Anda di halaman 1dari 19

BAB.

V
STABILITAS LERENG

Capaian Pembelajaran (CP) :


Setelah mempelajari subbab ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Memahami, mengerti dan menjelaskan stabilitas lereng.
2. Memahami, menjelaskan dan mengerti analisis stabilitas lereng.
3. Memahami, menjelaskan dan mengerti analisis lereng dengan tinggi terbatas
dan bidang longsor lingkaran.

5.1 Pendahuluan
Pada permukaan tanah yang tidak horizontal, komponen gravitasi cenderung
untuk menggerakkan tanah ke bawah. Jika komponen gravitasi sedemikian besar
sehingga perlawanan terhadap geseran yang dapat dikerahkan oleh tanah pada
bidang longsornya terlampaui, maka akan terjadi kelongsoran lereng. Analisis
stabilitas pada permukaan tanah yang miring ini, disebut analisis stabilitas lereng.
Analisis ini sering digunakan dalam perancangan-perancangan bangunan seperti :
jalan kereta api, jalan raya, bandara, bendungan urugan tanah, saluran dan lain-lain.
Umumnya analisis stabilitas dilakukan untuk mengecek keamanan dari lereng alam,
lereng galian dan lereng urugan tanah.
Analisis stabilitas lereng tidak mudah, karena terdapat banyak faktor yang sangat
mempengaruhi hasil hitungan. Faktor-faktor tersebut misalnya, kondisi tanah yang
berlapis-lapis, kuat geser tanah yang anisotropis, aliran rembesan air dalam tanah
dan lain-lain. Terzaghi (1950) membagi penyebab kelongsoran lereng terdiri dari
akibat pengaruh dalam (internal effect) dan pengaruh luar (external effect).
Pengaruh luar, yaitu pengaruh yang menyebabkan bertambahnya gaya geser dengan
tanpa adanya perubahan kuat geser tanah. Contohnya, akibat perbuatan manusia
mempertajam kemiringan tebing atau memperdalam galian tanah dan erosi sungai.
Pengaruh dalam, yaitu longsoran yang terjadi dengan tanpa adanya perubahan
kondisi luar atau gempa bumi. Contoh yang umum untuk kondisi ini adalah
pengaruh bertambahnya tekanan air pori di dalam lereng.

109
Kelongsoran lereng alam dapat terjadi dari hal-hal sebagai berikut :
1. Penambahan beban pada lereng. Tambahan beban lereng dapat berupa
bangunan baru, tambahan beban oleh air yang masuk ke pori-pori tanah maupun
yang menggenang di permukaan tanah dan beban dinamis oleh tumbuh-
tumbuhan yang tertiup angina dan lain-lain.
2. Penggalian atau pemotongan tanah pada kaki lereng.
3. Penggalian yang mempertajam kemiringan lereng.
4. Perubahan posisi muka air secara cepat (rapid drawdown) pada bendungan,
sungai dan lain-lain.
5. Kenaikan tekanan lateral oleh air (air yang mengisi retakan akan mendorong
tanah kea rah lateral).
6. Gempa bumi.
7. Penurunan tahanan geser tanah pembentuk lereng oleh akibat kenaikan kadar
air, kenaikan tekanan air pori, tekanan rembesan oleh genangan air di dalam
tanah, tanah pada lereng mengandung lempung yang mudah kembang susut dan
lain-lain.

5.2 Analisis Stabilitas Lereng


Analisis stabilitas lereng didasarkan pada konsep keseimbangan plastis batas
(limit plastic equilibrium). Adapun maksud analisis stabilitas adalah untuk
menentukan faktor aman dari bidang longsor yang potensial. Dalam analisis
stabilitas lereng, beberapa anggapan dibuat, yaitu :
1. Kelongsoran lereng terjadi di sepanjang permukaan bidang longsor tertentu dan
dapat dianggap sebagai masalah bidang 2 dimensi.
2. Massa tanah yang longsor dianggap sebagai benda masif.
3. Tahanan geser dari massa tanah pada setiap titik sepanjang bidang longsor tidak
tergantung dari orientasi permukaan longsor, atau dengan kata lain kuat geser
tanah dianggap isotropis.
4. Faktor aman didefinisikan dengan memperhatikan tegangan geser rata-rata
sepanjang bidang longsor potensial, dan kuat geser tanah rata-rata sepanjang
permukaan longsoran. Jadi, kuat geser tanah mungkin terlampaui di titik-titik

