KARIMA
PENILAIAN PSIKOMOTOR
Penulis:
Dr. Agus Dudung, M.Pd
Penerbit:
KARIMA
Redaksi:
KARIMA
Vila Pamulang Blok DG-10/6-7, Bojongsari, Depok.
Website: karima.elfirdaus.net
Email: elfirdaus95@gmail.com
Buku ini dilindungi Undang-Undang Hak Cipta. Segala bentuk penggandaan, reproduksi atau
penerjemahan, baik melalui media cetak maupun elektronik harus seizin penerbit, kecuali untuk
kutipan ilmiah.
ISBN ...............
ii
KATA PENGANTAR
.............................................................
..............................................................
...............................................................
................................................................
................................................................
LEMBAR PENGESAHAN I
KATA PENGANTAR II
DAFTAR ISI III
BAB I
RANCANGAN PENILAIAN HASIL BELAJAR
Penilaian hasil kegiatan belajar peserta didik merupakan hal yang sangat penting dalam
proses pembelajaran. Dengan melaksanakan penilaian hasil belajar akan dapat mengetahui
seberapa besar keberhasilan peserta didik telah menguasai kompetensi atau materi yang
telah diajarkan oleh guru. Dengan penilaian hasil belajar juga dapat dijadikan acuan untuk
melihat tingkat keberhasilan atau keefektivitas guru dalam proses pembelajaran. Belajar
secara umum dapat diartikan suatu aktivitas mental atau psikis yang secara berlangsung
dalam interaksi yang aktif di lingkungan yang akan menghasilkan perubahan- perubahan
dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap itu bersifat konstan dan
membekas (W.S.Winkel, 1996: 59). Hal yang paling mendasar dari konsep belajar adalah
perubahan melalui pengalaman yang permanen pada diri individu, dengan demikian proses
belajar merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pendidikan, dalam pendidikan
harus adanya kegiatan belajar dan kegiatan belajar sebagai wujud dari pendidikan.
Sedangkan menurut Good dan Brophy (1990:124) dalam proses belajar individu
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang berasal dari individu itu sendiri, dan
faktor eksternal yang bersumber dari luar individu. Faktor internal terkait dengan
kemampuan intelektual, kemampuan emosional, minat bakat, perhatian, kenyakinan,
keadaan fisik, motivasi dll. Faktor eksternal berasal dari lingkungan belajar, guru,
kurikulum, metodologi, media pendidikan yang digunakan, serta faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi proses belajar. Dalam hal belajar menurut Slameto (2010:1) adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan seberapa jauh siswa telah menguasai materi pelajarannya.
Sejalan dengan beberapa pendapat di atas bahwa belajar merupakan proses dimana
terjadi perubahan permanen melalui pengalaman, dalam memperoleh pemahaman, sikap,
pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan. Dalam mengukur hasil belajar
siswa dapat dilakukan melalui tes hasil belajar (achievement test). Hasil belajar
merupakan dasar untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam memahami materi
pembelajaran. Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa, yang dapat diukur dalam bentuk perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan
tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik
dibandingkan sebelumnya (Oemar Hamalik, 2008:155). Dari uraian diatas kata kunci dari
definisi belajar adalah perubahan tingkah laku. Perubahan yang didasari dan timbul akibat
praktek, pengalaman, latihan. Terbentuknya tingkah laku hasil mempunyai dua ciri
RANAH AFEKTIF
Menerima Merespon Menghargai Mengorganisasik Karakterisasi
(A1) (A2) (A3) an Menurut Nilai
(A4) (A5)
Mengikuti Mengompro- Mengasumsi-kan Mengubah Membiasa-kan
Menganut mikan Meyakini Menata Mengubah
Mematuhi Menyenangi Meyakinkan Mengklasifika-sikan perilaku
Meminati Menyambut Memperjelas Mengombinasi-kan Berakhlak mulia
Mendukung Memprakarsai Mempertahan-kan Mempengaruhi
Menyetujui Mengimani Membangun Mengkualifikasi
Menampilkan Menekankan Membentuk Melayani
Melaporkan Menyumbang pendapat Membuktikan
Memilih Memadukan Memecahkan
Mengatakan Mengelola
Memilah Menegosiasi
Menolak Merembuk
RANAH PSIKOMOTOR
Meniru Manipulasi Presisi Artikulasi Naturalisasi
(P1) (P2) (P3) (P4) (P5)
Menyalin Kembali Menunjukkan Membangun Mendesain
Mengikuti membuat Melengkapi Mengatasi Menentukan
Mereplikasi Membangun Menunjukkan, Menggabungkan Mengelola
Melakukan, Menyempurna- Koordinat,
Mengulangi Menciptakan
Melaksanakan, kan Mengintegrasikan
Mematuhi Mengkalibrasi Beradaptasi
Menerapkan
Mengendalikan Mengembangkan
Merumuskan,
Memodifikasi
Master
Sedangkan Sudjana (1990: 22-23) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan
yang dimiliki siswa setelah seseorang tersebut memiliki pengalaman belajar. Selanjutnya
Sudjana menjelaskan sebagai berikut:
a. Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
b. Ranah afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi 5 jenjang Kemampuan yaitu
menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dankarakteristik dengan suatu
nilai atau kompleks nilai.
c. Ranah psikomotor
Meliputi Kemampuan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Dari pendapat-pendapat di atas tentang pengertian hasil belajar, dapat dimaknai bahwa
hasil belajar itu adalah suatu perubahan yang terjadi pada diri individu, dimana perubahan
yang diharapkan adalah perubahan kearah yang lebih baik, baik dari segi kognitif, afektif
maupun psikomotor yang didapat melalui proses belajar. Untuk mendapatkan hasil belajar
yang di harapkan sebagaimana mestinya, maka guru harus mampu menciptakan suatu proses
pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa sehingga hasil belajar tercapai
dengan baik. Hasil belajar itu menjadikan siswa dimiliki kemampuan atau menerima
pengalaman belajarnya. Setelah belajar siswa akan mengalami perubahan dari yang tidak
tahu menjadi tahu, dan yang tidak mengerti menjadi mengerti.
Hasil belajar keterampilan adalah keberhasilan dalam menyelesaikan suatu obyek atau
pekerjaan, atau tingkat kemampuan keterampilan siswa dalam menyelesaikan suatu benda
kerja. Hasil belajar tersebut ditentukan oleh faktor- faktor sebagai berikut: (a) faktor fisik
(mesin, peralatan, material dan sebagainya),
(b) faktor situasi dan kondisi, (c) faktor sikap, (d) faktor bakat, dan (e) faktor pengetahuan.
Menurut Sweet dan Zimmerman (201:29), bahwa bentuk penilaian kinerja berupa penilaian
tugas tertulis terstruktur, tugas kinerja alamiah, proyek, portofolio, demonstrasi, percobaan,
penyelidikan, pengamatan, persentasi, dramatis, simulasi dan sebagainya. Penilaian
(asesmen) menurut Arends (2008: 217) adalah proses mengumpulkan informasi tentang
peserta didik (siswa) dengan tujuan pengambilan keputusan instruksional. Jadi penilaian
merupakan proses memberikan atau menentukan terhadap hasil belajar berdasarkan criteria
tertentu, dapat memberikan fungsi untuk mendeskripsikan, menganalisis dan
menginterprestasikan proses pembelajaran.
Berapa ahli juga menyebutkan penilaian merupakan pengukuran terhadap berbagai
aspek tingkah laku dengan tujuan untuk melihat perbedaan individual atau kelompok, aspek
tingkah laku peserta didik yang di nilai mencakup kemampuan hasil belajar, kemampuan
inteligensi dan bakat minat, sikap dan aspek kepribadian siswa. Ini berarti aspek penilaian
yang lakukan mencakup aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Penilaian
juga diartikan sebagai penilaian guru untuk memperoleh informasi secara obyektif,
berkelanjutan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang dicapai siswa, yang
hasilnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya. Atau penilaian
merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan.
Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 41 tahun 2007, tentang
standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. standar kompetensi merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan / atau
semester pada suatu mata pelajaran. Adapun kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan
yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai merujuk
penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Oleh karena itu standar
kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan minimal yang harus dicapai setelah peserta
didik menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu pada setiap jenjang pendidikan yang
diikutinya. Jadi kompetensi dasar kemampuan minimal yang harus dicapai peserta didik
dalam penguasaan konsep atau materi pelajaran yang diberikan dalam kelas pada jenjang
pendidikan tertentu. Penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan
pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang
meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan selama proses
pembelajaran dan/atau pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah
keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan.
Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi
(SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk
tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar
Kompetensi Lulusan (SKL). Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan
satuan pendidikan dalam mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan bagian yang
penting dalam pembelajaran. Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola
kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan
metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi
yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan
secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian
juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik.
Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dimulai dengan kegiatan pengukuran,
dengan demikian penilaian adalah suatu prosedur yang sistematis dan mencakup kegiatan
mengumpulkan, menganalisis, serta menginterprestasikan informansi yang dapat digunakan
untuk membuat kesimpulan tentang karakteristik seseorang. Gronlund & linn (1990:5)
penilaian sebagai suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan
mengumpulkan,menganalisis serta menginterprestasikan informasi untuk menentukan
seberapa jauh seorang siswa atau kelompok siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan.
Tujuan penilaian diarahkan pada empat hal berikut, (a) penelusuran (keeping track),
untuk menelusuri agar proses pembelajaran tetap sesuai dengan rencana,
(b) pengecekan (checking–up) untuk mengecek kelemahan-kelemahan yang dialami oleh
siswa selama proses pembelajaran, (c) pencarian (finding-out) untuk mencari dan
menemukan hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses
pembelajaran, dan (d) menyimpulkan (summing up) untuk menyimpulkan keberhasilan
siswa telah menguasai kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian berbasis
kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui
pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan/atau pada akhir pembelajaran. Fokus
penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar
kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai
berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam
Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai
peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Pendidik yang profesional selalu
menginginkan umpan balik atas proses pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini dilakukan
karena salah satu indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tingkat keberhasilan
yang dicapai peserta didik. Hasil penilaian dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan proses
pembelajaran dan sebagai umpan balik bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran yang dilakukan pada peserta didik.
berapa yang yang menjadi prinsip dalam penilaian adalah (a)proses penilaian harus
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran,
(b) penilaian harus menjerminkan dunia nyata (real Word problem), (c) penilaian harus
mengunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan
esensi pengalaman belajar, dan (d) penilai harus mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran (kognitif, afektif dan spikomotorik).
Penilaian hasil belajar peserta didik diperlakukan sama sehingga tidak merugikan
salah satu atau sekelompok peserta didik yang dinilai (harus memiliki asas keadilan ), dan
penilaian tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, bahasa, jender, dan
agama. Penilaian hasil belajar juga merupakan bagian
dari proses pembelajaran yang dapat memotivasi peserta didik untuk lebih berprestasi.
Ada empat konsep penilaian dalam keberhasilan belajar peserta didik, yaitu,
a. Pengukuran
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, terhadap suatu standar
atau satuan ukur. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat
diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat
ketidakpastian, atau indeks kepercayaan konsumen (Wikipedia bahasa Indonesia, 2012).
Sedangkan pengukuran menurut beberapa para ahli adalah proses penetapan angka dengan
cara sistematik untuk menyatakan keadaan individu ( Allen & yen dalam Djemari Mardapi,
2000:1). Menurut Gilbert Sax (1980) menyatakan “measurement: The assignment of
numbers to attributes of characteristics of person, evenrs, or object according to explicit
formulations or rules”. Pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data
melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan
yang telah ditentukan (Cangelosi,1995:21). Pengukuran didefenisikan sebagai the process
by which information about the attributes or characteristics of thing are determinied
and differentiated (Oriondo,1998:2). Pengukuran adalah penentuan angka-angka atas
observasi- observasi sedemikian rupa sehingga angka-angka itu sesuai dengan analisis
melalui pemanfaatan atau penanganan menurut hukum-hukum tertentu (Sidney siegel:1992).
Pengukuran pendidikan mencakup beberapa bidang, bidang kognitif yang diukur melalui uji
tes, bidang afektif yang diukur melalui kuesioner, wawancara dan mungkin juga
pengamatan, sedangkan bidang psikomotorik, diukur melalui perbuatan dan pengamatan
(Dali S Naga, 1992:1). Pengukuran (measurement) adalah assigning numbers to,
quantifying, thing according to a set of rules (Guilford in griffin & nix 1991:3).
Pengukuran proses penetapan angka terhadap individu atau karakteristiknya maenurut
aturan tertentu (Ebel & Frisbie. 1986: 14). Robert L. Ebel dan David A. Frisbie (1986)
merumuskan pengkuran sebagai “Measurment is a process of assigning numbers to the
individual numbers of a set of objects or person for the purpose of indicating differences
among them in the degree to which they posscess the characteristic being measured.
Pengukuran adalah suatu perangkat aturan yang berhubungan dengan proses pemberian
angka terhadap objek atau kegiatan tertentu (Gronlund: 1983). Pengukuran (measurement)
adalah proses penetapan ukuran terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu (Guilford,
1982). Robert L. Ebel dan David A. Frisbie (1986) merunuskan pengkuran sebagai
“Measurment is a process of assigning numbers to the individual numbers of a set of objects
or person for the purpose of indicating differences among them in the degree to which they
posscess the characteristic being measured. Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi
berdasar pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan peserta didik dengan
menggunakan suatu standar. Pengukuran dapat menggunakan tes dan non-tes. Pengukuran
pendidikan bisa bersifat kuantitatif atau kualitatif. Kuantitatif hasilnya berupa angka,
sedangkan kualitatif hasilnya bukan
angka (berupa predikat atau pernyataan kualitatif, misalnya sangat baik, baik, cukup,
kurang, sangat kurang), disertai deskripsi penjelasan prestasi peserta didik. Dapatlah
dikatakan bahwa pengukuran adalah sutu proses sistematis untuk memberikan kuantitas
objek dengan cara membandingkan alat ukur dengan objek ukur.
b. Pengujian (test)
Pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan
penilaian. Hasil pengukuran pendidikan baik melalui tes maupun nontes menghasilkan data
kuantitatif yang berupa sekor, hasil sekor ini ditafsirkan sehingga menjadi nilai. Dalam
Encyclopedia Of Educational Evaluation, tes diartikan sebagai “any series of
questions or exercise or other means of measuring the skill, knowledge,
intelligence, capacities or aptitudes of an individual or group”, (Anderson, dkk.
1990).Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga
menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat
dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang
ditetapkan. Tes hasil belajar juga diterjemahkan sebagai salah satu alat ukur yang paling
banyak digunakan untuk mengetahui hasil belajar seseorang dalam proses belajar-mengajar
atau suatu program pendidikan. tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan
atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan harus bagaimana testee
menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melakukan perintah-perintah itu, penyelidik
mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan dengan standar atau test lainnya.
Pengertian tersebut mungkin belum mencakup semua elemen dari tes. Tetapi masih banyak
definisi lain dari tes. Tes menurut Allen dan Yen, adalah alat untuk memperoleh data
tentang perilaku individu. Karena itu, di dalam tes terdapat sekumpulan pertanyaan yang
harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan, yang akan memberikan informasi mengenai
aspek psikologis tertentu (sampel perilaku) berdasarkan jawaban yang diberikan individu
yang dikenai tes tersebut ( anastari, 1982:22). Pada buku Psychological Testing, Anastari,
(1982:22) menyatakan tes merupakan pengukuran yang obyektif dan standard. Cronbach
menambahkan bahwa tes adalah prosedur yang sitematis guna mengopservasi dan member
deskripsi sejumlah atau lebih ciri seseorang dengan bantuan skala numerik atau suatu
system kategoris.
Dengan demikian bisa dinyatakan bahwa tes adalah prosedur yang sistematis dimana butir
tes disusun berdasarkan cara dan aturan tertentu, pemberian skor harus jelas dan
dilakukukan secara terperinci, serta individu yang menempuh tes tersebut harus mendapat
butir tes yang sama dan dalam kondisi yang sebanding.
tes dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait (sifat) atau atribut pendidikan atau
psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau
ketentuan yang dianggap benar.
c. Penilaian (assessment)
Penilaian digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok peserta didik.
Berepa definisi penilaian menurut para ahli, penilaian adalah semua cara yang digunakan
untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok (griffin & nix, 1991:3). Proses penilaian
mencakup pengumpulan bukti yang menunjukkan pencapaian belajar peserta didik.
Penilaian merupakan suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan
karakteristik seseorang atau sesuatu (Griffin & Nix, 1991). Penilaian adalah mengambil
suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk, penilaian bersifat kualitatif
(suharsimi arikunto: 2012). Penilaiaan (assessment) adalah semua cara yang digunakan
untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok tertentu (Eko P: 2011). Penilaian adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat. Penilaian untuk memperoleh
berbagai ragam informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau informasi
tentang ketercapaian kompetensi peserta didik. Proses penilaian ini bertujuan untuk
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar peserta didik. Penilaian
menyeluruh dan berkelanjutan dalam Konsep Penilaian dari Implementasi peraturan
pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, membawa implikasi
terhadap model dan tehnik penilaian proses dan hasil belajar. Pelaku penilaian terhadap
proses dan hasil belajar diantaranya internal dan eksternal. Penilaian internal merupakan
penilaian yang dilakukan dan direncanakan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung.
Sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak luar yang
tidak melaksanakan proses pembelajaran, biasanya dilakukan oleh suatu institusi / lembaga
baik didalam maupun diluar negeri. Penelitian yang dilakukan lembaga / institusi tersebut
dimaksudkan sebagai pengendali mutu proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian
adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi
peserta didik. Penilaian adalah tindak lanjut dari hasil pengukuran dimana hasil-hasil
pengukuran dibandingkan dengan kriteria-kriteria tertentu yang bersifat kualitatif. Penilaian
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta
didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif dan nilai kuantitatif. Penilaian hasil
belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat
mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh
mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan
dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi
atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat
dinyatakan dengan nilai. Penilaian mencakup semua proses pembelajaran. Oleh karena itu,
kegiatan penilaian tidak terbatas pada karakteristik peserta didik saja, tetapi juga mencakup
karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi sekolah. Instrumen
penilaian untuk peserta didik dapat berupa metode dan/atau prosedur formal atau informal
untuk menghasilkan informasi tentang peserta didik. Instrumen penilaian dapat berupa tes
tertulis, tes lisan, lembar
pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah, dan sebagainya. Penilaian juga diartikan
sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran atau kegiatan untuk memperoleh
informasi tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik.
d. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek
(Mehrens & Lehmann, 1991). Evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan
hasil pengukuran (Calongesi, 1995). Daniel L. Stufflebeam dan Anthony J. Shinkfield
(1985) secara singkat merumuskan evaluasi sebagai berikut: “Evaluation is the
systematic assessment of the worth or merit of some object”. Dengan demikian maka
evaluasi antara lain merupakan kegiatan membandingkan tujuan dengan hasil dan juga
merupakan studi yang mengkombinasikan penampilan dengan suatu nilai tertentu. Evaluasi
adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam
mengambil keputusan (Suharsimi arikunto: 2012) mengartikan evaluasi sebagai usaha
sistematis untuk mengumpulkan informasi dari suatu program untuk digunakan sebagai
pertimbangan mengenai nilai dan dalam melakukan evaluasi terdapat judgement untuk
menentukan nilai suatu program yang sedikit banyak mengandung unsur subjektif. Evaluasi
memerlukan data hasil pengukuran dan informasi hasil penilaian yang memiliki banyak
dimensi, seperti kemampuan, kreativitas, sikap, minat, keterampilan, dan sebagainya. Oleh
karena itu, dalam kegiatan evaluasi, alat ukur yang digunakan juga bervariasi bergantung
pada jenis data yang ingin diperoleh. Evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses
pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran
hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.. Evaluasi merupakan
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunkan
instrument dan hasilnya dibandingkan dengan kriteria untuk memperoleh kesimpulan.
Pengukuran, penilaian, dan evaluasi bersifat bertahap (hierarkis), kegiatan dilakukan secara
berurutan, dimulai dengan pengukuran, kemudian penilaian, dan terakhir evaluasi.
B. Prinsip Penilaian
Penilaian atau asesmen merupakan bagian yang terpenting dalam penyelenggaraan
pendidikan, dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui
peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas system penilaian. Sistem penilaian yang
digunakan di setiap satuan pendidikan harus:
a. Memberi informasi yang akurat, meliputi kompetensi dasar yang telah dicapai dan
yang belum tercapai peserta didik.
b. Mendorong peserta didik belajar.
c. Memotivasi guru mengajar
d. Meningkatkan kinerja lembaga
e. Meningkatkan kualitas pendidikan
Ada beberapa yang sebaiknya perlu diperhatikaan dalam penilaian hasil belajar peserta
didik antara lain:
1. penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi;
2. penilaian menggunakan acuan kriteria yakni berdasarkan pencapaian kompetensi
peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran;
3. penilaian dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan;
4. hasil penilaian ditindaklanjuti dengan program remedial bagi peserta didik yang
pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan dan program pengayaan
bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan;
5. penilaian harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran.
A. Teknik Penilaian
B. Teknik Nontes,
Merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran terutama mengenai
karakteristik, sikap, atau kepribadian.
1. Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap peserta didik
selama pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran. Teknik
penilaian ini yang dilakukan oleh pendidik dengan menggunakan indera secara
langsung. Observasi dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yang sudah
dirancang sebelumnya. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan
kuantitatif sesuai dengan kompetensi yang dinilai, dan dapat dilakukan baik secara
formal maupun informal. Observasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan pendidik
untuk mendapatkan informasi tentang peserta didik dengan cara mengamati tingkah
laku dan kemampuannya selama kegiatan observasi berlangsung. Observasi dapat
ditujukan kepada peserta didik secara perorangan atau kelompok. Dalam kegiatan
observasi perlu disiapkan format pengamatan. Format pengamatan dapat berisi: (1)
perilaku-perilaku atau kemampuan yang akan dinilai, (2) batas waktu pengamatan.
2. Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara perorangan
maupun kelompok. Penilaian dengan penugasan ini, suatu teknik penilaian yang
menuntut peserta didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di
kelas. Penilaian dengan penugasan dapat diberikan dalam bentuk individual atau
kelompok. Penilaian dengan penugasan dapat berupa tugas atau proyek. Penilaian
penugasan diberikan untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur,
dan dapat berupa praktik di laboratorium, tugas rumah, portofolio, projek, dan/atau
produk.
3. Teknik penilaian melalui wawancara
Teknik wawancara pada satu segi mempunyai kesamaan arti dengan tes lisan yang telah
diuraikan di atas. Teknik wawancara ini diperlukan pendidik untuk tujuan
mengungkapkan atau menanyakan lebih lanjut hal-hal yang kurang jelas informasinya.
Teknik wawancara ini dapat pula digunakan sebagai alat untuk menelusuri kesukaran
yang dialami peserta didik tanpa ada maksud untuk menilai.
3. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam bidang
tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi, dan
kreativitas peserta didik (Popham, 1999). Portofolio ini merupakan kumpulan karya
siswa yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses
pembelajaran. Portofolio digunakan oleh pendidik dan siswa untuk memantau
perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa dalam mata pelajaran tertentu.
