Anda di halaman 1dari 118

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KARIES

DENGAN PTI (Performance Treatment Index)


DAN OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified)
(Kajian pada Mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi
Universitas Gadjah Mada)

Oleh

MEIA AUDINAH
11/315948/KG/08885

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
YOGYAKARTA
2016
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KARIES
DENGAN PTI (Performance Treatment Index)
DAN OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified)
(Kajian pada Mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi
Universitas Gadjah Mada)

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat


Sarjana Ilmu Keperawatan Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Gadjah Mada

Oleh

MEIA AUDINAH

11/315948/KG/08885

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
YOGYAKARTA
2016

ii
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PENDIDIKAN STRATA 1

PRODI : ILMU KEPERAWATAN GIGI


BAGIAN : ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN DAN ILMU
KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

Ujian Skripsi telah dilaksanakan pada:


Hari : Senin
Tanggal : 18 April 2016
Pukul : 10.00 – 12.00 WIB

Bagi Mahasiswa :
Nama : Meia Audinah
Nomor Mahasiswa : 11/315948/KG/08885
Tanda Tangan :
Judul Skripsi : Hubungan antara Pengetahuan tentang Karies dengan
Indeks PTI (Perfomance Treatment Index) dan OHI-S
(Oral Hygiene Index), Kajian pada Mahasiswa Ilmu
Keperawatan Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Gadjah Mada

Yogyakarta, 18 April 2016

Tim Penguji
No Jabatan Nama Tanda Tangan

Pembimbing
1 drg. Lisdrianto Hanindriyo, MPH., Ph. D
Utama/ Ketua

Pembimbing
2 Pendamping/ drg. Rosa Amalia, M.Kes., Ph.D
Sekretaris

drg. Yuni Pamardiningsih, M.Kes


3 Penguji Tamu

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KARIES


DENGAN PTI (Performance Treatment Index)
DAN OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified)
(Kajian pada Mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi
Universitas Gadjah Mada)

Disusun oleh

MEIA AUDINAH
11/315948/KG/08885

Yogyakarta, 18 April 2016

Pembimbing I Pembimbing II

drg. Lisdrianto Hanindriyo, MPH., Ph. D drg. Rosa Amalia, M.Kes., Ph. D
NIP 19800610 200812 1 003 NIP 19730514 200501 2 001

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KARIES


DENGAN PTI (Performance Treatment Index)
DAN OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified)
(Kajian pada Mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi
Universitas Gadjah Mada)

Disusun oleh

MEIA AUDINAH
11/315948/KG/08885

Yogyakarta, 18 April 2016

Mengetahui:
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Dekan,

Dr. drg. Erwan Sugiatno, M.S., Sp. Pros (K)


NIP. 19611001 198803 1 002

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan

Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan

Maka apabila engkau telah selesai, maka tegaklah

Dan hanya kepada Tuhanmu, hendaklah engkau berharap

(Al-Insyirah: 5-8)

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengharap ridho Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan untuk

orang-orang selalu tulus mendoakan dan menyayangiku

Ibu, Ayah, Kak Ekmar, dan Kak Henky.

vi
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN GIGI

PERNYATAAN

Dalam keadaan sadar tanpa paksaan, saya menyatakan bahwa: skripsi yang ditulis
ini merupakan skripsi atau karya tulis asli dan bukan merupakan duplikasi skripsi
atau karya tulis dari penulis terdahulu. Saya berani diangkat sumpah dan diberi
sanksi, jika pernyataan ini tidak benar.

Yogyakarta, 18 April 2016

Yang menyatakan,

Meia Audinah

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara

Pengetahuan tentang Karies dengan Indeks PTI (Performance Treatment Index)

dan OHI-S (Oral Hygiene Index), Kajian pada Mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi

Universitas Gadjah Mada”. Skripsi ini diajukan sebagai persyaratan guna

memperoleh Sarjana Keperawatan Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas

Gadjah Mada.

Skripsi ini dapat terwujud berkat dukungan berbagai pihak yang telah

banyak membantu, oleh karena itu penulis ingin menghaturkan rasa terima kasih

kepada:

1. Dr. drg. Erwan Sugiatno, M.S., Sp.Pros (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Gadjah Mada beserta jajarannya.

2. Dr. drg. Julita Hendrartini M.Kes, AAK selaku Ketua Departemen Ilmu

Kedokteran Gigi Pencegahan dan Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada.

3. drg. Rosa Amalia, M.Kes., Ph.D selaku koordinator skripsi di departemen Ilmu

Kedokteran Gigi Pencegahan dan Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada dan sekaligus pembimbing

pendamping yang telah membimbing, memberikan saran, nasihat dan

dukungan hingga penulis menyelesaikan skripsi.

viii
4. drg. Lisdrianto Hanindriyo, MPH, Ph.D selaku dosen pembimbing utama yang

telah membimbing dengan penuh kesabaran, meluangkan waktu, memberikan

motivasi, nasihat, dan arahan hingga penulis menyelesaikan skripsi.

5. drg. Yuni Pamardiningsih, M.Kes selaku dosen penguji yang telah memberikan

kesempatan dan saran yang sangat bermanfaat kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

6. Prof. Dr. drg. Regina T.C. Tandelilin, M.Sc selaku Pembimbing Akademik

sekaligus kepala prodi Ilmu Keperawatan Gigi atas bimbingan serta nasihat

selama menjalankan masa studi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Gadjah Mada.

7. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada

atas segala ilmu yang bermanfaat.

8. Kedua orang tua penulis, kakak, dan segenap keluarga atas segala doa,

dukungan, dan inspirasi yang senantiasa diberikan kepada penulis.

9. Rekan seperjuangan skripsi bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan dan Ilmu

Kesehatan Gigi Masyarakat, Dewi, Tiaradhita, Elfa, Irsa, dan Ika.

10. Sahabat-sahabat penulis semasa sekolah, Dahlia, Hana, Ifa, Lylla, Shofi,

Uyung, Dwi Oktariani, Dwi Ita, Lara, Titis dan Nita yang selalu memberi

semangat dan motivasi kepada penulis.

11. Sahabat bolang, Adi, Ilham, Indi, Mas Feri dan Mas Ucup yang sudah

mengembalikan semangat penulis.

12. Diftya, Kiki, Rara, Arum, Imel, Juli dan teman-teman IKG UGM angkatan

2011 yang bersedia membantu saat penelitian.

ix
13. Teman-teman seperantauan FORMAT Jogja-Solo dan Mulak Jogja yang selalu

memberi semangat.

14. Adik-adik IKG angkatan 2012, 2013, 2014, dan 2015 yang telah bersedia

menjadi subjek penelitian ini.

15. Mama Ema dan Papa Ilham Udin yang telah yang selalu memberi dukungan

kepada penulis.

16. Teman-teman KKN-PPM UGM Unit MLU-01 yang memberikan pengalaman

yang tak terlupakan, Lela, Iis, Febi, Ucup, Robi, Dian, Bagus, Awan, Kori, dan

yang lainnya.

17. Semua pihak yang turut mendukung dan membantu penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan ilmu

pengetahuan, dan penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun

untuk skripsi ini, guna pengembangan ilmu, khususnya dalam bidang kedokteran

gigi.

Yogyakarta, April 2016

Penulis

x
DAFTAR ISI

BAB Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
INTISARI............................................................................................................. xvi
ABSTRACT .......................................................................................................... xvii
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................................... 5
C. Keaslian Penelitian ........................................................................................ 5
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 8
A. Telaah Pustaka ............................................................................................... 8
1. Pengetahuan .............................................................................................. 8
2. Karies ...................................................................................................... 12
3. Performance Treathment Index (PTI) ..................................................... 20
4. Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) ................................................. 24
5. Mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi Universitas Gadjah Mada .............. 28
6. Hubungan Pengetahuan Tentang Karies Mahasiswa Ilmu
Keperawatan Gigi dengan PTI dan OHI-S ............................................. 30
B. Landasan Teori ............................................................................................ 31
C. Kerangka Teori ............................................................................................ 33
D. Kerangka Konsep Penelitian........................................................................ 33
E. Hipotesis ...................................................................................................... 34
III.METODE PENELITIAN ................................................................................. 35
A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 35
B. Identifikasi Variabel .................................................................................... 35
xi
BAB Halaman
C. Definisi Operasional .................................................................................... 35
D. Populasi dan Subjek Penelitian.................................................................... 37
E. Alat dan Bahan Penunjang Penelitian.......................................................... 39
F. Alat Ukur Penelitian .................................................................................... 40
G. Jalannya Penelitian ...................................................................................... 43
H. Analisis Hasil Penelitian .............................................................................. 45
I. Alur Penelitian ............................................................................................. 46
J. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 46
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 47
A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 47
1. Karakteristik Subjek Penelitian............................................................... 47
2. Uji Normalitas......................................................................................... 48
3. Deskripsi Variabel Penelitian ................................................................. 48
a. Pengetahuan Karies ......................................................................... 48
b. Indeks DMF-T................................................................................. 50
c. PTI (Performance Treatment Index) ............................................... 52
d. OHI-S .............................................................................................. 54
4. Korelasi antara Pengetahuan Karies dengan PTI dan OHI-S ................. 56
B. Pembahasan ................................................................................................. 57
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 64
A. Kesimpulan .................................................................................................. 64
B. Saran ............................................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 65
LAMPIRAN .......................................................................................................... 73

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Kriteria penilaian debris index ....................................................................... 28
2. Kriteria penilaian calculus index.................................................................... 28
3. Sampel Penelitian Proportionate Stratified Random Sampling..................... 38
4. Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan Karies ....................................................... 40
5. Distribusi subjek penelitian berdasarkan umur dan jenis kelamin
mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi ............................................................... 47
6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan angkatan dan jenis kelamin
mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi ............................................................... 48
7. Distribusi pengetahuan tentang karies pada subjek penelitian....................... 49
8. Distribusi subjek penelitian berdasarkan indeks DMF-T .............................. 50
9. Distribusi komponen DMF-T berdasarkan angkatan ..................................... 51
10. Distribusi subjek penelitian berdasarkan OHI-S dan pengetahuan................ 54

xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema Karies ................................................................................................. 13
2. Kerangka Teori .............................................................................................. 33
3. Kerangka Konsep Penelitian .......................................................................... 33
4. Skema Alur Penelitian ................................................................................... 46
5. Rerata pengetahuan berdasarkan jenis kelamin ............................................. 49
6. Rerata pengetahuan berdasarkan angkatan .................................................... 50
7. Rerata PTI berdasarkan jenis kelamin ........................................................... 52
8. Rerata PTI berdasarkan pengetahuan ............................................................. 53
9. Rerata PTI berdasarkan angkatan .................................................................. 53
10. Rerata OHI-S berdasarkan jenis kelamin ....................................................... 54
11. Rerata OHI-S berdasarkan pengetahuan ........................................................ 55
12. Rerata OHI-S berdasarkan angkatan .............................................................. 56

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman
I. Pengantar Kuesioner ................................................................................. 74
II. Pernyataan Persetujuan ............................................................................. 75
III. Lembar kuesioner pengetahuan tentang karies sebelum uji validitas ....... 76
IV. Lembar kuesioner pengetahuan tentang karies setelah uji validitas....... ... 81
V. Blanko pemeriksaan DMF-T ..................................................................... 84
VI. Blanko pemeriksaan OHI-S ...................................................................... 85
VII. Ethical Clearence Penelitian ..................................................................... 86
VIII. Surat Izin Penelitian .................................................................................. 87
IX. Uji validitas dan reliabilitas....................................................................... 88
X. Rekapitulasi Data Penelitian ..................................................................... 91
XI. Statistik Deskriptif..................................................................................... 94
XII. Uji Normalitas Data .................................................................................. 96
XIII. Uji Perbedaan Mann-Whitney ................................................................... 97
XIV. Uji Korelasi Spearman ............................................................................ 101

xv
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KARIES DENGAN
PTI (Performance Treatment Index) dan OHI-S (Oral Hygiene Index)
(Kajian pada Mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi
Universitas Gadjah Mada)

Meia Audinah

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Gadjah Mada

INTISARI

Salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut
adalah perilaku. Perilaku yang positif didasari oleh pengetahuan yang cukup.
Tingkat pengetahuan yang rendah merupakan faktor predisposisi dari perilaku
kesehatan yang mengarah kepada timbulnya penyakit. Karies merupakan masalah
kesehatan gigi dan mulut yang paling sering dikeluhkan masyarakat. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang
karies dengan PTI dan OHI-S pada mahasiswa ilmu keperawatan gigi.
Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional.
Subjek penelitian berjumlah 124 mahasiswa keperawatan gigi tahun pertama
hingga keempat yang memiliki kriteria inklusi diambil secara acak dengan
stratifikasi. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar
pemeriksaan kesehatan gigi yang meliputi DMF-T dan OHI-S. Teknik analisis
data menggunakan uji korelasi spearman dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian ini menunjukkan Tidak terdapat hubungan antara
pengetahuan tentang karies dengan PTI (r = 0,152 p = 0,091). Terdapat hubungan
yang signifikan negatif antara pengetahuan tentang karies dengan OHI-S
(r = -2,23 p = 0,013). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan tentang
karies tidak mempunyai hubungan dengan PTI; Semakin tinggi pengetahuan
tentang karies, semakin rendah skor OHI-S

Kata kunci: Pengetahuan, karies, status kesehatan gigi dan mulut, keperawatan
gigi, PTI, OHI-S

xvi
RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE OF CARIES WITH
PTI (Performance Treatment Index) AND
OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified)
(Study at Dental Hygiene Student Gadjah Mada Unversity)

Meia Audinah

Faculty of Dentistry
Gadjah Mada University

ABSTRACT

One of the factors that affects oral health is behavior. Positive behavior is
based on enough knowledge. Low knowledge level is a predisposing factor of
health behavior that leads to disease appearance. Caries is a common oral health
problem mostly complained by the people. The aim of this study is to determine
the correlation between knowledge of caries with PTI and OHI-S in dental
hygiene students faculty of dentistry Gadjah Mada University.
This study is a survey analytic study with a cross sectional design. The
population was 124 dental hygiene students taken from the first until fourth grade
with inclusion criteria taken randomly stratified. Data collection techniques using
questionnaires and checklist that include dental health check DMF-T and OHI-S.
Techniques of data analysis using spearman test with significance level 95%.
The result shows that there is no correlation between knowledge of caries
with PTI (r = 0.152 p = 0.091). There is a negative significant correlation between
knowledge of caries with OHI-S (r = -2.23 p = 0.013). In conclusion, there is no
correlation between knowledge of caries with PTI; The higher knowledge of
caries, the lower OHI-S score.

Key word: knowledge, caries, oral health status, dental nurse, PTI, OHI-S

xvii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari keseluruhan yang

tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum (Malik, 2008).

Kesehatan gigi atau yang sering disebut kesehatan mulut adalah kesejahteraan

rongga mulut, termasuk gigi, struktur serta jaringan-jaringan pendukungnya bebas

dari penyakit dan rasa sakit, mulut serta jaringan-jaringan pendukungnya

berfungsi secara optimal, yang akan menjadikan percaya diri serta hubungan

interpersonal dalam tingkatan paling tinggi (Sriyono, 2011).

Menurut World Health Organization (2012), terdapat 60-90% anak usia

sekolah dan hampir 100% orang dewasa mengalami karies. Laporan Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 yang diselenggarakan oleh Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa, 25,9% penduduk Indonesia

mempunyai masalah gigi dan mulut. Indeks DMF-T Indonesia sebesar 4,6 dengan

nilai masing-masing: D-T=1,6, M-T=2,9, F-T=0,08; yang berarti kerusakan gigi

penduduk Indonesia 460 buah gigi per seratus orang, terdapat 31,1% yang

melakukan perawatan dan pengobatan dari tenaga medis (perawat gigi, dokter gigi

atau dokter gigi spesialis), sedangkan 68,9% lainnya tidak melakukan perawatan.

Data tersebut menunjukkan bahwa karies masih menjadi penyakit yang menjadi

masalah kesehatan gigi dan mulut (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2013).

Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email,

dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu

1
2

karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya

demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan

organiknya (Pintauli dan Hamada, 2008). Thorstensson dan Johansson (2010)

mengemukakan bahwa karies merupakan penyebab utama kehilangan gigi, yang

dipengaruhi oleh faktor kelas sosial ekonomi yang rendah, tingkat pendidikan

rendah dan gaya hidup yang buruk.

Faktor penting penyebab terjadinya karies yaitu kurangnya menjaga

kebersihan gigi dan mulut (Chandra dkk., 2007). Plak timbul apabila seseorang

mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya. Tindakan yang paling penting salah

satunya adalah usaha untuk mencegah atau sedikitnya mengurangi pembentukan

plak dengan tujuan mencegah penyakit periodontium dan karies (Carranza, 2002

sit. Purwoko, 2011). Menurut Gede dkk. (2013), salah satu penyebab seseorang

mengabaikan masalah kesehatan gigi dan mulutnya adalah faktor kurangnya

pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut.

Keadaan oral hygine yang buruk seperti adanya kalkulus dan stain, banyak

karies gigi, keadaan tidak bergigi atau ompong dapat menimbulkan masalah

dalam kehidupan sehari-hari (Prayitno, 2008). Karies yang tidak dilakukan

perawatan sejak dini akan menjadi lebih parah dan akhirnya dicabut. Seseorang

yang kehilangan gigi akibat karies akan mengalami masalah pengunyahan dan

akan merasakan malu dalam tingkat tertentu pada penampilan diri yang kemudian

akan membatasi interaksi sosial dan komunikasi (Sriyono, 2009). Karies

mengganggu fungsi pengunyahan, selain itu karies gigi juga dapat mempengaruhi
3

kesehatan secara umum. Karies dapat menurunkan tingkat produktivitas

seseorang, karena dari aspek biologis akan dirasakan sakit, walaupun tidak sampai

menimbulkan kematian sebagai akibat dari kerusakan gigi dan jaringan

pendukung (Pratiwi dkk., 2013).

