Anda di halaman 1dari 10

JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 96-105, 2017 p-ISSN.

2443-115X
e-ISSN. 2477-1821

FORMULASI SEDIAAN GEL DISPERSI PADAT IBUPROFEN :


STUDI GELLING AGENT DAN SENYAWA PENINGKAT
PENETRASI

Submitted : 5 Mei 2017


Edited : 15 Mei 2017
Accepted : 23 Mei 2017

Dwi Nurahmanto, Ifa Rosi Mahrifah, Rani Firda Nur Imaniah Azis, Viddy Agustian Rosyidi

Fakultas Farmasi Universitas Jember


Email : dwinurahmanto.farmasi@unej.ac.id

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of using gelling agent and chemical penetration
enhancer on the solid dispersion Ibuprofen gel in increasing the transdermal drug penetration.
Inhibition of the COX-1 enzyme caused by ibuprofen in oral administration can cause side
effects of gastrointestinal disorders, dyspepsia, diarrhea, upper gastrointestinal infections,
nausea and bloating, resulting in a topical route to reduce side effects. The gel is prepared
using hydroxy propyl methyl cellulose (HPMC) and carbopol ® as gelling agents, and also
propylene glycol and glycerin as chemical penetration enhancer compounds. The gel evaluation
are viscosity, pH, spreadability and penetration flux rate. The value of the formula 3
penetration flux is 1.5383 ± 0.029 ug / cm2.minute, the formula 1 is 1.403 ± 0.055 ug / cm2.
minute, the formula 2 is 0.756 ± 0.071 ug / cm2 minute, while the formula 4 is 0.5404 ± 0.106
ug / Cm2. minute. The amount of gelling agent concentration and chemical penetration
enhancer compound effect on the value of the flux penetration.

Keywords : Gel, Ibuprofen, transdermal, gelling agent, chemical penetration enhancer

PENDAHULUAN memiliki mekanisme kerja dengan cara


Ibuprofen merupakan golongan Non menghambat enzim cyclooxygenase-1
Steroid Anti-Inflamatory Drug (NSAID) (COX-1) dan cyclooxygenase-2 (COX-2)
tidak selektif turunan asam propionat, salah sehingga mengganggu sintesis
satu fungsinya sebagai pengobatan nyeri dan prostaglandin(4). Penghambatan enzim COX-
inflamasi yang disebabkan beberapa kondisi 1 menyebabkan ibuprofen pada penggunaan
yaitu Rheumatoid Arthritis dan oral dapat menimbulkan efek samping yaitu
(1)
Osteoarthritis . Ibuprofen memiliki efek gangguan gastrointestinal, dispepsia, diare,
samping reaksi alergi paling rendah yang infeksi saluran cerna atas, mual dan
berkaitan dengan intoleransi obat NSAID, kembung(5), sehingga dibuat rute topikal
sehingga ibuprofen menjadi alternatif yang untuk mengurangi efek samping yang
baik untuk pasien yang tidak toleran ditimbulkan.
terhadap obat NSAID lainnya. Ibuprofen Sediaan topikal dapat meningkatkan
memiliki efek samping yang lebih rendah bioavailabilitas obat karena tidak mengalami
dibandingkan aspirin dan indometasin(2). first pass metabolism di hati dan
Ibuprofen memiliki profil keamanan yang memberikan penghantaran yang konsisten
baik pada jaringan tubuh(3). Ibuprofen pada jangka waktu yang lama(6). Gel

96 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 96-105, 2017 DWI NURAHMANTO

