Anda di halaman 1dari 68

Bangunan Pelengkap

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bendungan disamping memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat, juga menyimpan
potensi bahaya yang besar pula. Membangun bendungan disamping akan memperoleh
manfaat juga berarti mengundang datangnya potensi bahaya yang dapat mengancam
kehidupan masyarakat luas. Bendungan yang runtuh akan menimbulkan banjir besar
yang akan mengakibatkan bencana dahsyat di daerah hilir bendungan.

Perencanaan, pelaksanaan konstruksi dan pengelolaan bendungan harus dilaksanakan


tahap demi tahap sesuai dengan kaidah-kaidah keamanan bendungan yang tertuang
dalam berbagai peraturan atau norma, standar, pedoman dan manual yang lazim
disingkat NSPM. Kewajiban untuk mematuhi NSPM ini tertuang di dalam ayat 2, Ps 63 UU
7/2004 tentang Sumber Daya Air.

Untuk memastikan bahwa perencanaan, pelaksanaan konstruksi dan pengelolaan


bendungan telah memenuhi kaidah-kaidah keamanan bendungan, Pemerintah
mengeluarkan aturan bahwa tahap-tahap kegiatan tersebut diatas harus mendapat
persetujuan dari Menteri PU yang biasa disebut “Sertifikat Persetujuan”. Persetujuan
Menteri PU dikeluarkan setelah desain, pelaksanaan konstruksi dan pelaksanaan
pengisian waduk.

Bahan ajar ini disusun sebagai pengantar bagi peserta pelatihan untuk mempelajari
desain bendungan pada tingkat berikutnya yang lebih dalam. Materi bahan ajar ini
menjelaskan mengenai dasar-dasar perencanaan hidraulis bangunan-bangunan
pelengkap dari bendungan urugan yang meliputi metoda pengelakan sungai, bangunan
pelimpah dan bangunan pengeluar (outlet).

1
Bangunan Pelengkap

1.2 Deskripsi Singkat


Mata pendidikan dan pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan dasar
mengenai mengenai desain hidraulis bangunan pelengkap yang disajikan dengan cara
ceramah dan tanya jawab.

1.3 Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu memahami dasar-
dasar desain hidraulis bangunan pelengkap dari suatu bendungan urugan.

1.4 Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Setelah pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu:
1) Menjelaskan asumsi dan kriteria desain bangunan pelengkap
2) Menjelaskan metoda pengelakan sungai
3) Menjelaskan desain hidraulis bangunan pelimpah dan kaitannya dengan modeltest
4) Menjelaskan desain hidraulis bangunan pengeluaran dan pengambilan
5) Menjelaskan desain struktur secara umum
6) Menjelaskan kondisi geoteknik bangunan air

1.5 Pokok Bahasan


1) Metoda pengelakan sungai
2) Penentuan banjir rencana
3) Uraian dan jenis bangunan pelimpah
4) Hidraulis bangunan pengontrol
5) Hidraulis bangunan pelimpah
6) Bagian-bagian bangunan pengambilan
7) Desain hidraulis bangunan pengambilan
8) Desain struktur dan geoteknik bangunan pelimpah dan bangunan pengambilan

2
Bangunan Pelengkap

1.6 Petunjuk Belajar


Agar peserta diklat dapat memahami desain bendungan secara lebih mendalam dan
komprehensif, sebaiknya peserta juga mempelajari Standar Nasional Indonesia (SNI) dan
pedoman-pedoman yang terkait dengan desain bendungan yang dikeluarkan oleh
Departemen PU atau unit-unit organisasi dibawahnya.

II. PENGELAKAN SUNGAI


2.1 Umum
Saluran pengelak diperlukan untuk mengalihkan aliran sungai selama periode
pelaksanaan konstruksi bendungan. Pada awal tahap konstruksi, perlu dikaji ulang
periode ulang banjir yang ditetapkan pada saat desain dengan mempertimbangkan jadwal
pelaksanaan konstruksi riil. Apabila jadwal pelaksanaan berubah maka periode ulang debit
banjir desain peneglak perlu ditinjau kembali.

Pelaksanaan pengelakan mengacu pada Metode Pengontrolan Sungai Selama


Pelaksanaan Konstruksi Bendungan, SNI 03-6456.1.2000 bagian 1, Pengendalian Sungai
Selama Pelaksanaan Konstruksi Bendungan dan Bagian 2, Penutupan Alur Sungai dan
Pembuatan Bendungan Pengelak.

Beberapa jenis pengelak sungai yang lazim adalah sebagai berikut:


a. Pengelakan seluruh lebar sungai dengan kombinasi bendungan pengelak (cofferdam)
dan saluran tertutup berupa konduit atau terowong pengelak / diversion tunnel
b. Pengelakan dengan saluran terbuka / diversion channel
c. Pengelakan pada sebagian lebar sungai dengan dilindungi dengan cofferdam dan
membiarkan bagian sungai yang lain untuk melewatkan air

Dalam mendesain suatu bendungan yang menutup suatu sungai perlu


mempertimbangkan cara atau metoda untuk mengalihkan sungai tersebut selama
konstruksi bendungan berlangsung. Masalah-masalah yang akan timbul sangat bervariasi,
tergantung ukuran dan potensi banjir dari sungai tersebut. Meskipun demikian, pemilihan
metoda pengalihan sungai untuk menangani banjir selama konstruksi adalh penting

3
Bangunan Pelengkap

ditinjau dari aspek ekonomi. Metoda yang dipilih, biasanya merupakan suatu kombinasi
antara biaya pengalihan/pengelakan sungai dengan resiko yang dihadapi. Suatu
perencanaan yang memadai dan benar akan dapat mengurangi bahaya potensi
kerusakan akibat banjir terhadap kemajuan pekerjaan dengan biaya yang minimum.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode pengelakan, adalah :
a) Karakteristik aliran sungai
b) Banjir desain yang digunakan, sesuai dengan resiko yang dihadapi
c) Metode pengalihan/pengelakan sungai
d) Spesifikasi yang diperlukan

Bangunan pengelak diperlukan untuk mengalihkan aliran sungai selama periode


pelaksanaan konstruksi bendungan, yakni dengan membuat saluran pengelak
(terowongan atau konduit) dan mengalihkan/mengelakkan aliran sungai dengan membuat
bendungan pengelak/cofferdam.

Pencatatan debit aliran sungai adalah merupakan informasi yang terpercaya berkaitan
dengan karakter aliran sungai yang ditinjau. Karena setiap aliran permukaan (runoff)
mempunyai puncak aliran dan periode aliran rendah pada waktu yang berbeda untuk
setiap tahunnya, kondisi aliran permukaan akan mempengaruhi pemilihan cara
pengelakan yang dipilih.

Suatu lokasi yang akan dipengaruhi oleh musim hujan akan memerlukan provisi
pengelakan yang minimum untuk musim kering dari setiap tahunnya. Suatu debit aliran
yang sulit diprediksi memerlukan pemilihan cara pengelakan yang lebih teliti, sehingga
kontraktor mempertimbangkan terjadinya aliran rendah dan aliran banjir yang terjadi
selama konstruksi berlangsung.

2.2 Pemilihan Debit Banjir Rencana


Biasanya, pemilihan banjir terbesar yang mungkin terjadi akan sangat tidak ekonomis,
untuk itu dipertimbangkan pemilihan banjir rencana yang disesuaikan dengan resiko yang

4
Bangunan Pelengkap

dihadapi. Untuk bendungan urugan, dimana daerah galian fondasi dalam kondisi terbuka,
atau bila terjadi overtopping pada cofferdam mengakibatkan kerugian besar atau rusaknya
bangunan-bangunan yang sudah selesai, sangat penting untuk mengurangi resiko banjir
tersebut. Hal tersebut berbeda dengan bendungan beton yang boleh dilewati oleh banjir
dengan tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan besarnya banjir rencana yang
akan digunakan, adalah :
1) Waktu konstruksi yang diperlukan.
2) Biaya yang ditimbulkan akibat kerusakan bila terjadi banjir.
3) Biaya akibat tertundanya pekerjaan, termasuk biaya akibat idle-nya peralatan berat
yang digunakan.
4) Keselamatan pekerja dan daerah banjir di hilrnya.

Untuk bendungan kecil yang dapat diselesaikan dalam waktu satu musim kering, dapat
mempertimbangkan untuk menggunakan debit banjir tahunan saat musim kering terjadi.
Namun, dengan pertimbangan faktor keamanan, biasanya diambil banjir rencana minimal
5 tahunan.

Perencanaan pengelakan yang baik dapat meminimalkan potensi kerusakan akibat banjir
yang berarti juga meminimalkan biaya yang diakibatkannya. Oleh karena itu, perencanaan
sistim pengelak harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1) Karekteristik/sifat dari aliran sungai; aliran permukaan pada setiap daerah aliran
sungai, masing-masing mempunyai aliran puncak dan perioda aliran rendah pada
waktu berbeda untuk setiap tahun, kondisi aliran permukaan tersebut akan
mempengaruhi pemilihan/penetuan sistim pengelakan sungai.
2) Debit banjir yang direncanakan; penentuan debit banjir rencana untuk pengelakan
sungai ini, tergantung dari:
- Waktu pelaksanaan konstruksi, untuk mengantisipasi berapa kali terjadi banjir.
- Biaya kerugian akibat banjir selama konstruksi.

5
Bangunan Pelengkap

- Biaya akibat tidak beroperasinya tenaga/peralatan berat dan selama perbaikan


akibat banjir.
- Keselamatan kerja dan kerugian di bagian hilir saat terjadi banjir.

3) Metode/cara pengelakan sungai dan pemilihan metode pengelakan, tergantung dari :


- Besar banjir yang akan dialihkan,
- Karakter fisik dari lokasi (site),
- Tipe/jenis bangunan pengelak yang akan digunakan,
- Kondisi bangunan-bangunan pelengkap lainnya (spillway, outlet, dll),
- Urutan/tahapan pekerjaan konstruksi.
4) Kebutuhan spesifikasinya; di dalam spesifikasi harus dicantumkan tanggung jawab
kontraktor, biasanya spesifikasi tidak menguraikan kapasitas pekerjaan pengelakan
atau detil dari cara pengelakan, namun data-data banjir dan hidrograf adalah menjadi
tanggung jawab pemberi tugas/konsultan pengawas.

2.3 Metoda Pengelakan


2.3.1 Umum

Cara praktis untuk mengalihkan aliran sungai selama konstruksi berlangsung adalah
menggunakan salah satu atau kombinasi dari cara berikut :
a) Terowongan (tunnel) yang digali melalui bukit tumpuan.
b) Konduit yang melalui fondasi bendungan.
Konduit atau terowongan kadang-kadang dibuat cukup besar untuk mengalihkan aliran
sungai. Untuk aliran sungai yang kecil, aliran sungai dapat di-bypass dengan
menggunakan pipa-pipa baja atau beton.

Masalah yang biasa dihadapi adalah bagaimana memenuhi kebutuhan air di bagian hilir,
bila air di bagian hulu dihentikan sama sekali selama konstruksi bendungan berlangsung.
Untuk itu kontraktor harus menyediakan keperluan aliran minimum sepanjang waktu,
misalnya dengan cara memompa atau membuat sifon untuk memenuhi kebutuhan air di
hilirnya selama konstruksi.

