KARIMA
PENILAIAN PSIKOMOTOR
Penulis:
Dr. Agus Dudung, M.Pd
Penerbit:
KARIMA (Karya Ilmu Media Aulia)
Redaksi KARIMA
Vila Pamulang Blok DG-10/6-7, Bojongsari, Depok.
Website: karima.elfirdaus.net
Email: elfirdaus95@gmail.com
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Buku ini dilindungi Undang-Undang Hak Cipta. Segala bentuk penggandaan, reproduksi atau
penerjemahan, baik melalui media cetak maupun elektronik harus seizin penerbit, kecuali untuk
kutipan ilmiah.
1
KATA PENGANTAR
Sungguh tiada keagungan dan kebesaran selain milik Allah, maka sudah
menjadi keharusan penulis menyampaikan puji syukur atas segala anugerah yang
telah dilimpahkan kepada penulis. Hanya dengan petunjuk dan bimbingan-Nya,
penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku ajar Penilaian Psikomotor.
Penilaian Psikomotor membahas mengenai sistem, teknik, prinsip,
prosedur, mekanisme, jenis perangkat untuk penilaian psikomotor juga contoh butir
soal non tes. Dengan mempelajari buku ini mahasiswa akan lebih tepat dalam
membuat penilaian psikomotor.
Buku ini disusun sebagai salah satu upaya memberikan alternatif sumber
belajar mahasiswa atau praktisi, mengingat masih minimnya literatur buku
Penilaian Psikomotor secara komprehensif. Karakteristik buku ini dimulai dengan
pendahuluan yang bertujuan memberikan persamaan perspektif perihal penilaian
psikomotor, kemudian dijelaskan konten ilmu dalam penilaian psikomotor. Buku ini
disusun secara sistematis. Adapun isi dari buku ini meliputi: Bab 1: Rancangan
Penilaian Hasil Belajar, bab ini mempelajari tentang (1) rancangan penilaian; (2)
prinsip penilaian; (3) pengertian penilaian hasil belajar; (4) prinsip, teknik,
mekanisme dan prosedur penilaian; (5) kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Sementara itu pada Bab 2, penulis menyajikan materi tentang Teknik
Penilaian. Bab ini membahas tentang: (1) teknik penilaian; (2) teknik penilaian
melalui tes; (3) teknik non tes; (4) teknik non tes; (5) penilaian berbasis komputer
dan (6) prosedur pengembangan tes. Menindaklanjuti pokok bahasan selanjutnya,
Bab 3 membahas tentang Penilaian Psikomotor. Pada bab ini akan dibahas
tentang: (1) pengertian psikomotor; (2) pembelajaran psikomotor; (3) penilaian hasil
belajar psikomotor; (4) jenis perangkat penilaian psikomotor; (5) konstruksi
instrumen; (6) penyusunan rancangan penilaian; (7) penyusunan kisi-kisi; (8)
penyusunan instrumen penilaian psikomotor; (9) penilaian ranah psikomotor; (10)
penskoran dan interpretasi hasil penilaian; (11) analisis hasil penilaian; (12) laporan
hasil penilaian. Bab 4: Penilaian Keterampilan Kompetensi Inti (KI-4), bab ini akan
membahas tentang: (1) penilaian kompetensi keterampilan; (2) ruang lingkup
penilaian kompetensi keterampilan; (3) lembar pengamatan; (4) langkah-langkah
penilaian kinerja; (5) rambu-rambu penilaian kinerja; (6) penilaian kompetensi
keterampilan bentuk proyek; (7) teknik penilaian kompetensi keterampilan bentuk
potofolio; (8) penilaian kompetensi keterampilan bentuk penilaian produk (hasil); (9)
penilaian kompetensi keterampilan bentuk kombinasi antara penilaian kinerja
dengan penilaian produk. Bab 5: Sistem Penilaian di Sekolah Menengah Kejuruan,
2
membahas tentang : (1) instrumen penilaian; (2) pensekoran dan ketentuan
kelulusan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap pimpinan UNJ: Plt
Rektor UNJ (Prof. Intan Ahmad, Ph.D), WR I (Prof. Dr. Muchlis Rantoni Luddin,
MA), beserta jajarannya, atas bantuan dan kepercayaannya. Para Wakil Dekan FT,
dan rekan-rekan yang telah banyak membantu. Semoga buku ini bermanfaat.
Agus Dudung.
