Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MANAJEMEN

BAB V
PROBLEM SOLVING AND DECISION MAKING

DISUSUN OLEH : M HAIDAR AKBAR


NPM : 10090318336

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BAB II
PEMBAHASAN

Management process in 3D

Diagram ini menunjukkan berbagai elemen, fungsi, dan kegiatan yang merupakan bagian dari
proses manajemen. Di pusat adalah orang, ide, dan hal-hal, karena ini adalah komponen dasar
dari setiap organisasi yang dengannya manajer harus bekerja. Gagasan menciptakan kebutuhan
akan pemikiran konseptual; hal-hal, untuk administrasi; orang, untuk kepemimpinan.

Tiga fungsi analisis masalah, pengambilan keputusan, dan komunikasi penting setiap saat
dan dalam semua aspek pekerjaan manajer; oleh karena itu, mereka ditampilkan untuk
menghentikan proses karyanya. Namun, fungsi lain cenderung terjadi dalam urutan yang dapat
diprediksi; dengan demikian, perencanaan, pengorganisasian, penempatan staf, pengarahan, dan
pengendalian diperlihatkan dalam urutan itu di salah satu jalur. Minat seorang manajer pada
salah satu dari mereka tergantung pada berbagai faktor, termasuk posisinya dan tahap
penyelesaian proyek yang paling ia perhatikan. Dia harus selalu merasakan denyut nadi
organisasinya. Kegiatan-kegiatan yang akan paling penting baginya ketika dia berkonsentrasi
sekarang pada satu fungsi, lalu pada yang lain diperlihatkan pada pita-pita luar diagram.
Perhatikan perbedaan antara pemimpin dan manajer. Persyaratan tidak boleh digunakan secara
bergantian. Sementara manajer yang baik sering kali akan menjadi pemimpin yang baik, dan
sebaliknya, ini belum tentu demikian. Sebagai contoh:

 Dalam Perang Dunia II, Jenderal George Patton dikenal karena kemampuannya untuk
memimpin dan menginspirasi orang-orang di medan perang, tetapi tidak karena
kemampuan konseptualnya. Sebaliknya, Jenderal Omar Bradley dikenal karena
kemampuan konseptualnya, terutama perencanaan dan pengelolaan kampanye, bukan
karena kepemimpinannya.

Demikian pula dalam industri, pendidikan, dan pemerintahan, adalah mungkin untuk memiliki
manajer yang luar biasa yang tidak mampu memimpin orang, tetapi yang, jika ia mengakui
kekurangan ini, akan membuat staf organisasinya memberikan kompensasi untuk itu. Sebagai
alternatif, seorang wirausahawan mungkin memiliki kualitas karismatik sebagai pemimpin,
namun mungkin kurang memiliki kemampuan administratif yang diperlukan untuk manajemen
yang efektif secara keseluruhan; dan dia juga harus staf untuk menebus kekurangan.

Kami tidak berurusan dengan kepemimpinan di sini secara umum. Kami berhadapan dengan
kepemimpinan sebagai fungsi manajemen. Kita juga tidak berurusan dengan administrasi secara
umum tetapi, sekali lagi, sebagai fungsi manajemen.

Definisi berikut ini disarankan untuk kejelasan dan kesederhanaan:

 Manajemen — mencapai tujuan melalui orang lain.


 Administrasi — mengelola detail urusan eksekutif.
 Kepemimpinan — memengaruhi orang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Pandangan Manajemen 3 Dimensi

Grafik 3 dimensi (dari kertas Klimesh), ditunjukkan di bawah ini, menggambarkan manajemen
itu
kegiatan diterapkan pada sumber daya dalam konteks. Kubus kecil di bawah ini merupakan salah
satu
kubus yang bisa berada di bagian dalam grafik - mengatur fasilitas untuk pusat distribusi baru.

Sumber daya
Jawaban atas pertanyaan, "Apa yang dikelola?" Adalah "Sumber daya dikelola."
nilai kualitatif dan kuantitatif. Sumber daya termasuk orang, uang atau modal, mesin,
fasilitas, bahan, energi, informasi, waktu, kedekatan, kekayaan intelektual, teknologi, dan a
jauh lebih banyak.
Aplikasi atau Konteks
Jumlah konteks aplikasi hampir tidak terbatas. Inilah beberapa: bisnis, pribadi,
domestik, sipil, rekreasi, teknis, manufaktur, pemasaran, penjualan, distribusi, medis, dan
promosi. Anda bisa sangat spesifik tentang konteksnya; misalnya, restoran Michael ,
bukannya bisnis, atau Departemen Kepolisian New York , bukan sipil.

Pengertian
Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah
dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil
kesimpulan yang tepat dan cermat (Hamalik, 1994:151).
Problem solving yaitu suatu pendekatan dengan cara problem identifikation untuk
ketahap syntesis kemudian dianalisis yaitu pemilahan seluruh masalah sehingga mencapai tahap
application selajutnya komprehension untuk mendapatkan solution dalam penyelesaian masalah
tersebut. (Qruztyan. Blogs. Friendster.com).
Pendapat lain problem solving adalah suatu pendekatan dimana langkah-langkah
berikutnya sampai penyelesaian akhir lebih bersifat kuantitatif yang umum sedangkan langkah-
langkah berikutnya sampai dengan pengelesain akhir lebih bersifat kuantitatif dan spesifik
Menurut N.Sudirman (1987:146) metode problem solving adalah cara penyajian bahan
pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan
disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Sedangkan
menurut Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang mengajarkan
penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah
secara menalar.
Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha – usaha
untuk menyelesaikannya sampai menemukan penyelesaiannya. menurut Syaiful Bahri Djamara
(2006 : 103).

