Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Pendanaan dan investasi bisnis

Ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Bisnis

Oleh:

ALMI BUKHORI MUSLIM

10090318341

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2018 M / 1440 H
ISI

1.1 PENDANAAN

Penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan mendapatkan


kembali suatu ekonomi yang sama di kemudian hari. Ataupun suatu tindakan atas dasar
perjanjian yang dalam perjanjian tersebut terdapat jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra
prestasi) yang keduanya dipisahkan oleh unsur waktu.

Pembiayaan adalah suatu hak, dengan hak mana seseorang dapat mempergunakannya
untuk tujuan tertentu, dalam batas waktu tertentu dan atas pertimbangan tertentu pula. Dalam
segi waktu pendanaan dibagi menjadi dua bagian, yaitu Pendanaan jangka pendek dan
Pendanaan jaga panjang.

1.1.1 Pendanaan Jangka Pendek


a. Pengertian Pendanaan Jangka Pendek

Pendanaan jangka pendek merupakan utang yang mempunyai jangka waktu satu tahun
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan aktiva lancer sebagai modal kerja perusahaan.

b. Tipe dan Jenis-jenis Pendanaan Jangka Pendek

Dalam jangka pendek bisa dikelompokkan menjadi dua tipe atau jenis, yaitu
pendanaan spontan, dan pendanaan tidak spontan. Pendanaan spontan adalah sumber dana
yang ikut berubah apabila aktifitas perusahaan berubah. Sedangkan pendanan tidak spontan
mengharuskan perusahaan untuk melakukan negoisasi untuk menambah atau mengurangi
dana yang dipergunakan oleh perusahaan.

 Pendanaan spontan
Jenis pendanaan yang berubah secara otomatis dengan berubahnya tingkat
kegiatan perusahaan (misal dilihat dari penjualan perusahaan).

1) Contoh pendanaan spontan yang paling banyak digunakan oleh perusahaan adalan
hutang dagang. Jika perusahaan selalu memberi barang dagangan secara kreditdengan jangka
waktu 3 bulan, dan pembelian selama satu tahun senilai Rp.3.000 juta, maka rata-rata hutang
dagang yang dimiliki perusahaan akan sebesar,

Rata-rata hutang dagang =

Rata-rata hutang dagang = Rp.3.000juta / 4

=Rp.750 juta

2) Apabila pembelian yang dilakukan meningkat, misalnya menjadi Rp.3.300 juta maka
rata-rata hutang dagang juga akan meningkat menjadi,
Rata-rata hutang dagang = Rp.3.300 juta / 4

= Rp.825 juta

3) Contoh tersebut menunjukkan bahwa peningkatan pembelian sebesar 10% juga akan
meningkatkan hutang dagang sebasar 10%. Karena itulah dalam metode peramalan keuangan
sering dipergunakan metode presentase penjualan, dan diaplikasikan untuk rekening hutang
dagang.

4) Secara umum terdapat tiga tipe hutang dagang, yaitu open account, notes payable, dan
trade acceptance.

5) Penjualan secara kredit mungkin akan memberikan persyaratan tertentu, seperti


misalnya 2/10 net 30. Ini berarti pembeli bisa memperoleh discount kalau membayar di hari
ke 10 (lewat hari tersebut tidak memperoleh discount), dan paling lambat membayar pada
hari ke 30.

6) Untuk persyaratan 2/10 net 30 sebenarnya penjual menawarkan tingkat bunga yang
cukup menarik. Kalau pembeli tidak memanfaatkan discount tersebut, maka sebenarnya
mereka kehilangan kesempatan untuk memperoleh harga 2% lebih murah karena tidak sedia
membayar 20 hari lebih cepat (selisih antara hari ke 30 dan ke 10). Dengan demikian maka
tingkat bunga efektif yang ditawarkan penjual adalah,

Umumnya karena tujuan pemberian discount adalah untuk mempercepat pembayaran, maka
discount yang ditawarkan harus cukup menarik untuk dimanfaatkan.

7) Selain hutang dagang, pendanaan spontan juga bisa berasal dari rekening-rekening
yang oleh akuntansi diklasifikasikan sebagai rekening accruals.

 Pendanaan tidak spontan

Pendanaan tidak spontan yaitu jenis pendanaan yang tidak berubah secara otomatis
dengan berubahnya tingkat kegiatan perusahaan (contohnya adalah sumber dana yang
diperoleh dengan hutang kepada bank

1) Sumber dana ini menunjukan bahwa perusahaan harus melakukan perjanjian formal
untuk memperolehnya. Sumber yang utama adalah kredit modal kerja dan commercial paper.
Kredit modal kerja diperoleh dari bank, sedangkan commrcial paper dijual di pasar uang
(meskipun pembelihya mungkin juga bank)

2) Kredit modal kerja, diberikan dengan pagu tertentu (misalnya Rp.200 juta).
Perusahaan tidak harus mengambil pagu kredit tersebut, tetapi bisa mengambil sesuai dengan
keperluannya. Bunga yang dibayar adalah dari kredit yang diambil.

3) Sebelum bank memberikan kredit, bank akan melakukan analisis kredit, yang pada
dasarnya untuk mengetahui itikad dan kemampuan debitur (perusahaan) dalam membayar
kerdit yang mereka terima. Dala dunia penbankan dikenal istilah 5 C’s of credit, yaitu
character (watak dan kejujuran pamimpin perusahaan), capacity (kemampuan manajemen),
capital (modal perusahaan), collateral (agunan kredit), condisions (kondisi bisnis).
4) Commercial paper (CP) merupakan sekuritas jangka pendek yang diterbitkan oleh
perusahaan, yang menyatakan bahwa tanggal tertentu perusahaan tersebut bersedia membayar
sejumlah yang tercantum dalam sekuritas tersebut. Sekuritas ini kemudian dijual dengan
discount. Discount efektif yang ditawarkan oleh perusahaan yang menerbitkan commercial
paper tersebut biasanya di atas suku bunga deposito tetapi dibawah suku bunga kredit. Untuk
meningkatkan bonafiditas commercial paper, beberapa CP “dijamin” oleh bank (dikatakan
bahwa bank melakukan endosemen).

