Anda di halaman 1dari 46

Buku Panduan

PRAKTEK UBUDIYAH

Ponpes Salafiyah wa Tahfidzul Qur’an


Raudlatul Falah (PPSTQ-RF)
Bermi Gembong Pati
WUDHU
Wudhu ditinjau dari segi bahasa berarti bersih dan indah.
Sedang menurut istilah syara' adalah menggunakan air pada
anggota badan tertentu yang diawali dengan niat.

Rukun-Rukun Wudhu
1. Niat.
Niat adalah menyengaja melakukan sesuatu bersamaan
dengan pekerjaan tersebut. Salah satu contoh lafadz niat
wudhu sebagai berikut:
َ َ ِّ ً َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ِ‫خ ال ْ ُٔ ُع ْٔ َء ل َِرفْع‬
ُ ْ‫َُ َٔي‬
‫ضغ ِر ف ْرعة ِّلِلِ ت َػةل‬‫ث اْل‬
ِ ‫اْلد‬

2. Membasuh wajah.
Batasan dari “membasuh” adalah hingga mengalirnya
air di kulit.
Batasan wajah ada dua:
 Panjang (dari atas ke bawah), yaitu mulai dari tempat
tumbuhnya rambut kepala sampai ujung dagu.
 Lebar (dari kanan ke kiri), yaitu anggota wajah yang
berada di antara dua telinga.

Sedangkan lubang hidung, bagian dalam mata dan


mulut, tidak wajib dibasuh karena termasuk anggota
batin.

3. Membasuh kedua tangan hingga siku.


Siku merupakan tempat bertemunya tulang lengan atas
dan bawah. Termasuk anggota yang wajib dibasuh

1
adalah segala yang tumbuh pada permukaan anggota
wajib, seperti bulu tangan dan kuku, meskipun panjang.
Disamping itu, wajib pula membasuh sedikit anggota
yang berada di atas siku, yakni anggota yang berada
dilengan atas.

4. Mengusap sebagian kepala.


Yaitu membasahi sebagian kepala atau rambut kepala,
meskipun hanya sehelai rambut yang masih berada pada
batas-batas kepala. Bila rambut berada diluar batas
kepala, maka tidak sah mengusapnya.

5. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki.


Agar kaki dapat terbasuh dengan sempurna, maka
sebagian betis harus ikut dibasuh, yakni bagian yang
berada di atas mata kaki.

6. Tartib.
Yakni menjalankan rukun-rukun wudhu sesuai dengan
urutannya, mulai dari niat sampai membasuh kaki.

Kesunahan Dalam Wudhu


1. Bersiwak (menggosok gigi) setelah mencuci kedua
telapak tangan dan sebelum berkumur.
2. Membaca Basmalah dibarengkan dengan mencuci
kedua telapak tangan. Dan bila terlupakan bahkan
sengaja meninggalkannya, disunahkan melakukannya di
pertengahan wudhu dengan membaca:

2
ٓ َ ِّ
ِ ‫ب ِ ْص ًِ اّلِل ِ ِِف أ َّو ِِل ِ َو ِِف أخ ِِره‬
3. Melafadzkan niat serta melanggengkannya hingga
wudhu usai.
4. Membasuh kedua telapak tangan.
5. Berkumur dan melakukan istinsyaq (memasukkan air ke
dalam hidung). Dan yang paling utama adalah
melakukan dua hal ini dengan lebih dari sekedar
memasukkan air saja. Yakni dengan cara berkumur
hingga sampai ke bagian mulut paling belakang, rata ke
segala sisi gigi dan gusi dengan dibantu ibu jari tangan
kiri guna membersihkan kotoran. Dan juga dengan
memasukkan air ke hidung dengan cara disedot pelan
(jangan terlalu keras) hingga sampai janur hidung (al-
haitsum), sekaligus disertai memasukkan jari tangan
kiri untuk membersihkan kotoran. Keutamaan ini
berlaku bagi selain orang yang berpuasa.
6. Mengulangi sampai tiga kali dari setiap basuhan,
usapan, gosokan, siwak, basmalah, dzikir wudhu, dan
sebagainya.
7. Mengusap keseluruhan dari kepala dengan cara
meletakkan dua jari telunjuk pada kepala bagian depan
dengan ibu jari berada di pilingan (kepala bagian
samping). Kemudian dua jari telunjuk dijalankan ke
belakang hingga sampai tengkuk, dan kemudian di
jalankan terbalik hingga kembali ke arah kepala bagian
depan. Namun jika seseorang memakai tutup kepala dan
tidak dicopot, maka cukup membasuh yang nampak
kemudian dilanjutkan mengusap tutup kepalanya.
3
8. Mengusap seluruh bagian luar dan dalam kedua telinga.
Dalam melakukan ini sunahnya dengan cara
memasukkan kedua jari telunjuk tangan ke dalam
lubang telinga dan melakukannya pada lekukan-lekukan
telinga, sedangkan ibu jari dijalankan pada bagian luar
telinga. Setelah itu kedua telapak tangan yang dalam
keadaan basah dilekatkan pada kedua telinga.
9. Menyela-nyelai jari-jari tangan dengan memasukkan
jari satu pada jari yang lain secara keseluruhan
(tasybik). Dan juga pada jari-jari kaki dengan
menggunakan jari kelingking tangan kiri, dimulai dari
arah bawah jari kelingking kaki kanan dan seterusnya
hingga sampai jari kelingking kaki kiri.
10. Melakukan berkesinambungan (al-muwalah), yakni
membasuh anggota pada urutannya, sebelum keringnya
anggota wudhu yang telah terbasuh sebelumnya.
11. Mendahulukan bagian kanan dari semua anggota
wudhu.
12. Memanjangkan / melebarkan basuhan wajah hingga
sampai pada lipatan leher (leher bagian atas) dan
sampai membasuh sebagian kepala bagian depan. Dan
memanjangkan basuhan tangan sampai lengan bagian
atas (batas pundak) serta basuhan kaki hingga sampai
membasahi kedua betis.
13. Menjauhi dari meminta tolong dalam menuangkan air
wudhu. Dan juga menghindari dari mengibaskan atau
mengelap air wudhu.
14. Menggerakkan cincin yang dipakai, jika memang tanpa
digerakkan air sudah bisa masuk ke bawahnya. Namun
4
jika tanpa digerakkan belum bisa masuk, maka hukum
menggerakkannya menjadi wajib.
15. Memulai basuhan wajah dari bagian atas dan memulai
basuhan tangan serta kaki dari jari-jari.
16. Membasuh bagian pinggir mata, luar maupun dalam
dengan menggunakan ibu jari, jika memang tidak
terdapat kotoran di dalamnya, Namun jika ada, maka
membasuh sekaligus menghilangkannya menjadi wajib.
17. Menghadap Qiblat.
18. Menggunakan air yang tidak kurang dari satu mud
(setengah liter).
19. Tidak berbicara sewaktu wudhu, tidak membasuh leher
(karena tidak disunatkan), tidak menepukkan air di
wajah ketika membasuh.
20. Berdoa dengan menghadap qiblat setelahnya dengan
doa wudhu :
َ ُ َّ َ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َ
ُ‫ُم ٍَّ ًدا َعجْ ُده‬ َّ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ
‫َشيم ِل وأشٓد أن‬ ِ ‫َل‬ ‫ه‬ ‫د‬ ‫ذ‬ ‫و‬ ‫اّلِل‬ ‫إَل‬ ‫أشٓد أن َل إِل‬
ْ
َ ‫ِن ٌ َِْ ال ٍُ َذ َط ّٓر‬ ْ ْ ْ ‫ني َو‬
َ ‫اح‬ َ ‫اتل َّٔاب‬ َّ ََِ ٌ ‫اح َػيِن‬ْ ْ ًَّ ُٓ ‫الي‬َّ ُ ُ ُ َ َ
َ‫ي‬ ِ ِ ِ ‫ي‬ ‫ػ‬ ِ ِ ‫ورشِٔل‬
َ َ
ُ ُ‫خ أ ْش َذ ْغفِ ُر َك َوأد‬ َ َّ
َ ْ ُ‫إِل إَل أ‬ َ َ َ
َ َ ‫ر ٍْد َِك أ ْش َٓ ُد أ ْن َل‬ َّ َ َ َ ْ ُ
َ ‫الي ُٓ ًَّ َوب‬
‫ٔب‬ ِ ‫شجرةُم‬
َّ ْ ‫آِل َو َض‬ َُ َ َ َ ُ َّ َ َ َ ْ َ
.ًَ ‫رجِّٖ َو َشي‬ ٖ ِ ‫اّلِل لَع َش ّيِدُِة ُم ٍَّ ٍد َو‬ ‫إحلم وضَّل‬

Praktek Isbaghul Wudhu (Menyempurnakan Wudhu)


1. Menghadap kiblat.
2. Bersiwak disertai niat melakukan kesunahan wudhu.
Teknisnya adalah dengan cara menggosok gigi kanan
bagian luar dan dalam, kemudian gigi kiri bagian luar
5
dan dalam. Setelah itu menggosok gigi geraham dan
langit-langit mulut di atas tenggorokan secara perlahan-
lahan.
3. Membaca ta'awudz dan basmalah bersamaan membasuh
kedua telapak tangan sampai pada pergelangan,
kemudian menyela-nyelai jari tangan dengan cara
merangkapkan jari-jari tangan kiri pada jari-jari tangan
kanan disertai niat dalam hati melaksanakan kesunahan
wudhu.
4. Berkumur, dengan cara memasukkan air ke dalam
mulut, kemudian diputar-putarkan hingga mengenai
seluruh rongga mulut setelah itu dimuntahkan.
5. Menghirup air kedalam hidung kemudian
menyemprotkannya ke luar.
(Mengumpulkan berkumur dan istinsyaq dengan tiga
cidukan air, yaitu berkumur dari setiap cidukan
kemudian istinsyaq lebih utama daripada memisah
diantara keduanya).
6. Niat bersamaan membasuh wajah bagian atas serta
sebagian kapala bagian depan dan lipatan-lipatan leher,
kemudian air diratakan dengan tangan.
7. Membasuh tangan sampai bagian lengan di atas siku-
siku, kemudian menyela-nyelai jari tangan dengan cara
merangkapkan jari-jari tangan kiri pada jari-jari tangan
kanan.
8. Mengusap seluruh kepala dengan cara meletakkan dua
jari telunjuk pada kepala bagian depan. Sedangkan ibu
jari berada di pelipis.

6
9. Mengusap seluruh bagian luar dan dalam kedua telinga
dengan cara memasukkan kedua jari telunjuk tangan ke
dalam lubang telinga dan melakukannya pada lekukan-
lekukan telinga, sedangkan ibu jari dijalankan pada
bagian luar telinga. Setelah itu kedua telapak tangan
yang dalam keadaan basah dilekatkan pada kedua
telinga.
10. Membasuh kaki sampai lutut sambil menyela-nyelai jari
kaki, dengan cara memasukkan jari kelingking tangan
kiri dimulai dari sela jari kelingking kaki yang kanan
sampai jari kelingking kaki kiri.
11. Membaca do'a dengan mengangkat pandangan ke atas
dan kedua tangan, sebagaimana do'a diatas.
12. Sholat dua roka'at setelah wudhu dengan niat sebagai
berikut :
َ َ ِّ ُ ْ َ ّ ُ
‫أ َض َِّل ُش َِّح ال ُٔع ْٔءِ ِّلِلِ ت َػةل‬

Kemakruhan Dalam Wudhu


1. Berlebihan dalam menggunakan air.
2. Mendahulukan anggota wudhu yang kiri (tangan dan
kaki).
3. Membasuh kurang dari tiga kali.
4. Melebihi tiga kali basuhan telah yang diyakini
sempurna.
5. Berlebihan dalam berkumur atau menghirup air ke
dalam hidung bagi orang yang puasa.
6. Mengusap air wudhu yang melekat pada anggota
wudhu.
7
Kesalahan Yang Sering Terjadi Dalam Wudhu
1. Tidak menghilangkan sesuatu yang menghalangi
sampainya air pada kulit anggota wudhu, seperti cat,
bekas tip ex dan lain- lain. Konsekwensi yang harus
dilaksanakan adalah mengulangi wudhu jika nyata
ditemukan kejadian seperti itu.
2. Kurang teliti dalam membasah bagian-bagian tertentu,
seperti sudut kelopak mata, siku-siku, bawah kuku serta
bagian-bagian sulit lainnya.
3. Masukknya percikan air bekas basuhan pertama salah
satu anggota wudhu, baik dari dirinya sendiri atau orang
lain ke dalam cakupan air yang akan digunakan untuk
membasuh, kecuali jika sedikit dan tidak merubah sifat-
sifat air.

