTA: Strategi Membangun Indonesia Tanpa Komunis
3. Ben Anderson, Revolusi Pemuda: Pendudukan jepang dan perlawanan di Jawa, 1944-
1946
4. Abdul Qahhar Mudzakkar Dari Patriot Hingga Pemberontak
5. Majalah PRISMA edisi Pemuda
6. Majalah PRISMA edisi Gerakan Pemuda 1926-2011
Tinjauan Pustaka
Mata Kuliah Sejarah Tematis Indonesia
Oleh Aranggi Josef Toar/ 164314002
___________________________________________________________________
Judul skripsi: Institusi Pendidikan di bawah Payung Zending der Gereformeerde Kerken in
Nederland di Yogyakarta Awal abad XX.
Batasan waktu: tahun 1905 sampai 1943.
Batasan ruang: Yogyakarta.
Topik skripsi: perkembangan pelayanan sosial Zending der Gereformeerde Kerken in Nederland
(ZGKN) dalam bidang pendidikan calon guru sekolah dan guru Injil, serta dampaknya bagi
pendidikan secara umum di Yogyakarta.
___________________________________________________________________
Ragi Carita 2: Sejarah Gereja di Indonesia 1860-an — sekarang ditulis oleh Th. van den End
dan J. Weitjens, S.J. Buku ini membahas tentang perkembangan Katolik Roma dan Kristen
Protestan sepanjang 85 tahun terakhir pemerintahan kolonial Belanda, sepanjang masa
penjajahan Jepang, dan paska kemerdekaan Indonesia. Selain itu juga memberi perbandingan
antara perkembangan Katolik Roma dan Kristen Protestan pada masa yang di bahas dalam buku
ini dengan masa yang di bahas dalam jilid pertama, yaitu tahun 1500 sampai 1860. Jadi buku ini
memberikan garis besar interaksi antara asosiasi misi secara umum dengan pemerintahan
kolonial Belanda dan penduduk Hindia Belanda.
Karena wataknya yang umum, buku ini tidak membahas pelayanan sosial ZGKN dalam
bidang pendidikan secara khusus. Melainkan hanya menyebutkan ZGKN sebagai satu-satunya
masyarakat misi yang bekerja di Jawa Tengah bagian selatan. Secara khusus mencatatnya, “...
Purworejo (1897), Kebumen (1900), Yogya (1900), Purbolinggo (1901), Wonosobo (1904),
Magelang (1912), Solo (1913).” 1. Kemudian menyebutkan keutamaan pelayanan sosial dalam
bidang kesehatan ZGKN, serta bagaimana Hollands-Inlandse Kweekschool di Solo yang
didirikannya “... menjadi terkenal dan mempunyai arti bagi seluruh Indonesia.”2. Walaupun
begitu, banyak data yang berguna ada di dalam buku ini. Seperti garis besar sejarah gereja di
Belanda sepanjang abad ke-193 serta tanggal pemberlakuan keputusan Jepang “... supaya semua
sekolah yang sebelumnya dikelola oleh zending dan misi, diserahkan kepada pemerintah (1
April 1943).”4 yang menjadi batasan waktu penelitian ini.
Mission at the crossroads: Indigenous churches, European missionaries, Islamic association
and socio-religious change in Java 1812 — 1936 ditulis oleh Th. Sumartana. Buku ini
membahas perkembangan Kristen Protestan di Jawa dalam aspek interaksi antara gereja lokal
dengan para misionaris Eropa, orang-orang Islam, dan pergerakan nasionalisme. Jadi buku ini
memberikan perhatian yang lebih khusus terhadap interaksi antara gereja lokal dengan
kelompok-kelompok lain.
