Anda di halaman 1dari 269

PENILAIAN PSIKOMOTOR

Dr. Agus Dudung, M.Pd

KARIMA
PENILAIAN PSIKOMOTOR
Penulis:
Dr. Agus Dudung, M.Pd

Disain & Lay


Out: Risyda Aulia

Penerbit:
KARIMA
Redaksi:
KARIMA
Vila Pamulang Blok DG-10/6-7, Bojongsari, Depok.
Website: karima.elfirdaus.net
Email: elfirdaus95@gmail.com

Cetakan I, Depok: Februari 2018.


E-1011-01-II-2018

Buku ini dilindungi Undang-Undang Hak Cipta. Segala bentuk penggandaan, reproduksi atau
penerjemahan, baik melalui media cetak maupun elektronik harus seizin penerbit, kecuali untuk
kutipan ilmiah.

Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT)


Dudung, Agus.
Penilaian Psikomotor / Agus Dudung; disain & lay out, risyda aulia.—Cet. 1.—Depok: KARIMA, 2018.
viii + 228 hlm.; 20 X 26 cm

ISBN ...............

ii
KATA PENGANTAR

.............................................................

..............................................................

...............................................................

................................................................

................................................................
LEMBAR PENGESAHAN I
KATA PENGANTAR II
DAFTAR ISI III

BAB I RANCANGAN PENILAIAN HASIL BELAJAR


A. Rancangan Penilaian 1
B. Prinsip Penilaian 14
C. Pengertian Penilaian Hasil Belajar 21
D. Prinsip, Teknik, Mekanisme dan Prosedur Penilaian 21
E. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 32

BAB II TEKNIK PENILAIAN


A. Teknik Penilaian 34
B. Teknik Penilaian Melalui Tes 35
C. Teknik Non Tes 38
D. Aspek yang Dinilai 41
E. Penilaian Berbasis Komputer 43
F. Prosedur Pengembangan Tes

BAB III PENILAIAN PSIKOMOTOR


A. Pengertian Psikomor 51
B. Pembelajaran Psikomotor 55
C. Penilaian Hasil Belajar Psikomotor 57
D. Jenis Perangkat Penilaian Psikomotor 58
E. Konstruksi Instrumen 59
F. Penyusunan Rancangan Penilaian 59
G. Penyusunan Kisi-kisi 60
H. Penyusunan Instrumen Penilaian Psikomotor 61
I. Penilaian Ranah Psikomorik 67
J. Penskoran dan Interpretasi Hasil Penilaian 69
K. Analisis Hasil Penilaian 73
L. Laporan Hasil Penilaian 75

BAB IV PENILAIAN KETERAMPILAN KOMPETENSI INTI (KI- 4)


A. Penilaian Kompetensi Keterampilan 77
B. Ruang Lingkup Penilaian Kompetensi Keterampilan 81
C. Lembar Pengamatan Penilaian Kinerja 87
D. Langkah-Langkah Penilaian Kinerja 87
E. Rambu-rambu Penilaian Kinerja 89
F. Penilaian Kompetensi Keterampilan Bentuk Proyek 109
G. Teknik Penilaian Kompetensi Keterampilan Bentuk Portofolio 116

H. Penilaian Kompetensi Keterampilan Bentuk Penilaian Produk 127


(Hasil)
J. PenlIalan Kompetensi Keterampilan Bentuk Kombinasi antara
Penilaian Kinerja dengan Penilaian Produk 143

BAB V SISTEM PENILAIAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


A. Istrumen Penilaian 149
B. Pensekoran dan Ketentuan Kelulusan 152

BAB VI MEKANISME PENETAPAN KRITERIAN KETUNTASAN


MINIMAL (KKM)
A. Kriteria Ketuntasan Minimal 161
B. Prinsip Penetapan KKM 162
C. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal 163
D. Langkah-Langkah Penetapan KKM 164
E. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal 165
F. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 170
G. Analisis Kriteria Ketuntasan Minimal 171

BAB VII PENYUSUNAN KISI-KISI BUTIR SOAL


A. Penyusunan Butir Soal 174
B. Langkah Menyusunan Soal 174
C. Penilaian Perilaku 180
D. Penentuan Penilaian Perilaku 183
E. Penentuan dan Penyebaran Soal 183
F. Penyusunan Kisi-kisi 184
G. Perumusan Indikator Soal 185
H. Langkah-langkah Penyusunan ButirSoal 186
I. Penyusunan Butir Soal Tes Tertulis 187
J.Penulisan Soal Bentuk Uraian 187
K. Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda 191
L. Penulisan Butir Tes Perbuatan 196
M. Penulisan Soal Penilaian Penugasan (Project) 198
N. Penulisan Soal Penilaian Hasil Karya (Product) 198

BAB VIII BUTIR SOAL NON-TES


A. Pengamatan 199
B. Penyusunan Kisi-kisi Penilaian Non-tes 200
C. Kaidah Penulisan Soal 201
D. Penulisan Kisi-kisi Non-Tes dan Butir soal 202

BAB IX PENYUSUNAN BUTIR SOAL PENALARAN TINGGI


A. Butir Soal Penalaran Tingkat Tinggi 215
B. Dasar Pertanyaan (Stimulus) 218
C. Mengukur Kemampuan Berpikir kritis 218
D. Mengukur Keterampilan Pemecahan Masalah 220
1

BAB I
RANCANGAN PENILAIAN HASIL BELAJAR

A. Rancangan Penilaian (Assessment)

Penilaian hasil kegiatan belajar peserta didik merupakan hal yang sangat penting dalam
proses pembelajaran. Dengan melaksanakan penilaian hasil belajar akan dapat mengetahui
seberapa besar keberhasilan peserta didik telah menguasai kompetensi atau materi yang
telah diajarkan oleh guru. Dengan penilaian hasil belajar juga dapat dijadikan acuan untuk
melihat tingkat keberhasilan atau keefektivitas guru dalam proses pembelajaran. Belajar
secara umum dapat diartikan suatu aktivitas mental atau psikis yang secara berlangsung
dalam interaksi yang aktif di lingkungan yang akan menghasilkan perubahan- perubahan
dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap itu bersifat konstan dan
membekas (W.S.Winkel, 1996: 59). Hal yang paling mendasar dari konsep belajar adalah
perubahan melalui pengalaman yang permanen pada diri individu, dengan demikian proses
belajar merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pendidikan, dalam pendidikan
harus adanya kegiatan belajar dan kegiatan belajar sebagai wujud dari pendidikan.
Sedangkan menurut Good dan Brophy (1990:124) dalam proses belajar individu
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang berasal dari individu itu sendiri, dan
faktor eksternal yang bersumber dari luar individu. Faktor internal terkait dengan
kemampuan intelektual, kemampuan emosional, minat bakat, perhatian, kenyakinan,
keadaan fisik, motivasi dll. Faktor eksternal berasal dari lingkungan belajar, guru,
kurikulum, metodologi, media pendidikan yang digunakan, serta faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi proses belajar. Dalam hal belajar menurut Slameto (2010:1) adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan seberapa jauh siswa telah menguasai materi pelajarannya.
Sejalan dengan beberapa pendapat di atas bahwa belajar merupakan proses dimana
terjadi perubahan permanen melalui pengalaman, dalam memperoleh pemahaman, sikap,
pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan. Dalam mengukur hasil belajar
siswa dapat dilakukan melalui tes hasil belajar (achievement test). Hasil belajar
merupakan dasar untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam memahami materi
pembelajaran. Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa, yang dapat diukur dalam bentuk perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan
tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik
dibandingkan sebelumnya (Oemar Hamalik, 2008:155). Dari uraian diatas kata kunci dari
definisi belajar adalah perubahan tingkah laku. Perubahan yang didasari dan timbul akibat
praktek, pengalaman, latihan. Terbentuknya tingkah laku hasil mempunyai dua ciri

PENILAIAN PSIKOMOTOR Agus Dudung


pokok yakni (a) tingkah laku baru berupa kemampuan aktual dan potensial, dan (b)
kemampuan baru diperoleh melalui usaha. Sedangkan Bloom (1976:76) membagi hasil
belajar ke dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
Ranah kognitif terkait dengan hasil belajar intelektual, yang terdiri enam aspek yaitu
pengetahuan (C1), mengingat (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis, evaluasi (C5), dan
mencipta (C6). Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu (1)
penerimaan, (2) jawaban atau reaksi, (3) penilaian, (4) organisasi, dan (5) internalisasi.
Sedangkan ranah psikomorik terkait dengan hasil belajar (1) keterampilan dan kemampuan
gerak dasar, (2) kemampuan perceptual, (3) keharmonisan dan ketepatan, (4) gerakan
keterampilan kompleks, dan (5) gerakan ekspresif dan interpretatif. Adapun taxonomi
psikomotor menurut Harrow di kutip dari Reynolds (2006:176), terdiri dari (a) reflex
movenments, (b) basic fundamental movements (c) perceptual abilities (c) physical
abilities (d) skilled movements dan (e) nondiscursive communication.

Tabel 1. Kata Kerja Operasional Edisi Revisi Teori Bloom


RANAH KOGNITIF
Mengingat Memahami Menerapka Menganalis Mengevaluasi Mencipta-
(C1) (C2) n is (C5) kan
(C3) (C4) (C6)
1 2 3 4 5 6
Mengenali Menjelas- Melaksana- Mendiferens Mengcek Memba-
Mengingat kan kan iasikan Mengkritik ngun
kembali Mengartika Mengimple Mengorga- Membuktikan Merenca-
Membaca n mentasikan nisasikan nakan
Memperta-
Menyebut- Menginterp Mengguna- Mengatri- hankan Mempro-
kan retasikan kan busikan duksi
Memvalidasi
Melafal- Mencerita- Mengkon- Mendiag- Mengkombi
Mendukung
kan/melafa kan sepkan nosis nasikan
Memproyek-
zkan Menampil- Menentuk- Memerinci Merang-
sikan
Menulis- kan an Menelaah cang
kan Memberi Mempro- Mendeteksi Merekons-
Menghafal contoh seskan truksi
Mengait-kan
Merang- Membuat
Memecah-
kum kan Mencipta-
Menyimpul kan
Mengurai-
kan kan Meng-
Memban- abstraksi
dingkan
Mengklasifi
kasikan
Menunjuk-
Mengingat Memahami Menerapka Menganalis Mengevaluasi Mencipta-
(C1) (C2) n is (C5) kan
(C3) (C4) (C6)
kan
Mengurai-
kan
Membeda-
kan
Mengiden-
tifikasikan

RANAH AFEKTIF
Menerima Merespon Menghargai Mengorganisasik Karakterisasi
(A1) (A2) (A3) an Menurut Nilai
(A4) (A5)
Mengikuti Mengompro- Mengasumsi-kan Mengubah Membiasa-kan
Menganut mikan Meyakini Menata Mengubah
Mematuhi Menyenangi Meyakinkan Mengklasifika-sikan perilaku
Meminati Menyambut Memperjelas Mengombinasi-kan Berakhlak mulia
Mendukung Memprakarsai Mempertahan-kan Mempengaruhi
Menyetujui Mengimani Membangun Mengkualifikasi
Menampilkan Menekankan Membentuk Melayani
Melaporkan Menyumbang pendapat Membuktikan
Memilih Memadukan Memecahkan
Mengatakan Mengelola
Memilah Menegosiasi
Menolak Merembuk

RANAH PSIKOMOTOR
Meniru Manipulasi Presisi Artikulasi Naturalisasi
(P1) (P2) (P3) (P4) (P5)
Menyalin Kembali Menunjukkan Membangun Mendesain
Mengikuti membuat Melengkapi Mengatasi Menentukan
Mereplikasi Membangun Menunjukkan, Menggabungkan Mengelola
Melakukan, Menyempurna- Koordinat,
Mengulangi Menciptakan
Melaksanakan, kan Mengintegrasikan
Mematuhi Mengkalibrasi Beradaptasi
Menerapkan
Mengendalikan Mengembangkan
Merumuskan,
Memodifikasi
Master
Sedangkan Sudjana (1990: 22-23) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan
yang dimiliki siswa setelah seseorang tersebut memiliki pengalaman belajar. Selanjutnya
Sudjana menjelaskan sebagai berikut:
a. Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
b. Ranah afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi 5 jenjang Kemampuan yaitu
menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dankarakteristik dengan suatu
nilai atau kompleks nilai.
c. Ranah psikomotor
Meliputi Kemampuan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Dari pendapat-pendapat di atas tentang pengertian hasil belajar, dapat dimaknai bahwa
hasil belajar itu adalah suatu perubahan yang terjadi pada diri individu, dimana perubahan
yang diharapkan adalah perubahan kearah yang lebih baik, baik dari segi kognitif, afektif
maupun psikomotor yang didapat melalui proses belajar. Untuk mendapatkan hasil belajar
yang di harapkan sebagaimana mestinya, maka guru harus mampu menciptakan suatu proses
pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa sehingga hasil belajar tercapai
dengan baik. Hasil belajar itu menjadikan siswa dimiliki kemampuan atau menerima
pengalaman belajarnya. Setelah belajar siswa akan mengalami perubahan dari yang tidak
tahu menjadi tahu, dan yang tidak mengerti menjadi mengerti.
Hasil belajar keterampilan adalah keberhasilan dalam menyelesaikan suatu obyek atau
pekerjaan, atau tingkat kemampuan keterampilan siswa dalam menyelesaikan suatu benda
kerja. Hasil belajar tersebut ditentukan oleh faktor- faktor sebagai berikut: (a) faktor fisik
(mesin, peralatan, material dan sebagainya),
(b) faktor situasi dan kondisi, (c) faktor sikap, (d) faktor bakat, dan (e) faktor pengetahuan.
Menurut Sweet dan Zimmerman (201:29), bahwa bentuk penilaian kinerja berupa penilaian
tugas tertulis terstruktur, tugas kinerja alamiah, proyek, portofolio, demonstrasi, percobaan,
penyelidikan, pengamatan, persentasi, dramatis, simulasi dan sebagainya. Penilaian
(asesmen) menurut Arends (2008: 217) adalah proses mengumpulkan informasi tentang
peserta didik (siswa) dengan tujuan pengambilan keputusan instruksional. Jadi penilaian
merupakan proses memberikan atau menentukan terhadap hasil belajar berdasarkan criteria
tertentu, dapat memberikan fungsi untuk mendeskripsikan, menganalisis dan
menginterprestasikan proses pembelajaran.
Berapa ahli juga menyebutkan penilaian merupakan pengukuran terhadap berbagai
aspek tingkah laku dengan tujuan untuk melihat perbedaan individual atau kelompok, aspek
tingkah laku peserta didik yang di nilai mencakup kemampuan hasil belajar, kemampuan
inteligensi dan bakat minat, sikap dan aspek kepribadian siswa. Ini berarti aspek penilaian
yang lakukan mencakup aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Penilaian
juga diartikan sebagai penilaian guru untuk memperoleh informasi secara obyektif,
berkelanjutan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang dicapai siswa, yang
hasilnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya. Atau penilaian
merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan.
Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 41 tahun 2007, tentang
standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. standar kompetensi merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan / atau
semester pada suatu mata pelajaran. Adapun kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan
yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai merujuk
penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Oleh karena itu standar
kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan minimal yang harus dicapai setelah peserta
didik menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu pada setiap jenjang pendidikan yang
diikutinya. Jadi kompetensi dasar kemampuan minimal yang harus dicapai peserta didik
dalam penguasaan konsep atau materi pelajaran yang diberikan dalam kelas pada jenjang
pendidikan tertentu. Penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan
pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang
meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan selama proses
pembelajaran dan/atau pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah
keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan.
Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi
(SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk
tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar
Kompetensi Lulusan (SKL). Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan
satuan pendidikan dalam mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan bagian yang
penting dalam pembelajaran. Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola
kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan
metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi
yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan
secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian
juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik.
Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dimulai dengan kegiatan pengukuran,
dengan demikian penilaian adalah suatu prosedur yang sistematis dan mencakup kegiatan
mengumpulkan, menganalisis, serta menginterprestasikan informansi yang dapat digunakan
untuk membuat kesimpulan tentang karakteristik seseorang. Gronlund & linn (1990:5)
penilaian sebagai suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan
mengumpulkan,menganalisis serta menginterprestasikan informasi untuk menentukan
seberapa jauh seorang siswa atau kelompok siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan.
Tujuan penilaian diarahkan pada empat hal berikut, (a) penelusuran (keeping track),
untuk menelusuri agar proses pembelajaran tetap sesuai dengan rencana,
(b) pengecekan (checking–up) untuk mengecek kelemahan-kelemahan yang dialami oleh
siswa selama proses pembelajaran, (c) pencarian (finding-out) untuk mencari dan
menemukan hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses
pembelajaran, dan (d) menyimpulkan (summing up) untuk menyimpulkan keberhasilan
siswa telah menguasai kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian berbasis
kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui
pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan/atau pada akhir pembelajaran. Fokus
penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar
kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai
berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam
Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai
peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Pendidik yang profesional selalu
menginginkan umpan balik atas proses pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini dilakukan
karena salah satu indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tingkat keberhasilan
yang dicapai peserta didik. Hasil penilaian dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan proses
pembelajaran dan sebagai umpan balik bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran yang dilakukan pada peserta didik.
berapa yang yang menjadi prinsip dalam penilaian adalah (a)proses penilaian harus
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran,
(b) penilaian harus menjerminkan dunia nyata (real Word problem), (c) penilaian harus
mengunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan
esensi pengalaman belajar, dan (d) penilai harus mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran (kognitif, afektif dan spikomotorik).
Penilaian hasil belajar peserta didik diperlakukan sama sehingga tidak merugikan
salah satu atau sekelompok peserta didik yang dinilai (harus memiliki asas keadilan ), dan
penilaian tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, bahasa, jender, dan
agama. Penilaian hasil belajar juga merupakan bagian
dari proses pembelajaran yang dapat memotivasi peserta didik untuk lebih berprestasi.
Ada empat konsep penilaian dalam keberhasilan belajar peserta didik, yaitu,
a. Pengukuran
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, terhadap suatu standar
atau satuan ukur. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat
diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat
ketidakpastian, atau indeks kepercayaan konsumen (Wikipedia bahasa Indonesia, 2012).
Sedangkan pengukuran menurut beberapa para ahli adalah proses penetapan angka dengan
cara sistematik untuk menyatakan keadaan individu ( Allen & yen dalam Djemari Mardapi,
2000:1). Menurut Gilbert Sax (1980) menyatakan “measurement: The assignment of
numbers to attributes of characteristics of person, evenrs, or object according to explicit
formulations or rules”. Pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data
melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan
yang telah ditentukan (Cangelosi,1995:21). Pengukuran didefenisikan sebagai the process
by which information about the attributes or characteristics of thing are determinied
and differentiated (Oriondo,1998:2). Pengukuran adalah penentuan angka-angka atas
observasi- observasi sedemikian rupa sehingga angka-angka itu sesuai dengan analisis
melalui pemanfaatan atau penanganan menurut hukum-hukum tertentu (Sidney siegel:1992).
Pengukuran pendidikan mencakup beberapa bidang, bidang kognitif yang diukur melalui uji
tes, bidang afektif yang diukur melalui kuesioner, wawancara dan mungkin juga
pengamatan, sedangkan bidang psikomotorik, diukur melalui perbuatan dan pengamatan
(Dali S Naga, 1992:1). Pengukuran (measurement) adalah assigning numbers to,
quantifying, thing according to a set of rules (Guilford in griffin & nix 1991:3).
Pengukuran proses penetapan angka terhadap individu atau karakteristiknya maenurut
aturan tertentu (Ebel & Frisbie. 1986: 14). Robert L. Ebel dan David A. Frisbie (1986)
merumuskan pengkuran sebagai “Measurment is a process of assigning numbers to the
individual numbers of a set of objects or person for the purpose of indicating differences
among them in the degree to which they posscess the characteristic being measured.
Pengukuran adalah suatu perangkat aturan yang berhubungan dengan proses pemberian
angka terhadap objek atau kegiatan tertentu (Gronlund: 1983). Pengukuran (measurement)
adalah proses penetapan ukuran terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu (Guilford,
1982). Robert L. Ebel dan David A. Frisbie (1986) merunuskan pengkuran sebagai
“Measurment is a process of assigning numbers to the individual numbers of a set of objects
or person for the purpose of indicating differences among them in the degree to which they
posscess the characteristic being measured. Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi
berdasar pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan peserta didik dengan
menggunakan suatu standar. Pengukuran dapat menggunakan tes dan non-tes. Pengukuran
pendidikan bisa bersifat kuantitatif atau kualitatif. Kuantitatif hasilnya berupa angka,
sedangkan kualitatif hasilnya bukan
angka (berupa predikat atau pernyataan kualitatif, misalnya sangat baik, baik, cukup,
kurang, sangat kurang), disertai deskripsi penjelasan prestasi peserta didik. Dapatlah
dikatakan bahwa pengukuran adalah sutu proses sistematis untuk memberikan kuantitas
objek dengan cara membandingkan alat ukur dengan objek ukur.
b. Pengujian (test)
Pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan
penilaian. Hasil pengukuran pendidikan baik melalui tes maupun nontes menghasilkan data
kuantitatif yang berupa sekor, hasil sekor ini ditafsirkan sehingga menjadi nilai. Dalam
Encyclopedia Of Educational Evaluation, tes diartikan sebagai “any series of
questions or exercise or other means of measuring the skill, knowledge,
intelligence, capacities or aptitudes of an individual or group”, (Anderson, dkk.
1990).Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga
menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat
dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang
ditetapkan. Tes hasil belajar juga diterjemahkan sebagai salah satu alat ukur yang paling
banyak digunakan untuk mengetahui hasil belajar seseorang dalam proses belajar-mengajar
atau suatu program pendidikan. tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan
atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan harus bagaimana testee
menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melakukan perintah-perintah itu, penyelidik
mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan dengan standar atau test lainnya.
Pengertian tersebut mungkin belum mencakup semua elemen dari tes. Tetapi masih banyak
definisi lain dari tes. Tes menurut Allen dan Yen, adalah alat untuk memperoleh data
tentang perilaku individu. Karena itu, di dalam tes terdapat sekumpulan pertanyaan yang
harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan, yang akan memberikan informasi mengenai
aspek psikologis tertentu (sampel perilaku) berdasarkan jawaban yang diberikan individu
yang dikenai tes tersebut ( anastari, 1982:22). Pada buku Psychological Testing, Anastari,
(1982:22) menyatakan tes merupakan pengukuran yang obyektif dan standard. Cronbach
menambahkan bahwa tes adalah prosedur yang sitematis guna mengopservasi dan member
deskripsi sejumlah atau lebih ciri seseorang dengan bantuan skala numerik atau suatu
system kategoris.
Dengan demikian bisa dinyatakan bahwa tes adalah prosedur yang sistematis dimana butir
tes disusun berdasarkan cara dan aturan tertentu, pemberian skor harus jelas dan
dilakukukan secara terperinci, serta individu yang menempuh tes tersebut harus mendapat
butir tes yang sama dan dalam kondisi yang sebanding.
tes dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait (sifat) atau atribut pendidikan atau
psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau
ketentuan yang dianggap benar.
c. Penilaian (assessment)
Penilaian digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok peserta didik.
Berepa definisi penilaian menurut para ahli, penilaian adalah semua cara yang digunakan
untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok (griffin & nix, 1991:3). Proses penilaian
mencakup pengumpulan bukti yang menunjukkan pencapaian belajar peserta didik.
Penilaian merupakan suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan
karakteristik seseorang atau sesuatu (Griffin & Nix, 1991). Penilaian adalah mengambil
suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk, penilaian bersifat kualitatif
(suharsimi arikunto: 2012). Penilaiaan (assessment) adalah semua cara yang digunakan
untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok tertentu (Eko P: 2011). Penilaian adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat. Penilaian untuk memperoleh
berbagai ragam informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau informasi
tentang ketercapaian kompetensi peserta didik. Proses penilaian ini bertujuan untuk
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar peserta didik. Penilaian
menyeluruh dan berkelanjutan dalam Konsep Penilaian dari Implementasi peraturan
pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, membawa implikasi
terhadap model dan tehnik penilaian proses dan hasil belajar. Pelaku penilaian terhadap
proses dan hasil belajar diantaranya internal dan eksternal. Penilaian internal merupakan
penilaian yang dilakukan dan direncanakan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung.
Sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak luar yang
tidak melaksanakan proses pembelajaran, biasanya dilakukan oleh suatu institusi / lembaga
baik didalam maupun diluar negeri. Penelitian yang dilakukan lembaga / institusi tersebut
dimaksudkan sebagai pengendali mutu proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian
adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi
peserta didik. Penilaian adalah tindak lanjut dari hasil pengukuran dimana hasil-hasil
pengukuran dibandingkan dengan kriteria-kriteria tertentu yang bersifat kualitatif. Penilaian
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta
didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif dan nilai kuantitatif. Penilaian hasil
belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat
mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh
mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan
dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi
atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat
dinyatakan dengan nilai. Penilaian mencakup semua proses pembelajaran. Oleh karena itu,
kegiatan penilaian tidak terbatas pada karakteristik peserta didik saja, tetapi juga mencakup
karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi sekolah. Instrumen
penilaian untuk peserta didik dapat berupa metode dan/atau prosedur formal atau informal
untuk menghasilkan informasi tentang peserta didik. Instrumen penilaian dapat berupa tes
tertulis, tes lisan, lembar
pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah, dan sebagainya. Penilaian juga diartikan
sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran atau kegiatan untuk memperoleh
informasi tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik.
d. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek
(Mehrens & Lehmann, 1991). Evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan
hasil pengukuran (Calongesi, 1995). Daniel L. Stufflebeam dan Anthony J. Shinkfield
(1985) secara singkat merumuskan evaluasi sebagai berikut: “Evaluation is the
systematic assessment of the worth or merit of some object”. Dengan demikian maka
evaluasi antara lain merupakan kegiatan membandingkan tujuan dengan hasil dan juga
merupakan studi yang mengkombinasikan penampilan dengan suatu nilai tertentu. Evaluasi
adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam
mengambil keputusan (Suharsimi arikunto: 2012) mengartikan evaluasi sebagai usaha
sistematis untuk mengumpulkan informasi dari suatu program untuk digunakan sebagai
pertimbangan mengenai nilai dan dalam melakukan evaluasi terdapat judgement untuk
menentukan nilai suatu program yang sedikit banyak mengandung unsur subjektif. Evaluasi
memerlukan data hasil pengukuran dan informasi hasil penilaian yang memiliki banyak
dimensi, seperti kemampuan, kreativitas, sikap, minat, keterampilan, dan sebagainya. Oleh
karena itu, dalam kegiatan evaluasi, alat ukur yang digunakan juga bervariasi bergantung
pada jenis data yang ingin diperoleh. Evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses
pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran
hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.. Evaluasi merupakan
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunkan
instrument dan hasilnya dibandingkan dengan kriteria untuk memperoleh kesimpulan.
Pengukuran, penilaian, dan evaluasi bersifat bertahap (hierarkis), kegiatan dilakukan secara
berurutan, dimulai dengan pengukuran, kemudian penilaian, dan terakhir evaluasi.

B. Prinsip Penilaian
Penilaian atau asesmen merupakan bagian yang terpenting dalam penyelenggaraan
pendidikan, dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui
peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas system penilaian. Sistem penilaian yang
digunakan di setiap satuan pendidikan harus:
a. Memberi informasi yang akurat, meliputi kompetensi dasar yang telah dicapai dan
yang belum tercapai peserta didik.
b. Mendorong peserta didik belajar.
c. Memotivasi guru mengajar
d. Meningkatkan kinerja lembaga
e. Meningkatkan kualitas pendidikan
Ada beberapa yang sebaiknya perlu diperhatikaan dalam penilaian hasil belajar peserta
didik antara lain:
1. penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi;
2. penilaian menggunakan acuan kriteria yakni berdasarkan pencapaian kompetensi
peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran;
3. penilaian dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan;
4. hasil penilaian ditindaklanjuti dengan program remedial bagi peserta didik yang
pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan dan program pengayaan
bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan;
5. penilaian harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran.

Prinsip penilaian (assesment) adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi


untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Pada Standar Nasional Pendidikan,
penilaian pendidikan merupakan salah satu standar yang yang bertujuan untuk menjamin:
perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan
berdasarkan prinsip-prinsip penilaian; pelaksanaan penilaian peserta didik secara
profesional, terbuka, edukatif,efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan
pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif.
Penilaian hasil belajar peserta didik sebaiknya memperhatikan berapa prinsip- prinsip
sebagai berikut:
1. Sahih (valid)
Penilaian sebaiknya sahih, didasarkan pada data yang dapat mencerminkan kemampuan
yang diukur. Dalam hal penilaian hasil belajar, harus mengu- kur apa yang
seharusnya diukur dengan menggunakan jenis tes yang terpercaya atau
sahih, adanya kesesuaian alat ukur de- ngan fungsi dan sasaran pengukuran.
Apabila alat ukur tidak memiliki kesahihan, maka kesimpulan yang ditarik juga menjadi
keliru. sehingga penilaian tersebut menghasilkan informasi yang akurat tentang aktivitas
belajar. Penilaian hasil belajar oleh pendidik harus mengukur pencapaian kompetensi yang
ditetapkan dalam standar isi (standar kompetensi dan kompetensi dasar) dan standar
kompetensi lulusan. Misalnya dalam pelajaran praktik mesin, guru menilai kompetensi
praktik mesin siswa, penilaian dianggap valid jika menggunakan test praktek langsung, jika
menggunakan tes tertulis maka tes tersebut tidak valid.
2. Objektif,
Penilaian sebaiknya obyektif didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai, Penilaian hasil belajar harus mempertimbangkan rasa
keadilan dan obyektifitas siswa, tanpa membeda-
bedakan jenis kelamin, latar belakang budaya, dan berba- gai hal
yang memberikan kontribusi pada pembelajaran. Penilaian yang bersifat objektif tidak
memandang dan membeda-bedakan latar belakang peserta didik, namun melihat kompetensi
yang dihasilkan oleh peserta didik. Misalnya Guru memberi nilai 90 untuk praktik teknik
mesin pada si Agus yang merupakan ponakan dari guru tersebut, namun si Dudung, yang
kemampuannya lebih baik, mendapatkan nilai hanya 75. Hal ini adalah penilaian yang
bersifat subyektif, seharusnya pemberian nilai berdasarkan kemampuan siswa tersebut.
3. Adil
Penilaian sebaiknya adik yang tidak membedakan latar belakang sosial- ekonomi,
budaya, agama, bahasa, suku bangsa, dan jender. Sebab ketidakadil- an dalam
penilaian, dapat menyebabkan menurunnya motivasi bela- jar siswa, karena mereka
merasa dianaktirikan. Peserta didik berhak memperoleh nilai secara adil, penilaian hasil
belajar tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik. Misalnya guru praktik
pemesinan laki-laki hendaknya tidak memandang fisik dan rupa dari murid perempuan yang
cantik kemudian memberi perlakuan khusus, semua murid berhak diperlakukan sama dalam
proses pembelajaran maupun dalam pemberian nilai. Nilai yang diberikan sesuai dengan
kenyataan hasil belajar siswa tersebut.
4. Terbuka
Penilaian bersifat terbuka dimana prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan, sehingga
keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak- pihak yang
berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua
pihak. Penilaian harus bersifat transparan, dan pihak yang terkait harus tau bagaimana
pelaksanaan penilaian tersebut, dari aspek apa saja nilai tersebut didapat, dasar pengambilan
keputusan, dan bagaimana pengolahan nilai tersebut sampai hasil akhirnya tertera, dan dapat
diterima. Misalnya pada tahun ajaran baru, guru mesin SMKN 1 menerangkan tentang
kesepakatan pemberian nilai dengan bobot masing-masing aspek,diantaranya kehadiran
diberi bobot 10%, Tugas individu dan kelompok 20%, Ujian tengah semester 30%, ujian
akhir semester 40%. Sehingga disini terjadi keterbukaan penilaian antara murid dan guru.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai
beragam kompetensi atau kemampuan peserta didik, sehingga tergambar profil kemampuan
peserta didik. Penilaian bersifat menyeruh dan berkesinambungan yang mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik yang sesuai, untuk memantau
perkembangan kemampuan peserta didik. Penilaian sebaiknya terpadu yang merupakan
komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran Dalam hal ini penilaian hasil
belajar harus dilakukan secara berkesinambungan, secara men
yeluruh, yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, sehing- ga
kegiatan dan unjuk kerja peserta didik dapat dipantau melalui penilaian, berdasarkan pada
strategi dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti hasil belajar siswa yang
dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak. Misalnya penilaian hasil akhir belajar,
guru permesinan mengumpulkan berbagai bukti aktivitas siswa dalam praktik mesin
dicatatan sebelumnya, penilaian yang dikumpulkan mulai dari kehadiran, pengetahuan
tentang awal praktik, proses dalam praktik dan akhir dalam praktik, dan penilaian sikap
peserta didik, semua hal tersebut digabungkan menjadi satu dan menghasilkan nilai peserta
didik.
6. Akuntabel
penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun
hasilnya. Misalnya guru dapat menjelaskan secara benar kepada pihak terkait, tentang
proses penilaian, teknik penilaian, prosedur, dan hasil yang sesuai dengan kenyataan
kemampuan hasil belajar peserta didiknya.
7. Mendidik
Penilaian hasil belajar harus dapat mendorong dan membina peserta didik maupun
pendidik untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya dengan cara memperbaiki kualitas
belajar mengajar. Misalnya Agus mendapatkan nilai 75 untuk pelajaran praktik permesinan,
60 untuk gambar teknik , dan 70 untuk teknik kelistikan, namun dalam kegiatan
ekstrakurikuler, ia meraih prestasi yang membanggakan. Tapi si Agus sadar bahwa ia harus
menyeimbangkan prestasi akademik dan non akademiknya, Kemudian agus terpacu untuk
mengevaluasi kesalahannya dan memperbaiki kualitas belajar untuk memperoleh nilai yang
baik, juga memperoleh prestasi belajar yang baik pula.
8. Bermakna
Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki arti, makna, dan manfaat yang dapat
ditindaklanjuti oleh pihak lain, terutama pendidik, peserta didik, orang tua, dan masyarakat.
penilaian hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti, berguna dan bisa ditindaklanjuti
oleh semua pihak. Misalnya bagi guru, hasil penilaian dapat bermakna untuk melihat
seberapa besar keberhasilan metode pembelajaran yang digunakan, untuk perbaikan yang
akan datang, serta memberikan pengukuran prestasi belajar kepada peserta didik.
9. Menggunakan acuan kriteria,
Penilaian mengunakan acuan criteria, didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi
yang ditetapkan. Artinya, penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang
ditetapkan. Oleh karena itu, instrumen penilaian disusun dengan merujuk pada kompetensi
(SKL, SK, dan KD). Selain itu, pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria pencapaian
yang telah ditetapkan. Ada tiga acuan penilana diantaranya PAK (Penilanain Acuan
Kriteria), PAN (Penilaian Acuan Normal) atau PAP (Penilaian Acuan Patokan)
Penilan Acuan Kriteria (PAK)
Penilaian acuan kriteria (PAK) merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang
didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan
belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan
karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta
didik.
Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah penilaian yang menggunakan acuan pada tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang harus dikuasai siswa. Derajat keberhasilan siswa
dibandingkan dengan tujuan atau kompetensi yang seharusnya dicapai atau dikuasai siswa
bukan dibandingkan dengan prestasi kelompoknya. Dalam penilaian ini ditetapkan kriteria
minimal harus dicapai atau dikuasai siswa. Kriteria minimal yang biasa digunakan adalah
80% dari tujuan atau kompetensi yang seharusnya dikuasai siswa. Makin tinggi kriteri-anya
makin baik mutu pendidikan yang dihasilkan. Standar penilaian acuan patokan berbasis
pada konsep belajar tuntas atau mastery learning. Artinya setiap siswa harus mencapai
ketuntasan belajar yang diindikasikan oleh penguasaan materi ajar minimal mencapai
kriteria yang telah ditetapkan. Jika siswa belum mencapai kriteria tersebut siswa belum
dinyatakan berhasil dan harus menempuh ujian kembali. Karena itu penilaian acuan patokan
sering disebut stándar mutlak. Dalam sistem ini guru tidak perlu menghitung nilai rata-rata
kelas sebab prestasi siswa tidak dibandingkan dengan prestasi kelom-poknya. Melalui
sistem penilaian acuan patokan sudah dapat dipastikan pres-tasi belajar siswa secara
bertahap akan lebih baik sebab setiap siswa harus mencapai kriteria minimal yang telah
ditentukan. Namun sistem ini menuntut guru bekerja lebih keras sebab setiap guru harus
menyediakan remedial bagi siswa yang belum memenuhi stándar yang telah ditentukan.
Sistem penilaian ini tepat digunakan baik untuk penilaian formatif maupun penilaian
sumatif.
Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang menggunakan acuan pada rata-rata
kelompok. Dengan demikian dapat diketahui posisi kemampuan siswa dalam kelompoknya.
Untuk itu norma atau kriteria yang digunakan dalam menentukan derajat prestasi seorang
siswa selalu dibandingkan dengan nilai rata- rata kelasnya. Atas dasar itu akan diperoleh
tiga kategori prestasi siswa, yakni prestai siswa di atas rata-rata kelas, berkisar pada rata-rata
kelas, dan prestasi siswa yang berada di bawah rata-rata kelas. Dengan kata lain, prestasi
yang dicapai seseorang posisinya sangat bergantung pada prestasi kelompoknya.
Keuntungan standar ini adalah dapat diketahui prestasi kelompok atau kelas sekaligus dapat
diketahui keberhasilan pembelajaran bagi semua siswa. Kelemahannya adalah kurang
meningkatkan kualitas hasil belajar. Jika nilai rata- rata kelompok atau kelasnya rendah,
misalnya skor 40 dari seratus, maka siswa yang memperoleh nilai 45 (di atas rata-rata)
sudah dikatakan baik, atau dinyatakan
lulus, sebab berada di atas rata-rata kelas, padahal skor 45 dari maksimum skor
100 termasuk rendah. Kelemahan yang lain ialah kurang praktis sebab harus dihitung
dahulu nilai rata-rata kelas, apalagi jika jumlah siswa cukup banyak. Sistem ini kurang
menggambarkan tercapainya tujuan pembelajaran sehingga tidak dapat dijadikan ukuran
dalam menilai keberhasilan mutu pendidikan. Demikian juga kriteria keberhasilan tidak
tetap dan tidak pasti, bergantung pada rata-rata kelas, makanya standar penilaian ini disebut
stándar relatif. Dalam konteks yang lebih luas penggunaan standar penilaian ini tidak dapat
digunakan untuk menarik generalisasi prestasi siswa sebab rata-rata kelompok untuk kelas
yang satu berbeda dengan kelas yang lain, sekolah yang satu akan berbeda dengan sekolah
yang lain. Standar penilaian acuan norma tepat jika digunakan untuk penilaian formatif.
10. Sistematis,
Penilaian bersifat sistemati, terencana dan dilakukan secara bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah yang baku.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian hasil belajar peserta didik antara
lain:
a) Penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi;
b) Penilaian menggunakan acuan kriteria yakni berdasarkan pencapaian kompetensi
peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran;
c) Penilaian dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan;
d) Hasil penilaian ditindaklanjuti dengan program remedial bagi peserta didik yang
pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan dan program pengayaan
bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan;
e) Penilaian harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran.

B. Pengertian Penilaian Hasil Belajar


1. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan (menganalisis
dan menafsirkan) data tentang proses dan hasil belajar peserta didik, sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam menentukan tingkat pencapaian hasil
belajar peserta didik,
2. Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilaksanakan mengacu pada standar
kompetensi lulusan untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran,
yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.
3. Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan
oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah.
4. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan,
bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk
meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran.
5. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai
pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran.
6. Penilaian hasil belajar peserta didik dilaksanakan secara terencana dan
berkesinambungan melalui berbagai kegiatan ulangan dan ujian.
7. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau
kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan keberhasilan
belajar peserta didik.
8. Penilaian selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan secara periodik
melalui: ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan
ulangan kenaikan kelas.

C. Prinsip, Teknik, Mekanisme dan Prosedur Penilaian


1. Penilaian hasil belajar didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Sahih, didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang akan
diukur.
b. Obyektif, menggunakan prosedur dan kriteria penilaian yang jelas.
c. Adil, tidak dipengaruhi oleh kondisi atau alasan tertentu yang dapat
merugikan peserta didik, misalnya: kondisi fisik, agama, suku, budaya, adat,
status sosial atau gender.
d. Terpadu, tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e. Terbuka, prosedur, kriteria dan dasar pengambilan keputusan yang digunakan
dalam penilaian harus diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
f. Menyeluruh dan berkesinambungan, dalam arti semua indikator ditagih,
kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah
dimiliki dan belum, serta mengetahui kesulitan peserta didik.
g. Sistematis, terencana, bertahap dan mengikuti langkah-langkah baku.
h. Beracuan kriteria, menilai apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah
mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi/ranking
seseorang terhadap kelompoknya).
i. Akuntabel, dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur
maupun hasilnya.
2. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian
berupa: tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain
yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta
didik , seperti:
a. Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja
b. Teknik observasi atau pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung
dan/atau di luar kegiatan pembelajaran.
c. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk
tugas rumah dan/atau proyek.
3. Penilaian hasil belajar yang diselenggarakan melalui ulangan tengah semester,
dan ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas dilakukan oleh pendidik
dibawah koordinasi satuan pendidikan.
4. Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan
ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus
mengikuti pembelajaran remidial.
Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan dalam bentuk satu
nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran untuk masing- masing nilai pengetahuan
dan nilai praktek sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan, serta
kualifikasi/predikat nilai sikap, disertai dengan deskripsi kemajuan
belajar/ketercapaian kompetensi peserta didik sebagai pencerminan kompetensi utuh.
5. Penilaian hasil belajar pada setiap kelompok mata pelajaran, sebagaimana diatur
dalam PP 19/2005, Pasal 64, dilakukan melalui aspek :
Kelompok Mata
No Kognitif Psikomotor Afeksi
Pelajaran
1 Agama dan Akhlak Mulia √ - √
2 Pendidikan √ - √
Kewarganegaraan
3 Ilmu Pengetahuan dan Disesuaikan dengan karakteristik
Teknologi (IPTEK) materi yang dinilai
4 Estetika - √ √
5 Pendidikan Jasmani, √ √
Olahraga dan Kesehatan
6 Praktik Elektrinika, Praktik
Mesin, Praktik Listrik dll.

Mengacu pada prinsip penilaian tersebut di atas, berikut ini tabel dari tiap mata
pelajaran dengan ketiga aspek pengetahuan, praktik, dan sikap (Afektif). Tanda blok (⯀)
pada Pengetahuan dan Praktik menunjukkan bahwa aspek tersebut sangat tipis (tidak
dominan) untuk dinilai secara mandiri.

Aspek Penilaian Yang


Dominan
Komponen Keterangan
Penge Prak Sikap
tahuan tik
Mata Pelajaran ✓ ✓ Pendidikan Agama berfungsi untuk:
Pendidikan pengembangan keimanan dan
Agama Islam ketaqwaan, penanaman dan pengamalan
nilai ajaran Islam, penyesuaian mental
(untuk agama
terhadap lingkungan, pencegahan dari
lainnya
hal-hal yang negatif.
disesuaikan
dengan Ketiga aspek Pengetahuan, praktik, dan
karakteristik afektif/sikap, proses penilaiannya
masing-masing) dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu,
sebagai contoh:

Aspek Pengetahuan, dominan pada


pembelajaran Alqur’an, Aqidah, Syariah,
Tarikh dan Muammalah,
sholat, membaca al Qur’an/al Kitab,
berkhotbah, dsb.nya
Aspek Sikap, yang terkait dengan mata
pelajaran dominan pada aspek penanaman
nilai-nilai akhlak.
Mata Pelajaran ✓ ✓ Pendidikan Kewarganegaraan berfungsi
sebagai wahana untuk membentuk warga
Pendidikan
negara yg. Cerdas, terampil dan berkarakter
Kewarganega-
setia kepada bangsa dan Negara yang
raan mampu merefleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak sesuai amanat
Pancasila dan UUD 1945.

Aspek yang dinilai lebih dominan pada:


Aspek Penilaian Yang
Dominan
Komponen Keterangan
Penge Prak Sikap
tahuan tik
Aspek Pengetahuan mencakup:
peningkatan pemahaman konsep dan fakta
tentang hakikat berbangsa dan bernegara
yang sesuai dengan amanat Pancasila dan
UUD 1945. Penggunaan berbagai metode
seperti: kooperatif, penemuan, inkuiri,
interaktif, eksploratif, berfikir kritis, dan
pemecahan masalah, dimaksudkan untuk
meningkatkan efektifitas pembelajaran
(bukan praktik), yang penilaiannya
terintegrasi / terpadu di dalam aspek
pengetahuan.
Aspek Sikap yang terkait dengan mata
pelajaran mencakup: pembentukan karakter
bangsa yang adaptif terhadap keberagaman,
mampu berpikir kritis dan memiliki
kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan
sosial, politik, ekonomi, budaya dan
keamanan, dan mampu menerapkan dalam
kehidupan sehari- hari.

Mata Pelajaran ✓ ✓ ✓ Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat


untuk: berkomunikasi (mengakses/bertukar
Bahasa
informasi), pemersatu bangsa,sarana
Indonesia
pelestarian dan peningkatan budaya, sarana
peningkatan peng etahuan dan keterampilan
IPTEK.
Aspek yang dominan meliputi aspek
pengetahuan, praktik dan afektif.
Aspek Pengetahuan, yang dinilai
mencakup kemampuan: Menyimak,
membaca, dan kebahasaan (tata bahasa dan
kosa kata) serta apresiasi sastra.
Penilaian seluruh kemampuan
dimaksud dilakukan secara terpadu,
menyeluruh dan terintegrasi.
Aspek Penilaian Yang
Dominan
Komponen Keterangan
Penge Prak Sikap
tahuan tik
Aspek praktik dapat dinilai dari
kemampuan berpidato, dan membuat
karangan menggunakan tata bahasa dan kosa
kata yang tepat.
Aspek Sikap yang terkait dengan mata
pelajaran mencakup: santun dalam
berkomunikasi, responsif dalam
mendengarkan dan mampu menyampaikan
pendapat/pertanyaan sesuai dengan kaidah
berbahasa Indonesia yang baik dan benar,
dan antusias dalam membaca.

Mata Pelajaran ✓ ✓ ✓ Bahasa Inggris dan Bahasa Asing lain,


berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi
Bahasa Inggris
dalam rangka mengakses dan bertukar
dan Bahasa
informasi secara global, untuk membina
Asing Lain.
hubungan interpersonal, dan meningkatkan
wawasan tentang budaya bangsa asing
(wawasan internasional). Aspek yang
dominan meliputi aspek pengetahuan, praktik
dan afektif, yang proses penilaiannya
berjangka panjang dan bertahap.
Aspek Pengetahuan mencakup
kemampuan: mendengarkan (listening),
berbicara (speaking), membaca (reading),
menulis (writing) dan Kebahasaan/linguistik
serta sosiokultural.Penilaian seluruh
kemampuan dimaksud dilakukan secara
terpadu, menyeluruh dan terintegrasi.
Aspek Praktik dapat dinilai dari
kemampuan berbicara dan mengarang
menggunakan tata bahasa dan kosa kata
yang tepat.
Aspek Sikap yang terkait dengan mata
pelajaran mencakup: santun dalam
Aspek Penilaian Yang
Dominan
Komponen Keterangan
Penge Prak Sikap
tahuan tik
berkomunikasi, responsif dalam
mendengarkan dan mampu
menyampaikan pendapat/ pertanyaan
sesuai dengan kaidah berbahasa (Inggris
dan bahasa Asing lain) yang baik dan
benar, dan antusias dalam membaca,

Mata Pelajaran ✓ ✓ Matematika berfungsi untuk


mengembangkan kemampuan menghitung,
Matematika
mengukur, menurunkan, menggunakan
rumus matematika untuk memecahkan
masalah, dan mengkomunikasikan gagasan
melalui grafik, peta, diagram atau secara
lisan/kalimat.
Aspek yang dominan meliputi aspek
pengetahuan dan sikap/ afektif, sebagai
contoh:
Aspek Pengetahuan mencakup:
pemahaman terhadap konsep, prosedur
/proses menghitung, dan kemampuan
penalaran dan pemecahan masalah.
Aspek Praktik pada mata pelajaran ini
kurang dominan, karena hanya sebagian
kecil saja KD yang dapat dinilai praktiknya
seperti: menggambar/mengukur ruang/sudut.
Penggunaan peralatan seperti: kalkulator,
komputer, alat peraga atau media lain,
hanya untuk meningkatkan efektifitas
pembelajaran, yang penilaiannya
terintegrasi/terpadu dalam aspek
pengetahuan.
Aspek Sikap yang terkait dengan mata
pelajaran ini, menitikberatkan pada sikap
ilmiah yang mencakup: ketelitian,
ketekunan, dan kemampuan
Aspek Penilaian Yang
Dominan
Komponen Keterangan
Penge Prak Sikap
tahuan tik
memecahkan masalah secara logis dan
sistematis.
Mata Pelajaran ✓ ✓ ✓ Fisika, Kimia, dan Biologi berfungsi untuk
menumbuhkan kesadaran terhadap
Fisika, Kimia
keteraturan dan keindahan ciptaan Tuhan,
dan Biologi
meningkatkan pemahaman konsep dan
prinsip-prinsip melalui sejumlah
keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Keterampilan proses mencakup:
pengamatan, pembuatan hipotesis,
penggunaan alat dan bahan yang
dilaksanakan melalui kegiatan praktik,
sesuai dengan prosedur dan keselamatan
kerja.
Ketiga aspek (pengetahuan, praktik dan
sikap/afektif) memiliki bobot penilaian yang
proporsional. Proses penilaiannya
dilaksanakan secara menyeluruh dan
terpadu, sebagai contoh:
Aspek Pengetahuan mencakup:
pemahaman konsep yang berfungsi untuk
menunjang pelaksanaan praktik.
Aspek praktik mencakup keterampilan
proses dan ketrampilan sains yang
dilaksanakan melalui praktikum.
Aspek Sikap yang terkait dengan mata
pelajaran, menitik beratkan pada sikap
ilmiah yang mencakup: ketelitian,
ketekunan, dan kemampuan memecahkan
masalah secara logis dan sistematis.