5) Kredit usaha kecil, untuk membantu pendanaan usaha kecil pemerintah Indonesia
menentukan bahwa 20% kredit yang disalurkan harus dinyatakan dalam bentuk kredit usaha
kecil (KUK). Yang menarik adalah bahwa KUK ini bunganya tidak disubsidi oleh
pemerintah. Maksimum kredit adalah Rp.200 juta (kemudian ditingkatkan menjadi Rp.250
juta). Kredit bisa dipergunakan untuk investasi maupun modal kerja.

6) Non-cash loan. Perusahaan juga bisa memperoleh dana dalam bentuk jaminan dari
bank. Contoh endosemen yang dilakukan oleh bank terhadap CP adalah salah satu bentuk
non-cash loan. Dengan endosemen bank CP yang diterbitkan perusahaan laku dijual. Berarti
perusahaan memperoleh dana. Kalau kemudian perusahaan tidak bisa melunasi CP tersebut,
bank tersebutlah yang akan melunasi. Bank tersebut kemudian menagih ke perusahaan.
Apabila perusahaan tetap tidak bisa membayar, non-cash loan ini kemudian diubah menjadi
kredit biasa oleh bank (cash loan), lengkap dengan perjanjian kreditnya.

1.1.2 Pendanaan Jangka Panjang

1. Pengertian Pendanaan Jangka Panjang

Pendanaan jangka panjang merupakan salah satu jenis pendanaan yang bisa dimanfaatkan
oleh perusahaan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan alternatif
jenis pendanaan lainnya dalam memenuhi kebutuhan pembelanjaan perusahaan. Jenis
pendanaan jangka panjang yang umum dikenal antara lain : Kredit Investasi, Hipotek
(Mortgage), Obligasi, dan Saham.

2. Jenis-jenis Pendanaan Jangka Panjang

a. Kredit Investasi

Jenis pendanaan ini disediakan oleh perbankan, dan masih banyak dimanfaatkan oleh
kalangan pengusaha. Kredit investasi adalah merupakan alternatif pendanaan jangka panjang
yang umumnya disediakan oleh kalangan perbankan selain kredit modal kerja (pendanaan
jangka pendek).

Keputusan perusahaan untuk memanfaatkan kredit investasi ini hendaknya


mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini :

1) Kelayakan jenis investasi yang akan dilaksanakan.

2) Pola cashflow dari investasi yang akan dilaksanakan

3) Lamanya jangka waktu kredit


4) Besarnya pengembalian pinjaman setiap periodenya

5) Tingkat suku bunga yang dipersyaratkan

6) Persyaratan mengenai pelunasan kredit sebelum jatuh tempo yang biasanya dalam
bentuk penalty.

Contoh : Pada awal 1990, suatu perusahaan menanda tangani perjanjanjian kredit investasi
selama lima tahun dari Bank A. Jumlah kredit sebesar Rp. 1.000 Juta, telah diamabil semua.
Bunga sebesar 15% per tahun dari saldo kreditnya, dan perusahaan selalu membayar bunga
tepat waktunya meskipun pokok pinjamannya belum diangsur satu rupiahpun. Pada awal
tahun 1993, perusahaan mendapatkan tawaran kredit dari bank asing dengan bunga hanya
13.5% per tahu. Sewaktu perusahaan menyampaikan niatnya untuk melunasi kredit investasi
tersebut. Bank A menyatakan bahwa pelunasan sebelum jangka waktu lima tahun akan
dikenakan denda dalam bentuk bunga sebesar 2% per tahun. Karena masih terdapat dua tahun
sebelum maturity, perusahaan harus membayar bunga sebesar,

2 x 2% x Rp. 1.000 juta = Rp. 40 juta

Apabila kredit tersebut masih akan diperlukan selama dua tahun lagi, apakah sebaiknya
perusahaan beralih ke bank asing dengan membayar denda kepada Bank A, ataukah tetap
mengutamakan Bank?

Apabila beralih ke bank asing dan membayar denda, maka denda dan bunga yang dibayar
selama 2 tahun akan datang adalah,

Denda Rp. 40 juta

Bunga = 2 x 16% x Rp. 1.000 juta = Rp. 270 juta

Total Rp. 310 juta

Apabila bertahan menggunakan Bank A, bunga yang dibayar adalah,, Bunga

= 2 x 16% x Rp. 1.000 juta = Rp. 320 juta Karena biaya kalau

beralih ke bank asing lebih murah, alternative tersebut sebaiknya dipilih.

Dengan demikian dampak bahwa adanya penalty dari Bank A membuat bahwa biaya bunga
Bank A lebih besar dari pada yang dicantumkan. Bagi Bank A, pencantuman penalty
dilakukan karena dengan pelunasan kredit, Bank A harus berupaya untuk menjual kembali
dana tersebut agar dapat menghasilkan penghasilan.

b. Hipotek (Mortgage)

Hipotek adalah merupakan alternatif pendanaan jangka panjang dalam bentuk hutang yang
biasanya harus disertai dengan agunan berupa aktiva tidak bergerak (tanah, bangunan).
Dalam hal terjadinya likuidasi perusahaan yang mempunyai hutang, maka kewajiban kreditur
harus dipenuhi terlebih dahulu dari hasil penjualan aktiva yang dijadikan sebagai agunan
tersebut.

c. Saham

Saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Pemegang saham memperoleh


pendapatan dari deviden dan capital gain (selisih antara harga jual dan harga beli). Berbeda
dengan obligasi, saham tidak harus dibayarkan apabila perusahaan tidak mempunyai kas.
Kalaupun perusahaan mempunyai kas, tetapi perusahaan memerlukan kas tersebut untuk
ekspansi, perusahaan juga tidak harus membayarkan deviden.

Ada beberapa keuntungan akan kepemilikan saham bagi pemegang saham yaitu:

1) Adanya hak residu (sisa) atas pendapatan suatu perusahaan. “Sisa” yang dimaksud
adalah pendpatan yang tersisa setelah kewajibam membayar bunga, leasing, pajak, dan
deviden saham preferen telah terpenuhi. Biasanya perusahaan membayarkan sebagian
pendapatan bersih tersebut ke pemegang saham sebagai deviden. Tetapi perusahaan tidak
mempunyai kewajiban untuk membayarkan deviden. Pendapatan yang tidak dibayarkan
tersebut bisa direinvestasikan ke perusahaan, kemudian menghasilkan keuntungan lebih
lanjut, sehingga saham bisa meningkat. Dalam hal ini, pemegang saham memperoleh capital
gain.