merupakan sediaan semi padat bersuspensi BAHAN DAN METODE


partikel anorganik kecil atau molekul Alat dan Bahan
organik besar yang terpenetrasi dalam Bahan yang digunakan adalah
cairan(7). Kandungan komponen air yang Ibuprofen (HuBei Granules – biocause
tinggi juga menyebabkan gel memiliki pharmaceutical CO., LTD), Gliserin (PT.
kemampuan menghidrasi stratum corneum Bratachem), propilen glikol (PT.
sehingga penetrasi perkutan obat menembus Bratachem), Carbopol® 940 (PT.
kulit menjadi lebih mudah dibandingkan Bratachem), (PEG 6000 (PT. Bratachem),
dengan salep dan krim(8). HPMC K15 (PT. Bratachem), Trietanolamin
Ibuprofen merupakan obat golongan (PT. Tristarchem), Propilen glikol (PT.
Biopharmaceutical Classification System Bratachem), Natrium Hidroksida (NaOH)
(BCS) kelas II. Permasalahan utama pada (PT. Bratachem), Kalium Fosfat Dibasik
BCS kelas II pada saat formulasi sediaan gel (KH2PO4) (PT. Bratachem), Natrium Fosfat
yaitu sulit untuk larut dalam air(9). Salah satu Dibasik (Na2HPO4) (PT. Bratachem),
metode yang dapat digunakan untuk Natrium Klorida (NaCl) (PT. Bratachem),
meningkatkan kelarutan ibuprofen dalam Kalium Klorida (KCl) (PT. Bratachem),
penelitian ini yaitu dengan membuat dispersi Asam Klorida (HCl) (PT. Bratachem),
padat ibuprofen-PEG 6000 dengan Aquadestilata.
perbandingan 1 : 1,5 menggunakan metode Alat-alat yang digunakan dalam
peleburan(10). Transfer obat melalui kulit penelitian ini adalah spektrofotometer UV-
pada sediaan transdermal dapat ditingkatkan Vis (Genesys 10S), alat uji disolusi tipe
menggunakan penetration enhancer. dayung (Pharmeq), pH meter (Denver), alat
Mekanisme atau cara kerja senyawa uji viskositas (Viskotester Rion VT 04), alat
peningkat penetrasi salah satunya yaitu penguji daya sebar (ekstensometer), neraca
dengan memodifikasi atau melemahkan analitik (Centarus Scale), water bath,
susunan lipid interseluller stratum corneum ultrasonic (Elmasonic E 30H), mortir,
sehingga transfer obat melalui kulit dapat stamper, desikator, alat–alat gelas.
ditingkatkan(11).
Pada penelitian ini memformulasi Metode
sediaan gel ibuprofen menggunakan basis Preparasi Sampel Dispersi Padat
gel dan senyawa peningkat penetrasi yang Metode pembuatan dispersi padat
berbeda. Basis gel yang digunakan adalah yang digunakan pada penelitian ini adalah
hidroksi propil metil selulosa dan Carbopol® metode peleburan. Pembuatan dispersi padat
serta senyawa peningkat penetrasi propilen dilakukan dengan perbandingan ibuprofen-
glikol dan giserin. Hidroksi propil metil PEG 6000 1 : 1,5. Bahan ibuprofen dan PEG
selulosa dan Carbopol® serta Propilen glikol 6000 ditimbang sesuai dengan formulasi.
dan gliserin pada penelitian ini dibandingkan Dengan peleburan pada suhu 80°C di atas
untuk mengetahui besarnya peningkatan water bath. Awalnya PEG dimasukan ke
penetrasi ketoprofen sediaan gel. Penelitian dalam cawan yang diletakkan di atas water
ini menggunakan metode analisa statistika bath sampai melebur sempurna, lalu
dengan uji One Way ANOVA untuk ditambahkan ibuprofen sedikit demi sedikit
mengetahui nilai fluks antar formula apakah dan lalu diaduk sampai homogen. Leburan
menunjukkan berbeda makna atau tidak, didinginkan pada ice bath lalu disimpan
untuk mengetahui data yang menunjukkan dalam desikator selama 24 jam sebelum
berbeda bermakna, dilakukan uji LSD (Least dihaluskan menggunakan mortir dan
Significant Difference). stamper. Setelah itu ayak menggunakan

