Anda di halaman 1dari 32

1

TOLERANSI DAN SUAIAN

Tujuan Pembelajaran
• Menjelaskan pentingnya toleransi
• Membedakan toleransi umum, toleransi khusus dan toleransi bentuk.
• Menjelaskan toleransi suaian.

Kreterian Penilaian
1. Menjelaskan istilah-istilah dalam toleransi.
2. Menjelaskan pengertian tingkat toleransi.
3. Menjelaskan pengertian daerah toleransi.
4. Menjelaskan pengertian suaian.
5. Menjelaskan macam-macam suaian.
6. Menjelaskan penggunaan toleransi geometris.
7. Membaca tabel suaian.
8. Membuat gambar kerja lengkap dengan suaiannya.
9. Membaca gambar kerja yang lengkap.

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


2

TOLERANSI - SUAIAN

7.1. Pengertian toleransi


Benda kerja tidak dapat dibuat dengan ukuran jadi yang tepat oleh
karena itu dibutuhkan toleransi , maka setiap ukuran benda kerja memiliki
toleransi : yaitu batas-batas penyimpangan ukuran maksimum dan minimum
dari ukuran nominal yang masih diijinkan. ( jika dikaitkan dengan assembling.,
maka itu suaian)
7.2. Notasi dan definisi

Gambar 7.1. Notasi dan definisi

a. Ukuran nominal (nominal size) / N:


Ukuran yang diinginkan/yang tertulis pada gambar tanpa memperhatikan
toleransi.
b. Ukuran aktual (actual zize) / I :
Ukuran yang diperoleh dari hasil pengukuran. Ukuran aktual yang
dimaksudkan di sini tentu saja ukuran yang masih diijinkan.
c. Penyimpangan
• Penyimpangan atas / U
Selisih antara ukuran nominal dan ukuran aktual terbesar yang
diijinkan.

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


3

• Penyimpangan bawah / L :
Selisih antara ukuran nominal dan ukuran aktual terkecil yang diijinkan.
d. Toleransi (Tolerance) atau IT :
Harga absolut dari selisih penyimpangan atas dan penyimpangan bawah.
e. Garis dasar/garis nol (reference) :
Garis yang dipakai sebagai dasar dimulainya penyimpangan. Garis
dasar/garis nol ini indentik dengan garis ukuran nominal.
f. Kelonggaran (Clearance) / E :
Selisih antara ukuran lubang dan ukuran poros pasangan suaiannya (ukuran
lubang lebih besar dari pada ukuran poros).
g. Kesesakan (interference) / F :
Selisih antara ukuran lubang dan ukuran poros pasangan suaiannya (ukuran
lubang lebih kecil dari pada ukuran poros).

Gambar 7.2. Kelonggaran dan kesesakan

h. Suaian (Fit):
Hubungan yang dihasilkan oleh pasangan poros dan lubang.
Jenis suaian :
• Suaian longgar (clearance fit) : Suaian yang memiliki kelonggara.
• Suaian transisi (transition fit) : Suaian yang dapat memiliki kelonggaran
kecil maupun kesesakan kecil.
• Suaian sesak (press fit) : Suaian yang memliki kesesakan.

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


4

Gambar 7.3. Suaian

7.3. Tingkat toleransi (kualitas toleransi)


Besarnya toleransi ditentukan oleh :
• Kehalusan suaian
• Cara pengerjaan
• Tujuan penggunaan (suaian yang diinginkan).

Oleh sebab itu toleransi harus berbeda-beda (karena alasan ekonomis)


Besaran 1 samapi dengan 500 mm dibagi menjadi 13 daerah ukuran nominal.
Sedangkan toleransi dibagi menjadi 18 tingkat toleransi ( IT 01 ; IT 0 ; IT 1 ; IT2 ; ….. ;
IT 16) atau toleranasi dasar atau kualitas ( 01 ; 0 ; 1 ; 2 ; ………. ; 16)
IT 01 : tingkat toleransi terhalus
IT 16 : tingkat tolreansi terkasar
Pemakaian tingkat toleransi :
• IT 01 sampai IT 4 : alat-alat ukur, gauge, peralatan presisi tinggi.
• IT 5 sampai IT 11 : mesin perkakas
• IT 12 samapi IT 16 : hasil pengerjaan rol dan pres

