Anda di halaman 1dari 117

MODIFIKASI DISAIN INCINERATOR MULTIFUNGSI TIPE

KONTINYU

ERLANDA AUGUPTA PANE

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Modifikasi Disain


Incinerator Multifungsi Tipe Kontinyu adalah benar karya saya dengan arahan
dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Erlanda Augupta Pane


NIM F14090056
ABSTRAK
ERLANDA AUGUPTA PANE. Modifikasi Disain Incinerator Multifungsi Tipe
Kontinyu. Dibimbing oleh Sri Endah Agustina

Incinerator adalah alat untuk membakar sampah dengan kontrol suhu tinggi
untuk memastikan bahwa proses pembakaran dilakukan sampai habis. Rancangan
incinerator tipe batch yang dirancang oleh Pradipta (2011) memiliki beberapa
kekurangan, seperti sistem pindah panas, pemasukkan dan pengeluaran, sistem
supply udara dan pemanfaatan energi panas. Jadi, rancangan incinerator dimodifikasi
untuk meningkatkan kinerjanya. Parameter kinerja yang diukur adalah suhu
pembakaran, laju pembakaran, kualitas asap buang, safety factor, dan pemanfaatan
energi panas. Incinerator modifikasi memiliki delapan bagian (ruang bakar, cerobong
asap, lubang udara, hopper, sekat pembatas, ruang abu, ruang pengendap zat padat,
dan pipa pemanas air). Uji kinerja menunjukkan bahwa suhu pembakaran tertinggi
adalah 689.6⁰C, dengan laju pembakaran 5.78 kg/jam. Incinerator aman untuk
dioperasikan dan asap buangnya memiliki kualitas yang baik. Pemanfaatan energi
panas dapat meningkatkan suhu pemanasan air sampai 32⁰C. Posisi lubang udara
yang tidak tepat, menyebabkan suhu pembakaran tidak optimal. Oleh karena itu,
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk merancang posisi lubang udara.

Kata kunci: sampah, incinerator, parameter pengujian

ABSTRACT

ERLANDA AUGUPTA PANE. Modification Design of Incinerator Multifunction


Continue Type. Supervised by Sri Endah Agustina.

Incinerator is an equipment to incinerate trashes with high temperature control to


ensure that the combustion process was done completely. The previous design of
batch type incinerator which has been designed by Pradipta (2011) has some
disadvantages, such as heat transfer system, loading and unloading system, air supply
system and utilization of heat energy. So, those design should be modified to
improve its performance. The performance parameters of incinerator are temperature
of combustion, the rate of combustion, quality of exhaust gases, safety factor, and
utilization of heat energy. Modified incinerator has eight sections (combustion
chamber, chimney, air inlet, hopper, boundary plate, ash chamber, charcoal chamber,
and water heater pipe). The performance test shows that the highest combustion
temperature is 689.6 ⁰C, with combustion rate 5.78 kg / hour. The incinerator is safe
for operator and the exhaust gasses has good quality. Utilization of thermal energy
could increasing water temperature up to 32 ⁰C. Air inlet position was not in the
proper place, so combustion temperature could not reach as high as expected.
Therefore it need improvement.

Keywords: trash, incinerator, performance parameter


MODIFIKASI DISAIN INCINERATOR MULTIFUNGSI TIPE
KONTINYU

ERLANDA AUGUPTA PANE

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judui Skripsi: Modifikasi Disain Incinerator Multifungsi Tipe KontinyU
Nama : Erlanda Augupta Pane
NIM : F14090056

Disetujui oleh

Ir.SriEndah Agustina, M.S

Pembimbing I

..
' ,.,

Tanggal Lulus: t 2 ~\.H; 20\3


Judul Skripsi : Modifikasi Disain Incinerator Multifungsi Tipe Kontinyu
Nama : Erlanda Augupta Pane
NIM : F14090056

Disetujui oleh

Ir.Sri Endah Agustina, M.S


Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr.Ir.Desrial, M.Eng
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian
ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2013. Judul skripsi yang ditulis adalah
“Modifikasi Disain Incinerator Multifungsi Tipe Kontinyu”.
Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini juga, penulis juga ingin
menyampaikan rasa terima kasih atas bantuan, dan bimbingan kepada :
1. Ir.Sri Endah Agustina, M.S selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan
arahan yang telah diberkan kepada penulis.
2. Bapak Dr.Muhamad Yulianto,ST.MT dan Ir.Mad Yamin,MT. selaku dosen
penguji yang telah memberikan saran, kritik, serta arahan kepada penulis
dalam melakukan penulisan skripsi.
3. Ayah,Ibu, dan adik tercinta atas segala doa, motivasi, dan kasih sayangnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Harto (Teknisi Lab.EEP), Mas Firman dan Mas Darma (Staff
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem) yang telah banyak memeberikan
bantuan dan saran kepada penulis selama penelitian.
5. Teman-teman Mayor Teknik Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan
Biosistem angkatan 2009 (TEP 46) yang telah membantu dan memberikan
saran kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi.
6. Teman-teman Keluarga Mahasiswa Katholik IPB (KEMAKI) angkatan 46
yang telah membantu dan memberikan saran kepada penulis selama
penelitian dan penulisan skripsi.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,


dikarenakan keterbatasan kemampuan, dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
untuk penyempurnaan dan perbaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
orang.

Bogor, Juli 2013

Erlanda Augupta Pane


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 4
Sampah 4
Alat Pembakar Sampah (Incinerator) 4
Incinerator Tipe Batch Rancangan Pradipta 2011 8
Pembakaran Biomassa 10
Sistem Pindah Panas 13
Safety Factor Incinerator 14
METODE PENELITIAN 19
Peralatan dan Bahan 19
Waktu dan Lokasi Penelitian 20
Prosedur Penelitian 20
HASIL DAN PEMBAHASAN 30
Hasil Perancangan 30
Hasil Uji Kinerja Alat 38
KESIMPULAN DAN SARAN 56
Kesimpulan 56
Saran 57
DAFTAR PUSTAKA 57
LAMPIRAN 59
RIWAYAT HIDUP 62
DAFTAR TABEL
1. Komposisi sampah rata-rata di DKI Jakarta 4
2. Rekomendasi kunci untuk parameter desain atau operasi
incinerator skala kecil menengah 15
3. Operasi dan perawatan incinerator skala kecil 16
4. Jadwal pemeliharaan incinerator 19
5. Rancangan fungsional alat pembakar sampah 22
6. Perbandingan rancangan hasil modifikasi dengan rancangan awal 23
7. Titik pengambilan data 28
8. Perbandingan rancangan hasil modifikasi dengan rancangan awal 31
9. Perbandingan kinerja incinerator awal dengan incinerator modifikasi 39
10. Komposisi,jumlah,jenis, dan kadar air sampah yang digunakan
dalam pengujian 42
11. Nilai tertinggi sebaran suhu ruang pembakaran dan dinding
ruang pembakaaran 44
12. Data hasil pengujian incinerator 45
13. Suhu dan kualitas asap 47
14. Nilai tertinggi dari suhu sekat pipa, suhu air masuk, suhu air hasil
Pemanasan, dan energi pemanasan air 49
15. Nilai suhu tertinggi di ruang pengendap zat padat dan jumlah arang
Yang dihasilkan 50
16. Nilai rendemen arang yang dihasilkan 52
17. Persentase sisa abu yang dihasilkan 53
18. Suhu lingkungan incinerator dengan jarak dari incinerator 50 cm 54

DAFTAR GAMBAR
1. Incinerator tipe batch dan tipe continue 5
2. Disain incinerator tipe batch rancangan Budiman 6
3. Disain incinerator tipe batch tampak muka dan tampak samping
rancangan Budiman 7
4. Disain incinerator tipe batch tampak atas rancangan Budiman 7
5. Disain incinerator tipe batch rancangan Pradipta 8
6. Disain incinerator tipe batch rancangan Pradipta 9
7. Disain incinerator tipe batch tampak atas, tampak samping, tampak
muka rancangan Pradipta 9
8. Bagan alir prosedur penelitian 21
9. Titik pengukuran 29
10. Rancangan incinerator awal dan modifikasi 30
11. Ruang pembakaran incinerator awal dan modifikasi 32
12. Ruang pengumpan sampah (hopper) incinerator 33
13. Sekat pemisah ruang pengumpan sampah (hopper) incinerator 33
14. Ruang abu incinerator 34
15. Tempat penampungan abu incinerator 34
16. Ruang pengendap zat padat incinerator awal dan modifikasi 35
17. Cerobong asap incinerator awal dan modifikasi 36
18. Pipa pemanas air incinerator awal dan modifikasi 37
19. Sekat dinding dalam incinerator modifikasi 37
20. Lubang udara incinerator awal dan modifikasi 38
21. Perbandingan berat sampah yang digunakan dalam pengujian 43
22. Grafik laju pembakaran sampah 46
23. Asap hasil pembakaran 48
24. Grafik perubahan suhu air maksimum hasil pemanasan 49
25. Grafik energi pemanasan air 50
26. Hasil pengarangan batok kelapa 51
27. Grafik jumlah arang batok kelapa yang dihasilkan 51
28. Grafik hasil rendemen arang 52
29. Grafik sisa abu hasil pembakaran 53
30. Grafik suhu luar incinerator dengan jarak 50 cm 54

DAFTAR LAMPIRAN
1. Gambar rancang bangun incinerator 59
62

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Erlanda Augupta Pane lahir di Jakarta 29 Januari 1992, putra
pertama dari dua bersaudara dari bapak yang bernama H.K.S.Pane dan ibu bernama
Agnes Adi Ati. Penulis berasal dari SMA Negeri 98 Jakarta, dan masuk ke
universitas IPB lewat jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis pernah
mengikuti lomba olimpiade sains kimia tingkat SMA tahun 2008 sampai tingkat
walikota. Penulis juga aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian
(HIMATETA), aktif sebagai anggota Keluarga Mahasiswa Katholik IPB
(KEMAKI), dan menjadi asisten dosen bidang agama.
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sampah merupakan semua jenis bahan buangan baik yang berasal dari
manusia atau binatang yang biasanya berbentuk padat, umumnya bahan-bahan
tersebut dibuang karena dirasakan oleh pemiliknya sebagai barang yang tidak
berharga, tidak bernilai, dan tidak diinginkan (Soma, 2010). Permasalahan sampah
merupakan hal yang krusial, karena sampah dapat dikatakan sebagai masalah
kultural yang dampaknya terkena pada berbagai sisi-sisi kehidupan, terutama di
daerah perkotaan. Pada daerah perkotaan, sumber sampah terbanyak dari daerah
rumah tangga dan pasar tradisional. Sampah pasar khusus seperti pasar sayur
mayur, buah atau ikan jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa
sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari
perkantoran merupakan sampah yang dihasilkan dari hasil kegiatan kantor yang
umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 65 % terdiri dari sampah
anorganik, dan 35 % merupakan sampah organik. Berdasarkan hasil survey
sampah perkantoran di daerah Jakarta (2000) menunjukkan bahwa untuk sampah
perkantoran rata-rata volume sampah 0.5-0.75 liter/kapita/hari, berat sampah 0.1
kg/kapita/hari, kerapatan 100-200 kg/m3, kadar air 35-55%, terdiri atas sampah
anorganik 75-95%, kertas bungkus makanan 6%, kayu 3%, plastik 2%, gelas 1%,
dan lain-lain 4% (Sudrajat, 2002), dan memiliki kandungan karbon 40-60%,
hidrogen sebesar 4-8 %, oksigen sebesar 30-50%, dan nitrogen sebesar 0.2-1.0%.
Pemanfaatan sampah dapat dilakukan dengan beberapa cara disesuaikan dengan
jenis sampah yang ada. Untuk sampah organik dapat dimanfaatkan untuk kompos,
biogas, dan pupuk cair. Sedangkan sampah anorganik seperti plastik, kaleng dan
kaca dapat di daur ulang untuk keperluan lain, akan tetapi apabila tidak dapat di
daur ulang maka perlu dibakar. Selain dari wilayah pemukiman dan perkantoran,
sampah juga dihasilkan oleh sektor medis, yang mana sampah dari medis ini harus
dimusnakan akibat sampah medis mengandung bakteri atau virus, serta sampah-
sampah kemasannya yang bersifat toxic (beracun).
Penanganan sampah adalah sebuah upaya komprehensif menangani sampah-
sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia. Model penanganan
sampah dapat dibagi menjadi dua macam yaitu urugan dan tumpukan. Model
urugan merupakan model dengan membuang sampah di lembah atau cekungan
tanpa memberikan perlakuan. Model tumpukan merupakan model pengolahan
sampah dengan prinsip teknologi aerobik, yaitu teknologi pengolahan sampah
dengan penambahan sistem pembuangan air, pengolahan air buangan, dan
pembakaran ekses gas metan (Sudrajat, 2002). Kedua model ini digunakan untuk
pengolahan sampah organik dan anorganik yang masih dapat di daur ulang.
Sedangkan, sampah yang berasal dari sektor medis dan sampah anorganik yang
tidak dapat di daur ulang, penanganannya harus dengan cara dimusnahkan, antara
lain dengan cara pembakaran. Proses pembakaran sampah oleh masyarakat
umumnya masih dilakukan di ruang terbuka. Proses pembakaran di ruang terbuka
secara langsung ini dapat menimbulkan efek negatif pada lingkungan sekitarnya
seperti asap dan bau yang dapat mengotori lingkungan udara dan menggangu
2

pernapasan manusia. Oleh karena itu, perlu adanya penanganan yang tepat untuk
tetap menjaga keseimbangan lingkungan dari masalah tersebut.
Salah satu solusi penanganan sampah dengan sistem pembakaran yang
aman adalah dengan menggunakan incinerator. Incinerator merupakan alat
penanganan sampah dengan menggunakan proses pembakaran yang dikendalikan
melalui pembakaran suhu tinggi. Pada dasarnya, incinerator mengubah bahan-
bahan sampah padat menjadi panas, emisi gas, dan residu berupa abu (Soma,
2010). Penggunaan alat pembakar sampah (incinerator) ini selain dapat
mengurangi dampak negatif proses pembakaran (asap, bau, radiasi panas), juga
akan membuka kemungkinan upaya pemanfaatan energi panas hasil pembakaran
sampah tersebut. Suhu yang dihasilkan pada proses pembakaran dalam incinerator
dapat mencapai 815-1095⁰C (Pichtel, 2005), berpotensi dimanfaatkan untuk
sterilisasi alat-alat kesehatan di rumah sakit, air hangat untuk mandi atau
kebutuhan lainya, serta proses pengeringan atau pemanasan bahan (Pradipta,
2011). Pembakaran sampah menggunakan incinerator, juga harus mengetahui
karakteristik sampah, pada dasarnya karakteristik sampah yang dibakar dengan
incinerator memiliki kadar air sebesar 35% sampai dengan 55%, dan memiliki
panas pembakaran (HHV) sebesar 2150 kkal/kg, serta LHV sebesar 380 kkal/kg ,
dan kadar abu mencapai 10 % sampai dengan 30 % (Anonim, 2002). Incinerator
dengan panas pembakaran yang dihasilkan tinggi menyebabkan proses
pembakaran sampah yang dilakukan akan berjalan optimal, dan dapat
menghasilkan energi panas yang maksimal untuk dimanfaatkan pada proses yang
lain. Hasil perancangan incinerator yang telah dilakukan oleh Pradipta (2011)
merupakan incinerator dengan sistem pindah panas yang belum optimum pada
pipa pemanas air, perancangan tutup untuk proses pemasukan dan proses
pembuangan abu dari ruang hasil pembakaran tidak merata, pemanfaatan energi di
ruang pengendap zat padat asap belum maksimal, dan penempatan lubang udara
hasil pembakaran yang kurang tepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan modifikasi
agar menjadi lebih baik.

Perumusan Masalah

Proses pengelolaan sampah yang dilakukan untuk mengurangi volume


sampah salah satunya adalah dengan sistem pembakaran menggunakan
incinerator. Incinerator tipe batch yang dirancang oleh Pradipta (2011) masih
memiliki beberapa kekurangan sehingga diperlukan modifikasi untuk
meningkatkan kinerjanya. Beberapa masalah yang perlu diselesaikan dalam
modifikasi ini adalah
1. Perbaikkan sistem pindah panas agar optimal.
2. Perbaikan pada proses loading dan unloading agar lebih nyaman bagi
operator.
3. Mengoptimalkan pemanfaatan energi di ruang pengendap zat padat asap
agar maksimal.
4. Perlu peningkatan suhu pembakaran di dalam incinerator.
5. Hasil modifikasi alat incinerator tersebut harus dapat meningkatkan
efektifitas dan efisiensi waktu pengoperasian incinerator tersebut.
3

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian ini adalah


1. Melakukan modifikasi terhadap incinerator tipe batch yang telah
dirancang oleh Pradipta (2011) sehingga diperoleh incinerator dengan
kinerja yang lebih baik.
2. Menguji unjuk kerja incinerator yang telah dimodifikasi tersebut.

Manfaat Penelitian

Proses modifikasi incinerator tipe batch rancangan Pradipta (2011)


diharapkan agar diperoleh incinerator dengan kinerja yang lebih baik dalam hal
pembakaran sampah sampai habis dari incinerator tipe batch sebelumnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian yang dilakukan adalah melakukan modifikasi desain


incinerator tipe batch rancangan Pradipta (2011) yaitu:
a) Sistem loading : memodifikasi pintu masukkan incinerator dengan
penambahan ruang pengumpan (hopper) di atas ruang bakar pada
incinerator hasil modifikasi.
b) Sistem pembakaran : perubahan konstruksi ruang bakar yang dirancang
lebih kecil agar proses pembakaran lebih efektif.
c) Sistem unloading : modifikasi pintu keluaran incinerator dengan
penambahan ruang abu di bawah ruang bakar, sehingga pembuangan abu
dapat dilakukan tanpa mengganggu proses pembakaran yang berlangsung,
dan memudahkan operator untuk membuang abu tersebut.
d) Sistem reduksi energi panas : penambahan sekat antara ruang bakar
dengan pipa pemanas air dengan tujuan agar pipa pemanas air yang
digunakan tidak terkena proses pembakaran secara langsung
e) Sistem pindah panas : peningkatan suhu pemanasan air dengan cara
modifikasi ukuran diameter dan panjang pipa pemanas tersebut.
f) Sistem pemanfaatan energi panas di ruang pengendap zat padat asap :
perubahan konstruksi ruang pengendap zat padat asap, dirancang menjadi
lebih kecil.
g) Sistem pembuangan asap : perubahan konstruksi cerobong asap, agar asap
yang dihasilkan lebih bersih dan tidak mengganggu lingkungan sekitar
incinerator tersebut.
h) Sistem supply udara : memodifikasi jumlah dan penempatan posisi lubang
udara agar udara yang masuk dapat maksimalkan proses pembakaran yang
terjadi pada ruang bakar.
4

TINJAUAN PUSTAKA

Sampah

Sampah adalah sisa-sisa atau residu yang dihasilkan dari suatu kegiatan
atau aktivitas . kegiatan yang menghasilkan sampah adalah bisnis, rumah tangga
pertanian dan pertambangan (Murarka, 1987). Sampah yang dihasilkan pada
daerah perkotaan khususnya DKI Jakarta sangat banyak, sampah yang banyak
tersebut biasanya berasal dari sektor industri dan sektor rumah tangga. Berikut
data sampah yang terdapat di daerah perkotaan DKI Jakarta.

Tabel 2.1. Komposisi sampah rata-rata di DKI Jakarta

Komponen Volume (m3) Persentase (persen)


Organik 16685.32 65.05
Plastik 2842.02 11.08
Kertas 2593.21 10.11
Kayu 800.28 3.12
Kain 800.28 3.12
Metal/logam 628.42 2.45
Kaca/gelas 418.9 1.63
Tulang 279.58 1.09
Karet 141.07 0.55
Baterai 71.82 0.28
Lain-lain 702.81 2.74
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2004), setiap harinya sampah


yang dihasilkan setiap orang rata-rata sebesar 0.5 -0.75 liter/kapita/hari. Dengan
demikian jika dalam perkantoran terdapat 200 pegawai maka setiap perkantoran
tersebut sudah menghasilkan 150 liter sampah padatan. Sampah pada daerah
perkotaan dapat memeberikan dampak yang tidak baik terhadap lingkungan, ini
dikarenakan proses pengelolaan sampah pada daerah perkotaan hanya dilakukan
proses kumpul-angkut-buang yaitu memindahkan sampah dari Tempat
Pembuangan Sementara (TPS) ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Penanganan
sampah menurut Pitchel (2005) yaitu dengan cara penimbunan (sanitary land
filling), pembakaran (incineration), dan daur ulang (recycling).

Alat Pembakar Sampah (Incinerator)

Incinerator merupakan alat pengelolaan sampah, dengan menggunakan


proses pembakaran yang dikendalikan melalui pembakaran suhu tinggi. Sampah
yang dapat ditangani dengan proses pembakaran dibagi menjadi tiga jenis yaitu
padatan, cairan, dan gas. Lama pembakaran, suhu, dan percampuran oksigen yang
tepat dapat menghancurkan 99% sampah dan incinerator mampu bekerja selama
20 jam sehari.
5

Pengklasifikasi peralatan incinerator tergantung pada pemanfaatan dan


sistem pengumpanannya. Menurut Trisaksono (2002) ada dua tipe incinerator
apabila ditinjau dari pemanfaatannya yaitu sebagai:
 Pembakar sampah tanpa memanfaatkan panas pembakaran
 Pembakar sampah dengan memanfaatkan dan mengkonversikan panas
pembakaran yang memanfaatkan kalor latent hasil dari proses pembakaran
sampah yang dilakukan.
Konstruksi dari kedua tipe diatas berlainan demikian juga biaya investasi. Untuk
konstruksi incinerator tanpa memanfaatkan panas pembakaran biasanya
digunakan untuk pembakaran sampah dengan skala kecil sekitar 0.2 – 1 ton/jam.
Kapasitas incinerator dengan memanfaatkan panas pembakaran mencapai 40
ton/jam (Trisaksono, 2002). Pada umumnya pemakaian incinerator tidak hanya
untuk pemusnah sampah saja tapi memanfaatkan juga panas gas bakar dari ruang
bakar.
Penggolongan incinerator berdasarkan system pengumpannya secara
umum dikelompokan sebagai berikut:
 Continuous incinerator
 Batch incinerator
 Semi-Continuous incinerator
Incinerator tipe batch dan tipe continue memiliki perbedaan dalam proses
pemasukkan bahan bakar berupa sampah. Pada incinerator tipe continue sampah
yang dimasukkan terus menerus dan bergerak secara continue dengan melewati
proses pembakaran dan pembuangan sisa pembakaran. Sedangkan pada
incinerator tipe batch, sampah dimasukkan hingga mencapai kapasitas dari alat
pembakar tersebut dan akan mengalami proses pembakaran hingga didapat sisa
pembakaran dalam satu waktu.

(i) (ii)

Gambar 2.1. Incinerator tipe batch (i) dan tipe continue (ii)
(sumber : www.ec.gc.ca)
6

Pemanfaatan panas alat pembakar sampah sebagai pemanas air


sebelumnya telah dilakukan oleh Budiman (2001), dengan menggunakan pipa
penukar panas sepanjang 3 m. Alat pembakar sampah yang dirancang Budiman
(2001) juga dilengkapi dengan ruang pengendapan zat padat, namun ruangan
tersebut belum dimanfaatkan untuk meningkatkan effisiensi thermal sistem
incinerator. Gambar desain alat pembakar sampah incinerator yang dirancang oleh
Budiman (2001) dapat dilihat di bagian berikut ini.

Gambar 2.2 Disain incinerator tipe batch (sumber : Budiman, 2001)

Incinerator rancangan Budiman (2001) memiliki beberapa bagian yaitu


 Ruang pembakaran yang berfungsi untuk membakar sampah sampai habis.
 Ruang pengendapan zat padat untuk memanfaatkan energi panas dari asap
hasil pembakaran sampah untuk membuat arang kelapa.
 Pipa sistem pindah panas memanfaatkan energi panas untuk memanaskan
air.
 Kasa penyulut api sebagai tempat memasukkan umpan sampah untuk
proses pembakaran sampah awal.
 Cerobong sebagai tempat mengeluarkan asap dan menyaring asap yang
keluar.
 Pintu pengeluaran sebagai tempat pengeluaran sisa hasil pembakaran.
 Pintu pemasukkan sebagai tempat memasukkan sampah yang akan
dibakar.
 Lubang udara sebagai tempat memasukkan kebutuhan udara yang
diperlukan untuk proses pembakaran.
7

Gambar 2.3 Disain incinerator tipe batch tampak muka dan tampak samping
(sumber : Budiman, 2001)

Gambar 2.4 Disain incinerator tipe batch tampak atas


(sumber : Budiman, 2001)

Incinerator tipe batch juga sudah dirancang dengan perlengkapan pemanas


air Pradipta (2011), yang mana tipe tersebut menggunakan bahan bakar sampah
yang diletakkan pada ruang pembakaran yang telah ada. Sistem pembakarannya
tidak dapat digunakan secara terus menerus dikarenakan adanya sistem pergantian
bahan bakar, dan adanya beberapa kelemahan yaitu sistem pindah panas yang
dihasilkan belum optimum pada pipa pemanas air, perancangan tutup untuk proses
pemasukan dan proses pembuangan abu dari ruang hasil pembakaran tidak
merata, pemanfaatan energi di ruang pengendap zat padat asap yang belum
maksimal, dan penempatan lubang udara kurang tepat. Desain incinerator yang
dirancang oleh Pradipta (2011) disajikan pada gambar 2.5 berikut.
8

Gambar 2.5 Disain incinerator tipe batch (sumber : Pradipta, 2011)

oleh karena itu dibuat tipe continue agar dalam pemberian bahan bakar berupa
sampah dilakukan secara terus menerus tanpa adanya sistem pergantian bahan
bakar, dengan menggunakan sistem pengumpan berupa ruang pengumpan
(hopper) yang bersekat untuk mengurangi efek pirolisis yang terjadi pada saat
proses pengumpanan sampah ke ruang bakar.
Alat pembakar sampah (incinerator) dalam pengoperasiannya pembakaran
yang berlangsung dapat menghasilkan temperatur sebesar 815⁰C hingga 1095⁰C
(Pichtel, 2005). Dalam merancang incinerator hal-hal yang perlu dipertimbangkan
adalah jumlah udara yang diperlukan dalam pembakaran, sistem pembakaran
awal, jumlah sampah yang akan dibakar, serta bagaimana pengelolaan asap yang
dihasilkan oleh pembakaran agar tidak mencemari lingkungan.

