Muhamad Azzam Siddiq Abdurrahim - 201910330311053 - Kelompok 6 - Pre Test NMS2 2021
Muhamad Azzam Siddiq Abdurrahim - 201910330311053 - Kelompok 6 - Pre Test NMS2 2021
1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH
MALANG 2021
MENINGEAL SIGN,
REFLEKS FISIOLOGIS
DAN PATOLOGIS
2
TANDA RANGSANGAN MENINGEN (MENINGEAL SIGN)
Pemeriksaan meningeal sign meliputi kaku kuduk, kernig, brudzinski I, brudzinski II, brudzinski
III, brudzkinski IV
TES KAKU KUDUK
1. Cara:
a. Pasien tidur terlentang pada alas yang datar tanpa bantal
b. Pemeriksa berdiri di kanan pasien
c. Tangan kiri di bawah kepala, Tangan kanan diatas dada agar tubuh tidak
terangkat
3
d. Ayunkan kepala ke kiri-ke kanan untuk memastikan supaya leher benar-benar
relaksasi
e. Fleksikan leher sampai menyentuh dagu
2. Penilaian/interprestasi :
Kaku kuduk positif apabila terdapat tahanan saat fleksi (bukan kaku ekstensi atau rotasi)
kepala atau dagu tidak dapat menyentuh dada karena tahanan tersebut.
3. Maknanya :
Jika hasil positif bermakna terdapat iritasi meningen
TES KERNIG
1. Cara :
a. Pasien tidur terlentang
b. Fleksikan panggul tegak lurus dengan tubuh
c. Tungkai atas dan bawah pada posisi tegak lurus pula
d. Kemudian ekstensikan sendi lutut
2. Penilaian :
Tes Kernig positif apabila :
● Sendi lutut tidak bisa diekstensikan lebih 135° karena nyeri sepanjang N. Ischiadicus
atau spasme otot hamstring sehingga sendi panggul ikut fleksi
● Terjadi fleksi involunter pada lutut kontralateral
4
3. Maknanya :
Jika hasil positif bermakna terdapat iritasi meningen.
2. Penilaian :
Brudzinksi I positif apabila didapatkan gerak fleksi sendi lutut dan panggul kedua
tungkai secara reflektorik.
3. Maknanya :
Jika hasil positif bermakna terdapat iritasi meningen.
5
BRUDZINSKI II (Brudzinski ‘ Contralateral sign)
1. Cara :
a. Setelah melakukan tes kernig
b. Salah satu tungkai diangkat atau tungkai atas dan bawah fleksi sendi lutut
kemudian difleksikan pada sendi panggul.
2. Penilaian :
Brudzinksi II positif apabila terjadi fleksi reflektoris sendi lutut kontralateral.
3. Maknanya :
Jika hasil positif bermakna terdapat iritasi meningen.
2. Penilaian :
Brudzinksi III positif apabila disusul gerakan fleksi reflektorik kedua siku.
3. Maknanya :
Jika hasil positif bermakna terdapat iritasi meningen
6
BRUDZINSKI IV (Brudzinski symphisis sign)
1. Cara :
a. Pasien tidur terlentang
b. Tekan simpisis pubis dengan kedua ibu jari tangan pemeriksa.
2. Penilaian :
Brudzinksi IV positif apabila timbul refleksi reflektorik kedua sendi lutut.
3. Maknanya :
Jika hasil positif bermakna terdapat iritasi meningen.
PEMERIKSAAN REFLEKS
1. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa refleks adalah jawaban atas rangsang. Refleks
neurologik merupakan suatu lengkungan (lengkung refleks). Gambarkan lengkung reflek
tersebut !
2. Dalam praktek sehari – hari kita biasanya memeriksa 2 macam refleks, yaitu …
1
Reflek dalam dan Reflek superfisial
- Bila ada peninggian reflek secara bilateral belum tentu keadaan patologis
- Bila ada asimetris : suatu proses patologis
- Bila tendon tidak berlandasan pada bangunan yang kuat, maka jari pemeriksa
ditempatkan pada tendon itu bila tidak maka jawaban reflek lemah atau kurang
nyata. Metode ini untuk reflek bisep brakhialis.
