Anda di halaman 1dari 14

TRANFORMASI KISAH “ASHABUL KAHFI” DALAM AHLUL KAHFI

KARYA TAUFIQ AL-HAKIM1

TRANSFORMATION STORY "ASHABUL KAHFI" IN AHLUL KAHFI


BY TAUFIQ AL-HAKIM

Umar Sidik
Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta
umarsidik2013@gmail.com

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan bagaimana resepsi pengarang dalam
menempatkan kisah “Ashabul Kahfi” dalam karyanya yang berjudul Ahlul Kahfi; dan (2)
menemukan hubungan interteks antara naskah drama dan teks Alquran serta tafsirnya sebagai
hipogram.Pendekatan yang digunakan dalam pengkajian ini ialah resepsi/transformasi.Teknik
analisis dilakukan dengan cara membandingkan, menjajarkan, dan mengontraskan teks drama
Ahlul Kahfi dan Alquran sebagai hipogram. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini bahwa
naskah drama Ahlul Kahfi merupakan penyerapan, penyalinan, enovasi, dan transformasi dari
Alquran.Terdapat jalinan yang erat antara kisah “Ashabul Kahfi” dan Ahlul Kahfi sebagaihasil
karya inovasi dan transformasi.Drama Ahlul Kahfi muncul karena adanya kisah “Ashabul Kahfi”.

Kata kunci: resepsi, transformasi, drama, Ashabul Kahfi, Ahlul Kahfi.

Abstract
This paper aims to (1) describe how the reception of the author in involving the story of Ahlul Kahfi in his
work entitled “Ashabul Kahfi”; and (2) find the intertextual relationship between the playwright and the
Quran text and its interpretation as hipogram. The approach used in this study was
reception/transformation. The analysis was conducted by comparing, aligning, and contrasting the drama
text, Ahlul Kahfi and the Quran as hipogram. The results shows that the playwright, Ahlul Kahfi is the
absorption, copying, enovation, and transformation from the Quran. There is a close relation between the
story of “Ashabul Kahfi” and Ahlul Kahfi as the work of innovation and transformation. Ahlul Kahfi arise
drama appearance was initiated by the story of “Ashabul Kahfi”.

Keywords: reception, transformation, drama, Ashabul Kahfi, Ahlul Kahfi.

1Tulisanini pernah disajikan dalam kegiatan Seminar Hasil Penelitian Kebahasaan dan Kesastraan yang
diselenggarakan oleh Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, tanggal 24—25 Agustus 2016.

110

Tranformasi Kisah “Ashabul Kahfi” Dalam Ahlul Kahfi Karya Taufiq Al-Hakim 122
1. Pendahuluan yang berjudul Ahlul Kahfi (Penghuni Gua).
Sebagian “teks” yang terdapat di dalam Al- Naskah drama itu pernah menggemparkan
quran berisi kisah atau cerita, misalnya, kisah Mesir ketika dipentaskan pertama kali pada
Nabi Musa dan Fir’aun, Nabi Musa dan Nabi tahun 1932. Selain merupakan karya trans-
Khidir, Nabi Luth, Nabi Ibarahim, kaum formasi dari kisah yang terdapat di dalam
‘Ad, dan kisah Ashabul Kahfi. Kisah-kisah Alquran, karya itu dianggap sebagai pelo-
itu dijadikan pelajaran atau ‘ibrah bagi umat por drama kontemporer di Mesir.
Naskah drama berjudul Ahlul Kahfi karya
manusia sepanjang zaman, khususnya bagi Taufiq Al-Hakim didasarkan pada kisah
orang Islam. Kisah “Ashabul Kahfi” terdapat “Ashabul Kahfi” yang terdapat di dalam Q.S.
di dalam Surat Alkahfi (surat ke-18 dalam Alkahfi: 9—26. Terdapat perbedaan antara
Alquran), khususnya pada ayat 9—26. karya Taufiq dan kisah yang terdapat di da-
Kisah itu yang kemudian ditransformasi oleh lam Alquran, tetapi antara keduanya tidak
Taufiq Al-Hakim2 dalam karya dramanya dapat dipisahkan sama sekali. Kisah yang
terdapat di dalam Alquran bersifat dogmatis,
sementara karya Taufiq bersifat fiksi
2Dr. Taufiq Al-Hakim lahir pada tahun 1903 di semata. Akan tetapi, naskah drama Taufik
Dahiyatur-Raml, Iskandaria, Mesir. Meskipun se- tidak dapat dibaca sebagai sebuah karya
bagai sarjana pada bidang hukum, dia menekuni
sastra.Karyanya berjudul Ahlul Kahfi (Penghuni yang mandiri, diperlukan konteks sosial
Gua) oleh pengamat sastra, Thaha Husein, dise- budaya yang me-lingkupinya.
jajarkan dengan karya sastrawan Barat. Sementara Kisah yang terdapat di dalam Alquran
harian Al-Balag menyejajarkan karya itu dengan sebagai hipogramnya berbentuk prosa, se-
karya sastrawan Belgia yang memperoleh Nobel dangkan karya Taufiq berwujud drama.
sastra pada tahun 1911, Maurice Masterlinck. Nama
Taufiq semakin melambung ke puncak popularitas
Akan tetapi, persoalan transformasi yang
ketika dua tahun kemudian, yakni pada tahun 1934, lain, se-perti penokohan, alur, dan ide cerita
ia mengeluarkan naskah drama yang berjudul menjadi kajian yang menarik dalam karya
"Syahrazad" (Kisah Seribu Satu Malam). Novel per- berjudul Ahlul Kahfi karya Taufiq Al-Hakim
dananya, "Audaturruuh" (Kembalinya Sang Arwah) itu.
pun meluncur di pasaran.Novel itu mendulang
sukses besar. Pada tahun 1950 Taufiq diangkat
Penulis belum mendapatkan penelitian
sebagai Direktur Pustaka Nasional Mesir. Lima yang terkait dengan kajian transformasi ter-
tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1955, Taufiq hadap naskah drama Ahlul Kahfi karya Taufiq
diangkat menjadi anggota dewan redaksi harian Al-Hakim. Padahal, karya Taufiq itu hampir-
paling terkemuka di Mesir, Al-Ahram, duduk ber- hampir menjadi “bacaan wajib” bagi maha-
sama Najib Mahfouz, Dr. Louis Us, dan Dr. Aisha
Abdurrahman. Pada tahun 1955 itu pula oleh re-
siswa sastra Arab di berbagai perguruan
kan-rekannya diminta bergabung di Jamiyyatul tinggi di Indonesia. Karenanya, kajian ini
Udaba Mesir, bersama sastrawan terkemuka lainnya, menjadi penting untuk melengkapi
seperti Dr. Thaha Husain, Dr. Husain Fauzi, penelitian-penelitian sejenis.
Mahmoud Taimur, Yahya Haqqi, Kamil Al-Sanawi, Ada beberapa kajian dengan pende-
Yusuf Al-Sibai, Najib Mahfouz, Ihsan Abdul Quddus,
Abdurrahman Al-Sharqawi, dan Ahmad Bahauddin.
katan resepsi/transformasi, misalnya yang
Pada tahun 1956 ia diangkat menjadi anggota dilakukan oleh Tri Susilowati (2015)
Majelis Tinggi Sastra dan Seni, dan akhirnya pada dengan judul “Tranformasi Al Quran dan
tahun 1959 menjadi wakil Mesir di UNESCO. Hadis da-lam Novel Biografi Muhammad:
Taufiq Al-Hakim meninggal dunia pada tahun 1987 Para Pengeja Hujan (MPPH) Karya Tasaro
dengan mewariskan lebih dari 60 naskah drama
Arab modern, 2 kumpulan cerpen, dan 20 novel
yang bermutu tinggi (lihat Taufiq Al-Hakim Cinta; Cerpen-Cerpen Pilihan Dunia Islam.Jakarta:
[Penyunting: Anif Sirsaeba]. 2008. Dalam Perjamuan Republika).

