MDL Desain Bang Pelengkap
MDL Desain Bang Pelengkap
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bendungan disamping memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat, juga menyimpan
potensi bahaya yang besar pula. Membangun bendungan disamping akan memperoleh
manfaat juga berarti mengundang datangnya potensi bahaya yang dapat mengancam
kehidupan masyarakat luas. Bendungan yang runtuh akan menimbulkan banjir besar
yang akan mengakibatkan bencana dahsyat di daerah hilir bendungan.
Bahan ajar ini disusun sebagai pengantar bagi peserta pelatihan untuk mempelajari
desain bendungan pada tingkat berikutnya yang lebih dalam. Materi bahan ajar ini
menjelaskan mengenai dasar-dasar perencanaan hidraulis bangunan-bangunan
pelengkap dari bendungan urugan yang meliputi metoda pengelakan sungai, bangunan
pelimpah dan bangunan pengeluar (outlet).
1
Bangunan Pelengkap
2
Bangunan Pelengkap
3
Bangunan Pelengkap
ditinjau dari aspek ekonomi. Metoda yang dipilih, biasanya merupakan suatu kombinasi
antara biaya pengalihan/pengelakan sungai dengan resiko yang dihadapi. Suatu
perencanaan yang memadai dan benar akan dapat mengurangi bahaya potensi
kerusakan akibat banjir terhadap kemajuan pekerjaan dengan biaya yang minimum.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode pengelakan, adalah :
a) Karakteristik aliran sungai
b) Banjir desain yang digunakan, sesuai dengan resiko yang dihadapi
c) Metode pengalihan/pengelakan sungai
d) Spesifikasi yang diperlukan
Pencatatan debit aliran sungai adalah merupakan informasi yang terpercaya berkaitan
dengan karakter aliran sungai yang ditinjau. Karena setiap aliran permukaan (runoff)
mempunyai puncak aliran dan periode aliran rendah pada waktu yang berbeda untuk
setiap tahunnya, kondisi aliran permukaan akan mempengaruhi pemilihan cara
pengelakan yang dipilih.
Suatu lokasi yang akan dipengaruhi oleh musim hujan akan memerlukan provisi
pengelakan yang minimum untuk musim kering dari setiap tahunnya. Suatu debit aliran
yang sulit diprediksi memerlukan pemilihan cara pengelakan yang lebih teliti, sehingga
kontraktor mempertimbangkan terjadinya aliran rendah dan aliran banjir yang terjadi
selama konstruksi berlangsung.
4
Bangunan Pelengkap
dihadapi. Untuk bendungan urugan, dimana daerah galian fondasi dalam kondisi terbuka,
atau bila terjadi overtopping pada cofferdam mengakibatkan kerugian besar atau rusaknya
bangunan-bangunan yang sudah selesai, sangat penting untuk mengurangi resiko banjir
tersebut. Hal tersebut berbeda dengan bendungan beton yang boleh dilewati oleh banjir
dengan tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan besarnya banjir rencana yang
akan digunakan, adalah :
1) Waktu konstruksi yang diperlukan.
2) Biaya yang ditimbulkan akibat kerusakan bila terjadi banjir.
3) Biaya akibat tertundanya pekerjaan, termasuk biaya akibat idle-nya peralatan berat
yang digunakan.
4) Keselamatan pekerja dan daerah banjir di hilrnya.
Untuk bendungan kecil yang dapat diselesaikan dalam waktu satu musim kering, dapat
mempertimbangkan untuk menggunakan debit banjir tahunan saat musim kering terjadi.
Namun, dengan pertimbangan faktor keamanan, biasanya diambil banjir rencana minimal
5 tahunan.
Perencanaan pengelakan yang baik dapat meminimalkan potensi kerusakan akibat banjir
yang berarti juga meminimalkan biaya yang diakibatkannya. Oleh karena itu, perencanaan
sistim pengelak harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1) Karekteristik/sifat dari aliran sungai; aliran permukaan pada setiap daerah aliran
sungai, masing-masing mempunyai aliran puncak dan perioda aliran rendah pada
waktu berbeda untuk setiap tahun, kondisi aliran permukaan tersebut akan
mempengaruhi pemilihan/penetuan sistim pengelakan sungai.
2) Debit banjir yang direncanakan; penentuan debit banjir rencana untuk pengelakan
sungai ini, tergantung dari:
- Waktu pelaksanaan konstruksi, untuk mengantisipasi berapa kali terjadi banjir.
- Biaya kerugian akibat banjir selama konstruksi.
5
Bangunan Pelengkap
Cara praktis untuk mengalihkan aliran sungai selama konstruksi berlangsung adalah
menggunakan salah satu atau kombinasi dari cara berikut :
a) Terowongan (tunnel) yang digali melalui bukit tumpuan.
b) Konduit yang melalui fondasi bendungan.
Konduit atau terowongan kadang-kadang dibuat cukup besar untuk mengalihkan aliran
sungai. Untuk aliran sungai yang kecil, aliran sungai dapat di-bypass dengan
menggunakan pipa-pipa baja atau beton.
Masalah yang biasa dihadapi adalah bagaimana memenuhi kebutuhan air di bagian hilir,
bila air di bagian hulu dihentikan sama sekali selama konstruksi bendungan berlangsung.
Untuk itu kontraktor harus menyediakan keperluan aliran minimum sepanjang waktu,
misalnya dengan cara memompa atau membuat sifon untuk memenuhi kebutuhan air di
hilirnya selama konstruksi.
6
Bangunan Pelengkap
Biaya dan waktu pelaksanaan konstruksi terowong pengelak, saluran dan gorong-gorong
akan lebih besar untuk sungai yang lebih besar, disamping ditentukan oleh debit rencana,
dimensi terowong dan elevasi muka air sesuai dengan aliran yang dielakkan.
