Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DAN MODEL – MODEL TRIASE, PENILAIAN SISTEMATIS

PRE, INTA, DAN POST BENCANA

MATA KULIAH : KEPERAWATAN BENCANA

DOSEN PENGAMPUH : Ns. IMRAN,Ph.D

Disusun Oleh :
Eristia Novarianda
Dewi Ultari
Frengki

PROGRAM STUDI S1 NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Triase adalah penilaian, pemilihan dan pengelompokan penderita yang
mendapat penanganan medis dan evakusasi pada kondisi kejadian masal atau
kejadian bencana. Penanganan medis yang diberikan berdasarkan prioritas
sesuai dengan keadaan penderita. Tujuan Triage adalah untuk memudahkan
penolong untuk memberikan petolongan dalam kondisi korban masalah atau
bencan dan diharapkan banyak penderita yang memiliki kesempatan untuk
bertahan hidup.

Saat ini kemampuan berpikir kritis sangat penting dalam kehidupan


sehari-hari, karena untuk mengembangkan kemampuan berpikir lainnya,
seperti kemampuan untuk membuat keputusan dan menyelesaian masalah.
Banyak sekali fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang perlu dikritisi.

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat


esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek
kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam
pendidikan sejak lama. Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah
menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Triase ?
2. Bagaimana konsep dan model-model triase bencana ?
3. Bagaimana sistematis pra, intra, dan post bencana?
3. Tujuan
Tujuan pada makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Triase.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep dan model-model triase bencana.
3. Untuk mengetahui bagaimana sistematis pra, inta, dan post bencana.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Triage
a. Pengertian
Triage adalah suatu proses yang mana pasien digolongkan menurut
tipe dan tingkat kegawatan kondisinya. Triage terdiri dari upaya klasifikasi
kasus cedera secara cepat berdasarkan keparahan cedera mereka dan
peluang kelangsungan hidup mereka melalui intervensi medis yang segera.
Sistem triage tersebut harus disesuaikan dengan keahlian setempat.
Prioritas yang lebih tinggi diberikan pada korban yang prognosis jangka
pendek atau jangka panjangnya dapat dipengaruhi secara dramatis oleh
perawatan sederhana yang intensif.
Sistem triase biasanya sering ditemukan pada perawatan gawat
darurat di suatu bencana. Misalnya ada beberapa orang pasien yang harus
ditangani oleh perawat tersebut.dimana setiap pasien dalam kondisi yang
berbeda. Jadi perawat harus mampu menggolongkan pasien tersebut
dengan sistem triase. Pasien pertama kondisinya sudah tidak mungkin
untuk diselamatkan lagi ( sudah meninggal), terdapat luka parah atau
kebocoran di kepala, sehingga pasien tersebut digolongkan pada triase
lampu hitam. pasien kedua kondisinya mengalami patah tulang, luka-luka
dan memar pada tubuhnya, sehingga pasien berteriak, mungkin karena
kejadian yang membuat pasien syok, maka pasien diklasifikasikan pada
triase lampu hijau, tidak perlu penanganan cepat. Selanjutnya ditemui
pasien dengan kondisi lemah, kritis, nadi lemah, serta pernafasan yang
sesak. Maka pasien ini lah yang sangat membutuhkan pertolongan pada
saat itu, yang tergolong pada triase lampu merah. Karena jika tidak
diselamatkan, nyawa pasien bisa tidak tertolong lagi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem triase ini digunakan untuk
menentukan prioritas penanganan kegawat daruratan. Sehingga perawat
benar-benar memberikan pertolongan pada pasien yang sangat
membutuhkan, dimana keadaan pasien sangat mengancam nyawanya,
namun dengan penanganan secara cepat dan tepat, dapat menyelamatkan
hidup pasien tersebut. Tidak membuang wakunya untuk pasien yang
memang tidak bisa diselamatkan lagi, dan mengabaikan pasien yang
membutuhkan.
b. Prinsip Triage
Triage seharusnya segera dan tepat waktu, penanganan yang segera
dan tepat waktu akan segera mengatasi masalah pasien dan mengurangi
terjadi kecacatan akibat kerusakan organ. Pengkajian seharusnya adekuat
dan akurat, data yang didapatkan dengan adekuat dan akurat menghasilkan
diagnosa masalah yang tepat. Keputusan didasarkan dari pengkajian,
penegakan diagnose dan keputusan tindakan yang diberikan sesuai kondisi
pasien.
Intervensi dilakukan sesuai kondisi korban, penanganan atau
tindakan yang diberikan sesuai dengan masalah/keluhan pasien. Kepuasan
korban harus dicapai, kepuasan korban menunjukkan teratasinya masalah.
Dokumentasi dengan benar, dokumentasi yang benar merupakan sarana
komunikasi antar tim gawat darurat dan merupakan aspek legal. Anda
telah memahami tentang prinsip triage, sekarang Anda akan belajar
tentang klasifikasi triage. Klasifikasi ini penting untuk menseleksi korban
yang datang sehingga keselamatan korban segera ditolong. Klasifikasi ini
dibagi menjadi 3 yaitu :
c. Tujuan Triage
Tujuan triage adalah :
1. Bahwa dengan sumber daya yang minimal dapat menyelamatkan
korban sebanyak mungkin.
2. Untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang
memerlukan pertolongan kedaruratan
3. Agar pasien mendapatkan prioritas pelayanan sesuai dengan
tingkat kegawatannya, dapat menangani korban/pasien dengan
cepat, cermat dan tepat sesuai dengan sumber daya yang ada.

Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :


1. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat
kepada pasien
2. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan
pengobatan lanjutan
3. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat
.
d. Sistem Triage dipengaruhi
1. Jumlah tenaga profesional dan pola ketenagaan
2. Jumlah kunjungan pasien dan pola kunjungan pasien
3. Denah bangunan fisik unit gawat darurat
4. Terdapatnya klinik rawat jalan dan pelayanan medis

e.

4. Model Triase dalam Bencana


a. Single Triage
Digunakan untuk keadaan dimana pasien datang satu persatu,
seperti misalnya instalasi atau Unit gawat Darurat sehari-hari. Atau
pada MCI (mass casualty incident/ bencana dimana fase akut telah
terlewati (setelah 5-10 hari).
b. Simple Triage
Pada keadaan bencana massal (MCI) awal-awal, dimana sarana
transportasi belum ada, atau ada tapi terbatas, dan terutama
sekali,belum ada tim medis atau paramedis yang kompoten. Pemilahan
atau pemilihan pasien terutama ditujukan untuk prioritas transportasi
pasien yang kemudian tingkat keparahan penyakitnya. Biasanya,
digunakan triage tag/ kartu triase.
c. S.T.A.R.T. (Simple Triage And Rapid Treatment)
Prinsip dari START adalah START bertujuan untuk mengatasi
ancaman hidup yang utama, yaitu sumbatan jalan nafas dan eprdarahan
arteri yang hebat. Pengkajian diarahkan pada pemeriksaan: status
respirasi, sirkulasi (pengisian kapiler_, dan status mental.
Kategori/ warna kode
1. Warna hijau, yang merupakan “walking waunded”, korban cedera
yang masih bisa berjalan dengan para korban dari kategori yang
lain
2. Warna merah (immediate) korban yang bernapas spontan hanya
setelah reposisi jalan napas dilakukan. Korban yang memiliki
pola napas lebh dari 30 kali per menit, atau dengan pengisian
kapiler yang lambat (lebih dari 2 detik). Korban memiliki pla
napas kurang dari 30 kali per menit, dengan pengisian kapiler
yang normal (kurang dari atau sama dengan 2 detik), tetapi tidak
dapat mengikuti perintah sederhana.
3. Warna kuning (delayed) para korban yang tidak cocok untuk
dikelompokkan ke dalam kategori immediate maupun kategori
ringan
4. Warna hitam (deceased/ unsalvageable) korban yang tidak
bernapas walaupun jalan napas sudah dibebaskan
d. Secondary Assesment to Victim Endpoint (SAVE)
Pada keadaan dimana terdapat korban dalam jumlah yang sangat
banyak, yang jauh melampaui kapasitas penolong, maka harus
dilakukan triase secara cepat dengan tujuan menyelamatkan banyak
korban sebanyak-banyaknya. Untuk itu, pada triase dengan metode
SAVE, korban dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Kelompok korban yang diperkirakan akan meninggal, apapun
tindakan yang akan diberikan
2. Kelompok korban yang diperkirakan akan mampu bertahan
hidup, apapun tindakan yang akan diberikan (termasuk tidak
dilakukan pertolongan)
3. Kelompok yang tidak termasuk dalam 2 kategori diatas, yang
berarti korban pada kelompok ini keselamatannya sangat
tergantung pada intervensi yang akan diberikan. Kelompok inilah
yang harus mendapat prioritas penanganan.