SHOLAT FARDHU
Sholat menurut arti bahasa adalah do'a dan menurut istilah
syara' adalah beberapa bacaan dan perbuatan tertentu yang
diawali dengan takbir disertai niat dan diakhiri dengan
salam dengan syarat-syarat tertentu.

Adapun hal-hal yang berkaitan dengan bacaan (rukun


qouli) ada lima. Disebut rukun qouli karena disyaratkan
bagi orang yang shalat melafadzkannya (sekira bisa
memperdengarkan pada dirinya sendiri). Lima rukun
tersebut yaitu takbiratul ihram, membaca surat al-Fatihah,
tasyahud, do'a shalawat dan salam.

8
Sedangkan yang berkaitan dengan perbuatan (rukun fi'li)
ada delapan yaitu niat, berdiri, ruku', i'tidal, dua sujud,
duduk di antara keduanya, duduk untuk melaksanakan
tasyahud, sholawat dan tartib.
Syarat-syarat kewajiban melaksanakan sholat ada 3 yaitu :
Islam, Baligh dan Berakal

Mengenai syarat yang harus di penuhi sebelum pelaksanaan


sholat ada 5 yaitu:
1. Sucinya anggota tubuh dari hadats dan najis
2. Menutup aurat
3. Berada di tempat yang suci
4. Mengetahui masuknya waktu sholat
5. Menghadap qiblat

Rukun-Rukun Sholat
Rukun-rukun dalam pelaksanaan sholat ada 17 yakni :
1. Niat
2. Berdiri bagi yang mampu
3. Takbiratul ihram
4. Membaca surat al-fatihah
5. Ruku'
6. Diam sejenak (Thuma'ninah) saat ruku'.
7. I'tidal
8. Diam sejenak (Thuma'ninah) saat i'tidal.
9. Sujud.
10. Diam sejenak (Thuma'ninah) saat sujud.
11. Duduk di antara dua sujud.
9
12. Diam sejenak (Thuma'ninah) saat duduk di antara dua
sujud.
13. Duduk yang terakhir (duduk sebelum salam).
14. Membaca tasyahud akhir.
15. Membaca do'a sholawat saat tasyahud akhir.
16. Salam yang pertama.
17. Tertib.

Hal-Hal Yang Membatalkan Sholat


Sholat seseorang akan dihukumi batal apabila ditemukan
salah satu dari hal-hal berikut ini :
1. Sengaja berbicara (sekira bisa di dengar orang yang
normal pendengarannya) dua huruf atau lebih, baik
memahamkan maupun tidak, atau satu huruf yang bisa
memahamkan.
2. Melakukan gerakan yang banyak (menurut 'urf) yang
bukan termasuk rangkaian sholat.
3. Datangnya hadats sebelum salam yang pertama.
4. Terkena najis yang tidak di ma'fu.
5. Terbukanya aurat.
6. Merubah niat.
7. Berpaling dari qiblat.
8. Makan maupun minum.
9. Mengeluarkan suara sekira nampak dua huruf.
10. Murtad.

Kesunnahan-Kesunnahan Sholat

10
Pembagian kesunnahan-kesunnahan sholat ditinjau dari
waktunya ada tiga:

A. Kesunnahan-Kesunnahan Sebelum Sholat


1. Berjalan menuju tempat sholat dengan tenang dan
santai.
2. Adzan dan Iqamah
3. Berdoa diantara adzan dan iqamah.
4. Segera melakukan hal-hal yang terkait dengan
shalat di awal waktu.
5. Melakukan shalat sunnah qobliyah diantara adzan
dan iqamah.
6. Berdiri melakukan shalat setelah selesainya
iqamah. Ada yang mengatakan bahwa berdirinya
saat lafadz ‫ قد قاهت الصالة‬di kumandangkan.
7. Meluruskan barisan shalat.
8. Mengisi shaf (barisan) yang kosong, dan berusaha
berada di shaf yang pertama.
9. Melihat ke tempat sujud dan menundukkan kepala.
10. Berusaha merasakan kehadiran Allah ta'ala yang
akan di hadapi di hari kiamat.
11. Membaca surat “An-nas” dan meminta
perlindungan pada Allah dari godaan syetan.
12. Bagi laki-laki sunnah merenggangkan kaki sekira
satu jengkal. Sedangkan bagi selain laki-laki
sunnah untuk merapatkan kaki.
13. Bersiwak. Yang lebih utama adalah menggunakan
kayu arok yang dibasahi dengan air, dengan

11
berusaha melakukan kesunnahan-kesunnahan saat
bersiwak.
14. Melakukan shalat dengan semangat dan
mengosongkan hati dari hal-hal yang bisa
mengganggu kekhusyu'an.
15. Melafadlkan niat sebelum melakukan takbir, agar
ucapan lisan dapat menolong hati untuk
menghadirkan niat dalam hati.

B. Kesunnahan-Kesunnahan di Tengah-Tengah Shalat


Bagian ini terbagi menjadi dua, sunnah ab'ad dan
sunnah hai'at.
 Sunnah ab'ad. Disebut sunnah ab'ad karena
kesunnahan ini menyerupai fardhu-fardhunya
shalat, yaitu sunnah melakukan sujud jika
meninggalkannya. Secara global sunnah ab'ad ada
tiga: Tasyahud awal, Do'a Qunut dan Membaca
Sholawat untuk keluarga Nabi ‫ﷺ‬didalam tasyahud
akhir.
 Sunnah hai'at. Yaitu kesunnahan kesunnahan
yang tidak disunnahkan melakukan sujud jika
meninggalkannya. Sunnah hai'at adalah seluruh
kesunahan-kesunahan di dalam shalat selain sunnah
ab'ad.

Berikut ini penjelasan kesunahan-kesunahan di dalam


shalat secara terperinci:
1. Mengangkat kedua tangan. Sunnah mengangkat
kedua tangan di empat tempat. Yaitu saat takbiratul
12
ihram, ruku', I'tidal, dan berdiri dari tasyahud awal.
Waktu kesunnahan mengangkat tangan ini habis
dengan selesainya takbir.
2. Meletakkan tangan kanan sekaligus jarinya di
pergelangan tangan kiri dengan menggenggamnya
dan meletakkan keduanya tepat di bawah dada.
Yang dikehendaki pergelangan tangan itu adalah
tulang yang berada diantara ibu jari dan lengan.
3. Melihat pada tempat sujud, kecuali saat ucapan ‫إِ اَّل‬
ٰ saat tasyahud, maka sunnah memandang jari
‫اّلل‬
yang ditegakkan hingga mengucapkan salam.
4. Membuka mata tidak memejamkannya selama
menjalankan shalat.
5. Berdiam diri kira-kira waktu yang cukup untuk
membaca “Subhanallah” di enam tempat, yaitu:
 Berdiam diantara takbiratul ihram dan
membaca doa iftitah.
 Berdiam diantara doa iftitah dan membaca
ta'awudz.
 Diantara bacaan ta'awudz dan bacaan al-
Fatihah.
 Diantara akhir bacaan surat al-Fatihah dan
bacaan amin.
 Diantara amin dan membaca surat. Bagi imam
sunnah memperlama diam di tempat ini saat
melakukan shalat yang disunnahkan
mengeraskan suara (jahriyah), agar makmum
bisa membaca al-Fatihah dulu.

13
 Diantara membaca surat dan ruku'.
6. Membaca doa iftitah.
7. Membaca Ta'awwudz di setiap raka'at, dan sangat
dianjurkan pada raka'at pertama. Sunnah
memelankan suara saat membaca ta'awwudz.
8. Ketika membaca surat, sunnah membaca dengan
waqaf pada setiap akhir ayat.
9. Membaca Aamiin setelah selesai membaca surat al-
fatihah. Makna Aamiin adalah “Ya Allah
kabulkanlah doaku”. Bagi makmum sunnah
mengeraskan bacaan Aamiin bersamaan dengan
bacaan Aamiinnya imam.
10. Bagi imam dan orang yang shalat sendirian sunnah
membaca sebagian dari al-Qur'an setelah selesai
membaca al-Fatihah. Begitupula bagi seorang
makmum yang tidak mendengar bacaan imam.
Yang utama adalah tiga ayat atau lebih. Membaca
surat pendek secara utuh lebih utama daripada
membaca sebagian surat, meskipun sebagian surat
itu lebih panjang, karena mengikuti amalan yang
telah dilakukan Rasulullah . ‫ﷺ‬
11. Mengeraskan bacaan ditempatnya dan memelankan
bacaan ditempatnya juga.
 Sunnah mengeraskan suara di dalam sepuluh
shalat, yaitu shalat Shubuh, Jum'at, dua raka'at
pertamanya shalat Maghrib dan Isya', shalat
dua hari raya, Istisqa', gerhana rembulan,
Tarawih, shalat Witir di bulan Ramadlan, dan

14
dua roka'at setelah thawaf yang dilakukan di
malam hari.
 Bagi perempuan sunnah mengeraskan suara di
tempatnya jika tidak ada laki-laki yang bukan
mahram, hanya saja volumenya di bawah
volume orang laki-laki.
 Jika mengqadha' shalat jahriyyah
(mengeraskan suara) diwaktu memelankan
suara (sirriyyah) atau sebaliknya, maka yang
dipertimbangkan adalah waktu
mengqadha'nya. Jika waktu mengqadha'nya
malam, maka mengeraskan suara dan jika
siang, maka memelankan suara walaupun
shalat yang dilakukan adalah shalat sunnah.
 Sunnah mengeraskan suara setiap melakukan
shalat malam dengan cara berjama'ah. Dan
melakukan tawasuth (terkadang pelan,
terkadang keras) saat melakukan shalat sunnah
mutlak di malam hari.
12. Sunnah bagi makmum untuk diam dan
mendengarkan bacaan imam.
13. Bagi makmum sunnah membaca al-Fatihah setelah
mengamini al-Fatihahnya imam.
14. Melakukan raka'at pertama lebih lama dari pada
raka'at kedua, yaitu dengan memanjangkan bacaan
suratnya saja.
15. Membaca takbir Intiqal yaitu lafadz ‫اّللُ أ َ ْكبَر‬
ٰ setiap
berpindah dari satu rukun selain i'tidal. Sunnah

15
memanjangkan bacaan takbir intiqol hingga sampai
pada rukun setelahnya.
16. Membaca tasmi' saat i'tidal, yaitu lafadz ‫اّللُ ِل َو ْي‬
ٰ ‫س ِو َع‬
َ
ٍَُ‫ َح ِود‬Dan ini disunnahkan baik bagi imam,
makmum dan orang yang shalat sendirian.
17. Saat ruku' sunnah meratakan punggung dan leher,
menegakkan kedua betis dan paha, merenggangkan
keduanya kira-kira satu jengkal, memegang kedua
lutut dengan kedua tangan dalam keadaan terbuka
dan merenggangkan jarinya serta menghadapkan ke
Qiblat, membuka mata, bagi laki-laki
merenggangkan kedua sikutnya dari lambung dan
perut dari paha, memandang tempat sujud, tidak
mengangkat kepala dan membaca dzikir
َ ‫ةن َر َِّّب اىْ َػظيً َوب‬
× 3 ‫ر ٍْدِه‬
َ َ ْ ُ
‫شجر‬
ِ ِ ِ
18. Saat i'tidal melepaskan kedua tangan terlambai ke
bawah, dan saat mengangkat kepala bangun dari
ruku' sunnah membaca ٍَُ‫اّللُ ِل َو ْي َح ِود‬
ٰ ‫س ِو َع‬
َ serta
membaca doa :
َ ْ‫ات َواْلَ ْر ِض َوم ِْو َء ٌَة شِب‬
َِْ ٌ ‫خ‬ َْ ‫م‬
َّ ‫اْل ٍْ ُد م ِْو َء‬
ِ َٔ ٍَ ‫الص‬
َ َ َ َّ َ
‫ربِة ل‬
ْ َ
‫َش ٍء َب ْػ ُد‬
19. Membaca doa qunut ditempatnya dengan
menggunakan bentuk kalimat jama'. Yang paling
utama adalah:

