Anda di halaman 1dari 51

KARYA TULIS ILMIAH

EFEKTIFITAS POSISI ORTHOPNEA TERHADAP PENURUNAN


SESAK NAFAS PADA PASIEN TUBERCULOSIS PARU :
LITERATURE REVIEW

INDI SAPUTRI
18.02.005

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR
PRODI D3 KEPERAWATAN
2021
KARYA TULIS ILMIAH

EFEKTIFITAS POSISI ORTHOPNEA TERHADAP PENURUNAN

SESAK NAFAS PADA PASIEN TUBERCULOSIS PARU :

LITERATURE REVIEW

Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan

Program Pendidikan Diploma 3 Keperawatan

INDI SAPUTRI

18.02.005

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR

PRODI D3 KEPERAWATAN

ii
2021

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Indi saputri

Nim : 18.02.005

Program Studi : Diploma 3 Keperawatan

Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panakukkang Makassar

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis

Ilmiah yang saya tulis ini adalah benar-benar hasil karya tulis saya

sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran

orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan

Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima

sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik

yang berlaku.

Makassar, 15 Mei 2021


Membuat Pernyataan

Indi saputri
18.02.005

iii
iv
iv
v
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang

berjudul “Efeksektifitas posisi orthopnea terhadap penurunan sesak nafas pada

pasien TB paru “dapat di selesaikan.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini salah satu syarat menyelesaikan

pendidikan Gelar Ahli Madya Keperawatan Program Studi D3 Keperawatan

STIKES Panakkukang Makassar. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

penulis dapat mendapat banyak masukan, bantuan, bimbingan dan dukungan dari

berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung dan terimakasih

kepada Orang Tua dan Keluarga yang senangtiasa mendoakan, memberikan

nasehat, dorongan dan semangat agar penulis dapat menyelesaikan dengan baik

dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak H. Sumardin Makka, SKM., M.kes, selaku Ketua Yayasan Perawat

Sulawesi Selatan.

2. Bapak Dr. Ns. Makkasau Plasay,S.Kep.,M,kes., M.EDM, selaku Ketua Stikes

Panakkukang Makassar

3. Ibu Ns. Noviyanti, SKM., S. Kep., M.Kes, CWCCA, selaku ketua program

studi D3 Keperawatan.

4. Bapak Musmulyadi.M. SKp., M.Kes., CWCCA, selaku pembimbing I, yang

dalam kesibukan kesehari-hari masih dapat menyempatkan diri untuk

vi
membimbing serta memberi dorongan selama penyusunan karya tulis ilmiah

ini,

vii
5. Dr. Ns. H. Muh. Thabran Talib. SKM., S.Kep., MARS, selaku pembimbing II,

yang dalam kesibukan kesehari-hari masih dapat menyempatkan diri untuk

membimbing serta memberi dorongan selama penyusunan Karya TulisIlmiah

ini.

6. Dosen prodi D3 Keperawatan yang telah memberikan arahan dan dorongan

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Sahabat-sahabatku Risna N dan teman-teman yang selalu memberikan

dukungan dan terus memberikan saran, semangat dan motivasi kepada penulis

dalam menyelesaikan kuliah di STIKES Panakkukang Makassar.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan

terimakasih atas bantuan dan dukunganya.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari

bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat didalamnya baik isi

maupun sistematik. Oleh karena itu, kritikan serta saran yang sifatnya

membangun dari pembaca sangat di harapkan, demi perbaikan penulisan

selanjutnya.

Makassar,20 Mei 2021

Indi saputri

vii
viii
ABSTRAK
Efektifitas posisi orthopnea tehadap penurunan sesak nafas pada pasien TB paru :
literature review
Indi saputri
Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan STIKES Panakkukang Makassar
Dosen Pembimbing: Musmulyadi dan H. Muh. Thabran Talib

Latar Belakang: Tuberkulosis Paru (TB paru) merupakan suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis, dimana bakteri tersebut dalam
penanganannya memerlukan waktu yang lama. Penanganan non-farmakologis
tuberculosis paru dapat menggunakan dengan pengaturan posisi tidur yaitu dengan posisi
orthopnea. Tujuan: Tujuan dalam penelitian ini ingin mengetahui efek posisi orthopnea
terhadap penurunan sesak nafas pada pasien Tuberkulosis paru. Metode Penelitian:
Dalam penyusunan studi literatur review adalah dengan menggunakan tinjauan
sistematis/literatur review untuk mengevaluasi efektivitas penanganan sesak nafas
dengan penggunaan posisi orthopnea pada pasien TB paru. Hasil: Penelitian yang telah
dilakukan oleh para peneliti ditemukan hasil bahwa pengaturan posisi orthopnea dapat
berpengaruh untuk menurunkan sesak nafas yang di rasakan pada pasien TB paru.
Kesimpulan: Pemberian posisi orthopnea yang di berikan pada pasien TB paru dapat di
Tarik kesimpulan bahwa pemberian posisi orthopnea bermanfaat untuk menurunkan
sesak nafas pada pasien TB paru. Hal ini di karenakan posisi orthopnea lebih efektif
untuk penurunan sesak pada pasien TB paru dengan ditunjukkan rata-rata penurunan
sesak 5 dibandingkan posisi semi fowler dengan rata-rata penurunan sesak 4 dimana bisa
dilakukan dalam waktu 3-5 menit perhari untuk menurunkan sesak nafas yang bisa di
jadikan sebagai pengobatan non-farmakologi.