Portofolio menggambarkan perkembangan prestasi, kelebihan dan kekurangan kinerja
siswa, seperti kreasi kerja dan karya siswa lainnya. Adapun bagian-bagian dari portofolio
adalah halaman Judul, daftar pengesahan daftar isi, dokumen, dokumen
portofolio,pengelompokan dokumen,catatan pendidik dan orangtua. Bentuk ini cocok
untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja peserta didik dengan menilai bersama
karya-karya atau tugas-tugas yang dikerjakannya. Peserta didik dan pendidik perlu
melakukan diskusi untuk menentukan skor. Pada penilaian portofolio, peserta didik dapat
menentukan karya-karya yang akan dinilai, melakukan penilaian sendiri kemudian
hasilnya dibahas. Perkembangan kemampuan peserta didik dapat dilihat pada hasil
penilaian portofolio. Teknik ini dapat dilakukan dengan baik apabila jumlah peserta didik
yang dinilai sedikit.
4. Projek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan
analisis data, serta pelaporan hasil kerjanya. Penilaian projek dilaksanakan terhadap
persiapan, pelaksanaan, dan hasil.
5. Produk (hasil karya) adalah penilaian yang meminta peserta didik menghasilkan suatu
hasil karya. Penilaian produk dilakukan terhadap persiapan, pelaksanaan/proses
pembuatan, dan hasil.
a) Inventori merupakan teknik penilaian melalui skala psikologis yang dipakai untuk
mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik terhadap objek psikologis.
b) Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi
informasi hasil pengamatan terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik yang
berkait dengan kinerja ataupun sikap dan perilaku peserta didik yang dipaparkan
secara deskriptif.
c) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
menilai dirinya sendiri mengenai berbagai hal. Dalam penilaian diri, setiap peserta
didik harus mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya secara jujur.
d) Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal
secara jujur.
4. Keterpakaian, yaitu rnateri yang memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan
sehari-hari.
Langkah-langkah penting yang dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena setiap tujuan
memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk tujuan tes prestasi belajar,
diagnostik, atau seleksi. Contoh untuk tujuan prestasi belajar, lingkup
materi/kompetensi yang ditanyakan/diukur disesuaikan seperti untuk
kuis/menanyakan materi yang lalu, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas
individu/kelompok, ulangan semester,ulangan kenaikan kelas, laporan kerja
praktik/laporan praktikum, ujian praktik.
2. Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Standar
kompetensi merupakan acuan/target utama yang harus dipenuhi atau yang harus
diukur melalui setiap kompetensi dasar yang ada atau melalui gabungan kompetensi
dasar.
3. Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan
keduanya. Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai
pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang diujikan harus
mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai peserta didik), kontinuitas (merupakan
materi lanjutan), relevansi (bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan
keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK). Langkah selanjutnya
adalah menentukan jenis tes dengan menanyakan apakah materi tersebut tepat
diujikan secara tertulis/lisan. Bila jawabannya tepat, maka materi yang
bersangkutan tepat diujikan dengan bentuk soal apa, pilihan ganda atau uraian. Bila
jawabannya tidak tepat, maka jenis tes yang tepat adalah tes perbuatan: kinerja
(performance), penugasan (project), hasil karya (product), atau lainnya.
4. Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya.
Dalam menulis soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal.
Adapun proses penentuannya secara lengkap dapat dilihat pada bagan berikut
ini.
MENENTUKAN TUJUAN PENILAIAN
A. Pengertian Psikomotor
Hasil belajar peserta didik dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain secara
eksplisit. . Ranah psikomotor adalah ranah yang sangat berkaitan dengan keterampilan
(skill) setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Keterampilan itu sendiri
menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.
Psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan
(skill) sebagai hasil dari tercapainya kompetensi pengetahuan. Kompetensi keterampilan ini
sebagai implikasi dari tercapainya kompetensi pengetahuan dari peserta didik.
Apapun mata pelajarannya selalu mengandung tiga ranah itu, namun penekanannya
berbeda. Mata pelajaran yang menuntut kemampuan praktik lebih menitik beratkan pada
ranah psikomotor sedangkan mata pelajaran yang menuntut kemampuan teori lebih menitik
beratkan pada ranah kognitif, dan keduanya selalu mengandung ranah afektif.
Sebelum menjelaskan pengertian penilaian kompetensi keterampilan perlu dijelaskan
terlebih dahulu pengertian keterampilan (psikomotorik). Ranah psikomotor adalah ranah
yang berkaitan dengan keterampilan (skill) kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang
pencapaiannya melalui keterampilan (skill) sebagai hasil dari tercapainya kompetensi atau
pengetahuan. Hal ini berarti kompetensi keterampilan itu sebagai implikasi dart tercapainya
kompetensi pengetahuan dari peserta didik. Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat
keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.
Hasil belajar psikomotorik ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor sebenarnya merupakan kelanjutan
dari hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat). Hasil belajar kognitif dan
afektif akan menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik telah menunjukkan
perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif
dan afektif
Kompetensi peserta didik dalam ranah psikomotor menyangkut kemampuan
melakukan gerakan refleks, gerakan dasar, gerakan persepsi, gerakan berkemampuan fisik,
gerakan terampil, gerakan indah dan kreatif. Kemampuan melakukan gerakan refleks,
artinya respons terhadap stimulus tanpa sadar. Dalam kegiatan pembelajaran dapat
ditunjukkan melalui: mengupas mangga dengan pisau, memotong dahan bunga,
menampilkan ekspresi yang berbeda, meniru suatu
gerakan, dan sebagainya. Kemampuan melakukan gerakan dasar, artinya gerakan yang
muncul tanpa latihan, tetapi dapat diperhalus melalui praktik. Gerakan dasar merupakan
gerakan terpola dan dapat ditebak. Dalam kegiatan pembelajaran dapat ditunjukkan melalui:
gerakan tak berpindah (bergoyang, membungkuk, merentang, mendorong, menarik,
berputar, memeluk, dan sebagainya), gerakan berpindah (merangkak, maju perlahan-lahan,
meluncur, berjalan, berlari, meloncat-loncat, berputar mengitari, memanjat, dan
sebagainya), gerakan manipulasi (menyusun balok, menggunting, menggambar, memegang
dan melepas objek tertentu, dan sebagainya), keterampilan gerak tangan dan jari-jari
(memainkan bola, menggambar dengan garis, dan sebagainya).
Kemampuan melakukan gerakan persepsi, artinya gerakan yang lebih halus dibanding
gerakan refleks dan dasar, karena sudah dibantu kemampuan perseptual. Dalam kegiatan
pembelajaran dapat ditunjukkan melalui: menangkap bola, mendribel bola, melompat dari
satu petak ke petak lain sambil menjaga keseimbangannya, melihat terbangnya bola
pingpong, dan sebagainya. Kemampuan melakukan gerakan berkemampuan fisik, artinya
gerakan yang lebih efisien dan berkembang melalui kematangan dan belajar. Dalam
kegiatan pembelajaran dapat ditunjukkan melalui: menggerakkan otot, berlari jauh,
mengangkat beban, menarik-mendorong sesuatu, melakukan push-ups, menari, melakukan
senam, bermain bola, dan sebagainya.
Kemampuan melakukan gerakan terampil, gerakan yang dapat mengontrol berbagai
tingkatan gerakan, gerakan yang sulit, rumit, kompleks dengan tangkas dan cekatan. Dalam
kegiatan pembelajaran dapat ditunjukkan melalui: gerakan terampil pada berbagai cabang
olah raga, menari, berdansa, membuat kerajinan tangan, menggergaji, mengetik, bermain
piano, memanah, akrobatik, dan sebagainya. Kemampuan melakukan gerakan indah dan
kreatif, artinya gerakan untuk mengkomunikasikan perasaan, gerakan terampil yang efisien
dan indah. Dalam kegiatan pembelajaran dapat ditunjukkan melalui: melakukan gerakan
pada kerja seni bermutu (membuat patung, melukis, menari balet, senam tingkat
tinggi/senam indah, bermain drama, dan sebagainya).
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya
kemampuan menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, dan nilai. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik,
misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Berkaitan dengan
psikomotor, Bloom (1979) berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil
belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan
kekuatan fisik. Singer (1972) menambahkan bahwa mata pelajaran yang berkaitan dengan
psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan
pada reaksi–reaksi fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan itu sendiri menunjukkan
tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.
Menurut Mardapi (2003), keterampilan psikomotor ada enam tahap, yaitu: gerakan
refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan
komunikasi nondiskursif. Gerakan refleks adalah respons motorik atau gerak tanpa sadar
yang muncul ketika bayi lahir. Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada
keterampilan komplek yang khusus. Kemampuan perseptual adalah kombinasi kemampuan
kognitif dan motorik atau gerak. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk
mengembangkan gerakan terampil. Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan
belajar, seperti keterampilan dalam olah raga. Komunikasi nondiskursif adalah kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan gerakan. Buttler (1972) membagi hasil belajar
psikomotor menjadi tiga, yaitu: specific responding, motor chaining, rule using.
Pada tingkat specific responding peserta didik mampu merespons hal-hal yang
sifatnya fisik, (yang dapat didengar, dilihat, atau diraba), atau melakukan keterampilan yang
sifatnya tunggal, misalnya memegang raket, memegang bed untuk tenis meja. Pada motor
chaining peserta didik sudah mampu menggabungkan lebih dari dua keterampilan dasar
menjadi satu keterampilan gabungan, misalnya memukul bola, menggergaji, menggunakan
jangka sorong, dll. Pada tingkat rule using peserta didik sudah dapat menggunakan
pengalamannya untuk melakukan keterampilan yang komplek, misalnya bagaimana
memukul bola secara tepat agar dengan tenaga yang sama hasilnya lebih baik.
Dave (1967) dalam penjelasannya mengatakan bahwa hasil belajar psikomotor dapat
dibedakan menjadi lima tahap, yaitu: imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.
Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan- kegiatan sederhana dan sama persis
dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Contohnya, seorang peserta didik dapat
memukul bola dengan tepat karena pernah melihat atau memperhatikan hal yang sama
sebelumnya. Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum
pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Sebagai contoh, seorang
peserta didik dapat memukul bola dengan tepat hanya berdasarkan pada petunjuk guru atau
teori yang dibacanya. Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-
kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Contoh,
peserta didik dapat mengarahkan bola yang dipukulnya sesuai dengan target yang
diinginkan. Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan
yang komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. Sebagai
contoh, peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga
arah bola sesuai dengan target yang diinginkan. Dalam hal ini, peserta didik sudah dapat
melakukan tiga kegiatan yang tepat, yaitu lari dengan arah dan kecepatan tepat serta
memukul bola dengan arah yang tepat pula. Kemampuan pada tingkat naturalisasi adalah
kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja
sehingga efektivitas kerja tinggi. Sebagai contoh tanpa berpikir panjang peserta didik dapat
mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan
target yang diinginkan.
Untuk jenjang Pendidikan SMA, mata pelajaran yang banyak berhubungan dengan
ranah psikomotor adalah pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, seni budaya, fisika,
kimia, biologi, dan keterampilan. Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak
berhubungan dengan ranah psikomotor adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di
laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya,
namun hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor.
B. Pembelajaran Psikomotor
Menurut Ebel (1972), ada kaitan erat antara tujuan yang akan dicapai, metode
pembelajaran, dan evaluasi yang akan dilaksanakan. Oleh karena ada perbedaan titik berat
tujuan pembelajaran psikomotor dan kognitif maka strategi pembelajarannya juga berbeda.
Menurut Mills (1977), pembelajaran keterampilan akan efektif bila dilakukan dengan
menggunakan prinsip belajar sambil mengerjakan (learning by doing). Leighbody (1968)
menjelaskan bahwa keterampilan yang dilatih melalui praktik secara berulang-ulang akan
menjadi kebiasaan atau otomatis dilakukan. Sementara itu Goetz (1981) dalam
penelitiannya melaporkan bahwa latihan yang dilakukan berulang-ulang akan memberikan
pengaruh yang sangat besar pada pemahiran keterampilan. Lebih lanjut dalam penelitian itu
dilaporkan bahwa pengulangan saja tidak cukup menghasilkan prestasi belajar yang tinggi,
namun diperlukan umpan balik yang relevan yang berfungsi untuk memantapkan kebiasaan.
Sekali berkembang maka kebiasaan itu tidak pernah mati atau hilang.
Sementara itu, Gagne (1977) berpendapat bahwa kondisi yang dapat mengoptimalkan
hasil belajar keterampilan ada dua macam, yaitu kondisi internal dan eksternal. Untuk
kondisi internal dapat dilakukan dengan cara (a) mengingatkan kembali bagian dari
keterampilan yang sudah dipelajari, dan (b) mengingatkan prosedur atau langkah-langkah
gerakan yang telah dikuasai. Sementara itu untuk kondisi eksternal dapat dilakukan dengan
(a) instruksi verbal,
(b) gambar, (c) demonstrasi, (d) praktik, dan (e) umpan balik.
Dalam melatihkan kemampuan psikomotor atau keterampilan gerak ada beberapa
langkah yang harus dilakukan agar pembelajaran mampu membuahkan hasil yang optimal.
Mills (1977) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam mengajar praktik adalah (a)
menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan, (b) menganalisis keterampilan secara rinci dan
berutan, (c) mendemonstrasikan keterampilan disertai dengan penjelasan singkat dengan
memberikan perhatian pada butir-butir kunci termasuk kompetensi kunci yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan dan bagian-bagian yang sukar, (d) memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mencoba melakukan praktik dengan pengawasan dan bimbingan,
(e) memberikan penilaian terhadap usaha peserta didik.
Edwardes (1981) menjelaskan bahwa proses pembelajaran praktik mencakup tiga
tahap, yaitu (a) penyajian dari pendidik, (b) kegiatan praktik peserta didik, dan
(c) penilaian hasil kerja peserta didik. Guru harus menjelaskan kepada peserta didik
kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Kompetensi kunci
adalah kemampuan utama yang harus dimiliki seseorang agar tugas atau pekerjaan dapat
diselesaikan dengan cara benar dan hasilnya optimal. Sebagai contoh, dalam memukul bola,
kompetensi kuncinya adalah kemampuan peserta didik menempatkan bola pada titik ayun.
Dengan cara ini, tenaga yang dikeluarkan hanya sedikit namun hasilnya optimal. Contoh
lain, dalam mengendorkan mur dari bautnya, kompetensi kuncinya adalah kemampuan
peserta didik memegang kunci pas secara tepat yakni di ujung kunci. Dengan cara ini tenaga
yang dikeluarkan untuk mengendorkan mur jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan
pengendoran mur dengan cara memegang kunci pas yang tidak tepat.
Dalam proses pembelajaran keterampilan, keselamatan kerja tidak boleh
dikesampingkan, baik bagi peserta didik, bahan, maupun alat. Leighbody (1968)
menjelaskan bahwa keselamatan kerja tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran
psikomotor. Guru harus menjelaskan keselamatan kerja kepada peserta didik dengan sejelas-
jelasnya. Oleh karena kompetensi kunci dan keselamatan kerja merupakan dua hal penting
dalam pembelajaran keterampilan, maka dalam penilaian kedua hal itu harus mendapatkan
porsi yang tinggi.
E. Konstruksi Instrumen
Sama halnya dengan soal ranah kognitif, soal untuk penilaian ranah psikomotor juga
harus mengacu pada standar kompetensi yang sudah dijabarkan menjadi kompetensi dasar.
Setiap butir standar kompetensi dijabarkan minimal menjadi 2 kompetensi dasar, setiap
butir kompetensi dasar dapat dijabarkan menjadi 2 indikator atau lebih, dan setiap indikator
harus dapat dibuat butir soalnya. Indikator untuk soal psikomotor dapat mencakup lebih dari
satu kata kerja operasional.
Selanjutnya, untuk menilai hasil belajar peserta didik pada soal ranah psikomotor perlu
disiapkan lembar daftar periksa observasi, skala penilaian, atau portofolio. Tidak ada
perbedaan mendasar antara konstruksi daftar periksa observasi dengan skala penilaian.
Penyusunan kedua instrumen itu harus mengacu pada soal atau lembar perintah/lembar
kerja/lembar tugas yang diberikan kepada peserta didik. Berdasarkan pada soal atau lembar
perintah/lembar tugas dibuat daftar periksa observasi atau skala penilaian. Pada umumnya,
baik daftar periksa observasi maupun skala penilaian terdiri atas tiga bagian, yaitu: (1)
persiapan, (2) pelaksanaan, dan (3) hasil.
F. Penyusunan Rancangan Penilaian
Sebaiknya guru merancang secara tertulis sistem penilaian yang akan dilakukan selama
satu semester. Rancangan penilaian ini sifatnya terbuka, sehingga peserta didik, guru lain,
dan kepala sekolah dapat melihatmya.
Langkah-langkah penulisan rancangan penilaian adalah:
1. Mencermati silabus yang sudah ada
2. Menyusun rancangan sistem penilaian berdasarkan silabus yang telah disusun
Selanjutnya, rancangan penilaian ini diinformasikan kepada peserta didik pada awal
semester. Dengan demikian sistem penilaian yang dilakukan guru semakin sempurna atau
semakin memenuhi prinsip – prinsip penilaian.
G. Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-
kisi merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan
menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama.
Langkah 5
Lakukan pembubutan kedua permukaan benda kerja panjang 100 mm dan Lakukan
pembubutan lulus sampai diameter16 mm.
Langkah 6
Pembuatan lubang menggunakan center Drill / Counter zig
Langkah 7
Lakukan pembuatan Knurling / Kartel sepanjang 60 mm
II. Proses Pengerjaan: Sekor
0-10
Langkah 8
Pembuatan tirus dengan sudut 4o dengan panjang 40mm
Langkah 9
Pembuatan Key slot dengan menggunakan mesin end milld 10 mm
Langkah 10
Pembuatan bakal ulir sepanjang 10 mm dengan diameter 8 mm
Langkah 11
II. Proses Pengerjaan: Sekor
0-10
Pembuatan alur dengan panjang 2 mm dan diameter 5 mm
Langkah 12
Pembuatan champer C1 dan C3
Langkah 13
Pembuatan ulir M8 x 1,25
Langkah 14
Pembuatan benda kerja dengan diameter 24 dan panjang 55 mm
II. Proses Pengerjaan: Sekor
0-10
Langkah 15
Pembuatan tirus dengan sudut 14o
Langkah 16
Pemboran diameter 8,75 dengan kedalaman 20 mm
Sekor 0
III. HASIL KERJA
-10
17. Kualitas ukuran
18. Kualitas rakitan
Jumlah Skor Hasil Kerja
Sekor
IV. SIKAP KERJA
0 - 10
19.Penggunaan alat perkakas tangan dan alat ukur
20.Penggunaan alat keselamatan kerja
Jumlah Skor Sikap Kerja
Sekor 0-
V. WAKTU
10
21.Penyelesaian pengerjaan komponen
22.Ketepat gunaan benda kerja
Jumlah Skor Waktu
Nilai Praktik
Prosentase Bobot Komponen Penilaian
(NP)
Sikap
Persiapan Proses Hasil Waktu NK
Kerja
1 2 3 4 5 6
Skor
Komponen
NK
Keterangan :
Bobot diisi dengan prosentase setiap komponen. Besarnya prosentase dari setiap
komponen ditetapkan secara proposional sesuai karakteristik program keahlian.
NK = Nilain komponen, perkalian dari bobot dengan skor komponen
NP = Penjumlahan dari hasil perhitungan nilai komponen.
Jakarta,................................2012
Penilai
……………………………….
I. Penilaian Ranah Psikomorik
Tidak jauh berbeda dengan penilaian ranah kognitif, penilaian ranah psikomotor juga
dimulai dengan pengukuran hasil belajar peserta didik. Perbedaan di antara keduanya adalah
pengukuran hasil belajar ranah kognitif umumnya dilakukan dengan tes tertulis, sedangkan
pengukuran hasil belajar ranah psikomotor menggunakan tes unjuk kerja atau tes
perbuatan.
1. Kriteria (Rubrics)
Kriteria atau rubrik adalah pedoman penilaian kinerja atau hasil kerja peserta didik. Dengan
adanya kriteria, penilaian yang subjektif atau tidak adil dapat dihindari atau paling tidak
dikurangi, guru menjadi lebih mudah menilai prestasi yang dapat dicapai peserta didik, dan
peserta didik pun akan terdorong untuk mencapai prestasi sebaik-baiknya karena kriteria
penilaiannya jelas.
Rubrik terdiri atas dua hal yang saling berhubungan. Hal pertama adalah skor dan hal
lainnya adalah kriteria yang harus dipenuhi untuk mencapai skor itu. Banyak sedikitnya
gradasi skor (misal 5, 4, 3, 2, 1) tergantung pada jenis skala penilaian yang digunakan dan
hakikat kinerja yang akan dinilai. Contoh rubrik dan penggunaannya pada lembar skala
penilaian sebagai berikut.
Berilah centang () di bawah skor 5 bila Anda anggap cara melakukan aspek keterampilan
sangat tepat, skor 4 bila tepat, 3 bila agak tepat, 2 bila tidak tepat, dan skor 1 bila sangat tidak
tepat untuk setiap aspek keterampilan di bawah ini!
kriteria (rubrik)
Nomor Skor
Aspek Keterampilan
Butir 5 4 3 2 1
Starting Position
Waktu jongkok lutut kaki belakang ada di depan
01
ujung kaki lainnya
Kedua tangan di tanah, siku lurus, empat jari agak rapat
02
mengarah ke samping luar.
Waktu jonkok posisi punggung segaris dengan
03
kepala
04 Pandangan kira-kira 1 meter di depan garis start
Waktu aba-aba siap, posisi tungkai depan ± 90° dan
05
tungkai belakang 100°-120°
Starting Action
06 ………………………………………………
07 ………………………………………………
08. ………………………………………………
09. ………………………………………………
Tampak dalam skala penilaian di atas bahwa penilai harus bekerja keras untuk menilai
apakah aspek keterampilan yang muncul itu sangat tepat sehingga harus diberi skor 5, atau
agak tepat sehingga skornya 3. Oleh karena itu, dalam menggunakan skala penilaian ini
harus dilakukan secermat mungkin agar skor yang didapat menunjukkan kemampuan
peserta didik yang sebenarnya. Sedikit berbeda dengan skala penilaian, skor yang ada di
lembar daftar periksa observasi tidak banyak bervariasi, biasanya hanya dua pilihan, yaitu:
ada atau “ya” dengan skor 1 dan “tidak” dengan skor 0. Kriteria (rubrik) dan
penggunaannya pada datar periksa observasi dapat dilihat pada contoh berikut.
Berilah centang (√) di bawah kata “ya” bila aspek keterampilan yang dinyatakan itu muncul dan
benar, dan berilah centang di bawah kata “tidak” bila aspek keterampilan itu muncul tetapi tidak
benar atau aspek itu tidak muncul sama sekali. Kata “ya” diberi skor 1, dan kata “tidak” diberi
skor 0.
kriteria (rubrik)
Nomor Jawaban
Aspek keterampilan
Butir Ya Tidak
Starting Position
Waktu jongkok lutut kaki belakang ada di depan ujung kaki
01
lainnya
Kedua tangan di tanah, siku lurus, empat jari agak rapat mengarah
02
ke samping luar.
03 Waktu jonkok posisi punggung segaris dengan kepala
04 Pandangan kira-kira 1 meter di depan garis start
Waktu aba-aba siap, posisi tungkai depan ± 90° dan tungkai
05
belakang 100°-120°
Starting action
06 ……………………………………
07 ……………………………………
Apabila ditetapkan batas kelulusan 75% dari skor maksimal maka peserta didik yang
mendapat skor 75 ke atas dikatakan lulus sedangkan peserta didik yang mendapat skor
kurang dari 75 diharuskan mengikuti program remedial. Dalam contoh ini, karena skor
yang dicapai peserta didik adalah 67, maka peserta didik itu masih perlu remedial.