Karena buku ini membahas interaksi antar kelompok-kelompok yang telah disebutkan,
maka salah satunya adalah interaksi antara para misionaris Eropa sendiri, lebih tepatnya sejarah
politik dan gereja di Belanda pada akhir abad ke-19. Ini berguna untuk melihat pekerjaan ZGKN
sebagai masyarakat misi dari Gereformeerde Kerken in Nederland (GKN) dalam konteks
perkembangan politik di Belanda yang menjelang akhir abad ke-19 sedang dibayang-bayangi
Anti-Revolutionaire Partij (ARP, Partai Anti-Revolusi). Partai ini berkembang dengan cukup
cepat sampai awal abad ke-20. Program partai ini dipublikasikan pada tahun 1879 dan sudah
berbicara tentang keperluan untuk mengejar independensi negara-negara koloni.5
Pada gantinya latar belakang itu memperjelas watak pelayanan sosial ZGKN dalam bidang
pendidikan di Yogyakarta, yang dibahas dengan lebih dalam di buku ini. Walaupun tetap tidak
banyak keterangan tentang sekolah-sekolah itu sendiri, karena fokus pembahasan bab yang
mengandung keterangan barusan adalah pembentukan komunitas Kristen Protestan di Jawa
Tengah secara keseluruhan.6
Babad Zending di Pulau Jawa ditulis oleh J.D. Wolterbeek dan diterjemahkan oleh Edi
Trimodoroempoko. Buku ini aslinya ditulis dalam bahasa Jawa, dan istilah “babad” yang
digunakan memang menggambarkan isi buku dengan tepat. Kedatangan dan pekerjaan setiap
masyarakat misi dari Belanda di Jawa dibahas dengan rinci dan urut: banyak tanggal, nama, dan
kejadian penting tercatat dalam buku ini.
1
Th. van den End dan J. Weitjens, S.J., Ragi Carita 2: Sejarah Gereja di Indonesia 1860-an — sekarang, (cetakan
ke-9), BPK Gunung Mulia: Jakarta, 2011, hlm. 239.
2
ibid.
3
ibid., hlm. 11-17.
4
ibid., hlm. 347.
5
Th. Sumartana, Mission at the crossroads: Indigenous churches, European missionaries, Islamic association and
socio-religious change in Java 1812 — 1936, BPK Gunung Mulia: Jakarta, 1993, hlm. 71.
6
ibid., hlm. 59-107.
Karena watak “babad” buku ini, ada lebih banyak keterangan tentang pelayanan sosial
ZGKN dalam bidang pendidikan, tetapi tidak secara khusus dibahas pengelolaan sekolah-sekolah
itu sendiri.7 Selain itu narasi buku ini berakhir di tahun 1938 karena ditulis pada tahun 1939.
Walaupun begitu, banyak nama dan kejadian yang dapat digunakan sebagai pijakan untuk
mencari sumber primer. Beberapa di antaranya adalah tanggal-tanggal penting seperti pemisahan
pendidikan untuk calon guru sekolah dan guru Injil, pengangkatan pendeta Jawa pertama, dan
pelaksanaan Sidang Sinode pertama jemaat-jemaat di Jawa Tengah bagian selatan. 8 Lalu nama-
nama lulusan sekolah ZGKN serta tempat mereka berkarya.9
Geschiedenis van de Nederlandse Zending en Overzeese Kerken 2: De Gereformeerde Zending
in Midden-Java 1859 — 1931 diedit oleh H. Reenders. Buku ini adalah kompilasi arsip
Nederlandse Gereformeerde Zendingsvereniging (NZG, Serikat Misi Reformasi Belanda),
Generale Deputaten voor de Zending (Perwakilan Umum untuk Misi) dan gereja-gereja yang
mengirim anggota jemaatnya dalam misi. Juga jurnal-jurnal masyarakat misioner atau gereja De
Heidenbode, Zendingsblad van de Gereformeerde Kerken in Nederland, De Macedoniër, dan De
Opwekker.10 Jadi buku ini adalah sumber primer untuk sementara waktu, sebenarnya buku ini
dan jilid ketiganya, yang mengandung arsip-arsip seputar sejarah ZGKN dalam kurun waktu
tahun 1931 sampai 1975. Hanya jilid ketiganya tidak diikutkan di sini karena pengumpulan
sumber belum sampai di sana.
