Perancangan Sistem Utilitas Bangunan - Lift
Perancangan Sistem Utilitas Bangunan - Lift
PENDAHULUAN
BAB I Pendahuluan
Menjelaskan sistem lifting, HVAC, Fire fighting dan Plumbing secara umum,
rumus perhitungan yang digunakan, serta analisa perhitungan.
DAFTAR PUSTAKA
Secara umum suatu sistem lift terdiri atas gerbong lift, motor listrik, counterweight,
kontrol sistem, dan sistem guide rails. Terdapat tiga jenis mesin, yaitu hidraulik, traxon atau
katrol tetap, dan hoist atau katrol ganda. Jenis hoist dapat dibagi lagi menjadi dua bagian,
yaitu hoist dorong dan hoist tarik. Motor listrik dan kontrol sistem biasanya berada di sebuah
ruang mesin di lantai teratas gedung.
Adapun cara kerja dari lift ini adalah dengan gerakan naik turun (hoist) dimana gerbong
yang berisi barang atau orang dan counterweight digantungkan pada tali yag ditarik naik atau
turun dengan menggunakan pully, dimana pully ini berputar sesuai dengan kebutuhan. Pully
digerakkan oleh motor listrik dan gerakan pully dihentikan oleh rem, sehingga barang atau
orang tidak akan naik atau turun setelah posisi angkat yang diingin tercapai. Biasanya motor
listrik hanya mengatur gaya gesek. Gerbong dan counterweight berada di sistem guide rails,
di mana counterweight bisa diletakkan di samping atau di belakang dari gerbong tergantung
desainnya. Guide rails berperan juga sebagai sistem pengaman dalam sistem lift.
Alur perhitungan dalam mendesain sistem lift dalam laporan ini yaitu:
a) Perhitungan
Pada kasus ini, gedung yang akan didesain liftnya yaitu sebuah gedung dengan 9 lantai,
dengan luas area total gedung mencapai 8.123,4 m2. Tinggi per lantai sekitar 4 m, sehingga
tinggi keseluruhan lantai yaitu 36 m. Dari data tersebut, terlebih dahulu menghitung jumlah
kapasitas dari gedung tersebut berdasarkan persamaan dari literatur. Menurut standar yang
ada, setiap orang dalam sebuah gedung membutuhkan luas lantai antara 9,5 m 2 hingga 11,25
m2. Jika asumsi yang digunakan adalah 9,5 m 2 per orang, maka kapasitas gedung tersebut
adalah 856 orang.
Selanjutnya yaitu menghitung beban puncak dari lift tersebut. Beban puncak didapat
dengan memperhatikan populasi dalam 5 menit pada waktu puncak, diperoleh dengan
mengalikan 17% untuk grup lift yang naik turun bersamaan, atau dikali 12% untuk grup lift
yang naik turun secara terpisah. Dalam perhitungan ini, asumsi grup lift bergerak secara
terpisah, oleh karena itu beban puncak didapat dengan mengali 12% populasi gedung
sehingga beban puncaknya didapat 103 orang.
Pada laporan ini, cara yang dilakukan ditunjukkan oleh flowchart pada gambar 2.2
yaitu dengan membandingkan tipe-tipe lift yang disediakan suatu produsen untuk dilihat
kesesuaiannya dengan hasil perhitungan. Tipe lift yang paling memenuhi hasil perhitungan
yang akan dipilih sebagai lift yang digunakan. Terdapat beberapa variabel yang sama dalam
setiap perhitungan, antara lain:
Untuk menentukan tipe lift yang akan digunakan, pertama-tama kita harus
menghitung round trip time (RTT). Round trip time adalah waktu yang diperlukan oleh lift
untuk bergerak naik sampai lantai tertinggi dan kembali ke lantai paling bawah. Banyak
aspek yang harus dipertimbangkan, antara lain probabilitas jumlah berhenti, waktu perjalanan
naik, waktu perjalanan turun, waktu transfer penumpang, serta waktu membuka dan menutup
pintu lift.
15
9−1
S1=9−9 ( )9
S1=7,462 ≈ 8
T u=8 x ( 99 xx 42 + 2 x 2)
T u=48 detik
T p=2,5 x 15
T p=37,5 detik
0.5∗1.1
T o=2(8+ 1)
0.4
T o=24,75 detik
Total RTT
RTT=48+22+37,5+24,75
RTT
Interval per Grup=
Jumlah Lift
132,25
Interval per Grup=
3
5 x 60 x 3 x 18 x 80 %
Kapasitas Grup Lift =
132,25
Hasil perhitungan di atas merupakan sampel untuk lift dengan kapasitas 18 orang dan
lebar pintu 1100 mm. Hasil perhitungan dari tipe lift lainnya bisa dilihat melalui tabel
berikut:
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka desain lift yang digunakan yaitu
berupa grup lift sebanyak 4 gerbong dengan kapasitas 10 orang (4 x 10). Lift yang dipilih
yaitu berasal dari pabrikan TOSHIBA dengan tipe ELCOSMO P10-CO120. Hasil desain lift
tersebut memiliki karakteristik:
Interval : 23 detik
Mulai
Pengumpulan Data
Pemilihan Chiller
Selesai
2.2.2 Menghitung Cooling Load Gedung
Lokasi perencanaan berada di Gedung Dinas Teknis Perumahan di Jalan Taman Jatibaru
Jakarta Pusat. Bangunan eksisting berada dikomplek pemerintahan dimana terdapat beberapa
instansi pemerintah, seperti Dinas tata kota, DLLAJ, Dinas Perumahan dan lainnya.
Bangunan ini direncanakan terdiri dari 9 lantai tanpa basement. Acuan desain yang akan
dikondisikan adalah lantai 9 (Aula), sedang lantai dibawahnya kapasitas pendingin
diasumsikan sama.
