Anda di halaman 1dari 118

IMPLEMENTASI PERAWATAN METODE KANGGURU

TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI


DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH
SAKIT MUHAMMADIYAH TAHUN 2021

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

ANGGRAINI
(NIM PO.71.20.1.18.009)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
IMPLEMENTASI PERAWATAN METODE KANGGURU
TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI
DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH
SAKIT MUHAMMADIYAH TAHUN 2021

Diajukan Kepada Poltekkes Kemenkes Palembang Untuk Memenuhi


Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

OLEH :

ANGGRAINI
(NIM PO.71.20.1.18.009)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
iii
iv
v
BIODATA PENULIS

Nama : Anggraini
Tempat, Tanggal Lahir : Air Itam, 21 Oktober 2000
Agama : Islam
Alamat : Dusun I, RT 001 RW -,Desa/ Kelurahan Air Itam,
Kecamatan Penukal, Kabupaten Penukal Abab
Lematang Ilir (PALI)
Nama Orang Tua
Ayah : Paisol
Ibu : Heni Leberti
Anak ke : 1 dari 4 Bersaudara
Riwayat Pendidikan
Tahun 2006-2012 : SD NEGERI 1 PALDAS
Tahun 2012-2015 : SMP NEGERI 1 PENUKAL
Tahun 2015-2018 : SMA NEGERI 1 PENUKAL
Tahun 2018-2021 : POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII
KEPERAWATAN PALEMBANG
Motto :
Jangan ingat lelahnya belajar, tapi ingat buah manisnya yang bisa dipetik
kelak ketika sukses.

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, Karya Tulis Ilmiah ini
saya persembahkan untuk :
1. Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, melimpahkan karunia serta
kemudahan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
2. Kedua orang tuaku “Paisol dan Heni Leberti”, adalah bak dan mak yang
senantiasa mendo’akanku setiap saat setiap waktu dan tak henti-hentinya
memberikanku semangat serta cinta kasih sayang yang selalu diberikan
sepanjang masa. Terimakasih mak bak sayang kalian.
3. Adik-adikku “Wit Dia, Abdi Pernando, Aura Azalea Dzahin” yang saya
cintai dan saya sayangi, terimakasih telah memberikan semangat dan
suportnya.
4. Pasanganku “Rian Andika” yang selalu memberikan semangat sekaligus
kehidupan yang penuh dengan kejujuran serta nasehat yang tak henti-
hentinya. Terimakasih selalu ada untuk saya.

Motto :
Jangan ingat lelahnya belajar, tapi ingat buah manisnya yang bisa dipetik
kelak ketika sukses.

vii
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji syukur bagi Allah SWT, atas berkat
rahmat dan hidayah-NYA peneliti bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Implementasi Perawatan Metode Kangguru Terhadap Peningkatan Berat
Badan Pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RS
Muhammadiyah Palembang Tahun 2021”.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti banyak mendapat saran dan
bimbingan dari berbagai pihak yang selalu memberikan semangat sehingga
memberikan dampak positif dan menjadi sumber kekuatan bagi peneliti. Oleh
karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua yang berpengaruh
dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Palembang.
2. Ibu Devi Mediarti, S.Pd, S.Kep, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Palembang.
3. Ibu Rehana, S.Pd, S.Kep, M.Kes selaku pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan terbaik dalam penyelasaian karya tulis ilmiah ini.
4. Ibu Jawiah, S.Pd, M.Kes selaku pembimbing pembimbing pendamping yang
juga sudah memberikan bimbingan terbaiknya.
5. Ibu Yunike, S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen penguji I Seminar Proposal Karya
Tulis Ilmiah.
6. Ibu Ns. Ratna Ningsih, M.Kep, Sp.Kep, Mat selaku dosen penguji II Seminar
Proposal Karya Tulis Ilmiah.
7. Semua staf, dosen, karyawan dan karyawati Poltekkes Kemenkes Palembang
Jurusan Keperawatan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan mendidik
penulis sehingga mampu menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Teman-teman angkatan 51, khususnya kelas A yang selalu bersama selama tiga
tahun melalui lika-liku kehidupan perkuliahan.
9. Terkhusus untuk kedua orang tuaku serta adik-adikku yang selalu memberikan
doa dan semangat dalam menghadapi berbagai lika-liku kehidupanku.

viii
10. Sahabatku Anggi wulan fertika sari, Zeli fitriani, Umi kalsum dan orang
kusayangi yang tak pernah henti-hentinya menemaniku, membantuku serta
memberiku nasihat yang selalu mensuport agar terus berjuang sampai selesai
kuliah yaitu pasanganku “Rian Andika’.

Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, masih


terdapat banyak kekurangan baik teknik penulisan maupun isinya, dikarenakan
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna perbaikan.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT melimpahkan karunia dan
rahmat-Nya untuk kita semua dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb

Palembang, 3 Mei 2021

Penulis

ix
ABSTRAK

Anggraini (2021). Implementasi Perawatan Metode Kangguru Terhadap


Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) Di RS Muhammadiyah Palembang Tahun 2021.
Program Studi Diploma III Keperawatan Palembang, Jurusan
Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Palembang, Pembimbing (1)
Rehana, S.Pd, S.Kep. M.Kes.(2) Jawiah, S.Pd, S.Kep.M.Kes.

Perawataan metode kanguru yang di singkat dengan PMK merupakan perawatan


yang diberikan kepada bayi yang berat badannya rendah, yang secara umum berat
lahirnya kurang dari 2500 gram. Masalah yang dirasakan adalah Bayi berat lahir
rendah (BBLR). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Bayi dengan berat badan <2500
gram berdampak buruk pada kesehatan, mempunyai risiko 20 kali mengalami
kematian dibandingkan dengan bayi berat lahir cukup atau ≥2500 gram
(Saifuddin, 2010).
Metode penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk
mengekplorasi Implementasi Perawatan Metode Kangguru Terhadap Peningkatan
Berat Badan Pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RS
Muhammadiyah Palembang Tahun 2021. Fokus studi kasus ini adalah
Menerapkan metode kangguru untuk melihat pengaruh metode kangguru terhadap
peningkatan berat badan pada bayi dengan bayi berat lahir rendah (BBLR).
Subjek Studi Kasus Subyek dalam studi kasus ini adalah dua klien dengan
memenuhi Kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yaitu Berat badan lahir <
2.500 gram, bersedia menjadi responden/subjek penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat badan bayi meningkat 10-15 gram
perhari setelah dilakukan PMK selama 60 menit, dan tidak terjadi risiko defisit
nutrisi atau penurunan berat badan di atas 10% pada bayi berat lahir rendah diusia
fisiologis.
Kata Kunci : Perawatan Metode Kangguru, BBLR.

x
ABSTRACT
Anggraini (2021). Implementation of Kangaroo Treatment Method for Weight
Gain in Infants with Low Birth Weight (LBW) at Muhammadiyah
Hospital Palembang in 2021. Palembang Nursing Diploma III
Study Program, Department of Nursing, Poltekkes Palembang
Health Ministry, Advisor (1) Rehana, S.Pd, S .Kep. M.Kes. (2)
Jawiah, S.Pd, S.Kep.M.Kes.

The shortened kangaroo treatment method with PMK is a treatment given to


babies who are low in weight, who generally have a birth weight of less than 2500
grams. The problem that is felt is low birth weight babies (LBW). Low birth
weight (LBW) is a baby born with a birth weight of less than 2500 grams. Babies
weighing <2500 grams have a negative impact on health, have a 20 times risk of
experiencing death compared to babies with sufficient birth weight or ≥2500
grams (Saifuddin, 2010).
This research method is descriptive in the form of a case study to explore the
Implementation of Kangaroo Treatment Method for Weight Gain in Infants with
Low Birth Weight (LBW) at Muhammadiyah Hospital Palembang in 2021. The
focus of this case study is to apply the kangaroo method to see the effect of the
kangaroo method on weight gain in infants with low birth weight babies (LBW).
Case Study Subject The subjects in this case study were two clients who met the
inclusion and exclusion criteria. Inclusion criteria, namely birth weight <2,500
grams, willing to be respondents / research subjects.
The results showed that the baby's body weight increased 10-15 grams per day
after 60 minutes of FMD, and there was no risk of nutritional deficits or weight
loss of more than 10% in low birth weight babies of physiological age.

Keywords: Kangaroo Care Method, LBW.

xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................i
HALAMAN SAMPUL................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN.......................iii
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................vii
KATA PENGANTAR.............................................................................. viii
ABSTRAK.....................................................................................................x
ABSTRACT.................................................................................................xi
DAFTAR ISI...............................................................................................xii
DAFTAR TABEL......................................................................................xiv
DAFTAR BAGAN......................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................xvi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................5
...1.3 Tujuan Studi Kasus.......................................................................... 5
1.4 Manfaat Studi
Kasus.........................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep
Penyakit...............................................................................7
2.1.1 Definisi BBLR.........................................................................7
2.1.2
Etiologi..........................................................................
...........7
2.1.3 Patofisiologi BBLR..................................................................7
2.1.4 Web Of Causes
(WOC)............................................................8
2.1.5
Klasifikasi.........................................................................
............9
2.1.7 Tanda dan Karakteristik............................................................10
2.1.7 Komplikasi..............................................................................10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang..........................................................12
2.1.9 Penatalaksanaan Umum pada BBLR......................................12

2.2 Konsep Metode Kanguru................................................................13


2.2.1 Pengertian PMK......................................................................14
.... 2.2.2 Jenis PMK...............................................................................15
2.2.3 Manfaat PMK.........................................................................15
...... 2.2.4 Komponen PMK.....................................................................16
..... 2.2.5 Persiapan PMK.......................................................................17

xii
.... 2.2.6 Langkah-langkah PMK...........................................................18
.... 2.2.7 Indikasi Bayi Untuk Dilakukan PMK.....................................18
2.2.8 Ringkasan Kebutuhan Nutrisi..............................................18

2.3 Asuhan Keperawatan......................................................................20


.... 2.3.1 Pengkajian...............................................................................20
..... 2.3.2 Diagnosa Keperawatan...........................................................22
..... 2.3.3 Intervensi Keperawatan..........................................................23
.... 2.3.4 Implementasi...........................................................................26
..... 2.3.5 Standar Operasional Prosedur PMK.......................................27
.... 2.3.6 Evaluasi...................................................................................28
..... 2.3.7 Kerangka Teori.......................................................................30

BAB III METODELOGI STUDI KASUS


3.1 Rancangan Studi
Kasus...................................................................31
3.2 Kerangka Pikir.................................................................................31
3.3 Definisi Operasional Istilah.............................................................31
3.4 Subyek Studi Kasus.........................................................................32
3.5 Fokus Studi Kasus...........................................................................32
3.6 Tempat dan Waktu...........................................................................32
3.7 Instrumen Studi Kasus.....................................................................32
3.8 Jenis dan Pengumpulan Data...........................................................33
3.9 Langkah Pengumpulan Data...........................................................33
3.10 Analis dan Penyajian Data...........................................................34
3.11 Etika Penelitian Studi Kasus........................................................35

BAB IV HASIL STUDI KASUS


4.1 Profil Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang..............................37
4.1.1 Sejarah Singkat RS Muhammadiyah Palembang......................37
4.2 Karakteristik Subjek Penelitian
4.2.1 Identitas Subjek I.......................................................................38
4.2.2 Identitas Subjek II.....................................................................38
4.3 Asuhan Keperawatan
4.3.1 Pengkajian.................................................................................39
4.3.2 Analisa Data..............................................................................46
4.3.3 Diagnosa Keperawatan..............................................................48
4.3.4 Intervensi Keperawatan.............................................................49
4.3.5 Implementasi Keperawatan.......................................................51
4.3.6 Evaluasi Keperawatan...............................................................54

BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengkajian..........................................................................................60
5.2 Diagnosa Keperawatan.......................................................................61
5.3 Intervensi Keperawatan......................................................................62
5.4 Implementasi Keperawatan................................................................63
5.5 Evaluasi..............................................................................................64
5.6 Keterbatasan Penulis..........................................................................66

xiii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan........................................................................................67
6.2 Saran..................................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA................................................................................70
LAMPIRAN................................................................................................74

DAFTAR TABEL
Halaman
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tabel Intervensi Keperawatan................................................................24
2.2 Tabel Implementasi Keperawatan..........................................................26
2.3 Tabel Standar Operasional Prosedur PMK............................................27
2.4 Tabel Evaluasi Keperawatan.................................................................29
BAB IV HASIL STUDI KASUS
4.1 Tabel Pengkajian...................................................................................39
4.2 Tabel pemeriksaan umum.....................................................................41
4.3 Tabel pemeriksaan refleks.....................................................................43
4.4 Tabel Hasil Laboratorium Darah Rutin Subjek I..................................43
4.5 Tabel Hasil Laboratorium Bilirubin Subjek I......................................44
4.6 Tabel Hasil Laboratorium Darah Rutin Subjek I..................................44
4.7 Tabel Terapi subjek I............................................................................44
4.8 Tabel Terapi subjek II...........................................................................45
4.9 Tabel Pemeriksaan APGAR Score.......................................................45
4.10 Tabel Analisa data..............................................................................46
4.11 Tabel Diagnosa keperawatan..............................................................48
4.12 Tabel Intervensi keperawatan.............................................................49
4.13 Tabel Implementasi keperawatan subjek I.........................................51
4.14 Tabel Implementasi keperawatan subjek II.........................................52
4.15 Tabel Evaluasi Keperawatan By.Ny.M...............................................54
4.16 Tabel Evaluasi Keperawatan By.Ny.Y...............................................56
4.17 Tabel Lembar Rekapitulasi Suhu Tubuh Dan BB Pada Subjek I....... 59
4.18 Tabel Lembar Rekapitulasi Suhu Tubuh Dan BB Pada Subjek II .....59

xiv
DAFTAR BAGAN

Halaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Web Of Causes (WOC)...........................................................................8

2.2 Kerangka Teori................................................................................30

BAB III METODOLOGI STUDI KASUS

3.1 Kerangka pikir......................................................................................31

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Judul Laporan Tulisan Akhir (LTA)

Lampiran 2 Kontrak Bimbingan Laporan Tugas Akhir

Lampiran 3 Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Anak

Lampiran 4 Lembar observasi studi kasus

Lampiran 5 Informed Consent

Lampiran 6 Surat Permohonan perpindahan lokasi penelitian

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 Surat Keterangan Pembayaran Penelitian

Lampiran 9 Surat Keterangan selesai penelitian

Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian

xvi
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan Angka
Kematian Bayi (AKB) yang tertinggi. AKB di indonesia mencapai 32 per
1000 kelahiran hidup pada tahun 2013, sehingga menjadikam Indonesia
sebagai salah satu negara dengan AKB tertinggi di ASEAN. Salah satu
penyebab kematian bayi di Indonesia adalah kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) sebesar 38.85%. (Wendy 2016).
Data World Health Organization (WHO) BBLR telah menyumbang 60
sampai 80 persen dari semua kematian neonatal. Data prevalensi global
BBLR ini sendiri adalah berjumlah 3,1 juta dari sekitar 20 juta bayi BBLR
yang lahir setiap tahun dan 19,3 juta diantaranya lahir di negara-negara
berkembang. (WHO, 2017).
WHO melaporkan, bayi dengan berat lahir rendah berkonstribusi
sebanyak 60 hingga 80 % dari seluruh kematian neonatus dan memiliki risiko
kematian 20 kali lebih besar dari bayi dengan berat normal. Berdasarkan data
WHO dan UNICEF, pada tahun 2013 sekitar 22 juta bayi dilahirkan di dunia,
dimana 16 % diantaranya2 lahir dengan Bayi Berat Lahir Rendah. Adapun
persentase BBLR di negara berkembang adalah 16,5 % dua kali lebih besar
dari pada negara maju (7%). Indonesia adalah salah satu negara berkembang
yang menempati urutan ketiga sebagai negara dengan prevalensi BBLR
tertinggi (11,1%) , setelah di india (27,6%) dan Afrika Selatan (13,2%).
Selain itu, Indonesia turut menjadi negara kedua dengan prevalensi BBLR
tertinggi diantara negara ASEAN lainnya, setelah Filipina (21,2%). (Supiati,
2016).
Tercatat sekitar 22 juta bayi dilahirkan di dunia pada tahun 2013, dimana
3,52 juta diantaranya lahir dengan berat badan lahir rendah. Adapun
persentase BBLR di negara berkembang adalah 3,63 juta kelahiran yang dua
kali lebih besar dari pada negara maju yaitu sebesar 1,54 juta kelahiran bayi
dengan BBLR.

Poltekkes Kemenkes Palembang


2

Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang menempati urutan


ketiga sebagai negara dengan prevalensi BBLR tertinggi (2,4 juta) setelah
India (6,07 juta) dan Afrika Selatan (2,9 juta). Selain itu, Indonesia turut
menjadi negara kedua dengan prevenlensi BBLR tertinggi diantara negara
ASEAN lainnya, setelah Filipina 21,2 persen. (WHO, 2013).
Prevalensi BBLR di Indonesia menurut laporan UNICEF pada tahun
2011 sebesar 2,2 juta. Pada tahun 2013 angka kejadian BBLR mengalami
penurunan yaitu mencapai 2 juta dari 20 juta bayi yang dilahirkan di dunia
yang artinya satu dari sepuluh bayi di Indonesia dilahirkan dengan BBLR
(Kemenkes RI, 2015). Proporsi berat badan lahir <2500 gram (BBLR) pada
anak umur 0-59 bulan menunjukkan dari 679.200 bayi yang memilki catatan
berat lahir. Provinsi Sumatera Selatan memiliki persentase BBLR sebesar
46.864. (Riskesdas, 2018).
Persentase tertinggi dimiliki oleh Sulawesi Tengah yaitu sebesar 60.488
dan persentase terendah dimiliki oleh provinsi Jambi yaitu sebesar 17.659.
Jika dibandingkan dengan data Riskesdas tahun 2013 Sulawesi Tengah masih
menjadi provinsi dengan angka kejadian BBLR tertinggi se Indonesia.
(Riskesdas, 2018).
Bayi berat badan rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir (Nuratif & Kusuma, 2016).
Faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR antara lain adalah karakteristik
sosial demografi ibu ( umur kurang dari 20 tahun dan umur lebih dari 34
tahun, ras kulit hitam,status ekonomi yang kurang, status perkawinan yang
tidak sah, tingkat pendidikan yang rendah).
Risiko medis ibu sebelum hamil juga berperan terhadap kejadian BBLR
(paritas, berat badan dan tinggi badan, pernah melahirkan BBLR, jarak
kelahiran). Status kesehatan reproduksi terhadap BBLR (status gizi ibu,
infeksi dan penyakit kehamilan dan komplikasi kehamilan). Status pelayanan
antenatal (frekuensi dan kualitas pelayanan antenatal, tenaga kesehatan,
tempat pemeriksaan kehamilan, usia kehamilan saat pertama kali
memeriksakan kehamilannya juga berisiko untuk melahirkan BBLR (Nur R
dkk, 2016).

