Anda di halaman 1dari 14

A.

Pendahuluan

Guru adalah bagian integral dari organisasi pendidikan di sekolah.
Sebuah organisasi, termasuk organisasi pendidikan di sekolah, perlu
dikembangkan sebagai organisasi pembelajar, agar mampu
menghadapi perubahan dan ketidakpastian yang merupakan ciri
kehidupan modern. Salah satu karakter utama organisasi pembelajar
adalah senantiasa mencermati perubahan internal dan eksternal yang
diikuti dengan upaya penyesuaian diri dalam rangka mempertahankan eksistensi.
Syarat mutlak terciptanya organisasi pembelajar adalah
terwujudnya masyarakat pembelajar di tubuh organisasi tersebut. Hal
ini mudah dipahami, mengingat kinerja suatu organisasi merupakanproduk kinerja 
kolektif semua unsur di dalamnya, termasuk sumber
daya manusia. Dalam konteks sekolah, guru secara individu maupun
secara bersama-sama dengan masyarakat seprofesinya, harus
menjadi bagian dari organisasi pembelajar melalui keterlibatannya
secara sadar dan sukarela serta terus menerus dalam berbagai
kegiatan belajar guna mengembangkan profesionalismenya.Salah satu bentuk aktua
lisasi tugas guru sebagai tenagaprofesional adalah diterbitkannya Undang-Undang 
Nomor 20 Tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan PemerintahNomor 19 Tahun 2
005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Undang-undang dan peraturan pemerinta
h ini diharapkan dapat memfasilitasiguru untuk selalu mengembangkan keprofesian
nya secaraberkelanjutan. Pelaksanaan program pengembangan keprofesian
berkelanjutan ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pedagogik,
professional, sosial dan kepribadian untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan masa depan yang berkaitan dengan profesi sebagai guru.
Kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan dikembangkanatas dasar profil 
kinerja guru sebagai perwujudan hasil penilaiankinerja guru dan didukung dengan 
hasil evaluasi diri. Apabila hasilpenilaian kinerja guru masih berada di bawah stand
ar kompetensiyang dipersyaratkan dalam penilaian kinerja guru, maka gurudiwajib
kan untuk mengikuti program pengembangan keprofesianberkelanjutan yang diorie
ntasikan sebagai pembinaan dalampencapaian standar kompetensi guru. Sementara 
itu, guru yang hasilpenilaian kinerjanya telah mencapai standar kompetensi yangdi
persyaratkan dalam penilaian kinerja guru, kegiatan pengembangankeprofesian ber
kelanjutan diarahkan kepada pengembangankompetensi untuk memenuhi layanan p
embelajaran berkualitas danpeningkatan karir guru.Sesuai dengan amanat Peratura
n Menteri Negara PemberdayaanAparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 
16 Tahun 2009tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya,pengembang
an keprofesian berkelanjutan merupakan salah satuunsur utama yang diberikan ang
ka kredit untuk kenaikanpangkat/jabatan fungsional guru.Pelaksanaan kegiatan pen
gembangan keprofesian berkelanjutandiharapkan dapat menciptakan guru profesio
nal, bukan hanyasekedar memiliki ilmu pengetahuan yang luas, tetapi juga memilik
ikepribadian yang matang. Dengan demikian, guru mampumenumbuhkembangkan 
minat dan bakat peserta didik sesuai denganbidangnya dalam menguasai ilmu peng
etahuan, teknologi, dan seni.
1. PengertianKebijakandanProfesi guru
a. PengertianKebijakan

Pendidikanmerupakanupayamerancangmasadepanumatmanusia yang
manakonsepimplementasinyaharusmemperhitungkanberbagaifaktor yang
mempengaruhinya.Konseppendidikandapatdiibaratkanpakaian yang
tidakdapatdiimpordandiekspor.Iaharusdiciptakansesuaikeinginanukurandan model
dari orang yang memakainyasehinggatampakserasi.
Demikianhalnyakonseppendidikan yang diterapkan di Indonesia
sangatdipengaruhiolehberbagaikebijakanpolitikpemerintah,
perkembanganilmupengetahuandanteknologi,
perkembangandanperubahanmasyarakat, adatistiadat, kebudayaan, dll.

