1. I. PROSES KEPERAWATAN
Proses Keperawatan
Metode
Bisa di sebut sebagai suatu pendekatan Problem Solving yang memerlukan ilmu, teknik dan
ketrampilan interpersonal dan di tujukan untuk memenuhi kebutuhan Klien dan Keluarga.
1. Pengkajian
2. Diagnosis
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan
5. Dan Evaluasi
Proses Keperawatan merupakan lima tahap proses konsisten sesuai dengan perkembangan
profesi keperawatan ( pertama kali oleh Hall, 1955 ).
Proses Keperawatan telah dianggap sebagai suatu dasar hukum praktik Keperawatan , ( ANA,
1973 ).
Masuk dalam program pendidikan Keperawatan ( Kurikulum D-III Kep. & S1 Keperawatan ).
1. II. Tujuan
Proses Keperawatan secara umum adalah untuk membuat suatu kerangka konsep
berdasarkan kebutuhan individu dari klien, keluarga, dan masyarakat dapat terpenuhi.
Tindakan yang di tujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan
1. III. Organisasi
Ke 5 tahap proses keperawatan tersebut sebagai suatu organisasi yang mengatur pelaksanaan
asuhan Keperawatan berdasarkan suatu rangkaian pengelolaan yang sistematis dlm memeberikan
asuhan keperawatan kepada klien.
1. IV. Karakterisitk
1. 1. Tujuan
Proses Keperawatan mempunyai tujuan yang jelas melalui suatu tahapan dalam meninmgkatkan
kualitas asuhan Keperawatan kepada klien
1. 2. Sistematika
1. 3. Dinamik
PK ditujukan dalam mengatasi masalah masalah kesehatan klien yang di laksanakan secara
berkesinambungan.
1. 4. Interaktif
Adanya hubungan timbale balik antar perawat, Klien, Keluarga dan tenaga lainnya.
1. 5. Fleksibel
Dapat diadopsi pada praktik keperawatan dalam situasi apapun, spesialisasi yang
berhubungan dengan individu, kelompok, atau masyarakat
Tahapannya bisa digunakan secara berurutan dan dengan persetujuan kedua belah pihak.
1. 6. Teoritis
Setiap langkah dalam proses keperawatan selalu di dasarkan pada suatu ilmu yang luas,
khususnya ilmu dan model Keperawatan yang berlandaskan pada Filosofi keperawatan bahwa
asuhan keperawatan kepada klien harus menekankan pada 3 aspek :
Humanistik
Holistik
Intervensi keperawatan Harus dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia secara utuh ( bio
psiko sosio spiritual ).
Care
Asuhan Keperawatan yang diberikan harus berlandaskan pada standard praktik keperawatan dan
etika keperawatan.
1. V. IMPLIKASI KEPERAWATAN
1. 1. Profesi Keperawatan
1. 2. Klien
1. 3. Perawat
Kerangka kerja yang berhubungan dan keseluruhan social, manusia, struktur dan masalah
masalah organisasi.
Perubahan internal dan lingkungan sekitarnya
Sistem tersebut terdiri dari :
o Tujuan
o Proses
o Isi
1. Tujuan :
1. Proses
1. Isi
Terdiri dari bagian yang membentuk system
Feedback ( umpan balik )
Dapat dievaluasi
Memjelaskan hasil dari tindakan yg telah dilaksanakan
Antara teori system dan Proses keperawatan dapat dijelaskan :
Input merupakan suatu kumpulan data hasil pengkajian beserta permasalahan Susun
suatu rencana dan tindakan keperawatan yang tepat.
Output Untuk menjelaskan hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan
o Keamanan
o Kasih sayang
o Harga diri
o Aktualisasi diri
o Tanggungjawab :
Memberikan dukungan
Menfasilitasi
Berkomunikasi kepada klien sehat dan sakit
1. 3. Teori persepsi
Perubahan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia sangat di pengaruhi oleh persepsi
individu.
Interaksi
1. VII. Teori informasi dan Komunikasi
Proses Keperawatan sbg salah satu pendekatan utama dalam pemberian asuhan keperawatan.
Umpan balik
Setiap manusia mempunyai hak untuk menentukan tindakan terhadap dirinya sendiri.
1. 3. Benefience ( Asas manfaat )
Setiap tindakan yang di berikan kepada klien harus bermanfaat bagi klien dan
menghindarkan dari kecacatan
Perawat dalam berkomunikasi harus mengatakan yang benar dan jujur kepada klien.
Apa yangh di laksanakan oleh perawat harus di dasarkan pada tanggung jawab moral dan
profesi
Pengkajian adalah tahap awal dari proses Keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengindentifikasi status kesehatan klien ( Lyer etal, 1996 ).
Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan,
kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnose keperawatan dan memberikan
pelayanan keperawatan sesuai dengan respon individu.
PENGKAJIAN
DIAGNOSIS
PERENCANAAN
PELAKSANAAN
EVALUASI
1. Pengkajian Keperawatan
data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status
Kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya
terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi media ( terapis ) atau profesi kesehatan
lainnya.
Data focus Keperawatan adalah data tentang perubahan perubahan atau respon klien
terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal hal yang mencakup tindakan
yang di lalsanakan kepada klien.
1. Data subyektif
Data yang di dapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.
Informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh perawat secara independen tetapi melalui suatu
interaksi atau komunikasi.
Data subyektif sering didapatkan, dari riwayat keperawatan termasuk persepsi klien, perasaan,
dan ide tentang status kesehatannya.
Informasi yang diberikan sumber lain, ex husi familia, konsoleiro, husi team saude seluk
1. Data obyektif
Ex; data obyektif : frekuensi pernafasan, Tekanan darah, edema dan berat badan no seluk seluk
tan.
1. 4. Karakteristik data
2. Lengkap
3. Akurat dan nyata
4. Relevan
5. 5. Sumber data
6. Klien sumber utama data ( primer )
7. Orang terdekat : orang tua, suami, istri, anak atau teman klien
8. Catatan Klien : di tulis oleh anggota tim kesehatan dapat digunakan sumber informasi di
dalam riwayat keperawatan
9. Riwayat penyakit :
Pemeriksaan fisik
Catatan perkembangan
1. Konsultasi :
Para Personil yang berhubungan dengan klien dan memberikan tindakan, mengevaluasi,
dan mencatat hasil pada status klien
Catatan kesehatan terdahulu sebagai informasi
1. Perawat lain
1. Kepustakaan
Ada 3 metode yang digunakan dalam pemgumpulan data pada tahap pengkajian :
1. Komunikasi yang efektif
2. Observasi
3. Pemeriksaan fisik
Teknik tersebut sangat bermanfaat bagi perawat dalam pendekatan kepada klien secara rasional,
sistematik dalam mengumpulkan data, merumuskan diagnose keperawatan, merencanakannya.
1. a. Pengertian
Aktual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang di temukan :
Resiko : Menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak di lakukan
intervensi.
Penggunaan istilah resiko dan resiko tinggi tergantung dari tinbgkat keparahan/kerentanan
terhadap masalah.
Misal : Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare yang terus menerus.
Syarat : Menegakkan kemungkinan diagnose kep. Adanya unsur respon dan factor yang
mungkin dapat menimbulkan masalah tetapi belum ada.
1. A. PENGANTAR
Jadi Rencana Keperawatan merupakan metode komunikasi tentang asuhan keperawatan kepada
klien. Setiap klien yang memerlukan asuhan keperawatan perlu suatu perencanaan yang baik.
Sehingga semua tindakan keperawatan harus di standarisasi, dan standard tindakan tersebut dapat
di baca.