Secara geografis wilayah DKI Jakarta terletak terletak pada posisi 6°12’ Lintang Selatan dan
106°48’ Bujur Timur antara. (www.dephut.go.id)
Kondisi udara luar dan ruang perencanaan adalah sebagai berikut :
Bentuk bangunan memanjang kearah utara-selatan, sehingga dengan demikian pada sisi
panjang bangunan timur-barat akan menerima banyak sinar matahari langsung. (lihat gambar
2)
a. Konsep fasade
Fasade merupakan bagian depan dari suatu bangunan, dari konsep ini bagian sisi
timur-barat diperlukan dalam pengolahan fasade, agar sinar matahari tidak membebani
kinerja AC namun tetap memanfaatkan sinar matahari sebagai penerangan alami di siang hari
(tanpa lampu).
Untuk pemanfaatan light shelf, akan digunakan sebagai sirip peneduh sekaligus pengarah
sinar matahari agar tidak langsung mengenai area, sehingga ruangan terang namun tidak
panas.
Gambar 2.6 Light shelf
b. Konsep koridor
Adalah penggunaan koridor yang bebas AC. Koridor berfungsi mengalirkan udara
dan cahaya alami. Dengan demikian penggunaan AC dapat diminimalkan hanya untuk area
kerja.
Pada bidang muka bangunan berada disisi barat. Sedang pada sisi timur-barat dapat
diusahakan tidak terlalu banyak bidang yang menerima panas matahari langsung, atau
meredam panas dengan light shelf dan kaca glace film coated. Sedangkan pada sisi utara-
selatan diberikan bukaan agar penerangan alami dapat optimal. Orientasi bangunan
menghadap barat, olah karena itu, perlindungan terhadap paparan sinar matahari langsung
adalah dengan Gubahan massa dan olahan fasade.
Gambar 2.8 Bidang muka bangunan yang terkena sinar matahari
d. Konsep Interior
Konsep interior dibuat terbuka dengan penggunaan partisi dari kaca hal ini
dimaksudkan agar cahaya matahari bisa tetap masuk hingga ke tengah bangunan sehingga
meminimalkan penggunaan cahaya buatan. Privacy tetap terjaga dengan penggunaan kaca
sticker pada ruang.
Gambar 2.10 Deskripsi konsep interior
Ruangan yang dikondisikan adalah lantai 9 dengan rincian luas dan volume ruang sebagai
berikut :
luas volume
Fungsi Bangunan Jenis Ruang
m2 ft2 m3 ft3
fasilitas dan pameran 1. Aula sisi kiri(kecil) 184.8 606.29 646.8 2122.02
3. R.Tunggu/prefunction 124 406.82 434 1423.87
4. R.Tunggu/prefunction VIP 36 118.11 126 413.38
5. Mushola 9 29.53 31.5 103.35
6. Aula sisi kanan(besar) 352.8 1157.47 1234.8 4051.13
7. Ruang ganti 16.8 55.12 58.8 192.91
total 538.6 2373.33 1885.1 8306.66
Karena pada perancangan sistem tata udara untuk lantai 9 (Gedung Aula) terjadi pada
bulan rancangan september, maka pada tabel-tabel yang akan digunakan berdasarkan
ketentuan diatas maka bulan rancangan ditambah 6 bulan kedepan. Jadi, pada bulan
September untuk lintang selatan diganti menjadi bulan Maret untuk lintang utara.
Lintang Utara N NE E SE S SW W NW
Lintang Selatan S SE E NE N NW W SW
Beban pendingin adalah jumlah kalor persatuan waktu yang harus dikeluarkan dari
dalam suatu ruangan tersebut sesuai dengan yang diinginkan.
Perhitungan beban pendinginan (cooling load) dipengaruhi oleh faktor beban dari luar
(eksternal) dan faktor beban dari dalam (internal)
Pengkondisian udara adalah suatu usaha untuk mengbah kondisi udara dari temperature dan
kelembapan yang tinggi ke yang lebih rendah atau sebaliknya, sehingga nantinya dapat
membuat keadaan sekelilingnya menjadi lebih nyaman yaitu dengan mengatur temperature,
kelembapan udara, sirkulasi udara dan distribusi udara bersih secara simultan( bersamaan)
didalan suatu ruangan. Hal yang berhubungan dengan pengaturan tersebut adalah :
1. Suhu udara (temperature)\dimana proses yang terjadi pada pengaturan suhu udara
(tempearatur) adalah sebagai berikut:
Udara dingin mempercepat proses konveksi dan udara panas memperlambat konveksi
Udara dingin membuat suhu permukaan sekeliling menjadi lenih rendah sehingga
menambah proses radiasi
Udara panas menaikan sehu sekeliling sehingga mengurangi proses radiasi
2. Gerakan udara
Gerakan udara adalah kemampuan untuk mengeluarka atau memberikan panas
sekelilingnya dan bila gerakan udara bertambah maka akan terjadi :
Jumlah proses penguapan dari pembuangan panas di tubuh manusia bertambah
karena uap air disekitar tubug diserap dengan cepat
Proses konveksi bertambah karena lapisan udara disekitar tubuh diserap lebih cepat
Proses radiasi mempunyai kecepatan yang kecenderungan naik karena panas pada
sekuliling tubuh manusia di buang dengan kecepatan yang lebih cepat
Beberapa jenis mesin penyegeran udara telah dikembangkan untuk mendapatkan pengaturan
pengkondisian udara ruangan yang baik dalam pertimbangan teknis maupun ekonomi.
Udara dari Air Handling Unit (AHU) dan ducting harus di distribusikan ke seluruh
ruangan secara merata, sehingga tidak ada satu daerah didalam ruangan lebih dingin dan
didaerah lain lebih panas. Pada umumnya untuk ruangan yang besar, dari ducting dimasukkna
ke dalam ruangan melalui lubang-lubang keluaran (diffuser) yang diletakkan di atas bidang
hunian atau di tempat yang sesuai.
