“STAFFING 2”
Ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Oleh:
ALMI BUKHORI MUSLIM
10090318341
A. IDEA
Tugas: pemikiran terkonsep = merumuskan masalah
Fungsi : menganalisis masalah = mengumpulkan fakta, memastikan penyebab, mengembangkan
solusi alternatif
Urutan Fungsi : Plan (rencana) = memastikan suatu tindakan
Aktivitas :
1. Perkiraan/peramalan : memperkirakan hal apa saja yang akan terjadi
2. Menetapkan tujuan : menetukan tujuan akhir yang diinginkan
3. Mengembangkan strategi :memutuskan bagaimana cara untuk mencapai tujuan
4. Program : membangun urutan prioritas dan langkah kerja
5. Anggaran : menglokasi sumber daya
6. Prosedur : membuat prosedur standar
B. THINGS
Tugas : Administrasi = mengelola urusan dengan rinci
Fungsi : membuat keputusan = sampai pada keputusan dan penilaian
Urutan Fungsi : organize (mengatur) = mengatur pekerjaan yang terkait untuk mencapai prestasi
yang efektif dan tujuan
Aktivitas :\
1. Membangun struktur organisasi : menyusun struktur organisasi
2. Menggambarkan hubungan : mendefinisikan garis penghubung untuk memudahkan
koordinasi
3. Membuat deskripsi posisi : mendefinisikan ruang lingkup hubungan, tanggung jawab dan
wewenang
4. Membangun kualifikasi kedudukan : menentukan kualifikasi untuk setiap kedudukan
PEOPLE
Tugas: pemimpin = mempengaruhi orang untuk mencapai tujuan yang diinginkan
Fungsi: komunikasi = memastikan pemahamannya
Urutan dan aktivitas
1. staff memilih orang yang kompeten untuk tiap posisi
• Memilih merekrut orang yang memenuhi syarat untuk setiap posisi
• Orientasi : membiasakan orang–orang baru dengan situasinya
• Melatih : membuat mahir dengan instruksi dan praktik
• Mengembangkan : membantu meningkatkan pengetahuan, sikap & keterampilan
STAFFING
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada suatu
organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap
tenaga petugas memberi daya guna maksimal kepada organisasi.
Staffing dan organizing yang erat hubungannya. Organizing yaitu berupa penyusunan wadah
legal untuk menampung berbagai kegiatan yang harus dilaksanakan pada suatu organisasi,
sedangkan staffing berhubungan dengan penerapan orang-orang yang akan memangku masing-
masing jabatan yang ada dalam organisasi tersebut.
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada suatu
organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap
tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi.Top of Form Organisasi-organisasi besar
adalah organisasi dengan nilai budaya yang tinggi, dengan perhatian yang besar pada nilai,
ekspektasi, dan perilaku. Biasanya didalam budaya tersebut pasti ada teamwork, fokus terhadap
konsumen, perlakuan yang adil pada karyawan, inisiatif, dan inovasi. Budaya-budaya ini juga
harus terus dikomunikasikan kepada karyawan, baik yang lama maupun yang baru. Karena itu,
keputusan staffing adalah keputusan yang penting bagi organisasi, yang juga harus disesuaikan
dengan strategi bisnis agar dapat menunjang budaya organisasinya.
B. Pertimbangan Organisasional dalam Keputusan Staffing
Strategi bisnis harus ada kesesuaian antara strategi yang diinginkan perusahaan dengan
karakteristik orang yang dharapkan untuk mengimplementasikan strategi tersebut. Dalam hal ini,
ada dua model dimensional yang dapat dipertimbangkan, yaitu :
a. Strategi organisasi selama tahap perkembangan
Untuk alasan strategik, pertimbangan tahap perkembangan bisnis sangat penting karena
kebanyakan darinya, seperti tingkat pertumbuhan, lini produk, teknologi, pangsa pasar, dls, akan
berubah seiring perubahan organisasi. Pada masa awal, perusahaan akan memiliki tingkat
pertumbuhan yang tingi, lini produk dasar, penekanan yang kuat pada engineering produk, dan
tidak ada kesetiaan kustomer.
Sedangkan pada tahap perkembangan yang lebih tinggi, perusahaan akan fokus pada
pengembangan pangsa pasar dan tim manajemen yang baik. Ketika mencapai tahap kedewasaan,
perusahaan perlu mempertahankan pangsa pasar, pengurangan biaya melalui skala ekonomis,
dan berbagai pengendalian lainnya. Pada tahap selanjutnya dimana organisasi semakin tua, ia
harus berjuang untuk mempertahankan pangsa pasar. Ketahanan ekonomi menjadi motivasi
utamanya.
b. Gaya manager yang berbeda-beda dalam tiap tahapannya.