1. B. TUJUAN PERENCANAAN
1. Tujuan Administratif
1. Untuk mengidentifikasi focus keperawatan kepada klien atau kelompok
2. Untuk membedakan tanggungjawab perawat dengan profesi kesehatan lainnya
3. Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi keperawatan
4. Untuk menyediakan kriteria klasifikasi klien
5. Tujuan Klinik
1. Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan
2. Mengkomunikasikan dengan staf perawat apa yang diajarkan, apa yang
diobservasi, dan apa yang dilaksanakan
3. Menyediakan kriteria hasil ( outcomes ) sebagai pengulangan dan evaluasi
keperawatan
4. Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, Keluarga,
dan tenaga kesehatan lainnya untuk melaksanakan tindakan.
5. C. LANGKAH LANGKAH PERENCANAAN
Untuk mengevaluasi rencana tindakan keperawatan, maka ada beberapa komponen yang perlu
diperhatikan :
Melalui pengkajian, perawat akan mampu mengidentifikasi respon klien yang actual atau
potensial yang memerlukan suatu tindakan. Dalam menentukan perencanaan perlu menyusun
suatu system untuk menentukan diagnose yangn akan diambil tindakan pertama kali. Salah satu
system yang bisa digunakan adalah hirarki Kebutuhan manusia.
Tujuan klien :
merupakan pernyataan yang menjelaskan suatu perilaku klien, keluarga, atau kelompok yang
dapat diukur setelah intervensi keperawatan di berikan.
Tujuan Keperawatan :
Adalah pernyataan yang menjelaskan suatu tindakan yang dapat diukur berdasarkan kemampuan
dan kewenangan perawat.
Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu klien dalam mencapai
kriteria hasil. Rencana tindakan dilaksanakan berdasarkan komponen penyebab dari diagnose
keperawatan.
Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan langsung kepada klien yang dilaksanakan oleh
perawat,
1. Dokumentasi
1. Definisi
Rencana tindakan keperawatan adalah suatu proses informasi, penerimaan, pengiriman, dan
evaluasi pusat rencana yang dilaksanakan oleh seorang perawat profesional.
1. Tujuan
Rencana tindakan keperawatan di tulis dalam suatu bentuk yang bervariasi guna
mempromosikan perawatan yang meliputi :
1. Perawatan individu
2. Perawatan yang kontinyu
3. Komunikasi
4. Evaluasii
5. Karakterisik
1. Di tulis oleh perawat
2. Dilaksanakan setelah kontak pertama kali dengan klien
3. Diletakkan ditempat yang strategis ( mudah didapatkan )
4. Informasi yang baru.
IV. PELAKSANAAN
1. Pelaksanaan
Adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik ( Lyer,1996 ). Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi factor factor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien.
1. Tujuan
Tujjuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik.
1. Persiapan
Pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk
kebutuhan fisik dan emosional.
Independen
o Suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari
dokter atau tenaga kesehatan lain.
o Dilakasanakan perawat secara independen berdasarkan Diagnose Keperawatan
o Merujuk klien ke tenaga kesehatan lain terhadap tindakan keperawatan dan Medis
o Dependen
Interdependen
Tindakan keperawatan menjelaskan suatu kegaiatan yang memerlukan suatu kerjasama dengan
tenaga kesehatan lainnya.
1. Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat
terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
V. EVALUASI
a. Pendahuluan
b.Tujuan Evaluasi
Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks. Dalam melaksanakan
prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah
dimunculkan. Konsep adalah suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat
diorganisir dengan smbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk
menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan.
Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu
pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari fakta-fakta yang
telah di observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara langsung.Yang dimaksud teori
keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai
keperawatan. Teori keperawatan digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep
dalam keperawatan,dan model konsep keperawatan digunakan dalam menentukan model praktek
keperawatan. Berikut ini adalah ringkasan beberapa teori keperawatan yang perlu diketahui oleh
para perawat profesional sehingga mampu mengaplikasikan praktek keperawatan yang didasarkan
pada keyakinan dan nilai dasar keperawatan.
1. Penyusun Teori: Nightingale (1860)
Keperawatan adalah suatu proses menempatkan pasien dalam kondisi paling baik untuk
beraktivitas yaitu lingkungan yang sehat dan udara yang bersih
fokus Keperawatan: Untuk memfasilitasi proses penyembuhan tubuh dengan
memanipulasi lingkungan klien (Torres, 1986). Kerangka Kerja Praktik: Lingkungan klien
dimanipulasi untuk mendapatkan ketenangan, nutrisi, kebersihan, cahaya, kenyamanan, sosialiasi,
dan harapan yang sesuai
Fokus Keperawatan: Untuk memberikan kepada individu, keluarga, dan masyarakat. Untuk
menjadi perawat yang baik dan berpengertian, juga mempunyai kemampuan intelegensia yang
tinggi, kompeten dan memiliki keterampilan yang baik dalam memberikan pelayanan keperawatan
(Marriner-Torney, 1994)Kerangka Kerja Praktik: Teori ini melingkupi 21 masalah keperawatan
Abdellah (Abdellah et al 1960)
Fokus Keperawatan: Untuk berespons terhadap perilaku klien dalam memenuhi kebutuhan
klien dengan segera. Untuk berinteraksi dengan klien untuk memenuhi kebutuhan klien secepat
mungkin dengan mengidentifikasi perilaku klien, reaksi perawat, dan tindakan keperawatan yang
dilakukan (Tores, 1986; Chinn dan Jacobs, 1995). Kerangka Kerja Praktik: Tiga elemen seperti
perilaku klien, reaksi perawat, dan tindakan perawat membentuk situasi keperawatan (Orlando,
1961)
Jika kita sedang berjaga, baik di IGD atau di ruangan, terkadang pasien datang bak air bah. Kita butuh
me-manage pasien dengan cepat dan segera. Terutama yang paling penting adalah menjaga sirkulasi
tetap baik. Dalam keadaan hectic tersebut kita sudah tidak bisa lagi menghitung manual kebutuhan
cairan dan lain sebagainya. Kita dibutuhkan menghitung cepat diluar kepala. Oleh karena itu saya
membuat rangkuman singkat ini agar mempermudah teman sejawat dalam me-manage pasien.
Rumus
Untuk memahami lebih lanjut, kita harus mengetahui rumus dasar menghitung tetes cairan dalam
satuan jam dan dalam satuan menit:
Infus Blood set untuk tranfusi memiliki faktor tetes yang sama dengan merek otsuka, 15 tetes / menit.
Untuk Infus set dengan faktor tetes 10 tetes / menit jarang ditemui di Indonesia. Biasanya hanya
terdapat di rumah sakit rujukan pusat atau rumah sakit pendidikan.
Berikut ini adalah rumus cepat hasil penurunan dari rumus dasar (dalam satuan jam), untuk pasien
dewasa:
o) Merek Otsuka
o) Merek Terumo
Contoh soal 1
Seorang pasien dengan berat 65 kg datang ke klinik dan membutuhkan 2.400 ml cairan RL. Berapa tetes
infus yang dibutuhkan jika kebutuhan cairan pasien mesti dicapai dalam waktu 12 jam? Di klinik tersedia
infus set merek Otsuka.
Diketahui:
Cairan = 2.400 ml (cc)
Waktu = 12 jam
Faktor tetes otsuka = 15 tetes
Jawab:
Jadi pasien tersebut membutuhkan 50 tetes infus untuk menghabiskan cairan 2400 ml dalam waktu 12
jam, dengan menggunakan infus set Otsuka.
Contoh soal 2
Seorang pasien datang ke RSUD dan membutuhkan 500 ml cairan RL. Berapa tetes infus yang dibutuhkan
jika kebutuhan cairan pasien mesti dicapai dalam waktu 100 menit? Di RSUD tersedia infus set merek
Terumo.
Diketahui:
Cairan = 500 ml (cc)
Waktu = 100 menit
Faktor tetes Terumo = 20 tetes
Jawab:
Jadi pasien tersebut membutuhkan 100 tetes infus untuk menghabiskan cairan 500 ml dalam waktu 100
menit, dengan menggunakan infus set Terumo.
