Anda di halaman 1dari 15

236 | https://doi.org/10.31965/infokes.Vol16.Iss2.

222

Jurnal Info Kesehatan


Vol 16, No.2, Desember 2018, pp. 236-244
P-ISSN 0216-504X, E-ISSN 2620-536X
Journal DOI: https://doi.org/10.31965/infokes
Website: http://jurnal.poltekeskupang.ac.id/index.php/infokes

RESEARCH Open Access

Status Pekerjaan Dan Pengetahuan Ibu Menyusui Terhadap Pemberian


ASI Eksklusif

Happy Marthalena Simanungkalit


Program Studi Kebidanan, Poltekkes Palangkaraya
Jl.G.Obos no. 32 palangkaraya
e-mail: happy4lena@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang : Air Susu Ibu (ASI) selain merupakan makanan paling baik untuk
bayi, juga terbukti dapat mencegah penyakit pada bayi dan memberi manfaat bagi ibu,
keluarga, dan masyarakat. Memberikan ASI selama 6 bulan dapat menyelamatkan 1,3
juta jiwa di seluruh dunia. Tahun 2016 capaian pemberian ASI eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Jekan Raya masih rendah. Tujuan Penelitian: Penelitian ini
merupakan crosssectional study yang bersifat analitik Populasinya adalah seluruh ibu
yang memiliki anak usia 6-12 bulan. Metode Penelitian: Penelitian ini
menggunakan penelitian observasional analitik dengan metode Cross Sectional.
Jumlah sampel yaitu sebanyak 79 responden. Adapun cara pengumpulan data dengan
wawancara. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-square (X2) dan Fisher Exact
Test. Hasil penelitian: Variabel yang memiliki hubungan dengan pemberian ASI
eksklusif yaitu pengetahuan (p=0,000). Sedangkan untuk variabel lainnya, yaitu umur
(Fisher Exact Test = 0,120), pendidikan (p = 0,075) dan pekerjaan (p = 0,976) tidak
menunjukkan adanya hubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Kesimpulan:
Variabel pengetahuan menunjukkan hubungan yang bermakna dengan pemberian
ASI eksklusif. Variabel umur, pendidikan dan pekerjaan menunjukkan hubungan yang
tidak bermakna dengan pemberian ASI eksklusif.
Kata Kunci: Status pekerjaan, pengetahuan, ASI eksklusif
Simanungkalit, H. (2018). Status Pekerjaan Dan Pengetahuan Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif. JURNAL INFO KESEHATAN, 16(2), 236-244. https://doi.org/10.31965/infokes.Vol16.Iss2.222
| 237

Abstract

Background: Breast milk (ASI), besides being the best food for babies, is also proven
to prevent diseases in infants and provide benefits for mothers, families and society.
Giving ASI for 6 months can save 1.3 million people worldwide. In 2016 the
achievement of exclusive breastfeeding in the Jekan Raya Health Center Work Area
was still low. Research Objectives: This study is an analytical cross-sectional study
whose population is all mothers who have children aged 6-12 months. Research
Method: This study used observational analytic research with Cross Sectional
method. The number of samples is 79 respondents. As for how to collect data by
interview. The statistical tests used were Chi-square (X2) and Fisher Exact Test.
Research results: Variables that have a relationship with exclusive breastfeeding are
knowledge (p = 0,000). Whereas for other variables, namely age (Fisher Exact Test =
0.120), education (p = 0.075) and work (p = 0.976) did not indicate a relationship with
exclusive breastfeeding. Conclusion: Knowledge variables show a significant
relationship with exclusive breastfeeding. The variables of age, education and
occupation showed a meaningless relationship with exclusive breastfeeding.
Keywords: Job status, Knowledge, Exclusive breastfeeding.

* Correspondence: happy4lena@gmail.com
Present Address: Jl.G.Obos no. 32 palangkaraya,
Indonesia
©The Author(s) 2018. This article is distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution 4.0 International License (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/),
which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided
you give appropriate credit to the original author(s) and the source, provide a link to the
Creative Commons license, and indicate if changes were made. The Creative Commons
Public Domain Dedication waiver (http://creativecommons.org/publicdomain/zero/1.0/)
applies to the data made available in this article, unless otherwise stated.
238 | https://doi.org/10.31965/infokes.Vol16.Iss2.222

PENDAHULUAN menyusui terhadap pemberian ASI


ASI (Air Susu Ibu) sangat baik eksklusif.
diberikan kepada bayi, menyelamatkan
jiwanya dalam keadaan sakit (UNICEF). METODE PENELITIAN
ASI bermanfaat untuk kesehatan bayi Penelitian ini merupakan
karena mengandung gizi tinggi. Badan crosssectional study yang bersifat analitik
Kesehatan Dunia, WHO, untuk mengetahui hubungan
merekomendasikan bayi mendapat ASI karakteristik dan pengetahuan ibu
eksklusif selama 6 bulan. menyusui dengan pemberian ASI
Cakupan pemberian ASI Ekslusif eksklusif. Lokasi penelitian ini di wilayah
pada bayi di Provinsi Kalimantan Tengah kerja Puskesmas Jekan Raya kota
hanya mencapai 27.58%, sedangkan di Palangka Raya pada bulan April sampai
Kota Palangka Raya mencapai 41.94% dengan bulan Mei 2017. Populasi adalah
lebih rendah bila dibandingkan dengan seluruh subjek atau objek dengan
target pemerintah untuk capaian karakteristik tertentu yang akan diteliti.
pemberian ASI eksklusif adalah 80%. Populasi dalam penelitian ini adalah
Salah satu hal yang menghambat seluruh ibu yang memiliki bayi usia 6-12
pemberian ASI eksklusif adalah kondisi bulan di wilayah kerja puskesmas Jekan
yang kurang memungkinkan bagi para Raya sebanyak 379 orang. Sampel
ibu yang bekerja [8]. Capaian pemberian penelitian adalah bagian dari populasi
ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas yang diperoleh melalui teknik
Jekan Raya masih rendah [7]. pengambilan data.
Ibu yang bekerja di luar rumah saat Penghitungan besar sampel dalam
ini banyak. Ibu khawatir saat ditinggal penelitian ini menggunakan rumus
bekerja, ASI-nya tidak akan mencukupi Slovin. Besar sampel dalam penelitian ini
kebutuhan bayi [6]. Terlebih lagi jika yaitu 79 Orang. Kriteria Inklusi sampel
melihat kondisi fisik ibu seperti usianya yaitu Ibu menyusui yang mempunyai
yang semakin bertambah sehingga bayi usia 6-12 bulan yang berada di
mudah mengalami kelelahan yang wilayah kerja puskesmas Jekan Raya :
berujung pada keengganan menyusui, Bersedia diwawancara dan setuju
rendahnya pendidikan ibu yang berakibat dijadikan sampel, bila memiliki lebih dari
pada kurangnya informasi yang 1 bayi usia 6-12 bulan, dipilih bayi yang
diperoleh ibu tentang menyusui bagi ibu usianya paling muda. Teknik sampling
bekerja. Berdasarkan latar belakang di yang digunakan adalah simple random
atas peneliti ingin melakukan penelitian sampling. Peneliti memberikan
untuk mengetahui hubungan kesempatan yang sama untuk ditetapkan
karakteristik dan pengetahuan ibu sebagai sampel kepada semua anggota
populasi.
Simanungkalit, H. (2018). Status Pekerjaan Dan Pengetahuan Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif. JURNAL INFO KESEHATAN, 16(2), 236-244. https://doi.org/10.31965/infokes.Vol16.Iss2.222
| 239