2) Pemegang saham mempunyai kendali atas perusahaan misalnya dalam pemilihan


direktur. Kendali tersebut diwujudkan dalam pemilihan manajemen perusahaan. Pemegang
saham mempunyai hak suara, yaitu hak untuk memilih manajer yang akan ditunjuk untuk
menjalakan perusahaan.

3) Pemegang saham bisa juga diminta persetujuannya untuk menentukan hal-hal penting
lainnya, seperti pemilihan auditor, penambahan saham yang diotorisasi, persetujuan
penggabungan usaha (merger).

Saham memiliki dua bentuk, yaitu saham preferen serta saham biasa dan right.

1) Saham preferen

Merupakan bentuk saham tetapi mempunyai karakteristik obligasi. Pemegang saham preferen
memperoleh deviden. Tetapi deviden tersebut seperti bunga yaitu besarnya tetap.Misalnya
nilai nominal saham sebesar Rp. 1.000 dengan memberikan deviden rate sebesar 16%, maka
pemegang saham preferen akan memperoleh deviden sebesar Rp. 160. Besarnya deviden
yang diterima oleh pemegang saham preferen tidak dipengaruhi oleh laba yang diperoleh oleh
perusahaan. Sayangnya pembayaran dividen saham preferen tidak dapat dipakai sebagai
pengurang pajak. Dengan kata lain, pembayaran deviden saham preferen dilakukan terhadap
laba setelah pajak.

2) Saham biasa dan right


Saham menunjukkan bukti kepemilikan, sedangkan obligasi merupakan surat tanda hutang
jangka panjang yang diterbitkan oleh perusahaan. Para pemegang saham mempunyai hak
untuk memilih direksi perusahaan. Yang umumnya berlaku adalah “one share one vote”.
Artinya satu saham memiliki satu suara.

Penerbitan rights (rights issue) saham baru akan dilakukan oleh perusahaan apabila :

1) Perusahaan memerlukan tambahan dana untuk keperluan ekspansi.

2) Perusahaan dapat menerbitkan saham baru dan menawarkan kepada publik umum atau
kepada pemegang saham lama

3) Apabila perusahaan menawarkan saham baru ke publik umum, maka perusahaan harus
menggunakan jasa lembaga penjamin (yang akan menjamin bahwa penerbitan tersebut
akan laku terjual semua) atau menawarkan saham baru dengan harga yang lebih rendah
dari harga saham saat ini kepada para pemegang saham lama.

Contoh, Misalkan perusahaan akan menerbitkan saham baru sebanyak 10 juta lembar dan
ditawarkan dengan harga Rp. 5.000,- per lembar (dengan demikian akan terkumpul Rp. 50
milyar). Dengan demikian, maka setiap pemilik satu lembar saham lama diberi hak membeli
satu lembar saham baru dan kepada mereka diberikan bukti rights sesuai dengan jumlah
saham yang mereka miliki. Bagi mereka yang tidak ingin membeli saham baru dapat menjual
bukti rights. Penawaran semacam ini disebut sebagai “Penawaran Terbatas”, karena hanya
dibatasi kepada para pemegang saham lama.[6]

d. Obligasi

Obligasi adalah sekuritas yang membayarkan sejumlah bunga pada investor, setip periode,
hingga akhirnya ditarik oleh perusahaan.[7] Atau obligasi merupakan surat tanda hutang yang
dikeluarkan oleh perusahaan dan dijual ke investor, dan umumnya tidak dijamin dengan
aktiva tertentu. Oleh karenanya kalau perusahaan bangkrut, pemegang obligasi akan
diperlakukan sebagai kreditur umum.

Dalam Obligasi, akan mencantumkan :

1) Nilai pelunasan atau face value

2) Jangka waktu pelunasan

3) Bunga yang dibayarkan (coupon rate)

4) Berapa kali dalam satu tahun bunga tersebut dibayarkan[8]

Tipe obligasi konvensional mempunyai dampak resiko baik bagi pemilik maupun penerbit
obligasi. Resiko ini biasanya dikaitkan dengan tingkat suku bunga. Artinya, apabila suku
bunga naik maka harga obligasi akan turun (dalam kondisi ini pemilik obligasi akan rugi).
Akan tetapi apabila tingkat suku bunga turun, maka harga obligasi akan mengalami kenaikan
( dalam kondisi yang demikian penerbit obligasi akan rugi ).
Dalam rangka untuk mengurangi resiko yang dialami oleh perusahaan penerbit obligasi yang
disebabkan karena menurunnya tingkat suku bunga, penerbit obligasi dapat menawarkan :

1) Obligasi dengan suku bunga mengambang (floating rate). Misalnya, suku bunga
obligasi ditentukan sebesar sama dengan suku bunga rata-rata deposito jangka waktu 6 bulan
pada bank pemerintah ditambah dengan 1,00%.

2) Cara lain yang dapat dilakukan oleh penerbit obligasi untuk mengurangi resiko adalah
dengan mencantumkan call price. Call price menunjukkan harga yang akan dibayar oleh
penerbit obligasi, pada saat hak untuk membeli kembali obligasi tersebut dilaksanakan oleh
penerbit obligasi. Misalkan disebutkan call price sebesar 110. Artinya Penerbit obligasi dapat
meminta obligasi yang dimiliki oleh pemodal dengan membayarnya sebesar Rp. 1.100.000,-
pada saat harga obligasi di pasar sebesar Rp. 1.100.000,- bagi pemilik obligasi dengan nilai
nominal sebesar Rp. 1.000.000,-.

Pada saat obligasi dilunasi oleh penerbit, maka penerbit kemudian akan mengganti dengan
obligasi baru dengan coupon rate yang lebih rendah.