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL I
KATA PENGANTAR II
DAFTAR ISI III
4
Portofolio 112
H. Penilaian Kompetensi Keterampilan Bentuk Penilaian
Produk (Hasil) 121
I. PenlIalan Kompetensi Keterampilan Bentuk Kombinasi antara
Penilaian Kinerja dengan Penilaian Produk 135
Glosarium 255
Daftar Pustaka 263
Biodata Penulis 270
6
BAB I
RANCANGAN PENILAIAN HASIL BELAJAR
Penilaian hasil kegiatan belajar peserta didik merupakan hal yang sangat
penting dalam proses pembelajaran. Dengan melaksanakan penilaian hasil belajar
akan dapat mengetahui seberapa besar keberhasilan peserta didik telah
menguasai kompetensi atau materi yang telah diajarkan oleh guru. Dengan
penilaian hasil belajar juga dapat dijadikan acuan untuk melihat tingkat
keberhasilan atau keefektivitas guru dalam proses pembelajaran. Belajar secara
umum dapat diartikan suatu aktivitas mental atau psikis yang secara berlangsung
dalam interaksi yang aktif di lingkungan yang akan menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap itu
bersifat konstan dan membekas (W.S.Winkel, 1996: 59). Hal yang paling mendasar
dari konsep belajar adalah perubahan melalui pengalaman yang permanen pada
diri individu, dengan demikian proses belajar merupakan suatu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari pendidikan, dalam pendidikan harus adanya kegiatan belajar dan
kegiatan belajar sebagai wujud dari pendidikan. Sedangkan menurut Good dan
Brophy (1990:124) dalam proses belajar individu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor internal yang berasal dari individu itu sendiri, dan faktor eksternal yang
bersumber dari luar individu. Faktor internal terkait dengan kemampuan intelektual,
kemampuan emosional, minat bakat, perhatian, kenyakinan, keadaan fisik, motivasi
dll. Faktor eksternal berasal dari lingkungan belajar, guru, kurikulum, metodologi,
media pendidikan yang digunakan, serta faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Dalam hal belajar menurut Slameto (2010:1) adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungan seberapa jauh siswa telah menguasai
materi pelajarannya.
Sejalan dengan beberapa pendapat di atas bahwa belajar merupakan proses
dimana terjadi perubahan permanen melalui pengalaman, dalam memperoleh
pemahaman, sikap, pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan.
Dalam mengukur hasil belajar siswa dapat dilakukan melalui tes hasil belajar
(achievement test). Hasil belajar merupakan dasar untuk menentukan tingkat
keberhasilan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Hasil belajar tampak
sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diukur
dalam bentuk perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat
diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan
sebelumnya (Oemar Hamalik, 2008:155). Dari uraian diatas kata kunci dari definisi
belajar adalah perubahan tingkah laku. Perubahan yang didasari dan timbul akibat
praktek, pengalaman, latihan. Terbentuknya tingkah laku hasil mempunyai dua ciri
7
pokok yakni (a) tingkah laku baru berupa kemampuan aktual dan potensial, dan (b)
kemampuan baru diperoleh melalui usaha. Sedangkan Bloom (1976:76) membagi
hasil belajar ke dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik. Ranah kognitif terkait dengan hasil belajar intelektual, yang terdiri
enam aspek yaitu pengetahuan (C1), mengingat (C2), aplikasi (C3), analisis (C4),
sintesis, evaluasi (C5), dan mencipta (C6). Ranah afektif berkenaan dengan sikap
yang terdiri dari lima aspek yaitu (1) penerimaan, (2) jawaban atau reaksi, (3)
penilaian, (4) organisasi, dan (5) internalisasi. Sedangkan ranah psikomorik terkait
dengan hasil belajar (1) keterampilan dan kemampuan gerak dasar, (2)
kemampuan perceptual, (3) keharmonisan dan ketepatan, (4) gerakan keterampilan
kompleks, dan (5) gerakan ekspresif dan interpretatif. Adapun taxonomi psikomotor
menurut Harrow di kutip dari Reynolds (2006:176), terdiri dari (a) reflex
movenments, (b) basic fundamental movements (c) perceptual abilities (c) physical
abilities (d) skilled movements dan (e) nondiscursive communication.
8
Menginga Memaham Menerapka Menganali Mengevaluas Mencipta-
t i n sis i kan
(C1) (C2) (C3) (C4) (C5) (C6)
kan
Mengurai-
kan
Membeda-
kan
Mengiden-
tifikasikan
RANAH AFEKTIF
Menerima Merespon Menghargai Mengorganisasi Karakterisasi
(A1) (A2) (A3) kan Menurut Nilai
(A4) (A5)
Mengikuti Mengompro- Mengasumsi- Mengubah Membiasa-kan
Menganut mikan kan Menata Mengubah
Mematuhi Menyenangi Meyakini Mengklasifika- perilaku
Meminati Menyambut Meyakinkan sikan Berakhlak mulia
Mendukung Memperjelas Mengombinasi- Mempengaruhi
Menyetujui Memprakarsai kan Mengkualifikasi
Menampilkan Mengimani Mempertahan- Melayani
kan
Melaporkan Menekankan Membuktikan
Membangun
Memilih Menyumbang Memecahkan
Membentuk
Mengatakan
pendapat
Memilah
Memadukan
Menolak
Mengelola
Menegosiasi
Merembuk
RANAH PSIKOMOTOR
Meniru Manipulasi Presisi Artikulasi Naturalisasi
(P1) (P2) (P3) (P4) (P5)
Menyalin Kembali Menunjukkan Membangun Mendesain
Mengikuti membuat Melengkapi Mengatasi Menentukan
Mereplikas Membangun Menunjukkan, Menggabungka Mengelola
i Melakukan, Menyempurna n Koordinat,
Menciptakan
Melaksanakan kan Mengintegrasik
Mengulang
, Menerapkan Mengkalibrasi an Beradaptasi
i
Mengendalika Mengembangka
Mematuhi n Merumuskan,
9
Meniru Manipulasi Presisi Artikulasi Naturalisasi
(P1) (P2) (P3) (P4) (P5)
n Memodifikasi
Master
10
keputusan instruksional. Jadi penilaian merupakan proses memberikan atau
menentukan terhadap hasil belajar berdasarkan criteria tertentu, dapat
memberikan fungsi untuk mendeskripsikan, menganalisis dan
menginterprestasikan proses pembelajaran.
