SPEKTROSKOPI

 ADALAH ILMU YANG MEMPELAJARI TENTANG

HASIL INTERAKSI ANTARA ENERGI RADIAN
DENGAN MATERI
 HASIL INTERAKSI TERSEBUT TJD SPEKTRA
 SPEKTROMETRI IALAH ILMU YANG
BERHUBUNGAN DENGAN PENGUKURAN
SPEKTRA
 SPEKTRO FOTOMETER
IALAH ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK
PENETAPAN KADAR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN PENGUKURAN SPEKTRA

ADA BEBERAPA MACAM SPEKTROFOTOMETER

MENURUT KEGUNAANNYA:
1. SPEKTROFOTOMETER CAHAYA TAMPAK
ATAU VISIBEL
- UMUMNYA DIKENAL SBG KOLORIMETER

- DIGUNAKAN UNTUK BAHAN-BAHAN KIMIA

MENYERAP RADIASI ELEKTROMAGNETIK
DALAM CAHAYA TAMPAK DENGAN
 PANJANG GELOMBANG () ANTARA : 380 –
780 CM

2. SPEKTROFOTOMETER SINAR LEMBAYUNG

- DIGUNAKAN UNTUK BAHAN KIMIA YANG
DAPAT MENYERAP CAHAYA SINAR
LEMBAYUNG.  : 35 – 350 nm

3. SPEKTROFOTOMETER INFRA MERAH

-  : 3 – 4 mikrom

- DIGUNAKAN UNTUK MENGINDENTIFIKASI

BAHAN BAKU
- UNTUK ANALISA KUANTITATIF DAPAT
DIGUNAKAN HANYA MEMERLUKAN
BEBERAPA PERALATAN YANG TIDAK
SEDERHANA SEPERTI BILA DIGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER SINAR LEMBAYUNG
MAUPUN SPEKTRO CAHAYA TAMPAK.
HAL-HAL YANG PERLU DIPELAJARI:
1. RADIASI ELEKTROMAGNETIK
 MERUPAKAN BENTUK DARI ENERGI RADIAN
YANG SEHARI-HARI DAPAT DISAKSIKAN
SEBAGAI CAHAYA & PANAS RADIAN.
 BERGERAK DALAM RUANG DENGAN
KECEPATAN SANGAT TINGGI
 MEMILIKI 2 SIFAT:
- SEBAGAI GELOMBANG
- SEBAGAI PARTIKEL
 DAPAT MERAMBAT DALAM RUANG HAMPA/
TIDAK MEMERLUKAN MEDAN
 TERDIRI DARI PARTIKEL-PARTIKEL DENGAN
CIRI-CIRI TERTENTU, DISEBUT FOTON.
FOTON MERUPAKAN BERKAS ENERGI,
BERGERAK DLM RUANG DGN KECEPATAN
CAHAYA & DAPAT BERINTERAKSI DENGAN
MATERI
SIFAT RADIASI ELEKTROMAGNETIK
SIFAT SEBAGAI GELOMBANG
GEL. ELEKTROMAGNETIK MEMPUNYAI 2
KOMPONEN:
- KOMPONEN LISTRIK
 - KOMPONEN MAGNETIK
KEDUA KOMPONEN TERSEBUT BERGERAK
PADA BIDANG TEGAK LURUS SATU DENGAN
YANG LAINNYA DAN KEDUA BIDANG ITU
TEGAK LURUS PADA ARAH PERAMBATAN
RADIASI

GAMBAR PANJANG GELOMBANG ELEKTRO

UNTUK MENYATAKAN SIFAT ENERGI RADIAN

SEBAGAI GELOMBANG, MAKA DIGUNAKAN
BEBERAPA PARAMETER a.l:
a. PANJANG GELOMBANG ()
 IALAH JARAK LINIER DALAM cm ANTARA 2
TITIK BERURUTAN YANG DILALUI OLEH
SIKLUS GELOMBANG LENGKAP
b. INTENSITAS GELOMBANG (I)
DIUKUR DARI KUADRAT AMPLITUDO,
DITENTUKAN OLEH DAYA RADIAN, YAITU
JML FOTON DARI PANJANG GELOMBANG
TERTENTU YANG DIRAMBATKAN DALAM
SATU DETIK.
c. PERIODE ( = 1/v)
WAKTU UNTUK SATU SIKLUS LENGKAP,
SATUAN DETIK/SIKLUS
d. FREKUENSI ()
ADALAH SIKLUS GELOMBANG YANG
MELALUI TITIK TERTENTU PERSATUAN
WAKTU
e. KECEPATAN (C)
ADALAH KECEPATAN PERAMBATAN GEL.
ELEKTROMAGNETIK DALAM HAMPA.
KECEPATAN GELOMBANG DALAM HAMPA =
DLM UDARA, BESARNYA = 3,0 X 1010 cm/dtk.
f. BILANGAN GELOMBANG ()
 JUMLAH GELOMBANG PERCENTIMETER,
JADI BESARNYA BERBANDING TERBALIK
DENGAN PANJANG GELOMBANG

PANJANG GEL. & KECEPATAN GEL. ELEKTRO

BERUBAH MENURUT MEDIA YG DILALUI,
SEDANGKAN FREKUENSI TETAP DLM MEDIA
APA SAJA.
HUBUNGAN ANTARA PANJANG GELOMBANG &
FREKUENSI DGN KECEPATAN CAHAYA SBB:
 = c/n
c = KECEPATAN CAHAYA DALAM HAMPA
(3 x 1010 cm/dtk)
n = INDEK BIAS (RATIO KECEPATAN CAHAYA
DLM HAMPA & DLM MEDIUM)
 BIL GELOMBANG YG BESARNYA
TERBALIK DGN PANJANG GELOMBANG
 = 1/ = c/n cm-1