Kata kunci : Posisi Orthopnea; TB Paru; Pesak Nafas

viii
ABSTRACT

The effectiveness of the orthopnea position on reducing shortness of breath in pulmonary


TB patients: A literature review
Indi saputri
Studets at Nursing Diploma Stikes Panakkukang Makassar
Advisor: Musmulyadi dan H. Muh. Thabran Talib

Background: Pulmonary Tuberculosis (pulmonary TB) is an infectious disease caused


by the bacterium Mycobacterium Tuberculosis, where the bacteria takes a long time to
handle. Non-pharmacological treatment of pulmonary tuberculosis can be done by
adjusting the sleeping position, namely the orthopnea position. Objective: The purpose
of this study was to determine the effect of orthopnea position on decreasing shortness of
breath in pulmonary tuberculosis patients. Research Methods: In preparing the literature
review study, we used a systematic review/literature review to evaluate the effectiveness
of treating shortness of breath with the use of orthopnea position in pulmonary TB
patients. Results: Research that has been conducted by researchers found the results that
the orthopnea position adjustment can have an effect on reducing the shortness of breath
that is felt in pulmonary TB patients.Conclusion: Giving the orthopnea position given to
pulmonary TB patients can be concluded that giving the orthopnea position is useful for
reducing shortness of breath in pulmonary TB patients. This is because the orthopnea
position is more effective for reducing shortness of breath in pulmonary TB patients with
an average decrease in shortness of 5 compared to the semi-Fowler position with an
average decrease in shortness of 4 which can be done within 3-5 minutes per day to
reduce shortness of breath that can be caused by shortness of breath. used as a non-
pharmacological treatment.

Keywords: Orthopnea position; Pulmonary TB; Breath

ix
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan.....................................................................................i

Halaman Sampul Dalam.....................................................................................ii

Halaman Keaslian Tulisan..................................................................................iii

Halaman Persetujuan .........................................................................................iv

Halaman pengesahan..........................................................................................v

Halaman Kata Pengantar...................................................................................vi

HalamanAbstrak.................................................................................................viii

Halaman Daftar Isi..............................................................................................x

Halaman daftar lampiran...................................................................................xii

Halaman Daftra Tabel........................................................................................xiii

Halaman Daftar Singkatan.................................................................................xiv

BAB I: PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1. Latar Telakang....................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...............................................................................4

1.3. Tujuan Penelitian................................................................................4

1.4. Manfaat Penelitian..............................................................................4

BAB II: METODE PENELITIAN.....................................................................6

2.1 Desain Penelitian..............................................................................6

2.2 Strategi Pencarian Piterature............................................................6

2.2.1 Data Based (sumber jurnal)....................................................6

2.2.2 Keyword/Kata Kunci Dan Strategi Pencarian.........................7

x
2.3 Kriteria Insklusi Dan Ekslusi...........................................................8

2.4 Proses Selecting Artikel...................................................................8

BAB III: HASIL PENELITIAN.........................................................................11

BAB IV: PEMBAHASAN...................................................................................19

BAB V: PENUTUP..............................................................................................24

5.1 Kesimpulan......................................................................................24

5.2 Saran ................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................26

LAMPIRAN.........................................................................................................27

DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................29

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Format Pengajuan Judul Karya Tulis Ilmiah Halaman 27

Lampiran II : Lembar Strategi Pencarian Halaman 28

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keyword/kata kunci dan strategi pencarian Halaman 7

Table 2.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Halaman 8

Tabel 2.3 Jurnal Yang Terkait Dan Memenuhi Syarat Halaman 9

Tabel 3.1 Hasil Penelitian Halaman 12

xiii
DAFTAR SINGKATAN

TB : Tuberkulosisis

WHO : Word Health Organization

BTA : Basil Tahan Asam

OAT : Obat Anti Tuberkulosis

PICO : Populasi, Intervensi, Compration, dan Outcome

RR : Respiratory Rate

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis Paru (TB paru) merupakan suatu penyakit infeksi yang

disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis, dimana bakteri

tersebut dalam penanganannya memerlukan waktu yang lama. Bakteri ini

lebih sering menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain

tubuh manusia((Masrin & Zahroh R, 2019). Bakteri ini bisa menimbulkan

demam, batuk ataupun batuk darah, sesak napas, serta perih dada penyakit ini

pula bisa diakibatkan oleh kuman tubekulosis yang bisa menimbulkan

penimbunan secret dan masuk melalui saluran pernafasan dan saluran

pencernaan seperti perut dan luka yang terbuka pada kulit(Arlena, 2020).

Akan tetapi bagaimanapun sebagian besar melalui tetesan napas ke dalam

yang berasal dari individu yang terkontaminasi bakteri tersebut (Pratama,

2020).

Tuberkulosis paru masih merupakan masalah kesehatan bagi

masyarakat di dunia dan Indonesia di mana penyakit infeksi terbesar nomor 2

di dunia yang di sebabkan akibat tingginya angka mortalitas dewasa

sedangkan di Indonesia Tb paru peringkat 3 dari 10 penyebab kematian

dengan proporsi 10% dari mortalitas total. WHO juga menilai bahwa pada

2002 - 2020, akan ada 1 miliar orang yang terinfeksi TB aspirasi, di mana 5-

10 persen akan menularkan infeksi, dan 39-40 persen yang terpengaruh akan

berakhir dengan kematian((Masrin & Zahroh R, 2019)