5. Triage Dalam Bencana


Saat penolong (tenaga medis) memasuki daerah bencana yang tentunya
banyak memiliki koran yang terpapar hal yang pertama kali harus dipikirkan
oleh penolong adalah Penilaian TRIASE. Triase dibagi menjadi penilaian triase
pada psikologis korban dan menilai triase medis.
Dalam Triase Medis sebaiknya menggunakan metode START (Simple
Triage and Rapid Treatment) yaitu memilih korban berdasarkan pengkajian
awal terhadap penderita degan menilai Respirasi, Perfusi, dan Status Mental.
Berikut langkah-langkah yang harus dilakukan penolong saat terjadi bencana :
a. Penolong pertama melakukan penilaian cepat tanpa menggunakan alat atau
melakuakan tindakan medis.
b. Panggil penderita yang dapat berjalan dan kumpulkan diarea pengumpulan
c. Nilai penderita yang tidak dapat berjalan, mulai dari posisi terdekat
dengan penolong.
d. Inti Penilaian Triage Medis (TRIASE dalam bencana memiliki 4 warna
Hitam (penderita sudah tidak dapat ditolong lagi/meninggal), Merah
(penderita mengalami kondisi kritis sehingga memerlukan penanganan
yang lebih kompleks), Kuning (kondisi penderita tidak kritis), Hijau
(penanganan pendirita yang memiliki kemungkinan hidup lebih besar.
Penderita tidak memiliki cedera serius sehingga dapat dibebaskan dari TKP
agar tidak menambah korban yang lebih banyak. Penderita yang memiliki
hidup lebih banyak harus diselamatkan terlebih dahulu).
a. Langkah 1: Respirasi
 Tidak bernapas, buka jalan napas, jika tetap tidak bernapas beri TAG
HITAM
 Pernfasan >30 kali /menit atau <10 kali /meni beri TAG MERAH
 Pernafasn 10-30 kali /menit: lanjutkan ke tahap berikut
b. Langkah 2: Cek perfusi (denyut nadi radial) atau capillary refill test (kuku
atau bibir kebiruan)
 Bila CRT > 2 detik: TAG MERAH
 Bila CRT < 2 detik: tahap berikutnya
 Bila tidak memungkinankan untu CRT (pencahayaan kurang), cek nadi
radial, bila tidak teraba/lemah; TAG MERAH
· Bila nadi radial teraba: tahap berikutnya
c. Langkah 3: Mental Status
 Berikan perintah sederhana kepada penderita, jika dapat mengikuti
perintah: TAG KUNING
 Bila tidak dapat mengikuti perintah: TAG MERAH

Tindakan yang haru CEPAT dilakuakn adalah :


 Buka jalan napas, bebaskan benda asing atau darah
 Berikan nafas buatan segara jika korban tidak bernafas
 Balut tekan dan tinggikan jika ada luka terbuka/perdarahan
Setelah memberikan tindakan tersebut, penolong memberikan tag/kartu sesuai
penilaian triase (hijau, kuning, merah, hitam), setelah itu menuju korban lainya
yang belum dilakukan triase. Triase wajib dilakukan dengan kondisi ketika
penderita/korban melampaui jumlah tenaga kesehatan

6. Siklus Bencana dan Penanggulangan Bencana


Siklus bencana dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu fase pra bencana,
fase bencana dan fase pasca bencana. Fase pra bencana adalah masa sebelum

terjadi bencana. Fase bencana adalah waktu/saat bencana terjadi. Fase pasca
bencana adalah tahapan setelah terjadi bencana. Semua fase ini saling
mempengaruhi dan berjalan terus sepanjang masa. Siklus bencana ini menjadi
acuan untuk melakukan penanggulangan bencana yang bisa dibagi menjadi
beberapa tahap seperti gambar dibawah ini

