Anda di halaman 1dari 20

TUGAS ULANGAN AKHIR SEMESTER III

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Psikologi

Dosen Pengampu:

Drs. H. SUHARNO, M.Pd

Oleh:

Nama : Nurul Hidayah

No. Absen : 29

NIM : 2019.01.03289

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-FATTAH

SIMAN SEKARAN LAMONGAN

2020
1) a. Perkembangan adalah : ilmu yang mempelajari perkembangan dan perubahan aspek
kejiwaan manusia sejak dilahirkan sampai dengan meninggal.
b. agar guru memahami perbedaan siswa (Diversity of Student), untuk menciptakan iklim
belajar yang kondusif di dalam kelas, untuk memilih strategi dan metode pembelajaran
yang tepat, memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa (konseling),
mengevaluasi hasil pembelajaran, berinteraksi secara tepat dengan siswanya, menilai
hasil pembelajaran dengan adil, menetapkan tujuan pembelajaran, penggunaan media
pembelajaran, penyusunan jadwal pelajaran, dan memfasilitasi dan memotivasi belajar
peserta didik.
c. Pada tahapan ini, Seiring dengan pertumbuhan si Kecil, jumlah dan jenis aktivitas
fisiknya akan banyak berubah. Bayi cenderung menghabiskan waktu dengan tidur dan
makan. Namun pada saat anak beranjak balita, mereka belajar mulai dari merangkak,
kemudian berjalan, hingga dapat mengeksplorasi secara mandiri. Pola asuh dan cara
mendidik, jenis mainan, dan lingkungan sekitar akan memberikan banyak pengaruh
terhadap perkembangan keterampilan fisik mereka. Sedangkan, perkembangan kognitif
menurut Piaget dibedakan atas empat tahap, yaitu tahap pemikiran sensoris-motorik,
praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal.
d. Pada usia dini :
 UMUR 1 TAHUN
si kecil yang berusia 1 tahun mengalami perkembangan fisik yang signifikan,
biasanya ditandai dengan kemampuannya merangkak hingga berlari dalam waktu
sekitar 20 bulan. Saat mereka berjalan, mereka merentangkan tangan mereka ke
samping atau menahan perut mereka untuk menjaga keseimbangan. Pada masa ini Ia
masih cenderung tidak stabil saat berjalan, maka wajar bila sering jatuh. Mereka
menggunakan kemampuan bergerak ini untuk mendorong dan menarik mainan, menari
dan memanjat.
 UMUR 2 TAHUN
si Kecil yang berumur 2 tahun akan semakin kreatif dan mulai mengeksplorasi
berbagai cara untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain seperti berguling,
merangkak, berjalan, berlari, melompat dan memanjat. Ia juga bisa menendang bola
kecil ke depan, menangkap bola yang digelindingkan dan melempar bola dengan
tangan (dengan akurasi rendah). Meskipun masih sering jatuh, keseimbangan si kecil
menjadi lebih konsisten dari sebelumnya.
 UMUR 3 TAHUN
Si Kecil yang berusia 3 tahun sudah menjadi lebih seimbang dan dapat bergerak
dengan mantap. Selain anak mampu berjalan, mereka juga sudah lebih terkoordinasi
saat berlari, memanjat, dan melakukan aktivitas lain yang melibatkan otot besar pada
tubuhnya. Dengan berkembangnya koordinasi otot si Kecil, kini Ia bisa menangkap
bola besar menggunakan dua tangan dan tubuh mereka. Sekarang Ia juga bisa berjalan
dalam satu garis lurus dan bergerak cepat melewati rintangan. Si Kecil mungkin juga
sudah dapat berjalan tanpa melihat ke arah kakinya dan dapat berjalan mundur
perlahan.
 UMUR 4 TAHUN
Si Kecil yang berusia 4 tahun dapat terlibat dalam permainan dan aktivitas dalam
jangka panjang. Anak sudah terampil berjalan, memanjat, melompat dan bahkan
berlari kencang. Ia juga mampu melempar, menangkap, menendang dan memantulkan
bola dengan baik. Sekarang Ia memahami konsep bergerak di ruangan tanpa menabrak
benda atau orang. Berdiri dengan satu kaki selama 5 detik atau lebih, kini menjadi
aktivitas yang bisa mereka selesaikan tanpa bantuan Ibu. Hal ini dikarenakan
keseimbangan yang meningkat.
 UMUR 5 TAHUN
Si Kecil yang berusia 5 tahun memiliki banyak energi dan akan mencari
permainan dan lingkungan yang aktif. Peningkatan kemampuan untuk
menyeimbangkan dan mengkoordinasikan gerak membantu mereka untuk dapat
mengendarai sepeda dengan bantuan roda latihan, melakukan lompat tali dan
memainkan bola dengan terampil. Mereka menunjukkan cara berjalan dan berlari yang
sudah mantap, serta mampu untuk menentukan arah, kecepatan dan kualitas gerakan
mereka secara bervariasi.
 UMUR 6 TAHUN
Si Kecil berusia enam tahun akan terus menikmati bergerak dalam berbagai cara.
Meski kemampuan fisiknya belum berkembang maksimal, Ia tetap bersemangat untuk
mencoba aktivitas dan olahraga yang baru. Ia dapat berjalan di berbagai jalur dan arah,
serta mengontrol tubuh mereka misalnya dengan melompat dan mendarat, berguling
dan mengontrol distribusi berat badan pada kaki dan tangan. Pada usia ini, tingkat
keterampilan si Kecil akan bervariasi berdasarkan jumlah kegiatan fisik mereka. Si
Kecil yang kurang aktif dilatih mungkin tidak mengalami perkembagan yang sama
dengan yang rutin latihan.