Mata Pelajaran ✓ ✓ Mata pelajaran ini secara umum


berfungsi untuk: menumbuhkan
Sejarah,
kesadaran peserta didik tentang
Geografi,
terjadinya perubahan dan
Sosiologi &
perkembangan masyarakat dalam
Aspek Penilaian Yang
Dominan
Komponen Keterangan
Penge Prak Sikap
tahuan tik
Antropologi dimensi waktu (MP. Sejarah),
menanamkan pengetahuan tentang pola
keruangan dan proses alam yang terjadi pada
bumi (MP. Geografi), meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam
mengaktualisasikan diri dan
mengungkapkan status dan peran peserta
didik dalam kehidupan sosial dan budaya
(MP. Sosiologi), dan meningkatkan
penghargaan/ kebanggaan terhadap budaya
terutama di bidang bahasa, seni dan
kepercayaan di lingkungan masyarakat
Indonesia (MP. Antropologi). Aspek
penilaian yang dominan adalah aspek
Pengetahuan dan Sikap/Afektif, sedangkan
Aspek praktik sifatnya hanya menunjang
dalam proses pembelajaran, sebagai contoh:
Aspek Pengetahuan mencakup:
pemahaman fakta, konsep, dan melakukan
penelaahan / analisis secara rasional tentang
berbagai hal yang terkait dengan bidang
kajian masing- masing mata pelajaran.
Penggunaan berbagai peralatan seperti alat
peraga, atau kegiatan pembelajaran di luar
kelas/sekolah (kunjungan), dimaksudkan
untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran (bukan praktik), yang
penilaiannya terintegrasi/terpadu di dalam
aspek pengetahuan.
Aspek Sikap yang terkait dengan mata
pelajaran mencakup: menanamkan
semangat kebangsaan, cinta tanah air,
kebersamaan /kekeluargaan, semangat
perjuangan dan kompetisi, menghargai
perbedaan, menghargai budaya dan
Aspek Penilaian Yang
Dominan
Komponen Keterangan
Penge Prak Sikap
tahuan tik
karya artistik bangsa, menghargai
kekayaan alam ciptaan Tuhan YME.

Mata Pelajaran ✓ ✓ MP. Ekonomi berfungs iuntuk meningkatkan


pemahaman peserta didik tentang konsep,
Ekonomi
teori, kenyataan dan peristiwa ekonomi di
lingkungan masyarakat, serta memiliki jiwa
kewirausahaan. Bidang kajian Akuntansi
dalam mata pelajaran Ekonomi berfungsi
untuk: mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap rasional, teliti, jujur
dan bertanggungjawab dalam
pengadministrasian laporan keuangan.
Aspek yang dominan pada mata pelajaran
Ekonomi adalah aspek pengetahuan dan
afektif. Sedangkan aspek praktik sifatnya
hanya penunjang proses pembelajaran,
sebagai contoh:
Aspek Pengetahuan mencakup
pemahaman konsep, teori,
fakta/peristiwa/perilaku ekonomi dan
penerapannya dalam kehidupan sehari- hari.
Pelaksanaan pembukuan dalam bidang
akuntansi merupakan aplikasi pengetahuan
di bidang akuntansi (bukan praktik), yang
penilaiannya terintegrasi/ terpadu dalam
aspek pengetahun.
Aspek Sikap yang terkait dengan mata
pelajaran ini mencakup: kemampuan
memecahkan masalah yang berkaitan
dengan ekonomi, menanamkan sikap teliti,
jujur dan memiliki jiwa kewirausahaan.

Mata Pelajaran ✓ ✓ Mata pelajaran Seni Budaya berfungsi


Seni Budaya untuk menumbuhkembangkan sikap
Aspek Penilaian Yang
Dominan
Komponen Keterangan
Penge Prak Sikap
tahuan tik
toleransi, demokrasi, beradab, hidup rukun
dan mampu mengembangkan kemampuan
imajinatif intelektual, ekspresi melalui seni,
mengembangkan kepekaan rasa,
keterampilan dan mampu memamerkan
karya seni.
Aspek Pengetahuan pada mata
pelajaran ini hanya berfungsi sebagai ranah
pendukung dalam melaksanakan berbagai
aktivitas seni, yang penilaiannya
terintegrasi dan terpadu di dalam aspek
praktik.
Aspek praktik merupakan ranah yang
dominan, karena pembelajaran Seni Budaya
berupa aktivitas fisik dan cita rasa
keindahan, yang tertuang dalam kegiatan
berekspresi, bereksplorasi, berapresiasi dan
berkreasi melalui bahasa rupa, bunyi, gerak
dan peran.
Aspek Sikap yang dominan pada mata
pelajaran seni budaya adalah
pengembangan kepekaan rasa, toleransi,
menghargai/mengapreasi karya seni dan
daya kreativitas.
Mata Pelajaran ✓ ✓ ✓ Pendidikan Jasmani, olahraga dan kesehatan
Pendidikan merupakan media untuk mendorong
Jasmani, perkembangan keterampilan motorik,
Olahraga dan kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran,
Kesehatan penghayatan nilai (sikap- mental-emosional-
spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup
sehat.
Aspek Pengetahuan pada mata pelajaran
ini mencakup pengetahuan mengenai
kesehatan dan berbagai macam penyakit.
Aspek praktik
merupakan ranah yang sangat dominan,
karena pembelajarannya lebih
Aspek Penilaian Yang
Dominan
Komponen Keterangan
Penge Prak Sikap
tahuan tik
menekankan pada aktivitas motorik.
Aspek Sikap yang dominan dalam mata
pelajaran ini adalah pembentukan nilai dan
pembiasaan pola hidup sehat.
Mata Pelajaran ✓ ✓ ✓ Teknologi informasi dan komunikasi
Teknologi (TIK) berfungsi untuk meningkatkan
Informasi dan pengetahuan tentang sarana TIK, dan
Komunikasi kemampuan menggunakan sarana TIK
secara optimal.
Aspek Pengetahuan, mencakup
pengetahuan tentang sarana (hardware) dan
program (software) yang diperlukan dalam
penggunaan TIK pada kehidupan sehari-hari,
dan kemampuan menggali dan mengelola
informasi serta melakukan komunikasi.
Aspek Praktik mencakup kemampuan
menggunakan dan memelihara sarana TIK.
Aspek Sikap yang terkait dalam mata
pelajaran ini mencakup kemampuan belajar
mandiri, memecahkan masalah, dan
meningkatkan rasa percaya diri.

Muatan Lokal Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler


untuk mengembangkan kompetensi peserta
didik yang disesuaikan dengan ciri khas dan
potensi daerah. Aspek yang dinilai,
disesuaikan dengan karakteristik jenis
program muatan lokal yang dilaksanakan dan
diikuti oleh peserta didik.

D. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)


1. ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan
oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok
mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan batas ambang
kompetensi (Permendiknas Nomor: 20/2007 tentang Standar Peniaian
Pendidikan, Pengertian butir 10).
2. Nila iketuntasan belajar untuk aspek kompetensi pengetahuan dan praktik dinyatakan
dalam bentuk bilangan bulat, dengan rentang 0 -100.
3. Penetapan KKM dilakukan oleh dewan pendidik pada awal tahun pelajaran melalui
proses penetapan KKM setiap Indikator, KD, SK menjadi KKM mata pelajaran, dengan
mempertimbangkan, hal-hal sebagai berikut:
a. Tingkat kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) setiap KD yang harus dicapai
oleh peserta didik.
b. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa pada sekolah yang
bersangkutan.
c. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran pada masing-masing sekolah.
4. Ketuntasan belajar setiap indikator, KD, SK dan mata pelajaran yang telah ditetapkan
dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0 – 100 %. Kriteria ideal ketuntasan untuk
masing-masing indikator 75 %.
5. Satuan pendidikan dapat menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dibawah nilai
ketuntasan belajar ideal, namun secara bertahap harus meningkatkan kriteria ketuntasan
belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.
6. KKM tersebut dicantumkan dalam LHB (berlaku untuk pengetahuan maupun praktik)
dan harus diinformasikan kepada seluruh warga sekolah dan orang tua peserta didik.
BAB II
TEKNIK PENILAIAN

A. Teknik Penilaian

Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan pendidikan dalam


mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan bagian yang penting dalam
pembelajaran. Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan
pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik,
ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik
dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian,
pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus
dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik
untuk berprestasi lebih baik. Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara
komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai Di dalam SI
dijelaskan bahwa kegiatan pembelajaran meliputi tatap muka, penugasan terstruktur, dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur. Tatap muka adalah pertemuan formal antara pendidik dan
peserta didik dalam pembelajaran di kelas. Penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur adalah kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi pembelajaran oleh
peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu
penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik, sedangkan waktu penyelesaian
kegiatan mandiri tidak terstruktur diatur sendiri oleh peserta didik. Sejalan dengan ketentuan
tersebut, penilaian harus dirancang untuk dapat mengukur dan memberikan informasi
mengenai pencapaian kompetensi peserta didik yang diperoleh melalui kegiatan tatap muka,
penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Berbagai macam teknik
penilaian dapat dilakukan secara komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan
kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud antara lain melalui tes, observasi,
penugasan, inventori, jurnal, penilaian diri, dan penilaian antarteman yang sesuai dengan
karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Penilaian hasil belajar
dapat menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus
dikuasai. Ditinjau dari tekniknya, penilaian dibagi menjadi dua yaitu tes dan non tes.
Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan pendidik sebagai
sarana untuk memperoleh informasi tentang keadaan belajar peserta didik. Penggunaan
berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan dengan tujuan penilaian, waktu yang tersedia,
sifat tugas yang dilakukan peserta didik, dan banyaknya/jumlah materi pembelajaran yang
sudah disampaikan.
Teknik penilaian adalah metode atau cara penilaian yang dapat digunakan
guru untuk rnendapatkan informasi. Teknik penilaian yang memungkinkan dan
dapat dengan mudah digunakan oleh guru, misalnya: (1) tes (tertulis, lisan,
perbuatan.

B. Teknik penilaian melalui tes


a. Tes Tertulis
1.Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat benar atau salah.
Ada jenis tes.
(1) Tes tertulis, Tes tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban secara
tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi
pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan. Sedangkan tes yang jawabannya berupa
isian dapat berbentuk isian singkat dan/atau uraian.
Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan
memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu:
a) tes objektif, misalnya bentuk pilihan panda, jawaban singkat atau isian, benar salah,
dan bentuk menjodohkan;
b) tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penskorannya dapat dilakukan
secara objektif) dan tes uraian non-objektif (penskorannya sulit dilakukan secara
objektif).
(2) Tes lisan, Tes lisan adalah tes yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap
muka) antara peserta didik dengan pendidik. Pertanyaan dan jawaban diberikan secara
lisan. Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan
tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Tes ini
memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah: (1) dapat menilai
kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, serta
kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung; (2) bagi
peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering
mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat
menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan
pertanyaan yang dimaksud; (3) hasil tes dapat langsung diketahui peserta
didik. Kelemahannya adalah (1) subjektivitas pendidik sering mencemari hasil
tes, (2) waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama
(3) Tes praktik atau tes kinerja. Tes praktik (kinerja) adalah tes atau teknik
penilaian hasil belajar yang menuntut peserta didik melakukan
perbuatan/mendemonstasikan/ menampilkan hasil belajarnya dalam bentuk unjuk kerja
atau keterampilan. Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam
bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau
unjuk kerja. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan
persiapan, melaksanakan tugas,
sampai dengan hasil yang dicapainya. Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya
diperlukan sebuah format pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa
agarpendidik dapat menuliskan angka-angka yang diperolehnya pada tempat yang
sudah disediakan. Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes
perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya menggunakan format pengamatan
individual. Untuk tes perbuatan yang dilaksanakan secara kelompok digunakan format
tertentu yang sudah disesuaikan untuk keperluan pengamatan kelompok.
Dalam rancangan penilaian, tes dilakukan secara berkesinambungan melalui berbagai
macam ulangan dan ujian. Ulangan meliputi ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
Sedangkan ujian terdiri atas ujian nasional dan ujian sekolah.
a) Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk melakukan
perbaikan pembelajaran, memantau kemajuan dan menentukan keberhasilan belajar
peserta didik.
b) Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar
(KD) atau lebih.
c) Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu
kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator
yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
d) Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester. Cakupan
ulangan akhir semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua
KD pada semester tersebut.
e) Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik pada akhir
semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir
semester genap pada satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan
ulangan kenaikan kelas meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua
KD pada semester genap.
f) Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu
satuan pendidikan.
g) Ujian nasional adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik
pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional
Pendidikan.
h) Ujian sekolah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik
yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi
belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan.
Mata pelajaran yang diujikan pada ujian sekolah adalah mata pelajaran pada
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada
ujian nasional, dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik untuk kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
dan kepribadian.

B. Teknik Nontes,
Merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran terutama mengenai
karakteristik, sikap, atau kepribadian.
1. Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap peserta didik
selama pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran. Teknik
penilaian ini yang dilakukan oleh pendidik dengan menggunakan indera secara
langsung. Observasi dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yang sudah
dirancang sebelumnya. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan
kuantitatif sesuai dengan kompetensi yang dinilai, dan dapat dilakukan baik secara
formal maupun informal. Observasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan pendidik
untuk mendapatkan informasi tentang peserta didik dengan cara mengamati tingkah
laku dan kemampuannya selama kegiatan observasi berlangsung. Observasi dapat
ditujukan kepada peserta didik secara perorangan atau kelompok. Dalam kegiatan
observasi perlu disiapkan format pengamatan. Format pengamatan dapat berisi: (1)
perilaku-perilaku atau kemampuan yang akan dinilai, (2) batas waktu pengamatan.
2. Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara perorangan
maupun kelompok. Penilaian dengan penugasan ini, suatu teknik penilaian yang
menuntut peserta didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di
kelas. Penilaian dengan penugasan dapat diberikan dalam bentuk individual atau
kelompok. Penilaian dengan penugasan dapat berupa tugas atau proyek. Penilaian
penugasan diberikan untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur,
dan dapat berupa praktik di laboratorium, tugas rumah, portofolio, projek, dan/atau
produk.
3. Teknik penilaian melalui wawancara
Teknik wawancara pada satu segi mempunyai kesamaan arti dengan tes lisan yang telah
diuraikan di atas. Teknik wawancara ini diperlukan pendidik untuk tujuan
mengungkapkan atau menanyakan lebih lanjut hal-hal yang kurang jelas informasinya.
Teknik wawancara ini dapat pula digunakan sebagai alat untuk menelusuri kesukaran
yang dialami peserta didik tanpa ada maksud untuk menilai.
3. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam bidang
tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi, dan
kreativitas peserta didik (Popham, 1999). Portofolio ini merupakan kumpulan karya
siswa yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses
pembelajaran. Portofolio digunakan oleh pendidik dan siswa untuk memantau
perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa dalam mata pelajaran tertentu.
Portofolio menggambarkan perkembangan prestasi, kelebihan dan kekurangan kinerja
siswa, seperti kreasi kerja dan karya siswa lainnya. Adapun bagian-bagian dari portofolio
adalah halaman Judul, daftar pengesahan daftar isi, dokumen, dokumen
portofolio,pengelompokan dokumen,catatan pendidik dan orangtua. Bentuk ini cocok
untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja peserta didik dengan menilai bersama
karya-karya atau tugas-tugas yang dikerjakannya. Peserta didik dan pendidik perlu
melakukan diskusi untuk menentukan skor. Pada penilaian portofolio, peserta didik dapat
menentukan karya-karya yang akan dinilai, melakukan penilaian sendiri kemudian
hasilnya dibahas. Perkembangan kemampuan peserta didik dapat dilihat pada hasil
penilaian portofolio. Teknik ini dapat dilakukan dengan baik apabila jumlah peserta didik
yang dinilai sedikit.
4. Projek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan
analisis data, serta pelaporan hasil kerjanya. Penilaian projek dilaksanakan terhadap
persiapan, pelaksanaan, dan hasil.
5. Produk (hasil karya) adalah penilaian yang meminta peserta didik menghasilkan suatu
hasil karya. Penilaian produk dilakukan terhadap persiapan, pelaksanaan/proses
pembuatan, dan hasil.
a) Inventori merupakan teknik penilaian melalui skala psikologis yang dipakai untuk
mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik terhadap objek psikologis.
b) Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi
informasi hasil pengamatan terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik yang
berkait dengan kinerja ataupun sikap dan perilaku peserta didik yang dipaparkan
secara deskriptif.
c) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
menilai dirinya sendiri mengenai berbagai hal. Dalam penilaian diri, setiap peserta
didik harus mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya secara jujur.
d) Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal
secara jujur.

Setiap teknik penilaian harus dibuatkan instrumen penilaian yang sesuai.


Tabel berikut menyajikan teknik penilaian dan bentuk instrumen.
Tabel 1. Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen
Teknik Penilaian Bentuk Instrumen
• Tes tertulis • Tes pilihan: pilihan ganda, benar-salah,
menjodohkan dll.
• Tes isian: isian singkat dan uraian
• Tes lisan • Daftar pertanyaan

• Tes praktik (tes kinerja) • Tes identifikasi


• Tes simulasi
• Tes uji petik kinerja
• Penugasan individual • Pekerjaan rumah
atau kelompok • Projek
• Penilaian portofolio • Lembar penilaian portofolio

• Jurnal • Buku cacatan jurnal

• Penilaian diri • Kuesioner/lembar penilaian diri

• Penilaian antarteman • Lembar penilaian antarteman

Kombinasi penggunaan berbagai teknik penilaian di atas akan memberikan informasi


yang lebih akurat tentang kemajuan belajar peserta didik.
Karena pembelajaran di kelas meliputi kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur, maka penilaianpun harus dilaksanakan seperti itu. Tabel
berikut menyajikan contoh penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran melalui kegiatan
tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
Tabel 2 Penilaian untuk kegiatan tatap muka dan penugasan

PENILAIAN UNTUK KEGIATAN PEMBELAJARAN


MATA KOMPETENSI
DASAR TUGAS KEGIATAN
PELAJARAN TATAP MUKA
TERSTRUKTUR MANDIRI
Praktik Mengukur Ulangan Praktik mengukur Tugas mendata
Pengukuran besaran mengenai di laboraborium alat ukur yang
(massa, sering digunakan
Pengukuran
panjang, dan sehari-hari
waktu)
D. Aspek yang Dinilai
Penilaian dilakukan secara menyeluruh yaitu mencakup semua aspek kompetensi yang
meliputi kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif. Pendekatan penilaian yang
digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian
kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan
kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan
mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan
karakteristik peserta didik. standar penilaian lebih menekankan pada pada prinsif-prisif
kejujuran, yang mengedepankan aspek-aspek berupa knowledge, skill dan attitude.
Salah satu bentuk dari penilaian itu adalah penilaia otentik. Penilaian otentik adalah model
penilaian yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung berdasarkan tiga komponen
knowledge, skill dan attitude.
Penilaian Kompetensi Pengetahuan, menilai kompetensi pengetahuan melalui
tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir yang
menurut taksonomi Bloom secara hierarkis terdiri atas pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, evaluasi dan mencipta. Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab
pertanyaan berdasarkan hapalan saja. Pada tingkat pemahaman, peserta didik dituntut untuk
menyatakan jawaban atas pertanyaan dengan kata-katanya sendiri. Misalnya, menjelaskan
suatu prinsip atau konsep. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan
prinsip dan konsep dalam suatu situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik
diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi,
membedakan fakta dan pendapat, dan menemukan hubungan sebab akibat. Pada tingkat
sintesis, peserta didik dituntut merangkum suatu cerita, komposisi, hipotesis, atau teorinya
sendiri, dan mensintesiskan pengetahuan. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi
informasi, seperti bukti sejarah, editorial, teori-teori, dan termasuk di dalamnya melakukan
judgement (pertimbangan) terhadap hasil analisis untuk membuat keputusan.
Penilaian Kompetensi Keterampilan, Pendidik menilai kompetensi keterampilan
melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan
suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian
portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale)
yang dilengkapi rubrik. Kemampuan psikomotor melibatkan gerak adaptif (adaptive
movement) atau gerak terlatih dan keterampilan komunikasi berkesinambungan (non-
discursive communication) - (Harrow, 1972). Gerak adaptif terdiri atas keterampilan
adaptif sederhana (simple adaptive skill), keterampilan adaptif gabungan (compound
adaptive skill), dan keterampilan adaptif komplek (complex adaptive skill). Keterampilan
komunikasi berkesinambungan mencakup gerak ekspresif (expressive movement) dan
gerak interpretatif (inter- pretative movement). Keterampilan adaptif sederhana dapat
dilatihkan dalam berbagai mata pelajaran, seperti bentuk keterampilan menggunakan
peralatan laboratorium IPA. Keterampilan adaptif gabungan, keterampilan adaptif
komplek,
dan keterampilan komunikasi berkesinambungan baik gerak ekspresif maupun gerak
interpretatif dapat dilatihkan dalam mata pelajaran Praktik mesin, Praktik elektronika Seni
Budaya dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dll.
Penilaian kompetensi sikap. Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap
melalui observasi, penilaian iri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta
didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian Diri, dan penilaian
antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik,
sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. Kondisi afektif peserta didik berhubungan
dengan sikap, minat, dan/atau nilai-nilai. Kondisi ini tidak dapat dideteksi dengan tes, tetapi
dapat diperoleh melalui angket, inventori, atau pengamatan yang sistematik dan
berkelanjutan. Sistematik berarti pengamatan mengikuti suatu prosedur tertentu, sedangkan
berkelanjutan memiliki arti pengukuran dan penilaian yang dilakukan secara terus menerus.
Dalam laporan hasil belajar peserta didik, terdapat komponen pengetahuan yang umumnya
merupakan representasi aspek kognitif, komponen praktik yang melibatkan aspek
psikomotorik, dan komponen sikap yang berkaitan dengan kondisi afektif peserta didik
terhadap mata pelajaran tertentu.

E. Penilaian Berbasis Kompetensi


Penilaian berbasis kompetensi merupakan teknik evaluasi yang harus dilakukan guru
dalam pembelajaran di sekolah. Teknik dan pelaksanaannya diatur di dalam: Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No.20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di dalam Standar Isi menjadi fokus perhatian
utama dalam penilaian.

1. Bentuk dan Proses Penilaian


Untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi, guru dapat melakukan penilaian
melalui tes dan non tes. Tes meliputi tes lisan, tertulis (bentuk uraian, pilihan ganda,
jawaban singkat, isian, menjodohkan, benar-salah), dan tes perbuatan yang meliputi: kinerja
(performance), penugasan (projek) dan hasil karya (produk). Penilaian non-tes contohnya
seperti penilaian sikap, minat, motivasi, penilaian diri, portfolio, life skill. Tes perbuatan
dan penilaian non tes dilakukan melalui pengamatan (observasi).
Langkah-langkah pengembangan tes meliputi (1) menentukan tujuan penilaian,
(2) menentukan kompetensi yang diujikan (3) menentukan materi penting pendukung
kompetensi (urgensi, kontinuitas, relevansi, keterpakaian), (4) menentukan jenis tes yang
tepat (tertulis, lisan, perbuatan), (5) menyusun kisi-kisi, butir soal, dan pedoman penskoran,
(6) melakukan telaah butir soal. Penilaian non tes dilakukan melalui pengamatan dengan
langkah-langkah (1) menentukan tujuan penilaian, (2) menentukan kompetensi yang
diujikan, (3) menentukan aspek yang diukur, (4) menyusun tabel pengamatan dan pedoman
penskorannya, (5) melakukan penelaahan.
2. Kriteria Bahan Ulangan/Ujian
Bahan ulangan/ujian yang akan digunakan hendaknya menenuhi dua kriteria dasar
berikut ini.
a) Adanya kesesuaian materi yang diujikan dan target kompetensi yang harus dicapai
melalui materi yang diajarkan. Hal ini dapat memberikan informasi tentang siapa
atau peserta didik mana yang telah mencapai tingkatan pengetahuan tertentu yang
disyaratkan sesuai dengan target kompetensi dalam silabus/kurikulum dan dapat
memberikan informasi mengenai apa dan seberapa banyak materi yang telah
dipelajari peserta didik. Berdasarkan ilmu pengukuran pendidikan, ujian yang
bahannya tidak sesuai dengan target kompetensi yang harus dicapai bukan saja
kurang memberikan informasi tentang hasil belajar seorang peserta didik,
melainkan juga tidak menghasilkan umpan balik bagi penyempurnaan proses
belajar-mengajar.
b) Bahan ulangan/ujian hendaknya menghasilkan informasi atau data yang dapat
dijadikan landasan bagi pengembangan standar sekolah, standar wilayah, atau
standar nasional melalui penilaian hasil proses belajar- mengajar.
3. Soal yang Bermutu
Bahan ujian atau soal yang bermutu dapat membantu pendidik meningkatkan
pembelajaran dan memberikan informasi dengan tepat tentang peserta didik mana yang
belum atau sudah mencapai kompetensi. Salah satu ciri soal yang bermutu adalah bahwa
soal itu dapat membedakan setiap kemampuan peserta didik. Semakin tinggi kemampuan
peserta didik dalam memahami materi pembelajaran, semakin tinggi pula peluang
menjawab benar soal atau mencapai kompetensi yang ditetapkan. Makin rendah
kemampuan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran, makin kecil pula peluang
menjawab benar soal untuk mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
Syarat soal yang bermutu adalah bahwa soal harus sahih (valid), dan handal. Sahih
maksudnya bahwa setiap alat ukur hanya mengukur satu dimensi/aspek saja. Mistar hanya
mengukur panjang, timbangan hanya mengukur berat, bahan ujian atau soal PKn hanya
mengukur materi pembelajaran PKn bukan mengukur keterampilan/kemampuan materi
yang lain. Handal maksudnya bahwa setiap alat ukur harus dapat memberikan hasil
pengukuran yang tepat, cermat, dan ajeg. Untuk dapat menghasilkan soal yang sahih dan
handal, penulis soal harus merumuskan kisi-kisi dan menulis soal berdasarkan kaidah
penulisan soal yang baik (kaidah penulisan soal bentuk objektif/pilihan ganda, uraian, atau
praktik).
Linn dan Gronlund (1990) menyatakan bahwa tes yang baik harus memenuhi tiga
karakteristik, yaitu: validitas, reliabilitas, dan usabilitas. Validitas artinya ketepatan
interpretasi hasil prosedur pengukuran, reliabilitas artinya konsistensi hasil pengukuran, dan
usabilitas artinya praktis prosedurnya. Di samping itu, Cohen dkk. (1992: 28) juga
menyatakan bahwa tes yang baik adalah tes yang valid artinya
mengukur apa yang hendak diukur. Nitko (1996 : 36) menyatakan bahwa validitas
berhubungan dengan interpretasi atau makna dan penggunaan hasil pengukuran peserta
didik. Messick (1993: 13) menjelaskan bahwa validitas tes merupakan suatu integrasi
pertimbangan evaluatif derajat keterangan empiris yang mendasarkan pemikiran teoritis
yang mendukung ketepatan dan kesimpulan berdasarkan pada skor tes. Adapun validitas
dalam model Rasch adalah sesuai atau fit dengan model (Hambleton dan Swaminathan,
1985: 73). Messick (1993: 16) menyatakan bahwa validitas secara tradisional terdiri dari:
(1) validitas isi, yaitu ketepatan materi yang diukur dalam tes; (2) validitas criterion-related,
yaitu membandingkan tes dengan satu atau lebih variabel atau kriteria, (3) valitidas
prediktif, yaitu ketepatan hasil pengukuran dengan alat lain yang dilakukan kemudian; (4)
validitas serentak (concurrent), yaitu ketepatan hasil pengukuran dengan dua alat ukur
lainnya yang dilakukan secara serentak; (5) validitas konstruk, yaitu ketepatan konstruksi
teoretis yang mendasari disusunnya tes. Linn dan Gronlund (1995 : 50) menyatakan hahwa
valilitas terdiri dari: (1) konten. (2) test-criterion relationship, (3) konstruk, dan (4)
consequences, yaitu ketepatan penggunaan hasilpengukuran. Sedangkan menurut
Oosterhof (190 : 23) yang mengutip berdasarkan "Standards for Educational and
Psychological Testing, 1985" yang didukung oleh Ebel dan Frisbie (1991 : 102-109),
serta Popham (1995 : 43) bahwa tipe validitas adalah validitas: (1) content, (2) criterion,
dan (3) construction.
Di samping validitas, informasi tentang reliabilitas tes sangat diperlukan. Nitko (1999 :
62) dan Popham (1995 : 21) menyatakan bahwa reliabilitas berhubungan dengan konsistensi
hasil pengukuran. Pernyataan ini didukung oleh Cohen dkk, yaitu bahwa reliabilitas
merupakan persamaan dependabilitas atau konsistensi butir (Cohen dkk : 192 : 132 ) karena
tes yang memiliki konsistensi/reliabilitas tinggi, maka tesnya adalah akurat, reproducible;
dan gereralizable terhadap kesempatan testing dan instrumen tes yang sama. (Ebel dan
Frisbie (1991 : 76). Faktor yang mempengaruhi reliabilitas yang berhubungan dengan tes
adalah: (1) banyak butir,
(2) homogenitas materi tes, (3) homogenitas karakteristik butir, dan (4) variabilitas
skor.Reliabilitas yang berhubungan dengan peserta didik dipengaruhi oleh faktor:
(1) heterogenitas kelompok, (2) pengalaman peserta didik mengikuti tes, dan (3) motivasi
peserta didik. Sedangkan faktor yang mempengaruhi reliabilitas yang berhubungan dengan
administrasi adalah batas waktu dan kesempatan menyontek (Ebel dan Frisbie, 1991: 88-
93).
Linn dan Gronlund menyatakan bahwa metode estimasi dapat dilakukan dengan
mempergunakan: (1) metode test-retest, yaitu diberikan tes yang sama dua kali pada
kelompok yang sama dengan interval waktu; tujuannya adalah pengukuran stabilitas; (2)
metode equivalent form, yaitu diberikan dua tes paralel pada kelompok yang sama dan
waktu yang sama; tujuannya adalah pengukuran menjadi ekuivalen; (3) metode test-retest
dengan equivalen form, yaitu diberikan dua tes paralel pada kelompok yang sama dengan
interval waktu; tujuannya adalah pengukuran stabilitas dan ekuivalensi; (4) metode split-
half, yaitu diberikan tes sekali, kemudian skor pada butir yang ganjil dan genap
dkorelasikan dengan
menggunakan rumus Spearman-Brown; tujuannya adalah pengukuran konsistensi internal;
(5) metode Kuder-Richardson dan koefisien Alfa, yaitu diberikan tes sekali kemudian
skor total tes dihitung dengan rumus Kuder-Richardson, tujuannya adalah pengukuran
konsistensi internal; (6) metode inter-rater, yaitu diberikan satu set jawaban peserta didik
untuk diskor/judgement oleh 2 atau lebih rater; tujuannya adalah pengukuran konsistensi
rating. Menurut Popham (1995: 22), reliabilitas terdiri dari 3 jenis yaitu: (1) stabilitas, yaitu
konsistensi hasil di antara kesempatan testing yang berbeda, (2) format bergantian
(alternate form), yaitu konsistensi hasil di antara dua atau lebih tes yang berbeda, (3)
internal konsistensi, yaitu konsistensi melalui suatu pengukuran fungsi butir instrumen.
Reliabilitas skor tes dalam teori respon butir adalah penggunaan fungsi informasi tes.
Menurut Hambleton dan Swaminathan (1985: 236), pengukuran fungsi informasi tes lebih
akurat bila dibandingkan dengan penggunaan reliabilitas karena: (1) bentuknya tergantung
hanya pada butir-butir dalam tes, (2) mempunyai estimasi kesalahan pengukuran pada setiap
level abilitas. Pernyataan ini didukung oleh Gustafson (1981 : 41), yaitu bahwa konsep
reliabilitas dalam model Rasch memerankan bagian subordinate sebab model pengukuran
ini diorientasikan pada estimasi kemampuan individu.
Untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas tes perlu dilakukan analisis butir
soal.Kegunaan analisis butir soal di antaranya adalah: (1) dapat membantu para pengguna
tes dalam evaluasi atas tes yang diterbitkan, (2) sangat relevan bagi penyusunan tes informal
dan lokal seperti kuis, ulangan yang disiapkan guru untuk peserta didik di kelas, (3)
mendukung penulisan butir soal yang efektif, (4) secara materi dapat memperbaiki tes di
kelas, (5) meningkatkan validitas soal dan reliabilitas (Anastasi dan Urbina, 1997: 172).

F. Prosedur Pengembangan Tes


Langkah awal yang harus dilakukan dalam menyiapkan bahan ulangan/ujian adalah
menentukan kompetensi dan materi yang akan diujikan. Setelah menentukan kompetensi
yang akan diukur, maka langkah berikutnya adalah menentukan materi yang akan diujikan.
Penentuan materi yang akan diujikan sangat penting karena di dalam satu tes tidak mungkin
semua materi yang telah diajarkan dapat diujikan dalam waktu yang terbatas, misalnya satu
atau dua jam. Oleh karena itu, setiap guru harus menentukan materi mana yang sangat
penting dan penunjang, sehingga dalam waktu yang sangat terbatas, materi yang diujikan
hanya menanyakan materi-materi yang sangat penting saja. Materi yang telah ditentukan
harus dapat diukur sesuai dengan alat ukur yang akan digunakan yaitu tes atau non-tes.
Penentuan materi penting dilakukan dengan memperhatikan kriteria:
1. Urgensi, yaitu materi secara teoritis mutlak harus dikuasai oleh peserta didik,
2. Kontinuitas, yaitu materi lanjutan yang merupakan pendalaman dari satu atau lebih
materi yang sudah dipelajari sebelumnya,
3. Relevansi, yaitu materi yang diperlukan untuk mempelajari atau memahami, mata
pelajaran lain,

4. Keterpakaian, yaitu rnateri yang memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan
sehari-hari.
Langkah-langkah penting yang dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena setiap tujuan
memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk tujuan tes prestasi belajar,
diagnostik, atau seleksi. Contoh untuk tujuan prestasi belajar, lingkup
materi/kompetensi yang ditanyakan/diukur disesuaikan seperti untuk
kuis/menanyakan materi yang lalu, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas
individu/kelompok, ulangan semester,ulangan kenaikan kelas, laporan kerja
praktik/laporan praktikum, ujian praktik.
2. Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Standar
kompetensi merupakan acuan/target utama yang harus dipenuhi atau yang harus
diukur melalui setiap kompetensi dasar yang ada atau melalui gabungan kompetensi
dasar.
3. Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan
keduanya. Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai
pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang diujikan harus
mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai peserta didik), kontinuitas (merupakan
materi lanjutan), relevansi (bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan
keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK). Langkah selanjutnya
adalah menentukan jenis tes dengan menanyakan apakah materi tersebut tepat
diujikan secara tertulis/lisan. Bila jawabannya tepat, maka materi yang
bersangkutan tepat diujikan dengan bentuk soal apa, pilihan ganda atau uraian. Bila
jawabannya tidak tepat, maka jenis tes yang tepat adalah tes perbuatan: kinerja
(performance), penugasan (project), hasil karya (product), atau lainnya.
4. Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya.
Dalam menulis soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal.

Adapun proses penentuannya secara lengkap dapat dilihat pada bagan berikut
ini.
MENENTUKAN TUJUAN PENILAIAN

MEMPERHATIKAN STANDAR KOMPETENSINYA

MENENTUKAN KD-NYA (KD1 + KD2 + KD3DLL)

TES NON TES

MENENTUKAN MATERI PENTING/ PENDUKUNG KD : UKRK


TES-PENGAMATAN/
PERBUATAN OBSERVASI (SIKAP, PORTFOLIO, LIFE SKILLS)
TES SIKAP
DLL

TEPAT DIUJIKAN SECARA


- KINERJA (PERFORMANCE)
TERTULIS/LISAN?
- PENUGASAN (PROJECT)
- HASIL KARYA (PRODUCT)
- DLL

TEPAT TIDAK TEPAT

IKUTI KAIDAH PENULISAN SOAL DAN SUSUNLAH PEDOMAN


PENSKORANNYA

BENTUK OBJEKTIF (PG, ISIAN, DLL)


BENTUK URAIAN
Keterangan: KD = Kompetensi Dasar
KD1 + KD2 = Gabungan antar kompetensi dasar
UKRK = Urgensi, Kontinuitas, Relevansi, Keterpakaian
BAB III
PENILAIAN PSIKOMOTOR

A. Pengertian Psikomotor

Hasil belajar peserta didik dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain secara
eksplisit. . Ranah psikomotor adalah ranah yang sangat berkaitan dengan keterampilan
(skill) setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Keterampilan itu sendiri
menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.
Psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan
(skill) sebagai hasil dari tercapainya kompetensi pengetahuan. Kompetensi keterampilan ini
sebagai implikasi dari tercapainya kompetensi pengetahuan dari peserta didik.
Apapun mata pelajarannya selalu mengandung tiga ranah itu, namun penekanannya
berbeda. Mata pelajaran yang menuntut kemampuan praktik lebih menitik beratkan pada
ranah psikomotor sedangkan mata pelajaran yang menuntut kemampuan teori lebih menitik
beratkan pada ranah kognitif, dan keduanya selalu mengandung ranah afektif.
Sebelum menjelaskan pengertian penilaian kompetensi keterampilan perlu dijelaskan
terlebih dahulu pengertian keterampilan (psikomotorik). Ranah psikomotor adalah ranah
yang berkaitan dengan keterampilan (skill) kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang
pencapaiannya melalui keterampilan (skill) sebagai hasil dari tercapainya kompetensi atau
pengetahuan. Hal ini berarti kompetensi keterampilan itu sebagai implikasi dart tercapainya
kompetensi pengetahuan dari peserta didik. Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat
keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.
Hasil belajar psikomotorik ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor sebenarnya merupakan kelanjutan
dari hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat). Hasil belajar kognitif dan
afektif akan menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik telah menunjukkan
perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif
dan afektif
Kompetensi peserta didik dalam ranah psikomotor menyangkut kemampuan
melakukan gerakan refleks, gerakan dasar, gerakan persepsi, gerakan berkemampuan fisik,
gerakan terampil, gerakan indah dan kreatif. Kemampuan melakukan gerakan refleks,
artinya respons terhadap stimulus tanpa sadar. Dalam kegiatan pembelajaran dapat
ditunjukkan melalui: mengupas mangga dengan pisau, memotong dahan bunga,
menampilkan ekspresi yang berbeda, meniru suatu
gerakan, dan sebagainya. Kemampuan melakukan gerakan dasar, artinya gerakan yang
muncul tanpa latihan, tetapi dapat diperhalus melalui praktik. Gerakan dasar merupakan
gerakan terpola dan dapat ditebak. Dalam kegiatan pembelajaran dapat ditunjukkan melalui:
gerakan tak berpindah (bergoyang, membungkuk, merentang, mendorong, menarik,
berputar, memeluk, dan sebagainya), gerakan berpindah (merangkak, maju perlahan-lahan,
meluncur, berjalan, berlari, meloncat-loncat, berputar mengitari, memanjat, dan
sebagainya), gerakan manipulasi (menyusun balok, menggunting, menggambar, memegang
dan melepas objek tertentu, dan sebagainya), keterampilan gerak tangan dan jari-jari
(memainkan bola, menggambar dengan garis, dan sebagainya).
Kemampuan melakukan gerakan persepsi, artinya gerakan yang lebih halus dibanding
gerakan refleks dan dasar, karena sudah dibantu kemampuan perseptual. Dalam kegiatan
pembelajaran dapat ditunjukkan melalui: menangkap bola, mendribel bola, melompat dari
satu petak ke petak lain sambil menjaga keseimbangannya, melihat terbangnya bola
pingpong, dan sebagainya. Kemampuan melakukan gerakan berkemampuan fisik, artinya
gerakan yang lebih efisien dan berkembang melalui kematangan dan belajar. Dalam
kegiatan pembelajaran dapat ditunjukkan melalui: menggerakkan otot, berlari jauh,
mengangkat beban, menarik-mendorong sesuatu, melakukan push-ups, menari, melakukan
senam, bermain bola, dan sebagainya.
Kemampuan melakukan gerakan terampil, gerakan yang dapat mengontrol berbagai
tingkatan gerakan, gerakan yang sulit, rumit, kompleks dengan tangkas dan cekatan. Dalam
kegiatan pembelajaran dapat ditunjukkan melalui: gerakan terampil pada berbagai cabang
olah raga, menari, berdansa, membuat kerajinan tangan, menggergaji, mengetik, bermain
piano, memanah, akrobatik, dan sebagainya. Kemampuan melakukan gerakan indah dan
kreatif, artinya gerakan untuk mengkomunikasikan perasaan, gerakan terampil yang efisien
dan indah. Dalam kegiatan pembelajaran dapat ditunjukkan melalui: melakukan gerakan
pada kerja seni bermutu (membuat patung, melukis, menari balet, senam tingkat
tinggi/senam indah, bermain drama, dan sebagainya).
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya
kemampuan menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, dan nilai. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik,
misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Berkaitan dengan
psikomotor, Bloom (1979) berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil
belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan
kekuatan fisik. Singer (1972) menambahkan bahwa mata pelajaran yang berkaitan dengan
psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan
pada reaksi–reaksi fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan itu sendiri menunjukkan
tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.
Menurut Mardapi (2003), keterampilan psikomotor ada enam tahap, yaitu: gerakan
refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan
komunikasi nondiskursif. Gerakan refleks adalah respons motorik atau gerak tanpa sadar
yang muncul ketika bayi lahir. Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada
keterampilan komplek yang khusus. Kemampuan perseptual adalah kombinasi kemampuan
kognitif dan motorik atau gerak. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk
mengembangkan gerakan terampil. Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan
belajar, seperti keterampilan dalam olah raga. Komunikasi nondiskursif adalah kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan gerakan. Buttler (1972) membagi hasil belajar
psikomotor menjadi tiga, yaitu: specific responding, motor chaining, rule using.
Pada tingkat specific responding peserta didik mampu merespons hal-hal yang
sifatnya fisik, (yang dapat didengar, dilihat, atau diraba), atau melakukan keterampilan yang
sifatnya tunggal, misalnya memegang raket, memegang bed untuk tenis meja. Pada motor
chaining peserta didik sudah mampu menggabungkan lebih dari dua keterampilan dasar
menjadi satu keterampilan gabungan, misalnya memukul bola, menggergaji, menggunakan
jangka sorong, dll. Pada tingkat rule using peserta didik sudah dapat menggunakan
pengalamannya untuk melakukan keterampilan yang komplek, misalnya bagaimana
memukul bola secara tepat agar dengan tenaga yang sama hasilnya lebih baik.
Dave (1967) dalam penjelasannya mengatakan bahwa hasil belajar psikomotor dapat
dibedakan menjadi lima tahap, yaitu: imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.
Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan- kegiatan sederhana dan sama persis
dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Contohnya, seorang peserta didik dapat
memukul bola dengan tepat karena pernah melihat atau memperhatikan hal yang sama
sebelumnya. Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum
pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Sebagai contoh, seorang
peserta didik dapat memukul bola dengan tepat hanya berdasarkan pada petunjuk guru atau
teori yang dibacanya. Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-
kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Contoh,
peserta didik dapat mengarahkan bola yang dipukulnya sesuai dengan target yang
diinginkan. Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan
yang komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. Sebagai
contoh, peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga
arah bola sesuai dengan target yang diinginkan. Dalam hal ini, peserta didik sudah dapat
melakukan tiga kegiatan yang tepat, yaitu lari dengan arah dan kecepatan tepat serta
memukul bola dengan arah yang tepat pula. Kemampuan pada tingkat naturalisasi adalah
kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja
sehingga efektivitas kerja tinggi. Sebagai contoh tanpa berpikir panjang peserta didik dapat
mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan
target yang diinginkan.
Untuk jenjang Pendidikan SMA, mata pelajaran yang banyak berhubungan dengan
ranah psikomotor adalah pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, seni budaya, fisika,
kimia, biologi, dan keterampilan. Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak
berhubungan dengan ranah psikomotor adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di
laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya,
namun hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor.

B. Pembelajaran Psikomotor
Menurut Ebel (1972), ada kaitan erat antara tujuan yang akan dicapai, metode
pembelajaran, dan evaluasi yang akan dilaksanakan. Oleh karena ada perbedaan titik berat
tujuan pembelajaran psikomotor dan kognitif maka strategi pembelajarannya juga berbeda.
Menurut Mills (1977), pembelajaran keterampilan akan efektif bila dilakukan dengan
menggunakan prinsip belajar sambil mengerjakan (learning by doing). Leighbody (1968)
menjelaskan bahwa keterampilan yang dilatih melalui praktik secara berulang-ulang akan
menjadi kebiasaan atau otomatis dilakukan. Sementara itu Goetz (1981) dalam
penelitiannya melaporkan bahwa latihan yang dilakukan berulang-ulang akan memberikan
pengaruh yang sangat besar pada pemahiran keterampilan. Lebih lanjut dalam penelitian itu
dilaporkan bahwa pengulangan saja tidak cukup menghasilkan prestasi belajar yang tinggi,
namun diperlukan umpan balik yang relevan yang berfungsi untuk memantapkan kebiasaan.
Sekali berkembang maka kebiasaan itu tidak pernah mati atau hilang.
Sementara itu, Gagne (1977) berpendapat bahwa kondisi yang dapat mengoptimalkan
hasil belajar keterampilan ada dua macam, yaitu kondisi internal dan eksternal. Untuk
kondisi internal dapat dilakukan dengan cara (a) mengingatkan kembali bagian dari
keterampilan yang sudah dipelajari, dan (b) mengingatkan prosedur atau langkah-langkah
gerakan yang telah dikuasai. Sementara itu untuk kondisi eksternal dapat dilakukan dengan
(a) instruksi verbal,
(b) gambar, (c) demonstrasi, (d) praktik, dan (e) umpan balik.
Dalam melatihkan kemampuan psikomotor atau keterampilan gerak ada beberapa
langkah yang harus dilakukan agar pembelajaran mampu membuahkan hasil yang optimal.
Mills (1977) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam mengajar praktik adalah (a)
menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan, (b) menganalisis keterampilan secara rinci dan
berutan, (c) mendemonstrasikan keterampilan disertai dengan penjelasan singkat dengan
memberikan perhatian pada butir-butir kunci termasuk kompetensi kunci yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan dan bagian-bagian yang sukar, (d) memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mencoba melakukan praktik dengan pengawasan dan bimbingan,
(e) memberikan penilaian terhadap usaha peserta didik.
Edwardes (1981) menjelaskan bahwa proses pembelajaran praktik mencakup tiga
tahap, yaitu (a) penyajian dari pendidik, (b) kegiatan praktik peserta didik, dan
(c) penilaian hasil kerja peserta didik. Guru harus menjelaskan kepada peserta didik
kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Kompetensi kunci
adalah kemampuan utama yang harus dimiliki seseorang agar tugas atau pekerjaan dapat
diselesaikan dengan cara benar dan hasilnya optimal. Sebagai contoh, dalam memukul bola,
kompetensi kuncinya adalah kemampuan peserta didik menempatkan bola pada titik ayun.
Dengan cara ini, tenaga yang dikeluarkan hanya sedikit namun hasilnya optimal. Contoh
lain, dalam mengendorkan mur dari bautnya, kompetensi kuncinya adalah kemampuan
peserta didik memegang kunci pas secara tepat yakni di ujung kunci. Dengan cara ini tenaga
yang dikeluarkan untuk mengendorkan mur jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan
pengendoran mur dengan cara memegang kunci pas yang tidak tepat.
Dalam proses pembelajaran keterampilan, keselamatan kerja tidak boleh
dikesampingkan, baik bagi peserta didik, bahan, maupun alat. Leighbody (1968)
menjelaskan bahwa keselamatan kerja tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran
psikomotor. Guru harus menjelaskan keselamatan kerja kepada peserta didik dengan sejelas-
jelasnya. Oleh karena kompetensi kunci dan keselamatan kerja merupakan dua hal penting
dalam pembelajaran keterampilan, maka dalam penilaian kedua hal itu harus mendapatkan
porsi yang tinggi.

C. Penilaian Hasil Belajar Psikomotor


Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor. Ryan
(1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui (1) pengamatan
langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik
berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes
kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa
waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Sementara itu
Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: (1)
kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu
pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4)
kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang
diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan. Dari penjelasan di atas dapat dirangkum
bahwa dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup
persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu
pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara
mengetes peserta didik.
Penjelasan tentang pengertian keterampilan dapat dikemukakan bahwa penilaian
kompetensi keterampilan adalah penilaian yang dilakukan oleh guru untuk mengukur
tingkat pencapian kompetensi keterampilan dari peserta didik yang meliputi aspek imitasi,
manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi. Kompetensi inti 4 (KI 4) yakni keterampilan
tidak dapat dipisahkan dengan kompotensi inti 3 (KI
3), yakni pengetahuan. Artinya kompetensi pengetahuan menunjukan peserta didik
mengetahui tentang keilmuannya dan kompetensi keterampilan menunjukan peserta didik
mampu melakukannya atau mengimplikasikannya (dipraktikkan).