Model-model penyelesaian masalah


Proses penyelesaian masalah dapat dilakukan dalam beberapa model.
1. Penyelesaian masalah menurut J. Dewey. Penyelesaian masalah menurut model ini
dilakukan dalam enam tahap, yaitu :
a. Merumuskan masalah. Mampu mengetahui dan merumuskan masalah dengan jelas.
b. Menelaah masalah. Mampu menggunakan pengetahuan untuk memperinci, menganalisis
masalah dari berbagai sudut.
c. Merumuskan hipotesis. Mampu berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab-akibat,
dan alternative penyelesaian.
d. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis.
Diperlukan kecakapan mencari dan menyusun data seraya menyajikannya dalam bentuk
diagram, gambar dan table.
e. Pembuktian hipotesis. Diperlukan kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan
menghubung-hubungkan serta menghitung, ketrampilan mengambil keputusan dan kesimpulan.
f. Menentukan pilihan. Diperlukan kecakapan membuat alternatif penyelesaian serta menilai
pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.
2. Penyelesaian masalah menurut Lawner Senesh.
Sanesh adalah seorang guru besar ekonomi, ia menggunakan tiga tahap dalam proses
penyelesaian masalah ekonomi, yaitu:
a. Tahap motivasi
b. Tahap pengembangan, dan
c. Tahap komulasi.
Problem solving berbeda dalam tahap yang ke dua yaitu tahap pengembangan dengan langkah-
langkah penyelesaian sebgai berikut:
a. Menemukan gejala-gejala problematik (symptus of the problem)
b. Mempelajari aspek-aspek permasalahan (aspects of the problem)
c. Mendefinisikan masalah (definition of the problem)
d. Menentukan ruang lingkup permasalahan (scope of the problem)
e. Menganalisi sebab-sebab masalah (causes of the problem)
f. Menyelesaikan masalah (solution of the problem)
3. Penyelesaian masalah menurut david johnson dan johnson.
Penyelesaian masalah menurut johnson dan david ini dilakukan melalui kelompok. Suatu
masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan dalam pelajaran diberikan kepada siswa untuk
diselesaikan. Masalah yang dipilih mempunyai sifat kontroversional, misalnya dianggap penting
(importain), urgen dan dapat diselesaikan (solutionable). Prosedur penyelesaian adalah sebagai
berikut:
a. Mendefinisikan masalah. Penemuan masalah ini di dalam kelas dilakukan sebagai berikut:
1) Kemeukakan kepada siswa peristiwa yang bermasalah, baik secara tertulis maupun secara
lisan. Mintaah kepada siswa untuk merumuskannya dalam suatu kalimat sederhana (brain
stroming). Kemudia, terimalah setiap pendapat mereka tanpa persoalan tepat atau tidaknya, benar
atau salah pendapat tersebut.
2) Setiap pendapat ditinjau kembali dengan meminta penjelasan dari siswa yang
berssangkutan , dipilih rumusan yang tepat, atau dirumuskan kembali perumusan-perumusan
yang kurang tepat. Akhirnya , kelas memilih suatu perumusan yang paling tepat yang dapat
dipakai oleh semua.
b. Mendiagnosi masalah
Setelah berhasil merumuskan masalah, langkah berikut ialah membentuk kelompok kecil.
Kelompok ini mendiskusikan sebab-sebab timbulnya masalah. Menurut johnson dan david, suatu
masalah muncul karena dua faktor, yaitu:
1) Faktor-faktor yang mendorong ke arah tercapainya tujuan.
2) Faktor-faktor yang menghemat terhambatnya tujuan.
Munculnya masalah disebabkan kedua faktor itu berada dalam keadaan seimbang. Analisis
terhadap kedua faktor tersebut disebut analisis kekuatan lapangan (AKL). AKL ini dapat
dilakukan dengan prosesdur sebagai berikut:
1) Mengadakan brain stroming agar setiap anggota kelompok mendenfikasikan kedua macam
faktor itu, faktor pendukung dalam faktor penghemat.
2) Penyusun faktor-faktor itu secara berurutan menuruk kuatnya pengaruh peristiwa yang
aktual.
3) Suatu masalah akan dapat teratasi jika faktor penghemat didalamnya dikurangi dan faktor
pendukungnya ditingkatkan. Usaha untuk mengubah kedua faktor tersebut akan lebih mudah jika
ada fasilitas yang tersedia.
4) Dicari upaya untuk mengubah kekuatan pada faktor-faktor pendukung.
5) Memilih beberapa kemungkinan tindakan dari 3 dan 4 yang dianggap paling memberi
harapan. Kemudian disusun kembali langkah-langkah yang sudah diplih.
6) Mempelajari kembali langkah-langkah kegiatan untuk mengetahui seberapa jauh masing-
masing langkah itu dapat dipakai dalam penyelesaian masalah.
c. Merencanakan cara mengevaluasi keekfetifan program penerpanaya dan kemungkinan yang
dapat dilakukan dalam prosedur evaluasi.
d. Merumuskan alternati strategi
Pada tahanp ini, kelompok mencari dan menemukan berbagai alternatif tentang cara
menyelesaikan maslah. Menurut teori ini, perubahan-perubahan pada situasi yang aktual dapat
terjadi jika kekuatan-kekuatan yang mendukung ataupun menghambat mengalami perubahan,
sehingga tingkat keseimbagannya berubah, ada tiga cara untuk mengubah titik keseimbangan itu,
yaitu;
1) Menambah kekuatan pada faktor pendukung.
2) Mengutangi kekuatan pada faktor penghambat.
3) ‘mengubah faktor penghambat menjadi faktor pendukung.
e. Menentukan dan menetapkan strategi
Setelah berbagai alternatif ditemukan oleh kelompok, maka dipilih alternatif mana ang
akan dipakai. Penyelesaian masalah ini terdiri dua aspek, yaitu :
1) Pengambilan keputusan (decision making), yaitu suatu proses untuk menentukan suatu
plihan dari berbagai alternatif yang ada.
2) Penerapan keputusan (desicion implementasion), yaitu proses untuk menentukan tindakan
yang diperlukan dalam melaksanakan keputusan.