Incinerator Tipe Batch Rancangan Pradipta 2011

Penelitian tentang incinerator yang telah dilakukan oleh Pradipta (2011),


melalui dua tahap yaitu tahap perancangan dan uji unjuk kerja. Parameter yang
diamati dalam penelitian tersebut adalah penyebaran suhu selama pembakaran,
laju pembakaran, kualitas asap hasil pembakaran, dan hasil pemanfaatan energi.
Pengambilan data dilakukan dengan cara pengamatan dan pengukuran langsung
dalam percobaan yang dilakukan. Hasil perancangan berupa alat pembakar
sampah yang terdiri atas 6 bagian yaitu, ruang pembakaran, kasa penyulut api,
cerobong asap, lubang udara, sistem penukar panas, dan ruang pengendapan zat
padat. Hasil uji unjuk kerja yang dilakukan selama pengujian alat tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan ruang pembakaran dalam menampung sampah
sebesar 0.294 m3 dengan berat sampah berkisar antara 10.5 hingga 18.3 kg
sampah kering. Suhu tertinggi pada pembakaran berkisar antara 413⁰C hingga
748⁰C. Sementara itu laju pembakaran sampah berkisar antara 2.81 kg/ jam
hingga 6.82 kg/ jam. Kualitas asap yang dihasilkan sudah cukup baik karena lebih
banyak asap berwarna putih. Pemanfaatan energi panas yang telah dilakukan
dapat meningkatkan suhu air sebesar 14⁰C hingga 18 ⁰C. Sedangkan pemanfaatan
energi di ruang pengendapan zat padat dapat menghasilkan 200 gram hingga 500
gram arang batok kelapa. Incinerator yang dirancang tersebut memiliki beberapa
kekurangan yaitu sistem pindah panas yang dihasilkan belum optimum pada pipa
9

pemanas air, perancangan tutup untuk proses pemasukan dan proses pembuangan
abu dari ruang hasil pembakaran tidak merata, pemanfaatan energi di ruang
pengendap zat padat asap yang belum maksimal, dan penempatan lubang udara
yang kurang tepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan modifikasi untuk
meningkatkan kemampuan pemanfaatan energi panas yaitu dengan perubahan
jumlah atau ukuran serta penempatan lubang udara sehingga dapat meningkatkan
suhu pembakaran atau dengan merubah konstruksi pipa pemindah panas dan
meletakkanya lebih dekat dengan sumber api. Selain itu, dapat dilakukan
pengkajian lebih lanjut mengenai pemanfaatan energi panas dalam ruang
pengendap zat padat asap. Berikut gambar desain rancangan alat pembakar
sampah (incinerator) yang dirancang oleh Pradipta (2011)

Gambar 2.6 Disain incinerator tipe batch (sumber : Pradipta, 2011)

Atas
4

Samping
3
5
Muka
1

2
Gambar 2.7 Disain incinerator tipe batch tampak atas, samping, dan muka
(sumber : Pradipta, 2011)
10

Gambar 2.7 menunjukkan disain incinerator yang dibuat oleh Pradipta (2011),
yang terbagi atas beberapa bagian yaitu
1) Dinding ruang pembakaran sebagai penutup bagian ruang pembakar, dan
mereduksi suhu pembakaran yang dihasilkan untuk dibuang keluar.
2) Lantai ruang pembakaran sebagai tempat abu hasil proses pembakaran
sampah yang telah dilakukan.
3) Cerobong asap sebagai tempat untuk membuang dan menyaring asap hasil
pembakaran.
4) Lubang udara pembakaran sebagai tempat memasukkan udara yang
dibtuhkan untuk proses pembakaran.
5) Pipa penukar panas sebagai tempat untuk memanaskan air.

Pembakaran Biomassa

Pembakaran secara umum merupakan proses bereaksinya bahan bakar


(biomassa, minyak, dan lain-lain) dengan oksigen atau dengan istilah lain disebut
oksidasi. Pada reaksi pembakaran secara umum terdapat 2 jenis pembakaran, yaitu
pembakaran sempurna dan pembakaran habis. Pembakaran habis merupakan
reaksi pembakaran yang terjadi hingga seluruh bahan bakar mengalami proses
pembakaran. Sedangkan pembakaran sempurna terjadi ketika jika semua karbon
beraksi dengan oksigen sehingga karbon mengalami proses oksidasi menjadi CO2.
Jumlah udara pembakaran secara sempurna dipengaruhi oleh jumlah udara
yang dibutuhkan untuk proses pembakaran di incinerator. Jumlah udara yang
dibutuhkan dapat didekati dengan perbandingan kebutuhan udara dan bahan
dalam reaksi pembakaran biomassa dan melalui pendekatan kandungan karbon
dan hidrogen dalam bahan bakar.

Menurut Pichtel (2005) reaksi pembakaran biomassa secara umum adalah sebagai
berikut:
CaHbOcNd + (a+b/4-(c-d)/2 O2 aCO2 +b/2H2O + dNO...............................(1)

Menurut Perry dan Chilton (1973) kebutuhan oksigen untuk proses pembakaran
dipengaruhi oleh presentase kandungan karbon dan hidrogen dalam bahan bakar.
Volume O2 yang dibutuhkan untuk pembakaran 1 kg karbon adalah 1.96 m3
sedangkan O2 yang dibutuhkan untuk membakar 1 kg hidrogen adalah 5.85 m3
(Perry dan Chilton, 1973).
Dalam pembakaran, oksigen biasanya didapat dari udara bebas. Oksigen
yang terkandung di dalam udara adalah 21 % dari total udara bebas. Kebutuhan
udara minimum untuk proses pembakaran dapat dihitung melalui persamaan
berikut (Perry dan Chilton,1973):
Wmin = (100/21) x ((1.96 x C) + (5.85 x H)) ………………………………(2)
Wmin = Kebutuhan udara minimum (m3/kg bahan bakar)
C = Kandungan karbon dalam bahan bakar (%)
H` = Kandungan hidrogen dalam bahan bakar (%)

Laju pembakaran (Bbt) dapat dihitung melalui perbandingan bobot bahan


bakar yang akan dibakar (m) dengan waktu pembakaran (t).
Bbt = m/t ........................................................................... (3)
11

Bbt = Laju pembakaran (kg /jam)


m = Bobot bahan bakar (kg)
t = Waktu pembakaran (kg/jam).

Debit udara yang yang dibutuhkan untuk pembakaran dapat dihitung dengan
mengalikan jumlah kebutuhan udara minimum dengan laju pembakaran.
Qud = Wmin X Bbt ............................................................................ (4)
Qud = Debit udara (m3/jam)
Wmin = Kebutuhan udara minimum (m3/kg bahan bakar)
Bbt = Laju pembakaran (kg/jam)

Menurut Abdullah et al. (1998) debit udara pada proses perancangan untuk
pembakaran perlu ditambahkan kelebihan udara sebesar 40% dari total debit udara
yang dibutuhkan secara teoritis.
Q = Qud (1+40%) .......................................................................(5)
Q = Debit udara perancangan (m3/detik)

Pada proses pembakaran sampah di dalam incinerator hal yang terpenting


adalah jumlah oksigen yang harus masuk ke dalam ruang pembakaran. Karena hal
tersebut akan mampengaruhi kesempurnaan pembakaran. Selain itu permulaan
pembakaran juga harus diperhatikan baik jenis dan panas yang dibutuhkan untuk
memulai pembakaran.
Energi panas pembakaran yang dihasilkan oleh suatu proses pembakaran dapat
diduga besarnya melalui beberapa pendekatan diantaranya melalui pendekatan
pancaran panas dari hasil pembakaran dan pendekatan nilai kalor yang dikandung
oleh bahan bakar per massa bahan bakar.
a. Pendekatan jumlah energi panas pembakaran berdasarkan pancaran gas
hasil pembakaran didekati melalui sifat radiasi gas yang menyerap.
Menurut McCabe et. al. (1999) gas-gas yang dihasilkan dalam proses
pembakaran memiliki kemampuan untuk memancarkan atau meyerap
panas. Besarnya energi yqng dipancarkan atau diserap tersebut dapat dicari
melalui persamaan berikut:
Q = A σ Tg4 εg ………………………………………………………………………………..(6)
q = Energi panas (Watt)
σ = Tetapan Boltzman (5.672 X 10-8 Watt/m2 K4)
Tg = Suhu absolut gas (K)
εg = Emisivitas gas
A = Luas permukaan yang menyerap panas (m2)
b. Pendekatan energi panas yang dihasilkan oleh suatu proses pembakaran
adalah melalui nilai kalor yang dikandung oleh bahan bakar. Besarnya
energi panas hasil pembakaran tersebut dapat dicari melalui persamaan
berikut:
q = ṁ x Nkl x effisiensi pembakaran ………………………….(7)
ṁ = laju massa bahan bakar (kg/s)
Nkl = Nilai kalor bahan bakar (J/kg)
12

Energi panas yang dihasilkan pada incinerator ini dapat dimanfaatkan


untuk menaikkan suhu air dengan mengunakan alat pemindah panas. Pada
penelitian ini digunakan pipa besi sebagai alat penukar panasnya.
Penanganan gas hasil pembakaran yang dihasilkan berupa gas-gas buang
(asap) memliki kandungan bahan padat. Untuk itu diperlukan penanganan agar
gas buangan tersebut bersih dan tidak mencemari lingkungan. Penanganan gas
tersebut dapat dilakukan dengan menambahkan cerobong dan ruangan
penyaringan bahan padatan pada gas.

Menurut Porges(1979) luas cerobong asap dapat didekati dengan persamaan


berikut:
A = Qc/V ………………………………………………..(8)
A = Luas Lubang Cerobong (m2)
Qc = Debit gas hasil pembakaran pada cerobong (m3/detik)
V = Kecepatan gas (m/detik)

Sedangkan tinggi cerobong dapat dihitung dengan persamaan berikut:


hd = 354 Hc ((1/T1) - (1/T2)) ……………………………(9)
hd =Tekanan udara dalam ruang pembakaran (mm.air)
Hc = Tinggi cerobong (m)
T1 = Suhu diluar cerobong (K)
T2 = Suhu didalam cerobong (K)

Suhu yang terjadi umumnya pada incinerator berkisar antara 600⁰C hingga
800⁰C. Dengan suhu pembakaran seperti itu maka ruang pengendapan zat padat
akan berkisar antara 400⁰C hingga 500⁰C. Dengan suhu seperti itu dapat
digunakan untuk pengeringan sampah yang memiliki kadar air diatas 70% dan
disalurkan ke heat exchanger yang dapat digunakan untuk memanaskan fluida
yang mengalir. Beberapa incinerator menggunakan ruang tersebut untuk
membakar kembali zat padat yang masih tersisa.

Sistem Pindah Panas

Pindah panas adalah perpindahan energi dari suatu bidang ke bidang yang
lain dengan disertai perubahan temperatur pada dua bidang tersebut (McCabe et
al, 2005). Pindah panas dapat terjadi dengan 3 metode, yaitu konduksi, konveksi
dan radiasi. Pindah panas pada pipa yang dipanaskan secara langsung akan
mengalami proses konduksi dan konveksi.
Konduksi dalam suatu bahan mengalir terdapat gradien suhu, maka kalor
akan mengalir tanpa disertai oleh sesuatu gerakan zat. Aliran kalor tersebut
disebut dengan konduksi. (McCabe et al, 2005).

Menurut Cengel (2003) secara umum besaran kalor dapat dalam konduksi dapat
dihitung melalui persamaan berikut:
q = kA dT/dr (joule) ……………………………………………….(10)
13

Besarnya nilai dT/dr dipengaruhi bentuk bidang tempat pindah panas terjadi.
Untuk silinder berlubang menurut Singh (1992) nilainya dapat dicari dengan
persamaan berikut:
dT/dr = 1/ (ln (ro/ri)) (Ti –To) ………………………….. (11)

Dari persamaan diatas maka besarnya kalor yang dipindahkan pada bidang
silinder berlubang atau pipa adalah:
q = ((2Πkl)/ ln (ro/ri)) (Ti-To) joule ………………………………….(12)
ri = Jari-jari dalam pipa (m)
ro = Jari-jari luar pipa (m)
L = Panjang pipa (m)
k = konduktivitas panas (Watt/mK)
(Ti –To) = Perbedaan pipa luar dan pipa dalam (K)

Konveksi arus partikel-partikel utama pembentuk fluida melintas suatu


permukaan tertentu, seperti bidang batas suatu volume kendali arus yang akan ikut
membawa serta jumlah entalpi tertentu. Aliran entalpi tersebut disebut dengan
konveksi (McCabe et al, 2005). Menurut Cengel (2003) nilai kalor yang
dipindahkan melalui konveksi dapat menggunakan persamaan berikut:
q = hA(Ts - T∞)…………………………………………………..(13)
q = kalor yang dipindahkan (Watt)
h = koefisien pindah panas konveksi (Watt/m2K)
A = luas permukaan dinding (m2)
(Ts - T∞) = perbedaan suhu dinding dengan suhu fluida (⁰K)

Menurut Lienhard IV dan Lienhard V (2011) konveksi dapat dibedakan


menjadi dua yaitu konveksi bebas dan konveksi paksa. Konveksi bebas adalah
perpindahan panas yang terjadi dimana aliran fluida bergerak dengan pengaruh
gravitasi tanpa dipengaruhi oleh eksternal yang lain. Sedangkan konveksi paksa
adalah proses pindah panas dimana fluida bergerak dengan disengaja dan diatur
kecepatan dan debitnya. Berdasarkan jenis aliranya konveksi dapat dabagi
menjadi dua, yaitu konveksi pada aliran laminer dan konveksi pada aliran
turbulen.

Menurut Lienhard IV dan Lienhard V (2011) konveksi pada pipa dipengaruhi oleh
bilangan reynold yang dapat dicari dengan persamaan berikut:
Re = VD/v ……………………………………………(14)
Re = bilangan reynold
V = kecepatan aliran (m/detik)
D = diameter pipa pemanas air (m)
v = viskositas kinematik (m2/detik)

Menurut Lienhard IV dan Lienhard V (2011) konveksi pada pipa dengan jenis
aliran turbulen secara konveksi paksadipengaruhi NuD dan nilai St melalui
persamaan berikut :
Nud = 0.023 Re0.8Prn
St = 0.023 Re-0.2Pr-(2/3) ……………………………………………………………..(15)
14

Persamaan tersebut berlaku jika memenuhi syarat sebagai berikut (Lienhard IV


dan Lienhard V,2011) :
a. Semua nilai dari sifat panas fluida berdasarkan suhu rata-rata
b. Nilai n = 0.3 jika fluida didinginkan, sedangkan nilai n = 0.4 jika fluida
dipanaskan.
c. Nilai Re harus lebih besar dari 104
d. Nilai Pr terletak antara 0.7 sampai 100
e. Perbandingan antara L dengan D lebih dari 60

Nilai koefisien pindah panas secara konveksi dapat dihitung melalui persamaan
berikut (Lienhard IV dan Lienhard V,2011) :
h = (kNud/D) …………………………………………………………..(16)
h = koefisien pindah panas secara konveksi (W/m2K)
k = koduktivitas panas fluida (W/mK)
D = Diameter Pipa (m)

Suhu rata-rata pindah panas yang terjadi dapat dihitung dengan persamaan berikut
(Purwadaria et al. 1996):
Tf = (T∞ + ((Ti+To)/2)) / 2 ………………………………………….. (17)
Tf = suhu rata-rata (K)
T∞ = suhu pemanasan bahan (K)
Ti = Suhu fluida saat masuk (K)
To = suhu fluida saat keluar (K)

Menurut Purwadaria et al. (1996) panjang pipa dalam suatu sistem pindah panas
secara konveksi dapat didekati melalaui persamaan berikut:
Ln ((Ti- T∞)/(To- T∞)) = St (4L/D) ………………………………………….(18)
St = Bilangan Stanton
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
T∞ = Suhu pemanasan bahan (K)
Ti = Suhu fluida masuk (K)
To = Suhu fluida keluar (K)

Safety Factor Incinerator

Desain
Desain dan pengoperasian incinerator yang tepat harus mencapai suhu
yang diinginkan, waktu, dan kondisi lain yang optimal yang diperlukan untuk
menghancurkan patogen, mengurangi emisi, menghindari pembentukan klinker
dan meniadakan abu di ruang bakar, menghindari kerusakan refraktori, dan
meminimalkan konsumsi bahan bakar. Praktek pembakaran yang baik (GCP) juga
harus diikuti dengan mengendalikan dioksin dan furan emisi (Brna dan Kilgroe,
(1989) dalam Taylor (2003)). Selain itu, seperti yang disebutkan sebelumnya,
beberapa unit skala kecil incinerator memanfaatkan peralatan pengendalian polusi
udara. Berikut tabel rekomendasi dalam pembuatan desain atau operasi
incinerator.
15

Tabel 2.2. Rekomendasi kunci untuk parameter desain atau operasi incinerator
skala kecil-menengah.

Tipe Parameter Rekomendasi


Kapasitas Laju pembakaran, kapasitas Daerah atau bagian daerah incinerator yang
tempat penyimpanan digunakan (Taylor 2003) untuk proses
pembakaran memiliki kotak penyimpanan rata-
rata 58 kg per bulan, 14 kg per minggu (~12 kg
per minggu). Pengendalian bagian mungkin
hanya 1 kg/bulan pada umumnya.
Ukuran yang tepat merupakan faktor penting.
Idealnya unit akan membakar untuk periode
yang lama (~4 jam) untuk menjaga bahan bakar
Suhu Pembakaran awal 540⁰C sampai dengan 980⁰C
Pembakaran lanjut 980⁰C sampai dengan 1200⁰C ( rekomendasi
EPA 1990)
>850⁰C atau 1100⁰C* (standar Afrika Selatan
dan Uni Eropa)
>1000⁰C atau 1100⁰C*(standar India dan
Thailand)
*) lbh dari 1% kandungan klorin pada limbah
Kontrol polusi udara,jika ada < 230⁰C
Waktu tinggal Gas (pembakaran lanjut) >1 detik
Aliran udara Total udara pembakaran Lebih 140% sampai dengan 200%
Pemasukan dan distribusi Cukup
udara pada incinerator
Pemcampuran antara bahan Pemcampuran baik
bakar dan udara
Partikel-partikel yang terbawa Dikurangi dengan menjaga kecepatan udara
oleh gas buang dari incinerator tetap utnuk menghindari aliran partikel,
terutama apabila kandungan tinggi (> 2%) abu
limbah yang terbakar
Pengendalian Suhu dan beberapa parameter Berkelanjutan untuk beberapa parameter dan
dan periodik untuk yang lainnya
pengamatan
Limbah Effisiensi pembakaran limbah >90% berat yang terbakar
Bentuk limbah yang dapat Bentuk limbah dan diikuti dengan pemasukan
mengurangi emisi dari HCl, yang berlebihan pada incinerator, terutama
D/F, logam, dan polutan yang plastic yang mengandung chlorine, logam berat
lain seperti mercuri dari termometer yang rusak, dan
lain-lain.
Pemasukkan atau pergantian Panas awal incinerator dan adanya peningkatan
dilakukan ketika kondisi suhu 800⁰C yang diikuti dengan pembakaran
operasi incinerator tepat berkelanjutan
Penutup Atap Atap mungkin dicoba untuk melindungi
operator dari hujan, tetapi juga untuk
melindungi incinerator pula.
Cerobong Tinggi Tinggi sekitar 4-5 m, dibutuhkan untuk
kecukupan penyebaran gas buang, ditambah
dengan syarat aliran udara yang tepat.
Peralatan Instalansi peralatan Banyak alat pengendali yang digunakan
pengendali pengendalian polusi udara termasuk alat pengemas, venture atau pengusap
polusi (APCD) debu kering, penyaringan yang terdapat pada
(APCD) sistem injeksi udara kering dan ESP.
Emisi polutan sekarang tidak dapat diketahui
jika tanpa APCD.
Sumber : EPA (1990), UNDP (2003), dan De Montfort dalam Taylor (2003)
16

Konstruksi
Perencanaan yang memadai, penggambaran, dan pengendalian kualitas
sangat diperlukan untuk merancang incinerator. Dimensi gambar, toleransi
perancangan, daftar bahan sangat diperlukan pula. Incinerator yang terdapat pada
negara Kenya (Taylor, 2003) menunjukkan kurangnya pengendalian kualitas yang
memadai dalam tahap konstruksi, sehingga fasilitas tidak benar-benar dirancang
dengan baik.

Operasi
Operasi umum
Operasi yang tepat sangat penting untuk mencapai parameter desain yang
diinginkan. Secara umum, produsen atau desainer peralatan harus menyediakan
prosedur manual yang membahas praktik operasi termasuk prosedur startup,
prosedur shutdown, operasi dalam kondisi normal, troubleshooting, prosedur
perawatan, rekomendasi,suku cadang, dan lain-lain. Beberapa masalah operasi
umum tercantum dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Operasi dan perawatan incinerator skala kecil

Faktor Contoh
Seleksi limbah Pembatasan limbah
Penanganan limbah Volume, kadar air
Operasi incinerator, pengamatan, dan Bahan bakar, suhu, pengisian ulang
pengendalian
Sistem kontrol polusi udara Saringan
Perawatan Tiap jam, minggu, bulanan
Keamanan Peralatan keamanan
Sumber : EPA (1990), UNDP (2003), dan De Montfort dalam Taylor (2003)

EPA (1990) memiliki panduan menyeluruh untuk prosedur operasi untuk


incinerator. Meskipun tidak semua bagian dari panduan ini sejalan dengan biaya
yang minimum untuk incinerator skala kecil yang memiliki pengawasan, kontrol
otomatis dan fitur lainnya.
De Montfort juga membuat beberapa rekomendasi diantaranya:
a. Incinerator harus sepenuhnya dipanaskan sebelum limbah
ditambahkan,dan membutuhkan waktu sekitar 30 menit atau lebih,
tergantung pada suhu lingkungan, jenis bahan bakar, kadar air bahan
bakar, dan lain-lain.
b. Kayu bakar harus memiliki kadar air rendah (<15%)
c. Suhu monitor tidak digunakan, sehingga tidak ada indikasi bahwa suhu
yang sesuai harus tercapai.
o Abu-abu atau asap hitam mengindikasikan terjadinya pembakaran
miskin dan suhu rendah.
17

o Sensor pembaca suhu harus tersedia dengan biaya murah dan sangat
disarankan bahwa unit gauge digabung, dan sampah yang dibakar harus
dalam kisaran suhu yang benar.
d. Operasi manual membutuhkan operator yang hadir selalu saat
pembakaran sampah berlangsung. Pengeringan bahan bakar setiap 5 - 10
menit.
e. Api tidak boleh padam selama pembakaran.
f. Pintu pemasukkan harus diperiksa secara teratur.

Pemasukan sampah
Jumlah limbah yang dibakar harus 2/3 dari volume total sebelum
menambahkan limbah yang lainnya
a. Operator perawatan harus memiliki pengalaman yang cukup untuk
menangani jenis kendala yang berbeda
o Bahan yang sangat basah harus dipisahkan dengan bahan kering.
o Bahan bakar panas tinggi (plastik, kertas, kartu dan tekstil kering)
membantu untuk mempertahankan suhu pembakaran.
o Limbah pencampuran yang diinginkan. Pencampuran bisa dilakukan
dengan memisahkan jenis sampah dengan kombinasi atau urutan yang
tepat.
o Operator seharusnya tidak memilah campuran limbah sebelum
pembakaran karena berbahaya.
o Karena kurangnya kontrol emisi, limbah yang mengandung klor,
belerang, nitrogen dan logam beracun harus dihindari.
b. Tindakan darurat diperlukan untuk menahan sampah dalam posisi
cukup lama untuk membakar dan untuk mencegah kegagalan proses.
c. Ketika pintu loading ditutup atau dibuka dengan cepat, pembakaran gas
mungkin melalui lubang udara.
d. Operator harus membuka pintu sambil berdiri di depan incinerator
(untuk melindungi angin dari bawah), tunggu beberapa detik untuk
setiap angin dari bawah mereda, dan beban dari samping.

Burndown atau cooldown


Burndown adalah proses persiapan incinerator yang akan digunakan untuk
proses pembakaran atau dengan kata lain disebut juga sebagai proses
pembakaran awal pada incinerator untuk medapatkan suhu yang diharapkan,
sedangkan cooldown merupakan proses yang dilakukan untuk mengeluarkan
sisa-sisa hasil pembakaran seperti sampah yang tidak terbakar sampai habis
yang masih dalam kondisi panas untuk didinginkan terlebih dahulu sebelum
dibuang. Waktu yang diperlukan harus cukup juga untuk proses pembakaran
sampah. Periode yang dianjurkan adalah 1 jam ditambah 20 menit untuk
setiap jam operasi atau biasanya 2 sampai 5 jam (EPA 1990), tapi ini akan
tergantung pada banyak faktor yang mengendalikannya.
18

Pengamatan
Pembakaran dan pengamatan emisi digunakan secara rutin untuk beberapa
tujuan, termasuk menentukan apakah incinerator tersebut benar
dioperasikan. Selain itu, pengamatan digunakan untuk memastikan
kepatuhan dengan peraturan penggunaan incinerator. Pemantauan dapat
diklasifikasikan ke dalam kategori berikut:
a. Pengamatan Sensory, misalnya, penilaian visual emisi tumpukan atau
penilaian bau.
b. Tes Stack, misalnya, pengukuran emisi untuk periode waktu singkat.
Pengujian stack dimulai pada tahun 1970-an, dan masih banyak
digunakan untuk tes khusus (dioxin, logam, dan lain-lain) Tes ini mahal,
dan menyediakan data emisi hanya untuk periode waktu yang singkat
dan mungkin tidak representatif.
c. Pemantauan emisi secara continue (continuous emission monitoring
(CEM)), misalnya, dalam pemantauan partikel-partikel debu, SO2, CO,
O2, NOx, HCl dan baru-baru Hg dilakukan secara teratur. CEM
diperlukan untuk incinerator yang lebih besar. CEM dari temperatur dan
parameter lainnya (misalnya, penurunan tekanan) juga digunakan (dan
sering diperlukan). Data CEM telah digunakan sebagai pengganti data
pengamatan emisi dan untuk menunjukkan kesesuaian kondisi
pembakaran, meskipun ada masalah, misalnya, korelasi CO menjadi
produk pembakaran tidak sempurna menjadi rendah.
Dari semua pengamatan yang ada, yang dilakukan hanya pengamatan
sensory.
Keamanan
Pertimbangan keamanan terdiri dari pencegahan infeksi, peralatan
keselamatan (untuk mencegah cedera operator), dan keselamatan kebakaran.
Beberapa rekomendasi khusus meliputi:
a. Pelindung mata dan masker wajah harus dipakai saat membuka pintu
loading atau pada saat pemeriksaan unit untuk melindungi terhadap
pecahan kaca
b. Sarung tangan dan celemek harus dipakai saat penanganan sampah.
c. Periode pendinginan yang memadai (3 sampai 5 jam) diperlukan
sebelum pembuangan abu.
d. Pembuangan abu yang tepat diperlukan.

Perawatan
Terlepas dari seberapa baik peralatan dirancang, kerusakan selama penggunaan
dalam waktu normal dan mimimnya pemeliharaan akan menyebabkan kerusakan
komponen, penurunan hasil pada kualitas pembakaran, peningkatan emisi, dan
potensi risiko terhadap operator dan publik. Operasi dan pemeliharaan juga
mempengaruhi kehandalan, efektivitas dan umur peralatan tersebut. Pada
dasarnya semua komponen incinerator skala kecil rentan terhadap kegagalan dan
membutuhkan perawatan. Tipikal pemeliharaan per jam untuk incinerator skala
kecil ditunjukkan pada Tabel 2.4 (EPA 1990).
19

Tabel 2.4. Jadwal pemeliharaan incinerator

Frekuensi Komponen Prosedur


Aktivitas
Jam Pembuangan abu Diperiksa dan dibersihkan
Hari Suhu, polusi Diperiksa operasi
Ruang abu Dibersihkan jika dipergunakan
Mingguan Pintu,engsel, Diberikan pelumas
Bulanan Ruang bakar Diperiksa dan dibuang sisa-sisa abu yang
ada
Sumber : EPA 1990 dalam Taylor (2003)

Untuk incinerator skala kecil murah, komponennya sangat rentan terhadap


kerusakkan yang disebutkan dalam beberapa laporan berikut (Taylor, 2003) :
• Pintu masukkan menjadi tersumbat.
• Cerobong asap yang berkarat dan tidak memadai, rusak, longgar atau hilang.
• Grills yang rusak atau hilang.
•Incinerator besar biasanya membutuhkan perawatan setelah 3 tahun, biaya yang
dikeluarkan sekitar 70% dari biaya konstruksi awal (Taylor 2003).