Banyak keterangan langsung dari para misionaris yang menangani pelayanan sosial ZGKN
dalam bidang pendidikan di Yogyakarta dalam buku ini. Misal tentang rencana pembelajaran
dalam sekolah guru Injil pada tahun ajaran pertama yang ditulis oleh si pendidik sendiri, D.
Bakker.11 Atau tentang pengembangan sekolah guru Injil dengan pembukaan kursus dalam
bahasa Belanda, banyak bahan pengajaran yang masih hanya ada dalam bahasa Belanda. Ini
penting karena tulis Bakker, “Maar de prediking van het Evangelie door daartoe bevoegde
krachten, zal toch altijd in 't midden moeten blijven staan.”12 (Tetapi pemberitaan Injil oleh
pekerja yang kompeten, sebaiknya selalu berada di tengah [pekerjaan misioner].). Ada juga
artikel 116 dari Sinode Middelburg pada tahun 1896 yang menuliskan dasar-dasar pekerjaan misi
GKN, sangat bagus untuk menjadi acuan langsung akan pemahaman para misionaris ZGKN
sendiri tentang pekerjaan misioner mereka.13
Zendingsblad van de Gereformeerde Kerken in Nederland edisi 1 Agustus 1909. Majalah
bulanan ZGKN ini mengandung kolom berisi kabar dari Bakker tentang dimulainya angkatan
ajaran baru setelah ujian angkatan yang lama dalam sekolah guru Injil. Yang hanya dihadiri oleh
empat murid, satu dari Yogyakarta, dua dari Kebumen, dan satu lagi dari Purbolinggo, memang
tidak diharapkan ada pendaftar yang lebih banyak dari angkatan ajaran sebelumnya (5 orang). 14
Selain dari edisi ini, situs digibron.nl menyediakan semua edisi lain keluaran jurnal ini maupun
jurnal GKN yang lain, De Heraut yang akan ditelusuri untuk pengumpulan sumber.
7
J.D. Wolterbeek, Babad Zending di Pulau Jawa, terjemahan oleh Edi Trimodoroempoko, Taman Pustaka Kristen:
Yogyakarta, 1995, hlm. 178-254.
8
ibid., hlm. 204, 226, dan 228.
9
ibid., hlm. 193, 199, 203, 208, 210, 211, 213-216, dst.
10
Geschiedenis van de Nederlandse Zending en Overzeese Kerken 2: De Gereformeerde Zending in Midden-Java
1859 — 1931, H. Reenders ed., Boekencentrum: Zoetermeer, 2001, hlm. ix.
11
ibid., hlm. 404-406.
12
ibid., hlm. 724.
13
ibid., hlm. 236-249.
14
D. Bakker, Keucheniusschool, Zendingsblad van de Gereformeerde Kerken in Nederland, 1 Agustus 1909, hlm.
11.
Daftar Pustaka
Th. van den End dan J. Weitjens, S.J., Ragi Carita 2: Sejarah Gereja di Indonesia 1860-an —
sekarang, (cetakan ke-9), BPK Gunung Mulia: Jakarta, 2011.
Th. Sumartana, Mission at the crossroads: Indigenous churches, European missionaries, Islamic
association and socio-religious change in Java 1812 — 1936, BPK Gunung Mulia:
Jakarta, 1993.
J.D. Wolterbeek, Babad Zending di Pulau Jawa, terjemahan oleh Edi Trimodoroempoko, Taman
Pustaka Kristen: Yogyakarta, 1995.
Geschiedenis van de Nederlandse Zending en Overzeese Kerken 2: De Gereformeerde Zending
in Midden-Java 1859 — 1931, H. Reenders ed., Boekencentrum: Zoetermeer, 2001.
http://resources.huygens.knaw.nl/retroboeken/zending/, diakses pada 12 Oktober 2020.