Jumlah letak dan jenis diffuser ini harus ditentukan dengan beberapa pertimbangan antara
lain:
Dapat memberikan distribusi udara yang merata
Tidak menimbulkan noise (bising) berlebihan
Sesuai dengan interior ruangan
Udara didalam ruangan ditarik kembali melalui lubang-lubang isap (grille) dan disalurkan
melalui ducting kembali masuk kembali ke Air Handling Unit (AHU). Letak dari inlet ini
umumnya pada daerah-daerah dimana sumber kalor masuk misalnya di dekat jendela atau
pintu.
Saluran ducting dapat digunakan untuk pemanasan, ventilasi dan air conditioning (HVAC)
untuk mengirimkan dan memindahkan udara. Ini diperlukan aliran udara meliputi sebagai
contoh supply air, return air dan exhaust air. Saluran ducting juga mengirimkan umumnya
sebagai bagian dari supply air air, ventilasi udara. Sedemikian, saluran udara ke gedung
adalah satu metode kualitas udara didalam ruangan yang bisa diterima seperti halnya
kenyamana termal. System saluran ducting sering disebut ductwork. Perencanaan
(mempersiapkan),pengukuran, pemgoptimalan, perincian dan menemukan kerugian tekanan
melalui system saluran pipa disebut duct design.
Berfungsi untuk mengontrol suhu dan kelembaban relat f udara yang didistribusikan ke
ruang produksi. Di maksudkan agar di hasilkan output udara, sesuai spesifikasi ruangan
yang telah di tetapkan. Prosesnya terjadi dengan mengalirkan udara yang berasal dari
campuran udara balik dan udara luar melalui kisi-kisi operator yang bersuhu rendah.
Proses ini menyebabkan terjadinya kontak antara udara dan permukaan kisi evaporator
sehingga akan menghasilkan udara dengan suhu yang lebih rendah dan uap air
mengalami kondensasi. Hal ini menyebabkan kelembaban udara yang keluar juga
berkurang.
2. Blower
3. Filter
4. Ducting
Berfungsi sebagai saluran tertutup tempat mengalirnya udara. Terdiri dari saluran udara
yang masuk (ducting supply) dan saluran udara yang keluar dari ruangan produksi dan
kembali ke AHU (ducting return). Ducting didesain sedemikian rupa agar bisa
mendistribusikan udara ke seluruh ruangan dan terdapat insulator di sekelilingnya yang
berfungsi sebagai penahan penetrasi panas dari udara luar
5. Dumper
Merupakan bagian dari ducting AHU berfungsi untuk mengatur jumlah udara yang
dipindahkan ke dalam ruangan produksi. Berguna untuk mengatur besarnya debit udara
yang sesuai dengan ukuran ruangan.
Ducting
Fungsi dari system ducting seperti yang telah disebut sebelumnya adalah
menyalurkan udara terkondisi dari Air Handling Unit (AHU) ke ruangan-ruangan yang
membutuhkan pengkondisian dan mengembalikan udara dari ruangan-ruangan ke Air
Handling Unit (AHU) untuk dip roses kembali. Bentuk dari ducting dapat berupa lingkaran,
segi empat, atau oval tergantung pada kebutuhan danfungsinya. Tetapi yang paling popular
digunakan adalah ducting segi empat.
Dari segi kontruksi ada 2 tipe ducting yaitu tipe rigit (kaku) dan flexible sedangkan bahan
ducting dapat berupa baja lapis seng (BJLS) atau alumunium. Namun demikian bahan
fiberglasas, PVC polypropylene atau bahan plastic yang lain akhir-akhir ini banyak
digunakan.
Saluran udara dibuat sedemikian rupa sehingga :
Tidak terjadi deformasi karena tekana udara
Tidak terjadi bunyi bising dan getaran pada saluran udara tersebut
Tidak terjadi kebocoran udara
Material saluran ducting :
Baja berlapis seng
Polyurethane dan isolasi papan Phenolic ( alumunium saluran pipa sebelum di isolasi)
Panas saluran pipa serat kaca
Tabung fleksibel
Kain tekstil
Ketebalan bahan duct yang digunakan tergantung pada jenis system duct dan ukuran
terpanjang pada kedua sisinya, sebagai contoh bila menggunakan baja lapis seng (BJLS)
untuk kecepatan kurang dari 12 m/s
Material yang sekarang banyak digunakan adalah baja lapis seng (BJLS). Untuk
menghingari adanya perbedaan temerpatur antara salauran udara bagian dalam dan luar dan
untuk menghidnari terjadinya kondensassi bagian dalam dan luar maka saluran udara
diberikan isolasi. Banyak jenis isolasai yang terdapat di pasaran, untuk mempertimbangkan
efisiensi pengerjaan dan kecepatan pembuatan maka dipilih kontruksi :
Ducting
keluran dan
kembali diberi
lapisan isolasi termal untuk memperkecil kebocoran kalor dan luar kedalam ducting.
Disamping fungsi tersebut, isolasi juga berfungsi untuk meredam bising yang ditimbulkan
oleh adanya gerakan udara dan peralatan lain didalam system ducting.
Pelapisan isolasi dapat dilakukan pada bagia luar (isolasi luar) atau pada bagian dalam
(isolasi dalam) ducting atau kombinasi keduanya. Untuk isolasi luar, setelah ducting
dibungkus dengan isolasi di bagian luarnya diberi lapisan untuk mencegah masuknya udara
ke dalam isolasi. Banyak jenis isolasi yang dapat digunakan untuk membungkus dicting
antara lain yang umum digunakan adalah jenis fiberglasa (glasswool), polyurethane foam
atau Styrofoam. Sedangkan bahan lapisan umumnya dapat dipergunakan alumunium foil.
