Anda di halaman 1dari 9

Nama Kelompok 11 :

1. Ikhwan Fahrul Rifki


2. Karinna Nur Wulan Afifah
3. Rizky Ramadhani

KEBUDAYAAN NUSANTARA

Kata ”kebudayaan” berasal dari kata dasar budaya. Dan dalam konteks kebangsaan,
kata budaya selalu dihubungkan dengan identitas nasional. Oleh karena itu budaya nasional
adalah identitas sekaligus kekayaan suatu Bangsa. Dan identitas budaya ini turut menentukan
perkembangan peradaban suatu bangsa di tengah dinamika global yang mengurung segala
aspek kehidupan termasuk kebudyaan itu sendiri. Sesungguhnya budaya suatu bangsa juga
mengandung unsur yang bersifat konstruktif terhadap perkembangan nilai-nilai yang bersifat
universal, tapi juga kita dapat mengidentifikasi adanya unsur budaya yang bertentangan
dengan nilai-nilai yang dianut secara bersama, khususnya dalam hubungan antar bangsa.
Dalam perkembangannya biasanya unsur budaya yang bersifat konstruktif ini yang di dorong
menjadi identitas suatu bangsa dan itu di pakai sebagai alat diplomasi-memenangkan,
mendominasi, dan memperoleh benefit-hubungan antar bangsa.
Kebudayaan Indonesia bukanlah sesuatu yang terberi (given). Kebudayaan
Indonesia ibarat bangunan bersama antar budaya suku-suku bangsa nusantara, mulai dari
Melayu, Jawa, Bugis dan lainnya. Bangunan kebudayaan Indonesia hadir sejak lama,
ketika interaksi antar budaya suku – suku bangsa Nusantara terjalin dalam rentang
historis pra-kolonial. Kebudayaan Indonesia seperti mozaik sosial, ekonomi dan politik
bangsa-bangsa kepulauan Nusantara. Interaksi antar budaya-budaya tersebut
menampilkan rona kebudayaan Nusantara. Sejarah menunjukan bahwa interaksi antar
budaya suku-suku bangsa Nusantara dilaksanakan melalui media laut dengan pelayaran
dan perdagangan yang telah menghubungkan lebih kurang 17.000 pulau-pulau. Hal ini
menunjukan bahwa Maritim adalah nadi kebudayaan nusantara. Pelayaran dan
perdagangan tersebut beriringan dengan pertukaran antar budaya suku-suku bangsa
Nusantara yang ada. Pertukaran antar budaya tersebut juga melibatkan bangsa-bangsa
maritim besar dunia lainnya, seperti Arab, Persia, India, Cina dan Eropa.
Sejarah juga telah menunjukan bahwa usaha merajut kebudayaan nusantara tersebut telah
dimulai sejak lama, yaitu sejak zaman kuno peradaban nusantara yang diwakili oleh
Sriwijaya dan Majapahit. Dua entitas peradaban kuno tersebut menggunakan maritim
sebagai media politik sekaligus media kebudayaan. Kebudayaan maritim adalah
kebudayaan terbuka dan dinamis dalam interaksinya dengan yang  global tanpa
menghilangkan yang primodial. Jadi, generalisasi tentang kebudayaan Indonesia adalah
umum dan statis nampaknya perlu kita kaji ulang. Berikut beberapa daerah Jawa Timur:

Budaya Daerah Kediri :

Kediri merupakan satu-satunya kota di Jawa Timur yang mempunyai


2 gunung yaitu : Gunung Klotok dan Gunung Maskumambang.
Kediri identik dengan kota rokok kretek. Di kota inilah, pabrik rokok kretek PT Gudang
Garam berdiri dan berkembang. Ada 8 daerah wisata potensial di sana masing-masing :
Gereja Poh Sarang , Bendung Gerak, Candi Tegowangi, Taman Wisata Ubalan, Wisata Alam
Gunung Kelud , Kawasan Wisata Besuki , Candi Surowono dan Wisata Sri Aji Joyoboyo.
Kediri merupakan satu-satunya kota di Jawa Timur yang mempunyai
2 gunung yaitu : Gunung Klotok dan Gunung Maskumambang.
Kediri identik dengan kota rokok kretek. Di kota inilah, pabrik rokok kretek PT Gudang
Garam berdiri dan berkembang.