1
2

Pengidap Tuberculosis paru, jika di tangani secara tidak efektif,

maka pengidap Tuberculosis paru akan menghadapi masalah seperti

hemoptitis atau batuk darah (perdarahan yang berasal dari aliran napas dasar,

kolaps atau kelemahan dari lobulus karena retraksi penyempitan jalan nafas,

bronkiektaksis (penyatuan cabang tenggorokan setempat), pneumotorak,

pemicu peradangan ke organ lain. Jika penyakit ini tidak segera diatasi atau

jika pengobatannya belum tuntas, dapat menyebabkan keterikatan yang

berisiko bahkan kematian.(Zain, 2019). Penularan yang dapat di akibatkan

dari TB ini dapat melalui partikel atau tetesan kecil saat disayat, mengi,

berbicara, berteriak, atau bernyanyi dan kecenderungan untuk penderita TB

yang meludah sembarangan. Adapun keadaan dimana terjadi meningkatkan

resiko penularan TB antara lain batuk produktif, Basil Tahan Asam (BTA)

positif, kavitas, tidak mendapat OAT, tidak menerapkan etika batuk yang

benar, tidak menutup mulut saat batuk dan bersin.(Kemenkes RI, 2020).

Pasien TB paru sering didapatkan dengan gejala salah satunya

dyspnea atau sesak nafas dimana hal tersebut dapat menimbulkan perasaan

sulit bernafas yang merupakan gejala utama dari penyakit kardiopulmonal.

Orang yang mengalami sesak nafas biasanya merasakan nafasnya terasa

pendek dan dangkal. Hingga di harapkan pada penderita TB paru untuk

indikasi sesak nafas disarankan melaksanakan posisi orthopnea. Jadi dimana

penggunaaan posisi ortopnea bisa membantu mengoptimalkan perluasan dada

serta paru, maksimal membuka area atelektasi sehingga bisa menambah

gerakan sekret ke dalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.


3

Ketidakefektifan pola nafas merupakan suatu kondisi dimana inspirasi atau

ekspirasi kurang mendapatkan ventilasi adekuat sehingga dapat mnyebabkan

perubahan pola nafas seseorang dan mengalami gangguan dalam pemenuhan

oksigen pada tubuhnya(Amil et al., 2020).

penanganan yang dapat di gunakan untuk menurunkan sesak nafas

secara garis besar ada dua manajemen yaitu farmakologi dan non

farmakologi. Secara farmakologi yang dapat di gunakan yaitu pemberian

obat-obatan yang sesuai indikasi, terapi aktifitas dan latihan relaksasi,

tingkatkan tirah baring atau batasi aktivitas, dan oksigen (O2) tambahan yang

sesuai. Secara non farmakologi yang dapat di gunakan yaitu Pengaturan

posisi orthopnea yang dirasa efektif dan banyak digunakan saat ini, dari

tindakan tersebut diharapkan terjadinya penurunah sesak nafas, dimana Posisi

orthopnea merupakan posisi fowler tinggi, dengan posisi 90° klien duduk di

tempat tidur atau di tepi tempat tidur dengan meja yang menyilang di atas

tempat tidur(Lorraine, 2017).

Adapun tujuan dari posisi orthopnea tersebut ialah membantu

mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi dada yang

maksimal dan membantu klien yang mengalami masalah ekspirasi (Roihatul.

Z, 2019). Pasien tidak selalu memperhatikan tentang adanya pengaturan

posisi yang dapat menurunkan kerja frekuensi napasnya, Sehingga mereka

tidak menyadari seberapa signifikan Pengaturan posisi tidur yang tepat pada

pasien TB paru dengan gejala sesak napas terhadap dampak interaksi

penyembuhan penyakit tersebut(Lorraine, 2017).


4

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan literature

review pada jurnal yang telah di lakukan oleh peneliti sebelumnya terkait

efektifitas posisi orthopnea tehadap penurunan sesak nafas pada pasien TB

paru.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

Apakah posisi orthopnea dapat menurunkan sesak nafas pada pasien TB

paru?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui efektifitas posisi orthopnea terhadap penurunan sesak nafas

pada pasien TB paru

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Mengetahui efektifitas terhadap penurunan sesak nafas sebelum

dilakukan posisi orthopnea pada pasien TB paru

1.3.2.2 Mengetahui efektifitas terhadap penurunan sesak nafas setelah

dilakukan posisi orthopnea pada pasien TB paru

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi penulis

Menambah wawasan dan pengalaman serta tambahan ilmu yang sangat

bermanfaat bagi penulis terkait tentang efektifitas posisi orthopnea

terhadap penurunan sesak nafas pada pasien TB paru.


5

2.4.1 Bagi institusi

Manfaat bagi STIKes Panakkukang Makassar adalah Dapat di jadikan

sebagai buku panduan, referensi dan masukan serta pengembangan

peneliti tentang efektifitas posisi orthopnea terhadap penurunan sesak

nafas pada pasien TB paru.

3.4.1 Bagi pembaca

Dapat di jadikan sebagai bahan referensi dalam penerapan pemberian

posisi orthopnea terhadap penurunan sesak nafas pada penderita TB

paru.
BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini dilakukan dengan literature review menggunakan

tinjauan tradisional (Narative) review untuk mengevaluasi efektivitas posisi

orthopnea terhadap penurunan sesak nafas pada pasien TB paru.

2.2. Strategi Pencarian Literarture

2.2.1. Data Based (Sumber jurnal)

Pencarian literatur dilakukan pada bulan Mei 2021. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Data sekunder yang diperoleh

dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-penelti

terdahulu. Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel jurnal

bereputasi baik nasional maupun internasional dengan tema yang sudah

ditentukan. Pencarian literatur dalam literature review ini

menggunakan dua data based yakni gray Shearch: google scholar dan

garuda.