Penghematan yang besar kadang-kadang dapat dicapai dengan mendesain kapasitas
debit yang lebih kecil dan membiarkan terjadi limpasan di atas bendungan pengelak pada
keadaan tertentu. Topografi dan geologi lapangan merupakan faktor dalam pemilihan
bangunan pengelak. Hal tersebut tidak akan sama pada lembah yang sempit dan tebing
miring dengan sungai yang lebar dan datar. Keadaan geologi harus juga dipertimbangkan
dalam desain. Penyelidikan geologi sangat penting, terutama untuk terowong pengelak
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi tanah alami dan mencegah tertundanya
pelaksanaan. Ketersediaan bahan setempat yang sesuai (kayu, batuan, lempung, dan
lain-lain) dapat mempengaruhi pemilihan perencanaan yang optimum; misal kisi-kisi kayu
yang diisi batu seringkali paling efektif untuk membuat bendungan pengelak.
Pemilihan tipe bendungan akan tergantung dari metode pengendalian sungai selama
pelaksanaan, misalnya untuk bendungan urugan tanah tidak layak bila bangunan
pengelaknya tidak dapat menghindari limpasan sebelum pekerjaan selesai. Kadang-
kadang lokasi bendungan perlu dipindahkan ke lembah yang lebih lebar untuk memberi
fasilitas dalam pelaksanaan bangunan pengelak, meskipun terdapat tambahan volume
pada bendungan utama. Hal ini penting khususnya pada sungai yang besar, tidak hanya
pada pembangunan bendungan dengan head rendah, tetapi juga bendungan dengan
head yang tinggi, dimana pada bagian lembah yang lebih sempit tidak selalu merupakan
lokasi yang terbaik, jika pembuatan bangunan pengelak terlalu sulit dan mahal.
Kadang-kadang perlu diatur agar batang kayu, atau sampah lainnya dapat melewati
bangunan pengelak dengan tanpa terjadi penyumbatan atau pengurangan kapasitas
pengelak. Sampah tersebut mungkin dialirkan melalui terowong pengelak, tetapi bila
diperkirakan terdapat tumbangan pohon tertentu, perencana harus menjamin bahwa
terowong mempunyai dimensi yang longgar dengan jagaan yang cukup antara permukaan
air bebas dan puncak terowongan, beton dengan lapisan pelindung bila batuan mudah
7
Bangunan Pelengkap
tererosi, bebas dari rintangan pada jalan masuk bagian hulu (tidak ada pemisah), dan
selurus mungkin, dengan lengkungan besar. Balok sekat yang dipasang di hulu mulut
terowong akan menahan beberapa sampah terapung, terutama kayu yang kemudian
dapat diangkut ke hilir lewat darat (kadang-kadang dibuat jalan khusus untuk keperluan
tersebut).
2.3.2 Terowongan
Pada suatu lembah yang sempit, tidak mungkin untuk melakukan penggalian fondasi
bendungan tanpa mengalihkan aliran sungai terlebih dahulu. Untuk kondisi lembah sempit
ini, pengelakan sungai melalui terowongan akan lebih layak dibandingkan saluran konduit.
Terowongan tersebut dapat dibuat pada satu sisi bukit tumpuan atau pada dua bukit
tumpuannya. Terowongan pengelak ini dapat dimanfaatkan dan dikombinasikan sebagai
bangunan pelimpah, sehingga dapat menekan biaya proyek secara keseluruhan (contoh
bendungan Batutegi di Lampung).
Pada umumnya penggunaan terowongan dibatasi oleh kondisi lembah yang terdiri dari
batuan dengan tebing yang curam. Keuntungannya adalah bahwa terowongan tidak
mengganggu galian pondasi dan pelaksanaan pembuatan bendungan. Untuk lembah
datar dan pada batuan lunak, konduit atau gorong-gorong di bawah bendungan urugan
8
Bangunan Pelengkap
Kecuali pada sungai yang lebih kecil, terowongan kembar (misalnya, satu pada setiap
tebing) sering digunakan untuk alasan keamanan dan kemudahan. Pelaksanaan
pembuatan terowongan dan pintu masuk di udik sering merupakan langkah yang kritis.
Selama ukuran terowongan ditentukan terutama oleh debit banjir rencana maksimum dan
tidak berdasarkan debit yang terjadi pada saat itu, maka aliran sungai dapat dipindahkan
segera setelah terowongan pertama selesai. Terowongan lain yang hanya diperlukan
untuk memindahkan debit yang lebih besar, dapat dibuat sedikit lebih tinggi agar
pelaksanaannya tidak menggunakan pintu di hulu yang cukup mahal dan tidak
membutuhkan penundaan waktu yang lama. Program pelaksanaan terowongan dapat
juga diperbaiki dengan membuat bangunan penutup di udik pada saat debit kecil setelah
terowongan dioperasikan.
Terowongan ini harus dilengkapi dengan pengatur aliran sungai. Alat penutup dapat
berupa kayu, beton, atau besi, pintu geser atau stoplogs. Pengaturan aliran sungai untuk
memenuhi kebutuhan daerah hilir, setelah penggenangan waduk, dapat dilakukan dengan
menggunakan pintu geser atau jenis lainnya sampai air waduk mencapai level bangunan
intake.
Gambar 2.2 Terowongan pengelak dan pelimpah bendungan Cirata, Jawa Barat
9
Bangunan Pelengkap
Plugging beton
Gambar 2.3 Plugging dan grouting penutupan pengelak, bendungan Nipah, Madura 2007
Kecuali pada sungai yang lebih kecil, terowongan kembar (misalnya, satu pada setiap
tebing) sering digunakan untuk alasan keamanan dan kemudahan. Pelaksanaan
pembuatan terowongan dan pintu masuk di udik sering merupakan langkah yang kritis.