Kelebihan dan kekurangan metode problem soving


1. Kelebihan metode problem solving
a. Metode ini dapat membuat pendidikan disekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.
b. Dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
c. Merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh,
karena dalam proses belajar siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan
dari berbagai segi dan mencari pemecahan masalah.
2. Kekurangan metode problem solving
a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kualitasnya sesuai sengan tingkat berfikir siswa,
tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan san pengalamanya yang tela memiliki siswa
sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru.
b. Memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran
lain.
c. Mengubah kebiasaan siawa belajar dengan mendengar dan menerima informasi dari duru
menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalahan, kadang-kadang memerlukan
berbagai sumber belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

Hasil-Hasil Problem Solving


Problem Solving yang sukses dapat melahirkan tiga macam hasil: kompromi,
kesepakatan tentang tata cara menentukan pemenang, atau solusi integrative (Dean G. Pruitt,
Jeffrey Z. Rubin: 2009, hlm315).
1. Kompromi, adalah kesepakatan yang dicapai ketika kedua belah pihak mengambil titik
tengah dari sebuah dimensi yang jelas. Contoh keputusan untuk mengatasi pertentangan tentang
upah dengan membagi dua selisih angka yang diusulkan kedua belah pihak.
2. Kesepakatan tentang tata cara menentukan pemenang. Yang termasuk dalam konteks
problem solving untuk menentukan pemenang, misalnya melempar koin, membandingkan
kebutuhan, menyerahkan pada putusan pihak ketiga, voting/suara paling banyak dianggap
sebagai pemenang.
3. Solusi integrative, adalah solusi yang merekonsoliasikan ( yang berarti mengintegrasikan)
kepentingan dua belah pihak. Solusi integrative melahirkan hasil bersama tertinggi diantara
ketiga macam kesepakatan. Contoh; kisah dua gadis bersaudara yang memperebutkan sebutir
jeruk. Kesepakatan kompromis tercapai dengan membelah buah itu menjadi sama besar, setelah
itu sang kaka memeras dagingnya menjadi jus (dan membuang kulitnya), sedangkan sang adik
menggunakan kulitnya sebagai bahan membuat kue (dan tidak memakan dagingnya). Keduanya
jelas lebih diuntungkan bila menggunakan solusi integrative, yaitu dengan memberikan seluruh
daging buahnya kepada sang kakak dan seluruh kulitnya kepada sang adik. Dengan kompromi
mereka tidak akan mendapatkan pembagian semacam itu. Dalam cerita tersebut, solusi yang
benar-benar integrative, yaitu solusi yang benar-benar memuaskan kedua belah pihak. Tapi perlu
menjad catatan, solusi integrative kebanyakan tidak sesukses itu.

Langkah-Langkah Problem Solving


1. Pastikan memang ada konflik kepentingan
2. Ananlisis terhadap kepentingan sendiri, tetapkanlah aspirasi yang cukup tinggi secara masuk
akal dan bersipalah untuk mempertahankannya.
3. Cari cara untuk merekonsoliasikan aspirasi kedua belah pihak.
4. Turunkan aspirasi dan cari beberapa aspirasi lagi.

Sikap-sikap dalam menanggapi suatu masalah

1. tipe pemimpin
Orang bertipe pemimpin suka berangan-angan. Ia senang mencetuskan ide dan gagasan
baru, namun jarang mengambil tindakan untuk mewujudkannya. Ia tidak pernah berusaa mencari
tau bagaumana mengubah gagasan brilian menjadi tindakan nyata. Tentu saja ia juga tidak
pernah berusaha menyelesaikann maslahnya. Ia puas dengan hanya sekedar memikirkan mimpi-
mimpi hebatnaya. Tipe pemimpin berani punya mimpi-mimpi hebat, tetapi tidak pernah
menjadikan mereka kenyataan.

2. tipe cepat beraksi


Tipe ini bukanlah orang yang kuatir menghadapi masalah, ia segera bertindak. Tentu saja,
ia berinisiatif dan kegigihan tipe ini merupakan hal positif dan melakukan sesuatu dengan tidak
terburu-buru. Ia pasti mampu menyelesaikan masalah lebih efektif dan efisien. Ia berpendapat
bahwa setiap masalah bisa diselesaikan dengan bekerja lebih keras.

