Anda di halaman 1dari 8

Analisa Kegagalan Poros Spindel Pada Mesin Discontinue Centrifugal

Eko Edy Susanto, Budiyanto, Stevanus


Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Malang
Telp. (0341) 417636 – Pes. 516, Fax. (0341) 417634
E-mail : ekoedys@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pabrik gula merupakan salah satu industri yang sangat vital di Indonesia namun
belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri karena mesinmsin pengolahnya belum
optimal, salah satunya pada mesin-mesin molasses. Kerusakan yang terjadi ada pada
poros spindel pada mesin tersebut. Tujuan penelitian untuk mengetahui penyebab
kerusakan psda pros spindel pada mesin molasses. Dari bentuk patahan pada poros
tersebut dianalisa penyebabnya dengan demikian perlu data untuk pembahasan dari
hasil uji tentang bahan poros, beban poros, pengoperasian dan perawatan. Hail
pengujian aboratoriu tentang kekuatan tarik bahan poros, puntir, metallografi dan
proses pembuatan poros. Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan dikarenakan
banyaknya konsentrasi tegangan yang terjadi pada poros, khususnya pada bagian akar
seplain. Poros mengalami kelelahan karena fluktuasi beban yang berulang-ulang, bukan
dikarenakan kesalahan dalam level tegangan disain. Pembuatan poros, khususnya
pembuatan seplain banyak meninggalkan retak-retak kecil yang menjadi awal terjadinya
retak dan merambat menjadi patah menyeluruh. Kondisi ini diperparah dengan tidak
adanya proses perlakuan panas lanjut untuk menghilangkan tegangan sisa permesinan
pada pembuatan seplain
Kata kunci: Kegagalan poros spindel, Patahan poros, Pengujian, Kelelahan, Patah

PENDAHULUAN stasiun puteran terjadi proses sentrifugasi


Industri pemrosesan gula merupakan kristal gula dengan menggunakan mesin
salah satu industri yang sangat vital di diskontinu sentrifugal
Indonesia. Pabrik-pabrik pembuatan gula di Poros spindel pada mesin diskontinu
Indonesia cukup banyak. Tetapi kebutuhan sentrifugal tersebut bekerja pada siklus
akan gula belum dapat dipenuhi oleh pembebanan yang tinggi. Mesin tersebut
pabrik-pabrik gula yang ada, sehingga beroperasi 24 jam sehari dengan proses
Indonesia harus mengimpor gula dari luar perawatan overhaul setiap 6 bulan sekali.
negeri. Salah penybabnya kemungkinan Poros spindel yang melakukan gaya
karena kurangnya optimalisasi proses sentrifugal sering mengalami kegagalan
produksi gula, seperti halnya optimalisasi berupa patah. Periode patahan poros
pemakaian mesin-mesin pembuatan gula. spindel terjadi 2-3 bulan. Kegagalan poros
Salah satu tahapan dalam proses pembuatan yang berkesinambungan tersebut perlu
gula adalah tahap pemisahan antara kristal ditelaah penyebabnya karena dapat
gula dan sirup gula (molasses). Pemisahan mengganggu proses produksi gula.
tersebut dilakukan di stasiun puteran. Pada Penelitian tentang penyebab kegagalan

1
poros spindel tersebut diperlukan untuk rangka optimalisasi proses produksi
menentukan langkah-Langkah Perbaikan pada pabrik-pabrik gula yang ada
Yang Akan Diambil Dalam Rangka Upaya d. Mengembangkan bahan ajar mengenai
Optimalisasi Proses Produksi Pada Pabrik perencanaan, pembuatan, penggunaan
Gula. dan kerusakan yang terjadi pada poros