6
7

2.2.2 Keyword/Kata Kunci dan Strategi Pencarian

Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword dan

menghubungkan setiap kata kunci dengan menggunakan AND, OR,

atau NOT yang digunakan untuk memperluas atau menspesifikkan

pencarian, sehingga mempermudah dalam penentuan artikel atau jurnal

yang digunakan. Dalam literature review ini menggunakan teknik

pencarian dengan PICO (Populasi, Intervensi, Compration, Outcome),

dimana PICO dalam penelitian ini adalah:

P: TB paru

I: Posisi orthopnea

C: -

O: Penurunan Sesak nafas

Keyword Data Based Strategi Pencarian


TB paru Google Schooler 87 Articles
Posisi Posisi orthopnea AND
orthopn sesak nafas AND TB
ea paru
Sesak
nafas
Posisi Garuda 1 Articles
orthopn Posisi
ea orthop
Sesak nea
napas AND
TB paru sesak
napas
AND
8

TB
paru

Total Article 88 Articles

Tabel 2.1. keyword/kata kunci dan strategi pencarian


2.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Dalam penelitian ini penulis telah menyelesaikan proses pencarian dan

langkah selanjutnya yakni menetukan artikel atau studi yang memenuhi

syarat.

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi


1. Publikasi menggunakan bahasa 1. Artikel tidak full text
Indonesia atau bahasa inggris 2. Penderita dengan gangguan
2. Terbitan artikel 2016-2021 jalan nafas
3. Penderita TB paru < 6 bulan
4. Menggunakan posisi orthopnea
5. Outcome penurunan sesak nafas

Table 2.2. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

2.4. Selecting Artikel

Hasil pencarian dari data (n=88)


Google Scholar (n=87); Artikel yang di duplikasi (n=1)
Garuda (n=1)

Alasan di keluarkan (n= 81)


1. Tidak sesuai outcome (n=66)
Total keseluruhan setelah dikeluarkan 2. Tidak dapat mendownload
duplikasi (n=87) file (n=15)

Seleksi berdasarkan judul dan abstrak


(n=6)
9

Tidak tersedia full text (n=1)

Artikel full text (n=5)

Artikel yang memenuhi dan


diambil (n=5)

Jurnal yang terkait dan memenuhi syarat

No Nama Peneliti Tahun Judul Tujuan Metode


.
1. Roihatul 2019 Pengaruh posisi orthopnea mengurangi dyspnea atau Rancangan
Zahroh & terhadap penurunan sesak sesak nafas dan penelitian ini
Rivai Sigit nafas pada pasien TB paru meningkatkan saluran menggunakan
Susanto Di Ruang Puspa Indah RSUD nafas sehingga perlu eksperimental,
NGANJUK dilakukan ortopnea posisi dengan
pada pasien TB paru pendekatan
secara rutin. rancangan one
group pre-post
test.
2. Suhatridjas & 2020 Posis Semi Fowler Terhadap untuk mengetahui penelitian
Isnayati Respiratory Rate untuk pengaruh posisi semi deskriptif dengan
menurunkan sesak nafas pada fowler terhadap pendekatan study
pasien TB paru Respiratory Rate pada kasus.
pasien TB Paru di
3. Rini Septiyani 2017 Efektivitas posisi semi fowler memperjelas efektivitas metode
& Sony dan posisi orthopnea posisi semi fowler dan Eksperiment
Wahyu Tri terhadap penurunan sesak posisi orthopnea terhadap dengan Two-
Cahyono nafas pada pasien TB paru penurunan sesak napas group pre-post
pasien TB Paru test design.
10

4. Siti Aminah 2019 Pengetahuan Tentang Posisi Mengetahui gambaran Jenis penelitian
Orthopnea Dalam Penurunan tentang posisi orthopnea deskriftif
sesak nafas dalam menurunkan
frekuensi sesak nafas
5. Krisnadina 2020 Pemberian posisi semi fowler untuk membantu Metode yang di
Bunaina pada pasien TB paru dengan memaksimalkan ekspansi gunakan dalam
Santoso dkk masalah keperawatan paru sehingga terjadi penyusunan karya
ketidakefektifan pola nafas perubahan respiration rate tulis ilmiah ini
dan pola nafas menjadi adalah studi
efektif literatur

Tabel 2.3 Jurnal yang terkait dan memenuhi syarat


BAB III

HASIL PENELITIAN

3.1 Karakteristik Studi

lima artikel yang memenuhi kriteri insklusi berkaitan dengan

keefektifan sebelum dan sesudah di lakukan posisi orthopnea. Faktor yang

berkontribusi dalam keefektifan sebelum dan sesudah dilakukannya posisi

orthopnea sebagian menggunakan pre-eksperimental,deskriptif dan study

kasus. Jumlah rata-rata peserta lebih dari seribu,secara keseluruhan setiap

penelitian membahas terkait dengan keefektifan posisi orthopnea sebelum

dan sesudah di lakukan.studi yang sesuai dengan tinjauan tradisional

(narrative) review secara keseluruhan di lakukan di Indonesia ( Rini Septiyani

& Sony Wahyu Tri Cahyono 2019; Roihatul Zahroh, Rivai Sigit Susanto

2017; Siti Aminah 2019; Suhatridjas & Isnayati 2020; dan Krisnadina

Bunaina Santoso dkk 2020 ). Tujuan dari penelitian ini yaitu penurunan

sesak nafas yang dengan tindakan pemberian posisi orthopnea.dimana posisi

Posisi orthopnea merupakan posisi fowler tinggi, dengan posisi 90° klien

duduk di tempat tidur atau di tepi tempat tidur dengan meja yang menyilang

di atas tempat tidur(Lorraine, 2017).

