Anda di halaman 1dari 31

SPEKTROFOTOMETER

UV-VIS
Absorpsi Uv-VIS

 Absorpsi pada daerah UV-Vis pada umumnya dihasilkan dari eksitasi


dari elektron berpasangan (bonding electron). Sehingga panjang
gelombang dari puncak absorpsi dapat dikorelasikan dengan jenis-
jenis ikatan dari senyawa yang dianalisis. Dengan demikian
spektroskopi UV-Vis dapat digunakan untuk mengidentifikasi gugus
fungsional dalam molekul. Di samping itu, spektroskopi UV-Vis juga
dapat digunakan untuk analisis secara kuantitatif untuk senyawa-
senyawa yang menyerap radiasi.

 SPEKTROFOTOMETER UV-VISIBLE DIGUNAKAN TERUTAMA UNTUK


ANALISIS KUANTITATIF, UNTUK KUALITATIF PERLU DIKONFIRMASI
DENGAN ANALISIS INSTRUMENTAL LAINNYA
Penggunaan UV Untuk
Penentuan Struktur Molekul
 Penggunaan UV untuk analisis senyawa organik (penentuan struktur senyawa
organik) terdapat beberapa istilah yang biasa digunakan yaitu:

 1) Kromofor. Kromofor berasal dari bahasa latin yang artinya “chromophorus”


yang berarti pembawa warna. Pada mulanya pengertian kromofor digunakan
untuk sistem yang menyebabkan terjadinya warna pada suatu senyawa.
Kemudian diperluas menjadi suatu gugus fungsi yang mengabsorbsi radiasi
elektromagnetik, termasuk yang tidak memberikan warna. Jadi kromofor adalah
gugus fungsi yang menyerap atau mengabsorbsi radiasi elektromagnetik di
daerah panjang gelombang ultraviolet dan daerah cahaya tampak. Contoh
kromofor: C=O, C=C, N=N dan NO2.

 2) Auksokrom (Auxochrom = auxiliary chromophores), yakni gugus yang


berpengaruh (namun sedikit) terhadap absorpsi UV, tetapi berdampak cukup
signifikan pada absorbansinya (lmaks dan e ). Contoh gugus auksokrom adalah : –
OH, –OR, dan –NHR.
Penggunaan UV Untuk
Penentuan Struktur Molekul

 3) Geseran batokromat atau geseran batokromik (Bathochromic shift) atau


geseran merah, yakni geseran atau perubahan λmaks ke arah yang lebih besar.
Penyebab terjadinya peristiwa ini adalah adanya perubahan struktur, misalnya
adanya auksokrom atau adanya pergantian pelarut.

 4) Geseran hipsokromat (Hypsochromic shift) atau pergeseran hipokromik atau


pergeseran biru, yakni geseran atau perubahan lmaks ke arah yang lebih kecil.
Munculnya gejala ini juga sering disebabkan oleh adanya penghilangan
auksokrom atau oleh adanya pergantian pelarut.
TRANSISI ELEKTRONIK

EXCITED STATE

GROUND STATE
Panjang gelombang radiasi uv atau sinar nampak tergantung pada
mudahnya promosi elektron
Molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi
elektronnya akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih
pendek
Molekul yang memerlukan lebih sedikit energi untuk promosi
elektronnya, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih
panjang
Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah nampak (senyawa
berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan
(energi lebih rendah) daripada senyawa yang menyerap pada
panjang gelombang uv yang lebih pendek
MOLEKUL HANYA AKAN BERINTERAKSI DENGAN RADIASI YANG ENERGINYA SESUAI
JENIS ENERGI RADIASI YANG BERINTERAKSI DENGAN MOLEKUL :
1. ENERGI ELEKTRONIK (Ee)
2. ENERGI VIBRASI (Ev) ;
3. ENERGI TRANSLASI (Et)
4. ENERGI ROTASI (Er)
Ee > Ev > Et > Er
TIPE TRANSISI ELEKTRON
ADA BERBAGAI TIPE TRANSISI ELEKTRON YANG MENIMBULKAN SPEKTRA ULTRA
VIOLET DAN NAMPAK
PADA KEADAAN DASAR SUATU MOLEKUL ORGANIK MENGANDUNG ELEKTRON
VALENSI DALAM TIGA TIPE UTAMA ORBITAL MOLEKUL :
1. ORBITAL SIGMA ()
2. ORBITAL PHI ()
3. ORBITAL TERISI TETAPI NONBONDING (n)
ORBITAL MAUPUN DIBENTUK DARI TUMPANGTINDIH (OVERLAPPING) DUA
ORBITAL ATOM ATAU HIBRID. OLEH KARENA ITU MASING-MASING ORBITAL
MOLEKUL INI MEMPUNYAI SUATU ORBITAL * ATAU * ANTIBONDING YANG
TERKAIT DENGANNYA