Berapa ahli juga menyebutkan penilaian merupakan pengukuran terhadap
berbagai aspek tingkah laku dengan tujuan untuk melihat perbedaan individual atau
kelompok, aspek tingkah laku peserta didik yang di nilai mencakup kemampuan
hasil belajar, kemampuan inteligensi dan bakat minat, sikap dan aspek kepribadian
siswa. Ini berarti aspek penilaian yang lakukan mencakup aspek kognitif, aspek
afektif dan aspek psikomotorik. Penilaian juga diartikan sebagai penilaian guru
untuk memperoleh informasi secara obyektif, berkelanjutan dan menyeluruh
tentang proses dan hasil belajar yang dicapai siswa, yang hasilnya digunakan
sebagai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya. Atau penilaian merupakan
rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan.
Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 41 tahun 2007,
tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. standar
kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas dan / atau semester pada suatu mata
pelajaran. Adapun kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus
dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai merujuk penyusunan
indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Oleh karena itu standar kompetensi
dapat diartikan sebagai kemampuan minimal yang harus dicapai setelah peserta
didik menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu pada setiap jenjang pendidikan
yang diikutinya. Jadi kompetensi dasar kemampuan minimal yang harus dicapai
peserta didik dalam penguasaan konsep atau materi pelajaran yang diberikan
dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu. Penilaian berbasis kompetensi,
yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui
pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan/atau pada akhir
pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta
didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata
pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata
pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat
satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar
Kompetensi Lulusan (SKL). Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh
kemampuan satuan pendidikan dalam mengelola proses pembelajaran. Penilaian
merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan melakukan
penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui
kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang
digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah
11
ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan
secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Hasil
penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi
lebih baik. Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik
yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dimulai
dengan kegiatan pengukuran, dengan demikian penilaian adalah suatu prosedur
yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta
menginterprestasikan informansi yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan
tentang karakteristik seseorang. Gronlund & linn (1990:5) penilaian sebagai suatu
proses yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan,menganalisis serta
menginterprestasikan informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang siswa
atau kelompok siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, baik
aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan.
Tujuan penilaian diarahkan pada empat hal berikut, (a) penelusuran (keeping
track), untuk menelusuri agar proses pembelajaran tetap sesuai dengan rencana,
(b) pengecekan (checking–up) untuk mengecek kelemahan-kelemahan yang
dialami oleh siswa selama proses pembelajaran, (c) pencarian (finding-out) untuk
mencari dan menemukan hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan
kesalahan dalam proses pembelajaran, dan (d) menyimpulkan (summing up) untuk
menyimpulkan keberhasilan siswa telah menguasai kompetensi yang ditetapkan
dalam kurikulum. Penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan
pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta
didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan
selama proses pembelajaran dan/atau pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian
pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar
kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus
dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya
dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan,
kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan
(SKL). Pendidik yang profesional selalu menginginkan umpan balik atas proses
pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini dilakukan karena salah satu indikator
keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tingkat keberhasilan yang dicapai
peserta didik. Hasil penilaian dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan proses
pembelajaran dan sebagai umpan balik bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas
proses pembelajaran yang dilakukan pada peserta didik.
berapa yang yang menjadi prinsip dalam penilaian adalah (a)proses
penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran,
(b) penilaian harus menjerminkan dunia nyata (real Word problem), (c) penilaian
harus mengunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan
karakteristik dan esensi pengalaman belajar, dan (d) penilai harus mencakup
semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif dan spikomotorik).
12
Penilaian hasil belajar peserta didik diperlakukan sama sehingga tidak
merugikan salah satu atau sekelompok peserta didik yang dinilai (harus memiliki
asas keadilan ), dan penilaian tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi,
budaya, bahasa, jender, dan agama. Penilaian hasil belajar juga merupakan bagian
dari proses pembelajaran yang dapat memotivasi peserta didik untuk lebih
berprestasi.
Ada empat konsep penilaian dalam keberhasilan belajar peserta didik, yaitu,
a. Pengukuran
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, terhadap
suatu standar atau satuan ukur. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas
fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa
dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau indeks kepercayaan konsumen
(Wikipedia bahasa Indonesia, 2012). Sedangkan pengukuran menurut beberapa
para ahli adalah proses penetapan angka dengan cara sistematik untuk
menyatakan keadaan individu ( Allen & yen dalam Djemari Mardapi, 2000:1).
Menurut Gilbert Sax (1980) menyatakan “measurement: The assignment of
numbers to attributes of characteristics of person, evenrs, or object according to
explicit formulations or rules”. Pengukuran (Measurement) adalah suatu proses
pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi
yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan (Cangelosi,1995:21).