Selama ukuran terowongan ditentukan terutama oleh debit banjir rencana maksimum dan
tidak berdasarkan debit yang terjadi pada saat itu, maka aliran sungai dapat dipindahkan
segera setelah terowongan pertama selesai. Terowongan lain yang hanya diperlukan
untuk memindahkan debit yang lebih besar, dapat dibuat sedikit lebih tinggi agar
pelaksanaannya tidak menggunakan pintu di hulu yang cukup mahal dan tidak
membutuhkan penundaan waktu yang lama. Program pelaksanaan terowongan dapat
juga diperbaiki dengan membuat bangunan penutup di udik pada saat debit kecil setelah
terowongan dioperasikan.
10
Bangunan Pelengkap
2.3.3 Konduit
Terowongan adalah cocok diterapkan pada kondisi lapisan fondasi bendungan yang
cukup bagus, sedangkan konduit atau gorong-gorong cocok diterapkan pada pondasi
batuan yang lebih jelek dan pada lembah yang cukup lebar, sehingga mungkin biaya
konstruksinya akan lebih tinggi. Konduit beton sepanjang kira-kira 200 m diperkirakan
memerlukan beton bertulang minimum 20 m³ untuk setiap debit 1 m³/det. Pelaksanaan
galian pondasi mungkin dapat terganggu, dan mungkin juga ada masalah pada bidang
kontak antara beton dengan zona inti urugan: Konduit dibangun di daerah kering di bagian
hilir bendungan pengelak dan bila sudah siap, aliran sungai dialihkan melalui konduit dan
sistim penutupan dapat dilakukan seperti penutupan pada terowongan.
11
Bangunan Pelengkap
Bila kebutuhan pengelakan lebih besar dari kapasitas bangunan outlet yang sudah jadi,
peningkatan kapasitas dapat dilakukan dengan melakukan penundaan terhadap
pemasangan-pemasangan pintu, katup, pipa atau saringan sampah (trashrack) sampai
kebutuhan tersebut selesai. Peningkatan kapasatas juga dapat dilakukan dengan
meninggikan bendungan pengelak (cofferdam). Biasanya, dengan pertimbangan
ekonomis, dilakukan optimalisasi terhadap diameter bukaan (ukuran konduit atau
terowongan) dengan tinggi bendungan pengelak (cofferdam).
12
Bangunan Pelengkap
Gambar 2.5 Bendungan pengelak disatukan dengan bendungan utama, Nipah, Madura
Terowongan kembar akan lebih mudah dialih fungsikan sebagai bangunan permanen,
karena satu terowongan dapat difungsikan sebagai bangunan permanen sedang lainnya
tetap digunakan untuk mengelakkan aliran pada saat debit rendah.
Gorong-gorong/konduit beton dapat juga digunakan sebagai bangunan permanen untuk
pelimpah, pengeluaran, dan lain-lain.
13
Bangunan Pelengkap
Terowongan dan konduit dapat juga direncanakan untuk aliran super kritis, tetapi
kedalamannya tidak boleh mendekati kedalaman kritis untuk mencegah terjadinya pukulan
gelombang pada langit-langit dan menimbulkan gelombang tekanan. Loncatan air harus
direncanakan agar terjadi di hilir mulut terowongan atau konduit.
Perlu adanya informasi periode ulang banjir untuk desain bangunan pengelak, demikian
juga untuk desain pelimpah dan bagian lain dari bangunan permanen, meskipun tidak
harus teliti pada tahap ini.
Banjir pada periode ulang yang berbeda dapat ditentukan dengan beberapa cara, menurut
SNI 03-2415-1991, SNI 03-3412-1994 atau pedoman-pedoman lainnya.
Apabila daerah pengaliran sungainya mempunyai pola curah hujan dan pola aliran sungai
yang sejenis, estimasi puncak aliran dari pengukuran satu stasiun sering dapat digunakan
untuk mengestimasi aliran pada titik lain, dengan akurasi yang cukup. Koefisien korelasi
antara puncak aliran QA pada titik A dan puncak aliran QB pada titik B dengan kedua titik
tersebut terletak pada daerah pengaliran sungai (DPS) yang sejenis, dapat digunakan
perbandingan dari luas daerah aliran sungai secara berturutan :
n
QA S A
QB S B
dengan :
SA adalah luas DPS untuk titik A
SB adalah luas DPS untuk titik B
n adalah konstanta yang tergantung dari DPS dan sering diambil n = 0,5
14
Bangunan Pelengkap
Masih banyak rumus lain mengenai hubungan antara aliran dan DPS dan pemilihan
distribusi frekuensi yang paling sesuai untuk harga ekstrim yang diuraikan pada buku-buku
hidrologi. Pemilihan distribusi frekuensi pada akhirnya didasarkan pada pengalaman ahli
hidrologi.
Banjir biasanya berkaitan dengan musim dan besarnya kerusakan akibat banjir tergantung
dari tingkat penyelesaian pekerjaan tersebut dan ke dua faktor tersebut harus
dipertimbangkan. Ketika daerah kerja dilindungi oleh penggenangan dan/atau pengelakan
banjir, bentuk hidrograf banjir dan volume air masuk merupakan faktor yang penting.
Metode perhitungan dan penggambaran hidrograf banjir, penetapan distribusi frekuensi
banjir dan penentuan banjir rencana diuraikan dalam beberapa buku panduan. Dewasa ini
umum digunakan hidrograf standar yang dapat menghasilkan satu set hidrograf untuk
suatu periode ulang tertentu pada lokasi kerja. Metode ini menghasilkan hubungan antara
banjir, volume dan frekuensinya.
Pendekatan lain yaitu dengan menggunakan konsep kemungkinan banjir maksimum atau
harga ekstrim lainnya. Biasanya dimungkinkan untuk membuat tingkat akurasi yang cukup,
hubungan antara harga ekstrim, debit banjir 100 tahunan dan debit banjir pada periode
ulang lainnya, misal banjir sepuluh tahunan.
Resiko R dari banjir periode ulang T tahun, akan terlampaui paling sedikit sekali dalam L
tahun, selama bendungan beroperasi.