Tujuan Penelitian Analisa Kegagalan


Kerusakan pada sebuah kontruksi dari Kegagalan dapat didefinisikan sebagai
komponen mesin disebabkan oleh berbagai kejadian sewaktu komponen tidak lagi
macam penyebab dan sebagai peneliti ingin mampu memenuhi fungsi pemakaiannya
mencari jawaban penyebab kerusakan yang dengan baik dikarenakan patahan atau
terjadi dengan demikian tujuan penelitian deformasi berlebih ataupun deteriorasi.
adalah sebagai berikut ; Mekanisme kegagalan umumnya
1. Mengetahui mekanisme dan merupakan kegagalan bahan yang
mode perpatahan yang terjadi ditentukan oleh riwayat termomekanis
2. Mengetahui sifat-sifat bahan selama pemrosesan dan kondisi
karakteristik bahan dari sampel patahan pemakaian. Kegagalan merupakan semua
3. Mengetahui penyebab perubahan dalam bagian mesin yang
terjadinya kegagalan pada poros spindel menyebabkannya tidak bisa melakukan
4. Mendapatkan langkah-langkah fungsinya dengan baik. Tahap-tahap yang
untuk proses perbaikan lebih lanjut mendahului kegagalan akhir adalah
kegagalan dini, kerusakan dini semua ini
Manfaat Penelitian akan membuat bagian atau komponennya
Langkah-langkah penelitian yang menjadi tidak aman untuk pemakaian
sistematis sesuai prosedure penelitian akan berikutnya.
menghasilkan karya ilmiah yang Penyebab kegagalan biasanya
bermanfaat, selain membantu memecahkan ditentukan dengan mengkaitkannya pada
masalah yang diteliti juga prosedure satu atau lebih bentuk kegagalan yang
penelitian, hasil penelitian dapat dijadikan spesifik dan dari sini akan menjadi gagasan
refrensi untuk penelitian-peneltian yang utama dari kegiatan analisa kegagalan.
sejenis atau dikembangkan lebih lanjut , Penyebab kegagalan sering dimonitor dari
dengan demikian manfaat penelitian yang perancangan, operasi dan pemeliharaan,
dilakukan ini sebagai berikut: pada bagian dalam operasi dan
pemeliharaan secara tradisional ada
a. Penelitian ini penulis dapat menjadi penekanannya untuk analisa kegagalan dan
referensi untuk penelitian serupa pencegahan kegagalan. Pengurangan
mengenai analisa kegagalan material. kegagalan jangka panjang dapat dicapai
b. Metode peneluuran menegenai dengan spesifikasi dan modifikasi
terjadinya perpataham pada poros rancangan.
c. Penelitian ini dapat memberikan Penyebab kegagalan pada komponen
kontribusi terhadap langkah-langkah teknik dapat dibagi menjadi tiga :
perbaikan yang dapat diambil dalam 1. Kegagalan akibat dari disain dan
pemilihan bahan yang tidak tepat.
2
2. Kegagalan akibat pemrosesan yang
salah.
3. Kegagalan akibat keausan selama spindel
pemakaian.
Diagnosa terhadap mekanisme
kegagalan memerlukan pengetahuan
mengenai ciri mikroskopik dan
makroskopik yang dikaitkan dengan
berbagai mekanisme kegagalan yang
basket
mungkin terjadi. Dari beberapa penyebab
kegagalan yang telah dibahas, mekanisme-
mekanisme yang mungkin terjadi antara Gbr 1 Mesin Discontinue Centrifugal
lain seperti patahan rapuh , patahan ulet,
Mesin diskontinu sentrifugal beroperasi
fatik (pada umur fatik atau dekat-dekat
selama 24 jam per hari. Mesin ini berfungsi
umur fatik), fatik siklus rendah, mulur,
untuk melakukan proses sentrifugasi
kegagalan akibat beban tekan, luluh
molasses gula,sehingga cairan-cairan
total,dan korosi retak tegang.
(sirup) terpisah dari kristal-kristal gula.
Prosedur Analisa Kegagalan
Proses sentrifugasi ini dilakukan oleh poros
1. Pemeriksaan awal
spindel yang digerakkan oleh motor servo.
2. Pengumpulan data informasi pendukung
Pada ujung poros spindel dikople dengan
3. Pengumpulan sampel
sirip-sirip pemisahan cairan,dan poros
4. Pengujian makro & mikrofraktografi
berputar didalam basket.
5. Pengujian bahan
6. Analisa data dan sintesa kegagalan
Perawatan Mesin
METODOLOGI PENELITIAN Proses perawatan mesin dilakukan
dengan overhaul mesin secara rutin setiap 6
Hasil pengamatan di lapangan bulan sekali. Pada saat proses penggantian
didapatkan dari studi literatur buku manual spindel, terjadi ketidaklurusan pemasangan
mesin discontinue centrifugal, dan proses (misalignment) poros. Hal ini disebabkan
wawancara dengan karyawan mengenai karena suaian toleransi pembuatan poros
operasional mesin, waktu terjadi patah pada spindel tidak presisi dengan disain mesin
poros spindle, informasi pembuatan poros awal.
spindle, informasi perawatan mesin dan
fungsi mesin Kondisi Lingkungan
Pada stasiun sentrifugasi gula,terdapat 5
Mesin Discontinue Centrifugal
buah mesin discontinue sentrifugal yang
Mesin discontinue centrifugal digunakan
disusun pararel dengan jarak antar mesin
untuk proses sentrifugasi atau proses
sekitar 30 cm. Setiap mesin mengalami
afinasi kristal gula dan sirup (molasses).
getaran,sehingga kondisi lingkungan
memiliki frekuensi getaran yang tinggi.
Suhu lingkungan diatas suhu kamar.

