C. HASIL
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip keperawatan secara
holistik yang didalamnya memiliki teori sistem dan konsep berubah merupakan bahan ajar yang
memudahkan kami sebagai seorang perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Sistem akan berjalan lancar apabila di gerakkan secara bersama- sama tanpa
mengesampingkan yang lainnya. Begitu juga dengan konsep perubahan. Perubahan dapat
membawa individu menjadi lebih berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Berdasarkan hasil Literature review dapat disimpulkan bahwa proses berpikir
kritisdiantaranya adalah proses berpikir secara rasional, logis dan beralasan, proses berpikir
reflektif,berpikir otonomi, kreatif, dan proses memutuskan konklusi dan tindakan,
D. PEMBAHASAN
1. Konsep Sistem Khusus Dalam Lingkup Keperawatan
Teori keperawatan pada dasarnya terdiri atas 4 konsep yang berpengaruh dan menentukan
kualitas praktik keperawatan, yaitu konsep manusia, konsep manusia sebagai klien, konsep sehat
sakit, dan konsep lingkungan.
a. Konsep manusia
- Manusia adalah biopsikososial dan spirtual yang utuh,jasmani dan rohani dan unit
mempunyai berbagi macam kebutuhan sesuai alat–alat ukur.
b. Konsep individu sebagai klien
- Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek
biologi,psiologi,sosial dan spiritual.
c. Konsep sehat-sakit
- Rentang ini merupakan suatu alat-alat ukur dalam menilai status kesehatan yang
bersifat dinamis dan selalu berubah dalam setiap waktu.
d. Konsep lingkungan
- Faktor eksternal yang berpengaruh terdapat perkembangan manusia dan mencakup
antara lain : lingkunga sosial, status ekonomi, dan kesehatan.
a. Teori Sistem
Sistem berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa Yunani (sustema) adalah suatu
kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Sistem merupakan suatu kerangka kerja yang
berhubungan dengan keseluruhan aspek sosial manusia, struktur, masalah-masalah organisasi,
serta perubahan hubungan internal dan lingkungan disekitarnya. Sistem tersebut terdiri atas
tujuan, proses dan isi. Tujuan adalah sesuatu yang harus dilaksanakan sehingga tujuan dapat
memberikan arah pada sistem. Proses berfungsi dalam memenuhi tujuan yang hendak dicapai,
dan Isi terdiri atas bagian yang membentuk suatu sistem. Dalam mempelajari sistem, maka
terlebih dahulu harus memahami teori tentang sistem. Karena teori tentang sistem akan
memudahkan dalam memecahkan persoalan yang ada dalam sistem. Sistem tersebut terdiri dari
subsistem yang membentuk sebuah sistem yang antara satu dengan yang lainnya harus saling
mempengaruhi.
Sistem merupakan suatu komponen yang didalamnya memiliki subsistem yang saling
berhubungan untuk mencapai suatu tujuan yang jelas. Dalam keperawatan, teori sistem
merupakan suatu kesatuan yang harus di pelajari oleh seorang perawat sehingga dapat diterapkan
dalam proses pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dalam sistem ada beberapa subsistem yang
saling mendukung. Dalam hal ini perawat harus mengetahui apa keluhan atau masalah yang
dialami pasien di dalam kehidupan masyarakat, di sini seorang perawat harus tahu bagaimana
mempelajari masalah yang timbul dalam kehidupan masyarakat karena persepsi setiap orang
dalam menanggapi suatu masalah yang terjadi berbeda. Proses tindakan yang akan di lakukan
perawat untuk mengubah masukan yang telah muncul dalam kehidupan masyarakat, perawat
harus mengubah cara pikir dari masyarakat terhadap berbagai masukan yang muncul. Setelah
memberikan pelayanan kesehatan perawat melihat dan memahami bagaimana cara dari anggota
masyarakat dalam menerima pelayanan kesehatan serta dampak atau apa akibat yang timbul
dalam masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang di berikan.