Poltekkes Kemenkes Palembang


3

Berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan penyebab utama kematian


prenatal (Nursusila dkk, 2017). Kamariyah dan Musyarofah (2016)
mengatakan bahwa gizi ibu sebelum dan saat hamil juga dapat memengaruhi
berat lahir bayi, misalnya defisiensi zat gizi makro karena kekurangan energi
kronis (LILA <23,5 CM).
Kematian bayi di Kota Palembang tahun 2014 sebanyak 52 kematian
bayi dari 29.235 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi antara lain adalah
BBLR, down syndrome, infeksi neonatus, perdarahan intrakranial, sianosis,
kelainan jantung, respiratory distress syndrome, post op hidrosefalus, dan
lainnya. (Kemenkes RI, 2015).
Menurut data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Pusat
Dr.Mohammad Hoesin Palembang, yang menjadi salah satu rumah sakit
untuk rujukan kasus-kasus obstetrik utama di kota palembang. Data yang
diperoleh dari RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dari tahun 2007-
2011 secara berurutan menunjukkan angka kejadian BBLR sebesar 4,3
persen, 13 persen, 14,8 persen dan 17,7 persen. Dapat disimpulkan bahwa
kejadian BBLR di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 5 tahun terakhir
cenderung mengalami peningkatan. (Kumalasari dkk, 2018). Tercatat sekitar
155 bayi dilahirkan dengan BBLR di RS Tk.II dr. AK Gani Palembang pada
tahun 2018. (Yanmed RS. AK Gani, 2018).
Menurut data yang diperoleh di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang jumlah BBLR tahun 2018 ada sebanyak 208 bayi, tahun 2019
ada 278 bayi, dan tahun 2020 ada 135 bayi.
BBLR berakibat jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak dimasa
yang akan datang. Dampak dari bayi dengan BBLR ini adalah
pertumbuhannya akan lambat, kecenderungan memiliki penampilan
intelektual yang lebih rendah daripada bayi yang berat lahirnya normal.
Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia
tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang
tinggi (IDAI, 2015).

Poltekkes Kemenkes Palembang


4

BBLR dapat disebabkan oleh 2 hal yaitu kelahiran prematur atau


kelahiran saat usia kehamilan ≤37 minggu dan IUGR yang biasa disebut
terganggunya pertumbuhan janin. BBLR dapat menyebabkan kesakitan
bahkan kematian. Menetapkan penyebab BBLR antara prematur merupakan
hal yang penting karena tingkat kematian antara kedua kondisi tersebut
berbeda secara signifikan. (Astria et.al. 2016).
BBLR harus ditangani secepat mungkin karena berhubungan dengan
keselamatan pasien, disini peran tenaga kesehatan untuk memberikan
tindakan lanjut dari penanganan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) salah
satunya dengan cara Metode Kangguru. Bayi dengan BBLR tidak semuanya
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan teknologi maju karena hambatan
biaya, geografis, transportasi, dan komunikasi. Pengganti inkubator
diperlukan cara alternatif yang efektif dan ekonomis. Pelaksanaan perawatan
metode kangguru adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi
berbagai permasalahan pada bayi dengan berat badan lahir rendah. (IDAI,
2015).
Metode kangguru adalah metode perawatan dini dengan sentuhan kulit ke
kulit antara ibu dan bayi baru lahir dalam posisi seperti kangguru. Dengan
metode ini mampu memenuhi kebutuhan asi bayi baru lahir BBLR dengan
menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu, sehingga
memberikan peluang untuk dapat beradaptasi dengan baik dengan dunia luar.
Perawatan metode kangguru ini telah terbukti dapat meningkatkan berat
badan bayi, menurunkan stress fisiologis ibu dan bayi serta memudahkan dan
membantu keberhasilan pemberian ASI. (Dyah, 2015).
Berdasarkan data artikel yang didapatkan pada penelitian Bebasari et.al.
(2017) menunjukkan bahwa 15 responden sebelum dilakukan metode
kangguru berat badannya 1871,33 gram dan setelah dilakukan metode
kangguru menjadi 2108,67 gram. Pada penelitian yang dilakukan Felina &
Husniati (2019) didapatkan 6 responden sebelum dilakukan metode kangguru
frekuensi menyusuinya 4x dan setelah dilakukan metode kangguru meningkat
menjadi 7x dalam 24 jam.

Poltekkes Kemenkes Palembang


5

Pada penelitian dari Dhilon & Fitri (2018) menunjukkan peningkatan


berat badan pada 10 responden eksperimen sebelumnya 2068,50 gram
meningkat menjadi 2516,50 gram, dan pada kelompok kontrol sebelumnya
1926,60 gram meningkat menjadi 2125,50 gram. Kemudian,penelitian
Fatimah (2018) mendapatkan 20 responden sebelum dilakukan metode
kangguru beran badan bayi 10% dan setelah dilakukan metode kangguru
menjadi 20%. Pada penelitian Silvia et.al.(2015) dengan 10 responden dengan
hasil p > (0.05) maka ada peningkatan berat badan yang signifikan sebelum
dan sesudah dilakukan metode kangguru.
Berdasarkan data di atas dan melihat masih tingginya angka kejadian
BBLR dan perkembangan masyarakat dengan maraknya pernikahan di bawah
umur dan banyaknya ibu muda sehingga rentan akan kematian ibu dan bayi
dan tidak menutup kemungkinan ibu melahirkan bayi berat badan lahir
rendah (BBLR). Dengan data tersebut penulis merasa tertarik untuk
melakukan studi kasus dengan judul Implementasi Perawatan Metode
Kangguru Terhadap Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) Di RS Muhammadiyah Palembang Tahun 2021.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran hasil Implementasi Perawatan Metode Kangguru
Terhadap Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Di RS Muhammadiyah Palembang Tahun 2021.

1.3 Tujuan Studi Kasus


1.3.1 Tujuan Umum
Memperoleh gambaran hasil Implementasi Perawatan Metode
Kangguru Terhadap Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) Di RS Muhammadiyah Palembang Tahun 2021.

Poltekkes Kemenkes Palembang


6

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Dapat memberikan Asuhan Keperawatan pada Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) Secara Komprehensif.
2. Dapat memberikan Implementasi Perawatan Metode Kangguru
Terhadap Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) Di RS Muhammadiyah Palembang Tahun 2021.
3. Dapat melihat perbandingan angka rata-rata dalam Perawatan
Metode Kangguru Terhadap Peningkatan Berat Badan Pada Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RS Muhammadiyah
Palembang Tahun 2021.

1.4 Manfaat Studi Kasus


Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi Rumah Sakit, hasil penelitian ini sebagai Dasar Pengembangan
Standar/Pedoman pengembangan Metode Kangguru Terhadap
Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Di RS Muhammadiyah Palembang Tahun 2021.
2. Pedoman Kerja bagi perawat dalam melaksanakan implementasi metode
kangguru.

Secara keilmuan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :


1. Evidance Basic Nursing Practice Implementasi Perawatan Metode
Kangguru Terhadap Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) Di RS Muhammadiyah Palembang Tahun 2021
2. Data Dasar bagi pengembangan studi atau penelitian yang
mengembangkan metode kangguru atau Implementasi keperawatan lainnya
Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Poltekkes Kemenkes Palembang


7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Bayi dengan berat
badan <2500 gram berdampak buruk pada kesehatan, mempunyai risiko
20 kali mengalami kematian dibandingkan dengan bayi berat lahir
cukup atau ≥2500 gram (Saifuddin, 2010).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan
dengan berat <2500 gram. BBLR terbagi dua yaitu bayi prematur dan
bayi kecil untuk masa kehamilan (Sistiarani, 2008).

2.1.2 Etiologi
a. Faktor ibu : umur ibu, ras, infertilitas, riwayat kehamilan tak baik,
rahim abnormal, jarak kelahiran terlalu dekat, BBLR anak
sebelumnya, malnutrisi, penyakit, kenaikan aktivitas ibu, pengobatan
selama hamil dan keadaan penyebab insufisiensi plasenta.
b. Faktor plasenta : penyakit vaskuler, kehamilan ganda, malformasi,
dan tumor.
c. Faktor janin : kelainan kromosom, malformasi, infeksi bawaan saat
kehamilan, hidramnion, polihidramnion, kehamilan ganda, dan
kelainan janin.

2.1.3 Patofisiologi BBLR


Penyebab terjadi kelahiran BBLR atau prematur belum diketahui
secara jelas. Data statistik menunjukkan bahwa bayi BBLR terjadi pada
ibu yang memiliki sosial ekonomi rendah. Kejadian ini dengan
kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan antenatal
care selama kehamilan.

Poltekkes Kemenkes Palembang


8

Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi pada


uterus dan komplikasi obstetik yang lain merupakan pencetus kelahiran
bayi baru lahir berat badan rendah. Ibu hamil dengan usia yang masih
muda, mempunyai kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol juga
menyebabkan teganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa bayi
untuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa
gestasi yang cukup maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi
lahir BBLR memerlukan perawatan yang sangat khusus untuk
memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar (Sukarni,
2013).

2.1.4. Web of caution (WOC) BBLR

Faktor bayi
Faktor ibu - Infeksi kronis
- Preeklamsi - Kelainan
- Hipertensi congenital
- Ekonomi yang rendah - Kelahiran gada
- Perokok

Bayi lahir prematur / BBLR

Inadekuat surfaktan Lapisan lemak


belum terbentuk
pada kulit
Alveolus kolaps hipoksia
MK: Hipotermia

Ventilasi berkurang Cedera paru Pembentukan


membran

Edema
Peningkatan usaha Mengendap di
nafas alveoli

MK: gg
pertukaran gas
Poltekkes Kemenkes Palembang
9

takipnea

Reflek hisap Penguapan MK: pola


menurun meningkat nafas tidak
efektif

Intake tidak MK : risiko


adekuat kekurangan volume
cairan

MK:Defisit
Nutrisi
(Skema 2.1) Web Of caution BBLR
Sumber: Sukarni, (2013) dan dimodifikasi oleh penulis.

2.1.5 Klasifikasi
World Health Organization (WHO) tahun 1961 istilah premature
baby diganti Low Birth Weight Baby (bayi dengan berat badan lahir
rendah disingkat BBLR). Kondisi demikian tidak semua bayi dengan
berat kurang dari 2500 gram disebabkan karena kelahiran prematur
(Wiknjosastro, 2012).
a. Bayi dengan masa kehamilan <37 minggu (prematuritas murni)
b. Bayi small for gestational age (SGA) atau bayi dengan berat kurang
dari semestinya menurut masa kehamilan (kecil untuk masa
kehamilan (KMK)/Dismaturitas. Saifuddin (2010)
mengklasifikasikan berdasarkan berat badan waktu lahir yaitu :
a. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi lahir dengan berat
1.500-2.500 gram.
b. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi lahir dengan
berat <1.500 gram.
c. Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir
dengan berat <1.000 gram.

Poltekkes Kemenkes Palembang


10

2.1.6 Tanda dan karakteristik


a. Sebelum bayi lahir
1) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus dan lahir mati.
2) Pergerakan janin yang pertama (quickening) terjadi lebih lambat,
gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak
lanjut.
3) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
yang seharusnya.
1) Berat badan lahir < 2.500 gram
2) Lingkar dada < 30 cm.
3) Panjang badan < 45 cm
4) Lingkar kepala < 33 cm
5) Kepala lebih besar dari badannya
6) Kulitnya tipis transparan dan banyak lanugo.
7) Lemak subkutan minimal.

2.1.7 Komplikasi
a. Hipotermia
Hipotermi dapat terjadi karena kemampuan untuk
mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas
sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup
memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem
saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar
dibanding dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas.
Tanda klinis hipotermia :
1) Suhu tubuh di bawah normal.
2) Kulit dingin.
3) Akral dingin.
4) Sianosis.

Poltekkes Kemenkes Palembang


11

b. Hipoglikemia.
Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama
menunjukan bahwa hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada
bayi matur, Tanda klinis hipoglikemia :
1) Gemetar atau tremor
2) Sianosis.
3) Apatis.
4) Kejang.
5) Apnea intermiten.
6) Tangisan lemah atau melengking.
7) Kelumpuhan atau letargi.
8) Kesulitan minum.
9) Terdapat gerakan putar mata.
10) Keringat dingin.
11) Hipotermia.

c. Perdarahan Intakranial
Menurut Pantiawati Tahun 2010, Perdarahan intrakranial dapat
terjadi karena trauma lahir disseminated coaguopathy atau
trombositopenia Ideopatik.
Tanda klinik perdarahan intrakranial :
1) Kegagalan umum untuk bergerak normal
2) Reflek moro menurun atau tidak ada
3) Tonus otot menurun
4) Letargi
5) Pucat dan sianosis
6) Apnea
7) Kegagalan menetek dengan baik
8) Muntah yang kuat
9) Tangisan yang bnada tinggi dan tajam
10) Kejang
11) Kelumpuhan

Poltekkes Kemenkes Palembang


12

12) Fontanela mayor mungkin tegang dan cembung


13) Pada sebagian kecul penderita mungkin tidak ditemukan
manifestasi klinis satupun.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


a. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai
23.000- 24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada
sepsis).
b. Hematokrit (Ht) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukan anemia atau
hemoragic prenatal/prinatal).
c. Hemoglobin (Hb) :15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan
dengan anemia atau hemolisis berlebihan).
d. Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8mg/dl 1-2
hari, dan 12mg/dl pada 3-5 hari.
e. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ke
tiga.
f. Pemantau elektrolit (Na,K,CI): biasanya dalam batas normal pada
awalnya.

2.1.9 Penatalaksanaan Umum pada BBLR


Bayi berat lahir rendah (BBLR) memerlukan penanganan yang
tepat untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi.
Penanganan BBLR meliputi hal-hal berikut :
1. Mempertahankan suhu dengan ketat. BBLR mudah mengalami
hipotermia. Oleh karena itu, suhu tubuhnya harus dipertahankan
dengan ketat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat. Dalam penanganan BBLR harus
memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi karena sangat
rentan.Salah satu cara pencegahan infeksi, yaitu dengan mencuci
tangan sebelum memegang bayi.

Poltekkes Kemenkes Palembang


13

3. Pengawasan nutrisi dan ASI. Refleks menelan pada BBLR belum


sempurna. Oleh karena itu, pemberian nutrisi harus dilakukan
dengan hati-hati.
4. Penimbangan ketat. Penimbangan berat badan harus dilakukan
secara ketat karena peningkatan berat badan merupakan salah satu
status gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh
(Syafrudin & Hamidah, 2009).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) memerlukan tata laksana nutrisi


khusus dikarenakan keterbatasan cadangan nutrisi tubuh, termoregulasi
yang belum stabil, imaturitas fungsi organ, potensi pertumbuhan cepat,
serta risiko tinggi terhadap terjadinya morbiditas (Rukmini et al., 2008).
Bayi yang dilahirkan secara prematur dengan berat badan 2000 gram (4
½ lb) atau lebih biasanya tumbuh subur dengan ASI. Namun bayi
dengan berat badan lahir kurang dari 2000 gram, dapat mempunyai
angka pertumbuhan demikian cepat sehingga ASI saja tidak dapat
memasok nutrien esensial yang cukup untuk pertumbuhan normal
(Barness & Curran, 1999).

2.2 Konsep Metode Kanguru dalam Kenaikan Berat Badan Pada BBLR
Peningkatan berat badan merupakan proses yang sangat penting dalam
tatalaksana BBLR disamping pencegahan terjadinya penyulit. Proses
peningkatan berat badan bayi tidak terjadi segera dan otomatis, melainkan
terjadi secara bertahap sesuai dengan umur bayi. Peningkatan berat badan
yang adekuat akan sangat membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi
secara normal dimasa depan sehingga akan sama dengan perkembangan bayi
berat badan normal.
Berat badan bayi baru lahir dapat turun 10% di bawah berat badan lahir
pada minggu pertama disebabkan oleh ekskresi cairan ekstravaskular yang
berlebihan dan kemungkinan masukan makanan kurang. Salah satu cara
faktor yang dapat mempengaruhi kenaikan berat badan pada bayi BBLR
adalah dengan cara perawatan metode kanguru, dengan cara ini detak jantung

Poltekkes Kemenkes Palembang


14

bayi stabil dan pernapasannya lebih teratur, sehingga penyebaran oksigen ke


seluruh tubuhnya pun lebih baik. Selain itu, cara ini mencegah bayi
kedinginan. Bayi lebih tenang, jarang menangis, dan kenaikan berat badannya
menjadi lebih cepat (Fandizal 2007).
Kenaikan berat badan pada perawatan metode kanguru terjadi karena
bayi dalam keadaan rileks, beristirahat dengan posisi yang menyenangkan,
meneyerupai posisi dalam rahim, sehingga kegelisahan bayi berkurang dan
tidur lebih lama.
Perawatan metode kanguru dapat menyebabkan peningkatan kadar
glukosa lebih tinggi pada bayi. Peningkatan kadar glukosa akan menyebabkan
sel melakukan metabolisme dengan baik sehingga proses pertumbuhan sel
menjadi lebih baik. Bayi dengan perawatan metode kanguru frekuensi
menyusui akan lebih teratur dan tepat waktu dan faktor utama peningkatan
berat badan dengan metode kanguru ini adalah ASI. ASI merupakan
komponen yang sangat penting dalam pertumbuhan bayi semakin lama bayi
dilakukan metode kanguru makan semakin besar frekuensi bayi dalam
menyusu.

2.2.1 Pengertian Perawatan Metode Kanguru


Perawataan metode kanguru yang di singkat dengan PMK
merupakan perawatan yang diberikan kepada bayi yang berat badannya
rendah, yang secara umum berat lahirnya kurang dari 2500 gram.
Motede PMK ini dilakukan dengan cara kontak langsung, sehingga
antara kulit ibu dengan kulit bayi akan saling menempel.
Pada dasarnya PMK adalah perawatan pengganti pada BBLR yang
menggunakan perawatan inkubator. Dengan adanya perawatan metode
kanguru, maka bayi akan mendapatkan kehangatan secara langsung dari
ibu (Depkes,2009).
Metode kanguru adalah metode perawatan dini dengan sentuhan
kulit ke kulit antara ibu dan bayi baru lahir dalam posisi seperti
kanguru. Dengan metode ini mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi
baru lahir prematur dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip

Poltekkes Kemenkes Palembang


15

dengan rahim ibu. Sehingga memberi peluang untuk dapat beradaptasi


baik dengan dunia luar. Perawatan kanguru ini telah terbukti dapat
menghasilkan pengaturan sushu tubuh yang efektif dan lama serta
denyut jantung dan pernafasan yang stabil pada bayi. Perawatan kuit ke
kulit mendorong bayi untuk mencari puting dan menghisapnya, hal ini
mempercepat ikatan antara ibu dan bayi serta membantu keberhasilan
pemberian ASI (Henderson 2006).