16
ْ ‫خ َودَ َٔ َّى‬
َْ ٍَ ْ‫ِن ػِي‬ َ ْ‫خ َو ََعف ِِن ػِيْ ٍَ َْ ََع َػي‬ َ ْ ‫ِِن ػِيْ ٍَ َْ َْ َدي‬ ْ َّ ُ ّ َ
ْ ِ ‫اْد‬ ًٓ‫الي‬
ِ ِ
َ َّ َ َ ْ َ َ َ َّ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ْ ْ َ َ َ ْ َّ َ َ
‫خ فإُِم‬ ‫دٔحلخ وبةرِك ِل ػِيٍة اعطيخ وك ِِِن َشٌة كغي‬
َ َ ْ َ َ ْ َ ُّ َ َ ُ َّ َ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ َ ْ ْ َ
َْ ٌَ ‫خ َوَل يَػِ ُّز‬ ‫تل ِِض وَل يلِض غييم وا ُِّ َل يذِل ٌَ واحل‬
‫خ‬
َ
َ ْ‫اْل ٍْ ُد َلَع ٌَة كَ َغي‬ َْ ‫م‬ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ
‫َعديخ تجةركخ ربِة وتػةحلخ في‬
َُ ََّ َ َ ُ َ َّ َ َ َ ْ َ ُ ْ ُ َ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ
‫ب‬ ّ َّ‫ُم ٍَّ ٍد اجل‬ ‫ة‬ُ ‫د‬ ِ ‫ي‬‫ش‬ ‫لَع‬ ‫اّلِل‬ ‫َّل‬ ‫واشذغفِرك وادٔب ا ِحلم وض‬
ِِ
َّ ْ ‫آِلِ َو َض‬ ََ ُّّ ْ
.ًَ ‫رجِِّ َو َشي‬ ِ ‫م َولَع‬ ِ ِ ‫اْل‬
Saat qunut sunnah mengangkat kedua tangan,
mengeraskan suara, membaca amin bagi makmum,
membaca doa shalawat dan salam untuk baginda
Nabi, keluarga dan para sahabat beliau.

Faedah:
Qunut terbagi menjadi dua:
a. Qunut Rotibah, yaitu di dua tempat :
 Saat i'tidal kedua dalam shalat Subuh.
 Saat i'tidal terakhir dalam shalat witir di
separuh bulan kedua dari bulan
Ramadhan.
b. Qunut Nazilah. Qunut ini sunnah dilakukan di
setiap shalat fardhu saat ada musibah yang
menimpa kaum muslimin di manapun berada,
pelaksanaannya tidak disyaratkan harus di
tempat musibah.
20. Saat sujud sunnah meletakkan kedua lutut
kemudian baru kedua tangan, lalu kening dan

17
hidung secara bersamaan. Kedua tangan dalam
posisi terbuka tidak tidak menggenggam. Jari
tangan dikumpulkan direnggangkan dan
menghadap ke qiblat. Bagi laki-laki sunnah
merenggangkan antara kedua sikut dan kedua
lambungnya, antara perut dan kedua paha serta
mengangkat kedua lengan sehingga tidak
menyentuh lantai (sedangkan bagi perempuan
sebaliknya) merenggangkan kedua kaki kira-kira
satu jengkal begitu pula kedua lutut. Meletakkan
kedua tangan sejajar dengan pundak. Menegakkan
kedua kaki dan menghadapkan jarinya ke qiblat
serta menekan pada bagian dalam kaki, membuka
kedua kaki dan tangan, menutup semua bagian
kedua lutut, sujud dengan seluruh bagian kening,
bagian dalam jari kedua tangan dan kedua kaki.
membuka mata, membaca tasbih, membaca dzikir
yang diriwayatkan dari Rasulullah ‫ﷺ‬dan
bersungguh-sungguh dalam berdoa.
21. Saat duduk diantara dua sujud sunnah melakukan
duduk iftirosy. Duduk iftirosy adalah posisi mata
kaki kiri di duduki dan kaki kanan di tegakkan
dengan menghadapkan jarinya ke qiblat,
meletakkan kedua tangan di bagian paha yang
mendekati lutut, membentangkan jari keduanya
dengan merapatkannya dan menghadapkan ke
qiblat, dan membaca doa:

18
ْ ْ ْ َ َْ َ ُْْ َ َْْ َ ْ ّ َ
‫ار ُزك ِِن َواْد ِِِن‬‫ارػ ْػ ِِن و‬‫ب اغفِ ْر ِل وارْم ِِن واحْر ِ ي و‬ ِ ‫ر‬
َ ُْ َ
‫َو ََعف ِِن َواعف غ ِِّن‬
22. Sunnah melakukan duduk istirahat di setiap raka'at
sebelum berdiri. Waktu duduk istirahat adalah
ketika bangun dari sujud raka'at pertama dan
ketiga. Sunnah mempercepat duduk istirahat
sehingga tidak terlalu lama melebihi lamanya
duduk diantara dua sujud. Sunnah memanjangkan
bacaan takbir mulai bangun dari sujud hingga
berdiri tegap.
23. Saat tasyahud akhir sunnah duduk tawarruk,
meletakkan tangan kiri beserta lengannya di atas
paha kiri dengan keadaan jari terkumpul dan
terbuka serta ujungnya sejajar dengan tepi lutut,
meletakkan tangan kanan beserta lengannya di atas
bagian paha kanan tepi lutut dengan keadaan jari
tergenggam kecuali jari telunjuk, meletakkan ibu
jari di bawah jari telunjuk atau di sampingnya,
mengangkat jari telunjuk saat mengucapkan “ ”‫إَّل هللا‬
tanpa menggerak-gerakkannya sampai salam,
memandang jari telunjuk mulai terangkat sampai
salam, membaca tasyahud dan sholawat yang
paling sempurna.
24. Sunnah melakukan tasyahud awal. Dan
disunnahkan melakukan hal-hal yang disunnahkan
di dalam tasyahud akhir selain membaca shalawat
untuk keluarganya Baginda Nabi ‫ ﷺ‬yang masih
19
diperselisihkan kesunahannya. Dan juga selain
duduk tawarruk yang disunnahkan saat tasyahud
akhir, sedangkan saat tasyahud awal sunnah duduk
iftirosy. Setelah bacaan taayahud awal tidak sunnah
ditambahkan doa, karena tasyahud awal didasarkan
untuk dipercepat.
25. Bertumpu pada kedua tangan saat berdiri dari
sujud, tasyahud atau duduk istirahat.
26. Ketika mengingatkan imam, bagi laki-laki sunnah
mengucapkan tasbih dan bagi perempuan sunnah
tepuk tangan.
27. Sunnah memulai salam dengan posisi menghadap
Qiblat, Sunnah mengucapkan salam kedua,
menoleh di dalam kedua salam sehingga pipinya
dapat terlihat dari belakang, menoleh dimulai
ketika mengucapkan mimnya lafadz ‫ عليكن‬dan
selesai mengucapkan salam bersamaan dengan
selesainya menoleh. Mendahulukan menoleh ke
arah kanan, menambahkan lafadz ‫ورحوت هللا‬
melambatkan salam, tidak terlalu memanjangkan
ucapan salam, memisah diantara kedua salam
dengan kira-kira waktu yang cukup untuk
mengucapkan ‫ سبحاى هللا‬niat keluar dari shalat
bersamaan dengan salam yang pertama, niat
mengucapkan salam kepada para malaikat dan
kaum mukmin dari manusia dan jin pada kedua
salam, dan niat menjawab: imam pada salah satu
salam.

20
28. Khusyu' selama melaksanakan shalat. Yang
dikehendaki khusyu' adalah tenangnya anggota
badan beserta menghadirkan hati dan mengangan-
angan makna dari apa yang telah dibaca.
Selayaknya berusaha untuk menghadirkan hati,
setiap merasa tidak khusyu', maka diulangi lagi
sehingga khusyu', dan menghadirkan hati selama di
dalam shalat, seandainya tidak mampu untuk
khusyu' di seluruh bagian shalat, maka hendaknya
khusyu' di dalam tiga tempat sebagaimana yang
telah diungkapkan sebagian ulama:
a. Ketika mengucapkan ‫ي‬ َ ‫َو ّجهتُ َوجْ ِه‬
b. Ketika mengucapkan ‫إِيّاكَ ًَ ْعبُد ُ َوإِيااكَ ًَ ْستَ ِعيْي‬
c. Ketika mengucapkan ُ‫ي َو َرحْ َوت‬ ُّ ِ‫الس َاال ُم َعلَيْكَ أَيُّ َها الٌاب‬
َُُ‫اّللِ َوبَ َركَات‬
‫ا‬
29. Berhias ketika melaksanakan shalat, yaitu dengan
melakukan beberapa hal:
a. Memakai surban.
b. Memakai selendang.
c. Memakai baju kurung.
d. Memakai cincin.
e. Memakai kopyah bagi orang yang pantas
memakainya.
f. Memakai minyak wangi.
30. Melakukan shalat dengan menghadap Sutroh /
pembatas.