6
Bangunan Pelengkap

Biaya dan waktu pelaksanaan konstruksi terowong pengelak, saluran dan gorong-gorong
akan lebih besar untuk sungai yang lebih besar, disamping ditentukan oleh debit rencana,
dimensi terowong dan elevasi muka air sesuai dengan aliran yang dielakkan.
Penghematan yang besar kadang-kadang dapat dicapai dengan mendesain kapasitas
debit yang lebih kecil dan membiarkan terjadi limpasan di atas bendungan pengelak pada
keadaan tertentu. Topografi dan geologi lapangan merupakan faktor dalam pemilihan
bangunan pengelak. Hal tersebut tidak akan sama pada lembah yang sempit dan tebing
miring dengan sungai yang lebar dan datar. Keadaan geologi harus juga dipertimbangkan
dalam desain. Penyelidikan geologi sangat penting, terutama untuk terowong pengelak
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi tanah alami dan mencegah tertundanya
pelaksanaan. Ketersediaan bahan setempat yang sesuai (kayu, batuan, lempung, dan
lain-lain) dapat mempengaruhi pemilihan perencanaan yang optimum; misal kisi-kisi kayu
yang diisi batu seringkali paling efektif untuk membuat bendungan pengelak.

Pemilihan tipe bendungan akan tergantung dari metode pengendalian sungai selama
pelaksanaan, misalnya untuk bendungan urugan tanah tidak layak bila bangunan
pengelaknya tidak dapat menghindari limpasan sebelum pekerjaan selesai. Kadang-
kadang lokasi bendungan perlu dipindahkan ke lembah yang lebih lebar untuk memberi
fasilitas dalam pelaksanaan bangunan pengelak, meskipun terdapat tambahan volume
pada bendungan utama. Hal ini penting khususnya pada sungai yang besar, tidak hanya
pada pembangunan bendungan dengan head rendah, tetapi juga bendungan dengan
head yang tinggi, dimana pada bagian lembah yang lebih sempit tidak selalu merupakan
lokasi yang terbaik, jika pembuatan bangunan pengelak terlalu sulit dan mahal.

Kadang-kadang perlu diatur agar batang kayu, atau sampah lainnya dapat melewati
bangunan pengelak dengan tanpa terjadi penyumbatan atau pengurangan kapasitas
pengelak. Sampah tersebut mungkin dialirkan melalui terowong pengelak, tetapi bila
diperkirakan terdapat tumbangan pohon tertentu, perencana harus menjamin bahwa
terowong mempunyai dimensi yang longgar dengan jagaan yang cukup antara permukaan
air bebas dan puncak terowongan, beton dengan lapisan pelindung bila batuan mudah

7
Bangunan Pelengkap

tererosi, bebas dari rintangan pada jalan masuk bagian hulu (tidak ada pemisah), dan
selurus mungkin, dengan lengkungan besar. Balok sekat yang dipasang di hulu mulut
terowong akan menahan beberapa sampah terapung, terutama kayu yang kemudian
dapat diangkut ke hilir lewat darat (kadang-kadang dibuat jalan khusus untuk keperluan
tersebut).

2.3.2 Terowongan
Pada suatu lembah yang sempit, tidak mungkin untuk melakukan penggalian fondasi
bendungan tanpa mengalihkan aliran sungai terlebih dahulu. Untuk kondisi lembah sempit
ini, pengelakan sungai melalui terowongan akan lebih layak dibandingkan saluran konduit.
Terowongan tersebut dapat dibuat pada satu sisi bukit tumpuan atau pada dua bukit
tumpuannya. Terowongan pengelak ini dapat dimanfaatkan dan dikombinasikan sebagai
bangunan pelimpah, sehingga dapat menekan biaya proyek secara keseluruhan (contoh
bendungan Batutegi di Lampung).

Gambar 2.1 Terowongan pengelak disatukan dengan pelimpah, bendungan Batutegi,


Lampung

Pada umumnya penggunaan terowongan dibatasi oleh kondisi lembah yang terdiri dari
batuan dengan tebing yang curam. Keuntungannya adalah bahwa terowongan tidak
mengganggu galian pondasi dan pelaksanaan pembuatan bendungan. Untuk lembah
datar dan pada batuan lunak, konduit atau gorong-gorong di bawah bendungan urugan

8
Bangunan Pelengkap

lebih menguntungkan, tetapi pemgelakan sungai dengan terowong paling sering


digunakan.

Kecuali pada sungai yang lebih kecil, terowongan kembar (misalnya, satu pada setiap
tebing) sering digunakan untuk alasan keamanan dan kemudahan. Pelaksanaan
pembuatan terowongan dan pintu masuk di udik sering merupakan langkah yang kritis.
Selama ukuran terowongan ditentukan terutama oleh debit banjir rencana maksimum dan
tidak berdasarkan debit yang terjadi pada saat itu, maka aliran sungai dapat dipindahkan
segera setelah terowongan pertama selesai. Terowongan lain yang hanya diperlukan
untuk memindahkan debit yang lebih besar, dapat dibuat sedikit lebih tinggi agar
pelaksanaannya tidak menggunakan pintu di hulu yang cukup mahal dan tidak
membutuhkan penundaan waktu yang lama. Program pelaksanaan terowongan dapat
juga diperbaiki dengan membuat bangunan penutup di udik pada saat debit kecil setelah
terowongan dioperasikan.

Terowongan ini harus dilengkapi dengan pengatur aliran sungai. Alat penutup dapat
berupa kayu, beton, atau besi, pintu geser atau stoplogs. Pengaturan aliran sungai untuk
memenuhi kebutuhan daerah hilir, setelah penggenangan waduk, dapat dilakukan dengan
menggunakan pintu geser atau jenis lainnya sampai air waduk mencapai level bangunan
intake.

Gambar 2.2 Terowongan pengelak dan pelimpah bendungan Cirata, Jawa Barat

9
Bangunan Pelengkap

Penutupan permanen terowongan pengelak dapat dilakukan menggunakan beton


penyumbat (concrete plugging) di dalam terowongan. Bila terowongan pengelak
(sementara) ini juga digunakan sebagai terowongan spillway, penyumbat biasanya
diletakkan di bagian hulu dari bagian pertemuan terowongan. Kunci penahan (keyways)
terhadap geser dapat dibuat pada batuan fondasi atau lining terowongan. Untuk perkuatan
dan menjamin kekedapannya, disekeliling penyumbat biasanya digrouting.

Plugging beton

Gambar 2.3 Plugging dan grouting penutupan pengelak, bendungan Nipah, Madura 2007

Kecuali pada sungai yang lebih kecil, terowongan kembar (misalnya, satu pada setiap
tebing) sering digunakan untuk alasan keamanan dan kemudahan. Pelaksanaan
pembuatan terowongan dan pintu masuk di udik sering merupakan langkah yang kritis.
Selama ukuran terowongan ditentukan terutama oleh debit banjir rencana maksimum dan
tidak berdasarkan debit yang terjadi pada saat itu, maka aliran sungai dapat dipindahkan
segera setelah terowongan pertama selesai. Terowongan lain yang hanya diperlukan
untuk memindahkan debit yang lebih besar, dapat dibuat sedikit lebih tinggi agar
pelaksanaannya tidak menggunakan pintu di hulu yang cukup mahal dan tidak
membutuhkan penundaan waktu yang lama. Program pelaksanaan terowongan dapat
juga diperbaiki dengan membuat bangunan penutup di udik pada saat debit kecil setelah
terowongan dioperasikan.

10
Bangunan Pelengkap

Secara sebagian atau keseluruhan terowongan pengelak biasanya dapat digunakan


menjadi bangunan permanen misalnya sebagai bangunan pengeluaran, terowongan
pembangkit tenaga listrik atau pelimpah. Hal ini khususnya pada bendungan urugan tanah
yang desainnya lebih sulit dari pada bendungan beton. Penghematan biaya yang berasal
dari hal di atas mungkin seimbang dengan tambahan harga satuan akibat bentuk yang
lebih rumit atau adanya penambahan waktu pelaksanaan. Apabila diperkirakan
penghematan yang diperoleh hanya terbatas, maka lebih baik pekerjaanpekerjaan
tersebut dilaksanakan sendiri-sendiri. Terowongan kembar akan lebih mudah dialih
fungsikan sebagai bangunan permanen, karena satu terowongan dapat difungsikan
sebagai bangunan permanen sedang lainnya tetap digunakan untuk mengelakkan aliran
pada saat debit rendah. Gorong-gorong beton dapat juga digunakan sebagai bangunan
permanen untuk pelimpah, pengeluaran, dan lain-lain.

2.3.3 Konduit
Terowongan adalah cocok diterapkan pada kondisi lapisan fondasi bendungan yang
cukup bagus, sedangkan konduit atau gorong-gorong cocok diterapkan pada pondasi
batuan yang lebih jelek dan pada lembah yang cukup lebar, sehingga mungkin biaya
konstruksinya akan lebih tinggi. Konduit beton sepanjang kira-kira 200 m diperkirakan
memerlukan beton bertulang minimum 20 m³ untuk setiap debit 1 m³/det. Pelaksanaan
galian pondasi mungkin dapat terganggu, dan mungkin juga ada masalah pada bidang
kontak antara beton dengan zona inti urugan: Konduit dibangun di daerah kering di bagian
hilir bendungan pengelak dan bila sudah siap, aliran sungai dialihkan melalui konduit dan
sistim penutupan dapat dilakukan seperti penutupan pada terowongan.

11
Bangunan Pelengkap

Gambar 2.4 Pengelakan sungai menggunakan konduit, bendungan Benel, Bali

Bila kebutuhan pengelakan lebih besar dari kapasitas bangunan outlet yang sudah jadi,
peningkatan kapasitas dapat dilakukan dengan melakukan penundaan terhadap
pemasangan-pemasangan pintu, katup, pipa atau saringan sampah (trashrack) sampai
kebutuhan tersebut selesai. Peningkatan kapasatas juga dapat dilakukan dengan
meninggikan bendungan pengelak (cofferdam). Biasanya, dengan pertimbangan
ekonomis, dilakukan optimalisasi terhadap diameter bukaan (ukuran konduit atau
terowongan) dengan tinggi bendungan pengelak (cofferdam).

2.3.4 Bendungan Pengelak


Bendungan pengelak (cofferdam) adalah bersifat sementara yang digunakan untuk
mengalihkan aliran sungai atau menutup suatu daerah tertentu selama konstruksi
bendungan dilakukan. Tinggi bendungan pengelak ini harus didesain bersama-sama
dengan ukuran bukaan terowongan/konduit, sehinga tercapai kondisi ang optimum,
ditinjau dari keamanan dan ekonominya. Studi optimalisasi ini mencangkup studi tinggi
bendungan pengelak terhadap kapasitas aliran sungai yang melalui terowongan/konduit,
termasuk penelusuran banjir (flood routing) dari debit banjir yang didesain. Bila bangunan
outlet telah ditentukan menggunakan ukuran bukaan yang besar, maka bendungan
pengelak akan menjadi lebih rendah. Perlu diingat bahwa air banjir yang terakumulasi di
belakang bendungan pengelak harus segera dikeluarkan pada waktunya untuk
mengakomodasi terjadinya banjir. Bendungan pengelak harus didesain dengan
mempertimbangkan terhadap pengaruh penggalian dan pengeringan (dewatering) serta

12
Bangunan Pelengkap

stabilitasnya. Biasanya, bendungan pengelak tersebut dikonstruksi dengan menggunakan


material-material yang ada di lokasi. Jenis yang biasa digunakan adalah timbunan tanah
dan timbunan batu yang dilengkapi dengan lapisan kedap air. Desain bendungan
pengelak ini juga mengikuti kriteria dan asumsi yang digunakan untuk bendungan
permanen. Dengan pertimbangan ekonomi, bendungan pengelak tersebut didesain dan
dikonstruksi seperti bendungan permanen dimana bendungan pengelak ini nantinya juga
menyatu dengan bendungan permanennya.

