Anda di halaman 1dari 7

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

JALAN JENDERAL GATOT SUBROTO 40-42 JAKARTA 12190


TELEPON (021) 5250208, 5251609; FAKSIMILE (021) 5732062; SITUS www.pajak.goid
LAYANAN INFORMASI DAN PENGADUAN KRING PAJAK (021) 1500200
EMAIL penaduan(6)0aiak.QO.id informasi()0aiak0O.id

Nomor : S- /PJ.02/2019 lJ.)l 2019


Sifat : Sangat Segera
Hal Tanggapan Terkait Penyelesaian Permasalahan Perpajakan

Yth. Pimpinan Pusat Muhammadiyah


Jalan Kh. A, Dahian No 103 Notoprajan
Ngampilan, Yogyakarta

Sehubungan dengan surat Pimpinan Pusat Muhammadiyah (Wajib Pajak) nomor


164/l.0/A12019 tanggal 29 April 2019 hal Permohonan Penyelesaian Permasalahan Perpajakan,
kami sampaikan hal-hal sebagai berikut:
Dalam surat tersebut disampaikan bahwa dalam rangka upaya tertib administrasi dan
pelaporan terkait aset yang berkaitan dengan pelaporan perpajakan, serta ikut serta
mendukung kebijakan pemerintah terkait tertib perpajakan, Wajib Pajak memohon kepada
Direktur Jerideral Pajak untuk berkenan memberikan surat petunjuk kepada seluruh KPP di
Indonesia agar memberikan kemudahan akses pelayanan terkait beberapa hal berikut mi:
a. Kemudahan permohonan pemberian NPWP pusat untuk masing-masing Amal Usaha
Muhammadiyah (AUM) dengari mengganti dokumen peridirian badan hukum lembaga
menjadi SK peridirian amal usaha dan Pimpinan Muhammadiyah dalam rangka
pendaftaran NPWP.
b. Terhadap AUM yang sebelumnya telah diberikan NPWP cabang, dapat diberikan
kemudahan perubahari NPWP cabang merijadi NPWP pusat bagi beberapa AUM yang
NPWPnya menginduk ke NPWP PP Muhammadiyah, tanpa melalui pemeriksaan pajak.
c. Kemudahan perubahan bentuk badan hukum bagi NPWP yang masih salah taripa
melalui pemeriksaan pajak.
d. Terkait PPh Badan untuk universitas dan sejenisrlya, bahwa perencariaan selama
4 (empat) tahun penggunaan sisa lebih tidak perlu disahkan oleh Kopertis. Hal mi penting
karena pemahaman masing-masing KPP belum seragam dan selaras.
2. Pada saat mi, perlakuan atas AUM dalam konteks perpajakan tidak seragam khususnya
terkait pendaftaran Wajib Pajak karena beberapa Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
memberikan NPWP Cabang, dan beberapa KPP membenikan NPWP Pusat.
3. Pasal 7 ayat 1 dan 2 Anggaran Dasar (AD) Muhammadiyah menyatakan bahwa:
"Untuk mencapai maksud dan tujuannya, Muhammadiyah melaksariakan Dakwah Amar
Ma'ruf Nahi Mungkar dan Tajdid yang diwujudkan dalam usaha di segala bidang kehidupan.
Usaha Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan yang
macam dan penyelenggaraanniya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga".
4. Data menunjukkan perkembangan AUM secara kuantitas menunjukkan angka yang
signifikan, meliputi:
a. dalam bidang pendidikan, hingga tahun 2000 Muhammadiyah memiliki 3.979 Taman
Kanak-kanak, 33 Taman Pendidikan Al Qur'an, 6 Sekolah Luar Biasa, 940 Sekolah
Dasar, 1.332 Madrasah Diniyah/Ibtidaiyyah, 2.143 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(SMP.
Kp. :PJ .02 1/PJ .0201/20 19
-2-