3
Proses Pembuatan Poros Spindel Gambar disamping
menunjukkan
Poros spindel merupakan komponen lokasi dari
permukaan patah
utama mesin yang berfungsi untuk yang membentuk
pola chevron
melakukan proses sentrifugasi. Poros (ditunjukkan anak
tersebut terbuat dari baja round bar pejal panah). Pada
permukaan poros
patah terdapat
beberapa terdapat
pola chevron (river
marks) seperti
Gbr 4.a Pola Chevron gambar disamping.

Gambar disamping
menunjukkan
lokasi dari
permukaan patah
yang membentuk
pola ratchet
(ditunjukkan anak
panah). Pada
permukaan poros
patah terdapat
beberapa terdapat
pola ratchet seperti
Gbr 2 Sketsa proses pembuatan poros gambar disamping.
Gbr 4. b Pola ratchet
Gambar disamping
menunjukkan
lokasi dari
permukaan patah
yang membentuk
pola radial
(ditunjukkan anak
panah). Pada
permukaan poros
patah terdapat
Gbr.3 Poros spindel sebelum dan setelah terdapat pola
radial pada akhir
proses hobbing patahan poros
Gbr 4.c Pola radial
Pengujian komposisi material sampel Gambar disamping
menunjukkan
poros yang patah menunjukkan bahwa lokasi dari
poros terbuat dari jenis baja karbon permukaan patah
yang
menengah yang sesuai dengan standar AISI menggambarkan
lokasi patahan
1045 akhir poros yang
Pengamatan Visual (Makro) bersifat getas
(ditunjukkan anak
panah). Pada
permukaan poros
patah terdapat
Gbr 4.d Patah getas beberapa terdapat
pola seperti
gambar disamping.

Gambar 4 Penampang melintang


permukaan poros yang rusak

4
Pengujian Kekerasan Pengujian Puntir
Pengujian kekerasan dilakukan pada Pengujian untuk mengetahui besar
penampang melintang spesimen dan pada momen torsi yang dapat dikenakan pada
permukaan gigi-gigi splain. Alat uji yang bahan sampai terjadi patah. Pengujian
digunakan adalah Rockwell Hardness untuk mengetahui regangan dan tegangan
Tester. geser yang terjadi pada spesimen
Titik uji pada penampang melintang dan
permukaan gigi-gigi splain masing-masing
diambil sebanyak 5 titik. Hasil uji
kekerasan yang diambil adalah nilai rata-
rata kekerasan pada spesimen.

Tabel 1 Hasil Uji Kekerasan Poros Patah


1

4 5 2 Rata-
Gambar 1 Grafik Sudut Puntir terhadap
Spesimen Titik Ø rata
HRB Torsi
3 HRB
1 1,2 91
4 3 2 1,2 80
3 1,2 81 85.6
5 2
4 1,2 87
5 1,2 89
1
1 1,2 82
2 1,2 79
3 1,2 75 76.6
4 1,2 69
5 1,2 78
Gambar 2 Grafik Tegangan Nominal
terhadap regangan specimen uji
Pengujian Tarik
Pengujian tarik dilakukan pada Metalografi
spesimen untuk mengetahui kekuatan tarik, Tujuan pengujian metalografi dilakukan
regangan, modulus elastisitas dan bentuk untuk mempelajari mikrostruktur material
makrofraktografi perpatahan material dengan bantuan mikroskop optic
Tabel 2 Hasil uji tarik specimen (perbesaran maksimal 500 x ) dengan
Yield
bantuan mikroskop. Pengujian metalografi
Tegangan Regangan
no
Maksimum (Kgf)
Strength
(%)
ini sangat diperlukan karena mekanisme
(Kgf/mm2)
1 4984,50 34,52 23,10
dari material logam sangat ditentukan oleh
2 4373,00 34,00 22,95
komposisi mikrostruktur yang ada seperti
3 4767,60 34,36 23,05 terdapatny partikel endapan, inklusi, batas
4 4876,00 34,44 23,10 butir dan fasa kedua. ini diperlukan karena
5 4776,56 34,32 22,97 sifat mekanis dari material logam sangat
Χ 4755,41 34,37 23,04 ditentukan oleh mikrostruktur yang ada.
5
Uji Tarik