Apabila tiap-tiap aspek keterampilan tidak sama bobotnya, maka skor akhir yang
dicapai peserta didik sama dengan jumlah skor tiap-tiap butir yang sudah ditentukan
bobotnya. Skor tiap-tiap butir sama dengan skor yang dicapai dibagi banyaknya pilihan
jawaban kemudian dikalikan dengan bobot masing-masing butir.
Pada contoh lembar penilaian “Lari cepat 100 meter” dengan bobot untuk
kelompok starting position = 25%, starting action = 25%, sprinting action = 30%,
dan kelompok finishing action 20% dari skor maksimal, bobot tiap-tiap butir sama
dengan bobot kelompok itu dibagi dengan jumlah butir, jadi bobot tiap-tiap butir dalam
kelompok aspek keterampilan starting position adalah 5%, starting action = 5%,
sprinting action = 6%, dan finishing action 4% dari skor maksimal. Oleh karena skor
maksimalnya 100 maka bobot tiap-tiap butir dalam kelompok aspek keterampilan
starting position adalah 5, starting action = 5,
sprinting action = 6, dan finishing action 4. Dengan demikian, skor tiap-tiap butir
yang sudah ditentukan bobotnya sama dengan skor butir sebelum ditentukan bobotnya
dibagi banyaknya pilihan jawaban dikalikan bobot tiap-tiap butir. Misal: untuk butir
nomor 1 dari contoh di atas, skor butir yang sudah ditentukan bobotnya = (2/5) x 5 = 2.
Secara lengkap, untuk contoh di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut. Tabel 4.
Lembar Penilaian Lari Cepat 100 Meter
SKOR HASIL PENILAIAN SKOR
NO PERNYATAAN
5 4 3 2 1 BUTIR
Starting Position (bobot 25%)
1 Posisi lutut waktu jongkok Posisi 2
X
2 tangan waktu jongkok Posisi X 3
3 punggung waktu jongkok 4
4 Pandangan mata saat start X 2
X
5 Posisi tungkai saat aba-aba siap X 3
Jumlah 14
Ternyata ada perbedaan sedikit antara jumlah skor yang menggunakan bobot dan
jumlah skor yang tidak menggunakan bobot. Jumlah skor setelah memperhatikan bobot
adalah 67. Selanjutnya, apabila batas kelulusan itu 75 maka peserta didik ini
dikategorikan belum lulus.
Daftar periksa observasi yang bobot tiap-tiap aspek keterampilannya sama,
penskorannya lebih mudah.
Berdasar Tabel 2 di atas, tampak bahwa peserta didik sudah menguasai aspek
keterampilan dalam menendang bola menggunakan kaki bagian dalam dan
punggung kaki, tetapi belum menguasai aspek keterampilan menendang bola
menggunakan kaki bagian luar dengan teknik yang benar. Dengan demikian, guru
mengetahui dengan persis aspek keterampilan apa yang belum dikuasai oleh peserta
didik. Berdasarkan hasil analisis inilah guru memberikan bantuan untuk perbaikan
prestasi belajarnya melalui program remedi. Hal yang harus diperhatikan adalah
peserta didik yang mengikuti remedi harus diberi bantuan/layanan untuk memperbaiki
penguasaan aspek keterampilan yang belum dikuasainya. Tidak hanya diuji ulang,
tetapi juga harus berlatih kembali untuk dapat mencapai kompetensi psikomotor yang
ditetapkan.
Pengertian penilaian kompetensi inti (KI 4) pada kurikulum 2013, adalah ranah yang
berkaitan dengan skill kemampuan bertindak setelah peserta didik menerima pengalaman
dalam proses belajar keterampilan tertentu. Dalam kurikulum 2013 kompetensi
keterampilan menjadi kompetensi inti 4 (KI 4).
Keterampilan ini menunjukkan tingkat keahlian peserta didik dalam suatu tugas
tertentu. Proses belajar kompetensi inti 4 ini, dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan individu. Hasil belajar kompotensi inti (KI 4) ini sebagai aspek psikomotor
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif. Hasil
belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik
telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung
dalam ranah kognitif dan afektif.
Dari penjelasan tentang pengertian keterampilan (psikomotorik) di atas dapat
dikemukakan bahwa penilaian kompetensi keterampilan adalah penilaian yang dilakukan
guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi keterampilan dari peserta didik yang
meliputi beberapa aspek (a) imitasi, (b) manipulasi, (c) presisi,
(d) artikulasi, dan (e) naturalisasi. Kompetensi inti 4 (KI 4), yakni keterampilan tidak dapat
dipisahkan dengan kompetensi inti 3 (KI 3), yakni pengetahuan.
Berikut ini penjelasan dari kompetensi keterampilan dalam kurikulum 2013.
Dalam kurikulum 2013 ranah psikomotorik tercantum dalam kompetensi inti 4 (KI
4), yakni keterampilan. Semua mata pelajaran memiliki aspek keterampilan sebagai
kelanjutan dari aspek pengetahuan (kompetensi inti 3 atau KI 3) yang telah
dikuasai peserta didik. Dengan demikian, kompetensi inti 3 (pengetahuan) itu untuk
menggambarkan bahwa peserta didik telah tahu tentang kompetensi pengetahuan yang
dipelajari, sedangkan kompetensi inti 4 (keterampilan) itu menggambarkan bahwa peserta
didik telah bisa tentang kompetensi keterampilan yang dipelajari. Jadi kompetensi
pengetahuan mencerminkan "mengetahui", sedangkan kompetensi keterampilan
mencerminkan "dapat melakukan". Jadi dalam kurikulum 2013 semua mata pelajaran
mengakomodasi ranah psikomotorik (keterampilan) yang merupakan satu kesatuan dengan
ranah kognitif (pengetahuan) dan ranah afektif.
Tabel 4.6. Kata Operasional "indikator Pencapaian Kompetensi Peserta Didik" yang
Dapat Diukur dalam Aspek Kompetensi Keterampilan (Skill)
No. Kata Operasional
1. Membaca dan menulis
2. Mengukur suatu nilai
3. Menganalisis
4. Menerapkan suatu konsep
5. Mengukur berat ringannya masalah
6 Berkomunikasi dengan berbagai bahasa
7. Terampil mengolah data
8. Terampil menyajikan data
9. Berpikir positif
10. Keterampilan mendengar
11. Keterampilan membaca grafik dan diagram
12. Membuat grafik dan diagram
13. Mengidentifikasi masalah
Sedangkan langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian kinerja atau
praktik adalah:
1) Menyampaikan rubrik sebelum pelaksanaan penilaian kepada peserta didik.
2) Memberikan pemahaman yang sama kepada peserta didik tentang kriteria
penilaian.
3) Menyampaikan tugas kepada peserta didik.
4) Memeriksa kesediaan alat dan bahan yang digunakan untuk tes praktik.
5) Melaksanakan penilaian selama rentang waktu yang direncanakan.
6) Membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik penilaian
7) Melakukan penilaian dilakukan secara individual.
8) Mencatat hasil penilaian.
9) Mendokumentasikan hasil penilaian.
Pelaporan hasil penilaian peserta didik sebagai umpan balik terhadap penilaian
melalui penilaian kinerja atau praktik harus memerhatikan beberapa hal berikut ini.
1) Keputusan diambil berdasarkan tingkat capaian kompetensi peserta didik.
2) Pelaporan diberikan dalam bentuk angka dan/atau kategori kemampuan dengan
dilengkapi oleh deskripsi yang bermakna.
3) Pelaporan bersifat tertulis.
4) Pelaporan disampaikan kepada peserta didik dan orang tua peserta didik.
5) Pelaporan bersifat komunikatif, dapat dipahami oleh peserta didik dan orang tua
peserta didik.
6) Pelaporan mencantumkan pertimbangan atau keputusan terhadap capaian kinerja
peserta didik.
Rubrik penilaian kenerja atau praktik harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini:
1) Rubrik memuat seperangkat indikator untuk menilai kompetensi tertentu.
2) Indikator dalam rubrik diurutkan berdasarkan urutan langkah kerja pada tugas atau
sistematika pada hasil kerja peserta didik.
3) Rubrik dapat mengukur kemampuan yang akan diukur (valid).
4) Rubrik dapat digunakan dalam menilai kemampuan peserta didik.
5) Rubrik dapat memetakan kemampuan peserta didik.
6) Rubrik disertai dengan penskoran yang jelas untuk pengambilan keputusan.
Sekor
I. Persiapan Kerja: 0 -10
1. Melakukan prosedur kerja
Langkah 5
Lakukan pembubutan kedua permukaan benda kerja panjang 100 mm dan Lakukan
pembubutan lulus sampai diameter16 mm.
Langkah 6
Pembuatan lubang menggunakan center Drill / Counter zig
Langkah 7
Lakukan pembuatan Knurling / Kartel sepanjang 60 mm
II. Proses Pengerjaan: Sekor
0-10
Langkah 8
Pembuatan tirus dengan sudut 4o dengan panjang 40mm
Langkah 9
Pembuatan Key slot dengan menggunakan mesin end milld 10 mm
Langkah 10
Pembuatan bakal ulir sepanjang 10 mm dengan diameter 8 mm
Langkah 11
Pembuatan alur dengan panjang 2 mm dan diameter 5 mm
II. Proses Pengerjaan: Sekor
0-10
Langkah 12
Pembuatan champer C1 dan C3
Langkah 13
Pembuatan ulir M8 x 1,25
Langkah 14
Pembuatan benda kerja dengan diameter 24 dan panjang 55 mm
II. Proses Pengerjaan: Sekor
0-10
Langkah 15
Pembuatan tirus dengan sudut 14o
Langkah 16
Pemboran diameter 8,75 dengan kedalaman 20 mm
Skor
Komponen
NK
Keterangan :
Bobot diisi dengan prosentase setiap komponen. Besarnya prosentase dari setiap
komponen ditetapkan secara proposional sesuai karakteristik program keahlian.
NK = Nilain komponen, perkalian dari bobot dengan skor komponen
NP = Penjumlahan dari hasil perhitungan nilai komponen.
Jakarta,....................2012
Penilai
Contoh 2.
Penilaian Praktek Teknik Sipil
Amatilah perbedaan tekstur tanah liat, debu/endapan, atau pasir. (Skor 22) Contoh
Rubrik Penskoran Kinerja
No. Kreteria Jawaban Skor Mak Skor
Perolehan
1. Tahap persiapan
a. Memilih bahan (tepat= 3, cukup= 2, kurang= 1) 3 3
No. Kreteria Jawaban Skor Mak Skor
Perolehan
b. Kualitas bahan (baik=3, cukup=2, 3 2
kurang=1)
c. Kelengkapan alat (lengkap=3, cukup=2, 3 3
kurang=1) (sampel tanah, skop kecil,
kantong plastik, cangkir, air setengah
cangkir)
Jumlah 9 8
2. Tahap pelaksanaan
a. Mengambil tanah dengan skop kecil. 1 1
b. Menyemprotkan air ke tanah hingga lembab,
jika kering. 1 0
c. Jika terlalu basah tambahkan tanah kering ke
dalamnya. 1 1
d. Menentukan teksturnya: halus, kasar,
berbutir, atau lunak. 1 0
e. Menekan tanah dengan ibu jari dan jari
telunjuk. Apakah menyatu dengan air? 1 1
f. Membuat bulatan bola. Apakah dapat
dibentuk? Atau Jatuh berantakan? Berapa
lama bila bisa dibentuk? 1 0
g. Membuat tanah memanjang seperti pita.
Apakah panjangnya mencapai 5 cm tanpa
patch?
h. Menuangkan air ke dalam sampel tanah. 1 1
Apakah tanah dapat menyerap air atau
lolos/mengalir?
1 1
Jumlah 8 7
3. Tahap hasil pengamatan
a. Warna tanah (ada atau tidak): 1 1
b. Tekstur tanah (ada atau tidak): 1 0
c. Tanah (terpisah/bersatu) dengan air 1 1
d. Dapat dibentuk atau tidak
e. Daya serap dan porositas 1 1
Kesimpulan/hipotesis percobaan adalah 1 0
Jumlah 5 3
Skor Perolehan 18
Skor Maksimal 22
Nila
i = Skor Perolehan x 100
Skor Maksimal
Nilai = 11
x 100
22
= 80,1
Konversi skala 4:
80,1
100 X 4 = 3,2 (B)
Keterangan penilaian:
1) Sangat kompeten bila mendapatkan nilai 91 sampai dengan 100
2) Kompeten bila mendapatkan nilai 71 sampai dengan 90
3) Cukup kompeten bila mendapatkan nilai 61 sampai dengan 70
4) Kurang kompeten bila mendapatkan nilai kurang dari 61
Dan perolehan nilai unjuk kerja di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan atau
kompetensi peserta didik tersebut dalam percobaan adalah kompeten.
Contoh 3
Penilaian Praktek Olah Raga (Kesehatan Jasmani)
Berilah centang (V) untuk setiap aspek keterampilan di bawah ini:
a) Skor 5 bila Anda anggap cara melakukan aspek keterampilan sangat tepat,
b) Skor 4 bila tepat,
c) Skor 3 bila agak tepat,
d) Skor 2 bila tidak tepat, dan
e) Skor 1 bila sangat tidak tepat
Finishing Action
16. Gerakan kaki saat masuk finish
17. Pandangan math saat masuk finish
18. Kecepatan saat masuk finish
19. Posisi badan saat masuk finish
20. Kecepatan lari setelah masuk finish
Jumlah
TOTAL
Contoh 4
Penilaian Kinerja Pidato Bahasa Inggris
Menggunakan Check List (V)
NO. ASPEK YANG DINILAI YA TIDAK
1. Berdiri tegak
2. Memandang ke arah hadirin
3. Pronunciation baik
4. Sistematika baik
5. Mimik baik
6. Intonasi baik
7. Penyampaian gagasan jelas
Skor yang dicapai
Skor maksimum
Skor.yang.diperole
Nilai = X100
h
Skor.Maksimum
Keterangan penilaian:
1) Sangat kompeten bila mendapatkan nilai 91 sampai dengan 100
2) Kompeten bila mendapatkan nilai 71 sampai dengan 90
3) Cukup kompeten bila mendapatkan nilai 61 sampai dengan 70
4) Kurang kompeten bila mendapatkan nilai kurang dari 61
Dari perolehan nilai kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan atau
kompetensi peserta didik tersebut dalam pidato Bahasa Inggris adalah kurang.
Contoh 5
Penilaian Kinerja Diskusi
Menggunakan Skala Lembar Observasi
Keterangan:
Skor 3 = Baik
Skor 2 = Cukup
Skor 1 = Kurang
Pengukuran Keefektifan Peserta Diskusi
KRETERIA KATEGORI
BAIK CUKUP KURANG
A. Sikap
1. Kerja sama
2. Semangat
KRETERIA KATEGORI
BAIK CUKUP KURANG
JUMLAH
B. Uraian
3. Masuk akal
4. Teliti
5. Jelas
6. Relevan
JUMLAH
C. Bahasa:
7. Kejelasan
8. Ketelitian
9. Ketepatan
10. Menarik
11. Kewajaran
JUMLAH
D. Kesopanan:
12. Menggunakan
bahasa yang
sopan
13. Membantu
kelompok pada
arah yang benar
14. Meluruskan
penyimpangan
15. Menunjukkan
sikap yang terpuji
JUMLAH
Skor Perolehan
Skor Maksimal
Nilai = x 100
Skor Perolehan
Skor Maksimal
Keterangan penilaian:
1) Baik bila mendapatkan nilai 81 sampai dengan 100
2) Cukup baik bila mendapatkan nilai 71 sampai dengan 80
3) Kurang baik bila mendapatkan nilai kurang dari 71
Contoh 6
Penilaian Kinerja Presentasi Lisan Bahasa Indonesia
NO ASPEK/ BAIK CUKUP KURANG KETERANGAN
KRITERIA Skor Skor Skor
(3) (2) (1)
1. Penyampaian B = Presentasi siswa tampak
alami dan santai tanpa
mengurangi keseriusan
C = Siswa dapat
menyampaikan dan tidak
membaca materi
presentasi
K = Penyajian siswa
tergantung banyak pada
catatan/media visual;
siswa lebih banyak
membaca daripada
melakukan presentasi
2. Penampilan B = Penampilan sesuai
dengan konteks dan
penuh semangat .
Menggunakan ekspresi
C = wajah dan kontak mata
untuk menjaga
komunikasi dengan
siswa lain
C = Pengucapan cukup
baik, sehingga
presentasi cukup
mudah dipahami dan
jeda terjaga dengan
cukup baik
K = Pengucapan kurang
baik, sehingga
presentasi kurang
dipahami dan jeda
terjaga dengan kurang
baik
5. Pemanfaatan B = Peranti bahasa
peranti bahasa dimanfaatkan secara
jelas,tepat, dan canggih
Penggunaan peranti
C = bahasa sesuai dengan
tujuan meskipun
beberapa bagian
presentasi tidak begitu
jelas
Penguasaan peranti
K = bahasa terbatas;
presentasi dipenuhi
dengan bahasa gaul,
jargon; peranti
kebahasaan yang
digunakan sangat
membosankan
6. Alat bantu B = Siswa secara kreatif
visual mengintegrasikan
teknologi/visual untuk
presentasi
C = Siswa memadukan
penggunaan
teknologi dan/atau
audi-visual,
penggunaannya
mendukung
NO ASPEK/ BAIK CUKUP KURANG KETERANGAN
KRITERIA Skor Skor Skor
(3) (2) (1)
presentasi
K = Penggunaan teknologi
visual mengganggu
dan/atau tidak
mendukung presentasi
7. Tanggapan B = Tanggapan terhadap
terhadap pertanyaan peserta
pertanyaan terfokus dan relevan;
ringkasan disampaikan
apabila diperlukan
Tanggapan terhadap
C = pertanyaan peserta
pada umumnya
relevan, tetapi
penjelasan masih
kurang
Tanggapan terhadap
pertanyaan peserta
K = kurang dan masih
kurang
8. Isi B = Penguasaan topik
lengkap dengan
perincian yang jelas
C = Penguasaan topik
cukup lengkap dengan
perincian cukup jelas
Penguasaan topik
K = kurang lengkap dengan
perincian kurang jelas
Contoh 7
Penilaian Kinerja Keterampilan Pengamatan Preparat dengan Mikroskop
Penilaian Kinerja Penggunaan Mikroskop
No. Indikator Hasil Penilaian
Baik Cukup Kurang
(Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
1. Menggunakan baju praktikum
2. Mengeluarkan mikroskop dari kotak
3. Pemasangan lensa objektif
4. Pemasangan lensa okuler
5. Mengatur cermin
6. Mengatur micrometer
7. Memasang objek pada meja benda
8. Memilih perbesaran dan memasang lensa
okuler
9. Menemukan dan menggambar objek yang
diamati
10. Kehati-hatian menggunakan mikroskop
11. Mengembalikan mikroskop pada kotaknya
Contoh 8
Penilaian Kinerja Keterampilan Melakukan Percobaan
NO. ASPEK YANG DINILAI HASIL PENILAIAN
BAIK CUKUP KURANG
(Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
1. Merumuskan masalah
2. Merumuskan hipotesis
3. Merencanakan percobaan
4. Menyiapkan alat-alat percobaan
5. Merangkai alat percobaan
6. Melakukan pengamatan/pengukuran
7. Melakukan analisis data
8. Menarik kesimpulan hasil percobaan
9. Kerja sama dalam kelompok
10. Presentasikan laporan hasil
percobaan
Rubrik Penskoran:
NO. Aspek yang dinilai Hasil penilaian
Baik Cukup Kurang
(3) (2) (1)
1. Merumuskan masalah Perumusan Perumusan masalah Perumusan
masalah dilakukan dilakukan dengan masalah kurang
secara mandiri bantuan guru tepat
10. Presentasikan laporan Menguasai isi Cukup menguasai isi Kurang menguasai
hasil percobaan hasil percobaan hasil percobaan isi hasil percobaan
Contoh 9
Penilaian Kinerja Keterampilan Teknik Dasar Melempar dan Menangkap
Permainan Bolabasket
Penilaian Unjuk Kerja Teknik Dasar Melempar dan Menangkap Permainan Bola Basket
NO. Aspek yang dinilai Hasil penilaian
Baik Cukup Kurang
(Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
1. Sikap awal
2. Pelaksanaan gerak
3. Pelaksanaan akhir
Rubrik Penskoran:
NO. Aspek yang dinilai Hasil penilaian
Baik Cukup Kurang
(3) (2) (1)
1. Sikap awal Jika memenuhi 3 jika hanya 2 jika hanya 1
kriteria: kriteria yang kriteria yang
1. Pandangan mata dilakukan dilakukan
ke arah datangnya secara benar secara benar
bola.
2. Badan sedikit di
condongkan ke
depan dan berat
badan terletak
diantara kedua
kaki.
3. lutut ditekuk,
badan condong
ke depan dan
jaga ke
seimbangan.
2. Pelaksanaan gerak Jika memenuhi 4 jika hanya 2-3 jika hanya 1
kriteria: kriteria yang kriteria yang
1. Bola didorong dilakukan dilakukan
dari depan secara benar secara benar
2. Kedua lengan
lurus ke depan
3. Badan
dicondongkan ke
depan
4. Pandangan mata
tertuju pada
lepasnya bola
3. Pelaksanaan akhir Jika memenuhi 3 jika hanya 2 jika hanya 1
kriteria: kriteria yang kriteria yang
1. Badan tetap dilakukan dilakukan
condong ke secara benar secara benar
depan
2. Pandangan mata
tertuju pada
lepasnya bola
3. Kaki kiri ke depan
dan kaki kanan di
belakang
Contoh 10
Penilaian Kinerja Keterampilan Seni Rupa
NO. Aspek yang dinilai Hasil penilaian
Baik Cukup Kurang
(Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
1. Keaslian gagasan atau Ide
2. Kreativitas
3. Keseimbangan
4. Warna
5. Komposisi
6. Kerapian pembuatan
7. Keindahan produk
Contoh 11
Penilaian Kinerja Keterampilan Seni Musik Menyanyi
NO. Aspek yang dinilai Hasil penilaian
Baik Cukup Kurang
(Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
1. Mengucapkan lirik lagu sesuai dengan
bentuk mulut
2. Membedakan tinggi dan rendah nada
3. Memiliki pernapasan diagframa
4. Mengekspresikan nyanyian
5. Memiliki harmonisasi
6. Kejelasan link lagu
7. Kemerduan suara
Contoh 12
Penilaian Kinerja Praktik Shalat
NO. Aspek yang dinilai Hasil penilaian
Baik Cukup Kurang
(Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
1. Kebersihan pakaian
2. Ketepatan gerakan
3. Kelancaran bacaan
4. Kebenaran bacaan
5. Keserasian antara bacaan dan
gerakan
6. Ketertiban
7. Kehidmatan
Contoh
Skor 2 = Cukup
Skor 1 = Kurang
NO Kriteria Skor Skor Skor KETERANGAN
Jawaban
(3) (2) (1)
2 Materi dari Skor 3 = Mendukung
korang
Skor 2 = Cukup
Skor 1 = Kurang
Skor 1 = Kurang
Skor 1 = Kurang
Skor 2 = Cukup
Skor 1 = Kurang
6 Laporan Skor 3 = Sistematis
diskusi
Skor 2 = Cukup
Skor 1 = Kurang
Contoh 2
Penilaian Proyek
Nama Proyek: Perkembangan Islam di Nusantara
Kategori
No Aspek BAIK CUKUP KURANG
(Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
1 Perencanaan:
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
2 Pelaksanaan
a. Sistematika
penulisan
b. Keakuratan sumber
data/infomasi
c. Kuantitas sumber
data
d. Analisis data
e. Penarikan
kesimpulan
3 Presentasi Laporan
Proyek
a. Penampilan
(Performance)
b. Penguasaan materi
Skor Perolehan
Skor Maksimal
No Portofolio Tes
1 Penilaian berdasarkan seluruh tugas Penilaian berdasarkan se-jumlah
dan hasil kerja yang berkaitan tugas yang terbatas.
dengan kinerja yang dinilai.