Data yang dikumpulkan dalam dependen penelitian dengan uji Chi-


penelitian yaitu data primer. Data primer Square (X2).
adalah data yang dikumpulkan melalui
wawancara secara langsung dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
responden.Variabel penelitian ini yaitu Penelitian ini telah dilaksanakan di
usia, pendidikan, status, pekerjaan, Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka
pengetahuan, pemberian ASI eksklusif. Raya. Penelitian dilaksanakan sejak
Analisis data dilakukan dengan uji bulan Juli hingga Agustus 2017. Hasil
statistik yang meliputi analisis univariat penelitian menguraikan tabel-tabel
yang dilakukan untuk mendapatkan distribusi frekuensi dan analisis dari
gambaran umum masalah penelitian. variabel-variabel penelitian, yaitu umur,
Analisis bivariat dan multivariat terkait pendidikan, pekerjaan, dan
dengan melihat hubungan antara pengetahuan.
variabel independen dengan variabel

A. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi ASI eksklusif, Umur, Pendidikan, Pekerjaan,
Pengetahuan
N %
1 ASI eksklusif
- ASI eksklusif 58 73.4
- Tidak ASI eksklusif 21 26.6
2 Umur
- Reproduksi 69 87.3
- Non Reproduksi 10 12.7
3 Pendidikan
- Tinggi 47 59.5
- Rendah 32 40.5
4 Pekerjaan
- Bekerja 19 24.1
- Tidak Bekerja 60 75.9
5 Pengetahuan
- Tinggi 24 30.4
- Rendah 55 69.6
240 | https://doi.org/10.31965/infokes.Vol16.Iss2.222

2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Usia Responden dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hubungan usia responden dengan Pemberian ASI Eksklusif dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Hubungan Usia Responden dengan Pemberian ASI Eksklusif


Umur Pemberian ASI Jumlah OR Fisher’s
Eksklusif (95% CI) Exact
ASI Tidak N %
Eksklusif ASI
Eksklusif
n % n %
Reproduksi 53 76.8 16 23.2 69 100 3.313 0,120
Non 5 50 5 50 10 100 (0.85-
Reproduksi 12.904)
Jumlah 58 3.4 21 26.6 79 100

Berdasarkan tabel 3 lebih menunjukkan bahwa tidak terdapat


responden yang terbanyak memberikan hubungan antara umur dengan
ASI eksklusif sebesar 76,8% pada usia pemberian ASI Eksklusif. Umur memiliki
reproduksi. Hasil uji statistik peluang 3.3 kali dalam pemberian ASI
menunjukkan nilai Fisher’s Exact = 0,120 Eksklusif.
karena >0,05 maka H0 diterima. Hal ini

b. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif


Hubungan antara pendidikan terakhir yang ditempuh responden
dengan pemberian ASI Eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif


Pendidikan Pemberian ASI Eksklusif Jumlah OR P
ASI Eksklusif Tidak N % (95% CI)
ASI Eksklusif
N % N %
Tinggi 34 72.3 13 27.7 47 100 0.872 0.075
Rendah 24 75 8 25 32 100 (0.313-
Jumlah 58 3.4 21 6.6 79 100 2.428)

Tabel 3 diatas menunjukkan berpendidikan tinggi yang memberikan


bahwa terdapat 72.3% responden ASI Eksklusif. Berdasarkan hasil uji
Simanungkalit, H. (2018). Status Pekerjaan Dan Pengetahuan Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif. JURNAL INFO KESEHATAN, 16(2), 236-244. https://doi.org/10.31965/infokes.Vol16.Iss2.222
| 241

statistik diperoleh nilai p=0.075 karena responden dengan pemberian ASI


hasil uji yang diperoleh >0,05 maka H0 Eksklusif. Pendidikan memiliki peluang
diterima. Hal ini berarti tidak ada 0.872 kali dalam pemberian ASI
hubungan antara pendidikan terakhir Eksklusif.

c. Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif


Hubungan antara pekerjaan responden dengan pemberian ASI
Eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif


Pekerjaan Pemberian ASI Eksklusif Jumlah OR P
(95% CI)
ASI Eksklusif Tidak N %
ASI Eksklusif
N % N %
Bekerja 14 73.7 5 26.3 19 100
1.018
Tidak
44 73.3 16 26.7 60 100 (0.316- 0,976
Bekerja
3.282)
Jumlah 58 73.4 21 26.6 79 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa Hal ini berarti tidak ada hubungan antara
73.3% responden yang tidak bekerja pekerjaan dengan pemberian ASI
memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan Eksklusif. Pekerjaan memiliki peluang
hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,976 1.018 kali dalam pemberian ASI
karena nilai p>0,05 maka H0 diterima. Eksklusif.

d. Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif


Hubungan antara pengetahuan yang dimiliki responden dengan
pemberian ASI Eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif


Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif Jumlah OR P
ASI Tidak N % (95% CI)
Eksklusif ASI Eksklusif
N % N %
Tinggi 24 100 0 0 24 100 1.618 0,00
Rendah 34 61.8 21 38.2 55 100 (1.314- 0
Jumlah 58 73.4 21 26.6 79 100 1.991)
242 | https://doi.org/10.31965/infokes.Vol16.Iss2.222