D. Bakker, Keucheniusschool, Zendingsblad van de Gereformeerde Kerken in Nederland, 1
Agustus 1909.
https://www.digibron.nl/viewer/collectie/Digibron/id/tag:PKN,19090801:newsml_42b6aba
0dec2497b17df982c4bf6e82b, diakses pada 6 Oktober 2020.
Tambahan Referensi
1. S Nasution, Sejarah Pendidikan di Indonesia
2. H. Baudet (Editor), Politik Etis dan Revolusi Kemerdekaan
3. Elsbeth Locher-Scholten, Etika Yang Berkeping-keping: Lima Telaah Kajian Aliran Etis
dalam Politik Kolonial 1877-1942
4. Asti Kurniawati, Membangun Narasi, Menghadirkan Pesona: Akar dan Perjalanan Citra
Yogyakarta Kota Pendidikan.
Nama : Mutiara
NIM : 184314004
Tugas UTS Sejarah Tematis
Batik Indonesia menurut WHO adalah salah satu Warisan Kemanusiaan untuk Budaya
Lisan dan Nonbendawi sejak 2 Oktober 2009. Batik mengacu pada dua hal. Yaitu yang pertama
adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk pewarnaan sebagaian dari
kain15. Pengertian yang kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut,
termasuk pemggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan16.
Kata “Batik” berasal dari bahasa Jawa. Menurut G.P. Rouffaer berpenda[at bahawa
teknik batk ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau abad
ke-717. Seiring berjalannya waktu, batik mengalami modernisasi, jenis batik naru muncul yang
lebih dikenal sebagai batik cap dan dan batik cetak. Zaman dahulu batik adalah salah satu mata
pencaharian para perempuan.
Salah satu batik yang berada di Indonesia adalah Batik Rifaiyah. Batik ini memiliki ciri
khas tersendiri. Yang membuat menarik adalah motif Batik Rifaiyah ini mendapat pengaruh dari
sistem kepercayaan. Batik ini dibuat dan digunakan oleh masyarakat Islam Rifaiyah sehingga
batik ini menjadi salah satu identitas dan sering digunakan dalam berbagai kegiatan bagi
masyarkat Rifaiyah18.
Batik Rifaiyah ini diproduksi hanya di Desa Kalicupang Wetan Kecamatan Batang
Kabupaten Batang saja. Pada masa lalu tradisi di Jawa dipengaruhi oleh Hidu-Budha, kemudia
bergeser saat Islam masuk dan berkembang di Jawa dan itu terlihat dalam batik yang dibuat oleh
masyarakat Islam Rifaiyah yang ajarannya dipimpin oleh ulama bernama KH. Ahmad Rifai.
Oleh karena itu, motif dan karakteristik sangat berbeda dengan batik lainnya. Batik Rifaiyah ini
digunakan untuk salah satu metode dakwah.
Sejumlah warga yang bermukim di daerah Batang, Jawa Tengah mengidentifikasi bahwa
diri mereka adalah sebagai kelompok Rifaiyah atau jamaah Rifaiyah. Kiai Haji Ahmad Rifai
adalah seorang ulama kelahiran Kendal, Jawa Tengah, pada awal abad 18, yang gigih melawan
Belanda19. Kebanyakan penduduk jamaah Rifaiyah yang laki-laki adalah seorang petani
sedangkanyang perempuan adalah ibu rumah tangga dan pembuat batik.
Perbedaan batik Rifaiyah dengan batik lainnya adalah pada aturan yang digunakan dalam
menggambar motif. Batik Rifaiyah melarang untuk menggambar motif makhluk bernyawa
secara utuh. Hal itu selaras dengan syariat Islam yang melarang menggambar makhluk
bernyawa. Menurut Islam jika yang menakan batik dengan motif makhluk bernyawa kemudia dia
salat, maka salatnya dianggap tidak sah20.
