(RPP)
A. Kompetensi Inti
KI SPIRITUAL (KI 1) DAN KI SOSIAL (KI 2)
Kompetensi Sikap Spiritual yang ditumbuhkembangkan melalui keteladanan,
pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata
pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik, yaitu berkaitan dengan
kemampuan menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
Sedangkan pada Kompetensi Sikap Sosial berkaitan dengan perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, kerjasama, responsive (kritis), pro-aktif (kreatif) dan
percaya diri, serta dapat berkomunikasi dengan baik.
KI PENGETAHUAN (KI 3) KI KETERAMPILAN (KI 4)
KI3 : Kompetensi Pengetahuan, yaitu
KI4 : Kompetensi Keterampilan, yaitu
memahami, menerapkan, Mengolah, menalar, dan menyaji
menganalisis pengetahuan faktual, dalam ranah konkret dan ranah abstrak
konseptual, prosedural berdasarkan terkait dengan pengembangan dari
rasa ingintahunya tentang ilmu yang dipelajarinya di sekolah secara
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, mandiri, dan mampu menggunakan
dan humaniora dengan wawasan metoda sesuai kaidah keilmuan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran Inquiry Learning, metode diskusi, kerja kelompok, tanya
jawab, penugasan, dan presentasi, Anda dituntut mampu menjelaskan kondisi
pedesaan, pola keruangan desa sehingga pemahaman Anda akan semakin luas dan
terintegrasi, tidak hanya tampilan fisik dari desa semata, tetapi juga interaksinya, serta
dapat melaporkan hasilnya melalui tulisan dan presentasi, sehingga Anda dapat
menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang Anda anut melalui belajar Geografi,
mengembangakan sikap jujur, peduli, dan bertanggungjawab sebagai karakter positif
serta dapat mengembangkan budaya literasi, kemampuan berpikir kritis,
berkomunikasi, berkolaborasi, dan berkreasi (4C). Selain itu, peserta didik diharapkan
dapat menganalisis struktur keruangan kota, interaksi desa dan kota, serta kaitannya
dengan usaha pemerataan pembangunan (KD 3) dan membuat makalah tentang usaha
pemerataan pembangunan di desa dan kota yang dilengkapi dengan peta, bagan, tabel,
grafik, dan/atau diagram (KD 4) serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia (KI 2 / Karakter)
D. Materi Pembelajaran
1. Pola Keruangan Desa(Terlampir)
2. Pola Keruangan Kota (Terlampir)
3. Interaksi Desa dan Kota (Terlampir)
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Model : Discovery/Inquiry Learning
Metode : Ceramah, Diskusi kelompok dan penugasan
F. Media Pembelajaran
1. Gambar-gambar mengenai pola keruangan desa dan kota
2. Video mengenai permasalahan di desa dan kota
3. Power point
4. LCD Proyektor
G. Sumber Belajar
1) Anjayani, Ani dan Tri Haryanto. 2009. Geografi: Untuk Kelas XII SMA/MA.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
2) Bahpari dan Mulya. 2010. Geografi Seri Buku Soal untuk SMA/MA Kelas XII.
Jakarta: Erlangga.
3) Endarto, Danang, dkk. 2009. Geografi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
4) Prasongko, Eko Titis dan Rudi Hendrawansyah. 2009. Geografi untuk
SMA/MA kelas XII. Jakarta :Erlangga,
5) Utoyo, Bambang. 2009. Geografi 3 Membuka Cakrawala Dunia untuk
SMA/MA Program IPS. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
H. Kegiatan Pembelajaran
Motivasi
a) Guru memberikan semangat kepada peserta
didik agar giat belajar
b) Memberikan motivasi tentang manfaat
mempelajari pola keruangan desa.
Data
collecting - Menyelesaikan tugas secara individu namun
(mengmpul dapat berdiskusi dengan teman sebangku yang
kan data ) diberikan dalam pembelajaran untuk merangsang
atau menguji jawabannya sendiri mengenai pola
keruangan desa
Apersepsi
a) Guru meriview pembelajaran sebelumnya
mengenai pola keruangan desa
b) Guru memberitahu peserta didik materi yang
akan dipelajari mengenai pola keruangan kota
dan interaksi desa dengan kota
c) Guru mengecek sejauh mana pengetahuan
peserta didik terhadap materi yang akan
disampaikan mengenai pola keruangan kota
dan interaksi antara desa dengan kota.