2.2.2 Jenis Perawatan Metode Kanguru


a. Perawatan Metode Kanguru Intermiten yaitu metode kanguru yang
tidak di berikan secara terus menerus. Biasanya metode ini
dilaksanakan di unit perawatan khusus (level II) dan intensif (level
III) dengan durasi minimal 1 jam. Metode ini diberikan ketika ibu
menggunjungi bayi yang masih dalam perawatan inkubator. PMK
dapat dilakukan kepada bayi yang sedang sakit atau dalam masa
penyembuhan dari sakit serta yang memerlukan pengobatan
medis,seperti infus dan tambahan oksigen (Mayasari 2015).

b. Perawatan Metode Kanguru Kontinyu yaitu metode yang di berikan


secara terus menerus atau selama 24 jam. Biasanya metode ini
dilaksanakan di unit rawat gabung atau ruangan khusus di gunakan
unit PMK. Selain di rumah sakit, metode ini dapat di lakukan
dirumah ketika ibu sudah keluar dari rumah sakit (paska
hospitalisasi). Metode ini dapat di berikan kepada bayi yang sakit,
tetapi kondisi bayi harus stabil dan bayi tidak terpasang alat
pernapasan seperti oksigen (Mayasari 2015).

2.2.3 Manfaat Perawatan Metode Kanguru


a. Manfaat perawatan metode kanguru bagi ibu
Perawatan Metode Kanguru dapat mendekatkan hubungan antara ibu
dan bayi, kepercayaan diri ibu dalam mengasuh bayi meningkat,
terjalinnya perasaan kasih sayang antara ibu dengan bayi,

Poltekkes Kemenkes Palembang


16

berpengaruh pada psikologis ibu yaitu ibu mersa lebih tenang ketika
bersama bayi, dapat mempermudah pemberian ASI bagi bayi,
meningkatkan kesuksesan ibu dalam menyusui (Pratiwi 2015).
b. Manfaat perawatan metode kanguru bagi Ayah
Penerapan Metode Kanguru dapat mendekatkan hubungan antara
ayah dan bayi (Pratiwi,2015). Terjalinnya kasih sayang antara bayi
dan ayah, menambah rasa percaya dari ayah serta tumbuh ikatan
batin antara ayah dengan bayi (Wahyuni 2013).
c. PMK dapat mendekatkan hubungan bayi dengan ibu atau ayah,
menstabilkan suhu tubuh dan denyut jantung bayi, bayi lebih
gampang dan lebih sering minum ASI, meningkatkan berat badan
bayi, pola pernafsan bayi lebih teratur, meningkatkan kenyamanan
bayi dan waktu tidur bayi lebih lama (Pratiwi 2015).

2.2.4 Komponen Perawatan Metode Kanguru


Menurut Kemenkes RI (2010) ada 4 komponen PMK yang harus
diperhatikan yaitu :
a. Posisi melakukan perawatan metode kanguru (PMK)
Bayi telanjang dada (hanya memakai popok,topi, kaus tangan, kaus
kaki), diletakkan telungkup di dada dengan posisi tegak atau
diagonal. Tubuh bayi menempel atau kontak langsung dengan ibu.
Atur posisi kepala, leher dan badan dengan baik untuk menghindari
terhalangnya jalan napas. Kepala bayi menoleh kesamping dibawah
dagu ibu (ekstensi ringan). Tangan dan kaki bayi dalam keadaan
fleksi seperti posisi katak, kemudian fiksasi dengan selendang. Ibu
mengenakan pakaian atau blus longgar sehingga bayi berada dalam 1
pakaian dengan ibu. Jika perlu, gunakan selimut selain ibu, ayah dan
anggota keluarga lainnya bisa melakukan metode kanguru.

b. Nutrisi
Selama pelaksanan PMK, BBLR boleh di berikan ASI. Melalui
PMK akan mendukung dan mempromosikan pemberian ASI

Poltekkes Kemenkes Palembang


17

ekslusif, karena ibu menjadi lebih cepat tanggap bila bayi ingin
menyusu. Bayi bisa menyusu lebih lamadan lebih sering. Bila bayi di
bawa ke fasilitas kesehatan dan bayi tidak mampu menelan ASI
dapat dilakukan pemasangan Oro Gastric Tube (OGT) untuk dirujuk
ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
c. Dukungan
Keluarga memberikan dukungan pada ibu dan bayi untuk
pelaksanaan perawatan metode kanguru. Di fasilitas kesehatan,
pelaksanaan PMK akan di bantu oleh petugas kesehatan .
d. Pemantauan
BBLR yang di rawat di fasilitas kesehatan yang dapat dipulangkan
lebih cepat (berat <2000 gram) harus di pantau untuk tumbuh
kembangnya. Apabila didapatkan tanda bahaya harus di rujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.

2.2.5 Pesiapan Perawatan Metode Kanguru


Persiapan yang dilakukan untuk melakukan metode kanguru
menyangkut 3 hal, yaitu :
a. Ibu dan bayi : kondisi dan keberadaan ibu setelah melahirkan
merupakan persyaratan utama. Harus ada pengganti ibu yang secara
fisik dan mental sehat, mampu dan mau melakukan perawatan
metode kanguru. Bayi setelah melewati msa kriris dalam keadaan
yang stabil sudah bisa di rawat oleh ibunya dengan metode kanguru.
Pakaian ibu dan bayi tidak memerlukan pakaian khusus, hanya ibu
harus mengenakan baju yang terbuka didepan.
b. Tempatnya : metode kanguru bisa dilakukan pada tempat pelayanan
persalinan dan dirumah setelah dipulangkan.
c. Dukungan lingkungan : untuk keberhasilan metode ini diperlukan
dukungan dari petugas selama masih berada dalam rumah sakit. Di
rumah dukungan pihak keluaga sangat diperlukan termasuk agar ibu
diberi kesempatan untuk banyak istirahat, tidur yang cukup,
aktivitasnya berkaitan dengan bayinya (Yongki & Juda 2012).

Poltekkes Kemenkes Palembang


18

2.2.6 Langkah-Langkah Perawatan Metode kanguru


a. Setelah mencuci tangan
b. Ibu mengenakan baju kanguru atau baju biasa yang terbuka di depan
c. Memposisikan bayi dalam keadaan tanpa busana. Bayi di pakaikan
popok, koas kaki, kaos tangan, dan topi. Kemudian meletakkan bayi
dengan posisi tegak dan telungkup pada dada ibu. Dengan begitu
antara tubuh ibu dan tubuh bayi akan menempel.
d. Mangatur posisi bagian leher dan kepala bayi, agar tidak
mengganggu pernafasan bayi. Untuk posisi kepala sebaiknya
dimiringkan ke kanan atau kiri
e. Ketika melakukan PMK sebaiknya ibu memkai pakaian yang
berukuran lebih besar dari badannya. Sehingga ibu dan bayi berada
dalam satu pakaian. Apabila ibu tidak mempunyai pakaian yaang
longgar, ibu bisa menggunakan selimut.
f. Waktu pelaksanaan PMK posisi ibu bisa dengan berdiri, duduk atau
berbaring.

2.2.7 Menurut Suradi 2014, Indikasi Bayi untuk dilakukan Metode Kanguru,
yaitu :
1. Bayi dengan berat badan ≤ 2500 gram atau prematur
2. Tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai
3. Refleks dan koordinasi isap dan menelan yang baik
4. Kesiapan dan keikut sertaan keluarga
5. Tidak membutuhkan terapi oksigen.

2.2.8 Ringkasan Kebutuhan Nutrisi


a. Kebutuhan nutrisi esensial yang harus dipenuhi :
1) Kebutuhan kalori
2) Kebutuhan protein
3) Kebutuhan lemak
4) Kebutuhan vitamin dan mineral

Poltekkes Kemenkes Palembang


19

5) Kebutuhan cairan
b. Kebutuhan kalori pada anak ( oleh holiday sugar)
1) 10 kg : 100 kkal /KgBB/hari
2) 11-20 kg : + 50 kkal /KgBB/ hari
3) >20 kg : + 20 kkal/kgBB/ hari
c. Kebutuhan kalori neonatus
1) BBLR (Berat badan lahir rendah) : 150 kkal /kgBB/ hari
2) BBLN (Berat badan lahir normal) : 100-120 kkal/kgBB/hari
d. Kebutuhan Protein
Protein yang dibutuhkan pada tiap-tiap tahap perkembangan berikut
ini :
1) Dewasa :1 gr/kgBB/hari
2) Neonatus : 3 gr/kgBB/hari
3) 0-1 tahun : 2,5 gr/kgBB/hari
4) 2-13 tahun : 1-1,5 gr/kgBB/hari
e. Kebutuhan lemak :
1) Rata-rata 35 % dari total kalori
2) Untuk yang obesitas : 10 % dari total kalori ( pelarut vitamin)
f. Kebutuhan vitamin :
perlu ada meskipun hanya diperlukan sedikit.
g. Kebutuhan cairan dan mineral :
Dewasa perlu cairan35 ml/kgBB/hari. Mineral-mineral penting
antara lain :
1) Makro : Ca, P, Mg,S,Na,K, CI.
2) Mikro : C, Co, Cu,1, Fe, Mn, Zn, F, Sc, Mo.

Poltekkes Kemenkes Palembang


20

2.3 Asuhan Keperawatan


2.3.1 Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Nutrisi pada bayi BBLR
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang
membutuhkan perawatan tidak terlepas dari pendekatan dengan proses
keperawatan. Proses perawatan yaitu suatu proses pemecahan yang di
namis dalam usaha untuk memperbaiki dan melihat pasien sampai
ketaraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk
mengenal, membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan melalui
langkah-langkah yaitu prencanaan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi
keperawatan yang berkesinambungan (Wijaya & Putri 2013).

2.3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan disini,
semua data dikumpulkan secara sistematis guna memnentukan status
kesehatan pasien saat ini. tujuan pengkajian adalah untuk
mengumpulkan informasi dan membuat data dasar pasien.pengkajian
dilakukan saat pasien masuk instansi kesehatan. Data yang diperoleh
berguna untuk menentukan tahap lanjutnya dalam proses keperawatan.
Data yang salah atau kurang tepat mengakibatkan kesalahan dalam
penetapan diagnose yang tentunya akan berdampak pada langkah
selanjutnya (Asmadi 2008).
Pengkajian pada bayi BBLR dilakukan dari ujung kaki hingga
ujung rambut, meliputi semua sytem pada bayi. Pengkajian diawali dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik Lakukan pemeriksaan dengan teliti,
semua aspek berikut :
a. Kulit keriput,tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan
lengan, lemak jaringan sedikit (tipis).
b. Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari
c. Pada bayi laki-laki testis belum turun.
d. Pada bayi perempuan labia mayora lebih menonjol
e. Gerakan bayi pasif dan tangis hanyamenangis, bayi lebih banyak
tidur dan lebih malas.

Poltekkes Kemenkes Palembang


21

f. Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi.


g. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
h. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram.
i. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala
sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau
kurang dari 30 cm.
j. Rambut lanugo masih banyak.
k. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
l. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya.
m. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
n. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum
turun ke dalam skrutom, pigmentasi dan rugue pada skrutom kurang
(pada bayi laki-laki).
o. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya
lemah. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya
lemah

Pemeriksaan :
1) Fisik
Bayi kecil, pergerakkan kurang dan lemah, BB <2500 gr, tangis
lemah kulit dan kelamin Kulit tipis, transparan, genetalia belum
sempurna Ligkaran lengan atas bayi kurang dari 9 cm. (diukur pada
pertengahan lengan atas).Tubuhnya kurang berisi, ototnya lembek
dan kulitnya mungkin keriput atau tipis.Mudah tersendak.

2) Syaraf
a) Reflek menghisap, menelan buruk Reflek batuk belum sempurna
b) Musculoskeletal :Otot hipotonik, tungkai abduksi, sendi lutut
dan kaki fleksi.
c) Sistem pernapasan : Nafas belum teratur,apnea, frekuensi napas
bervariasi.

Poltekkes Kemenkes Palembang


22

2.4.2 Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang di buat oleh perawat
professional yang memberi gambaran tentang masalah atau status
kesehatan pasien, baik actual maupun potensial, yang diterapkan
bedasarkan analisis dan interpretasi data hasil pengkajian. Pernyataan
diagnosa keperawatan harus jelas, singkat dan lugas, terkait masalah
kesehatan pasien berikut penyebabnya yang dapat diatasi melalui
tindakan keperawatan (Asmadi 2008).
1. Tujuan pencatatan diagnosa keperawatan
a. Menyediakan definisi yang tepat dalam memahami kebutuhan
klien bagi semua anggota tim pelayanan kesehatan
b. Memungkinkan perawat untuk mengkomunikasi apa yang mereka
lakukan sendiri, dengan profesi pelayanan kesehatan yang lain.
c. Membedakan peran perawat dari dokter atau penyelenggara
pelayanan kesehatan lain.
d. Membantu perawat berfokus pada bidang praktik keperawatan.
e. Membantu mengembangkan pengetahuan keperawatan

2. Tipe diagnosa keperawatan


Adapun diagnosa keperwatan yang mungkin muncul pada
klien dengan bayi berat badan lahir rendah menurut SDKI (2016)
antara lain yaitu;
1) Hipotermia berhubungan dengan berat badan lahir rendah.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak
seimbangan ventilasi-perfusi.
3) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas takipnea.
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.
5) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif penguapan meningkat.

Poltekkes Kemenkes Palembang


23

2.4.3 Intervensi Keperawatan


Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi atau mengkoreksi masalah-masalah yang di
identifikasi pada diagnosa keperwatan. Secara tradisional, rencana
keperawatan di artikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam
menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi (moraira, 2011).
Tahap-tahap Merencanakan Asuhan keperawatan :
a. Menetapkan prioritas
Penetapan prioritas sangat di butuhkan karena hal ini dapat
mengidentifikasi urusan intervensi keperawatan ketika klien
mempunyai masalah dalam menetapkan prioritas tidak hanya
mempertahankan aspek fisiologis tapi juga aspek keinginan,
kebutuhan dan keselamatan klien (SDKI,2016).
b. Menetapkan tujuan asuhan keperawatan
Tujuan asuhan keperawatan adalah sasaran orang ingin di
capai dalam pemberian intervensi terhadap dua tipe tujuan dan harus
di capai yakni jangka pendek dan harus di capai dalam waktu yang
relative singkat, dan tipe lain adalah tujuan jangka panjang yang
dicapai dalam waktu relatif lebih lama (Nurarif,2015).

c. Menetapkan kriteria hasil keperawatan


Menentukan apakah tujuan dapat dicapai, dan menentukan
kriteria keberhasilan yang di tentukan, yang mencakup perubahan
perilaku, apa yang di lakukan oleh klien dan bagaimana kemampuan
klien sebelum mencapai tujuan (SDKI,2016).
d. Menetapkan intervensi
Setelah menerapkan prioritas dan tujuan asuhan keperawatan
maka seorang perawat menetapakan intervensi keperawatan yang
akan di berikan kepada klien (Nurarif,2015).
e. Menuliskan dan mendokumentasikan perencanaan asuhan
keperawatan perlu dilakukan sebagai bukti dan juga dapat di
gunakan sebagai acuan terhadap proses selanjutnya atau perencanaan
asuhan keperawatan lain di kemudian hari (Nursalam, 2008).

Poltekkes Kemenkes Palembang


24

Table 2.1

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Hipotermia SLKI: SIKI: 1. Untuk mengetahui kondisi
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipotermia dan keadaan pasien
berat badan lahir keperawatan selama 3x24 1. Monitor suhu tubuh pasien, 2. Agar lingkungan tidak
rendah jam hipotermia tidak terjadi. menggunakan alat pengukur mempengaruhi kondisi klien
Kriteria Hasil: suhu tubuh (Termometer). 3. Untuk menjaga kestabilan
1. Suhu tubuh 36,5- 2. Bebaskan pasien dari suhu tubuh pasien
37,5°C lingkungan yang dingin 4. Untuk menstabilkan suhu
2. Kulit hangat 3. Bebaskan pasien dari pakaian tubuh bayi agar tidak terjadi
3. Tidak sianosis yang dingin dan basah hiotermia
4. Ekstermitas hangat 4. Lakukan penghangat aktif 5. Agar tehindar dari penurunan
(Perawatan metode kanguru) suhu tubuh secara medadak
5. Berikan pemanas pasif seperti
selimut, penutup kepala dll.

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


2 Pola napas tidak SLKI: SIKI: 1. Untuk mempermudah
efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas pasien dalam bernapas
dengan hambatan keperawatan selama 3x24 1. Posisikan pasien untuk 2. Untuk membebaskan jalan
upaya napas,takipnea jam pola nafas menjadi memaksimalkan ventilasi nafas pasien
efektif 2. Keluarkan secret dengan suction 3. Untuk membebaskan jalan
Kriteria Hasil: 3. Lakukan fisioterapi dada nafas pasien
1. RR 40-60/menit 4. Auskultasi suara napas catat 4. Untuk mengetahui
2. Tidak sianosis adanya suara tambahan perkembangan suara napas

Poltekkes Kemenkes Palembang


25

3. Tidak sesak 5. Pertahankan jalan napas pasien


4. Tidak ada ronchi yang paten 5. Agar kondisi pasien selalu
dalam keadaan stabil

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


3. Risiko Defisit Nutrisi SLKI: SIKI: 1. Untuk memantau apabila
berhubungan dengan Status Nutrisi bayi Manajemen nutrisi Terjadi perubahan sehingga
Setelah dilakukan tindakan dapat diatasi,
faktor prematuritas. keperawatan selama 3x24 1. Monitor berat badan 2. Mengetahui kemampuan reflex
hisap
jam masalah teratasi.
Kriteria Hasil:
1. Reflek hisap dan menelan 2. Observasi reflex hisap dan menelan 3. Menentuka derajat dehidrasi
baik dari turgor dan mukosa mulut
2. Adanya peningkatan 4. Mengetahui keseimbangan
Berat badan
3. Turgor elastis 3. Monitor turgor dan mukosa Cairan (balance)
4. Berat badan tidak turun 10% mulut
4. Observasi intake dan output 5. Kebeutuhan nutrisi terpenuhi
Secara adekuat
5. Beri ASI sesuai kebutuhan

Poltekkes Kemenkes Palembang


26

2.3.4 Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana suhan keperawatan ke dalam bentuk implementasi keperawatan
guna membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi
adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk
menciptakan teknik psikomotor, hubungan saling percaya dan saling
bantu, kemampuan melakukan kemampuan melakukan observasi
sistem, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan
advokasi dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008).

