Anda di halaman 1dari 12

APRESIASI BUDAYA MELAYU

RAGAM BUDAYA MELAYU

Disusun oleh

DEA MIRANDA
(206010564)

Kelas 2A PGSD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2021
Budaya adalah suatu gaya hidup yang berkembang dalam suatu kelompok atau
masyarakat dan diwariskan secara turun menurun dari generasi ke generasi berikutnya.
Budaya mempengaruhi banyak aspek, baik dari segi agama, politik, adat istiadat, bahasa,
bangunan, pakaian bahkan dalam karya seni. Oleh karena itu, kita sebagai penerus bangsa,
ada baiknya kita untuk tetap mempertahankan budaya yang kita miliki. Tetap menyaring
budaya dari luar, yang baiknya diambil, dijadikan referensi/pedoman atau dapat dijadikan
budaya dan yang buruknya jangan dijadikan sebagai budaya.

Pada jaman sekarang ini, dengan perkembangan IPTEK, siapa saja bisa mengenalkan
budaya melayu melalui dunia maya seperti media social. Dengan pemanfaatan media social
tersebut, seluruh Indonesia bahkan dunia pun dapat mengenal budaya melayu. Budaya
melayu juga memiliki keunikan dan ciri khas disetiap budayanya, antara lain dari segi :

1. Tarian, Nyanyian/Syair Budaya Melayu

Tarian tradisional melayu membuat Indonesia terkenal akan budaya tarinya, tidak
hanya banyak nya tarian melayu, melainkan juga karena tarian budaya melayu
memiliki ciri tarian khas dan gerakan yang anggun dan gemulai.

a. Tari Makan Sirih (Tari Persembahan)

Tari makan sirih biasanya disebut tari persembahan dan biasanya digunakan
untuk menyambut tamu atau pembukaan acara-acara tertentu. Tarian ini
menggambarkan bahwa orang Melayu menghargai hubungan persahabatan dan
kekerabatan.

Tarian ini dibakukan pada tahun 1957, dimana tarian tersebut dipersembahkan
untuk para tamu dan tetua. Ciri khas dari tarian ini adalah membawa tepak sirih
yang akan diberikan kepada tamu untuk dimakan.
Tari ini dibawakan oleh 5-9 orang (dan seringnya berjumlah ganjil) dengan satu
orang yang dianggap spesial karena membawa tepak sebagai persembahan kepada
tamu.

Filosofi pemberian tepak yang berisi sirih ini sangat tinggi. Karena apabila
tamu yang diberi sirih tidak mengambil (memakannya) maka dianggap tidak
sopan. Bahkan pada zaman kerajaan dahulu, raja akan murka bila sirih tersebut
tidak dimakan. Tari Makan Sirih termasuk tari yang bertema gembira. Tari ini
diriingi oleh musik khas Melayu yang rancak serta lagu persembahan / Makan
Sirih yang penggalan liriknya berbunyi sebagai berikut:
“ Makan sirih ujunglah ujungan aduhai lah sayang Kurang lah kapur tambah lah
ludah Hidupku ini untunglah untungan aduhai lah sayang
Sehari lah senang seharilah susah.”

Mengapa kita perlu mempertahankan tarian ini ? agar nilai nilai dan warisan
budaya kita tetap terjaga. Dari tari persembahan ini kita dapat mengetahui bahwa
terdapat nilai kehidupan yang sangat menonjol yang kita dapat ambil, yaitu nilai
sopan santun. Budaya melayu mengajarkan hal-hal positif melalui kesenian tari,
agar generasi selanjutnya dapat meneruskan budaya tari maupun nilai yang
terkandung didalamnya.

