Vol, No, Tahun dan Halaman : Volume 143, No2, Th 2008, Halaman 145-153
Latar Belakang :
Tubuh manusia terdiri dari 60 triliun sel yang berasal dari satu sel telur yang dibuahi.
Ini menunjukkan bahwa sel-sel dalam tubuh melalui kira-kira 46 putaran pembelahan sel atau
mitosis. Selama mitosis, kromosom, bundel DNA, membentuk struktur yang dipadatkan untuk
memastikan transmisi DNA genom yang digandakan. Untuk itu materi ini perlu diulas untuk
mengetahui bagaimana 2m DNA genom yang ada di setiap sel manusia dikemas menjadi
kromosom mitosis kompak yang 10.000 kali lebih pendek.
Hasil dan Pembahasan :
A. Pandangan Klasik
Pada 1970-an, orang percaya bahwa kondensasi kromosom mitosis dicapai dengan
modifikasi histon. Model yang berlaku pada waktu itu menyarankan bahwa fosforilasi mitosis
dari histone H1 menciptakan serat kromatin mitosis yang entah bagaimana dirakit sendiri
menjadi struktur tingkat tinggi. Pada akhir 1970-an, Laemmli dan rekan mengusulkan
hipotesis baru bahwa struktur kromosom muncul dari satu set protein non-histone yang
melipat serat kromatin menjadi loop, dengan mengisolasi kromosom yang kekurangan
histone. Didapatkan hasl bahwa DNA tetap terorganisir oleh residu protein non-histone yang
strukturnya mempertahankan ukuran dan bentuk kromosom asli.
Pada tahun 1978, model klasik lain, yang disebut “model lipat heliks hierarkis”
diusulkan dari pengamatan ekstensif menggunakan mikroskop elektron tegangan tinggi. Teori
ini menjelaskan bahwa serat kromatin 30 nm dilipat menjadi serat 100 nm dan kemudian
secara progresif menjadi serat 200-250 nm yang melilit untuk membentuk kromosom mitosis
akhir, yaitu hierarki dalam kromosom berdasarkan struktur heliks reguler.
B. Penemuan Kondensin
Pada tahun 1994, tiga kelompok secara independen membuat penemuan penting
dalam studi kromosom. Hirano dan Mitchison mengidentifikasi serangkaian polipeptida terkait
kromosom (CAPs) diXenopus ekstrak telur. Dari jumlah tersebut, dua protein yang melimpah,
CAP-C dan CAP-E, terbukti memiliki kesamaan urutan dengan keluarga protein dalam ragi
pemula, yang kemudian disebut keluarga 'pemeliharaan struktural kromosom' (SMC).
Karakterisasi CAP selanjutnya mengarahkan Hirano dan rekan-rekannya pada penemuan
kompleks protein yang disebut kondensin, yang terdiri dari lima subunit yang berbeda,
termasuk heterodimer CAP-C (SMC4) dan CAP-E (SMC2). Ketika kondensin habis dari
Xenopus ekstrak menggunakan antibodi spesifik, kondensasi kromosom mitosis rusak, dan
kromatin membentuk puff bengkak, bukan struktur kompak. Ketika kompleks kondensin murni
ditambahkan kembali ke ekstrak habis, kondensasi kromosom pulih, menyiratkan bahwa
kompleks memiliki peran kunci dalam proses kondensasi kromosom. Hal ini menunjukkan
bahwa bahwa kondensin diperlukan untuk integritas struktural kromosom, tetapi tidak untuk
kondensasi kromosom.
Kesimpulan
Kesimpulannya, dari aspek struktural dan model kromosom mitosis. Bahwa struktur
kromosom dan proses kondensasinya secara langsung terkait dengan regulasi global
replikasi DNA dan ekspresi gen dalam genom. Diketahui hampir seluruh urutan genom dari
banyak organisme, termasuk homo sapiens, pemahaman tentang struktur kromosom
memberikan wawasan baru ke dalam ilmu genom dan memungkinkan untuk menguraikan
'kode tersembunyi' untuk menentukan perancang kromosom tingkat tinggi.