2
a. Jawaban reflek (intensitas)
b. Adakah perluasan area reflek
c. Selalu kita bandingkan kanan dan kiri
d. Adakah klonus
5. Jawaban / penilaian refleks dapat dibagi atas beberapa tingkat, yaitu :………..
Pemeriksaan Refleks
Refleks yang lazim diperiksa pada pemeriksaan rutin adalah :
1. Refleks Biseps. (BPR)
Cara pemeriksaan :
3
Kita pegang lengan pasien yang disemifleksikan sambil menempatkan ibu jari di atas tendon
otot biseps. Kemudian ibu jari diketok, hal ini akan mengakibatkan gerakan fleksi lengan
bawah. Pusat reflek ini terletak di C5 - C6 (terutama C6)
Cara pemeriksaan :
Kita pegang lengan bawah pasien yang disemifleksikan. Setelah itu diketok pada tendon
insersi otot triseps, yang berada sedikit di atas olekranon. Sebagai jawaban, maka lengan
bawah akan mengadakan gerakan ekstensi. Lengkung reflek ini melalui N. radialis yang
pusatnya terletak di C6 - C7 (terutama C7)
Tungkai difleksikan atau digantung (misalnya pada tepi tempat tidur), kemudian diketok
pada tendon otot kuadriseps femoris; dibawah patella. Otot kuadriseps femoris akan
berkontraksi dan akan mengakibatkan gerakan ekstensi tungkai bawah. Lengkung reflek ini
melalui L2, L3, L4
4
5. Refleks Achilles. (APR).
Cara pemeriksaan :
Tungkai bawah difleksikan sedikit, kemudian kita pegang kaki pada ujungnya untuk
memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki. Setelah itu tendon Achilles diketok. Hal ini
akan mengakibatkan berkontraksinya otot triseps sure dan memberikan gerak plantar fleksi
pada kaki. Lengkung reflek ini melalui L5, S1, S2
Cara pemeriksaan :
Dapat dibangkitkan dengan jalan meregangkan otot triseps sure betis (untuk membuat
dorsofleksi berlebihan). Pemeriksa menempatkan tangannya di telapak kaki pasien,
kemudian telapak kaki ini didorong dengan cepat (dikejutkan), sehingga terjadi dorso fleksi
sambil seterusnya diberikan tahanan ringan. Hal ini mengakibatkan terenggangnya otot betis.
Bila ada klonus, maka terlihat gerakan ritmik (bolak-balik) dari kaki, yaitu berupa plantar
fleksi dan dorso fleksi secara bergantian
7. Klonus patela.
Cara pemeriksaan :
5
Dibangkitkan dengan jalan meregangkan otot kuadriseps femoris. Kita pegang sampan
patella pasien, kemudian didorong dengan kejutan (tiba-tiba, dengan cepat) ke arah distal
sambil diberikan tahanan ringan. Bila terdapat klonus, akan terlihat kontraksi ritmik otot
kuadriseps femoris, yang mengakibatkan gerakan bolak-balik dari patella. Pada pemeriksan
ini tungkai harus diekstensikan serta dilemaskan.
Cara pemeriksaan :
Dibangkitkan dengan menggores dinding perut dengan beda yang agak runcing, misalnya
kayu geretan atau kunci. Positif, bila otot (otot rektus abdominalis) berkontraksi. Reflek ini
dilakukan pada berbagai lapangan dinding perut, yaitu epigastrium (otot yang berkontraksi
diinervasi oleh Th 6, Th 7), perut bagian atas (Th 7, Th 9), perut bagian tengah (Th 9, Th
11), perut bagian bawah (Th 11, Th 12, dan lumbal atas). Pada kontraksi otot, terlihat pusar
bergerak ke arah otot yang berkontraksi.
9. Refleks Kremaster.
Cara pemeriksaan :
6
Reflek ini dibangkitkan dengan jalan menggores atau menyentuh bagian medial pangkal
paha. Akan terlihat skrotum berkontraksi. Pada lesi traktus piramidalis di atas L1, reflek ini
negatif; selain itu juga dapat negatif pada orang lanjut usia, pasien hidrokel, verikokel,
orkhitis atau epididimitis. Lengkung reflek melalui L1, L2.