b. Nyanyian melayu : Lancang Kuning

Lagu Lancang Kuning itu adalah lagu rakyat yang sangat populer di Riau, negeri
yang dijuluki Bumi Lancang Kuning. Dalam sebuah versi sejarah Melayu, kapal Lancang
Kuning yang legendaris itu tenggelam di Tanjung Jati, perairan Bengkalis. Tak terurai dengan
jelas apakah musibah itu akibat human error ataukah karena keganasan alam yang tak teratasi
oleh kemampuan seorang anak manusia.
Pesan lirik lagu itu jelas, tidak ada yang tersembunyi. Untuk melayarkan sebuah
kapal, seorang nakhoda haruslah paham. Filosofi kapal Lancang Kuning berlayar malam ini,
agaknya menjadi satu dari sekian banyak untaian butir kearifan Melayu yang melintasi zaman
dan mengandung dimensi universal. Sampai kini, setiap kali, ketika kita berada dalam suatu
proses pemilihan seorang pimpinan, entah itu Ketua RT, RW, Kepala Desa, Ketua Partai atau
pemilihan seorang kepala pemerintahan, kita selalu diingatkan pesan Lancang Kuning ini.
Hati-hati memilih pemimpin. Karena seorang pemimpin, kendati dalam konsep
kepemimpinan Melayu hanya didulukan selangkah dan ditinggikan seranting, tapi hak dan
kewajiban yang melekat padanya cukup besar. Seorang pemimpin, pada tingkatan apapun,
tidak hanya mendapatkan hak-hak istimewa dibandingkan dengan mereka yang dipimpin,
tetapi juga dipundaknya terletak tanggungjawab yang berat, yang merupakan amanah yang
harus dipikulnya. Amanah itu bila dilaksanakan dengan baik dia akan menjadi berkah, namun
bila disalahgunakan dia akan menjadi musibah.
c. Syair Gurindam 12

Gurindam Dua Belas merupakan gurindam, salah satu puisi Melayu lama, hasil


karya Raja Ali Haji seorang sastrawan dan Pahlawan Nasional dari Pulau Penyengat,
Provinsi Kepulauan Riau. Gurindam ini ditulis dan diselesaikan di Pulau Penyengat pada
tanggal 23 Rajab 1264 Hijriyah atau 1847 Masehi pada saat Raja Ali Haji berusia 38
tahun.

Karya ini terdiri dari 12 Fasal dan dikategorikan sebagai Syi'r al-Irsyadi atau puisi


didaktik, karena berisikan nasihat dan petunjuk menuju hidup yang diridai oleh Allah swt.
Selain itu terdapat pula pelajaran dasar Ilmu Tasawuf tentang mengenal "yang empat",
yaitu syari'at, tarekat, hakikat, dan makrifat. Diterbitkan pada tahun 1854 dalam Tijdschrft
van het Bataviaasch Genootschap No. II, Batavia, dengan huruf Arab dan diterjemahkan
dalam Bahasa Belanda oleh Elisa Netscher.

Nyanyian/syair budaya melayu pun mengandung nilai-nilai kehidupan yang


dapat diajarkan oleh generasi selanjutnya. Agar sikap dan tata krama anak anak
generasi selanjutnya tetap terarah dan terjaga nya warisan budaya melayu. Itulah
alasan kiat untuk mempertahankan budaya melayu sebagai budaya kita sendiri.

2. Kerajinan Budaya Melayu

Selain terkenal dengan nilai estetikanya, kerajinan budaya melayu lebih


condong terkenal pada kerajinan yang bernilai pakai. Terutama seperti kerajinan
tenun dan songket. ContohnyaTenun Lejo
Kain Tenun Lejo Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu jenis kain tenun yang di
produksi sendiri oleh masyarakat yang berada di lingkup kabuapten Bengkalis.Tenun
Lejo ini jugla merupakan dari ciri khas masyarakat melayu yang mana didalam setiap
kesempatan selalu di gunakan dalam berbagai upacara ceremonial seperti pada acara
pernikahan, sunatan (akikah anak), penyambutan tamu, dan acara pementasan seni
budaya.
Di samping itu kain tenun lejo ini terbuat dari bahan sutera yang berkualitas tinggi
dengan di sulam benang emas yang gemerlap keemasan menjadikan kain tenun lejo ini
kelihatan begitu mewah untuk di pakai bagi anda yang pecinta kain tenun khususnya kain
tenun lejo yang berasal dari Kabupaten Bengkalis yang di produksi melalui berbagai
proses panjang untuk menghasilkan sebuah kain yang bermutu tinggi. kerajinan tangan
dari banten bisa anda jadikan sebagai informasi tambahan.
Kita harus mempertahankan budaya kita apalagi tenun ini merupakan budaya
melayu yang sudah mendunia. Tenun juga merupakan keanekaragaman budaya
Indonesia. Dengan itu akan membuat Indonesia terkenal dengan
keanekaragammnya. Selain harga per lembarnya yang mahal, tenun juga merupak
seni yang jarang dikuasai oleh anak generasi sekarang. Oleh karena itu, kita harus
bisa mempertahankan budaya melayu agar tetap lestari.