11
12

No Author/ Negara Metode Intervensi Durasi Variable Hasil


Sebelum Sesudah
Tahun Penelitian Intervensi yang di ukur
1 Rini Indonesia Penelitian ini Posisi Penurunan Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil
Septiyani , menggunakan orthopnea sesak nafas penelitian 10 responden penelitian 10 responden
Sony eksperimental, penurunan sesak pasien penurunan sesak pasien
Wahyu Tri TB Paru sebelum TB Paru sesudah
Cahyono diberikan Posisi diberikan Posisi
2019 Orthopnea, hampir Orthopnea,
seluruhnya yaitu 8 setengahnya yaitu 5
responden (80%) responden (50%)
memiliki sesak berat. memiliki sesak sedang.
Dari 10 responden, 2 Dari 10 responden, 1
responden 1 laki-laki dan responden perempuan
1 perempuan memiliki memiliki respirasi rate
respirasi rate 25x/menit 24x/menit sesudah
sebelum dilakukan posisi dilakukan posisi
orthopnea, 6 responden 5 orthopnea, 5 responden
laki- laki dan 1 4 laki-laki dan 1
perempuan memiliki perempuan memiliki
13

rasepirasi rate 26x/menit rasepirasi rate


sebelum dilakukan posisi 25x/menit sesudah
orthopnea, 2 responden 1 dilakukan posisi
laki-laki dan 1 orthopnea, 3 responden
perempuan memiliki 2 laki-laki dan 1
respirasi rate 27x/menit perempuan memiliki
sebelum dilakukan posisi respirasi rate 26x/menit
orthopnea. Bahwa jenis sesudah dilakukan
kelamin laki-laki dengan posisi orthopnea, 1
penurunan sesak lebih responden laki-laki
besar dari pada memiliki respirasi rate
perempuan. Hasil 27x/menit sesudah
penelitian 10 responden dilakukan posisi
sebagian besar yaitu 7 orthopnea. Bahwa usia
responden (70%) berjenis mempengaruhi
kelamin laki-laki. Dari penurunan sesudah
data demografi sebagia sesak. Dari hasil
besar perokok aktif. penelitian dari 10
responden seluruhnya
14

yaitu 10 responden
(100%) dengan rentang
usia 26-55 tahun. Dari
tingkat pendidikan
memiliki sebagian besar
yaitu 6 responden
(60%) dengan tingkat
pendidikan SD.
2 Roihatul Indonesia Penelitian ini Pengaruh Efektifitas Menunjukkan bahwa Menunjukkan bahwa
Zahroh, menggunakan posisi penurunan jumlah hampir seluruh jumlah hampir seluruh
Rivai Sigit metode orthopnea sesak nafas penderita mengalami penderita mengalami
Susanto Eksperiment terhadap penurunan sesak nafas penurunan sesak nafas
2017 penurunan yaitu 14 responden yaitu 2 responden
sesak nafas (87,5%), Variabel posisi (12,5%). Variabel
pada pasien orthopnea diuji dengan posisi orthopnea diuji
TB paru uji paired t-test dengan uji paired t-test
didapatkan signifikansi didapatkan signifikansi
sebesar p = 0.000 sebesar p = 0.000
(p<0,005), mean = 28,8 (p<0,005), mean = 23,8
3 Siti indonesia Penelitian ini Posisi 3-5 menit Penurunan Dilakukan pada 30 Penurunan sesak nafas
15

Aminah menggunakan orthopnea sesak nafas responden bahwa yaitu 14 responden


2019 metode Dalam mayoritas responden sedangkan sebagian
deskriptif Menurunka berdasarkan usia yaitu kecil pasien, mengalami
n Frekuensi 45-54 tahun sebanyak 16 penurunan sesak nafas
Sesak responden (48,5%), yaitu 2 responden
Nafas berdasarkan jenis Variabel posisi
kelamin laki-laki orthopnea diuji dengan
sebanyak 20 responden uji paired t-test
(60,6%), berdasarkan didapatkan signifikansi
pendidikan SMP sebesar p = 0.000 (p
sebanyak 14 responden <0,005) maka posisi
(42,4%), berdasarkan orthopnea lebih efektif
pekerjaan, tidak bekerja untuk penurunan sesak
sebanyak 9 responden dengan ditunjukkan
(27,3%), dan berdasarkan rata–rata penurunan
pengetahuan kurang sesak 5
sebanyak 15 responden
(45,5%).
4 Krisnadina Indonesia studi literatur Pemberian 3-5 menit Menurunkan Tindakan ini dilakukan Pada pemeberian posisi
16

Bunaina posisi sesak nafas pada 2 responden. orthopnea terjadi


Santoso Sebelum dilakukan penurunan sesak nafas
dkk 2020 intervensi pemberian sebanyak 14 responden
posisi orthopnea (87,5%) dan sebagian
responden terlebih kecil pasien tidak
dahulu dihitung frekuensi mengalami penurunan
pernafasannya. pada sesak nafas yaitu 2
subjek I dengan responden (12,5%).
karakteristik berjenis
kelamin laki-laki dan
berusia 25 tahun dan
subjek II berjenis
kelamin laki-laki dan
berusia 27 tahun.
Sebelumnya kedua
subjek mengalami sesak
nafas, nyeri dada, batuk,
dan peningkatan
respiratory rate.
17