TABEL 2.2
Implementasi
NO Diagnosa Implementasi Keperawatan Rasional
Keperawatan
1 DX 1 Manajemen hipotermia 1. Untuk mengetahui
1. Memonitor suhu tubuh kondisi dan keadaan
pasien, menggunakan alat pasien
pengukur suhu tubuh 2. Agar lingkungan
(Termometer). tidak mempengaruhi
2. Membebaskan pasien kondisi klien
dari lingkungan yang 3. Untuk menjaga
dingin kestabilan suhu
3. Membebaskan pasien tubuh pasien
dari pakaian yang dingin 4. Untuk menstabilkan
dan basah suhu tubuh bayi
4. Melakukan penghangat agar tidak terjadi
aktif (Perawatan metode Hipotermia
kanguru) 5. Agar tehindar dari
5. Memberikan pemanas penurunan suhu
pasif seperti selimut, tubuh secara
penutup kepala dll. mendadak.
2 DX 2 Manajemen jalan nafas 1.Untuk
1. Memposisikan pasien mempermudah
untuk memaksimalkan pasien dalam
ventilasi bernapas
2. Mengeluarkan secret 2. Untuk membebaskan
dengan suction jalan nafas pasien
3. Melakukan fisioterapi 3.Untuk membebaskan
dada jalan nafas pasien
4. Mengauskultasi suara 4. Untuk mengetahui

Poltekkes Kemenkes Palembang


27

napas catat adanya suara perkembangan suara


tambahan napas pasien
5. Mempertahankan jalan 5. Agar kondisi pasien
napas yang paten selalu dalam
keadaan stabil
3 DX 3 Manajemen nutrisi 1.Untuk memantau
1. Memonitor berat badan apabila terjadi
2. Mengobservasi reflek perubahan, sehingga
hisap dan menelan dapat diatasi
3. Memonitor turgor dan 2.Mengetahui
mukosa mulut kemampuan reflek
4. Mengobservasi intake hisap dan menelan
dan output pasien
5. Memberi ASI sesuai 3.Menentukan derajat
kebutuhan dehidrasi dari turgor
dan mukosa mulut
4.Mengetahui
keseimbangan
cairan (balance)
5.Kebutuhan nutrisi
terpenuhi secara
adekuat

2.3.5 SOP Perawatan Metode Kanguru


Tabel 2.3 SOP

Pengertian Metode kanguru merupakan asuhan bagi bayi yang berat


lahir rendah atau bayi prematur yang bisa di sebut dengan
asuhan kontak kulit (skin to skin contack).

Tujuan 1. Mencegah terjadinya hipotermia


2. Menstabikan detak jantung
3. Pernapasan lebih teratur
4. Memberikan ketenangan pada bayi
5. Membantu keberhasilan pemberian ASI
6. Meningkatkan berat badan bayi
Kebijakan Dilakukan pada bayi berat lahir rendah
Waktu 60 Menit
Alat 1. Baju kanguru
2. Stetoskop
3. Termometer
4. Timbangan Bayi
5. Popok, kaos kaki, topi
Prosedur 1. Mencuci tangan
2. menyiapkan alat

Poltekkes Kemenkes Palembang


28

3. menjelaskan tentang prosedur yang akan di lakukan pada


ibu bayi
4. melepaskan pakaian ibu
5. Timbang berat badan bayi dan ukur suhu tubuh bayi
6. menyiapkan bayi dengan pakaian tutup kepala (topi),
kaos kaki, dan popok
7. masukkan bayi kedalam kantong kanguru
8. posisikan bayi di atas dada ibu/ayah di tengah payudara
9. posisikan kaki bayi seperti katak dan tangan fleksi
10.memakaikan baju luar ibu
7. pantau kondisi bayi selama PMK

Evaluasi 1.Pantau kondisi bayi mencakup tanda-tanda vital dan status


oksigenisasi
2.Identifikasi tanda-tanda bahaya yang menetap dan lakukan
tindakan sesuai masalah yang ditemukan
3.Sebelum bayi pulang ukur tanda-tanda vital bayi, BB, PB,
LK bayi dan kemudian mencatat hasilnya di lembar
observasi
Dokumentasi Catat jam, hari, tanggal, serta suhu, berat badan dan tanda-
tanda vital bayi setelah dilakukan perawatan metode
kangguru

2.3.6 Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil
menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan
proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan
evaluasi (Ali, 2009).
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana : (Suprajitno dalam
Wardani, 2013)
S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif
oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan
O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif
A: Analisa perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif
P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis

Tabel 2.4

Poltekkes Kemenkes Palembang


29

Evaluasi
NO Diagnosa Evaluasi
1 Hipotermia S: Ibu klien mengatakan bayi masih tidak mau
menyusu (pukul 13:00 wib)
berhubungan
dengan berat O: - K/U lemah
- Berat badan sebelum PMK
badan lahir rendah
- Berat badan sesudah PMK
-Suhu sebelum PMK
-Suhu sesudah PMK

A: Masalah Hipotermia belum teratasi


1. BB Memburuk dengan skore1
2. Reflek hisap Menurun dengan skore 1
3. Kekuatan otot menguyah dengan skor
1

P: Intervensi 1-7 dilanjutkan


1. Monitor K/U
2. Siapkan ibu pasien untuk melakukan
PMK
3. Ukur suhu tubuh bayi sebelum dan
sesudah PMK
4. Timbang berat badan bayi sebelum dan
sesudah PMK
5. Pakaikan topi, pempers, kaos kaki dan
baju PMK
6. lakukan PMK selama 60 menit

2 Hipotermia S: Ibu klien mengatakan bayi sudah mulai mau


menyusu tetapi sedikit (pukul 11:00 wib)
berhubungan
dengan berat O: - K/U lemah
- Berat badan sebelum PMK
badan lahir
- Berat badan sesudah PMK
rendah -Suhu tubuh sebelum PMK
-Suhu sesudah PMK

A: Masalah risiko defisit nutrisi teratasi


sebagain dengan skor awal 1 dan skor
akhir 2

P: Intervensi 1-7 dilanjutkan


1. Monitor K/U
2. Siapkan ibu pasien untuk melakukan
PMK
3. Ukur suhu tubuh bayi sebelum
PMK

Poltekkes Kemenkes Palembang


30

4. Timbang berat badan bayi sebelum


PMK
5. Pakaikan topi, pempers, kaos kaki
dan baju PMK
6. lakukan PMK selama 60 menit
7. Timbang berat badan dan ukur suhu
tubuh setelah PMK

3 Hipotermia S: Ibu klien mengatakan bayi sudah mulai mau


menyusu tetapi masih sedikit (pukul 10:00 wib)
berhubungan
dengan berat O: - K/u lemah
- Berat badan sebelum PMK
badan lahir - Berat badan sesudah PMK
rendah -Suhu badan sebelum PMK
-Suhu sesudah PMK
-Tidak terjadi risiko defisit nutrisi

A: Masalah risiko defisit nutrisi teratasi dengan


skor awal 1 dan skor akhir 2

P: Intervensi dihentikan

2.3.7 Kerangka Teori

Faktor penyebab BBLR :


 Faktor ibu
 Faktor plasenta BBLR
 Faktor janin

Komplikasi pada
BBLR :
Penanganan BBLR  Hipotermia
 Hipoglikemia
 Perdarahan
Intrakranial

Perawatan Metode
Kangguru (PMK) Skema. 2.2 : Kerangka Teori

BAB lll
METODOLOGI STUDI KASUS

Poltekkes Kemenkes Palembang


31

3.1 Rancangan Studi Kasus


Metode penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus. Studi
kasus menurut Nursalam (2016) adalah merupakan penelitian yang mencakup
pengkajian bertujuan memberikan gambaran secara mendetail mengenai latar
belakang, sifat maupun karakter yang ada dari suatu kasus, dengan kata lain
bahwa studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan
rinci. Penelitian dalam metode dilakukan secara mendalam terhadap suatu
keadaan atau kondisi dengan cara sistematis mulai dari melakukan
pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi dan pelaporan hasil.

3.2 Kerangka Pikir


Kerangka konsep adalah bentuk visualisasi yang menggambarkan
hubungan maupun pengaruh antar konsep satu terhadap konsep lainnya,
antara variabel satu dengan variabel lainnya dari masalah yang akan di teliti
(Arikunto, 2012).
Kerangka Pikir dalam penelitian ini sebagai berikut :

METODE Peningkatan berat badan


KANGGURU pada Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR).

Skema 3.1 : kerangka pikir : implementasi metode kangguru terhadap


peningkatan berat badan pada Bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)

3.3 Definisi Operasional Istilah


Definisi operasional adalah penjelasan definisi dari variabel-variaebel
yang telah atau akan dipilih oleh peneliti, dalam studi kasus ini definisi
operasional yang akan peneliti ambil yaitu:
1. BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah kurang dari
2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi.
2. Penerapan metode kanguru adalah perawatan untuk bayi berat badan lahir

Poltekkes Kemenkes Palembang


32

rendah dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit
ibu selama kurang lebih 60 menit.
3. Metode kangguru adalah suatu tindakan yang dilakukan pada bayi baru
lahir secara dini untuk meletakan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit
ibu dengan kulit bayinya serta dapat membantu ibu dalam pemberian ASI
ekslusif..

3.4 Subjek Studi Kasus


Subyek dalam studi kasus ini adalah dua klien dengan memenuhi
Kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yaitu Berat badan lahir < 2.500
gram, bersedia menjadi responden/subjek penelitian.

3.5 Fokus Studi Kasus


Fokus studi kasus ini adalah Menerapkan metode kangguru untuk
melihat pengaruh metode kangguru terhadap peningkatan berat badan pada
bayi dengan bayi berat lahir rendah (BBLR).

3.6 Tempat dan Waktu


Penelitian ini telah dilaksanakan Di RS Muhammadiyah Palembang
dimulai dari pengajuan judul sampai dengan penyetoran laporan hasil
penelitian yaitu dari 4 Januari - 4 Mei 2021.

3.7 Instrumen Studi Kasus


a) Lembar Observasi / Ceklist
Lembar observasi meliput data umum, data BB dan suhu bayi sebelum
intervensi, hasil ukur TTV bayi, serta BB dan suhu bayi setelah
intervensi (Lampiran).
b) Timbangan bayi 
Timbangan bayi digunakan untuk memantau berat badan bayi selama
penelitian. Pengukuran berat badan bayi dilakukan dengan timbangan
bayi, dimana pemeriksaan berat badan bayi sebelum dan sesudah

Poltekkes Kemenkes Palembang


33

perlakukan dilakukan dengan menggunakan alat yang sama pada jam


yang sama dan kondisi yang sama.
c) Termometer
Termometer digunakan untuk memantau suhu tubuh bayi selama
penelitian.. Pengukuran suhu tubuh bayi dilakukan dengan termometer,
dimana pemeriksaan suhu tubuh bayi sebelum dan sesudah perlakukan
dilakukan dengan menggunakan alat yang sama pada jam yang sama dan
kondisi yang sama
d). Lembar Informed Consent
Lembar informed consent merupakan persetujuan respoden terkait
intervensi yang akan dilakukan. ( Lampiran ).

3.8 Jenis dan Pengumpulan Data


1. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dari subyek studi kasus adalah data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh
peneliti dan hasil pengukuran, Survey, pengamatan, seperti pengkajian,
diagnose, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Data sekunder adalah
data yang diperoleh dari pihak lain, instansi/badan yang secara rutin
mengumpulkan data seperti nama, jenis kelamin, usia, suku bangsa,
agama, pendidikan, bahasa yang digunakan, alamat (setiadi, 2013).
2. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini yang di gunakan
adalah dengan observasi langsung terhadap kenaikan berat badan pasien
BBLR, sebelum dan sesudah penerapan perawatan metode kanguru
dilakukan.

3.9 Langkah Pengumpulan Data


3.9.1 Mengurus perizinan dengan institusi Prodi DIII
Keperawatan Palembang.

3.9.2 Mengurus perizinan dengan institusi terkait yaitu RS Muhammadiyah

Poltekkes Kemenkes Palembang


34

Palembang.
3.9.3 Menjelaskan maksud, tujuan, dan waktu penelitian pada kepala
ruangan atau perawat penanggung jawab di tempat penelitian dan
meminta persetujuan untuk melibatkan subjek dalam penelitian.
3.9.4 Meminta orang tua atau keluarga responden untuk menandatangani
lembar infomed consent sebagai bukti persetujuan penelitian mewakili
subjek yang sebelumnya sudah dijelaskan maksud dan tujuan
penelitian.
3.9.5 Mengidentifikasi atau mendiskusikan dengan subjek tentang
penerapan metode kanguru.
3.9.6 Menimbang berat badan dan suhu tubuh bayi sebelum melakukan
PMK.
3.9.7 Melakukan tindakan PMK selama 60 menit 7 hari berturut-turut, jika
terjadi kegawatan selama PMK (bayi kebiruan/sianosis sesak nafas,
maka PMK di hentikan terlebih dahulu).
3.9.8 Melakukan pengolahan data.
3.9.9 Menyajikan hasil pengolahan data atau hasil penelitian dalam bentuk
tabel dan narasi.

3.10 Analisis data dan penyajian hasil penelitian


Metode Analisis Data yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode analisis data kualitatif. Metode ini merupakan proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi melalui cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit (Lapau, 2012).
Analisis data dilakukan sejak penelitian dilapangan, sewaktu
pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data
dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, kemudian membandingkan
dengan teori yang ada selanjutnya dituangkan dalam bentuk opini
pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menguraikan
jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara,

Poltekkes Kemenkes Palembang


35

observasi dan dokumentasi secara mendalam sebagai jawaban dari rumusan


masalah dengan mengunakan teknik naratif.

Urutan dalam hal analisis data adalah sebagai berikut :


1. Penyajian data
Penyajian data disesuaikan dengan desain studi kasus deskriptif yang
dipilih untuk studi kasus. Data disajikan secara terstruktur atau narasi dan
dapat disertai cuplikan ungkapan verbal dari subyek studi kasus yang
merupakan data pendukung. Penyajian data juga dapat dilakukan dengan
tabel, gambar, grafik, flip chart dan lain sebagainya. Kerahasiaan dari
pada pasien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari pasien.
2. Verifikasi dan penarikan kesimpulan Dari data yang disajikan, kemudian
data dibahas dan dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu
dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan
dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi
keperawatan.

3.11 Etika Penelitian Studi Kasus


Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus ini, terdiri dari :
1. Informed consent (persetujuan menjadi klien) merupakan bentuk
persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti dengan
memperikan lembar persetujuan informed consent tersebut diberikan
sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan
dengan menjadi responden. Tujuan inform consent adalah agar subyek
mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika
subyek bersedia maka mereka harus menandatangani hak responden.
2. Anonymity (tanpa nama) Merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencatumkan nama responden pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.

Poltekkes Kemenkes Palembang


36

3. Confidentially (kerahasian) Merupakan kerahasian hasil penelitian, baik


informasi maupun masalahmasalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.
4. Self determination Klien memiliki otonomi dan hak untuk membuat
keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari paksaan
untuk berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini atau untuk
mengundurkan diri dari penelitian ini.
5. Fair handling (penanganan yang adil) Penanganan yang adil memberikan
individu hak yang sama untuk dipilih atau terlibat dalam penelitian tanpa
diskriminasi dan diberikan penanganan yang sama dengan menghormati
seluruh persetujuan yang disepakati, dan untuk memberikan penanganan
terhadap masalah yang muncul selama partisipasi dalam penelitian.
Semua klien mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini dan mendapatkan perlakuan yang sama dari peneliti.
6. The righ to get protection (hak mendapatkan perlindungan) Hak untuk
mendapatkan perlindungan dari ketidaknyamanan dan kerugian
mengharuskan agar klien dilindungi dari eksplotasi dan peneliti harus
menjamin bahwa semua usaha dilakukan untuk meminimalkan bahaya
atau kerugian dari suatu penelitian, serta memaksimalkan manfaat dari
penelitian.

Poltekkes Kemenkes Palembang


37

BAB IV
HASIL STUDI KASUS

Pada BAB IV ini penulis akan membahas studi kasus penelitian tentang
Implementasi Perawatan Metode Kangguru Terhadap Peningkatan Berat Badan
Pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Yang dilaksanakan dari
tanggal 21 April – 27 April 2021. Implementasi keperawatan ini dilakukan
melalui pendekatan proses keperawatan, meliputi pengkajian, diagnos
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.

4.1 Profil Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang


4.1.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
RS Muhammadiyah Palembang adalah Amal Usaha Persyarikatan
Muhammadiyah yang diresmikan tanggal 10 Dzulhijjah 1447 H/ 18 Apri 1997
oleh Gubernur Provinsi Sumatera Selatan (Bapak H.Ramli Hasan Basri) bersama
Ketua PP Muhammadiyah (Bapak Prof.DR.Amien Rais) merupakan satu-satunya
amal usaha dibawah langsung Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM)
Sumtera Selatan.
Motto“ Melayani sebagai Ibadah dan Tawakal”. Visi “Terwujudnya rumah
sakit yang profesional dalam pelayanan dan berkarakter islami”. Misi
“Memberikan pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan secara profesional,
modern dan islami. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Mewujudkan citra sebagai wahana ibadah dan pengemban dakwah amal ma’ruf
nahi munkar dalam bidang kesehatan. Menjadi pusat persemaian kader
Muhammadiyah dalam bidang peayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan”.
Jajaran Direksi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Direktur : dr. Pangestu
Widodo, MARS, Wadir Yanmed : dr. Rizal Daulay, Sp.OT, MARS, Wakil Umum
: Amidi, SE, M.Si, dan Wakil SDM : Mustofa, S .Ag, M,pd.I.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan : Pelayanan Rawat Inap terdiri dari Ruang
Ibnu Rasyid (Bedah), Ahmad Dahlan (Penyakit Dalam), Rasyid Thalib (Anak),
Siti Walidah (Kebidanan), Mas Mansyur (VIP Atas), Ibnu Sina (VIP Bawah), Ar

Poltekkes Kemenkes Palembang


38

Fachruddin (Kelas 1 A), ICU/ICCU. Fasilitas Pelayanan Rawat Jalan Dan


Poliklinik terdiri dari Ruang Poliklinik Onkologi Kebidanan & Kandungan,
Poliklinik Gigi, Poliklinik Bedah Plastik, Poliklinik Bedah Ortopedi, Poliklinik
Bedah Umum, Poliklinik Mata, Poliklinik THT, Poliklinik Kebidanan &
Kandungan, Poliklinik Par, Poliklinik Kulit Dan Kelamin, Poliklinik Bedah
Digestiv, Poliklinik Tumor, Poloklinik Urologi, Poliklinik Jiwa, Poliklinik Syaraf,
Poliklinik Anak, Poliklinik Jantung, Poliklinik Penyakit Dalam. Fasilitas Umum
terdiri dari Musholla Asy-Shifa, Bank Dan ATM, Kantin Umum, Koperasi
Pegawai, Fotocopi, Area Parkir Kendaraan Yang Luas, Bimbingan Rohani Pasien,
Penyelenggaraan Jenazah, Pengelolaan ZIS. Fasilitas Pelayanan Khusus terdiri
dari Kamar Operasi, Kemoterapi, Hemodialisa, Fisioterapi, Igd, Observasi IGD,
Perawatan Perinatal : Dalam penelitian ini menggunakan Ruangan Perawatan
Perinatal. Fasilitas Pelayanan Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Farmasi,
Pelayanan Gizi, Pelayanan Laboratorium, Pelayanan Radiologi, Treadmill,
Echocardiography, Bank Darah, Ambulance, Senam Dm, Senam Jantung Sehat.