Pada tahap awal, perusahaan perlu memiliki manager yang mampu berjuang di lingkungan yang
penuh resiko, memiliki nilai kewirausahaan, dan mampu merespon cepat terhadap perubahan
kondisi. Ditahap pertumbuhan, kewirausahaan masih diperlukan, namun hal penting lainnya
adalah manager yang juga mampu mengembangkan sistem manajemen yang stabil untuk
mempertahankan kemenangan yang dicapai pada masa awal. Ketika organisasi mencapai tahap
kedewasaan, diperlukan manager yang tidak membutuhkan banyak variasi dalam pekerjaannya,
mampu mengembangkan skala ekonomis terus-menerus, dan mau memantau berulang-ulang
kegiatan operasinya. Sebaliknya, jika perusahaan telah menua maka dibutuhkan manager yang
bisa menjadi penggerak besar. Manager yang memiliki kewirausahaan masih sesuai untuk masa
ini, dimana mereka harus melakukan segala cara untuk menyelamatkan keuangan perusahaan.
C. Budaya organisasional
Budaya organisasi harus disampaikan kepada karyawan baru, bahkan pada proses penyeleksian
berlangsung. Agar staffing berjalan lancar, karyawan harus merasa cocok dengan budaya
ditempatnya bekerja. Untuk menyampaikan budaya organisasi, hal-hal berikut dapat dilakukan :
1. Pernyataan formal atas filosofi perusahaan dan materi yang digunakan untuk
perekrutan, penyeleksian, dan sosialisasi karyawan baru.
2. Kriteria promosi.organisasi.
3. Apa yang diperhatikan, diukur, dan dikendalikan oleh para pemimpin organisasi.
4. Kriteria implisit dan yang mungkin digunakan pemimpin untuk menentukan siapa
yang sesuai dengan posisi kunci di organisasi.
2. Apabila hal lain konstan, individu yang memilih pekerjaan dan organisasi yang
konsisten dengan nilai, kepercayaan, dan sikap mereka akan lebih produktif dan memuaskan.
a. Logika dari penyeleksian personel dalam proses penyeleksian, jumlah kandidat yang ada
harus melebihi jumlah lowongan yang tersedia. Jika tidak, perusahaan tidak akan memiliki
pilihan yang mencukupi untuk disaring dan dipilih yang terbaik.
b. Reliabilitas dari pengukuranUntuk menghindari resiko kesalahan dalam proses
penyeleksian, media pengukur yang digunakan haruslah valid dan dapat diandalkan. Sebuah
pengukuran dapat dianggap valid dan dapat diandalkan jika hasilnya konsisten dan stabil dari
waktu ke waktu, dari satu sampel ke sampel lain, dan penilaian dari penguji yang berbeda-beda.
D. POKOK MASALAH YANG AKAN DIPELAJARI PADA FUNGSI PENGISIAN
JABATAN
Pokok masalah yang akan dipelajari pada fungsi pengisian jabatan ini, adalah:
1. Pengadaan
Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk
mendapatkan karyawan, baik kualitas maupun kuantitasnya sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
2. Penarikan (Recruiting)
Penarikan adalah kegiatan mencari dan mempengaruhi tenaga kerja agar mau melamar
lowongan pekerjaan yang masih kosong di perusahaan.
a. Sumber karyawan:
· Sumber internal
Karyawan yang akan mengisi lowongan jabatan yang lowong, ditarik dari karyawan yang telah
ada dalam perusahaan. Penarikan dilakukan dengan cara “mutasi” atau transfer, baik sifatnya
vertical (promosi-demosi maupun horizontal (rotasi). Demosi yaitu mutasi dengan cara
penurunan pangkat atau jabatan seseorang karyawan. Promosi adalah mutasi dengan menaikkan
pangkat atau jabatan seseorang, sehingga authority dan responsibility-nya semakin besar
biasanya diikuti dengan kenaikan pendapatan.
· Sumber eksternal
Untuk mengisi lowongan jabatan yang kosong ditarik orang-orang dari luar perusahaan, yaitu:
- Lembaga pendidikan
- Kantor penempatan tenaga kerja
- Pusat tenaga kerja
- Nepotisme atau kawan-kawan karyawan.
3. Seleksi
Seleksi adalah suatu kegiatan pemilihan dan penentuan pelamar yang diterima atau yang ditolak
untuk menjadi karyawan perusahaan itu. Dasar seleksi adalah job spesification dari perusahaan
bersangkutan.
a. Metode seleksi, dikenal atas:
- Metode nonilmiah
Seleksi yang dilaksanakan tidak didasarkan kepada criteria/standar atau spesifikasi kebutuhan
nyata pekerjaan atau jabatan, tetapi hanya didasarkan kepada perkiraan dan pengalaman saja.
- Metode Ilmiah
Seleksi yang didasarkan kepada ilmu pengetahuan dan kebutuhan nyata jabatan yang akan diisi
serta berpedoman kepada criteria spesifikasi dan standar-standar tertentu.
b. Sistem seleksi, dikenal atas:
- Succesive Hurdles
Sistem seleksi yang dilaksanakan berdasarkan urutan testing yakni jika peserta tidak lulus pada
suatu testing maka ia tidak boleh mengikuti testing berikutnya dan pelamar tersebut dinyatakan
gugur.
c. Prosedur Seleksi
d. Tingkat-tingkat seleksi:
Tingkat – tingkat seleksi dikenal atas:
- Seleksi tingkat pertama adalah seleksi yang dilakukan menurut prosedur yang telah
ditetapkan perusahaan bersangkutan dan jika lulus maka pelamar dinyatakan diterima dengan
status karyawan percobaan atau calon pegawai (capeg).
