Anda di halaman 1dari 24

Pemeriksaan Fisik

Fraktur Tulang Belakang


ALTHOF SONA
• Spinal cord terletak di dalam kanalis vertebralis, yang dibentuk oleh foramen 7
vertebra servikal, 12 vertebra torakalis, 5 vertebra lumbal, dan 5 vertebra
sakralis.
• Spondilosis servikal dan lumbal sangat umum pada pasien usia lanjut,
sehingga rentan terhadap Spinal Cord Injury (SCI). SCI servikal umum terjadi
pada trauma yang relatif kecil pada pasien usia diatas 65 tahun.
Fraktur Cervical
• Pasien harus diperiksa secara menyeluruh untuk laserasi atau lecet pada kulit kepala, wajah, leher, atau bahu sebagai
petunjuk mekanisme cedera. Bagian belakang leher harus dipalpasi untuk setiap nyeri tekan, stepoff, atau hematoma.

• Pemeriksaan neurologis menyeluruh harus dilakukan sesegera mungkin untuk mendeteksi kerusakan spinal. Itu harus
mengikuti standar yang ditetapkan oleh American Spinal Injury Association (ASIA). Kekuatan motorik dinilai pada
skala 0-5 di semua miotom utama.

• Pemeriksaan sensorik sistematis dilakukan untuk mendeteksi sentuhan ringan, tusukan jarum, dan proprioseptif pada
semua dermatom utama tubuh dan ekstremitas. Refleks tendon dalam dicatat. Ini termasuk bisep (C5), trisep (C7), dan
brachioradialis (C6) untuk ekstremitas atas, bersama dengan patela (L4) dan Achilles (S1) untuk ekstremitas bawah.
Pehatikan refleks patologis, seperti:

 Klonus : kontraksi involunter, berulang, berkelanjutan dari kelompok otot utama, (sering di Achilles) dan

dicatat sebagai jumlah "denyut" atau kontraksi yang berkelanjutan.

 Hoffman Sign : fleksi pasif paksa dari sendi distal interphalangeal (DIP) sehingga terjadi kontraksi refleks fleksor

jari telunjuk dan ibu jari.

 Babinski Sign : gerakan dorsofleksi ibu jari yang mungkin disertai dengan mekarnya jari-jari lainnya saat diberikan
stimulus pada plantar kaki
Pemeriksaan Fisik Trauma Tulang Belakang

• Kelemahan motorik (terutama paraparesis atau quadriparesis) dapat menjadi flaccid pada fase akut atau
saat kornu anterior terlibat. Lokalisasi cedera dapat membantu mengidentifikasi otot yang terkena dan
tingkatan sensoriknya.

Refleks hilang segera setelah SCI, seperti:

• Refleks abdomen superfisial: dinilai dengan dapat diperiksa dengan menjalankan stimulus semi-tajam di
kuadran perut mana pun (kuadran atas adalah yang terbaik) menuju umbilikus. Kemudian, gerakan pusar
menuju stimulus (yaitu, kontraksi otot perut di kuadran itu) diamati.

• Refleks cremasteric ditimbulkan dengan menjalankan stimulus semisharp di paha bagian dalam atas.
Saat ini timbul, cari kontraksi otot kremaster (yaitu, elevasi skrotum).
Pemeriksaan Fisik Trauma Tulang Belakang

Refleks bulbokavernosus dimunculkan dengan mengetuk ringan dorsum penis atau dengan lembut menggerakkan kateter urin, jika
terpasang. Refleks yang utuh menghasilkan kontraksi sebagian besar otot dasar panggul. 6

Untuk memeriksa tingkat sensorik, pengujian terpisah dari tusukan jarum, sentuhan ringan, dan indra getaran sangat membantu untuk
membedakan kondisi seperti sindrom Brown-Séquard. Stimulus harus diterapkan dan dipindahkan ke rostral sampai terjadi perubahan
kualitas atau intensitas stimulus. Ini dapat dikonfirmasi dengan bergerak ke kaudal juga. Biasanya, beberapa tumpang tindih fisiologis terjadi
pada tingkat sensorik ketika pemeriksa pertama kali bergerak ke rostral kemudian ke kaudal. Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara anterior
atau posterior. Sensasi pada oksiput harus diperiksa bila dicurigai adanya lesi servikal tinggi karena area ini disuplai oleh dorsal root servikal
atas.7

Dengan resolusi fase syok spinal, arefleksia dan hiporefleksia digantikan oleh hiper refleksia dengan peningkatan tonus dan tanda
jempol kaki ekstensor (tanda Babinski). Pada manusia, fase syok spinal berlangsung selama beberapa minggu, dan dapat panjang ketika
pasien mengalami komplikasi seperti luka baring dan infeksi saluran kemih.
Pemeriksaan Fisik Trauma Tulang Belakang

Refleks penarikan dapat berlebihan sampai pada titik kejang fleksor dan dapat disertai dengan berkeringat,
piloereksi, dan pengosongan kandung kemih atau rektum secara otomatis (juga disebut refleks massa).