3. tipe pengeluh
Tipe pengeluh adalah tipe orang yang cepat menyerah setiap kali menghadap masalah. Ia
berkata, saya tidak mampu melakukannya tidak jarang tipe orang ini sebenarnya memiliki
gagasan hebat untuk menyelesaikan masalah.tipe pengeluh sulit mengendalikan kehidupannya
sendiri. Menyalahkan semua orang termasuk dirinya sendiri
4. tipe pengkritik
Tipe pengkritik berada pada tipe pengeluh. Tipe ini lebih berani angkat bicara. Ia seakan-
akan dilahirkan sebagai jawara penkritik. Adapun rencana penyelesaian masalah yang dibuat, ia
siap mengkritik, menunjukkan kelemahan dan menjatuhkan ide orang lain, ia selalu
menyalahkan orang lain setiap kali ada sesuatu yang salah. Ia senang membicarakan kesalahan
orang lain tetapi ia sendiri tidak pernah berbuat sesuatu. Tipe ini selalu takut memikul tanggung
jawab dan menghadapi kenyataan bahwa ia sendiri juga bisa melakukan kesalahan
5. tipe pemeca masalah
Tipe pemecah masalah berada pada sikap berfikir dan melihat dunia dengan cara yag
berbeda. Ketika sebagian orang melihat sesuatu masalah, mereka justru melihat pelung menuju
kesuksesan, mereka berfokus pada tujuan dalam menyelesaikan setiap tantangan dan masalah.
Mereka menaggapi suatu permasalahan denga tenang, mereka menganalisis sesuatu, mencari
tahu akar penyebab masalah, berani mengambil keputusan dan menyusun rencana yang baik,
mengamankan setiap perencana, serta mampu mengesekusi dan memantau kemajuan setiap
rencana mereka

Jenis-jenis Masalah :
Masalah yang Rumit
Suatu masalah yang tidak berdiri sendiri atau memiliki kaitan erat dengan masalah yang
lainnya sehingga dapat kita sebut masalah dengan skala yang besar. Contohnya seperti krisis
keuangan perusahaan yang berakibat akan timbulnya permasalahan yang lainnya, seperti
masalah pengurangan karyawan, penjualan asset perusahaan untuk menutupi krisis tersebut.
Masalah Yang Terstruktur
Suatu masalah yang bersifat rutin dan terjadi berulangkali dan sudah jelas faktor
penyebabnya. Contohnya seperti : masalah penggajian, mutasi, kepangkatan.
Masalah Yang Tidak Terstruktur
Suatu masalah yang bersifat tidak rutin, tidak jelas faktor penyebabnya, pemecahan
masalahnya pun lebih rumit dan lebih lama.[3]
Pemecahan Masalah
Mengidentifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang sangat jelas dan spesifik adalah langkah awal yang penting.
Keberhasilan identifikasi akan mendukung akurasi dan validasi data dalam proses pemecahan
masalah. Dalam mengidentifikasi masalah ada beberapa teknik yang digunakan, yaitu : dengan
teknik pengamatan langsung, teknik consensus seperti matrik prioritas dan Teknik Analisis data.
Mendefinisikan Masalah
Setelah masalah telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah mendefinisikan masalah
yang kemudian akan menjadi informasi lebih rinci. Selanjutnya dapat ditetapkan signifikansi
masalah dan prioritas masalah sehingga akan lebih efisien dalam pemecahan masalah. Ini juga
merupakan langkah awal menuju mendapatkan pendanaan dan rencana untuk mengalokasikan
sumber daya untuk proses pemecahan masalah.
Mengorganisir Informasi
Informasi yang tersedia akan lebih berkualitas, lebih maksimal dan akurat apabila
diorganisir atau diatur dengan baik sehingga lebih siap dengan solusi yang akurat kedepannya.
Membentuk suatu Strategi
Selanjutnya adalah mengembangkan strategi untuk memecahkan masalah. Banyak
strategi yang dapat digunakan tergantung pada jenis dan beratnya masalah yang dihadapi.
Mengalokasikan Sumber
Sebelum mulai untuk memecahkan masalah, Prioritas masalah yang telah ditetapkan pada
langkah sebelumnya sangat diperlukan dalam mengalokasikan sumber daya yang dimiliki, baik
itu SDM, anggaran atau sumber daya yang lain. Untuk masalah yang penting, mungkin
selayaknya mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk proses pemecahan masalah, karena
supaya lebih cepat tuntas atau tidak berlarut-larut masalah tersebut dan tidak menimbulkan
masalah lainnya yang berkaitan.
Membuat Keputusan
Setelah melaui beberapa tahapan dan menghasilkan berbagai macam opsi, langkah
selanjutnya adalah mengambil keputusan melalui sikap realistis dan berfikir yang logis atas
kelebihan dan kekurangan potensi masing-masing opsi untuk memilih beberapa opsi yang
diinginkan.
Pemantauan Kemajuan (Monitoring)
Setelah Solusi telah diputuskan atau ditetapkan dan dalam proses pelaksanaan untuk
pemecahan masalah, langkah berikutnya adalah melakukan pemantauan secara berulang dari
waktu ke waktu untuk mengukur apakah menunjukkan pergerakkan ke arah tujuan atau tidak
sama sekali.

Mengevaluasi
Dari hasil pemantauan yang telah dilakukan dapat diperoleh beberapa informasi yang
penting untuk dilakukan suatu evaluasi atau penilaian. Apakah solusi tersebut tetap dilanjutkan,
menyarankan perbaikan, dilakukan revisi atau dihentikan sama sekali jika tidak ada kemajuan
sedikitpun.