Gambar 2.5 Bendungan pengelak disatukan dengan bendungan utama, Nipah, Madura
Terowongan kembar akan lebih mudah dialih fungsikan sebagai bangunan permanen,
karena satu terowongan dapat difungsikan sebagai bangunan permanen sedang lainnya
tetap digunakan untuk mengelakkan aliran pada saat debit rendah.
Gorong-gorong/konduit beton dapat juga digunakan sebagai bangunan permanen untuk
pelimpah, pengeluaran, dan lain-lain.

2.4 Desain Hidraulis Pengelak


Terowongan dan konduit dapat direncanakan sebagai aliran tertekan/tertutup atau aliran
terbuka. Pada aliran terbuka, terowongan dan konduit tidak boleh dialiri lebih dari 70%
luas penampang untuk debit banjir rencana, atau 80% bila banjir rencana terjadi pada
waktu yang sangat singkat. Akan tetapi, dimensinya akan jauh berbeda dari ukuran
optimum secara teoritis bila digunakan penutup standar atau pintu. Dimensi dapat juga
dipengaruhi oleh pertimbangan lain, misalnya pepohonan yang mengambang, sampah,
atau ikan. Ruangan bebas di atas aliran dan lubang angin harus disediakan.

13
Bangunan Pelengkap

Terowongan dan konduit dapat juga direncanakan untuk aliran super kritis, tetapi
kedalamannya tidak boleh mendekati kedalaman kritis untuk mencegah terjadinya pukulan
gelombang pada langit-langit dan menimbulkan gelombang tekanan. Loncatan air harus
direncanakan agar terjadi di hilir mulut terowongan atau konduit.

Permasalahan fluktuasi tekanan karena adanya aliran sementara harus dicermati.


Perencana harus yakin bahwa perubahan dari aliran terbuka ke aliran tertekan berjalan
dengan transisi yang mulus. Bentuk pusaran pada terowong atau mulut gorong-gorong
harus diperhatikan dan dikendalikan bila perlu. Hal ini biasanya tidak begitu masalah pada
bangunan pengelak sementara

Perlu adanya informasi periode ulang banjir untuk desain bangunan pengelak, demikian
juga untuk desain pelimpah dan bagian lain dari bangunan permanen, meskipun tidak
harus teliti pada tahap ini.

Banjir pada periode ulang yang berbeda dapat ditentukan dengan beberapa cara, menurut
SNI 03-2415-1991, SNI 03-3412-1994 atau pedoman-pedoman lainnya.

Apabila daerah pengaliran sungainya mempunyai pola curah hujan dan pola aliran sungai
yang sejenis, estimasi puncak aliran dari pengukuran satu stasiun sering dapat digunakan
untuk mengestimasi aliran pada titik lain, dengan akurasi yang cukup. Koefisien korelasi
antara puncak aliran QA pada titik A dan puncak aliran QB pada titik B dengan kedua titik
tersebut terletak pada daerah pengaliran sungai (DPS) yang sejenis, dapat digunakan
perbandingan dari luas daerah aliran sungai secara berturutan :
n
QA  S A 
 
QB  S B 
dengan :
SA adalah luas DPS untuk titik A
SB adalah luas DPS untuk titik B
n adalah konstanta yang tergantung dari DPS dan sering diambil n = 0,5

14
Bangunan Pelengkap

Masih banyak rumus lain mengenai hubungan antara aliran dan DPS dan pemilihan
distribusi frekuensi yang paling sesuai untuk harga ekstrim yang diuraikan pada buku-buku
hidrologi. Pemilihan distribusi frekuensi pada akhirnya didasarkan pada pengalaman ahli
hidrologi.

Banjir biasanya berkaitan dengan musim dan besarnya kerusakan akibat banjir tergantung
dari tingkat penyelesaian pekerjaan tersebut dan ke dua faktor tersebut harus
dipertimbangkan. Ketika daerah kerja dilindungi oleh penggenangan dan/atau pengelakan
banjir, bentuk hidrograf banjir dan volume air masuk merupakan faktor yang penting.
Metode perhitungan dan penggambaran hidrograf banjir, penetapan distribusi frekuensi
banjir dan penentuan banjir rencana diuraikan dalam beberapa buku panduan. Dewasa ini
umum digunakan hidrograf standar yang dapat menghasilkan satu set hidrograf untuk
suatu periode ulang tertentu pada lokasi kerja. Metode ini menghasilkan hubungan antara
banjir, volume dan frekuensinya.

Pendekatan lain yaitu dengan menggunakan konsep kemungkinan banjir maksimum atau
harga ekstrim lainnya. Biasanya dimungkinkan untuk membuat tingkat akurasi yang cukup,
hubungan antara harga ekstrim, debit banjir 100 tahunan dan debit banjir pada periode
ulang lainnya, misal banjir sepuluh tahunan.

2.5 Kapasitas pengelak


Periode ulang banjir untuk mendesain bangunan pengelak atau besar resiko yang dapat
ditoleransi misal, banjir 10 tahunan, 20 tahunan dan lain-lain dapat ditetapkan
berdasarkan analisis hidrologi. Tetapi dalam memilih periode ulang perlu diingat bahwa
probabilitas suatu kejadian dengan suatu periode ulang T tahun, terjadi paling sedikit
sekali dalam T tahun adalah mendekati 0,64.

Resiko R dari banjir periode ulang T tahun, akan terlampaui paling sedikit sekali dalam L
tahun, selama bendungan beroperasi.
L
 1
R  1  1  
 T .............................................................................................(1)

15
Bangunan Pelengkap

atau dapat didekati dengan hubungan (berlaku untuk T > 10 dan R < 50%) :
L
R
T  0,5L ................................................................................................ (2)
Sebagai contoh, apabila bangunan pengelak didesain agar beroperasi lebih dari periode
pelaksanaan 3 tahun dan bendungan pengelak dibuat untuk menahan banjir 10 tahunan,
presentase resiko dari kegagalan selama periode pelaksanaan adalah:

3
R≈ = 0,26 atau 26 %
10  0,5 x3

Dengan demikian maka resiko kegagalan yang diperbolehkan adalah 5%, kemudian alur
pengelak harus didesain untuk banjir dengan periode ulang 60 tahun. Perencanaan
kapasitas desain dari bangunan pengelak dapat dilakukan dengan melakukan optimasi
dengan mempertimbangkan keamanan. Optimasi bertujuan dalam meminimumkan biaya
pelaksanaan dari bangunan pengelak. Kerugian yang dihasilkan dari desain yang terlalu
rendah, tidak hanya pada lapangan pekerjaan itu sendiri, tetapi juga untuk kepemilikan di
hilir bila terjadi kegagalan mendadak, atau di hulu karena adanya rintangan oleh pekerjaan
pengelak.

16
Bangunan Pelengkap

Keterangan gambar:
A. Resiko terlampaui (%)
B. Jaminan tidak terlampaui (%)

Gambar 2.6 Contoh resiko sebagai fungsi umur pemakaian pengelak dan
periode ulang banjir rencana

Biaya bangunan pengelak yang didesain untuk mengendalikan puncak banjir yang
berbeda dinyatakan sebagai biaya tahunan dalam pengeplotan kurva biaya pelaksanaan.
Biaya dari seluruh kerusakan sebagai akibat dari kapasitas bangunan pengelak yang tidak
cukup untuk setiap ukuran yang berbeda harus diestimasikan, dikalikan dengan
probabilitas kejadian pada tahun mana saja, dan diplot terhadap debit banjir yang sesuai
untuk menggambar kurva kerugian. Biaya pelaksanaan dan kerugian dijumlahkan untuk
memperoleh kurva biaya total. Titik yang terendah pada kurva biaya adalah merupakan
total kapasitas ekonomis yang optimum pada bangunan pengelak yang berhubungan
dengan kinerja tertentu.

Proses ini merupakan dasar estimasi dimensi dari bangunan pengelak, tetapi resiko
kehidupan manusia dan tipe kerusakan lain merupakan hal yang sulit. Estimasi yang

17
Bangunan Pelengkap

realistis dari puncak banjir yang menyebabkan kerusakan juga sulit dilakukan. Bahkan
biaya pelaksanaan bangunan yang diperlukan untuk pengendali banjir mungkin juga sulit
untuk dievaluasi. Namun demikian, dimungkinkan untuk menentukan batas atas dan
bawah dari beberapa kurva dengan tingkat akurasi yang dapat diterima.

Dengan bendungan beton, banjir pada daerah kerja tidak menyebabkan pekerjaan
tersebut harus ditinggalkan, sehingga terowongan pengelak dapat didesain untuk banjir
dengan periode ulang yang tinggi, misalnya banjir 10 tahunan
Untuk bendungan urugan tanah, kondisinya adalah berbeda sama sekali, karena dapat
hancur total bila terjadi pelimpasan. Untuk bendungan besar, yang dibangun dalam
beberapa tahun, periode ulang 50 tahunan atau lebih mungkin digunakan dalam desain
bendungan pengelak. Kecenderungannya jelas bahwa bendungan harus dibuat lebih
cepat, dari pada harus membayar asuransi yang lebih tinggi, karena saat ini dimungkinkan
untuk melakukan urugan lebih cepat. Kewaspadaan dilakukan pada waktu awal
pelaksanaan di musim kemarau atau bangunan pengelak hulu mampu menahan
genangan banjir hingga pelaksanaan bendungan utama mencapai ketinggian, sedemikian
rupa, sehingga mampu mengendalikan air sungai, dengan kecenderungan membuat
bendungan pengelak yang lebih tinggi bila secara ekonomis masih memungkinkan.

Bendungan urugan batu menjadi pilihan alternatif lain dalam hal kemampuan untuk
dilimpasi air selama pelaksanaan, sehingga mencapai debit per satuan lebar tertentu.

2.6 Penutupan Bangunan Pengelak


Penutupan akhir bangunan pengelak merupakan tahapan penting di dalam program
konstruksi dan harus direncanakan secara hati-hati. Sebelumnya, semua pendataan
terhadap lahan yang ada di daerah genangan waduk harus sudah dibebaskan.
Penutupan sungai boleh dilakukan dengan memperhatikan syarat-syarat spesifikasi
debit sungai dan setelah memperoleh kepastian hasil kajian hidrologi dengan
menggunakan periode air rendah yang paling menguntungkan.

18
Bangunan Pelengkap

Pengoperasian akan menjadi rumit dan sulit karena masalah-masalah jalan masuk.
Untuk itu, perencana harus dapat menetapkan kesulitan-kesulitan yang akan timbul
misalnya : balok-balok kayu yang terapung, benda-benda lain yang menghambat
pelaksanaan pekerjaan. Pengoperasian akan lebih mudah. bila ada dua terowongan
pengelak, karena jika salah satu tetap dibuka sementara lainnya dapat ditutup.

Penutupan saluran pengelak dengan metode-metode fisik mencakup dinding baja dan
beton, balok-balok kayu besar atau bola-bola beton, dua deret stoplog beton dengan
beton curah diselanya, stoplog beton setengah lingkaran yang dijatuhkan di depan
pintu di hulu, dan panel saringan di bagian depan urugan batu yang dituangkan,
kemudian diikuti penempatan batu-batu yang lebih kecil, pasir dan lempung.