110
tertentu pada bidang longsornya, pada hal faktor aman hasil hitungan lebih
besar 1.
Faktor aman didefinisikan sebagai nilai banding antara gaya yang menahan dan
gaya yang menggerakkan, atau :

f
Fs =
d (5.1)

Dimana :
Fs = angka keamanan terhadap kekuatan tanah
f = kekuatan geser rata-rata dari tanah
d = tegangan geser rata-rata yang bekerja sepanjang bidang longsor

Menurut teori Mohr-coulomb, kekuatan geser tanah terdiri dari dua komponen,
yaitu kohesi dan geseran, dan dapat ditulis sebagai berikut :
 f = c +  tan  (5.2)

Dimana :
c = kohesi tanah
 = sudut geser tanah
 = tegangan normal rata-rata pada permukaan bidang longsor.

Dengan cara yang sama, kita juga dapat menuliskan :


 d = c d +  tan  d (5.3)

Dengan cd adalah kohesi dan d adalah sudut geser yang bekerja sepanjang bidang
longsor. Dengan memasukkan Persamaan (5.2) dan (5.3) ke dalam Persamaan
(5.1), kita dapatkan :
c +  tan 
Fs = (5.4)
c d +  tan  d

Sekarang kita dapat memperkenalkan aspek-aspek lain dari angka keamanan tadi,
yaitu angka keamanan terhadap kohesi Fc, dan angka keamanan terhadap sudut
geser, F. Dengan demikian Fc dan F dapat kita definisikan sebagai :

111
c
Fc = (5.5)
cd

Dan
tan 
F = (5.6)
tan  d

Bilamana Persamaan (5.4), (5.5) dan (5.6) dibandingkan, adalah wajar bila
Fc menjadi sama dengan F, harga tersebut memberikan angka keamanan
terhadap kekuatan tanah. Atau bila :
c tan 
= (5.7)
c d tan  d

Kita dapat menuliskan :


Fs = Fc = F (5.8)

Fs = 1, maka talud/lereng adalah dalam keadaan akan longsor. Umumnya harga


Fs = 1,5 untuk angka keamanan terhadap kekuatan geser dapat diterima untuk
merencanakan stabilitas lereng/talud.

Tanah setelah
terjadi
kelongsoran
lereng

Gambar 5.1 Kelongsoran lereng/talud.

112
5.3 Analisis Lereng Dengan Tinggi Terbatas Dan Bidang Longsor Lingkaran.
Pada umumnya, keruntuhan talud terjadi karena salah satu faktor berikut :
1. Bila longsor terjadi sedemikian rupa sehingga permukaan bidang gelincir
memotong talud pada atau di atas ujung dasarnya, maka keadaan tersebut
dinamakan “longsor talud/slope failure” (Gambar 5.2a). Lengkung
kelongsoran dinamakan sebagai “lingkaran ujung dasar talud (toe circle)”, bila
bidang longsor tadi melalui ujung dasar talud dan dinamakan sebagai
“lingkaran lereng talud (slope circle)”, apabila bidang longsornya melalui
bagian atas ujung dasar talud. Dalam kondisi tertentu adalah mungkin untuk
mempunyai kelongsoran talud dangkal (shallow slope failure) ditunjukkan
pada (Gambar 5.2b).
2. Bila longsor terjadi sedemikian rupa sehingga permukaan bidang gelincir
berada agak jauh di bawah ujung dasar talud, keadaan tersebut dinamakan
sebagai “longsor dasar/base failure” (Gambar 5.2c). Lengkung
kelongsorannya dinamakan sebagai “lingkaran titik tengah (midpoint circle)”
sebab pusat lingkarannya terletak pada sebuah garis tegak yang melalui titik
tengah talud.
Pada umumnya, prosedur analitis stabilitas dapat dibagi dalam dua kelompok
besar, yaitu :
a. Prosedur Massa (Mass Procedure).
Dalam hal ini, massa tanah yang berada di atas bidang gelincir diambil
sebagai suatu kesatuan. Prosedur ini berguna bila tanah yang membentuk
talud dianggap homogen, walaupun hal ini jarang dijumpai pada talud
sesungguhnya yang ada di lapangan.
b. Metode Irisan (Method of Slice).
Pada prosedur ini, tanah yang berada di atas bidang gelincir dibagi menjadi
beberapa irisan-irisan pararel tegak. Stabilitas dari tiap-tiap irisan dihitung
secara terpisah. Metode ini lebih teliti karena tanah yang tidak homogen
dan tekanan air pori dapat juga kita masukkan dalam perhitungan.