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


5

Tabel 1. tabel toleransi dasar (bidang toleransi) IT

Hubungan antara toleransi dengan ongkos pengerjaan


Semakin kecil (sempit) penyimpangan ukuran yang diijinkan dari suatu
benda kerja, akan semakin sulit pengerjaan benda tersebut, dan akibat
selanjutnya, ongkos pengerjan akan semakin mahal.
Karena itu dalam memilih toleransi dasar atau daerah penyimpangan harus
diambil seluas mungkin tapi tidak boleh mengabaikan persyaratan
konstruksinya. Dengan kata lain toleransi diambil sebesar mungkin, sehalus
mungkin.

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


6

Mengingat ongkos pembuatan berhubungan erat dengan tingkat toleransi, maka


hal-hal dibawah ini perlu dipertimbangkan :
a. Dalam daerah toleransi yang sama, ongkos pembuatan lubang jauh lebih
mahal jika dibandingkan dengan pembuatan poros.
b. Pada pembuatan poros, ongkos produksi akan naik dengan cepat pada
toleransi < 25  .
c. Sedang pada pembuatan lubang, ongkosnya sudah terasa naik dengan
cepat pada toleransi < 50  .
Dalam grafik ini akan jelas kelihatan bagaimana hubungan antara ongkos
produksi dengan toleransi,

Gambar 7.4. Grafik hubungan toleransi dan ongkos pengerjaan.

Contoh pemakaian diagram diambil > 50 mm – 80 mm.


Ditinjau dari segi ekonomik (ongkos pengerjaan) poros dibuat dengan dengan
kualitas IT 7. sedangkan lubangnya dibuat kualitas IT 8 atau lebih besar.

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


7

Tingkat toleransi IT 5 IT 6 IT 7 IT 8 IT 9 IT 10 IT 11
Penyimpangan 13 19 30 40 74 120 190
(  m)

Lubang
Poros

Agar ongkos pembuatan poros dan lubang (dalam satu suaian) kira-kira sama,
maka orang memilih kuatlitas lubang “selalu lebih besar” dari pada porosnya
Misal Ǿ 40 F8 /h7
Seandainya terpaksa dipilih kualitas 6 atau 5 untuk poros dan kualitas 7 atau 6
untuk lubang, maka orang harus maklum kalau ongkos pembuatannya mahal
karena itulah kosekuensinya.

7.4. Tempat kedudukan toleransi ISO


Setelah besarnya toleransi (harga absolut dari selisih penyimpangan atas
dan penyimpangan bawah) ditentukan, maka tempat kedudukan toleransi
terhadap garis dasar/garis nol harus juga ditentukan. Maksudnya agar ukuran
terbesar dan ukuran terkecil yang diijinkan dari suatu benda kerja diartikan
secara pasti.
Tempat kedudukan untuk toleransi ISO ini dinyatakan dengan huruf yaitu :
Huruf besar untuk ukuran dalam/lubang
Huruf kecil untuk ukuran luar/poros
Adapun huruf-huruf yang dipakai adalah sebagai berikut :
• Untuk lubang : A B C D E F G H J K M N P R S T U X Y Z ZA ZB ZC.
• Untuk poros : a b c d e f g h j k m n p r s t u v x y z za zb zc
Setiap huruf menunjukkan kedudukan tertentu dari toleransi terhadap garis nol.
Huruf A (a) dan Z (z) menyatakan bahwa toleransi (bidang toleransi)
mempunyai jarak yang terbesar dari garis nol.

Untuk lubang : Bidang toleransi A : di atas garis nol


Bidang toleransi Z : di bawah garis nol
Bidang toleransi H : sisi bawah dari bidang pada hgaris nol.

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


8

Untuk poros : Bidang toleransi a : di bawah garis nol


Bidang toleransi z : di atas garis nol
Bidang toleransi h : sisi atas dari bidang pada garis nol.