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 97


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 96-105, 2017 DWI NURAHMANTO

ayakan no.80 dan yang terakhir lakukan kemudian ditambahkan 10 mL aquades


penetapan kadar ibuprofen dalam dispersi bebas CO2 dalam beaker glass. Selanjutnya
padat ibuprofen-PEG 6000(12). diuji menggunakan pH meter digital (13).
Persyaratan pH sediaan gel yang dapat
Pembuatan gel dispersi padat ibuprofen ditoleransi untuk tidak mengiritasi kulit
Pada penelitian yang menggunakan yaitu 5-9(14).
basis HPMC, Basis gel HPMC dibuat
dengan cara menimbang HPMC lalu Pengujian Viskositas
didispersikan dalam aquades bebas CO2 Viskositas sediaan gel diuji
sebanyak 10 kali jumlah HPMC kemudian menggunakan alat Viscotester VT-04 pada
didiamkan selama 24 jam sampai terbentuk suhu ruang. Dilakukan penimbangan
basis gel berwarna jernih. Sejumlah tertentu sebanyak 50 gram sampel sediaan gel
dispersi padat ibuprofen-PEG 6000 1:1,5 dengan basis gel HPMC. Viskotester
ditambah dengan trietanolamin, propilen dikaitkan pada statif kemudian spindle
glikol, gliserin dan sisa aquadest bebas CO2 dipasangkan ke viskotester dan ujungnya
dicampur menjadi satu dalam beaker glass, dimasukkan dalam sampel. Apitan jarum
diaduk hingga bahan aktif terlarut. meter dipindahkan hingga arah berlawanan.
Pencampuran larutan dispersi padat Power switch dinyalakan pada posisi on.
ibuprofen-PEG 6000 dalam basis gel Ketika spindle mulai berputar, jarum
Larutan ibuprofen dimasukkan sedikit demi indikator viskositas secara berkala bergerak
sedikit sambil diaduk kedalam basis gel ke kanan. Nilai viskositas (dPa.s) dapat
HPMC hingga homogen. dibaca dari skala pada rotor. Viskositas
Pada sediaan gel yang berbasis sediaan semisolid yang cocok untuk
carbopol®, Carbopol® didispersikan dalam dikeluarkan dari kemasan tube, dan
30 mL aquades bebas CO2 diaduk sampai selanjutnya untuk memudahkan
homogen kemudian ditambah TEA dan pemakaiannya adalah sekitar 50 sampai
diaduk sampai terbentuk basis gel. 2,77 g 1000 dPa.s, optimalnya 200 dPa.s (15).
dispersi padat ibuprofen-PEG 6000
ditambah dengan propilen glikol dan Pengujian Daya Sebar
aquades 20 mL dicampur menjadi satu Sebanyak 1 gram sampel gel
dalam beaker glass, diaduk dengan batang diletakkan pada pusat antara dua lempeng
pengaduk hingga homogen. Larutan dispersi gelas kaca bulat. ditambahkan beban seberat
padat ibuprofen-PEG 6000 dimasukkan 5 gram pada bagian atas lempeng selama 1
sedikit demi sedikit sambil diaduk ke dalam menit. Kemudian diamati diameter sebaran
basis gel carbopol® sampai homogen. Sisa sampel. Pengamatan dilakukan terus-
aquades dimasukkan ke dalam gel sedikit menerus hingga diperoleh diameter yang
demi sedikit sambil diaduk hingga homogen. konstan untuk melihat pengaruh beban
terhadap perubahan diameter sebar gel.
Pengujian pH Diameter permukaan penyebaran yang
Pengujian pH dilakukan dengan cara dihasilkan dengan naiknya pembebanan
menimbang 1 gram sampel formula gel menggambarkan karakteristik daya sebar(16).

98 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 96-105, 2017 DWI NURAHMANTO

Tabel 1. Rancangan Formula Gel Dispersi Padat Ibuprofen-PEG 6000

Formula (%)
Komposisi Fungsi
1 2 3 4
Dispersi padat
ibuprofen – Bahan aktif 2,77* 2,77* 2,77* 2,77*
PEG 6000
Senyawa
Propilen glikol peningkat - - 25 0
penetrasi
Senyawa
Gliserin peningkat 15 5 - -
penetrasi
Carbopol® Gelling agent - - 1 1,5
HPMC Gelling agent 2,5 3 - -
Propilen glikol Kosolven 15 15 15 15
Alkalizing
TEA 3 3 2 2
agent
Aquadestilata
Pelarut Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100
bebas CO2