Langkah-langkah pemecahan masalah


Ada tiga langkah yang dapat diterapkan :
Mengidentivikasi masalah secara tepat
Secara konseptual masalah didefinisi sebagai kesenjangan antara aktual dan target kerja
yang diharapkan, sehingga secara simbolik dapat dituliskan persamaan berdasarkan konsep
seorang problem solver yang provesional harus terlbih dahulu mampu mengetahui pada tingkat
mana kinerja aktual serta kita harus mampu mendefinisikan secara tegas apa masalah utama kita
kemudian menetapkan pada tingkat mana kinerja aktual kita sekarang dan kapan waktu
pencapaian target kinerja itu.
Menentukan sumber dan akar penyebab masalah
Suatu solusi masalah yang efektif, apabila kita berhasil menemukan sumber-sumber dan
akar-akar dari masalah itu, kemudian mengambil tindakan untuk menghilangkan masalah-
masalah tersebut.
Solusi masalah secara efektif dan efisien
Carilah penyelesaian masalah secara efektif dan efisien agar mampu menyelesaikan
masalah secara baik.
Tehnik yang paling efektif dalam mengidentifikasi suatu akar peneyebab timbulnya
permasalah sebagaimana yang diterapakan dalam konteks manajemen Toyota yang dikenal
dengan TPS adalah dengan menggunakan metoda PDCA (Plan-Do-Check-Action)
a) PLAN (Merencanakan)
Merencanakan langkah-langkah spesifik dari melakukan identifikasi masalah yang ada
hingga menjadi tindakan untuk memperbaiki keadaan menjadi lebih baik.
b) DO (Melakukan tindakan)
Menetapkan tindakan-tindakan perbaikan yang di rencanakan. Kemudian menerapkan
sesuai kesepakatan yang telah ditetapkan/dilakukan.
c) CHECK (memeriksa hasil)
Melakukan pemeriksaan untuk memastikan rencana tersebut berjalan dengan baik
sehingga masalah penyimpanagan yang sama tidak terulang kembali lalu fokus ke perbaikan
yang berkelanjutan.
d) ACT (Tindakan)
Tindakan untuk mengimplementasikan, mendokumentasikan dan mempertahankan
rencana kerja untuk menghindari rintangan yang timbul.[5]
Adapun beberapa panduan dasar dalam mengelola pemecahan masalah, yaitu:
1. Mendefinisikan masalah. Yaitu dengan mengetahui akar permasalahan yang ada, sifatnya baik
internal atau eksternal, dll.
2. Menemukan potensi utama tercetusnya sebuah masalah. Bisa jadi karena adanya salah paham
atau kekurangtahuan tentang suatu perkara yang dapat menimbulkan masalah.
3. Mengembangkan solusi alternatif yang kreatif untuk menyelesaikan masalah. Disini kita
dituntut aktif dalam berpikir, menalarkan berbagai peluang dan kemungkinan yang dapat
digunakan dalam menyelesaikan masalah.
4. Memilih solusi paling tepat untuk menyelesaikan masalah. Diantara sekian banyak cara
penyelesaian masalah yang telah dipikirkan sebelumnya, maka dipilihlah satu cara yang menurut
kita dapat dijadikan solusi jitu dalam pemecahannya. Dapat juga dugunakan pertimbangan lain
untuk mendukung pilihan kita.
5. Rencanakan pelaksanaan solusi tersebut. Segala sesuatu itu butuh rencana, maka berikanlah
rencana/planning yang terbaik dari curahan pikiran kita.
6. Memonitor pelaksanaan rencana. Disini perlu sekali melakukan follow up guna mengawasi
sejauh mana perkembangan dari pelaksanaan rencana tersebut, apakah perencanaan solusi
berjalan dengan baik atau tidak.
Jadi, di dalam manajemen masalah diperlukan sikap kita bagaimana cara menanggapinya.
Sebab, terkadang masalah yang ringan pun dapat terasa berat jika kita tidak bisa mengatur
tingkat stressingnya. Jangan sampai masalah menjadi beban hidup, tapi jadikanlah masalah
sebagai wadah penempaan diri menuju pendewasaan, terutama bagi para aktivis da’wah.
Sungguh, jalan ini akan penuh onak dan duri serta berbagai macam problematika yang tidak
sepele. Untuk itu, selesaikan masalah dan cari penyelesaian yang tepat.
Faktor-faktor penyebab terjadinya permasalahan
Menpower (tenaga kerja)
yaitu berkaitan dengan kekurangan pengetahuan atau tidak terlatih, tidak berpengalaman,
kekurangan dalam keterampilan dasar yang berkaitan dengan mentaldan fisik, kelelahan, dan
stres, ketidakpedulian dan lain-lain
Machines(mesin dan peralatan)
Berkaitan dengantidak adnaya sistem perawatan preventif terhadap mesin-mesin
produksi, termasuk fasilitas dan peralatan lain, ketidak sesuain mesin dengan spesifikasi tugas,
mesin tidak dikalibrasi , terlalu complicated, terlalu panas dan lain-lain
Methods (Metode kerja)
Yaitu berkaitan dengan prosedur danmetode kerja yang tidak benar, tidak jelas, tidak
diketahui, tidak terstandardisasi, tidak cocok dan lain-lain
Materials (bahan bakudan bahan penolong)
Berkaitan dengan ketiadaan spesifikasi kualitas bahan baku dan bahan penolong yang
digunakan, ketidaksesuaian dengan spesifikasi kualitas bahan baku dan bahan penolong yang
ditetapkan, ketiadaan penanganan yang evektif terhadap bahan baku dan bahan penolong dan
lain-lain
Media
Berkaitan dengan tempat dan waktu kerja yang tidak memperhatikan aspek-aspek
kebersihan, kesehatan dan keselamatan kerja, dan lingkungan kerja yang kondusif, kekurangan
dalam lampupenerangn, fentilasi yang buruk, kebisingan yang berlebihan dan lain-lain
Motivation(motivasi)
Berkaitan dengan ketiadaansikap kerja yang benar dan profesional (tidak kreatif, bersikap
rekreatif, tidak mampu bekerjasama dalam tim) , yang dalam hal inidisebabkan oleh sistem balas
jasa dan penghargaan yang tidak adil pada tenaga kerja.
Money(keuangan)
Yang berkaitan dengan ketiadaan dukungan finansial yang mantab guna memperlancar
proyek peningkatan kualitas yang akan ditetapkan

Manfaat dari problem solving


1. Memberikan panduan yang kreatif bagi Anda untuk berfikir secara kreatif, solutif secara
profesional, tepat sasaran, praktis serta menghasilkan kesimpulan yang benar dan realistis dan
membuat keputusan yang tepat waktu.