Tempat kedudukan toleransi ISO

Lubang Poros

Gambar 7.5. Tempat kedudukan toleransi

Di belakang huruf yang menyatakan tempat kedudukan bidang toleransi


terhadap garis nol masih dituliskan sebuah bilangan yang menyatakan lebarnya
bidang toleransi tersebut identik dengan kualitas.
Contoh :
Ǿ 40 H7

Ukuran diameter nominal Kualitas 7 atau IT 7

Kedudukan
Daerah toleransi lubang :
Sisi bawah dari bidang toleransi terletak pada garis nol

+ 0,025

Ǿ 40 H7 artinga Ǿ 40 0
Contoh tempat kedudukan bidang toleransi ISO terhadap garis nol
1. Ukuran lubang dengan diemater nominal > 30 …….50 mm

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


9

Gambar 7.6. Tempat kedudukan lubang

2. Ukuran poros dengan diameter nominal > 30 ……… 50 mm

Gambar 7.7. Tempat kedudukan poros.

7.5. Suaian
7.5.1. Sistem Suaian
Yang dimaksud sistem suaian adalah deret dari pasangan toleransi ISO
untuk lubang dan poros yang disusun secara sistematik. Untuk penyusunan ini
diperlukan suatu basil (dasar). Dengan basis itulah disusun dua macam sistem
suaian :
a. Sistem basis lubang
b. Sistem basis poros.
a. Sistem basis lubang :
Pada sistem ini deret pasangan suaian disusun dengan basis toleransi “H” artinya :
• Lubang memiliki toleransi “H”
• Poros dapat memiliki toleransi “a” s/d “zc”
Ukuran terkecil yang diijinkan dari lubang dipakai sebagai ukuran
nominal/garis nol.

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


10

Gambar 7.8. Sistem basis

b. Sistem basis poros :


Pada sistem ini deret pasangan suaian disusun denga basis toleransi “h” artinya
:
• Poros memiliki daerah toleransi “h”
• Lubang dapat memiliki toleransi “A” s/d “ZC”
Ukuran terbesar yang diijinkan dari poros dipakai sebagai ukuran
nominal/garis nol.
Tabel 2. suaian
Sistem basis lubang Karakter suaian Sistem basis poros
Lubang Poros Lubang Poros
a b c cd d e Sauaian longgar A B C CD D E
ef f fg f h EF F FG F H
H js j k m n Suaian transisi JS J K M N h
P r s y u v x Suaian sesak P R S Y UV X
y z za zb zc Y Z ZA ZB ZC

Pemilihan kualitas untuk melengkapi tabel diatas maka diuraikan pada baian
berikut.

7.5.2. Pemilihan kualitas


Untuk menghindari jumlah pilihan kuslitas pasangan tolrensi suaian yang
terlalu besar dan tidak ada manfaatnya, maka dibuat sebuah tabel kualitas.
Adapun bidang yang berada di dalam bingkai lebih diutamakan pemakaiannya.

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


11

POROS

g5 h5 js5 k5 m5 n5 p5 r5 s5 t5
f6 g6 h6 js6 k6 m6 n6 p6 r6 s6 t6
e7 f7 h7 js7 k7 m7 n7 p7 r7 s7 t7 u7
d8 e8 f8 h8
d9 e9 h9
a11 b11 c11 h11

LUBANG

G6 H6 JS6 K M N P R S T
6 6 6 6 6 6 6
F7 G7 H7 JS7 K M N P R S7 T7 U
7 7 7 7 7 7
E8 F8 H8 JS8 K M N P R
8 8 8 8 8
D9 E9 F9 H9
D10 E1 F1 H10
0 0
A11 B11 C11 D11 H11

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


12

Tabel 3 Penggunaan suaian

Suaian H8 H7 Keterangan Contoh penggunaan


Poros
d9 Longgar besar Bantalan luncur untuk selisih
temperatur yang besar. Bantalan
e8 Longgar masih tuas
longgar terasa
h9 Dapat digeser Kopling geser, Ring jarak
dengan ringan
f7 Longgar sekali Poros engkol, Torak, Katup
g8 Longgar tidak terasa Bantalan luncur pada mesin
perkakas
h7 h6 Jika dilumasi masih Roda gigi ganti
dapat digeser Pinol pada kepala lepas (tailstock)
js6 Dengan tangan Bantalan gelinding, Pasak posisi
disertai tekanan
kecil masih dapat
digeser
k6 Dengan hammer Handwheel, Kopling, Puli sabuk,
Transisi tangan disertai Bantalan gelinding.
sedikit tekanan
bagian suaian
dipasang
n6 Dengan hammer Pemindah momen puntir dengan
tangan bagian pengaman
suaian dipasang
p6 Bagian suaian Pemindah momen puntir ringan
Sesak dipasang dengan tanpa pengaman
r6 pengepresan atau
pemanasan atau
s6
pendinginan