*Dispersi pada ibuprofen-PEG 6000 setara dengan 1% ibuprofen

Pengujian Laju Penetrasi In Vitro Persiapan sel difusi


Persiapan kulit tikus Cakram bagian bawah ditimbang,
Tikus yang digunakan adalah tikus kemudian pada bagian tengahnya diisi
jantan galur wistar dengan bobot 150-180 g dengan gel ibuprofen sampai penuh dan
dan usia sekitar 2-3 bulan. Bagian kulit yang permukaan rata. Kulit dipasang di bagian
digunakan adalah bagian abdomen. Tikus atas gel dengan epidermis menghadap ke
dibunuh dengan cara dislokasi leher, atas ke dalam kompartemen donor. Pasang
kemudian dicukur rambutnya dan lemak karet hitam di atas kulit tikus agar melekat
pada bagian sekitar dermis dibersihkan dengan cakram bagian bawah. Cakram
dengan skalpel. Kulit yang sudah bagian atas dan bawah digabungkan
dibersihkan kemudian direndam dalam menggunakan baut.
larutan dapar(17).
Uji penetrasi in vitro gel dispersi padat
Persiapan alat uji penetrasi ibuprofen-PEG 6000 dalam larutan dapar
Pengujian laju penetrasi sediaan gel fosfat salin pH 7,4 ± 0.05.
ibuprofen dilakukan menggunakan alat uji Cakram dimasukkan ke dalam
disolusi tipe dayung yang dilengkapi dengan chamber alat disolusi dayung dengan jarak ±
sel difusi (Paddle Over Disk). Alat uji 2 cm antar cakram dan ujung paddle.
disolusi diisi dengan larutan dapar fosfat Pengaturan suhu sebesar 37 ± 0,5 C dan
salin pH 7,4 ± 0,05 sebanyak 500 ml dan kecepatan putar paddle 50 rpm. Untuk
kemudian diatur suhunya pada 37 ± 0,5ºC. memulai pengoperasian alat ditekan tombol
start. Pengujian dilakukan selama 8 jam.
Pengambilan sampel dari kompartemen
reseptor dilakukan pada menit ke- 0, 15, 30,

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 99


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 96-105, 2017 DWI NURAHMANTO

45, 60, 90, 120, 180, 240, 300, 360, 420 dan
480. Sampel diambil dalam jumlah 5 ml dan 3
sesudah setiap pengambilan dilakukan
penambahan larutan dapar fosfat salin pH
7,4 ± 0,05 yang baru sebanyak 5,0 ml.
Sampel yang diambil kemudian dianalisis
dengan spektrofotometri UV-Vis pada
panjang gelombang maksimum.

HASIL DAN PEMBAHASAN


4
Pada penelitian ini pembuatan dispersi
padat ibuprofen dengan pembawa PEG 6000
menggunakan perbandingan ibuprofen :
PEG 6000 (1:1,5) dibuat dengan metode
peleburan. Proses pembuatan dispersi padat
dengan meleburkan ibuprofen dan PEG
6000 diatas waterbath pada suhu 80⁰C.
Campuran segera dipadatkan di atas icebath
sampai memadat dan disimpan dalam Gambar 1. Sediaan Gel Dispersi Padat
desikator selama 24 jam. Tujuan campuran Ibuprofen
tersebut segera dipadatkan agar ibuprofen
berada pada bentuk amorf, karena zat dalam Pengamatan organoleptis dilakukan
bentuk amorf lebih mudah larut daripada terhadap sediaan gel secara visual untuk
bentuk kristal(18). Dispersi padat dihaluskan memenuhi persyaratan estetika dari sediaan
menggunakan mortir dan stamper kemudian gel. Pengamatan ini meliputi bentuk, warna,
diayak dengan ayakan no. 80. dan bau dari masing-masing formula. Hasil
dari sediaan gel dapat dilihat pada Gambar 1
1 dan hasil pengamatan organoleptis dapat
dilihat pada Tabel 2.
Pada gambar 1 menunjukan bahwa
sediaan gel formula 1,2 dan 3 jernih tidak
berwarna, sedangkan pada formula 4 sediaan
berwarna putih. Sediaan yang mengandung
geling agent HPMC keseluruhan berwarna
jernih sedangkan sediaan yang mengandung
gelling agent carbopol® dengan konsentrasi
2 1,5% berwarna putih dengan jumlah
propilen glikol lebih sedikit. Propilen glikol
selain berfungsi sebagai senyawa peningkat
penetrasi, propilen glikol juga dapat
meningkatkan kelarutan ibuprofen.
Konsentrasi propilen glikol yang rendah
mengakibatkan ibuprofen tidak larut
sempurna, sehingga sediaan berwarna putih.