5 S Indonesia Penelitian Pengaturan 1-2 menit Penurunan Sebelum di lakukan Setelah di lakukan
u deskriptif posisi perhari sesak nafas pengaturan posisi terjadi pengaturan posisi
h perubahan respiratory terjadi perubahan
a rate yaitu 21x/menit respiratory rate yaitu
t sedangkan pada subjek II 18x/menit sedangkan
r yaitu menjadi 19x/menit pada subjek II yaitu
i pada subjek II. 19x/menit dimana
d terdapat perubahan
j yang signifikan pada
a kkemampuan bernafas.
s
&

I
s
n
a
y
a
18

t
i
2020

Tabel 3.1 Hasil Penelitian


19

3.2 Efektifitas Posisi Orthopnea Dalam Penurunan Sesak Nafas

Penderita TB paru yang sering di dapatkan dengan gejala batuk ada

sputum yang dapat mengakibatkan sesak nafas dimana posisi orthopnea dapat

menurunkan sesak nafas dimana posisi orthopnea dapat menurunkan sesak

nafas. Posisi orthopnea merupakan adaptasi daro posisi fowler tinggi, klien

dengan posisi 90° klien duduk di tempat tidur atau di tempat tidur dengan

meja yang menyilang di atas tempat tidur.pengaruh posisi orthopnea terhadap

penurunan sesak nafas pada pasien TB paru dimana posisi yang tepat dan

nyaman pada pasien.pemberian posisi orthopnea lebih efektif untuk

penurunan sesak 5 di bandingkan posisi fowler dengan rata-rata penurunan

sesak 4 kali (Lorraine, 2017). Posisi orthopnea dalam menurunkan frekuensi

sesak nafas dapat di ambil kesimpulan bahwa, pengetahuan respondan

tentang posisiorthopnea dalam menurunkan frekuensi sesak nafas mayoritas

memiliki pengetahuan kurang. Hal tersebut ada kaitannya dengan umur, jenis

kelamin, pendidikan rendah, sumber informasi yang minim dan pekerjaan

rendah (Roihatul Zahroh, Rivai Sigit Susanto 2017)


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Efektifitas sebelum di lakukan posisi orthopnea

Pada hasil penelitian (Rini Septiyani ,Sony Wahyu Tri Cahyono

2019) menjelaskan bahwa sebelum pemberian tindakan Posisi orthopnea

sebagian besar sesak nafasnya tidak teratur yaitu Berdasarkan hasil penelitian

10 responden penurunan sesak pasien TB Paru sebelum diberikan Posisi

Orthopnea, hampir seluruhnya yaitu 8 responden (80%) memiliki sesak berat.

Dari 10 responden, 2 responden 1 laki-laki dan 1 perempuan memiliki

respirasi rate 25x/menit sebelum dilakukan posisi orthopnea, 6 responden 5

laki- laki dan 1 perempuan memiliki rasepirasi rate 26x/menit sebelum

dilakukan posisi orthopnea, 2 responden 1 laki-laki dan 1 perempuan

memiliki respirasi rate 27x/menit sebelum dilakukan posisi orthopnea.

Bahwa jenis kelamin laki-laki dengan penurunan sesak lebih besar dari pada

perempuan. Hasil penelitian 10 responden sebagian besar yaitu 7 responden

(70%) berjenis kelamin laki-laki. Dari data demografi sebagia besar perokok

aktif.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Roihatul Zahroh dan Rivai Sigit

Susanto 2017) sebelum dilakukan posisi orthopnea menunjukkan bahwa

jumlah hampir seluruh penderita mengalami penurunan sesak nafas yaitu 14

responden (87,5%), Variabel posisi orthopnea diuji dengan uji paired t-test

didapatkan signifikansi sebesar p = 0.000 (p<0,005), mean = 28,8.

20
21

Hasil penelitian (Siti Aminah 2019) menjelaskan sebelum dilakukan

posisi orthopnea pada 30 responden bahwa mayoritas responden berdasarkan

usia yaitu 45-54 tahun sebanyak 16 responden (48,5%), berdasarkan jenis

kelamin laki-laki sebanyak 20 responden (60,6%), berdasarkan pendidikan

SMP sebanyak 14 responden (42,4%), berdasarkan pekerjaan, tidak bekerja

sebanyak 9 responden (27,3%), dan berdasarkan pengetahuan kurang

sebanyak 15 responden (45,5%).

Berdasarkan hasil penelitian (Krisnadina Bunaina Santoso dkk 2020)

Tindakan posisi orthopnea ini dilakukan pada 2 responden. Sebelum

dilakukan intervensi pemberian posisi orthopnea responden terlebih dahulu

dihitung frekuensi pernafasannya. pada subjek I dengan karakteristik berjenis

kelamin laki-laki dan berusia 25 tahun dan subjek II berjenis kelamin laki-laki

dan berusia 27 tahun. Sebelumnya kedua subjek mengalami sesak nafas, nyeri

dada, batuk, dan peningkatan respiratory rate.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian (Suhatridjas & Isnayati

2020) yaitu menjelaskan bahwa Sebelum di lakukan pengaturan posisi pada

respiratory rate yaitu 21x/menit sedangkan pada subjek II yaitu menjadi

19x/menit pada subjek II.

