Anda di halaman 1dari 4

SATUAN OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEMERIKSAAN TANDA RANGSANG MENINGEAL

Disusun Oleh:

Putri Aulia Kharismawati

132013143019

Dosen Pembimbing:

Iqlima Dwi Kurnia S.Kep., Ns. M.Kep.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2020
SATUAN OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMERIKSAAN TANDA
RANGSANG MENINGEAL
Pengertian Rangsangan selaput otak atau ransangan meningeal adalah gejala
yang timbul akibat peradangan pada selaput otak (meningitis) atau
adanya benda asing pada ruang suarachnoid (darah), zat kimia
(kontras) dan invasi neoplasma (meningitis carcinoma).
Manifestasi subyektif adalah sakit kepala, kuduk kaku, fotofobia
dll.
Tujuan Memberikan tekanan pada meningen dan radiks saraf (nerve
roots) spinalis yang mengalami iritasi dan menjadi hipersensitif.
Tekanan tersebut akan menimbulkan reaksi kompensasi, bisa
berupa suatu postur, kontraksi otot yang bersifat protektif, atau
suatu gerakan yang menimilisasi regangan pada meningen dan
radiks.
Prosedur 1. Ucapkan salam
2. Lakukan identifikasi pasien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
4. Setelah disetujui, jaga privasi pasien
5. Cuci tangan
6. Lakukan pemeriksaan berikut:
a. Kaku kuduk
1) Posisikan pemeriksa berada di sebelah kanan pasien
2) Pasien diminta untuk berbaring terlentang tanpa
menggunakan bantal
3) Tempatkan tangan kiri di bawah kepala pasien yang
sedang berbaring, tangan kanan berada diatas dada pasien
4) Rotasikan kepala pasien ke kiri dan ke kanan untuk
memastikan pasien sedang dalam keadaan rileks
5) Tekukkan (fleksikan) kepala pasien secara pasif dan
usahakan agar dagu mencapai dada.
6) Lakukan interpretasi hasil pemeriksaan

b. Kernig
1) Pasien diminta berbaring telentang. Pemeriksa berada di
sebelah kanan pasien
2) Fleksikan salah satu paha pasien pada persendian panggul
sampai membuat sudut 90 derajat
3) Ekstensikan tungkai bawah sisi yang sama pada
persendian lutut sampai membuat sudut 135 derajat atau
lebih
4) Lakukan hal yang sama untuk tungkai sebelahnya dan
interpretasikan hasilnya.

c. Brudzinski I (leher)
1) Pasien diminta berbaring telentang tanpa bantal kepala.
Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien
2) Letakkan tangan kiri di bawah kepala, tangan kanan di atas
dada kemudian lakukan fleksi kepala dengan cepat kearah
dada pasien sejauh mungkin.
3) Lakukan interpretasi hasil pemeriksaan

d. Brudzinski II (tungkai)
1) Pasien diminta berbaring telentang. Pemeriksa berada di
sebelah kanan pasien.
2) Fleksikan satu tungkai pada sendi lutut, kemudiansecara
pasif lakukan fleksi maksimal pada persendian panggul,
sedangkan tungkai yang satu berada dalam kedaan
ekstensi (lurus).
3) Lakukan hal yang sama untuk tungkai yang satunya.
Interpretasikan hasil pemeriksaan Anda.

e. Brudzinski III (pipi)


1) Pasien diminta berbaring telentang. Pemeriksa berada di
sebelah kanan pasien.
2) Lakukan penekanan pada kedua os zygomatikus kiri dan
kanan dengan menggunakan ibu jari pemeriksa.
3) Lakukan interpretasi hasil pemeriksaan

f. Brudzinski IV (simfisis pubis)


1) Pasien diminta berbaring telentang. Pemeriksa berada di
sebelah kanan pasien.
2) Lakukan penekanan pada simfisis os pubis dengan tangan
kanan pemeriksa.
3) Lakukan interpretasi hasil pemeriksaan
Interpretasi a. Kaku kuduk
Penilaian Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan
tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan
spasme otot.
b. Kernig
Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak
mencapai sudut 135° (kaki tidak dapat di ekstensikan
sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti rasa
nyeri.
c. Brudzinski I (leher)
Tanda Brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi
fleksi kedua tungkai / kedua lutut.
d. Brudzinski II (tugkai)
Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi
fleksi reflektorik pada sendi panggul dan lutut kontralateral.
e. Brunzinski III (tanda pipi)
Tanda ini positif (+) jika terjadi gerakan fleksi reflektorik pada
ekstremitas superior (lengan tangan fleksi).
f. Brudzinski IV (tanda simfisis pubis)
Tanda ini positif (+) jika terjadi gerakan fleksi reflektorik pada
ekstremitas inferior (kaki).
Daftar 1. Bahar, A. & Wuysang, D. (2017). Pemeriksaan Neurologik.
Pustaka Universitas Hasanuddin. Makassar
2. Estiasari, R., Zairinal, R. A., Islamiyah, W. R. (2018).
Pemeriksaan Klinis Neurologi Praktis Edisi Pertama. Jakarta:
Kolegium Neurologi Indonesia, cetakan pertama, p. 34-37
3. Tursinawati, Y., Tajally, A., Kartikadewi, A. (2017). Buku
Ajar Sistem Syaraf. Semarang: Unimus Press, cetakan
pertama, p. 11-12

Anda mungkin juga menyukai