2) a. Kognitif adalah : sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua
aktifitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan
informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah,
dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan,
memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.

b. Menurut jean piaget : (1) kematangan biologis; (2) aktivitas fisik; (3) pengalaman-
pengalaman sosial; dan (4) penyeimbangan (ekuilibrasi). Kesemua faktor ini saling
berinteraksi dan mempengaruhi perkembangan kognitif dengan mengubah proses-proses
berpikir.

c. periodesasi : Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)


Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
Periodeoperasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa
Penjelasan tentang Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode.
Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman
spatial penting dalam enam sub-tahapan:

1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan
terutama dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan
berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan
bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai
duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu
yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi
objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan
belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai
tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal
kreativitas.

Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan


secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang
dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan
merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat
egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat
mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah
walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya
berbeda-beda.

Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul


antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan
berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar.
Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan
tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di
dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami
bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk
memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif
di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Tahapan operasional konkrit

Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam
sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai.
Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:

Pengurutan—kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri


lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari
benda yang paling besar ke yang paling kecil.

Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda


menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa
serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut.
Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua
benda hidup dan berperasaan)

Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan


untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh, anak tidak akan lagi menganggap bahwa
cangkir yang pendek tapi lebar memiliki isi lebih sedikit dibanding cangkir yang tinggi tapi
ramping.

Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah,


kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa
4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak


berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai
contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu
bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama
banyak dengan isi cangkir lain

Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus
berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk
berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan
nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada
"gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas
(saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara
fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial.
Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia
tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan
penalaran dari tahap operasional konkrit.

d. Teori perkembangan kognitif menurut Vygotsky yaitu teori dimana anak ketika belajar
mendapat pengaruh besar dari orang tua dan orang – orang di sekitarnya. Karena anak – anak
jika diajari oleh orang tua dan orang – orang yang sudah terlatih maka anak akan lebih
memahami dan mengerti apa yang sedang ia lakukan dan pelajari. pada teori ini, Vygotsky
juga menekankan bagaimana proses – proses perkembangan mental yang dialami oleh anak.
Teori vygotsky adalah teori kognisi sosiobudaya yang memfokuskan bagaimana
perkembangan kognitif diarahkan oleh budaya dan interaksi sosial. Jadi, budaya dan interaksi
sosial lebih penting dan lebih fokus terhadap perkembangan kognitif pada anak menurut
Vygotsky.

Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky


1. Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)
Vygotsky mengistilahkan Zona Perkembangan Proksimal (ZPD) yaitu anak yang
mendapatkan tugas yang dirasa sulit bagi anak untuk dikerjakan sendiri. Akan tetapi jika
dibantu oleh orang dewasa atau oleh orang yang terlatih maka anak dapat mengerjakan
tugas yang dirasa sulit tersebut.
2. Konsep Scaffolding
Vygotsky menjelaskan tentang perubahan dukungan yang dialami oleh anak selama
proses pembelajaran terkait dengan perkembangan kognitif.
3. Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky, pembicaraan yang dilakukan oleh anak tidak hanya untuk
berkomunikasi saja, melainkan untuk membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan
mereka. Karena dengan menggunakan bahasa meskipun bahasa yang diucapkan belum
sempurna, tapi dengan bahasa tersebut sudah mewakili apa yang diinginkan atau
diutrakan oleh anak.
3) Penjelasan Yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik
1. Faktor yang mempengaruhi menurut beberapa aliran dan tokohnya.
A. Faktor Internal
Yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan
potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri.
Faktor Genetika (HEREDITAS) Hereditas merupakan “totalitas karakeristik individu
yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi baik fisik maupun psikis
yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua
melalui gen-gen.
Pada masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma), seluruh bawaaan hereditas
individu dibentuk dari 23 kromosom (pasangan xx) dari ibu dan 23 kromosom (pasangan
xy) dari ayah. Dalam 46 kromosom tersebut terdapat beribu-ribu gen yang mengandung
sifat-sifat fisik dan psikis individu atau yang memnentukan potensi-potensi hereditasnya.
Masa dalam kandungan dipandang sebagai periode yang kritis dalam perkembangan
kepribadian individu, sebab tidak hanya sebagai saat pembentukan pola-pola kepribadian,
tetapi juga sebagai masa pembentukan kemampun-kemampuan yang menentukan jenis
penyesuaian individu terhadap kehidupan setelah kelahiran.
Pengaruh gen terhadap kepribadian, sebenarnya tidak secara langsung karena
dipengaruhi gen secara langsung adalah kualitas system syaraf, keseimbangan biokimia
tubuh, dan struktur tubuh.
Dengan demikian faktor internal bisa dibagi menjadi 2 macam yaitu faktor fisiologis
dan faktor psikologis.
B. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus
jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar
seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terha-
dap kegiatan belajar individu. Sebalikrtya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.
Oleh karena keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu
ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan Jasmani
antara lain adalah:
1) menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam
tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah,
lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar;
2) rajin berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat;
3) istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran
fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama
pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar
dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala
informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal
dunia luar.
Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan
telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga pancaindra dengan baik,
baik secara preventif maupun yang,bersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar
yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara
periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.
C. Faktor Psikologis
Dalam hal kejiwaan, kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi setiap orang itu
berbeda. Kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar,
memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan
berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi,
kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat
menentukan keberhasilan dan kecerdasan dalam perkembangan sosial  anak.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal
utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang
berkemampuan intelektual tinggi, berbeda dengan anak yang mempunyai daya intelektual
kurang, mereka selalu tampak murung, pendiam, mudah tersinggung karenanya suka
menyendiri, tingkat kecerdasan yang lambat dan temperamen.
Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah
kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
- Kecerdasan/inteligensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan
demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-
organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak
merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu
sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas
manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar
siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteligensi
seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit individu itu
mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain,
seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam
mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan
perlu dimiliki oleh setiap calon guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat
memahami tingkat kecerdasan siswanya.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan
guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau
psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang
mana, amat superior, superior, ratarata, atau mungkin lemah mental. Informasi tentang
taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi
kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik
akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada
siswa.
- Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar
siswa. Motivasilah yang mendorong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Para ahli
psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif,
mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994).
Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan
terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi
menjadi dua, yairu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah
semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk
melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu
disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas
kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya.
Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena
motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar
(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik
untuk belajar antara lain adalah:
1. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas;
2. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
3. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-
orang penting, misalkan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain
sebagainya;
4. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi
dirinya, dan lain-lain.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, reladan
guru orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif
akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
- Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah
istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai
faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan
kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan
motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang
tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau
belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik
lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang
akan dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa
digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik
mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran
yang membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh
domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif,
maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau
bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih
sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
- Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan
untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang,
peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang
pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengan tisipasi
munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi
guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya.
Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi
siswanya; berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik,
sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya
dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan
senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang srudi yang dipelajari
bermanfaat bagi diri siswa.
- Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum,
bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan
dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang
dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan
seseorangyang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar
seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya,
maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkinan besar ia akan
berhasil.
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi
belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan
sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung
upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih
mudah menyerap segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya.
Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-
bahasa lain selain bahasanya sendiri.
D. Faktor Eksternal
Yaitu hal – hal yang datang atau ada diluar diri siswa/peserta didik yang meliputi
lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan
lingkungan. faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
- Lingkungan sosial
a) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal
siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa,
paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau
meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
b) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar.
Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
c) Lingkungan sosial sekolah. seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas
dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat
yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung,
ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak
sesuai dengan bakatnya.