Contoh penjelasan dari kompetensi keterampilan


Tabel 1. Kompetensi Inti Keterampilan (KI 4) Sekolah Menengah
Kejuruan
Kompetensi Inti kelas VII Kompetensi Inti kelas Kompetensi Inti kelas IX
VIII
4. Mengolah, menalar dan 4. Mengolah, menalar dan 4. Mengolah, menalar dan
menyaji dalam ranah menyaji dalam ranah menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak konkret dan ranah abstrak konkret dan ranah abstrak
terkait dengan terkait dengan terkait dengan
pengembangan dari yang pengembangan dari yang pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah dipelajarinya di sekolah dipelajarinya di sekolah
secara mandiri dan mampu secara mandiri, bertindak secara mandiri, bertindak
melaksanakan tugas secara efektif dan kreatif secara efektif dan kreatif,
spesifik dibawah dan mampu melaksanakan mampu menggunakan
pengawasan langsung tugas spesifik dibawah metode sesuai kaidah
pengawasan langsung keilmuannya dan
melaksanakan tugas
spesifik dibawah
pengawasan langsung

D. Jenis Perangkat Penilaian Psikomotor


Untuk melakukan pengukuran hasil belajar ranah psikomotor, ada dua hal yang perlu
dilakukan oleh pendidik, yaitu membuat soal dan membuat perangkat/ instrumen untuk
mengamati unjuk kerja peserta didik. Soal untuk hasil belajar ranah psikomotor dapat
berupa lembar kerja, lembar tugas, perintah kerja, dan lembar eksperimen. Instrumen untuk
mengamati unjuk kerja peserta didik dapat berupa lembar observasi atau portofolio. Lembar
observasi adalah lembar yang digunakan untuk mengobservasi keberadaan suatu benda atau
kemunculan aspek- aspek keterampilan yang diamati. Lembar observasi dapat berbentuk
daftar periksa/check list atau skala penilaian (rating scale). Daftar periksa berupa daftar
pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya tinggal memberi check (centang) pada
jawaban yang sesuai dengan aspek yang diamati. Skala penilaian adalah lembar yang
digunakan untuk menilai unjuk kerja peserta didik atau menilai kualitas pelaksanaan
aspek-aspek keterampilan yang diamati dengan skala tertentu, misalnya skala 1 - 5.
Portofolio adalah kumpulan pekerjaan peserta didik
yang teratur dan berkesinambungan sehingga peningkatan kemampuan peserta didik
dapat diketahui untuk menuju satu kompetensi tertentu.

E. Konstruksi Instrumen
Sama halnya dengan soal ranah kognitif, soal untuk penilaian ranah psikomotor juga
harus mengacu pada standar kompetensi yang sudah dijabarkan menjadi kompetensi dasar.
Setiap butir standar kompetensi dijabarkan minimal menjadi 2 kompetensi dasar, setiap
butir kompetensi dasar dapat dijabarkan menjadi 2 indikator atau lebih, dan setiap indikator
harus dapat dibuat butir soalnya. Indikator untuk soal psikomotor dapat mencakup lebih dari
satu kata kerja operasional.
Selanjutnya, untuk menilai hasil belajar peserta didik pada soal ranah psikomotor perlu
disiapkan lembar daftar periksa observasi, skala penilaian, atau portofolio. Tidak ada
perbedaan mendasar antara konstruksi daftar periksa observasi dengan skala penilaian.
Penyusunan kedua instrumen itu harus mengacu pada soal atau lembar perintah/lembar
kerja/lembar tugas yang diberikan kepada peserta didik. Berdasarkan pada soal atau lembar
perintah/lembar tugas dibuat daftar periksa observasi atau skala penilaian. Pada umumnya,
baik daftar periksa observasi maupun skala penilaian terdiri atas tiga bagian, yaitu: (1)
persiapan, (2) pelaksanaan, dan (3) hasil.
F. Penyusunan Rancangan Penilaian
Sebaiknya guru merancang secara tertulis sistem penilaian yang akan dilakukan selama
satu semester. Rancangan penilaian ini sifatnya terbuka, sehingga peserta didik, guru lain,
dan kepala sekolah dapat melihatmya.
Langkah-langkah penulisan rancangan penilaian adalah:
1. Mencermati silabus yang sudah ada
2. Menyusun rancangan sistem penilaian berdasarkan silabus yang telah disusun
Selanjutnya, rancangan penilaian ini diinformasikan kepada peserta didik pada awal
semester. Dengan demikian sistem penilaian yang dilakukan guru semakin sempurna atau
semakin memenuhi prinsip – prinsip penilaian.
G. Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-
kisi merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan
menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama.

Contoh kisi-kisi soal ranah psikomotor praktik teknik mesin. Tabel


2. kisi-kisi soal praktik teknik mesin.
Bahan
Materi Bentuk Nomor
Kompetensi Dasar kelas/S Indikator
Pembelajaran soal soal
em

1.3 Mempraktikkan berbagai X/1 Membubut Mendemons- Tes 1


keterampilan bertinggkat trasikan perbuat
mengoprasionalkan pekerjaan an/prakt
mesin bubut dengan membubut ek
menggunakan peraturan, dengan teknik
serta nilai kerjasama, yang benar
kejujuran, menghargai,
semangat, dan percaya
diri

H. Penyusunan Instrumen Penilaian Psikomotor


Instrumen Penilaian psikomotor terdiri atas soal atau perintah dan pedoman penskoran
untuk menilai unjuk kerja peserta didik dalam melakukan perintah/soal tersebut.
1. Penyusunan soal
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh penulis soal ranah psikomotoradalah
mencermati kisi-kisi instrumen yang telah dibuat. Soal harus dijabarkan dari indikator
dengan memperhatikan materi pembelajaran. Pada contoh kisi-kisi di atas, dapat dibuat soal
sebagai berikut:
”Demonstrasikan/lakukan membubut dengan teknik yang benar. Perhatikan periapan
alat, proses setting, proses membubut dan hasil pekerjaan”.
Soal ranah psikomotor untuk ulangan tengah semester dan akhir semester yang biasanya
sudah mencapai tingkat psikomotor manipulasi, mencakup beberapa indikator.
2. Pedoman penskoran
Pedoman penskoran dapat berupa daftar periksa observasi atau skala penilaian yang
harus mengacu pada soal. Soal/lembar tugas/perintah kerja ini selanjutnya dijabarkan
menjadi aspek-aspek keterampilan yang diamati. Untuk soal dari contoh kisi-kisi di atas,
cara menuliskan daftar periksa observasi atau skal penilaiannya sebagai berikut.
a. Mencermati soal
b. Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan kunci dalam membubut praktik mesin;
dalam hal ini aspek-aspek keterampilan kunci itu adalah : (1) langka persiapan (2)
pengerjaan proses, (3) hasil benda kerja. (4) sikap kerja (5)
waktu. Misalnya juga untuk contoh olah raga lari cepat (1) posisi mulai (starting
position), (2) teknik mulai (starting action), (3) tekniklari (sprinting action), dan (4)
teknik memasuki garis finish (finishing action).
c. Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan dari setiap aspek keterampilan kunci
d. Menentukan jenis instrumen untuk mengamati kemampuan peserta didik, apakah
daftar periksa observasi atau skala penilaian
e. Menuliskan aspek-aspek keterampilan dalam bentuk pertanyaan/ pernyataan ke dalam
tabel
f. Membaca kembali skala penilaian atau daftar periksa observasi untuk meyakinkan
bahwa instrumen yang ditulisnya sudah tepat
g. Meminta orang lain untuk membaca atau menelaah instrumen yang telah ditulis untuk
meyakinkan bahwa instrumen itu mudah dipahami oleh orang lain.
h. Langkah (f) adalah upaya penulis agar instrumen memiliki validitas isi tinggi,
sedangkan langkah (g) adalah upaya penulis agar instrumen memiliki reliabilitas
tinggi.

PENSEKORAN DALAM PENILAIAN PRAKTEK TEKNIK MESIN

Satuan Pendidikan : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


Kompetensi Keahlian : TEKNIK PERMESINAN

Kode Kompetensi : M7.6A


Nomor Peserta :
Nama Peserta :

I. Persiapan Kerja: Sekor


0 -10
1. Melakukan prosedur kerja
2. Pemeriksaan awal pengoprasian mesin

3. Menyiapkan toolseat dan alat ukur

4. Memahami gambar kerja


Jumlah Skor persiapan kerja :
II. Proses Pengerjaan: Sekor
0-10

Langkah 5
Lakukan pembubutan kedua permukaan benda kerja panjang 100 mm dan Lakukan
pembubutan lulus sampai diameter16 mm.

Langkah 6
Pembuatan lubang menggunakan center Drill / Counter zig

Langkah 7
Lakukan pembuatan Knurling / Kartel sepanjang 60 mm
II. Proses Pengerjaan: Sekor
0-10
Langkah 8
Pembuatan tirus dengan sudut 4o dengan panjang 40mm

Langkah 9
Pembuatan Key slot dengan menggunakan mesin end milld 10 mm

Langkah 10
Pembuatan bakal ulir sepanjang 10 mm dengan diameter 8 mm

Langkah 11
II. Proses Pengerjaan: Sekor
0-10
Pembuatan alur dengan panjang 2 mm dan diameter 5 mm

Langkah 12
Pembuatan champer C1 dan C3

Langkah 13
Pembuatan ulir M8 x 1,25

Langkah 14
Pembuatan benda kerja dengan diameter 24 dan panjang 55 mm
II. Proses Pengerjaan: Sekor
0-10

Langkah 15
Pembuatan tirus dengan sudut 14o

Langkah 16
Pemboran diameter 8,75 dengan kedalaman 20 mm

Sekor 0
III. HASIL KERJA
-10
17. Kualitas ukuran
18. Kualitas rakitan
Jumlah Skor Hasil Kerja

Sekor
IV. SIKAP KERJA
0 - 10
19.Penggunaan alat perkakas tangan dan alat ukur
20.Penggunaan alat keselamatan kerja
Jumlah Skor Sikap Kerja
Sekor 0-
V. WAKTU
10
21.Penyelesaian pengerjaan komponen
22.Ketepat gunaan benda kerja
Jumlah Skor Waktu

Nilai Praktik
Prosentase Bobot Komponen Penilaian
(NP)
Sikap
Persiapan Proses Hasil Waktu  NK
Kerja
1 2 3 4 5 6

Bobot (%) 10 40 10 30 10 100%

Skor
Komponen

NK

Keterangan :
 Bobot diisi dengan prosentase setiap komponen. Besarnya prosentase dari setiap
komponen ditetapkan secara proposional sesuai karakteristik program keahlian.
 NK = Nilain komponen, perkalian dari bobot dengan skor komponen
 NP = Penjumlahan dari hasil perhitungan nilai komponen.
Jakarta,................................2012
Penilai

……………………………….
I. Penilaian Ranah Psikomorik
Tidak jauh berbeda dengan penilaian ranah kognitif, penilaian ranah psikomotor juga
dimulai dengan pengukuran hasil belajar peserta didik. Perbedaan di antara keduanya adalah
pengukuran hasil belajar ranah kognitif umumnya dilakukan dengan tes tertulis, sedangkan
pengukuran hasil belajar ranah psikomotor menggunakan tes unjuk kerja atau tes
perbuatan.
1. Kriteria (Rubrics)
Kriteria atau rubrik adalah pedoman penilaian kinerja atau hasil kerja peserta didik. Dengan
adanya kriteria, penilaian yang subjektif atau tidak adil dapat dihindari atau paling tidak
dikurangi, guru menjadi lebih mudah menilai prestasi yang dapat dicapai peserta didik, dan
peserta didik pun akan terdorong untuk mencapai prestasi sebaik-baiknya karena kriteria
penilaiannya jelas.
Rubrik terdiri atas dua hal yang saling berhubungan. Hal pertama adalah skor dan hal
lainnya adalah kriteria yang harus dipenuhi untuk mencapai skor itu. Banyak sedikitnya
gradasi skor (misal 5, 4, 3, 2, 1) tergantung pada jenis skala penilaian yang digunakan dan
hakikat kinerja yang akan dinilai. Contoh rubrik dan penggunaannya pada lembar skala
penilaian sebagai berikut.

Berilah centang () di bawah skor 5 bila Anda anggap cara melakukan aspek keterampilan
sangat tepat, skor 4 bila tepat, 3 bila agak tepat, 2 bila tidak tepat, dan skor 1 bila sangat tidak
tepat untuk setiap aspek keterampilan di bawah ini!

kriteria (rubrik)

Nomor Skor
Aspek Keterampilan
Butir 5 4 3 2 1
Starting Position
Waktu jongkok lutut kaki belakang ada di depan
01
ujung kaki lainnya
Kedua tangan di tanah, siku lurus, empat jari agak rapat
02
mengarah ke samping luar.
Waktu jonkok posisi punggung segaris dengan
03
kepala
04 Pandangan kira-kira 1 meter di depan garis start
Waktu aba-aba siap, posisi tungkai depan ± 90° dan
05
tungkai belakang 100°-120°
Starting Action
06 ………………………………………………
07 ………………………………………………
08. ………………………………………………
09. ………………………………………………

Tampak dalam skala penilaian di atas bahwa penilai harus bekerja keras untuk menilai
apakah aspek keterampilan yang muncul itu sangat tepat sehingga harus diberi skor 5, atau
agak tepat sehingga skornya 3. Oleh karena itu, dalam menggunakan skala penilaian ini
harus dilakukan secermat mungkin agar skor yang didapat menunjukkan kemampuan
peserta didik yang sebenarnya. Sedikit berbeda dengan skala penilaian, skor yang ada di
lembar daftar periksa observasi tidak banyak bervariasi, biasanya hanya dua pilihan, yaitu:
ada atau “ya” dengan skor 1 dan “tidak” dengan skor 0. Kriteria (rubrik) dan
penggunaannya pada datar periksa observasi dapat dilihat pada contoh berikut.

Berilah centang (√) di bawah kata “ya” bila aspek keterampilan yang dinyatakan itu muncul dan
benar, dan berilah centang di bawah kata “tidak” bila aspek keterampilan itu muncul tetapi tidak
benar atau aspek itu tidak muncul sama sekali. Kata “ya” diberi skor 1, dan kata “tidak” diberi
skor 0.

kriteria (rubrik)

Nomor Jawaban
Aspek keterampilan
Butir Ya Tidak
Starting Position
Waktu jongkok lutut kaki belakang ada di depan ujung kaki
01
lainnya
Kedua tangan di tanah, siku lurus, empat jari agak rapat mengarah
02
ke samping luar.
03 Waktu jonkok posisi punggung segaris dengan kepala
04 Pandangan kira-kira 1 meter di depan garis start
Waktu aba-aba siap, posisi tungkai depan ± 90° dan tungkai
05
belakang 100°-120°
Starting action
06 ……………………………………
07 ……………………………………

J. Penskoran dan Interpretasi Hasil Penilaian


Hal pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan penskoran adalah ada atau tidak
adanya perbedaan bobot tiap-tiap aspek keterampilan yang ada dalam skala penilaian atau
daftar periksa observasi. Apabila tidak ada perbedaan bobot maka penskorannya lebih
mudah. Skor akhir sama dengan jumlah skor tiap-tiap butir penilaian.
Selanjutnya untuk menginterpretasikan, hasil yang dicapai dibandingkan dengan acuan
atau kriteria. Oleh karena pembelajaran ini menggunakan pendekatan belajar tuntas dan
berbasis kompetensi maka acuan yang digunakan untuk menginterpretasikan hasil penilaian
kinerja dan hasil kerja peserta didik adalah acuan kriteria. Untuk contoh lembar penilaian
“Lari cepat 100 meter” yang butirnya ada 20 dengan rentang skor tiap butir 1 sampai dengan
5, maka skor minimalnya 20 dan skor maksimalnya 100. Ini berarti bahwa peserta didik
yang mendapat skor 20 diartikan gagal total, sedangkan peserta didik yang mendapat skor
100 diartikan berhasil secara sempurna. Sebagai contoh perhatikan tabel dan penjelasan berikut.

Tabel 3. Lembar Penilaian Kinerja Lari Cepat 100 Meter


SKOR HASIL PENILAIAN SKOR
NO PERNYATAAN
BUTIR
5 4 3 2 1
Starting Position
1 Posisi lutut waktu jongkok
2 Posisi tangan waktu jongkok
3 Posisi punggung waktu jongkok
4 Pandangan mata saat start
5 Posisi tungkai saat aba-aba siap
Starting action
6 Gerakan kaki dan tangan saat mulai
7 lari
Posisi lutut saat kaki kiri menolak
8 pada waktu lari dimulai
Kecepatan gerakan kaki kanan
9 setelah kaki kiri digerakkan
10 Jangkauan ayunan dan ketinggian
kaki kanan
Posisi lutut saat kaki kanan
mendarat di tanah
Sprinting action
11 Keadaan lutut kaki belakang saat
menolak ke depan
12 Keadaan telapak kaki saat kaki
depan menapak ke tanah
13 Sumber ayunan lengan saat lari
14 Posisi siku saat lari
15 Posisi badan saat lari
Finishing Action
16 Gerakan kaki saat masuk finish
17 Pandangan mata saat masuk finish
18 Kecepatan saat masuk finish
19 Posisi badan saat masuk finish
20 Kecepatan lari setelah masuk finish
JUMLAH

Apabila ditetapkan batas kelulusan 75% dari skor maksimal maka peserta didik yang
mendapat skor 75 ke atas dikatakan lulus sedangkan peserta didik yang mendapat skor
kurang dari 75 diharuskan mengikuti program remedial. Dalam contoh ini, karena skor
yang dicapai peserta didik adalah 67, maka peserta didik itu masih perlu remedial.
Apabila tiap-tiap aspek keterampilan tidak sama bobotnya, maka skor akhir yang
dicapai peserta didik sama dengan jumlah skor tiap-tiap butir yang sudah ditentukan
bobotnya. Skor tiap-tiap butir sama dengan skor yang dicapai dibagi banyaknya pilihan
jawaban kemudian dikalikan dengan bobot masing-masing butir.
Pada contoh lembar penilaian “Lari cepat 100 meter” dengan bobot untuk
kelompok starting position = 25%, starting action = 25%, sprinting action = 30%,
dan kelompok finishing action 20% dari skor maksimal, bobot tiap-tiap butir sama
dengan bobot kelompok itu dibagi dengan jumlah butir, jadi bobot tiap-tiap butir dalam
kelompok aspek keterampilan starting position adalah 5%, starting action = 5%,
sprinting action = 6%, dan finishing action 4% dari skor maksimal. Oleh karena skor
maksimalnya 100 maka bobot tiap-tiap butir dalam kelompok aspek keterampilan
starting position adalah 5, starting action = 5,
sprinting action = 6, dan finishing action 4. Dengan demikian, skor tiap-tiap butir
yang sudah ditentukan bobotnya sama dengan skor butir sebelum ditentukan bobotnya
dibagi banyaknya pilihan jawaban dikalikan bobot tiap-tiap butir. Misal: untuk butir
nomor 1 dari contoh di atas, skor butir yang sudah ditentukan bobotnya = (2/5) x 5 = 2.

Secara lengkap, untuk contoh di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut. Tabel 4.
Lembar Penilaian Lari Cepat 100 Meter
SKOR HASIL PENILAIAN SKOR
NO PERNYATAAN
5 4 3 2 1 BUTIR
Starting Position (bobot 25%)
1 Posisi lutut waktu jongkok Posisi 2
X
2 tangan waktu jongkok Posisi X 3
3 punggung waktu jongkok 4
4 Pandangan mata saat start X 2
X
5 Posisi tungkai saat aba-aba siap X 3
Jumlah 14

Starting action (bobot 25%)


6 4
Gerakan kaki dan tangan saat mulai lari
7 5
Posisi lutut saat kaki kiri menolak pada waktu lari
dimulai
8 Kecepatan gerakan kaki kanan setelah kaki kiri X 1
digerakkan X

Jangkauan ayunan dan ketinggian kaki kanan X


9 2
Posisi lutut saat kaki kanan mendarat di tanah X
10 X 3
Jumlah 15
Sprinting action (bobot 30%)
11 3
Keadaan lutut kaki belakang saat menolak ke X
depan
12 Keadaan telapak kaki saat kaki depan menapak ke 2
tanah
Sumber ayunan lengan saat lari
13 X 3
Posisi siku saat lari X
14 X 5
Posisi badan saat lari
15 X 5
Jumlah 18
Finishing Action (bobot 20%)
16 Gerakan kaki saat masuk finish 4
X
17 Pandangan mata saat masuk finish 4
18 Kecepatan saat masuk finish 4
X
19 Posisi badan saat masuk finish 4
X
20 Kecepatan pelari setelah masuk finish X 4
X
Jumlah 20
JUMLAH TOTAL 67

Ternyata ada perbedaan sedikit antara jumlah skor yang menggunakan bobot dan
jumlah skor yang tidak menggunakan bobot. Jumlah skor setelah memperhatikan bobot
adalah 67. Selanjutnya, apabila batas kelulusan itu 75 maka peserta didik ini
dikategorikan belum lulus.
Daftar periksa observasi yang bobot tiap-tiap aspek keterampilannya sama,
penskorannya lebih mudah.

K. Analisis Hasil Penilaian


Penilaian yang diselenggarakan oleh pendidik mempunyai banyak kegunaan, baik bagi
peserta didik, satuan pendidikan, ataupun bagi pendidik sendiri. Secara rinci dapat
dijelaskan manfaat penilaian, yaitu:
1. mengetahui tingkat ketercapaian Standar Kompetensi yang sudah
dijabarkan ke Kompetensi Dasar.
2. mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik.
3. mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik.
4. mendorong peserta didik belajar/berlatih.
5. mendorong pendidik untuk mengajar dan mendidik lebih baik.
6. mengetahui keberhasilan satuan pendidikan dan mendorongnya untuk berkarya
lebih terfokus dan terarah.
Untuk mendapatkan manfaat seperti yang telah dijelaskan di atas maka perlu dilakukan
analisis terhadap hasil tes/penilaian yang telah dicapai oleh peserta didik. Caranya
yaitu dengan membuat tabel spesifikasi yang dapat menunjukkan kompetensi dasar,
indikator, atau aspek keterampilan mana yang belum dikuasai oleh peserta didik.
Selanjutnya, aspek keterampilan yang belum dikuasai itu dituliskan dalam kolom
keterangan.

Contoh analisis hasil tes dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Contoh tabel analisis hasil tes

Jenis Sekolah : Sekolah Menengah Atas (SMA)


Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olah raga, dan Kesehatan
Kelas/Semester : X/I
Jenis ujian : Ulangan Harian
Nama Peserta didik:
Tabel 2. Analisis Hasil Tes
Jumlah Jumlah Persentase
Kompetensi Dasar butir yang butir yang keber- Penguasaan Keterangan
diujikan betul hasilan
1.1Mempraktik-kan 20 13 65 BL*) Menguasai aspek
keterampilan keterampilan dalam
bermain salah menendang bola
satu permainan menggunakan kaki
dan olahraga bagian dalam dan
beregu bola punggung kaki, tetapi
besar serta nilai belum menguasai aspek
kerjasama, keterampilan
kejujuran, menendang bola
menghargai, menggunakan kaki
semangat, dan bagian luar dengan
percaya diri teknik yang benar.
*) BL = Belum Lulus

Berdasar Tabel 2 di atas, tampak bahwa peserta didik sudah menguasai aspek
keterampilan dalam menendang bola menggunakan kaki bagian dalam dan
punggung kaki, tetapi belum menguasai aspek keterampilan menendang bola
menggunakan kaki bagian luar dengan teknik yang benar. Dengan demikian, guru
mengetahui dengan persis aspek keterampilan apa yang belum dikuasai oleh peserta
didik. Berdasarkan hasil analisis inilah guru memberikan bantuan untuk perbaikan
prestasi belajarnya melalui program remedi. Hal yang harus diperhatikan adalah
peserta didik yang mengikuti remedi harus diberi bantuan/layanan untuk memperbaiki
penguasaan aspek keterampilan yang belum dikuasainya. Tidak hanya diuji ulang,
tetapi juga harus berlatih kembali untuk dapat mencapai kompetensi psikomotor yang
ditetapkan.

L. Laporan Hasil Penilaian


Hasil belajar peserta didik mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Oleh karena itu laporan hasil belajar peserta didik juga harus mencakup ketiga
ranah tersebut. Informasi ranah afektif dapat diperoleh melalui kuesioner atau pengamatan
yang sistematik. Informasi ranah kognitif dan psikomotor diperoleh dari sistem penilaian
yang digunakan untuk mata pelajaran, sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Jadi tidak
semua mata pelajaran memiliki nilai untuk ranah psikomotor.
Hasil belajar ranah kognitif, psikomotor, dan afektif tidak dijumlahkan, karena
dimensi yang diukur berbeda. Masing-masing dilaporkan sendiri-sendiri dan memiliki
makna yang sama penting. Ada peserta didik yang memiliki kemampuan kognitif tinggi,
kemampuan psikomotor cukup, dan memiliki minat belajar yang cukup. Namun ada peserta
didik lain yang memiliki kemampuan kognitif cukup, kemampuan psikomotor tinggi. Bila
skor kemampuan kedua peserta didik ini dijumlahkan, bisa terjadi skornya sama, sehingga
kemampuan kedua orang ini tampak sama walau sebenarnya karakteristik kemampuan
mereka berbeda. Selain itu, ada informasi penting yang hilang, yaitu karakteristik spesifik
kemampuan masing-masing individu.
Di dunia ini ada orang yang kemampuan berpikirnya tinggi, tetapi kemampuan
psikomotornya rendah. Agar sukses, orang ini harus bekerja pada bidang pekerjaan yang
membutuhkan kemampuan berpikir tinggi dan tidak dituntut harus melakukan kegiatan yang
membutuhkan kemampuan psikomotor yang tinggi. Oleh karena itu, laporan hasil belajar
harus dinyatakan dalam tiga ranah tersebut. Laporan hasil belajar peserta didik untuk setiap
akhir semester berupa rapor yang disampaikan kepada orang tua peserta didik. Untuk
meningkatkan akuntabilitas satuan pendidikan, hasil belajar peserta didik dilaporkan kepada
dinas pendidikan, dan sebaiknya juga dilaporkan ke masyarakat. Laporan ini dapat berupa
laporan perkembangan prestasi akademik sekolah yang ditempelkan di tempat pengumuman
sekolah.
BAB IV
PENILAIAN KETERAMPILAN KOMPETENSI
INTI (KI 4)

A. Penilaian Kompetensi Keterampilan

Pengertian penilaian kompetensi inti (KI 4) pada kurikulum 2013, adalah ranah yang
berkaitan dengan skill kemampuan bertindak setelah peserta didik menerima pengalaman
dalam proses belajar keterampilan tertentu. Dalam kurikulum 2013 kompetensi
keterampilan menjadi kompetensi inti 4 (KI 4).
Keterampilan ini menunjukkan tingkat keahlian peserta didik dalam suatu tugas
tertentu. Proses belajar kompetensi inti 4 ini, dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan individu. Hasil belajar kompotensi inti (KI 4) ini sebagai aspek psikomotor
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif. Hasil
belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik
telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung
dalam ranah kognitif dan afektif.
Dari penjelasan tentang pengertian keterampilan (psikomotorik) di atas dapat
dikemukakan bahwa penilaian kompetensi keterampilan adalah penilaian yang dilakukan
guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi keterampilan dari peserta didik yang
meliputi beberapa aspek (a) imitasi, (b) manipulasi, (c) presisi,
(d) artikulasi, dan (e) naturalisasi. Kompetensi inti 4 (KI 4), yakni keterampilan tidak dapat
dipisahkan dengan kompetensi inti 3 (KI 3), yakni pengetahuan.
Berikut ini penjelasan dari kompetensi keterampilan dalam kurikulum 2013.

Tabel 4.1.Kompetensi Intl (KI 4) Kelas I, II, dan HI Sekolah Dasar/Madrasah


Ibtidaiyah
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI
KELAS 1 KELAS II KELAS III
4.Menyajikan pengetahuan 4.Menyajikan pengetahuan 4.Menyajikan pengetahuan
faktual dalam bahasa yang faktual dalam bahasa yang faktual dalam bahasa yang
jelas dan logis, dalam karya jelas dan logis, dalam karya jelas, sistematis dan logis,
yang estetis, dalam gerakan yang es- tetis,dalam dalam karya yang estetis, dalam
yang mencerminkan anak gerakan yang gerakan yang men- cerminkan
se- hat, dan dalam tindakan mencerminkan anak sehat, anak sehat, dan dalam tindakan
yang men-cerminkan dan dalam tindakan yang yang mencerminkan perilaku
perilaku anak beriman dan men- cerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
berakhlak mulia anak beriman dan mulia
berakhlak mulia
Tabel 4.2 Kompetensi Inti (KI 4) Kelas IV, V, dan VISekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI


KELAS IV KELAS V KELAS VI
4.Menyajikan pengetahuan 4.Menyajikan pengetahuan 4.Menyajikan pengetahuan
faktual dalam faktual dan faktual dan
bahasa yang konseptual dalam bahasa konseptual dalam bahasa
jelas, sistematis dan yang jelas, yang jelas,
logis, dalam karya sistematis dan logis, da- sistematis dan logis,
yang estetis, dalam lam karya yang dalam karya yang
gerakan yang estetis, dalam gerakan estetis, daiam gerakan
mencerminkan anak yang men-cerminkan yang mencerminkan
sehat, dan dalam tin- anak sehat, dan dalam anak se-hat, dan
dakan yang mencermin tindakan yang dalam tindak an yang
kan perilaku anak ber- mencermin kan mencerminkan pe-
iman dan berakhlak perilaku anak beriman rilaku anak beriman
mulia dan ber-akhlak mulia dan berakhlak mulia

Tabel 4. 3. Kompetensi Inti Keterampilan (KI 4) Sekolah Menengah


Pertama/Madrasah Tsanawiyah
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTl
KELAS VII KELAS VIII KELAS IX
4. Mencoba, mengolah, dan 4. Mencoba, mengolah, dan 4. Mencoba, mengolah, dan
menyaji dalam ranah menyaji dalam menyaji dalam
kon-kret ranah konkret ranah konkret
(menggunakan, men- (menggunakan, (menggunakan,
gurai, merangkai, me- mengurai, merangkai, mengurai, merangkai,
modifikasi, dan memodifikasi, dan memodifikasi, dan
membuat) dan ranah mem-buat) dan ranah mem-buat) dan ranah
abstrak (me-nulis, abstrak (menulis, abstrak (menulis,
membaca, meng- hitung, membaca, menghitung, membaca, menghitung,
menggambar, dan meng- meng-
mengarang) gambar, dan gambar, dan
sesuai de-ngan yang mengarang) sesuai mengarang) sesuai
dipelajari di sekolah dan dengan yang dipelajari dengan yang dipelajari
sumber lain yang sama di sekolah dan sumber di sekolah dan sumber
dalam sudut lain yang sama dalam lain yang sama dalam
pandang/teori sudut pandang/teori sudut pandang/ teori
Tabel 4.4. Kompetensi Intl Ketarmpilan (KI 4) Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS.VIII KELAS.VIII KELAS IX
4. Mengolah, menalar dan 4. Mengolah, menalar dan 1. Mengolah, menalar
menyaji dalam ranah menyaji dalam ranah menyaji dan mencipta
konkret dan ranah abstrak konkret dan ranah abstrak dalam ranah konkret
terkait dengan terkait dengan pengem- dan ranah abstrak
pengembangan dari yang bangan dari yang dipela- terkait dengan
dipelajarinya di sekolah jarinya di sekolah secara pengembangan dari
secara mandiri dan mandiri bertindak secara yang dipelajarinya di
mampu efektif dan kreatif serta sekolah secara
menggunakan metode mampu menggunakan mandiri bertindak
sesuai kaidah keilmuan metode sesuai kaidah secara efektif dan
keilmuan kreatif dan mampu
menggunakan metode
sesuai kaidah keilmuan

Tabel 4.5. Kompetensi Inti Keterampilan (KI 4) Sekolah Menengah


Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS.VIII KELAS.VIII KELAS IX
4. Mengolah, menalar dan 4. Mengolah, menalar dan 1. Mengolah, menalar dan
menyaji dalam ranah menyaji dalam ranah menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak konkret dan ranah konkret dan ranah
terkait dengan pengem- abstrak terkait dengan abstrak terkait dengan
bangan dari yang dipela- pe-ngembangan dari pe-
jarinya di sekolah secara yang dipelajarinya di ngembangan dari yang
mandiri dan mampu sekolah secara di pelajarinya disekolah
melaksanakan tugas mandiri, bertindak secara secara mandiri dan
spesifik di bawah efektif dan kretaif dan mampu melaksanakan
pengawasan langsung mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah
tugas spesifik di bawah pengawasan langsung
pengawasan lang- sung

B. Ruang Lingkup Penilaian Kompetensi Keterampilan


Di dalam kompetensi keterarnpilan itu ada lima jenjang proses berpikir, yakni:
(1) imitasi, (2) manipulasi, (3) presisi, (4) artikulasi, dan (5) natualisasi. Berikut ini
penjelasan masing-masing proses berpikir keterampilan (psikomotorik), yakni:
1. Imitasi
Kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang
dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Contohnya, seorang peserta didik di SMK
dapat menggerinda dengan tepat karena pernah melihat atau memerhatikan hal yang
sama sebelumnya.
2. Manipulasi
Kemampuan melakukan kegiatan dalam keterampilan yang sangat sederhana yang
belum pernah dilihat, tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Sebagai
contoh, seorang peserta didik SMK dapat mengelas atau siswa SMA dengan tepat
hanya berdasarkan pada petunjuk guru atau teori yang dibacanya.
3. Presisi
Kemampuan melakukan kegiatan katerampilan yang akurat sehingga mampu
menghasilkan produk kerja yang tepat. Contoh, peserta didik SMK dapat mengelas
sesuai dengan tujuan atau aturan yang tepat , peserta didik SMA dapat mengarahkan
bola yang dipukulnya sesuai dengan target yang diinginkan.
4. Artikulasi
Kemampuan melakukan kegiatan atau keterampilan yang kompleks dan tepat
sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh sesuai dengan tujuan atau
aturan yang tepat. Sebagai contoh, peserta didik siswa SMA dapat mengejar bola
kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang
diinginkan. Siswa SMK dapat mengerjakan keterampilan mengelas sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, peserta didik siswa SMA sudah dapat
melakukan tiga kegiatan yang tepat, yaitu lari dengan arah dan kecepatan tepat serta
memukul bola dengan arah yang tepat pula. Peserta didik siswa SMK sudah dapat
mengelas dengan baik dan sesuai dengan aturan dalam belajar pengelasan.
5. Naturalisasi
Kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan
fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Sebagai contoh tanpa berpikir panjang
peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga
arah bola sesuai dengan target yang diinginkan.

Dalam kurikulum 2013 ranah psikomotorik tercantum dalam kompetensi inti 4 (KI
4), yakni keterampilan. Semua mata pelajaran memiliki aspek keterampilan sebagai
kelanjutan dari aspek pengetahuan (kompetensi inti 3 atau KI 3) yang telah
dikuasai peserta didik. Dengan demikian, kompetensi inti 3 (pengetahuan) itu untuk
menggambarkan bahwa peserta didik telah tahu tentang kompetensi pengetahuan yang
dipelajari, sedangkan kompetensi inti 4 (keterampilan) itu menggambarkan bahwa peserta
didik telah bisa tentang kompetensi keterampilan yang dipelajari. Jadi kompetensi
pengetahuan mencerminkan "mengetahui", sedangkan kompetensi keterampilan
mencerminkan "dapat melakukan". Jadi dalam kurikulum 2013 semua mata pelajaran
mengakomodasi ranah psikomotorik (keterampilan) yang merupakan satu kesatuan dengan
ranah kognitif (pengetahuan) dan ranah afektif.

Tabel 4.6 Contoh Kata-kata Kerja Operasional Ranah Psikomotorik


Meniru Manipulasi Presisi Artikulasi Naturalisasi
(P1) (P2) (P3) (P4) (P5)
Menyalin Kembali Menunjuk-kan Membangun Mendesain
membuat
Mengikuti Melengkapi Mengatasi Menentukan
Membangun Menunjuk-kan, Menggabung-kan
Merepli-kasi Menyempur- koordinat, Mengelola
Melakukan,
Mengula-ngi nakan Mengintegra- Menciptakan
Melaksana-
Mengkali-brasi sikan Beradaptasi
Mematuhi kan,
Mengendali- Mengembang- kan
Menerapkan
kan Merumuskan,
MemodifikasiMas
ter

Tabel 4.7. Ciri-ciri Hasil Belajar Ranah Psikomotorik


Tingkat Hasil
No. Ciri – Ciri
Belajar
1. Mengenal objek melalui pengamatan indrawi
1. Perception 2. Mengolah hasil pengamatan (dalam pikiran)
3. Melakukan seleksi terhadap objek (pusat perhatian)
1. Kesiapan mental untuk bereaksi
2. Set 2. Kesiapan flsik untuk bereaksi
3. Kesiapan emosi atau perasaan untuk bereaksi
1. Melakukan peniruan
3. Guided Response 2. Melakukan coba-coba salah (trial and error)
3. Pengembangan respons baru
1. Mulai tumbuh performance skill dalam berbagai
4. Mechanism bentuk
2. Respons-respons baru muncul dengan sendirinya
Complex overt
5. Response Sangat terampil yang digerakkan oleh aktivitas motoriknya

1. Pengembangan keterampilan individu untuk gerakan yang


6. Adaptation dimodifikasi
2. Kemampuan untuk menghadapi problem solving
Mampu mengembangkan kreativitas gerakan-gerakan baru untuk
7. Origination menghadapl bermacam-macam situasi atau problema-problema
yang spesiflk
Sumber: Edward Norman Gronlund (1981)

Tabel 4.6. Kata Operasional "indikator Pencapaian Kompetensi Peserta Didik" yang
Dapat Diukur dalam Aspek Kompetensi Keterampilan (Skill)
No. Kata Operasional
1. Membaca dan menulis
2. Mengukur suatu nilai
3. Menganalisis
4. Menerapkan suatu konsep
5. Mengukur berat ringannya masalah
6 Berkomunikasi dengan berbagai bahasa
7. Terampil mengolah data
8. Terampil menyajikan data
9. Berpikir positif
10. Keterampilan mendengar
11. Keterampilan membaca grafik dan diagram
12. Membuat grafik dan diagram
13. Mengidentifikasi masalah

Contoh Penilaian Kompetensi Keterampilan


Penilai kompetensi keterampilan melalui:
(1) kinerja dengan guru menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu menggunakan tes praktik (unjuk kerja) dengan menggunakan instrumen
lembar pengamatan (observasi),
(2) proyek menggunakan lembar penilaian dokumen laporan proyek.
(3) penilaian portofolio dengan menggunakan lembar penilaian dokumen
kumpulan portofolio dan penilaian produk dengan menggunakan lembar penilaian produk.
Lembar penilian yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
dilengkapi rubrik.

Teknik-teknik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.


1. Lembar Penilaian Kinerja (Performance)
a. Penilaian Kenerja
Penilaian kinerja atau unjuk kerja adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang
secara efektif dapat digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang
bentuk-bentuk perilaku atau keterampilan yang diharapkan muncul dalam diri peserta didik.
Penilaian injuk kerja dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan
sesuatu. Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan. Pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian
kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktik di
laboratorium, paraktik mesin, praktik elektronika, praktik kelistikan, praktik shalat, praktik
olahraga, presentasi, diskusi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca
puisi/deklamasi, mencangkok, berpidato, dan lain-lain.
Dalam hubungannya dengan penilaian kinerja aspek-aspek yang dapat dinilai atau
diukur adalah:
1) Kualitas penyelesaian pekerjaan.
Bagaimana kualitas dari pekerjaan dari peserta didik ketika mengerjakan tugas tertentu,
seperti harus sesuai dengan kaidah-kaidah kerja yang telah ditentukan.
2) Keterampilan menggunakan alat-alat
Bagaimana peserta didik mampu menggunakan alat-alat yang digunakan dalam kinerja
untuk menyelesaikan tugas tertentu secara baik dan sesuai dengan Prosedur Operasional
Standar (POS).
3) Kemampuan menganalisis dan merencanakan prosedur kerja.
Bagaimana peserta didik mampu melakukan analisis dan merencanakan prosedur kerja
dari awal sampai selesai secara baik
4) Kemampuan mengambil keputusan berdasarkan aplikasi informasi yang
diberikan.
5) Kemampuan membaca, menggunakan diagram, gambar-gambar, dan simbol- simbol.
Menurut Suwandi (2010: 72), penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-
hal berikut:
1) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
2) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
4) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat
diamati.
5) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.
6) Peserta didik telah memperoleh semua bahan, alat, instrumen, gambar-gambar, atau
semua peralatan penyelesaian tes.
7) Peserta didik telah mengetahui apa yang harus dikerjakannya dan berapa lama
waktunya serta aspek-aspek apa saja yang akan dinilai.
8) Guru sebaiknya jangan memberi bantuan kepada peserta didik, kecuali menjelaskan
petunjuk-petunjuk yang telah diberikan kepadanya.

C. Lembar Pengamatan Penilaian Kinerja


Untuk mengamati penilaian kinerja peserta didik dapat menggunakan alat atau
instrumen lembar pengamatan atau observasi dengan daftar cek (check list) dan Skala
Penilaian (Rating Scale). Berikut ini penjelasan kedua sebagai alat penilaian kinerja
tersebut.
1) Check List
Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (baik atau tidak
baik, bisa atau tidak bisa). Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat
nilai baik atau mampu apabila yang ditampilkan sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan oleh guru. Sedangkan apabila peserta didik tidak mampu menampilkan
sesuatu sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, maka peserta didik dinyatakan
belum mampu untuk kriteria tersebut. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya
mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, mampu tidak-mampu, terampil
tidak-terampil dan kategori sejenisnya. Namun daftar cek lebih praktis digunakan
mengamati subjek dalam jumlah besar dan hasilnya kontras.
2) Rating Scale
Penilaian kinerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi
nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara
kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari
tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1= kurang kompeten, 2= cukup
kompeten, 3= kompeten dan 4= sangat kompeten. Untuk memperkecil faktor
subjektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu orang, agar hasil penilaian
lebih akurat.
D. langkah-langkah Penilalan Kinerja
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penilaian kinerja adalah:
1) Tetapkan KD yang akan dinilai dengan teknik penilaian kinerja beserta indikator-
indikatornya.
2) Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan
memengaruhi hasil akhir (out put) yang terbaik.
3) Tulislah perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting diperlukan untuk
menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir (output) yang terbaik.
4) Rumuskan kriteria kemampuan yang akan diukur.
5) Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur, atau
karakteristik produk yang dihasilkan.
6) Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang akan
diamati.
Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dilakukan dalam merencanakan
penilaian kinerja atau penilaian praktik.
1) Menentukan kompetensi yang penting untuk dinilai melalui tes praktik.
2) Menyusun indikator hasil belajar berdasarkan kompetensi yang akan dinilai.
3) Menguraikan kriteria yang menunjukkan capaian indikator hasil belajar.
4) Menyusun kriteria ke dalam rubrik penilaian.
5) Menyusun tugas sesuai dengan rubrik penilaian.
6) Mengujicobakan tugas jika terkait dengan kegiatan praktikum atau
penggunaan alat.
7) Memperbaiki berdasarkan hasil uji coba.
8) Menyusun kriteria/batas kelulusan/batas standar minimal capaian kompetensi peserta
didik.

Sedangkan langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian kinerja atau
praktik adalah:
1) Menyampaikan rubrik sebelum pelaksanaan penilaian kepada peserta didik.
2) Memberikan pemahaman yang sama kepada peserta didik tentang kriteria
penilaian.
3) Menyampaikan tugas kepada peserta didik.
4) Memeriksa kesediaan alat dan bahan yang digunakan untuk tes praktik.
5) Melaksanakan penilaian selama rentang waktu yang direncanakan.
6) Membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik penilaian
7) Melakukan penilaian dilakukan secara individual.
8) Mencatat hasil penilaian.
9) Mendokumentasikan hasil penilaian.

Pelaporan hasil penilaian peserta didik sebagai umpan balik terhadap penilaian
melalui penilaian kinerja atau praktik harus memerhatikan beberapa hal berikut ini.
1) Keputusan diambil berdasarkan tingkat capaian kompetensi peserta didik.
2) Pelaporan diberikan dalam bentuk angka dan/atau kategori kemampuan dengan
dilengkapi oleh deskripsi yang bermakna.
3) Pelaporan bersifat tertulis.
4) Pelaporan disampaikan kepada peserta didik dan orang tua peserta didik.
5) Pelaporan bersifat komunikatif, dapat dipahami oleh peserta didik dan orang tua
peserta didik.
6) Pelaporan mencantumkan pertimbangan atau keputusan terhadap capaian kinerja
peserta didik.

E. Rambu-rambu Penilaian Kinerja (Praktek)


Tugas-tugas untuk penilaian kinerja atau praktik harus memenuhi beberapa acuan
kualitas berikut:
1) Tugas kinerja mengarahkan peserta didik untuk menunjukkan capaian hasil belajar.
2) Tugas kinerja dapat dilakukan oleh peserta didik.
3) Mencantumkan waktu/kurun waktu pengerjaan tugas.
4) Sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.
5) Sesuai dengan konten/cakupan kurikulum atau rencana pembelajaran
semester (RPS).
6) Tugas bersifat adil (tidak bias) terhadap gender dan latar belakang sosial
ekonomi.

Rubrik penilaian kenerja atau praktik harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini:
1) Rubrik memuat seperangkat indikator untuk menilai kompetensi tertentu.
2) Indikator dalam rubrik diurutkan berdasarkan urutan langkah kerja pada tugas atau
sistematika pada hasil kerja peserta didik.
3) Rubrik dapat mengukur kemampuan yang akan diukur (valid).
4) Rubrik dapat digunakan dalam menilai kemampuan peserta didik.
5) Rubrik dapat memetakan kemampuan peserta didik.
6) Rubrik disertai dengan penskoran yang jelas untuk pengambilan keputusan.

Contoh Lembar Penilaian Kinerja dan Penskoran


Penilaian Praktek Teknik Mesin
Satuan Pendidikan : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
Kompetensi Keahlian : TEKNIK PERMESINAN

Kode Kompetensi : M7.6A


Nomor Peserta :
Nama Peserta :

Sekor
I. Persiapan Kerja: 0 -10
1. Melakukan prosedur kerja

2. Pemeriksaan awal pengoprasian mesin

3. Menyiapkan toolseat dan alat ukur


4. Memahami gambar kerja
Jumlah Skor persiapan kerja :

II. Proses Pengerjaan: Sekor


0-10
II. Proses Pengerjaan: Sekor
0-10

Langkah 5
Lakukan pembubutan kedua permukaan benda kerja panjang 100 mm dan Lakukan
pembubutan lulus sampai diameter16 mm.

Langkah 6
Pembuatan lubang menggunakan center Drill / Counter zig

Langkah 7
Lakukan pembuatan Knurling / Kartel sepanjang 60 mm
II. Proses Pengerjaan: Sekor
0-10
Langkah 8
Pembuatan tirus dengan sudut 4o dengan panjang 40mm

Langkah 9
Pembuatan Key slot dengan menggunakan mesin end milld 10 mm

Langkah 10
Pembuatan bakal ulir sepanjang 10 mm dengan diameter 8 mm

Langkah 11
Pembuatan alur dengan panjang 2 mm dan diameter 5 mm
II. Proses Pengerjaan: Sekor
0-10

Langkah 12
Pembuatan champer C1 dan C3

Langkah 13
Pembuatan ulir M8 x 1,25

Langkah 14
Pembuatan benda kerja dengan diameter 24 dan panjang 55 mm
II. Proses Pengerjaan: Sekor
0-10

Langkah 15
Pembuatan tirus dengan sudut 14o

Langkah 16
Pemboran diameter 8,75 dengan kedalaman 20 mm

III. HASIL KERJA Sekor 0


-10
17. Kualitas ukuran
18. Kualitas rakitan
Jumlah Skor Hasil Kerja

IV. SIKAP KERJA Sekor


0 - 10
19.Penggunaan alat perkakas tangan dan alat ukur
20.Penggunaan alat keselamatan kerja
Jumlah Skor Sikap Kerja
V. WAKTU Sekor 0-
10

21.Penyelesaian pengerjaan komponen


22.Ketepat gunaan benda kerja
Jumlah Skor Waktu

Prosentase Bobot Komponen Penilaian Nilai Praktik


(NP)
Persiapan Proses Sikap Hasil Waktu  NK
Kerja
1 2 3 4 5 6
Bobot (%) 10 40 10 30 10 100%

Skor
Komponen
NK

Keterangan :
 Bobot diisi dengan prosentase setiap komponen. Besarnya prosentase dari setiap
komponen ditetapkan secara proposional sesuai karakteristik program keahlian.
 NK = Nilain komponen, perkalian dari bobot dengan skor komponen
 NP = Penjumlahan dari hasil perhitungan nilai komponen.
Jakarta,....................2012
Penilai

Contoh 2.
Penilaian Praktek Teknik Sipil
Amatilah perbedaan tekstur tanah liat, debu/endapan, atau pasir. (Skor 22) Contoh
Rubrik Penskoran Kinerja
No. Kreteria Jawaban Skor Mak Skor
Perolehan
1. Tahap persiapan
a. Memilih bahan (tepat= 3, cukup= 2, kurang= 1) 3 3
No. Kreteria Jawaban Skor Mak Skor
Perolehan
b. Kualitas bahan (baik=3, cukup=2, 3 2
kurang=1)
c. Kelengkapan alat (lengkap=3, cukup=2, 3 3
kurang=1) (sampel tanah, skop kecil,
kantong plastik, cangkir, air setengah
cangkir)
Jumlah 9 8
2. Tahap pelaksanaan
a. Mengambil tanah dengan skop kecil. 1 1
b. Menyemprotkan air ke tanah hingga lembab,
jika kering. 1 0
c. Jika terlalu basah tambahkan tanah kering ke
dalamnya. 1 1
d. Menentukan teksturnya: halus, kasar,
berbutir, atau lunak. 1 0
e. Menekan tanah dengan ibu jari dan jari
telunjuk. Apakah menyatu dengan air? 1 1
f. Membuat bulatan bola. Apakah dapat
dibentuk? Atau Jatuh berantakan? Berapa
lama bila bisa dibentuk? 1 0
g. Membuat tanah memanjang seperti pita.
Apakah panjangnya mencapai 5 cm tanpa
patch?
h. Menuangkan air ke dalam sampel tanah. 1 1
Apakah tanah dapat menyerap air atau
lolos/mengalir?
1 1

Jumlah 8 7
3. Tahap hasil pengamatan
a. Warna tanah (ada atau tidak): 1 1
b. Tekstur tanah (ada atau tidak): 1 0
c. Tanah (terpisah/bersatu) dengan air 1 1
d. Dapat dibentuk atau tidak
e. Daya serap dan porositas 1 1
Kesimpulan/hipotesis percobaan adalah 1 0
Jumlah 5 3
Skor Perolehan 18
Skor Maksimal 22

Nila
i = Skor Perolehan x 100
Skor Maksimal

Nilai = 11
x 100
22
= 80,1
Konversi skala 4:

80,1
100 X 4 = 3,2 (B)
Keterangan penilaian:
1) Sangat kompeten bila mendapatkan nilai 91 sampai dengan 100
2) Kompeten bila mendapatkan nilai 71 sampai dengan 90
3) Cukup kompeten bila mendapatkan nilai 61 sampai dengan 70
4) Kurang kompeten bila mendapatkan nilai kurang dari 61
Dan perolehan nilai unjuk kerja di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan atau
kompetensi peserta didik tersebut dalam percobaan adalah kompeten.