Pasien akan memberikan Umpan balik terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan
perawat, dan pasien akan bertanya atau memberikan kritik tentang suatu masalah yang di hadapi.
Disamping itu juga, perawat harus mengetahui bagaimana lingkungan kediaman dari pasien
tersebut sehingga memudahkan perawat mengetahui apa sebernarnya yang dialami pasien sampai
menyebabkan penyakit. Perlu diketahui jika dalam suatu sistem telah kehilangan satu komponen
maka sistem tersebut tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Suatu sistem akan berjalan
dengan baik apabila di lakukan secara bertahap dan tetap berdasarkan tujuan.
b. Tujuan Sistem
Suatu sistem adalah untuk mencapai suatu tujuan (goal) atau mencapai suatu sasaran
(objectives). Goal meliputi ruang lingkup yang luas, sedangkan objectives meliputi ruang
lingkup yang sempit. Kalau suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak
akan ada gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan
sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Karena suatu sistem dikatakan berhasil jika
mencapai tujuan dan dikatakan gagal jika tujuannya tersebut tidak tercapai.
c. Klasifikasi Sistem
Kesatuan atau nonsumatisivitas adalah suatu sistem yang dicirikan oleh sifat-sifat kesatuan.
Keseluruhan lebih besar dari pada jumlah bagian-bagiannya, dan merupakan cara yang lazim
untuk mendefinisikan konsep ini .Sistem sendiri mempunyai beberapa aspek yaitu:
1. Sistem Sosial
Sistem sosial ialah suatu model organisasi sosial, sistem sosial merupakan suatu sistem
yang hidup, yang memiliki suatu sistem unit yang berbeda-beda dengan bagian-bagian
komponennya dan dapat dibedakan dari lingkungan oleh suatu batas yang didefinisikan
secara jelas. Parson dan Bales, mendefinisikan suatu sistem sosial suatu sistem yang
terdiri dari peran-peran sosial yang dilihat oleh interaksi dan saling ketergantungan satu
sama lain.
2. SistemTerbuka
Sistem yang dicirikan oleh tingkat interaksi sistem tersebut dengan lingkungan
sekitarnya. Sebuah sistem terbuka adalah terdapat dalam suatu lingkungan yang
dengannya sistem tersebut berinteraksi, sistem terbuka tersebut memperoleh asupan dan
terhadap lingkungan sistem tersebut memberikan keluaran. Interaksi lingkungan sangat
penting bagi keberlangsungan hidup sistem tersebut. Berdasarkan definisi ini suatu sistem
yang hidup adalah sistem terbuka.
3. Sistem Tertutup
Secara teoritis, sebuah sistem tertutup berbeda dengna sistem terbuka, sistem ini tidak
berinteraksi dengan lingkungan. Sebuah inti yang self complete, untuk kelangsungan
hidupnya, sistem ini tidak tergantung kepada pertukaran lingkungan yang berlangsung
terus-menerus. Karena belum ada sistem tertutup murni yang mendemonstrasikan dalam
realita, tertutup menyatakan suatu kurangnya pertukaran energi yang melewati batas-
batas suatu sistem.
2. Berubah dan Perubahan Dalam Keperawatan
Berubah adalah bagian dari kehidupan setiap orang; berubah adalah cara seseorang
bertumbuh, berkembang, dan beradaptasi. Perubahan dapat positif atau negatif terencana atau
tidak terencana. Perubahan adalah proses membuat sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Jadi
Perubahan adalah suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap
(statis) menjadi status yang bersifat dinamis. Artinya dapat menyesuaikan diri dari lingkungan
yang ada. Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun organisasi untuk
dapat menjadikan perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau konsep
terbaru dalam mencapai tujuan tertentu.