2. Faktor internal peserta didik meliputi pemahaman diri, penguasaan teknologi informasi,
perhatian, perasaan senang dan motif. Peserta didik yang memahami dirinya merupakan
peserta didik yang mengetahui kelebihan dan kekurangan.
Faktor eksternal peserta didik berkaitan dengan faktor akibat dari interaksi perserta didik
dengan lingkungannya.

3. karakteristik perkembangan fisik, intelektual emosional, social, moral, bahasa dan


spiritual peserta didik
i. Perkembangan Fisik1
Manusia terdiri dari fisik dan psikhis. Fisik merupakan tempat berkembang berbagai
perkembangan manusia. Di dalam fisik terjadi perkembangan kognitif, sosial, moral,
agama, dan bahasa. Fisik merupakan tempat bagi perkembangan psikis manusia. Oleh
sebab itu ada pepatah dalam Bahasa Latin yang menyatakan: Man sano in carpore
sano (di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat). Fisik manusia berkembang
dalam beberapa tahapan, mulai tahap anak-anak usia lanjut. Pertumbuhan dan
perkembangan fisik manusia dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia
lanjut. Tahapan perkembangan fisik manusia sepanjang rentang kehidupannya.2
Pertumbuhan fisik manusia setelah lahir merupakan kelanjutan pertumbuhannya
sebelum ia lahir atau tepatnya ketika ia masih berada dalam kandungan. Proses
pertumbuhan fisik manusia berlangsung sampai ia dewasa.
1
Prof. Dr. Sunarto, M.Sc, Perkembangan Peserta didik. Hlm 9
2
DR. MASGANTI SIT, M.AG, Perkembangan Peserta didik. Hlm. 66
Perkembangan syaraf sensoris seorang bayi amat terbatas. Bayi yang baru lahir
pendengarannya amat baik. Ia mmapu membedakan antar suara yang lembut dari
pada yang lain. Penglihatannya masih amat lemah, walaupun bayi dapat melihat,
tetapi amat singkat dan jaraknya tidak lebih dari 1.25 meter. Dalam
perkemabangannya bayi segera dapat membedakan terangnya cahaya, warna dan
mampu mengikuti rangsangan yang bergerak dengan pandangan matanya. Begitu
pula saraf sensoris yang lainseperti perabaan, penciuman, dan pencecapan
berkembang sejalan dengan syaraf penglihatan.
Perkemabangan fugsi saraf sensoris semakin sempurna dan lengkap, sehingga anak
mampu menginterpresikan apa yang ia lihat, dengar, sentuh dan rasakan. Semua ini
merupakan potensi yang fungsional bagi terbentuknya pengetahuan seseorang.
Pertumbuhan dan perkembangan fungsi biologi setiap orang memiliki pola dan urutan
yang teratur. Banyak ahlis psikologis bahwa pertumbuhan fisik dan perkembangan
kemampuan fisik anak memiliki pola yang sama dan menunjukkan keteraturan. Dari
lahir seorang bayi yang hanya mamou menggerakkan tangan kearah reflekttif kearah
kepalanya, setelah satu bulan mulai mmapu berguling(memutar kepalanya)
seterusnya pada usia 2 bulan mulai telengkup, merangkak pada umur 3 bulan, duduk
dengan sedikit bantuan, mampu duduk, nerdiri dan melangkah satu arah atau dua
langkah, dan kemudian mampu berjalan sendiri setelah anak itu berumur 15 bulan.
Pola dan urutan pertumbuhan dan perkembangan fungsi fisik ini diikuti dengan
perkembangan kemampuan mental, spiritual dan perkembangan social.