H
 C O: n
H

  
C C C C

* (anti bonding)

* (anti bonding)

n = non bonding

 (bonding/terikat)
E
 (bonding/terikat)

POLA DIAGRAM TRANSISI ELEKTRONIK


SUATU ORBITAL YANG MENGANDUNG n ELEKTRON TIDAK MEMPUNYAI SUATU
ORBITAL ANTI BONDING (KARENA ORBITAL ITU TIDAK TERBENTUK DARI DUA
ORBITAL)
TRANSISI ELEKTRON MENCAKUP PROMOSI SUATU ELEKTRON DARI SALAH SATU
DARI TIGA KEADAAN DASAR (,  DAN n) KE SALAH SATU DARI DUA KEADAAN
EKSITASI (* ATAU *).
TERDAPAT ENAM TRANSISI YANG MUNGKIN TERJADI DAN HANYA ADA EMPAT
TRANSISI YANG PENTING
DAERAH YANG PALING BERGUNA DARI SPEKTRUM UV ADALAH DAERAH
DENGAN PANJANG GELOMBANG DI ATAS 200 nm. TRANSISI BERIKUT
MENIMBULKAN ABSORPSI DALAM DAERAH 100 – 200 nm YANG TAK BERGUNA :
 * UNTUK IKATAN RANGKAP MENYENDIRI
 * UNTUK IKATAN KARBON-KARBON BIASA
TRANSISI YANG BERGUNA PADA DAERAH 200 – 400 nm ADALAH TRANSISI :
 * UNTUK IKATAN RANGKAP TERKONJUGASI
DAN BEBERAPA TRANSISI n * DAN n *
< 150 kkal
< 170 kkal
(> 185 nm)
(> 165 nm)
*

*
>170 kkal
(< 165 nm) n


E < 105 kkal
(> 270 nm)