Gambar 6 Permukaan patahan

Gambar 5 Foto Metalografi Sampel Poros Berdasarkan patahan specimen uji tarik
(perbesaran 500x) menunjukkan bahwa baja tersebut bersifat
ulet. Ciri-ciri bentuk patahan untuk baja
PEMBAHASAN yang bersifat ulet terlihat dari adanya
Pengujian Mekanis penciutan (necking) pada ujung permukaan
Uji Kekerasan patah. Necking terjadi karena specimen
Dari hasil pengujian kekerasan mengalami deformasi plastis. Pada ujung
didapatkan kesimpulan bahwa kekerasan patahan (necking) tersebut terjadi
pada bagian dalam poros lebih besar dari penumpukan dislokasi atom, sehingga
pada kekerasan permukaan splain poros. kekerasan pada bagian tersebut lebih tinggi.
Hal ini tidak lazim, karena dalam Bentuk patahan pada pengujian tarik
pemakaian roda gigi atau splain biasanya specimen baja tersebut disebut bentuk
permukaan diberikan perlakuan panas agar patahan cup-and-cone karena ujung
permukaan roda gigi / splain lebih keras patahan menyerupai kerucut. Bentuk
dari pada bagian dalam poros. Pada patahan tersebut disebabkan oleh
permukaan splain terjadi gesekan-gesekan banyaknya patahan-patahan kecil internal
dan tegangan kontak dengan seplain yang disebut microvoid yang terletak di
internal (kopling splain internal). Tegangan tengah penampang melintang yang
kontak tersebut dapat memberikan gaya mengalami reduksi pada diameternya.
impak yang besar pada permukaan splain
apabila terjadi kesalahan pemasangan poros Uji Puntir
yang tidak lurus (misalignment). Gesekan- Berdasarkan hasil uji puntir dapat
gesekan yang terjadi dan pemasangan poros dimpulkan bentuk permukaan melintang
yang tidak lurus dapat menurunkan umur spesimen uji puntir yang patah
lelah poros. Sehingga untuk mengantisipasi menunjukkan sifat patahan getas specimen
gesekan dan beban impak serta ketika dikenakan beban torsi. Patahan getas
meningkatkan umur lelah dari poros ini terlihat dari bentuk permukaan
tersebut, permukaan splain harus diberikan melintang yang datar. Deformasi plastis
perlakuan panas berupa pengerasan yang terjadi pada permukaan patah sangat
permukaan kecil. Deformasi plastis berupa retakan
pada specimen yang menjadi awal atau
inisiasi retak pada penampang yang patah.
Awal retak tersebut menjadi sumber
6
takikan (notch) yang menimbulkan poros meninggalkan tegangan-tegangan
tegangan takik yang tinggi. Pola yang sisa yang menimbulkan retak-retak awal
terlihat pada penampang specimen ketika yang berupa retak rambut. Konsentrasi
dikenakan beban torsi berupa pola galur tegangan yang tinggi bila digunakan pada
pantai (beach marks) yang menandakan beban dinamis dapat menimbulkan
beban yang dikenakan pada specimen kegetasan, terutama terhadap beban impak
adalah beban torsi. Patahan akhir dapat dan beban tiba-tiba yang sangat sensitif
terlihat pada area dimana terjadi terhadap takikan. Arah penjalaran retak
perambatan retak yang sangat cepat. pada patahan tersebut ditandai dengan
Patahan getas yang sangat cepat ini terjadi adanya pola galur pantai (beach mark).
karena penampang tidak dapat lagi Luas daerah penjalaran retak bervariasi, ada
menahan beban yang dikenakan pada yang besar dan kecil. Hal ini menunjukkan
specimen. bahwa proses perambatan hingga patah
akhir berlangsung cepat.
Makrofraktografi Keadaan demikian dapat disebabkan
Hasil analisa visual dan karena terjadi tingkat tegangan yang besar.
makrofraktografi patahan poros spindel Pola galur pantai tersebut menunjukkan
menunjukkan karakteristik patah yang patahan asli (fracture origin) dari
disebabkan oleh kelelahan torsi akibat permukaan patah. Retak lelah yang
beban dinamis pada saat dioperasikan. diakibatkan dari beberapa lokasi inisiasi
Dari bentuk permukaan patahan, poros retak yang berbeda terhadap arah aksial
spindel memiliki banyak lokasi retak awal. menimbulkan pola roda gigi (ratched mark)
Inisiasi retak terdapat pada akar-akar splain pada tinggi yang berbeda. Ratched mark