Tabel 5 menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil uji statistik


sebagian besar 61.8% responden yang diperoleh nilai P=0.075 atau >0,05
berpengetahuan rendah memberikan ASI sehingga H0 diterima. Hal ini
eksklusif. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan
diperoleh nilai p=0,000 karena nilai antara pendidikan responden dengan
p<0,05, maka H0 ditolak. Hal ini berarti pemberian ASI eksklusif dikarenakan
ada hubungan antara pengetahuan keputusan seseorang dalam
dengan pemberian ASI Eksklusif. pemberian ASI eksklusif tidak hanya
Pengetahuan memiliki peluang 1.618 kali dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
dalam pemberian ASI Eksklusif. yang tinggi. Tingkat pendidikan yang
tinggi juga tidak menjadi jaminan
3. Analisis Multivariat mengenai tinggi atau tidaknya
Berdasarkan hasil uji statistik tingkat pengetahuan seseorang.
diperoleh nilai signifikansi usia 0.071, Tinggi atau rendahnya pendidikan
nilai p < 0,25 sedangkan nilai signifikansi seseorang, tidak dapat menentukan
pengetahuan 0.273, nilai p > 0,25. dalam pemberian ASI eksklusif. Hasil
penelitian ini sependapat dengan
B. Pembahasan Mabud, dkk, tahun 2014 [4] bahwa
1. Hubungan Usia dengan tidak ada hubungan antara tingkat
Pemberian ASI Eksklusif pendidikan dengan pemberian ASI
Berdasarkan hasil penelitian, eksklusif.
diketahui bahwa rata-rata responden
berumur ≤35 tahun atau berada pada 3. Hubungan Pekerjaan dengan
usia reproduktif.. Hasil uji statistik Pemberian ASI Eksklusif
menunjukkan nilai p=0,120 atau Hasil uji statistik untuk melihat
p>0,05, sehingga H0 diterima. Hal ini hubungan pekerjaan dengan
menunjukkan bahwa tidak terdapat pemilihan alat kontrasepsi diperoleh
hubungan antara usia dengan nilai p=0,976 atau nilai p>0,05,
pemberian ASI eksklusif. Semakin sehingga H0 diterima. Hal ini
dewasa usia ibu tidak menjamin menunjukkan bahwa tidak ada
kematangan dalam bersikap dan hubungan antara pengetahuan
bertindak. Berbeda dengan hasil dengan pemberian ASI eksklusif.
penelitian Dewi, 2016 [2] didapatkan Berdasarkan pekerjaan diketahui
bahwa ada pengaruh antara usia ibu bahwa sebagian besar ibu bekerja
dan status pemberian ASI eksklusif. sebagai ibu rumah tangga. Jenis
2. Hubungan Pendidikan dengan pekerjaan ibu berhubungan dengan
Pemberian ASI Eksklusif kegiatan sehari-hari yang dilakukan
ibu. Ibu rumah tangga memiliki
Simanungkalit, H. (2018). Status Pekerjaan Dan Pengetahuan Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif. JURNAL INFO KESEHATAN, 16(2), 236-244. https://doi.org/10.31965/infokes.Vol16.Iss2.222
| 243

waktu yang lebih banyak untuk pengetahuan ibu tentang ASI


memberikan ASI eksklusif kepada eksklusif maka akan kurang baik
anak dan bagi ibu bekerja, sudah perilaku pemberian ASI eksklusifnya.
didukung dengan ruang ASI di Hasil penelitian ini sama dengan
tempat berkerja. penelitian yang dilakukan oleh
Tidak sama dengan hasil Joseva tahun 2011 [3] yang
penelitian Anggraeni dkk, tahun menyatakan bahwa pengetahuan
2015[1] ibu bekerja memiliki strategi berhubungan dengan pemberian ASI
tertentu untuk pencapaian eksklusif.
keberhasilan ASI Eksklusif. Hasil
penelitian Joseva tahun 2011 [3] yang KESIMPULAN
menyatakan tidak ada hubungan Variabel pengetahuan
antara status pekerjaan ibu yang menunjukkan hubungan yang bermakna
memiliki bayi berusia 0-12 bulan dengan pemberian ASI eksklusif dengan
dengan perilaku pemberian ASI nilai p=0,01. Variabel usia, pendidikan
eksklusif. Penelitian Okawary tahun dan pekerjaan menunjukkan hubungan
2015 [5] yang menyatakan tidak ada yang tidak bermakna dengan pemberian
hubungan yang signifikan antara ASI eksklusif dengan nilai p=0,01.
status pekerjaan ibu dengan Variabel usia menunjukkan hubungan
pemberian ASI eksklusif. yang paling bermakna dengan pemberian
ASI eksklusif dibandingkan pengetahuan
4. Hubungan Pengetahuan dengan nilai p = 0,25.
dengan Pemberian ASI Bagi petugas kesehatan agar
Eksklusif meningkatkan KIE (Komunikasi,
Hasil uji statistik untuk melihat Informasi, dan Edukasi) mengenai
hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif untuk
pemberian ASI eksklusif diperoleh meningkatkan pengetahuan ibu
nilai fisher’s=0,000 atau nilai <0,05, menyusui. Masyarakat khususnya ibu
sehingga H0 ditolak. Hal ini menyusui agar meningkatkan
menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dan aktif mencari informasi
antara pengetahuan dengan mengenai manajemen laktasi agar bayi
pemberian ASI eksklusif. Hal ini dapat terpenuhi kebutuhan ASInya.
menunjukkan bahwa semakin tinggi Peneliti selanjutnya agar
tingkat pengetahuan ibu tentang ASI mengembangkan penelitian dengan
eksklusif maka akan semakin baik menggunakan variabel lain yang belum
perilaku ibu tentang ASI eksklusif, diteliti terkait dengan pemberian ASI
sebaliknya semakin rendah tingkat eksklusif.
244 | https://doi.org/10.31965/infokes.Vol16.Iss2.222