PERSYARATAN ENERGI UNTUK TERJADINYA TRANSISI ELEKTRONIK YANG


PENTING
ABSORPSI YANG DITIMBULKAN OLEH TRANSISI ELEKTRON n
SENYAWA YANG MENGANDUNG ATOM NITROGEN, OKSIGEN, SULFUR ATAU SALAH
SATU HALOGEN SEMUANYA MEMPUNYAI ELEKTRON n YANG MENYENDIRI
(UNSHARED). JIKA STRUKTUR TIDAK MEMILIKI IKATAN  , ELEKTRON n INI HANYA
DAPAT MENJALANI TRANSISI n *.
KARENA ELEKTRON n MEMILIKI ENERGI YANG LEBIH TINGGI DARIPADA ELEKTRON
 DAN , MAKA DIPERLUKAN ENERGI YANG LEBIH KECIL UNTUK
MEMPROMOSIKAN SUATU ELEKTRON n, DAN TRANSISI TERJADI PADA PANJANG
GELOMBANG YANG LEBIH PANJANG DARIPADA  *
ENERGI ORBITAL * LEBIH RENDAH DARIPADA ORBITAL * ; JADI TRANSISI
n * MEMERLUKAN ENERGI LEBIH KECIL DARIPADA TRANSISI n *
ELEKTRON n BERADA DALAM BAGIAN RUANG YANG BERBEDA DARI ORBITAL *
DAN * DAN PROBABILITAS SUATU TRANSISI ELEKTRON n ADALAH RENDAH.
ABSORPTIVITAS MOLAR TERGANTUNG PADA BANYAK ELEKTRON YANG
MENJALANI TRANSISI MAKA NILAI  UNTUK TRANSISI n ADALAH RENDAH YAKNI
ANTARA 10 – 100 (BANDINGKAN DENGAN SEKITAR 10.000 UNTUK TRANSISI
 *)
ABSORPSI UV YANG TIMBUL DARI TRANSISI n *
STRUKTUR maks 
CH3OH 177 nm 200
(CH3)3N 199 nm 395
CH3Cl 173 nm 200
CH3CH2CHBr 208 nm 300
CH3I 259 nm 400
ABSORPSI OLEH POLIENA
DIBUTUHKAN ENERGI YANG LEBIH RENDAH UNTUK MEMPROMOSIKAN SEBUAH
ELEKTRON DARI 1,3 BUTADIENA DARIPADA UNTUK MEMPROMOSIKAN SEBUAH
ELEKTRON DARI ETILENA
INI DISEBABKAN LEBIH RENDAHNYA SELISIH ENERGI ANTARA HOMO (ORBITAL
MOLEKUL TERHUNI TERTINGGI) DAN LUMO (ORBITAL MOLEKUL KOSONG
TERENDAH) BAGI IKATAN TERKONJUGASI DIBANDING SELISIH IKATAN RANGKAP
MENYENDIRI
STABILISASI RESONANSI KEADAAN EKSITASI SUATU DIENA TERKONJUGASI
MERUPAKAN PENYEBAB PENGURANGAN ENERGI TERSEBUT.
STRUKTUR maks
CH3CH=CHCHO 217 nm
CH3(CH=CH)2CHO 270 nm
CH3(CH=CH)3CHO 312 nm
CH3(CH=CH)4CHO 343 nm
CH3(CH=CH)5CHO 370 nm

POSISI ABSORPSI BERGESER KE PANJANG GELOMBANG YANG LEBIH


PANJANG BILA KONJUGASI BERTAMBAH, DENGAN KENAIKAN 30 nm PER
IKATAN RANGKAP DALAM SUATU DERET POLIENA
ABSORPSI OLEH SISTEM AROMATIK
BENZENA DAN SENYAWA AROMATIK MENUNJUKKAN SPEKTRA YANG LEBIH
KOMPLEKS DARIPADA YANG DAPAT DITERANGKAN OLEH TRANSISI  *
KOMPLEKSITAS DISEBABKAN ADANYA BEBERAPA KEADAAN EKSITASI RENDAH
BENZENA MENYERAP DENGAN KUAT PADA 184 nm ( = 47.000) DAN PADA 202 nm
( = 7.000) DAN MEMPUNYAI SEDERET PITA ABSORPSI ANTARA 230 – 270 nm. 260
nm SERING DILAPORKAN SEBAGAI mak BENZENA, KARENA MERUPAKAN POSISI
ABSORPSI TERKUAT DI ATAS 200 nm
PELARUT DAN SUBSTITUEN PADA CINCIN BENZENA MENGUBAH SPEKTRA UV
SENYAWA-SENYAWA BENZENA
ABSORPSI RADIASI UV OLEH SENYAWA AROMATIK YANG TERDIRI DARI CINCIN
BENZENA TERPADU BERGESER KE PANJANG GELOMBANG YANG LEBIH
PANJANG DENGAN BERTAMBAHNYA CINCIN, KARENA BERTAMBAHNYA
KONJUGASI DAN MEMBESARNYA STABILITAS RESONANSI DARI KEADAAN
TEREKSITASI

BENZENA NAFTALENA FENANTRENA


maks = 260 nm maks = 280 nm maks = 350 nm
NAFTASENA
maks = 450 nm
KUNING

KORONENA
maks = 400 nm
KUNING

PENTASENA
maks = 575 nm
BIRU
PERHITUNGAN KUANTITATIF DALAM SPEKTROMETRI

Hukum Lambert-Beer
Jumlah radiasi yang diserap oleh suatu larutan sampel digambarkan
oleh hukum Beer-Bouguer-Lambert yang umumnya dikenal dengan
istilah hukum Beer.
. Po = Intensitas sinar datang
Po P C = Konsentrasi spesies penyerap
radiasi C
b = Tebal media yang dilalui sinar
b P = Intensitas sinar yang diteruskan

Menurut Bouguer (1729) dan Lambert (1760): Apabila energi radiasi


elektromagnetik diabsorpsi oleh suatu spesies dengan ketebalan b,
maka kekuatan energi radiasi yang ditransmisikan akan turun
secara deret geometri (eksponensial).
Secara metematis pernyataan tersebut dituliskan dalam bentuk eksponensial
sebagai berikut:
T = P/Po = 10-kb
Dimana k adalah suatu konstanta dan T adalah transmitansi, yaitu fraksi energi
radiasi yang ditransmisikan setelah melewati medium dengan ketebalan b.
Persamaan di atas dapat disusun ulang dalam bentuk logaritmis sebagai berikut:
Log T = Log P/Po = - kb
Pada tahun 1852, Beer dan Bernard menyatakan bahwa suatu hukum yang
serupa dengan hukum Lambert-Bouguer juga berlaku untuk ketergantungan T
pada konsentrasi C, yaitu:
T = P/Po = 10-k’c
Dimana k’ adalah konstanta yang baru yang nilainya berbeda dengan k. Dalam
bentuk logaritmik persamaan di atas dapat ditulis:
Log T = Log P/Po = - k’c
Jika persamaan Bouguer-Lambert dan Bernard-Beer digabung maka akan
diperoleh hubungan sebagai berikut:
T = P/Po = 10-abc
a merupakan konstanta gabungan dari k dan k’. Dalam bentuk logaritmik
persamaan diatas dapat ditulis:
Log T = Log P/Po = - abc
Persamaan yang terakhir ini sering ditulis dalam bentuk positif pada sisi kanan
sehingga diperoleh:
A = - Log T = Log 1/T = Log Po/P = abc
Di mana A adalah absorbansi. Persamaan ini merupakan bentuk umum dari hukum
Lambert-Beer.

Perhatian: yang berbanding lurus dengan konsentrasi larutan sampel adalah absorbansi
(A), bukan transmitansi (T) atau sinar yang diserap (Po – P).
Prosen transmitansi diberikan oleh persamaan:
% T = P/Po x 100
Karena T = % T/100, maka
A = log (100/%T) = log 100 – log %T
Atau
A = 2,00 – log % T, dan
% T = antilog (2,00 – A)
Jika b dinyatakan dalam cm dan c dalam gram/liter, maka konstanta a disebut
absorptivitas. Harga konstanta ini tergantung pada panjang gelombang dan sifat
materi (sampel) penyerap radiasi sinar. Jika c dinyatakan dalam satuan mol/liter,
maka absorbansi (A) menjadi:
A=ebc
Dengan e adalah absorptivitas molar. Satuan untuk e dan a adalah :
e = cm-1 . mol-1 . liter
a = cm-1 . g-1 . liter
sedangkan tebal media (b) dalam praktek biasanya dibuat konstan, sehingga absorbansi
hanya merupakan fungsi dari konsentrasi sampel.
Tabel I.2 Istilah-istilah dan simbol yang digunakan pada
pengukuran absorbansi
Istilah dan simbol Definisi Nama dan simbol alternatif

Kekuatan radiasi (P, Po) Energi radiasi yang mencapai Intensitas radiasi (I, Io)
area tertentu pada detektor
per detik.
Absorbansi (A) Log (Po/P) Kerapatan optis, OD Ekstingsi, E
Transmitansi (T) P/Po Transmisi, T
Tebal media (cm), b --- l, d
Absorptivitas molar, e A/b.c Koefisien ekstingsi molar
1. Ubah absorbansi 0, 523 menjadi % transmitansi dan ubah pula 75 % transmitansi
ke skala absorbansi
Jwb:
A= - logT
a. 0,523 =-log T b. A= - logT
T= 30% A= 0,12
2. Jika absorbtivitas molar suatu kompleks berwarna pada 240 nm adalah 3,2 x103,
hitung absorbansi suatu larutan dengan konsentrasi 5,0 x 10-5 M bila lebar selnya 5 cm.
diketahui:
a = 3,2 x103 cm-1 M-1
c = 5 x 10-5 M
b= 5 cm
Tanya: A…?
A = abc
= 3,2 x103 cm-1 M-1 x 5 cm x 5 x 10-5 M
= 80 x 10-2
Penentuan Komponen dalam Campuran
 Campuran 2 senyawa atau lebih yang mempunyai spektra saling tumpang
tindih dapat ditentukan secara simultan.
 Menurut Hk. Beer: Absorbansi total 2 zat atau lebih pada suatu l tertentu
akan sama dengan penjumlahan absorbanasi dari masing-masing zat
tersebut, sehingga untuk 2 zat X dan Y:
 A = aX b CX + aY b CY , atau
A = eX b CX + eY b CY

Dari Gambar disamping terlihat bhw:


A1 = AX1 + AY1 = eX1bCX + eY1bCY
Dan
A2 = AX2 + AY2 = eX2bCX + eY2bCY
Gb. spektra

A1 dan A2 diukur dengan


spektrofotometer, eX1, eX2, eY1 dan eY2
Dengan mengukur Absorbansi lar.
Standar X dan Y pada l1 dan l1
 Soal:

1. Suatu larutan sampel dalam sel 1,0 cm setelah diukur dengan


spektrofotometer mentransmisikan 80 % cahaya pada suatu panjang
gelombang tertentu. Jika absorptivitas zat pada λ ini = 2,0. Hitunglah
konsentrasi zat tersebut.
2. Suatu larutan Kompleks Mo dengan tiosianat pada T=80% mempunyai
konsentrasi X. Jika konsentrasinya menjadi 2x berapakah
transmitansinya?
3. Suatu larutan yang mengandung besi 1,00 mg/100 ml (sebagai kompleks
besi-tiosianat) teramati mentransmisikan 70 % dari sinar yang masuk.
 Berapakah absorbansi larutan pada λ tersebut.
 Berapakah fraksi cahaya yang akan diteruskan jika konsentrasi
larutan besi tersebut 4 kali lebih besar.
4. Kalium dikromat dan kalium permanganat dalam 1 M H2SO4
mempunyai spektra absorbansi yang saling tumpang tindih (overlap).
K2Cr2O7 mempunyai absorbansi maksimum pada lmaks = 440 nm dan
KMnO4 pada l = 545 nm (lmaks KMnO4 sebenarnya 525 nm, ttp l yang
lebih tinggi biasa digunakan karena interferensinya lebih sedikit).
Campuran kedua zat tsb dianalisis secara spektrofotometri dengan
mengukur absorbansi larutan pada kedua l tersebut dengan hasil sbb:
A440 nm= 0,405 dan A545 nm= 0,712 dengan menggunakan sel setebal 1
cm.
Hasil pengukuran larutan murni (standar) K2Cr2O7 (1 x 10-3 M) dan
KMnO4 (2 x 10-4 M) dalam 1 M H2SO4 dengan menggunakan sel yang
sama adalah sbb:
ACr, 440 = 0,374 ACr, 545 = 0,009
AMn, 440= 0,019 AMn, 545= 0,475
Hitung konsentrasi dikromat dan permanganat dalam larutan
sampel?
 5. Jika 100 mg sampel yang mengandung Parasetamol
dilarutkan dengan etanol hingga 100 ml. diambil 10 ml
diencerkan hingga 100 ml. dari larutan yang sudah
dilarutkan diukur Absorbansinya ternyata A = 0,465.
Hitunglah kadar paresetamol dalam sampel tersebut ?

Konsentrasi Parasetamol Absorbansi


0 ppm 0
10 ppm 0,25
20 ppm 0,36
30 ppm 0,45
40 ppm 0,58
50 ppm 0,79

Anda mungkin juga menyukai