C. Kesunnahan-Kesunnahan Setelah Selesai


Melaksanakan Shalat
21
‫‪1.‬‬ ‫‪Mengusap kening dan wajah dengan tangan kanan‬‬
‫‪dengan berdoa:‬‬
‫َّ ُ َّ َ ْ ْ َ‬ ‫إ ِ ََّل ُْ َٔ َّ‬
‫الر ْْم ٰ َُ َّ‬ ‫َْ َٓ َ‬ ‫َْ‬
‫ِت غ ِِّن‬ ‫الرذ ُ‬
‫ِيً ‪ ،‬اليًٓ أذْ‬ ‫أش َٓ ُد أن َل إ ِ َِل‬
‫ْ َ َّ َ ْ َ َ‬
‫اْل َزن‪.‬‬‫الًٓ و‬
‫‪"Artinya: Saya bersaksi tidak ada tuhan selain‬‬
‫‪Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.‬‬
‫‪Ya Allah, hilangkanlah keprihatinan dan kesusahan‬‬
‫‪dariku".‬‬
‫‪2. Menetap di tempat shalat hingga imam berdiri dari‬‬
‫‪tempatnya.‬‬
‫‪3. Membaca dzikir selesai shalat seperti dibawah ini:‬‬
‫ْلل ْٔ ِق‬
‫ْ ُُ‬ ‫ض َ‬ ‫ِخ َوْلَ ْ‬ ‫َ‬ ‫ىػ ِظيْ ًَ ل َوال َِٔ ِ َ‬ ‫اّلِل ا ْ َ‬ ‫ا َ ْش َذ ْغفِ ُر َ‬
‫ةب ا‬ ‫ِ‬ ‫ر‬ ‫ِل َّي َول ٍَِشةي ِ ِ ْ ِ‬ ‫ِ‬
‫ني‬ ‫لٍ ْصيٍِ ْ َ‬
‫ةت َوا ُ ِ‬
‫ْ‬
‫لٍؤٌِِ ِ‬
‫ِني َوا ْ ُ ْ َ‬ ‫لٍ ْؤ ٌِِ ْ َ‬‫ِل ٍِيْعِ ا ْ ُ‬ ‫لَع َو ِ َ‬ ‫ح َجحِ َ َ َّ‬ ‫الٔا ِ‬
‫ْ َ‬
‫ْ ََ‬ ‫ْ‬ ‫لٍ ْصي ٍَِ َ ْ َ ْ‬ ‫َوا ْ ُ‬
‫ات ‪× 3‬‬ ‫ةت اَلذ َيةءِ ٌِِ ُٓ ًْ َواَلم َٔ ِ‬ ‫ِ‬
‫ُْ‬ ‫م َو َ ُِل ا ْ َ‬ ‫ٓ ٰ َ َّ ِّ ُ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ ْ َ ُ ْ ُ ْ ُ‬
‫ْل ٍْ ُد ُي ِِي‬ ‫َشيم ِل ‪ِ ،‬ل الٍي‬ ‫َل ا ِِل ا َِل اّلِل وذده َل ِ‬
‫َ ُ ْ ُ َ ُ َ َ ٰ ُّ َ ْ َ‬
‫ئ كدِي ْ ٌر ‪× 3‬‬ ‫ك شي ٍ‬ ‫وي ٍِيخ ؤْ لَع ِ‬
‫ال ُم فَ َ‬ ‫َ ّ ُ َّ َ ْ َ َّ َ ُ َ ْ َ َّ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ ْ ُ َّ َ‬
‫ر ّي ِ َِة‬ ‫اليًٓ اُخ الصالم وٌِِم الصالم وا ِحلم يػٔد الص‬
‫خ‬ ‫خ َر َّب َِة َو َت َػ َةحلْ َ‬ ‫ةر ْك َ‬ ‫َّ َ َ َ ْ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ َّ َ‬
‫ال ِم َت َج َ‬ ‫َر َّب َِة ثِةلصال ِم وادخِيِة اِلِح دارالص‬
‫َ َْ َ َ ْ ْ‬
‫ِلال ِل َواَلِن َر ِام‪.‬‬ ‫يةذا‬
‫َّ‬ ‫ٰ‬ ‫َ‬ ‫َّ َّ ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ُ ُ َّ َ َّ‬
‫حي ًِ‪ .‬بِص ًِ اّلِل ِ الرْمـ َِ الرذِي ًِ ‪١‬‬ ‫ةن الر ِ‬ ‫أغٔذ ثِةّلِلِ ٌَِ الشيط ِ‬
‫يَ‬ ‫ِل‬
‫ِ‬ ‫الرذِي ًِ ‪ٌَ ٣‬ةل ِِم يَ ْٔ ِم ا ّ‬ ‫ْم ٰـَ َّ‬ ‫الر ْ َ‬
‫ني ‪َّ ٢‬‬ ‫اْل ٍْ ُد ِ َّّلِلِ َر ّب اىْ َػةلٍَ َ‬
‫ِ‬ ‫َْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫‪22‬‬
‫يً ‪٦‬‬ ‫الِص َاط ال ْ ٍُ ْص َذلِ َ‬ ‫اْدَُِة ّ ِ َ‬ ‫ْ‬
‫ني ‪٥‬‬ ‫ةك ن َ ْص َذػِ ُ‬ ‫ةك َن ْػ ُج ُد ِإَويَّ َ‬ ‫‪ ٤‬إيَّ َ‬
‫ِ‬
‫ََْ ْ ََ‬ ‫َ ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫َ ْ َ َ ْ ْ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ َ‬
‫ٔب غيي ًِٓ وَل‬ ‫َ‬
‫ِصاط اَّلِيَ أنػٍخ غيي ًِٓ غْيِ الٍغغ ِ‬ ‫ِ‬
‫ٓ‬
‫ْ َ َ َ َّ َ ُ ْ َ ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ ّ‬ ‫َّ َ‬ ‫ّ‬
‫ِني أٌِني‪.‬‬ ‫ب اغفِر ِل ول ِٔ ِاِلي ول ِيٍؤ ٌِِ‬ ‫الغةى ِني ‪ ٧‬ر ِ‬
‫َ ُ ٓ ٰ َّ‬ ‫الر ْْمَٰ َّ‬ ‫ؾ ًْ ا ٰ ٌِِل َواذ ٌِد َلٓ ا ٰ َِِل ا ََِّل ُْ َٔ َّ‬ ‫َ ُٰ ُ‬
‫ّلِل َل ا َِِل ا َِل‬ ‫الرذِيًْ‪ ،‬ا‬ ‫ِ‬ ‫وا ِلٓ‬
‫َ‬
‫ىل ُّي ْٔ ُم‪َ ،‬ل دَأ ُخ ُذهُ ش َِِ ُح َوَل َُ ْٔ ُم‪ُِ ،‬ل ٌَة ِف َّ‬‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ُ َ َ ُّ َ‬ ‫ْ‬
‫ات‬ ‫الص ٍٰ َٔ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ْٔ اىَح ا‬
‫َ‬ ‫َّ ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ‬
‫َو ٌَة ِِف اَل ْرض‪ َْ ٌَ ،‬ذااَّلِى يَشف ُع غِِ َدهُ ا َِل ث ِة ِذُِِّ‪َ ،‬ي ْػي ًُ ٌَة‬
‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫َل ُُيِيْ ُط ْٔ َن ب َشيْ‬ ‫ََْ َْ ْ ْ َ َ َ َْ ُ ْ َ َ‬
‫ئ ٌ َِْ غِي ٍِِّ ا َِل‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫بني ايدِي ًِٓ وٌة خيفًٓ‪ ،‬و‬
‫َل يَ ُؤ ُدهُ‬ ‫َ َ‬ ‫ْ َ َ‬ ‫ةء ‪َ ،‬وش َِع ُن ْرش ُِّي ُّ َّ‬ ‫َ َٓ‬
‫ض ‪ ،‬و‬ ‫ات َواَل ْر ََ‬ ‫الص ٍٰ َٔ ِ‬ ‫ةش َ‬ ‫ثٍِ‬
‫ىػ ِظيْ ًُ ‪.‬‬ ‫َّل ا ْ َ‬ ‫ىػ ِ ُّ‬‫ذ ِْف ُظ ُٓ ٍَة َو ُْ َٔ ا ْ َ‬
‫ََ‬
‫خ َم َْٔلُة‬ ‫ا ِل ٰ َٓ َِة يَة َر َّب َِة اَُ ْ َ‬

‫ر ٍْ ِده ِ‬ ‫ةن اّلِل ِ اىْ َػظيًْ َوب َ‬ ‫ُ ْ َ َ‬


‫رةن اّلِل ‪ ، × 33 ...‬شجر‬
‫ُ ْ َ َ‬
‫شج‬
‫ِ ِ ِ‬
‫ك َ‬ ‫ٰ‬
‫َ ّ َ َ َْ َ ُّ‬ ‫ْ‬ ‫ْل ٍْ ُ‬ ‫ْ‬
‫ْل ٍْ ُد ّلِل ‪ ، × 33 ...‬ا َ‬ ‫اْ َ‬
‫ةل‬ ‫ٍ‬ ‫ذ‬ ‫ِ‬ ‫لَع‬ ‫ني‬ ‫ٍ‬
‫ِ‬ ‫ةل‬ ‫ىػ‬ ‫ا‬ ‫ب‬ ‫ِ‬ ‫ر‬ ‫ّلِل‬ ‫د‬
‫َوُ ِْػ ٍَ ٍح‬
‫ْيا‬ ‫ْل ٍْ ُد ّلِل ِ َنث ِ ْ ً‬ ‫ْيا َوا ْ َ‬ ‫ْر َنج ْ ً‬ ‫ؽَُ‬ ‫َ ُ َ ْ‬
‫ْر ‪ ، × 33 ...‬اّلِل ا‬ ‫ؽَُ‬ ‫َ ُ َ ْ‬
‫اّلِل ا‬
‫ِ‬
‫َ ٰ َ َّ ُ َ ْ َ ُ َ َ َ َ‬ ‫ُ ْ ًَ ََ ْ ً‬ ‫ْ َ َ‬
‫َشيْم ُِل‬ ‫ضيال ‪َ ،‬لا ِِل ا َِل اّلِل وذده َل ِ‬ ‫َو ُشجرةن اّلِلِ ثؾرة وا ِ‬
‫َُ ْ ُ ْ ُ َ َُ ْ َ ْ ُ ُ ْ ْ َ ُ ْ ُ َ ُ َ َ ٰ ُّ َ ْ َ‬
‫ئ كدِي ْ ٌر‪،‬‬ ‫ك شي ٍ‬ ‫ِل الٍيم وِل اْلٍد ُي ِِي وي ٍِيخ ؤْ لَع ِ‬
‫ْ‬
‫اّلِل ا َ‬ ‫ىػ ِظيْ ًِ‪ ،‬ا َ ْش ًذ ْغفِ ُر َ‬ ‫َّل ا ْ َ‬ ‫َلكُ َّٔةَ ا ََِّل ثةاّلِل ِ ا ْ َ‬ ‫َ َ َ َْ َ َ‬
‫ىػ ِظيًْ‬ ‫ىػ ِ ِّ‬ ‫ِ‬ ‫وَل ذٔل و‬
‫َّ‬ ‫ٰ‬
‫اَّل ِْنر "َلا َِِل ا َِل ُ‬ ‫َ‬ ‫َْ َ ُ ّ‬
‫اّلِل" ‪× 71‬‬ ‫ِ‬ ‫افغو‬

‫‪23‬‬
‫َّ‬ ‫َ َّ ُ َ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ ٰ َ َّ ُ ُ َ‬
‫اّلِل غييِّْ َو َشي ًَ‪.‬‬ ‫اّلِل ُم ٍَّ ٌد َر ُش ْٔل اّلِل ِ ضَّل‬ ‫َل ا ِِل ا َِل‬
‫‪4. Membaca doa setiap selesai berdzikir dengan‬‬
‫‪mengangkat kedua tangan dan mengusapkan ke‬‬
‫‪wajah setelahnya, membaca hamdalah dan shalawat‬‬
‫‪kepada Baginda Nabi Muhammad Saw di awal dan‬‬
‫‪akhir doa seperti dibawah ini:‬‬
‫ني َْمْ ًدا يُ َٔ ِاِفْ‬ ‫اْل ٍْ ُد ِ َّّلِلِ َر ّب اىْ َػةلٍَ َ‬ ‫الرذِيْ ًِ ْ َ‬ ‫ّ‬ ‫َّ ْ َ‬ ‫ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫بِص ًِ اّلِلِ الرْم َِ ِ‬
‫َ َ ُ َ ُ َ ُ َ ْ َ ُ َ َ َّ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ َ‬
‫ِلال ِل‬ ‫ُ ِػٍّ ويؾةف ِئ م ِزيده يةربِة لم اْلٍد نٍة ينج ِِغ ِ‬
‫َ‬ ‫ْ ََ‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬ ‫ْ َ َّ‬ ‫َ ْ َ َ‬
‫ح ِٓم َوغ ِظيْ ًِ ُشي َطةُ ِم‪ .‬الي ُٓ ًَّ َض ِو َو َشي ًِْ َو َبةرِك لَع َش ّيِدُِة‬ ‫و‬
‫َ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ُ َ َّ‬
‫ةْل ّ ِق‬ ‫اْل َّق ث َ‬
‫ِ‬
‫ةِص َ‬ ‫َ َ َ َ َ َّ‬
‫ُمٍ ٍد اىفةد ِدِ ل ٍِة أغي ِق واخلةد ِ ًِ ل ٍِة شجق واجل ِ ِ‬
‫َ‬
‫ُ َ َْ ََ ٰ َ ْ َ‬ ‫َ َ ُ ْ َ ْ َ َّ‬ ‫َو َ‬
‫اط مصذلِي ٍم ضَّل اّلِل غييِّ َولَع ا ِِلِ َوأضرةثِّٖ‬ ‫ِص ٍ‬ ‫الٓةدِي ا ِل ِ‬
‫َ َُ‬ ‫ُ َّ َ َ ُ َ‬ ‫َذ َّق كَ ْدره ِ َوٌ ِْل َداره ِ َ‬
‫اليٓ ًَّ إُِة ن ْصألم ِِبَ ّ ِق َش ّيِدُِة ُم ٍَّ ٍد‬ ‫اىػ ِظيْ ًِ‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ُ َ َ ْ َ َ َّ َ َ َّ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ُ ْ ََ‬ ‫َّ‬
‫َضَّل اّلِل غييِّ وشيً‪ .‬ربِة اغفِرجلِ ة ول ِٔ ِاِلِيِة وارْمًٓ نٍة‬
‫َْ‬ ‫َْ‬ ‫َّ‬ ‫َ َّ‬ ‫َْ‬ ‫َ ً َّ‬ ‫َّ َ‬
‫ةرا‪ .‬الي ُٓ ًَّ انف ْػ َِة ث ِ ٍَة غي ٍْ َذ َِة َوغي ِ ٍْ َِة ٌَة َيِف ُػ َِة َوزِدُة‬ ‫ضغ‬ ‫َرب ُْٔة ِ‬
‫َ‬ ‫ْ ً َ َّ ُ َّ َ ّ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ّ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ ْ‬
‫ار ُزؼ َِة يَة ذا‬ ‫غِيٍة‪ .‬اىيًٓ غي ٍِِة ٌة ح ِٓيِة وذنِرُة ٌةنصِيِة و‬
‫ْ‬
‫ني َوذ ِْف َظ ال ٍُ ْر َشي ْ َ‬ ‫ار ُز ْؼ َِة َػ ْٓ ًَ اجلَب ّي ْ َ‬ ‫ّ‬
‫اليَ ُٓ ًَّ ْ‬ ‫َْ َ َ ْ ْ‬
‫ِني‬ ‫ِِ‬ ‫اْلن َر ِام‪.‬‬ ‫اِلال ِل و ِ‬
‫ُ ْ‬ ‫ْ‬ ‫َْ‬ ‫ُ َّ ْ ُ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫ُ َ َّ ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ٓ‬ ‫َْ َ َْ‬
‫آن َوك َِِة‬ ‫ِإَولٓةم الٍالنِهحِ الٍلربِني‪ .‬اليًٓ ارزؼِة ذِفظ اىلر ِ‬
‫ََ ََ‬ ‫َ َّ ُ َّ ْ ْ َ َ َ َ ُ‬ ‫ََُْ َ ّ ْ َ‬
‫اح َػي َِة َوا ْوَلدُة َوذ ّرِ َيةد َِِة َودالٌِذُة‬ ‫ةن‪ .‬اىيًٓ‬ ‫بػده ٌَِ اىنِصي ِ‬
‫ةْ ًْ ٌ َِْ ا َ ْْو َّ ّ‬ ‫ْ َ ْ ْ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َّ ُ‬
‫الش‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫آن وَل َتػيِة وا ِي‬ ‫ْي واىلر ِ‬ ‫ٌَِ اْ ِو اىػِي ًِ واخل ِ‬
‫َ‬
‫َّ َ ُ َ‬ ‫َّ‬ ‫َّ َ َ َ ُ ّ َ ْ َ‬ ‫الغ ْ َ ُّ ْ َ‬ ‫َ َّ‬
‫َش ٍء كدِيْر‪ .‬الي ُٓ ًَّ إُِة ن ْصألم‬ ‫ك‬ ‫ةن إُِم لَع ِ‬ ‫ْي واىطغي ِ‬ ‫ِ‬ ‫و‬