Proses berubah bersifat integral dengan banyak bidang keperawatan, seperti pendidikan
kesehatan, perawatan klien, dan promosi kesehatan. Proses berubah ini melibatkan klien
individu, keluarga, komunitas, organisasi, keperawatan sebagai profesi, dan seluruh sistem
pemberian perawatan kesehatan.
Perubahan dapat meliputi mendapatkan pengetahuan, mendapatkan keterampilan baru, atau
mengadaptasi pengetahuan saat ini dari segi informasi baru. Perubahan ini terutama sulit saat
muncul tantangan terhadap nilai dan keyakinan seseorang, cara berpikir, atau cara berhubungan.
Misalnya, orang yang kecewa menjadi marah dan berbuat negatif serta melakukan perilaku
destruktif.
Perubahan akan mengganggu bagi mereka yang mengalaminya, dan seringkali berkembang
resistensi. Perubahan paling mengancam apabila ada perasaan tidak aman. Penyebab resistensi
terhadap perubahan adalah ancaman terhadap kepentingan diri, keadaan memalukan, perasaan
tidak aman, kebiasaan, kepuasan dengan diri sendiri, kehilangan kekuasaan, dan ketidak setujuan
objektif.
Perubahan tidak selalu merupakan hasil pengambilan keputusan rasional. Perubahan biasanya
terjadi sebagai respons terhadap tiga aktifitas yang berbeda yaitu :
a. Perubahan Spontan
Perubahan spontan juga disebut perubahan yang reaktif atau tidak direncanakan, karena
perubahan ini tidak benar-benar di antisipasi, tidak dapat dihindari dan terdapat sedikit
atau tidak ada waktu untuk merencanakan strategi respons. Contoh perubahan spontan
yang memengaruhi individu adalah infeksi virus akut, cedera medula spinalis, dan
tawaran sukarela posisi baru.
b. Perubahan Perkembangan
Perubahan perkembangan mengacu pada perubahan fisiopsikologis yang terjadi selama
siklus kehidupan individu atau perkembangan organisasi menjadi lebih kompleks.Contoh
perubahan perkembangan individu adalah bertambahnya ukuran dan kompleksitas embrio
manusia dan janin dan berkurangnya kemampuan fisik pada lansia.
c. Perubahan Terencana
Menurut Lippitt, perubahan terencana adalah upaya yang disengaja dan bertujuan oleh
individu, kelompok, organisasi, atau sistem sosial yang lebih besar untuk memengaruhi
status quo (menetap) itu sendiri, organisme lain, atau suatu situasi. Keterampilan
memecahkan masalah, keterampilan mengambil keputusan, dan keterampilan
interpersonal adalah faktor-faktor penting dalam perubahan terencana. Contoh perubahan
terencana adalah individu yang memutuskan untuk memperbaiki status kesehatannya
dengan menghadiri program berhenti merokok atau melakukan program olahraga.
1. Teori Proses Berubah
Perkembangan profesi keperawatan tidak lepas dari konsep berubah yang dimiliki oleh para
praktisi, akedemisi atau seorang yang masih ingin mengembangkan keperawatan, yang memiliki
keyakinan dan teori perubahan yang dimilikinya. Sebagai gambaran dalam merubah profesi
keperawatan kearah yang lebih professional, ada beberapa teori perubahan yang dapat diketahui
seperti :
a. Kurt Lewin (1951)
Perubahan Menurut pandangan Kurt Lewin, seseorang yang akan mengadakan suatu
harus memiliki konsep tentang perubahan yang tercantum dalam tahap proses perubahan
agar proses perubahan tersebut menjadi terarah dan mencapai tujuan yang ada. Tahap
tersebut antara lain:
- Tahap Pencairan (Unfreezing)
Pada tahap awal ini yang dapat dilakukan bagi seseorang yang mau mengadakan
proses perubahan adalah harus memiliki motivasi yang kuat untuk merubah dari
keadaan semula dengan merubah terhadap keseimbangan yang ada. Di samping itu
juga perlu menyiapkan diri dan siap untuk merubah atau melakukan perubahan.