Ada 8 daerah wisata potensial di sana masing-masing : Gereja Poh Sarang , Bendung
Gerak, Candi Tegowangi, Taman Wisata Ubalan, Wisata Alam Gunung Kelud , Kawasan
Wisata Besuki , Candi Surowono dan Wisata Sri Aji Joyoboyo.

Makanan
1. Gethuk Pisang

Gethuk pisang adalah camilan tradisionalwarisan turun temurun dari zaman kerajaan.


Bahkan Dewi Sekartaji, putri dari kerajaan Jenggala (pecahan dari kerajaan Kediri) sangat
menyukai gethuk pisang ini.

Tidak seperti gethuk pada umumnya yang biasa terbuat dari singkong, ubi atau sukun,
gethuk pisang ini terbuat dari pisang. Pisang yang digunakan pun dipilih jenis pisang raja
nangka. Pisang raja nangka dipilih karena memiliki citarasa yang khas, berbeda dengan
pisang pada umumnya. Rasa manis-asam yang khas, dan teksturnya yang agak keras
membuat jenis pisang ini tidak lembek ketika dikukus.

2. Kerupuk Upil
Kerupuk ini begitu sederhana, baik dari bahan-bahan komposisinya, cara
pembuatannya, maupun harganya pun tak kalah sederhana alias murah meriah sekali. Di
daerah Kediri, kerupuk ini biasa disebut kerupuk upil. Bukan jorok ya… Pada awal dibuatnya
kerupuk ini, kerupuk ini dibuat dengan ukuran kecil-kecil, dan rasanya cenderung asin. Rasa
asin inilah yang diidentikkan oleh anak-anak desa sebagai upil (kotoran hidung).
Tak sulit menemukan bahan baku kerupuk upil ini. Hanya  tepung tapioka, garam, dan
bawang putih. Seperti proses pembuatan kerupuk pada umumnya, setelah diuleni, adonan
dikukus untuk kemudian diiris dan dijemur dibawah sinar matahari.

Proses penggorengannya pun tak kalah sederhana, tak perlu berliter-liter minyak
untuk menggoren kerupuk upil ini. Warga di Kediri biasanya menggoreng menggunakan
pasir panas yang sebelumnya sudah dibersihkan.

3. Tahu Kuning

Tahu Kuning Kediri, Atau sering juga disebut Tahu Takwa, merupakan produk
unggulan Kediri, Jawa Timur. Makanan yang unik berwarna kuning ini sangat digemari
masyarakat Kediri dan sekitarnya. Rasa yang khas, kenyal, bentuk yang unik, berbeda dengan
tahu-tahu yang ada di pasaran sekarang ini. Diprediksi mulai diproduksi sekitar tahun 1920-
an dan booming pada awal tahun 1950-an. Menjadi oleh-oleh khas Kediri, kota kecil di kaki
Gunung Kelud, Jawa Timur. Tahu ini memiliki tekstur yang kenyal dan lembut saat dimakan.
Berbentuk kotak seperti tahu kebanakan, rasanya gurih dan tidak ada rasa masam sama
sekali. Ini dia yang membuat tahu takwa berbeda dengan tahu lainnya. saat digoreng, kulit
luarnya crispy, tapi bagian dalamnya tetap lembut.
Ciri Khas Kediri, Jawa Timur