2. SIFAT SEBAGAI PARTIKEL

ENERGI SETIAP FOTON SEBANDING DGN
FREKUENSI GEL. ELEKTROMAGNETIK sbb
E=h
E = ENERGI
H = TETAPAN PLANCK = 6,626 x 10-27erg/det
= FREKUENSI DALAM HERTZ
TERNYATA BAHWA:
BESARNYA ENERGI BERBANDING LURUS DGN
FREKUENSI, BERBANDING TERBALIK DGN
PANJANG GELOMBANG & BERBANDING
LURUS DGN BIL. GELOMBNG, MAKA RADIASI
ELEKTRO YANG  PANJANG / FREKUENSI
RENDAH MEMPUNYAI ENERGI FOTON LEBIH
RENDAH JIKA DIBANDINGKAN DGN YANG 
PENDEK / FREKUENSI TINGGI

RADIASI ELEKTRO YANG TERPANCAR DARI

SUMBER RADIASI YANG MERUPAKAN BERKAS
ENERGI JIKA MERAMBAT MELALUI SUATU
MEDIA KE ARAH RESEPTOR, AKAN
DIABSORBSI OLEH RESEPTOR TERSEBUT
TETAPI SEBAGIAN DIABSORBSI OLEH MEDIA
TERSEBUT DAN JUGA DAPAT BERUBAH
ARAHNYA KARENA REFLEKSI, REFRAKSI
 ATAU DEFTRAKSI SEHINGGA SEBAGIAN/
SELURUHNYA MENGALAMI POLARISASI.

3. SPEKTRUM ELEKTROMAGNETIK
RADIASI ELEKTROMAGNETIK YG ADA
KEPETINGANNYA DGN KIMIA ANALISIS
BERVARIASI DARI  YG SANGAT PENDEK DGN
ENERGI TINGGI (SINAR GAMMA) SAMPAI DGN 
YANG SANGAT PANJANG DGN ENERGI
RENDAH (GEL. RADIO) SELURUH DAERAH
RADIASI ELEKTROMAGNETIK DISEBUT
SPEKTRUM ELEKTROMAGNETIK

SATUAN DAN SIMBOL

DALAM RADIASI ELKETROMAGNETIK

SATUAN SIMBOL KONVERSI

1 PANJ. Micron m 1 m = 10-4 cm
GELOMBANG (Micrometer)
()
Nanometer nm 1 nm = 10-3 m
= 10-7 cm
Milimikron m 1 m = 1 nm
Angstrom A 1 A = 10-8 cm
2 FREKUENSI - Sikel cps
 per dtk Hz 1 Hz = 1 cps

- Hertz MHz 1 MHz = 106 Hz

- Mega
Hertz
3 BILANGAN - Centim cm-1 cm-1 = 1 / 
GELOMBANG
eter

- Resipr
okal
SATUAN SIMBOL KONVERSI
4 INTENSITAS Energi per dtk I
per satuan sudut
tetap
5 DAYA Energi per detik P
RADIAN

DARI TABEL DI ATAS TERLIHAT BAHWA:

ENERGI MENURUN APABILA FREKUENSI RADIASI
MENURUN DAN PANJANG GELOMBANG NAIK

DAERAH SPEKTRUM JUGA DIGUNAKAN DALAM SPEKTROSKOPI, sbb:

DAERAH PANJ. GELOMBANG

- ULTRA VIOLET 100 – 200 nm
DEKAT 200 – 400 nm

- ULTRA VIOLET 400 – 750 nm

0,75 – 4 nm
- TAMPAK/VISIBLE
4 – 25 nm
- INFRA MERAH
DEKAT
- INFRA MERAH

CAHAYA MONOKROMATIK DAPAT DILIHAT

APABILA CAHAYA PUTIH (CAHAYA
POLIKROMATIK) DILAKUKAN SEBUAH PRISMA,
TERJADI CAHAYA MONOKROMATIK YANG
MENUNJUKKAN WARNA & PANJANG
GELOMBANG SBB:

PANJ. GEL. WARNA KOMPLEMEN

400 – 800 nm VIOLET HIJAU KEKUNINGAN
450 – 480 nm BIRU KUNING
480 – 490 nm BIRU KEHIJAUAN JINGGA
490 – 500 nm HIJAU KEBIRUAN MERAH
500 – 560 nm HIJAU PURPEL
565 – 575 nm HIJAU KEKUNINGAN VIOLET
575 – 590 nm KUNING BIRU
590 – 625 nm JINGGA BIRU KEHIJAUAN
625 – 750 nm MERAH HIJAU KEBIRUAN
 < 400 nm TIDAK TERLIHAT KARENA
MEMASUKI DAERAH UV
 > 750 nm MEMASUKI DARAH IR

 SIFAT PENTING DARI DARI GELOMBANG

ELEKTROMAGENTIK ADALAH FREKUENSI (),
JUMLAH SATUAN YANG TERJADI PER SATUAN
WAKTU (PER DETIK)
 SATUAN FREKUENSI ADALAH PUTARAN PER
DETIK ATAU HERTZ
 HUBUNGAN ANTARA PANJANG GELOMBANG,
FREKUENSI & KECEPATAN CAHAYA
DINYATAKAN DGN PERSAMAAN:
V = C / n . lamda
C = KECEPATAN CAHAYA DALAM HAMPA
= 2,9976 x 1010 cm/dtk
n = INDEK BIAS (PERBANDINGAN KECEPATAN
CAHAYA DALAM HAMPA DENGAN
KECEPATAN DALAM MEDIA)
v = FREKUENSI
lamda= BIL. DARI SATUAN-SATUAN PAPNJ. GEL

CONTOH:
SINAR HIJAU MEMPUNYAI PANJANG GELOMBANG
KIRA-KIRA 530 nm. DLM HAMPA, HITUNG PANJANG
GELOMBANG , DAN BILANGAN GELOMBANG ()
UNTUK SINAR HIJAU DALAM AIR.
(1 nm = 10-7 cm); n HAMPA = 1,00 n AIR = 1,332

JAWAB:
UNTUK SINAR HIJAU DALAM HAMPA:
V= C / n. 