L
1
R 1 1
T .............................................................................................(1)
15
Bangunan Pelengkap
atau dapat didekati dengan hubungan (berlaku untuk T > 10 dan R < 50%) :
L
R
T 0,5L ................................................................................................ (2)
Sebagai contoh, apabila bangunan pengelak didesain agar beroperasi lebih dari periode
pelaksanaan 3 tahun dan bendungan pengelak dibuat untuk menahan banjir 10 tahunan,
presentase resiko dari kegagalan selama periode pelaksanaan adalah:
3
R≈ = 0,26 atau 26 %
10 0,5 x3
Dengan demikian maka resiko kegagalan yang diperbolehkan adalah 5%, kemudian alur
pengelak harus didesain untuk banjir dengan periode ulang 60 tahun. Perencanaan
kapasitas desain dari bangunan pengelak dapat dilakukan dengan melakukan optimasi
dengan mempertimbangkan keamanan. Optimasi bertujuan dalam meminimumkan biaya
pelaksanaan dari bangunan pengelak. Kerugian yang dihasilkan dari desain yang terlalu
rendah, tidak hanya pada lapangan pekerjaan itu sendiri, tetapi juga untuk kepemilikan di
hilir bila terjadi kegagalan mendadak, atau di hulu karena adanya rintangan oleh pekerjaan
pengelak.
16
Bangunan Pelengkap
Keterangan gambar:
A. Resiko terlampaui (%)
B. Jaminan tidak terlampaui (%)
Gambar 2.6 Contoh resiko sebagai fungsi umur pemakaian pengelak dan
periode ulang banjir rencana
Biaya bangunan pengelak yang didesain untuk mengendalikan puncak banjir yang
berbeda dinyatakan sebagai biaya tahunan dalam pengeplotan kurva biaya pelaksanaan.
Biaya dari seluruh kerusakan sebagai akibat dari kapasitas bangunan pengelak yang tidak
cukup untuk setiap ukuran yang berbeda harus diestimasikan, dikalikan dengan
probabilitas kejadian pada tahun mana saja, dan diplot terhadap debit banjir yang sesuai
untuk menggambar kurva kerugian. Biaya pelaksanaan dan kerugian dijumlahkan untuk
memperoleh kurva biaya total. Titik yang terendah pada kurva biaya adalah merupakan
total kapasitas ekonomis yang optimum pada bangunan pengelak yang berhubungan
dengan kinerja tertentu.
Proses ini merupakan dasar estimasi dimensi dari bangunan pengelak, tetapi resiko
kehidupan manusia dan tipe kerusakan lain merupakan hal yang sulit. Estimasi yang
17
Bangunan Pelengkap
realistis dari puncak banjir yang menyebabkan kerusakan juga sulit dilakukan. Bahkan
biaya pelaksanaan bangunan yang diperlukan untuk pengendali banjir mungkin juga sulit
untuk dievaluasi. Namun demikian, dimungkinkan untuk menentukan batas atas dan
bawah dari beberapa kurva dengan tingkat akurasi yang dapat diterima.
Dengan bendungan beton, banjir pada daerah kerja tidak menyebabkan pekerjaan
tersebut harus ditinggalkan, sehingga terowongan pengelak dapat didesain untuk banjir
dengan periode ulang yang tinggi, misalnya banjir 10 tahunan
Untuk bendungan urugan tanah, kondisinya adalah berbeda sama sekali, karena dapat
hancur total bila terjadi pelimpasan. Untuk bendungan besar, yang dibangun dalam
beberapa tahun, periode ulang 50 tahunan atau lebih mungkin digunakan dalam desain
bendungan pengelak. Kecenderungannya jelas bahwa bendungan harus dibuat lebih
cepat, dari pada harus membayar asuransi yang lebih tinggi, karena saat ini dimungkinkan
untuk melakukan urugan lebih cepat. Kewaspadaan dilakukan pada waktu awal
pelaksanaan di musim kemarau atau bangunan pengelak hulu mampu menahan
genangan banjir hingga pelaksanaan bendungan utama mencapai ketinggian, sedemikian
rupa, sehingga mampu mengendalikan air sungai, dengan kecenderungan membuat
bendungan pengelak yang lebih tinggi bila secara ekonomis masih memungkinkan.
Bendungan urugan batu menjadi pilihan alternatif lain dalam hal kemampuan untuk
dilimpasi air selama pelaksanaan, sehingga mencapai debit per satuan lebar tertentu.
18
Bangunan Pelengkap
Pengoperasian akan menjadi rumit dan sulit karena masalah-masalah jalan masuk.
Untuk itu, perencana harus dapat menetapkan kesulitan-kesulitan yang akan timbul
misalnya : balok-balok kayu yang terapung, benda-benda lain yang menghambat
pelaksanaan pekerjaan. Pengoperasian akan lebih mudah. bila ada dua terowongan
pengelak, karena jika salah satu tetap dibuka sementara lainnya dapat ditutup.
Penutupan saluran pengelak dengan metode-metode fisik mencakup dinding baja dan
beton, balok-balok kayu besar atau bola-bola beton, dua deret stoplog beton dengan
beton curah diselanya, stoplog beton setengah lingkaran yang dijatuhkan di depan
pintu di hulu, dan panel saringan di bagian depan urugan batu yang dituangkan,
kemudian diikuti penempatan batu-batu yang lebih kecil, pasir dan lempung.
Segera setelah material tersebut berada ditempatnya, isian beton permanen dapat
dicurahkan dan kadang-kadang pintu kontrol dibongkar untuk digunakan di tempat lain.