‫‪24‬‬
ّ َ َِْ ٌ ‫م‬ َ ُ ُ َ َ ٌ َّ َ ُ َ ُ ّ َ ُ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ْ
‫َش ٌَة‬ ِ ِ ‫ْي ٌة شألم ٌِِّ شيِدُة ُمٍد ونػٔذ ث‬ ِ ‫ٌَِ خ‬
َ َ ْ َ ُ‫غ كُي‬ ْ ُ َ َ َّ َ ٌ َّ َ ُ َ ُ ّ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ
‫ٔب َِة َب ْػ َد إِذ ْ َديْت َِة‬ ‫ ربِة َل د ِز‬.‫اشذػةذك ٌِِّ شيِدُة ُمٍد‬
ٌَِْ ‫ت َجلَة‬ ْ َْ ‫ َر َّب َِة‬.‫ةب‬ ُ َّْ َٔ ْ ‫خ ال‬ َ ْ ُ‫م َأ‬َ َّ ً َ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ
ُِ‫وْت جلة ٌَِ ِلُم رْمح إ‬
ََ َ َّ َ ً َ َ َّ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ُ ْ َ َ ُ َ َّ ّ ُ َ َ َ ْ َ
‫ ربِة أد ِِة‬.‫ني واحػيِة ل ِيٍذلِني إٌِةٌة‬ َّ
ٍ ‫حِة وذرِيةد ِِة كرة أع‬ ِ ‫أزوا‬
َّ َ ْ
َ ‫اِلنْ َية َذ َص َِ ًح َوِف اْلخ َِرة ِ َذ َص َِ ًح َوك َِِة َغ َذ‬
‫ َو َضَّل‬.ِ‫اب اجلَّةر‬ ِ
ُّ ‫ِف‬
ِ
َ َ َ ْ ُ َ َّ َ َ ْ َ َ َ َُ َ َ ُ
‫رةن َر ّب ِم‬ ‫ شج‬.ً‫آِلِ وضرجِِّ وشي‬ ِ ‫اّلِل لَع َش ّي ِدُِة ُم ٍَّ ٍد َولَع‬
َّ
ِ ‫اْل ٍْ ُد ِّلِل‬ َ ْ ‫ َو‬،‫ِني‬ َ ‫لَع ال ْ ٍُ ْر َشي‬َ َ ٌ َ َ َ َ ُ َ َّ َ َّ ْ ّ َ
‫ وشالم‬،‫طفٔن‬ ِ ‫ب اىػِزة ِ عٍة ي‬ ِ ‫ر‬
َ ٍَ‫َر ّب اىْ َػةل‬
.‫ني‬ ِ ِ
5. Bangun dari tempat shalat menuju ke arah yang
sesuai dengan hajatnya. Jika tidak, maka bangun dari
arah kanan.

SHALAT-SHALAT SUNNAH

1. Shalat Sunnah Rawatib


Shalat sunnah Rawatib yaitu shalat sunnah Qabliyyah
dan Ba'diyyahnya shalat lima waktu.

Shalat sunnah rawatib terbagi menjadi dua:


a. Shalat sunnah Rawatib muakkad, yaitu shalat
sunnah yang selalu dilakukan Baginda Nabi ‫ﷺ‬dan
tidak pernah ditinggalkan beliau, baik saat di rumah
atau saat bepergian. Shalat sunnah Rawatib
muakkad ada sepuluh. Dua raka'at sebelum Shubuh
(ini shalat Rawatib yang paling utama), dua raka'at
25
sebelum dan setelah Dhuhur, dua raka'at setelah
Maghirb dan setelah Isya'.
b. Shalat sunnah Rawatib ghairu muakkad, yaitu
shalat sunnah yang tidak selalu dilakukan oleh
Rasulullah .‫ﷺ‬Shalat sunnah Rawatib ghairu
muakkad ada dua belas raka'at. Dua raka'at lagi
sebelum dan setelah Dhuhur, empat raka'at sebelum
Ashar, dua raka'at sebelum Maghrib dan sebelum
Isya'.

Faedah Shalat Sunnah Rawatib

 Sesungguhnya shalat sunnah bisa menutupi


kekurangan-kekurangan yang terjadi saat
melaksanakan shalat fardlu.
 Dengan sering melakukan shalat sunnah, maka
orang yang shalat akan mendapatkan rasa cinta dari
Allah ‫ ﷻ‬Di dalam sebuah hadits qudsi disebutkan:
"Seorang hamba tidak akan henti-hentinya
melakukan ibadah sunnah kepadaku, sehingga aku
mencintainya.”

Waktu-Waktu Shalat Sunnah


a. Shalat sunnah qabliyyah: waktunya seperti
waktunya shalat fardlu, yaitu mulai dan habisnya
waktu shalat qabliyyah bersamaan dengan mulai
dan habisnya waktu shalat fardlunya.

26
b. Shalat sunnah ba'diyyah: waktunya mulai setelah
melakukan shalat fardlunya sampai habis waktu
shalat fardlunya.
Diperbolehkan melakukan shalat sunnah Qabliyyah
setelah melaksanakan shalat fardlunya, dan
statusnya adalah shalat ada' (dikerjakan pada
waktunya). Sedangkan shalat sunnah Ba'diyyah
tidak diperbolehkan dilakukan sebelum melakukan
shalat fardlunya.

Bacaan Niat Shalat Qobliyyah dan Ba'diyyah


1. Shalat Qobliyyah Subuh:
َ َ ِّ ً َ ْ َ َ ْ َ ْ ُّ َ َّ ُ ّ َ ُ
‫ني ؼجْي َِّيح ِّلِلِ ت َػةل‬
ِ ‫اض َِّل شِح الطجدِ ركػذ‬
2. Shalat Qobliyyah Dzuhur:
َ َ ِّ ً َ ْ َ َ ْ َ ْ ُّ َ َّ ُ ّ َ ُ
‫ني ؼجْي َِّيح ِّلِلِ ت َػةل‬
ِ ‫اض َِّل شِح اىظٓرِ ركػذ‬
3. Shalat Ba'diyyah Dzuhur:
َ َ ِّ ً ْ َ َ ْ َ ْ ُّ َ َّ ُ ّ َ ُ
‫ني َب ْػدِيَّح ِّلِل ِ ت َػةل‬
ِ ‫اض َِّل شِح اىظٓرِ ركػذ‬
4. Shalat Qobliyyah Ashar:
َ َ ِّ ً َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َّ ُ ّ َ ُ
‫ني ؼجْي َِّيح ِّلِلِ ت َػةل‬
ِ ‫ِص ركػذ‬
ِ ‫اض َِّل شِح اىػ‬
5. Shalat Qobliyyah Maghrib:
َ َ ِّ ً َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َّ ُ ّ َ ُ
‫ني ؼجْي َِّيح ِّلِلِ ت َػةل‬
ِ ‫ذ‬‫ػ‬‫ك‬ ‫ر‬ ‫ب‬
ِ ِ ٍ‫اض َِّل شِح ال‬
‫ر‬ ‫غ‬
6. Shalat Ba'diyyah Maghrib:
َ َ ِّ ً َََْْ ْ َ ْ َ َّ ُ ّ َ ُ
‫ني َب ْػدِيَّح ِّلِلِ ت َػةل‬
ِ ‫ب ركػذ‬ِ ‫اض َِّل شِح الٍغ ِر‬
7. Shalat Qobliyyah Isya':
27
َ َ ِّ ً َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َّ ُ ّ َ ُ
‫ني ؼجْي َِّيح ِّلِلِ ت َػةل‬
ِ ‫اض َِّل شِح اىػِشةءِ ركػذ‬
8. Shalat Ba'diyyah Isya':
َ َ ِّ ً ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َّ ُ ّ َ ُ
‫ني َب ْػدِيَّح ِّلِلِ ت َػةل‬
ِ ‫اض َِّل شِح اىػِشةءِ ركػذ‬

2. Shalat Witir
Di antara ibadah yang disunahkan Rasulullah ‫ﷺ‬
ialah shalat witir. Saking tegasnya kesunahan ini,
sebagian ulama mewajibkan shalat witir seperti yang
dikenal dalam madzhab Hanafi. Beberapa orang sahabat
seperti Abu Hurairah dan Abu Dzar diwasiatkan oleh
Nabi ‫ﷺ‬agar tidak meninggalkan shalat witir. Witir
sangat dianjurkan karena termasuk kategori ibadah
badaniyah yang paling mulia dan utama.
Waktu shalat witir mulai dari setelah
melaksanakan shalat Isya' sampai terbitnya Fajar
Shodiq. Yang paling utama adalah melaksanakan sholat
witir di akhir malam jika punya dugaan bisa bangun
sebelum shubuh. Jika tidak, maka yang paling utama
adalah melaksanakan shalat witir setelah melaksanakan
shalat isya'.
Minimal shalat witir adalah satu raka'at, namun
hukumnya makruh jika selalu melaksanakan satu raka'at
saja tanpa ada udzur. Minimal sempurna adalah tiga
rakaat. Dan yang paling utama adalah sebelas raka'at.
Dalam pelaksanaan shalat witir tiga raka'at boleh
sekaligus satu salam atau dua salam dan bentuk ini
lebih utama karena ada hadits yang menjelaskan hukum

28
makruh menyamakan bentuk pelaksanaan shalat witir
dengan shalat maghrib dengan niat dan bacaan sebagai
berikut:
َ َ ِّ ْ َ َ ْ َ ْ َ َّ ُ ّ َ ُ
‫ني ِّلِلِ ت َػةل‬
ِ ‫ اض َِّل شِح الِٔد ِر ركػذ‬.1
Raka'at pertama: ‫ شٔرة اْللَع‬+ ‫اىفةحتح‬

Raka'at kedua: ‫ الاكفرون‬+ ‫اىفةحتح‬


َ َ ِّ ً ْ ْ َ ّ ُ
‫ ا َض َِّل ُش َِّح الِٔد ِر َرك َػح ِّلِل ِ ت َػةل‬.2
1 Raka'at:
‫ اىفيق‬+ ‫ اْلخالص‬+ ‫ اجلةس‬+ ‫اىفةحتح‬