Teori Blum menyatakan bahwa status kesehatan seseorang atau masyarakat

sangat dipengaruhi oleh lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan herediter

atau keturunan. Perilaku merupakan pengaruh terbesar kedua setelah lingkungan

pada status kesehatan individu maupun masyarakat (Noorkasiani dkk., 2007).

Salah satu pembentuk perilaku merupakan pengetahuan (Riyanti dan Saptarini,

2009). Pengetahuan yang cukup dapat mendasari perilaku positif (Maulana,

2009).

Pengetahuan kesehatan gigi memegang peranan penting dalam

mempengaruhi status kesehatan mulut seseorang (Koegh, 1991 sit. Pratiwi, 2014).

Pengetahuan yang rendah mengenai kesehatan merupakan faktor predisposisi dari

perilaku kesehatan yang mengarah kepada timbulnya penyakit (Budiharto, 2009).

Pengetahuan tentang kesehatan penting untuk individu agar bisa dengan sadar

berbuat sesuatu untuk kesehatannya. Tindakan kesehatan dapat terjadi ketika

seseorang menerima informasi yang cukup kuat untuk memicu motivasi dan

bertindak berdasarkan pengetahuan tersebut (Green dkk., 1991 sit. Lendrawati,

2012).

Mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi merupakan calon perawat gigi yang

akan terjun di masyarakat, sebelum menjadi perawat gigi mereka harus

menempuh pendidikan terlebih dahulu selama beberapa tahun. Pengetahuan


4

tentang karies didapatkan dalam proses pendidikan, maka sewajarnya mereka

memiliki tingkat pengetahuan yang sedang maupun tinggi mengenai karies yang

dapat digunakan dalam edukasi kepada masyarakat.

Berdasarkan penelitian Ariningrum dan Indriasih (2006) terdapat

hubungan antara pengetahuan dengan kejadian karies, yang berarti jika dilakukan

penelitian terhadap mahasiswa keperawatan gigi hasilnya memiliki kemungkinan

yang sama. Menurut Pintauli dan Hamada (2008), karies merupakan penyakit

yang membutuhkan waktu lama untuk pembentukannya, yaitu 6-48 bulan.

Berdasarkan hal tersebut, hubungan pengetahuan dengan karies tidak bisa

digambarkan dengan satu kali pengamatan, karena peneliti tidak mengetahui

karies yang dimiliki seseorang terbentuk setelah mendapatkan pengetahuan

tentang kesehatan gigi dan mulut atau terbentuk sebelumnya. Upaya mengatasi

hal tersebut, dipakai indeks PTI (Performance Treathment Index) untuk

mengetahui hubungan pengetahuan terhadap perubahan perilaku yang dapat

diketahui dengan adanya tumpatan baru setelah menjadi mahasiswa Ilmu

Keperawatan Gigi Fakultas Kedokteran Gigi UGM.

PTI (Performance Treathment Index) merupakan angka persentase dari

jumlah gigi tetap yang ditumpat terhadap angka DMF-T. PTI menggambarkan

motivasi dari seseorang untuk menumpatkan giginya yang berlubang dalam upaya

mempertahan gigi tetap (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).

Indeks DMF-T adalah indikator status kesehatan gigi yang merupakan

penjumlahan dari D-T, M-T, dan F-T yang menunjukkan pengalaman seseorang

terhadap karies gigi (Pintauli dan Hamada, 2008). Komponen Decay (gigi
5

berlubang), M, Missing (gigi hilang karena pencabutan), F, Filled (ditambal),

dihitung setiap T, Teeth (gigi) (Maulani dan Jubilee, 2005).

Penelitian yang dilakukan Lendrawati (2012) dan Notohartodjo dan Lely

(2005), menyatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi PTI dan OHI-S, sehingga diharapkan dengan tingginya

pengetahuan tentang karies pada mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi UGM maka

akan semakin tinggi motivasi dalam mempertahankan gigi tetap (PTI) dan

rendahnya angka OHI-S. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, penulis

tertarik utuk meneliti hubungan pengetahuan tentang karies dengan PTI dan OHI-

S pada mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Gadjah Mada.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang timbul adalah sebagai

berikut: apakah terdapat hubungan antara pengetahuan tentang karies dengan PTI

dan OHI-S mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi Fakultas Kedokteran Gigi UGM?

C. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang hubungan antara pengetahuan dengan PTI dan OHI-S

pada mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi FKG UGM sepengetahuan penulis

belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian tentang hubungan pengetahuan

dengan PTI dan OHI-S yang pernah dilakukan antara lain:


6

1. Lendrawati (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

mempertahankan gigi tetap karena karies pada masyarakat yang berkunjung

ke Balai pengobatan gigi di puskesmas Kotamadya Padang.

2. Darjono (2006), hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan tingkat

depresi dengan status kesehatan gigi dan mulut pada mahasiswa tahun

pertama Universitas Gadjah Mada.

3. Notohartojo dan Lely (2005), hubungan kebersihan gigi dan mulut dengan

pengetahuan dan sikap responden di beberapa puskesmas di Provinsi Jawa

Barat.

Perbedaan dengan penelitian tersebut adalah pada penelitian ini

menekankan hubungan pengetahuan dengan PTI dan OHI-S. Perbedaan lainnya

yaitu subjek dan lokasi penelitian.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan

tentang karies dengan PTI dan OHI-S pada mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

1. Bagi seluruh mahasiswa

a. Diharapkan mempunyai pengetahuan mengenai karies untuk digunakan

dalam mengedukasi kepada masyarakat.


7

b. Diharapkan mempunyai motivasi dalam menjaga dan merawat kesehatan

rongga mulutnya.

2. Bagi peneliti

Sebagai dasar penelitian selanjutnya mengenai hubungan pengetahuan

tentang karies dengan PTI dan OHI-S.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pengetahuan

a. Pengetahuan secara umum

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

pancaindera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,

dan raba. Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2011). Perilaku

tidak selalu mengikuti urutan tertentu sehingga terbentuknya perilaku positif tidak

selalu dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap positif. Perilaku positif yang

terbentuk relatif lebih lama, jika didasari pengetahuan yang cukup (Maulana,

2009).

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat

(Notoatmodjo, 2011), yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Pengetahuan dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari, atau rangsangan

yang telah diterima. Tingkat ‘tahu’ ini merupakan tingkatan pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

8
9

dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan,

dan sebagainya (Notoatmodjo, 2011).

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2011).

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat

diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain (Notoatmodjo, 2011).

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2011).

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.


10

Sintesis disimpulkan sebagai sesuatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya: dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap

suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada (Notoatmodjo, 2011).

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada, misalnya: dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan

anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu

tempat, dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2011).

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, faktor internal

(misalnya pendidikan, pekerjaan, dan umur), dan faktor eksternal (lingkungan dan

sosial budaya) (Wawan dan Dewi, 2011). Hasil pengamatan penulis, mahasiswa

Ilmu Keperawatan Gigi UGM memiliki rentang umur dari 17-22 tahun. Menurut

WHO (2007) remaja merupakan seseorang yang berusia 12 sampai 24 tahun.

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa

(Efendi dan Makhfudli, 2009). Kebiasaan dan gaya hidup yang dikembangkan

saat usia muda akan lebih melekat karena pesan-pesan yang diperoleh dapat

semakin diperkuat selama mereka masih dalam masa sekolah. Remaja sudah

memiliki tingkat kemampuan kognitif dan penalaran yang digunakan untuk

memahami dan memutuskan sesuatu secara logis (Ekowarni, 2001).


11

Perkembangan kognitif juga dianggap mempengaruhi perilaku kesehatan

(William, 2002 sit. Sakdiyah, 2013). Penelitian Rogers (1974) sit. Notoatmodjo

(2011) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, terjadi

proses yang berurutan, yaitu:

i. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

ii. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.

iii. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya.

iv. Trial, dimana subjek mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus.

v. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

b. Pengetahuan kesehatan gigi

Pengetahuan tentang kesehatan penting untuk individu agar bisa dengan

sadar berbuat sesuatu untuk kesehatannya. Tindakan kesehatan dapat terjadi

ketika seseorang menerima informasi yang cukup kuat untuk memicu motivasi

dan bertindak berdasarkan pengetahuan tersebut (Green dkk., 1991 sit.

Lendrawati, 2012). Pengetahuan yang rendah mengenai kesehatan merupakan

faktor predisposisi dari perilaku kesehatan yang mengarah kepada timbulnya

penyakit. Perilaku kesehatan gigi meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan yang

berkaitan dengan konsep sehat dan sakit gigi serta upaya pencegahannya
12

(Budiharto, 2009). Menurut Kegeles (1961) sit. Budiharto (2009), ada empat

faktor utama agar seseorang mau melakukan pemeliharaan kesehatan gigi, yaitu:

1) Merasa mudah terserang penyakit gigi.

2) Percaya bahwa penyakit gigi dapat dicegah.

3) Pandangan bahwa penyakit gigi dapat berakibat fatal.

4) Mampu menjangkau dan memanfaatkan fasilitas kesehatan.

Pengetahuan tentang penyakit gigi dan mulut adalah tingkat pemahaman

seseorang tentang penyakit gigi dalam hal ini pengetahuan tentang karies.

Pengetahuan kesehatan gigi merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku

masyarakat yang akan berdampak terhadap derajat kesehatan gigi dan mulut

(Notoatmodjo, 2010).

2. Karies

a. Pengertian Karies

Karies adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak atau

biofilm, dan diet (khususnya komponen karbohidrat) yang dapat difermentasikan

oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat sehingga terjadi

demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk

kejadiannya (Putri dkk., 2009). Terdapat faktor patologi (asam yang diproduksi

oleh bakteri, frekuensi makan/ minuman yang mengandung karbohidrat) dan

faktor protective (saliva, flour, xylitol) yang mempengaruhi keseimbangan karies.

Karies terjadi jika faktor protective lebih besar dibanding faktor patologi.

Sebaliknya, jika faktor protective lebih kecil dibanding faktor patologi, maka
13

terjadi karies. Kombinasi dari hal tersebut dapat menentukan penyakit karies gigi

yang telah diderita ataupun yang nantinya akan diderita (Hurlbutt, 2011).

b. Etiologi Karies

Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan, karies dinyatakan sebagai

penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab

terbentuknya karies (Pintauli dan Hamada 2008). Karies gigi merupakan penyakit

yang disebabkan oleh interaksi host (penjamu), agent (penyebab), environment

(lingkungan), dan time (waktu) yang menghasilkan kerusakan pada jaringan keras

gigi yang tak bisa pulih kembali yaitu email, dentin, dan sementum (Sriyono,

2011).

Gambar 1. Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit


multifaktorial yang disebabkan faktor host, agen, substrat dan waktu
(Keyes dan Jordan, 1960 sit. Pintauli dan Hamada, 2008)

1) Faktor host atau tuan rumah

Plak yang mengandung bakteri merupakan awal terbentuknya karies.

Kawasan gigi yang memudahkan perlekatan plak sangat mungkin diserang karies

(Kidd dan Bechal, 1991). Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi

sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan

bentuk gigi), struktur email, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi
14

posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah

menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Permukaan gigi

yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu

perkembangan karies gigi (Pintauli dan Hamada 2008).

2) Faktor agen atau mikroorganisme

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies

(Pintauli dan Hamada, 2008). Plak didefinisikan sebagai deposit lunak yang

terbentuk dari biofilm yang melekat pada pemukaan gigi atau permukaan keras

lainnya di dalam rongga mulut (Reddy, 2008). Hasil penelitian menunjukkan

komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Kokus gram positif

merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus mutans,

Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis dan Streptococcus salivarius serta

beberapa strain lainnya pada awal pembentukan plak (Harris dan Christen, 1995

sit. Pintauli dan Hamada 2008). Streptococcus mutans adalah penyebab utama

karies, karena sifatnya yang menempel pada email, menghasilkan dan dapat hidup

di lingkungan asam, berkembang pesat di lingkungan yang kaya sukrosa, serta

mengahasilkan substansi yang dapat membunuh organisme kompetitor (Putri

dkk., 2009). Plak gigi terbentuk dalam satu jam setelah dibersihkan dan menjadi

masak setelah 24 jam (Reddy, 2008).

3) Faktor substrat atau diet

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena

membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada

permukaan email (Pintauli dan Hamada, 2008). Makanan dan minuman yang
15

mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level

yang dapat menyebabkan demineralisasi email. Konsumsi gula yang berulang-

ulang akan tetap menahan pH plak dibawah normal dan menyebabkan

demineralisasi email (Kidd dan Bechal, 1991).

4) Faktor waktu

Saliva mampu mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya

proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode

perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Karies tidak akan terbentuk dalam

hitungan hari atau minggu, melainkan bulan atau tahun, bila saliva ada dalam

lingkungan gigi (Kidd dan Bechal, 1991). Lamanya waktu yang dibutuhkan karies

untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48

bulan (Pintauli dan Hamada 2008).

c. Patogenesis Karies

Bakteri plak akan memfermentasikan karbohidrat (misalnya sukrosa) dan

menghasilkan asam, sehingga menyebabkan pH plak akan turun dalam waktu 1-3

menit sampai pH 4,5-5,0. pH akan kembali normal pada pH sekitar 7 dalam 30-60

menit, dan jika penurunan pH plak ini terjadi terus menerus maka akan

menyebabkan demineralisasi pada permukaan gigi. Kondisi asam seperti ini

sangat disukai oleh streptococcus mutans dan Lactobacillus sp, yang merupakan

mikroorganisme penyebab utama dalam proses terjadinya karies gigi, sedangkan

Lactobacillus sp, berperan pada proses perkembangan dan kelanjutan karies.

Pertama kali akan terlihat white spot pada permukaan enamel kemudian proses

ini berjalan secara perlahan sehingga lesi kecil tersebut berkembang, dan dengan
16

adanya destruksi bahan organik, kerusakan berlanjut pada dentin disertai kematian

odontoblas (Soesilo dkk., 2005).

d. Faktor Risiko

1) Pengalaman karies

Pengalaman karies terdahulu dapat memprediksi aktivitas karies pada masa

yang akan datang (Putri dkk., 2009). Sensitivitas parameter ini hampir mencapai

60%. Prevalensi karies pada gigi desidui dapat memprediksi karies pada gigi

permanennya (Pintauli dan Hamada, 2008).

2) Penggunaan Fluor

Berbagai macam konsep tentang mekanisme kerja fluor yang berkaitan

dengan pengaruhnya pada gigi sebelum dan sesudah gigi erupsi (Pintauli dan

Hamada, 2008). Fluor adalah agen anti karies yang utama. Pencegahan primer

berupa topikal fluor berdampak baik terhadap orang dewasa dan anak-anak

(Featherstone, 2006). Penggunaan fluor dapat dilakukan dengan fluoridasi air

minum, pasta gigi, dan obat kumur mengandung fluor, pemberian tablet fluor, dan

topikal varnis (Angela, 2005).

3) Oral Hygiene

Salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Insiden karies

dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari

permukaan gigi (Pintauli dan Hamada, 2008). Karies kemungkinan terjadi, apabila

sukrosa tinggal dalam waktu yang lama dalam mulut dan tidak segera dibersihkan.

Seseorang yang mempunyai daya pembersih rendah dan memiliki pola makan
17

gula yang tinggi akan mengakibatkan gula lebih banyak dan kontak dengan

bakteri sehingga menghasilkan asam (Budisuari dkk., 2010).

4) Jumlah Bakteri

Ekosistem oral yang terdiri atas jenis bakteri terbentuk segera setelah lahir.

Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar manusia, yang

paling banyak dari ibu atau ayah (Pintauli dan Hamada, 2008).

5) Saliva

Saliva berperan penting pada proses karies. Saliva yang adekuat penting

dalam pertahanan melawan serangan karies. Mekanisme perlindungan saliva

meliputi: aksi pembersihan bakteri, aksi buffer, aksi antimikroba dan

remineralisasi (Putri dkk., 2009). Aktivitas karies akan meningkatkan secara

signifikan pada individu yang berkurang fungsi salivanya (Pintauli dan Hamada,

2008).

6) Pola Makan

Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal dari

pada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan (Pintauli dan

Hamada, 2008). Makanan bersukrosa memiliki dua efek yang sangat merugikan.

Pertama, seringnya asupan makanan yang mengandung sukrosa sangat berpotensi

menimbulkan kolonisasi Streptococcus mutans, meningkatkan potensi karies pada

plak. Kedua, plak lama yang sering terkena sukrosa dengan cepat termetabolisme

menjadi asam organik, menimbulkan penurunan pH plak yang drastis. Aktivitas


18

karies sangat dipengaruhi oleh frekuensi, bukan kuantitas sukrosa yang dicerna

(Putri dkk., 2009).

7) Umur

Pengaruh umur terhadap status karies gigi disebabkan oleh berkurangnya

produksi air ludah dan lebih lama terpapar makanan dan minuman manis dalam

proses pengunyahan yang dapat menyebabkan kerusakan gigi semakin banyak

dan semakin parah (Radiah dkk., 2013). Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan

terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi

yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal (Pintauli dan

Hamada, 2008).

8) Jenis Kelamin

Wanita menunjukkan nilai DMF-T lebih tinggi dari pada pria, pada masa

kanak-kanan dan remaja (Pintauli dan Hamada, 2008). Pertumbuhan gigi pada

anak perempuan lebih cepat dibanding pertumbuhan gigi anak laki-laki, sehingga

masa terpajan terhadap risiko terjadi karies pada anak perempuan lebih besar

(Cappelli dan Mobley, 2008).