Contoh 3
Penilaian Praktek Olah Raga (Kesehatan Jasmani)
Berilah centang (V) untuk setiap aspek keterampilan di bawah ini:
a) Skor 5 bila Anda anggap cara melakukan aspek keterampilan sangat tepat,
b) Skor 4 bila tepat,
c) Skor 3 bila agak tepat,
d) Skor 2 bila tidak tepat, dan
e) Skor 1 bila sangat tidak tepat

Contoh Rubrik Penskoran Kinerja


NO. PERNYATAAN SKOR HASIL PENILAIAN SKOR
BUTIR
5 4 3 2 1
Starting Position
1. Posisi lutut waktu jongkok
2. Posisi tangan waktu jongkok
3. Posisi punggung waktu jongkok
4. Pandangan mata saat start
5. Posisi tungkai saat aba-aba siap
Jumlah
Starting action
6. Gerakan kaki dan tangan saat muIai
lari
7.
NO. PERNYATAAN SKOR HASIL PENILAIAN SKOR
BUTIR
Posisi lutut saat kaki kiri menolak
pada waktu Iari dimulai
8.
Kecepatan gerakan kaki kanan
9.
setelah kaki kiri digerakkan
Jangkauan ayunan dan ketinggian
10. kaki kanan
Posisi lutut saat kaki kanan mendarat
di tanah
Jumlah
Sprinting action
11. Keadaan lutut kaki belakang
menolak kedepan
Keadaan telapak kaki saat kaki
12. depan menapak ke tanah
13. Sumber ayunan lengan lutut saat lari
14. Posisi siku saat lari
15
Posisi badan saat lari

Finishing Action
16. Gerakan kaki saat masuk finish
17. Pandangan math saat masuk finish
18. Kecepatan saat masuk finish
19. Posisi badan saat masuk finish
20. Kecepatan lari setelah masuk finish
Jumlah
TOTAL

Contoh 4
Penilaian Kinerja Pidato Bahasa Inggris
Menggunakan Check List (V)
NO. ASPEK YANG DINILAI YA TIDAK
1. Berdiri tegak
2. Memandang ke arah hadirin
3. Pronunciation baik
4. Sistematika baik
5. Mimik baik
6. Intonasi baik
7. Penyampaian gagasan jelas
Skor yang dicapai
Skor maksimum

Skor.yang.diperole
Nilai = X100
h
Skor.Maksimum
Keterangan penilaian:
1) Sangat kompeten bila mendapatkan nilai 91 sampai dengan 100
2) Kompeten bila mendapatkan nilai 71 sampai dengan 90
3) Cukup kompeten bila mendapatkan nilai 61 sampai dengan 70
4) Kurang kompeten bila mendapatkan nilai kurang dari 61
Dari perolehan nilai kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan atau
kompetensi peserta didik tersebut dalam pidato Bahasa Inggris adalah kurang.

Contoh 5
Penilaian Kinerja Diskusi
Menggunakan Skala Lembar Observasi
Keterangan:
Skor 3 = Baik
Skor 2 = Cukup
Skor 1 = Kurang
Pengukuran Keefektifan Peserta Diskusi
KRETERIA KATEGORI
BAIK CUKUP KURANG
A. Sikap
1. Kerja sama
2. Semangat
KRETERIA KATEGORI
BAIK CUKUP KURANG
JUMLAH
B. Uraian
3. Masuk akal
4. Teliti
5. Jelas
6. Relevan
JUMLAH
C. Bahasa:
7. Kejelasan
8. Ketelitian
9. Ketepatan
10. Menarik
11. Kewajaran
JUMLAH
D. Kesopanan:
12. Menggunakan
bahasa yang
sopan
13. Membantu
kelompok pada
arah yang benar
14. Meluruskan
penyimpangan
15. Menunjukkan
sikap yang terpuji
JUMLAH
Skor Perolehan

Skor Maksimal

Nilai = x 100
Skor Perolehan
Skor Maksimal
Keterangan penilaian:
1) Baik bila mendapatkan nilai 81 sampai dengan 100
2) Cukup baik bila mendapatkan nilai 71 sampai dengan 80
3) Kurang baik bila mendapatkan nilai kurang dari 71
Contoh 6
Penilaian Kinerja Presentasi Lisan Bahasa Indonesia
NO ASPEK/ BAIK CUKUP KURANG KETERANGAN
KRITERIA Skor Skor Skor
(3) (2) (1)
1. Penyampaian B = Presentasi siswa tampak
alami dan santai tanpa
mengurangi keseriusan

C = Siswa dapat
menyampaikan dan tidak
membaca materi
presentasi

K = Penyajian siswa
tergantung banyak pada
catatan/media visual;
siswa lebih banyak
membaca daripada
melakukan presentasi
2. Penampilan B = Penampilan sesuai
dengan konteks dan
penuh semangat .

C = Penampilan tidak sesuai


dengan konteks dan
cukup semangat

Penampilan diri kurang


K = sesuai dengan konteks
dan kurang semangat
3. Komunikasi B = Secara konsisten siswa
nonverbal menggunakan ekspresi
wajah dan kontak mata
dengan penuh makna

Menggunakan ekspresi
C = wajah dan kontak mata
untuk menjaga
komunikasi dengan
siswa lain

Variasi ekspresi dan


K = kontak mata hanya
sedikit
4. Komunikasi B = Pengucapan baik,
verbal sehingga presentasi
mudah dipahami dan
NO ASPEK/ BAIK CUKUP KURANG KETERANGAN
KRITERIA Skor Skor Skor
(3) (2) (1)
jeda terjaga dengan
baik

C = Pengucapan cukup
baik, sehingga
presentasi cukup
mudah dipahami dan
jeda terjaga dengan
cukup baik

K = Pengucapan kurang
baik, sehingga
presentasi kurang
dipahami dan jeda
terjaga dengan kurang
baik
5. Pemanfaatan B = Peranti bahasa
peranti bahasa dimanfaatkan secara
jelas,tepat, dan canggih

Penggunaan peranti
C = bahasa sesuai dengan
tujuan meskipun
beberapa bagian
presentasi tidak begitu
jelas

Penguasaan peranti
K = bahasa terbatas;
presentasi dipenuhi
dengan bahasa gaul,
jargon; peranti
kebahasaan yang
digunakan sangat
membosankan
6. Alat bantu B = Siswa secara kreatif
visual mengintegrasikan
teknologi/visual untuk
presentasi

C = Siswa memadukan
penggunaan
teknologi dan/atau
audi-visual,
penggunaannya
mendukung
NO ASPEK/ BAIK CUKUP KURANG KETERANGAN
KRITERIA Skor Skor Skor
(3) (2) (1)
presentasi

K = Penggunaan teknologi
visual mengganggu
dan/atau tidak
mendukung presentasi
7. Tanggapan B = Tanggapan terhadap
terhadap pertanyaan peserta
pertanyaan terfokus dan relevan;
ringkasan disampaikan
apabila diperlukan
Tanggapan terhadap
C = pertanyaan peserta
pada umumnya
relevan, tetapi
penjelasan masih
kurang
Tanggapan terhadap
pertanyaan peserta
K = kurang dan masih
kurang
8. Isi B = Penguasaan topik
lengkap dengan
perincian yang jelas

C = Penguasaan topik
cukup lengkap dengan
perincian cukup jelas

Penguasaan topik
K = kurang lengkap dengan
perincian kurang jelas

Contoh 7
Penilaian Kinerja Keterampilan Pengamatan Preparat dengan Mikroskop
Penilaian Kinerja Penggunaan Mikroskop
No. Indikator Hasil Penilaian
Baik Cukup Kurang
(Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
1. Menggunakan baju praktikum
2. Mengeluarkan mikroskop dari kotak
3. Pemasangan lensa objektif
4. Pemasangan lensa okuler
5. Mengatur cermin
6. Mengatur micrometer
7. Memasang objek pada meja benda
8. Memilih perbesaran dan memasang lensa
okuler
9. Menemukan dan menggambar objek yang
diamati
10. Kehati-hatian menggunakan mikroskop
11. Mengembalikan mikroskop pada kotaknya

Contoh 8
Penilaian Kinerja Keterampilan Melakukan Percobaan
NO. ASPEK YANG DINILAI HASIL PENILAIAN
BAIK CUKUP KURANG
(Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
1. Merumuskan masalah
2. Merumuskan hipotesis
3. Merencanakan percobaan
4. Menyiapkan alat-alat percobaan
5. Merangkai alat percobaan
6. Melakukan pengamatan/pengukuran
7. Melakukan analisis data
8. Menarik kesimpulan hasil percobaan
9. Kerja sama dalam kelompok
10. Presentasikan laporan hasil
percobaan
Rubrik Penskoran:
NO. Aspek yang dinilai Hasil penilaian
Baik Cukup Kurang
(3) (2) (1)
1. Merumuskan masalah Perumusan Perumusan masalah Perumusan
masalah dilakukan dilakukan dengan masalah kurang
secara mandiri bantuan guru tepat

2. Merumuskan hipotesis Perumusan Perumusan hipotesis Perumusan hipo-


hipotesis dilakukan dilakukan dengan tesis kurang tepat
dengan mandiri bantuan guru

3. Merencanakan Perencanaan Perencanaan percobaan Perencanaan per-


percobaan percobaan dilakukan dengan cobaan kurang tepat
dilakukan secara bantuan guru
mandiri
4. Menyiapkan alat- alat Penyiapan alat- Penyiapan alat-alat Penyiapan alat-alat
percobaan alat percobaan percobaan dilakukan percobaan kurang
dilakukan secara dengan bantuan guru tepat
mandiri
5. Merangkai alat Rangkaian alat Rangkaian alat benar, Rangkaian alat
percobaan benar, rapi, dan tetapi kurang rapi atau benar tetapi tidak
memerhatikan kurang memer-hatikan rapi atau tidak
kesela-matan keselamatan kerja memerhatikan
kerja keselamatan kerja
6. Melakukan Pengamatan Pengamatan cermat, Pengamatan
pengamatan/ cermat dan tetapi mengandung
kurang cermat
pengukuran bebas inter- interpretasi
pretasi
7. Melakukan analisis Kurang mampu Dilakukan dengan Dilakukan secara
data me-lakukan bantuan guru mandiri
analisis
8. Menarik kesimpulan Kurang mampu Dilakukan dengan Dilakukan secara
hasil percobaan melakukan bantuan guru mandiri
kesimpulan
9. Kerja sama dalam Kerja sama dalam Kerja sama dalam Kerja sama dalam
Kerja sama dalam kelompok kurang kelompok cukup kelompok kompak
kelompok kompak kompak

10. Presentasikan laporan Menguasai isi Cukup menguasai isi Kurang menguasai
hasil percobaan hasil percobaan hasil percobaan isi hasil percobaan
Contoh 9
Penilaian Kinerja Keterampilan Teknik Dasar Melempar dan Menangkap
Permainan Bolabasket
Penilaian Unjuk Kerja Teknik Dasar Melempar dan Menangkap Permainan Bola Basket
NO. Aspek yang dinilai Hasil penilaian
Baik Cukup Kurang
(Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
1. Sikap awal
2. Pelaksanaan gerak
3. Pelaksanaan akhir

Rubrik Penskoran:
NO. Aspek yang dinilai Hasil penilaian
Baik Cukup Kurang
(3) (2) (1)
1. Sikap awal Jika memenuhi 3 jika hanya 2 jika hanya 1
kriteria: kriteria yang kriteria yang
1. Pandangan mata dilakukan dilakukan
ke arah datangnya secara benar secara benar
bola.
2. Badan sedikit di
condongkan ke
depan dan berat
badan terletak
diantara kedua
kaki.
3. lutut ditekuk,
badan condong
ke depan dan
jaga ke
seimbangan.
2. Pelaksanaan gerak Jika memenuhi 4 jika hanya 2-3 jika hanya 1
kriteria: kriteria yang kriteria yang
1. Bola didorong dilakukan dilakukan
dari depan secara benar secara benar
2. Kedua lengan
lurus ke depan
3. Badan
dicondongkan ke
depan
4. Pandangan mata
tertuju pada
lepasnya bola
3. Pelaksanaan akhir Jika memenuhi 3 jika hanya 2 jika hanya 1
kriteria: kriteria yang kriteria yang
1. Badan tetap dilakukan dilakukan
condong ke secara benar secara benar
depan
2. Pandangan mata
tertuju pada
lepasnya bola
3. Kaki kiri ke depan
dan kaki kanan di
belakang

Contoh 10
Penilaian Kinerja Keterampilan Seni Rupa
NO. Aspek yang dinilai Hasil penilaian
Baik Cukup Kurang
(Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
1. Keaslian gagasan atau Ide
2. Kreativitas
3. Keseimbangan
4. Warna
5. Komposisi
6. Kerapian pembuatan
7. Keindahan produk

Contoh 11
Penilaian Kinerja Keterampilan Seni Musik Menyanyi
NO. Aspek yang dinilai Hasil penilaian
Baik Cukup Kurang
(Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
1. Mengucapkan lirik lagu sesuai dengan
bentuk mulut
2. Membedakan tinggi dan rendah nada
3. Memiliki pernapasan diagframa
4. Mengekspresikan nyanyian
5. Memiliki harmonisasi
6. Kejelasan link lagu
7. Kemerduan suara

Contoh 12
Penilaian Kinerja Praktik Shalat
NO. Aspek yang dinilai Hasil penilaian
Baik Cukup Kurang
(Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
1. Kebersihan pakaian
2. Ketepatan gerakan
3. Kelancaran bacaan
4. Kebenaran bacaan
5. Keserasian antara bacaan dan
gerakan
6. Ketertiban
7. Kehidmatan

F. Penilaian Kompetensi Keterampilan Bentuk Proyek


a. Pengertian Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang meliputi:
(a) pengumpulan, (b) pengorganisasian, (c) pengevaluasian, dan (d) penyajian data yang
hams diselesaikan peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu atau periode tertentu.
Tugas tersebut bisa berupa investigasi atau studi sederhana tentang suatu masalah yang
berkaitan dengan materi (KD) tertentu mulai dari perencanaan, pengumpulan data atau
informasi, pengolahan data, penyajian data dan menyusun laporan. Penilaian proyek
dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan
penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan dari peserta didik secara jelas. Adapun
aspek yang dinilai di antaranya meliputi kemampuan (1) pengelolaan, (2) relevansi, dan (3)
keaslian.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan,
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi, mengelola waktu
pengumpulan data dan penulisan laporan.
2) Relevansi,
Tugas atau proyek yang diberikan pada peserta didik harus sesuai dengan
karakteristik materi, lingkungan sekolah dan karakteristik peserta didik.
3) Keaslian,
Tugas atau proyek yang dikerjakan peserta didik benarbenar hasil pekerjaan peserta
didik dengan bimbingan guru.

d. Format Penilaian Proyek


Penilaian proyek atau penugasan guru dapat menggunakan lembar penilaian proyek
peserta didik dengan menggunakan lembar penilaian berupa lembar penilaian proyek berupa
daftar cek (check list) dan Skala Penilaian (Rating Scale).

Contoh

Penilaian Proyek dengan menggunakan daftar cek (checklist).

NO. Aspek yang Kategori


Dinilai
Baik Cukup Tidak Baik
(Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
1. ……………………
…………………..
2. ……………………
……………………
3. ……………………
……………………
Skor perolehan

Penilaian Proyek dengan Menggunakan Skala (Rating Scale)..

NO. Aspek Yang Dinilai Kategori


Sangat Baik Baik Cukup Kurang
(Skor 4) (Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
1. …………………………

2. …………………………..
3. …………………………
….
4. …………………………
……
dst …………………………
……
Skor Perolehan ……………………………………………..
Skor Maksimal ………………………………………………
.

e. Perencanaan dan Pelaksanaan Lembar Penilaian Proyek


Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dipenuhi dalam merencanakan
penilaian proyek.
1) Menentukan kompetensi yang sesuai untuk dinilai melalui proyek.
2) Penilaian proyek mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan proyek.
3) Menyusun indikator proses dan hasil belajar berdasarkan kompetensi.
4) Menentukan kriteria yang menunjukan capaian indikator pada setiap tahapan
pengerjaan proyek.
5) Merencanakan apakah tugas bersifat kelompok atau individual.
6) Merencanakan teknik-teknik dalam penilaian individual untuk tugas yang
dikerjakan secara kelompok.
7) Menyusun tugas sesuai dengan rubrik penilaian.
Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dilakukan dalam
melaksanakan penilaian proyek.
1) Menyampaikan rubrik penilaian sebelum pelaksanaan penilaian kepada peserta
didik.
2) Memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang kriteria penilaian.
3) Menyampaikan tugas disampaikan kepada peserta didik.
4) Memberikan pemahaman yang sama kepada peserta didik tentang tugas yang
harus dikerjakan.
5) Melakukan penilaian selama perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan proyek.
6) Memonitor pengerjaan proyek peserta didik dan memberikan umpan balik pada
setiap tahapan pengerjaan proyek.
7) Membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik penilaian.
8) Memetakan kemampuan peserta didik terhadap pencapaian komnpetensi minimal.
9) Mencatat hasil penilaian.
10) Memberikan umpan balik terhadap laporan yang disusun peserta didik.

f. Rambu-rambu Penilaian Proyek


Tugas-tugas untuk penilaian proyek harus memenuhi beberapa acuan kualitas berikut:
1) Tugas harus mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar.
2) Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik.
3) Tugas dapat dikerjakan selama proses pembelajaran atau merupakan bagian dari
pembelajaran mandiri.
4) Tugas sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.
5) Materi penugasan sesuai dengan cakupan kurikulum.
6) Tugas bersifat adil (tidak bisa gender dan latar belakang sosial ekonomi).
7) Tugas mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.
Sedangkan rubrik untuk penilaian proyek harus memenuhi beberapa kriteria berikut:
1) Rubrik dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid).
2) Rubrik sesuai dengan tujuan pembelajaran
3) Indicator menunjukan kemampuan yang dapat diamati (observasi)
4) indikator menunjukan kemampuan yang dapat diukur.
5) rubrik dapat memetakan kemampuan peserta didik.
6) Rubrik menilai aspek-aspek penting pada proyek peserta didik.

g. Contoh Lembar Penilaian Proyek dan Penskoran


Berikut ini contoh alat atau instrument penilaian proyek beserta penskorannya. Contoh
1
Penilaian Proyek
Lakukanlah diskusi kelompok tentang masalah disekitar tempat tinggal.
Carilah berita dikoran atau lainnya untuk mendukung materi diskusi, kemudian
analisislah berdasarkan salah satu pendekatan keruangan, ekologi, atau kompleks
wilayah.
Rubri Penskoran:
NO Kriteria Skor Skor Skor KETERANGAN
Jawaban
(3) (2) (1)
1. Tema diskusi Skor 3 = Sesuai

Skor 2 = Cukup

Skor 1 = Kurang
NO Kriteria Skor Skor Skor KETERANGAN
Jawaban
(3) (2) (1)
2 Materi dari Skor 3 = Mendukung
korang
Skor 2 = Cukup

Skor 1 = Kurang

3 Ketepatan Skor 3 = Tepat


memperguna
kan metode Skor 2 = Cukup

Skor 1 = Kurang

4 Kerincian Skor 3 = Rinci


analisis rinci
Skor 2 = Cukup

Skor 1 = Kurang

5 Presentasi Skor 3 = Menguasai

Skor 2 = Cukup

Skor 1 = Kurang
6 Laporan Skor 3 = Sistematis
diskusi
Skor 2 = Cukup

Skor 1 = Kurang

Contoh 2
Penilaian Proyek
Nama Proyek: Perkembangan Islam di Nusantara
Kategori
No Aspek BAIK CUKUP KURANG
(Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
1 Perencanaan:
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
2 Pelaksanaan
a. Sistematika
penulisan
b. Keakuratan sumber
data/infomasi
c. Kuantitas sumber
data
d. Analisis data
e. Penarikan
kesimpulan
3 Presentasi Laporan
Proyek
a. Penampilan
(Performance)
b. Penguasaan materi
Skor Perolehan
Skor Maksimal

Nilai Akhir = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛


𝑥 100
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠i𝑚𝑎𝑙

G.Teknik Penilaian Kompetensi Keterampilan Bentuk Portofolio


Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses
pembelajaran yang dianggap terbaik oleh perserta didik, hasil tes (bukan nilai) atau bentuk
informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran. Menurut
Popham(1995:163). Portofolio adalah sekumpulan sistemik tentang pekerjaan seseorang
dalam hal ini peserta didik. Sedangkan menurut Genesee dan Upshur (1997:99), portofolio
adalah sekumpulan pekerjaan peserta didik yang dapat menunjukkan kepada mereka juga
bagi yang lain atas usaha, kemajuan dan pencapaian mereka dalam mata pelajaran tertentu.
Sementara itu, menurut Woolfolk dalam Widoyoko (2009: 119) porto• folio adalah a
collection of the student's work in an area, showing growth, self reflection, and
achievement . Sedangkan Oermrod (2003: 586), menjelaskan bahwa portofolio adalah a
systematic collection of student's work over a lengthy period. Dari kedua pendapat
tersebut dapat diartikan sebagai kumpulan karya peserta didik dalam kurun waktu tertentu
yang menunjukkan usaha, perkembangan dan prestasi belajar. Penilaian portofolio pada
dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata
pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan
peserta didik. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri
dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan
perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan
belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi musik,
gambar, foto, catatan perkembangan pekerjaan, hasil diskusi, hasil membaca buku literatur,
hasil penelitian, hasil wawancara, dan lain sebagainya. lsi atau hasil produk peserta didik
yang bisa dinilai dengan portofolio adalah:
1) Hasil proyek, penyelidikan, atau praktik yang disajikan secara tertulis.
2) Garnbar atau laporan hasil pengamatan.
3) Analisis situasi yang berkaitan atau relevan.
4) Deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah.
5) Laporan hasil penyelidikan tentang hubungan antara konsep-konsep.
6) Penyelesaian soal-soal terbuka.
7) Hasil tugas pekerjaan rumah yang khas.
8) Laporan kerja kelompok.
9) Hasil kerja peserta didik yang diperoleh dengan menggunakan alat rekam
video, alat rekarn audio, dan komputer.
10) Fotokopi surat piagam atau tanda penghargaan.
11) Hasil karya dalam mata pelajaran peserta didik, yang tidak ditugaskan oleh
guru (Atas pilihan peserta didik sendiri, tetapi relevan).
12) Cerita tentang kesenangan atau ketidaksenangan peserta didik
terhadap mata pelajaran bersangkutan.
13) Cerita tentang usaha peserta didik sendiri dalam mengatasi hambatan
psikologis, atau usaha peningkatan diri.
14) Laporan tentang sikap peserta didik terhadap pelajaran.

No Portofolio Tes
1 Penilaian berdasarkan seluruh tugas Penilaian berdasarkan se-jumlah
dan hasil kerja yang berkaitan tugas yang terbatas.
dengan kinerja yang dinilai.
2 Siswa turut menilai perkembangan Hanya guru yang menilai
yang berlangsung selama proses berdasarkan yang ter-batas
pembelajaran.
3 Penilaian diri oleh siswa menjadi Penilaian diri oleh siswa bukan
tujuan merupakan tu-juan.
4 Menilai setiap siswa berdasarkan Menilai semua siswa dengan
pencapaian masing-masing dengan menggunakan satu kriteria
mempertimbangkan perbedaan
sosial
5 Penilaian melibatkan guru, siswa Proses penilaian tidak kolaboratif.
dan orang tua
6 Penilaian mencakup kemajuan, Penilaian hanya memper-
usaha dan pencapaian timbangkan hasil akhir
7 Penilaian, pengajaran dan Pembelajaran testing dan
pembelajaran terkait erat pengajaran terpisah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan
portofolio antara lain:
1) Saling percaya antara guru dan peserta didik. Artinya dalam proses penilaian guru
dan peserta didik harus memiliki rasa saling percaya, saling memerlukan dan saling
membantu sehingga terjadi proses pendidikan berlangsung dengan baik.
2) Kerahasiaan. artinya kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik.
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu dijaga
dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan
sehingga memberi dampak negatif proses pendidikan.
3) Milik bersama antara peserta didik dan guru. Artinya guru dan peserta didik perlu
mempunyai rasa memiliki berkas portofolio, sehingga peserta didik akan merasa
memiliki karya yang dikumpulkan dan akhimya akan berupaya terus meningkatkan
kemampuannya.
4) Kepuasan, artinya, hasil kerja portofolio sebaiknya' berisi keterangan dan/atau bukti
yang memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.
5) Kesesuaian, artinya, hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai
dengan kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.
6) Penilaian proses dan hasil, artinya, penilaian portofolio menerapkan prinsip proses
dan hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang
kinerja dan karya peserta didik.
7) Penilaian dan pembelajaran, artinya, penilaian portofolio merupakan hal yang tak
terpisahkan dari proses pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai
diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan
peserta didik.

a. Prinsip Penilaian Berbasis Portofolio


Penilaian berbasis portofolio merujuk pada sejumlah prinsip dasar dari penilaian
Berikut ini prinsip-prinsip dasar penilaian berbasis portofolio.
1) Prinsip penilaian proses dan hasil. Penilaian berbasis portofolio menerapkan prinsip
penilaian proses dan hasil sekaligus. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari
catatan perilaku harian mengenai sikap peserta didik dalam belajar, antusias tidaknya
mengikuti pelajaran, dan sebagainya. Aspek lain penilaian proses misalnya menilai
tugas-tugas terstruktur yang diberikan guru. Apakah tugas-tugas tersebut dikerjakan
dengan baik. Apakah untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut ia mempelajari lebih
banyak sumber bacaan. Penilaian proses juga dapat dilakukan terhadap laporan aktivitas
peserta didik di luar sekolah.
2) Prinsip penilaian berkala dan berkelanjutan. Penilaian berbasis portofolio menerapkan
prinsip penilaian berkala. Dalarn menilai hasil misalnya, secara berkala setiap selesai
satu kompetensi dasar diadakan ulangan harian atau formatif. Kemudian hasil ulangan
harian dari peserta didik dalam beberapa
kali atau satu semester bisa dijadikan portofolio dan dianalisis bagaimana
perkembangan dari nilai ulangan hariannya. Penilaian berbasis portofolio juga
menerapkan prinsip penilaian berkelanjutan. Hal ini terlihat dari adanya kontinuitas
penilaian, baik penilaian hasil maupun proses tidak boleh ada yang terputus. Ulangan
formatif (harian) misalnya, harus dilakukan secara berkelanjutan (ulangan formatif 1, 2,
3 dan seterusnya) sampai pada ulangan sumatif atau ulangan kenaikan kelas (UKK):
Tugas-tugas terstruktur harus diberikan secara berkelanjutan dari tugas 1, 2, 3 dan
seterusnya. Demikian juga dengan catatan harian (anekdot) minggu ke-1, 2, 3 dan
seterusnya. Dengan prinsip penilaian portofolio yang berkala dan berkelanjutan, maka
informasi tentmg pertumbuhan dan perkembangan hasil belajar peserta didik dapat
terpantau.
3) Prinsip penilaian yang adil. Penilaian berbasis portofolio menerapkan prinsip bahwa
dalam melakukan penilaian portofolio harus memegang prinsip-prinsip keadilan.
Artinya penilaian portofolio itu tidak boleh diskriminatif terhadap peserta didik. Setiap
peserta didik memiliki kesempatan yang sama dalam mendokumentasikan dan
memaparkan kumpulan portofolionya.

a. Format Penilaian Portofolio


Dalam melakukan penilaian portofolio guru dapat menggunakan lembar penilaian berupa
tabel yang memaparkan hasil karya peserta didik dan tanggal pembuatannya disertai
dengan komentar dari guru.
Berikut ini contoh format atau tabel penilaian portofolio.
Nama Kelas

Mapel Semester

No. Jenis Tugas KI/KD Nilai Tanda Tangan Ket.


Peserta didik guru
1.
2.
3.
4. Dst……..
Catatan Guru:
…………………………………………......……………………………..
Jakarta , September 2015 Guru
Mata Pelajaran

...................................
b. Langkah-langkah Penilaian Portofolio
Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan
kumpulan hasil kerja peserta didik yang di gunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi
digunakan juga oleh peserta didik sendiri.
2) Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat.
Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda.
3) Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder di
rumah masing-masing atau Ioker masing-masing di sekolah.
4) Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik
sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
5) Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para peserta didik.
Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta didik.
6) Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat
membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang
kelebihan dan kekurangan karya tersebur, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini
dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
7) Setelah suatu karya dinilai dan nilai nya belum memuaskan, maka peserta didik diberi
kesempatan untuk memperbaiki . Namun , antara peserta didik dan guru perlu dibuat
"kontrak" atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan , misalnya 1-2 minggu
karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.
8) Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang orang
tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga
orang tua dapat membantu dan memotivasi anaknya.

c. Perencanaan dan Pelaksanaan Penilaian Portofolio


Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dilakukan dalam merencanakan penilaian
portofolio, yakni:
1) Menentukan Kompetensi Dasar (KD) yang akan dinilai pencapaiannya melalui tugas
portofolio pada awal semester dan diinformasikan kepada peserta didik.
2) Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dinilai pencapaiannya melalui penilaian
portofolio.
3) Menjelaskan tentang tujuan penggunaan, macam dan bentuk serta kriteria penilaian dari
kinerja dan/atau hasil karya peserta didik yang akan dijadikan portofolio. Penjelasan
disertai contoh portofolio yang telah pernah dilaksanakan.
4) Menentukan kriteria penilaian. Kriteria penilaian portofolio ditentukan oleh guru atau
guru dan peserta didik.
5) Menentukan format pendokumentasian hasil penilaian portofolio, minimal memuat topik
kegiatan tugas portofolio, tanggal penilaian, dan catatan pencapaian portofolio.
6) Menyiapkan map yang diberi identitas: nama peserta didik, kelas/ semester, nama
sekolah, nama mata pelajaran, dan tahun ajaran sebagai wadah pendokumentasian
portofolio peserta didik.
Sedangkan pelaksanaan penilaian portofolio, harus memenuhi beberapa kriteria berikut,
yakni:
1. Melaksanakan proses pembelajaran terkait tugas portofolio dan menilainya pada saar
kegiatan tatap muka, tugas terstruktur atau tugas mandiri ridak rerstruktur, disesuaikan
dengan karakteristik mara pelajaran dan tujuan kegiatan pembelajaran.
2. Melakukan penilaian portofolio berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditetapkan
atau disepakati bersama dengan peserta didik.
3. Penilaian portofolio oleh peserta didik bersifat sebagai evaluasi diri.
4. Peserta didik mencatat hasil penilaian portofolionya untuk bahan refleksi dirinya.
5. Mendokumentasikan hasil penilaian portofolio sesuai format yang telah ditentukan.
6. Memberi umpan balik terhadap karya peserta didik secara berkesinam• bungan dengan
cara memberi keterangan kelebihan dan kekurangan karya tersebut, cara
memperbaikinya dan diinformasikan kepada peserta didik.
7. Memberi identitas (nama dan waktu penyelesaian tugas), mengumpulkan dan
menyimpan portofolio masing-masing dalam satu map atau folder di rumah masing-
masing atau di Ioker sekolah.
8. Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, peserta didik diberi
kesempatan untuk memperbaikinya.
9. Membuat "kontrak" atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan dan penyerahan
karya hasil perbaikan kepada guru.
10. Memamerkan dokumentasi kinerja dan atau hasil karya terbaik portofolio dengan cara
menempel di kelas.
11. Mendokumentasikan dan menyimpan semua portofolio ke dalam map yang telah diberi
identitas masing-masing peserta didik untuk bahan laporan kepada sekolah dan orang
tua pesena didik.
12. Mencantumkan tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta
didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu untuk bahan
laporan kepada sekolah dan/atau orang tua peserta didik.
13. Memberikan nilai akhir portofolio masing-masing peserta didik disertai umpan balik.

d. Rambu-rambu Penilaian Portofolio


Tugas-tugas untuk pembuatan portofolio harus memenuhi beberapa kriteria
berikut:
1) Tugas sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan diukur.
2) Hasil karya peserta didik yang dijadikan portofolio berupa pekerjaan hasil tes,
perilaku peserta didik sehari-hari, hasil tugas terstruktur, dokumentasi aktivitas
peserta didik di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajar.
3) Tugas portofolio memuat aspek judul, tujuan pembelajaran, ruang lingkup belajar,
uraian tugas, kriteria penilaian.
4) Uraian tugas memuat kegiatan yang melatih peserta didik mengem• bangkan
kompetensi dalam semua aspek (sikap, pengetahuan, keterampilan).
5) Uraian tugas bersifat terbuka, dalarn arti mengakomodasi dihasilkannya portofolio
yang beragam isinya.
6) Kalimat yang digunakan dalam uraian tugas menggunakan bahasa yang
komunikatif dan mudah dilaksanakan.
7) Alat dan bahan yang digunakan dalam penyelesaian tugas portofolio tersedia di
lingkungan peserta didik dan mudah diperoleh.
Sedangkan rubrik penilaian portofolio harus memenuhi kriteria berikut, yakni:
1. Rubrik memuat indikator kunci dari kompetensi dasar yang akan dinilai
penacapaiannya dengan portofolio.
2. Rubrik memuat aspek-aspek penilaian yang macamnya relevan dengan isi tugas
portofolio.
3. Rubrik memuat kriteria kesempurnaan (tingkat, level) hasil tugas.
4. Rubrik mudah untuk digunakan oleh guru dan peserta didik.
5. Rubrik menggunakan bahasa yang lugas dan mudah dipahami.

Contoh Penilaian Portofolio dan Penskoran

Contoh 1:
Nama siswa :
Semester/Kelas :
Portofolio : Kemampuan peserta didik dalam mengarang
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Nama guru :

No. Kemampuan yang Tgl tugas dibuat Hasil Penilaian Paraf


diamati Tugas Penilaian
1 Menulis kalimat pendek
2 Menulis kalimat panjang
3 Menulis paragraph
4 Menyusun kalimat antar
paragraf
5 Menyajikan data dengan
grafik/gambar dan tabel
(bila ada)
6 Menyusun karangan

Jakarta,..............................20……
Nama Guru Nama Siswa

………………… ………………………….

Keterangan:
Portofolio adalah kumpulan pekerjaan seseorang yang dalam bidang pendidikan berarti
kumpulan dari tugas-tugas peserta didik yang memiliki keteraturan dan kebulatan untuk
menghasilkan satu kompetensi tertentu. Selanjutnya kumpulan tugas ini dicermati untuk
melihat perkembangan kemampuan peserta didik pada materi tertentu. Misalnya, guru akan
menilai kemampuan peserta didik dalam menulis karangan dengan menggunakan portofolio.
Berarti guru akan menilai tugas-tugas peserta didik atau hasil karya peserta didik yang
berkaitan dengan: (a) kemampuan peserta didik menulis kalimat-kalimat pendek; (b)
kemampuan peserta didik dalam menulis kalimat- kalimat panjang; (c) kemampuan
peserta didik menulis paragraf; (d) kemampuan peserta didik membuat kalimat
penghubung; dan (e) kemampuan peserta didik dalam menulis karangan.

Contoh 2:
Nama siswa :
Semester/Kelas :
Portofolio : Kemampuan peserta didik dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Nama guru :
No. Kemampuan Yang Diamati Tgl Tugas Hasil Paraf
Dibuat Penilaian Guru
1. Tulisan siswa: teks laporan hasil observasi
2. Tulisan siswa: teks prosedur kompleks
3. Tulisan siswa: teks eksposisi
4. Tulisan siswa: teks anekdot
5. Tulisan siswa: teks negosiasi
6. Presentasi lisan: teks laporan hasil
observasi
7. Presentasi lisan: teks prosedur kompleks
8. Presentasi lisan: teks eksposisi
9. Presentasi lisan: teks anekdot
10. Presentasi lisan: teks negosiasi
11. Laporan hasil membaca buku (siswa
diwajibkan membaca sejumlah buku
dengan menyesuaikan fasilltas
perpustakaan sekolah)
12. Hasil pembelajaran keterampilan
berkomunikasi efektif

Jakarta,.......................20….

Nama Guru Nama Siswa

………....… ……………

H.Penilaian Kompetensi Keterampilan Bentuk


Penilaian Produk (Hasil)

Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu
produk yang dihasilkan oleh peserta didik. Penilaian produk dilakukan untuk menilai basil
pengamatan, percobaan, maupun tugas proyek tertentu dengan menggunakan kriteria
penilaian (rubrik). Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
Teknik penilaian secara analitik adalah suatu cara memberi skor yang dilakukan dengan
menyiapkan terlebih dahulu sebuah indikator dan deskriptor, yang mempunyai sekor dan
besar sekor telah ditetapkan. Analitik rating adalah penilaian yang berdasarkan beberapa
aspek pada karya siswa, dalam pensekoran secara analitik guru mensekor hasil kerja siswa
dari berbagai perspektif atau kriteria. McBeath mendefinisikan bahwa penskoran analitik
memerlukan komponen- komponen yang berisi konsep dan prosedur kunci jawaban (Ron J.
McBeath, 1992: 266). McBeath lebih lanjut mengatakan bahwa penilaian secara analitik
dapat memberikan sekor hasil belajar yang lebih reliabel dibandingkan metode penilaian
secara holistik. Dilihat dari kualitas kegunaan kedua penilaian (holistik dan analitik),
dikatakan bahwa penilaian menggunakan skala analitik umumnya diakui memiliki
reliabilitas dan konstruk validity tinggi. Sedangkan menurut Guba (1981:75) analitik
merupakan paradigma ilmiah yang saling berhubungan memiliki
validitas tinggi. Dalam pensekoran analitik biasanya digunakan untuk menilai kemampuan
pada tahap persiapan, perencanaan, proses dan tahap akhir.
Popham mengatakan bahwa dalam evaluasi dikenal suatu metoda di mana guru lebih
memperhatikan pekerjaan siswa dengan cermat dan hati-hati berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan kriteria penilaian, sementara guru mengamati bagian-bagian yang ada dalam
obyek, dan mengingat kembali pengalaman-pengalaman yang ada hubungannya dengan
obyek, metode ini disebut metode penilaian secara analitik.
Sedangkan Nitko (1983: 152) mengatakan bahwa penilaian secara analitik adalah
penilaian yang memerlukan suatu daftar bagian utama sehingga ada jawaban yang ideal atau
nilai tinggi. Penilaian secara analitik menurut Stiggins (1994:125) adalah melakukan
penilaian pada tiap-tiap elemen dari hasil pekerjaan siswa. Melihat hal itu bahwa penilaian
secara analitik adalah memberikan nilai yang menghubungkan satu angka dengan satu ciri
khusus dari pekerjaan siswa.
Peter Airasian (1991:217) mengemukakan bahwa penilaian secara analitik adalah
terfokus pada beberapa komponen yang pokok dari jawaban yang akurat dalam memberikan
sekor. Sedangkan Ebel (1979:105) berpendapat bahwa penilaian secara analitik
memerlukan komponen utama dari jawaban yang ideal dalam memberikan skor. Dalam
penilaian hasil belajar praktik mengandung dua komponen utama yaitu keterampilan dan
kreativitas. Keterampilan merujuk pada keahlian media praktik, dan peralatan yang
dipergunakan, teknis membentuk materi fisik. Penilaian produksi yang berkaitan dengan
keterampilan dibatasi pada satu atau dua variabel mengenai kemampuan keterampilan siswa
berdasarkan pada tugas tertentu misalnya: penilaian tentang proporsi unsur-unsur terhadap
suatu keseluruhan secara bersama-sama. Penilaian produksi yang berkaitan dengan
kemampuan kreativitas, diarahkan pada tahap akhir penyelesaian benda kerja pada praktik
mesin di mana berbagai aspek karya ditempatkan menurut kehendak pembuat.
Pensekoran holistik pensekoran terhadap hasil kerja siswa secara keseluruhan.
Pensekoran holistik biasanya digunakan untuk menilai pada tahap akhir seperti penilaian
terhadap kualitas hasil kerja siswa dan penilaian terhadap kemampuan siswa untuk
mengevaluasi hasil kerjanya. Holistik dalam konsep dan teknik penilaian produk, yaitu cara
penilaian yang berdasarkan kesan keseluruhan dari produk. Menurut Merttler (2007:103),
holistik adalah teknik di mana menilai berdasarkan pada kesan menyeluruh dari keseluruhan
tes. Proses penilaian yang selama ini berlangsung dalam penilaian praktik mesin, biasanya
memiliki kecenderungan seolah-olah bahwa hasil belajar siswa sebagai produk dari sebuah
proses pembelajaran, dimana proses penilaiannya biasanya berlangsung secara holistik atau
menyeluruh. Peoses penilaian pada siswa biasanya dilakukan secara keseluruhan melalui
kegiatan ujian tengah semester dan ujian akhir semester.
Teknik penilaian holistik dalam konsep penelitian ini diarahkan sebagai teknik
penilaian yang dilakukan untuk memberikan skor kepada siswa secara lengkap, menyeluruh
dan sekaligus. Artinya materi-materi yang diajarkan
oleh guru dalam suatu periode belajar tertentu diujikan sekaligus dalam satu kegiatan ujian.
Teknik penilaian ini mengharuskan peserta didik memiliki pengetahuan daya ingat yang
tinggi terhadap seluruh materi pelajaran praktik yang diujikan. Sehingga harus mampu
menguasai materi praktik secara lengkap.
Penskoran secara holistik memerlukan pendapat ahli (guru) yang memberikan skor,
pemberian skor dilakukan secara global dan tidak melihat elemen-elemen utama dari hasil
pekerjaan siswa yang akan dinilai, Guru hanya melihat secara keseluruhan saja dari
pekerjaan praktik mesin siswa. Metode pemberian sekor secara holistik ini mengutamakan
keseluruhan dan kebulatan dari hasil pekerjaan praktik mesin siswa. Penilaian Holistik
memiliki tiga prinsip yaitu: (a) memandang pembelajaran dan penilaian sebagai satu
kesatuan, (b) melibatkan siswa secara aktif di dalam belajar dan evaluasinya, dan(c) melihat
perkembangan belajar siswa, baik sebagai individu maupun kelompok, sebagai suatu proses
yang menyeluruh dan terus menerus. Sementara itu Popham (1981:281) mengatakan
bahwa penskoran secara holistik memerlukan pertimbangan atau pendapat dari guru atau
memberikan sekor tentang kualitas secara keseluruhan. Selanjutnya Nitko berpendapat
bahwa penilaian secara holistik memerlukan pertimbangan dari pemberian skor yang
mempunyai kualitas, penilai tidak menganalisis secara tertentu pada bagian-bagian dari
pekerjaan siswa. Sedangkan menurut, Wiersma dan Jurs mengemukakan bahwa metode
pemberian sekor secara holistik adalah pemberian sekor secara global. Dalam penilaian
praktik mesin secara holistik adalah guru melakukan penilaian secara keseluruhan tidak
melihat elemen-elemen utama yang
dinilai guru, hanya melihat secara global dari pekerjaan praktik mesin siswa. Metode
penilaian secara holistik ini mengutamakan keseluruhan dan kebulatan dari hasil pekerjaan
praktik mesin siswa.
a. Format Penilaian Produk
Dalam melakukan penilaian produk atau hasil guru dapat menggunakan instrumen
penilaian produk peserta didik dengan menggunakan alat atau instrumen penilaian berupa
lembar penilaian produk berupa daftar cek (check list) dan Skala Penilaian (Rating
Scale). Berikut ini contoh format lembar penilaian produk dengan daftar cek (check list)
dan Skala Penilaian (Rating Scale).

Contoh
Format Penilaian Produk dengan menggunakan daftar cek (check list).
Sekolah :…………………Tahun pelajaran : ……………………………..
Nama siswa : …………………Kelas/semester : ……………………………..
No. Aspek yang dinilai kategori
Baik Cukup Kurang
(Skor 3 ) (Skor 2 ) (Skor 1 )
1. ……………………………………
……….
2. ……………………………………
……….
3. ……………………………………
……….
dst ……………………………………
……….
Skor Perolehan
Skor Maksimal

Nilai Akhir = Skor Perolehan x 100


Skor Maksimal

Contoh.
Penilaian Produk dengan Menggunakan Skala (Rating Scale)
NO. ASPEK YANG KATEGORI
DINILAI Sangat Baik Cukup Kurang
Baik (Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
(Skor 4)
1. …………………………
…………
2. …………………………
………..
3. …………………………
…………
4. …………………………
………….
dst …………………………
…………
Skor Perolehan …………………………………………
Skor Maksimal …………………………………………

Nilai Skor Perolehan


Akhir = X 100
Skor Maksimal
b. Langkah-langkah Penilaian Produk
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penilaian produk atau hasil adalah adalah:
1) Identifikasi dan pemetaan materi (kompetensi dasar) yang mau dinilai dengan
teknik penilaian produk atau hasil.
2) Buatlah rambu-rambu atau perintah untuk produk yang akan dikerjakan oleh
peserta didik, seperti nama produknya, waktu penyelesaian, aspek yang dinilai
dari produk tersebut, dan hal-hal lain yang relevan dengan penilaian produk
tersebut.
3) Menyusun lembar atau rubrik penilaian yang berisi aspek-aspek apa saja akan
dinilai dari produk tersebut. Aspek-aspek yang mau diukur atau dinilai harus
jelas, operasional dan dapat diukur.
4) Melakukan penilaian terhadap produk yang telah dibuat oleh peserta didik
dengan mengacu pada rubrik penskoran yang telah disusun.
5) Memberikan catatan-catatan untuk perbaikan tugas membuat produk selanjutnya.
6) Melakukan analisis hasil penilaian produk dengan memetakan persen- tase
ketuntasan peserta didik (berapa persen yang sudah tuntas dan berapa persen
yang belum tuntas).
7) Memasukkan nilai produk peserta didik ke buku nilai.