Segera setelah material tersebut berada ditempatnya, isian beton permanen dapat
dicurahkan dan kadang-kadang pintu kontrol dibongkar untuk digunakan di tempat lain.
Seperti yang sudah diterangkan, beberapa konduit pengelak dapat diubah menjadi
saluran permanen sesudah penutupan. Dalam hal ini, konduit harus memiliki pintu
yang dapat digunakan untuk penutupan akhir, sehingga dapat mengurangi pembiayaan
dan mempermudah pekerjaan. Beberapa hal khusus yang harus diperhatikan adalah :
jika suatu turap baja atau beton dipasang untuk menutup bagian bangunan pengelak,
harus betul-betul aman terhadap kemungkinan terangkat sebelum sumbat permanen
dicurahkan. Berikutnya, bagian-bagian tetap pada pintu dan lain-lainnya, yang
tertanam dalam beton biasanya terbuka karena aliran turbulen selama beberapa tahun
dan dapat mengalami kerusakan sebelum penutupan. Lobang-lobang tersebut dapat
terblokir dengan potongan sisa beton atau baja atau reruntuhan yang hanyutk di
sungai. Untuk alasan tersebut, dengan hati-hati diberikan alternatif darurat seperti
saringan logam yang di depannya urugan batu dapat dicurahkan agar tidak hanyut,
dan disusul material yang semakin lama semakin halus. Karena biasanya penutupan
dilakukan pada air yang mengalir, balok-balok stoplog atau jenis-jenis lainnya harus di
desain dengan memperhitungkan adanya gaya angkat hidrodinamis. Untuk proyek -
proyek besar disarankan melakukan pengujian dengan model fisik di laboratorium
hidraulis.

19
Bangunan Pelengkap

Setelah penutupan, elevasi muka air akan naik dengan cepat, sehingga balok stoplog
dan lain-lainnya harus didesain agar dapat dapat menahan tinggi tekanan air pada
elevasi waduk saat penuh sebelum pekerjaan penutupan permanen selesai dikerjakan.
Kebutuhan air di hilir juga harus diperhitungkan, sehingga selama pekerjaan
penutupan dilakukan, pelepasan aliran harus diatur sedemikian rupa, sampai saatnya
bangunan permanen mampu menerima debit aliran.

III. BANGUNAN PELIMPAH


3.1 Umum
Fungsi utama dari bangunan pelimpah (spillway) adalah membuang kelebihan air waduk,
sehingga air tidak melimpas puncak bendungan (overtopping) yang dapat membahayakan
bendungan, terutama bendungan tipe urugan tanah. Bila pelimpah tersebut dilengkapi
dengan pintu untuk mengendalikan aliran banjir, disebut sebagai pelimpah berpintu (gated
spillway). Bila tidak dan aliran cukup dikendalikan oleh mercu pelimpah, disebut sebagai
pelimpah tidak berpintu (ungated spillway). Kapasitas pelimpah tersebut harus didesain
menggunakan banjir dengan kala ulang tertentu, sesuai dengan NSPM (Misalnya, untuk
bendungan dengan tinggi > 40 m dan di hilirnya mempunyai resiko tinggi, kapasitas
pelimpah didesain dengan PMF). Bangunan pelimpah tersebut juga dapat didesain dan
dikombinasikan dengan bangunan pengeluaran.

Berdasarkan data statistik, banyak bendungan tipe urugan tanah yang runtuh akibat
kurangnya kapasitas pelimpah, dengan kata lain pelimpah tidak didesain dengan benar.
Bebarapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain bangunan pelimpah tersebut,
adalah :
a) Debit inflow, frekuensi dan bentuk hidrografnya.
b) Tinggi mercu pelimpah yang direncanakan.
c) Kapasitas waduk pada beberapa variasi permukaan.
d) Kondisi geologi dan kondisi lapangan lainnya.
e) Lokasi berupa lereng yang terjal/curam.
f) Bekas galian yang dapat dimanfaatkan sebagai material timbunan.

20
Bangunan Pelengkap

g) Daya dukung, stabilitas lereng, rembesan/uplift, dll.

Kondisi daerah hilir saat pelepasan air banjir juga perlu mendapatkan perhatian khusus,
terutama bila cukup padat populasinya (resiko sangat tingi). Batang pohon, sampah,
material sedimen juga perlu dipertimbangkan dalam mendesain bangunan pelimpah
tersebut.

Bangunan pelimpah dapat dibangun menjadi bagian dari bendungan atau terpisah.
Pelimpah dari beton mungkin dapat dibangun pada alur sungai, bila fondasinya berupa
batuan yang cukup keras. Untuk pelimpah yang dibangun pada timbunan tanah, perlu
perhatian khusus terhadap bagian transisi (bidang kontak) antara timbunan tanah dengan
dinding beton, karena bagian ini merupakan bagian terlemah untuk dilewati air. Bila
kondisi topografi memungkinkan, bangunan pelimpah dapat dibangun terpisah dari
bendungan utama, untuk menghindari pengaruh rembesan melalui bidang kontak.

Bagian utama dari pelimpah, adalah :


a) Saluran depan/masuk, untuk mengalirkan dan mengontrol air dari waduk.
b) Konduit/saluran untuk mengalirkan aliran air waduk dari bangunan/saluran depan ke
bagian level muka air rendah bagian hilirnya.
c) Bangunan pengeluar untuk meredam energi aliran air yang cepat dan mengalirkannya
ke saluran balik.

21
Bangunan Pelengkap

Gambar 3.1 Pelimpah yang dibangun menyatu dengan bangunan pengeluaran

3.2 Jenis-Jenis Pelimpah


Beberapa jenis bangunan pelimpah, adalah :
1) Ogee (berpintu atau tidak berpintu)
2) Ambang jatuh bebas (free overfall)
3) Syfon
4) Shaft atau morning glory
5) Side channel
6) Terowongan

3.2.1 Ogee (overflow spillway)


Pelimpah jenis ini adalah berupa ambang berbentuk menyerupai huruf S atau ogee.
Bentuk ogee tersebut dapat dilengkapi dengan aerasi di bagian bawah “nappe” dan jatuh
dari ambang yang tajam. Kurva bagian atas pada puncak dapat dibuat lebih lebar atau
lebih tajam dibandingkan nappe-nya. Kurva yang lebih lebar akan menyangga aliran dan
tekanan hidrostatik akan terjadi di sepanjang permukaan kontak. Penyangga tersebut
akan menimbulkan pengaruh aliran balik dan mengurangi koefisien debit aliran.
Sedangkan ambang yang lebih tajam akan menimbulkan tekanan negatif yang dapat
meningkatkan/bertambahnya head dan debit aliran.

22
Bangunan Pelengkap

Gambar 3.2 Pelimpah jenis ogee

3.2.2 Ambang Jatuh Bebas (Free Overfall)


Pada pelimpah jenis ini, aliran air akan jatuh bebas dari mercu pelimpah. Pelimpah jenis
ini cocok untuk bendungan beton yang rendah. Kadang-kadang puncak pelimpah
diperpanjang dalam bentuk “bibir” yang mengantung sebagai tempat aliran supaya jatuh
cukup jauh dari kaki bendungan. Bagian bawah nappe dilengkapi dengan aerasi/ventilasi
untuk mencegah terjadinya pusaran air. Kondisi geologi saluran di bawah mercu untuk
pelimpah jenis ini harus bener-benar keras, supaya tidak mudah tergerus air.

Gambar 3.3 Freeoverfall spillway

Disamping “ogee”, bangunan-bangunan pelimpah yang masih termasuk drop spillway,


adalah :
- straight drop spillway
- box inlet spillway
- labyrinth spillway

23
Bangunan Pelengkap

Gambar 3.4 Beberapa jenis drop spillways

3.2.3 Siphon Spillway


Pelimpah jenis ini adalah merupakan konduit sistim tertutup berbentuk tabung U terbalik.
Debit aliran awal adalah sama seperti pada ambang bebas (weir), tetapi bila udara yang
terdapat di belokan melalui mercu ditarik oleh aliran air, maka terjadi aksi/tarikan sifon
dan aliran berlangsung secara menerus, akibat pengaruh sifon yang menarik aliran air dari
intake.

24
Bangunan Pelengkap

Gambar 3.5 Pelimpah jenis sifon


3.2.4 Drop Inlet/ Glory Hole
Pada pelimpah jenis ini, aliran air masuk melalui suatu ambang berbentuk lingkaran dan
jatuh melalui lubang (shaft) vertikal atau miring, kemudian mengalir ke hilir melalui
terowongan atau konduit. Pelimpah jenis ini cocok untuk bendungan yang terletak pada
lembah yang sempit. Keuntungan lainnya adalah kapasitas maksimum dapat dicapai pada
head yang relatif rendah. Oleh karena itu, pelimpah jenis ini adalah ideal untuk aliran
maksimum yang harus dibatasi.

Gambar 3.6 Drop inlet spillway

25
Bangunan Pelengkap

3.2.5 Pelimpah Samping


Ambang pengendali/pengontrol diletakkan di sepanjang sisi dan hampir sejajar dengan
bagian atas dari saluran pelepas aliran. Aliran air melimpasi ambang samping dan
mengalir ke saluran yang sempit di belakang ambang serta mengalir ke saluran balik
untuk kembali ke sungai. Karakteristik aliran adalah sama dengan aliran melalui ambang
bebas, kecuali pada debit aliran tinggi yang mungkin merendam sebagian puncak
pelimpah. Pelimpah jenis ini mempunyai keuntungan lain, yakni :
- Mempunyai saluran yang sempit, akibat terjalnya lereng tumpuan.
- Ambang pelimpah dapat didesain cukup panjang untuk mengakomodasi debit banjir
desain.

Gambar 3.7 Bangunan pelimpah samping (side spillway)

3.2.6 Tunnel/Conduit Spillway


Air waduk dialirkan memalui saluran tertutup yang disebut sebagai tunnel/conduit spillway.
Saluran tertutup tersebut dapat berupa shaft yang vertikal atau miring atau horisontal yang
melalui formasi tanah atau batuan. Sebagai bangunan/ambang pengendali dapat berupa
hampir semua jenis ambang pelimpah dengan bukaan (orify) vertikal atau miring, lubang
glory atau saluran samping, dan lain-lain. Terowongan biasanya didesain untuk aliran
sebagian penuh, kecuali untuk lubang glory. Tipe ini biasanya dilengkapi dengan aerasi.
Pelimpah jenis ini cocok untuk bendungan yang terletak pada lembah yang sempit.

26
Bangunan Pelengkap

Bila saluran tertutup dibangun di bawah bendungan, bangunan tersebut disebut sebagai
conduit spillway. Jenis pelimpah ini biasanya cocok untuk bendungan pada lokasi di
lembah yang lebar, dimana konduit pengelak dibuat di dekat aliran sungai.

Gambar 3.8 Pelimpah terowongan (Tunnel spillway)

3.2.7 Pelimpah Darurat dan Pelimpah Layanan


Apabila diperlukan, penambahan bangunan pelimpah darurat (emergency spillway) untuk
menambah kapasitas bangunan pelimpah layanan (service spillway) akan mengurangi
biaya konstruksi serta menambah faktor keamanan terhadap pelimpasan puncak
(overtopping) tanpa mengurangi efesiensi operasi normal waduk.