9) Sosial Ekonomi

Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi tinggi dan

sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada

kelompok sosial ekonomi tinggi. Ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan

dan pendidikan. Menurut Tirthankar (2002) sit. Pintauli dan Hamada (2008),

pendidikan adalah faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi yang

mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan


19

tinggi akan memililiki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan

sehingga mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat. Anak-anak dari

kelompok status sosial ekonomi rendah memiliki prevalensi karies yang lebih

tinggi, hal ini disebabkan oleh anak lebih banyak mengkonsumsi makanan yang

bersifat kariogenik, rendahnya pengetahuan kesehatan gigi dan mulut, karies

tinggi pada keluarga (karies aktif pada ibu) dan jarang melakukan kunjungan ke

dokter gigi sehingga banyak karies yang tidak dirawat (Angela, 2005).

e. Pencegahan Karies

1) Pemajanan Fluoride

Fluoride dalam jumlah kecil dapat meningkatkan ketahanan struktur gigi

terhadap demineralisasi dan hal tersebut sangatlah penting, terutama dalam

pencegahan karies. Mekanisme pertama, yaitu ikatan antara fluor dan apatite

lattice akan membentuk fluorhydroxyapatite, yang akan mengurangi saya larut

apatite. Mekanisme kedua, yaitu lesi karies baru yang tidak mengalami kavitas

diremineralisasi melalui proses yang sama. Mekanisme ketiga, yaitu fluoride telah

memiliki kativitas antimikroba (Agtini dkk., 2005; Putri dkk., 2009). Jumlah

asupan total fluor perhari yang dianjurkan adalah sebesar 0,05 dan 0,07 mg fluor

per kg berat badan sebagai dosis optimum. Larutan fluor yang dapat digunakan

adalah Natrium fluoride (NaF) 2%, Acidulated-phosphat-fluoride (APF) 1,2%,

dan Stanous fluoride (SnF2) 8-10% (Putri dkk., 2009).

2) Pola makan

Pola makan dapat mencakup dari bahan makanan dan kebiasaan makan

(Rosdewi, 2015). Proses demineralisasi akan semakin lama, jika seseorang sering
20

mengkonsumsi makanan kariogenik. Demineralisasi yang tidak diikuti dengan

proses remineralisasi secara sempurna dapat membentuk lesi dan lama-kelamaan

akan terbentuk karies (Radiah dkk., 2013).

3) Kebersihan Mulut

Usaha terbaik untuk mencegah karies dan penyakit periodontal adalah

dengan melakukan pembersihan harian menggunaan benang gigi (flossing) dan

menyikat gigi untuk menghilangkan plak, serta penggunaan obat kumur untuk

membantu mengontrol bakteri plak (Putri dkk., 2009; Sriyono, 2011).

4) Permen karet xylitol

Xylitol merupakan gula alkohol dan terdapat secara alamiah di alam. Xylitol

tidak dapat difermentasikan oleh bakteri kariogenik. Konsumsi xylitol dapat

menurunkan jumlah bakteri Streptococcus mutans pada saliva dan plak gigi,

meningkatkan remineralisasi serta mencegah terbentuknya karies (Lynch dan

Milgrom, 2003; Putri dkk., 2009).

3. Performance Treathment Index (PTI)

Nama lain Performance treatment index adalah Care Index (CI).

Performance treatment index atau care index merupakan indeks yang digunakan

untuk memperkirakan proporsi gigi yang dilakukan penumpatan (Walsh, 1970 sit.

Medina-Solis dkk., 2013). PTI menggambarkan motivasi dari seseorang untuk

menumpatkan giginya yang berlubang dalam upaya mempertahankan gigi tetap

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).


21

a. Faktor yang mempengaruhi PTI (Performance Treatment Index)

1) Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah kearah cita-cita tertentu. Pendidikan

diperlukan untuk mendapatkan informasi (Wawan dan Dewi, 2011). Menurut

Eangel (1995) sit. Ferdiyus (2005), masyarakat dengan tingkat pendidikan yang

tinggi pada umumnya lebih memperhatikan masalah kesehatannya. Keputusan

untuk memanfaatkan pelayanan akan semakin besar ketika seseorang memiliki

pendidikan yang tinggi (Andari, 2006).

2) Usia

Usia berpengaruh terhadap motivasi mempertahankan gigi tetap karena

karies. Motivasi untuk melakukan penumpatan samakin tinggi seiring

bertambahnya usia (Lendrawati, 2012). Penelitian Wedrychowska-Szulc dan

Syrynska (2010), menyebutkan bahwa motivasi menjalani perawatan ortodonti

dipengaruhi oleh bertambahnya usia, dimana semakin bertambahnya usia semakin

tinggi kesadaran untuk menjalani perawatan. Usia seseorang berkaitan dengan

pengalaman hidup, makin tinggi atau makin tua usia seseorang, maka makin

banyak memperoleh pengalaman hidup. Seseorang akan semakin banyak belajar

dari pengalaman tentang pemeliharaan kesehatan gigi, keluhan tentang sakit gigi,

keluhan pada jaringan penyangga gigi, dan bagaimana cara mengatasinya , ketika

bertambahnya usia (Toto dkk., 1978 sit. Notohartojo dan Andayasari, 2013).
22

3) Pengetahuan tentang Penyakit

Pengetahuan tentang kesehatan penting untuk individu agar bisa dengan

sadar berbuat sesuatu untuk kesehatannya. Tindakan kesehatan dapat terjadi

ketika seseorang menerima informasi yang cukup kuat untuk memicu motivasi

dan bertindak berdasarkan pengetahuan tersebut (Green dkk., 1991 sit.

Lendrawati, 2012). Berdasarkan penelitian Nurchasanah (2007), terdapat

hubungan antara pengetahuan terhadap perilaku pencegahan penyakit gigi pada

siswa di Kabupaten Sleman. Sentosa (2007) sit. Lendrawati (2012), menyatakan

bahwa pengetahuan mempengaruhi tindakan untuk merawat gigi, dimana semakin

baik pengetahuan masyarakat tentang kesehatan gigi maka masyarakat akan

menambal gigi sedini mungkin.

4) Sikap terhadap penyakit

Sikap merupakan suasana batin atau hasil dari proses sosialisasi yaitu reaksi

seseorang terhadap rangsangan yang diterimanya. Sikap mengenai kesehatan gigi

terdiri atas tiga komponen pokok yaitu kepercayaan atau keyakinan terhadap suatu

objek, evaluasi emosional, dan kecenderungan untuk bertindak (Budiharto, 2009).

Sikap terhadap penyakit gigi berpengaruh terhadap motivasi untuk

mempertahankan gigi tetap karena karies (Lendrawati, 2012).

5) Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana kesehatan merupakan faktor kedua yang berpengaruh

terhadap motivasi untuk mempertahankan gigi tetap karena karies pada

masyarakat yang berkunjung ke Balai pengobatan gigi puskesmas di Kotamadya

Padang (Lendrawati, 2012). Pemanfaatan pelayanan dengan infrastruktur


23

kesehatan yang luas dan nyaman merupakan indikator yang memotivasi pasien

untuk mengunjungi tempat pelayanan kesehatan (Bhola dkk., 2008).

b. Rumus PTI (Performance Treatment Index)

Menurut (Walsh, 1970 sit. Medina-Solis dkk., 2013), PTI dapat diperoleh

menggunakan rumus:

Jumlah F
PTI= ×100%
Total DMF-T

Indeks DMF-T

Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW pada

tahun 1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi.

Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan pada gigi (DMF-T) dan permukaan gigi

(DMF-S). Indeks ini tidak menggunakan skor. Kode D (gigi yang karies), M (gigi

yang hilang) dan F (gigi yang ditumpat) diisi pada kolom yang tersedia dan

kemudian dijumlah sesuai kode (Pintauli dan Hamada, 2008). Skor karies adalah

jumlah penilaian D, M, dan F (WHO, 2013).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan (WHO, 2013):

a) D (Decayed): gigi yang mengalami karies, tumpatan sementara, fissure sealant

yang masih terdapat karies, dan karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan

tumpatan permanen.

b) M (Missing): gigi yang hilang atau dicabut karena karies.

c) F (Filled): gigi dengan tumpatan permanen tanpa adanya karies.


24

4. Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S)

Oral Hygiene Index Simplified dari Green dan Vermillion (1960) sit.

Sriyono (2011) merupakan modifikasi dari Oral Hygiene Index (OHI), yang

digunakan untuk menilai kebersihan mulut individu atau kelompok.

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebersihan Mulut

1) Pendidikan

Pendidikan berperan terhadap status OHI-S. Pendidikan berkaitan erat

dengan kemudahan menangkap informasi yang diperlukan baik melalui media

cetak, radio, televisi maupun informasi yag langsung diberikan oleh orang lain

(Sintawati dan Notohartojo, 2008). Penelitian Notohartojo dan Andayasari (2013),

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan karyawan industri Pulo

Gadung Jakarta dengan kebersihan mulut.

2) Kebiasaan Merokok

Perokok memiliki skor kalkulus yang lebih tinggi dibanding bukan perokok

(Pejcic dkk., 2007; Kusuma, 2011). Merokok dapat memperburuk status

kebersihan mulut seseorang (Quee TC., 2002 sit. Purnomo dan Lestari, 2013).

Aliran saliva bertambah selama periode merokok. Pertambahan aliran saliva

menambah pH dan konsentrasi kalsium pada saliva yang juga menyebabkan

pertambahan kalsium fosfat sehingga dengan meningkatnya konsentrasi kalsium

menyebabkan terjadinya mineralisai plak (Pejcic dkk., 2007)

3) Frekuensi Menyikat Gigi

Menggosok gigi yang teratur akan menyebabkan kondisi rongga mulut

semakin bersih dan baik, karena menyikat gigi merupakan salah satu upaya untuk
25

mengontrol plak (Ghofur, 2012 sit. Safitri, 2015). Terdapat hubungan frekuensi

menyikat gigi dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut (Anitasari dan Rahayu,

2005). Penelitian Gopdianto dkk. (2015), menyebutkan bahwa semakin baik

perilaku membersihkan gigi maka semakin baik tingkat kebersihan mulut.

4) Pengetahuan

Penelitian Safitri (2015), menyebutkan bahwa semakin tinggi pengetahuan

mengenai cara membersihkan gigi maka semakin baik tingkat kebersihan gigi,

sebaliknya semakin rendah pengetahuan mengenai cara mebersihkan gigi,

semakin jelek pula kebersihan mulutnya. Hal tersebut didukung oleh penelitian

Ferry (2014), yang menyimpulkan bahwa pengetahuan kesehatan gigi dan mulut

dapat mempengaruhi tingkat kebersihan mulut pada anak SDN di wilayah

Makassar. Siswa yang memiliki pengetahuan yang baik memiliki peluang 2,2 kali

untuk memiliki status kebersihan dan mulut yang baik (Gede dkk., 2013).

5) Jenis Kelamin

Berdasarkan penelitian Gede dkk. (2013) siswa berjenis kelamin perempuan

lebih memperhatikan kebersihan gigi dan mulutnya dibandingkan dengan siswa

berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat disebabkan siswa perempuan memiliki

kecenderungan untuk lebih menjaga penampilannya termasuk kebersihan gigi dan

mulutnya. Gopdianto dkk. (2015), menyatakan kebersihan mulut pada perempuan

lebih baik daripada laki-laki disebabkan perempuan lebih baik dalam

mepraktikkan perilaku menjaga kebersihan mulut dibandingkan dengan laki-laki.


26

6) Umur

Umur berpengaruh terhadap status kesehatan gigi khususnya kebersihan

mulut. Umur berkaitan dengan pengalaman hidup, makin tinggi atau makin tua

umur seseorang, maka makin banyak memperoleh pangalaman hidup, sehingga

semakin banyak belajar dari pengelaman tentang pemeliharaan kesehatan gigi,

keluhan tentang sakit gigi, keluhan sakit pada jaringan penyangga gigi, dan

bagaimana cara-cara mengatasinya (Notohartojo dan Andayasari, 2013)

b. Pengukuran OHI-S

OHI-S diperoleh dengan cara menjumlahkan Debris Index (DI) dan Calculus

Index (CI).

OHI-S = Debris Index + Calculus Index

Menurut Herijulianti dkk. (2001), pemeriksaan debris dan kalkulus

dilakukan pada gigi tertentu dan pada permukaan tertentu dari gigi tersebut, yaitu:

Rahang atas yang diperiksa:

1) Gigi 16 pada permukaan bukal.

2) Gigi 11 pada permukaan labial.

3) Gigi 26 pada permukaan bukal.

Rahang bawah yang diperiksa:

1) Gigi 36 pada permukaan lingual.

2) Gigi 31 pada permukaan labial.

3) Gigi 46 pada permukaan lingual.


27

Bila terdapat kasus salah satu dari gigi-gigi tersebut tidak ada (telah

dicabut/tinggal sisa akar), penilaian dilakukan pada gigi-gigi pengganti yang

sudah tetap untuk mewakilinya (Herijulianti dkk., 2001), yaitu:

1) Bila gigi 6 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada

gigi 7 rahang atas atau rahang bawah.

2) Bila gigi 6 dan 7 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan

pada gigi 8 rahang atas/bawah.

3) Bila gigi 6, 7, dan 8 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak dapat

dilakukan penilaian.

4) Bila gigi 11 tidak ada, penilaian dilakukan pada 12.

5) Bila gigi 1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dapat dilakukan

penilaian.

6) Bila gigi 31 tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi 41.

7) Bila gigi 1 rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.

a) Debris Index

Pemeriksaan debris index menggunakan alat sonde atau periodontal

explorer.

Rumus debris index (Herijulianti dkk., 2001):

Jumlah nilai debris


Debris Index =
Jumlah gigi yang diperiksa
28

Kriteria untuk Debris Index sebagai berikut:

Tabel 1. Kriteria penilaian debris index


Kriteria Nilai
Tidak ada debris atau pewarnaan ekstrinsik 0
a. Ada debris yang menutupi permukaan gigi seluas 1/3 1
permukaan atau kurang dari 1/3 permukaan
b. Tidak ada debris, tetapi ada pewarnaan ekstrinsik yang
menutupi permukaan gigi sebagian atau seluruhnya.
Ada debris yang menutupi lebih dari 1/3, tetapi kurang dari 2/3 2
permukaan gigi
Ada debris yang menutupi lebih dari 2/3 atau seluruh permukaan 3
gigi
b) Calculus Index

Rumus calculus index (Herijulianti dkk., 2001):

Jumlah nilai kalkulus


Calculus Index=
Jumlah gigi yang diperiksa

Kriteria untuk calculus index:

Tabel 2. Kriteria penilaian calculus index


Kriteri Nilai
Tidak ada karang gigi 0
Terdapat karang gigi supragingival menutupi permukaan gigi 1
kurang dari 1/3
a. Terdapat karang gigi supragingival menutupi permukaan gigi 2
lebih dari 1/3 dan kurang dari 2/3
b. Terdapat sedikit karang gigi subgingival
a. Terdapat karang gigi supragingival menutupi permukaan gigi 3
lebih dari 2/3 atau seluruh permukaan gigi
b. Terdapat karang gigi subgingival yang menutupi dan
melingkari seluruh servikal

5. Mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi Universitas Gadjah Mada

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu

ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk

perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut,

dan universitas (Hartaji, 2012). Mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi dapat


29

didefinisikan seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar

dan terdaftar sedang menjalani pendidikan di Universitas Gadjah Mada Fakultas

Kedokteran Gigi, program studi Ilmu Keperawatan Gigi.

Jumlah mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi UGM sebanyak 249 mahasiswa,

yang terdiri dari tujuh angkatan, yaitu angkatan 2009 sampai dengan 2015.

Pembelajaran Program Studi Ilmu Keperawatan Gigi FKG UGM dilaksanakan

dengan menggunakan sistem kredit semester. Kegiatan pendidikan Ilmu

Keperawatan Gigi didasarkan pada tujuan pendidikan, maka proses pembelajaran

dikembangkan dan ditekankan dengan cara, memotivasi dan menanamkan

keingintahuan (learning to know), memberikan latihan-latihan atau pratikum dan

tugas-tugas mandiri (learing to do) untuk mencari cara penyelesaian suatu

masalah keperawatan kedokteran gigi, memberi tugas presentasi suatu topik

tertentu (learning to be) untuk memacu mahasiswa agar dapat mengemukakan

pendapat dan beragumentasi dengan benar sesuai penalaran keperawatan

kedokteran gigi, memberi bekal cukup untuk kerjasama dengan bidang lain yang

terkait dan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya atau berkehidupan bersama

untuk bekerjasama (learning to live together) (FKG UGM, 2013).

Kurikulum mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi UGM dikembangkan untuk

memenuhi kebutuhan perawatan gigi yang dapat sepenuhnya melaksanakan upaya

penanganan masalah kesehatan gigi masyarakat (UKM) dengan pelayanan

kesehatan primer (primary health care) maupun usaha pelayanan perorangan,

yang mampu bersaing di bursa pasaran kerja tingkat nasional maupun regional

dengan kompetensi utama sebagai dental hygienist sekaligus dental assistant.


30

Kurikulum PSIKG yang digunakan, mengadopsi keilmuan dental hygiene, yang

selanjutnya dikombinasikan dengan keilmuan kedokteran gigi, kedokteran,

keperawatan, farmasi, psikologi, serta bidang keilmuan lain yang disesuiakan arah

pendidikan S-1 PSIKG yaitu pada bidang preventif dan promotif serta memenuhi

kompetensi perawat gigi yang ingin dicapai oleh Kementerian Kesehatan RI

(FKG UGM, 2013).