Tranformasi Kisah “Ashabul Kahfi” dalam Ahlul Kahfi Karya Taufiq Al-Hakim 111

123 Widyaparwa, Volume 44, Nomor 2, Desember 2016


GK: Tinjauan Intertekstualis dan “Ashabul Kahfi” dalam karya berjudul
Implementasinya pada Mahasiswa Ahlul Kahfi; (2) menemukan hu-bungan
Universitas Pekalongan”. Tujuan penelitian interteks antara naskah drama dan teks
itu, antara lain ialah (1) mendes-kripsikan Alquran dan tafsirnya sebagai hipo-
hubungan antarepisode dalam novel gramnya.
MPPH, (2) menemukan struktur yang
membangun novel MPPH sebagai karya 2. Metode
transformasi dari Alquran dan hadis nabi, Jenis penelitian ini ialah diskrepstif kualitatif.
serta (3) menemkan hubungan interteks Sumber data penelitian berupa naskah drama
novel MPPH dan Alquran dan hadis nabi karya Taufiq Al-Hakim yang berjudul Ahlul
sebagai hipogramnya. Kahfi. Karya tersebut merupakan terjemahan
Penelitian yang lain dilakukan oleh dari Nur Hidayah yang diterbitkan oleh
Puji Santosa dan Jamari (2013) dengan Program Studi Sastra Arab dan Seni Rupa,
judul “Kajian Intertekstual Tiga Puisi tentang Universitas Sebelas Maret Surakarta, Tahun
Nabi Luth bersama Kaum Sodom dan 2014.
Gomoro”. Tujuan penelitian untuk Teknik pengumpulan data dilakukan
mengungkapkan dan mendeskripsikan dengan simak/baca dan catat. Data yang
antara teks puisi “Sodom dan Gomora” dikumpulkan berupa kata, kalimat, dan/atau
karya Subagio Sastrowardojo, “Balada Nabi ungkapan (teks) yang ada kaitannya
Luth AS” karya Taufiq Ismail, dan dengan transformasi dari Alquran. Adapun
“Apakah Kristus Pernah?” karya keab-sahan data dilakukan dengan teknik
Darmanto Jatman dan teks-teks kisah Nabi pem-bacaan heuristik, hermeneutik, dan
Luth bersama Kaum Sodom dan Gomora semantik untuk memperoleh pemahaman
yang terdapat di dalam Alkitab, Alquran, yang kon-sisten. Kemudian, dilakukan
Cerita-Cerita Alkitab Perjanjian Lama, dan analisis secara intertekstual untuk
Qishashul Anbiya. menghasilkan deskripsi yang jelas.
Selain kedua penelitian itu, Haryatmo Pendekatan yang digunakan dalam pe-
(2015) melakukan penelitian berjudul “Kisah nelitian ini ialah resepsi. Pendekatan
Nabi Khidir dalam Sastra Suluk: Resepsi resepsi lebih tertuju pada pembaca sebagai
dan Transformasi”. Tujuannya ialah (1) penilai, penikmat, dan penafsir karya. Oleh
mendeskripsikan ajaran Nabi Khidir dalam karena itu, pengkajiannya tidak cukup
buku Qishasul Anbiya dan isi ajaran Nabi hanya me-ngupas karya sastra secara
Khidir dalam Serat Suluk Walisana; (2) me- otonom, tetapi mengkaji konteks
ngetahui tanggapan pembaca dalam men- pemaknaan oleh pembaca tertentu, yang
transformasikan tokoh, isi ajaran, dan alur pada gilirannya meng-hubungkan dengan
cerita dalam karya sastra suluk. konteks sosial (Teeuw, 1984: 192; 194).
Meskipun penelitian ini menggunakan Hal itu karena setiap pembaca karya
pendekatan resepsi/transformasi, pengkaji- sastra selalu berbekal dengan pengalaman
annya berbeda dengan penelitian sebelum pembacaan dilakukan, misalnya
sebelumnya. Bukan saja mengenai objek berkaitan dengan pendidikan dan sosial
material dan temanya berbeda, melainkan bu-dayanya. Bekal yang terdapat dalam
pembahasan dan hasilnya pun akan diri pembaca itu merupakan horison
berbeda, dapat saling melengkapi. Adapun harapan-nya. Bekal yang ada dalam diri
persoalan yang akan dijawab dalam pembaca sangat berpengaruh terhadap
penelitian ini ialah (1) ba-gaimana resepsi kepekaan mengenai karya sastra yang
pengarang dalam menem-patkan kisah dibacanya.