Gambar 3.9 Pelimpah utama dan tambahan

27
Bangunan Pelengkap

Bila topografinya memungkinkan dapat dibuat pelimpah darurat untuk mengeluarkan air
waduk pada kondisi darurat. Pelimpah darurat ini dapat berupa timbunan tanah yang pada
elevasi tertentu dibuat dengan timbunan dari pasir kasar dan kerikil yang dibuat mudah
tergerus oleh air. Elevasi bagian timbunan yang mudah tergerus lebih tinggi sedikit
dibandingkan dengan elevasi mercu pelimpah utama. Pelimpah darurat ini disebut
sebagai ”fuseplug dyke” (Contoh pada bendungan PLTA Soedirman, Jawa Tengah).

Gambar 3.10 Pelimpah darurat jenis fuseplug dyke

3.3 Desain Hidraulis Pelimpah


3.3.1 Bentuk Mercu
Pada umumnya ada 3 bentuk mercu pelimpah yang sering digunakan, yakni :
- Tipe I, tipe ini cocok untuk pelimpah ogee yang mempunyai beda tinggi tekanan yang
rendah (low head).

28
Bangunan Pelengkap

- Tipe II, tipe yang paling banyak digunakan. Permukaan pelimpah bagian hulu/depan
berbentuk vertikal dan melengkung ke atas sampai mercu dan setelah itu akan
membentuk lereng, seperti gambar di bawah.
- Tipe III, permukaan pelimpah bagian depan berbentuk vertikal dan membesar pada
bagian mercu yang menggantung(overhang). Pembesaran tersebut sebesar minimal
1/3 tinggi tekanan dan menyambung dengan permukaan hulu dengan sudut 30º
terhadap vertikal.

Gambar 3.11 Pelimpah Tipe I (kiri) dan Tipe II (kanan)

Gambar 3.12 Pelimpah Tipe III, mercu menggantung (overhang)


Selain tipe-tipe di atas, di bawah adalah penampang pelimpah dari U.S Army Corps of
Engineers untuk memperoleh koordinat (x,y) untuk penampang bagian hilir, menurut
rumus :
X1.85 = 2 Hd0.85 y .................................................................................... (1)
Dimana :
Hd = tinggi tekanan desain di atas mercu.
Titik pusat (0,0) dari sistim koordinat ada di mercu pelimpah, seperti gambar di bawah.

29
Bangunan Pelengkap

…………..(2)

Gambar 3.13 Penampang pelimpah, U.S Army Corps of Engineers


Aliran melalui ambang (mercu bendungan) berbentuk “ogee” dapat dinyatakan dengan
rumus :
Q = C L H3/2 ………………………………………………………………………. (3)
Dimana :
Q = debit aliran (m3/s)
C = koefisien pelimpah
L = lebar bersih pelimpah (m)
H =tinggi tekanan air di atas ambang (m).
Koefisien pelimpah (C) akan berubah nilainya, tergantung tinggi tekanan (H) dan tinggi
ambang (P), namun dalam desain nilai C dapat dianggap tetap, yakni 2,0 (dalam satuan
metrik), dimana R = radius hidraulis (m).

30
Bangunan Pelengkap

3.3.2 Kriteria Desain Tinggi Tekanan melalui Pelimpah


Untuk pelimpah dengan tinggi tekanan (head) sedang, tekanan negatif sebesar - 1,5 m
tinggi air masih diijinkan. Bila diambil 1.33 kali Hd, maka nilai tekanan negatif adalah
sekitar 0,6 Hd. Pada bukaan sebagian, tekanan negatif dapat berkisar sekitar 4,8 m tinggi
air, dimana tekanan negatif yang diijinkan biasanya sekitar 3 m. Secara teoritis, koefisien
aliran dengan mengabaikan gesekan adalah sebesar 2,96, tetapi pada prakteknya sulit
dicapai di lapangan. Secara praktis koefisien aliran yang digunakan tanpa mengijinkan
adanya tekanan subatmosfir adalah sebesar 2,21.

Beberapa faktor yang mempengaruhi koefisien aliran, diantaranya adalah :


- Kondisi penampang bagian atas, bila desainnya memadai koefisen 2,76 dapat dicapai.
- Kemiringan bagian hilir (glacis).
- Pengaruh kedalaman dari saluran depan.
- Tinggi tekanan yang berbeda dari tinggi desain.
- Kemiringan bagian hulu.
- Pengaruh apron hilir dan kondisi terendam tidaknya bagian hilir.

Gambar 3.14 Bagian mercu yang mengalami tekanan subatmosfir

3.3.3 Desain Puncak Pier dan Tumpuan


Bila puncak pier dan tumpuan berbentuk tertentu, hal tersebut akan menyebabkan
terjadinya kontraksi aliran air. Panjang efektif akan lebih kecil dari panjang bersih (netto)
puncak. Pengaruh kontraksi dapat diperhitungkan seperti rumus di bawah.

31
Bangunan Pelengkap

L’ = L – 2 (NKp + Ka) Hd ....................................................................................... (2)


Dimana :
L’ = panjang efektif puncak pier,
L = panjang puncak
N = banyak pier,
Kp = Koefisien kontrasi pier,
Ka = koefisien kontraksi tumpuan,
Hd = Total head pada puncak termasuk head akibat kecepatan aliran air.
Koefisien yang tergantung dari bentuk pier, adalah :
- Untuk bentuk pier yang bujur sangkar, Kp = 0,02
- Untuk pier berbentuk membundar, Kp = 0,01
- Untuk pier yang runcing, Kp = 0,01
Sedangkan untuk berbagai bentuk tumpuan :
- Tumpuan berbentuk persegi panjang, Ka = 0,20
- Tumpuan berbentuk membundar, Ka = 0,10

3.3.4 Saluran Luncur (chute)


Kemiringan saluran pada awalnya harus dipilih lebih kritis, sehingga saluran tidak
mempengaruhi karakteristik aliran dari mercu. Aliran yang masuk ke dalam saluran luncur
adalah pada kondisi superkritis. Untuk mencegah formasi loncatan air di bawah mercu,
aliran yang mengalir di dalam saluran luncur harus dijaga tetap pada kondisi superkritis di
sepanjang saluran. Aliran di dalam saluran dapat seragam atau dipercepat atau
diperlambat, tergantung dari kemiringan dan dimensi saluran. Aliran di sebarang titik di
sepanjang saluran akan tergantung pada specific energy (d x hd). Energi ini adalah sama
dengan beda tinggi tekanan (head drop) dari level air hulu ke lantai saluran hilir dikurangi
kehilangan tinggi tekanan (headloss).

32
Bangunan Pelengkap

Gambar 3.15 Kolam olak (stilling basin)

33
Bangunan Pelengkap

............….……………………………………………………..(3)

............….……………………………………………….(4)

............….…………………………… (5)

3.3.5 Kolam Peredan Energy


Kolam peredam energi biasanya dibangun dihilir saluran luncur untuk meredam energi
dari aliran air dari saluran.

34
Bangunan Pelengkap

Bentuk dan karakteristik loncatan aliran air adalah sesuai dengan faktor aliran kinetik,
debit aliran, kedalaman kritis aliran dan angka Froude, F = (v)/(gd)1/2. Dibawah adalah
sketsa berbagai karakteristik aliran loncatan hidraulis sehubungan dengan angka Froude.

Gambar 3.16 Karakteristik loncatan hidraulis sehubungan dengan angka Froude (F)

............….………………………………………… (6)

35
Bangunan Pelengkap

...........(7)

..........................................(8)

......................................(9)

Tinggi tekanan air buri (tail water) minimum dan panjang loncatan hidraulis yang
diperlukan dapat diperoleh dari gambar-gambar di bawah.

36
Bangunan Pelengkap

Gambar 3.17 Kolam olak Type IV, untuk angka Froude antara 2,5 – 4,5

37
Bangunan Pelengkap

Gambar 3.18 Kolam olak Type III, untuk angka Froude di atas 4,5 dengan kecepatan
antara 15 – 18 m/s

38
Bangunan Pelengkap

Gambar 3.19 Kolam olak Type III, untuk angka Froude di atas 4,5

39
Bangunan Pelengkap

Gambar 3.20 Kolam olak tipe ’flip bucket”

3.3.6 Drop Inlet (Shaft or Morning Glory) Spillway


Karakteristik aliran air yang masuk ke daam mulut pemasaukan (inlet), adalah :
1) Aliran terbuka, muka air masih rendah dan aliran dikontrol oleh ambang.
2) Aliran terbuka, muka air meningkat, tetapi konduit masih sebagian terbuka, kondisi ini
seperti pada pipa atau orifice.
3) Aliran tertutup, muka air meningkat, konduit dalam kondisi tertekan.
Karakteristik aliran pada pelimpah jenis ini sangat bervariasi, tergantung dari ukuran
elemen-elemennya. Dengan merubah diameter ambang/mercu akan merubah aliran
(kurva a-b), seperti gambar di bawah.
Debit aliran saat muka air masih rendah (small head) masih mengikuti rumus (3), dimana
H adalah tinggi tekanan yang diukur ke puncak nappe aliran yang melimpas, ke spring
point dari mercu ambang berbentuk lingkaran atau ke titik lain dari limpasan air yang telah
terbentuk. Sedangkan L adalah panjang mercu ambang berbentuk lingkaran dan koefisien
aliran C tergantung dari H0/Rs Rumus (3) juga dapat ditulis sebagai berikut :
Q = C0 (2πRs)H03/2 ......................................................................................... (10)

40
Bangunan Pelengkap

Gambar 3.21 Karakteristi aliran pada morning glory spillway

41
Bangunan Pelengkap

Gambar 3.22 Elemen bentuk nappe untuk ambang bulat

3.3.7 Culvert Spillway


Gorong-gorong (culvert) tersebut dapat berupa pipa atau persegi empat. Faktor-faktor
yang mempengaruhi sifat aliran antara lain adalah kemiringan dasar, ukuran, bentuk,
panjang dan kekasaran dari culvert serta geometri inlet dan outletnya. Lokasi dari pintu
pengatur akan mementukan sifat aliran, apakah aliran bersifat terbuka atau aliran tertekan.
Kurva pada gambar tersebut juga menunjukkan hubungan antara tinggi tekanan terhadap
diameter (H/D) dengan debit aliran terhadap diameter (Q/D5/2) yang tergantung juga dari
bentuk mulut pemasukan (tajam atau membundar.
Untuk desain hidraulis rinci mengenai pelimpah jenis ini, dapat merujuk Design of Small
Dam, USBR 1976, hal. 430 – 437).

42
Bangunan Pelengkap

Gambar 3.23 Kurva debit-tinggi tekanan untuk culvert

IV. BANGUNAN PENGELUARAN


4.1 Umum
Bangunan pengeluaran (outlet works) adalah suatu bangunan untuk melepaskan air dari
waduk pada kondisi muka air waduk normal. Bangunan pengeluaran tersebut juga dapat
diletakkan di dekat dasar waduk, untuk mengeluarkan air waduk pada kondisi darurat
(bottom outlet). Pada umumnya, suatu konduit tertekan/tertutup yang membawa air
melalui bendungan dianggap sebagai bangunan pengeluaran (outlet works) dibandingkan
pelimpah (spillway). Namun konduit pengeluaran ini kadang-kadang juga dapat digabung
dengan bangunan pelimpah.