Seperti yang sudah diterangkan, beberapa konduit pengelak dapat diubah menjadi
saluran permanen sesudah penutupan. Dalam hal ini, konduit harus memiliki pintu
yang dapat digunakan untuk penutupan akhir, sehingga dapat mengurangi pembiayaan
dan mempermudah pekerjaan. Beberapa hal khusus yang harus diperhatikan adalah :
jika suatu turap baja atau beton dipasang untuk menutup bagian bangunan pengelak,
harus betul-betul aman terhadap kemungkinan terangkat sebelum sumbat permanen
dicurahkan. Berikutnya, bagian-bagian tetap pada pintu dan lain-lainnya, yang
tertanam dalam beton biasanya terbuka karena aliran turbulen selama beberapa tahun
dan dapat mengalami kerusakan sebelum penutupan. Lobang-lobang tersebut dapat
terblokir dengan potongan sisa beton atau baja atau reruntuhan yang hanyutk di
sungai. Untuk alasan tersebut, dengan hati-hati diberikan alternatif darurat seperti
saringan logam yang di depannya urugan batu dapat dicurahkan agar tidak hanyut,
dan disusul material yang semakin lama semakin halus. Karena biasanya penutupan
dilakukan pada air yang mengalir, balok-balok stoplog atau jenis-jenis lainnya harus di
desain dengan memperhitungkan adanya gaya angkat hidrodinamis. Untuk proyek -
proyek besar disarankan melakukan pengujian dengan model fisik di laboratorium
hidraulis.
19
Bangunan Pelengkap
Setelah penutupan, elevasi muka air akan naik dengan cepat, sehingga balok stoplog
dan lain-lainnya harus didesain agar dapat dapat menahan tinggi tekanan air pada
elevasi waduk saat penuh sebelum pekerjaan penutupan permanen selesai dikerjakan.
Kebutuhan air di hilir juga harus diperhitungkan, sehingga selama pekerjaan
penutupan dilakukan, pelepasan aliran harus diatur sedemikian rupa, sampai saatnya
bangunan permanen mampu menerima debit aliran.
Berdasarkan data statistik, banyak bendungan tipe urugan tanah yang runtuh akibat
kurangnya kapasitas pelimpah, dengan kata lain pelimpah tidak didesain dengan benar.
Bebarapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain bangunan pelimpah tersebut,
adalah :
a) Debit inflow, frekuensi dan bentuk hidrografnya.
b) Tinggi mercu pelimpah yang direncanakan.
c) Kapasitas waduk pada beberapa variasi permukaan.
d) Kondisi geologi dan kondisi lapangan lainnya.
e) Lokasi berupa lereng yang terjal/curam.
f) Bekas galian yang dapat dimanfaatkan sebagai material timbunan.
20
Bangunan Pelengkap
Kondisi daerah hilir saat pelepasan air banjir juga perlu mendapatkan perhatian khusus,
terutama bila cukup padat populasinya (resiko sangat tingi). Batang pohon, sampah,
material sedimen juga perlu dipertimbangkan dalam mendesain bangunan pelimpah
tersebut.
Bangunan pelimpah dapat dibangun menjadi bagian dari bendungan atau terpisah.
Pelimpah dari beton mungkin dapat dibangun pada alur sungai, bila fondasinya berupa
batuan yang cukup keras. Untuk pelimpah yang dibangun pada timbunan tanah, perlu
perhatian khusus terhadap bagian transisi (bidang kontak) antara timbunan tanah dengan
dinding beton, karena bagian ini merupakan bagian terlemah untuk dilewati air. Bila
kondisi topografi memungkinkan, bangunan pelimpah dapat dibangun terpisah dari
bendungan utama, untuk menghindari pengaruh rembesan melalui bidang kontak.
21
Bangunan Pelengkap
22
Bangunan Pelengkap
23
Bangunan Pelengkap
24
Bangunan Pelengkap
25
Bangunan Pelengkap
26
Bangunan Pelengkap
Bila saluran tertutup dibangun di bawah bendungan, bangunan tersebut disebut sebagai
conduit spillway. Jenis pelimpah ini biasanya cocok untuk bendungan pada lokasi di
lembah yang lebar, dimana konduit pengelak dibuat di dekat aliran sungai.
27
Bangunan Pelengkap
Bila topografinya memungkinkan dapat dibuat pelimpah darurat untuk mengeluarkan air
waduk pada kondisi darurat. Pelimpah darurat ini dapat berupa timbunan tanah yang pada
elevasi tertentu dibuat dengan timbunan dari pasir kasar dan kerikil yang dibuat mudah
tergerus oleh air. Elevasi bagian timbunan yang mudah tergerus lebih tinggi sedikit
dibandingkan dengan elevasi mercu pelimpah utama. Pelimpah darurat ini disebut
sebagai ”fuseplug dyke” (Contoh pada bendungan PLTA Soedirman, Jawa Tengah).
28
Bangunan Pelengkap
- Tipe II, tipe yang paling banyak digunakan. Permukaan pelimpah bagian hulu/depan
berbentuk vertikal dan melengkung ke atas sampai mercu dan setelah itu akan
membentuk lereng, seperti gambar di bawah.
- Tipe III, permukaan pelimpah bagian depan berbentuk vertikal dan membesar pada
bagian mercu yang menggantung(overhang). Pembesaran tersebut sebesar minimal
1/3 tinggi tekanan dan menyambung dengan permukaan hulu dengan sudut 30º
terhadap vertikal.
29
Bangunan Pelengkap
…………..(2)
30
Bangunan Pelengkap
31
Bangunan Pelengkap
32
Bangunan Pelengkap
33
Bangunan Pelengkap
............….……………………………………………………..(3)
............….……………………………………………….(4)
............….…………………………… (5)
34
Bangunan Pelengkap
Bentuk dan karakteristik loncatan aliran air adalah sesuai dengan faktor aliran kinetik,
debit aliran, kedalaman kritis aliran dan angka Froude, F = (v)/(gd)1/2. Dibawah adalah
sketsa berbagai karakteristik aliran loncatan hidraulis sehubungan dengan angka Froude.
Gambar 3.16 Karakteristik loncatan hidraulis sehubungan dengan angka Froude (F)
............….………………………………………… (6)
35
Bangunan Pelengkap
...........(7)
..........................................(8)
......................................(9)
Tinggi tekanan air buri (tail water) minimum dan panjang loncatan hidraulis yang
diperlukan dapat diperoleh dari gambar-gambar di bawah.