4.2 Karakteristik Subjek Penelitian


Studi kasus ini dipilih 2 Bayi sebagai subjek studi kasus yaitu, subjek I dan
subjek II. Kedua subjek ini sudah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
4.2.1 Identitas Subjek I
Subjek I dengan inisial By. Ny. M dilakukan pengkajian pada
tanggal 21 April 2021, bayi lahir pada tanggal 15 April 2021, Jam 09.14
wib, umur 7 hari, bayi lahir normal, jenis kelamin perempuan, persalinan
di tolong oleh dr. Aryani Sp.OG, bayi lahir prematur karena ibunya hamil
anak kembar, APGAR score : 8/9, BB 1220 gram, usia kehamilan 30
minggu, usia gestasi 30 minggu, koreksi 30+3, usia kronologis 3 heart rate
162 x/menit, pernapasan : 42 x/menit, suhu 35,2oC, akral dingin, panjang
bayi lahir 42 cm, bayi dirawat diruangan perawatan perinatal.
4.2.2 Identitas Subjek II
Subjek II dengan inisial By. Ny.Y dilakukan pengkajian pada
tanggal 21 April 2021, bayi lahir pada tanggal, 20 April 2021, Jam 18.10
wib, umur 2 hari, bayi lahir normal, jenis kelamin laki-laki, persalinan

Poltekkes Kemenkes Palembang


39

ditolong oleh dr. Liza Chairani, Sp.A.,M.Kes, bayi lahir prematur karena
ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) sejak 4 jam sebelum kelahiran,
APGAR score : 7/8, BB 1800 gram, usia kehamilan 32 minggu, usia
gestasi 32 minggu, usia koreksi 32+6, usia kronologis 6 heart rate 140
x/menit, pernapasan 42 x/menit, suhu : 38,50C, akral dingin, panjang
badan lahir 43 cm, bayi dirawat diruangan perawatan perinatal.

4.3 Asuhan Keperawatan


4.3.1 Pengkajian
Tabel 4.1
Pengkajian Bayi Ny M dan Ny Y yang mengalami Berat Badan Lahir
Rendah dengan Masalah Risiko Defisit Nutrisi Rumah Sakit
Muhammadiyah pada tanggal 21 April 2021

Pengkajian By. Ny.M By.Ny.Y


a. Identitas pasien
Nama Bayi Ny M Bayi Ny Y
Usia 7 Hari 2 Hari
Jenis Kelamin Perempuan Laki-Laki
Nomor RM 64-62-17 64-67-96
Diagnosa Medis Bayi Berat Lahir Rendah Bayi Berat Lahir Rendah
Tanggal masuk RS 15 April 2021 20 April 2021

b. Identitas Penanggung Jawab


Ayah Tn I Tn S
Usia 40 Tahun 44 Tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SD
Pekerjaan Buruh Buruh
Alamat Jl. Tembok Baru Lorong. Jl. Pangeran ratu RT 24 RW 07
Daruhama RT/RW 17/04 9 15 ULU
ULU/10 ULU

Ibu Ny.M Ny.Y


Usia 35 Tahun 25 Tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SD
Pekerjaan IRT IRT
Alamat Jl. Tembok Baru Lorong. Jl. Pangeran ratu RT 24 RW 07
Daruhama RT/RW 17/04 9 15 ULU

Poltekkes Kemenkes Palembang


40

ULU/10 ULU

c.Identitas Saudara Kandung :


Nama 1) An. G 1) An.T
2) An. J 2) An. I
3) An. F
Usia 1) 14 Tahun 1) 8 Tahun
2) 10 Tahun 2) 4,5 Tahun
3) 5 Tahun
Hubungan
Saudara Kandung Saudara Kandung
d. Keluhan saat ini:
Kondisi bayi lahir dengan berat Kondisi bayi lahir dengan berat
badan dibawah normal dan suhu badan dibawah normal dan suhu
tubuh di bawah normal tubuh di bawah normal
e. Riwayat Kehamilan dan
kelahiran
Riwayat Kehamilan :
a) Prenatal
1) Jumlah pemeriksaan
6 Kali 7 Kali
2) Imunisasi TT
1 Kali 1 Kali
3) Golongan darah ibu
A+
4) Golongan darah ayah
B+
b) Intranatal
1) Masa Kehamilan
30 Minggu 32 Minggu
2) Antenatal Care
6 Kali 7 Kali
3) Penyakit Saat Hamil
Tidak ada Tidak ada
c) Post Natal
1) APGAR Score
8/9 7/8
2) Jenis Kelamin
Perempuan Laki-Laki
3) Riwayat Neonatus
 Berat badan lahir 1220 gram 1800 gram
 Panjang badan 42 cm 43 cm
 Kelainan saat lahir Tidak ada Tidak ada
4) Komplikasi Tidak ada Tidak ada
Riwayat kelahiran :
1. Tanggal persalinan 15 April 2021 20 April 2021
Diruang Operasi rumah sakit Diruang Operasi rumah sakit
2. Tempat persalinan Muhammadiyah Palembang Muhammadiyah Palembang
3. Ditolong oleh dr. Aryani Sp.OG dr. Liza Chairani, Sp.A.,M.Kes
4. Jenis Persalinan Sectio Caesarea (SC) Spontan
5. Presentasi Kepala Kepala
6. Warna Ketuban Jernih Jernih
7. Komplikasi Tidak ada Tidak ada

Riwayat Keluarga : Genogram Genogram

Poltekkes Kemenkes Palembang


41

Keterangan Keterangan

= Laki- laki = Laki- laki


= Meninggal = Meninggal
= Perempuan = Perempuan
= Pasien = Pasien
= Tinggal Serumah = Tinggal Serumah

A. Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.2
Tabel Pemeriksaan Umum dan Pemeriksaan Fisik By Ny M dan By Ny Y
dengan Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang
Pemeriksaan Umum dan By.Ny.M By.Ny.Y
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum :
1) Keadaan Umum Lemah Lemah
2) Tanda-Tanda Vital
 Suhu 35,20C 35.80C
 Nadi 162 x/menit 140 x/menit
 Respirasi 42 x/menit 42 x/menit
3) Kesadaran
4) Antropometri
 Panjang badan 42 cm 43 cm
 Berat badan 1.220 gram 1.800 gram
 Lingkar kepala 28 cm 31 cm
25 cm 26 cm
 Lingkar dada
24 cm 23 cm
 Lingkar perut
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bentuk kepala bayi bulat, kepala Bentuk kepala bayi bulat, kepala
tampak sama dengan badan tidak tampak sama dengan badan tidak
ada cepal hematoma atau kaput ada cepal hematoma atau kaput
suksedaneum suksedaneum
Rambut : Tipis dan berwarna hitam Tipis dan berwarna hitam
Mata :
1) Sklera Tidak ikterik Tidak ikterik

Poltekkes Kemenkes Palembang


42

2) Konjungtiva Tidak anemis Tidak anemis


Hidung : Tidak ada nafas cuping Tidak ada nafas cuping
1) Cuping hidung hidung,tidak ada secret hidung,tidak ada secret
Mulut dan lidah :
1) Palatum Ada Ada
2) Warna lidah Merah muda Merah muda
Telinga :
1) Kesimetrisan Simetris Simetris
2) Daun telinga Ada Ada
3) Lekuk telinga Ada Ada
4) Cairan yang keluar Tidak ada Tidak ada
Leher :
1) Kelenjar tyroid Tidak ada pembesaran kelenjar Tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid tiroid
2) JVP Tidak ada peninggian Tidak ada peninggian
Dada :
1) DJA 162 x/menit 140 x/menit
2) Gerakan Dapat mengembang dan Dapat mengembang dan
mengempis mengempis
Mamae :
1) Putting Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
2) Areola Menyebar disekitar puting Menyebar disekitar puting
Abdomen :
1) Bentuk Bulat, tidak lonjong Bulat, tidak lonjong
2) Bising usus Tidak ada Tidak ada
3) Tali pusat Masih basah Masih basah
Punggung, pinggul, bokong :
1) Tonjolan punggung Tidak ada tonjolan Tidak ada tonjolan
2) Lipatan bokong Simetris Simetris
3) Warna kulit bokong Merah muda Merah muda
Genetalia :
1) Kondisi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
2) Keluar cairan Tidak ada Tidak ada
Tangan :
1) Pergerakan Lemah Lemah
2) Jari tangan kanan/kiri Lengkap Lengkap
3) Reflek menggenggam Belum ada Belum ada
4) warna Sedikit kebiruan Sedikit kebiruan
Kaki :
1) Pergerakan Lemah Lemah
2) Jari kaki kanan/kiri Lengkap Lengkap
3) Refleks babinski Belum ada Belum ada
Badan :
1) Aktivitas Tidak ada Tidak ada
2) Warna kulit Merah tua Merah tua
3) Lanugo ada ada

Poltekkes Kemenkes Palembang


43

B. Pemeriksaan Refleks
Tabel 4.3
Pemeriksaan Refleks
No Refleks Respon By.Ny M Respon By.Ny Y
1 Mencari Sumber Respon lemah, saat dilakukan Respon kuat, saat dilakukan
(Rooting) sentuhan pada pipi, Mulut bayi sentuhan pada pipi,mulut bayi
sedikit menoleh kearah sentuhan langsung menoleh kearah
sentuhan
2 Menghisap Reflek menelan masih lemah, pada Reflek menelan masih lemah,
(Sucking) saat bayi diberikan ASI pada saat bayi diberikan ASI
3 Menggenggam Jari -jari menggenggam lemah Jari-jari menggenggam lemah
telapak tangan pemeriksa pemeriksa
4 Gerak Moro’s Bayi terkejut lemah saat melakukan Bayi terkejut lemah saat
reflex melakukan reflex

C. Pemeriksaan Penunjang
No. Laboratorium : 21010610/64-62-17
Tanggal : 15-04-2021
Nama : By.Ny.M
Tabel 4.4
Hasil Laboratorium Darah Rutin By.Ny.M
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Metode
Hematologi

Darah rutin
Hemoglobin L 14.4 q/dL 15.2-23.6 Impedance
Hematokrit L 38.9 % 44.0-72.0 Impedance
Jumlah trombosit L 116 10^3/ul 229-553 Impedance
Jumlah lekosit L 8.8 10^3/ul 10.0-20.0 Impedance
Hitung jenis
Eosinofil L 0.8 % 1-3 Impedance
Basofil 0.9 % 0-1 Impedance
Neutrofil 51.8 % 40.0-60.0
Limfosit 36.9 % 20.0-50.0 Impedance
Monosit H 9.6 % 2-8 Impedance
Ratio N/L 1.4 <3.13
Lanjut Endap Darah
LED 1 jam 4 mm/jam <20 Westergre

IMMUNO SEROLOGI
CRP Kualitatif Negatif mg/L Negatif

No. Laboratorium : 21011002/64-62-17

Poltekkes Kemenkes Palembang


44

Tanggal : 20-04-2021
Tabel 4.5
Hasil Laboratorium Bilirubin By.Ny.M
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Metode
Kimia Klinik

Bilirubin total N 15.7 Mq/dL 0.1-10.0 DCA 37C

No. Laboratorium : 21011431/64-62-17


Tanggal : 23-04-2021
Tabel 4.6
Hasil Laboratorium Darah Rutin By.Ny.M
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Metode
Hematologi

Darah rutin
Hemoglobin L 11.7 q/dL 12.7-18.7 Impedance
Hematokrit L 31.0 % 42.0-62.0 Impedance
Jumlah trombosit L 59 10^3/ul 229-553 Impedance
Jumlah lekosit L 8.2 10^3/ul 4.2-11.0 Impedance
Hitung jenis
Eosinofil 2.8 % 1-3 Impedance
Basofil 0.4 % 0-1 Impedance
Neutrofil L 24.9 % 40.0-60.0
Limfosit 44.8 % 20.0-50.0 Impedance
Monosit H 27.1 % 2-8 Impedance
Ratio N/L 0.6 <3.13
Lanjut Endap Darah
LED 1 jam 5 mm/jam <20 Westergre

D. Terapi
Tabel 4.7
Terapi By.Ny.M
No Nama Obat Dosis
1 Calci Glucinas 10 % Inj
2 Phytomenadion 10 MG/ML Inj
3 Oxytetracyline 3 % SM
4 Ceftazidime 1 gr Inj (10)
5 Aministeril Infant 6 % Inf
Tabel 4.8
Terapi By.Ny.Y
No Nama Obat Dosis

Poltekkes Kemenkes Palembang


45

1 Phytomenadion 10 MG/ML Inj


2 Oxytetracyline 3 % SM

Berdasarkan tabel 4.1 – 4.6 diatas diketahui bahwa secara keseluruhan


masing-masing subyek mengalami keluhan yang hampir sama yaitu sama-sama
mengalami berat badan lahir rendah dan suhu tubuh di bawah normal atau dingin.

E. APGAR Score
Tabel 4.9
Pemeriksaan APGAR Score
No Tanda By.Ny.M By.Ny.Y
1 Appearance (Warna kulit) 1 2 1 1
2 Pulse rate (Frekuensi jantung) 2 2 2 2
3 Grimance (Ransangan) 2 2 1 1
4 Activity (Aktivitas otot) 1 1 1 2
5 Respiration (Usaha nafas) 2 2 2 2
Total 8 9 7 8

Dari tabel 4.2 diketahui bahwa apgar skore Bayi subjek I dan subjek II

termasuk dalam kategori asfiksia ringan.

4.3.2 Analisa Data


Tabel 4.10
Analisa Data

Poltekkes Kemenkes Palembang


46

By.Ny.M
No Data Etiologi Masalah
1 Ds: Ibu klien mengatakan Bayi Pola nafas
bayi nya sesak lahir tidak efektif
Do: : K/U lemah premat
- RR : 42 x/menit ur

Ventila
si
berkura
ng

Tikipne
a

2 Ds; Ibu klien mengatakan Faktor Termoregulasi


bayinya teraba penyebab tidak efektif
dingin Do: - K/U BBLR
lemah
- Suhu:35.2°C Bayi
- Akral dingin lahi
- Terpasang premat
lampu ur
penghangat
- Heart rate : Lapisan
162 x/menit lemak belum
terbentuk
pada kulit

3 Ds: Ibu klien mengatakan BBLR adekuat


bayi menghisap puting susu
lemah, sering di lepaskan Takipnea
saat di beri dot/ puting susu
Do: - K/U lemah Reflek
- BB : 1220 gram
hisap
- Reflek hisap lemah
menurun

Intake
tidak

Poltekkes Kemenkes Palembang


47

Risiko Defisit Nutrisi

Poltekkes Kemenkes Palembang


47

By.Ny.Y
No Data Etiologi Masalah
1. Ds: Ibu klien mengatakan Bayi lahir Pola nafas tidak
bayinya sesak prematur efektif
Do: - K/u lemah
- RR : 42 x/menit Ventilasi
berkurang

Tikipnea

2. Ds: Keluarga klien mengatakan faktor penyebab Termoregulasi


bayi susah bernafas/sesak BBLR tidak efektif
Do:- Akral teraba dingin
- Suhu : 35,8°C Bayi lahir
- Terpasang prematur
lampu
penghangat Lapisan lemak
- Heart rate : 140 belum terbentuk
x/menit pada kulit

3. Ds: Keluarga klien mengatakan BBLR Risiko Defisit


bayinya tidak mau menyusu nutrisi

Takipnea
Do: - K/U lemah
- Reflek hisap lemah
- BB: 1800 gram Reflek hisap
menurun

Intake tidak
adekuat

Poltekkes Kemenkes Palembang


48

4.3.3 Diagnosa Keperawatan


Tabel 4.11
Diagnosa Keperawatan
1 By.Ny.M 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan

hambatan upaya nafas takipnea (SDKI,2016)

2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan

dengan berat badan lahir rendah dan suhu

lingkungan (SDKI, 2016)

3. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor

prematuritas

2 By.Ny.Y 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan

hambatan upaya nafas takipnea (SDKI,2016)

2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan

berat badan lahir rendah dan suhu lingkungan

(SDKI, 2016)

3. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor

prematuritas

Poltekkes Kemenkes Palembang


49

4.3.4 Intervensi Keperawatan


Tabel 4.12
Intervensi Keperawatan Pada By.Ny.M dan By.Ny.Y
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
1. Pola nafas Setelah dilakukan Rencana tindakan Observasi
tidak efektif tindakan asuhan keperawatan yang akan 1. Mengetahui
berhubungan keperawatan, masalah dilakukan pada By.Ny.M perubahan pola
dengan pola nafas tidak efektif dan By.Ny.Y untuk nafas bayi
hambatan dapat teratasi dengan diagnosa Pola nafas tidak 2. Mengetahui
upaya nafas Kriteria hasil: efektif berhubungan adanya suara
takipnea SLKI: Pola napas dengan hambatan upaya tambahan
napas takipnea yaitu: 3. Mengetahui
SIKI: Manajemen jalan adanya secret
1. Dipsnea dengan nafas Terapeutik
skor awal: 3 dan Observasi 1. Membantu
target akhir: 5 1. Monitor pola nafas pernafasan bayi
2. Kapasital vital 2. Monitor bunyi nafas lebih baik
tambahan
dengan skor awal
3. Monitor sputum
3 dan target Terapeutik
akhir:5 1. Lakukan penghisapan
secret
Ket. Score
3. 1: Meningkat
2: Cukup meningkat
3: Sedang
4: Cukup membaik
5: Membaik
2. Termoregulasi Setelah dilakukan asuhan Rencana tindakan Observasi
tidak efektif keperawatan diharapkan keperawatan yang akan di 1. Mengetahui
berhubungan Termoregulasi pada bayi lakukan pada By.Ny.M perubahan
dengan berat menjadi efektif dengan dan By.Ny.untuk suhu tubuh
badan rendah Kriteria Hasil: diagnosa keperawatan 2. Mengetahui
dan suhu SLKI : Termoregulasi Termuregulasi tidak penyebab
lingkungan Neonatus efektif berhubugan hipotermia
dengan berat badan 3. Mengetahui
ekstrem dan fluktuasi tanda dan
1. Suhu Tubuh dengan suhu lingkungan yaitu: gejala yang
skor awal 2 dan target SIKI: Manajemen muncul
akhir 5 Hipotermia Terapeutik
2. Frekuensi Heart rate Observasi 1. Mencegah
dengan skor awal 3 1. Monitor suhu hilangnya
dan target akhir 5 tubuh pasien kehangatan
3. Suhu kulit dengan 2. Identifikasi bayi
skor awal 2 dan target penyebab 2. Menurunkan
hipotermia (mis.
akhir 5 kehilangan
terpapar suhu
Ket skore lingkungan panas melalui
1. Memburuk evavorasi