Bangunan pengeluaran juga dapat diklasifikasikan sesuai dengan konfigurasinya sebagai


pembawa air, bangunan pengeluaran ini dapat berupa :
- Konduit melalui bendungan beton
- Konduit melalui bendungan urugan tanah
- Pipa atau penstock

43
Bangunan Pelengkap

- Konduit di dalam suatu terowongan yang digali di luar bendungan

Di bawah adalah penyebab utama terhadap kegagalan fungsi pelimpah dan bangunan
pengeluaran, yakni :
1) Kapasitas tidak cukup ; penyebab utama runtuhnya bendungan urugan tanah adalah
limpasnya air melalui puncak bendungan (overtopping), akibat tidak cukunya kapasitas
bangunan pelimpah dan bangunan pengeluaran.
2) Kemunduran/deteriorasi struktur; beberapa kerusakan pelimpah dan bangunan
pengeluaran adalah disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
- Tergerusnya material timbunan
- Deformasi, akibat penurunan, patahan (faults), dll.
- Deteriorasi, akibat korosi, retakan dan lain-lain)

Penyebab utama kegagalan lain yang juga sering terjadi, adalah :


- Pelimpasan puncak bendunan (overtopping)
- Rembesan atau piping; piping ini sering terjadi di sepanjang pipa pengeluaran

Peralatan kontrol adalah istilah umum yang digunakan untuk sistim hidromekanikal dari
pintu dan katup yang aliran melalui bangunan pengeluaran dan pelimpah
dikendalikan/diatur.

Tujuan utama dari bangunan pengeluaran, adalah :


- Pengendalian banjir (flood control).
- Pengaturan air pada kondisi muka air waduk normal.
- Mengeluarkan air pada kondisi darurat.

44
Bangunan Pelengkap

Gambar 4.1 Bendungan dan bangunan pelengkapnya

Gambar 4.2 Bendungan dengan bangunan pengeluarannya


Komponen-komponen dari suatu bangunan pengeluaran (outlet) adalah :

45
Bangunan Pelengkap

a) Saluran masuk, fungsinya untuk membawa/mengalirkan air dari waduk.


b) Bangunan pemasukan (intake), fungsinya untuk memasukkan air waduk ke dalam
bangunan pengeluaran.
c) Rumah pintu atau katup, tempat pintu atau katup dioperasikan melepaskan air waduk.
d) Konduit, saluran pembawa air melalui bendungan.
e) Peredam energi, suatu bangunan untuk mengurangi energi dan kecepatan aliran air.
f) Saluran balik (return channel), saluran untuk pembuangan air kembali ke sungai.

Gambar 4.3 Komponen dari bangunan pengeluaran

Gambar 4.4 Konduit melalui bendungan urugan tanah

46
Bangunan Pelengkap

4.2 Bangunan Pengambilan (Intake)


4.2.1 Bangunan Pengambil tegak
Bangunan pengambil (intake) ini adalah berfungsi sebagai mulut pemasukan langsung
dari waduk. Bangunan pengambil tersebut juga dilengkapi dengan pintu pengatur aliran,
saringan sampah (trashrack) dan saringan ikan (fish screen), bila diperlukan serta fasilitas
untuk perbaikan, yakni alat penutup bulkhead atau stoplogs.

Konduit pemasukan dapat diletakkan vertikal, miring atau horisontal, tergantung dari
keperluannya. Pemasukan vertikal biasanya dipasang pada elevasi yang sama dengan
level konduit. Bila pintu dioperasikan pada lereng hulu dari suatu bendungan yang rendah
dapat digunakan pemasukan yang miring (inclined spillway). Bila diinginkan level ambang
pelimpah yang lebih tinggi dari konduit, dapat digunakan jenis drop inlet. Untuk
mengurangi kehilangan tinggi tekanan, mulut pemasukan biasnya didesain berbentuk
bellmouth atau rounded.

Gambar 4.5 Bangunan pengeluaran (intake) pada bendungan urugan tanah

47
Bangunan Pelengkap

Konstruksi saringan sampah tergantung dari ukuran konduit, pintu pengatur, air yang
diambil, kondisi sampah di waduk, alat/cara membersihkan sampah, dan lain-lain. Faktor-
faktor tersebut akan berpengaruh terhadap jenis saringan dan ukuran bukaan. Bila
konduit berukuran kecil dengan alat pengatur aliran berupa katup, dapat digunakan kisi-
kisi yang rapat, supaya sampah tidak dapat masuk. Bila ukuran konduit cukup besar
dengan pintu pengatur yang besar, ukuran spasi kisi-kisi juga harus lebih besar. Tata letak
saringan (rack) tergantung dari jalan masuk dan cara pembersihan sampah. Jadi, saringan
sampah yang terendam akan lebih baik dibandingkan yang diletakkan dekat permukaan.
Demikian juga pintu yang dipasang di bagian dekat mulut pemasukan (menyebabkan pintu
macet oleh sampah), memerlukan perhatian khusus untuk pengaturan letak saringan.

Benduk saringan sampah juga bervariasi, tergantung dari letak dan posisi di mulut
pemasukan. Saringan sampah untuk drop inlet umumnya berupa seperti kurungan.

Gambar 4.6 Penampang tipikal menara intake

48
Bangunan Pelengkap

Gambar 4.7 Penampang tipikal drop inlet intake

Gambar 4.8 Potongan memanjang bangunan pengambilan, bendungan Sempor

49
Bangunan Pelengkap

4.2.2 Bangunan Pengambil yang Miring


Bangunan intake yang miring biasanya diletakkan pada bagian lereng hulu bendungan
atau di sepanjang tepi waduk bagian hulu bendungan. Tergantung dari kebutuhan dan
kondisi di lapangan, bangunan pengambil miring tersebut dapat terendam seluruhnya atau
diperpanjang sampai di atas elevasi muka air waduk maksimum untuk memudahkan
operasinya pada setiap level muka air waduk.

Bangunan pengambil miring yang diperpanjang sampai di atas air waduk tersebut
biasanya mempunyai fungsi yang sama dengan bangunan pengambil menara. Jenis
bangunan pengambil miring sering dipilih, karena pertimbangan sedimentasi dan
stabilitasnya.

Gambar 4.9 Bangunan pengambil miring

Gambar 4.10 Bangunan pengambil miring di bendungan Lodan Wetan, Jawa Tengah

50
Bangunan Pelengkap

Gambar 4.11 Saringan sampah (trashrack) di bendungan Lodan Wetan

Pada bangunan pengambil ini perlu dilakukan perlindungan terhadap masuknya sampah-
sampah yang masih dapat melewati trashboom yang dipasang di bagian hulunya, yakni
dengan memasang penyaring sampah (trashrack) di depan pintu bangunan pengambilan..
Trashboom hanya dapat menahan batang kayu (pohon), tetapi tidak dapat menyaring
sampah-sampah yang ukurannya lebih kecil dari pohon kayu.

Gambar 4.12 Penyaring sampah (trashrack) pada bangunan pengambil

51
Bangunan Pelengkap

4.3 Peredam Energi


Aliran yang keluar dari pintu, katup atau konduit aliran bebas, mempunyai kecepatan yang
tinggi. Untuk konduit dengan aliran bebas, perlu dilengkapi dengan konstruksi
pengalih/deflektor untuk mengarahkan semprotan air jauh dari bangunan intake dan kaki
bendungan, bila dasar dan tebing saluran pembuang terdiri dari batuan yang keras. Bila
batuannya tidak keras, diperlukan alat peredam energi berupa kolam olak di bagian hilir
outlet. Bila bagian ujung outlet berupa pipa yang terendam, dapat digunakan sumur/kolam
peredam energi di bagian hilirnya.

4.4 Saluran Pemasukan dan Saluran Pembuangan


Saluran pemasukan dibangun untuk mengarahkan air waduk masuk ke dalam mulut
pemasukan yang dibuat di bukit tumpuan dan saluran pembuangan untuk mengalirkan
aliran kembali ke sungai. Saluran-saluran tersebut harus digali pada kemiringan lereng
yang stabil dan mudah tergerus aliran air. Kecepatan aliran pada pemasukan biasanya
dibuat lebih kecil dibandingkan kecepatan air melalui saringan sampah. Saluran tersebut
dibuat melebar bila telah mendekati bangunan pengambilan untuk membuat aliran
mengalir lancar (smooth) dan merata melalui kisi-kisi saringan sampah.

Ukuran dan dimensi saluran serta perlindungan dengan lining atau rip rap tergantung dari
kondisi material dan lapisan geotekniknya. Alat pengukur debit biasanya dipasang pada
bagian penampang yang dipilih dan dianggap penting untuk dilakukan pengukuran.
Pengaruh agradasi dan degradasi dari sungai perlu dipertimbangkan dalam penentuan
dimensi saluran outlet.

4.5 Masalah Khusus Saluran Balik


Saluran balik ini adalah berfungsi untuk mengalirakan air pengeluaran dari bangunan
outlet dan pelimpah kembali ke sungai. Bila saluran balik ini runtuh, aliran berlebihan akan
dapat menggerus bagian bawah pelimpah, kaki bendungan atau bagian hilir lainnya.

Saluran balik juga dapat rusak seperti saluran pembawa lainnya, yakni :

52
Bangunan Pelengkap

- Gerusan ; aliran masuk ke dalam saluran balik pada kecepatan tinggi di bandingkan
aliran yang melalui saluran masuk. Saluran balik biasanya sangat rawan terhadap
gerusan, bila ukuran, arau dan perlindungannya tidak di desain dengan benar.
- Kurang panjang ; saluran balik harus cukup panjang untuk menjamin bahwa aliran
tidak dapat merusak kaki bendungan. Bila terjadi kerusakan, hal tersebut perlu dicatat
dan dilaporkan ke atasan yang bersangkutan.

4.6 Desain Hidraulis Bangunan Pengeluaran


Pada umumnya, kinerja hidraulis bangunan pengeluaran adalah bersifat seperti saluran
terbuka dan konduit tertutup/tertekan (pressured conduit). Analisis aliran di dalam saluran
terbuka adalah berdasarkan dari prinsip aliran langgeng yang tidak seragam (steady
nonuniform flow). Sedangkan aliran penuh di dalam pipa tertutup adalah dianggap aliran
tertekan. Kolam olak, baffle atau blok-blok peredam energi digunakan untuk mengurangi
energi aliran pada bagian hilir bangunan pengeluaran.

4.6.1 Aliran Terbuka


Aliran pada saluran terbuka melalui ambang sama seperti halnya pada bangunan
pelimpah. Bila ambang dilengkapi dengan pintu sorong atau radial, debit aliran
adalah sama dengan rumus (3), yakni Q = CLH3/2. Bila aliran saluran outlet terbuka diatur
dengan pintu yang sebagian terbuka atau pintu sorong yang terendam, debit aliran
adalah :

Q = (2/3){2gCL(H13/2 – H23/2)1/2 ………………………………………………. (10)

Dimana :
C = Koefisien aliran
L = Panjang efektif
H1 dan H2 adalah total head (termasuk velocity head) berturut-turut dari dasar dan bagian
atas bukaan (orifice), seperti gambar di bawah.

53
Bangunan Pelengkap

Gambar 4.13 Koefisien aliran di bawah pintu.

Bila level air buri (tail water) cukup tinggi, sehingga bukaan pintu sebagian atau
seluruhnya terendam, maka berlaku rumus seperti aliran melalui pipa atau orifice
terendam , yakni :

Q = CA (2gH)1/2 …………………………………………………………………. (11)

Dimana :
A = Luas bukaan,
H = Perbedaan tinggi elevasi air hulu dan air hilir,
C = Koefisien aliran untuk orifice terendam

Harga C ini bervariasi, tergantung dari kondisi dan bentuk geometri pipa (lihat Design of
Small Dam, USBR, 1976, hal. 468).