* Monumen Simpang Lima Gumul


Jika mendengar nama L’arch D’ Triomphe, apa yang terpikirkan di benak Anda?
Perancis? Kejayaan? Kemakmuran? Anda benar. Semua itu merupakan nilai – nilai yang
terefleksikan dari Monumen Kejayaan di Perancis. Namun jika monument yang serupa ada di
Kediri, apakah yang terpikirkan di benak Anda?
Ya, Monument Kediri yang bentuknya menyerupai L’arch D’ Triomphe yang ada di
Perancis tersebut berdiri megah di tengah – tengah persimpangan Lima Gumul – Kediri yang
menjadi tiang pancang pengembangan kawasan Simpang Lima Gumul menjadi kawasan kota
baru di Kabupaten Kediri. Bedanya, Monumen ini memiliki spirit berdirinya Kabupaten
Kediri sehingga monument ini di posisikan tepat di tengah jalur lima jalan arah Pare, Kediri,
Plosoklaten, Pesantren dan Menang.
Daya tarik yang diberikan antara lain:
1. Desain dan arsitektur dirancang hampir menyerupai Arch D’Triomphe Perancis,
namun lebih ditonjolkan ke seni budaya Kabupaten Kediri
2. Diorama tentang sejarah Kediri di dalam gedung
3. Tinggi monumen 28 m, 8 lantai
4. Tiga jalan terowongan bawah tanah untuk menuju ke monumen
5. Posisi tepat di tengah simpang lima dan di pusat perdagangan Kabupaten Kediri
6. Wisatawan dapat mencapai anjungan untuk melihat keindahan Kediri dari atas
monumen
7. Pelayanan pusat informasi pareiwisata dan potensi Kabupaten Kediri
Banyak jenis budaya kesenian yang
terdapat di Kediri yang sudah
barang tentu hal tersebut tidak
lepas dari sejarah Kerajaan Kediri.
Terdapat beberapa kesenian khas
daerah yang dapat anda nikmati
sebagai wisatawan lokal maupun
mancanegara seperti Kethek
Ogleng, Seni Jaranan, Kesenian
Jemblung, dan lainya. Dalam Kesenian Jaranan selalu menyuguhkan berbagai atraksi yang
menarik, terkadang mampu membangkitkan rasa takjub dan nasionalis. Perhelatan Atraksi
gerakan pemain yang dengan diiringi tabuhan gamelan yang diselingi unsur magis
menjadikan kesenian ini layak dan banyak ditonton wisatawan. Pada Kawasan Kediri juga
terdapat kesenian Jemblung Yang belum banyak orang tau. Sebagai berikut penjelasan darin
kesenian Jemblung :