Motivasi
a) Guru memberikan semangat kepada peserta
didik agar giat belajar
b) Memberikan motivasi tentang manfaat
mempelajari pola keruangan kota dan interaksi
desa dengan kota dalam kehidupan kita sehari-
hari.
Kegiatan Stimulasi a) Melakukan eksplorasi terhadap pengetahuan , 65 menit
Inti ( Memberi ide , atau konsepsi awal yang diperoleh dari
stimulus ) kehidupan sehari – hari mengenai daerah
perkotaan
b) Mengamati video/ peta / gambar yang disajikan
pada slide projektor di kelas yang memiliki
perbedaan dan perbandingan sehingga peserta
didik diharapkan dapat membedakannya
c) Guru menjelaskan materi pola keruangan kota
dilanjutkan dengan interaksi desa dengan kota.
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
5 dst
B. Penilaian Pengetahuan
a. Kisi-Kisi Soal
Peserta
1
2. Struktur ruang didik dapat
kota menjelaskan
struktur
ruang kota
Peserta
didik dapat
3. Interaksi menjelaskan 1
a) Daftar Pertanyaan
1. Jelaskan pola persebaran permukiman desa!
2. Jelaskan struktur ruang kota!
3. Jelaskan interaksi spasial yang terjadi antara desa dan kota!
b) Kunci Jawaban
1. Pola pemukiman di pedesaan dibedakan menjadi 3, yaitu:
1-4 1-4
dst
Keterangan:
1) Skor rentang antara 1-4
1= kurang
2= cukup
3= baik
4= amat baik
2) Nilai = jumlah skor/2
Indikator
1) Pemahaman Materi
Kemampuan peserta didik dalam menggunakan kecakapannya untuk memahami
materi yang disampaikan oleh guru.
2) Kemampuan mengemukakan pendapat
Menunjukkan kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapat yang
logis ketika guru mengajukan pertanyaan di kelas.
D. Penilaian Pengayaan
KD Materi Indikator Bentuk Penilaian
Tugas
1. Pergilah ke desa terdekat (bila wilayah Anda merupakan kawasan perkotaan), namun
jika Anda tinggal di desa pergilah ke balai desa! Lihatlah peta monografi dari desa
tersebut. Perhatikan pola persebaran permukiman yang tampak! Termasuk jenis pola
permukiman apakah yang ada di desa tersebut? Mengapa bisa demikian? Tulislah hasil
analisis Anda dalam bentuk laporan observasi, dan serahkan kepada bapak atau ibu
guru untuk dinilai!
2. Jelaskan dan analisislah bagaimana usaha pemerataan pembangunan di kota?
Lengkapilah hasil analisis Anda dengan peta, bagan, tabel, grafik, dan atau diagram.
Kemudian buatlah kliping dengan penerapan pengetahuan dasar geografi pada
kehidupan!
LAMPIRAN 2 (MATERI)
MODUL
1. Pengertian Desa
Desa menurut asal katanya berasal dari bahasa Sanskerta ”dhesi”, yang berarti
tanah kelahiran. Jadi, desa tidak hanya dilihat kenampakan sebutan desa fisiknya saja
tetapi juga dimensi sosial budayanya. Desa yang berarti tanah kelahiran selain
menunjukkan tempat atau daerah juga menggambarkan kehidupan sosial budaya dan
kegiatan penduduknya. Di Indonesia, istilah desa itu sendiri berbeda-beda di berbagai
wilayah. Sebagian besar istilah tersebut umumnya sesuai dengan bahasa daerah yang
digunakan oleh penduduk setempat. Pada masyarakat Sunda, istilah desa diidentikkan
dengan gabungan beberapa kampung atau dusun. Dalam bahasa Padang atau
masyarakat Minangkabau (Sumatra Barat) dikenal istilah nagari, sedangkan
masyarakat Aceh menyebutnya dengan kata gampong. Di Propinsi Sumatra Utara,
masyarakat Batak menyebut desa dengan istilah Uta atau Huta. Adapun di kawasan
Sulawesi, seperti di Minahasa, masyarakat menyebutnya dengan istilah wanus atau
wanua.
Sutardjo Kartohadikusumo (1953), mengemukakan bahwa secara
administratif desa diartikan sebagai suatu kesatuan hukum dan di dalamnya bertempat
tinggal sekelompok masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.
Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1979, desa adalah suatu wilayah yang
ditempati sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat yang di dalamnya
merupakan kesatuan hukum yang memiliki organisasi pemerintahan terendah
langsung di bawah camat, dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri
(otonomi) dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia. Adapun kelurahan
adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang memiliki
organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat yang tidak berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.
Pengertian desa kemudian diterangkan kembali dalam Pasal 1 Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu sebagai berikut.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memi-liki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten
Kawasan perdesaan adalah kawasan yang memiliki kegiatan utama pertanian,
pengelolaan sumber daya alam, kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,
pelayanan jasa peme-rintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Menurut R. Bintarto pengertian desa adalah suatu perwujudan atau kesatuan
geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis, politis, dan
kultural dalam hubungannya dan adanya pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah
lain. Dalam arti luas pengertian desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh
sejumlah penduduk sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Desa adalah suatu wilayah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa, dengan
ciri-ciri antara lain memiliki pergaulan hidup yang saling nengenal satu sama lain
(kekeluargaan), ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap
kebiasaan, serta cara berusaha bersifat agraris dan sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor alam, seperti iklim, keadaan alam, dan kekayaan alam. (Paul H. Landis)
Desa merupakan keseluruhan organisasi kehidupan sosial di dalam daerah
terbatas. (William Ogburn dan M.F. Nimkoff)
Desa merupakan kumpulan tempat tinggal dan kumpulan daerah pertanian
dengan batas-batas tertentu yang luasnya antara 50 sampai 1.000 are. (S.D. Misra)
Perbandingan manusia dengan lahan (man and land ratio) cukup besar, artinya
lahan-lahan di perdesaan masih relatif luas dibandingkan dengan jumlah
penduduk yang menempatinya sehingga kepadatan penduduknya masih rendah
dan lapangan pekerjaan penduduk masih bertumpu pada sektor agraris.
Hubungan antarwarga masyarakat desa masih sangat akrab dan sifat-sifat
masyarakatnya masih memegang teguh tradisi yang berlaku.
Sarana dan prasarana komunikasi dan perhubungan sebagian besar masih sangat
sederhana, seperti berupa jalan batu, jalan aspal sederhana, tidak beraspal,
bahkan jalan setapak. Sarana perhubungan atau transportasi yang umum
dijumpai antara lain angkutan perdesaan, ojeg, alat transportasi perairan, seperti
perahu sederhana atau rakit, bahkan di beberapa tempat masih ada yang
menggunakan kuda dan sapi.
Secara khusus, beberapa karakteristik sosial masyarakat desa menurut Soerjono
Soekanto (1982) antara lain sebagai berikut.
Unsur-unsur yang harus ada dalam suatu desa menurut R. Bintarto dalam
bukunya Pengantar Geografi Desa, adalah sebagai berikut.
Daerah, dalam arti suatu kawasan perdesaan tentunya memiliki wilayah sendiri
dengan berbagai aspeknya, seperti lokasi, luas wilayah, bentuk lahan, keadaan
tanah, kondisi tata air, dan aspek-aspek lainnya.
Penduduk dengan berbagai karakteristik demografis masyarakatnya, seperti
jumlah penduduk, tingkat kelahiran, kematian, persebaran dan kepadatan, rasio
jenis kelamin, komposisi penduduk, serta kualitas penduduknya.
Tata Kehidupan, berkaitan erat dengan adat istiadat, norma, dan karakteristik
budaya lainnya.
Ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan hidup (living unit). Kemajuan
desa dipengaruhi oleh unsur-unsur tersebut terutama yang berkaitan dengan faktor
usaha manusia (human efforts) dan tata geografi (geographical setting).
Kemajuan dan kemakmuran desa ditentukan oleh usaha penduduk desa selain
tata geografinya. Desa yang memiliki banyak sumber daya alam tetapi penduduknya
tidak cukup mempunyai keterampilan, pengetahuan, dan semangat membangun
mengakibatkan desa kurang maju. Sebaliknya, meskipun desa memiliki sumber daya
alam terbatas tetapi penduduknya terampil, berpengetahuan, dan bersemangat dalam
membangun desa sehingga mampu mengatasi hambatan alam dan geografis wilayah
maka desa akan cepat maju.
Letak suatu desa pada umumnya jauh dari pusat keramaian. Desa yang terletak
di perbatasan kota mempunyai kemungkinan lebih berkembang dibanding desa-desa di
pedalaman. Unsur letak menentukan besar kecilnya isolasi suatu desa terhadap desa
lain. Desa yang terletak jauh dari kota memiliki lahan yang luas. Penggunaan lahan
lebih banyak untuk pertanian tanaman pokok dan tanaman perdagangan daripada
untuk gedung-gedung atau perumahan.