Pengukuran didefenisikan sebagai the process by which information about the
attributes or characteristics of thing are determinied and differentiated
(Oriondo,1998:2). Pengukuran adalah penentuan angka-angka atas observasi-
observasi sedemikian rupa sehingga angka-angka itu sesuai dengan analisis
melalui pemanfaatan atau penanganan menurut hukum-hukum tertentu (Sidney
siegel:1992). Pengukuran pendidikan mencakup beberapa bidang, bidang kognitif
yang diukur melalui uji tes, bidang afektif yang diukur melalui kuesioner,
wawancara dan mungkin juga pengamatan, sedangkan bidang psikomotorik, diukur
melalui perbuatan dan pengamatan (Dali S Naga, 1992:1). Pengukuran
(measurement) adalah assigning numbers to, quantifying, thing according to a set
of rules (Guilford in griffin & nix 1991:3). Pengukuran proses penetapan angka
terhadap individu atau karakteristiknya maenurut aturan tertentu (Ebel & Frisbie.
1986: 14). Robert L. Ebel dan David A. Frisbie (1986) merumuskan pengkuran
sebagai “Measurment is a process of assigning numbers to the individual numbers
of a set of objects or person for the purpose of indicating differences among them in
the degree to which they posscess the characteristic being measured. Pengukuran
adalah suatu perangkat aturan yang berhubungan dengan proses pemberian angka
terhadap objek atau kegiatan tertentu (Gronlund: 1983). Pengukuran (measurement)
adalah proses penetapan ukuran terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu
(Guilford, 1982). Robert L. Ebel dan David A. Frisbie (1986) merunuskan pengkuran
sebagai “Measurment is a process of assigning numbers to the individual numbers
of a set of objects or person for the purpose of indicating differences among them in
the degree to which they posscess the characteristic being measured. Pengukuran
13
pendidikan berbasis kompetensi berdasar pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau
kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu standar. Pengukuran dapat
menggunakan tes dan non-tes. Pengukuran pendidikan bisa bersifat kuantitatif atau
kualitatif. Kuantitatif hasilnya berupa angka, sedangkan kualitatif hasilnya bukan
angka (berupa predikat atau pernyataan kualitatif, misalnya sangat baik, baik,
cukup, kurang, sangat kurang), disertai deskripsi penjelasan prestasi peserta didik.
Dapatlah dikatakan bahwa pengukuran adalah sutu proses sistematis untuk
memberikan kuantitas objek dengan cara membandingkan alat ukur dengan objek
ukur.
b. Pengujian (test)
Pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan
kegiatan penilaian. Hasil pengukuran pendidikan baik melalui tes maupun nontes
menghasilkan data kuantitatif yang berupa sekor, hasil sekor ini ditafsirkan
sehingga menjadi nilai. Dalam Encyclopedia Of Educational Evaluation, tes
diartikan sebagai “any series of questions or exercise or other means of measuring
the skill, knowledge, intelligence, capacities or aptitudes of an individual or group”,
(Anderson, dkk. 1990).Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang
berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak
atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau
prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh
anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan. Tes hasil belajar juga
diterjemahkan sebagai salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk
mengetahui hasil belajar seseorang dalam proses belajar-mengajar atau suatu
program pendidikan. tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan
atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan harus bagaimana
testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melakukan perintah-perintah itu,
penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan dengan standar
atau test lainnya. Pengertian tersebut mungkin belum mencakup semua elemen
dari tes. Tetapi masih banyak definisi lain dari tes. Tes menurut Allen dan Yen,
adalah alat untuk memperoleh data tentang perilaku individu. Karena itu, di dalam
tes terdapat sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus
dikerjakan, yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu
(sampel perilaku) berdasarkan jawaban yang diberikan individu yang dikenai tes
tersebut ( anastari, 1982:22). Pada buku Psychological Testing, Anastari, (1982:22)
menyatakan tes merupakan pengukuran yang obyektif dan standard. Cronbach
menambahkan bahwa tes adalah prosedur yang sitematis guna mengopservasi
dan member deskripsi sejumlah atau lebih ciri seseorang dengan bantuan skala
numerik atau suatu system kategoris.
Dengan demikian bisa dinyatakan bahwa tes adalah prosedur yang sistematis
dimana butir tes disusun berdasarkan cara dan aturan tertentu, pemberian skor
harus jelas dan dilakukukan secara terperinci, serta individu yang menempuh tes
tersebut harus mendapat butir tes yang sama dan dalam kondisi yang sebanding.