Kesenian Jemblung

Kesenian Jemblung sendiri ialah sebuah kesenian yang mengandalkan omongan/tutur kata.
Istilah Jemblung sampai saat ini belum ada yang mengetahui secara pasti apa maknanya.
Tetapi menurut Dinas Seni dan Budaya Banyumas dalam SUARA MERDEKA bahwa kata
Jemblung merupakan jarwo dosok yang berarti jenjem-jenjem ewong gemblung (rasa
tenteram yang dirasakan oleh orang gila).28 Pengertian ini diperkirakan bersumber dari
tradisi pementasan Jemblung yang menempatkan pemain kesenian ini seperti layaknya orang
gila. Sumber lain menyebutkan istilah Jemblung berasal dari kata gemblung yang artinya gila.
Pengertian ini cukup bisa diterima, karena saat pertunjukan berlangsung sang dalang
berakting seperti orang gila. Berakting layaknya orang gila tersebut ditunjukkan oleh
pemainnya yang selama proses pertunjukkan akan berbicara sendiri seperti dialog tanpa ada
lawan bicaranya, layaknya orang gila yang ngomongngomong sendiri. Kemunculan kesenian
Jemblung hingga saat ini belum dapat dipastikan awal munculnya, sebab berdasarkan literatur
yang penulis baca, ada tiga macam versi yang menyatakan tentang kemunculan kesenian ini.
salah satu literatur mengatakan bahwa kesenian Jemblung telah muncul pada masa
Amangkurat 1 sekitar tahun 1677.30 Dimana saat itu kesenian ini pertama kali muncul
tujuannya digunakan untuk acara pemujaan terhadap sang pencipta. Tidak hanya itu saja,
zaman dahulu kesenian ini juga digunakan sebagai media dakwah ajaran Islam. Ini cukup
bisa dibuktikan karena apabila kita ikuti rangkaian pagelaran kesenian ini, maka kita akan
memahami di dalam kesenian ini akan diselipi ajaran keagamaan. 31 Oleh sebab itu tidak
salah kalau kesenian ini merupakan salah satu kesenian legendaris yang selain untuk hiburan
juga digunakan pula untuk media dakwah. Pertunjukan Jemblung merupakan bentuk sosio
drama yang mudah dicerna masyarakat luas. Pada prinsipnya pertunjukan ini dapat
dipentaskan dimana saja termasuk tiga tempat berikut, seperti di balaibalai rumah atau di
panggung. Para pemain Jemblung yang hanya melibatkan 4 (empat) orang seniman, dalam
pementasannya tanpa properti artistik, sangat dibutuhkan kemahiran dan kekompakannya
dalam menghidupkan suasana pertunjukan. Dalam pertunjukannya, pemain jemblung duduk
di kursi menghadap sebuah meja yang berisi hidangan yang sekaligus menjadi properti
pementasan dan sebagai santapan mereka saat pertunjukan berlangsung.32 Semua hidangan
ditaruh diatas tampah, kecuali wedang (minuman; kopi, teh, air putih) ditaruh diluar tampah.
Hidangan tersebut antara lain: jajan pasar yaitu aneka kue yang biasa dijual di pasar
tradisional, kemudian ada buah pendem seperti jenis ubi-ubian yang sudah dimasak, pisang,
nasi gurih, dan minuman; wedang teh, kopi, dan wedang bening (air putih). Dalam hal ini
cerita yang disajikan juga bukan saja dari cerita babad atau perembon, umar maya-umar
madi, kaena terkadang mengambil dari cerita wayangpurwo. Cara menyajikan cerita dengan
gaya tanya jawab sendiri tanpa iringan gamelan dan wayang. Misalnya dalam salah satu
adegan pertunjukan Jemblung, sang dalang mendodog meja kemudian disambut instrumen
kendang selanjutnya masuk repertoargending sampak atau srempegan yang semua
menyajikannya dengan mulut. Jalannya sajian gending atau lagu tersebut secara musikal,
musisi tahu prinsip-prinsip dasarnya (konvensi) karawitan yang kemudian secara dinamika
akan dibarengi dengan aksenaksen instrumen gamelan, seperti; kendang, bonang, gong, vokal
tembang, dan sebagainya.33 Dalam ini bilamana musisi akan menyantap makanan, mereka
mengambil salah satu makanan yang ada didepannya, dengan irama lagu tersebut mereka
akan memberikan aksen pada instrumen kendang, dan jika makanan di tangannya sudah siap
disantap mereka akan beralih megang instrumen gong dan dibarengi dengan memasukkan
makanan ke dalam mulutnya (sambil mengunyah sambil menyuarakan ide musikal). Dalam
penyajiannya, dimana seorang musisi akan memainkan lebih dari empat atau lima instrumen
gamelan sekaligus dengan cara berpindah pindah/melompat dari satu instrumen ke instrumen
lainnya, sesuai dengan nafas, aksen-aksen dan tapsir garap serta ide musikal dalam repertoar
gending (lagu) yang dibutuhkan. Misalnya disamping musisi menyuarakan instrumen
kendang, mereka kadang-kadang melompat untuk memainkan saron, kenong, kempul, gong,
dan sebagainya walaupun mereka tidak selalu urut dari instrumen mana yang didahulukan.
Begitu juga dengan musisi lain mereka akan memainkan instrumen bonang, suling, siter,
gambang, gong. Kekhasan dan keunikan penyajian Jemblung inilah yang tidak didapatkan
pada bentuk dan jenis kesenian-kesenian di daerah lain. Sebagai kesenian rakyat, Jemblung
memiliki daya tarik luar biasa. Tidak salah kalau Jemblung kerap dijadikan media
propaganda bagi kepentingan-kepentingan tertentu. Ini yang disayangkan oleh HardjoParman
(65), seniman Jemblung. Sehingga pernah, para pelaku (seniman) Jemblung tersandung batu
tajam, saat menjelang peristiwa G 30 S PKI, karena Seni Jemblung dijadikan mesin
propaganda PKI dan akibatnya sejumlah dalang dan pelaku Jemblung dijebloskan ke penjara.
Kemudian di era 70-an seniman jemblung patut bersyukur, karena saat itu Jemblung
dijadikan media penerangan di desa-desa. Namun seiring dengan gonjang-ganjing politik di
tanah air, nasib jemblung kembali terpuruk ketika rezim Orde Baru tumbang, terutama
dengan dibubarkannya 5 Departemen Penerangan. Sejak saat itu, Seni Jemblung kembali
dipayungi awan kelabu hingga kini. Untuk saat ini sangat sulit kita bisa menjumpai kesenian
ada dan mengadakan pertunjukan. Jangankan pertunjukan, kelompok atau grup kesenian ini
saja untuk saat ini akan sangat sulit kita jumpai. Padahal kesenian ini dahulunya punya andil
dan peran yang cukup besar dalam dakwah Islam maupun hiburan warga.