112 Widyaparwa, Volume 44, Nomor 2, Desember 2016


Tranformasi Kisah “Ashabul Kahfi” Dalam Ahlul Kahfi Karya Taufiq Al-Hakim 124
Berkaitan dengan itu, dalam penelitian dengan nama tokoh. Tokoh itu ialah
resepsi sastra perlu diperhatikan corak Misylinia, Marnusy, Yimlikha, Amirah
hori-son harapan pembaca. Ketelitian dan Priska, Galias, Ba-ginda Raja, dan Pemburu,
kecer-matan membaca horison harapan serta seekor anjing (Qithmir). Sementara itu,
pembaca akan menentukan ketepatan nama-nama tokoh “Ashabul Kahfi”
penafsiran ter-hadap suatu karya sastra (hipogramnya) ada tujuh, yaitu Maksalmina,
(Teeuw, 1984: 4). Menurut Junus (1985: 74) Tamlikha, Martunus, Birunus, Dominus,
bahwa horison harapan pembaca dibentuk Yathbunus, Falyastatyunus, dan nama
berdasarkan pengalaman pembaca, anjingnya Hamran atau Qithmir. Seluruh
pengetahuan pembaca tentang norma suatu tokoh dalam “Ashabul Kahfi” ialah penghuni
genre dan fungsi bahasa yang dikenal dalam gua, sedangkan dalam tokoh Ahlul Kahfi yang
suatu teks. menghuni gua hanya Misylinia, Marnusy,
Teks terbuka untuk perubahan akibat Yimlikha, dan Qithmir (seekor anjing).
dari pembacaan dan penafsiran pembacanya. Ide di dalam drama Ahlul Kahfi
Di dalam kerangka resepsi atau sambutan bersumber dari Alquran, yaitu suatu
pembaca, perubahan teks dapat dilihat pertarungan antara teologi dan kekuasaan.
pada berbagai bentuk, khususnya dalam Beberapa pemuda yang demi keyakinan
penya-linan, penyaduran, dan penerjemahan agamanya mau meng-ambil risiko jiwa dan
(Teeuw, 1984: 214). raga melawan keang-kuhan seorang raja. Raja
3. Hasil dan Pembahasan Dicyanus memaksa semua rakyatnya untuk
3.1 Hasil Penelitian menyembah berhala, siapa pun yang tidak
Di dalam menggubah teks, misalnya dari mau menuruti perintah akan dibunuh.
puisi ke prosa atau dari prosa ke drama, Kemudian, ide pokok itu di-enovasi menjadi
dimunculkan kreativitas, sehingga gubahan percampuran antara drama percintaan,
itu akan lebih menarik dan memudahkan teologi, dan kekuasaan.
pengguna atau penikmatnya ketika Jika latar dalam “Ashabul Kahfi” lebih fo-
mengapresiasi. Keti-ka menggubah karya, kus di gua dan situasi sosial, latar dalam Ahlul
muncul pikiran-pikiran baru sebagai usaha Kahfi bergeser pada latar kerajaan. Hal itu
“menghidupkan” karya-nya. Munculnya karena drama Ahlul Kahfi lebih menonjolkan
pikiran-pikiran baru yang di-tuangkan ke pada fragmen percintaan. Adapun “Ashabul
dalam teks dapat memengaruhi jalan cerita Kahfi” mengedepankan aspek teologis, kete-
sehingga menimbulkan perbedaan dengan guhan pemuda pada keyakinan agama
hipogramnya. walau-pun taruhannya nyawa.
Ahlul Kahfi merupakan karya drama Drama Ahlul Kahfi merupakan bentuk
Taufiq Al-Hakim yang bersumber dari kisah transformasi dari kisah “Ahlul Kahfi” yang
“As-habul Kahfi” yang terdapat di dalam terdapat di dalam Alquran. Sesuai dengan
Alquran, Surat Alkahfi, Ayat 9—26. Dari sisi maknanya, transformasi merupakan per-
bentuk karya, hipogramnya berbentuk prosa, ubahan rupa, dapat bentuk, sifat, atau
se-dangkan karya Ahlul Kahfi berbentuk fung-sinya (lihat KBBI, 2008: 1484). Wujud
drama, hal ini menjadi daya tarik tersendiri. dari transformasi dapat berupa terjemahan,
Bukan hanya penyajiannya, tetapi persoalan sa-linan, alih huruf, sahajaan, parafrase,
penceritaannya pun lebih menyentuh dan dan adaptasi/saduran (Sudjiman, 1993).
mudah dipahami. Sehu-bungan dengan itu, Junus (1985: 51)
Terdapat perbedaan antara tokoh drama menya-takan bahwa pembaca dalam
Ahlul Kahfi dan yang ada di dalam mengong-kretkan dan merekonstruksikan
hipogram-nya (Alquran), terutama berkaitan berdasarkan imajinasinya karena
Tranformasi Kisah “Ashabul Kahfi” dalam Ahlul Kahfi Karya Taufiq Al-Hakim 113

125 Widyaparwa, Volume 44, Nomor 2, Desember 2016


keakraban dengan tra-disi sastra, selain bersa-ma Nero dikenal sebagai Kaisar
adanya kesanggupan me-mahami keadaan Romawi yang sering menyiksa kaum Nasrani.
pada masanya dan masa sebelumnya. Pada masa pemerintahan yang singkat, dia
Transformasi sebagai salah satu alternatif memberla-kukan hukum yang berisi
proses kreatif sudah selazimnya memper- pemaksaan ter-hadap semua orang yang
timbangkan banyak hal. Transformasi dalam berada di bawah kekuasaannya untuk
sastra memang lebih cenderung kepada melakukan pengorbanan terhadap Dewa-
usaha untuk memudahkan pengguna atau Dewa Romawi. Bagi mereka yang tidak
penik-matnya dalam proses apresiasi, mematuhinya maka akan dibunuh.
meskipun tidak menutup kemungkinan ada Jika bukan bersumber dari kitab suci (Al-
motif yang lain. Sedapat mungkin, dampak quran) tentu banyak orang yang menyangkal
positif tetap diperoleh dan dampak negatif atau bahkan tidak akan percaya sama sekali
sebisa mungkin diminimalisasi. Dengan atas cerita ajaib itu karenahal tersebut jauh di
demikian, akhirnya dapat diperoleh suatu luar jangkauan akal manusia. Rasanya tidak
hasil transformasi yang memberikan mungkin (mustahil) ada orang bisa tetap
kontribusi positif, khu-susnya pada bidang hidup dengan tidur (tidak makan dan
sastra. minum) selama tiga abad lebih. Namun, Allah
3.2 Pembahasan menun-jukkan kekuasaannya, yaitu hanya
3.2.1 Kisah “Ashabul Kahfi” dengan membolak-balikkan tubuh mereka
Kisah “Ashabul Kahfi” bertutur tentang tujuh maka darah orang-orang itu tidak membeku
pemuda bersama dengan seekor anjing yang (Q.S. Alkahfi: 18):
tertidur selama 309 tahun di sebuah gua3 (Q.S.
Alkahfi: 25):

‘(Dan mereka tinggal dalam gua tiga


“Dan kamu mengira mereka itu bangun,
ratus tahun dan ditambah sembilan
padahal mereka tidur; dan Kami balik-
tahun (lagi).’
balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, se-
Peristiwa itu terjadi pada masa Kaisar dangkan anjing mereka mengunjurkan
Dicyanus, sekitar 250 Masehi. Decyanus kedua lengannya di muka pintu gua. Dan
jika kamu menyaksikan mereka tentulah
3Menurut riwayat, daerah ditemukannya gua kamu akan berpaling dari mereka dengan
bernama Sahab, terletak di Amman. Ketika itu, ke- melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu
rajaan Romawi membawahi Liga Decapolis yang akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap
berpusat di Philadelphia (kini dikenal sebagai kota mereka” (Q.S. Alkahfi: 18).
Amman, Jordan). Akan tetapi, ada yang berpenda-
pat terletak di Yerussalem, dan ada yang menga- Munculnya kisah “Ashabul Kahfi” di da-
takan di Romawi. Raja yang memerintah saat itu lam Alquran berlatar dari adanya dua orang
bernama Dicyanus atau Decius, seorang (An Nadar Ibn Al Haris dan Uqbah bin Abi
penyembah berhala dan memusuhi agama Nasrani Mu’ith) utusan kaum Quraisy untuk bertanya
(lihat Alquran dan Tafsirnya, diterbitkan oleh Dana
Bakti Wakaf (Universitas Islam Indone-sia), Jilid V,
mengenai kebenaran kenabian Muhammad
1995, hlm. 696; 705; 706; lihat saw. kepada pendeta-pendeta Yahudi di
https://nulibya.wordpress.com/ Madinah. Kaum Quraisy menganggap bahwa
2008/09/27/menggapai-hikmah-dari-kisah-alquran, pendeta mempunyai keahlian dalam
4 Maret 2016, pukul 11:32). memaha-mi kitab-kitab yang telah diturunkan
lebih dahulu (sebelum Quran) sehingga dapat