3. Cerita Rakyat Budaya Melayu

Riau juga memiliki banyak cerita rakyat yang diceritakan secara lisan / dari
mulut ke mulut. Dari yang mitos, legenda dan lain sebagainya. Dalam cerita rakyat,
terdapat hikmah atau nilai – nilai kehidupan yang bisa dijadikan pelajaran hidup. Oleh
karena itu, kita wajib mempertahankan/melestarikan dan mengenalkan cerita rakyat
pada sesama kita agar generasi selanjutnya juga mengetahui cerita rakyat tersebut dan
bisa mengambil hikmah/nilai/pelajaran dari cerita tersebut sehingga bisa diaplikasikan
di kehidupan sehari – hari. Tentunya itu akan berguna untuk mereka yang
melestarikan dan mengerti akan makna dari cerita rakyat tersebut. Salah satu cerita
rakyat melayu yang terkenal adalah Malin Kundang

Dari gambar diatas, dapat kita analisis dan kita mabil hikmah nya, bahwa
melawan dan tidak menghargai orang tua akan mendapat ganjaran dari Tuhan Yang
Maha Kuasa. Oleh karena itu, dari cerita rakyat ini mengajarkan kita untuk patuh
terhadap orang tua dan rawat mereka hingga tua sebagaimana mereka merawat kita
sejak kecil.
Kisah Malin Kundang, Anak yang Durhaka

Cerita Malin Kundang berasal dari provinsi Sumatra Barat, Indonesia.


Legenda Malin Kundang sendiri menceritakan tentang seorang anak yang durhaka
dan dikutuk menjadi batu. Mengajari kita untuk selalu menyayangi orangtua dalam
keadaan susah maupun senang

Zaman dahulu kala ada sebuah cerita di sebuah perkampungan nelayan Pantai
Air Manis di Padang, Sumatera Barat. Ada seorang janda bernama Mande Rubayah
yang hidup bersama anak laki-lakinya yang bernama Malin Kundang. Mande
Rubayah sangat menyayangi dan memanjakan Malin Kundang. Malin kemudian
tumbuh menjadi seorang anak yang rajin dan penurut.Ketika Mande Rubayah sudah
tua, ia hanya mampu bekerja sebagai penjual kue untuk mencupi kebutuhan dirinya
dan anak tunggalnya. Suatu hari, Malin jatuh sakit keras, hingga nyawanya hampir
melayang namun akhirnya ia dapat diseiamatkan-berkat usaha keras ibunya.Setelah
sembuh dari sakitnya ia semakin disayang. Mereka adalah ibu dan anak yang saling
menyayangi.

Saat Malin sudah dewasa ia meminta izin kepada ibunya untuk pergi merantau
ke kota, karena saat itu sedang ada kapal besar merapat di Pantai Air Manis.“Jangan
Malin, ibu takut terjadi sesuatu denganmu di tanah rantau sana. Menetaplah saja di
sini, temani ibu,” ucap ibunya yang sedih setelah mendengar keinginan Malin yang
ingin merantau.“Ibu tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa denganku,” ujar Malin
sambil menggenggam tangan ibunya.“Ini kesempatan Bu, kerena belum tentu setahun
sekali ada kapal besar merapat di pantai ini. Aku ingin mengubah nasib kita Bu,
izinkanlah” pinta Malin memohon.