Kata kebijakanadalahterjemahandari kata “policy” dalambahasainggris yang


berartimengurusmasalahataukepentinganumum,
sehinggapenekanannyabertujuankepadatindakan (produk),
atauberartijugaadministrasipemerintahan.Pendapat lain
jugamengemukakanbahwakebijakanadalahkepandaian, kebijaksanaan,
rangkaiankosep, yang
menjadigarisdasardandasarrencanadalampelaksanaanpekerjaan, kepemimpinan,
dancarabertindakolehpemerintah, organisasidansebagainya.Budi
WinarmodanSolitchin Abdul Wahab, sebagaimana di kutipolehSuhamo,
sepakatbahwaistilahkebijakaninipenggunaannyasering di pertukarkandenganistilah-
istilah lain sepertitujuan (goals), progam, keputusan, undang-undang, ketentuan-
ketentuan, standar, proposal dan grand design. Dalamopertifnyakebijakandapat di
artikansebagai:

 Suatupenggarisanketentuan-ketentuan
 Bersifatsebagaipedoman, pegangan,
ataubimbinganuntukmencapaikesepahamandalammaksud, caraatausasaran.
 Usaha dankegiatansekelompokmanusia yang berorganisasi.

Berdasarkanbeberapapendapatdiatas,
dapatdisimpulkanbahwakebijakanadalahserangkaiancerita,
prinsipataumaksudsebagaigarisbesarpedomansuatumanajemendalamusahamencapa
itujuan.

b. Profesi guru

Profesisecaraetimologiberasaldari kata profession (inggris) yang


berasaldaribahasalatinProfesus yang
berartimampuatauahlidalamsuatubentukpekerjaan.
Profesidapatdiartikansebagaisuatupekerjaanataujabatan yang menuntutkeahlian,
yang didapatmelaluipendidikandanlatihantertentu,
menurutpersyaratankhususmemilikitanggungjawabdankodeetiktertentu.Profesijuga
diartikansebagaisuatujabatanataupekerjaantertentu yang
mensyaratkanpengetahuandanketerampilankhusus yang
diperolehdaripendidikanakademis yang intensif.Jadi,
profesiadalahsuatupekerjaanataujabatan yang menuntutkeahliantertentu.

Berdasarkanpadabeberapakriteriatersebut,
makaprofesimerupakanbidangpekerjaantertentu yang
dinilaitelahmemnuhikriteria.Dengan kata lain,
tidaksemuapekerjaandapatdisebutprofesikarenaterdapatpesyaratan-
persyaratankhusus yang
harusdipenuhisehinggasuatubidangpekerjaandapatdisebutsebagaiprofesi.Profesime
ngajaradalahsuatujabatan yang
mempunyaikekhususan.Kekhususanitumerupakankelengkapanmengajaratauketera
mpilan yang menggambarkanbahwaseseorangmelakukantugasmengajar,
yaitumembimbingmanusia (Musriadi, 2016:30).

Berdasarkan UU RI No.14 tahun 2005 tentang Guru danDosenPasal 1, guru


adalahpendidikprofesionaldengantugasutamamendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih,
menilaidanmengevaluasipesertadidikpadapendidikananakusiadinijalurpendidikan
formal, pendidikandasar, danpendidikamenengah. Menurut Noor Jamaluddin
(1978:1) Guru adalahpendidik, yaitu orang dewasa yang
bertanggungjawabmemberibimbinganataubantuankepadaanakdidikdalamperkemba
nganjasmanidanrohaninya agar mencapaikedewasaannya,
mampuberdirisendiridapatmelaksanakantugasnyasebagaimakhluk Allah
khalifahdibumi, sebagaimakhluksosialdanindividu yang sanggupberdirisendiri.

Guru merupakansuatuprofesi, yang berartisuatujabatan yang


memerlukankeahliankhusussebagai guru dantidakdapatdilakukanolehsembarang
orang diluarbidangpendidikan. Walaupunpadakenyataannyamasihterdapat guru
yang
tidakmemilikilatarbelakangpendidikanbidangkeguruan.Seiringdengankemajuantek
nologiinformasi yang telahdemikianpesat, guru
tidaklagihanyabertindaksebagaipenyajiinformasi,
tetapijugaharusmampubertindaksebagaifasilitator, motivator, danpembimbingan
yang
lebihbanyakmemberikankesempatankepadapesertadidikuntukmencaridanmengolah
informasisendiri.Dengandemikian, keahlian guru
harusterusdikembangkandantidakhanyaterbataspadapenguasaanprinsipmengajarsep
ertitelahdiuraikan.