114 Widyaparwa, Volume 44, Nomor 2, Desember 2016


Tranformasi Kisah “Ashabul Kahfi” Dalam Ahlul Kahfi Karya Taufiq Al-Hakim 126
menjawab benar tidaknya Muhammad sebagi tang ruh, seperti terdapat dalam Q.S. Al-Isra’:
nabi. 85, bahwa ruh itu urusan Tuhan, manusia
Ketika utusan tiba di Madinah, mereka tidak diberikan ilmu atau pengetahuan ten-
menemui pendeta Yahudi dan bertanya ten- tang ruh, kecuali hanya sedikit.
tang benar tidaknya Muhammad sebagai
nabi. Akan tetapi, pendeta Yahudi yang ada 3.2.3 Drama Ahlul Kahfi: Inovasi dan Trans-
di Madinah tidak menjawab secara langsung. formasi
Pendeta Yahudi menyuruh mengetes lang- Uraian dalam tulisan ini selanjutnya akan
sung kepada Muhammad dengan dengan menjelaskan unsur-unsur yang berasal dari
tiga pertanyaan. Jika Muhammad dapat “Ashabul Kahfi” dan uraian mengenai inovasi
menjawab ketiga pertanyaan itu, dia adalah untuk menjelaskan wujud kreativitas penulis
seorang nabi dan ikutilah. Akan tetapi, jika Ahlul Kahfi terhadap kisah “Ashabul Kahfi”.
Muhammad tidak dapat menjawab, dia tidak Karenanya, akan ditemukan struktur yang
lain ialah seorang laki-laki pembual membangun naskah drama Ahlul Kahfi
(mutaqawwil). Tiga pertanyaan dibuatkan oleh sebagai karya transformasi dari Alquran.
pendeta Yahudi yang kemudian diajukan Selain itu, pengkajian ditujukan untuk
kepada Muhammad, yaitu (1) tanyakan menemukan hu-bungan interteks antara teks
kepadanya tentang pemuda-pemuda yang drama Ahlul Kahfi dan teks Alquran sebagai
menghilang pada masa dahulu dan hipogramnya.
bagiamana nasibnya, karena mereka
3.2.2 Pengintegrasian
mempunyai cerita yang sangat menarik; (2)
Ketika mencipta karya sastra, disadari atau ti-
tanyakan kepadanya siapa seorang pengem-
dak disadari, pengarang akan menyuarakan
bara yang telah sampai ke dunia timur dan
keinginan kolektifnya. Apabila pengarang
ba-rat (Masyriq dan Maghrib) dan apa yang
mengolah kembali suatu karya, ia akan ber-
ter-jadi padanya; dan (3) tanyakan kepadanya
usaha mengintegrasikan dan/atau men-
tentang ruh, apakah ruh itu? (Shaleh dkk.,
transformasikan karya itu sesuai dengan
1999: 312).
kehendak dan/atau sesuai dengan latar so-
Atas ketiga pertanyaan tersebut,
siobudaya kolektifnya. Karya sastra akan me-
Muhammad saw. tidak dapat menjawab
nyatakan kesadaran kolektif dan kepentingan
seketika itu; dia meminta waktu pada hari
bersama suatu kelompok atau segolongan
berikutnya (esok hari) untuk memberikan
ma-syarakat tertentu. Dengan demikian,
jawaban. Harapannya, Nabi akan segera
ceritanya dapat bergeser untuk memenuhi
memeroleh wahyu dari Allah SWT. Akan
harapan pembaca.
tetapi, Nabi lupa meng-ucapkan kata insya-
Damono (2012: 127) menyatakan bahwa
Allah. Meskipun tidak sesuai dengan waktu
transformasi menjadi tuntutan ketika naskah
yang diharapkan (dijan-jikan) oleh Nabi, (lima
diwujudkan kedalam pementasan (drama).
belas hari kemudian) Allah menurunkan
Transformasi pada tahap ini berkenaan
wahyu sebagai jawaban atas pertanyaan
dengan media ungkap, yaitu dari bahasa tulis
utusan kaum Quraisy itu.
menjadi peragaan perilaku manusia dalam
Jawaban atas pertanyaan yang pertama
ruang, waktu, dan konteks material yang
ialah yang tertuang di dalam Q.S. Alkahfi: 9—
melingkupinya. Ide-ide yang terungkap
26, yakni kisah “Ashabul Kahfi”. Jawaban atas
dalam bahasa tulis ditransfer ke dalam diri
pertanyaan kedua ialah kisah Dzulqarnain,
pemeran tokoh-tokoh yang ditentukan dalam
Raja Koresh (Kurush) atau juga dikenal dengan
teks.
Cyrus II, Raja Persia (Q.S. Alkahfi: 83—101),
sedangkan jawaban pertanyaan ketiga, ten-
Tranformasi Kisah “Ashabul Kahfi” dalam Ahlul Kahfi Karya Taufiq Al-Hakim 115