2. Membimbing Anda untuk memiliki kecerdasan prioritas dalam mengambil setiap keputusan,
sehingga hasilnya signifikan & dapat diterima pihak pihak terkait.
3. pemahaman tentang memahami setiap masalah serta merubah paradigma pemecahan masalah.
4. mengulas tahapan yang harus di lakukan dalam menangani masalah termasuk menghindari
kesalahan yang dapat terjadi selama proses penyelesaian masalah serta tahapan membuat
keputusan solusi terbaik
5. memberikan panduan dalam mengimplementasikan alternatif solusi terbaik, menetapkan
langkah efektif agar penyelesaian masalah dapat memberikan hasil terbaik dan mampu
menghindari potensi masalah di kemudian hari
6. panduan dalam upaya menjadikan kegiatan penyelesaian masalah menjadi sebuah
kegiatan/siklus permanen di area kerja.

Definisi Decision Making (Pengambilan Keputusan)


Menurut Colquitt (2011), "decision making refers to the process of generating and
choosing from a set of alternatives to solve a problem." (pengambilan keputusan merujuk ke
proses membangkitkan dan memilih dari seperangkat alternatif untuk memecahkan persoalan)
Ditambahkan oleh Colquitt, semakin banyak pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
karyawan, semakin besar pula kemungkinannya mereka akan membuat keputusan yang akurat
dan mantap.
Menurut Rose, sebagaimana dikutip dalam Teale (2003), decision making atau
pengambilan keputusan adalah: "Acts of choice between alternative courses of action designed to
produce a specified result, and one made on a review of relevant information guided by explicit
criteria" (tindakan-tindakan memilih di antara alur-alur tindakan alternatif, yang dirancang untuk
memunculkan hasil tertentu, dan yang dibuat berdasarkan peninjauan terhadap informasi yang
relevan, yang dibimbing oleh kriteria yang eksplisit). [ Teale, Mark, et.al. 2003. Management
Decision Making: Towards an Integrative Approach. Harlow: Pearson Education Limited. Hlm.
6-7.]
Menurut Shull, sebagaimana dikutip dalam Teale (2003), decision making atau
pengambilan keputusan adalah: "A conscious and human process, involving both individual and
social phenomena, based upon factual and value premises, which includes a choice of one
behavioral activity from one or more alternatives with the intentional of moving towards some
desired state of affairs" (sebuah proses sadar dan manusiawi, yang melibatkan fenomena individu
dan sosial, berdasarkan pada premis faktual dan nilai, yang mencakup suatu pilihan aktivitas
perilaku dari satu atau lebih alternatif, dengan niat bergerak ke arah sejumlah keadaan yang
didambakan."
Menurut Harrison, sebagaimana dikutip dalam Teale (2003), decision making atau
pengambilan keputusan adalah: "A moment, in an ongoing process of evaluating alternatives for
meeting an objective, at which expectations about a particular course of action impel the
decision-maker to select that course of action most likely to result in attaining the objective"
(sebuah momen, dalam suatu proses berkesinambungan pengevaluasian alternatif-alternatif bagi
pencapaian tujuan, di mana harapan-harapan tentang alur tindakan tertentu mendorong si
pengambil keputusan untuk menyeleksi alur tindakan yang paling memungkinkan menghasilkan
tercapainya tujuan).
Menurut Mintzberg, sebagaimana dikutip dalam Teale (2003), decision making atau
pengambilan keputusan adalah: "A commitment to action" (sebuah komitmen bagi tindakan).

Proses Pengambilan Keputusan


Setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan kebijakan yang telah
digariskan. Oleh karena itu, analisis proses pengambilan keputusan pada hakikatnya sama saja
dengan analisis proses kebijakan. Proses pengambilan keputusan meliputi :
Identifikasi masalah
Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu mengindentifikasikan masalah yang ada di
dalam suatu organisasi.
Pengumpulan dan penganalisis data
Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat membantu
memecahkan masalah yang ada.
Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan
Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan cara-cara
pemecahannya. Cara pemecahan ini hendaknya selalu diusahakan adanya alternatif-alternatif
beserta konsekuensinya, baik positif maupun negatif. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus
dapat mengadakan perkiraan sebaik-baiknya. Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya
informasi yang secukupnya dan metode perkiraan yang baik. Perkiraan itu terdiri dari berbagai
macam pengertian:
Perkiraan dalam arti Proyeksi
Perkiraan yang mengarah pada kecenderungan dari data yang telah terkumpul dan
tersusun secara kronologis.
Perkiraan dalam arti prediksi
Perkiraan yang dilakukan dengan menggunakan analisis sebab akibat.
Perkiraan dalam arti konjeksi
Perkiraan yang didasarkan pada kekuatan intuisi (perasaan). Intuisi disini sifatnya
subjektif, artinya tergantung dari kemampuan seseorang untuk mengolah perasaan.

Pemilihan salah satu alternatif terbaik


Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah tertentu
dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu
alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini menentukan alternative yang dipakai akan
berhasil atau sebaliknya.
Pelaksanaan keputusan
Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu menerima dampak
yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang negatif, pemimpin harus juga
mempunyai alternatif yang lain.
Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan
Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari
keputusan yang telah dibuat.