Refleks Patologis
Refleks patologis telapak kaki. Sebutkan cara pemeriksaan :
Pasien berbaring dengan tungkai diluruskan. Kita pegang pergelangan kaki supaya
tetap pada tempatnya. Untuk merangsang dapat digunakan kayu geretan atau benda
yang agak runcing. Goresan harus dilakukan perlahan, jangan sampai mengakibatkan
nyeri, sebab hal ini akan menimbulkan reflek menarik kaki (flight reflex). Goresan
dilakukan pada telapak kaki bagian lateral, mulai dari tumit menuju pangkal jari.
Dikatakan positif bila terdapat gerakan “dorsofleksi ibu jari kaki”, yang dapat disertai
dengan “gerak mekarnya jari-jari lain (funning).
Cara Chaddock : ….
7
Rangsang diberikan dengan jalan menggoreskan bagian lateral meleolus. Dikatakan
positif bila terdapat gerakan “dorsofleksi ibu jari kaki”, yang disertai dengan “gerak
mekarnya jari-jari lain (funning)”
Dengan mengurut kuat tibia dan otot tibialis anterior. Arah mengurut ke bawah
(distal). Dikatakan positif bila terdapat gerakan “dorsofleksi ibu jari kaki”, yang dapat
disertai dengan “gerak mekarnya jari-jari lain (funning)”
8
Cara Gonda :.......
Dengan memencet (menekan) jari manis kaki dan kemudian melepaskannya dengan
tiba-tiba. Dikatakan positif bila terdapat gerakan “dorsofleksi ibu jari kaki”, yang
dapat disertai dengan “gerak mekarnya jari-jari lain (funning)”
Cara Bing : ……
9
Dengan memberikan rangsang tusuk pada kulit yang menutupi metatarsal ke lima.
Dikatakan positif bila terdapat gerakan “dorsofleksi ibu jari kaki”, yang dapat disertai
dengan “gerak mekarnya jari-jari lain (funning)”
Dikatakan positip bila terdapat gerakan jari-jari kaki yang befleksi sejenak pada sendi – sendi
interfalangealnya (plantar fleksi) ditemukan pada ibu jari kaki, yang dapat disertai dengan
“gerak mekarnya jari-jari lain (funning)
Refleks Trommer.
10
Cara pemeriksaan dan interprestisinya:……..
Tangan pasien dalam posisi pronasi relaks, selanjutnya kita stimulus dengan mencolek
dengan kuat kuku jari tengah. Respon yang positif adalah berupa : jari telunjuk, terutama
ibu jari dan jari-jari lainnya berfleksi setiap kali kuku jari tengah tersebut dicolek.
▪ Refleks palmomental
Stimulus berupa goresan dengan ujung pensil atau ujung gagang palu reflek terhadap
kulit telapak tangan bagian tenar akan direspon dengan kontraksi otot mentalis dan
orbikularis oris ipsilateral.
▪ Refleks Glabella
Mengetuk pelan pada bagian os frontal anterior atau dahi bayi, kemudian menggesernya
ke bawah dikit sejajar dengan hidung. Lalu dilihat kedipan mata yang terjadi. Ini normal
terjadi, berarti kalau refleks ini tidak terjadi maka kita curiga ada sesuatu. Refleks positif
11
(+), bila terdapat kontraksi singkat pada kedua otot orbikularis okuli. Pada lesi perifer
nervus fasialis, refleks ini berkurang atau negatif, sedangkan pada sindrom Parkinson
refleks ini sering meninggi. Pusat refleks ini terletak di Pons.
▪ Snout reflex.
Stimulus : perkusi pada bibir atas, akan memberikan respons berupa gerakan bibir atas
dan bawah yang menjungur atau kontraksi otot-otot di sekitar bibir atau bawah hidung.
Reflek ini normal pada bayi sampai usia kira-kira 4 bulan. Penekanan atau penempatan
jari pemeriksa pada telapak tangan pasien akan direspon dengan mengepalkan tangan
(memegang tangan pemeriksa).
