Anda di halaman 1dari 3

Nama : Alifia Maghfironi

NIM : 19620014/ Biologi B

Judul : Packaging the Genome: the Structure of Mitotic


Chromosomes

Penulis : Kazuhiro Maeshima dan Mikhail Eltsov

Nama Jurnal : Jurnal Biokimia

Vol, No, Tahun dan Halaman : Volume 143, No2, Th 2008, Halaman 145-153

Latar Belakang :

Tubuh manusia terdiri dari 60 triliun sel yang berasal dari satu sel telur yang dibuahi.
Ini menunjukkan bahwa sel-sel dalam tubuh melalui kira-kira 46 putaran pembelahan sel atau
mitosis. Selama mitosis, kromosom, bundel DNA, membentuk struktur yang dipadatkan untuk
memastikan transmisi DNA genom yang digandakan. Untuk itu materi ini perlu diulas untuk
mengetahui bagaimana 2m DNA genom yang ada di setiap sel manusia dikemas menjadi
kromosom mitosis kompak yang 10.000 kali lebih pendek.
Hasil dan Pembahasan :

A. Pandangan Klasik

Pada 1970-an, orang percaya bahwa kondensasi kromosom mitosis dicapai dengan
modifikasi histon. Model yang berlaku pada waktu itu menyarankan bahwa fosforilasi mitosis
dari histone H1 menciptakan serat kromatin mitosis yang entah bagaimana dirakit sendiri
menjadi struktur tingkat tinggi. Pada akhir 1970-an, Laemmli dan rekan mengusulkan
hipotesis baru bahwa struktur kromosom muncul dari satu set protein non-histone yang
melipat serat kromatin menjadi loop, dengan mengisolasi kromosom yang kekurangan
histone. Didapatkan hasl bahwa DNA tetap terorganisir oleh residu protein non-histone yang
strukturnya mempertahankan ukuran dan bentuk kromosom asli.
Pada tahun 1978, model klasik lain, yang disebut “model lipat heliks hierarkis”
diusulkan dari pengamatan ekstensif menggunakan mikroskop elektron tegangan tinggi. Teori
ini menjelaskan bahwa serat kromatin 30 nm dilipat menjadi serat 100 nm dan kemudian
secara progresif menjadi serat 200-250 nm yang melilit untuk membentuk kromosom mitosis
akhir, yaitu hierarki dalam kromosom berdasarkan struktur heliks reguler.
B. Penemuan Kondensin
Pada tahun 1994, tiga kelompok secara independen membuat penemuan penting
dalam studi kromosom. Hirano dan Mitchison mengidentifikasi serangkaian polipeptida terkait
kromosom (CAPs) diXenopus ekstrak telur. Dari jumlah tersebut, dua protein yang melimpah,
CAP-C dan CAP-E, terbukti memiliki kesamaan urutan dengan keluarga protein dalam ragi
pemula, yang kemudian disebut keluarga 'pemeliharaan struktural kromosom' (SMC).
Karakterisasi CAP selanjutnya mengarahkan Hirano dan rekan-rekannya pada penemuan
kompleks protein yang disebut kondensin, yang terdiri dari lima subunit yang berbeda,
termasuk heterodimer CAP-C (SMC4) dan CAP-E (SMC2). Ketika kondensin habis dari
Xenopus ekstrak menggunakan antibodi spesifik, kondensasi kromosom mitosis rusak, dan
kromatin membentuk puff bengkak, bukan struktur kompak. Ketika kompleks kondensin murni
ditambahkan kembali ke ekstrak habis, kondensasi kromosom pulih, menyiratkan bahwa
kompleks memiliki peran kunci dalam proses kondensasi kromosom. Hal ini menunjukkan
bahwa bahwa kondensin diperlukan untuk integritas struktural kromosom, tetapi tidak untuk
kondensasi kromosom.

C. Peran Kation Dalam Kondensasi Kromosom


Selain faktor protein, seperti kondensin atau topoisomerase II, kation adalah peserta
penting dalam kondensasi kromosom. Dengan adanya kation, kondensasi DNA dihasilkan
dari netralisasi muatan, karena pengikatan kation secara khusus pada DNA fosfat
menurunkan tolakan elektrostatik keseluruhan antara daerah DNA yang berdekatan.
'Pembukaan' dan 'penutupan' kromatin dengan netralisasi muatan DNA mungkin juga terlibat
dalam regulasi gen global sebagai akibat dari modifikasi ekor histon, seperti fosforilasi,
asetilasi, dan metilasi. Meskipun ada banyak kation divalen yang tersedia dalam sel, tidak
semua kation divalen tampaknya berfungsi.

D. Fungsi Urutan Berulang Di Dalam Genom


Setelah hampir seluruh genom manusia telah diurutkan, diketahui bahwa genom
manusia sebagian besar terdiri dari sekuens DNA berulang. Di antara sekuens berulang, DNA
satelit berkerumun di area diskrit, seperti sentromer, sedangkan kelompok lain seperti elemen
nuklir sela pendek (SINEs) dan elemen nuklir sela panjang (GARIS) tersebar di seluruh
genom. DNA untai ganda memiliki sifat perakitan sendiri dalam larutan berair yang
mengandung konsentrasi fisiologis kation divalen. Ohyama dan rekanrekannya menemukan
bahwa molekul DNA secara istimewa berinteraksi dengan molekul dengan urutan dan
panjang yang identik, bahkan dalam larutan yang mengandung spesies DNA heterogen.
E. Model Struktur Kromosom
Secara alami, kromatin membentuk agregat dengan adanya konsentrasi kation divalen
atau multivalen yang tepat. Namun, kondensasi kromosom mitosis bukan hanya proses
agregasi kromatin. Serat kromatin harus diatur dengan cara yang menjaga tanda epigenetik
dari transkripsi gen aktif dan tidak aktif dalam genom, yang entah bagaimana dipertahankan
selama kondensasi dan dekondensasi kromosom. Misalnya, diketahui bahwa sejumlah
promotor gen tidak memadat secara ketat dalam kromosom mitosis melalui mekanisme yang
disebut 'bookmark' selama mitosis.

Kesimpulan

Kesimpulannya, dari aspek struktural dan model kromosom mitosis. Bahwa struktur
kromosom dan proses kondensasinya secara langsung terkait dengan regulasi global
replikasi DNA dan ekspresi gen dalam genom. Diketahui hampir seluruh urutan genom dari
banyak organisme, termasuk homo sapiens, pemahaman tentang struktur kromosom
memberikan wawasan baru ke dalam ilmu genom dan memungkinkan untuk menguraikan
'kode tersembunyi' untuk menentukan perancang kromosom tingkat tinggi.

Anda mungkin juga menyukai