14
tes dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau tugas atau seperangkat
tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait (sifat) atau
atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut
mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.
c. Penilaian (assessment)
Penilaian digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok peserta
didik. Berepa definisi penilaian menurut para ahli, penilaian adalah semua cara
yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok (griffin & nix,
1991:3). Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti yang menunjukkan
pencapaian belajar peserta didik. Penilaian merupakan suatu pernyataan
berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau
sesuatu (Griffin & Nix, 1991). Penilaian adalah mengambil suatu keputusan
terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk, penilaian bersifat kualitatif (suharsimi
arikunto: 2012). Penilaiaan (assessment) adalah semua cara yang digunakan untuk
menilai unjuk kerja individu atau kelompok tertentu (Eko P: 2011). Penilaian adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat. Penilaian untuk
memperoleh berbagai ragam informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta
didik atau informasi tentang ketercapaian kompetensi peserta didik. Proses
penilaian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau
prestasi belajar peserta didik. Penilaian menyeluruh dan berkelanjutan dalam
Konsep Penilaian dari Implementasi peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, membawa implikasi terhadap model dan
tehnik penilaian proses dan hasil belajar. Pelaku penilaian terhadap proses dan
hasil belajar diantaranya internal dan eksternal. Penilaian internal merupakan
penilaian yang dilakukan dan direncanakan oleh guru pada saat pembelajaran
berlangsung. Sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan
oleh pihak luar yang tidak melaksanakan proses pembelajaran, biasanya dilakukan
oleh suatu institusi / lembaga baik didalam maupun diluar negeri. Penelitian yang
dilakukan lembaga / institusi tersebut dimaksudkan sebagai pengendali mutu
proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian adalah penerapan berbagai cara
dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang
sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi peserta
didik. Penilaian adalah tindak lanjut dari hasil pengukuran dimana hasil-hasil
pengukuran dibandingkan dengan kriteria-kriteria tertentu yang bersifat kualitatif.
Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar
seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif dan nilai
kuantitatif. Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan,
bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah
dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah
mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan dari kegiatan
pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau
tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat
dinyatakan dengan nilai. Penilaian mencakup semua proses pembelajaran. Oleh
karena itu, kegiatan penilaian tidak terbatas pada karakteristik peserta didik saja,
15
tetapi juga mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan
administrasi sekolah. Instrumen penilaian untuk peserta didik dapat berupa metode
dan/atau prosedur formal atau informal untuk menghasilkan informasi tentang
peserta didik. Instrumen penilaian dapat berupa tes tertulis, tes lisan, lembar
pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah, dan sebagainya. Penilaian juga
diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran atau kegiatan untuk
memperoleh informasi tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik.
d. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan
suatu objek (Mehrens & Lehmann, 1991). Evaluasi adalah suatu keputusan tentang
nilai berdasarkan hasil pengukuran (Calongesi, 1995). Daniel L. Stufflebeam dan
Anthony J. Shinkfield (1985) secara singkat merumuskan evaluasi sebagai berikut:
“Evaluation is the systematic assessment of the worth or merit of some object”.
Dengan demikian maka evaluasi antara lain merupakan kegiatan membandingkan
tujuan dengan hasil dan juga merupakan studi yang mengkombinasikan
penampilan dengan suatu nilai tertentu. Evaluasi adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi
tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil
keputusan (Suharsimi arikunto: 2012) mengartikan evaluasi sebagai usaha
sistematis untuk mengumpulkan informasi dari suatu program untuk digunakan
sebagai pertimbangan mengenai nilai dan dalam melakukan evaluasi terdapat
judgement untuk menentukan nilai suatu program yang sedikit banyak
mengandung unsur subjektif. Evaluasi memerlukan data hasil pengukuran dan
informasi hasil penilaian yang memiliki banyak dimensi, seperti kemampuan,
kreativitas, sikap, minat, keterampilan, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam
kegiatan evaluasi, alat ukur yang digunakan juga bervariasi bergantung pada jenis
data yang ingin diperoleh. Evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses
pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui
pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes..
Evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu
objek dengan menggunkan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan kriteria
untuk memperoleh kesimpulan. Pengukuran, penilaian, dan evaluasi bersifat
bertahap (hierarkis), kegiatan dilakukan secara berurutan, dimulai dengan
pengukuran, kemudian penilaian, dan terakhir evaluasi.
B. Prinsip Penilaian
Penilaian atau asesmen merupakan bagian yang terpenting dalam
penyelenggaraan pendidikan, dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan
dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas system
penilaian. Sistem penilaian yang digunakan di setiap satuan pendidikan harus:
a. Memberi informasi yang akurat, meliputi kompetensi dasar yang telah dicapai
dan yang belum tercapai peserta didik.
16
b. Mendorong peserta didik belajar.
c. Memotivasi guru mengajar
d. Meningkatkan kinerja lembaga
e. Meningkatkan kualitas pendidikan
Ada beberapa yang sebaiknya perlu diperhatikaan dalam penilaian hasil belajar
peserta didik antara lain:
1. penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi;
2. penilaian menggunakan acuan kriteria yakni berdasarkan pencapaian
kompetensi peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran;
3. penilaian dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan;
4. hasil penilaian ditindaklanjuti dengan program remedial bagi peserta didik
yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan dan program
pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan;
5. penilaian harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran.
17
kompetensi praktik mesin siswa, penilaian dianggap valid jika menggunakan test
praktek langsung, jika menggunakan tes tertulis maka tes tersebut tidak valid.