2 Siswa turut menilai perkembangan Hanya guru yang menilai
yang berlangsung selama proses berdasarkan yang ter-batas
pembelajaran.
3 Penilaian diri oleh siswa menjadi Penilaian diri oleh siswa bukan
tujuan merupakan tu-juan.
4 Menilai setiap siswa berdasarkan Menilai semua siswa dengan
pencapaian masing-masing dengan menggunakan satu kriteria
mempertimbangkan perbedaan
sosial
5 Penilaian melibatkan guru, siswa Proses penilaian tidak kolaboratif.
dan orang tua
6 Penilaian mencakup kemajuan, Penilaian hanya memper-
usaha dan pencapaian timbangkan hasil akhir
7 Penilaian, pengajaran dan Pembelajaran testing dan
pembelajaran terkait erat pengajaran terpisah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan
portofolio antara lain:
1) Saling percaya antara guru dan peserta didik. Artinya dalam proses penilaian guru
dan peserta didik harus memiliki rasa saling percaya, saling memerlukan dan saling
membantu sehingga terjadi proses pendidikan berlangsung dengan baik.
2) Kerahasiaan. artinya kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik.
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu dijaga
dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan
sehingga memberi dampak negatif proses pendidikan.
3) Milik bersama antara peserta didik dan guru. Artinya guru dan peserta didik perlu
mempunyai rasa memiliki berkas portofolio, sehingga peserta didik akan merasa
memiliki karya yang dikumpulkan dan akhimya akan berupaya terus meningkatkan
kemampuannya.
4) Kepuasan, artinya, hasil kerja portofolio sebaiknya' berisi keterangan dan/atau bukti
yang memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.
5) Kesesuaian, artinya, hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai
dengan kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.
6) Penilaian proses dan hasil, artinya, penilaian portofolio menerapkan prinsip proses
dan hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang
kinerja dan karya peserta didik.
7) Penilaian dan pembelajaran, artinya, penilaian portofolio merupakan hal yang tak
terpisahkan dari proses pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai
diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan
peserta didik.
Mapel Semester
...................................
b. Langkah-langkah Penilaian Portofolio
Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan
kumpulan hasil kerja peserta didik yang di gunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi
digunakan juga oleh peserta didik sendiri.
2) Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat.
Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda.
3) Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder di
rumah masing-masing atau Ioker masing-masing di sekolah.
4) Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik
sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
5) Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para peserta didik.
Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta didik.
6) Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat
membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang
kelebihan dan kekurangan karya tersebur, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini
dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
7) Setelah suatu karya dinilai dan nilai nya belum memuaskan, maka peserta didik diberi
kesempatan untuk memperbaiki . Namun , antara peserta didik dan guru perlu dibuat
"kontrak" atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan , misalnya 1-2 minggu
karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.
8) Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang orang
tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga
orang tua dapat membantu dan memotivasi anaknya.
Contoh 1:
Nama siswa :
Semester/Kelas :
Portofolio : Kemampuan peserta didik dalam mengarang
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Nama guru :
Jakarta,..............................20……
Nama Guru Nama Siswa
………………… ………………………….
Keterangan:
Portofolio adalah kumpulan pekerjaan seseorang yang dalam bidang pendidikan berarti
kumpulan dari tugas-tugas peserta didik yang memiliki keteraturan dan kebulatan untuk
menghasilkan satu kompetensi tertentu. Selanjutnya kumpulan tugas ini dicermati untuk
melihat perkembangan kemampuan peserta didik pada materi tertentu. Misalnya, guru akan
menilai kemampuan peserta didik dalam menulis karangan dengan menggunakan portofolio.
Berarti guru akan menilai tugas-tugas peserta didik atau hasil karya peserta didik yang
berkaitan dengan: (a) kemampuan peserta didik menulis kalimat-kalimat pendek; (b)
kemampuan peserta didik dalam menulis kalimat- kalimat panjang; (c) kemampuan
peserta didik menulis paragraf; (d) kemampuan peserta didik membuat kalimat
penghubung; dan (e) kemampuan peserta didik dalam menulis karangan.
Contoh 2:
Nama siswa :
Semester/Kelas :
Portofolio : Kemampuan peserta didik dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Nama guru :
No. Kemampuan Yang Diamati Tgl Tugas Hasil Paraf
Dibuat Penilaian Guru
1. Tulisan siswa: teks laporan hasil observasi
2. Tulisan siswa: teks prosedur kompleks
3. Tulisan siswa: teks eksposisi
4. Tulisan siswa: teks anekdot
5. Tulisan siswa: teks negosiasi
6. Presentasi lisan: teks laporan hasil
observasi
7. Presentasi lisan: teks prosedur kompleks
8. Presentasi lisan: teks eksposisi
9. Presentasi lisan: teks anekdot
10. Presentasi lisan: teks negosiasi
11. Laporan hasil membaca buku (siswa
diwajibkan membaca sejumlah buku
dengan menyesuaikan fasilltas
perpustakaan sekolah)
12. Hasil pembelajaran keterampilan
berkomunikasi efektif
Jakarta,.......................20….
………....… ……………
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu
produk yang dihasilkan oleh peserta didik. Penilaian produk dilakukan untuk menilai basil
pengamatan, percobaan, maupun tugas proyek tertentu dengan menggunakan kriteria
penilaian (rubrik). Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
Teknik penilaian secara analitik adalah suatu cara memberi skor yang dilakukan dengan
menyiapkan terlebih dahulu sebuah indikator dan deskriptor, yang mempunyai sekor dan
besar sekor telah ditetapkan. Analitik rating adalah penilaian yang berdasarkan beberapa
aspek pada karya siswa, dalam pensekoran secara analitik guru mensekor hasil kerja siswa
dari berbagai perspektif atau kriteria. McBeath mendefinisikan bahwa penskoran analitik
memerlukan komponen- komponen yang berisi konsep dan prosedur kunci jawaban (Ron J.
McBeath, 1992: 266). McBeath lebih lanjut mengatakan bahwa penilaian secara analitik
dapat memberikan sekor hasil belajar yang lebih reliabel dibandingkan metode penilaian
secara holistik. Dilihat dari kualitas kegunaan kedua penilaian (holistik dan analitik),
dikatakan bahwa penilaian menggunakan skala analitik umumnya diakui memiliki
reliabilitas dan konstruk validity tinggi. Sedangkan menurut Guba (1981:75) analitik
merupakan paradigma ilmiah yang saling berhubungan memiliki
validitas tinggi. Dalam pensekoran analitik biasanya digunakan untuk menilai kemampuan
pada tahap persiapan, perencanaan, proses dan tahap akhir.
Popham mengatakan bahwa dalam evaluasi dikenal suatu metoda di mana guru lebih
memperhatikan pekerjaan siswa dengan cermat dan hati-hati berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan kriteria penilaian, sementara guru mengamati bagian-bagian yang ada dalam
obyek, dan mengingat kembali pengalaman-pengalaman yang ada hubungannya dengan
obyek, metode ini disebut metode penilaian secara analitik.
Sedangkan Nitko (1983: 152) mengatakan bahwa penilaian secara analitik adalah
penilaian yang memerlukan suatu daftar bagian utama sehingga ada jawaban yang ideal atau
nilai tinggi. Penilaian secara analitik menurut Stiggins (1994:125) adalah melakukan
penilaian pada tiap-tiap elemen dari hasil pekerjaan siswa. Melihat hal itu bahwa penilaian
secara analitik adalah memberikan nilai yang menghubungkan satu angka dengan satu ciri
khusus dari pekerjaan siswa.
Peter Airasian (1991:217) mengemukakan bahwa penilaian secara analitik adalah
terfokus pada beberapa komponen yang pokok dari jawaban yang akurat dalam memberikan
sekor. Sedangkan Ebel (1979:105) berpendapat bahwa penilaian secara analitik
memerlukan komponen utama dari jawaban yang ideal dalam memberikan skor. Dalam
penilaian hasil belajar praktik mengandung dua komponen utama yaitu keterampilan dan
kreativitas. Keterampilan merujuk pada keahlian media praktik, dan peralatan yang
dipergunakan, teknis membentuk materi fisik. Penilaian produksi yang berkaitan dengan
keterampilan dibatasi pada satu atau dua variabel mengenai kemampuan keterampilan siswa
berdasarkan pada tugas tertentu misalnya: penilaian tentang proporsi unsur-unsur terhadap
suatu keseluruhan secara bersama-sama. Penilaian produksi yang berkaitan dengan
kemampuan kreativitas, diarahkan pada tahap akhir penyelesaian benda kerja pada praktik
mesin di mana berbagai aspek karya ditempatkan menurut kehendak pembuat.
Pensekoran holistik pensekoran terhadap hasil kerja siswa secara keseluruhan.
Pensekoran holistik biasanya digunakan untuk menilai pada tahap akhir seperti penilaian
terhadap kualitas hasil kerja siswa dan penilaian terhadap kemampuan siswa untuk
mengevaluasi hasil kerjanya. Holistik dalam konsep dan teknik penilaian produk, yaitu cara
penilaian yang berdasarkan kesan keseluruhan dari produk. Menurut Merttler (2007:103),
holistik adalah teknik di mana menilai berdasarkan pada kesan menyeluruh dari keseluruhan
tes. Proses penilaian yang selama ini berlangsung dalam penilaian praktik mesin, biasanya
memiliki kecenderungan seolah-olah bahwa hasil belajar siswa sebagai produk dari sebuah
proses pembelajaran, dimana proses penilaiannya biasanya berlangsung secara holistik atau
menyeluruh. Peoses penilaian pada siswa biasanya dilakukan secara keseluruhan melalui
kegiatan ujian tengah semester dan ujian akhir semester.
Teknik penilaian holistik dalam konsep penelitian ini diarahkan sebagai teknik
penilaian yang dilakukan untuk memberikan skor kepada siswa secara lengkap, menyeluruh
dan sekaligus. Artinya materi-materi yang diajarkan
oleh guru dalam suatu periode belajar tertentu diujikan sekaligus dalam satu kegiatan ujian.
Teknik penilaian ini mengharuskan peserta didik memiliki pengetahuan daya ingat yang
tinggi terhadap seluruh materi pelajaran praktik yang diujikan. Sehingga harus mampu
menguasai materi praktik secara lengkap.
Penskoran secara holistik memerlukan pendapat ahli (guru) yang memberikan skor,
pemberian skor dilakukan secara global dan tidak melihat elemen-elemen utama dari hasil
pekerjaan siswa yang akan dinilai, Guru hanya melihat secara keseluruhan saja dari
pekerjaan praktik mesin siswa. Metode pemberian sekor secara holistik ini mengutamakan
keseluruhan dan kebulatan dari hasil pekerjaan praktik mesin siswa. Penilaian Holistik
memiliki tiga prinsip yaitu: (a) memandang pembelajaran dan penilaian sebagai satu
kesatuan, (b) melibatkan siswa secara aktif di dalam belajar dan evaluasinya, dan(c) melihat
perkembangan belajar siswa, baik sebagai individu maupun kelompok, sebagai suatu proses
yang menyeluruh dan terus menerus. Sementara itu Popham (1981:281) mengatakan
bahwa penskoran secara holistik memerlukan pertimbangan atau pendapat dari guru atau
memberikan sekor tentang kualitas secara keseluruhan. Selanjutnya Nitko berpendapat
bahwa penilaian secara holistik memerlukan pertimbangan dari pemberian skor yang
mempunyai kualitas, penilai tidak menganalisis secara tertentu pada bagian-bagian dari
pekerjaan siswa. Sedangkan menurut, Wiersma dan Jurs mengemukakan bahwa metode
pemberian sekor secara holistik adalah pemberian sekor secara global. Dalam penilaian
praktik mesin secara holistik adalah guru melakukan penilaian secara keseluruhan tidak
melihat elemen-elemen utama yang
dinilai guru, hanya melihat secara global dari pekerjaan praktik mesin siswa. Metode
penilaian secara holistik ini mengutamakan keseluruhan dan kebulatan dari hasil pekerjaan
praktik mesin siswa.
a. Format Penilaian Produk
Dalam melakukan penilaian produk atau hasil guru dapat menggunakan instrumen
penilaian produk peserta didik dengan menggunakan alat atau instrumen penilaian berupa
lembar penilaian produk berupa daftar cek (check list) dan Skala Penilaian (Rating
Scale). Berikut ini contoh format lembar penilaian produk dengan daftar cek (check list)
dan Skala Penilaian (Rating Scale).
Contoh
Format Penilaian Produk dengan menggunakan daftar cek (check list).
Sekolah :…………………Tahun pelajaran : ……………………………..
Nama siswa : …………………Kelas/semester : ……………………………..
No. Aspek yang dinilai kategori
Baik Cukup Kurang
(Skor 3 ) (Skor 2 ) (Skor 1 )
1. ……………………………………
……….
2. ……………………………………
……….
3. ……………………………………
……….
dst ……………………………………
……….
Skor Perolehan
Skor Maksimal
Contoh.
Penilaian Produk dengan Menggunakan Skala (Rating Scale)
NO. ASPEK YANG KATEGORI
DINILAI Sangat Baik Cukup Kurang
Baik (Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
(Skor 4)
1. …………………………
…………
2. …………………………
………..
3. …………………………
…………
4. …………………………
………….
dst …………………………
…………
Skor Perolehan …………………………………………
Skor Maksimal …………………………………………
Contoh
Penilaian Produk dan Penskoran
Kurang menguasai
permasalahan;
kurang ada
substansi; kurang
relevan;
(skor 1)
K =
2. Organi- SB = Ekspresi sangat
sasi lancar; gagasan
diungkapkan dengan
sangat
jelas; padat; tertata
No. Aspek/k Sangat Baik Cukup Kurang KETERANGAN
reteria Baik (Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
(Skor 4)
dengan balk;
urutan logis;
kohesif (skor 4)
Ekspresi lancar;
B = gagasan
diungkapkan
dengan jelas;
padat; tertata
dengan balk;
urutan logis; kohesi
(skor 3)
Ekspresi cukup
C = lancar; gagasan
cukup terkait;
urutan dan
pengembangan
cukup logis (skor 2)
Kurang
komunikatif; kurang
K = terorganisasi (skor
1)
3. Kosa SB = Penguasaan kata
kata canggih; pilihan kata
dan ungkapan
efektif; menguasai
pembentukan kata;
penggunaan register
tepat (skor 4)
Penguasaan kata
memadai; pilihan,
bentuk, dan
penggunaan
B = kata/ungkapan I
penguasaan kata
cukup
memadai;bentuk,
pilihan, dan
penggunaan
kosakata/ungkapan
cukup tepat (skor 2)
Pengetahuan
tentang kosakata,
Ungkapan, dan
pembentukan kata
No. Aspek/k Sangat Baik Cukup Kurang KETERANGAN
reteria Baik (Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
(Skor 4)
C = kurang atau rendah
(skor 1)
K =
4. Penggu- SB = Konstruksi
naan kompleks dan
Bahasa efektif; terdapat
hanya sedikit
kesalahan
penggunaan
bahasa
(urutan/fungsi kata,
artikel, pronomina,
preposisi)
(skor 4)
Konstruksi
B = sederhana tetapi
efektif; terdapat
kesalahan kecil
pada konstruksi
kompleks; terjadi
sejumlah
kesalahan
penggunaan
bahasa (fungsi/
urutan kata, artikel,
pronomina,
preposisi), tetapi
makna cukup jelas
(skor 3)
Terjadi banyak
kesalahan dalam
konstruksi kalimat
C = tunggal/kompleks
(sering terjadi
kesalahan pada
kalimat negasi,
urutan/fungsi kata,
artikel, pronomina,
kalimat fragmen,
pelesapan; makna
membingungkan
atau kabur (skor 2)
Tidak menguasai
tata kalimat;
No. Aspek/k Sangat Baik Cukup Kurang KETERANGAN
reteria Baik (Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
(Skor 4)
terdapat banyak
kesalahan; tidak
komunikatif; tidak
layak dinilai (skor 1)
K =
5. Mekanik SB = Menguasai aturan
penulisan; terdapat
sedikit kesalahan
ejaan, tanda baca,
penggunaan huruf
kapital, dan
penataan paragraph
(skor 4)
Kadang-kadang
terjadi kesalahan
ejaan, tanda baca,
penggunaan huruf
B = kapital, dan
penataan paragraf,
tetapi tidak
mengaburkan makna
(skor 3)
Sering terjadi
kesalahan ejaan,
tanda baca,
penggunaan huruf
kapital, dan
penataan paragraf;
tulisan tangan tidak
jelas; makna
C = membingungkan atau
kabur (skor 2) Tidak
menguasai
aturan penulisan;
terdapat banyak
kesalahan ejaan,
tanda baca,
penggunaan huruf
kapital, dan
penataan paragraf;
tulisan tidak
No. Aspek/k Sangat Baik Cukup Kurang KETERANGAN
reteria Baik (Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
(Skor 4)
K = terbaca; tidak layak
dinilai
(skor 1)
Contoh 3
Penilaian Hasil Laporan Tugas
Petunjuk Tugas:
1. Lakukan identifikasi permasalahan lingkungan yang ada di tempat
tinggalmu!
2. Cari solusi atau upaya untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang ada di
tempat tinggalmu!
3. Buatlah laporan basil dari tugas tersebut!
4. Selamat bekerja!
Lembar Penilaian Dokumen Laporan Tugas Upaya Mengatasi Permasalahan
Lingkungan di Tempat Tinggal Peserta Didik
Keterangan:
Baik; B = Baik (skor 3); C = Cukup (skor 2); K = Kurang (skor 1)
Skor Perolehan
Nilai = x 100
Skor Maksimal
Keterangan:
Baik; B = Baik (skor 3); C = Cukup (skor 2); K = Kurang (skor 1)
Skor Perolehan
Nilai = x 100
Skor Maksimal
BAB V
SISTEM PENILAIAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
3 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4 4
4 Matematika 4 4 4 4 4 4
5 Sejarah Indonesia 2 2 2 2 2 2
6 Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
7 Seni Budaya 2 2 2 2 2 2
8 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 2 2 2
9 Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
3 3 3 3 3 3
Kelompok C (Peminatan)
C1. Dasar Bidang Keahlian
10 Fisika 2 2 2 2 - -
11 Kimia 2 2 2 2 - -
12 Gambar Teknik 2 2 2 2 - -
C2. Dasar Program Keahlian 18 18 - - - -
C3. Paket Keahlian - - 18 18 24 24
TOTAL 48 48 48 48 48 48
Tabel 1 menunjukkan bahwa semua program keahlian yang berada dalam bidang keahlian
Teknologi dan Rekayasa memiliki jumlah dan nama pata pelajaran yang sama pada
kelompok C1 nya, yaitu: Fisika, Kimia, dan Gambar Teknik. Untuk program keahlian yang
berbeda maka nama dan jumlah mata pelajaran yang ada
di dalamnya juga berbeda. Sebagai contoh untuk program keahlian Teknik Mesin dapat
dilihat pada Tabel 2.
3 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4 4
4 Matematika 4 4 4 4 4 4
5 Sejarah Indonesia 2 2 2 2 2 2
6 Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
7 Seni Budaya 2 2 2 2 2 2
8 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 2 2 2
9 Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan 3 3 3 3 3 3
Kelompok C (Peminatan)
C1. Dasar Bidang Keahlian: Teknologi dan Rekayasa
10 Fisika 2 2 2 2 - -
11 Kimia 2 2 2 2 - -
12 Gambar Teknik 2 2 2 2 - -
C 2. Dasar Program Keahlian: Teknik Mesin
13 Teknologi Dasar Mesin 6 6
14 Pekerjaan Dasar Teknik Mesin 6 6
15 Teknik Listrik dasar Mesin 6 6
C2. Paket Keahl ian: Teknik Pemesinan
16 Pekerjaan Teknologi Dasar 6 6 8 8
17 Pekerjaan Teknologi Menengah 6 6 8 8
18 Pekerjaan Teknologi Tinggi 6 6 8 8
TOTAL 48 48 48 48 48 48
Ada perbedaan antara Tabel 1 dan Tabel 2, Tabel 1 (kurikulum untuk bidang
keahlian: Teknologi dan Rekayasa) nama mata pelajaran pada peminatan C2 dan C3 masih
kosong, sedangkan pada Tabel 2 (kurikulum untuk program keahlian Teknik Mesin dengan
paket keahlian Teknik Pemesinan) nama-nama mata pelajaran itu sudah ada. Nama-nama
mata pelajaran pada peminatan Program Keahlian (C2) dan peminatan Paket Keahlian (C1)
itu diambil dari Spektrum Kejuruan atau dapat diambil dari intisari standar kompetensi yang
tertera pada Permendiknas Nomor 28 Tahun 2009. Setiap mata pelajaran dalam Program
Keahlian (dalam hal ini Teknik Mesin) dan Paket Keahlian (dalam hal ini diambil contoh
Teknik Pemesinan) terdiri atas beberapa kompetensi dasar yang selanjutnya dijabarkan
menjadi indikator-indikator pencapaian belajar. Indikator pencapaian inilah yang
selanjutnya digunakan sebagai rambu-rambu kegiatan penilaian.
A. INSTRUMEN PENILAIAN
Penilaian Pencapaian Kompetensi peserta didik mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan
untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan.
Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata
pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses. Teknik dan instrumen yang
digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai
berikut.
1. Penilaian kompetensi sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri,
penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen
yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah
daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal
berupa catatan pendidik.
a. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan
dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan
pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
b. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
c. Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.
d. Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi
hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan
dengan sikap dan perilaku.
2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
a. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar- salah,
menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.
b. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
c. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan
secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
3. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang
menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan
berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
a. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan
suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.
b. Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu
tertentu.
c. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan
seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif
untuk
mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam
kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang
mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.
Jenis penilaian yang dapat digunakan oleh pendidik untuk menilai kompetensi
pengetahuan, kompetensi keterampilan, dan kompetensi sikap adalah penilaian otentik.
Penilaian otentik adalah penilaian perilaku peserta didik secara multi-dimensional pada
situasi nyata. Penilaian seperti ini tidak hanya menggunakan tes kertas pensil atau tes
tertulis saja tetapi juga menggunakan berbagai metode, misalnya tes perbuatan, pemberian
tugas, dan portofolio. Hargreaves dan Lorna Earl (2002) menjelaskan bahwa penilaian
otentik mampu memotivasi peserta didik untuk lebih bertanggungjawab atas belajar mereka
sendiri, membuat penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, mendorong
peserta didik untuk lebih berkreasi dan menerapkan pengetahuannya daripada hanya sekedar
melatih ingatan.