METODE PENELITIAN

Peralatan dan Bahan Penelitian

Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk membuat alat adalah peralatan
perbengkelan yang menunjang modifikasi alat. Sedangkan peralatan yang
digunakan dalam uji unjuk kerja alat adalah termokopel batang tipe K untuk suhu
pembakaran, termokopel tipe CA, Recorder tipe Yokogawa 3056, timbangan,
digital moisture tester, anemometer merek Kinomax, termometer alkohol dan
peralatan pelengkap lainnya. Berikut alat yang digunakan adalah
 Termokopel batang tipe K
Termokopel ini digunakan untuk mengukur suhu pada ruang bakar pada
bagian atas dan bawah. Nilai rentangan termokopel batang ini antara suhu
-200⁰C sampai dengan 1370⁰C.
 Termokopel tipe CA
Termokopel ini digunakan untuk mengukur suhu pada bagian-bagian
incinerator. Nilai rentangan termokopel ini hingga suhu 900⁰C.
 Recorder tipe Yokogawa 3056
Alat recorder ini digunakan untuk mencatat hasil suhu pembakaran yang
terdapat pada incinerator. Alat ini dapat membaca suhu tergantung dari
jenis termokopel yang digunakan.
20

 Timbangan
Timbangan yang digunakan untuk mengukur berat sampah yang akan
digunakan dalam pengujian. Nilai rentangan timbangan tersebut antara 0
kg sampai dengan 5 kg.
 Digital moisture tester
Digital moisture tester digunakan untuk mengukur kadar air sampah.
Diukur berdasarkan basis basah (% wet basis).
 Anemometer
Anemometer yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin.
 Termometer alkohol
Termometer alkohol yang digunakan untuk mengukur air yang
dipanaskan. Nilai rentangan termometer alkohol tersebut antara -10⁰C
sampai dengan 100⁰C.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam modifikasi desain alat adalah plat esier tebal 2
mm, plat esier tebal 5 mm, pipa dengan diameter 0.5 inch, dan besi kolom. Bahan
yang digunakan dalam pengujian alat adalah sampah padat berupa sampah
organik dan sampah anorganik. Dengan kadar air 12-16%. Sampah padat tersebut
diperoleh dari rumah tangga di kampung Babakan, Darmaga, Bogor.

Waktu dan Lokasi Penelitian

Modifikasi model dan desain alat pembakar sampah (incenerator)


dilakukan di bengkel Departemen Teknik Mesin dan Biosistem dan di
Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan
Biosistem, Institut Pertanian Bogor. Modifikasi model dan desain alat ini akan
dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan bulan Mei 2013.

Prosedur Penelitian

Penelitian dibagi menjadi tiga tahap yaitu penelitian pendahuluan,


kemudian akan dilakukan perancangan pembuatan alat, serta pengujian sistem
kerja incenerator tersebut. Bagan alirnya sebagai berikut:
21

Mulai

Penelitian Pendahuluan

Penentuan parameter
perancangan

Tahap perancangan
dan pembuatan alat
Perhitungan dan perancangan fungsional dan
struktural sesuai rencana modifikasi

Pembuatan prototype alat

Penentuan parameter pengujian

Pengujian unjuk kerja alat


Tahap pengujian alat
Tidak
Berhasil

Ya

Analisis hasil unjuk kerja dan rekomendasi

Selesai

Gambar 3.1. Bagan alir prosedur penelitian

Penelitian pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengamati dan melakukan


sistem operasi kinerja incinerator hasil modifikasi yang sudah dirancang, untuk
mengetahui metode penggunaan incinerator yang baik dan menguji kinerja
incinerator untuk mendapatkan hasil parameter yang optimal.
22

Perancangan modifikasi incinerator

Alat pembakar sampah yang akan dibuat harus mampu membakar sampah
secara sempurna. Karena pemasukan bahan bakar dirancang untuk dilakukan
secara terus menerus, maka ruang pembakaran harus memiliki sistem pemasukan
dan pengeluaran yang tepat, agar sisa-sisa sampah yang telah terbakar habis dapat
langsung dikeluarkan tanpa menggangu proses pemasukan sampah ke dalam
ruang pembakaran. Pendekatan rancangan yang akan dilakukan untuk modifikasi
alat incinerator ini dibagi menjadi dua pendekatan yaitu rancangan fungsional dan
rancangan struktural. Pembakaran yang sempurna membutuhkan jumlah oksigen
dan waktu pembakaran pertama yang tepat. Parameter yang perlu diketahui adalah
volume ruang pembakaran, jumlah udara yang dibutuhkan dalam pembakaran
yang akan dipengaruhi oleh jenis dari jumlah sampah yang akan di bakar.
Rancangan fungsional alat pembakar sampah (incenerator) yang akan
dirancang adalah alat pembakar sampah tipe continue. Pada prinsipnya model alat
pembakar sampah yang dirancang dapat dibagi menjadi 6 bagian yaitu, ruang
pembakaran,saringan sampah dan abu sampah, cerobong asap, lubang udara,
sistem penukar panas, ruang pengendapan zat padat dan selang air masuk serta
selang air keluar.

Tabel 3.1. Rancangan fungsional alat pembakar sampah

No Nama Bagian Fungsi


1 Ruang Pembakaran Tempat terjadinya pembakaran yang dilengkapi dengan
sistem pemasukan dan pengeluaran hasil pembakaran.
Pemasukan melalui bagian atas pembakaran dan
pengeluaran melalui bagian bawah ruang pembakaran
2 Saringan Sampah dan Tempat pemisahan antara sampah dengan abu sampah
Abu Sampah hasil pembakaran di ruang pembakaran
3 Cerobong Asap Tempat pengeluaran asap selama proses pembakaran
berlangsung. Dirancang terpisah dari ruang pembakaran
agar tidak mengganggu pemasukan sampah dan bahan
padat yang terbawa asap dapat diendapkan terlebih
dahulu
4 Lubang Udara Sebagai tempat masuknya udara yang dibutuhkan dalam
pembakaran. Lubang udara terletak di bagian bawah
ruang pembakaran dan terletak di dinding ruang
pembakaran.
5. Sistem Penukar Panas Sistem pemanfaatan energi panas yang dihasilkan. Dalam
desain ini menggunakan pipa yang dapat menerima panas
melalui konduksi dan meneruskan ke aliran air dalam
pipa melalui konveksi paksa.
23

No. Nama Bagian Fungsi


6 Ruang Pengendapan Ruang pengendapan zat padat asap ini berfungsi untuk
Zat Padat Asap membuat asap mengalami siklonisasi sehingga zat-zat
padat asap mengalami pengendapan di ruang ini.
Ruangan ini juga dilengkapi dengan pintu masukan dan
pintu keluaran yang dapat digunakan untuk memasukkan
batok kelapa dan mengeluarkan arang batok kelapa dari
ruangan ini.

Modifikasi yang akan dilakukan lebih fokus ke bagian sistem pindah panas
yang dihasilkan pada pipa pemanas air, perancangan tutup untuk proses
pemasukan dan proses pembuangan abu dari ruang pembakaran, pemanfaatan
energi di ruang pengendap zat padat asap, dan penempatan lubang udara. Berikut
tabel rancangan incinerator sebelumnya dan modifikasi yang akan dilakukan
berdasarkan kinerja.

Tabel 3.2. Perbandingan rancangan hasil modifikasi dengan rancangan awal

No. Nama Bagian Kinerja rancangan sebelumnya Modifikasi yang


(Pradipta,2011) dilakukan
1 Lubang Udara Jumlah dan diameter lubang Penambahan jumlah
udara belum optimum sehingga lubang udara, atau
suhu pembakaran hanya dengan memperbesar
mencapai 413⁰C - 748⁰C (luas diameter lubang udara
lubang udara : 103.29 cm2)
2 Cerobong Asap yang dihasilkan masih Perubahan konstruksi
Asap membuat pedas pada mata pada tinggi cerobong
operator (tinggi cerobong : 180 asap
cm)
3 Sistem Pemanfaatan energi untuk Menambah panjang pipa
Penukar pemanas air masih minim karena atau memperbesar
Panas hanya berkisar antara 9.97 – diameter pipa, dan
16.26 kJ (panjang pipa : 4 meter,meletakkan pipa dekat
diameter pipa : 1.27 cm) dengan dinding ruang
pembakaran
4 Ruang Pemanfaatan energi untuk proses Periode waktu
Pengendapan pengarangan masih minim karena pembakaran yang akan
Zat Padat energi panasnya hanya diterima dibuat lebih lama agar
Asap pada permukaan batok kelapa saja maksimal hasil yang
didapatkan

Penentuan rancangan struktural dari bagian-bagian alat incenerator tipe


continue tersebut, adalah sebagai berikut :
24

a. Ruang pembakaran
Setiap harinya sampah yang dihasilkan setiap orang pada
perkantoran rata-rata sebesar 0.5 - 0.75 liter/kapita/hari. Dengan demikian
jika dalam perkantoran terdapat 200 pegawai maka setiap perkantoran
tersebut sudah menghasilkan 150 liter sampah padatan.
V = 0.15 m3
Dari hasil perhitungan volume sampah yang dihasilkan perkantoran tiap
hari, maka dirancang ruang bakar dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 60 cm.
ruang bakar yang dirancang mengunakan bahan plat essier dengan
ketebalan 2 mm,kemudian dibagian bawah nya menggunakan saringan
untuk memisahkan antara sampah dengan abu sampah.

b. Saringan Sampah dan Abu


Adanya tambahan saringan antara ruang sampah dengan ruang abu
agar dapat memisahkan antara sampah yang mengalami proses
pembakaran dengan abu hasil pembakaran, ini bertujuan agar abu hasil
pembakaran tidak menghambat prosesnya pembakaran yang berujung pada
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk proses pembakaran tersebut.
Saringan tersebut menggunakan plat essier dengan ketebalan 1 mm.

c. Cerobong asap
Cerobong asap yang digunakan memiliki konstruksi berbeda dari
konstruksi cerobong sebelumnya, yang mana cerobong yang dibuat
memiliki konstruksi berupa persegi, dengan ukuran 150 mm x 150 mm
dan tinggi 1500 mm. Cerobong asap dipasang pada bagian bawah ruang
pengendap zat padat, ini bertujuan agar asap hasil pembakaran yang
terdapat di ruang bakar akan terlebih dahulu melewati batok kelapa, untuk
menyaring partikel-partikel terbang yang terikut dengan asap, sehingga
tidak secara langsung asap yang membawa partikel tersebut lepas ke
lingkungan luar, selain itu dengan konstruksi persegi akan menambah
banyaknya partikel yang tersaring jatuh ke bawah, ini disebabkan asap
yang membawa partikel tersebut mengalami benturan-benturan di sisi
cerobon asap tersebut sehingga asap yang keluar lebih bersih dan tidak
mencemari lingkungan udara luar.

d. Lubang udara
Lubang udara merupakan salah satu bagian terpenting dari alat
incinerator, lubang udara ini sangat membantu dalam hal pemberian udara
yang mengandung oksigen untuk membantu proses pembakaran yang
terjadi di ruang pembakaran. Perhitungan lubang udara ini dapat didekati
dengan menghitung kebutuhan udara untuk proses pembakaran dengan
jumlah C sebesar 15-30% dan H sebesar 2-5 % (Pichtel, 2005).
Wmin = 100/21 x [(1.96 x C) + (5.85 x H)]
Wmin = 100/21 x [(1.96 x 0.3) + (5.85 x 0.05)] = 4.1928 m3/kg

Kemudian dihitung laju pembakaran sampah (Bbt) dengan asumsi


massa jenis sampah sebesar 100 kg/m3 yaitu
Berat sampah anorganik = 100 kg/m3 x 0.15 m3 = 15 kg
25

Laju pembakaran sampah (Bbt) = berat sampah / waktu pembakaran


= 15 kg/ 2 jam
= 7.5 kg/jam
Kemudian dihitung debit udara yang dibutuhkan untuk proses pembakaran
yaitu
Debit udara yang dibutuhkan (Qud) = Wmin x Bbt = 4.1928 x 7.5
= 31.446 m3/jam = 0.008735 m3/detik
Menurut Abdullah et al. (1998) debit udara pada proses perancangan untuk
pembakaran perlu penambahan kelebihan udara sebesar 40% dari total
debit udara yang dibutuhkan secara teoritis sehingga
Debit udara perancangan (Q) = Qud (1 + 40%)
= 0.008735 (1 + 40%)
= 0.012229 m3/detik
Luas lubang cerobong asap (A) = sisi x sisi
Sisi = 0.15 m
= 0.15 x 0.15 = 0.0225 m2
Debit gas cerobong (Q) = c x A x [(2 x g x h) x ((Ti-To)/Ti)]1/2
= 0.7 x 0.0225 x [(2 x 9.81 x 1.5) x ((391.54-
300) / 391.54)]1/2
= 0.041 m3/detik
Kecepatan Udara (v) = Q / A = 0.041 / 0.0225
= 1.822 m/detik
Dengan perhitungan kecepatan angin sebesar 1.822 m/detik, maka luas
lubang udara sebesar
Luas lubang udara (A) = Q / v = 0.012229 / 1.822
= 0.0067 m2 0.007 m2
= 70 cm2
Karena, lubang udara yang dirancang memiliki diameter lubang udara
sebesar 2 cm, maka jumlah lubang udara yang dibentuk sebanyak 32 buah,
dengan persebaran lubang udara 12 buah di depan alat ruang pembakaran,
dan di bagian bawah ruang pembakaran. Lubang udara yang dirancang ini
diharapkan agar udara yang masuk melewati lubang udara ini dapat
maksimal untuk membantu proses pembakaran.

e. Sistem pindah panas


Pada rancangan alat incinerator sistem pindah panas yang dirancang
menggunakan sistem konduksi dan konveksi. Sistem konduksi dilakukan
dengan proses energi panas dari ruang bakar akan mengalir melalui sekat
pemisah antara ruang bakar dengan ruang pipa, sedangkan pada sistem
konveksi terjadi antara sekat dengan pipa air yang dipanaskan. Pada
rancangan sistem pindah panas kali ini, dilakukan untuk debit air sebesar 5
liter/menit sampai dengan 5.4 liter/menit, dan kecepatan air sebesar 0.2652
m/detik. Diameter pipa yang dirancang sebesar 2 cm, dengan suhu
pembakaran pipa sebesar 100⁰C dan air hasil pemanasan sebesar 40⁰C
sampai dengan 60⁰C. Sistem pindah panas yang akan dihitung adalah suhu
26

rata-rata, bilangan reynold, nilai stanton, dan panjang pipa. Berikut hasil
perhitungan rancang yang dilakukan
 Suhu rata-rata pipa air dengan sekat pemisah
Suhu rata-rata (Tf) = [(T∞ + ((Ti + To)/2)) / 2]
= [(404 + ((300 + 360)/2)) / 2]
= 367 K
 Bilangan Reynold
Melalui suhu rata-rata tersebut dapat diketahui nilai v = 3.19 x 10-7
m2/detik dan Pr = 1.91, sehingga bilangan Reynold dapat diketahui
Bilangan Reynold (Red) =(D x v∞) /v = ( 0.02 x 0.2652) /3.19 x10-7
= 1.64 x 104 > 104  aliran turbulen
 Nilai Stanton
Bilangan Stanton (St) = 0.023 x Red-0.2 x Pr-2/3
= 0.023 x (1.64 x 104)-0.2 x (1.91)-2/3
= 0.00214
 Panjang Pipa
Panjang pipa pemanas air (L) = ln ((Ti-T∞)/(To-T∞)) x (D / St x 4)
= ln((300-404)/(360-404)) x (0.02 /
0.00214x4)
= 3.0147 m  4 m

Dalam hal peningkatan pemanfaatan energi panas dapat dilakukan


dengan 2 cara yaitu dengan merubah diameter pipa atau merubah panjang
pipa. Dari hasil perancangan dihasilkan ukuran pipa pemanas air dengan
diameter sebesar 2 cm, dan panjang pipa sebesar 4 m, meskipun panjang
pipa yang dihasilkan sama akan tetapi dengan penambahan diameter pipa
diharapkan dapat menyerap panas maksimal dari energi panas yang
dihasilkan dari proses pembakaran. Pipa pemanas air ini diletakkan di
sebelah ruang bakar dengan adanya sekat pemisah untuk memisahkan
antara ruang pembakaran dengan pipa, selain itu sekat ini juga dapat
membantu untuk mengurangi suhu yang terlalu panas dari ruang bakar
terhadap pipa pemanas air.

f. Ruang pengendapan zat padat asap.


Ruang pengendap zat padat asap yang dirancang memiliki ukuran
50 cm x 10 cm x 60 cm. Pembuatan ruang pengendap zat padat tersebut
ditujukan agar dapat memanfaatkan energi panas dari ruang bakar berupa
asap dapat maksimal. Energi panas tersebut akan dimanfaatkan untuk
membuat arang dari batok kelapa, selain itu dengan adanya batok kelapa
juga dapat membantu proses penyaringan partikel-partikel zat buang yang
terbawa oleh asap, sehingga pada nantinya asap yang dibuang ke
lingkungan udara luar bersih dari partikel-partikel zat terbang tersebut.

Uji Unjuk Kerja Alat Pembakar Sampah (Incinerator)

Uji kinerja incinerator yang telah dirancang tersebut menggunakan


parameter kerja yang meliputi tingkat suhu pembakaran, penyebaran suhu, laju
27

pembakaran, kualitas asap hasil pembakaran, suhu air hasil pemanasan,


pemanfaatan energi panas dari asap hasil pembakaran dan safety factor.

a. Suhu Pembakaran
Suhu pembakaran yang dihasilkan oleh incinerator terdapat pada
ruang bakar incinerator tersebut. Suhu pembakaran ini merupakan
parameter yang menunjukkan keberhasilan incinerator dalam
menjalankan proses pembakaran bahan bakar yaitu sampah dengan
waktu yang secepat mungkin. Pengukuran suhu pembakaran dilakukan
di ruang bakar pada dua daerah yaitu daerah bawah dan atas ruang
bakar.

b. Penyebaran Suhu
Hasil pengukuran penyebaran suhu yang terdapat pada alat
incinerator akan menjadi parameter pemerataan suhu pembakaran alat
incinerator tesebut. Pengukuran penyebaran suhu dilakukan di beberapa
tempat yaitu ruang bakar, ruang pengumpan (hopper), ruang abu, ruang
pengendapan zat padat, cerobong asap,dan ruang pipa pemanas air.

c. Laju pembakaran
Parameter laju pembakaran sampah yang dilakukan dapat dihitung
dengan mengetahui banyaknya komposisi sampah yang terbakar dan
waktu pembakaran yang dibutuhkan untuk membakar bahan bakar
tersebut. laju pembakaran dapat diketahui dengan persamaan berikut

Laju pembakaran = (kg/jam) = m/t (kg/jam)

d. Kualitas asap hasil pembakaran


Kualitas asap hasil pembakaran dikatakan minimum apabila proses
pembakaran yang dilakukan sempurna. Meskipun ada asap yang
dihasilkan namun asap tersebut diusahakan agar tidak memiliki dampak
negatif yang terlalu besar untuk lingkungan sekitar. Untuk mengetahui
kualitas asap hasil pembakaran maka parameter yang akan dilihat adalah
warna asap, bau asap, dan partikel-partikel yang terbawa oleh asap.

e. Suhu air hasil pemanasan


Suhu air hasil pemanasan diukur untuk mengetahui seberapa besar
pemanfaatan energi panas yang digunakan untuk memanaskan air, untuk
mengetahui hal tersebut maka parameter yang dikukur adalah suhu air
masuk, suhu air hasil pemanasan, dan suhu pada pipa pemanas air.

f. Pemanfaatan energi panas dari asap hasil pembakaran


Pemanfaatan energi panas dari asap hasil pembakaran digunakan
untuk proses pengarangan yang terdapat pada ruang pengendap zat
padat, untuk mengetahui seberapa besar energi panas yang dapat
termanfaatkan untuk proses pengarangan tersebut, dapat dilihat dari
hasil batok kelapa yang mampu terarangkan dan yang tidak dapat
terarangkan, serta suhu yang terdapat pada ruang pengendap zat padat
28

tersebut juga dapat dijadikan sebagai parameter, karena dalam proses


pengarangan suhu yang dibutuhkan sebesar 300⁰C sampai dengan
400⁰C, apabila suhu yang terdapat di ruang pengendap zat padat tersebut
kurang mencapai suhu tersebut, maka pemanfaatan energi panas untuk
proses pengarangan belum maksimal.

g. Safety factor
Parameter safety factor merupakan salah satu hal yang penting
dalam alat incinerator. Safety factor ini menandakan tingkat keamanan
operator dalam menggunakan alat incinerator. Parameter yang akan
diukur adalah suhu yang terdapat pada jarak terdekat dari alat incinerator
tersebut, dengan diketahuinya suhu tersebut maka akan dapat menilai
apakah operator akan merasa aman atau tidak dalam menggunakan alat
incinerator tersebut.

Pengujian alat incinerator dilakukan, dengan melakukan pengujian. Pengujian alat


yang dilakukan sebanyak 9 kali, yang mana penelitian pendahuluan dilakukan
sebanyak 5 kali, dan penelitian inti sebanyak 4 kali. Pengambilan data
menggunakan alat pengukur suhu (termokopel) di 10 titik, yaitu di ruang
pengumpan (hopper), ruang pembakaran di bagian atas, dan di bagian bawah,
ruang abu, pipa pemanas air, sekat pemisah ruang pipadengan ruang pembakaran,
ruang pengendapan zat padat, cerobong asap, dinding ruang bakar, dan
lingkungan. Pada ruang pembakaran diambil dua titik di atas dan di bawah, ini
dilakukan utnuk mengetahui pemerataan proses pembakaran yang terjadi pada
ruang pembakaran.

Berikut tabel titik pengambilan data yang dilakukan dengan metoda pengambilan
data, yaitu
Tabel 3.3 Titik pengambilan data

No. Bagian Jumlah Titik Pengukuran


1 Ruang Pengumpan (Hopper) 1
2 Ruang Bakar 2
3 Ruang Abu 1
4 Sekat Pemisah ruang Bakar dan Ruang 1
Pipa
5 Pipa Pemanas Air 1
6 Ruang Pengendapan Zat Padat Asap 1
7 Cerobong Asap 1
8 Dinding Ruang Pembakaran 1
9 Suhu Air Masuk 1
10 Suhu Air Keluar 1
11 Suhu Lingkungan 1
29

8 9
2
6 5 4

11
50 cm
10 2
3

Gambar 3.2 Titik pengukuran

Prosedur pengujian incinerator adalah sebagai berikut :


1. Memasang alat ukur suhu pada incenerator
2. Menimbang sampah kering yang telah disiapkan untuk dibakar
3. Mengukur kadar air basis basah sampel sampah kering yang akan dimasukkan
ke dalam alat pembakar sampah dan batok kelapa yang akan di arangkan
4. Memasukkan sampah ke dalam alat pembakar sampah sebagai pembakaran
awal pada ruang pembakaran.
5. Memasukkan batok kelapa ke dalam ruang pengendapan zat padat asap
6. Mulai membakar sampah dengan menggunakan korek.
a. Pada percobaan I dan II setelah api menyala pada pagian bawah kemudian
menutup pintu alat pembakar sampah
b. Pada percobaan III dan IV setelah api menyala kemudian ditunggu hingga
api merata hingga ada jilatan api keluar pintu, kemudian menutup pintu
pemasukan.
7. Kemudian mulai menyalakan recorder.
8. Apabila pada ruang pembakaran sampah yang dijadikan pembakaran awal
mulai habis, kemudian dimasukkan sampah berikutnya untuk proses
pembakaran berkelanjutan.
9. Tunggu hingga api pada ruang pembakaran mati kemudian, kemudian lihat
suhu pada ruang pengendapan zat padat apabila sudah dibawah 70⁰C, maka
pintu pengeluaran abu sudah dapat dibuka.
30

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PERANCANGAN

Hasil perancangan incinerator yang dibuat merupakan hasil modifikasi


dari incinerator sebelumnya. Incinerator yang digunakan untuk proses modifikasi
merupakan incinerator tipe batch rancangan Pradipta (2011). Proses modifikasi
yang dilakukan terletak di beberapa bagian yaitu pada lubang udara, cerobong
asap, sistem pindah panas, dan ruang pengendap zat padat serta adanya beberapa
bagian tambahan yang digunakan untuk memberikan tambahan fungsi dari
incinerator yang dirancang tersebut.