127 Widyaparwa, Volume 44, Nomor 2, Desember 2016


Drama Ahlul Kahfi hadir sebagai salah tersebut yang menjadi dasar munculnya
satu karya sastra yang berangkat dari kisah naskah drama Ahlul Kahfi karya Taufiq Al-
nyata “Ashabul Kahfi”, yang di dalamnya Hakim.
terdapat pengintegrasian cerita sesuai dengan Drama Ahlul Kahfi mengisahkan tentang
latar so-siobudaya pembacanya yang sudah menghilangnya (pelarian) dua pemuda dari
modern dan agamis. Drama itu kejaran raja bernama Dicyanus (di Romawi)
mentransformasikan beberapa hal yang dapat demi mempertahankan keyakinan agamanya
mendekatkan kepada pembacanya. Hal yang (Nasrani, Masehi). Kedua anak muda itu ialah
dimaksudkan di sini ialah pemahaman bangsawan dan menjadi menteri pada keraja-
tentang pelarian pemuda-pemuda ketika an Dicyanus. Dalam pelariannya, kedua pe-
menyelamatkan diri dari ke-kejaman Raja muda itu (Misylinia dan Marnusy) ditemani
Dicyanus. Pelarian pemuda itu dikarenakan seorang penggembala (Yimlikha) dan seekor
mereka tidak mengikuti aturan raja untuk anjingnya yang bernama Qithmir. Mereka
menyembah berhala (patung), mereka tetap ber-tiga akhirnya bersembunyi di dalam gua
beriman kepada Allah dan Isa Almasih. (konon bernama Gua Sahab) untuk meng-
Pengarang tidak hanya berbicara hindari kekejaman Raja Dicyanus.
superior dan inverior, antara raja dan Di dalam Ahlul Kahfi terjadi pengubahan
rakyatnya. Akan tetapi, ada kekuatan lain nama tokoh nyata ke dalam tokoh fiktif.
yang tidak dapat dibendung oleh siapa pun, Meskipun beberapa ada kemiripan, kecuali
yaitu persoalan cinta antara Misylinia dan nama anjing yang sama, yaitu Qithmir. Na-
Amirah Priska. Persoalan itu menjadi sangat mun demikian, sangat dimungkinkan perbe-
penting terkait dengan pembaca (penikmat) daan itu karena faktor pengucapannya karena
karya sesuai dengan situasi sosial budaya bukan nama bahasa Arab (lihat Alquran dan
masyarakat modern. Fragmen percintaan itu Tafsirnya, hlm. 718). Terdapat tujuh tokoh
tidak dapat dipungkiri memunculkan nuansa yang terdapat dalam naskah drama itu, yaitu
baru bagi pembaca. Dan, pergeseran nuansa Misylinia, Marnusy, Yimlikha, Amirah Priska,
itu pada hakikatnya merupakan bentuk Galias, Baginda Raja, dan Pemburu, serta se-
enovasi, inte-grasi, dan transnformasi yang ekor anjing (Qithmir).
mengikuti za-man dan pemikiran penulisnya Selain tiga tokoh (Misylinia, Yimlikha,
(lihat Istanti, 2010: 241). dan Marnusy) Ahlul Kahfi yang mirip dengan
Hal itu bukan berarti pengarang tunduk hipo-gramnya, penulis memunculkan tokoh
terhadap selera publik, tetapi yang demikian baru (wanita) untuk melengkapi jalan cerita
itu merupakan implikasi. Bagaimanapun juga sehing-ga lebih menarik dan utuh. Wanita itu
pengarang mempunyai idealisme yang tidak ialah putri cantik dari Raja Dicyanus yang
dapat dikalahkan oleh publik. Persoalan men- bernama Amirah Priska. Dia menjadi daya
dasar, yaitu berkaitan dengan kekuatan yang tarik tersen-diri karena menjadi penguat
mahabesar (Allah) menjadi pesan dalam jalannya cerita. Bahkan, Amirah Priska
karya yang sangat ditonjolkan. terkadang menjadi to-koh sentral.
3.2.4 Penokohan Drama Ahlul Kahfi Di dalam hipogramnya, nama-nama
Kisah “Ashabul Kahfi” yang terdapat di “Ashabul Kahfi” (penghuni gua) sebagaimana
yang terdapat di dalam Alquran dan Tafsirnya,
dalam Alquran sudah menjadi pengetahuan
umum bagi kaum muslimin dimana pun. yang diterbitkan oleh Dana Bakti Wakaf (UII)
Cerita tujuh pemuda ajaib di dalam (1995: 718), yaitu Maksalmina, Tamlikha,
guaselama 309 tahun yang terjadi pada 250 Martunus, Birunus, Dominus, Yathbunus, Fal-
tahun setelah kenabian Isa a.s. (Masehi). Kisah yastatyunus, dan nama anjingnya Hamran
atau Qithmir. Meskipun demikian, ada yang
116 Widyaparwa, Volume 44, Nomor 2, Desember 2016
Tranformasi Kisah “Ashabul Kahfi” Dalam Ahlul Kahfi Karya Taufiq Al-Hakim 128
mengatakan bahwa penghuni gua itu tiga demikian, antara penulis dan pembacanya
orang dan seekor anjing; ada juga yang me- teradapat kesamaan horizon harapan.
ngatakan lima orang dan seekoranjing; ada Dalam membangun struktur karya sastra,
yang mengatakan tujuh orang dan seekor penulis tidak akan bertolak belakang dengan
anjing. suara kehendak kolektif pembaca karena hal
Persoalan perbedaan penghuni gua, itu dapat menyulitkan pemahaman terhadap
Allah SWT menfirmankan dalam Q.S. cerita yang dihadirkan. Oleh karena itu, pe-
Alkahfi, Ayat 22: nulis drama Ahlul Kahfi berusaha mengenal-
kan penokohan stereotip yang sudah akrab
dengan pembaca.
Sehubungan dengan hal itu, Marnusy,
Misylinia, Yimlikha, dan Amirah Priska me-
rupakan orang-orang yang teguh pendirian,
taat beragama, setia, sabar, toleran, dan ber-
perilaku baik. Stereotip seperti itu akan
mudah berterima dan memudahkan pema-
haman terhadap karya sastra yang dihadirkan
“Nanti (ada orang yang akan) kepada pembaca.
mengatakan (jumlah mereka) adalah
tiga orang yang keempat adalah na- 3.2.5 Ide Cerita Drama Ahlul Kahfi
jingnya, dan (yang lain) mengatakan, Ide cerita yang dikembangkan dalam drama
(jumlah mereka) adalah lima orang Ahlul Kahfi bukanlah sesuatu yang sama sekali
yang keenam adalah anjingnya, sebagai baru. Akan tetapi, ide cerita berangkat dari
terkaan terhadap barang yang gaib; kisah “Ashabul Kahfi” yang terdapat di
dan (yang lain lagi) mengatakan, dalam Alquran tentang keteguhan dan
(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke
kesetiaan pemuda-pemuda pada agama.
delapan adalah anjingnya. Katakanlah,
Penulis sengaja menginovasi ide pokok itu ke
"Tuhan-ku lebih mengetahui jumlah
mereka; tidak ada orang yang dalam tataran yang bersifat imajinatif pada
mengetahui (bi-langan) mereka kecuali aspek kehidupan yang lebih luas, yaitu
sedikit". Karena itu, janganlah kamu tentang kecintaan dan kesetiaan terhadap
(Muhammad) per-tengkar tentang hal sesama manusia, seperti percintaan antara
mereka, kecuali per-tengkaran lahir saja Misylnia dan Priska; Mar-nusy dan
dan jangan kamu menanyakan tentang keluarganya.
mereka (pemuda-pemuda itu) kepada Dikisahkan bahwa Raja Dicyanus sebagai
seorangpun di antara mereka.” penyembah berhala memaksa kepada seluruh
Penokohan dalam drama Ahlul Kahfi masyarakat untuk penyembah berhala. Dia
pada umumnya bersifat stereotip, yaitu menolak ajaran Masehi (Nasrani) yang
karakter/ watak dan perilaku yang sudah dibawa oleh Isa a.s. bersama pengikut-
banyak dikenali dengan baik oleh pengikut setia-nya. Raja Dicyanus berperilaku
pembaca.Hal ini sangat dimungkinkan karena sangat kejam, siapa pun yang tidak menuruti
kisah ini hipo-gramnya mempunyai tujuan perintahnya dan atau memeluk agama
edukasi atau pelajaran (ibrah) bagi Nasrani maka mereka akan disiksa/dibunuh.
pembacanya. Selain itu, kestereotipan seperti Marnusy dan Misylinia adalah orang
itu diperlukan untuk mengukuhkan kesan yang sudah memeluk Nasrani, tetapi dilaku-
yang sudah mapan pada pembaca. Dengan kan dengan sembunyi-sembunyi. Pada akhir-
nya keyakinan mereka diketahui oleh Raja