Di bagian lain, Hargreaves dan Lorna Earl (2002) memaparkan hasil penelitiannya
bahwa: (1) guru lebih senang menggunakan penilaian otentik karena soal yang digunakan
tidak harus diuji-coba terlebih dahulu, (2) dengan penilaian otentik dapat dibangun
pemahaman kolaboratif antara guru, peserta didik, dan orang tua karena penilaian otentik
menilai setiap kegiatan peserta didik dan kadang-kadang melibatkan orang tua, dan (3)
penilaian otentik juga
Instrumen yang digunakan dalam penilaian harus memenuhi persyaratan:
1) substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;
2) konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan; dan
3) penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
Persyaratan ini dapat terpenuhi manakala instrumen ditulis didasarkan langkah-
langkah baku, yakni: (a) menulis kisi-kisi, (b) menulis butir soal, dan (c) menelaah butir-
butir instrumen. Langkah-langkah ini adalah langkah minimum yang harus dilakukan agar
butir-butir instrumen dikatakan baik. Untuk ujian skala besar, setelah ditelaah dan direvisi,
maka instrumen itu harus diuji- cobakan untuk melihat bukti empirik validitas dan
reliabilitas instrumen tersebut.
Nilai dalam bentuk angka (1-4) yang tertera dalam raport merupakan gabungan dari
berbagai hasil penilaian yang menggunakan berbagai teknik penilaian. Nilai kompetensi
pengetahuan yang tertera dalam raport merupakan gabungan dari hasil penilaian yang
menggunakan teknik: tes tertulis, tes lisan, dan penugasan (lihat pada Sub Bab Pendekatan
dan instrumen). Proporsi dari ketiga hasil penilaian itu tergantung pada bobot atau
penting/tidak pentingnya ke tiga jenis penilaian itu menurut guru. Bisa saja tes tertulis
digunakan untuk ujian akhir semester (UAS), ujian lisan untuk ujian tengah semester (UTS),
dan nilai tugas disingkat NT maka skor akhir (SA) adalah:
NILAI KOMPETENSI
CAPAIAN
Pengetahuan Keterampilan
Sikap Sosial dan Spiritual
(KI-3) (KI-4)
No. Mapel
Angka Predikat Angka Predikat DalamMapel Antarmapel
3 Bahasa Indonesia
4 Matematika
5 Sejarah Indonesia
6 Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
1 Seni Budaya
2 Pendidikan Jasmani,
Olah Raga, dan
Kesehatan
Pengetahuan Keterampilan
Sikap Sosial dan Spiritual
(KI-3) (KI-4)
No. Mapel
Angka Predikat Angka Predikat DalamMapel Antarmapel
Kegiatan Ekstra
Deskripsi
Kurikuler
.................................. ....................................................
NIP:
=============================================================
Nama Sekolah : .......................... Kelas : ........................
Alamat : ......................... Semester : 1 (Satu)
Nama : ......................... Tahun Pelajaran : ........................
Nomor Induk/NISN : ................................
Deskripsi
No Mapel Kompetensi Catatan
Kelompok A
1 Pendidikan Agama Pengetahuan
dan Budi Pekerti Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Pendidikan Pancasila Pengetahuan
dan Kewarganegaraan Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Bahasa Indonesia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
4 Matematika Pengetahuan
Keterampilan
No Mapel Kompetensi Catatan
Sosial dan spiritual
5 Sejarah Indonesia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
6 Bahasa Inggris Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
Kelompok B
1 Seni Budaya Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Pendidikan Jasmani, Pengetahuan
Olah Raga, dan Keterampilan
Kesehatan Sosial dan spiritual
3 Prakarya Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
Mengetahui: ..............,...........................20….
Orang Tua/Wali, Wali Kelas,
................................. .................................
Nama Sekolah : ........................ Kelas : ......................
Alamat : ........................ Semester : 2 (Dua)
Nama : ........................ Tahun Pelajaran : .....................
Nomor Induk/NISN : ................................
Ketidakhadiran
Sakit : ........... hari
Izin : ........... hari
Tanpa Keterangan : ........... hari
.................................. ....................................
NIP:
Nama Sekolah : .......................... Kelas : ......................
Alamat : .......................... Semester : 1 (Satu)
Nama : .......................... Tahun Pelajaran : ....................
Nomor Induk/NISN : ................................
Deskripsi
No Mapel Kompetensi Catatan
Kelompok A
1 Pendidikan Agama Pengetahuan
dan Budi Pekerti
Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Pendidikan Pancasila Pengetahuan
dan Kewarganegaraan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Bahasa Indonesia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
4 Matematika Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
5 Sejarah Indonesia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
6 Bahasa Inggris Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
Kelompok B
1 Seni Budaya Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
No Mapel Kompetensi Catatan
2 Pendidikan Jasmani, Pengetahuan
Olahj Raga, dan
Kesehatan Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Prakarya Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
Kelompok C: Teknik Mesin
I Dasar Bidang Keahlian
1 Fisika Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Kimia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Gambar Teknik Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
II Dasar Program Keahlian
1 Teknologi Dasar Pengetahuan
Mesin
Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Pekerjaan Dasar Pengetahuan
Teknik Mesin
Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Teknik Listrik dasar Pengetahuan
Mesin
Keterampilan
Sosial dan spiritual
Keputusan:
Wali kelas
Berdasarkan hasil yang dicapai pada semester 1
dan 2, peserta didik ditetapkan
............................................ naik ke kelas ............... (..............................)
NIP: .................................... tinggal di kelas ............ (..............................)
..................................., ........................20......
..............................
.............................. NIP.
Catatan Prestasi yang Pernah Dicapai
Nama Peserta Didik : ……………………………………………….
Nama Sekolah : ……………………………………………….
Nomor Induk : ……………………………………………….
Prestasi yang
No. Keterangan
Pernah Dicapai
1 Kurikuler ________________________________________
________________________________________
________________________________________
________________________________________
________________________________________
1. Nama peserta didik di halaman judul, data Satuan Pendidikan di lembar 1, dan
data peserta didik di lembar 2 diisi dengan lengkap.
2. Lembar 2 yang berisi data peserta didik, dilengkapi dengan pas foto
peserta didik terbaru berukuran 3 x 4.
3. Lembar CAPAIAN kompetensi semester 1 diisi dengan:
a. Identitas Satuan Pendidikan dan identitas peserta didik.
b. Pada kolom Pengetahuan dan Keterampilan diisi dengan perolehan nilai dari
tiap guru mata pelajaran yang berupa angka (berdasarkan perhitungan skala 1
s.d 4) dan Kode Huruf (predikat).
c. Hasil penilaian yang dilakukan oleh guru (dengan nilai s.d 100) dikonversikan
untuk mendapatkan angka rapor 1 – 4, dengan perhitungan konversi nilai
sebagai berikut:
HASIL
INTERVAL PREDIKAT
KONVERSI
96– 100 4.00 A
91– 95 3.67 A-
86–90 3.33 B+
81– 85 3.00 B
75–80 2.67 B-
70– 74 2.33 C+
65– 69 2.00 C
60–64 1.67 C-
55– 59 1.33 D+
<54 1.00 D
d. Kolom Sikap Spiritual dan Sosial (KI-1 dan KI-2), dalam kolom Mapel diisi
dengan menggunakan nilai kualitatif:Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C),
dan Kurang (K).
e. Kolom Sikap Spiritual dan Sosial (KI-1 dan KI-2) antarmapel diisi oleh wali
kelas dengan deskripsi kesimpulan dari sikap peserta didik secara keseluruhan.
Kesimpulan tersebut diperoleh melalui rapat bersama dengan guru mata
pelajaran.
f. Kolom peminatan diisi Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam, atau
Peminatan Ilmu-ilmu Sosial, atau Peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya.
Nomor 1 – 4 diisi mata pelajaran yang sesuai dengan kelompok peminatan
yang dipilih. Nomor 5 – 6 diisi mata pelajaran lintas minat atau pendalaman.
CONTOH PENGISIAN
Nama Sekolah : Kelas :
Alamat : Semester :
Nama : Tahun Pelajaran
: Nomor Induk/NISN :
CAPAIAN
Pengetahuan Keterampilan Sikap Sosial dan
(KI-3) (KI-4) Spiritual
Kelompok A (Wajib)
Bahasa Indonesia
3 4.00 A 4.00 A SB
Nama guru: Indrawati, S.Pd,
4 matika 3.67 A- 3.00 B B
guru: Irawan, MPd
5 Sejarah Indonesia 3.00 B 3.33 B+ B
Nama guru: Ana Rosida, S.Pd,
Bahasa Inggris
6 3.67 A- 3.67 A- SB
Nama guru: Safrida, S.Pd
Kelompok B (Wajib)
Seni Budaya
1 3.33 B+ 3.00 B B
Nama guru: Alia, S.Pd
Pengetahuan Keterampilan Sikap Sosial dan
(KI-3) (KI-4) Spiritual
Fisika
1 3.67 A- 3.00 B B
Nama guru: Tuti, MPd
Kimia
2 3.33 B+ 2.67 B- B
Nama guru: Putri, SPd
Gambar Teknik
3 4.00 A 3.33 B+ SB
Nama guru: Leonardo, MPd
Contoh:
Ketidakhadiran
Sakit : 1 hari
Izin : --- hari
Tanpa Keterangan : --- hari
dst .....
Kelompok C (Peminatan)
1 Teknologi Pengetahuan Sudah memahami konsep
Dasar Mesin pemesinan, namun kurang
memahami proses-proses mesin
konversi energi. Perlu melakukan
pengamatan untuk meningkatkan
pemahaman keterkaitan konsep
motor bakar terhadap proses
konversi energi.
Keterampilan Sudah memiliki kompetensi
No. ata Pelajaran Kompetensi Catatan
keterampilan dasar otomotif, namun
kurang memperhatikan aspek
keselamatan kerja. Perlu lebih teliti
memperhatikan aspek keselamatan
kerja dalam melakukan kegiatan praktik
baik di dalam maupun di luar bengkel.
Contoh :
Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam dua semester pada tahun
pelajaran yang diikuti.
b. Tidak terdapat 3 mata pelajaran atau lebih, pada kompetensi pengetahuan,
keterampilan, dan/atau sikap yang belum tuntas/belum baik pada semester
kedua.
c. Ketidakhadiran peserta didik tanpa keterangan maksimal 15% dari jumlah hari
efektif.
4. Keterangan pindah keluar Satuan Pendidikan diisi dengan:
a. Tanggal ditetapkannya keluar dari Satuan Pendidikan.
b. Kelas yang ditinggalkan pada saat keluar dari Satuan Pendidikan.
c. Alasan keluar dari Satuan Pendidikan.
d. Waktu penandatanganan pengesahan oleh Kepala Sekolah dan tanda tangan
kepala sekolah dibubuhi stempel.
e. Pengesahan kepindahan keluar Satuan Pendidikan dikuatkan dengan tanda
tangan orang tua/wali peserta didik.
5. Keterangan pindah masuk Satuan Pendidikan diisi dengan:
a. Nama peserta didik yang masuk diisi lengkap.
b. Identitas peserta didik ditulis apabila pindah masuk ke sekolah baru (mutasi dari
luar ke dalam Satuan Pendidikan).
c. Waktu penandatanganan pengesahan oleh Kepala Sekolah dan tanda tangan
kepala sekolah dibubuhi stempel.
6. Catatan prestasi yang pernah dicapai diisi dengan:
a. Identitas peserta didik.
Catatan prestasi yang menonjol pada bidang kurikuler (akademik), ekstra kurikuler
(nonakademik), dan catatan khusus lainnya yang berhubungan dengan sikap serta hal-hal
selain kurikuler dan ekstra kurikuler (misalnya memenangkan kejuaraan dalam ajang
pencarian bakat, dan sebagainya).
Nama
No Skor Deskripsi
Siswa
Kejujuran
Responsif
Tekun
Kerjasama
Toleran
Kecermatan
Santun
Kreatifitas
Proaktif
Tanggung jawab
Taatagama
Siswa sudah
menunjukkan sikap
toleran, jujur, dan
taat menjalankan
perintah agamanya
akan tetapi ketaatan
terhadap perintah
agama masih perlu
ditingkan.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
RUBRIK PENSKORAN
Aspek : Tekun
No. Indikator Tekun Penilaian Tekun
1. Menyukai tantangan Skor 1 jika 1 atau tidak ada indikator yang konsisten
ditunjukkan peserta didik
2. Giat dalam belajar dan Skor 2 jika 2indikator kosisten ditunjukkan peserta
bekerja didik
3. Tidak mudah menyerah Skor 3 jika 3indikator kosisten ditunjukkan peserta
menghadapi kesulitan didik
4. Berusaha menjadi lebih Skor 4 jika 4 indikator konsisten ditunjukkan peserta
baik didik
Aspek : Kerjasama
No. Indikator Kerjasama Penilaian Kerjasama
1. Terlibat aktif dalam bekerja Skor 1 jika 1 atau tidak ada indikator yang konsisten
kelompok ditunjukkan peserta didik
2. Kesediaan melakukan tugas Skor 2 jika 2indikator kosisten ditunjukkan peserta
sesuai kesepakatan didik
3. Bersedia membantu orang Skor 3 jika 3indikator kosisten ditunjukkan peserta
lain dalam satu kelompok didik
yang mengalami kesulitan
4. Rela berkorban untuk Skor 4 jika 4 indikator konsisten ditunjukkan peserta
teman lain didik
Aspek : Tanggungjawab
No. Indikator Tanggungjawab Penilaian Tanggungjawab
1. Melaksanakan tugas Skor 1 jika 1 atau tidak ada indikator yang konsisten
individu dengan baik ditunjukkan peserta didik
2. Menerima resiko dari Skor 2 jika 2indikator kosisten ditunjukkan peserta
tindakan yang dilakukan didik
3. Mengembalikan barang Skor 3 jika 3indikator kosisten ditunjukkan peserta
yang dipinjam didik
4. Meminta maaf atas Skor 4 jika 4 indikator konsisten ditunjukkan peserta
kesalahan yang dilakukan didik
Aspek : Toleran
No. Indikator Toleran Penilaian Toleran
1. Tidak mengganggu teman yang berbeda Skor 1 jika 1 atau tidak ada indikator yang
pendapat konsisten ditunjukkan peserta didik
2. Menghormati teman yang berbeda suku, Skor 2 jika 2indikator kosisten
agama, ras, budaya, dan gender ditunjukkan peserta didik
3. Menerima kesepakatan meskipun berbeda Skor 3 jika 3indikator kosisten
dengan pendapatnya ditunjukkan peserta didik
4. Dapat mememaafkan Skor 4 jika 4 indikator konsisten
kesalahan/kekurangan orang lain ditunjukkan peserta didik
Aspek : Kreativitas
No. Indikator Kreativitas Penilaian Kreativitas
1. Dapat menyatakan pendapat dengan jelas Skor 1 jika 1 sampai 2 indikator muncul
(ideational fluency)
2. Dapat menemukan ide baru yang belum Skor 2 jika 3 sampai 4 indikator muncul
dijelaskan guru (originality)
3. Mengenali masalah yang perlu dipecahkan dan Skor 3 jika 4 sampai 5 indikator muncul
tahu bagaimana memecahkannya (critical
thinking)
4. Senang terhadap materi pelajaran dan Skor 4 jika 6 sampai 7indikator muncul
berusaha mempelajarinya (enjoyment)
5. Mempunyai rasa seni dalam memecahkan
masalah (aesthetics)
6. Berani mengambil risiko untuk
menemukan hal-hal yang baru
(risk-taking)
7. Mencoba berulang-ulang untuk
menemukan ide yang terbaik
(cyclical procedure)
Aspek : Kejujuran
No. Indikator Kejujuran Penilaian Kejujuran
1. Tidak menyontek dalam mengerjakan Skor 1 jika 1 sampai 2 indikator muncul
ujian/ulangan
2. Tidak menjadi plagiat Skor 2 jika 3 sampai 4 indikator muncul
(mengambil/menyalin karya orang lain
tanpa menyebutkan sumber) dalam
mengerjakan setiap tugas
3. Mengemukakan perasaan terhadap Skor 3 jika 5 indikator muncul
sesuatu apa adanya
4. Melaporkan barang yang ditemukan Skor 4 jika 6 indikator muncul
5. Melaporkan data atau informasi apa
adanya
6. Mengakui kesalahan atau kekurangan
yang dimiliki
Aspek : Kecermatan
No. Indikator Kecermatan Penilaian Kecermatan
1. Mengerjakan tugas dengan teliti Skor 1 jika 1 indikator muncul
2. Berhati-hati dalam menggunakan Skor 2 jika 2 indikator muncul
peralatan
No. Indikator Kecermatan Penilaian Kecermatan
3. Memperhatikan keselamatan diri Skor 3 jika 3 indikator muncul
4. Memperhatikan keselamatan Skor 4 jika 4 indikator muncul
lingkungan
Aspek : Santun
No. Indikator Santun Penilaian Santun
1. Baik budi bahasanya (sopan Skor 1 jika terpenuhi satu indikator
ucapannya)
2. Menggunakan ungkapan yang tepat Skor 2 jika terpenuhi dua indikator
3. Mengekspresikan wajah yang cerah Skor 3 jikaterpenuhi tiga indikator
4. Berperilaku sopan Skor 4 jika terpenuhi semua indikator
Aspek : Responsif
No. Penilaian Responsif
1. Skor 1 jika acuh (tidak merespon)
2. Skor 2 jika ragu-ragu/bimbang dalam merespon
3. Skor 3 jika lamban memberikan respon/tanggapan
4. Skor 4 jika cepat merespon/menanggapi
Aspek : Proaktif
No. Indikator Proaktif Penilaian Proaktif
1 berinisiatif dalam bertindak Skor 1 jika terpenuhi satu indikator
2 mampu menggunakan kesempatan Skor 2 jikaterpenuhi dua indikator
3 memiliki prinsip dalam bertindak (tidak Skor 3 jikaterpenuhi tiga indikator
ikut-ikutan)
4 bertindak dengan penuh tanggung Skor 4 jikaterpenuhi semua indikator
jawab
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam kesantunan.
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap santun yang ditampilkan oleh peserta
didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak
melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
PETUNJUK
1. Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti
2. Berilah tanda cek (√) sesuai dengan sesuai dengan kondisi dan keadaan kalian sehari-
hari
Keterangan :
SL = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
SR = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang- kadang
tidak melakukan
KD = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
TP = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Petunjuk Penyekoran:
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak
melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak
melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Jakarta,.................., 20….
Menjelaskan hasil
pengukuran
dengan alat-alat
ukur
Mikrometer Jangka Sorong
Disajikan gambar
pengukuran,
siswa dapat Nomor Soal 1
menentukan hasil Kunci Jawaban B
pengukuran
dengan alat ukur
Pembahasan:
Mikrometer : 3mm + 0,50 mm + 0,33 mm = 3,83 mm 25
Jangka Sorong : mm + 0,70 mm = 25,70mm
LEMBAR PENILAIAN
TES
PRAKTIK/PROYEK
Skor Komponen :
III Hasil Kerja 16
3.1 Gambar Auto Cad
3.1.1 Skala Gambar
3.1.2 Ketebalan garis ( line weight )
Dan tipe garis ( line type )
3.1.3 Kelengkapan gambar
3.1.4 Etiket gambar
Skor Komponen :
IV Sikap Kerja 8
Skor Pencapaian Kompetensi
No Komponen/Sub komponen Penilaian Max Tidak Ya
0 1 2 3 4
1 2 3 4 5 6 7 8
4.1 Penggunaan alat
4.2 Keselamatan kerja
Skor Komponen :
V Waktu 4
5.1 Waktu penyelesaian
Skor Komponen :
Keterangan :
Skor masing-masing komponen penilaian ditetapkan berdasarkan perolehan skor
terendah dari sub komponen penilaian
Skor Max 6 3 12 6 3
Skor
Komponen
NK
Keterangan:
Bobot diisi dengan prosentase setiap komponen. Besarnya prosentase dari setiap
komponen ditetapkan secara proposional sesuai karakteristik program keahlian.
NK = Nilai Komponen, Skor Komponen dibagi Skor Max dikali bobot
NP = penjumlahan dari hasil perhitungan nilai komponen(NK)
Jenis komponen penilaian (persiapan, proses, sikap kerja, hasil, dan waktu)
disesuaikan dengan karakter program keahlian.
Penilai 1/ Penilai 2 *)
KRITERIA PENILAIAN
UJIAN TES
PRAKTIK/PROYEK
Nama Peserta
Nama Penilai
Judul Penugassan Penanganan Keluhan Pelanggan
Tgl ujian
Pengamatan peserta di tempat kerja menangani pertanyaan
Demonstrasi
pelanggan, masalah dan keluhan pelanggan
Bahan & Peralatan
Kinerja Yang Diamati Tidak/Ya Keterangan
Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dengan:
Memperiotaskan kebutuhan pelanggan yang
mendesak
Menawarkan beberapa pilihan
Menanyakan pertanyaan terbuka
Menggunakan teknik mendengarkan
Melayani konsumen dengan:
Menyatakan salam kepada pelanggan
Senyum
Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
Melakukan kontak mata dengan pelanggan
Mengetahui keluhan pelanggan
Membuat resume terhadap keluhan
Menyelesaikan keluhan pelanggan
Kinerja Peserta Memuaskan Tidak memuaskan
Umpan balik ke Peserta Uji :
Lembar Pertanyaan:
Kriteria
Keteran
No KD Periode Kualitas / Waktu
Keaslian Kesesuaian gan
Kerapihan Pembuatan
Menggambar macam-
1.
macam pondasi
Membuat analisa
2. perencanaan
bangunan gedung
3. Dst..
Catatan:
Setiap karya peserta didik sesuai Kompetensi Dasar yang masuk dalam daftar portofolio
dikumpulkan dalam satu file (tempat) untuk setiap peserta didik sebagai bukti
pekerjaannya.
Skor untuk setiap kriteria menggunakan skala penilaian 1 - 4 atau 0 - 100. Semakin baik
hasil penugasan/karya peserta didik, semakin tinggi skor yang diberikan.
Kolom keterangan diisi dengan catatan guru tentang kelemahan dan kekuatan/kelebihan
bukti belajar (evidence) yang dinilai.
CAPAIAN
Pengetahuan Keterampilan
Sikap Sosial dan Spiritual
(KI-3) (KI-4)
No. Mapel
Angka Predikat Angka Predikat DalamMapel Antarmapel
Kegiatan Ekstra
Deskripsi
Kurikuler
Ketidakhadiran
Sakit : ........... hari
Izin : ........... hari
Tanpa Keterangan : ........... hari
.................................. ............................................
NIP:
=============================================================
Nama Sekolah : ........................... Kelas : .......................
Alamat : .......................... Semester : 1 (Satu)
Nama : .......................... Tahun Pelajaran : ......................
Nomor Induk/NISN : ................................
Deskripsi
No Mapel Kompetensi Catatan
Kelompok A
1 Pendidikan Agama Pengetahuan
dan Budi Pekerti
Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Pendidikan Pancasila Pengetahuan
dan Kewarganegaraan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Bahasa Indonesia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
4 Matematika Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
5 Sejarah Indonesia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
6 Bahasa Inggris Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
Kelompok B
1 Seni Budaya Pengetahuan
Keterampilan
No Mapel Kompetensi Catatan
Sosial dan spiritual
2 Pendidikan Jasmani, Pengetahuan
Olah Raga, dan
Kesehatan Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Prakarya Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
Mengetahui: ..............,...........................20….
Orang Tua/Wali, Wali Kelas,
............................... .................................
Nama Sekolah : ........................... Kelas : .......................
Alamat : ........................... Semester : 2 (Dua)
Nama : ........................... Tahun Pelajaran : ......................
Nomor Induk/NISN : ................................