10
= 2, 9976 x 10 cm/dtk
(1,000) (530 nm )

2, 9976 x 1010 cm/dtk

=
(1,000) (530 x 10- 5 cm)
= 5,655849057 x 1014 Hz
= 5,66 x 1014 Hz
DALAM AIR = 5,66 x 1014 Hz
NAMUN DEMIKIAN, n = 1,332 HINGGA UNTUK
SINAR HIJAU DALAM AIR.
AIR =C/nV
2, 9976 x 1010 cm/dtk
=
(1,332) (5,66 x 1014 det- 1)
= 0,3976 x 10-4
= 0,398 x 10-4 cm
KRN
V = 1 / AIR
MAKA V AIR = 2,51256 x 104 cm-1
= 2,51 x 104 cm-1

INTERAKSI RADIASI ELEKTROMAGNETIK

DENGAN BAHAN

 BILA CAHAYA JATUH PADA BAHAN/SENYAWA

MAKA SEBAGIAN CAHAYA DISERAP OLEH
MOLEKUL-MOLEKUL SESUAI DENGAN
STRUKTUR DARI MOLEKUL.
 SETIAP SENYAWA MEMPUNYAI TINGKATAN
TENAGA MERAH SPEKSIFIKASI SENDIRI YANG
SPESIFIK
 BILA CAHAYA MEMPUNYAI TENAGA YANG
SAMA DENGAN PERBEDAAN ANTARA
TINGKATAN DASAR (G) DAN TENAGA TINGKAT
TEREKSITASI (E1, E2 , ….) JATUH PADA
SENYAWA, MAKA ELEKTRON-ELEKTRON PADA
TINGKAT DASAR (G) DI-EKSITASIKAN KE
TINGKAT TEREKSITASI & SEBAGIAN TENAGA
CAHAYA YANG SESUAI DENGAN  DISERAP.

ELEKTRON YANG TEREKSITASI MELEPASKAN

TENAGA DENGAN PROSES RADIASI PANAS DAN
KEMBALI KE TINGKATAN DASAR (G) / ASAL.
 PERBEDAAN ANTARA TINGKAT DASAR DAN
TINGKAT TEREKSITASI SPESIFIK UNTUK TIAP
BAHAN/SENYAWA MAKA FREKUENSI YANG
DISERAP JADI TERTENTU.
 GAMBAR HUB. INTENSITAS RADIASI
(ABSORBSI) SEBAGAI FS  ATAU FREKUENSI
DIKENAL SEBAGAI SPEKTRUM SERAPAN/

CONTOH:
1. HITUNGLAH TENAGA FOTON PADA PANJANG
GELOMBANG 200 nm
JAWABAB:
PANJANG GELOMBANG DIMANA SERAPAN
TERJADI MERUPAKAN UKURAN TENAGA dE
YANG DIHUBUNGKAN DENGAN TRANSISI
ELEKTRONIK YANG TERJADI HINGGA:
dE = h = hc = hc / 
6,624 x 10- 34 x 2,9976 x 108 J, det.m det- 1
dE =
20 x 10- 7 m
= 9,933 x 10-19J

 PADA TRANSISI ELEKTROMAGNETIK YANG

PENTING ADALAH PERBEDAAN ANTARA
TINGKAT DASAR DAN TINGKAT
TEREKSITASI
 PENGANGGAPAN BAHWA SEMUA TENAGA
UNTUK EKSITASI PADA  TERTENTU
DIGUNAKAN UNTUK MENAIKKAN ELEKTRON
DARI “TINGKAT DASAR” KE “TINGKAT
TEREKSITASI” HINGGA PERSAMAAN
TENAGA DAPAT DITULISKAN SBB:
Etereksitasi – Edasar = dE = hc YANG DISERAP =
TENAGA PER. MOL, dan TENAGA YANG
 DISERAP DALAM TRANSISI DAPAT
LANGSUNG DIHITUNG

2. BIFENIL MENUNJUKKAN YANG SERAPAN

LEBAR DALAM LARUTAN SIKLO HEKSAN PADA
SERAPAN MAKSIMUM 250 nm (4,0 x 10-1  m-1)
HITUNG TENAGA YANG DISERAP PER MOL
UNTUK TRANSISI TSB!

JAWABAN:
dE = hc  = 6,624 x 10-34 x 2,998 x 108 x 4,0 x 106
= 79,47 x 10-20 J., UNTUK SATU MOLEKUL

UNTUK SATU MOLEKUL

DIKALIKAN DENGAN N, BIL AVOGADRO
NdE = 6,023 x 1023 x 79,47 x 10-20
- 478,7 K . J

SOAL:
WARNA HIJAU MEMPUNYAI  = 500 nm
BERAPAKAH FREKUENSI & TENAGA PER MOL?

JAWABAN:
 SPEKTROSKOPI ULTRA VIOLET
DAN TERLIHAT

1. SERAPAN OLEH SENYAWA

 SERAPAN CAHAYA OLEH MOLEKUL DALAM
DAERAH U.V DAN TERLIHAT TERGANTUNG
PADA STRUKTUR ELEKTROLIT DARI
MOLEKUL.
 SPEKTRUM U.V & TERLIHAT DARI SENYAWA-
SENYAWA ORGANIK BERKAITAN DENGAN
TRANSISI-TRANSISI DIANTARA TINGKATAN-
TINGKATAN TENAGA ELEKTROIK. KARENA
HAL TERSEBUT MAKA SERAPAN RADIASI U.V
/ TERLIHAT, SERING DIKENAL SEBAGAI
SPEKTROSKOPI ELEKTRONIK.
 TRANSISI-TRANSISI BIASANYA ANTARA:
ORBITAL IKATAN / ORBITAL PASANGAN
BEBAS & ORBITAL NON IKATAN TAK JENUH /
ORBITAL ANTI IKATAN.
 PANJANG GELOMBANG SERAPAN ADALAH
MERUPAKAN UKURAN DARI PEMISAHAN
TINGKATAN-TINGKATAN TENAGA DARI
ORBITAL YANG BERSANGKUTAN.
 PEMISAHAN TENAGA YANG PALING TINGGI
DIPEROLEH BILA ELEKTRON DALAM IKATAN
TEREKSITASI YANG MENIMBUKAN SERAPAN
DALAM DAERAH 120-200 nm. DAERAH INI
DIKENAL SEBAGAI DAERAH U.V VAKUM,
RELATIF TIDAK BANYAK MEMBERIKAN
KETERANGAN
DAERAH DI ATAS 200 nm – EKSITASI DARI
ORBITAL p dan d ORBITAL. TERUTAMA SIST.
TERKONJUGASI SEGERA DAPAT DIUKUR &
SPEKTRA YANG DIPEROLEH BANYAK
MEMBERIKAN KET.
 DALAM PRAKTEK, SPEKTROMETRI U.V.
DIGUNAKAN PADA SISTIM TERKONJUGASI.
 SPEKTRUM U.V ADALAH SUATU GAMBAR
ANTARA  ATAU FREKUENSI SERAPAN
LAWAN INTENSITAS SERAPAN
(TRANSMITAN/ABSORBANSI)
SERING JUGA DITUNJUKKAN SEBAGAI
GRAFIK / TABEL YANG MENYATAKAN 
LAWAN SERAPAN MOLAR / log DARI
SERAPAN MOLAR, Emax atau log Emax.
ANALISIS KUANTITATIF DGN SERAPAN
RADIASI ELEKTROMAGNETIK

 DALAM MEMPELAJARI SERAPAN SECARA

KUANTITATIF, BERKAS RADIASI DIKENAKAN
PADA CUPLIKAN & INTENSITAS RADIASI YANG
DITRANSMISIKAN DIUKUR.
 RADIASI YANG DISERAP CUPLIKAN TERTENTU
DENGAN MEMBANDINGKAN INTENSITAS DARI
BERBAGAI RADIASI YANG DITRANSMISIKAN
BILA SPECIES PENYERAP TIDAK ADA DENGAN
INTENSITAS YANG DITRANSMISIKAN BILA
SPESIES PENYERAP ADA.
 KEKUATAN RADIASI (yi. INTENSITAS) DARI
BERKAS CAHAYA SEBANDING DENGAN
JUMLAH FOTON PER DETIK YANG MELALUI
SATU SATUAN LUAS PENAMPANG.
 JIKA FOTON JUGA MENGENAI CUPLIKAN
MEMILIKI TENAGA = DIBUTUHKAN UNTUK
 MENYEBABKAN TERJADI PERUBAHAN TENAGA,
MAKA SERAPAN DAPAT TERJADI.
 KEKUATAN RADIASI JUGA DITURUNKAN
DENGAN ADANYA PENGHAMBURAN &
PEMANTULAN, NAMUN PENGURANGAN-
PENGURANGAN INI SANGAT KECIL BILA
DIBANDINGKAN DENGAN SERAPAN.

HUKUM-HUKUM KUANTITATIF

PERUBAHAN-PERUBAHAN TENAGA RADIASI

YANG TERJADI BILA RADIASI MONOKROMATIK
MELALUI SEL PENYERAP SEPERTI GAMBAR
BERIKUT:
SEGMEN A DARI ATAS SEL

Io

GAMBAR. PROSES SERAPAN

 PERTAMA SEL DIISI LARUTAN BLANKO YANG

TERDIRI DARI PELARUT DAN KONSTITUEN
CUPLIKAN YANG LAIN DARIPADA SPECIES
PENYERAP UTAMA.
DENGAN LARUTAN BLANKO DALAM SEL INI,
KEKUATAN CAHAYA DARIRADIASI YANG
DIPANCARKAN MENGGAMBARKAN CAHAYA
YANG MASUK DIKURANGI DENGAN YANG
HILANG OLEH PENGHAMBURAN, PEMANTULAN
DAN SERAPAN OLEH KONSTITUEN LAIN
 (BIASANYA SANGAT KECIL). KEKUATAN
CAHAYA INI = IO
 RADIASI BERJALAN MELALUI SEGMEN
CUPLIKAN A DENGAN MENGGUNAKAN
DEFERENSIAL KALKULUS.
dI = PENURUNAN KEKUATAN CAHAYA DALAM
LAPISAN YANG SANGAT KECIL
db = SEJUMLAH RIDIASI YANG DISERAP
DALAM LAPISAN
- KARENA SERAPAN TENAGA MEMBUTUHKAN
INTERAKSI FISIKA ANTARA FOTON DAN
SPECIES-SPECIES PENYERAP HINGGA
JUMLAH TUMBUKAN YANG TERJADI DALAM
LAPISAN INI SEBANDING DENGAN JUMLAH
SPECIES PENYERAP DALAM LAPISAN DAN
JUMLAH FOTON YANG MELALUI.

HUKUM BEER – LAMBERT

 PADA ANALISIS DENGAN SPEKTROMETER
SEBAGAI DASAR DIGUNAKAN HUBUNGAN
ANTARA JUMLAH CAHAYA YANG
DIABSORBSI DENGAN JUMLAH ZAT YANG
MENGABSORBSI
 BILA LARUTAN ENCER MENGANDUNG ZAT
YANG DAPAT MENGABSORBSI CAHAYA PADA 
TERTENTU, SEDANGKAN PELARUT
MERUPAKAN PELARUT YANG
1. KUAN TAK TGT SATU THD LAINNYA DALAM
PROSES PENYERAPAN
2. PENYERAPAN TERJADI DALAM VOL. YANG
MEMPUNYAI LUAS PENAMPANG YG SAMA
3. DENGAN RADIASI TENAGA ADALAH CEPAT
(TIDAK TERJADI FLUOROSENSI)
4. INDEK BIAS TIDAK TERGANTUNG PADA
KONSENTRASI (TIDAK BERLAKU PADA
KONSENTRASI YANG TINGGI)

CONTOH SOAL
1. KAL. KROMAT (K2CrO4) DALAM LARUTAN BASA
MENUNJUKKAN SERAPAN MAKSIMUM PADA
372 nm. LARUTAN BASA MENGANDUNG 3,00 x
10-5 M K2CrO4 MENTRANSMISIKAN 71,6%
RADIASI YANG MASUK PADA 372 nm BILA
LARUTAN TSB DITEMPATKAN DALAM SEL
PANJANG 1,00 cm
a. BERAPA ABSORBSI DARI LARUTAN INI?
JAWAB:
Jika % = 71,6 T = 0,716
log 1/T = A
A = log 1/T = log 1/0,716
= 0,145

b. Berapakah serapan molar dari K2CrO4 pada 362

nm?
JAWAB:
A =  bc atau
0,145 =  (1,000 cm) (3,00 x 10-5) mol/L
 = 4,84 x 103 L/mol – cm

c. Akan menjadi berapa % transmisi jika panjang

sel-sel adalah 3,000 cm?
JAWAB:
log 1/T = bc
log 1/T = (4,83 x 103 lt/mol – cm) (3,000 cm)
x (3,000 x 10-5 mol/Lt)
= 0,435
T = 10-0,435
 = 10-565 x 10-1
= 0,367
Jadi %T = 0,367 x 10%
= 36,7