Bacaan setelah shalat witir:


ُْ ْ َ َ ْ
× 3 ‫ِم اىل ُّد ْو ُس‬
ِ ‫ُشجرةن ال ٍَي‬
× 3 ‫الر ْو ِح‬
َ
ُّ ‫هحِ َو‬ َ ْ ُّ َ َ َ ُّ َ ٌ ْ ُّ ُ ٌ ْ ُّ ُ
ِ ‫شجٔح كدوس ربِة ورب الٍآلن‬

3. Shalat Dhuha
Banyak hadits yang menjelaskan tentang
keutamaan shalat Dhuha diantaranya adalah sabda
Nabi “ :‫ﷺ‬Setiap pagi, ruas anggota tubuh kalian harus
dikeluarkan sedekahnya. Amar ma’ruf adalah sedekah,
nahi mungkar adalah sedekah, dan semua itu dapat
diganti dengan shalat dhuha dua raka’at”. “Barang siapa
menjaga shalat dhuha, maka Allah akan mengampuni
segala dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.
“Dari Abi Darda’ dan Abi Dzar dari Rasulullah ‫ﷺ‬
29
(langsung) dari Allah Tabaraka wa Ta’ala “ruku’lah
untukku empat rakaat di permulaan hari (pagi), maka
Aku akan mencukupi-Mu di sisa hari-Mu”.
Waktu Shalat Dhuha mulai dari naiknya matahari
seukuran satu tombak sampai tergelincirnya matahari.
Jumlah Raka'at Shalat Dhuha Minimal adalah dua
roka'at. Yang paling maksimal dan paling utama adalah
delapan raka'at. Yang paling utama dalam
melaksanakan shalat Dhuha adalah melakukan salam
setiap dua raka'at. Saat melaksanakan shalat dhuha
sunnah membaca surat apapun, yang yang lebih utama
adalah membaca surat as-Syams dan ad-Dhuha atau
surat al-Kafirun dan surat al-Ikhlas. Adapun niat shalat
dhuha:
َ َ ِّ ْ َ َ ْ َ َ ُّ َ َّ ُ ّ َ ُ
‫ني ِّلِل ِ ت َػةل‬
ِ ‫اض َِّل شِح الغَح ركػذ‬

Bacaan doa setelah shalat dhuha sangatlah


beragam akan tetapi yang masyhur adalah:
َ َّ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ َ َ ُّ َّ َّ ُ َّ
‫اليًٓ إن الغَح عرةؤك واْلٓةء بٓةؤك واِلٍةل ّمةلم واىلٔة‬
َ َ ْ َّ
‫ الي ُٓ ًَّ إن َكن رِ ْز ِِق ِِف‬.‫ِط ٍَ ُذم‬ ْ ‫كُ َّٔدُم َواى ْ ُل ْد َرةَ كُ ْد َردُم َواىْػ ْط ٍَ َح غ‬
ِ
ُ‫ِسه‬ ً ِ ‫ِإَون ََك َن ٌُ ْػ‬
ْ ِ ّ َ‫ِسا فَي‬ ْ ُْ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ ْ ََْ َّ
ّ‫الص ٍَٓةءِ فأُ ِز ُِل ِإَون َكن ِِف اْلر ِض فأخ ِرح‬
َ َ ُ َّ ُْ ّ ََ ً َ َ َ ْ ُْ ّ ََ ً َ َ َ َ ْ
‫رةنِم‬ ‫ِإَون َكن ذراٌة ػط ِٓره ِإَون َكن ثػِيدا ػلرِبّ ِِب ِق ع‬
َ َ َ ُ ُ َ َ ‫َو َب َٓةنم َو‬
َ ‫ةْل‬
.‫ِني‬ ِ ‫الط‬ َّ ‫ةدك‬ ‫ّمةل ِم َوك َّٔد ِم َوك ْد َرد ِم آد ِِِن ٌَة آتيْخ غِج‬ ِ

4. Shalat Tahajjud

30
Shalat Tahajjud yaitu shalat yang dilaksanakan
setelah tidur dan setelah shalat isya'. Shalat tahajjud
adalah shalat yang paling utama setelah shalat fardhu.
Dua roka'at saja masih lebih baik dari pada dunia dan
seisinya. Shalat Tahajjud menjadi kebiasaan para orang-
orang salih dahulu. Bisa untuk mendekatkan diri kepada
Allah ta'ala, menghilangkan kejelekan, menolak
penyakit dari jasad, terjaga dari melakukan maksiat.
Setiap malam ada saat yang barang siapa memohon
kepada Allah tepat pada saat itu pasti diijabahi
permohonannya.
Adapun niat shalat tahajjud adalah:
َ َ ِّ ْ َ َ ْ َ ُّ َ َّ َ َّ ُ ّ َ ُ
‫ني ِّلِل ِ ت َػةل‬
ِ ‫اض َِّل شِح اتلٓخ ِد ركػذ‬

Roka'at pertama: ‫ الاكفرون‬+ ‫اىفةحتح‬


Roka'at kedua: ‫ اْلخالص‬+ ‫اىفةحتح‬

Do'a setelah shalat tahajjud:

‫ات‬ َّ ‫ٔم‬
ِ َٔ ٍَ ‫الص‬
ُ ‫خ َؼ ُّي‬ َْ ‫م‬
َ ْ َُ‫اْل ٍْ ُد ا‬ َ َ َ َّ َ َّ ُ َ ْ َّ ٰ ْ َّ ِّ
‫ب ِ ْص ًِ اّلِل الرْم َِ الرذِي ًِ اليًٓ ربِة ل‬
َ ْ
‫ات واَل ْر ِض‬ َّ ‫خ َمي ُِم‬
ِ َٔ ٍَ ‫الص‬ َْ ‫م‬
َ ْ َُ‫اْل ٍْ ُد ا‬ َ ََ
‫ ول‬، ََّ ِٓ ْ‫َواَل ْر ِض َو ٌَ َْ ػِي‬
َ ْ
َ ْ
ََّ ِْٓ‫ات َواَل ْر ِض َو ٌَ َْ ػِي‬ َّ ‫خ ُُ ْٔ ُر‬
ِ َٔ ٍَ ‫الص‬ َْ ‫م‬
َ ْ َُ‫اْل ٍْ ُد ا‬ َ ََ
‫ ول‬، ََّ ِٓ ْ‫َو ٌَ َْ ػِي‬
َ ُ َ
‫ةء َك َذ ٌّق َوك ْٔلم َذ ٌّق‬ َ ْ ‫اْل ُّق َو َو ْغ ُد َك‬
ُ ‫اْل ُّق َوى َِل‬ َْ ‫خ‬ َْ ‫م‬
َ ْ َُ‫اْل ٍْ ُد ا‬ َ ََ
‫ ول‬،
ََّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َُ َ
ً‫ةر َذ ٌّق َواجلَّب ِ ُّي ْٔن َذ ٌّق َوُم ٍَّ ٌد َضَّل اّلِل غييِّ وشي‬ َ ْ ‫َو‬
ُ َّ‫اِل َِّ ُح َذ ٌّق َواجل‬

31
َ َ َ ُ ْ َ َ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َّ ُ َ ُ َ َّ َ ٌّ َ
‫خ َوغييْم‬ ٌِ‫ اليًٓ لم اشيٍخ وبِم ا‬، ‫الصةغح َذ ٌّق‬ ‫ذق و‬
ْ ‫ةغ ِف ْر‬ْ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ َ َ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ َّ َ َ
‫ل‬ ِ ‫دَّٔكخ وا ِحلم انجخ وبِم خةضٍخ وا ِحلم ذةنٍخ ف‬
َ ْ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ ُ ْ َّ َ َ َ ُ ْ َّ َ َ
ِِّ‫خ اغي ًُ ث‬ ُ‫ٌةكدٌخ وٌة اخرت وٌة اْسرت وٌة اغيِخ وٌة ا‬
َ َّ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َّ َ َ َ ُ ّ َ ُ ْ َ ْ َ َ ُ ّ َ ُ ْ َ ْ َ
َ َ ٌّْ
‫خر َلا ِِل ا َِل اُخ وَل ذٔل وَل كٔة‬ ِ ‫ اُخ الٍل ِدم واُخ الٍؤ‬، ‫ِِن‬ ِ
َّ
.ِ‫ا َِل ثِةّلِل‬

5. Shalat Tasbih
Shalat tasbih adalah salah satu shalat yang
memiliki keutamaan yang sangat besar bagi siapa saja
yang mengamalkannya. Rasulullah ‫ﷺ‬telah menjelaskan
keutamaan yang begitu besar dalam shalat tasbih.
Dengan empat rakaat shalat tasbih semua dosa yang
dilakukan oleh orang yang mengamalkannya diampuni
oleh Allah. Ini bisa disimpulkan dari ungkapan
Rasulullah yang memerinci secara detail sifat-sifat dosa
yang diampuni; awal dan akhir, sengaja dan tidak
sengaja, kecil dan besar, sembunyi dan terang-terangan.
Bahkan Sayyid Muhammad Al-Maliki menyebutkan
bahwa dosa besar pun dapat terampuni hanya dengan
melakukan shalat tasbih ini. Hanya saja pengampunan
itu apabila pelaksanaan shalat tasbih tersebut dibarengi
dengan pemenuhan syarat-syarat bertobat yang terdiri
dari istighfar (meminta ampun), penyesalan, dan tekad
kuat untuk tidak mengulangi.
Adapun waktu pelaksanaan shalat tasbih dapat
dilakukan kapan saja, baik siang hari ataupun malam
32
hari, sepanjang tidak pada waktu yang dilarang untuk
shalat. Hanya saja Imam Nawawi memiliki pendapat
yang menyatakan adanya perbedaan dalam teknis
pelaksanaan shalat tasbih di siang dan malam hari. Bagi
beliau bila shalat tasbih dilakukan di malam hari maka
akan lebih baik bila dilakukan dua rakaat–dua rakaat
masing-masing dengan satu salam. Namun bila
dilakukan di siang hari maka bisa dilakukan dua rakaat
satu salam atau langsung empat rakaat dengan satu
salam.

Niat shalat tasbih dengan dua kali salam:


َ َ ِّ ْ َ َ ْ َ ْ ْ َّ َ َّ ُ ّ َ ُ
‫ني ِّلِلِ ت َػةل‬
ِ ‫اض َِّل شِح اىتصبِيدِ ركػذ‬

Niat shalat tasbih 4 raka'at dengan sekali salam:


َ َ ِّ
‫ةت ِّلِل ِ ت َػةل‬ َ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ َّ َ َّ ُ ّ َ ُ
ٍ ‫اض َِّل شِح اىتصبِيد أربع ركػ‬

Teknis pelaksanaan shalat tasbih:


 Raka'at pertama:
× 71 ‫ تصبيد‬+ ‫ اتلاكثر‬+ ‫اىفةحتح‬
 Raka'at kedua:
× 71 ‫ تصبيد‬+ ‫ اىػِص‬+ ‫اىفةحتح‬
 Raka'at ketiga:
× 71 ‫ تصبيد‬+ ‫ الاكفرون‬+ ‫اىفةحتح‬
 Raka'at keempat:
× 71 ‫ تصبيد‬+ ‫ اْلخالص‬+ ‫اىفةحتح‬

33
‫‪Ruku', i'tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, duduk‬‬
‫× ‪istirahat, masing-masing membaca tasbih 10‬‬

‫‪Catatan: Andaikan lupa membaca tasbih pada salah‬‬


‫‪satu tempatnya, maka boleh digantikan ditempat‬‬
‫‪berikutnya, agar bacaan tasbihnya tetap berjumlah 300‬‬
‫‪tasbih.‬‬

‫‪Bacaan Tasbih:‬‬
‫ؽَُ‬‫ُ َ ُ َ ْ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ُ ْ َ َ‬
‫ْر‬ ‫اْل ٍْ ُد ِّلِل ِ َوَل إ ِ َِل إَِل اّلِل واّلِل أ‬
‫ةن اّلِلِ َو َ‬‫شجر‬