113
O
O

(a) Lingkaran ujung dasar talud (b) Lingkaran lereng talud


(toe circle) (slope circle)

(c) Kelongsoran talud dasar


(shallow slope failure)
(d) Kelongsoran talud dasar

Gambar 5.2 Bentuk-bentuk keruntuhan talud dengan tinggi terbatas.

5.3.1 Analisis Stabilitas Dengan Cara Prosedur Massa.


Pada Gambar 5.3 menunjukkan suatu talud dalam tanah yang homogen.
Kekuatan geser dalam keadaan undrained (air pori dijaga tidak mengalir ke
luar) dari tanah dianggap tetap dengan kedalaman dan diberikan sebagai f =
cu. Untuk membuat analisis stabilitas, kita dapat memilih suatu potensi bidang
gelincir percobaan AED yang merupakan busur lingkaran berjari-jari (r). Pusat
lingkaran terletak pada O. Dengan memperhatikan satu-satuan tebal yang tegak
lurus pada bagian yang kita tinjau, maka berat tanah yang berada di atas
lengkung (kurva) AED dapat kita ketahui melalui W = W1 + W2, dengan :
W1 = (luasan FCDEF)x( )
Atau :
W2 = (luasan ABFEA)x( )

114
Keruntuhan talud mungkin terjadi karena massa tanah yang menggelincir.
Momen gaya yang mendatang terhadap titik O yang menyebabkan ketidak
stabilan talud adalah :
M d = W1 .l1 − W 2 .l 2 ) (5.9)
Dengan :
l1 dan l2 adalah lengan momen

Radius = r

Nr (Reaksi Normal)

Gambar 5.3 Analisis stabilitas talud dalam tanah lempung yang


homogen ( = 0).

Perlawanan terhadap kelongsoran berasal dari kohesi yang bekerja


sepanjang bidang gelincir. Bila cd adalah kohesi yang dibutuhkan untuk
terbentuk, maka momen gaya perlawanan terhadap titik O adalah :

M R = c d .( AED)(
. 1)(
. r ) = c d .r −2 . (5.10)

Untuk keseimbangan, MR = Md ; jadi :

cd .r 2 . = W1 .l1 − W2 .l 2
Atau :
W1 .l1 − W 2 .l 2
cd = (5.11)
r 2 .

115
Sekarang, angka keamanan terhadap kelongsoran kita dapatkan sebagai :
f cu
Fs = = (5.12)
cd cd

Perlu diketahui bahwa potensi bidang gelincir AED, kita pilih secara acak.
Bidang longsor kritis akan terjadi bila bidang longsor yang mempunyai rasio
cu terhadap cd adalah minimum. Dengan kata lain, harga cd adalah maksimum.
Untuk mendapatkan bidang gelincir yang kritis, kita dapat membuat sejumlah
percobaan dengan bidang gelincir yang berbeda-beda. Angka keamanan paling
kecil yang kita dapatkan merupakan talud, dan lingkaran yang bersemaian
adalah bidang lingkaran paling kritis.
Masalah-masalah stabilitas dari tipe ini telah dipecahkan secara analitis oleh
Fellenius (1927) dan Taylor (1937). Untuk kasus lingkaran kritis, besar kohesi
yang dibutuhkan dapat dinyatakan dengan hubungan berikut :

c d =  .H m
Atau :
cd
=m (5.13)
 .H

Perhatikan bahwa besaran m di sebelah kanan Persamaan (5.13) adalah


bilangan tak berdimensi dan kita mengacunya sebagai angka stabilitas (stability
number). Selanjutnya tinggi kritis (yaitu, Fs = 1) talud ini dapat kita evaluasi
dengan menggantikan H = Hcr dan cd = cd pada persamaan di atas. Jadi, harga
angka stabilitas (m), untuk talud dengan bermacam-macam sudut kemiringan
 .H
() diberikan dalam Gambar 5.4. Terzaghi menggunakan istilah ,
cd

kebalikan dari m, dan disebut sebagai faktor stabilitas (stability factor).