(i) (ii)
Gambar 4.1 Rancangan incinerator awal (i), dan modifikasi (ii)

Tabel 4.1 menyajikan perbandingan rancangan antara incinerator Pradipta


(2011) dengan incinerator yang telah dimodifikasi.Dari perbandingan rancang
bangun antara incinerator awal dengan incinerator hasil modifikasi, keduanya
memiliki spesifikasi yang berbeda satu sama lain. Untuk membahas lebih lanjut
perbedaan spesifikasi dari kedua alat tersebut, maka akan dibahas tiap-tiap bagian
dari alat tersebut.
31

Tabel 4.1 Perbandingan rancangan hasil modifikasi dengan rancangan awal

No. Sistem Kerja Nama Bagian Incinerator Awal (Pradipta,2011) Incinerator Modifikasi
Keterse Posisi Ukuran Ketersediaan Posisi Ukuran
diaan
1. Sistem Pintu masuk Ada Atas Ruang 70 x 70 x - - -
Pengumpanan Bakar 0.2 cm
(loading) Ruang - - - Ada Atas Ruang 38 x 38 x
Pengumpan Bakar 15 cm (2
(Hopper) buah)
2. Sistem Ruang Bakar Ada Bagian 70 x 70 x Ada Bagian 50 x 50 x
Pembakaran Utama 60 cm Utama 60 cm
3. Sistem Pintu Keluaran Ada Depan 30 x 15 x - - -
Pembuangan Ruang 0.1 cm
(unloading) Bakar
Ruang Abu Tidak - - Ada Bawah 50 x 50 x
Ada Ruang 7 cm
Bakar

4. Sistem Sekat Pemisah Tidak - - Ada Kanan 50 x 60 x


Reduksi Ruang Bakar Ada Ruang 0.1 cm
Energi Panas dengan Ruang Bakar
Pipa Air
5. Sistem Pipa Pemanas Ada Melewati Diameter Ada Kanan Diameter :
Pindah Panas Air ruang asap : 1.27 cm Sekat 2cm
dan Panjang : Pemisah Panjang :
melingkar 400 c m 400 cm
mengelilingi
ruang
pembakaran
6. Sistem Ruang Ada Belakang 70 x 20 x Ada Belakang 55 x 10 x
Pemanfaatan Pengendap Zat Ruang 70 cm Ruang 60 cm
Panas Padat Bakar Bakar
7. Sistem Cerobong Asap Ada Atas Ruang Diameter Ada Bawah 15 x 15 x
Pembuangan Pengendap : 15 cm Belakang 150 cm
Asap Zat Padat Tinggi : Ruang
180 cm Pengendap
Zat Padat
8. Sistem Lubang Udara Ada Samping Diameter Ada Bawah Diameter :
Pemasukkan Kiri : 2 cm (12buah), 2 cm
Udara (6buah), Jumlah : Depan Jumlah :
Samping 21 buah (20buah) 32 buah
Kanan
(6buah),
Depan
(4buah), dan
Bawah
(9buah)
32

Ruang Bakar
Hasil rancangan incinerator yang dilakukan memiliki kapasitas ruang
pembakaran lebih kecil dibandingkan dengan alat incinerator sebelumnya dimana
ukuran awalnya sebesar 70 x 70 x 60 cm. Ukuran ruang pembakaran yang dibuat
adalah 50 x 50 x 60 cm dengan kapasitas 0.150 m3. Ruang pembakaran yang kecil
ini dirancang agar proses pembakaran akan terlaksana dengan cepat. Dinding
ruang bakar terbuat dari plat essier dengan ketebalan 2 mm. Rancangan
incinerator awal dilengkapi dengan kasa pembakaran yang digunakan untuk
membantu proses pembakaran awal. Pada incinerator hasil modifikasi, tidak
digunakan kasa pembakaran karena pembakaran awal dilakukan melalui ruang
abu, dimana api pembakarannya akan masuk ke dalam ruang pembakaran lewat
saringan antara ruang abu dengan ruang bakar, sedangkan penambahan saringan
sampah, dimaksudkan agar pada saat proses pembakaran apabila sampah tersebut
berubah menjadi abu maka abu tersebut dapat jatuh ke ruang abu yang terletak di
bawah ruang bakar tanpa menggangu proses pembakaran yang sedang
berlangsung. Selain itu, saringan sampah ini juga digunakan untuk menahan
sampah yang belum terbakar secara sempurna agar tidak terjatuh ke dalam ruang
abu. Saringan sampah yang digunakan memiliki ketebalan dengan ukuran 1 mm.

(i) (ii)
Gambar 4.2. Ruang pembakaran incinerator awal (i) dan modifikasi (ii)

Ruang Pengumpan (Hopper)


Pada proses pemasukan bahan bakar berupa sampah, incinerator hasil
modifikasi dilengkapi dengan sistem ruang hopper, sedangkan pada hasil
rancangan incinerator awal hanya menggunakan pintu masukan yang kurang aman
bagi operator pada saat proses pemasukkan sampah ketika terjadi proses
pembakaran. Ruang hopper yang dirancang ini terletak pada bagian atas ruang
pembakaran dan dilengkapi dengan sekat pembatas antara ruang hopper dengan
ruang pembakaran. Fungsi hopper ini dimaksudkan untuk memasukkan sampah
ke dalam ruang pembakaran. Terdapat sekat pembatas antara ruang hopper dan
ruang pembakaran yang dapat dibuka ketika memasukan sampah. Sekat pembatas
yang terdapat pada ruang hopper digunakan juga untuk mengurangi suhu yang
berlebihan pada ruang hopper agar tidak terjadi proses pirolisis di ruang hopper
tersebut, dengan adanya sekat pembatas suhu yang terdapat pada ruang hopper
turun sebesar 75 %. Ruang hopper yang dirancang memiliki ukuran 38 x 38 x 15
33

cm, ruang ini dibuat dengan jumlah ruang 2 buah yang mana ruang utama sebagai
tempat sampah loading, sedangkan ruang berikutnya sebagai tempat penyaluran
sampah, ruang penyaluran ini memiliki sudut (angle of repose) sebesar 45⁰,
dimana sudut ini merupakan sudut optimal sampah agar terjatuh ke dalam ruang
pembakaran.

Gambar 4.3. Ruang pengumpan sampah (hopper) incinerator

Gambar 4.4. Sekat pemisah ruang pengumpan sampah (hopper) incinerator

Ruang Abu
Ruang abu merupakan tempat pembuangan hasil pembakaran pada
incinerator modifikasi. Pada rancangan incinerator sebelumnya, abu hasil
pembakaran diambil secara langsung (manual) dari ruang bakar proses
pembakaran. Hal ini kurang aman bagi operator oleh karena itu, perlu
penambahan ruang abu yang dapat membantu operator untuk membuang hasil abu
pembakaran. Di dalam ruang abu tersebut terdapat tempat abu yang dijadikan
sebagai tempat buang abu yang dapat dikeluarkan setiap saat apabila ruang abu
tersebut telah penuh dengan abu tanpa menunggu proses pembakaran berakhir
seperti pada rancangan sebelumnya. Ruang abu yang digunakan sebagai tempat
mengumpulnya abu hasil pembakaran yang terjadi di ruang pembakaran tersebut
dapat dijadikan sebagai tempat pembakaran awal incinerator dan sebagai
pengumpan sistem pembakaran selanjutnya. Ruang abu ini menggunakan plat
essier dengan ketebalan 5 mm. Hal ini dirancang karena suhu yang terjadi pada
proses pembakaran tergolong tinggi sebesar 300⁰C. Tempat abu berupa piringan
34

kotak dengan gagang yang memudahkan pengeluaran dan pemasukan piringan


yang membawa abu tersebut. Ukuran piringan tersebut 50 x 50 x 6 cm.

Ruang Abu

Gambar 4.5. Ruang abu incinerator

Gambar 4.6. Tempat penampungan abu incinerator

Ruang Pengendap Zat Padat


Incinerator ini dilengkapi dengan ruang pengendapan zat padat. Ruang
pengendapan zat padat ini berisi batok kelapa, yang mana asap hasil pembakaran
yang terjadi di dalam ruang pembakaran membawa energi panas yang dapat
dimanfaatkan untuk merubah batok kelapa menjadi arang batok kelapa (proses
pengarangan). Energi panas yang dimanfaatkan ini memiliki suhu yang cukup
tinggi sekitar 300⁰C sampai dengan 400⁰C sehingga mampu melakukan proses
pengarangan tersebut. Selain itu batok kelapa ini dapat dijadikan juga sebagai
cyclone atau penyaring asap yang membawa partikel-partikel zat terbang yang
dapat membuat pencemaran udara di lingkungan, sehingga asap yang dikeluarkan
pada nantinya tidak akan membawa partikel-partikel zat yang membahayakan
lingkungan udara. Ukuran ruang pengendap zat padat ini dimodifikasi dari ukuran
ruang pengendap zat padat sebelumnya, dimana ukurannya dibuat lebih kecil.
Perubahan ukuran ini karena rancangan ruang pengendap zat padat sebelumnya
terlalu luas, sehingga proses pengarangan belum terlaksana secara keseluruhan,
dan masih ada yang belum terarangkan dengan pengecilan ruang pengendap zat
padat ini, proses pengarangan yang terjadi di dalam ruang pengendap zat padat
tersebut dapat berlangsung dengan cepat dan merata secara keseluruhan. Ukuran
35

ruang pengendap zat padat yang dirancang 55 x 10 x 60 cm, ruang pengendap zat
padat ini juga memiliki pintu masukan yang terdapat di atas untuk memasukkan
batok kelapa. Pintu keluaran yang terletak di bawah akan mengeluarkan arang
batok kelapa hasil proses pengarangan yang terjadi di ruang pengendap zat padat
tersebut.

(i) (ii)
Gambar 4.7. Ruang pengendap zat padat incinerator awal (i) dan modifikasi (ii)

Cerobong Asap
Selain ruang pengendap zat padat, terdapat cerobong asap. Cerobong asap
ini berfungsi untuk membuang asap hasil pembakaran yang terjadi pada ruang
pembakaran. Asap yang dibuang melalui cerobong asap ini juga telah mengalami
penyaringan yang terjadi di dalam ruang pengendap zat padat dimana asap yang
membawa partikel-partikel zat terbang yang berbahaya akan tersaring partikelnya
oleh batok kelapa. Konstruksi cerobong asap yang dirancang mengalami proses
modifikasi pada ukuran dan bentuk nya, yaitu dari bentuk lingkaran diubah ke
bentuk persegi. Bentuk cerobong asap yang dirancang berupa persegi tersebut
memiliki ukuran 15 x 15 x 150 cm, maksud dari perubahan bentuk cerobong asap
ini agar asap yang telah melewati ruang pengendap zat padat yang masih
membawa partikel-partikel zat terbang dapat terpisah kembali dengan adanya
benturan-benturan partikel tersebut secara maksimal pada sisi cerobong asap
tersebut. Asap yang dihasilkan kemudian tidak membuat pencemaran lingkungan
udara di sekitar dan partikel-partikel yang terbentur dengan sisi cerobong asap
tersebut dapat jatuh kembali ke dalam ruang pengendap zat padat. Terdapat
modifikasi dari cerobong asap dimana posisi cerobong asap yang sebelumnya
terletak di atas. Pada posisi ini parikel-partikel zat terbang tidak sepenuhnya
tersaring pada batok kelapa yang ada di ruang pengendap zat padat tersebut. Oleh
karena itu, posisi cerobong asap dibuat mulai dari bawah ruang pengendap zat
padat menuju ke atas. Ini dimaksudkan agar asap yang membawa partikel-partikel
zat terbang melewati batok kelapa tersaring dahulu secara maksimal sebelum
dibuang melalui cerobong asap.
36

(i) (ii)
Gambar 4.8. Cerobong asap incinerator awal (i) dan modifikasi (ii)

Sistem Pemanas Air (Pipa Pemanas Air)


Incinerator ini dilengkapi dengan pipa pemanas air yang digunakan untuk
memanaskan air agar dapat digunakan untuk keperluan perkantoran. Pemanasan
air yang terjadi pada pipa pemanas air ini memanfaatkan energi panas yang
berasal dari proses pembakaran pada ruang bakar. Pada rancangan modifikasi ini
dilakukan perubahan dimana adanya sekat antara pipa pemanas air dengan ruang
bakar. Ini bertujuan agar pipa pemanas air yang digunakan tidak cepat rusak
akibat korosi hasil dari efek pembakaran yang terjadi pada ruang bakar dengan
suhu pembakaran yang tinggi yaitu 400⁰C sampai dengan 700⁰C, hal ini juga
dipengaruhi oleh kadar oksigen semakin tinggi pada proses pembakaran maka
reaksi oksidasi akan mudah terjadi sehingga akan mempengaruhi laju reaksi
korosi yang akan semakin cepat. Sekat yang digunakan memiliki ketebalan 1mm,
dimana dengan ketebalan sekat tersebut suhu tinggi yang terdapat pada ruang
bakar mampu direduksi 50 % sehingga dihasilkan suhu yang optimal untuk
pemanasan air. Pipa air yang digunakan mengalami proses modifikasi pada bagian
diameter pipanya dimana pada rancangan sebelumnya pipa yang digunakan
memiliki diameter 1.27 cm. Pada modifikasi ini, perubahan diameternya menjadi
2 cm, dengan panjang pipa yang tetap 4 m. Perubahan diameter pada pipa
pemanas air ini dilakukan karena pada rancangan sebelumnya air yang dipanaskan
melalui pipa pemanas air hanya mencapai suhu 40⁰C dan energi panas yang
dimanfaatkan hanya sebesar 9.97 kJ sampai dengan 16.26 kJ. Dengan perubahan
diameter pipa pemanas air, suhu air yang dipanaskan meningkat menjadi 40⁰C
sampai dengan 62⁰C dan peningkatan pemanfaatan energi panas sebesar 42 kJ
sampai dengan 134,4 kJ. Dengan adanya modifikasi dari diameter dan panjang
pipa pipa pemanas air maka terjadi peningkatan suhu dan energi panas yang
dimanfaatkan untuk memanaskan air. Pada gambar di bawah ini pipa pemanas air
sebelum modifikasi mempunyai posisi melewati ruang asap dan melingkar
mengelilingi ruang pembakaran. Sedangkan setelah dilakukan proses modifikasi,
pipa pemanas air diletakkan di bagian sebelah ruang bakar dengan penambahan
sekat pemisah antara ruang bakar dengan pipa pemanas air.
37

(i) (ii)
Gambar 4.9. Pipa pemanas air incinerator awal (i) dan modifikasi (ii)

Gambar 4.10. Sekat dinding dalam incinerator modifikasi

Lubang Udara
Pada bagian ruang bakar dan ruang abu terdapat juga lubang udara.
Lubang udara ini berfungsi untuk memasukkan udara yang mengandung oksigen
semaksimal mungkin untuk membantu proses pembakaran yang terjadi pada
ruang pembakaran. Lubang udara yang dibuat dimodifikasi dari sisi jumlah lubang
udara tersebut dimana pada sebelumnya jumlah lubang udara yang dibuat hanya
21 buah dan diubah jumlahnya menjadi 32 buah. Diameter dari lubang udara tidak
mengalami perubahan, dengan ukuran sebesar 2 cm. Perubahan jumlah lubang
udara ini karena jumlah masukan udara ke dalam incinerator kurang optimal,
sehingga dengan penambahan lubang udara dapat membuat masukkan udara ke
dalam incinerator lebih optimal. Selain itu, letak lubang udara menjadi bagian
yang terpenting dimana, dengan penempatan lubang udara yang tepat yang berarti
lubang udara tersebut dapat mengoptimalkan kebutuhan udara yang masuk ke
dalam ruang pembakaran untuk proses pembakaran. Penempatan lubang udara
pada incinerator hasil modifikasi terlihat pada gambar 4.11 yang mana lubang
udara tersebut terletak di sekitar daerah ruang bakar dan ruang abu, agar udara
yang ditangkap dapat optimal untuk membantu proses pembakaran yang
berlangsung di ruang bakar tersebut.
38

Lubang Udara

(i) (ii)
Gambar 4.11. Lubang udara incinerator awal (i) dan modifikasi (ii)

HASIL UJI KINERJA ALAT

Incinerator hasil rancangan modifikasi yang dibuat merupakan hasil


penyelesaian dari berbagai macam kekurangan yang terdapat pada rancangan
incinerator sebelumnya. Beberapa kekurangan yang terdapat pada incinerator
sebelumnya yaitu sistem pindah panas yang belum optimum pada pipa pemanas
air, perancangan tutup untuk proses pemasukan dan proses pembuangan abu dari
ruang hasil pembakaran tidak benar-benar rata, pemanfaatan energi di ruang
pengendap zat padat asap yang belum maksimal, dan penempatan lubang udara
yang kurang tepat. Hasil penyelesaian tersebut kemudian akan dibandingkan
dengan hasil yang sebelumnya agar dapat diketahui apakah hasil dari proses
modifikasi yang telah dilakukan dapat menyelesaikan permasalahan pada
incinerator sebelumnya atau tidak. Tabel 5.1 menyajikan perbandingan kinerja
antara incinerator awal dengan incinerator hasil modifikasi yang telah dilakukan.
Berdasarkan data pada tabel 5.1, dapat dilihat beberapa perubahan kinerja
dibandingkan dengan incinerator awal. Kapasitas yang terdapat pada incinerator
modifikasi dibuat lebih kecil dengan volume pembakaran sebesar 0.150 m3,
dibandingkan dengan incinerator sebelumnya dengan volume pembakaran sebesar
0.294 m3, dimana dalam pembuatan incinerator tersebut disesuaikan dengan jenis
sampah yang digunakan. Sampah yang digunakan tersebut berasal dari sampah
perkantoran yang memiliki volume pembuangan lebih sedikit dibandingkan
dengan sampah rumah tangga yang digunakan pada incinerator awal. Selain itu,
pengecilan kapasitas incinerator tersebut dilakukan agar pada proses pembakaran
sampah tersebut lebih cepat dibandingkan dengan sebelumnya. Waktu
pembakaran pada incinerator modifikasi lebih cepat dibandingkan dengan
incinerator sebelumnya. Ini karena kandungan kadar air yang dimiliki oleh
sampah yang digunakan lebih sedikit, sehingga energi panas yang digunakan
untuk menguapkan kandungan air pada sampah tersebut tidak terlalu lama,
sehingga lebih terarah pada proses pembakaran sampah sampai habis.
39

Tabel 5.1 Perbandingan kinerja incinerator awal dengan incinerator modifikasi

No. Parameter Pengujian Incinerator Awal (Rancangan Incinerator


Pradipta,2011) Modifikasi
1. Kapasitas Alat 10.5 kg – 18.3 kg 10 kg – 12.5 kg
2. Kadar Air Sampah 14.52 % – 15.27 % 12.4 % – 15.3 %
No. Parameter Pengujian Incinerator Awal (Rancangan Incinerator
Galih,2011) Modifikasi
3. Waktu Pembakaran 95 menit – 285 menit 130 menit – 190
menit
4. Laju Pembakaran 2.81 kg/jam – 6.82 kg/jam 3.16 kg/jam – 5.78
kg/jam
5. Energi Pemanas Air 9.97 kJ – 16.26 kJ 42 kJ – 134.4 kJ
6. Jumlah Arang 200 gram -500 gram 200 gram – 500 gram
7. Debit Air 3 lt/menit 5 liter/menit
8. Kecepatan Air 0.394 m/detik 0.2652 m/detik
9. Kecepatan Udara 1.105 m/detik 1.822 m/detik
10. Warna Asap Putih Tak Berwarna Putih Tak Berwarna
11. Bau Asap Asap Asap
12. Zat Terbang Padat Tidak Ada Tidak Ada
Asap
13. Suhu :
Ruang Bakar Atas 413⁰C - 672⁰C 294.6⁰C – 453.7⁰C
Ruang Bakar Bawah 472⁰C – 748⁰C 322.5⁰C – 689.6⁰C
Dinding 123⁰C – 242⁰C 136.8⁰C – 284.5⁰C
Cerobong Pipa 210⁰C – 317⁰C 133.5⁰C – 326.1⁰C
Pipa Pemanas Air 130⁰C – 140⁰C 65⁰C – 155.5⁰C
Air Masuk 27⁰C – 32⁰C 28⁰C – 32⁰C
Air Keluar 42⁰C – 47⁰C 40⁰C – 62⁰C
Perubahan Air 14⁰C – 18⁰C 10⁰C – 32⁰C
Ruang Pengendap 317 ⁰C – 405⁰C 152.7⁰C – 432.4⁰C
Zat Padat
14. Jenis Sampah 60 % - 70 % Plastik, 42 % - 96 % Kertas,
70 % Kertas 50 % - 55 % Plastik,
41 % Daun Kering

Laju pembakaran yang terdapat pada incinerator awal lebih tinggi


dibandingkan incinerator modifikasi. Ini karena jenis sampah yang digunakan
sama, yaitu kertas, plastik, dan daun kering serta ranting kering, akan tetapi
komposisi jumlah tiap jenis sampah berbeda pada poses pengujiannya satu sama
lainnya. Selain itu, waktu proses pembakaran serta kadar air sampah juga
mempengaruhi laju pembakaran, yang berarti apabila sampah yang digunakan
memiliki kadar air tinggi maka waktu pembakaran lama, sedangkan apabila kadar
air pada sampah yang digunakan rendah maka waktu yang digunakan pembakaran
singkat. Energi panas yang digunakan untuk memanaskan air pada incinerator
modifikasi lebih tinggi dibandingkan dengan incinerator sebelumnya. Ini dapat
40

dibuktikan dengan perancangan sistem pindah panas alat incinerator sebelumnya


hanya mampu dapat menaikkan suhu air dari 25⁰C menjadi 40⁰C, sedangkan pada
hasil modifikasi yang dilakukan menyebabkan peningkatan perubahan air yang
dipanaskan dari suhu 28⁰C menjadi 60⁰C. Parameter yang mempengaruhi
perbedaan perubahan suhu air dingin ke air panas pada incinerator awal dan
modifikasi ini adalah konstruksi dari pipa pemanas air. Pada incinerator awal,
konstruksi pipa pemanas air memiliki diameter lebih kecil dengan ukuran sebesar
1.27 cm, dan panjang pipa sebesar 400 cm. Dibandingkan dengan hasil modifikasi
dengan diameter pipa pemanas air menjadi 2 cm, dan ukuran panjang pipa
pemanas sebesar 400 cm. Ini menyebabkan aliran air yang masuk ke dalam pipa
pemanas tersebut menjadi cepat, dan debit yang dihasilkan menjadi lebih kecil
sehingga menyebabkan air yang mengalir tersebut tidak dapat memanfaatkan
energi panas yang diberikan secara sepenuhnya. Pada konstruksi incinerator hasil
modifikasi diameter pipa pemanas air dibuat lebih besar. Diameter pipa yang lebih
besar ini menyebabkan kecepatan aliran air menjadi lebih lambat sehingga debit
aliran air yang dihasilkan lebih besar. Dengan kecepatan aliran air yang lebih
lambat ini menyebabkan aliran air yang masuk melewati pipa pemanas air dapat
memanfaatkan energi panas secara maksimal. Ini berarti dengan semakin luas
penampang pipa pemanas air menyebabkan energi panas yang terserap oleh pipa
pemanas air semakin besar. Incinerator hasil modifikasi yang dirancang juga
diberikan penambahan sekat antara ruang bakar dan pipa pemanas, yang bertujuan
untuk menghindari pemanasan berlebihan secara langsung antara ruang bakar
dengan pipa yang dapat menyebabkan korosi. Korosi terjadi karena kadar oksigen
semakin tinggi pada proses pembakaran sehingga menyebabkan reaksi oksidasi
akan mudah terjadi yang menyebabkan laju reaksi korosi yang akan semakin
cepat. Korosi ini membuat pipa menjadi rusak, akibat dari proses oksidasi tersebut
menghasilkan zat berupa lignin (100⁰C), selulosa (240-340⁰C), dan hemiselulosa
(250-500⁰C). Oleh karena itu, sekat ini sangat membantu untuk menghindari
proses korosi tersebut, dan dapat membantu menurunkan suhu yang optimal
supaya dapat diterima oleh pipa pemanas air. Peningkatan suhu air diharapkan
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang lainnya seperti mandi, cuci, proses
pasteurisasi,sterilisasi dan lain-lain.
Rancangan ruang pengendapan zat padat dengan ukuran ruang yang
diperkecil dapat meningkatkan suhu panas yang terdapat di ruangan tersebut, suhu
yang terjadi di dalam ruang pengendap zat padat antara 300 ⁰C sampai dengan
suhu 400⁰C. Ini menyebabkan proses pengarangan berlangsung secara tepat.
Selain itu, dengan memperkecil ruang tersebut, didapatkan hasil yang maksimal
dari proses pengarangan dimana arang yang dihasilkan antara 200 gram sampai
dengan 500 gram. setelah memanfaatkan energi panas dari asap yang mengalir,
asap tersebut kemudian akan dibuang melalui cerobong asap.
Hasil pembuangan asap antara cerobong asap alat incinerator awal dengan
alat incinerator hasil modifikasi ini juga tidak memilik perbedaan, dimana hasil
asap tersebut memiliki warna putih tak berwarna, bau asap, dan tidak adanya zat
terbang padat asap. Ini diakibatkan penanganan asap berupa sistem penyaringan
cukup berhasil. Sistem penyaringan yang dilakukan menggunakan sistem cyclone,
yaitu sistem yang mampu memisahkan antara asap dengan zat terbang dengan
prinsip perbedaan berat jenis. Pemisahan antara asap dengan zat terbang ini terjadi
dengan bantuan benturan-benturan yang terjadi di dalam cerobong asap persegi
41

ini. Dengan proses benturan ini, zat terbang tersebut akan jatuh ke dalam ruang
pengendap zat padat.
Bagian loading sampah dan unloading hasil pembakaran sampah sudah
lebih baik, dimana pada proses loading sampah digunakan sistem hopper atau
pengumpan. Dengan sistem pengumpan tersebut sampah yang dimasukkan dapat
dilakukan secara terus menerus tanpa mengganggu proses pembakaran yang
terjadi di ruang pembakaran selain itu dengan adanya sekat yang terdapat pada
ruang hopper dapat mencegah terjadinya efek pirolisis pada ruang hopper
tersebut. Sedangkan pada proses unloading hasil pembakaran sampah, ruang abu
yang digunakan dipisahkan dengan saringan antara ruang bakar dengan ruang abu,
yang mana fungsi dari saringan ini agar dapat mampu memisahkan sampah yang
mengalami proses pembakaran dan abu hasil pembakaran. Abu hasil pembakaran
tersebut akan masuk ke dalam ruang abu, dimana di dalam ruang abu terdapat
tempat penampungan abu, yang sewaktu-waktu dapat ditarik keluar untuk
mengeluarkan abu tersebut, tanpa mengganggu proses pembakaran yang terjadi di
ruang bakar.
Proses pembakaran di ruang pembakaran dapat terjadi dengan bantuan udara
yang masuk ke dalam ruang pembakaran yang membawa oksigen.Suhu
pembakaran pada incinerator hasil modifikasi lebih rendah dibandingkan dengan
incinerator awal. Suhu pembakaran yang dihasilkan incinerator modifikasi
diantara 294.6⁰C sampai dengan 689.6⁰C. Suhu tersebut belum optimal ini
dikarenakan pemberian udara yang dari luar belum sepenuhnya masuk ini
diakibatkan kecepatan angin yang berada di lingkungan sekitar berubah-ubah,
dimana udara yang masuk memiliki kecepatan sebesar 1 m/detik sampai dengan 2
m/detik, dan penempatan lubang udara yang kurang tepat, meskipun jumlah
lubang udara pada incinerator modifiksasi lebih banyak yaitu 32 buah
dibandingkan dengan incinerator awal yaitu 21 buah. Ini dapat dibuktikan dengan
penyebaran lubang udara yang terdapat pada incinerator modifikasi hanya terletak
di bagian sisi depan ruang bakar, dan bagian bawah ruang bakar, sedangkan pada
incinerator awal penyebaran lubang udara sangat bervariasi yaitu terletak di
bagian sisi samping kanan, sisi samping kiri, sisi depan, dan sisi bawah ruang
bakar atau dapat dikatakan bahwa pada incinerator awal pemanfaatan udara nya
lebih efektif dibandingkan dengan hasil modifikasi. Selain itu, terlihat dari laju
pembakaran juga mempengaruhi suhu pembakaran, yang berarti apabila laju
pembakaran semakin tinggi maka suhu pembakaran menjadi lebih besar,
Sedangkan apabila laju pembakaran rendah maka suhu pembakaran menjadi lebih
rendah. Berikut merupakan hasil dari proses pengujian incinerator modifikasi
berdasarkan parameter kapasitas alat, kesempurnaan pembakaran, laju
pembakaran, kualitas asap hasil pembakaran, pemanfaatan energi panas untuk
memanaskan air dan membuat arang, sisa abu hasil pembakaran, dan safety factor
.
A. Kapasitas Alat Pembakaran Sampah

Kegiatan pengujian kinerja incinerator yang dilakukan sebanyak 9 kali.