2. Objektif,
Penilaian sebaiknya obyektif didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai, Penilaian hasil belajar harus
mempertimbangkan rasa keadilan dan obyektifitas siswa, tanpa membeda-
bedakan jenis kelamin, latar belakang budaya, dan berba-
gai hal yang memberikan kontribusi pada pembelajaran. Penilaian yang bersifat
objektif tidak memandang dan membeda-bedakan latar belakang peserta didik,
namun melihat kompetensi yang dihasilkan oleh peserta didik. Misalnya Guru
memberi nilai 90 untuk praktik teknik mesin pada si Agus yang merupakan ponakan
dari guru tersebut, namun si Dudung, yang kemampuannya lebih baik,
mendapatkan nilai hanya 75. Hal ini adalah penilaian yang bersifat subyektif,
seharusnya pemberian nilai berdasarkan kemampuan siswa tersebut.
3. Adil
Penilaian sebaiknya adik yang tidak membedakan latar belakang sosial-
ekonomi, budaya, agama, bahasa, suku bangsa, dan jender. Sebab ketidakadil-
an dalam penilaian, dapat menyebabkan menurunnya motivasi bela-
jar siswa, karena mereka merasa dianaktirikan. Peserta didik berhak memperoleh
nilai secara adil, penilaian hasil belajar tidak menguntungkan atau merugikan
peserta didik. Misalnya guru praktik pemesinan laki-laki hendaknya tidak
memandang fisik dan rupa dari murid perempuan yang cantik kemudian memberi
perlakuan khusus, semua murid berhak diperlakukan sama dalam proses
pembelajaran maupun dalam pemberian nilai. Nilai yang diberikan sesuai dengan
kenyataan hasil belajar siswa tersebut.
4. Terbuka
Penilaian bersifat terbuka dimana prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan
dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan,
sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-
pihak yang berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang
dapat merugikan semua pihak. Penilaian harus bersifat transparan, dan pihak yang
terkait harus tau bagaimana pelaksanaan penilaian tersebut, dari aspek apa saja
nilai tersebut didapat, dasar pengambilan keputusan, dan bagaimana pengolahan
nilai tersebut sampai hasil akhirnya tertera, dan dapat diterima. Misalnya pada
tahun ajaran baru, guru mesin SMKN 1 menerangkan tentang kesepakatan
pemberian nilai dengan bobot masing-masing aspek,diantaranya kehadiran diberi
bobot 10%, Tugas individu dan kelompok 20%, Ujian tengah semester 30%, ujian
akhir semester 40%. Sehingga disini terjadi keterbukaan penilaian antara murid dan
guru.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
18
Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat
untuk menilai beragam kompetensi atau kemampuan peserta didik, sehingga
tergambar profil kemampuan peserta didik. Penilaian bersifat menyeruh dan
berkesinambungan yang mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik yang sesuai, untuk memantau perkembangan
kemampuan peserta didik. Penilaian sebaiknya terpadu yang merupakan
komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran Dalam hal ini
penilaian hasil belajar harus dilakukan secara berkesinambungan, secara men
yeluruh, yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, sehing-
ga kegiatan dan unjuk kerja peserta didik dapat dipantau melalui penilaian,
berdasarkan pada strategi dan prosedur penilaian dengan berbagai
bukti hasil belajar siswa yang dapat dipertanggungjawabkan kepada semua
pihak. Misalnya penilaian hasil akhir belajar, guru permesinan mengumpulkan
berbagai bukti aktivitas siswa dalam praktik mesin dicatatan sebelumnya, penilaian
yang dikumpulkan mulai dari kehadiran, pengetahuan tentang awal praktik, proses
dalam praktik dan akhir dalam praktik, dan penilaian sikap peserta didik, semua hal
tersebut digabungkan menjadi satu dan menghasilkan nilai peserta didik.
6. Akuntabel
penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur,
maupun hasilnya. Misalnya guru dapat menjelaskan secara benar kepada pihak
terkait, tentang proses penilaian, teknik penilaian, prosedur, dan hasil yang sesuai
dengan kenyataan kemampuan hasil belajar peserta didiknya.
7. Mendidik
Penilaian hasil belajar harus dapat mendorong dan membina peserta didik
maupun pendidik untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya dengan cara
memperbaiki kualitas belajar mengajar. Misalnya Agus mendapatkan nilai 75 untuk
pelajaran praktik permesinan, 60 untuk gambar teknik , dan 70 untuk teknik
kelistikan, namun dalam kegiatan ekstrakurikuler, ia meraih prestasi yang
membanggakan. Tapi si Agus sadar bahwa ia harus menyeimbangkan prestasi
akademik dan non akademiknya, Kemudian agus terpacu untuk mengevaluasi
kesalahannya dan memperbaiki kualitas belajar untuk memperoleh nilai yang baik,
juga memperoleh prestasi belajar yang baik pula.
8. Bermakna
Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki arti, makna, dan manfaat yang
dapat ditindaklanjuti oleh pihak lain, terutama pendidik, peserta didik, orang tua,
dan masyarakat. penilaian hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti, berguna
dan bisa ditindaklanjuti oleh semua pihak. Misalnya bagi guru, hasil penilaian dapat
bermakna untuk melihat seberapa besar keberhasilan metode pembelajaran yang
digunakan, untuk perbaikan yang akan datang, serta memberikan pengukuran
prestasi belajar kepada peserta didik.