6. Hubungan Pengetahuan Tentang Karies Mahasiswa Ilmu Keperawatan

Gigi dengan PTI dan OHI-S

Pengetahuan karies diperkenalkan dalam matakuliah mikrobiologi, ilmu

kesehatan anak, dental higienis I, dan EKG (Edukasi Kesehatan Gigi) I. Materi

tentang karies lebih diperdalam seiring meningkatnya semester, seperti dalam

mata kuliah preventif dentistri, promosi kesehatan, Edukasi kesehatan gigi II, dan

mata kuliah lainnya (FKG UGM, 2013). Berdasarkan kurikulum, mahasiswa Ilmu

Keperawatan Gigi UGM memililiki pengetahuan lebih mengenai karies daripada

masyarakat secara umum.

Menurut Mantiri dkk. (2013), pengetahuan yang diperoleh melalui proses

belajar dapat mempengaruhi pembentukan perilaku. Mahasiswa kedokteran gigi

yang telah memiliki pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut dapat

menuangkan pengetahuan yang diperoleh sehingga dapat menghasilkan

perubahan sikap dan diwujudkan dalam tindakan pemeliharaan kebersihan

mulutnya sendiri. Pendapat tersebut didukung oleh penelitian Notohartojo dan

Lely (2005) mengenai hubungan pengetahuan kebersihan gigi dan mulut dengan

status kebersihan gigi dan mulut di beberapa puskesmas Provinsi Jawa Barat,
31

yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan

kebersihan gigi dan mulut.

Penelitian mengenai PTI yang dilakukan Lendrawati (2012), menyimpulkan

pengetahuan tentang penyakit mulut dapat mempengaruhi motivasi untuk

menumpatkan gigi karena karies (PTI). Hasil penelitian tersebut menggambarkan

bahwa adanya kemungkinan hubungan antara pengetahuan tentang karies dengan

PTI dan OHI-S, yang bisa menjadi landasan dalam penelitian pada mahasiswa

Ilmu Keperawatan Gigi FKG UGM.

B. Landasan Teori

Pengetahuan tentang kesehatan penting untuk individu agar bisa dengan

sadar berbuat sesuatu untuk kesehatannya. Tindakan kesehatan dapat terjadi

ketika seseorang menerima informasi yang cukup kuat untuk memicu motivasi

dan bertindak berdasarkan pengetahuan tersebut. Pengetahuan tentang penyakit

gigi dan mulut adalah tingkat pemahaman seseorang tentang penyakit gigi dalam

hal ini pengetahuan tentang karies. Pengetahuan yang rendah mengenai kesehatan

merupakan faktor predisposisi dari perilaku kesehatan yang mengarah kepada

timbulnya penyakit.

Performance Treatment Index (PTI) merupakan gambaran motivasi dari

seseorang untuk menumpatkan gigi yang berlubang dalam upaya

mempertahankan gigi tetap. Oral Hygiene Index (OHI-S) adalah alat untuk

mengukur status kebersihan gigi mulut seseorang. Pengetahuan merupakan salah


32

satu faktor yang mempengaruhi Performance Treatment Index (PTI) dan Oral

Hygiene Index (OHI-S).

Mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi didefinisikan sebagai seseorang yang

sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang

menjalani pendidikan di Universitas Gadjah Mada Fakultas Kedokteran Gigi,

program studi Ilmu Keperawatan Gigi. Kurikulum keperawatan gigi yang

digunakan, mengadopsi keilmuan dental hygiene, yang selanjutnya

dikombinasikan dengan keilmuan kedokteran gigi, kedokteran, keperawatan,

farmasi, psikologi, serta bidang keilmuan lain yang disesuaikan arah pendidikan

S-1 PSIKG yaitu pada bidang preventif dan promotif. Berdasarkan hal tersebut,

mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi memiliki pengetahuan yang baik mengenai

kesehatan gigi dan mulut termasuk karies. Pengetahuan tersebut dapat membentuk

perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut dan berpengaruh pada PTI dan OHI-S.
33

C. Kerangka Teori

Faktor predisposisi:
Pengetahuan, sikap,
kepercayaan dan
tradisi
Status Kesehatan
Faktor pendukung: gigi
Ketersediaan Perilaku 1. Oral Hygiene
sumber/fasilitas Index Simplified
(OHI-S)
1. Sarana dan 2. Performance
Prasarana
Faktor penguat: Treatment Index
2. Umur
Sikap dan perilaku 3. Pendidikan (PTI)
petugas 4. Kebiasaan
merokok
5. Frekuensi
menyikat gigi
6. Jenis kelamin

Gambar 2. Kerangka Teori (Anitasari dan Rahayu, 2005; Notohartojo dan Lely
2005; Sintawati dan Notohartojo, 2008; Notoatmodjo, 2011; Lendrawati, 2012;
Mantiri dkk., 2013; Gede dkk., 2013; Notohartojo dan Andayasari, 2013)

D. Kerangka Konsep Penelitian

1. Oral Hygiene
Index Simplified
Pengetahuan Perilaku (OHI-S)
Karies 2. Performance
Treatment Index
Keterangan: (PTI)

= diteliti

= tidak diteliti

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian


34

E. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang karies dengan PTI pada

mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi UGM.

2. Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang karies dengan OHI-S pada

mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi.


III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei analitik dengan

rancangan cross sectional, yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi

antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pengumpulan data sekaligus

pada suatu saat (point time approach). Subjek hanya diobservasi sekali saja dan

pengukuran dilakukan terhadap subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo,

2012).

B. Identifikasi Variabel

1. Variabel pengaruh : pengetahuan tentang karies

2. Variabel terpengaruh : PTI dan OHI-S

3. Variabel terkendali : Pendidikan

4. Variabel tidak terkendali: jenis kelamin, frekuensi menyikat gigi.

C. Definisi Operasional

1. Pengetahuan tentang karies adalah tingkat pemahaman responden (mahasiswa

Ilmu Keperawatan Gigi) tentang karies yang meliputi pengertian, penyebab,

pencegahan karies, dan pengobatan penyakit gigi dan mulut . Skala data adalah

interval. Alat ukur menggunakan kuisioner pengetahuan tentang karies.

2. PTI (Performance Treatment Index) adalah jumlah gigi yang telah dilakukan

penumpatan dibagi jumlah gigi yang sedang atau pernah mengalami karies.

Cara mengukur PTI dengan melakukan pemeriksaan komponen D (gigi

35
36

berlubang karena karies), M (gigi yang hilang karena karies), dan F (gigi yang

ditumpat karena karies). PTI untuk individu didapat dengan menjumlahkan F

dibagi dengan jumlah D, M, dan F. Perhitungan PTI untuk populasi dilakukan

dengan menjumlahkan seluruh komponen F pada populasi dibagi dengan

jumlah D, M, F pada populasi tersebut. Skala data rasio.

3. DMF-T (Decayed Missing Filled-Teeth)

Nilai DMF-T adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi yang pernah

mengalami karies atau sedang mengalami karies pada seseorang atau

sekelompok orang. Skala data adalah rasio. Skor karies didapat dengan

menjumlahkan angka D, M, dan F. Ketentuan indeks DMF-T dalam penelitian

ini mengacu pada WHO (2013).

a. Angka D: apabila gigi yang berlubang karena karies, terlihat permukaan

gigi berwarna kecokelatan dengan ujung sonde terasa menyangkut pada

kavitas gigi, dan mahkota yang hilang karena karies yang masih terdapat

sisa akar.

b. Angka M: apabila gigi dicabut karena karies.

c. Angka F: apabila gigi ditambal atau ditumpat karena karies dan dalam

keadaan baik.

3. Indeks OHI-S adalah indeks yang digunakan untuk menilai keadaan kebersihan

mulut. Cara pengukuran dengan melihat adanya lapisan debris dan kalkulus

yang menempel pada gigi. Skor OHI-S didapat dengan menjumlahkan debris

index dengan calculus index. Skala data rasio.


37

D. Populasi dan Subjek Penelitian

1. Batasan Populasi

Populasi data penelitian ini adalah mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi,

Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

2. Besar Sampel

Penghitungan besar sampel dengan teknik penarikan sampel yang kompleks

menurut Eryanto (2007) yaitu:

g.Z2 . p(1-p) .N
n=
Z2 p(1-p) +(N-1).E2

Keterangan :

n = perkiraan besar sampel

Z = nilai z pada tingkat kepercayaan 95% (1,96)

p = proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, penulis tidak

mengetahui proporsi sebenarnya sehingga ditetapkan 50% (0,5).

E = batas toleransi kesalahan 10% (0,1).

N = jumlah populasi

g = estimasi nilai efek desain 2 (deff)

2.(1,96)2 . 0,5(1-0,5) .171


n=
(1,96)2 0,5(1-0,5) +(171-1).(0,1)2

7,68.(0,25).171
n=
0,96+1,7

328,32
n=
2,66

n=123,42=124 orang
38

3. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel yang dilakukan yaitu dengan teknik Proportionate

Stratified Random Sampling. Teknik ini membagi populasi menjadi beberapa

strata, setiap strata adalah homogen, sedangkan antar strata terdapat sifat yang

berbeda, kemudian dilakukan pengambilan sampel pada setiap strata dengan

proporsi yang sama (Budiarto, 2002). Pemilihan secara acak menggunakan

program Microsoft Exel 2010. Penelitian ini dibagi menjadi 4 strata, hal ini

berdasarkan tahun angkatan yaitu 2012, 2013, 2014, dan 2015.

Pengambilan sampel dari masing-masing angkatan:

58
Angkatan 2012= ×124 = 42,05 dibulatkan 42 mahasiswa
171

53
Angkatan 2013= ×124 = 38,43 dibulatkan 38 mahasiswa
171

27
Angkatan 2014= ×124 = 19.57 dibulatkan 20 mahasiswa
171

33
Angkatan 2015= ×124 = 23,92 dibulatkan 24 mahasiswa
171

Tabel 3. Sampel Penelitian Proportionate Stratified Random Sampling


Angkatan Populasi Sampel
2012 58 42
2013 53 38
2014 27 20
2015 33 24
Jumlah 171 124
39

Kriteria inklusi subjek penelitian:

a. Bersedia diperiksa.

b. Usia subjek penelitian antara 17-22 tahun, karena menurut hasil observasi

peneliti merupakan rentang usia mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi FKG

UGM.

Kriteria eksklusi subjek penelitian:

a. Mahasiswa yang tidak memiliki pengalaman karies saat menjadi

mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi.

b. Mahasiswa yang tidak memiliki pengalaman karies dari lahir sampai

sekarang.

c. Mahasiswa yang memiliki F (tumpatan) sebelum menjadi mahasiswa Ilmu

Keperawatan Gigi.

d. Mahasiswa memakai alat ortodontik cekat.

E. Alat dan Bahan Penunjang Penelitian

1. Alat Penunjang Penelitian

Alat untuk pemeriksaan DMF-T adalah kaca mulut (mirror), sonde, pinset,

gelas, alat tulis menulis, dan senter.

2. Bahan Penunjang Penelitian

a. Blanko informed consent untuk mengetahui apakah bersedia untuk

dijadikan subjek penelitian.

b. Blanko identitas subjek penelitian meliputi nama, tanggal lahir, usia, jenis

kelamin, dan angkatan.


40

c. Bahan untuk pemeriksaan DMF-T: masker, handschoon, air, kapas,

alkohol, dan minosep.

F. Alat Ukur Penelitian

1. Kuesioner Pengetahuan

Alat untuk mengukur pengetahuan tentang karies pada penelitian ini

digunakan kuesioner berjumlah 11 pertanyaan. Setiap jawaban benar diberi skor 1

dan jawaban salah diberi skor 0. Skor akhir 0-11 dikalkulasi pada masing-masing

subjek. Untuk keperluan analisis deskriptif maka pengetahuan dikategorikan baik

jika skor yang didapat 9-11, cukup 6-8, kurang 0-5. Pertanyaan pada kuesioner

pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dibuat sendiri oleh penulis meliputi nomor

3, 4, 5, 10 dan 11, serta modifikasi pertanyaan kuesioner dari:

a. Ferreira-Nobilo (2014) meliputi nomor 1 dan 2.

b. Gao dkk. (2014) meliputi nomor 6 dan 9.

c. Smyth dkk. (2007) meliputi nomor 7.

d. Autio-Gold dan Tomar (2008) meliputi nomor 8.

Tabel 4. Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan Karies


No. Indikator Soal nomor Jumlah
1. Pengertian karies 1,2,3 3
2. Penyebab karies 4,5,6 3
3. Pencegahan karies 7,8,9 3
4. Pengobatan penyakit gilut 10,11 2
Total soal 11
41

2. Alat Ukur Pemeriksaan DMF-T

Indeks yang digunakan untuk mengetahui status karies antara lain dengan

menggunakan indeks DMF-T. Skor karies adalah jumlah penilaian D, M, dan F.

Keterangan pemeriksaan menurut (WHO, 2012):

a. Decayed (D): semua gigi yang mengalami karies, karies sekunder yang terjadi

pada gigi dengan tumpatan permanen, dan gigi dengan tumpatan sementara,

dan mahkota yang hilang karena karies seperti sisa akar.

b. Missing (M): semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies.

c. Filled (F): semua gigi dengan tumpatan permanen.

3. PTI (Performance Treatment Index)

PTI (Performance Treatment Index) adalah jumlah gigi yang telah

dilakukan penumpatan setelah menjadi mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi dibagi

jumlah gigi yang sedang atau pernah mengalami karies

4. Alat Ukur Pemeriksaan OHI-S

Oral Hygiene Index Simplified dari Green dan Vermillion digunakan untuk

mengukur kebersihan gigi dan mulut. OHI-S diperoleh dengan cara

menjumlahkan debris index dan calculus index. OHI-S dikategorikan baik jika

skor 0 – 1,2 sedang jika skor 1,3 – 3, dan buruk jika skor 3,1 – 6.

OHI-S = debris index + calculus index


Pemeriksaan dilakukan pada permukaan gigi yaitu:

16 11 26
46 31 36
42

Keterangan:

Rahang atas yang diperiksa:

1) Gigi 16 pada permukaan bukal.

2) Gigi 11 pada permukaan labial.

3) Gigi 26 kiri atas pada permukaan bukal.

Rahang bawah yang diperiksa:

1) Gigi 36 pada permukaan lingual.

2) Gigi 31 pada permukaan labial.

3) Gigi 46 pada permukaan lingual.

a. Debris Index

Kriteria penilaian debris index:

Nilai 0: Ada debris yang menutupi lebih dari sepertiga, tetapi kurang

dari dua per tiga permukaan gigi

Nilai 1: Ada debris yang menutupi permukaan gigi seluas sepertiga

permukaan atau kurang dari sepertiga permukaan.

Tidak ada debris, tetapi ada pewarnaan ekstrinsik yang

menutupi permukaan gigi sebagian atau seluruhnya.

Nilai 2: Ada debris yang menutupi lebih dari sepertiga, tetapi kurang

dari dua per tiga permukaan gigi

Nilai 3: Ada debris yang menutupi lebih dari dua per tiga atau seluruh

permukaan gigi
43

Rumus debris index:

Jumlah nilai debris


DI=
Jumlah gigi yang diperiksa

b. Calculus Index

Kriteria penilaian calculus index:

Nilai 0: Tidak ada karang gigi

Nilai 1: Terdapat karang gigi supragingival menutupi permukaan gigi

kurang dari 1/3

Nilai 2: Terdapat karang gigi supragingival menutupi permukaan gigi

lebih dari 1/3 dan kurang dari 2/3

Terdapat sedikit karang gigi subgingival

Nilai 3: Terdapat karang gigi supragingival menutupi permukaan gigi

lebih dari 2/3 atau seluruh permukaan gigi

Terdapat karang gigi subgingival yang menutupi dan

melingkari seluruh servikal

Rumus calculus index:

Jumlah nilai kalkulus


CI=
Jumlah gigi yang diperiksa

G. Jalannya Penelitian

1. Tahap persiapan

a. Mengurus surat izin penelitian dan ethical clearence

b. Mempersiapkan informed consent dan kuesioner yang akan digunakan

dalam penelitian
44

c. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner

Uji validitas dan reliabilitas perlu dilakukan untuk meyakinkan

bahwa kuesioner yang disusun akan benar-benar baik dalam mengukur

gejala dan menghasilkan data yang valid (Riwidikdo, 2012). Uji dilakukan

di tempat yang sama dengan tempat penelitian. Subjek uji coba yang dipakai

sebanyak 30 orang, selanjutnya kuesioner dilakukan analisis validitas dan

reliabilitas.

Analisis validitas dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi

product moment dari Pearson. Pertanyaan kuisioner dianggap valid jika

r(hitung) lebih besar daripada r(tabel) (Riwidikdo, 2012). rhitung pada penelitian

ini sebesar 0,361. Analisis reliabilitas menggunakan teknik Alpha

Cronbach. Instrumen reliabel (konsisten) apabila nilai alpha minimal 0,60

(Sunyoto dan Setiawan, 2013).

Kuesioner pengetahuan sebelum dilakukan uji validitas berjumlah 20

soal (lampiran III halaman 76). Hasil analisis validitas kuesioner

pengetahuan tentang karies menunjukkan bahwa dari 20 soal, terdapat 11

soal yang valid yaitu soal nomor 1, 4, 5, 7, 9, 10, 12, 14, 15, 18, dan 20,

dengan nilai koefisien korelasi antara 0,390-0,737. Soal yang tidak valid

(gugur) berjumlah 9 soal yaitu soal nomor 2, 3, 6, 8, 11, 13, 16, 17, dan 19.

Hasil uji reliabilitas kuesioner dinyatakan bahwa keseluruhan pertanyaan

reliabel dengan nilai alpha cronbach 0,67 (> 0,60).


