Anda di halaman 1dari 7

183

PENGANTAR MENGENAI TEORI MARXIS TENTANG HUKUM


Oleh:
Endra Wijaya
Fakultas Hukum Universitas Pancasila Jakarta

Abstract

The opinion of Karl Marx becomes the inspiration for the appearance of the critical philosophy in
the field of economics, social, politic and law. The spirit is to criticize the capitalism system that
assumed of negative effect for the human life. When those opinion is came into the law, it bring the
criticism to attendance of law in capitalist society. In capitalist society, law is not a free value, it’s
not neutral character and always related with the economic factor and also existing politics.

Kata Kunci : teori marxis dan sistem kapitalisme

A. Pendahuluan itu dilihat dari sudut pandang yang legal


Tulisan ini berupaya untuk memaparkan positivism3, hukum dilihat sebagai sesuatu
sedikit hal tentang hukum dari sudut pandang yang bebas nilai atau tidak terkait sama sekali
(perspektif) marxis. Oleh karena itu, tulisan dengan faktor sosial dan kepentingan politik.
ini lebih tepat didudukkan sebagai tulisan Kritik terhadap sudut pandang seperti itu
pengantar untuk membuka pemahaman me- sudah banyak dilontarkan oleh para ahli
ngenai teori marxis tentang hukum. hukum, misalnya seperti yang dilakukan oleh
Yang patut mendapatkan perhatian per- Satjipto Rahardjo melalui gagasan “Hukum
tama-tama ketika membicarakan masalah Progresif”-nya atau juga oleh Roberto Unger
hukum dari perspektif marxis adalah, bahwa serta Duncan Kennedy dengan Critical Legal
Karl Marx sendiri tidak pernah menghasilkan Studies-nya (CLS).
suatu karya yang dapat disebut sebagai “teori Kritik-kritik tersebut pada intinya ber-
tentang hukum” yang utuh.1 Marx sendiri lebih pendapat bahwa hukum tidak bisa dilepaskan
tepat dikatakan sebagai seorang pemikir, dari faktor-faktor yang ada di dalam masya-
filsuf, sekaligus aktivis di bidang ekonomi dan rakat, seperti faktor nilai, moral, etika, eko-
politik.2 Upaya untuk merancang secara lebih nomi, bahkan politik. Literatur yang memuat
lengkap dan menyeluruh teori hukum dalam kritik tadi sudah cukup banyak disebarluaskan,
wilayah pemikiran marxis dilakukan oleh para tetapi penulis masih melihat adanya kekurang-
pengikut teori Marx (para marxis). an, yaitu terutama kritik yang membahas teori
Setidaknya terdapat 2 (dua) alasan yang keterkaitan antara hukum dengan aktivitas
dapat diajukan untuk menjawab pertanyaan ekonomi dan politik.
“Apa perlunya mempelajari atau mengetahui Kalaupun ada upaya yang telah memper-
tema hukum dalam lingkup pemikiran marxis? kenalkan teori “hukum adalah politik”, seperti
Alasan pertama adalah untuk mem- melalui beberapa tulisan yang mengangkat
perluas atau memperkaya pemahaman me- pemikiran CLS, menurut penulis upaya itu
ngenai teori hukum itu sendiri. Terdapat masih juga belum cukup. Perlu dipahami,
kecenderungan dalam kegiatan (proses) pem- bahwa CLS memiliki akar pemikiran pada
belajaran ilmu hukum, bahwa masalah hukum tradisi kritis yang dikembangkan oleh para

1
Alan Hunt, 2000, “Marxist Theory of Law”, dalam
3
Dennis Patterson ed., A Companion to Philosophy of Qodri Azizy, “Menggagas Ilmu Hukum Indonesia”, dalam
Law and Legal Theory, Massachusetts: Blackwell Qodri Azizy, et al., 2006, Menggagas Hukum Progresif
Publishers Ltd, hlm. 356. Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, IAIN Walisongo
2
Ken Budha Kusumandaru, 2003, Karl Marx, Revolusi, Semarang, dan Program Doktor Ilmu Hukum Universitas
dan Sosialisme, Yogyakarta: Insist Press, hlm. 52. Diponegoro, hlm. vii.
184 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 8 No. 3 September 2008