Desa memiliki fungsi penting bagi perkembangan daerah sekitarnya. Fungsi
desa sebagai berikut:
Dalam interaksi desa-kota, desa berfungsi sebagai daerah dukung
(hinterland) atau daerah penyuplai bahan makanan pokok, seperti padi,
jagung, ketela, kacang, kedelai, buah-buahan, sayur-sayuran, dan daging
hewan.
Desa berfungsi sebagai lumbung bahan mentah (raw material) dan
tenaga kerja (man power) ditinjau dari sisi potensi ekonomi.
Dari sisi kegiatan kerja (occupation), desa dapat berfungsi sebagai desa
agraris, desa manufaktur, desa industri, dan desa nelayan.
Kebanyakan desa di Pulau Jawa berfungsi sebagai desa agraris. Meskipun
demikian, beberapa desa sudah menunjukkan perkembangan baru, yaitu munculnya
industri-industri kecil yang disebut industri perdesaan (rural industries).
Desa mempunyai peran pokok di bidang ekonomi karena menjadi daerah
produksi pangan dan komoditas ekspor. Peran penting desa dalam produksi pangan
berpengaruh terhadap ketahanan pangan nasional. Selain itu, peningkatan jumlah dan
kualitas komoditas, seperti kelapa, kelapa sawit, lada, kopi, cengkih, teh, dan karet
juga penting untuk meningkatkan ekspor dan devisa negara. Penduduk desa nelayan
banyak menghasilkan bahan pangan protein tinggi, seperti ikan dan udang. Mereka
memenuhi kebutuhan ikan dan udang dalam negeri serta untuk komoditas ekspor.
5. Potensi Desa
Potensi desa adalah kemampuan atau kekuatan yang dimiliki dan kemu-
ngkinan untuk dikembangkan dalam wilayah otonomi desa.
a. Potensi Fisik
1) Flora dan fauna
Di desa masih banyak lahan yang dapat dikembangkan untuk usaha di
bidang pertanian. Berbagai jenis tanaman pangan dan hewan ternak banyak
dibudidayakan di daerah perdesaan. Hal itu merupakan upaya pemenuhan
kebutuhan pangan di daerah perdesaan maupun di perkotaan.
2) Air
Di pedesaan, air yang tersedia di alam digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Pada umumnya desa memiliki potensi air yang
bersih dan melimpah. Dari dalam tanah, air diperoleh melalui penimbaan,
pemompaan, atau mata air. Air digunakan penduduk desa untuk keperluan
minum, irigasi, mencuci, memasak, dan keperluan lain. Secara kuantitas dan
kualitas, air di perdesaan dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan air
penduduknya.
3) Iklim dan Angin
Iklim dan angin mempunyai peranan penting bagi desa agraris karena
angin dapat dimanfaatkan sebagai penggerak kincir angin untuk pengairan.
Iklim berpengaruh terhadap pola bercocok tanam untuk penyediaan bahan
pangan. Iklim dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Pada ketinggian tertentu,
suatu desa menjadi maju karena kecocokan iklimnya bagi pengembangan
tanaman dan pemanfaatan tertentu. Seperti perkebunan buah, tempat
rekreasi, dan tempat peristirahatan.
4) Lahan
Lahan tidak hanya sebagai tempat tumbuh tanaman, tetapi juga
sebagai sumber bahan tambang dan mineral. Lahan memiliki jenis tanah
yang menjadi media bagi tumbuhnya tanaman tertentu. Misalnya, jenis tanah
aluvial cocok bagi tanaman padi, jagung, dan kacang, jenis tanah berkapur
cocok bagi tanaman jati dan tebu. Pada lahan juga dimungkinkan terjadi
eksploitasi bahan tambang seperti batu bara, batu kapur, pasir kuarsa, batu
marmer, dan sebagainya.
b. Potensi Nonfisik
Penduduk Desa
Masyarakat desa merupakan kelompok sosial dengan hubungan yang erat
dengan solidaritas tinggi. Hal itu merupakan kekuatan dalam membangun
wilayah perdesaan .
Lembaga dan organisasi desa
Lembaga atau organisasi sosial merupakan suatu badan perkumpulan yang
membantu masyarakat desa dalam kehidupan sehari-hari. Lembaga sosial
serta lembaga pendidikan sebagai potensi positif bagi pembangunan desa.