Tranformasi Kisah “Ashabul Kahfi” dalam Ahlul Kahfi Karya Taufiq Al-Hakim 117

129 Widyaparwa, Volume 44, Nomor 2, Desember 2016


Dicyanus berkat surat cinta Misylinia yang memang musi-bah
dikirimkan kepada Amirah Priska (putri raja) untukku….
yang juga sudah memeluk agama Nasrani. Misylinia : Sudah kubilang. Aku tidak
Demi keselamatan diri dan imannya, mereka bisa betahan di sini lebih
sehari, Marnusy…!
melarikan diri ditemani seorang penggembala
Marnusy : Dasar sembrono!!! Masih
(Yimlikha) dan anjingnya yang bernama
belum cukupkah apa yang
Qithmir, lalu bersembunyi di sebuah gua. sudah kamu lakukan sam-
Raja Dicyanus--melalui antek-anteknya— pai kita semua terjebak di
selalu mencari mereka dan akhirnya dapat sini.
me-nemukan di dalam gua …….
persembunyiannya, lalu dan dia menutup Marnusy : Aku sudah mengingatkan-
gua itu supaya ketiga pemuda bersama mu untuk tidak menulis
dengan anjingnya mati secara perlahan-lahan. surat kepada Priska.
Namun, berkat kete-guhan, keyakinan, dan Misylinia : Shhh!!!
kepasrahan (tawakal) yang benar, Allah Marnusy : Tapi tetap saja. Otak
cerdas-mu itu hilang begitu
swt.menunjukkan kekua-saan-Nya dengan
saja. Kamu jutru menulis
cara menidurkan mereka (ashabul kahfi) dan
surat tanpa menyadari
kemudian membangun-kannya kembali bahaya yang mengancam.
setelah tiga abad lebih. Kenapa surat itu kamu
Tentang berapa lama tertidur di dalam kirim melalui Dayang
gua, mereka selalu memperdebatkannya. Ghayara yang jus-tru
Mar-nusy mengira bahwa tertidurnya di menghembuskan kebu-
dalam gua hanyalah satu hari lebih sedikit. rukan untuk kalian
Pascabangun dari ketertidurannya itu terjadi berdua? Aku tidak habis
pergolakan batin pada diri mereka: galau, mengerti! Aku sudah
gelisah, dan emosiaonal. Bahkan, sering saling mengingatkan-mu untuk
tidak percaya ke-pada
menyalah-kan satu dengan yang lain. Bahkan,
Dayang Ghayara. Aku
Marnusy terang-terangan menyalahkan
pernah menemukan hal-
Misylinia seba-gai pemantiknya karena sering hal tidak wajar dengan apa
berbuat cero-boh, tidak hati-hati sehingga yang dia lakukan. Apakah
menimbulkan kesengsaraan. tidak ada orang lain yang
Marnusy menuduh Misylinia sebagai pe- bisa menyampaikan surat-
nyebab terungkapnya keimanannya kepada mu kepada Priska.
Allah dan Almasih. Gara-gara surat cinta (Misylinia diam dan tidak
Misylinia yang dikirim melalui Dayang menjawab kata-kata
Ghayara keimanan mereka kepada Allah Marnusyi).
dike-tahui Raja Dicyanus. Marnusy dan Dasar kamu memang tidak
pernah hati-hati! Coba ingat,
Misylinia merasa sengsara bersembunyi di
bukankah kamu pernah
dalam gua yang tidak menentu nasibnya, bercerita beberapa waktu
tidak ada ja-minan keselamatan.Kutipan sebelum kasus surat sialan
berikut ini (hlm. 8—9) dapat menggambarkan itu? Kamu pernah
hal itu. memberi hadiah Priska
secara lang-ung, dengan
Misylinia : Huh, aku akan keluar saja kedua tangan-mu sebuah
dari sini (gua). salib kecil dari emas yang
Marnusy : Masih juga? Oh,…. Kamu kamu pesan un-tuknya.

118 Widyaparwa, Volume 44, Nomor 2, Desember 2016


Tranformasi Kisah “Ashabul Kahfi” Dalam Ahlul Kahfi Karya Taufiq Al-Hakim 130
Mengapa kamu ti-dak memilih pada keyakinan mereka. Akibatnya,
memberikan surat itu de- mereka dilucuti dan diancam akan dibunuh
ngan kedua tanganmu jika tidak patuh. Akan tetapi, mereka justru
secara langsung seperti memilih melarikan diri dan bersembunyi di
hadiah itu?
gua.
(Misylinia masih tidak menja-
Cinta yang tulus adalah kekuatan yang
wab kata-kata Marnusy)
Tapi, kamu bilang tidak bi- luar biasa dan dapat melahap apa saja. “Cinta
sa. Kamu menulis surat se- bagaikan keimanan,” kata penulis Ahlul Kahfi.
cara terburu-buru Hal itu digambarkan dengan jelas dalam
…. dialog (hlm. 27) sebagai berikut.

Pengarang menginovasi ide pokok yang Marnusy : Cinta melahap semuanya.


terdapat dalam hipogramnya. Hal itu sangat Persahabatan, bahkan iman.
dimungkinkan karena resepsi sastra mem- Misylinia : Bahkan iman?
Marnusy : Ya. Cinta itu sendiri iman.
berikan kebebasan kepada pembaca untuk
Iman yang lebih kuat dari
memberikan makna sendiri pada suatu
semua iman-iman kita ke-
teks, meskipun kebebasan itu selalu ada pada yang lain.
faktor-faktor yang membatasinya (Junus, Marnusy : Memangnya apa maksud-
1985: 55). mu?
Kasus percintaan Misylinia dan Amirah Misylinia : Kalau istrimu bukan peme-
Priska terasa lebih menegangkan, tetapi seka- luk Masehi, kamu tak akan
ligus akan memudahkan pemahaman bagi memeluk agama Masehi.
pembacanya. Persoalan sedikit bergeser atau Kamu kan animisme.
berkembang dengan menyertakan kasus yang Tangan kanan Dicyanus,
dekat dengan situasi sosial budaya pemba-ca. orang ke-percayaan
pembantaian se-belum ini.
Hal itu berangkat dari kondisi pembacanya
Marnusy : Kalau bukan karena kamu,
yang berada dalam situasi dan kondisi mo-
Amirah Priska takkan me-
dern. meluk agama Masehi. Dia
Di dalam Alquran dan Tafsirnya yang memeluk agama ayahnya,
diterbitkan oleh Dana Bakti Wakaf Baginda Raja Dicyanus
Universitas Islam Indonesia, Jilid V, (1995:
694) disebutkan bahwa pembuka tabir Melalui inovasi dan daya kreatifnya, pe-
keimanan Ashabul Kahfi terhadap Allah dan nulis membuat ketegangan-ketegangan cerita
Almasih bukanlah melalui pintu surat cinta sehingga menjadi daya tarik tersendiri. Kog-
Misylinia. Bahkan, tidak ada peristiwa nisi dan afeksi pembaca dibuat ikut aktif dan
percintaan itu dan tidak ada tokoh bernama merasaakan kedinamisan cerita. Hal itu seka-
Amirah Priska. Keberagamaan Mase-hi ligus menjadi kekuatan yang terdapat dalam
masyarakat sudah ada sebelum Dicyanus karya Ahlul Kahfi untuk dinikmati oleh pem-
menjadi raja, meskipun sang Raja mempunyai baca.
kepercayaan yang berbeda, yakni animisme. Cinta dapat mengalahkan apa saja,
Dicyanus sangat congkak, sombong, dan terma-suk keyakinan seseorang terhadap
kejam, sehingga tidak mentolerir siapa saja agamanya, melawan ayahnya, bahkan
yang berbeda keyakinannya. Maksalmina, pertaruhan jiwa dan raga serta kehormatan.
Martunus, dan kawan-kawannya tidak mau Semuanya dapat terjadi karena cinta. Apa saja
menuruti kehendak Raja Dicyanus, tetap dapat terjadi, meskipun terkadang di luar