Poltekkes Kemenkes Palembang


50

2. Cukup memburuk rendah, pakaian 3. Mengurangi


3. Sedang tipis) resiko
4. Cukup membaik 3. Monitor tanda dan kehilangan
5. membaik gejala akibat panas
hipotermia
Terapeutik
1. Sediakan
lingkungan yang
hangat ( mis. atur
suhu ruangan,
inkubator)
2. Ganti pakaian/
linen yang basah
3. Lakukan
penghangatan
pasif (mis. selimut,
penutup kepala,
pakaian tebal)
3 Risiko defisit Setelah dilakukan Rencana tindakan Observasi
nutrisi asuhan keperawatan keperawatan yang akan di
berhubungan diharapkan 1. Mengetahui
lakukan pada By.Ny.M adanya
dengan Termoregulasi pada dan By.Ny.Y untuk
faktor bayi menjadi efektif penurunan atau
diagnosa keperawatan kenaikan berat
prematuritas dengan Kriteria Hasil: defisit nutrisi berhubungan
SLKI: Manajemen badan bayi
dengan faktor psikologis 2. Mengetahui
Nutrisi
( keengganan makan/ kemampuan
menyusu) yaitu : bayi untuk
1. Berat badan dengan SIKI : Manajemen menerima ASI
skor awal 2 dan nutrisi Terapeutik
target akhir 3 Observasi 1. Membantu
2. Reflek hisap dengan 1. Monitor berat badan memenuhi
skor awal 2 dan 2. Observasi reflek hisap nutrisi bayi
terget akhir 3 dan menelan 2. Membantu
3. Kekuatan otot Terapeutik untuk
mengunyah dengan 1. Beri ASI sesuai meningkatkan
skor awal 1 dan kebutuhan berat badan
target akhir 2 2. Berikan Perawatan bayi
Ket skore metode kanguru

1. Menurun/ memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang

4.3.5 Implementasi Keperawatan


Tabel 4.13

Poltekkes Kemenkes Palembang


51

Implementasi Keperawatan Pada By.Ny.M


No Hari/
Diagnosa
Tanggal/ Implementasi Keperawatan
Keperawatan
Jam
1. Rabu/ Risiko Defisit 1. Mengobservasi keadaan umum pasien
21 April Nutrisi 2. Menyiapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
2021/ berhubungan 3. Mengukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
Pukul dengan faktor 4. Menimbang berat badan bayi sebelum PMK
10.15- prematuritas 5. Memakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju
11.58 PMK pada bayi
WIB 6. Melakukan PMK selama 60 menit
7. Mengukur suhu tubuh dan berat badan pasien
setelah PMK
2. Kamis/ Risiko Defisit 1. Mengobservasi keadaan umum pasien
22 April Nutrisi 2. Menyiapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
2021/ berhubungan 3. Mengukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
Pukul dengan faktor 4. Menimbang berat badan bayi sebelum PMK
10.15- prematuritas 5. Memakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju
11.38 PMK pada bayi
WIB 6. Melakukan PMK selama 60 menit
7. Mengukur suhu tubuh dan berat badan pasien
setelah PMK
3. Jum’at/ Risiko Defisit 1. Mengobservasi keadaaan umum pasien
23 April Nutrisi 2. Menyiapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
2021/ berhubungan 3. Mengukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
Pukul dengan faktor 4. Menimbang berat badan bayi sebelum PMK
10.15- prematuritas 5. Memakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju
11.38 PMK pada bayi
WIB 6. Melakukan PMK selama 60 menit
7. Mengukur suhu tubuh dan berat badan pasien
setelah PMK
4. Sabtu/ Risiko Defisit 1. Mengobservasi keadaan umum pasien
24 April Nutrisi 2. Menyiapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
2021/ berhubungan 3. Mengukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
Pukul dengan faktor 4. Menimbang berat badan bayi sebelum PMK
10.15- prematuritas 5. Memakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju PMK
11.38 pada bayi
WIB 6. Melakukan PMK selama 60 menit
7. Mengukur suhu tubuh dan berat badan pasien setelah
PMK
5. Minggu/ Risiko Defisit 1. Mengobservasi keadaan umum pasien
25 April Nutrisi 2. Menyiapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
2021/ berhubungan 3. Mengukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
Pukul dengan faktor 4. Menimbang berat badan bayi sebelum PMK
10.15- prematuritas 5. Memakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju PMK
11.38 pada bayi
WIB 6. Melakukan PMK selama 60 menit
7. Mengukur suhu tubuh dan berat badan pasien setelah

Poltekkes Kemenkes Palembang


52

PMK
6. Senin/ Risiko Defisit 1. Mengobservasi keadaan umum pasien
26 April Nutrisi 2. Menyiapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
2021/ berhubungan 3. Mengukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
Pukul dengan faktor 4. Menimbang berat badan bayi sebelum PMK
10.15- prematuritas 5. Memakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju PMK
11.38 pada bayi
WIB 6. Melakukan PMK selama 60 menit
7. Mengukur suhu tubuh dan berat badan pasien setelah
PMK
7. Selasa/ Risiko Defisit 1. Mengobservasi keadaan umum pasien
27 April Nutrisi 2. Menyiapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
2021/ berhubungan 3. Mengukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
Pukul dengan faktor 4. Menimbang berat badan bayi sebelum PMK
10.15- prematuritas 5. Memakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju PMK
11.38 pada bayi
WIB 6. Melakukan PMK selama 60 menit
7. Mengukur suhu tubuh dan berat badan pasien setelah
PMK

Tabel 4.14
Implementasi Keperawatan Pada By.Ny.Y
No Hari/ Diagnosa Implementasi Keperawatan
Tanggal/ Keperawatan
Jam
1. Rabu/ Risiko Defisit 1. Mengobservasi keadaan umum pasien
21 April Nutrisi 2. Menyiapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
2021/ berhubungan 3. Mengukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
Pukul dengan faktor 4. Menimbang berat badan bayi sebelum PMK
13.20 – prematuritas 5. Memakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju
14.40 PMK pada bayi
WIB 6. Melakukan PMK selama 60 menit
7. Mengukur suhu tubuh dan berat badan pasien
setelah PMK
2. Kamis/ Risiko Defisit 1. Mengobservasi keadaan umum pasien
22 April Nutrisi 2. Menyiapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
2021/ berhubungan 3. Mengukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
Pukul dengan faktor 4. Menimbang berat badan bayi sebelum PMK
13.20 – prematuritas 5. Memakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju
14.40 PMK pada bayi
WIB 6. Melakukan PMK selama 60 menit
7. Mengukur suhu tubuh dan berat badan pasien
setelah PMK
3. Jum’at/ Risiko Defisit 1. Mengobservasi keadaan umum pasien
23 April Nutrisi 2. Menyiapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
2021/ berhubungan 3. Mengukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
Pukul dengan faktor 4. Menimbang berat badan bayi sebelum PMK

Poltekkes Kemenkes Palembang


53

13.20 – prematuritas 5. Memakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju


14.40 PMK pada bayi
WIB 6. Melakukan PMK selama 60 menit
7. Mengukur suhu tubuh dan berat badan pasien
setelah PMK
4. Sabtu/ Risiko Defisit 1. Mengobservasi keadaan umum pasien
24 April Nutrisi 2. Menyiapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
2021/ berhubungan 3. Mengukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
Pukul dengan faktor 4. Menimbang berat badan bayi sebelum PMK
13.20 – prematuritas 5. Memakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju
14.40 PMK pada bayi
WIB 6. Melakukan PMK selama 60 menit
7. Mengukur suhu tubuh dan berat badan pasien
setelah PMK
5. Minggu/ Risiko Defisit 1. Mengobservasi keadaan umum pasien
25 April Nutrisi 2. Menyiapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
2021/ berhubungan 3. Mengukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
Pukul dengan faktor 4. Menimbang berat badan bayi sebelum PMK
13.20 – prematuritas 5. Memakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju
14.40 PMK pada bayi
WIB 6. Melakukan PMK selama 60 menit
7. Mengukur suhu tubuh dan berat badan pasien
setelah PMK
6. Senin/ Risiko Defisit 1. Mengobservasi keadaan umum pasien
26 April Nutrisi 2. Menyiapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
2021/ berhubungan 3. Mengukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
Pukul dengan faktor 4. Menimbang berat badan bayi sebelum PMK
13.20 – prematuritas 5. Memakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju
14.40 PMK pada bayi
WIB 6. Melakukan PMK selama 60 menit
7. Mengukur suhu tubuh dan berat badan pasien
setelah PMK
7. Selasa/ Risiko Defisit 1. Mengobservasi keadaan umum pasien
27 April Nutrisi 2. Menyiapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
2021/ berhubungan 3. Mengukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
Pukul dengan faktor 4. Menimbang berat badan bayi sebelum PMK
13.20 – prematuritas 5. Memakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju
14.40 PMK pada bayi
WIB 6. Melakukan PMK selama 60 menit
7. Mengukur suhu tubuh dan berat badan pasien
setelah PMK

4.3.6 Evaluasi Keperawatan


Tabel 4.15
Evaluasi By.Ny.M

Poltekkes Kemenkes Palembang


54

No Hari/
Diagnosa
Tanggal/ Evaluasi Keperawatan
Keperawatan
Jam
1. Rabu,/ Risiko Defisit S : Ibu klien mengatakan bayi tidak mau menyusu
21 April Nutrisi
2021/ berhubungan O: - K/u lemah
Pukul dengan faktor - Suhu tubuh sebelum PMK (35,2°C)
10.00 prematuritas - Suhu tubuh sesudah PMK (35,4°C)
WIB -Berat badan sebelum PMK (1220 gram)
-Berat badan sesudah PMK (1228 gram)

A: Masalah risiko defisit nutrisi belum teratasi


4. BB Memburuk
5. Reflek hisap Menurun
6. Kekuatan otot menguyah

P: Intervensi 1-7 dilanjutkan


1. observasi K/U pasien
2. Siapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
3. Ukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
4. Timbang berat badan bayi sebelum
5. Pakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju PMK
6. Lakukan PMK selama 60 menit.

2. Kamis/ Risiko Defisit S : Ibu klien mengatakan bayi menyusu tapi sedikit
22 April Nutrisi
2021/ berhubungan O: - K/u lemah
Pukul dengan faktor - Suhu tubuh sebelum PMK (35,4°C)
10.00 prematuritas - Suhu tubuh sesudah PMK (35,6°C)
WIB -Berat badan sebelum PMK (1228 gram)
-Berat badan sesudah PMK (1236 gram)

A: Masalah risiko defisit nutrisi belum teratasi

P: Intervensi 1-7 dilanjutkan


1. observasi K/U pasien
2. Siapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
3. Ukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
4. Timbang berat badan bayi sebelum
5. Pakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju PMK
6. Lakukan PMK selama 60 menit.
3. Jum’at/ Risiko Defisit S : Ibu klien mengatakan bayi menyusu tapi masih
23 April Nutrisi sedikit
2021/ berhubungan
Pukul dengan faktor O: - K/u lemah
10.00 prematuritas - Suhu tubuh sebelum PMK (35,6°C)
WIB - Suhu tubuh sesudah PMK (35,7°C)
-Berat badan sebelum PMK (1236 gram)

Poltekkes Kemenkes Palembang


55

-Berat badan sesudah PMK (1246 gram)

A: Masalah risiko defisit nutrisi belum teratasi

P: Intervensi 1-7 dilanjutkan


1. observasi K/U pasien
2. Siapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
3. Ukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
4. Timbang berat badan bayi sebelum
5. Pakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju PMK
6. Lakukan PMK selama 60 menit.
4. Sabtu/ Risiko Defisit S : Ibu klien mengatakan bayi menyusu masih sedikit
24 April Nutrisi
2021/ berhubungan O: - K/u lemah
Pukul dengan faktor - Suhu tubuh sebelum PMK (35,7°C)
10.00 prematuritas - Suhu tubuh sesudah PMK (35,9°C)
WIB -Berat badan sebelum PMK (1246 gram)
-Berat badan sesudah PMK (1257 gram)

A: Masalah risiko defisit nutrisi belum teratasi

P: Intervensi 1-7 dilanjutkan


1. observasi K/U pasien
2. Siapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
3. Ukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
4. Timbang berat badan bayi sebelum
5. Pakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju PMK
6. Lakukan PMK selama 60 menit.
5. Minggu/ Risiko Defisit S : Ibu klien mengatakan bayi sudah mulai mau
25 April Nutrisi menyusu tapi sedikit
2021/ berhubungan
Pukul dengan faktor O: - K/u lemah
10.00 prematuritas - Suhu tubuh sebelum PMK (35,9°C)
WIB - Suhu tubuh sesudah PMK (36,3°C)
-Berat badan sebelum PMK (1257 gram)
-Berat badan sesudah PMK (1270 gram)

A: Masalah risiko defisit nutrisi belum teratasi

P: Intervensi 1-7 dilanjutkan


1. observasi K/U pasien
2. Siapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
3. Ukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
4. Timbang berat badan bayi sebelum
5. Pakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju PMK
6. Lakukan PMK selama 60 menit.
6. Senin/ Risiko Defisit S : Ibu klien mengatakan bayi menyusu lumayan lebih
26 April Nutrisi banyak dari sebelumnya

Poltekkes Kemenkes Palembang


56

2021/ berhubungan
Pukul dengan faktor O: - K/u lemah
10.00 prematuritas - Suhu tubuh sebelum PMK (36,3°C)
WIB - Suhu tubuh sesudah PMK (36,7°C)
-Berat badan sebelum PMK (1270 gram)
-Berat badan sesudah PMK (1285 gram)

A: Masalah risiko defisit nutrisi teratasi sebagian

P: Intervensi 1-7 dilanjutkan


1. observasi K/U pasien
2. Siapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
3. Ukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
4. Timbang berat badan bayi sebelum
5. Pakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju PMK
6. Lakukan PMK selama 60 menit.
7. Selasa/ Risiko Defisit S : Ibu klien mengatakan bayi sudah mau menyusu dan
27 April Nutrisi lebih banyak dari sebelumnya
2021/ berhubungan
Pukul dengan faktor O: - K/u lemah
10.00 prematuritas - Suhu tubuh sebelum PMK (36,7°C)
WIB - Suhu tubuh sesudah PMK (36,8°C)
-Berat badan sebelum PMK (1285 gram)
-Berat badan sesudah PMK (1300 gram)

A: Masalah risiko defisit nutrisi teratasi

P: Intervensi dihentikan

Tabel 4.16
Evaluasi By.Ny.Y
No Hari/ Diagnosa Evaluasi Keperawatan
Tanggal/ Keperawatan
Jam
1. Rabu/ Risiko Defisit S : Ibu klien mengatakan bayi tidak menyusu
21 April Nutrisi
2021/ berhubungan O: - K/u lemah
Pukul dengan faktor - Suhu tubuh sebelum PMK (35,8°C)
13.00 prematuritas - Suhu tubuh sesudah PMK (36°C)
WIB -Berat badan sebelum PMK (1800 gram)
-Berat badan sesudah PMK (1810 gram)

A: Masalah risiko defisit nutrisi belum teratasi

P: Intervensi 1-7 dilanjutkan


1. observasi K/U pasien

Poltekkes Kemenkes Palembang


57

2. Siapkan ibu pasien untuk melakukan PMK


3. Ukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
4. Timbang berat badan bayi sebelum
5. Pakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju PMK
6. Lakukan PMK selama 60 menit.

2. Kamis/ Risiko Defisit S : Ibu klien mengatakan bayi sudah mau menyusu
22 April Nutrisi tapi sedikit
2021/ berhubungan
Pukul dengan faktor O: - K/u lemah
13..00 prematuritas - Suhu tubuh sebelum PMK (36°C)
WIB - Suhu tubuh sesudah PMK (36,2°C)
-Berat badan sebelum PMK (1810 gram)
-Berat badan sesudah PMK (1821 gram)

A: Masalah risiko defisit nutrisi belum teratasi

P: Intervensi 1-7 dilanjutkan


1. observasi K/U pasien
2. Siapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
3. Ukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
4. Timbang berat badan bayi sebelum
5. Pakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju PMK
6. Lakukan PMK selama 60 menit.
3. Jum’at/ Risiko Defisit S : Ibu klien mengatakan bayi sudah mau menyusu
23 April Nutrisi tapi sedikit
2021/ berhubungan
Pukul dengan faktor O: - K/u lemah
13.00 prematuritas - Suhu tubuh sebelum PMK (36,2°C)
WIB - Suhu tubuh sesudah PMK (36,3°C)
-Berat badan sebelum PMK (1821 gram)
-Berat badan sesudah PMK (1830 gram)

A: Masalah risiko defisit nutrisi belum teratasi

P: Intervensi 1-7 dilanjutkan


1. observasi K/U pasien
2. Siapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
3. Ukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
4. Timbang berat badan bayi sebelum
5. Pakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju PMK
6. Lakukan PMK selama 60 menit.
4. Sabtu/ Risiko Defisit S : Ibu klien mengatakan bayi sudah mau menyusu
24 April Nutrisi lebih banyak dari sebelumnya
2021/ berhubungan
Pukul dengan faktor O: - K/u lemah
13.00 prematuritas - Suhu tubuh sebelum PMK (36,3°C)
WIB - Suhu tubuh sesudah PMK (36,5°C)

Poltekkes Kemenkes Palembang


58

-Berat badan sebelum PMK (1830 gram)


-Berat badan sesudah PMK (1838 gram)

A: Masalah risiko defisit nutrisi teratasi sebagian

P: Intervensi 1-7 dilanjutkan


1. observasi K/U pasien
2. Siapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
3. Ukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
4. Timbang berat badan bayi sebelum
5. Pakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju PMK
6. Lakukan PMK selama 60 menit.
5. Minggu/ Risiko Defisit S : Ibu klien mengatakan bayi sudah mau menyusu
25 April Nutrisi lebih banyak dari sebelumnya
2021/ berhubungan
Pukul dengan faktor O: - K/u lemah
13.00 prematuritas - Suhu tubuh sebelum PMK (36,5°C)
WIB - Suhu tubuh sesudah PMK (36,7°C)
-Berat badan sebelum PMK (1838 gram)
-Berat badan sesudah PMK (1843 gram)

A: Masalah risiko defisit nutrisi teratasi sebagian

P: Intervensi 1-7 dilanjutkan


1. observasi K/U pasien
2. Siapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
3. Ukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
4. Timbang berat badan bayi sebelum
5. Pakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju PMK
6. Lakukan PMK selama 60 menit.
6. Senin/ Risiko Defisit S : Ibu klien mengatakan bayi sudah mau menyusu
26 April Nutrisi lebih banyak dari sebelumnya
2021/ berhubungan
Pukul dengan faktor O: - K/u lemah
13.00 prematuritas - Suhu tubuh sebelum PMK (36,7°C)
WIB - Suhu tubuh sesudah PMK (36,8°C)
-Berat badan sebelum PMK (1843 gram)
-Berat badan sesudah PMK (1852 gram)

A: Masalah risiko defisit nutrisi teratasi sebagian

P: Intervensi 1-7 dilanjutkan


1. observasi K/U pasien
2. Siapkan ibu pasien untuk melakukan PMK
3. Ukur suhu tubuh bayi sebelum PMK
4. Timbang berat badan bayi sebelum
5. Pakaikan topi, pempers, kaos kaki dan baju PMK
6. Lakukan PMK selama 60 menit.