12
▪ Refleks menetek.
Stimulus : sentuhan jari pada bibir. Respons berupa gerakan bibir, lidah, dan rahang
bawah seolah-olah menetek.
PEMERIKSAAN MOTORIS
13
MOTORIS
Pengamatan pasien di mulai sejak pasien masuk ke dalam kamar praktek (saat berjalan,
melepas baju, melepaskan sepatu dan pada saat pasien naik tempat periksa), saat pasien
berbaring diperhatikan tubuh simetris/asimetris, kelumpuhan, kedipan kelopak mata, dan
sebagainya. Perhatikan pasien saat jalan, sikap, atropi, dll.
14
3. Jelaskan cara pemeriksaan tonus otot dan interprestasinya !
Tonus otot adalah ketegangan otot pada waktu istirahat.
- Cara pemeriksaan : syarat terpenting pemeriksaan tonus otot adalah pasien harus
rilek tidak melawan (pasif), memberikan gerakan pasif fleksi dan ekstensi pada semua
sendi (lower, upper) kiri maupun kanan, untuk mengalihkan konsentrasi alihkan
perhatian pasien dengan cara diajak bicara/dengan prasat jendrasik.
- Interpretasi :
1. Menurun (hipotoni)
Tonus otot menurun tidak ada gerakan perlawanan terdapat pada lesi LMN dan
cerebellum.
2. Normal
3. Meningkat (hipertoni) :
- Spastis :
Tahanan meningkat pada awal gerakan sesudah itu tidak menunjukkan adanya
tahanan.
Fenomena Pisau Lipat (flash knife) : ada tahanan awal gerakan
membuka/menutup
- Rigiditas :
Tahanan meningkat mulai awal gerakan sampai akhir gerakan sehingga sendi
sulit digerakkan :
a. Fenomena pipa timah (lead pipe) : ada tahanan sepanjang gerakan
b. Coghweel phenomenon (roda gigi) : tahanan dan tidak ada tahanan terjadi
selang-seling.
➢ Spastik terjadi pada kelainan sistem piramidal sedang rigid terjadi pada kelainan
extrapiramidal.
4. Beda pemeriksaan kekuatan otot dengan pemeriksaan Tonus otot adalah ....
15
Pada pemeriksaan tonus otot, pasien harus rilek tidak melawan (pasif). Sedangkan pada
prinsipnya pemeriksaan kekuatan otot, pasien harus aktif.
Dalam pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan 4 cara yang sedikit berbeda :
- Pasien disuruh menahan usaha si pemeriksa untuk menggerakkan salah satu bagian
anggota geraknya. Metode ini mudah dimengerti oleh pasien yang mempunyai
kekurangan tenaga yang ringan
- Pasien diminta untuk menggerakkan bagian anggota geraknya dan si pemeriksa menahan
gerakan yang akan dilaksanakan pasien itu. Metode ini untuk memeriksa pasien dengan
kekurangan tenaga ringan sampai sedang.
- Pasien diminta untuk melakukan gerakan ke arah yang melawan gaya tarik bumi, dan
yang mengarah ke jurusan gaya tarik bumi. Metode ini untuk menilai tenaga otot yang
sangat kurang.
- Penilaian dengan cara inspeksi dan palpasi gerakan otot, jika metode di atas kurang
cocok dilaksanakan seperti menilai otot maseter atau otot temporalis.
16
I. Biseps
Lengan yang sudah disupinasi disuruh fleksi pada persendian siku, kemudian
ditahan oleh pemeriksa.
Dipersarafi oleh C5, C6 dan N. muskulokutaneus.
II. Triseps
Lengan bawah yang sudah difleksikan disuruh ekstensi, sambil ditahan oleh
pemeriksa.
Dipersarafi oleh C6, C7, C8 dan N. radialis.
III. Deltoid
17
Pasien dalam posisi tengkurap, lutut (tungkai bawah) dalam posisi fleksi, dan
dipertahankan, sambil kita ekstensikan.
Dipersarafi L4-5, S1-2, N. peroneus komunis dan N. tibialis.