Tranformasi Kisah “Ashabul Kahfi” dalam Ahlul Kahfi Karya Taufiq Al-Hakim 119

131 Widyaparwa, Volume 44, Nomor 2, Desember 2016


jangkauan pemi-kiran manusia. Keyakinanan Sesungguhnya raja sudah berganti
persaksian kepa-da Tuhan artinya cinta berkali-kali, suasana sudah sangat berubah;
kepada-Nya sehingga apa pun dapat dan saat-nya yang berkuasa raja beriman
dikorbankan demi cinta dan keyakinannya (Masehi), takwa, dan amanah. Ketika
itu. Harta, keluarga, bahkan jiwa dan raga rela mengetahui bah-wa ada berita tentang Ahlul
dipertaruhkan demi cinta yang dijalaninya. Kahfi, sang Raja meminta agar mereka
Drama Ahlul Kahfi merupakan mozaik dihadirkan di kerajaan sebagai wujud
gagasan atau ide yang bersumber dari Al- penghormatan. Selain itu, Ahlul Kahfi
quran. Penulis menata dan meramu ide-ide dianggap sebagai Al-Qodis, orang suci dan
yang kemudian menyusunnya ke dalam se- mulia. Oleh karena itu, kedatangan-nya di
buah ciptaan baru. Santosa (2013: 15) menya- istana akan menjadi kehormatan besar dan
takan bahwa dalam prinsip mozaik itu akan memperoleh limpahan keberkahan.
penulis memperoleh gagasan untuk membuat Dengan penyambutan yang luar biasa,
karya setelah membaca, melihat, menyerap, Ahlul Kahfi datang ke istana. Namun, Ahlul
dan meresapi sebuah teks. Kemudian, penulis Kahfi merasakan keanehan dan kejanggalan-
me-mindahkan bagian-bagian tertentu dari kejanggalan karena mereka menganggap da-
teks yang dibaca ke dalam karyanya, baik lam waktu yang sangat singkat sudah ba-
disadari maupun tidak. nyak perubahan yang luar biasa. Kutipan
3.2.6 Absurditas atau Keganjilan berikut ini (hlm. 65—66) dapat memperjelas
Sebagai karya inovasi, dalam drama Ahlul hal itu.
Kahfi terdapat hal-hal yang bersifat absurd Raja : Istana saya ini, tentu jika
atau sesuatu yang ganjil yang dianggap Anda berkenan, bisa menjadi
kurang ma-suk akal. Meskipun demikian, tempat tinggal Anda. Semua
inovasi itu men-jadi wajar karena karya ini yang Anda butuhkan akan
dipersiapkan dan
berangkat dari kejadian yang juga di luar
dipenuhi. Perintah Anda
jangkauan akal manusia, yaitu ketertiduran
akan kami taati. Kami
tujuh pemuda (as-habul kahfi) selama 309 hanya bisa ber-harap bisa
tahun. Kejadian itu harus dipercaya karena melayani dan
disampaikan (diwah-yukan) oleh Allah mendapatkan ridha Anda.
kepada rasul-Nya yang terdapat di dalam Yimlikha : Seperti yang saya katakan,
kitab suci (Alquran). Tuan, Allah
Zaman berganti, abad demi abad Mahabesar. Hanya satu
berjalan, kerajaan sudah mewariskan tahtanya bulan kita ting-gal di gua,
berkali-kali, ahlul kahfi juga sudah keajaiban terjadi.
dibangunkan dari tidurnya. Namun, Ahlul : (Sementara itu Misylinia
teng-gelam dalam alam
Kahfi masih tengge-lam dalam alam bawah
pikiran-nya. Bingung
sadarnya. Para peng-huni gua itu masih terus memikirkan sikap Priska
saling bertanya satu sama lain dengan diri kepadanya).
mereka sendiri. Mereka tetap dalam Marnusy : Yang Mulia, rasa syukur
kebingungan, tidak tahuapa yang sebenarnya yang tak terhigga kepada
terjadi. Mereka masih merasa bah-wa tidur di Allah. Puji Tuhan atas se-
dalam gua tidak lama sehingga mereka mua mukjizat yang sungguh-
beranggapan kondisi dan situasi alam sekitar sungguh terjadi ini. Dicyanus
masih seperti yang dahulu, termasuk situasi yang zalim bisa hancur
di kerajaan. secepat ini. Kemudian me-
wariskan tahtanya kepada

120 Widyaparwa, Volume 44, Nomor 2, Desember 2016


Tranformasi Kisah “Ashabul Kahfi” Dalam Ahlul Kahfi Karya Taufiq Al-Hakim 132
Anda, seorang mukmin Pasca Ahlul Kahfi tertidur selama tiga abad
dan Masehi.Saya lebih, Misylinia dan “Amirah Priska”4
bersyukur kepada Allah bertemu kembali dalam suasana yang sangat
atas pemerin-tahan Anda berbeda. Diceritakan bahwa ketika melarikan
ini.Segalanya berubah
diri dari ancaman kekejaman Raja Dicyanus,
dalam sekejap, se-perti
Misylinia meninggalkan Amirah Priska (sang
yang disiram embun
pagi.Raja yang zalim tiba- putri Raja Dicyanus) sebagai kekasihnya.
tiba ditumbangkan oleh Sang putri raja itu sangat setia dengan
raja yang pemurah.Raja Misylinia sehingga dia mengikuti apa yang
yang hidup di hati dikehendakinya. Dia ber-agama Masehi juga
kami.Andai saya tidak karena Misylinia yang dijalani dengan
punya urusan yang sembunyi-sembunyi. Ketika Misylinia
mendesak…., melarikan diri, Priska sabar menan-tikan
(Raja terkejut mendengar kekasihnya hingga kembali, entah sam-pai
ucapan Marnusy) kapan. Hanya kalung salib dari emas pem-
hamba mohon izin untuk
berian Misylinia yang setia menemani Priska.
meningalkan ruangan ini.
Dia tidak mau menikah, kecuali dengan Misy-
Anak dan istri hamba me-
nunggu kepulangan hamba. linia hingga akhirnya Priska meninggal dunia
Sejak seminggu atau be- dalam usia 50 tahun dalam kondisi belum
berapa minggu lalu mereka menikah.
menanti saya dengan geli- Namun, ketika Ahlul Kahfi diundang un-
sah. tuk ke istana, Misylinia melihat seorang gadis
yang disangka sebagai Amirah Priska (keka-
Terdapat ketidakselarasan komunikasi sihnya). Tidak ada keraguan sedikit pun bagi
antara pihak kerajaan dan ahlul kahfi. Hal itu Misylinia terhadap gadis itu sebagai kekasih-
karena Marnusy dan kawan-kawan belum nya. Misylinia sudah banyak berbicara, tetapi
da-pat menerima kenyataan bahwa ada jarak tidak ada jawaban yang sesuai dengan kehen-
waktu yang sangat lama antara kepergiannya daknya. Bahkan, Priska mempertanyakan ke-
dan pertemuan saat ini. Oleh karena itu, beradaan Misylinia (hlm. 125).
sering terjadi keganjilan dalam peristiwa yang
di-alami di kerajaan. Priska (Priska terkejut bingung)
Munculnya keganjilan-keganjilan atau Siapa Anda? Anda berbica-
ab-surditas dalam drama Ahlul Kahfi untuk ra kepada saya seakan-
mem-buktikan bahwa meskipun drama ini akan Anda mengenal saya
sebe-lumnya. Atau, apakah
ditulis berdasarkan kisah yang sudah mapan
Anda suami saya? Apakah
dan idiom-idiomnya sudah dikenal secara
saya sudah menikahi
luas, naskah drama Ahlul Kahfi bukanlah Anda?
peng-ulangan harfiah dari cerita yang sudah Misylinia (Terluka) Terima kasih.
ada. Naskah drama Ahlul Kahfi tetap menjadi Priska Kenapa dengan Anda?
karya kontemporer yang unik. Ada jalinan (Misylinia tidak menjawab)
timbal balik antara konvensional dan inovasi. Saya tidak bermaksud

4Putrisang raja (tidak disebutkan namanya) pasca-


kebangkitan ahlul kahfi. Namanya sama dengan
putri Raja Dicyanus, yaitu Amirah Priska yang
3.2.7 Menembus Dimensi Waktu pernah menjadi kekasih Misylinia.