Ducting harus dibuat dari lembaran-lembaran BJLS yang baru dari kualitas terbaik dari
ukuran sepenuhnya (full sized) dan dipatah-silangkan secara diagonal dari ujung untuk setiap
segmen. Untuk ducting yang di isolasi bagian dalamnya (lined) tidak diperkenankan
dilakukan pematahsilangan.
Diffuser
Diffuser digunakan secara umum dalam pemanasan, ventilasi dan system pengkondisian
udara. Diffuser bisa digunakan untuk system HVAC yang terdiri dari udara secara
keseluruhan maupun campuran dari udara dan air. Sebagai bagian dari subsitem dari
distribusi udara di dalam ruangan, maka dapat memberikan beberapa tujuan :
Untuk mengirimkan udara saat pengkondisian maupun pada ventilasi
Meratakan distribusi aliran udara pada arah yang di inginkan
Untuk meningkatkan pencampuran udara yang berasal dari ruangan ke dalam udara
utama atau udara luar untuk dikeluarkan.
Untuk menciptakan pergerakan udara dengan kecepatan rendah dalam bagian setiap
bagian dari ruangan
Meminimalkan suara berisik
Diffuser bisa berbentuk lingkaran, segi empat, tekstil dan kadang-kadang diffuser digunakan
untuk kebalikannya sebagai lubang masuk udara atau lubang kembali. Tetapai pada
umumnya , grille digunakan sebagai lubang kembali atau exhaust air inlets.
Linear diffuser
Grille
Didalam pemanasan, ventilasi dan pengkondisian udara untuk distribusi udara dalam
ruangan, grille, adalah bagian dari system pengkondisian udara. Kebanyak grille untuk
HVAC digunakan sebagai lubang kembali atau exhaust air inlets menuju ducting tetapi
beberapa kali digunakan sebagai supply air outlets. Sebagai contohnya, diffuser dan nozzles
juga digunakn sebagai supply air outlets.
Ukuran saluran ducting dapat dicari dengan metode tahanan gesek sama (Equal Friction Rate
Method) dimana ukuran saluran ditetapkan agar kerugian per satuan panjang saluran sama
besarnya. Biasanya system saluran dirancang dengan rugi gesek per meter saluran sebesar 0.1
– 0.2 mm H2O, dan perhitungan didasarkan pada saluran dengan rugi gesek yang paling besar
dimana biasanya ditemukan pada saluran paling panjang. Saluran udara yang hampir sama
panjangnya tidak memerlukan pengaturan jumlah aliran. Jika dipergunakan saluran yang
berbeda ukuran maka saluran yang lebih pendek hendaknya menggunakan damper.
Mengakalikan dengan internal average air qualities ( CFM/ ft²) untuk berbagai aplikasi dalam tabel Cooling Load Check Figures
Banyak udara yang dibutuhkan tiap lantai
Selesai
Data gedung
Data Perancangan
Desain ruangan atau data perancangan untuk memperoleh udara sejuk adalah sebagai
berikut :
Perancangan akan dilakukan dengan menggunakan pipa saluran udara (ducting) dengan
menggunakan AHU (Air Handling Unit). Setiap lantainya akan diberikan Air Handling Unit
(AHU) yang berjumlah satu tiap lantainya dengan kapasitas yang telah diperhitungkan
sebelumnya.
Pada perancangan system ducting ini dilakukan pula penentuan ukuran ducting tersebut
dimulai dari ukuran ducting utama sampai pada cabang-cabang keluarannya. Dalam
perancangan ducting ini akan dirancang ducting yang berbentuk persegi atau persegi panjang
dengan menggunakan metode equal friction.
Dari data autocad yang telah diberikan pada saat dalam kelas maka dapat diketahui luas lantai
keseluruhan. Dari luas lantai keseluruhan tersebut dipilah luas daerah mana saja yang akan
dikondisikan. Satuan luas yang dipakai adalah m², setelah itu dari satuan m² dikonversikan ke
dalam satuan ft². Maka didapatkanlah luas dengan satuan ft², dari tabel coolin load check
figures (Ashrae, Handbook for Air Conditioning, Heating, ventilation and Refrigeration).
Didapatkan rata-rata banyaknya udara dalam ruangan adalah sebesar 1.1 CFM/ ft². Setelah itu
luas bersih pada tiap lantainya dengan satuan ft². dikalikan dengan banyaknya udara didalam
ruangan dengana satuan CFM/ ft² maka didaptkan banyaknya udara yang dibutuhkan pada
setiap lantainya dengan satuan CFM
Tabel 2.2 cooling Load Check Figures Ashrae 26.15
Setelah didapatkan A yaitu luas ducting dalam ft² dapat dilihat dalam tabel penentuan
dimensi duct. Setelah itu dilihat diameter yang terdapat pada dimensi ducting tersebut dengan
luas ducting yang telah didapatkan dari perhitungan, diameter tersebut adalah ukuran ducting
yang berbentuk lingkaran sedangkan ntuk dari ducting yang berbentuk persegi atau persegi
panjang dengan melihat ukuran dari ducting dari angka yang terdapat sebelah kiri dari
diameter ducting.pada chart kerugian gesek, dari banyaknya udara ( Q ) yang telah di dapat
ditarik garis ke kiri sehingga memotong garis kecepatan ( V ) setelah itu di dapatkan kerugian
gesek ( in. WG/100 ft of equivalent length) dengan menarik garis ke bawah. Kerugian gesek
inilah menjadi acuan nantinya dalam menentukan ukuran ducting dan cabang-cabang setiap
lantainya.