Mande Rubayah mengizinkan Malin untuk merantau, ia pun memberikan


bekal nasi untuk Malin. “Baiklah, ibu izinkan. Cepatlah kembali, ibu akan selalu
menunggumu Nak,” kata ibunya sambil menangis.Meski dengan berat hati akhirnya
Mande Rubayah mengizinkan Malin untuk pergi. Kemudian Malin dibekali dengan
nasi berbungkus daun pisang sebanyak tujuh bungkus,“Untuk bekalmu di perjalanan,”
katanya sambil menyerahkannya pada Malin. Setelah itu Malin Kundang berangkat ke
tanah rantau meninggalkan ibunya sendirian.

Mande Rubayah yang selalu mendoakan agar Malin selamat dan cepat
kembali. Hari demi hari terus berlalu, hari yang terasa lambat bagi Mande Rubayah.
Setiap pagi dan sore Mande Rubayah memandang ke laut.“Sudah sampai manakah
kamu berlayar Nak?” tanyanya dalam hati sambil terus memandang laut. la selalu
mendoakan agar anaknya selalu selamat dan cepat kembali. Beberapa waktu
kemudian ketika ada kapal yang datang merapat ia selalu menanyakan kabar tentang
anaknya.“Apakah kalian melihat anakku, Malin? Apakah dia baik-baik saja? Kapan ia
pulang?” tanyanya. Namun setiap ia bertanya pada awak kapal atau nahkoda tidak
pernah mendapatkan jawaban. Malin tak pernah menitipkan barang atau pesan apapun
kepada ibunya
Bertahun-tahun tak ada kabar, Mande Rubayah mendapat kabar Malin telah
menikah putri bangsawan. Bertahun-tahun Mande Rubayah terus bertanya namun tak
pernah ada jawaban hingga tubuhnya semakin tua, dan kini jalannya mulai
terbungkuk-bungkuk. Pada suatu hari Mande Rubayah mendapat kabar dari nakhoda
yang dahulu membawa Malin, nahkoda itu memberi kabar bahagia pada Mande
Rubayah.“Mande, tahukah kau, anakmu kini telah menikah dengan gadis cantik, putri
seorang bangsawan yang sangat kaya raya,” ucapnya saat itu.“Malin cepatlah pulang
kemari Nak, ibu sudah tua Malin, kapan kau pulang…” rintihnya pilu setiap malam.
Ia yakin anaknya pasti datang. Benar saja tak berapa lama kemudian di suatu hari
yang cerah dari kejauhan tampak sebuah kapal yang megah nan indah berlayar
menuju pantai.

Penduduk desa menyambut kapal datang, terlihat sepasang anak muda berdiri
anjungan. Penduduk desa mulai berkumpul, mereka mengira kapal itu milik seorang
sultan atau seorang pangeran. Mereka menyambutnya dengan gembira. Mande
Rubayah amat gembira mendengar hal itu, ia selalu berdoa agar anaknya selamat dan
segera kembali menjenguknya, sinar keceriaan mulai mengampirinya kembali.
Namun hingga berbulan-bulan semenjak ia menerima kabar Malin dari nahkoda itu,
Malin tak kunjung kembali untuk menengoknya.Ketika kapal itu mulai merapat,
terlihat sepasang anak muda berdiri di anjungan. Pakaian mereka berkilauan terkena
sinar matahari. Wajah mereka cerah dihiasi senyum karena bahagia disambut dengan
meriah.

Mande Rubayah menghampiri memeluk Malin karena takut kehilangan anak


lagi. Mande Rubayah juga ikut berdesakan mendekati kapal. Jantungnya berdebar
keras saat melihat lelaki muda yang berada di kapal itu, ia sangat yakin sekali bahwa
lelaki muda itu adalah anaknya, Malin Kundang. Belum sempat para sesepuh
kampung menyambut, Ibu Malin terlebih dahulu menghampiri Malin. la langsung
memeluknya erat Malin karena takut kehilangan anaknya lagi. “Malin, anakku. Kau
benar anakku kan?” katanya menahan isak tangis karena gembira, “Mengapa begitu
lamanya kau tidak memberi kabar?”