V. Kuadrisep femoris
Lutut (tungkai bawah) dalam posisi fleksi kemudian diekstensikan, sambil kita
tahan. Otot ini dipersarafi L2-L4, N. femoralis.
VI. Gastroknemeus
18
Untuk menilai kekuatan otot kita gunakan kriteria sbb :
- 5 : Normal
- 4 : Melawan gravitasi, tahanan cukup
- 3 : Melawan gravitasi+, tahanan ringan
- 2 : Gerak sendi + tidak bisa melawan gravitasi
- 1 : Otot kontraksi tetapi gerak sendi -
- 0 : Plegi
7. Fungsi cerebellum dibagi menjadi tiga yaitu : Keseimbangan, koordinasi dan tonus.
Jelaskan cara pemeriksaan cerebellum berdasarkan fungsinya !
- Motor loncat
Untuk melihat adanya diskoordinatif dapat dilakukan pemeriksaan dengan cara pasien
diminta untuk berdiri dan mengangkat/meloncat pada salah satu kaki bergantian.
- Motor pronasi
Pasien diminta mengangkat kedua tangan lurus ke depan dengan mata tertutup selama
20-30 detik, lengan pada sisi lesi akan menyimpang ke arah lesi.
Dalam posisi kedua lengan lurus, salah satu lengan diturunkan dan diminta untuk
menempatkan lengan itu pada posisi semula dengan mata tertutup pada orang yang sehat
akan dengan mudah melakukan tanpa kesalahan (pronator drift) lengan sisi lesi tidak
mampu untuk mengambil kembali posisi semula.
- Rem gerak (Fenomena Rebound)
Pasien diminta untuk menekukkan lengan di sendi siku, pemeriksa menahan gerakan
yang dilakukan pasien, pada waktu penahanan dihilangkan pasien terlanjur berfleksi
sehingga tangannya dapat memukul pipinya sendiri. Pada orang sehat lengan bawah
tidak terlanjur memukul pipinya melainkan akan berhenti bergerak.
- Keseimbangan (Romberg test)
19
Pasien diminta berdiri dengan kedua kakinya berdekatan satu dengan yang lain, saat
berdiri pasien diminta dengan mata terbuka dan mata tertutup .
- Keseimbangan (Tandem walking/gait)
Pasien diminta untuk berjalan menuruti garis yang lurus/pasien berjalan memutari
kursi/meja. Saat berjalan pasien diminta dengan mata terbuka dan mata tertutup.
- Gerak ritmik (dysdiadokokinesis)
a. Anggota gerak bawah : pemeriksa menepuk plantar pedis pasien, kemudian
pasien diminta dengan plantar pedis untuk menepuk tangan pemeriksa. Awal
gerakan pelan-pelan kemudian gerakan dilakukan dengan cepat.
b. Anggota gerak atas : pasien melakukan gerakan mempronasi-supinasi tangan
seperti menepuk-nepuk paha. Pasien membolak-balik tangan di atas paha secara
berulang/menyentuh ujung jari telunjuk dan ujung ibu jari secara berulang.
Pemeriksaan dilakukan pada tangan kiri dan kanan/bolak-balik. Awal gerakan
pelan-pelan kemudian gerakan dilakukan dengan cepat.
- Tepat jarak (Dysmetria)
a. Heel-knee-toe testing : Pasien diminta menempatkan salah satu tumitnya di atas
lutut tungkai lainnya, kemudian tumit itu harus meluncur dari lutut ke
pergelangan kaki melalui tulang tibia dan memanjat dorsum pedis untuk
menyentuh ibu jari kaki. Pemeriksaan dilakukan pada kaki kiri dan kanan.
b. Finger-nose-testing : Pasien diminta untuk menyentuh ujung jari telunjuk
pemeriksa/pasien kemudian kita suruh menunjuk dengan tepat hidung pasien,
c. Finger-finger testing : Pasien diminta untuk menyentuh ujung jari telunjuk
dengan ujung jari telunjuk lainnya. Pemeriksaan dilakukan dengan mata tertutup
dan terbuka.
20
PEMERIKSAAN SISTEM
SENSORIK
DAN TES PROFOKASI
21
SISTEM SENSORIK
Pada dasarnya sistem sensorik dapat dibagi 5 jenis, yaitu :……..