Pemilihan AHU
Dalam proses pemilihan AHU terdapat banyak sekali merk-merk yang biasa sudah banyak
dipakai oleh perusahaan atau gedung-gedung tinggi karena kualitasnya bisa dikatakan bagus
dalam interios dan eksterior. Berbagia merk dari AHU adalah Carrier, York, Trane dan masih
bnayak lagi yang memproduksi AHU
Dalam memilih AHU harus berdasarkan kapasitas banyaknya udara yang dibutuhkan dalam
lantai maupun satu gedung. Proses memilih pun harus banyak melihat pertimbangan-
pertimbangan yang mungkin bisa dijadikan masukan dalam memilih apakah AHU yang
dipilih sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
m2 ft2
Luas lantai 9 812 8737.12
Luas lantai yang tidak
dikondisikan 121.84 1311.00
Luas bersih 7426.12
Luas bersih sebesar 7426.12 ft2 sedangkan untuk kecepatan aliran dapat diasumsikan antara
1500 sampai dengan 2000 fpm. Data tersebut dapat dilihat dalam tabel 7 dalam carrier duct
design.
CF
Duct Pipe %CFM
M
1 8200 100.00%
2 8000 97.56%
3 7800 97.50%
4 4000 51.28%
5 3200 80.00%
6 2400 75.00%
7 1600 66.67%
8 800 50.00%
9 3800 48.72%
10 3200 84.21%
11 3000 93.75%
12 2600 86.67%
13 2400 92.31%
14 2000 83.33%
15 1600 80.00%
16 800 50.00%
17 600 15.79%
18 400 50.00%
19 200 50.00%
Tabel 2.5 Percent Section Area in Branches for Maintainging Equal Friction
Duct
CFM %CFM %duct area Area (sqft) Duct Size Carrier (Inch)
Pipe
100.00
1 8200 100.00% 4.10 28 X 24
%
2 8000 97.56% 98.00% 4.02 26 X 24
3 7800 97.50% 97.50% 3.92 28 X 22
4 4000 51.28% 60.00% 2.35 26 X 14
5 3200 80.00% 84.50% 1.99 22 X 14
6 2400 75.00% 80.50% 1.60 18 X 14
7 1600 66.67% 73.50% 1.18 18 X 12
8 800 50.00% 58.00% 0.68 10 X 10
9 3800 48.72% 57.00% 2.23 22 X 16
10 3200 84.21% 87.50% 1.95 22 X 14
11 3000 93.75% 95.00% 1.86 18 X 16
12 2600 86.67% 90.00% 1.67 16 X 16
13 2400 92.31% 88.50% 1.48 16 X 14
14 2000 83.33% 87.50% 1.29 14 X 14
15 1600 80.00% 84.50% 1.09 14 X 12
16 800 50.00% 58.00% 0.63 10 X 10
17 600 15.79% 23.00% 0.51 14 X 6
18 400 50.00% 58.00% 0.37 10 X 6
19 200 50.00% 58.00% 0.21 8X8
Biasanya CFM dari diffuser untuk gedung perkantoran sekitar 175 s/d 300CFM. Dalam
mendisain Ducting penulis mengasumsikan tiap diffuser adalah 200 CFM. Dengan
menentukan keluaran tiap diffuser maka kita bisa menentukan berapa banyak diffuser
yang kita pakai tiap lantainya. Berikut tabel jumlah diffuser berdasarkan zona daerah
yang dikondisikan.
Luas Luas
Jenis Ruangan (m2) (ft2) CFM Jlh Diffuser
3976.9
3615.36 20
Aula 1 336 0
1657.0
1506.40 8
Aula 2 140 4
Waiting Room
387.36 426.10 2
VIP 36
Waiting Room 78 839.28 923.21 5
Musholla 14 150.64 165.70 1
1019.7
927.08 5
Selasar 86.16 9
8168.7
7426.12 41
Total 690.16 3
1 Duct 9.2
2 Duct 9.2
3 Duct 32.1
Elbow 13
4 Duct 13.8
Elbow
5 Duct 13.8
Elbow
6 Duct 13.8
Elbow
7 Duct 13.8
Elbow
8 s/d 18 Duct 20.3
Elbow 5
19 Duct 9.8
Total 135.8 18.0
Total friksi loss pada ducting dari fan hingga akhir terminal :
0.1∈. wg 0,155inWG
Duct Loss = 135.8 ft x 100 ft 100ft = 0.21 in.wg
0,155inWG
Elbow Loss pada belokan (elbow) = 18 ft x 100ft = 0,03 in. wg
2000 2 780 2
Regain = 0,75
[( ) ( ) ]
4000
−
4000
= 0,01 in. wg
= 0.24 – 0,01
= 0.23 in. wg
8200 x 0 .23
ahp = 6356 = 0.3 hp
Karena efisiensi yang ingin dicapai adalah 75 %, maka daya aktual yang dibutuhkan fan
adalah :
100
75 x 0.3 hp = 0,4 hp
Dimana 1 hp sama dengan 745.56 Watt, maka setelah dikonversikan ke satuan watt, didapat
daya fan yang dibutuhkan :
Berdasarkan data-data di atas maka penulis bekesimpulan bahwa produk AHU yang
diperlukan yaitu 8200 CFM dengan kecepatan aliran 2000 FPM. Berdasarkan catalog produk
carrier maka penulis menetapkan produk carrier dengan model 39S dengan airflow berkisar
antara 400 s/d 8500 CFM yang bisa di tempatkan di dalam atau diluar
Struktur bangunan yang dimaksud adalah melalui atap, dinding, dan kaca. Semua itu
dapat diperhitungkan dengan rumus persamaan :
Q = U x A x CLTDc
Dinding
Hal yang pertama dilakukan yaitu menentukan material yang ada pada dinding
bangunan yang ada. Adapun material dinding di asumsikan sebagai berikut :
Material R U
Udara 0.333
kaca 1.639344
concrete 1.5752
gipsum 0.45 0.21
udara
ruangan 0.683
CLTD bukan selisih temperatur aktual antara outdoor dan indoor. Untuk
menentukan nilai CLTD cor harus mempertimbangkan faktor solar atau posisi
matahari sedangkan rumus secara umum CLTD cor sebagai berikut :
ti = temperatur input
to = temperatur output
CLTD cor berlaku bagi daerah yang dipengaruhi oleh solar heat gain berupa
dinding, atap, jendela dan kaca. Untuk dinding (wall) diperoleh data dengan
waktu jam 3 pm, dan dengan warna dark adalah sebagai berikut :
Atap
Untuk atap diasumsikan menggunakan deskripsi kontruksi 2 inch insulation +
steel shiding kelas ringan (light structure). Nilai CLTD ditentukan melalui
tabel 8.5 (HVAC simplied), dengan solar time 3 pm, CLTDc = 92 F, dan U =
0,16 BTU/hr-ft2-F.