Masyarakat desa yang hidup berdasarkan gotong-royong sebagai kekuatan
untuk ber-produksi dan pelaksanaan pembangunan. Contohnya: Koperasi
Unit Desa (KUD), Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), dan lain
sebagainya.
Aparatur desa
Aparat desa bertugas menjaga kelancaran administrasi desa dan
menggerakkan sumber daya manusia di desa. Contoh: kepala desa, kepala
dusun, kepala adat, dan lain-lain.
Potensi DesaPotensi desa mencakup sumber daya alam dan sumber daya
manusia. Penduduk desa dan pamong (aparatur) desa merupakan sumber daya
manusia yang sangat menentukan kemajuan desa.
Interaksi dengan Daerah Lain
Interaksi dapat terjadi antara desa dengan desa, serta desa dengan kota.
Perkembangan komunikasi dan transportasi memudahkan interaksi desa dengan
daerah lain sehingga desa semakin maju.
Lokasi Desa
Lokasi desa berkaitan dengan letak desa terhadap daerah di sekitarnya. Desa
akan lebih berkembang apabila lokasinya berdekatan dengan daerah yang lebih
maju.
Perkembangan jaringan telepon serta jangkauan siaran radio dan televisi di desa
telah meningkatkan komunikasi antara penduduk desa dan penduduk kota.
Penggunaan kompor gas dan mesin cuci banyak membantu para ibu di desa untuk
menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Dengan demikian, terjadi perubahan
kehidupan penduduk desa akibat pengaruh modernisasi.
Lahan pertanian yang luas terutama di desa-desa luar Pulau Jawa dan Bali, merupakan
sumber daya alam yang potensial.
Rasa swadaya, gotong royong, dan kekeluargaan di kalangan masyarakat perdesaan yang
sangat kuat.
Di desa masih terdapat pemimpin informal (tak resmi) yang berwibawa dan disegani oleh
masyarakat, seperti kepala adat dan para ulama.
Tanah-tanah pekarangan yang belum dimanfaatkan secara maksimal juga merupakan
sumber daya alam yang potensial.
7. Tipe-tipe Desa Berdasarkan Perkembangan Masyarakatnya
Kamu tentunya sudah pernah mendengar mengenai desa tradisional, swadaya,
swakarya, dan swasembada. Desa-desa tersebut merupakan perkembangan desa dari
yang masih sangat tradisional sampai desa yang sudah maju. Desa tertinggal
merupakan desa yang masih sangat bergantung pada alam untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Desa seperti ini merupakan desa yang sangat terisolasi dan ada
di wilayah pedalaman berupa suku-suku terasing. Contohnya: suku Kubu.
a. Desa Tradisional
Desa tradisional adalah desa yang kehidupan masyarakatnya masih sangat
tergantung pada alam sekitarnya. Letak desa ini biasanya agak terisolir
yang didiami oleh suku terasing, penduduknya cenderung tertutup atau
kurang berkomunikasi dengan daerah lain.
b. Desa Swadaya
Desa swadaya adalah desa yang masyarakatnya telah mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri. Penduduknya masih jarang dan kurang
berkomunikasi dengan masyarakat luar, sehingga proses kemajuan yang
diperoleh sebagai hasil interaksi dengan wilayah lainnya berjalan lambat.
1) lokasinya terpencil;
2) penduduknya jarang;
3) produktivitas tanah rendah;
4) daerah berupa bukit atau bergunung-gunung;
5) sebagian besar penduduk hidup bertani;
6) tingkat pendidikan masyarakat rendah;
7) masih terikat oleh kebiasaan kebudayaan adat;
8) kegiatan ekonomi masyarakat ditujukan untuk memenuhi ke-butuhan
sendiri;
9) memiliki lembaga-lembaga yang sangat sederhana.
c. Desa SwakaryaDesa swakarya adalah desa yang masyarakatnya sudah
lebih maju dibandingkan dengan desa swadaya. Selain untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri, kelebihan produksi yang dihasilkan penduduk sudah
mulai dijual ke daerah lain. Desa swakarya mulai mengadakan kontak atau
hubungan dengan warga daerah lain, walaupun intensitasnya masih sedikit.
Ciri-ciri pokok desa swakarya antara lain sebagai berikut.