1. Sensasi superfisial atau eksteroseptif
a. Rasa raba
b. Rasa suhu
c. Rasa nyeri
2. Sensasi dalam atau propioseptif
a. Rasa getar
b. Rasa posisi
3. Sensasi viseral atau interoseptif
4. Sensorik khusus yang mencakup fungsi pembauhan, penglihatan, pengecapan,
pendengaran yang diatur oleh N.kranialis.
5. Combined sensation atau rasa kombinasi
a. Stereognosis
b. Barognosis
c. Graphestesia
d. Two point tactile discrimination
e. Sensory extinction
f. Loss of body image
Pemeriksaan sensoris bertujuan untuk:………
1. Menetapkan adanya gangguan sensoris
2. Mengetahui modalitasnya
3. Menetapkan polanya
4. Menyimpulkan jenis dan lokasi lesi yang mendasari gangguan sensoris
22
daripada di daerah lainnya, maka pemeriksaan perasa raba di tempat itu harus dilakukan
dengan lebih teliti. Bila perasa raba di suatu tempat menurun, maka kita katakan bahwa
terdapat anestesia di daerah tersebut. Untuk menentukan batas lesi maka kita raba dari yang
mengalami penurunan rasa ke arah yang rasanya normal.
● Rasa suhu adalah……..
Untuk pemeriksaan rasa suhu ini kita pergunakan tabung yang berisi air hangat (40-45°C)
dan tabung yang berisi air dingin (5-10°C). Dengan tabung-tabung ini kita sentuh kulit itu
secara silih berganti. Respon yang kita harapkan dari penderita adalah panas/dingin. Bila
perasa suhu itu terganggu, maka kita katakan bahwa di tempat tersebut, terdapat
termanestesia.
● Rasa nyeri adalah ……
Untuk pemeriksaan perasa nyeri ini kita gunakan jarum pentul. Pasien hendaknya dapat
membedakan antara tajam atau tumpul. Bila perasa nyeri itu terganggu, maka kita katakan
bahwa di tempat tersebut terdapat analgesia.
Untuk pemeriksaan nyeri dalam dapat kita lakukan seperti berikut:
a. Pijat pada betis pasien
b. Pijat tendon Achilles
c. Pijat testikel
Propioseptif :
● Cara pemeriksaan Rasa posisi adalah ........
Dalam pemeriksaan rasa posisi, kita gerakkan jari kaki/tangan pasien secara pasif ke atas
atau ke bawah. Pada awal pemeriksaan, pasien kita beri tahu apa yang akan kita lakukan
pada jari-jari tangan atau kakinya. setelah pasien mengerti, penglihatan pasien kita
halang-halangi dengan kertas. Dengan memegang jari (tangan/kaki) pada permukaan
lateralnya lantas kita gerakkan jari itu ke atas atau ke bawah.
● Cara pemeriksaan Rasa getar adalah ……..
Kita menggunakan garpu tala 128 Hz dan 256 Hz. Kita taruh ujung gagang garpu tala
yang telah kita getarkan pada bagian ujung tulang yang menonjol (sternum, dorsal falang
terakhir dari ibu jari kaki, maleolus, tuberositas tibiae, spina iliaca anterior superior,
falang akhir ibu jari tangan, processus stiloideus radii dan ulna, epicondylus humeri,
olecranon, acromion). Bila pasien merasa ada getaran, ma ia katakan: getar. Bila pasien
tidak merasa adanya getaran, maka ia katakan: tidak getar. Perasa getar (vibrasi) yang
terganggu dinamakan palanestesi.
23
Pemeriksaan Rasa Kombinasi meliputi : ............ jelaskan cara pemeriksaanya!
1. Stereognosis
Pada pasien, yang tidak memperlihatkan gangguan sensibilitas seperti misalnya
anestesia, termanestesia, atau gangguan proprioseptif, kita letakkan suatu benda yang
dipakainya sehari-hari di dalam tangannya. Dalam keadaan normal, pasien akan dapat
mengenal benda tersebut (misalnya kancing atau uang logam) dengan mudah.