Guru adalahposisi yang strategisbagipemberdayaandanpembelajaransuatubangsa


yang
tidakmungkindigantikanolehunsurmanapundalamkehidupansebuahbangsasejakdah
ulu. Dengan kata lain potretmanusia yang akandatangtercermindaripotret guru di
masasekarangdangerakmajudinamikakehidupansangatbergantungdari “citra” guru
di tengah-tengahmasyarakat.Apabilamelihatkehidupanmasyarakat yang
semakinterlihatjelasperbedaannyadanketikasemua orang
mempunyaibanyakpilihansebagailadangkehidupanmakacitraprofesi guru
kianmerosotdi dalamkehidupansosial.Apalagimasyarakatsemakin lama
semakinterarahkepadakehidupanmaterialistis.Sehinggasuatuprofesidinilaisesuainila
imaterinya.Olehsebabitutidakheranapabilaprofesi guru
terkecilkandanmenjadipilihanterakhir (Smith,2000).

DemikianpedapatparapakarsepertiAltbach (1941) danpakarlain yang


mengatakanbahwaprofesi guru merupakan “Most thankless profession in the
world”. Namundemikian, masyarakatmana yang tidakmembutuhkanprofesi
guru.Tidakdapatdipungkiribahwamasyarakattanpaprofesi guru
tidakmungkinterciptasuatugenerasiunggul, kreatifdancerdas.
2. Bagaimana alur dan kebijakan pengembangan profesi dan karir menjadi guru ?

Dunia pendidikan sangatlah penting bagi anak-anak. Peran guru sebagai


pendidik juga sangatlah penting dalmpendidikan. Tanpa kita sadari tidak ada
pendidikan yang bermutu tanpa kehadran guru yang profesional dengan jumlah
yang di cukupi. Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah
memiliki sertifikat pendidik agar menjaga kompetensi keprofesiannya tetap sesuai
dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya / olahraga. Diperlukannya
pembinaan dan pengebangan kepribadian, sosial, dan profesional. Pengembangan
profesi dan karir di arahkan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru
dalam pelksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas.
Inisiatif meningkatkan kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan
upaya untuk memberikan penghargaan, peningkatkan kesejahteraan dan
perlindungan terhadap guru.

Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan


kompetensi pedagonik, kepribadian,sosial, dan profesional. Pembinaan dan
pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksut melalui jabatan fungsional.
Kebutuhan guru akan program pembinaan dan pengembangan profesi
dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu pemahaman tengtang konteks
pembelajaran, penguatan penguasaan materi, pengembangan metode mengajar,
inovasi pembelajaran, dan pengalaman tentang teori-teori terkini. Kegiatan
pembinaan dan pengembangan profesi dapat dilakukan oleh institusi pemerintah,
lembaga pelatihan (training provider) nonpemerintah, penyelenggara, atau satuan
pendidikan. Ditingkat satuan pendidikan, program ini dapat dilakukan oleh guru
pembina, guru inti, coordinator guru kelas, dan sejenisnya yang ditunjuk dari guru
terbaik dan ditugasi oleh kepala sekolah.

Pembinaan guru melalui pendidikan lanjutan yaitu bentuk pembinaan


dengan memberikan kesempatan guru untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang
lebih tinggi. Tujuan pendidikan lanjutan menurut Bafadal (2003: 56-57) dalam Arif
Rahman untuk:

1. Meningkatkan kualifikasi formal guru sehingga sesuai dengan peraturan


kepegawaian yang diberlakukan secara nasional maupun melalui yayasan.
2. Meningkatkan kemampuan akademik sehingga peningkatan
profeesionalnya dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaran pendidikan
di sekolah.
3. Menumbuh kembangkan motivasi para pegawai khsususnya guru untuk
meningkatkan kinerjanya.

Pengembangan guru akan program pembinaan dan pengembangan profesi


dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu pemahaman tengtang konteks
pembelajaran, penguatan penguasaan materi, pengembangan metode mengajar,
inovasi pembelajaran, dan pengalaman tentang teori-teori terkini. Kegiatan
pembinaan dan pengembangan profesi dapat dilakukan oleh institusi pemerintah,
lembaga pelatihan (training provider) nonpemerintah, penyelenggara, atau satuan
pendidikan. Ditingkat satuan pendidikan, program ini dapat dilakukan oleh guru
pembina, guru inti, koordinator guru kelas, dan sejenisnya yang ditunjuk dari guru
terbaik dan ditugasi oleh kepala sekolah.Pemerintah dan pemerintah daerah berhak
mengarahkan, membimbing, membantu, dan mengawasi penyelenggaraan
pendidikan serta wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggarakannya
pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas
tahun.