‫‪Do'a Setelah Shalat Tasbih:‬‬


‫ََُ َ َ َ‬ ‫َ‬
‫ع ٍَ َةل أ ْْو ْاحلَ‬ ‫َّ ُ َّ ّ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ ْ ْ ُ َ َ َ ْ‬
‫رح‬ ‫ني وٌِةض‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ل‬ ‫ِ‬ ‫إِن أشألم دٔػِيق أْ ِو الٓدى وأ‬ ‫اليًٓ ِ‬
‫ْ َ ْ َ َ َ َ َ َْ‬ ‫َّ ْ َ َ َ َ َْ‬ ‫َّ ْ َ َ َ ْ َ َْ‬ ‫َْ‬
‫ْر ووحو أْ ِو اخلشيحِ وطيت أْ ِو‬ ‫ِ‬ ‫الط‬ ‫و‬
‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫أ‬ ‫م‬ ‫ز‬ ‫غ‬ ‫و‬ ‫ِ‬ ‫ح‬ ‫ب‬ ‫ٔ‬‫اتل‬ ‫و‬‫أ ِ‬ ‫ْ‬
‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫ةن أ ْْو اىْػيًْ َ‬ ‫َ‬ ‫ََ ِ َ َْ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ ْ‬
‫ذ ََّّت أخةفم ‪،‬‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫الرغ َجحِ َوت َػ ُّج َد أْ ِو الٔرع وغِرف‬
‫َ َ َّ َ ْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َّ ُ َّ ّ َ ْ َ ُ َ َ َ َ ً َ ْ‬
‫ةضيم ذَّت أعٍو‬ ‫خز ِ ي عَ ٌػ ِ‬ ‫إِن أشألم ِمةفح حت ِ‬ ‫اليًٓ ِ‬
‫َ ً‬ ‫َ َ َّ َ َ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ً‬
‫ةغذم َع ٍَال أ ْش َذ ُّ‬ ‫َ‬
‫ةتل ْٔبَحِ خ ْٔفة‬ ‫م ث َّ‬
‫ةضر ِ‬ ‫رق ثِِّ رِعةك وذَّت أُ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ث ِ َط ِ‬
‫َ َ َّ َ َ َ َ‬ ‫َّ َ َ َ َ ً ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ ُْ‬ ‫ْ‬
‫ةء ٌِِم َو َذ ََّّت أد ََّٔك غييْم‬ ‫ٌِِم َذ ََّّت أخي َص لم اجل ِطيرح ذي‬
‫ُ ْ َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ٔن أ ُ ْ‬ ‫ْ ُ ُ ُ ّ َ َ َ َّ َ ُ َ‬
‫رةن خةى ِِق‬ ‫ذص ََِ اىظ ََّ ثِم ‪ ،‬شج‬ ‫ِِف اْلمٔرِ ك ِٓة وذَّت أؽ‬
‫ّمػ ْ َ‬ ‫َْ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ َُ‬ ‫َ َ َّ ُ َ َ‬
‫ني‪.‬‬ ‫اّلِل لَع َش ّي ِدُِة ُم ٍَّ ٍد َولَع ا ِِل ِ َوضرجِِّ أ ِ‬ ‫اجلُّٔرِ‪ .‬وضَّل‬

‫'‪SHOLAT QASHAR DAN JAMA‬‬


‫‪1.‬‬ ‫‪Sholat Qashar‬‬
‫‪A. Hukum Qashar Sholat‬‬
‫‪34‬‬
Orang yang bepergian jauh diperbolehkan untuk
meringkas (qashar) sholat fardlu yang bilangan
rakaatnya empat. Yakni sholat dhuhur, ashar, dan
'isya. Sementara hukum mengqashar sholat secara
lebih terperinci adalah sebagai berikut:
a. Boleh, bila perjalanan telah mencapai dua
marhalah.
b. Lebih baik qashar, bila jarak tempuh telah
mencapai tiga marhalah atau lebih.
c. Wajib, jika waktu sholat tidak cukup untuk
melakukan sholat kecuali dengan cara
meringkas sholat.

B. Syarat-Syarat Qashar Sholat


a. Tujuan bepergian tidak untuk maksiat.
b. Jarak yang ditempuh telah mencapai dua
marhalah / 16 farsakh. Jarak ini bila diukur
menggunakan satuan kilometer, maka terdapat
beberapa pendapat :
 Mayoritas ulama' ..... 119,9 km.
 Ahmad Al-Husain Al-Mishriy ..... 94,5
km.
 Al-Ma'mûn ..... 89,999992 km.
 Kitab At-Taqrîrât Sadidah ..... 82 km.
 Kitab fiqh Al-Islamiy ..... 88,704 km.
 Kitab Tanwir Al-Qulûb ..... 80,64 km.

35
c. Sholat yang diqashar adalah sholat yang
dikerjakan dalam waktunya (adâ). 4. Niat
qashar sholat pada saat takbiratul ihram.
d. Tidak dilakukan dengan cara bermakmum
kepada imam yang tidak mengqashar sholat,
baik imam itu seorang musafir atau muqîm.
e. Dilakukan setelah keluar dari batas desanya.
f. Dilakukan ketika masih dalam bepergian.
g. Memiliki tujuan daerah atau tempat yang jelas.
h. Mengetahui hukum diperbolehkannya qashar
sholat.

2. Sholat Jama'
A. Hukum dan Ketentuan Jama'
Orang yang telah memenuhi syarat-syarat
diperbolehkan melakukan qashar sholat, juga
diperbolehkan untuk jama' (mengumpulkan) sholat
dalam satu waktu. Sementara pelaksanaannya bisa
dengan jama' taqdim (dilakukan pada waktu sholat
pertama ) atau dengan jama' ta’khir (dilakukan
pada waktu sholat kedua ).
 Jama' taqdim yaitu mengumpulkan sholat
dhuhur dan ashar yang dilakukan pada waktu
sholat dhuhur, dan mengumpulkan sholat
maghrib dan 'isya yang dilaksanakan pada
waktu sholat maghrib.
 Jama' ta'khir, yaitu mengumpulkan sholat
dhuhur dan ashar yang dilakukan pada waktu
sholat ashar, dan mengumpulkan sholat
36
maghrib dan 'isya yang dilaksanakan pada
sholat 'isya.

B. Syarat-Syarat Jama' Taqdim


a. Niat jama' ketika melaksanakan sholat waktu
sholat yang pertama pada saat takbiratul ihram.
b. Tertib, dalam artian mendahulukan sholat
dhuhur dari sholat ashar dan mendahulukan
sholat maghrib dari isya'. 3. Muwâlah, artinya
setelah melaksanakan sholat pertama, langsung
melakukan sholat kedua tanpa dipisah oleh
waktu lama menurut keumuman. Sebagian
ulama' berpendapat, standar pemisah yang
lama adalah waktu yang cukup digunakan
untuk melakukan sholat dua rakaat, kecuali
jika pemisah tersebut masih berkaitan dengan
kemaslahatan sholat seperti melaksanakn
wudhu, mendengarkan adzan dan lain-lain.

C. Syarat-Syarat Jama' Ta'khir


a. Niat (menyengaja) akan melaksanakan sholat
pertama dalam waktu sholat yang kedua,
dimana niat tersebut dilakukan mulai
masuknya waktu sholat yang pertama hingga
akhir waktu sekira cukup digunakan untuk
mengerjakan kira-kira satu rakaat sholat.
b. Dikerjakan dalam bepergian hingga selesai
melaksanakan sholat yang kedua.

37
Dalam jama' ta’khir tidak disyaratkan tertib,
muwâlah (berturut-turut) dan niat jama' dalam
waktu sholat pertama. Namun ketiganya sunah
dilakukan.

Niat Sholat Jama' Taqdim dengan Qashar

1) Sholat Dhuhur dan Ashar, dilakukan di waktu


dhuhur (Jama' Taqdim)
ْ َ ْ َ ْ َ ْ ً ْ ُ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ ُّ َ َْ ّ َ ُ
‫ِص ّم َع تلدِي ْ ٍم‬ِ ‫ني َمٍَٔع ثِةىػ‬ ِ ‫ اض َِّل فرض اىظٓ ِر ركػذ‬
ٰ َ ً ْ َ‫ك‬
‫ِصا ِّلِلِ ت َػةل‬
َْ َْ ُّ َْ َََْْ ْ َْ َ َْ ّ َ ُ
‫ني َم ٍُ ْٔ ًَع ثِةىظ ْٓ ِر ّم َع تلدِي ْ ٍم‬
ِ ‫ِص ركػذ‬
ِ ‫ اض َِّل فرض اىػ‬
ٰ َ ً ْ َ‫ك‬
‫ِصا ِّلِلِ ت َػةل‬

2) Sholat Maghrib dan isya', dilakukan di waktu


maghrib (Jama' Taqdim)
َْ َ ْ َْ
‫ةت َم ٍُ ْٔ ًَع ثِةىػِشةءِ ّم َع‬ َ َ َ َ َ َ ‫ ا ُ َض َّّل فَ ْر َض ال ْ ٍَ ْغر‬
ٍ ‫ب ثالث ركػ‬ ِ ِ ِ
ٰ ََ َْ
‫تلدِي ْ ٍم ِّلِل ِ تػةل‬
َْ َْ ْ َْ ً ْ ُ ْ َ َْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ّ َ ُ
‫ب ّم َع تلدِي ْ ٍم‬
ِ ‫ني َمٍَٔع ثِةلٍغ ِر‬ ِ ‫ اض َِّل فرض اىػِشةءِ ركػذ‬
ٰ َ ً ْ َ‫ك‬
‫ِصا ِّلِلِ ت َػةل‬

Niat Sholat Jama' Ta'khir Dengan Qashar

38
1) Sholat Dhuhur dan Ashar, dilakukan di waktu

ْ ‫اىظ ْٓر َر ْك َػ َذ ْني ََمْ ٍُ ْٔ ًَع ثةىْ َػ ِْص َّمْ َع دَأْخ‬


Ashar (Jama' Ta'khir)
ُّ َ َ ّ ُ
‫ِْي‬
ٍ ِ ِ ِ ِ ‫ ا َض َِّل ف ْرض‬
ٰ َ ً ْ َ‫ك‬
‫ِصا ِّلِلِ ت َػةل‬

‫ِْي‬ ْ ‫ةىظ ْٓر َّمْ َع دَأْخ‬


ُّ ً ْ ُ ْ َ ْ َ‫ ا ُ َض َّّل فَ ْر َض اىْ َػ ِْص َر ْك َػذ‬
ٍ ِ ِ ‫ني َمٍَٔع ث‬ ِ ِ ِ
ٰ َ ً ْ َ‫ك‬
‫ِصا ِّلِلِ ت َػةل‬

2) Sholat Maghrib dan isya, dilakukan di waktu isya'


(Jama' Ta'khir)
َْ َ ْ َْ
‫ةت َم ٍُ ْٔ ًَع ثِةى ِػشةءِ ّم َع‬ َ َ َ َ َ َ ‫ ا ُ َض َّّل فَ ْر َض ال ْ ٍَ ْغر‬
ٍ ‫ب ثالث ركػ‬ ِ ِ ِ
ٰ ََ ْ َْ
‫ِْي ِّلِلِ تػةل‬ٍ ‫دأخ‬
ْ ْ ْ ْ
ْ ‫ ا ُ َض َّّل فَ ْر َض اىػ َشةءِ َرك َػذَ ْني ََمْ ٍُ ْٔ ًَع ثةل ٍَ ْغرب َّمْ َع دَأخ‬
‫ِْي‬
ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ٰ ََ ً ْ َ‫ك‬
‫ِصا ِّلِلِ تػةل‬

Catatan:
Keringanan melakukan sholat jama' taqdim dan ta’khir
juga diperuntukkan bagi orang sakit yang merasa berat
bila harus melakukan sholat secara sempurna. Menurut
qoul aujah, batasan sakit yang diperbolehkan jama'
taqdim dan ta’khir adalah sakit yang sekira
menyebabkan diperbolehkan duduk di dalam sholat
fardhu.

39
Contoh-Contoh praktis pelaksanaan Jama' dan
Qoshor

Contoh 01. Santri Raudlatul Falah mau pergi ke Jakarta


dari Bermi, setelah masuk waktu dhuhur. Cara paling
efektif adalah ia melakukan jama' taqdim di masjid
Gembong. Sebab Masjid Gembong tersebut terletak di
luar wilayah desa Bermi.