Bila pasien tidak dapat mengenal benda tersebut mak akita katakan, bahwa ia
memperlihatkan astereognosis.
Bila pasien dapat mengenal bentuk dan ukuran benda itu, tetapi tidak dapat mengatakan
nama benda tersebut, maka kita namakan keadaan itu suatu agnosi taktil.
2. Grafestesia
Dengan pensil kita tulis suatu huruf atau angka (pasien tentu tidak boleh buta huruf)
misalnya pada kulit di daerah telapak tangan, lengan, daerah paha pasien. Dalam keadaan
normal pasien dengan mudah akan dapat mengenal apa yang ditulis itu. Bila pada pasien
tidak terdapat gangguan sensibilitas, tetapi tidak dapat mengenal apa yang ditulis
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ia telah memperlihatkan suatu agrafestesia.
3. Barognosis
Untuk memeriksa ini kita gunakan benda-benda yang bentuk dan ukurannya sama serta
terbuat dari zat yang sama, namun beratnya dibuat berbeda, misalnya dengan
menambahkan pemberat di dalamnya. Hilangnya kemampuan untuk membedakan berat
disebut baragnosia.
4. Two Point Tactile Discrimination
Kemampuan untuk merasakan 2 tusukan pada tempat yang berbeda pada saat yang sama
dengan mata tertutup (jaraknya bervariasi tergantung tempatnya):
- Lidah (1 mm)
- Jaringan tangan bagian ujung (2-7 mm)
- Dorsum manus (20-30 mm)
- Telapak tangan (8-12 mm)
- Daerah dada, lengan bawah dan tungkai bawah (40 mm)
- Punggung, lengan atas dan paha (70-75 mm)
- Jari kaki (3-8 mm)
5. Sensory Extinction
Hilangnya kemampuan untuk merasakan rangsangan pada satu sisi tubuh jika secara
serentak dirangsang pada kedua sisi tubuh yang berpasangan (simetris).
24
6. Loss of Body Image
Keadaan dimana pasien hanya memperhatikan/sadar terhadap salah satu sisi tubuhnya
saja. Ia tidak merasa memiliki sisi tubuh yang lain.
TEST PROFOKASI
● Jelaskan Cara pemeriksaan Patrick’s sign dan interprestisinya ?
Cara Pemeriksaan :
1. Pasien dalam keadaan berbaring, maleoulus eksterna (lateral) tungkai yang diperiksa
diletakkan pada patella tungkai yang lain, dilakukan penekanan lutut ke bawah.
2. Positif berarti terasa nyeri pada sendi koksae
Interpretasi :
(+) pada penyakit sendi
(-) pada gangguan nervus ischiadicus
● Jelaskan cara pemeriksaan Lasseque sign (Straight leg Raising Test = SLRT) dan
interprestisinya ?
1. Tungkai pasien diangkat secara perlahan tanpa fleksi di lutut
2. Positif bila terasa sakit menjalar mulai dari bokong sampai ujung kaki (perjalanan nervus
ischiadicus) pada sudut kurang dari 80 derajat
Interpretasi :
(+) tes provokasi paada N. Ischiadicus tidak valid penilainya
Cara Pemeriksaan :
Kedua tangan pasien ditekukkan di sendi pergelangan tangan, kemudian mendekatkan
kedua dorsum manus satu dengan yang lain sekuat kuatnya
Interpretasi :
Jika terdapat penyempitan pada terowongan karpal di pergelangan tangan bagian volar yang
dilintasi cabang-cabang N. Medianus (pada Carpal Tunnel Syndrome), maka penekukan
tangan pada pergelangan tangan akan menimbulkan nyeri atau parestesia
26
● Jelaskan cara pemeriksaan Tes Kompresi ( lhermitte test) dan interprestisinya
Cara Pemeriksaan :
Kepala pasien ditekan/dikomperesi dalam berbagai posisi kepala (miring kanan, miring kiri,
tengadah, menunduk)
Interpretasi :
Bila terdapat nyeri saraf akibat kompresi diforamen intervertebrate bagian servikal, maka
kompresi pada kepala pasien akan menimbulkan nyeri yang sesuai dengan tingkat kompresi
27