Misalkan PT ANNA telah menerbitkan obligasi dengan coupon rate 17% per tahun. Karena
menurunnya suku bunga, obligasi yang ekuivalen dapat dijual sesuai dengan nilai nominal
dengan coupon rate hanya 14% per tahun. Saat ini obligasi tersebut masih mempunyai usia 9
tahun lagi. Kondisi ini menyebabkan perusahaan ingin memanggil obligasi lama. Apabila call
price sebesar 105 dan diperlukan waktu 3 bulan overlap sebelum obligasi baru dipergunakan
untuk melunasi obligasi lama. Berapakah keuntungan daripada penggantian obligasi tersebut
kalau nilai nominalnya sebesar Rp. 1.000.000,- ?

Pelunasan obligasi lama = 105 x Rp. 1.000.000,- = Rp. 1.050.000,-

Kas masuk obligasi baru = Rp. 1.000.000,-

Selisih Rp. 50.000,-

Bunga selama periode overlap 0,25 x 17% x Rp. 1 juta = Rp. 42.500,-

Kas keluar pada awal periode Rp. 92.500,-

Penghematan pembayaran bunga

(17% -14% ) x Rp. 1.000.000,- = Rp. 30.000,-

Dengan menggunakan tingkat bunga 14%, maka Present Value (PV) penghematan selama 9
tahun sebesar Rp. 148.380,-

Dengan demikian keuntungan bagi penerbit obligasi sebesar = Rp. 148.380,- - Rp. 92.500,-
= Rp. 55.880,-
Untuk melunasi obligasi, perusahaan sering menyisihkan dana khusus yang sering disebut
sebagai “Sinking Fund“, dimana dana tersebut biasanya ditempatkan pada bank setelah
mencapai usia tertentu.[9]

Ada obligasi yang tidak dijamin dengan aktiva tertentu (unsecured bonds) juga disebut
sebagai debiture.

Ada juga obligasi yang hanya membayarkan bunga apabila perusahaan memperoleh
keuntungan. Obligasi ini disebut dengan income bonds. Variasi lainnya adalah zero coupond
bonds,

Dalam penerbitan obligasi, perusahaan kadang-kadang menyertakan warrant, yang


merupakan hak untuk membeli saham dengan harga tertentu dan digunakan sebagai semacam
penarik minat agar orang mau membeli obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan.

Contoh : Misalkan Perusahaan Mandiri mau menerbitkan obligasi dengan nilai nominal
sebesar Rp. 1.000.000,- dengan coupon rate sebesar 13% dan jangka waktu 5 tahun, dimana
obligasi tersebut ditawarkan sebesar nilai nominalnya. Andaikan saat ini coupon rate

yang umum berlaku untuk obligasi yang ekuivalen dengan obligasi yang mau ditawarkan
sebesar 15%. Perusahaan Mandiri dalam menawarkan obligasi ini disertai dengan warrant,
yang menyatakan bahwa pembeli obligasi ini berhak membeli 100 lembar saham biasa
dengan harga Rp. 8.000,- per lembar saham pada lima tahun yang akan datang, dimana harga
saham saat ini sebesar Rp. 6.000,-. Apabila para pemodal memperkirakan bahwa lima tahun
yang akan datang harga saham perusahaan Mandiri sebesar Rp. 11.000,-, maka warrant
tersebut akan cukup menarik investor untuk membeli obligasi yang ditawarkan oleh
Perusahaan Mandiri. Mengapa demikian ?

Jawabannya cukup sederhana, karena dengan harga saham sebesar Rp. 11.000,- maka
investor akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 3.000,- per lembar saham. Dengan
demikian total keuntungan yang didapatkan dari warrant dalam bentuk saham ini menjadi =
100 x Rp. 3.000,- = Rp. 300.000,-

Pola arus kas yang diharapkan oleh investor dengan membeli obligasi tersebut dapat dilihat
dalam ilustrasi perhitungan berikut ini.

Tahun Arus Kas

1 (1.000.000 )

2 130.000

3 130.000

4 130.000

5 130.000

6 130.000
1.000.000

300.000

Dengan menggunakan formulasi berikut, maka tingkat keuntungan yang diharapkan dari
obligasi dengan warrant tersebut adalah:

Dari perhitungan diatas akan diperoleh nilai i sebesar 17,25%

Dari contoh ilustrasi diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila harga saham di bawah Rp.
11.000,- maka tingkat keuntungan akan lebih kecil dari 17,25% dan apabila harga saham
lebih besar dari Rp. 11.000,- maka tingkat keuntungan akan lebih besar dari 17,25%. Dalam
hal ini para pemegang saham akan menerima keuntungan minimal sebesar 13% ( sebesar
coupon rate-nya ).

Apabila kita mau menaksir nilai warrant dengan menggunakan konsep teori opsi dari Black
and Scholes, maka akan diperoleh nilai seperti nampak dalam ilustrasi perhitungan berikut
ini. Diasumsikan bahwa deviasi standar perubahan harga (a) saham sebesar 0,20 dan tingkat
bunga bebas resiko sebesar 10% per tahun.

C. Formulasi Penilaian Saham dan Obligasi

1. Saham

a. Menilai Saham Biasa Dengan Pertumbuhan Konstan

Model pertumbuhan konstan dapat diterapkan kepada perusahaan-perusahaan yang mapan


dengan sejarah pertumbuhan yang stabil. Pertumbuhan dividen dikebanyak perusahaan yang
sudah mapan umumnya dihrapkan akan terus berlanjut dimasa depan pada tingkat yang
kurang lebih sama dengan nilai produk domestik bruto. Atas dasar ini dividen yang
diharapkan dari suatu perusahaan normalnya akan tumbuh dengan tingkat 5 – 8 % setahun.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk model dengan pertumbuhan konstan adalah:

1) Dividen diharapkan akan tumbuh selamanya dengan tingkat yang konstan

2) Harga saham diharapkan akan tumbuh dengan tingkat yang sama

3) Imbal hasil dividen yang diharapkan adalah konstan

4) Imbal hasil keuntungan modal yang diharapkan konstan dan nilainya sama dengan “g”

Nilai saham:

Po = D1 / (1+Ks)1 + D2 / (1+ Ks)2 + … Dimana:

1) Po = harga pasar

2) D1 = dividen yang diharapkan pada akhir tahun pertama

3) Ks = Tingkat pengembalian yang diminta


Po = D1 / (Ks – g) Dimana:

1) g = tingkat pertumbuhan (growth rate) yang diharapkan dari dividen.