Dasar Pengambilan Keputusan


Menurut George R.Terry dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar pendekatan dari
pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu :
Intuisi
Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat
subjektif sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini
mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan.
Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan
praktis, karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat
diperhitungkan untung ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki
banyak pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan akan tetapi, peristiwa
yang lampau tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini.
Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid
dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih
tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan
lapang dada.
Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan
terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih
rendah kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini juga memiliki
kelebihan dan kekurangan.
Logika/Rasional
Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional terhadap
semua unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan
yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan,
konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat
dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada pengambilan
keputusan secara logika terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
– Kejelasan masalah
– Orientasi tujuan : kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai
– Pengetahuan alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya
– Preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria
– Hasil maksimal : pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal.
Jenis-jenis Keputusan Organisasi
Jenis keputusan dalam sebuah organisasi dapat digolongkan berdasarkan banyaknya
waktu yang diperlukan untuk mengambil keputusan tersebut, bagian mana organisasi harus dapat
melibatkan dalam mengambil keputusan dan pada bagian organisasi mana keputusan tersebut
difokuskan.
Secara garis besar jenis keputusan terbagi menjadi dua bagian yaitu :
Keputusan Rutin
Keputusan Rutin adalah Keputusan yang sifatnya rutin dan berulang-ulang serta biasanya
telah dikembangkan untuk mengendalikannya.
Keputusan tidak Rutin
Keputusan tidak Rutin adalah Keputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan tidak
bersifat rutin.

Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan


Menurut George R.Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil
keputusan sebagai berikut:
 Hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu
diperhitungkan dalam pengambilan keputusan
 Setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi
 Setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan
kepentingan orang lain
 Jangan sekali ada 1 pilihan yang memuaskan
 Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian
harus diubah menjadi tindakan fisik
 Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama
 Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik
 Setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang
diambil itu betul
 Setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan
berikutnya.

Kemudian terdapat 6 faktor lain yang juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan, yaitu:
Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau
kenikmatan. Ada kecendrungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang,
sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada situasi secara subjektif.
Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatan informasi, memahami situasi dan
berbagai konsekuensinya.
Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan
menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuannya dalam bertindak.
Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang ke orang
lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan
hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

Metode Pengambilan Keputusan


Keputusan terprogram (programmed decisions) adalah keputusan yang dengan satu dan
lain cara bersifat otomatis, karena bekal pengetahuan orang bersangkutan memungkinkan
mereka mengenali dan mengidentifikasi sebuah situasi dan alur tindakan yang perlu diambil.
Adanya pengalaman sebelumnya dan pengetahuan membuat mereka dapat melihat problem
dengan lebih mudah, dan mengenali serta menerapkan solusi secara lebih cepat.[ Colquitt, Jason
A., Jefferey A. LePine, & Michael J. Wesson. 2011. Organizational Behavior: Improving
Performance and Commitment in the Workplace. Second Edition. New York: McGraw-
Hill/Irwin. Hlm. 267.]
Keputusan tak terprogram (unprogrammed decisions) adalah keputusan manakala situasi
yang muncul bersifat baru, kompleks, dan tidak dikenal. Organisasi memang bersifat kompleks,
ada berbagai perubahan lingkungan, dan banyak pekerja menghadapi ketidakpastian setiap hari.
Dalam contoh semacam ini, para karyawan harus mengerti lingkungan kerjanya, memahami
problem yang dihadapi, dan muncul dengan solusi-solusi untuk mengatasinya.[ ibid. Hlm. 270.]
Sebagai aturan umum, ketika seorang karyawan semakin meningkat jabatan atau
posisinya di organisasi, akan semakin besar pula persentase keputusan-keputusan mereka yang
tidak terprogram.
Dalam konteks semacam itu (situasi bersifat baru, kompleks, dan tidak dikenal), proses
pengambilan keputusan bisa dilakukan dengan beberapa cara:
Model pengambilan keputusan yang rasional (rational decision-making model)
menawarkan pendekatan tahap-demi-tahap untuk membuat keputusan, yang memaksimalkan
hasil dengan menguji semua alternatif yang tersedia. Model ini relevan jika orang melihat
problem yang mereka hadapi tidak sama seperti yang pernah mereka tangani sebelumnya.

Tahapan Model Pengambilan Keputusan yang Rasional:

Tahap 1. Mengidentifikasi kriteria yang penting dalam membuat keputusan, dengan


memperhitungkan semua pihak yang terlibat.
Tahap 2. Membuat daftar semua alternatif yang tersedia, yang mungkin bisa menjadi solusi
potensial bagi problem yang dihadapi.
Tahap 3. Mengevaluasi semua alternatif, berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan di tahap 1.
Tahap 4. Menyeleksi alternatif yang memberikan hasil terbaik.
Tahap 5. Mengimplementasikan alternatif yang sudah dipilih tersebut.
Model ini mengasumsikan, manusia sepenuhnya rasional. Namun, persoalan mulai
muncul ketika kita mulai mengkaji beberapa asumsi yang dibuat model ini, tentang sang
pengambil keputusan yang manusiawi.
Diasumsikan, ada problem yang jelas dan pasti untuk dipecahkan, dan orang memiliki
kemampuan untuk mengidentifikasi apa persisnya problem itu. Diasumsikan juga, si pengambil
keputusan memiliki informasi yang sempurna -- bahwa mereka tahu dan mampu
mengidentifikasi alternatif-alternatif yang ada, serta hasil-hasil yang diasosiasikan dengan
alternatif-alternatif tersebut.
Lebih jauh, model ini mengasumsikan, waktu dan uang tidak menjadi masalah ketika
membuat keputusan, sehingga si pengambil keputusan selalu bisa memilih solusi yang
memaksimalkan nilai, dan bahwa mereka akan berbuat untuk kepentingan terbaik organisasi.
Kenyataannya, dunia tidaklah sesempurna yang diasumsikan.
Walaupun sebagian besar karyawan memandang dirinya sendiri sebagai pengambil
keputusan yang rasional, kenyataannya mereka semua terjebak dalam rasionalitas terbatas
(bounded rationality).
Rasionalitas terbatas (bounded rationality) adalah keadaan di mana pengambil keputusan
tidak memiliki kemampuan atau sumber daya untuk memproses semua informasi dan alternatif
yang tersedia, untuk membuat sebuah keputusan yang optimal.