- Tahap Bergerak (Moving)
Pada tahap ini sudah dimulai adanya suatu pergerakan kearah sesuatu yang baru atau
perkembangan terbaru. Proses perubahan tahap ini dapat terjadi apabila seseorang
telah memiliki informasi yang cukup serta sikap dan kemampuan untuk berubah, Juga
memiliki kemampuan dalam memahami masalah serta mengetahui langkah-lanhkah
dalam menyesuaikan masalah.
- Tahap Pembekuan (Refreezing)
Tahap ini merupakan tahap pembekuan dimana seseorang yang mengadakan
perubahan kelak mencapai tingkat atau tahapan yang baru dengan keseimbangan yang
baru. Proses pencapaian yang baru perlu dipertahankan dan selalu terdapat upaya
mendapatkan umpan balik, pembinaan tersebut dalam upaya mempertahankan
perubahan yang telah dicapai.
Berdasarkan langkah-langkah menurut Kurt Lewin dalam proses perubahan ditemukan
banyak hambatan. Hambatan tersebut yang akan mempertahankan status quo (menetap) agar
tidak terjadi perubahan. Karena itu diperlukan kemampuan yang benar-benar ada dalam konsep
perubahan sesuai dengan tahapan berubah.
b. Rogers E (1962)
Menurut Rogers E untuk menandakan suatu perubahan perlu ada beberapa tersebut antara lain :
- Tahap Awareness
Tahap ini merupakan tahap awal yang mempunyai arti bahwa dalam mengadakan
perubahan diperlukan adanya kesadaran untuk berubah apabila tidak ada kesadaran untuk
berubah, maka tidak mungkin tercipta suatu perubahan.
- Tahap Interest
Tahap yang kedua dalam mengadakan perubahan harus timbul perasaan minat terhadap
perubahan yang selalu memperhatikan terhadap sesuatu yang baru dari perubahan yang
dikenalkan. Timbulnya minat akan mendorong dan menguatkan kesadaran untuk
berubah.
- Tahap Evaluasi
Tahap ini terjadi penilaian tarhadap sesuatu yang baru agar tidak terjadi hambatan yang
akan ditemukan selama mengadakan perubahan. Evaluasi ini dapat memudahkan tujuan
dan langkah dalam melakukan perubahan.
- Tahap Trial
Tahap ini merupakan tahap uji coba terhadap sesuatu yang baru atau hasil perubahan
dengan harapan sesuatu yang baru dapat diketahui hasilnya sesaui dengan kondisi atau
situasi yang ada, dan memudahkan untuk diterima oleh lingkungan.
- Tahap Adoption
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu proses penerimaan terhadap
sesuatu yang baru setelah dilakukan uji coba dan merasakan adanya manfaat dari sesuatu
yang baru sehingga selalu mempertahankan hasil perubahan.
c. Lippit (1973)
Lippit memandang teori perubahan dapat dilaksanak dari tinjauan sebagai seorang
pembaharu, dengan memperkenalkan terjadinya perubahan, sehingga terdapat beberapa langkah
yang ditempuh untuk dapat mengadakan pembaharuan.
Langkah yang dimaksud adalah :
1) Menetukan diagnosis terlebih dahulu masalah yang ada.
2) Mengadakan pengkajian terhadap motivasi perubahan serta kemampuan perubahan.
3) Melakukan pengkajian perubahan terhadap hasil atau manfaat dari suatu perubahan.
4) Menetapkan tujuan perubahan yang dilaksanakan berdasarkan langkah yang
ditempuhnya.
5) Menetapkan peran dari pembaharuan sebagai pendidik, peneliti atau pemimpin
dalam pembaharuan.
6) Mempertahankan dari hasil perubahan yang dicapainya.