yang berupa takikan. Spesimen yang berupa garis-garis pararel terhadap arah
mengalami patah dipotong melintang pada perambatan retak secara menyeluruh dan
batas patahan membentuk perpotongan retak lelah dari
beberapa patahan asli. Permukaan patah
juga menunjukkan bahwa poros spindel
Inisiasi retak mengalami beban torsi bolak balik. Beban
torsi bolak-balik menimbulkan perambatan
retak yang terjadi dibawah kekuatan tarik
Perambatan retak material poros.
Patahan residual atau patahan akhir
Gambar 7 Potongan melintang specimen ditandai dengan adanya pola radial (radial
patah mark) yang kasar. Hal ini terjadi karena
sisa permukaan tidak dapat lagi menahan
Penampang melintang dari potongan beban torsi yang berlebih. Pola radial ini
tersebut menunjukkan dengan jelas salah berupa garis-garis pada permukaan patah
satu lokasi retakan awal poros tersebut. yang melingkar menjauhi patahan asli dan
Pada akar-akar splain terjadi konsentrasi terbentuk oleh perpotongan dari
tegangan yang tinggi. Hal ini terjadi karena perambatan patah getas pada level yang
proses permesinan splain tidak baik. berbeda .
Permukaan kasar hasil proses hobbing pada
7
Metallografi karena fluktuasi beban yang berulang-
Dari hasil pengujian metalografi ulang, bukan dikarenakan kesalahan
didadapatkan struktur pearlite (berwarna dalam level tegangan disain.
gelap) dan ferrit (berwarna terang). Struktur 3. Penyebab dari kegagalan adalah proses
ferrit lebih mendominasi sehingga struktur pembuatan poros yang tidak baik dan
tersebut dapat dikatakan struktur martensit tidak memenuhi standar. Pembuatan
temper. Proses perlakuan panas yang poros, khususnya pembuatan seplain
dilakukan pada baja tersebut berupa proses banyak meninggalkan retak-retak kecil
tempering untuk mendapatkan struktur yang menjadi awal terjadinya retak dan
yang memiliki kekerasan yang sesuai untuk merambat menjadi patah menyeluruh.
aplikasi poros. Kondisi ini diperparah dengan tidak
adanya proses perlakuan panas lanjut
Kegagalan Poros untuk menghilangkan tegangan sisa
Berdasarkan Pengujian Mekanis permesinan pada pembuatan seplain
Berdasarkan hasil dari uji kekerasan,
poros memiliki tingkat kekerasan yang DAFTAR PUSTAKA
relatif sama pada setiap bagiannya, baik
penampang dalam poros maupun 1. Dieter, George E., Mechanical
permukaan seplain poros. Kekerasan Metallurgy, McGraw Hill, Singapore,
tersebut dapat memberikan petunjuk bahwa 1988
poros mengalami laju perambatan retak 2. Popov, Egor P., Engineering
yang sama dari setiap sumber retakan. Mechanical of Solids, Prentice-Hall,
Poros memiliki banyak sumber retakan Barkeley,1990
akibat dari bentuk takikan pada permukaan 3. R,E. Smallman. 1999.Metalurgi
akar seplain. Fisik Modern dan Rekayasa Material.
Jakarta : Erlangga
KESIMPULAN 4. Oberg, E., F.D. Jones, H.L. Horton,
H.H. Ryffel, Machinery’s Handbook:
Dari hasil data hasil pengujian dan
24th Edition. Industrial Press
analisa data dapat diambil beberapa
Incorporated, 1992.
kesimpulan, antara lain :
5. Norton L. Robert, Machine Design an
1. Bentuk patahan sampel patah poros
Integrated Approach, 4th ed., Prentice-
spindel menunjukkan terjadinya
Hall Inc., Singapore, 1998
mekanisme perpatahan transgranular
6. C.R. Brooks and A. Choudhury, Failure
cleavage dengan mode perpatahan
Analysis of Engineering Materials,
berupa patah fatik. Material bahan
McGraw-Hill Inc., New York , NY :.,
berupa material ulet, tetapi terjadi
2002.
transisi ulet ke rapuh dikarenakan
7. TCR Engineering Service
banyaknya konsentrasi tegangan yang
Technical Team,2004., Investigating
terjadi pada poros, khususnya pada
Material And Component Failure
bagian akar seplain.
8. Manual Book, Discontinue
2. Hasil pengujian bahan menunjukkan
Centrifugal Machine BMA K 850, PG.
bahwa poros mengalami kelelahan
Kebon Agung, Malang
8

Anda mungkin juga menyukai