36
Bangunan Pelengkap
Gambar 3.17 Kolam olak Type IV, untuk angka Froude antara 2,5 – 4,5
37
Bangunan Pelengkap
Gambar 3.18 Kolam olak Type III, untuk angka Froude di atas 4,5 dengan kecepatan
antara 15 – 18 m/s
38
Bangunan Pelengkap
Gambar 3.19 Kolam olak Type III, untuk angka Froude di atas 4,5
39
Bangunan Pelengkap
40
Bangunan Pelengkap
41
Bangunan Pelengkap
42
Bangunan Pelengkap
43
Bangunan Pelengkap
Di bawah adalah penyebab utama terhadap kegagalan fungsi pelimpah dan bangunan
pengeluaran, yakni :
1) Kapasitas tidak cukup ; penyebab utama runtuhnya bendungan urugan tanah adalah
limpasnya air melalui puncak bendungan (overtopping), akibat tidak cukunya kapasitas
bangunan pelimpah dan bangunan pengeluaran.
2) Kemunduran/deteriorasi struktur; beberapa kerusakan pelimpah dan bangunan
pengeluaran adalah disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
- Tergerusnya material timbunan
- Deformasi, akibat penurunan, patahan (faults), dll.
- Deteriorasi, akibat korosi, retakan dan lain-lain)
Peralatan kontrol adalah istilah umum yang digunakan untuk sistim hidromekanikal dari
pintu dan katup yang aliran melalui bangunan pengeluaran dan pelimpah
dikendalikan/diatur.
44
Bangunan Pelengkap
45
Bangunan Pelengkap
46
Bangunan Pelengkap
Konduit pemasukan dapat diletakkan vertikal, miring atau horisontal, tergantung dari
keperluannya. Pemasukan vertikal biasanya dipasang pada elevasi yang sama dengan
level konduit. Bila pintu dioperasikan pada lereng hulu dari suatu bendungan yang rendah
dapat digunakan pemasukan yang miring (inclined spillway). Bila diinginkan level ambang
pelimpah yang lebih tinggi dari konduit, dapat digunakan jenis drop inlet. Untuk
mengurangi kehilangan tinggi tekanan, mulut pemasukan biasnya didesain berbentuk
bellmouth atau rounded.
47
Bangunan Pelengkap
Konstruksi saringan sampah tergantung dari ukuran konduit, pintu pengatur, air yang
diambil, kondisi sampah di waduk, alat/cara membersihkan sampah, dan lain-lain. Faktor-
faktor tersebut akan berpengaruh terhadap jenis saringan dan ukuran bukaan. Bila
konduit berukuran kecil dengan alat pengatur aliran berupa katup, dapat digunakan kisi-
kisi yang rapat, supaya sampah tidak dapat masuk. Bila ukuran konduit cukup besar
dengan pintu pengatur yang besar, ukuran spasi kisi-kisi juga harus lebih besar. Tata letak
saringan (rack) tergantung dari jalan masuk dan cara pembersihan sampah. Jadi, saringan
sampah yang terendam akan lebih baik dibandingkan yang diletakkan dekat permukaan.
Demikian juga pintu yang dipasang di bagian dekat mulut pemasukan (menyebabkan pintu
macet oleh sampah), memerlukan perhatian khusus untuk pengaturan letak saringan.
Benduk saringan sampah juga bervariasi, tergantung dari letak dan posisi di mulut
pemasukan. Saringan sampah untuk drop inlet umumnya berupa seperti kurungan.
48
Bangunan Pelengkap
49
Bangunan Pelengkap
Bangunan pengambil miring yang diperpanjang sampai di atas air waduk tersebut
biasanya mempunyai fungsi yang sama dengan bangunan pengambil menara. Jenis
bangunan pengambil miring sering dipilih, karena pertimbangan sedimentasi dan
stabilitasnya.
Gambar 4.10 Bangunan pengambil miring di bendungan Lodan Wetan, Jawa Tengah
50
Bangunan Pelengkap
Pada bangunan pengambil ini perlu dilakukan perlindungan terhadap masuknya sampah-
sampah yang masih dapat melewati trashboom yang dipasang di bagian hulunya, yakni
dengan memasang penyaring sampah (trashrack) di depan pintu bangunan pengambilan..
Trashboom hanya dapat menahan batang kayu (pohon), tetapi tidak dapat menyaring
sampah-sampah yang ukurannya lebih kecil dari pohon kayu.
51
Bangunan Pelengkap
Ukuran dan dimensi saluran serta perlindungan dengan lining atau rip rap tergantung dari
kondisi material dan lapisan geotekniknya. Alat pengukur debit biasanya dipasang pada
bagian penampang yang dipilih dan dianggap penting untuk dilakukan pengukuran.
Pengaruh agradasi dan degradasi dari sungai perlu dipertimbangkan dalam penentuan
dimensi saluran outlet.
Saluran balik juga dapat rusak seperti saluran pembawa lainnya, yakni :
52
Bangunan Pelengkap
- Gerusan ; aliran masuk ke dalam saluran balik pada kecepatan tinggi di bandingkan
aliran yang melalui saluran masuk. Saluran balik biasanya sangat rawan terhadap
gerusan, bila ukuran, arau dan perlindungannya tidak di desain dengan benar.
- Kurang panjang ; saluran balik harus cukup panjang untuk menjamin bahwa aliran
tidak dapat merusak kaki bendungan. Bila terjadi kerusakan, hal tersebut perlu dicatat
dan dilaporkan ke atasan yang bersangkutan.
Dimana :
C = Koefisien aliran
L = Panjang efektif
H1 dan H2 adalah total head (termasuk velocity head) berturut-turut dari dasar dan bagian
atas bukaan (orifice), seperti gambar di bawah.