(SMP dan MTs), 979 SLTA (SMU, MA, SMK), 101 Sekolah Kejuruari, 13
Muallimin/Muallimat, 3 Sekolah Menengah Farmasi, serta 64 Pondok Pesantren;
b. dalam bidang pendidikan tinggi, sampai tahun 2005, Muhammadiyah memiUki 36
Universitas, 72 Sekolah Tinggi, 54 Akademi, serta 4 buah Politeknik;
c. dalam bidang kesehatan, hingga tahun 2000 Muhammadiyah memiliki 30 Rumah Sakit
Umum (RSU), 13 Rumah Sakit Bersalin, 80 Rumah Sakit Bersalin, 35 Balai Kesehatan
Ibu dan Anak, 63 Balai Pengobatan, 20 Poliklinik, Balkesmas, dan layanan kesehatan
lain;
d. dalam bidang kesejahteraan sosial, hingga tahun 2000 Muhammadiyah telah memfliki
228 panti asuhan yatim, 18 panti jompo, 22 Bakesos, 161 santunan keluarga, 5 panti
wreda/manula, 1 panti cacat netra, 38 santunan kematian, serta 15 BPKM; dan
e. dalam bidang ekonomi, hingga tahun 2000 Memiliki 5 Bank Perkreditan Rakyat
(www.muhammadiyah.or.id).
5. Ketentuan terkait.
a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009 (UU KUP), mengatur antara lain:
1) Pasal 1 angka 2, bahwa Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesual dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpaj akan.

2) Pasal 1 angka 3, bahwa Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lairinya,
badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk
usaha tetap.

3) Pasal 2 ayat (1), bahwa setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan
subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakari wajib mendaftarkan din pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan
kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.

4) Penjelasan Pasal 2 ayat (1), bahwa persyaratan subjektif adalah persyaratan yang
sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan 1984 dan perubahannya. Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi
subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk
melakukan pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.

5) Pasal 4 ayat (4), bahwa Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuari harus dilampri dengari laporari
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan lain yang
diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.

6) Pasal 4.

Kp.:PJ.021/PJ.0201/2019
-3-

6) Pasal 4 ayat (4a), bahwa laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
adalab laporan keuangan dan masing-masing Wajib Pajak.

7) Penjelasan Pasal 4 ayat (4a), bahwa yang dimaksud dengan Laporan Keuangan
masing-masing Wajib Pajak adalah laporan keuangan hash kegiatan usaha masing-
masing Wajib Pajak.

b. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah


beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh),
mengatur anitara lain:
1) Pasal 2 ayat (1), bahwa yang menjadi subjek pajak adalah:
a) 1. orang pribadi;
2. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak;
b) badan; dan
c) bentuk usaha tetap.
2) Pasal 4 ayat (3) huruf m, bahwa dikecualikan dan objek pajak adalah sisa lebih yang
ditenima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang
pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar
pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana
dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam
jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut,
yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.03/2017 tentang Tata Cara Pendaftaran
Wajib Pajak dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Serta Pengukuhan dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, anitara lain:
1) Pasal 9 ayat (1), bahwa Kepala KPP berdasarkan permohonan Wajib Pajak atau
secara jabatan dapat melakukan perubahan data Wajib Pajak dalam hal:

a) data dan/atau informasi yang terdapat dalam administrasi perpajakan berbeda


dengan keadaan yang sebenarnya; dan

b) perubahan data dimaksud tidak mengakibatkan pemindahan tempat Wajib


Pajak terdaftar.
2) Pasal 30 ayat (1), bahwa Kepala KPP atas permohonan Wajib Pajak atau secara
jabatan dapat melakukan penghapusan NPWP terhadap Wajib Pajak yang sudah
tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
3) Pasal 30 ayat (2), bahwa penghapusan NPWP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dalam hal:
a) Wajib Pajak diiikuidasi atau dibubarkan karena penghentian atau
penggabungan usaha;
b) Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang telah menghentikan kegiatan usahanya
di Indonesia; atau

C) Wajib.