2) Syarat untuk formula di atas adalah Ks > g

Contoh:

Perusahan PT “MMM” membayar dividen Rp 700, tingkat pengembalian saham yang diminta
adalah Ks = 15% dan investor berharap dimasa depan dividen akan tumbuh secara konstan
sebesar 8%. Maka nilai saham untuk pertumbuhan konstan adalah:

Po = D1 / (Ks – g)

Po = 700 / (0,15 – 0,08) = 10000

b. Menilai Saham Biasa Dengan Pertumbuhan Nonkonstan

Pertumbuhan nonkonstan adalah suatu bagian dari siklus hidup perusahaan di mana
perusahaan tumbuh jauh lebih cepat daripada perekonomian secara keseluruhan. Kita
asumsikan bahwa dividen akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan yang tidak konstan
selama N periode, N sering disebut tanggal akhir atau tanggal horizon.

Formula nilai akhir atau nilai horizon:

PN = (DN + 1) / (Ks – g)

Nilai saham biasa dengan pertumbuhan nonkonstan:

Po = D1/(1+Ks)1 + D2/(1+Ks)2 + … + DN/(1+Ks)N + PN/(1+Ks)N

c. Menilai Saham Preferen

Saham preferen memberikan hak kepada pemiliknya untuk mendapatkan pembayaran dividen
secara rutin dan dalam jumlah tetap.

Formula nilai saham preferen :

VP = DP / KP

Dimana:

1) VP = nilai saham preferen

2) DP = dividen preferen

3) KP = Tingkat pengembalian yang diminta Contoh:

Perusahaan PT “MMM” memiliki saham preferen beredar yang membayarkan dividen


sebesar Rp 1000 per tahun. Jika tingkat pengembalian yang diminta dari saham preferen
adalah 10 %, maka nilai dari saham preferen tersebut adalah:
VP = DP/KP

VP = 1000/0,1 = 10000

2. Penentuan Nilai Obligasi

Tingkat bunga obligasi dinyatakan secara pasti dan tercantum dalam perjanjian
obligasi maupun dalam sertifikat obligasi. Tingkat bunga ini disebut tarif bunga kontrak.
Meskipun bunga biasanya dibayar secara tengah tahunan (setiap 6 bulan), namun persentase
bunga dinyatakan dalam persentase satu tahun. Untuk menghitung beban bunga per tahun,
tarif bunga tersebut dikalikan dengan nilai nominal obligasi.

Pada umumnya perusahaan penerbit obligasi akan menwarkan tingkat bunga kontrak
sebesar tingkat bunga pasar yang diperkirakan berlaku pada tanggal penerbitan obligasi.
Apabila taksiran perusahaan sesuai dengan kenyataan dan tigkat bunga kontrak sama degan
tingkat bunga pasar pada tanggal obligasi diteribitkan, maka obligasi itu dapat dijual sebesar
nilai pari (sebesar nilai nominalnya). Namun dalam prakti, tingkat bunga kontrak serigkali
tidak sesuai degan tingkat bunga pasar. Akibatnya, obligasi sering dijual dnegan harga yang
lebih tinggi dari nilai nominal atau bisa juga dijual degan harga di bawah nilai nominal,
sehingga timbul apa yang disebut diskonto obligasi dan premi obligasi.

Mengingat jumlah jumlah pembayaran bunga obligasi dilakukan secara terus menerus
dalam suatu interval yang teratur serta jumlahnya sama dari satu periode ke periode lainnya,
maka akan lebih mudah menghitung nilai sekarang dari pola penerimaan bunga tersebut
dengan menggunakan tabel present value untuk suatu anuitet (PVIFAi,n). Penentuan nilai
sekarang dari nilai nominal obligasi yang akan dibayarkan kembali pada saat jatuh tempo
dapat dihitung dengan menggunakan tabel present value interest fatoc (PVIFi,n) berdasarkan
tingkat bunga yang berlaku di pasar. Dengan menjumlahkan present value tingkat bunga yang
berbentuk anuitet dengan present value dari nilai nominal obligasi pada saat jatuh tempo,
maka akan dapat diketuahui present value dari suatu obligasi.

Oleh karena pada umumnya pembayaran bunga untuk obligasi dilakukan per 6 bulan,
maka untuk perhitungan anuitet bunga obligasi sama seperti cara menghitung present value
Rp. 1,00 yang pembayaran bunganya dilakukan per 6 bulan (compounded semianually) dan
jumlah periode penerimaan bunga adalah (m X n) = 2 kali dalam setahun masing-masing
sebesar 0,5 dari tingkat bunga yang ditetapkan, ( ). contoh :

Tuan Nobon bermaksud untuk membeli obligasi PT “ABC” dengan nilai nominal Rp
10.000,00, bunga (coupon rate) 10% yang dibayarkan per 6 bulan, dan jangka waktu obligasi
adalah 20 tahun. Tingkat bunga yang berlaku untuk obligasi yang sejenis dengan obligasi PT
“ABC” adalah 8%. Tuan Nobon ingin mengetahui berapa jumlah maksimum yang harus
dibayarnya untuk obligasi tersebut?

Untuk menjawab pertanyaa tersebut, maka tingkat bunga atau discount rate yang digunakan
untuk menghitung present value dari obligas tersebut adalah sebesar 4% (tingkat bunga yang
berlaku dipasaran dibagi dua, karena periode pembayaran adalah dua kali dalam setahun).
Seperti dalam contoh sebelumnya, maka jumlah bunga yang diterima dalam setiap periode
pembayaran (6 bulan) adalah sebesar Rp. 500,00 (0,5 X (10% X Rp. 10.000,00), dan jangka
waktu atau periode pembayaran, n, adalah 40 (20 X 20). Perhitungan present balue obligasi
dilakukan sebagai berikut :

Present value bunga obligasi =

PAn = A (PVIFAi,n)

= Rp 500,00 (PVIFA5%,40)

= Rp 500,00 X 17,159

= Rp 8.577,50

Present value nilai nominal obligasi =

P =

= = Rp. 1.420,45

Dari kedua hasil perhitungan present value tersebut maka dengan mudah dapat
diketahui nilai sekarang dari obligasi yang dibeli oleh tuan Gafur yaitu dengan jalan
menambahkan present value dari keseluruhan bunga yang diterima dengan present value dari
nilai nominal obligasi pada ,n, ke-40:

Present value keseluruhan penerimaan bunga = Rp 8.57750

Present value nilai nominal obligasi = Rp 1.450,45

Present value obligasi = Rp 9.997,95

Present value dari obligasi tersebut seharusnya Rp 10.000,00, tetapi karena ada
pembulatan dalam nilai tabel yang digunakan maka terdapat selisih sebesar Rp 2,05. Apabila
tingkat bunga umum sama dengan tingkat bunga obligasi (coupon rate) maka present value
obligasi adalah sebesar nilai nominalnya. Sedangkan penjualan obligasi pada tingkat bunga
yang lebih besar ataupun lebih kecil dari coupun rate obligasi akan menyebabkan present
value obligasi lebih rendah atau lebih tinggi dari nilai nominalnya. Keadaan seperti ini akan
menyebabkan timbulnya discount atau premium yang harus diamortisasi sepanjang umur
obligasi, sehingga pada saat jatuh tempo, obligasi tersebut akan mempunyai nilai yang sama
dengan nilai nominalnya.

1.1.3 Tujuan Pendanaan

Tujuan utama dari pemberian pinjaman pembiayaan antara lain:

a. Mencari keuntungan (profitability) yaitu dengan tujuan untuk memperoleh hasil


dari pembiayaan yang disalurkan berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil
yang diperoleh dari usaha yang dikelola nasabah.
b. Safety atau keamanan yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan
harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar
tercapai tanpa hambatan yang berarti.
c. Membantu usaha nasabah, yaitu membantu usaha nasabah yang memerlukan
dana, baik dana investasi ataupun dalam bentuk pembiayaan.
d. Membantu pemerintah, yaitu semakin banyak pembiayaan yang disalurkan bank
maka semakin banyak peningkatan pembangunan diberbagai sektor.

1.2 Investasi

1.2.1 Pengertian Investasi

Definisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Investasi diartikan sebagai


penanaman uang atau di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memproleh keuntungan.

Pada dasarnya investasi adalah membeli suatu aset yang diharapkan di masa datang dapat
dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi.

Investasi juga dapat dikatakan sebagai suatu penundaan konsumsi saat ini untuk
konsumsi masa depan. Harapan pada keuntungan di masa datang merupakan kompensasi atas
waktu dan risiko yang terkait dengan suatu investasi yang dilakukan.
Seseorang tentunya harus memikirkan masa depan dimana pada saat kebutuhan hidup terus
meningkat, kebutuhan yang dimaksud dapat berupa pendidikan, sarana transportasi,
kesehatan, tempat tinggal, kebutuhan untuk rekreasi, ibadah, hingga kebutuhan untuk masa
tidak produktif. Dengan berlatar belakang hal tersebut maka seseorang menyisihkan sebagian
dari pendapatannya di masa produktif dan meng-investasikannya untuk masa dimana sudah
kurang produktif.

Ada banyak pilihan dalam berinvestasi, diantaranya yaitu membuka deposito,


menabung, membeli tanah dan bangunan, obligasi, membeli emas, saham, dan lain-lain.
Jenis-Jenis Investasi
Produk-produk investasi yang tersedia di pasaran antara lain:

a. Tabungan di bank
Dengan menyimpan uang di tabungan, maka akan mendapatkan suku
bunga tertentu yang besarnya mengikuti kebijakan bank bersangkutan. Produk
tabungan biasanya memperbolehkan kita mengambil uang kapanpun yang kita
inginkan. b. Deposito di bank
Produk deposito hampir sama dengan produk tabungan. Bedanya, dalam
deposito tidak dapat mengambil uang kapanpun yang diinginkan, kecuali apabila uang
tersebut sudah menginap di bank selama jangka waktu tertentu (tersedia pilihan antara
satu, tiga, enam, dua belas, sampai dua puluh empat bulan, tetapi ada juga yang
harian). Suku bunga deposito biasanya lebih tinggi daripada suku bunga tabungan.
Selama deposito kita belum jatuh tempo, uang tersebut tidak akan terpengaruh pada
naik turunnya suku bunga di bank.
c. Saham
Saham adalah kepemilikan atas sebuah perusahaan tersebut. Dengan membeli
saham, berarti membeli sebagian perusahaan tersebut. Apabila perusahaan tersebut
mengalami keuntungan, maka pemegang saham biasanya akan mendapatkan sebagian
keuntungan yang disebut deviden. Saham juga bisa dijual kepada pihak lain, baik
dengan harga yang lebih tinggi yang selisih harganya disebut capital gain maupun
lebih rendah daripada kita membelinya yang selisih harganya disebut capital loss.
Jadi, keuntungan yang bisa didapat dari saham ada dua yaitu deviden dan capital gain.
d. Properti
Investasi dalam properti berarti investasi dalam bentuk tanah atau rumah.
Keuntungan yang bisa didapat dari properti ada dua yaitu :
• Menyewakan properti tersebut ke pihak lain sehingga mendapatkan uang
sewa.
• Menjual properti tersebut dengan harga yang lebih tinggi. e. Barang-
barang koleksi

Contoh barang-barang koleksi adalah perangko, lukisan, barang antik, dan


lain-lain. Keuntungan yang didapat dari berinvestasi pada barang-barang koleksi
adalah dengan menjual koleksi tersebut kepada pihak lain.
f. Emas
Emas adalah barang berharga yang paling diterima di seluruh dunia setelah
mata uang asing dari negara-negara G-7 (sebutan bagi tujuh negara yang memiliki
perekonomian yang kuat, yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Inggris, Italia, Kanada, dan
Perancis). Harga emas akan mengikuti kenaikan nilai mata uang dari negara-negara
G-7. Semakin tinggi kenaikan nilai mata uang asing tersebut, semakin tinggi pula
harga emas. Selain itu harga emas biasanya juga berbanding searah dengan inflasi.
Semakin tinggi inflasi, biasanya akan semakin tinggi pula kenaikan harga emas.
Seringkali kenaikan harga emas melampaui kenaikan inflasi itu sendiri.
g. Mata uang asing
Segala macam mata uang asing biasanya dapat dijadikan alat investasi.
Investasi dalam mata uang asing lebih beresiko dibandingkan dengan investasi dalam
saham, karena nilai mata uang asing di Indonesia menganut sistem mengambang bebas
(free float) yaitu benar-benar tergantung pada permintaan dan penawaran di pasaran. Di
Indonesia mengambang bebas membuat nilai mata uang rupiah sangat fluktuatif. h.
Obligasi
Obligasi atau sertifikat obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh
pemerintah maupun perusahaan, baik untuk menambah modal perusahaan atau
membiayai suatu proyek pemerintah. Karena sifatnya yang hampir sama dengan
deposito, maka agar lebih menarik investor suku bunga obligasi biasanya sedikit lebih
tinggi dibanding suku bunga deposito. Selain itu seperti saham kepemilikan obligasi
dapat juga dijual kepada pihak lain baik dengan harga yang lebih tinggi maupun lebih
rendah daripada ketika membelinya.