9. Menggunakan acuan kriteria,
19
Penilaian mengunakan acuan criteria, didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan. Artinya, penilaian didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Oleh karena itu, instrumen penilaian
disusun dengan merujuk pada kompetensi (SKL, SK, dan KD). Selain itu,
pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria pencapaian yang telah ditetapkan.
Ada tiga acuan penilana diantaranya PAK (Penilanain Acuan Kriteria), PAN
(Penilaian Acuan Normal) atau PAP (Penilaian Acuan Patokan)
23
Kelompok Mata
No Kognitif Psikomotor Afeksi
Pelajaran
5 Pendidikan Jasmani, √ √
Olahraga dan
Kesehatan
6 Praktik Elektrinika,
Praktik Mesin, Praktik
√
Listrik dll.
Mengacu pada prinsip penilaian tersebut di atas, berikut ini tabel dari tiap mata
pelajaran dengan ketiga aspek pengetahuan, praktik, dan sikap (Afektif). Tanda
blok () pada Pengetahuan dan Praktik menunjukkan bahwa aspek tersebut
sangat tipis (tidak dominan) untuk dinilai secara mandiri.
24
Aspek Penilaian Yang
Dominan
Komponen Keterangan
Penge Prak Sikap
tahuan tik
Mata Pelajaran ✓ ✓ Pendidikan Kewarganegaraan
berfungsi sebagai wahana untuk
Pendidikan
membentuk warga negara yg.
Kewarganega-
Cerdas, terampil dan berkarakter
raan setia kepada bangsa dan Negara
yang mampu merefleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak
sesuai amanat Pancasila dan UUD
1945.
Aspek yang dinilai lebih dominan
pada:
Aspek Pengetahuan mencakup:
peningkatan pemahaman konsep
dan fakta tentang hakikat
berbangsa dan bernegara yang
sesuai dengan amanat Pancasila
dan UUD 1945. Penggunaan
berbagai metode seperti: kooperatif,
penemuan, inkuiri, interaktif,
eksploratif, berfikir kritis, dan
pemecahan masalah, dimaksudkan
untuk meningkatkan efektifitas
pembelajaran (bukan praktik),
yang penilaiannya terintegrasi /
terpadu di dalam aspek
pengetahuan.
Aspek Sikap yang terkait dengan
mata pelajaran mencakup:
pembentukan karakter bangsa yang
adaptif terhadap keberagaman,
mampu berpikir kritis dan memiliki
kepedulian yang tinggi terhadap
lingkungan sosial, politik, ekonomi,
budaya dan keamanan, dan mampu
menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Mata Pelajaran ✓ ✓ ✓ Bahasa Indonesia berfungsi
sebagai alat untuk: berkomunikasi
Bahasa
(mengakses/bertukar informasi),
Indonesia
pemersatu bangsa,sarana
pelestarian dan peningkatan
25
Aspek Penilaian Yang
Dominan
Komponen Keterangan
Penge Prak Sikap
tahuan tik
budaya, sarana peningkatan peng
etahuan dan keterampilan IPTEK.
Aspek yang dominan meliputi aspek
pengetahuan, praktik dan afektif.
Aspek Pengetahuan, yang dinilai
mencakup kemampuan: Menyimak,
membaca, dan kebahasaan (tata
bahasa dan kosa kata) serta
apresiasi sastra. Penilaian seluruh
kemampuan dimaksud dilakukan
secara terpadu, menyeluruh dan
terintegrasi.
Aspek praktik dapat dinilai dari
kemampuan berpidato, dan
membuat karangan menggunakan
tata bahasa dan kosa kata yang
tepat.
Aspek Sikap yang terkait dengan
mata pelajaran mencakup: santun
dalam berkomunikasi, responsif
dalam mendengarkan dan mampu
menyampaikan
pendapat/pertanyaan sesuai
dengan kaidah berbahasa
Indonesia yang baik dan benar, dan
antusias dalam membaca.
Mata Pelajaran ✓ ✓ ✓ Bahasa Inggris dan Bahasa Asing
lain, berfungsi sebagai alat untuk
Bahasa Inggris
berkomunikasi dalam rangka
dan Bahasa
mengakses dan bertukar informasi
Asing Lain.
secara global, untuk membina
hubungan interpersonal, dan
meningkatkan wawasan tentang
budaya bangsa asing (wawasan
internasional). Aspek yang dominan
meliputi aspek pengetahuan, praktik
dan afektif, yang proses
penilaiannya berjangka panjang dan
bertahap.
Aspek Pengetahuan mencakup
26
Aspek Penilaian Yang
Dominan
Komponen Keterangan
Penge Prak Sikap
tahuan tik
kemampuan: mendengarkan
(listening), berbicara (speaking),
membaca (reading), menulis
(writing) dan Kebahasaan/linguistik
serta sosiokultural.Penilaian seluruh
kemampuan dimaksud dilakukan
secara terpadu, menyeluruh dan
terintegrasi.
Aspek Praktik dapat dinilai dari
kemampuan berbicara dan
mengarang menggunakan tata
bahasa dan kosa kata yang tepat.