53
Bangunan Pelengkap
Bila level air buri (tail water) cukup tinggi, sehingga bukaan pintu sebagian atau
seluruhnya terendam, maka berlaku rumus seperti aliran melalui pipa atau orifice
terendam , yakni :
Dimana :
A = Luas bukaan,
H = Perbedaan tinggi elevasi air hulu dan air hilir,
C = Koefisien aliran untuk orifice terendam
Harga C ini bervariasi, tergantung dari kondisi dan bentuk geometri pipa (lihat Design of
Small Dam, USBR, 1976, hal. 468).
54
Bangunan Pelengkap
konduit yang diperlukan. Sedangkan untuk menghitung ukuran konduit untuk udara keluar
(air swell and surges), n = 0,018 untuk menghitung kedalaman aliran di dalam konduit
dengan lining beton. Untuk menghitung energi aliran pada bagian akhir/ujung konduit
untuk desain peredam energi, gunakan n = 0,008. Untuk menjamin suatu aliran
permukaan yang bebas di dala konduit, konduit di desain untuk menerima aliran tidak
lebih dari 75% kapasitas penuh. Selanjutnya desain perdam energi dan saluran bagian
hilirnya sama seperti halnya mendesain bangunan pelimpah.
Untuk aliran melalui sistim pipa tertutup, berlaku hukum Bernoulli, seperti berikut :
HT = hL + hc …………………………………………………………………………(12)
Dimana :
HT = Total head
hL = Kehilangan tinggi tekanan kumulatif
hc = Kehilangan tinggi tekanan akibat kontraksi
Kehilangan tinggi tekanan kumulatif akibat antara lain dari trashrack, mulut pemasukan,
bentuk belokan/tekukan, pintu atau katup, gesekan dan lain-lain, seperti gambar di bawah.
55
Bangunan Pelengkap
Pada pipa berdiameter besar, kehilangan tinggi tekanan (head losses) pada konduit
umumnya disebabkan oleh gesekan sepanjang dinding konduit, seperti rumus Darcy-
Weisbach di bawah.
Dimana :
hf = kehilangan tinggi tekanan (head loss)
f = koefisien friksi
D = diameter konduit
v = kecepatan aliran
g = gravitasi
56
Bangunan Pelengkap
Koefisien kekasaran Manning (n), tergantung dari material dinding saluran/konduit dapat
diperoleh dari daftar di bawah.
Dimana :
Kt = koefisien kehilangan saringan sampah,
an = Luas bersih kisi-kisi saringan,
ag = Luas bruto saringan dan penopangnya,
vn = Kecepatan melalui kisi-kisi.
Bila diasumsikan kisi-kisi tersumbat 50%, akan terjadi kehilangan tinggi tekanan yang
maksimum dan kecepatan aliran melalui kisi-kisi mencapai 2 kali lipat. Sedangkan untuk
57
Bangunan Pelengkap
kehilangan tinggi tekanan minimum, anggap kisi-kisi saringan dalam kondisi tidak
tersumbat apapun.
58
Bangunan Pelengkap
59
Bangunan Pelengkap
bukaan yang lebar Kg akan mendekati 0,19. Untuk bukaan ¾, Kg = 1,15, untuk bukaan ½,
Kg = 5,6 dan untuk ¼ bukaan, Kg = 24,0. Sedangkan untuk katup kupu-kupu kondisi
terbuka penuh, Kg = 0,15. Kg bervariasi antara 0,1 dan 0,5 tergantung dari ketebalan daun
pintu.
a). Beban yang diperhitungkan pada pintu dan balok sekat adalah tekanan
hidrostatik, tinggi tekanan air dihitung setinggi muka air normal (setinggi mercu
pelimpah ).
b). Pada lantai bangunan peluncur dan bangunan pemecah enersi beban yang
diperhitungkan adalah beban hidrostatik dan uplift yang merupakan beban
hidup.
c). Beban mati adalah berat sendiri bangunan dan peralatan yang tidak
berpindah tempat.
d). Tekanan tanah aktif dapat berubah dari kondisi statik menjadi dinamik yaitu
pada saat terjadi gempa.
e). Beban gempa diperhitungkan sebagai perkalian antara masa bangunan dan
kombinasi percepatan dilokasi setempat.
60
Bangunan Pelengkap
Daya dukung yang diijinkan menggunakan faktor keamanan (FK), sehingga rumus daya
dukung diijinkan adalah :
q ulf
Qi =
FK
Dimana :
C = Kohesi tanah fondasi ( t/m2 )
Q = Beban diatas fondasi ( t/m2 )
= Berat volume tanah diatas fondasi ( t/m2 )
B = Lebar fondasi ( m )
Nc,Nq,Ny = Adalah faktor daya dukung
FK = Faktor keamanan terhadap daya dukung
61
Bangunan Pelengkap
Ketahanangeser (t )
FKgs =
Gayageser (t )
62
Bangunan Pelengkap
RANGKUMAN
I. PENGELAKAN SUNGAI
1) Metoda pengelakan sungai sebelum pelaksanaan konstruksi bendungan, dipilih
dengan mempetimbangkan biaya pengalihan/pengelakan sungai dengan resiko yang
dihadapi.
2) Untuk bendungan kecil yang dapat diselesaikan dalam waktu satu musim kering, dapat
mempertimbangkan untuk menggunakan debit banjir tahunan saat musim kering
terjadi. Namun, dengan pertimbangan faktor keamanan, biasanya diambil banjir
rencana minimal 5 tahunan. Periode ulang banjir untuk mendesain bangunan pengelak
atau besar resiko yang dapat ditoleransi harus ditetapkan berdasarkan analisis
hidrologi. Banjir rencana pada periode ulang yang berbeda unruk penentuan desain
saluran pengelak dapat ditentukan dengan beberapa cara, menurut SNI 03-2415-1991,
SNI 03-3412-1994 atau pedoman-pedoman lainnya.
3) Cara praktis untuk mengalihkan aliran sungai selama konstruksi berlangsung adalah
menggunakan salah satu atau kombinasi dari cara berikut :
- Terowongan (tunnel) yang digali melalui bukit tumpuan.