1. Deposito berjangka
Simpanan dalam mata uang Rupiah, dengan tingkat suku bunga relatif lebih
tinggi dibandingkan jenis simpanan lainnya. Tersedia dalam jangka waktu 1,3, 6, 12,
dan 24 bulan.
2. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan bagian dari upaya BI untuk
meredam dan menstabilkan likuiditas yang ada di pasar.

3. Saham
Surat bukti pemilikan bagian modal perseroan terbatas yang memberikan
berbagai hak menurut ketentuan anggaran dasar (shares, stock).
4. Obligasi
Surat utang yang berjangka waktu lebih dari satu tahun dan bersuku bunga
tertentu, yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menarik dana dari masyarakat, guna
pembiayaan perusahaan atau oleh pemerintah untuk keperluan anggaran belanjanya
(debenture bond).
5. Sekuritas pasar uang
Sekuritas pasar uang merupakan surat-surat berharga jangka pendek yang
diperjualbelikan di pasar uang.
6. Sertifikat hutang obligasi
Merupakan bukti kepemilikan piutang kepada pihak lain. Sertifikat ini dapat
diperjualbelikan pada tingkat diskonto tertentu. Sertifikat hutang obligasi ini
merupakan bentuk investasi jangka panjang.
7. Tanah/bangunan
Investasi ini tergolong investasi dalam bentuk property, investasi ini biasanya
untuk jangka waktu panjang karena mengharapkan adanya kenaikan dari nilai
tanah/bangunan yang telah dibelinya.
8. Reksa dana.
Wadah investasi yang berisi dana dari sejumlah investor dimana uang
didalamnya diinvestasikan ke dalam berbagai produk investasi oleh sebuah
Perusahaan Manajemen Investasi (Mutual Fund).

Secara umum bentuk aset yang di Investasikan terbagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Riil Investment
Yaitu menginvestasikan sejumlah dan tertentu pada aset berwujud, seperti
halnya tanah, emas, bangunan, emas, dan lain-lain.
2. Financial Investment
Yaitu menginvestasikan sejumlah dana tertentu pada aset finansial, seperti
halnya deposito, saham, obligasi, dan lain-lain. Dalam hal ini surat berharga yang
diperdagangkan atau yang sering disebut dengan efek adalah berupa saham. Menurut
Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal, definisi dari bursa efek
adalah pihak yang menyelenggarakan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain
dengan tujuan memperdagangkan efek diantaranya. Di Indonesia, perdagangan
saham dilakukan di Bursa Efek Indonesia. Tidak semua perusahaan dapat langsung
mengeluarkan suatu efek (saham), oleh sebab itu perusahaan yang ingin menerbitkan
efek harus memenuhi kriteria ataupun peraturan-peraturan yang ada sebelum
menerbitkan suatu efek.

Faktor-Faktor Penentu Investasi


Bagi seorang investor yang hendak melakukan suatu investasi, harus melakukan suatu
analisis terlebih dahulu dalam menentukan keputusan investasinya. Untuk melakukan suatu
analisis investasi, setidaknya ada tiga faktor yang harus dianalisis, yaitu:
1. Analisis kondisi makroekonomi
2. Analisis pada jenis industri
3. Analisis fundamental suatu perusahaan

Tahap pertama yang dilakukan oleh seorang investor dalam berinvestasi adalah
melakukan analisis terhadap variabel-variabel makro, tahap analisis ini dilakukan untuk
menganalisis kondisi perekonomian suatu negara secara makro dalam proses suatu investasi.
Variabel-variabel ekonomi makro yang dianalisis diantaranya adalah tingkat inflasi, transaksi
berjalan, kurs/exchange rate (nilai tukar suatu mata uang negara terhadap mata uang negara
lain), suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), dan lain-lain.
Pada tahap kedua, dilakukan analisis pada berbagai jenis industri. Pada tahapan ini, kita
memilih jenis industri yang paling memberikan prospek keuntungan jika dilakukan invstasi.
Sektor mana yang akan dijadikan suatu investasi dapat dilihat dari pergerakan dalam indeks
sektoral industri pada suatu pasar modal. Sektor yang mempunyai indeks yang bagus untuk
investasi jangka panjang tentunya akan dipilih. Pada tahap analisis ketiga, dilakukan analisis
fundamental pada perusahaan, dengan menggunakan rasio-rasio keuangan suatu perusahaan.
Dalam rasio-rasio keuangan, terbagi lagi menjadi lima rasio, yaitu :
1. Rasio Likuiditas menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka
pendek yang jatuh tempo.
2. Rasio Aktifitas menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam
memanfaatkan
aktifa yang dimiliki atau perputaran (turnover) aktifa-aktifa suatu perusahaan.
3. Rasio Hutang berfungsi untuk menunjukkan kemampun perusahaan untuk
memenuhi
kewajiban jangka panjangnya.
4. Rasio Profitabilitas menunjukkan tingkat keberhasilan perusahaan di dalam
menghasilkan
keuntungan.
5. Rasio Pasar menggambarkan bagaimana pasar menghargai saham suatu
perusahaan.