Jika ingin menggambar burung atau hewan yang lainnya, bentuk dari hewan tersebut,
salah satu dari anggota tubuh hewan tersebut harus dihilangkan. Seperti contohnya burung yang
kakinya diganti dengan dahan atau ranting pohon21. Batik Rifaiyah juga melambangkan status
soisal dan dipakai masyarakat Rifaiyah berdasarkan moral dan kesopanan.
Ajaran Rifaiyah mempunyai ciri khas yaitu identik dengan Tarjuma. Tarjumah adalah
sebuah kitab yang dikarang oleh KH. Ahmad Rifai yang bertuliskan Arab Pegon berbahasa
15
Suerna Dwi Lestari, Mengenal Aneka Batik, (Jakarta Timur: PT Balai Pustaka (Persero), 2010), hlm 1.
16
ibid.
17
ibid
18
Indri Septiana, “Batik Rifaiyah Desa Kalicupang Wetan Batang: Kajian Sumber Gagasan, Karakteristik
Estetik,Fungsi, dan Maknanya”, Pendidikan Seni Rupa Jurusan Senu Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Semarang, 2017, hlm 3.
19
Sri Mustika, Melestarikan Batik Tradisional Rifaiyah sebagai Identitas Budaya Komunitas Rifaiyah”, Jurnal
Penelitian Kimunikasi ol.21 No. 1 Juli 2018, hlm 2.
20
ibid.
21
Muhammad Jaeni, M.,Pd.,M.Ag, “Dari Syiar Agama Hingga Simbol Perlawanan (Menggali nilai-nilai seni
budaya dalam Kitab Tarajumah dan Kehidupan Masyarakat Rifa’iyah)”, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Pekalongan, hlm13.
Jawa22. Ajaran Rifaiyah terdapat 3 pokok ajaran yaitu dibidang Ushuluddin, bidang Fiqih dan
bidang Tasawuf. Ajaran ini tentu saja bisa hilang dan luntur oleh perkembangan zaman sehingga
diperlukan untuk pelestarian. Tujuan dari pelastarian ini yaitu agar masih terjaga ajaran Rifaiyah
secara turun-temurun. Salah satunya adalah dengan cara membuat batik ini.
Batik Rifaiyah dibatik pada kedua sisi kainnya. Warna yang digunakan terdiri atas dia
warna atau yang disebut bangbiron (bang: merah dan biron: Biru)23. Pada zaman dahulu untuk
pewarnaan batik ini menggunakan pewarna tradisonal atau pewarnaan alam. Para pembatik
memerlukan waktu kurang lebih selama satu sampai tiga bulan untuk membuat kain batik tulis.
Tambahan Referensi
1. Hermanu, Etiket Batik dan Tenun 1930-1990, Bentara Budaya Yogya
2. Sariyatun, Usaha Batik Masyarakat Cina di Vorstenlanden Surakarta Awal Abad XX
3. Soedarmono, Mbok Mase: pengusaha batik di Laweyan Solo awal abad 20
4. Adaby Darban, Rifa'iyah : gerakan sosial keagamaan di pedesaan Jawa Tengah tahun
1850-1982
5. M.C. Ricklefs, Mengislamkan Jawa
6. Max Weber, Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme Max Weber
Bab II Industri Batik Rifaiyah (sejarah kemunculan, manajemen perusahaan, relasi majikan-
buruh)
Bab III Keunikan dan Makna Batik
Bab IV Memacu Kreatifitas, Menghadapi Tantangan Zaman
Tambahan Referensi
1. Waskito Widi, Sejarah Kereta Api Kota Solo 1864-1930
2. Wasino dkk, Nasionalisasi Aset-aset BUMN
3. Agus Mulyana, Sejarah Kereta Api di Priangan
4. Tim Telaga Bukti, Nusantara Sejarah Perkeretaapian Indonesia
5. Majalah Kereta Api (bisa didapatkan di kios loakan). Banyak mengulas tentang kebijakan
juga.