100 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 96-105, 2017 DWI NURAHMANTO

Tabel 2. Hasil pengujian organoleptis lebih tinggi dibanding formula 3, hal ini
sediaan gel dikarenakan jumlah carbopol® pada formula
4 lebih tinggi.
Formula Bentuk Warna Bau Persyaratan pH yang dapat ditoleransi
Jernih untuk tidak mengiritasi kulit yaitu berkisar
Tidak
1 Gel tidak antara 5-9(14). Hasil uji pH keempat formula
berbau
berwarna menunjukkan bahwa pH gel yang dihasilkan
Jernih telah memenuhi kriteria rentang pH yang
Tidak ditoleransi sehingga tidak mengiritasi kulit.
2 Gel tidak
berbau Pengujian daya sebar dilakukan untuk
berwarna
Jernih melihat daya sebar sediaan gel dispersi padat
Tidak
3 Gel tidak ibuprofen-PEG 6000. Daya sebar yang
berbau
berwarna diperlihatkan dengan perluasan diameter
Tidak sebar sediaan diamati secara berkala
4 Gel Putih
berbau terhadap beban yang ditambahkan hingga
Pengujian viskositas dilakukan untuk mencapai nilai yang konstan. Diameter sebar
mengetahui viskositas masing-masing yang diinginkan sebesar 3-7 cm (20). Hasil
formula dan pengaruh penambahan jumlah pengujian menunjukan bahwa keempat
gelling agent dan senyawa peningkat formula secara keseluruhan daya sebarnya
penetrasi terhadap viskositas sediaan gel telah memenuhi kriteria rentang 3-7 cm.
masing-masing formula. Hasil pengujian Daya sebar untuk sediaan gel berhubungan
viskositas dapat dilihat pada Tabel 3. dengan viskositas gel. Semakin besar jumlah
Viskositas sediaan semisolida yang gelling agent yang digunakan dapat
baik berdasarkan kemampuannya untuk menyebabkan viskositas gel semakin besar.
dikeluarkan dari tube dan mudah untuk Semakin besar viskositas gel maka semakin
pemakaian adalah sebesar 50 sampai 1000 besar tahanan atau hambatan sediaan gel
dPa.s, dan optimalnya adalah 200 dPa.s(15). untuk menyebar yang mengakibatkan daya
Hasil uji viskositas keempat sediaan sebar gel juga rendah(21).
menunjukkan bahwa viskositas sediaan gel Pengujian daya sebar dilakukan untuk
yang dihasilkan telah memenuhi kriteria melihat daya sebar sediaan gel dispersi padat
sediaan semisolida yang baik. Hasil ibuprofen-PEG 6000. Daya sebar yang
pengukuran besarnya viskositas menunjukan diperlihatkan dengan perluasan diameter
pada formula 1 visoksitas lebih rendah sebar sediaan diamati secara berkala
dibandingkan formula 2, karena jumlah terhadap beban yang ditambahkan hingga
HPMC pada formula 2 lebih besar. mencapai nilai yang konstan. Diameter sebar
Konsentrasi HPMC memberikan pengaruh yang diinginkan sebesar 3-7 cm (20). Hasil
yang signifikan terhadap viskositas sediaan pengujian menunjukan bahwa keempat
gel. HPMC berfungsi sebagai gelling agent formula secara keseluruhan daya sebarnya
yang mekanisme kerjanya dengan telah memenuhi kriteria rentang 3-7 cm.
membentuk ikatan hidrogen dengan air. Daya sebar untuk sediaan gel berhubungan
Interaksi antara HPMC dan gliserin dapat dengan viskositas gel. Semakin besar jumlah
menurunkan viskositas sediaan, hal ini gelling agent yang digunakan dapat
dikarenakan gugus hidroksil pada gliserin menyebabkan viskositas gel semakin besar.
dapat mengganggu ikatan hidrogen yang Semakin besar viskositas gel maka semakin
terbentuk antara gelling agent dan air(19). besar tahanan atau hambatan sediaan gel
Pada formula 4 memiliki viskositas yang untuk menyebar yang mengakibatkan daya
sebar gel juga rendah(21).