Konduit pengeluaran yang mengalir sebagian penuh harus dianalisis menggunakan


koefisien kekasasaran (n) yang maksimum dan minimum untuk mengevaluasi ukuran

54
Bangunan Pelengkap

konduit yang diperlukan. Sedangkan untuk menghitung ukuran konduit untuk udara keluar
(air swell and surges), n = 0,018 untuk menghitung kedalaman aliran di dalam konduit
dengan lining beton. Untuk menghitung energi aliran pada bagian akhir/ujung konduit
untuk desain peredam energi, gunakan n = 0,008. Untuk menjamin suatu aliran
permukaan yang bebas di dala konduit, konduit di desain untuk menerima aliran tidak
lebih dari 75% kapasitas penuh. Selanjutnya desain perdam energi dan saluran bagian
hilirnya sama seperti halnya mendesain bangunan pelimpah.

4.6.2 Aliran Tertutup


Bila pintu dipasang di bagian hilir mulut pemasukan dari suatu konduit, bagian atas pintu
dalam kondisi mengalami tekanan. Suatu konduit yang tidak berpintu juga dalam kondisi
aliran penuh, tergantung geometri inletnya (Lihat Design of Small Dam, USBR, 1976,
mengenai Culvert Spillway hal. 430).

Untuk aliran melalui sistim pipa tertutup, berlaku hukum Bernoulli, seperti berikut :
HT = hL + hc …………………………………………………………………………(12)
Dimana :
HT = Total head
hL = Kehilangan tinggi tekanan kumulatif
hc = Kehilangan tinggi tekanan akibat kontraksi

Kehilangan tinggi tekanan kumulatif akibat antara lain dari trashrack, mulut pemasukan,
bentuk belokan/tekukan, pintu atau katup, gesekan dan lain-lain, seperti gambar di bawah.

55
Bangunan Pelengkap

Gambar 4.14 Kehilangan tinggi tekanan pada sistim konduit

Pada pipa berdiameter besar, kehilangan tinggi tekanan (head losses) pada konduit
umumnya disebabkan oleh gesekan sepanjang dinding konduit, seperti rumus Darcy-
Weisbach di bawah.

hf = (fL/D) (v2/2g) ....................................................................................... (13)

Dimana :
hf = kehilangan tinggi tekanan (head loss)
f = koefisien friksi
D = diameter konduit
v = kecepatan aliran
g = gravitasi

56
Bangunan Pelengkap

Koefisien friksi (f) dapat diperoleh seperti rumus di bawah :


f = (185 n2)/D1/3 ......................................................................................... (14)
Perlu diingat, rumus di atas hanya berlaku untuk bentuk pipa bulat, tidak berlaku untuk
misalnya bentuk tapal kuda; n adalah koefisien kekasaran Manning. Rumus Manning juga
dapat digunakan untuk menghitung head losses, seperti di bawah.

hf = 29,1 n2(L/r4/3) (v2/2g) ..........................................................................(15)

Koefisien kekasaran Manning (n), tergantung dari material dinding saluran/konduit dapat
diperoleh dari daftar di bawah.

Uraian Harga maks. Harga min.


- Dinding konduit beton 0,014 0,008
- Pipa baja dengan sambungan di las 0, 012 0,008
- Terowongan batu 0,035 0,020

4.6.3 Kehilangan Tinggi Tekanan pada Saringan Sampah


Kehilangan tinggi tekanan pada saringan sampah, (trashrack), htr adalah :

Htr = Kt (vn2/2g) ..............................................................................................(16)

Dan Kt = 1,45 – 0,45(an/ag) – (an/ag)2 ...................................................................(17)

Dimana :
Kt = koefisien kehilangan saringan sampah,
an = Luas bersih kisi-kisi saringan,
ag = Luas bruto saringan dan penopangnya,
vn = Kecepatan melalui kisi-kisi.
Bila diasumsikan kisi-kisi tersumbat 50%, akan terjadi kehilangan tinggi tekanan yang
maksimum dan kecepatan aliran melalui kisi-kisi mencapai 2 kali lipat. Sedangkan untuk

57
Bangunan Pelengkap

kehilangan tinggi tekanan minimum, anggap kisi-kisi saringan dalam kondisi tidak
tersumbat apapun.

4.6.4 Kehilangan Tinggi Tekanan pada Mulut Pemasukan


Kehilangan tinggi tekanan di bagian ini sama seperti kehilangan tekanan pada tabung
pendek, debit aliran (Q) yang masuk ke dalam mulut pengambilan, adalah :
Q = CA (2gh)1/2 .......................................................................................... (18)
Dimana :
C = Koefien aliran,
A = Luas,
h = Tinggi tekanan (head),
g = gravitasi.

Sedangkan koefisien kehilangan tinggi tekanan Ke = (1/C2) – 1 ............................... (19)


Tabel 1 Koefisien aliran C dan koefisien kehilangan tingi tekanan konduit.

58
Bangunan Pelengkap

4.6.5 Kehilangan Tinggi Tekanan di Belokan


Kehilangan tekanan di bagian belokan (bend) adalah merupakan fungsi dari radius
belokan, diameter pipa, sudut pembelokan. Koefisien kehilangan tinggi tekanan Kb untuk
berbagai harga dari (Rb/D) dapat langsung digunakan untuk konduit berbentuk lingkaran.
Untuk konduit persegi panjang , D dapat diambil sebagai tinggi konduit.

Gambar 4.15 Koefisien kehilangan tekanan tinggi di belokan

4.6.6 Kehilangan Tinggi Tekanan pada Pintu/Katup


Bila pintu dipasang pada bagian pemasukan konduit dan bila pintu terbuka seluruhnya
kondisi aliran, maka diasumsikan tidak terjadi kehilangan tinggi tekanan. Tetapi, bila pintu
dipasang baik di bagian hulu maupun hilir dari headwall titpis, sehingga bagian samping
dan bawah jet air pada kondisi tertekan dan bagian atas mengalami kontraksi, koefisien
kehilangan pada butir (b) Tabel 1 berlaku. Bila pintu dipasang di dalam konduit, sehingga
lantai, kedua sisi konduit dan atap hulu dan hilir menerus dengan pembukaan pintu,
koefisien kehilangan pintu Kg tidak melebihi 0,1. Untuk pintu yang dibuka sebagian
koefisien kehilangan tergantung dari kontraksi bagian atas, untuk bukaan yang kecil
koefisien kehilangan tinggi tekanan akan mendekati 1,0 seperti butir (b) Tabel 1. Untuk

59
Bangunan Pelengkap

bukaan yang lebar Kg akan mendekati 0,19. Untuk bukaan ¾, Kg = 1,15, untuk bukaan ½,
Kg = 5,6 dan untuk ¼ bukaan, Kg = 24,0. Sedangkan untuk katup kupu-kupu kondisi
terbuka penuh, Kg = 0,15. Kg bervariasi antara 0,1 dan 0,5 tergantung dari ketebalan daun
pintu.

4.6.7 Kehilangan Tinggi Tekanan pada Keluaran


Koefisien kehilangan tinggi tekanan akibat kecepatan aliran di bagian keluaran ini adalah
sama dengan 1,0, karena air yang keluar dari konduit tertekan dalam kondisi mengalir
bebas atau dalam kondisi terendam. Bila ujung pipa dilengkapi dengan pipa yang berbeda
diameternya, koefisien kehilangan tinggi tekanan menjadi < 1,0 dan berbanding kuadrat
dengan luas pipa, yakni Kv = (a1/a2)2, dimana a1 adalah luas pipa yang mulai berbeda
diameterrnya dan a2 luas pipa di bagian ujung.

V. ANALISIS STRUKTUR BANGUNAN PELENGKAP


5.1. Pembebanan Struktur

a). Beban yang diperhitungkan pada pintu dan balok sekat adalah tekanan
hidrostatik, tinggi tekanan air dihitung setinggi muka air normal (setinggi mercu
pelimpah ).
b). Pada lantai bangunan peluncur dan bangunan pemecah enersi beban yang
diperhitungkan adalah beban hidrostatik dan uplift yang merupakan beban
hidup.
c). Beban mati adalah berat sendiri bangunan dan peralatan yang tidak
berpindah tempat.
d). Tekanan tanah aktif dapat berubah dari kondisi statik menjadi dinamik yaitu
pada saat terjadi gempa.
e). Beban gempa diperhitungkan sebagai perkalian antara masa bangunan dan
kombinasi percepatan dilokasi setempat.

60
Bangunan Pelengkap

5.2. Stabilitas Struktur bangunan


5.2.1 Daya Dukung
Rumus daya dukung fondasi untuk bangunan-bangunan air yang berada diatas lapisan
tanah dengan perbaikan fondasi adalah :

qult = CNc + Q Nq + 0,5  B N 

Daya dukung yang diijinkan menggunakan faktor keamanan (FK), sehingga rumus daya
dukung diijinkan adalah :

q ulf
Qi =
FK

Dimana :
C = Kohesi tanah fondasi ( t/m2 )
Q = Beban diatas fondasi ( t/m2 )
 = Berat volume tanah diatas fondasi ( t/m2 )
B = Lebar fondasi ( m )
Nc,Nq,Ny = Adalah faktor daya dukung
FK = Faktor keamanan terhadap daya dukung

5.2.2 Stabilitas guling


Untuk bangunan air atau dinding yang mengalami tekanan harus diperhitungkan faktor
kemanan terhadap tergulingnya bangunan menggunakan rumus :
Mt
FK guling =
Mg
Dimana :

Mt = Terdiri dari momen yang diakibatkan oleh berat sendiri bangunan


Mg = Terdiri dari momen yang menggulingkan bangunan seperti : tekanan aktif,
tekanan air, gempa, uplift dsb.

61
Bangunan Pelengkap

5.2.3 Stabilitas Geser


Stabilitas geser diperlukan untuk bangunan air agar tahan/tidak bergerak jika mengalami
tekanan horisontal serperti tekanan aktif, tekanan air, gempa, dan beban luar lainnya.
Faktor keamanan terhadap geser dihitung dengan rumus :

Ketahanangeser (t )
FKgs =
Gayageser (t )

5.3. Analisa Beton Bertulang


Untuk mendesain besarnya tulangan baik pada balok maupun pelat menggunakan standar
SNI 03-2847-1992 dan RSNI 3 TH 2002. Namun apabila dijumpai beberapa kasus yang
tidak tercantum dalam peraturan tersebut diadakan modifikasi yang sesuai dengna
bangunan air yang sering dijumpai di Indonesia. Tata cara ini meliputi persyaratan-
persyaratan umum serta ketentuan teknis perencanaan dan pelaksanaan struktur beton
untuk bangunan gedung atau strukutr bangunan lain yang mempunyai kesamaan karakter
dengan struktur bangunan gedung.

5.4. Analisis Rembesan dan Uplift


Didalam menghitung kekuatan struktur dan stabilitas bangunan pelengkap perlu
diperhitungkan adanya rembesan dan uplift terutama pada bangunan penahan enersi,
baik dihilir pelimpah maupun bangunan pengikat. Analisis ini mengacu pada RSNI M-02-
2002, Metoda analisis dan pengendalian rembesan air untuk bendungan tipe urugan.
Analisis ini dapat dipakai juga untuk bangunan lain selain bendungan urugan dalam
kondisi ” Unconfined ” yaitu adanya penghalang aliran kearah vertikal akibat adanya
struktur beton dan atau fondasi yang kedap air, Perbedaan tinggi tekan di udik dan dihilir
bangunan akan menimbulkan tekanan uplift terhadap lantai bangunan yang menimbulkan
ketidak stabilan pada struktur bangunan tersebut. Metoda analisis secara rinci dapat
diketahui didalam pedoman RSNI M-02-2002 dan literatur lainnya mengenai geoteknik
( Mekanika Tanah).