Contoh
Penilaian Produk dan Penskoran

Membuat Cerita Pendek


Kompetensi Dasar Pengetahuan:
3.3 Mengklasifikasi teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi,
dan cerita pendek baik melalui lisan maupun tulisan
Kompetensi Dasar Keterampilan:
4.3 Menelaah dan merevisi teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi,
eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan struktur dan kaidah teks balk secara lisan
maupun tulisan
Petunjuk:
1) Buatlah cerita pendek secara individu dengan tema pariwisata yang ada di
daerahmu.
2) Panjang tulisan cerita pendek 3 halaman kertas folio (jika ditulis tangan) atau 3
halaman kertas ukuran A4 (jika diketik spasi 1,5)
3) Dikerjakan dalam waktu satu minggul
4) Selamat mengerjakan

Penilaian Produk Membuat Cerpen


No. Aspek/k Sangat Baik Cukup Kurang KETERANGAN
reteria Baik (Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
(Skor 4)
SB = Sangat menguasai
1. isi topik tulisan;
substantif;
pengembangan
teks observasi
lengkap; relevan
dengan topik yang
dibahas
(skor 4)
Menguasai
permasalahan;
memadai; ada
B = pengembangan
observasi; relevan
dengan topic
(skor 3)
Penguasaan
permasalahan
terbatas;substansi
cukup;pengemban
gan topik memadai
C = (skor 2)

Kurang menguasai
permasalahan;
kurang ada
substansi; kurang
relevan;
(skor 1)

K =
2. Organi- SB = Ekspresi sangat
sasi lancar; gagasan
diungkapkan dengan
sangat
jelas; padat; tertata
No. Aspek/k Sangat Baik Cukup Kurang KETERANGAN
reteria Baik (Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
(Skor 4)
dengan balk;
urutan logis;
kohesif (skor 4)
Ekspresi lancar;
B = gagasan
diungkapkan
dengan jelas;
padat; tertata
dengan balk;
urutan logis; kohesi
(skor 3)
Ekspresi cukup
C = lancar; gagasan
cukup terkait;
urutan dan
pengembangan
cukup logis (skor 2)
Kurang
komunikatif; kurang
K = terorganisasi (skor
1)
3. Kosa SB = Penguasaan kata
kata canggih; pilihan kata
dan ungkapan
efektif; menguasai
pembentukan kata;
penggunaan register
tepat (skor 4)
Penguasaan kata
memadai; pilihan,
bentuk, dan
penggunaan
B = kata/ungkapan I
penguasaan kata
cukup
memadai;bentuk,
pilihan, dan
penggunaan
kosakata/ungkapan
cukup tepat (skor 2)
Pengetahuan
tentang kosakata,
Ungkapan, dan
pembentukan kata
No. Aspek/k Sangat Baik Cukup Kurang KETERANGAN
reteria Baik (Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
(Skor 4)
C = kurang atau rendah
(skor 1)

K =

4. Penggu- SB = Konstruksi
naan kompleks dan
Bahasa efektif; terdapat
hanya sedikit
kesalahan
penggunaan
bahasa
(urutan/fungsi kata,
artikel, pronomina,
preposisi)
(skor 4)
Konstruksi
B = sederhana tetapi
efektif; terdapat
kesalahan kecil
pada konstruksi
kompleks; terjadi
sejumlah
kesalahan
penggunaan
bahasa (fungsi/
urutan kata, artikel,
pronomina,
preposisi), tetapi
makna cukup jelas
(skor 3)
Terjadi banyak
kesalahan dalam
konstruksi kalimat
C = tunggal/kompleks
(sering terjadi
kesalahan pada
kalimat negasi,
urutan/fungsi kata,
artikel, pronomina,
kalimat fragmen,
pelesapan; makna
membingungkan
atau kabur (skor 2)
Tidak menguasai
tata kalimat;
No. Aspek/k Sangat Baik Cukup Kurang KETERANGAN
reteria Baik (Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
(Skor 4)
terdapat banyak
kesalahan; tidak
komunikatif; tidak
layak dinilai (skor 1)

K =
5. Mekanik SB = Menguasai aturan
penulisan; terdapat
sedikit kesalahan
ejaan, tanda baca,
penggunaan huruf
kapital, dan
penataan paragraph
(skor 4)
Kadang-kadang
terjadi kesalahan
ejaan, tanda baca,
penggunaan huruf
B = kapital, dan
penataan paragraf,
tetapi tidak
mengaburkan makna
(skor 3)
Sering terjadi
kesalahan ejaan,
tanda baca,
penggunaan huruf
kapital, dan
penataan paragraf;
tulisan tangan tidak
jelas; makna
C = membingungkan atau
kabur (skor 2) Tidak
menguasai
aturan penulisan;
terdapat banyak
kesalahan ejaan,
tanda baca,
penggunaan huruf
kapital, dan
penataan paragraf;
tulisan tidak
No. Aspek/k Sangat Baik Cukup Kurang KETERANGAN
reteria Baik (Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
(Skor 4)
K = terbaca; tidak layak
dinilai
(skor 1)

Nilai Akhir = Skor Perolehan x 100


Skor Maksimal
Contoh 2
Penilaian Keterampilan Menulis (Writing) Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Kompetensi Dasar Pengetahuan:
3.2 Memahami fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari teks lisan dan tulis
untuk perkenalan diri, dengan sangat pendek dan sederhana
Kompetensi Dasar Keterampilan:
4.2 Menyusun teks lisan dan tulis untuk mengucapkan dan merespons perkenalan diri,
dengan sangat pendek dan sederhana, dengan memerhatikan fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur kebahasaan, secara benar dan sesuai dengan konteks
Petunjuk:
1) Buatlah teks secara tertulis yang berisi perkenalan diri dan responsnya
2) Panjang tulisan 1 halaman kertas folio (jika ditulis tangan) atau 2 halaman kertas
ukuran A4 (jika diketik spasi 1,5)
3) Selamat mengerjakan
Penilaian Produk atau Hasil Membuat Teks Tertulis

No. Aspek/ SB B C K KETERANGAN


kreteria
1. Kesesua- SB = Isi sangat sesuai dengan judul
ian Isi (91%-100%)
dengan (skor 4)
Judul B = Isi sesuai dengan judul (71%-
90%)
(skor 3)
C = Isi cukup sesuai dengan judul
(61%-70%)
(skor 2)
K = Isi kurang sesuai dengan judul
(kurang dari 61%)
(skor 1)
2. Struktur SB = Tulisan memiliki struktur yang
Teks sangat tepat
(91% - 100%)
(skor 4)
B = Tulisan memiliki struktur yang
tepat (71% - 90%) (skor 3) Tulisan
memiliki struktur yang cukup tepat
C = (61% 70%)
(skor 2)
TuIisan memiliki struktur yang
kurang tepat (kurang dari 61%) (skor
K = 1)

3. Pilihan SB = Pilihan kata sangat tepat (91% -


Kata 400%)
(skor 4)
B = Pilihan kata tepat (71 -90%)
(skor 3)
Pilihan kata cukup tepat (61%-
C = 70%)
(skor 2)
Pilihan kata kurang tepat
K = (kurang dart 61%)
(skor 1)
4. Keterpa- SB = Kalimat sangat terpadu dan
duan runtut (91% -100%)
Kalimat (skor 4)
B = Kalimat terpadu dan runtut
(71% - 90%)
(skor 3)
C = Kalimat cukup terpadu dan
runtut (61 - 70%)
(skor 2)
K = Kalimat kurang terpadu dan runtut
(kurang dari 61%)
(skor 1)
5. Keterpa- SB = Paragraf sangat terpadu dan runtut
duan ( 91-100%)
Paragraf (skor 4)
B = Paragraf terpadu dan runtut (71
- 90%)
(skor 3)
C = Paragraf cukup terpadu dan runtut
(61 - 70%)
(skor 2)
K = Paragraf sangat terpadu dan runtut
(kurang dari 61%)
(skor 1)
6. Penulisan SB = Penulisan kata sangat tepat (91
Kosa Kata - 100%)
(skor 4)
B = Penulisan kata tepat (71% -
90%)
(skor 3)
C = Penulisan kata cukup tepat (61-
70%)
(skor 2)
K = Penulisan kata kurang tepat
(kurang dari 61%) (skor 1)
7. Ketepatan SB = Penggunaan tata bahasa
Tata sangat tepat (91-100%)
Bahasa (skor 4
B = Penggunaan tata bahasa tepat
(71%-90%)
(skor 3)
C = Penggunaan tata bahasa cukup
tepat (61%-70%)
(skor 2)
K = Penggunaan tata bahasa kurang
tepat (kurang dari 61%)
(skor 1)
8. Origina- SB = Tulisan hampir selurunya hasil
litas pemikiran sendiri (91%-100%)
Penulisan (skor 4)
Tulisan sebagian besar hasil
B = pemikiran sendiri (71% - 90%)
(skor 3)
Tulisan setengahnya hasil
pemikiran sendiri Isi cukup
C = sesuai dengan judul
(61% - 70%)
(skor 2)
Tulisan sebagian kecil hasil
pemikiran sendiri (kurang dari
K = 61%)
(skor 1)
9. Kerapian SB = Tulisan sangat rapi dan terbaca
Tulisan (91% - 100%) (skor 4)
Tulisan rapi dan terbaca (71%-
B = 90%)
(skor 3)
Tulisan cukup rapi dan terbaca
C = (61%-70%)
(skor 2)
Tulisan kurang rapi dan terbaca
K = (kurang dari 61%)
(skor 1)
Keterangan:
SB = Sangat Baik; B = Baik; C = Cukup; K = Kurang

Nilai = Skor Perolehan x 100


Skor Maksimal

Contoh 3
Penilaian Hasil Laporan Tugas

Petunjuk Tugas:
1. Lakukan identifikasi permasalahan lingkungan yang ada di tempat
tinggalmu!
2. Cari solusi atau upaya untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang ada di
tempat tinggalmu!
3. Buatlah laporan basil dari tugas tersebut!
4. Selamat bekerja!
Lembar Penilaian Dokumen Laporan Tugas Upaya Mengatasi Permasalahan
Lingkungan di Tempat Tinggal Peserta Didik

No Aspek yang dinilai Hasil Penilaian


Baik Cukup Kurang
A. Menjelaskan Masalah
1. Kelengkapan
2. Kejelasan
3. Ketepatan
4. Pendukung
5. Grafis/Ilustrasi/Tabel/Dokumentasi
B. Usulan kebijakan Alternatif
6. Kelengkapan
7. Kejelasan
8. Ketepatan
9. Pendukung
10. Grafis/Ilustrasi/Tabel/Dokumentasi
C. Sistematis
11. Berkaitan satu dengan lain
12. Urutan secara runut

Keterangan:
Baik; B = Baik (skor 3); C = Cukup (skor 2); K = Kurang (skor 1)

Skor Perolehan
Nilai = x 100
Skor Maksimal

J. PenlIalan Kompetensi Keterampilan Bentuk Kombinasi antara Penilaian


Kinerja dengan Penilaian Produk

Dalam melakukan kompetensi keterampilan terkadang guru perlu melakukan


penilaian dengan menggunakan dua bentuk penilaian secara bersamaan. Hal ini terjadi
ketilca guru ingin melakukan penilaian terhadap peserta didik yang berkaitan dengan proses
atau kinerja dan sekaligus menilai hasil atau produk dari hasil kinerja peserta didik secara
bersamaan. Tujuan dari penilaian kompetensi keterampilan gabungan dimaksudkan agar
hasil penilaiannya lebih akurat, karena dinilai proses dan hasilnya secara simultan.
Berikut ini contoh penilaian kompetensi keterampilan gabungan antara penilaian proses
atau kinerja dengan penilaian produk atau hasil.
Contoh 1
Penilaian Pembuatan Kerajinan
Petunjuk Tugas:
1) Buatlah sebuah karya kerajinan dari bahan yang terdapat di daerah tempat
tinggalmu dengan bentuk dan fungsi yang meniru dari produk kerajinan yang ada.
2) Gunakan informasi dari hasil observasi dan wawancara atau berdasarkan basil
bedah buku sumber/referensi yang kamu dapatkan.
3) Perhatikan tahapan pembuatan produk dalam bekerja.
4) Buatlah laporan basil dari tugas tersebut
Lembar Penilaian Proses dan Hasil Tugas Kompetensi Keterampilan
Membuat Kerajinan dari Bahan Alam
No. Aspek yang dinilai Hasil Penilaian
Baik Cukup Kurang
A. Proses Pembuatan Produk
1. Menentukan bahan dan fungsi karya
kerajinan dari bahan alam
2. Menggali ide dari berbagai sumber
3. Membuat sketsa karya dan menentukan
sebuah karya terbaik dari sketsa

4. Menyiapkan bahan dan alat


5. Kreativitas
6. Kesesuaian maters, teknik, dan
prosedur
B. Produk
7. Uji karya produk
8. Kemasan produk
9. Kerapian produk
10. Kreativitas bentuk laporan
11. Presentasi laporan produk

Keterangan:
Baik; B = Baik (skor 3); C = Cukup (skor 2); K = Kurang (skor 1)

Skor Perolehan
Nilai = x 100
Skor Maksimal
BAB V
SISTEM PENILAIAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Kurikulum SMK/MAK dirancang dengan pandangan bahwa SMA/dan SMK/MAK


pada dasarnya adalah pendidikan menengah, pembedanya hanya pada pengakomodasian
minat peserta didik saat memasuki pendidikan menengah. Oleh karena itu, struktur umum
SMK/MAK sama dengan struktur umum SMA/MA, yakni ada kelompok Mata pelajaran:
Kelompok A, B, dan C.
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan
Pendidikan Pasal 80 menyatakan bahwa: (1) penjurusan pada SMK, MAK, atau bentuk lain
yang sederajat berbentuk bidang keahlian; (2) setiap bidang keahlian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat terdiri atas 1 (satu) atau lebih program studi keahlian; (3) setiap program
studi keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat terdiri atas 1 (satu) atau lebih
kompetensi keahlian. Bidang keahlian pada SMK/MAK meliputi:
1. Teknologi dan Rekayasa;
2. Teknologi Informasi dan Komunikasi;
3. Kesehatan;
4. Agribisnis dan Agroteknologi;
5. Perikanan dan Kelautan;
6. Bisnis dan Manajemen;
7. Pariwisata;
8. Seni Rupa dan Kriya;
9. Seni Pertunjukan.
Dalam penetapan penjurusan sesuai dengan bidang/program/ paket keahlian
mempertimbangan Spektrum Pendidikan Menengah Kejuruan yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pemilihan
Peminatan Bidang Keahlian dan program keahlian dilakukan saat peserta didik mendaftar
pada SMK/MAK. Pilihan pendalaman peminatan keahlian dalam bentuk pilihan Paket
Keahlian dilakukan
pada semester 3, berdasarkan nilai rapor dan/atau rekomendasi guru BK di SMK/MAK
dan/atau hasil tes penempatan (placement test) oleh psikolog.
Pada SMK/MAK, Mata Pelajaran Kelompok Peminatan (C) terdiri atas:
a. Kelompok Mata Pelajaran Dasar Bidang Keahlian (C1);
b. Kelompok Mata Pelajaran Dasar Program Keahlian (C2);
c. Kelompok Mata Pelajaran Paket Keahlian (C3).
Mata pelajaran serta KD pada kelompok C2 dan C3 ditetapkan oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk
menyesuaikan dengan perkembangan teknologi serta
kebutuhan dunia usaha dan industri. Khusus untuk MAK dapat ditambah dengan muatan
keagamaan yang diatur lebih lanjut oleh Kementerian Agama.
Dengan demikian ada beberapa mata pelajaran yang sama antara SMA dan SMK,
dan antara SMK namun berbeda peminatannya. Untuk peminatan bidang keahlian
Teknologi dan Rekayasa kurikulumnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Mata pelajaran SMK/MAK Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa
KELAS DAN SEMESTER
MATA PELAJARAN X XI XII
1 2 1 2 1 2
Kelompok A (Wajib)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 3 3
2 Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2

3 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4 4
4 Matematika 4 4 4 4 4 4
5 Sejarah Indonesia 2 2 2 2 2 2
6 Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
7 Seni Budaya 2 2 2 2 2 2
8 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 2 2 2
9 Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
3 3 3 3 3 3

Kelompok C (Peminatan)
C1. Dasar Bidang Keahlian
10 Fisika 2 2 2 2 - -
11 Kimia 2 2 2 2 - -
12 Gambar Teknik 2 2 2 2 - -
C2. Dasar Program Keahlian 18 18 - - - -
C3. Paket Keahlian - - 18 18 24 24
TOTAL 48 48 48 48 48 48

Tabel 1 menunjukkan bahwa semua program keahlian yang berada dalam bidang keahlian
Teknologi dan Rekayasa memiliki jumlah dan nama pata pelajaran yang sama pada
kelompok C1 nya, yaitu: Fisika, Kimia, dan Gambar Teknik. Untuk program keahlian yang
berbeda maka nama dan jumlah mata pelajaran yang ada
di dalamnya juga berbeda. Sebagai contoh untuk program keahlian Teknik Mesin dapat
dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Mata pelajaran SMK/MAK Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa,


Program Keahlian Teknik Mesin, dan Paket Keahlian Teknik Pemesisnan.
KELAS DAN SEMESTER
MATA PELAJARAN X XI XII
1 2 1 2 1 2
Kelompok A (Wajib)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 3 3
2 Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2

3 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4 4
4 Matematika 4 4 4 4 4 4
5 Sejarah Indonesia 2 2 2 2 2 2
6 Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
7 Seni Budaya 2 2 2 2 2 2
8 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 2 2 2
9 Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan 3 3 3 3 3 3

Kelompok C (Peminatan)
C1. Dasar Bidang Keahlian: Teknologi dan Rekayasa
10 Fisika 2 2 2 2 - -
11 Kimia 2 2 2 2 - -
12 Gambar Teknik 2 2 2 2 - -
C 2. Dasar Program Keahlian: Teknik Mesin
13 Teknologi Dasar Mesin 6 6
14 Pekerjaan Dasar Teknik Mesin 6 6
15 Teknik Listrik dasar Mesin 6 6
C2. Paket Keahl ian: Teknik Pemesinan
16 Pekerjaan Teknologi Dasar 6 6 8 8
17 Pekerjaan Teknologi Menengah 6 6 8 8
18 Pekerjaan Teknologi Tinggi 6 6 8 8
TOTAL 48 48 48 48 48 48
Ada perbedaan antara Tabel 1 dan Tabel 2, Tabel 1 (kurikulum untuk bidang
keahlian: Teknologi dan Rekayasa) nama mata pelajaran pada peminatan C2 dan C3 masih
kosong, sedangkan pada Tabel 2 (kurikulum untuk program keahlian Teknik Mesin dengan
paket keahlian Teknik Pemesinan) nama-nama mata pelajaran itu sudah ada. Nama-nama
mata pelajaran pada peminatan Program Keahlian (C2) dan peminatan Paket Keahlian (C1)
itu diambil dari Spektrum Kejuruan atau dapat diambil dari intisari standar kompetensi yang
tertera pada Permendiknas Nomor 28 Tahun 2009. Setiap mata pelajaran dalam Program
Keahlian (dalam hal ini Teknik Mesin) dan Paket Keahlian (dalam hal ini diambil contoh
Teknik Pemesinan) terdiri atas beberapa kompetensi dasar yang selanjutnya dijabarkan
menjadi indikator-indikator pencapaian belajar. Indikator pencapaian inilah yang
selanjutnya digunakan sebagai rambu-rambu kegiatan penilaian.

A. INSTRUMEN PENILAIAN
Penilaian Pencapaian Kompetensi peserta didik mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan
untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan.
Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata
pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses. Teknik dan instrumen yang
digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai
berikut.
1. Penilaian kompetensi sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri,
penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen
yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah
daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal
berupa catatan pendidik.
a. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan
dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan
pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
b. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
c. Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.
d. Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi
hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan
dengan sikap dan perilaku.
2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
a. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar- salah,
menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.
b. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
c. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan
secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
3. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang
menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan
berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
a. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan
suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.
b. Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu
tertentu.
c. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan
seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif
untuk
mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam
kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang
mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.
Jenis penilaian yang dapat digunakan oleh pendidik untuk menilai kompetensi
pengetahuan, kompetensi keterampilan, dan kompetensi sikap adalah penilaian otentik.
Penilaian otentik adalah penilaian perilaku peserta didik secara multi-dimensional pada
situasi nyata. Penilaian seperti ini tidak hanya menggunakan tes kertas pensil atau tes
tertulis saja tetapi juga menggunakan berbagai metode, misalnya tes perbuatan, pemberian
tugas, dan portofolio. Hargreaves dan Lorna Earl (2002) menjelaskan bahwa penilaian
otentik mampu memotivasi peserta didik untuk lebih bertanggungjawab atas belajar mereka
sendiri, membuat penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, mendorong
peserta didik untuk lebih berkreasi dan menerapkan pengetahuannya daripada hanya sekedar
melatih ingatan.
Di bagian lain, Hargreaves dan Lorna Earl (2002) memaparkan hasil penelitiannya
bahwa: (1) guru lebih senang menggunakan penilaian otentik karena soal yang digunakan
tidak harus diuji-coba terlebih dahulu, (2) dengan penilaian otentik dapat dibangun
pemahaman kolaboratif antara guru, peserta didik, dan orang tua karena penilaian otentik
menilai setiap kegiatan peserta didik dan kadang-kadang melibatkan orang tua, dan (3)
penilaian otentik juga
Instrumen yang digunakan dalam penilaian harus memenuhi persyaratan:
1) substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;
2) konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan; dan
3) penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
Persyaratan ini dapat terpenuhi manakala instrumen ditulis didasarkan langkah-
langkah baku, yakni: (a) menulis kisi-kisi, (b) menulis butir soal, dan (c) menelaah butir-
butir instrumen. Langkah-langkah ini adalah langkah minimum yang harus dilakukan agar
butir-butir instrumen dikatakan baik. Untuk ujian skala besar, setelah ditelaah dan direvisi,
maka instrumen itu harus diuji- cobakan untuk melihat bukti empirik validitas dan
reliabilitas instrumen tersebut.

B. PENSKORAN DAN PENENTUAN KELULUSAN


Setiap kompetensi hasil belajar mencakup kompetensi pengetahuan, keterampilan,
dan kompetensi sikap, meskipun demikian penilaiannya dilakukan secara terpisah. Penilaian
kompetensi ditampilkan dalam dua bentuk, yakni capaian dan deskripsi. Penilaian capaian
kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan dinyatakan dalam bentuk angka (1 –
4) dengan kelipatan 0,25, sedangkan deskripsinya merupakan penjelasan bagian kompetensi
mana yang sudah dan yang belum dikuasai oleh siswa. Penilaian capaian kompetensi sikap
terdiri dari dua, yakni penilaian sikap pada mata pelajaran tertentu dan penilaian sikap pada
semua mata pelajaran. Penilaian pencapaian sikap pada mata pelajaran tertentu merupakan
deskripsi singkat dari guru mata pelajaran tentang sikap siswa pada saat mengikuti mata
pelajaran yang diampunya, sedangkan penilaian sikap pada semua mata pelajaran
merupakan kesimpulan dari wali kelas berdasarkan deskripsi dan hasil diskusi dengan
semua guru mata pelajaran yang mengajarnya. Selain itu, guru juga harus melakukan
penilaian sikap dalam bentuk deskripsi, yakni guru matapelajaran menjelaskan secara
lengkap tentang sikap spiritual dan sikap sosial siswa pada saat mereka mengikuti pelajaran
yang diampunya.
Tabel 1. Konversi dari skor 1 – 100 ke 1 - 4
INTERVAL HASIL KONVERSI PREDIKAT
96 – 100 4.00 A
91 – 95 3.67 A-
86 – 90 3.33 B+
81 – 85 3.00 B
75 – 80 2.67 B-
70 – 74 2.33 C+
65 – 69 2.00 C
60 – 64 1.67 C-
55 – 59 1.33 D+
< 54 1.00 D

Nilai dalam bentuk angka (1-4) yang tertera dalam raport merupakan gabungan dari
berbagai hasil penilaian yang menggunakan berbagai teknik penilaian. Nilai kompetensi
pengetahuan yang tertera dalam raport merupakan gabungan dari hasil penilaian yang
menggunakan teknik: tes tertulis, tes lisan, dan penugasan (lihat pada Sub Bab Pendekatan
dan instrumen). Proporsi dari ketiga hasil penilaian itu tergantung pada bobot atau
penting/tidak pentingnya ke tiga jenis penilaian itu menurut guru. Bisa saja tes tertulis
digunakan untuk ujian akhir semester (UAS), ujian lisan untuk ujian tengah semester (UTS),
dan nilai tugas disingkat NT maka skor akhir (SA) adalah:

(SA) = {(3xUAS) + (2xUTS) + (NT)}/6


SA = Skor Akhir, 1 - 100
UAS = nilai ujian akhir semester, 1 – 100 UTS
= nilai ujian tengah semester, 1 – 100 NT
= nilai tugas, 1 - 100
Selanjutnya skor 1 – 100 pada SA dikonversi ke Nilai Akhir (NA) 1 – 4 dengan
menggunakan ketentuan seperti Tabel 1.
Contoh:
Pada mata pelajaran Matematika, seorang siswa “A” memperoleh skor sebagai berikut.
Nilai Ujian Akhir Semester (UAS) = 75
Nulai Ujian Tengah Semester (UTS) = 80
Nilai Tugas (Nt) = 80
(SA) = {(3xUAS) + (2xUTS) + (Nt)}/6
(SA) = {(3x75) + (2x80) + (80)}/6
= 77,5
Jadi, skor yang diperoleh siswa “A” untuk mata pelajaran matematika adalah 77,5.
Selanjutnya dengan menggunakan pedoman pada Tabel 1, skor tersebut dikonversi menjadi
Nilai Akhir yaitu 4 (Sangat Baik). Jadi Nilai Akhir siswa “A” adalah 4 (Sangat Baik).
Nilai kompetensi keterampilan yang tertera dalam raport merupakan gabungan dari
hasil penilaian yang menggunakan teknik: tes praktik, projek, dan penilaian portofolio (lihat
pada Sub Bab Pendekatan dan instrumen). Proporsi dari ketiga hasil penilaian itu tergantung
pada bobot atau penting/tidak pentingnya ke tiga jenis penilaian itu menurut guru. Misal,
tes praktik dianggap yang memiliki bobot paling tinggi karena siswa diminta
mendemonstrasikan keterampilannya dan dinilai secara langsung. Teknik yang memiliki
bobot penting adalah penilaian dengan projek karena dengan tugas ini, siswa harus
bekerjasama dengan teman lain dan proses pengerjaan juga dinilai. Bobot terrendah dari ke
tiga teknik penilaian keterampilan adalah teknik portofolio karena teknik ini proses
pengerjaan tidak diamati oleh guru, sehingga skor terakhir (SA) adalah:
(SA) = {(3xUP) + (2xUPJ) + (NP}/6
SA = Skor Akhir, 1 - 100
UP = nilai ujian akhir praktik, 1 – 100
UPJ = nilai proyek, 1 – 100
NP = nilai portofolio. 1 - 100
Selanjutnya skor 1 – 100 pada SA dikonversi ke Nilai Akhir (NA) 1 – 4 dengan
menggunakan ketentuan seperti Tabel 1.
Contoh:
Pada mata pelajaran Pekerjaan Teknologi Menengah, seorang siswa “B”
memperoleh skor sebagai berikut.
Nilai Ujian Praktik (UP) = 85
Nilai Proyek (UPJ) = 80
Nilai Portofolio (NP) = 80
(SA) = {(3xUP) + (2xUPJ) + (NP)}/6
(SA) = {(3x85) + (2x80) + (80)}/6
= 80,0
Jadi, skor yang diperoleh siswa “B” untuk mata pelajaran Pekerjaan Teknologi Menengah
adalah 80. Menggunakan pedoman pada Tabel 1, skor tersebut dikonversi menjadi Nilai
Akhir yaitu 4 (Sangat Baik). Jadi Nilai Akhir siswa “B” adalah 4 (Sangat Baik).
Selain kompetensi pengetahuan dan keterampilan, perlu ditampilkan juga hasil
pnilaian sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial. Penilaian sikap dilakukan oleh guru
selama satu (1) semester, dilakukan pengamatan terus menerus dengan menggunakan
instrumen yang termuat dalam Lampiran 1.
Kriteria kelulusan untuk kompetensi pengetahuan adalah tercapainya kompetensi
minimum, yakni bila siswa sudah mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang
diperolehnya; atau bisa dinyatakan dengan skor, yakni bila skor yang diperolehnya adalah
75 atau lebih besar. Kriteria kelulusan untuk kompetensi keterampilan adalah bila seorang
siswa sudah mampu mendemosntrasikan substansi yang dipelajarinya dengan benar.Laporan
kegiatan belajar di SMK dapat berupa raport seperti yang dijelaskan pada Buku Raport
berikut.

KETERANGAN NILAI KUANTITATIF DAN KUALITATIF


Nilai Kuantitatif dengan Skala 1 – 4 (berlaku kelipatan 0,33) digunakan untuk Nilai
Pengetahuan (KI 3) dan Nilai Keterampilan (KI 4). Sedangkan nilai kualitatif digunakan
untuk Nilai Sikap Spiritual (KI 1), Sikap Sosial (KI 2), dan Kegiatan Ekstra
Kurikuler, dengan kualifikasi SB (Sangat Baik), B (Baik), C (Cukup), dan K (Kurang).

NILAI KOMPETENSI

PENGETAHUAN KETERAMPILAN SIKAP


PREDIKAT
A 4.00 4.00 SB
A- 3.67 3.67 (Sangat Baik)
B+ 3.33 3.33
B
B 3.00 3.00
(Baik)
B- 2.67 2.67
C+ 2.33 2.33
C
C 2.00 2.00
(Cukup)
C- 1.67 1.67
D+ 1.33 1.33 K
(Kurang)
D 1.00 1.00

Nama Sekolah : ..................... Kelas : ......................


Alamat : ..................... Semester : 1 (Satu)
Nama : ..................... Tahun Pelajaran : .............................
Nomor Induk/NISN : ................................

CAPAIAN
Pengetahuan Keterampilan
Sikap Sosial dan Spiritual
(KI-3) (KI-4)
No. Mapel
Angka Predikat Angka Predikat DalamMapel Antarmapel

1-4 1-4 SB/ B/ C/ K


Kelompok A (Wajib)
1 Pendidikan Agama
dan Budi Pekerti
2 Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan

3 Bahasa Indonesia
4 Matematika
5 Sejarah Indonesia
6 Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
1 Seni Budaya
2 Pendidikan Jasmani,
Olah Raga, dan
Kesehatan
Pengetahuan Keterampilan
Sikap Sosial dan Spiritual
(KI-3) (KI-4)
No. Mapel
Angka Predikat Angka Predikat DalamMapel Antarmapel

1-4 1-4 SB/ B/ C/ K


3 Prakarya dan
Kewirausahaan
Kelompok C : Teknik Mesin
I Dasar Bidang Keahlian
1 Fisika
2 Kimia
3 Gambar Teknik
II Dasar Program Keahlian
1 Teknologi Dasar
Mesin
2 Pekerjaan Dasar
Teknik Mesin
3 Teknik Listrik Dasar
Mesin
III Paket Keahlian : Teknik Pemesinan
1 Pekerjaan Teknologi
Dasar
2 Pekerjaan Teknologi
Menengah
3 Pekerjaan Teknologi
Tinggi
Jumlah Nilai
Rata-rata

Kegiatan Ekstra
Deskripsi
Kurikuler

1. Praja Muda Karana


… …………………………
Ketidakhadiran
Sakit : ........... hari
Izin : ........... hari
Tanpa Keterangan : ........... hari

Mengetahui: ....................., .................... 20....


Orang Tua/Wali, Wali Kelas,

.................................. ....................................................
NIP:

=============================================================
Nama Sekolah : .......................... Kelas : ........................
Alamat : ......................... Semester : 1 (Satu)
Nama : ......................... Tahun Pelajaran : ........................
Nomor Induk/NISN : ................................

Deskripsi
No Mapel Kompetensi Catatan
Kelompok A
1 Pendidikan Agama Pengetahuan
dan Budi Pekerti Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Pendidikan Pancasila Pengetahuan
dan Kewarganegaraan Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Bahasa Indonesia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
4 Matematika Pengetahuan
Keterampilan
No Mapel Kompetensi Catatan
Sosial dan spiritual
5 Sejarah Indonesia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
6 Bahasa Inggris Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
Kelompok B
1 Seni Budaya Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Pendidikan Jasmani, Pengetahuan
Olah Raga, dan Keterampilan
Kesehatan Sosial dan spiritual
3 Prakarya Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual

Kelompok C: Teknik Mesin


I Dasar Bidang Keahlian
1 Fisika Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Kimia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Gambar Teknik Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
II Dasar Program Keahlian
1 Teknologi Dasar Pengetahuan
Mesin Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Pekerjaan Dasar Pengetahuan
Teknik Mesin Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Teknik Listrik dasar Pengetahuan
Mesin Keterampilan
Sosial dan spiritual

III Paket Keahlian : Teknik Pemesinan


1 Pekerjaan Teknologi Pengetahuan Pengetahuan tentang cara
Dasar menggunakan alat ukur sudah baik
tetapi masih perlu ditingkatkan
No Mapel Kompetensi Catatan
pengetahuan tentang membaca
gambar
Keterampilan Sudah trampil menggunakan mesin
bubut tetapi belum terampil melakukan
pekerjaan dengan mesin gerinda
Sosial dan spiritual Kerjasama dan kesantunan dengan
teman lain sudah baik tetapi masih
belum disiplin dalam menggunakan
peralatan dan berdoa sebelum bekerja
2 Pekerjaan Teknologi Pengetahuan
Menengah Keterampilan
Sosial dan spiritual
Pengetahuan
Pekerjaan Teknologi Keterampilan
3
Tinggi
Sosial dan spiritual

Mengetahui: ..............,...........................20….
Orang Tua/Wali, Wali Kelas,

................................. .................................
Nama Sekolah : ........................ Kelas : ......................
Alamat : ........................ Semester : 2 (Dua)
Nama : ........................ Tahun Pelajaran : .....................
Nomor Induk/NISN : ................................

Pengetahuan Keterampilan Sikap Sosial dan


(KI-3) (KI-4) Spiritual

No. Mapel Dalam


Angka Predikat Angka Predikat Antarmapel
Mapel
SB/ B/
1-4 1-4
C/ K
Kelompok A (Wajib)
1 Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti
2 Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia
4 Matematika
5 Sejarah Indonesia
6 Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
1 Seni Budaya
2 Pendidikan Jasmani, Olah
Raga, dan Kesehatan
3 Prakarya dan Kewirausahaan
Kelompok C: Teknik Mesin
I Dasar Bidang Keahlian
1 Fisika
2 Kimia
3 Gambar Teknik
II Dasar Program Keahlian
1 Teknologi Dasar Mesin
2 Pekerjaan Dasar Teknik
Mesin
3 Teknik Listrik Dasar Mesin
III Paket Keahlian : Teknik Pemesinan
1 Pekerjaan Teknologi Dasar
2 Pekerjaan Teknologi
Menengah
3 Pekerjaan Teknologi Tinggi
Jumlah Nilai
Rata-rata
CAPAIAN

Kegiatan Ekstra Deskripsi


1. Praja Muda Karana
……………………………

Ketidakhadiran
Sakit : ........... hari
Izin : ........... hari
Tanpa Keterangan : ........... hari

Mengetahui: ....................., .................... 20....


Orang Tua/Wali, Wali Kelas,

.................................. ....................................
NIP:
Nama Sekolah : .......................... Kelas : ......................
Alamat : .......................... Semester : 1 (Satu)
Nama : .......................... Tahun Pelajaran : ....................
Nomor Induk/NISN : ................................

Deskripsi
No Mapel Kompetensi Catatan
Kelompok A
1 Pendidikan Agama Pengetahuan
dan Budi Pekerti
Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Pendidikan Pancasila Pengetahuan
dan Kewarganegaraan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Bahasa Indonesia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
4 Matematika Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
5 Sejarah Indonesia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
6 Bahasa Inggris Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
Kelompok B
1 Seni Budaya Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
No Mapel Kompetensi Catatan
2 Pendidikan Jasmani, Pengetahuan
Olahj Raga, dan
Kesehatan Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Prakarya Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
Kelompok C: Teknik Mesin
I Dasar Bidang Keahlian
1 Fisika Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Kimia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Gambar Teknik Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
II Dasar Program Keahlian
1 Teknologi Dasar Pengetahuan
Mesin
Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Pekerjaan Dasar Pengetahuan
Teknik Mesin
Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Teknik Listrik dasar Pengetahuan
Mesin
Keterampilan
Sosial dan spiritual

III Paket Keahlian : Teknik Pemesinan


1 Pekerjaan Teknologi Pengetahuan
No Mapel Kompetensi Catatan
Dasar Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Pekerjaan Teknologi Pengetahuan
Menengah
Keterampilan
Sosial dan spiritual
Pengetahuan
Pekerjaan Teknologi
3 Keterampilan
Tinggi
Sosial dan spiritual

Keputusan:
Wali kelas
Berdasarkan hasil yang dicapai pada semester 1
dan 2, peserta didik ditetapkan
............................................ naik ke kelas ............... (..............................)
NIP: .................................... tinggal di kelas ............ (..............................)

..................................., ........................20......

Orang Tua/Wali, Kepala Sekolah

..............................
.............................. NIP.
Catatan Prestasi yang Pernah Dicapai
Nama Peserta Didik : ……………………………………………….
Nama Sekolah : ……………………………………………….
Nomor Induk : ……………………………………………….
Prestasi yang
No. Keterangan
Pernah Dicapai
1 Kurikuler ________________________________________
________________________________________
________________________________________
________________________________________
________________________________________

2 Ekstra Kurikuler _______________________________________


________________________________________
________________________________________
_______________________________________
________________________________________
________________________________________

3 Catatan Khusus ________________________________________


Lainnya
_______________________________________
______________________________________
_______________________________________
________________________________________
________________________________________
CARA PENGISIAN RAPOR SMK

1. Nama peserta didik di halaman judul, data Satuan Pendidikan di lembar 1, dan
data peserta didik di lembar 2 diisi dengan lengkap.
2. Lembar 2 yang berisi data peserta didik, dilengkapi dengan pas foto
peserta didik terbaru berukuran 3 x 4.
3. Lembar CAPAIAN kompetensi semester 1 diisi dengan:
a. Identitas Satuan Pendidikan dan identitas peserta didik.
b. Pada kolom Pengetahuan dan Keterampilan diisi dengan perolehan nilai dari
tiap guru mata pelajaran yang berupa angka (berdasarkan perhitungan skala 1
s.d 4) dan Kode Huruf (predikat).
c. Hasil penilaian yang dilakukan oleh guru (dengan nilai s.d 100) dikonversikan
untuk mendapatkan angka rapor 1 – 4, dengan perhitungan konversi nilai
sebagai berikut:
HASIL
INTERVAL PREDIKAT
KONVERSI
96– 100 4.00 A
91– 95 3.67 A-
86–90 3.33 B+
81– 85 3.00 B
75–80 2.67 B-
70– 74 2.33 C+
65– 69 2.00 C
60–64 1.67 C-
55– 59 1.33 D+
<54 1.00 D
d. Kolom Sikap Spiritual dan Sosial (KI-1 dan KI-2), dalam kolom Mapel diisi
dengan menggunakan nilai kualitatif:Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C),
dan Kurang (K).
e. Kolom Sikap Spiritual dan Sosial (KI-1 dan KI-2) antarmapel diisi oleh wali
kelas dengan deskripsi kesimpulan dari sikap peserta didik secara keseluruhan.
Kesimpulan tersebut diperoleh melalui rapat bersama dengan guru mata
pelajaran.
f. Kolom peminatan diisi Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam, atau
Peminatan Ilmu-ilmu Sosial, atau Peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya.
Nomor 1 – 4 diisi mata pelajaran yang sesuai dengan kelompok peminatan
yang dipilih. Nomor 5 – 6 diisi mata pelajaran lintas minat atau pendalaman.

CONTOH PENGISIAN
Nama Sekolah : Kelas :
Alamat : Semester :
Nama : Tahun Pelajaran
: Nomor Induk/NISN :

CAPAIAN
Pengetahuan Keterampilan Sikap Sosial dan
(KI-3) (KI-4) Spiritual

No. Mapel Predik Predik Dalam


Angka Angka Antarmapel
at at Mapel
SB/ B/
1-4 1-4
C/ K

Kelompok A (Wajib)

1 Pendidikan Agama dan Budi 4.00 A 3.67 A- SB Peserta didik


Pekerti menunjuk-kan
Pendidikan Pancasila dan sikap sungguh-
2 Kewarganegaraan 3.67 A- 3.33 B+ B

Bahasa Indonesia
3 4.00 A 4.00 A SB
Nama guru: Indrawati, S.Pd,
4 matika 3.67 A- 3.00 B B
guru: Irawan, MPd
5 Sejarah Indonesia 3.00 B 3.33 B+ B
Nama guru: Ana Rosida, S.Pd,
Bahasa Inggris
6 3.67 A- 3.67 A- SB
Nama guru: Safrida, S.Pd
Kelompok B (Wajib)
Seni Budaya
1 3.33 B+ 3.00 B B
Nama guru: Alia, S.Pd
Pengetahuan Keterampilan Sikap Sosial dan
(KI-3) (KI-4) Spiritual

No. Mapel Predik Predik Dalam


Angka Angka Antarmapel
at at Mapel
SB/ B/
1-4 1-4
C/ K
Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan
2 Kesehatan 4.00 A A
4.00 SB
Nama guru: Indra S, MPd

Prakarya dan Kewirausahaan


3 2.67 B- 2.33 C+ B
Nama guru: Drs. Rizki

Kelompok C: Teknik mesin

I Dasar Bidang Keahlian

Fisika
1 3.67 A- 3.00 B B
Nama guru: Tuti, MPd

Kimia
2 3.33 B+ 2.67 B- B
Nama guru: Putri, SPd

Gambar Teknik
3 4.00 A 3.33 B+ SB
Nama guru: Leonardo, MPd

II Dasar Program Keahlian


Teknologi Dasar Mesin
1 3.67 A- 3.33 B+ B
Nama guru: Herman, MPd
Pekerjaan Dasar Teknik Mesin
2 3.00 B 3.00 B B
Nama guru: Ridwan, S.Pd
Teknik Listrik Dasar Mesin
3 3.67 A- 4.00 A SB
Nama guru: Mansur, MPd
III Paket Keahlian: Teknik Pemesinan

1 Pekerjaan Teknologi Dasar 4.00 A 3.33 B+ SB


g. Kegiatan ekstra kurikuler diisi dengan nilai kualitatif (SB = sangat baik,B
= baik,C = cukup, dan K = kurang) dilengkapi dengan keterangan masing-
masing kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti. Nilai dan keterangan kegiatan
ekstra kurikuler diperoleh dari guru pembina/pelatih ekstra kurikuler.
Contoh:
Kegiatan Ekstra Kurikuler Deskrpsi
1. Praja Muda Karana (Pramuka) Sangat Baik. Juara LT I tingkat Provinsi
2. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Baik, aktif dalam setiap kegiatan

h. Kolom ketidakhadiran diisi dengan rekapitulasi ketidakhadiran peserta didik


(sakit, izin, dan tanpa keterangan) dari wali kelas.

Contoh:
Ketidakhadiran
Sakit : 1 hari
Izin : --- hari
Tanpa Keterangan : --- hari

i. Lembar catatan DESKRIPSI kompetensi mata pelajaran diisi dengan:


a. Identitas Satuan Pendidikan dan identitas peserta didik.
b. Catatan deskripsi Pengetahuan, Keterampilan, Sikap Spiritual dan Sosial
tiap mata pelajaran diperoleh dari guru mata pelajaran.
Contoh Pengisian:
No. ata Pelajaran Kompetensi Catatan
Kelompok A (Wajib)
1. Pendidikan Pengetahuan Baik, sudah memahami seluruh
Agama dan kompetensi, terutama sangat baik dalam
Budi Pekerti memahami makna mujahadah an-nafs.
Terus berlatih agar lebih baik dalam
kompetensi yang lain.
Keterampilan Sudah terampil dalam hafalan surat-
surat yang ditentukan, namun masih
perlu banyak berlatih dalam hafalan
Q.S.An-Nur(24):2.
No. ata Pelajaran Kompetensi Catatan

Sikap Spiritual Sudah konsisten menunjukkan sikap


dan Sosial beriman, bertaqwa, jujur, dan kontrol
diri.
Kelompok B (Wajib)
1. ...............
2. Pendidikan Pengetahuan Sudah memahami semua konsep
Jasmani, keterampilan, kecuali
Olahraga dan peranaktivitasfisikdalam
Kesehatan pencegahanpenyakitdanpengurangan
biayaperawatankesehatan. Perlu lebih
tekun dalam memahami
peranaktivitasfisikdalam
pencegahanpenyakitdanpengurangan
biayaperawatankesehatan.

Keterampilan Sudah menguasai keterampilan


permainan dan atletik, terutama
mempraktikkan teknik dasar atletik (jalan
cepat, lari, lompat dan lempar) dengan
menekankan gerak dasar fundamentalnya.
Dapat diikutsertakan dalam lomba OOSN
tingkat kota.
Sikap Spiritual Sudah menunjukkan usaha maksimal
dan Sosial dalam setiap aktivitas gerak jasmani,
sportif dalam bermain, perlu peningkatan
dalam menghargai perbedaan. Perlu terus
dikembangkan sikap sportif dalam
bermain danmenghargai perbedaan

dst .....
Kelompok C (Peminatan)
1 Teknologi Pengetahuan Sudah memahami konsep
Dasar Mesin pemesinan, namun kurang
memahami proses-proses mesin
konversi energi. Perlu melakukan
pengamatan untuk meningkatkan
pemahaman keterkaitan konsep
motor bakar terhadap proses
konversi energi.
Keterampilan Sudah memiliki kompetensi
No. ata Pelajaran Kompetensi Catatan
keterampilan dasar otomotif, namun
kurang memperhatikan aspek
keselamatan kerja. Perlu lebih teliti
memperhatikan aspek keselamatan
kerja dalam melakukan kegiatan praktik
baik di dalam maupun di luar bengkel.

Sikap Spiritual Sudah menunjukkan kepedulian


dan Sosial terhadap masalah sepeda motor dan
berperilaku ilmiah (tekun, teliti, jujur
menyajikan data dan fakta), namun
kurang percaya diri dalam mengajukan
pertanyaan dan berargumentasi secara
lisan. Perlu berlatih meningkatkan
kepercayaan diri untuk berani
berargumentasi secara lisan.

j. Pegisian lembar penilaian laporan Pencapaian Kompetensi semester 2 (dua)


sama dengan pengisian lembar penilaian laporan Pencapaian Kompetensi
semester 1 (satu).
k. Kriteria kenaikan kelas ditentukan oleh Satuan Pendidikan berdasarkan
karakteristik Satuan Pendidikan.

Contoh :
Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam dua semester pada tahun
pelajaran yang diikuti.
b. Tidak terdapat 3 mata pelajaran atau lebih, pada kompetensi pengetahuan,
keterampilan, dan/atau sikap yang belum tuntas/belum baik pada semester
kedua.
c. Ketidakhadiran peserta didik tanpa keterangan maksimal 15% dari jumlah hari
efektif.
4. Keterangan pindah keluar Satuan Pendidikan diisi dengan:
a. Tanggal ditetapkannya keluar dari Satuan Pendidikan.
b. Kelas yang ditinggalkan pada saat keluar dari Satuan Pendidikan.
c. Alasan keluar dari Satuan Pendidikan.
d. Waktu penandatanganan pengesahan oleh Kepala Sekolah dan tanda tangan
kepala sekolah dibubuhi stempel.
e. Pengesahan kepindahan keluar Satuan Pendidikan dikuatkan dengan tanda
tangan orang tua/wali peserta didik.
5. Keterangan pindah masuk Satuan Pendidikan diisi dengan:
a. Nama peserta didik yang masuk diisi lengkap.
b. Identitas peserta didik ditulis apabila pindah masuk ke sekolah baru (mutasi dari
luar ke dalam Satuan Pendidikan).
c. Waktu penandatanganan pengesahan oleh Kepala Sekolah dan tanda tangan
kepala sekolah dibubuhi stempel.
6. Catatan prestasi yang pernah dicapai diisi dengan:
a. Identitas peserta didik.
Catatan prestasi yang menonjol pada bidang kurikuler (akademik), ekstra kurikuler
(nonakademik), dan catatan khusus lainnya yang berhubungan dengan sikap serta hal-hal
selain kurikuler dan ekstra kurikuler (misalnya memenangkan kejuaraan dalam ajang
pencarian bakat, dan sebagainya).