- Seleksi tingkat kedua adalah seleksi yang dilakukan selama masa percobaan (capeg) dengan
cara mengamati dan menilai mental, perilaku, kedisiplinan, dan kemampuan nyata calon
karyawan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
- Seleksi tingkat ketiga adalah seleksi dengan mengikuti prajabatan atau pelatihan, jika lulus
maka calon karyawan diangkat menjadi karyawan tetap.
e. Penyeleksi
Penyeleksi adalah orang – orang yang melaksanakan seleksi itu, baik dilakukan secara individu
maupun kolektif. Penyeleksi ini dapat dilakukan oleh :
- Bagian urusan sumber daya manusia
- Pihak ketiga yang professional
- Kombinasi USDM dan pihak ketiga.
4. Penempatan
Penempatan adalah kegiatan untuk menempatkan orang-orang yang telah lulus seleksi pada
jabatan-jabatan tertentu sesuai dengan uraian pekerjaan dan klasifikasi-klasifikasi pekerjaan.
Penempatan ini sangat penting karena aktivitas – aktivitas perusahan baru dapat dilakukan, jika
semua jabatan ada penjabatnya.
a. Dalam penempatan karyawan baru ini dilakukan orientasi dan induksi.
Orientasi artinya memberitahukan kepada karyawan baru tentang hak dan kewajibannya, tugas
dan tanggung jawabnya, peraturan-peraturan perusahaan, sejarah dan struktur organisasi
perusahaan serta memperkenalkannya kepada para karyawan lama. Orientasi ini bertujuan
supaya karyawan baru itu merasa dirinya telah diterima dalam lingkungan pekerjaannya,
sehingga ia tidak canggung lagi untuk mengerjakan tugas – tugasnya. Orientasi ini merupakan
tugas yang harus dilaksanakan oleh USDM atau bagian personalia perusahaan bersangkutan.
Induksi adalah kegiatan untuk mempengaruhi tingkah laku karyawan baru yang telah
ditempatkan, agar ia menaati peraturan perusahaan dan norma-norma social yang berlaku.
Dengan induksi ini diharapkan karyawan baru dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
pekerjaan, sehingga ia dapat mengerjakan tugas – tugasnya secara efektif dan efisien. Jika
induksi ini tidak berhasil maka karyawan percobaan ini kemunngkinan besar akan dikeluarkan.
Jadi induksi ini merupakan tolak ukur apakah seorang karyawan dapat diterima menjadi
karyawan suatu perusahaan.
a. Pelatihan
Pelatihan (training) karyawan perlu dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
kerjanya. Pelatihan ini memerlukan biaya, tetapi biaya – biaya ini menjadi investasi jangka
panjang di bidang sumber daya manusia bagi perussahaan bersangkutan. Pelatihan adalah proses
peningkatan kemampuan teknis dan moral kerja karyawan operasional sesuai dengan kebutuhan
tugas – tugasnya.
Metode – metode pelatihan menurut Andrew F. Sikula:
1. On the job training
2. Vestibule school
3. Demonstration and example
4. Apparenticeship training
5. Classroom methodes
5. Pemberhentian
Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seorang karyawan dengan suatu
perusahaan. Pemberhentian karyawan disebabkan oleh keinginan perusahaan, keinginan
karyawan, kontrak kerja habis, peraturan perburuhan, pensiun, dan atau meninggal dunia. Setiap
karyawan yang berhenti selalu membawa biaya – biaya, seperti biaya penarikan, seleksi, dan
pelatihan yang merugikan perusahaan.
E. TUJUAN STAFFING
F. PRINSIP STAFFING
Dalam staffing berlaku prinsip utama yaitu : “The Right Man in The Right Place and Time” yang
berarti bahwa setiap personel ditempatkan pada unit kerja yang sesuai dengan keahlian dan
kecakapannya, dengan demikian suatu perkerjaan/tugas dalam unit kerja dilakukan oleh orang
yang tepat dan mendapat hasil pekerjaan yang optimal.
Jika prinsip ini tidak diterapkan, dan menempatkan personel pada tugas dan jenis pekerjaan yang
bukan keahliannya, maka akan menghambat upaya pencapaian tujuan administrasi itu sendiri,
sebab hasil dari pekerjaan tersebut cenderung kurang berdaya guna bagi organisasi.
Hal ini sering terjadi pada unit kerja yang kekurangan karyawan, sehingga memaksa seorang
karyawan membawahi dan mengerjakan beberapa jenis pekerjaan yang bukan pada bidang
keahliannya, atau bisa terjadi karena menempatkan seseorang atas pendekatan nepotisme tanpa
memperhatikan keahlian orang tersebut, tindakan nepotisme ini tentu akan membuka peluang
kolusi dan korupsi yang berakibat buruk terhadap kemajuan unit organisasi kerja itu sendiri.