Poltekkes Kemenkes Palembang


59

7. Selasa/ Risiko Defisit S : Ibu klien mengatakan bayi sudah menyusu dengan
27 April Nutrisi lahap
2021/ berhubungan
Pukul dengan faktor O: - K/u lemah
13.00 prematuritas - Suhu tubuh sebelum PMK (36,8°C)
WIB - Suhu tubuh sesudah PMK (37°C)
-Berat badan sebelum PMK (1852 gram)
-Berat badan sesudah PMK (1862 gram)

A: Masalah risiko defisit nutrisi teratasi

P: Intervensi dihentikan

Tabel 4.17
Lembar Rekapitulasi Suhu Tubuh Dan Berat Badan Pada Subjek I
Hari t1oC t2oC BB Sebelum BB Sesudah
Hari 1 35,2°C 35,4°C 1220 gram 1228 gram
Hari 2 35,4°C 35,6°C 1228 gram 1236 gram
Hari 3 35,6°C 35,7°C 1236 gram 1246 gram
Hari 4 35,7°C 35,9°C 1246 gram 1257 gram
Hari 5 35,9°C 36,3°C 1257 gram 1270 gram
Hari 6 36,3°C 36,7°C 1270 gram 1285 gram
Hari 7 36,7°C 36,8°C 1285 gram 1300 gram

Tabel 4.18
Lembar Rekapitulasi Suhu Tubuh Dan Berat Badan Pada Subjek II
Hari t1oC t2oC BB Sebelum BB Sesudah
Hari 1 35,8°C 36°C 1800 gram 1810 gram
Hari 2 36°C 36,2°C 1810 gram 1821 gram
Hari 3 36,2°C 36,3°C 1821 gram 1830 gram
Hari 4 36,3°C 36,5°C 1830 gram 1838 gram
Hari 5 36,5°C 36,7°C 1838 gram 1843 gram
Hari 6 36,7°C 36,8°C 1843 gram 1852 gram
Hari 7 36,8°C 37°C 1852 gram 1862 gram
Keterangan :
t1oC : Suhu tubuh sebelum PMK
t2oC : Suhu tubuh sesudah PMK

Poltekkes Kemenkes Palembang


60

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pengkajian
Berdasarkan hasil studi kasus pada tahap pengkajian yang dilakukan oleh
penulis pada dua orang subjek maka didapatkan hasil yaitu pada Subjek I
dengan inisial By. Ny. M dilakukan pengkajian pada tanggal 21 April 2021, bayi
lahir pada tanggal 15 April 2021, Jam 09.14 wib, umur 7 hari, bayi lahir
normal, jenis kelamin perempuan, persalinan di tolong oleh dr. Aryani Sp.OG,
bayi lahir prematur karena ibunya hamil anak kembar, APGAR score : 8/9, BB
1220 gram, usia kehamilan 30 minggu, usia gestasi 30 minggu, koreksi 30+3,
usia kronologis 3 heart rate 162 x/menit, pernapasan : 42 x/menit, suhu
35,2oC, akral dingin, panjang bayi lahir 42 cm, keadaan umum lemah, lingkar
kepala 28 cm, lingkar dada 25 cm, lingkar perut 24 cm, pergerakan lemah,
mencari sumber (rooting) respon lemah, menghisap (sucking) reflek menelan
masih lemah, menggenggam telapak tangan lemah, gerak moro’s bayi terkejut
lemah, bayi dirawat diruangan perawatan perinatal.
Subjek II dengan inisial By. Ny.Y dilakukan pengkajian pada tanggal 21
April 2021, bayi lahir pada tanggal, 20 April 2021, Jam 18.10 wib, umur 2 hari,
bayi lahir normal, jenis kelamin laki-laki, persalinan ditolong oleh dr. Liza
Chairani, Sp.A.,M.Kes, bayi lahir prematur karena ketuban pecah sebelum
waktunya (KPSW) sejak 4 jam sebelum kelahiran, APGAR score : 7/8, BB 1800
gram, usia kehamilan 32 minggu, usia gestasi 32 minggu, usia koreksi 32+6,
usia kronologis 6 heart rate 140 x/menit, pernapasan 42 x/menit, suhu :
35.80C, akral dingin, panjang badan lahir 43 cm, keadaan umum lemah, lingkar
kepala 31 cm, lingkar dada 26 cm, lingkar perut 23 cm, pergerakan lemah,
mencari sumber (rooting) respon kuat, menghisap (sucking) reflek menelan
masih lemah, menggenggam telapak tangan lemah, gerak moro’s bayi
terkejut lemah, bayi dirawat diruangan perawatan perinatal.
Hasil pengkajian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bayi dengan
berat badan lahir rendah yaitu suhu tubuh mengalami hipotermi, usia

Poltekkes Kemenkes Palembang


61

kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan kurang dari 2.500 gram,
panjang badan kurang dari 46 cm, lingkar kepala kurangdari 33 cm, lingkar
dada kurang dari 30 cm, rambut lanugo masih banyak, tonus otot lemah
sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah, bayi kecil, reflek
menghisap, menelan buruk.

5.2 Diagnosa Keperawatan


Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
bayi berat badan lahir rendah menurut Nanda, dalam Nurarif (2015) dan SDKI
(2016) antara lain yaitu:
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
takipnea (SDKI, 2016)
2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan berat badan ekstrem
dan fluktuasi suhu lingkungan (SDKI, 2016)
3. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor prematuritas (SDKI,
2016).

Berdasarkan data yang didapat oleh penulis pada saat melakukan


pengkajian diketahui bahwa masalah yang dihadapi oleh kedua subjek yaitu,
pola nafas tidak efektif, termoregulasi tidak efektif dan risiko defisit nutrisi.
pada subjek 1 saat dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan suhu tubuh bayi
35,2°C, heart rate 162 x/menit, RR: 42x/menit, berat badan 1220 garam dan
pada subjek II didapatkan suhu tubuh bayi 35,8°C, heart rate 140x/menit, RR:
42 x/menit berat badan 1800 gram.

Diagnosa yang di dapat penulis hanya memfokuskan pada satu diagnosa


yaitu risiko defisit nutrisi. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa masalah pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatengan sistem organ bayi
tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem
pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskuker, hematologi, gastro intentinal,
ginjal, dan termoregulasi (Profil kesehatan Indonesia, 2015).

Berdasarkan teori ada lima diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Poltekkes Kemenkes Palembang


62

tetapi permasalahan yang muncul hanya tiga pada klien untuk diagnosa
keperawatan yang tidak muncul adalah gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi dan kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif penguapan meningkat. Alasan
kenapa kedua diagnosa tersebut tidak dimasukkan karena klien tidak
mengalami kelebihan atau kekurangan oksigen dan pembuangan
karbondioksida pada membrane alveolus kapiler dan klien tidak mengalami
kondisi ketidakseimbangan cairan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan
elektrolit di ruang ekstrasel seperti diare atau muntah-muntah.

5.3 Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan pada kedua subjek dengan diagnosis pertama
yaitu Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
takipnea yaitu dengan melakukan penghisapan secret atau suction dengan
harapan dapat menghilangkan secret yang menyumbat jalan nafas. Diagnosis
kedua Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan berat badan lahir
rendah dan suhu lingkungan yaitu dengan menyediakan lingkungan yang
hangat misal atur suhu ruangan atau inkubator, ganti pakaian /linen yang basah,
lakukan penghangatan pasif seperti selimut, penutup kepala, pakaian tebal
dengan harapan mampu menjaga keseimbangan antara pembentukan panas dan
kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh didalam batas
normal. Diagnosis ketiga ini adalah diagnosis khusus sesuai dengan judul karya
tulis ilmiah saya Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor prematuritas
yaitu, menerapkan perawatan metode kanguru dengan harapan dapat mencegah
risiko defisit nutrisi pada bayi berat lahir rendah agar tidak terjadi penurunan
berat badan di atas 10% pada usia fisiologis. Selain memberikan metode
kanguru juga direncanakan intervensi pendukung untuk mencegah terjadinya
penurunan berat badan yaitu, memonitor keadaan umum pasien.

Poltekkes Kemenkes Palembang


63

Hasil penelitian ini merencanakan tindakan yang akan diberikan pada bayi
BBLR yaitu dengan penerapan perawatan metode kanguru karena menurut
teori KMC dapat menstabilkan suhu tubuh, meningkatkan berat badan,
menstabilkan detak jantung bayi dan pernapasannya lebih teratur, sehingga
penyebaran oksigen keseluruh tubuhnya pun lebih baik. Bayi tidur dengan
nyenyak dan lama lebih tenang, lebih jarang menangis. Selain dari itu
perawatan bayi metode kanguru ini sederhana, praktis, efektif, dan ekonomis
sehingga bisa dilakukan oleh setiap ibu atau pengganti ibu di rumah ataupun di
rumah sakit, terutama dalam mencegah kematian BBLR (Wafi, 2010).

5.4 Implementasi

Adapun implementasi keperawatan yang diberikan pada kedua subjek


dengan diagnosis Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas takipnea dan diagnosis Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan
berat badan lahir rendah dan suhu lingkungan, kedua diagnosis ini secara
menyeluruh dilakukan oleh perawat rumah sakit yang lebih berwenang atas
perawatan kedua bayi tersebut baik obat dan sebagainya. Penulis hanya berfokus
ke diagnosis yang sudah penulis rencanakan sebelumnya yaitu Risiko defisit
nutrisi berhubungan dengan faktor prematuritas adalah dengan membagi panas
tubuh ibu dengan metode kanguru pada bayi BBLR untuk menstabilkan suhu
tubuh dan meningkatkan berat badan pada bayi BBLR selain itu juga dilakukan
implementasi pendukung untuk mencegah terjadinya penurunan berat badan yaitu,
memonitor berat badan, mengobservasi reflek hisap dan menelan, memonitor
turgor dan mukosa mulut, Melakukan perawatan metode kanguru agar terhindar
dari penurunan berat badan secara mendadak. Semua implementasi yang
dilakukan ini sesuai dengan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan dari
sejak awal, setelah dilakukan implementasi ini selama 7 hari berturut-turut maka
terjadi kestabilan suhu tubuh dan kenaikan berat badan pada bayi BBLR baik pada
subjek 1 maupun subjek II. Berat badan bayi bisa bisa mengalami kenaikan berat
badan bukan hanya karena melakukan perawatan metode kangguru tetapi juga di
bantu dengan adanya pemberian ASI oleh ibunya keduanya saling berkaitan

Poltekkes Kemenkes Palembang


64

dimana dijelaskan bahwa dengan perawatan metode kanguru frekuensi menyusui


akan lebih teratur dan tepat waktu dan faktor utama peningkatan berat badan
dengan metode kanguru ini adalah ASI. ASI merupakan komponen yang sangat
penting dalam pertumbuhan bayi semakin lama bayi dilakukan metode kanguru
makan semakin besar frekuensi bayi dalam menyusu.
Hasil Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ita
Herawati, Nofa Anggraini (2020) menunjukkan bahwa proses PMK selama 7 hari
dengan minimal waktu 1-2 jam perhari mengalami peningkatan rata-rata 30 gram
perhari. Amaliah Nokiah (2019) menunjukkan bahwa hberat badan bayi
meningkat 10 gram perhari setelah dilakukan PMK selama 60 menit. Indah Dewi
Sari, Utary Dwi Listiarini (2018) menunjukkan bahwa rata-rata kenaikan berat
badan bayi dengan perawatan metode kangguru 180 gram dilakukan 2 jam dalam
sehari. Nurdyana, Nisa karima (2019) menunjukkan bahwa selama 12 hari
perawatan metode kangguru berat badan bayi meningkat. Ika Nur Saputri, Dwi
Handayani, Maharani Nazmi Nasution (2018) menunjukkan bahwa rata-rata suhu
tubuh bayi sebelum dilakukan perawatan metode kangguru 34,7 dengan standar
deviasi 1,211, duhu tubuh bayi sesudah dilakukan perawatan metode kangguru
rata-rata memiliki suhu 36,9 dengan standar deviasi 0,349, adanya perbedaan suhu
sebelum dan sesudah perawatan metode kangguru.

5.5 Evaluasi
Setelah melakukan implementasi keperawatan selama tiga hari, penulis
dapat menyatakan bahwa masalah keperawatan dapat teratas. Evaluasi akhir
yang didapat adalah sebagai berikut :
Pada subjek I diketahui bahwa terjadi kesetabilan suhu tubuh dan
peningkatan berat badan setelah dilakukan intervensi keperawatan dengan
pemberian perawatan metode kanguru selama 7 hari berturut- turut pada kedua
subjek. Pada subjek I hari pertama suhu tubuh bayi pada subjek I meningkat
menjadi 35,4°C berat badan 1228 gram. Pada hari kedua suhu tubuh pada bayi
subjek I kembali meningkat menjadi 35,6°C BB meningkat menjadi 1236
gram. Pada hari ketiga setelah dilakukan intervensi keperawatan dengan
perawatan metode kanguru suhu tubuh meningkat menjadi 35,7°C dan berat

Poltekkes Kemenkes Palembang


65

badan menjadi 1246 gram. Pada hari keempat setelah dilakukan intervensi
keperawatan dengan perawatan metode kanguru suhu tubuh meningkat
menjadi 35,9°C dan berat badan menjadi 1257 gram. Pada hari kelima setelah
dilakukan intervensi keperawatan dengan perawatan metode kanguru suhu
tubuh meningkat menjadi 36,3°C dan berat badan menjadi 1270 gram. Pada
hari keenam setelah dilakukan intervensi keperawatan dengan perawatan
metode kanguru suhu tubuh meningkat menjadi 36,7°C dan berat badan
menjadi 1285 gram. Pada hari ketujuh setelah dilakukan intervensi
keperawatan dengan perawatan metode kanguru suhu tubuh meningkat
menjadi 36,8°C dan berat badan menjadi 1300 gram. Hal ini terjadi karena
perawatan metode kanguru merupakan perpindahan panas dari kulit ibu ke
kulit bayi seperti dalam inkubator, sehingga mempercepat peningkatan suhu
tubuh dan kenaikan berat badan pada bayi BBLR. Pernyataan ini dapat
dibuktikan dengan terjadinya peningkatan suhu tubuh dan kenaikan berat
badan bayi pada hari pertama, kedua, dan hari ketiga, dst.
Sedangkan pada subjek II juga terjadi kesetabilan suhu tubuh setelah
dilakukan intervensi pada subjek II hari pertama suhu tubuh bayi meningkat
menjadi 36°C berat badan 1810 gram. Pada hari kedua suhu tubuh pada bayi
subjek II kembali meningkat menjadi 36.2°C BB meningkat menjadi 1821
gram. Pada hari ketiga setelah dilakukan intervensi keperawatan dengan
perawatan metode kanguru suhu tubuh meningkat menjadi 36,3°C dan berat
badan menjadi 1830 gram. Pada hari keempat setelah dilakukan intervensi
keperawatan dengan perawatan metode kanguru suhu tubuh meningkat
menjadi 36,5°C dan berat badan menjadi 1838 gram. Pada hari kelima setelah
dilakukan intervensi keperawatan dengan perawatan metode kanguru suhu
tubuh meningkat menjadi 36,7°C dan berat badan menjadi 1843 gram. Pada
hari keenam setelah dilakukan intervensi keperawatan dengan perawatan
metode kanguru suhu tubuh meningkat menjadi 36,8°C dan berat badan
menjadi 1852 gram. Pada hari ketujuh setelah dilakukan intervensi
keperawatan dengan perawatan metode kanguru suhu tubuh meningkat
menjadi 37°C dan berat badan menjadi 1862 gram.

Poltekkes Kemenkes Palembang


66

Hasil Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ita
Herawati, Nofa Anggraini (2020) menunjukkan bahwa proses PMK selama 7 hari
dengan minimal waktu 1-2 jam perhari mengalami peningkatan rata-rata 30 gram
perhari. Amaliah Nokiah (2019) menunjukkan bahwa hberat badan bayi
meningkat 10 gram perhari setelah dilakukan PMK selama 60 menit. Indah Dewi
Sari, Utary Dwi Listiarini (2018) menunjukkan bahwa rata-rata kenaikan berat
badan bayi dengan perawatan metode kangguru 180 gram dilakukan 2 jam dalam
sehari. Nurdyana, Nisa karima (2019) menunjukkan bahwa selama 12 hari
perawatan metode kangguru berat badan bayi meningkat. Ika Nur Saputri, Dwi
Handayani, Maharani Nazmi Nasution (2018) menunjukkan bahwa rata-rata suhu
tubuh bayi sebelum dilakukan perawatan metode kangguru 34,7 dengan standar
deviasi 1,211, duhu tubuh bayi sesudah dilakukan perawatan metode kangguru
rata-rata memiliki suhu 36,9 dengan standar deviasi 0,349, adanya perbedaan suhu
sebelum dan sesudah perawatan metode kangguru. Hasil penelitian penulis yaitu
berat badan bayi meningkat 10-15 gram perhari setelah dilakukan PMK selama 60
menit, dan tidak terjadi risiko defisit nutrisi atau penurunan berat badan di atas
10% pada bayi berat lahir rendah diusia fisiologis.

5.6 Keterbatasan Penulis


Secara umum hambatan penulis yang ditemukan selama melaksanakan
asuhan keperawatan pada subjek yaitu : keterbatasan sampel penelitian dimana
saat penulis ingin melakukan penelitian di Rumah Sakit Siti Fatimah di ruang
neonatus ada 4 bayi bblr tapi tidak ada indikasi defisit nutrisi dan tidak bisa
dilakukan PMK, saat itu penulis memutuskan untuk pindah Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang dimana saat itu penulis mendapat informasi dari
teman saat sedang sementara menunggu kemungkinan pasien BBLR di Rumah
Sakit Siti Fatimah dan Rumah Sakit Muhammadiyah tapi Alhamdulillah saat
beberapa hari kemudian ada informasi BBLR di ruang perinatal di Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang, keterbatasan waktu penelitian karena
menunggu ada klien BBLR yang baru ada saat 2 minggu sebelum hari ujian
dan akhirnya penulis mengambil keputusan untuk mengambil waktu tercepat
agar penetian dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Poltekkes Kemenkes Palembang


67

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan studi kasus pada dua orang subjek yaitu subjek
1 inisial By. Ny. M dan subjek II inisial By. Ny. Y dengan pemberian
Implementasi Perawatan Metode Kanguru Terhadap Peningkatan Berat Badan
Pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang Tahun 2021, kesimpulan yaitu :

1. Tahap pengkajian keperawatan dengan data subyektif didapatkan kedua ibu


pasien mengatakan bayinya tidak mau menyusu/ menetek. Dan pada data
objektif didapatkan reflek hisap lemah, turgor mukosa, keadaan umum
lemah berat badan kedua subjek kurang dari 2500 gram.