Gambar 5.4 hanya berlaku untuk talud dari tanah lempung yang jenuh dan
hanya berlaku untuk keadaan undrained (air pori dijaga tidak mengalir ke luar),
pada saat  = 0. Bila mengacu ke Gambar 5.4, hal berikut perlu diperhatikan :

116
1. Untuk sudut kemiringan () yang lebih besar dari 53o, lingkaran kritis harus
selalu berupa lingkaran ujung dasar talud. Letak pusat lingkaran ujung
dasar talud kritis mungkin dapat dicari dengan bantuan Gambar 5.5.
2. Untuk  < 53o, lingkaran kritis mungkin berupa ujung dasar talud, lereng
talud, atau lingkaran titik tengah, tergantung pada letak lapisan keras yang
berada di bawah talud. Hal ini dinamakan fungsi kedalaman (depth
function), yang dijelaskan sebagai berikut :
jarak vertikal dari puncak tal ud ke lapisan keras
D= (5.14)
Tinggi talud

3. Bila lengkung kritis adalah lingkaran titik tengah (yaitu, permukaan bidang
longsor merupakan bidang singgung dari lapisan keras), maka letak titik
pusat bidang longsor dapat ditentukan dengan bantuan Gambar 5.6.
4. Harga maksimum angka stabilitas (stability number) yang mungkin terjadi
pada kelongsoran lingkaran titik tengah adalah 0,181.

Fellenius (1927) juga menyelidiki masalah lingkaran ujung dasar talud yang
kritis dari talud dengan  < 53o. Letak titik pusat lingkaran ujung dasar talud
dapat ditentukan dengan menggunakan Gambar 5.7 dan Tabel 5.1. Perhatikan
bahwa lingkaran ujung dasar talud kritis tersebut tidak harus merupakan
lengkung yang paling kritis yang ada.
Tabel 5.1 Kohesi dari pusat lingkaran ujung dasar talud ( < 53o).
n  (derajat) 1 (derajat) 2 (derajat)
1,0 45 28 37
1,5 33,68 26 35
2,0 26,57 25 35
3,0 18,43 25 35
5,0 11,32 25 37
Catatan : Untuk notasi n, , 1 dan 2, lihat Gambar 5.7

117
Lingkaran ujung dasar talud
Lingkaran lereng talud
Lingkaran titk tengah

Gambar 5.4
a. Definisi dari parameter-parameter untuk tipe keruntuhan lingkaran titik
tengah (midpoint circle).
b. Grafik hubungan antara angka stabilitas dengan sudut kemiringan talud
(Terzaghi dan Peck, 1967).

5.3.2 Analisis Stabilitas Dengan Metode Irisan (Method of Slice).


Cara-cara analisis stabilitas yang telah dibahas sebelumnya hanya dapat
digunakan pada tanah homogen. Bila tanah tidak homogen dan aliran rembesan
terjadi di dalam tanah tidak menentu, cara yang lebih cocok adalah dengan metode
irisan (method of slice).
Gaya normal yang bekerja pada suatu titik di lingkaran bidang longsor,
terutama dipengaruhi oleh berat tanah di atas titik tersebut. Dalam metode irisan,
massa tanah yang longsor dipecah-pecah menjadi beberapa irisan vertikal.
Kemudian, keseimbangan dari tiap-tiap irisan diperhatikan. Gambar 5.5b
memperlihatkan satu irisan dengan gaya-gaya yang bekerja padanya. Gaya-gaya ini
terdiri dari gaya geser (Xr dan X1) dan gaya normal efektif (Er dan E1) di sepanjang
sisi irisannya, dan juga resultan gaya geser efektif (Ti) dan resultan gaya normal
efektif (Ni) yang bekerja di sepanjang dasar irisan. Tekanan air pori U1 dan Ur

118
bekerja di kedua sisi irisan, dan tekanan air pori Ui bekerja pada dasarnya. Dianggap
tekanan air pori sudah diketahui sebelumnya.