Jemblung dikenal sebagai sebuah kesenian yang mengandalkan suara dalam pertunjukannya,
dimana dalam pertunjukkan Jemblung ada satu orang yang akan berperan sebagai penyampai
materi dengan menggunakan berbagai macam karakter. Jadi dalam pertunjukannya orang
tersebut seakan seperti seorang dalang yang menyampaikan sebuah cerita tetapi tidak ada
wayangnya. Di banyak daerah pertunjukkan Jemblung demikian adanya. Tetapi hal itu
berbeda dengan apa yang ada di Kediri. Jemblung Kediri dikenal sebagai sebuah kesenian
Jemblung yang dalam pertunjukkannya melibatkan wayang didalamnya. Jadi dalam
Jemblung Kediri proses penyampain materi dibantu dengan adanya sebuah “wayang gedog”
atau “wayang krucil” dalam pertunjukannya.41 Dahulunya dan seyogyanya mayoritas
pertunjukan Jemblung itu hanya menggunakan lisan saja (cerita saja tanpa dibantu alat
apapun) dengan iringan musik gamelan. Dengan demikian sebenarnya pertunjukkan
Jemblung Kediri sama seperti pertunjukan wayang kulit, tetapi dalam Jemblung tidak
menggunakan banyak wayang yang berjejer di kelir (kain yang digelar untuk jagad wayang).

Budaya Daerah Jombang :

Kabupaten Jombang memiliki 21 Kecamatan dengan posisi geografis berada di bagian tengah
Propinsi Jawa Timur bersebelahan dengan daerah yang memiliki etnis yang berbeda. Sebelah
Timur Kabupaten Mojokerto yang merupakan daerah etnis budaya “arek”, sebelah Utara
Kabupaten Lamongan yang mempunyai etnis campuran budaya Jawa Timuran dan pesisir
Utara, sebelah Barat Kabupaten Nganjuk dengan budaya Jawa Tengah, sebelah Selatan
Kabupaten Kediri juga etnis Jawa Tengah/Panaragan, arah Tenggara Kabupaten Malang
merupakan daerah etnis Jawa Timur pesisir Selatan. Oleh karena itu dalam perkembangan
peradaban, daerah Jombang tidak luput dari pengaruh wilayah sekitarnya.

Sunarto timur dalam bukunya membagi daerah Jawa Timur berdasarkan wilayah budaya
menjadi beberapa wilayah etnis:

1. Etnis Jawa Osing, meliputi eks karsidenan Besuki dan Madura.

2. Etnis Jawa Timuran, meliputi karsidenan Malang, Sidoarjo, Jombang, Mojokerto,


Surabaya, Gresik dan Lamongan.

3. Etnis Jawa pesisir Utara, yaitu Tuban, Gresik dan Bojonegoro,

4. Etnis Jawa pesisir Selatan, yaitu Pasuruan dan Malang Selatan.

5. Etnis Jawa Tengah, meliputi eks karsidenan madiun dan eks karsidenan Kediri.

Di daerah Jombang juga memiliki banyak budaya kesenian, salah satunya adalah kesenian
Wayang Topeng