45

2. Pelaksanaan penelitian

a. Pengambilan sampel penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Gadjah Mada

b. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penelitian kepada

mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi UGM yang terpilih sebagai

responden penelitian

c. Responden mengisi informed consent

d. Mengukur pengetahuan responden penelitian dengan mengisi kuesioner

yang diisi sendiri oleh responden

e. Melakukan pemeriksaan indeks DMF-T dan OHI-S pada responden

f. Menghitung indeks PTI dan OHI-S

g. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik

h. Hasil dan pembahasan

H. Analisis Hasil Penelitian

Hubungan antara pengetahuan dengan PTI, dan pengetahuan dengan OHI-S

dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Spearman karena data yang

tidak berdistribusi normal. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan

hubungan antara dua variabel. Nilai koefisien korelasi Spearman (r) dapat

diinterpretasikan sangat lemah (0-0,199), lemah (0,20-0,399), sedang (0,40-

0,599), kuat (0,60-0,799), dan sangat kuat (0,80-1,000) (Dahlan, 2011).


46

I. Alur Penelitian

Mengurus surat izin penelitian dan ethical clearance

Pengambilan sampel pra-penelitian untuk uji validitas dan


reliabilitas kuesioner

Pengambilan sampel penelitian

Pengisian kuesioner dan pemeriksaan DMF-T dan OHI-S

Menghitung PTI dan OHI-S

Analisis data

Gambar 4. Skema Alur Penelitian

J. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini hanya membahasn satu variabel yang berpengaruh terhadap

PTI dan OHI-S, sedangkan secara objektif masih banyak faktor yang

mempengaruhi PTI dan OHI-S seperti sikap, perilaku, karakteristik kebutuhan,

sarana dan prasarana, penghasilan keluarga, dan pendapatan.


IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan

karies dengan indeks PTI dan OHI-S pada mahasiswa ilmu keperawatan gigi

UGM. Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah

Mada pada bulan Februari hingga Maret 2016 dengan melibatkan 124 subjek yang

memenuhi kriteria inklusi. Setiap subjek diberikan blangko kuesioner

pengetahuan karies dan dilakukan pemeriksaan status kesehatan gigi dan mulut.

1. Karakteristik Subjek Penelitian

Data hasil penelitian dapat disajikan secara deskriptif menurut karakteristik

responden berdasarkan jenis kelamin, umur, dan tahun angkatan.

Tabel 5. Distribusi subjek penelitian berdasarkan umur dan jenis kelamin


mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi
Jenis Kelamin
Total
Umur Laki-Laki Perempuan
n % n % n %
17-18 1 0,81 16 12,90 17 13,71
19-20 3 2,42 52 41,94 55 44,36
21-22 5 4,03 47 37,90 52 41,93
Total 9 7,26 115 92,74 124 100

Tabel 5 memperlihatkan karakteristik subjek penelitian berdasarkan

angkatan dan jenis kelamin, sebagian besar (44,36%) adalah umur 19-20 tahun

dan 41,94% diantaranya adalah berjenis kelamin perempuan.

47
48

Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan angkatan dan jenis kelamin


mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi
Jenis Kelamin
Total
Angkatan Laki-Laki Perempuan
n % n % n %
2012 5 4,03 37 29,84 42 33,87
2013 2 1,61 36 29,03 38 30,65
2014 0 0 20 16,13 20 16,13
2015 2 1,61 22 17,74 24 19,35
Total 9 7,25 115 92,74 124 100

Tabel 6 memperlihatkan bahwa sebagian besar (33,87%) adalah angkatan

2012 dan 29,84% diantaranya adalah berjenis kelamin perempuan. Jumlah subjek

penelitian perempuan (92,74%) lebih banyak dibanding laki-laki (7,25%).

2. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel penelitian

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan hasil, didapatkan bahwa

nilai p untuk pengetahuan (0,000), PTI (0,000), dan OHI-S (0,003), setiap variabel

penelitian memiliki nilai p < 0,05, artinya data tersebut tidak berdistribusi normal,

sehingga analisis menggunakan uji nonparametrik.

3. Deskripsi Variabel Penelitian

Deskripsi variabel-variabel penelitian yang terdiri dari dua variabel terikat

(dependent) dan satu variabel bebas (independent). Dua variabel terikat adalah

PTI dan OHI-S, sedangkan variabel bebas adalah pengetahuan.

a. Pengetahuan Karies

Pengetahuan karies mahasiswa ilmu keperawatan gigi FKG UGM, diperoleh

skor minimum 3 dan maksimum 11 dengan nilai rerata 8,05 masuk dalam kategori

cukup (lampiran XI halaman 95).


49

Tabel 7. Distribusi pengetahuan tentang karies pada subjek penelitian


Kategori Pengetahuan Jumlah Persentase
Baik (9-11) 64 52,61
Cukup (6-8) 43 34,68
Kurang (0-5) 17 13,71
Total 124 100

Berdasarkan tabel 7 pengetahuan karies subjek sebagian besar (52,61%)

dalam kategori baik, namun masih terdapat subjek yang memiliki pengetahuan

karies dengan kategori kurang (13,71%).

8,2
8,08
8,1

7,9

7,8
Rerata Pengetahuan
7,7 7,67

7,6

7,5

7,4
Laki-laki Perempuan

Gambar 5. Rerata pengetahuan berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan gambar 5 pengetahuan pada mahasiswa perempuan lebih tinggi

dibanding laki-laki. Hasil uji Mann-Whitney tidak terdapat perbedaan rerata yang

bermakna antara pengetahuan mahasiswa perempuan dan laki-laki dengan nilai p

0,537 (> 0,05) dan U = 454,5 (lampiran XIII halaman 97 ).


50

10
8,88 8,84
9 8,4
8
7
6
5,04
5
Rerata Pengetahuan
4
3
2
1
0
2012 2013 2014 2015
Gambar 6. Rerata pengetahuan berdasarkan angkatan

Berdasarkan gambar 6 rerata pengetahuan tertinggi pada angkatan 2012

dengan nilai 8,88 dan rerata pengetahuan terendah pada angkatan 2015 dengan

nilai 5,04.

b. Indeks DMF-T

Tabel 8. Distribusi subjek penelitian berdasarkan indeks DMF-T


Jumlah Total
No Kategori
Laki-Laki Perempuan n Rata-rata
1. D 32 336 368 2,97
2. M 5 43 48 0,39
3. F 8 99 107 0,86
4. DMF-T 45 478 523 4,22

Berdasarkan tabel 8 dari 124 subjek penelitian yang diperiksa diketahui D

(Decayed) sebanyak 368 gigi dengan rerata 2,97, M (Missing) sebanyak 48 gigi

dengan rerata 0,39, F (Filled) sebanyak 107 gigi dengan rerata 0,86 dan diperoleh

indeks rerata DMF-T adalah 4,22, yang berarti rata-rata kerusakan karena karies

yang dimiliki subjek penelitian sebanyak 4 gigi perorang. Subjek dengan nilai F
51

(telah melakukan penumpatan gigi) yang didapatkan sebelum memasuki FKG

UGM tidak diikutsertakan dalam penelitian ini agar hasil penelitian benar-benar

menggambarkan hubungan pengetahuan tentang karies yang subjek dapatkan

setelah menjadi mahasiswa ilmu keperawatan gigi FKG UGM dengan perilaku

menumpatkan gigi karena karies.

Tabel 9. Distribusi komponen DMF-T berdasarkan angkatan


Komponen Karies
Jumlah Rerata
No Angkatan D M F
DMF-T DMF-T
n Rerata n Rerata n Rerata
1. 2012 115 2,74 17 0,4 52 1,23 184 4,38
2. 2013 113 2,97 19 0,5 34 0,89 166 4,36
3. 2014 71 3,55 4 0,2 12 0,6 87 4,35
4. 2015 69 2,88 8 0,33 9 0,37 86 3,58

Berdasarkan tabel 9 jumlah DMF-T yang paling banyak (184 gigi) pada

angkatan 2012 dengan rerata 4,38 dan jumlah DMF-T yang paling sedikit (86

gigi) pada angkatan 2012 dengan rerata DMF-T 3,58. Rerata jumlah D (Decayed)

tertinggi pada angkatan 2014 dengan rerata 3,55. Rerata M (Missing) tertinggi

adalah angkatan 2013 dengan rerata 0,5. Rerata F (Filled) tertinggi pada angkatan

2012 dengan rerata 1,23. Perbedaan rerata untuk F angkatan 2012 dengan

angkatan lainnya dilakukan uji nonparametrik Mann-Whitney. Hasil uji perbedaan

pada F angkatan 2012 dengan angkatan 2013 didapat nilai p = 0,162 (> 0,05) dan

U = 661 artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara F angkatan 2012

dengan F angkatan 2013 (lampiran XIII halaman 98). Uji perbedaan pada F

angkatan 2012 dengan 2014 didapatkan nilai p = 0,049 (< 0,05) dan U = 297

artinya terdapat perbedaan yang bermakna antara F angkatan 2012 dengan

angkatan 2014 (lampiran XIII halaman 98). Uji perbedaan pada F angkatan 2012
52

dengan 2015 didapat nilai p = 0,001 (< 0,05) dan U = 285, artinya terdapat

perbedaan yang bermakna antara F angkatan 2012 dengan 2015 (lampiran XIII

halaman 98).

c. PTI (Performance Treatment Index)

Angka PTI pada subjek penelitian mengacu pada tabel 8, F sebanyak 107

dan DMF-T sebanyak 523 sehingga diperoleh PTI mahasiswa ilmu keperawatan

gigi FKG UGM sebesar 2,04 (20,4%).

0,215
0,21
0,21
0,205
0,2
0,195
0,19
Rerata PTI
0,185
0,18
0,18
0,175
0,17
0,165
Laki-Laki Perempuan

Gambar 7. Rerata PTI berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan gambar 7, terlihat rerata PTI pada mahasiswa perempuan lebih

tinggi dibanding mahasiswa laki-laki, namun secara dari uji Mann-Whitney tidak

ada perbedaan yang bermakna antara PTI laki-laki dan perempuan dengan nilai

p = 0,792 dan U = 484 (lampiran XIII halaman 99) .


53

0,3
0,27

0,25
0,2
0,2

0,15
Rerata PTI
0,1
0,06
0,05

0
Baik Cukup Kurang
Kategori Pengetahuan

Gambar 8. Rerata PTI berdasarkan pengetahuan

Berdasarkan gambar 8 diketahui bahwa rerata tertinggi untuk PTI adalah

dalam ketegori pengetahuan cukup sebesar 0,27, diikuti dengan rerata PTI untuk

pengetahuan baik sebesar 0,2, dan rerata PTI paling kecil adalah pada ketegori

pengetahuan kurang sebesar 0,06.

0,3 0,28

0,25
0,2
0,2

0,15 0,14
Rerata PTI
0,1
0,1

0,05

0
2012 2013 2014 2015
Gambar 9. Rerata PTI berdasarkan angkatan
54

Berdasarkan gambar 9, rerata PTI tertinggi pada angkatan 2012 dengan

rerata 0,28, dan rerata PTI terendah pada angkatan 2015 dengan rerata 0,1.

d. OHI-S

Tabel 10. Distribusi subjek penelitian berdasarkan OHI-S dan pengetahuan


tentang karies
OHI-S
Pengetahuan Total
Baik Sedang Buruk
karies
n % n % n % n %
Baik 45 36,29 19 15,32 0 0 64 51,61
Cukup 23 18,55 20 16,13 0 0 43 34,68
Kurang 9 7,26 8 6,45 0 0 17 13,71
Total 77 62,10 47 37,90 0 0 124 100

Skor OHI-S pada subjek penelitian, diperoleh rerata 1,01 yang termasuk

dalam kategori baik (lampiran XI halaman 95). Tabel 10 menunjukkan 51,61%

subjek pada kategori OHI-S baik dan 36,29% menunjukkan subjek memiliki

OHI-S dan pengetahuan karies dalam kategori baik. Tidak ada OHI-S dengan

kategori buruk.

1,015
1,01
1,01

1,005

1
Rerata OHI-S
0,995
0,99
0,99

0,985

0,98
Laki-Laki Perempuan

Gambar 10. Rerata OHI-S berdasarkan jenis kelamin


55

Berdasarkan gambar 10, terlihat rerata OHI-S pada mahasiswa perempuan

lebih tinggi dibanding mahasiswa laki-laki, akan tetapi secara statistik tidak ada

perbedaan yang bermakna antara OHI-S keduanya dengan nilai p = 0,938

(> 0,05) dan U = 509,5 (lampiran XIII halaman 100).

1,4
1,2
1,2
1,02
1 0,88
0,8

0,6
Rerata OHIS
0,4

0,2

0
Baik Cukup Kurang
Kategori Pengetahuan

Gambar 11. Rerata OHI-S berdasarkan pengetahuan

Berdasarkan gambar 11 diketahui bahwa rerata tertinggi untuk OHI-S

adalah dalam ketegori pengetahuan cukup (1,2), diikuti dengan rerata OHI-S

untuk pengetahuan kurang (1,02), dan rerata OHI-S paling rendah adalah pada

ketegori pengetahuan baik (0,88).


56

1,6 1,48
1,4

1,2 1,1
1,01
1

0,8 0,7
Rerata OHI-S
0,6

0,4

0,2

0
2012 2013 2014 2015
Gambar 12. Rerata OHI-S berdasarkan angkatan

Berdasarkan gambar 12, rerata OHI-S tertinggi pada angkatan 2014 yaitu

1,48 dan rerata OHI-S terendah pada angkatan 2013 yaitu 0,7.

4. Korelasi antara Pengetahuan Karies dengan PTI dan OHI-S

Perhitungan hasil penelitian menggunakan analisis korelasi Spearman.

Hasil uji korelasi pada pengetahuan karies dengan PTI didapat nilai koefisien

korelasi (r) 0,152 dengan p value sebesar 0,091 (> 0,05) (lampiran XIV halaman

101). Hasil ini menunjukkan bahwa tidak adanya korelasi antara pengetahuan

karies dengan nilai PTI. Hasil uji korelasi pada pengetahuan karies dengan OHI-S

didapat nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,223 dengan p value sebesar 0,013 (<

0,05) (lampiran XIV halaman 101), hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang

bermakna antara pengetahuan karies dengan OHI-S mahasiswa ilmu keperawatan

gigi FKG UGM. Nilai korelasi sebesar -0,223 menunjukkan hubungan yang

negatif dan lemah, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

pengetahuan karies maka skor OHI-S semakin rendah.


57

B. Pembahasan

Penelitian ini melibatkan 124 subjek mahasiswa ilmu keperawatan gigi

FKG UGM. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin (tabel 5 dan 6), jumlah

subjek penelitian perempuan lebih banyak (92,74%) dibanding dengan laki-laki

(7,26%). Hal ini dapat disebabkan oleh persepsi bahwa perawat merupakan

profesi perempuan (Latifah dan Anggraeni, 2014). Sudarma (2008) menyebutkan

bahwa dalam praktik kesehatan masih ada pandangan bahwa ada pekerjaan

perempuan dan pekerjaan laki-laki. Pekerjaan perawat dan bidan adalah pekerjaan

perempuan. Hal tersebut dapat menjadi penyebab jurusan keperawatan gigi lebih

diminati oleh perempuan dibanding laki-laki.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebanyak 64 subjek (52,61%)

memiliki pengetahuan yang baik mengenai karies, 43 subjek (34,68%)

pengetahuan sedang dan 17 subjek (13,71%) pengetahuan kurang (tabel 7). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat mahasiswa yang memiliki

pengetahuan yang kurang, akan tetapi jumlah mahasiswa yang memiliki

pengetahuan kurang tidak terlalu banyak. Penelitian Sartika dkk. (2015)

menyebutkan bahwa pengetahuan yang buruk mengenai penyebaran infeksi dan

manifestasi sistemik dari karies gigi pada mahasiswa tingkat empat FKG

Universitas Islam Bandung dapat disebabkan karena daya ingat. Tingkat

pengetahuan dapat disebabkan karena faktor pengalaman dan ingatan seseorang

pada saat pengisian kuesioner (Khairunnisa dkk., 2015). Notoatmodjo (2011)

mengemukakan bahwa pengetahuan terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan yang baik akan


58

meningkatkan pemahaman terhadap suatu objek atau informasi, oleh karena itu

meskipun subjek pernah mendapat informasi tentang pengetahuan donor darah,

tetapi subjek tersebut tidak melakukan penginderaan dengan baik hal ini

mengakibatkan pemahaman subjek menjadi kurang baik (Khairunnisa dkk.,

2015). Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, pengetahuan karies yang

kurang pada sebagian mahasiswa (14,41%) ilmu keperawatan gigi dapat

disebabkan oleh daya ingat dan penginderaan yang kurang baik saat kuliah

mengenai karies sedang berlangsung.

Rerata pengetahuan pada mahasiswa perempuan lebih tinggi dibanding

rerata pengetahuan mahasiswa laki-laki (gambar 5), namun secara statistik tidak

terdapat perbedaan antara pengetahuan mahasiswa perempuan dan laki-laki. Hasil

penelitian ini sama dengan penelitian Sulistomo (2010), tidak ada perbedaan

pengetahuan kewaspadaan standar antara mahasiswa laki-laki dan perempuan

pada mahasiswa kedokteran universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Penelitian lain dari Ghasemi dkk. (2007) juga menyimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan pengetahuan mengenai perawatan gigi pencegahan antara dokter laki-

laki dan perempuan di Irania.

Berdasarkan tabel 8 jumlah rerata DMF-T pada mahasiswa adalah 4,22.

Rerata tersebut tidak jauh berbeda dengan rerata DMF-T nasional Indonesia yaitu

4,6. Jumlah DMF-T hampir sama antara mahasiswa keperawatan gigi dengan

nasional, namun rerata F pada mahasiswa ilmu keperawatan gigi FKG UGM

(0,86) lebih tinggi dibanding nasional (0,08). Hal ini dapat terjadi karena

mahasiswa ilmu keperawatan gigi memiliki pengetahuan mengenai karies yang


59

diwujudkan dalam tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Notoatmodjo

(2010) menyatakan bahwa pengetahuan kesehatan gigi merupakan faktor yang

mempengaruhi perilaku masyarakat yang akan berdampak terhadap derajat

kesehatan gigi dan mulut.