Penanganan bencana bukan hanya dimulai setelah terjadi bencana. Kegiatan


sebelum terjadi bencana (pra-bencana) berupa kegiatan pencegahan, mitigasi
(pengurangan dampak), dan kesiapsiagaan merupakan hal yang sangat
penting untuk mengurangi dampak bencana. Saat terjadinya bencana
diadakan tanggap darurat dan setelah terjadi bencana (pasca-bencana)
dilakukan usaha rehabilitasi dan rekonstruksi. Berikut rincian tentang
kegiatan penanggulangan bencana sesuai siklus bencana.

a. Pra Bencana
1. Pencegahan
Pencegahan ialah langkah-langkah yang dilakukan untuk
menghilangkan sama sekali atau mengurangi secara drastis akibat dari
ancaman melalui pengendalian dan pengubahsuaian fisik dan
lingkungan. Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk menekan
penyebab ancaman dengan cara mengurangi tekanan, mengatur dan
menyebarkan energi atau material ke wilayah yang lebih luas atau
melalui waktu yang lebih panjang .Cuny menyatakan bahwa
pencegahan bencana pada masa lalu cenderung didorong oleh
kepercayaan diri yang berlebihan pada ilmu dan teknologi pada tahun
enam puluhan; dan oleh karenanya cenderung menuntut ketersediaan
modal dan teknologi. Pendekatan ini semakin berkurang peminatnya
dan kalaupun masih dilakukan, maka kegiatan pencegahan ini diserap
pada kegiatan pembangunan pada arus utama.

2. Mitigasi

Mitigasi ialah tindakan-tindakan yang memfokuskan perhatian


pada pengurangan dampak dari ancaman, sehingga dengan demikian
mengurangi kemungkinan dampak negatif pencegahan ialah langkah-
langkah yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau
mengurangi secara drastis akibat dari ancaman melalui pengendalian
dan pengubahsuaian fisik dan lingkungan. Tindakan-tindakan ini
bertujuan untuk menekan penyebab ancaman dengan cara mengurangi
tekanan, mengatur dan menyebarkan energi atau material ke wilayah
yang lebih luas atau melalui waktu yang lebih panjang.

Kejadian bencana terhadap kehidupan dengan cara-cara


alternatif yang lebih dapat diterima secara ekologi. Kegiatan-kegiatan
mitigasi termasuk tindakantindakan non-rekayasa seperti upaya-upaya
peraturan dan pengaturan, pemberian sangsi dan penghargaan untuk
mendorong perilaku yang lebih tepat, dan upaya-upaya penyuluhan
dan penyediaan informasi untuk memungkinkan orang mengambil
keputusan yang berkesadaran. Upaya-upaya rekayasa termasuk
pananaman modal untuk bangunan struktur tahan ancaman bencana
dan/atau perbaikan struktur yang sudah ada supaya lebih tahan
ancaman bencana.

3. Kesiapsiagaan

Fase Kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan


yang baik dengan memikirkan berbagai tindakan untuk meminimalisir
kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya bencana dan menyusun
perencanaan agar dapat melakukan kegiatan pertolongan serta
perawatan yang efektif pada saat terjadi bencana. Tindakan terhadap
bencana menurut PBB ada 9 kerangka, yaitu 1. pengkajian terhadap
kerentanan, 2. membuat perencanaan (pencegahan bencana), 3.
pengorganisasian, 4. sistem informasi, 5. pengumpulan sumber daya,
6. sistem alarm, 7. mekanisme tindakan, 8. pendidikan dan pelatihan
penduduk, 9. gladi resik.

b. Saat Bencana

Saat bencana disebut juga sebagai tanggap darurat. Fase tanggap


darurat atau tindakan adalah fase dimana dilakukan berbagai aksi darurat
yang nyata untuk menjaga diri sendiri atau harta kekayaan. Aktivitas yang
dilakukan secara kongkret yaitu: 1. instruksi pengungsian, 2. pencarian dan
penyelamatan korban, 3. menjamin keamanan di lokasi bencana, 4.
pengkajian terhadap kerugian akibat bencana, 5. pembagian dan
penggunaan alat perlengkapan pada kondisi darurat, 6. pengiriman dan
penyerahan barang material, dan 7. menyediakan tempat pengungsian, dan
lain-lain.