Malin terkejut karena dipeluk oleh ibu istri pun juga merendahkan Mande
Rubayah. Malin terkejut karena dipeluk perempuan tua renta yang berpakaian
compang-camping itu. Ia tak percaya bahwa perempuan itu adalah ibunya. Sebelum
dia sempat berpikir berbicara, istrinya yang cantik itu meludah dan berkata,
“Perempuan jelek inikah ibumu? Mengapa dahulu kau bohong padaku! Bukankah
dulu kau katakan bahwa ibumu adalah seorang bangsawan yang sederajat
denganku?!” ucapnya sinis. Mendengar kata-kata pedas istrinya, Malin Kundang
langsung mendorong ibunya hingga terguling ke pasir, “Perempuan gila! Aku bukan
anakmu!” ucapnya kasar.

Malin tidak mengakui ibu menendang Mande Rubayah hingga terkapar pasir
sambil menangis. Mande Rubayah tidak percaya akan perilaku anaknya, ia jatuh
terduduk sambil berkata,“Malin, Malin, anakku. Aku ini ibumu, Nak! Mengapa kau
jadi seperti ini Nak?!”. Malin Kundang tidak memperdulikan perkataan ibunya. Dia
tidak akan mengakui ibunya. la malu kepada istrinya. Melihat perempuan itu bersujud
hendak memeluk kakinya, Malin menendangnya sambil berkata, “Hai, perempuan
gila! lbuku tidak seperti engkau! Melarat dan kotor!”. Perempuan tua itu terkapar di
pasir, menangis, dan sakit hati. Orang-orang yang meilhatnya ikut terpana dan
kemudian pulang ke rumah masing-masing. Mande Rubayah pingsan dan terbaring
sendiri. Ketika ia sadar, Pantai Air Manis sudah sepi.

Mande Rubayah berdoa hati pilu kemudian langit berubah menjadi gelap.
Dilihatnya kapal Malin semakin menjauh. Ia tak menyangka Malin yang dulu
disayangi tega berbuat demikian. Hatinya perih dan sakit, lalu tangannya diangkat ke
langit. Ia kemudian berdoa dengan hatinya yang pilu, “Ya, Tuhan, kalau memang dia
bukan anakku, aku maafkan perbuatannya tadi. Tapi kalau memang dia benar anakku
yang bernama Malin Kundang, aku mohon keadilanmu, Ya Tuhan!” ucapnya pilu
sambil menangis. Tak lama kemudian cuaca di tengah laut yang tadinya cerah,
mendadak berubah menjadi gelap. Hujan tiba-tiba turun dengan teramat lebatnya.

Datang badai besar menghantam kapal Malin Kundang tampak sebongkah


batu menyerupai tubuhnya. Tiba-tiba datanglah badai besar, menghantam kapal Malin
Kundang. Lalu sambaran petir yang menggelegar. Saat itu juga kapal hancur
berkeping- keping. Kemudian terbawa ombak hingga ke pantai. Esoknya saat
matahari pagi muncul di ufuk timur, badai telah reda. Di pinggir pantai terlihat
kepingan kapal yang telah menjadi batu. Itulah kapal Malin Kundang! Tampak
sebongkah batu yang menyerupai tubuh manusia.Itulah tubuh Malin Kundang anak
durhaka yang dikutuk ibunya menjadi batu karena telah durhaka. Disela-sela batu itu
berenang-renang ikan teri, ikan belanak, dan ikan tengiri. Konon, ikan itu berasal dari
serpihan tubuh sang istri yang terus mencari Malin Kundang.

Kisah Legenda Malin Kundang ini memiliki pesan yang dapat diambil untuk
kita, yaitu sayangi kedua orangtua saat susah dan senang, dan jangan melupakan jasa
orangtua yang telah menyayangi dan mendidik dari kecil.