Sehingga Q pada atap = U x A x CLTDc
= 0,16 x (190,29 x 45,92) x 92
= 128.064,87 BTU/hr
Kaca / jendela
Untuk kaca/jendela bahan yang digunakan adalah kaca dengan tipe double
glass, clear without shading.
Adapun susunan material yang terdapat pada kaca sebagai berikut :
Material R U
Udara 0.333
Kaca 1.639
udara 0.38
ruangan 0.683
Nilai SC dan CLF ditentukan berdasarkan tabel 7.3, 7.4 (sumber Stephen P.
Kavanaugh-HVAC Simplified) pada puncak (peak) jam 4 pm. Didapat nilai
SC dari type kaca double, 1/8 in clear, visible transmission = 0,81 dan CLF =
0.36.
Untuk nilai CLTD pada semua arah saat peak 3 pm adalah 14 (tabel 8.4,
Stephen P. Kavanaugh-HVAC Simplified). Sedangkan nilai SHGF dan CLF
pada tiap-tiap arah adalah sebagai berikut :
SHGF
Posisi (BTU/hr-ft2) CLF
Utara 170.36 0.51
Selatan 31.91 0.36
Timur 217.73 0.69
Barat 217.73 0.16
Untuk ukuran jendela kaca = 100 cm x 100 cm = (3,28 x 3,28)ft x 8 unit = (26,24 x 26,24)ft2
Jumlah unit kaca bagian timur = 8 unit
Jumlah unit kaca bagian barat = 8 unit
Pada perhitungan beban pendinginan kaca pada bagian utara dan selatan
dianggap 0, atau tidak ada kaca yang dipasang. Sehingga hanya bagian timur
dan barat.
Pintu
Untuk pintu ukuran yang didesain adalah 1,2 m x 2 m = (3,9369 ftx 6,5616 ft)
x 4 unit (bagian timur).
Nilai koefisien perpindahan kalor menyeluruh (U) = 0,4 BTU/hr-ft2-F
Nilai CLTDc ditentukan dengan asumsi pintu sebagai dinding menggunakan
tabel Ashare 26.9 pada peak jam 3 pm dengan warna dark, sehingga CLTDc
bagian timur = 17,78 F nilai ini sama dengan nilai CLTD c pada dinding
bagian timur
Rumus persamaannya adalah
Q pintu = U x A x CLTDc
= 0,4 x (3,9369 x 6,5616) x 4 x 17,78
= 735, 28 BTU/hr
Sehingga beban infiltrasi yang terjadi pada gedung ini sebesar 75,235.50
Btu/h
Sehingga beban pendingin yang diakibatkan oleh ventilasi yang terjadi pada
lantai ini sebesar 147,009.60 Btu/h
Tipe
Lampu Buah Watt
Lampu
T5 2x28 100 5600
T5 1x14 5 70
T5 1x28 7 196
D1 1x12 3 36
D2 1x5 1 5
D3 1x5 45 225
Total 161 6132
Sehingga beban pendingin yang diakibatkan oleh ventilasi yang terjadi pada
lantai ini sebesar 21,882.02 Btu/h. Nilai CLF sebesar 0.87 dari tabel 8.13 di
buku HVAC Simplied.
Heat gain yang berasal dari penghuni dapat dilihat di tabel 8.3 di buku HVAC
Simplied dimana penulis menentukan kondisi penghuni saat berdiri dan level
berjalan. Penulis mengasumsikan hal terebut karena di lantai 9 mayoritas luas
lantainya digunakan sebagai aula. Sehingga nilai kalor sensible sebesar 250
Btu/h per person dan nilai kalor laten sebesar 250 Btu/h per person.
Kemudian berdasarkan standar Ashrae juga bahwa tingkat kenyamanan
seseorang dalam luas daerah yaitu 10 m2/person sehingga dengan luas daerah
1 lantai sebesar 819 m². Maka banyak penghuni tiap lantainya adalah luas
daerah dibagi dengan luas tiap orang yaitu 819 m² dibagi dengan 10
m2/person maka hasilnya jika digenapkan ke nilai atasnya yaitu 82
orang/lantai.
Persamaan sensible load Q= Btuhr sensible/penghuni X jumlah penghuni X
CLF
= 250 X 82 X 0,94
= 19,270.00 Btu/h
= 200 X 82
= 16,400.00 Btu/h
Sehingga beban pendingin yang diakibatkan oleh penghuni yang terjadi pada
lantai ini sebesar 35,670.00 Btu/h
Perhitungan yang dilakukan di atas hanya terjadi pada 1 lantai saja yaitu
lantai 9. Sehingga untuk mengetahui beban pendingi yang terjadi pada 1
gedung tinggal dikalikan sebanyak 9 lantai. Berikut tampilan sederhan untuk
beban pendinginan satu gedung :
Dari perhitungan di atas di dapatkan beban pendingin satu gedung sebesar 361.64 = 362 TR.
