Intervensi :
Responden yang
akan diambil
sampelnya dipandu
untuk mengisi
informed consent,
kuisioner dan
diberikan penjelasan
terkait pemeriksaan
yang akan dilakukan.
Kuku kaki yang akan
diambil sampelnya
dibersihkan dengan
kapas alkohol 70%.
Bagian kuku yang
bergejala diambil
sampelnya dengan
cara dikerok dengan
menggunakan
skalpel steril dan
disposable dengan
arah dari atas ke
bawah. Sampel
ditampung pada
kertas kering dan
dimasukkan ke
dalam pot steril
untuk
selanjutnya dilaku-
kan pemeriksaan di
laboratorium. Peme-
riksaan sampel
kerokan kuku
dengan menggu-
nakan direct
microscopy meng-
gunakan larutan
KOH 10%.
Sampel diletakkan di
atas object glass dan
ditetesi KOH 10%,
ditutup dengan cover
glass dan didiaman
selama 30 menit.
Preparat selanjutnya
diamati di bawah
mikroskop dan
dilakukan penga-
matan terhadap ada
atau tidaknya hifa,
konidia atau sel
yeast/ ragi.
Jumlah sampel :
Pada penelitian ini
didapatkan data
bahwa responden
yang memiliki
aktivitas fisik rendah
sejumlah 24 orang
mengalami demensia
di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia
Jember
Intervensi :
Pada penelitian ini
didapatkan data
bahwa responden
yang memiliki
aktivitas fisik rendah
sejumlah 24 orang
mengalami
demensia. Pada
responden yang
memiliki aktivitas
fisik sedang
sejumlah 9 orang
mengalami
kemungkinan
demensia dan
sejumlah 5 orang
mengalami
demensia. Pada
responden yang
memiliki aktivitas
fisik tinggi sejumlah
5 orang tidak
mengalami
demensia. Menurut
penelitian yang
banyak melakukan
aktivitas fisik
maupun olahraga di
dalamnya memiliki
memori atau daya
ingat yang lebih
tinggi daripada
seseorang yang
jarang melakukan
aktivitas fisik.
Intervensi: Pada
penelitian ini
didapatkan 12 lansia
(92.3%) dengan
gangguan
pendengaran
mengalami frailty.
Frailty didefinisikan
sebagai sindrom
klinis yang
mencakup tiga atau
lebih gejala berikut:
penurunan berat
badan yang tidak
direncanakan dalam
1 tahun terakhir (>10
pounds atau setara
4.54 kg), kelelahan,
kelemahan (kekuatan
menggenggam),
kecepatan berjalan
yang lambat dan
aktivitas yang
rendah.4 Frailty
meningkatkan risiko
luaran kesehatan
yang buruk seperti
jatuh, rawat inap,
dan kematian. Risiko
frailty pada lansia
dengan gangguan
pendengaran
meningkat 63% dan
tampak bahwa
gangguan
pendengaran
merupakan faktor
risiko independen
terhadap terjadinya
frailty dengan risiko
tinggi terjadinya
jatuh.20 Gangguan
pendengaran
dihubungkan dengan
luaran kesehatan
terkait frailty seperti
aktivitas fisik yang
rendah, kecepatan
berjalan lambat, dan
insiden jatuh. Frailty
juga dilaporkan
dihubungkan dengan
gangguan kognitif
dan insiden
demensia.