ii. Intelektual Emosional3


Intelek merupakan kata lain dari pikir, berkemabang sejalan dengan pertumbuhan
syaraf otak. Karena piker pada dasarnya menunjukkan fungsi otak, maka pengetahuan
intelektual yang lazim disebut dengan istilah lain kemampuan berfikir, dipengaruhi
oleh kematangan oatk yang mampu menunjukkan fungsi-fungsinya secara baik.
Pertumbuhan syaraf yang telah matang akan diikuti oleh fungsinya dengan baik. Oleh
karena itu seorang individu juga akan mengalami perkembangan kemampuan
berfikirnya, mana kal pertumbuhan syaraf pusat atau otaknya telah mencapai matang.

3
Prof. Dr. Sunarto, M.Sc, Perkembangan Peserta didik. Hlm 14
Perkembangan berfikir, atau perkembangan intelektaul akan diawali dengan
kemampuan mengenal yaitu untuk mengetahui dunia luar. Reaksi atau respon
terhadap rangsanga dari luar pada awalnya belum terkoordinasikan secara baik,
hampir semua respon yang diberikan bersifat reflex, pada umur sekitar empat bulan,
pemberian respon terhadap setiap rangsangan telah mulai terkoordinasikan. Sebagai
contoh respon terhadap suara, sinar dan warna mulai ditunjukkan dengan gerakan
pandangan mata kearah asal rangsangan itu diberikan.
Perkembangan lebih lanjut ditunjukkan pada prilakunya untuk menolak dan memilih
sesuatu, yang berarti telah terdapat proses pertimbangan atau yang lazim dikenal
dengan istilah analisis, evaluasi sampai dengan kemmapuan menarik kesimpulan dan
keputusan. Fungsi ini terus berkembang mengikuti kekayaan penggetahuannya
mengenai dunia luar dan proses belajar yang telah dialaminya, sehingga pada saatnya
seorang berkemampuan untuk melakukan peramalan atau prediski, perencanaan dan
berbagai kemampuan analisis dan sintesis. Perkembangan oerfikir semacam ini
dikenal pula sebagai perkembangn kognitif.
Beberapa ahli psikologi juga berpendapat bahwa perkembangan kemampuan berpikir
manusia tumbuh bersama dengan pertambahan usia manusia. Sebagian ahli psikologi
lainnya berpandangan bahwa perkembangan berpikir manusia dipengaruhi oleh
lingkungan sosial dimana manusia hidup. Kemampuan berpikir manusia juga turut
mempengaruhi kemampuan bahasa manusia sebab bahasa merupakan alat berpikir
pada manusia.4
iii. Sosial
Bayi lahir dalam keadaan yang sangat lemah. Ia tidak akan mampu bertahan hidup
terus tanpa banyaun orang lain. Manusia lain, terutama ibunya,akan membantu bayi
yang baru lahir oitu untuk dapat hidup terus. Jadi bayi –setiap orang- memerlukan
orang lain. Dengan perkataan lain dalam setiap proses pertumbuhan setiap orang tidak
dapat berdiri sendiri. Setiap manusia memrlukan lingkunganya, dan senantiasa akan
memerlukan manusia lainnya.
Sejalan dengan pertumbuhan badannya, bayi yang telah menjadi seorang anak dan
seterusnya akan menjadi orang dewasa itu, akan mengenal lingkungannnya lebih luas,