DAFTAR PUSTAKA Pengetahuan, Pendidikan, Paritas


[1] Anggraeni A.I., Nurdiati S.D., dengan Pemberian ASI eksklusif di
Padmawati S.R. Keberhasilan Ibu Puskesmas Bahu Kecamatan
Bekerja Memberikan ASI Ekslusif. Malalayang Kota Manado. Jurnal Ilmiah
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia. Bidan. 2014; Vol.2(2) .
2015; Vol.3(2): 69-76. [5] Okawary O. Hubungan status pekerjaan
[2] Dewi N.S.A. Hubungan Karakteristik Ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.
Dan Pengetahuan Ibu Terhadap Tesis. Yogyakarta STIKES Aisyiyah;
Pemberian Asi Pada Ibu Menyusui Di 2015.
Desa Lolong Kecamatan Karanganyar [6] Prasetyono, D. S. 2009. Buku Pintar Asi
Kabupaten Pekalongan. Fikkes Jurnal Eksklusif, Pengenalan, Praktik dan
Keperawatan. 2014; Vol 7(1): 25-35. Kemanfaatan-Kemanfaatannya.
[3] Josefa G.K. Faktor-Faktor yang Yogyakarta: Diva Press.
Mempengaruhi Perilaku Pemberian ASI [7] Profil Kesehatan Kota Palangkaraya,
Eksklusif pada Ibu. Skripsi. Semarang 2015.
Universitas Diponegoro; 2011. [8] Profil Kesehatan Provinsi Kalteng,
[4] Mabud H Nurma, Mandang Jenny, 2015.
Mamuaya Telly. Hubungan

Ready to submit your research? Choose INFOKES and benefit from:


• fast, convenient online submission
• thorough peer review by experienced researchers in your field
• rapid publication on acceptance
• support for research data
• Open Access which fosters wider collaboration and increased citations
• maximum visibility for your research
At Health Polytechnic of Kupang, research is always in progress.
Learn more http://jurnal.poltekkekupang.ac.id/index.php/infokes
Gambaran Karakteristik Ibu Menyusui Tidak Memberikan ASI Eksklusif
di Desa Cikeruh Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang
Tahun 2015

Silva Agustini Hanifah1, Sri Astuti2, Ari Indra Susanti2


1
Program Diploma Kebidanan, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
2
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Abstrak

Pemberian ASI banyak manfaatnya, baik untuk ibu maupun untuk bayinya, namun kecenderungan untuk ibu
menyusui bayinya secara ekslusif masih rendah. Riset WHO pada tahun 2011 di seluruh dunia menyatakan
kurang dari 40% bayi menyusu eksklusif. Rendahnya pemberian ASI ekslusif dapat disebabkan oleh faktor
karakteristik, internal, dan eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik yang
dapat menyebabkan ibu tidak memberikan ASI ekslusif di Desa Cikeruh pada bulan Agustus 2015. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Data yang diperoleh adalah
data primer yang diperoleh dari kuesioner. Dengan sampel sebanyak 36 orang responden. Analisis statistik yang
digunakan adalah univariat. Hasil penelitian ini adalah rendahnya pemberian ASI ekslusif oleh ibu menyusui
berdasarkan karakteristik yaitu ibu berusia 20-35 tahun (80,6%), tidak bekerja (66,7%), multipara (66,7%),
motivasi ibu dalam menyusui (50%), ibu dengan pengetahuan kurang (41,7%), dukungan keluarga mengenai
ASI eksklusif yang rendah (55,6%), dan waktu awal pemberian susu formula diberikan kepada bayi saat usia
0-1 bulan (91,7%). Simpulan penelitian ini adalah gambaran karakteristik ibu menyusui yang tidak memberikan
ASI eksklusif yaitu usia ibu 20-35 tahun, dan waktu ibu memberikan susu formula saat bayi berusia 0-1 bulan.

Kata Kunci : ASI eksklusif, Ibu menyusui, Karakteristik

Description of Characteristics Mothers do not Give of Exclusive Breastfeeding


in the Village Cikeruh Jatinangor Sumedang 2015
Abstract

Breastfeeding has many benefits, both for the mother and for the baby. But, the likelihood of exclusive
breastfeeding is still low. Research by WHO in 2011 in all around the world suggested that less than 4% babies
were exclusively breastfed. The low percentage of exclusive breastfeeding might be caused by characteristic,
internal, and extenal factors.This study was intended to identify factors that may cause mothers didn’t exclusively
breastfeed their babies in Cikeruh Village in August 2015. Method used in this study was descriptive with cross
sectional approach. Data acquired was primary data through questionnaire. The samples were 36 respondents.
Statistic analysis used here was univariat.Result of the study indicated that the characteristic factors that
cause the low percentage of exclusive breastfeeding by mother were, the highest one is age range of 20-35
years old (80.6%), followed by unemployed mother (66.7%), and multipara (66.7%). For the internal factor,
mothers’ motivation in breastfeeding was 50%. For external factors, it was caused by the poor knowledge
by 41.7%, low family support by 55.6%, and early giving of infant formula to babies with age of 0-1 month
(91.7%).Conclusion from this study is that factors that cause mother do not exclusively breastfeed their babies
are mothers’ age range of 20-35 years old, and early giving of infant formula to babies with age of 0-1 month.
Keywords : Breastfeeding mothers, Characteristics, Exclusive breastfeeding

Korespondensi:
Silva Agustini Hanifah
Program Studi Diploma Kebidanan, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Jl. Bandung – Sumedang KM. 21 Jatinangor
Mobile : 081809891661
Email : agustinisilva@gmail.com

38 JSK, Volume 3 Nomor 1 September Tahun 2017


Silva Agustini Hanifah : Gambaran Karakteristik Ibu Menyusui Tidak Memberikan ASI Eksklusif
di Desa Cikeruh Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Tahun 2015