neomarxis.4 Jadi cukup wajar apabila tulisan aturan-peraturan itu akan efektif di
teori marxis tentang hukum diperkenalkan masyarakat atau tidak.
juga berdampingan dengan tulisan-tulisan ten- Sebagai kritik terhadap pendekatan
tang CLS. Tentu upaya seperti itu akan mem- positivisme hukum, maka yang perlu dilakukan
berikan pemahaman yang lebih lengkap, baik adalah merubah sudut pandang terhadap
bagi teori hukum pada umumnya, maupun bagi proses hukum. Proses hukum harus dipandang
teori “hukum adalah politik” pada khususnya. sebagai proses yang melibatkan interaksi
Alasan kedua adalah untuk memberikan antarmanusia atau “proses perilaku”, yang di
alternatif pisau analisis dalam memahami dalamnya terkait pula berbagai faktor, seperti
fenomena ketidakberdayaan hukum dalam faktor nilai, moral, etika, sosial, dan politik.
memberikan rasa keadilan di masyarakat. Manusialah yang berperan dalam proses hu-
Satjipto menyebutkan bahwa telah terjadi kum, karena peraturan tidaklah akan mem-
proses bekerjanya hukum yang justru “kontra- punyai arti apa-apa kalau tidak ada faktor
produktif”. Satjipto bahkan juga menyebutkan manusia yang menjalankannya.8 Oleh karena
bahwa “Hukum yang membawa panji-panji itu, maka diperlukan pendekatan alternatif
keteraturan dan ketertiban, misalnya, ter- selain pendekatan yang positivis dalam men-
nyata dapat menimbulkan suasana yang jawab permasalahan hukum di masyarakat,
sebaliknya. Ia tidak hanya bersifat ordegenik, dan pendekatan itu sebaiknya juga ikut
melainkan juga kriminogenik.”5 mempertimbangkan banyak faktor yang ada di
Keadaan hukum seperti tersebut di atas dalam masyarakat. Pendekatan alternatif itu
tidak dapat dipecahkan apabila hanya ber- salah satunya adalah pendekatan marxis
sandar pada analisis hukum yang positivis tentang hukum, yang menjadi pokok pem-
(positivisme hukum). Positivisme hukum meng- bahasan dalam tulisan ini. Pendekatan marxis
hendaki dilepasnya unsur nilai, moral, etika, tentang hukum bahkan diklaim oleh salah satu
sosial, dan politik dari sistem hukum. pemikirnya, Evgeny Pashukanis, sebagai se-
Positivisme hukum juga melihat hukum suatu yang dibangun berdasarkan kenyataan
semata-mata dalam bentuk formalnya,6 maka sosial.9
kemudian yang terjadi adalah reduksi ter- Sesuai dengan judul yang dipilih, maka
hadap proses hukum, yaitu semata-mata hanya yang menjadi pokok pembahasan dalam
sebagai “proses peraturan.”7 Positivisme tulisan ini adalah mengenai teori marxis ten-
hukum akan menjawab masalah kemacetan tang hukum. Sebagai tulisan pengantar, maka
hukum dalam menciptakan keadilan dengan cukup tepat apabila pembahasan dilakukan
kembali melakukan proses pembentukan secara deskriptif, dengan hanya memaparkan
peraturan yang baru. “Banjir” peraturanpun secara umum beberapa pokok pemikiran yang
akhirnya terjadi, tidak peduli apakah per- ada di dalam teori marxis tentang hukum.

B. Pembahasan
4
FX. Adji Samekto, 2005, Studi Hukum Kritis: Kritik Dalam literatur-literatur teori hukum yang
terhadap Hukum Modern, Bandung: PT. Citra Aditya telah dipublikasikan, terutama yang ditulis
Bakti, hlm. 35 dan 56. Lihat juga Otje Salman dan
Anton F. Susanto, 2004, Teori Hukum: Mengingat, dalam bahasa Indonesia, masih sedikit sekali
Mengumpulkan dan Membuka Kembali, Bandung: Refika ditemui pembahasan yang memadai mengenai
Aditama, hlm. 124.
5 teori marxis tentang hukum. Jika ada, teori
Satjipto Rahardjo (a), 2007, Biarkan Hukum Mengalir:
Catatan Kritis tentang Pergulatan Manusia dan Hukum, marxis tentang hukum itu pun masih terbatas
Jakarta: Kompas, hlm. 3. pada hanya salah satu pendekatan yang ada
6
Firman Muntaqo, 2007, “Meretas Jalan bagi
Pembangunan Tipe Hukum Progresif melalui
8
Pemahaman terhadap Peranan Mazhab Hukum Positivis Satjipto Rahardjo (c), 1980, Hukum dan Masyarakat,
dan Non-Positivis dalam Kehidupan Berhukum di Bandung: Angkasa, hlm. 69.
9
Indonesia”, dalam Satjipto Rahardjo (b), Membedah Evgeny Pashukanis, “The General Theory of Law and
Hukum Progresif, Jakarta: Kompas, hlm. 162. Marxism” <http://www.marxists.org/archive/pashu-
7
Rahardjo (a), op.cit., hlm. 17. kanis/1924/law/>. Diakses pada 22 Juli 2008.
Pengantar Mengenai Teori Marxis Tentang Hukum 185

dalam teori marxis tentang hukum. Pendekat- mereka menghasilkan tema-tema pokok haki-
an yang lazim dijumpai adalah pendekatan kat hukum di atas.
“struktur dasar (bawah) dan struktur atas Pertama, pendekatan “struktur dasar
(base-superstructure)”.10 Padahal dalam teori (bawah) dan struktur atas (base-superstruc-
marxis tentang hukum masih terdapat ture)”. Pendekatan ini meletakkan hukum
beberapa pendekatan lainnya yang digunakan pada struktur atas, dan struktur atas ini me-
dalam membahas masalah hukum. refleksikan apa yang menjadi struktur dasar-
Menurut Alan Hunt, terdapat beberapa nya, yaitu hubungan produksi kehidupan mate-
tema pokok yang dijelaskan oleh para pemikir rial (faktor ekonomi).12
marxis mengenai hakikat hukum, yaitu:11 Konsep base-superstructure mendeskrip-
1. Hukum tidak dapat menghindar atau tidak sikan masyarakat yang ada di dunia ini terbagi
dapat melepaskan dirinya dari politik, atau ke dalam 2 (dua) bagian, yaitu: struktur dasar
bahkan dapat dikatakan, bahwa hukum itu (bawah, basestructure) dan struktur atas
adalah salah satu bentuk (perwujudan) dari (superstructure). Dalam pembagian seperti
politik. itu, faktor ekonomi diletakkan pada struktur
2. Hukum dan negara memiliki hubungan yang dasar, sedangkan hal-hal lainnya, seperti
dekat. Hukum memperlihatkan sifatnya sistem sosial, hukum, politik, agama, seni dan
yang “relatif otonom” dari negara. ilmu pengetahuan diletakkan pada struktur
3. Hukum memberikan pengaruh, mencermin- atas. Segala proses yang terjadi pada struktur
kan, atau mengekspresikan kuatnya (besar- atas akan dipengaruhi oleh struktur dasar.13
nya) hubungan ekonomi yang ada. Dalam kalimatnya Marx, “[adalah] cara pro-
4. Hukum selalu potensial bersifat memaksa duksi kehidupan material [yang] mengkondisi-
dan memanifestasikan (mewujudkan) kan proses kehidupan sosial, politik, dan
monopoli negara atas alat-alat pemaksa. spiritual pada umumnya”.
5. Isi dan prosedur yang terkandung dalam Konsep base-superstructure memiliki
hukum, baik langsung maupun tidak lang- akar pada “teori materialisme historis (the
sung, mencerminkan kepentingan-kepen- materialistic conception of history)” dari
tingan kelas yang berkuasa. Marx, yaitu bahwa: “Semua gerakan politik,
6. Hukum itu bersifat ideologis. Dengan demi- sosial, intelektual dan etis dalam sejarah
kian, hukum itu menunjukkan dan me- dideterminasi oleh cara-cara dengan apa
nyediakan legitimasi kepada nilai-nilai yang masyarakat mengorganisasi lembaga-lembaga
melekat pada (nilai-nilai milik) kelas yang sosial mereka dalam hal melaksanakan akti-
berkuasa. vitas-aktivitas produksi, pertukaran, distribusi
Tema-tema pokok di atas kemudian dan konsumsi barang-barang. Setiap perkem-
mengalami perkembangan lebih lanjut, sehing- bangan historis penting pada dasarnya me-
ga melahirkan varian-varian baru dalam teori rupakan hasil perubahan-perubahan dalam
marxis tentang hukum. Setidaknya terdapat cara bagaimana salah satu di antara aktivitas-
beberapa macam pendekatan terhadap hukum aktivitas ekonomis tersebut dilaksanakan. Hal
yang digunakan oleh para marxis sehingga tersebut pada pokoknya merupakan penafsiran
sejarah secara ekonomis”.
Ringkasnya, materialisme historis me-
10
John Gilissen dan Frits Gorle, 2005, Sejarah Hukum: ngandung pemahaman bahwa perkembangan
Suatu Pengantar, Bandung: Refika Aditama, hlm. 97
dan 127-128; Meuwissen, 2008, Tentang Pengembanan organisasi atau aktivitas sosial lainnya yang
Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum dan Filsafat Hukum, ada dalam masyarakat ditentukan oleh faktor
diterjemahkan oleh B. Arief Sidharta, Bandung: Refika
Aditama, hlm. 72-74; dan Theo Huijbers, 2003, Filsafat
Hukum dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta: Kanisius,
12
hlm. 112, tetapi pada hlm. 171-172-nya sudah Ibid, hlm. 358.
13
menyinggung sedikit pendekatan “determinisme yang Ernest Mandel, 2006, Tesis-Tesis Pokok Marxisme,
lebih lunak”. diterjemahkan oleh Ign. Mahendra, Yogyakarta: Resist
11
Hunt, op.cit., hlm. 355. Book, hlm. 90.
186 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 8 No. 3 September 2008

ekonomi. Karena ditentukan oleh faktor nomi yang kuat, yang menjadi faktor
ekonomi seperti itu, maka pendekatan ini penentunya adalah faktor ekonomi, yang juga
disebut juga dengan pendekatan “determinis- berarti bahwa faktor-faktor lain yang berada
me ekonomi” atau sering disebut juga dengan dalam struktur atas (superstructure) tidak
“ekonomisme”. Determinisme ekonomi me- akan mempunyai daya pengaruh sama sekali
rupakan salah satu ciri khas marxisme klasik ketika berhadapan dengan faktor ekonomi.
(marxisme ortodoks). Ketiga, adalah pendekatan yang dikem-
Determinisme ekonomi sudah banyak bangkan oleh ahli hukum yang berasal dari
mendapatkan kritik. Para pengkritik de- Sovyet, Evgeny Pashukanis. Pashukanis melihat
terminisme ekonomi menganggap bahwa teori hukum sebagai sebuah permasalahan
determinisme ekonomi tidak lain adalah re- (pertanyaan) historis. Hal itu berarti, bahwa:
duksionisme, dan gagal memandang kebe- pertama, pemahaman terhadap bentuk-bentuk
ragaman. Salah satu di antara pengkritik itu hukum borjuis memerlukan sebuah pendekat-
adalah seorang marxis, Louis Althusser. Dia an historis, karena hukum adalah hasil dari
bahkan mengusulkan “otonomi relatif” super- suatu tahap tertentu dari perkembangan
struktur tanpa mengabaikan keberadaan struk- masyarakat. Ke dua, Pashukanis melihat tugas
tur dasar, dan menilai adanya hubungan dari teori marxis tentang hukum adalah untuk
timbal balik antara superstruktur dengan memperlihatkan (mendemostrasikan) keadaan
struktur dasarnya.14 alamiah yang bersifat sementara dari hukum.16
Kedua, pendekatan “determinisme yang Hukum ada tidak lain adalah untuk melenyap.
lebih lunak”. Pendekatan determinisme yang Teori hukum dari Pashukanis, yaitu yang
lebih lunak ini memandang bahwa faktor dikenal dengan “teori pertukaran komoditas
ekonomi akan menentukan “pada akhirnya” (the commodity-exchange theory)”, melihat
perkembangan organisasi atau aktivitas sosial kontrak (perjanjian) sebagai dasar dari semua
lainnya yang ada dalam masyarakat.15 bentuk hukum yang ada (contract as the foun-
Apabila dikaitkan dengan proses pem- dation of all law). Kemudian menurutnya,
bentukkan hukum, misalnya, maka pendekatan hukum lahir (timbul) karena adanya kebutuhan
determinisme yang lebih lunak tidak akan akan komoditas17 dari proses produksi. Semua
langsung menyatakan bahwa karakter dan isi bentuk hukum diarahkan untuk mendukung
dari hukum itu pasti ditentukan hanya oleh (memperlancar) proses pertukaran komoditas
faktor ekonomi (struktur dasar). Dalam proses yang terjadi di antara subjek-subjek yang
pembentukkan hukum, maka segala faktor bertindak sebagai “penjaga” dari komoditas
yang ada, seperti faktor politik, agama, adat, tadi.18
dan ilmu pengetahuan, bisa saling berinteraksi Menurut Pashukanis, pertukaran komo-
ikut membentuk hukum bersama-sama dengan ditas, dari perspektif historis, mendahului
faktor ekonomi. Jadi pendekatan determinis- sistem hukum yang terbentuk darinya. Hanya
me yang lebih lunak ini masih menyediakan dengan perkembangan yang maksimal dari
ruang bagi terjadinya proses saling mem- suatu proses produksi komoditas, maka akan
pengaruhi antarfaktor yang terdapat di terbuka pula kemungkinan bagi perkembangan
struktur dasar dan struktur atas. bentuk-bentuk hukum. Produksi komoditas
Proses saling mempengaruhi antarfaktor berkembang melalui perdagangan, dan hukum
tersebutlah yang membedakan antara deter-
minisme ekonomi yang “kuat” dengan yang 16
M.D.A. Freeman, 1994, Lloyd’s Introduction to
“lunak”. Pada pendekatan determinisme eko- Jurisprudence, London: Sweet and Maxwell Ltd, hlm.
867.
17
“Komoditas, oleh karena itu, adalah produk yang
diciptakan untuk dipertukarkan di pasar, berbeda
14
Louis Althusser, 2004, Tentang Ideologi: Marxisme dengan produk yang dibuat untuk konsumsi langsung.
Strukturalis, Psikoanalisis, Cultural Studies [Essays on Setiap komoditas harus memiliki nilai guna maupun nilai
Ideology], Bandung: Jalasutra, hlm. 12. tukar”. Lihat Mandel, op.cit., hlm. 124.
15 18
Hunt, op.cit., hlm. 359. Freeman, op.cit., hlm. 868.
Pengantar Mengenai Teori Marxis Tentang Hukum 187

tumbuh berkembang sebagaimana perdagang- sosial dalam hubungan-hubungan produksi.


an tadi mengalami peningkatan.19 Ideologi yang dominan akan muncul di antara
Dengan terus berkembangnya pertukaran kelas para pemilik alat-alat produksi yang
komoditas tersebut, kemungkinan timbulnya secara bersama-sama memiliki pengalaman
sengketa akan semakin besar pula, dan sebuah (pemahaman) dan memainkan peranan yang
sistem hukum haruslah hadir untuk mengatasi cenderung sama dalam hubungan-hubungan
sengketa tadi. Pashukanis menyatakan, “It is produksi. Kemudian hukum sebagai suatu
disputes, conflicts of interest, which create bentuk peraturan bagi masyarakat, yang
the legal form, the legal superstructure”.20 memang sengaja diciptakan, muncul dari
Pashukanis percaya bahwa hukum akan dalam ideologi dominan itu.24 Konkretnya,
mencapai tahap perkembangan tertingginya di nilai-nilai yang ada di dalam ideologi dominan
bawah sistem kapitalisme. Di bawah sistem kemudian ditransformasikan (diwujudkan) ke
kapitalisme, hukum yang berkembang tentu- dalam bentuk peraturan-peraturan hukum.
nya adalah juga sistem hukum yang men- Rangkaian proses tadi membawa konsekuensi,
dukung kepentingan kaum borjuis.21 Tetapi yaitu bahwa hukum menjadi pembawa nilai-
pada tahap selanjutnya, ketika tahap puncak nilai ideologi dominan.25
masyarakat komunis tercapai, maka hukum itu Sebelum Collins, seorang marxis asal
akan ikut melenyap seiring dengan melenyap- Italia yang bernama Antonio Gramsci, telah
nya negara. pula memberikan pendapatnya mengenai ideo-
Pashukanis memang telah merancang logi dominan dalam kaitannya dengan hege-
teori marxisnya tentang hukum untuk men- moni. Setiap ideologi dominan selalu berusaha
dukung (memenuhi) tujuan-tujuan politik untuk mempererat formasi sosial, yang di
kaum bolshevik.22 Misalnya, ketika kaum bol- dalamnya terdapat kelas-kelas sosial, agar
shevik dengan ideologinya menyakini bahwa berada di bawah kepemimpinan mereka (kelas
negara, termasuk hukum, akan melenyap, dominan). Upaya untuk menggiring kelas sosial
maka teori hukum yang dirancang dan di lainnya agar mau tunduk di bawah kepemim-
kembangkan oleh Pashukanis pun mendukung pinan kelas dominan itulah yang disebut
keyakinan tadi. Pashukanis berpendapat bah- dengan hegemoni, dan hukum menjadi salah
wa hukum pada akhirnya akan melemah dan satu instrumen penting dalam proses hege-
melenyap, serta kemudian digantikan oleh moni.26 Gramsci menjelaskan bahwa hegemoni
suatu bentuk sistem administrasi. Melenyap- merupakan penundukkan kelas-kelas sosial
nya hukum itulah yang kemudian menjadi dengan cara-cara yang lebih bersifat konsen-
simpulan dari teori pertukaran komoditas yang sus (persetujuan) daripada penindasan (paksa-
dirancang dan dikembangkan oleh Pashuka- an).27 Kelas yang melakukan penundukkan itu
nis.23 adalah kelas hegemonik.
Keempat, pendekatan yang mencoba Apabila penjelasan mengenai hubungan
membangun analisis mengenai hukum dengan hukum dengan ideologi dikaitkan dengan
menghubungkannya dengan ideologi. Bagai- konsep base-superstructure, maka hukum ini
manakah hubungan antara hukum dengan akan hadir baik di struktur dasar maupun di
ideologi itu? struktur atas. Hukum hadir di struktur atas
Collins, dalam karyanya Marxism and
24
Law, mendefinisikan ideologi sebagai se- Costas Douzinas, Ronnie Warrington dan Shaun McVeigh,
1991, Postmodern Jurisprudence: The Law of Text in
kumpulan ide yang mendominasi yang timbul the Texts of Law, London: Routledge, hlm. 121.
25
(lahir) dari dan dibentuk oleh praktik-praktik Hunt, op.cit., hlm. 361.
26
Robert Bocock, 2007, Pengantar Komprehensif untuk
Memahami Hegemoni, Bandung: Jalasutra, hlm. 27.
19 27
Ibid. Nezar Patria dan Andi Arief, 1999, Antonio Gramsci:
20
Pashukanis, loc.cit. Negara dan Hegemoni, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
21
Freeman, op.cit., hlm. 869. hlm. 120-121. Lihat juga Roger Simon, 1999, Gagasan-
22
Ibid., hlm. 867. Gagasan Politik Gramsci, Yogyakarta: Insist dan Pustaka
23
Ibid., hlm. 870. Pelajar, hlm. 19-22.
188 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 8 No. 3 September 2008

adalah karena hukum itu sendiri muncul dari an” menulis bagi penulis lainnya untuk berani
bidang ideologi, yang merupakan salah satu mencoba ikut serta memperkaya pustaka ilmu
unsur pada struktur atas. Sedangkan hukum hukum di Indonesia.
hadir di struktur dasar adalah karena hukum
itu berfungsi mengatur dan memperlancar ter- Daftar Pustaka
jadinya proses hubungan-hubungan produksi.28
Althusser, Louis. 2004. Tentang Ideologi:
Marxisme Strukturalis, Psikoanalisis,
C. Penutup Cultural Studies [Essays on Ideology].
Demikianlah pembahasan sekilas me- Bandung: Jalasutra;
ngenai teori marxis tentang hukum. Simpulan Azizy, Qodri. 2006. “Menggagas Ilmu Hukum
sederhana yang dapat diambil dari pem- Indonesia”. Dalam Qodri Azizy, et al.,
bahasan tersebut adalah, bahwa para pemikir Menggagas Hukum Progresif Indonesia.
marxis, setelah Marx, telah berupaya meran- Yogyakarta: Pustaka Pelajar, IAIN Wali-
songo Semarang, dan Program Doktor
cang dan mengembangkan teori hukum. Be- Ilmu Hukum Universitas Diponegoro;
ragam pendekatan telah mereka gunakan
Bocock, Robert. 2007. Pengantar Komprehen-
dalam membahas hakikat hukum, dan walau-
sif untuk Memahami Hegemoni. Ban-
pun dengan pendekatan yang beragam itu, dung: Jalasutra;
teori hukum yang mereka hasilkan memiliki
Douzinas, Costas; Ronnie Warrington, dan
ciri khasnya tersendiri. Hal itu dapat dilihat,
Shaun McVeigh. 1991. Postmodern
antara lain, pada adanya faktor-faktor eko- Jurisprudence: The Law of Text in the
nomi dan politik pada pendekatan mereka ter- Texts of Law. London: Routledge;
hadap hukum, serta juga pada adanya muatan Freeman, M.D.A. 1994. Lloyd’s Introduction to
kritik terhadap sistem kapitalisme. Yang di- Jurisprudence. London: Sweet and
sebutkan terakhir, bahkan dapat dianggap Maxwell Ltd;
sebagai sebuah semangat yang cenderung Gilissen, John; dan Frits Gorle. 2005. Sejarah
menjadi khas dalam pemikiran marxis29 yang Hukum: Suatu Pengantar. Bandung:
selalu mengkritik habis-habisan sistem kapita- Refika Aditama;
lisme beserta pengaruhnya dalam kehidupan Huijbers, Theo. 2003. Filsafat Hukum dalam
manusia. Lintasan Sejarah. Yogyakarta: Kanisius;
Masih banyak celah kekurangan yang di Hunt, Alan. “Marxist Theory of Law”. Dalam
harapkan dapat menjadi bahan tulisan selan- Dennis Patterson ed. 2000. A Companion
jutnya mengenai teori marxis tentang hukum. to Philosophy of Law and Legal Theory.
Pembahasan penulis melalui tulisan kali ini Massachusetts: Blackwell Publishers Ltd;
belum sampai memaparkan pengaruh teori Kusumandaru, Ken Budha. 2003. Karl Marx,
marxis tentang hukum dalam mendorong tim- Revolusi, dan Sosialisme. Yogyakarta:
bulnya aliran-aliran pemikiran dalam ilmu Insist Press;
hukum, belum sampai memaparkan kritik- Mandel, Ernest. 2006. Tesis-Tesis Pokok
kritik yang dilontarkan terhadap teori marxis Marxisme. Diterjemahkan oleh Ign. Ma-
hendra. Yogyakarta: Resist Book;
tentang hukum, dan juga belum sampai pada
bentuk-bentuk praktik teori marxis tentang Meuwissen. 2008. Tentang Pengembanan Hu-
hukum pada level negara. Setidaknya, 3 (tiga) kum, Ilmu Hukum, Teori Hukum dan Fil-
safat Hukum. Diterjemahkan oleh B.
hal itulah yang diharapkan dapat menjadi ins-
Arief Sidharta.Bandung: Refika Aditama;
pirasi bagi tulisan-tulisan berikutnya mengenai
teori marxis tentang hukum. Sebuah “undang- Muntaqo, Firman. “Meretas Jalan bagi
Pembangunan Tipe Hukum Progresif me-
lalui Pemahaman terhadap Peranan Ma-
28
Douzinas, Warrington, dan McVeigh, op.cit., hlm. 122. zhab Hukum Positivis dan Non-Positivis
29
Jonathan Wolff, 2004, Mengapa Masih Relevan dalam Kehidupan Berhukum di Indone-
Membaca Marx Hari Ini? [Why Read Marx Today?], sia”. dalam Satjipto Rahardjo. 2007.
Yogyakarta: Mata Angin, hlm. xii dan 150.
Pengantar Mengenai Teori Marxis Tentang Hukum 189

Membedah Hukum Progresif. Jakarta: Samekto, FX. Adji. 2005. Studi Hukum Kritis:
Kompas; Kritik terhadap Hukum Modern.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti;
Pashukanis, Evgeny. The General Theory of
Law and Marxism. http://www.mar- Simon, Roger. 1999. Gagasan-Gagasan Politik
xists.org/archive/pashukanis/1924/law/ Gramsci. Yogyakarta: Insist dan Pustaka
>. Diakses pada 22 Juli 2008; Pelajar;
Patria, Nezar; dan Andi Arief. 1999. Antonio Rahardjo, Satjipto. 1980. Hukum dan Masya-
Gramsci: Negara dan Hegemoni. Yogya- rakat. Bandung: Angkasa;
karta: Pustaka Pelajar;
---------------------. 2007. Biarkan Hukum Meng-
Salman, Otje; dan Anton F. Susanto. 2004. alir: Catatan Kritis tentang Pergulatan
Teori Hukum: Mengingat, Mengumpul- Manusia dan Hukum. Jakarta: Kompas;
kan dan Membuka Kembali. Bandung:
Wolff, Jonathan. 2004; Mengapa Masih Rele-
Refika Aditama;
van Membaca Marx Hari Ini? [Why Read
Marx Today?]. Yogyakarta: Mata Angin.

Anda mungkin juga menyukai