CAPAIAN
Pengetahuan Keterampilan Sikap Sosial dan
(KI-3) (KI-4) Spiritual
Ketidakhadiran
Sakit : ........... hari
Izin : ........... hari
Tanpa Keterangan : ........... hari
.............................. ...................................
NIP:
Nama Sekolah : ............................ Kelas : .............................
Alamat : ............................ Semester : 1 (Satu)
Nama : ............................ Tahun Pelajaran : ...................
Nomor Induk/NISN : ................................
Deskripsi
No Mapel Kompetensi Catatan
Kelompok A
1 Pendidikan Agama Pengetahuan
dan Budi Pekerti
Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Pendidikan Pancasila Pengetahuan
dan Kewarganegaraan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Bahasa Indonesia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
4 Matematika Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
5 Sejarah Indonesia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
6 Bahasa Inggris Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
Kelompok B
1 Seni Budaya Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
No Mapel Kompetensi Catatan
2 Pendidikan Jasmani, Pengetahuan
Olahj Raga, dan
Kesehatan Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Prakarya Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
Kelompok C: Teknik Mesin
I Dasar Bidang Keahlian
1 Fisika Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Kimia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Gambar Teknik Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
II Dasar Program Keahlian
1 Teknologi Dasar Pengetahuan
Mesin
Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Pekerjaan Dasar Pengetahuan
Teknik Mesin
Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Teknik Listrik dasar Pengetahuan
Mesin
Keterampilan
Sosial dan spiritual
Keputusan:
Wali kelas
Berdasarkan hasil yang dicapai pada semester 1
dan 2, peserta didik ditetapkan
............................................ naik ke kelas ............... (..............................)
NIP: .................................... tinggal di kelas ............ (..............................)
..................................., ........................20......
..............................
.............................. NIP.
Catatan Prestasi yang Pernah Dicapai
Nama Peserta Didik : ……………………………………………….
Nama Sekolah : ……………………………………………….
Nomor Induk : ……………………………………………….
Prestasi yang
No. Keterangan
Pernah Dicapai
1 Kurikuler ________________________________________
________________________________________
________________________________________
________________________________________
________________________________________
7. Nama peserta didik di halaman judul, data Satuan Pendidikan di lembar 1, dan
data peserta didik di lembar 2 diisi dengan lengkap.
8. Lembar 2 yang berisi data peserta didik, dilengkapi dengan pas foto
peserta didik terbaru berukuran 3 x 4.
9. Lembar CAPAIAN kompetensi semester 1 diisi dengan:
l. Identitas Satuan Pendidikan dan identitas peserta didik.
m. Pada kolom Pengetahuan dan Keterampilan diisi dengan perolehan nilai dari
tiap guru mata pelajaran yang berupa angka (berdasarkan perhitungan skala 1
s.d 4) dan Kode Huruf (predikat).
n. Hasil penilaian yang dilakukan oleh guru (dengan nilai s.d 100) dikonversikan
untuk mendapatkan angka rapor 1 – 4, dengan perhitungan konversi nilai
sebagai berikut:
HASIL
INTERVAL PREDIKAT
KONVERSI
96– 100 4.00 A
91– 95 3.67 A-
86–90 3.33 B+
81– 85 3.00 B
75–80 2.67 B-
70– 74 2.33 C+
65– 69 2.00 C
60–64 1.67 C-
55– 59 1.33 D+
<54 1.00 D
o. Kolom Sikap Spiritual dan Sosial (KI-1 dan KI-2), dalam kolom Mapel diisi
dengan menggunakan nilai kualitatif:Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C),
dan Kurang (K).
p. Kolom Sikap Spiritual dan Sosial (KI-1 dan KI-2) antarmapel diisi oleh wali
kelas dengan deskripsi kesimpulan dari sikap peserta didik secara keseluruhan.
Kesimpulan tersebut diperoleh melalui rapat bersama dengan guru mata
pelajaran.
q. Kolom peminatan diisi Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam, atau
Peminatan Ilmu-ilmu Sosial, atau Peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya.
Nomor 1 – 4 diisi mata pelajaran yang sesuai dengan kelompok peminatan yang
dipilih. Nomor 5 – 6 diisi mata pelajaran lintas minat atau pendalaman.
CONTOH PENGISIAN
Nama Sekolah : Kelas :
Alamat : Semester :
CAPAIAN
Pengetahuan Keterampilan Sikap Sosial dan
(KI-3) (KI-4) Spiritual
Kelompok A (Wajib)
Peserta didik
menunjuk-kan
sikap
sungguh-
1 Pendidikan Agama dan 4.00 A 3.67 A- SB
Budi Pekerti
Pendidikan Pancasila dan sungguh
2 Kewarganegaraan 3.67 A- 3.33 B+ B dalam
menerapkan
Bahasa Indonesia sikap jujur dan
3 4.00 A 4.00 A SB kerjasama,
Nama guru: Indrawati, namun masih
4 matika 3.67 A- 3.00 B B perlu ditingkat-
guru: Irawan, MPd kan lagi sikap
Sejarah Indonesia percaya diri.
5 3.00 B 3.33 B+ B
Nama guru: Ana Rosida,
6 Bahasa Inggris 3.67 A- 3.67 A- SB
Nama guru: Safrida, S.Pd
Pengetahuan Keterampilan Sikap Sosial dan
(KI-3) (KI-4) Spiritual
Fisika
1 3.67 A- 3.00 B B
Nama guru: Tuti, MPd
Kimia
2 3.33 B+ 2.67 B- B
Nama guru: Putri, SPd
Gambar Teknik
3 4.00 A 3.33 B+ SB
Nama guru: Leonardo, MPd
Kegiatan ekstra kurikuler diisi dengan nilai kualitatif (SB = sangat baik,B = baik,C = cukup,
dan K = kurang) dilengkapi dengan keterangan masing-masing kegiatan ekstra kurikuler
yang diikuti. Nilai dan keterangan kegiatan ekstra kurikuler diperoleh dari guru
pembina/pelatih ekstra kurikuler.
Contoh:
Kegiatan Ekstra Kurikuler Deskrpsi
3. Praja Muda Karana (Pramuka) Sangat Baik. Juara LT I tingkat Provinsi
4. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Baik, aktif dalam setiap kegiatan
Contoh:
Ketidakhadiran
Sakit : 1 hari
Izin : --- hari
Tanpa Keterangan : --- hari
Nama
No Skor Deskripsi
Siswa
Tanggung jawab
Kejujuran
Kecermatan
Kerjasama
Kreatifitas
Responsif
Tekun
Siswa sudah
menunjukkan sikap
toleran, jujur, dan
taat menjalankan
perintah agamanya
akan tetapi ketaatan
terhadap perintah
agama masih perlu
ditingkan.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
RUBRIK PENSKORAN
Aspek : Tekun
No. Indikator Tekun Penilaian Tekun
1. Menyukai tantangan Skor 1 jika 1 atau tidak ada indikator yang konsisten
ditunjukkan peserta didik
2. Giat dalam belajar dan Skor 2 jika 2indikator kosisten ditunjukkan peserta
bekerja didik
3. Tidak mudah menyerah Skor 3 jika 3indikator kosisten ditunjukkan peserta
menghadapi kesulitan didik
4. Berusaha menjadi lebih Skor 4 jika 4 indikator konsisten ditunjukkan peserta
baik didik
Aspek : Kerjasama
No. Indikator Kerjasama Penilaian Kerjasama
1. Terlibat aktif dalam bekerja Skor 1 jika 1 atau tidak ada indikator yang konsisten
kelompok ditunjukkan peserta didik
2. Kesediaan melakukan tugas Skor 2 jika 2indikator kosisten ditunjukkan peserta
sesuai kesepakatan didik
3. Bersedia membantu orang Skor 3 jika 3indikator kosisten ditunjukkan peserta
lain dalam satu kelompok didik
yang mengalami kesulitan
4. Rela berkorban untuk Skor 4 jika 4 indikator konsisten ditunjukkan peserta
teman lain didik
Aspek : Tanggungjawab
No. Indikator Tanggungjawab Penilaian Tanggungjawab
1. Melaksanakan tugas Skor 1 jika 1 atau tidak ada indikator yang konsisten
individu dengan baik ditunjukkan peserta didik
2. Menerima resiko dari Skor 2 jika 2indikator kosisten ditunjukkan peserta
tindakan yang dilakukan didik
3. Mengembalikan barang Skor 3 jika 3indikator kosisten ditunjukkan peserta
yang dipinjam didik
4. Meminta maaf atas Skor 4 jika 4 indikator konsisten ditunjukkan peserta
kesalahan yang dilakukan didik
Aspek : Toleran
No. Indikator Toleran Penilaian Toleran
1. Tidak mengganggu teman yang berbeda Skor 1 jika 1 atau tidak ada indikator yang
pendapat konsisten ditunjukkan peserta didik
2. Menghormati teman yang berbeda suku, Skor 2 jika 2indikator kosisten
agama, ras, budaya, dan gender ditunjukkan peserta didik
3. Menerima kesepakatan meskipun berbeda Skor 3 jika 3indikator kosisten
dengan pendapatnya ditunjukkan peserta didik
4. Dapat mememaafkan Skor 4 jika 4 indikator konsisten
kesalahan/kekurangan orang lain ditunjukkan peserta didik
Aspek : Kreativitas
No. Indikator Kreativitas Penilaian Kreativitas
1. Dapat menyatakan pendapat dengan jelas Skor 1 jika 1 sampai 2 indikator muncul
(ideational fluency)
2. Dapat menemukan ide baru yang belum Skor 2 jika 3 sampai 4 indikator muncul
dijelaskan guru (originality)
3. Mengenali masalah yang perlu dipecahkan dan Skor 3 jika 4 sampai 5 indikator muncul
tahu bagaimana memecahkannya (critical
thinking)
4. Senang terhadap materi pelajaran dan Skor 4 jika 6 sampai 7indikator muncul
berusaha mempelajarinya (enjoyment)
5. Mempunyai rasa seni dalam memecahkan
masalah (aesthetics)
6. Berani mengambil risiko untuk
menemukan hal-hal yang baru
(risk-taking)
7. Mencoba berulang-ulang untuk
menemukan ide yang terbaik
(cyclical procedure)
Aspek : Kejujuran
No. Indikator Kejujuran Penilaian Kejujuran
1. Tidak menyontek dalam mengerjakan Skor 1 jika 1 sampai 2 indikator muncul
ujian/ulangan
2. Tidak menjadi plagiat Skor 2 jika 3 sampai 4 indikator muncul
(mengambil/menyalin karya orang lain
tanpa menyebutkan sumber) dalam
mengerjakan setiap tugas
3. Mengemukakan perasaan terhadap Skor 3 jika 5 indikator muncul
sesuatu apa adanya
4. Melaporkan barang yang ditemukan Skor 4 jika 6 indikator muncul
5. Melaporkan data atau informasi apa
adanya
6. Mengakui kesalahan atau kekurangan
yang dimiliki
Aspek : Kecermatan
No. Indikator Kecermatan Penilaian Kecermatan
1. Mengerjakan tugas dengan teliti Skor 1 jika 1 indikator muncul
2. Berhati-hati dalam menggunakan Skor 2 jika 2 indikator muncul
peralatan
3. Memperhatikan keselamatan diri Skor 3 jika 3 indikator muncul
4. Memperhatikan keselamatan Skor 4 jika 4 indikator muncul
lingkungan
Aspek : Santun
No. Indikator Santun Penilaian Santun
1. Baik budi bahasanya (sopan Skor 1 jika terpenuhi satu indikator
ucapannya)
2. Menggunakan ungkapan yang tepat Skor 2 jika terpenuhi dua indikator
3. Mengekspresikan wajah yang cerah Skor 3 jikaterpenuhi tiga indikator
4. Berperilaku sopan Skor 4 jika terpenuhi semua indikator
Aspek : Responsif
No. Penilaian Responsif
1. Skor 1 jika acuh (tidak merespon)
2. Skor 2 jika ragu-ragu/bimbang dalam
merespon
3. Skor 3 jika lamban memberikan
respon/tanggapan
4. Skor 4 jika cepat
merespon/menanggapi
Aspek : Proaktif
No. Indikator Proaktif Penilaian Proaktif
1 berinisiatif dalam bertindak Skor 1 jika terpenuhi satu indikator
2 mampu menggunakan kesempatan Skor 2 jikaterpenuhi dua indikator
3 memiliki prinsip dalam bertindak Skor 3 jikaterpenuhi tiga indikator
(tidak ikut-ikutan)
4 bertindak dengan penuh tanggung Skor 4 jikaterpenuhi semua indikator
jawab
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam kesantunan.
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap santun yang ditampilkan oleh peserta
didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak
melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
No Aspek Pengamatan Skor Keterangan
1 Menghormati orang yang lebih tua 4 3 2 1
2 Mengucapkan terima kasih setelah
menerima bantuan orang lain
3 Menggunakan bahasa santun saat
menyampaikan pendapat
4 Menggunakan bahasa santun saat
mengkritik pendapat teman
5 Bersikap 3S (salam, senyum, sapa) saat
bertemu orang lain
Jumlah
PETUNJUK
1. Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti
2. Berilah tanda cek (√) sesuai dengan sesuai dengan kondisi dan keadaan kalian sehari-
hari
Keterangan :
SL = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
SR = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang- kadang
tidak melakukan
KD = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
TP = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Petunjuk Penyekoran:
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak
melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak
melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Jakarta,.................., 20….
Mapel : ................................................. Penyusun: 1. ..............ttd...............
Kode : ....................... 2................ttd...............
Bentuk Soal : ........................
Tahun Pelajaran : ........................ Penelaah : ............ttd.................
Standar Kompetensi Lulusan: Buku Sumber: Proses Pengetahuan Tingkat Kesukaran:
Fakta Sangat Mudah
Menggunakan alat-alat ukur Penerapan Mudah
Interpretasi Sedang
Pemecahan Masalah Sukar
Penalaran
Rumusan Butir Soal:
Menjelaskan hasil
pengukuran dengan alat-alat
ukur
Disajikan gambar
pengukuran, siswa dapat
menentukan hasil Nomor Soal 1
pengukuran dengan alat
ukur Kunci Jawaban B
Pembahasan:
Mikrometer : 3mm + 0,50 mm + 0,33 mm = 3,83 mm
Jangka Sorong : 25 mm + 0,70 mm = 25,70mm
LEMBAR PENILAIAN
TES
PRAKTIK/PROYEK
Nomor Peserta :
Nama Peserta :
Skor Komponen :
III Hasil Kerja 16
3.1 Gambar Auto Cad
3.1.1 Skala Gambar
3.1.2 Ketebalan garis ( line weight )
Dan tipe garis ( line type )
3.1.3 Kelengkapan gambar
3.1.4 Etiket gambar
Skor Komponen :
Skor Pencapaian Kompetensi
No Komponen/Sub komponen Max Tidak Ya
Penilaian
0 1 2 3 4
1 2 3 4 5 6 7 8
IV Sikap Kerja 8
4.1 Penggunaan alat
4.2 Keselamatan kerja
Skor Komponen :
V Waktu 4
5.1 Waktu penyelesaian
Skor Komponen :
Keterangan :
Skor masing-masing komponen penilaian ditetapkan berdasarkan perolehan skor
terendah dari sub komponen penilaian
Skor Max 6 3 12 6 3
Skor
Komponen
NK
Keterangan:
Bobot diisi dengan prosentase setiap komponen. Besarnya prosentase dari setiap
komponen ditetapkan secara proposional sesuai karakteristik program keahlian.
NK = Nilai Komponen, Skor Komponen dibagi Skor Max dikali bobot
NP = penjumlahan dari hasil perhitungan nilai komponen(NK)
Jenis komponen penilaian (persiapan, proses, sikap kerja, hasil, dan waktu) disesuaikan
dengan karakter program keahlian.
Penilai 1/ Penilai 2 *)
KRITERIA PENILAIAN
UJIAN TES
PRAKTIK/PROYEK
Nama Peserta
Nama Penilai
Judul Penugassan Penanganan Keluhan Pelanggan
Tgl ujian
Pengamatan peserta di tempat kerja menangani pertanyaan
Demonstrasi
pelanggan, masalah dan keluhan pelanggan
Bahan & Peralatan
Kinerja Yang Diamati Tidak/Ya Keterangan
Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dengan:
Memperiotaskan kebutuhan pelanggan yang
mendesak
Menawarkan beberapa pilihan
Menanyakan pertanyaan terbuka
Menggunakan teknik mendengarkan
Melayani konsumen dengan:
Menyatakan salam kepada pelanggan
Senyum
Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
Melakukan kontak mata dengan pelanggan
Mengetahui keluhan pelanggan
Membuat resume terhadap keluhan
Menyelesaikan keluhan pelanggan
Kinerja Peserta Memuaskan Tidak memuaskan
Umpan balik ke Peserta Uji :
Tanda tangan
Peserta
Tanda tangan
Penilai
Lembar Pertanyaan:
Penilaian Portofolio
Kriteria
Perio Kualitas / Waktu Keteran
No KD Keasli Kesesuai
de Kerapiha Pembu gan
an an
n atan
Menggambar
1. macam-macam
pondasi
Membuat analisa
2. perencanaan
bangunan gedung
3. Dst..
Catatan:
Setiap karya peserta didik sesuai Kompetensi Dasar yang masuk dalam daftar portofolio
dikumpulkan dalam satu file (tempat) untuk setiap peserta didik sebagai bukti
pekerjaannya.
Skor untuk setiap kriteria menggunakan skala penilaian 1 - 4 atau 0 - 100. Semakin baik
hasil penugasan/karya peserta didik, semakin tinggi skor yang diberikan.
Kolom keterangan diisi dengan catatan guru tentang kelemahan dan kekuatan/kelebihan
bukti belajar (evidence) yang dinilai.
BAB VI
MEKANISME PENETAPAN KRITERIAN
KETUNTASAN MINIMAL (KKM)
Prinsip penilaian pada kurikulum 2013 adalah menggunakan acuan kriteria, yakni
menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling
rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. Seberapapun
besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah
keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan kriteria
tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada acuan norma, kurva
normal sering digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh
hasil rata-rata kurang memuaskan. Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk
mendapatkan sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva. Acuan
kriteria mengharuskan pendidik untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil
penilaian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan
pengayaan bagi yang sudah melampaui kriteria ketuntasan minimal.
Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil
musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan
yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP
secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM. Kriteria ketuntasan
menunjukkan persentasetingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka
maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target
ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat
memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan
secara bertahap.
Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua
peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di
sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar
informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria
ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan
dalam menyikapi hasil belajar peserta didik.
KKM MP KKM
SK
2. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh
kepala sekolah untuk dijadikan patokanguru dalam melakukanpenilaian;
3. KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan;
4. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang
tua/wali peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan minimal adalah:
1. Tingkat kompleksitas, kesulitan/kerumitan setiap indikator, kompetensi dasar,
dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.
Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas tinggi, apabila dalam
pencapaiannya didukung oleh sekurang-kurangnya satu dari sejumlahkondisi sebagai
berikut:
a. guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus
dibelajarkan pada peserta didik.
b. guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang bervariasi.
c. guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang
diajarkan.
d. peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi.
e. peserta didik yang cakap/terampil menerapkan konsep.
f. peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian
tugas/pekerjaan.
g. waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena memiliki
tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga dalam proses
pembelajarannya memerlukan pengulangan/latihan;
h. tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar peserta didik
dapat mencapai ketuntasan belajar.
Contoh 1.
SK 2. : Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam
perhitungan kimia (stoikiometri)
KD 2.2 : Membuktikan dan mengkomunikasikan berlakunya hukum- hukum
dasar kimia melalui percobaan serta menerapkan konsep mol dalam
menyelesaikan perhitungan kimia
Indikator : Menentukan pereaksi pembatas dalam suatu reaksi
Contoh 2.
SK 1. : Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia
KD 1.1. : Memahami struktur atom berdasarkan teori atom Bohr, sifat- sifat
unsur, massa atom relatif, dan sifat-sifat periodik unsur dalam tabel
periodik serta menyadari keteraturannya, melalui pemahaman
konfigurasi elektron
Indikator : Menentukan konfigurasi elektron berdasarkan tabel periodik atau
nomor atom unsur.
Indikator ini memiliki kompleksitas yang rendah karena tidak memerlukan tahapan
berpikir/penalaran yang tinggi.
2. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran pada masing-masing sekolah.
Contoh:
SK 3. : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor- faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
dan industri
KD 3.3 : Menjelaskan keseimbangandan faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseranarah keseimbangan dengan melakukan percobaan
Indikator : Menyimpulkan pengaruh perubahan suhu, konsentrasi, tekanan,dan
volume pada pergeseran keseimbangan melalui percobaan.
Penetapan intake di kelas X dapat didasarkan pada hasil seleksi pada saat
penerimaan peserta didikbaru, Nilai Ujian Nasional/Sekolah, rapor SMP, tes
seleksi masuk atau psikotes; sedangkan penetapan intake di kelas XI dan XII
berdasarkan kemampuan peserta didik di kelas sebelumnya.
Contoh penetapan KKM
Untuk memudahkan analisis setiap indikator, perlu dibuat skala penilaian yang
disepakati oleh guru mata pelajaran. Contoh:
Aspek yang dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian
Tinggi Sedang Rendah
Kompleksitas
< 65 65-79 80-100
Tinggi Sedang Rendah
Daya Dukung
80-100 65-79 <65
Tinggi Sedang Rendah
Intake siswa
80-100 65-79 <65
Jika indikator memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi dan
intake peserta didiksedang, maka nilai KKM-nya adalah: 1 +
3 +2
x 100 = 66,7
9
Nilai KKM merupakan angka bulat, maka nilai KKM-nya adalah 67.
Contoh:
PENENTUAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL PER KD DAN
INDIKATOR
Nilai KKM KD merupakan angka bulat, maka nilai KKM 72,47 dibulatkan
menjadi 72.
Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/semester : X/2
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan
elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi
1. KD yang dapat dicapai oleh 75% - 100% dari jumlah peserta didikpada kelas X,
XI,atau XII;
2. KD yang dapat dicapai oleh 50% - 74% dari jumlah peserta didik pada kelas X,
XI,atau XII;
3. KD yang dapat dicapai oleh ≤ 49% dari jumlah siswa peserta didik kelas X, XI, atau
XII.
Manfaat hasil analisis adalahsebagai dasar untuk meningkatkan kriteria ketuntasan minimal
pada semester atautahunpembelajaran berikutnya. Analisis pencapaian kriteria ketuntasan
minimal dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data perolehan nilai setiap peserta didik
per mata pelajaran.
Contoh
FORMAT
ANALISIS PENCAPAIAN KETUNTASAN BELAJAR PESERTA
DIDIK PER-KOMPETENSIN DASAR (KD)
Nama Sekolah :
Mata pelajaran :
Kelas/semester :
1
2
3
4
5
dst
Rata-rata
Ketuntasan belajar
(dalam %)
≤ 49
jml siswa
Frekwensi
50-74
75-100
≥ KKM sekolah
REKAPITULASI PENCAPAIAN KETUNTASAN BELAJAR MINIMAL SEKOLAH
Nama sekolah :
Mata pelajaran :
Kelas :
Kondisi bulan :
KKM Tingkat KKM sekolah Tingkat KKM pencapaian
No SK No KD
Sekolah pencapaian maks rerata min maks rerata Min
KD.1.1 70.00 75.00
SK1 75 72,5 70 80 77,5 75
KD 1.2 75.00 80.00
KD 2.1 75.00 70.00
SK 2 KD 2.2 70.00 70.00 75 70 65 70 69 67
KD 2.3 65.00 67.00
dst
BAB VII
PENYUSUNAN KISI-KISI BUTIR SOAL
Menyusun butir soal adalah merakit soal yang siap digunakan menjadi satu
perangkat/paket tes atau beberapa paket tes paralel. Dasar acuan dalam merakit soal adalah
tujuan tes dan kisi-kisinya. Untuk memudahkan pelaksanaannya, guru harus memperhatikan
langkah-langkah perakitan soal.