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 101


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 96-105, 2017 DWI NURAHMANTO

Tabel 3. Hasil Pengujian Sediaan Gel

Formula
Replikasi
F1 F2 F3 F4
Viskositas 181,67±2,89 303,33±5,77 133,33±2,89 163,33±2,89
pH 7,58±0,075 7,00±0,061 6,37±0,030 5,85±0,120
Daya sebar 3,53±1,630 4,87±0,120 4,47±0,058 4,23±1,360

1200
Jumlah Kumulatif Ibuprofen

1000

800
(ug/cm2)

Formula 1
600
Formula 2
400 Formula 3

200 Formula 4

0
0 15 30 45 60 90 120 180 240 300 360 420 480
Waktu (menit)

Gambar 2. Profil Penetrasi Empat Formula terhadap Mencit

Pengujian penetrasi in vitro bertujuan kondisi steady state dapat ditunjukkan


untuk mengetahui jumlah ibuprofen yang dengan kurva linear. Kurva linear memiliki
tertranspor melalui kulit tiap satuan luas dan nilai koefisien korelasi (r) sama dengan
tiap satuan waktu. Pengujian penetrasi mendekati satu. Nilai fluks keempat formula
dilakukan dengan menggunakan alat uji dapat dilihat pada Tabel 4.
disolusi tipe dayung. Profil penetrasi
ibuprofen dalam sediaan gel yang telah Tabel 4. Fluks laju penetrasi Ibuprofen
dianalisis dengan spektrofotometri UV-Vis
Formula Fluks (ug/cm2.menit)
pada panjang gelombang 222 nm dapat
F1 1,403 ± 0,055
dilihat pada gambar 2. Profil penetrasi
F2 0,756 ± 0,071
keempat formula menunjukkan dengan
F3 1,5383 ± 0,029
bertambahnya waktu maka jumlah ibuprofen
F4 0,5404 ± 0,106
yang tertransport per satuan luas akan
semakin meningkat. Berdasarkan hasil profil
penetrasi maka dapat ditentukan nilai fluks Pada tabel 4 menunjukan nilai rata-
masing-masing formula. Pada penelitian ini rata fluks gel ibuprofen F3>F1>F2>F4.
didapatkan fluks dari nilai slope hasil regresi Formula 3 memiliki nilai fluks penetrasi
jumlah kumulatif ibuprofen terhadap t yang paling tinggi yaitu 1,5383 ± 0,029
(waktu) yang dihitung pada saat tercapainya ug/cm2.menit, formula 3 mengandung

102 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 96-105, 2017 DWI NURAHMANTO