Kp.:PJ.021/PJ.0201/2019
-4-

c) Wajib Pajak yang memiliki lebih dan 1 (satu) NPWP, tidak termasuk NPWP
cabang.

d. Pasal 1 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2009 tentang Sisa
Lebih yang Ditenima atau Diperoleh Badan atau Lembaga Nirlaba yang Bergerak Dalam
Bidang Pendidikan dan/atau Bidang Penelitian dan Pengembangan, yang Dikecualikan
Dan Objek Pajak Penghasilan, bahwa Badan atau lembaga nirtaba sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah badan atau lembaga ninlaba yang bergerak dalam bidang
pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada
instansi yang membidanginya.
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara
Pendaftaran dan Pembenian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan
Pengukuhan Perigusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta Perubahan Data dan
Pemindahan Wajib Pajak s.t.d.t.d. PER-02/PJ/2018, antara lain:
1) Pasal 6 huruf f, bahwa dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan
permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (4) dan Pasal 5 ayat (3), untuk Wajib Pajak Badan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf c yang berorientasi pada profit (profit
oriented), yaitu:

a) fotokopi:
(1) akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahannya, bagi Wajib
Pajak Badan dalam negeri; atau
(2) surat keterangan penunjukan dan kantor pusat, bagi bentuk usaha tetap
atau kantor perwakilan perusahaan asing;
b) dokumen yang menunjukkan identitas din salah satu pengurus Badan:
(1) bagi WNI, yaitu:
I. fotokopi KTP; dan
ii. fotokopi Kartu Nomon Pokok Wajib Pajak; atau
(2) bagi WNA, yaitu:
i. fotokopi paspor; dan
ii. fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak, dalam hal WNA telah
terdaftar sebagai Wajib Pajak; dan
c) surat pernyataan bermetenai dan salah satu pengurus Wajib Pajak Badan yang
menyatakan kegiatan usaha yang dilakukan dan tempat atau lokasi kegiatan
usaha tersebut dilakukan.
2) Pasal 6 huruf g, bahwa dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan
permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (4) dan Pasal 5 ayat (3), untuk Wajib Pajak Badan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf c yang tidak berorientasi pada profit (non
profit oriented), yaitu:

a) dokumen yang menunjukkan identitas din salah satu pengurus Badan:


(1) fotokopi KTP, dalam hat pengurus adalah WNI; atau

(2) fotokopi.
Kp.:PJ.021/PJ.0201/2019
-5-

(2) fotokopi paspor pengurus, dalam hal pengurus adalah WNA; dan
b) surat pernyataan bermeterai dan salah satu pengurus Wajib Pajak Badan yang
menyatakan kegiatan yang dilakukan dan tempat atau lokasi kegiatan tersebut
dilakukan.
3) Pasal 28 ayat (1), bahwa perubahan data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena
Pajak dapat dilakukan dalam hal data yang terdapat dalam administrasi perpajakan
berbeda dengan data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak menurut
keadaan yang sebenarnya yang tidak memerlukan pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak baru dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak baru.

f. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-44/PJ/2009 tentang Pelaksanaan


Pengakuan Sisa Lebih yang Diterima atau Diperoleh Badan atau Lembaga Nirlaba yang
Bergerak Dalam Bidang Pendidikan dan/atau Bidang Penelitian dan Pengembangan
yang Dikecualikan Dan Objek Pajak Penghasiian (PER-44), antara lain:

1) Pasal 1 ayat angka 3, bahwa Badan atau lembaga nirlaba adalah badan atau
lembaga ninlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian
dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya

2) Pasal 2 ayat (2), bahwa Badan atau lembaga nirlaba sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib menyampaikan pemberitahuan mengenai rencana fisik sederhana
dan rencana biaya pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dengan tindasan kepada instansi
yang membidanginya.
g. Lampiran Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI nomor AHU.88.AH.01 .07 tahun
2010 (anggaran dasar Muhammadiyah), antara lain:
1) Pasal 21 ayat (1), bahwa Organisasi Otonom ialah satuan organisasi di bawah
Muhammadiyah yang memiliki wewenang mengatur rumah tangganya sendiri,
dengan bimbingan dan pembinaan oleh Pimpinan Muhammadiyah.
2) Pasal 21 ayat (3), bahwa Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Organisasi Otonom disusun oleh Organisasi Otonom masing-masing
berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah.
6. Berdasarkan permasalahan tersebut dan memperhatikan ketentuan terkait, kami sampaikan
hal-hal sebagai benikut:
a. Dengan mempertimbangkan surat keputusan Menteri Hukum dan HAM RI nomor
AHU.88.AH.01.07 tahun 2010 (AD Muhammadiyah) yang menyatakan bahwa terhadap
Organisasi Otonom yang berada di bawah Muhammadiyah, memiliki anggaran rumah
tangga sendiri, serta melakukan pembukuan sendiri tanpa melakukan konsolidasi
dengan pembukuan Wajib Pajak, maka terhadap organisasi otonom tersebut diberikan
NPWP pusat tersendini yang berbeda dengan NPWP Muhammadiyah, dan bukan
diberikan NPWP cabang dan Muhammadiyah. Pembenian NPWP pusat tersebut
diberikan sebagai sarana administrasi pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban
Organisasi Otonom.

b. Terhadap AUM yang didinikan dan dibina oleh Muhammadiyah di semua tingkatan
(pusat, wilayah, daenah, cabang, dan ranting) den amal usaha yang didirikan dan dibina
oleh Organisasi Otonom Muhammadiyah semua tingkatan (pusat, wilayah, daerah,

cabang.
Kp. :PJ 02 1/PJ .020 1/2019
-6-

cabang, dan ranting) dapat diberikan NPWP pusat yang berbeda dengan NPWP PP
Muhammadiyah, sepanjang terdapat pengaturan dan PP Muhammadiyah atau
Organisasi Otonom Muhammadiyah yang secara eksplisit menyatakan bahwa:

1) amal usaha memiliki kewajiban penyusunan dan penyampaian laporan keuangan


atas kegiatan amal usaha secara terpisah dan bukan bagian dan laporan
keuangan PP Muhammadiyah atau Organisasi Otonom; dan

2) PP Muhammadiyah atau Organisasi Otonom tidak memiliki kewajiban untuk


menggabungkan seluruh laporan keuangan amal usaha dengan laporan keuangan
PP Muhammadiyah atau Organisasi Otonom sebagai laporan keuangan
gabungan, namun PP Muhammadiyah atau Organisasi Otonom melakukan
konsolidasi atas laporan keuangan amal usaha.
c. Dokumen pendirian yang merupakan salah satu dokumen yang disyaratkan untuk
mendaftarkan NPWP pusat, adalah dokumen yang menjadi dasar pendirian dan
Badan tersebut, misalnya surat perjanjiari antar anggota atau akta pendirian. Dengan
demikian, dalam rangka pendaftaran NPWP pusat bagi amal usaha tidak didasarkan
pada akta pendirian PP Muhammadiyah atau Organisasi Otonom, namun dapat
menggunakan dokumen lain yang menunjukkan dasar didirikannya amal usaha tersebut.

d. Sesual ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 2, perubahan data Wajib Pajak
dapat dilakukan sepanjang tidak memerlukan pemberian Nomor Pokok Wajib
Pajak baru dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak baru. Terhadap amal usaha
yang telah diberikan NPWP cabang, tidak dapat dilakukan perubahan data Wajib Pajak
dengan diberikan NPWP pusat. Namun pernberian NPWP pusat tersebut dilakukan
dengan:

1) penghapusan NPWP cabang, baik berdasarkan permohonan Wajib Pajak, maupun


secara jabatan oleh Kepala KPP; dan

2) pendaftaran NPWP pusat yang berbeda dengan NPWP cabang sebelumnya.