X1
O b

 R
xi

6 Wi
5 xi
4
H
3 Ti
2 τ =c +  tg Ni

1 a

Gambar 5.5 Gaya-gaya yang bekerja pada irisan.

a) Metode Fellinius.
Analisis stabilitas lereng cara Fellinius (1927) menganggap gaya-gaya yang
bekerja pada sisi kanan-kiri dari sembarang irisan mempunyai resultan nol pada
arah tegaklurus bidang longsor. Dengan anggapan ini, keseimbangan arah vertikal
dan gaya-gaya yang bekerja dengan memperhatikan tekanan air pori, adalah :
N i + U i = W . cos i

Atau :
N i = Wi . cos  i − U i
(5.15)
= Wi . cos  i − u i .ai

Faktor aman didefinisikan sebagai :


jumlah momen dari tahanan geser sepanjang bidang longsor
F=
jumlah momen dari berat massa tanah yang longsor
=
 rM
M d

Lengan momen dari berat massa tanah tiap irisan adalah R sin , maka :
i =n

M d = R. W . sin 
i =1
i i (5.16)

119
Dimana :
R = jari-jari lingkaran bidang longsor
n = jumlah irisan
Wi = berat massa tanah irisan ke-i
i = sudut yang didefinisikan pada Gambar 4.5a.

Dengan cara yang sama, momen yang menahan tanah akan longsor, adalah :
i =n

 M r = R.  (ca
i =1
i + N i .tg ) (5.17)

Sehingga persamaan untuk faktor aman menjadi :


i =n

 (ca
i =1
i + N i .tg )
F= i=n (5.18)
 i =1
Wi . sin  i

Bila terdapat air pada lereng, tekanan air pori pada bidang longsor tidak
menambah momen akibat tanah yang akan longsor (Md), karena resultan gaya
akibat tekanan air pori lewat titik pusat lingkaran. Substitusi Persamaan (5.17) ke
Persamaan (5.18), diperoleh :
i =n

 ca
i =1
i + (Wi . cos  i − u i .a i ).tg
F= i =n (5.19)
i =1
Wi . sin  i

Dimana :
F = faktor aman
c = kohesi tanah (kN/m2)
 = sudut geser dalam tanah (derjat)
ai = panjang lengkung lingkaran pada irisan ke-i (m)
Wi = berat irisan tanah ke-i (kN)
ui = tekanan air pori pada irisan ke-i (kN/m2)
I = sudut yang didefinisikan dalam Gambar 5.5 (derajat)

120
Jika terdapat gaya-gaya selain berat tanahnya sendiri, seperti beban bangunan
di atas lereng, maka momen akibat beban ini diperhitungkan sebagai Md. Metode
Fellinius menghasilkan factor aman yang lebih rendah dari cara hitungan yang lebih
teliti. Batas-batas nilai kesalahan dapat mencapai kira-kira 5 % sampai 40 %
tergantung dari factor aman, sudut pusat lingkaran yang dipilih, dan besarnya
tekanan air pori. Walaupun analisis ditinjau dalam tinjauan tegangan total,
kesalahan masih merupakan fungsi dari faktor aman dan sudut pusat dari lingkaran
(Whitman dan Baily, 1967). Cara ini telah banyak digunakan dalam praktek, karena
cara hitungan sederhana dan kesalahan yang terjadi pada sisi yang aman.

b) Metode Bishop Disederhanakan (Simplified Bishop Method).