REKAPITULASI PENSKORAN PENGUKURAN SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL

Sikap Spiritual dan Sosial


menjalankan

Nama
No Skor Deskripsi
Siswa
Kejujuran

Responsif
Tekun
Kerjasama

Toleran

Kecermatan

Santun
Kreatifitas

Proaktif
Tanggung jawab

Taatagama
Siswa sudah
menunjukkan sikap
toleran, jujur, dan
taat menjalankan
perintah agamanya
akan tetapi ketaatan
terhadap perintah
agama masih perlu
ditingkan.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

RUBRIK PENSKORAN

Aspek : Tekun
No. Indikator Tekun Penilaian Tekun
1. Menyukai tantangan Skor 1 jika 1 atau tidak ada indikator yang konsisten
ditunjukkan peserta didik
2. Giat dalam belajar dan Skor 2 jika 2indikator kosisten ditunjukkan peserta
bekerja didik
3. Tidak mudah menyerah Skor 3 jika 3indikator kosisten ditunjukkan peserta
menghadapi kesulitan didik
4. Berusaha menjadi lebih Skor 4 jika 4 indikator konsisten ditunjukkan peserta
baik didik
Aspek : Kerjasama
No. Indikator Kerjasama Penilaian Kerjasama
1. Terlibat aktif dalam bekerja Skor 1 jika 1 atau tidak ada indikator yang konsisten
kelompok ditunjukkan peserta didik
2. Kesediaan melakukan tugas Skor 2 jika 2indikator kosisten ditunjukkan peserta
sesuai kesepakatan didik
3. Bersedia membantu orang Skor 3 jika 3indikator kosisten ditunjukkan peserta
lain dalam satu kelompok didik
yang mengalami kesulitan
4. Rela berkorban untuk Skor 4 jika 4 indikator konsisten ditunjukkan peserta
teman lain didik

Aspek : Tanggungjawab
No. Indikator Tanggungjawab Penilaian Tanggungjawab
1. Melaksanakan tugas Skor 1 jika 1 atau tidak ada indikator yang konsisten
individu dengan baik ditunjukkan peserta didik
2. Menerima resiko dari Skor 2 jika 2indikator kosisten ditunjukkan peserta
tindakan yang dilakukan didik
3. Mengembalikan barang Skor 3 jika 3indikator kosisten ditunjukkan peserta
yang dipinjam didik
4. Meminta maaf atas Skor 4 jika 4 indikator konsisten ditunjukkan peserta
kesalahan yang dilakukan didik

Aspek : Toleran
No. Indikator Toleran Penilaian Toleran
1. Tidak mengganggu teman yang berbeda Skor 1 jika 1 atau tidak ada indikator yang
pendapat konsisten ditunjukkan peserta didik
2. Menghormati teman yang berbeda suku, Skor 2 jika 2indikator kosisten
agama, ras, budaya, dan gender ditunjukkan peserta didik
3. Menerima kesepakatan meskipun berbeda Skor 3 jika 3indikator kosisten
dengan pendapatnya ditunjukkan peserta didik
4. Dapat mememaafkan Skor 4 jika 4 indikator konsisten
kesalahan/kekurangan orang lain ditunjukkan peserta didik

Aspek : Kreativitas
No. Indikator Kreativitas Penilaian Kreativitas
1. Dapat menyatakan pendapat dengan jelas Skor 1 jika 1 sampai 2 indikator muncul
(ideational fluency)
2. Dapat menemukan ide baru yang belum Skor 2 jika 3 sampai 4 indikator muncul
dijelaskan guru (originality)
3. Mengenali masalah yang perlu dipecahkan dan Skor 3 jika 4 sampai 5 indikator muncul
tahu bagaimana memecahkannya (critical
thinking)
4. Senang terhadap materi pelajaran dan Skor 4 jika 6 sampai 7indikator muncul
berusaha mempelajarinya (enjoyment)
5. Mempunyai rasa seni dalam memecahkan
masalah (aesthetics)
6. Berani mengambil risiko untuk
menemukan hal-hal yang baru
(risk-taking)
7. Mencoba berulang-ulang untuk
menemukan ide yang terbaik
(cyclical procedure)

Aspek : Kejujuran
No. Indikator Kejujuran Penilaian Kejujuran
1. Tidak menyontek dalam mengerjakan Skor 1 jika 1 sampai 2 indikator muncul
ujian/ulangan
2. Tidak menjadi plagiat Skor 2 jika 3 sampai 4 indikator muncul
(mengambil/menyalin karya orang lain
tanpa menyebutkan sumber) dalam
mengerjakan setiap tugas
3. Mengemukakan perasaan terhadap Skor 3 jika 5 indikator muncul
sesuatu apa adanya
4. Melaporkan barang yang ditemukan Skor 4 jika 6 indikator muncul
5. Melaporkan data atau informasi apa
adanya
6. Mengakui kesalahan atau kekurangan
yang dimiliki

Aspek : Kecermatan
No. Indikator Kecermatan Penilaian Kecermatan
1. Mengerjakan tugas dengan teliti Skor 1 jika 1 indikator muncul
2. Berhati-hati dalam menggunakan Skor 2 jika 2 indikator muncul
peralatan
No. Indikator Kecermatan Penilaian Kecermatan
3. Memperhatikan keselamatan diri Skor 3 jika 3 indikator muncul
4. Memperhatikan keselamatan Skor 4 jika 4 indikator muncul
lingkungan

Aspek : Santun
No. Indikator Santun Penilaian Santun
1. Baik budi bahasanya (sopan Skor 1 jika terpenuhi satu indikator
ucapannya)
2. Menggunakan ungkapan yang tepat Skor 2 jika terpenuhi dua indikator
3. Mengekspresikan wajah yang cerah Skor 3 jikaterpenuhi tiga indikator
4. Berperilaku sopan Skor 4 jika terpenuhi semua indikator

Aspek : Responsif
No. Penilaian Responsif
1. Skor 1 jika acuh (tidak merespon)
2. Skor 2 jika ragu-ragu/bimbang dalam merespon
3. Skor 3 jika lamban memberikan respon/tanggapan
4. Skor 4 jika cepat merespon/menanggapi

Aspek : Proaktif
No. Indikator Proaktif Penilaian Proaktif
1 berinisiatif dalam bertindak Skor 1 jika terpenuhi satu indikator
2 mampu menggunakan kesempatan Skor 2 jikaterpenuhi dua indikator
3 memiliki prinsip dalam bertindak (tidak Skor 3 jikaterpenuhi tiga indikator
ikut-ikutan)
4 bertindak dengan penuh tanggung Skor 4 jikaterpenuhi semua indikator
jawab

Aspek : Taat menjalankan agama


No. Indikator Ketaatan Menjalankan Penilaian Ketaatan Menjalankan Agama
Agama
1 Disiplin (selalu tepat waktu) dalam Skor 1 jika terpenuhi satu indikator
menjalankan agamanya
2 Teratur dalam menjalankan agamanya Skor 2 jikaterpenuhi dua indikator
3 Bersungguh-sungguh menjalankan Skor 3 jikaterpenuhi tiga indikator
ajaran agama
4 Berakhlak/berperilaku santun dan Skor 4 jikaterpenuhi semua indikator
menghargai orang lain

Lembar Penilaian Antar Teman

Nama Peserta Didik : …………………


Kelas : ………………...
Materi Pokok : …………………
Tanggal : ………………….
Berilah tanda cek pada kolom pilihan berikut dengan 4 =
selalu
3 = sering
2 = jarang
1 = tidak pernah

No Aspek Pengamatan Skor


1 Tidak nyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan 4 3 2 1
2 Tidak melakukan plagiat (mengambil/menyalin karya
orang lain tanpa menyebutkan sumber) dalam
mengerjakan setiap tugas
3 Mengemukakan perasaan terhadap sesuatu apa
adanya
4 Melaporkan data atau informasi apa adanya
.. ……………………………………………………..
Jumlah
Lembar Pengamatan Sikap

Nama Peserta Didik : …………………


Kelas : ………………...
Materi Pokok : …………………
Tanggal : ………………….

Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam kesantunan.
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap santun yang ditampilkan oleh peserta
didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak
melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

No Aspek Pengamatan Skor Keterangan


1 Menghormati orang yang lebih tua 4 3 2 1
2 Mengucapkan terima kasih setelah
menerima bantuan orang lain
3 Menggunakan bahasa santun saat
menyampaikan pendapat
4 Menggunakan bahasa santun saat
mengkritik pendapat teman
5 Bersikap 3S (salam, senyum, sapa) saat
bertemu orang lain
Jumlah
Lembar Penilaian Diri

Nama Peserta Didik : …………………


Kelas : ………………...
Materi Pokok : …………………
Tanggal : ………………….

PETUNJUK
1. Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti
2. Berilah tanda cek (√) sesuai dengan sesuai dengan kondisi dan keadaan kalian sehari-
hari

Tanggapan Verifikasi Guru


No KD/Pernyataan
TP KD SR SL ya tidak
1 Saya menyontek pada saat mengerjakan Ulangan

2 Saya menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan


sumbernya pada saat mengerjakan tugas

3 Saya melaporkan kepada yang berwenang jika


menemukan barang
4 Saya berani mengakui kesalahan yang dilakukan
5 Saya mengerjakan soal ujian tanpa melihat
jawaban teman yang lain

Keterangan :
SL = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
SR = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang- kadang
tidak melakukan
KD = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
TP = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Petunjuk Penyekoran:
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak
melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak
melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Format Kisi-kisi Penyusunan Soal

Kode Paket: ....

Jakarta,.................., 20….

Mapel : ................................................. Penyusun: 1.


..............ttd...............
Kode : .......................
2................ttd...............
Bentuk Soal : ........................
Tahun Pelajaran : ........................ Penelaah :
............ttd.................

Standar Buku Proses Pengetahuan Tingkat Kesukaran:


Kompetensi Sumber:
Fakta Sangat Mudah
Lulusan:
Penerapan Mudah

Menggunakan alat- Interpretasi Sedang


alat ukur Pemecahan Masalah Sukar
Penalaran
Rumusan Butir Soal:
Kemampuan Yang
Diujikan:

Menjelaskan hasil
pengukuran
dengan alat-alat
ukur
Mikrometer Jangka Sorong

Materi Pokok: Gb. 1


Hasil pengukuran menggunakan alat ukur Mikrometer dan
jangka sorong pada gb.1 adalah:
Penggunaan
alat ukur A. 3,33 mm dan 23,70 mm
mekanik B. 3,83 mm dan 25,70 mm
C. 3,37 mm dan 25,53 mm
D. 4,37 mm dan 25,70 mm

Indikator Soal: E. 4,87 mm dan 25,70 mm

Disajikan gambar
pengukuran,
siswa dapat Nomor Soal 1
menentukan hasil Kunci Jawaban B
pengukuran
dengan alat ukur
Pembahasan:
Mikrometer : 3mm + 0,50 mm + 0,33 mm = 3,83 mm 25
Jangka Sorong : mm + 0,70 mm = 25,70mm
LEMBAR PENILAIAN
TES

PRAKTIK/PROYEK

Nomor Peserta Nama :


Peserta :

Skor Pencapaian Kompetensi


No Komponen/Sub komponen Penilaian Max Tidak Ya
0 1 2 3 4
1 2 3 4 5 6 7 8
I Persiapan Kerja 8
1.1.Pengecekan kelengkapan
peralatan
1.2.Pengecekan spesifikasi peralatan
Skor Komponen :
II Proses (Sistematika & Cara Kerja) 4
2.1. Layer, folder, lay out, skala

Skor Komponen :
III Hasil Kerja 16
3.1 Gambar Auto Cad
3.1.1 Skala Gambar
3.1.2 Ketebalan garis ( line weight )
Dan tipe garis ( line type )
3.1.3 Kelengkapan gambar
3.1.4 Etiket gambar

Skor Komponen :
IV Sikap Kerja 8
Skor Pencapaian Kompetensi
No Komponen/Sub komponen Penilaian Max Tidak Ya
0 1 2 3 4
1 2 3 4 5 6 7 8
4.1 Penggunaan alat
4.2 Keselamatan kerja
Skor Komponen :
V Waktu 4
5.1 Waktu penyelesaian
Skor Komponen :

Keterangan :
Skor masing-masing komponen penilaian ditetapkan berdasarkan perolehan skor
terendah dari sub komponen penilaian

Perhitungan nilai praktik/proyek (NP) :

Prosentase Bobot Komponen Penilaian Nilai Praktik


(NP)
Persiapan Proses Sikap Hasil Waktu ∑ NK
Kerja
1 2 3 4 5 6
Bobot (%) 5 30 10 40 15

Skor Max 6 3 12 6 3

Skor
Komponen
NK

Keterangan:
 Bobot diisi dengan prosentase setiap komponen. Besarnya prosentase dari setiap
komponen ditetapkan secara proposional sesuai karakteristik program keahlian.
 NK = Nilai Komponen, Skor Komponen dibagi Skor Max dikali bobot
 NP = penjumlahan dari hasil perhitungan nilai komponen(NK)
 Jenis komponen penilaian (persiapan, proses, sikap kerja, hasil, dan waktu)
disesuaikan dengan karakter program keahlian.

……………, ………………. 2014

Penilai 1/ Penilai 2 *)

*) Coret yang tidak perlu

KRITERIA PENILAIAN
UJIAN TES
PRAKTIK/PROYEK

No. Komponen/Subkomponen Indikator Skor


Penilaian
1 2 3 4
I. Persiapan Kerja
1.1 Pengecekan kelengkapan Lengkap sesuai 4
peralatan
Sebagian peralatan kurang lengkap 3
Tidak lengkap tetapi bukan yang 2
utama
Tidak lengkap tetapi yang utama 1
Tidak melakukan pengecekan 0
1.2 Pengecekan spesifikasi Lengkap sesuai 4
peralatan
Sebagian tidak sesuai spesifikasi 3
No. Komponen/Subkomponen Indikator Skor
Penilaian
1 2 3 4
Tidak lengkap tetapi bukan yang
utama 2
Tidak lengkap tetapi yang utama 1
Tidak melakukan pengecekan 0
II Proses (Sistematika dan CaraKerja)
Layer, folder, lay out, skala benar 4
Layer, lay out, skala benar, folder 3
salah

Layer salah, lay out, skala, folder 2


benar

Layer benar, lay out, skala, folder 1


salah
Salah semua 0
III Hasil Kerja
3.1 Gambar Auto CAD
3.1.1 Skala gambar Semua skala sesuai ketentuan 4
Satu dari lima gambar tidak sesuai 3
Dua dari lima gambar tidak sesuai 2
Tiga dari lima gambar tidak sesuai 1

Tidak sesuai semua 0


3.1.2 Ketebalan garis (line weight) Ketebalan garis dan tipe garis sesuai 4
dan tipe garis (line type) dengan ketentuan

10% tidak sesuai 3


20% tidak sesuai 2
>20% tidak sesuai 1
Tidak sesuai 0
No. Komponen/Subkomponen Indikator Skor
Penilaian
1 2 3 4
3.1.3 Kelengkapan gambar Semua gambar yang diminta lengkap 4
(dimensi, keterangan gambar/ teks dan
asesoris, simbol

Lengkap kecuali simbol 3


Lengkap kecuali keterangan gambar
2
Lengkap kecuali dimensi 1
Tidak lengkap 0
3.1.4 Etiket gambar Ada lengkap sesuai ketentuan 4
Ada lengkap tidak sesuai ketentuan 3

Ada tidak lengkap sesuai ketentuan 2

Ada tidak sesuai ketentuan 1


Tidak ada etiket gambar 0
IV Sikap Kerja
4.1 Penggunaan alat Semua kriteria persyaratan terpenuhi 4

Satu persyaratan tidak terpenuhi 3


Dua persyaratan tidak terpenuhi 2
Lebih dari dua persyaratan tidak 1
terpenuhi
Tidak sesuai dengan persyaratan 0

4.2 Keselamatan kerja Semua kriteria persyaratan terpenuhi 4

Satu persyaratan tidak terpenuhi 3


Dua persyaratan tidak terpenuhi 2
Lebih dari dua persyaratan tidak 1
terpenuhi
No. Komponen/Subkomponen Indikator Skor
Penilaian
1 2 3 4
Tidak sesuai dengan persyaratan 0
V Waktu
5.1 Waktu penyelesaian < 25% lebih cepat 4
< 15% lebih cepat 3
Sesuai waktu 2
Tidak selesai sesuai waktu 1
Tidak selesai 0

Lembar Pengamatan Praktik :

Nama Peserta
Nama Penilai
Judul Penugassan Penanganan Keluhan Pelanggan
Tgl ujian
Pengamatan peserta di tempat kerja menangani pertanyaan
Demonstrasi
pelanggan, masalah dan keluhan pelanggan
Bahan & Peralatan
Kinerja Yang Diamati Tidak/Ya Keterangan
Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dengan:
 Memperiotaskan kebutuhan pelanggan yang
mendesak
 Menawarkan beberapa pilihan
 Menanyakan pertanyaan terbuka
 Menggunakan teknik mendengarkan
Melayani konsumen dengan:
 Menyatakan salam kepada pelanggan
 Senyum
 Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
 Melakukan kontak mata dengan pelanggan
 Mengetahui keluhan pelanggan
 Membuat resume terhadap keluhan
 Menyelesaikan keluhan pelanggan
Kinerja Peserta Memuaskan Tidak memuaskan
Umpan balik ke Peserta Uji :

Tanda tangan Peserta


Tanda tangan Penilai

Lembar Pertanyaan:

Nama Peserta Uji


Nama Penilai
Judul Penugasan
Tanggal Ujian
Tempat
Pertanyaan untuk dijawab peserta Respon/Jawaban Memuaskan
(Tidak/Ya)
Apa yang kamu lakukan jika..?
Apa yang kamu lakukan jika..?
Apa yang kamu lakukan jika..?
Bagaimana jika …?
Mengapa …?
Pengetahuan peserta Memuaskan Tidak Memuaskan
Umpan balik untuk peserta:

Tanda tangan Peserta


Tanda tangan Penilai
Penilaian Portofolio

Nama Peserta Didik : …………………


Kelas : ………………...
Materi Pokok : …………………
Tanggal : …………………

Kriteria
Keteran
No KD Periode Kualitas / Waktu
Keaslian Kesesuaian gan
Kerapihan Pembuatan

Menggambar macam-
1.
macam pondasi

Membuat analisa
2. perencanaan
bangunan gedung

3. Dst..

Catatan:
Setiap karya peserta didik sesuai Kompetensi Dasar yang masuk dalam daftar portofolio
dikumpulkan dalam satu file (tempat) untuk setiap peserta didik sebagai bukti
pekerjaannya.
Skor untuk setiap kriteria menggunakan skala penilaian 1 - 4 atau 0 - 100. Semakin baik
hasil penugasan/karya peserta didik, semakin tinggi skor yang diberikan.
Kolom keterangan diisi dengan catatan guru tentang kelemahan dan kekuatan/kelebihan
bukti belajar (evidence) yang dinilai.

KETERANGAN NILAI KUANTITATIF DAN KUALITATIF


Nilai Kuantitatif dengan Skala 1 – 4 (berlaku kelipatan 0,33) digunakan untuk Nilai
Pengetahuan (KI 3) dan Nilai Keterampilan (KI 4). Sedangkan nilai kualitatif digunakan
untuk Nilai Sikap Spiritual (KI 1), Sikap Sosial (KI 2), dan Kegiatan Ekstra
Kurikuler, dengan kualifikasi SB (Sangat Baik), B (Baik), C (Cukup), dan K (Kurang).
NILAI KOMPETENSI

PENGETAHUAN KETERAMPILAN SIKAP


PREDIKAT
A 4.00 4.00 SB
A- 3.67 3.67 (Sangat Baik)
B+ 3.33 3.33
B
B 3.00 3.00
(Baik)
B- 2.67 2.67
C+ 2.33 2.33
C
C 2.00 2.00
(Cukup)
C- 1.67 1.67
D+ 1.33 1.33 K
(Kurang)
D 1.00 1.00

Nama Sekolah : ........................ Kelas : .....................


Alamat : ....................... Semester : 1 (Satu)
Nama : ........................ Tahun Pelajaran : ......................
Nomor Induk/NISN : ................................

CAPAIAN
Pengetahuan Keterampilan
Sikap Sosial dan Spiritual
(KI-3) (KI-4)
No. Mapel
Angka Predikat Angka Predikat DalamMapel Antarmapel

1-4 1-4 SB/ B/ C/ K


Kelompok A (Wajib)
1 Pendidikan Agama
dan Budi Pekerti
2 Pendidikan Pancasila
Pengetahuan Keterampilan
Sikap Sosial dan Spiritual
(KI-3) (KI-4)
No. Mapel
Angka Predikat Angka Predikat DalamMapel Antarmapel

1-4 1-4 SB/ B/ C/ K


dan
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia
4 Matematika
5 Sejarah Indonesia
6 Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
1 Seni Budaya
2 Pendidikan Jasmani,
Olah Raga, dan
Kesehatan
3 Prakarya dan
Kewirausahaan
Kelompok C : Teknik Mesin
I Dasar Bidang Keahlian
1 Fisika
2 Kimia
3 Gambar Teknik
II Dasar Program Keahlian
1 Teknologi Dasar
Mesin
2 Pekerjaan Dasar
Teknik Mesin
3 Teknik Listrik Dasar
Mesin
III Paket Keahlian : Teknik Pemesinan
1 Pekerjaan Teknologi
Dasar
2 Pekerjaan Teknologi
Pengetahuan Keterampilan
Sikap Sosial dan Spiritual
(KI-3) (KI-4)
No. Mapel
Angka Predikat Angka Predikat DalamMapel Antarmapel

1-4 1-4 SB/ B/ C/ K


Menengah
3 Pekerjaan Teknologi
Tinggi
Jumlah Nilai
Rata-rata

Kegiatan Ekstra
Deskripsi
Kurikuler

1. Praja Muda Karana


……………………………

Ketidakhadiran
Sakit : ........... hari
Izin : ........... hari
Tanpa Keterangan : ........... hari

Mengetahui: ....................., .................... 20....


Orang Tua/Wali, Wali Kelas,

.................................. ............................................
NIP:
=============================================================
Nama Sekolah : ........................... Kelas : .......................
Alamat : .......................... Semester : 1 (Satu)
Nama : .......................... Tahun Pelajaran : ......................
Nomor Induk/NISN : ................................

Deskripsi
No Mapel Kompetensi Catatan
Kelompok A
1 Pendidikan Agama Pengetahuan
dan Budi Pekerti
Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Pendidikan Pancasila Pengetahuan
dan Kewarganegaraan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Bahasa Indonesia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
4 Matematika Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
5 Sejarah Indonesia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
6 Bahasa Inggris Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
Kelompok B
1 Seni Budaya Pengetahuan
Keterampilan
No Mapel Kompetensi Catatan
Sosial dan spiritual
2 Pendidikan Jasmani, Pengetahuan
Olah Raga, dan
Kesehatan Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Prakarya Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual

Kelompok C: Teknik Mesin


I Dasar Bidang Keahlian
1 Fisika Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Kimia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Gambar Teknik Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
II Dasar Program Keahlian
1 Teknologi Dasar Pengetahuan
Mesin
Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Pekerjaan Dasar Pengetahuan
Teknik Mesin
Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Teknik Listrik dasar Pengetahuan
Mesin
Keterampilan
Sosial dan spiritual
No Mapel Kompetensi Catatan
III Paket Keahlian : Teknik Pemesinan
1 Pekerjaan Teknologi Pengetahuan Pengetahuan tentang cara
Dasar menggunakan alat ukur sudah baik
tetapi masih perlu ditingkatkan
pengetahuan tentang membaca gambar

Keterampilan Sudah trampil menggunakan mesin bubut


tetapi belum terampil melakukan
pekerjaan dengan mesin gerinda
Sosial dan spiritual Kerjasama dan kesantunan dengan teman
lain sudah baik tetapi masih belum
disiplin dalam menggunakan peralatan
dan berdoa sebelum bekerja
2 Pekerjaan Teknologi Pengetahuan
Menengah
Keterampilan
Sosial dan spiritual
Pengetahuan
Pekerjaan Teknologi
3 Keterampilan
Tinggi
Sosial dan spiritual

Mengetahui: ..............,...........................20….
Orang Tua/Wali, Wali Kelas,

............................... .................................
Nama Sekolah : ........................... Kelas : .......................
Alamat : ........................... Semester : 2 (Dua)
Nama : ........................... Tahun Pelajaran : ......................
Nomor Induk/NISN : ................................

CAPAIAN
Pengetahuan Keterampilan Sikap Sosial dan
(KI-3) (KI-4) Spiritual

No. Mapel Dalam


Angka Predikat Angka Predikat Antarmapel
Mapel
SB/ B/
1-4 1-4
C/ K
Kelompok A (Wajib)
1 Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti
2 Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia
4 Matematika
5 Sejarah Indonesia
6 Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
1 Seni Budaya
2 Pendidikan Jasmani, Olah
Raga, dan Kesehatan
3 Prakarya dan Kewirausahaan
Kelompok C: Teknik Mesin
I Dasar Bidang Keahlian
1 Fisika
2 Kimia
3 Gambar Teknik
II Dasar Program Keahlian
1 Teknologi Dasar Mesin
2 Pekerjaan Dasar Teknik
Mesin
3 Teknik Listrik Dasar Mesin
Pengetahuan Keterampilan Sikap Sosial dan
(KI-3) (KI-4) Spiritual

No. Mapel Dalam


Angka Predikat Angka Predikat Antarmapel
Mapel
SB/ B/
1-4 1-4
C/ K
III Paket Keahlian : Teknik Pemesinan
1 Pekerjaan Teknologi Dasar
2 Pekerjaan Teknologi
Menengah
3 Pekerjaan Teknologi Tinggi
Jumlah Nilai
Rata-rata

Kegiatan Ekstra Deskripsi


Kurikuler
1. Praja Muda Karana
(Pramuka)
……………………………

Ketidakhadiran
Sakit : ........... hari
Izin : ........... hari
Tanpa Keterangan : ........... hari

Mengetahui: ....................., .................... 20....


Orang Tua/Wali, Wali Kelas,

.............................. ...................................
NIP:
Nama Sekolah : ............................ Kelas : .............................
Alamat : ............................ Semester : 1 (Satu)
Nama : ............................ Tahun Pelajaran : ...................
Nomor Induk/NISN : ................................

Deskripsi
No Mapel Kompetensi Catatan
Kelompok A
1 Pendidikan Agama Pengetahuan
dan Budi Pekerti
Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Pendidikan Pancasila Pengetahuan
dan Kewarganegaraan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Bahasa Indonesia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
4 Matematika Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
5 Sejarah Indonesia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
6 Bahasa Inggris Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
Kelompok B
1 Seni Budaya Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
No Mapel Kompetensi Catatan
2 Pendidikan Jasmani, Pengetahuan
Olahj Raga, dan
Kesehatan Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Prakarya Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
Kelompok C: Teknik Mesin
I Dasar Bidang Keahlian
1 Fisika Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Kimia Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Gambar Teknik Pengetahuan
Keterampilan
Sosial dan spiritual
II Dasar Program Keahlian
1 Teknologi Dasar Pengetahuan
Mesin
Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Pekerjaan Dasar Pengetahuan
Teknik Mesin
Keterampilan
Sosial dan spiritual
3 Teknik Listrik dasar Pengetahuan
Mesin
Keterampilan
Sosial dan spiritual

III Paket Keahlian : Teknik Pemesinan


1 Pekerjaan Teknologi Pengetahuan
No Mapel Kompetensi Catatan
Dasar Keterampilan
Sosial dan spiritual
2 Pekerjaan Teknologi Pengetahuan
Menengah
Keterampilan
Sosial dan spiritual
Pengetahuan
Pekerjaan Teknologi
3 Keterampilan
Tinggi
Sosial dan spiritual

Keputusan:
Wali kelas
Berdasarkan hasil yang dicapai pada semester 1
dan 2, peserta didik ditetapkan
............................................ naik ke kelas ............... (..............................)
NIP: .................................... tinggal di kelas ............ (..............................)

..................................., ........................20......

Orang Tua/Wali, Kepala Sekolah

..............................
.............................. NIP.
Catatan Prestasi yang Pernah Dicapai
Nama Peserta Didik : ……………………………………………….
Nama Sekolah : ……………………………………………….
Nomor Induk : ……………………………………………….
Prestasi yang
No. Keterangan
Pernah Dicapai
1 Kurikuler ________________________________________
________________________________________
________________________________________
________________________________________
________________________________________

2 Ekstra Kurikuler _______________________________________


________________________________________
________________________________________
_______________________________________
________________________________________
________________________________________

3 Catatan Khusus ________________________________________


Lainnya
_______________________________________
______________________________________
_______________________________________
________________________________________
________________________________________
CARA PENGISIAN RAPOR SMK

7. Nama peserta didik di halaman judul, data Satuan Pendidikan di lembar 1, dan
data peserta didik di lembar 2 diisi dengan lengkap.
8. Lembar 2 yang berisi data peserta didik, dilengkapi dengan pas foto
peserta didik terbaru berukuran 3 x 4.
9. Lembar CAPAIAN kompetensi semester 1 diisi dengan:
l. Identitas Satuan Pendidikan dan identitas peserta didik.
m. Pada kolom Pengetahuan dan Keterampilan diisi dengan perolehan nilai dari
tiap guru mata pelajaran yang berupa angka (berdasarkan perhitungan skala 1
s.d 4) dan Kode Huruf (predikat).
n. Hasil penilaian yang dilakukan oleh guru (dengan nilai s.d 100) dikonversikan
untuk mendapatkan angka rapor 1 – 4, dengan perhitungan konversi nilai
sebagai berikut:
HASIL
INTERVAL PREDIKAT
KONVERSI
96– 100 4.00 A
91– 95 3.67 A-
86–90 3.33 B+
81– 85 3.00 B
75–80 2.67 B-
70– 74 2.33 C+
65– 69 2.00 C
60–64 1.67 C-
55– 59 1.33 D+
<54 1.00 D
o. Kolom Sikap Spiritual dan Sosial (KI-1 dan KI-2), dalam kolom Mapel diisi
dengan menggunakan nilai kualitatif:Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C),
dan Kurang (K).
p. Kolom Sikap Spiritual dan Sosial (KI-1 dan KI-2) antarmapel diisi oleh wali
kelas dengan deskripsi kesimpulan dari sikap peserta didik secara keseluruhan.
Kesimpulan tersebut diperoleh melalui rapat bersama dengan guru mata
pelajaran.
q. Kolom peminatan diisi Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam, atau
Peminatan Ilmu-ilmu Sosial, atau Peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya.
Nomor 1 – 4 diisi mata pelajaran yang sesuai dengan kelompok peminatan yang
dipilih. Nomor 5 – 6 diisi mata pelajaran lintas minat atau pendalaman.

CONTOH PENGISIAN
Nama Sekolah : Kelas :
Alamat : Semester :

Nama : Tahun Pelajaran :


Nomor Induk/NISN :

CAPAIAN
Pengetahuan Keterampilan Sikap Sosial dan
(KI-3) (KI-4) Spiritual

No. Mapel Predik Predik Dalam


Angka Angka Antarmapel
at at Mapel
SB/ B/
1-4 1-4
C/ K

Kelompok A (Wajib)
Peserta didik
menunjuk-kan
sikap
sungguh-
1 Pendidikan Agama dan 4.00 A 3.67 A- SB
Budi Pekerti
Pendidikan Pancasila dan sungguh
2 Kewarganegaraan 3.67 A- 3.33 B+ B dalam
menerapkan
Bahasa Indonesia sikap jujur dan
3 4.00 A 4.00 A SB kerjasama,
Nama guru: Indrawati, namun masih
4 matika 3.67 A- 3.00 B B perlu ditingkat-
guru: Irawan, MPd kan lagi sikap
Sejarah Indonesia percaya diri.
5 3.00 B 3.33 B+ B
Nama guru: Ana Rosida,
6 Bahasa Inggris 3.67 A- 3.67 A- SB
Nama guru: Safrida, S.Pd
Pengetahuan Keterampilan Sikap Sosial dan
(KI-3) (KI-4) Spiritual

No. Mapel Predik Predik Dalam


Angka Angka Antarmapel
at at Mapel
SB/ B/
1-4 1-4
C/ K
Kelompok B (Wajib)
Seni Budaya
1 3.33 B+ 3.00 B B
Nama guru: Alia, S.Pd

Pendidikan Jasmani, Olah


2 Raga, dan Kesehatan 4.00 A A
4.00 SB
Nama guru: Indra S, MPd
Prakarya dan
3 Kewirausahaan 2.67 B- 2.33 C+ B
Nama guru: Drs. Rizki
Kelompok C: Teknik mesin

I Dasar Bidang Keahlian

Fisika
1 3.67 A- 3.00 B B
Nama guru: Tuti, MPd

Kimia
2 3.33 B+ 2.67 B- B
Nama guru: Putri, SPd

Gambar Teknik
3 4.00 A 3.33 B+ SB
Nama guru: Leonardo, MPd

II Dasar Program Keahlian


Teknologi Dasar Mesin
1 3.67 A- 3.33 B+ B
Nama guru: Herman, MPd
Pekerjaan Dasar Teknik
2 Mesin 3.00 B 3.00 B B
Nama guru: Ridwan, S.Pd
Teknik Listrik Dasar Mesin
3 3.67 A- 4.00 A SB
Nama guru: Mansur, MPd
Pengetahuan Keterampilan Sikap Sosial dan
(KI-3) (KI-4) Spiritual

No. Mapel Predik Predik Dalam


Angka Angka Antarmapel
at at Mapel
SB/ B/
1-4 1-4
C/ K

III Paket Keahlian: Teknik Pemesinan

1 Pekerjaan Teknologi Dasar 4.00 A 3.33 B+ SB

Kegiatan ekstra kurikuler diisi dengan nilai kualitatif (SB = sangat baik,B = baik,C = cukup,
dan K = kurang) dilengkapi dengan keterangan masing-masing kegiatan ekstra kurikuler
yang diikuti. Nilai dan keterangan kegiatan ekstra kurikuler diperoleh dari guru
pembina/pelatih ekstra kurikuler.

Contoh:
Kegiatan Ekstra Kurikuler Deskrpsi
3. Praja Muda Karana (Pramuka) Sangat Baik. Juara LT I tingkat Provinsi
4. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Baik, aktif dalam setiap kegiatan

r. Kolom ketidakhadiran diisi dengan rekapitulasi ketidakhadiran peserta didik


(sakit, izin, dan tanpa keterangan) dari wali kelas.

Contoh:
Ketidakhadiran
Sakit : 1 hari
Izin : --- hari
Tanpa Keterangan : --- hari

s. Lembar catatan DESKRIPSI kompetensi mata pelajaran diisi dengan:


c. Identitas Satuan Pendidikan dan identitas peserta didik.
d. Catatan deskripsi Pengetahuan, Keterampilan, Sikap Spiritual dan Sosial
tiap mata pelajaran diperoleh dari guru mata pelajaran.
Contoh Pengisian:
No. ata Pelajaran Kompetensi Catatan
Kelompok A (Wajib)
1. Pendidikan Pengetahuan Baik, sudah memahami seluruh
Agama dan kompetensi, terutama sangat baik dalam
Budi Pekerti memahami makna mujahadah an-nafs.
Terus berlatih agar lebih baik dalam
kompetensi yang lain.
Keterampilan Sudah terampil dalam hafalan surat-
surat yang ditentukan, namun masih
perlu banyak berlatih dalam hafalan
Q.S.An-Nur(24):2.

Sikap Spiritual Sudah konsisten menunjukkan sikap


dan Sosial beriman, bertaqwa, jujur, dan kontrol
diri.
Kelompok B (Wajib)
1. ...............
2. Pendidikan Pengetahuan Sudah memahami semua konsep
Jasmani, keterampilan, kecuali
Olahraga dan peranaktivitasfisikdalam
Kesehatan pencegahanpenyakitdanpengurangan
biayaperawatankesehatan. Perlu lebih
tekun dalam memahami
peranaktivitasfisikdalam
pencegahanpenyakitdanpengurangan
biayaperawatankesehatan.

Keterampilan Sudah menguasai keterampilan


permainan dan atletik, terutama
mempraktikkan teknik dasar atletik (jalan
cepat, lari, lompat dan lempar) dengan
menekankan gerak dasar fundamentalnya.
Dapat diikutsertakan dalam lomba OOSN
tingkat kota.
Sikap Spiritual Sudah menunjukkan usaha maksimal
dan Sosial dalam setiap aktivitas gerak jasmani,
sportif dalam bermain, perlu peningkatan
dalam menghargai
perbedaan. Perlu terus
No. ata Pelajaran Kompetensi Catatan
dikembangkan sikap sportif dalam
bermain danmenghargai perbedaan
dst .....
Kelompok C (Peminatan)
1 Teknologi Pengetahuan Sudah memahami konsep
Dasar Mesin pemesinan, namun kurang
memahami proses-proses mesin
konversi energi. Perlu melakukan
pengamatan untuk meningkatkan
pemahaman keterkaitan konsep
motor bakar terhadap proses
konversi energi.
Keterampilan Sudah memiliki kompetensi
keterampilan dasar otomotif, namun
kurang memperhatikan aspek
keselamatan kerja. Perlu lebih teliti
memperhatikan aspek keselamatan
kerja dalam melakukan kegiatan praktik
baik di dalam maupun di luar bengkel.

Sikap Spiritual Sudah menunjukkan kepedulian


dan Sosial terhadap masalah sepeda motor dan
berperilaku ilmiah (tekun, teliti, jujur
menyajikan data dan fakta), namun
kurang percaya diri dalam mengajukan
pertanyaan dan berargumentasi secara
lisan. Perlu berlatih meningkatkan
kepercayaan diri untuk berani
berargumentasi secara lisan.

t. Pegisian lembar penilaian laporan Pencapaian Kompetensi semester 2 (dua)


sama dengan pengisian lembar penilaian laporan Pencapaian Kompetensi
semester 1 (satu).
Kriteria kenaikan kelas ditentukan oleh Satuan Pendidikan berdasarkan karakteristik Satuan
Pendidikan.
Contoh :
Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
d. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam dua semester pada tahun
pelajaran yang diikuti.
e. Tidak terdapat 3 mata pelajaran atau lebih, pada kompetensi pengetahuan,
keterampilan, dan/atau sikap yang belum tuntas/belum baik pada semester
kedua.
f. Ketidakhadiran peserta didik tanpa keterangan maksimal 15% dari jumlah hari
efektif.
10. Keterangan pindah keluar Satuan Pendidikan diisi dengan:
f. Tanggal ditetapkannya keluar dari Satuan Pendidikan.
g. Kelas yang ditinggalkan pada saat keluar dari Satuan Pendidikan.
h. Alasan keluar dari Satuan Pendidikan.
i. Waktu penandatanganan pengesahan oleh Kepala Sekolah dan tanda tangan
kepala sekolah dibubuhi stempel.
j. Pengesahan kepindahan keluar Satuan Pendidikan dikuatkan dengan tanda
tangan orang tua/wali peserta didik.
11. Keterangan pindah masuk Satuan Pendidikan diisi dengan:
d. Nama peserta didik yang masuk diisi lengkap.
e. Identitas peserta didik ditulis apabila pindah masuk ke sekolah baru (mutasi
dari luar ke dalam Satuan Pendidikan).
f. Waktu penandatanganan pengesahan oleh Kepala Sekolah dan tanda tangan
kepala sekolah dibubuhi stempel.
12. Catatan prestasi yang pernah dicapai diisi dengan:
b. Identitas peserta didik.
Catatan prestasi yang menonjol pada bidang kurikuler (akademik), ekstra kurikuler
(nonakademik), dan catatan khusus lainnya yang berhubungan dengan sikap serta hal-hal
selain kurikuler dan ekstra kurikuler (misalnya memenangkan kejuaraan dalam ajang
pencarian bakat, dan sebagainya).
REKAPITULASI PENSKORAN PENGUKURAN SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL

Sikap Spiritual dan Sosial

Nama
No Skor Deskripsi
Siswa
Tanggung jawab

Kejujuran

Taat menjalankan agama


Proaktif
Santun
Toleran

Kecermatan
Kerjasama

Kreatifitas

Responsif
Tekun

Siswa sudah
menunjukkan sikap
toleran, jujur, dan
taat menjalankan
perintah agamanya
akan tetapi ketaatan
terhadap perintah
agama masih perlu
ditingkan.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

RUBRIK PENSKORAN
Aspek : Tekun
No. Indikator Tekun Penilaian Tekun
1. Menyukai tantangan Skor 1 jika 1 atau tidak ada indikator yang konsisten
ditunjukkan peserta didik
2. Giat dalam belajar dan Skor 2 jika 2indikator kosisten ditunjukkan peserta
bekerja didik
3. Tidak mudah menyerah Skor 3 jika 3indikator kosisten ditunjukkan peserta
menghadapi kesulitan didik
4. Berusaha menjadi lebih Skor 4 jika 4 indikator konsisten ditunjukkan peserta
baik didik

Aspek : Kerjasama
No. Indikator Kerjasama Penilaian Kerjasama
1. Terlibat aktif dalam bekerja Skor 1 jika 1 atau tidak ada indikator yang konsisten
kelompok ditunjukkan peserta didik
2. Kesediaan melakukan tugas Skor 2 jika 2indikator kosisten ditunjukkan peserta
sesuai kesepakatan didik
3. Bersedia membantu orang Skor 3 jika 3indikator kosisten ditunjukkan peserta
lain dalam satu kelompok didik
yang mengalami kesulitan
4. Rela berkorban untuk Skor 4 jika 4 indikator konsisten ditunjukkan peserta
teman lain didik

Aspek : Tanggungjawab
No. Indikator Tanggungjawab Penilaian Tanggungjawab
1. Melaksanakan tugas Skor 1 jika 1 atau tidak ada indikator yang konsisten
individu dengan baik ditunjukkan peserta didik
2. Menerima resiko dari Skor 2 jika 2indikator kosisten ditunjukkan peserta
tindakan yang dilakukan didik
3. Mengembalikan barang Skor 3 jika 3indikator kosisten ditunjukkan peserta
yang dipinjam didik
4. Meminta maaf atas Skor 4 jika 4 indikator konsisten ditunjukkan peserta
kesalahan yang dilakukan didik
Aspek : Toleran
No. Indikator Toleran Penilaian Toleran
1. Tidak mengganggu teman yang berbeda Skor 1 jika 1 atau tidak ada indikator yang
pendapat konsisten ditunjukkan peserta didik
2. Menghormati teman yang berbeda suku, Skor 2 jika 2indikator kosisten
agama, ras, budaya, dan gender ditunjukkan peserta didik
3. Menerima kesepakatan meskipun berbeda Skor 3 jika 3indikator kosisten
dengan pendapatnya ditunjukkan peserta didik
4. Dapat mememaafkan Skor 4 jika 4 indikator konsisten
kesalahan/kekurangan orang lain ditunjukkan peserta didik

Aspek : Kreativitas
No. Indikator Kreativitas Penilaian Kreativitas
1. Dapat menyatakan pendapat dengan jelas Skor 1 jika 1 sampai 2 indikator muncul
(ideational fluency)
2. Dapat menemukan ide baru yang belum Skor 2 jika 3 sampai 4 indikator muncul
dijelaskan guru (originality)
3. Mengenali masalah yang perlu dipecahkan dan Skor 3 jika 4 sampai 5 indikator muncul
tahu bagaimana memecahkannya (critical
thinking)
4. Senang terhadap materi pelajaran dan Skor 4 jika 6 sampai 7indikator muncul
berusaha mempelajarinya (enjoyment)
5. Mempunyai rasa seni dalam memecahkan
masalah (aesthetics)
6. Berani mengambil risiko untuk
menemukan hal-hal yang baru
(risk-taking)
7. Mencoba berulang-ulang untuk
menemukan ide yang terbaik
(cyclical procedure)

Aspek : Kejujuran
No. Indikator Kejujuran Penilaian Kejujuran
1. Tidak menyontek dalam mengerjakan Skor 1 jika 1 sampai 2 indikator muncul
ujian/ulangan
2. Tidak menjadi plagiat Skor 2 jika 3 sampai 4 indikator muncul
(mengambil/menyalin karya orang lain
tanpa menyebutkan sumber) dalam
mengerjakan setiap tugas
3. Mengemukakan perasaan terhadap Skor 3 jika 5 indikator muncul
sesuatu apa adanya
4. Melaporkan barang yang ditemukan Skor 4 jika 6 indikator muncul
5. Melaporkan data atau informasi apa
adanya
6. Mengakui kesalahan atau kekurangan
yang dimiliki

Aspek : Kecermatan
No. Indikator Kecermatan Penilaian Kecermatan
1. Mengerjakan tugas dengan teliti Skor 1 jika 1 indikator muncul
2. Berhati-hati dalam menggunakan Skor 2 jika 2 indikator muncul
peralatan
3. Memperhatikan keselamatan diri Skor 3 jika 3 indikator muncul
4. Memperhatikan keselamatan Skor 4 jika 4 indikator muncul
lingkungan

Aspek : Santun
No. Indikator Santun Penilaian Santun
1. Baik budi bahasanya (sopan Skor 1 jika terpenuhi satu indikator
ucapannya)
2. Menggunakan ungkapan yang tepat Skor 2 jika terpenuhi dua indikator
3. Mengekspresikan wajah yang cerah Skor 3 jikaterpenuhi tiga indikator
4. Berperilaku sopan Skor 4 jika terpenuhi semua indikator

Aspek : Responsif
No. Penilaian Responsif
1. Skor 1 jika acuh (tidak merespon)
2. Skor 2 jika ragu-ragu/bimbang dalam
merespon
3. Skor 3 jika lamban memberikan
respon/tanggapan
4. Skor 4 jika cepat
merespon/menanggapi

Aspek : Proaktif
No. Indikator Proaktif Penilaian Proaktif
1 berinisiatif dalam bertindak Skor 1 jika terpenuhi satu indikator
2 mampu menggunakan kesempatan Skor 2 jikaterpenuhi dua indikator
3 memiliki prinsip dalam bertindak Skor 3 jikaterpenuhi tiga indikator
(tidak ikut-ikutan)
4 bertindak dengan penuh tanggung Skor 4 jikaterpenuhi semua indikator
jawab

Aspek : Taat menjalankan agama


No. Indikator Ketaatan Menjalankan Penilaian Ketaatan Menjalankan
Agama Agama
1 Disiplin (selalu tepat waktu) dalam Skor 1 jika terpenuhi satu indikator
menjalankan agamanya
2 Teratur dalam menjalankan Skor 2 jikaterpenuhi dua indikator
agamanya
3 Bersungguh-sungguh menjalankan Skor 3 jikaterpenuhi tiga indikator
ajaran agama
4 Berakhlak/berperilaku santun dan Skor 4 jikaterpenuhi semua indikator
menghargai orang lain

Lembar Penilaian Antar Teman

Nama Peserta Didik : …………………


Kelas : ………………
Materi Pokok : …………………..
Tanggal : ………………….
Berilah tanda cek pada kolom pilihan berikut dengan 4 =
selalu
3 = sering
2 = jarang
1 = tidak pernah

No Aspek Pengamatan Skor


1 Tidak nyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan 4 3 2 1
2 Tidak melakukan plagiat (mengambil/menyalin karya
orang lain tanpa menyebutkan sumber) dalam
mengerjakan setiap tugas
3 Mengemukakan perasaan terhadap sesuatu apa
adanya
4 Melaporkan data atau informasi apa adanya
.. ……………………………………………………..
Jumlah

Lembar Pengamatan Sikap

Nama Peserta Didik : …………………


Kelas : ………………
Materi Pokok : …………………..
Tanggal : ………………….

Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam kesantunan.
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap santun yang ditampilkan oleh peserta
didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak
melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
No Aspek Pengamatan Skor Keterangan
1 Menghormati orang yang lebih tua 4 3 2 1
2 Mengucapkan terima kasih setelah
menerima bantuan orang lain
3 Menggunakan bahasa santun saat
menyampaikan pendapat
4 Menggunakan bahasa santun saat
mengkritik pendapat teman
5 Bersikap 3S (salam, senyum, sapa) saat
bertemu orang lain
Jumlah

Lembar Penilaian Diri

Nama Peserta Didik : …………………


Kelas : ………………
Materi Pokok : …………………..
Tanggal : ………………….

PETUNJUK
1. Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti
2. Berilah tanda cek (√) sesuai dengan sesuai dengan kondisi dan keadaan kalian sehari-
hari

Tanggapan Verifikasi Guru


No KD/Pernyataan
TP KD SR SL ya tidak
1 Saya menyontek pada saat mengerjakan
Ulangan

2 Saya menyalin karya orang lain tanpa


menyebutkan sumbernya pada saat
mengerjakan tugas
3 Saya melaporkan kepada yang
berwenang jika menemukan barang
4 Saya berani mengakui kesalahan yang
dilakukan
5 Saya mengerjakan soal ujian tanpa
melihat jawaban teman yang lain

Keterangan :
SL = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
SR = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang- kadang
tidak melakukan
KD = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
TP = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Petunjuk Penyekoran:
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak
melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak
melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Format Kisi-kisi Penyusunan Soal

Format Kisi-kisi Penyusunan Soal

Kode Paket: ....

Jakarta,.................., 20….
Mapel : ................................................. Penyusun: 1. ..............ttd...............
Kode : ....................... 2................ttd...............
Bentuk Soal : ........................
Tahun Pelajaran : ........................ Penelaah : ............ttd.................
Standar Kompetensi Lulusan: Buku Sumber: Proses Pengetahuan Tingkat Kesukaran:
Fakta Sangat Mudah
Menggunakan alat-alat ukur Penerapan Mudah
Interpretasi Sedang
Pemecahan Masalah Sukar
Penalaran
Rumusan Butir Soal:

Kemampuan Yang Diujikan:

Menjelaskan hasil
pengukuran dengan alat-alat
ukur

Mikrometer Jangka Sorong


Materi Pokok:
Gb. 1
Hasil pengukuran menggunakan alat ukur Mikrometer dan jangka sorong
Penggunaan alat pada gb.1 adalah:
ukur mekanik A. 3,33 mm dan 23,70 mm
B. 3,83 mm dan 25,70 mm
C. 3,37 mm dan 25,53 mm
D. 4,37 mm dan 25,70 mm
Indikator Soal:
E. 4,87 mm dan 25,70 mm

Disajikan gambar
pengukuran, siswa dapat
menentukan hasil Nomor Soal 1
pengukuran dengan alat
ukur Kunci Jawaban B
Pembahasan:
Mikrometer : 3mm + 0,50 mm + 0,33 mm = 3,83 mm
Jangka Sorong : 25 mm + 0,70 mm = 25,70mm
LEMBAR PENILAIAN
TES

PRAKTIK/PROYEK

Nomor Peserta :
Nama Peserta :

Skor Pencapaian Kompetensi


No Komponen/Sub komponen Max Tidak Ya
Penilaian
0 1 2 3 4
1 2 3 4 5 6 7 8
I Persiapan Kerja 8
1.3.Pengecekan kelengkapan
peralatan
1.4.Pengecekan spesifikasi
peralatan
Skor Komponen :
II Proses (Sistematika & Cara 4
Kerja)
2.1. Layer, folder, lay out, skala

Skor Komponen :
III Hasil Kerja 16
3.1 Gambar Auto Cad
3.1.1 Skala Gambar
3.1.2 Ketebalan garis ( line weight )
Dan tipe garis ( line type )
3.1.3 Kelengkapan gambar
3.1.4 Etiket gambar
Skor Komponen :
Skor Pencapaian Kompetensi
No Komponen/Sub komponen Max Tidak Ya
Penilaian
0 1 2 3 4
1 2 3 4 5 6 7 8
IV Sikap Kerja 8
4.1 Penggunaan alat
4.2 Keselamatan kerja
Skor Komponen :
V Waktu 4
5.1 Waktu penyelesaian
Skor Komponen :

Keterangan :
Skor masing-masing komponen penilaian ditetapkan berdasarkan perolehan skor
terendah dari sub komponen penilaian

Perhitungan nilai praktik/proyek (NP) :

Prosentase Bobot Komponen Penilaian Nilai Praktik


(NP)
Persiapan Proses Sikap Hasil Waktu ∑ NK
Kerja
1 2 3 4 5 6
Bobot (%) 5 30 10 40 15

Skor Max 6 3 12 6 3

Skor
Komponen
NK

Keterangan:
 Bobot diisi dengan prosentase setiap komponen. Besarnya prosentase dari setiap
komponen ditetapkan secara proposional sesuai karakteristik program keahlian.
 NK = Nilai Komponen, Skor Komponen dibagi Skor Max dikali bobot
 NP = penjumlahan dari hasil perhitungan nilai komponen(NK)
 Jenis komponen penilaian (persiapan, proses, sikap kerja, hasil, dan waktu) disesuaikan
dengan karakter program keahlian.