Contoh 02. Santri mengadakan perjalanan dari Cirebon


menuju Bermi, sampai di terminal Pati masuk waktu
Maghrib. Cara yang efektif adalah melakukan shalat
Jama' taqdim dan qoshor (untuk Isya'), di Musholla
Terminal Pati sehingga ia bisa istirahat dengan tenang
sampai Subuh, tanpa meninggalkan kewajiban.

Contoh 03. Seorang mengalami sakit lumayan parah,


sehingga dalam kegiatan ibadahnya ia selalu butuh
pembantu, seperti dalam hal bersuci.
Cara paling ringan dalam merawatnya adalah shalat
Dhuhur dan Ashar dilakukan dengan cara jama' ta'khir
dan qoshor. Hanya saja pelaksanaannya agak
diakhirkan, yaitu menjelang waktu Maghrib, sebentar
kemudian setelah masuk waktu Maghrib, dalam
keadaan masih suci ia melaksanakan sholat Maghrib
dan Isya', dengan jama' ta'khir dan qoshor (untuk Isya').
Cara ini paling ringan sebab si sakit sangat
dimungkinkan hanya butuh bersuci dua kali, yaitu

40
menjelang Maghrib dan Subuh. Sehingga sangat
membantu bagi yang merawatnya.

SHALAT JENAZAH
1. Syarat-syarat sholat jenazah :
a. Mayat telah selesai dimandikan dan suci dari najis,
baik tubuh, kafan ataupun tempatnya.
b. Orang yang mensholati mayat telah memenuhi
syarat sah melakukan sholat.
c. Jika sholat dilakukan di luar masjid, jarak antara
mayat dan orang yang mensholati tidak melebihi
300 dziro (± 150 m).
d. Orang yang sholat berada di belakang jenazah jika
jenazahnya laki-laki. Bagi imam atau munfarid
(orang yang sholat sendirian) sebaiknya berdiri
tepat pada bagian kepala mayat. Sedang bila
jenazahnya perempuan, maka posisi orang yang
mensholati tepat pada pantat mayat.
e. Tidak ada penghalang antara mayat dan orang yang
mensholati
f. Orang yang sholat berada di dekat mayat jika
mayat yang disholati tidak ghaib.

2. Rukun-rukun sholat jenazah


a. Niat.
b. Berdiri bagi yang mampu.
c. Takbir empat kali dengan menghitung takbiratul
ihram.

41
d. Membaca surat Al-Fatihah.
e. Membaca shalawat pada Nabi ‫ﷺ‬setelah takbir
kedua.
f. Mendoakan mayat setelah takbir ketiga.
g. Salam.

3. Teknis pelaksanaan mensholati mayat


a. Takbiratul ihram (takbir pertama) besertaan dengan
niat.

ْ
Niat untuk jenazah laki-laki:
َ َ ً َ
‫ةٌة ف ْرض‬ٌِ‫ إ‬/ ‫ات ٌَأ ُم ْٔ ًٌة‬ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ ِ ‫اىـٍ ّي‬
َ ‫لَع َْ َذا‬ ََ ّ َ ُ
ٍ ‫خ أربع دؾجِْي‬ ِ ‫أض َِّل‬
َ َ َ
‫نِفةيَ ٍح ّلِلِ ت َػةل‬

ْ
Niat untuk jenazah perempuan:
َ َ ً َ
‫ةٌة ف ْرض‬ٌِ‫ إ‬/ ‫ات ٌَأ ُم ْٔ ًٌة‬ َْ ْ َ َ ََْ ََّ َ َ ََ ّ َ ُ
ٍ ‫أض َِّل لَع ْذا اىـٍي ِذحِ أربع دؾجِْي‬
َ َ َ
‫نِفةيَ ٍح ّلِلِ ت َػةل‬

b. Membaca surat Al-Fatihah.


c. Melakukan takbir kedua.
d. Membaca Shalawat pada Nabi Muhammad :
َ ْ‫ُم ٍَّد َن ٍَة َض َّيي‬
َُ َ ّ َ ََ َُ َ ََ ّ َّ
‫خ‬ ٍ ‫الي ُٓ ًَّ َض ِو لَع َش ّيِدُِة ُم ٍَّ ٍد َولَع آ ِل شيِدُِة‬
ََ ْ َ ْ‫لَع آل َش ّيدَُِة إث ْ َرا‬ ََ َ َ َْ َ ّ َ ََ
‫ َوبَةرِك لَع‬، ً‫ِي‬ ِ ِ ِ ‫لَع شيِدُِة إِثراِْيً و‬
َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َّ َ ُ َ ّ َ ََ َُ َ
‫خ لَع َش ّيِدُِة‬ ‫َش ّيِدُِة ُم ٍَّ ٍد َولَع آ ِل شيِدُِة ُمٍ ٍد نٍة ثةرك‬

42
‫ْ َ َ َ َّ َ‬
‫م َْم ٌ‬ ‫َْ َ َ ََ‬
‫لَع آل َش ّيدَُِة إث ْ َراْ َ‬
‫ِيد‬ ‫ِيً ‪ِِ ،‬ف اىػةل ٍِني إُِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫إِثراِْيً و‬
‫ََم ٌ‬
‫يد‬ ‫ِ‬
‫‪e.‬‬ ‫‪Melakukan takbir ketiga. Kemudian membaca doa‬‬
‫‪untuk jenazah laki-laki :‬‬

‫ُْ َْ َ ْ ْ ُ َ‬ ‫َّ ُ َّ ْ ْ َ ُ َ ْ َ ْ‬
‫ارْم ُّ َو ََعفِِّ َواعف عِ ُّ َوأؽرِم ُ ُز ُِل َو َو ّش ِْع‬ ‫اليًٓ اغ ِفر ِل و‬
‫َ‬
‫اخل َطةيَة ن ٍَة‬ ‫ْردِ َو َن ّلِّ ٌ ََِ ْ َ‬ ‫اغصِيْ ُّ ثةل ْ ٍَةءِ َواثلَّيْج َواىْ َ َ‬‫َ ْ َ َُ َ ْ‬
‫ٌدخيّ و‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬ ‫ِِل َد ًارا َخ ْ ً‬ ‫َ‬
‫اِلن َ ِس َوأثْد ْ ُ‬ ‫َ‬
‫ب اْلبْ َي َظ ٌ ََِ َّ‬ ‫َن َّليْ َ‬
‫خ اثلَّ ْٔ َ‬
‫ْيا ٌ َِْ دارِه ِ‬
‫َ َ ْ ْ ُ َْ َ‬ ‫ََ ْ ً َ ًْ ْ َ ْ َ َ ْ ً َ ًْ ْ َ ْ‬
‫اِل َِّح‬ ‫حِّ وأدخِيّ‬ ‫وأْال خْيا ٌَِ أْيِِّ وزوحة خْيا ٌَِ زو ِ‬
‫َ‬
‫ةر‬‫َوأغ ِْذهُ ٌ َِْ َغ َذاب اى ْ َل ْْر َوف ِذْنَذِِّ َوٌ َِْ َغ َذاب اجلَّ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬

‫‪Untuk jenazah perempuan :‬‬


‫ُْ َْ ُ َ ْ ْ ُ َ‬ ‫َّ ُ َّ ْ ْ َ َ َ ْ َ ْ ُ‬
‫ارْم َٓة َو ََعف َِٓة َواعف عِ َٓة َوأؽرِم ُ ُزل َٓة‬ ‫اليًٓ اغفِر لٓة و‬
‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫اغصِي َٓة ثةل ٍَةءِ َواثلَّيج َواى َ َ‬ ‫ْ‬ ‫ََّ ْ َ ْ َ ََ َ ْ‬
‫ْردِ َون ِل َٓة ٌ ََِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ووشِع ٌدخيٓة و‬
‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ َّ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َْ‬
‫اخل َطةيَة َن ٍَة َن َّليْ َ‬
‫اِلن ِس َوأثْدِل َٓة د ًارا‬ ‫ب اْلبْ َيظ ٌَِ‬ ‫خ اثلَّ ْٔ َ‬
‫ْيا ٌ َِْ َز ْ‬‫خًْ‬ ‫َ ًْ ْ َ َ ََ ْ ً َ ًْ ْ َ ْ َ َ َ ْ ً َ‬
‫ح َٓة‬ ‫ِ‬ ‫و‬ ‫خْيا ٌَِ دارِْة وأْال خْيا ٌَِ أْي ِٓة وزوحة‬
‫َْ ْ َ َْ َ َ ْ َ َ‬ ‫َ َ ْ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ ْ َ ْ َ َ‬
‫اب‬
‫ِ‬ ‫ذ‬ ‫غ‬ ‫َِ‬ ‫ٌ‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫ٓ‬ ‫ِ‬ ‫ذ‬ ‫ن‬ ‫ِذ‬ ‫ف‬‫و‬ ‫ِ‬ ‫ْر‬ ‫ل‬ ‫اى‬ ‫اب‬‫وأدخِيٓة اِلِح وأغِذْة ٌَِ غ ِ‬
‫ذ‬
‫َّ‬
‫اجلةرِ‬

‫‪43‬‬
f. Melakukan takbir yang keempat dan sunah
membaca do'a
Untuk jenazah laki-laki :
َ َ ْ َ َُْ َ ْ َ ّ ُ
َ َ‫وَلت ْفذ َِّة ث‬
‫ػدهُ َواغفِ ْر جلَة َو ُِل‬ ِ ‫اليًٓ َلحت ِرٌِة أحره‬
Untuk jenazah perempuan:
َ َ ْ َ َ‫وَلت ْفذ َِّة ث‬
‫ػدْة َواغفِ ْر جلَة َول َٓة‬
َ ْ َ‫َلحتر ٌِْة أ‬
‫ح َرْة‬
َ ّ ُ
ًٓ‫الي‬
ِ ِ

g. mengucapkan salam secara sempurna :


ُ َ ُ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ُ َ َّ
ُّ ‫ْمح اّلِل ِ َو َب َرَكد‬ ‫الصالم غييؾً ور‬

4. Petunjuk Shalat Ghaib


Apabila ada keluarga atau saudara sesama muslim
yang meninggal dunia jauh dari tempat kita, baik
meninggalnya itu disebabkan suatu bencana, kecelakaan
atau penyakit yang sedang menimpa sehingga
menimbulkan banyak korban, maka disunnahkan bagi
kita untuk mendirikan shalat ghaib walaupun waktunya
sudah lewat.
Shalat ghaib hukumnya sah sebagaimana shalat
jenazah. Begitupula bacaan dan segala caranya sama
dengan shalat jenazah. Dengan empat takbir tanpa ruku'
dan sujud. Hanya saja perbedaannya terletak pada niat.
Jika untuk jenazah yang diketahui identitasnya, maka
niatnya:

44
ً ٌَ ‫ْيات فَ ْر َض ن َِفةيَح (إ‬ ْ َ َََْ
َ ْ ‫ؾج‬ َ ْ َّ ْ ََ ّ َ ُ
/ ‫ةٌة‬ ِ ٍ ٍ ِ ‫د‬ ‫ع‬ ‫ب‬‫ر‬‫أ‬ ‫ةات‬
ِ ‫ىغ‬ ‫خا‬ِ ِ ‫أض َِّل لَع الٍي‬
َ ّ ْ
‫ٌَأ ُم ْٔ ًٌة) ِّلِلِ ت َػةل‬

(Aku niat sholat atas mayit (….) empat kali takbir


fardhu kifayah karena Allah Ta’ala)

Sedangkan niat sholat ghaib untuk jenazah yang tidak


diketahui identitasnya:
َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ِ َ ْ ْ َ َ َّ َ ْ َ َ َ ّ َ ُ
َ ْ ‫ؾج‬
‫ات ف ْرض نِفةيَ ٍح‬
ٍ ِ ‫أض َِّل لَع ٌَ ضَّل غييِّ ا ِْلٌةم أربع د‬
‫ْي‬
َ ّ ْ
‫ٌَأ ُم ْٔ ًٌة ِّلِلِ ت َػةل‬

(Aku sholat ghoib atas mayyit yang disholati imam


empat kali takbir fardhu kifayah makmum karena Allah
Ta’ala).

45

Anda mungkin juga menyukai