4
DR. MASGANTI SIT, M.AG, Perkembangan Peserta didik. Hlm. 79
mengenal banyak manusia. Perkenalan dengan irang lain dimulai dengan mengenal
ibunya, kemudian mengenal auha dan saudara-saudaranya, dan akhirnya mengenal
manusia diluar keluarganya. Selanjutnya manusia yang dikanlnya semakin bnayak
dan amat heterogen, namun pada umumnya setiap orang anak kan lebih tertarik
kepada teman sebayanya yang sama jenis. Anak membentuk kelompok sebaya sebgai
dunianya, memahami dunia anak dan kemudian dunia pergaulan yang lebih luas.
Akhirnya menusia mengenal kehidupan bersama, kehidupan bermasyarakat atau
kehidupn social. Dalam perkembangannya setiap orang akhirnya mengetahui bahwa
manusia itu slaing memrlukan, membantu dan dibantu, memberi dan diberi.

iv. Moral5
Bloom (woolfok dan Nicolich, 1984;390) mengemukakan bahwa tujuan akhir dari
proses belajar dikelompokkan menjadi tiga sasaran, yaitu penguasaan pengetahuan
(kognitif), penguasaan nilai dan sikap (afektif) dan penguasaan psikomotor. Masa
bayi belum mempersoalkan masalah moral, karena dalam kehidupan bayi belum
dikenal herarki nilai dan suara hati. Prilakunya belum dibimbing norma-norma moral.
Pada masa anak-anak telah terjadi perkembangan moral yang relative rendah
(terbatas) anak belum menguasai nilai-nilai.
ada tiga tingkat perkembangan moral yang masing-masing ditandai dua tahap.
Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral menurut Kohlberg adalah
internalisasi, yaitu perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara
eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal (Moshman, 2005: 74)6
v. Bahasa7
Beberapa ahli psikologi memasukkan perkembangan bahasa ke dalam perkembangan
kognitif, sebab aktivitas berpikir melibatkan bahasa. Berpikir merupakan percakapan
dalam hati. Bahasa merupakan alat untuk berpikir dan bahasa mengekspresikan hasil
pemikiran. Berpikir dan berbahasa merupakan dua aktivitas yang saling melengkapi
dan terjadi dalam waktu yang relatif bersamaan.

5
Prof. Dr. Sunarto, M.Sc, Perkembangan Peserta didik. Hlm 23
6
DR. MASGANTI SIT, M.AG, Perkembangan Peserta didik. Hlm. 12
7
DR. MASGANTI SIT, M.AG, Perkembangan Peserta didik. Hlm. 98
Kemampuan berpikir seseorang menentukan kemampuan berbahasanya. Sebaliknya,
kemampuan berbahasa seseorang merupakan cerminan kemampuan berpikirnya.
Perkembangan bahasa merupakan proses untuk memperoleh bahasa, menyusun
tatabahasa dari ucapan-ucapan, memilih ukuran penilaian tatabahasa yang paling
tepat dan paling sederhana dari bahasa tersebut.
Teori perkembangan bahasa digagas oleh Chomsky (1928). Chomsky menyatakan
kemampuan berbahasa adalah bawaan manusia yang tidak dimiliki makhluk lain.
Kemampuan berbahasa telah dibawa manusia sejak lahir.8
vi. Spiritual9
Jika perkembangan moral anak tidak terjadi sejak lahir, per- kembangan agama pada
anak menurut ajaran Islam telah ada sejak anak lahir. Fitrah beragama dalam diri
manusia merupakan naluri yang menggerakkan hatinya untuk melakukan perbuatan
“suci” yang diilhami oleh Tuhan Yang Maha Esa telah ada dalam diri anak sejak dia
berada di tulang sulbi orang tuanya.

4) A. Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio.


Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau
fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada
embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik.
Secara umum, sel embriogenik tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase, antara
lain:
1. Sel tunggal/Zigot
2. Morula
3. Blastula
4. Gastrula
5. Neurula
6. Fetus / Janin

8
DR. MASGANTI SIT, M.AG, Perkembangan Peserta didik. Hlm. 14
9
DR. MASGANTI SIT, M.AG, Perkembangan Peserta didik. Hlm. 170
B. KEMBAR identik atau disebut juga kembar monozigotik berasal dari satu sel telur (ovum)
dan satu sel sperma yang mengalami pembuahan dan menjadi satu zigot. Dalam
perkembangannya, zigot tersebut membelah menjadi embrio yang berbeda.
Dalam penelitian diketahui bahwa kedua embrio berkembang menjadi janin yang berbagi
rahim yang sama. Tergantung dari tahapan pemisahan zigot, kembar identik dapat berbagi
amnion yang sama (dikenal sebagai monoamniotik) atau berbeda amnion.
Lebih jauh lagi, kembar identik bukan monoamniotik dapat berbagi plasenta yang sama
(dikenal dengan monokorionik, monochorionic) atau tidak. Semua kembar monoamniotik
pasti monokorionik.
Berbagi amnion yang sama (atau amnion dan plasenta yang sama) dapat menyebabkan
komplikasi dalam kehamilan. Contohnya, tali pusar dari kembar monoamniotik dapat terbelit
sehingga mengurangi atau mengganggu penyaluran darah ke janin yang berkembang.
C. 1. Premature Ovarian Failure
Premature Ovarian Failure (POF) atau bisa juga disebut kegagalan prematur indung telur
adalah gangguan pada fungsi ovarium. Gejala pertama yang paling umum dari kegagalan
prematur ovarium adalah mempunyai periode-periode bulanan yang tidak teratur. 
Karena siklus bulanan wanita adalah sinyal yang penting dari kesehatannya. Jika Anda
mengalami periode-periode yang tidak teratur atau terlewati, Anda harus memberitahu dokter
agar dapat mulai menentukan penyebab persoalan tersebut.

2. Uterine Fibroid
Uterine fibroid adalah pertumbuhan non-kanker atau jaringan otot rahim. Fibroid dapat
berkisar dalam jumlah dan ukuran dari pertumbuhan tunggal hingga beberapa pertumbuhan,
dan dari sangat kecil sampai besar. Sebanyak 70% - 80% dari semua wanita akan memiliki
fibroid pada usia 50

3. Fallopian Tube Blockage


Fallopian Tube Blockage adalah penyakit yang menyebabkan penyumbatan pada saluran
indung telur. Sehingga menghambat dan menutup jalan masuk sel sperma menuju sel telur.
Selain itu, penyakit ini juga menyebabkan seorang wanita rentan hamil di luar rahim atau
yang bisa disebut kehamilan ektopik. Hal ini dikarenakan tertutupnya jalan embrio menuju
rahim.

4. Kelainan Ovulasi

Kelainan ovulasi adalah kondisi di mana siklus ovulasi berlangsung tidak normal, atau
terhenti sama sekali. Kondisi seperti ini biasanya akibat kekurangan regulasi hormon
reproduksi oleh hip

5.    Endometriosis
Endometriosis adalah suatu kelainan di mana adanya jaringan rahim (endometrium) yang
berada di luar rahim. Lokasi endometriosis biasanya berada pada organ-organ di dalam
rongga panggul (pelvis), ovarium, dan peritoneum. Endometriosis bukanlah penyakit infeksi,
sehingga tidak menular kepada orang lain. Penyakit ini merupakan penyakit yang
dipengaruhi hormon estrogen.
Endometriosis sering menyerang wanita usia produktif. Namun hal ini juga dapat terjadi pada
usia remaja dan wanita pasca menopause yang mendapat terapi hormonal.
Jika seorang wanita mempunyai salah satu dari masalah di atas, bisanya dokter akan
menyarankan program bayi tabung sebagai solusi agar pasangan suami istri dapat memiliki
keturunan.
otalamus atau kelenjar hipofisis, atau masalah pada ovarium itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai