Anda di halaman 1dari 39

MATERI

Ultra Violet-Visible
Supplement
PERTEMUAN I

PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Semua senyawa organik mengabsorpsi sinar dalam daerah ultraviolet atau sinar
tampak dari spektrum elektromagnetik.

Spektrum UV diperoleh secara langsung dari suatu instrumen yaitu suatu plot dari
panjang gelombang (atau frekuensi) dari absorpsi versus intensitas absorpsi
(absorbansi atau transmitansi).

Data seringkali dikonversi ke suatu plot grafik dari panjang gelombang versus
absorptivitas molar (maks atau log maks).

Gambar Daerah Spektroskopi UV dan energinya

Gambar Spektrum Ultraviolet dari isoprena

PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Total energi dari suatu molekul adalah jumlah dari energi elektronik, energi vibrasi
dan energi rotasinya.

E = Eelec + Evib + Erot

Molekul mengabsorpsi sinar ultraviolet


(UV) dan sinar tampak (visibel)
bergantung pada struktur elektronik dari
molekul. Absorpsi energi terkuantisasi
berakibat dalam elevasi elektron dari
orbital ground state (energi rendah) ke
excited state (energi tinggi). Untuk
banyak struktur elektronik absorpsi tidak
terjadi secara langsung diakses dalam
daerah ultraviolet tetapi biasanya
dibatasi pada sistem terkonjugasi).
Gambar Diagram Level Energi Elektronik, Vibrasi
& Rotasi

PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Gambar Jenis-jenis Transisi Elektron

Gambar Transisi Elektron Molekul Etena

PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Momen transisi atau momen dipol transisi sebanding dengan perubahan dalam
distribusi muatan elektronik yang terjadi selama eksitasi. Intensitas absorpsi terjadi
ketika suatu transisi disertai oleh suatu perubahan yang besar dalam momen transisi.
Absorpsi dengan nilai maks lebih dari 104 adalah absorpsi intensitas tinggi; absorpsi
intensitas rendah dapat disamakan dengan maks nilai kurang dari 103. Transisi dari
probabilitas rendah adalah transisi forbidden. Intensitas transisi dari absorpsi adalah:
T=

I
I0

dimana

T = Intensitas transisi
I = Intensitas yang muncul setelah sampel
I0 = Intensitas melalui sampel

dimana I0 adalah intensitas dari energi radiasi yang melalui sampel, dan I adalah
intensitas dari radiasi yang muncul dari sampel. Intensitas absorpsi dapat diturunkan
dari hukum Lambert-Beer, yang menetapkan hubungan antara absorbansi, ketebalan
sampel, dan konsentrasi dari spesies. Hubungan ini diekspresikan sebagai berikut:
log (

I0
I

) = kcl = A

dimana

k = konstanta karakteristik dari larutan


c = konsentrasi larutan
l = panjang/tebal sampel
A = absorbansi

PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Jika konsentrasi (c) diekspresikan dalam mol per liter, dan panjang (l) melalui
sampel diekspresikan dalam sentimeter maka persamaannya menjadi:
A = cl atau A = acl

istilah diketahui sebagai absorptivitas molar dahulu disebut koefisien ekstinsi


molar, tetapi jika konsentrasi (c) dari larutan didefinisikan sebagai gram per liter
(g/L) maka huruf diubah menjadi a, dimana a adalah absorpsitivas dan
hubungan dengan absorptivitas adalah sebagai berikut :

= a.M

dimana

Hubungan Absorbansi dan %T


sebagai berikut:

M = berat molekul larutan


T=

I
I0

log %T = log I + log 100


I0
log %T = -log
log

I0
+ 2
I

I0
= 2 - log %T
I
A = 2 - log %T

KLASIFIKASI
KLASIFIKASITRANSISI
TRANSISIELEKTRON
ELEKTRON

Panjang gelombang suatu transisi elektron bergantung pada perbedaan energi


antara ground state dan excited state. Transisi elektron biasanya diamati dalam
daerah ultraviolet dan visibel dikelompokkan kedalam beberapa kelas.

Transisi n * (pita R, Radical)


Transisi ini dapat dianggap melibatkan eksitasi dari suatu elektron dalam orbital
atom nonbonding seperti elektron pada atom O, N, S atau halogen ke orbital *
antibonding. Transisi terjadi dengan senyawa yang memiliki ikatan rangkap dua
melibatkan heteroatom seperti C=O (karbonil), C=S, N=O (nitro). Contoh lain
adalah absorpsi intensitas rendah dalam daerah 285-300 nm dari aldehida dan
keton jenuh. Transisi ini adalah forbiden dan pita yang berhubungan
dikarakterkan dengan absorptivitas molar rendah, maks biasanya kurang dari 100.
Transisi ini selanjutnya dikarakterisasi dengan hypsochromic atau pengamatan
blue shift dengan suatu kenaikan dalam polaritas pelarut. Efek pelarut telah
diukur untuk transisi n * dari aseton. Panjang gelombang maksimum adalah
279 nm dalam heksana dan menurun menjadi 272 dan 264,5 nm untuk pelarut
etanol dan air.

KLASIFIKASI
KLASIFIKASITRANSISI
TRANSISIELEKTRON
ELEKTRON

Transisi * (pita K, Konjugation)


Molekul yang mengandung ikatan rangkap dua dan rangkap tiga atau cincin aromatik
dapat mengalami transisi dalam suatu elektron yaitu eksitasi elekron ke orbital *
antibonding. Transisi * biasanya dikarakterkan dengan absorpsi molar tinggi, maks
> 10.000. Walaupun etilena sendiri tidak mengabsorpsi kuat diatas 185 nm, sistem
elektron terkonjugasi biasanya berenergi rendah. Suatu aplikasi penting dari
spektroskopi UV-Visibel adalah menegaskan keberadaan konjugasi. Pertambahan
konjugasi biasanya menggerakkan absorpsi ke panjang gelombang lebih panjang dan
akhirnya kedalam daerah visibel, prinsip ini diilustrasikan dalam tabel berikut:

Tabel Efek Konjugasi dalam Alkena pada Posisi Absorpsi Maksimum

bukan maksimum

KLASIFIKASI
KLASIFIKASITRANSISI
TRANSISIELEKTRON
ELEKTRON
Transisi * dari sistem diena atau poliena dapat dibedakan dari sistem enone
dengan pengamatan efek dari perubahan polaritas pelarut. Transisi * dari
diena atau poliena pada dasarnya tidak merespon terhadap polaritas pelarut;
ikatan rangkap dua hidrokarbon adalah nonpolar.
Absorpsi yang berhubungan dengan enone mengalami bathochromic shift,
seringkali disertai dengan kenaikan intensitas seperti kenaikan polaritas pelarut.
Red shift agaknya dihasilkan dari reduksi dalam level energi dari excited state
disertai interaksi dipol-dipol dan ikatan hidrogen:

Transisi n *
Transisi ini kurang penting daripada kedua kelas pertama, melibatkan eksitasi dari
suatu elektron nonbonding ke suatu orbital * antibonding. Karena n elektron tidak
membentuk ikatan, tidak ada orbital antibonding. Beberapa contoh dari transisi
n * adalah CH3OH (uap), maks 183 nm, 150; trimetilamina (uap), maks 227
nm, 900; dan CH3I (heksana), maks 258 nm, 380.

KROMOFOR
KROMOFOR

Group yang dapat memberikan kenaikan


pada absorpsi elektronik dikenal sebagai
kromofor.
Istilah
auxochrom
(color
increaser) digunakan untuk substituen yang
mengandung elektron bebas (OH, NH, SH,
halogen, dan sebagainya). Jika terikat
kepada kromofor elektron , auxochrom
biasanya
menggerakkan
absorpsi
maksimum ke panjang gelombang lebih
panjang (energi lebih rendah). Pergerakan
seperti
itu
digambarkan
sebagai
bathochromic atau red shift. Istilah
hypsochromic atau blue shift menunjukkan
suatu pergeseran ke panjang gelombang
lebih pendek. Kenaikan konjugasi biasanya
mengakibatkan pada kenaikan intensitas
yang disebut hyperchromism. Suatu
penurunan dalam intensitas dari suatu pita
absorpsi disebut hypochromism.

KROMOFOR
KROMOFOR

Senyawa dengan Kromofor Elektron


Hidrokarbon jenuh yang mengandung elektron s mengalami transisi * dengan
185 kkal/mol dan didapati hanya dalam daerah UV jauh (vakum). Hidrokarbon jenuh
transparan dalam daerah UV dekat dan karena itu dapat digunakan sebagai pelarut.

Senyawa dengan Kromofor Elektron n


Senyawa jenuh yang mengandung heteroatom seperti oksigen, nitrogen, sulfur atau
halogen memiliki elektron nonbonding (elektron n atau ) selain elektron . Transisi
n * membutuhkan energi lebih sedikit daripada transisi * tetapi sebagian
besar senyawa dalam kelas ini masih menunjukkan tidak mengabsorpsi dalam UV
dekat

Senyawa dengan Kromofor Elektron


Semua senyawa yang mengandung elektron banyak juga mengandung sepasang
elektron nonbonding. Pengujian dari data absorpsi menunjukkan bahwa banyak dari
group kromofor tunggal mengabsorpsi dengan kuat dalam daerah UV jauh dengan
tidak mengabsorpsi dalam daerah UV dekat. Group yang mengandung elektron dan
n dapat mengalami tiga transisi : n *, *, dan n *. Absorpsi lemah dari
kromofor tunggal dalam daerah UV dekat dihasilkan dari energi rendah, transisi n *
forbidden

Ilustrasi berbagi transisi elektron

MATERI
Ultra Violet-Visible
Supplement
PERTEMUAN II

KROMOFOR
KROMOFORALKENA
ALKENA(C=C)
(C=C)

Kromofor etilena terisolasi merespon untuk absorpsi kuat yang hampir selalu
terjadi pada transisi *. Etilena dalam fase uap mengabsorpsi pada 165 nm
(emaks 10.000). Suatu pita kedua dekat 200 nm dihubungkan pada elevasi dari
dua orbital elektron ke orbital *. Intensitas dari absorpsi alkena pada dasarnya
tidak bergantung pada pelarut karena ketidakpolaran ikatan alkena.
Substitusi alkil dari senyawa induk menggerakkan absorpsi ke panjang
gelombang lebih panjang. Efek bathochromic adalah meningkat seperti jumlah
dari kenaikan group alkil. Suatu ikatan rangkap dua eksosiklik pada dua cincin
mengabsorpsi dekat 204 nm. Bathochromic shift menyertai substitusi alkil
mengakibatkan hiperkonjugasi dimana elektron dari group alkil cukup aktif
berinteraksi dengan group kromofor. Absorpsi karakteristik dari sikloalkena mirip
dari senyawa asikliknya, absorpsi tidak jelas berhubungan dengan ukuran cincin.
Jika dua atau lebih sambungan etilena kelihatan dalam suatu molekul tunggal,
group yang terisolasi dari yang lain sedikitnya satu group metilena maka molekul
mengabsorpsi pada posisi yang sama sebagai kromofor etilena tunggal. Intensitas
absorpsi sebanding dengan jumlah dari group kromofor terisolasi dalam molekul.
Allena, molekul yang memiliki unit C=C=C menunjukkan pita absorpsi yang kuat
dalam daerah UV jauh mendekati 170 nm dengan suatu bahu pada sisi panjang
gelombang yang panjang kadang-kadang sampai kedalam daerah UV dekat.

KROMOFOR
KROMOFORALKENA
ALKENA(C=C)
(C=C)

Ikatan alkena digambarkan


oleh dua orbital p dengan
energi
yang
berbeda,
bonding dan antibonding.
Dalam diena terkonjugasi
seperti
molekul
1,3butadiena, terdapat suatu
overlap yang berlaku dari
orbital dihasilkan dalam
sistem terkonjugasi
seperti ditunjukkan dalam
gambar berikut:

Overlap atau interaksi ini dihasilkan dalam


menciptakan dua level energi baru dalam
butadiena. Maka transisi 2 3* dari
butadiena adalah bathochromic shift yang
berhubungan pada transisi * dari
etilena seperti gambar berikut:
4*

3*
165 nm

C
C

217 nm

C=C
C=C-C=C

KROMOFOR
KROMOFORALKENA
ALKENA(C=C)
(C=C)

Asiklik diena terkonjugasi menunjukkan pita K transisi * yang kuat dalam


daerah 215-230 nm. 1,3-butadiena mengabsorpsi pada 217 nm (maks 21.000).
Konjugasi selanjutnya dalam triena dan poliena rantai terbuka menghasilkan
penambahan bathochromic shift disertai dengan pertambahan intensitas absorpsi.
Spektra poliena dikarakterisasi strukturnya dengan baik terutama jika spektra
ditentukan dalam fase uap atau dalam pelarut nonpolar. Data absorpsi untuk
beberapa alkena terkonjugasi dipresentasikan dalam tabel berikut:.
Tabel Data absorpsi untuk alkena terkonjugasi

KROMOFOR
KROMOFORALKENA
ALKENA(C=C)
(C=C)

Suatu metode empirik untuk meramalkan efek bathochromic dari substitusi alkil dalam
1,3-butadiena telah dirumuskan oleh Fieser dan Woodward. Aturan-aturan ini dapat
diringkas sebagai berikut :

1. Tiap-tiap group alkil atau residu


cincin yang terikat pada diena
induk (1,3-butadiena) menggeser
absorpsi sepanjang 5 nm.
2. Adanya suatu ikatan rangkap dua
eksosiklik menyebabkan suatu
penambahan bathochromic shift 5
nm, pergeseran menjadi 10 nm jika
ikatan
rangkap
dua
adalah
eksosiklik.

KROMOFOR
KROMOFORALKENA
ALKENA(C=C)
(C=C)

Cholesta-3,5-diene

CH3COO

Ergosta-4,6,22-trien-3-one-enol
acetate

Jika suatu poliena mengandung lebih dari empat ikatan rangkap dua, aturan
Fieser-Kuhn dapat digunakan. Dalam pendekatan ini maks dan maks berhubungan
dengan jumlah dari ikatan rangkap dua terkonjugasi, dengan mengikuti
persamaan berikut:
max = 114 + 5M + n(48.0 - 1.7n) - 16.5Rendo - 10Rexo
max = (1.74 x 104)n

KROMOFOR
KROMOFORALKENA
ALKENA(C=C)
(C=C)
CH3
H3C

CH3

CH3
CH3

CH3

CH3

CH3

CH3

CH3

likopena

Senyawa likopena hanya mempunyai 11 ikatan rangkap dua internal dari 13


ikatan rangkap dua yang terkonjugasi, n = 11. Penambahan 8 substituen (group
metil sebagai residu rantai) pada sistem poliena, M = 8. Pada senyawa likopena
tidak ada sistem cincin sehingga tidak ada ikatan rangkap dua eksosiklik atau
endosiklik dalam sistem terkonjugasi, Rekso = Rendo = 0.

KROMOFOR
KROMOFORALKENA
ALKENA(C=C)
(C=C)
CH3

CH3

CH3
CH3

H3 C
H3C

CH3

CH3

CH3

CH3

-karotena

Senyawa -karotena mempunyai 11 ikatan rangkap dua yang semuanya


terkonjugasi, n = 11. Penambahan 10 substituen (group metil sebagai residu
rantai) pada sistem poliena, M = 10. Pada senyawa -karotena terdapat dua
sistem cincin sehingga ada ikatan rangkap dua endosiklik dalam sistem
terkonjugasi, Rendo = 2.

KROMOFOR
KROMOFORALKUNA
ALKUNA(C
(CC)
C)

Karakteristik absorpsi dari kromofor alkuna adalah lebih kompleks daripada


kromofor etilena. Asetilena secara relatif menunjukkan suatu pita lemah pada 173
nm dihasilkan dari transisi *. Poliuna terkonjugasi menunjukkan dua pita
utama dalam UV dekat. Pita panjang gelombang pendek adalah sangat kuat dan
semua pita tersebut timbul dari transisi *. Data tipe absorpsi untuk poliuna
ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel Data absorpsi untuk poliuna terkonjugasi

MATERI
Ultra Violet-Visible
Supplement
PERTEMUAN III

KROMOFOR
KROMOFORKARBONIL
KARBONIL(C=O
(C=O))

Group karbonil mengandung sepasang elektron , sepasang elektron dan dua


pasang elektron nonbonding. Keton dan aldehida jenuh menampilkan tiga pita
absorpsi, dua pita diamati dalam daerah UV jauh. Suatu transisi *
mengabsorpsi dengan kuat dekat 150 nm; suatu transisi n * mengabsorpsi
dekat 190 nm. Pita ketiga (pita R) kelihatan lemah (270-300 nm, maks < 30) dan
dihasilkan dari transisi forbidden dari pengaruh yang lemah n elektron ke orbital *
(transisi n *), orbital lowest unoccupied dari group karbonil. Pita R mengalami
blue shift selama polaritas pelarut meningkat. Aseton mengabsorpsi pada 279 nm
dalam heksana; dalam air maks adalah 264,5 nm. Blue shift yang dihasilkan dari
ikatan hidrogen lebih rendah energinya dari orbital n. Blue shift dapat digunakan
sebagai ukuran kekuatan dari ikatan hidrogen

KROMOFOR
KROMOFORKARBONIL
KARBONIL(C=O
(C=O))

Aldehida dan Keton Jenuh


Absorpsi n * dari keton dan aldehida adalah lemah. Spektra dari turunannya
seperti semikarbazon, tiosemikarbazon atau 2,4-dinitrofenilhydrazon sering
digunakan untuk pekerjaan identifikasi. Pemasukan dari suatu atom -halogen
dalam suatu keton alifatik mendapat efek yang kecil pada transisi n *. Tetapi
substitusi dari atom halogen dalam keton siklik jenuh memiliki ciri-ciri pada
absorpsi karakteristik. Data absorpsi untuk beberapa aldehida dan keton jenuh
dipresentasikan dalam tabel berikut:
Tabel Data absorpsi aldehida dan keton jenuh

KROMOFOR
KROMOFORKARBONIL
KARBONIL(C=O
(C=O))

dari senyawa induk dikurangi 5-10 nm jika substituen adalah ekuatorial dan suatu
bathochromic shift dari 10-30 nm terjadi jika substituen adalah aksial. Bathochromic
shift biasanya disertai oleh efek hyperchromic yang kuat. Pengaruh ini dapat
digunakan dalam penentuan struktur dari terpena dan steroid terhalogenasi. Beberapa
konformasi harus dipresentasikan dalam sistem sikloheksanon sehingga substituen X
jelas dalam posisi ekuatorial atau aksial.

maks

2-kloroheksanon adalah contoh penggunaan sederhana. Dua kemungkinan konformasi kursi


adalah (a) dan (b). Konformasi (a) mengabsorpsi pada panjang gelombang lebih pendek (278
nm) sedangkan konformasi (b) mengabsorpsi pada panjang gelombang lebih panjang (298 nm)
daripada sikloheksanon sendiri.

KROMOFOR
KROMOFORKARBONIL
KARBONIL(C=O
(C=O))

-Diketon
Absorpsi dari -diketon juga bergantung pada orientasi relatif dari dua kromofor
karbonil. Dalam struktur asiklik group keto mengambil konfigurasi s-trans,
spektrumnya kemudian terdiri dari dua pita lemah (maks 10-20) pada kira-kira 450
nm dan 280 nm.
-diketon asiklik seperti biasetil terdapat dalam bentuk konformasi s-trans
(dengan sudut dihedral, 180).
O
C
H 3C

CH3
C
O

s-trans

= ~ 180o
maks = 450 nm
= 10

KROMOFOR
KROMOFORKARBONIL
KARBONIL(C=O
(C=O))
Spektrum biasetil menunjukkan pita R lemah yang normal pada 275 nm dan
suatu pita yang lemah dekat 450 nm dihasilkan dari interaksi antara group
karbonil. Posisi dari pita panjang gelombang yang panjang dari -diketon tidak
mampu menggambarkan pengaruh enolisasi dari koplanar pada resonansi, dan
karena itu bergantung pada sudut dihedral antara group karbonil
(Champhoquinone, Benzil, Isoduril).

KROMOFOR
KROMOFORKARBONIL
KARBONIL(C=O
(C=O))
Orientasi dari group keto dan panjang gelombang maksimum dalam -diketon
siklik berubah-ubah sesuai dengan jumlah atom dalam cincin seperti ditunjukkan
dalam tabel berikut:
-diketon siklik dengan atom hidrogen ada dalam bentuk
enolat,
sebagai
contoh
diosfenol. Absorpsi karakteristik
dari
diosfenol
ditunjukkan
dalam gambar berikut:

OH

diosfenol

KROMOFOR
KROMOFORKARBONIL
KARBONIL(C=O
(C=O))

-Diketon
Spektra UV dari -diketon bergantung pada derajat enolisasi. Bentuk enolat distabilkan jika
pertimbangan sterik membolehkan ikatan hidrogen intramolekul. Asetilaseton adalah suatu
contoh klasik. Spesies enolat ada pada tingkat sekitar 15% dalam larutan berair dan 91-92%
dalam fase uap atau dalam larutan dalam pelarut non polar. Absorpsi secara langsung
bergantung pada konsentrasi dari tautomer enol .
H

H3C

CH2 C

O
CH3

H 3C

C
C
H

CH3

-diketon siklik seperti 1,3-sikloheksenadion dalam bentuk enolat mantap dalam pelarut
polar. Struktur enolat menunjukkan absorpsi yang kuat dalam daerah 230-260 nm terjadi
transisi * dalam sistem s-trans enon. 1,3-sikloheksanadion dalam etanol mengabsorpsi
pada 253 nm (maks 22.000). Pembentukan dari ion enolat dalam larutan alkali, menggeser
pita absorpsi dengan kuat kedalam daerah 270-300 nm.
O

= 253 nm (etanol)

HO

Enon
= 270 nm (alkali)

KROMOFOR
KROMOFORKARBONIL
KARBONIL(C=O
(C=O))

-Keton dan Aldehida Tidak Jenuh, Dienon dan Enedion


Senyawa yang mengandung suatu group karbonil terkonjugasi dengan suatu
group etilen dinamakan enon. Spektra enon dikarakterkan oleh suatu pita
absorpsi kuat (pita K) dalam daerah 215-250 nm (emaks biasanya 10.00020.000), dan suatu pita lemah n * (pita R) pada 310-330 nm. Pita R yang
lemah seringkali kurang baik diuraikan. Data absorpsi untuk beberapa keton dan
aldehida
terkonjugasi
dipresentasikan
dalam
tabel
berikut.
Tabel Data absorpsi keton dan aldehida terkonjugasi

KROMOFOR
KROMOFORKARBONIL
KARBONIL(C=O
(C=O))
Karena senyawa karbonil adalah polar, posisi dari pita K dan R dari enon
keduanya bergantung pada pelarut. Efek hypsochromic pada pita R dengan
meningkatnya polaritas pelarut telah dibicarakan. Pita K dari enon mengalami
bathochromic shift dengan meningkatnya polaritas pelarut. Pengaruh pelarut pada
spektrum dari mesitil oksida diringkas dalam tabel berikut:
H3C
C

CH3

H3C
Mesitil oksida

Tabel Pengaruh pelarut pada spektrum mesitil oksida

KROMOFOR
KROMOFORKARBONIL
KARBONIL(C=O
(C=O))
Intensitas pita K menjadi menurun sampai kurang dari 104 dimana halangan sterik
menghalangi koplanaritas. Hal ini seringkali terjadi dalam sistem siklik seperti
pada senyawa berikut.
CH3
O
CH3

Woodward telah memperoleh generalisasi empirik untuk pengaruh dari substitusi


pada posisi transisi * (pita K) dalam spektra ,-keton tidak jenuh.
Perubahan posisi dari pita tersebut dihasilkan dari substitusi dan dalam rumus
dasar (I) Spektra -aldehida tidak jenuh mirip dengan ,-keton tidak jenuh. Pita
n * (pita R) terjadi dalam daerah 350-370 nm dan menunjukkan beberapa
struktur dengan baik ketika spektra ditentukan dalam pelarut nonpolar.

II

KROMOFOR
KROMOFORKARBONIL
KARBONIL(C=O
(C=O))
Aturan absorpsi enon diringkas oleh Fieser dalam tabel berikut:
Contoh:

H
H
O

Kolesta-1,4-dien-3-on

MATERI
Ultra Violet-Visible
Supplement
PERTEMUAN IV

KROMOFOR
KROMOFORBENZENA
BENZENA(C
(C66H
H66))

Benzena memperlihatkan tiga pita absorpsi yaitu 184 nm (maks 60.000), 204 nm (maks
7900) dan 256 nm (maks 200). Pita-pita tersebut berasal dari transisi *. Pita yang
kuat dekat 180 nm dihasilkan dari suatu transisi yang dibolehkan sementara pita lemah
dekat 200 dan 260 nm dihasilkan dari transisi yang terlarang (forbidden) dalam molekul
benzena yang simetri. Notasi yang berbeda telah digunakan untuk menunjukkan pita
absorpsi dari benzena, diringkas dalam tabel berikut:
Tabel Pita benzena

KROMOFOR
KROMOFORBENZENA
BENZENA(C
(C66H
H66))

Substitusi dari group alkil pada cincin benzena menghasilkan suatu bathochromic shift
dari pita B, tetapi pengaruh dari substitusi alkil pada pita E tidak didefinisikan dengan
jelas. Absorpsi karakteristik dari pita B beberapa alkilbenzena dipresentasikan dalam tabel
berikut:
Tabel Data absorpsi untuk alkilbenzena (Pita B)

H+
H

C
H

hiperkonjugasi

Bathochromic shift dihubungkan dengan hiperkonjugasi dimana elektron suatu ikatan


C-H alkil ikut serta dalam resonansi dengan cincin. Group metil lebih efektif dalam
hiperkonjugasi daripada group alkil lain.

Penambahan group alkil kedua pada molekul paling efektif dalam menghasilkan red shift
jika dalam posisi para. Isomer para mengabsorpsi pada panjang gelombang lebih panjang
dengan maks paling besar. Isomer orto biasanya mengabsorpsi pada panjang gelombang
lebih pendek dengan penurunan maks. Pengaruh ini dihubungkan pada halangan sterik
antara substituen orto yang mana berhasil mengurangi hiperkonjugasi.

KROMOFOR
KROMOFORBENZENA
BENZENA(C
(C66H
H66))

Substitusi pada cincin benzena dari group auxochromic (OH, NH2, dan lain-lain)
menggeser pita E dan B ke panjang gelombang lebih panjang, seringkali dengan
intensifikasi dari pita B dan kehilangan strukturnya dengan baik karena konjugasi n *
diperlihatkan pada tabel berikut:
Tabel Pengaruh substitusi auxochromic pada spektrum benzena

Konversi suatu fenol ke anion yang berhubungan menghasilkan suatu bathochromic shift
dari pita E2 dan B dan suatu kenaikan nilai emaks karena elektron nonbonding dalam
anion memungkinkan untuk interaksi dengan sistem elektron dari cincin. Ketika anilin
dikonversi ke kation anilinium, sepasang elektron nonbonding dari anilin tidak
memungkinkan untuk interaksi dengan elektron dari cincin.

KROMOFOR
KROMOFORBENZENA
BENZENA(C
(C66H
H66))

Perhitungan dari suatu panjang gelombang maksimum yang diharapkan untuk aldehida,
keton, asam karboksilat dan ester aromatik
Tabel Prinsip perhitungan pita (transisi *)
dari turunan benzena tersubstitusi

+25

+3

MeO

O
6-Metoksitratralon
EtOH
Calc maks

Obs

EtOH
maks

+0

= 246 (kromofor induk)


3 (o-residu cincin)
25 (p-OMe)
= 274 nm
= 276 nm
Cl

+3
CO2Et

+7

OH
O
3-Karbetoksi-4-metil-5-kloro-8-hidroksitetralon
EtOH
Calc maks

Obs

EtOH
maks

= 246 (kromofor induk)


3 (o-residu cincin)
7 (o-OH)
= 256 nm
= 257 nm

Anda mungkin juga menyukai