komposisi propilen glikol 25% dan HPMC dan carbopol® yang bertindak
carbopol® 1%. Jika dibandingkan dengan sebagai basis, akan meningkatkan viskositas
formula 4 yang mengandung senyawa dan berakibat pada penurunan pelepasan
peningkat penetrasi dan gelling agent yang sehingga fluks penetrasi kecil.
sama dengan formula 3, formula 4 nilai Senyawa peningkat penetrasi juga
fluks penetrasinya lebih rendah yaitu 0,5404 berpengaruh pada jumlah obat yang
± 0,106 ug/cm2.menit. Formula 4 diabsorbsi dan laju fluks penetrasi. Keempat
mengandung komposisi propilen glikol 0% formula ini menunjukan dengan basis yang
dan carbopol® sebanyak 1,5%. Formula 1 sama, perbedaan jumlah senyawa peningkat
dan formula 2 memiliki senyawa peningkat penetrasi berpengaruh pada besarnya fluks
penetrasi dan gelling agent yang sama. penetrasi sediaan gel ibuprofen. Propilen
Formula 1 memiliki nilai fluks yang lebih glikol pada formula 3 yang konsentrasinya
tinggi yaitu 1,403 ± 0,055 ug/cm2.menit, lebih besar dibanding formula 4, laju fluks
dibanding formula 2 sebesar 0,756 ± 0,071 penetrasi menunjukan formula 3 yang lebih
ug/cm2, formula 1 menggunakan komposisi besar. Sama halnya gliserin pada formula 2
15% gliserin dan 2,5 HPMC, sedangkan yang konsentrasinya lebih besar dibanding
formula 2 menggunakan 5% gliserin dan 3 formula 1, laju fluks penetrasinya leboh
% HPMC. besar formula 2. Penetrasi obat melalui kulit
Hasil perhitungan statistik parameter akan lebih besar pada obat yang kadar
fluk penetrasi, uji normalitas menunjukan senyawa peningkat penetrasinya lebih tinggi
bahwa data terdistribusi normal. Data dibanding yang rendah(6).
terdistribusi normal ditunjukan dengan nilai
p>0,05. Setelah uji normalitas kemudian SIMPULAN
dilanjutkan uji homogenitasnya. Hasil uji Besar fluk penetrasi sediaan gel
homogenitasnya menunjukan nilai p>0,05 Ibuprofen dipengaruhi oleh besarnya
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada konsentrasi gelling agent dan senyawa
perbedaan varian antara kelompok yang peningkat penetrasi. Semakin besar
dibandingkan dan data bersifat homogen. konsentrasi gelling agent, semakin kecil
Selanjutnya, dianalisis menggunakan fluks penetrasi dan sebaliknya. Semakin
Analysis of Variance (ANOVA) dengan tinggi konsentrasi senyawa peningkat
taraf kepercayaan 95% (α=0,05) penetrasi, semakin tinggi fluks penetrasi,
menunjukan nilai signifikan p<0,05 yaitu dan sebaliknya. Besar fluks penetrasi
sebesar 0,034.Hal ini berarti ada perbedaan formula 3 sebesar 1,5383 ± 0,029
bermakna pada parameter besar penetrasi. ug/cm2.menit, formula 1 sebesar 1,403 ±
Nilai fluks penetrasi yang tinggi di 0,055 ug/cm2.menit, formula 2 adalah 0,756
sebabkan oleh kemudahan pelepasan obat ± 0,071 ug/cm2 , sedangkan formula 4
dari basis dan kemudahan bahan obat sebesar 0,5404 ± 0,106 ug/cm2.menit.
berpenetrasi melalui kulit. Pelepasan obat
dari basis dapat dipengaruhi oleh besarnya DAFTAR PUSTAKA
viskositas sediaan gel. Sediaan yang 1. Garzon, C. L. dan Martinez, F. 2004.
semakin tinggi viskositasnya akan membuat Temperature Dependence of Solubility
obat akan lebih sulit berdifusi keluar dari for Ibuprofen in Some Organic and
basis. Hal ini mengakibatkan jumlah obat Aqueous Solvents. J. Sol. Chem. Vol.
yang siap diabsorbsi juga sedikit dan 33 No. 11: 1379-1395.
berakibat pada fluks penetrasi yang kecil(22). 2. Jorge, L. L., Feres, C.C. dan Teles., V.
Penambahan jumlah gelling agent seperti EP., 2011. Topical Preparations for

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 103


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 96-105, 2017 DWI NURAHMANTO