Pengujian dibagi menjadi dua bagian yaitu pengujian pendahuluan sebanyak 5
kali, dan pengujian inti sebanyak 4 kali. Pengujian pendahuluan dilakukan untuk
menentukan kondisi dan metode yang terbaik dalam penggunaan incinerator yang
telah dirancang. Dalam pengujian kali ini, bahan bakar yang digunakan adalah
42

sampah jenis anorganik yang berasal dari Kampung Babakan, Darmaga,


Kabupaten Bogor. Sampah anorganik yang dipakai memiliki komposisi berupa
kertas, botol, plastik, dan ranting serta daun kering. Pada proses pengujian kinerja
alat, incinerator tersebut sampah yang dijadikan sebagai bahan bakar dilakukan
pengisian secara terus menerus.

Tabel 5.2. Komposisi, jumlah, jenis, dan kadar air sampah yang digunakan dalam
pengujian

Percobaan ke- Berat Sampah (kg) Total Persentase Kadar Air


Kertas Botol dan Ranting Sampah Sampah (%) rata-rata
Plastik dan Daun (kg) (%)
Kering
Pendahuluan I 12 0.5 0.0 12.5 96 % kertas 13.9
Pendahuluan II 6 4.0 0.0 10.0 60 % kertas 13.4
Pendahuluan III 7 4.0 1.0 12.0 58.3 % kertas 14.6
Pendahuluan IV 5 2.5 2.5 10.0 50 % kertas 15.3
Pendahuluan V 3 5.0 2.0 10.0 50 % plastik 14.8
Inti I 4 5.5 0.5 10.0 55 % plastik 14.3
Inti II 5 5.0 1.0 11.0 45 % kertas 14.7
Inti III 5 4.0 3.0 12.0 42 % kertas 13.6
Inti IV 4 2.5 4.5 11.0 41 % daun 12.4
kering

Dari tabel pengujian kinerja alat didapatkan bahwa kapasitas dari alat
incinerator yang dirancang antara 10 kg sampai dengan 12.5 kg. Kapasitas yang
dihasilkan dapat beragam, dikarenakan komposisi dari sampah yang digunakan
berbeda-beda antara satu pengujian dengan pengujian yang lainnya. Massa jenis
sampah anorganik pada umumnya 100 kg/m3, dengan ukuran ruang bakar 50 x 50
x 60 cm, didapatkan kapasitas alat incinerator tersebut sebesar 15 kg. Apabila
dibandingkan dengan uji coba yang dilakukan, sampah yang terisi tidak penuh
diakibatkan pemasukkan bahan bakar yang secara terus menerus, dan adanya
pemberian ruang kosong yang terletak di atas ruang bakar untuk mendapatkan
udara yang cukup agar dapat membantu proses pembakaran yang terjadi di ruang
pembakaran tersebut.
43

Gambar 5.1.Perbandingan berat sampah yang digunakan dalam pengujian

Pada penelitian pendahuluan 1 sampai pada penelitian pendahuluan 4,


sampah yang digunakan masih menggunakan sampah kertas pada umumnya.
Tetapi, jumlah berat sampah kertas yang digunakan berkurang. Penambahan
sampah jenis lain berupa sampah botol dan plastik, dan sampah ranting dan daun
kering, menyebabkan kadar air yang dimiliki oleh sampah tersebut menjadi
berubah dari yang sebelumnya. Pada penelitian pendahuluan 1, jenis sampah yang
digunakan masih kering sehingga kadar air nya sebesar 13.9 %. Dengan
berkurangnya jenis sampah kertas yang digunakan menyebabkan kadar air
meningkat dibandingkan dengan sebelumnya. Ini dapat dibuktikan bahwa kadar
air yang terdapat pada penelitian pendahuluan 3 dan pendahuluan 4 lebih tinggi
yaitu sebesar 14.6 % dan 15.3 %. Pada penelitian pendahuluan 5 dan penelitian
inti 1, sampah yang digunakan di dominasikan oleh sampah botol dan plastik,
sehingga kadar air yang dihasilkan pun tinggi juga, namun pada penelitian inti 1
sampah plastik yang digunakan lebih dominan sampah plastik dari jenis
pembungkus makanan dan minuman yang digunakan oleh orang, sehingga kadar
air nya sedikit berkurang dari penelitian pendahuluan 5. Pada penelitian inti 2 dan
penelitian inti 3, kadar air sampah yang digunakan berbeda. Pada penelitian inti 2,
kadar airnya sebesar 14.7 %. Sedangkan pada penelitian inti 3 kadar airnya
sebesar 13.6 %. Perbedaan ini karena pada penelitian inti 3 lebih didominasikan
oleh sampah kertas kembali, sehingga kadar air yang dihasilkan lebih berkurang
dari yang sebelumnya. Pada penelitian inti 4 sampah yang digunakan berupa
sampah ranting dan daun kering, dimana kadar air yang dikandung sangat rendah
yaitu 12.4 %.
Dari pengujian kapasitas alat yang dilakukan, didapatkan bahwa massa
sampah yang digunakan untuk proses pembakaran pada incinerator dipengaruhi
oleh massa jenis dan kadar air dari sampah tersebut. Massa jenis yang dimiliki
oleh sampah berbeda satu sama lain. Apabila massa jenis sampah yang dimiliki
lebih kecil maka massa sampah tersebut kecil sedangkan apabila massa jenis
sampah tersebut besar maka massa sampah yang dimiliki besar pula. Kadar air
pun juga mempengaruhi massa sampah yang digunakan. Semakin tingginya kadar
44

air maka massa sampah semakin berat. Selain itu dengan meningkatnya kadar air
menyebabkan waktu pembakaran sampah yang dilakukan semakin lama.

B. Kesempurnaan Pembakaran
Kesempurnaan pembakaran pada incinerator berkaitan erat dengan
penyebaran suhu yang terdapat pada incinerator tersebut. Apabila penyebaran
suhu yang terjadi merata maka hasil yang didapatkan dari proses pembakaran
tersebut akan maksimal. Kesempurnaan pembakaran juga menandakan bahan
bakar yang habis terbakar secara sempurna. Berikut merupakan data persebaran
suhu yang maksimal pada ruang pembakaran dan dinding ruang pembakaran.

Tabel 5.3. Nilai tertinggi sebaran suhu ruang pembakaran dan dinding ruang
pembakaran

Percobaan ke- Suhu Maksimal (⁰C)


Ruang Bakar Ruang Bakar Atas Dinding
Bawah
Pendahuluan I 566.2 453.7 185.4
Pendahuluan II 597.7 366.6 284.5
Pendahuluan III 322.5 313.8 185.0
Pendahuluan IV 667.8 392.1 192.4
Pendahuluan V 562.0 387.5 272.6
Inti I 449.2 294.6 197.0
Inti II 628.8 377.1 141.0
Inti III 645.1 391.6 153.5
Inti IV 689.6 347.9 136.8

Dari pengujian incinerator yang dilakukan didapatkan bahwa suhu


pembakaran pada ruang bakar antara 294.6⁰C sampai dengan 689.6⁰C . Suhu yang
paling maksimal didapatkan pada inti 4, dimana bahan bakar yang digunakan
lebih dominan dengan ranting dan daun kering. Ranting dan daun kering yang
digunakan pun memiliki kadar air yang rendah sehingga energi yang digunakan
untuk proses penguapan air sangat rendah, yang menyebabkan proses pembakaran
berlangsung dengan suhu yang tinggi.
Proses pembakaran yang terjadi tidak terlalu maksimal, dimana suhu
pembakaran yang diinginkan tidak tercapai. Suhu pada incinerator pada umumnya
antara 815⁰C sampai dengan 1095⁰C. Suhu pembakaran yang tidak mencapai titik
tersebut diakibatkan adanya beberapa faktor, antara lain lubang udara, kadar air,
jenis bahan bakar yang digunakan, dan adanya sistem heat exchanger (sistem
pindah panas). Lubang udara, merupakan tempat yang digunakan pada ruang
pembakaran sebagai tempat masuknya aliran udara yang membawa kandungan
oksigen untuk proses pembakaran. Suhu yang tidak maksimal pada ruang
pembakaran diakibatkan posisi lubang udara yang kurang tepat, sehingga aliran
udara yang masuk untuk proses pembakaran pada ruang bakar kurang optimal.
Kadar air, dan jenis sampah yang digunakan juga mempengaruhi kesempurnaan
pembakaran yang terjadi, dimana apabila kadar air bahan bakar yang tinggi
menyebabkan suhu pembakaran berkurang. Sistem heat exchanger (sistem pindah
panas) akan memanfaatkan energi panas dari pembakaran di ruang pembakaran
tersebut. Sehingga menyebabkan penurunan suhu akibat pemanfaatan energi
panas yang ada. Suhu yang terdapat pada dinding ruang bakar 136.8 ⁰C sampai
45

dengan 284.5⁰C, Terjadi penurunan suhu antara ruang bakar dengan dinding ruang
bakar ini terjadi akibat adanya aliran udara panas dari ruang bakar menuju dinding
ruang pembakaran.

C. Laju Pembakaran
Laju pembakaran merupakan suatu parameter yang menandakan sejumlah
waktu yang dibutuhkan untuk membakar habis secara sempurna bahan bakar.
Pada penelitian ini, bahan bakar yang digunakan adalah sampah. Setiap jenis
sampah yang dijadikan sebagai bahan bakar memiliki laju pembakaran yang
berbeda satu sama lain.

Tabel 5.4. Data hasil pengujian incinerator

Percobaan ke- Massa Persentase Kadar Waktu Laju


Sampah Sampah (%) Air rata- Pembakaran Pembakaran
(kg) rata (%) (menit) (kg/jam)
Pendahuluan I 12.5 96 % kertas 13.9 130 5.78
Pendahuluan II 10.0 60 % kertas 13.4 155 3.87
Pendahuluan III 12.0 58.3 % kertas 14.6 180 4.00
Pendahuluan IV 10.0 50 % kertas 15.3 190 3.16
Pendahuluan V 10.0 50 % plastik 14.8 175 3.43
Inti I 10.0 55 % plastik 14.3 190 3.16
Inti II 11.0 45 % kertas 14.7 190 3.47
Inti III 12.0 42 % kertas 13.6 180 4.00
Inti IV 11.0 41 % daun 12.4 180 3.66
kering

Pada tabel hasil pengujian yang telah dilakukan di atas terlihat bahwa
dengan jumlah massa sampah yang sama memiliki laju pembakaran yang berbeda.
Dengan jumlah massa sampah sebesar 10 kg, didapatkan bahwa pada pengujian
pendahuluan 2 memiliki laju pembakaran sebesar 3.87 kg/jam, kemudian pada
pengujian pendahuluan 4 didapatkan laju pembakaran sebesar 3.16 kg/jam, pada
pengujian pendahuluan 5 didapatkan laju pembakaran sebesar 3.43 kg/jam, dan
pada pengujian inti 1 didapatkan laju pembakaran sebesar 3.16 kg/jam. Dengan
massa bahan bakar sebesar 11 kg, didapatkan laju pembakaran pada pengujian inti
2 sebesar 3.47 kg/jam, dan pengujian inti 4 sebesar 3.66 kg.jam. Pada pengujian
dengan massa bahan bakar sebesar 12 kg didapatkan laju pembakaran pada
pengujian pendahuluan 1 sebesar 5.78 kg/jam, dan pengujian pendahuluan 3
sebesar 4.00 kg/jam.
46

Gambar 5.2. Grafik laju pembakaran sampah

Perbedaan laju pembakaran yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa


faktor yaitu antara lain komposisi bahan bakar yang digunakan, kadar air yang
dikandung oleh komposisi bahan bakar yang digunakan, dan kebutuhan udara
yang digunakan untuk membantu proses pembakaran tersebut. Apabila dilihat dari
sisi kebutuhan udara, ini dapat diketahui dari kecepatan angin yang dibutuhkan
untuk membantu proses pembakaran yang terjadi di ruang bakar tersebut, yang
mana pada pengujian pendahuluan 1 didapatkan kecepatan angin rata-rata sebesar
0.43 m/s, pengujian pendahuluan 2 sebesar 0.81 m/s, pengujian pendahuluan 3
sebesar 0.45 m/s, pengujian pendahuluan 4 sebesar 0.72 m/s, pengujian
pendahuluan 5 sebesar 1.15 m/s, pengujian inti 1 sebesar 0.91 m/s, pengujian inti
2 sebesar 0.78 m/s, pengujian inti 3 sebesar 0.69 m/s, dan pengujian inti 4 sebesar
0.65 m/s, adapun faktor-faktor ng membantu dalam proses pembakaran adalah
kecepatan angin, komponen sampah, dan kadar air dari sampah yang digunakan.
Apabila kadar air pada sampah yang digunakan semakin banyak maka energi
panas yang diperlukan untuk menguapkan air yang terkandung dalam sampah
tersebut semakin banyak. Sedangkan apabila kadar air sampah nya sedikit maka
energi panas yang digunakan untuk menguapkan kadar air tersebut sangat sedikit.
Selain itu, apabila dilihat dari tabel dan grafik di atas maka kertas memiliki laju
bakar yang tinggi ini diakibatkan kemudahan terbakarnya kertas tersebut,
dibandingkan dengan jenis sampah yang lainnya. Sehingga, untuk mengetahui
laju pembakaran sampah maka ketiga parameter tersebut yaitu, kadar air,
komposisi sampah, dan kecepatan angin sangat penting untuk diketahui.

D. Kualitas Asap Hasil Pembakaran


Asap hasil pembakaran merupakan salah satu parameter yang penting pada
incinerator. Asap yang dihasilkan dari incinerator tersebut tidak boleh mencemari
lingkungan udara, sehingga asap tersebut harus memiliki ciri-ciri warna yang
baik, bau yang baik, dan kandungan zat terbang yang sangat sedikit.
47

Tabel 5.5. Suhu dan kualitas asap

Percobaan ke- Suhu Warna Asap Bau Asap Zat Terbang


Maksimum Pada Asap
Cerobong
(⁰C)
Pendahuluan I 183.1 Putih tak berwarna Sampah sedikit Tidak ada zat
terbuang
Pendahuluan II 209.4 Putih tak berwarna Sampah sedikit Tidak ada zat
terbuang
Pendahuluan III 199.4 Putih tak berwarna Sampah sedikit Tidak ada zat
terbuang
Pendahuluan IV 258.7 Putih tak berwarna Sampah sedikit Tidak ada zat
terbuang
Pendahuluan V 133.5 Putih tak berwarna Sampah sedikit Tidak ada zat
terbuang
Inti I 160.5 Putih tak berwarna Sampah sedikit Tidak ada zat
terbuang
Inti II 225.0 Putih tak berwarna Sampah sedikit Tidak ada zat
terbuang
Inti III 326.1 Putih tak berwarna Sampah sedikit Tidak ada zat
terbuang
Inti IV 191.6 Putih tak berwarna Sampah sedikit Tidak ada zat
terbuang

Suhu cerobong yang dihasilkan juga tidak terlalu tinggi, yang mana suhu
yang dihasilkan antara 133.5⁰C sampai dengan 326.1⁰C, ini diakibatkan adanya
penurunan suhu dari ruang pembakaran menuju cerobong melewati ruang
pengendap zat padat. Pada ruang pengendap zat padat tersebut energi panas yang
terbawa dimanfaatkan untuk proses pengarangan sehingga suhu asap tersebut
semakin menurun. Menurunnya suhu asap tersebut, juga dipengaruhi oleh panjang
nya lintasan yang dilalui oleh asap tersebut untuk menuju ke luar incinerator,
dimana apabila semakin panjang lintasan yang dilalui oleh asap tersebut, maka
penurunan suhu pada asap tersebut akan semakin rendah. Panjangnya lintasan
aliran asap sebanding dengan penurunan dari suhu asap itu sendiri.
Dari tabel pengujian yang dilakukan didapatkan juga bahwa asap yang
dihasilkan memiliki warna putih tak berwarna, memiliki bau sampah hasil
pembakaran sedikit, dan tidak adanya zat terbang yang terbawa oleh asap tersebut.
48

Gambar 5.3. Asap hasil pembakaran

Ciri-ciri asap yang tidak menyebabkan pencemaran udara tersebut dapat


tercapai apabila dalam hal penanganan asap tersebut juga secara cermat dapat
dilakukan. Salah satu nya yaitu mendesain cerobong asap yang sesuai, sehingga
dapat membantu mengurangi zat terbang yang terbawa oleh asap hasil
pembakaran tersebut. Cerobong asap yang dirancang berbentuk persegi, ini
menyebabkan terdapat beberapa bagian yang memiliki bentuk fisik menyudut,
bentuk fisik menyudut ini menyebabkan asap yang membawa zat terbang tersebut
akan membentur di sisinya, sehingga secara tak langsung dapat membantu juga
untuk memisahkan antara asap dengan zat terbang tersebut, yang menyebabkan
zat terbang tersebut akan jatuh ke bawah untuk ditampung di dalam ruang
pengendapan zat padat.

E. Suhu Air Hasil Pemanasan


Pada proses pembakaran sampah yang dilakukan oleh incinerator, panas
yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk proses kegiatan lainnya, yaitu
pemanasan air. Proses pemanasan air ini dilakukan untuk memanaskan air untuk
mendapatkan air panas yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga,
kantor, dan lain-lain diantaranya untuk mencuci peralatan-peralatan, kegiatan
mandi, dan lain-lain.
Pada proses pemanasan air pengujian kali ini, debit aliran air yang
digunakan sebesar 5 liter/menit sampai dengan 5.4 liter/menit, yang mana debit
aliran air tersebut melewati pipa pemanasa air dengan panjang 4 meter, dan
diameter pipa sebesar 2 cm.
49

Tabel 5.6. Nilai tertinggi dari suhu sekat, pipa, suhu air masuk, suhu air hasil
pemanasan, dan energi pemanasan air

Percobaan ke- Suhu Maksimum (⁰C) ΔT (⁰C) Energi


Sekat Pipa Air Masuk Air Keluar (kJ)
Pendahuluan I 287.6 76.3 30.0 40.0 10.0 42.0
Pendahuluan II 338.7 65.0 32.0 60.0 28.0 117.6
Pendahuluan III 246.4 106.8 30.0 56.0 26.0 109.2
Pendahuluan IV 233.5 111.1 28.5 62.0 23.5 98.7
Pendahuluan V 157.2 111.2 28.5 54.0 25.5 107.1
Inti I 137.4 106.1 29.0 50.0 21.0 88.2
Inti II 187.7 155.5 28.0 55.0 27.0 113.4
Inti III 218.2 146.5 28.0 52.0 24.0 100.8
Inti IV 188.4 90.6 28.0 60.0 32.0 134.4

Perubahan suhu air yang dihasilkan ini dipengaruhi oleh energi panas yang
dihasilkan dari proses pembakaran yang dilakukan pada ruang pembakaran.
Proses pembakaran dengan jenis bahan bakar yang berbeda dapat menghasilkan
energi panas yang berbeda, dari tabel pengujian yang telah dilakukan didapatkan
suhu air yang telah dipanaskan mencapai suhu antara 40⁰C sampai dengan 62⁰C.
Pada pengujian inti 4, memiliki perubahan suhu yang tinggi.

Gambar 5.4. Grafik perubahan suhu air maksimum hasil pemanasan

Perubahan suhu air yang tinggi pada percobaan inti 4 diakibatkan pada
saat pengujian tersebut bahan bakar yang digunakan berupa sampah daun dan
ranting-ranting kering yang mana daun dan ranting kering tersebut memiliki kalor
jenis yang tinggi dan kadar air yang rendah Ini menyebabkan api yang membakar
daun dan ranting kering tersebut tidak memerlukan waktu yang lama untuk
menguapkan air dari bahan tersebut, sehingga menghasilkan suhu yang tinggi
yang menyebabkan meningkatnya energi panas yang dihasilkan untuk
memanaskan air tersebut.
50

Gambar 5.5. Grafik energi pemanasan air

Pengujian inti 4 dimana pada pengujian tersebut dihasilkan energi panas


sebesar 134.4 kJ. Dari hasil pengujian pemanasan air dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemanasan air adalah energi panas yang
digunakan, yang mana apabila semakin tinggi energi panas yang dihasilkan maka
perubahan suhu air semakin tinggi pula, selain itu untuk menghasilkan energi
panas yang tinggi maka diperlukan juga bahan bakar sampah yang memiliki kalor
jenis yang tinggi, dan kadar air yang rendah.

F. Pemanfaatan Energi Pada Ruang Pengendap Zat Padat


Pemanfaatan energi panas hasil pembakaran yang terjadi di ruang bakar
tidak hanya digunakan untuk proses pemanasan air, melainkan juga digunakan
untuk proses pengarangan yang dilakukan di ruang pengendap zat padat.
Pemanfaatan energi panas yang terjadi di ruang pengendap zat padat
menggunakan bantuan asap pembawa energi panas hasil dari proses pembakaran
di ruang pembakaran, yang kemudian energi panas tersebut akan memanaskan
batok kelapa yang terdapat pada ruang pengendap zat padat menjadi arang batok
kelapa. Berikut tabel yang menjelaskan nilai suhu yang tertinggi pada ruang
pengendap zat padat dan jumlah batok kelapa yang terarangkan.

Tabel 5.7. Nilai suhu tertinggi di ruang pengendap zat padat dan jumlah arang
yang dihasilkan

Percobaan ke- Suhu Maksimum Ruang Pengendapan Jumlah Arang yang Dihasilkan
Zat Padat (⁰C) (gram)
Pendahuluan I 329.1 250
Pendahuluan II 410.6 250
Pendahuluan III 234.8 0
Pendahuluan IV 373.8 200
Pendahuluan V 152.7 0
Inti I 164.5 0
Inti II 308.4 500
Inti III 370.2 200
Inti IV 432.4 400
51

Suhu yang dihasilkan untuk proses pengarangan pada umumnya sebesar


300⁰C sampai dengan 400⁰C. Dari tabel data pengujian yang dilakukan didapatkan
suhu yang terdapat pada ruang pengendapan zat padat antara 152.7 ⁰C sampai
dengan 432.4⁰C. Suhu yang dihasilkan dari proses pengujian tersebut dapat
menghasilkan arang sebesar 200 gram sampai 500 gram. Suhu yang dihasilkan
tersebut didapatkan secara maksimal dikarenakan pada proses pembakaran yang
terjadi di ruang bakar juga sangat tinggi, sehingga menyebabkan asap yang
membawa energi panas sangat besar untuk dimanfaatkan pada ruang pengendap
zat padat untuk proses pengarangan.

Gambar 5.6. Hasil pengarangan batok kelapa

Gambar 5.7. Grafik jumlah arang batok kelapa yang dihasilkan

Energi panas yang dimanfaatkan pada ruang pengendapan zat padat terjadi
secara konveksi dan konduksi. Pemanfaatan energi panas di ruang pengendapan
52

zat padat secara konduksi terjadi dengan adanya sekat pemisah antara ruang bakar
dengan ruang pengendap zat padat, sehingga energi panas yang digunakan untuk
pengarangan akan merambat melalui sekat tersebut untuk mengarangkan batok
yang menempel pada sekat. Sedangkan dengan cara konveksi energi panas yang
dimanfaatkan untuk proses pengarangan didapatkan dengan bantuan aliran asap
yang melalui batok kelapa tersebut. Dari hasil pemanfaatan konduksi dan
konveksi pemanfaatan energi panas untuk pengarangan lebih besar terdapat
dengan cara konduksi, karena suhu panas yang dihantarkan tidak terlalu jauh
dengan suhu pembakaran yang terjadi pada ruang pembakaran, sehingga arang
batok kelapa yang dihasilkan akan maksimal. Selain itu faktor jenis sampah yang
digunakan juga turut mempengaruhi suhu yang terdapat pada ruang pengendapan
zat padat tersebut. Rendemen arang yang dihasilkan dari proses pengarangan,
dapat diketahui juga untuk tingkat keberhasilan energi panas untuk menghasilkan
arang batok kelapa.

Tabel 5.8 Nilai rendemen arang yang dihasilkan

Percobaan ke- Berat Bahan (kg) Rendemen (%)


Batok kelapa Arang Arang
Pendahuluan I 5.00 0.25 5.00
Pendahuluan II 4.00 0.25 6.25
Pendahuluan III 3.50 0.00 0.00
Pendahuluan IV 3.00 0.20 6.67
Pendahuluan V 3.00 0.00 0.00
Inti I 3.00 0.00 0.00
Inti II 3.00 0.50 16.60
Inti III 3.00 0.20 6.67
Inti IV 3.00 0.40 13.33

Gambar 5.8. Grafik hasil rendemen arang

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan bahwa persentase rendemen arang
yang dihasilkan antara 0 % sampai dengan 16.60 %. Rendemen arang yang
dihasilkan, dapat disimpulkan bahwa semakin besar rendemen arang, maka
53

semakin banyak arang yang dihasilkan, sedangkan apabila semakin rendah


rendemen arang maka arang yang dihasilkan semakin rendah. Hasil arang tersebut
dipengaruhi oleh suhu yang terjadi pada proses pembakaran di ruang bakar, dan
pemanfaatan energi panas di ruang pengendapan zat padat, yang mana dengan
semakin tingginya suhu maka energi panas yang dihasilkan untuk pembakaran
dan untuk pemanfaatan pembuatan arang di ruang pengendapan zat padat akan
berjalan dengan baik.

G. Sisa Abu Hasil Pembakaran


Hasil pembakaran yang terjadi di ruang bakar juga menghasilkan produk
samping yaitu berupa abu, Dari hasil pengujian yang dilakukan perhitungan sisa
abu yang dihasilkan, guna untuk mengetahui persentase abu yang terbentuk.

Tabel 5.9. Persentase sisa abu yang dihasilkan

Percobaan ke- Berat Bahan (kg) Persentase Sisa Abu (%)


Sampah Abu
Pendahuluan I 12.5 2.0 16.00
Pendahuluan II 10.0 1.1 11.00
Pendahuluan III 12.0 2.0 16.67
Pendahuluan IV 10.0 1.5 15.00
Pendahuluan V 10.0 1.2 12.00
Inti I 10.0 1.5 15.00
Inti II 11.0 1.0 9.09
Inti III 12.0 1.0 8.33
Inti IV 11.0 1.5 13.63

Gambar 5.9 Grafik sisa abu hasil pembakaran

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan bahwa persentase sisa abu
didapatkan antara 8.33 % sampai dengan 16.67 %. Proses terbentuknya sisa abu
berkaitan erat dengan suhu pembakaran yang terjadi di ruang bakar. Pembakaran
sampah akan menghasilkan hasil samping berupa asap, dan abu atau tar. Apabila
persentase sisa abu yang dihasilkan sedikit ini berarti bahwa sampah yang dibakar
menghasilkan asap, sehingga asap ini dapat dimanfaatkan untuk proses
54

pengarangan di ruang pengendap zat padat dan pemanasan air di pipa pemanas air
karena membawa energi panas, sedangkan apabila persentase sisa abu yang
dihasilkan tinggi, ini mengakibatkan banyak sampah yang terbakar tersebut
menjadi abu yang menyebabkan energi panas yang dihasilkan rendah sehingga
tidak dapat dimanfaatkan untuk proses pengarangan maupun pemanasan air yang
ada di dalam incinerator tersebut.

H. Safety Factor
Proses pembakaran dengan menggunakan alat incinerator diperlukan tingkat
safety factor yang cukup baik, dimana dengan tingkat safety factor yang sesuai
operator akan merasa aman dalam menjalankan alat tanpa mengalami kecelakaan
dan resiko yang berarti. Berikut merupakan suhu lingkungan di luar incinerator
dengan jarak 50 cm dari incinerator.