Sehingga kita perlu mencari di pasaran berupa air chiller yang mempunyai beban pendingin
sebesar 362 TR sebanyak 2 buah dimana satu chiller sebagai cadangan jika air chiller satunya
dalam kondisi rusak atau sedang dalam proses maintenance maka air chiller yang lainnya bisa
digunakan, sehingga proses pengkondisian udara tetap berjalan.
Penulis mengambil produk carrier dengan seri 30 RB dengan range 60 s/d 390 TR dengan
jenis screw
2.3 Sistem Fire Fighting
Klasifikasi
Ketinggian dan Jumlah Lantai
Bangunan
Non Combustible
Obstructed
Non Combustible
225 15 130 15 100 12
Unobstructed
Combustible
Unobstructed
NB: Dalam berbagai kasus, area maksimal yang dilindungi sprinkler tidak boleh
melebihi 225 ft2 (21 m2).
f. Jarak sprinkler ke dinding tidak boleh melebihi 1.5 kali jarak antar sprinkler
yang diindikasi dalam tabel di atas. Sprinkler minimal ditempatkan 4 inchi
dari dinding.
g. Dibawah konstruksi yang tidak terhalang, jarak antara deflektor sprinkler
dengan langit-langit minimal 1 inchi (25.4 mm) dan jarak maksimal 12 inchi
(305 mm).Dibawah konstruksi yang terhalang, deflektor sprinkler harus
diletakkan 1-6 inchi (25.4-152 mm) di bawah benda-benda struktur dan
maksimal 22 inchi (559 mm) di bawah langit-langit atau dek.
j. Pipa Schedule I untuk hunian Jenis Light Hazard dengan Bahan pipa Baja
1 2
1¼ 3
1½ 5
2 10
2½ 30
3 60
3½ 100
2.3.5 Perhitungan
h. Sistem Hydrant
Diketahui :
Flow pada standpipe terjauh minimum adalah 500 gpm = 1893 ltr/menit.
Fire Hose Cabinet (FHC) pada gedung ini ditempatkan dekat dengan tangga
darurat yang berada di sudut sehingga setiap sudut bangunan berada dalam
batas jangkauan semburan air dari selang dengan panjang maksimum selang
adalah 30 m dan sisa tekan yang diinginkan 100 psi (70m).
Penentuan diameter pipa dengan cara yang sama pada sistem penyediaan air
dingin yaitu dengan menggunakan data flow dan range kecepatan aliran 2
m/dtk.
Gambar 2.22 Gravik losses terhadap Kapasitas Air
Berdasarkan tabel didapat diameter riser yang aman untuk sistem hydrant
yaitu 5 1/2 inchi dan kerugian yaitu 50 mm kolom air / m.
Q = 17,0343 m3/menit
V = 17.0343m3/menit x 30 menit
V = 511.029 m3
i. Sistem Sprinkler
Untuk light hazar kebutuhan minimum flow rate = 500 gpm = 0.0315
m3/detik. Kecepatan untuk sprinkler 5.08 meter / detik. Dengan asumsi, maka
diameter pipa riser adalah:
1
Q= xπx D2 xv
4
1
4 x 0 .0315 2
D= [ 5 .08 π ] =0 .0889 m=88 . 9mm
Diperoleh :
Perencanaan Sprinkeler
Kepekaan terhadap suhu, warna cairan dalam tabung gelas berwarna Jingga
pada suhu 53°C
Daerah yg dilindungi adalah semua ruangan kecuali kamar mandi, toilet dan
tangga yang diperkirakan tidak mempunyai potensi terjadinya kebakaran.
Luas total gedung tanpa lift, toilet dan tangga darurat adalah 814.2 mm2
= 3.45 m
V =QxT
Dimana :
Q=80ltr /menit x 69
Sesuai standard waktu operasi sistem sprinkler untuk tingkat light hazard
adalah 30 menit.
5520 d m3
V= x 30 menit
menit
V =165.6 m3
Pompa Listrik
Data :
Kapasitas : 500gpm
Sg air :1
Penggerak listrik
Efisiensi Pompa : 60 %
Perhitungan :
Q x H x SG
Hp=
3960 x efisiensi pompa
500 x 129 x 1
Hp=
3960 x 0.6
64500
Hp=
2376
Hp=27.14 Hp
Hp x 0.7457
Kw Motor=
efisiensi motor listrik
27.14 Hp x 0.7457
Kw Motor=
0.8
20.24
Kw Motor=
0.8
Kw Motor=25.3 kW
Pompa Diesel
Data :
Kapasitas : 500gpm
Sg air :1
Efisiensi Pompa : 70 %
Perhitungan :
Q x H x SG
Hp=
3960 x efisiensi pompa
500 x 129 x 1
Hp=
3960 x 0.7
64500
Hp=
2772
Hp=23.26 Hp
Hp
Hp mesin diesel=
efisiensi mesin penggerak
23.26
Hp mesin diesel=
0.8
Hp mesin diesel=29.089 Hp
PENUTUP
3.1 Lifting
Kesimpulan
Hasil desain lift yang didapat berdasarkan perhitungan yaitu grup lift dengan kapasitas
10 orang sebanyak 4 gerbong (4 x 10 orang). Grup lift ini memiliki karakteristik:
Hasil desain lift yang didapat memiliki perbedaan dengan hasil desain dari tim Dinas
Provinsi DKI Jakarta, di mana hasil desain yang tertera pada program Inventor yaitu berupa
sistem lift dengan 3 gerbong dan total dimensi hoistway sekitar 7 m x 2 m. Hal ini berarti
hasil desain sistem lift kami memiliki dimensi panjang yang lebih panjang dibanding desain
tim Dinas Provinsi DKI Jakarta.