4. Permainan Rakyat Budaya melayu

Galah panjang adalah sejenis permainan tradisional yang dimainkan di atas


gelanggang yang dilakar di atas tanah kosong. Gelanggang yang dibuat mengandungi 2 lajur
dan beberapa baris bergantung kepada bilangan pemain. Jika pihak menempuh gelanggang
mempunyai kebijaksanaan menempuh gelanggang, maka mereka boleh menang dengan
mudah.
Cara permainan galah panjang tidaklah sesukar mana tapi ia dapat menguji
kepintaran, kecekapan dan kepantansan setiap pemain.Gelanggang galah panjang di lakar
diatas tanah yang lapang. Panjang dan lebar bergantung kepada pelukis garisan dan bilangan
pemain. Selalunya satu petak galah panjang berukuran lebih kurang 2 meter x 1.5
meter.Selepas pemilihan dilakukan, setiap kumpulan akan melakukan pemilihan ketua. Ketua
dari kedua-dua kumpulan akan mengundi siapa yang menjaga gelanggan dan siapa yang
menempuh gelanggang.Selepas penentuan, kumpulan yang menjaga gelanggang akan
menjaga gelanggang dengan berpijak diatas garisan yang dilukis tadi. Ketua akan menjaga
garisan tengah dan bebas pergi kemana-mana garisan depan atau belakang.
Kumpulan menempuh gelanggang akan berkumpul di depan, seterusnya ketua akan
menyapakan tangannya dengan ketua pihak lawan. Seterusnya mereka berlari masuk ke
dalam gelanggang.Penjaga akan menjaga kawasannya agar pihak penempuh tidak melepasi
garisan yang dijaganya.Penempuh akan menempuh sampai melepasi garisan paling akhir
tanpa disentuh oleh penjaga gelanggang dan kemudiannya berpatah balik.Kemenangan
tercapai apabila orang yang telah melepasi garisan paling akhir melepasi garisan permulaan.
Dan permainan diteruskan sehingga ada pemain yang ingin berhenti.
Syarat permainan
Jika penjaga gelanggang dapat menyentuh anak buah, maka anak buah akan mati atau
tamat gilirannya bermain dan dikehendaki keluar gelanggang.Jika penjaga gelanggang
menyentuh ketua, maka seluruh ahli penempuh akan tamat giliran dan akan bertukar giliran
antara penjaga dan penempuh.

Permainan Rakyat / tradisional pada umumnya  mempunyai ciri khas pada masing-
masing daerah. Permainan ini memiliki nilai budaya yang terkandung didalamnya, seperti
nilai kejujuran, solidaritas, kerjasama dan lain sebagainya. Permainan ini juga sesungguhnya
memiliki manfaat yang baik bagi perkembangan anak secara mental maupun fisik.
Perkembangan kecerdasan anak melalui permainan yang membutuhkan strategi untuk
mengalahkan lawan serta perkembangan mental anak dengan melatih kesabaran serta
kreatifitas anak. Oleh karena itu, kita sebagai anak generasi milenial untuk dapat
mempertahankan kebudayaan kita agar nilai nilai dari permainan tersebut dapat memberikan
dampak baik terhadap generasi berikutnya.

5. Peninggalan Bangunan Budaya Melayu

Benteng Tujuh Lapis terletak di Dalu-Dalu, Kecamatan Tambusai sekitar 23 km dari


makam raja-raja Rambah, benteng ini dibangun oleh Tuanku Tambusai pada tanggal tahun
1835. Benteng ini terkenal cukup kokoh sebagai tempat perlindungan. Di sekelilingnya
terdapat 7 lapis pertahanan dengan dikelilingi gundukan tanah mencapai tinggi 11 meter yang
ditanami duri dan juga terdapat parit dengan kedalaman 10 meter. Saat ini bangunan benteng
yang berusia telah berusia 179 tahun ini bisa anda kunjungi sebagai salah satu wisata
bersejarah.