Keterbatasan ini memunculkan dua persoalan utama bagi pembuatan keputusan:


Pertama, orang harus menyaring dan menyederhanakan informasi, untuk memudahkan
memahami lingkungan problem yang rumit dan sebegitu banyaknya pilihan potensial yang
mereka hadapi. Penyederhanaan ini mendorong mereka untuk tidak melihat semua informasi,
ketika memandang problem, memunculkan dan mengevaluasi alternatif-alternatif, atau menilai
hasil-hasilnya.
Kedua, karena orang tidak mungkin mempertimbangkan setiap alternatif satu-per-satu
ketika membuat keputusan, mereka cepat berpuas diri. Pemuasan terhadap hasil terjadi ketika
pengambil keputusan memilih alternatif pertama yang bisa diterima, dari sekian alternatif yang
dipertimbangkan. Selain itu, pengambil keputusan cenderung memilih alternatif yang bersifat
langsung dan tidak terlalu berbeda dengan apa yang sudah mereka lakukan.

Dampak Pengambilan Keputusan terhadap Kinerja Pekerjaan


Pengambilan keputusan, sebagai turunan dari fungsi pembelajaran (learning), memiliki
dampak terhadap kinerja pekerjaan. Uraiannya sebagai berikut:
Colquitt (2011) menyatakan, berdasarkan penelitian, pembelajaran memiliki pengaruh
positif yang moderat terhadap kinerja pekerjaan. Berkat adanya pembelajaran, karyawan
memperoleh lebih banyak pengetahuan dan keterampilan, dan dari sini mereka cenderung
memiliki tingkatan kinerja tugas yang lebih tinggi.
Menurut Colquitt, pembelajaran sangat penting karena memberi dampak signifikan
terhadap pengambilan keputusan. Hal itu terjadi karena peningkatan keahlian, yang diperoleh
dari tambahan pengetahuan dan keterampilan, membuat karyawan dapat mengambil keputusan
secara lebih cepat, serta mampu menghadirkan alternatif-alternatif tindakan yang lebih baik. Dan
pada gilirannya, hal ini juga akan berdampak pada kinerja tugas yang lebih baik.
Colquitt beranggapan, kesimpulan dampak "moderat" dari pembelajaran terhadap kinerja
pekerjaan --seperti yang terungkap dalam sejumlah penelitian-- mungkin merupakan penilaian
yang terlalu dikecilkan. Dampak dari pembelajaran terhadap kinerja pekerjaan sebenarnya
mungkin jauh lebih besar.[ Colquitt. Op cit. Hlm. 278-280.]
Hal ini karena pada sebagian besar penelitian, dampak pembelajaran hanya difokuskan
pada pengetahuan eksplisit, yang lebih mudah dan praktis untuk diukur. Padahal, dari
pembelajaran itu juga diperoleh jenis pengetahuan lain yang tersirat (tacit knowledge), yang sulit
dijabarkan, tetapi jelas relevan dan penting dalam mempengaruhi kinerja pekerjaan.

Komponen Decision Making


Saat kita sedang dalam proses mengambil keputusan, maka pengambilan keputusan itu
akan menyangkut beberapa komponen atau unsur. Komponen atau untur itu antara lain:
Tujuan
Setiap pengambilan keputusan selalu memiliki tujuan atau target atau hasil yang diharap
dari keputusan yang diambil.
Proses
Setiap pengambilan keputusan merupakan proses mulai dari identifikasi masalah sampai
pemantauan dan evaluasi keputusan.
Metode
Setiap keputusan senantiasa melibatkan penggunaan metode atau cara baik itu metode
pengumpulan data dan informasi, metode identifikasi penelusuran masalah dan penyebab,
metode analisis alternatif keputusan, metode pengukuran hasil dan metode monitoring-evaluasi
pelaksanaan keputusan.
Faktor lingkungan yang tak dapat dikendalikan
Setiap keputusan tidak pernah berada pada kondisi vakum, namun ada dalam konteks
lingkungan. Dalam banyak hal, lingkungan eksternal tidak dapat dikelola atau dikendalikan
secara langsung. Oleh karena keputusan bersifat futuristik. Sementara kondisi yang akan datang
tidak dapat diketahui dengan pasti terlebih dalam konteks lingkungan eksternal yang bersifat tak
dapat dikendalikan, maka keberhasilan keputusan yang dibuat akan sangat bergantung pada
kemampuan memprediksi kondisi di masa datang.
DAFTAR PUSTAKA

Kasim, Azhar. Teori Pembuatan Keputusan. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI. 1995
Syamsi, Ibnu. Pengambilan Keputusan (Decision Making). Jakarta : Bina Aksara. 1989
Griffin. 2003. Pengantar Manajemen. Penerbit Erlangga – Jakarta
Priyono,”Pengantar Manajemen”,Zifatama Publisher,2014.

Anda mungkin juga menyukai