Kami tidak bisa mengetahui apakah sistem lift yang didesain oleh tim Dinas Provinsi
DKI Jakarta memenuhi standar atau tidak dikarenakan kurangnya sumber data mengenai
kapasitas lift yang digunakan. Tapi jika asumsi lift yang digunakan berasal dari pabrikan
yang sama, maka sistem grup lift hasil desain kami lebih unggul pada segi interval dan
kapasitas grup dibandingkan desain dari tim Dinas Provinsi DKI Jakarta.
Saran
Hasil desain sistem lift yang kami dapat merupakan hasil desain berdasarkan
perhitungan dari literatur yang ada. Hasil desain ini merupakan yang terbaik dan paling
efisien. Jika tim Dinas Provinsi DKI Jakarta berniat mengganti desain mereka, hal yang harus
diperhatikan yaitu dimensi sistem lift yang lebih panjang. Kegiatan desain ulang harus
dilakukan secara berkala untuk menjamin sistem yang baik dan efisien.
3.2 HVAC
Kesimpulan
1. Beban pendinginan dari lantai 1 sampai 8 sama pada gedung dinas perumahan DKI
sebesar 444,990.1 Btu/h yang terdiri dari beban sensible sebesar 254,778.4 Btu/ h
dan beban laten sebesar 190,211.7 Btu/h
2. Beban pendingin pada lantai 9 lebih besar daripada lantai lainnya karena dipengaruhi
oleh beban pendinginan yang berasal dari atap, dimana beban pendinginannya
sebesar 573,055.0 Btu/h yang terdiri dari beban sensible 382,843.28 Btu/h dan
beban laten 190,211.69 Btu/h
3. Beban pendinginan secara keseluruhan untuk gedung perumahan dinas DKI sebesar
362 TR
4. Chiller yang digunakan yaitu air chiller dengan merek carrier dengan seri 30 RB
dengan range 60 s/d 390 TR dengan jenis screw
5. Air chiller yang digunakan sebanyak 2 buah jika terjadi permasalahan seperti
kerusakan atau maintenance air chiller yang biasa digunakan masih ada 1 air chiller
yang lainnya sebagai cadangan atau back up.
6. Duct design menggunakan metode equal friction, dimana CFM yang didapatkan
pada main duct sebesar 8200 CFM
7. Dengan menggunakan tabel friction kita bisa menghubungkan garis kecepatan aliran
sebesar 2000 FPM serta garis banyak udara sebesar 8200 CFM, pertemua garis
tersebut jika di tarik kebawah akan menemukan friction sebesar 0.155 in WIG/100
feet
8. Untuk mencari luasan daerah cabang duct bisa menggunakan % CFM dan % luas
area atau dengan menggunakan tabel friction loss yang nantinya hasilnya sama-sama
berupa luas daerah baik itu dalam bentuk duct rectangular ataupun circular
9. Untuk menghitung static pressure yang di dalam duct dipengaruhi bentuk lintasan
duct itu tersendiri baik itu losses yang terjadi dan kecepatan aliran yang diberikan.
10. Static pressure terdiri dari total friction dan regain. Total friction los dipengaruhi
oleh loss yang terjadi sepanjang lintasan ducting ditambahkan dengan loss pada
aksesoris yang digunakan berupa elbow, T junction dll. Sedangkan regain lebih
dipengaruhi oleh kecepatan aliran mulai dari awal sampai dengan kecepatan aliran
pada ujung terminal.
11. Besaran daya fan secara actual merupakan nilai dari banyaknya udara dikalikan
dengan static pressure dan dibagi dengan nilai factor koreksi sebesar 6356 sehingga
dihasilkan 0.3 Hp
12. Pada kenyataannya actual fan yang bekerja sekitar 75 % dari daya yang terlah
dihitung sehingga menjadi 0.4 Hp
Saran
Dalam pemilihan Air Handling Unit (AHU) yang akan digunakan sebaiknya yang
memiliki kapasitas yang sesuai dengan yang di inginkan dan jangan terlalu besar
sebab memakan biaya yang juga besar
Pemilihan Air Handling Unit (AHU) sebainya harus mudah dicari suku cadangnya
sesuai dengan daerah tempat perusahaan itu berdiri serta jaringan distribusi yang luas
Untuk menambah efisiensi kerja mesin sebaiknya dilakukan perawata secara berkala
sesuai dengan buku panduan intruksi dari pabrik pembuatnya.
Dalam perhitungan cooling load sangat penting memperhatikan posisi gedung
tersebut. Mayoritas dalam buku Ashrae yang dicantumkan paling kecil sebesar 24°
dari lintang utara sedangkan posisi di Indonesia sendiri berada 6°dari lintang utara
Kesimpulan
a. Jumlah sprinkler yang digunakan untuk gedung Balai kota DKI adalah 160
buah sprinkler
b. Penentuan peletakan sprinkler gedung Balai kota DKI Jakarta terlampir pada
Lampiran 1
c. Sumber persediaan air berasal dari air tanah (galian dan pdam) dengan
kebutuhan volume air untuk sistem fire fighting 677.6 m3 sehingga diperlukan
penampungan air dibawah gedung dengan kapasitas 700 m3 dengan ukuran
panjang 10 m x lebar 7 m x tinggi 10 m.
d. Kapasitas pompa yang dibutuhkan untuk masing-masing pompa (pompa listrik
dan pompa diesel) yaitu 27.14 Hp (dengan daya 25.3 kW) dan 29.089 Hp
Saran
3.4 Plumbing
Kesimpulan
Saran
Bab IV
Daftar Pustaka
Lifting
Edward G. Pita, Air Conditioning Principles and Systems, 4th Edition, 2002
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/PROPINSI/DKI/umum_dki.html
Fire Fighting
http://engineeringbuilding.blogspot.com