Tabel 5.10 Suhu ligkungan incinerator dengan jarak dari incinerator 50 cm

Percobaan ke- Suhu maksimum luar incinerator pada jarak 50 cm (⁰C)


inti 1 193.4
inti 2 101
inti 3 113.5
inti 4 96.8

Gambar 5.10 Grafik suhu luar incinerator dengan jarak 50 cm

Pada dasarnya suhu yang terjadi pada jarak 50 cm dari incinerator adalah
sebesar 80⁰C sampai dengan 110⁰C (Anonim, 2012). Dari hasil uji coba yang
dilakukan, suhu di luar dengan jarak 50 cm dari incinerator diantara 96.8⁰C
sampai dengan 193.4⁰C. Hasil ini dianggap kurang aman oleh operator apabila si
operator menjalankan alat incinerator tersebut pada jarak 50 cm, akan tetapi
apabila si operator dalam menjalankan alat operator sesuai dengan standar
operasional dan menggunakan peralatan keamanan diyakinkan dengan hasil suhu
tersebut tidak akan membahayakan si operator. Peralatan keamanan yang
55

digunakan antara lain kacamata anti api, baju longgar, sarung tangan, dan lain-
lain.

I. Efektifitas dan Efisiensi Incinerator


Proses pembakaran sampah dengan menggunakan incinerator juga
memerlukan uji efektifitas dan efisiensi. Tingkat efektifitas dan efisiensi dari
incinerator menandakan keberhasilan kinerja dari incinerator tersebut. Tingkat
efektifitas dan efisiensi dari incinerator dapat diketahui dari parameter komposisi
bahan bakar yang digunakan, suhu pembakaran, penyebaran suhu, kecepatan
udara, kandungan air (kekeringan sampah), laju pembakaran, dan percampuran
oksigen. Penyebaran suhu pembakaran dapat dijadikan sebagai acuan untuk
menentukan tingkat efektifitas dari incinerator tersebut, dimana apabila suhu
pembakaran nya tinggi dan diikuti dengan penyebaran suhu pembakaran yang
merata maka proses pembakaran sampah akan berjalan optimal dengan
menghasilkan sisa pembakaran yang sangat sedikit. Penyebaran suhu pembakaran
yang merata memerlukan juga udara pembakaran yang optimal yang berasal dari
luar, yang berarti kebutuhan udara untuk proses pembakaran dapat ter distribusi
secara makimal pada setiap sisi ruang incinerator sehingga pencampuran antara
bahan bakar dengan oksigen akan berjalan dengan lancar. Laju pembakaran dapat
mempengaruhi efektivitas pembakaran juga, ini dapat dilihat dari sampah yang
memiliki kadar air yang rendah yang dapat mempengaruhi kecepatan sampah
tersebut menjadi abu dan asap, maka dari segi waktu pembakaran itu dapat
dikatakan efesien.
Berdasarkan data yang terdapat pada lampiran 2, dan lampiran 4 dalam
file cd didapatkan bahwa penyebaran suhu pada incinerator belum merata, ini
dapat diketahui dengan didapatkan sisa-sisa pembakaran yang sedikit di sisi-sisi
bagian sudut incinerator, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa incinerator yang
digunakan cukup efektif. Sisa-sisa pembakaran yang terdapat pada bagian sudut-
sudut incinerator dipengaruhi oleh data kecepatan angin pada lampiran 2 dan
lampiran 4 yang membawa kandungan oksigen ke dalam ruang pembakaran
incinerator yang belum optimal, ini dapat ditandai dengan kecepatan angin hanya
berkisar antara 0.2 m/detik sampai dengan 2 m/detik, dengan kecepatan angin
tersebut, proses pencampuran antara bahan bakar sampah dengan oksigen yang
terbawa oleh angin belum maksimum, yang menyebabkan suhu pembakaran pada
ruang pembakaran belum optimal, dan penyebaran suhu belum merata. Kecepatan
angin yang kurang optimal ini pula juga didukung dengan penempatan lubang
udara untuk pemasukkan udara yang tidak tepat, sehingga meskipun angin yang
bergerak di luar sangat besar, namun lubang udara yang ada tidak dapat mampu
mendistribusikan udara tersebut ke dalam ruang pembakaran, sehingga
menyebabkan suhu pembakaran yang kurang optimal. Pada tingkat efisiensi
pembakaran pada incinerator, dapat dilihat dari laju pembakaran pada incinerator,
dengan ditandainya waktu pembakaran yang cepat. Pada data yang terdapat di
lampiran 2 dan lampiran 4 waktu proses pembakaran sampah sangat cepat
antara 130 menit sampai dengan 190 menit, ini diakibatkan kandungan air pada
sampah yang dibakar rendah yaitu 12.4 % sampai dengan 15.4 % yang berarti
bahan bakar sampah bersifat kering, selain itu juga komposisi sampah yang
dibakar pun hanya sebesar 10 kg sampai dengan 12 kg, dengan kondisi tersebut
dapat dikatakan bahwa incinerator tersebut sangat efisien untuk digunakan.
56

Pada proses pemanfaatan panas untuk pemanasan air, digunakan juga


sekat pembatas yang mana dengan sekat tersebut, mencegah pipa terkena proses
pembakaran yang sangat tinggi yang menyebabkan tingkat laju korosi yang tinggi
pula, korosi yang dialami oleh pipa ini diakibatkan oleh zat-zat kimia hasil dari
proses oksidasi yaitu lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Penggunaan sekat juga
harus diperhitungkan, karena apabila sekat yang digunakan terlalu tipis, maka
akan mengakibatkan pipa pemanas air mengalami korosi yang cepat, sedangkan
apabila sekat yang digunakan terlalu tebal maka pemanfaatan energi panas dari
proses pembakaran yang terjadi pada ruang bakar tidak optimal yang dapat
ditandai dengan perubahan suhu air yang dipanaskan belum optimal, selain ukuran
geometri dari sekat yang digunakan, karakteristik fisik dari pipa pemanas air yaitu
nilai suhu maksimal yang masih dapat diterima oleh pipa yang digunakan
tersebut juga perlu diketahui.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil rancang bangun dan pegujian incinerator modifikasi dari incinerator


tipe batch rancangan Pradipta (2011) dapat disimpulkan bahwa :
1. Incinerator modifikasi yang dirancang memiliki 8 bagian yang terdiri
dari 5 bagian modifikasi dari incinerator tipe batch sebelumnya yaitu
ruang bakar, pipa pemanas air, ruang pengendap zat padat, cerobong
asap, lubang udara, dan 3 bagian tambahan yaitu ruang pengumpan
(hopper), ruang abu, sekat pemisah antara pipa air dan ruang bakar.
2. Berdasarkan hasil uji kerja pada incinerator modifikasi diperoleh bahwa
proses pembakaran yang dilakukan dipengaruhi oleh beberapa parameter
yaitu jumlah sampah, jenis sampah, kadar air sampah, dan udara
pemasukkan yang membantu proses pembakaran tersebut.
3. Hasil uji kinerja incinerator modifikasi menghasilkan suhu pembakaran
sebesar 689.6⁰C, dibandingkan pada incinerator awal sebesar 748⁰C.
Untuk laju pembakaran pada incinerator modifikasi sebesar 5.78 kg/jam,
dan pada incinerator awal 6.82 kg/jam, yang mana menyebabkan
kenaikkan suhu pada incinerator awal sebesar 18⁰C, dan pada
incinerator modifikasi sebesar 32⁰C.
4. Suhu pembakaran yang terjadi di dalam ruang pembakaran kurang
maksimal dibandingkan dengan rancangan incinerator tipe batch
sebelumnya, ini diakibatkan penempatan lubang udara yang kurang
tepat, karena pada incinerator sebelumnya letak lubang udara lebih
bervariasi dibandingkan dengan letak lubang udara setelah dimodifikasi.
5. Proses pemanasan air yang terdapat pada pipa pemanas air terbilang
cukup efektif, ini dapat dibuktikan dengan peningkatan suhu air menjadi
32⁰C dari yang sebelumnya hanya sebesar 18⁰C . Hasil tersebut dapat
tercapai dengan perubahan diameter pipa, perubahan diameter ini diikuti
perubahan debit dan kecepatan aliran, ini berarti dengan peningkatan
luas penampang maka daya menyerap energi panas semakin tinggi. Air
hasil pemanasan tersebut cukup optimal untuk digunakan kegiatan
seperti mencuci, pasteurisasi, sterilisasi, dan lain-lain.
57

6. Pemanfaatan energi panas pada ruang pengendap zat padat dapat


dimanfaatkan sebagai proses pengarangan,ini dinyatakan dengan hasil
arang dari proses pengarangan pada incinerator awal dengan incinerator
modifikasi adalah sama yaitu sebesar 200 gram sampai dengan 500
gram dengan rendemen pengarangan yang dihasilkan sebesar 16.6 %,
yang berarti setiap batok kelapa yang masuk ke dalam ruang pengendap
zat padat, maka sebesar 16.6 % mampu terarangkan secara sempurna.
7. Sisi safety factor pada incinerator modifikasi belum cukup aman jika
operator dalam pengoperasian incinerator tidak menggunakan alat
keselamatan,sehingga operator memerlukan peralatan keselamatan agar
operator dapat merasa aman, nyaman, dan selamat dalam proses operasi
incinerator tersebut.
8. Tingkat efektifitas incinerator yang digunakan cukup efektif, ini dapat
dibuktikan dengan proses pembakaran sampah yang optimal meskipun
masih menghasilkan sisa-sisa pembakaran yang sedikit di sisi-sisi
bagian sudut incinerator. Proses pembakaran yang dilakukan juga
memiliki waktu pembakaran yang cepat, ini diakibatkan kandungan air
dari sampah yang dibakar sangat rendah, sehingga proses pembakaran
yang dilakukan dengan incinerator ini dikatakan efisien.
9. Proses loading dan unloading pada incinerator modifikasi mampu
membuat operator mudah dalam mengoperasikan incinerator tersebut.
Pada proses loading operator dapat memasukkan sampah melalui ruang
pengumpan (hopper), sedangkan apabila operator ingin membuang sisa-
sisa hasil pembakaran, operator dapat melalui ruang abu. Proses loading
dan unloading ini juga tidak akan mengganggu proses pembakaran yang
sedang berlangsung pada ruang pembakaran.

Saran

Dari hasil perancangan dan pengujian incinerator hasil modifikasi tersebut


memiliki beberapa kekurangan sehingga diperlukan beberapa saran yaitu
1. Disarankan untuk merubah posisi lubang udara yang tepat, ini
bertujuan agar proses pembakaran yang terjadi di ruang pembakaran
dapat optimal dengan menggunakan simulasi CFD.
2. Proses pengoperasian incinerator diperlukan parameter safety factor,
ini dibutuhkan untuk faktor kenyamanan, dan keselamatan dari
operator yang menggunakan incinerator tersebut.
3. Penambahan insulasi pada incinerator ini dilakukan agar panas yang
dihasilkan dari proses pembakaran tidak hilang banyak, dan dapat
dimanfaatkan secara maksimal untuk proses pemanasan, dan membuat
pembakaran sampah menjadi optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah et.al.1998. Energi Listrik Pertanian JICA.Bogor


Budiman,Arif.2001. Modifikasi Desain dan Uji Unjuk Kerja Alat Pembakar
Sampah (Incinerator) Tipe Batch. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas
Teknologi Pertanian,IPB.
58

Chengel,Yunus A.2003. Heat Transfer. 2nd edition. McGraw-Hill. New York,


Chengel,Yunus A, Boles Michael A.2002. Thermodynamics an Engineering
Approach. 4th edition. McGraw-Hill NY
Heldman Denis R, Singh R Paul.2009. Introduction to Food Engineering
Elsevier.China
Lienhard IV John H, Lienhard V John H.2011. A Heat Transfer
Textbook.Philogiston Press. Massaclucetts.
McCabe Warren L et al.2005. Unit Operation of Chemical Engineering. 7th
edition. McGraw-Hill Singapore
Murarka I.P. 1987. Solid Waste Disposal and Rense. Volume I. CRC Press.
Florida
Pradipta, A.N.G.2011. Desain dan Uji Kinerja Alat Pembakar Sampah
(incinerator) Tipe Batch untuk Perkotaan Dilengkapi Dengan Pemanas Air.
Skripsi. Jurusan Teknik Mesin dan Biosistem.Fakultas Teknologi Pertanian.
IPB.
Perry, R.H, Chilton C.H. 1973. Chemical Engineers Handbook. McGraw-Hill NY
Pichel John.2005. Waste Management Practices Municipal,Hasardous, and
Industries.CRC Press. New York
Porges. 1979. HVAC Engineers Handbook.McGraw-Hill NY
Purwadaria, et al 1996. Termodinamika dan Pindah Panas Handbook. IPB Press.
Bogor
Singh R,Paul.1992. Handbook of Food Engineering : Heating and Cooling
Process for Food. Editor : Dennis R.Heldman and Daryl B Lund, Marcel
Dekker inc. New York
Soma,Soekmana. 2010. Pengantar Ilmu Teknik Lingkungan Seri : Pengelolaan
Sampah Perkotaan. IPB Press
Sudrajat. 2002.Mengelola Sampah Kota. Penebar Swadaya : Jakarta.
Taylor.2003. 3 Best practices for incineration. CRC Press. New York
Trisaksono. 2002.Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah Menggunakan
Teknologi Incenerator. Jurnal Teknologi Lingkungan.Surabaya
61
59

Daftar lampiran perhitungan rancang bangun, grafik penyebaran suhu, penyebaran


suhu pada jarak 50 cm, data penyebaran suhu, dan sebagian gambar rancang
bangun disimpan dalam bentuk file cd.
1
1

LAMPIRAN I
PERHITUNGAN RANCANG BANGUN

A) Ruang Bakar
Tabel 1. Besarnya timbunan sampah berdasarkan sumbernya

No. Komponensumber Satuan Volume (Liter) Berat (kg)


sampah
1. Rumah permanen /orang/hari 2.25 – 2.50 0.350 – 0.400
2. Rumah semi /orang/hari 2.00 – 2.25 0.300 – 0.350
permanen
3. Rumah non- /orang/hari 1.75 – 2.00 0.250 – 0.300
permanen
4. Kantor /pegawai/hari 0.50 – 0.75 0.025 – 0.100
5. Toko/ruko /petugas/hari 2.50 – 3.00 0.150 – 0.350
6. Sekolah /murid /murid/hari 0.10 – 0.15 0.010 – 0.020
7. Jalan arteri sekunder /m/hari 0.10 – 0.15 0.020 – 0.100
8. Jalan kolektor /m/hari 0.10 – 0.15 0.010 – 0.050
sekunder
9. Jalan local /m/hari 0.05 – 0.10 0.005 – 0.025
10. Pasar /m2/hari 0.20 – 0.60 0.100 – 0.300
(E. Damanhuri, T. Padmi, N. Azhar, L.T. Meilany 1989 dan SNI S 04‐1993‐03)

Jenis sampah yang akan digunakan : Sampah Perkantoran


Kapasitas sampah perkantoran : 0.025-0.10 kg/pegawai/hari
: 0.50-0.75 lt/pegawai/hari
1 kantor : 100 – 200 pegawai/ hari
Sehingga : 0.75 lt/pegawai/hari x 200 pegawai/hari = 150 lt/hari
: 0.15 m3/hari = 150000 cm3/hari
Ukuran ruang bakar : 50 x 50 x 60 cm

B) Cerobong Asap
Kecepatan gas secara alami : 4-8 m/detik (Muljadi,2000)
Suhu rata-rata gas buang dalam cerobong
Tm = (Tc + 273) K ; Keterangan : Tc : suhu gas yang keluar dari cerobong (K)
Tm = (118.54 + 273) = 391.54 K
Berat jenis gas (ρgas) = Ci x B /Tm
= 0.00348 x 101325 / 391.54 = 0.9 kg/m3
Perbedaan tekanan dinamis (ΔPd) = [(k x ρgas x Vgas) / 2g]
= [(0.0124 x 0.9 x 8) / 2 x 9.81]
= 0.0045 kg/m2
Perbedaan tekanan teoritis (ΔPt) = ΔPd + ΔPe
2

= 0.0045 + 5.098 = 5.102 kg/m2


= 0.3753 mmHg
Tinggi cerobong (Hc) ΔPt = 354 Hc [(1/To) – (1/Ti)]
To = 27⁰C = 300 K; Ti = 118.54⁰C = 391.54 K
0.3753 = 354 Hc [(1/300) – (1/391.54)]
Hc = 1.42 m  1.5 m
Luas lubang cerobong asap (A) = sisi x sisi
Sisi = 0.15 m
= 0.15 x 0.15 = 0.0225 m2
Debit gas cerobong (Q) = c x A x [(2 x g x h) x ((Ti-To)/Ti)]1/2
= 0.7 x 0.0225 x [(2 x 9.81 x 1.5) x ((391.54-
300) / 391.54)]1/2
= 0.041 m3/detik

C) Lubang Udara
Sampah anorganik : Kadar C = 15-30 %, Kadar H = 2-5 %
Wmin = 100/21 x [(1.96 x C) + (5.85 x H)]
Wmin = 100/21 x [(1.96 x 0.3) + (5.85 x 0.05)] = 4.1928 m3/kg
Massa jenis sampah anorganik : 100 kg/m3
Berat sampah anorganik = 100 kg/m3 x 0.15 m3 = 15 kg
Laju pembakaran sampah (Bbt) = berat sampah / waktu pembakaran
= 15 kg/ 2 jam
= 7.5 kg/jam
Debit udara yang dibutuhkan (Qud) = Wmin x Bbt = 4.1928 x 7.5
= 31.446 m3/jam = 0.008735 m3/detik
Debit udara perancangan (Q) = Qud (1 + 40%)
= 0.008735 (1 + 40%)
= 0.012229 m3/detik
Kecepatan Udara (v) = Q / A = 0.041 / 0.0225
= 1.822 m/detik
Luas lubang udara (A) = Q / v = 0.012229 / 1.822
= 0.0067 m2 0.007 m2
= 70 cm2
Karena lubang udara dirancang sebanyak 32 buah, sehingga
Luas 1 buah lubang = 70 cm2 / 32 = 2.18 cm2
Jari- jari lubang udara = 0.83 cm  1 cm

D) Ruang Pengumpan (Hopper)


Ruang pengumpanan dibuat 2 buah ruangan dan sekat pembatas
Luas ruang pengumpanan = 38 x 38 cm = 1444 cm2
3

Karena bersifat kontinyu, maka dalam 1 hari orang dapat membuang sampah
sebanyak 4 kali, sehingga
Tinggi ruang pengumpanan = [kapasitas ruang bakar/waktu buang] / luas
ruang pengumpan
= [150000/4] / 1444
= 25.96 cm 30 cm
Karena, terbagi menjadi 2 buah ruangan pengumpanan maka tinggi tiap
ruang pengumpanan adalah
Tinggi 1 ruang pengumpanan = 30 cm / 2 buah = 15 cm

E) Ruang Abu
Persentase abu sampah anorganik : 5-10 % berat sampah anorganik
Berat abu sampah anorganik = 10 % x 15 kg
= 1.5 kg
Volume abu sampah anorganik = 1.5 kg / 100 kg/m3 = 0.015 m3
= 15000 cm3
Luas ruang abu = 50 x 50 cm = 2500 cm2
Tinggi ruang abu = volume abu / luas ruang abu
= 15000 / 2500
= 6 cm

F) Pipa pemanas air


Diameter pipa pemanas air = 0.02 m
Suhu absolut (T∞) = 131⁰C = 404 K
Suhu input (Ti) = 27⁰C = 300 K
Suhu output (To) = 87⁰C = 360 K
Debit aliran air (Q) = 5 lt/menit = 8.33 x 10-5 m3/detik
Luas pipa pemanas air (A) = 1/4 x Π x (d)2 = 1/4 x Π x (0.02)2
= 3.141 x 10-4 m2
Kecepatan aliran air (v∞) = Q / A = 8.33 x 10-5 / 3.141 x 10-4
= 0.2652 m/detik
Suhu rata-rata (Tf) = [(T∞ + ((Ti + To)/2)) / 2]
= [(404 + ((300 + 360)/2)) / 2]
= 367 K
Properti suhu 367 K : v = 3.19 x 10-7 m2/detik
k = 0.679 W/m
Pr = 1.91
Bilangan Reynold (Red) = (D x v∞) / v = ( 0.02 x 0.2652) /3.19 x 10-7
= 1.64 x 104 > 104  aliran turbulen
Bilangan Stanton (St) = 0.023 x Red-0.2 x Pr-2/3
4

= 0.023 x (1.64 x 10-4)-0.2 x (1.91)-2/3


= 0.00214
Panjang pipa pemanas air (L) = ln ((Ti-T∞)/(To-T∞)) x (D / St x 4)
= ln((300-404)/(360-404)) x (0.03 /
0.00214x4)
= 3.0147 m  4 m
Ukuran ruang pipa pemanas air = 50 x 5 x 60 cm

SISTEM PINDAH PANAS


A) Pipa pemanas air
T∞ = 404 K D1 = 0.02 m Dp = 0.05 m
Ti = 300 K D2 = 0.03 m

Tabel 2. Karakteristik suhu

No. Variabel T∞ (404 K) Ti (300 K)


1 ρ ( kg/m3) 0.8736 992.86
2 k (W/m) 33.93 x 10-3 0.628
3 µ (kg/ms) 2.302 x 10-5 0.6798 x 10-3
4 Pr 0.689 4.524

A.1) Suhu 404 K


Bilangan Reynold (Reg) = (ρ x v x Dp) / µ
= (0.8736 x 1.754 x 0.05) / 2.302 x 10-5
= 3328.18 < 104  Laminer
Bilangan Nuzzelt (Nug) = 0.664 x Reg1/2 x Pr1/3
= 0.664 x (3328.18)1/2 x (0.689)1/3
= 33.837
Koefisien pindah panas konveksi (hg) = (Nug x k) / Dp
= (33.837 x 33.93 x10-3) / 0.05
= 22.96 W/m2
A.2) Suhu 300 K
Bilangan Reynold (Rea) = (ρ x v x D1) / µ
= (992.86 x 0.2652 x 0.02)/0.6798x10-5
= 7746.58 < 104  Laminer
Bilangan Nuzzelt (Nua) = 0.664 x Rea1/2 x Pr1/3
= 0.664 x (7746.58)1/2 x (4.524)1/3
= 96.607
Koefisien pindah panas konveksi (ha) = (Nua x k) / D1
5

= (96.607 x 0.628) / 0.02


= 3033.45 W/m2
A.3) Pindah Panas pipa
Pindah panas (Q) = [(T∞-Ti) / ((1/hgLΠD2) + (ln(r2/r1)/L2Πk) +
(1/haLΠD1))]
= [(404-300) / ((1/22.96 x 3.5 x Π x
0.03)+(ln(0.015/0.01)/(3.5 x 2 x Π x 45.3)) + (1/(3033.45 x
3.5 x Π x 0.02))
= [(104) /(0.132 + 4.07 x 10-4 + 1.499 x 10-3)]
= 776.66 W
Kenaikan suhu (ΔT) = Q / (ṁ x Cp) = 776.66 / (0.05 x 4200)
= 3.69⁰C

Mencari suhu tiap titik dari hasil perhitungan :


Suhu 1 (T1) = [T∞ - ((1/hgLΠD2) x Q)]
= [404 – (0.132 x 776.66)]
= 301.48 K = 28.48⁰C
Suhu 2 (T2) = [T∞ - (((1/hgLΠD2) + (ln(r2/r1)/L2Πk)) xQ)]
= [404 – ((0.132 + 4.07 x 10-4) x 776.66)]
= 301.16 K = 28.16⁰C
Suhu 3 (T3) =[(T∞-(((1/hgLΠD2)+(ln(r2/r1)/L2Πk) + (1/haLΠD1)) x Q)]
= [404–((0.132 + 4.07 x 10-4 + 1.499 x 10-3) x 776.66)]
= 300 K = 27⁰C

Gambar 1. Grafik perubahan suhu pada pipa air


6

Tabel 3. Simulasi desain pipa pemanas air

No. Variabel Model 1 Model 2


L=4m D (0.02 &0.03) L = 3.5 m D (0.03 & 0.04)
1 1/hgLΠD2 0.1155 0.099
2 ln(r2/r1)/L2Πk 3.561 x 10 -4
2.887 x 10-4
3 1/haLΠD1 1.31 x 10-3 9.99 x 10-4
4 Q (W) 887.62 1037
5 ΔT (⁰C) 4.22 4.93

Dari hasil simulasi desain pipa pemanas air dipilih model 1, dikarenakan
ukuran ruang pipa pemanas air hanya sebesar 50 x 5 x 60 cm

B) Ruang pengumpanan (Hopper)


 Secara Vertikal
Ukuran Ruang pengumpanan : 38 x 38 x 30 cm
Suhu dalam (Ti) : 800⁰C
Suhu luar (To) : 80⁰C
Koefisien pindah panas konveksi (W/m2K) : 250 W/m2K (literature)
Bahan : Plat besi

Tabel 4. Karakteristik bahan

No. Variabel Plat besi


1 Koef.pindah panas koduksi (W/mK) 73
2 Tebal bahan (cm) 0.001

Fluks panas (Q/A) = [(To-Ti)/ (1/ho) + (L1/k1) + (1/h1) + (L3/k3) + (1/h2)]


= [(800-80)/ (1/250) + (0.001/73) + (1/250) + (0.001/73) +
(1/250)]
= 720 / 0.012
= 60000 W/m2
Mencari suhu tiap titik hasil perhitungan :
Suhu 1 (T1) = [(hTo – Q/A) / h] = [(250 x 800 – 60000) / 250]
= 560⁰C
Suhu 2 (T2) = [(kT1/L1 – Q/A) / k/L1]
= [(73x560/0.001 – 60000) / 73/0.001]
= 559.17⁰C
7

Suhu 3 (T3) = [(hT2 – Q/A) / h] = [(250 x 559.17 – 60000) / 250]


= 319.17⁰C
Suhu 4 (T4) = [(kT3/L2 – Q/A) / k/L4]
= [(73x319.17/0.001 – 60000) / 73/0.001]
= 318.34⁰C
Suhu 5 (T5) = [(hT4 – Q/A) / h] = [(250 x 318.34 – 60000) / 250]
= 78.34⁰C

Gambar 2. Grafik perubahan suhu ruang pengumpanan secara vertikal

 Secara Horizontal
Fluks panas (Q/A) = [(To-Ti) / (1/ho) + (L1/k1) + (1/h1)]
= [(800-80) / (1/250) + (0.001/73) + (1/250)]
= 89846.1 W/m2
Mencari suhu tiap titik dari hasil perhitungan :
Suhu 1 (T1) = [(hTo – Q/A) / h] = [(250 x 800 – 89846.1) / 250]
= 440.61⁰C
Suhu 2 (T2) = [(kT1/L1 – Q/A) / k/L1]
= [(73x440.61/0.001 – 89846.1) / 73/0.001]
= 439.37⁰C
Suhu 3 (T3) = [(hT2 – Q/A) / h]
= [(250 x 439.37– 89846.1)/ 250]
= 79.98⁰C
8

Gambar 3. Grafik perubahan suhu ruang pengumpanan secara


horizontal

C) Ruang Bakar
T∞ = 1073 K D1 = 0.5 m Tebal sekat : 0.001 m
Ti = 404 K D2 = 0.05 m