Metode Bishop menganggap bahwa gaya-gaya yang bekerja pada sisi-sisi irisan
mempunyai resultan nol pada arah vertikal. Persamaan kuat geser dalam tinjauan
tegangan efektif yang dapat dikerahkan tanah, hingga tercapainya kondisi
keseimbangan batas dengan memperhatikan faktor aman, adalah :
tg
+ ( − u ).
c'
= (5.20)
F F
Dengan  adalah tegangan normal total pada bidang longsor dan u adalah tekanan
air pori.
Untuk irisan ke-I, nilai Ti = .ai, yaitu gaya geser yang dikerahkan tanah pada
bidang longsor untuk keseimbangan batas. Karena itu :
c'.a i tg
T= + (N i − u i .a i ). (5.21)
F F
Kondisi keseimbangan momen dengan pusat rotasi O antara berat massa tanah
yang akan longsor dengan gaya geser total yang dikerahkan tanah pada dasar bidang
longsor, dinyatakan oleh persamaan :

W .x = T .R
i i i (5.22)

121
Dengan xi adalah jarak Wi ke pusat rotasi O, dapat diperoleh :
i =n
R.  c'.a
i =1
i + (N i − u i .a i ).tg '
F= i =n (5.23)
 i =1
Wi . x i

Pada kondisi keseimbangan vertical, jika X1 = Xi dan Xr = Xi+1 :


N i cos i + Ti sin  i = Wi + X i − X i +1

Wi + X i − X i +1 − Ti sin  i
Ni = (5.24)
cos  i

Dengan Ni’ = Ni – ui.ai, substitusi Persamaan (5.21) ke Persamaan (5.24), dapat


diperoleh persamaan :
Wi + X i − X i +1 − u i .a i cos  i − c'.a i . sin  i / F
Ni = (5.25)
cos  i + sin  i .tg ' / F
Substitusi Persamaan (4.25) ke Persamaan (4.23), diperoleh :
i =n
 Wi + X i − X i +1 − u i .a i . cos  i − c'.a i . sin  i / F 
R.   c'.a
i =1
i + tg '.
cos  i + sin  i .tg ' / F



F= i =n
(5.26)
 W .x
i =1
i i

Untuk penyederhanaan dianggap Xi – Xi+1 = 0 dan dengan mengambil :


x i = R. sin  i (5.27)
bi = a i cos  i (5.28)

Substitusi Persamaan (5.27) dan (5.28) ke Persamaan (5.26), diperoleh


persamaan faktor aman :
i =n
 
 c'.b + (W − u i .bi ).tg '
1

 cos  i .(1 + tg i .tg / F ) 
i i 
i =1
F= i =n (5.29)
W . sin 
i =1
i i

Dimana :
F = factor aman
c’ = kohesi tanah efektif (kN/m2)

122
’ = sudut geser dalam tanah efektif (derajat)
bi = lebar irisan ke-i (m)
Wi = berat irisan tanah ke-i (kN)
I = sudut yang didefinisikan dalam (derajat)
ui = tekanan air pori pada irisan ke-i (kN/m2)
Rasio tekanan pori (pore pressure ratio) didefinisikan sebagai :
ub u
ru = =
W  .h (5.30)

Dengan :
ru = rasio tekanan pori
u = tekanan air pori (kN/m2)
b = lebar irisan (m)
 = berat volume tanah (kN/m3)
h = tinggi irisan rata-rata (m)
Persamaan factor aman Bishop ini lebih sulit pemakaiannya dibandingkan dengan
metode Fellinius. Lagi pula membutuhkan cara coba-coba (trial and error), karena
nilai factor aman F nampak dikedua sisi persamaannya. Akan tetapi, cara ini telah
terbukti menghasilkan nilai factor aman yang mendekati hasil hitungan dengan
dengan cara lain yang lebih teliti. Untuk mempermudah hitungan secara manual
Gambar 5.6 dapat digunakan untuk menentukan nilai fungsi Mi, dengan :

M i = cos  i .(1 + tg i .tg ' / F ) (5.31)


Lokasi lingkaran longsor kritis dari metode Bishop (1955), biasanya mendekati
dengan hasil pengamatan di lapangan. Karena itu, walaupun metode Fellinius lebih
mudah, metode Bishop (1955) lebih disukai.
Dalam praktek, diperlukan cara coba-coba dalam menemukan bidang longsor
dengan nilai factor aman yang terkecil. Jika bidang longsor dianggap lingkaran,
maka lebih baik kalau dibuat kotak-kotak di mana tiap titik potong garis-garisnya
merupakan tempat kedudukan pusat lingkaran longsor. Pada titik-titik potong garis
yang merupakan pusat lingkaran longsor, dituliskan nilai factor aman terkecil pada
titik tersebut (Gambar 5.7). Perlu diketahui bahwa pada tiap titik pusat lingkaran
harus dilakukan pula hitungan factor aman untuk menentukan nilai factor aman