Berikut ini adalah rumus cepat hasil penurunan dari rumus dasar (dalam satuan jam), untuk pasien anak:
Ingin menghitung tetesan infus lebih cepat dan praktis? Bisa. Dengan kemajuan teknologi, menghitung
tetesan infus dapat dilakukan dengan aplikasi sederhana dari smartphone Android. Berikut ini link
mengenai aplikasi-aplikasi gratis Android untuk tenaga kesehatan, termasuk menghitung tetesan infus:
Home
Ilmu Pengetahuan
o Fisika
o Biologi
o Kimia
Info
o Info Menarik
o Info Perkuliahan
Teknologi
o Komputer
o Antariksa
o Game Online
o Elektronika
Matematika
Cara
Blog
Daftar Isi
Home Cara-cara kesehatan Menghitung tetesan infus Rumus Menghitung Tetesan Infus
Rumus Menghitung Tetesan Infus Dalam dunia kedokteran ataupun dunia kesehatan penting
bagi kita untuk mengetahui apa-apa takaran yang pas dalam menggunakan suatu alat dalam
dunia kedokteran tersebut, sperti misalnya berapa cc yang harus disuntiukkan atau berapa banyak
teteasan infus yang digunakan, nah berikut ini cara menghitung tetsan infus dengan rumus yang
tepat.
Diketahui :
cairan yang akan diberikan = 2000 ml
Faktor tetesan/drip = 20
Lama pemberian dalam jam adalah sebesar = 24 jam
2000 ml x 20 tetes
24 x 60 menit
40000 tetes
240 menit
= 27.78
= dibulatkan menjadi 28 tetes/menit
Jika asih kebingunan juga gunakan alat ini untuk menghitung tetesan infus
Faktor tetesan :
tetes/menit.
Semoga bermanfaat yah Rumus Menghitung Tetesan Infus ini jika ada yang perlu ditanyakan
silahkan ditanyakan di kotak komentar di bawah ini.
Cara mudah menghitung cairan infus - artikel sebelumnya kita sudah membahas mengenai 10 kesalahan
saat melakukan pemasangan infus kali ini kita akan membahas bagai mana cara menghitung cairan infus
tersebut.
Mempersingkat waktu, Sehingga dalam hitungan detik perawat langsung tahu berapa banyak
tetes infus yang harus diatur:
Misalnya :
(soal 1) kebutuhan cairan Nacl sebanyak 90ml dalam 1 jam (Makrodrip 20 gtt/menit) = jawabnya
langsung 30 gtt/ menit
(soal 4) kebutuhan cairan Nacl sebanyak 40 ml dalam 1 jam (Makrodrip 15 gtt/menit)= jawabnya
langsung 10 gtt/ menit
(soal 5) kebutuhan cairan Nacl sebanyak 50 ml dalam 1 jam (Mikrodrip 60 gtt/menit) = jawabnya
langsung 50 gtt/ menit
(soal 6) kebutuhan cairan Nacl sebanyak 37 ml dalam 1 jam (Mikrodrip 60 gtt/menit) = jawabnya
langsung 37 gtt/ menit
(soal 7) kebutuhan cairan Nacl sebanyak 36 ml dalam 1 jam (Mikrodrip 60 gtt/menit) = jawabnya
langsung 36 gtt/ menit
Jawab :
RUMUS II
RUMUS
1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro
contoh soal :
1. infus 500 cc diberikan kepada seorang pasien 20 tetes makro/ menit habis dalam berapa jam? jika
dalam micro?
jawab : 1 cc = 20 tetes makro --> berarti pasien diberikan 1 cc/ menit
infus yang tersedia 500 cc --> = akan habis dalam 500 dibagi 60 menit = 8,333 jam
kalo dalam micro tinggal di kali 3 aja. jadinya = 24,99 jam.
2. Berapa tetes macro per menit tetesan 500 cc infus RL harus diberikan agar habis dalam 4 jam?
jawab : 500 cc dibagi 4 jam = 125 cc --> ini jumlah cc RL yang harus diberikan per jamnya
125 cc dibagi 60 = 2,083 cc / menit. ini jumlah cc RL yang harus diberikan per menitnya.
1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro jadi 2,083 cc = (2,083 x 20) 41,66 tetes makro = (2,083 x 60)
124,98 tetes mikro. mudah kan?
selamat mencoba!
Mungkin kita sering mendengarkan atau mendapatkan advice seperti di atas, namun apakah kita
pernah memikirkan, kenapa klien harus mendapatkan carian RL..? Padahal carian kristaloid selain RL juga
ada NS.. Kenapa 20 tetes/menit...? apakah pemberian cairan rumatan (Maintenace) selalu 20
tetes/menit (Sebagian besar tenaga kesehatan memahami bahwa pemberian cairan rumatan
(maintenance) adalah 20 tpm). Eitss... tunggu dulu.. Pemberian Cairan rumatan tidak selalu 20 tpm.. :)
Kebanyakan kita sebagai perawat hanya manut saja dengan apa yang di advicekan dokter, mau
tanya kenapa seperti ini..? kenapa ndak seperti itu..? takut nanti kalau ditanya balik sama dokternya..
malah ndak bisa jawab karena ndak punya dasar kenapa mempertanyakan advice dokter...
Naahh... oleh karena itu kali ini kami akan mengulas sedikit mengenai dasar pengambilan
keputusan dalam pemberian cairan pada klien. Biar nanti kalau ada advice dari dokter kita tahu mengapa
dokter mengambil keputusan itu dan kita dapat mengingatkan apabila kita anggap tidak sesuai dengan
kebutuhan klien...
;)
Rekan-rekan sekalian Jumlah kebutuhan cairan klien adalah salah satu dasar pengambilan
keputusan untuk memberikan cairan tambahan dari luar. Rumusnya adalah sebagai berikut :
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
+
CONTOH KASUS
Berikan cairan maintenance pada klien laki-laki usia 25 tahun dengna berat badan 50Kg
= 2.500 cc / 24 jam
(Jadi kebutuhan Natrium klien berada antara rentang 150-250 mEq dalam 24 jam)
(O) Tetes/menit
- jika kita memberikan 3 flash RL maka jumlah cairan yang kita berikan hanya 1.500 cc
Padahal kebutuhan cairan klien adalah 2.500 cc, maka klien membutuhkan 1.000 cc
tambahan cairan
- Kekurangan cairan kita tutupi dengan cairan non-elektrolit seperti Dekstrosa (D5%)
Jadi, komposisi cairan maintenance yang kita berikan (sesuai dengan kebutuhan klien) adalah 3 flash RL
ditambah 2 flash D5%, dengan tetesan 26 tpm (infus set otsuka), 35 tpm (Infus set terumo) InsyaAllah
semuanya akan habis dalam 24 jam. ^_^
Nah... itu tadi sedikit ilmu yang bisa kami bagikan, semoga rekan-rekan sekalian dapat semakin
kritis dalam menanggapi advice yang diberikan dokter, karena kita adalah mitra... yang bekerja sama dan
saling mengingatkan semata-mata demi pelayanan terbaik bagi klien...
Semoga bermanfaat...
Sukses selalu
Selamat membaca bagi adik-adik dan teman sejawat yang ingin tahu bagaimana menghitung
tetesan infus per menitnya ?????????
Sebelum kita masuk pada pengaplikasian perhitungan kita haru tahu perbedaan antara infus
makro dan juga infus mikro
Perbandingannya adalah
Bagaimana rumusnya??????