7) Melakukan penghentian bantuan secara bertahap dengan harapan peran dan tanggung
jawab dapat tercapai secara bertahap.
d. Teori Havelock
Teori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan menekankan perencanaan yang akan
mempengaruhi perubahan.
Enam tahap sebagai perubahan menurut Havelock :
1) Membangun suatu hubungan.
2) Mendiagnosis masalah.
3) Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan.
4) Memilih jalan keluar.
5) Meningkatkan penerimaan.
6) Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri.
e. Teori Spradley
Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara konstan dipantau untuk
mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara agen berubah dan sistem berubah.
Berikut adalah langkah dasar dari model Spradley:
1) Mengenali gejala.
2) Mendiagnosis masalah.
3) Menganalisa jalan keluar.
4) Memilih perubahan.
5) Merencanakan perubahan.
6) Melaksanakan perubahan.
7) Mengevaluasi perubahan.
8) Menstabilkan perubahan.
3. Konsep Holistic Care (Caring, Humanisme & Holisme)
Didasarkan pada konsep keperawatan holistik yang meyakini bahwa penyakit yang dialami
seseorang bukan saja merupakan masalah fisik yang hanya dapat diselesaikan dengan pemberian
obat semata.Pelayanan keperawatan holistik memberikan pelayanan kesehatan dengan lebih
memperhatikan keutuhan aspek kehidupan sebagai manusia yang meliputi kehidupan jasmani,
mental, sosial dan spiritual yang saling mempengaruhi. Klinik ini tidak saja menawarkan
pelayanan keperawatan dengan memanfaatkan teknologi perawatan moderen maupun beragam
terapi alternatif ataupun komplementer, tetapi juga pelayanan konseling dan promosi kesehatan
untuk semua.
c. Human care
Merupakan hal yang mendasar dalam teori caring. Menurut Pasquali dan Arnold (1989)
serta Watson (1979), human care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan
menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam
sakit, penderitaan, dan keberadaannya serta membantu orang lain untuk meningkatkan
pengetahuan dan pengendalian diri .Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human
Care, mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara
pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia,
dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Caring sebagai suatu moral
imperative (bentuk moral) sehingga perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik
dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang mempertahankan martabat dan
menghargai pasien sebagai seorang manusia, bukan malah melakukan tindakan moral pada saat
melakukan tugas pendampingan perawatan. Caring juga sebagai suatu affect yang digambarkan
sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati terhadap pasien yang mendorong perawat
untuk memberikan asuhan keperawatan bagi pasien. Dengan demikian perasaan tersebut harus
ada dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa merawat pasien . Para perawat dapat diminta
untuk merawat, namun tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan dengan menggunakan
spirit caring . Spirit caring seyogianya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati
perawat yang terdalam. Spirit caring bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat
yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat
dapat memperlihatkan cara yang berbeda ketika memberikan asuhan kepada klien .
4. Transcultural Nursing
Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku
Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta
mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan caring dikatakan sebagai tindakan yang
dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring
semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,
masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara
umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan
bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana
ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.
3. Transcultural nursing
a. Transcultural Nursing
Transcultural Nursing adalah bagaimana keperawatan profesional berinteraksi dengan
konsep budaya. Berbasis di antropologi dan keperawatan, hal ini didukung oleh teori
keperawatan, penelitian, dan praktik. Ini adalah khusus kognitif tertentu dalam
keperawatan yang berfokus pada budaya global dan peduli budaya komparatif,
kesehatan, dan fenomena keperawatan. Ini didirikan pada tahun 1955 sebagai daerah
resmi penyelidikan dan praktek.
b. Konsep Transcultural
Menurut Kazier Barabar tahun 1983 dalam bukunya yang berjudul fundamental of
nursing concept and procedurs mengatakan pada konsep keperawatan adalah tindakan
keperawatan yang merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dari seni merawat yang
meliputin pengetahuan ilmu humanistic, philosopi perawat,praktik klinis
keperawatan,komunikasi dan ilmu sosial.