Guru sebagai komponen penting dalam sistem pendidikan diharapkan mampu


menjadi fasilitator, motivator dan dinamisator dalam proses belajar siswa. Oleh
karena itu guru dituntut untuk dapat mempunyai kompetensi dalam dunia
pendidikan. Pelaksanaan kurikulum, perlu adanya metode pembelajaran yang
sesuai dengan mata pelajaran yang diampu oleh masing-masing guru, dengan
demikian proses belajar mengajar akan berjalan seiring dengan pengembangan
aspek-aspek belajar siswa yang meliputi aspek kognitif, aspek afektif dan aspek
psikomotor.Menurut UNESCO, bahwa guru sebagai agen pembawa perubahan
yang mampu mendorong pemahaman dan toleransi diharapkan tidak hanya mampu
mencerdaskan peserta didik tetapi juga harus mampu mengembangkan kepribadian
yang utuh, berakhlak dan berkarakter. Untuk itu dibutuhkan suatu proses
pendidikan guru yang secara professional dapat dipertanggungjawabkan. Guru
merupakan pekerjaan profesi.Untuk menjadi guru yang baik maka dituntut adanya
sejumlah kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu :

1. Menguasai landasan-landasan kependidikan


2. Penguasaan bahan/materi pelajaran

3. Kemampuan mengolah program kegiatan belajar mengajar

4. Kemampuan mengelola kelas

5. Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar

6. Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar

7. Kemampuan menilai hasil belajar/prestasi siswa

8. Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan

9. Menafsirkan hasil penelitian untuk keperluan pengajaran

10. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

Proses penempatan guru yang tidak terarah, tidak adil dan tidak proporsional
akan berpengaruh negatif terhadap guru dalam mengembangkan kemampuan dan
pengabdiaan profesional kependidikannya. Selain itu juga menyurutkan niat
generasi muda untuk memasuki profesi keguruan. Kenyataan yang dihadapi
banyak guru yang berada di daerah terpencil tidak memiliki masa depan, baik bagi
pengembangan karirnya maupun kesehatan rohani dan jasmaninya. Dihapuskannya
program rotasi semakin menjadikan ciut semangat guru untuk meningkatkan
profesionalismenya, karena dalam benaknya sudah merasa bahwa sampai pensiun
dia tetap berada di sekolah tersebut.

Rasio jumlah guru terhadap jumlah peserta didik semakin tidak seimbang.
Adanya sekolah yang kelebihan guru, namun di sisi lain masih banyak sekolah-
sekolah yang kekurangan guru. Sekolah-sekolah yang kekurangan guru ini terpaksa
mengangkat guru honorer/guru tidak tetap (GTT) yang gajinya jauh di bawah upah
minimum. Lebih celakanya jenis guru yang satu ini tidak mempunyai ikatan
perjanjian hukum yang jelas sehingga sewaktu-waktu dapat diberhentikan karena
ada droping guru negeri baru.pengembangan karier (career development) menuntut
seseorang untuk membuat keputusan dan mengikatkan dirinya untuk mencapai
tujuan-tujuan karier. Pusat gagasan dalam pengembangan karier ialah waktu, yang
dipengaruhi cost and benefit. Cost and benefit ini selalu dipertimbangkan dalam
memilih pekerjaan, apa kerjanya, apa organisasinya, dan apa untung ruginya
(Sigit : 2003). Pengertian pengembangan karier secara awam adalah peningkatan
jabatan yang didasarkan pada prestasi, masa kerja, dan kesempatan. Pengembangan
karier bagi guru belum memperoleh porsi yang sesuai, karena dengan
dicanangkannya otonomi daerah ternyata menimbulkan kebimbangan para birokrat
daerah untuk memberikan kewenangan pengelolaan aspek-aspek pendidikan
terhadap kaum guru. Hal ini dapat dimaklumi sebab dengan memberikan jabatan-
jabatan tersebut menutup peluang bagi mereka (birokrat) untuk ‘berkuasa’.Seorang
guru mempunyai/naik jabatan menduduki jabatan struktural tertentu akan tetapi
tugas pokoknya sebagai pengajar/pendidik tetap menjadi tanggung jawabnya,
seorang guru tidak serta merta menjadi birokrat dan meninggalkan profesi
mengajar ketika ia naik jabatan.
3. Pola Pembinaan dan Pelatihan Guru di Indonesia