62
Bangunan Pelengkap

RANGKUMAN
I. PENGELAKAN SUNGAI
1) Metoda pengelakan sungai sebelum pelaksanaan konstruksi bendungan, dipilih
dengan mempetimbangkan biaya pengalihan/pengelakan sungai dengan resiko yang
dihadapi.
2) Untuk bendungan kecil yang dapat diselesaikan dalam waktu satu musim kering, dapat
mempertimbangkan untuk menggunakan debit banjir tahunan saat musim kering
terjadi. Namun, dengan pertimbangan faktor keamanan, biasanya diambil banjir
rencana minimal 5 tahunan. Periode ulang banjir untuk mendesain bangunan pengelak
atau besar resiko yang dapat ditoleransi harus ditetapkan berdasarkan analisis
hidrologi. Banjir rencana pada periode ulang yang berbeda unruk penentuan desain
saluran pengelak dapat ditentukan dengan beberapa cara, menurut SNI 03-2415-1991,
SNI 03-3412-1994 atau pedoman-pedoman lainnya.
3) Cara praktis untuk mengalihkan aliran sungai selama konstruksi berlangsung adalah
menggunakan salah satu atau kombinasi dari cara berikut :
- Terowongan (tunnel) yang digali melalui bukit tumpuan.
- Konduit yang melalui fondasi bendungan.
Konduit atau terowongan kadang-kadang dibuat cukup besar untuk mengalihkan aliran
sungai. Untuk aliran sungai yang kecil, aliran sungai dapat di-bypass dengan
menggunakan pipa-pipa baja atau beton.
4) Pada suatu lembah yang sempit, yang tidak mungkin untuk dilakukan penggalian
fondasi bendungan tanpa mengalihkan aliran sungai terlebih dahulu,
pengalihan/pengelakan sungai melalui terowongan akan lebih layak dibandingkan
saluran konduit. Terowongan tersebut dapat dibuat pada satu sisi bukit tumpuan atau
pada dua bukit tumpuannya. Terowongan pengelak ini nantinya dapat dimanfaatkan
dan dikombinasikan sebagai bangunan pelimpah, sehingga dapat menekan biaya
proyek secara keseluruhan. Apabila memungkinkan, terowongan kembar (misalnya,
satu pada setiap tebing) sering digunakan untuk alasan keamanan dan kemudahan.

63
Bangunan Pelengkap

5) Alternatif selain terowongan adalah konduit atau gorong-gorong sebagai saluran


pengelakan sungai, lebih cocok diterapkan pada pondasi batuan yang lebih jelek dan
pada lembah yang cukup lebar.
6) Bendungan pengelak (cofferdam) adalah bersifat sementara yang digunakan untuk
mengalihkan aliran sungai atau menutup suatu daerah tertentu selama konstruksi
bendungan dilakukan. Tinggi bendungan pengelak ini harus didesain bersama-sama
dengan ukuran bukaan terowongan/konduit, sehinga tercapai kondisi ang optimum,
ditinjau dari keamanan dan ekonominya. Studi optimalisasi harus mencangkup studi
tinggi bendungan pengelak terhadap kapasitas aliran sungai yang melalui
terowongan/konduit, termasuk penelusuran banjir (flood routing) dari debit banjir yang
didesain.
7) Penutupan permanen terowongan pengelak dapat dilakukan menggunakan beton
penyumbat (concrete plugging) di dalam terowongan. Bila terowongan pengelak
(sementara) ini juga digunakan sebagai terowongan spillway, penyumbat biasanya
diletakkan di bagian hulu dari bagian pertemuan terowongan. Kunci penahan
(keyways) terhadap geser dapat dibuat pada batuan fondasi atau lining terowongan.
Untuk perkuatan dan menjamin kekedapannya, disekeliling penyumbat biasanya
digrouting. Penutupan sungai boleh dilakukan dengan memperhatikan syarat-syarat
spesifikasi debit sungai dan setelah memperoleh kepastian hasil kajian hidrologi
dengan menggunakan periode air rendah yang paling menguntungkan.

II. BANGUNAN PELIMPAH


1) Fungsi utama bangunan pelimpah (spillway) adalah membuang kelebihan air waduk,
sehingga air tidak melimpasi puncak bendungan (overtopping) yang dapat
membahayakan bendungan, terutama bendungan tipe urugan tanah. Bila pelimpah
tersebut dilengkapi dengan pintu untuk mengendalikan aliran banjir, disebut sebagai
pelimpah berpintu (gated spillway). Bila tidak, disebut sebagai pelimpah tidak berpintu
(ungated spillway). Kapasitas pelimpah tersebut harus didesain menggunakan banjir
dengan kala ulang tertentu, sesuai dengan NSPM (Misalnya, untuk bendungan dengan
tinggi > 40 m dan di hilirnya mempunyai resiko tinggi, kapasitas pelimpah didesain
dengan PMF).

64
Bangunan Pelengkap

2) Untuk pelimpah yang dibangun pada timbunan bendungan, perlu perhatian khusus
pada bagian transisi (bidang kontak) antara timbunan tanah dengan dinding beton
yang merupakan bagian terlemah untuk dilewati air. Bila kondisi topografi
memungkinkan, bangunan pelimpah sebaiknya dibangun terpisah dari bendungan
utama, untuk menghindari pengaruh rembesan melalui bidang kontak.
3) Bagian-bagian penting dari bangunan pelimpah, adalah :
- Saluran depan/masuk, untuk mengalirkan dan mengontrol air dari waduk.
- Konduit/saluran untuk mengalirkan aliran air waduk dari bangunan/saluran depan
ke bagian level muka air rendah bagian hilirnya.
- Bangunan pengeluar untuk meredam energi aliran air yang cepat dan
mengalirkannya ke saluran balik.
4) Beberapa jenis bangunan pelimpah yang sering digunakan sebagai bangunan
pengeluaran air dari waduk, adalah :
- Ogee (berpintu atau tidak berpintu)
- Ambang jatuh bebas (free overfall)
- Syphon
- Shaft atau morning glory
- Side channel
- Terowongan
5) Penambahan bangunan pelimpah darurat (emergency spillway) untuk menambah
kapasitas bangunan pelimpah layanan (service spillway) akan mengurangi biaya
konstruksi serta menambah faktor keamanan terhadap pelimpasan puncak
(overtopping) tanpa mengurangi efesiensi operasi normal waduk. Bila topografinya
memungkinkan dapat dibuat pelimpah darurat untuk mengeluarkan air waduk pada
kondisi darurat. Pelimpah darurat ini dapat berupa timbunan tanah yang pada elevasi
tertentu dibuat dengan timbunan dari pasir kasar dan kerikil yang dibuat mudah
tergerus oleh air. Elevasi bagian timbunan yang mudah tergerus lebih tinggi sedikit
dibandingkan dengan elevasi mercu pelimpah utama. Pelimpah darurat ini disebut
sebagai ”fuseplug dyke”.

65
Bangunan Pelengkap

6) Penampang pelimpah yang sering digunakan adalah bentuk “ogee”, rumus yang
digunakan adalah dari U.S Army Corps of Engineers untuk memperoleh koordinat (x,y),
yakni : X1.85 = 2 Hd0.85 y.

III. BANGUNAN PENGELUARAN


1) Bangunan pengeluaran (outlet works) adalah suatu bangunan untuk melepaskan air
dari waduk pada kondisi muka air waduk normal. Bangunan pengeluaran tersebut juga
dapat diletakkan di dekat dasar waduk, untuk mengeluarkan air waduk pada kondisi
darurat (bottom outlet). Pada umumnya, suatu konduit tertekan/tertutup yang
membawa air melalui bendungan dianggap sebagai bangunan pengeluaran (outlet
works) dibandingkan pelimpah (spillway). Namun konduit pengeluaran ini kadang-
kadang juga dapat digabung dengan bangunan pelimpah. Bangunan pengeluaran ini
dapat berupa konduit melalui bendungan beton, konduit melalui bendungan urugan
tanah, pipa atau penstock atau konduit di dalam suatu terowongan yang digali di luar
bendungan
2) Komponen-komponen bangunan pengeluaran (outlet) adalah :
- Saluran masuk, fungsinya untuk membawa/mengalirkan air dari waduk.
- Bangunan pemasukan (intake), fungsinya untuk memasukkan air waduk ke dalam
bangunan pengeluaran.
- Rumah pintu atau katup, tempat pintu atau katup dioperasikan melepaskan air
waduk.
- Konduit, saluran pembawa air melalui bendungan.
- Peredam energi, suatu bangunan untuk mengurangi energi dan kecepatan aliran
air.
- Saluran balik (return channel), saluran untuk pembuangan air kembali ke sungai.
3) Bangunan pengambil (intake) adalah berfungsi sebagai mulut pemasukan langsung
dari waduk. Bangunan intake juga dilengkapi dengan pintu pengatur aliran, saringan
sampah (trashrack) dan saringan ikan (fish screen), bila diperlukan serta fasilitas untuk
alat penutup bulkhead atau stoplogs.

66
Bangunan Pelengkap

4) Konstruksi saringan sampah tergantung dari ukuran konduit, pintu pengatur, air yang
diambil, kondisi sampah di waduk dan alat/cara membersihkan sampah, hal tersebut
akan mempengaruhi jenis saringan dan ukuran bukaan.
5) Pada umumnya, kinerja hidraulis bangunan pengeluaran adalah bersifat seperti
saluran terbuka dan konduit tertutup/tertekan (pressured conduit). Analisis aliran di
dalam saluran terbuka adalah berdasarkan prinsip aliran langgeng yang tidak seragam
(steady nonuniform flow). Sedangkan aliran penuh di dalam pipa tertutup adalah
dianggap aliran tertekan. Kolam olak, baffle atau blok-blok peredam energi digunakan
untuk mengurangi energi aliran pada bagian hilir bangunan pengeluaran.
6) Bila pintu dipasang di bagian hilir mulut pemasukan dari suatu konduit, bagian atas
pintu dalam kondisi mengalami tekanan. Suatu konduit yang tidak berpintu juga dalam
kondisi aliran penuh dan tertekan, tergantung geometri inletnya. Untuk aliran melalui
sistim pipa tertutup/tertekan, berlaku hukum Bernoulli, HT = hL + hc ; dimana HT adalah
total head, hL adalah kehilangan tinggi tekanan kumulatif dan hc adalah kehilangan
tinggi tekanan akibat kontraksi. Kehilangan tinggi tekanan kumulatif harus
diperhitungkan sebagai akibat adanya trashrack, mulut pemasukan, bentuk
belokan/tekukan, pintu atau katup, gesekan dan lain-lain.

67
Bangunan Pelengkap

DAFTAR PUSTAKA

1) Bharat Singh & HD Sharma, Earth and Rockfill dams, Sarita Prakashan, Meerut, India,
1982.
2) Bureau of Reclamation, 1977. Design of Small Dams. Denver Colorado, 1977.
3) Bharat Singh, Fundamentals of Irrigation Engineering, N.C.Jain, Roorkee Press, 7th
edition, India 1982.
4) Calvin V.Davis, Handbook of Applied Hydraulics, McGraw-hill Book Company, Inc,
New York-Toronto-London-Tokyo, second edition, 1962.
5) R.S. Varsney, S.C.Gupta, Theory &Design of Irrigation Structures, Vol.II Canal and
Storage Works, Nem Chand & Bros, Roorkee, India, 1982

68

Anda mungkin juga menyukai