Pedahuluan 33,7%, sedangkan target untuk ASI eksklusif


pada tahun 2013 adalah 75%. Maka dari itu,
Secara umum dipahami bahwa Air Susu Ibu Provinsi Jawa Barat masih belum dapat mencapai
(ASI) adalah gizi terbaik untuk bayi. Khusus target yang diharapkan oleh pemerintah.2
untuk bayi yang berumur kurang dari enam Rendahnya pemberian ASI eksklusif oleh
bulan dianjurkan agar diberikan ASI eksklusif. ibu menyusui dapat disebabkan oleh faktor
Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian karakteristik, internal, dan eksternal. Faktor
hanya ASI saja kepada bayi tanpa diberi makan karakteristik, yaitu umur, pekerjaan dan
dan minuman lain sejak lahir sampai enam pendidikan, faktor internal meliputi rendahnya
bulan kecuali obat dan vitamin. ASI merupakan pengetahuan dan sikap ibu, sedangkan faktor
makanan bayi yang terbaik dan setiap bayi eksternal meliputi kurangnya dukungan
berhak untuk mendapatkan ASI, maka itu surat keluarga, masyarakat, petugas kesehatan maupun
keputusan Menteri Kesehatan No.450/MENKES/ pemerintah, gencarnya promosi susu formula,
SK/IV/2004 tentang pemberian Air Susu Ibu faktor sosial budaya, serta kurangnya ketersediaan
(ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia.1 fasilitas kesehatan ibu dan anak.
Sebagian besar ibu menyusui bayinya sejak Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
lahir, namun sebagian besar di antara ibu-ibu oleh Yuliandarin pada tahun 2009, karakteristik
tersebut juga memberikan makanan atau minuman ibu juga menentukan keberhasilan pemberian ASI
selain ASI sejak dini (sebelum bayi berusia enam eksklusif, seperti umur ibu, pekerjaan, dan paritas,
bulan).2 Pemberian MP-ASI yang benar sebaiknya yang menjadi faktor yang dapat mendukung
dilakukan setelah bayi berusia enam bulan. keberhasilan pemberian ASI eksklusif.5
Pemberian MP-ASI terlalu dini, yakni kurang dari Usia memengaruhi pengetahuan, motivasi,
usia enam bulan, akan memberikan risiko tinggi dan aktivitas seseorang. Usia antara 20–35 tahun
anak terpapar oleh berbagai macam penyakit.3 merupakan masa reproduksi sehat, karena secara
Air Susu Ibu (ASI) memiliki banyak manfaat, fisik organ reproduksi telah siap, dan kondisi
baik untuk ibu maupun bayinya. ASI selalu tersedia psikologis ibu berdampak terhadap kesiapan
dan tidak memerlukan waktu persiapan. Susunya dalam menerima kehadiran bayi. Ibu dengan usia
pun segar dan bebas dari kontaminasi bakteri yang yang lebih tua dianggap memiliki pengalaman
akan mengurangi gangguan gastrointestial. Selain dalam hal menyusui yang lebih banyak
itu, pemberian ASI juga dapat meningkatkan dibandingkan dengan ibu usia muda, sehingga
daya tahan tubuh. ASI memiliki zat gizi ideal pengetahuannya pun lebih baik dibandingkan
yang komposisinya sesuai dengan kebutuhan dengan ibu usia muda.6 Pekerjaan terkadang
bayi dan dapat mencegah penyakit degeneratif.4 mempengaruhi keterlambatan ibu untuk
Meskipun ASI eksklusif sudah diketahui memberikan ASI secara eksklusif, secara teknis
manfaat dan dampaknya, namun kecenderungan hal itu dikarenakan kesibukan ibu sehingga tidak
untuk ibu menyusui bayinya secara eksklusif cukup untuk memperhatikan kebutuhan ASI.7
masih rendah. Riset WHO pada tahun 2011 di Paritas ibu merupakan salah satu faktor yang
seluruh dunia menyatakan kurang dari 40% bayi dapat memengaruhi ibu dalam pemberian ASI
yang berusia kurang dari enam bulan menyusu eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian yang
eksklusif. Berdasarkan Survei Demografi dan dilakukan oleh Ginting, ibu yang memiliki
Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012, paritas primipara mempunyai risiko lebih
AKB di Indonesia adalah sebesar 32/1000 besar untuk tidak memberikan ASI eksklusif.
kelahiran hidup. Penyebab kematian tersebut erat Hal ini disebabkan karena ibu yang memiliki
hubungannya dengan status nutrisi. Kurangnya paritas multipara telah memiliki pengalaman
pemberian ASI eksklusif memberikan kontribusi dalam menyusui dan perawatan bayi.8
lebih dari satu juta kematian anak yang dapat Pemberian ASI eksklusif paling banyak
dihindari setiap tahunnya. Cakupan ASI dijumpai pada ibu berpengetahuan baik. Oleh
eksklusif di Indonesia pada tahun 2007 adalah karena itu, pengetahuan ibu dapat memengaruhi
sebesar 32%, hal ini mengalami kenaikan yang pemberian ASI eksklusif dan dapat memengaruhi
bermakna pada tahun 2012 yaitu sebesar 42%.2 motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif.9
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Dukungan keluarga berpengaruh terhadap
tahun 2010 di Indonesia menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif oleh ibu karena
bayi yang mendapatkan ASI eksklusif secara dukungan keluarga sangat menguatkan ibu untuk
Nasional sebesar 15,3 %. Presentase di perkotaan memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.10
sebesar 25,2% dan di pedesaan sebesar 29,3%. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
Kemudian, laporan Dinas Kesehatan Provinsi penulis pada bulan Desember tahun 2014 dengan
pada tahun 2013 menunjukkan bahwa ASI cara Survei Mawas Diri, sebagian besar ibu
eksklusif di Jawa Barat masih rendah yaitu sebesar meyusui di Desa Cikeruh tidak memberikan ASI

39 JSK, Volume 3 Nomor 1 September Tahun 2017


Silva Agustini Hanifah : Gambaran Karakteristik Ibu Menyusui Tidak Memberikan ASI Eksklusif
di Desa Cikeruh Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Tahun 2015

eksklusif kepada bayinya yaitu sebanyak 55,3%. Paritas


Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai gambaran karakteristik yang Primipara 11 30,6
terdapat pada ibu menyusui tidak memberikan Multipara 24 66,7
ASI eksklusif di Desa Cikeruh. Grandemultipara 1 2,8

Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa


Metode responden terbanyak berusia 20–35 tahun
(80,6%), ibu menyusui yang menjadi responden
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dalam penelitian ini yang tidak bekerja (66,7%)
dengan pendekatan cross-sectional. Data yang dan kategori paritas yaitu multipara (66,7%).
diambil berupa data primer yang diambil secara
langsung kepada responden. Pada penelitian ini Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
pengumpulan data dilakukan hanya pada satu Motivasi Ibu Menyusui yang Tidak
waktu selama penelitian dengan pengambilan Memberikan ASI Eksklusif
sampel menggunakan teknik Total sampling.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Motivasi Frekuensi (f) Persentase (%)
sampai dengan bulan Agustus tahun 2015. Tinggi 18 50,0
Penelitian ini dilakukan di Desa Cikeruh Rendah 18 50,0
Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu Total 36 100
yang memiliki bayi berusia 0–6 bulan yang tidak
memberikan ASI eksklusif di Desa Cikeruh Berdasarkan tabel 2 tampak bahwa responden
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. yang memiliki motivasi tinggi dan rendah
Besar populasi sebesar 36 orang. masing-masing sebesar (50,0%).
Sampel dalam penelitian ini adalah semua
ibu yang memiliki bayi berusia 0–6 bulan yang Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
tidak memberikan ASI Eksklusif di Desa Cikeruh Pengetahuan Ibu Menyusui yang Tidak
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Memberikan ASI Eksklusif
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah ibu Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)
yang tidak mempunyai gangguan psikologis
sehingga dapat bekerjasama dalam pelaksanaan Baik 7 19,4
penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi adalah ibu Cukup 14 38,9
yang memiliki bayi dengan mengalami kesulitan Kurang 15 41,7
menghisap akibat kelainan pada rongga mulut
atau lahir prematur, ibu yang memiliki penyakit Total 36 100
parah yang menghalangi ibu untuk merawat bayi
seperti sepsis dan abses payudara. Dari tabel di atas, tampak bahwa responden yang
memiliki pengetahuan baik (19,4%), pengetahuan
cukup (38,9%) dan pengetahuan kurang (41,7%).
Hasil Dari tabel tersebut, yang terbanyak adalah ibu
menyusui yang tidak memberikan ASI eksklusif
yang memiliki pengetahuan kurang.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Karakteristik Ibu Menyusui yang Tidak Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Memberikan ASI Eksklusif Dukungan Keluarga Ibu Menyusui yang
Karakteristik Frekuensi (f) P e r s e n t a s e Tidak Memberikan ASI Eksklusif
(%)
Dukungan Frekuensi (f) Persentase (%)
Umur Keluarga
< 20 tahun 2 5,6 Tinggi 16 44,4
20–35 tahun 29 80,6 Rendah 20 55,6
> 35 tahun 5 13,9 Total 36 100
Pekerjaan
Berdasarkan tabel 4, tampak bahwa responden
Bekerja 12 33,3 yang memiliki dukungan keluarga tinggi (44,4%),
Tidak bekerja 24 66,7 sedangkan dukungan keluarga rendah (55,6%).
Dari tabel tersebut, yang terbanyak adalah ibu

40 JSK, Volume 3 Nomor 1 September Tahun 2017


Silva Agustini Hanifah : Gambaran Karakteristik Ibu Menyusui Tidak Memberikan ASI Eksklusif
di Desa Cikeruh Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Tahun 2015

menyusui yang tidak memberikan ASI eksklusif dalam pemberian ASI eksklusif dibandingkan
yang memiliki dukungan keluarga yang rendah. dengan ibu yang bekerja. Hal ini dikarenakan
ibu yang melakukan pekerjaan di rumah akan
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk
Waktu Awal Pemberian Susu Formula Oleh menyusui bayinya, dibandingkan dengan ibu
Ibu Menyusui yang Tidak Memberikan ASI yang bekerja di luar rumah.11 Dalam penelitian
Eksklusif ini ibu yang tidak bekerja tidak memberikan ASI
Waktu awal Frekuensi (f) Persentase (%) eksklusif disebabkan oleh berbagai hal, seperti
pemberian pengetahuan, air susu ibu yang keluar hanya
susu formula sedikit dan karena faktor dari dukungan keluarga.
Berdasarkan paritas terbanyak multipara
0–1 bulan 33 91,7 (66,7%), bagi ibu dengan paritas multipara
2–4 bulan 3 8,3 pengalaman menyusui memang berperan penting
5–6 bulan 0 0,0 bagi ibu untuk menyusui kembali sehingga
meneruskan dari pengalaman anak sebelumnya.
Total 36 100 Namun semuanya tergantung pada pengalaman
ibu sendiri untuk memberikan ASI-nya dengan
Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa waktu banyak bertanya kepada petugas kesehatan atau
awal pemberian susu formula pada usia 0–1 bulan dengan motivasi ibu untuk menyusui bayinya
(91,7%), sedangkan 2–4 bulan (8,3%). Dari tabel yang tinggi.
tersebut, waktu awal pemberian susu formula Berdasarkan hasil penelitian yang telah
cenderung pada usia 0–1 bulan dilakukan di Desa Cikeruh, ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif pada responden ini
mempunyai motivasi tinggi dan rendah yang
Pembahasan sama besar yaitu sebesar 50%. Berdasarkan hasil
kuesioner didapatkan bahwa motivasi ibu yang
Karakteristik menentukan keberhasilan pemberian tinggi salah satunya disebabkan ibu tidak mudah
ASI eksklusif, umur ibu, pekerjaan, dan paritas terpengaruh oleh informasi elektronik seperti
menjadi tiga faktor strategis yang mendukung iklan susu formula, dan ibu mempunyai motivasi
keberhasilan pemberian ASI eksklusif.9 untuk tetap memberikan ASI eksklusif. Sumber
Berdasarkan hasil penelitian bahwa ibu menyusui informasi yang tepat mengenai ASI eksklusif
yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa oleh petugas kesehatan yang diberikan kepada
Cikeruh terbanyak adalah yang berusia 20–35 siapa saja sedini mungkin agar terjadi lingkungan
tahun (80,6%), hal tersebut tidak sesuai dengan yang mendukung ibu terhadap pemberian ASI
peneliatan yang menyebutkan bahwa proporsi eksklusif. Sedangkan motivasi ibu yang rendah
pemberian ASI eksklusif lebih banyak diberikan salah satunya disebabkan pada saat itu ASI ibu
oleh ibu berusia muda daripada ibu berusia tua.5 belum keluar dan masih sedikit serta bayi terus
usia 20-35 tahun merupakan usia yang baik untuk menerus menangis sehingga ibu memberikan susu
masa reproduksi, dan pada umumnya pada usia formula kepada bayi. Padahal, menurut teori, bayi
tersebut memiliki kemampuan laktasi yang lebih aterm yang tumbuh sehat lahir dengan cadangan
baik dibandingkan dengan ibu yang usianya glikogen yang baik dan kadar hormon antidiuretik
lebih dari 35 tahun sebab pengeluaran ASI-nya yang tinggi. Akibatnya, bayi tidak membutuhkan
lebih sedikit dibandingkan dengan yang berusia volume susu atau kolostrum dalam jumlah yang
reproduktif. Sedangkan pada usia kurang dari besar segera setelah lahir karena kebutuhan
20 tahun secara psikis umumnya belum siap tersebut telah tersedia secara fisiologis. Mengenai
untuk menjadi ibu, sehingga bisa menjadi beban bayi yang terus menerus menangis sehingga ibu
psikologis yang akan menyebabkan depresi memberikan susu formula, mungkin disebabkan
dan menyebabkan ASI susah untuk keluar. karena ibu kurang memahami kondisi psikologis
Pada penelitian ini ibu yang berusia reproduktif bayi bahwa tangisan bayi itu berbeda-beda dan
tersebut tidak memberikan ASI eksklusif karena dapat menandakan perbedaan kebutuhan.12
motivasi ibu yang rendah. Berdasarkan pekerjaan Dari hasil penelitian mengenai pengetahuan
terbanyak tidak bekerja (66,7%), hal ini tidak ibu menyusui yang tidak memberikan ASI
sesuai dengan penelitian yang menyebutkan eksklusif di Desa Cikeruh memiliki pengetahuan
bahwa ibu yang tidak bekerja berpeluang yang baik sebesar 19,4%, pengetahuan cukup
memberikan ASI eksklusif 16,4 kali lipat ibu sebesar 38,9% dan ibu yang bepengetahuan
yang bekerja,5 Status pekerjaan ibu merupakan kurang sebesar 41,7%. Dengan demikian, ibu
faktor yang bersifat memproteksi, artinya ibu menyusui yang tidak memberikan ASI eksklusif
yang tidak berkerja akan lebih mendukung cenderung memiliki pengetahuan yang kurang.