Pembinaan dan pengembangan profesionalisasi guru dan staf sekolah dilakukan


berdasarkan kebutuhan institusi, kelompok, maupun individu guru dan staf sendiri.
Dari perspektif institusi, pengembangan guru dan staf dimaksudkan untuk
merangsang, memelihara, dan meningkatkan kualitas staf dalam memecahkan
masalah-masalah keorganisasian. Selanjutnya dikatakan juga bahwa
pengembangan guru berdasarkan kebutuhan institusi adalah penting, namun hal
yang lebih penting adalah berdasar kebutuhan individu guru dan staf untuk
menjalani proses profesionalisasi. Karena substansi kajian dan konteks
pembelajaran selalu berkembang dan berubah menurut dimensi ruang dan waktu,
guru dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya.

Profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam dunia


pendidikan. Sejalan dengan itu, jelas kiranya bahwa profesionalisasi dalam bidang
keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka
pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Untuk
meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka profesionalisasi guru (pendidik)
merupakan suatu keharusan, terlebih lagi apabila kita melihat kondisi objektif saat
ini berkaitan dengan berbagai hal yang ditemui dalam melaksanakan pendidikan,
yaitu: (1) perkembangan IPTEK, (2) persaingan global bagi lulusan pendidikan, (3)
otonomi daerah, dan (4) implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP).

Perkembangan IPTEK yang cepat, menuntut setiap guru dihadapkan pada


penguasaan hal-hal baru berkaitan dengan materi pembelajaran atau pendukung
pelaksanaan pembelajaran seperti penggunaan internet untuk pembelajaran,
program multimedia, dan lain sebagainya.

Kebijakan otonomi daerah telah memberikan perubahan yang mendasar terhadap


berbagai sektor pemerintahan, termasuk dalam pendidikan. Pengelolaan pendidikan
secara terdesentralisasi akan semakin mendekatkan pendidikan
kepada stakeholders pendidikan di daerah dan karena itu maka guru semakin
dituntut untuk menjabarkan keinginan dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat
terhadap pendidikan melalui kompetensi yang dimilikinya.Pencanangan
implementasi KTSP menunjukkan bahwa kualifikasi profesionalisme harus benar-
benar dimiliki oleh setiap guru apabila menginginkan lulusan yang memiliki
kompetensi sebagaimana diharapkan.

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan pengembangan


SDM pendidikan, yaitu:

1. Dilakukan untuk semua jenis tenaga kependidikan (baik untuk tenaga


struktural, fungsional, maupun teknis)
2. Berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam rangka peningkatan
kemampuan profesional dan untuk teknis pelaksanaan tugas harian sesuai posisi
masing-masing.
3. Dilaksanakan untuk mendorong meningkatnya kontribusi setiap individu
terhadap organisasi pendidikan
4. Dirintis dan diarahkan untuk mendidik dan melatih seseorang sebelum
maupun sesudah menduduki jabatan/posisi
5. Dirancang untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan dalam jabatan,
pengembangan profesi, pemecahan masalah, kegiatan-kegiatan remedial,
pemeliharaan motivasi kerja, dan ketahanan organisasi pendidikan.
6. Pengembangan yang menyangkut jenjang karier sebaiknya disesuaikan
dengan kategori masing-masing jenis tenaga kependidikan itu sendiri.

Langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan pelatihan yang mengakomodasi


kebutuhan pelatihan. Dalam merumuskan tujuan sudah terantisipasi bahwa pabila
tujuan tersebut tercapai, maka permasalahan kebutuhan guru untuk melayani
pembelajaran dapat diperbaiki. Rumusan tujuan yang jelas akan menggambarkan
bahan pelatihan apa yang perlu disusun, sehingga apabila bahan tersebut dipelajarai
dan dapat dikuasai oleh peserta pelatihan, maka diyakini tujuan pelatihan tercapai.
Sejalan dengan penyusunan bahan pelatihan, perlu dirumuskan alat evaluasi untuk
mengukur ketercapaian tujuan pelatihan. Oleh karena bahan ajar pelatihan disusun
dengan mempertimbangkan tujuan pelatihan, maka dengan sendirinya alat evaluasi
yang disusun pun mengukur penguasaan materi pelatihan oleh peserta pelatihan.
Jika dianggap perlu, alat ini dapat digunakan sebagai pre-test dan post-test.