Wayang Topeng

Wayang Topeng merupakan pertunjukan topeng yang dalam pertunjukannya diatur oleh
dalang dan ditampilkan oleh penari yang menggunakan topeng. Dalang merupakan pelaku
utama dalam pertunjukan Wayang Topeng karena selain memimpin jalannya pertunjukan
juga membawakan catur sebagaimana dalam pertunjukan Wayang Kulit. Penari-penari
dengan menggunakan topeng melakukan gerak sebagai ekspresi tokoh yang mengikuti cerita
dalang. Pertunjukan Wayang Topeng seperti ini merupakan ciri pertunjukan Wayang Topeng
di Jawa Timur. Wayang Topeng yang dikenal di Jawa Timur, pada masa Kerajaan Majapahit
disebut dengan istilah raket (Soedarsono, 1984: 7-10), adalah Topeng Dalang di Madura,
Topeng Kerte di Situbondo, Wayang Topeng di Malang, dan Wayang Topeng di Jombang.
Selain memilikipersamaan ciri pertunjukan Wayang Topeng di Jawa Timur, pertunjukan
topeng di beberapa daerah tersebut memiliki perbedaan utama pada sumber lakon. Lakon
dalam Topeng Dalang di Madura dan Topeng Kerte di Situbondo bersumber pada wiracarita
Mahabarata dan Ramayana. Wayang Topeng di Malang bersumber dari Panji, sedangkan
Wayang Topeng di Jombang selainmembawakan lakon Panji juga mengambil cerita babad
Majapahit. Berdasarkan publikasi yang ada, Topeng Dalang di Madura, Wayang Topeng di
Malang dan Topeng Kerte di Situbondo telah dikenal oleh khalayak umum sejak tahun 1978-
1990-an. Sementara itu Wayang Topeng di Jombang baru diketahui pada tahun 2000-an.
Revitalisasi1 yang diusahakan dan dipelopori oleh Supriyo2 pada tahun 2000 mampu
mengenalkan kembali Wayang Topeng Jombang kepada khalayak umum. Wayang Topeng
yang berada di Desa Jati Duwur Kecamatan Kesamben merupakan satu-satunya kelompok
Wayang Topeng yang ada di Jombang. Wayang Topeng ini merupakan warisan Purwo3 yang
telah diturunkan dari generasi ke generasi dengan Sumarni4 sebagai pewaris terakhir.
Keberadaan Wayang Topeng tersebut bagi masyarakat Desa Jati Duwur dan sekitarnya telah
dianggap sebagai Wayang Topeng nadzar atau sarana ritual nadzar. Perkembangan
masyarakat pada umumnya membawa lunturnya pemaknaan terhadap tradisi. Masyarakat
pedesaan yang memiliki tradisi nadzar mulai berkurang bersamaan dengan digalakkannya
pendidikan dan masuknya media koran, radio, televisi bahkan telepon ke desa. Berbagai
media mampu menunjukkan realitas kehidupan nyata sekaligus menawarkan hiburan yang
lebih menarik dan mudah dijangkau. Pada saat itulah pertunjukan Wayang Topeng di
Jombang mulai surut bahkan menghilang. Faktor usia dan fisik seniman dalam
mempertahankan keseniannya merupakan faktor utama hilangnya Wayang Topeng (Supriyo,
wawancara 25 November 2011).
Daftar Pustaka

- https://www.qureta.com/post/kebudayaan-indonesia-kebudayaan-nusantara
Advokat dan Peneliti Hukum I Tertarik menggunakan pendekatan multidisplin & interdisplin
(Socio-Legal) untuk telaah hukum, sosial, politik dan kebudayaan I
nurulfirmansyah.wordpres
- Prof. Dr.Alo Liliweri (Pengantar Studi Pendidikan)
- http://iffahulfatin.blogspot.com/2014/09/budaya-makanan-dan-ciri-khas-kediri.html
- https://scholar.google.co.id/scholar?
start=40&q=menjelaskan+kebudayaan+Kediri&hl=id&as_sdt=0,5 ,
http://digilib.uinsby.ac.id/33297/3/Anwar%20Dwi%20Saputra_A22212169.pdf ,
- https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=menjelaskan+kebudayaan+jombang&oq=
, http://repository.isi-ska.ac.id/372/1/Disertasi%20Setyo%20Yanuartuti.pdf ,
Revitalisasi Pertunjukan Wayang Topeng Jati Duwur Jombang Lakon Patah Kuda
Narawangsa

Anda mungkin juga menyukai