1. Wilayah Indonesia sebagian besar terdiri atas daerah perdesaan. Hal ini berarti
bahwa sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di desa. Karena itu
pembangunan hendaknya lebih berorientasi ke wilayah perdesaan.
2. Desa merupakan tempat sebagian besar penduduk yang bermata pencarian
dibidang pertanian dan menghasilkan bahan makanan.
3. Desa merupakan satuan administrasi pemerintahan terkecil, yaitu administrasi
pemerintahan desa.
4. Desa memiliki potensi sumber daya alam yang cukup banyak untuk modal
pembangunan, baik itu dalam sektor pertanian, perkebunan, kehutanan,
maupun pertambangan.
5. Desa memiliki sumber daya manusia yang cukup banyak untuk melaksanakan
pembangunan. Namun yang perlu diperhatikan adalah faktor kualitas sumber
daya manusianya, sebab apalah artinya jumlah penduduk yang banyak jika
tidak ditunjang dengan kualitas yang memadai, baik berhubungan dengan ilmu
pengetahuan, keterampilan, tingkat produktivitas, dan kesehatan.
Beberapa masalah yang berkaitan erat dengan pembangunan desa, antara lain
sebagai berikut.
MODUL
POLA KERUANGAN KOTA
KELAS XII
1. Pengertian Kota
Menurut Bintarto, kota adalah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-
unsur alami dan nonalami, gejalanya berupa kepadatan penduduk yang tinggi, struktur
sosial ekonomi yang heterogen dan corak kehidupan yang materialistik.
2. Unsur-unsur Kota
Unsur-unsur perkotaan antara lain sebagai berikut :
a. Unsur-unsur fisik, antara lain topografi, kesuburan tanah, dan iklim
b. Unsur-unsur social, yaitu sesuatu yang dapat menimbulkan keserasian dan
ketenangan hidup warga kota.
c. Unsur-unsur ekonomi, yaitu fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan pokok
penduduk perkotaan
d. Unsur-unsur budaya, yaitu seni dan budaya yang dapat memberikan semangat dan
gairah hidup penduduk perkotaan.
3. Potensi kota
Potensi yang dimiliki suatu kota, anatar lain sebagai berikut:
a. Potensi sosial, yang adanya badan-badan atau yayasan-yayasan sosial, organisasi
pemuda, dan lain-lain
b. Potensi ekonomi, yaitu adanya pasar-pasar, bank-bank, stasiun, dan kompleks
pertokoan yang menunjang sistem perekonomian kota
c. Potensi politik, yaitu adanya aparatur kota yang menjalankan tugas-tugasnya baik
aparatur sipil maupun militer.
d. Potensi budaya, yaitu adanya bentuk-bentuk budaya yang ada antara lain di bidang
pendidikan (gedung sekolah, kampus), gedung kesenian, dan kegiatan lain yang
menyemarakkan kota.
4. Struktur Ruang Kota
Struktur ruang kota atau tata ruang kota dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
e. Inti kota, yaitu pusat kegiatan dari kota itu(ekonomi, politik, kebudayaan,
pendidikan, dan hiburan).
f. Selaput inti kota, lokasi pusat kota yang berada di pinggir (luar)inti kota yang
merupakan perluasan atau pemekaran, yang pada akhirnya membentuk
sentralisasi, nukleasi, desentralisasi, dan segresi.
g. Kota satelit, adalah suatu daerah yang mempunyai sifat perkotaan yang memberi
daya dukung bagi kehidupan kota dan berfungsi sebagai kota produksi.
h. Suburban, adalah suatu daerah di sekitar pusat kota yang berfungsi sebagai
daerah permukiman dan manufaktur (pabrik). Di suburban menurut W.T Martin
terdapat kelompokmasyarakat yang relative kecil dan berdiam dekat pusat kota.
Struktur ruang kota menurut Bintarto, dibagi menjadi wilayah-wilayah zona
interaksi yaitu :
g. City diartikan sebagai pusat kota.
h. Suburban (subdaerah perkotaan)
i. Suburban fringe (tepi daerah subperkotaan)
j. Urban fringe (daerah perkotaan paling luar)
k. Rural urban fringe (daerah batas kota dan desa)
l. Rural (daerah pedesaan)
5. Klasifikasi Kota
Klasifikasi kota berdasarkan karakteristik dinamika fungsional dikemukakan
oleh Taylor sebagai berikut:
a. Tahap awal/infantil (the infantile stage)
Belum terlihat adanya pembagian yang jelas mengenai daerah-daerah
pemukiman dengan daerah-daerah perdagangan. Selain itu juga belum terlihat
adanya perbedaan kawasan permukiman kelas bawah dan kelas atas. Bangunan-
bangunan yang ada masih tidak teratur.