Aspek Sikap yang terkait dengan
mata pelajaran mencakup: santun
dalam berkomunikasi, responsif
dalam mendengarkan dan mampu
menyampaikan pendapat/
pertanyaan sesuai dengan kaidah
berbahasa (Inggris dan bahasa
Asing lain) yang baik dan benar,
dan antusias dalam membaca,
Mata Pelajaran ✓ ✓ Matematika berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan
Matematika
menghitung, mengukur,
menurunkan, menggunakan rumus
matematika untuk memecahkan
masalah, dan mengkomunikasikan
gagasan melalui grafik, peta,
diagram atau secara lisan/kalimat.
Aspek yang dominan meliputi aspek
pengetahuan dan sikap/ afektif,
sebagai contoh:
Aspek Pengetahuan mencakup:
pemahaman terhadap konsep,
prosedur /proses menghitung, dan
kemampuan penalaran dan
pemecahan masalah.
Aspek Praktik pada mata pelajaran
ini kurang dominan, karena hanya
sebagian kecil saja KD yang dapat
27
Aspek Penilaian Yang
Dominan
Komponen Keterangan
Penge Prak Sikap
tahuan tik
dinilai praktiknya seperti:
menggambar/mengukur
ruang/sudut. Penggunaan peralatan
seperti: kalkulator, komputer, alat
peraga atau media lain, hanya
untuk meningkatkan efektifitas
pembelajaran, yang penilaiannya
terintegrasi/terpadu dalam aspek
pengetahuan.
Aspek Sikap yang terkait dengan
mata pelajaran ini, menitikberatkan
pada sikap ilmiah yang mencakup:
ketelitian, ketekunan, dan
kemampuan memecahkan masalah
secara logis dan sistematis.
Mata Pelajaran ✓ ✓ ✓ Fisika, Kimia, dan Biologi berfungsi
untuk menumbuhkan kesadaran
Fisika, Kimia
terhadap keteraturan dan
dan Biologi
keindahan ciptaan Tuhan,
meningkatkan pemahaman konsep
dan prinsip-prinsip melalui sejumlah
keterampilan proses dan sikap
ilmiah. Keterampilan proses
mencakup: pengamatan,
pembuatan hipotesis, penggunaan
alat dan bahan yang dilaksanakan
melalui kegiatan praktik, sesuai
dengan prosedur dan keselamatan
kerja.
Ketiga aspek (pengetahuan, praktik
dan sikap/afektif) memiliki bobot
penilaian yang proporsional. Proses
penilaiannya dilaksanakan secara
menyeluruh dan terpadu, sebagai
contoh:
Aspek Pengetahuan mencakup:
pemahaman konsep yang berfungsi
untuk menunjang pelaksanaan
praktik.
Aspek praktik mencakup
keterampilan proses dan
28
Aspek Penilaian Yang
Dominan
Komponen Keterangan
Penge Prak Sikap
tahuan tik
ketrampilan sains yang
dilaksanakan melalui praktikum.
Aspek Sikap yang terkait dengan
mata pelajaran, menitik beratkan
pada sikap ilmiah yang mencakup:
ketelitian, ketekunan, dan
kemampuan memecahkan masalah
secara logis dan sistematis.
Mata Pelajaran ✓ ✓ Mata pelajaran ini secara umum
berfungsi untuk: menumbuhkan
Sejarah,
kesadaran peserta didik tentang
Geografi,
terjadinya perubahan dan
Sosiologi &
perkembangan masyarakat dalam
Antropologi
dimensi waktu (MP. Sejarah),
menanamkan pengetahuan tentang
pola keruangan dan proses alam
yang terjadi pada bumi (MP.
Geografi), meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam
mengaktualisasikan diri dan
mengungkapkan status dan peran
peserta didik dalam kehidupan
sosial dan budaya (MP. Sosiologi),
dan meningkatkan penghargaan/
kebanggaan terhadap budaya
terutama di bidang bahasa, seni
dan kepercayaan di lingkungan
masyarakat Indonesia (MP.
Antropologi). Aspek penilaian yang
dominan adalah aspek
Pengetahuan dan Sikap/Afektif,
sedangkan Aspek praktik sifatnya
hanya menunjang dalam proses
pembelajaran, sebagai contoh:
Aspek Pengetahuan mencakup:
pemahaman fakta, konsep, dan
melakukan penelaahan / analisis
secara rasional tentang berbagai
hal yang terkait dengan bidang
kajian masing-masing mata
pelajaran. Penggunaan berbagai
peralatan seperti alat peraga, atau
29
Aspek Penilaian Yang
Dominan
Komponen Keterangan
Penge Prak Sikap
tahuan tik
kegiatan pembelajaran di luar
kelas/sekolah (kunjungan),
dimaksudkan untuk meningkatkan
efektivitas pembelajaran (bukan
praktik), yang penilaiannya
terintegrasi/terpadu di dalam aspek
pengetahuan.
Aspek Sikap yang terkait dengan
mata pelajaran mencakup:
menanamkan semangat
kebangsaan, cinta tanah air,
kebersamaan /kekeluargaan,
semangat perjuangan dan
kompetisi, menghargai perbedaan,
menghargai budaya dan karya
artistik bangsa, menghargai
kekayaan alam ciptaan Tuhan YME.
34