Pembinaan dan pengembangan pegawai dapat dilakukan secara menyatu dengan


manajemen sekolah secara integral. Manajemen Sumber Daya Manusia dalam
organisasi pada hakekatnya mempersoalkan upaya untuk pemberdayaan seluruh
potensi organisasi dalam rangka mencapai produktivitas yang setinggi-tingginya.
Dalam konsep tersebut termasuk upaya efisiensi dan efektivitas. Efisiensi
menyangkut pemanfaatan input sebaik-baiknya untuk melayani operasi proses
secara proporsional. Efektivitas menyangkut ketercapaian sasaran atau target-target
yang ditetapkan. Besaran perbandingan antara input dan output menggambarkan
index produktivitas.

Sangat rasional apabila para pimpinan atau manajer pada tingkat apapun memiliki
pemikiran untuk meningkatkan efisiensi setinggi-tingginya untuk menghasilkan
output yang sebesar-besarnya. Akan tetapi perlu diwaspadai jangan sampai terjadi
upaya peningkatan efisiensi menjadi penyebab bagi rendahnya mutu dan
menurunnya jumlah produk.

1. Konsep Pemberdayaan

Pemberdayaan dalam konteks sumber daya manusia dimaksudkan upaya yang


dilakukan (terutama oleh pimpinan) untuk meningkatkan daya dukung pegawai
terhadap organisasi, melalui peningkatan kemampuan, kinerja serta komitmen.

2.        Manfaat Pemberdayaan.

Pemberdayaan seperti pengertian yang dimaksudkan di atas sangat penting


dilakukan dalam organisasi apapun. Pembangunan dan kemajuan yang dicapai oleh
organisasi pada dasarnya bersifat akumulatif dan berkelanjutan. Ini mengandung
arti bahwa segala sesuatu yang telah dicapai sebelumnya merupakan modal
lanjutan bagi pengembangan lanjut. Dengan kata lain, apabila terjadi upaya
pemberdayaan dalam berbagai bentuk potensi organisasi, maka akan terjadi
penghematan. Di samping itu, kondisi tersebut dapat mempercepat proses
pengembangan organisasi, yang disebabkan oleh terjadinya akumulasi potensi yang
dimilki organisasi. Pemberdayaan potensi SDM memiliki “opportunitycost” dan
“opportunityussage”. Hal ini dimungkinkan karena sumberdaya yang telah ada
memiliki durasi pelayanan yang lama dan manfaat yang besar, sedangkan biaya
pengadaan pegawai baru dapat digunakan untuk pengembangan program lain, di
samping meneruskan program-program pengembangan yang telah ada.

3.  Hakekat dan Asumsi Pemberdayaan

Pemberdayaan potensi SDM, demikian pula potensi lainnya, merupakan tuntutan


mutlak apabila organisasi ingin menampilkan kinerja yang sehat. Organisasi yang
sehat adalah organisasi yang memiliki kemampuan untuk memahami kekuatan-
kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang dimilikinya, serta mampu melihat
tantangan dan memperhitungkan peluang yang ada. Kemampuan ini akan
melahirkan potret posisi organisasi. Dalam kondisi tersebut, organisasi akan
mampu mengembangkan visinya, merumuskan program-program stratejik,
mengembangkan cara-cara yang tepat untuk melaksanakannya disertai
pengendalian yang berfungsi diagnostik dan evaluatif. Oleh karena itu
pemberdayaan SDM merupakan bagian dari budaya manajemen stratejik.
Pemberdayaan SDM dapat meningkatkan kinerja organisasi, kesehatan organisasi,
efisiensi, dan percepatan pengembangan organisasi.

4.  Bentuk-bentuk Pemberdayaan SDM

a. Membudayakan praktek manajemen stratejik. Analisis lingkungan internal


organisasi (kekuatan dan kelemahan) dan analisis lingkungan external (tantangan
dan peluang) yang dilakukan dengan benar memungkinkan diketahuinya posisi
lembaga pada saat ini. Dengan cara demikian dengan sendirinya dapat diketahui
kondisi-kondisi SDM saat ini dihubungkan dengan dukungannya terhadap
program-program yang akan dikembangkan di masa depan.

b. Menyusun program-program berdasarkan hasil “needassessment”, di mana


dapat diketahui kegiatan-kegiatan mana yang perlu ditetapkan untuk meningkatkan
kinerja lembaga. Dengan cara seperti ini kebutuhan sumber pendukung seperti
biaya, alat/fasilitas, dan teknologi dapat diidentifikasi dan disusun lebih teliti. Tata
kerja seperti itu pada dasarnya mensejalankan
antara “programming” dan “resourcing”.