Tranformasi Kisah “Ashabul Kahfi” dalam Ahlul Kahfi Karya Taufiq Al-Hakim 121

133 Widyaparwa, Volume 44, Nomor 2, Desember 2016


membuat Anda marah, ya dimensi waktu dan tempat. Akan tetapi,
hadza, tapi … mereka tidak percaya akal dan pikiran tidak
Misylinia (Misylinia meledak marah) dapat menerima Kenya-taan itu.
Dan, kamu berbicara kepa- “… waktu adalah mimpi itu sendiri …
daku seperti penghianat, sementara kita adalah kenyataan… wak-
se-rigala betina yang pura- tu adalah bayangan yang akan berlalu,
pura tidak tahu dengan apa sementara kita tetap tinggal… bahkan
yang sudah terjadi di masa waktu adalah mimpi kita.
lalu. Mengingkari janji suci- Kita memimpikan waktu. Waktu ada-
nya dengan alasan sepele. lah anak yang lahir dari fantasi kita, dari
Mengapa kamu tidak bersi- pemikiran kita. Takkan ada tanpa keber-
kap jujur saja dan berterus adaan kita. Kekuatan akal yang kita
te-rang? Katakan saja miliki ini, yang mengatur jasad
meng-apa kamu meng- berwujud kita yang memilki banyak
hindariku, mengapa kamu keterbatasan. Akal kita adalah standar
mengang-gap apa yang ada kemampuan kita. Akal yang membuat
di antara kita tidak pernah standar waktu.
terjadi se-perti ini. Tuan Tapi kita punya kekuatan lain yang
putriku… aku tahu mam-pu menghancurkan semua itu.
semuanya. Aku belum Bukankah dalam semalam saja kita bisa
hancur. Bumi belum hidup selama tiga ratus tahun? Kenyata-
meneggelamkanku.Langit an yang menghancurkan semua batasan,
pun juga belum runtuh di semua standard an semua waktu.
atasku. Lihatlah, aku masih …. (Ahlul Kahfi, hlm. 182).
bisa berdiri di hadapan-mu.
Kuat, tegak dan mampu Kekuatan manusia pada umumnya tidak
menahan diri. Tidak lemah. dapat menembus dimensi waktu dan tempat,
Masih waras dan tidak gila. kemampuan manusia sangat terbatas. Manu-
Kamu sungguh salah kalau sia harus percaya ada kekuatan lain yang
mengira aku ini lemah dan tidak terbatas, Dia adalah yang membuat
tak mampu menahan diri keterba-tasan kita, yaitu Allah. Jika Dia
mendengar berita penghia- berkehendak, maka terjadilah, tanpa dapat
natanmu.
dibendung oleh kemampuan manusia.
….
Wallahu a’lam bish-shawab.
Bagi para pembaca lama (pembaca kisah 4. Simpulan
“Ashabul Kahfi”) kutipan di atas dapat me- Drama Ahlul Kahfi merupakan penyerapan,
nimbulkan efek mengejutkan. Mereka sudah penyalinan, penginovasian, dan pentransfor-
terpatri dengan horizon harapan konven- masian dari kisah “Ashabul Kahfi” yang
sional. Tidak ada orang bernama Amirah terdapat di dalam Alquran. Dapat
Priska, tidak ada percintaan antara Misylinia dikatakan bahwa drama Ahlul Kahfi
dan Priska. Apalagi reinkarnasi Amirah merupakan mo-zaik gagasan atau ide yang
Priska setelah kematiannya tiga abad silam, bersumber dari Alquran. Penulis menata
itu men-jadi sesuatu di luar horizon harapan dan meramu ide-idenya itu yang kemudian
pembaca konvensioanl. Akan tetapi, hal itu menyusun ke da-lam sebuah ciptaan baru.
dapat men-jadi keterkejutan dan kemenarikan Terdapat jalinan yang erat antara kisah
bagi pem-baca modern, ada sesuatu yang “Ashabul Kahfi” dan Ahlul Kahfi sebagai
baru yang dapat dinikmati. Misylinia dan hasil karya inovasi dan transformasi.
Amirah Priska sama-sama dapat menembus

122 Widyaparwa, Volume 44, Nomor 2, Desember 2016


Tranformasi Kisah “Ashabul Kahfi” Dalam Ahlul Kahfi Karya Taufiq Al-Hakim 134
Drama Ahlul Kahfi muncul karena adanya Santosa, Puji dan Jamari. 2013. “Kajian Inter-
kisah “Ashabul Kahfi”. tekstual Tiga Puisi tentang Nabi Luth
Meskipun ceritanya menjadi sesuatu bersama Kaum Sodom dan Gomoro”.
yang baru, tetapi dasar ceritanya masih dapat Dalam Widyaparwa, Vol.41, No.1, Juni
dikenali sebagai sebuah kisah asalnya, yaitu 2015, hlm.13--27.
“Ashabul Kahfi”.Namun demikian, karena Shaleh dkk., 1999. Asbabun-Nuzul: Latar Bela-
drama Ahlul Kahfi ceritanya menjadi sesuatu kang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qu-
yang baru, kisahnya tidak dapat ran. Bandung: Diponegoro.
dikembalikan kepada “Ashabul Kahfi”.
Drama Ahlul Kahfi tidak akan pernah ada Sirsaeba, Anif (penyunting). 2008. Dalam Perja-
tanpa adanya kisah “Ashabul Kahfi”. muan Cinta; Cerpen-Cerpen Pilihan Dunia
Karenanya terdapat jalinan yang erat antara Islam. Jakarta: Republika.
kisah “Ashabul Kahfi” dan Ahlul Kahfi Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai
sebagaihasil karya inovasi dan tranformasi. Stilistika. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Hadirnya drama Ahlul Kahfi dapat meng-
Teeuw, A. 1984.Sastra dan Ilmu Sastra: Pengan-
eliminasi penyakralan kisah yang terdapat di
tar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
dalam Alquran. Alhasil, sejauh tidak berten-
tangan dengan aspek yang bersifat teologis, Tim Redaksi KBBI. 2008. Kamus Besar Bahasa
pengenovasian kisah dalam Alquran dapat Indonesia.Edisi Keempat. Jakarta: Grame-
diterima di kalangan orang Islam.Selain dapat dia Pustaka Utama.
dipahami sebagai sebuah karya sastra yang Universitas Islam Indonesia. 1995. Al-Qur’an
mempunyai nilai keindahan, karya seperti itu dan Tafsirnya. Yogyakarta: Badan Wakaf
dapat menambah wawasan dan mempermu- Universitas Islam Indonesia.
dah pemahaman terhadap yang tersirat di
dalam kisah-kisah yang terdapat di dalam
Alquran.
Daftar Pustaka
Damono, Sapardi Djoko. 2012. Alih Wahana.
Jakarta: Editum.
Haryatmo, Sri. 2015. “Kisah Nabi Khidir
dalam Sastra Suluk: Resepsi dan
Transformasi”. Dalam Widyaparwa,
Vol.43, No.2, Desem-ber 2015, hlm.177—
188.
Istanti, Kun Zahrun. 2010. “Transformasi dan
Integrasi dalam Kesusastraan
Nusantara: Perbandingan Teks Amir
Hamzah Mela-yu dan Jawa. Dalam
Humaniora, Volume 22, Nomor 3,
Oktober 2010, hlm.241—249.
Junus, Umar. 1985. Resepsi Sastra: Sebuah Peng-
antar. Jakarta: Gramedia.

Tranformasi Kisah “Ashabul Kahfi” dalam Ahlul Kahfi Karya Taufiq Al-Hakim 123

135 Widyaparwa, Volume 44, Nomor 2, Desember 2016

Anda mungkin juga menyukai