Subjek dengan nilai F (telah melakukan penumpatan gigi) yang didapatkan

sebelum memasuki FKG UGM tidak diikutsertakan dalam penelitian ini agar hasil

penelitian benar-benar menggambarkan hubungan pengetahuan tentang karies

yang subjek dapatkan setelah menjadi mahasiswa ilmu keperawatan gigi FKG

UGM dengan perilaku menumpatkan gigi karena karies.

Rerata PTI pada mahasiswa perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki,

namun secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara PTI antara laki-

laki dan perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian Saragih (2009), bahwa jenis

kelamin tidak mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan pada peserta

Askes di Kota Kupang NTT. Penelitian dari Lendrawati (2012) juga

menyimpulkan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan motivasi

mempertahankan gigi tetap karena karies.

Mahasiswa angkatan 2012 memiliki rerata F yang lebih tinggi dibanding

dengan angkatan 2013, 2014, dan 2015 (tabel 9). Hasil perhitungan statistik

Mann-Whitney didapat bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara F

angkatan 2012 dengan angkatan 2014 dan 2015 (p < 0,05), tetapi tidak ada

perbedaan yang bermakna antara F angkatan 2012 dengan angkatan 2013 (p >

0,05). Neeraja, dkk. (2011) dan Sari (2013) menyatakan bahwa perilaku kesehatan

gigi dan mulut meningkat sejalan dengan lamanya tahun pendidikan. Hal tersebut
60

juga dipertegas oleh penelitian yang dilakukan oleh Al-Wahadni, dkk (2004)

menemukan bahwa perilaku positif meningkat sesuai dengan meningkatnya

tingkat pendidikan.

Rerata OHI-S pada mahasiswa perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki,

namun secara statistik tidak ada perbedaan yang berarti antara OHI-S laki-laki dan

perempuan (gambar 10). Hasil ini sesuai dengan penelitian Sintawati dan

Notohartojo (2008), bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan OHI-S.

Berdasarkan gambar 8 rerata PTI pada pengetahuan cukup lebih tinggi

dibanding PTI pada pengetahuan baik. Hal ini dapat disebabkan bahwa perilaku

untuk menambal bukan hanya dipengaruhi oleh pengetahuan, terdapat faktor lain

seperti sikap, nilai, sosial ekonomi, dan kebutuhan (Freeman, 1999; Andersen,

1995; Notoatmodjo, 2011). Rumus PTI dalam penelitian ini adalah jumlah gigi

yang telah dilakukan penumpatan setelah menjadi mahasiswa Ilmu Keperawatan

Gigi dibagi jumlah gigi yang sedang atau pernah mengalami karies.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik, tidak terdapat hubungan antara

pengetahuan karies dengan PTI pada mahasiswa ilmu keperawatan gigi FKG

UGM. Hasil penelitian berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lendrawati

(2012), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tentang

penyakit gigi dengan motivasi mempertahankan gigi tetap karena karies.

Fenomena ini dapat terjadi kemungkinan karena adanya inkonsistensi

pengetahuan pada diri mahasiswa ilmu keperawatan gigi dengan tindakan untuk

menambal. Subjek penelitian hanya memiliki tahapan awal pada tingkat

pengetahuan yaitu tahu dan memahami, tanpa dilanjutkan pada tahap selanjutnya
61

yaitu aplikasi (Prasetyo, 2015). Kognitif, afektif, dan konatif, ketiganya saling

tergantung satu sama lain dalam keseimbangan yang dinamis dengan lingkungan,

namun tidak selalu adanya kenaikan dari salah satu komponen akan diikuti oleh

kenaikan komponen lainnya (Ferdiyus, 2005).

Andersen (1995) mengemukakan bahwa seseorang akan bertindak untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh 1) karakteristik predisposisi

seperti demografi, struktur sosial (tingkat pendidikan, ras, agama), 2) karakteristik

enabling yaitu penggunaan pelayanan kesehatan tergantung pada kemampuan

konsumen untuk membayar, 3) karakteristik kebutuhan yaitu faktor yang

memungkinkan seseorang untuk mencari pengobatan berdasarkan kebutuhan yang

dirasakan. Komponen tersebut masing-masing dianggap mempunyai peran

tersendiri dalam memahami perbedaan pemanfaatan pelayanan. Freeman (1999)

menyebutkan bahwa pertimbangan seseorang dalam melakukan perawatan gigi

sangat berhubungan dengan status sosial ekonomi dari pasien itu sendiri.

Menurut Bailay dan Philip’s (1990), penghasilan keluarga merupakan faktor

penghambat pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pernyataan tersebut mendukung

hasil penelitian Fatma (2002) sit. Saragih (2009), bahwa tingkat pendapatan

terbukti berhubungan langsung dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di

praktek dokter. Status ekonomi yang baik akan memungkinkan seseorang

mempunyai dana lebih dan kesempatan untuk menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan akan lebih tinggi. Berdasarkan penjelasan, terlihat bahwa pengetahuan

karies saja tidak cukup untuk mendorong mahasiswa melakukan penambalan,


62

terdapat faktor lain seperti karakteristik kebutuhan, penghasilan keluarga dan

pendapatan yang dapat mempengaruhi tindakan penambalan.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan yang bermakna dengan

korelasi lemah antara pengetahuan karies dengan OHI-S pada mahasiswa ilmu

keperawatan gigi FKG UGM. Hasil penelitian ini menunjukkan sebesar 13,71%

subjek memiliki pengetahuan yang kurang, dan 6,45% diantaranya memiliki

kategori OHI-S baik. Kelompok pengetahuan cukup sebanyak 34,68% dan

16,13% diantaranya memiliki OHI-S yang baik. Kelompok pengetahuan baik

sebanyak 51,61% dan 15,32% diantaranya memiliki OHI-S baik (tabel 10).

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2011). Pengetahuan

kesehatan gigi memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan

mulut seseorang (Koegh, 1991 sit. Pratiwi, 2014). Pengetahuan tentang kesehatan

penting untuk individu agar dapat dengan sadar berbuat sesuatu untuk

kesehatannya. Tindakan kesehatan dapat terjadi ketika seseorang menerima

informasi yang cukup kuat untuk memicu motivasi dan bertindak berdasarkan

pengetahuan tersebut (Green dkk., 1991 sit. Lendrawati, 2012).

Youngnak dan Vachirarojpisan (2010), menyebutkan bahwa seseorang

dengan pendidikan di universitas lebih mengetahui kesehatan mulut dan

cenderung berperilaku menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulutnya

dibandingkan dengan subjek yang masih dalam pendidikan sekolah menengah

atas. Mahasiswa kedokteran gigi yang telah memiliki pengetahuan tentang

kebersihan gigi dan mulut dapat menuangkan pengetahuan yang diperoleh


63

sehingga dapat menghasilkan perubahan sikap dan diwujudkan dalam tindakan

pemeliharaan kebersihan gigi dan mulutnya sendiri (Mantiri dkk., 2013). Pendapat

tersebut didukung oleh penelitian Notohartojo dan Lely (2005) mengenai

hubungan pengetahuan kebersihan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi

dan mulut di beberapa puskesmas Provinsi Jawa Barat, yang menyimpulkan

bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kebersihan gigi dan mulut.

Pengetahuan tentang karies berhubungan dengan OHI-S akan tetapi tidak

berhubungan dengan PTI. Hal tersebut bisa terjadi karena menyikat gigi lebih

mudah untuk dilakukan dan diterapkan jika dibandingkan dengan melakukan

penumpatan. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Praptiningsih dan

Ningtyas (2010), kegiatan menyikat gigi adalah tindakan preventif yang paling

mudah dan murah dilakukan. Tatin (2014) juga menyebutkan bahwa upaya

pencegahan merupakan tindakan yang paling murah, paling kecil risikonya, tidak

memerlukan keterampilan dan sarana yang canggih, serta tidak menghabiskan

dana dibanding tindakan kuratif atau rehabilitatitatif.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan tentang karies dengan PTI

mahasiswa ilmu keperawatan gigi FKG UGM.

2. Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang karies dengan OHI-S

mahasiswa ilmu keperawatan gigi FKG UGM. Semakin baik pengetahuan

tentang karies, semakin rendah skor OHI-S.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari penelitian ini, maka dapat

diajukan saran sebagai berikut:

1. Mahasiswa diharapkan lebih menyadari tentang pentingnya menjaga kesehatan

gigi dan mulut yang dimulai dari diri sendiri.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari hubungan antara PTI dan

OHI-S dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.

64
65

DAFTAR PUSTAKA

Agtini, M.D., Sintawati, dan Notohartojo, I.T., 2005, Fluor dan Kesehatan Gigi,
Media Litbang Kesehatan, 15 (02): 25-31.

Al-Wahadni, A.M., Al-Omiri, M.K., and Kawamura, M., 2004, Differences in


Self-Reported Oral Health Behavior between Dental Students and Dental
Technology/Dental Hygiene Students in Jordan, Journal of Oral Science,
46 (3): 191-197.

Andari, P.S., 2006, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pasien


dalam Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Bangli, Tesis,
Sekolah Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta, 55.

Andersen, R.M., 1995, Revisiting the Behavior Model and Access to Medical
Care: Does It Matter?, Journal of Health and Social Behavior, 36: 1-10.

Angela, A., 2005, Pencegahan Primer pada Anak yang Berisiko Karies Tinggi,
Majalah Kedokteran Gigi (Dent. J), 38 (03): 130-134.

Anitasari, S., dan Rahayu, N.E., 2005, Hubungan Frekuensi Menyikat Gigi
dengan Tingkat Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa Sekolah Dasar Negeri di
Kecamatan Palaran Kotamadya Samarinda Provinsi Kalimantan Timur,
Majalah Kedokteran Gigi (Dent.J), 38 (2): 88-90.

Ariningrum, R. dan Indriasih, E., 2006, Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan


Perilaku tentang Karies Gigi terhadap Indeks DMF-T pada Siswa SD
Kelas VI di Daerah Kumuh dan Tidak Kumuh Kecamatan Penjaringan
Jakarta Utara, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 9 (04): 198-202.

Autio-Gold, J.T., and Tomar, S.L., 2008, Dental Student’s Opinions and
Knowledge about Caries Management and Prevention, Journal of Dental
Education, 72 (01): 26-32.

Bailay, W., and Philips, D.R., 1990, Spatial Paterns of Use of Health Service In
the Kingston Metropolitan Area, Jamica, Social Science and Medicine, 30
(1): 1-12 (Abstr.).

Bhola, N., Kumari, R., and Nidha, T., 2008, Utilization of The Health Care
Delivery System In A District of North India, East African Journal of
Public Health, 5 (3): 147-153.

Budiarto, E., 2002, Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar, EGC,


Jakarta,40.
66

Budiharto, 2009, Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan


Gigi, EGC, Jakarta, 7, 17, 19.

Budisuari, M.A., Oktarina, dan Mikrajab, M.A., 2010, Hubungan Pola Makan dan
Kebiasaan Menyikat Gigi dengan Kesehatan Gigi dan Mulut (Karies) di
Indonesia, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 13 (01): 83-91.

Cappelli, D.P., and Mobley, C.C., 2008, Preventive In Clinical Oral Health Care,
Mosby, Saint Louis, 9.

Chandra, S., Chandra, S., and Chandra, G., 2007, Textbook Operative Dentistry¸
Jaypee Brothers, New Delhi, 47.

Dahlan, M.S., 2011, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba Medika,
Jakarta, 169.

Darjono, U.N.A., 2006, Hubungan antara Pengetahuan Kesehatan Gigi dan


Tingkat Depresi dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut pada Mahasiswa
Tahun Pertama Universitas Gadjah Mada, Skripsi, Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Riset Kesehatan Dasar 2007,


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, 145.

Efendi, F., dan Makhfudli, 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta, 221.

Ekowarni, E., 2001, Pola Perilaku Sehat dan Model Pelayanan Kesehatan Remaja,
Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, 28 (02): 97-104.

Eryanto, 2007, Teknik Sampling, LkiS, Yogyakarta, 328.

Featherstone, J.D.B., 2006, Delivery Challenges for Fluoride, Chlorhexidine and


Xylitol, BMC Oral Health, 6 (01): 1-5.

Ferdiyus, 2005, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan


Pelayanan Kesehatan Gigi di Poliklinik Gigi Balai Latihan Pelayanan
Kesehatan Masyarakat Banda Aceh, Tesis, Sekolah Pasca Sarjana UGM,
Yogyakarta, 11-13, 18-19.

Ferreira-Nobilo, N.P., Sousa, M.L.R., and Cury, J.A., 2014, Knowledge of Dental
Caries and Salivary Factors Related to the Desease: Influence of The
Teaching-Learning Process, Braz Oral Res, 29 (01): 1-7.
67

Ferry, A.B., 2014, Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi terhadap DMF-T dan
OHI-S pada Anak Usia 10-12 Tahun di Makassar, Skripsi, Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Makassar, 24.

FKG UGM, 2013, Panduan Akademik 2014/2015, FKG UGM, Yogyakarta, 159
195.

Freeman, R., 1999, Barrier to Accessing Dental Care: Patient Factors, British
Dental Journal, 187 (3): 141-144.

Gao, J., Ruan, J., Zhou, H., Huang, R., and Tian, J., 2014, Oral Health Status and
Oral Health Knowledge, Attitudes and Behavior Among Rural Children
in Shaanxi, Wetern Chia: A Cross Sectional Survey, BMC Oral Health,
14 (144): 2-7.

Gede, Y.I., Pandelaki, K., dan Mariati, N.W., 2013, Hubungan Pengetahuan
Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status Kebersihan Gigi dan Mulut
pada Siswa SMA Negeri 9 Manado, Jurnal e-GiGi, 1 (2): 84-88.

Ghasemi, H., Murtomaa, H., Torabzadeh, H., and Vehkalahti, M.M., 2007,
Knowledge of and Attitudes Towards Preventive Dental Care among
Iranian Dentists. European Journal of Dentistry, 1(4): 222-229.

Gopdianto, R., Rattu, A.J.M., dan Mariati, N.W., 2015, Status Kebersihan Mulut
dan Perilaku Menyikat Gigi Anak SD Negeri Malayang, Jurnal e-GiGi, 3
(1): 130-138.

Hartaji, D.A., 2012, Motivasi Berprestasi pada Mahasiswa yang Berkuliah


dengan Jurusan Pilihan Orang Tua, Fakultas Psikologi Universitas
Gunadarma, Jakarta, 2.

Herijulianti, E., Indriani, T.S., dan Artini, S., 2001, Pendidikan Kesehatan Gigi,
EGC, Jakarta, 101-105

Hurlbutt, M., 2011, CAMBRA: Best Practices in Dental Caries Management, The
Academy of Dental Therapeutics and Stomatology, PenWell, 1-15.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Riset Kesehatan Dasar 2013,


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, 113-118.

Khairunnisa, S., 2015, Perilaku Donor Darah Mahasiswa Ilmu Kesehatan


Universitas Hasanuddin, Skripsi, Universitas Hasanuddin, Makassar, 67
68.
68

Kidd, E.A.M., dan Bechal, S.J., 1991, Dasar-Dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya (terj.), EGC, Jakarta, 1-2, 4-5, 9.

Kusuma, A.R.P., 2011, Pengaruh Merokok terhadap Kesehatan Gigi dan Rongga
Mulut, Majalah Ilmiah Sultan Agung, 49 (124): 12-19.

Latifah, L., dan Anggraeni, M.D., 2014, Pengalaman Mahasiswa Pria dalam
Praktek Profesi Maternitas yang Bias Gender, Jurnal Keperawatan
Soedirman, 9 (3): 146-155.

Lendrawati, 2012, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Mempertahankan


Gigi Tetap karena Karies pada Masyarakat yang Berkunjung Ke Balai
Pengobatan Gigi di Puskesmas Kotamadya Padang, Tesis, Sekolah Pasca
Sarjana UGM, Yogyakarta.

Lynch, H., and Milgrom, P., 2003, Xylitol and Dental Caries : An Overview for
Clinicians, Journal of The Californian Assosiation, 31 (03): 205-209.

Malik, I., 2008, Kesehatan Gigi dan Mulut, Laporan Kesehatan Badan
Pengembangan Sistem Informasi dan Telematika Daerah (Bapesitelda),
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Bandung, 5.

Mantiri, S.C., Wowor, V.N.S., dan Anindita, P.S., 2013, Status Kebersihan Mulut
dan Status Karies Mahasiswa Pengguna Alat Ortodontik Cekat, Jurnal e
GiGi, 1 (1): 1-7.

Maulana, H.D.J., 2009. Promosi Kesehatan, EGC, Jakarta, 226.

Maulani, C. dan Jubilee, E., 2005, Kiat Merawat Gigi Anak Panduan Orang Tua
dalam Merawat dan Menjaga Kesehatan Gigi bagi Anak-Anaknya, PT.
Elex Media Komputindo, Jakarta, 71.

Medina-Solis, C.E., Pontigo-Loyola, A.P., Mendoza-Rodriguez, M., Lucas


Rincon, S.E., Marquez-Rodriguez, S., Navarrete-Hernandez, J.J., and
Maupome, G., 2013, Treatment Needs for Dental Caries, Restorative
Care Index, and Index of Extractions in Adolescents 12 and 15 Years Old.,
West Indian Med.J, 62 (7): 636-641.

Momongan, R.E.C., Lampus, B.S., dan Juliatri, 2015, Status Kebersihan Gigi
dan Mulut Siswa SMA Negeri 9 Manado Pengguna Alat Ortodontik
Cekat. Jurnal e-GiGi, 3 (1): 1-8.