Tabel 5. Karakterisik suhu

No. Variabel T∞ (1073 K) Ti (404 K)


1 ρ ( kg/m3) 0.3294 0.8736
2 k (W/m) 67.54 x 10-3 33.93 x 10-3
3 µ (kg/ms) 4.33 x 10-5 2.302 x 10-5
4 Pr 0.7112 0.689

C.1) Suhu 1073 K


Bilangan Reynold (Reg) = (ρ x v x Dp) / µ
= (0.3294 x 1.754 x 0.5) / 4.33 x 10-5
= 6671.6 < 104  Laminer
Bilangan Nuzzelt (Nug) = 0.664 x Reg1/2 x Pr1/3
= 0.664 x (6671.6)1/2 x (0.7112)1/3
= 48.416
Koefisien pindah panas konveksi (hg) = (Nug x k) / Dp
= (48.416 x 67.54 x10-3) / 0.5
= 6.54 W/m2
C.2) Suhu 404 K
Bilangan Reynold (Rea) = (ρ x v x D1) / µ
= (0.8736 x 1.754 x 0.05)/2.302x10-5
9

= 3328.18 < 104  Laminer


Bilangan Nuzzelt (Nua) = 0.664 x Rea1/2 x Pr1/3
= 0.664 x (3328.18)1/2 x (0.689)1/3
= 33.837
Koefisien pindah panas konveksi (ha) = (Nua x k) / D1
= (33.837 x 33.93 x 10-3) / 0.05
= 22.96 W/m2
C.3) Pindah Panas ruang
Pindah panas (Q) = [(T∞-Ti) / ((1/Ahg) + (L1/Ak1) + (1/Aha))]
= [(1073-404) / ((1/6.54 x 0.3) + (0.001/ 73 x 0.3) +
(1/(22.96 x 0.3))
= [(669) /(0.509 + 4.566 x 10-5 + 0.145)]
= 1022.86 W
Mencari suhu tiap titik dari hasil perhitungan :
Suhu 1 (T1) = [(hAT0 – Q) / hA]
= [(6.54 x 0.3 x 800 – 1022.86) / (6.54x0.3)]
= 278.66⁰C
Suhu 2 (T2) = [(kAT1/L – Q) / kA/L]
= [(73 x 0.3 x 278.66/ 0.001–1022.86) / (73 x 0.3/ 0.001)]
= 278.61⁰C
Suhu 3 (T3) = [(hAT0 – Q) / hA]
= [(22.96 x 0.3 x 278.61 – 1022.86) / (22.96x0.3)]
= 130.11⁰C

Gambar 4. Grafik perubahan suhu ruang bakar


10

Perhitungan tebal sekat dengan : Q = 1022.86 Watt, T∞ = 800⁰C, Ti = 27⁰C


T = 800⁰C = 1073 K T = 27⁰C = 300 K
Pindah panas (Q) = [(T∞-Ti) / ((1/Ahg) + (L1/Ak1) + (1/Aha))]
1022.86 Watt = [(1073-300)/ ((1/(6.54 x 0.3)) + (L1 /(73 x 0.3)) +
(1/(22.96 x 0.3))
Lebar sekat sebenarnya :
668.95 + 1022.86 (L1/(73 x 0.3)) = 773
0.00156 m
(L1/(73 x 0.3)) = 0.101  L1 = 0.00156 m

D) Ruang Pengendap Zat Padat


Ukuran Ruang Pengendap Zat Padat : 55 x 10 x 60 cm
Suhu dalam (Ti) : 800⁰C
Suhu luar (To) : 400⁰C
Koefisien pindah panas konveksi (W/m2K) : 250 W/m2K (literature)
Bahan : Plat Besi
Tebal Bahan (cm) : 0.001
Koefisien pindah panas konduksi (W/mK) : 73 W/mK

Fluks panas (Q/A) = [(To-Ti) / (1/ho) + (L1/K1) + (1/h1)]


= [(800-400) / (1/250) + (0.001/73) + (1/250)]
= 49914.5 W/m2
Mencari suhu tiap titik :
Suhu 1 (T1) = [(hTo-Q/A) / h] = [(250 x 800 – 49914.5) / 250]
= 600.34⁰C
Suhu 2 (T2) = [(kT1/L1 – Q/A) / k / L1]
= [(73 x 600.34 / 0.001 – 49914.5) / 73 / 0.001]
= 599.65⁰C
Suhu 3 (T3) = [(hT2 – Q/A) / h]
= [(250 x 599.65 – 49914.5) / 250]
= 399.99⁰C

Gambar 5. Grafik perubahan suhu ruang pengendap zat padat


11

E) Ruang Abu
Ukuran Ruang Pengendap Zat Padat : 50 x 50 x 7 cm
Suhu dalam (Ti) : 800⁰C
Suhu luar (To) : 280⁰C
Koefisien pindah panas konveksi (W/m2K) : 250 W/m2K (literature)
Bahan : Plat Besi
Tebal Bahan (cm) : 0.001
Koefisien pindah panas konduksi (W/mK) : 73 W/mK

Fluks panas (Q/A) = [(To-Ti) / (1/ho) + (L1/K1) + (1/h1)]


= [(800-280) / (1/250) + (0.001/73) + (1/250)]
= 64888.9 W/m2
Mencari suhu tiap titik :
Suhu 1 (T1) = [(hTo-Q/A) / h] = [(250 x 800 – 64888.9) / 250]
= 540.44⁰C
Suhu 2 (T2) = [(kT1/L1 – Q/A) / k / L1]
= [(73 x 540.44 / 0.001 – 64888.9) / 73 / 0.001]
= 539.55⁰C
Suhu 3 (T3) = [(hT2 – Q/A) / h]
= [(250 x 539.55 – 64888.9) / 250]
= 279.99⁰C

Gambar 6. Grafik perubahan suhu ruang abu


12

Lampiran 2
GRAFIK PENYEBARAN SUHU
a) Penelitian pendahuluan 1
13

b) Penelitian pendahuluan 2
14

c) Penelitian pendahuluan 3
15

d) Penelitian pendahuluan 4
16
17

e) Penelitian pendahuluan 5
18

f) Penelitian inti 1
19

g) Penelitian inti 2
20

h) Penelitian inti 3
21
22

i) Penelitian inti 4
23

LAMPIRAN 3
Tabel 6. Data penyebaran suhu di luar incinerator pada jarak 50 cm
Menit Persebaran suhu luar incinerator pada jarak 50 cm (⁰C)
ke- Inti 1 Inti 2 Inti 3 Inti 4
0 53.1 25.7 33.4 41.2
5 83.8 32.2 31.2 49.4
10 120.2 32.5 41.7 38.8
15 103.2 31.6 44.4 44.7
20 103.4 38.3 65.6 41.6
25 145.4 89.2 66.4 38.8
30 147.6 69.8 48.9 67.6
35 142.8 46.7 74 66.5
40 157.3 44.9 88.5 38.4
45 177.8 43 58.9 36.8
50 164.2 83.3 63.5 56.7
55 158.8 49.2 30.2 56
60 174.4 44.2 28.9 43.5
65 157.8 55.3 35 56.5
70 167.1 53.9 30.2 45.3
75 168.6 39.8 27.9 34.7
80 176.6 38.5 21.4 64.8
85 169.6 80.4 28.9 96.8
90 184.7 84.3 68.9 49.9
95 177 55.1 39.6 71.6
100 189.7 47 76.7 54.9
105 192.8 101 68 75.1
110 179.8 44.1 35.9 55.9
115 140.5 32.9 58 44.8
120 133.4 50.7 113.5 47.7
125 133.8 42.5 27.5 45
130 133.8 34.2 40.3 35.5
135 193.4 48 32.4 39.6
140 187 31.6 27.4 32.5
145 183.7 48.9 24.4 47.5
150 131.2 37 35.4 61.3
155 142.1 28.7 23.2 57.1
160 123.1 36 33.6 51.2
165 99.8 31.3 33.4 42.8
170 86.5 32.7 23.5 44.4
175 83.9 46.9 23.3 49.6
180 81 31.3 20.5 45
185 79.3 38.5
190 64.7 28.6
24

Gambar 7. Grafik penyebaran suhu luar incinerator pada jarak 50 cm


1
LAMPIRAN 4
Data penyebaran suhu penelitian pendahuluan 1

Waktu Suhu lingkungan Suhu air (⁰C) Suhu ruang bakar (⁰C) Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu ruang Kecepatan
(menit) (⁰C) dinding sekat pipa pengendap cerobong hopper abu (⁰C) angin (m/s)
Tbb Tbk masuk keluar bawah Atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) zat padat (⁰C) (⁰C) (⁰C)
0 28 30 27 32 285.3 270.7 96 189.5 61.4 104.1 98 136.5 135 0.51
5 28 30 27.5 35 408.3 357.3 81.3 193.5 56 177.5 148.6 92.9 154.7 0.68
10 28 30 27 35 362.8 360.5 76 207.4 52.8 234.4 156.4 122.2 162.4 0.63
15 28 30 28 34 356.4 340.3 125.9 202.1 46.2 220.5 155.7 132.6 166.5 0.5
20 28 30 29 37 326.8 425.4 184.2 279.2 40 234.6 180.7 137.3 171.7 0.2
25 28 30 30 34 282.2 374.7 149.4 234.3 35.8 245.6 183.1 102 120.6 0.74
30 28 30 29 35 276.5 324.5 123.4 137.8 45.6 198.7 172.4 145.7 112.3 0.45
35 28 30 29 32 243.3 332.1 135.7 167.4 57.6 205.4 167.8 139.6 125.4 0.65
40 28 30 30 35 325.4 337.3 98.3 225.9 51.9 228.7 182.4 103.4 113.7 0.37
45 28 30 29 40 427.1 300.3 78.4 256.4 69 267.4 176.5 102.5 120.4 0.62
50 28 30 30 40 278.9 298.7 145.7 138.9 76.3 213.4 154.8 98.7 112.8 0.27
55 28 30 29 36 234.3 300.4 126.8 203.4 57.8 209.5 164.9 85.6 104.5 0.56
60 28 30 30 38 566.2 423.4 185.4 276.5 52.4 318.3 175.4 103.5 120.2 0.42
65 28 31 30 36 386.2 345.4 163.2 267.4 55 329.1 143.8 102.8 122.8 0.45
70 28 30 30 37 346.3 320.4 157.5 243.5 54.5 269.9 164.4 101.5 119.3 0.46
75 28 30 30 35 323.6 315.8 134.5 234.8 56.8 259.2 134.5 103.4 120 0.12
80 28 31 30 34 367.4 424.3 165.4 253.6 58.9 271.5 143.2 101.4 122.2 0.31
85 28 31 30 34 477.3 453.7 154.7 287.6 56.2 297.5 121.5 101.5 120.9 0.64
90 29.5 30 30 34 379 326.7 145.6 256.7 58.9 248.4 102.5 89.6 115.2 0.22
95 28.5 31 30 35 375.4 323.4 126.5 234.5 58.6 242.5 108.2 106.4 114.1 0.14
100 28.5 32 30 34 355.3 297.6 121.2 187.6 59.8 212.3 103.5 97 113.2 0.3

83
84
Waktu Suhu lingkunagan Suhu air (⁰C) Suhu ruang bakar (⁰C) Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu ruang Kecepatan
(menit) (⁰C) dinding sekat pipa pengendap cerobong hopper abu (⁰C) angin (m/s)
Tbb Tbk masuk keluar bawah Atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) zat padat (⁰C) (⁰C) (⁰C)
105 28.5 30 28 32 269 221.4 110.6 157.4 43.5 186 98.7 96.3 110.3 0.22
110 28.5 31 28 32 241.6 194.3 100.9 154.3 42 179.3 95.4 76 103.2 0.59
115 28.5 31 28 34 189.6 156.7 100.8 143.2 42 145.4 96.5 78.4 98.3 0.27
120 28.5 31 28 34 134.5 121.4 121.6 123.1 40 156.8 95.3 76.5 86.5 0.34
125 28.5 31 28 32 101.2 94.3 97.8 102.3 38 103.4 87.6 79.2 78.2 0.48
130 28 31 28 32 85 74.5 89 87.6 36 93.5 77.8 73.2 75.4 0.45

Data penyebaran suhu penelitian pendahuluan 2

Waktu Suhu lingkungan Suhu air (⁰C) Suhu ruang bakar (⁰C) Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu ruang Kecepatan
(menit) (⁰C) dinding sekat pipa pengendap cerobong hopper abu (⁰C) angina
Tbb Tbk masuk keluar bawah Atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) zat padat (⁰C) (⁰C) (⁰C) (m/s)
0 28 30 30 31 37.8 63.5 44.7 54.6 53 178.2 33.1 47.6 39.9 0.55
5 28 32 30 31 72.7 117.1 103.4 87.9 53.4 208.9 75.4 52.4 170.3 0.29
10 28 31 29 35 444.9 330.9 126.8 206.3 53.7 324.5 120.8 164.6 93.2 0.3
15 28 32 28 36 532.2 276.4 223.9 203.4 54.1 299.3 115.4 120.2 108.1 1.32
20 28 30 28 36 469.9 280.8 260.2 309.3 53.9 191.1 124.2 128.5 103.6 0.57
25 28 31 29 38 511 292.1 274.2 269.7 59 236.6 110.3 112.7 77.6 1.76
30 28 33 31 33 597.7 366.6 284.5 161.9 54.5 315.2 120.3 124.7 66.8 0.56
35 28 34 32 38 431.4 320.1 201.3 129.2 54.4 321.4 130.4 117.8 66.7 0.54
40 29 33 31 55 416 281.3 186.5 208 59.5 410.6 185.6 115.9 60.2 1.2
45 29 30 30 56 307.4 250.6 168.9 215.7 64.8 321.4 209.4 141.7 60.2 1.28
Waktu Suhu lingkungan Suhu air (⁰C) Suhu ruang bakar (⁰C) Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu ruang Kecepatan
(menit) (⁰C) dinding sekat pipa pengendap cerobong hopper abu (⁰C) angin (m/s)
Tbb Tbk masuk keluar bawah Atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) zat padat (⁰C) (⁰C) (⁰C)
50 29 33 30 60 294.9 249.8 166.9 227.1 64.6 300.4 155.8 165 69.2 0.62
55 29 33 30 52 270.2 247.8 159.2 265.8 64.9 200.4 153.6 112.5 70.2 0.25
60 29 33 30 40 394.3 262.7 193.4 338.7 65 190.4 150.6 97.1 69.6 0.54
65 28 33 29 45 392.5 287.8 184.2 191.8 55.2 206.4 130.6 101.5 70.2 0.58
70 29 33 30 36 304.4 298.3 180.3 195.7 55.3 216 124.5 100.8 72 0.53
75 28 32 28 39 270.7 237 134.3 159.2 55.5 234.2 110.6 112.3 70.2 1.03
80 28 30 28 39 250.6 347.6 126.7 221.7 55.6 248.2 93.4 71.9 83.7 0.73
85 28 30 28 38 338.3 319 145.8 163.2 55.4 256.3 95.4 71.4 86.2 0.85
90 28 30 28 42 290.9 303.6 146.7 151.5 55.4 178.6 95.8 68.1 88.8 1.05
95 28 30 28 42 315.9 317.9 194.7 153.6 55.4 152.2 90.6 68.4 87.2 0.8
100 28 30 28 44 395.6 322.6 156.2 151 55.4 171.6 87.3 62 85 0.97
105 28 30 29 42 352.1 303.4 145.3 126.9 55.4 155.5 88 65.5 85.6 1.03
110 29 32 29 40 330.5 217.1 132.3 134.3 55.9 150.5 87.6 64.6 79.8 0.58
115 29 32 28 45 310.4 180.3 110.4 132.7 55.8 155.4 84.8 69.5 77.8 1.02
120 29 32 30 42 287.3 168.2 106.7 134.9 55.9 220.5 83.4 75.5 75.7 0.73
125 29 33 30 44 270.6 175.5 102.2 134.1 56.2 205.2 82 73.4 74.6 1.08
130 29 33 30 44 243.5 196.5 95.3 168.9 55.7 182.6 80 65.8 72.1 0.73
135 29 33 30 45 230.4 167.4 93 149.4 55.7 131.4 80 70.2 75.5 1.08
140 29 33 30 42 171.7 141.4 86 119 55.8 122.2 82.4 78.7 71.1 0.73
145 29 33 30 44 132.4 114.5 83.6 128.3 56.9 102 80 69 77.9 0.83
150 29 33 30 40 104.5 95.4 91.1 103.2 56.1 96 76.5 67.2 83.3 1.03
155 29 33 30 45 92.3 86.7 84.2 89.7 56 85 72.4 67.4 78.1 1.03

85
86
Data penyebaran suhu penelitian pendahuluan 3
Waktu Suhu lingkungan Suhu air (⁰C) Suhu ruang bakar (⁰C) Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu ruang Kecepatan
(menit) (⁰C) dinding sekat pipa pengendap cerobong hopper abu (⁰C) angin (m/s)
Tbb Tbk masuk keluar bawah atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) zat padat (⁰C) (⁰C) (⁰C)
0 28 30 29 34 126.9 194.7 78.4 116.1 65.9 67.4 70.8 60.2 41.2 0.75
5 29 33 30 36 276.1 285.9 117.8 243.8 93.5 196.4 109.9 85.9 150.8 0.88
10 29 33 30 44 209.3 201.3 159.7 147.9 99.3 143.4 76.1 86.2 60.9 0.65
15 28 32 30 40 241.1 284.2 111.1 172.7 105.8 165.6 92.1 84.7 62.7 0.66
20 28 32 30 40 235.8 135.1 65.4 90.4 65.6 107 80.9 89.9 60.6 0.82
25 28 32 30 38 170.9 163.4 103.7 85.2 91.9 138.7 80.3 87.3 77.3 0.66
30 28 32 30 40 226.9 212.4 184 165.9 82.6 140.6 81.4 82.4 73.4 0.45
35 28 32 28 42 216.5 209 140.2 157.2 73.8 149.6 89.6 86.1 68.9 0.58
40 28 32 28 36 235.6 272.2 138 246.4 106.8 223.2 172.2 80.4 74.1 0.27
45 28 32 28 56 286.2 274.3 138.1 137 91.1 234.8 199.4 84 106.3 0.48
50 28 32 28 52 252.9 214.9 104.4 121.6 83.1 154.2 95.4 71.2 108.7 0.48
55 28 32 29 55 299.5 271.1 123.4 151.4 94.2 163.1 97.9 148.6 99.4 0.83
60 28 32 30 47 185.9 232.4 125.2 120.6 80.8 194.6 123.6 167.7 80.6 0.27
65 28 32 28 45 177.5 177.4 167.2 97.7 62.9 145.2 88.3 94.6 80 0.63
70 28 32 28 50 252.6 313.8 185 172 68.8 219.9 172.4 98.9 75.6 0.48
75 28 32 28 40 170.7 211.5 150.6 113.3 78 194.4 135.8 143.6 73.9 0.83
80 28 30 28 42 322.5 176.5 113.1 112.2 74.5 223.2 164.3 169.4 80 0.72
85 28 30 28 40 203.1 265.3 131.4 105.4 68.5 212.8 134.8 143.9 80.5 0.3
90 28 29 28 40 188.8 264.2 133.1 124.3 78.3 232.9 121 172.9 83.8 0.2
95 28 29 28 36 153.4 174.1 136 75.1 63.6 228.3 125.6 124.8 82.3 0.3
100 28 29 28 36 181.9 177.9 100 80.4 69.7 204.1 165.6 95.6 92.7 0.27
105 28 30 28 40 177.2 181.5 106.2 70.2 75 185.8 132.1 94.7 75.4 0.27
Waktu Suhu lingkungan Suhu air (⁰C) Suhu ruang bakar (⁰C) Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu ruang Kecepatan
(menit) (⁰C) dinding sekat pipa pengendap cerobong hopper abu (⁰C) angin (m/s)
Tbb Tbk masuk keluar bawah atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) zat padat (⁰C) (⁰C) (⁰C)
110 28 29 29 36 152.3 243.9 140.3 77 56.6 232.9 178.4 88.2 78.6 0.3
115 28 29 28 35 152.9 184.6 139 75 56.3 136.8 98.4 148.3 77.7 0.33
120 28 29 28 35 167.5 247.9 141.2 82.1 61.7 208 157.8 144.9 77.7 0.15
125 28 30 28 36 130.6 268 91.4 105 65.5 182.8 122.8 147.9 88.3 0.2
130 28 30 28 36 110.9 200 135.6 83.4 67.3 175.6 123.5 134.5 86.6 0.15
135 29 30 28 35 142.8 261 122.6 80.5 65.4 214 143.6 125.6 93.8 0.15
140 29 30 28 35 151.6 282.8 120.8 83.6 75.8 234.7 154.3 143.4 106.7 0.48
145 29 30 28 35 153.9 230.3 118.6 92.8 77.9 203.2 129.4 124.8 95.7 0.27
150 28 30 28 36 152.1 198.6 119.6 75.5 64.3 165.7 134.7 111.1 98.4 0.24
155 28 29 28 30 157.7 196.4 109.7 80.5 76.9 177.4 111.6 132.8 88.2 0.64
160 29 30 28 30 167.8 157.1 126.7 129.7 86.7 144.4 121.3 103.6 76.5 0.21
165 28 32 27 35 120.8 156.8 109.4 137.2 92.3 145.7 111.1 99.4 74.5 0.21
170 29 32 28 32 116.8 143.1 98.7 123.6 85.6 132.8 101.4 102.3 73.4 0.81
175 29 30 27 30 97.4 136.8 89.4 85.3 72.3 125.3 96.5 88.3 72.3 0.38
180 29 30 27 30 95.7 94 78.3 82.1 67.2 98.6 83.4 76.5 70.2 0.27

Data penyebaran suhu penelitian pendahuluan 4


Waktu Suhu lingkungan Suhu air (⁰C) Suhu ruang bakar (⁰C) Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu ruang Kecepatan
(menit) (⁰C) dinding sekat pipa pengendap cerobong hopper abu (⁰C) angin (m/s)
Tbb Tbk masuk keluar bawah atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) zat padat (⁰C) (⁰C) (⁰C)
0 30 32 28 30 45 35.4 55.4 61.7 58.9 71.4 48.7 48.5 34.7 0.22
5 30 32 28 42 192.2 294.3 101.4 115.1 64.9 137.8 81.6 76.3 48 0.55
10 28 32 28 40 405.5 187.7 77.3 87.2 69.6 120.4 76.5 61.8 82.5 1.63

87
88
Waktu Suhu lingkungan Suhu air (⁰C) Suhu ruang bakar (⁰C) Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu ruang Kecepatan
(menit) (⁰C) dinding sekat pipa pengendap cerobong hopper abu (⁰C) angin (m/s)
Tbb Tbk masuk keluar bawah atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) zat padat (⁰C) (⁰C)
15 28 32 28 50 405.2 380.8 82.4 147.5 95.6 122.9 76 71.6 94.7 0.46
20 28 32 28 54 323.4 299.8 78.6 158.5 123.3 153 83.4 77.4 114.6 0.89
25 28 32 27.5 50 470.8 305.7 82.9 150 114.7 176.6 94.5 80.2 109.1 0.57
30 28 32 28 48 464.3 205.3 66 98.2 79.4 127.5 95.7 83.5 94.6 0.49
35 28 32 28.5 50 409.7 273.3 57.4 134.9 111.1 234.6 188.7 71.9 81.1 0.69
40 28 32 28 52 433.1 275 83.3 186 141.2 148.7 126.8 112.3 87.3 0.73
45 28 32 28 50 388.7 300.8 63.5 233.5 161.1 156.4 162.4 110.8 102.1 1.03
50 28 32 28 43 482.4 266.8 85.1 105.4 104.6 135.7 162.1 72.5 114.6 0.68
55 28 32 27.5 42 354.7 339.4 175.5 142.4 124.4 323.9 240 103.1 100.4 1.55
60 28 32 27.5 44 425.8 306.1 131.9 122.3 110.3 325.8 214.6 85.6 98.4 0.83
65 27 30 28 62 383.5 249.1 172.4 118.2 110.4 321.9 229.4 92.4 88.5 0.35
70 27 32 27.5 45 356 347.1 153.1 155.5 130.4 362.8 248.9 95.9 88.7 0.65
75 27 30 27.5 56 316.4 267.6 115.1 117.7 100.7 373.8 258.7 85.8 93 1.01
80 27 30 27.5 45 608.7 379.2 105 84.6 84 361.9 172.9 90.9 90.2 0.38
85 28 30 27.5 45 561.2 392.1 180.8 174.7 143.8 353 206.3 95.7 93.6 0.68
90 28 30 27.5 43 453 268.2 100.8 163 131.7 262.2 158.5 87.9 93 0.83
95 28 30 28 38 370 215.4 91.1 98.7 95.3 246.4 167.4 89.7 90.9 0.58
100 28 30 28 38 391.6 236.3 87.8 80.9 77 232.7 215.4 71.2 85.5 0.25
105 28 30 28 35 441.4 203.8 147.9 79.8 70.1 234 208.4 74.2 83 0.42
110 28 30 28 40 389 234.5 160.7 200.1 152.2 196.8 166.7 85.4 82.1 0.68
115 28 30 28 45 667.8 365.8 109.4 129.5 107.5 165.4 150.1 71.8 83.9 0.83
120 28 30 28 43 597.6 284.6 82.1 83.7 71.9 219.2 182.9 70.4 82.6 1.03
125 28 30 28 43 434.5 257.5 192.4 87.3 78.9 247.7 180.9 70.9 84.9 0.86
130 28 30 28 38 272.4 207.1 159.4 115.7 105.6 250.3 184.3 112.2 81.5 0.83
Waktu Suhu lingkungan Suhu air (⁰C) Suhu ruang bakar (⁰C) Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu ruang Kecepatan
(menit) (⁰C) dinding sekat pipa pengendap cerobong hopper abu (⁰C) angin (m/s)
Tbb Tbk masuk keluar bawah atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) zat padat (⁰C) (⁰C) (⁰C)
135 28 30 28 45 315.3 281.2 145 160 143.4 347.9 243.9 85 81.8 1.22
140 28 32 27.5 48 320.4 348 150.5 133.4 121.4 275.7 162.8 84.7 82.7 0.57
145 28 32 27.5 43 340.6 333.6 110.8 80 76.4 237.8 196.3 77.9 85.9 0.63
150 28 32 28 40 287.4 256.2 92.9 80.4 70.9 226.3 157 76.7 86.3 0.72
155 28 30 28 40 349.1 193.6 108.8 81.3 73.4 176.2 126.1 74.1 84.1 0.55
160 28 30 28 40 295.3 189.6 91.1 71.8 70.4 147.8 108.7 77.9 82.8 0.63
165 28 30 28 38 300.5 171.6 102.4 83.2 72.5 126.7 103.4 74.3 81.4 0.7
170 28 30 28 37 256.2 158 76.1 85.9 75.5 117.8 93.4 69.5 80.3 0.73
175 28 30 28 36 192.4 130.8 69.9 74.8 66.5 107 83 69.7 78.3 0.8
180 28 30 28 35 145.3 127.3 67.9 65.9 63.5 100 79 68 78.3 0.7
185 28 30 28 42 112.3 98.8 70.4 65.9 61.2 98.7 78.4 67.7 78.4 0.7
190 28 30 28 34 95.4 85.4 65.5 64.3 59.9 85.6 65.6 65.4 75.3 0.54