2. Tahap penegakan diagnosa keperawatan didapatkan pada kedua subjek,


pola nafas tidak efektif, termoregulasi tidak efektif, dan risiko defisit nutrisi.

3. Tahap perencanaan yang dibuat penulis untuk menyelesaikan masalah pada


kedua subjek dapat dilaksanakan dengan baik karena sesuai dengan
kebutuhan kedua subjek yaitu untuk Implementasi Perawatan Metode
Kanguru Terhadap Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR). Terapi ini dilakukan selama 60 menit 7 hari
berturut-turut.

4. Dalam melakukan tindakan keperawatan, penulis berusaha melakukannya


sesuai dengan rencana keperawatan baik secara mandiri maupun kolaborasi
dengan tim kesehatan lain. Dan kedua subjek mendapat terapi yang sama
yaitu dengan Perawatan Metode Kanguru Terhadap Peningkatan Berat
Badan Pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

5. Tahap evaluasi, dari evaluasi kedua subjek terjadi peningkatan berat badan,
pada subjek 1 setelah dilakukan perawatan metode kanguru pada hari
pertama dengan hasil dari 1220 gram menjadi 1228 gram. Pada hari kedua

Poltekkes Kemenkes Palembang


68

dengan hasil dari 1228 gram menjadi 1236 gram. Pada hari ketiga dengan
hasil dari 1236 gram menjadi 1246 gram. Pada hari keempat dengan hasil
dari 1246 gram menjadi 1257 gram. Pada hari kelima dengan hasil dari
1257 gram menjadi 1270 gram. Pada hari keenam dengan hasil dari 1270
gram menjadi 1285 gram. Pada hari ketujuh dengan hasil dari 1285 gram
menjadi 1300 gram. Dan pada subjek II berat badan awal 1800 gram juga
terjadi peningkatan berat badan pada hari pertama berat badan meningkat
menjadi 1810 gram, Pada hari kedua dengan hasil dari 1810 gram menjadi
1821 gram. Pada hari ketiga dengan hasil dari 1821 gram menjadi 1830
gram. Pada hari keempat dengan hasil dari 1830 gram menjadi 1838 gram.
Pada hari kelima dengan hasil dari 1838 gram menjadi 1843 gram. Pada
hari keenam dengan hasil dari 1843 gram menjadi 1852 gram. Pada hari
ketujuh dengan hasil dari 1852 gram menjadi 1862 gram. Setelah penulis
melakukan studi kasus pada dua orang subjek yaitu subjek 1 inisial By. Ny.
M dan subjek II inisial By. Ny. Y dengan pemberian Implementasi
Perawatan Metode Kanguru Terhadap Peningkatan Berat Badan Pada Bayi
Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang Tahun 2021

6.2 Saran

Ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan, diharapkan saran ini bisa
diterima dan dipertimbangkan sebaik-baiknya untuk peningkatan kualitas
asuhan keperawatan pada tahap selanjutnya.

1. Bagi Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan Palembang

Hasil penelitian ini di harapkan memberikan masukan bagi


pengembangan IPTEK dan dapat digunakan sebagai referensi untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran bagi mahasiswa Poltekkes
Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan Palembang khususnya
dibidang keperawatan dalam Implementasi Perawatan Metode Kanguru
Terhadap Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Dengan Berat Badan

Poltekkes Kemenkes Palembang


69

Lahir Rendah.

2. Bagi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam


memberikan untuk Implementasi Perawatan Metode Kanguru Terhadap
Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah
agar tidak terjadi penurunan berat badan yaitu dengan melakukan
perawatan metode kanguru.

3. Bagi Pengembangan dan Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar


pengembangan penelitian selanjutnya dengan implementasi keperawatan
yang dilakukan lebih dari 60 menit dengan metode kanguru dalam
menstabilkan suhu tubuh dan mencegah terjadinya penurunan berat badan
pada pasien bayi dengan diagnosa medis Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR).

Poltekkes Kemenkes Palembang


70

DAFTAR PUSTAKA

Wendy H. Angka Kematian Ibu di Indonesia Tertinggi di ASEAN. dk-insufa.info.


http://dk-insufa.info/berita/1298-angka-kematian-ibu-di-Indonesia
tertinggi-di-asean.

Data Laporan. Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2021

WHO. (2017). Constitution of WHO: principles.

Supiati, 2016. Karakteristik Ibu kaitannya dengan Kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah. Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, 1(1):1-99.

Kementrian Kesehatan RI. (2015). “Riset Kesehatan Dasar


2013”.hhtp://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Data
%Riskesdas2018pdf. Diakses pada 20 Oktober 2018 1-12.South Borneo,
Indonesia in 2010–2012. Paediatrica Indonesiana, [e-journal] 56 (3): pp.
155–161.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan


Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC Dalam Berbagai Kasus.
Jogjakarta: Mediaction.

Nursusila dkk (2017). Faktor Risiko Kejadian Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) di Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2016. Jurna Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2 (6), p.

Kemenkes RI. 2015. Buku Kesehatan Ibu dan anak. Jakarta: Kemenkes RI.

Kamariyah & Musyarofah. (2016). Lingkar lengan atas akan memengaruhi


pertambahan berat badan bayi lahir di BPS ardiningsih Surabaya.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9 (1),
pp.98105http://journal.unusa.ac.id/index.php/jhs/article/view/92>.

Kumalasari, I., Tjekyan, S., Zulkarnain, M. (2018). Faktor Resiko dan Angka
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSUP Dr. Muhammad

Poltekkes Kemenkes Palembang


71

Hoesin Palembang Tahun. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(1): 41-52.


doi: https://doi.org/10.26553/jikm.2018.9.1.41-52.

IDAI (2015). Ikatan Dokter Anak Indonesia.Jakarta.

Astria et al (2016). Low Birth Weight Profiles at H. Boejasin Hospital


Dyah (2015). Pengaruh Penerapan Metode Kangguru dengan
peningkatan Berat Badan Bayi Baru Lahir rendah (BBLR) Di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Gombang.

Dyah Puji Astuti, 2015. Pengaruh Penerapan Metode Kangguru dengan


peningkatan Berat Badan Bayi Baru Lahir rendah (BBLR) Di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Gombang. Diakses tanggal 28 April 2018
http ://www.01-gdl-dyahpujiastuti-1309-1-kti-anis-8(2)-pdf.

Abdul Bari Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan, edisi 4. Jakarta :Bina Pustaka

Sistriani, C., 2008. Faktor Maternal dan Kualitas Pelayanan Antenatal yang
Berisiko terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Studi pada
Ibu yang Periksa Hamil Ke Tenaga Kesehatan dan Melahirkan di RSUD
Banyumas. Tesis FKM. Semarang: Universitas Diponegoro.

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Sukarni, I. 2013. Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wiknjosastro. (2012). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka.

Pantiawati dkk.2010.Asuhan Kebidanan 1.Jakarta:Nuha Medika

Syafrudin & Hamidah, 2009. Kebidanan Komunitas, Cetakan Pertama, Buku


Kedokteran EGC, Jakarta.

Poltekkes Kemenkes Palembang


72

Barness L.A.,Curren J.S. 1999. Kebutuhan nutrisi. Nelson Ilmu Kesehatan Anak.
Edisi 15. Terjemahan Prof. dr. Samik Wahab,spA(k). Jakarta:
EGC.p.178-205,189

Fandizal, 2007. Konsep Dasar Metode Kanguru. Available on


http://ferryefendi.blogspot.com/2007/11/konsep-dasar metode
kanguru.html.

Mayasari, D. (2015). Aplikasi Tindakan Perawatan Metode Kanguru Terhadap


Fungsi Fisiologis Pada Asuhan Keperawatan Bayi N.y.F Dengan
Kelahiran Prematur di Ruang High Care Unit (HCU) Neonatus RSUD
Dr.Moewardi Surakarta.

Pratiwi, A. (2015). Pemberian Metode Kangaroo Mother Care (KMC) Terhadap


Kestabilan Suhu Tubuh BBLR Pada AsuhanKeperawatan Bayi Ny. Y di
Ruang HCU Neonatus RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Yongki dan Judha. 2012. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Neonatus,

Bayi dan Balita. Yogyakarta. Nuha Medika

Ita Herawati dan Nofa Anggraini (2020). Efek Perawatan Metode Kangguru
Terhadap Kenaikan Berat Badan Pada Bayi Berat Lahir Rendah . Jakarta.

Amaliah Nokiah (2019). Penerapan perawatan metode kangguru untuk mencegah


risiko defisit nutrisi pada bayi berat lahir rendah di ruang melati rumah
sakit dr. Sobirinkabupaten musi rawas. Lubuk linggau.

Indah Dewi Sari dan Utary Dwi Listiarini (2018). Efektifitas Perawatan Metode
Kangguru Dengan Support Binder (Kain Panjang Batik/Jarik) Dalam
Peningkatan Berat Badan Bayi Lahir Rendah Di RSU Haji Medan.
Jakarta.

Nurdyana dan Nisa karima (2019). Perawatan Metode Kangguru Bayi Berat Lahir
Rendah. Lampung.

Poltekkes Kemenkes Palembang


73

Ika Nur Saputri dan Dwi Handayani dan Maharani Nazmi Nasution (2018).
Pengaruh Perawatan Metode Kangguru Terhadap Peningkatan Suhu
Tubuh Bayi Berat Lahir Rendah Di NICU Rumah Sakit Grandmed.
Lubuk Pakam.

PPNI.(2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

PPNI.(2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta : DPP PPNI

PPNI.(2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta : DPP PPNI

Poltekkes Kemenkes Palembang


74

LAMPIRAN

Poltekkes Kemenkes Palembang


Poltekkes Kemenkes Palembang
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

I. Biodata
A. Identitas Klien

1. Nama/Nama panggilan :

2. Tempat tgl lahir/usia :

3. Jenis kelamin :

4. Agama :

5. Pendidikan :

6. Alamat :

7. Tgl masuk :

8. Tgl pengkajian :

9. Diagnosa medik :

10. Rencana terapi :


B. Identitas Orang tua

1. Ayah

b. Nama :

c. Usia :

d. Pendidikan :

e. Pekerjaan/sumber penghasilan :

f. Agama :

g. Alamat :

2. Ibu

a. Nama :

b. Usia :
c. Pendidikan :

d. Pekerjaan/Sumber penghasilan :

e. Agama :

f. Alamat :

C. Identitas Saudara Kandung

No Nama Usia Hubungan Status Kesehatan

II. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit

III. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang :

B. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)

1. Prenatal care

a. Pemeriksaan kehamilan : kali

b. Keluhan selama hamil :


c. Kenaikan BB selama hamil : Kg
d. Imunisasi TT : kali

e. Golongan darah ibu :

f. Golongan darah ayah :

2. Natal

a. Tempat melahirkan :

b. Lama dan jenis persalinan :


c. Penolong persalinan :
d. Komplikasi waktu lahir :

3. Post natal

a. Kondisi bayi : BB lahir gram, PB cm

b. Apakah anak mengalami : penyakit kuning , kebiruan ,


kemerahan , problem menyusui , BB tidak stabil
4. (Untuk semua Usia)
a. Penyakit yang pernah
dialami Batuk
Demam
Diare
Kejang
Lainnya..........
b. Kecelakaan yang pernah dialami
Jatuh
Tenggelam
Kecelakaan lalu lintas
Keracunan
Lainnya........
c. Konsumsi obat – obatan bebas :
d. Perkembangan anak dibanding saudara –
saudaranya Lambat
Sama
Cepat
C. Riwayat Kesehatan Keluarga

IV. Genogram

V. Riwayat Immunisasi

No. Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah Pemberian


1. BCG
2. DPT (I,II,III)
3. Polio (I,II,III,IV)
4. Campak
5. Hepatitis
VI. Riwayat Tumbuh Kembang

A. Pertumbuhan Fisik

1. Berat badan :

2. Tinggi badan :

3. Waktu tumbuh gigi :

B. Perkembangan Tiap tahap Usia anak saat


1. Berguling :

2. Duduk :

3. Merangkap :

4. Berdiri :

5. berjalan :

6. bicara pertama kali :

7. Berpakaian tanpa bantuan :

VII. Riwayat Nutrisi

A. Pemberian ASI

1. Pertama kali disusui :

2. Cara pemberian : Setiap kali menangis , terjadwal

3. Lama pemberian : tahun

B. Pemberian susu formula

1. Alasan pemberian :

2. Jumlah pemberian :

3. Cara pemberian : dengan dot , sendok

C. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian


0 – 4 Bulan
4 – 12 Bulan
Saat ini

VIII. Riwayat Psikososial

A. Apakah anak tinggal di : apartemen , rumah sendiri , kontrak

B. Lingkungan berada di : kota , setengah kota , desa

C. Apakah rumah dekat : sekolah , ada tempat bermain , punya


kamar tidur sendiri

D. Apakah ada tangga yang bisa berbahaya ,Apakah anak punya ruang
bermain

E. Hubungan antar anggota keluarga : harmonis , berjauhan

F. Pengasuh anak : Orang tua , Baby sister , pembantu ,


nenek/kakek

IX. Riwayat Spiritual

A. Support sistem dalam keluarga :

B. Kegiatan keagamaan :

X. Reaksi Hospitalisasi

A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

1. Mengapa ibu membawa anaknya ke RS :

2. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : Ya , tidak

3. Bagaimana perasaan orang tua saat ini : Cemas , takut


,Khawatir , biasa saja

4. Apakah orang tua akan selalu berkunjung : , kadang-kadang ,


Ya tidak
, Ibu ,
5. Siapa yang akan tinggal dengan anak :
Ayah Kakak , Lain-lain
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

1. Mengapa keluarga/orang tua membawa kamu ke RS ?

2. Menurutmu apa penyebab kamu sakit ?

3. Apakah dokter menceritakan keadaanmu ?

4. Bagaimana rasanya dirawat di RS ? bosan , Takut , Senang ,


Lain-lain

XI. Pola Aktivitas Sehari-Hari


A. Nutrisi

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


Selera makan
Menu makan

Frekuensi makan

Makanan pantangan

Pembatasan pola
makan

Cara makan
Ritual saat makan

B. Cairan

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


Jenis minuman

Frekuensi minum

Kebutuhan cairan

Car pemenuhan
C. Eliminasi (BAB & BAK)

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


BAB (Buang Air Besar ) :

1. Tempat pembuangan

2. Frekuensi (waktu)

3. Konsistensi

4. Kesulitan

5. Obat pencahar

BAK (Buang Air Kecil) :


1. Tempat pembuangan

2. Frekwensi

3. Warna dan Bau

4. Volume

5. Kesulitan

D. Istirahat tidur

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Jam tidur

- Siang
- Malam

2. Pola tidur

3. Kebiasaan sebelum tidur

4. Kesulitan tidur
E. Olah Raga

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Program olah raga

2. Jenis dan frekuensi

3. Kondisi setelah olah raga

F. Personal Hygiene

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Mandi

- Cara

- Frekuensi

- Alat mandi

2. Cuci rambut

- Frekuensi

- Cara

3. Gunting kuku

- Frekuensi

- Cara

4. Gosok gigi

- Frekuensi

- Cara
G. Aktifitas/Mobilitas Fisik

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Kegiatan sehari-hari
2. Pengaturan jadwal harian

3. Penggunaan alat Bantu


aktifitas

4. Kesulitan pergerakan tubuh

H. Rekreasi

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Perasaan saat sekolah

2. Waktu luang

3. Perasaan setelah rekreasi

4. Waktu senggang klg

5. Kegiatan hari libur

XII. Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan umum klien :

Baik , Lemah , Sakit berat

B. Tanda-tanda vital

 Suhu :

 Nadi :

 Respirasi :

 Tekanan darah :

C. Antropometri

 Tinggi Badan :
 Berat Badan :

 Lingkar lengan atas :

 Lingkar kepala :

 Lingkar dada :

 Lingkar perut :

 Skin fold :

D. Sistem pernapasan

 Hidung :

 Leher :

 Dada :

 Bentuk dada : normal , barrel , pigeon chest

 Gerakan dada : simetris , terdapat retraksi , otot Bantu pernapasan

 Suara napas : VF , Ronchi , Wheezing ,


Stridor , Rales

 Apakah ada Clubbing finger :

E. Sistem Cardio Vaskuler

 Conjunctiva : Anemis Ananemis

 Bibir : pucat cyanosis

 Arteri carotis : kuat lemah

 Tekanan vena jugularis : meninggi tidak

 Ukuran jantung : Normal , membesar , IC/apex

 Suara jantung : S1 , S2 , Bising aorta , Murmur


, gallop

 Capillary Refilling Time : detik

F. Sistem Pencernaan

 Sklera : ikterus tidak


 Mulut : Stomatitis  Gaster : kembung
, palato skizis Kemampuan menelan :
 Anus : lecet
, nyeri

, haemoroid

G. Sistem indra

1. Mata

 Kelopak mata , bulu mata , alis

 Lapang pandang :

2. Hidung

 Penciuman , perih dihidung , trauma , mimisan

 Sekret yang menghalangi penciuman :

3. Telinga

 Keadaan daun telinga :

 Serumen :

 Fungsi pendengaran :

H. Sistem Integumen

 Rambut :

 Kulit :

 Kuku :

I. Sistem Endokrin

 Kelenjar thyroid :

 Ekskresi urine berlebihan :

 Suhu tubuh yang tidak seimbang :

 keringat berlebihan :

 Riwayat bekas air seni dikelilingi semut :

J. Sistem Perkemihan
 Oedema palpebra , moon face , oedema anasarka

 Keadaan kandung kemih


:

 Nocturia , dysuria , kencing batu

K. Sistem Reproduksi

1. Wanita

 Payu dara :

 Labia mayora & minora :

2. Laki-laki

 Keadaan glans penis : uretra , kebersihan

 Pertumbuhan rambut : kumis , janggut , ketiak

 Pertumbuhan jakun , perubahan suara

L. Sistem Imun

 Alergi (cuca , debu , bulu binatang , zat kimia )

 Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : flu , urticaria ,


lain-lain

XIII. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

A. 0 – 6 Tahun

Dengan menggunakan DDST

1. Motorik kasar :

2. Motorik halus :

3. Bahasa :

4. Personal social :

B. 6 tahun keatas

1. Perkembangan kognitif :
2. Perkembangan Psikoseksual :

3. Perkembangan Psikososial :

XIV. Tes Diagnostik

 Laboratorium

 Foto Rotgen

 CT Scan

 MRI, USG, EEG, ECG dll

XV. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)


LEMBAR OBSERVASI

MENGUKUR BERAT BADAN PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH SELAMA PENERAPAN METODE KANGURU
DI RS MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2021

Nama pasien :
Ruangan :
Diagnosa :

HARI / TANGGAL SUHU TUBUH BB SEBELUM PMK SUHU TUBUH BB SESUDAH PMK
SEBELUM PMK SUSUDAH PMK
Hari 1

Hari 2

Hari 3
Hari 4

Hari 5

Hari 6

Hari 7
DOKUMENTASI PENELITIAN

By.Ny.M
By. Ny. Y

Anda mungkin juga menyukai