Neeraja, R., Kayalvizhi, G., dan Sangeetha, P., 2011, Oral Health Attitude and
Behavior among a Group of Dental Students In Bangalore, India,
European Journal of Dentistry, 5 (2): 163-167.
69

Noorkasiani, Heryati, dan Ismail, R., 2007, Sosiologi Keperawatan, EGC, Jakarta,
43, 44.

Notoatmodjo, S., 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Renika Cipta, Jakarta, 135.

_____________, 2011, Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni, Renika Cipta,


Jakarta, 111, 144-150.

_____________, 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,


38.

Notohartojo, I.T., dan Lely, S.M.A., 2005, Hubungan Kebersihan Gigi dan Mulut
dengan Pengetahuan dan Sikap Responden di Beberapa Puskesmas di
Provinsi Jawa Barat, Media Litbang Kesehatan, 15 (4): 1-7.

Notohartojo, I.T., dan Andayasari, L., 2013, Nilai Kebersihan Gigi dan mulut
pada Karyawan Industri Pulo Gadung Di Jakarta, Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 16 (2): 168-175.

Nurchasanah, S, 2007, Hubungan Jenis Kelamin, Tempat Tinggal, Pengetahuan,


Sikap, dan Dukungan Orang Tua dengan Status Kesehatan Gigi Siswa
Sekolah Dasar di Kabupaten Sleman, Tesis, S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Yogyakarta.

Pejcic, A., Obradovic, R., Kesic, L., dan Kojovic, D., 2007, Smoking and
Periodontal Disease A Review, Medicine and Biologi, 14 (2): 53-59.

Pintauli, S dan Hamada, T., 2008, Menuju Gigi dan Mulut Sehat Pencegahan dan
Pemeliharaan, USU Press, Medan, 5-8, 15-16.

Praptaningsih, R,S., dan Ningtyas, E.A., 2010, Pengaruh Metode Menggosok Gigi
Sebelum Makan Terhadap Kuantitas Bakteri dan Ph Saliva, Majalah
Ilmiah Sultan Agung, 48 (123): 1-8.

Prasetiyo, G., Yuniarti, dan Irasanti, S.N., Hubungan Tingkat Pengetahuan


Mengenai Anatomi dan Karies Gigi dengan Status Karies Gigi (Kajian
pada Mahasiswa Tingkat IV Fakultas Kedokteran Unisba), Prosiding
Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan), ISSN 2460-657X: 1001
1007.

Pratiwi, P.E., Sawitri, A.A.S., dan Adiputra, N., 2013 Hubungan Persepsi tentang
Karies Gigi dengan Kejadian Karies Gigi pada Calon Pegawai Kapal
Pesiar yang Datang Ke Dental Klinik di Denpasar Tahun 2012, Public
Health and Preventive Medicine Archive, 1 (01): 78-83.
70

Pratiwi, A.I., 2014, Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap terhadap Kebersihan
Mulut dengan Status Kebersihan Mulut pada Lanjut Usia (Kajian di Panti
Wreda Abiyoso), Tesis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Yogyakarta, 4.
Prayitno, A., 2008, Kelainan Gigi dan Jaringan Pendukung Gigi yang Sering
Ditemui, CDK, 35 (07): 411- 414.

Purnomo, I., dan Lestari, S., 2013, Studi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Status Kesehataan Gigi dan Mulut Siswa SMK Yapenda Wiradesa
Kabupaten Pekalongan, Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
25 (1): 75-83.

Purwoko, 2011, Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Status Kesehatan Gigi
pada Anak Usia Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Sawit I,
Tesis, Surakarta, Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, 2.

Putri, M.H., Herijuliyanti, E., dan Nurjannah, N., 2009, Ilmu Pencegahan
Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta, EGC,
154-155, 157, 162-170, 180-181.

Radiah, Mintjelungan, C., dan Mariati, N.W., 2013, Gambaran Status Karies dan
Pola Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Mahasiswa Asal
Ternate di Manado, Jurnal e-Gigi,1 (01): 45-51.

Reddy, S. 2008, Essentials of Clinic Periodontology and Periodontic, 2nd Ed.,


Jaypee Brothers Medical Publisher, New Delhi, 57.

Riwidikdo, H., 2012, Statistik Kesehatan: Belajar Mudah Teknik Analisis Data
dalam Penelitian Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta, 77, 151-156.

Riyanti, E., dan Saptarini, R., 2009. Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi dan
Mulut Melalui Perubahan Perilaku Anak, MIKGI, 11 (01): 15-18.

Rosdewi, N.N., 2015, Hubungan Tingkat Pengetahuan Siswa tentang Karies Gigi
dan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Kejadian Karies Gigi Siswa Kelas
3 dan Kelas 4 SDN Catur Tunggal 4 Depok Sleman Yogyakarta Tahun
2013, Jurnal Medika Respati, 10 (02): 59-67.

Safitri, R., 2015, Hubungan Tingkat Pengetahuan Frekuensi Menyikat Gigi


terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut pada Siswa Kelas IV SDN 28
Mataram, Ganec Swara, 9 (2):117-122.

Sakdiyah, E. H., 2013, Dimensi Perilaku Promosi Kesehatan Remaja Berdasarkan


Jenis Kelamin, Jurnal Psikoislamika, 10 (01): 15-28.
71

Saragih, R., 2009, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan


Pelayanan Dokter Gigi oleh Peserta Askes Komersial di Kota Kupang
Nusa Tenggara Timur, Tesis, Program Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sari, V.K., 2013, Perbedaan Sikap dan Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut
Mahasiswa Kedoketran Gigi Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Skripsi,
Fakultas Kedokteran FKG UGM, Yogyakarta, 40.

Sartika, I.T., Yuniarti, dan Astuti, R.D.I., 2015, Tingkat Pengetahuan Penyebaran
Infeksi dan Manifestasi Sistemik Karies Gigi Mahasiswa Kedokteran
Unisba, Universitas Islam Bandung, Prosiding Penelitian sivitas
akademika Unisba (Kesehatan), ISSN 2460-657X: 616-620.

Sintawati, P.X., dan Notohartojo, I.T., 2008, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat DKI Jakarta Tahun 2007, Jurnal
Ekologi Kesehatan, 8 (1): 860-873.

Smyth, E., Caamano, F., dan Riveiro, P.F., 2007, Oral Health Knowledge,
Attitudes and Practice in 12 Years Old Schoolchildreen, Med Oral Patol
Oral Cir Bucal, 12 (08):14-20.

Soesilo, D., Santoso, R.E., dan Diyatri, I., 2005, Peranan Sorbitol dalam
Mempertahankan Kestabilan pH Saliva pada Proses Pencegahan Karies,
Dental Journal, 38 (01): 25-28.

Sriyono, N.W, 2009, Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut Guna Meningkatkan
Kualitas Hidup, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, 11.

____________, 2011, Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Medika


Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta, 33, 49, 58, 74.

Sudarma, M., 2008, Sosiologi untuk Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta, 197.

Sulistomo, M.W., 2010, Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Mahasiswa Kedokteran


Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah terhadap Kewaspadaan
Standar, Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 28.

Sunyoto, D. dan Setiawan, A., 2013. Buku Ajar Statistik Kesehatan: Parametrik,
Non Parametrik, Validitas, dan Reliabitas, Nuha Medika, Yogyakarta, 55,
62.

Tantin, E, 2014, Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi Dan Mulut Anggota Dharma
Wanita Persatuan Politeknik Negeri Jember, Laporan Pengabdian Kepada
Masyarakat Hibah Ditlitabmas Universitas Jember, Jember, 1.
72

Thorstensson, H., dan Johansson, B., 2010, Why Do Some People Lose Teeth
Across Their Lifespan Whereas Others Retain A Functional Dentition Into
Very Old Age?, Gerodontology Journal, 27 (01):1925 (Abstr.)

Wawan, A., dan Dewi, M., 2011, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia, Nuha Medika, Yogyakarta, 16-17.
Wedrychowska-Szulc, B., and Syrynska, M., Patient and Parent Motivation for
Orthodontic Treatment, European Hournal of Orthodontics, 32 (2010):
447-452.

WHO, 2007, Education and Treatment in Adolescent Sexuality: The Training of


Health Professionals, Geneva.

_____, 2012, Oral Health, http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs318/en/,


03/11/2015

_____, 2013, Oral Health Survey Basic Method, Edisi V, Geneva, 44, 47.

Youngnak, P.P., and Vachirarojpisan, T., 2010, Prevalence of Self-Percevied Oral


Malodor in a Group of Thai Dental Patients, Journal of Dentistry, 7
(4):196-2014.
LAMPIRAN

73
Lampiran I. Pengantar Kuesioner

PENGANTAR

Dengan Hormat,
Saya mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta angkatan 2011, saat ini sedang menyelesaikan tugas akhir penulisan
skripsi dengan judul “Hubungan antara Pengetahuan tentang Karies dengan
PTI (Performance Treatment Index) dan OHI-S (Oral Hygiene Index
Simplified) Kajian pada Mahasiswa Ilmu Keperawatan Gigi Universitas
Gadjah Mada”, memohon kesediaan Saudara/i untuk diperiksa status kesehatan
mulutnya dengan dilihat jumlah gigi yang berlubang, jumlah gigi yang ditambal,
jumlah gigi yang dicabut, mengisi kuesioner yang berisi biodata, dan pernyataan
persetujuan (informed consent) yang telah terlampir. Memohon kesedian saudara/i
untuk diperiksa dan pengisian kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan pengetahuan tentang karies terhadap indeks PTI dan OHI-S.
Semua data hasil pemeriksaan tersebut akan saya pakai untuk kepentingan
penulisan skripsi. Demikian penjelasan singkat mengenai pemeriksaan yang akan
dilakukan. Atas kesediaan dan kerja sama Saudara/i, saya ucapkan terimakasih.

Hormat Saya,

Meia Audinah
NIM. 11/315948/KG/08885

74
Lampiran II. Pernyataan Persetujuan

PERNYATAAN PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
menyatakan bersedia untuk menjadi subjek penelitian dari:
Nama : Meia Audinah
NIM : 11/315948/KG/08885
Fakultas : Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
Judul penelitian : Hubungan antara Pengetahuan tentang Karies dengan
Indeks PTI (Performance Treatment Index) dan OHI-S
(Oral hygiene Index Simplified) Kajian pada Mahasiswa
Ilmu Keperawatan Gigi Universitas Gadjah Mada
Lokasi penelitian : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
Informasi mengenai pemeriksaan tersebut telah cukup dijelaskan dan saya
mengerti sepenuhnya. Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk digunakan
sebagaimana mestinya.

Yogyakarta,.....................2016
Peneliti Yang diperiksa

Meia Audinah ( )

75
Lampiran III. Lembar kuesioner pengetahuan tentang karies sebelum uji
validitas

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


BAGIAN ILMU KEDOKETERAN GIGI PENCEGAHAN
DAN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

I. Identitas
a. Nama :...........................................................
b. Tanggal Lahir :.......................... Usia:....................thn
c. Jenis Kelamin : Perempuan/Laki-laki
d. Angkatan/ No.HP* :

II. Kuesioner Pengetahuan Tentang Karies


Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini
1. Karies merupakan suatu proses...
a. Demineralisasi gigi yang diimbangi dengan proses remineralisasi
b. Demineralisasi gigi yang tidak diimbangi dengan proses
remineralisasi
c. Remineralisasi gigi yang mengikuti proses demineralisai
d. Bukan salah satu diatas
2. Karies merupakan hasil interaksi dari...
a. Substrat, bakteri dan waktu.
b. Substrat, permukaan gigi dan waktu
c. Substrat, saliva, bakteri dan waktu
d. Substrat, permukaan gigi, bakteri dan waktu
3. Bakteri penyebab karies dapat ditularkan dari ibu/ayah ke bayi yang
baru lahir, sehingga karies gigi merupakan penyakit...
a. Menular
b. Tidak menular
c. Akut
d. Degeneratif

76
4. Karies merupakan penyakit yang dapat dipengaruhi oleh faktor berikut
ini, kecuali...
a. Pendidikan
b. Pengalaman karies
c. pH saliva yang basa
d. Sosial ekonomi
5. Karies merupakan penyakit yang dapat terjadi pada,...
a. Email, dentin dan alveolar crest
b. Email, dentin, dan sementum
c. Hanya bagian email
d. Hanya bagian email dan dentin
6. Bakteri pembentuk plak dan berperan sebagai penyebab utama karies
adalah...
a. Streptococcus sanguinis
b. Streptococcus mitis
c. Streptococcus salivarius
d. Streptococcus mutans
7. Asam yang dihasilkan oleh bakteri kariogenik adalah...
a. Asam laktat dan klorida
b. HCL dan Asam asetat
c. Asam laktat dan asetat
d. HCL dan H2SO4
8. Aktivitas karies yang semakin tinggi dipengaruhi oleh frekuensi
konsumsi...
a. Monosodium glutamat
b. Sukrosa
c. Natrium Klorida
d. Permen karet Xylitol

77
9. Dibawah ini yang bukan faktor risiko seseorang mengalami karies
adalah...
a. Gigi berjejal
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Sosial ekonomi tinggi
10. Plak penyebab karies lebih mudah menempel pada permukaan gigi
yang...
a. Halus
b. Kasar
c. Licin
d. Basah
11. Kandungan yang memberi rasa manis pada permen yang dapat
membantu mencegah terjadinya karies adalah...
a. xylitol
b. Sukrosa
c. Glukosa
d. Sakarin
12. Cara untuk mencegah terjadinya karies adalah...
a. Mengganti sikat gigi 4-6 bulan sekali
b. Menggunakan dental floss
c. Mengonsumsi vitamin C
d. Mengkonsumsi suplemen kasium
13. Manfaat mengurangi makanan manis pada gigi?
a. Mencegah gigi goyah
b. Mencegah karies
c. Mencegah gigi berwarna kuning
d. Menghilangkan penyebab gusi berdarah
14. Kandungan pada obat kumur yang membantu mencegah karies...
a. Klorheksidin

78
b. Sorbitol
c. Alkohol
d. Sakarin
15. Tindakan untuk membantu dalam mencegah karies adalah...
a. Menggunakan obat kumur mengandung sorbitol
b. Pit dan fissure sealant
c. Menggosok gigi dengan batu bata
d. Berkumur dengan air jeruk
16. Tindakan yang dilakukan ketika gigi mengalami karies
a. Diberi obat penghilang rasa nyeri saja
b. Dibiarkan nanti sembuh sendiri
c. Diperiksakan ke dokter gigi dan mendapat tindakan yang tepat
d. Diobati dengan getah daun jarak
17. Tindakan terbaik untuk mengatasi sakit pada gigi adalah...
a. Berkumur air es
b. Melakukan pencabutan gigi
c. Cukup diobati dengan kumur air garam
d. Memeriksakan gigi ke dokter gigi
18. Apabila gigi mengalami karies kecil, tindakan terbaik yang dilakukan
adalah...
a. Menskalling
b. Mencabutkan gigi
c. Menumpatkan gigi
d. Dibiarkan dahulu sampai karies agak besar
19. Gigi yang mengalami kematian pulpa dan masih terdapat mahkota
gigi, perawatan yang paling tepat adalah...
a. Pencabutan
b. Skalling
c. Perawatan saluran akar
d. Fissure sealant

79
20. Gigi yang tinggal sisa akar sebaiknya dilakukan...
a. Dibiarkan saja karena akan lepas dengan sendirinya
b. Langsung dicabut
c. Diperiksakan ke dokter gigi
d. Melakukan penumpatan

80
Lampiran IV. Lembar kuesioner pengetahuan tentang karies setelah uji
validitas

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


BAGIAN ILMU KEDOKETERAN GIGI PENCEGAHAN
DAN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

I. Identitas
a. Nama :...........................................................
b. Tanggal Lahir :.......................... Usia:....................thn
c. Jenis Kelamin : Perempuan/Laki-laki
d. Angkatan :

II. Kuesioner Pengetahuan Tentang Karies


Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini
1. Karies merupakan suatu proses...
a. Demineralisasi gigi yang diimbangi dengan proses remineralisasi
b. Demineralisasi gigi yang tidak diimbangi dengan proses
remineralisasi
c. Remineralisasi gigi yang mengikuti proses demineralisai
d. Bukan salah satu diatas
2. Karies merupakan penyakit yang dapat dipengaruhi oleh faktor berikut
ini, kecuali...
a. Pendidikan
b. Pengalaman karies
c. pH saliva yang basa
d. Sosial ekonomi
3. Karies merupakan penyakit yang dapat terjadi pada,...
a. Email, dentin dan alveolar crest
b. Email, dentin, dan sementum
c. Hanya bagian email
d. Hanya bagian email dan dentin

81
4. Asam yang dihasilkan oleh bakteri kariogenik adalah...
a. Asam laktat dan klorida
b. HCL dan Asam asetat
c. Asam laktat dan asetat
d. HCL dan H2SO4
5. Dibawah ini yang bukan faktor risiko seseorang mengalami karies
adalah...
a. Gigi berjejal
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Sosial ekonomi tinggi
6. Plak penyebab karies lebih mudah menempel pada permukaan gigi
yang...
e. Halus
f. Kasar
g. Licin
h. Basah
7. Cara untuk mencegah terjadinya karies adalah...
a. Mengganti sikat gigi 4-6 bulan sekali
b. Menggunakan dental floss
c. Mengonsumsi vitamin C
d. Mengkonsumsi suplemen kasium
8. Kandungan pada obat kumur yang membantu mencegah karies...
a. Klorheksidin
b. Sorbitol
c. Alkohol
d. Sakarin
9. Tindakan untuk membantu dalam mencegah karies adalah...
a. Menggunakan obat kumur mengandung sorbitol

