Anda di halaman 1dari 5

BAITUL MAAL DAN FUNGSINYA SEBAGAI LEMBAGA UMAT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dari Mata Kuliah: Phylantropy Islam

Dosen Pengampu: Muhammad Baihaqi, M.SI

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1. Annisa Sekar Jihan (190501209)

2. M. Rizky Al-Kautsar (1905012 )

3. Leni Budiawati (190501 )

4. Didik Irawan (190501 )

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM


2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk dalam penyusunan makalah
ini. Atas karunia-Nya penulis tak henti-hentinya mengucap syukur atas selesainya makalah ini
yang berjudul “BAITUL MAAL DAN FUNGSINYA SEBAGAI LEMBAGA UMAT”

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk dapat mengetahui tentang apa itu
(Kebijakan Fiskal) serta pengaplikasiannya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya makalah ini.

Mataram, 25 Februari 2021

Kelompok 1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jika kita menengokdan melihat sejarah, bahwasanya setiap belajar tentang lembaga keuangan
sebelum Islam hadir di tengah-tengah umat manusia, pemerintahan suatu negara di pandangserta
memiliki berbagai kewenangansebagai satu-satunya penguasa perbendaharaan dan kekayaan
negara. Dengan demikian, pemerintahsuatu negara itubebas mengambil harta kekayaan yang
dimiliki oleh rakyatnya sebanyak yang dikehendakiserta membelanjakannya pula sesuka-suka
mereka. Hal yang demikian itu artinya, sebelum Islam datang, belumterdapat suatu konsep
tentang perbendaharaan negara dan keuangan publik di duniasampai saat itu.

Sampai saat ini, setiap orang percaya bahwasanyakekayaan atau harta yang berlimpah yang
dimiliki oleh negara merupakan kunci kebesaran dan kesuksesan dari sebuah pemerintahan yang
ada dimanapun. Oleh sebabitulah, adalah hal yang sangat ideal dan sudah biasabila pemerintahan
dimanapun selalu memberikansuatu dominasiperhatian yang luar biasaterhadap suatu problema
maupun permasalahan tentangpengumpulan dan administrasi penerimaan pemerintah yang
diperoleh.

Rasulullah memperkenalkan konsep baru di bidang keuangan negara pada abad ketujuh,
yakni semua hasil pengumpulan negara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian
dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan negara. Status harta hasil pengumpulan itu adalah milik
negara dan bukan milik individu. Meskipun demikian, dalam batas-batas tertentu, pemimpin
negara dan para pejabat lainnya dapat menggunakan harta tersebut untuk mencukupi kebutuhan
pribadinya. Tempat pengumpulan itu disebut sebagai Baitul Mal (rumah harta) atau bendahara
negara. Pada masa pemerintahan Rasulullah, Baitul Mal terletak di Masjid Nabawi yang ketika
itu digunakan sebagai kantor pusat negara yang sekaligus berfungsi sebagai tempat tinggal
Rasulullah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Baitul Maal

Baitul Maal berasal dari Bahasa Arab yakni “bait” artinya rumah, dan “al-mal” yang artinya
harta. Baitul Maal dalam arti etimologis yaitu rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan
harta.

Adapun secara terminologis menurut Abdul Qadim Zallum (1983) dalam kitabnya Al-
Amwaal Fi Daulah Al Khilafah, Baitul Maal adalah suatu lembaga atau pihak yang memiliki
tugas khusus menangani segala harta ummat, baik berupa pendapatan maupun pengeluaran
negara. Sumber utama pendapatan negara pada awal perkembangan Islam adalah khums, zakat,
kharaj dan jizyah yang ketentuannya didasarkan pada ketentuan Syariah. Pada saat itu yang
menjadi tempat pengumpulan dan pembagian harta tersebut adalah masjid yang didirikan oleh
Rasulullah SAW setelah hijrah.

Menurut pendapat Suhrawardi K.Lubis, baitul maal dilihat dari segi istilah fikih adalah
“suatu lembaga atau badan yang bertugas mengurusi kekayaan negara terutama keuangan, baik
yang berkenaan dengan soal pemasukan dan pengelolaan maupun yang berhubungan dengan
masalah pengeluaran dan lain-lain.

Menurut Ensiklopedia hukum Islam, baitul mal adalah lembaga keuangan negara yang
bertugas menerima, menyimpan, dan mendistribusikan uang negara sesuai dengan aturan syariat.