Jumlah tetesan per menit = (jumlah cairan (kolf) x Faktor tetes) : (lamanya waktu x 60)
Contoh soal:
Jawab:
1. Mencari jumlah tetesan/ menit
Pasien dewasa
Jumlah tetesan permenit= (jumlah cairan (kolf) x Faktor tetes) : (lamanya waktu x 60)
=(500 x 20 ) : (8 x 60 )
=10.000 : 480
= 20,833 tetes/menit ( kalian bisa bulatkan menjadi 21 tetes permenit )
Pasien anak-anak=(jumlah cairan (kolf) x Faktor tetes) : (lamanya waktu x 60)
=(500 x 60 ) : (8 x 60)
=10.000 : 480
=20,833 tetes/menit (kalian bisa bulatkan menjadi 21 tetes per menit )
Untuk pembulatan jika diatas 5 kalian bisa bulatkan menjadi 1 misal 0,5=1
Jika soal diatas menyatakan bahwa tetesan per/ menit= 21 tetes/menit maka tetesan per detiknya
adalah
1 menit= 60 detik
Jadi jika 21 tetes dalam waktu 60 detik maka hitungan perdetiknya adalah
60/21= 2,857 ( kalian bulatkan menjadi 3 ) jadi artinya dalam waktu 3 detik itu ada 1 tetes
Untuk mikro silahkan anda cari sesuai dengan rumus di atas ???????
Contoh:
Jawab:
1. Langkah pertama apa yg harus dicari bila menemukan kasus orderan cairan
untuk terapi IV? Dan apa satuan yang harus dicari? Berarti fokus ke kecepatan
infusan; gtt/menit (tetes/menit). Jangan terbalik dengan satuan faktor tetes yaitu
gtt/ml (tetes/ ml)!
2. Terus tentukan komponen lainnya untuk dimasukan kedalam rumus, (pastikan
satuannya sdh tepat)
a. Tentukan kebutuhan cairan. Untuk kebutuhan cairan bila dalam satuan Liter
(L) ubah dulu ke miliLiter (ml). 1 liter = 1000 ml. Di soal sudah dalam ml yaitu
100 ml.
b. Tentukan waktu . Untuk waktu bila dalam jam ubah dulu kemenit. 1 jam = 60
menit. Di soal dalam 1 jam berarti 1 x 60 menit.
c. Tentukan faktor tetes. Apakah menggunakan makrodrip (10,15,20 gtt/menit)
atau mikrodrip (60 gtt/menit), dan baca pada kemasan produk berapa faktor
tetesnya. Ingat satuan faktor tetes adalah tetes (gtt)/ ml. Sesuai dengan
pengertiannya faktor tetes adalah banyak tetes infus untuk menghasilkan 1 ml
cairan infus. Di soal karena pasien dewasa dan butuh penggantian cairan maka
menggunakan makrodrip, karena kondisinya tidak begitu parah menggunakan
produk makrodrip dengan faktor tetes 20 gtt/ml.
Atau
Jadi, klem infus harus diatur agar menetes sebanyak 33-34 kali dalam 1 menit.
Bagaimana cara mengaturnya?
Rumus:
D = desired dose dosis yang dinginkan (dosis yang dipesan, biasanya dalam milligrams)
H = on-hand dosis ditangan atau available dose dosis yang tersedia (dosis yang tercantum
dalam label kemasan biasanya ditulis dalam tablet, kapsul, atau mililiter)
X = unknown (jumlah obat yang belum diketahui)
V = unit atau satuan (bisa dalam tablet,per mililiter atau cc, dll)
Apa yang terjadi jika permintaan obat dan label obat ditulis dalam unit (satuan) berbeda? Sebagai
contoh, intruksi pemberian obat Amoxicillin 0.5 g dan pada label kemesan tertulis amoxcilin
500 mg/ kapsul untuk menghitunh jumlah kapsul yang sesuai dengan kebutuhan dosis, langkah
pertama adalah merubah 0.5 g ke satuan miligram. Atau merubah 500 mg ke satuan gram. Dosis
yang dinginkan (yang diperintahkan) dan dosis yang tersedia (atau yang tertulis dalam kemasan)
harus dalam satuan ukur yang sama.
Langkah 1: kita rubah dari gram (g) ke miligram (mg)-> kembali ke pelajaran SD
Cara dan rumus yang sama dapat digunakan untuk menghitung dosis obat dalam bentuk kapsul
atau cair. Contohnya sebagai berikut.
Baca Juga "Menghitung Obat Ruang ICU"
Sumber text book : Anne Collins Abrams, RN, MSN. 2005. Clinical Drug Therapy.
Inteake / cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible Water Loss)
Intake / Cairan Masuk : mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan dalam makanan
pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, obat yang di drip, albumin dll.
Output / Cairan keluar : urine dalam 24 jam, jika pasien dipasang kateter maka hitung dalam
ukuran di urobag, jka tidak terpasang maka pasien harus menampung urinenya sendiri, biasanya
ditampung di botol air mineral dengan ukuran 1,5 liter, kemudian feses.
IWL (insensible water loss(IWL) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit diitung,
yaitu jumlah keringat, uap hawa nafa.
RUMUS IWL
IWL = (15 x BB )
24 jam
24 jam
24 jam
= (202) + 37,5cc
24
Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor, diantaranya Berat
Badan dan Umur..karena penghitungannya antara usia anak dengan dewasa berbeda.
Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok Intake cairan
dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi S (1995) Fluid
Therapy do (PT. Otsuka Indonesia) penghitungan wajib per 24 jam bukan pershift.
Tn Y (35 tahun) , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari kedua..akibat appendix
perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran composmentis..Vital sign TD: 110/70 mmHg;
HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T 37 C: masih dipuasakan, saat ini terpasang NGT terbuka
cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah luka incici operasi terpasang
drainage berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus terpasang Dextrose 5% drip Antrain 1 ampul
/kolf : 2000 cc/24 jam., terpasang catheter urine dengan jumlah urine 1700 cc, dan mendapat
tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik Cefat 2 x 1 gram yg didripkan dalam NaCl 50 cc setiap
kali pemberian, Hitung balance cairan Tn Y!
Tranfusi WB = 300 cc
AM = 300 cc (5 cc x 60 kg) +
2700 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 900 cc (15 cc x 60 kg) +
-
2900 cc
Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam : Intake cairan output cairan
2700 cc 2900 cc
200 cc.
Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL gunakan
rumus :
IWL + 200 (suhu tinggi 36,8 .C), nilai 36,8 C adalah konstanta
Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 C, berapakah Balance cairannya?
3240 cc
Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah : 2700 cc 3240 cc = -540
cc
Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan Air Metabolisme,
menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko do (1995) dari PT. Otsuka
Indonesia yaitu:
Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 usia anak dalam tahun) x
cc/kgBB/hari
CONTOH :
An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien menurut ibunya:
rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih hangat; gusinya tadi malam berdarah
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat data: Keadaan umum terlihat lemah, kesadaran
composmentis, TTV: HR 100 x/menit; T 37,3 C; petechie di kedua tungkai kaki, Makan /24
jam hanya 6 sendok makan, Minum/24 jam 1000 cc; BAK/24 jam : 1000 cc, mendapat Infus
Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000. Hitunglah balance cairan
anak ini!
Input cairan: Minum : 1000 cc
Infus : 1000 cc
AM : 112 cc + (8 cc x 14 kg)
2112 cc
Urin : 1000 cc
1478 cc
2112 cc 1478 cc
+ 634 cc
yang perlu diperhatikan adalah penghitungan IWL pada kenaikan suhu gunakan rumus:
378 + 600
978 cc
Maka output cairan An X = Muntah : 100 cc
Urin : 1000 cc
IWL : 978 cc +
2078 cc
+ 34 cc.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara
lain :
a.Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas
permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami
gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b.Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L
per hari.
c.Diet :
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d.Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
e.Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya :
Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g.Pengobatgan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
1. Dehidrasi
2. Syok hipovolemik
1. Hiponatremia
Causa : CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison
Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit kepala
dan keram otot.
Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi, kejang,
disorientasi dan koma.
Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit Addison).
Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok
seperti hipotensi dan takikardi.
2. Hipernatremia
Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes
insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena
hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder
terhadap hipernatremia.
3. Hipokalemia
Etiologi
Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik, diare,
sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
Diuretik
Maldistribusi K+
Hiperaldosteron
Tanda dan Gejala : Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi
ortostatik, penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard
terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena,
dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan
depresi segmen ST.
4. Hiperkalemia
Etiologi :
Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat kalium,
penghambat ACE.
beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries), pembedahan
mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis.
Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi darah dan
penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.
Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin atau
peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
Insufisiensi adrenal
Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala : Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan
perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan,
terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang,
amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya
interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole
cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan,
arefleksia dan paralisis ascenden.
TERAPI CAIRAN
Definisi
Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interiur dalam batas-batas
fisiologis.
Anoreksia
*Rumus IWL
IWL = (15 x BB )
24 jam
Cth: Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37C
Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 - usia anak dalam tahun) x
cc/kgBB/hari
Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc - 1 cc/kgBB/hari
CONTOH :
An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien menurut
ibunya: "rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih hangat; gusinya tadi
malam berdarah" Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat data: Keadaan umum terlihat
lemah, kesadaran composmentis, TTV: HR 100 x/menit; T 37,3 C; petechie di kedua
tungkai kaki, Makan /24 jam hanya 6 sendok makan, Minum/24 jam 1000 cc; BAK/24
jam : 1000 cc, mendapat Infus Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr
terakhir: 50.000. Hitunglah balance cairan anak ini!
Contoh Kasus:
Tn Y (35 tahun) , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari kedua..akibat
appendix perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran composmentis..Vital sign
TD: 110/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T 37 C: masih dipuasakan, saat ini
terpasang NGT terbuka cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah
luka incici operasi terpasang drainage berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus terpasang
Dextrose 5% drip Antrain 1 ampul /kolf : 2000 cc/24 jam., terpasang catheter urine
dengan jumlah urine 1700 cc, dan mendapat tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik
Cefat 2 x 1 gram yg didripkan dalam NaCl 50 cc setiap kali pemberian, Hitung balance
cairan Tn Y!
Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL
gunakan rumus :
IWL + 200 (suhu tinggi - 36,8 .C), nilai 36,8 C adalah konstanta
Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 C, berapakah Balance cairannya?
Tahap 1: Periksa jalan napas dan pernapasan, bila terdapat masalah segera berikan
tindakan untuk memperbaiki jalan napas dan berikan napas bantuan.
Tahap 2: Segera tentukan apakah anak dalam keadaan syok, tidak sadar, kejang, atau
diare dengan dehidrasi berat.
Bila tidak didapatkan tanda kegawatdaruratan, periksa tanda prioritas (konsep 4T3PR MOB):
Tiny baby (bayi kecil < 2 bulan)
Temperature (anak sangat panas)
Anak dengan tanda prioritas harus didahulukan untuk mendapatkan pemeriksaan dan
penanganan lebih lanjut dengan segera (tanpa menunggu giliran). Pindahkan anak ke depan
antrean. Bila ada trauma atau masalah bedah yang lain, segera cari pertolongan bedah.
A: sadar (alert)
V: memberikan reaksi pada suara (voice)
P: memberikan reaksi pada rasa sakit (pain)
U: tidak sadar (unconscious)
Jika anak tidak sadar, coba untuk membangunkan anak dengan berbicara atau mengguncangkan
lengan anak. Jika anak tidak sadar, tetapi memberikan reaksi terhadap suara, anak mengalami
letargis. Jika tidak ada reaksi, tanyakan kepada ibunya apakah anak mempunyai kelainan tidur
atau susah untuk dibangunkan. Lihat apakah anak memberikan reaksi terhadap rasa sakit atau
tidak. Jika demikian keadaannya berarti anak berada dalam keadaan koma (tidak sadar) dan
memerlukan pengobatan gawat darurat.
Apakah anak kejang? Apakah ada kejang berulang pada anak yang tidak memberikan reaksi?
TRIAGE
A. Defenisi Triage
Suatu sistem seleksi penderita yang menjamin supaya tidak ada penderita yang
tidak mendapat perawatan (kapukonline.com). Sebuah tindakan pengelompokan pasien
berdasarkan berat ringannya kasus, harapan hidup dan tingkat keberhasilan yang akan
dicapai sesuai dengan standar pelayanan UGD yang dimiliki (kompasiana.com)
Triage is derived from french word, trier, meaning to sort out. It was first used
by the french military during world war I, when victim were sorted and clasified
according to the type and urgency of their condition for the purpose of determining
medical treatment priorities (Grossman, 2003)
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa . Tujuan
kedua adalah untuk memprioritaskan pasien menurut ke akutannya . Pengkatagorian
mungkin ditentukan sewaktu-waktu. Jika ragu, pilih prioritas yang lebih tinggi untuk
menghindari penurunan triage.
B. Golongan Triage
Dalam triage ada 5 golongan
1. Golongan I (Label Hijau) :
Penderita tidak luka / menderita gangguan jiwa sehingga tidak memerlukan tindakan
bedah.
2. Golongan II (Label Kuning) :
Penderita dengan luka ringan dan memerlukan tindakan bedah minor.
3. Golongan III (Label Merah) :
Penderita keadaan luka berat / syok.
4. Golongan IV (Label Putih) :
Penderita dengan luka berat tetapi sulit ditolong
5. Golongan V (Label Hitam) :
Penderita meninggal dunia
C. Sistem Triage
Sistem triage ada 2 yaitu :
1. Non Disaster
Untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin bagi setiap individu pasien
2. Disaster
Untuk menyediakan perawatan yang lebih efektif untuk pasien dalam jumlah banyak
Tepat adalah melakukan tindakan dengan betul dan benar, Cermat adalah melakukan
tindakan dengan penuh minat, perhatian, sabar, tanggap terhadap keadaan pasient, penuh
ketelitian dan berhati-hati dalam bertindak serta hemat sesuai dengan kebutuhan
sedangkan Cepat adalah tindakan segera dalam waktu singkat dapat menerima dan menolong
pasien, cekatan, tangkas serta terampil.
Sementara itu urutan prioritas penanganan kegawatan berdasarkan pada 6-B yaitu :
B -1 = Breath system pernafasan
B -2 = Bleed system peredaran darah ( sirkulasi )
B -3 = Brain system saraf pusat
B -4 = Bladder system urogenitalis
B -5 = Bowl system pencernaan
B -6 = Bone system tulang dan persendian
Kegawatan pada system B-1, B-2, B-3, adalah prioritas utama karena kematian dapat
terjadi sangat cepat, rangkin pertolongan ini disebut Live Saving First Aid yang
meliputi :
Membebaskan jalan napas dari sumbatan
Memberikan napas buatan
Pijat jantung jika jantung berhenti
Menghentikan pendarahan dengan menekan titik perdarahan dan menggunakan beban
Posisi koma dengan melakukan triple airway menuver, posisi shock dengan tubuh
horizontal, kedua tungkai dinaikan 200 untuk auto tranfusi
Bersikap tenang tapi cekatan dan berfikir sebelum bertindak, jangan panic
Lakukan pengkajian yang cepat terhadap masalah yang mengancam jiwa
Lakukan pengkajian yang siatematik sebelum melakukan tindakan secra menyeluruh.
Berdasarkan urain diatas dapat disimpulkan segera sesuai dengan standar dan fasilitas yang
tersedia karena faktor waktu dan infornasi terbatas untuk mencegah kematian dan
mencegah kecacatan.
II. PENGERTIAN
E. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang datangnya mendadak, tidak
dikehendaki sehinga menimbulkan cedera (fisik. mental, sosial)
F. Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.
G. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peritiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaan manusia. kerugian harta benda, kerusakan
Iingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap
tata kehidupan dan penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongar. dan bantuan.
2.1 Tujuan
a. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada periderita gawat darurat,
hingga dapat hidup dan berfungs kembali dalarn masyarakat sebagaimana mestinya.
b. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan
yang Iebih memadai.
c. Menanggulangi korban bencana.
3.1 Tujuan
Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap
anggota masyarakat yang berada daam keadaan gawat darurat.
Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup suatu
rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah
kematian atau cacat yang mungkin terjadi.
Kegawatdaruratan gigi
Bab I
Pendahuluan
Definisi
Kegawatdaruratan gigi adalah suatu keadaan dimana terdapat trauma terhadap mulut yang
melibatkan gigi yang tercabut, rahang yang bergeser dan trauma wajah atau fraktur.
Sebagai tambahan adalah perlukaan soft tissue seperti bibir, gusi, atau pipi. Perlukaan pada
mulut sering menimbulkan sakit yang cukup hebat dan harus dirawat oleh dokter gigi
sesegera mungkin.
Latar Belakang
Kegawatdaruratan ini menyangkut rasa sakit, perdarahan, infeksi dan estetika dimana ada
Batasan Masalah
Pada makalah ini hanya dibahas mengenai sakit gigi, perdarahan, komplikasi operasi, gigi
Pembahasan
A. Sakit gigi
Nyeri pulpa adalah nyeri yang spontan, kuat, sering berdenyut dan dipicu oleh suhu,
dan masih terasa beberapa saat setelah penyebabnya dihilangkan. Lokalisasinya pada
tempat yang buruk dan nyeri cenderung menjalar ke telinga, pelipis, atau pipi. Nyeri ini
dapat hilang spontan, namun pasien tetap harus diarahkan untuk menemui dokter gigi,
karena dapat terjadi nekrosis pulpa dan dapat terjadi periodontitis apikalis akut (abses
gigi). Perawatan endodontik (perawatan saluran akar) atau pencabutan gigi mungkin
dibutuhkan.
Nyeri periodontitis apikalis berupa nyeri yang spontan dan hebat, berlangsung
selama beberapa jam terlokalisir dengan baik dan ditimbulkan oleh proses pengunyahan.
Gusi dari gigi yang bersangkutan sering teraba lunak. Absesnya dapat berbentuk (gumboil
atau abses subperiosteal pada gusi) kadang dengan pembengkakan wajah, demam dan sakit.
Infeksi pada rongga wajah dapat membahayakan saluran nafas dan harus dikonsulkan ke
dan analgesik. Situasi yang akut ini biasanya menyembuh tetapi absesnya dapat timbul lagi
apabila pulpa yang nekrotik tersebut terinfeksi kembali, kecuali dilakukan perawatan
endodontik atau pencabutan gigi. Hipersekresi sinus yang asimtomatik dapat merupakan
gejala dari adanya abses kronik. Abses ini jarang terbuka sampai ke kulit.
B. Perdarahan
Perdarahan pada mulut sebagian besar disebabkan oleh gingivitis atau trauma, namun
Trauma
Setelah sebuah gigi dicabut atau diekstraksi, soket gigi tersebut mengeluarkan darah
Perawatan darurat untuk perdarahan post ekstraksi adalah menyuruh pasien untuk
Perdarahan menetap mungkin memerlukan penutupan soket dengan bahan haemostatic atau
Indikasi perawatan gigi yang harus segera dirujuk ke rumah sakit, misalnya:
a. Trauma
- Infeksi oral dimana pasien keracunan atau mengalami gangguan imunitas hebat
- Tuberkulosis
c. Kehilangan Darah
Perdarahan yang menetap atau hebat (biasanya pada pasien dengan kecenderungan
perdarahan)
d. Lain lain
C. Komplikasi Bedah
Beberapa kasus nyeri dan bengkak setelah ekstraksi gigi adalah biasa terjadi namun
akan hilang setelah beberapa jam. Parasetamol biasanya memberikan efek analgesik yang
cukup. Nyeri dari tindakan ekstraksi yang rumit mungkin bertahan lebih lama dan harus
dikontrol secara teratur dengan analgesik. Jika nyeri menetap atau bertambah pasien harus
kembali ke dokter gigi untuk mencari penyebabnya (seperti dry socket atau fraktur
rahang).
b. Infeksi
Osteitis lokalisata (dry socket) biasanya disebabkan oleh pencabutan gigi, khususnya
ekstraksi molar bawah. Setelah 2 - 4 hari, dapat terjadi nyeri yang meningkat, halitosis,
rasa tidak enak, rongga gigi yang kosong (empty socket), dan terasa lunak. Infeksi ini
dirawat dengan irigasi dengan air garam hangat (50C) atau cairan chlorhexidine, kemudian
menutup socket (dengan campuran yang sudah tersedia) dan berikan analgesik dan
antimikroba (metronidazol). Perawatan ini tidak dapat dilakukan bila ada akar yang
tertinggal, benda asing, fraktur rahang, osteomielitis, atau penyebab lain khususnya bila
ada demam, nyeri yang menetap atau gangguan neurologis lain seperti rasa baal pada bibir.
Nyeri yang terus meningkat bisa menandakan adanya fraktur atau infeksi.
Aktinomikosis merupakan komplikasi jangka panjang yang jarang dari ekstraksi atau
fraktur rahang. Dan biasanya tampak sebagai pembengkakan kronis yang keunguan. Hal ini
c. Komplikasi Antral
Bila terjadi masuknya gigi ke dalam antrum, beri antimikroba dan dekongestan hidung dan
cari gigi tersebut dengan radiografi. Terapi selanjutnya memerlukan tindakan bedah.
d. Fistula Oroantral
hidung dapat menolong. Jika didiagnosa lebih awal, dapat dilakukan penutupan secara
primer, namun pada kasus lain perlu dikonsul ke spesialis untuk dilakukan penutupan dengan
flap.
Fistula oroantral terjadi setelah pencabutan gigi molar atas. Dasar antrum sering
D. Fraktur Gigi
Trauma pada gigi susu mungkin tidak memerlukan perawatan darurat gigi. Tetapi
cidera yang tampaknya ringan dapat merusak gigi pengganti yang akan menjadi gigi tetap.
Fraktur pada enamel tidak memerlukan perawatan darurat. Tetapi tetap memerlukan
pengawasan. Kebanyakan cedera berat pada dentin harus dirawat dengan segera karena
dapat menimbulkan infeksi pulpa. Perawatan darurat seperti menambal dengan material
khusus pada dentin yang patah dan perawatan secara cepat oleh dokter gigi harus dilakukan
pada waktu yang bersaman atau paling lambat pada keesokan harinya.
E. Gigi Avulsi
Avulsi pada gigi tetap anterior dapat ditanam kembali pada anak-anak, khususnya
apabila apex pada akar belum terbentuk dengan sempurna (dibawah 16 Tahun). Avulsi pada
gigi susu tidak perlu ditanam kembali. Semakin muda usia anak, maka penanaman kembali
semakin cepat yaitu 15 menit dan lebih baik yaitu 98% dapat kembali normal dengan
perawatan berkala.
Penanaman yang segera memberikan hasil yang terbaik. Jika gigi tersebut
terkontaminasi, cucilah dengan larutan air garam steril, dan apabila soket terisi bekuan
darah, hilangkan dengan irigasi larutan garam. Tanam kembali gigi dengan benar sesuai
permukaannya (pastikan bagian labial (cembung) menghadap kedepan) dan secara manual
tekan soketnya dan balut giginya. Anak tersebut harus menemui dokter gigi dalam waktu 72
Jika penanaman kembali tidak dapat dilakukan segera, taruh gigi pada larutan
isotonic seperti susu segar dingin yang terpasteurisasi, larutan garam atau larutan lensa
kontak. Atau bila anak cukup kooperatif, letakkan gigi pada sulcus buccalis dan bawa ke
dokter gigi dalam waktu 30 menit. Cairan yang tidak sesuai dan merusak adalah air (terjadi
desinfektan, pemutih, dan jus buah. Penggunaan larutan minyak doxycilin sebelum
penanaman kembali oleh dokter gigi dapat membantu pencegahan resorpsi akar di kemudian
hari.