41 JSK, Volume 3 Nomor 1 September Tahun 2017


Silva Agustini Hanifah : Gambaran Karakteristik Ibu Menyusui Tidak Memberikan ASI Eksklusif
di Desa Cikeruh Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Tahun 2015

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari pengisian dan menumbuhkan motivasi. Interaksi positif
kuesioner, didapatkan bahwa rendahnya dengan keluarga akan menimbulkan kasih
pengetahuan ibu dikarenakan ibu kurang sayang dan dukungan moril. Bentuk dukungan
memahami cara penyimpanan ASI di dalam suhu keluarga dapat berupa dukungan emosional,
ruangan dan cara pemberian ASI kepada bayi. materi dan informasi. Maksud dari dukungan
Menurut teori, cara penyimpanan ASI di dalam emosional keluarga adalah menjadi sebuah
suhu ruangan dapat bertahan sampai enam jam, tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
dan cara pemberian ASI yang telah dikeluarkan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap
dengan cara pemberiannya pada bayi yang baik emosi, meliputi ungkapan empati, kepedulian
perlu diperhatikan. Sebaiknya pemberian ASI dan perhatian terhadap anggota keluarga yang
yang telah dikeluarkan bukan diberikan dengan mengalami suatu permasalahan atau membutuhan
botol/dot, karena hal ini akan menyebabkan bayi bantuan. Dalam penelitian ini, ibu menyusui
“bingung puting”, melainkan diberikan dengan membutuhkan keluarga untuk dapat membantu
menggunakan cangkir atau sendok, sehingga ibu dalam merawat bayi dan membantu ibu dalam
bila saatnya ibu menyusui langsung, bayi tidak pekerjaan rumah, sehingga ibu dapat merasa
menolak untuk menyusu. mendapatkan dukungan dari keluarganya untuk
Pemberian dengan menggunakan sendok dapat menyusui bayinya.
biasanya kurang praktis dibandingkan dengan Berdasarkan hasil penelitian mengenai
cangkir karena membutuhkan waktu yang waktu awal pemberian susu formula oleh ibu
lebih lama. Namun pada keadaan bayi yang menyusui yang tidak memberikan ASI eksklusif
membutuhkan hanya sedikit ASI, atau bayi di Desa Cikeruh pada saat bayi berusia 0–1
sering tersedak/muntah, maka lebih baik bila ASI bulan adalah sebanyak 91,7%, dan pada saat bayi
perasan diberikan dengan menggunakan sendok.13 berusia 2–4 bulan adalah sebanyak 8,3%. Dari
Pengetahuan merupakan domain yang sangat hasil penelitian tersebut, ibu yang memberikan
penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. susu formula pada saat bayi berusia 0–1 bulan
Pengetahuan merupakan pengindraan manusia, disebabkan oleh beberapa alasan seperti air susu
atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui ibu yang belum keluar atau air susu ibu yang
indera yang dimilikinya.14 Pengetahuan seseorang keluar hanya sedikit, dan karena faktor pekerjaan,
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, karena saat ibu bekerja di luar rumah, anak
pengalaman, keyakinan, fasilitas, penghasilan dititipkan kepada saudara atau nenek ataupun
dan sosial budaya. Adanya fasilitas seperti pembantu. Dengan demikian, saat ibu bekerja
media cetak atau elektronik dapat meningkatkan anak sangat bergantung pada siapapun tokoh
pengetahuan seseorang, terutama ibu menyusui yang menggantikan ibu ketika meninggalkan
dalam mendapatkan pengetahuan mengenai rumah. Setelah pulang bekerja, kondisi fisik dan
ASI eksklusif melalui fasilitas seperti kelompok mental yang lelah setelah bekerja sepanjang hari
pendukung ASI dan media seperti selebaran menghambat kelancaran memproduksi ASI, hal
(leaflet) sehingga ibu menyusui dapat mengetahui tersebut mengurungkan niat ibu bekerja untuk
informasi tentang ASI eksklusif. memberikan ASI eksklusif.11
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Bayi siap untuk menerima makanan atau
dukungan keluarga ibu menyusui yang tidak cairan selain ASI baik secara pertumbuhan
memberikn ASI eksklusif yaitu ibu yang memiliki maupun secara psikologis pada usia 6-9 bulan.
dukungan keluarga tinggi sebanyak 44,4%, Kemampuan bayi mencerna, mengabsorpsi, dan
sedangkan ibu dengan dukungan keluarga yang memetabolisme bahan makanan sudah adekuat,
rendah 55,6%. Dengan demikian, ibu menyusui tetapi terbatas hanya beberapa fungsi. World
yang tidak memberikan ASI eksklusif cenderung Health Organization merekomendasikan empat
memiliki dukungan keluarga yang rendah. hal penting yang harus dilakukan untuk mencapai
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari tumbuh kembang optimal yaitu pertama
pengisian kuesioner, didapatkan bahwa rendahnya memberikan air susu ibu kepada bayi segera
dukungan keluarga disebabkan karena keluarga dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua
cenderung menganjurkan ibu untuk merawat memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja kepada
bayi dan melakukan pekerjaan rumah sendiri. Hal bayi atau pemberian ASI secara eksklusif sejak
tersebut sesuai dengan penilitian yang dilakukan lahir sampai usia 6 bulan, ketiga memberikan
Dykes di Nort West of England yang menyatakan makanan atau minuman endamping ASI sejak
bahwa dukungan keluarga berpengaruh positif bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan dan keempat
terhadap pemberian ASI eksklusif.10 Dukungan meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia
keluarga merupakan salah satu unsur penting 24 bulan. Pemberian makanan atau minuman
dalam menyukseskan ASI eksklusif. Dukungan pendamping ASI yang tidak sesuai dengan umur
keluarga akan meningkatkan kepercayaan diri dan kebutuhan bayi dapat menimbukan dampak