Sedangkan menurut Harun Nasution, baitul mal bisa diartikan sebagai pembendaharan
(umum atau negara).Secara harfiah, baitul maalberarti rumah dana. Baitul mal ini sudah ada
sejak pada zaman rasulullah, berkembang pesat pada abad pertengahan. Baitul mal berfungsi
sebagai pengumpulan dan men-tasyaruf-kan untuk kepentingan sosial.

B. Sejarah Berdirinya Baitul Maal

Pada Abad ketujuh, Nabi Muhammad SAW yang pada saat itu menjabat sebagai kepala
negara telah memperkenalkan konsep baru dalam bidang keuangan negara pada abad ketujuh.
Seluruh harta kekayaan negara harus dikumpulkan dan dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan
negara. Nama pusat pengumpulan harta negara tersebut disebut Baitul Maalyang terletak di
Masjid Nabawi.
Keberadaan Baitul Maal telah ada dari masa pemerintahan Nabi Muhammad SAW ketika
kaum Muslimin memenangkan perang Badar sehingga kaum Muslimin memperoleh harta
rampasan perang (ghanimah). Setelah itu, di antara para sahabat beselisih pemahaman mengenai
cara pembagian ghanimah, sehingga turunlah ayat QS. Al-Anfal: 1 yang menjelaskan bahwa
harta rampasan perang merupakan milik Allah SWT dan Rasul Allah serta diperintahkan untuk
bertakwa kepada Allah dan memperbaiki hubungan sesama manusia, selanjutnya perintah taat
kepada Allah dan RasulNya jika termasuk orang yang beriman.

Baitul Maal pada masa Rasulullah SAW belum memiliki tempat untuk menyimpan harta
perolehan negara, karena pada saat itu belum begitu banyak perolehan hartanya dan juga harta
akan segera didistribusikan kepada rakyatnya. Adapun perkembangan Baitul Maal setelah masa
Rasulullah SAW kemudian secara bertahap mulai dari Abu Bakar Ash Shiddiq dan diperluas
pada masa Umarbin Khattab, Utsman dan Ali bin Abi Thalib.

Ummat Islam pada saat penaklukan wilayah mulai mempelajari ilmu tata negara
pemerintahan Persia, maka hal tersebut mulai diterapkan pada Baitul Maal. Selama pemerintahan
Khalifah Ali, sistem administrasi Baitul Maal di tingkat pusat maupun lokal sudah berjalan baik.
Hal ini terlihat dari adanya kerjasama antara pusat dan daerah, sehingga perolehan harta Baitul
Maal mengalami surplus dan kelebihannya dibagikan secara proporsional.

Pelaksana kebijakan fiskal negara Islam pada saat itu dilakukan oleh Baitul Maal.
Perkembangan pengelolaan Baitul Maalkemudian dilanjutkan oleh Daulah Islamiyah, dan
diakhiri pada masa kekhilafahan Islam runtuh tahun 1924 M. Baitul Maalpada masa Daulah
Islamiyah merupakan lembaga atau institusi keuangan negara sebagai tempat dan pengelolaan
dana umat dari pengumpulan sumber pendapatan hingga pengalokasian belanja negara sesuai
dengan kaidah Islam.

C. Tujuan dan Fungsi Baitul Maal

Tujuan dan fungsi baitul maal adalah terwujudnya layanan penghimpunan zakat, infaq,
shodakohdan wakaf yang mengoptimalkan nilai bagi muzaki, munfiq, tatasaddiq, dan muwafit.
Kedua terwujudnya layanan pendayagunaan ziswaf yang mengoptimalkan upaya pemberdayaan
mustahiq berbasis pungutan jaringan. Dan juga terwujudnya organisasi sebagai good
organization yang mengoptimalkan nilai bagi stakeholder.

Selain itu Baitul mal berfungsi sebagai bendahara negara (konteks sekarang dalam
perekonomian modern disebut departemen keuangan). Tapi pada hakikatnya baitul mal berfungsi
untuk mengelola keuangan negara menggunakan akumulasi dana yang berasal dari pos-pos
penerimaan zakat, kharaj, jizyah, Khums, fay’, dan lain-lain, dan dimanfaatkan untuk
melaksanakan program-program pembangunan yang menjadi kebutuhan negara

Anda mungkin juga menyukai