Tipe Investor Menurut profil Resiko


Tipe-tipe investor menurut profil resiko dalam berinvestasi dapat dideskripsikan berikut:
1. Defensive
Investor dengan tipe defensive, investor ini berusaha untuk mendapatkan
keuntungan dan menghindari resiko sekecil apapun dari investasi yang dilakukan.
Investor tipe ini tidak mempunyai keyakinan yang cukup dalam hal spekulasi, dan
lebih memilih untuk menunggu saat-saat yang tepat dalam berinvestasi agar investasi
yang dilakukan terbebas dari resiko.
2. Conservative
Investor dengan tipe conservative, biasanya berinvestasi untuk meningkatkan
kualitas hidup keluarga dan dengan rentang waktu investasi yang cukup panjang,
misalnya, untuk pendidikan perguruan tinggi anak atau biaya hidup di hari tua.
Investor tipe ini memiliki kecenderungan menanam investasi dengan keuntungan
(yield) yang layak saja dan tidak memiliki resiko besar, karena filosofi investasi
mereka untuk menghindari resiko. Walaupun investor conservative sering
berinvestasi, investor ini umumnya mengalokasikan sedikit waktu untuk menganalisa
dan mempelajari portofolio investasinya.
3. Balanced
Investor dengan tipe balanced, merupakan tipe investor yang menginginkan
resiko menengah. Investor tipe ini selalu mencari proporsi yang seimbang antara
resiko yang dimungkinkan terjadi dengan pendapatan yang dapat diraih. Tipikal
investor ini bahwa mereka akan selalu berhati-hati dalam memilih jenis investasi, dan
hanya investasi yang proporsional antara resiko dan penghasilan yang bisa diperoleh
yang akan dipilih.
4. Moderately aggressive
a. Moderately aggressive, merupakan tipe investor yang tenang atau tidak ekstrim
dalam menghadapi resiko. Investor ini cenderung memikirkan kemungkinan
terjadinya resiko dan kemungkinan bisa mendapatkan keuntungan. Dalam hal
ini, investor dengan tipe moderately aggressive selalu tenang dalam
mengambil keputusan investasi karena keputusan yang ditetapkan sudah
dipikirkan sebelumnya.
5. Aggressive
Investor aggressive, atau biasa disebut 'pemain', adalah kebalikan dari investor
conservative. Mereka sangat teliti dalam menganalisa portofolio yang dimiliki.

Semakin banyak angka-angka dan fakta yang bisa dianalisa adalah semakin baik.
Investor tipe ini umumnya berinvestasi dengan rentang waktu relatif pendek karena
mengharapkan adanya keuntungan yang besar dalam waktu singkat. Walaupun tidak berharap
untuk merugi, namun setiap investor aggressive menyadari bahwa kerugian adalah bagian
dari permainan.

Keunggulan dan Kekurangan Setiap Investasi 1.Produk


perbankan
a.Tabungan
Digunakan untuk menyimpan dana nasabah. Dapat memberikan banyak kemudahan, antara
lain:
• Likuiditas yang tinggi, dapat diambil kapan saja: counter bank dan ATM
• Kemudahan bertransaksi: pengiriman uang, pembayaran (telepon, kartu kredit, dan
lain-lain), penukaran uang, dan lain-lain.
• Dijamin pemerintah, sampai tahun 2006.

Kekurangan:
• Suku bunga yang diberikan sangat rendah, di bawah tingkat inflasi.  Bunga kena
pajak 20% untuk yang di atas Rp 7,5 juta.
b.Rekening koran (cheque/giro)

Dipergunakan secara luas oleh perusahaan dan perorangan, untuk melakukan transaksi
keuangan.

Kemudahan, antara lain:


• Likuiditas tinggi, dapat diambil kapan saja: counter bank pencairan cek.
• Kemudahan bertransaksi: pembayaran ke pihak lain tanpa menggunakan uang tunai
dan tanpa harus datang ke bank.
• Dijamin oleh pemerintah.
Kekurangan:
• Tidak ada bunga, hanya terdapat jasa giro yang sangat rendah  Bunga kena pajak
20%.
c. Deposito berjangka
Dipergunakan untuk menabung/menyimpan uang dalam jangka waktu tertentu.
Kemudahan, antara lain:
• Suku bunga yang lebih tinggi, sekitar 6%.
• Likuiditas tinggi, dapat diambil kapan saja, meskipun ada jangka waktu tertentu.
• Dapat dijaminkan: untuk mendapatkan hutang dari bank yang sama.
• Dijamin oleh pemerintah, rate (%) x (# of Days/365) x Nominal x 0.80, 12% x
(31/365) x IDR 1,000,000 x 0.80.
Kekurangan:
• Terkena penalti, bila diambil sebelum jatuh tempo  Bunga kena pajak 20%, di atas
Rp 7,5 juta.
KESIMPULAN

Investasi adalah penggunaan suatu aktiva untuk pertumbuhan kekayaan (accreation of


wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalti,dividen dan uang sewa) untuk
apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti
manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan. Terdapat dua jenis investasi yakni
investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang.
Investasi lancar atau investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat segera
dicairkan dan dimaksudkan dimiliki selama setahun atau kurang. Investasi jangka panjang
merupakan investasi yang dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan tetap dan untuk
menguasai atau mengendalikan perusahaan tersebut.
Sebuah perusahaan yang membedakan antara aktiva lancar dan tak lancar dalam
laporan keuangannya harus menyajikan investasi lancar sebagai aktiva lancar dan investasi
jangka panjang sebagai aktiva non lancar. Investasi yang diklasifikasikan sebagai aktiva tak
lancar harus dicatat dalam neraca berdasarkan biaya perolehan , kecuali jika harga pasar
investasi jangka panjang menunjukkan penurunan nilai dibawa biaya perolehan secara
signifikan dan permanen, perlu dilakukan penyesuaian atas nilai investasi tersebut. Penilaian
dalam hal ini dilakukan untuk masing-masing investasi secara individual.
Biaya perolehan suatu investasi mencakup biaya perolehan lain disamping harga beli, seperti
komisi broker, jasa bank dan pungutan bursa efek. Piutang bunga, royalti, dividen, dan sewa
sehubungan dengan suatu investasi dianggap sebagai hasil (return) investasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Baridzwan, zaki. 2004. Intermediate Accounting. Edisi 8. Jogjakarta: Fakultas Ekonomi


UGM
Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Z, Ali. 2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika

Anda mungkin juga menyukai