Demikian merupakan “8 Bangunan Bersejarah yang terdapat di Riau”. Bagi Anda yang
sedang mencari tahu tentang khazanah peradapan masa lalu khas Nusantara, mungkin bisa
menyediakan waktu untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut yang banyak merekam
kejadian dan pencapaian bangsa Riau masa lalu. Selain menyenangkan, Anda juga bisa
sekalian turut serta dalam pelestarian cagar budaya yang saat ini sudah mulai disisihkan
dengan banyaknya wisata hiburan modern. Dengan ada nya cagar budaya, kita dapat terus
mempertahankan salah satu peninggalan bersejarah melayu agar generasi selanjutnya juga
dapat melihat bentuk fisik dan mengetahui sejarah dari peninggalan ini.

6. Bahasa Budaya Melayu

Bahasa Melayu Riau adalah bahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasi dan
interaksi antar masyarakat Melayu Riau. Bahasa melayu di Riau terbagi menjadi lima dialek
yaitu Kampar, Kuantan Singingi, Melayu Pesisir, Melayu Kepulauan dan Kepri. Dialek yang
digunakan di bandara uji coba pertama ini adalah dialek melayu pesisir. Biasa berakhiran “e”.
Sebab bahasa melayu pesisir lebih familiar di telinga masayarakat Indonesia dibanding dialek
lain. Seperti melayu kepulauan biasanya berakhiran “o” dan bahasa melayu Kampar dan
Kuansing lebih terdengar mirip dengan bahasa minang.

Bahasa melayu pesisir dikenal juga Bahasa melayu baku di Malaysia. Melayu
sejatinya berasal dari Johor Malaysia dan Riau di Indonesia. Sebab itulah, bahasa melayu
Riau mirip dengan bahasa melayu Malaysia. Bedanya, di Malaysia akhiran “e” dalam
pengucapan tidak diikuti dengan tulisan. Artinya, ejaan dan tulisan berbeda. Sebagai contoh
kata kemana dibaca kemane. Sedangkan melayu Riau ejaan dan tulisan sama. Kata kemane
tetap tertulis kemane.

Karena bahasa merupakan salah satu factor pemersatu bangsa, maka hendaknya kita sebagai
masyarakat melayu tetap melestarikan bahasa kita sendiri agar terjaga dan tetap dikenal oleh
orang lain.

7. Kuliner Khas Daerah Budaya Melayu

Apa sih istimewanya Masakan Melayu Riau? banyak jenis kuliner makanan melayu yang bikin
ketagihan. Salah satu ciri komposisi masakan Melayu Riau adalah rasanya yang pas. Tidak terlalu
manis, tidak terlalu asin, tidak terlalu pedas, tidak terlalu asam. Bila kamu ke Jogja atau Bandung,
kamu akan merasakan rasa manis yang dominan. Atau rasa asam di beberapa daerah di Jawa Barat.
Namun masakan maupun makanan khas Melayu Riau baik Pekanbaru maupun daerah Riau lainnya
mengambil rasa tengah-tengah. Sehingga cocok untuk dinikmati semua orang. Komposisi yang pas
inilah membuat banyak orang ketagihan mencari rumah makan khas melayu selama berada di Riau
dan Pekanbaru. Itulah yang menjadi keistimewaan masakan melayu riau dan kita tetap harus
mempertahankan kuliner yang seperti ini agar keanekaragaman dan kebudayaan melayu aakn
mencolok serta dapat dipandang diseluruh dunia. Berikut beberapat makanan khas mlayu riau

a. Roti Jala Kari Ayam ataupun Kuah Durian

Roti jala sebagian orang menyebutnya Roti Kirai juga menjadi salah satu makanan khas
melayu Pekanbaru Riau. Roti jalan dibuat dari tepung terigu yang dibentuk menyerupai jala-
jala yang saling bertindih. Kuah yang digunakan bisa kuah kari dan bisa juga kuah durian.
Untuk kamu penderita diabetes disarankan untuk memilih kuah kari ayam. Namun pecinta
durian bisa menikmati roti jalan kuah durian. Kuliner melayu ini banyak ditemukan di
berbagai acara pesta, syukuran atau perayaan hari-hari tertentu seperti lebaran.