42 JSK, Volume 3 Nomor 1 September Tahun 2017


Silva Agustini Hanifah : Gambaran Karakteristik Ibu Menyusui Tidak Memberikan ASI Eksklusif
di Desa Cikeruh Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Tahun 2015

pada kesehatan dan status gizi bayi. Pada beberapa memberikan informasi melalui media selebaran
penelitian pemberian makanan atau minuman (leaflet).
selain ASI secara dini seperti pemberian susu
formula, akan menunjukan status gizi bayi yang
kurang, hal tersebut akan berdampak terhadap Daftar Pustaka
kesehatan bayi diantaranya adalah gangguan
pencernaan seperti diare, sulit BAB, muntah, 1. Departemen Kesehatan Indonesia dan
serta bayi akan mengalami gangguan menyusui.15 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Simpulan pada penelitian ini Berdasarkan 2004.
hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai 2. Pusat data dan informasi kementrian
Gambaran karakteristik Ibu Menyusui Tidak kesehatan RI. Jakarta. 2013.
Memberikan ASI Eksklusif di Desa Cikeruh 3. Kurniasih D, H.H., Astuti MP, Imam S, sehat
Kecamatan Jatinangor, maka dapat disimpulkan dan bugar berkat gizi seimbang. jakarta:
sebagai berikut, gambaran karakteristik ibu gramedia. 2010.
menyusui yang tidak memberikan ASI eksklusif 4. Arvin, b.k., Nelson ilmu kesehatan anak. Vol.
yang terbanyak adalah yang berusia 20–35 tahun 1. EGC. 2000.
(80,6%), berdasarkan pekerjaan yang terbanyak 5. Yuliandarin, faktor-faktor yang memengaruhi
adalah yang tidak bekerja (66,7%), dan berdasarkan ASI eksklusif. p. 2009.
paritas yang terbanyak adalah multipara (66,7%). 6. Inayati. Beberapa Faktor Yang Berhubungan
Gambaran motivasi ibu menyusui yang tidak Dengan Pengetahuan Menyusui, Menyusui
memberikan ASI eksklusif yang mempunyai Eksklusif Dan Manajemen Laktasi Pada
motivasi tinggi dan rendah masing-masing Petugas Kesehatan Di Rsu Bakti Ushada
sebesar 50%. Gambaran pengetahuan ibu Depok. Jakarta: Skripsi FKM UI. 2007.
menyusui yang tidak memberikan ASI eksklusif 7. IDAI. Indonesia menyusui. Jakarta: badan
didapatkan 19,4% ibu memiliki pengetahuan penerbit IDAI. 2010.
baik, 38,9% ibu memiliki pengetahuan cukup 8. Hidajati.A. mengapa seorang ibu harus
dan 41,7% ibu memiliki pengetahuan kurang. menyusui?. Jakarta: flashbook. 2012.
Gambaran dukungan keluarga ibu menyusui yang 9. Husna, A., pengaruh karakteristik,
tidak memberikan ASI eksklusif yang terbanyak pengetahuan dan sikap ibu terhadap
adalah yang memiliki dukungan keluarga yang pemberian ASI eksklusif. medan: FKM. 2008.
rendah yaitu sebesar 55,6%. Gambaran waktu 10. Simbolon, f., pengaruh dukungan keluarga
awal pemberian susu formula oleh ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif. medan:
yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu pada FKM. 2011.
saat bayi berusia 0–1 bulan (91,7%). 11. Djuwita, a., pola pemberian susu formula dan
Saran untuk penelitian ini adalah Bidan dapat konsumsi zat gizi anak usia dua tahun pada
memberikan pengetahuan dan memotivasi ibu ibu bekerja dan tidak bekerja. bogor: FEMA
dalam pemberian ASI eksklusif baik pada saat IPB. 2006.
ibu hamil ataupun setelah melahirkan dengan 12. Soetjiningsih, ASI petunjuk untuk tenaga
memanfaatkan beberapa program seperti kelas kesehatan. jakarta: EGC. 2007.
ibu hamil, menerapkan inisiasi menyusu dini 13. Fraser, Diane M. dan Margaret A. Cooper.
setelah ibu bersalin, atau pengadaan kelompok Myles textbook for midwives. 15th Edition.
pendukung ASI. Bidan pun dapat bekerja London: churchill livingstone Elsevier.2009.
sama dengan kader sehingga para kader dapat 14. Notoatmojo, Soekidjo. Metodelogi Penelitian
memberikan informasi kepada ibu menyusui Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta: 2010.
yang ada di Desa Cikeruh, serta kader mampu 15. Wargiana R, hubungan pembeiran MP-ASI
mendampingi bidan dalam memberikan informasi dini dengan status gizi bayi umur 0-6 bulan.
dan motivasi kepada ibu tentang pemberian ASI Jurnal pustaka kesehatan. Vo 1. 2013.
eksklusif, misalnya pada saat posyandu dengan

43 JSK, Volume 3 Nomor 1 September Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai