Anda di halaman 1dari 46

A. PENGERTIAN D.

FAKTOR-FAKTOR
JARINGAN DISTRIBUSI DASAR PERENCANAAN
JARINGAN DISTRIBUSI

B. KLASIFIKASI E. MANUVER JARINGAN


SALURAN DISTRIBUSI DISTRIBUSI
TENAGA LISTRIK

F. GANGGUAN PADA
C. GARDU DISTRIBUSI JARINGAN DISTRIBUSI
Jaringan distribusi adalah
suatu saluran/ jaringan yang
menghubungkan dari sumber
daya listrik besar (gardu
induk) dengan para
konsumen/pemakai listrik baik
itu pabrik,industri,atau rumah
tangga.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga
listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV
dinaikkan tegangannya oleh gardu induk dengan
transformator penaik tegangan menjadi 70 kV, 154 kV, 220
kV atau 500 kV kemudian disalurkan melalui saluran
transmisi.

Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil


kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam
hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat
arus yang mengalir (I2.R). Dengan daya yang sama bila
nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir
semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula.

BAC
K
Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20
kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk
distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran
tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari
saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi
mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo
distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380Volt.
Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke
konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi
merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik
secara keseluruhan.
B. KLASIFIKASI SALURAN DISTRIBUSI TENAGA
LISTRIK
Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Menurut nilai tegangannya:
a. Saluran distribusi Primer

Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran tenaga listrik dari


Pusat Pembangkit Tenaga Listrik ke konsumen untuk sistem
pendistribusian langsung. Sedangkan untuk sistem pendistribusian tak
langsung merupakan tahap berikutnya dari jaringan transmisi dalam upaya
menyalurkan tenaga listrik ke konsumen. Jaringan distribusi primer atau
jaringan distribusi tegangan tinggi (JDTT) Sistem jaringan distribusi
primer atau sering disebut jaringan distribusi tegangan tinggi (JDTT) ini
terletak antara gardu induk dengan gardu pembagi, yang memiliki
tegangan sistem lebih tinggi dari tegangan terpakai untuk konsumen.
Standar tegangan untuk jaringan distribusi primer ini adalah 6 kV, 10 kV,
dan 20 kV (sesuai standar PLN). Untuk wilayah kota tegangan diatas 20
kV tidak diperkenankan, mengingat pada tegangan 30 kV akan terjadi
gejala-gejala korona yang dapat mengganggu frekuensi radio, TV,
telekomunikasi, dan telepon. Sedangkan di Amerika Serikat standar
tegangan untuk jaringan distribusi primer ini adalah 2,4 kV, 4,16 kV, dan
13,8 kV.
b.Saluran Distribusi Sekunder
Sistem jaringan distribusi sekunder atau sering disebut jaringan
distribusi tegangan rendah (JDTR), merupakan jaringan yang
berfungsi sebagai penyalur tenaga listrik dari gardu-gardu
pembagi (gardu distribusi) ke pusat-pusat beban (konsumen
tenaga listrik). Besarnya standar tegangan untuk jaringan
ditribusi sekunder ini adalah 127/220 V untuk sistem lama, dan
220/380 V untuk sistem baru, serta 440/550 V untuk keperluam
industri. Besarnya tegangan maksimum yang diizinkan adalah 3
sampai 4 % lebih besar dari tegangan nominalnya. Penetapan ini
sebanding dengan besarnya nilai tegangan jatuh (voltage drop)
yang telah ditetapkan berdasarkan PUIL 661 F.1, bahwa rugi-
rugi daya pada suatu jaringan adalah 15 %. Dengan adanya
pembatasan tersebut stabilitas penyaluran daya ke pusat-pusat
beban tidak terganggu.
2. Menurut bentuk tegangannya
a. Saluran Distribusi DC (Direct Current)
Saluran distribusi DC menggunakan sistem tegangan searah.

Keuntungannya : Kerugiannya:
1. Isolasinya lebih sederhana
1. Pengubahan arus AC ke DC atau kebalikannya menggunakan
2. Daya guna (efisiensi) lebih tinggi, karena faktor dayanya = 1
3. Tidak ada masalah stabilisasi dan perubahan frekuensi untuk peralatan Converter atau Inverter, memerlukan biaya yang tinggi

penyaluran jarak jauh karena peralatan tersebut harganya mahal.


4. Tidak ada masalah arus pengisian (charging current) untuk
2. Pada saat beban naik dan jarak penyaluran makin panjang,
tegangan tinggi
5. Dianggap ekonomis bila jarak penyaluran lebih besar dari maka tegangan drop makin tinggi. Dari kedua sistem ini yang

1000 km untuk saluran udara, dan lebih besar 50 km untuk banyak digunakan dewasa ini adalah sistem distribusi arus
saluran bawah tanah.
bolak-balik (AC).
b. Saluran Distribusi AC (Alternating Current)
Saluran Distribusi AC menggunakan system tegangan bolak-
balik.

Keuntungannya :
1.Mudah menstransformasikan tegangannya, naik
maupun turun. Kerugiannya :

2.Dapat mengatasi kesulitan dalam menyalurkan tenaga a. Untuk tegangan tinggi sering terjadi arus pemuatan

listrik untuk jarak jauh. (charging current).

3. Dapat langsung digunakan untuk memparalelkan b. Memerlukan stabilitas tegangan untuk kondisi dan

beberapa Pusat Pembangkit Tenaga Listrik. sifat beban yang berubah-ubah.

4.Dapat menyalurkan tiga atau empat tegangan dalam c. Memerlukan tingkat isolasi yang tinggi untuk

satu saluran, karena menggunakan sistem tiga fasa. tegangan tinggi.


d. Terjadinya efek kulit (skin effect), induktansi, dan
kapasitansi untuk tegangan tinggi.
3. jenis/tipe konduktornya
a. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan penyangga (tiang) dan perlengkapannya, dan
dibedakan atas:
- Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasipembungkus.
- Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.

Keterangan
1 : Tiang awal
2,4: Tiang Penumpu
3 : Tiang sudut kecil = 00 ‐ 150
5 : Tiang sudut besar = 15o ‐ 90o
6 : Tiang akhir
7 : Sistem Pembumian
8 : Topang Tarik
9 : Topang Tekan
10 : Tiang Peregang
d : Jarak Gawang

Pemasangan tiang untuk saluran udara


b. Saluran Bawah Tanah
Keuntungan pemakaian kabel bawah tanah adalah :
1. Tidak terpengaruh oleh cuaca buruk, bahaya petir, badai, tertimpa pohon, dsb.
2. Tidak mengganggu pandangan, bila adanya bangunan yang tinggi,
3. Dari segi keindahan, saluran bawah tanah lebih sempurna dan lebih indah dipandang,
4. Mempunyai batas umur pakai dua kali lipat dari saluran udara,
5. Ongkos pemeliharaan lebih murah, karena tidak perlu adanya pengecatan.
6. Tegangan drop lebih rendah karena masalah induktansi bisa diabaikan.
7. Tidak ada gangguan akibat sambaran petir, angin topan dan badai.
8. Keandalan lebih baik.
9. Tidak ada korona.
10. Rugi-rugi daya lebih kecil.
Teknik pemasangan kabel Konstruksi penanaman kabel tanah
Gambar Konstruksi penanaman
bawah tanah pada ruangan dengan kabel telekomunikasi dan
kabel tanah dibawah jalan raya
saluran kabel kabel listrik

Konstruksi penanaman kabel bawah


Pemasangan kabel tanah pada
tanah di bawah rel kereta api
Konstruksi penarikan kabel tanah jembatan beton
Konstruksi lintasan kabel tanah di
atas sungai
Konstruksi penanaman kabel
bawah tanah di bawah jalan raya
aspal

Konstruksi penanaman kabel


Konstruksi kabel tanah tanah melintasi jalan raya
menyeberangi pipa atau
kabel
c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan
menggunakan kabel laut (submarine cable)
4. Menurut susunan (konfigurasi salurannya)

a. Saluran konfigurasi horizontal

Keuntungannya :
Tekanan angin yang terjadi, terfokus pada wilayah cross-arm
(travers)
Dapat digunakan untuk saluran ganda tiga fasa

Kerugiannya :
Lebih banyak menggunakan cross-arm (travers)
Beban tiang (tekanan ke bawah) lebih berat.
Lebih banyak menggunakan isolator
c. Saluran konfigurasi delta
Saluran konfigurasi Delta, bila kedudukansaluran satu sama lain
membentuk suatu segitiga (delta).
5. Menurut Susunan Rangkaiannya
 Jaringan Sistem Distribusi Primer

a. Jaringan Pola Radial


Sistem distribusi dengan pola radial seperti Gambar 20 adalah
sistem distribusi yang paling sederhana dan ekonomis. Pada
sistem ini terdapat beberapa penyulang yang menyuplai
beberapa gardu distribusi secara radial.
Dalam penyulang tersebut dipasang gardu-gardu distribusi
untuk konsumen. Gardu distribusi adalah tempat dimana trafo
untuk konsumen dipasang. Bisa dalam bangunan beton atau
diletakan diatas tiang. Keuntungan dari sistem ini adalah system
ini tidak rumit dan lebih murah dibanding dengan sistem yang
lain. Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibanding
dengan sistem lainnya. Kurangnya keandalan disebabkan
karena hanya terdapat satu jalur utama yang menyuplai gardu
distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut mengalami
gangguan, maka seluruh gardu akan ikut padam. Kerugian lain
yaitu mutu tegangan pada gardu distribusi yang paling ujung
kurang baik, hal ini dikarenakan jatuh tegangan terbesar ada
diujung saluran.
b. Sistem Hantaran Penghubung ( Tie Line )
Sistem distribusi Tie Line seperti Gambar 2.3. umumnya
digunakan untuk pelanggan penting yang tidak boleh padam
(Bandar Udara, Rumah Sakit, dan lain-lain). Jaringan Pola Loop
Sistem ini memiliki minimal dua penyulang sekaligus dengan
tambahan Automatic Change Over Switch / Automatic Transfer
Switch, dan setiap penyulang terkoneksi ke gardu pelanggan
khusus tersebut sehingga bila salah satu penyulang mengalami
gangguan maka pasokan listrik akan di pindah ke penyulang
lain.
c. Jaringan pola loop
Struktur loop ini membentuk suatu jaringan tertutup yang dimulai dari
gardu Induk melalui daerah-daerah beban dan kembali lagi ke gardu induk
yang sama. Struktur ini merupakan pengembangan dan bentuk radial, yang
mana pada operasinya dapat bekerja sebagar sistem radial biasa yang saklar
dayanya dalam keadaan terbuka. Jika terjadi gangguan, maka bagian
jaringan yang mengalarni gangguan akan diisolir, kemudian saklar daya
tertutup yang tenaga listriknya tetap dapat disalurkan. Dengan demikian
nampak bahwa keandalannva lebih baik dibandingkan dengan sistem radial
dan struktur ini sering di pakai pada daerah pusat penduduk yang lokasinya
rnenyerupai bentuk loop. Struktur loop ini lebih mahal karena kapasitas dan
konduktor yang digunakan harus sanggup untuk menanggung beban secara
keseluruhan jika salah satu penyulang yang dekat gardu Induk mengalarni
gangguan. Bentuk struktur loop ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
d. Jaringan Pola Spindel
Spindel merupakan pengembangan dan struktur loop. Spindel
berarti gelondong atan kumparan. Struktur spindel adalah suatu
pola jaringan khusus yang ditandai dengan ciri adanya sejumlah
kabel yang keluar dan suatu gardu induk (outgoing cable)
menuju ke arah suatu titik temu yang disebut gardu hubung.
Struktur ini memiliki sebuah penyulang cadangan dan sejumlah
penyulang yang ditempati oleh gardu-gardu distribusi yang
disebut sebagai penyulang kerja. Pada struktur ini, jika terjadi
gangguan pada salah satu penyulang kerja maka terlebih dahuIu
gangguan diisolir. Kemudian saklar daya di gardu hubung yang
terhuhung ke penyulang tersebut tertutup. Sehingga daya listrik
disalurkan rnelalui penyulang cadangan. Bentuk struktur spindel
ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
 Jaringan Sistem Distribusi Sekunder
Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan
tenagalistrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada
di konsumen.Padasistem distribusi sekunder bentuk saluran
yang paling banyak digunakanialah sistem radial.Sistem ini
dapat menggunakan kabel yang berisolasimaupun konduktor
tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut system tegangan
rendah yang langsung akan dihubungkan kepada
Keterangan :
konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui peralatan-
PMS = Pemisah
peralatan sbb:
TD = Trafo Distribusi
Papan pembagi pada trafo distribusi,
FC = Fuse Cabang
Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
PMT = Pemutus
Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)
SU = Saklar Utama
Alat Pembatas dan pengukur daya (kWH. meter) serta fuse
FCO= Fuse Cut Out
atau pengaman pada pelanggan. Komponen saluran distribusi
SC = Saklar Cabang
sekunder seperti ditunjukkan pada gambar di samping
C.GARDU DISTRIBUSI
Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau
terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan
Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan
baik dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380V). Konstruksi Gardu distribusi
dirancang berdasarkan optimalisasi biaya terhadap maksud dan tujuan penggunaannya yang kadang kala harus
disesuaikan dengan peraturan Pemda setempat.
Secara garis besar gardu distribusi dibedakan atas :
1.Jenis pemasangan 3. Jenis Penggunaannya :
a. Gardu pasangan luar : Gardu Portal, Gardu Cantol a. Gardu Pelanggan Umum
b. Gardu pasangan dalam : Gardu Beton, Gardu Kios b. Gardu Pelanggan Khusus
2. Jenis Konstruksinya :
a,. Gardu Beton (bangunan sipil : batu, beton)
b. Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol
c. Gardu Kios
a. Gardu Portal
Umumnya konfigurasi Gardu Tiang yang dicatu dari SUTM
adalah T section dengan peralatan pengaman Pengaman Lebur
Cut-Out (FCO) sebagai pengaman hubung singkat transformator
dengan elemen pelebur (pengaman lebur link type expulsion)
dan Lightning Arrester (LA) sebagai sarana pencegah naiknya
tegangan pada transformator akibat surja petir. Konstruksi gardu
portal

Bagan satu garis konfigurasi π


Gardu portal dan bagan satu garis section Gardu Portal
b. Gardu Cantol
Pada Gardu Distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang
adalah transformator dengan daya ≤ 100 kVA Fase 3 atau Fase
1. Transformator terpasang adalah jenis CSP (Completely Self
Protected Transformer) yaitu peralatan switching dan
proteksinya sudah terpasang lengkap dalam tangki
transformator. Perlengkapan perlindungan transformator
tambahan LA (Lightning Arrester) dipasang terpisah dengan
Penghantar pembumiannya yang dihubung langsung dengan
badan transformator. Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan
Rendah (PHB-TR) maksimum 2 jurusan dengan saklar pemisah
pada sisi masuk dan pengaman lebur (type NH, NT) sebagai
pengaman jurusan. Semua Bagian Konduktif Terbuka (BKT)
dan Bagian Konduktif Ekstra (BKE) dihubungkan dengan
pembumian sisi Tegangan Rendah.
c. Gardu Beton
Seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator dan
peralatan switching/proteksi, terangkai didalam bangunan sipil
yang dirancang, dibangun dan difungsikan dengan konstruksi
pasangan batu dan beton (masonrywall building). Konstruksi
ini dimaksudkan untuk pemenuhan persyaratan terbaik bagi
keselamatan ketenagalistrikan.
d. Gardu Kios
Gardu tipe ini adalah bangunan prefabricated terbuat dari
konstruksi baja, fiberglass atau kombinasinya, yang dapat
dirangkai di lokasi rencana pembangunan gardu distribusi.
Terdapat beberapa jenis konstruksi, yaitu Kios Kompak, Kios
Modular dan Kios Bertingkat.

Konstruksi gardu kios Gardu kios bertingkat


Gardu kios
e. Gardu Pelanggan Umum Umumnya
Konfigurasi peralatan Gardu Pelanggan Umum adalah π
section, sama halnya seperti dengan Gardu Tiang yang dicatu
dari SKTM. Karena keterbatasan lokasi dan pertimbangan
keandalan yang dibutuhkan, dapat saja konfigurasi gardu
berupa T section dengan catu daya disuplai PHB-TM gardu
terdekat yang sering disebut dengan Gardu Antena. Untuk
tingkat keandalan yang dituntut lebih dari Gardu Pelanggan
Umum biasa, maka gardu dipasok oleh SKTM lebih dari satu
penyulang sehingga jumlah saklar hubung lebih dari satu dan
dapat digerakan secara Otomatis (ACOS : Automatic Change
Bagan Satu Garis Konfigurasi Π Section
Over Switch) atau secara remote control. Gardu Pelanggan Umum
f. Gardu Pelanggan Khusus
Gardu ini dirancang dan dibangun untuk sambungan tenaga
listrik bagi pelanggan berdaya besar. Selain komponen utama
peralatan hubung dan proteksi, gardu ini di lengkapi dengan
alat-alat ukur yang dipersyaratkan. Untuk pelanggan dengan
daya lebih dari 197 kVA, komponen utama gardu distribusi
adalah peralatan PHB-TM, proteksi dan pengukuran Tegangan
Menengah. Transformator penurun tegangan berada di sisi
Keterangan : pelanggan atau diluar area kepemilikan dan tanggung jawab PT
TP = Pengaman Transformator PLN (Persero). Pada umumnya, Gardu Pelanggan Khusus ini
PMB = Pemutus Beban – LBS dapat juga dilengkapi dengan transformator untuk melayani
PT = Trafo Tegangan pelanggan umum.
PMT = Pembatas Beban Pelanggan
SP = Sambungan Pelanggan
g. Gardu Hubung
Gardu Hubung disingkat GH atau Switching Subtation adalah gardu yang berfungsi sebagai sarana manuver pengendali
beban listrik jika terjadi gangguan aliran listrik, program pelaksanaan pemeliharaan atau untuk maksud mempertahankan
kountinuitas pelayanan. Isi dari instalasi Gardu Hubung adalah rangkaian saklar beban (Load Break switch – LBS), dan
atau pemutus tenaga yang terhubung paralel. Gardu Hubung juga dapat dilengkapi sarana pemutus tenaga pembatas
beban pelanggan khusus Tegangan Menengah. Konstruksi Gardu Hubung sama dengan Gardu Distribusi tipe beton. Pada
ruang dalam Gardu Hubung dapat dilengkapi dengan ruang untuk Gardu Distribusi yang terpisah dan ruang untuk sarana
pelayanan kontrol jarak jauh. Ruang untuk sarana pelayanan kontrol jarak jauh dapat berada pada ruang yang sama
dengan ruang Gardu Hubung, namun terpisah dengan ruang Gardu Distribusinya.
Berdasarkan kebutuhannya Gardu Hubung dibagi menjadi: Gardu Hubung untuk 7 buah sel kubikel
 Gardu Hubung untuk 7 buah sel kubikel.
 Gardu Hubung untuk ( 7 + 7 ) buah sel kubikel.
 Gardu Hubung untuk ( 7 + 7 +7 + 7 ) buah sel kubikel.
Pengunaan kelompok – kelompok sel tersebut bergantung atas sistem yang digunakan pada suatu daerah operasional,
misalnya Spindel, Spotload, Fork, Bunga, dan lain – lain. Spesifikasi teknis sel – sel kubikel Gardu Hubung sama dengan
spesifikasi teknis Gardu Distribusi, kecuali kemungkinan kemampuan Arus Nominalnya yang bisa berbeda.
D. FAKTOR-FAKTOR DASAR PERENCANAAN DISTRIBUSI

1. Peramalan beban
Perencanaan sistem distribusi memerlukan prakiraan
(forecasting) beban masa depan. Kualitas dan akurasi
perencanaan sistem tergantung pada kualitas dan akurasi data
dan prakiraan beban. Dalam perencanaan sistem distribusi
meliputi penentuan ukuran, lokasi dan perubahan waktu masa
depan, seperti sejumlah komponen-komponen sistem
(substation, saluran, penyulang, dan sebagainya).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
peramalan beban
2. Pengembangan Gardu
Seperti halnya dengan peramalan beban, maka pengembangan
gardu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor dasar dominan.
Kondisi eksisting jaringan distribusi serta konfigurasinya
merupakan faktor yang mendampingi pertumbuhan beban,
kerapatan beban dalam proses penentuan pengembangan gardu
atau melakukan konstruki gardu baru. Faktor – faktor dasar
tersebut tersebut digambarkan sebagai berikut :