Dalam bab ini juga diuraikan penskoran jawaban soal. Pemeriksaan terhadap jawaban
peserta didik dan pemberian angka merupakan langkah untuk mendapatkan informasi
kuantitatif dari masing-masing peserta didik. Pada prinsipnya, penskoran soal harus
diusahakan agar dapat dilakukan secara objektif. Artinya, apabila penskoran dilakukan oleh
dua orang atau lebih yang sama tingkat kompetensinya, akan menghasilkan skor atau angka
yang sama, atau jika orang yang sama mengulangi proses penskoran akan dihasilkan skor
yang sama.
Para pendidik dapat merakit soal menjadi suatu paket tes yang tepat, apabila para
pendidik memperhatikan langkah-langkah perakitan soal. Berikut langkah- langkah
perakitan soal.
1. Mengelompokkan soal-soal yang mengukur kompetensi dan materi yang sama,
kemudian soal-soal itu ditempatkan dalam urutan yang sama.
2. Memberi nomor urut soal didasarkan nomor urut soal dalam kisi-kisi.
3. Mengecek setiap soal dalam satu paket tes apakah soal-soalnya sudah bebas dari
kaidah “Setiap soal tidak boleh memberi petunjuk jawaban terhadap soal yang
lain”.
4. Membuat petunjuk umum dan khusus untuk mengerjakan soal.
5. Membuat format lembar jawaban.
6. Membuat lembar kunci jawaban dan petunjuk penilaiannya.
7. Menentukan/menghitung penyebaran kunci jawaban (untuk bentuk pilihan
ganda), dengan menggunakan rumus berikut.
Jumlah soal
=
Penyebaran kunci jawaban + 3
Jumlah pilihan jawaban
8. Menentukan soal inti sebanyak 10 % dari jumlah soal dalam satu paket. Soal inti
ini diperlukan apabila soal yang dirakit terdiri dari beberapa tes paralel. Tujuannya
adalah agar antar tes memiliki keterkaitan yang sama. Penempatan soal inti dalam
paket tes diletakkan secara acak.
9. Menentukan besarnya bobot setiap soal (untuk soal bentuk uraian)
Bobot soal adalah besarnya angka yang ditetapkan untuk suatu butir soal dalam
perbandingan (ratio) dengan butir soal lainnya dalam satu perangkat tes. Penentuan
besar kecilnya bobot soal didasarkan atas tingkat kedalaman dan keluasan materi
yang ditanyakan atau kompleksitas jawaban yang dituntut oleh suatu soal. Untuk
mempermudah perhitungan/penentuan nilai akhir, jumlah bobot keseluruhan pada
satu perangkat tes uraian ditetapkan 100. Perakit soal harus dapat mengalokasikan
besarnya bobot untuk setiap soal dari bobot yang telah ditetapkan. Bobot suatu soal
yang sudah ditetapkan pada satu perangkat tes dapat berubah bila soal tersebut
dirakit ke dalam perangkat tes yang lain.
10. Menyusun tabel konversi skor
Tabel konversi sangat membantu para pendidik pada saat menilai lembar jawaban
peserta didik. Terutama bila dalam satu tes terdiri dari dua bentuk soal, misal
bentuk pilihan ganda dan uraian atau tes tertulis dan tes praktik. Skor dari soal
bentuk pilihan ganda tidak dapat langsung digabung dengan skor uraian. Hal ini
karena tingkat keluasan dan kedalaman materi yang ditanyakan atau penekannya
dalam kedua bentuk itu tidak sama. Nilai keduanya dapat digabung setelah
keduanya ditentukan bobotnya. Misalnya, untuk soal bentuk pilihan ganda (45 soal
dengan skor maksimum 45) bobotnya 60 % dan bentuk uraian (5 soal dengan skor
maksimum 20) bobotnya 40 %. Untuk menentukan skor jadinya adalah skor
perolehan peserta didik yang bersangkutan dibagi skor maksimum kali bobot.
Tabel konversi ini merupakan tabel konversi sederhana atau klasik.
Untuk memudahkan penggunaan tabel konversi, kita ingat proses penyamaan skala
atau konversi alat ukur suhu yang didasarkan pada konversi rumus yang sudah
standar, misal skala pengukuran: Celcius (titik awal 00 titik didih 1000).
Reamur(titik awal 00 titik didih 800), Fahrenheit
(titik awal 320 titik didih 2120 ), Kelvin (titik awal 237 0 titik didih 3730). Masing-
masing skala pengukuran ini bukan untuk dibandingkan atau sebagai penentu
kelulusan atau sebagai pengatrol nilai, namun masing- masing memiliki skala
sendiri-sendiri. Keberadaan skala ini tidak bisa dikatakan bahwa orang yang
menggunakan skala pengukuran Celcius dan Reamur akan selalu dirugikan karena
keduanya memiliki nilai 0 sampai dengan 4 (bila acuan kriterianya 4,01),
sedangkan orang yang menggunakan Fahrenheit dan Kelvin selalu diuntungkan
karena titik awalnya 32 dan 237. Demikian pula dengan konversi nilai dalam
ulangan atau ujian. Guru atau panitia ujian mau menggunakan konversi yang mana.
Dalam ilmu pengukuran, konversi dapat disusun melalui konversi biasa dan
konversi yang terkalibrasi dengan model respon butir. Apabila UN atau US sudah
mempergunakan konversi model respon butir, semua nilai peserta didik harus
mengacu pada model konversi ini, tidak membandingkan dengan konversi
lain/biasa.
Konversi biasa (model pengukuran secara klasik) penggunaannya biasa digunakan
guru di sekolah, yaitu untuk memperoleh nilai murni peserta didik. Bila
menghendaki skor maksimum 10 digunakan rumus (skor perolehan: skor
maksimum) x 10 dan bila menggunakan skor maksimum
100 digunakan nilai konversi dengan rumus (skor perolehan: skor maksimum) x
100 atau bila menggunakan skor maksimum 4 digunakan nilai konversi dengan
rumus (skor perolehan: skor maksimum) x 4. Konversi seperti ini memiliki dua
kelemahan, pertama adalah bahwa setiap butir soal dihitung memiliki tingkat
kesukaran yang sama. Artinya peserta didik manapun yang menjawab benar 40 dari
50 butir soal dalam satu tes (terserah nomor butir soal berapa yang benar, apakah
nomor 1 benar, nomor 2 salah, nomor 3 benar atau sebaliknya dan seterusnya, yang
penting benar 40 soal) peserta didik yang bersangkutan akan memperoleh nilai 8
(untuk konversi skor maksimum 10), 80 (untuk konversi skor maksimum 100) 0,2
(untuk konversi skor maksimum 4). Kelemahan kedua adalah bahwa tingkat
kesukaran butir soal tidak ditempatkan/dikalibrasi pada skala yang sama. Artinya
bahwa butir-butir soal tidak disusun berdasarkan tingkat kesukarannya dan
kemampuan peserta didik sehingga model konversi ini belum bisa menentukan
nilai murni peserta didik yang sebenarnya. Seharusnya hanya peserta didik yang
memiliki kemampuan tinggi (misal pada skala kemampuan 1, kemampuan 2,
kemampuan 3) yang dapat menjawab benar semua soal dalam tes pada skala yang
bersangkutan atau tingkat kesukaran butir (mudah, sedang, sukar) sesuai dengan
kemampuan peserta didik yang bersangkutan. Apabila sekolah mempergunakan
konversi biasa seperti ini justru akan merugikan peserta didik yang memiliki
kemampuan lebih tinggi.
Konversi yang terkalibrasi adalah konversi nilai yang disusun berdasarkan
kemampuan peserta didik dari tingkat kesukaran butir soal yang terkalibrasi dengan
model Rasch (Item Response Theory). Untuk memahami model
terkalibrasi ini diperlukan pengertian berikut. Setiap jumlah jawaban yang benar
soal, misal 1 sampai dengan 50, masing-masing butir memiliki tingkat
kemampuan (untuk teori klasik tidak ada). Tingkat kemampuan ini diperoleh dari
rumus model Rasch P= ( (-)) : (1 + e (-): eP adalah peluang menjawab benar satu
butir soal. E = 2,7183, = tingkat kemampuan peserta didik, dan = tingat
kesukaran butir soal. Kemudian nilai abilitas (misal -3,00 sampai dengan +3,00)
ditransformasi ke dalam skala 0-10, 0- 100, atau 0-4. Misal untuk dapat
ditransformasi ke dalam skala 0-100 diperlukan rata-rata 50 dan standar deviasi 5,
sehingga untuk membuat tabel konversi mempergunakan rumus Y=50+5X. Y=nilai
peserta didik dan X adalah nilai abilitas. Dengan rumus inilah konversi terkalibrasi
dapat disusun. Jadi dalam konversi yang terkalibrasi skalanya didasarkan dua hal
penting, yaitu tingkat kesukaran dan tingkat kemampuan peserta didik. Soal
ditempatkan pada tingkat kesukaran dan kemampuan peserta didik yang telah
disamakan skalanya. Bila tes sudah disamakan skalanya, siapapun yang mengambil
tes pada paket yang mudah, sedang, dan sukar, masing-masing tes masih berada
pada skala yang sama dan bisa dibandingkan. Oleh karena itu, tes yang diberikan
kepada peserta didik sudah selayaknya harus sesuai dengan tingkat kemampuan
peserta didik. Apabila kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang
diajarkan guru itu tinggi (sudah tercapai target kompetensinya), peluang menjawab
benar soal pasti tinggi. Namun sebaliknya bila kemampuan peserta didik dalam
memahami materi yang diajarkan guru itu rendah (belum tercapai target
kompetensinya), peluang menjawab benar soal pasti rendah. Apakah tesnya
berbentuk tes lisan, tertulis (soalnya berbentuk pilihan ganda, uraian, isian, dll.),
atau perbuatan. Model Rasch merupakan salahsatu model dalam teori respon butir
yang menitikberatkan pada parameter tingkat kesukaran butir soal. Model ini telah
digunakan di berbagai kalangan seperti untuk sertifikasi ujian kedokteran di USA,
sejumlah program penilaian sekolah di USA, program penilaian di Australia, studi
matematik dan science internasional ketiga, National School English Literacy
Survey di Australia, equating tes English di Provinsi Guandong Cina, dan beberapa
tes diagnostic. Model ini banyak digunakan orang sebagai pendekatan analitik
standard untuk kalibrasi instrumen karena modelnya sederhana, elegant, hemat,
atau efektif dan efisien.
Konversi nilai berdasarkan Model Rasch memiliki keunggulan bila dibandingkan
dengan konversi nilai berdasarkan model pengukuran secara klasik. Keterbatasan
model pengukuran secara klasik adalah seperti berikut. (1) Tingkat kemampuan
dalam teori klasik adalah “true score”. Jika tes sulit artinya tingkat kemampuan
peserta didik rendah. Jika tes mudah artinya tingkat kemampuan peserta didik
tinggi. (2) tingkat kesukaran soal didefinisikan sebagai proporsi peserta didik
dalam kelompok yang menjawab benar soal. Mudah/sulitnya butir soal tergantung
pada kemampuan peserta didik yang dites dan keberadaan tes yang diberikan.
(3) Daya pembeda, reliabilitas, dan validitas soal/tes didefinisikan berdasarkan
grup peserta didik. Artinya bahwa konversi nilai berdasarkan teori tes klasik
memiliki kelemahan, yaitu (1) tingkat kesukaran dan daya pembeda tergantung
pada sampel; (2) penggunaan metode dan teknik untuk desain dan analisis tes
dengan memperbandingkan kemampuan peserta didik pada pembagian kelompok
di atas, tengah, bawah. Meningkatnya validitas skor tes diperoleh dari tingkat
kesukaran tes dihubungkan dengan tingkat kemampuan setiap peserta didik; (3)
konsep reliabilitas tes didefinisikan dari istilah tes paralel; (4) tidak ada dasar teori
untuk menentukan bagaimana peserta didik memperoleh tes yang sesuai dengan
kemampuan peserta didik; (5) Standar kesalahan pengukuran hanya berlaku untuk
seluruh peserta didik. Disamping itu, tes klasik telah gagal memberi kesimpulan
yang tepat terhadap beberapa masalah testing seperti: desain tes (statistik butir
klasik tidak memberitahu penyusun tes tentang lokasi maksimum daya pembeda
butir pada skala skor tes), identifikasi item bias, dan equating skor tes (tidak
suksesnya pada item bias dan equating skor tes karena sulit menentukan
kemampuan yang sebenarnya di antara kelompok). Kelebihan model Rasch atau
teori respon butir secara umum adalah bahwa: (1) model ini tidak berdasarkan grup
dependen, (2) skor peserta didik dideskripsikan bukan tes dependen, (3) model ini
menekankan pada tingkat butir soal bukan tes, (4) model ini tidak memerlukan
paralel tes untuk menentukan reliabilitas tes, (5) model ini merupakan suatu model
yang memberikan suatu pengukuran ketepatan untuk setiap skor tingkat
kemampuan. Tujuan utama teori respon butir adalah memberikan invariant pada
statistik soal dan estimasi kemampuan. Oleh karena itu, kelebihan teori respon
butir adalah: (1) responden dapat diskor pada skala yang sama, (2) skor responden
dapat dibandingkan pada dua atau lebih bentuk tes yang sama, (3) semua bentuk
soal memperoleh perlakuan melalui cara yang sama, (4) tes dapat disusun sesuai
keahlian berdasarkan tingkat kemampuan yang akan dites.
C. Penilaian Perilaku
Dalam menentukan perilaku yang akan diukur, penulis soal dapat mengambil atau
memperhatikan jenis perilaku yang telah dikembangkan oleh para ahli pendidikan, di
antaranya seperti Benjamin S. Bloom, Quellmalz, R.J. Mazano dkk, Robert M. Gagne,
David Krathwohl, Norman E. Gronlund dan R.W. de Maclay, Linn dan Gronlund.
1. Ranah kognitif yang dikembangkan Benjamin S. Bloom adalah: (1) Ingatan di
antaranya seperti: menyebutkan, menentukan, menunjukkan, mengingat kembali,
mendefinisikan; (2) Pemahaman di antaranya seperti:
membedakan, mengubah, memberi contoh, memperkirakan,
mengambil kesimpulan; (3) Penerapan di antaranya seperti: menggunakan,
menerapkan; (4) Analisis di antaranya seperti: membandingkan,
mengklasifikasikan, mengkategorikan, menganalisis; (5) Sintesis antaranya seperti:
menghubungkan, mengembangkan, mengorganisasikan, menyusun; (6) Evaluasi di
antaranya seperti: menafsirkan, menilai, memutuskan.
2. Jenis perilaku yang dikembangkan Quellmalz adalah: (1) ingatan, (2) analisis, (3)
perbandingan, (4) penyimpulan, (5) evaluasi.
3. Jenis perilaku yang dikembangkan R. J. Mazano dkk. adalah: (1) keterampilan
memusat (focusing skills), seperti: mendefinisikan, merumuskan tujuan, (2)
keterampilan mengumpulkan informasi, seperti: mengamati, merumuskan
pertanyaan, (3) keterampilan mengingat, seperti: merekam, mengingat, (4)
keterampilan mengorganisasi, seperti: membandingkan, mengelompokkan,
menata/mengurutkan, menyajikan; (5) keterampilan menganalisis, seperti
mengenali: sifat dari komponen, hubungan dan pola, ide pokok, kesalahan; (6)
keterampilan menghasilkan keterampilan baru, seperti: menyimpulkan,
memprediksi, mengupas atau mengurai; (7) keterampilan memadu (integreting
skills), seperti: meringkas, menyusun kembali; (8) keterampilan menilai, seperti:
menetapkan kriteria, membenarkan pembuktian.
4. Jenis perilaku yang dikembangkan Robert M. Gagne adalah: (1) kemampuan
intelektual: diskriminasi, identifikasi/konsep yang nyata, klasifikasi, demonstrasi,
generalisasi/menghasilkan sesuatu; (2) strategi kognitif: menghasilkan suatu
pemecahan; (3) informasi verbal: menyatakan sesuatu secara oral; (4) keterampilan
motorist melaksanakan/menjalankan sesuatu; (5) sikap: kemampuan untuk memilih
sesuatu. Domain afektif yang dikembangkan David Krathwohl adalah: (1)
menerima, (2) menjawab,
(3) menilai.
6. Domain psikomotor yang dikembangkan Norman E. Gronlund dan R.W. de
Maclay adalah: (1) persepsi, (2) kesiapan, (3) respon terpimpin, (4) mekanisme; (5)
respon yang kompleks, (6) organisasi, (7) karakterisasi dari nilai.
7. Keterampilan berpikir yang dikembangkan Linn dan Gronlund adalah
seperti berikut.
a. Membandingkan
- Apa persamaan dan perbedaan antara ... dan...
- Bandingkan dua cara berikut tentang ....
b. Hubungan sebab-akibat
- Apa penyebab utama ...
- Apa akibat …
c. Memberi alasan (justifying)
- Manakah pilihan berikut yang kamu pilih, mengapa?
- Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak setuju dengan pernyataan tentang ....
d. Meringkas
- Tuliskan pernyataan penting yang termasuk ...
- Ringkaslah dengan tepat isi …
e. Menyimpulkan
- Susunlah beberapa kesimpulan yang berasal dari data ....
- Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan peristiwa berikut ....
f. Berpendapat (inferring)
- Berdasarkan......, apa yang akan terjadi bila
- Apa reaksi A terhadap …
g. Mengelompokkan
- Kelompokkan hal berikut berdasarkan ....
- Apakah hal berikut memiliki ...
h. Menciptakan
- Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda tentang ....
- Lengkapilah cerita ... tentang apa yang akan terjadi bila ....
i. Menerapkan
- Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah ....
- Tuliskan ... dengan menggunakan pedoman....
j. Analisis
- Manakah penulisan yang salah pada paragraf ....
- Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama ....
k. Sintesis
- Tuliskan satu rencana untuk pembuktian ...
- Tuliskan sebuah laporan ...
l. Evaluasi
- Apakah kelebihan dan kelemahan ....
- Berdasarkan kriteria ..., tuliskanlah evaluasi tentang...
D. Penentuan Penilaian Perilaku
Setelah kegiatan penentuan materi yang akan ditanyakan selesai dikerjakan, maka
kegiatan berikutnya adalah menentukan secara tepat perilaku yang akan diukur. Perilaku
yang akan diukur, pada Kurikulum Berbasis Kompetensi tergantung pada tuntutan
kompetensi, baik standar kompetensi maupun kompetensi dasarnya. Setiap kompetensi di
dalam kurikulum memiliki tingkat keluasan dan kedalaman kemampuan yang berbeda.
Semakin tinggi kemampuan/perilaku yang diukur sesuai dengan target kompetensi, maka
semakin sulit soal dan semakin sulit pula menyusunnya. Dalam Standar Isi, perilaku yang
akan diukur dapat dilihat pada "perilaku yang terdapat pada rumusan kompetensi dasar atau
pada standar kompetensi". Bila ingin mengukur perilaku yang lebih tinggi, guru dapat
mendaftar terlebih dahulu semua perilaku yang dapat diukur, mulai dari perilaku yang
sangat sederhana/mudah sampai dengan perilaku yang paling sulit/tinggi, berdasarkan
rumusan kompetensinya (baik standar kompetensi maupun kompetensi dasar). Dari susunan
perilaku itu, dipilih satu perilaku yang tepat diujikan kepada peserta didik, yaitu perilaku
yang sesuai dengan kemampuan peserta didik di kelas.
Keterangan:
Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam
silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri, kecuali
pada kolom 6.
Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini.
1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah
diajarkan secara tepat dan proporsional.
2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.
(1) Contoh model pertama untuk soal menyimak pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
Indikator: Diperdengarkan sebuah pernyataan pendek dengan topik
"belajar mandiri", peserta didik dapat menentukan dengan tepat
pernyataan yang sama artinya.
Soal : (Soal dibacakan atau diperdengarkan hanya satu
kali, kemudian peserta didik memilih dengan tepat satu
pernyataan yang sama artinya. Soalnya adalah: "Hari harus
masuk kelas pukul 7.00., tetapi dia datang pukul
8.00 pagi hari.")
Lembar tes hanya berisi pilihan seperti berikut:
a. Hari masuk kelas tepat waktu pagi ini.
b. Hari masuk kelas terlambat dua jam pagi ini
c. Hari masuk Kelas terlambat siang hari ini,
d. Hari masuk Kelas terlambat satu jam hari ini
Kunci: d
(2) Contoh model kedua
Indikator: Peserta didik dapat menentukan dengan tepat
penulisan tanda baca pada nilai uang.
Soal : Penulisan nilai uang yang benar adalah ....
a. Rp 125,-
b. RP 125,00
c. Rp125
d. Rp125.
Kunci: b
3 2 1
Agar soal yang disusun bermutu baik, maka penulis soal harus memperhatikan kaidah
penulisannya. Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan pengembangan soal,
maka soal ditulis di dalam format kartu soal Setiap satu soal dan pedoman
penskorannya ditulis di dalam satu format. Contoh format soal bentuk uraian dan
format penskorannya adalah seperti berikut ini.
KARTU SOAL
Jenis Sekolah : …………………….....Penyusun:1. ……………………
Mata Pelajaran : ……………………...... 2. ……………………
Bahan Kls/Smt : ……………………........... 3. ………………......
Bentuk Soal : ………………..... Tahun Ajaran :……………
Aspek yang diukur : ……………………............
MATERI
NO SOAL:
INDIKATOR SOAL
KETERANGAN SOAL
DIGUNAKA TANGG JUMLAH PROPORSI PEMILIH
NO TK DP KET.
N UNTUK AL SISWA ASPEK
A B C D E OMT
NO
KUNCI/KRITERIA JAWABAN SKOR
SOAL
NO SOAL:
MATERI
KUNCI :
INDIKATOR SOAL
KETERANGAN SOAL
NO DIGUNAKA TANGGA JUMLAH T DP PROPORSI PEMILIH KET.
N UNTUK L SISWA K
A B C D E OMT
Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya.
Peserta didik yang mengerjakan soal hanya memilih satu jawaban yang benar dari
pilihan jawaban yang disediakan. Soalnya mencakup: (1) dasar pertanyaan/stimulus
(bila ada), (2) pokok soal (stem), (3) pilihan jawaban yang terdiri atas: kunci jawaban
dan pengecoh.
Dijual sebidang tanah di Bekasi. Luas 4 ha. Baik untuk industri. Hubungi telp.
Dasar pertanyaan
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku
dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-
kisi.
b. Pengecoh harus bertungsi
c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal
hanya mempunyai satu kunci jawaban.
2. Konstruksi
a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya, kemampuan/
materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan
pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang
dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung satu
persoalan/gagasan
b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang
diperlukan saja. Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang
sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan
saja.
c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya,
pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan
yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang
mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan
penafsiran peserta didik terhadap arti pernyataan yang dimaksud. Untuk
keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang
akan diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.
e. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya,
semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang
ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan
jawaban harus berfungsi.
f. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan
karena adanya kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling
panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan
merupakan kunci jawaban.
g. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di
atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya dengan adanya
pilihan jawaban seperti ini, maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu
karena pernyataan itu bukan merupakan materi yang ditanyakan dan
pernyataan itu menjadi tidak homogen.
h. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan
urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya pilihan jawaban
yang berbentuk angka harus disusun dari nilai angka paling kecil berurutan
sampai nilai angka yang paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan
jawaban yang menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis.
Penyusunan secara unit dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik
melihat pilihan jawaban.
i. Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada
soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai
suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh peserta
didik. Apabila soal bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau
sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak
berfungsi.
j. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna
tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
k. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan
pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab
benar soal pertama tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya.
3. Bahasa/budaya
a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya
meliputi: a) pemakaian kalimat: (1) unsur subyek, (2) unsur predikat, (3) anak
kalimat; b) pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan kata, dan c)
pemakaian ejaan: (1) penulisan huruf, (2) penggunaan tanda baca.
b. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah
dimengerti warga belajar/peserta didik.
c. Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan merupakan
satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.
Penilaian selain tes prestasi belajar antara lain adalah: lembar pengamatan/observasi
(seperti catatan harian, portofolio, life skill) dan instrumen tes sikap, minat, dsb.
Pada prinsipnya, prosedur penulisan butir soal untuk penilaian non-tes adalah sama
dengan prosedur penulisan tes pada tes prestasi belajar, yaitu menyusun kisi-kisi tes,
menuliskan butir soal berdasarkan kisi - kisinya, telaah, validasi butir, uji coba butir,
perbaikan butir berdasarkan hasil uji coba. Namun, dalam proses awalnya, sebelum
menyusun kisi-kisi tes terdapat perbedaan dalam menentukan validitas isi/konstruknya.
Dalam tes prestasi belajar, validitas isi diperoleh melalui kurikulum dan buku pelajaran,
tetapi untuk non-tes validitas isi/konstruknya diperoleh melalui "teori". Teori adalah
pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa atau kejadian,
dsb. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990 : 932)
A. Pengamatan
Pengamatan merupakan suatu alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru
atas dasar pengamatan terhadap perilaku peserta didik yang sesuai dengan kompetensi yang
hendak diukur. Pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan antara lain lembar
pengamatan, penilaian portofolio dan penilaian kecakapan hidup.
Pelaksanaan pengamatan sikap dapat dilakukan guru pada sebelum mengajar, saat
mengajar, dan sesudah mengajar. Perilaku minimal yang dapat dinilai dengan pengamatan
untuk perilaku/budi pekerti peserta didik, misalnya: ketaatan pada ajaran agama, toleransi,
disiplin, tanggung jawab, kasih sayang, gotong royong, kesetiakawanan, hormat-
menghormati, sopan santun, dan jujur.
Portofolio merupakan deskripsi peta perkembangan kemampuan individu peserta didik. Jadi
portofolio merupakan ”kartu sehat” individu peserta didik. Bila ada peserta didik yang
”sakit”, tugas guru adalah (1) menentukan penyakitnya apa, kemudian (2) memberi obat
yang tepat agar peserta didik cepat sembuh dari penyakitnya.
Dalam kisi-kisi non-tes biasanya formatnya berisi dimensi, indikator, jumlah butir soal
per indikator, dan nomor butir soal.
Formatnya seperti berikut ini.
JUMLAH SOAL
NOMOR
NO DIMENSI INDIKATOR PER
SOAL
INDIKATOR
1 ...................... ... . .................
.............
Untuk mengisi kolom dimensi dan indikator, penulis soal harus mengetahui terlebih
dahulu validitas konstruknya yang disusun/dirumuskan melalui teori. Cara termudah
untuk mendapatkan teori adalah membaca beberapa buku, hasil penelitian, atau
mencari informasi lain yang berhubungan dengan variabel atau tujuan tes yang
dikehendaki. Oleh karena itu, peserta didik atau responden yang hendak mengerjakan
tes ini (instrumen non-tes) tidak perlu mempersiapkan/belajar materi yang hendak
diteskan terlebih dahulu seperti pada tes prestasi belajar. Setelah teori diperoleh dari
berbagai buku, maka langkah selanjutnya adalah menyimpulkan teori itu dan
merumuskan mendefinisikan (yaitu definisi konsep dan definisi operasional) dengan
kata- kata sendiri berdasarkan pendapat para ahli yang diperoleh dari beberapa buku
yang telah dibaca. Definisi tentang teori yang dirumuskan inilah yang dinamakan
konstruk. Berdasarkan konstruk yang telah dirumuskan itu, langkah selanjutnya adalah
menentukan dimensi (tema-objek/hal-hal pokok yangmenjadi pusat tinjauan teori),
indikator (uraian/rincian dimensi yang akan diukur), dan penulisan butir soal
berdasarkan indikatornya. Untuk lebih memudahkan dalam menyusun kisi-kisi tes,
perhatikan alur urutannya seperti pada bagan berikut.
TEORI KONSTRUK
(Dari hasil penelitian/ pendapat dari: Definisi konsep
Buku A Definisi Operasiona
Buku B DIMENS INDIKATOR SOAL
Berdasarkan bagan di atas, penulis soal dapat dengan mudah mengecek apakah instrumen
tesnya atau butir-butir soal sudah sesuai dengan indikatornya atau belum. Misalnya soal
nomor 1 sampai dengan soal terakhir berasal darimana? Dari indikator. Indikator dari mana?
Dari dimensi. Rumusan dimensi darimana? Dari konstruk. Rumusan konstruk darimana?
Dari teori. Jadi kesimpulannya instrumen tes yang telah disusun merupakan alat ukur yang
(sudah tepat atau belum tepat) mewakili teori.
Dalam penulisan soal pada instrumen non-tes, penulis butir soal harus memperhatikan
ketentuan/kaidah penulisannya. Kaidahnya adalah seperti berikut ini.
1. Materi
a.Pernyataan harus sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.
b.Aspek yang diukur pada setiap pernyataan sudah sesuai dengan tuntutan dalam kisi-kisi
(misal untuk tes sikap: aspek kognisi, afeksi atau konasinya dan pernyataan positif atau
negatifnya).
2. Konstruksi
a.Pernyataan dirumuskan dengan singkat (tidak melebihi 20 kata) dan jelas.
b.Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak relevan objek yang
dipersoalkan atau kalimatnya merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
c.Kalimatnya bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda. d.Kalimatnya
bebas dari pernyataan yang mengacu pada masa lalu. e.Kalimatnya bebas dari
pernyataan yang faktual atau dapat
diinterpretasikan sebagai fakta.
f. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang dapat diinterpretasikan lebih dari
satu cara.
g.Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mungkin disetujui atau dikosongkan
oleh hampir semua responden.
h.Setiap pernyataan hanya berisi satu gagasan secara lengkap.
i. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak pasti seperti semua, selalu,
kadang-kadang, tidak satupun, tidak pernah.
j. Jangan banyak mempergunakan kata hanya, sekedar, semata-mata.
Gunakanlah seperlunya.
3. Bahasa/Budaya
a. Bahasa soal harus komunikatif dan sesuai dengan jenjang pendidikan peserta
didik atau responden.
b. Soal harus menggunakan bahasa Indonesia baku.
c. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
4. dst
Keterangan : Nomor yang bergaris bawah adalah untuk pernyataan positif Contoh
soalnya seperti berikut :
NO. PERNYATAAN SS S KK J TP
1. ….
2. Saya segera mengerjakan PR sastra
sebelum
NO. PERNYATAAN SL SR JR TP
1. Saya Senang mengikuti pelajaran ini.
2. Saya rugi bila tidak mengikuti pelajaran ini.
3. Saya merasa pelajaran ini bermanfaat.
4. Saya berusaha menyerahkan tugas tepat waktu.
Saya berusaha memahami pelajaran ini.
5. Saya bertanya kepada guru bila ada yang tidak
6. jelas
Saya mengerjakan soal-soal latihan di rumah.
NO. PERNYATAAN SL SR JR TP
Saya mendiskusikan materi pelajaran dengan
7. teman sekelas.
Saya berusaha memiliki buku pelajaran ini.
Saya berusaha mencari bahan pelajaran di perpustakaan
8.
9.
10.
Keterangan : Dari 4 kategori: skor terendah 10, skor tertinggi 40. 33-
40 Sangat berminat
25- 32 Berminat
17- 24 Kurang berminat
10- 16 Tidak berminat
3. Tes Motivasi Berprestasi
Definisi Konsep
Motivasi berprestasiadalah motivasi yang mendorongpeserta didik untuk berbuat
lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat
atau diraih orang lain.
Definisi Operasional
Motivasi berprestasi adalah motivasi yang mendorong seseorang untuk berbuat
lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat
atau diraih orang lain yang dapat diukur melalui:(1) berusaha untuk unggul dalam
kelompoknya, (2) menyelesaikan tugas dengan baik, (3) rasional dalam meraih
keberhasilan, (4) menyukai tantangan, (5) menerima tanggung jawab pribadi untuk
sukses, (6) menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, umpan
balik, dan resiko tingkat menengah.
CONTOH KISI-KISI PENYUSUNAN INSTRUMEN
VARIABEL MOTIVASI BERPRESTASI
33,34,35,36 37,38,39,40 8
Jumlah Pernyataan 20 20 40
SKOR JAWABAN
Skor Jawaban a b c d e
Pernyataan Positif 5 4 3 2 1
Pernyataan Negatif 1 2 3 4 5
3. Tes Kreativitas
Kreativitas merupakan proses berpikir yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah atau menjawab pertanyaan secara benar dan bermanfaat (Devito, 1989 :
118). Disamping itu, kreativitas juga merupakan kemampuan berpikir divergen
yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinal dalam proses berpikir
(Good Brophy, 1990 : 619). Ciri-ciri kreativitas berkaitan dengan imaginasi,
orisinalitas, berpikir devergen, penemuan hal-hal yang bersifat baru, intuisi, hal-hal
yang menyangkut perubahan dan eksplorasi (Coben, 1976 : 17). Desain tes
kreativitas terdiri dari dua subtes yaitu dalam bentuk gambar dan verbal yang
masing- masing bentuk memiliki ciri kelancaran (fluency).keluwesan (flexibility),
keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration) (Torrance, 1974 : 8).
Penskoran untuk setiap indikator di atas mempergunakan skala 0-4. Misalnya untuk
indikator “kelancaran”, skor : 4 = sangat lancar, 3 = cukup lancar, 2 = kurang
lancar, 1 = tidak lancar, 0 = tidak menjawab. Untuk indikator “keluwesan”, skor: 4
= sangat luwes, 3 = cukup luwes, 2 = kurang luwes, 1 = tidak luwes, 0 = tidak
menjawab, demikian pula seterusnya. Adapun contoh butir soal seperti berikut.
Tanggapan
3. 44,45,46,47,48,49,50
Persepsual a. Tanggapan dan
keyakinan
(terhadap pencapaian)
Keterangan: nomor soal ganjil adalah pernyataan positif, nomor soal genap adalah
pernyataan negatif.
Contoh soal stres belajar.
NO. PERNYATAAN SS S KK J TP
1. Saya cemas terhadap kemampuan saya di
sekolah.
6. Teknik Penskoran
Salah satu kegiatan dari penulisan butir soal yaitu teknik penskoran. Ada cara
sederhana untuk menskor hasil jawaban peserta didik dari instrumen non-tes.
Sebagai contoh, tes skala sikap di atas telah dikerjakan oleh salah satu peserta
didik.
Nama peserta didik : Susiana
ST
NO. PERNYATAAN SS S TS
S
1. Mau menerima pendapat orang lain merupakan ciri X
bertoleransi.
Untuk mewujudkan cita-cita harus memaksakan
2. X
kehendak
Saya suka menerima pendapat orang lain
3. X
Memilih teman di sekolah, saya utamakan mereka yang
4. pandai saja
Kalau saya boleh memilih, saya akan selalu X
5. mendengarkan usul-usul kedua orang tuaku. X
6. Bekerja sama dengan orang yang berbeda suku
lebih baik dihindarkan.
7. …… X
Penjelasan: Dalam kisi-kisi tes, soal nomor 1-6 hanya mewakili indikator “mau
menerima pendapat orang lain” dari dimensi “toleransi” untuk topik “sikap belajar
peserta didik di sekolah”. Sebagai contoh penskorannya adalah seperti berikut ini.
1. Perilaku positif terdapat pada soal nomor 1, 3, 5 dengan pemberian skor: SS=
4, S= 3, TS= 2, STS= 1.
2. Perilaku negatif terdapat pada soal nomor 2, 4, 6 dengan pemberian skor: SS=
1, S= 2, TS= 3, STS= 4
3. Skor yang harus diperoleh dalam perilaku positif minimal 3 x 4 = 12,
Maksimal 3 x 5 = 15, (3 berasal dari 3 butir soal yang positif; 3 adalah skor
S; 4 adalah skor SS).
4. Skor yang harus diperoleh dalam perilaku negatif minimal 3 x 2 = 6,
Maksimal 3 x 1 = 3 (3 berasal dari 3 butir soal yang negatif, 2 adalah skor S;
1 adalah skor SS).
5. Skor rata-rata: perilaku minimal adalah (12 + 6):2 = 9.
Perilaku maksimal adalah (15 + 3) : 2 = 9.
6. Jadi skor Susiana di atas adalah seperti berikut ini.
Perilaku positif 5+4+1 = 10, perilaku negatif 4+2+3 = 9.
Skor akhir Susiana adalah (10+9):2 = 9,5 atau 10.
Skor Susiana 10, sedangkan ukuran perilaku positif minimal 12 dan maksimalnya
adalah 15. Jadi sikap Susiana tentang “toleransi” khususnya mau menerima
pendapat orang lain” dalam topik “sikap belajar peserta didik di sekolah” masih
kurang. Artinya bahwa Susiana mempunyai sikap positif yang tidak begitu tinggi
tentang “mau menerima pendapat orang lain”. Dia perlu pembinaan dan
peningkatan khususnya mengenai perilaku ini.
BAB IX
PENYUSUNAN BUTIR SOAL
PENALARAN TINGGI
Penyusunan butir soal yang memerlukan penalaran tingkat tinggi atau Higher Order
Thingking Skills (HOTS), Dalam ranah Taksonomi Bloom, urutan tingkatan berpikir (kognitif)
dari tingkat tinggi, dapat dilihat pada tabel.
Tabel 1. Kata Kerja Operasional Edisi Revisi Teori Bloom
RANAH KOGNITIF
Menganalisis Mengevaluasi Menciptakan
(C4) (C5) (C6)
4 5 6
Mendiferensiasikan Mengcek Membangun
Mengorganisasikan Mengkritik Merencanakan
Mengatribusikan Membuktikan Memproduksi
Mendiagnosis Mempertahankan Mengkombinasikan
Memerinci Menelaah Memvalidasi Merangcang
Mendeteksi Mendukung Merekonstruksi
Mengaitkan Memproyek-sikan Membuat
Memecahkan Menciptakan
Menguraikan Meng-abstraksi
RANAH AFEKTIF
Mengorganisasikan Karakterisasi Menurut Nilai (A5)
(A4)
Mengubah Membiasa-kan
Menata Mengubah perilaku
Mengklasifika-sikan Berakhlak mulia
Mengombinasi-kan Mempengaruhi
Mempertahan-kan Mengkualifikasi
Membangun Melayani
Membentuk pendapat Membuktikan
Memadukan Memecahkan
Mengelola
Menegosiasi
Merembuk
RANAH PSIKOMOTOR
Artikulasi Naturalisasi
(P4) (P5)
Membangun Mendesain
Mengatasi Menggabungkan Menentukan
Koordinat, Mengintegrasikan
Mengelola
Beradaptasi Mengembangkan
Merumuskan, Memodifikasi Menciptakan
Master
Penalaran tingkat tinggi atau Higher Order Thingking Skills (HOTS), berada pada level
analisis, evaluasi dan mencipta.
Penalaran tingkat tinggi dapat dikaitkan dengan proses untuk membuat keputusan dan
menyelesaikan masalah dan berpikir tingkat tinggi, Berpikir adalah proses menggunakan
pikiran untuk mencari makna dan pemahaman terhadap sesuatu. Kemampuan berfikir
terdiri dari empat tingkatan: (a) menghafal (recall thinking),
(c) dasar (basic thinking), (d) kritis (critical thinking), dan (e) kreatif (creative
thinking).
Kemampuan Menghafal hampir otomatis atau bersifat refleksif. Contoh dari kemampuan
ini adalah menghafal perkalian (5x5=25) dan penjumlahan (2+3=5).
Kemampuan dasar adalah Kemampuan ini mencakup konsep-konsep seperti penjumlahan,
pengurangan, pembagian dan perkalian, termasuk aplikasi dalam soal.
Kemampuan kritis adalah kemampuan berpikir yang benar dalam rangka mengetahui secara
relevan dan reliable, berpikir beralasan, mencerminkan, bertanggungjawab, kemampuan
berpikir, yang difokuskan pada pengambilan keputusan terhadap apa yang diyakini atau
yang harus dilakukan. Berpikir kritis adalah berpikir mengajukan pertanyaan yang sesuai,
mengumpulkan informasi yang relevan, mengurutkan informasi secara efisien dan kreatif,
menalar secara logis, hingga sempat pada kesimpulan yang reliabel dan terpercaya.
Berpikir kreatif adalah berpikir secara konsisten dan terus-menerus menghasilkan
sesuatu yang kreatif/orisinil sesuai dengan keperluan, untuk mengembangkan berpikir kritis
dan kreatif, diperlukan kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan
berpikir kritis dan kreatif siswa dalam bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan inovatif,
yaitu: Adakah Cara lain? (What’s another way?), Bagaimana jika? (What if?), Manakah
yang salah? (What’s wrong?), dan Apakah yang akan dilakukan (What would you do?).
Pertanyaan ini diajukan untuk merangsang keterampilan berfikir kritis. Setelah
menjawab pertanyaan, siswa dihadapkan pada situasi untuk mengambil keputusan.
Keputusan ini dapat didasarkan pada ide pribadi, pengalaman pribadi, sesuai keinginan
siswa. Akan tetapi siswa harus menjelaskan konsep materi yang mendasari keputusan
tersebut. Penjelasan ini dapat dalam bentuk kalimat tertulis sehingga memberi kesempatan
pada siswa untuk berlatih keterampilan komunikasinya.
Dalam menulis butir soal, penulis soal memiliki kecenderungan untuk menulis butir-
butir soal yang menuntut perilaku “ingatan”. Di samping mudah penulisan soalnya, materi
yang hendak ditanyakan juga mudah diperoleh dari buku pelajaran. Untuk menuliskan butir
soal yang menuntut penalaran tinggi, penulis soal biasanya merasa agak kesulitan dalam
mengkreasinya. Disamping sulit menentukan perilaku yang diukur atau merumuskan
masalah yang dijadikan dasar pertanyaan, juga uraian materi yang akan ditanyakan (yang
menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Bagaimana peserta
didik bisa maju bila pola berpikirnya hanya ingatan? Oleh karena itu, ada beberapa cara
yang dapat dijadikan pedoman oleh para penulis soal untuk menulis butir soal yang
menuntut penalaran tinggi. Caranya adalah seperti berikut ini.
1. Materi yang akan ditanyakan diukur dengan perilaku: pemahaman, penerapan,
sintesis, analisis, atau evaluasi (bukan hanya ingatan). Perilaku ingatan juga
diperlukan, namun kedudukannya adalah sebagai langkah awal sebelum peserta
didik dapat memahami, menerapkan, menyintesiskan, menganalisis, dan
mengevaluasi materi yang diperoleh
dari guru. Uraian tentang perilaku ini dapat dilihat pada perilaku kognitif yang
dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom pada bab di depan.
2. Setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus).
3. Mengukur kemampuan berpikir kritis.
4. Mengukur keterampilan pemecahan masalah.
5. Penjelasan nomor 2, 3 dan 4 diuraikan secara rinci di bawah ini.
Indikator: karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan, atau respons, yang harus dapat
dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik, untuk menunjukkan bahwa peserta didik
telah memiliki kompetensi dasar tertentu.
Kemampuan afektif: kemampuan yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat
penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek.
Kesahihan (validitas): kemampuan alat ukur yang memenuhi fungsinya sebagai alat
ukur, yaitu mampu mengukur apa yang harus diukur.
Kompetensi: kemampuan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai
yang diwujudkan melalui kebiasaan berpikir dan bertindak.
Kompetensi Dasar: Kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik dalam
penguasaan konsep/materi yang dibelajarkan.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM): batas ketuntasan setiap mata pelajaran yang
ditetapkan oleh sekolah melalui analisis indikator dengan memperhatikan karakteristik
peserta didik, karakteristik setiap indikator, dan kondisi satuan pendidikan.
Kuesioner: sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang diberikan kepada peserta didik
untuk dijawab atau diminta pendapatnya.
Non-tes: penilaian menggunakan pertanyaan atau pernyataan yang tidak menuntut jawaban
benar atau salah.
Pengukuran (measurement): proses penetapan ukuran terhadap suatu gejala menurut aturan
tertentu.
Penilaian antarteman: teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan pendapatnya mengenai kelebihan dan kekurangan temannya dalam
berbagai hal.
Penilaian beracuan kriteria: penilaian yang membandingkan hasil belajar yang
dicapai peserta didik dengan kriteria atau standar yang ditetapkan.
Penilaian diri: teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk menilai
dirinya sendiri mengenai berbagai hal.
Penilaian inventori: teknik penilaian melalui skala psikologis yang dipakai untuk
mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik terhadap sesuatu objek
psikologis.
Penilaian produk: penilaian yang dilakukan terhadap proses (persiapan dan pembuatan)
serta hasil karya peserta didik.
Penilaian projek: penilaian yang dilakukan dengan memberikan tugas kepada peserta
didik untuk melakukan suatu projek yang melibatkan pengumpulan, pengorganisasian,
analisis data, dan pelaporan hasil kerjanya dalam kurun waktu tertentu.
Penugasan: pemberian tugas kepada peserta didik baik secara perseorangan maupun
kelompok.
Portofolio: kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalambidang tertentu yang
diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi, dan kreativitas peserta
didik
Soal pilihan ganda: soal yang menyediakan sejumlah pilihan jawaban dengan hanya
ada satu pilihan jawaban yang benar.
Standar Isi: ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria
tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
Standar Kompetensi: kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah
menyelesaikan mata pelajaran tertentu
Tatap muka: pertemuan formal antara pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran di
kelas.
Tes: penilaian menggunakan seperangkat pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau
salah.
Tes lisan: tes yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara peserta
didik dengan pendidik, pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan.
Tes praktik (kinerja): tes yang meminta peserta didik melakukan perbuatan/
menampilkan/mendemonstrasikan keterampilannya.
Tes tertulis: tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban secara tertulis berupa
pilihan dan/atau isian.
Ujian: kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik
sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.
Ujian nasional: kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa
mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan.
Ujian sekolah: kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan
oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan
salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan.
Ulangan: proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik
secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan
hasil belajar peserta didik.
Ulangan akhir semester: kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester, yang cakupannya meliputi seluruh
indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
Ulangan harian: kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih.
Ulangan kenaikan kelas: kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir semester
genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap pada
satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket, dan cakupannya meliputi seluruh
indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
Ulangan tengah semester: kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan
pembelajaran, yang cakupannya meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh
KD pada periode tersebut.