b. Tahap muda/juvenile(the juvenile stage)
Mulai terlihat adanya proses-proses pengelompokan pertokoan pada
bagian\bagian kota tertentu. Kawasan permukiman kelas menengah keatas sudah
mulai brmunculan dipinggir kota dan munculnya kawasan pabrik.
c. Tahap dewasa
Mulai terlihat adanya gejala-gejala segregasi fungsi-fungsi (pemisahan fungsi-
fungsi). Sudah mulai terlihat adanya perbedaan antara permukiman kelas atas dan
kelas bawah.
d. Tahap ketuaan (the senile stage)
Ditandai adanya pertumbuhan yang terhenti (cessation of growth), kemunduran
dari beberapa distrik dan kesejahteraan ekonomi penduduknya menunjukkan
gejala-gejala penurunan. Kondisi-kondisi ini terlihat di daerah-daerah industri.
Menurut Houston, berdasarkan karakteristik pertumbuhannya, kota dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, sebagai berikut:
a. Stadium pembentukan inti kota (nuclear phase)
Stadium ini merupakan tahap pembentukan CBD (Central Business Distric).
Pada masa lalu ini baru diritis pembangunan gedung-gedung utama sebagai
penggerak kegiatan perekonomian.
b. Stadium formatif (formative phase)
Tahap ini mulai menunjukkan ciri-ciri yang berbeda dengan tahap pertama
pada awal abad 19. Hal ini timbul sebagai akibat dari revolusi industri yang
meledak dikawasan eropa barat. Perkembangan industri pada saat itu mulai meluas
dan perkembangan teknologi juga masuk ke sector-sektor lain seperti sector
transportasi, komunikasi, serta perdagangan.
c. Stadium modern (modern phase)
Stadium ini mulai pada abad ke 20 sejalan dengan makin majunya teknik
elektronika.
Klasifikasi kota menurut tingkat perkembangannya oleh Lewis Mumford meninjau
pertumbuhan suatu kota melalu enam fase, yaitu sebagai berikut :
a. Fase Eopolis
Dalam tahap ini dicerminkan oleh adanya kehidupan masyarakat yang semakin
maju, walaupun kondisi kehidupannya masih didasarkan pada kegiatan pertanian,
pertambangan, dan perikanan.
b. Fase Polis
Tahap ini ditandai oleh adanya pasar yang cukup besar, sementara itu beberapa
kegiatan industri yang cukup besar mulai bermunculan dibeberapa bagian kota.
c. Fase Metropolis
Dalam tahap ini kota sudah mulai tumbuh besar. Fungsi-fungsi perkotaannya
terlihat mendominasi kota-kota kecil lainnya yang berada di sekitar kota dan
daerah-daerah belakangnya (hinterland).
d. Fase Megapolis
Tahap ini ditandai oleh adanya tingkah laku manusia yang hanya berorientasi
pada materi. Standarisasi produk lebih diutamakan daripada usaha-usaha kerajian
tangan.
e. Fase Tiranipolis
Pada tahap ini ukuran dan tolak ukur budaya adalah apa yang tampak secara
fisik (display). Masalah uang atau materi dan ketidakacuhan mengenai segala
aspek kehidupan mewarnai tingkah laku penduduknya.
f. Fase Nekropolis
Tahap ini disebut sebagai tahap kemunduran dari suatu kota. Hal ini ditandai
dengan kemunduran pelayanan kota beserta fungsi-fungsinya, dan menunjukkan
gejala-gejala lehancuran yang disebabkan karena adanya peperangan, kelaparan,
dan wabah penyakit yang melanda hebat.
1. Zona pusat daerah kegiatan (Central Business District), yang merupakan pusat
pertokoan besar, gedung perkantoran yang bertingkat, bank, museum, hotel
restoran dan sebagainya.
2. Zona peralihan atau zona transisi, merupakan daerah kegiatan. Penduduk zona ini
tidak stabil, baik dilihat dari tempat tinggal maupun sosial ekonomi. Daerah ini
sering ditemui kawasan permukiman kumuh yang disebut slum karena zona ini
dihuni penduduk miskin. Namun demikian sebenarnya zona ini merupakan zona
pengembangan industri sekaligus menghubungkan antara pusat kota dengan daerah
di luarnya.