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


13

Suaian h9 h6 Keterangan Contoh penggunaan


Lubang
H11 Longgar terbesar Lubang baut
D10 Longgar sangat Bantalan luncur untuk mesin
besar pertanian
E9 Longgar besar Selinder untuk torak
Longgar
F8 Longgar terasa Bantalan luncur (bush)
G7 Longgar tidak terasa Pandu (guide) presisi
H9 Masih dapat digeser Pasak (pada roda)
dengan tangan
H7 Kopling geser
JS9 Masih dapat digeser Pasak pada roda
dengan tangan
JS7 disertai sedikit Bagian-bagian yang sering
tekanan. dipasang dan dilepas : hand wheel,
roda gigi ganti, puli sabuk.
K7 Suaian dipasang Handwheel, kopling, puli sabuk
dengan hammer
tangan disertai
sedikit tekanan
Transisi
N7 Suaian dipasang Pasak silindrik
dengan hammer
tangan
P9 Suaian dipasang Pasak (pada poros)
dengan pres tangan
Sesak P7 Suaian dipasang Pemindah momen puntir ringan
dengan pengepresan tanpa pengaman.
atau pemanasan
atau pendinginan

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


14

Tabel 5. Penyimpangan dari suaian yang diutamakan


Tabel 5a. Penyimpangan ukuran lubang

Tabel 5b. Penyimpangan ukuran poros

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


15

Contoh bidang toleransi ISO untuk suaian


Ukuran nominal < 18 ……….. 30 mm
1. Sistem basis lubang

2. Sistem basis poros.

Tabel 6a. Nilai penyimpangan lubang untuk tujuan umum

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


16

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


17

Tabel 6b. Nilai penyimpangan lubang untuk tujuan umum

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


18

Tabel 7a. Nilai penyimpangan poros untuk tujuan umum

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


19

Tabel 7b. Nilai penyimpangan poros untuk tujuan umum

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


20

7.6. Toleransi Umum


Pada prinsipnya setiap ukuran yang terdapat pada gambar kerja
(gambar bengkel) harus selalu disertai dengan toleransi atau penyimpangan.
Ukuran-ukuran yang tidak mempunyai karakter “suaian yang istimewa” serta
tuntutan ketelitian yang tinggi dijelaskan dengan “toleransi umum” yang pada
gambar kerja ditulis pada sudut kiri atas atau pada sudut kanan bawah pada
kepala gambar.
Dengan adanya toleransi umum ini maka pekerjaan menggambar dapat
diringankan. Demikian juga pekerjaan pekerjaan konstruksi, pengerjaan serta
kontrol dapat dipermudah karena hanya ada satu bilangan toleransi.

Tabel 8. Toleransi umum untuk ukuran panjang


Ukuran nominal
Tingkat
ketelitian 0,5 ..3 >3 …6 >6 …30 >30 .60 >60..125 >125 >1000..2000
..1000
Penyimpangan
Halus ± 0,05 ± 0,05 ± 0,1 ± 0,15 ± 0,2 ± 0,3 ± 0,5

Menengah ± 0,1 ± 0,1 ± 0,2 ± 0,3 ± 0,5 ± 0,8 ± 1,2

Kasar ± 0,15 ± 0,2 ± 0,5 ± 0,8 ± 1,2 ±2 ±3


Semua ukuran dalam : mm

Tabel 9. Toleransi umum untuk radius


Ukuran nominal
Tingkat
ketelitian >0,5 ….3 >3 …6 >6…30 >30 …120 >120 …315
Penyimpangan
Halus
± 0,2 ± 0,5 ±1 ±2 ±4
Menengah
Kasar ± 0,2 ±1 ±2 ±4 ±8
Semua ukuran dalam : mm