Untuk melipat roti jala atau roti kirai ini umumnya ada 2 cara. Pertama dilipat tepi 2 kali lalu
digulung. Kedua dilipat setengah lalu dilipat 2 membentuk kerucut. Apapun lipatannya
tergantung dari penyaji.

b. Gulai Ikan Salai Pucuk Ubi

Gulai ikan salai pucuk ubi merupakan salai ikan jenis patin yang dicampurkan dengan
masakan gulai pucuk daun ubi. Ikan salai yang dimasukkan ke dalam sayur gulai tersebut
menjadi lebih lunak dan lebih lezat dinikmati. Meskipun ikan patin termasuk murah harganya
di Riau, namun untuk salai ikan patin sendiri lumayan mahal harganya. Karena proses
pengasapannya membutuhkan waktu yang lebih lama. Ikan salai merupakan ikan yang
diasapkan dan dikeringkan. Warnanya sedikit coklat dan memiliki aroma yang khas. Gulai
ikan salai pucuk ubi hampir kita temukan di rumah makan-rumah makan yang ada di Riau,
terutama Kota Pekanbaru.

Gulai pucuk ubi (daun singkong) ini bisa divariasikan dengan Gulai Pucuk Ubi Tumbuk
seperti yang kami tulis dibawah ini sehingga sering disebut menjadi Gulai Ikan Salai Pucuk
Ubi Tumbuk Kincung.
DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2017. “Tari Persembahan Makan Sirih”, http://disbud.kepriprov.go.id/tari-persembahan-


makan-sirih/, diakses pada 13 Februari 2021 pukul 10.00

UKSU, 2016, “Kesenian Melayu (Sastra, Musik, Tari)”, https://uksu.itb.ac.id/2016/08/kesenian-


melayu-sastra-musik-tari/, diakses pada 14 februari 2021 pukul 10.00

Riaumgz, Armansyah, Alberta, 2018,“ Makanan Melayu Riau Yang Menggoyang Lidah” ,
https://www.riaumagz.com/2018/05/makanan-melayu-riau-yang-menggoyang.html, diakses
pada 14 februari 2021 pukul 19.28

BM, Redaksi, 2019, “Bahasa Melayu, Gerbang memasuki Riau”, https://bahanamahasiswa.co/bahasa-


melayu-gerbang-memasuki-riau/, diakses pada 14 Februari 2021 pukul 20.00

Daeng Efendi, Zulkarnain, 2014 “8 bangunan bersejarah di Riau”,


http://www.berkuliah.com/2014/08/8-bangunan-bersejarah-di-riau.html, diakses pada 14
Februari 2021 pukul 20.13

Wikipedia, 2020, “Galah Panjang”, https://ms.wikipedia.org/wiki/Galah_panjang, diakses pada 14


Februari 2021 pukul 20.35

Popmama, 2020 “Dongeng Nusantara : Kisah Malin Kundang, Anak Yang Durhaka”,
https://www.popmama.com/kid/4-5-years-old/jemima/dongeng-anak-malin-kundang-anak-
durhaka , diakses pada 14 Februari pukul 20.35

Suharyanto, 2019, “Kerajinan Tangan dari Riau dan Penjelasannya”


https://ilmuseni.com/seni-rupa/kerajinan-tangan/kerajinan-tangan-dari-riau , diakses pada 14
Februari 2021 pukul 20.39

Zigana, Yanto, 2015 “Makna Lagu Lancang Kuning”, https://www.sman1tualang.sch.id/baca-


sejarah/makna-lagu-lancang-kuning.html , diakses pada 14 Februari 2021 pukul 21.03

Wikipedia, 2020, “Gurindan Dua Belas”, https://id.wikipedia.org/wiki/Gurindam_Dua_Belas ,


diakses pada 14 februari 2021 pukul 21.19

Murniati, Winda. 2017. “UPAYA PELESTARIAN TRADISI TENUN SONGKET DI DESA BUKIT
BATU KECAMATAN BUKIT BATU KABUPATEN BENGKALIS.” dalam JOP FISIP Volume 4
(2)3-4. Pekanbaru : Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik-Universitas Riau
Kampus Bina Widya.

Anda mungkin juga menyukai