82
b. Pit dan fissure sealant
c. Menggosok gigi dengan batu bata
d. Berkumur dengan air jeruk
10. Apabila gigi mengalami karies kecil, tindakan terbaik yang dilakukan
adalah...
a. Menskalling
b. Mencabutkan gigi
c. Menumpatkan gigi
d. Dibiarkan dahulu sampai karies agak besar
11. Gigi yang tinggal sisa akar sebaiknya dilakukan...
a. Dibiarkan saja karena akan lepas dengan sendirinya
b. Langsung dicabut
c. Diperiksakan ke dokter gigi
d. Melakukan penumpatan

83
Lampiran V. Blanko pemeriksaan DMF-T

BLANGKO PEMERIKSAAN

I. Biodata Pribadi
a. Nama :
b. Tempat, Tanggal Lahir :
c. Umur :
d. Alamat :

II. Skor Karies

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

55 54 53 52 51 61 62 63 64 65

85 84 83 82 81 71 72 73 74 75

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

Keterangan: : karies/ berlubang

: Tumpatan

X : dicabut karena karies

Ag : Agenese/ tidak tumbuh

Jumlah D: M: F:
Jumlah DMF-T:

84
Lampiran VI. Blanko pemeriksaan OHI-S

a. Debris Index

Jumlah Debris Index =

b. Calculus Index

Jumlah Calculus Index =

c. OHI-S =

85
Lampiran VII. Ethical Clearence Penelitian

86
Lampiran VIII. Surat Izin Penelitian

87
Lampiran IX. Uji validitas dan reliabilitas

a. Uji validitas

TOTAL N 30
Q1 Pearson Correlation .505** Q12 Pearson Correlation .372*
Sig. (2-tailed) .004 Sig. (2-tailed) .043
N 30 N 30
Q2 Pearson Correlation .309 Q13 Pearson Correlation .a
Sig. (2-tailed) .097 Sig. (2-tailed) .
N 30 N 30
Q3 Pearson Correlation .138 Q14 Pearson Correlation .613**
Sig. (2-tailed) .467 Sig. (2-tailed) .000
N 30 N 30
Q4 Pearson Correlation .506** Q15 Pearson Correlation .737**
Sig. (2-tailed) .004 Sig. (2-tailed) .000
N 30 N 30
Q5 Pearson Correlation .580 ** Q16 Pearson Correlation .a
Sig. (2-tailed) .001 Sig. (2-tailed) .
N 30 N 30
Q6 Pearson Correlation -.004 Q17 Pearson Correlation .a
Sig. (2-tailed) .984
Sig. (2-tailed) .
N 30
N 30
Q7 Pearson Correlation .390*
Q18 Pearson Correlation .506**
Sig. (2-tailed) .033
N 30 Sig. (2-tailed) .004
Q8 Pearson Correlation .349 N 30
Sig. (2-tailed) .059 Q19 Pearson Correlation .271
N 30 Sig. (2-tailed) .148
*
Q9 Pearson Correlation .421 N 30
Sig. (2-tailed) .021 Q20 Pearson Correlation .540**
N 30 Sig. (2-tailed) .002
**
Q10 Pearson Correlation .473 N 30
Sig. (2-tailed) .008 TOTAL Pearson Correlation 1
N 30 Sig. (2-tailed)
Q11 Pearson Correlation .a
N 30
Sig. (2-tailed) .

88
b. Uji reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.667 20

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted

Q1 15.5000 5.431 .446 .646

Q2 15.6667 5.402 .146 .670

Q3 16.3000 5.734 -.019 .688

Q4 15.7000 4.976 .356 .641

Q5 15.5667 5.082 .486 .630

Q6 15.5333 5.913 -.108 .685

Q7 15.5333 5.430 .296 .652

Q8 15.5000 5.569 .280 .656

Q9 15.9667 5.068 .226 .664

Q10 15.7000 5.045 .318 .646

Q11 15.4667 5.844 .000 .669

Q12 15.7333 5.237 .197 .665

Q13 15.4667 5.844 .000 .669

Q14 15.6000 4.938 .512 .624

89
Q15 15.6000 4.731 .660 .605

Q16 15.4667 5.844 .000 .669

Q17 15.4667 5.844 .000 .669

Q18 15.7000 4.976 .356 .641

Q19 15.5000 5.638 .199 .661

Q20 15.9000 4.783 .366 .639

90
Lampiran X. Rekapitulasi Data Penelitian

Jenis Umur Pengetahuan OHI-S


No Angkatan PTI
Kelamin (Tahun) Nilai Kategori Skor Kategori
1 P 21 2012 11 Baik 1 1,16 Baik
2 P 21 2012 11 Baik 0,5 1,32 Sedang
3 P 21 2012 10 Baik 0,5 0,5 Baik
4 P 22 2012 10 Baik 0 1 Baik
5 P 21 2012 9 Baik 0 1,4 Sedang
6 P 20 2012 9 Baik 0,4 0,66 Baik
7 P 21 2012 9 Baik 0,8 0,5 Baik
8 P 21 2012 10 Baik 0,5 1,66 Sedang
9 P 21 2012 7 Cukup 0,25 0,66 Baik
10 P 21 2012 9 Baik 0 1,13 Baik
11 P 20 2012 9 Baik 1 1,32 Sedang
12 P 22 2012 8 Cukup 0,6 1,9 Sedang
13 L 21 2012 8 Cukup 1 0,5 Baik
14 P 21 2012 11 Baik 0 0,66 Baik
15 P 21 2012 6 Cukup 0 2,66 Sedang
16 P 21 2012 11 Baik 0,2 0,16 Baik
17 P 21 2012 11 Baik 0 0,49 Baik
18 P 21 2012 7 Cukup 0,23 1,16 Baik
19 L 21 2012 9 Baik 0,18 0,66 Baik
20 P 22 2012 9 Baik 0,33 1,99 Sedang
21 P 22 2012 7 Cukup 0,6 0,5 Baik
22 L 22 2012 10 Baik 0 0,66 Baik
23 P 21 2012 8 Cukup 1 1,66 Sedang
24 P 22 2012 8 Cukup 0 0,83 Baik
25 P 21 2012 10 Baik 0 0,66 Baik
26 P 20 2012 6 Cukup 0,2 0,99 Baik
27 P 22 2012 9 Baik 0 1,83 Sedang
28 P 21 2012 9 Baik 0 0,66 Baik
29 P 21 2012 10 Baik 0,14 1,83 Sedang
30 P 21 2012 9 Baik 0,5 1,66 Sedang
31 P 21 2012 10 Baik 0,33 1 Baik
32 P 22 2012 10 Baik 0,46 0,83 Baik
33 P 22 2012 8 Cukup 0,4 1,5 Sedang
34 L 22 2012 9 Baik 0,28 0,5 Baik
35 P 22 2012 8 Cukup 0 0,66 Baik
36 P 21 2012 9 Baik 0,5 0,66 Baik
37 P 21 2012 7 Cukup 0,33 0,66 Baik
38 L 21 2012 8 Cukup 0 0,6 Baik
39 P 21 2012 9 Baik 1 0,5 Baik
40 P 20 2012 8 Cukup 0 1,5 Sedang
91
Jenis Umur Pengetahuan PTI OHI-S
No Angkatan
Kelamin (Tahun) Nilai Kategori 0 Skor Kategori
41 P 22 2012 8 Cukup 0,5 0,99 Baik
42 P 21 2012 9 Baik 0,5 0,5 Baik
43 P 20 2013 9 Baik 0,66 0 Baik
44 P 20 2013 9 Baik 0,25 0 Baik
45 P 20 2013 10 Baik 0,25 0,25 Baik
46 P 20 2013 10 Baik 0 0,5 Baik
47 L 20 2013 9 Baik 0 1,66 Sedang
48 P 20 2013 7 Cukup 0,25 0,5 Baik
49 P 21 2013 7 Cukup 0,2 1,5 Sedang
50 P 21 2013 9 Baik 0 1,6 Sedang
51 P 21 2013 10 Baik 0 0,66 Baik
52 P 20 2013 9 Baik 0,4 0,8 Baik
53 P 20 2013 8 Cukup 0 0,16 Baik
54 P 20 2013 9 Baik 0 0,8 Baik
55 P 21 2013 8 Cukup 0 0,5 Baik
56 P 19 2013 9 Baik 0,2 0,6 Baik
57 L 20 2013 7 Cukup 0 2,3 Sedang
58 P 20 2013 9 Baik 0,2 0,49 Baik
59 P 20 2013 10 Baik 0,22 0,49 Baik
60 P 21 2013 10 Baik 0 0,33 Baik
61 P 20 2013 10 Baik 0 1 Baik
62 P 21 2013 10 Baik 0 0,66 Baik
63 P 20 2013 9 Baik 0,33 0,3 Baik
64 P 20 2013 9 Baik 0,75 1,3 Sedang
65 P 20 2013 9 Baik 0 0,48 Baik
66 P 20 2013 8 Cukup 0 0,5 Baik
67 P 21 2013 10 Baik 0,6 0,16 Baik
68 P 20 2013 8 Cukup 0,6 0,3 Baik
69 P 20 2013 8 Cukup 0,33 0,43 Baik
70 P 20 2013 9 Baik 0,5 0,33 Baik
71 P 21 2013 9 Baik 0 0,7 Baik
72 P 21 2013 7 Cukup 0 2 Sedang
73 P 21 2013 9 Baik 0,5 1,33 Sedang
74 P 21 2013 9 Baik 0 1,1 Baik
75 P 20 2013 5 Kurang 0,25 0 Baik
76 P 20 2013 10 Baik 0 0,1 Baik
77 P 21 2013 10 Baik 0 0,16 Baik
78 P 20 2013 10 Baik 0 0,16 Baik
79 P 21 2013 11 Baik 0 0,66 Baik
80 P 21 2013 7 Cukup 0 1,7 Sedang
81 P 19 2014 10 Baik 0,2 0,6 Baik
82 P 19 2014 9 Baik 0 1,33 Sedang
92
Jenis Umur Pengetahuan PTI OHI-S
No Angkatan
Kelamin (Tahun) Nilai Kategori 1 Skor Kategori
83 P 19 2014 8 Cukup 0 1,8 Sedang
84 P 19 2014 7 Cukup 0,66 2 Sedang
85 P 20 2014 9 Baik 0 1,8 Sedang
86 P 20 2014 8 Cukup 0 1,5 Sedang
87 P 19 2014 9 Baik 0 2 Sedang
88 P 20 2014 11 Baik 0 1,8 Sedang
89 P 18 2014 10 Baik 0,5 1,3 Sedang
90 P 19 2014 9 Baik 0 0,8 Baik
91 P 19 2014 8 Cukup 0 1,33 Sedang
92 P 20 2014 6 Cukup 0 1,5 Sedang
93 P 20 2014 8 Cukup 0 0,3 Baik
94 P 19 2014 10 Baik 0,14 2 Sedang
95 P 19 2014 9 Baik 0,33 0,82 Baik
96 P 20 2014 8 Cukup 0,08 2,1 Sedang
97 P 19 2014 10 Baik 0 1,33 Sedang
98 P 19 2014 6 Cukup 0 1,99 Sedang
99 P 19 2014 7 Cukup 0 1,66 Sedang
100 P 19 2014 6 Cukup 0 1,66 Sedang
101 P 18 2015 3 Kurang 0 2,16 Sedang
102 P 18 2015 5 Kurang 0 1,66 Sedang
103 P 18 2015 6 Cukup 0 2,16 Sedang
104 P 17 2015 4 Kurang 0 1,16 Baik
105 P 19 2015 4 Kurang 0 1,16 Baik
106 P 18 2015 6 Cukup 0,5 1,16 Baik
107 P 19 2015 5 Kurang 0,6 0,5 Baik
108 P 18 2015 7 Cukup 0 1,16 Baik
109 P 18 2015 5 Kurang 0 0,5 Baik
110 P 17 2015 5 Kurang 0 1,5 Sedang
111 P 19 2015 7 Cukup 0 0,82 Baik
112 P 18 2015 5 Kurang 0,33 1,32 Sedang
113 L 19 2015 3 Kurang 0 1,33 Sedang
114 P 19 2015 7 Cukup 0 1,16 Baik
115 P 19 2015 3 Kurang 0 0,5 Baik
116 P 19 2015 5 Kurang 0 0,5 Baik
117 P 18 2015 5 Kurang 0 1,66 Sedang
118 P 18 2015 6 Cukup 0 1,32 Sedang
119 P 18 2015 4 Kurang 0,5 1,66 Sedang
120 L 18 2015 6 Cukup 0 0,66 Baik
121 P 18 2015 4 Kurang 1 0,33 Baik
122 P 18 2015 5 Kurang 0,5 0,16 Baik
123 P 18 2015 6 Cukup 0,5 0,66 Baik
124 P 19 2015 5 Kurang 0 1,33 Sedang
93
Lampiran XI. Statistik Deskriptif

Tabel Statistik Deskriptif dan Distibusi Responden

Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 9 7.3 7.3 7.3
Perempuan 115 92.7 92.7 100.0
Total 124 100.0 100.0

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 17-18 17 13.7 13.7 13.7
19-20 55 44.4 44.4 58.1
21-22 52 41.9 41.9 100.0
Total 124 100.0 100.0

Angkatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2012 42 33.9 33.9 33.9
2013 38 30.6 30.6 64.5
2014 20 16.1 16.1 80.6
2015 24 19.4 19.4 100.0
Total 124 100.0 100.0

Pengetahuan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 64 51.6 51.6 51.6
Cukup 43 34.7 34.7 86.3
Kurang 17 13.7 13.7 100.0
Total 124 100.0 100.0

94
OHI_S
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 77 62.1 62.1 62.1
Sedang 47 37.9 37.9 100.0
Total 124 100.0 100.0

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PENGETAHUAN
124 3 11 8.05 1.958

OHIS 124 .00 2.66 1.0107 .60737


Valid N (listwise)
124

95
Lampiran XII. Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Pengetahuan PTI OHIS
N 124 124 124
Normal Parametersa Mean 8.0484 .2092 1.0108
Std. Deviation 1.95833 .28331 .60737
Most Extreme Absolute .203 .310 .162
Differences Positive .103 .310 .162
Negative -.203 -.230 -.075
Kolmogorov-Smirnov Z 2.256 3.454 1.801
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .003
a. Test distribution is Normal.

96
Lampiran XIII. Uji Perbedaan Mann-Whitney

a. Pengetahuan Laki-laki dan Perempuan

Ranks
Jenis_Kelamin N Mean Rank Sum of Ranks
Pengetahuan Laki-Laki 9 55.50 499.50
Perempuan 115 63.05 7250.50
Total 124

Test Statisticsa
Pengetahuan
Mann-Whitney U 454.500
Wilcoxon W 499.500
Z -.617
Asymp. Sig. (2-tailed)
.537

a. Grouping Variable: Jenis_Kelamin

b. F Angkatan 2012 dan 2013

Ranks

Angka
tan N Mean Rank Sum of Ranks

Jumlah_F 2012 42 43.76 1838.00

2013 38 36.89 1402.00

Total 80

97
Test Statisticsa

Jumlah_F

Mann-Whitney U 661.000
Wilcoxon W 1402.000
Z -1.399
Asymp. Sig. (2-tailed) .162

a. Grouping Variable: Angkatan

c. Jumlah F Angkatan 2012 dan 2014

Ranks

Angkatan N Mean Rank Sum of Ranks

Jumlah_F 2012 42 34.43 1446.00

2014 20 25.35 507.00

Total 62

Test Statisticsa

Jumlah_F

Mann-Whitney U 297.000
Wilcoxon W 507.000
Z -1.966
Asymp. Sig. (2-
.049
tailed)
a. Grouping Variable: Angkatan

98
d. Jumlah F Angkatan 2012 dan 2015

Ranks
Angkatan N Mean Rank Sum of Ranks
Jumlah_F 2012 42 38.70 1625.50
2015 24 24.40 585.50
Total 66

Test Statisticsa
Jumlah_F
Mann-Whitney U 285.500
Wilcoxon W 585.500
Z -3.200
Asymp. Sig. (2-
.001
tailed)
a. Grouping Variable: Angkatan

e. PTI dan Jenis Kelamin

Ranks
Jenis_Kelamin N Mean Rank Sum of Ranks
PTI Laki-Laki 9 58.83 529.50
Perempuan 115 62.79 7220.50
Total 124

Test Statisticsa
PTI
Mann-Whitney U 484.500
Wilcoxon W 529.500
Z -.347
Asymp. Sig. (2-tailed) .729
a. Grouping Variable: Jenis_Kelamin

99
f. OHI-S dan Jenis Kelamin

Ranks
Jenis_Kelamin N Mean Rank Sum of Ranks
OHI_S Laki-Laki 9 61.61 554.50
Perempuan 115 62.57 7195.50
Total 124

Test Statisticsa
OHI_S
Mann-Whitney U 509.500
Wilcoxon W 554.500
Z -.077
Asymp. Sig. (2-tailed)
.938

a. Grouping Variable: Jenis_Kelamin

100
Lampiran XIV. Uji Korelasi Spearman

a. Korelasi Pengetahuan karies dengan PTI

Correlations
Pengetahuan PTI
Spearman's rho Pengetahuan Correlation
1.000 .152
Coefficient
Sig. (2-tailed) . .091
N 124 124
PTI Correlation
.152 1.000
Coefficient
Sig. (2-tailed) .091 .
N 124 124

b. Korelasi pengetahuan karies dengan OHI-S

Correlations
Pengetahuan OHIS
Spearman's rho Pengetahuan Correlation
1.000 -.223*
Coefficient
Sig. (2-tailed) . .013
N 124 124
OHIS Correlation
-.223* 1.000
Coefficient
Sig. (2-tailed) .013 .
N 124 124
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

101

Anda mungkin juga menyukai