Balut gigi selama 7-10 hari, tidak boleh menggigit pada gigi yang dibalut., diet harus lunak
F. Trauma Maxillofacial
Ini biasanya disebabkan oleh pembukaan rahang yang terlalu lebar. Condylus bergeser ke
depan atas, anterior dari eminensia dan mulut pasien terbuka terus.
Proses pengembalian posisi dapat dilakukan dengan menghadap wajah pasien dan
meletakkan ibu jari tangan kanan dan kiri yang sudah dibalut perban pada gigi molar bawah
dan lakukan tekanan ke arah bawah secara bersaman dengan jari lainnya dibawah dagu,
Apabila otot-otot mengalami spasme, dapat diberikan midazolam i.v. Apabila posisi rahang
sudah kembali, hindari pembukaan rahang yang lebar. Dislokasi yang berulang dapat
b. Fraktur Rahang
Umumnya terjadi karena trauma dengan kecepatan tinggi seperti kecelakaan
lalulintas dan kecelakaan lainnya. Tindakan yang terutama adalah membebaskan jalan nafas.
Bebaskan semua trauma pada pasien sepanjang jalan nafas dengan pedoman ATLS. Masalah
lain yang mengancam kehidupan seperti pendarahan intracranial, pendarahan hebat dari
organ lain dan kerusakan tulang leher harus segera ditangani. Dalam pengamatan
selanjutnya, perhatikan robekan pada kepala dan adanya kebocoran cairan serebrospinal.
nafas. Fraktur rahang sendiri jarang menyebabkan pendarahan yang hebat, kecuali
Pendarahan dari pecahnya arteri inferior gigi biasanya berhenti dengan sendirinya.
Tetapi timbul kembali pada traksi mandibula. Pendarahan maxillofacial yang hebat dapat
ditamponade dengan fiksasi craniofacial,. Pendarahan dapat timbul dari fraktur tulang
hidung, dimana dibutuhkan fiksasi pada hidung. Jika pendarahan berulang, pembuluh darah
merupakan prioritas yang utama. Namun serpihan seperti gigi yang patah, darah, atau air
liur harus dibersihkan dari mulut. Dan diperlukan pembebasan jalan nafas orofaringeal.
apabila intubasi tidak dapat dilakukan, atau keadaan kontraindikasi dari intubasi
nasotrakheal. Diagnosa frakturnya dari anamnesa yaitu nyeri, bengkak, memar, pendarahan
(biasanya dalam mulut), adanya fragmen yang bergeser (adanya krepitasi), oklusi yang tidak
rata, paresthesia dan anesthesia dari saraf yang bersangkutan dan tanda-tanda fraktur
pada radiografi.
c. Fraktur Mandibula
Hal ini biasanya tidak berhubungan dengan luka atau pendarahan lain yang serius. Jika
sympysis mengalami remuk, lidah dapat terdorong ke belakang dan menyumbat jalan nafas,
dan ini perlu dicegah. Fraktur sederhana yang tidak bergeser dapat dirawat secara
konservatif dengan diet lunak apabila gigi tidak rusak. Jika fragmen bergeser, nyeri
cenderung terjadi dan fiksasi dini merupakan penatalaksanaan terbaik. Umumnya fraktur
Ini biasanya ditimbulkan oleh trauma yang parah. Biasanya kecelakaan lalu lintas dan
diklasifikasikan menurut garis fraktur Le Fort (Fraktur horizontal pada bilateral maksila).
Le Fort III Seluruh maksila (suprazygomatic) dan satu atau lebih tulang wajah
Mungkin terdapat pula penyumbatan jalan nafas, cedera kepala, cedera dada,
robekan organ visceralis, fraktur tulang belakang dan tulang panjang. Sebagian besar
fraktur sepertiga tengah dirawat dengan pembedahan dan fiksasi dengan mini plate.
daya penglihatan, variasi besar dan reaksi pupil serta enophthalmus atau exophthalmus.
Fraktur yang tidak bergeser dan tidak mengalami komplikasi tidak perlu dirawat, tetapi
Bab III
Penutup
Kesimpulan
Pada umumnya, kegawatdaruratan gigi berhubungan dengan nyeri, pendarahan, trauma pada
orofacial, dan harus ditangani oleh dokter gigi. Namun bila tidak terdapat dokter gigi,
dokter umum pun harus dapat menangani kedaruratannya dan pasien harus segera diarahkan
1. Setiap calon dokter umum harus diajarkan mengenai kegawatdaruratan gigi dan cara
pertolongan pertamanya.
3. Setelah dilakukan pertolongan pertama, segera rujuk ke dokter gigi atau rumah sakit
terdekat.
Bab IV
Daftar Pustaka
1. Andreasen JO, Andreasen FM. Textbook and colour atlas of traumatic injuries to the teeth .
2. Bishop BG, Donnelly JC. Proposed criteria for classifying potential dental emergencies in
injury and assault to the head. Part 1: Age and gender. Br J Oral Maxillofac Surg
1999;37:294-300.
4. Nelson LP, Shusterman S. Emergency management of oral trauma in children. Curr Opin
Pediatr 1997;9:242-5.
5. Roberts G, Longhurst P. Oral and dental trauma in children and adolescents . Oxford:
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Committee for the Prevention of Systematic
Complications During Dental Treatment of The Japanesse Dental Society antara tahun
1980-1984 di Jepang menunjukkan sekitar 19-44% dokter gigi mendapatkan kasus
kegawatdaruratan setiap tahun. Sekitar 90% merupakan kasus ringan namun sekitar 8%
merupakan kasus yang cukup berat (Haas, 2006). Kasus kegawatdaruratan paling sering
didapatkan adalah saat dan setelah dilakukan anestesi lokal, dimana lebih dari 60% adalah
kasus sinkop dan 7% disertai hiperventilasi (Melamed, 2003).
Kegawatdaruratan pasien anak merupakan hal yang jarang dalam perawatan kedokteran gigi
tetapi jika hal ini terjadi maka dapat mengancam nyawa. Kegawatdaruratan dapat terjadi
sehubungan dengan berbagai penyebab (Melamed, 2003). Dokter gigi secara umum harus
siap untuk menangani secara menyeluruh dan efektif jika kegawatdaruratan ini terjadi.
Di dalam merawat pasien, dokter gigi akan berhadapan dengan pasien dengan populasi dan
variasi status kesehatan pasien yang berbeda-beda. Oleh karena itu, persiapan dalam
menghadapi pasien-pasien dengan status kesehatan medically compromised patient
merupakan hal utama yang harus dilakukan. Anamnesa lengkap sebelum tindakan harus
dilakukan oleh setiap dokter gigi. Anamnesa tidak hanya mengenai gigi yang menjadi keluhan
utama, namun kesehatan umum dan riwayat perawatan gigi terdahulu juga merupakan hal
yang perlu mendapat perhatian khusus. Orang tua kadang tidak menyadari kelainan sistemik
yang dialami oleh anaknya, oleh karena itu dokter gigi harus dapat mengarahkan pertanyaan
yang diberikan agar segala kelainan sistemik yang dialami anak dapat terungkap saat
perawatan gigi akan dilakukan (Riyanti, 2008).