c. Merumuskan spesifikasi pelayanan yang ada, dan menterjemahkannya kepada


tuntutan SDM. Cara seperti ini memungkinkan dilakukannya “human
resourcesharing” di antara unit-unit kerja yang ada. Dalam pelaksanaannya
diperlukan koordinasi dan kerjasama. Kesamaan visi di antara pimpinan unit-unit
kerja sangat diperlukan untuk menghindari adanya kultus kepentingan. Organisasi
sebagai sistem terdiri dari berbagai komponen/bagian yang saling berkaitan.
Siatem hanya akan berfungsi secara efektif apabila di antara masing-masing unsur
dapat saling membangun sinerjik yang harmonis, termasuk dalam
resourcesharing.”

d. Meningkatkan tingkat kepuasan pegawai. Cara seperti ini diwujudkan melalui


penciptaan budaya kerja yang melahirkan sistem pengawasan suportif, evaluasi
kinerja yang obyektif bagi pengembangan karir dan renumerasi, penciptaan mutu
lingkungan kerja yang kondusif, sistem “rewardandfunishment” yang diterapkan
secara konsisten, dan kegiaqtanswejenisnya.

e. Melakukan audit kinerja. Audit kinerja dapat dilakukan oleh pimpinan masing-
masing unit kerja. Audit dapat dilakukan pada kinerja individual, kelompok yang
mengerjakan satuan tugas, dan unit kerja secara utuh. Hal ini dapat dilakukan
apabila deskripsi tugas dan target-target pencapaiannya dirumuskan dengan jelas.

f. Mempraktekan gugus kendali mutu untuk meningkatkan tanggung jawab


bersama dan rasa memiliki di antara anggota organisasi. Praktek ini dimungkinkan
apabila gagasan pengendalian mutu menyeluruh difahami, di mana pegawai telah
terbiasa mengidentifikasi masalah yang dihadapinya dan terlibat dalam
memecahkan persoalan tersebut.