3. Zona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik karena dihuni
oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan kelas bawah,
ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil yang kurang menarik dan rumah-rumah
susun sederhana yang dihuni oleh keluarga besar. Burgess menamakan daerah ini
workingmen's homes.
4. Zona permukiman kelas menengah (residential zone), merupakan kompleks
perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki keahlian tertentu. Rumah-
rumahnya lebih baik dibandingkan kelas proletar.
5. Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi. Ditandai dengan adanya
kawasan elit, perumahan dan halaman yang luas. Sebagian penduduk merupakan
kaum eksekutif, pengusaha besar, dan pejabat tinggi.
6. Zona penglaju (commuters), merupakan daerah yang yang memasuki daerah
belakang (hinterland) atau merupakan batas desa-kota. Penduduknya bekerja di
kota dan tinggal di pinggiran.
b. Teori Sektoral
Teori ini dikemukakan oleh Hommer Hoyt. Teori ini menyatakan bahwa unit
kegiatan diperkotaan membentuk sector-sektor yang sifatnya lebih bebas. Sector-
sektor yang menjadi bagian dari suatu kota dapat berkembang sendiri-sendiri tanpa
banyak dipengaruhi oleh pusat kota.
Keterangan
PK1 : jumlah penduduk daerah 1
PK2 : jumlah penduduk daerah 2
Kelengkapan sarana dan prasarana menjadi salah satu faktor yang mendorong
penduduk desa banyak berpindah menuju kota. Pergerakan atau perpindahan penduduk
dari desa ke kota disebut urbanisasi.
a. Faktor penarik urbanisasi (dari kota/pull factor)
Tersedia banyak lapangan kerja, baik disektor formal maupun informal
Sarana dan prasarana pendidikan lengkap sehingga kesempatan untuk
melanjutkan sekolah lebih tinggi.
Upah pekerjaan yang lebih tinggi dibandingkan di desa
Fasilitas hiburan dan pelayanan lebih memadai dan lebih lengkap
Sarana dan prasarana transportasi lebih baik dan lengkap
b. Faktor pendorong urbanisasi(dari desa)/push factor
Alih fungsi lahan pertanian di desa sehingga lahan pertanian semakin sempit
Lapangan kerja yang tersedia di desa sangat terbatas
Upah pekerjaan lebih murah
Fasilitas sosial kurang lengkap
Tekanan adat istiadat masih ketat.
c. Dampak negative urbanissasi bagi kota :
Penduduk di kota bertambah padat
Tingkat pengangguran, tunawisma, dan gelandangan meningkat
Terjadi kemacetan lalu lintas
Meningkatnya kriminalitas
Timbulnya permukiman kumuh (slum area)
d. Dampak positif urbanisasi bagi kota:
Pembangunan dapat berjalan cepat
Tersedianya banyak tenaga kerja
e. Dampak negative urbanisasi bagi desa
Desa kekurangan tenaga kerja
Pembangunan desa terhambat
Produktivitas pertanian menurun karena tenaga kerja banyak yang pindah ke
kota.
8. Teori-teori Interaksi
Berikut ini beberapa teori interaksi yaitu :
a. Teori Analisis Gravitasi (Gravitiy Analysis)
W.J. Reilly (1929), seorang ahli geografi mengukur kekuatan interaksi keruangan
antara dua wilayah atau lebih menggunakan rumus yang diadaptasi dari rumus model
gravitasi Newton.. Berdasarkan hasil penelitiannya, Reilly berpendapat bahwa
kekuatan interaksi antara dua wilayah yang berbeda dapat diukur dengan
memerhatikan faktor jumlah penduduk dan jarak antara kedua wilayah tersebut.
Untuk mengukur kekuatan interaksi antarwilayah digunakan formulasi sebagai
berikut.
Sumber Pustaka:
Anjayani, Ani dan Tri Haryanto. 2009. Geografi: Untuk Kelas XII SMA/MA. Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Bahpari dan Mulya. 2010. Geografi Seri Buku Soal untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta:
Erlangga.
Endarto, Danang, dkk. 2009. Geografi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Prasongko, Eko Titis dan Rudi Hendrawansyah. 2009. Geografi untuk SMA/MA kelas
XII. Jakarta :Erlangga,
Utoyo, Bambang. 2009. Geografi 3 Membuka Cakrawala Dunia untuk SMA/MA
Program IPS. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.