Dari sudut pandang pelayanan medis, bencana lebih dipersempit


lagi dengan membaginya menjadi “Fase Akut” dan “Fase Sub Akut”.
Dalam Fase Akut, 48 jam pertama sejak bencana terjadi disebut “fase
penyelamatan dan pertolongan/pelayanan medis darurat”. Pada fase ini
dilakukan penyelamatan dan pertolongan serta tindakan medis darurat
terhadap orang-orang yang terluka akibat bencana. Kira-kira satu minggu
sejak terjadinya bencana disebut dengan “Fase Akut”. Dalam fase ini,
selain tindakan “penyelamatan dan pertolongan/pelayanan medis darurat”,
dilakukan juga perawatan terhadap orang-orang yang terluka pada saat
mengungsi atau dievakuasi, serta dilakukan tindakan-tindakan terhadap
munculnya permasalahan kesehatan selama dalam pengungsian.

c. Setelah Bencana
1. Fase Pemulihan

Fase Pemulihan sulit dibedakan secara akurat dari dan sampai


kapan, tetapi fase ini merupakan fase dimana individu atau masyarakat
dengan kemampuannya sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti
sedia kala (sebelum terjadi bencana). Orang-orang melakukan
perbaikan darurat tempat tinggalnya, pindah ke rumah sementara,
mulai masuk sekolah ataupun bekerja kembali sambil memulihkan
lingkungan tempat tinggalnya. Kemudian mulai dilakukan rehabilitasi
lifeline dan aktivitas untuk membuka kembali usahanya. Institusi
pemerintah juga mulai memberikan kembali pelayanan secara normal
serta mulai menyusun rencana-rencana untuk rekonstruksi sambil
terus memberikan bantuan kepada para korban. Fase ini
bagaimanapun juga hanya merupakan fase pemulihan dan tidak
sampai mengembalikan fungsi-fungsi normal seperti sebelum bencana
terjadi. Dengan kata lain, fase ini merupakan masa peralihan dari
kondisi darurat ke kondisi tenang.

2. Fase Rekonstruksi/Rehabilitasi

Jangka waktu Fase Rekonstruksi/Rehabilitasi juga tidak dapat


ditentukan, namun ini merupakan fase dimana individu atau
masyarakat berusaha mengembalikan fungsifungsinya seperti sebelum
bencana dan merencanakan rehabilitasi terhadap seluruh komunitas.
Tetapi, seseorang atau masyarakat tidak dapat kembali pada keadaan
yang sama seperti sebelum mengalami bencana, sehingga dengan
menggunakan pengalamannya tersebut diharapkan kehidupan individu
serta keadaan komunitas pun dapat dikembangkan secara progresif.
BAB III

KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera
atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat serta
transportasi. Tindakan ini merupakan proses yang berkesinambungan
sepanjang pengelolaan musibah massal. Proses triase inisial harus dilakukan
oleh petugas pertama yang tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai
ulang terus menerus karena status triase pasien dapat berubah. Saat ini tidak
ada standard nasional baku untuk triase. Metode triase yang dianjurkan bisa
secara METTAG (Triage tagging system) atau sistim triase Penuntun
Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation).
DAFTAR PUSTAKA

http://id.scribd.com/document/364008533/model-triage-dalam-bencana diakases
pada hari Rabu 21 April 2021 pada pukul 12.30 wib

https://www.academia.edu/38131597/TUGAS_MODEL_TRIAGE_DALAM_BE
NCANA diakses pada hari Rabu 21 April 2021 pada pukul 13.00 wib

Efrandi. 2008. Sejarah, Konsep dan Kategori Triase. http://puskesmas-


oke.blogspot.co.id/2008/12/sejarah-konsep-dan-kategorisasi-triage.html . diakases
pada hari Rabu 21 April 2021 pada pukul 12.50 wib

Gusti. 2014. Cara Cepat Menilai Triage Pada Korban Bencana.


https://gustinerz.com/cara-cepat-menilai-triage-pada-korban-bencana/ . Diakses
pada hari Rabu 21 April 2021 pada pukul 12.40 wib

Anda mungkin juga menyukai