Pain Relief: Efficacy and Patient 12. Chiou, W.L., dan Riegelman, S. 1971.
Adherence. J. Pain. Res. 4 : 11-24. Pharmaceutical Applications of Solid of
3. Braund, R. dan Abbot, J. H. 2007. solid Dispersion System. J. Pharm. Sci.
Analgesic Recommendations when 60(9): 1281-1302.
Treating Musculoskeletal Sprains and 13. Mario, J., Mia, B.L., dan Biserka. 2005.
Strains. NZ. J. Physio. Vol.35 (2). Influence of Cyclodextrin
4. Rainsford, K. D. 2009. Ibuprofen: Complexation Piroxicam gel
pharmacology, efficacy and safety. Formulation. Acta Pharma, 55 : 223-
Inflammopharmacol. 17: 275-342. 236.
5. Rainsford, K. D., Stetsko, P. I., Sirko, 14. Murahata, R.I., dan Aronson, P.M.
S. P. dan Debski, S. 2003. 1994. The Relationship Between
Gastrointestinal Mucosal Injury Solution pH and Clinical Iritancy for
Following Repeated Daily Oral Carboxyclic Acid-based Personel
Administration of Conventional Washing Products. J. Soc. Cosmet. Che,
Formulations of Indometacin and Other 45: 239-246.
Non-Steroidal AntiInflammatory Drugs 15. Langenbucher dan Lange. 2007.
to Pigs: A Model for Human ”Reologi Farmasetik”. Dalam
Gastrointestinal Disease. J. Pharm. Lachman, L., Lieberman, H.A., dan
Pharmacol. Vol. 55 (5): 661-668. Kanig, J.L. Teori dan Praktek Farmasi
6. Prausnitz, M. R. dan Langer, R. 2008. Industri II. Edisi Ketiga. No 1 Jakarta:
Transdermal drug delivery. Nature Universitas Indonesia Press.
Biotech. Vol. 26 (11): 1261-1268. 16. Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., dan
7. Escobar, J. J., Cervantes, M. L., Naik, Sigla, A.K. 2002. Spreading of
A., Kalia, Y.N., Guerrero, D. Q. dan Semisolid Formulation: An Update. J.
Quintanar, A. G. 2006. Applications of Pharm. Tecnol. 84 – 105.
Thermoreversible Pluronic F-127 Gels 17. Bachhav, Y.G., dan Patravale, V.B.
in Pharmaceutical Formulations. J. 2010. Formulation of Meloxicam Gel
Pharm Pharmaceut. Sci. Vol. 9 (3): for Topical Application: In Vitro and In
339-358. Vivo Evaluation. Acta. Pharm. 60: 153-
8. Rawat, S. 2011. Release Enhancement 163.
of Meloxicam from Transdermal Gel 18. Patil, M. P. dan Gaikwad, N. J. 2011.
through Cyclodextrin Complexation. Characterization of gliclazide-
Int. J. Pharm. Sci. and Res. Vol. 2 (2): polyethylene glycol solid dispersion
357-365. and its effect on dissolution. Brazililian.
9. Sweetman, S. C. 2009. Martindale: The J. Pharm. Sci., Vol 47. No. 1.
Complete Drug Reference. Thirty-sixth 19. Huri, D. dan Nisa, F.C. 2014. The
Edition. London: Pharmaceutical Press. Effect of Glycerol and Apple Pell
10. Erizal dan Salman. 2007. Karakterisasi Waste Extract Concentration on
Fisikokimia dan Laju Disolusi Dispersi Physical and Chemic Characteristic of
Padat Ibuprofen dengan Pembawa Edible Film. J. Pangan dan
Polietilenglikol 6000. Padang: Jurusan Agroindustri. 2(4): 29-40.
Farmasi FMIPA, Universitas Andalas. 20. Erawati, T., Rosita, N.,
Diakses tanggal 5 maret 2016. Hendroprasetyo, W., dan Juwita, D. R.
11. Swarbrick, J. dan Boylan, J. 1995. 2005. Pengaruh Jenis Basis Gel dan
Percutaneous Absorption. En. Penambahan NaCl (0.5% b/b) terhadap
Pharm.Tech. Vol. 11 : 413-445. Intensitas Echo Gelombang Ultrasonik

104 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 96-105, 2017 DWI NURAHMANTO

Sediaan Gel Untuk Pemeriksaan USG 22. Agustin,R., Sari, N., Zaini, E. 2014.
(Acoustic Coupling Agent). Majalah Pelepasan Ibuprofen dari Gel Karbomer
Farmasi Airlangga. Vol. 5 No.2. 940 Kokristal Ibuprofen-Nikotinamida.
21. Voight, R.1995. Buku Pelajaran Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 1(1),
Teknologi Farmasi Edisi V, 79-88
diterjemahkan Noerono, S. Yogyakarta
: Gajah Mada University Press.

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 105

Anda mungkin juga menyukai