……………, ………………. 2014

Penilai 1/ Penilai 2 *)

*) Coret yang tidak perlu

KRITERIA PENILAIAN
UJIAN TES
PRAKTIK/PROYEK

No. Komponen/Subkomponen Penilaian Indikator Skor


1 2 3 4
I. Persiapan Kerja
1.2 Pengecekan kelengkapan Lengkap sesuai 4
peralatan
Sebagian peralatan kurang 3
lengkap
Tidak lengkap tetapi bukan yang 2
utama
No. Komponen/Subkomponen Penilaian Indikator Skor
1 2 3 4
Tidak lengkap tetapi yang utama 1
Tidak melakukan pengecekan 0
1.2 Pengecekan spesifikasi peralatan Lengkap sesuai 4
Sebagian tidak sesuai spesifikasi 3
Tidak lengkap tetapi bukan yang
utama 2
Tidak lengkap tetapi yang utama 1
Tidak melakukan pengecekan 0
II Proses (Sistematika dan CaraKerja)
Layer, folder, lay out, skala benar 4
Layer, lay out, skala benar, folder 3
salah

Layer salah, lay out, skala, folder 2


benar

Layer benar, lay out, skala, folder 1


salah
Salah semua 0
III Hasil Kerja
3.1 Gambar Auto CAD
3.1.1 Skala gambar Semua skala sesuai ketentuan 4
Satu dari lima gambar tidak 3
sesuai
Dua dari lima gambar tidak sesuai 2
Tiga dari lima gambar tidak 1
sesuai

Tidak sesuai semua 0


3.1.2 Ketebalan garis (line weight) dan Ketebalan garis dan tipe garis 4
tipe garis (line type) sesuai dengan ketentuan
No. Komponen/Subkomponen Penilaian Indikator Skor
1 2 3 4
10% tidak sesuai 3
20% tidak sesuai 2
>20% tidak sesuai 1
Tidak sesuai 0
3.1.3 Kelengkapan gambar Semua gambar yang diminta lengkap 4
(dimensi, keterangan gambar/ teks
dan asesoris, simbol

Lengkap kecuali simbol 3


Lengkap kecuali keterangan
gambar
2
Lengkap kecuali dimensi 1
Tidak lengkap 0
3.1.4 Etiket gambar Ada lengkap sesuai ketentuan 4
Ada lengkap tidak sesuai 3
ketentuan

Ada tidak lengkap sesuai 2


ketentuan

Ada tidak sesuai ketentuan 1


Tidak ada etiket gambar 0
IV Sikap Kerja
4.1 Penggunaan alat Semua kriteria persyaratan 4
terpenuhi

Satu persyaratan tidak terpenuhi 3


Dua persyaratan tidak terpenuhi 2
Lebih dari dua persyaratan tidak 1
terpenuhi
Tidak sesuai dengan persyaratan 0

4.2 Keselamatan kerja Semua kriteria persyaratan 4


terpenuhi
No. Komponen/Subkomponen Penilaian Indikator Skor
1 2 3 4
Satu persyaratan tidak terpenuhi 3
Dua persyaratan tidak terpenuhi 2
Lebih dari dua persyaratan tidak 1
terpenuhi
Tidak sesuai dengan persyaratan 0
V Waktu
5.1 Waktu penyelesaian < 25% lebih cepat 4
< 15% lebih cepat 3
Sesuai waktu 2
Tidak selesai sesuai waktu 1
Tidak selesai 0

Lembar Pengamatan Praktik :

Nama Peserta
Nama Penilai
Judul Penugassan Penanganan Keluhan Pelanggan
Tgl ujian
Pengamatan peserta di tempat kerja menangani pertanyaan
Demonstrasi
pelanggan, masalah dan keluhan pelanggan
Bahan & Peralatan
Kinerja Yang Diamati Tidak/Ya Keterangan
Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dengan:
 Memperiotaskan kebutuhan pelanggan yang
mendesak
 Menawarkan beberapa pilihan
 Menanyakan pertanyaan terbuka
 Menggunakan teknik mendengarkan
Melayani konsumen dengan:
 Menyatakan salam kepada pelanggan
 Senyum
 Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
 Melakukan kontak mata dengan pelanggan
 Mengetahui keluhan pelanggan
 Membuat resume terhadap keluhan
 Menyelesaikan keluhan pelanggan
Kinerja Peserta Memuaskan Tidak memuaskan
Umpan balik ke Peserta Uji :

Tanda tangan
Peserta
Tanda tangan
Penilai

Lembar Pertanyaan:

Nama Peserta Uji


Nama Penilai
Judul Penugasan
Tanggal Ujian
Tempat
Pertanyaan untuk dijawab Respon/Jawaban Memuaskan
peserta (Tidak/Ya)
Apa yang kamu lakukan jika..?
Apa yang kamu lakukan jika..?
Apa yang kamu lakukan jika..?
Bagaimana jika …?
Mengapa …?
Pengetahuan peserta Memuaskan Tidak Memuaskan
Umpan balik untuk peserta:

Tanda tangan Peserta


Tanda tangan Penilai

Penilaian Portofolio

Nama Peserta Didik : …………………


Kelas : ………………
Materi Pokok : …………………..
Tanggal : ………………….

Kriteria
Perio Kualitas / Waktu Keteran
No KD Keasli Kesesuai
de Kerapiha Pembu gan
an an
n atan

Menggambar
1. macam-macam
pondasi

Membuat analisa
2. perencanaan
bangunan gedung

3. Dst..

Catatan:
Setiap karya peserta didik sesuai Kompetensi Dasar yang masuk dalam daftar portofolio
dikumpulkan dalam satu file (tempat) untuk setiap peserta didik sebagai bukti
pekerjaannya.
Skor untuk setiap kriteria menggunakan skala penilaian 1 - 4 atau 0 - 100. Semakin baik
hasil penugasan/karya peserta didik, semakin tinggi skor yang diberikan.
Kolom keterangan diisi dengan catatan guru tentang kelemahan dan kekuatan/kelebihan
bukti belajar (evidence) yang dinilai.
BAB VI
MEKANISME PENETAPAN KRITERIAN
KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

A. Kriteria Ketuntasan Minimal

Prinsip penilaian pada kurikulum 2013 adalah menggunakan acuan kriteria, yakni
menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling
rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. Seberapapun
besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah
keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan kriteria
tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada acuan norma, kurva
normal sering digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh
hasil rata-rata kurang memuaskan. Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk
mendapatkan sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva. Acuan
kriteria mengharuskan pendidik untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil
penilaian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan
pengayaan bagi yang sudah melampaui kriteria ketuntasan minimal.
Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil
musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan
yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP
secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM. Kriteria ketuntasan
menunjukkan persentasetingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka
maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target
ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat
memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan
secara bertahap.
Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua
peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di
sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar
informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria
ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan
dalam menyikapi hasil belajar peserta didik.

B. Prinsip Penetapan KKM


Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal perlu mempertimbangkan beberapa ketentuan
sebagai berikut:
1. Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat
dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode kualitatif dapat
dilakukan melalui professional judgement oleh pendidik dengan
mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman pendidik mengajar
mata pelajaran di sekolahnya. Sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan
rentang angka yang disepakati sesuai dengan penetapan kriteria yang ditentukan.
2. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis ketuntasan
belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya
dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan
standar kompetensi
3. Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan rata- rata
dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar tersebut. Peserta didik
dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar untuk KD tertentu apabila yang
bersangkutan telah mencapai ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan
untuk seluruh indikator pada KD tersebut;
4. Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-rata
KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam SK tersebut;
5. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari semua
KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran, dan
dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB/Rapor) peserta didik;
6. Indikator merupakan acuan/rujukan bagi pendidikuntuk membuat soal-soal
ulangan, baik Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah Semester (UTS) maupun
Ulangan Akhir Semester (UAS). Soal ulanganataupun tugas-tugas harus mampu
mencerminkan/menampilkan pencapaian indikator yang diujikan. Dengan
demikian pendidik tidak perlu melakukan pembobotan seluruh hasil ulangan,
karena semuanya memiliki hasil yang setara;
7. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya perbedaan nilai
ketuntasan minimal.

C. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal


Fungsi kriteria ketuntasan minimal:
1. sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai
kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat
diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan. Pendidik harus
memberikan respon yang tepat terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam
bentuk pemberian layanan remedial atau layanan pengayaan;
2. sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata
pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM yang harus
dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat
mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai melebihi
KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus mengetahui KD-
KD yang belum tuntas dan perlu perbaikan;
3. dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi
program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasi keterlaksanaan dan
hasil program kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian KKM sebagai
tolok ukur. Oleh karena itu hasil pencapaian KD berdasarkan KKM yang
ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi tentangpeta KD-KD tiap
mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara perbaikan dalam proses
pembelajaran maupun pemenuhan sarana-prasarana belajar di sekolah;
4. merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan antara
satuan pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan
upaya yang harus dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan
satuan pendidikan, dan orang tua. Pendidikmelakukan upaya pencapaian KKM
dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian. Peserta didik
melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif mengikuti kegiatan
pembelajaran serta mengerjakantugas-tugas yang telah didesain pendidik. Orang
tua dapat membantu dengan memberikan motivasi dan dukungan penuh bagi putra-
putrinya dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan pimpinan satuan pendidikan
berupaya memaksimalkan pemenuhan kebutuhan untuk mendukung terlaksananya
proses pembelajaran dan penilaian di sekolah;
5. merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata
pelajaran. Satuan pendidikan harus berupaya semaksimal mungkin untuk
melampaui KKM yang ditetapkan. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan
salah satu tolok ukur kinerja satuan pendidikan dalam menyelenggarakan program
pendidikan. Satuan pendidikan dengan KKM yang tinggi dan dilaksanakan secara
bertanggung jawab dapat menjadi tolok ukur kualitas mutu pendidikan bagi
masyarakat.

D. Langkah-Langkah Penetapan KKM


Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran. Langkah
penetapan KKM adalah sebagai berikut:

1. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan


mempertimbangkantiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung, dan
intake peserta didik dengan skema sebagai berikut:
KKM KKM
Indikator KD

KKM MP KKM
SK

Gambar 3: Skema Penentuan KKM


Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran;

2. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh
kepala sekolah untuk dijadikan patokanguru dalam melakukanpenilaian;
3. KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan;
4. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang
tua/wali peserta didik.

E. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan minimal adalah:
1. Tingkat kompleksitas, kesulitan/kerumitan setiap indikator, kompetensi dasar,
dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.
Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas tinggi, apabila dalam
pencapaiannya didukung oleh sekurang-kurangnya satu dari sejumlahkondisi sebagai
berikut:
a. guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus
dibelajarkan pada peserta didik.
b. guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang bervariasi.
c. guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang
diajarkan.
d. peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi.
e. peserta didik yang cakap/terampil menerapkan konsep.
f. peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian
tugas/pekerjaan.
g. waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena memiliki
tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga dalam proses
pembelajarannya memerlukan pengulangan/latihan;
h. tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar peserta didik
dapat mencapai ketuntasan belajar.

Contoh 1.
SK 2. : Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam
perhitungan kimia (stoikiometri)
KD 2.2 : Membuktikan dan mengkomunikasikan berlakunya hukum- hukum
dasar kimia melalui percobaan serta menerapkan konsep mol dalam
menyelesaikan perhitungan kimia
Indikator : Menentukan pereaksi pembatas dalam suatu reaksi

Indikator ini memiliki kompleksitas yang tinggi, karena untuk menentukan


pereaksi pembatasdiperlukan beberapa tahap pemahaman/penalaran peserta didik
dalam perhitungan kimia.

Contoh 2.
SK 1. : Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia
KD 1.1. : Memahami struktur atom berdasarkan teori atom Bohr, sifat- sifat
unsur, massa atom relatif, dan sifat-sifat periodik unsur dalam tabel
periodik serta menyadari keteraturannya, melalui pemahaman
konfigurasi elektron
Indikator : Menentukan konfigurasi elektron berdasarkan tabel periodik atau
nomor atom unsur.

Indikator ini memiliki kompleksitas yang rendah karena tidak memerlukan tahapan
berpikir/penalaran yang tinggi.
2. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran pada masing-masing sekolah.

a. Sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kompetensi


yang harus dicapai peserta didik seperti perpustakaan, laboratorium, dan
alat/bahan untuk proses pembelajaran;
b. Ketersediaan tenaga, manajemen sekolah, dan kepedulian
stakeholders sekolah.

Contoh:
SK 3. : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor- faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
dan industri
KD 3.3 : Menjelaskan keseimbangandan faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseranarah keseimbangan dengan melakukan percobaan
Indikator : Menyimpulkan pengaruh perubahan suhu, konsentrasi, tekanan,dan
volume pada pergeseran keseimbangan melalui percobaan.

Daya dukung untukIndikator ini tinggi apabila sekolah mempunyai sarana


prasarana yang cukup untuk melakukan percobaan, dan guru mampu menyajikan
pembelajaran dengan baik. Tetapi daya dukungnyarendah apabila sekolah tidak
mempunyai sarana untuk melakukan percobaan atau guru tidak mampu menyajikan
pembelajaran dengan baik.
3. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata peserta didik di sekolah yang
bersangkutan

Penetapan intake di kelas X dapat didasarkan pada hasil seleksi pada saat
penerimaan peserta didikbaru, Nilai Ujian Nasional/Sekolah, rapor SMP, tes
seleksi masuk atau psikotes; sedangkan penetapan intake di kelas XI dan XII
berdasarkan kemampuan peserta didik di kelas sebelumnya.
Contoh penetapan KKM
Untuk memudahkan analisis setiap indikator, perlu dibuat skala penilaian yang
disepakati oleh guru mata pelajaran. Contoh:
Aspek yang dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian
Tinggi Sedang Rendah
Kompleksitas
< 65 65-79 80-100
Tinggi Sedang Rendah
Daya Dukung
80-100 65-79 <65
Tinggi Sedang Rendah
Intake siswa
80-100 65-79 <65

Atau dengan menggunakan poin/skor pada setiap kriteria yang


ditetapkan.

Aspek yang dianalisis Kriteria penskoran


Tinggi Sedang Rendah
Kompleksitas
1 2 3
Tinggi Sedang Rendah
Daya Dukung
3 2 1
Tinggi Sedang Rendah
Intake siswa
3 2 1

Jika indikator memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi dan
intake peserta didiksedang, maka nilai KKM-nya adalah: 1 +
3 +2
 x 100 = 66,7
9

Nilai KKM merupakan angka bulat, maka nilai KKM-nya adalah 67.
Contoh:
PENENTUAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL PER KD DAN
INDIKATOR

Mata Pelajaran : KIMIA


Kelas/semester : X/2
Standar Kompetensi :Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan
elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi

Kriteria Pencapaian Kriteria


Ketuntasan Belajar Ketuntasan
Kompetensi Dasar/Indikator Siswa Minimal
(KD/Indikator)
Komplek Daya Peng Prakt
Intake
Sitas dukung et ik
3.1. Mengidentifikasi sifat larutan
non-elektrolit dan elektrolit 72 72
berdasarkan data hasil
percobaan Rendah Tinggi Sedang 76,6
a. Menyimpulkan gejala-gejala (80) (80) (70)
hantaran arus listrik dalam
berbagai larutan
berdasarkan hasil Sedang Tinggi Sedang 73,3
pengamatan. (70) (80) (70)
b. Mengelompokkan larutan
kedalam larutan elektrolit
dan non elektrolit Tinggi Tinggi Rendah 70
berdasarkan sifat hantaran (65) (80) (65)
listriknya.
c. Menjelaskan penyebab Tinggi Tinggi Rendah 70
kemampuan larutan (65) (80) (65)
elektrolit menghantarkan
arus listrik.
d. Menjelaskan bahwa
larutan elektrolit dapat
berupa senyawa ion dan
senyawa
kovalen polar

Nilai KKM KD merupakan angka bulat, maka nilai KKM 72,47 dibulatkan
menjadi 72.
Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/semester : X/2
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan
elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi

Kriteria Pencapaian Kriteria


Ketuntasan Belajar Siswa Ketuntasan
Kompetensi Dasar/Indikator (KD/Indikator) Minimal
Komplek Daya Prakt
Intake PPK
sitas dukung ik
3.1. Mengidentifikasi sifat larutan non-
elektrolit dan elektrolit 75 75
berdasarkan data hasil percobaan
a. Menyimpulkan gejala-gejala Rendah Tinggi Sedang 88,9
hantaran arus listrik dalam (3) (3) (2)
berbagai larutan
berdasarkan hasil
pengamatan. Sedang Tinggi Sedang 77,8
b. Mengelompokkan larutan (2) (3) (2)
kedalam larutan elektrolit dan
non elektrolit berdasarkan sifat
hantaran listriknya. Tinggi Tinggi Rendah 66,7
c. Menjelaskan penyebab (1) (3) (2)
kemampuan larutan
elektrolit menghantarkan Tinggi Tinggi Rendah 66,7
arus listrik. (1) (3) (2)
d. Menjelaskan bahwa
larutan elektrolit dapat
berupa senyawa ion dan
senyawa kovalen polar

Catatan: hasil rata-rata dari indikator merupakan nilai KKM untuk KD

F.Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

2. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB)


yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan
pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan
teknologi merupakan batas ambang kompetensi (Permendiknas Nomor:
20/2007 tentang Standar Peniaian Pendidikan, Pengertian butir 10).
3. Nilai ketuntasan belajar untuk aspek kompetensi pengetahuan dan praktik
dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat, dengan rentang 0 -100.
4. Penetapan KKM dilakukan oleh dewan pendidik pada awal tahun pelajaran
melalui proses penetapan KKM setiap Indikator, KD, SK menjadi KKM mata
pelajaran, dengan mempertimbangkan, hal-hal sebagai berikut:
a. Tingkat kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) setiap KD yang harus
dicapai oleh peserta didik.
b. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa pada sekolah yang
bersangkutan.
c. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran pada masing-masing sekolah.
5. Ketuntasan belajar setiap indikator, KD, SK dan mata pelajaran yang telah
ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0 – 100 %. Kriteria ideal
ketuntasan untuk masing-masing indikator 75 %.
6. Satuan pendidikan dapat menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM)
dibawah nilai ketuntasan belajar ideal, namun secara bertahap harus
meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai
kriteria ketuntasan ideal.
7. KKM tersebut dicantumkan dalam LHB (berlaku untuk pengetahuan maupun
praktik) dan harus diinformasikan kepada seluruh warga sekolah dan orang tua
peserta didik.

G. Analisis Kriteria Ketuntasan Minimal


Pencapaian kriteria ketuntasan minimal perlu dianalisis untuk dapat ditindaklanjuti
sesuai dengan hasil yang diperoleh. Tindak lanjut diperlukan untuk melakukan perbaikan
dan penyempurnaan dalam pelaksanaan pembelajaran maupun penilaian. Hasil analisis juga
dijadikan sebagai bahan pertimbangan penetapan KKM pada semester atautahun
pembelajaran berikutnya.
Analisis pencapaian kriteria ketuntasan minimal bertujuan untuk mengetahui tingkat
ketercapaian KKM yang telah ditetapkan. Setelah selesai melaksanakan
penilaiansetiapKDharus dilakukan analisis pencapaian KKM. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk melakukan analisis rata-rata hasil pencapaian peserta didik kelas X, XI, atau XII
terhadap KKM yang telah ditetapkan pada setiap mata pelajaran. Melalui analisis ini akan
diperoleh data antara lain:

1. KD yang dapat dicapai oleh 75% - 100% dari jumlah peserta didikpada kelas X,
XI,atau XII;
2. KD yang dapat dicapai oleh 50% - 74% dari jumlah peserta didik pada kelas X,
XI,atau XII;
3. KD yang dapat dicapai oleh ≤ 49% dari jumlah siswa peserta didik kelas X, XI, atau
XII.
Manfaat hasil analisis adalahsebagai dasar untuk meningkatkan kriteria ketuntasan minimal
pada semester atautahunpembelajaran berikutnya. Analisis pencapaian kriteria ketuntasan
minimal dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data perolehan nilai setiap peserta didik
per mata pelajaran.

Contoh

FORMAT
ANALISIS PENCAPAIAN KETUNTASAN BELAJAR PESERTA
DIDIK PER-KOMPETENSIN DASAR (KD)
Nama Sekolah :
Mata pelajaran :
Kelas/semester :

Pencapaian Ketuntasan Belajar Peserta Didik/KD


SK 1 SK 2 SK 3
Nama Siswa KD KD KD
1.1 1.2 dst 2.1 2.2 dst 3.1 3.2 dst
No

….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. …..


KKM

1
2
3
4
5
dst
Rata-rata
Ketuntasan belajar
(dalam %)
≤ 49
jml siswa
Frekwensi

50-74
75-100
≥ KKM sekolah
REKAPITULASI PENCAPAIAN KETUNTASAN BELAJAR MINIMAL SEKOLAH

Nama sekolah :
Mata pelajaran :
Kelas :
Kondisi bulan :
KKM Tingkat KKM sekolah Tingkat KKM pencapaian
No SK No KD
Sekolah pencapaian maks rerata min maks rerata Min
KD.1.1 70.00 75.00
SK1 75 72,5 70 80 77,5 75
KD 1.2 75.00 80.00
KD 2.1 75.00 70.00
SK 2 KD 2.2 70.00 70.00 75 70 65 70 69 67
KD 2.3 65.00 67.00
dst
BAB VII
PENYUSUNAN KISI-KISI BUTIR SOAL

A. Penyusunan Butir Soal

Menyusun butir soal adalah merakit soal yang siap digunakan menjadi satu
perangkat/paket tes atau beberapa paket tes paralel. Dasar acuan dalam merakit soal adalah
tujuan tes dan kisi-kisinya. Untuk memudahkan pelaksanaannya, guru harus memperhatikan
langkah-langkah perakitan soal.
Dalam bab ini juga diuraikan penskoran jawaban soal. Pemeriksaan terhadap jawaban
peserta didik dan pemberian angka merupakan langkah untuk mendapatkan informasi
kuantitatif dari masing-masing peserta didik. Pada prinsipnya, penskoran soal harus
diusahakan agar dapat dilakukan secara objektif. Artinya, apabila penskoran dilakukan oleh
dua orang atau lebih yang sama tingkat kompetensinya, akan menghasilkan skor atau angka
yang sama, atau jika orang yang sama mengulangi proses penskoran akan dihasilkan skor
yang sama.

B. Langkah Menyusunan Soal

Para pendidik dapat merakit soal menjadi suatu paket tes yang tepat, apabila para
pendidik memperhatikan langkah-langkah perakitan soal. Berikut langkah- langkah
perakitan soal.
1. Mengelompokkan soal-soal yang mengukur kompetensi dan materi yang sama,
kemudian soal-soal itu ditempatkan dalam urutan yang sama.
2. Memberi nomor urut soal didasarkan nomor urut soal dalam kisi-kisi.
3. Mengecek setiap soal dalam satu paket tes apakah soal-soalnya sudah bebas dari
kaidah “Setiap soal tidak boleh memberi petunjuk jawaban terhadap soal yang
lain”.
4. Membuat petunjuk umum dan khusus untuk mengerjakan soal.
5. Membuat format lembar jawaban.
6. Membuat lembar kunci jawaban dan petunjuk penilaiannya.
7. Menentukan/menghitung penyebaran kunci jawaban (untuk bentuk pilihan
ganda), dengan menggunakan rumus berikut.
Jumlah soal
=
Penyebaran kunci jawaban + 3
Jumlah pilihan jawaban

8. Menentukan soal inti sebanyak 10 % dari jumlah soal dalam satu paket. Soal inti
ini diperlukan apabila soal yang dirakit terdiri dari beberapa tes paralel. Tujuannya
adalah agar antar tes memiliki keterkaitan yang sama. Penempatan soal inti dalam
paket tes diletakkan secara acak.
9. Menentukan besarnya bobot setiap soal (untuk soal bentuk uraian)
Bobot soal adalah besarnya angka yang ditetapkan untuk suatu butir soal dalam
perbandingan (ratio) dengan butir soal lainnya dalam satu perangkat tes. Penentuan
besar kecilnya bobot soal didasarkan atas tingkat kedalaman dan keluasan materi
yang ditanyakan atau kompleksitas jawaban yang dituntut oleh suatu soal. Untuk
mempermudah perhitungan/penentuan nilai akhir, jumlah bobot keseluruhan pada
satu perangkat tes uraian ditetapkan 100. Perakit soal harus dapat mengalokasikan
besarnya bobot untuk setiap soal dari bobot yang telah ditetapkan. Bobot suatu soal
yang sudah ditetapkan pada satu perangkat tes dapat berubah bila soal tersebut
dirakit ke dalam perangkat tes yang lain.
10. Menyusun tabel konversi skor
Tabel konversi sangat membantu para pendidik pada saat menilai lembar jawaban
peserta didik. Terutama bila dalam satu tes terdiri dari dua bentuk soal, misal
bentuk pilihan ganda dan uraian atau tes tertulis dan tes praktik. Skor dari soal
bentuk pilihan ganda tidak dapat langsung digabung dengan skor uraian. Hal ini
karena tingkat keluasan dan kedalaman materi yang ditanyakan atau penekannya
dalam kedua bentuk itu tidak sama. Nilai keduanya dapat digabung setelah
keduanya ditentukan bobotnya. Misalnya, untuk soal bentuk pilihan ganda (45 soal
dengan skor maksimum 45) bobotnya 60 % dan bentuk uraian (5 soal dengan skor
maksimum 20) bobotnya 40 %. Untuk menentukan skor jadinya adalah skor
perolehan peserta didik yang bersangkutan dibagi skor maksimum kali bobot.
Tabel konversi ini merupakan tabel konversi sederhana atau klasik.
Untuk memudahkan penggunaan tabel konversi, kita ingat proses penyamaan skala
atau konversi alat ukur suhu yang didasarkan pada konversi rumus yang sudah
standar, misal skala pengukuran: Celcius (titik awal 00 titik didih 1000).
Reamur(titik awal 00 titik didih 800), Fahrenheit
(titik awal 320 titik didih 2120 ), Kelvin (titik awal 237 0 titik didih 3730). Masing-
masing skala pengukuran ini bukan untuk dibandingkan atau sebagai penentu
kelulusan atau sebagai pengatrol nilai, namun masing- masing memiliki skala
sendiri-sendiri. Keberadaan skala ini tidak bisa dikatakan bahwa orang yang
menggunakan skala pengukuran Celcius dan Reamur akan selalu dirugikan karena
keduanya memiliki nilai 0 sampai dengan 4 (bila acuan kriterianya 4,01),
sedangkan orang yang menggunakan Fahrenheit dan Kelvin selalu diuntungkan
karena titik awalnya 32 dan 237. Demikian pula dengan konversi nilai dalam
ulangan atau ujian. Guru atau panitia ujian mau menggunakan konversi yang mana.
Dalam ilmu pengukuran, konversi dapat disusun melalui konversi biasa dan
konversi yang terkalibrasi dengan model respon butir. Apabila UN atau US sudah
mempergunakan konversi model respon butir, semua nilai peserta didik harus
mengacu pada model konversi ini, tidak membandingkan dengan konversi
lain/biasa.
Konversi biasa (model pengukuran secara klasik) penggunaannya biasa digunakan
guru di sekolah, yaitu untuk memperoleh nilai murni peserta didik. Bila
menghendaki skor maksimum 10 digunakan rumus (skor perolehan: skor
maksimum) x 10 dan bila menggunakan skor maksimum
100 digunakan nilai konversi dengan rumus (skor perolehan: skor maksimum) x
100 atau bila menggunakan skor maksimum 4 digunakan nilai konversi dengan
rumus (skor perolehan: skor maksimum) x 4. Konversi seperti ini memiliki dua
kelemahan, pertama adalah bahwa setiap butir soal dihitung memiliki tingkat
kesukaran yang sama. Artinya peserta didik manapun yang menjawab benar 40 dari
50 butir soal dalam satu tes (terserah nomor butir soal berapa yang benar, apakah
nomor 1 benar, nomor 2 salah, nomor 3 benar atau sebaliknya dan seterusnya, yang
penting benar 40 soal) peserta didik yang bersangkutan akan memperoleh nilai 8
(untuk konversi skor maksimum 10), 80 (untuk konversi skor maksimum 100) 0,2
(untuk konversi skor maksimum 4). Kelemahan kedua adalah bahwa tingkat
kesukaran butir soal tidak ditempatkan/dikalibrasi pada skala yang sama. Artinya
bahwa butir-butir soal tidak disusun berdasarkan tingkat kesukarannya dan
kemampuan peserta didik sehingga model konversi ini belum bisa menentukan
nilai murni peserta didik yang sebenarnya. Seharusnya hanya peserta didik yang
memiliki kemampuan tinggi (misal pada skala kemampuan 1, kemampuan 2,
kemampuan 3) yang dapat menjawab benar semua soal dalam tes pada skala yang
bersangkutan atau tingkat kesukaran butir (mudah, sedang, sukar) sesuai dengan
kemampuan peserta didik yang bersangkutan. Apabila sekolah mempergunakan
konversi biasa seperti ini justru akan merugikan peserta didik yang memiliki
kemampuan lebih tinggi.
Konversi yang terkalibrasi adalah konversi nilai yang disusun berdasarkan
kemampuan peserta didik dari tingkat kesukaran butir soal yang terkalibrasi dengan
model Rasch (Item Response Theory). Untuk memahami model
terkalibrasi ini diperlukan pengertian berikut. Setiap jumlah jawaban yang benar
soal, misal 1 sampai dengan 50, masing-masing butir memiliki tingkat
kemampuan (untuk teori klasik tidak ada). Tingkat kemampuan ini diperoleh dari
rumus model Rasch P= ( (-)) : (1 + e (-): eP adalah peluang menjawab benar satu
butir soal. E = 2,7183,  = tingkat kemampuan peserta didik, dan  = tingat
kesukaran butir soal. Kemudian nilai abilitas (misal -3,00 sampai dengan +3,00)
ditransformasi ke dalam skala 0-10, 0- 100, atau 0-4. Misal untuk dapat
ditransformasi ke dalam skala 0-100 diperlukan rata-rata 50 dan standar deviasi 5,
sehingga untuk membuat tabel konversi mempergunakan rumus Y=50+5X. Y=nilai
peserta didik dan X adalah nilai abilitas. Dengan rumus inilah konversi terkalibrasi
dapat disusun. Jadi dalam konversi yang terkalibrasi skalanya didasarkan dua hal
penting, yaitu tingkat kesukaran dan tingkat kemampuan peserta didik. Soal
ditempatkan pada tingkat kesukaran dan kemampuan peserta didik yang telah
disamakan skalanya. Bila tes sudah disamakan skalanya, siapapun yang mengambil
tes pada paket yang mudah, sedang, dan sukar, masing-masing tes masih berada
pada skala yang sama dan bisa dibandingkan. Oleh karena itu, tes yang diberikan
kepada peserta didik sudah selayaknya harus sesuai dengan tingkat kemampuan
peserta didik. Apabila kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang
diajarkan guru itu tinggi (sudah tercapai target kompetensinya), peluang menjawab
benar soal pasti tinggi. Namun sebaliknya bila kemampuan peserta didik dalam
memahami materi yang diajarkan guru itu rendah (belum tercapai target
kompetensinya), peluang menjawab benar soal pasti rendah. Apakah tesnya
berbentuk tes lisan, tertulis (soalnya berbentuk pilihan ganda, uraian, isian, dll.),
atau perbuatan. Model Rasch merupakan salahsatu model dalam teori respon butir
yang menitikberatkan pada parameter tingkat kesukaran butir soal. Model ini telah
digunakan di berbagai kalangan seperti untuk sertifikasi ujian kedokteran di USA,
sejumlah program penilaian sekolah di USA, program penilaian di Australia, studi
matematik dan science internasional ketiga, National School English Literacy
Survey di Australia, equating tes English di Provinsi Guandong Cina, dan beberapa
tes diagnostic. Model ini banyak digunakan orang sebagai pendekatan analitik
standard untuk kalibrasi instrumen karena modelnya sederhana, elegant, hemat,
atau efektif dan efisien.
Konversi nilai berdasarkan Model Rasch memiliki keunggulan bila dibandingkan
dengan konversi nilai berdasarkan model pengukuran secara klasik. Keterbatasan
model pengukuran secara klasik adalah seperti berikut. (1) Tingkat kemampuan
dalam teori klasik adalah “true score”. Jika tes sulit artinya tingkat kemampuan
peserta didik rendah. Jika tes mudah artinya tingkat kemampuan peserta didik
tinggi. (2) tingkat kesukaran soal didefinisikan sebagai proporsi peserta didik
dalam kelompok yang menjawab benar soal. Mudah/sulitnya butir soal tergantung
pada kemampuan peserta didik yang dites dan keberadaan tes yang diberikan.
(3) Daya pembeda, reliabilitas, dan validitas soal/tes didefinisikan berdasarkan
grup peserta didik. Artinya bahwa konversi nilai berdasarkan teori tes klasik
memiliki kelemahan, yaitu (1) tingkat kesukaran dan daya pembeda tergantung
pada sampel; (2) penggunaan metode dan teknik untuk desain dan analisis tes
dengan memperbandingkan kemampuan peserta didik pada pembagian kelompok
di atas, tengah, bawah. Meningkatnya validitas skor tes diperoleh dari tingkat
kesukaran tes dihubungkan dengan tingkat kemampuan setiap peserta didik; (3)
konsep reliabilitas tes didefinisikan dari istilah tes paralel; (4) tidak ada dasar teori
untuk menentukan bagaimana peserta didik memperoleh tes yang sesuai dengan
kemampuan peserta didik; (5) Standar kesalahan pengukuran hanya berlaku untuk
seluruh peserta didik. Disamping itu, tes klasik telah gagal memberi kesimpulan
yang tepat terhadap beberapa masalah testing seperti: desain tes (statistik butir
klasik tidak memberitahu penyusun tes tentang lokasi maksimum daya pembeda
butir pada skala skor tes), identifikasi item bias, dan equating skor tes (tidak
suksesnya pada item bias dan equating skor tes karena sulit menentukan
kemampuan yang sebenarnya di antara kelompok). Kelebihan model Rasch atau
teori respon butir secara umum adalah bahwa: (1) model ini tidak berdasarkan grup
dependen, (2) skor peserta didik dideskripsikan bukan tes dependen, (3) model ini
menekankan pada tingkat butir soal bukan tes, (4) model ini tidak memerlukan
paralel tes untuk menentukan reliabilitas tes, (5) model ini merupakan suatu model
yang memberikan suatu pengukuran ketepatan untuk setiap skor tingkat
kemampuan. Tujuan utama teori respon butir adalah memberikan invariant pada
statistik soal dan estimasi kemampuan. Oleh karena itu, kelebihan teori respon
butir adalah: (1) responden dapat diskor pada skala yang sama, (2) skor responden
dapat dibandingkan pada dua atau lebih bentuk tes yang sama, (3) semua bentuk
soal memperoleh perlakuan melalui cara yang sama, (4) tes dapat disusun sesuai
keahlian berdasarkan tingkat kemampuan yang akan dites.

C. Penilaian Perilaku
Dalam menentukan perilaku yang akan diukur, penulis soal dapat mengambil atau
memperhatikan jenis perilaku yang telah dikembangkan oleh para ahli pendidikan, di
antaranya seperti Benjamin S. Bloom, Quellmalz, R.J. Mazano dkk, Robert M. Gagne,
David Krathwohl, Norman E. Gronlund dan R.W. de Maclay, Linn dan Gronlund.
1. Ranah kognitif yang dikembangkan Benjamin S. Bloom adalah: (1) Ingatan di
antaranya seperti: menyebutkan, menentukan, menunjukkan, mengingat kembali,
mendefinisikan; (2) Pemahaman di antaranya seperti:
membedakan, mengubah, memberi contoh, memperkirakan,
mengambil kesimpulan; (3) Penerapan di antaranya seperti: menggunakan,
menerapkan; (4) Analisis di antaranya seperti: membandingkan,
mengklasifikasikan, mengkategorikan, menganalisis; (5) Sintesis antaranya seperti:
menghubungkan, mengembangkan, mengorganisasikan, menyusun; (6) Evaluasi di
antaranya seperti: menafsirkan, menilai, memutuskan.
2. Jenis perilaku yang dikembangkan Quellmalz adalah: (1) ingatan, (2) analisis, (3)
perbandingan, (4) penyimpulan, (5) evaluasi.
3. Jenis perilaku yang dikembangkan R. J. Mazano dkk. adalah: (1) keterampilan
memusat (focusing skills), seperti: mendefinisikan, merumuskan tujuan, (2)
keterampilan mengumpulkan informasi, seperti: mengamati, merumuskan
pertanyaan, (3) keterampilan mengingat, seperti: merekam, mengingat, (4)
keterampilan mengorganisasi, seperti: membandingkan, mengelompokkan,
menata/mengurutkan, menyajikan; (5) keterampilan menganalisis, seperti
mengenali: sifat dari komponen, hubungan dan pola, ide pokok, kesalahan; (6)
keterampilan menghasilkan keterampilan baru, seperti: menyimpulkan,
memprediksi, mengupas atau mengurai; (7) keterampilan memadu (integreting
skills), seperti: meringkas, menyusun kembali; (8) keterampilan menilai, seperti:
menetapkan kriteria, membenarkan pembuktian.
4. Jenis perilaku yang dikembangkan Robert M. Gagne adalah: (1) kemampuan
intelektual: diskriminasi, identifikasi/konsep yang nyata, klasifikasi, demonstrasi,
generalisasi/menghasilkan sesuatu; (2) strategi kognitif: menghasilkan suatu
pemecahan; (3) informasi verbal: menyatakan sesuatu secara oral; (4) keterampilan
motorist melaksanakan/menjalankan sesuatu; (5) sikap: kemampuan untuk memilih
sesuatu. Domain afektif yang dikembangkan David Krathwohl adalah: (1)
menerima, (2) menjawab,
(3) menilai.
6. Domain psikomotor yang dikembangkan Norman E. Gronlund dan R.W. de
Maclay adalah: (1) persepsi, (2) kesiapan, (3) respon terpimpin, (4) mekanisme; (5)
respon yang kompleks, (6) organisasi, (7) karakterisasi dari nilai.
7. Keterampilan berpikir yang dikembangkan Linn dan Gronlund adalah
seperti berikut.
a. Membandingkan
- Apa persamaan dan perbedaan antara ... dan...
- Bandingkan dua cara berikut tentang ....
b. Hubungan sebab-akibat
- Apa penyebab utama ...
- Apa akibat …
c. Memberi alasan (justifying)
- Manakah pilihan berikut yang kamu pilih, mengapa?
- Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak setuju dengan pernyataan tentang ....
d. Meringkas
- Tuliskan pernyataan penting yang termasuk ...
- Ringkaslah dengan tepat isi …
e. Menyimpulkan
- Susunlah beberapa kesimpulan yang berasal dari data ....
- Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan peristiwa berikut ....
f. Berpendapat (inferring)
- Berdasarkan......, apa yang akan terjadi bila
- Apa reaksi A terhadap …
g. Mengelompokkan
- Kelompokkan hal berikut berdasarkan ....
- Apakah hal berikut memiliki ...
h. Menciptakan
- Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda tentang ....
- Lengkapilah cerita ... tentang apa yang akan terjadi bila ....
i. Menerapkan
- Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah ....
- Tuliskan ... dengan menggunakan pedoman....
j. Analisis
- Manakah penulisan yang salah pada paragraf ....
- Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama ....
k. Sintesis
- Tuliskan satu rencana untuk pembuktian ...
- Tuliskan sebuah laporan ...
l. Evaluasi
- Apakah kelebihan dan kelemahan ....
- Berdasarkan kriteria ..., tuliskanlah evaluasi tentang...
D. Penentuan Penilaian Perilaku
Setelah kegiatan penentuan materi yang akan ditanyakan selesai dikerjakan, maka
kegiatan berikutnya adalah menentukan secara tepat perilaku yang akan diukur. Perilaku
yang akan diukur, pada Kurikulum Berbasis Kompetensi tergantung pada tuntutan
kompetensi, baik standar kompetensi maupun kompetensi dasarnya. Setiap kompetensi di
dalam kurikulum memiliki tingkat keluasan dan kedalaman kemampuan yang berbeda.
Semakin tinggi kemampuan/perilaku yang diukur sesuai dengan target kompetensi, maka
semakin sulit soal dan semakin sulit pula menyusunnya. Dalam Standar Isi, perilaku yang
akan diukur dapat dilihat pada "perilaku yang terdapat pada rumusan kompetensi dasar atau
pada standar kompetensi". Bila ingin mengukur perilaku yang lebih tinggi, guru dapat
mendaftar terlebih dahulu semua perilaku yang dapat diukur, mulai dari perilaku yang
sangat sederhana/mudah sampai dengan perilaku yang paling sulit/tinggi, berdasarkan
rumusan kompetensinya (baik standar kompetensi maupun kompetensi dasar). Dari susunan
perilaku itu, dipilih satu perilaku yang tepat diujikan kepada peserta didik, yaitu perilaku
yang sesuai dengan kemampuan peserta didik di kelas.

E. Penentuan dan Penyebaran Soal


Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah soal setiap
kompetensi dasar dan penyebaran soalnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh
penilaian akhir semester berikut ini.
Contoh penyebaran butir soal untuk penilaian akhir semester ganjil
Jumlah soal tes Jumlah
tulis soal
No Kompetensi Materi
PG Uraian Praktik
Dasar
1 1.1 ............ ........... 5 5 --
2 1.2 ............ ........... 4 1 5
3 1.3 ............ ........... 6 5 1
4 2.1 ............ ........... 5 - --
5 2.2 ............ ........... 5 5 --
6 3.1 ............ ........... 5 -- 1
7 3.2 ........... ........... -- 5 --
8 3.3 .......... ........... 10 -- --
Jumlah soal 40 25 7
F. Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi kompetensi
dan materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang
lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi dapat berbentuk format atau
matriks seperti contoh berikut ini.

FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL


Jenis sekolah : ……………………… Jumlah soal : ……………........
Mata pelajaran :……………………… Bentuk soal/tes : .......................
Kurikulum : ……………………… Penyusun : 1. ................
Alokasi waktu : ……………………… 2. …….....

Standar Kompetensi Kls/ Materi Indikator Nomor


No.
Kompetensi Dasar smt pokok soal soal

Keterangan:
Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam
silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri, kecuali
pada kolom 6.
Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini.
1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah
diajarkan secara tepat dan proporsional.
2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.

G. Perumusan Indikator Soal


Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang
dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan bagian dari kegiatan
penyusunan kisi-kisi. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan
materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi dasar, dan standar
kompetensi. Indikator yang baikdirumuskan secara singkat dan jelas. Syarat indikator yang
baik:
1. menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat,
2. menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu atau lebih
kata kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan,
3. dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal pilihan ganda). Penulisan
indikator yang lengkap mencakup A = audience (peserta didik) , B =
behaviour (perilaku yang harus ditampilkan), C = condition (kondisi yang diberikan), dan
D = degree (tingkatan yang diharapkan). Ada dua model penulisan indikator. Model
pertama adalah menempatkan kondisinya di awal kalimat. Model pertama ini digunakan
untuk soal yang disertai dengan dasar pernyataan (stimulus), misalnya berupa sebuah
kalimat, paragraf, gambar, denah, grafik, kasus, atau lainnya, sedangkan model yang kedua
adalah menempatkan peserta didik dan perilaku yang harus ditampilkan di awal kalimat.
Model yang kedua ini digunakan untuk soal yang tidak disertai dengan dasar pertanyaan
(stimulus).

(1) Contoh model pertama untuk soal menyimak pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
Indikator: Diperdengarkan sebuah pernyataan pendek dengan topik
"belajar mandiri", peserta didik dapat menentukan dengan tepat
pernyataan yang sama artinya.
Soal : (Soal dibacakan atau diperdengarkan hanya satu
kali, kemudian peserta didik memilih dengan tepat satu
pernyataan yang sama artinya. Soalnya adalah: "Hari harus
masuk kelas pukul 7.00., tetapi dia datang pukul
8.00 pagi hari.")
Lembar tes hanya berisi pilihan seperti berikut:
a. Hari masuk kelas tepat waktu pagi ini.
b. Hari masuk kelas terlambat dua jam pagi ini
c. Hari masuk Kelas terlambat siang hari ini,
d. Hari masuk Kelas terlambat satu jam hari ini
Kunci: d
(2) Contoh model kedua
Indikator: Peserta didik dapat menentukan dengan tepat
penulisan tanda baca pada nilai uang.
Soal : Penulisan nilai uang yang benar adalah ....
a. Rp 125,-
b. RP 125,00
c. Rp125
d. Rp125.
Kunci: b

H. Langkah-langkah Penyusunan ButirSoal


Agar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulangan/ujian yang
sahih dan handal, maka harus dilakukan langkah-langkah berikut, yaitu: (1) menentukan
tujuan tes, (2) menentukan kompetensi yang akan diujikan, (3) menentukan materi yang
diujikan, (4) menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi, materi, dan bentuk
penilaiannya (tes tertulis: bentuk pilihan ganda, uraian; dan tes praktik), (5) menyusun kisi-
kisinya, (6) menulis butir soal, (7) memvalidasi butir soal atau menelaah secara kualitatif,
(8) merakit soal menjadi perangkat tes, (9) menyusun pedoman penskorannya (10) uji coba
butir soal, (11) analisis butir soal secara kuantitatif dari data empirik hasil uji coba, dan
(12) perbaikan soal berdasarkan hasil analisis.

I. Penyusunan Butir Soal Tes Tertulis


Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam
penyiapan bahan ulangan/ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan
indikator soal yang sudah disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal
bentuk obyektif dan kaidah penulisan soal uraian.
Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada
perilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat diukur/ditanyakan
dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian, ada pula kompetensi yang
lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes
tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan kelemahan satu sama lain.
Keunggulan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah dapat mengukur
kemampuan/perilaku secara objektif, sedangkan untuk soal uraian di antaranya adalah dapat
mengukur kemampuan mengorganisasikan gagasan dan menyatakan jawabannya menurut
kata-kata atau kalimat sendiri. Kelemahan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah
sulit menyusun pengecohnya, sedangkan untuk soal uraian di antaranya adalah sulit
menyusun pedoman penskorannya.
J. Penulisan Soal Bentuk Uraian
Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam
merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi yang ditanyakan tepat
diujikan dengan bentuk uraian, yaitu menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan
gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan
menggunakan kata-katanya sendiri. Adapun kelengkapan yang dimaksud adalah
kelengkapan perilaku yang diukur yang digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai
dalam pedoman penskorannya. Hal yang paling sulit dalam penulisan soal bentuk uraian
adalah menyusun pedoman penskorannya. Penulis soal harus dapat merumuskan setepat-
tepatnya pedoman penskorannya karena kelemahan bentuk soal uraian terletak pada tingkat
subyektivitas penskorannya.
Berdasarkan metode penskorannya, bentuk uraian diklasifikasikan menjadi 2, yaitu
uraian objektif dan uraian non-objektif. Bentuk uraian objektif adalah suatu soal atau
pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tertentu,
sehingga penskorannya dapat dilakukan secara objektif. Artinya perilaku yang diukur dapat
diskor secara dikotomus (benar - salah atau 1 - 0). Bentuk uraian non-objektif adalah suatu
soal yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep menurut pendapat
masing-masing peserta didik, sehingga penskorannya sukar untuk dilakukan secara objektif.
Untuk mengurangi tingkat kesubjektifan dalam pemberian skor ini, maka dalam
menentukan perilaku yang diukur dibuatkan skala. Contoh misalnya perilaku yang diukur
adalah "kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan", maka skala yang disusun disesuaikan
dengan tingkatan kemampuan peserta didik yang akan diuji.

Untuk tingkat SMA, misalnya dapat disusun skala seperti berikut.

3 2 1

Kesesuaiann isi dengan tuntutan pertanyaan 0-3


Skor
- Sesuai 3
- Cukup/sedang 2
- Tidak sesuai 1
- Kosong 0

Atau skala seperti berikut:


5 4 3 2 1

Kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan 0 - 5 Skor


Skor
- Sangat Sesuai 5
- Sesuai 4
- Cukup/sedang 3
- Tidak sesuai 2
- Sangat tidak sesuai 1
- Kosong 0

Agar soal yang disusun bermutu baik, maka penulis soal harus memperhatikan kaidah
penulisannya. Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan pengembangan soal,
maka soal ditulis di dalam format kartu soal Setiap satu soal dan pedoman
penskorannya ditulis di dalam satu format. Contoh format soal bentuk uraian dan
format penskorannya adalah seperti berikut ini.

KARTU SOAL
Jenis Sekolah : …………………….....Penyusun:1. ……………………
Mata Pelajaran : ……………………...... 2. ……………………
Bahan Kls/Smt : ……………………........... 3. ………………......
Bentuk Soal : ………………..... Tahun Ajaran :……………
Aspek yang diukur : ……………………............

KOMPETENSI BUKU SUMBER:


DASAR
RUMUSAN BUTIR SOAL

MATERI
NO SOAL:

INDIKATOR SOAL
KETERANGAN SOAL
DIGUNAKA TANGG JUMLAH PROPORSI PEMILIH
NO TK DP KET.
N UNTUK AL SISWA ASPEK
A B C D E OMT

FORMAT PEDOMAN PENSKORAN

NO
KUNCI/KRITERIA JAWABAN SKOR
SOAL

Bentuk soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan/stimulus bila ada/diperlukan,


(2) pertanyaan, dan (3) pedoman penskoran.

Kaidah penulisan soal uraian seperti berikut.