Beberapa pertanyaan awal di bawah ini sangat membantu saat akan merawat pasien yaitu,
apakah ada efek samping dan jika ada bagaimana perawatan umumnya, apakah efek
perawatan gigi akan menyebabkan penyakit secara umum, dan bagaimana reaksi obat yang
akan timbul serta interaksinya dan bagaimana mengantisipasinya. Tindakan yang dilakukan
seorang dokter gigi harus mengacu pula pada clinical risk management yaitu proses
sistematik untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengontrol kejadian ataupun reaksi
yang akan muncul setelah tindakan medis (Field & Longman, 2004).
Sebagai seorang dokter gigi, kita harus memiliki ilmu dan keterampilan dalam menghadapi
keadaan gawat darurat tersebut. Pada pasien anak, keadaan kegawatdruratan yang paling
umum terjadi adalah biasanya sehubungan dengan pemberian obat-obatan, yang paling
sering adalah anestesi lokal dan/atau penggunaan depresan sistem saraf pusat sebagai
sedasi, selain itu juga disebabkan oleh adanya riwayat penyakit sistemik dari anak tersebut.
Sebelum melakukan perawatan, maka seorang dokter gigi harus bias mendapatkan informasi
riwayat kesehatan pasien tersebut, sehingga dokter gigi dapat memberikan perawatan yang
sesuai dan bertindak hati-hati terhadap adanya kemungkinan dari kondisi sistemik pasien
tersebut.
Tindakan yang cepat dan benar merupakan kunci utama penatalaksanaan kegawatdaruratan.
Kecekatan operator di dalam mengambil tindakan harus dilatih dengan benar, agar
kesalahan pengambilan keputusan dapat dihindari. Perlu pula ditentukan apakah pasien
dalam keadaan sadar atau tidak, bila pasien tidak sadar maka tidak ada respons terhadap
stimulasi. Penatalaksanaan dasar dalam kegawatdaruratan yaitu position, airway, breathing,
circulation, dan definitive care (pada basic life support biasa disebut dengan defibrillation)
(Gambar 1) (Melamed, 2003; Frush et al., 2008).
Mencakup diagnosis dan tindakan terhadap semua pasien yang memerlukan perawatan yang tidak
direncanakan dan mendadak
Pelaksana kegawatdaruratan adalah dokter dan perawat yang telah mendapat pelatihan di pusat-
pusat pelatihan kegawatdaruratan
Tingkatan kesadaran
Ada 5 yaitu :
4. Sopour : pasien mengantuk lebih dalam, dan baru bereaksi bila diberi rangsang nyeri
> 2 s : Syok
Nadi meningkat
Airway
Breathing
Minta bantuan
c. Letakkan ujung jari tangan lainnya dibawah bagian ujung tulang rahang pasien/korban
d. Tengadahkan kepala dan tahan/tekan dahi pasien/korban secara bersamaan sampai kepala
pasien/korban pada posisi ekstensi
Circulation
Rescue breaths
Take about 1 s
Pada saat terjadi kegawadaruratan media pasien anak di dalam ruang praktek, maka
tindakan penanganannya adalah mengacu pada penatalaksanaan dasar dalam
kegawatdaruratan yaitu position, airway, breathing, circulation, dan definitive care.
Position
Penyebab utama hilangnya kesadaran adalah hipotensi. Segera letakkan pasien tidak sadar
pada tempat yang rata dengan posisi supine dimana kaki lebih tinggi daripada badan. Posisi
ini akan menghasilkan peningkatan aliran darah di daerah kepala dengan sedikit hambatan
dalam sistem respirasi. Pada pasien dengan penyebab acute respiratory distress seperti
acute asthmatic bronchospasm maka posisi yang paling nyaman adalah tegak lurus agar
ventilasi dapat meningkat (Melamed, 2003; Melamed 2007; Frush et al., 2008).
Tindakan airway dan breathing pada pasien sadar dilakukan dengan heimlich maneuver dan
pasien tidak sadar dilakukan dengan menerapkan posisi tilt-chin lift maneuver (Gambar 2)
kemudian diikuti dengan pemeriksaan ventilasi melalui look, listen, feel. Perhatikan dan
pastikan apakah penderita dapat bernafas spontan ataukah penderita mencoba untuk dapat
bernafas. Cara ini dilakukan dengan mendengarkan dan merasakan pertukaran udara yang
keluar melalui mulut ataupun hidung. Apabila tidak ada usaha respirasi spontan yang
ditandai dengan tidak ada pergerakan pundak maka kontrol ventilasi harus menggunakan
bantuan nafas (Melamed, 2003; Melamed 2007).
Gambar 2. Teknik chin lift-head tilt (kiri). Mouth-to-mask ventilation (kanan). Sumber:
Melamed, 2003
Penggunaan full face mask dan positive pressure oxygen bagi pasien di atas usia delapan
tahun yaitu dengan memberikan ventilasi kira-kira satu hembusan nafas untuk setiap lima
detik, dan satu kali nafas tiap tiga detik untuk bayi dan anak (Frush et al., 2008). Apabila
ventilasi spontan sudah terjadi yaitu ditandai dengan adanya gerakan spontan pada dada
maka tindakan ventilasi harus dihentikan oleh karena dapat mengakibatkan gastric
distension dan regurgitation (Melamed, 2003; Melamed 2007).
Definitive Care
Tindakan definitive care dilakukan sesuai dengan diagnosis yang telah ditegakkan. Tentukan
dengan benar diagnosis penyebab terjadinya kegawatdaruratan agar tindakan definitive
care bisa berhasil (Melamed, 2003; Melamed 2007).
Latar Belakang
Pertolongan Pertama Pada Gawat Darurat (PPGD) adalah serangkaian usaha-usaha pertama
yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari
kematian.
Prinsip Utama
Prinsip Utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat.
Kemudian filosofi dalam PPGD adalah Time Saving is Life Saving, dalam artian bahwa seluruh
tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar- benar efektif dan
efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja
( henti nafas selama 2-3 menit dapat mengakibatkan kematian)
Langkah-langkah Dasar
Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D ( Airway -
Breathing Circulation Disability ). Keempat poin tersebut adalah poin-poin yang harus
sangat diperhatikan dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat darurat
Nafas Bantuan
Nafas Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan frekuensi nafas
pasien yang di bawah normal. Misal frekuensi napas : 6 kali per menit, maka harus diberi nafas
bantuan di sela setiap nafas spontan dia sehingga total nafas permenitnya menjadi normal (12
kali).
Prosedurnya :
1. Posisikan diri di samping pasien
2. Jangan lakukan pernapasan mouth to mouth langsung, tapi gunakan lah kain sebagai pembatas
antara mulut anda dan pasien untuk mencegah penularan penyakit2
3. Sambil tetap melakukan chin lift, gunakan tangan yg tadi digunakan untuk head tilt untuk
menutup hidung pasien (agar udara yg diberikan tidak terbuang lewat hidung).
4. Mata memperhatikan dada pasien
5. Tutupilah seluruh mulut korban dengan mulut penolong
6. Hembuskanlah nafas satu kali ( tanda jika nafas yg diberikan masuk adalah dada pasien
mengembang)
7. Lepaskan penutup hidung dan jauhkan mulut sesaat untuk membiarkan pasien menghembuskan
nafas keluar (ekspirasi)
8. Lakukan lagi pemberian nafas sesuai dengan perhitungan agar nafas kembali normal
Nafas Buatan
Cara melakukan nafas buatan sama dengan nafas bantuan, bedanya nafas buatan diberikan pada
pasien yang mengalami henti napas. Diberikan 2 kali efektif (dada mengembang )
Pijat Jantung
Pijat jantung adalah usaha untuk memaksa jantung memompakan darah ke seluruh tubuh, pijat
jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis yang tidak teraba. Pijat jantung biasanya
dipasangkan dengan nafas buatan (seperti dijelaskan pada algortima di atas)