Bab II: KA Pasca Kemerdekaan (melanjutkan atau menata manejemen pasca kolonial)
Bab III: KA di masa Orde Baru (jorok)
Bab IV: KA Pasca Reformasi (bersih)
Nama : Arya Karuna Pratama H
NIM : 184314007
Matakuliah : Sejarah Indonesia Tematis (UTS)
Tinjauan Pustaka “Ketika Dawai Dipetik : Biografi Doel Soembang Sebagai Musisi 1980 -
2000”
Disebutkan dalam sebuah artikel majalah Tempo pada tahun 1993, bahwa Doel Soembang
sedang mengalami masa jayanya. Hal ini ditunjukkan dari beberapa hal, seperti kendaraan
pribadinya yang mencapai 14 unit, ditambah 1 unit Mercedes - Benz Boxer 300E berwarna
merah yang dalam kondisi baru, dimana itu sebagai royalti atas albumnya, belum lagi sebuah vila
yang sedang dibangun, serta rumahnya yang berjumlah 4 unit.
Namun Doel mengatakan bahwa kepuasan materi bukan menjadi prioritasnya, ini hanya sebagai
bukti kepada orang tua bahwa jalan hidupnya benar. Belakangan juga, lagu-lagu yang Doel
hadirkan lebih sopan, dan hal itu yang menjadi salah satu penyebab ia berjaya. Dulu ia sempat
dibui selama 4 hari karena syair lagunya yang terlalu jorok, dan ia tidak boleh tampil di TVRI
selama 6 tahun. Namun, Doel merasa agak tersiksa, dan ia mengutarakan bahwa ia ingin kembali
pada warna musiknya yang dulu lagi.
Akhir 1970an dan 1980an, musik folk di Indonesia mengalami perkembangan lebih lanjut. Hal
ini dapat terlihat dari semakin banyaknya sosok-sosok penyanyi folk yang muncul ke
permukaan, beberapa dari mereka yang mempunyai nama yang cukup besar ialah Iwan Fals,
Ebiet G Ade, dan Doel Soembang. Mayoritas dari mereka menciptakan lagunya sendiri dan
menyanyikannya sendiri, dan juga menggunakan gitar akustik untuk membawakannya. Tema -
tema yang dihadirkan dalam lirik-lirik lagu mereka sendiri terkonsentrasi pada alam dan
lingkungan, serta kritik sosial dengan bumbu humor.
Gaya bermusik yang dibawakan Doel Soembang sendiri terinspirasi dari Iwan Fals. Ada
kemiripan pada buku ini dengan artikel majalah Tempo, dimana Doel Soembang disebut sebagai
orang yang “pedas”. Perbedaannya, antara lainnnya ialah pada buku ini tidak disebutkan secara
spesifik mengenai Doel Soembang, Doel pada buku ini hanya disebutkan sebagai salah satu
contoh musisi Indonesia dengan aliran musik Folk.
3. Skripsi “Pop Sunda: Kritik Sosial Pada Lagu Karya Doel Sumbang (1981-2012)”, Raga Tegar
Jiwa, Bab II, hlm 24-44.
Pada bab II skripsi ini, disebutkan beberapa hal yang cukup penting, antara lainnya ialah
disebutkan pada tahun 1990an muncul penyanyi pop sunda yang memiliki gaya dan ciri musik
yang khas dan tersendiri, yakni Doel Soembang. Dituliskan juga mengenai kritisnya Doel
Soembang yang tercermin dalam setiap lagunya, kurang lebih hal ini mirip seperti apa yang
dituliskan oleh majalah Tempo. Doel juga disini disebutkan sebagai salah satu orang yang
memberikan pengaruh perubahan dan perkembangan pop sunda hingga saat ini.
Tercatat dalam rentang waktu 1980an hingga 1994, album yang sudah dirilis oleh Doel
Soembang mencapai angka hingga 40 album solo, dan 40 album yang dikerjakan dengan
penyanyi lain, dimana peralbum, lagunya berjumlah 8 buah. Sehingga jika dikalikan, lagu - lagu
yang telah ditulis dan dinyanyikan oleh Doel Soembang berjumlah 720 lagu., dimana album
yang paling laris ialah album Aku, tikus dan kucing yang terjual hingga 2.000.000 copy kaset.