123
yang terkecil dari bidang longsor dengan pusat lingkaran pada titik tersebut, yaitu
dengan cara mengubah jari-jari lingkarannya. Kemudian, setelah factor aman
terkecil pada tiap-tiap titik pada kotaknya diperoleh, digambarkan garis kontur yang
menunjukkan tempat kedudukan dari titik-titik pusat lingkaran yang mempunyai
faktor aman yang sama. Gambar 5.7 menunjukkan contoh kontur-kontur faktor
aman yang sama. Dari kontur faktor aman tersebut dapat ditentukan letak kira-kira
dari pusat lingkaran yang menghasilkan factor aman terkecil.
Hitungan secara manual memerlukan waktu sangat lama. Pada saat ini telah banyak
program-program computer untuk hitungan faktor aman stabilitas lereng.

124
Contoh Soal 1 :
Suatu tanah digali sedalam 14 m dengan kemiringan tebing 1,5H : 1V sampai
kedalaman 5 m di bawah permukaan tanah seperti pada Gambar 5.7, diketahui data
tanah, yaitu :  = 17,7 kN/m3, C’ = 25 kN/m2,  = 10o. Di bawah lapisan tersebut
data tanah, adalah :  = 19,1 kN/m3, C’ = 34 kN/m2,  = 24o dan tanah dalam kondisi
jenuh. Kondisi galian, lingkaran longsor dan permukaan air diperlihatkan pada
gambar. tentukan angka keamanan terhadap kelongsoran untuk bidang longsor
yang ditentukan. Gunakan metode irisan.

Gambar 5.7 Analisis stabilitas lereng dengan metode irisan

Penyelesaian:
Bidang longsor dibagi 8 irisan. Panjang total dari bidang longsor (arah horisontal)
= 34,5 m, maka tiap irisan akan mempunyai lebar 34,5/8 = 4,31 m
Perhitungan yang lain ditunjukkan dalam Tabel 5.2

125
Tabel 5.2 Hitungan stabilitas talud

Cara menghitung gaya berat dan tekanan air pori di dalam Tabel 5.2, adalah sebagai
berikut :
Misalnya untuk irisan no. 6. Lapisan bawah mempunyai tinggi h1 = 7,4 m dan
lapisan atas h2 = 5,0 m,
Maka berat irisan no.6 = (5 x 4,31 x 17,7) + (7,4 x 4,31 x 19,1) = 991 kN
Ordinat tekanan air pori, diukur = 7,50 m
Tekanan air pori = 7,50 x 9,81 = 75 kN
Panjang garis longsor = 5,2 m
Gaya akibat tekanan air pori (U1) = 75 x 5,2 = 390 kN
Dengan memperhatikan jari-jari dan sudut yang diapit, panjang garis DE = 5,45 m
dan BE = 35,6 m.
Tahanan terhadap longsoran yang dikerahkan oleh komponen kohesi :
 ci ai = 25  5,45 + 34  35,6 = 1347 kN
Tahanan terhadap longsoran oleh komponen gesekan pada kedua lapisan :
2817  tg. 24  + 67  tg.10  = 1266 kN

Faktor keamanan (Fs) :


1347 + 1266
Fs = = 1.51
1727

126
Latihan Soal:
1. Suatu lereng seperti dalam gambar, control stabilitas lereng bila diketahui
 = 17,8 kN./m3, c = 25 kN/m3, φ = 10 dengan menggunakan metode irisan

H=6m

α = 45o

2. Perhatikan gambar dibawah, gunakan metode irisan untuk menghitung angka


keamanan bila diketahui hasil percobaan adalah sebagai berikut:

a. n = 1,  = 20o, c = 400 lb/ft2,  = 15 lb/ft3, H = 40 ft, α = 30o, dan  = 70o

b. n = 1,  = 15o, c = 18 kN/m2,  = 17,5 kN/m3, H = 5 m,α = 30o, dan  = 80o

 B C
n

1 H

α
A

127

Anda mungkin juga menyukai