Tanda Beevor timbul dengan meminta pasien melenturkan leher untuk melihat umbilikus; jika umbilikus
bergerak ke atas, ini menyiratkan kontrol motorik perut yang utuh turun ke sekitar tingkat T10 dan hilangnya
fungsi motorik di bawah.

Tanda atau gejala Lhermitte dihasilkan dari fleksi leher, yang meregang dan mengiritasi serat yang rusak di
colum dorsal tulang belakang leher. Ini menghasilkan sensasi kejut listrik di lengan atau punggung, yang
menunjukkan kemungkinan patologi meningeal atau colum punggung.. 8
Sacral dan lumbal
Pasien dengan fraktur lumbosakral datang dengan nyeri hebat, deformitas, dan defisit neurologis yang
berhubungan dengan kompresi struktur saraf

Fraktur lumbal bawah dapat menyebabkan defisit root soliter atau multipel. Namun, herniasi diskus masif,
dislokasi fraktur, dan fraktur burst di regio lumbal dapat menyebabkan sindrom cauda equina dengan
paraparesis variabel, anestesi sadel asimetris, nyeri yang menjalar, dan gangguan sfingter
menurut American Spinal Injury Association (ASIA) Motor Index. Pada semua pasien yang sadar, lakukan pemeriksaan motorik.
Kekuatan dan kelemahan otot dinilai dari kekuatan 5/5, dianggap normal, hingga kekuatan 0/5, dianggap kelumpuhan, sebagai berikut:

 Grade 0 - Tidak ada kontraksi

 Grade 1 - Kontraksi otot

 Grade 2 - Kemampuan untuk bergerak melalui berbagai gerakan saat gravitasi dihilangkan

 Grade 3 - Kemampuan untuk bergerak melalui berbagai gerakan melawan gravitasi

 Grade 4 - Kemampuan untuk bergerak melawan resistensi

 Grade 5 - Kekuatan normal


ASIA memperkenalkan skala penurunan nilai ASIA, yang terdiri dari lima derajat penurunan nilai, sebagai berikut:

A. Tidak ada fungsi motorik atau sensorik yang dipertahankan di bawah tingkat cedera neurologis yang meluas melalui segmen sakral S4-5

B. Fungsi sensorik, tetapi bukan fungsi motorik, dipertahankan di bawah tingkat cedera neurologis dan meluas melalui segmen sakral S4-5

C. Fungsi motorik dipertahankan di bawah tingkat cedera neurologis, dan sebagian besar otot kunci di bawah tingkat neurologis memiliki
tingkat otot kurang dari 3

D. Fungsi motorik dipertahankan di bawah tingkat cedera neurologis, dan sebagian besar otot kunci di bawah tingkat cedera neurologis
memiliki tingkat otot 3 atau lebih tinggi

Fungsi motorik dan sensorik normal dipertahankan.


. Reflek Biseps
 Posisi: dilakukan dengan pasien duduk, dengan membiarkan lengan untuk beristirahat dipangkuan pasien,
atau membentuk sudut sedikit lebih dari 90 derajat di siku.

 Identifikasi tendon: minta pasien memflexikan di siku sementara pemeriksa mengamati dan meraba fossa
antecubital. Tendon akan terlihat dan terasa seperti tali tebal.

 Cara: ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon muskulus biseps, posisi lengan
setengah diketuk pada sendi siku

 Respon: fleksi lengan pada sendi siku


2. Reflek Triseps
 Posisi : dilakukan dengan pasien duduk. Dengan perlahan tarik lengan keluar dari tubuh
pasien, sehingga membentuk sudut kanan di bahu atau lengan bawah menjuntai ke bawah
langsung di siku

 Cara : ketukan pada tendon otot triseps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi

 Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku


Reflek Brachioradialis
 Posisi : dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah rileks di pangkuan pasien.

 Cara : ketukan pada tendon otot brakioradialis (sisi ibu jari pada lengan bawah) sekitar 10 cm proksimal
pergelangan tangan. Posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.