Selain itu, album Somse juga menjadi salah satu album yang laris, mencatatkan penjualan kaset
diangka lebih dari 300.000 copy. Sebetulnya pada skripsi ini ada pernyataan kontradiktif,
dimana disebutkan Doel Soembang muncul pada tahun 1990an, sedangkan pada beberapa
paragraf selanjutnya, penulis menyebutkan bahwa sejak rentang 1980an hingga 1994, Doel
sudah merilis album.
4. Pikiranrakyat.com, 4 Juli 2018, “Lagu Ai Karya Doel Soembang Pernah Menjadi Tembang
Pop Sunda Termahal”
Pop Sunda sebagai minoritas di belantika musik nusantara pernah mencatatkan angka yang baik
dalam penjualannya. Lagu Kalangkang (1986) ciptaan Nano S yang dibawakan oleh Nining
Meida ini konon kasetnya terjual hingga 2.000.000 kaset. Adapun lagu dengan judul Ai, yang
pencipta sekaligus penyanyinya, Doel Soembang, pada saat diproduksi oleh Nirwana Record
pada tahun 1993 mencatatkan angka penjualan resmi diatas 1.000.000 copy. Blackboard dan HP
Record membeli lagu ini dengan nilai mencapai ratusan rupiah, tepatnya lebih dari
Rp.300.000.000, itupun kurs pada saat itu. Jika dibandingkan dengan sekarang, tentu bisa berkali
lipat. Kesuksesan Doel yang dituliskan di Pikiran Rakyat ini seolah memperkuat pernyataan pada
majalah Tempo dimana disebutkan mobil Mercedes Benz Boxer yang Doel dapat itu ialah royalti
atas penjualan albumnya pada tahun 1993.
Pembelian lagu Ai lantas membuat Doel merasakan manisnya juga, karena berkat pembelian
lagu itu, keuangan Doel Soembang semakin bertambah, karena HP Dan Blackboard record
mempercayakan Doel Soembang dan Jeffry Bulle agar mendaur ulang lagu ini kedalam bahasa
Indonesia, yang diakui oleh Doel sulit karena dianggapnya jika sudah dialihbahasakan, makna
yang didapat serta perasaannnya sudah berbeda. Oleh karena itu, ia dan Jeffry membuat lagu
baru yang berjudul Aku Cinta Kamu, yang diduetkan dengan Nini Carlina.
Terhitung sepanjang ia berkarir dari tahun 1980an, pria kelahiran Bandung, 16 Mei 1963 ini
telah melahirkan 60 album, dimana hal itu menunjukkan produktivitasnya sebagai penyanyi. Ia
juga turut berperan dalam pengorbitan para pendatang baru. Diantara mereka yang membawakan
karya Doel antara lainnya Ita Purnamasari, Nini Karlina hingga Agnes Monica ft. Eza Yayang.
Pemilihan judul lagu yang unik juga menjadi sebuah ciri khas yang ditunjulkan oleh Doel,
seperti Aku Tidak Sinting (1985), Aku dan Tetek Bengek (1987), dan Ema (Edanna Manusia,
1997). salah satu lagu yang “lekat” jika berbicara mengenai Doel Soembang ialah Kalau Bulan
Bisa Ngomong.
Tambahan Refesensi
1. Biografi Iwan Fals (penerbit Ombak)
2. Buku tentang Budaya Sunda
3. Majalah tentang musik
4. Suka Hardjana, Musik Antara Kritik dan Apresiasi
5. Andrew W. Weintraub, Dangdut: Musik, Identitas dan Budaya Indonesia
“Ketika Dawai Dipetik : Biografi Doel Soembang Sebagai Musisi 1980 - 2000
Tambahan Referensi
Daftar Buku Agama