Data penyebaran suhu penelitian pendahuluan 5


Waktu Suhu linkungan Suhu ruang bakar Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu Kecepatan
(menit) (⁰C) Suhu air (⁰C) (⁰C) dinding sekat pipa pengendap zat cerobong hopper ruang abu angin (m/s)
Tbb Tbk masuk keluar bawah atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) padat (⁰C) (⁰C) (⁰C) (⁰C)
0 29 32 28 30 45 38 69.7 76.5 64.9 56 53.9 66.9 36 0.86
5 29 32 28 44 116 103.4 74.5 126.4 93.9 107.3 115.7 78.3 88.6 1.27
10 28 32 27.5 38 134.2 124.9 103.1 102.2 68.4 132.3 133 84.6 118.2 1.34
15 28 32 27.5 40 159.5 194.8 95.8 151.5 85.3 93.5 79.7 83.5 99.3 0.67
20 28 32 27.5 38 353 256.3 88.5 72.9 66.2 113.6 71.6 84.9 97.7 0.83

89
90
Suhu lingkungan Suhu ruang bakar Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu
Waktu (⁰C) Suhu air (⁰C) (⁰C) dinding sekat pipa pengendap zat cerobong hopper ruang abu Kecepatan
(menit) Tbb Tbk masuk keluar bawah atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) padat (⁰C) (⁰C) (⁰C) (⁰C) angin (m/s)
25 29 32 28 42 416.9 251.4 135.5 157.2 111.2 73.9 83.4 80.5 119.4 0.76
30 29 32 28 44 446.2 358.2 142 98.6 71.9 138.2 95.6 133 111.7 0.76
35 29 32 28 42 494.1 337.9 179.8 96.9 74.3 80.7 93.4 88.5 104 1.27
40 29 32 28.5 38 536 387.5 272.6 120.5 84.6 83.4 92.7 76.5 99.5 2.13
45 29 32 28.5 40 366.8 352.6 169.4 89.7 80 127.7 71.8 95.3 88.3 2.69
50 29 32 28.5 40 383 324.3 172.4 104.1 96.9 113 73.4 84.9 86.9 1.37
55 29 32 28.5 45 432 200.3 123.8 148.2 106 79.3 111.7 127.4 99.4 0.81
60 29 32 28.5 38 494.1 337.9 174.3 83.2 72.3 152.7 80.1 106.9 93.2 0.8
65 29 32 28 45 336.6 278.6 149.6 118.8 89 78.5 86.2 89.6 84.6 0.63
70 29 32 28 47 294.7 286.3 146.9 125.4 87.8 91.9 114.3 108.9 80.9 0.8
75 29 32 28 40 281.15 256.3 149.6 102.8 77.1 111.7 85.3 144.4 75.9 1.28
80 29 32 28 38 353 342.3 142.8 96.9 73.8 96.2 81.9 92.6 75.4 0.37
85 28 33 27.5 54 261.4 300.1 160.1 131.4 93.4 90.6 133.5 112 76.6 1.83
90 28 32 27.5 38 293 310.7 122.4 108.5 77.2 127 73.3 175.9 77.3 1.04
95 28 32 27.5 36 257.1 283.7 81.3 80.9 71.1 126.8 72.4 89.9 79.3 2.12
100 28 32 27.5 36 483.3 310.6 87.8 86.6 77.1 72.9 79.3 76.6 71.3 1.28
105 28 32 27.5 38 507.9 336.8 98.3 131.1 95.2 60.1 77.4 88.9 71.1 1.82
110 28 32 27.5 36 562 270.7 141.1 92.7 72.9 91.8 77.7 139 77 1.35
115 28 32 27.5 40 409.3 250 122.4 105.3 97.9 69.1 77.5 119 75.1 0.82
120 28 32 28 52 383 324.3 148.3 103.2 100.4 73.3 76.9 119.2 73 1.07
125 28 32 28 43 337.1 278.3 162.3 90 70.1 68.7 78.1 105 76 1.09
130 28 32 27.5 40 348.7 178.7 97.6 70.6 62.5 64.3 77.1 76 75.6 1.3
135 28 32 27.5 40 322.8 231.4 123.8 73.1 65.4 68.3 77.6 92.7 84.2 0.21
Suhu lingkungan Suhu ruang bakar Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu
Waktu (⁰C) Suhu air (⁰C) (⁰C) dinding sekat pipa pengendap zat cerobong hopper ruang abu Kecepatan
(menit) Tbb Tbk masuk keluar bawah atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) padat (⁰C) (⁰C) (⁰C) (⁰C) angin (m/s)
140 28 32 28 42 298.5 322.7 109 89.7 65.7 66.4 78.1 85 91.1 0.73
145 28 32 28 43 256.5 250 123.8 82.3 71.3 62.4 73.8 83.1 81.3 0.41
150 28 32 28 38 154.8 268.8 94 72.1 66 66.5 68 76.4 76 1.81
155 28 32 28 45 134.2 124.9 89.2 74.8 73.9 67.8 70.4 75.3 75.6 0.67
160 28 32 27.5 42 127.9 113.3 115.1 74.7 74.2 66.9 72.1 77.6 72.3 2.43
165 28 32 27.5 38 131.4 101.6 101.5 67.1 64.1 65.2 73.8 67.7 71.5 1.31
170 28 32 27.5 38 97.4 95.2 82.7 65.7 63.2 63.4 68.4 63.8 68.7 1.03
175 28 32 27.5 34 73.4 83.2 76.8 64 60.8 60.3 62.8 61.8 69.4 0.67

Data penyebaran suhu penelitian inti 1

Waktu Suhu lingkungan Suhu ruang bakar Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu Kecepatan
(menit) (⁰C) Suhu air (⁰C) (⁰C) dinding sekat pipa pengendap zat cerobong hopper ruang abu angin (m/s)
Tbb Tbk masuk keluar bawah atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) padat (⁰C) (⁰C) (⁰C) (⁰C)
0 28 32 28 30 35.5 77.4 56.7 56.7 37.5 38.9 44.4 47.9 35.5 0.73
5 28 32 28 42 238.1 260.3 137.4 137.4 86.7 129.3 86.4 61.9 78.5 0.29
10 28 33 28 42 330.8 243.4 173.8 107.5 71.1 80.9 87.1 64.1 110 1.19
15 28 33 27.5 42 332.8 202.3 166.8 106.8 71.3 75.2 85.2 62.8 122.9 0.21
20 29 32 29 40 397.4 186.5 167 100.7 87.2 128.4 70.8 60.4 113.9 0.67
25 29 32 28 42 428.5 270.2 149 89.6 73.4 84.4 82.8 170.7 72.1 1.43
30 29 32 28 45 440.6 291.9 151.2 89.3 73.3 88.2 76 163.8 71.1 1.69
35 29 32 28 50 425.3 235.2 146.4 89 71.2 98.1 78 80.3 94.4 1.85
40 29 33 27.5 48 449.2 261.6 160.9 87 78.3 89.7 82.4 106.8 74.8 0.67

91
92
Suhu lingkungan Suhu ruang bakar Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu
Waktu (⁰C) Suhu air (⁰C) (⁰C) dinding sekat pipa pengendap zat cerobong hopper ruang abu Kecepatan
(menit) Tbb Tbk masuk keluar bawah Atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) padat (⁰C) (⁰C) (⁰C) (⁰C) angin (m/s)
45 29 32 27.5 45 261.4 200.2 181.4 77.3 71.9 77.8 76 78.9 99.2 0.57
50 28 33 27.5 45 268.6 216.8 167.8 101.7 86 96 82.1 129.9 96.2 0.87
55 28 33 29 50 327.1 229.2 162.4 99.8 80.6 81.1 70.7 135.5 97.7 1.45
60 28 33 29 48 327.9 246.7 178 129.7 98.1 126 73.4 73.4 98.4 1.02
65 28 33 28 48 289.4 196.2 161.4 93 72.1 125.9 83.4 110.9 102.1 1.06
70 28 33 28 48 264.1 238.9 170.7 97.1 80.5 88.7 95.4 148.9 87.6 1.07
75 28 33 28 42 261.4 235 172.2 93.3 73.3 133.7 123.4 117.1 95.7 1.12
80 28 33 28 45 238 271.8 180.2 136.7 92.6 127.9 86.5 84.8 88.1 1.29
85 28 33 28 44 225.8 273.9 173.2 128.6 81.6 107.8 143.3 70.9 107.8 1.03
90 28 32 28 47 364.6 276.6 188.3 117.1 79.5 145.3 160.5 77.2 91.4 0.23
95 28 32 28 38 372.2 280.3 180.6 111.3 92.4 104.7 157.2 127.2 80.8 0.48
100 28 32 27.5 43 361.5 259.1 193.3 122 83.8 145.9 146.3 167.2 83.6 1.23
105 28 32 28 42 304.8 275 196.4 115.1 88.3 110.7 141.4 143.1 80.1 1.18
110 28 32 28 42 364.8 222.3 183.4 118.2 90.8 91.5 136.2 144.8 75 0.8
115 28 32 28 45 392.5 254.7 144.1 74.3 60.8 86.4 127.2 95.7 77.5 1.39
120 28 32 28 42 363.6 195 137 99.8 80.5 105.1 118.8 81.9 75.5 0.37
125 28 32 28 38 343.9 252.4 137.4 86.1 78.2 75.7 112.9 82.9 85.7 2.42
130 28 32 28 40 333.7 294.6 137.4 128.8 106.1 164.5 132.7 83.8 90.6 0.21
135 28 32 28 44 323.4 233 197 97.4 71.9 138.2 144.6 144.4 86 1.23
140 28 32 28 40 233.4 227.3 190.6 88.4 76.1 85.2 159 121.8 86.3 0.56
145 28 32 28 38 206.3 203 187.3 93.7 76 89 152.1 158.1 74.4 0.43
150 28 32 28 40 199.9 202.4 134.8 101.3 79 112 122.4 95.4 88.7 0.48
155 28 32 28 36 195.7 211.7 145.7 94.1 71.1 90.5 97.4 136.7 74.9 0.31
Suhu lingkungan Suhu ruang bakar Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu
Waktu (⁰C) Suhu air (⁰C) (⁰C) dinding sekat pipa pengendap zat cerobong hopper ruang abu Kecepatan
(menit) Tbb Tbk masuk keluar bawah Atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) padat (⁰C) (⁰C) (⁰C) (⁰C) angin (m/s)
160 28 32 28 35 190.9 140.8 126.7 89.1 74.4 92.1 86.2 97.9 88 1.03
165 28 32 28 38 186 135.7 103.4 82.4 76.7 89.6 93.2 102.5 90.7 0.31
170 28 32 28 38 153.7 120.1 90.1 78.8 73.4 84.4 82.8 103 103 1.24
175 28 32 28 36 151.6 113.9 87.5 73.1 69.9 77.8 76.8 87.8 90 0.84
180 28 32 28 34 134 120.7 84.6 74 68.9 78.3 89.6 87.8 102.4 0.73
185 28 32 28 34 121.4 104.5 82.9 72.8 67.8 74.6 75.9 86.3 85 0.83
190 28 32 28 32 71.4 73 68.3 70.5 67.5 67.2 73.4 80 79 0.78

Data penyebaran suhu penelitian inti 2


Waktu Suhu lingkungan Suhu ruang bakar Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu Kecepatan
(menit) (⁰C) Suhu air (⁰C) (⁰C) dinding sekat pipa pengendap zat cerobong hopper ruang angin (m/s)
Tbb Tbk masuk keluar bawah atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) padat (⁰C) (⁰C) (⁰C) abu (⁰C)
0 28 32 28 30 37 58 34.3 46.1 33.4 32.4 38 45.2 30.7 0.73
5 28 32 28 35 40.4 78 39.8 45.9 40.7 39.4 40 49.5 43.9 0.8
10 28 32 28 33 73.8 88.7 37.5 46.9 41.1 48.6 53 48.2 46.8 1.04
15 28 32 28 50 628.8 347.6 51.6 124.8 93 75.2 85.7 60.2 51.2 0.34
20 28 32 28 40 586.6 377.1 78.3 174.8 135.2 79.8 81.9 108.9 72.5 0.61
25 28 32 28 38 510.4 331.1 129.2 187.7 155.5 115.4 123.8 127.9 94.3 0.27
30 28 33 27.5 40 475.2 295.1 109.8 134.3 86.9 118.9 151.9 189.9 106.9 0.62
35 28 33 27.5 45 515.9 300.5 86.7 145.6 118 137.5 169.6 77.5 109.2 1.04
40 28 33 27.5 45 218.1 233.1 84.9 90.5 77.5 116.3 146.9 149.9 99.9 0.51
45 28 33 27.5 40 296.5 241.4 83 92.7 79.7 191.7 136.9 163.7 96 1.02
50 28 33 28 38 369.3 226.9 123.3 81.1 68.8 269.1 196.4 114.3 95.9 0.31

93
94
Suhu lingkungan Suhu ruang bakar Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu
Waktu (⁰C) Suhu air (⁰C) (⁰C) dinding sekat pipa pengendap zat cerobong hopper ruang Kecepatan
(menit) Tbb Tbk masuk keluar bawah Atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) padat (⁰C) (⁰C) (⁰C) abu (⁰C) angin (m/s)
55 28 33 28 34 334.2 218.7 89.2 88.7 74.1 273.6 154.6 90.4 83.1 0.87
60 28 33 28 34 215.6 217.4 84.2 86.4 75.1 174.8 136.4 96.7 71.1 0.97
65 28 33 28 36 252.1 197.5 95.3 78 65 164.5 156 163.1 83.1 0.84
70 28 33 28 38 360.6 256.6 93.9 86.7 73.7 279.4 178.5 134 96.5 1.04
75 28 33 28 38 330.1 312.9 79.8 87.8 74.4 264.4 175.9 115 83.9 0.19
80 28 33 28 36 373.5 267.3 78.5 81.6 72.9 284.4 157.8 182 83 0.65
85 28 33 28 36 366.2 245.2 120.4 105.7 80 289.3 153.2 145.1 92 1.21
90 28 33 28 40 345.8 260.4 124.3 130.9 83.3 209.4 130.4 168.4 80.1 0.54
95 28 33 28 45 375.1 328.8 95.1 85 78.7 287.9 146.8 145.1 74.8 0.63
100 28 33 28 55 405.8 294.3 87 119.5 93.9 274.5 127.7 168.4 89.6 0.82
105 28 33 28 50 412.1 306.1 141 111.6 93.1 264.6 120 116 115.4 0.86
110 28 33 28 42 406.8 282.1 84.1 104.3 88.6 220.5 129.3 93.7 124.1 0.56
115 28 33 28 42 421.7 247.5 72.9 100.5 79.2 204.7 125.3 84.1 138 0.23
120 28 33 28 50 472.9 227.3 90.7 83 71 184.6 181.8 94.9 158.7 0.87
125 28 33 28 42 427.1 361.2 82.5 120.7 100.3 240.1 153.2 100.2 168.8 1.08
130 28 33 28 48 443.1 285.3 74.2 97.2 80.3 236 128.5 83.3 168 0.25
135 28 33 28 45 465.2 281.3 88 103.9 82.4 308.3 210.7 109.3 162.1 1.06
140 28 33 27.5 42 498.3 295.8 71.6 96.4 80.6 308.4 225 94.4 158.3 0.68
145 28 33 27.5 46 456.5 292.3 88.9 94.4 80.5 235 199.8 95.6 149.2 0.85
150 28 33 27.5 46 402.5 221.7 77 77 64.1 166.6 117.7 109.5 150.2 0.47
155 28 33 28 45 321.5 210.9 68.7 81.9 64.6 186.9 179.5 80.5 149.6 0.82
160 28 33 28 42 278.5 217.2 76 77 64.1 156.6 188.6 117.7 146 1.58
165 28 33 28 40 259.9 267.9 71.3 104.6 83.1 110.4 102.3 118.4 138 0.86
Suhu lingkungan Suhu ruang bakar Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu
Waktu (⁰C) Suhu air (⁰C) (⁰C) dinding sekat pipa pengendap zat cerobong hopper ruang Kecepatan
(menit) Tbb Tbk masuk keluar bawah Atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) padat (⁰C) (⁰C) (⁰C) abu (⁰C) angin (m/s)
170 28 33 27.5 40 216.4 303.5 72.7 103.4 83.9 152.3 124.1 148.3 134.4 1.51
175 28 33 27.5 38 205.5 270.7 86.9 98.8 81.2 97 105 94.5 127.1 0.85
180 28 33 27.5 38 168.8 189 71.3 71.3 70.6 97 104.3 85 126.1 1.34
185 28 33 27.5 36 132.4 154.5 78.5 77.7 72.8 81.1 84.7 79 116.6 0.86
190 28 33 27.5 34 95.6 90.6 68.6 73.8 69.6 74.3 72.3 72.3 84.4 0.61

Data penyebaran suhu penelitian inti 3


Waktu Suhu lingkungan (⁰C) Suhu air (⁰C) Suhu ruang bakar (⁰C) Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu Kecepatan
(menit) dinding sekat pipa pengendap zat cerobong hopper ruang angin (m/s)
Tbb Tbk masuk keluar bawah atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) padat (⁰C) (⁰C) (⁰C) abu (⁰C)
0 28 32 28 30 48.4 81.9 35.9 50.9 38.7 38.1 37.5 46.3 34.3 0.74
5 28 32 27.5 52 129.3 261.9 71.2 184 102.7 165.3 68.4 81.3 73.2 0.75
10 28 32 27.5 45 588.2 349 81.7 218.2 128.1 215.7 90.2 96.4 105.6 2.42
15 28 32 27.5 42 645.1 295.5 84.4 214.1 121.5 243.7 85.9 116.9 125.1 0.58
20 28 32 27.5 38 602 321.6 105.6 212.5 137.3 268.1 120.6 94.6 144.5 0.3
25 28 32 28 43 532.2 273.6 106.4 124.8 84.6 303.3 109.1 198.1 147.2 1.56
30 28 32 28 40 403.7 318.2 88.9 153.4 98 135.8 75.3 97.6 168.7 1.04
35 28 32 27.5 46 420.8 349.1 114 173.3 107 128.9 68.6 281.8 154.9 2.13
40 28 32 27.5 38 474.8 342 128.5 197.4 146.5 370.2 326.1 112.7 166.9 1.45
45 28 32 27.5 43 613.2 313.4 98.9 152.4 87 317.8 290.3 150.8 182.8 0.71
50 28 32 27.5 40 513 360.7 103.5 164 62.5 332.9 209.2 124 191.1 1.33
55 28 32 27.5 40 459.4 233.1 70.2 104.6 101.5 298 108.3 276.7 165.3 0.85
60 28 32 27.5 40 378 287.6 68.9 116.5 86.5 210 103.4 134.3 145.1 0.48

95
96
Suhu lingkungan (⁰C) Suhu air (⁰C) Suhu ruang bakar(⁰C) Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu
Waktu dinding sekat pipa pengendap zat cerobong hopper ruang Kecepatan
(menit) Tbb Tbk masuk keluar bawah Atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) padat (⁰C) (⁰C) (⁰C) abu (⁰C) angin (m/s)
65 28 32 27.5 43 405.1 317.8 75 120.2 90.1 81.8 155.5 198.7 157.7 0.5
70 28 32 28 48 371.5 297.5 50.2 138 97.5 135.3 156.9 177.6 152.4 1.2
75 28 32 28 40 377.4 295.4 47.9 127 80.5 124.6 72.6 162.5 140 0.49
80 28 32 28 50 337.7 301.3 51.4 135.5 83.8 117.8 137.7 145.5 130.4 0.17
85 28 32 28 38 403.2 298.7 48.9 134.2 84.6 117.8 120.6 140.8 129.6 0.24
90 28 33 27.5 40 380.2 270.4 108.9 156.2 98.4 120.4 110.8 132.4 125.5 0.78
95 28 33 27.5 40 376 203.2 79.6 94.1 67.9 130.4 137.1 124.8 120.4 0.2
100 28 33 27.5 46 392.4 200.4 116.7 89.2 75.6 96.3 120.4 150.6 116 0.66
105 28 33 28 48 445.5 304.2 108 159.5 95.4 194 143.9 133.3 112.1 0.47
110 28 33 28 42 374.4 297.5 75.9 89.5 53.2 112.5 138 105.6 105.1 0.38
115 28 32 27.5 38 442.5 207.3 98 83.2 61.6 103.5 96.2 156.3 102.1 0.81
120 28 32 27.5 38 475.4 230.3 153.5 93.6 73.5 150 111.6 75.1 107.4 0.39
125 28 32 27.5 46 371.9 267.3 67.5 128 84.1 148.6 142.6 113 108 0.28
130 28 32 27.5 42 473.5 391.6 80.3 142.6 90.4 209.6 78.1 148.1 109.5 0.47
135 28 32 27.5 46 456.7 313.4 72.4 105.7 85.2 131.4 128 179.9 108 0.32
140 28 32 27.5 38 434.2 268.7 67.4 99.9 84.7 97.2 102.1 159.6 102.9 0.17
145 28 32 27.5 38 328.1 297.4 64.4 91.5 73.3 87.4 95 165.8 103.7 0.42
150 28 32 27.5 40 304.6 200.2 55.4 87.9 74.5 84.8 92.6 129 102.5 0.56
155 28 32 28 40 232.8 248 63.2 81.3 74.3 80.2 81.4 122.1 104.7 0.74
160 28 33 27.5 38 220 221.8 73.6 88.9 76.4 79.4 78.6 106.1 100.5 0.21
165 28 33 28 38 199.2 191.5 73.4 83.4 78.7 74.5 78.1 87.1 107 0.48
170 28 33 28 40 165.7 189.7 63.5 74.2 73.6 84.3 74.2 69.9 109.5 0.88
175 28 33 28 35 136.7 123.7 63.3 73.1 70.5 72.4 73.2 65.8 98.2 0.24
180 28 33 28 32 85.3 83.4 60.5 72.2 68.3 70.4 65.9 65.5 81.4 0.34
Data penyebaran suhu penelitian inti 4
Waktu Suhu lingkungan (⁰C) Suhu air (⁰C) Suhu ruang bakar (⁰C) Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu Kecepatan
(menit) dinding sekat pipa pengendap zat cerobong hopper ruang angin
Tbb Tbk masuk keluar bawah atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) padat (⁰C) (⁰C) (⁰C) abu (⁰C) (m/s)
0 28 32 28 30 46.5 55.4 51.2 38.1 31.4 34.1 33.5 53.6 31.1 0.24
5 28 32 28 40 158.3 316.8 89.4 188.4 86 215.6 70.2 68.6 52.5 0.68
10 28 32 27.5 44 344.2 289.6 78.8 147.2 77.8 209.7 79.3 70 84.1 0.34
15 28 32 28 45 350.8 337.1 84.7 145.3 83.1 204 75 85.5 84.5 0.31
20 28 32 28 44 366.3 320.3 81.6 147.6 79.2 190.4 81.3 86.1 89.2 0.52
25 28 32 27.5 41 333.4 210.5 78.8 111 81.7 166.9 87.3 82.7 83 0.33
30 28 33 28 38 354.2 325.9 107.6 183.6 89.6 253.4 93.5 84.9 84.4 0.22
35 28 33 28 50 375.5 314.1 106.5 168.8 79.5 241.7 97.8 88.3 74 0.47
40 28 33 27.5 45 454.4 234.5 78.4 101.4 84 108 81.5 143.6 81.9 0.17
45 28 33 27.5 47 366.1 243.5 76.8 101.5 88.7 89.8 86.5 143.4 82.4 0.32
50 28 33 27.5 42 434.6 291 96.7 131.8 89.3 192.2 79.9 72.5 80 0.23
55 28 33 28 48 322 334.9 96 110.7 84.4 118.7 77.2 203 80.1 0.24
60 28 33 28 51 395.5 258.2 83.5 132.9 88.1 213.8 70.7 117 80.1 0.41
65 28 33 27.5 56 355.5 219.7 96.5 111.5 87.9 168 76.5 116.1 80.7 0.45
70 28 33 28 50 317.9 235.4 85.3 117.8 70 178.4 78.8 74 73.1 0.28
75 28 33 27.5 38 417.3 273.1 74.7 82.2 72.9 178.5 139.1 166.1 79.7 0.27
80 28 33 27.5 45 416.3 293.1 104.8 77.4 74.4 183.9 162.5 183.8 88.3 0.7
85 28 33 27.5 60 549.5 316.3 136.8 130.9 78.8 266.7 121.4 108.2 70.1 0.85
90 28 33 27.5 50 689.6 344.3 89.9 106.3 71.7 313 191.6 125 73.3 0.68
95 28 33 28 48 469.6 289.1 111.6 120.5 72.5 318.8 140.5 99.8 75.5 0.23
100 28 33 28 53 307.4 333.7 94.9 132.9 83 335.4 118.8 92.3 82.4 1.92
105 28 33 28 48 437.4 347.9 115.1 133.3 79.2 315.8 153.8 106 80.4 0.82

97
98
Suhu lingkungan (⁰C) Suhu air (⁰C) Suhu ruang bakar (⁰C) Suhu Suhu Suhu Suhu ruang Suhu Suhu Suhu Kecepatan
Waktu dinding sekat pipa pengendap zat cerobong hopper ruang angin
(menit) Tbb Tbk masuk keluar bawah Atas (⁰C) (⁰C) (⁰C) padat (⁰C) (⁰C) (⁰C) abu (⁰C) (m/s)
110 28 33 27.5 48 371.7 203.8 95.9 148.1 90.6 362.7 176.7 98.6 79.7 1.98
115 28 33 27.5 40 359.3 202.4 84.8 101 70.6 432.4 145.5 171.1 70 0.85
120 28 33 27.5 40 312 198.2 87.7 86.9 79.4 265.4 148.9 129 69.6 0.59
125 28 33 28 38 249.7 181 85 76.1 66.2 221.2 139.1 147.3 72 1.21
130 28 33 28 38 334.6 219.7 75.5 81.6 70.4 191.5 136 117.1 76.9 1.27
135 28 33 27.5 40 280 184.1 79.6 71.8 61 164.6 131 162.6 76.4 0.63
140 28 33 27.5 40 268.1 209.5 72.5 74.6 66.8 249.2 113.4 205.8 78.5 0.78
145 28 33 28 40 263.9 264.6 87.5 85.3 71.1 220 128.1 155.4 75.8 0.26
150 28 33 27.5 42 264.8 283.1 101.3 101.1 74.7 195.9 106.3 146.6 74.2 0.35
155 28 33 28 42 319.3 227.4 97.1 105.7 72.8 164.6 103.2 106.3 74.8 1.53
160 28 32 28 40 223.1 193.8 91.2 106.1 77.1 156.5 113.5 96.4 70.2 1.3
165 28 32 28 50 191.2 146.7 82.8 103.3 76.7 124.2 131 94.7 69.9 0.44
170 28 32 28 42 156.3 132.4 84.4 99.1 75.4 112.7 102.4 77.9 73.3 0.99
175 28 32 27.5 40 103.2 102.4 89.6 92.8 70.4 96.7 84.7 74.7 80.6 0.74
180 28 32 27.5 38 93.2 89.5 85 83.3 66.7 84.5 80.9 71.1 68 0.34

Anda mungkin juga menyukai