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


21

Tabel 10. toleransi umum untuk ukuran sudut

Ukuran Ukuran nominal (mm)


nomi-nal < 10 > 10 ….50 > 10 ….50 > 120 …400
panjang
kaki Penyimpangan *)
sudut
yang
pendek
Satuan Derajad mm Derajad mm Derajad mm Derajad mm
Tingkat menit 100 mm menit 100 mm menit 100 mm menit 100 mm
kehalusan
Halus
± 1o ± 1,8 ± 30’ ± 0,9 ± 20’ ± 0,6 ± 10’ ± 0,3
Menengah
Kasar ±1o30’ ± 2,6 ± 50’ ± 1,45 ± 25’ ± 0,7 ± 12’ ± 0,45

*) keterangan tentang satuan ukuran penyimpangan


Ukuran penyimpangan sudut dapat dipilih dalam satuan
a. Derajad menit
b. mm / 100 mm
1 mm / 100 mm = 0,573o = 34,38oi = 1 sentirad
0,1 mm / 100 mm = 1 milirad
1 rad = 57,3o

7.7. Toleransi Bentuk dan Toleransi Posisi

7.7.1. Umum
Toleransi bentuk dan toleransi posisi dapat diberikan sebagai pelengkap
toleransi ukuran agar benda kerja memiliki baik fungsi maupun kemampuan
tukar (interchange ability).
7.7.1.1. Toleransi bentuk
Toleransi ini membatasi penyimpangan dari masing-masing bagian (yang
diberi toleransi) terhadap bentuk geometik ideal (yang dikehendaki).
7.7.1.2. Toleransi Posisi
Toleransi ini membatasi penyimpangan posisi dari bagian satu atau lebih
terhadap satu bagian lain atau lebih yang dipilih sebagai basis. Agar
toleransi posisi hanya mempunyai satu pengertian sesuai dengan maksud
yang akan dicapai, maka basis harus jelas (elemen basis diberi tanda
berupa huruf besar).

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


22

Gambar 7.9. Simbol toleransi geometrik

7.7.2. Cara penulisan dan penggambaran


Tanda untuk toleransi bentuk maupun posisi digambar dan ditulis di dalam
bingkai empat persegi panjang yang dibagi menjadi dua atau tiga. Bingkai
tersebut diisi secara berurutan dari kiri ke kanan seperti pada gambar 7.10.
• Simbol toleransi : sesuai kebutuhan
• Harga toleransi : jika bagian yang diberi toleransi berbentuk bulat atau
silindrik, maka tanda Ǿ harus diikut sertakan harga toleransi.
• Untuk harga toleransi posisi : satu hurf besar atau lebih dipakai sebagai
penunjuk basis.

Gambar 7.10. Cara penulisan danpenggambaran

Bingkai toleransi bentuk/posisi dihubungkan dengan bagian yang


dikehendaki lewat sebuah garis dengan mata panah sebagai berikut :

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


23

a. Jika toleransi dimaksudkan untuk


keseluruhan sebuah bidang atau
garis, maka mata panah digambar
tegak lurus pada garis bentuk
(kontur) dari bagian benda yang
dikehendaki atau pada
perpanjangannya (gambar
samping). Mata panah tidak boleh
digambar pada perpanjangan
garis ukuran.

b. Jika toleransi dimaksudkan untuk


sebuah garis sumbu benda
silindrik/konus atau sebuah garis
sumbu/bidang simetrik yang
dipakai sebagai dasar suatu
ukuran, maka mata panah
digambar pada perpanjangan
garis ukuran yang bersangkutan
(lihat gambar disamping)
c. Jika toleransi dimaksudkan untuk
bagian-bagian dengan satu garis
sumbu sekutu, maka mata panah
digambar tegak lurus pada garis
sumbu sekutu yang bersangkutan.
(lihat gambar disamping)