1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator.
b. Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang
diharapkan.
c. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan peugukuran.
d. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat
kelas.
2. Konstruksi
a.Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.
b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c. Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.
d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas,
terbaca, dan berfungsi.
3. Bahasa
a. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku).
c. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.
d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
e. Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan peserta didik.
K. Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda
Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan ketelitian. Hal
yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah menuliskan
pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat
kesederhanaan, serta panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena
itu, untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka dalam
penulisannya perlu mengikuti langkah- langkah berikut, langkah pertama adalah menuliskan
pokok soalnya, langkah kedua menuliskan kunci jawabannya, langkah ketiga menuliskan
pengecohnya. Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan perkembangan soal, maka
soal ditulis di dalam format kartu soal. Setiap satu soal ditulis di dalam satu format. Adapun
formatnya seperti berikut ini.
KARTU SOAL

Jenis Sekolah : ………………………………. Penyusun : 1.


Mata Pelajaran : ………………………………. 2.
Bahan Kls/Smt : ………………………………. 3.
Bentuk Soal : ……………………………….
Tahun Ajaran : ……………………………….
Aspek yang diukur : ……………………………….

KOMPETENSI BUKU SUMBER


DASAR

RUMUSAN BUTIR SOAL

NO SOAL:
MATERI
KUNCI :

INDIKATOR SOAL

KETERANGAN SOAL
NO DIGUNAKA TANGGA JUMLAH T DP PROPORSI PEMILIH KET.
N UNTUK L SISWA K
A B C D E OMT
Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya.
Peserta didik yang mengerjakan soal hanya memilih satu jawaban yang benar dari
pilihan jawaban yang disediakan. Soalnya mencakup: (1) dasar pertanyaan/stimulus
(bila ada), (2) pokok soal (stem), (3) pilihan jawaban yang terdiri atas: kunci jawaban
dan pengecoh.

Perhatikan contoh berikut!

Perhatikan iklan berikut

Dijual sebidang tanah di Bekasi. Luas 4 ha. Baik untuk industri. Hubungi telp.
Dasar pertanyaan

Pokok soal (tem) Iklan ini termasuk jenis iklan ……

(.) tanda akhir


kalimat
a. permintaan
Pengecoh
Pilihan jawaban
b. propaganda (distractor) (...)tanda
Kunci jawaban
ellipsis (pernyataan
c. pengumuman yang sengaja

Kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah seperti berikut ini.

1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku
dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-
kisi.
b. Pengecoh harus bertungsi
c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal
hanya mempunyai satu kunci jawaban.
2. Konstruksi
a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya, kemampuan/
materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan
pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang
dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung satu
persoalan/gagasan
b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang
diperlukan saja. Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang
sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan
saja.
c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya,
pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan
yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang
mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan
penafsiran peserta didik terhadap arti pernyataan yang dimaksud. Untuk
keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang
akan diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.
e. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya,
semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang
ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan
jawaban harus berfungsi.
f. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan
karena adanya kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling
panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan
merupakan kunci jawaban.
g. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di
atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya dengan adanya
pilihan jawaban seperti ini, maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu
karena pernyataan itu bukan merupakan materi yang ditanyakan dan
pernyataan itu menjadi tidak homogen.
h. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan
urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya pilihan jawaban
yang berbentuk angka harus disusun dari nilai angka paling kecil berurutan
sampai nilai angka yang paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan
jawaban yang menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis.
Penyusunan secara unit dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik
melihat pilihan jawaban.
i. Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada
soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai
suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh peserta
didik. Apabila soal bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau
sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak
berfungsi.
j. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna
tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
k. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan
pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab
benar soal pertama tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya.

3. Bahasa/budaya
a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya
meliputi: a) pemakaian kalimat: (1) unsur subyek, (2) unsur predikat, (3) anak
kalimat; b) pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan kata, dan c)
pemakaian ejaan: (1) penulisan huruf, (2) penggunaan tanda baca.
b. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah
dimengerti warga belajar/peserta didik.
c. Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan merupakan
satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.

L. Penulisan Butir Tes Perbuatan


Tes perbuatan atau tes praktik merupakan suatu tes yang penilaiannya didasarkan pada
perbuatan/praktik peserta didik. Sebelum menulis butir soal untuk tes perbuatan, guru dapat
mengecek dengan pertanyaan berikut. Tepatkah kompetensi (yang akan diujikan) diukur
dengan tes tertulis? Jika jawabannya tepat, kompetensi yang bersangkutan tidak tepat
diujikan dengan tes perbuatan/praktik. Dalam menilai perbuatan/kegiatan/praktik peserta
didik dapat digunakan beberapa jenis penilaian perbuatan di antaranya adalah penilaian
kinerja (performance), penugasan (project), dan hasil karya (product).

1. Kaidah Penulisan Butir Soal Tes Perbuatan


Dalam menulis butir soal untuk tes perbuatan, penulis soal harus mengetahui konsep
dasar penilaian perbuatan/praktik. Maksudnya pernyataan dalam soal harus disusun dengan
pernyataan yang betul-betul menilai perbuatan/praktik, bukan menilai yang lainnya.
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam menulis butir soal, perhatikan terlebih dahulu
kompetensi dari materi yang akan ditanyakan.
Penilaian penugasan merupakan penilaian tugas (meliputi: pengumpulan,
pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data) yang harus diselesaikan peserta didik
(individu/kelompok) dalam waktu tertentu. Aspek yang dinilai di antaranya meliputi
kemampuan (1) pengelolaan, (2) relevansi, dan (3) keaslian.
Penilaian hasil karya merupakan penilaian keterampilan peserta didik dalam membuat
suatu produk benda tertentu seperti hasil karya seni, misal lukisan, gambar, patung, dll.
Aspek yang dinilai di antaranya meliputi: (1) tahap persiapan: pemilihan dan cara
penggunaan alat, (2) tahap proses/produksi: prosedur kerja, dan (3) tahap akhir/hasil:
kualitas serta estetika hasil karya. Di samping itu, guru dapat memberikan penilaian pada
pembuatan produk rancang bangun/perekayasaan teknologi tepat guna misalnya melalui: (1)
adopsi, (2) modifikasi, atau (3) difusi.

Kaidah penulisan soal tes perbuatan adalah seperti berikut. 1).


Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator (menuntut tes perbuatan: kinerja, hasil
karya, atau penugasan).
b. Pertanyaan dan jawaban yang diharapkan harus sesuai.
c. Materi sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevansi, kontinuitas,
keterpakaian sehari-hari tinggi).
d. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat
kelas.
2). Konstruksi
a. Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban
perbuatan/praktik.
b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c. Disusun pedoman penskorannya.
d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas
dan terbaca
3). Bahasa/Budaya
a. Rumusan kalimat soal komunikatif
b. Butir soal menggunakan bahasa Indonesiayang baku.
c. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda
atau salah pengertian.
d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
e. Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat
menyinggung perasaan peserta didik.

2. Penulisan Soal Penilaian Kinerja (Performance Assessment)


Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam menulis butir soal, perhatikan terlebih dahulu
kompetensi dari materi yang akan ditanyakan.

M. Penulisan Soal Penilaian Penugasan (Project)


Penilaian penugasan merupakan penilaian tugas (meliputi: pengumpulan,
pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data) yang harus diselesaikan peserta didik
(individu/kelompok) dalam waktu tertentu. Adapun aspek yang dinilai di antaranya meliputi
kemampuan (1) pengelolaan, (2) relevansi, dan (3) keaslian.
N. Penulisan Soal Penilaian Hasil Karya (Product)
Penilaian hasil karya merupakan penilaian keterampilan peserta didik dalam membuat
suatu produk benda tertentu seperti hasil karya seni, misal lukisan, gambar, patung, dll.
Aspek yang dinilai di antaranya meliputi: (1) tahap persiapan: pemilihan dan cara
penggunaan alat, (2) tahap proses/produksi: prosedur kerja, dan (3) tahap akhir/hasil:
kualitas serta estetika hasil karya. Di samping itu, guru dapat memberikan penilaian pada
pembuatan produk rancang bangun/perekayasaan teknologi tepat guna misalnya melalui: (1)
adopsi, (2) modifikasi, atau (3) difusi.
BAB VIII
BUTIR SOAL NON-TES

Penilaian selain tes prestasi belajar antara lain adalah: lembar pengamatan/observasi
(seperti catatan harian, portofolio, life skill) dan instrumen tes sikap, minat, dsb.
Pada prinsipnya, prosedur penulisan butir soal untuk penilaian non-tes adalah sama
dengan prosedur penulisan tes pada tes prestasi belajar, yaitu menyusun kisi-kisi tes,
menuliskan butir soal berdasarkan kisi - kisinya, telaah, validasi butir, uji coba butir,
perbaikan butir berdasarkan hasil uji coba. Namun, dalam proses awalnya, sebelum
menyusun kisi-kisi tes terdapat perbedaan dalam menentukan validitas isi/konstruknya.
Dalam tes prestasi belajar, validitas isi diperoleh melalui kurikulum dan buku pelajaran,
tetapi untuk non-tes validitas isi/konstruknya diperoleh melalui "teori". Teori adalah
pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa atau kejadian,
dsb. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990 : 932)

A. Pengamatan
Pengamatan merupakan suatu alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru
atas dasar pengamatan terhadap perilaku peserta didik yang sesuai dengan kompetensi yang
hendak diukur. Pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan antara lain lembar
pengamatan, penilaian portofolio dan penilaian kecakapan hidup.
Pelaksanaan pengamatan sikap dapat dilakukan guru pada sebelum mengajar, saat
mengajar, dan sesudah mengajar. Perilaku minimal yang dapat dinilai dengan pengamatan
untuk perilaku/budi pekerti peserta didik, misalnya: ketaatan pada ajaran agama, toleransi,
disiplin, tanggung jawab, kasih sayang, gotong royong, kesetiakawanan, hormat-
menghormati, sopan santun, dan jujur.
Portofolio merupakan deskripsi peta perkembangan kemampuan individu peserta didik. Jadi
portofolio merupakan ”kartu sehat” individu peserta didik. Bila ada peserta didik yang
”sakit”, tugas guru adalah (1) menentukan penyakitnya apa, kemudian (2) memberi obat
yang tepat agar peserta didik cepat sembuh dari penyakitnya.

B. Penyusunan Kisi-kisi Penilaian Non-tes

Dalam kisi-kisi non-tes biasanya formatnya berisi dimensi, indikator, jumlah butir soal
per indikator, dan nomor butir soal.
Formatnya seperti berikut ini.

JUMLAH SOAL
NOMOR
NO DIMENSI INDIKATOR PER
SOAL
INDIKATOR
1 ...................... ... . .................
.............

Untuk mengisi kolom dimensi dan indikator, penulis soal harus mengetahui terlebih
dahulu validitas konstruknya yang disusun/dirumuskan melalui teori. Cara termudah
untuk mendapatkan teori adalah membaca beberapa buku, hasil penelitian, atau
mencari informasi lain yang berhubungan dengan variabel atau tujuan tes yang
dikehendaki. Oleh karena itu, peserta didik atau responden yang hendak mengerjakan
tes ini (instrumen non-tes) tidak perlu mempersiapkan/belajar materi yang hendak
diteskan terlebih dahulu seperti pada tes prestasi belajar. Setelah teori diperoleh dari
berbagai buku, maka langkah selanjutnya adalah menyimpulkan teori itu dan
merumuskan mendefinisikan (yaitu definisi konsep dan definisi operasional) dengan
kata- kata sendiri berdasarkan pendapat para ahli yang diperoleh dari beberapa buku
yang telah dibaca. Definisi tentang teori yang dirumuskan inilah yang dinamakan
konstruk. Berdasarkan konstruk yang telah dirumuskan itu, langkah selanjutnya adalah
menentukan dimensi (tema-objek/hal-hal pokok yangmenjadi pusat tinjauan teori),
indikator (uraian/rincian dimensi yang akan diukur), dan penulisan butir soal
berdasarkan indikatornya. Untuk lebih memudahkan dalam menyusun kisi-kisi tes,
perhatikan alur urutannya seperti pada bagan berikut.

TEORI KONSTRUK
(Dari hasil penelitian/ pendapat dari: Definisi konsep
Buku A Definisi Operasiona
Buku B DIMENS INDIKATOR SOAL
Berdasarkan bagan di atas, penulis soal dapat dengan mudah mengecek apakah instrumen
tesnya atau butir-butir soal sudah sesuai dengan indikatornya atau belum. Misalnya soal
nomor 1 sampai dengan soal terakhir berasal darimana? Dari indikator. Indikator dari mana?
Dari dimensi. Rumusan dimensi darimana? Dari konstruk. Rumusan konstruk darimana?
Dari teori. Jadi kesimpulannya instrumen tes yang telah disusun merupakan alat ukur yang
(sudah tepat atau belum tepat) mewakili teori.

C. Kaidah Penulisan Soal

Dalam penulisan soal pada instrumen non-tes, penulis butir soal harus memperhatikan
ketentuan/kaidah penulisannya. Kaidahnya adalah seperti berikut ini.
1. Materi
a.Pernyataan harus sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.
b.Aspek yang diukur pada setiap pernyataan sudah sesuai dengan tuntutan dalam kisi-kisi
(misal untuk tes sikap: aspek kognisi, afeksi atau konasinya dan pernyataan positif atau
negatifnya).
2. Konstruksi
a.Pernyataan dirumuskan dengan singkat (tidak melebihi 20 kata) dan jelas.
b.Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak relevan objek yang
dipersoalkan atau kalimatnya merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
c.Kalimatnya bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda. d.Kalimatnya
bebas dari pernyataan yang mengacu pada masa lalu. e.Kalimatnya bebas dari
pernyataan yang faktual atau dapat
diinterpretasikan sebagai fakta.
f. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang dapat diinterpretasikan lebih dari
satu cara.
g.Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mungkin disetujui atau dikosongkan
oleh hampir semua responden.
h.Setiap pernyataan hanya berisi satu gagasan secara lengkap.
i. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak pasti seperti semua, selalu,
kadang-kadang, tidak satupun, tidak pernah.
j. Jangan banyak mempergunakan kata hanya, sekedar, semata-mata.
Gunakanlah seperlunya.
3. Bahasa/Budaya
a. Bahasa soal harus komunikatif dan sesuai dengan jenjang pendidikan peserta
didik atau responden.
b. Soal harus menggunakan bahasa Indonesia baku.
c. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

D. Contoh Penulisan Kisi-kisi Non-Tes dan Butir soal


Dalam bagian ini disajikan beberapa contoh penulisan kisi-kisi tes dan penulisan butir
soal yang sangat sederhana. Tujuan utamanya adalah agar contoh- contoh ini mudah
dipahami oleh para guru di sekolah. Contoh yang akan disajikan adalah penulisan kisi-kisi
dan butir soal untuk tes skala sikap, tes minat belajar, tes motivasi berprestasi, dan tes
kreativitas. Untuk contoh instrumen non-tes lainnya, para guru dapat menyusunnya sendiri
yang proses penyusunannya adalah sama dengan contoh yang ada di sini.

1. Tes Skala Sikap


Berbagai definisi tentang sikap yang telah dikemukakan oleh para ahli, di
antaranya adalah Mueller (1986: 3) yang menyampaikan 5 definisi dari 5 ahli,
adalah seperti berikut ini. (1) Sikap adalah afeksi untuk atau melawan, penilaian
tentang, suka atau tidak suka, tanggapan positif/negatif terhadap suatu objek
psikologis (Thurstone). (2) Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak ke arah
atau melawan suatu faktor lingkungan (Emory Bogardus). (3) Sikap adalah
kesiapsiagaan mental atau saraf (Goldon Allport). (4) Sikap adalah konsistensi
dalam tanggapan terhadap objek- objek sosial (Donald Cambell). (5) Sikap
merupakan tanggapan tersembunyi yang ditimbulkan oleh suatu nilai (Ralp Linton,
ahli antropologi kebudayaan).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, para ahli menyimpulkan bahwa sikap
memiliki 3 komponen penting, yaitu komponen: (1) kognisi yang berhubungan
dengan kepercayaan, ide, dan konsep; (2) afeksi yang mencakup perasaan
seseorang; dan (3) konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku atau
yang akan dilakukan. Oleh karena itu, ketiga komponen ini dimasukkan di dalam
format kisi-kisi "sikap belajar peserta didik" seperti contoh berikut. Adapun
definisi operasional sikap belajar adalah kecenderungan bertindak dalam perubahan
tingkah laku melalui latihan dan pengalaman dari keadaan tidak tahu menjadi tahu
yang dapat diukur melalui: toleransi, kebersamaan dan gotong-royong, rasa
kesetiakawanan, dan kejujuran.
NOMOR SOAL YANG
MENGUKUR
NO DIMENSI INDIKATOR KOGNISI AFEKSI KONASI
+ - + - + -
1. Toleransi a. Mau menerima 1 2 3 4 5 6
pendapat orang
lain atau tidak
memaksakan
kehendak pribadi
b. Tidak mudah
tersinggung 7 8 9 10 11 12

2. Kebersamaan a. Dapat bekerja


dan gotong kelompok
royong
b. Rela berkorban
untuk
kepentingan
umum

3. Rasa a. Mau memberi


kesetiakawanan dan meminta
maaf

4. dst

Contoh soalnya sebagai berikut :


NO. PERNYATAAN SS S TS STS
1. Mau menerima pendapat orang lain merupakan
ciri bertoleransi.
2. Untuk mewujudkan cita-cita harus memaksakan
kehendak
Saya suka menerima pendapat orang lain
3.
Memilih teman di sekolah, saya utamakan mereka yang
4.
pandai saja
Kalau saya boleh memilih, saya akan selalu
5.
mendengarkan usul-usul kedua orang tuaku.
6. Bekerja sama dengan orang yang berbeda Suku
7. lebih baik dihindarkan.
……

Keterangan: SS = sangat setuju, S = setuju, TS = tidak setuju, STS =


sangat tidak setuju.

2. Tes Minat belajar


Minat adalah kesadaran yang timbul bahwa objek tertentu sangat disenangi dan melahirkan
perhatian yang tinggi bagi individu terhadap objek tersebut (Crites, 1969
: 29). Di samping itu, minat juga merupakan kemampuan untuk memberikan stimulus yang
mendorong seseorang untuk memperhatikan aktivitas yang dilakukan berdasarkan
pengalaman yang sebenarnya (Crow and Crow , 1984
:248). Berdasarkan kedua penegertian tersebut, minat merupakan kemampuan seseorang
untuk memberikan perhatian terhadap suatu objek yang disertai dengan rasa senang dan
dilakukan penuh kesadaran.
Peserta didik yang menaruh minat pada suatu mata pelajaran, perhatiannya akan tinggi
dan minatnya berfungsi sebagai pendorong kuat untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan
belajar mengajar pada pelajaran tersebut. Oleh karena itu, definisi operasional minat belajar
adalah pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah
seseorang untuk memenuhi kesediaannya yang dapat diukur melalui kesukacitaan,
ketertarikan, perhatian dan keterlibatan. Berikut contoh kisi-kisi dan soal minat belajar
sastra Indonesia.

NO. DIMENSI INDIKATOR NOMOR SOAL


1. Kesukaan Gairah 8, 13
Inisiatif 16, 17
2. Ketertarikan Responsif 10, 15, 20
Kesegeraan 2, 6, 9
3. Perhatian Konsentrasi 7, 19
Ketelitian 3, 10
4. Keterlibatan Kemauan 4, 5
Keuletan 1, 18
NO. DIMENSI INDIKATOR NOMOR SOAL
Kerja Keras 12, 14

Keterangan : Nomor yang bergaris bawah adalah untuk pernyataan positif Contoh
soalnya seperti berikut :
NO. PERNYATAAN SS S KK J TP
1. ….
2. Saya segera mengerjakan PR sastra
sebelum

7. datang pekerjaan yang lain.


Saya asyik dengan pikiran sendiri ketika
gurumenerangkan sastra di kelas.
16. Saya suka membaca buku sastra.
20.
….

Keterangan : SS = sangat sering, S = sering, KK = kadang-kadang, J =


jarang, TP = tidak pernah.

CONTOH TES MINAT PESERTA


DIDIK TERHADAP MATA
PELAJARAN

NO. PERNYATAAN SL SR JR TP
1. Saya Senang mengikuti pelajaran ini.
2. Saya rugi bila tidak mengikuti pelajaran ini.
3. Saya merasa pelajaran ini bermanfaat.
4. Saya berusaha menyerahkan tugas tepat waktu.
Saya berusaha memahami pelajaran ini.
5. Saya bertanya kepada guru bila ada yang tidak
6. jelas
Saya mengerjakan soal-soal latihan di rumah.
NO. PERNYATAAN SL SR JR TP
Saya mendiskusikan materi pelajaran dengan
7. teman sekelas.
Saya berusaha memiliki buku pelajaran ini.
Saya berusaha mencari bahan pelajaran di perpustakaan
8.

9.
10.

Keterangan : SL = selalu, SR = sering, JR = jarang, TP = tidak pernah.

Keterangan : Dari 4 kategori: skor terendah 10, skor tertinggi 40. 33-
40 Sangat berminat
25- 32 Berminat
17- 24 Kurang berminat
10- 16 Tidak berminat
3. Tes Motivasi Berprestasi
Definisi Konsep
Motivasi berprestasiadalah motivasi yang mendorongpeserta didik untuk berbuat
lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat
atau diraih orang lain.
Definisi Operasional
Motivasi berprestasi adalah motivasi yang mendorong seseorang untuk berbuat
lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat
atau diraih orang lain yang dapat diukur melalui:(1) berusaha untuk unggul dalam
kelompoknya, (2) menyelesaikan tugas dengan baik, (3) rasional dalam meraih
keberhasilan, (4) menyukai tantangan, (5) menerima tanggung jawab pribadi untuk
sukses, (6) menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, umpan
balik, dan resiko tingkat menengah.
CONTOH KISI-KISI PENYUSUNAN INSTRUMEN
VARIABEL MOTIVASI BERPRESTASI

NOMOR PERNYATAAN JUMLAH


INDIKATOR
POSITIF NEGATIF
1. Berusaha unggul 1,2,3 4,5,6 6
2. Menyelesaikan tugas
dengan baik 7,8,9 10,11,12 6
3. Rasional dalam meraih
keberhasilan 13,14,15 16,17,18 6
4. Menyukai tantangan 19,20,21 22,23,24 6
5. Menerima tanggung
jawab pribadi untuk
sukses 25,26,27,28 29,30,31,32 8
6. Menyukai situasi
pekerjaan dengan
tanggung jawab pribadi,
umpan balik, dan resiko
tingkat menengah

33,34,35,36 37,38,39,40 8
Jumlah Pernyataan 20 20 40

CONTOH BUTIR SOAL:


1. Saya bekerja keras agar prestasi saya lebih baik baripada teman- teman.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak pernah
4. Saya menghindari upaya mengungguli prestasi teman-teman.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak pernah
9. Saya berusaha untuk memperbaiki kinerja saya pada masa lalu.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak pernah
12. Saya mengabaikan tugas-tugas sebelum ada yang mengatur
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak pernah

SKOR JAWABAN
Skor Jawaban a b c d e
Pernyataan Positif 5 4 3 2 1
Pernyataan Negatif 1 2 3 4 5

3. Tes Kreativitas
Kreativitas merupakan proses berpikir yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah atau menjawab pertanyaan secara benar dan bermanfaat (Devito, 1989 :
118). Disamping itu, kreativitas juga merupakan kemampuan berpikir divergen
yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinal dalam proses berpikir
(Good Brophy, 1990 : 619). Ciri-ciri kreativitas berkaitan dengan imaginasi,
orisinalitas, berpikir devergen, penemuan hal-hal yang bersifat baru, intuisi, hal-hal
yang menyangkut perubahan dan eksplorasi (Coben, 1976 : 17). Desain tes
kreativitas terdiri dari dua subtes yaitu dalam bentuk gambar dan verbal yang
masing- masing bentuk memiliki ciri kelancaran (fluency).keluwesan (flexibility),
keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration) (Torrance, 1974 : 8).

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, definisi konsepsual kreativitas adalah


kemampuan berpikir divergen. Adapun definisi operasionalnya adalah kemampuan
berpikir divergen yang memiliki sifat (dapat diukur melalui) kelancaran,
keluwesan, keaslian, elaborasi, dan hasilnya dapat berguna untuk keperluan
tertentu. Dari hasil pendefinisian konstruk ini, kisi- kisinya dapat disusun seperti
contoh berikut ini.

NO. TES INDIKATOR NOMOR SOAL


1. VERBAL a. Kelancaran 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
b. Keluwesan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
c. Keaslian 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
d. Keelaborasian 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10

2. Gambar a. Kelancaran 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10


b. Keluwesan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
c. Keaslian 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
d. Keelaborasian 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10

Penskoran untuk setiap indikator di atas mempergunakan skala 0-4. Misalnya untuk
indikator “kelancaran”, skor : 4 = sangat lancar, 3 = cukup lancar, 2 = kurang
lancar, 1 = tidak lancar, 0 = tidak menjawab. Untuk indikator “keluwesan”, skor: 4
= sangat luwes, 3 = cukup luwes, 2 = kurang luwes, 1 = tidak luwes, 0 = tidak
menjawab, demikian pula seterusnya. Adapun contoh butir soal seperti berikut.

a. Contoh Tes Verbal


 Misalnya diberikan tiga gambar ikan dalam akuarium yang masing-
masing dibedakan jumlah ikan dan makanannya. Pertanyaan: pilih salah
satu gambar yang anda sukai dan jelaskan mengapa anda menyukainya!
(waktu 3 menit).
 Buatlah kalimat sebanyak-banyaknya dengan kata “pintar“! (waktu 3
menit).
 Tuliskan berbagai cara tikus masuk ke dalam rumah! (waktu 3 menit).
b. Contoh Tes Gambar
 Disajikan sebuah gambar yang belum selesai.
Pertanyaan: selesaikan rancangan gambar berikut dan berikan judul sesuai
dengan selera Anda! (waktu 3 menit).
 Disajikan sebuah sketsa gambar yang belum selesai.
Pertanyaan : selesaikan sketsa gambar berikut menurut kesukaan anda dan
setelah selesai berikut judulnya! (waktu 3 menit).
 Disajikan 6 buah titik A, B, C, D, E, dan F dengan posisi yang telah
ditetapkan.Pertanyaan: Buatlah gambar dari 6 titik ini, kemudian berikan
judulnya!.
 Disajikan gambar sebuah segitiga dan tiga lingkaran yang letaknya
mengelilingi segitiga. Pertanyaan: Tafsirkan makna gambar berikut!
(waktu 5 menit).

4. Tes Stres Belajar (menghadapi ujian)


Definisi konsep stres belajar adalah suatu kondisi kekuatan dan tanggapan sebagai
interaksi dalam diri seseorang akibat dikonfrontasikan dengan suatu peluang,
kendala, atau tuntutan belajar yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkan
dan hasilnya dipersepsikan sebagai suatu yang tidak pasti atau penting. Definisi
operasional stres belajar adalah suatu kondisi kekuatan dan tanggapan sebagai
interaksi dalam diri seseorang akibat dikonfrontasikan dengan suatu peluang,
kendala, atau tuntutan belajar yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkan
dan hasilnya dipersepsikan sebagai suatu yang tidak pasti atau penting yang dapat
diukur melalui: (1) tanggapan psikologis seperti perasaan cemas, khawatir, takut,
tidak senang, perasaan terganggu, dan lepas kendali, (2) tanggapan fisik seperti
rasa lelah, jantung berdebar, rasa sakit, dan tekanan darah terganggu, dan (3)
tanggapan perseptual seperti anggapan dan keyakinan. Berikut contoh kisi-kisi dan
soal tes stres belajar.

NO. DIMENSI INDIKATOR NOMOR SOAL


1. Tanggapan a. Perasaan cemas 1,2
Psikologis terhadap b. Khawatir 3,4,5
kendala
c. Takut 6,7,8,9
dan tuntutan)
d. Tidak senang 10,11,12,13,14,15,16,
e. Perasaan 17,18,19,20,21,22,
terganggu
23,24,25,26,27,28,29,30
f. Lepas Kendali
Tanggapan Fisik
2. 31,32,33,34,
(akibat tuntutan) a. Rasa lelah
35,36,37,
b. Jantung berdebar
38,39,40,
c. Rasa sakit
41,42,43,
d. Tekanan darah
terganggu

Tanggapan
3. 44,45,46,47,48,49,50
Persepsual a. Tanggapan dan
keyakinan
(terhadap pencapaian)

Keterangan: nomor soal ganjil adalah pernyataan positif, nomor soal genap adalah
pernyataan negatif.
Contoh soal stres belajar.
NO. PERNYATAAN SS S KK J TP
1. Saya cemas terhadap kemampuan saya di
sekolah.

6. Saya takut ranking saya turun.


Saya kehilangan nafsu makan setiap menghadapi
20.
tuntutan tugas.
Jantung saya berdebar-debar ketika sedang
36. menyelesaikan tugas
…..
50.

Keterangan : SS = sangat sering, S = sering, KK = kadang-kadang, J = jarang, TP =


tidak pernah.

6. Teknik Penskoran
Salah satu kegiatan dari penulisan butir soal yaitu teknik penskoran. Ada cara
sederhana untuk menskor hasil jawaban peserta didik dari instrumen non-tes.
Sebagai contoh, tes skala sikap di atas telah dikerjakan oleh salah satu peserta
didik.
Nama peserta didik : Susiana
ST
NO. PERNYATAAN SS S TS
S
1. Mau menerima pendapat orang lain merupakan ciri X
bertoleransi.
Untuk mewujudkan cita-cita harus memaksakan
2. X
kehendak
Saya suka menerima pendapat orang lain
3. X
Memilih teman di sekolah, saya utamakan mereka yang
4. pandai saja
Kalau saya boleh memilih, saya akan selalu X
5. mendengarkan usul-usul kedua orang tuaku. X
6. Bekerja sama dengan orang yang berbeda suku
lebih baik dihindarkan.
7. …… X

Penjelasan: Dalam kisi-kisi tes, soal nomor 1-6 hanya mewakili indikator “mau
menerima pendapat orang lain” dari dimensi “toleransi” untuk topik “sikap belajar
peserta didik di sekolah”. Sebagai contoh penskorannya adalah seperti berikut ini.
1. Perilaku positif terdapat pada soal nomor 1, 3, 5 dengan pemberian skor: SS=
4, S= 3, TS= 2, STS= 1.
2. Perilaku negatif terdapat pada soal nomor 2, 4, 6 dengan pemberian skor: SS=
1, S= 2, TS= 3, STS= 4
3. Skor yang harus diperoleh dalam perilaku positif minimal 3 x 4 = 12,
Maksimal 3 x 5 = 15, (3 berasal dari 3 butir soal yang positif; 3 adalah skor
S; 4 adalah skor SS).
4. Skor yang harus diperoleh dalam perilaku negatif minimal 3 x 2 = 6,
Maksimal 3 x 1 = 3 (3 berasal dari 3 butir soal yang negatif, 2 adalah skor S;
1 adalah skor SS).
5. Skor rata-rata: perilaku minimal adalah (12 + 6):2 = 9.
Perilaku maksimal adalah (15 + 3) : 2 = 9.
6. Jadi skor Susiana di atas adalah seperti berikut ini.
Perilaku positif 5+4+1 = 10, perilaku negatif 4+2+3 = 9.
Skor akhir Susiana adalah (10+9):2 = 9,5 atau 10.

Skor Susiana 10, sedangkan ukuran perilaku positif minimal 12 dan maksimalnya
adalah 15. Jadi sikap Susiana tentang “toleransi” khususnya mau menerima
pendapat orang lain” dalam topik “sikap belajar peserta didik di sekolah” masih
kurang. Artinya bahwa Susiana mempunyai sikap positif yang tidak begitu tinggi
tentang “mau menerima pendapat orang lain”. Dia perlu pembinaan dan
peningkatan khususnya mengenai perilaku ini.
BAB IX
PENYUSUNAN BUTIR SOAL
PENALARAN TINGGI

A. Butir Soal Penalaran Tingkat Tinggi

Penyusunan butir soal yang memerlukan penalaran tingkat tinggi atau Higher Order
Thingking Skills (HOTS), Dalam ranah Taksonomi Bloom, urutan tingkatan berpikir (kognitif)
dari tingkat tinggi, dapat dilihat pada tabel.
Tabel 1. Kata Kerja Operasional Edisi Revisi Teori Bloom

RANAH KOGNITIF
Menganalisis Mengevaluasi Menciptakan
(C4) (C5) (C6)
4 5 6
Mendiferensiasikan Mengcek Membangun
Mengorganisasikan Mengkritik Merencanakan
Mengatribusikan Membuktikan Memproduksi
Mendiagnosis Mempertahankan Mengkombinasikan
Memerinci Menelaah Memvalidasi Merangcang
Mendeteksi Mendukung Merekonstruksi
Mengaitkan Memproyek-sikan Membuat
Memecahkan Menciptakan
Menguraikan Meng-abstraksi

RANAH AFEKTIF
Mengorganisasikan Karakterisasi Menurut Nilai (A5)
(A4)
Mengubah Membiasa-kan
Menata Mengubah perilaku
Mengklasifika-sikan Berakhlak mulia
Mengombinasi-kan Mempengaruhi
Mempertahan-kan Mengkualifikasi
Membangun Melayani
Membentuk pendapat Membuktikan
Memadukan Memecahkan
Mengelola
Menegosiasi
Merembuk

RANAH PSIKOMOTOR
Artikulasi Naturalisasi
(P4) (P5)
Membangun Mendesain
Mengatasi Menggabungkan Menentukan
Koordinat, Mengintegrasikan
Mengelola
Beradaptasi Mengembangkan
Merumuskan, Memodifikasi Menciptakan
Master

Penalaran tingkat tinggi atau Higher Order Thingking Skills (HOTS), berada pada level
analisis, evaluasi dan mencipta.
Penalaran tingkat tinggi dapat dikaitkan dengan proses untuk membuat keputusan dan
menyelesaikan masalah dan berpikir tingkat tinggi, Berpikir adalah proses menggunakan
pikiran untuk mencari makna dan pemahaman terhadap sesuatu. Kemampuan berfikir
terdiri dari empat tingkatan: (a) menghafal (recall thinking),
(c) dasar (basic thinking), (d) kritis (critical thinking), dan (e) kreatif (creative
thinking).
Kemampuan Menghafal hampir otomatis atau bersifat refleksif. Contoh dari kemampuan
ini adalah menghafal perkalian (5x5=25) dan penjumlahan (2+3=5).
Kemampuan dasar adalah Kemampuan ini mencakup konsep-konsep seperti penjumlahan,
pengurangan, pembagian dan perkalian, termasuk aplikasi dalam soal.
Kemampuan kritis adalah kemampuan berpikir yang benar dalam rangka mengetahui secara
relevan dan reliable, berpikir beralasan, mencerminkan, bertanggungjawab, kemampuan
berpikir, yang difokuskan pada pengambilan keputusan terhadap apa yang diyakini atau
yang harus dilakukan. Berpikir kritis adalah berpikir mengajukan pertanyaan yang sesuai,
mengumpulkan informasi yang relevan, mengurutkan informasi secara efisien dan kreatif,
menalar secara logis, hingga sempat pada kesimpulan yang reliabel dan terpercaya.
Berpikir kreatif adalah berpikir secara konsisten dan terus-menerus menghasilkan
sesuatu yang kreatif/orisinil sesuai dengan keperluan, untuk mengembangkan berpikir kritis
dan kreatif, diperlukan kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan
berpikir kritis dan kreatif siswa dalam bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan inovatif,
yaitu: Adakah Cara lain? (What’s another way?), Bagaimana jika? (What if?), Manakah
yang salah? (What’s wrong?), dan Apakah yang akan dilakukan (What would you do?).
Pertanyaan ini diajukan untuk merangsang keterampilan berfikir kritis. Setelah
menjawab pertanyaan, siswa dihadapkan pada situasi untuk mengambil keputusan.
Keputusan ini dapat didasarkan pada ide pribadi, pengalaman pribadi, sesuai keinginan
siswa. Akan tetapi siswa harus menjelaskan konsep materi yang mendasari keputusan
tersebut. Penjelasan ini dapat dalam bentuk kalimat tertulis sehingga memberi kesempatan
pada siswa untuk berlatih keterampilan komunikasinya.

Dalam menulis butir soal, penulis soal memiliki kecenderungan untuk menulis butir-
butir soal yang menuntut perilaku “ingatan”. Di samping mudah penulisan soalnya, materi
yang hendak ditanyakan juga mudah diperoleh dari buku pelajaran. Untuk menuliskan butir
soal yang menuntut penalaran tinggi, penulis soal biasanya merasa agak kesulitan dalam
mengkreasinya. Disamping sulit menentukan perilaku yang diukur atau merumuskan
masalah yang dijadikan dasar pertanyaan, juga uraian materi yang akan ditanyakan (yang
menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Bagaimana peserta
didik bisa maju bila pola berpikirnya hanya ingatan? Oleh karena itu, ada beberapa cara
yang dapat dijadikan pedoman oleh para penulis soal untuk menulis butir soal yang
menuntut penalaran tinggi. Caranya adalah seperti berikut ini.
1. Materi yang akan ditanyakan diukur dengan perilaku: pemahaman, penerapan,
sintesis, analisis, atau evaluasi (bukan hanya ingatan). Perilaku ingatan juga
diperlukan, namun kedudukannya adalah sebagai langkah awal sebelum peserta
didik dapat memahami, menerapkan, menyintesiskan, menganalisis, dan
mengevaluasi materi yang diperoleh
dari guru. Uraian tentang perilaku ini dapat dilihat pada perilaku kognitif yang
dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom pada bab di depan.
2. Setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus).
3. Mengukur kemampuan berpikir kritis.
4. Mengukur keterampilan pemecahan masalah.
5. Penjelasan nomor 2, 3 dan 4 diuraikan secara rinci di bawah ini.

B. Dasar Pertanyaan (Stimulus).


Agar butir soal yang ditulis dapat menuntut penalaran tinggi, maka setiap butir soal
selalu diberikan dasar pertanyaan (stimulus) yang berbentuk sumber/bahan bacaan
seperti: teks bacaan, paragrap, teks drama, penggalan novel/cerita/dongeng, puisi,
kasus, gambar, grafik, foto, rumus, tabel, daftar kata/symbol, contoh, peta, film, atau
suara yang direkam.

C. Mengukur Kemampuan Berpikir kritis


Ada 11 kemampuan berpikir kritis yang dapat dijadikan dasar dalam menulis butir soal
yang menuntut penalaran tinggi.
1. Menfokuskan pada pertanyaan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah masalah/problem, aturan, kartun, atau eksperimen dan hasilnya,
peserta didik dapat menentukan masalah utama, kriteria yang digunakan untuk
mengevaluasi kualitas, kebenaran argumen atau kesimpulan.
2. Menganalisis argumen
Contoh indikator soal:
Disajikan deskripsi sebuah situasi atau satu/dua argumentasi, peserta didik dapat:
(1) menyimpulkan argumentasi secara cepat, (2) memberikan alasan yang
mendukung argumen yang disajikan, (3) memberikan alasan tidak mendukung
argumen yang disajikan.
3. Mempertimbangkan yang dapat dipercaya
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah teks argumentasi, iklan, atau eksperimen dan interpretasinya,
peserta didik menentukan bagian yang dapat dipertimbangan untuk dapat dipercaya
(atau tidak dapat dipercaya), serta memberikan alasannya.
4. Mempertimbangkan laporan observasi
Contoh indikator soalnya:
Disajikan deskripsi konteks, laporan observasi, atau laporan observer/reporter,
peserta didik dapat mempercayai atau tidak terhadap laporan itu dan memberikan
alasannya.
5. Membandingkan kesimpulan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan yang diasumsikan kepada peserta didik adalah benar
dan pilihannya terdiri dari: (1) satu kesimpulan yang benar dan logis, (2) dua atau
lebih kesimpulan yang benar dan logis, peserta didik dapat membandingkan
kesimpulan yang sesuai dengan pernyataan yang disajikan atau kesimpulan yang
harus diikuti.
6. Menentukan kesimpulan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan yang diasumsikan kepada peserta didik adalah benar
dan satu kemungkinan kesimpulan, peserta didik dapat menentukan kesimpulan
yang ada itu benar atau tidak, dan memberikan alasannya.
7. Mempertimbangkan kemampuan induksi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan, informasi/data, dan beberapa kemungkinan
kesimpulan, peserta didik dapat menentukan sebuah kesimpulan yang tepat dan
memberikan alasannya.
8. Menilai
Contoh indikatornya:
Disajikan deskripsi sebuah situasi, pernyataan masalah, dan kemungkinan
penyelesaian masalahnya, peserta didik dapat menentukan: (1) solusi yang positif
dan negatif, (2) solusi mana yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang
disajikan, dan dapat memberikan alasannya.
9. Mendefinisikan Konsep
Contoh indikator soal:
Disajikan pernyataan situasi dan argumentasi/naskah, peserta didik dapat
mendefinisikan konsep yang dinyatakan.
10. Mendefinisikan asumsi
Contoh indikator soal
Disajikan sebuah argumentasi, beberapa pilihan yang implisit di dalam asumsi,
peserta didik dapat menentukan sebuah pilihan yang tepat sesuai dengan asumsi.
11. Mendeskripsikan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah teks persuasif, percakapan, iklan, segmen dari video klip, peserta
didik dapat mendeskripsikan pernyataan yang dihilangkan.

D. Mengukur Keterampilan Pemecahan Masalah


Ada 17 keterampilan pemecahan masalah yang dapat dijadikan dasar dalam menulis
butir soal yang menuntut penalaran tinggi.
1. Mengidentifikasi masalah
Contoh indikator soal:
Disajikan deskripsi suatu situasi/masalah, peserta didik dapat mengidentifikasi
masalah yang nyata atau masalah apa yang harus dipecahkan.
2. Merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan yang berisi sebuah masalah, peserta didik dapat
merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan.
3. Memahami kata dalam konteks
Contoh indikator soal:
Disajikan beberapa masalah yang konteks kata atau kelompok katanya
digarisbawahi, peserta didik dapat menjelaskan makna yang berhubungan dengan
masalah itu dengan kata-katanya sendiri.
4. Mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai
Contoh indikator masalah:
Disajikan beberapa informasi yang relevan dan tidak relevan terhadap masalah,
peserta didik dapat mengidentifikasi semua informasi yang tidak relevan.
5. Memilih masalah sendiri
Contoh indikator soal:
Disajikan beberapa masalah, peserta didik dapat memberikan alasan satu masalah
yang dipilih sendiri, dan menjelaskan cara penyelesaiannya.
6. Mendeskripsikan berbagai strategi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah, peserta didik dapat memecahkan masalah ke
dalam dua cara atau lebih, kemudian menunjukkan solusinya ke dalam gambar,
diagram, atau grafik.
7. Mengidentifikasi asumsi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah, peserta didik dapat memberikan solusinya
berdasarkan pertimbangan asumsi untuk saat ini dan yang akan datang.
8. Mendeskripsikan masalah
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah, peserta didik dapat menggambarkan sebuah
diagram atau gambar yang menunjukkan situasi masalah.
9. Memberi alasan masalah yang sulit
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah masalah yang sukar dipecahkan atau informasi pentingnya
dihilangkan, peserta didik dapat menjelaskan mengapa masalah ini sulit
dipecahkan atau melengkapi informasi pentingnya dihilangkan.

10. Memberi alasan solusi


Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih kemungkinan
solusinya, peserta didik dapat memilih satu solusi yang paling tepat dan
memberikan alasannya.
11. Memberi alasan strategi yang digunakan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih strategi untuk
menyelesikan masalah, peserta didik dapat memilih satu strategi yang tepat untuk
menyelesaikan masalah itu dan memberikan alasannya.
12. Memecahkan masalah berdasarkan data dan masalah
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah cerita, kartun, grafik atau tabel dan sebuah pernyataan masalah,
peserta didik dapat memecahkan masalah dan menjelaskan prosedur yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah.
13. Membuat strategi lain
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dan satu strategi untuk menyelesaikan
masalahnya, peserta didik dapat menyelesaikan masalah itu dengan menggunakan
strategi lain.
14. Menggunakan analogi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dan strategi penyelesaiannya, peserta didik
dapat: (1) mendeskripsikan masalah lain (analog dengan masalah ini) yang dapat
diselesaikan dengan menggunakan strategi itu, (2) memberikan alasannya.
15. Menyelesaikan secara terencana
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah situasi masalah yang kompleks, peserta didik dapat
menyelesaikan masalah secara terencana mulai dari input, proses, output, dan
outcomenya.
16. Mengevaluasi kualitas solusi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dan beberapa strategi untuk menyelesaikan
masalah, peserta didik dapat: (1) menjelaskan dengan menerapkan strategi itu, (2)
mengevaluasinya, (3) menentukan strategi mana yang tepat, (4) memberi alasan
mengapa strategi itu paling tepat dibandingkan dengan strategi lainnya.
17. Mengevaluasi strategi sistematika
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah, beberapa strategi pemecahan masalah dan
prosedur, peserta didik dapat mengevaluasi strategi pemecahannya berdasarkan
prosedur yang disajikan.
Glosarium

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP): badan independen yang bertugas


mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi standar nasional pendidikan.

Evaluasi pendidikan: kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu


pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.

Indikator: karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan, atau respons, yang harus dapat
dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik, untuk menunjukkan bahwa peserta didik
telah memiliki kompetensi dasar tertentu.

Judgement: pertimbangan untuk memutuskan sesuatu.

Keandalan (reliabilitas): kemampuan tes memberikan hasil yang ajeg/konsisten.

Kegiatan mandiri tidak terstruktur: kegiatan pembelajaran berupa pendalaman


materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai
standar kompetensi dan waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik.

Kemampuan afektif: kemampuan yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat
penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek.

Kemampuan kognitif: kemampuan berpikir/bernalar; kemampuan yang berkaitan


dengan pemerolehan pengetahuan dan penalaran.

Kemampuan psikomotor: kemampuan melakukan kegiatan yang melibatkan


anggota badan/ gerak fisik.

Kesahihan (validitas): kemampuan alat ukur yang memenuhi fungsinya sebagai alat
ukur, yaitu mampu mengukur apa yang harus diukur.
Kompetensi: kemampuan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai
yang diwujudkan melalui kebiasaan berpikir dan bertindak.

Kompetensi Dasar: Kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik dalam
penguasaan konsep/materi yang dibelajarkan.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM): batas ketuntasan setiap mata pelajaran yang
ditetapkan oleh sekolah melalui analisis indikator dengan memperhatikan karakteristik
peserta didik, karakteristik setiap indikator, dan kondisi satuan pendidikan.

Kuesioner: sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang diberikan kepada peserta didik
untuk dijawab atau diminta pendapatnya.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP): kurikulum operasional yang disusun


oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.

Non-tes: penilaian menggunakan pertanyaan atau pernyataan yang tidak menuntut jawaban
benar atau salah.

Pengukuran (measurement): proses penetapan ukuran terhadap suatu gejala menurut aturan
tertentu.

Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi: pengukuran berdasarkan pada


klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu
standar, melalui tes dan non-tes, yang dapat bersifat kualitatif atau kuantitatif.

Penilaian (assessment): proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk


mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

Penilaian antarteman: teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan pendapatnya mengenai kelebihan dan kekurangan temannya dalam
berbagai hal.
Penilaian beracuan kriteria: penilaian yang membandingkan hasil belajar yang
dicapai peserta didik dengan kriteria atau standar yang ditetapkan.

Penilaian diri: teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk menilai
dirinya sendiri mengenai berbagai hal.

Penilaian inventori: teknik penilaian melalui skala psikologis yang dipakai untuk
mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik terhadap sesuatu objek
psikologis.

Penilaian observasi: penilaian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap


peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan
pembelajaran.

Penilaian produk: penilaian yang dilakukan terhadap proses (persiapan dan pembuatan)
serta hasil karya peserta didik.

Penilaian projek: penilaian yang dilakukan dengan memberikan tugas kepada peserta
didik untuk melakukan suatu projek yang melibatkan pengumpulan, pengorganisasian,
analisis data, dan pelaporan hasil kerjanya dalam kurun waktu tertentu.

Penugasan: pemberian tugas kepada peserta didik baik secara perseorangan maupun
kelompok.

Penugasan terstruktur: kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi pembelajaran


oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi, dan
waktu penyelesaiannya ditentukan oleh pendidik.

Portofolio: kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalambidang tertentu yang
diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi, dan kreativitas peserta
didik

Soal pilihan ganda: soal yang menyediakan sejumlah pilihan jawaban dengan hanya
ada satu pilihan jawaban yang benar.
Standar Isi: ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria
tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.

Standar Kompetensi: kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah
menyelesaikan mata pelajaran tertentu

Standar Kompetensi Lulusan: kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,


pengetahuan, dan keterampilan

Standar Nasional Pendidikan (SNP): kriteria minimal tentang sistem pendidikan di


seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tatap muka: pertemuan formal antara pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran di
kelas.

Tes: penilaian menggunakan seperangkat pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau
salah.

Tes lisan: tes yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara peserta
didik dengan pendidik, pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan.

Tes praktik (kinerja): tes yang meminta peserta didik melakukan perbuatan/
menampilkan/mendemonstrasikan keterampilannya.

Tes tertulis: tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban secara tertulis berupa
pilihan dan/atau isian.

Ujian: kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik
sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.

Ujian nasional: kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa
mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan.

Ujian sekolah: kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan
oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan
salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan.

Ulangan: proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik
secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan
hasil belajar peserta didik.

Ulangan akhir semester: kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester, yang cakupannya meliputi seluruh
indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.

Ulangan harian: kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih.

Ulangan kenaikan kelas: kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir semester
genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap pada
satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket, dan cakupannya meliputi seluruh
indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.

Ulangan tengah semester: kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan
pembelajaran, yang cakupannya meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh
KD pada periode tersebut.

Anda mungkin juga menyukai