4. Isi Undang-Undang Guru di Indonesia


Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru ada 37 pasal yang terdiri
dari:
1) Guru: Kualifikasi, Kompetensi, dan Sertifikasi (pasal 8-13),
2) Hak dan Kewajiban (pasal 14-20),
3) Wajib Kerja dan Ikatan Dinas (pasal 21-23),
4) Pengangkatan, Penempatan, Pemindahan, dan Pemberhentian (pasal 24-31),
5) Pembinaan dan Pengembangan (pasa 32-35)
6) Penghargaan (pasal 36-38),
7) Perlindungan (pasal 39),
8) Cuti, (pasal 40) dan,
9) Organisasi Profesi dan Kode Etik (pasal 41-44).
Dari pasal diatas pada umumnya mengacu pada penciptaan Guru Profesional
dengan kesejahteraan yang lebih baik tanpa melupakan hak dan kewajibannya.
Selain itu Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 ini juga menjelaskan mengenai
ketentuan-ketentuan guru dan kaitannya dalam kependidikan di Indonesia. Dalam
UU ini dijelaskan bahwa Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Profesi guru harus memenuhi prinsip profesionalitas dalam menjalankan profesi
tersebut. Salah satu dari prinsip tersebut adalah memiliki kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugas. Kaitannya dengan prinsip ini, termasuk
juga adalah kualitas dan sertifikasi.
Mengenai hal ini, pemerintah telah mengadakan program-program pemberdayaan
untuk meningkatkan aspek-aspek tersebut, yang diantaranya adalah Pembinaan dan
pengembangan guru meliputi pembinaan dan pengembangan profesi dan karier,
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional.
Dalam pelaksanaan tugas keprofesionalannya, seorang guru mempunyai
kewajiban diantaranya adalah:
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni.
Guru yang belum memiliki sertifikat pendidik memperoleh tunjangan fungsional
dan memperoleh maslahat tambahan paling lama 10 (sepuluh) tahun, atau guru
yang bersangkutan telah memenuhi kewajiban memiliki sertifikat pendidik.
Pemerintah mulai melaksanakan program sertifikasi pendidik paling lama dalam
waktu 12 (dua belas) bulan terhitung sejak berlakunya Undang-Undang ini. Guru
yang belum memiliki kualifikasi akademik dan sertifikat pendidik sebagaimana
dimaksud pada Undang-Undang ini wajib memenuhi kualifikasi akademik dan
sertifikat pendidik paling lama 10 (sepuluh) tahun sejak berlakunya Undang-
Undang ini.
Pada dasarnya pemerintah mengadakan program pemberdayaan guru melalui
jalur sertifikasi guru, dimana tujuannya adalah:
a. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan.
c. Meningkatkan martabat guru.
d. Meningkatkan profesionalitas guru.
Dari tujuan diatas dapat disimpulkan bahwa Sertifikasi merupakan sarana atau
instrumen untuk mencapai suatu tujuan. Perlu ada kesadaran dan pemahaman dari
semua pihak bahwa sertifikasi adalah sarana untuk menuju kualitas. Kesadaran dan
pemahaman ini akan melahirkan aktivitas yang benar, bahwa apapun yang
dilakukan adalah untuk mencapai kualitas.
Tujuan utama bukan untuk mendapatkan tunjangan profesi, melainkan untuk
dapat menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memiliki kompetensi
sebagaimana disyaratkan dalam standar kompetensi guru. Tunjangan profesi
adalah konsekuensi logis yang menyertai adanya kemampuan yang dimaksud.
Dengan menyadari hal ini maka guru tidak akan mencari jalan lain guna
memperoleh sertifikat profesi kecuali mempersiapkan diri dengan belajar yang
benar untuk menghadapi sertifikasi. Berdasarkan hal tersebut, maka sertifikasi
akan membawa dampak positif, yaitu meningkatnya kualitas guru.
Dari statement diatas, ironisnya adalah setelah dikaji dan dievaluasi tujuan
tersebut belum tercapai maksimal. Banyak guru yang mengikuti program sertifikasi
guru hanya bertujuan untuk mendapatkan tunjangan profesi ataupun tambahan gaji.
Sehingga tujuan awal dari program sertifikasi guru belum bisa diaplikasikan secara
tanggungjawab.
Selanjutnya, kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru ada 4;
1. Kompetensi Pedagogik, merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: pemahaman
wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik,
pengembangan kurikulum atau silabus, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi kepribadian: berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis,
mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi peserta
didik dan masyarakat, secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri,
mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
3. Kompetensi sosial: merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk: berkomunikasi
lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun; menggunakan teknologi komunikasi dan
informasi secara fungsional; bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame
pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali
peserta didik; bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku; menerapkan prinsip
persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
4. Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud merupakan kemampuan guru
dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau seni
dan budaya yang diampunya sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: materi
pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan
pendidikan, mata kuliah, dan/atau kelompok mata kuliah yang akan diampu;
konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang
secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata
pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
a. Kesimpulan Profesionalisme guru merupakan suatu keadaan dimana seorang
guru memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas
kependidikan dan pengajaran yang telah terdidik dan terlatih dengan baik, serta
memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya. Untuk menjadi seorang guru yang
profesional, guru harus mengikuti program sertifikasi terlebih dahulu sesuai
dengan UU No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dimana sertifikasi tersebut
merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan mutu dan kesejahteraan guru,
serta berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen
pembelajaran. Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan
dengan pemahaman peserta didik dan pengolahan pembelajaran yang mendidik
dan dialogis. Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang berkenaan dengan
penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang
mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran disekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materi keilmuan kurikulum tersebut, disini
seorang guru harus mampu memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum
sekolah dan guru harus menambah wawasan dan selalu memperdalam pengetahuan
atau materi dari bidang studi. 61 Karena itu, apabila seorang guru mempunyai
kompetensi yang kurang baik atau tidak kompeten maka akan mempengaruhi
belajar siswa yang tidak baik pula sehingga berdampak terhadap hasil belajar
siswa. Misalnya guru kurang persiapan, dan kurang menguasai bahan pelajaran
sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas dan menyebabkan siswa kurang
senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar dan
berdampak terhadap hasil belajarnya.

Daftar pustaka

Musfah, Jejen, AnalisisKebijakanPendidikan, Jakarta: Kencana, 2016.

Satori, D.,dkk.(2009). ProfesiKeguruan.Jakarta:Universitas Terbuka.

Syarief, Ikhwanuddin, dkk. (2002), Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia


Baru, Jakarta, PT Grasindo.
Dian, Mahsunah; Dian, Wahyuni; Arif, Antono; Santi, Ambarukmi.
2012. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Badan PSDMPK-PMP

Imma, nirma. ANALISIS UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN NO. 14


TAHUN 2005. Jakarta : PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ), No. 14. Thn 2005.

Anda mungkin juga menyukai