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


24

7.7.3. Memilih elemen basis dan cara penunjukannya


Elemen yang dipilih sebagai basis sedapat mungkin juga merupakan basis
fungsi dari benda kerja yang bersangkutan. Jumlah elemen basis dibatasi, paling
banyak dua buah.
Penunjukkan elemen basis dilakukan dengan pertolongan sebuah garis berakhir
dengan sebuah bidang segitiga hitam yang terletak pada sisi dasarnya:
a. Jika bidang atau garis yang diberi
toleransi juga dipakai sebagai
elemen basis, maka sisi dasar
segitiga terletak pada garis kontur
atau perpanjangannya, tetapi
tidak boleh pada perpanjangan
garis ukuran. (lihat gambar
disamping)

b. Jika garis sumbu atau bidang


sumbu dari elemen yang diberi
ukuran dipakai sebagai elemen
basis, maka sisi dasar segitiga
terletak pada perpanjangan garis
ukuran. (lihat gambar disamping)

c. Jika elemen basis dipakai / berlaku


untuk bagian-bagian dengan satu
garis/bidang sumbu sekutu, maka
sisi dasar segitiga terletak pada
garis/sumbu sekutu yang
bersangkutan (lihat gambar
disamping)

Penggunaan sumbu sebagai elemen basis merupakan tuntutan fungsi, dan bukan
merupakan petunjuk pengukuran.

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


25

Catatan :
Untuk menghindarkan tertukarnya
penunjukan bidang atau garis
sebagai basis dengan penunjukkan
garis / bidang sebagai basis, maka
gasis ukuran harus diletakkan paling
tidak berjarak 4 mm disamping
segitiga penunjuk basis (lihat
gambar disamping)

Jika kekurangan tempat untuk


menggambar dua mata panah
untuk garis ukuran, maka cukup
digambar satu mata panah saja.
Sedangkan mata panah yang lain
diganti dengan segitiga penunjuk
basis. (lihat gambar disamping)

Jika penulisan toleransi terlalu sukar


untuk dihubungkan dengan elemen
basis, maka dapat dipakai sebuah
huruf besar dengan bingkai yang
dihubungkan dengan elemen basis.
Sedangkan bingkai toleransi harus
juga memuat huruf besar untuk
elemen basis bersangkutan (lihat
gambar disamping)

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


26

Jika dua elemen tergantung satu


dengan lainnya dan tidak ada
alasan memakai salah satu dari
elemen tersebut sebagai basis,
maka bingkai toleransi dipasang
seperti gambar disamping.

7.7.4. Daerah berlakunya toleransi


Toleransi berlaku untuk seluruh elemen, apabila tidak diberikan tanda-
tanda pembatas khusus.
Jika toleransi hanya berlaku untuk
panjang tertentu, maka panjang
tersebut ditulis dibelakang harga
toleransi yang bersangkutan sebagai
pemisah garis miring. (lihat gambar)

Jika satu elemen harus diberi dua jenis


toleransi, maka kedua bingkai toleransi
tersebut digambar satu diatas yang
lain.

7.7.5. Ukuran yang tidak diberi toleransi


Ukuran yang sudah diterangkan dengan “toleransi umum” maupun
dengan toleransi setempat ataupun toleransi bentuk, karena toleransi umum
atau toleransi setempat tersebut sudah menyatakan bentuk ideal yang
dikehendaki. Toleransi umum tidak berlaku pada ukuran basis (ukuran yang
diberi bingkai).

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


27

Gambar 7.10. Toleransi umum Gambar 7.11. Toleransi setempat


Contoh-contoh pemakaian

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


28

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


29

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


30

Contoh-contoh pemakaian pada gambar

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


31

LATIHAN
Gambarkan kembali sebuah “SENGKANG PENGIKAT” dibawah ini dengan tiga
pandangan utama Sistem Proyeksi Kw I (Sistem Eropa) lengkapi dengan ukuran,
potongan dan toleransi yang diperlukan.

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT


32

LATIHAN
Gambarkan kembali sebuah “RUMAH PENGATUR” dibawah ini dengan tiga
pandangan utama Sistem Proyeksi Kw I (Sistem Eropa) lengkapi dengan ukuran,
potongan dan toleransi yang diperlukan.

Eko Hendry Suyono, ST.MMT.MT

Anda mungkin juga menyukai