 Respons : flexi pada lengan bawah dan supinasi pada siku dan tangan

 
Reflek Patella

 Posisi : dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring terlentang

 Cara : ketukan pada tendon patella

Respon : plantar fleksi kaki

. Reflek Glabela

 Cara : Ketukkan hammer pada glabela atau sekitar daerah supraorbitalis

 Respon : Kontraksi singkat kedua otot orbikularis okuli


Reflek Rahang Bawah (Jaw Reflex)

 Cara : Klien disuruh membuka mulutnya sedikit dan telunjuk pemeriksa ditempatkan melintang di dagu. Setelah itu telunjuk diketok dengan
hammer

 Respon : kontraksi otot masseter sehingga mulut merapat / menutup

7. Reflek Achiles

 Posisi: pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja

 Identifikasi tendon: tungkai difleksikan pada pinggul dan lutut

 Cara : ketukan hammer pada tendon achilles

 Respon : plantar fleksi kak


PEMERIKSAAN REFLEK PATOLOGIS

. Reflek Babinski:

o Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua kaki diluruskan.

o Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar kaki tetap pada tempatnya.

o Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior

o Respon : posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki
lainnya
. Reflek Brudzinski

o Pasien berbaring dalam sikap terlentang, tangan kanan ditempatkan dibawah kepala pasien
yang sedang berbaring , tangan pemeriksa yang satu lagi ditempatkan didada pasien untuk
mencegah diangkatnya badan kemudian kepala pasien difleksikan sehingga dagu
menyentuh dada.
o Brudzinski positif bila gerakan fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi di sendi lutut
dan panggul kedua tungkai secara reflektorik.
Reflek Chaddok

o Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari
posterior ke anterior
o Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari, disertai mekarnya
(funning) jari-jari kaki lainnya.
Reflek Schaeffer

o Menekan tendon achilles.

o Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (funning) jarijari kaki
lainnya

Reflek Oppenheim

o Pengurutan dengan cepat krista anterior tibia dari proksiml ke distal

o Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (funning) jarijari kaki
lainnya
Reflek Gordon

o Menekan pada musculus gastrocnemius

o Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya
(funning) jarijari kaki lainnya.
Spurling Test
Tujuan

Tes Spurling (juga dikenal sebagai Tes Kompresi Maksimal Cervical dan Tes Kompresi Foraminal)
digunakan selama penilaian muskuloskeletal cervical saat mencari kompresi nervus root cervical yang
menyebabkan Radikulopati cervical
Teknik
◦ Angkat kaki lurus merupakan tes pasif. Setiap kaki diuji secara individual dengan kaki yang tidak
terpengaruh diuji terlebih dahulu. Saat melakukan tes SLR, pasien diposisikan terlentang tanpa bantal di
bawah kepalanya, dokter berdiri di sisi yang diuji dengan tangan distal di sekitar tumit pasien dan tangan
proksimal di paha distal pasien (anterior) untuk mempertahankan ekstensi lutut. Dokter mengangkat kaki
pasien dengan pergelangan kaki posterior sambil menjaga lutut dalam posisi ekstensi penuh. Dokter terus
mengangkat kaki pasien dengan menekuk pinggul sampai pasien mengeluh sakit di bagian belakang atau
belakang kaki
Interpretasi

 Jika gejala utamanya adalah nyeri punggung, kemungkinan besar akibat dari herniasi diskus yang
memberikan tekanan pada teka anterior spinal cord, atau patologi yang menyebabkan tekanan lebih.

 Jika nyeri terutama di kaki, kemungkinan besar patologi yang menyebabkan tekanan pada jaringan saraf
lebih ke lateral.

Herniasi diskus atau patologi yang menyebabkan tekanan antara dua ekstrem lebih mungkin menyebabkan
rasa sakit di kedua area.
Reasoning

 Nyeri neurologis yang dimunculkan di kaki dan punggung bawah antara 30-70 derajat fleksi pinggul
menunjukkan herniasi lumbal pada nerve root L4-S1.

 Nyeri pada fleksi pinggul kurang dari 30 derajat mungkin menunjukkan spondyloithesis akut, abses
gluteal, penonjolan atau ekstrusi diskus, tumor, peradangan dural akut, atau pasien berpura-pura.

Nyeri pada fleksi pinggul lebih dari 70 derajat mungkin mengindikasikan ketegangan pada hamstring
belakang, gluteus maximus, atau hip kapsul atau patologi pada hip atau sakroiliaka joint.

Anda mungkin juga menyukai