- Konduit yang melalui fondasi bendungan.
Konduit atau terowongan kadang-kadang dibuat cukup besar untuk mengalihkan aliran
sungai. Untuk aliran sungai yang kecil, aliran sungai dapat di-bypass dengan
menggunakan pipa-pipa baja atau beton.
4) Pada suatu lembah yang sempit, yang tidak mungkin untuk dilakukan penggalian
fondasi bendungan tanpa mengalihkan aliran sungai terlebih dahulu,
pengalihan/pengelakan sungai melalui terowongan akan lebih layak dibandingkan
saluran konduit. Terowongan tersebut dapat dibuat pada satu sisi bukit tumpuan atau
pada dua bukit tumpuannya. Terowongan pengelak ini nantinya dapat dimanfaatkan
dan dikombinasikan sebagai bangunan pelimpah, sehingga dapat menekan biaya
proyek secara keseluruhan. Apabila memungkinkan, terowongan kembar (misalnya,
satu pada setiap tebing) sering digunakan untuk alasan keamanan dan kemudahan.
63
Bangunan Pelengkap
64
Bangunan Pelengkap
2) Untuk pelimpah yang dibangun pada timbunan bendungan, perlu perhatian khusus
pada bagian transisi (bidang kontak) antara timbunan tanah dengan dinding beton
yang merupakan bagian terlemah untuk dilewati air. Bila kondisi topografi
memungkinkan, bangunan pelimpah sebaiknya dibangun terpisah dari bendungan
utama, untuk menghindari pengaruh rembesan melalui bidang kontak.
3) Bagian-bagian penting dari bangunan pelimpah, adalah :
- Saluran depan/masuk, untuk mengalirkan dan mengontrol air dari waduk.
- Konduit/saluran untuk mengalirkan aliran air waduk dari bangunan/saluran depan
ke bagian level muka air rendah bagian hilirnya.
- Bangunan pengeluar untuk meredam energi aliran air yang cepat dan
mengalirkannya ke saluran balik.
4) Beberapa jenis bangunan pelimpah yang sering digunakan sebagai bangunan
pengeluaran air dari waduk, adalah :
- Ogee (berpintu atau tidak berpintu)
- Ambang jatuh bebas (free overfall)
- Syphon
- Shaft atau morning glory
- Side channel
- Terowongan
5) Penambahan bangunan pelimpah darurat (emergency spillway) untuk menambah
kapasitas bangunan pelimpah layanan (service spillway) akan mengurangi biaya
konstruksi serta menambah faktor keamanan terhadap pelimpasan puncak
(overtopping) tanpa mengurangi efesiensi operasi normal waduk. Bila topografinya
memungkinkan dapat dibuat pelimpah darurat untuk mengeluarkan air waduk pada
kondisi darurat. Pelimpah darurat ini dapat berupa timbunan tanah yang pada elevasi
tertentu dibuat dengan timbunan dari pasir kasar dan kerikil yang dibuat mudah
tergerus oleh air. Elevasi bagian timbunan yang mudah tergerus lebih tinggi sedikit
dibandingkan dengan elevasi mercu pelimpah utama. Pelimpah darurat ini disebut
sebagai ”fuseplug dyke”.
65
Bangunan Pelengkap
6) Penampang pelimpah yang sering digunakan adalah bentuk “ogee”, rumus yang
digunakan adalah dari U.S Army Corps of Engineers untuk memperoleh koordinat (x,y),
yakni : X1.85 = 2 Hd0.85 y.
66
Bangunan Pelengkap
4) Konstruksi saringan sampah tergantung dari ukuran konduit, pintu pengatur, air yang
diambil, kondisi sampah di waduk dan alat/cara membersihkan sampah, hal tersebut
akan mempengaruhi jenis saringan dan ukuran bukaan.
5) Pada umumnya, kinerja hidraulis bangunan pengeluaran adalah bersifat seperti
saluran terbuka dan konduit tertutup/tertekan (pressured conduit). Analisis aliran di
dalam saluran terbuka adalah berdasarkan prinsip aliran langgeng yang tidak seragam
(steady nonuniform flow). Sedangkan aliran penuh di dalam pipa tertutup adalah
dianggap aliran tertekan. Kolam olak, baffle atau blok-blok peredam energi digunakan
untuk mengurangi energi aliran pada bagian hilir bangunan pengeluaran.
6) Bila pintu dipasang di bagian hilir mulut pemasukan dari suatu konduit, bagian atas
pintu dalam kondisi mengalami tekanan. Suatu konduit yang tidak berpintu juga dalam
kondisi aliran penuh dan tertekan, tergantung geometri inletnya. Untuk aliran melalui
sistim pipa tertutup/tertekan, berlaku hukum Bernoulli, HT = hL + hc ; dimana HT adalah
total head, hL adalah kehilangan tinggi tekanan kumulatif dan hc adalah kehilangan
tinggi tekanan akibat kontraksi. Kehilangan tinggi tekanan kumulatif harus
diperhitungkan sebagai akibat adanya trashrack, mulut pemasukan, bentuk
belokan/tekukan, pintu atau katup, gesekan dan lain-lain.
67
Bangunan Pelengkap
DAFTAR PUSTAKA
1) Bharat Singh & HD Sharma, Earth and Rockfill dams, Sarita Prakashan, Meerut, India,
1982.
2) Bureau of Reclamation, 1977. Design of Small Dams. Denver Colorado, 1977.
3) Bharat Singh, Fundamentals of Irrigation Engineering, N.C.Jain, Roorkee Press, 7th
edition, India 1982.
4) Calvin V.Davis, Handbook of Applied Hydraulics, McGraw-hill Book Company, Inc,
New York-Toronto-London-Tokyo, second edition, 1962.
5) R.S. Varsney, S.C.Gupta, Theory &Design of Irrigation Structures, Vol.II Canal and
Storage Works, Nem Chand & Bros, Roorkee, India, 1982
68