Kesimpulan Transcutural Nursing
Keperawatan Transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan
kepada individu atau kelompok untuk mempertahankan , meningkatkan prilaku sehat sesuai
dengan latar belakang . hal ini bertujuan untuk menjembatani perbedaan pengetahuan yang
dimiliki oleh perawatdemgan klien . dan hal ini dibutuuhkan untuk mempertahankan ,
membentuk dan mengganti budaya yg sesuai dengan kesehatan .
E. PENUTUP
- Kesimpulan
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip keperawatan secara
holistik yang didalamnya memiliki teori sistem dan konsep berubah merupakan bahan ajar yang
memudahkan kami sebagai seorang perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
Sistem akan berjalan lancar apabila di gerakkan secara bersama- sama tanpa
mengesampingkan yang lainnya. Begitu juga dengan konsep perubahan. Perubahan dapat
membawa individu menjadi lebih berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing.
- Saran
Sebaiknya sebagai seorang perawat, apabila akan melakukan pelayanan kesehatan,
perawat harus mempelajari dahulu apa-apa yang menjadi prioritas dalam
memberikan pelayanan kesehatan sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan
pasien.
Perawat harus mempelajari sistem dan perubahan yang ada dalam diri seorang pasien
tanpa membandingkan status ekonomi dari pasien tersebut sehingga tidak menimbulkan
perbedaan pendapat.
Hadapi setiap perubahan dengan tenang dan penuh humor (yakinlah bahwa
perubahan adalah hal yg sulit, dan menjadi agen pembaharuan akan lebih sulit).
DAFTAR PUSTAKA
- Ali, Z. (2009). Dasar-DasarDokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC.
- Asih Yasmin,(1998), Standart Perawatan Pasien: Proses keperawatan, diagnosis, dan
evaluasi,Jakarta:EGC
- Budiono, (2016), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
- Carpenito, L.J. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta.
- Debora, Oda (2012). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Salemba
Medika
- Fatimah, (2017), Penerapan Model Pendokumentasian Asuhan Kepeawatan pada Ruang
Rinra Sayang II RSUD Haji, Makassar, Skripsi
- Ginting, G. K. A. (2019, September 28).HUBUNGAN
BERPIKIR KRITIS DENGAN KINERJA PERAWAT DIRUMAH SAKIT.
https://doi.org/10.31219/osf.io/ykqn6
- INC2019 12th International Nursing Conference. 2019.10 455 - 455 (1 pages)
UCI(KEPA) : I410-ECN-0101-2019-512-001224337
- Jannah, M. (2019). Proses Berpikir Kritis ;Model Berpikir Kritis Dalam Proses
Keperawatan. Osf.io
- Kozier ,B., Glenora Erb, Audrey Berman dan Shirlee J.Snyder. (2010). Buku Aja
Fundamental Keperawatan ;Konsep, Proses & Praktik.Jakarta :EGC
- Lutfiani, dkk, (2015), Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat dalam Penerapan Standart
Asuhan Keperawatan di Ruang Inap Interna, RSUD DATOE Bhinamgkang, Jurnal
- Maria Terok,dkk, (2015), Hubungan Kinerja Pelaksana dengan Penerapan Proses
Keperawatan di Irina C RSU Prof. Dr. R. D. Kandau, Manado
- Muhamad Kasim, Muh. Abdurraf, (2016), Peningkatan Kualitas Pelayanan dan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan dengan Metode Tim, Nurseline Jurnal
- Simamora, R. H. (2019). Development of Guidelines for Applying appropriate Patient
Identification to Achieve Patient Safety Goal
- Simamora. R. H. (2008) The correlation of ward chief’s giving direction and command
and the performance of on-duty nurses at Jember dr. Subandi general hospital inpatient
wards. jurnal Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, (https://fkm.unair.ac.id/jurnal-
administr)