Faktor-faktor yang mempengaruhi


pengembangan gardu
3. Pemilihan Letak Gardu
Letak gardu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jarak dari pusat beban,
jarak dari jaringan sub-transmisi yang ada dan adanya batasan – batasan seperti
tersedianya lahan, investasi yang harus digunakan, dan aturan penggunaan
lahan. Lokasi ideal gardu mengikuti pandangan – pandangan sebagai berikut :
1. Lokasi gardu tersebut sebanyak mungkin melingkupi sejumlah beban
2. Dapat memberikan level tegangan yang baik
3. Mampu memberikan akses yang baik untuk incoming saluran sub transmisi
dan out going penyulang primer.
4. Mempunyai ruang yang cukup untuk pengembangan Prosedur pemilihan gardu
5. Tidak bertentangan dengan aturan tata guna lahan
6. Dapat meminimisasi jumlah konsumen yang terpengaruh terhadap adanya
gangguan Kemudahan instalasi.
4. Pemilihan Level Tegangan Penyulang Primer
Faktor – faktor dasar dalam menentukan level tegangan pada
penyulang primer diberikan sebagai berikut :

Faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan level


tegangan
5. Pembebanan Penyulang Primer
Pembebanan penyulang primer adalah pembebanan penyulang
tersebut pada kondisi beban puncak dan di ukur di sisi gardu.
Faktor – faktor yang mempengaruhi disain pembebanan Faktot-faktor yang mempengaruhi penyulang lintasan
primer
penyulang tersebut antara lain : a. Rapat beban penyulang b.
Pola bembebanan c. Laju pertumbuhan beban d. Keperluan
reverse capacity kondisi darurat e. Kontinuitas pelayanan f.
Kualitas pelayanan g. Keandalan pelayanan h. Level tegangan
pada penyulang primer i. Tipe dan biaya konstruksi j. Lokasi
dan kapasitas gardu distribusi k. Guna pengaturan tegangan Faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah
penyulang keluar
Sedangkan faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan
lintasan jaringan primer tersebut diberikan dalam Gambar 39,
40 dan 41.

faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan ukuran


konduktor
6. Faktor-Faktor Investasi
Secara umum, sistem distribusi didisain dengan berdasar pada
minimisasi biaya investasi tapi teknis sistem distribusi tersebut
masih dipenuhi.

Faktor – faktor yang mempengaruhi investasi


pengembangan sistem distribusi
E. MANUVER JARINGAN DISTRIBUSI

Manuver / manipulasi jaringan distribusi adalah serangkaian kegiatan membuat modifikasi terhadap operasi
normal dari jaringan akibat dari adanya gangguan atau pekerjaan jaringan yang membutuhkan pemadaman
tenaga listrik, sehingga dapat mengurangi daerah pemadaman dan agar tetap tercapai kondisi penyaluran
tenaga listrik yang semaksimal mungkin. Kegiatan yang dilakukan dalam manuver jaringan antara lain :
1. Memisahkan bagian–bagian jaringan yang semula terhubung dalam keadaan bertegangan ataupun tidak
bertegangan dalam kondisi normalnya.
2. Menghubungkan bagian–bagian jaringan yang semula terpisah dalam keadaan bertegangan ataupun tidak
bertegangan dalam kondisi normalnya.
Optimalisasi atas keberhasilan kegiatan manuver jaringan dari segi teknis ditentukan oleh konfigurasi
jaringan dan peralatan manuver yang tersedia di sepanjang jaringan. Peralatan yang dimaksud adalah
peralatan – peralatan jaringan yang berfungsi sebagai peralatan hubung. Peralatan tersebut antara lain yaitu :
1. Pemutus Tenaga (PMT)
Pemutus tenaga (PMT) adalah adalah alat pemutus tenaga listrik
yang berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan
hubungan listrik (switching equipment) baik dalam kondisi
normal (sesuai rencana dengan tujuan pemeliharaan), abnormal
(gangguan), atau manuver system, sehingga dapat memonitor
kontinuitas system tenaga listrik dan keandalan pekerjaan
pemeliharaan.
2. Disconector (DS) / Saklar Pemisah
Adalah sebuah alat pemutus yang digunakan untuk menutup dan membuka
pada komponen utama pengaman/recloser, DS tidak dapat dioperasikan secara
langsung, karena alat ini mempunyai desain yang dirancang khusus dan
mempunyai kelas atau spesifikasi tertentu, jika dipaksakan untuk
pengoperasian langsung, maka akan menimbulkan busur api yang dapat
berakibat fatal. Yang dimaksud dengan pengoperasian langsung adalah
penghubungan atau pemutusan tenaga listrik dengan menggunakan DS pada
saat DS tersebut masih dialiri tegangan listrik.
Pengoperasian DS tidak dapat secara bersamaan melainkan dioperasikan satu
per satu karena antara satu DS dengan DS yang lain tidak berhubungan,
biasanya menggunakan stick (tongkat khusus) yang dapat dipanjangkan atau
dipendekkan sesuai dengan jarak dimana DS itu berada, DS sendiri terdiri dari
bahan keramik sebagai penopang dan sebuah pisau yang berbahan besi logam
sebagai switchnya.
3. Air Break Switch (ABSw) dan Handle ABSw
Air Break Switch (ABSw) adalah peralatan hubung yang berfungsi sebagai
pemisah dan biasa dipasang pada jaringan luar. Biasanya medium kontaknya
adalah udara yang dilengkapi dengan peredam busur api / interrupter berupa
hembusan udara. ABSw juga dilengkapi dengan peredam busur api yang
berfungsi untuk meredam busur api yang ditimbulkan pada saat membuka /
melepas pisau ABSw yang dalam kondisi bertegangan . Kemudian ABSw
juga dilengkapi dengan isolator tumpu sebagai penopang pisau ABSw , pisau
kontak sebagai kontak gerak yang berfungsi membuka / memutus dan
menghubung / memasukan ABSw , serta stang ABSw yang berfungsi sebagai
tangkai penggerak pisau ABSw. Perawatan rutin yang dilakukan untuk ABSw
karena sering dioperasikan, mengakibatkan pisau-pisaunya menjadi aus dan
terdapat celah ketika dimasukkan ke peredamnya / kontaknya. Celah ini yang
mengakibatkan terjadi lonjakan bunga api yang dapat membuat ABSw
terbakar.
4. Load Break Switch (LBS)
Load Break Switch (LBS) atau saklar pemutus beban adalah
peralatan hubung yang digunakan sebagai pemisah ataupun
pemutus tenaga dengan beban nominal. Proses pemutusan atau
pelepasan jaringan dapat dilihat dengan mata telanjang. Saklar
pemutus beban ini tidak dapat bekerja secara otomatis pada
waktu terjadi gangguan, dibuka atau ditutup hanya untuk
memanipulasi beban.
5. Recloser ( Penutup Balik Otomatis / PBO )
Recloser adalah peralatan yang digunakan untuk memproteksi
bila terdapat gangguan, pada sisi hilirnya akan membuka secara
otomatis dan akan melakukan penutupan balik (reclose) sampai
beberapa kali tergantung penyetelannya dan akhirnya akan
membuka secara permanen bila gangguan masih belum hilang
(lock out). Penormalan recloser dapat dilakukan baik secara
manual maupun dengan sistem remote. Recloser juga berfungsi
sebagai pembatas daerah yang padam akibat gangguan
permanen atau dapat melokalisir daerah yang terganggu
F. GANGGUAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI
Jenis Gangguan Pada dasarnya gangguan yang sering terjadi pada sistem distribusi saluran 20 kV dapat digolongkan
menjadi dua macam yaitu gangguan dari dalam sistem dan gangguan dari luar sistem. Gangguan yang berasal dari luar
sistem disebabkan oleh sentuhan daun/pohon pada penghantar, sambaran petir, manusia, binatang, cuaca dan lain-lain.
Sedangkan gangguan yang datang dari dalam sistem dapat berupa kegagalan dari fungsi peralatan jaringan, kerusakan
dari peralatan jaringan, kerusakan dari peralatan pemutus beban dan kesalahan pada alat pendeteksi.
Klasifikasi gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi (Hutauruk, 1987 : 4) adalah:
1. Dari jenis gangguannya :
a. Gangguan dua fasa atau tiga fasa melalui hubungan tanah
b. Gangguan fasa ke fasa
c. Gangguan dua fasa ke tanah
d. Gangguan satu fasa ke tanah atau gangguan tanah
2. Dari lamanya gangguan
a. Gangguan permanen
b. Gangguan temporer

Anda mungkin juga menyukai