e. Penghapusan NPWP cabang sebagaimana dimaksud pada huruf d angka 1) secara
jabatan dapat dilakukan melalui penelitian atau pemeriksaan.
Dalam hal data dalam basis data perpajakan yang tidak sesuai dengan keadaan
sebenarnya, KPP dapat melakukan perubahan data secara jabatan. Perubahan data
dimaksud termasuk perubahan data bentuk badan Wajib Pajak, dalam hal sejak saat
pendirian diketahui bahwa:

1) bentuk badan usaha Wajib Pajak sesuai dengan dokumen yang dilampirkan saat
permohonan pendaftaran NPWP, namun terdapat perbedaan perekaman data oleh
petugas Pendaftaran pada basis data perpajakan (contoh: pendaftaran amal usaha
direkam sebagai yayasan, namun sesuai dokumen yang dilampirkan saat
pendaftaran amal usaha tersebut bukan berbentuk yayasan); atau

2) dokumen yang dilampirkan saat permohonan pendaftaran NPWP tidak sesual


dengan keadaan yang sebenarnya berdasarkan dokumen terkini yang disampaikan
oleh Wajib Pajak (contoh: pendaftaran amal usaha yang pada saat pendaftaran
menyampaikan akta pendirian yang berbentuk yayasan, namun ketentuan
muhammadiyah menyatakan secara tertulis bahwa amal usaha tidak berbentuk
yayasan, sehingga diperlukan dokumen baru yang menyatakan akta pendirian yang
berbentuk yayasan tersebut batal demi hukum sebagai dasar perubahan data).

g. Perubahan.
Kp.:PJ.021/PJ.0201/2019
-7-

g. Perubahan bentuk badan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam pada huruf f tidak
perlu melalui mekanisme penghapusan NPWP, kareria sejak awal secara nyata dan
dibuktikan dengan dokumen peridukung, bentuk badan Wajib Pajak tersebut tidak
berubah.

h. Oleh karena itu, dengan ml disampaikan kepada Wajib Pajak agar:

1) Organisasi Otonom yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada huruf a


dan telah memiliki NPWP cabang dan PP Muhammadiyah, mengajukan
permohonan penghapusan NPWP cabang atas nama Organisasi Otonom.

2) Organisasi Otonom yang telah mengajukan permohonan penghapusan NPWP


sebagaimana dimaksud pada angka 1), dapat mengajukan permohonan
pendaftaran NPWP pusat ke KPP atau KP2KP yang wilayah kerjariya meliputi
tempat kedudukan Organisasi Otonom, yang selarijutnya menggunakan NPWP
pusat tersebut untuk melaksanakan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya.

3) Mengajukan permohonan perubahan data dalam hal terdapat data yang terdapat
dalam administrasi perpajakan berbeda dengan data Wajib Pajak dan/atau
Pengusaha Kena Pajak menurut keadaan yang sebenarnya.
Sehubungan dengan permohonan petunjuk terkait pemberitahuan mengenal rericana
fisik sederhana dan rencana biaya, kami berpendapat sesuai dengan Pasal 2 ayat (2)
PER-44, atas pemberitahuan mengenai rencana fisik sederhana dan rencana biaya
pembangunari dan pengadaan sararia dan prasarana disampaikan kepada KPP tempat
Wajib Pajak terdaftar. Pemberitahuan dimaksud tidak perlu disahkan oleh Kopertis,
cukup disampaikan tindasannya kepada instansi yang membidangiriya.

Demikian disampaikan, atas perhatianriya disampaikan terima kasih.

a.nDirektkJr Jenderal
D1reJr Peraturan Perpajakari I,

frnfYanuar e

Tembusan:
1. Direktur Jenderal Pajak
2. Direktur Peraturani Perpajakan II

Kp.:PJ.021/PJ.0201/2019

Anda mungkin juga menyukai