2. Senjawa X menunjukkan serapan molar 2,45 x

103 Lt/mol cm pada 450 nm. Berapakah
konsentrasi X dalam larutan yang akan
menyebabkan penurunan 25% tenaga cahaya dari
radiasi 40 nm bila larutan diletakkan dalam sel
penyerap panjang 1,000 cm
JAWAB:
Jika larutan X menyebabkan turun 25% dari
tenaga cahaya ini berarti bahwa proses
transmitasi larutan adalah 75%
Dari Hukum Beer :
log 1/T =  bc
log 1/T = log 1/0,75 = log 1,33
log 1/33 = (2,45 x 103 Lt/mol cm) x
(1,000 cm) x C
0,124 = 2,45 x 103 Lt/mol C
C = 5,06 x 10-5 mol/Lt
SISTEM LEBIH DARI SATU KOMPONEN

 JIKA SISTEM MENGANDUNG > DARI KOMPONEN

TERNYATA BAHWA SPECIES-SPECIES TSB
BERKELAKUAN TIDAK TERGANTUNG SATU
TERHADAP LAIN & ABSORBANSINYA ADALAH
ADITIF.
 GAMBAR BERIKUT MENUNJUKKAN SPEKTRA
KOMPONEN I & II DAN CAMPURAN.

I +II
A

I II
  Panjang gel.

SPEKTRA SALING TINDIH DARI DUA KOMPONEN &

SPEKTRUM CAMPURAN DARI DUA KOMPONEN
PADA ABSORBANSI MAKSIMUM, DARI
KOMPONEN I, 1; KOMPONEN II, 2 MASING-
MASING MEMPUNYAI ABSORBANSI MAKSIMUM
SENDIRI & JUGA MENYERAP RADIASI SPEKTRUM
SERAPAN DARI CAMPURAN I & II ADALAH
MERUPAKAN JUMLAH DARI DUA KURVA
INDIVIDU. MAKA DAPAT DITULISKAN
PERSAMAAN-PERSAMAAN ABSORBANSI TOTAL
PADA SETIAP PANJANG GELOMBANG SEBAGAI
BERIKUT:
PADA 1:
SPEKTRUM SERUPA DARI CAMPURAN I DAN II
ADALAH MERUPAKAN JUMLAH DARI DUA KURVA
INDIVIDU:
Pd : 1
1 1 1 1
A I = E I b I cI dan AII = EII . bcII
1 1 1 1
AI = AI + AII = EI bcI + EII bcII (1)
Pada 1 = 
2 2 2 2
AI = EI . bcI dan AII . EII . bcII
2 2 2 2 2
A = AI + AII = EI . bcI + EII bcII (2)
Dimana:
1 2
A dan A = ABSORBANSI-ABSORBANSI YANG
TERAMATI DARI CAMPURAN PADA
PANJ. GEL. 1 DAN 2
1 2
AI dan AI = ABSORBANSI-ABSORBANSI
KOMPONEN I DALAM CAMPURAN
PADA 1 DAN 2
1 2
AII dan AII = ABSORBANSI-ABSORBANSI
KOMPONEN II DALAM CAMPURAN
PADA 1 DAN 2
1 2 1 2
EI ; EI ; EII ; EII = SERAPAN MOLAR DARI KOMP I
DAN II PADA 1 DAN 2
C1 dan C2 = KONSTRASI KOMPONEN I DAN II
DALAM CAMPURAN.

CATATAN:
SRP-SRP MOLAR DITENTUKAN DARI SPEKTRUM
SRP DARI SETIAP KOMPONEN YANG TERHISAB
DALAM LARUTAN YANG KONSTAN DIK. JIKA
UNTUK DUA KOMPONEN. YANG TIDAK DIK
DIPEROLEH DGN MENYELESAIKAN 2 PERS (1)
DAN (2) SECARA BERSAMA DGN PENGUKURAN
PADA PANJ. GEL. YANG BERBEDA.

CONTOH:
TITANIUM DAN VARADIUM MEMBENTUK
KOMPLEKS BERWARNA DGN HIDROGEN
PEROKSIDA. DIBUAT 1 LART. YANG MASING-
MASING MENGANDUNG 5,00 mg LOGAM-LOGAM
TSB DGN ASAM PERKLORIDA DAN HIDROGEN
PEROKSIDA, DIENCERKAN HINGGA 100 ml.
LARUTAN KE TIGA DIBUAT DENGAN
MELARUTKAN 1,00 g ALLOY (HANYA
MENGANDUNG Ti dan V) DENGAN CARA YANG
SAMA SEPERTI KEDUA LARUTAN STANDAR.
ABSORBSI KETIGA LARUTAN DIUKUR PADA 410
nm DAN 460 nm DALAM SEL SEPANJANG 1 cm.
HITUNG %V DAN Ti DALAM ALLOY
LARUTAN A410 A460
Ti 0,760 0,513
V 0,185 0,250
ALLOY 0,715 0,657
JAWABAN:
DARI LARUTAN STANDAR:
ATI410 = aTi410 . bcTi
aTi410 = 0,760/5,00 = 0,152
aTi460 = 0,513/5,00 = 0,103
aV410 = 0,185/5,00 = 0,037
aV460 = 0.250/5,00 = 0,050

DARI LARUTAN ALLOY:

Pada 410 nm : 0,715 = 0,152 CTi + 0,037 CV
460 nm : 0,657 = 0,103 CTi + 0,050 CV
0,715 = 0,152 CTi + 0,375 CV x 0,05
0,657 = 0,103 CTi + 0,050 CV x 0,037
0,03575 = 0,0076 CTi + 0,00185 CV
0,024309 = 0,003811 CTi + 0,00185 CV +
0,0114410 = 0,003789 CTi
CTi = 3,019530219
= 3,02
= 0,02 mg/100 ml
PERS. (1) : 0,715 = 0,152 x 3,02/CTi + 0,037 CV
0,715 = 0,45904 + 0,037CV
0,69178 = CV
CV = 0,69
CV = 0,69 mg/100 ml
JADI : % Ti = 0,302
% V = 0,69

T-55

Butilnitrit mempunyai dan seperti di bawah. Hitung % transmitans

pada setiap untuk larutan 1,0 x 10-4 mol dalam hexana bila dipakai sel 1,0

mol dan

Butilnitrit 220 14500

356 87

J-55

log = - bc

220 = 14500
c = 1,0 x 10-4
b = 1,0

log = -(14500) (1,0 x 10-4) (1,0)

= - 1,45 = -2,0 + 0,55

= 0,035

% transmitan = 3,5%
356 = 87

log = -(87) (1,0 x 10-4) (1,0)

= -0,0087
= -1,0000 + 0,9913
 = 0,98

% = transmisi = 98%

SOAL:
III. Pada penetapan kadar sulfadiasin  maksimum 275 nm dengan nilai absorban 0,674. Kadar
sampel mula-mula 0,2% pengenceran 100x. Absorban sampel pada replikasi 6x pengenceran
500x.
0,688 0,624
0,646 0,672
0,657 0,685
a) Hitung kadar sulfadiasin
b) Berikan alasannya dapat ditetapkan kadarnya secara spektrometri.

IV a. Apa yang dimaksud kromofor atau gugusan kromofor.

b. Sebutkan 3 macam kromofor dan jenis transisi yang terjadi demikian berikan pula
contohnya.

JAWAB:
III. Absorbansi sampel
0,688 0,624
0,646 0,672
0,657 0,685
Absorbansi baku = 0,674

Kadar sampel 0,2% pengenceran 100x maka kadar = = 2 x 10-3 %

Absorban sampel (replikasi 6x) pengenceran 500x

Perhitungan:

x1 = = 2 x 10-3 % x 500 = 1,0208%

x2 = = 2 x 10-3 % x 500 = 0,4584%

x3 = = 2 x 10-3 % x 500 = 0,9748%

 x4 = = 2 x 10-3 % x 500 = 0,9258%

x5 = = 2 x 10-3 % x 500 = 0,9970%

x6 = = 2 x 10-3 % x 500 = 1,0163%

Rata-rata = 0,9821

X | X – |2
1,0218 0,9821 1,5761 x 10-3
0,9581 0,576 x 10-3
0,9748 0,053 x 10-3
0,9250 0,1696 x 10-3
0,9970 0,2220 x 10-3
1,0163 1,1696 x 10-3
∑ = 3,7657 x 10-3 = ∑| X – |2 =14,1805 x 10-6

SD =

= 1,6841 x 10-3
Kadar = 0,9821 x 1,6841 x 10-3

b) Rumus Sulfadiazin
O
|| N
H2N S NH
|| N
O
Auxokrom Kromofor

Sulfadiazin mempunyai gugus kromofor dan auxokrom yang terikat langsung pada gugus
kromofor.
Gugus kromofor dan auxofrom yang akan menyerap gelombang elektromagnetik untuk bereaksi.
IV. a. Gugusan kromofor ialah sistem atau gugusan atom yang menyebabkan terjadinya absorpsi
cahaya
Kromofor suatu gugus atom yang dapat berisi satu atau lebih ikatan yang menyerap energi sinar pada
daerah uv atau tampak.
b. Tiga macam kromofor yang terjadi:
1) Kromofor yang menyebabkan terjadinya transisi  * sistem yang mempunyai
elektron pada orbisal mal ,
Senyawa organik jenuh yang tidak mempunyai pasangan elektron sunyi (bebas)
Contoh:
| | |
 – * : – C – C – dan – C – H
| | |
2) Kromofor yang menyebabkan terjadinya transisi n - * ialah sistem yang mempunyai
elektron pada orbisal mol tak mengikat (n) dan 
Senyawa organik yang mempunyai satu atom atau lebih yang mengenal pasangan
elektron sunyi.

Contoh:
| | | |
– C – O = , – C – S – atau – C – N – dan – C – Cl :
| | |
3) Kromofor yang menyebabkan terjadinya transisi   *. Sistem yang mempunyai
elektron pada orbital mol II
Senyawa organik tidak jenuh mempunyai orbital .
Contoh:
C=C atau – C ≡ C –

ORBITAL YG TERLIHAT DALAM TRANSISI

ELEKTRONIK
BILA MOL MENYERAP SINAR ULTRAVIOLET /
TERLIHAT PD TENAGA TERTENTU:
 - MAKA PERTAMA HANYA SATU ELEKTRON

DIPROMOSIKAN KE TK TENAGA > TINGGI

- ELEKTRON YG LAIN TAK TERPENGARUH

- KEADAAN TEREKSITASI YANG

DIHASILKAN MEMPUNYAI WAKTU HIDUP

PENDEK (10-6 – 10-9 detik) SEHINGGA SLM
EKSITASI ELEKTRONIK ATOM-ATOM DARI
MOLEKUL TDK BERGERAK (DASAR
FRANCK CONDON)

- KEBOLEH JADIAN TRANSISI YANG PALING

MUNGKIN AKAN TIMBUL PD PROMOSI SATU

ELEKTRON DR ORBITAL MOL TERISI PALING
TINGGI KEORBITAL TEREKSITASI YANG
TERENDAH.
MESKIPUN SEJUMLAH TRANSISI DAPAT
DIAMATI DAN MEMBERIKAN SEJUMLAH JALUR
SERAPAN DLM SPEKTRUM, TDK SEMUA
 TRANSISI DR. ORBITAL TERISI KE ORBITAL
MAKA TERISI TERJADI DIMANA TRANSISI
ADALAH “FORBIDDEN” MK KEBOLEHJADIAN
TERJADINYA TRANSISI ADALAH RENDAH DAN
INTENSITAS JALUR SERAPANNYA PUN
RENDAH.

- DALAM ALKANA, TRANSISI HANYA MUNGKIN

TERJADI ADALAH PROMOSI SATU ELEKTRON

YG TERLENTANG PADA ORBITAL  YANG

TERENDAH KE TK TENAGA TINGGI ORBITAL.*

HAL INI MEMBUTUHKAN TENAGA YANG BESAR,

DAN MEMBUTUHKAN SINAR UV YANG MEMILIKI
PANJANG GEL (X) YG SANGAT PENDEK
*
(SEKITAR 150 nm)
TRANSISI JENIS INI DIKLASIFIKASIKAN
*
SEBAGAI  *


 C- C C =CC=O
 *  *
  *
n  *
n  *
TENAGA-TENAGA RELATIF DARI KEBANYAKAN
ORBITAL YANG TERLIHAT DALAM
SPEKTROSKOPI ELEKTRONIK.

 DALAM ALKENA SEDERHANA

SEJUMLAH TRANSISI TERJADI, TTP TRANSISI

TENAGA PALING RENDAH ADALAH PALING
PENTING.

- TRANSISI   *; JALUR SERAPAN: 170 –

190 nm DALAM ALKENA TERKONJUGASI
 DALAM KETON ALIFATIK JENUH
TRANSISI TENAGA PALING RENDAH
MELIBATKAN ELEKTRON TAK BERIKATAN
 PADA OKSIGEN, SATU DARI PADANYA DAPAT
DIPROMOSIKAN KE ORBITAL * YANG
TERLETAK RELATIF RENDAH, TRANSISI n - *
INI ADALAH “FORBIDDEN” DAN INTENSITASNYA
RENDAH MESKIPUN  SEKITAR 280 nm
- DUA TRANSISI LAIN ADALAH:

n - * DAN  - *, KEDUANYA MEMBERIKAN

JALUR SERAPAN YANG KUAT, TTP TENAGA
YG DIBUTUHKAN > TINGGI DARI TRANSISI n -
* HINGGA  SERAPAN LEBIH PENDEK : 185
nm UNTUK n
  * = 160 nm

KLASIFIKASI TRANSISI SERAPAN ELEKTRONIK

- KROMOFOR : UNTUK MENYATAKAN GUGUS

TAK KOVALEN YANG DAPAT MENYERAP
RADIASI DALAM DAERAH-DAERAH UV DN
TERLIHAT.
KROMOFOR-KROMOFOR TAK TERKONJUGASI SEDERHANA YANG KEBANYAKAN
DIJUMPAI TERTERA SBB:

Kromofor Transisi  max (nm)

Elektron-elektron
terikat - ~ 150
– C – C – dan – C – H   o

Elektron-elektron
pasangan bebas
.. ~ 185
–C– n o
n o
.. n o ~ 195
–N– n o
.. n o ~ 195
–S–
 o
.. ~ 300
C=O
.. ~ 190
C=O

Elektron elektron
terikat - 
C=C ~ 190
Terisolasi
AUXOKROM: GUGUS JENUH YANG BILA TERIKAT
PADA KROMOFOR MENGUBAH PANJANG
GELOMBANG DAN INTENSITAS SERAPAN
MAKSIMUM. CIRI AUXOKROM ADALAH
HEEROATOM YANG LANGSUNG TERIKAT PADA
KROMOFOR, MISAL: -OCH3, -Cl, -OH dan NH2
PERGESERAN BATOKROMIK. PERGESERAN
SERAPAN KEARAH PANJANG GELOMBANG YANG
LEBIH PANJANG DISEBABKAN SUBSTITUSI ATAU
PENGARUH PELARUT (PERGESERAN MERAH).
PERGESERAN HIPSOKROMIK: PERGESERAN
SERAPAN KEARAH PANJANG GELOMBANG YANG
LEBIH PENDEK DISEBABKAN SUBSTITUSI ATUA
PENGARUH PELARUT (PERGESERAN BIRU)
EFEK HIPERKOMIK. KENAIKAN DALAM
INTENSITAS SERAPAN
EFEK HIPOKROMIK. PENURUNAN DALAM
INTENSITAS SERAPAN.

ELEKTRON
DALAM MOLEKUL MEMILIKI TENAGA YANG TAK
SAMA, MAKA TENAGA YANG DISERAP DALAM
PROSES EKSITASI DAPAT MENGAKIBATKAN
TERJADINYA SATU ATAU LEBIH TRANSISI,
TERGANTUNG PADA JENIS ELEKTRON YANG
TERLIHAT.
TRANSISI-TRANSISI TSB DIKLASIFIKASIKAN SBB;

1. TRANSISI     IONISASI

PADA SERAPAN INI ELEKTRON-ELEKTRON

DIPROMOSIKAN KETINGKAT TENAGA YANG
LEBIH TINGGI YANG AKHIRNYA IONISASI
TERJADI DAN MEMBERIKAN SERANGKAIAN
JALUR-JALUR SERAPAN.
HAL INI DAPAT DINYATAKAN DENGAN:
Z = Z  (Z – Z)+

TERJADI DALAM UV JAUH,  = 180 DAN

DISEBUT UV VAKUM.

2. TRANSISI  *

MERUPAKAN SERAPAN-2 KARAKTERISTIK

DARI SENYAWA-SENYAWA ORGANIK DAN
BIASANYA DIHUBUNGKAN DENGAN “TINGKAT
TEREKSITASI POLAR”
+ + _ _
Z = Z  Z – Z, yaitu Z – Z atau Z – Z
1 2 1 2
 TRANSISI TERJADI DALAM UV JAUH

MIS: ETILENA max + 160 nm

3. TRANSISI n  *

TRANSISI DARI JENIS INI MELIPUTI TRANSISI

ELEKTRON-ELEKTRON HETERO ATOM TAK

BERIKATAN KE ORBITAL ANTI IKATAN *.

SERAPAN INI TERJADI PADA PANJANG

GELOMBANG YANG PANJANG DAN
INTENSITASNYA RENDAH, MISAL:
(CH) C = O  --- *, max 188 nm,  900 Cm2 mol-1

N --- *, max 279nm,  15 Cm2 mol-1

TRANSISI n --- * MENUNJUKKAN PERGESERAN

HIPSOKROMIK (BIRU) DALAM PELARUT-PELARUT
YANG LEBIH POLAR DAN DENGAN SUBSTITUEN-
SUBSTITUEN YANG BERSIFAT PEMBERI
ELEKTRON.
4. TRANSISI n - *

SENYAWA-SENYAWA JENUH YANG

MENGANDUNG HETERO ATOM SEPERTI
OKSIGEN, NITROGEN, BELERANG ATAU
HALOGEN, MEMILIKI ELEKTRON-ELEKTRON
TAK BERIKATAN/ ELEKTRON-ELEKTRON n –

ATAU p) SELAIN ELEKTRON-ELEKTRO .

PENGARUH KONJUGASI
ADA 3 MACAM PENGARUH SISTEM KONJUGASI
YANG DIKENAL:

(1) KONJUGASI   *

- SISTEM YANG MENGANDUNG IKATAN

BERGANTI-GANTI RANGKAP DAN

TUNGGAL.

- DAPAT TERJADI OVERLAP ORBITAL - 

BILA HAL INI TERJADI PEMISAHAN TENAGA

ANTARA TINGKAT DASAR KE TINGKAT
TEREKSITASI BERKURANG DAN SISTEM

MENYERAP PADA  YANG LEBIH PANJANG

DAN DENGAN KENAIKAN INTENSITAS
YANG BESAR SITEM TERKONJUGASI

C=C–C=C  217 nm

C=C–C=C 217 nm
C=C–C=N 220 nm
(2) KONJUGASI  - p.

KONJUGASI ELEKTRON-2 PASANGAN BEBAS

DARI HETERO ATOM DENGAN SISTEM TAK
JENUH,
MIS: SISTEM ELEKTRON - 
C=C max 160 nm
CH3O – C = O 190 nm
(CH2)2 – C = C 230 nm

(3) KONJUGASI  -  (HIPERKOJUGASI)

ALKIL YANG TERSUBSITUSI PADA SISTEM

ELEKTRON  MENYEBABKAN SEDIKIT

PERGESERAN MERAH SEKITAR 3-6 cm
CONTOH:

CH2 – CH – CH = CH2 max 217 nm

CH3 – CH = CH – CH = CH2 223

RCH = CH – CH – CHR 227
CH2 = CR – CH = CH2 220
CH2 = CR – CR = CH2 226
CH2 = CH – CH = 237
= CH – CH = 247
TIGA JENIS SISTEM YANG AKAN DIKETENGAHKAN
MELIPUTI:

(1) DIENA BUKAN SIKLIS ATAU DIENA YANG

TERDAPAT DALA SISTEM CINCIN YANG TIDKA
BERGABUNG.
(2) DIENA ATAU PILIENA DALAM SISTIM CINCIN
YANG BERGABUNG.
(3) ENON DAN DIENON YANG TERKONJUGASI

GUGUS-GUSU BUKAN SIKLIS DAN CINCIN TIDAK

BERGABUNG, DIENA TERKONJUGASI (IKATAN
RANGKAP TIDAK DALAM CINCIN YANG SAMA)
HARGA DIENA DASAR (HETEROANULAR) 217 nm
GUGUS ALKIL (R) 5
IKATAN RANGKAP EXOSIKLIS 5
KLOR ATAU BROM 17

(EtOH)
 TERHITUNG
max

CONTOH
1. HITUNG max (EtOH) UNTUK EXOMETILEN -4-
ISOPROPIL – SIKLOHEX -2- ENA
CH2 DIENA DASAR (HETEROANULAR) = 217 nm
2xR =2x5 = 10
IKATAN RANGKAP EXOSIKLIS = 5

max DIHITUNG = 232 nm

max DIAMATI = 232 nm

2. HITUNG max UNTUK CHOLESTA -3, 5- DIENA

DIENA DASAR (HETEROANULAR) = 217 nm
3xR = 15
IKATAN RANGKAP EXOSIKLIS = 5

max DIHITUNG = 237 nm

max DIAMATI = 235nm
GUGUS-GUSU POLIENA TERKONJUGASI
MONOSIKLIS DAN SISTEM CINCIN FOLIKIKLIS
TERGABUNG

HARGA DIENA HOMOANULAR DASAR 253 nm

IKATAN RANGKAP TERKONJUGASI TAMBAHAN 30
IKATAN RANGKAP OXOSIKLIS 5
GUGUS ALKIL (R) 5
GUGUS-GUGUS POLAR 0 – COMe 0
OR 6
SR 30
C1, Br 5
NA2 60
max (EtOH) TERHITUNG:

CONTOH:
HITUNG max (EtOH) UNTUK 1,4- DIMETIL
SIKLOHEXAN -1,3- DIENA
HARGA DIENA DASAR (HOMOANULAR= 253 nm
CH3
4xR = 20

max DIHITUNG = 273 nm

CH3
max DIAMATI = 265 nm
Hitunglah

Bila diketahui:
Sistim induk 217 nm
Diena lingkar homoanular 36 nm
Subtituen alkil 5 nm
Ikatan rangkap luar lingkar 5 nm
Perpanjangan sistim kunjugasi 30 nm

CH3
1. 6.

2. . 7.

3. .
CH3

4. .
CH2
8.

5.
CH3 C9H19

CH3

CO
CH3
O
9. CH3 C9H19

CH3

O
O
C
CH3

10. . 11.
KROMOTOR KARBONIL
GUGUS KARBONIL MENGANDUNG SEPASANG
ELEKTRON - , SEPASANG ELEKTRO -, DAN DUA
PASANG ELEKTRON TAK BERIKATAN (n ATAU p).
KETON-KETON DAN ALDEHIDA-ALDEHIDA JENUH
MENUNJUKKAN TIGA JALUR SERAPAN, DUA
DARIPANYA TERAMATI DALAM DAERAH
ULTRAVIOLET JAUH.
TRANSISI  - * MENYERAP KUAT DEKAT 150 nm;
TRANSISI n - * MENYERAP DEKAT 190 nm.
SERAPAN KETIGA (JALUR SERAPAN R) MUNCUL
DALAM DAEAH ULTRAVIOLET DEKAT 270 – 300
nm. JALUR SERAPAN –R LEMAH (C max < 30)
DIHASILKAN DARI TRANSISI “………” DARI
ELEKTRON –n KE ORBITAL -*