Posisi orthopnea digunakan untuk pasien dengan kesulitan bernapas

diman posisi orthopnea akan lebih memfasilitasi pernapasan pada klien

dengan pernapasan berat. Posisi orthopnea juga menyediakan ruang untuk

ekspansi dada vertikal dan lateral menjadi maksimal dan memberikan

kenyamanan saat beristirahat dan tidur. pemberian posisi orthopnea dapat


22

mengurangi frekuensi RR, dan meningkatkan fungsi ventilasi paru.

pemberian posisi orthopnea lebih baik dalam meningkatkan fungsi ventilasi

paru. Pada posisi orthopnea, organ-organ abdominal tidak menekan

diafragma dan pada posisi ini dapat membantu menekan bagian bawah dada

kepada ujung meja sehingga membantu pengeluaran napas menjadi lebih

mudas.

Maka dari hasil penelitian diatas peneliti menjelaskan bahwa

sebelum di lakukan tindakan pengaturan posisi, sebagian besar sesak nafas

yang di alami pederita TB tidak teratus sehingga penderita TB paru di

anjurkan untuk melakukan posisi orthopnea dalam mengurangi sesak nafas

yang di alami penderita TB paru.

4.2 Efektiftifitas sesudah di lakukan posisi orthopnea

Pada hasil penelitian (Rini Septiyani ,Sony Wahyu Tri Cahyono

2019) menjelaskan pada 10 responden terjadi penurunan sesak pasien TB

Paru sesudah diberikan Posisi Orthopnea, setengahnya yaitu 5 responden

(50%) memiliki sesak sedang. Dari 10 responden, 1 responden perempuan

memiliki respirasi rate 24x/menit sesudah dilakukan posisi orthopnea, 5

responden 4 laki-laki dan 1 perempuan memiliki rasepirasi rate 25x/menit

sesudah dilakukan posisi orthopnea, 3 responden 2 laki-laki dan 1 perempuan

memiliki respirasi rate 26x/menit sesudah dilakukan posisi orthopnea, 1

responden laki-laki memiliki respirasi rate 27x/menit sesudah dilakukan

posisi orthopnea. Bahwa usia mempengaruhi penurunan sesudah sesak. Dari

hasil penelitian dari 10 responden seluruhnya yaitu 10 responden (100%)


23

dengan rentang usia 26-55 tahun. Dari tingkat pendidikan memiliki sebagian

besar yaitu 6 responden (60%) dengan tingkat pendidikan SD.

Hasil penelitian (Roihatul Zahroh, Rivai Sigit Susanto 2017)

menunjukkan bahwa setelah di lakukan posisi orthopnea terjadi perubahan

jumlah hampir seluruh penderita mengalami penurunan sesak nafas yaitu 2

responden (12,5%). Variabel posisi orthopnea diuji dengan uji paired t-test

didapatkan signifikansi sebesar p = 0.000 (p<0,005), mean = 23,8 penurunan

sesak nafas yaitu 14 responden sedangkan sebagian kecil pasien, mengalami

penurunan sesak nafas yaitu 2 responden Variabel posisi orthopnea diuji

dengan uji paired t-test didapatkan signifikansi sebesar p = 0.000 (p <0,005)

maka posisi orthopnea lebih efektif untuk penurunan sesak nafas.

Pada hasil penelitian (Siti Aminah 2019) bahwa setelah di lakukan

posisi orthopnea terjadi penurunan sesak nafas yaitu 14 responden, dimana

sebagian kecil pasien mengalami penurunan sesak nafas yaitu 2 responden

Variabel posisi orthopnea diuji dengan uji paired t-test didapatkan

signifikansi sebesar p = 0.000 (p <0,005) maka posisi orthopnea lebih efektif

untuk penurunan sesak dengan ditunjukkan rata–rata penurunan sesak 5.

Hasil penelitian (Krisnadina Bunaina Santoso dkk 2020) Pada saat

pemberian posisi orthopnea terjadi penurunan sesak nafas sebanyak 14

responden (87,5%) dan sebagian kecil pasien tidak mengalami penurunan

sesak nafas yaitu 2 responden (12,5%).

Pada hasil penelitian (Suhatridjas & Isnayati 2020) bahwa Setelah di

lakukan pengaturan posisi terjadi perubahan respiratory rate yaitu 18x/menit


24

sedangkan pada subjek II yaitu 19x/menit dimana terdapat perubahan yang

signifikan pada kkemampuan bernafas.

Penderita TB paru yang sering di dapatkan dengan gejala batuk ada

sputum yang dapat mengakibatkan sesak nafas dimana posisi orthopnea dapat

menurunkan sesak nafas. Posisi orthopnea merupakan adaptasi dari posisi

fowler tinggi, klien dengan posisi 90° klien duduk di atas tempat tidur atau di

tepi tempat tidur dengan meja yang menyilang di atas tempat tidur.

Pemberian posisi orthopnea yang diberikan pada pasien TB paru sangat

efektif dalam penurunan sesak nafas. Hal ini karena pemberian posisi

orthopnea lebih efektif untuk penurunan sesak pada pasien TB paru.

Berdasarkan hasil dari penelitian di atas peneliti berpendapat bahwa

setelah di lakukan posisi orthopnea terjadi perubahan pada pasien TB paru

yang mengalami sesak nafas. Hal ini di karenakan bahwa posisi orthopnea

lebih efektif dan nyaman dalam bernafas dengan kondisi sesak apalagi sesak

yang berat.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Efektifitas sebelum di lakukan posisi orthopnea

Pemberian tindakan Posisi orthopnea sebagian besar sesak

nafasnya tidak teratur yaitu Berdasarkan hasil penelitian 10 responden

penurunan sesak pasien TB Paru sebelum diberikan Posisi Orthopnea,

hampir seluruhnya yaitu 8 responden (80%) memiliki sesak berat.

sebelum di lakukan tindakan pengaturan posisi, sebagian besar sesak

nafas yang di alami pederita TB tidak teratus sehingga penderita TB

paru di anjurkan untuk melakukan posisi orthopnea dalam mengurangi

sesak nafas yang di alami penderita TB paru.

5.1.2 Efektifitas setelah di lakukan posisi orthopnea

Setelah di lakukan posisi orthopnea diketahui bahwa

pemberian posisi orthopnea sangat efektif dalam penurunan sesak

nafas, dimana pada 10 responden terjadi penurunan sesak pasien TB

Paru sesudah diberikan Posisi Orthopnea, setengahnya yaitu 5

responden (50%) memiliki sesak sedang. Dari 10 responden, 1

responden perempuan memiliki respirasi rate 24x/menit sesudah

dilakukan posisi orthopnea. Hal ini karena pemberian posisi orthopnea

lebih efektif untuk penurunan sesak pada pasien TB paru dengan

ditunjukkan rata-rata penurunan sesak 5. Sehingga seseorang akan

25
26

merasa nyaman dalam bernafas apalagi seseorang yang mengalami

sesak berat.

5.2 Saran

5.1.1 Teoritis

Disarankan mengaplikasikan perkembangan ilmu keperawatan ini

kepada masyarakat dalam meningkatkan upaya pencegahan penyakit

TB paru yang mengalami sesak nafas dengan melakukan teknik non

farmakologi pemberian sebelum dan sesudah di lakukan posisi

orthopnea, khususnya dalam keperawatan komunitas. Dalam hal ini

dapat mengurangi atau mencegah penggunaan obat-obatan

(farmakologi) yang apabila dikonsumsi dalam jangka waktu panjang

akan membahayakan kesehatan tubuh lainnya.

5.1.2 Praktis

Sebagai referensi yang dapat digunakan sebagai bahan

perkembangan untuk selanjutnya terkait pengaruh pemberian sebelum

dan sesudah posisi orthopnea dalam penurunan sesak nafas pada pasien

TB paru. Sehingga hasil yang didapatkan dalam penelitian ini akan

lebih bermanfaat untuk peneliti selanjutnya.


27
DAFTAR PUSTAKA

Amil, B., Nasional, Z., BAZNAS, Badan, K., Zakat, A., Republik, N., ‫ د‬,‫غسان‬.,
Badan Amil Zakat Nasional, Dana, L. P. L. D. A. N., Keuangaii, L.,
Beraktiir, Y., Relief, H., Hall, J. K., Weinberger, R., Marco, S., Steinitz, G.,
Moula, S., Accountants, R. P., Report, A. A. S., … Eddy, S. A. (2020).
Journal of Chemical Information and Modeling. Journal of Chemical
Information and Modeling, 21(1), 1–9.

Arlena. (2020). jurnal artikel. 21(April), 2019–2020.

Kemenkes RI, 2020. (2020). Health Sciences Journal. Health Sciences Journal,
4(2), 38.

Lorraine, (Price dan. (2017). joutnals of ners community. 08, 1–14.

(Masrin, 2008 dalam, & Zahroh R, 2017). (2019). Jurnal sabhanga. Jurnal
Sabhanga, 1(1), 74–82.

Amil, B., Nasional, Z., BAZNAS, Badan, K., Zakat, A., Republik, N., ‫ د‬,‫غسان‬.,
Badan Amil Zakat Nasional, Dana, L. P. L. D. A. N., Keuangaii, L.,
Beraktiir, Y., Relief, H., Hall, J. K., Weinberger, R., Marco, S., Steinitz, G.,
Moula, S., Accountants, R. P., Report, A. A. S., … Eddy, S. A. (2020).
Journal of Chemical Information and Modeling. Journal of Chemical
Information and Modeling, 21(1), 1–9.

Arlena. (2020). jurnal artikel. 21(April), 2019–2020.

Kemenkes RI, 2020. (2020). Health Sciences Journal. Health Sciences Journal,
4(2), 38. https://doi.org/10.24269/hsj.v4i2.512

Lorraine, (Price dan. (2017). joutnals of ners community. 08, 1–14.

28
Pratama, ferina nadya. (2020). Digital Digital Repository Repository Universitas
Universitas Jember Jember Staphylococcus aureus Digital Digital Repository
Repository Universitas Universitas Jember Jember. Skripsi.

Prof, R., & Manado, R. D. K. (2014). TERHADAP PENANGANAN PASIEN


SESAK

Roihatul. Z, 2017. (2019). KNOWLEDGE ABOUT THE ORTHOPNEA


POSITION IN DECREASING BLOWN.

Zain, 2001 dalam Muttaqin (2019). (2019). urnal Online Internasional & Nasional
Vol. 7 No.1, Januari – Juni 2019 Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
Jurnal Online Internasional & Nasional Vol. 7 No.1, Januari – Juni 2019
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, 53(9), 1689–1699.

LAMPIRAN I

29
30
LAMPIRAN II

GOOGLE SCHOLER

GARUDA

31
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

Nama : INDI SAPUTRI

Tempat/ Tanggal Lahir : Kahu-kahu, 27 November 2000

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Pernikahan : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Desa kahu-kau

E- Mail : indhy27112000@gmail.com

B. Pendidikan

1. KB Harapan 2005 – 2006

2. SDN 6 Kepulauan Selayar 2007 – 2012

3. SMPN 18 Kepulauan Selayar 2013 – 2015

4. SMAN 7 Selayar 2016 – 2018

5. Program Studi D3 Keperawatan STIKES Panakkukang Makassar 2018

– 2021

32
33

Anda mungkin juga menyukai